Kelihatan tubuhnya benar-benar ramping, dgn baju yang kelihatan benar-benar mahal ditambahkan juga seksi sekali, karena wanita 1/2 baya itu memakai rok di atas lutut tinggi sekali.
Cersex Stw – Makin merapat tubuh wanita itu makin kelihatan aduhai sekali, hingga saya menelan ludah menyaksikannya. Tapi dgn sesaat pandanganku saya alihkan karena wanita itu betul-betul tiba mendekatiku, dan.
“Maaf mas, jika ‘pasar ikan’ ada di mana ya..?”
Saya berusaha tutupi kekagetanku dan berusaha menjawab sesantai mungkin,
“Ahh.., Mbak ini bergurau ya.. di sini mana ada yang jual ikan mbak. Ada ya di pasar besar..”
“Oh, gicu ya Mas ya..” ucapnya sekalian mikir.
Tersebut awalnya perbincangan kami ternyata ia barusan cuma memancingku saja, hingga kemudian kenalan dan bercakap ngalor ngidul. Namanya Sabrina, usia 31 tahun, rumah di Jl. Taman Wilis 1C Malang, bekas gadis sampul yang bersuami seorang pebisnis. Kebenaran suaminya kembali pekerjaan 1 bulan ke Liverpool Inggris, menjadi ia jalanan sendiri. Belum mempunyai anak, karena suaminya menanggung derita impoten.
Sesudah bercakap sepanjang 1 jam sekalian makan di kafe. Lantas, saya dibawanya ke tempat tinggalnya. Ia mengemudikan mobil mewahnya BMW Sport 1 pintu. Setelah tiba di tempat tinggalnya yang besar sekali. Walau sebenarnya saya baru menyaksikannya dari depan saja. Sesudah di-klakPras dengannya, seorang satpam buka pintu pagar. Awalnya, Mbak Sabrina telah katakan.
“Jika ada pembantu saya, kamu katakan saja saudara dari suamiku, ya..?”
Sekalian beradegan seperti bintang film sinetron, Mbak Sabrina mengenalkan saya sebagai saudara suaminya pada pembantunya. Dan lantas memerintahnya untuk masak-memasak buat makan malam.
“Mari masuk Pras..? Sekedar duduk saja dahulu sesaat di dalam.. ya.. Saya ingin mengganti pakaian dahulu..” ucapnya sesudah pembantunya pergi ke dapur.
“Eee.. mbak.. kamar kecilnya di mana ya..?”tanyaku.
“Mari dech, Mbak tunjukin..”ucapnya sekalian menggamit tanganku.
Hingga kemudian datang di dalam kamar mandi.
“Tuch kamar mandinya di situ..” ucapnya sekalian menunjuk ke pintu di ujung kamar.
Aku segera ke situ, dan saat ingin tutup pintu, Mbak Sabrina mendadak meredam pintu di luar kamar mandi sekalian berbicara dgn genit.
“Jangan semakin lama ya Pras..!” Terus ditutup dech pintunya dengannya.
Cocok kembali pipis, mataku mendadak tertuju pada suatu benda panjang yang ada dibalik botol-botol sabun. Saat kuambil.., rupanya kemaluan plastik yang warna hitam..! Lantas.. Karena pintunya tidak kukunci, secara sembunyi-sembunyi Mbak Sabrina masuk ke dalam kamar mandi. Karena waktu itu saya sedang terkejut, mendadak saya dipeluk dari belakang dengan halus. Tangan kiri Mbak Sabrina raih tanganku yang sedang menggenggam kemaluan tiruan itu, dan tangan kanannya meremas Kemaluanku.
“Ini bermainan saya Pras, jika sedang kesepian..” bisiknya pas di telingaku.
Saya termenung seperti patung, keringat mengalir dgn deras sekali..
“Tetapi lebih sedap jika pakai yang asli Pras..” desahnya.
Saya betul-betul tidak bisa melakukan perbuatan apapun saat ia mulai menjilat leher sekitaran telinga. Rasanya geli-geli sedap dan saya betul-betul tersihir. Sekalian terus menjilat ia berusaha buka celanaku dari belakang.
“Hhh.., jangan Mbak..!” saya berusaha memperingatinya.
Tetapi.. mengapa Pras..? Hhhmm slurp.. slurp.., tidak sukai ya..?” desisnya sekalian masih tetap mencium dan menjilat leherku.
Itil V3
“Hhh.., Prast masih perjaka mbak..!” kataku.
“Ahh.. masak sich.. mari donk.. nanti Mbak ajarin dech.. nikmat kok Pras.. ingin ya Pras..?”ucapnya
“Tetapi mmbakk.. hh..”teriakku.
“Mari turut ke kamar Mbak saja ya.. agar lebih sedap..” ucapnya sekalian menarik lenganku.
Ia membimbingku keluar kamar mandi sampai di tepi tempat tidur, langsung memagut mulutku dgn garang. Lidahnya meliuk mencari lidahku, sedangkan tangannya berusaha lagi buka celanaku. Saya yang telah pasrah dan bengong, dekap tubuhnya yang seksi dan montok. Sesudah celanaku merosot, kecupannya berpindah ke leher, ke dada, perut, dan pada akhirnya ke kemaluanku. Ia mengurut kemaluanku perlahan-lahan, “Woowww.. sedap sekali rasanya.. ohh..?” desahku.
“Kamu masih tetap berdiri, ya Pras.. jangan rebah..!” pintanya sekalian tersenyum manis.
“Saya menggangguk saja.”
“Kemaluan kamu.. Prasn.. sedap sekali.. hhmm..!”
Mendadak ia segera mengisap kemaluanku, bahkan juga mengocak-ngocok di mulutnya.
“Ohh..?” desahku kenikmatan.
“Hhmm.. slurp.. slurp..! Aahh.. slurp.. slurp..!”
Terkadang ia menyengaja mengguncang-guncang kemaluanku ke kiri ke kanan dgn mulutnya, sedangkan ke-2 tangannya mengelus-elus bokong dan bijiku.
“Aahh.. jangan kenceng-kenceng donk, Mbak..!” kataku saat ia mengisap dgn bergairah.
Ia cuma tersenyum, lantas melanjutkan aktivitasnya. Hirup.. lepas.. hirup.. lepas.., lagi hingga pada akhirnya ia seperti kecapekan.
“Hmm.., Kemaluan kamu sedap sekali Pras..” ucapnya sekalian menjilat bibirnya yang penuh lendir.
Terlihat sekali dari tatapan matanya yang liar jika ia sangat horny.
“Sudah lama saya tidak ngisap Kemaluan seenak ini, Pras..”
“Mbak..”panggilku.
“Jangan panggil saya Mbak donk..” desisnya sekalian mencium kepala kemaluanku,”Panggil Sabriil.. aahh.. saja ya.. sstt..” desahnya.
ia Kembali menjilat kemaluanku dgn lidah meliuk seperti lidah ular. Ini kali jilatannya naik ke atas, sekalian tangannya buka T-shirt-ku. Saya pun tidak ingin kalah, ikut-ikutan buka baju-nya. Dan ohh.. kelihatanlah susunya yang lebih besar tersebut.. sepertinya 36C. Rupanya ia tidak menggunakan BH . Maka saat ini cuma tersisa celana dalamnya saja.
“Mari, hirup donk buah dadaku Pras..” desahnya.
Saya tidak menanti semakin lama kembali, langsung kulumat payudara yang bundar tersebut. Awalannya yang kiri, dan yang kanan kuremas-remas. Sabrina mengeluh dan jatuhkan diri ke tempat tidur.
“Aahh.. sstt, ayyoohh.. sedot yang kuat.. Pras.. hh.., hiissaapp.. putingnya oohh.. oohh..!” desahnya.
Saya dgn semangat mengisap sama sesuai perintahnya. Sebentar kugigit halus putingnya.
“Aaahh.. ennakk..! Hhh.. sedot terus.. sstt.. yang.. kuathh.. aahh..!” jeritnya sekalian menggeliat.
Ternyata arus kepuasan mulai menimpa Sabrina. Tangan kananku mulai menelusuri kemaluannya yang tetap tertutup celana dalam. Wah, telah basah ternyata..! Apalagi saat jemari tengahku menyelusup antara Labia majora, kerasa sekali beceknya. Pinggulnya mulai turun naik, ternyata Sabrina sadar ada benda asing yang menggesek kemaluannya. Apalagi saat jariku sentuh klitorisnya, semakin kuat goyangannya. Seolah berusaha supaya jariku masih tetap di klitorisnya, tidak berpindah ke mana saja. Bisa dibuktikan saat tangannya menggenggam tanganku yang berada di kemaluannya,
“Ya.. Say.. teruss.. oohh.. sstt.. gesek itilku.. oohh..!” erangnya.Cerpen Seks
Saat ini kecupanku telah berpindah ke lehernya yang tingkatan dan wangi mulus. Kemaluannya masih tetap dihibur dgn jariku, sedangkan tanganku lainnya membelai rambut cantiknya.
“Udahh.. Pras.. saya tidak tahan say.. sst..!” kata Sabrina.
Lantas ia menelentangkan saya dan ia berada di atasku. Ia segera tempatkan lubang kemaluannya pas di muka mukaku dan secara perlahan-lahan ia membuka celana dalamnya dgn buka ikatan tali di sebelahnya. Tercium merebak harum kemaluannya yang betul-betul membuatku terangsang. Terlihat tetes lendir di lubang kemaluannya.
“Hm.., harum sekali Sabrii. Prast sukai baunya..” kataku.
“Kamu sukai berbau kemaluanku, Pras..?” ucapnya manja.
“Ya Sabrii, kedua-duanya say..”
“Kalau begitu, jilatin donk say kemaluanku..!” ucapnya sekalian turunkan kemaluannya ke mukaku.
“Mari jilat, Say..!” desahnya.
Kuhisap-hisap klitorisnya yang menyembul, kujilat kemaluan dan anusnya. Dan semuanya yang ada disekitaran kemaluannya kujilat dan kuhisap.
“Jilaatt.. ohh.. terruusshh.. Pras.. jillaatt.. itilnyaa.. itilnyaahh.. teerruusshh.. ohh..” desahnya.
Mukaku betul-betul jadi gosokan dengannya. Digosoknya terus kemaluannya di mukaku, terkadang berputar. Lantas, Sabrina mengganti tempatnya menjadi di bawah, tetapi masih tetap sekalian kujilat kemaluannya. Ia menggelinjang-geliat, terkadang membentak ke belakang saat klit-nya kuhisap atau kujilat. Terkadang mengeluh, menjerit, melolong, bahkan juga terkadang kepalaku diapit dgn ke-2 pahanya yang putih mulus tersebut.
“Ahh.. ohh.. oohh.. Sabrii ingin keluaarr.. Sayyhh.. ohh.. ohh..”desahnya.
Saat ia menjerit-jerit segera kuhentikan jilatanku dan segera berdiri dari sisi tempat tidur.
“Sabrii.. kamu tidak pa-pa kan..”kataku kebingungan.
Selang beberapa saat Sabrina tersadarkan.
“Ahh..? Lho..? Koq.. Mengapa stop sich Pras..?” 1/2 menjerit, lantas celingukan mencariku.
Sesudah melihatku berada di sebelahnya sekalian bengong, Sabrina betul-betul marah.
“Kamu.. benar-benar jahat Pras..!”
Sabrina masukkan 2 jemari kirinya ke kemaluannya.
“Prast.., kamu benar-benar jahat..!” jeritnya.
“Tetapi, Sabrii kan barusan menjerit.. Prast menjadi ketakutan..” kataku.
“Aduh.. kamu kok culun sangat sich Pras.. dasar perjaka.. tetapi tidak pa-pa dech..”ucapnya.
Untung di luar masih hujan besar . Maka jeritannya tertutup dgn suara hujan.
“Sini donk Pras..!” pintanya manja.
Karena saya bengong terus lantas ia dgn meraung seperti macan ia lompat dari tempat tidur, berusaha menangkapku. Tetapi tidak berhasil, karena saya mengelak karena ketakutan. Saya berusaha menghindari tangkapannya yang disanggupi nafsu.
“Jahat..! Jahat..! Jahat..!” jeritnya sekalian berusaha melafalkanrku.
Kami berdua seperti penjahat dgn korbannya yang sedang bermain kejar-mengejar.
Karena kecapekan saya sukses diamankannya. Saya segera duduk di atas bangku sofanya. Lantas, tanpa basa-basi kembali, Sabrina duduk langsung bertemu di pahaku. Bulu kemaluannya berasa halus sentuh pahaku, dan tangkai kemaluanku mendekat di perutnya.
“Ingin lari ke mana, Pras..? Jahat..!” ucapnya sekalian menggesek-gesekkan puting susunya ke putingku, rasanya sangat nikmat.
“Orang Sabrii sedang ingin ‘keluar’ koq dikerjain.. hh..? Itu tidak bisa, Say..!” omelnya sekalian melihat tajam.
“Ya Sabrii.. Prast salah..” kataku.
Lantas kupagut bibirnya yang basah tersebut. Langsung dibalas dgn garang. Sabrina merengkuhku dgn kuat sekalian menggesek turun naik kemaluannya ke Kemaluanku. Selanjutnya ia hentikan pagutannya, lantas tersenyum menghinaku.
“Kamu sudah membuat Sabrii pusing, kamu harus Sabrii hukum..” ucapnya.
“Dijatuhi hukuman apa Sabrii..?” kataku ingin tahu.
“Hukumannya ini Pras..” lantas Sabrii raih Kemaluanku dan secara langsung dimasukkan pada kemaluannya, “Ngentotin sampai saya puaass.. oohh..!”
Lantas, Sabrina langsung memacu Kemaluanku UP-DOWN.
Aduh, betul-betul nikmat tidak tahunya. Demikian ketat mencekram Kemaluanku. Dalam pada itu, di muka mukaku terpajang payudara besar yang terbuncang-guncang.
“Ahh.. oohh.., Kemaluan kamu.. sedap Pras.. sstt.. ahh.. sst.. ahh..” desahnya sekalian turun naik.
Saya tidak bisa menjawab, masalahnya kembali asyik melumat buah dadanya. Tanganku mengelus-elus sekitaran bokong semoknya sampai belakang kemaluannya, agar ia betul-betul senang.
“Ah.. ah.. terus Pras..! Jangan stop Say..! Sabrii, sukai ngentot dengan kamu.. hh sedap.. ohh.. ahh..!” jeritnya.
Terkadang kusentak dari bawah, dan Sabrina suka sekali jika demikian.
“Sentak kembali.. oohh.. Aaa..! Iya.. iya.. begitu.. kembali.. lagii.. oohh..!”
Kembali asyik-asyiknya ia memacu Kemaluanku, mendadak kuberdiri sekalian menuntunnya. Lantas saya jalanan keliling kamar sekalian masih tetap ia mengocak Kemaluanku dgn kemaluannya yang hebat. Sebagai mengganti sentakan yang ia sukai, saya jalannya terkadang mirip orang melonjak. Kan menjadi sama nyentaknya. Tetapi itu tidak bisa semakin lama, karena tubuhnya cukup berat . Maka saya kembali ke tempat tidur.
“Kamu di bawah ya, Say..! Sabrii sukai di atas.. ss..” desisnya manja.
“Ya.., buat Sabrii.. apa saja dech..!” kataku.Cerpen Seks
Tanpa banyak percuma, Sabrina meneruskan lagi goyangannya. Terkadang goyangnya betul-betul maut, sampai membentak kepalanya ke belakang. Atau terkadang sekalian meremas payudaranya, seperti pada beberapa film Vivid. Atau dgn merebahkan kepalanya di dadaku. Sekalian mengocak, seperti umumnya ia sukai sekali berbicara kotor.
“Hhmm.., ohh.. yess.. ***** me.. ahh.. hhmm.. sedap kan, Say..?”
“Enakk.. sekali, Sabrii..” lenguhku.
“Senang khaann.. Pras..!”
“Ya,.. sseneng.. ohh..”
“Sabrii.. sukka.. Kemaluan kamu.. Pras.. oohh..” desahnya manja.
“Prast suka juga kemaluan Sabrii.. ohh..” desahku.
10 menit selanjutnya, saya merasa seperti mau pipis, karena Kemaluanku telah berdenyut. Ternyata Sabrina pun demikian. Dinding kemaluannya mulai tergetar dan telah basah sekali. Pacuannya juga mulai mengamuk, seperti saat ia menjerit barusan.
“Oohh.. Pras.. Prast ingin.. pipis..”
“Sabrii.. Pras.. ingin keluar.. tahan yah.. Pras, kita berbarengan ya.. Pras..!” desahnya.
Lantas, Sabrina telah makin tegang, semakin kuat merengkuhku.
“Auh.. I’m comin’ Say.. ohh.. ahh.. ahh..!” jeritnya, lama-lama semakin keras.
“Teruss.., Pras.. teruss.. saya.. ohh.. ahh.. Sabrii keluarr..”
Ia menjerit dan menghentak-hentak dgn garangnya. Waktu itu, otot kemaluannya benar-benar tegang dan memeras tangkai Kemaluanku. Ia menyemprot banyak cairan, Lantas.
“Sabrii.. Pras ingin pipis .. ohh..!”
“Pipiskan saja dalam Pras.. jangan dilepass.. Say.. aa..!”
“Croooot.. croooot.. crooooot..!” cairankuku muncrat dalam kemaluannya.
Saya tidak bisa berbicara apapun kembali, cuma dapat menerawang ke langit-langit. Nikmati orgasme. Masih tetap ada sejumlah hentakan kembali, sebelumnya terakhir Sabrina terkulai lemas di dadaku. Rambutnya yang cantik itu membentang bebas, langsung kubelai.
“Pras.., terima kasih ya.., kamu sudah memberikan aliran yang sejauh ini tidak pernah Sabrii merasai” ucapnya sekalian mencium bibirku dgn halus.
“Terus bagaimana Sabrii.. mengenai gagasan seterusnya..?”tanyaku.
“Entar saja dech, agar Sabrii pikir-pikir dahulu, Pras”ucapnya.
“Jika Sabrii betul-betul ingin pisah ama Fadli. Prast ingin menjadi penggantinya..”kataku.
“Ahh.. yang benar Pras.. memang kamu masih ingin ama saya.. cewek yang sudah tua ini..?”ucapnya.
“Prast cinta ama Sabrii semenjak pertama kita bertemu. Prast tidak mempedulikan umur Sabrii berapakah yang terpenting Prast cinta ama Sabrii..”kataku sekalian mengecup bibirnya.
“Ohh.. Pras kau benar-benar lelaki jantan dan bertanggungjawab. Sebenarnya Sabrii suka juga ama kamu tetapi khan saya sadar jika umurku sudah di atas kamu. Tetapi, realitanya kamu sukai ama Sabrii . Maka, Sabrii sepakat saja.. tetapi Prast sabar dahulu ya.. Agar Sabrii tuntaskan masalah dgn suami Sabrii.. ya manis..”ucapnya sekalian mengecup bibirku kembali.
“Ya Sabrii, Prast akan nantikan..?”tanyaku.
“Nach begitu donk.. oh iya say.. Prast harus tiba ke sini dan harus memberikan kepuasan Sabrii setiap saat.. ya sayang..”ucapnya.
“Ya say..”jawabku. Lantas, kita berciuman dan pada akhirnya tertidur nyenyak.
Narasi Seks Terkini Awalnya dari Sebuah Ketemu di Mall
Kelihatan tubuhnya benar-benar ramping, dgn baju yang kelihatan benar-benar mahal ditambahkan juga seksi sekali, karena wanita 1/2 baya itu memakai rok di atas lutut tinggi sekali. Makin merapat tubuh wanita itu makin kelihatan aduhai sekali, hingga saya menelan ludah menyaksikannya. Tapi dgn sesaat pandanganku saya alihkan karena wanita itu betul-betul tiba mendekatiku, dan.
“Maaf mas, jika ‘pasar ikan’ ada di mana ya..?”
Saya berusaha tutupi kekagetanku dan berusaha menjawab sesantai mungkin,
“Ahh.., Mbak ini bergurau ya.. di sini mana ada yang jual ikan mbak. Ada ya di pasar besar..”
“Oh, gicu ya Mas ya..” ucapnya sekalian mikir.
Tersebut awalnya perbincangan kami ternyata ia barusan cuma memancingku saja, hingga kemudian kenalan dan bercakap ngalor ngidul. Namanya Sabrina, usia 31 tahun, rumah di Jl. Taman Wilis 1C Malang, bekas gadis sampul yang bersuami seorang pebisnis. Kebenaran suaminya kembali pekerjaan 1 bulan ke Liverpool Inggris, menjadi ia jalanan sendiri. Belum mempunyai anak, karena suaminya menanggung derita impoten.
Sesudah bercakap sepanjang 1 jam sekalian makan di kafe. Lantas, saya dibawanya ke tempat tinggalnya. Ia mengemudikan mobil mewahnya BMW Sport 1 pintu. Setelah tiba di tempat tinggalnya yang besar sekali. Walau sebenarnya saya baru menyaksikannya dari depan saja. Sesudah di-klakPras dengannya, seorang satpam buka pintu pagar. Awalnya, Mbak Sabrina telah katakan.
“Jika ada pembantu saya, kamu katakan saja saudara dari suamiku, ya..?”
Sekalian beradegan seperti bintang film sinetron, Mbak Sabrina mengenalkan saya sebagai saudara suaminya pada pembantunya. Dan lantas memerintahnya untuk masak-memasak buat makan malam.
“Mari masuk Pras..? Sekedar duduk saja dahulu sesaat di dalam.. ya.. Saya ingin mengganti pakaian dahulu..” ucapnya sesudah pembantunya pergi ke dapur.
“Eee.. mbak.. kamar kecilnya di mana ya..?”tanyaku.
“Mari dech, Mbak tunjukin..”ucapnya sekalian menggamit tanganku.
Hingga kemudian datang di dalam kamar mandi.
“Tuch kamar mandinya di situ..” ucapnya sekalian menunjuk ke pintu di ujung kamar.
Aku segera ke situ, dan saat ingin tutup pintu, Mbak Sabrina mendadak meredam pintu di luar kamar mandi sekalian berbicara dgn genit.
“Jangan semakin lama ya Pras..!” Terus ditutup dech pintunya dengannya.
Cocok kembali pipis, mataku mendadak tertuju pada suatu benda panjang yang ada dibalik botol-botol sabun. Saat kuambil.., rupanya kemaluan plastik yang warna hitam..! Lantas.. Karena pintunya tidak kukunci, secara sembunyi-sembunyi Mbak Sabrina masuk ke dalam kamar mandi. Karena waktu itu saya sedang terkejut, mendadak saya dipeluk dari belakang dengan halus. Tangan kiri Mbak Sabrina raih tanganku yang sedang menggenggam kemaluan tiruan itu, dan tangan kanannya meremas Kemaluanku.
“Ini bermainan saya Pras, jika sedang kesepian..” bisiknya pas di telingaku.
Saya termenung seperti patung, keringat mengalir dgn deras sekali..
“Tetapi lebih sedap jika pakai yang asli Pras..” desahnya.
Saya betul-betul tidak bisa melakukan perbuatan apapun saat ia mulai menjilat leher sekitaran telinga. Rasanya geli-geli sedap dan saya betul-betul tersihir. Sekalian terus menjilat ia berusaha buka celanaku dari belakang.
“Hhh.., jangan Mbak..!” saya berusaha memperingatinya.
Tetapi.. mengapa Pras..? Hhhmm slurp.. slurp.., tidak sukai ya..?” desisnya sekalian masih tetap mencium dan menjilat leherku.
Itil V3
“Hhh.., Prast masih perjaka mbak..!” kataku.
“Ahh.. masak sich.. mari donk.. nanti Mbak ajarin dech.. nikmat kok Pras.. ingin ya Pras..?”ucapnya
“Tetapi mmbakk.. hh..”teriakku.
“Mari turut ke kamar Mbak saja ya.. agar lebih sedap..” ucapnya sekalian menarik lenganku.
Ia membimbingku keluar kamar mandi sampai di tepi tempat tidur, langsung memagut mulutku dgn garang. Lidahnya meliuk mencari lidahku, sedangkan tangannya berusaha lagi buka celanaku. Saya yang telah pasrah dan bengong, dekap tubuhnya yang seksi dan montok. Sesudah celanaku merosot, kecupannya berpindah ke leher, ke dada, perut, dan pada akhirnya ke kemaluanku. Ia mengurut kemaluanku perlahan-lahan, “Woowww.. sedap sekali rasanya.. ohh..?” desahku.
“Kamu masih tetap berdiri, ya Pras.. jangan rebah..!” pintanya sekalian tersenyum manis.
“Saya menggangguk saja.”
“Kemaluan kamu.. Prasn.. sedap sekali.. hhmm..!”
Mendadak ia segera mengisap kemaluanku, bahkan juga mengocak-ngocok di mulutnya.
“Ohh..?” desahku kenikmatan.
“Hhmm.. slurp.. slurp..! Aahh.. slurp.. slurp..!”
Terkadang ia menyengaja mengguncang-guncang kemaluanku ke kiri ke kanan dgn mulutnya, sedangkan ke-2 tangannya mengelus-elus bokong dan bijiku.
“Aahh.. jangan kenceng-kenceng donk, Mbak..!” kataku saat ia mengisap dgn bergairah.
Ia cuma tersenyum, lantas melanjutkan aktivitasnya. Hirup.. lepas.. hirup.. lepas.., lagi hingga pada akhirnya ia seperti kecapekan.
“Hmm.., Kemaluan kamu sedap sekali Pras..” ucapnya sekalian menjilat bibirnya yang penuh lendir.
Terlihat sekali dari tatapan matanya yang liar jika ia sangat horny.
“Sudah lama saya tidak ngisap Kemaluan seenak ini, Pras..”
“Mbak..”panggilku.
“Jangan panggil saya Mbak donk..” desisnya sekalian mencium kepala kemaluanku,”Panggil Sabriil.. aahh.. saja ya.. sstt..” desahnya.
ia Kembali menjilat kemaluanku dgn lidah meliuk seperti lidah ular. Ini kali jilatannya naik ke atas, sekalian tangannya buka T-shirt-ku. Saya pun tidak ingin kalah, ikut-ikutan buka baju-nya. Dan ohh.. kelihatanlah susunya yang lebih besar tersebut.. sepertinya 36C. Rupanya ia tidak menggunakan BH . Maka saat ini cuma tersisa celana dalamnya saja.
“Mari, hirup donk buah dadaku Pras..” desahnya.
Saya tidak menanti semakin lama kembali, langsung kulumat payudara yang bundar tersebut. Awalannya yang kiri, dan yang kanan kuremas-remas. Sabrina mengeluh dan jatuhkan diri ke tempat tidur.
“Aahh.. sstt, ayyoohh.. sedot yang kuat.. Pras.. hh.., hiissaapp.. putingnya oohh.. oohh..!” desahnya.
Saya dgn semangat mengisap sama sesuai perintahnya. Sebentar kugigit halus putingnya.
“Aaahh.. ennakk..! Hhh.. sedot terus.. sstt.. yang.. kuathh.. aahh..!” jeritnya sekalian menggeliat.
Ternyata arus kepuasan mulai menimpa Sabrina. Tangan kananku mulai menelusuri kemaluannya yang tetap tertutup celana dalam. Wah, telah basah ternyata..! Apalagi saat jemari tengahku menyelusup antara Labia majora, kerasa sekali beceknya. Pinggulnya mulai turun naik, ternyata Sabrina sadar ada benda asing yang menggesek kemaluannya. Apalagi saat jariku sentuh klitorisnya, semakin kuat goyangannya. Seolah berusaha supaya jariku masih tetap di klitorisnya, tidak berpindah ke mana saja. Bisa dibuktikan saat tangannya menggenggam tanganku yang berada di kemaluannya,
“Ya.. Say.. teruss.. oohh.. sstt.. gesek itilku.. oohh..!” erangnya.Cerpen Seks
Saat ini kecupanku telah berpindah ke lehernya yang tingkatan dan wangi mulus. Kemaluannya masih tetap dihibur dgn jariku, sedangkan tanganku lainnya membelai rambut cantiknya.
“Udahh.. Pras.. saya tidak tahan say.. sst..!” kata Sabrina.
Lantas ia menelentangkan saya dan ia berada di atasku. Ia segera tempatkan lubang kemaluannya pas di muka mukaku dan secara perlahan-lahan ia membuka celana dalamnya dgn buka ikatan tali di sebelahnya. Tercium merebak harum kemaluannya yang betul-betul membuatku terangsang. Terlihat tetes lendir di lubang kemaluannya.
“Hm.., harum sekali Sabrii. Prast sukai baunya..” kataku.
“Kamu sukai berbau kemaluanku, Pras..?” ucapnya manja.
“Ya Sabrii, kedua-duanya say..”
“Kalau begitu, jilatin donk say kemaluanku..!” ucapnya sekalian turunkan kemaluannya ke mukaku.
“Mari jilat, Say..!” desahnya.
Kuhisap-hisap klitorisnya yang menyembul, kujilat kemaluan dan anusnya. Dan semuanya yang ada disekitaran kemaluannya kujilat dan kuhisap.
“Jilaatt.. ohh.. terruusshh.. Pras.. jillaatt.. itilnyaa.. itilnyaahh.. teerruusshh.. ohh..” desahnya.
Mukaku betul-betul jadi gosokan dengannya. Digosoknya terus kemaluannya di mukaku, terkadang berputar. Lantas, Sabrina mengganti tempatnya menjadi di bawah, tetapi masih tetap sekalian kujilat kemaluannya. Ia menggelinjang-geliat, terkadang membentak ke belakang saat klit-nya kuhisap atau kujilat. Terkadang mengeluh, menjerit, melolong, bahkan juga terkadang kepalaku diapit dgn ke-2 pahanya yang putih mulus tersebut.
“Ahh.. ohh.. oohh.. Sabrii ingin keluaarr.. Sayyhh.. ohh.. ohh..”desahnya.
Saat ia menjerit-jerit segera kuhentikan jilatanku dan segera berdiri dari sisi tempat tidur.
“Sabrii.. kamu tidak pa-pa kan..”kataku kebingungan.
Selang beberapa saat Sabrina tersadarkan.
“Ahh..? Lho..? Koq.. Mengapa stop sich Pras..?” 1/2 menjerit, lantas celingukan mencariku.
Sesudah melihatku berada di sebelahnya sekalian bengong, Sabrina betul-betul marah.
“Kamu.. benar-benar jahat Pras..!”
Sabrina masukkan 2 jemari kirinya ke kemaluannya.
“Prast.., kamu benar-benar jahat..!” jeritnya.
“Tetapi, Sabrii kan barusan menjerit.. Prast menjadi ketakutan..” kataku.
“Aduh.. kamu kok culun sangat sich Pras.. dasar perjaka.. tetapi tidak pa-pa dech..”ucapnya.
Untung di luar masih hujan besar . Maka jeritannya tertutup dgn suara hujan.
“Sini donk Pras..!” pintanya manja.
Karena saya bengong terus lantas ia dgn meraung seperti macan ia lompat dari tempat tidur, berusaha menangkapku. Tetapi tidak berhasil, karena saya mengelak karena ketakutan. Saya berusaha menghindari tangkapannya yang disanggupi nafsu.
“Jahat..! Jahat..! Jahat..!” jeritnya sekalian berusaha melafalkanrku.
Kami berdua seperti penjahat dgn korbannya yang sedang bermain kejar-mengejar.
Karena kecapekan saya sukses diamankannya. Saya segera duduk di atas bangku sofanya. Lantas, tanpa basa-basi kembali, Sabrina duduk langsung bertemu di pahaku. Bulu kemaluannya berasa halus sentuh pahaku, dan tangkai kemaluanku mendekat di perutnya.
“Ingin lari ke mana, Pras..? Jahat..!” ucapnya sekalian menggesek-gesekkan puting susunya ke putingku, rasanya sangat nikmat.
“Orang Sabrii sedang ingin ‘keluar’ koq dikerjain.. hh..? Itu tidak bisa, Say..!” omelnya sekalian melihat tajam.
“Ya Sabrii.. Prast salah..” kataku.
Lantas kupagut bibirnya yang basah tersebut. Langsung dibalas dgn garang. Sabrina merengkuhku dgn kuat sekalian menggesek turun naik kemaluannya ke Kemaluanku. Selanjutnya ia hentikan pagutannya, lantas tersenyum menghinaku.
“Kamu sudah membuat Sabrii pusing, kamu harus Sabrii hukum..” ucapnya.
“Dijatuhi hukuman apa Sabrii..?” kataku ingin tahu.
“Hukumannya ini Pras..” lantas Sabrii raih Kemaluanku dan secara langsung dimasukkan pada kemaluannya, “Ngentotin sampai saya puaass.. oohh..!”
Lantas, Sabrina langsung memacu Kemaluanku UP-DOWN.
Aduh, betul-betul nikmat tidak tahunya. Demikian ketat mencekram Kemaluanku. Dalam pada itu, di muka mukaku terpajang payudara besar yang terbuncang-guncang.
“Ahh.. oohh.., Kemaluan kamu.. sedap Pras.. sstt.. ahh.. sst.. ahh..” desahnya sekalian turun naik.
Saya tidak bisa menjawab, masalahnya kembali asyik melumat buah dadanya. Tanganku mengelus-elus sekitaran bokong semoknya sampai belakang kemaluannya, agar ia betul-betul senang.
“Ah.. ah.. terus Pras..! Jangan stop Say..! Sabrii, sukai ngentot dengan kamu.. hh sedap.. ohh.. ahh..!” jeritnya.
Terkadang kusentak dari bawah, dan Sabrina suka sekali jika demikian.
“Sentak kembali.. oohh.. Aaa..! Iya.. iya.. begitu.. kembali.. lagii.. oohh..!”
Kembali asyik-asyiknya ia memacu Kemaluanku, mendadak kuberdiri sekalian menuntunnya. Lantas saya jalanan keliling kamar sekalian masih tetap ia mengocak Kemaluanku dgn kemaluannya yang hebat. Sebagai mengganti sentakan yang ia sukai, saya jalannya terkadang mirip orang melonjak. Kan menjadi sama nyentaknya. Tetapi itu tidak bisa semakin lama, karena tubuhnya cukup berat . Maka saya kembali ke tempat tidur.
“Kamu di bawah ya, Say..! Sabrii sukai di atas.. ss..” desisnya manja.
“Ya.., buat Sabrii.. apa saja dech..!” kataku.Cerpen Seks
Tanpa banyak percuma, Sabrina meneruskan lagi goyangannya. Terkadang goyangnya betul-betul maut, sampai membentak kepalanya ke belakang. Atau terkadang sekalian meremas payudaranya, seperti pada beberapa film Vivid. Atau dgn merebahkan kepalanya di dadaku. Sekalian mengocak, seperti umumnya ia sukai sekali berbicara kotor.
“Hhmm.., ohh.. yess.. ***** me.. ahh.. hhmm.. sedap kan, Say..?”
“Enakk.. sekali, Sabrii..” lenguhku.
“Senang khaann.. Pras..!”
“Ya,.. sseneng.. ohh..”
“Sabrii.. sukka.. Kemaluan kamu.. Pras.. oohh..” desahnya manja.
“Prast suka juga kemaluan Sabrii.. ohh..” desahku.
10 menit selanjutnya, saya merasa seperti mau pipis, karena Kemaluanku telah berdenyut. Ternyata Sabrina pun demikian. Dinding kemaluannya mulai tergetar dan telah basah sekali. Pacuannya juga mulai mengamuk, seperti saat ia menjerit barusan.
“Oohh.. Pras.. Prast ingin.. pipis..”
“Sabrii.. Pras.. ingin keluar.. tahan yah.. Pras, kita berbarengan ya.. Pras..!” desahnya.
Lantas, Sabrina telah makin tegang, semakin kuat merengkuhku.
“Auh.. I’m comin’ Say.. ohh.. ahh.. ahh..!” jeritnya, lama-lama semakin keras.
“Teruss.., Pras.. teruss.. saya.. ohh.. ahh.. Sabrii keluarr..”
Ia menjerit dan menghentak-hentak dgn garangnya. Waktu itu, otot kemaluannya benar-benar tegang dan memeras tangkai Kemaluanku. Ia menyemprot banyak cairan, Lantas.
“Sabrii.. Pras ingin pipis .. ohh..!”
“Pipiskan saja dalam Pras.. jangan dilepass.. Say.. aa..!”
“Croooot.. croooot.. crooooot..!” cairankuku muncrat dalam kemaluannya.
Saya tidak bisa berbicara apapun kembali, cuma dapat menerawang ke langit-langit. Nikmati orgasme. Masih tetap ada sejumlah hentakan kembali, sebelumnya terakhir Sabrina terkulai lemas di dadaku. Rambutnya yang cantik itu membentang bebas, langsung kubelai.
“Pras.., terima kasih ya.., kamu sudah memberikan aliran yang sejauh ini tidak pernah Sabrii merasai” ucapnya sekalian mencium bibirku dgn halus.
“Terus bagaimana Sabrii.. mengenai gagasan seterusnya..?”tanyaku.
“Entar saja dech, agar Sabrii pikir-pikir dahulu, Pras”ucapnya.
“Jika Sabrii betul-betul ingin pisah ama Fadli. Prast ingin menjadi penggantinya..”kataku.
“Ahh.. yang benar Pras.. memang kamu masih ingin ama saya.. cewek yang sudah tua ini..?”ucapnya.
“Prast cinta ama Sabrii semenjak pertama kita bertemu. Prast tidak mempedulikan umur Sabrii berapakah yang terpenting Prast cinta ama Sabrii..”kataku sekalian mengecup bibirnya.
“Ohh.. Pras kau benar-benar lelaki jantan dan bertanggungjawab. Sebenarnya Sabrii suka juga ama kamu tetapi khan saya sadar jika umurku sudah di atas kamu. Tetapi, realitanya kamu sukai ama Sabrii . Maka, Sabrii sepakat saja.. tetapi Prast sabar dahulu ya.. Agar Sabrii tuntaskan masalah dgn suami Sabrii.. ya manis..”ucapnya sekalian mengecup bibirku kembali.
“Ya Sabrii, Prast akan nantikan..?”tanyaku.
“Nach begitu donk.. oh iya say.. Prast harus tiba ke sini dan harus memberikan kepuasan Sabrii setiap saat.. ya sayang..”ucapnya.
“Ya say..”jawabku. Lantas, kita berciuman dan pada akhirnya tertidur nyenyak.