Cerita Sex Berhubungan Intim Malam Pucuk Birahi yang Tidak Tertahan

Video Rate:
0 / 5 ( 0votes )
3 views

Dimulai dgn perkenalanku dgn seorang pramuniaga yang benar-benar elok, umurnya sekitaran 33 tahun dan memiliki anak satu. Rindi namanya, benar-benar gampang dikenang dan begitu enak kedengar dalam telinga.

Cersex Terbaru –  Perjumpaan itu benar-benar cantik dan romantis, ketika matahari terbenam ketelan air laut di atas dek ferry kusaksikan seorang wanita bertumpu di tiang besi dgn rambut yang terurai melambai tertiup semilir angin laut, benar-benar elok dan seksi lekuk badan dan dadanya membusung di depan, sweter unggu dan span warna hitam tidak bisa sembunyikan keelokan badannya.
Dgn cara yang tentu kuhampiri dgn sedikit panggilan dan pembicaraan yang santun mulai dia terikut oleh obrolanku yang sedikit komedi dan terkadang memunculkan gelak tawa yang munculkan lesung pipinya, ya ampun elok benar makhluk ini.
Sesudah senang dgn bercakap ini itu dan matahari juga malu memperlihatkan mukanya rupanya sdh jam 19:00 WIB, tidak berasa sdh perjumpaan yang berlama-lama di atas dek dan kami memilih untuk kembali lagi ke kursi masing-masing. Kami janji akan berjumpa lagi jam 21:30 di tiang besi saksi perjumpaan kami.

Sesudah mandi dan membereskan diri, tidak sadar smartphone-ku berdering, sirene yang menyengaja kupasang sudah panggilku agar selekasnya naik ke dek karena sdh waktunya kujemput bidadariku di atas dek. “Hai Novem..” sapa merdu Rindi menyapaku dgn menepuk punggungku saat saya melihat lautan.

“Hai, Rin..” sedikit strategi, kubelai rambutnya.
“Maaf Rin..” kataku mesra.
“Ada apakah Novem..” balasnya manja.
“Nih benang membuat rusak panorama,” jawabku, walau sebenarnya benang itu semenjak barusan berada di tanganku.
“Oh kamu ini dapat saja Novem..” bisiknya manja.

Rindi sdh berpisah tiga tahun yang lantas karena suaminya sukai taruhan dan mabok-mabukan yang membuat banyak dililit utang dan kehidupan rumah tangganya selalu tidak terbebas akan kerusuhan.
“Mengapa kamu tidak mencari suami kembali, Rin..” tanyaku untuk pecahkan kesunyian.
“Ah.. nantilah,” jawabannya, “Saya masih sukai sendiri dan kunikmati peranan gandaku sebagai ibu dan ayahnya Ranny (anaknya, red) toh masih lumayan gajiku untuk mengongkosinya.”
“Luar biasa kamu Rin, bagitu tabah pada kondisi demikian. Kurang apa coba.. kamu berdikari, elok, seksi dan masih terbilang muda kembali, aku juga ingin mendaftarkan kalau masih tetap ada lowongan.. ahahaha..” saya menyengaja ketawa untuk meriuhkan situasi karena kusaksikan ia diam dgn muka cukup memeras.
“Hahahhaa..” rupanya ia ketawa,
“Ah kamu ini pantesnya menjadi adikku,” jawabannya berbuat tidak etis.
“Hahahaha.. saya justru,” terpingkal-pingkal karena itu, “Lho walaupun adik tp dapat buat adik sang Ranny lho.”
“Tidak mungkin,” jawabannya.
“Lha kok tidak yakin.. jangan suka ya kelak,” jawabku.
“Yee.. siapa yang ingin,” godanya manja.
“Saya yang ingin,” jawabku.
Kamipun ketawa ria.
“Dasar buaya,” jawabannya.
Bacaan Seks Dewasa Pucuk Birahi yang Tidak Tertahan
Tanpa sadar kapal bergoyang dan angin makin kuat dan Rindi sdh berada di dekapanku, karena terumbang-ambing kapal kudekap badan sintalnya dan tidak lepas kupengang buah dadanya yang besar, rupanya diapun diam saja. Kutahan goyangan kapal dan tidak kulewatkan peluang itu dgn sedikit fantasiku goyangkan bokongku dan..,
“Ah.. nakalnya kamu..” rupanya diapun mengetahui semakin nekadnya saya ambil peluang dalam kesempitan sekalian mencubit pinggangku,
“Memikat ya..” bisiknya.
“Ah saat, tp sukai kan,” jawabku.
“Hahahaa..” gelak tawapun tidak terhindar kembali.

Cerita Lainnya:   Hentai011

“Rin turun yok, bahaya nich.. sepertinya angin makin kuat dan goyangan kapal makin ganas kalau saya yang goyang kamu sih tidak jadi masalah, lha ini kapal yang goyang.. hehehe..” ajakku mesra.
“Dasaar.. dasaar, benar-benar buaya kamu Novem,” balasnya manja.
“Upsssss.. bukan buaya tp biawak.. hahahha..” balasku.
Kamipun ke arah anak tangga, satu-satu anak tangga kami lewati dgn tangan yang memutari perutnya dan diapun melingkarkan tangannya di pinggangku. Dgn berani kucium telinganya, ia diam saja cuma reaksi tangannya saja yang memegang perutku dan kamipun sdh sampai di muka pintu yang tertulis staf only lantas kutarik pinggangnya untuk masuk, diapun tidak menampik. Dgn luas ruang 2 X 4 m2 sangat luas untuk kami berdua. Dalam keremangan lampu kulumat bibir minimnya, napas kamipun makin menderu. Rupanya ia pengalaman sekali dalam french kiss.
Kami berciuman 5 menit lama waktunya dan ia mulai buka sweternya sedang saya buka jaket kulitku dan kami menjadikan alas sampai tidak ada benang sehelaipun yang menempel di badan kami berdua. Benar-benar cantik badannya, dgn ukuran payudara 36B dan belum turun kuanggap sangat prima. Pada kondisi berdiri, kulumat bibirnya dan mulai turun ke tengguk sampai payudaranya dgn puting yang merah muda,
“Seperti masih ABG saja,” pikirku.
Kulumat yang kanan dan kupiin-pilin yang kiri membuat suaranya,
“Hmm.. ach.. hmm.. sppt.. Novem lanjutkan Novem.. aacch, sedap Novem..” Kepalaku juga ditekannya ke dadanya, tidak kupedulikan ia, kuhisap, kugigit-gigit kecil putingnya sampai dia semakin menjambak rambutku. Dgn jenggot yang baru kucukur dua hari yang lantas kugesek-gesekan daguku di gunung kembarnya.
“Oooh Novem.. please masukkan donk.. sstt..” Tidak kupedulikan ocehannya sampai kulumat perutnya, pusarnya dan pada akhirnya sampai juga di gundukan surga dunia, benar-benar cantik.
Mataku terbeliak rupanya tidak ada satu helai rambutpun di sekitarnya, wangi dan harum yang ciri khas. Mukanya yang elok tersenyum manis padaku, kuturunkan mukaku sekalian terus menjulurkan lidah di atas perutnya turun terus dan sampai di wilayah yang paling kusukai, harum sekali baunya. Tidak harus sangsi.
“Ohh.. apa yang akan kau kerjakan.. akh..” desahnya sekalian pejamkan mata meredam kepuasan yang dirasanya.
Sesaat selanjutnya tangannya justru menggerakkan kepalaku makin bawah dan,
“Nyam-nyam..” Sangat nikmat kemaluan Rindi.
Oh, bukit kecil yang warna merah menggairahkan birahiku. Kusibakkan ke-2 bibir kemaluannya dan,
“Cleeekk..” ujung hidungku kupaksakan masuk ke sela kemaluan yang sdh semenjak barusan becek.
“Aaahh.. kamu nakaal,” jeritnya lumayan keras.
Terang-terangan kemaluannya ialah paling indah yang sebelumnya pernah kucicipi, bibir kemaluannya yang merah mengembang dgn memiliki bentuk yang gendut dan lebar itu membuatku makin bergairah saja. Secara berganti-gantian, kutarik kecil ke-2 iris bibir kemaluan itu dgn mulutku.
“Ooohh lidahmu.. ooh enaknya Novem..” lirih Rindi.
“Novem, sudah donk Novem masukkan saja.. Novem oohh.. saya sudah tidak tahan nich, please tiduri saya..” pinta Rindi lirih.
Tanpa banyak mulut kumasukkan tangkai kemaluanku yang panjang dan tegak itu, ia tersentak,
“Ach perlahan donk Say.. sstt..” Kugenjot dgn penuh hati, sedangkan tanganku tidak tinggal diam, kupilin-pilin puting susunya yang imut.
Cuma sepuluh menit kemudian goyangan badan Rindi berasa menegang, saya memahami jika itu ialah tanda-tanda orgasme yang akan selekasnya dicapainya.
“Novemmm.. aahh.. saya nggaak.. tidak kuaat aahh.. aahh.. oohh..” desahnya ketahan.
“Tahan Rin.. nantikan saya dahulu ngg.. ooh nikmatnya.. tahan dahulu.. jangan keluarin dahulu..” Tp percuma saja, badan
Rindi menegang kaku, tangannya mencengkeram kuat di bahuku, dadanya menjauhi mukaku sampai ke-2 telapak tanganku makin bebas memberi remasan pada buah dadanya.
Saya sadar susahnya meredam orgasme itu, karena mungkin lama waktunya ku-oral kemaluannya yang sedap tersebut.
“mmmppphhhh.. ooohhhhh.. aahh.. Novem sayang.. Novem.. ooh enaak.. saya kelauaar.. oohh.. oohh..” teriaknya panjang akhiri set permainan tersebut.
Saya rasakan capitan kemaluannya di sekitar burungku mengeras dan berasa mencengkeram kuat sekali, sedangkan itu tangkai kemaluanku masih tegak berdiri dan ia sdh 4 atau 5x orgasme.
“Novem, mari donk Say saya sudah tidak tahan nich.. Novem keluarin donk.. saya hirup saja ya, agar cepat keluar..” Tanpa kusuruh ia sdh melumat dan mengisap kemaluanku.
“Astaga..” kurasakan penekanan dari dalam batangku kelihatannya akan keluar.
“Rin.. Rin.. setop Rin.. saya ingin keluar nich..” desahku ketahan.
“Ya sudah Novem, masukkan saja ke mekiku.. saya jg ingin rasakan pejumu membajiri mekiku.. saya rindu, sudah lama tidak ada yang banjiri mekiku dgn peju..” balas Rindi dgn suara manja dan sedikit genit.
“Aach.. Rin, saya ingin keluar nich Rin.. ach.. achh..” saya lemas lesu tidak memiliki daya di atas badan Rindi yang seksi tersebut.
“Terima kasih ya Novem..” Kamipun tertidur dan saya kaget saat terjaga sdh jam 04:00, untung saja tidak ada yang mendapati perlakuan kami.
Sesudah membereskan diri, kamipun kembali di atas bangku masing-masing serta kami janji akan berjumpa lagi di kota, kebenaran kami satu kota. Hingga kini kamipun sering terkait dgn loyalitas kebebasan yang hargai dan junjung sex yang sehat..

Cerita Lainnya:   Hentai025
Category: BOKEP ANIME
cersex inces cersex perkosa cersex ipar cersex anal cersex menyusui cersex jkt