Cerita Sex Dewasa Asyiknya Ngentot Dengan Seorang Pramugari

Video Rate:
0 / 5 ( 0votes )
81 views

Foto Bokep KoreaNarasi Seks Dewasa Asyiknya Bercinta dengan Seorang Pramugari – Awalnya ada pula cerita cabul yang membuat birahi seksual anda segera naik berjudul Narasi Seks Terobsesi dengan Jalinan Sex Ayah dan Ibu. Cerita ini bermula dari perjumpaan Edi dan Wina di pesawat, yang kebenaran mereka berdua satu kursi. Singkat kata di saat itu merakpun jadi dekat, dan terjadi jalinan seks di antara Wina dan Edi di salah satunya hotel berkelas. Ingin tahu lanjutan ceritanya, Langsung saja yok baca dan baca baik baik narasi saat ini.

Sebutlah saja nama saya Edi, saya akan bercerita narasi sex-ku dengan seorang pramugari. Cerita ini bermula dari perkenalanku dengan Wina (nama rahasia), ia ialah seorang pramugari pada sebuah perusahaan penerbangan nasional. Peristiwa ini terjadi saat saya diperjalanan panjang dari Jakarta ke arah Jayapura.

 

narasi, seks, dewasa, terkini, 2024, narasi seks, narasi dewasa, narasi bercinta
Narasi Seks 2024 Waktu itu larut malam, saya berusaha keras sekedar untuk pejamkan mata, istirahat sesaat hilangkan mengantuk supaya bisa melakukan pekerjaan kantorku sesampai di kota tujuan. Bangku empuk berlapis kulit di kelas usaha tidak sanggup memberi kenyamanan yang kubutuhkan.
Walaupun begitu, bangku itu direncanakan untuk tempat duduk, bukan tempat untuk tiduran dan tidur. Akan lelap, saat kurasakan guncangan halus di atas kursiku. Seorang duduk menghempas dianya ke bangku kosong di sebelahku. Dengan cukup kecewa, kubuka mataku dan punya niat untuk memberinya teguran. Pandanganku terdiam pada sosok muka elok menarik, dengan matanya yang meskipun kelihatan mengantuk, masih tetap bening dan cantik. Seulas senyuman kelihatan di bibir imut yang merah, yang selanjutnya berbicara perlahan-lahan,
” Maafkan saya Bapak, karena sudah mengusik tidur Bapak … ”

Sekalian masih tetap melihat dan kagum pada kecantikannya, saya berbicara,

” Ah, tidak ada apa-apa. Saya belum tidur kok, ”

Selanjutnya kami bersalaman, lantas kudengar dia mengatakan namanya, yakni namanya Wina, Lenyap telah mengantukku. Ditambah lagi sesudah kutahu jika Wina ialah figur wanita yang menggembirakan sebagai rekan bercakap. Dia menceritakan mengenai sukai dukanya sebagai pramugari udara. Tangan dan jarinya yang lentik seolah menari-nari pada udara, ekspresikan ceritanya. Kadang-kadang dia sentuh tanganku, dan tidak malu untuk mencubitku jika kuganggu.

Sembunyi-sembunyi kupandangi dan kuperhatikan semua sisi badannya. Tingginya kuperkirakan sekitaran 167 cm, langsing dan benar-benar seimbang. Wina mempunyai tungkai kaki yang cantik prima. Kulitnya yang putih kontras dengan seragam warna birunya. Buah dadanya tidak besar, tapi kelihatan kuat melawan. Memikirkan dianya terlentang telanjang pada tempat tidur, membuat Penisku bangun, jadi membesar dan keras. Pikiran kotorku melayang-layang jauh.

Kebersama-samaan kami terusik oleh suara Kapten Pilot yang beritahukan jika pesawat akan landing di Biak, untuk isi bahan bakar dan penggantian awak kabin. Sesudah bersalaman dan sedikit basa basi, Wina lenyap dibalik gorden. Saya meneruskan istirahatku, sampai selanjutnya dibangunkan oleh pramugari udara lain, yang tawarkan makan pagi pagi.

Beberapa hari seterusnya di ibu-kota provinsi paling timur Indonesia itu, direpotkan oleh pekerjaanku sebagai Petugas Publikasi salah satunya program pemerintahan. Sebagai utusan Pusat , saya kerap diberlakukan seolah tamu agung, yang penting dihibur dan disanggupi semua keperluannya. Saya ditaruh di hotel A yang disebut hotel terbaik di kota tersebut. Sejumlah penawaran untuk menyiapkan rekan tidur kutolak dengan lembut. Saya takut terjangkit penyakit.

Waktu senggang di luar pekerjaan kuhabiskan secara jalan kaki keliling kota. Sesuatu rutinitas yang selalu kulakukan dalam tiap perjalanan, agar semakin mengenali wilayah baru. Kota Jayapura ada secara langsung di pinggir laut berair tenang. Saat malam hari, di sepanjang pinggir pantai bisa dijumpai beberapa warung yang jual masakan laut, langsung dimasak atau dibakar pada tempat. Sangat nikmat. Disitulah umumnya kuhabiskan malamku.

Di situ juga di suatu malam, saya berjumpa lagi dengan Wina yang tidak bekerja, bersama 2 rekan seprofesi. Wina langsung tawarkan untuk gabung, demikian melihatku tiba. Benar-benar menggembirakan ada di 3 gadis elok, walaupun dapat kupastikan jika kantongku akan terkuras untuk membayari mereka semua.

Panggilan Bapak saat di pesawat, beralih menjadi Mas sampai membuat malam itu makin dekat dan hangat. Dari perbincangan, kutahu jika mereka bertiga bermalam di hotel yang masih sama denganku. Usai makan, kami pisah. Di luar sangkaan, Wina ingin turut denganku nikmati malam sekalian jalan kaki.
Satu keinginan yang susah ditampik.

Kamipun jalan perlahan-lahan sekalian sama-sama tukar narasi dan bergurau.Angin pantai membuat Wina kedinginan. Kulepas jaketku, lantas kupasangkan di pundaknya. Kuberanikan diri merengkuh pundaknya, memberi kehangatan tambahan pada badannya yang cuma dilapis oleh kaos tipis warna merah. Wina tidak menghindari atau berusaha menampik, justru balas merengkuh pinggangku.

Saya bingung dengan gadis-gadis zaman sekarang ini. Makin gampang menjadi benar-benar dekat, dan memandang jika jalinan di antara pria dan wanita ialah biasa-biasa saja. Tidak lagi ada malu atau malu, meskipun saat perjumpaan yang relatif cepat. Kami jalan seperti dua pacar yang bermesraan. Tanganku terbawa oleh ujung rambutnya, dan kadang-kadang kurasakan kepalanya menyandarkan di bahuku.

Cerita Lainnya:   Cerita Sex Berhubungan Intim Saat Pulang Surprise

Birahiku terpacu, otak kotorku memutar otak cari akal untuk membawa ketempat tidur di dalam kamar hotelku. Kelaminku merekah keras, membuatku merasakan tidak nyaman karena terjepit oleh ketatnya celana jeans yang kukenakan. Mulut kami berdua diam seribu basa, memberikan peluang untuk nikmati sentuhan kebersama-samaan dalam kesunyian. Langkah setiap langkah bawa kami masuk lobby hotel.

Kuajak Wina ke Coffee Shop, untuk nikmati satu cangkir minuman hangat sekalian nikmati musik hidup. Saya pilih tempat cukup di sudut, supaya tidak begitu mengundang perhatian orang. Kuperhatikan sekitar, sejumlah pasangan asyik berangkulan, dan sejumlah gadis berpembawaan seronok duduk sendiri. Berikut kemungkinan yang disebut oleh teman-kawanku sebagai “Ayam Menado “, saat sebelum saya pergi kemarin.

Tanganku masih tetap merengkuhnya, sedangkan Wina menyandar kepalanya di dadaku. Kurasakan kakinya bergoyang perlahan-lahan meng ikuti irama musik. Harum rambutnya membuatku ingin mencium kepalanya. Tetapi, apa dia akan geram ? Apa dia akan tersinggung ? Sejuta pertanyaan dan kekuatiran muncul pada pikiranku.

Sementara di lain sisi, otakku tetap terus berputar-putar cari akal untuk membawa ke kamarku malam hari ini. Jantungku berdebar-debar keras, sedangkan kelaminku makin bertambah besar dan keras. Musik dan situasi romantis tempat itu tak lagi menarik bagiku. Bagaimana dan bagaimana pertanyaan itu yang terus-terusan ada. Perlahan-lahan kucium ubun-ubun kepalanya, sekalian berbicara,

” Wina, telah malam, kita bobok yok … ”

Dia cuma menggangguk sekalian berdiri. Sesudah menuntaskan pembayaran, kami jalan ke arah lift. Tanganku tetap merengkuh pundaknya, meskipun dia tak lagi merengkuh pinggangku. Kutekan knop angka 3, untuk ke arah lantai di mana kamarku ada. Saya menyengaja tidak menanyakan di lantai berapakah dia tinggal, dan iapun diam saja.
Wina pun tidak berusaha untuk memencet tombol lain. Dalam hati saya bertanya, jangan-jangan kamarnya satu lantai dengan kamarku.

Sekalian menyender ke dinding lift, kutarik dia dan kusandarkan membelakangiku. Kupeluk dia dari belakang, sekalian kadang-kadang kucium rambut kepalanya. Jantungku berdetak makin cepat, sedangkan kelaminku makin sakit tertekan celana jeansku yang ketat. Semoga bokongnya yang pas melekat ke kelaminku tidak merasa kan ada suatu hal yang menjejal. Pikiranku tetap bertanya, mau…? tidak…? mau…? tidak…? sampai selanjutnya pintu lift terbuka. Sekalian terus ada dalam dekapanku, kubimbing ia ke arah kamarku.

Tidak ada perlawanan atau penampikan kurasakan. Setan yang ada dalam pikiranku menjerit suka. Malam hari ini bisa terjadi pergumulan birahi yang panas. Dalam hati saya punya niat untuk memberi kepuasan yang tidak tertahan kepadanya, seperti yang umum kuberikan dalam penjelajahan-petualangan cintaku, termasuk pada istriku tersayang. Demikian pintu terkunci, sekalian masih tetap berdiri kupeluk dan kucium bibirnya secara halus meskipun penuh gairah.

Wina membalas dengan tidak kalah garangnya. Lidah kami berjumpa, sama-sama berpagutan dan terkait. Kutelusuri geligi dan langit-langit mulutnya dengan lidahku yang lumayan panjang, kasar dan hangat.
Wina mendesah lirih, dan tangan kananku perlahan-lahan menyeka dan mencari punggungnya yang tetap terikat bajuya. Sementara jacketku telah lama terlontar jatuh. Dari leher, perlahan-lahan turun ke bawah, ke pinggang cari ujung kaos, lantas kembali lagi ke atas lewat bagian sisi dalam. Kurasakan kulit punggungnya benar-benar lembut dan mulus.

Itil V3
” Klik… “, Bunyi pengit lepas oleh tanganku yang sangat terbiasa sukses melepaskan pengait BRA-nya dengan berhati-hati.

Dengan ke-2 tangan, perlahan-lahan kutarik kaos itu ke atas sampai lepas sama sekalipun. Dengan perlahan-lahan dan berhati-hati, ke-2 tanganku selekasnya bergerilya mencari ke-2 pundaknya, pangkal lengannya, berpindah ke pinggang, perut, perlahan-lahan ke atas ke arah buah dadanya. Dalam pada itu, ke-2 tangannya sudah sukses buka Polo Shirt yang kukenakan. Tanganku hampir sampai ke buah dadanya, saat mendadak dia mendorongku perlahan-lahan.

” Maaf Mas, Wina pipis dahulu ya… ” ucapnya sekalian jalan membelakangiku ke arah kamar mandi.

Kuperhatikan kulit punggungnya yang putih dan mulus, hampir tanpa cacat. Pinggul rampingnya yang tetap terikat celana jeans, kelihatan makin cantik dan menggairahkan. Tidak sabar rasanya agar selekasnya melumat badannya, membawa mengawang-ngawang tinggi ke arah tingkat kepuasan yang tidak terhitung. Sementara menanti, saya tersadarkan jika saya belum bersihkan diri. Rutinitas yang selalu kulakukan saat sebelum bercinta sama wanita mana saja.

Saya selalu jaga kebersihan, dan berusaha untuk memakai parfum beraroma halus, yang kuyakini bisa tingkatkan nafsu wanita. Dari kamar mandi kedengar gemericik air, yang mengisyaratkan Wina sedang bersihkan dianya. Rupanya Wina termasuk type wanita yang kusukai, selalu bersihkan diri saat sebelum bercinta. Walaupun pada kondisi birahi tinggi, saya masih tetap terasa terusik dengan bebauan yang kurang enak, dari kelamin wanita yang tidak bersih.

Kubuka dompetku, lantas kuambil karet pengaman merek populer yang selalu kubawa dimanapun saya pergi. Kusisipkan ke bawah bantal tempat tidur, supaya gampang ambilnya di saat diperlukan kelak. Wina keluar kamar mandi dengan badan yang cuma terikat handuk. Ternyata ia betul-betul ingin dan siap bercinta denganku.

Cerita Lainnya:   Cerita Sex Ibu Majikanku Yang Benar- Benar liar Di Tempat tidur

” Sesaat sayang, saat ini giliranku untuk bersihkan diri… ” kataku sekalian mencium keningnya lantas jalan ke kamar mandi.

Sayup-sayup kudengar suara TV yang baru dihidupkan olehnya. Sesudah menyikat gigi dan berkumur dengan larutan antiseptik, kubersihkan Penisku dan sekelilingnya dengan sabun. Siraman air dingin tidak sanggup kurangi kekerasannya. Penisku masih tetap mengacungkan gagah, besar dan berurat. Wina sedang duduk di tepi tempat tidur, saat saya keluar kamar mandi, dengan cuma terikat handuk. Kuhampiri dianya, dia berdiri lantas kami berciuman.

Dari mulutnya tercium wewangian obat kumur antiseptik punyaku, membuatku makin terangsang. Tangannya buka lilitan handuk di pinggangku, membuat Penisku terlepas lepas, mengacungkan besar dan keras. Perlahan-lahan tangannya sentuh pusarku, perutku, lantas perlahan-lahan turun ke bawah.
Wina menyeka-usap rambut Penisku yang cukup lebat, saat sebelum selanjutnya mengelus dan memegang halus tangkai kebanggaanku tersebut.

Jari tangannya yang lembut, memunculkan rasa nikmat yang sangat benar-benar. Tanpa kusadari, aku juga mendesah perlahan-lahan, lantas kulepas handuk yang melilit di badannya, selanjutnya perlahan-lahan tetapi tentu ke-2 tanganku menjalar perlahan-lahan ke arah ke-2 bukit kembarnya yang lembut dan putih.

Sesudah kutelusuri inch untuk inch, kuremas halus, dan kujepit puting susunya dengan jemari, lantas kupelintir sekalian kadang-kadang kutarik. Kubuka mataku, nikmati wajahnya yang elok. Matanya tertutup sementara bibirnya terbuka sedikit, benar-benar seksi dan menggairahkan. Wina melepaskan kecupannya, selanjutnya perlahan-lahan menciumi badanku. Dari dagu, leher langsung ke dadaku, selanjutnya mengulum dan menggigit perlahan-lahan puting kecil di dadaku.

Saya cuma sanggup mendangak, nikmati kesan yang tidak terhitung. Dengan lidahnya yang hangat, ditelusurinya badanku perlahan-lahan turun ke perut, menciumi pusar, lantas turun terus. Tidak sabar saya memikirkan kepuasan apa yang hendak kuterima seterusnya. Perlahan-lahan, diciumnya kepala Penisku yang memeras, selanjutnya ditempatkannya ke mulutnya, sampai sentuh kerongkongannya. Bukan bermain enaknya.

” Uuuhhhh… hhhhh… Aaahhhhhhh… hhhhh… ” desahku mendesah nikmat.

Hati nikmat dan mendesak kuat ingin keluar, kutahan sedapatnya. Saya nyaris capai titik kepuasan paling tinggi, dan itu jangan terjadi sekencang ini. Harus kuhentikan !! Kupegang kepalanya, selanjutnya kutarik badannya perlahan-lahan.

” Sssss… ahhhhh… sangat nikmat Wina, sangat nikmat “, kataku sekalian selanjutnya mencium bibirnya.
Lidah kami berkait dan bertaut dengan garang, membuat napasnya makin mengincar,

Sekalian masih tetap berciuman, kubimbing dia ke arah tempat tidur. Kurebahkan badannya, lantas kutindih dia dengan badanku. Kulepaskan kecupanku dari bibirnya. Kucium keningnya, ke-2 matanya, pipinya, dagunya, dan ke-2 telinganya berganti-gantian. Napasnya makin mengincar, sedangkan jari-jari ke-2 tangannya meremas rambutku.
Dengan lidah, kumulai pencarian badannya lewat leher.

Perlahan-lahan turun, ke arah belahan dadanya, selanjutnya naik puncak bukit cantik kepunyaannya. Kukitari puting susunya, saat sebelum kukulum dan kuhisap dengan mulutku. Dalam pada itu, tangan kananku yang bebas meremas dan permainkan puting susu sebelanya. Wina meracau tidak terang, sedangkan kuku jarinya mulai menusuk kulit kepalaku,

” Adddduuuuhhhh Mass… Aahhhhh… ouhhh…. ”

Senang main di buah dadanya, kulanjutkan pencarian makin ke bawah, ke arah Penisnya. Saya menempatkan badanku antara ke-2 kakinya yang terbuka. Penisnya kelihatan basah dan lembab. Bulu-bulu lembut yang tidak begitu lebat, teratur rapi dan hitam, kontras dengan warna kulitnya yang putih mulus. Dengan jemari tengah, kuusap dan kumainkan klitorisnya.

Pinggangnya terangkut, membuat badannya meliuk. Perlahan-lahan, kuciumi Penisnya yang harum, kujulurkan lidahku, lantas kumainkan klitorisnya. Saya sebelumnya sempat menyaksikan kepala Wina yang terlontar ke kanan dan ke kiri meredam nikmat. Jemari jarinya makin garang meremas kepalaku.

” Aauwwwww… Aaahhhhhh… yhaaaaa… yhaaa… yhaaa… aaaccchhh… hhhh… aduhhhh… terrrussss… terus !! ach… ach… ach… Aaaaaaaaahhh… ”

Ke-2 pahanya menjepit kuat kepalaku, selanjutnya terkapar lemas. Kutahu Wina sudah capai pucuk kepuasannya.

” Itu baru yang pertama sayang, merasai dan cicipi yang seterusnya … ” kataku dalam hati.

Tidak lama-lama, dengan perlahan-lahan dan benar-benar berhati-hati, kumasukkan jemari tengah tangan kananku ke rongga Vaginanya. Tidak ada yang merintangi, mengisyaratkan Wina tidak perawan kembali. Tidak kenapa, justru lebih bagus pikirku. Saya menjadi tidak perpanjang dosaku memperawani anak orang .

Lantas Kusentuh semua dinding rongga yang lembut dan hangat itu dengan ujung jariku. Terkadang kutekan sedikit keras, membuat gairah birahinya bangkit kembali. Dengan posisi telapak tangan ke arah atas, kutekuk jariku sentuh dinding rongga sisi atas. Kulanjutkan penekanan di sejumlah tempat, sekalian kuperhatikan reaksi badannya.

” Auwww… aduh, Mas, maaf… maunya pengin pipis lagi… ” ucapnya mendadak,

” Sayang, tahan dan bernafaslah secara teratur. Saya akan memberimu kepuasan lainnya. Rileks saja dan cicipi… ”

Kutekan-tekan jariku berkali-kali di titik itu sampai seperti getaran. Kepalanya kembali terlontar kekiri dan kekanan. Matanya terbeliak ke atas, hinggga nyaris tidak kelihatan sisi hitamnya. Tangannya terlentang pasrah, masih capek dan lemas.

Cerita Lainnya:   Cerita Sex Menikmati Akhirnya Memperoleh Kepuasan Dalam Hubungan Intim

” Aaaacchhh… Aaahhhhhhh… Aaahhhhhh… ” erangannya makin keras.

Perlahan-lahan kuposisikan kepalaku di muka Vaginanya, kujulurkan lidahku, selanjutnya kuelus, kumainkan dan kupelintir sekalian kadang-kadang kumainkan klitorisnya. Wina teriak tidak tertahan,

” Aaahhhhh… Ouhhhh… Sssss… ahhhh… Ampuuuunnnnn… Aaahhhhhhhh… ”

Tangannya kembali buas meremas kepalaku, sedangkan ke-2 pahanya menjepit lagi kepalaku dengan kuat. Punggungnya terangkut tinggi membuat badannya meliuk. Kulanjutkan penekanan di titik sisi atas rongga Vaginanya, sekalian lidahku terus mengelus, melintir dan permainkan klitorisnya.

Mendadak Wina terduduk, secara kasar diambilnya kepalaku yang asyik main di Vaginanya, lantas digigitnya bibirku. Sakitnya lumayan, tapi kubiarkan saja. Kutahu dia nyaris capai pucuk kepuasannya yang ke-2 . Dengan mengeluh keras,

” Ouhhh… Sssss… ahhhhhh… ”

Badannya melafalkanng lantas terlontar keras ke belakang, ke atas kasur tempat tidur. Rongga Vaginanya berasa mendenyut-denyut, menjepit kuat jemari tengahku yang tetap ada dalam. Sesaat kusaksikan badannya mulai melemas. Terlentang pasrah telanjang di atas tempat tidur. Selanjutnya saya berdiri ke arah meja dan tuangkan air putih dingin ke gelas.

Kuteguk, selanjutnya kuberikan kepadanya sesudah kembali kuisi penuh. Sekalian melihatku, kusaksikan matanya menunjukkan kepuasan yang sangat benar-benar, meskipun capek. Saya paling suka menyaksikan muka wanita saat klimaks, kelihatan makin elok.

Belum gelas itu kuletakkan, masih pada kondisi berdiri disebelah tempat tidur, Wina menarik, mengelus selanjutnya mengulum tangkai Penisku dengan rakus, membuat jadi membesar lagi dan keras. Dengan lidahnya, dijilatinya sisi bawah batangku itu, memunculkan kepuasan yang sangat benar-benar. Sesudah saya menempatkan gelas, kudorong lantas kutindih badannya.

Mulut kami berciuman lagi, sedangkan satu tangannya mainkan tangkai Penisku. Tidak kuat dengan tindakannya, tanganku masuk ke dalam bawah bantal, mencari karet pengaman yang telah kusiapkan barusan. Kurobek buntelnya, lantas kuberikan kepadanya. Di luar sangkaan, dibuangnya benda itu, sekalian berbisik ke telingaku ,

” Mas, saya barusan usai Mens 2 hari lantas, menjadi amaaannn… ” katanya,

Lantas Kubimbing Penisku dengan tangan, kugosok-gosokkan, selanjutnya secara perlahan-lahan kuturunkan pinggulku, menusukkan tangkai yang lebih besar, keras dan padat itu ke rongga Vaginanya yang halus dan hangat. Kuku jarinya menancap keras di punggungku, dan kudengar rintihannya.

” Ouhhhh…. aahhhhh… ouhhhh…. ”

Kusaksikan alis matanya mengerut sementara ke-2 matanya tertutup rapat. Kurasa dia cukup kesakitan dimasukki oleh tangkai yang demikian besar, panjang dan sekuat batu. Perlahan-lahan tetapi tentu, inch untuk inch tangkai itu menyingkap masuk. Saya merasa telah sentuh dasarnya di saat batangku belum masuk semuanya. Wina mendesah,

” Aouw… Ssss… ahhhhh… ”

Perlahan-lahan dan berhati-hati kutekan dan kutekan lagi hingga masuk semuanya. Kudiamkan sesaat sampai Wina terlatih, saat sebelum kupompa masuk keluar. Ke-2 tanganku menyokong badanku supaya tidak menindihnya terlampau keras, sedangkan pinggulku giat bekerja maju undur berkali-kali. Wina mendesah makin keras,

” Accchhhh… yeaaah…ahhhhh… Auwwww… ouhhh… ”

Badannya bergoyang ke atas ke bawah, tergerak oleh tancapkan penis dan goyangan pinggulku. Rambutnya amburadul terurai di atas bantal, sedangkan matanya tertutup rapat. Wajahnya telah kelihatan rileks, pertanda dia telah bisa menikmatinya. Kadang-kadang kucium bibirnya yang terbuka sedikit. Hal tersebut menunjukkan giginya yang putih dan tersusun rapi, benar-benar menarik.

Butir-butir keringat mulai bercucur di badanku, di badannya. Di belahan dada antara ke-2 buah dadanya yang bergoyang, kusaksikan beberapa titik keringat banyak muncul. Benar-benar panorama yang seksi dan menarik, Entahlah berapakah lama dalam posisi itu, mendadak saya ingin coba posisi lainnya. Kutarik ke-2 kakinya dan kuletakkan di bahuku. Wina protes,

” Addduhhh Mas, sssaakkiiittt… ”

Keluh Wina tidak begitu kupedulikan, kupompa terus masuk keluar, berputar-putar, mundur-maju, awalnya perlahan-lahan lantas makin cepat. Wina mendesah meredam nikmat,

” Aaaachhhh… Yaaa… ouhh … tttteeerruuusssss… terusss… Ach… Ach… Ach… Ach… AAaahhhhhhhh… ”

Kurasakan renyutan berkali-kali dari rongga Vaginanya. Wina telah tiba ke pucuk kepuasan. Saya fokus rasakan kesan kepuasan yang diakibatkan oleh gesekan tangkai Penisku dengan rongga Vaginanya, kupompa makin cepat, makin cepat, makin cepat, dan dengan dibarengi erangan panjang,

” Aaaaacccchhhhhh… ”

kutusukkan Penisku sedalam-dalamnya, selanjutnya kusemprotkan cairan kepuasan sebanyaknya. Aku juga roboh menerpa badannya, lantas Wina merengkuhku dengan kuat. Sekalian kucium pipinya, saya berbicara,

” Terima Kasih-sayang, kamu luar biasa sekali … ”

Wina buka matanya, mencium bibirku lama, dan balas berbicara,

” Sama Mas… sedap sekali Mas… ampuuunnn, nikmat sekaliii, tetapi lelah. Wina tidak kuat lagi… “.

Malam itu kami tidur berangkulan sampai pagi. Kami melakukan kembali di dalam kamar mandi, walaupun tidak engganas malam sebelumnya. Wina harus selekasnya pergi menjalankan pekerjaannya sebagai Pramugari Udara, sedangkan saya harus bekerja menerangkan program pemerintahan yang kusosialisasikan. Kami pisah, dan janji untuk bertemu kembali. Tetapi entahlah kapan kami akan berjumpa lagi.

Category: BOKEP ANIME
cersex inces cersex perkosa cersex ipar cersex anal cersex menyusui cersex jkt

Related video