Cerita Sex Toko Saya Dirampok Dan Saya Diikat dan Disetubuhi

Video Rate:
0 / 5 ( 0votes )
158 views

Sesudah sesaat, Desy sukses membukalaci itu dan memerikan semua uang yang terdapat didalamnya, sekitar 100 ribu ke sang Gondrong, Desy tidak dikenankan simpan uang lebih dari 100 ribu dilaci itu. Karena itu tiap keunggulannya langsung dimasukkan pada almari besi. Sesudah sang Gondrong mengambil uang itu, Desy langsung undur ke belakang, dia benar-benar ketakutan kakinya lemas, nyaris jatuh.

Nonton Bokep – “Saat hanya begini?!” gertak sang Gondrong.
“Membuka almari besinya! Saat ini!” Mereka berdua membawa Desy masuk ke dalam kantor manajernya dan mendorongnya sampai jatuh berlutut di depan almari besi. Desy mulai menangis, dia tidak paham nomor gabungan almari besi itu, dia cuma menyisipkan uang masuk ke almari besi lewat sela pintunya.
“Cepat!” gertak sang Kumis, Desy rasakan pistol melekat ada di belakang kepalanya.
Desy berusaha untuk menerangkan jika dia tidak ketahui nomor almari besi tersebut. Untunglah, menyaksikan mata Desy yang ketakutan, mereka berdua yakin. “Brengsek! Tidak sepadan sama risikonya! Iket ia, agar ia tidak dapat manggil polisi!” Desy di dudukkan di atas bangku manajernya dengan tangan diikat ke belakang. Selanjutnya ke-2 kaki Desy diikat ke kaki bangku yang dia menempati. sang Kumis selanjutnya ambil plester dan melekatkannya ke dalam mulut Desy.
“Kelar! Mari cabut!”
“Nantikan! Nanti dulu cing! Simak ia, ia bisa ya?!”.
“Cepatan! Nanti ada yang tahu! Kita hanya dapat 100 ribu, cepatan!”.
“Saya ingin simak bentar saja!”.
Mata Desy terbeliak saat sang Gondrong merapat dan menarik t-shirt merah muda yang dia gunakan.
Dengan 1 tarikan keras, t-shirt itu robek membuat BH-nya kelihatan. Payudara Desy yang memiliki ukuran sedang, bergoyang-goyang karena Desy meronta-ronta dalam ikatannya.
“Wow, oke sekali!” sang Gondrong berseru takjub.
“Oke, saat ini kita pergi!” mengajak sang Kumis, tidak demikian tertarik dengan Desy karena repot memantau kondisi depan toko.
Tetapi sang Gondrong tidak perduli, dia saat ini meraba-raba puting susu Desy melalui BH-nya, kemudian dia masukkan jarinya ke belahan payudara Desy. Dan mendadak, dengan 1 tarikan BH Desy diambilnya, badan Desy turut tertarik di depan, tetapi pada akhirnya tali BH Desy terputus dan saat ini payudara Desy bergoyang bebas tanpa tertutupi selembar benangpun.
“Jangan!” teriak Desy.
Tetapi yang tedengar hanya suara gumaman. Berasa oleh Desy mulut sang Gondrong mengisapi puting susunya pertama kali yang kiri lantas saat ini berpindah ke kanan. Selanjutnya Desy menjerit saat sang Gondrong mengigit puting susunya.
“Diem! Jangan bising!” sang Gondrong menampar Desy, sampai berkunang-kunang. Desy cuma dapat menangis.
“Saya katakan diem!”, sambil berbicara itu sang Gondrong menampar buah dada Desy, sampai sebuah cap tangan warna merah tercipta di payudara kiri Desy.
Selanjutnya sang Gondrong berubah dan menampar uang samping kanan. Desy terus menjerit-jerit dengan mulut diplester, sedangkan sang Gondrong terus memukuli buah dada Desy hingga kemudian bulatan buah dada Desy warna merah.
“Mari, cepatan cing!”, sang Kumis tarik tangan sang Gondrong.
“Kita perlu cepat minggat disini!” Desy mengucapkan syukur saat menyaksikan sang Gondrong digeret keluar ruang oleh sang Kumis. Payudaranya sangat terasa sakit, tetapi Desy mengucapkan syukur dia masih hidup. Menyaksikan sekitarnya, Desy berusaha temukan suatu hal untuk melepaskan dianya. Di atas meja ada gunting, tetapi dia tidak dapat bergerak sama sekalipun.
“Hey, Roy! Tokonya kosong!”.
“Saat, cepatan mengambil permen!”.
“Goblok lo, mengambil bir tolol!”.
Badan Desy menegang, dengar suara beberapa anak pada bagian depan toko. Dari suaranya dia ketahui jika itu ialah beberapa anak berandal yang berada di lingkungan tersebut. Mereka baru berumur sekitaran 12 sampai 15 tahun. Desy keluarkan suara minta bantuan.
“sstt! Lo denger tidak?!”.
“Cepat kembaliin semua!”.
“Lari, lari! Kita ketahuan!”.
Mendadak salah seorang pada mereka menengokkan kepalanya ke kantor manager. Dia terperanjat menyaksikan Desy, terlilit di atas bangku, dengan t-shirt robek membuat buah dadanya mengacungkan ke arahnya.
“Buset!” berandal itu terlihat kaget sekali, tetapi tidak lama kemudian dia menyeringai.
“Hei, simak nih! Ada surprise!”
Desy berusaha menerangkan dari mereka, menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia berusaha menerangkan jika dianya barusan dirampas. Dia berusaha minta bantuan supaya mereka panggil polisi. Dia berusaha meminta supaya mereka melepas dianya dan tutupi dadanya.
Tetapi yang keluar cuma suara gumanan karena mulutnya tetap tertutup plester. Satu per satu berandalan itu masuk ke kantor. Satu, selanjutnya dua, lantas tiga. Empat. Lima! Lima beberapa wajah dengan senyuman menyeringai saat ini memperhatikan badan Desy, yang tetap meronta-ronta berusaha tutupi badannya dari pandangan mereka. Berandalan, yang berusia sekitaran 15 tahun itu terpesona dengan penemuan mereka.
“Edan! Cewek nih!”.
“Ia telanjang!”.
“Tu simak susunya! susu!”.
“Mana, mana saya ingin simak!”.
“Saya ingin pegang!”.
“Tentu alus tuch!”.
“Bawahnya seperti apakah ya?!”.
Mereka memberi komentar bersama, kegirangan temukan Desy yang telah terlilit kuat. Ke-5 berandal itu maju dan merubung Desy, tangan-tangan raih badan Desy. Desy tidak paham kembali, punya siapa tanga-tangan itu, semua berebut mengelus pinggangnya, meremas buah dadanya, menjambak rambutnya, seorang menjepit dan menarik-narik puting susunya.
Selanjutnya, salah satunya pada mereka menjilat-jilati pipinya dan memasukkan ujung lidahnya ke lubang telinga Desy.
“Mari, kita lepasin ia dari bangku!” Mereka melepas ikatan pada kaki Desy, tetapi dengan tangan tetap terlilit ada di belakang, sekalian terus meraba-raba dan meremas badan Desy. Menyaksikan ruang kantor itu kekecilan mereka menggeret Desy keluar ke arah sisi depan toko. Desy meronta-ronta saat merasa ada yang berusaha melepas kancing jeansnya. Mereka menarik-narik jeans Desy hingga kemudian turun sampai ke lutut. Desy terus meronta-ronta, dan pada akhirnya mereka berenam jatuh tersuruk ke lantai. Saat sebelum Desy sebelumnya sempat mengubah tubuhnya, mendadak kedengar suara pecutan, dan tidak lama kemudian Desy rasakan sakit yang sangat benar-benar di bokongnya.
Desy menyaksikan salah seorang berandal barusan menggenggam sebuah ikat pinggang kulit dan bersiap-sedia mengayunkannya kembali ke bokongnya!
“Bangun! Bangun!” dia berteriak, selanjutnya mengayunkan kembali ikat pinggangnya. Sebuah garis merah muncul di bokong Desy. Desy berusaha bergulir membuat perlindungan bokongnya yang dirasa sakit sekali. Tetapi berandal barusan tidak perduli, dia mengayunkan lagi ikat pinggang barusan yang saat ini membantai perut Desy.
“Bangun! naik kesini!” berandal barusan sapu beberapa barang yang berada di atas meja layan sampai berguguran ke lantai. Desy berusaha bangun tetapi gagal. Kembali, sebuah pukulan membantai buah dadanya.
Desy bergulir dan berusaha berdiri dan sukses berlutut dan berdiri. Berandal barusan memberi ikat pinggang barusan ke temannya. “Kalau ia gerak, jam saja!”
Langsung Desy mendapatkan pukulan di bokongnya. Berandal-berandal lainnya ketawa dan bersorak. Mereka lantas menggerakkan dan menarik badannya, membuat dia bergerak hingga mereka punyai argumen kembali buat memukulnya. Berandal yang pertama barusan kembali dengan bawa segulung plester besar.
Dia menggerakkan Desy sampai tiduran terlentang di meja. Pertama dia melepas tangan Desy selanjutnya secara langsung mengikatnya dengan plester di beberapa sudut meja, tangan Desy saat ini terlilit kuat dengan plester sampai ke kaki meja. Seterusnya dia melepas sepatu, jeans dan celana dalam Desy dan mengikatkan kaki-kaki Desy ke kaki-kaki meja yang lain. Saat ini Desy tiduran terlentang, telanjang bundar dengan tangan dan kaki lebar terbuka seperti huruf X.
“Waktu Acara pesta!” berandal barusan lantas turunkan celana dan celana dalamnya.
Mata Desy terbeliak menyaksikan penisnya menggantung, 1/2 keras sepanjang 20 senti. Berandal barusan menggenggam pinggul Desy dan menariknya sampai dekati tepi meja. Selanjutnya dia menggosoki penisnya sampai berdiri mengacungkan tegang.
“Waktunya masuk!” dia bersorak sementara beberapa teman yang lain bersorak dan ketawa. Dengan 1 dorongan keras, penisnya masuk ke dalam vagina Desy. Desy melolong kesakitan.
Air mata menetes turun, sedangkan berandal barusan mulai bergerak masuk keluar. Temannya naik ke atas meja, menempati dada Desy, membuat Desy susah bernafas. Selanjutnya dia melepas celananya, keluarkan penisnya dari celana dalamnya. Plester di mulut Desy diambilnya sampai lepas. Desy berusaha berteriak, tetapi mulutnya langsung dimasuki oleh penis berandal yang berada di atasnya. Langsung, penis barusan mengeras dan jadi membesar bersama dengan masuk keluarnya penis barusan di mulut Desy. Pandangan Desy berkunang-kunang dan merasa akan tidak sadarkan diri, saat mendadak mulutnya disanggupi cairan kental, yang dirasa asin dan pahit. Semburan untuk semburan masuk, tidak dapat dimuntahkan oleh Desy.
Desy terus menelan cairan barusan supaya tetap ambil napas.
Berandal yang duduk di atas dada Desy turun saat selanjutnya, berandal yang meperkosanya di tepi meja bergerak semakin cepat. Dia memukuli perut Desy, membuat Desy melafalkanng dan vaginanya kontraksi menjepit penisnya. Dia selanjutnya menggenggam buah dada Desy sekalian terus bergerak semakin cepat, dia mengerang-erang dekati klimaks. Tangannya meremas dan menarik buah dada Desy saat badannya tergetar dan sperma juga menyemprotkan keluar, terus-terusan mengucur masuk di vagina Desy. Sementara itu berandal yang lain berdiri dari sisi meja dan lakukan masturbasi, saat pimpinan mereka capai pucuknya mereka alami ejakulasi bersama.
Sperma mereka menyemprotkan keluar dan jatuh dari muka, rambut dan dada Desy.
Desy tidak tahu apakah yang terjadi seterusnya, saat tiba-tiba dia kembali sendiri di toko barusan, tetap terlilit kuat di meja. Dia tersadarkan saat mengetahui dianya kelihatan terang, bila ada orang melalui di muka tokonya. Desy meronta-ronta membuat buah dadanya bergoyang-goyang. Dia menangis dan meronta berusaha melepas diri dari plester yang mengikatnya.
Sesudah sejumlah lama coba Desy sukses melepas tangan kanannya. Selanjutnya dia melepas tangan kirinya, kaki kanannya. Tinggal satu kembali.
“Wah, wah, wah!” kedengar suara lelaki pada pintu depan. Desy kaget dan berusaha tutupi dada dan vaginanya dengan ke-2 tangannya.
“Tolong saya!” ratap Desy.
“Tolong saya Pak! Toko saya dirampas, saya diikat dan disetubuhi! Tolong saya Pak, panggilkan polisi!”
“Nama lu Desy kan?” bertanya lelaki barusan.
“Bagaimana bapak tahu nama saya?” Desy kebingungan dan takut.
“Saya Roy. Orang yang kerjanya di toko ini lo ambil!”.
“Saya tidak mengambil tugas bapak. saya mengetahui dari iklan di koran. Saya benar-benar tidak paham pak! Tolong saya pak!”.
“Karena lo ngelamar kesini saya menjadi dikeluarkan! Saya tidak bingung lo diterima kalau simak body lo”.
Desy merasa lagi ketakutan menyaksikan Roy, seorang yang tidak pernah disaksikan dan dikenalinya tetapi telah membencinya. Desy berusaha lagi melepas ikatan di kaki kirinya, membuat Raoy marah.
Dia menyikat tangan Desy dan menekuknya ke belakang dan diikatnya lagi dengan plester, dan plester itu terus dilitkan sampai mengikat ke pundak, sampai Desy benar-benar terlilit kuat. Ikatan itu membuat Desy kesakitan, dia menggelinjang dan buah dadanya makin membusung keluar.
“Bebaskan! Sakit! aduuhh! Saya tidak mengeluarkan bapak! Mengapa saya diikat?”
“Saya semula ingin ngerampok nih toko, hanya sepertinya saya sudah ketinggalan.
Jadi saya rusak saja dech nih toko”.
Dia selanjutnya melepas ikatan kaki Desy hingga saat ini Desy duduk di tepi meja dengan tangan terlilit ada di belakang. Selanjutnya diikatnya kembali dengan plester.
Selanjutnya Roy mulai merusak isi toko itu, etalase dipecahnya, rak-rak disepak jatuh. Selanjutnya Roy mulai merusak kotak pendingin es cream yang berada di kanan Desy. Es cream beterbangan dilempar oleh Roy.
Sejumlah salah satunya berkenaan badan Desy, selanjutnya menetes mengucur turun, melalui punggungnya masuk ke dalam belahan bokongnya. Di muka, es barusan mengucur lewat belahan buah dadanya, turun ke perut dan mengucur ke vagina Desy. Rasa dingin melekat di buah dada Desy, membuat putingnya mengeras dan mengacungkan. Saat Roy usai, badan Desy tergetar kedinginan dan lekat karena es cream yang menetes.
“Lo kelihatan kedinginan!” ledek Roy sekalian menyinggung puting susu Desy yang mengeras kaku.
“Saya perlu kasih lo suatu hal yang anget.”
Roy selanjutnya dekati wajan untuk mengoreng hot dog yang terdapat di tengah-tengah ruang. Desy menyaksikan Roy merapat bawa sejumlah buah sosis yang berasap. “Jangaann!” Desy berteriak saat Roy buka bibir vaginanya dan memasukkan satu sosis ke vaginanya yang dirasa dingin karena es barusan. Selanjutnya dia memasukkan sosis yang ke-2 , dan ke-3 . Sosis yang ke-4 putus saat akan dimasukkan. Vagina Desy saat ini diisikan oleh 3 buah sosis yang tetap berasap.
Desy menangis kesakitan kerena panas yang dirasanya.
“Kelihatannya nikmat!” Roy ketawa.
“Tetapi saya lebih sukai dengan mustard!” Dia ambil botol mustard dan menekan botol tersebut. Cairan mustard keluar menyemprotkan ke vagina Desy. Desy menangis terus, menyaksikan dianya disiksa langkah yang tidak terpikirkan olehnya.
Sekalian ketawa Roy meneruskan upayanya merusak isi toko tersebut. Desy berusaha melepas diri, tetapi gagal. Napasnya terengah-engah, dia tidak kuat meredam semuanya. Badan Desy bergerak lesu jatuh.”
“Hei! Kalau kerja jangan tidur!” gertak Roy sekalian menampar pipi Desy.
“Lo tahu tidak, wilayah sini tidak aman menjadi memerlukan sirene.”
Desy meronta ketakutan menyaksikan Roy menggenggam 2 buah capitan buaya. Capitan itu bergigi tajam dan capitannya keras sekali. Roy dekatkan satu capitan ke puting susu kanan Desy, memencetnya sampai terbuka dan melepasnya sampai tutup menjepit lagi puting susu Desy.
Desy menjerit dan melolong kesakitan, gigi capitan barusan menancap ke puting susunya. Selanjutnya Roy menjepit puting susu yang berada di samping kiri. Air mata Desy bercucur di pipi.
Selanjutnya Roy mengikatkan kawat lembut di ke-2 capitan barusan, mengulurnya dan mengikatnya ke pegangan pintu masuk. Saat pintu itu didorong Roy sampai buka keluar, Desy merasa capitan barusan tertarik oleh kawat, dan membuat buah dadanya tertarik dan dia menjerit kesakitan.
“Nach, sudah selesai. Lo tahu kan pintu depan ini dapat membuka ke dalam ama keluar, tetapi juga bisa disetel hanya dapat dibuka langkah diambil bukan didorong . Maka saya saat ini pergi dahulu, terus kelak saya pasang agar pintu itu hanya dapat dibuka kalau diambil. Kelak kalau ada orang dateng, cocok ia dorong pintu kan tidak dapat, tentu ia coba bikin narik tuch pintu, nach, cocok narik itu sirenenya akan bunyi!”
“Jangan! saya mohoon! minta! jangan! jangan! ampun!”
Roy tidak perduli, dia keluar dan tak lupa memasangkan kunci pada pintu itu sampai saat ini pintu barusan cuma bisa dibuka diambil.
Desy menangis ketakutan, puting susunya hampir rata, diapit. Dia meronta-ronta berusaha melepas ikatan. Badan Desy berkeringat sesudah berusaha melepas diri tanpa hasil. Lama selanjutnya kelihatan sebuah bayang-bayang di muka pintu, Desy menyaksikan rupanya bayang-bayang itu punya gelandangan yang kerap melalui dan minta-minta. Gelandangan itu menyaksikan badan Desy, telanjang dengan buah dada mengacungkan.
Pemain tengah itu menggerakkan pintu masuk. Pintu itu tidak terbuka. Selanjutnya dia raih pegangan pintu dan memulai menariknya.
Desy berusaha menjerit “Jangan! jangan! jangan membuka! jangaann!”, tetapi gelandangan barusan masih tetap menarik pintu, yang selanjutnya menarik kawat dan menarik capitan yang berada di puting susunya. Gigi-gigi yang telah menancap di daging puting susunya tertarik, menyobek puting susunya.
Desy menjerit keras sekali saat sebelum jatuh di meja. Tidak sadarkan diri.
Desy tersadarkan dan menjerit. Saat ini dia berdiri di muka meja kasir. Tangannya terlilit ke atas di kerangka besi meja kasir. Dan kakinya terlilit lebar terbuka pada kaki-kaki meja kasir. Dia merasa kesakitan. Puting susunya saat ini warna ungu, dan jadi benar-benar peka. Udara dingin saja membuat puting susunya mengacungkan tegang. Memar-memar menghias semua badannya, mulai pinggang, dada dan pinggulnya.
Desy rasakan sepasang tangan berusaha buka belahan bokongnya dari belakang. Suatu hal yang dingin dan keras berusaha masuk ke dalam lubang anusnya. Desy melihat ke belakang, dan dia menyaksikan gelandangan barusan berlutut ada berada di belakangnya sedang menggenggam sebuah botol bir.
“Jangan, ampun! Bebaskan saya pak! Saya telah disetubuhi dan digebukin! Saya tidak kuat kembali.”
“Tetapi Mbak, bokong Mbak kan belon.” gelandangan itu berbicara tidak terang.
“Jangan!” Desy meronta, saat penis gelandangan barusan mulai berusaha masuk ke dalam anusnya.
Sesudah seringkali usaha, gelandangan barusan mengetahui penisnya tidak dapat masuk ke anus Desy. Lantas dia berlutut kembali, ambil sebuah botol bir dari rack dan memulai menggerakkan dan memutar-mutarnya masuk ke dalam lubang anus Desy.
Desy menjerit-jerit dan meronta-ronta saat leher botol bir barusan segera masuk dengan kondisi tetap memiliki tutup botol yang berpinggiran tajam. Lubang anus Desy tersayat-sayat saat gelandangan barusan memutar-mutar botol dengan keinginan lubang anus Desy dapat jadi membesar.
Sesudah sesaat, gelandangan barusan mengambil botol barusan. Tutup botol bir itu telah dilapis darah dari dalam anus Desy, tetapi dia tidak perduli. Pemain tengah itu berusaha lagi memasukkan penisnya ke anus Desy yang saat ini telah jadi membesar karena dimasuki botol bir. Pemain tengah barusan mulai bergerak kesenangan, telah lama sekali dia tidak menyetubuhi wanita, dia bergerak cepat dan keras hingga Desy merasa dianya akan terlepar di depan tiap gelandangan barusan bekerja maju.
Desy terus menangis menyaksikan dianya disodomi oleh gelandangan yang mungkin bawa penyakit kelamin, tetapi gelandangan barusan terus bergerak semakin makin cepat, tangannya meremas buah dada Desy, membuat Desy menjerit karena puting susunya yang cedera turut diremas dan dipilih-pilin. Pada akhirnya dengan 1 erangan, pemain tengah barusan orgasme, dan Desy merakan cairan hangat mengucur dalam anusnya, sampai gelandangan barusan jatuh terduduk lemas ada di belakang Desy.
“Terima kasih ya Mbak! Saya senang sekali! Terima kasih.” gelandangan barusan melepas ikatan Desy.
Selanjutnya dia menggerakkan Desy duduk dan mengikat lagi tangan Desy ke belakang, selanjutnya mengikat kaki Desy erat-erat. Selanjutnya badan Desy didorongnya ke bawah meja kasir sampai tidak kelihatan di luar.
terus mengumam terima kasih gelandangan barusan jalan sempoyong sekalian bawa sejumlah botol bir keluar toko. Desy terus menangis, mendesah rasakan sperma gelandangan barusan mengucur keluar anusnya. Lama selanjutnya Desy jatuh tidak sadarkan diri kecapekan dan shock. Dia baru tersadarkan saat diketemukan oleh rekanan kerjanya yang masuk jam 6 pagi.

Cerita Lainnya:   Cerita Sex Berhubungan Intim Saat Pulang Surprise
Category: BOKEP ANIME
cersex inces cersex perkosa cersex ipar cersex anal cersex menyusui cersex jkt

Related video