Yang memikat untuk lelaki seperti saya ialah bibirnya yang selalu terlihat basah terus karena lidahnya kerap digunakan membasahi bibirnya dan disamping itu mode rambutnya yang gunakan style sedikit yang tergerai di dekat telinga dan dikasih jelly sampai terlihat basah.
Cersex Stw – yang terlihat sensual ialah langkah berpakaiannya karena Inge selalu gunakan pakaian atau kaos yang cukup ketat hingga perutnya terlihat ramping dan ke-2 gunung kembarnya kelihatan cukup mencolok. Memang payudaranya sendiri tidak terlampau besar tapi lumayan bagus jika gunakan pakaian atau kaos yang ketat.
Satu saat saya tegur ia,
“Inge, mengapa saat ini kamu naik motor sendiri?”
“Yaaaahh, yang antarin sudah tidak ada”, sahutnya.
“Masak iya, ke mana kekasihmu itu?” tanyaku.
“Aach, tidak tahu pergi ke mana ia, biarin saja”, jawabannya dengan suara kecewa.
Sekian hari selanjutnya, saat makan siang, saya melalui depan kamarnya, kebenaran hanya Inge seorang diri dan sedang makan, ternyata lainnya makan di luar, selekasnya kumasuk dan duduk di muka mejanya.
“Makan sendiri saja?”
“Iya Pak, sahutnya. Sekalian makan, Inge melihat-lihat iklan bioskop di koran. Mendadak Inge bicara,
“Waaaahhh, film Mandarin ini bagus Pak, Inge ingin menonton tetapi tidak ada rekan sekarang ini. ”
“Jika memang tidak ada rekan kelak saya temani” kataku.
“Ah, Bapak bisa jadi, kelak kekasih Bapak geram lho!” sahutnya.
“Yaa, janganlah sampai kedapatan donk, sesekali kan tidak apapun”, kataku.
“Jika benar-benar, kapan Bapak bisanya? asal tidak yang malam-malam, paling lamban yang jam 7.00 malam”, terang Inge. “Esok malam? Dasarnya jangan Sabtu dan Minggu malam itu acara Bapak telah patent” kataku.
“Jika begitu esok malam ya Pak?”
“Bisa, Bapak jemput jam berapakah?”
“Inge sampai kos jam 5 sore, lantas mandi dahulu, menjadi kurang lebih jam 6 sore ya!”
“Oke”, sahutku.
Esok sorenya sesudah saya pulang ke kos dan mandi lantas siap kencan ke kostnya Inge. Sampai di situ rupanya Inge belum usai sampai kutunggu beberapa saat, selanjutnya kita segera pergi kencan. Karena baru jam 6.10 walau sebenarnya filmnya start pukul 19:00, karena itu kita putar-putar kota dahulu. Dalam mobil saya katakan dengan Inge jika sedang tidak dinas ini jangan panggil saya Pak, karena usia kami paling cuma berlainan tujuh tahun, saya menjadi tidak sedap donk.
Pada akhirnya sesudah putar-putar kita langsung kencan ke bioskop dan membeli ticket lantas masuk, saya memang menyengaja meminta tempat duduk yang di tepi. Ternyata filmya buruk, karena hingga saat mulai penontonnya cuma sedikit.
Memang beberapa artis yang bermain seksi-seksi, apalagi film Mandarin terhitung banyak yang berani actionnya. Jika cocok episode yang hot Inge mendadak menggenggam tanganku, satu saat jika episode panas saat sebelum tangannya Inge yang berlaga kupegang dahulu telapak tangannya erat-erat.
Meskipun episode panas telah berakhir tangannya masih tetap kupegang terus dan pelan-pelan tangannya kuletakkan di atas pahanya. Saat Inge tetap diam saja atas tindakan ini, karena itu jari-jariku kupakai untuk mengutik-utik pahanya yang telah terbuka karena roknya yang cukup pendek itu naik jika buat duduk. Beberapa saat hal tersebut kulakukan dan Inge juga tetap diam, lantas tangannya kutarik ke paha lebih atas sekalian untuk membuka roknya agar naik ke pangkal paha.
Sesudah kusaksikan roknya membuka sampai nyaris pangkal pahanya hingga paha yang mulus itu kelihatan remang-remang dengan pencahayaan sinar dari film saja. Saya berpura-pura diam sesaat, kebenaran ada episode panas kembali dan tanganku selekasnya menggenggam pahanya dan tangan Inge menggenggam sisi atas tanganku.
Aku pikir Inge akan larang aktivitas tanganku itu, tapi tangannya cuma ditumpangkan saja pada tanganku. Kuberanikan kembali operasi ini, tanganku kuusapkan ke pahanya di atas lutut sampai ke atas dekat pangkal pahanya. Telah ada 5 menit saya lakukan ini berganti-gantian paha kiri dan kanan, tetapi Inge masih tetap diam sampai napasku yang mulai mengincar.
Pada akhirnya kuberanikan tanganku untuk menyeka pahanya sampai ke selakangannya sampai sentuh CD-nya dan sisi kemaluannya kugelitik dengan 2 jariku. Waktu itu Inge terlihat mendesah sekalian membenarkan duduknya. Kugelitik terus clitorisnya dengan jemari dan terkadang jariku kumasukkan ke lubang vaginanya, rupanya lubangnya telah basah .
Belum sejumlah lama, Inge menggelinjang duduknya dan katakan,
“Oom, Jangan digitukan kelak basah semua vagina Inge CD-nya, karena Inge dapat banyak keluarnya.” Lantas tanganku kutarik dan kupindahkan ke pahanya saja.
Saya bisiki,
“Kelak lain barangkali kencan sekalian rileks di hotel ya?”.
Inge menggangguk dan berbicara,
“Kurang lebih pekan kedepan saja karena jika kerap kencan pergi nanti malam tidak sedap dengan tante kos”.
Sesudah film usai sekalian jalan keluar, kurangkul bahunya dan Inge juga menggenggam pinggangku sekalian kepalanya disandar ke bahuku. Kuajak Inge makan malam sekaligus sekalian bercakap beberapa macam. Saya menanyakan,
“Inge, umumnya kamu dibawa kekasihmu rileks di mana?”
“Yaah,terkadang kencan di hotel P atau kencan di Hotel NP di atas Candi terkadang kencan di Hotel R di bawah jika malas jauh.” Dengan jawaban Inge itu, saya telah bisa ambil ringkasan jika Inge sekarang ini bukan perawan kembali, menjadi saya berani untuk ajaknya kencan ke hotel pekan kedepan.
Usai makan kuantarkan Inge pulang, saat sebelum turun mobil kupeluk ia dan ia juga membalas dengan merengkuh leherku kuat-kuat untuk terima kecupan dan ciuman-kecupan pada bibirnya dan usai itu dengan sedikit tehnik tanganku menyikat dan memijit buah dadanya.
“Acch.. nakal ya Oom? ucapnya, dan
“Bye… bye….” Pada esok harinya saya berjumpa Inge di dalam kantor dan kita berlaku biasa saja hingga tidak ada rekan yang berprasangka buruk jika kita sudah berpacaran tadi malam.
Saat kutanya mengapa si kekasih tidak mengantarkan kembali, Inge katakan jika kekasihnya saat ini kembali renggang meskipun belum putus 100 % karena kekasihnya yang SH itu dan bekerja sebagai salesman elektronik itu terakhir sukai tersinggung tanpa ada alasan yang terang. Mungkin iri atau malu karena Inge dapat pekerjaan dengan upah yang semetara ini lebih besar dibanding kepadanya. Sesuatu siang pada hari Rabu satu minggu sesudah kita melihat, kebenaran Inge tiba ke kamarku dengan bawa laporan-laporan yang kuharus pertanda bereskan. Inge menanyakan,
“Pak, malam nanti Bapak ada waktu?”
“Mengapa?” tanyaku berpura-pura karena dalam hatiku saat berikut yang kunantikan.
“Jika Bapak ada waktu, Inge ingin makan di luar tetapi kok tidak ada rekan”, sahutnya.
“Oke, jika Inge yang ngajak saya siap. Jam 6 sore seperti pekan kemarin saya tiba ke kos, ya Inge?” kataku.
“Terima kasih ya Pak.”
Sore itu saya segera pulang dan selekasnya mandi. Jam 5.30 sore saya siap pergi kencan ke kos Inge, karena terlampau pagi Inge tidak siap dan kutunggu di ruangan tamu. Baru kurang lebih 10 menit selanjutnya Inge keluar. Saya sebelumnya sempat kagum sesaat, karena Inge yang saya mengetahui umumnya menggunakan rok cukup mini dengan pakaian atau kaos pendek perutnya dan cukup ketat.
Ini kali tampil dengan menggunakan gaun panjang warna ungu dengan belahan yang cukup tinggi pada bagian paha samping kirinya, hingga jika jalan pahanya yang kiri dan putih bersih itu terlihat secara jelas dan sisi dalam pahanya kanan terlihat samar-samar.
“Ceeek…. ceekkk…. ceeekkk”, komentarku.
Inge bahkan juga tersenyum manis dan putar badannya dan sisi punggungnya lebar terbuka sampai ke bawah dengan mode huruf V sampai di atas pinggulnya. Saya percaya sekali jika Inge tentu tidak gunakan bra sekarang ini. Tanpa duduk, Inge langsung ajak pergi. kurangkul pinggangnya, Inge menjadi cukup kikuk takut jika tante kostnya tahu.
Demikian masuk mobil kuminta untuk mengecup dahulu bibirnya yang merah mengembang dan basah terus itu, sekalian punggungnya yang terbuka itu kuusap-usap dan rupanya sangkaanku betul saat dadanya kutekan erat-erat ke dadaku berasa gumpalan daging yang kenyal bernama payudara tanpa terlindung spons BH melekat di dadaku. Renyut jantungku segera berdetak cepat. Selanjutnya mobil mulai kujalankan dan tangan Inge ditempatkan di atas paha kiriku sekalian terkadang memijit pahaku.
“Ingin makan ke mana Inge?”
“Terserah Bapak”, ucapnya.
Memang Inge masih tetap tidak ingin panggil saya dengan panggilan lain, dia tentukan dengan “Pak” karena takut salah bicara jika di dalam kantor kelak.
“Jika makan sate kambing apa Inge sukai?” tanyaku.
“Ingin Pak, justru sebetulnya Inge telah lama tidak pernah makan itu karena kekasih Inge tidak sukai daging kambing”, ucapnya.
Pada akhirnya kita ke rumah makan sate kambing. Saat turun dari mobil dan masuk rumah makan saat ini mengganti Inge yang selalu merengkuh pingganku. Inge duduk di samping kananku. memang kuatur demikan agar tangan kananku bisa dekat sama paha kirinya yang terbuka sampai ke atas untuk kuraba-raba.
Memang ini kali Inge berlainan bersama waktu menonton film, ini kali Inge terlihat cerah dan manja. Saat duduk makan Inge duduknya rapatkan badannya ke badanku dan tangannya menggenggam pahaku. Tanganku saat sebelum berlaga di pahanya kupakai untuk menyeka-usap punggungnya yang terbuka.
Untuk waktu itu rumah makan masih sepi pengunjung,jadi saya cukup bebas berkreasi. Sesudah senang meraba-raba punggungnya tanganku khususupkan ke roknya ke wilayah pinggang dan turun di situ tanganku meraba-raba CD-nya.
Selanjutnya tanganku mengarah ke atas dan menyelusup ke bawah ketiaknya dan ke arah samping depan hingga ujung jariku bisa sentuh samping payudaranya yang betul-betul tetap kenyal. Tugas tanganku stop saat pelayan bawa makanan ke meja kami. Saat makan tanganku terkadang mulai meraba-raba pahanya kiri yang terbuka tersebut.
Inge benar-benar penuh pemahaman saat tangan kananku repot meraba-raba pahanya, dia yang menyuapkan nasi ke mulutku sampai tanganku dikasih kelonggaran untuk main di pahanya dan sampai vaginanya juga kuraba-raba dengan penuh kemesraan.
Terkadang tangan kananku kupakai untuk menyendok makanan kembali, tetapi seringkali kupakai untuk berkreasi di paha dan lubang vaginanya sedang Inge yang tetap dengan kasih sayang menyuapiku dengan makanan sampai satu saat Inge mendesah dan menggenggam tanganku yang berkreasi erat-erat sambil berbicara,
“Pak, kreasi tangan Bapak betul-betul luar biasa dapat membuat Inge basah.”
Lantas kuraba vaginanya rupanya CD-nya juga basah apalagi lubang vaginanya, ujung jar-jariku kumasukkan ke lubangnya agar dapat mengkait lendir yang melekat di bibir vaginanya, rupanya usahaku itu sukses . Kusaksikan ada lendir kental serupa cendol melekat di ujung telunjukku, selekasnya kujilati lendir itu dan kutelan bersama makanan yang disuapkan oleh Inge. Saya benar-benar merasa “hot” makan daging kambing digabung lendir Inge, kurebahkan kepalaku ke kepalanya Inge sekalian berbisik,
“Inge sayang, saya mengasihimu.” Inge menjawab,
“Pak, sesaat lagi Inge jadi milik Bapak semuanya, Inge akan memberi segala hal yang terbaik untuk Bapak kelak. Yakinlah!” sekalian mencium pipiku.
Usai makan, kita langsung kencan ke arah Hotel CB di kota atas yang banyak panoramanya meskipun itu hotel kuno. Kita langsung cek in. Inge masih tetap manja, jalan sekalian merengkuh pinggangku dengan tubuhnya disandar ke badanku. Pintu kamar selekasnya kukunci sesudah pelayan mempersiapkan air minum, sabun dan handuk.
Inge mengganti kupeluk dan dia juga merengkuh leherku erat-erat sampai permainan kecupan mulut, bibir dan lidah berjalan secara hangatnya dan penuh kemesraan. Karena saat saya menciumnya, kukecup dalam-dalam bibirnya dengan penuh hati sampai Inge bukan rasakan kepuasan saja tapi juga rasakan kasih-sayangku.
Sesudah berciuman dengan mesranya untuk sesaat, karena itu tanganku kupakai untuk meraba-raba punggungnya yang terbuka, kurasakan badan Inge cukup hangat lantas kupegang rok sisi ke-2 bahunya dan kutarik di depan, Inge juga menolong dengan luruskan tangannya di depan hingga roknya sisi atas langsung lepas dan payudaranya yang tetap kenyal dan hangat jika disentuh itu kelihatan secara jelas di muka mataku ditambahkan putingnya yang terlihat mulai jadi membesar dan tegang dengan warna merah padma membuatku kagum.
Meskipun saya seringkali menelanjangi dan menyetubuhi kekasihku kencan di hotel, tapi bentuk badannya yang berlainan itu memiliki daya rangsang yang tertentu. Karena hanya rutinitas yang seringkali menyaksikan kekasihku pada kondisi telanjang bundar itu yang dapat membuat saya mengontrol emosi dan gelora gairah mudaku.
Roknya terus kutarik ke bawah hingga lepas semua selanjutnya kuambil dan kutaruh di meja dan Inge kuangkat untuk kutidurkan di tempat tidur dengan tetap menggunakan CD saja. Tetapi CD-nya juga kulorot untuk dilepaskan dan vaginanya yang seperti bukit kecil tersebut tertutup oleh rambut yang cukup lebat.
Saya selanjutnya melepaskan T-Shirtku dan celana panjang dan CD-ku sekalian melihati badan Inge yang terlentang di tempat tidur dengan gaya yang menarik ditambahkan lidahnya yang kerap membasahi bibirnya tersebut. Kudekati Inge selanjutnya kuciumi semua mukanya dengan tangan menelusuri semua wilayah dadanya termasuk lembah dan bukit atau pucuk payudaranya sampai ke pusarnya dan perut sisi bawah.
Sesudah kecupanku beralih ke sisi dadanya khususnya bukit-bukit payudaranya, tanganku mulai berlaga disekitaran vaginanya dan pahanya dan sesekali rambut bawahnya kutarik perlahan-lahan sekalian jemari tengahku mengelitik clitorisnya yang mulai muncul. Lantas kuciumi terus perutnya bawah sampai rambut kemaluannya dan wilayah sekitaran vaginanya dan pahanya dan tanganku terus menyeka dan memijit betis dan telapak kakinya.
Kecupanku langsung ke lututnya, selanjutnya ke betis, tumit kaki lantas telapak kakinya sampai jari-jari kakinya juga kuhisap satu-satu semua baru saya kembali naik mengisap wilayah selakangannya dengan buka lebar-lebar pahanya lantas wilayah di antara anus dan vagina itu kucium dan kukecup dan kujilati hingga Inge mendesah kepuasan dan berasa ada cairan lendir yang menyemprotkan keluar lubang vaginanya. Sesudah kusaksikan betul kelihatan dari lubangnya vagina mengucur keluar cairan lendir dengan berbau khusus.
Langsung kucucup lubangnya dan kusedot kuat-kuat sampai sruuuuttt… lendirnya masuk ke mulutku dan kugelitik terus selangkangannya agar cairan nya keluar kembali semakin banyak dan kusedot terus dan rupanya betul Inge tetap keluarkan lendirnya yang masuk kemulutku. Rasanya asin2, asem dengan berbau ciri khas seperti punya kekasihku, saya memang menjadi semangat dengan minum lendirnya.
Langsung Inge kuajak bermain dengan gaya 69, saya selekasnya naik ke atas badannya dan penisku kupaskan di depan mulut Inge agar gampang dia untuk permainkan penisku dengan lidah dan mulutnya sedang saya sendiri selekasnya membuka rambut kemaluannya yang rimbun itu untuk menjilat-jilati clitorisnya.
Lantas kugigit-gigit dan kutarik-tarik clitorisnya dengan bibirku. Inge terlihat terangsang dengan permainan mulutku di wilayah vaginanya, apalagi pahanya saat ini kubuka lebar-lebar dan selangkangannya di antara anus dan vaginanya kugosok terus dengan jari-jariku dan terkadang kujilati.
Demikian clitorisnya kugetarkan dengan ujung lidahku yang bergerak demikian cepat (seperti lidah cecak ucapnya kekasihku) cuma satu menit saja Inge telah berontak dengan kakinya dan bokongnya digerakan ke sana kesini selanjutnya mengerang,
“Aduuuuh Pak, Inge tidak tahan… telah keluar dan lemas Pak.” Waktu itu berasa lendirnya menyemprotkan dan berkenaan hidungku, selekasnya kucucup kembali lubang vaginanya untuk kusedot semua lendirnya yang telah keluar di lubang vaginanya.
Saya rasakan kepuasan dari semburan lendirnya itu dan vaginanya menjadi basah semua. Saya saat ini membelai rambutnya dan menyeka keringat yang banyak dikeningnya dan menanyakan, “Inge sayang, apa Inge telah raih?”
“Belum Pak, Inge hanya lemas saja karena tidak kuat meredam kepuasan yang hebat dari permainan lidah Bapak barusan, rasanya sampai ujung rambut dan ujungnya kaki Pak” sahutnya.
“Jika demikian kita bermain kembali ya?” kataku.
Inge mengusikkan kepala. Lantas saya naik kembali ketubuhnya dan kumasukkan penisku perlahan-lahan ke lubang vaginanya, selanjutnya kutarik keluar kembali perlahan-lahan sesudah keluar masuk ini lancar berkali-kali lantas penisku langsung kubenamkan semuanya ke vaginanya, sampai Inge menghela napas panjang meredam sakit dan enaknya karena ucapnya masuknya terlampau dalam.
Kemudian kugerakan bokongku putar sama arah jarum jam hingga Inge menjerit kepuasan terus karena clitorisnya tergores oleh rambut kemaluanku dan dinding dalam vaginanya tergores oleh tangkai penisku yang mengeras hingga dia berbisik,
“Aduuuh Pak, nikmat rasanya hebat. Saya ingin orgasme Pak.” Dengar itu saya segera menciumi payudaranya yang samping kiri, karena Inge katakan lebih sensitive daripada yang kanan dan putingnya langsung kugetarkan dengan ujung lidahku.
Tanpa basa basi kembali cuma beberapa menit berasa vaginanya mencekram penisku dan berdenyut dan ada lendir hangat yang menyirami penisku. Inge telah klimaks, dia terlihat terkulai lemas.
“Raih Inge, sayang?” tanyaku.
“Iya… Pak” sahutnya lirih manja.
“Tolong Inge dikasih air maninya Pak” pintanya.
“Saat ini?” tanyaku.
“Iya Pak.”
“Tahan sesaat lagi iya, kelak saya semprot”.
Lantas saya mengkonsentrasikan seluruh pikiranku pada semua keelokan badan Inge yang kunaiki ini dan kelakuan alurnya yang menggairahkan sekalian melihat bibirnya yang merah basah menggairahkan. Kugenjot terus pergerakan penisku turun naik dan makin lama makin cepat sampai Inge menggelinjang, menggeliat tidak karuan sekalian menarik lepas sprei dan meremas-remasnya dan pada akhirnya, crruuuutttt… cruuuuuttttt… crrruuuutt, maniku menyemprotkan di dalam vaginanya sekalian kutekan terus penisku dalam-dalam ke vaginanya.
“Sssseeetttt…. aacccchh, Inge rasakan kehangatan yang hebat dari air mani Bapak.” Dan Inge juga orgasme kembali karena penisku rasakan vaginanya berdenyut kembali.
Sesudah beberapa saat kita istirahat dengan tidur bertindihan sekalian berangkulan, kita bangun tidak berasa jam sudah memperlihatkan pk 9.30. Karena telah cukup malam Inge segera bangun dan ambil handuk yang dibasahi lantas bersihkan penisku dan vaginanya. Kita tidak bersihkan karena makan waktu yang lama.
Selekasnya Inge menggunakan roknya kembali, demikian pula saya. Sedang CD-nya dilipat dan dimasukkan pada dompetnya karena masih basah terkena lendir saat kugosok clitorisnya di dalam rumah makan barusan. Diperjalanan pulang Inge sebelumnya sempat menanyakan,
“Bapak menjadi kawin kapan?”
“Iya masih 2-3 tahun kembali, nantikan kekasihku usai kuliah”, sahutku.
“Mengapa?” tanyaku. Inge merebahkan kepalanya ke bahuku sekalian berbicara,
“Inge tidak akan kawin dahulu kok nantikan jika mungkin ada mukjizat.”
“Tujuan Inge?” tanyaku.
“Siapa yang tahu satu saat Inge dapat berita bahagia dari Bapak. Karena Inge malam hari ini betul-betul rasakan kepuasan yang luar biasa dari Bapak dan lebih dari itu Inge rasakan Bapak menyetubuhi Inge dengan penuh kasih dan kemesraan yang seperti suami istri yang disanggupi rasa cinta. Kapan-kapan Inge bisa rasakan ya Pak?”
“Kapan pun Inge rindu saya siap, tetapi Inge harus betul-betul mengatur waktunya janganlah sampai Inge hamil yaa!” pesanku.
Saat mobil sampai di dalam rumah kos, Inge tidak selekasnya turun dia justru merengkuh leherku dan diambilnya saya, lantas diciuminya semua mukaku dengan penuh hati hatinya dan kelihatan matanya memeras dan berkaca-kaca. Saya menjadi terenyuh dibikinnya, kubelai rambutnya dan kuusap matanya yang berair lantas kubisiki,
“Inge jangan bersedih, kan setiap hari kita tetap berjumpa. Inge malam hari ini raih kelak langsung istirahat ya, jangan melamun beberapa macam ya sayang?” pesanku sekalian kubelai sayang dari rambutnya pipinya terus payudaranya sampai pahanya yang terbuka itu, baru Inge ingin turun dengan senyuman kecil.
Keesokannya di dalam kantor pagi-pagi saat kupanggil Inge untuk memberi pekerjaan, dia masuk ke dalam kamarku dengan senyuman-senyum manja, sesudah kujelaskan beberapa tugas yang perlu ditangani kutanya mengapa kok senyuman-senyum. Inge menjawab sekalian merapat ke sisiku,
“Pak, air maninya tadi malam baru keluar barusan saat Inge duduk di dalam kantor, saat ini CD Inge menjadi basah.” Karena Inge telah merapat pertanda meminta untuk ditunjukkan, karena itu kuraba lewat bawah roknya dan betul CD sisi vaginanya basah antara pahanya basah cukup licin dan rupanya baunya memang seperti maniku.
Saya katakan,
“Inge kamu bersihkan dahulu sana ya.” Inge menggelengkan kepalanya dan berbicara,
“Biarin saja Pak, Inge toch tidak punyai CD kembali di dalam kantor justru tidak sedap jika dilepaskan CD-nya, sampai kelak sore tidak ada apa-apa justru kelak siang mungkin telah kering sendiri.” Lantas tanganku dipegang erat-erat dan melihat tajam penuh makna dan berbicara,
“Kapan Bapak ingin memberi kemesraan dan kepuasan kembali pada Inge?”
“Kapan pun terserah Inge”, kataku.
Sejak itu saya kerap dibawa kencan hampir setiap minggu sekali dan sesudah kekasihnya baik kembali hubungan, hubungan seksual masih tetap berjalan terus kurang lebih setiap bulan sekali sekalian beberapa cerita apa yang dilaksanakan suaminya kepadanya.
Sampai saat ini hampir 10 tahun berakhir dan saya telah berpindah kerja di bank, sedang Inge gantikan kedudukanku dan kami masing-masing sudah berkelarga dan punyai anak, tetapi jalinan intim itu tetap berjalan pada siang hari saat jam makan siang, cuma frekwensinya jauh menyusut kurang lebih 3-4 bulan sekali.
Tetapi oleh sebab waktu lama itu mengakibatkan setiap kali jalinan intim itu tambah mesra saja dan bukan jadi kebosanan.