Author: dbgoog99

  • Kisah Memek Dimulai saat tante meraba penisku

    Kisah Memek Dimulai saat tante meraba penisku


    2871 views

    Duniabola99.com – Perkenalkan namaku Aris, umurku saat ini 23 tahun, aku kuliah disuatu universitas terkenal dikotaku. Aku sendiri memilki penampilan yang kurang lebih bisa menarik perhatian kaum wanita karena perawakanku yang atletis dan wajah ganteng yang menghiasi tubuhku. Situs Judi Online
    Dalam hubungan sex tak perlu ditanyakan lagi, aku sudah mendapat banyak pengalaman dari banyak wanita, karena aku memulai berhubungan Sex sejak SMA sampai sekarang. Namun kali ini aku tak menyangka kisahku ini akan terjadi, karena persetubuhan ini aku lakukan dengan tanteku sendiri yang dimana adalah istri om ku yang adik dari ayahku. Namun mau bagaimana lagi,jika kucing dikasih ikan asin ya mana mau nolak,hehe..

    Suatu pagi saat aku masih tidur, telpon HP ku berbunyi dan aku yang masih dengan mata tertutup mengangkat HP ku, ternyata adalah Om Yudi yang menelponku. “Ris, kamu beberapa hari ini sibuk gak??” tanya om Yudi. “Kayaknya Enggak om, emang kenapa om??” tanyaku balik.

    “Om mau minta tolong niiih, bisa gak???” tanya om Yudi. “Eeeemmm….Minta tolong apa om?? Kalau aku bisa pasti aku bantu om” jawabku. “Om minta kamu menginap dirumah om karena om mau keluar kota selama beberapa hari, kamu temenin Tante Vera dan Tia dan Lia ya Ris, bisa gak??” taya om Yudi.

    “Eeeemmm….Bisa deeh om, aku kerumah om kapan, nanti apa sekarang om??” tanyaku. “Sekarang aja Ris, karena om sebentar lagi mau berangkat dan om juga sudah ngomong sama tantemu kok, kalau kamu yang akan menemaninya” jawab om Yudi.

    “Okkee…Deeeh om, aku mandi dulu, nanti aku terus kerumah om” jawabku. “Makasih ya Ris, kamu memang keponakanku yang paling baik, nanti jika om sudah berangkat kamu tinggal masuk aja ya Ris” ucap om Yudi. “Iyha om” jawabku singkat.


    Setelah menutup telpon dengan mata yang masih berat, aku pun bergegas menuju kamar mandi untuk mandi. Didalam kamar mandi aku sempat membayangkan yang tidak-tidak, aku membayangkan tubuh bahenol tante Vera,

    kubayangkan pantatnya yang semok aku remas-remas, kujilati memek tante Vera sampai tante Vera ngecrot, penisku dikulum tante Vera, membuat penisku menegang dan Aaarrgghhh akhirnya aku membasahi tubuhku dengan air, hingga bayanganku tentang tante Vera hilang dengan seketika.

    Tak lama aku selesai mandi, dan aku pun bergegas ganti baju dan langsung menuju rumah om Yudi. Sekitar setengah jam perjalanan, akhirnya aku sampai dirumah om Yudi. Dan ternyata om yudi sudah berangkat lalu aku disambut oleh tante Vera.

    Pemandangan indah seketika pun aku dapatkan, baju ketat dan super seksi menghiasi tubuh tante Vera sehingga bentuk lekuk-lekuk tubuh tante Vera menjadi terlihat, dan bahkan garis-garis CD tante Vera kelihatan karena roknya yang sangat ketat. Sejenak aku menelan ludah sebelum akhirnya tante Vera membuyarkan pemandanganku itu.

    “Ris tante minta tolong kamu antar Tia dan Lia kesekolah yaaa” pinta tante Vera. “Okkee deeh tante” jawabku singkat. Lalu aku mengajak kedua anak tante Vera yang masih kecil kemobil, dan aku pun mengantarkannya kesekolah. Diperjalanan aku mengantar Tia dan Lia, kembali aku teringat kemolekan tubuh tante yang tadi aku lihat.

    Aku tak kuasa menahan nafsuku hingga dalam perjalanan batang Penisku menengang sehingga kelihatan dari luar celanaku karena penisku yang lumayan besar. Untungnya aku mengantarkan anaknya tante Vera, jika yang kuantarkan adalah tante Vera bisa-bisa aku langsung menubruknya “pikiran kotor itu yang terus mengganguku selama dalam perjalanan”.

    Selesai sudah tugasku mengantar untuk hari ini. Kupacu mobil ke rumah tante Vera. Setelah parkir mobil aku langsung menuju meja makan, lalu mengambil porsi tukang dan melahapnya. Tante Vera masih mandi, terdengar suara guyuran air agak keras. Lalu hening agak lama, setelah lebih kurang lima menit tidak terdengar gemericik air aku mulai curiga dan aku hentikan makanku. Setelah menaruh piring di dapur.

    Aku menuju ke pintu kamar mandi, sasaranku adalah lubang kunci yang memang sudah tidak ada kuncinya. Aku matikan lampu ruang tempatku berdiri, lalu aku mulai mendekatkan mataku ke lubang kunci. Di depanku terpampang pemandangan alam yang indah sekali, tubuh mulus dan putih tante Vera tanpa ada sehelai benang yang menutupi terlihat agak mengkilat akibat efek cahaya yang mengenai air di kulitnya.

    Ternyata tante Vera sedang masturbasi, tangan kanannya dengan lembut digosok-gosokkan ke vaginanya. Sedangkan tangan kiri mengelus-elus payudaranya bergantian kiri dan kanan. Terdengar suara desahan lirih, “hmhmhmhmmmm, ohh, arhh”.


    Kulihat tanteku melentingkan tubuhnya ke belakang, sambil tangan kanannya semakin kencang ditancapkan ke vagina. Rupanya tante Vera ini sudah mencapai orgasmenya. Lalu dia berbalik dan mengguyurkan air ke tubuhnya.

    Aku langsung pergi ke ruang keluarga dan menyalakan televisi. Aku tepis pikiran-pikiran porno di otakku, tapi tidak bisa. Tubuh molek tante Vera, membuatku tergila-gila. Aku jadi membayangkan tante Vera berhubungan badan denganku. “Lho Ris, kamu lagi apa tuh kok tanganmu dimasukkan celana gitu. Hayo kamu lagi ngebayangin siapa? Nanti aku bilang ke ibu kamu lho.” Tiba-tiba suara tante Vera mengagetkan aku.

    “Kamu ini pagi-pagi sudah begitu. Mbok ya nanti malam saja, kan enak ada lawannya.” Celetuk tante Vera sambil masuk kamar. Aku agak kaget juga dia ngomong seperti itu. Tapi aku menganggap itu cuma sekedar guyonan.

    Setelah tante Vera berangkat kerja, aku sendirian di rumahnya yang sepi ini. Karena masih ngantuk aku ganti celanaku dengan sarung lalu masuk kamar tante dan langsung tidur. “hmhmhmhmmmm.. geli ah” Aku terbangun dan terkejut, karena tante Vera sudah berbaring disebelahku sambil tangannya memegang Penis dari luar sarung.

    “Waduh, maafin tante ya. Tante bikin kamu terbangun.” Kata tante sambil dengan pelan melepaskan pegangannya yang telah membuat Penis menegang 90%. “Tante minta ijin ke atasan untuk tidak masuk hari ini dan besok”, dengan alasan sakit.

    Setelah ambil obat dari apotik, tante pulang. Begitu alasan tante ketika aku tanya kenapa dia tidak masuk kerja. “Waktu tante masuk kamar, tante lihat kamu lagi tidur di kasur tante, dan sarung kamu tersingkap sehingga CD kamu terlihat.

    Tante jadi terangsang dan pingin pegang punya kamu. Hmm, gedhe juga ya Penis mu” Tante terus saja nyerocos untuk menjelaskan kelakuannya. “Sudahlah tante, gak pa pa kok. Lagian Aris tahu kok kalau tante tadi pagi masturbasi di kamar mandi” celetukku sekenanya.

    “Lho, jadi kamu..” Tante kaget dengan mimik setengah marah. “Iya, tadi Aris ngintip tante mandi. Maaf ya. Tante gak marah kan?” agak takut juga aku kalau dia marah. Tante diam saja dan suasana jadi hening selama lebih kurang sepuluh menit.

    Sepertinya ada gejolak di hati tante. Lalu tante bangkit dan membuka lemari pakaian, dengan tiba-tiba dia melepas blaser dan mengurai rambutnya. Diikuti dengan lepasnya baju tipis putih, sehingga sekarang terpampang tubuh tante yang toples sedang membelakangiku. Aku tetap terpaku di tempat tidur, sambil memegang tonjolan Penis di sarungku. Bra warna hitam juga terlepas, lalu tante berbalik menghadap aku.


    Aku jadi salah tingkah. “Aku tahu kamu sudah lama pingin menyentuh ini..” dengan lembut tante berkata sambil memegang kedua bukit kembarnya. “Emm.., nggak kok tante. Maafin Aris ya.” aku semakin salah tingkah.

    “Lho kok jadi munafik gitu, sejak kapan?” tanya tanteku dengan mimik keheranan. “Maksud Aris, nggak salahkan kalau Aris pingin pegang ini..!” Sambil aku tarik bahu tante ke tempat tidur, sehingga tante terjatuh di atas tubuhku.

    Langsung aku kecup payudaranya bergantian kiri dan kanan. “Eh, nakal juga kamu ya.. ihh geli Ris.” tante Vera merengek perlahan. “hmhmhmhmmmm..shh” tante semakin keras mendesah ketika tanganku mulai meraba kakinya dari lutut menuju ke selangkangannya.

    Rok yang menjadi penghalang, dengan cepatnya aku buka dan sekarang tinggal CD yang menutupi gundukan lembab. Sekarang posisi kami berbalik, aku berada di atas tubuh tante Vera. Tangan kiriku semakin berani meraba gundukan yang aku rasakan semakin lembab.

    Ciuman tetap kami lakukan dibarengi dengan rabaan di setiap cm bagian tubuh. Sampai akhirnya tangan tante masuk ke sela-sela celana dan berhenti di tonjolan yang keras. “hmhmhmhmmmm, boleh juga nih.

    Sepertinya lebih besar dari punyanya om kamu deh.” tante mengagumi Penis yang belum pernah dilihatnya. “Ya sudah dibuka saja tante.” pintaku. Lalu tante melepas celanaku, dan ketika tinggal CD yang menempel, tante terbelalak dan tersenyum.

    “Wah, rupanya tante punya Penis lain yang lebih gedhe.” Gila tante Vera ini, padahal Penisku belum besar maksimal karena terhalang CD. Aksi meremas dan menjilat terus kami lakukan sampai akhirnya tanpa aku sadari, ada hembusan nafas diselangkanganku. Dan aktifitas tante terhenti. Rupanya dia sudah berhasil melepas CD ku, dan sekarang sedang terperangah melihat Penis yang berdiri dengan bebas dan menunjukkan ukuran sebenarnya.

    “Tante.. ngapain berhenti?” aku beranikan diri bertanya ke tante, dan rupanya ini mengagetkannya. “Eh.. anu.. ini lho, punya kamu kok bisa segitu ya..?” agak tergagap juga tante merespon pertanyaanku. “Gak panjang banget, tapi gemuknya itu lho.. bikin tante merinding” sambil tersenyum dia ngoceh lagi.


    Tante masih terkesima dengan Penisku yang mempunyai panjang 17cm dengan diameter 6cm. “Emangnya punya om gak segini? ya sudah tante boleh ngelakuin apa aja sama Penisku.” Aku ingin agar tante memulai ini secepatnya.

    “hmhmhmhmmmm, iya deh.” Lalu tante mulai menjilat ujung Penis Ada sensasi enak dan nikmat ketika lidah tante mulai beraksi naik turun dari ujung sampai pangkal Penis “Ahh.. enak tante, terusin hh.” aku mulai meracau.

    Lalu aku tarik kepala tante Vera sampai sejajar dengan kepalaku, kami berciuman lagi dengan ganasnya. Lebih ganas dari ciuman yang pertama tadi. Tanganku beraksi lagi, kali ini berusaha untuk melepas CD tante Vera. Akhirnya sambil menggigit-gigit kecil puting susunya, aku berhasil melepas penutup satu-satunya itu.

    Tiba-tiba, tante merubah posisi dengan duduk di atas dadaku. Sehingga terpampang jelas vaginanya yang tertutup rapat dengan rambut yang dipotong rapi berbentuk segitiga. “Ayo Ris, gantian kamu boleh melakukan apa saja terhadap ini.” Sambil tangan tante mengusap vaginanya. “OK tante” aku langsung mengiyakan dan mulai mengecup vagina tante yang bersih.

    “Shh.. ohh” tante mulai melenguh pelan ketika aku sentuh klitorisnya dengan ujung lidahku. “Hh.. mm.. enak Ris, terus Ris.. yaa.. shh” tante mulai berbicara tidak teratur. Semakin dalam lidahku menelusuri liang vagina tante.

    Semakain kacau pula omongan tante Vera. “Ahh..Ris..shh..Risr aku mau keluar.” tante mengerang dengan keras. “Ahh..” erangan tante keras sekali, sambil tubuhnya dilentingkan ke kebelakang. Rupanya tante sudah mencapai puncak.

    Aku terus menghisap dengan kuat vaginanya, dan tante masih berkutat dengan perasaan enaknya. “hmhmhmhmmmm..kamu pintar Ris. Gak rugi tante punya keponakan seperti kamu. Kamu bisa jadi pemuas tante nih, kalau om kamu lagi luar kota. Mau kan?”

    dengan manja tante memeRis tubuhku. “Ehh, gimana ya tante..” aku ngomgong sambil melirik ke Penis ku sendiri. “Oh iya, tante sampai lupa. Maaf ya” tante sadar kalau Penisku masih berdiri tegak dan belum puas.

    Dipegangnya Penis ku sambil bibirnya mengecup dada dan perutku. Lalu dengan lembut tante mulai mengocok Penis. Setelah lebih kurang 15 menit tante berhenti mengocok. Ris, kok kamu belum keluar juga. Wah selain besar ternyata kuat juga ya.” tante heran karena belum ada tanda-tanda mau keluar sesuatu dari Penisku.

    Tante bergeser dan terlentang dengan kaki dijuntaikan ke lantai. Aku tanggap dengan bahasa tubuh tante Vera, lalu turun dari tempat tidur. Aku jilati kedua sisi dalam pahanya yang putih mulus. Bergantian kiri-kanan, sampai akhirnya dipangkal paha.


    Dengan tiba-tiba aku benamkan kepalaku di vaginanya dan mulai menyedot. Tante menggelinjang tidak teratur, kepalanya bergerak ke kiri dan kanan menahan rasa nikmat yang aku berikan. Setelah vagina tante basah, tante melebarkan kedua pahanya. Aku berdiri sambil memegang kedua pahanya.

    Aku gesek-gesekkan ujung Penis ke vaginanya dari atas ke bawah dengan pelan. Perlakuanku ini membuat tante semakin bergerak dan meracau tidak karuan. “Tante siap ya, aku mau masukin Penis” aku memberi peringatan ke tante. “Cepetan Ris, ayo.. tante sudah gak tahan nih.” tante langsung memohon agar aku secepatnya memasukkan Penis.

    Dengan pelan aku dorong Penis ke arah dalam vagina tante Vera, ujung kepalaku mulai dijepit bibir vaginanya. Lalu perlahan aku dorong lagi hingga separuh Penis sekarang sudah tertancap di vaginanya. Aku hentikan aktifitasku ini untuk menikmati moment yang sangat enak.

    Pembaca cobalah lakukan ini dan rasakan sensasinya. Pasti Anda dan pasangan akan merasakan sebuah kenikmatan yang baru. Ris, kok rasanya nikmat banget.. kamu pintar ahh.. shh” tante berbicara sambil merasa keenakan. “Ahh.. shh mm, tante ini cara Aris agar tante juga merasa enak” Aku membalas omongan tante.

    Lalu dengan hentakan lembut aku mendorong semua sisa Penis ke dalam vagina tante. “Ahh..” kami berdua melenguh. Kubiarkan sebentar tanpa ada gerakan, tetapi tante rupanya sudah tidak tahan. Perlahan dan semakin kencang dia menggoyangkan pinggul dan pantatnya dengan gerakan memutar.

    Aku juga mengimbanginya dengan sodokan ke depan. Vagina tante Vera ini masih kencang, pada saat aku menarik Penis bibir vaginanya ikut tertarik. “Plok.. plok.. plokk” suara benturan pahaku dengan paha tante Vera semakin menambah rangsangan.

    13 menit lebih kami melakukan gaya tersebut, lalu tiba-tiba tante mengerang keras “Ahh.. Ris tante nyampai lagi” Pinggulnya dirapatkan ke pahaku, kali ini tubuhnya bergerak ke depan dan merangkul tubuhku. Aku kecup kedua payudaranya. dengan Penis masih menancap dan dijepit Vagina yang berkedut dengan keras. Dengan posisi memangku tante Vera, kami melanjutkan aksi.


    Lima belas menit kemudian aku mulai merasakan ada desakan panas di Penis. “Tante, aku mau keluar nih, di mana?” aku bertanya ke tante. “Di dalam aja Ris, tante juga mau lagi nih” sahut tante sambil tubuhnya digerakkan naik turun. Urutan vaginanya yang rapat dan ciuman-ciumannya akhirnya pertahananku mulai bobol.

    “Arghh.. tante aku nyampai”. “Aku juga Ris.. ahh” tante juga meracau. Aku terus semprotkan cairan hangat ke vagina tante. Setelah delapan semprotan tante dan aku bergulingan di kasur. Sambil berpelukan kami berciuman dengan mesra. Ris, kamu hebat.” puji tante Vera.

    “Tante juga, vagina tante rapet sekali” aku balas memujinya. Ris, kamu mau kan nemani tante selama om pergi” pinta tante. “Mau tante, tapi apa tante gak takut hamil lagi kalau aku selalu keluarkan di dalam?” aku balik bertanya.

    “Gak apa-apa Ris, tante masih ikut KB. Jangan kuatir ya sayang” Tante membalas sambil tangannya mengelus dadaku. Akhirnya kami berpagutan sekali lagi dan berpelukan erat sekali. Rasanya seperti tidak mau melepas perasaan nikmat yang barusan kami raih.


    Lalu kami mandi bersama, dan sempat melakukannya sekali lagi di kamar mandi. Itulah pengalamanku dengan tante Vera. Ternyata enak juga bermain dengan wanita yang berumur empat puluhan-an. Semenjak itu aku sering dapat telepon ajakan untuk berkencan dengan tante-tante.

    Rupanya tante Vera menceritakan hal kehebatanku kepada teman-temannya , karena teman tante Vera pada penasaran dengan diriku seringkali aku di kejar kejar dengan cara yang berbeda beda.

  • Kisah Memek Dipaksa Ayah Tiri ML Hingga Ketagihan

    Kisah Memek Dipaksa Ayah Tiri ML Hingga Ketagihan


    4995 views

    Duniabola99.com – Marina yaitu seseorang gadis muda jelita, usianya baru 17 th. yang tinggal dengan ibu serta bapak tirinya. Bapak kandungnya sudah wafat dunia 8 th. yang kemarin. Rupanya bapak tirinya yang baru berumur 35 th. itu bernama Daud, sudah lama menyimpan rasa penasaran untuk mencicipi perawan anak tirinya yang masih tetap ranum itu.


    Sang bapak tiri meneguk air liur tiap-tiap melihat pinggang, pinggul serta pantat Marina yang indah serta seksi, terlebih apabila Marina tengah berjongkok mengepel lantai dengan baju seadanya, wah, melotot matanya. Timbullah keinginannya untuk melihat badan sang anak tiri yang indah polos tanpa ada baju.

    Daud memperoleh akal, satu hari saat Marina serta ibunya tengah keluar tempat tinggal, Daud berusaha keras buat lubang pada dinding kamar mandi yang cuma terbuat dari papan. Satu hari saat Marina akan pergi mandi Daud bersiap menanti sembari mengintip dari lubang kamar mandi yang sudah dibuatnya, Marina masuk kamar mandi dengan cuma kenakan handuk melilit ditubuhnya, sesudah mengunci pintu kamar mandi dengan tanpa ada sangsi Marina melepas handuknya.

    Daud menelan liurnya melihat panorama indah yang terpampang dimuka matanya, panorama indah yang datang dari badan indah anak tirinya, badan yang demikian sekal padat, ramping serta mulus itu buat gairah Daud naik-turun, terlebih sepasang payudara yang demikian mulus dengan sepasang puting susu berwarna merah jambumenghias indah di puncak payudara yang sekal itu, mata Daud melirik kearah selangkangan gadis itu terlihat bulu-bulu halus indah hiasi di sekitar belahan kemaluan perawan itu yang membukit rapat. Semuanya buat dada Daud bergetar menahan nafsu, membuatnya makin penasaran menginginkan nikmati keindahan yang tengah terpampang dimuka matanya. Daud tahu Marina seringkali keluar dari kamarnya saat malam hari untuk pipis.


    Saat malam selanjutnya, Daud dengan sabar menanti. Demikian Marina masuk kamar mandi, Daud membarenginya dengan masuk kamar Marina. Daud menanti dengan jantung berdebar keras, demikian Marina masuk kembali kedalam kamarnya serta mengunci pintu, Daud keluar dari balik almari, Marina terbelalak, mulutnya menganga, cepat-cepat Daud menempatkan telunjuk ke mulutnya, isyarat supaya Marina janganlah berteriak, Marina mundur sebagian langkah dengan ketakutan. Daud maju serta mendadak menyergapnya Marina siap menjerit, namun Daud secara cepat tutup mulutnya. “Jangan menjerit! ”, Daud meneror. Marina makin ketakutan, tubuhnya gemetar.

    Daud memeluk gadis yang masih tetap murni itu, menciumi bibirnya bertubi-tubi. Marina terengah-engah. “Jangan takut, kelak kuberi uang”, kata Daud dengan nafas menggelora. Bibir Marina selalu diciumi, gadis itu pejamkan matanya, rasakan nikmat, dengan mulut terbuka. Tanpa ada sadar, rontaan Marina mulai melemah, bahkan juga ke-2 lengannya memanggut bahu Daud. Sepintas terbayang adegan di buku porno yang sempat diliatnya.

    Alangkah senangnya Daud saat Marina mulai membalas ciuman-ciumanya dengan tidak kalah gencarnya. “Pak, Pak jangan…! ”, Meskipun mulutnya berkata janganlah, namun Marina tidak membuat perlawanan saat gaunnya di terlepas. Dalam waktu relatif cepat, Marina cuma kenakan beha serta celana dalam saja, itupun tidak bertahan lama. Daud melepaskani pakaiannya sendiri.


    Marina menghambur ke tempat tidur serta menutupi badannya dengan selimut, Marina menghadap tembok, menanti dengan dada bergetar, di hatinya berlangsung pertentangan pada nafsu serta hasrat untuk menjaga kehormatannya, tetapi nafsulah yang menang. Selimut yang menutupi badan ditarik, Marina dipeluk daribelakang serta dirasakannya hangatnya pisang ambon Daud mengganjal serta menggesek-gesek di belahan pantatnya, Marina menggigil.

    Dengan bernafsu Daud menciumi kuduk Marina, gadis itu menggelinjang-gelinjang, rasa nikmat menyelusup ke pori-porinya. Daud membalikkan badan Marina sampai kemampuanng, gadis itu meronta akan melepas diri, Daud menindihnya, tangannya meraba-raba bongkahan buah dada Marina. Dada yang ranum serta sehat, yang sepanjang sekian hari ini isi impian Daud.

    Kembali rontaan-rontaan Marina melemah, dirasakannya kesenangan pada buah dadanya yang diciumi Daud dengan bertukar-gantian. Dada yang kenyal serta masih tetap fresh itu bergetar-getar, Daud buka mulutnya serta melahap putingnya yang merah jambu. Marina menjerit lirih, namun selekasnya terbenam dalam erangan kesenangan. “Pak, mm.., mm.., ja.. ngan ssshh mmphh…, sshh.. ”.

    Pada akhirnya Marina tak akan memberontak, dibiarkannya payudara kiridan kanannya dijilati serta dihisap oleh Daud. Aroma harum yang terpancar dari badan perawan itu betul-betul beri kesegaran, buat rangsangan birahi Daud makin naik. Ke-2 bukit indah Marina makin mengeras serta jadi membesar, puting yang belum juga sempat dihisap mulut bayi itu semakin indahmenawan, Daud selalu mengulum serta mengulumnya selalu.

    “Pak, Saya.., takuut”, Nada Marina mendesah lembut.
    “Jangan takut, tidak apa-apa kelak kuberi uang.. ”, dengan napas memburu.
    “Ibu, pak. Kelak ibu bangun.., sshh.., aah.. ”.
    “aakh.., ibumu akan tidak bangun hingga besok pagi, ia telah kuberi obat tidur”.

    Marina mulai mendesah lebih bergairah saat tangan Daud mulai bermain di bukit kemaluannya yang membengkak. Daud menekan-nekan bukit indah itu.


    “Kue apemmu hebat sekali”, bisik Daud sembari berkali-kalimeneguk air liurnya, tangan Daud menguak belahan kue apem itu. Marina yang awal mulanya mengatupkan pahanya rapat-rapat saat ini mulai mengendurkannya, bagaimana tidak? Sentuhan-sentuhan tangan Daud yang romantis menghadirkan rasa nikmat bukanlah kepalang terlebih batang kemaluan lelaki yang tegak itu, menggesek-gesek hangat di paha Marina serta berdenyut-denyut. Sesungguhnya Marina menginginkan sekali menggenggam batang kemaluan yang besarnya mengagumkan itu.

    Disamping itu Daud menggosokikan tangannya ke bukit kemaluan yang ditumbuhi rambut halus yang baru meniti indah menghiasi bukit itu. “Sssssh…, mmh…, sssh…, aakh.. ”, Mata Marina membeliak-beliak serta pahanya juga buka. Narasi seks

    Daud menggesek-gesekkan kepala penisnya di bibirvagina Marina yang masih tetap rapat walaupun telah dikangkangkan. Dengan perasaanah Marina menggenggam batang penis Daud, ia terasa jengah, keduanya sama-sama berpandangan, Marina malu sekali serta juga akan menarik kembali tangannya namun dihindari oleh Daud, sembari tersenyum, lelaki yang cukup ganteng itu berkata, “Tidak apa-apa, Marina! Genggamlahsayang, berbuatlah sesuka hatimu! ”.

    Serta dengan dada berdegup Marina tetaplah menggenggam batang penis yang keras itu. Daud merem-melek nikmati belaian serta remasan lembut pada batang penisnya. Disamping itu tangan Daud mulai menelusuri sisi dalam kemaluan Marina, gadis itu menjerit kecil berulang-kali. Sisi dalam kemaluannya sudah basah serta licin, ujung jari Daud menyentuh-nyentuh clitoris Marina. Marina menggelinjang-gelinjang.

    “Bagaimana Mar? ”, bertanya Daud.
    “Enaakh…, Paak! ”, Jawab Marina.


    Daud makin gencar menggempur vagina Marina dengan jari tangannya. Lantas Daud menundukkan kepalanya ke arah selangkangan Marina. Dipandanginya belahan vagina yang demikian indahnya, memperlihatkan sisi dalamnya yang kemerahan serta licin. Daud menguakkan bibir-bibir kemaluan itu, jadi kelihatanlah clitorisnya, mengintip dari balik bibir-bibir kemaluan Marina, Daud tidak bisa menahan dianya sekali lagi, diciumnya clitoris Marina dengan penuh nafsu. Marina menjerit kecil.
    “Kenapa Marina? Sakit? ”, bertanya Daud di sela kesibukannya.

    Mariana menggelengkan kepalanya sembari mengangkat kakinya. Dengan bernafsu Daud menjilati vagina Marina serta lidahnya menerobos menjilati sisi dalam dari kemaluan Marina, melilit serta membelai clitorisnya. Marina makin tidak tahan terima gempuran lidah Daud, mendadak dirasakannya dinding sisi dalam kemaluannya berdenyut-denyut dan semua badannya merasa menegang serta berbarengan dengan itu ia rasakan suatu hal seperti juga akan menyembur dari sisi kemaluannya yang terdalam.

    “aakh…, uuggh…, Paakk.. ”, Marina mendesah bersamaan menyemburnya air mani dari basic lubuk kemaluannya. Sesaat Daud tetaplah menjilati kemaluan Marina bahkan juga Daud mengisap cairan yang licin serta kental yang menyembur dari kemaluan Marina yang masih tetap suci itu, serta menelannya.
    “Sungguh nikmat air manimu Mar”, bisik Daud mesra di telinga Marina.

    Sesaat Marina melihat memelas ke arah Daud, serta Daud tahu apa yang diingini gadis itu, karna iapun telah tidak tahan seperti Marina. Batang kemaluan Daud telah keras sekali. Besar serta begitu panjang. Sedang bukit kemaluan Marina telah berdenyut-denyut menginginkan sekali dimasuki penis Daud yang besar. Jadi Daud juga mengatur tempatnya diatas badan Marina.

    Mata Marina terpejam, menantikan bebrapa waktu mendebarkan itu. Batang penis Daud mulai menggesek dari pojok ke pojok, menyentuh clitoris Marina. Marina memeluk serta membalas mencium bibir bapak tirinya bertubi-tubi. Serta pada akhirnya topi baja Daud mulai menjangkau mulut lubang kemaluan Marina yang masih tetap simak serta sempit. Serta Daud juga menghimpit pantatnya. Marina menjerit. Seperti kesetanan ia memeluk dengan kuat. Badannya menggigil.


    “Paak, oukh.., akh…, aakh…, ooough…, sakit Pak.. ”, Marina merintih-rintih, pecahlah telah selaput daranya. Sedang Daud tidak mempedulikannya ia selalu saja menyodokkan semua batang kemaluannya dengan perlahan-lahan serta menariknya dengan perlahan-lahan juga, ini dikerjakannya berkali-kali. Sesaat Marina mulai rasakan kesenangan yang tidak ada duanya yang sempat dirasakannya.
    “Goyangkan pinggulmu ke kanan serta ke kiri sayang! ”, bisik Daud sembari tetaplah menurun-naikkan pantatnya.

    “Eeegh…, yaa…, aakkhh…, oough.. ”, jawab Marina dengan mendesah. Saat ini Marina menggoyangkan pinggulnya menuruti perintah ayahnya. Dirasakannya kesenangan yang mengagumkan pada dinding-dinding kemaluannya saat batang penis Daud mengaduk-aduk lubang vaginanya.
    “Teee…, russ…, Paak…, eeggh…, nikmat…, ooough..! ”, erang Marina. Daud makin gencar menyodok-nyodok vagina Marina, makin cepat juga goyangan pinggul Marina menyeimbanginya sampai, “Ouuuughh…, sa.., saya…, mmaau…, keluar.., Paak.. ”.
    “Tahan…, sebentar…, sayang…, ooouggh.. ”.

    Daud mulai mengejang, dia juga nyaris menjangkau klimaksmya. “aaGhh…”, jerit Marina sembari menghimpit pantat Daud dengan ke-2 kakinya saat ia menjangkau puncak kenikmatannya. Berbarengan dengan desakan kaki Marina, Daud menyodokkan penisnya sedalam-dalamnya sembari menggeram kenikmatan
    “Eeegghh…, Ooouugh.. ”. “Creeeet…, creeet…, creeeeeeeet.. ”.

    Mengalirlah air mani Daud membasahi lubang kemaluan Marina yang telah dibanjiri oleh air mani Marina. Mereka juga menjangkau puncak kenikmatannya. Keduanya terkulai lemas tidak berdaya dalam kesenangan yang mengagumkan dengan tempat badan Daud masih tetap menindih Marina serta batang penisnya masih tetap menancap dalam lubang kemaluan Marina.


    Keduanya sama-sama berangkulan dengan erat nikmati puncak permainan mereka yang benar-benar hebat. Marina berdiri keluarkan penis bapak tirinya yang besar itu dari lubang vaginanya lantas kenakan pakaian serta kembali lunglai sampai terlelap. Semua sunyi serta tenang. Tidak ada sekali lagi erangan-erangan atau desahan, mereka tertidur dengan penuh kenikmatan, tanpa ada pikirkan apa yang juga akan berlangsung pada mereka kelak. tamat

  • Kisah Memek Diperkosa Mama Dan Tanteku Yang Binal

    Kisah Memek Diperkosa Mama Dan Tanteku Yang Binal


    2657 views

    Duniabola99.com – Dia merasa sepi dan takut tinggal di rumahnya sendirian. bude ratna berumur 32 tahun. Penampilannya biasa saja. Tinggi badan 160 cm. Ramping. Tapi aku suka bodynya. Buah dada 36B, dan pantatnya besar bulat.

    Aku suka lihat bude ratna kalau telah menggunakan celana panjang ketat sehingga pantatnya sangat membentuk, mteriaksang. bude ratna ialah adik kandung Papa aku.


    Waktu itu hheri aku tidak masuk kusarih. Aku diam di rumah bersama mama dan bude ratna. Pagi itu, jam 10, saya lihat mama baru selesai mandi. Mama keluar dheri kamar mandi menggunakan handuk menutupi dada dan setengah pacuma yang putih mulus. Mama berumur 38 tahun. Sangat mengnafsukan.

    Saat itu gak tahu secara tidak sengaja aku melihat mama membetulkan lilitan handuknya sebelum masuk kamar. Terlihat toket mama walau gak begitu besar tapi masih bagus bentuknya.

    Yang terutama jadi perhatian aku ialah memek mama yang dihiasi bulu hitam gak begitu lebat berbentuk segitiga rapi. Mungkin karena mama rajin mengasuhnya.

    Mama sepertinya tidak sadar kalau aku sgilag melihatnya. Mama langsung masuk kamar. Hati berdebar dan terbayang terus pemandangan tubuh mama tadi.

    Aku dekati pintu, lalu aku intip dheri lubang kunci. Terlihat mama sgilag membuka lilitan handuknya lalu mengeringkan rambutnya dengan handuk tersebut. Terlihat tubuh mama sangat mengnafsukan. Terutama memek mama yang aku fokuskan.

    Secara otomatis tangan aku meraba kontol dheri luar celana, lalu meremasnya slow-slow sambil menikmati keindahan tubuh mteriaksang mama. Karena telah tak tahan lagi, aku segera ke kamar mandi dan onani sambil berimajinasi menyetubuhi mama. Sampai akhirnya.. Crot! Crot! Crot! Aku klimak.

    Sore hherinya, waktu aku sgilag tiduran sambil membaca majalah, tiba-tiba terdengar suara mama memanggil aku.

    “Roy..!” panggil mama.

    “Ya, Ma…” sahut aku sambil bergegas ke kamar mama.

    “Ada apa, Ma?” tanya aku.

    “Pijitin badan mama, Roy. Pegal rasanya…” kata mama sambil tengkurap.

    “Iya, Ma…” jawab aku.

    Waktu itu mama menggunakan daster. Aku mulai memijit kaki mama dheri betis. Terus sampai naik ke paha. Mama tetap diam merasakan pijitan aku.


    Karena daster mama agak mengganggu pijitan, maka aku bertanya pada mama, “Ma, dasternya naikin ya? mengganggu nih…” tanya aku.

    “Emang kamu mau mijitan apa aja, Roy?” tanya mama.

    “Seluruh badan mama,” jawab aku.

    “Ya telah, mama buka baju saja,” kata mama sambil bangun, lalu melepas dasternya tanpa ragu.

    “Ayo lanjutkan, Roy!” kata mama sambil kembali tengkurap. Darah aku berdesir melihat mama setengah telanjang di depan mata.

    “Mama tidak malu buka baju depan Roy?” tanya aku.

    “Malu kenapa? Kan anak kandung mama.. Biasa sajalah,” jawab mama sambil memejamkan mata.

    Aku berdebar. Tanganku mulai memijit paha mama. Sebetulnya bukan meimijit, istilah yang tepat ialah mengusap agak keras.

    Aku nikmati usapan tangan aku di paha mama sambil mata terus memandangi pantat mama yang menggunakan celana dalam merah. Setelah selesai “memijit” paha, karena masih ragu, aku tidak memijit pantat mama, tapi langsung naik memijit pinggang mama.

    “Kok dilewat sih, Roy?” protes mama sambil menggoyangkan pantatnya.

    “Mm.. Roy takut mama marah…” jawab aku.

    “Marah kenapa? Kamu kan emang mama pinta mijitin.. Ayo teruskan!” pinta mama.

    Karena telah memperoleh angin, aku mulai meraba dan agak meremas pantat mama dheri luar celana dalamnya. Nyaman rasanya memijit dan meremas pantat mama yang bulat dan padat. Kontol aku telah mulai makin keras. Mama tetap terpejam menikmati pijitan aku.

    Karena birahi aku telah naik, aku sengaja memasukkan tangan aku ke celana dalam mama dan terus meremasnya. Mama tetap diam. Aku makin berani.

    Jheri tengah aku mulai menyusuri belahan pantat mama sampai ke belahan memek mama. Jheri aku diam disana. Aku takut mama marah. Tapi mama tetap diam sambil memejamkan mata. Aku mulai menggerakan jheri tengah aku di belahan memek mama. Mama tetap diam.

    Terasa memek mama mulai basah. Dan aku tahu kalau mama agak menggoyang-goyangkan pantatnya, mungkin mama merasa enak menikmati jheri aku di belahan memeknya. Itu perkiraan aku.

    Karena telah basah, aku nekad masukkan jheri aku ke lubang memek mama. Mama tetap memejamkan mata, tapi pantatnya mulai berputar agak cepat.

    “Roy, kamu ngapain?” tanya mama sambil membalikkan badannya. Aku kaget dan takut mama marah.

    “Maaf, Ma…” kataku tertunduk tidak berani memandang mata mama.


    “Roy tidak tahan membatalkan birahi…” kataku lagi.

    “Nafsu apa?” kata mama dengan nada lembut.

    “Sini berbhering dekat mama,” kata mama sambil menggeserkan badannya. Aku diam tidak mengerti.

    “Sini berbhering Roy,” ujar mama lagi.

    “Tutup dulu pintu kamar,” kata mama.

    “Ya, Ma…” kataku sambil berdiri dan segera menutup pintu. Kemususan aku berbhering di samping mama.

    Mama menatapku sambil mengelus rambut aku.

    “Kenapa berbirahi dengan mama, Roy,” tanya mama lembut.

    “Mama marahkah?” tanya aku.

    “Mama tidak marah, Roy.. Jawablah jujur,” ujar mama.

    “Melihat tubuh mama, Roy tidak tahu kenapa jadi pengen, Ma…” kataku. Mama tersenyum.

    “Berarti anak mama telah mulai dewasa,” kata mama.

    “Kamu benar-benar mau akung?” tanya mama.

    “Maksud mama?” tanya aku.

    “Dua jam lagi Papa kamu balik…” cuma itu yang keluar dheri mulut mama sambil tangannya meraba kontol aku dheri luar celana.

    Aku kaget sekaligus bahagia. Mama mencium bibir aku, dan akupun segera membalasnya. Kami saling mencium mesra sambil tangan kami saling meraba dan meremas.

    “Buka baju kamu, Roy,” kata mama. Aku menurut, dan segera melepas baju dan celana.

    Mama juga melepas BH dan celana dalamnya. Mama duduk di tepi tempat tidur, sgilagkan aku tetap berdiri.

    “Kontol kamu besar, Roy…” kata mama sambil meraih kontol aku dan meremas serta mengocoknya. Enak rasanya.

    “Kamu udah pernah maen dengan perempuan tidak, akung?” tanya mama.

    Sambil menikmati enaknya dikocok kontol aku menjawab, “Belum pernah, Ma.. Mmhh..”. Mama tersenyum, gak tahu apa artinya.

    Lalu mama menherik pantat aku hingga kontol aku hampir mengenai wajahnya. Lalu mama mulai menjilati kontol aku mulai dheri kontol sampai ke kepalanya.


    Rasanya sangat nikmat. Lebih nikmat lagi ketika mama memasukkan kontolku ke mulutnya. Hjilatan dan permainan lidah mama sangat pandai.

    Tanganku dengan keras memegang dan meremas rambut mama dengan keras karena merasakan kepuasan yang amat sangat. Tiba-tiba mama menghentikan hjilatannya, tapi tangannya tetap mengocok kontolku perlahan.

    “Enak akung?” tanya mama sambil menengadah menatapku.

    “Iya, Ma.. Enak sekali,” jawabku dengan suara tertahan.

    “Sini akung. Kontolmu udah besar dan tegang. Sekarang cepat masukkan…” ujar mama sambil menherik tanganku.

    Mama lalu telentang di tempat tidur sambil membuka lebar pacuma. Tanpa ragu aku naiki tubuh mama. Aku arahkan kontolku ke lubang memeknya. Tangan mama membimbing kontolku ke lubang memeknya.

    “Ayo, Roy.. Masukkan…” ujar mama sambil terus memandang wajahku.

    Aku tekan kontolku. Lalu terasa kepala kontolku memasuki lubang yang basah, licin dan hangat. Lalu kontol kontolku terasa memasuki sesuatu yang menjepit, yang gak tahu bagaimana aku menjelaskan rasa nikmatnya.. Secara perlahan aku keluarmasukkan kontolku di memek mama. Aku cium bibir mama. Mamapun membalas ciuman aku sambil menggoyangkan pinggulnya mengimbangi goyangan aku.

    “Enak, Roy?” tanya mama.

    “Sangat enak, Ma…” jawabku sambil terus menyetubuhi mama. Setelah beberapa menit, aku hentikan gerakan kontol aku.

    “Kenapa mama mau melakukan ini dengan Roy?” tanyaku. Sambil tersenyum, mata mama terlihat berkaca-kaca.

    “Karena mama akung kamu, Roy…” jawab mama.

    “Sangat akung…” lanjutnya.

    “Lagipula detik ini mama memang sgilag ingin bersetubuh…” lanjutnya lagi.

    Aku terdiam. Tak berapa lama aku kembali menggerakan kontol aku menyetubuhi mama.

    “Roy juga sangat akung mama…” ujarku.

    “Ohh.. Roy.. Enakk.. Mmhh…” desah mama ketika aku menyetubuhinya makin keras.

    “Mama mau keluar…” desah mama lagi.

    Tak lama kurasakan tubuh mama menggelinjang lalu mendekap aku erat-erat. Goyangan pinggul mama makin keras. Lalu..

    “Ohh.. Enak akungg…” desah mama lagi ketika dia mencapai klimak.

    Aku terus menggenjot kontolku. Lama-lama kurasakan ada dorongan kuat yang akan keluar dheri kontol aku. Rasanya sangat kuat. Aku makin keras menggenjot tubuh mama..

    “Ma, Roy gak tahann…” ujarku sambil mendekap tubuh mama lalu menekan kontolku lebih dalam ke memek mama.

    “Keluherin akung…” ujar mama sambil meremas-remas pantatku.

    “Keluherin di dalam aja akung biar enak…” bisik mama mesra.

    Akhirnya, crott.. Crott.. Crott.. Air maniku keluar di dalam memek mama.

    “Mmhh…” desahku. Lalu tubuh kami tergolek lemas berdampingan.

    “Terima kasih ya, Ma…” ujar aku sambil mencium bibir mama.

    “Lekas berbaju, Papa kamu sebentar lagi balik!” kata mama.

    Lalu kamipun segera berbaju. Setengah jam kemususan Papa balik. Mama dan aku bersikap seperti biasa dan terlihat normal.


    Malam hherinya, sekitar jam 11 malam, ketika mama dan Papa telah tidur, aku dan bude ratna masih nonton TV. bude ratna menggunakan kimono. Sesekali aku lihat paha mulusnya ketika kimononya tersingkap. Tapi tidak ada perasaan apa-apa. Karena telah biasa melihat seperti itu.

    Tiba-tiba bude ratna bertanya sesuatu yang mengejutkan aku,”ngapain kamu tadi sore lama-lama berduaan ama mama kamu di kamar?” tanya bude ratna.

    “Hayo, ngapain..?” tanya bude ratna lagi sambil tersenyum.

    “Tidak ada apa-apa. Aku mijitin mama, kok…” jawabku.

    “Kok lama amat. Sampe lebih dheri satu jam,” tanyanya lagi.

    “Curigaan amat sih, bude?” kataku sambil tersenyum.

    “bude cuma merasa aneh saja waktu bude denger ada suara-suara yang bagaimanaa gitu…” ujar bude ratna sambil tersenyum.

    “Kayak suara yang lagi enak…” ujar bude ratna lagi.

    “Udah ah.. Kok ngocehnya ngaco ah…” ujarku sambil bangun.

    “Maaf dong, Roy. bude becanda kok…” ujar bude ratna.

    “Kamu mau kemana?” tanya bude ratna.

    “Mau tidur,” jawabku pendek.

    “Temenein bude dong, Roy,” pinta bude.

    Aku kembali duduk dikursi di samping bude ratna.

    “Ada apa sih bude?” tanyaku.

    “Tidak ada apa-apa kok. Hanya butuh temen ngobrol saja,” jawab bude ratna.

    “Kamu telah mempunyai pacar, Roy?” tanya bude ratna.

    “Belum bude. Kenapa?” aku balik bertanya.

    “Kamu tuh ganteng, tinggi. Tapi kenapa belum mempunyai pacar?” tanya bude lagi.

    “Banyak sih yang ngajak jalan, tapi aku tidak mau,” jawabku.

    “Apa kamu pernah kissing dengan perempuan, Roy?” tanya bude ratna slow sambil wajahnya didekatkan ke wajahku.

    Bibir kami hampir bersentuhan. Aku tak menjawab.

    “Ni bude lagi horny kayaknya…” pikir aku.

    Tanpa banyak kata, aku cium bibir bude ratna. bude ratnapun langsung membalas ciumanku dengan hebat. Permainan lidah dan sedotan bibir kami main mainkan.. Sementara tanganku segera masuk ke balik kimono bude ratna. Lalu masuk lagi ke dalam BH-nya. Lalu ku remas-remas toketnya dengan mesra sambil ujung jheri aku memainkan puting toketnya.

    “Mmhh..”

    Suara bude ratna mendesah tertahan karena kami masih tetap saling mencium. Tangan bude ratnapun tidak diam. Tangannya meremas kontolku dheri luar celana kolorku. Kontolku langsung tegang.

    “Roy, pindah ke kamar bude, yuk?” pinta bude ratna.

    “Iya bude…” jawabku. Lalu kami segera naik ke loteng ke kamar bude ratna.

    Setiba di kamar, bude ratna dengan tak sabar segera melepas kimono dan BH serta CD-nya. Akupun segera melepas semua baju di tubuh aku.

    “Ayo Roy, bude telah gak tahan…” ujar bude ratna sambil senyum, lalu merebahkan badannya di kasur.

    Aku segera menindih tubuh telanjang bude ratna. Aku cium bibirnya, pindah ke pipi, leher, lalu turun ke toketnya. Aku jilat dan hjilat puting toket bude ratna sambil meremas toket yang satu lagi.

    “Ohh.. Mmhh.. Royy.. Kamu pinter amat sih.. Mmhh…” desah bude ratna sambil tangannya memegang kepala aku.

    Lalu lidahku turun lagi ke perut, lalu ketika mulai turun ke selangkangan, bude ratna segera melebarkan kakinya mengangkang. Memek bude ratna bersih tidak berbau. Bulunya cuma sedikit sehing nampak jelas belahan memeknya yang bagus. Aku segera jilati memek bude ratna terutama bagian kelentitnya.


    “Ohh.. Sayang.. Enakkhh.. Mmhh.. Terus akung…” desah bude ratna sambil badannya menggelinjang membatalkan nikmat.

    Tak berapa lama tiba-tiba bude ratna mengepitkan kedua pacuma menjepit kepalaku. Tangannya menekan kepalaku ke memeknya.

    “Oh, Roy.. bude keluar.. Nikmat sekali.. Ohh…” desah bude ratna.

    Aku bangun, mengusap mulut aku yang basah oleh air memek bude ratna, lalu aku tindih badannya dan kucium bibirnya. bude ratna langsung membalas ciumanku dengan mesra.

    “Isep dong kontol Roy, bude…” pintaku.

    bude ratna mengangguk sambil tersenyum. Lalu aku kangkangi wajah bude ratna dan ku sodorkan kontolku ke mulutnya.

    bude ratna langsung menghjilat dan menjilati kontolku dan mengocok dengan tangannya sambil memejamkan matanya. Sangat enak rasanya. Cara menghjilat dan menjilat kontolnya lebih pintar dheri mama.

    “Udah bude, Roy udah pengen setubuhi bude…” kataku.

    bude ratna melepaskan genggamannya, lalu aku arahkan kontol aku ke memeknya.

    “Ayo, Roy.. bude telah tidak tahan…” bisik bude ratna.

    Lalu, bless.. sleb.. sleb.. sleb.. Kontolku keluar masuk memek bude ratna.

    “Roy kamu pinter menyenangkan perempuan. Kamu pandai memberikan kepuasan…” kata bude ditengah-tengah persetubuhan kami.

    “Ah, biasa saja, bude…” ujarku sambil tersenyum lalu ku kecup bibirnya.

    Selang beberapa lama, tiba-tiba bude ratna mempercepat gerakannya. Kedua tangannya erat mendekap tubuhku.

    “Roy, terus setubuhi bude.. Mmhh.. Ohh.. bude mau keluar.. Ohh.. Ohh. Ohh…” desahnya.

    Tak lama tubuhnya menggelinjang. Pacuma erat menjepit pinggulku. Sementara akau terus memompa kontolku di memeknya.

    “Tente udah keluar, akung…” bisik bude ratna.

    “Kamu hebat.. Kuat…” ujar bude ratna.

    “Terus setubuhi bude, Roy.. Puaskan diri kamu…” ujarnya lagi.

    Tak lama akupun mulai merasakan kalo aku akan segera klimak. Kupertcepat gerakanku.

    “Roy mau keluar, bude…” kataku.

    “Jangan keluarkan di dalam, akung…” pinta bude ratna.

    “Cabut dulu…” ujar bude ratna.

    “Sini bude isepin…” katanya lagi.

    Aku cabut kontolku dheri memeknya, lalu aku arahkan ke mulutnya. bude ratna lalu menghjilat kontolku sambil mengocoknya. Tak lama, crott.. crott.. crott.. crott.. Air maniku keluar di dalam mulut bude ratna banyak sekali. Aku tekan kontolku lebih dalam ke dalam mulut bude ratna.

    bude ratna dengan tenang menelan air maniku sambil terus mengocok kontolku. Lalu dia menjilati kontolku untuk membersihkan sisa air mani di kontolku. Sangat nikmat rasanya besetubuh dengan bude ratna.

    Aku segera berbaju. bude ratna juga segera mengenakan kimononya tanpa BH dan CD.

    “Kamu hebat, Roy.. Kamu bisa memuaskan bude,” ujar bude ratna.

    “Kalo bude butuh kamu lagi, kamu mau kan?” tanya bude sambil mendekap aku.

    “Kapan saja bude mau, Roy pasti kasih,” kataku sambil mengecup bibirnya.

    “Terima kasih, akung,” ujar bude ratna.

    “Roy kembali ke kamar ya, bude? Mau tidur,” kataku.

    “Iya, sana tidur,” katanya sambil meremas kontolku mesra. Kukecup bibirnya sekali lagi, lalu aku segera keluar.

    Besoknya, setelah Papa bteriakkat ke kantor, mama duduk di sampingku waktu aku makan.

    “Roy, semalam kamu ngapain di kamar bude ratna sampe subuh?” tanya mama mengejutkanku.


    Aku terdiam tak bisa berkata apa-apa. Aku sangat takut dimarahi mama. Mama tersenyum.

    Sambil mencium pipiku, mama berkata,”Jangan sampai yang lain tahu ya, Roy. Mama akan jaga rahasia kasarin. Kamu suka bude kamu itu ya?” tanya mama. Plong rasanya perasaanku mendengarnya.

    “Iya, Ma.. Roy suka bude ratna,” jawabku.

    “Baiklah, mama akan pura-pura tidak tahu tentang kasarin…” ujar mama.

    “Kasarin hati-hatilah…” ujar mama lagi.

    “Kenapa mama tidak marah,” tanya aku.

    “Karena mama pikir kamu telah dewasa. Bebas melakukan apapun asal mau tanggung jawab,” ujar mama.

    “Terima kasih ya, Ma…” kataku.

    “Roy akung mama,” kataku lagi.

    “Roy, bude dan Papa kamu sgilag keluar.. Mau bantu mama gak?” tanya mama.

    “Bantu apa, Ma?” aku balik tanya.

    “Mama ingin…” ujar mama sambil mengusap kontolku.

    “Roy akan lakukan apapun buat mama…” kataku. Mama tersenyum.

    “Mama tunggu di kamar ya?” kata mama. Aku mengangguk..

    Sejak detik itu hingga detik ini aku kawin dan mempunyai 2 anak, aku tetap bersetubuh dengan bude ratna kalau ada kesempatan. Walau telah agak berumur tapi kemengnafsukanan dan kemolekan tubuhnya masih tetap menherik.

    Baik itu di rumah bude ratna kalau tidak ada Om, di rumah aku sendiri, ataupun di panasel.


    Silahkan dengan mama, aku telah mulai jarang menyetubuhinya atas permintaan mama sendiri dengan alasan tertentu tentunya. Dalam satu bulan cuma 2 kali.

  • Kisah Memek Diriku Nakal Menggoda Pembantu Yang Masih Perawan

    Kisah Memek Diriku Nakal Menggoda Pembantu Yang Masih Perawan


    3605 views

    Duniabola99.com – Merangkum tentang Kisah ini adalah kisah nyata dalam kehidupan sex ku dengan pembantu ku yg masih belia bernama Imah dari Majalengka. Aku karyawan sebuah BUMN di kota Bandung yg kebetulan masih tinggal sendiri di rumah dinas yg cukup besar… Atas saran istriku aku disuruh mencari pembantu yang bisa jaga rumah, bersih-bersih rumah dan juga bisa masak.


    Istri dan anak-anakku masih tinggal di semarang karena kami punya bisnis mini market di sana. Singkat cerita saat aku tugas dinas ke kota Cirebon, singgah makan di salah satu rumah makan di kota Majalengka, disitu aku melihat salah seorang pelayan yg kelihatannya murah senyum dan ramah dengan body mungil tapi padat (meski toketnya kecil)… “maaf neng boleh tanya ?, kalo di daerah sini ada tidak orang yg mau jadi pembantu di kota Bandung, kebetulan Om tinggal sendiri di Bandung, jadi kadang repot kalo mau nyuci atau bersih-bersih rumah…” aku beranikan diri buat nanya ke pelayan tadi… “ biasanya mah banyak om, cuma nanti kalo habis lebaran…emang disana di gaji berapa Om?”.

    “ya kalo diliat dari kerjaannya nggak terlalu berat kok, Om anggarkan 500 ribu sebulan…” ketika aku jawab spt itu, pelayan itu sepertinya tertarik… “ kalo saya saja bagaimana Om, saya juga pengin kerja di Bandung, habis di sini gajinya nggak menentu, kadang aja kalo warung sepi paling dapat 200 ribu sebulan…” aku kaget waktu dia menawarkan dirinya.. “Neng namanya siapa?, emang nggak malu jadi pembantu..?” ….“saya Imah Om, buat apa malu khan gajinya lumayan besar, lagian saya sekolah juga cuman tamat SD….” akhirnya aku setuju Imah yg kujadikan pembantuku.. “oke nanti hari jumat malam Om balik dari Cirebon, Imah siapkan semua keperluan dan jgn lupa ijin sama orang tua, nanti Om jemput di sini, bagaimana ?”.

    iya Om setuju, nanti Imah ijin dulu ke Ibu…”..malam itu aku lega dapat pembantu yg manis, mungil dan murah senyum..aku menuju kota Crebon. Pada hari Jumat sore, setelah semua urusan pekerjaan selesai aku pulang kembali ke bandung dan menjemput Imah di Majalengka, dia diantar sama Ibu dan kakak permpuannya, aku pamit ke Ibunya dengan menitipkan uang 500 ribu untuk membantu keluarganya, si Ibu sangat berterima kasih, anaknya bisa bekerja di bandung. Sesampainya di rumah aku langsung tunjukan kamar Imah, rumah dinas yang aku tempati memiliki tiga kamar tidur dan dua kamar mandi, “nah imah bisa tidur dikamar ini, udah di bersihkan sama mang haris kok..” (Mang haris penjaga malam kantorku)…“trus tugas Imah, tiap pagi bersih-bersih rumah, kalo ada cucian langsung di cuci pake mesin cuci, kalo Imah mau masak ada bahan-bahannya di kulkas…, pokoke ringan dan nyantai, kalo udah selesai semua, Imah boleh kok nonton TV atau kalo mau karaoke juga ada…” …“Iya Om, imah siap…” Malam itu aku langsung istirahat demikian juga dengan Imah langsung pergi tidur.


    Setelah satu minggu bekerja, aku nilai pekerjaan imah sangat bagus, rajin dan cucian juga harum tidak apek…hingga pada satu malam di hari Jumat, aku inget betul jam 10 malam dan hari jumat dimana aku nggak bisa mudik ke kota semarang, mulailah petualangan indah ini… Malam itu hujan deres banget aku laper mikin makan mie, aku lihat kamar imah gelap udah tidur dia kah? aku masak Mie dan aku makan sambil muter DVD blue, saat itu aku nggak ada kepikiran sama sekali buat nidurin si Imah yang mungil…pada saat aku nyari film-film BF tsb ternyata tempatnya sudah tidak teratur..aku kaget, “..jangan-jangan si Imah habis nonton film blue…” setan di otakku mulai menggoda..“hee kesempatan tuh gan…dipancing sedikit pasti dapat tuh perawan….” akhirnya setan nakal berhasil mengotori pikiranku, aku mulai cari akal bagaimana biar Imah bisa bangun, aku putar DVD Bf dengan suara keras, aku lihat korden jendela nako kamar imah sedikit tersingkap meski didalam kamarnya gelap…tiba-tiba..pintu kamar Imah terbuka,..“maaf Om imah mau pipis..” dia ngeloyor aja masuk kamar mandi..aku langsung masuk kamar mengganti celana panjang ku dengan kolor tanpa CD, aku langsung bebaring di dpn TV sambil melihat Miyabi lagi BJ lawan mainnya… Imah yg habis pipis melewati ku yg lg asyik..“ udah pipisnya Mah..?” ..“iya pak, maaf imah tidur lagi pak..”(dia mulai memanggil Bapak tidak Om lagi) “sebentar, imah nonton film bareng Bapak saja disini, daripada ngintip dari kamar…”,

    Imah kaget atas tawaranku tadi…“Imah malu pak..” aku pegang tangan Imah dan kurengkuh biar duduk di kasur depan TV, aku melihat dia gelisah dan takut…tapi aku yakin nafsu nya juga sudah menumpuk di ubun-ubun….aku mulai berani membelai rambutnya..dia diam saja, aku teruskan membelai pundaknya..dia agak sungkan…. karena hujan semakin deras dan setan telah menguasai otakku aku beranikan diri lagi mencium bibirnya…..diluar dugaanku gadis mungil pembantuku ini merespon dengan liar, dia berani mengulum mulutku dengan rakus…dia dengan napas memburu menciumku dari jilatan lidahku dia membalas dengan jilatan lidahnya…. karena semakin tidak kuat aku buka kaos dan kolorku…“Bapak, jangan dibuka Pak..Imah takut..” “ndak Imah, Bapak bisa jaga kok..” aku yang semakin liar membuka kaos dan BH Imah, aku kulum kedua tetek mungilnya..“Aghhhrrr…geliii ppakk”…aku gigit-gigit puting kecilnya..imah semakin kelojiotan, aku terus beranikan membuka celana pendek dan cd yang di pakai Imah, tangannya menghalangi tapi bahasa tubuhnya meng iyakan…..akhirnya aku berhasil membuka celana dalamnya.. “Pakk..jangannn ppakk, imah takuutttt….” “tenang imah bapak cuma pengin jilatin punya imah..jangan takut, bapak akan jaga kok..” aku baringkan tubuh imah, kakinya aku buka dan mulailah aku jilatin memek imah..sruuppppsss… ada aroma khas memek perawan yang harum..aku jilatin sampai klitorisnya mengkilat…


    “Oughhh..oughrrr.. .pppakkk…imah pengin pipiss….ourghhh…” tangan imah menjambak rambutku, dia tegang sekali dan bersamaan dengan itu dimulutku tersiram cairan hangat yang harum..“Ppppppaaaaaaakkkk…ou urghhhhhrrrrrr….” Imah mengejang di orgasmenya dengan jilatan lidahku dia menutupi mukanya dengan bantal…karena memeknya masih menganga aku langsung hujamkan, batang kontolku yang sangat besar dan keras ke memek imah yang sangat kecil….dia berontak dan teriak… “Ppppakkk, jangannnnnn, bapak udah janji, jangan ppakk..ourghhh… ” karena masih sempit aku cukup sulit memasukkan kontolku….imah yang ketakutan mulai dikuasai nafsunya lagi, dia sudah tenang, saat kepala kontolku pas di dapan memek imah yg sudah basah merekah aku gigit teteknya lagi, dan “aaaghhhhrrrkkkhhhhrr…sakiii t pakkkkkkkkh…akkkhhh…” kontolku berhasil masuk semua..imah kelojotan karena sakit..aku diamkan sejenak kontolku berkenalan dengan isi rahim

    imah..“Ourghhh..ourggghhhh…p pakkkk..sakiit…” aku terus goyangkan pinggulku naik turun pelan-pelan….saat imah mulai mengikuti iramaku, aku cium bibirnya, aku rasakan dingin sekali seperti es, tapi hembusan nafasnya sangat cepat, dia terengah-engah menikmati gesekan di lubang memeknya dia menikmati batang kontolku yang besar… “Argghhhh…imah… immmmmaaahhhhh ..aughhhrr…” aku merasakan ada

    sesuatu yang siap muncrat dari kontolku…“aughhrr..ppakkkkkk uenakkkk , pakkkk..aghhhrrrrr….pppppakk kkkkkkk…immahhhh mau pipis lagi….” bersamaan dengan orgasme imah yg kedua aku cabut batang kontolku dan kusemprotkan cairan spermaku di perut imah…“aghhhhhhh…aghhhhhhhh hrrrrr, aku dapat mahhh…” crotttsss..spermaku muncrat di atas tubuh imah dan ada yang sampai ke hidungnya…aku puas sekali…kulihat ada darah segar di spreiku..imah yg baru kehilangan keperawanannya dia menangis, apakah menangis sedih atau bahagia hanya dia yang tahu……


    Pagi hari sabtu ini aku ada janji golf dengan relasi, kulihat imah agak buang muka kalo berpapasan denganku, tapi aku bersikap sangat wajar seolah tidak terjadi apa-apa…dia juga bekerja seperti biasa, masih rajin dan cekatan. “Imah ini bapak titip uang 500 ribu, bukan uang gaji, tapi uang buat keperluan imah beli barang-barang pribadi imah…hari ini bapak golf sampai sore..”…“Inggeh Pak hatur nuhun…., bapak pulang jam berapa?”…aku merasakan suasana cair dan rona senang di muka imah.. “nanti sampai jam 6 saja , knapa imah? kangen yang tadi malam kah?”…. dia malu dan terspu-sipu…aku berangkat…

  • Kisah Memek Diriku Selingkuh Dengan Bawahanku Dikantor

    Kisah Memek Diriku Selingkuh Dengan Bawahanku Dikantor


    2443 views

    Duniabola99.com – Aku seorang pengusaha muda dan mahasiswa jurusan ekonomi. Aku tinggal di sebuah kompleks bank pemerintah yang kini bank tersebut sudah dimerger. Aku sudah mempunyai pacar yang kebetulan tetanggaku di kompleks tersebut. Orangtuaku termasuk orang terpandang, sehingga aku di kalangan anak muda di kompleks tersebut cukup disegani.


    Dua tahun yang lalu aku merupakan ketua organisasi remaja, sehingga aku semakin dikenal oleh berbagai kalangan di lingkunganku. Kebetulan di lingkunganku banyak gadis remaja yang cantik-cantik. Termasuk pacarku yang sekarang merupakan salah satu gadis yang menjadi incaran anak-anak muda di lingkungan tersebut.

    Entah kenapa dia mau menjadi pacarku. Sejujurnya aku menyukai beberapa gadis cantik selain pacarku tersebut, tetapi aku berpikir dua kali jika aku berbuat macam-macam pasti akan menjadi bahan omongan di lingkunganku. Singkat cerita, aku tergoda oleh salah satu anak tetangga orangtuaku, sebut saja Gita (nama samaran).

    Padahal aku sudah menjalin asmara dengan gadis yang juga tetanggaku. Kami bahkan sudah bertunangan. Gita adalah seorang mahasiswi. Ia mempunyai body yang sangat menggoda, walaupun agak sedikit gemuk, tetapi ia mempunyai bibir yang sexy dan mempunyai payudara berukuran 36B.

    Sebagai gambaran, body-nya mirip dengan artis Feby Febiola, dan bibirnya seperti Cornelia Agatha. Tingkah lakunya selalu menggodaku. Sebagai laki-laki normal, kadang aku berpikiran agak kotor. Hingga pada suatu kesempatan, ia meminta bantuanku untuk dicarikan HP dengan harga miring. Joker368

    Tentu saja kesempatan itu tidak kusia-siakan (dalam hatiku aku akan membelikannya HP tersebut dengan cuma-cuma). Aku menyanggupinya, tetapi aku memberikan syarat agar ia mau kuajak pergi makan dan nonton berdua tanpa sepengetahuan pacarku dan teman-temanku. Dasar Gita memang centil, persyaratanku ia setujui karena ia pikir sangat mudah sekali untuk menjalaninya.

    Akhirnya aku membelikannya HP yang ia inginkan, dan aku pun menagih janjinya. Kemudian pada hari minggu siang, aku dan Gita pergi berdua untuk makan siang dan nonton. Ketika kami sedang nonton, kesempatan tersebut tidak kusia-siakan untuk sekadar mencium dan meraba-raba tubuhnya.

    Tidak kusangka ia malah bilang kepadaku sebenarnya ia juga menyukaiku. Ketika aku dengan hot-hotnya menciumi dan menggerayangi tubuhnya, ia berbisik kepadaku bahwa ia sudah horny, dan mengajakku keluar dari bioskop untuk pergi ke pantai. Ketika di tengah perjalanan, aku memberanikan diri untuk mengajaknya ‘chek in’ di hotel yang terdekat, ternyata ia menyetujuinya.

    Aku tiba di hotel yang dituju sekitar puku 3 sore. Setelah aku membayar kamar hotel tersebut, aku dan Gita dengan langkah yang terburu-buru menuju ke kamar hotel. Sesampainya di kamar hotel dan mengunci pintu, aku langsung melancarkan ciumanku, dan Gita membalasnya dengan sangat antusias. Kemudian masih dalam keadaan berdiri kubuka pakain serta celana panjangnya hingga ia hanya memakai BH dan CD yang berwarna hitam. Kemudian iajuga memintaku untuk membuka baju dan celana panjangku.

    Kini kami dalam keadaan hanya memakai pakaian dalam saja. Kemudian ia kubimbing ke atas ranjang yang berukuran double size. Aku mulai melumat bibirnya yang sexy dan menciumi serta menjilat seluruh tubuhnya. Kemudian ketika aku mencium CD-nya, di bagian kemaluannya yang sudah basah, ia menggelinjang dan sesekali merintih-rintih keenakan. Setelah aku puas menciumi seluruh tubuhnya, kemudian kubuka BH dan CD-nya. Aku pun membuka CD-ku, kini kami berdua sudah benar-benar bugil.

    Aku sampai menahan nafas ketika kulihat payudaranya yang besar dan montok. Dengan sangat bernafsu kulumat puting susunya yang berwarna coklat kemerah-merahan. Karena sebenarnya Gita masih berusia 20 tahun, sehingga terlihat body-nya yang serba kencang. Aku juga meraba dan mengusap bulu-bulu di kemaluannya yang sangat lebat. Aku semakin bernafsu mencium dan menjilat seluruh tubuhnya yang mulus.

    Kemudian aku memasukkan dua jari tanganku ke dalam vaginanya yang sudah basah, sedangkan lidahku sibuk menjilati puting susunya yang berwarna coklat kemerah-merahan. Gita semakin merintih-rintih dan menggelinjang serta nafasnya mulai berat. Kemudian kubuka kedua pahanya lebar-lebar agar aku dapat dengan leluasa memainkan lidahku ke dalam vaginanya.

    Aku menjilati dan memainkan klitorisnya dengan penuh gairah. Setelah kupuas, giliran Gita memainkan rudalku yang sudah tegang dengan lidahnya. Ia jilati kemaluanku yang berukuran lumayan panjang dan besar (kira-kira 15 cm dengan diameter 3,5 inchi).

    Ia menjilat dan mengulum rudalku dengan penuh kenikmatan. Aku tidak menyangka kalau kemaluanku akan dibersihkan oleh gadis impianku. Setelah ia puas, kemudian Gita mengambil posisi telentang dengan kedua paha dibuka lebar-lebar, ia memintaku untuk segera memasukkan rudalku ke dalam vaginanya.

    Aku mengambil ancang-ancang untuk memasukkan batang kemaluanku ke dalam vaginanya yang sudah basah. Kupikir pasti aku tidak akan kesulitan untuk memasukannya, ternyata beberapa kali aku mencoba selalu saja meleset, dengan tidak sabar Gita menarik rudalku dan mengarahkan ke arah lubang kewanitaannya. Agen Joker368

    Ternyata Gita masih perawan, tetapi dengan kegigihanku akhirnya aku berhasil memasukkan ujung rudalku ke dalam vaginanya. Ketika kutekan dengan sedikit paksaan, Gita menjerit kesakitan, kemudian aku menghentikan sejenak seranganku sampai kulihat ia sudah siap kembali, dan perlahan-lahan kumasukkan batang rudalku. Gita kembali merintih menahan sakit.

    Aku bertanya,

    “Git, kamu mau diterusin atau nggak..?”

    Ia menjawab,

    “Terusin dong sayang, tapi pelan-pelan ya..!”

    Akhirnya dengan perjuangan yang cukup melelahkan, aku berhasil memasukkan setengah batang kemaluanku, dan aku mendiamkan sejenak aktifitasku. Aku merasakan dari vagina Gita keluar darah segar pertanda keperawanannya sudah hilang.


    Dinding vaginanya yang lembut dan hangat memijat-mijat batang kemaluanku. Aku tidak terlalu memaksa untuk membenamkan seluruh rudalku ke dalam vaginanya. Mungkin ukuran rudalku yang lumayan panjang, sehingga membuat sakit vagina Gita yang baru pertama kali melakukan seks.

    Kemudian aku mulai menaik-turunkan pantatku secara perlahan dan beraturan. Dan secara perlahan-lahan aku membenamkan rudalku sedalam-dalamnya, hingga akhirnya seluruh batang kemaluanku amblas ke dalam vagina Gita. Gita sudah mulai terbiasa dengan rudalku, malah ia mulai memutar pinggulnya, sehingga semakin menambah kenikmatan pergumulan kami saja.

    Aku semakin bersemangat untuk memainkan rudalku dengan cepat. Permainanku diimbangi Gita dengan menjepit pantatku dengan kedua kakinya. Aku merasakan rudalku semakin mentok saja mengenai ujung rahimnya. Kami berganti posisi dengan cara sambil duduk. Gita semakin terlena, karena posisi tersebut membuat rudalku semakin bergesekan dengan klitorisnya, sehingga hal itu membuat Gita semakin terbakar birahinya

    Kami sempat beristirahat sejenak, karena posisi tersebut banyak menguras tenaga kami. Sambil istirahat aku meremas-remas dan menjilati serta menghisap puting susuya secara bergantian. Setelah tenaga kami terkumpul, kami melanjutkan kembali dengan lebih menggebu-gebu.

    Setelah kira-kira 25 menit kami bergumul hebat, aku mulai merasakan spermaku akan keluar, begitupun dengan Gita, ia mulai mendekati orgasmenya. Aku merasakan dinding vaginanya yang berdenyut kencang dan semakin banjir. Aku berkata setengah berbisik,

    “Git, aku sudah mau keluar nih, kita keluarinnya sama-sama ya..?”

    Gita menjawab dengan terputus-putus,

    “Ia.. sa.. yaaa.. ngg.. sshhh.. cepetan dong keluarinnya aku.. sebentar lagi selesai nih..!”

    Dengan nafas yang tidak beraturan, aku menjawab,

    “Tahan sebentar ya sayang.., aku juga sudah mau keluar..”

    Tidak lama kemudian aku memuntahkan spermaku ke dalam rahimnya, dan aku pun merasakan cairan hangat dari dalam vagina yang mengenai rudalku.

    “Ooohhh.. shhh…” hampir bersamaan kami melenguh mengakhiri perjalan yang melelahkan dan penuh kenikmatan.
    “Sayang.., vaginaku hangat banget sama spermamu..” Gita memberikan komentar puas dengan keperkasaanku.

    Kemudian kami beristirahat sejenak sambil memberikan pujian kepuasan masing-masing. Tetapi tanganku dan Gita masih meraba-raba dan mengusap kemaluan kami satu sama lain, sehingga birahi kami kembali timbul. Kali ini Gita yang mendahului dengan menjilat dan melumat hampir seluruh rudalku ke dalam mulutnya. Bukan hanya itu saja, ia juga dengan sangat agresif menciumi seluruh tubuhku.


    Aku mendorong tubuhnya ke samping hingga ia telentang. Kini giliranku untuk menciumi seluruh tubuhnya. Payudara Gita yang sudah mengeras dan puting susu menjulang tinggi, membuatku semakin bernafsu untuk meremas, menjilati serta menghisap-hisap puting susunya hingga puting susu Gita semakin terlihat basah dan mengkilap. Jari-jari tanganku dengan nakal memainkan klitoris dan menyodok-nyodok ke dalam vaginanya yang sudah banjir.

    Gita semakin kelojotan dan mulai memohon-mohon kepadaku untuk segera memasukkan rudalku ke dalam lubang kewanitaannya. Aku merubah posisi dengan tidur telentang, sementara Gita berjongkok sambil mengangkang untuk mengambil posisi memasukkan zakarku ke vaginanya.

    Dengan tidak sabar Gita meraih batang kemaluanku dan dituntun ke arah vaginanya. Ketika rudalku mulai memasuki vagina Gita yang pinggirannya ditumbuhi bulu-bulu lebat, aku merasakan dinding vaginanya yang sudah banjir menghangatkan dan memijat-mijat batang zakarku.

    Gita mulai menggerakkan pinggulnya yang montok ke atas ke bawah, dan memutarnya ke kiri dan ke kanan. Sedangkan tanganku mulai meremas-remas sepasang payudara yang besar dan kencang. Gita dengan sangat bernafsu menekan pantatnya kuat-kuat, sehingga rudalku seluruhnya amblas ditelan vaginanya.

    Kali ini Gita yang memegang peranan, aku menurutinya saja, karena kulihat dengan posisinya yang di atas ia sangat bergairah sekali. Aku mengangkat badanku untuk melumat puting susunya. Perbuatanku semakin membuat Gita mabuk kepayang. Ia memeluk kepalaku ke arah payudaranya. Pantatnya semakin cepat ditarik dan diputar-putar. Hingga akhirnya ia mencapai orgasme yang kedua kalinya.

    Aku yang belum mencapai klimaks membuat keputusan berganti posisi dengan dogie style. Gita mengambil posisi menungging, kemudian kuarahkan rudalku ke vaginanya lewat belakang. Aku sangat bernafsu sekali melihat pantatnya yang lebar dan sexy.

    Tangan kananku memegang dan menepuk-nepuk pantatnya, sedangkan tangan kiriku meremas-remas payudaranya. Gerakan tersebut kulakukan secara bergantian. Ternyata posisi tersebut membuat Gita bangkit kembali gairahnya, karena klitorisnya terkena gesekan rudalku.

    Kali ini Gita mulai memberikan perlawanan. Ia menggoyang-goyangkan pantatnya maju mundur berlawanan dengan arah goyangan pantatku. Ketika Aku mendorong pantatku ia menyodorkan pantatnya ke belakang, dan ketika Aku menarik pantatku ke belakang ia menarik pantatnya kedepan.

    Irama nafas kami semakin cepat, kami melakukan goyangan dengan cepat, sehingga setiap kali kucabut dan menyodok vaginya dengan rudalku timbul bunyi akibat vagina Gita yang banjir oleh lendir birahi. Aku mulai merasakan spermaku akan segera keluar. Ternyata Gita juga sudah merasakan ia akan mengalami orgasme yang ketiga kalinya.

    Tidak lama kemudian rudalku memuntahkan sperma secara berturut-turut di dalam vaginanya. Aku pun merasakan gerakan Gita yang bergoyang-goyang pelan dan tegang, sedangkan punggungnya telihat melengkung seperti udang karena ia juga telah orgasme.

    Aku mencabut batang kemaluanku dari vaginanya setelah Aku tidak merasakan muncratan spermaku. Aku telentang lelah, sedangkan Gita menjilati sisa-sisa spermaku yang masih keluar dari zakarku. Ia menghentikan aktifitasnya setelah spermaku tidak keluar lagi.


    Kami berpelukan erat sambil menghayati kenikmatan yang barusan kami lakukan. Kami melakukan bukan hanya sekali saja, tetapi entah sampai berapa kali. Permainan kami semakin lama bertambah hot saja, karena ternyata Gita mulai terbiasa dan ketagihan dengan keperkasaan rudalku. Kami memutuskan pulang setelah merasa sudah sama-sama lemas dan puas. Andai saja kami melakukannya pada malam minggu, mungkin kami akan terus melakukannya sampai pagi.

    Setelah kejadian pada malam itu, hingga kini kami jadi sering melakukannya sampai pagi. Aku melakukan hubungan seks dengan Gita dengan system kalender, hal itu kami lakukan untuk menghindari kehamilan. Aku semakin ketagihan, karena tunanganku adalah tipe gadis pendiam dan alim, dan aku tidak pernah mendapatkan pelayanan sex darinya.

    Kemanapun aku pergi, termasuk chek-in, aku selalu membawa laptop. Komputer tersebut kupergunakan untuk memantau perkembangan usahaku, selain itu juga digunakan untuk mengetik ceritaku dan memutar film blue sebagai pembakar hasrat birahi kami.

    Tentu saja perbuatanku yang sedang menceritakan seks kami tidak diketahui oleh Gita, karena ia masih tertidur untuk istirahat sejenak.

  • Kisah Memek Ditengah Hujanku Bercinta Dengan Guru

    Kisah Memek Ditengah Hujanku Bercinta Dengan Guru


    3582 views


    Duniabola99.com – Seorang wanita dengan jilbab hijau lumut tampak berjalan terburu-buru menuju ruang guru, belahan rok yang cukup sempit memaksa wanita itu mengayun langkah kecil nan cepat. Namun saat dirinya tiba diruangan yang dituju, disana hanya didapatinya Bu Nita yang sibuk mengoreksi hasil ujian harian para siswa

    “Bu.. apa Pak Rivan sudah pulang?”

    “Mungkin sudah,” jawab Bu Nita, memandang Reyna dengan wajah penuh curiga, setau Bu Nita hubungan antara Reyna dan Rivan memang tak pernah akur, meski sama-sama guru muda, pemikiran Reyna dan Rivan selalu bersebrangan. Reyna yang idealis dan Rivan yang liberal.

    “Memangnya ada apa Bu?” lanjut wanita itu, penasaran.
    “Oh… tidak.. hanya ada perlu beberapa hal,” elak Reyna.
    “Apa itu tentang pengajuan kenaikan pangkat dan golongan?” tambah Nita yang justru semakin penasaran.
    “Bukan.. eh.. iya.. saya pamit duluan ya Bu,” ucap Reyna bergegas pamit.

    Semoga saja SMS itu cuma canda,” ucapnya penuh harap, bergegas menuju parkir, mengacuhkan pandangan satpam sekolah yang menatap liar tubuh semampai dibalut seragam hijau lumut khas PNS, ketat membalut tubuhnya.

    Mobil Avanza, Reyna, membelah jalan pinggiran kota lebih cepat dari biasanya. Hatinya masih belum tenang, pikirannya terus terpaku pada SMS yang dikirimkan Rivan, padahal lelaki itu hanya meminta tolong untuk membantunya menyusun persyaratan pengajuan pangkat, tapi rasa permusuhan begitu lekat dihatinya.

    Jantung Reyna semakin berdebar saat mobilnya memasuki halaman rumah, di sana telah terparkir Ninja 250 warna hijau muda, “tidak salah lagi itu pasti motor Rivan,” bisik hati Reyna. Di kursi beranda sudut mata wanita muda itu menangkap sosok seorang lelaki, asik dengan tablet ditangannya. “Kamu…” ucap Reyna dengan nada suara tak suka.

    Rivan membalas dengan tersenyum.

    “Masuklah, tapi ingat suamiku tidak ada dirumah, jadi setelah semua selesai kamu bisa langsung pulang,” ucap Reyna ketus, meninggalkan lelaki itu diruang tamu.

    Beraktifitas seharian disekolah memaksa Reyna untuk mandi, saat memilih baju, wanita itu dibuat bingung harus mengenakan baju seperti apa, apakah cukup daster rumahan ataukah memilih pakaian yang lebih formal.

    “Apa yang ada diotak mu, Rey?!.. Dia adalah musuh bebuyutan mu disekolah,” umpat hati Reyna, melempar gaun ditangannya ke bagian bawah lemari.

    Lalu mengambil daster putih tanpa motif. Tapi sayangnya daster dari bahan katun yang lembut itu terlalu ketat dan sukses mencetak liuk tubuhnya dengan sempurna, memamerkan bongkahan payudara yang menggantung menggoda.

    Reyna kembali dibuat bingung saat memilih penutup kepala, apakah dirinya tetap harus mengenakan kain itu ataukah tidak, toh ini adalah rumahnya. Namun tak urung tangannya tetap mengambil kain putih dengan motif renda yang membuatnya terlihat semakin anggun, tubuh indah dalam balutan serba putih yang menawan.


    Jam dinding sudah menunjukkan pukul 5 petang dan untuk yang kedua kalinya Reyna menyediakan teh untuk Rivan. Sementara lelaki itu masih terlihat serius dengan laptop dan berkas-berkas yang harus disiapkan, sesekali Reyna memberikan arahan.

    Tanpa sadar mata Reyna mengamati wajah Rivan yang memang menarik. “Sebenarnya cowok ini rajin dan baik, tapi kenapa sering sekali sikapnya membuatku emosi,” gumam Reyna, teringat permusuhannya dilingkungan sekolah.

    Pemuda yang memiliki selisih umur empat tahun lebih muda dari dirinya. Sikap keras Reyna sebagai wakil kepala sekolah bidang kesiswaan berbanding terbalik dengan sikap Rivan yang kerap membela murid-murid yang melakukan pelanggaran disiplin.

    “Tidak usah terburu-buru, minum dulu teh mu, lagipula diluar sedang hujan,” tegur Reyna yang berniat untuk bersikap lebih ramah.
    “Hujan?… Owwhh Shiiit.. Ibuku pasti menungguku untuk makan malam,” umpat Rivan.

    Reyna tertawa geli mendengar penuturan Rivan, “makan malam bersama ibumu? Tapi kamu tidak terlihat seperti seorang anak mami,” celetuk Reyna usil, membuat Rivan ikut tertawa, namun tangannya terus bergerak seakan tidak tergoda untuk meladeni ejekan Reyna.

    “Bereeesss..” ucap Rivan tiba-tiba mengagetkan Reyna yang asik membalas BBM dari suaminya.
    “Jadi apa aku harus pulang sekarang?” tanya Rivan, wajahnya tersenyum kecut saat mendapati hujan diluar masih terlalu lebat.

    “Di garasi ada jas hujan, tapi bila kamu ingin menunggu hujan teduh tidak apa-apa,” tawar Reyna yang yakin motor Rivan tidak mungkin menyimpan jas hujan.
    “Aku memilih berteduh saja, sambil menemani bu guru cantik yang sedang kesepian, hehehe…”
    “Sialan, sebentar lagi suamiku pulang lhoo,”

    Sesaat setelah kata itu terucap, Blackberry ditangan Reyna menerima panggilan masuk dari suaminya, tapi sayangnya suaminya justru memberi kabar bahwa dirinya sedikit terlambat untuk pulang, dengan wajah cemberut Reyna menutup panggilan.

    “Ada apa, Rey..”
    “Gara-gara kamu suamiku terlambat pulang,”

    “Lhoo, kenapa gara-gara aku? Hahaha…” Rivan tertawa penuh kemenangan, dengan gregetan Reyna melempar bantal sofa. Obrolan kembali berlanjut, namun lebih banyak berkutat pada dinamika kehidupan disekolah dan hal itu cukup sukses mencairkan suasana.

    Reyna seakan melihat sosok Rivan yang lain, lebih supel, lebih bersahabat dan lebih humoris. Jauh berbeda dari kacamatanya selama ini yang melihat guru cowok itu layaknya perusuh bagi dirinya, sebagai penegak disiplin para siswa.

    “Aku heran, kenapa kamu justru mendekati anak-anak seperti Junot dan Darko, kedua anak itu tak lagi dapat diatur dan sudah masuk dalam daftar merah guru BK,” tanya Reyna yang mulai terlihat santai. “Seandainya bukan keponakan dari pemilik yayasan, pasti anak itu sudah dikeluarkan dari sekolah,” sambungnya.


    “Yaa, aku tau, tapi petualangan mereka itu seru lho, mulai dari nongkrong di Mangga Besar sampai ngintipin anak cewek dikamar mandi, guru juga ada lho yang mereka intipin,” “Hah? yang benar? gilaaa, itu benar-benar perbuatan amoral,” Reyna sampai meloncat dari duduknya, berpindah ke samping Rivan.

    “Tapi tunggu, bukankah itu artinya kamu mendukung kenakalan mereka, dan siapa guru yang mereka intip?” tanya Reyna dengan was-was, takut dirinya menjadi korban kenakalan kedua siswa nya.
    “Sebanarnya mereka anak yang cerdas dan kreatif, bay
    angkan saja, hanya dengan pipa ledeng dan cermin mereka bisa membuat periskop yang biasa digunakan oleh kapal selam,” ucap Rivan serius, memutar tubuhnya berhadapan dengan Reyna yang penasaran.

    “Awalnya mereka cuma mengintip para siswi tapi bagiku itu tidak menarik, karena itu aku mengajak mereka mengintip di toilet guru, apa kamu tau siapa yang kami intip?”

    Wajah Reyna menegang, menggeleng dengan cepat. “Siapa?,,,”

    “kami mengintip guru paling cantik disekolah, Ibu Reyna Raihani!”
    “Apa? gilaaa kamu Van, kurang ajar,” Reyna terkaget dan langsung menyerang Rivan dengan bantal sofa.
    “ampuun Reeeey, Hahahaa,,”
    “Sebenarnya kamu ini guru atau bukan sih? Memberi contoh mesum ke murid-murid, besok aku akan melaporkan mu ke kepala sekolah,” sembur Reyna penuh emosi.

    Rivan berusaha menahan serangan dengan mencekal lengan Reyna.

    “Hahahaa, aku bohong koq, aku justru mengerjai mereka, aku tau yang sedang berada di toilet adalah Pak Tigor dan apa kamu tau efeknya? Mereka langsung shock melihat batang Pak Tigor yang menyeramkan, Hahaha,” Reyna akhirnya ikut tertawa, tanpa sadar jika lengannya masih digenggam oleh Rivan.

    “Tu kan, kamu itu sebenarnya lebih cantik jika sedang tertawa, jadi jangan disembunyikan dibalik wajah galakmu,” ucap Rivan yang menikmati tawa renyah Reyna yang memamerkan gigi gingsulnya. Seketika Reyna terdiam, wajahnya semakin malu saat menyadari tangan Rivan masih menggenggam kedua tangannya.

    Tapi tidak berselang lama bentakan dari bibir tipisnya kembali terdengar, “Hey!.. Kalo punya mata dijaga ya,” umpat Reyna akibat jelajah mata Rivan yang menyatroni gundukan payudara dibalik gaun ketat yang tak tertutup oleh jilbab, Reyna beranjak dan duduk menjauh, merapikan jilbabnya.

    “Punyamu besar juga ya,” balas Rivan, tak peduli akan peringatan Reyna yang menjadi semakin kesal lalu kembali melempar bantalan sofa. “Ga usah sok kagum gitu, lagian kamu pasti sudah sering mengintip payudara siswi disekolah?,,”

    “Tapi punyamu spesial, milik seorang guru tercantik disekolah,”

    “Sialan..” dengus Reyna merapikan jilbabnya, tapi sudut bibirnya justru tersenyum, karena tak ada wanita yang tidak suka bila dipuji. Wajah Reyna memerah , kalimat Rivan begitu vulgar seakan itu adalah hal yang biasa.

    “Rey… liat dong,”

    “Heh? Kamu mau liat payudaraku , gilaa… Benda ini sepenuhnya menjadi hak milik suamiku,” Wanita itu memeletkan lidahnya, tanpa sadar mulai terbawa sifat Rivan yang cuek.
    “Ayo dooong, penasaran banget nih,”
    “Nanti, kalo aku masuk kamar mandi intipin aja pake piroskop ciptaan kalian itu, hahaha..” Reyna tertawa terpingkal menutup wajahnya, tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkannya.

    “Yaaa, paling ngga jangan ditutupin jilbab keq,” sungut Rivan, keqi atas ulah Reyna yang menertawakannya.
    “Hihihi… Liat aja ya, jangan dipegang,” Ucap guru cantik itu dengan mata tertuju ke TV, lalu mengikat jilbabnya kebelakang.
    “Kurang..”

    “Apalagi? Bugil?” matanya melotot seolah-olah sedang marah, tetapi jantungnya justru berdebar kencang, menantang hatinya sejauh mana keberanian dirinya.
    “satu kancing aja,”
    “Dasar guru mesum,” Reyna lagi-lagi memeletkan lidahnya lalu kembali menolehkan wajahnya ke TV, namun tangannya bergerak melepas kancing atas.

    Tapi tidak berhenti sampai disitu, karena tangannya terus bergerak melepas kancing kedua lalu menyibak kedua sisinya hingga semakin terbuka, membiarkan bongkahan berbalut bra itu menjadi santapan penasaran mata Rivan. Entah apa yang membuat Reyna seberani itu, untuk pertama kalinya dengan sengaja menggoda lelaki lain dengan tubuh nya.


    “Punyamu pasti lebih kencang dibanding milik Anita,” sambung Rivan, matanya terus terpaku ke dada Reyna sambil mengusap-usap dagu yang tumbuhi jambang tipis, seolah menerawang seberapa besar daging empuk yang dimiliki wanita cantik itu. Tapi kata-kata Rivan justru membuat Reyna kaget, bingung sekaligus penasaran. “Hhmmm.. Ada hubungan apa antara dirimu dan Bu Nita?”

    “Tidak ada, aku hanya menemani wanita itu, menemani malam-malamnya yang sepi,”
    “Gilaaa.. Apa kamu… eeeenghhh,,,”

    “Maksudmu aku selingkuhan Bu Anita kan? Hahaha…” Rivan memotong kalimat Reyna setelah tau maksud kalimat yang sulit diucapkan wanita itu. “Bisa dikatakan seperti itu, hehehe.. Tapi kami sudah mengakhirinya tepat seminggu yang lalu,”

    “Kenapa?” sambar Reyna yang tiba-tiba penasaran atas isu skandal yang memang telah menyebar dikalangan para guru mesum. Rivan menghela nafas lalu menyandarkan tubuhnya. “Suaminya curiga dengan hubungan kami, meski Anita menolak untuk mengakhiri aku tetap harus mengambil keputusan itu, resikonya terlalu besar,”

    “Apa kamu mencintai Bu Anita?”

    Rivan tidak langsung menjawab tapi justru mengambil rokok dari kantongnya, setelah tiga jam lebih menahan diri untuk tidak menghisap lintingan tembakau dikantongnya, akhirnya lelaki itu meminta izin, “Boleh aku merokok?”

    “Silahkan..” jawab Reyna cepat.

    “Aku tidak tau pasti, Anita wanita yang cantik, tapi dia bukan wanita yang kuidamkan,” beber lelaki itu setelah menghembuskan asap pekat dari bibirnya. Tapi wajah wanita didepannya masih menunjukkan rasa penasaran, “lalu apa saja yang sudah terjadi antara dirimu dan Anita?” cecarnya.

    “Hahahaha.. Maksudmu apa saja yang sudah kami lakukan?”

    Wajah Reyna memerah karena malu, Rivan dengan telak membongkar kekakuannya sebagai seorang wanita dewasa. “Anita adalah wanita bersuami, artinya kau tidak berhak untuk menjamah tubuhnya,” ucap Reyna berusaha membela keluguan berfikirnya.

    Rivan tersenyum kecut, mengakui kesalahannya, “Tak terhitung lagi berapa kali kami melakukannya, mulai dari dirumahku, dirumahnya, bahkan kami pernah melakukan diruang lab kimia, desah suaranya sebagai wanita yang kesepian benar-benar menggoda diriku, rindu pada saat-saat aku menghamburkan spermaku diwajah cantiknya.”

    Seketika wajah Reyna terasa panas membayangkan petualangan, Anita, “Kenapa kamu tidak menikah saja?” tanya Reyna berusaha menetralkan debar jantungnya. “Belum ada yang cocok,” jawab Rivan dengan simpel, membuat Reyna menggeleng-gelengkan kepala, wanita itu mengambil teh dimeja dan meminumnya.
    “Rey.. selingkuhan sama aku yuk..”

    Brruuuuuffftttt…
    Bibir tipis Reyna seketika menghambur air teh dimulutnya.

    “Dasar guru mesum,” umpat Reyna membuang wajahnya, yang menampilkan ekspresi tak terbaca, kejendela yang masih mempertontonkan rinai hujan yang justru turun semakin deras.

    “Aku masak dulu, lapar nih,” ucap Reyna, beranjak dari sofa berusaha menghindar dari tatapan Rivan yang begitu serius, jantungnya berdegub keras masih tidak percaya dengan apa yang diucapkan Rivan.

    “Rey…” Panggilan Rivan menghentikan langkah wanita itu.
    “Kenapa wajahmu jadi pucat begitu, tidak perlu takut aku cuma bercanda koq,” ujar lelaki itu sambil terkekeh.
    “Siaaal, ni cowok sukses mengerjai aku,” umpat hati Reyna.

    “Aku tau koq, kamu tidak mungkin memiliki nyali untuk menggoda guru super galak seperti aku,” ucapnya sambil memeletkan lidah. Diam-diam bibirnya tersenyum saat Rivan mengikuti ke dapur. Hatinya mencoba berapologi, setidaknya lelaki itu dapat menemaninya saat memasak.

    Reyna dengan bangga memamerkan keahliannya sebagai seorang wanita, tangannya bergerak cepat menyiapkan dan memotong bumbu yang diperlukan, sementara Rivan duduk dikursi meja makan dan kembali berceloteh tentang kenakalan dan kegenitan para siswi disekolah yang sering menggoda dirinya sebagai guru mesum jomblo tampan.

    “Awas aja kalo kamu sampai berani menyentuh siswi disekolah,” Reyna mengingatkan Rivan sambil mengacungkan pisau ditangan, dan itu membuat Rivan tertawa terpingkal.
    “Ckckckck, mahir juga tangan mu Rey,” Rivan mengkomentari kecepatan tangan Reyna saat memotong bawang bombay.
    “Hahaha… ayo sini aku ajarin..” tawar Reyna tanpa menghentikan aksinya.

    Tapi Reyna terkejut ketika Rivan memeluknya dari belakang, bukan.. cowok itu bukan memeluk, karena tangannya mengambil alih pisau dan bawang yang ada ditangannya. “Ajari aku ya..” bisik Rivan lembut tepat ditelinganya.

    Kepala wanita itu mengangguk, tersenyum tersipu. Tangannya terlihat ragu saat menyentuh dan menggenggam tangan Rivan yang ditumbuhi rambut-rambut halus. Perlahan pisau bergerak membelah daging bawang.

    “tangan mu terlalu kaku, Hahahaa,”
    “Ya maaf, tanganku memang tidak terlatih melakukan ini, tapi sangat terlatih untuk pekerjaan lainnya.”
    “Oh ya? Contohnya seperti apa? Membuat periskop untuk mengintip siswi dikamar mandi? Hahaha,,,”


    “Bukan, tapi tanganku sangat terampil untuk memanjakan wanita cantik seperti mu,” ucap lelaki itu, melepaskan pisau dan bawang, beralih mengusap perut Reyna yang datar dan perlahan merambat menuju payudara yang membusung.

    “Hahaha, tidaak tidaaak, aku bukan selingkuhanmu, ingat itu,” tolak Reyna berusaha menahan tangan Rivan.
    “Rey, jika begitu jadilah teman yang mesra untuk diriku, dan biarkan temanmu ini sesaat mengangumi tubuhmu, bila tanganku terlalu nakal kamu bisa menghentikanku dengan pisau itu, Deal?…”

    Tubuh Reyna gemetar, lalu mengangguk dengan pelan, “Ya, Deaaal.” ucap bibir tipisnya, serak. Reyna kembali meraih pisau dan bawang dan membiarkan tangan kekar Rivan dengan jari-jarinya yang panjang menggenggam payudara nya secara utuh. Memberikan remasan yang lembut, memainkan sepasang bongkahan daging dengan gemas.

    Mata Reyna terpejam, kepalanya terangkat seiring cumbuan Rivan yang perlahan merangsek keleher yang masih terbalut jilbab. Romansa yang ditawarkan Rivan dengan cepat mengambil alih kewarasan Reyna.

    “Owwhhhh,” bibir Reyna mendesah, kakinya seakan kehilangan tenaga saat jari-jari Rivan berhasil menemukan puting payudara yang mengeras.
    “Rivaaaan,” ucap wanita itu sesaat sebelum bibirnya menyambut lumatan bibir yang panas.

    Membiarkan lelaki itu menikmati dan bercanda dengan lidahnya, menari dan membelit lidahnya yang masih berusaha menghindar. “Eeeemmhhh…” wajahnya terkaget, Rivan dalam hisapan yang lembut membuat lidah nya berpindah masuk menjelajah mulut lelaki itu dan merasakan kehangatan yang ditawarkan.

    Menggelinjang saat lelaki itu menyeruput ludah dari lidahnya yang menari. Jika Reyna mengira permainan ini sebatas permainan pertautan lidah, maka wanita itu salah besar, karena jemari dari lelaki yang kini memeluknya penuh hasrat itu mulai menyelusup kebalik kancingnya.

    “Boleh?”

    Wanita berbalut jilbab itu tak berani menjawab, hanya memejamkan matanya dan menunggu keberanian silelaki untuk menikmati tubuhnya. Begitu pun saat tangan Rivan berusaha menarik keluar bongkahan daging padat yang membusung menantang dari bra yang membekap.

    “Oooowwwhh, eemmppphhh,” tubuh Reyna mengejang seketika, tangan lentiknya tak mampu mengusir tangan Rivan, hanya mencengkram agar jemari lelaki itu tidak bergerak terlalu lincah memelintir puting mungilnya.

    “Rey.. Kenapa kamu bisa sepasrah ini?.. Benarkah kamu menyukai lelaki ini?.. Bukan.. Ini bukan sekedar pertemanan Rey.. Meski kau tidak menyadari aku bisa merasakan bibit rasa suka dihatimu akan lelaki itu, Rey…” hati kecil Reyna mencoba menyadarkan. Tapi wanita itu justru berusaha memungkiri penghianatan cinta yang dilakoninya, berusaha mengenyahkan bisikan hati dengan memejamkan matanya lebih erat.

    Wajahnya mendongak ke langit rumah, berusaha lari dari batinnya yang berteriak memberi peringatan. Pasrah menunggu dengan hati berdebar saat tangan Rivan mulai mengangkat dasternya keatas dan dengan pasti menyelinap kebalik kain kecil, menyelipkan jari tengah kecelah kemaluan yang mulai basah.

    “Ooowwwhhhhhhh,” bibirnya mendesah panjang, berusaha membuka kaki lebih lebar seakan membebaskan jari-jari Rivan bermain dengan klitorisnya.

    Kurihiiiing…
    Kurihiiiing…

    Dering HP mengagetkan keduanya, membuat pergumulan birahi itu terlepas. Kesadaran Reyna mengambil alih seketika, dirinya semakin shock melihat nama yang tertera dilayar HP, ‘Mas Anggara’.

    “Hallo mas, halloo,,” sambut Reyna diantara usahanya mengkondisikan jantung yang berdegup kencang.
    “Mas sedang dimana, kenapa belum pulang?” ucap Reyna kalut dengan rasa takut dan bersalah yang begitu besar, seolah suaminya kini berdiri tepat didepannya.
    “Mas masih dirumah sakit, mungkin tidak bisa pulang malam ini,” jawab suara besar diujung telpon.
    “Iya.. Iya tidak apa-apa, Mas kerja saja yang tenang,”

    Setelah mengucap salam, sambungan telpon dimatikan. Reyna berdiri bersandar dimeja, menghela nafas panjang lalu meneguk liur untuk membasahi kerongkongannya yang terasa sangat kering.


    “Rivan, terimakasih untuk semuanya, tapi kau bisa pulang sekarang,”
    “Tidak Rey, kita harus menyelesaikan apa yang sudah kita mulai,”

    “Apa maksudmu?… Tidak.. Aku bukan seperti Anita yang kesepian, aku tidak memiliki masalah apapun dengan suamiku, keluarga yang kumiliki saat ini adalah keluarga yang memang kuidamkan…” wajah Reyna menjadi pucat saat Rivan mendekat menempel ketubuhnya, mengangkat dasternya lebih tinggi, memeluk dan meremas pantat yang padat berisi.

    “Rivan, ingat!.. Kamu seorang guru, bukan pemerkosa..” didorongnya tubuh lelaki itu, tapi dekapan tangan Rivan terlalu erat.
    “Yaa.. Aku memang bukan pemerkosa, aku hanya ingin menyelesaikan apa yang sudah kita mulai,”
    “Gila kamu Rivan, aku adalah istri yang setia, tidak seperti wanita-wanita yang pernah kau tiduri ”
    “Ohh ya?,,” Rivan tersenyum sambil menurunkan celananya dan memamerkan batang yang telah mengeras, batang besar yang membuat Reyna terhenyak.

    Tiba-tiba dengan kasar Rivan mencengkram tubuh Reyna dan mendudukkan wanita itu diatas meja, dengan gerakan yang cepat menyibak celana dalam Reyna, batang besar itu telah berada didepan bibir senggama Reyna.

    “Jangan Rivaaan, aku bisa berbuat nekat,” Reyna mulai menangis ketakutan, meraih garpu yang ada disampingnya, mengancam Rivan.
    “Kenapa mengambil garpu, bukankah disitu ada pisau?” Rivan terkekeh, wajah yang tadi dihias senyum menghanyutkan kini berubah begitu menakutkan.
    “Aaaaaaaaaaaggghh…” Rivan berteriak kesakitan saat Reyna menusukkan garpu ke lengan lelaki itu.

    Lelaki itu menepis tangan Reyna, merebut garpu dan melemparnya jauh, darah terlihat merembes dikemeja lelaki itu. “Bila ingin mengakhiri ini seharusnya kau tusuk tepat di ulu hatiku,” ucapnya dengan wajah menyeringai sekaligus menahan sakit.

    “Tidaaak Rivaaaan, hentikaaan,” Reyna berhasil berontak mendorong tubuh besar Rivan lalu berlari kearah kamar, tapi belum sempat wanita itu menutup kamar Rivan menahan dengan tangannya.

    “Aaaaagghh…” Rivan mengerang kesakitan akibat tangannya yang terjepit daun pintu, lalu dengan kasar mendorong hingga membuat Reyna terjengkal.
    “Dengar Rey.. Sudah lama aku menyukai mu, dan aku berusaha menarik perhatianmu dengan menentang setiap kebijakan mu,”

    Dengan kasar Rivan mendorong wanita itu kelantai dan melucuti pakaiannya, Reyna berteriak meminta tolong sembari mempertahankan kain yang tersisa, tapi derasnya hujan mengubur usahanya. Lelaki itu berdiri mengangkangi tubuh Reyna yang terbaring tak berdaya, memamerkan batang besar yang mengeras sempurna, kejantanan yang jelas lebih besar dari milik suaminya.

    Wanita itu menangis saat Rivan dengan kasar menepis tangan yang masih berusaha menutupi selangkangan yang tak lagi dilindungi kain. “Cuu.. Cukup Rivan, sadarlaaah..” sambil terus menangis Reyna berusaha menyadarkan, tapi usahanya sia-sia, mata lelaki itu terhiptonis pada lipatan vagina dengan rambut kemaluan yang terawat rapi.

    Dengan kekuatan yang tersisa Reyna berusaha merapatkan kedua pahanya, namun terlambat, Rivan telah lebih dulu menempatkan tubuhnya diantara paha sekal itu dan bersiap menghujamkan kejantanannya untuk mengecap suguhan nikmat dari wanita secantik Reyna.

    “Ooowwhhh… Vagina mu lebih sempit dibanding milik Anita,” desah Rivan seiring kejantanan yang menyelusup masuk ke liang si betina.

    “Oohhkk.. Oohhkk..” bibir Reyna mengerang menerima hujaman yang dilakukan dengan kasar, semakin keras batang besar itu menghujam semakin kuat pula jari-jari Reyna mencakar tangan Rivan, air matanya tak henti mengalir.

    Tubuhnya terhentak bergerak tak beraturan, Rivan menyetubuhinya dengan sangat kasar. Wajah lelaki itu menyeringai saat melipat kedua paha Reyna keatas, memberi suguhan indah dari batang besar yang bergerak cepat menghujam celah sempit vagina Reyna.

    “Sayang, aku bisa merasakan lorong vaginamu semakin basah, ternyata kamu juga menikmati pemerkosaan ini, hehehe”

    Plak…

    Pertanyaan Rivan berbuah tamparan dari tangan Reyna, tapi lelaki itu justru tertawa terpingkal, lidahnya menjilati jari-jari kaki Reyna yang terangkat keatas dengan pinggul yang terus bergerak menghujamkan batang pusakanya. Puas bermain dengan kaki Reyna, tangan lelaki itu bergerak melepas bra yang masih tersisa.

    “Ckckckck… Sempurna, sejak dulu aku sudah yakin payudaramu lebih kencang dari milik Anita,”

    Tubuh Reyna melengkung saat putingnya dihisap lelaki itu dengan kuat. “Oooooouugghh..”

    “Pasti Anita malam ini tidak bisa tidur karena menunggu batang kejantanan yang kini sedang kau nikmati, Oowwhhh kecantikan, keindahan tubuh dan nikmatnya vaginamu benar-benar membuatku lupa pada beringasnya permainan Anita,” ucap Rivan, membuat Reyna kembali melayangkan tangannya kewajah lelaki itu.


    “Bajingan kamu, Van..” umpat wanita itu, tapi tak berselang lama bibirnya justru mendesah saat lidah Rivan bermain ditelinganya. “Oooowwwhhhhh….”
    “Hehehe…akuilah, jika kamu juga menikmati pemerkosaan ini, rasakanlah besarnya penisku divagina sempit mu ini,”

    Mata wanita itu terpejam, air matanya masih mengalir dengan suara terisak ditingkahi lenguhan yang sesekali keluar tanpa sadar. Hatinya berkecamuk, sulit memang memungkiri kenikmatan yang tengah dirasakan seluruh inderanya.

    “Reeeey… Sadarlah, kamu wanita baik-baik, seorang istri yang setia, setidaknya tutuplah mulut nakal mu itu,” teriak hatinya mencoba mengingatkan, membuat airmata Reyna semakin deras mengalir.

    Yaa.. meski hatinya berontak, tapi tubuhnya telah berkhianat, pinggulnya tanpa diminta bergerak menyambut hentakan batang yang menggedor dinding rahim. Rivan tersenyum penuh kemenangan.

    “Berbaliklah, sayang,” pintanya.

    Tubuh Reyna bergerak lemah membelakangi Rivan, pasrah saat lelaki itu menarik pantatnya menungging lebih tinggi, menawarkan kenikmatan dari liang senggama yang semakin basah. Jari-jari lentiknya mencengkram sprei saat lelaki dibelakang tubuhnya menggigiti bongkahan pantatnya dengan gemas.

    “Oooowwwhhhh… Eeeeeenghhh..” pantat indah yang membulat sempurna itu terangkat semakin tinggi ketika lidah yang panas memberikan sapuan panjang dari bibir vagina hingga keliang anal.

    Rasa takut dan birahi tak lagi mampu dikenali, matanya yang sendu mencoba mengintip pejantan yang membenamkan wajah tampannya dibelahan pantat yang bergetar menikmati permainan lidah yang lincah menari, menggelitik liang vagina dan anusnya, suatu sensasi kenikmatan yang tak pernah diberikan oleh suaminya.

    Isak tangis bercampur dengan rintihan. Hati yang berontak namun tubuhnya tak mampu berdusta atas lenguhan panjang yang mengalun saat batang besar Rivan kembali memasuki tubuhnya, menghantam bongkahan pantatnya dengan bibir menggeram penuh nafsu.

    Begitupun saat Rivan meminta Reyna untuk menaiki tubuhnya, meski airmatanya jatuh menetes diatas wajah sipejantan tapi pinggul wanita itu bergerak luwes dengan indahnya menikmati batang besar yang dipaksa untuk masuk lebih dalam.

    “Aaaawwhhhh Rey… Boleh aku menghamilimu?” ucap Rivan saat posisinya kembali berada diatas tubuh Reyna, menunggangi tubuh indah yang baru saja meregang orgasme.

    Wanita itu membuang wajahnya, bibirnya terkatup rapat tak berani menjawab hanya gerakan kepala yang menggeleng menolak, matanya begitu takut beradu pandang dengan mata Rivan yang penuh birahi.

    Batang besar Rivan bergerak cepat, orgasme yang diraih siwanita membuat lorong senggamanya menjadi sangat basah. Hentakan pinggul lelaki itu begitu cepat dan kuat seakan ingin membobol dinding rahim, memaksa Reyna berpegangan pada besi ranjang penikahannya untuk meredam kenikmatan yang didustakan.

    “Reeeeey.. Boleh aku menghamilimuuu?.. Aaaagghhh, cepaaaaat jawaaaaaaaab,” teriak Rivan yang menggerakkan pinggulnya semakin cepat.

    Reyna menatap Rivan dengan kepala yang menggeleng. “Jangaaan.. kumohooon jangaaaan… Rivan tersenyum menyeringai “Kamu yakin? Tidak ingin merasakan sensasi bagaimana sperma lelaki lain menghambur dirahim mu?”

    Plaaak..

    Reyna kembali menampar wajah Rivan untuk yang kesekian kalinya, tapi kali ini jauh lebih keras. Wanita menjerit terisak, tapi kaki jenjangnya justru bergerak melingkari pinggul silelaki, tangannya memeluk erat seakan ingin menyatukan dua tubuh.

    Tangis Reyna semakin menjadi, menangisi kekalahannya. Tangannya menyusuri punggung Rivan yang berkeringat lalu meremas pantat yang berotot seakan mendukung gerakan Rivan yang menghentak batang semakin dalam.

    “Kamu jahaaaaat Rivaaaan.. jahaaaaat..” teriak Reyna seiring lenguh kenikmatan dari bibir silelaki.

    Menghambur bermili-mili sperma dilorong senggama, menghantar ribuan benih kerahim siwanita yang mengangkat pinggulnya menyambut kepuasan silelaki dengan lenguh orgasme yang kembali menyapa, tubuh keduanya mengejat, menggelinjang, menikmati suguhan puncak dari sebuah senggama tabu.

    “Kenapa kau mempermainkan aku seperti ini,” isak Reyna dengan nafas memburu, tangannya masih meremasi pantat berotot Rivan yang sesekali mengejat untuk menghantar sperma yang tersisa kerahim si wanita.

    “Karena aku mencintaimu,” bisik lembut si penjantan ditelinga betina yang membuat pelukannya semakin erat, membiarkan tubuh besar itu berlama-lama diatas tubuh indah yang terbaring pasrah. Membisu dalam pikiran masing-masing.

    “Apa kamu bersedia menjadi teman selingkuhku?”

    Reyna menggeleng dengan cepat, “Aku tidak berani, Rivan, Ooooowwhhhhhh..” wanita itu melepaskan pagutan kakinya dan mengangkang lebar, membiarkan silelaki kembali menggerakkan pingulnya dan memamerkan kehebatan kejantanannya dicelah sempit vagina Reyna.

    “Tapi bagaimana bila aku memaksa?..”

    “Itu tidak mungkin Oooowwhhh… Aku sudah bersuami dan memiliki anak, aaaahhhhhh…” Reyna menggelengkan kepala, berusaha kukuh atas pendirian, meski pinggul indahnya bergerak liar, tak lagi malu untuk menyambut setiap hentakan yang menghantar batang penis kedalam tubuhnya.

    Reyna tak ingin berdebat, tangannya menjambak rambut Rivan saat bibir lelaki itu kembali berusaha merayu, membekap wajah Rivan pada kebongkahan payudara dengan puting yang mengeras.

    “Kamu jahat, Van.. Tak seharusnya aku membiarkan lelaki lain menikmati tubuhku.. Ooowwwhh.. Ooowwwhhh…”

    Setelahnya tak ada lagi kalimat lagi yang keluar selain desahan dan lenguhan dan deru nafas yang memburu. Hingga akhirnya bibir Rivan bersuara serak memanggil nama si wanita.


    “Reeeeey… Boleeeehkaaan?”

    Reyna menatap sendu wajah birahi Rivan, dengan kesadaran yang penuh wanita itu mengangguk lalu merentang kedua tangan dan kakinya, memberi izin kepada silelaki untuk kembali menghambur sperma kedalam rahimnya.

    “Reeeey..” panggil lelaki itu kembali, membuat siwanita bingung, sementara tubuhnya telah pasrah menjadi pelampiasan dari puncak birahi Rivan.

    Dengan wajah memelas tangan Rivan bergerak mengusap wajah Reyna, telunjuknya membelah bibir tipis siwanita.

    “Dasar guru mesum, ” ucap Reyna sambil menampar pipi Rivan tapi kali ini dengan lembut,
    “kamu menang banyak hari ini, Van..” ucapnya lirih dengan mata sembap oleh air mata.
    “Boleeeh?..”

    Reyna memalingkan wajahnya, lalu mengangguk ragu. Rivan bangkit mencabut batangnya lalu mengangkangi wajah guru cantik itu. Sudut mata Reyna menangkap wajah tampan silelaki yang menggeram sambil memainkan batang besar tepat didepan wajah nya.

    Jemari lentiknya gemetar saat mengambil alih batang besar itu dari tangan Rivan. Memberanikan diri untuk menatap lelaki yang mengangkangi wajahnya, kepasrahan wajah seorang wanita atas lelaki yang menikmati tualang birahi atas tubuhnya.

    “Aaaaaaaagghhh.. Aaaaagghhh.. Reeeeey..” wajah Rivan memucat seiring sperma yang menghambur kewajah cantik yang menyambut dengan mata menatap sendu. “Aaaaaagghhhh.. Sayaaaaaang..”

    Tak pernah sekalipun Reyna menyaksikan seorang pejantan yang begitu histeris mendapatkan orgasmenya, dan tak pernah sekalipun Reyna membiarkan seorang pejantan menghamburkan sperma diwajah cantiknya. Dengan ragu Reyna membuka bibirnya, membiarkan tetesan sperma menyapa lidahnya. Batang itu terus berkedut saat jari lentik Reyna yang gemetar menuntun kedalam mulutnya.

    Menikmati keterkejutan wajah Rivan atas keberaniannya. Bibirnya bergerak lembut menghisap batang Rivan, mempersilahkan lelaki itu mengosongkan benih birahi didalam bibir tipisnya.

    “Ooooooowwwhhhhh.. Reeeeeeeey…” Rivan mengejat, menyambut tawaran Reyna dengan beberapa semburan yang tersisa.
    “Cepatlah pulang.. Aku tidak ingin suamiku datang dan mendapati dirimu masih disini,” pinta Reyna setelah Rivan sudah mengenakan kembali seluruh pakaiannya.
    “Masih belum puas?.. dasar guru mesum,” ucapnya ketus saat Rivan memeluk dari belakang.
    “aku bukanlah selingkuhan mu, catat itu,” Reyna menepis tangan Rivan.

    “Yaa.. Aku akan mencatatnya disini, disini, dan disini..” jawab Rivan sambil menunjuk bibir tipis Reyna, lalu beralih meremas payudara yang membusung dan berakhir dengan remasan digundukan vagina.

    “Dasar gila ni cowok,” umpat hati Reyna, yang kesal atas ulah Rivan tetap terlihat cuek setelah apa yang terjadi.

    Reyna menatap punggung Rivan saat lelaki itu melangkah keluar, hujan masih mengguyur bumi Jakarta dengan derasnya, dibibir pintu lelaki itu berhenti dan membalikkan tubuhnya, menampilkan wajah serius.

    “Maaf Rey, sungguh ini diluar dugaanku, semua tidak lepas dari khayalku akan dirimu, tapi aku memang salah karena mencintai wanita bersuami, Love you Rey..” ucap Rivan lalu melangkah keluar kepelukan hujan.

    “Rivaaan.. Love u too,” teriak Reyna dengan suara serak, membuat langkah Rivan terhenti
    “Tapi maaf aku tidak bisa jadi selingkuhanmu.” lanjutnya.

    “Mamaaaaaa, Elminaaaa pulaaaaang,” teriak seorang bocah dengan ceria, coba mengagetkan wanita yang sibuk merapikan tempat tidur yang berantakan, gadis kecil itu langsung menghambur memeluk tubuh Reyna, ibunya.

    Usaha gadis itu cukup berhasil, Reyna sama sekali tidak menduga, Ermina, putri kecilnya yang beberapa hari menginap ditempat kakeknya dijemput oleh suaminya.

    “Ini buat mama dari Elmina,” ucapnya cadel, menyerahkan balon gas berbentuk amor yang melayang pada seutas tali. “Elmina kangen mamaa, selamat valentine ya, ma, Semoga mama semakin cantik dan sehat selalu..”

    Wajah mungil itu tersenyum ceria, senyum yang begitu tulus akan kerinduan sosok seorang ibu. Reyna tak lagi mampu membendung air mata, menatap mata bening tanpa dosa yang menunjukkan kasih sayang seorang anak. Sementara dibelakang gadis itu berdiri suaminya, Anggara, sambil menggenggam balon yang sama.

    “Selamat valentine, sayang,” ucap Anggara, tersenyum dengan gayanya yang khas, senyum lembut yang justru mencabik-cabik hati Reyna.

    Seketika segala sumpah serapah tertumpah dari hatinya, atas ketidaksetiaannya sebagai seorang istri, atas ketidak becusannya menyandang sebutan seorang ibu.

    “Maafin Mama, sayang,” ucap Reyna tanpa suara, memeluk erat tubuh mungil Ermina, terisak dengan tubuh gemetar. “Maafin mama, Pah,”

    Tengah malam, Reyna berdiri dibalik jendela, menatap gulita dengan gundah. Suaminya dan Ermina telah terlelap.

    PING!…

    Tanpa hasrat wanita itu membuka BBM yang ternyata menampilkan pesan dari Rivan.

    “Besok pukul 12 aku tunggu di lab kimia, ”

    Jemari kiri Reyna erat menggenggam tangan suaminya yang tengah pulas tertidur, sementara tangan kanannya menulis pesan dengan gemetar. “Ya, aku akan kesitu,”

    Kisah Seks, Cerita Sex, Cerita Panas, Cerita Bokep, Cerita Hot, Cerita Mesum, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Sex Bergambar, Cerita ABG, Cerita Sex Tante, Cerita Sex Sedarah, Cerita Sex Pasutri

  • Kisah Memek Dosen Binal

    Kisah Memek Dosen Binal


    2946 views

    Duniabola99.com – Kejadiaan ini tidak sengaja ketika aku di datangi dosen pembimbingku yang binal, Dosen dengan tubuh yang seksi dan menggoda. Mari kita simak cerita selengkapnya. woyooo


    Saat itu aku masih duduk di semester 7 di salah satu perguruan tinggi Kota M, cerita sexku ini berawal saat aku lagi putus dgn pacarku, memang pacarku itu orangnya agak ribet sudah aku cintai malah dia bertingkah yg tidak mengenakan hatiku, dan akhirnya hubungan kami hanya bertahan 1 tahun, dia orangnya cemburuan karena posisiku disaat itu amengontrak rumah dgn 5 orang.

    Kebetulan aku diajak kakaku untuk ikut dgnnya jadinya aku disanan laki-laki sendiri, awalnya aku ingin mencari tempat kos sendiri tapi karena kakakku sayg sekali padaku, aku tidak diperbolehkan pisah rumah, dan aku pun tinggal bersama teman kakakku kesemuanya wanita.

    Diantara 4 teman kakakku ada salah satu yg menjadi dosen di Kampus lain, namanya Linda kesemuanya memanggil dgn nama Ibu karena dia tertua disini umurnya sekitar 40 tahun tapi masih sendiri belum menikah, saat aku berdua dgn ibu Linda. Dia bertanya.
    “Lhoo kamu kok sendirian dan akhir akhir ini saya lihat kamu sering ngalamun”jangan jangan ngalamun dgn mantan paarmu itu ya”
    “heeeehee ibu tau aja ya begitulah ibu”jawabku
    Memang aku juga sering curhat soal pribadi dgn ibu Linda, karena dia sudah aku anggap seperti kakak keduaku dan tahu akan banyak hal.

    “pantesan saja kamu akhir akhir ini selalau murung memikirkan dia terus ya???”
    Sering aku bercerita dgn Ibu Linda sampai suatu ketika terjadi kejhadian tersebut.
    Begitu dekatnya aku sama Ibu Linda sampai suatu waktu aku mengalami kejadian ini. Entah kenapa aku tidak sengaja sudah mulai ada perhatian sama Ibu Linda. Waktu itu tepatnya siang-siang semuanya pada kuliah, aku sedang sakit kepala jadinya aku bolos dari kuliah.
    Siang itu tepat jam 11:00 siang saaat aku bangun, eh agak sedikit heran kok masih ada orang di rumah, biasanya kalau siang-siang bolong begini sudah pada nggak ada orang di rumah tapi kok hari ini kayaknya ada teman di rumah nih. Aku pergi ke arah dapur.
    “Eh Ibu Linda, nggak ngajar Bu?” tanyaku.
    “Kamu kok nggak kuliah?” tanya dia.
    “Habis sakit Bu”, kataku.
    “Sakit apa sakit?” goda Ibu Linda.
    “Ah… Ibu Linda bisa aja”, kataku.
    “Sudah makan belum?” tanyanya.
    “Belum Bu”, kataku.
    “Sudah Ibu Masakin aja sekalian sama kamu ya”, katanya.
    dgn cekatan Ibu Linda memasak, kita pun langsung makan berdua sambil ngobrol ngalor ngidul sampai-sampai kita membahas cerita yg agak berbau seks.


    Kukira Ibu Linda nggak suka yg namanya cerita seks, eh tau-taunya dia membalas dgn cerita yg lebih hot lagi. Kita pun sudah semakin jauh ngomongnya. Tepat saat itu aku ngomongin tentang perempuan yg sudah lama nggak merasakan hubungan dgn lain jenisnya.

    “Apa masih ada gitu keinginannya untuk itu?” tanyaku.
    “Enak aja, emangnya nafsu itu ngenal usia gitu”, katanya.
    “Oh kalau gitu Ibu Linda masih punya keinginan dong untuk ngerasain bagaimana hubungan dgn lain jenis”, kataku.
    “So pasti dong”, katanya.
    “Terus dgn siapa Ibu untuk itu, Ibu kan belum kimpoi”, dgn enaknya aku nyeletuk.
    “Aku bersedia kok”, kataku lagi dgn sedikit agak cuek sambil kutatap wajahnya.
    Ibu Linda agak merah pudar entah apa yg membawa keberanianku semakin membludak dan entah kapan mulainya aku mulai memegang tangannya. dgn sedikit agak gugup Ibu Linda kebingungan sambil menarik kembali tangannya, dgn sedikit usaha aku harus merayu terus sampai dia benar-benar bersedia melakukannya.

    “Okey, sorry ya Bu, aku sudah terlalu lancang terhadap Ibu Linda”, kataku.
    “Nggak, aku kok yg salah memulainya dgn meladenimu bicara soal itu”, katanya.
    dgn sedikit kegirangan, dalam hatiku dgn lembut kupegang lagi tangannya sambil kudekatkan bibirku ke dahinya. dgn lembut kukecup keningnya. Ibu Linda terbawa dgn situasi yg kubuat, dia menutup matanya dgn lembut. Juga kukecup sedikit di bawah kupingnya dgn lembut sambil kubisikkan,
    “Aku sayg kamu, Ibu Linda”, tapi dia tidak menjawab sedikitpun.
    dgn sedikit agak ragu juga kudekatkan bibirku mendekati bibirnya. Cup… dgn begitu lembutnya aku merasa kelembutan bibir itu. Aduh lembutnya, dgn cekatan aku sudah menarik tubuhnya ke rangkulanku, dgn sedikit agak bernafsu kukecup lagi bibirnya.

    dgn sedikit terbuka bibirnya menyambut dgn lembut. Kukecup bibir bawahnya, eh… tanpa kuduga dia balas kecupanku. Kesempatan itu tidak kusia-siakan. Kutelusuri rongga mulutnya dgn sedikit kukulum lidahnya.

    Kukecup, “Aah… cup… cup… cup…” dia juga mulai dgn nafsunya yg membara membalas kecupanku, ada sekitar 10 menitan kami melakukannya, tapi kali ini dia sudah dgn mata terbuka. dgn sedikit ngos-ngosan kayak habis kerja keras saja.
    “Aah… jangan panggil Ibu, panggil Linda aja ya!”
    Kubisikkan Ibu Linda, “Linda kita ke kamarku aja yuk!”.
    dgn sedikit agak kaget juga tapi tanpa perlawanan yg berarti kutuntun dia ke kamarku. Kuajak dia duduk di tepi tempat tidurku. Aku sudah tidak tahan lagi, ini saatnya yg kutunggu-tunggu. dgn perlahan kubuka kacing bajunya satu persatu, dgn lahapnya kupandangi tubuhnya. Ala mak… indahnya tubuh ini, kok nggak ada sih laki-laki yg kepengin untuk mencicipinya. dgn sedikit membungkuk kujilati dgn telaten. Pertama-tama belahan gunung kembarnya.
    “Ah… ssh… terus Ian”, Ibu Linda tidak sabar lagi,


    BH-nya kubuka, terpampang sudah buah kembar yg montok ukuran 34 B. Kukecup ganti-gantian,
    “Aah… sssh…” dgn sedikit agak ke bawah kutelusuri karena saat itu dia tepat menggunakan celana pendek yg kainnya agak tipis dan celananya juga tipis, kuelus dgn lembut,“Aah… aku juga sudah mulai terangsang.

    Kusikapkan celana pendeknya sampai terlepas sekaligus dgn celana dalamnya, hu… cantiknya gundukan yg mengembang. dgn lembut kuelus-elus gundukan itu,
    “Aah… uh… sssh… Ian kamu kok pintar sih, aku juga sudah nggak tahan lagi”,
    Sebenarnya memang ini adalah pemula bagi aku, eh rupanya Linda juga sudah kepengin membuka celanaku dgn sekali tarik aja terlepas sudah celana pendek sekaligus celana dalamku.

    “Oh… besar amat”, katanya. Kira-kira 18 cm dgn diameter 2 cm, dgn lembut dia mengelus zakarku,
    “Uuh… uh… shhh..” dgn cermat aku berubah posisi 69, kupandangi sejenak gundukannya dgn pasti dan lembut. Aku mulai menciumi dari pusarnya terus turun ke bawah, kulumat kewanitaannya dgn lembut, aku berusaha memasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluannya,
    “Aah… uh… ssh….. terus Ian”, Linda mengerang.
    “Aku juga enak Linda”, kataku. dgn lembut di lumat habis kepala kemaluanku, di jilati dgn lembut,

    “Uuh… uh… shhh..” dgn cermat aku berubah posisi 69, kupandangi sejenak gundukannya dgn pasti dan lembut. Aku mulai menciumi dari pusarnya terus turun ke bawah, kulumat kewanitaannya dgn lembut, aku berusaha memasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluannya,

    “Aah… uh… ssh….. terus Ian”, Linda mengerang.

    “Aku juga enak Linda”, kataku. dgn lembut di lumat habis kepala kemaluanku, di jilati dgn lembut,

    “Assh… oh… ah…. Linda terus sayg”,


    dgn lahap juga kusapu semua dinding lubang kemaluannya, “Aahk… uh… ssh…..” sekitar 15 menit kami melakukan posisi 69, sudah kepengin mencoba yg namanya bersetubuh. Kuubah posisi, kembali memanggut bibirnya.

    Sudah terasa kepala kemaluanku mencari sangkarnya. dgn dibantu tangannya, diarahkan ke lubang kewanitaannya. Sedikit demi sedikit kudorong pinggulku,

    “Aakh… sshh… pelan-pelan ya Ian, aku masih perawan”, katanya.

    “Haaa…” aku kaget, benar rupa-rupanya dia masih suci.

    dgn sekali dorong lagi sudah terasa licin. Blessst,

    “Aahk…” teriak Linda,

    kudiamkan sebentar untuk menghilangkan rasa sakitnya, setelah 2 menitan lamanya kumulai menarik lagi batang kemaluanku dari dalam, terus kumaju mundurkan. Mungkin karena baru pertama kali hanya dgn waktu 7 menit Linda

    “Aakh… ushh… usssh… ahhhkk… aku mau keluar Ian”, katanya.

    “Tunggu, aku juga sudah mau keluar akh…” kataku.

    Tiba-tiba menegang sudah lubang kemaluannya menjepit batang kemaluanku dan terasa kepala batang kemaluanku disiram sama air surganya, membuatku tidak kuat lagi memuntahkan

    “Crot… crot… cret…” banyak juga air maniku muncrat di dalam lubang kemaluannya.

    “Aakh…” aku lemas habis, aku tergeletak di sampingnya.

    dgn lembut dia cium bibirku, “Kamu menyesal Ian?” tanyanya.

    “Ah nggak, kitakan sama-sama mau.”


    Kami cepat-cepat berberes-beres supaya tidak ada kecurigaan, dan sejak kejadian itu aku sering bermain cinta dgn Ibu Linda hal ini tentu saja kami lakukan jika di rumah sedang sepi, atau di tempat penginapan apabila kami sudah sedang kebelet dan di rumah sedang ramai. sejak kejadian itu pada diri kami berdua mulai bersemi benih-benih cinta, dan kini Ibu Vivien menjadi pacar gelapku.


    content/uploads/2018/10/16_cr-5.jpg” alt=”” width=”1024″ height=”650″ />

  • Kisah Memek Dosen Killer

    Kisah Memek Dosen Killer


    2852 views

    Duniabola99.com – Aku seorang laki-laki yg dilahirkan di kota Pekan baru di provinsi sumatera, kota yg panas karena terletak di dataran rendah. Selain tinggi tubuh seukuran orang-orang bule, kata kawanku wajahku lumayan. Mereka bilang Aku hitam manis. Sebagai laki-laki, bokep, Aku juga bangga karena ketika SMA dulu Aku banyak memiliki kawan-kawan wanita.

    Walaupun Aku sendiri tak ada yg tertarik satupun di antara mereka. Mengenang ketika-ketika dulu Aku kasertag tersenyum sendiri, karena walo bagaimanapun kenangan adalah sesuatu yg berharga dalam diri kita. Apalagi kenangan manis.

    Aku mahasiswa semester akhir di salah satu perguruan tinggi swasta di kota S, mengambil jurusan ilmu perhotelan. Tapi para pembaca, sampai ketika ini pun Aku masih belom bisa menyelesaikan studiku hanya gara-gara satu mata kuliah saja yg belom lulus, yaitu mata kuliah yg berhubugan dgn hitung berhitung. Walopun sudah kuambil selama empat semester, tapi hasilnya belom lulus juga. Untuk mata kuliah yg lain Aku bisa menyelesaikannya, tapi untuk mata kuliah yg satu ini Aku benar-benar merasa kesulitan. Joker138

    “Coba saja dirimu konsultasi kepada dosen pembimbing akademis..,” kata kawanku Andi ketika kita berdua sesertag duduk-duduk dalam kamar kost.
    “Sudah, Di. Tapi beliau juga lepas tangan dgn masalahku ini.
    Kata beliau ini ditentukan oleh dirimu sendiri.” Kata Aku sambil menghisap rokok dalam-dalam.

    “Benar juga apa yg dikatakan beliau, Gi, semua ditentukan dari dirimu sendiri.” sahut Andi sambil termangu, tangannya sibuk memainkan korek api di depannya.

    Lama kita sibuk tenggelam dalam pikiran kita masing-masing, sampai akhirnya Andi berkata,

    “Gini saja, Gi, dirimu langsung saja menghadap dosen mata kuliah itu, ceritakan kesulitanmu, mungkin beliau mau membantu.” kata Andi.

    Mendengar perkataan Andi, seketika Aku langsung teringat dgn dosen mata kuliah yg menyebalkan itu. Namanya Ibu Miska, umurnya kira-kira 35 tahun.

    Orangnya lumayan cantik, juga seksi, tapi banyak kawanku begitu juga Aku mengatakan Ibu Miska adalah dosen killer, banyak kawanku yg dibuat sebal olehnya. Maklum saja Ibu Miska belom berkeluarga alias masih sendiri, wanita yg masih sendiri mudah tersinggung serta sensitif.


    “Waduh, Di, bagaimana bisa, dia dosen killer di kampus kita..,” Kata Aku bimbang.
    “Iya sih, tapi walo bagaimanapun dirimu harus berterus terang mengenai kesulitanmu, bicaralah baik-baik, masa beliau tak mau membantu..,” kata Andi memberi saran.

    Aku terdiam sejenak, berbagai pertimbangan muncul di kepala Aku. Dikejar-kejar ketika, pesan orang tua, dosen wanita yg killer.

    Akhirnya Aku berkata, “Baiklah Di, akan kucoba, besok Aku akan menghadap beliau di kampus.”
    “Nah begitu dong, segala sesuatu harus dicoba dulu,” sahut Andi sambil menepuk-nepuk pundakku.

    Siang itu Aku sudah duduk di kantin kampus dgn segelas es teh di depanku serta sebatang rokok yg menyala di tanganku. Sebelom bertemu Ibu Miska Aku sengaja bersantai dulu, karena bagaimanapun nanti Aku akan gugup menghadapinya, Aku akan menenangkan diri dulu beberapa ketika. Tanpa Aku sadari, tiba-tiba Andi sudah berdiri di belakangku sambil menepuk pundakku, seketika Aku kaget dibuatnya.

    “Ayo Chris, sekarang ketikanya. Bu Miska kulihat tadi sesertag menuju ke ruangannya, mumpung sekarang tak mengajar, temuilah beliau..!” bisik Andi di telingAku.
    “Oke-oke..,” Kata Aku singkat sambil berdiri, menghabiskan sisa es teh terakhir, kubuang rokok yg tersisa sedikit, kuambil permen dalam saku Aku, kutarik dalam-dalam nafasku. Aku langsung melangkahkan kaki. “Kalau begitu Aku duluan ya, Chris.

    Sampai ketemu di kost,” sahut Andi sambil meninggalkanku.

    Aku hanya bisa melambaikan tangan saja, karena pikiranku masih berkecamuk bimbang, bagaimana Aku harus menghadapai Ibu Miska, dosen killer yg masih sendiri itu.

    Perlahan Aku berjalan menyusupi lorong kampus, suasana sangat lengang ketika itu, maklum hari Sabtu, banyak mahasiswa yg meliburkan diri, lagipula kalau saja Aku tak mengalami masalah ini lebih baik Aku tidur-tiduran saja di kamar kost, ngobrol dgn kawan. Hanya karena masalah ini Aku harus bersusah-susah menemui Bu Miska, untuk bisa membantuku dalam masalah ini.

    Kulihat pintu di ujung lorong. Memang ruangan Bu Miska terletak di pojok ruangan, sehingga tak ada orang lewat simpang siur di depan ruangannya. Kelihatan sekali keadaan yg sepi.

    Pikirku,
    “Mungkin saja wanita yg belom bersuami inginnya menyendiri saja.” Perlahan-lahan kuketuk pintu, seketika kemudian terdengar suara dari dalam,

    “Masuk..!”

    Aku langsung masuk, kulihat Bu Miska sesertag duduk di belakang mejanya sambil membuka-buka map. Kutup pintu pelan-pelan. Kulihat Bu Miska memansertagku sambil tersenyum, sesaat Aku tak menygka beliau tersenyum ramah padAku. Sedikit demi sedikit Aku mulai bisa merasa tenang, walopun masih ada sedikit rasa gugup di hatiku.

    “Silakan duduk, apa yg bisa Ibu bantu..?” Bu Miska langsung mempersilakan Aku duduk,

    Seketika Aku terpesona oleh kecantikannya. Bagaimana mungkin dosen yg begitu cantik serta anggun menbisa julukan dosen killer. Kutarik kursi pelan-pelan, kemudian Aku duduk.

    “Oke, Bertho, ada apa ke sini, ada yg bisa Ibu bantu..?” sekali lagi Bu Miska menanyakan hal itu kepada Aku dgn senyumnya yg masih mengembang.

    Perlahan-lahan kuceritakan masalahku kepada Bu Miska, mulai dari keinginan orangtua yg ingin Aku agak cepat menyelesaikan studiku, sampai ke mata kuliah yg ketika ini Aku belom bisa menyelesaikannya.

    Kulihat Bu Miska dgn tekun mendengarkan cerita Aku sambil sesekali tersenyum kepada Aku. Melihat keadaan yg demikian Aku bertambah semangat bercerita, sampai pada akhirnya dgn spontan Aku berkata,

    “Apa saja akan kulakukan Bu Miska, untuk bisa menyelesaikan mata kuliah ini. Mungkin suatu ketika membantu Ibu membersihkan rumah, contohnya mencuci piring, mengepel, atau yah, katakanlah mencuci baju pun Aku akan melAkukannya demi agar mata kuliah ini bisa aku selesaikan. Aku mohon sekali, berikanlah keringanan nilai mata kuliah Ibu pada aku.”


    Mendengar kejujuran serta perkataanku yg polos itu, kulihat Bu Miska tertawa kecil sambil berdiri menghampiriku, tawa kecil yg kelihatan misterius, dimana Aku tak bisa mengerti apa maksudnya.

    “Apa saja Bertho..?” kata Bu Miska seakan menegaskan perkataanku tadi yg secara spontan keluar dari mulutku tadi dgn nada bertanya.

    “Apa saja Bu..!” kutegaskan sekali lagi perkataanku dgn spontan.

    Seketika kemudian tanpa kusadari Bu Miska sudah berdiri di belakangku, ketika itu Aku masih duduk di kursi sambil termenung. Sejenak Bu Miska memegang pundakku sambil berbisik di telingAku.

    “Apa saja kan Bertho..?” Aku mengangguk sambil menunduk,

    Ketika itu Aku belom menyadari apa yg akan terjadi. Tiba-tiba saja dari arah belakang, Bu Miska sudah menghujani pipiku dgn ciuman-ciuman lembut, sebelom sempat Aku tersadar apa yg akan terjadi. Bu Miska tiba-tiba saja sudah duduk di pangkuanku, merangkul kepala aku, kemudian melumatkan bibirnya ke bibirku. Ketika itu Aku tak tahu apa yg harus kulakukan, seketika kedua tangan Bu Miska memegang kedua tanganku, kemudian meremas-remaskan ke buah dadanya yg sudah mulai mengencang. Aku tersadar, kulepaskan mulutku dari mulutnya.

    “Bu, haruskah kita..” Sebelom Aku menyelesaikan ucapanku, telunjuk Bu Miska sudah menempel di bibirku, seakan menyuruhku untuk diam.

    “Sudahlah Bertho, inilah yg Ibu inginkan..” Setelah berkata begitu, kembali Bu Miska melumat bibirku dgn lembut, sambil membimbing kedua tanganku untuk tetap meremas-remas buah dadanya yg montok karena sudah mengencang.

    Akhirnya timbul hasrat kelelakianku yg normal, seakan terhipnotis oleh reaksi Bu Miska yg menggairahkan serta ucapannya yg begitu pasrah, kita berdua tenggelam dalam hasrat seks yg sangat menggebu-gebu serta panas.

    Aku membalas melumat bibirnya yg indah merekah sambil kedua tanganku terus meremas-remas kedua buah dadanya yg masih tertutup oleh baju itu tanpa harus dibimbing lagi.

    Tangan Bu Miska turun ke bawah perutku, kemudian mengusap-usap kemaluanku yg sudah mengencang hebat. Dilanjutkan kemudian satu-persatu kancing-kancing bajuku dibuka oleh Bu Miska, secara reflek pula Aku mulai membuka satu-persatu kancing baju Bu Miska sambil terus bibirku melumat bibirnya.

    Setelah bisa membuka bajunya, begitu pula dgn bajuku yg sudah terlepas, gairah kita semakin memuncak, kulihat kedua buah dada Bu Miska yg memakai BH itu mengencang, buah dadanya menyembul indah di antara BH-nya.


    Kuciumi kedua buah dada itu, kulumat belahannya, buah dada yg putih serta indah. Kudengar suara Bu Miska yg mendesah-desah merasakan kenikmatan yg kuberikan. Kedua tangan Bu Miska mengelus-elus dada Aku yg bisertag. Lama Aku menciumi serta melumat kedua buah dadanya dgn kedua tanganku yg sesekali meremas-remas serta mengusap-usap buah dada serta perutnya.

    Akhirnya kuraba tali pengait BH di punggungnya, kulepaskan kancingnya, setelah lepas kubuang BH ke samping. Ketika itu Aku benar-benar bisa melihat dgn utuh kedua buah dada yg mulus, putih serta mengencang hebat, menonjol serasi di dadanya. Kulumat putingnya dgn mulutku sambil tanganku meremas-remas buah dadanya yg lain.

    Puting yg menonjol indah itu kukulum dgn penuh gairah, terdengar desahan nafas Bu Miska yg semakin menggebu-gebu.

    Oh.., oh.., Bertho.. teruskan.., teruskan Bertho..!” desah Bu Miska dgn pasrah serta memelas.

    Melihat kondisi seperti itu, kejantananku semakin memuncak. Dgn penuh gairah yg mengebu-gebu, kedua puting Bu Miska kukulum bergantian sambil kedua tanganku mengusap-usap punggungnya, kedua puting yg menonjol tepat di wajahku. Buah dada yg mengencang keras. Lama Aku melakukannya, sampai akhirnya sambil berbisik Bu Miska berkata, Agen Joker138

    “Angkat Aku ke atas meja Bertho.., ayo angkat Aku..!”

    Spontan kubopong tubuh Bu Miska ke arah meja, kududukkan, kemudian dgn reflek Aku menyingkirkan barang-barang di atas meja. Map, buku, pulpen, kertas-kertas, semua kujatuhkan ke lantai dgn cepat, untung lantainya memakai karpet, sehingga suara yg ditimbulkan tak terkemudian keras.

    Masih dalam keadaan duduk di atas meja serta Aku berdiri di depannya, tangan Bu Miska langsung meraba sabukku, membuka pengaitnya, kemudian membuka celana Aku serta menjatuhkannya ke bawah. Serta-merta Aku segera membuka celana dalamku, serta melemparkannya ke samping. Kulihat Bu Miska tersenyum serta berkata lirih,

    “Oh.. Bertho.., betapa jantannya dirimu.. kemaluanmu begitu panjang serta besar..

    Oh.. Bertho, Aku sudah tak tahan lagi untuk merasakannya.” Aku tersenyum juga, kuperhatikan tubuh Bu Miska yg setengah bugil itu.

    Kemudian sambil kurebahkan tubuhnya di atas meja dgn posisi Aku berdiri di antara kedua pahanya yg telentang dgn rok yg tersibak sehingga kelihatan pahanya yg putih mulus, kuciumi buah dadanya, kulumat putingnya dgn penuh gairah, sambil tanganku bergerilya di antara pahanya.

    Aku memang menginginkan pemanasan ini agak lama, kurasakan tubuh kita yg berkeringat karena gairah yg timbul di antara Aku serta Bu Miska. Kutelusuri tubuh Bu Miska yg setengah bugil serta telentang itu mulai dari perut, kemudian kedua buah dadanya yg montok, kemudian leher. Kudengar desahan-desahan serta rintihan-rintihan pasrah dari mulut Bu Miska.

    Sampai ketika Bu Miska menyuruhku untuk membuka roknya, perlahan-lahan kubuka kancing pengait rok Bu Miska, kubuka restletingnya, kemudian kuturunkan roknya, kemudian kujatuhkan ke bawah. Setelah itu kubuka serta kuturunkan juga celana dalamnya.

    Seketika hasrat kelelakianku semakin menggebu-gebu demi melihat tubuh Bu Miska yg sudah bugil bulat, tubuh yg indah serta seksi, dgn gundukan daging di antara pahanya yg ditutupi oleh rambut yg begitu rimbun. Terdengar Bu Miska berkata pasrah,

    “Ayolah Bertho.., apa yg kau tunggu..? Ibu sudah tak tahan lagi.”

    Kurasakan tangan Bu Miska menggenggam kemaluanku, menariknya untuk lebih mendekat di antara pahanya. Aku mengikuti kemauan Bu Miska yg sudah memuncak itu, perlahan tapi pasti kumasukkan kemaluanku yg sudah mengencang keras layaknya milik kuda perkasa itu ke dalam kemaluan Bu Miska.

    Kurasakan milik Bu Miska yg masih agak sempit. Akhirnya setelah sedikit bersusah payah, seluruh batang kemaluanku amblas ke dalam kemaluan Bu Miska. Terdengar Bu Miska merintih serta mendesah,

    Oh.., oh.., Bertho.. terus Bertho.. jangan lepaskan Bertho.. Aku mohon..!

    ” Tanpa pikir panjang lagi disertai hasratku yg sudah menggebu-gebu, kugerakkan kedua pantatku maju-mundur dgn posisi Bu Miska yg telentang di atas meja serta Aku berdiri di antara kedua pahanya.


    Mula-mula teratur, seirama dgn goygan-goygan pantat Bu Miska. Sering kudengar rintihan-rintihan serta desahan Bu Miska karena menahan kenikmatan yg amat sangat. Begitu juga Aku, kuciumi serta kulumat kedua buah dada Bu Miska dgn mulutku. Kurasakan kedua tangan Bu Miska meremas-remas rambutku sambil sesekali merintih,

    “Oh.. Bertho.. oh.. Bertho.. jangan lepaskan Bertho, kumohon..!”

    Mendengar rintihan Bu Miska, gairahku semakin memuncak, goyganku bertambah ganas, kugerakkan kedua pantatku maju-mundur semakin cepat. Terdengar lagi suara Bu Miska merintih,

    “Oh.. Bertho.. dirimu memang perkasa.., kau memang jantan.. Bertho..
    Aku mulai keluar.. oh..!”
    “Ayolah Bu.., ayolah kita mencapai puncak bersama-sama, Aku juga sudah tak tahan lagi,” keluhku.

    Setelah berkata begitu, kurasakan tubuhku serta tubuh Bu Miska mengejang, seakan-akan terbang ke langit tujuh, kurasakan cairan kenikmatan yg keluar dari kemaluanku, semakin kurapatkan kemaluanku ke kemaluan Bu Miska.

    Terdengar keluhan serta rintihan panjang dari mulut Bu Miska, kurasakan juga dada Aku digigit oleh Bu Miska, seakan-akan nmenahan kenikmatan yg amat sangat.

    “Oh.. Bertho.. oh.. oh.. oh..”

    Setelah kukeluarkan cairan dari kemaluanku ke dalam kemaluan Bu Miska, kurasakan tubuhku yg sangat kelelahan, kutelungkupkan tubuhku di atas tubuh Bu Miska dgn masih dalam keaserta bugil, agak lama Aku telungkup di atasnya.

    Setelah kurasakan kelelahanku mulai berkurang, Aku langsung bangkit serta berkata,

    “Bu, apakah yg sudah kita lakukan tadi..?


    ” Kembali Bu Miska memotong pembicaraanku,
    “Sudahlah Bertho, yg tadi itu biarlah terjadi karena kita sama-sama menginginkannya, sekarang pulanglah serta ini alamat Ibu, Ibu ingin cerita banyak kepadamu, dirimu mau kan..?”

    Setelah berkata begitu, Bu Miska langsung menyodorkan kartu namanya kepada Aku. Kuterima kartu nama yg berisi alamat itu.

    Sejenak kutermangu, kembali Aku dikagetkan oleh suara Bu Miska,

    “Bertho, pulanglah, pakai kembali pakaianmu..!”

    Tanpa basa-basi lagi, Aku langsung mengenakan pakaianku, kemudian membuka pintu serta keluar ruangan. Dgn gontai Aku berjalan keluar kampus sambil pikiranku berkecamuk dgn kejadian yg baru saja terjadi antara Aku dgn Bu Miska. Aku telah bermain cinta dgn dosen killer itu. Bagaimana itu bisa terjadi, semua itu diluar kehendakku. Akhirnya walo bagaimanapun nanti malam Aku harus ke rumah Bu Miska.

    Kubisai rumah itu begitu kecil tapi asri dgn tanaman serta bunga di halaman depan yg tertata rapi, serasi sekali keasertanya. Langsung kupencet bel di pintu, tak lama kemudian Bu Miska sendiri yg membukakan pintu, kulihat Bu Miska tersenyum serta mempersilakan Aku masuk ke dalam. K

    uketahui ternyata Bu Miska hidup sendirian di rumah ini. Setelah duduk, kemudian kita pun mengobrol. Setelah sekian lama mengobrol, akhirnya kuketahui bahwa Bu Miska selama ini banyak dikecewakan oleh laki-laki yg dicintainya.


    Semua laki-laki itu hanya menginginkan tubuhnya saja bukan cintanya. Setelah bosan, laki-laki itu meninggalkan Bu Miska. Kemudian dgn jujur pula dia meminta Aku selama masih menyelesaikan studi, Aku dimintanya untuk menjadi kawan sekaligus kekasihnya. Akhirnya Aku mulai menyadari bahwa posisiku tak beda dgn gigolo.

    Kudengar Bu Miska berkata, “Selama dirimu masih belom wisuda, tetaplah menjadi kawan serta kekasih Ibu. Apa pun permintaanmu kupenuhi, uang, nilai mata kuliahmu agar lulus, semua akan Ibu penuhi, mengerti kan Bertho..?”

    Selain melihat kesendirian Bu Miska tanpa ada laki-laki yg bisa memuaskan hasratnya, Aku pun juga mempertimbangkan kelulusan nilai mata kuliahku. Akhirnya Aku pun bersedia menerima tawarannya.

    Akhirnya malam itu juga Aku serta Bu Miska kembali melakukan apa yg kita lakukan siang tadi di ruangan Bu Miska, di kampus. Namun bedanya kali ini Aku tak canggung lagi melayani Bu Miska dalam bercinta.

    Kita bercinta dgn hebat malam itu, 3 kali semalam, kulihat senyum kepuasan di wajah Bu Miska. Walo bagaimanapun serta entah sampai kapan, Aku akan sekemudian melayani hasrat seksualnya yg berlebihan, karena memang ada jaminan mengenai kelulusan mata kuliahku yg tak lulus-lulus itu dari dulu.

  • Kisah Memek Dosen ku yang montok , Ibu Ratih

    Kisah Memek Dosen ku yang montok , Ibu Ratih


    3136 views

    Duniabola99.com – Kejadiannya kira-kira 4 tahun yang lalu, ketika aku kuliah semester ketiga di sebuah lembaga pendidikan di Bekasi. Waktu itu, para mahasiswa baru sedang berkumpul untuk membahas tentang uang kuliah yang menurut brosurnya bisa dicicil selama 5 kali, namun kenyataannya para mahasiswa hanya diberikan kesempatan untuk mengangsurnya selama 3 kali.

    Bagiku sih sebenarnya tidak terlalu masalah, karena aku sudah membayar penuh selama satu tahun, namun karena rasa solideritas terhadap teman, akhirnya aku ikut berkumpul, dan ternyata oleh teman-temanku, aku dipercaya untuk mewakilkan dan menyampaikan keluhan mereka kepada manager lembaga yang bernama Ibu Ratih S.Pd.


    Akhirnya aku menuju lantai 4 untuk membicarakan masalah ini kepada Ibu Ratih, dan siapa tahu beliau bisa memberikan solusi yang terbaik untuk anak-anak didiknya. Ketika aku hendak mengetuk pintu ruangannya, terdengar samar-samar suara desah dan erangan yang berasal dari dalam ruangannya. Akupun tahu bahwa suara ini adalah suaranya Ibu Ratih, karena aku sangat hapal dengan suaranya ketika beliau masih memberi mata kuliah Akuntansi Dasar 1.

    Kuketuk berkali-kali, namun belum ada jawaban, akhirnya aku beranikan diri untuk langsung membuka pintu. Ku lihat diruang kerjanya, ternyata tidak ada, kucari kesana kemari, akhirnya aku menemukannya sedang serius menghadap kekomputer yang biasa digunakan oleh asistennya (letaknya terhalang oleh sebuah lemari yang berisi bermacam-macam jenis buku). Yang aku tahu, hari ini asistennya belum masuk karena 2 hari yang lalu dia mengalami kecelakaan. Dengan agak ragu aku mencoba mendekatinya.

    Dan ternyata.. Ibu Ratih sedang melihat adegan-adegan seks yang ada di internet. Wajar saja tadi terdengar suara orang mendesah keenakan, tidak tahunya waktu melihat adegan itu, Ibu Ratih pun merangsang dirinya sendiri dengan menggunakan jari-jari lentiknya. Bandar Judi Bola

    Aku jadi bingung dan deg-degan, karena sebagai lelaki yang beranjak dewasa, didepanku ada adegan seks yang ditampilkan dimonitor, dan yang lebih membuatku konak, ketika melihat Ibu Ratih yang sepertinya sedang diamuk birahi. Sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja, dan melebarkan kedua pahanya, jari-jari lentik Ibu Ratih terus keluar masuk lubang memeknya yang sudah terlihat basah.


    Karena takut ketahuan, dan takut dimarahi akan kelancanganku, pelan-pelan aku menuju pintu untuk keluar. Tetapi tiba-tiba..
    “Fik.. jika kamu teruskan langkahmu untuk keluar dari ruangan ini sekarang, nanti aku akan men-DO kamu dari sini. Karena kamu telah lancang memasuki ruangan saya tanpa sepengetahuan saya”.
    Karena beliau mengancam akan mengeluarkan saya, akhirnya langkah saya langsung terhenti dan dengan agak terbata-bata saya langsung meminta maaf atas semua kelancangan saya.

    Tanpa menunjukan ekspresi apapun, Bu Ratih berjalan mendekatiku sambil bertanya.
    “Apakah kamu tahu apa kesalahanmu?”
    Dengan gugup saya mengatakan bahwa saya telah lancang memasuki ruangan Ibu tanpa izin.
    “Dan kamu tahu apa hukumannya jika telah melakukan itu?”
    “Tidak Bu”, jawabku pelan.
    “Oke, sekarang kamu akan saya hukum sesuai dengan kesalahanmu, apa yang kamu lihat ketika kamu masuk ruangan ini?”
    “Ngga ada bu”.
    “Kamu jangan bohong yach, sebenarnya waktu kamu masuk, Ibu sudah mengetahuinya, sekarang jawab yang jujur, apa kamu melihat saya sedang melakukan sesuatu?”
    Akhirnya dengan gugup saya menceritakan semua kejadiannya.

    “Jika memberi keterangan jangan berbelit-belit begitu, saya tidak mengerti. Sekarang coba kamu peragakan semua yang kamu lihat”.
    Akhirnya saya mengambil posisi duduk didepan monitor yang masih menampilkan adegan bercinta antara 2 wanita dengan 1 pria. Dengan hati-hati saya mengangkat kedua kaki saya mengikuti apa yang tadi Ibu Ratih lakukan, namun karena saya terus melihat adegan di monitor itu, akhirnya saya hanya terbengong menyaksikan semuanya. Lama-lama tanpa saya sadari, kontol saya mulai menegang. Namun karena merasa malu takut ketahuan Ibu Ratih, aku pura-pura menyatakan kalau aku tidak bisa mempraktekkan semua yang tadi dilakukannya, karena saya tidak mempunyai memek.


    Tanpa disangka, Ibu Ratih malah berkata.
    “Kalo begitu, kamu pake memek saya saja, tapi jarinya tetap jari kamu”.
    Akhirnya Ibu Ratih memposisikan tubuhnya seperti waktu pertama kali saya lihat. Ragu-ragu saya mendekatinya dan bertanya.
    “Tapi kan tadi Ibu tidak pake CD, kenapa sekarang pake CD?”, tanyaku.
    “Coba sekalian kamu praktekkan cara membuka CD wanita, apakah kamu bisa?”.
    Akhirnya aku tahu bahwa aku akan mengalami hukuman yang sangat menyenangkan.

    Tanpa ragu-ragu lagi aku mendekati tubuh Ibu Ratih yang masih menaikan kaki dan melebarkan kedua pahanya di atas meja. Aku langsung menurunkan kedua kakinya dan meminta dia untuk berdiri.
    “Saya menghargai wanita tidak hanya di bagian tertentu, saya menghargai semua yang ada pada diri seorang wanita, maka izinkanlah saya untuk mencumbui semua yang ada di diri ibu”.
    Dengan tersenyum, akhirnya dia berdiri dan bertanya.
    “Kata-katamu cukup romantis, tapi saya minta jangan hanya di mulut saja”.

    Thanks God, akhirnya saya diberi kesempatan untuk merasakan apa yang selama ini cuma jadi hayalan saya tentang kecantikan dan kemontokan Ibu Ratih. Dengan lembut, saya mulai menciumi bibirnya yang merah merekah. Ternyata, Ibu Ratih sangat liar (mungkin karena sebelumnya sudah melihat adegan yang merangsang).
    “Fik, untuk sekarang ini, Ibu cuma butuh kontol kamu, kamu tidak perlu repot-repot untuk merangsang ibu, karena Ibu sudah tidak kuat lagi menahannya”
    Sambil berkata begitu, tanpa sempat membuka bajuku, Ibu Ratih langsung membuka celanaku dan mengarahkan kontolku ke memeknya.


    Walaupun tanpa foreplay terlebih dahulu, kontolku memang selalu siap jika disuruh ngentot cewe cantik, karena kontolku sudah terlatih sejak waktu SMA. Sambil berdiri, Ibu Ratih terus menarik dan mendorong pantatnya agar kontolku terus keluar masuk dari lubang memeknya. Aku hanya diam mematung menikmati hangatnya lubang memek Ibu Ratih, karena walaupun aku terlihat pasif, sepertinya Ibu Ratih sangat menikmatinya.
    “Terus Fik, enak banget kontolmu fik aacchh.. nikmatnya.. kontolmu Fik.. teruuzzhh.. aacchh.. uuhh hangat dan nikmatnya barang kamu Fik.. gede banget Fik.. terruuzzhh.. aacchh”
    Tanpa henti-hentinya Ibu Ratih mendesis seperti orang yang kepedasan.

    Meski dari dulu aku terobsesi untuk bisa bercinta dengan Ibu Ratih, namun aku tidak ingin terburu-buru dalam menikmatinya. Aku sengaja membiarkan Ibu Ratih agar dia mencapai puncak duluan, biar bisa memberikan kesan yang baik di matanya.
    “Aawww..” ternyata ketika Ibu Ratih mencapai orgasme, tanpa sadar tangannya yang semula memegang pantatku, langsung meremas dengan sekencang-kencangnya, tubuhnya bergetar sebentar, kemudian diam dan langsung memelukku.
    “Thanks ya Fik, kamu sudah membantu saya mencapai puncak”.

    Ketika pelan-pelan kucabut kontolku yang masih tegak berdiri, Ibu Ratih masih terlihat lelah, namun dari raut wajahnya terlihat sangat puas. Aku sengaja memberi waktu beberapa menit agar Ibu Ratih bisa istirahat dan menikmati sisa kenikmatannya. Beberapa menit kemudian, aku langsung membuka bajuku, menurutku, pertempuran baru akan dimulai, dan dengan perlahan akupun mulai membuka satu persatu pakaian Ibu Ratih. Karena waktu pertama melakukannya, Ibu Ratih tidak memberi kesempatan kepadaku untuk membuka pakaian kami, mungkin saking ngebetnya, dia cuma menaikan roknya (yang kebetulan sudah tidak ber-CD), dan menurunkan celanaku.


    “Waktu istirahatnya sudah cukup Bu, sekarang mari kita ngentot lagi, dan tolong puaskan kontol saya dengan segala cara yang Ibu bisa”. Tanpa menunggu lama, kami yang sudah sama-sama telanjang sudah saling memeluk. Aku yang sangat mengagumi kemolekan Ibu Ratih, berusaha untuk menikmati seluruh tubuhnya. Kubaringkan Ibu Ratih dilantai, kedua susu yang padat itu semakin terlihat indah dan mengundangku untuk segera menikmatinya.
    “Yaa.. hisap terus sayaangg.. aacchh, teeruuss”
    Tanganku pun mulai mencari sasaran yang lain ketika bibirku masih memainkan kedua susunya. Pelan tanganku mulai turun dari kedua susunya dan terus kebawah menggerayangi perut, dan akhirnya jariku merasakan bulu-bulu halus yang tumbuh disekitar lubang kemaluannya.

    Ku usap dengan lembut pinggiran lubang kemaluannya, ternyata sudah sangat basah, mungkin karena dia sudah mulai diamuk birahi lagi. Kuelus terus sambil sesekali telunjukku kumasukkan ke dalam memeknya yang sudah terlihat sangat merah akibat terjadinya gesekan. Bibirku langsung berhenti mencumbu bibirnya, aku langsung mengarahkan mukaku kekemaluannya. Dengan kedua tanganku, aku lebarkan lubang memeknya, dan aku langsung menjilati “klit”nya yang agak sedikit “monyong” ke depan. Ibu Ratih seperti orang kesetanan ketika lidahku menyentuh daerah terlarangnya, dia menggelinjang seperti cacing kepanasan, mulutnya terus mendesis seperti ular, dan tangannya seperti mencari sesuatu untuk dipegang.

    Seperti kejadian sebelumnya, Ibu Ratih pun mengalami orgasme yang kedua ketika aku baru memainkan memeknya dengan lidah dan jariku. Namun karena nafsuku sudah tidak bisa kubendung lagi, aku tidak memberi dia kesempatan untuk beristirahat, setelah melihat dia terkulai dengan lemas, aku mulai memasukan kontolku ke dalam memeknya. Dengan mengangkat kedua pahanya, dan meletakkan kakinya dipundakku, aku langsung memaju mundurkan pantatku untuk mengeluar masukan kontolku ke dalam memeknya.


    Hampir 20 menit aku mengocok memeknya dengan kontolku, mungkin itu membuat gairah Ibu Ratih mejadi bangkit lagi, diapun berusaha untuk menggoyangkan pinggulnya agar kontolku bisa menstimulasi dinding memeknya secara menyeluruh. Aku mengerti apa yang dia inginkan, akhirnya tanpa menyabut kontolku, pelan-pelan kubalikan badannya dan menyuruh dia agar “menungging”. Secara visual, nafsuku langsung bertambah ketika melihat 2 bongkahan daging yang sangat besar dan tanpa berhenti memainkan kontolku, tanganku langsung meremas pantatnya yang sangat mulus, aku usap, aku remas, dan kadang-kadang aku menepuknya sehingga membuat warna kulitnya menjadi agak merah.

    Mungkin karena terlalu lelah, Ibu Ratih minta agar aku mencabut dulu kontolku, tapi mendengar dia ngomong begitu, nafsuku malah bertambah-tambah, tanganku langsung menarik rambutnya dan memperkencang gerakan kontolku. Ibu Ratih hanya bisa mendesah, mengerang dan merintih, tanpa bisa memberikan perlawanan lagi. Akhirnya dia hanya pasrah dan terus menikmati sensasi yang aku berikan. Akhirnya aku mencabut kontolku dan meminta Ibu Ratih agar segera mengulum kemaluanku. Mungkin saking lelahnya, dia membalikan badannya sangat lambat, aku yang sudah tidak tahan, langsung menarik wajahnya mengarahkan kontolku ke dalam mulutnya. Sambil terus kukocok, aku tetap memegang kepalanya agar ikut bergerak maju mundur.

    Tiba-tiba.. spermaku keluar banyak juga, sampai-sampai, sebagian keluar lagi dari sela bibirnya Ibu Ratih, aku sengaja mengeluarkan spermaku di dalam mulutnya, karena aku bilang, aku paling suka melihat spermaku ditelan oleh pasangan ngeseksku. Dengan cekatan, Ibu RatiHPun langsung menelan semua spermaku dan menjilati kepala kemaluanku, hingga tidak ada sedikitpun spermaku yang tidak tertelan olehnya.


    Akhirnya sampai juga aku mewujudkan impianku terhadap Ibu Ratih ini. Ternyata Tuhan telah mendengar dan mengabulkan keinginan yang ada di dalam hatiku. Setelah rapi-rapi, aku utarakan maksud kedatanganku ke ruangannya, dengan seksama, beliau mendengarkan apa menjadi permasalahan diantara anak didiknya, dengan bijak, akhirnya beliau mengatakan.
    “Kalau masalah ini akan segera dimeetingkan, dan kamu tidak usah terlalu kuatir, karena keputusan akhirnya tetap ada di tangan Ibu, yang penting jika hari minggu nanti kamu bersedia menemani Ibu check in, minggu depan masalah itu pasti selesai, bagaimana?”
    Dengan cepat, aku langsung menjawab, “Ya.. ya.. ya..”

  • Kisah Memek Driver ayah

    Kisah Memek Driver ayah


    3808 views


    Duniabola99.com – Cerita ni berlaku masa saya 11 tahun. Zaman saya baru belajar tentang seks dan perasaan ingin tahu saya sangat kuat. Sewaktu peristiwa ini berlaku, saya dan keluarga duduk di sebuah banglo yang sederhana. Emak suri rumah, dan ayah kendalikan perniagaan nye sendiri.Oleh kerana ayah sentiasa ulang-alik ke pejabat, outstation dan lain-lain tempat lagi, ayah membuat keputusan untuk mengambil seorang driver supaya senang untuknya ke sana ke sini dengan mudah. Beberapa calon yang dating untuk ditemuduga dan akhirnya seorang pemuda dalam lingkungan umur awal 30-an dipilih. Abang Zul asalnya dari kawasan perkampunagn Kedah, sudah beristeri tetapi belum mempunyai anak. Sudah hampir 2 tahun di Kuala Lumpur, bekerja sebagai driver untuk syarikat penghantaran barang.

    Oleh kerana Abang Zul tiada tempat tinggal yang tetap, ayah telah member Abg Zul sebuah bilik di ruang belakang rumah kami, bersebelahan dengan bilik Mak Midah, pembantu rumah kami.

    Setelah beberapa bulan bekerja dengan kami, tibalah hari yang merupakan pengalaman saya yang pertama mengenali nikmat seks bersama seorang lelaki. Hari itu, ayah terpaksa pergi ke Singapura untuk mengendalikan hal-hal perniagaannya. Mak mengambiul keputusan untuk mengikut ayah kerana hendak jalan2 di kota Singapura. Tinggal saya seorang bersama Abang Zul dan Mak Midah, yang kebetulan akan pulang ke kampong pada keesokan harinya. Selepas Mak Midah telah berangkat keesokannya, Abg Zul pun mengunci pintu dan memasuki rumah. Hari tu agak panas, jadi Abg Zul hanya mengenakan singlet dan kain pelekat yang nipis sahaja. Saya tak sedar Mak Midah telah pulang, hingga saya turun dari bilik selepas menonton tv. Semasa berjalan ke dapur, saya terserempak dengan Abg Zul yang sedang membuat air minuman. Tiba-tiba hari tu, saya terasa lain macam. Tak pernah ditinggalkan di rumah seorang, dan tak pernah pulak berseorangan dengan seorang lelaki yang kurang saya kenali. Dan mungkin, kali itu lah pertamanya saya terasa perasaan nafsu membuak. Setelah Abg Zul siap membuat minumannya, saya pula ingin mengambil cawan dari almari. Waktu tu saya masih agak pendek untuk budak berumur 11 tahun, jadi susah nak mencapai cawan yang disimpan agak tinggi. Selalunya Mak Midah yang tolongkan membuat segala persiapan makan dan minum.


    “Nak ambik cawan? Meh abang ambik kan…” Abg Zul pun dating dari arah belakang saya, dan mencapai untuk ambil cawan. Semasa dia berdiri di belakang saya, terasa bonjolan lembut menggesel belakang saya. Saya agak terkejut kerana sebelum ni tak pernah terasa bonjolan orang lain melainkan saya punya sendiri. Agaknya susah untuk mendapatkan cawan tu, sbb Abg Zul agak lama berdiri di belakang saya, dan asek menggeselkan batangnye yang masih lembik itu di belakang saya. Setelah member saya cawan itu, saya pun dengan resah membuat air. Perasaan nafsu saya menjadi jadi. Otak dah mula fikir yang bukan2 tentang Abg Zul. Saya curi pandang Abg Zul yang sedang menyandar pada almari dapur sambil menghirup kopinya. Dia tersenyum sambil memandang saya yang sedang kelam kabut membuat air. Setelah saya selesai di dapur, saya senyum dan berjalan ke ruang tamu bawah untuk menonton TV.

    Setelah bebrapa lama, saya perasan Abg Zul dating ke ruang tamu dan duduk berdekatan saya yang sedang menonton TV. “Cerita apa ni?” Tanya Abg Zul sambil dia merebahkan dirinya atas sofa bersebelahan saya. “Ntah…drama melayu…” saya semakin resah dan mula rasa tak tentu arah. Abg Zul senyap sambil melayan cerita di TV. Saya mengambil kesempatan mencuri curi tengok Abg Zul yang hanya memakai singlet dan kain pelekat nipis tu. Kulitnya agak gelap, badannya yang agak keras dan berotot, tinggi dan bermisai sedikit. Ketika itu Abg Zul mula meluruskan kakinya dan meletakkan kedua tangannya di belakang kepala sambil menonton. Dia menoleh kearah saya dan titiba sedar yang saya sedang asyik memandangnya dengan perasaan ghairah. Batang saya sendiri mula mengeras sambil saya bayangkan bagaimana rupa bentuk badan Abg Zul tanpa pakaian. Agaknya Abg Zul dah tahu saya sedang memerhatinya, tapi buat tak tahu saje.

    Titiba, Abg Zul berpindah ke atas carpet dan bergerak kea rah kaki saya. Seperti mahu baring, dia mangambil cushion yang besar dan menyandarkan badannya sambil menolah kea rah saya dan berkata “takpa kan, abang tumpang baring? Kat bilik abang panas sikit…” saya senyum dan mengangguk sahaja. Degupan jantung saya semakin laju. Abg Zul lagi sekali meluruskan kakinya dan meletakkan kedua tangannya kebelakang kepalanya. Apabila dia meluruskan kakinya, saya ternampak bonjolan Abg Zul lagi sekali. Sah dia tak memakai seluar dalam, sbb saya dapat melihat bentuk kepala batangnye yang agak besar, nampaknya seperti batangnye masih lembik, tetapi sesekali saya perasan batangnye bergerak, entah sengaja digerakkannya atau tidak, saya sah tak kisah. Saya semakin gersang dan batang saya mula basah dengan air mazi. Titiba Abg Zul buat-buat seperti menggaru dadanya, sambil menggosok sedikit kawasan dadanya yang berbulu sedikit. Kemudian tak lama lepas tu, tangannya turun kea rah perut. Dia mengusap-usap perutnya di atas kain singletnya itu. Lepas beberapa minit, tangannya turun kearah bonjolannya. Dia mula menggosok bonjolannya. Titiba dia menolah kearah saya dan senyum. “Sorry ye dek, gatal pulak…..takpe kan, abang buat macam ni?” tanyanya. “Erm…takpe…” saya hanya mampu tersenyum. Kemudian, saya tanpa berfikir panjang, saya membuka mulut dan bertanya. “abang, kenapa burung abang tu bergerak macam tu?” Abg Zul tersenyum lalu menjawab “agaknya burung abang ni sejuk kot…kan air-con tu kan pasang…” saya masih lagi memerhatikan bonjolan Abg Zul. Dan dengan sengaja, Abg Zul menggerakkan batangnya lagi, membuatnya melonjat-lonjat dari dalam sarung kainnya. Abg Zul kemudian berkata “adik punya burung tu tak sejuk ke? dahlah paki seluar pendek je…” Saya hanya menggeleng kepala dan tersenyum…kemudian Abg Zul menggosokkan lagi bonjolannya, sehingga ia telah keras dan kepala batangnya mengembang.


    Saya perhatikan kain pelekat Abg Zul menegak di arah koneknya. Abg Zul memandang kea rah saya lagi san tersenyum, lalu berkata “adik pernah tak tengok konek orang besar?” saya menggeleng. “Adik nak tengok tak?” Saya dia seketika, lalu mengangguk. Abg Zul bangun membetulkan dirinya, lalu berdiri di depan saya yang masih duduk atas sofa. Sambil tersenyum, Abg Zul menggosokkan kepala saya dan berkata “Adik ni baik kan? Nanti, adik jangan cerita kat orang abang nak tunjuk burung abang kat adik ok? Kalau tak abang tak nak tunjuk…ok?” saya mengangguk sahaja. Abg Zul pun kemudian mendekati saya. Saya pun membetulkan posisi duduk saya dengan menghadap badan Abg Zul yang sedang berdiri. Kawasan koneknya di depan muka saya, dan saya dapat melihat batangnya sudah memang keras, berdiri di bawah kain pelekatnya meronta-ronta ingin dikeluarkan. Saya juga perasan terdapat tompok basah dimana air mazi Abg Zul yang agak banyak telah mengalir. Abang Zul mengambil kedua tangan saya dan meletakkannya di punggungnya. Dia kemudian menujah batangnya ke muka saya. Batangnye yang keras dengan lembut menyucuk muka saya. Saya tercium bau batang Abg Zul yang seperti sabun dicampur dengan peluh sedikit. Tak sabar2 rasanya untuk melihat batang Abg Zul, tetapi saya masih lagi takut. Abg Zul kemudian membuka simpulan kainnya sendiri, dan melepaskan kainnya ke bawah. Dengan titiba, batang Abg Zul jelas kelihatan di depan mata saya. Jantung saya berdegup laju. Batang saya mengeras sehingga terasa sakit di dalam seluar pendek saya.

    Batang Abg Zul panjang, dalam 17cm, tebal juga, dan berwarna coklat. Kepala batangnya bewarna coklat gelap. Bulu-bulu jembutnya dipotong rapi. Telur Abg Zul juga besar, agak gelap juga, dengan tahi lalat yang kecil di sebelah bawahnya. Saya dah tak tentu arah – dengan cepat Abg Zul mangambil tangan saya yang sebelumnya di atas punggungnya, dan mengarahkan kedua0dua tapak tangan saya ke batangnya. Kini saya dapat merasakan batang Abg Zul yang panas, keras, dan lubang kencingnya yang basah dengan air mazi. Abg Zul membuka singletnya dan kini sudah telanjang bulat di depan saya. Abg Zul kemudian menyuruh saya berdiri sambil tangannya menjalar, meraba sekitar tubuh saya yang 11 tahun itu. Tangannya yang besar dan kasar bermain dengan bontotku yang gebu. Diramasnye bontotku sambil menarik badan saya ke badannya. Dapat saya rasakan batangnye yang panas itu di dasar perut ku. Kemudian Abg Zul berkata “abang nak tengok adik bukak baju boleh” saya Cuma mengangguk. Kemudian Abg Zul duduk atas sofa dan meninggalkan saya berdiri seorang.

    Saya mula membuka t shirt saya, kemudian dengan perlahan, saya melorotkan seluar pendek saya. Saya agak ketakutan dan malu untuk bertelanjang depan Abg Zul, tapi Abg Zul hanya senyum dan menyandar di sofa. Sambil itu, dia bermain dengan batangnya yang keras ban panjang itu. Abg Zul bermain dengan air mazi yang keluar dengan pekatnya itu, sambil membasi kepala batangnya dengan jarinya. Selepas saya sudah bertelanjang bulat, dan masih terasa takut dan malu, Abg Zul menarik saya sambil tersenyum. Dia menarik saya hingga saya disuruh duduk bercangkung do atasnya dengan kedua kaki saya di sebelah badannya, dan saya dapat rasakan batangnya yang panas di celah kangkang saya. “adik suka tak buat macam ni?” Tanya Abg Zul. Saya hanya mengangguk. “Adik nak tak main dengan burung abang?” saya tak mahu melepaskan peluang, jadi terus saya mangangguk. Kemudian Abg Zul menggeselkan batangnya yang keras itu di celah kangkang saya lagi, dan sesekali melanggar batang saya sendiri yang keras itu. Abg Zul kemudian bermain dengan telur saya. Mengusap batang saya yang keras. Ketika Abg Zul berbuat demikian, saya terasa macam nak terkencing, tapi perasaannya agak lain. Saya masih belum kenal perasaan bila memancutkan air mani. Kemudian Abg Zulberhentikan mainan ke atas batang dan telur saya, dan mula bangun. Kini Abg Zul sedang berdiri di depan saya, dengan batangnya yang mencanak itu bergerak dan menegang sambil melelehkan lagi air mazi.


    “Peganglah dik…burung abang ni dah tak tahan dah…” kata Abg Zul. Saya dengan cepat, menggenggam batang Abg Zul dengan kedua tapak tangan. Walau pun belum berpengalaman, saya seperti tahu yang batang Abg Zul diminta untuk dilakukan begitu. Kulit nya yang lembut saya gerakkan. melorot ke atas dan ke bawah. Abg Zul mula mengerang kesedapan. Kemudian Abg Zul mengambil tangan saya lalu meletakkannya di telurnya. Saya bermain dengan telurnya yang besar itu. Kemudian Abg Zul menolak kan kepala saya untuk lagi dekat dengan batangnya. Abg Zul berkata “adik nak rasa air burung abang tak?”…saya hanya memandang muka Abg Zul yang sedang keghairahan, dan kemudian dengan sendiri, saya memasukkan kepala konek Abg Zul yang basah itu ke dalam mulut saya. Saya hanya menghisap dan menjilat kepala nya sahaja, tetapi saya ingin juga masukkan kesemuanya…sesekali rasa macam meloya, tapi saya masih cuba. akhirnya, hamper kesemua batangAbg Zul dapat saya masukkan dalam mulut. Saya mula mengisap dengan gelojoh. Menjilat dan mengulum telor Abg Zul yang besar itu juga. Abg Zul mempercepatkan gerakannya. Punggungnya menghayun kedepan dan belakang, sambil menujahkan batangnya ke dalam mulut saya. “AAAAAAAH…..ssedap dik…..aaaaahh…” Mata Abg Zul dipejamkan, sambil nikmat batangnya diisap oleh budak 11 tahun ini dilayani.

    “sssssssssss…..aaaaahhh…..pandai adik isap ye…” kata Abg Zul sambil mengusap rambut saya. Abg Zul mencapai batang saya yang sudah perit dan tegang sejak dari tadi dan mula bermain dengannya sambil membongkokkan sedikit badannya. Kemudian, untuk pertama kalinya, saya terasa seperti sesuatu yang aneh sedang berlaku dengan batang saya yang dimainkan oleh Abg Zil. Rasa seperti terkencing, tapi air yang keluar putih, pekat, dan laju. Terasa nikmat walaupun saya menggigil ketika memancutkan air itu. Abg Zul pun mendengus dengan lebih kuat. Kemudian dia menggerakkan hayunan batangnya dengan lebih laju. “aaaaah…..aaAAAH…..AAAAAHHHHH! ABANG NAK PANCUT!!! AAAAAHHH! SSSSSSSSS! AAHHHHHH!” Abg Zul kemudian mula memancutkan air maninya yang pekat ke dalam mulut saya. Tak pernah saya merasakan air mani di dalam mulut saya. Rasa agak pelik dan meloyakan, tapi Abg Zul tetap memancutkan lagi air mani yang pekat itu ke dalam mulut saya. Meleleh keluar air maninya dari mulut saya. Saya hanya memandangkan muka Abg Zul yang sudah kepenatan itu. Batangnya semakin lembik di dalam mulut saya. Abg Zul seperti kekejangan selepas terpancut, lalu, mengeluarkan batangnya dari mulut saya. Kami berdua kepenatan, tetapi saya kembali tegang dan ingin Abg Zul pancutkan airnya lagi. “Hehee…adik tak penat ke? Abang dah penat sangat ni…nak lagi ke?” tanye Abg Zul. Saya senyum dan mengangguk. “ok, biar abang rehat sekejap, lepas tu, malam nanti abang mai ngan adik lagi nak?” Saya gembira dengan janji Abg Zul itu. Tak sabar rasanya.

    Abang Zul tak berhenti senyum sambil dia memakai balik kain pelekatnya itu. Singletnya dilemparkan atas bahu. “Dah, pegi mandi dulu, nanti malam sikit kita main lagi ok?” Oleh sebabkan saya masih lagi gersang, saya dengan tidak berfikir bertanya “Kalau saya nak mandi ngan Abang Zul boleh tak?” “Haa? Nak mandi ngan abang? Hmm…nakal jugak adik ni ya…”…

    Kisah Seks, Cerita Sex, Cerita Panas, Cerita Bokep, Cerita Hot, Cerita Mesum, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Sex Bergambar, Cerita ABG, Cerita Sex Tante, Cerita Sex Sedarah, Cerita Sex Pasutri




  • Kisah Memek Dukun dan calon PNS

    Kisah Memek Dukun dan calon PNS


    3404 views


    Duniabola99.com – Menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan impian bagi sebagian besar orang, Bergagai cara ditempuh agar bisa lolos tes CPNS. Mengikuti bimbingan tes CPNS, menyogok, menyewa joki, sampai ke dukun sekalipun akan dilakukan. Entah karena putus asa setelah beberapa kali gagal dalam tes, akhirnya akupun juga memakai jasa dukun atau orang pintar. Menurut info yang aku peroleh dari temanku, ada seorang dukun di pinggir kota yang dulu pernah meloloskannya menjadi PNS. Malam itu aku sendirian pergi mencari rumah dukun itu. Setelah sempat muter-muter nanya sana-sini, akhirnya aku tiba di sebuah rumah sederhana yang nyaris tidak terlihat dari jalan raya. Halamannya yang luas dan tertutup rimbunnya pohon-pohon mangga membuat suasana menjadi sejuk dan tenang. Setelah beberapa kali mengetuk pintu, seorang wanita setengah baya dengan senyum ramahnya membukakan pintu. “Permisi, apa benar ini rumahnya Bu Sarmi?” tanyaku kemudian. “Oh iya, saya sendiri.
    Silakan masuk, Mas!” Setelah dipersilakan duduk, tanpa basa-basi aku segera memperkenalkan diri dan langsung mengutarakan maksud kedatanganku. “Ooo, jadi Mas Anang ini juga pengen jadi pegawai negeri to?” “Iya Bu! Saya juga sudah membawa sebotol madu murni sebagai syarat, seperti yang dikatakan teman saya.” Aku menyodorkan satu botol madu murni kepada Bu Sarmi. “Kalau begitu, silakan Mas Anang ikut saya ke dalam!” Bu Sarmi beranjak dari duduknya sambil membawa botol madu yang aku berikan tadi. Beliau berjalan menuju ke sebuah kamar di ujung ruangan. Dari belakang aku membuntutinya sambil memperhatikan gerakan pantat montoknya yang membuatku menelan ludah. Sesampainya di dalam ruangan yang redup itu, Bu Sarmi menutup pintu dan menyuruhku membuka pakaianku.

    “Maaf ya Mas Anang! Tolong pakaiannya di lepas dan silakan berbaring di ranjang itu! Kita akan segera memulai ritualnya!” “Semuanya, Bu?” tanyaku malu-malu. Bu Sarmi tersenyum, “Mas Anang gak usah malu. Anggap saja saya tidak ada. Toh ini kan juga demi cita-cita Mas Anang!” Bu Sarmi benar, pikirku. Lagi pula aku sudah terlanjur datang ke sini, jadi aku tidak perlu malu lagi. Sementara Bu Sarmi menyiapkan kelengkapan ritual, aku segera menanggalkan semua busanaku kemudian berbaring di atas ranjang yang tidak terlalu empuk itu. Beberapa saat kemudian, dengan sebotol madu di tangannya, Bu Sarmi datang dan duduk di sampingku. Sesaat aku sempat melihat Bu Sarmi mengamati tubuh telanjangku. Pandangannya terkesan liar, seolah tengah melihat ayam panggang yang siap untuk di santap. Dengan duduk bersimpuh di sampingku, Bu Sarmi mulai menuangkan madu murni itu ke sekujur tubuhku. Aku memejamkan mataku saat tangan lembut Bu Sarmi mulai menyentuh dadaku, meratakan madu yang lengket itu ke setiap sudut tubuhku. Jemarinya yang lentik dengan lihai menari-nari, meremas-remas dada bidangku dan putingnya, dan mempermainkan bulu-bulu halus yang tumbuh di atasnya.

    Aku menggigit bibirku sendiri, mencoba mengendalikan aliran darahku yang bergejolak menuju ke arah pangkal pahaku. “Mas Anang sudah punya pacar?” tanya Bu Sarmi memecah keheningan. “Eh, saya baru menikah enam bulan yang lalu, Bu!” “Ooo… jadi masih pengantin baru to! Wah, lagi panas-panasnya dong, Mas!” kata Bu Sarmi meledek. “Ah, Bu Sarmi ini bisa saja!” Tanpa sengaja tanganku menyentuh lutut Bu Sarmi ketika beliau memindahkan tanganku yang tadi menutupi kemaluanku. Aku juga sempat melirik pahanya yang sedikit tersingkap. Wah, mulus juga pahanya, pikirku. Tanganku jadi betah berlama-lama di atas paha mulus itu. Bu Sarmi membiarkannya ketika tanganku mengelusnya. Bahkan beliau malah melebarkan pahanya. Seolah memberikan tanganku peluang untuk bergerak menelusuri paha bagian dalamnya. Darahku semakin mendidih manakala dengan lincahnya jemari Bu Sarmi turun ke perutku, membelai bulu-bulu halusnya dan memijat perutku, yang keras dan liat. “Wah… badan Mas Anang kekar juga yah? Tinggi lagi. Pasti Mas Anang rajin olah raga.” “Ya, setiap enam hari dalam seminggu, setiap pagi dan sore saya usahakan untuk olah raga meskipun hanya sejam. Biasanya sih saya rutin angkat beban, renang, bola, dan voli..” “Ooo… pantesan adik Mas Anang gede!” “Maksud Bu Sarmi, adik yang mana?” tanyaku pura-pura bodoh. “Maksud saya adik yang ini…..” kata Bu Sarmi sambil meremas kejantananku tanpa rasa canggung.


    Ada rasa kaget sekaligus senang dengan perlakuan Bu Sarmi. Beliau dengan lembut melumuri kejantananku dengan madu, kemudian mengocoknya pelan. “Ooohh… Bu! Enak…!” aku melenguh nikmat. Aku juga semakin berani dengan menyingkap roknya dan memilin pahanya lebih jauh lagi. Dan ternyata Bu Sarmi menanggapi positif tindakanku itu. Terbukti dengan ia sedikit mengangkat pantatnya agar aku bisa mencapai pangkal pahanya. Astaga…! Sekali lagi aku terkejut sekaligus senang manakala tanganku menyentuh rambut-rambut halus di antara pangkal paha Bu Sarmi. Ternyata beliau sudah tidak memakai celana dalam. Perlahan-lahan aku mulai menggosok bibir vagina Bu Sarmi yang sudah basah itu dengan jariku. Bu Sarmi bertambah kelojotan dan semakin bersemangat mengocok batang tongkolku. Perlahan-lahan batang kejantananku itu mulai membesar dan mengeras. Tanpa rasa jijik, Bu Sarmi mulai menjilati sisa-sisa madu yang menempel di sekitar pangkal pahaku, melumat buah zakarku, kemudian bergerak naik menyapu urat-urat tongkolku yang sudah bertonjolan. “Gimana Mas Anang? Enak kan?” tanya bu Sarmi di sela-sela aksinya. “Ahh… nikmat banget Bu! Saya belum pernah merasakan senikmat ini!” Aku memang belum begitu berpengalaman dalam hal sex. Selama berhubungan dengan isteriku, kami hanya melakukan dengan cara konvensional saja. Namun kali ini Bu Sarmi memberikan pelajaran baru yang ekstrim. Ekstrim enak… Terbukti ketika Bu Sarmi dengan lembut memasukkan ujung penisku ke mulut mungilnya, langsung saja berjuta kenikmatan menghampiriku. “Ooougghh…yeah…enak, Bu!” nafasku semakin memburu. aku merintih-rintih nikmat, namun Bu Sarmi masih asyik mempermainkan tongkolku di dalam rongga mulutnya. Aku juga semakin berani. Kutarik roknya sampai terlepas.

    Bahkan Bu Sarmi juga turut melepaskan kaosnya sendiri. Gila! Di usianya yang sudah tidak muda lagi, ternya bu Sarmi masih memiliki tubuh yang bagus. Kulitnya putih mulus, payudaranya yang kencang dan montok, serta pantatnya yang bulat menggemaskan membuatku seolah ingin mengunyahnya. Oh, sungguh seksi sekali dukun ini. “Aahhh…. tongkol Mas Anang memang luar biasa besarnya. Hhhmmmm…. saya memang sudah lama mendambakan tongkol sebesar ini.Hhhmmm…!” dengan rakus Bu Sarmi kembali melumat kejantananku. Kali ini beliau mengangkangi tubuhku dan menyodorkan vaginanya tepat ke wajahku. Dengan naluriku, aku mendekatkan mulutku ke vagina Bu Sarmi yang merekah merah. Bau harum yang keluar sangat merangsang syaraf otakku untuk menjilatnya. Perlahan-lahan kujulurkan lidahku, dan kusapu permukaan vaginanya dengan lembut. “Aaaaghhh…! Yaahhh… begitu Mas! Jilat terus punya saya….!Oooghhh…!” Bu Sarmi bertambah semangat mempermainkan tongkolku di dalam mulutnya. Sementara tangannya mengocok batang tongkolku, kepalanya juga bergerak naik turun. Sesekali beliau menyedot-nyedot ujung tongkolku kuat-kuat. Cukup lama kami dalam posisi ini, saling menjilat, mengulum dan mengocok kemaluan masing-masing. Berapa saat kemudian Bu Sarmi melepaskan kulumannya. “Gimana, Mas Anang Suka kan?” tanya Bu Sarmi sambil tersenyum padaku. Aku hanya mengangguk pelan sambil menikmati jemari Bu Sarmi yang masih memijit-mijit batang tongkolku. “Berdasarkan pengamatan saya, kebanyakan orang yang mempunyai penis besar mempunyai keinginan yang besar pula. Saya yakin, kali ini Mas Anang pasti akan bisa jadi Pegawai Negeri.” kata Bu Sarmi menjelaskan. “Tapi sekarang, biarkan saya bersenang-senang dulu dengan tongkol Mas Anang yang besar ini!” Bu Sarmi mengambil posisi duduk di atas pahaku.

    Perlahan-lahan beliau meraih kejantananku dan membimbingnya menuju ke liang sugawinya yang sudah basah. Dia terlihat meringis saat ujung penisku mulai memasuki memiawnya yang hangat. Entah karena memiaw Bu Sarmi yang sempit, ataukah karena tongkolku yang besar, proses penetrasi itu berjalan dengan lambat namun nikmat. Bu Sarmi tampak susah payah berusaha agar batang tongkolku bisa masuk utuh ke dalam memiawnya. Sampai akhirnya… “Aaougghh…. aduh Mas Anang! Gede banget tongkolmu!” tubuh Bu Sarmi yang mulus tampak berkilat-kilat oleh cucuran keringatnya. Beberapa kali ia menghirup nafas dalam-dalam sambil membiarkan batang tongkolku terbenam dalam rongga vaginanya yang sempit. Beberapa saat kemudian Bu Sarmi mulai beraksi. Dengan kedua tangannya bertumpu pada dada bidangku, beliau mulai mengayunkan pantatnya naik-turun. “Aaaahhh… aahhhh… ooougghh…!” Aku mendesah-desah keenakan. Kedua tanganku memegang pinggul Bu Sarmi untuk mengatur gerakan naik-turunnya. Sesekali tanganku juga merayap naik, menggapai dua buah benda kenyal yang melambai-lambai indah seiring dengan gerakan naik turun tubuhnya. Dengan liar Bu Sarmi menghentak-hentakkan pantatnya, meliuk-liuk di atas tubuhku, seperti seekor ular betina yang tengah membelit mangsanya. Terkadang beliau juga membuat goyangan memutar-mutar pantatnya sehingga jepitan vaginanya terasa mantap. Batang tongkolku terasa seperti di pelintir dan dipijit-pijit di dalam lubang kenikmatan itu. Terasa sangat hangat dan nikmat. Ooouuuhhh… Semakin lama gerakan Bu Sarmi semakin liar tak terkendali.


    Menghujam-hujam kejantananku semakin dalam dan mentok sampai dinding terdalam rongga vaginanya. Nafas kami juga semakin memburu, seperti bunyi lokomotif tua yang berjalan dengan sisa-sisa tenaganya. “Oh, Mas Anang…, saya…sudah…nggak kuat…lagi…! Arrrgghhh….!” Bu Sarmi menjerit nikmat berbarengan dengan muncratnya magma panas dari dalam rahimnya. Beliau mencengkeram kuat-kuat dadaku. Seolah ingin menancapkan kuku-kukunya ke dalam bukit dadaku. “Ooohhh… sebentar lagi Bu! Saya juga sudah mau keluar… ooohhh… yeaahhh….!” Aku juga mempercepat gerakanku. Meskipun Bu Sarmi terlihat lelah, namun aku masih bisa menopang tubuhnya dan menggerakkan pinggulnya ke atas dan ke bawah. Beberapa menit kemudian, aku merasakan batang tongkolku semakin mengencang dan mulai berdenyut-denyut. Aku segera mempercepat gerakanku. Kuhentak-hentakkan tubuh Bu Sarmi. Bunyi berkecipak semakin terdengar nyaring. Sampai akhirnya….. “Saya… keluar Bu! Oogghhh…!” aku meregang nikmat bersamaan dengan menyemburnya spermaku di dalam rongga kenikmatan Bu Sarmi. Seketika tubuhku lemas. Aku sudah tak mampu lagi menopang beban Bu Sarmi yang berada di atas tubuhku. Beliau ambruk menindih tubuhku sementara batang kejantananku masih tetap menancap di vaginanya yang hangat. Dalam hati aku kagum dengan wanita ini. Beliau telah memberikan pengalaman baru dalam bercinta.

    Belum pernah aku merasakan pengalaman senikmat ini dalam berhubungan sex. “Mas Anang memang benar-benar hebat!” kata Bu Sarmi sambil membelai dan sesekali menciumi bulu-bulu halus di dadaku. “Ibu juga hebat! Belum pernah saya sepuas ini, Bu!” Aku mengecup kening beliau dan membelai-belai rambut dan payudaranya yang terurai panjang. Tak berapa lama kemudian kami pun terlelap saling berpelukan. Entah sudah berapa lama aku terpejam, ketika aku merasakan sesuatu yang merayap di atas perutku. Sesuatu yang hangat dan lembut. Perlahan aku membuka mataku, ternyata Bu Sarmi tengah asyik menciumi, menjilati dan melumat permukaan kulit perut sixpackku. “Aahhh…, Bu Sarmi masih pengen nambah lagi?” desahku pelan.
    Bu Sarmi tersenyum manja, “Habis…, tongkol Mas Anang guede sih! Siapa sih yang gak ketagihan ama tongkol segede ini!” “Ah, Bu Sarmi ini bisa aja!” aku hanya merem melek, menikmati tangan beliau yang bermain main nakal di selangkanganku. Dengan lembut Beliau membelai kejantananku dan mengurut-urutnya dengan jempol dan telunjuknya. Terasa nikmat memang. Bu Sarmi bertambah antusias ketika batang tongkolku mulai membesar dan mengeras. Dan dengan rakus, Bu Sarmi mulai menjilatinya, melumat dan mengocok kejantananku dengan mulut mungilnya. “Aaahhh…, aaahhh…, enak Bu! Oohhh…!” aku hanya bisa mengerang keenakan. “Hhhhmmm…., Mas Anang mau yang lebih enak lagi?” tanya Bu Sarmi menggoda. “Emang ada yang lebih nikmat, Bu?” “Coba Mas Anang berdiri!” aku menuruti perintah Bu Sarmi.

    Dengan kondisi tubuhku masih telanjang bulat, aku berdiri di atas ranjang. Sementara itu, Bu Sarmi yang berlutut di hadapanku tampak memandangi batang kejantananku yang sudah berdiri mengangguk-angguk. Perlahan-lahan Bu Sarmi meraihnya dan mengocoknya dengan lembut. Kukira beliau akan memasukkan batang tongkolku ke dalam mulutnya, tapi ternyata tidak. Beliau ternyata malah menggosok-gosokkan batang tongkolku di permukaan buah dadanya yang lembut. “Oohhh…. yaaahhh! Enak banget Bu!” “Ini masih belum seberapa, Mas! Coba Mas Anang rasakan yang ini…” Bu Sarmi menggeser batang tongkolku dan menyelipkannya di antara belahan buah dadanya. “Sekarang, coba ayunkan pantat Mas Anang!” Aku menurut saja. Perlahan-lahan aku mengayunkan pantatku maju dan mundur, sementara Bu Sarmi menekan-nekan buah dadanya kencang sehingga batang tongkolku terasa terjepit-jepit diantara susunya yang kenyal. “Oouuhhh…! Bu Sarmi memang benar-benar pandai memanjakan pria! Ini benar-benar luar biasa, Bu!” aku mendesah-desah nikmat. Susu Bu Sarmi yang menekan-nekan tongkolku membuat diriku serasa melayang. Lama juga kami melakukan foreplay ini. Sampai akhirnya Bu Sarmi memintaku untuk segera menuntaskan permainan itu. “Aahhh…, Mas Anang! Ibu sudah kepengen banget nih!” rengek bu Sarmi. Beliau melepaskan jepitan susunya dan kemudian mengambil posisi seperti orang sedang menungging. Meskipun aku masih belum begitu pengalaman, namun aku sudah pernah melihat posisi seperti itu dalam film porno. Perlahan-lahan aku membimbing kejantananku yang sudah berdiri keras ke arah lubang kewanitaan Bu Sarmi yang menganga dari belakan. Bu Sarmi tampak menggigit bibir sendiri ketika aku mulai menggesek-gesekkan ujung penisku di bibir vaginanya. “Ooouhhh…, ooohhh…! Cepetan masukin dong Mas!” rengek Bu Sarmi. Pelan-pelan kutusukkan ujung kejantananku ke arah vagina bu Sarmi yang memerah. “Aahhhh…!” aku melenguh nikmat.


    Di usianya yang sudah tidak muda lagi, tapi Bu Sarmi masih memiliki memiaw yang seret lagi keset. Jepitannya masih terasa kuat, seolah-olah ingin meremukkan batang tongkolku. Terlebih ketika seluruh batang tongkolku tertanam dan terhisap di dalam rongga memiawnya. Sesaat aku membiarkan tongkolku tertancap. Kemudian, pelan tapi pasti aku mulai mengayunkan pantatku maju-mundur. “Aaaahhhh…, yeaahhh….! Sodokanmu mantep banget Mas Anang, Ooohhh…!” Bu Sarmi mengoceh tak karuan. Ah-uh-ah-uh, oh-yeh-oh-yeh! Beliau juga hanya bisa meremas-remas seprei kusut itu saat gerakanku mulai cepat. Lama juga kami bermain dalam posisi doggy itu, sampai akhirnya Bu Sarmi terlihat sangat lelah. “Aduh…, Oouhhh… kita istirahat dulu ya sayang! Ooohhh…!” Aku mencabut penisku, sedangkan Bu Sarmi terguling ke samping dan terkapar dengan tubuh bersimbah keringat. Buah dadanya yang montok tampak naik turun seiring dengan deru nafasnya yang terengah-engah. Setelah mengatur nafas beberapa saat, akupun mulai melanjutkan aksiku. Kubentangkan kaki Bu Sarmi ke samping lebar-lebar, kuangkat kaki kanannya dan kuletakkan di atas bahuku. Perlahan-lahan kutarik pinggang Bu Sarmi dan kuarahkan batang tongkolku menuju liang surgawinya yang menganga, dan sleeeep…! Kembali kejantananku tertanam dalam lobang hangat itu. “Aduuhh…, pelan-pelan dong sayang!” rintih Bu Sarmi. Kembali aku ayunkan pantatku perlahan-lahan namun pasti. Bu Sarmi yang berada di bawahku tampak kelojotan menikmati aksiku ini. Terlebih ketika aku membercepat ayunanku dan menekan kuat-kuat batang tongkolku ke dalam rahimnya.

    Beliau hanya bisa mengerang nikmat sambil mencengkeram kuat-kuat otot-otot lengan dan dadaku. Sambil terus bergerak maju mundur, seskali aku meremas-remas, menjilat, dan menciumi buah dadanya. “Iyaah…aaghhh! Terus sayang…yahhh…yaahh…oouugghhh….!” Bu Sarmi mengoceh tak karuan. Namun aku tidak menghiraukannya. Aku terus memompa tubuh seksinya dengan gerakan mengorek-ngorek lubang nikmat itu. Semakin lama gerakanku semakin liar. “Ooohh…, Mas! Saya sudah nggak sanggup lagi…., Ooohhh…., saya mau keluarrr….!” Aku merasakan dinding-dinding vagina Bu Sarmi mengerut dan berdenyut-denyut, mencengkeram dan meremas-remas batang tongkolku dari dalam. Semakin lama kedutan vagina Bu Sarmi semain cepat, hal yang sama juga terjadi padaku. Batang tongkolku sudah terasa ngilu dan berdenyut-denyut. Sampai akhirnya….. “Aaarrggghhh….! Aku keluar lagi Mas!” Bu Sarmi menjerit puas. Aku semakin mempercepat gerakanku, mengoyak-ngoyak isi vagina Bu Sarmi. Namun sebelum spermaku keluar, aku segera mencabut penisku. Sambil mengocoknya dengan tanganku, aku menyodorkan batang tongkolku ke bibir Bu Sarmi yang terbuka. Aku semakin mempercepat kocokan tanganku sampai akhirnya…. “Aaaaggghh….aaaghh….aaaghhh…!” Crot…crot…croottt! Cairan putih kental muncrat beberapa kali ke mulut Bu Sarmi. Tanpa rasa jijik beliau menelan habis spermaku, kemudian menjilati sisanya yang masih menempel di batang tongkolku. Seketika tubuhku lemas, tulang-tulangku seolah rontok. Dan aku pun terkapar di sisi Bu Sarmi. “Oh, Mas Anang benar-benar perkasa! Terima kasih ya Mas!” aku memeluk tubuh Bu Sarmi dan mencium keningnya. Beliau tampak tersenyum puas sambil meletakkan kepalanya di atas dadaku dan mengusap-usap bulu-bulu halus di atasnya. “Kalau saya berhasil jadi Pegawai Negeri, Bu Sarmi mau minta apa?” tanyaku kemudian.

    Bu Sarmi bangkit dan duduk bersimpuh di sampingku. “Saya tidak minta apa-apa kok, Mas!” beliau tersenyum, “Mas Anang tidak perlu membelikan saya apapun! Saya cuma minta ini…..” Bu Sarmi meraih penisku yang terkulai tak berdaya. Kemudian mengurut-urutnya dengan jemarinya yang lentik. “Maksud Bu Sarmi?” tanyaku tidak mengerti. “Kalau Mas Anang berhasil jadi PNS, saya cuma ingin Mas Anang mengunjungi saya setiap seminggu dua sampai tiga kali, memberi saya jatah untuk dient*t pakai punya Mas Anang yang besar dan panjang ini…..” lanjut beliau sambil menjilati sisa-sisa sperma yang masih lengket di batang tongkolku. “Ah, kalau itu sih gampang! Dengan senang hati saya akan selalu siap melayani Ibu!” Mendengar jawabanku Bu Sarmi kegirangan. Dan beliau kembali menggugah birahiku dengan memberikan kuluman dan kocokan di batang tongkolku. Beberapa minggu kemudian akhirnya aku benar-benar lolos menjadi PNS. Dan setelah dilaksanakan pelantikan, aku memenuhi janjiku kepada Bu Sarmi. Setiap kali ada kesempatan, aku selalu berkunjung ke tempat Bu Sarmi. Tentu saja untuk memberinya kepuasan. Dan selama berhubungan dengannya, beliau masih saja mengakui kejantananku dalam bermain cinta.

    Kisah Seks, Cerita Sex, Cerita Panas, Cerita Bokep, Cerita Hot, Cerita Mesum, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Sex Bergambar, Cerita ABG, Cerita Sex Tante, Cerita Sex Sedarah, Cerita Sex Pasutri

  • Kisah Memek edukasi sex dari papa dan mama

    Kisah Memek edukasi sex dari papa dan mama


    3241 views

    Duniabola99.com – Sore itu seperti biasa aku dan keluargaku berkumpul bercanda ria di ruang keluarga. Aku, papa dan mama kami bertiga termasuk keluarga yang haromis.


    Perkenalkan namaku Andri umur 16 tahun, ibuku Mayang usia 42 tahun, sedangkan ayahku Ranu usianya 47 tahun. Kami bertiga selalu menghabiskan waktu bersama kalau sore hari seperti itu. Sedangkan bila pagi sampai jam 5 sore kita bertiga sibuk dengan urusan masing-masing aku sekolah, ibuku sibuk dengan bisnis laundrynya, dan sedangkan ayahku bekerja sebagai pemborong. Walaupun hidup kami pas-passan kami tetap bahagia karena selalu bisa berkumpul seperti ini.

    Sore itu ayahku sedang memegang kartu ditanggannya untuk mengajak aku dan mamaku bermain kartu bersama untuk mengusir bosan. Akhirnya kami bertiga bermain kartu bersama memang benar kata ayahku permainan kartu ini awalnya menghilangkan rasa bosan kami bertiga yang sedari tadi hanya ngobrol-ngobrol sambi lihat televisi. Setelah bermain cukup lama akhirnya kami bertiga merasa bosan dengan permainan kartu ini. Ayahku yang menetahui situasi itu langsung mencetuskan ide gilanya, memang ayahku adalah orang yang paling kreatif diantara kami bertiga tapi kali ini ide ayahku tdk bisa diterima dengan akal sehat.

    Ayah pun mulai mengutarakan ide gilanya itu

    “Kalian tampaknya udah merasa bosan iya?” Tanya ayahku kepada aku dan mamaku.

    “Iya nih yah udah bosen dari tadi gini-gini aja” jawabku menyauti pertanyaan dari ayah.

    “Iya bener tuh kata Andri yah mama juga udah mulai bosan” sambung mamaku.

    “Ya udah ayah kali ini punya ide, gimana kalau yang kalah harus membuka pakaiannya satu-persatu?” Ayah mengutarakan ide gilanya saat itu kepada kamu dengan senyum-senyum nggak jelas.

    “Apa yah? Apa ayah ini sudah gila?” Sahut mamaku sedikit sewot.

    “Kenapa seh ma? Apa mama takut?” Tanya ayahku kepada mamaku.

    “Ayah ini apa2an masak yang kalah harus lepas baju? Gimana kalau mama yang kalah?” Ucap mamaku melemparkan pertanyaan balik pada ayahku.

    “Emang kenapa ma? Disini kan cuma kita bertiga tdk ada orang lain” sahut ayahku.

    “Kok malah debat sih?” Tanyaku kesal kepada orang tuaku.

    “Oke deh mama berani, ayo kocok kartunya” ujar mamaku mengakhiri perdebatan mereka.

    Akhirnya ayahku mengocok kartunya dan membaginya rata pada kami bertiga. Permainan pertama pun berlangsung sangat sengit kita bertiga saling adu strategi dan akhirnya aku yang kalah.

    Lalu ayahku segera berkata,

    “Ayo Ndri buka kaos kamu terus kamu kocok lagi kartunya.


    “Iya2 yah” jawabku sedikit sewot karena kalah pada permainan pertama.

    Mamaku hanya senyam-senyum melihat kekalahanku. Akhirnya kartu kuocok lagi untuk permainan kedua. Dipermainan kedua ini mamaku yang akhirnya kalah.

    Dengan sangat senang aku menyuruh mama untuk membuka bajunya,

    “Ayo ma buka bajunya hehehehehe” ocehku sambil tertawa melihat kekalahan mama.

    “Iya tdk toh mama hanya lepas jilbab dulu” sahut mamaku.

    “Kok gitu? Mama curang ah” timpalku sewot mendengar kata2 mama.

    “Iya gk bisa gitu ma perjanjiannyakn baju bukan jilbab jadi mama harus lepas baju dan jilbabnya tetep aja dipakai” ayahku coba menerangkan aturan permainannya pada mamaku.

    Akhirnya mamaku melepas kancing2 bajunya dan terlihatlah toket mama yang masih terbungkus bh warna putih. Dipermainan ketiga mama kalah lagi aku dan ayah memaksa mama untuk membuka celanannya. Permainan ini berlangsung terus sapek tak terasa tubuh kami bertiga benar bugil tanpa ada apa-apa lagi yang menutupi tubuh kita.

    Aku sempat terkesan waktu melihat mama membuka bhnya ternyata toket mama gede banget. Sebelumnya aku tak pernah memperhatikan toket mam karena tertutup oleh jilbab-jilbabnya. Ayah yang sudah menyadari kalau aku sedari tadi sudah terangsang melihat bentuk toketh mamaku mulai memancingku. Ayah pun mengambil tindakan dengan menggeser tempat duduknya dan mendekatkan tubuhnya pada mama. Ayahku juga mulai mengraya2 toket mama.

    “Apaan sih ayah ini malu tuh dilihat Andri” kata mama menghentikan tingkah ayah.

    “Nggak papa ma biarin aja Andri kan udah gede” jawab papa singkat.

    Karena takut ayah marah mama membiarkan tanggan ayah meremas-remas kedua toketnya itu. Aku pun sangat terangsang melihat tanggan ayahku yang sedang asyik dengan pekerjaan barunya saat itu.

    “Andri pengen ya?” Goda ayah padaku.


    “Ayah apaan sih?” Mamaku coba memeringatkan ayah.

    “Halah Nggak papa ma toh Andri juga butuh edukasi tentang sex” jawab ayahku ringan.

    “Enngg……..akkk kok yah” jawabku terbatah2.

    “Ah jangan bo’ong ah Andri, tuh buktinya udah tegang banget” kata ayahku sambil menuding batang penisku.

    “Ternyata punyamu lebih gede dari punya ayah iya Ndri?” Lanjut ayahku.

    Sedangkan mamaku masih bengong melihat batang penisku mungkin mamku takjub dengan ukuran kotolku yang lebih besar dari punya ayah. Ayah terus meremas toket mama seperti orang kesurupan sambil lidahnya menjilati leher mama.

    “Ngapain kamu bengong aja disitu Ndri? Sini bantu ayah” ayahku membuyarkan lamunanku.

    “Ah ayah ini apaan sih? Masak Andri diajak beginian?” Sahut mamaku tapi pandangannya tdk berpaling dari batang penisku.

    “Biarin aja deh ma toh mama juga pengen ngerasain penisnya Andri yang gede itukn?” Ayah langsung to the point kepada mama.


    Mamaku tak menjawab kata2 terakhir yang terlontar dari mulut ayahku. Akupun tetap terdiam dan membisu ditempatku duduk, aku belum percaya kalau ayahku segila ini.

    “Ayo Ndri kok malah bengong” kata2 ayah membuyarkan lamunanku.

    “Andri harus ngapain yah?” Tanyaku yang tampak begitu polosnya.

    “Sini kamu jilatin meqi mamamu” perintah ayah mendengar pertanyaan bodohku.

    Bagai kerbau yang dicocok hidungnya akupun bankit dari tempatku duduk dan mendekat ke tubuh ayah dan mama. Sebenarnya aku masih ragu menuruti perintah ayah karena sebelumnya aku belum pernah melakukan hal yang seperti ini. Aku pun mendekatkan kepalaku dengan meqi mama. Aku sempat menghetikan kepalaku tepat didepan meqi mama karena sebenarnya aku jijik melakukan hal ini, tapi ayah memaksaku.

    Akhirnya kulakukan perintah ayahku menjilati meqi mamaku. Pertama-tama aku agak sedikit kaku melakukan hal seperti ini tapi lama-kelamaan aku sudah mulai terbiasa. Karena aku sudah mulai terbiasa mama mulai menjambak rambutku untuk membenamkan kepalaku kepada meqinya sampai-sampai aku tdk bisa bernafas. Walaupun aku sulit untuk bernafas karena mamaku mebenamkan kepalaku tapi herannya justru aku lebih menikmati permainanku.

    Mamaku mulai meracau,

    “Terus Andri terus jilat itil mama Ndri, ayah juga sedot yang kuat pentil mama mainkan susu mama yah” racau mamku.

    Aku dan papaku terus melakukan pekerjaannya masing-masing. Sampai papa menghentikan jilatanku.

    “Ndri berhenti menjilat meqi mamamu dulu” ucap ayahku sembari bediri disebelah mama dan penisnya tepat pada muka mama.

    “Iya yah” jawablku menuruti perintah ayahku.


    “Ma ayo sekarang giliranmu mainin penis ayah” perintah ayahku yang ditujuhkan pada mama.

    “Dan kamu Andri terusin jilat meqi mamamu dari belakang” lanjut ayah.

    Mama yang mengerti permintaan ayaj langsung mengubah posisinya mamau langsung nungging dan menyergap penis ayah sedangkan aku asyik menjilati meqi mama. Kelihatannya mama semakin liar menyepong penis ayah yang ukurannya sedikit lebih kecil dari punyaku mungkin mama usah terbiasa maini penis ayah.

    Setelah ayah merasah puas dengan sepongin mama sekarang ayah menyuruhku untuk mengantikan posisinya lalu ayah sekaran berpindah kebelakang. Kemudian ayah langsung membuka lebar kedua paha mama dan memasukan kotolnya kedalam lubang meqi mama. Mama sempat menjerit kecil ketika penis ayah berhasil sepenuhnya masuk kedalam meqi mama. Sedangkan aku yang ada didepan mama langsung memajukan penisku tepat pada bibir mama.

    Mungkin mama sudah mengerti maksudku mama langsung meraih penisku dan mejilati kepala penisku pertama-tama. Rasanya ngilu campur geli membuatku meringis2 keenakan. Melihat hal itu mama langsung memasukan penisku kemulutnya. Rasanya hangat sekali, mama mulai memaju mundurkan penisku yang berada didalam mulutnya.

    “Achh……geli ma geli” racauku menahan geli.

    “Udah nikmatin aja Ndri” ucap ayah mendengar racauanku.

    “Emb penismu ahhhh ge ahhh de banget Ndri ahhh” kata mama yang sedikit terputus-putus karena mendapat serangan dari ayah.

    Mama terus mengulum penisku dan sekali2 menyedot batang penisku rasanya enak banget aku belum pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya.

    10 menit berselang ayah mengerang keras sekali tampaknya dia sudah sampai pada puncaknya. Tubuh ayah seketika lemas tak berdaya. Ayah kemudian mencabut penisnya yang masih tertanam dimeqi mama, begitu penis ayah dicopot terlihat jelas olehku ada cairan putih pekat keluar dari meqi mama.

    “Ndri sekarang giliranmu ayo lakukan” perintah papa


    Akupun nurut-nurut aja. Sekarang posisi mama sedang tidur terlentang pahanya terbuka lebar untuk memudahkanku memasukan peniskuyang sedari tadi pengen sekali dimasukan. Aku mengarahkan batangku ke meqi mama walaupun meqi mama sudah licin karena sperma dari ayah tapi aku masih kesulitan untuk memasukannya. Akhirnya denga telaten mama membimbingku, penisku dipegang oleh mama dan langsung diarahkan pas lubang meqinya. Karena lubang meqi mama yang sudah licin oleh sperma ayah penisku langsung masuk seluruhnya ke meqi mama. Mama menyeruak dan mengadahkan kepalanya keatas. Sekarang aku dengan perlahan mulai mengerakan pinggulku maju mundur.

    “Ayo Ndri penismu enak” ujar mama.

    “Iya ma meqi mama juga nikmat” jawabku

    “Och…….Och…..Och….Och…..” Mama tdk berbicara lagi hanta desahan dan desahan yang keluar dari mulutnya.

    Setelah hampir sepuluh menit ayah bangkit dari kursi tempatnya beristirahat. Ia mengisyaratkn padaku untuk membalik badanku akupun menurutinya. Sekarang mam yang berada diatas tubuhku tanpa pikir panjang ayah langsung mengarahkan penisnya ke anus mama. Dengan bantuan dari air liurnya akhirnya penis ayah bisa masuk seluruhnya ke anu mama. Mama hanya bisa mendesah entah dia telah menaha kenikmatan atau kesakitan aku tdk tau itu. Ayah dengan kasar menghajar anus mama.

    “Aduh yah Och……terus…….yah Och…..Och…” Desahan mama

    Akupun tak mau kalah dengan ayah aku langsung mempercepat gerakanku. Dan mama pun mendesah semakin keras.

    “Och……kaaaa….llliiiiiaaannn bbbeeeeee nnneeerrrrr beee nnneeeerr hhhhheeebbbaattt” desahan mama.

    “Oooccchhhhh kaaalllllaauuu bbeeeegggiiiinnniiii mmmmaaammmmaaaa gggaakkkk kkkuuuuuaaaatttt” lanjut desahan mama.

    “Ooooocchhhhhhhh” akhirnya mama mendesah panjang tanda orgasme telah didapatkannya.


    “Kamu kuat banget Ndri belum keluar-keluar juga” tanya mama padaku.

    “Hehehe gk tau juga ma” jawabku singkat.

    Aku yang belum mencapai puncak sendiri berusaha mengerakan tubuh mama dan dibantu oleh ayah.

    Mama terus kami serang daru lubangnya sampai 5 menit kemudian ada rasa geli pada ujung penisku seperti ada benda yang memaksa untuk keluar dari dalam, meskipun kutahn tetap tak bisa dan akhirnya.

    “Croooottttt croootttt croootttt croootttt”

    Sperma keluar membuat penuh seisi meqi mama dipenuhi oleh sperma dan ayah. Tubuhku langsung lemas dan si Andri junior juga langsung melemaskan tubuhnya. Sekarang tinggal ayah yang menutaskan birahinya. Entah sampai kapan ayah mampu begitu yang jelas hari ini aku puas sekali.

  • Kisah Memek elingkuh Dg Dokter Terapi Seks

    Kisah Memek elingkuh Dg Dokter Terapi Seks


    2411 views

    Duniabola99.com – Kata orang, akulah orang yang paling bahagia di dunia. Bayangkan tinggal di Surabaya yang disebut-sebut merupakan kota besar kedua di Indonesia dengan uang banyak, memiliki puluhan perusahaan dan cabang- cabangnya di seluruh Indonesia, isteri cantik dan sexy, dan semua orang mengenalku dengan baik.


    Tapi dalam hati kecilku, aku merasa ada sesuatu yang kurang. Setelah menikah kurang lebih 3 tahun, kami belum dikaruniai anak. Memang kelemahannya ada pada diriku.

    Walaupun aku ganteng dan berbadan tinggi besar dan tegap, aku selalu mengalami kegagalan saat berhubungan intim dengan isteri. Ya, sekitar dua tahun sebelum kami menikah, aku mengalami kecelakaan lalu lintas.

    Motorku ditabrak dari belakang oleh sebuah truk yang melaju dengan kecepatan tinggi dan berusaha mendahului motor yang kukendarai. Saat itu ternyata ada mobil yang muncul dari arah berlawanan, sehingga untuk menghindari “adu kambing” truk itu membanting activity ke kiri dan menabrak motorku. Aku terjungkal dan terbanting ke aspal di siang bolong. Untunglah aku tidak cedera.

    Hanya kedua tanganku sedikit tergores dan pantatku sakitnya bukan main. Rupanya aku jatuh terduduk di pinggir jalan aspal dekat trotoar jalan. Seorang bapak yang ikut menyaksikan kecelakaan itu segera memapahku berdiri dan membawaku ke rumah sakit terdekat.

    Sejak itu, jika aku berhubungan intim dengan Lilian, isteriku, aku selalu tidak dapat melaksanakan tugasku dengan baik. Penisku tidak bisa berdiri. Kadang bisa berdiri tapi sebentar belum juga masuk dengan pas.. eh.. sudah menyemprotkan cairan mani.


    Beberapa dokter telah kudatangi. Tapi kesembuhanku belum juga muncul. Tadinya muncul ide agar aku mencoba-coba untuk “jajan” di lokalisasi. “Ah..” pikirku lagi, “Nanti malah kena AIDS atau HIV. Lebih repot lagi kan?”

    Nah, suatu hari aku mendengar dari teman karibku, Hartono, bahwa di Jakarta katanya ada seorang dokter spesialis yang bisa menyembuhkan kelainan-kelainan seks dengan biaya terjangkau dan tanpa efek samping. Lalu dengan persetujuan isteriku, aku pun mengambil cuti selama seminggu untuk berangkat ke sana.

    Karena punya sanak famili yang tinggal di bagian barat Jakarta, aku pun tanpa kesulitan menemukan dokter yang kucari. Tempat prakteknya ternyata terletak di lantai 18 sebuah apartemen mewah di pusat kota. Aku tadinya merasa deg-degan dan agak malu untuk naik ke sana.

    Bagaimana kalau dokter itu menyarankan yang tidak-tidak kepadaku? Lalu.. apakah hasilnya akan maksimal seperti yang kuharapkan? Berbagai pertanyaan lain terus saja bergema dalam hati kecilku.

    Namun bila kuingat raut wajah Lilian yang cemberut dan penuh kekecewaan bila penisku tidak bisa tegang atau baru masuk ke permukaan vaginanya, aku sudah ejakulasi.. wah.. lebih baik aku mencoba saja ke sana deh, siapa tahu ada mujizat yang terjadi. Benar kan?


    Saat aku sampai di ruangan kantor yang amat mewah itu, kulihat seorang gadis cantik yang masih berumur sekitar 22-23 tahun sedang menulis sesuatu dan kemudian memandangku dengan ramah. “Mau ikut terapi, Pak?” ia bertanya dengan seulas senyum di bibirnya yang mungil.

    “Ya, maaf.. Dokternya ada?” tanyaku ragu-ragu. “Hari ini kebetulan Dokter Amy Yip sedang tidak ada pasien..” ujarnya. “Dokter Amy Yip… Kok kayak nama bintang blur mandarin sih, Mbak… apa ia berasal dari Hongkong?”

    “Betul sekali… Memang namanya Yip Chi Mei, ia seorang dokter spesialis terapi seksual asal Indonesia lulusan Hongkong Medical College… dan ia lebih suka dipanggil dengan nama Dokter Amy Yip.” katanya memberi penjelasan.

    Setelah mengisi formulir yang berisi data-data pribadi, aku langsung diantar ke tempat prakter dokter itu. Gadis yang belakangan kuketahui bernama Sally itu kemudian mengetuk pintu ruang praktek Dokter Amy Yip.

    Pintu pun dibuka dari dalam. Benar saja dugaanku. Di sana berdiri seorang wanita cantik mengenakan blazer hitam dan berumur sekitar 30 tahun. Ia berambut ikal sebahu. Oh ternyata ini dokternya!

    “Maaf Dok… ini ada Bapak Kuntoro dari Surabaya ingin ikut terapi… ini data-data lengkapnya.” ujar Sally sambil memberikan formulir yang sudah kuisi dan mempersilakan aku masuk ke kantor itu. Sally pun berjalan kembali ke meja kerjanya di depan ruangan itu. “Silakan masuk, Pak…” ujar dokter cantik itu. “Baik, terima kasih.” jawabku singkat.

    Setelah kami duduk di dalam ruang praktek itu, Dokter Amy Yip kemudian mulai menanyakan beberapa hal yang amat pribadi padaku. Karena kupikir ia seorang dokter yang harus tahu benar keadaan dari kehidupan seks rumah tanggaku, termasuk bagaimana aku berhubungan intim, aku pun membeberkan semuanya.


    Salah satu pertanyaannya adalah, “Kira-kira Bapak bisa tahan berapa absolutist dalam berhubungan intim dengan isteri?” atau, “Gaya apa yang paling Bapak sukai bila berhubungan intim dengan isteri?”

    Mendengar semua jawabanku, ia pun mengangguk-angguk tanda mengerti. Lalu dengan sorot mata tajam ia memandangku serta berkata, “Pak Kuntoro, saya rasa sebaiknya kita bisa mengadakan terapi seks sekarang juga.

    Di sebelah sana ada ranjang yang bisa Bapak gunakan untuk itu… Di sana saya akan menguji ketahanan Bapak untuk tidak berejakulasi selama beberapa menit… kalo memungkinkan nanti kita bisa berhubungan intim guna proses penyembuhan lebih lanjut. Gimana Pak.. apa Bapak setuju?” “Wah… ini toh yang namanya terapi seks. Kalau begini sih pasti aku mau sekali,” pikirku dalam hati.

    Tanpa pikir panjang lagi aku menyahut, “Baiklah… Terserah Dokter saja, gimana baiknya…” Dalam pikiranku tiba-tiba muncul bayangan gimana kira-kira bentuk tubuh Dokter Amy Yip ini nanti kalau ia telanjang. Pikiran seperti ini langsung saja membuat penisku tiba-tiba menegang dan keras.

    Kemudian kami berjalan menuju ranjang terapi yang dimaksud. Setelah aku duduk dengan bersandarkan bantal, dokter cantik itu duduk dengan santai di hadapanku. Ia kemudian dengan sengaja membuka semua baju luarnya.

    Akhirnya yang tertinggal hanya BH dan celana dalamnya. “Pak Kuntoro, silakan Bapak meraba-raba saya… terserah Bapak mau meraba bagian tubuh saya yang mana… nanti kita lihat berapa menit waktu yang Bapak perlukan untuk ejakulasi…” perintahnya. Tentu saja aku mau melakukannya dengan senang hati. Wong yang di depanku, tubuh dokter itu begitu mulus dan putih.

    Payudaranya saja begitu menonjol ke depan. Mungkin ukuran 36B, seperti hendak meloncat keluar dari penutupnya. Dengan pelan kuelus wajah dokter itu, lalu lehernya yang jenjang. Kemudian tangan kananku turun ke bukit kembarnya. Kuraba pelan dan kuremas-remas.

    Lalu tangan kiriku bergerak menuju CD-nya. Namun, sekonyong-konyong ada sesuatu yang mau meledak dalam tubuhku. Aku buru-buru menghentikan rabaan-rabaanku.

    Aku berusaha segera membuka celana panjang yang kukenakan. Namun terlambat sudah. Penis andalanku sudah menyemprot dengan derasnya. Aku hanya bisa mengepalkan tangan sambil menutup mata. “Sialan!” ujarku. Celana panjangku terutama di bagian pangkal paha tentu saja basah tidak karuan.


    “Cuma dua menit kurang 25 detik… saya rasa keadaan ini masih bisa disembuhkan, Pak… Sebelumnya ada pasien saya yang lebih buruk keadaannya… asal Bapak mau telaten berobat tiap hari ke sini…” Dokter Amy Yip menimpali setelah melihat arloji yang dikenakannya.

    Hari itu terapi seks yang harus kujalani selesai sudah. Setelah mengenakan pakaiannya kembali dan kami kembali duduk di meja kerjanya, dokter itu lalu berkata, “Mohon diingat ya, Pak… apa yang kita lakukan barusan hanyalah sebatas untuk terapi… bukan untuk dilakukan di luar jam kerja saya…” Oh, aku mengerti maksudnya.

    Ia tidak mau kuajak kencan di luar praktek terapinya. Itu peraturannya. Ah tidak apa-apa bagiku. Toh aku orangnya setia pada isteriku. Walau Lilian lebih galak dari dokter ini, namun ia kan isteriku dan mantan pacarku. Iya kan?

    Keesokan harinya, masih dengan terapi yang sama. Cuma Dokter Amy kini tidak mengenakan BH. Benar adanya, kedua bukit kembarnya itu begitu besar, kencang dan amat menantang. Putingnya berwarna merah kecoklatan seperti tegak siap untuk disedot.

    Ia berkata, “Silakan Bapak mau meremas atau mengulum atau menjilat payudara saya… terserah… saya hanya ingin tahu Bapak bisa tahan berapa absolutist untuk tidak ejakulasi.” Tanpa menunggu perintah selanjutnya, aku langsung saja meraba dan meremas kedua bukit kembarnya. Kemudian kuarahkan mulutku untuk merasakan nikmatnya payudara itu.

    Aku menghisap, menjilat dan mengulum putingnya. Ia tampak merem-melek menikmatinya. Ternyata dua menit berlalu. Dan kembali aku mengalami ejakulasi. Spermaku tersemprot hebat.

    Untunglah kali ini aku masih sempat membuka reitsleting celanaku dan mengarahkan penisku yang sudah tegang dan membesar itu ke ember khusus untuk hasil sperma terapi. “Dua menit lebih 5 detik… hari ini ada peningkatan, Pak…” jawabnya sambil menyunggingkan senyum setelah semuanya selesai.

    “Besok kita lanjutkan lagi. Jangan kuatir, Pak… Perkiraan saya pada hari keempat nanti… waktu Bapak untuk tahan tidak ejakulasi pasti lebih dari sepuluh menit. Saya jamin, Pak.” Lalu hari itu kami pun berpisah.


    Aku pulang ke auberge tempatku menginap dengan berbagai pikiran tentang harapan kesembuhan selanjutnya yang akan kualami serta terapi apa yang akan dilakukannya besok terhadap diriku.

    Hari ketiga… Kali ini kami berdua benar-benar telanjang bulat. Dokter Amy kini yang mengambil inisiatif. Ia sengaja yang membuka pakaian yang kukenakan sampai aku benar-benar bugil. Lalu kemudian ia membuka pakaiannya sendiri.

    Saat ia melakukannya, matanya tak lepas dari memandang senjataku. Entah apa yang ada di benaknya. Yang pasti saat itu senjataku belum tegang bahkan hingga ia membuka CD-nya. Ketegangan dalam diriku mungkin sedikit banyak tidak membantu dalam merangsang penis yang kumiliki.

    Lalu ia duduk di pinggir ranjang. Kali ini dengan sengaja ia meraih senjataku lalu dikocok-kocoknya dengan pelan tapi pasti. Sementara tanganku diperbolehkan meraba apa saja yang ada di tubuhnya.

    Setelah kocokannya mulai menampakkan hasil, ia pun menunduk dan mengarahkan penisku ke mulutnya. Dengan telaten ia menjilat, menghisap dan mengulum penis ajaibku. Wah… hampir saja aku ingin ejakulasi.

    Tapi aku berusaha untuk menahannya sebab aku ingin mengetahui rasanya bila ia terus mengobok-obok penisku.

    Ia lalu menyuruhku untuk mengubah posisi. Kini aku disuruhnya untuk menghisap klitorisnya, sedangkan ia dengan penuh semangat terus menghisap dan menjilat-jilat penisku. Karena tidak tahan menghadapi kuluman dan hisapan mulutnya, aku terpaksa harus melepaskan sesuatu yang seperti akan meledak dalam diriku.

    Dan benar.. “Crot.. crot.. crot.. crot..” Dengan derasnya maniku tertumpah di dalam mulut dokter itu. Entah sengaja atau tidak, Dokter Amy Yip tidak mau melepaskan penisku dari mulutnya. Wah..! Setelah semprotan maniku habis, dan penisku dibersihkan dengan tisu di tepi ranjang, kembali ia memberikan evaluasi terapi yang kujalani. “Lumayan…” katanya sambil melirik jam tangan.

    “Sepuluh menit lebih dua detik… Bapak pasti akan sembuh… Saya rasa pada terapi kita yang terakhir akan benar- benar terbukti bahwa kondisi ketahanan penis Bapak untuk tidak terlalu cepat berejakulasi saat berhubungan intim adalah normal- accustomed saja. Bagaimana, Pak… apa Bapak mau melanjutkan terapi yang terakhir besok?”

    Tentu saja aku mau melanjutkannya. Wong disuruh berhubungan intim dengan chargeless saat terapi, siapa yang nggak mau? Aku pun kemudian mengiyakan sarannya itu. Seperti yang kuduga ternyata keesokan harinya Dokter Amy Yip tidak lagi mengenakan apa-apa di balik baju prakteknya.


    Aku pun segera membuka semua pakaianku. Lalu dengan ganas kuserbu tubuhnya yang sudah berbaring menantang di atas ranjang. Pertama kucium keningnya, lalu turun ke bibir, pipi, leher hingga payudaranya yang amat kenyal itu. Di sana kujilat dan kupelintir putingnya yang merah kecoklatan. Ia pun merem-melek.

    Kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri. Kemudian kepalaku bergerak menuju pangkal pahanya. Di sana kembali kujilati bibir vagina dan klitorisnya. Kujulurkan lidahku ke dalam vaginanya sambil tangan kananku terus meremas-remas payudaranya.

    Setelah beberapa menit, ternyata penisku sudah berdiri tegang dan mengeras. Tanpa menunggu diperintah lagi, kuarahkan penisku ke liang kewanitaannya. Dengan sekali sentak, masuklah penisku dengan mudahnya.

    Rupanya ia sudah tidak perawan. Tanpa susah payah aku terus menggenjot dan memompa penisku agar bisa benar-benar memuaskan dirinya. Saat itu aku lupa segalanya, terapi, isteriku yang sedang menunggu dengan harap cemas di Surabaya, pekerjaan di kantor yang menumpuk, dll.

    Pokoknya kesempatan ini tidak bisa dilewatkan. Sementara itu Dokter Amy Yip terus saja menggoyang-goyangkan pantatnya dengan lembut. Ia mencoba untuk mengimbangi serangan gencarku.

    Sekitar lima belas menit berlalu. Dan tiba-tiba saja perasaanku seperti melayang. Aku merasakan kenikmatan luar biasa. “Aku ingin keluar, Dok… sebaiknya di dalam atau…” tanyaku di tengah-tengah kenikmatan yang kurasakan.

    “Di dalam saja Pak… biar nikmat…” jawabnya seenaknya. Rupanya ia pun akan mengalami orgasme. Dan benar, beberapa saat kemudian ia orgasme. Kemaluanku seperti disemprot dalam liang vaginanya. Sementara itu spermaku pun dengan derasnya mengalir ke dalam liang vaginanya.

    Aku pun akhirnya jatuh tertidur di atas tubuhnya. Ternyata dokter itu masih ingat bahwa apa yang kami lakukan adalah terapi. Ia segera melirik arlojinya dan segera membangunkanku.


    “Lima belas menit sepuluh detik… selamat Pak Kuntoro… kondisi Anda kembali normal… bahkan sangat normal..” ujarnya sambil mengenakan pakaiannya kembali dan menyalamiku. Aku yang baru saja keletihan melayani nafsu seksnya dengan cara berhubungan intim tentu saja tertegun. Lima belas menit? Wah hebat. Aku sembuh, Lilian! Aku sembuh! Hampir saja aku meloncat-loncat.

    Setelah membereskan semuanya, aku pun segera pulang ke Surabaya malam itu juga. Betapa bahagianya aku sekarang. Pasti Lilian akan gembira menyambut kesembuhanku. Dan benar dugaanku.

    Saat ini sudah tiga bulan kejadian itu berlalu. Lilian pun mulai menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Menstruasinya sudah terlambat seminggu.

  • Kisah Memek Enaknya

    Kisah Memek Enaknya


    2964 views


    Duniabola99.com – Kisah ni berlaku masa aku umer 18, waktu tu aku baru balik cuti semester ‘U’. Entah macam mana bila aku sampai je rumah semua tak de orang. Yang ada cuma Minah, pembantu rumah aku je. Dia tu indon

    Dia bagitau ayah aku balik kampung. Aku pun suruh minah buat air. Lepas minum aku pun masuk ke bilik aku. Lepas mandi semua aku pun keluar ke ruang tamu. Tengok movies ‘Basic Instinct’. Entah macam mana aku rasa stim pulak.

    Lepas tu aku pun panggil minah. Aku cakap aku lengoh. minta talong urut. Sambil urut tu aku pun tukar blue film yang aku beli kat petaling street. Dalam film tu aksi senggama sedang hebat. Aku tengok minah resah je. Lepas tu aku pelan pelan pegang tangan dia. Dia diam je

    Lepas tu aku pun pegang punggung dia dan usap pipi dia. Aku pun cium pipi, bibir dan lidah. Sambil tu aku hisap lidah dia.Tangan aku meraba raba kat buah dada minah, Aku rasa seronok pulak ramas buah dada tu

    Aku ajak minah masuk bilik aku. Dia pun ikut. Aku susuh dia tanggalkan baju dan dia turut je . Minah tak pakai coli rupanya. Putihnya tetk minah. Akupun usap ,hisap dan jilat buahdad minah. Aku suruh dia bukak kain tapi dia tak nak . Aku pun raba punggung dia dan tanggalkan kain batik dia.


    Tanpa membuang masa aku jilat kelankang minah, masa tu dia pakai seluar dalam lagi. Tak lama lepas tu minah merengek rengek. Aku pun buka seluarnya dan raba kemaluannya dengan tangan, lepas tu dengan lidah. Minah tak tahan dah aku suruh dia hisap batang ku. Dia ikut.

    Kemudian aku suruh minah telentang, Aku bukakan kangkangnya dan main kemaluannya dengan tangan. Ada cecair keluar dari pantatnya. Aku pun pelan pelan masukkan batangku dan hayun keluar masuk , keluar masuk. ….


    Bila nak pancut aku cabut batang ku dan terpancutlah ke cadar aku . Lepas tu aku bagi hadiah minah RM50. Terpaksalah minah basuh cadar tu.

    Malam tu aku tidur bilik minah. Biasalah buat projek lagi. Kadang Kadang sengaja aku malas ikut parent aku keluar dinner, lebih baik aku duduk rumah banyak benda berfaedah aku boleh buat.


    Sampai sekarang aku selalu buat projek dengan minah.

  • Kisah Memek Enaknya Bercinta Dengan Amoy Medan

    Kisah Memek Enaknya Bercinta Dengan Amoy Medan


    3776 views

    Cerita Sex ini berjudul ” Enaknya Bercinta Dengan Amoy Medan ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2018.

    Duniabola99.com – Pengalaman pertama yang aku alami dengan cewek terlebih dahulu perkenalkan namaku Ari umurku 24 tahun dan aku baru habis di wisuda, dan kejadian ini terjadi beberapa minggu yang lalu, aku pun masih ingat betul setiap per adegannya mungkin agak panjang ceritaku ini tapi semoga pembaca setia bisa menyelesaikan sampai tamat.


    Waktu itu memang kebetulan orangtua dan kakak saya ada resepsi keluarga di Jakarta yang cukup lama, sehingga saya kebagian tugas untuk menjaga rumah kakak saya yang kosong. Saya sudah lupa hari apa waktu mengenal gadis itu tapi yang jelas sehari setelah mereka semua berangkat ke Jakarta.

    Hari sudah menjelang siang waktu saya baru saja bangun tidur, setelah mandi saya bergegas berangkat pulang ke rumah (rumah orangtua) untuk makan pagi, karena saya malas untuk masak sendiri di sini (tempat kakak), sedangkan di rumah orangtua kini hanya tinggal pembantu saja yang menyiapkan semua sarapanku.

    Selesai sarapan, seperti biasa saya duduk santai di teras depan rumah sambil membaca koran Jawa Pos, memang semenjak lulus kuliah keseharian saya cuman santai saja sambil cari peluang kerja, maklumlah lagi Krismon. Paling-paling tiap hari rutinitas saya cuma surfing Internet di rumah, atau main game, atau juga nonton film VCD kalau kebetulan sohib saya pinjam dari rental.

    Terus terang mungkin saya ini tergolong maniak seks, soalnya nggak bosen-bosennya rasanya surfing masalah seks di Internet (Bubblegumtv, babylon-x, dll). Saya selalu terangsang dengan segala liputan seks, saya selalu membayangkan kepingin senggama dengan bintang-bintang wanita cantik seperti yang ada di VCD atau perempuan cantik yang kebetulan saya temui di mal atau plaza

    Padahal selama saya pacaran atau bergaul dengan wanita nggak pernah namanya cium bibir, pegang paha atau buah dada apalagi sampai petting atau senggama. Yaah, paling-paling cuma pegang tangan, saling peluk, nggak lebih, swear!

    Nggak tahu yaah, tapi rasanya waktu bersama mereka, saya justru malah kasihan sekali dan sayang, nggak kepingin melukai perasaan mereka, soalnya kalau sudah nafsu saya ngeri kalau lupa diri. Ngeri kalau dituntut nikah nantinya. Nah, sampai akhirnya saya putus dengan pacar saya dan lulus kuliah, saya belum dapat gantinya juga sampai sekarang.


    Saking asyiknya baca koran nggak terasa hari sudah semakin siang dan saya tak menyadari itu sampai akhirnya ada suara cekikikan menggodaku, “Cowoook..”, saya agak kaget dan melihat siapa yang ngomong tadi, eeh ternyata ada serombongan 3 orang perempuan anak sekolah yang lewat depan rumahku.

    Mungkin lagi pulang sekolah pikirku, aahh sialan ternyata yang menggodaku masih anak SMP, kelihatan dari rok seragamnya yang berwarna biru tua. Tapi iseng kuperhatikan wajah mereka satu persatu, cewek yang pertama biasa saja, yang kedua nggak cakep juga, tapi cewek yang ketiga eiits mukanya manis juga, mirip salah satu vokalis bening, entah siapa namanya.

    Alamak kupikir, ia tersenyum manis kepadaku dan kubalas senyumannya. mm manis sekali dia walau masih SMP tapi tubuhnya cukup besar dan bongsor dibanding kedua temannya yang agak kurus. Ia berjalan bersama kedua temannya sambil cekikikan dan saling berbisik.

    Wah, laku juga aku sama anak SMP pikirku, mungkin tampangku masih imut-imut. Sepeninggal mereka saya jadi nggak bisa tenang, teringat terus sama cewek SMP yang paling manis tadi. Anehnya, hanya memikirkannya saja tanpa terasa batang penisku mulai cenut-cenut persis kalau aku sedang nonton BF, tegang. Ampuun pikirku, aku kok terangsang sama anak SMP kenal saja nggak.

    Tiba-tiba saja timbul pikiranku untuk bercinta dengannya, gila pikirku. Saya berusaha untuk menghilangkan pikiran kotor tersebut tapi toh tetap saja nggak bisa melupakan bayangan wajahnya. Baiklah, dalam hati akhirnya aku berniatan untuk berkenalanan dengan cewek SMP tadi besok siang, mudah-mudahan saja dia lewat sini lagi pikirku.

    Keesokan harinya, sejak pagi aku sudah nongkrong di teras depan rumah nungguin dia, sambil baca koran sesekali aku melihat keluar pagar jangan-jangan dia sudah lewat. Lama sekali aku menunggu dia, khawatir kalau-kalau dia nggak lewat sini lagi. Tapi akhirnya kurang lebih jam setengah satu siang (hampir putus asa), kulihat ada seorang cewek anak SMP tentunya mulai melewati jalan depan rumah.

    Segera aku meloncat dari kursi dan melongok keluar pagar, sambil pura-pura membuang bekas sobekan koran ke tempat sampah dan aku melirik ke samping, apa memang benar dia yang lewat. Eiits, ternyata benar, mana pulang sendirian lagi, sungguh kebetulan sekali pikirku.

    Alamak manis sekali dia, kulitnya putih mulus lagi, wajahnya imut-imut sekali karena memang masih ABG, hidungnya kecil bangir lucu sekali, sedang rambutnya lurus panjang sebahu. Tubuhnya walaupun agak kecil tapi tidak kurus dan kelihatan seksi sekali, dan yang gemesi gundukan bulat di dadanya itu yang kelihatan agak besar dibanding tubuhnya yang kecil sehingga kelihatan sekali seragam sekolahnya itu agak mendesak ke depan di bagian dadanya. “Waah… nih cewek nyahoo juga buat ngesex”, pikirku ngeres.

    Dia agak kaget waktu melihatku tiba-tiba nongol keluar pagar, dan dia sedikit salah tingkah sewaktu merasa dirinya kuperhatikan. Untung saja dia nggak tahu pikiranku yang ngeres, kalau tahu bisa-bisa dia lari ngibrit barangkali. Sambil tersenyum manis kusapa dia.

    “Hai… dik, pulang sekolah yaach.., sapaku seramah mungkin sambil tersenyum. Ia mendelik kaget mungkin tak menyangka aku akan menyapanya.”

    “Ehi, iya Mas ..” katanya. Kelihatan sekali dia gugup waktu menjawab pertanyaanku. Mungkin saja dia malu soalnya kemarin ia sempat menggodaku, rasain!

    “Kok pulangnya sendirian sih dik, temennya mana yang kemaren?” aku pura-pura polos.

    “Eeh i..itu a..anu Mas.. saya pulang dulu Mas…” jawabnya makin gugup. Langkahnya jadi ragu untuk terus. Aku pun segera beranjak berdiri di depannya. Kesempatan pikirku.


    “oooh… jadi sendirian nih.. sekolahnya dimana sih dik..?” pura-puraku terus.

    “Itu di situ Mas… SMP Setia Budi.” Dia semakin salah tingkah melihatku berdiri di hadapannya, sekaligus menghadang langkahnya.

    “Ooo… SMP Setia Budi yang di depan situ yaach…. memangnya kelas berapa sih dik..” tanyaku terus memanfaatkan kesempatan.

    “Mmph a..anu anu kelas dua Mmas..”, jawabnya sedikit malu. Wajahnya sedikit memerah, namun jadi semakin manis saja kelihatannya. Bibirnya yang merah dan mungil tersenyum malu sambil memperlihatkan giginya yang putih.

    “Iiih.. adik ini kok kelihatannya malu-malu sih, memangnya adik nggak suka bicara sama saya yaach”, pancingku.

    “Ooh… nnngg.. nggaak kok Mas…” jawabnya sambil tersenyum manis. Makin berani nih anak, bagus pikirku.

    “Mmh… Mas boleh kenal nggak sama adik”, pancingku kemudian.

    “mm…” Ia nggak menjawab, tapi senyumnya semakin manis dan kedua tangannya saling meremas sambil diluruskan ke bawah tersipu malu.

    “mm.. mm.. mm..”

    “Kok cuman mm.. saja sih he.. he.. ya sudah deh kalau nggak boleh, Mas khan cuman nanya kalau…”

    “mm… Aufa Mas”, tiba-tiba ia memotong ucapanku sambil tersenyum manis tentunya.

    “Ooo… Aufa toh, namanya bagus banget yaa…, oya kenalin deh namaku Ari”, sahutku sembari kuulurkan tanganku kepadanya. Semula ia agak ragu, namun akhirnya ia meraih tangan kananku. Kujabat erat tangannya yang agak mungil, halus sekali cing, kaya tangan cewekku dulu.

    “Mas Ari rumahnya di sini yaach…” tanyanya makin berani.

    “Iyaa… memangnya kenapa?”

    “Nggak kok, nggak pernah kelihatan sih Mas?”

    “Kamu juga nggak pernah kelihatan, kok nanya?” candaku. Ia tertawa kecil, aku pun ikut tertawa.

    Begitulah, tidak usah banyak cerita pembaca sekalian, semenjak itu aku dan dia semakin akrab dan setiap hari selalu janji ketemu di depan rumahku. Biasanya selepas pulang sekolah, aku pasti mengajaknya mampir dulu ngobrol di rumahku dulu, yang ternyata memang ia masih tetanggaku sendiri yang hanya berjarak sekitar 500 meter dari rumahku.

    Karena kebetulan rumahku sedang kosong hanya pembantuku saja yang tinggal sementara orangtuaku sendiri belum pulang, hal ini seakan menjadikan momen bagiku untuk lebih mengakrabinya. Walaupun usiaku dan dia berbeda sangat jauh, karena dia masih 14 tahun namun itu bukan menjadi masalah bagi kami untuk saling bertukar pikiran

    Ternyata dia malah kupikir terlalu dewasa untuk seusia dia, hal itu terbukti waktu pada hari kelima semenjak aku mengenalnya, hari itu Sabtu sepulang sekolah sengaja aku menjemputnya pulang dari sekolahnya.

    Aufa tampak kaget melihatku berada di depan sekolah, namun kemudian ia jadi gembira sekali sewaktu kubilang aku ingin menjemputnya dan mengajaknya jalan-jalan. Ia mengenalkanku pada teman-teman ceweknya yang lain, tapi mana aku peduli wong temannya masih kelihatan bau kencur semua he.. he… Akhirnya setelah aku mengantarnya pulang berganti baju, dan sekedar berbasa-basi bersilat lidah dengan mamanya

    Aku segera cabut membawanya ngeloyor keliling kotanaik motorku. Namun itu cuma basa-basiku saja, karena nggak sampai setengah jam, lalu ia kuajak pulang ke tempat kakakku yang memang juga kosong. Rencanaku memang sebelum orangtuaku pulang bersama saudara laki-lakiku, aku ingin lebih bebas berkencan ria dengan Aufa.


    Itulah yang salah satu aku khawatirkan saat ngeluyur ke plaza tadi. Banyak sekali orang-orang laki-laki tentunya menatap gemas ke tubuh Aufa, karena selain ia putih dan manis sekali, postur tubuhnya yang mulai berkembang mekar dengan pakaian seperti itu pasti bikin jakun laki-laki naik turun.

    Malahan aku tadi sempat sewot karena ada seorang bapak setengah umur yang kebetulan lewat di samping kami di plaza sempat memelototi tubuh Aufa dari atas sampai ke bawah. Memang saat itu Aufa benar-benar pamer body, nyahoo deh pokoknya.

    Aku saja sempat tegang di plaza tadi gara-gara cewekku itu apalagi orang lain. Aufa menghempaskan pantatnya di sofa, aku menyusulnya segera dan duduk rapat di sampingnya, kupandangi wajahnya dari samping seolah-olah masih marah, bibirnya yang mungil kelihatan basah dan ranum berwarna kemerahan tanpa lipstik. mm…. ingin rasanya aku mengecup dan mengulum bibirnya yang menawan itu.

    “Aufa sayang…” rayuku semakin nekat.

    “Mas Ari boleh khan cium bibir kamu, say…”

    “iiih… Mas Ari ahh…” Aufa semakin merajuk, tapi aku tahu pasti itu hanya sekedar pura-pura. Aku jadi semakin berani dan bernafsu.

    “Aufa sayang, terus terang… mm… hari ini Mas Ari kepingin bersama Dik Aufa, Mas Ari ingin memberikan rasa kasih sayang Mas sama Dik Aufa, asal Dik Aufa mau memberikan apa yang Mas inginkan, maukan sayang?”

    Tanpa aku sadari kata-kata itu meluncur begitu saja, antara kaget dan heran dengan ucapanku sendiri seolah-olah ada setan lewat yang memaksaku untuk mengatakan itu.

    Sementara itu mata Aufa membelalak kaget ke arahku, mukanya yang manis malah jadi kelihatan lucu. Bibirnya yang mungil merah merekah dan tampak basah.

    “Maasss…” Hanya kata itu yang diucapkannya, selanjutnya ia hanya memandangku lama tanpa sepatah katapun. Aku mengambil inisiatif dengan menggenggam erat dan mesra kedua belah tangan mungilnya yang halus mulus.

    “Dik Aufa sayang… percayalah apapun yang Mas katakan, itu bentuk rasa cinta dan kasih sayang Mas sama kamu say, percayalah… Mas menginginkan bukti cintamu sekarang”, Selesai berkata begitu nekat kudekatkan mukaku ke wajahnya yang amat manis itu, dengan cepat aku mengecup bibirnya dengan lembut.

    Ah, bibirnya begitu hangat dan lembut, terasa nikmat dan maniss, mm… hidung kami bersentuhan lembut sehingga nafasnya kudengar sedikit kaget, namun Aufa sama sekali tak memberontak, kukulum bibir bawahnya yang hangat dan lembut, kusedot sedikit, mm nikmat, baru pertama kali ini aku mengecup bibir perempuan, enaakk ternyata.

    Limadetik kemudian, kulepaskan kecupan bibirku dari bibir Aufa. Aku ingin melihat reaksinya, ternyata saat kukecup tadi ia memejamkan kedua belah matanya, dengan mata redup ia memandangku sedikit aneh namun wajah manisnya begitu mempesonaku, bibir mungilnya yang kukecup tadi masih setengah terbuka dan basah merekah.

    “Bagaimana sayang… kau bersediakah? demi aku cintamu”, rayuku sambil menahan nafsu birahi yang menggelora.

    Tanpa Aufa sadari batang penisku sudah tegang tak terkira, sakitnya terpaksa kutahan sekuatnya, karena posisi batang penisku sebelum ereksi ke arah bawah dan aku tak sempat membetulkannya lagi tadi saat kukecup bibir Aufa, sehingga begitu yang seharusnya dalam keadaan bebas mengacung ke atas kini hanya bisa mendesak-desak ke bawah tanpa bisa bergerak ke atas.

    Cenut.. cenut.. cenut… sakit rasanya. Aku berusaha mengecup bibirnya lagi karena aku tak tahan dengan nafsuku sendiri, namun dengan cepat Aufa melepaskan tangan kanannya dari remasanku, dadaku ditahannya dengan lembut.

    Mulutku yang sudah kepingin nyosor bibirnya lagi jadi tertahan,

    “Mass…” Aufa berbisik lirih, tatapannya kelihatan sedikit takut dan ragu.

    “Aufa sayang… percayalah sama Mas”, hanya kalimat itu yang terucap selanjutnya aku bingung sendiri mau ngomong apa, pikiranku sudah buntu oleh nafsu.”

    “Tapi mass, Aufa takut Mas”,

    “Takut apa sayang, katakanlah”, bisikku kembali sambil kuraih tangannya kembali ke dalam genggamanku, sementara tanpa sadar kubasahi bibirku sendiri tak sabar ingin mengecup bibir mungilnya lagi.

    “A…aanu, Aufa takut Mas Ari nanti meninggalkan Aufa”, bisiknya sedikit keras di telingaku, tatapannya tampak semakin ragu. Kugenggam kuat kedua tangannya lalu secepat kilat kugerakkan mukaku kedepan dan “Cuuupp..” kukecup sekilas bibirnya sambil berujar,

    “Aufa sayangku, Mas Ari terus terang tidak bisa menjanjikan apa-apa sama kamu tapi percayalah Mas Ari akan membuktikannya kepadamu, Mas akan selalu sayang sama Dik Aufa”, bujukku untuk lebih meyakinkannya.


    “Tapi Mas…” bisiknya masih ragu. Aku tersenyum, nih cewek kuat juga mentalnya, nggak langsung terbawa nafsu. Dulu pacarku saja baru kupeluk sebentar pasrahnya sudah setengah mati, kalau aku minta keperawanannya pasti dikasihnya, aku yakin itu.

    “Aufa… percayalah, apa Mas perlu bersumpah sayang, kita memang masih baru beberapa hari kenal sayang tapi percayalah yakinlah sayang kalau Tuhan menghendaki kita pasti selalu bersama sayang”, rayuku menenangkan perasaannya.

    “Lalu kalau Aufa… sampai ha.. hhaamil gimana mass?” ujarnya sembari menatapku takut-takut dalam keraguan. Dalam hati aku tersentak kaget, nih cewek kok tahu yah kalau maksud sebenarku memang ingin bersebadan dengannya. Kebetulanlah pikirku, nggak perlu aku berpura-pura lagi.

    “Aah, jangan khawatir sayang, Mas akan bertanggung jawab semuanya kalau Dik Aufa sampai hamil oleh Mas yah Mas pasti mengawini Dik Aufa secepatnya, bagaimana sayang?” bisikku semakin tak sabar.

    Batang penisku makin cenut-cenut selain sakit karena salah posisi juga terasa makin membesar saja, bayangkan saja aku merasa sudah tinggal selangkah lagi keinginanku terpenuhi, bayangan tubuh mulus, telanjang bula, pasrah, siap untuk diperawani, siap untuk digagahi, masih ABG lagi, ahh alamak seandainya.

    Tanganku bergerak semakin berani, yang tadinya hanya meremas jemari tangan kini mulai meraba ke atas menelusuri dari pergelangan tangan terus ke lengan sampai ke bahu lalu kuremas lembut. Kupandangi gundukan bulat menantang bak buah apel Malang dari balik baju kaosnya yang ketat, BH putihnya yang kecil menerawang kelihatan penuh terisi oleh daging lunak yang sangat merangsang.

    Jemari tanganku gemetar menahan keinginan untuk menjamah dan meremas gundukan payudara montoknya itu. ooohh… dan kulirik Aufa, ternyata ia masih memandangku penuh keraguan namun aku yakin dari tatapan mataku ia pasti bisa melihat betapa diriku telah dilanda oleh nafsu birahi yang menggelora siap untuk menerkam dirinya

    Menjamah tubuhnya, meremas dan pada akhirnya pasti akan menggeluti dirinya luar dalam sampai puas. Aku berusaha tetap tersenyum, namun bisikan setan-setan burik di belakangku seakan menggelitik telingaku untuk berbuat lebih nekat, ayo… Ar perkosa saja, jangan tunggu lama-lama, hik.. hik… hik.., begitulah kira-kira yang kudengar.

    Sialan pikirku, sedemikian ngeresnya otakku kah? Lalu kulihat bibir Aufa bergerak perlahan,

    “Mas… Mas Ari harus janji dulu sebelum…” ia tak melanjutkan ucapannya.

    “Sebelum apa sayang, katakanlah”, bisikku tak sabar. Kini jemari tangan kananku mulai semakin nekat menggerayangi pinggulnya yang sedang mekar itu, ketika jemariku merayap ke belakang kuusap belahan pantatnya yang bundar lalu kuremas gemas. Aduuh Mak, begitu lunak, hangat dan padat.

    “aahh… Mas”, Aufa merintih pelan. Batang penisku makin cenat-cenut tak karuan, sakitnya nggak bisa diceritakan lagi, begitulah kalau salah posisi, mana tegangnya sudah nggak terkontrol lagi. Sementara setan-setan burik di belakangku mulai berjoget dangdut, terlenaa…. kuterlenaa… persis kayak suara Ike Nurjanah.

    “Iiih.. Mas aah mmas.. Aufa rela menyerahkan semuanya asal Mas Ari mau bertanggung jawab nantinya”, Aufa berbisik semakin lemah, saat itu jemari tangan kananku bergerak semakin menggila, kini aku bergerak menelusup ke pangkal pahanya yang padat berisi, dan mulai mengelus gundukan bukit kecil bukit kemaluannya. Kuusap perlahan dari balik celananya yang amat ketat.

    Dua detik kemudian kupaksa masuk jemari tanganku di selangkangannya itu dan kini bukit kecil kemaluannya itu telah berada dalam genggaman tanganku. Aufa menggelinjang kecil, saat jemari tanganku mulai meremas perlahan terasa empuk hangat dan lembut.

    Kudekatkan mulutku kembali ke bibir mungilnya yang tetap basah merekah hendak menciumnya, namun kembali Aufa menahan dadaku dengan tangan kanannya, “eeehh Mas.. berjanjilah dulu Mas”, bisiknya di antara desahan nafasnya yang mulai sedikit memburu. Kena nih cewek, pikirku menang.
    “Oooh… Aufa sayang… Mas berjanji untuk bertanggung jawab, aahh…. Mas menginginkan keperawananmu sayang.. katakanlah”, ucapku semakin ngawur dan bernafsu.


    Sementara jemari tanganku yang sedang berada di sela-sela selangkangan pahanya itu mulai gemetar hendak meremas gundukan bukit kemaluannya lagi, satu… dua… ti…, setan-setan burik di belakangku mulai ramai ngoceh seakan memberiku aba-aba,

    “Ba.. baiklah Mas, Aufa percaya sama Mas Ari”, bisiknya lemah.

    “Jadi…?” bisikku kurang yakin.

    “hh…. lakukanlah mass… Aufa milik Mas seutuhnya.. hh..”

    Teng… teng… teng… hatiku bersorak girang seakan tak percaya, kaget campur haru, begitu besar pengorbanannya dengan perkataannya itu.

    Tetapi sungguh aku tak pernah menyangka bahwa hari ini aku akan melakukan perbuatan yang mestinya sangat terlarang. Aku tahu nuraniku mengatakan ini sungguh sangat berdosa besar tetapi apalah artinya kalau nafsu telah menguasai dan mengungkungku saat itu, aku lupa diri

    Dan aku tak peduli akibat selanjutnya nanti, yang terpikirkan saat itu aku ingin segera menjamah tubuh Aufa, merasakan kehangatannya, memesrainya sekaligus merenggut dan merasakan nikmat keperawanannya sampai nafsuku terlampiaskan.

    “Benarkah..? ooh.. Aufa sayanggg… cuppp cuppp…” Secepat kilat bibir mungilnya yang hangat merekah kembali kukecup dan kukulum nikmat. Kuhayati dan kurasakan sepehuh perasaan kehangatan dan kelembutan bibirnya itu, kugigit lembut, kusedot mesra, mm nikmat. Hidung kami bersentuhan lembut dan mesra.

    Dengus nafasnya terdengar memburu saat kukecup dan kukulum bibirnya cukup lama, bau harum nafasnya begitu sejuk di dadaku. kupermainkan lidahku di dalam mulutnya, persis seperti yang dilakukan para bintang film Vivid, dan dengan mesra Aufa mulai berani membalas cumbuanku dengan menggigit lembut dan mengulum lidahku dengan bibirnya.

    Aah… terasa nikmat dan manis saat kedua lidah kami bersentuhan, hangat dan basah. Lalu kukecup dan kukulum bibir atas dan bawahnya secara bergantian. Terdengar suara kecapan-kecapan kecil saat bibirku dan bibirnya saling beradu mengecup mesra. Tak disangka Aufa dapat membalas semua kecupan dengan bergairah pula.

    “aah.. Aufa sayang… kau pintar sekali, kamu pernah punya pacar yaach?” tanyaku curiga. Mukanya yang manis kelihatan sayu dan tatapan matanya tampak mesra, sambil bibirnya tersenyum manis ia menyahutiku.

    “Mm… Aufa belum pernah punya pacar Mas, ini ciuman Aufa yang pertama kok Mas”, sahutnya polos.

    “Kok ciumanmu pintar sekali, jangan-jangan Dik Aufa sering nonton film porno yaa?” godaku. Aufa tersenyum malu, dan wajahnya pun tiba-tiba bersemu merah, ia menundukkan mukanya, malu.

    “I…iya Mas… beberapa kali di video”, sahutnya terus terang sambil tetap menundukkan muka. Aku tersenyum lega, ternyata ia masih real virgin, belum pernah ada cowok yang menyentuhnya selain aku. Waah… betapa beruntungnya aku.

    Setan-setan burik di belakangku bersorak girang menambah gairahku. “Dik Aufa sayang, kamu nggak kecewa khan karena Mas benar-benar sangat menginginkan keperawananmu sayang?” tanyaku cuek. Ia mengangkat wajahnya sambil tersenyum manis.


    “Aufa serahkan apa yang bisa Aufa persembahkan buat Mas Ari, Aufa ikhlas, lakukanlah Mas kalau Mas benar-benar menginginkannya”, sahutnya lirih.

    “Horeee… asyiik Ar… sikat sekarang, wes ewes ewes sampai bablas”, teriak setan-setan burik di belakangku. Jemari tangan kananku yang masih berada di selangkangannya mulai bergerak menekan ke gundukan bukit kemaluannya yang masih perawan itu lalu kuusap-usap ke atas dan ke bawah dengan gemas.

    Aufa memekik kecil dan mengeluh lirih, kedua pelupuk matanya dipejamkan rapat-rapat, sementara mulutnya yang mungil meringis lucu, wajahnya yang manis nampak sedikit berkeringat. Kuraih kepalanya dalam pelukanku dengan tangan kiri dan kubisikkan kata-kata mesra di telinganya. Kucium rambutnya yang harum.

    “Ooohmm… mm… masss”, bisiknya lirih.

    “Enaak sayang kuusap-usap begini”, tanyaku bernafsu.

    “hh… iiyyaa mass”, bisiknya polos. Astaga dia sudah nafsu nih pikirku dalam hati. Jemariku yang nakal kini bukan cuma mengusap tapi mulai meremas bukit kemaluannya dengan sangat gemas.

    “Aakkhh… sakit Mas aawww…” Aufa memekik kecil dan tubuhnya terutama pinggulnya menggelinjang keras. Kedua pahanya yang tadi menjepit pergelangan tangan kananku direnggangkan. Kuangkat wajah dan dagu Aufa ke arahku, matanya masih terpejam rapat

    Namun mulutnya sedikit terbuka sehingga giginya yang putih kentara jelas. Aku merengkuh tubuhnya agar lebih merapat ke badanku lalu kembali kukecup dan kucumbu bibirnya dengan bernafsu. Tangan kirinya meraih pinggangku dan memegangi kemejaku kuat-kuat.

    Puas mengusap-usap bukit kemaluannya, kini jemari tangan kananku bergerak merayap ke atas, mulai dari pangkal pahanya terus ke atas menelusuri pinggangnya yang kecil ramping tapi padat, sambil terus mengusap kurasakan ujung jemariku mulai berada di kaki pegunungan apelnya yang sebelah kiri. Dari balik baju kaosnya yang ketat aku dapat merasakan betapa padat gunung apelnya itu.

    Aku mengelus perlahan di situ lalu mulai mendaki perlahan, satu… dua… tiga.. jemari tanganku seketika meremas kuat buah dadanya yang seperti apel itu saking gemasnya. Empuk dan kenyal tapi terasa padat. Seketika itu pula Aufa melepaskan bibirnya dari kuluman bibirku. Mulutnya memekik kesakitan,

    “aawww… Mas Ar sakitt… jangan keras-keras dong meremasnya”, protes Aufa sambil tetap tersenyum manis. Bibirnya tampak sangat basah sedikit berliur. Maklum waktu kucumbu tadi air liurku sengaja kubasahkan ke bibirnya.

    Habisnya nikmat sekali rasa bibirnya kalau basah. Kini secara bergantian jemari tanganku meremas kedua buah dadanya dengan lebih lembut. Aufa menatapku dengan senyumnya yang mesra. Ia membiarkan tanganku menjamah dan meremas-remas kedua buah dadanya sampai puas. Hanya sesekali ia merintih dan mendesah lembut bila aku meremas susunya sedikit keras.

    Kami saling berpandangan mesra, kupandangi sepuasnya wajah manisnya, sampai akhirnya aku sudah tak kuat lagi menahan desakan batang penisku yang sudah tegang, aku takut alat vital kesayanganku itu bisa patah gara-gara salah posisi. “Auuggghh..” aku menjerit lumayan keras. Aku meloncat berdiri. Aufa yang tadinya sedang menikmati remasanku pada buah dadanya jadi ikutan kaget.

    “Eeehh… kenapa Mas?”


    “Aahh anu sayang… punya Mas sakit nih”, sahutku sambil buru-buru kubuka celana panjangku di hadapannya. Aku tak peduli, toh bagaimanapun dia pasti melihat juga nanti alat kelamin kesayanganku itu.

    Sruuut…. celana panjangku melungsur ke bawah, sementara Aufa yang tak menyangka aku berbuat demikian hanya memandangku dengan terbelalak kaget. Cuek… daripada batang penisku kram nggak bisa bergerak mending kubuka saja sekalian CD-ku dan “Tooiiing”, batang penisku yang sudah tegang itu langsung mencuat dan mengacung keluar mengangguk-anggukan kepalanya naik turun persis burung kutilang kalau sedang menari-nari.

    “aawww… Mas Ari jorok”, Aufa menjerit kecil sambil memalingkan mukanya ke samping. Jemari kedua tangannya di tutupkan ke mulut dan wajahnya. “He… he…” aku terkekeh geli batang meriamku sudah kelihatan tegang berat, urat-urat di permukaan batang penisku sampai menonjol keluar semua.

    Kepala penisku terasa cenut-cenut melepas kebebasan setelah kurang lebih 1 jam terpenjara di dalam CD-ku yang sempit dan sumpek, maklum CD-ku memang sejak kemarin belum kuganti jadi baunya yaa… tahu sendirilah.

    Batang penisku ini nggak panjang-panjang benar kok cuma sekitar 14 centi-lah kurang sedikit, tapi yang membuatku bangga adalah bentuknya yang mirip punya bintang film Tarzan-X Rocco Siffredi, montok dan berurat, diameternya aku nggak pernah ngukur tapi yang jelas cukup memuaskanlah buat ngesex kupikir.

    Sementara Aufa masih menutup muka tanpa bersuara, kukocok batang penisku dengan tangan kananku, “Uuuaahh… nikmatnya”, sambil melepaskan ketegangan urat-urat yang menonjol keras di permukaan batang penisku akibat tergencet CD-ku tadi. Batang penisku itu tampak berkeringat basah, mungkin karena hawa di dalam CD-ku yang panas atau mungkin karena CD-ku yang belum kuganti.

    Ketika tanganku yang kupakai ngocok tadi kucium. Wweeeghh… huuuekkk, baunya ampun… sialan pikirku.

    “Aufa sebentar yaa… Mas mau cuci punya Mas dulu yaa… bau nih soalnya”, sahutku tanpa kupedulikan dirinya lagi, aku segera ngibrit ke belakang, batang penisku yang sedang “ON” tegang itu jadi terpontang-panting sambil mengangguk-anggukkan kepalanya ke sana ke mari ketika aku berlari.

    Aku geli sendiri sekaligus tak sabar ingin segera kembali ke hadapannya lagi. Dalam kamar mandi segera kubasahi rudal patriotku dengan air dingin. Wiihh… dingin saat kepala rudalku kusiram air dari cebok, lalu kuambil sabun Claudia mengandung hand body yang masih baru kubuka tadi pagi dan kusabuni batang penisku sampai bersih mulai dari 2 butir telurku sampai kepala penisku yang semakin tambah ereksi saja.

    Teng… teng… teng rasanya aliran darah yang mengalir makin banyak ke batang penisku. Aduuh… maak, geli-geli nikmat saat air yang bercampur sabun itu kuusapkan dan kukocok-kocokkan ke batang penisku itu. Ngeres pikirku, dan aku mulai membayangkan sebentar lagi batang penisku yang masih perjaka ini akan berjuang untuk menembus liang vagina milik Aufa yang sempit dan hangat,

    Merobek selaput dara keperawanannya dan bersarang di dalam vaginanya lalu kugesekkan keluar masuk sampai penisku ejakulasi dan memuntahkan air mani sepuasnya, aahh nikmatnya. Apalagi aku yakin selama satu minggu ini aku tak ber-onani-keke.

    Waah.. bisa muncrat banyak sekali nih, mm.. teng… teng…teng, batang penisku bergerak naik turun sendiri. Lho… aku geli sendiri melihatnya. Lalu segera kubasuh lagi rudal patriotku dengan air sampai bersih, dan sebelum kubasuh sempat pula kucukur beberapa helai rambut kemaluanku dengan Gillette biar agak lebih ganteng sedikit, sebab aku khawatir Aufa ogah melihat bulu kemaluanku yang amat sangar saking lebatnya.

    Lagian kalau bulu kemaluanku sedikit kanlebih asyik waktu merasakan jepitan liang vagina milik Aufa nantinya. Aku ngibrit keluar dari kamar mandi sambil setengah berlari kembali ke ruang tamu. Seperti tadi batang penisku kembali terpontang-panting sambil mengangguk-anggukkan kepalanya ke sanakemari.

    Di ruang tamu kulihat kekasihku Aufa masih terduduk di atas sofa dan begitu melihatku keluar berlari tanpa pakai celana jadi terkejut lagi melihat batang penisku yang sedang tegang bergerak manggut-manggut naik turun.

    “aawww…” teriaknya kembali sembari mulut dan mukanya ditutup lagi dengan kedua jemari tangannya. Aku tersenyum senang penuh nafsu yang ingin meledak rasanya.


    Melihat tubuhnya yang masih memakai baju dan celana ketat itu aku jadi gemas kepingin segera melucutinya satu persatu sampai bugil. Aahh… aku ingin segera menyetubuhinya saja rasanya. Tapi aku berusaha menahan diri, itu tidak adil, aku ingin kami berdua harus bisa merasakan kenikmatan yang sama.

    Aku tidak mau terjadi… nantinya salah satu merasa rugi. kalau aku sih pasti puass tapi bagaimana dengan Aufa? Dia pasti kesakitan nanti saat kusetubuhi karena dia masih perawan. Waah… aku harus merangsangnya dulu sampai dia orgasme sebelum kuperawani, perkara nanti saat kusetubuhi dia bisa orgasme lagi yah bagus bisa sama-sama puas. Waahh, ini benar-benar detik-detik yang mendebarkan dan menegangkan.

    Satu perjaka dan satunya perawan. Sama-sama belum punya pengalaman seks selain cuma pakar di bidang film-film BF. Ingin rasanya hatiku bersorak saking nggak percayanya bahwa hari ini kesempatan emas itu telah datang tanpa kurencanakan sebelumnya.

    “Iiihh… Dik Aufa… takut apa sih, kok mukanya ditutup begitu”, tanyaku geli.

    “Itu Mas, punya Mas”, sahutnya lirih.

    “Lhoo… katanya sudah sering nonton film BF kok masih takut, Dik Aufa kan pasti sudah lihat di film itu kalau alat vital punya cowok itu bentuknya gini, nah ini yang asli dik, the real thing sayang”, sahutku geli. Dalam hati nih cewek barangkali kepingin tahu bagaimana rasanya digampar pakai penis cowok,
    “Iya… m..Mas, tapi punya Mas mm besar sekalii”, sahutnya masih sambil menutup muka.

    “Yaach… ini sih kecil dik dibanding di film nggak ada apa-apanya, itu khan film barat, punya mereka jauh lebih gueedhee… kalau punya Mas kan ukuran orang Indonesia sayang, ayo sini dong punya Mas kamu pegang sayang, ini kan milik Dik Aufa juga”, sahutku nakal.

    “Iiih… malu aah Mas, jorok.”

    “Alaa.. malu-malu sih sayang, Mas Ari yang telanjang saja nggak malu sama kamu, masa Dik Aufa yang masih pakaian lengkap malu, ayo dong sayang punya Mas dipegang biar Dik Aufa bisa merasakan milik Dik Aufa sendiri”, sahutku sembari kuraih kedua tangannya yang masih menutupi muka, pada mulanya dia menolak sambil memalingkan wajahnya ke samping, namun setelah kurayu-rayu akhirnya mau juga kedua tangannya kubimbing ke arah selangkanganku, namun kedua matanya masih dipejamkan rapat.

    Dalam hati malu-malu tapi mau, jangan-jangan kalau sudah diberi, batang penisku malah diobok-obok, Joshua kali ngobok-obok air. Jantungku berdegup kencang juga saat melakukan itu, soalnya bagaimanapun juga seumur hidup belum pernah aku telanjang di depan cewek sambil mempertontonkan alat vitalku sendiri, apalagi sampai dipegang-pegang segala.
    Pertimbanganku di rumah orangtua karena tempatnya di kampung yang ramai selain itu juga ada pembantu, jadi nggak enak dong kalau mengajak Aufa ngobrol di kamarku misalnya, bisa-bisa aku kena lapor orangtua, sedang tempat kakakku ada di daerah perumahan yang relatif sangat sepi karena memang penghuninya banyak yang kosong. Sehingga dengan demikian aku bisa bebas berbuat apa saja bersama Aufa.

    Terus terang seminggu ini memang pikiranku lagi suntuk dan buntu, hal ini selalu terjadi bila nafsu seks-ku tak terlampiaskan. Maklum saja biasanya aku selalu ber-o-i-nani-keke bila terangsang, namun semenjak aku mengenal Aufa, aku jadi malas untuk berbuat hal memalukan itu, aku jadi ingin merasakan seks sesungguhnya yang selama ini aku belum pernah merasakannya sama sekali.

    Kini kesempatan itu seolah telah datang, yang semestinya semenjak dulu aku lakukan. Aku menyesal kenapa dulu tak kuajak saja pacarku untuk ngesex, toh ia pasti mau melakukannya, karena pacarku sangat mencintaiku.

    Sekaranglah saatnya aku harus melepaskan fantasi-fantasi semu itu. Aku tahu walaupun masih SMP Aufa telah naksir berat padaku, akupun begitu padanya walaupun hanya sekedar sebatas sayang padanya. Aku belum bisa mencintainya, karena bagaimanapun juga ia masih sangat muda dan ia tentu belum paham arti cinta sesungguhnya.

    Bagiku ia hanya sekedar tempat berbagi suka dan canda. Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang ketika kami berdua sampai di perumahan TS (singkatan) di sebelah utara kawasan kota Malang (Belimbing), tempat kakak laki-lakiku tinggal yang sedang kosong itu. Setelah menutup pagar depan, segera kuajak Aufa yang langsung menggelayut manja di sampingku untuk masuk ke dalam rumah.

    Melihat ulahnya yang menggemaskan itu tanpa terasa batang penisku cenut-cenut mulai ereksi lagi. Aku segera memeluk tubuh bongsornya yang seksi itu dan dengan sedikit bernafsu segera kusosor saja pipinya yang putih mulus itu dengan bibirku. Aufa sangat terkejut melihat ulahku, ia segera menepiskan pipinya dari bibirku, aku jadi nggak enak dibuatnya.

    “Eeeh.. Mas Ari… kok gitu sih …” Aufa memandangku sambil melotot seakan menghakimiku. Namun aku dapat segera mengendalikan diri, sambil tersenyum manis aku segera meraih tangannya dan kutarik masuk ke dalam rumah.

    Setelah menutup pintu terasa sekali di dalam suasana agak remang-remang karena memang pagi tadi sebelum balik ke rumah orangtua, gorden sengaja tak kubuka untuk jaga-jaga saja, sapa tahu ada maling.

    Sambil tetap kupegang tangannya erat-erat, kutatap wajah manisnya yang sangat innocen itu, wajahnya masih cemberut dan kelihatan marah, tapi aku tahu bagaimanapun juga selama 5 hari ini aku sudah yakin kalau ia naksir berat kepadaku dan pasti ia sangat sayang kepadaku. Ini merupakan senjata utamaku untuk mendapatkan dirinya.

    Sambil tetap tersenyum manis aku berkata padanya. “Aufa… itu tadi berarti Mas Ari sayaang sama Aufa, apa nggak boleh Mas Ari ngasih sun sayang?” rayuku.

    “Mm.. Mas Ari gitu sih”, Aufa seakan tetap merajuk kepadaku, ia menarik lepas tangannya dari genggamanku dan berjalan menuju ke sofa ruang tamu. Badannya yang hanya setinggi bahuku itu digoyangkan kesal

    Sedangkan pinggulnya yang bulat kelihatan seksi sekali karena ia memakai celana ketat dari kain yang cukup tipis berwarna putih sehingga bentuk bokongnya yang bulat padat begitu kentara, goyangan pinggulnya sangat… sangat menawan dan bahkan saking ketatnya biasanya celana dalamnya sampai kelihatan sekali berbentuk segitiga. Pantatnya yang bulat serasi dengan kedua pahanya yang seksi, sedang kedua kakinya kelihatan agak kecil, maklum masih ABG tapi menawan sekali pokoknya.

    O.. iya sekedar pembaca tahu, saat itu yang saya tidak bisa lupa ia mengenakan baju kaos putih ketat dan polos sehingga aku dapat melihat jelas bentuk payudaranya yang walaupun tidak sebesar punya pacarku dulu, namun kelihatan sangat kencang sekali, bundar seperti buah apel tapi tentu saja lebih besar dari itu

    Kaosnya yang cukup tipis membuat behanya yang mungil terpampang jelas sekali dan juga berwarna putih, begitu pula dengan celana panjangnya yang juga ketat berwarna putih kecoklatan sampai ke mata kaki. Pokoknya baju dan celana yang ia kenakan benar-benar nge-trend dan seksi sekali, sehingga terus terang justru kelihatan jadi sangat merangsang sekali.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Pasutri.

  • Kisah Memek Enno Si Penyiar Cantik

    Kisah Memek Enno Si Penyiar Cantik


    2312 views

    Duniabola99.com – Kejadian ini merupakan suatu sejarah kehidupan biruku beberapa tahun yang lalu, tepatnya 27 Maret 20115, hampir setahun setelah lulus SMA di Magelang dan sedang menunggu panggilan bekerja dari sebuah perusahaan penerbangan di Jakarta.


    Pagi itu, aku bangun dengan penuh semangat, ada janji jalan-jalan bersama mantan adik kelasku di SMA **** (edited). Hari itu hari libur sekolah. Namanya Enno **** (edited), dia seorang penyiar remaja yang cukup dikenal di kota kecil itu, pada masa itu. (kalau ada yang kenal, tolong salamin ya?)

    Dengan Astrea 800 warna merah kesayangan, kujemput dia sekitar pukul sembilan pagi. Saat kebetulan sampai di sana Enno memang baru menungguku. Sementara menunggu Enno mandi, aku ngobrol dengan mamanya. O iya, si Enno tinggal berdua dengan mamaknya (dia panggil ibunya ’emak’)

    Tak lama kemudian Enno selesai mandi, emaknya masuk ke ruang tengah. Ruang tamu cuma kita bedua, setelah Enno berganti baju, adegan French kiss mengalun begitu saja. Singkat cerita, kayaknya kok tidak nyaman kissing di ruang tamu, lalu kita sepakat untuk jalan-jalan saja.

    Tepat pukul sepuluh, setelah sedikit berbasa-basi dengan mamanya, kita pergi menuju ke pinggiran kota. Sepanjang jalan kami sama-sama diam tak tahu mau ke mana. Kuarahkan sepeda motorku ke arah Borobudur, sebelum sampai ke kawasan candi, kubelokkan motorku ke arah kali Progo (melewati Mendut) menuju daerah Ancol salah satu tempat pacaran favorit di pinggiran kota Magelang. Dan di sana kissing kita teruskan lagi, maklum waktu itu status kita belun resmi pacaran, baru hobby sama lagu Slank “Ameican style” gitu… Kita belum terpikir untuk melakukan hubungan badan yang terlalu jauh waktu itu. Namun, setiap hal pasti memiliki sebuah awal, dan hanya alamlah yang tahu dari mana sang awal itu berasal.


    Tiba-tiba langit menjadi gelap (Padahal pagi tadi cerahnya bukan main). “Nduk.., (begitu panggilan sayangku padanya) kayaknya mau ujan nih..”.

    Gendhuk diam saja, Untuk beberapa saat dia memandangi mukaku yang hancur seperti si Komar 4 sekawan itu. Pandangannya agak meredup, lalu dia memelukku, satu kecupan mendarat di bibir tebalku, sesaat kemudian kulihat Gendhuk tersenyum penuh arti dan matanya seolah ingin mengatakan sesuatu. Meskipun tiada kata cinta yang terucap, aku hanya mengerti, apa arti senyumannya itu.

    Tanpa banyak tanya, aku starter lagi motorku yang sejak tadi kuparkir di pinggiran sungai Progo, aku pacu seolah ingin berburu dengan hujan yang sewaktu-waktu mungkin tiba. Kupegang tangannya, kutarik agar dadanya lebih menempel di punggungku, terasa payudaranya yang mulai ranum itu menusuk lembut mata punggungku.

    Setelah beberapa kilometer kuhentikan motor dan kusuruh dia duduk di depan. Kujalankan lagi motor pelan-pelan. Saat itu gerimis mulai turun. Sementara dari kejauhan, kota Magelang sangat gelap, mungkin sudah deras hujannya. Posisi duduk kami di motor sangat romantis, Aku duduk di belakang, tangan kananku memegang stang gas, tangan kiriku menggenggam erat tangan kanannya. Tangan kiri Gendhuk memegar stang kiri.

    Sambil menyanyikan lagu Nothings Gonna Cahange, kusuruh tangan kanannya berpegangan pada speedometer. Sementara secara naluri, tangan kiriku mulai masuk ke sweaternya. Kucari dua gundukan itu, lalu kuremas-remas setelah kudapatkan.

    Motor kami masih berjalan pelan menyusuri jalan Borobudur – Magelang. Kendaraan lain hanya terkadang lewat, suasana alam cukup mendukung keberadaan kami untuk berduaan saja.

    Setelah beberapa menit, langit semakin menghitam, sementara Enno mulai menggeliat sembari mendesis-desis kecil. Saat tanganku berpindah ke arah celana jeans-nya, Enno tak melarangnya. Aku buka ritsluitingnya, kudorong sedikit duduknya sehingga posisinya agak kupangku, kumasukkan tangan kiriku ke dalam celananya, kumainkan jariku sedapat-dapatnya. Teman-teman, meski kejadiannya di atas motor, namun sensasi yang kami rasakan lumayanlah. Bulu-bulunya terasa halus di ujung jemariku dan sedikit ke bawah kemudian, jariku menyentuh kewanitaannya secara acak demikian juga klitorisnya. Sedikit desahan tersendat kurasakan di dadaku karena memang posisiku menempel ketat di belakangnya, sementara itu si ucok sudah tidak peduli terhadap cuaca yang lumayan dingin karena gerimis.


    Lalu bagai tak sadar, tangan Enno merayap ke belakang, mencari-cari pusakaku. Aku tahu posisinya agak sulit buat dia, makanya aku membantu buka ritsluiting celanaku, kubimbing tangannya memasukinya. Dan apa yang kami rasakan pastilah bisa kalian bayangkan saudara-saudaraku…

    Tak berapa lama kemudian, kami putuskan untuk tidak langsung pulang ke rumah, kepalang tanggung, jam sudah menunjuk angka dua. Setelah ber-petting di motor, kuarahkan motor melaju menuju Muntilan. Karena arah Magelang – Muntilan adalah jalan utama, kami menghentikan aktifitas kami yang cukup melelahkan perasaan dan tenaga tersebut.

    Kupacu sepeda motorku sampai di Blabag (sebelun Muntilan) kubelokkan stang ke kiri mendaki menuju arah gunung Merapi. Saat itu aku yakin, walau kubawa ke manapun dia tidak akan menolak. Benih cinta itu kami rasakan sedang berkembang saat itu. O Iya, sebelumnya kami sudah bertukar tempat duduk lagi sehingga aku di depan, sedangkan tangannya sudah tak mau lepas dari kepala kentangku, malah sekarang kedua tangannya telah masuk ke dalam. Motor tetap kupacu sekitar 40 Km/jam, kendaraan banyak berseliweran tapi kami sudah tak peduli. Enno masih melayang dengan kedua tangan di dalam celanaku dan tertutup oleh ujung sweaterku, sehingga orang sekilas akan mengira tangannya hanya memeluk pinggangku saja.

    Sementara aku masih berjuang untuk tetap konsentrasi mengemudikan motor ke arah Kedung Kayang, suatu tempat sakral para sejoli mencari tempat pacaran. Kedung Kayang terletak di tepian gunung Merapi, berupa sebuah jurang yang dalam dengan panorama yang luar biasa indahnya. Teman-teman, sebenarnya aku tak tahu kenapa kita ke tempat itu, (bukannya ke hotel misalnya..) naluri membawa tanganku untuk menuju ka sana.
    Sementara hujan akan segera mengucur…


    Sampai di Kedung Kayang suasana sangatlah sepi. Tak satupun kendaraan terparkir di sana. Maklum mendung dan gerimis. Kami turun dari motor, sedikit berjalan ke arah sebuah tempat berteduh, berjalan beriringan tanpa satupun kata terucap, kepala kami terlalu sarat dengan apa yang baru saja kami lakukan. (sebagai info: saat itu adalah pertama kali melakukan petting, sebelumnya hanya French kiss aja..)

    Gerimis mulai lenyap berganti hujan, kami telah cukup selamat berteduh, meski baju kami agak basah. Mata kami hanya saling beradu, cukup lama… Kami tidak tahu mau berkata apa, tetapi kami juga tidak merasa menunggu apa-apa. Di beberapa detik berikutnya, tangan kami telah berpegangan. Kuusap pipinya dengan beribu kata di hati. Terasa ada gemuruh, entah di dalam dada, entah di luar sana geledek yang lewat.

    Seiring dengan beriramanya hujan yang makin menderas, secara refleks kepala kami saling menyongsong, bibir kami saling berpagut.., lama dan mesra. Kedua tanganku memegangi kedua sisi rahangnya, lidah kami menari bersama. Kurasakan tangannya mulai naik merangkul leherku, semakin lama makin erat pegangannya. Kuturunkan bibir dowerku ke arah leher jenjangnya, kuciumi dengan nafsu yang sedikit kupendam sehingga tak meluap begitu saja.

    Tiba-tiba kepalanya terdongak, dan kali itulah aku melihat seorang wanita menggelinjang.. indah sekali, tangannya yang mengejang menambah erat pelukan di leherku. Kuhentikan secara mendadak ciumanku di lehernya, sempat kulirik hujan telah turun dengan derasnya bagai kesetanan.

    Enno sempat kaget saat kuhentikan ciumanku. Aku tersenyum, lalu dengan cepat kusambar lagi lehernya dengan nafsu yang tak dapat kutahan lagi. Kujilati lehernya, aku cupang pangkal lehernya.


    Irama hujan seolah menabuhi apa yang kami lakukan. Desahan nafas kami sama-sama memburu bagaikan bernyanyi dengan alam Kedung Kayang yang angker keindahannya. Lalu dengan kasar kunaikkan t-shirtnya sampai ke lehernya, kupegang pantatnya dengan tangan kiriku kuremas-remas dengan gemas, dan tangan kananku menarik kutangnya ke atas searah t-shirt yang kuangkat tadi. Kutemukan dua gundukan indah yang lebih ranum dari Merapi yang usianya sudah seumur bumi. Kumainkan kedua putingnya bergantian, kugosok sejadi-jadinya hingga wajahnya merah merasakan kekasaranku.

    Desahan-desahannya sudah tak kuhiraukan lagi (kelak aku meyadari bahwa cinta dan nafsu ternyata bagaikan Qobil dan Habil anak Adam dan Hawa). Kudorong tubuhnya ke arah tembok agar tak terlalu berat menyangga beban berat tubuhnya yang disesaki berahi itu. Kumajukan kaki kiriku ke arah selangkangannya, kutundukkan kepalaku dan kujilati puting susunya, kusedot-sedot dengan kekuatan penuh seperti dendam pada sang hujan kenapa baru sekarang aku dikenalkan dengan kenikmatan seperti ini. Kugesek-gesekkan kaki kiriku ke pangkal pahanya, matanya merem melek tak tahu sudah sampai di mana otaknya yang melayang. Aku masih tak perduli, sex is sex…
    Kini badannya lemas tidak.., kakupun tidak, hanya kepasrahan saja yang kudapati di raut mukanya yang tak lagi manis itu dan tak lagi cantik itu karena mataku juga sudah khilaf.

    Setelah beberapa cupanganku menghiasi sekitar putingnya, kini dengan satu tangan kuremas pantat, satu tangan lagi berkarya di ritsluitingnya. Kubuka celananya, masih dengan nafas yang memburu, kulorotkan celananya sampai dengkulnya, kumasukkan tangan kananku ke dalan CD-nya, bagai tanpa perasaan lagi kumainkan dengan ganas vaginanya, kusentil-sentil sekitar clitorisnya, dia melenguh di dunia tanpa akal. Kumasukkan jari tengahku ke arah lubang vaginanya, kumasukkan dengan ganas, kuputar-putar jari tengahku di dalam vaginanya yang sedamg ranum-ranumnya. Sambil kusedot dengan kuat susu kirinya, aku mainkan tangan kiriku di lubang pantatnya, masih terdengar jelas suaranya memanggil-manggil namaku dengan penuh kenikmatan.


    Akhirnya setelah orgasme yang kesekian baginya, kubuka celanaku, kuturunkan sebatas dengkul, kuturunkan juga celana dalamku, dengan posisi agak jongkok, kutarik kaki kiri pasanganku, dengan galak kunaikkan sedikit kakinya lalu dengan penuh nafsu kuarahkan moncong “hidung” pinokioku ke arah lubang sorganya. Susah, sempit dan erangan perih terdengar lirih di antara erangan kenikmatannya.

    Kini matanya terbuka, dipandanginya aku dengan sorot yang tak bisa kulukiskan dengan kata-kata, lalu dengan cepat mulutnya menyambar mulutku. Permainan bertambah panas setelah itu, seolah-olah kami sudah tak ingin membuang waktu lagi. Dengan isyaratnya, kuhujamkan penisku dengan agak kasar, kurasakan mulutnya seakan menahan sesuatu saat berpagut dengan mulutku, tapi kini kami tak perduli. Dengan saling bantu, akhirnya sedikit-demi sedikit penisku berhasil ditelan dengan mesra oleh vaginanya. Benar-benar basah, panas dan berjuta perasaan meledak di dalam dada saat kurasakan vaginanya bagaikan mulut bayi yang menghisap kempongnya dengan gemas.

    Agak lama juga kami saling menggocok, menggoyang dan bertempur lidah.., sampai akhirnya batas kemampuan kami berdua telah sampai di ambang batas, dengan di awali suara gelegar geledek di atas tempat kami berlindung, sebuah erangan keras dan tubuh mengejang sama-sama mewarnai hari bersejarah tersebut. Kami mencapai orgasme bersama-sama semenit sebelum kaki kami lunglai menahan berat beban nafsu kami.


    Sekitar setengah menit kemudian kami berpelukan, kedua alat reproduksi kami masih berpelukan juga. Lalu hujan berhenti berganti dengan gerimis. Kami rapikan lagi baju kami berdua. Kami terdiam, menatap pemandangan basah di sekitar kami. Indah.., seindah suasana selanjutnya saat kupeluk tubuhnya dari belakang, dan kami menikmati sisa-sisa orgasme kami.

    Beberapa saat kemudian serombongan keluarga melewati kami. Aku bersyukur, mereka tidak datang sejak tadi mengingat tempat kami berkarya tadi relatif sangat terbuka. Seorang ibu sempat mengernyitkan dahinya melihat kami berpelukan. Kulepaskan pelukanku, kumundur beberapa langkah ke belakang dan kulihat bagian belakang kaosnya berwarna merah.

    “Ndhuk..”, aku memanggilnya dan memberi tanda dengan mataku ke arah bagian bawah kaosnya. Sedikit ekspresinya menandakan kekagetannya. Darah…. Ya, sore itu kami melepaskan keperawanan kami berdua. Lalu dia tersenyum. Kami berpandangan, lalu berpelukan.

    Setelah gerimis agak reda, waktu telah menunjukkan pukul lima seperempat. Kami pulang dengan wajah sangat bahagia.

  • Kisah Memek Exe adik kelas..

    Kisah Memek Exe adik kelas..


    2439 views

    Duniabola99.com – Siang itu aku mengunjungi SMAku, salah satu SMA favorit di Jakarta, Sebagai alumni di SMA tersebut, aku Robert masih sering ikut membina kegiatan ekstra kulikuler yang ada, di antaranya melatih Volley dan Bulutangkis. Kesempatan ini juga aku pakai sebagai kesempatan untuk mengunjungi adik2 kelasku yang cantik2. Dan sebagai kakak kelas kadang kala membuat usahaku untuk mendekati mereka tidak terlalu sulit. Salah satu adik kelas yang dekat denganku adalah Risti. Berparas biasa saja, berkulit sawo matang, pintar dan mempunyai body yang proposional. Maklum, dia selain mengikuti kegiatan keilmuan dibidang bahasa Inggris, aktif juga di dalam kegiatan Paskibraka dan Cheersleaders. Hubunganku dengan Risti sendiri sudah berjalan 3bulan. Dan sampai saat itu masih terbatas ciuman saja.

    Hari itu adalah hari Sabtu, di mana aku menyempatkan diri untuk bermain bulutangkis. Dan Risti, sedang mengikuti latihan cheers sore itu.


    “Hai, kak Robert… mau main bulutangkis yah di atas? ” tanya Risti saat berpapasan denganku. “Hai, Ris. Iya nih lagi mau main ke atas. Kamu lagi latihan? “tanyaku balik.

    “Iya, kak. Tapi Risti haus mau beli minum dulu di depan.” “Oke, sampai jam berapa latihannya, Ris?”

    “Jam 4 juga sudah selesai, Kak”

    “Baiklah. Kalau sempat nanti main-main lah ke atas.”

    “Beres deh…. kebetulan aku minta di jemput pak Min agak lama kak. Biar kita bisa berduaan lebih lama….”

    Seeerrr mendengar kalimat Risti membuat pikiran ku sekilas membayangkan apa yang akan terjadi nanti.

    Sekitar jam 4, pintu aula atas terbuka dan muncullah Risti dengan mengenakan kaus gombrong dan celana hotpans yang membuat cetakan lembah di antara kedua pahanya terlihat samar2.

    “Lho, kak…mana yang lain? Kok kak Robert sendirian?”, tanya Risti mellihatku sedang bermain shadow dengan tembok.

    “Iya, yang lain baru aja pulang.” Sahutku sambil menghampiri Risti dan mengecup bibirnya.

    “Ahhhhh, kak….jangan begitu nanti kalo ada yang masuk bisa repot.” Desah Risti saat kukecup bibirnya.

    “Hehehehe…. nga ada yang bakalan ke sini Ris.”

    “Kamu mau menemani kakak bermain? ”

    “Boleh, Kak…”

    Lalu setelah 15 menit kami bermain terlihat Risti memberikan tanda untuk menghentikan permainan. “Kak, udah dulu ya…Risti capek.” Lalu kamipun duduk2 di pinggir lapangan. Dan Risti tiduran di atas pahaku.

    “Capek, Rist?”

    “Iya, kak. Tadi soalnya lumayan latihannya. Dan tadi waktu Risti jadi base sempat terjatuh.”

    “Nih, lihat memar kan lutut Risti’, kata Risti sambil menunjukkan lututnya yang memang seperti lebam.

    “Duh, kamu, hati-hati donk Ris”

    “Tuh liat sampai lebam gitu lutut kamu.”

    “Sakit? ” tanyaku sambil memegang dan mengelus-ngelus lututnya.

    “Nga, kak…Geli iya…” jawabnya sambil tertawa kecil. Melihat Risti tertawa membuatku gemas dan langsung saja kucium bibir mungilnya.


    “Kak…..Kak Risti takut ada yang datang”

    “Tenang” kubangunkan Risti sebentar dan “Klek…” suara pintu aula kukunci dan kemudian kumatikan lampu aula tersebut.

    “Sini, sayang mana tadi yang lebam? Kakak lilat lagi..”

    Tak lama segera kurangkul Risti dan kukecup lembut bibirnya.

    “Makanya lain kali hati-hati yah sayang….”

    “Iya kak….”

    Lalu kamipun kembali bercumbu kembali. Semakin lama cumbuan kami semakin panas dan membara. Dengan adrenalin yang keluar sehabis kami berolahrga membuat suasana di dalam aula menjadi panas.

    Kuberanikan diri untuk mencumbu Risti lebih jauh lagi. Ciumanku turun menyusuri leher jenjang Risti.

    “Oh…. kak….” Risti membalas cumbuanku dengan desahan dan tangan yang semakin erat dileherku.

    Melihat sambutan yang mendukung, tanganku mulai berani bergerilya. Tangan kiriku tetap menopang badan Risti sedangkan tangan kanan mulai menuruni dadanya. Terasa sangat kenyal sekali payudara Risti di tanganku yang merabanya dari lluar kaosnya….

    “Ouuughh, kak Robert….”

    Segera kukulum lagi bibir Risti untuk menghentikan desahannya. Dan tanganku meremas pantadnya yang begitu kenyal…..

    Segera kutarik Risti ke dalam Ruang ganti. Hasratku untuk berbuat lebih jauh semakin tak tertahan. Segera kurebahkan Risti ke atas meja yang ada di ruang ganti tersebut.

    Kembali kami berciuman dengan liarnya. Tanganku tak tinggal diam. Kusingkapkan dan kulepas kaos yang dikenakan oleh Risti. Kuremas remas dengan lembut kedua bukitnya dibalik Bra model sport yang dikenakannya.

    “Oh….Kak…” Risti pun semakin liar dengan remasan2 lembut yang kuberikan. Tangannya tak tinggal diam melepaskan kaos yang kukenakan yang semakin basah oleh keringat nafsu.

    Kutanggalkan Bra yang melekat,36B sempat kulirik dari kaitan bra yang kutanggalkan, dan kududukan Risti di meja. Ciumanku bergerilya menuruni lehernya yang jenjang dan turun menuju kedua bukit kembar yang begitu menggoda.

    Kuelus lembut dan kemudian kujatuhkan ciumanku di bukit sebelah kirinya. Kekecup dan kemudian kusedot kecil… “Awww, kak….oughhh” pekik Risti sebagai reaksi atas aksi yang kuberikan kepadanya. Melihat reaksi demikian membuatku mengekplorasi lebih lanjut. Kuremass-remas dada Risti sebalah kanan. Dan pentil yang kecil kupilin-pilin lembut.

    Ristipun semakin liar dan lenguhan2nya membuat adrenalinku semakin kencang mengalir. Membuatku gemas. Kutarik lembut pentil membuat Risti berpekik…”Awww, kak…sakit…”

    Tak kuhiraukan pekikan Risti. Tanganku segera menarik lepas celana hotpans yang melekat. Di bagian tengan celana dalam Risti yang bermodel mini tercetak sebuah pulau kecil. Mungkin akibat cairan yang keluar, tanda Risti sudah terangsang sekali.


    Kuelus2 bagian tengan celana dalamnya membuat Risti semakin menjerit….”Ouchhh, kak…Ochhh…”

    Kuselipkan jariku kedalam celana dalamnya, dan kumainkan jari-jariku di atas klitorisnya….”Ochh kak….terus kak….geli….”

    Merasa terganggu dengan celana dalamnya, segera kulepas dan kubuang ke lantai.

    Setelah celana itu terlepas, kubuka celana pendek dan celana dalamku. Segera aku berlutut. Mengamati dan mengelus-ngelus kemaluan Risti dengan lembut. Semakin cepet elusan yang kuberikan membuat Risti semakin melenguh dengan keras…”Ochh,kak…..Ouchhh”

    Kukecup vagina itu…Hmmmm wangi khas vagina yang saat itu aneh bagiku namun memberikan sensasi lain…

    Kuberanikan lidahku untuk bermain di vagina Risti…Kusapu permukaannya atas dan bawah….

    “Kak, robert…ouchh….terus kak….”

    “Kak, ah….. ”

    Seiring desahan yang keluar…vagiana Risti mengeluarkan cairan…Kujilat dan kuhisap seakan tidak ingin membiarkan cairan itu keluar begitu saja…

    Akibat dari hisapanku Risti berteriak ” Ah….Ah…Ah…Kakkkk!! Risti mau pipis Kakkk…..Ahhhh” Melihat ini segera kumasukan jariku dan kukocok didalamnya semakin lama semakin cepat disertai dengan jilatan2 lidahku….akhirnya “Arrrgggggghhhhh Kakkkkkkkk…” Tubuh Risti mengejang hebat….

    Kubiarkan Risti menikmati Orgasmenya. Orgasme yang mungkin pertama baginya. Saat membuka matanya Risti berkata ” Kak, oh…..nikmat sekali..” Kukecup bibirnya dan kemudian kubisikkan ” Risti, I Love U So Much…”

    “Love U So Much To….” Kembali kami berpagutan dengan mesra. Kubimbing tangan Risti untuk menyentuh kemaluanku yang berdiri tegak. Ku berikan contoh untuk mengocok kemaluanku yang berukuran 18cm diameter 4cm…Kocokan tangan Risti yang mungil dan lembut membuatku berdesi “Oh….ya Risti…Oh…Enak sayang”. Kumainkan kembali kemaluan Risti yang masih basah….Kupilin2 clitorisnya…”Ouhhhh Kak….Gatel lagi kak….”

    Segera kuposisikan diriku diantara kedua kakinya. Dengan isyarat kumohon izin darinya. Tak ada kata terucap…hanya anggukan kecil. Kuposisikan kemaluanku tepat di depan kemaluannya…kugosok-gosok kecil dan berputar memainkan klitorisnya…membuat Risti tak tahan dan merebahkan badannya di meja sambil meremas-remas bukitnya…

    Setelah kurasa pas..dan kemaluan Risti kembali basah oleh lendir kenikmatannya..Kutekan kepala kemaluanku menyeruak membuka jalan di dalam kemaluan Risti…..”Ah…. kak….Sakittt!!!” pekik Risti saar kepala kemaluanku berhasil menerobos masuk. Kebelai rambutnya dan kupagut bibirnya untuk menenangkan Risti….Setelah kurasa kemaluannya mulai beradaptasi dengan adanya benda asing d dalamnya kutekan dan kukeluarkan masukan kemaluanku pelan-pelan…sampai akhirnya “Crreeeetttzzz…..” kemaluanku seperti menyobek sesuatu dan “Blessss!!!” masuklah seluruh kemaluanku di dalam vagina Risti. “Kakkkkkk……Awwww!!!” Jeritan Risti dan kulihat tetes air mata di ujung matanya


    Oh….vagina yang sempit dan peret…mencengkeran kemaluan begitu erat..Kuremas-remas payudara Risti dan kucumbu bibirnya untuk menenangkannya. Setelah kulihat Risti lebih tenang…kuayun perlahan-lahan kemaluanku……

    Ristipun mulai menikmati ayunanku. Kucoba dengan ayunan 9 kecil 1 dalam. Satu….Dua….Tiga….Empat….Lima….Enam….Tu juh…Delapan…Sembilan….Seeeeepppppuluh……S aat hitungan kesepuluh kubenamkan semua kemaluanku menyeruak ke dalam vagina Risti….”Ohhhhhh…..kakkkkk…..”.

    Kuulangi lagi….Satu….dua…..Tiga…Empat..Lima…Enam. …Tujuh…Delapan…Seeeemmmmbiilllaannn….Seepp pppulluhhhhh….kuulangi….dengan tekanan pada ayunan kesembilan dan kesepuluh ” Ohhh….kakk…….Enakkkk…kakak…..Terus Kakk….!!!” Desah Risti….

    Kuulangi lagi dengan kombinasi sama…dan pada ayunan yang keempat Risti berteriak “Kakkkkk ayo Kakkk Risti Mau keluar lagiiii…..” Ayunan ke enam saat baru saja kubenamkan kemaluanku dihitungan keempat…..Risti menjerit ” Ahhhhhh……ahhhhh………..Kakkkkk……”dan tubuh Risti kejang-kejang dan digigitnya tanganku “Ahhhhh…” Kubiarkan kemaluanku masih berada di dalam kemaluannya….

    Saat Risti mulai menguasai diri, kuminta iya untuk membelakangiku dengan posisi nungging dan bertumpu di meja. Melihat posenya membuatku gemas…kukecup vaginanya dan kuberikan tepukan ringan pada bongkahan pantaddnya…..

    Segera kemudian kutancapakan kembali kemaluanku ke dalam vaginanya. Posisi ini membuat kemaluanku semakin dalam masuk ke dalam vaginanya.

    “OHHHH Kakkkk…..” tusukan pertama dengan posisie doggie membuat Risti melenguh. Kuayun dan kupompa kemaluannya.

    “Cleppp….Cleppp….Clepppp” Suara kemaluan kami beradu diiringi dengan suara beceknya vagina Risti oleh cairan yang keluar dari kemaluan Risti….

    Kupompa dan semakin lama kutingkatkan Rpm kocokan pada kemaluannya membuat Risti tak tahan

    “Kakkkk Ouuchhh….Ouch…”

    “Ouch….Kakkk Risiti Mau Keluar lagi…”

    “OOuuuchhh….Ahhh….Iya Sayang….Kakak juga sebentar lagi keluar, kita bareng yah sayang…” Kukecup bibirnya dari belakang sambil kuremas bukit kembarnya.

    Kembali kugenjot Risti dengan cepat….

    “ochhh….oh….Kak…..”

    “Ayo sayng….Ohhh…..Ohh….”

    “Oh….Kak….Risti Luv U kak Robert”

    “Iii…Luv…U….Tooo Risti…”


    “Crrrrooooottttsss…..Croooots….Crooootsss….. Crotsss…Croootsss” semburan spermaku didalam rahimnya mengiringi orgasmeku

    “Ochhh..oH….kAKK..kAKKKKKKK” Jeri Risti menjemput orgasmenya kembali…

    Setelah kami mencapai orgasme kami bersama, kurebahkan badanku di atas Risti. Sambil memejamkan mata menikmati orgasme bersama yang baru kami reguk. Kubiarkan kemaluanku tetap berada didalam kemaluan Risti yang serasa menjepit dan mengurut2.

    “Plooopp…” Suara kemaluanku yang mengecil dan keluar dari sangkar emas Risti. Kubuka Mata. Dan ku kecup kening Risti sambil mengucapkan..”Terima Kasih ya Sayang….”

    Risti hanya tersenyum. Segera kami memakai kaus kami kembali dan di lantai lulihat ceceran sperma bercampur dengan darah perawan Risti.

    “Kak…Jangan tinggalin Risti.”

    “Risti Takut kehilangan kakak ”

    Demikian kata-kata terakhir yang kuingat membayangkan kejadian tahun lalu. Lulus SMA Risty melanjutkan pendidikannya di Australia dan aku sibuk dengan pekerjaanku. Membuat kami memutuskan untuk mengambil jalan sendiri2.

  • Kisah Memek exebisi bersama adik iparku tersayang nana

    Kisah Memek exebisi bersama adik iparku tersayang nana


    3125 views

    Duniabola99.com – Salah satu pengalaman Daku yg terbilang spesifik adalah bersama adik iparku yg Jablai semampai, sensual dan sedikit agresif. serta cukup vulgar bila berpakaian di rumah.

    Awalnya seeh Daku ekstra Muna dan agak Jaim dengan Adik Iparku yg kerap Caper ke Daku.


    Kelembutannya yg utama bukanlah dati tutur kata dan busananya tetapi justeru dari kulitnya yg bersih, putih Harum Mewangi.. yah pegimana ngak wangi kalo setiap hari mandi pake sabun, keramas dengan sampo lanjut pake parfum

    Sejak menikah, selama beberapa tahun Daku tinggal di Mertua Indah dengan seorang Adik ipar wanita yg masih lajang serta seorang Kakak Ipar Wanita yg bercerai dan beberapa keponakan cewek menjelang ABG. Ditengah kerumunan wanita-wanita itulah Daku berada.

    Karena kebiasaanku yag pulang kantor pada malam hari, maka biasanya Daku pulang kerumah pada situasi yag sudah cukup sepi jadi karena kondisi maka Daku pun kerap bercinta dengan isteri pada tengah malam. kadang kita bercinta didalam kamar tidur, kadang bercinta di ruang utama rumah karena memang sudah sepi.

    Suatu kali sehabis Daku puas bergumul cumbu dengan isteriku saling meremas-remas dan menjilati penuh nafsu seluruh bagian tubuh yg sensitif.. tanpa sengaja Daku tiba-tiba nelihat pintu kamar tidur adik iparku ternyata terkuak sedikit. Entah sudah berapa lama pintu itu terbuka.. walau sedikit Daku sempat berfikir apakah adik iparku tadi sebetulnya bangun dan melihat Diriku bercumbu nafsu dengan kakaknya . atau terlintas dalam benakKu apakah memang baru kali ini pintu itu terkuak sedikit jangan-jangan ah sudahlah Daku tak peduli

    HubunganKu dengan Nana, adik iparKu itu memang cukup AIYSS (Aik Ipar Yg Saling Sayang) cenderung lebih manja ketimbang isteriKu sendiri dia sugnguh gaul, pintar menyanyi dan banyak kawan, pacar pun punya malah cenderung punya lebih banyak kawan lelaki daripada wanitanya tapi entah mengapa dia tetap saja sering caper ke diriKu yaah Daku sih happy azza mungkin Daku betul-betul Zantan kali yaa.. ha..ha..haha.. bisa aja yaah namanya juga karangan hihihi.

    Lanjut ah, ini bener kok pengalaman nyata ngapain boong ama orang lain entar Daku kalo pembohong kan kagak bakalan punya kawan banyak .. tul ngak ?

    Beberapa hari kemudian Ceillah seperti biasa Daku mengajak isteri bercinta di ruang tamu pada malam hari saat seisi rumah sudah tidur. Tapi kali ini sebelum bercumbu, terlebih dahulu Ku perhatikan pintu kamar tidur adik iparKu Ooohh. ternyata tertutup rapat berrati aman.. karena letak kamar tidur adik iparku berhadapan dengan sofa ruang tamu maka walaupun terkuat hanya sedikit tentunya Nana, sang adik iparku dapat mengintip dengan leluasa permainan cumbu nafsu diriku dengan isteri tersayang..

    Karena kita berdua sudah yakin semuanya yg ada di rumah telah tertidur pulas di kamarnya masing-masing maka Daku berbegas mengatur posisi . untuk memulai percumbuan dengan isteriku dimana Daku lebih suka duduk dibawah sofa sementara isteriku duduk di atas sofa. Permainan langsung di seputar wilayah Paha dan Memek adalah kegemaran utamaKu.


    Menciumi menjilat-jilat sambil mengigit-gigit lembut sepasang paha sekel istaeriKu adalah menu pembukaan cumbu nafsu diriKu yg paling sering Ku lakukan.. disaat menggelinjang antara geli-geli nikmat menahan sentuhan bibir dan lidahKu di sepasang pahanya, biasanya isteriKu tdk sabar untuk menanti hisapan Ku pada Memeknya.. tapi disitulah letak permainannya Daku sering menahan diri untuk berlama-lama di sekitar paha hingga mendekati Memek sesekali saja menjilati kelentit dan liang memek IsteriKu sekedar mengecek apakah IsteriKu sudah mulai mencapai orgasme melalui cairan genitalnya atau belum

    Bila ternyata memek isteriKu sudah mulai basah tanda-tanda orgasme .. maka Daku mulai lebih sering menjilat-jilati dan menghisap kelentit dan daging memek isteriku secara perlahan-lahan dengan cara seperti ini

    Daku bisa berlama-lama menyenangkan Isteriku megngigil menahan nikmat.. terlebih saat cairan memeknya yg mulai mengalir deras keluar Ku reguk hingga tak bersisi eehhhmmm memainkan lidah di ujung kelentit dan di didnding Memek bisa membuat tubuh isteriku bergetar kuat . semakin dia bergerak menjauh dari kepalaku.. semakin kukejar dan kutempel permukaan memek isteriku. aahhh. Aaauuww di saat Isterku mulai bangkit berdiri karena tak tahan menerima hisapan Diriku pada Memeknya semakin Ku kencangkan cengkeraman lingkaran tanganKu pada sepasang pantat Isteriku sementara kepalaku kutempelkan eraterat kehadapan memeknya..


    Paa Papa udah aaauuhhh ooohhh.. Paa ngak tahan .. Jerit lirih terlontar dari isteriKu.

    kalau sudah seperti ini. apa boleh buat dari pada membangun kan orang se isi rumah yah kulepaslah dekapan Ku di Memeknya

    Setelah Daku puas bercumbu nafsu dengan isteriku selama satu jam lebih akhirnya aku beristirahat menonton tv sementara isteriKu cepat berlalu masuk ke kamar..

    Namun, belum lama aku menonton teve . kulihat pintu kamar Nana, adik iparKu itu yg tadinya tertutup rapat ternyata sudah terkuak kembali, sedikit hanya terbuka beberapa cm. Ku perhatikan, kali ini kamar tidurnya gelap .. tdk biasanya ..

    Setelah menunggu beberapa saat, karena penasaran Daku menghampiri kamar tidur Nana. oouu memang terbuka, lalu dengan hati-hati, perlahan-lahan Ku buka pintu kamar tidur Nana ku intip dengan seksama uugghh. samar-samar dalam keremangan kamar Kulihat Nana tertidur dengan tertelungkup. tapiii Ammbbooiii Nana tidur tdk mengenakan bad cover sementara daster mininya terserak menyembulkan sepasang paha dan pantat yg padat. saking penasaran ingin melihat apakah Nana tertidur dengan sepasang pantat yg terbuka menantang maka kuhampiri kasur dimana Nana tertidur

    Aaahh baru duatiga langkah memasuki kamarnya kaki kanan ku menyentuh sepotong kain segera kuambil kain itu ouwwah..aahh ternyata celana dalam mungil milik Nana berwarna gelap yg berserak dilantai saat kuambil dan kupegang mmmhhhh. CD Nana basah.. tanpa sadar kucium CD Nana . uugghhhh wangi khas cairan Memek.

    Kini Daku semakin curiga. jangan-jangan Nana memang mengintip percumbuan Daku dengan IsteriKu dari balik pintu kamarnya yg gelap.. ah.. aku pun betul-betul penasaran segera kudekati Nana dikasurnya dia masih tertidur menelungkup dengan wajah menghadap pintu. kearah diriku tapi setelah kuperhatikan dengan teliti sepasang pantatnya yg terbuka penuh memang tdk mengenakan celana dalam alias polos..

    Antara penasaran sekaligus terangsang kemontokan paha dan pantat Nana. dengan spoantan kunyalakan lampu meja belajarnya. emmhh benar-benar mulus, kenyal, putih nian sepasang pada dan pantat Nana ooohhh Daku berdecak kagum sambil menelusuri lekuk liku daging Paha dan Pantat Nana sambil terus memegangi dan sesekali menciumi CD Nana yg basah dengan cairan Memeknya..

    Tibatiba saja terlintas dibenakKu untuk mengecek apakah Nana betul-betul sudah tertidur pulas dari tadi ataukah dia berpura-pura tidur karena tadi dia sebenarnya mengintip KU bercumbu.. maka CD dan sarung yg kukenakan sengaja Ku lepaskan . dalam jarak dekat didepan wajah Nana . hanya dengan mengenakan kaus singlet ditubuh sementara perutku ke bawah sudah polos Daku pun berEksibisi.


    Sembari menelusuri pemandangan Indah sepasang Paha dan Pantat Nana yg putih montok, Daku pun berOnani dalam jarak teramat dekat dihadapan wajah Nana. mmmhhh.. aaaahhhh sengaja Daku bergumam lirih. menikmati Keindahan dan kenikmatan berOnani di Depan Nana sambil tdk lepas memperhatikan lekuk-lekuk daging Paha dan Memek Nana. oooohhhh saaat K0ntolKu mulai menegangkencang dengan ujung yg Mengkilau..

    kulirik wajah Nana kuperhatikan Mata Nana ooohhhh. ternyata bulu matanya yg lentik .. bergerak-gerak dan bergetar-getar lembut tanda dirinya tdk tidur dan sedang aktif melilhat Daku berOnani di hadapannya dengan K0ntol yg semakin panjang, besar, menonjolkan uliran urat yg kencang dengan daging ujung K0ntol yg berwarna pink mengkilat..

    Karena sudah terlanjur .. juga karena sudah terlalu nikmat melakukan Onani jarak dekat di wajah Nana. Daku pun semakin semangat memainkan tangan kananKu mengocok-ngocok lembut batang K0ntolKu .

    Mengetahui bahwa Adik Iparku Tersayang juga terkesima mengintip K0ntolKu dari balik bulu matanya yg lentik.. Daku benar-benar bergairah melakukan Onani.. Aahhhh. oouuuwww. Nana desahKu lembut.. tanpa sadar Syeer-syeer. kutahan dan kukendalikan aliran spermaKu yg keluar dari ujung k0ntolKu. Dengan menengadahkan telapak kanan kualirkan tetesan air maniKu ketangan lalu cairan tersebut ku oleskan ke batang K0ntolku sehingga seluruh K0ntolku hingga daging Ujungnya semakin mengkilat licin..


    Dengan olesan cairan spermaKu yg kental dan licin maka tangan kananKu semakin lincah leluasa berOnani mmmhhh.. Daku pun semakin hot berOnani mengeluar masukkan ujung batang K0ntolku dalam genggaman tangan.. sembari menggoyang-goyangkan pantatku layaknya bersenggama. ooouuuuuu. kukperhatikan bulu mata Nana semakin terbuka agak lebar jelas sudah kalau Nana sedang menikmati keindahan Batang K0ntolKu dan Goyangan-Goyangan Erotis senggamaKu . oohh ouw kulihat gerak bibir senyum manis terpancar dari wajah Nana karena dirinya tampak senang sekali memandangi buah zakar dan Ujung Batang K0ntolKu. yg terus besar, tegang dan mengkilat.

    Baru kusadari kemudian, tangan kiri Nana ternyata bergerak-gerak perlahan dari balik tubuhnya yg mengarah pada
    Memeknya ooouuu.. Nana juga sedang bermasturbasi rupanya. mengetahui hal itu.. Daku semakin bernafsu melakukan Onanai dengan Hot ku percepat gerakan Onani K0ntolKu keluar masuk Genggaman tangan den . Crott. crrott crottt syyerr.. Air ManiKu keluar Deras dari Ujung K0ntolKu lalu kutumpajkan ketelapak tangan kiriKu. tanpa bisa dicegah Tubuh Nana pun ikut yg tidur tertelungkup mengigal bergetar cukup kuat saat dirinya melihat dengan jelas pancaran SpermaKu yg mengalir muncrat ke telapak tangan . aaahhhh Nana.

    Dengan seluruh Sperma yg ada kubasuh lagi batang K0ntolKu yg tetap tegang. crrekcreekk.. crreekk suara onani terdengar dari gesekan tangan kananku yg penuh air mani . sementara itu kuperhatikan Nana sudah lebih aktif menggerak-gerakkan tangan kirinya ke tengah-tengah pangkal pahanya seluruh badan Nana kini sudah terlihat bergerak-gerak sebagai tanda dirinya sangat terangsang. ooouuu Nikmatnya..

    Setelah puas berOnani sampai spermaKu habis kering secara demonstratif Daku mencium celana dalam Nana yg basah yg dari tadi kupegang terus.. dalam posisi tidurnya yg pura-pura itu kulihat Nana tersenyum lebih lebar dari sebelumnya tanda dirinya pun ikut senang menikmati eksibisi sensual yg membahagiakan.

    Tanpa kuduga . baru sekitar 15 menit Daku beritirahat tidur-tiduran sambil memejamkan mata di sofa ruang tamu. dari kamar tidurnya Nana keluar dengan mengenakan handuk saja yg dililitkan ditubuhkan. kulirik dari balik mataku yg pura-pura terpejam. Nana menghampiri diriku di Sofa daannnn aaiiihhhh. aku terkejut.. saat Nana membuka handuknya lalu dihampar di meja dan dia duduk di tepi meja tepat dihadapan wajahku ..

    Di ruang tamu yg terang benderang tentunya Daku dapat melihat jelas seluruh Tubuh Nana yg Aduhai Indahnya.. sepasang daging Payudara Nana tampak kenyal montok dengan puting susunya yg mencuat kencang kemerahan .. Pinggangnya yg ramping serta kulit pahanya yg putih, halus sintal.

    Setelah duduk begitu dekat didepan wajahku tanpa ragu sedikit pun Nana duduk mengangkang . kedua pahanya dibuka lebar-lebar dengan ujung kaki jarinya yg menjinjit Nana mulai memperlihatkan Keindahan pangkal paha, daging Memek dan kelentinya ygn mengkal merekah berwarna merah muda dengan posisi duduk mengangkang dekat wajahku Nana dengan atraktif membuka bibir Memekya Oooohhh Kekagumanku semakin bertambah terhadp bagian Genital Nana. yg mempertontonkan kelembutan, kelenturan, grunjulan daging bagian dalam Memek Nana.


    syyeerrr sekujur tubuhku mulai memanas. tegang..

    Seolah sudah tahu kalau diriKu sedang menonton peragaan Memek Nana,,,, Dia pun lantas dengan lembut mempermainkan bibir-bibir Memeknya yg kadang di kuak lebar .. lalu digesek-gesekkan dengan kedua tangannya . aahhhh ooohhh Nana . aku berdesah dalam hati. menahan rangsangan yg luas biasa

    Dengan gerakan-gerakan yg sangat mesra dan erotis Nana mengelus-elus dengan cepat ujung kelentitnya diselangseling dengan gerakan-gerakan tangannya dilipatan pangkal pahanya lalu dia pun mengingal-ngigal sambil menguakkan Memeknya lebar-lebar . mmhhh ingin sekali rasanya Daku mengelus-elus Memek Nana yg merekah Indah itu aauuuhh

    Seolah tahu akan niatku itu, Nana tanpa Ku duga meraih tangan kananKu lalu telapak tangan kanan ku di elus-eluskannya secara lembut ke Daging Memeknya . sssyyyeeerrr. K0ntol ku menegang tinggi .. sehingga Nana melihat dengan jelas dari sembulan sarungKu

    Dengan tersenyum manis Nana lantas berdiri semakin dekat dengan wajah ku Dalam posisi berdiri mengangkan tangan kananKu diselipkan di jepit di antara kedua pahanya tepat di tempelkan di daging Memeknya .

    Dengan posisi itu, Daku yg pura-pura tiduran di sofa tetapi tangan kanan Ku di kepit Pangkal Paha Nana yg berdiri di depanku . tanpa bisa ku tebak .. Nana melakukan surprise . seperti naik kuda-kudaan Pangkal Paha Nana Memek Nana degesek-gesekkan di sepanjang pergelangan tangan hingga ke lengan Ku mendekati pangkal lengan .

    Aaauuuwww tubuh ku tanpa bisa dicegah ikut bergetar .. K0ntol Ku pun kian Menegang

    Sementara Nana semakin Asyik masyuk menikmati gesekan-gesekan lembut pangkal Memeknya ke sepanjang lengan kananku Ssyyyeerrrr Ssyyyeeerrr.. Ssyyyeerrr. tiba-tiba dari memek Nana keluar cairan agak kental yg hangat .. Ooooooo Crreettt..Creeettt..Crreeettt.. dari ujung K0ntol Ku keluar cairan sperma ..

    Melihat Ujung k0ntolku yg mengeluarkan Sperma dan membasahi sarung . Nana pun mengecup-ngecup menyerup cairan yg membasahi sarungKu . tindakan Nana ini seolah hendak melakukan revanche atas Diriku yg menciumi Celana Dalamnya yg basa..


    Oooo sungguh-sungguh kejutan yg kudapat dari Nana Adik Iparku Tersayangng

    Setelah selesai mengecup-ngecup dan menyerup-nyerup sarungku yg basah oleh Sprema

    Nana dengan lembut membersihkan sisa-sisa cairan Memeknya yg masih membasahi legnanku.

    Lagi-lagi Nana membuat kejutan dengan tiba-tiba dia menggesek-gesekkan Payudara dan Puting Susunya
    kenyal dan kencang ke Bibir Ku. Oooouuuwwww. Nanaii..

    Aaahh Gilanya Nana mencium Bibir Ku bukan dengan Bibirnya tetapi dengan Memeknya yg di oles-oles kan ke Mulut Ku. mmmhhhhooohhh Nanaiii. Harum Mewangin Nian Memek Mu Naaa..

    demikian Al kisah Awalku ber Eksibisi dan BerEksibisionis dengan Nana Adik IparKu tersayang.

  • Kisah Memek Fatimah Gadis Seksi

    Kisah Memek Fatimah Gadis Seksi


    2945 views

    Duniabola99.com – Namaku Fatimah, sebagai seorang perempuan, cara hidupku sangat penuh dengan aturan aturan adat istiadat yang membuat aku harus selalu bersikap tertutup di depan umum. Baru ditengah keluarga aku boleh bersikap lebih terbuka dengan bergurau dan bercanda. tetapi bagiku yang kuperlukan bukanlah bercanda hanya dengan saudara saudaraku, tetapi aku juga butuh bercanda dengan teman yang lain terutama yang pria. Namun semua ini hanyalah keinginanku saja, karena sampai aku menginjak usia dewasa, aku bukannya menjadi bertambah bebas, justru aku makin menjadi terkungkung oleh adat istiadat.


    Ketika umurku menginjak 13 tahun, aku mulai merasakan perubahan dalam diriku, kurasakan saat itu buah dadaku mulai bertambah montok, belum lagi ketiakku mulai ditumbuhi dengan bulu bulu halus yang membuat aku merasa malu pada teman temanku, namun dibalik itu aku mulai merasakan adanya gejolak gejolak aneh dari dalam diriku setiap kali aku memandang tubuhku yang telanjang di depan kaca, rasanya aku merasakan tubuhku panas dan sepertinya dari buah dadaku yang sudah mengembang besar itu terasa geli.

    Aku tak mengerti semua ini, setiap kali aku merasakan semua ini aku hanya dapat diam saja, paling aku hanya meremas sendiri buah dadaku agar tidak terasa geli, tapi semuanya tak menolong. Sampai suatu ketika aku menjadi kaget ketika saat mandi aku melihat celana dalamku penuh dengan darah. Aku menangis menemui ibuku dan mengatakan semua ini.

    Dengan tertawa ibuku berkata bahwa sekarang aku sudah akil balig karena aku sudah mendapat haid. Baru saat itulah aku mengerti lebih jelas tentang diriku sebagai wanita, sehingga ketika dari kemaluanku mulai tumbuh bulu bulu keriting yang makin lama makin memenuhi memekku, aku bukannya takut bahkan aku menjadi bangga, Setiap pagi kuperhatikan bulu bulu itu, kucuci dengan sabun dan kulap dengan handuk, begitu juga dengan bulu ketiakku yang makin hari makin bertambah lebat. Semua ini berlangsung sampai umurku menginjak 16 tahun. Joker8899

    Pada umur 16 tahun ini aku merasakan bahwa tubuhku sudah benar benar mekar sempurna, badanku cukup jangkung untuk ukuran perempuan seumurku yaitu 170 cm, aku memiliki sepasang buah dada yang sangat montok dan kencang, puting susuku berwarna kecoklatan sangat serasi dengan kulitku yang agak kehitaman ini, begitu juga dengan kakiku panjang sekali dan dipangkal pahaku penuh dengan kerimbunan jembut yang hitam legam hampir mencapai ke pusarku.


    Semua ini seringkali membuat aku sangat bangga dengan diriku, karena hampir semua teman putriku iri melihat badanku yang seksi ini. Tetapi ada satu hal yang seringkali membuat aku gelisah, karena dengan bertambah dewasanya usiaku aku makin merasakan gejolak birahiku makin menggebu gebu. Setiap kali aku telanjang bulat sendirian, aku selalu merasakan nonokku basah dan sepertinya ada rasa yang tidak enak di selangkanganku ini. Begitu juga susuku seringkali putingnya menjadi kaku dan terasa geli sekali bila disentuh. Suatu kali ketika kurasakan nonokku basah dan terasa ada yang mengganjal di selangkanganku, timbul keinginanku untuk mengetahui apa yang membuat rasa tak enak diselangkanganku itu.

    Ketika kusibakkan jembutku yang lebat dan panjang itu serta kukuakkan bibir nonokku, barulah aku tahu bahwa ternyata itilku yang mengembang membuat nonokku serasa terganjal. Memang itilku besar sekali, jika sedang ngaceng. Ketika kusentuh dengan jariku, aku langsung seperti tersengat oleh rasa geli yang menjalar keseluruh tubuhku. Aku tak dapat berbuat apa apa karena memang aku tak mengerti, tetapi aku sadar bahwa aku mempunyai nafsu yang besar, namun karena tidak punya jalan pelepasannya, maka sampai saat itu aku masih belum tahu cara menikmatinya.

    Pada usiaku yang kesembilan belas, aku sudah menyelesaikan SMA ku dan rencananya aku kepengen meneruskan pelajaranku keperguruan tinggi. Tetapi pada waktu itu oleh Bapak dan Ibu aku dikenalkan pada seorang laki laki yang rencananya akan dijodokan dengan aku. Meskipun saat ini bukan jamannya Siti Nurbaya, tetapi adat istiadat bangsaku membuat aku tak berdaya untuk menolak kemauan orang tuaku ini. Dan sebenarnya yang paling penting, dengan punya teman laki laki berarti aku bisa bereksperimen untuk mengetahui nikmatnya seks.

    Calon suamiku bernama Rhoma dia seorang pemuda anak orang kaya, pada awal perjumpaan kelakuannya memang alim sekali, tetapi pada beberapa pertemuan berikutnya ketika orang tuaku sudah tidak ikut menemani kami, maka omongannya mulai melantur dan jorok, tetapi anehnya aku menyukai semuanya itu. Bahkan aku berharap agar dia berbuat lebih dari pada sekedar omong saja. Orang tuaku memberi kebebasan untuk aku dan Rhoma berpacaran, mereka selalu membiarkan kami berdua dikamar tamu, bahkan kadang kadang mereka pergi meninggalkan kami berdua dengan seorang pembantu dirumah. Ini semua membuat Rhoma jadi makin berani dan akupun selalu bersikap meladeni apapun juga yang dilakukan Rhoma, karena aku tahu bahwa Rhoma akan mampu memenuhi rasa ingin tahuku yang sangat besar itu. Agen Joker8899

    Siang itu aku sendirian dirumah, karena kedua orang tuaku pergi ke Pasuruan untuk suatu urusan, dalam keadaan kesepian aku mencoba menelepon Rhoma dirumahnya, ternyata Rhoma ada dirumah dan iapun juga sedang menganggur tanpa pekerjaan. Ketika kuberitahu bahwa orang tuaku sedang pergi dan kutawari agar dia datang ke rumahku Rhoma setuju. Tidak sampai sepuluh menit kemudian kudengar suara mobil Rhoma berhenti didepan rumahku, aku berlari lari keluar untuk membukakan pintu. Setelah kupersilahkan duduk, aku masuk sebentar untuk mengambilkan minum dan kemudian aku duduk mendampinginya.

    Mula mula kami omong omong saja, tetapi tangan Rhoma mulai mengembara ke pahaku dan bibirnya mulai juga menciumi bibirku, lidahnya dijulurkan memasuki mulutku akupun membalasnya dengan menjulurkan lidahku sehingga lidah kami saling berkaitan. Kupeluk Rhoma erat erat karena aku mulai bernafsu menikmati ciuman Rhoma yang hangat itu, apalagi ketika kurasakan tangan Rhoma menyelusupi bajuku dan meremas susuku yang kanan. Aku menggeliat karena puting susuku terasa geli sekali oleh sentuhan jari jari Rhoma, yang meremas susuku dengan bernafsu sekali.


    Tidak puas dengan satu tangan Rhoma memasukkan kedua tangannya kedalam bajuku dan mulai meremas serta memilin milin puting susuku. Aku menjadi gelisah karena remasan tangan Rhoma membuat nonokku jadi gatal dan berair, kupeluk Rhoma makin erat sambil makin menekankan bibirku ke bibir Rhoma sekedar untuk menahan nafsuku yang membara itu. Tidak puas dengan meremas remas dadaku, tangan Rhoma makin turun kebawah dan mulai meremas remas pantatku, aku menggelinjang dan mulutku mulai mendesah, dalam hatiku aku agak takut juga, karena saat itu seperti biasanya kalau sedang di rumah, maka aku tidak memakai celana dalam. Aku yakin bahwa Rhoma mengetahui hal ini, karena mendadak tangannya sudah menyentuh bukit nonokku yang penuh jembut dan meremasnya dengan lembut.

    Saat itu aku benar benar pasrah aku hanya menunggu apa yang akan dilakukan Rhoma, karena semuanya terasa nikmat dan geli. Ketika Rhoma berbisik agar aku membuka bajuku dengan sigap aku segera melepasnya. Begitu melihat susuku yang tanpa penutup itu Rhoma langsung menciuminya serta menghisap putingnya sembari terus menerus meremas remasnya. Tanpa sadar aku mencakar punggung Rhoma karena aku merasakan kegelian yang amat sangat disamping nonokku rasanya seperti bengkak dan basah kuyup oleh nafsuku sendiri. Dalam keadaan tubuh separuh telanjang Rhoma membaringkan aku di atas sofa, sambil bibirnya terus menghisap puting susuku yang sudah membatu itu tangan Rhoma mulai beraksi melepaskan rokku yang bawah.

    Aku bukannya berusaha melarangnya, malahan aku sengaja mengangkat pantatku supaya Rhoma lebih mudah membukanya. Begitu rokku ditarik kebawah, terpampanglah sudah tubuhku dalam keadaan telanjang bulat. Meskipun sudah seringkali kami bermesraan seperti ini, tetapi untuk telanjang secara utuh, baru kali ini aku lakukan. Tak heran bilamana Rhoma begitu terangsang melihat pangkal pahaku yang jembutnya lebat seperti hutan itu.

    Diciuminya jembutku sambil menggosok gosokkan hidungnya ke selangkanganku dengan penuh nafsu. Rasa gatal yang ditimbulkan oleh gesekan kulit hidung Rhoma dengan jembutku membuat aku menjadi gelisah. Maka bila semula tadi pahaku seperti terkunci rapat karena rasa tegang, maka tanpa kusadari pelan pelan terkuak membuat Rhoma makin belingsatan karena nonokku yang masih perawan itu terpampang dihadapannya. Tanpa sungkan Rhoma langsung saja menciumi itilku yang sudah kaku seperti batu itu dan menjilati dengan lidahnya.


    Aku merasa seperti kena listrik begitu lidah Rhoma menyentuh ujung itilku…….rasanya enak sekali……. geli gatal semuanya menjadi satu. Kurengkuh kepala Rhoma yang menempel disela sela pahaku dan kutekan keras keras agar makin menempel ke nonokku. Inilah benar benar kenikmatan yang selama ini aku ingin rasakan…begitu nyata dan nikmat…geseran lidah Rhoma diujung itilku membuat nafsuku memuncak, apalagi ketika Rhoma juga mulai menjilati bagian dalam nonokku itu.

    Kudengar suara berkecipak ketika Rhoma menjilati nonokku yang sudah basah kuyup itu. Aku benar benar seperti kena sihir, aku merintih rintih oleh rasa nikmat itu. Rupanya Rhoma sendiri sudah tak tahan dengan semua ini. Ia tiba tiba menghentikan gerakannya dan berdiri, aku sangat terkejut kutatap wajah Rhoma yang berdiri didepanku, rupanya Rhoma sedang melepaskan pakaiannya dan telanjang bulat.

    Aku kaget sekali ketika melihat kontol Rhoma yang dalam pandanganku begitu besar dan menyeramkan. kontolnya berwarna coklat kehitaman melengkung dengan ujungnya yang pelontos persis seperti jamur , panjang sekali. Baru kali ini aku melihat kontol pria yang sesungguhnya, apalagi dalam keadaan ngaceng seperti kepunyaan Rhoma saat ini sungguh mendebarkan dan benar benar menakutkan, aku tak dapat membayangkan seandainya barang yang sebegitu besar dimasukkan dalam liang nonok yang sempit.

    Selesai melepaskan semua pakaiannya, Rhoma kembali mulai menciumi nonokku dan juga menjilati liang nonokku, agar supaya lebih leluasa menjilati bagian dalamnya, Rhoma merentangkan kakiku lebih lebar lagi sehingga nonokku makin merekah. Aku merasakan kehangatan lidah Rhoma menelusuri bagian dalam nonokku, enak sekali……Rhoma benar benar pandai menjilati nonok, aku menggelepar gelepar setiap kali lidahnya menyapu bagian bagian yang peka dari nonokku, rasa geli yang kurasakan sepertinya tak tertahankan lagi hingga tiba tiba aku menjerit karena kurasakan suatu desakan dari dalam liang nonokku seperti terlepas keluar. Kurasakan dinding nonokku sepertinya berdenyut denyut nikmat sekali disertai mengalirnya cairan hangat dari dalamnya.

    Badanku jadi kaku menahan rasa nikmat yang tiada taranya itu, kutekankan kepala Rhoma keselangkanganku dan kujepit kepalanya dengan kedua pahaku agar aku dapat lebih menikmati rasa geli yang luar biasa ini. Ketika rasa nikmat itu mulai berkurang, akupun merasa sangat lemas sekali. Kulepaskan kepala Rhoma dan aku terpejam merasakan keletihan yang luar biasa, aku sepertinya tak merasakan apapun, yang terbayang hanyalah rasa nikmat yang diberikan Rhoma ketika dia menjilati nonokku. Tiba tiba aku merasa kaget ketika kurasakan ada benda hangat menempel dibibirku, ketika kubuka mataku, barulah aku tahu kalau benda itu adalah kontol Rhoma.


    ” Ayo sekarang kamu hisap punyaku ya” begitu bisik Rhoma kepadaku. Dengan ragu ragu aku mencoba menjilat dahulu ujung kontolnya yang licin berkilat itu, terasa asin, ketika Rhoma agak memaksa agar mulutku menganga lebih lebar maka aku mulai kuatir kalau kontol sebesar itu tak bisa masuk kedalam mulutku. ” Jangan sampai kena gigimu, sakit” aku hanya diam saja mendengar kata kata Rhoma, tetapi kucoba untuk tidak sampai gigiku mengenai batang kontolnya. Pelan pelan Rhoma menekan kontolnya memasuki mulutku, ketika sudah hampir separuh kontolnya masuk, aku mulai tersedak.

    Kutahan perut Rhoma dan ia menurut. Disuruhnya aku untuk menghisap hisap dan mengenyot batang kontolnya serta memaju mundurkan bibirku. Ketika kuturuti semua keinginan Rhoma itu, kulihat Rhoma memejamkan matanya sambil mendesis seperti keenakan, tangannya meremas remas susuku sepertinya ingin meremukkannya, tetapi anehnya aku tak merasa sakit justru nikmat sekali. Tak lama aku menghisap kontolnya, tiba tiba saja Rhoma mengejang dan kurasakan ada cairan kental menyembur dari kontolnya memenuhi rongga mulutku, aku terkejut sekali, dengan spontan kutarik mulutku dan kumuntahkan cairan kental yang sudah terlanjur masuk ke mulutku itu.

    Rhoma sangat kaget dengan tindakanku itu tangannya segera memegang kontolnya yang masih terus mengeluarkan cairan putih kental dari ujungnya itu, karena kulepaskan maka cairan itu menyemprot keluar membasahi mukaku dan susuku.

    Setelah beberapa saat barulah cairan kental itu berhenti keluar dari kontol Rhoma. Rhoma langsung mengomel ” Kenapa kamu cabut, aku baru merasa enak kok kamu lepas” Aku benar benar tak mengerti dengan semua ini, aku kebingungan mencari lap untuk membersihkan cairan kental yang menempel di muka serta di susuku. Ketika Rhoma menyerahkan sapu tangannya, dengan segera kubersihkan semua cairan kental yang berwarna putih seperti susu itu. Saat itu barulah aku sadar kalau inilah yang namanya sperma itu. Tak kusangka bahwa begitu banyak sperma yang dikeluarkan Rhoma, dan aku jadi agak menyesal karena membuat dia jadi kurang puas menikmati hisapanku tadi.

    Semuanya disebabkan karena kekurang mengertinya aku. Ketika kulirik lagi, kulihat kontol Rhoma sudah tidak berdiri seperti tadi lagi, saat ini kontolnya sudah menunduk, aku tersenyum melihat kontol Rhoma seperti itu. Rhoma diam saja, hanya dia mengambil sapu tangannya tadi dan melap kontolnya sampai bersih. Karena aku sadar kalau aku sudah mengecewakannya, maka aku mencoba mengambil hatinya dengan mengelus elus kontolnya yang sudah mengkerut itu, sementara nonokku yang masih berlepotan cairan lendir itu kuhadapkan ke muka Rhoma.


    Benar saja, Rhoma langsung hilang marahnya, ia kembali lagi menjilati nonokku, terutama di bagian luar yang tadinya penuh dengan lendir itu. Karena posisiku yang setengah duduk tetapi agak mengangkang, maka aku dapat melihat dengan jelas semua tingkah Rhoma yang menjilati nonokku itu, kedua belah tangannya menguakkan bibir nonokku sehingga itilku makin maju kedepan, itulah yang menjadi sasaran lidah Rhoma.

    Rasa geli kembali menyerang tubuhku, tanpa sadar aku meremas remas sendiri susuku. Tiba tiba Rhoma berdiri sehingga aku bisa melihat kontolnya yang sudah ngaceng lagi itu. Dengan agak berjongkok Rhoma menuntun kontolnya kearah liang nonokku. Aku kaget sekali dan segera memberontak, karena untuk yang satu ini aku belum berani. Aku benar benar takut menjadi tidak perawan, kalau cuma dijilat atau menghisap kontol saja aku masih bersedia, tetapi kalau sudah dimasukkan, nanti dulu………… Rhoma agak malu melihat penolakanku itu, dikiranya mungkin aku pasti mau mengingat apa yang sudah kami lakukan tadi. Aku berkata pada Rhoma kalau untuk yang satu itu aku belum berani, tetapi kalau yang lainnya boleh saja, karena aku juga suka.

    Rhoma rupanya tidak kehilangan akal, ia menyuruh aku berbalik lalu ditunggingkannya pantatku keatas, kurasakan lidah Rhoma menyelusupi liang pantatku yang juga ditumbuhi oleh jembut, rasanya geli membuat aku terkikik karena jijik. Tapi jilatan Rhoma tidak hanya disitu saja, lidahnya berpindah pindah dari liang pantat ke bibir nonokku kemudian pindah lagi ke itilku, semuanya membuat aku jadi terbang keawang awang lagi. Ketika Rhoma membasahi pantatku dengan ludah yang banyak aku tetap tak sadar apa yang dimaui Rhoma, baru ketika kurasa perih di pantatku, aku sadar bahwa kontol Rhoma sudah dimasukkan ke dalam pantatku.

    Aku merintih kesakitan, tetapi Rhoma menyuruh aku diam dan menikmati semuanya itu. Aku menggigit bibir menahan sakit, sementara tangan Rhoma terus terusan meremas susuku dan memilin milin putingku. Ketika rasa sakitku sudah mulai hilang, kurasakan betapa liang pantatku seperti diganjal dengan tongkat yang besar sekali. Aku kembali meringis ketika Rhoma menarik kontolnya pelan pelan sekali, melihat aku merintih, Rhoma segera menggosok itilku dengan jarinya sehingga aku merasa geli dan melupakan sakitku. Demikian terus Rhoma menggelitik itilku sehingga tiba tiba dia melenguh dan pejunya menyemprot ke dalam liang pantatku. Rhoma menjadi lega dengan semua ini.


    Akupun menjadi lega karena dapat menyenangkan pacarku. Untuk selanjutnya bilamana ada kesempatan kami selalu melakukan hal ini, saling menjilat, menghisap dan memasukkan kontol kedalam pantatku. Belakangan aku juga dapat menikmati enaknya main lewat pantat ini, karena Rhoma tahu caranya merangsang itilku sambil merojok pantatku yang juga membuat aku jadi puas.

    Ketika usiaku 20 tahun, Rhoma meminangku, karena memang semua ini sudah disiapkan oleh kedua orang tua kami, maka tidak ada penghalang bagi aku dan Rhoma untuk naik kepelaminan. Pernikahan kami berlangsung sesuai adat suku yang penuh dengan upacara upacara, semua berlangsung dengan lamban. Mengapa aku merasakan kelambanan dari semua acara ini, karena sebenarnya aku sudah ingin cepat cepat masuk kamar pengantin dan menikmati kontol Rhoma di dalam liang nonokku, bukan hanya di pantatku saja.

    Bayangkan selama satu tahun sejak pertama kali aku merasakan nikmatnya rangsangan Rhoma, yang dilakukan Rhoma hanyalah menjilati nonokku, merangsang itilku dengan jarinya paling banter Rhoma hanya kuijinkan menggosok gosokkan kontolnya diluar bibir nonokku. Semuanya kurang nikmat karena hanya semu, malam ini aku akan merasakan yang sejati yaitu kontol Rhoma akan menyelam dalam nonokku, aku akan merasakan kenikmatan yang sejati, bukan kenikmatan yang semu.

    Menjelang jam 10 malam. orang tua kami menyuruh kami beristirahat dahulu, meskipun saat itu masih banyak tamu yang belum pulang. Aku sebenarnya sangat malu untuk masuk ke kamar, tetapi karena desakan orang tua, maka kamipun berdiri dan meninggalkan pelaminan menuju kamar pengantin kami. Hampir semua muda mudi yang masih tinggal tertawa tawa melihat kami yang menuju kamar pengantin, aku tahu apa yang mereka tertawakan, karena hal ini juga sering aku lakukan bilamana pergi ke pesta perkawinan temanku, kami selalu tertawa membayangkan bahwa malam itu akan ada perempuan yang menangis karena kesakitan tetapi juga sekaligus keenakan karena bersetubuh !

    Membayangkan ini rasanya aku ingin cepat cepat masuk kekamar dan menutup pintunya, tetapi rasanya lama sekali perjalanan dari pelaminan menuju kamar tidur kami yang jaraknya hanya beberapa meter itu. Begitu memasuki kamar, aku langsung duduk diatas tempat tidur sambil bernafas lega sekali. Rhoma sendiri juga tahu bahwa kita berdua menjadi sasaran gurauan dari semua yang hadir, karena itu dia meminta agar aku tetap tinggal di kamar sementara dia akan keluar dahulu untuk menemui tamu tamu yang masih tinggal agar mereka tidak berpikiran yang macam macam.

    Aku agak kecewa juga karena acara intim yang aku harapkan ternyata masih harus sedikit tertunda, karena Rhoma sungkan pada tamu tamunya yang masih nongkrong didepan, seharusnya tamu tamu itu tahu diri, begitu pengantin masuk kamar, merekapun harus cepat cepat pulang agar pengantin bisa menikmati malam pertamanya dengan tenang.


    Sambil berdiri menatap kaca hias yang berukuran besar didepan tempat tidurku, aku mulai melepasi segala perlengkapan yang aku kenakan, memang agak repot juga melepaskan semua perhiasan dan lain lain yang menempel di badanku, tetapi dengan sedikit membuang tenaga, akhirnya aku berhasil melepas semua perhiasan dan juga pakaianku sehingga aku jadi telanjang bulat didepan kaca. Dengan teliti aku memperhatikan tubuhku sendiri, entah mengapa aku jadi terangsang sendiri melihat tubuhku yang telanjang didepan kaca ini.

    Susuku membusung dengan putingnya yang coklat berdiri tegak, sedangkan diantara kedua pahaku berkumpul hutan rimba jembut yang sangat tebal, beberapa hari yang lalu aku memerlukan waktu hampir setengah jam untuk membersihkan jembutku yang letaknya kurang beraturan, sehingga saat ini semuanya tampak rapi terutama di bagian bibir nonok, maksudku agar supaya memudahkan Rhoma kalau nanti memasukkan kontolnya ke liang wasiat ini. Ketika kucoba untuk meraba nonokku yang sudah mulai basah, sementara ketika aku menyentuh itilku terasa sudah membengkak meskipun belum disentuh Rhoma, aku merasa kalau sebenarnya aku sudah bernafsu sejak kemarin sore, tetapi pelepasannya menunggu saat ini, entah kapan Rhoma akan masuk kekamar ini untuk dapat memuaskan aku.

    Sementara aku menanti Rhoma sambil berbaring ditempat tidurku dalam keadaan telanjang bulat, aku mencoba untuk membaca baca majalah, ketika kudengar ketukan dipintu, aku langsung tahu bahwa itu Rhoma, dengan sengaja aku tidur terlentang sambil kakiku agak mengkangkang sehingga nonokku terpampang jelas. Kuharap Rhoma akan terangsang melihat ini semua agar supaya dia tambah bernafsu. Setelah kurasa posisiku sudah tepat, aku berteriak “masuk”.

    Saat itu, bila ada geledek menyambar mungkin aku tidak sekaget saat ini, karena yang tadinya kukira Rhoma ternyata adik Rhoma. Kucoba untuk meraih benda apa saja diatas tempat tidur itu untuk menutupi badanku, tetapi tak sepotong kainpun ada diatas tempat tidur itu, jadi dengan muka yang terasa sangat panas, aku berusaha menutupi bagian vitalku dengan kedua tanganku. Dengan terbata bata aku menanyai Rochim adik Rhoma apa perlunya masuk kamarku.

    Dengan muka merah juga, Rochim mengatakan kalau kakaknya berpesan agar aku tidur dulu kalau sudah ngantuk. Aku tak dapat menjawab kata kata Rhoma itu, aku sangat malu dan bingung apa yang harus kulakukan agar Rhoma tidak tahu hal ini. Karena aku diam saja, Rhoma dengan leluasa memuaskan matanya memandang tubuhku yang terbuka ini. Aku memberanikan diri untuk berkata pada Rochim agar supaya tidak menceritakan hal ini pada kakaknya, karena aku sangat malu. Rochim hanya mengangguk dan langsung keluar dari kamarku. Aku menarik nafas lega, tetapi mukaku kurasakan masih panas karena malu disamping hatiku masih berdebar debar. Benar benar memalukan………………

    Entah berapa lama aku tertidur, namun aku terbangun oleh rasa geli diselangkanganku, ketika kubuka mataku kulihat Rhoma sudah telanjang bulat dengan posisi 69 diatasku, sementara Rhoma asyik menjilati nonokku, kontolnya yang sudah ngaceng tergantung bebas didepanku. Tanpa menunggu lagi langsung aku menggenggam kontolnya dan menghisapnya seperti aku menghisap permen loli. Aku sudah lupa dengan kejutan si Rochim tadi, rasa geli yang ditimbulkan oleh jilatan Rhoma membuat aku makin berusaha melebarkan pahaku supaya nonokku tambah lebar dan lidah Rhoma makin dalam menelusuri nonokku.


    Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa terutama di bibir nonokku, rasanya aku sudah hampir mencapai orgasme, aku tahu bahwa kali ini Rhoma ingin membuatku benar benar merasakan nikmatnya seks, karena itu aku juga tak mau kalah, aku juga menggarap kontol Rhoma yang sedang kuhisap ini, Dengan lidahku kuselusuri batang kontol Rhoma mulai dari ujungnya sampai ke pangkalnya berulang ulang baru kemudian kukulum ujung kontolnya yang seperti jamur itu dan kemudian lubang kencingnya aku gosok gosok dengan lidahku sampai Rhoma menggeliat geliat menahan geli, aku tak perduli, malahan buah pelir Rhoma aku usap dengan jari jariku dan ujung kontolnya kukulum dan pelan pelan aku memasukkan batang kontolnya ke dalam mulutku yang sudah kupenuhi dengan air liur itu sampai akhirnya kurasakan ujung kontol Rhoma menyentuh pangkal leherku, aku agak tersedak tetapi kutahan agar tidak sampai membuat Rhoma kecewa. Saat itulah Rhoma menghentikan jilatannya sehingga akupun menghentikan kulumanku.

    Ketika kulihat Rhoma berputar posisi dan mulai menciumi bibirku, aku merasakan bahwa inilah saatnya yang sudah lama kunanti nantikan kontol Rhoma memecahkan keperawananku. benar saja Rhoma meletakkan bantal di bawah pantatku sehingga pantatku terangkat keatas dan nonokku makin mencembung, dengan agak gemetar Rhoma menepatkan ujung kontolnya diantara bibir nonokku dan dengan pelahan dia mendorong kontolnya memasuki liang nonokkku, aku memejamkan mata dan tiba tiba saja kurasakan ada sedikit rasa perih yang kemudian tidak kurasakan lagi karena Rhoma sudah menempelkan seluruh badannya ke atas tubuhku sambil menciumi bibirku. Tangan Rhoma asyik meremas remas susuku ketika tiba tiba kurasakan Rhoma mulai menarik kontolnya, saat itu kembali kurasakan rasa ngilu tetapi juga ada rasa geli karena gesekan kontol Rhoma dengan dinding nonokku yang sangat peka itu.

    Merasakan kalau aku kesakitan, Rhoma menahan gerakannya dan barulah dilanjutkannnya lagi ketika aku kelihatan sudah diam, ketika Rhoma mendorong lagi kontolnya ke dalam liangku, rasa sakit itu sudah tak terasa lagi, yang kurasakan adalah rasa geli apalagi ketika ujung kontol Rhoma menghunjam dasar liang kemaluanku yang masih peret itu, benar benar nikmat.

    Belum lama Rhoma memaju mundurkan kontolnya aku mendadak merasakan geli yang luar biasa disekeliling liang nonokku sehingga membuatnya jadi mengejang rupanya saat itu aku mencapai kepuasan yang selama ini aku nanti nantikan kepuasan dari hubungan seks yang sebenarnya, bukan cuma kepuasan dari hasil jilat menjilat seperti dulu. Aku merintih sambil menggigit pundak Rhoma, saat itu juga kurasakan Rhoma menusukkan kontolnya dalam dalam dan diapun menyemburkan pejunya kedalam liang nonokku.

    Benar benar asyik………… Aku tergeletak tanpa sadar untuk beberapa waktu rasanya badan ini lemas lunglai tetapi dalam hatiku nafsuku masih berkobar kobar karena belum puas betul. Aku juga merasa kalau kontol Rhoma yang masih terkubur dalam nonokku itu juga masih keras, sehingga ketika kucoba menggerak gerakkan pantatku kurasakan kontol Rhoma masih mengganjal dalam liangku itu.

    Ketika Rhoma merasakan gerakan pantatku, ia menggerakkan kepalanya dan menatapku sambil berkata, “Enak ya……..apa kamu mau lagi ? Aku tidak menjawab tetapi aku hanya menyeringai saja, kucium bibir Rhoma dengan gemas sambil mendekapnya erat erat. Pelan pelan Rhoma menggerak gerakkan kontolnya lagi, kurasakan kontol Rhoma mulai mengembang di dalam nonokku sampai akhirnya memadati nonokku lagi.


    Aku menggigit bibirku ketika Rhoma menekan ujung kontolnya sehingga leher rahimku yang tentunya sangat perasa itu tergosok keras sekali. kontol Rhoma sebenarnya cukup panjang tetapi karena agak melengkung maka kelihatan pendek namun ukurannya gemuk sekali sehingga untuk nonokku yang masih baru dipakai ini menimbulkan rasa geli yang luar biasa karena membuat liangku padat dan selalu menggesek tempat tempat yang sensitif di nonokku itu..

    Aku mencoba menguakkan kakiku lebih lebar lagi agar supaya nonokku mampu menelan semua kontol Rhoma, tetapi usahaku sia sia karena liangku sudah benar benar menganga namun aku tetap tak berhasil membuat bagian dalam nonokku terpuaskan, ini semua membuat aku mulai menggerakkan pantatku agar supaya kontol Rhoma lebih tepat tujuannya yaitu bagian dalam nonokku, memang aku merasakan geli ketika batang kontol Rhoma menggesek gesek itilku, tetapi rasanya masih kurang jika leher rahimku belum digosok dengan keras memakai ujung kontol Rhoma itu.

    Aku mulai merasa kesal dengan gerakan Rhoma yang kurang bersemangat itu, karena Rhoma hanya memaju mundurkan kontolnya secara lamban sambil terus menerus menciumi bibirku serta meremas remas susuku. Yang aku inginkan adalah gerakan yang cepat sehingga rasa gelinya betul betul terasa. Ketika aku bisikkan hal ini pada Rhoma, dia langsung menuruti permintaanku ini, namun apa lacur, baru saja Rhoma bergerak cepat, kontolnya sudah menyembur nyembur lagi, rupanya dia sudah mencapai kepuasannya. Aku yang tak mengerti semua ini berusaha mengimbangi tusukan Rhoma dengan lebih keras memutar mutar pantatku, tapi Rhoma merintih kegelian, rupanya dia tak tahan dengan gerakanku sehingga merintih rintih.

    Aku yang sudah kesetanan tak perduli, selama masih terasa mengganjal, maka aku terus menggoyangkan pantatku agar ujung kontol Rhoma dapat menyentuh dasar nonokku , kucengkeram punggung Rhoma ketika kurasakan rasa geli yang makin memuncak dalam tubuhku, mataku mendelik merasakan kenikmatan yang berkumpul didalam nonokku sampai akhirnya srooot….ujung kontol Rhoma berhasil menyentuh dasar nonokku, saat itulah aku berteriak lega dan……….nonokku mengejang merasakan nikmatnya persetubuhan ini.

    Aku betul betul puas, karena aku berhasil mendapatkan apa yang kuinginkan dari Rhoma, aku setengah tak perduli ketika Rhoma mengomel panjang pendek karena aku memaksakan kepuasanku sendiri meskipun saat itu kontol Rhoma sudah lemas. Aku hanya tersenyum saja mendengarkan omelannya, yang penting saat ini adalah istirahat, karena setelah dua kali bersetubuh rasanya badan jadi letih dan lemas sekali. Ini adalah pengalaman malam pertamaku , sebenarnya melihat Rhoma yang loyo itu aku sudah curiga kalau dia kurang mampu dalam hal yang satu ini. Ternyata dugaan ini terbukti setelah perkawinan kami berjalan beberapa tahun.

    Perkawinan kami berjalan dengan cukup lumayan sampai aku melahirkan dua orang anak, tetapi saat itulah Rhoma mulai seringkali sakit sakitan. Hal ini berakibat banyak bagi kehidupan seks yang sudah aku nikmati selama ini. Jikalau dulunya hampir dua hari sekali aku menikmati persetubuhan sampai mencapai kepuasan, maka sekarang persetubuhan justru hanya menjadikan aku tersiksa, karena setiap kali main, kontol Rhoma selalu lemas dan sulit masuk di liangku.

    Rhoma hanya mampu merangsang aku dengan jilatan jilatannya yang menggelikan itu. Seperti waktu kemarin, aku benar benar kesal dengan Rhoma. Kemarin siang aku mendapat kunjungan temanku Mukinah, karena saat itu Rhoma sedang pergi, maka kami dapat bercerita dengan bebas tanpa kuatir didengar oleh suami. Suatu saat Mukinah bercerita tentang pengalamannya di atas tempat tidur dengan suaminya.

    Aku tidak terlalu heran dengan cerita Mukinah kalau suaminya pandai memuaskan dia, kalau dia selalu mencapai kepuasan setiap kali main dan juga tentang hal hal lain tentang hubungan intimnya dengan sang suami, bahkan ada beberapa hal yang justru menurut aku Rhoma lebih hebat dari suami Mukinah. Namun masalahnya sejak beberapa waktu ini Rhoma tidak pernah bisa memuaskan aku, sehingga cerita Mukinah benar benar membuat aku jadi terangsang dan nafsuku memuncak, aku merasa kalau saja saat itu ada kontol yang stand by, pasti sudah akan kuhisap dan kuhunjamkan ke nonokku yang yang sudah basah kuyup itu.


    Cerita cerita Mukinah membuat aku jadi panas dingin, ketika Mukinah sudah pulang, aku cepat cepat masuk ke kamar dan berusaha untuk tidur, tetapi rasa gatal di nonokku benar benar tak tertahankan, selama ini aku hanya merasakan jilatan jilatan lidah Rhoma yang menyelusuri nonokku, tetapi sudah lama kontolnya tidak pernah berhasil membuatku orgasme, sehingga dapat dibayangkan betapa rindunya aku dengan kehadiran sebatang kontol yang dapat mengisi kekosongan diantara celah nonokku ini.

    Tanpa terasa tanganku sudah mengembara ke antara selangkanganku, memang sudah sejak lama aku tidak pernah memakai celana dalam bila ada dirumah, sehingga dengan mudah tanganku dapat mengelus bukit nonokku yang berjembut tebal itu. Kurasakan geli yang berkumpul disitu membuatku jadi gemas sehingga berkali kali kuremas remas bukit nonokku itu agar rasa geli itu lenyap, namun yang terjadi malahan sebaliknya, rasa geli itu makin memuncak sampai tanpa sengaja jariku menyentuh itilku sendiri.

    Kurasakan kenikmatan yang luar biasa, berbeda dengan jilatan lidah Rhoma, dan lebih menyerupai gesekan kontol pada itil. Kucoba menggosok lagi itilku dengan jariku, aku jadi terperangah karena rasa nikmat yang kudapat benar benar sensasional. Tanpa terasa jariku asyik menggesek gesek itilku sementara tidurku yang tadinya menyamping sekarang jadi terlentang dan kakiku sudah terpentang lebar, jari jariku yang gemetar terus merojok itilku yang membengkak itu dan akhirnya mulai memasuki bagian dalam liang nonokku, terasa geli dan hangat sekali. Apalagi saat jariku menggeser geser bibir dalam nonokku rasanya luar biasa. Tanpa dapat kutahan lagi aku menjerit kecil ketika kurasakan nonokku mengejang karena orgasme.

    Keringat dingin membasahi seluruh tubuhku, karena baru sekali ini aku mendapatkan kenikmatan yang lebih nyata. Jantungku berdebar debar karena rangsangan yang aku rasakan tadi itu, dalam batin aku berpikir apakah ini yang disebut dengan masturbasi itu, memang rasanya nikmat tetapi sejujurnya saja lebih nikmat jika batang kontol yang sejati yang menggelitik nonokku, bukan cuma jari telunjukku yang menggeser geser di bibir nonok sampai basah kuyup, dengan tubuh dan pikiran yang lebih enteng, aku coba untuk tidur tiduran karena hari masih sore sedangkan Rhoma baru pulang sekitar jam 5 atau 6 sore nanti.

    Namun justru berbaring baring ini menyebabkan pikiranku jadi melayang layang dan membuat nafsuku jadi berkobar lagi, karena sebenarnya saja aku masih ingin merasakan kontol yang sejati. Kadang kadang terlintas di pikiranku untuk mencari pria lain yang dapat memuaskan aku, tetapi pikiran ini aku buang jauh jauh karena aku takut. Tetapi bagaimana lagi, Rhoma tak berhasil memuaskan aku, saat aku melamun seperti itu kudengar pintu kamarku dibuka, rupanya Rhoma yang barusan pulang dari pergi dan langsung masuk kekamar.

    Ketika melihat aku tidur tiduran, ia segera duduk disamping tempat tidur sambil menyapaku, tangannya memijat mijat pundakku sambil menanyakan kenapa aku kok beristirahat, apakah memangnya aku lelah. Sementara berbicara itu tangannya mengembara dan langsung menelusup kebalik dasterku dan meremas nonokku, aku yang sudah sejak tadi terangsang jadi kelabakan. Aku jadi nekad kepengen mencoba barangkali saja Rhoma bisa memuaskan aku kali ini.

    Segera kubuka ikat pinggang Rhoma dan kubuka celananya serta kukeluarkan kontolnya. Ketika kukulum, kontol Rhoma langsung berkelojotan dan mulai ngaceng meskipun tidak terlalu keras. Ketika kusibakkan dasterku keatas, maka nonokku sudah langsung terpampang didepan mata Rhoma. Seperti biasanya Rhoma langsung menciumi nonokku dan membentangkan bibir nonokku untuk mulai menjilatinya.


    Tetapi kali ini aku bertindak agresif. Aku memberontak dan mulai melepaskan pakaian Rhoma sehingga dia telanjang bulat. Ketika sudah bugil, kusuruh Rhoma terlentang sehingga kontolnya yang setengah ngaceng itu menjulang keatas meskipun agak melengkung, aku sengaja tidak mau lagi menghisapnya karena aku kuatir kalau terlalu geli maka Rhoma justru akan cepat keluar. Langsung saja aku mengangkangi Rhoma dan kuselipkan kontolnya diantara kedua bibir nonokku, ketika sudah kurasakan tepat, maka pelan pelan aku menurunkan pantatku karena kalau aku tekan cepat cepat aku kuatir kalau meleset karena kontol Rhoma belum ngaceng sepenuhnya.

    Akhirnya kontol Rhoma berhasil amblas ke dalam liangku, aku benar benar merasa lega meskipun kurasakan rongga nonokku agak sulit merasakan gesekan kontol Rhoma yang masih agak mengantuk itu. Ketika kucoba memutar pantatku pelan pelan,kudengar Rhoma menggerang dan terasa kontolnya mulai mekar di dalam liang nonokku, aku makin mempercepat putaranku bahkan kadang kadang aku menaik turunkan pantatku.

    Akhirnya kurasakan kontol Rhoma sudah benar benar ngaceng dan memadati dinding dinding nonokku, aku mulai merasakan nikmat yang luar biasa. Kurasakan ujung kontol Rhoma menggosok gosok leher rahimku menimbulkan rasa geli yang jauh berbeda jika hanya sekedar dijilati saja, tetapi aku juga merasakan bahwa meskipun kontol Rhoma sudah ngaceng gosokan didalam liang nonokku ini tidak sekeras dahulu waktu kontol Rhoma masih tokcer.

    Dengan memejamkan mata kuputar putar pantatku agar gesekan ujung kontol Rhoma makin terasa dileher rahimku, sementara tanganku asyik meremas remas susuku sendiri. Aku tak berani mengangkat pantatku terlalu tinggi karena aku kuatir kalau gerakanku itu akan menimbulkan rangsangan dan rasa geli yang akan membuat Rhoma jadi muncrat.

    Namun upayaku percuma saja, karena ketika aku merasa bahwa puncak kenikmatanku segera tiba, maka tanpa sadar aku mempercepat putaran pantatku, saat itu Rhoma mendorong tubuhku dan meminta agar aku menghentikan gerakanku. Aku tak perduli karena aku merasa bahwa dalam sekejap aku sudah akan mencapai kepuasan yang sejak lama aku dambakan. Namun apa yang terjadi, tiba tiba saja aku rasakan ada cairan hangat menyembur nyembur dalam nonokku, rupanya Rhoma sudah tak tahan lagi dan pejunya keluar.

    Kucoba untuk meneruskan gerakanku agar supaya kenikmatanku segera tercapai, tetapi sayang sekali kontol Rhoma sudah langsung loyo setelah memuntahkan pejunya sehingga tidak lagi dapat bertahan dalam jepitan nonokku dan melejit keluar. Aku menjerit marah dan memukuli badan Rhoma, karena rasa kecewaku yang luar biasa, hanya dalam hitungan 1,2,3 saja sebenarnya aku sudah akan terpuaskan, tetapi Rhoma benar benar lemah sehingga tidak dapat menunggu. Rhoma hanya menunduk lesu melihat kekecewaanku itu, dia diam diam keluar dari kamar dan pergi mandi.


    Aku menangis sejadi jadinya tanpa mengerti harus berbuat apa, yang kuinginkan hanyalah sebuah kontol yang segar dan mampu membuat nonokku jadi terpuaskan, mengapa aku harus mempunyai suami yang tak sanggup memuaskan aku, padahal sebagai perempuan muda, nafsuku sangat besar dan untuk berbuat serong aku belum berani…………………

    Aku selalu berusaha agar Rhoma berhasil memuaskan diriku, semua cara sudah kupakai, mulai dari membiarkan Rhoma merangsang aku dan begitu aku merasa hampir mencapai puncak maka aku memaksa Rhoma agar memasukkan kontolnya ke dalam nonokku sampai yang paling sadis aku memperkosa Rhoma agar bisa memuaskan aku. Semuanya tak ada yang berhasil, bahkan Rhoma jadi marah marah setiap kali aku memaksanya untuk bersetubuh.

    Suatu hari Rhoma pulang dari bepergian sambil tersenyum senyum, aku jadi heran karena tidak biasanya dia bersikap seperti itu. Ketika aku menanyakan, dia hanya bilang kalau sekarang dia pasti bisa membuat aku puas. Aku jadi ingin tahu apa yang membuat dia begitu yakin dapat memuaskan aku padahal biasanya lemas seperti tahu.

    Ketika kuikuti langkahnya ke kamar, Rhoma mengeluarkan suatu benda panjang dan langsung disodorkan padaku, ketika kupegang benda itu, barulah aku sadar bahwa itu adalah kontol palsu dibuat dari karet. Aku langsung menelan ludah sendiri ketika memperhatikan barang tersebut. Panjangnya sekitar 30 cm dengan lingkar sekitar 5 cm warnanya agak pucat tetapi persis seperti kontol yang asli, bahkan kalau dibandingkan dengan kepunyaan Rhoma, maka kontol palsu ini jauh lebih meyakinkan.

    Meskipun sebenarnya aku mengerti fungsi benda ini, tetapi aku pura pura tidak mengerti, bahkan aku bertanya apa gunanya benda tersebut. Rhoma tak menjawab, malahan ia segera melepas dasterku sehingga aku jadi telanjang bulat, Rhoma sendiri tidak membuka pakaiannya, tetapi ia merebahkan aku ditempat tidur serta menggosok gosok itilku agar aku terangsang.


    Aku memejamkan mata merasakan jari kasap Rhoma yang menggosok itilku itu. Mestinya aku langsung basah merasakan rangsangan Rhoma ini, karena saat itulah kurasakan kontol karet tadi oleh Rhoma diselipkan diantara bibir nonokku dan kemudian pelan pelan ditekannya kedalam, aku menggeliat geli karena barang ini benar benar membuat liang nonokku jadi tergesek dengan sempurna. Rhoma terus menekankan kontol palsu itu ke dalam nonokku pelahan lahan sampai mengenai dasar rahimku, Rhoma langsung berhenti.

    Dia lalu memutar mutar kontol karet itu serta mengeluar masukkan di dalam liangku itu. Aku merintih geli dan keenakan karena sudah beberapa lama kenikmatan seperti ini tak pernah aku dapat. Memang rasanya hambar, karena tanpa pelukan mesra dan kehangatan tubuh Rhoma yang menempel lembut di seluruh tubuhku sehingga mulai dari susu sampai ujung kaki semuanya bersentuhan.

    Namun rasa geli yang ditimbulkan oleh gerakan tangan Rhoma membuat aku menggelinjang keenakan, mataku terpejam rapat karena rasa geli dan enak yang memenuhi seluruh alat kelaminku mulai dari itil, bibir dan dinding nonok sampai juga di leher rahimku semuanya terasa geli sehingga aku tak tahan lagi, tanpa sadar tanganku sudah membantu Rhoma merojokkan kontol karet itu ke dalam nonokku sementara mulut Rhoma juga asyik mengulum pentil susuku.

    Aku tak menyangka kalau Rhoma bisa mempunyai pikiran untuk membeli barang seperti ini, sehingga saat ini aku dapat merasakan kenikmatan yang luar biasa, bahkan lebih hebat daripada saat saat kontol Rhoma masih tokcer dulu. Rasa geli yang membuat nonokku jadi banjir dengan lendir kental ini sudah tak tertahankan lagi, aku melenguh keras dan kujepit kontol karet itu dengan kedua pahaku ketika kurasakan aku mengalami orgasme.

    Ketika dilihatnya aku sudah lemas karena kepuasan, Rhoma mencabut kontol karet itu dan berbisik, kalau saja aku kepengen maka sebaiknya aku pakai alat itu, dia nggak keberatan. Aku tak menyahut, karena saat itu aku barulah merasa malu, entah bagaimana sikapku tadi ketika mencapai puncak kenikmatan. Tetapi aku tak perduli lagi, tokh yang menyuruh Rhoma sendiri.

    Sambil tiduran, aku sempat berpikir mana yang paling nikmat, bersetubuh dengan Rhoma, dijilati oleh Rhoma atau main dengan kontol karet itu. Aku merasa bahwa yang paling nikmat adalah dijilati, karena rasa gelinya membuat tubuhku jadi menggelepar gelepar seperti ikan yang jatuh kedarat. Kedua barulah main pakai kontol karet itu, tetapi aku juga bertanya dalam hatiku, bagaimana rasanya main dengan laki laki yang mampu bertahan lama dalam bersetubuh, pasti aku akan menemukan kenikmatan yang luar biasa, karena pada saat mencapai puncaknya, pasti kami sama sama akan beringas.

    Meskipun aku sudah lebih menikmati kepuasan seks dengan kontol karet itu, tetapi hubunganku dengan Rhoma tetap saja hambar, karena di mataku Rhoma makin hari makin bertambah seenaknya sendiri, entah karena dia mengalami stress atau bagaimana, tetapi yang jelas, makin hari Rhoma makin ngawur dan tak bertanggung jawab baik dalam hal keuangan maupun dalam hal keluarga. Aku sendiri dengan keadaan ekonomi orang tuaku yang kaya, aku tak pernah perduli dengan kelakuan Rhoma itu, aku mampu membiayai hidupku dengan uang orang tuaku serta juga dengan bisnisku sendiri, meskipun Rhoma selalu marah bila aku berdagang.


    Aku menyadari juga bahwa memang berdagang bagi perempuan secantik dan semontok aku memang berbahaya, karena banyak lelaki hidung belang yang selalu siap memangsa aku. Untunglah selama ini aku dapat bertahan karena aku masih dapat menerima kepuasan yang kudapat dari memuaskan diri sendiri, meskipun sejujurnya saja aku masih mengharapkan kontol yang segar dan persetubuhan dengan laki laki yang perkasa yang dapat membuat aku benar benar berteriak keenakan oleh cara mainnya yang tangguh……………

    Jikalau Achmad selalu mencurigai kalau aku berbuat serong dengan kenalanku dari berdagang, kurasa itu tak keliru, karena mereka memang rata rata seringkali menggoda aku meskipun aku tak pernah menganggapinya. Tetapi yang diluar dugaan Rhoma dan sesungguhnya saja juga diluar dugaanku, justru teman dekat Rhoma sendiri yang membuat ulah denganku…………………….

    Rhoma mempunyai seorang kenalan yang berbisnis dengannya, aku juga kenal baik dengan laki laki Cina ini, dia seringkali datang kerumah dan berbincang bincang dengan Rhoma. Setiap kali ada kesempatan dia selalu mengajak aku berbicara, bicaranya menyenangkan dan dia selalu bercerita tentang segala macam hal yang aku senangi.

    Selama itu Rhoma tak pernah curiga karena bisnisnya dengan Rudy nama si pria itu selalu sukses dan dia merasa banyak diberi keuntungan oleh Rudy, sehingga malahan seringkali bila Rudy datang dan dia harus pergi, maka Rudy selalu diajaknya, tetapi jikalau Rudy menolak, maka dibiarkannya Rudy tetap dirumahku dan disuruhnya aku untuk menemaninya.

    Sifatku yang terbuka dan periang menyebabkan pembicaraan kami selalu hidup dan menyenangkan, bahkan akhirnya kami sering berbicara juga masalah seks. Aku sangat suka dengan cara Rudy berbicara, karena setiap kali dia bercerita, nonokku jadi basah kuyup karena terangsang mendengar ceritanya yang hebat hebat itu. Tetapi khusus yang satu ini aku tak pernah bercerita pada Rhoma, kusimpan sendiri.

    Saat itu aku baru saja menutup garasi setelah mengantar Rhoma keluar, aku langsung bergegas mandi karena hari sudah agak siang. Didalam kamar mandi aku melepas dasterku dan tanpa sengaja pandanganku menatap pada kaca besar yang sengaja dipasang Rhoma dikamar mandi itu. Aku melihat tubuh telanjangku sendiri, kulihat susuku yang montok menantang dengan pentilnya yang mencuat ke atas, belum lagi jembutku yang rimbun di sela pahaku itu. Aku jadi bernafsu sendiri karena membayangkan seandainya ada pria yang bersamaku di kamar mandi itu. Ketika kurasa nonokku seperti terganjal, aku sadar bahwa itilku sudah mulai membengkak, benar saja ketika aku menunduk dan menyibakkan jembutku, kulihat itilku yang warnanya merah tua itu sudah muncul keluar dari celah lipatan bibir nonokku.

    Pelan pelan kugosok itilku dengan jari, rasa geli yang kurasakan membuat mataku terpejam menikmatinya. Badanku jadi gemetar karena sentuhan jariku itu, memang belakangan ini hampir tak pernah aku bersetubuh dengan Rhoma karena belakangan ini Rhoma sering sakit dan kondisi tubuhnya lemah, jikalau dulu melihat aku telanjang saja dia sudah langsung terangsang meskipun kontolnya agak impoten, tetapi belakangan ini meskipun aku telanjang dia tak bereaksi apa apa. Jadi otomatis aku lebih banyak main sendiri demi untuk kepuasan nafsu seksku yang menggebu gebu itu. Ketika rasa geli makin terasa, aku bersandar pada tembok kamar mandi sementara tanganku yang kiri menguakkan lubang nonokku dan jari tangan kananku makin cepat menggosok itil serta mengaduk aduk liang nonokku, saat itulah kudengar teleponku berdering.

    Aku kaget sekali, kuhentikan gosokan nikmat itu , dalam hati aku mengumpat karena sedang asyik asyiknya kok telepon berdering. Karena tak juga berhenti dering telepon itu, dengan telanjang bulat aku keluar dari kamar mandi dan mengangkat telepon itu. Aku mengomel panjang pendek ketika kuketahui telepon itu datangnya dari Rudy, dia tertawa terkekeh ketika kuberitahu bahwa saat itu aku sedang mandi. Dia bertanya apakah aku telanjang bulat, ketika kuiyakan ia berkata lagi, sayang teleponnya tidak bervideo, kalau tidak tentu sudah dapat melihat ketelanjanganku itu.

    Aku tertawa ketika ia berkata bahwa tadi ia melihat mobil Rhoma meluncur ke arah Surabaya, sehingga ia menelepon aku dari jalan. Ketika kupastikan bahwa aku di rumah sendirian, Rudy menyatakan kalau dia akan ke rumahku. Aku mengiakan dan kembali aku masuk ke kamar mandi, rencanaku untuk memuaskan diri jadi buyar karena telepon Rudy tadi, tetapi aku justru menmbayangkan hal yang lain lagi, seandainya saja Rudy mengajakku main, apakah aku diam saja, tokh di rumahku sepi…………..

    Baru saja aku keluar dari kamar mandi kudengar ketukan di pintu depan, pasti itu Rudy, aku sedikit heran kok begitu cepat dia sampai di rumahku, tetapi aku menduga kalau dia tadi menelpon mempergunakan hand phone, sehingga langsung meluncur ke rumahku. Aku agak berpikir, apakah aku langsung membukakan pintu ataukah aku berganti pakaian dulu, karena saat itu seperti biasanya aku sama sekali tak memakai pakaian dalam serta daster yang aku pakai agak tipis sehingga pasti Rudy dapat melihat benda benda rahasia milikku. Karena ketukan dipintu semakin keras aku memutuskan untuk cuek saja, jadi aku langsung ke pintu dan membukanya, Rudy sambil cengar cengir berdiri didepan pintu, tanpa kupersilahkan dia sudah menerobos masuk dan berdiri disampingku sambil memperhatikanku.

    Matanya berpindah pindah menatap susuku dan ke selangkanganku yang ada dibalik daster tipisku. Aku jadi agak malu, jadi kupersilahkan dia untuk duduk dulu dan aku langsung masuk menuju kamarku untuk berganti pakaian. Selintasan kulihat kontol Rudy sudah ngaceng melihatku, karena tampak dari celananya yang menggembung di bagian depan itu.

    Seperti yang sudah kuduga, ketika aku masuk kekamar, Rudy pun mengikutiku ke kamar, hanya saja ia cuma berdiri di depan pintu sambil berkata, “Kenapa mesti ganti, kan selama ini kamu kan memangnya nggak pernah pakai celana, kok sekarang malah mau ganti pakaian. Aku tersenyum malu, tapi aku berkata, “Rud, sana duduk dulu, aku mau ganti ya, nanti kita omong omong lagi yang sip !” Tapi Rudy diam saja malah katanya, ” Kalau mau ganti ya ganti saja, biar aku lihat dari sini, apa bedanya Madura dan Cina !”

    Aku berdebar debar melihat kenekadan Rudy ini, karena memang sebenarnya aku juga suka dengan Rudy, maka dengan membelakangi Rudy aku melepas dasterku, karena memang aku tak memakai apapun di sebelah dalam, maka otomatis saat itu aku telanjang bulat. Ketika aku membuka lemari pakaianku, tiba tiba kurasakan Rudy memelukku dari belakang, kedua tangannya langsung meremas susuku dengan lembut sementara bibirnya menciumi leherku dari belakang.

    Aku mencoba untuk memberontak, tetapi tangan Rudy lebih kuat memelukku, bahkan justru dengan gerakanku itu, pantatku menyentuh benjolan kontolnya yang sudah ngaceng itu. Aku mencoba untuk melarang Rudy dan mendorong tubuhnya, tetapi Rudy sepertinya melekat dipunggungku, bahkan sekarang tangannya yang satu mulai merambah ke bukit nonokku dan mengusap ngusap jembutku yang lebat itu.

    Sambil berbisik Rudy berkata di telingaku “Aku sudah lama rindu kepengen meraba jembutmu yang lebat ini, baru sekarang berhasil lho !” Rangsangan Rudy pada susuku benar benar membuat nafsuku jadi naik, karena cara Rudy merangsangku sangat halus dan kalem sekali, tangannya dengan lembut memilin puting susuku sementara tangannya yang satu berusaha menyelipkan jarinya di liang nonokku dan yang paling membuat aku lemas adalah ciuman dan jilatan jilatan Rudy pada leher serta daun telingaku.

    Benar benar luar biasa, teknik mencumbuku sangat berbeda dengan Rhoma yang kasar itu. Aku benar benar tak tahan dengan semua ini, tubuhku kusandarkan sepenuhnya kebadan Rudy sambil berbisik “Rud aku takut kalau ketahuan tetangga lho !” Tetapi Rudy yang mungkin juga sudah kesetanan tak perduli, malah aku didorongnya ke tempat tidur dan didorongnya aku ke atas tempat tidur, karena masih malu aku tak mau terlentang, tetapi aku terus saja telungkup dan menempelkan mukaku keatas kasur.

    Rudy tak perduli meskipun aku tak mau terlentang, dia terus menciumi punggungku mulai dari leher turun terus menyusuri pingganggu, kemudian ia bahkan menggigit pelan pelan pantatku yang montok itu dengan gigitan mesra. Rasanya aku sudah ingin menjerit minta disetubuhi saja, karena meskipun nonokku sama sekali belum disentuh, tetapi cumbuan Rudy sudah membuat aku banjir nggak karu karuan. Rasanya seluruh tubuhku jadi membengkak dan mukaku terasa panas sekali, apalagi ketika Rudy menguakkan pantatku dari belakang dan di luar dugaanku, lidahnya yang hangat itu mulai menjilati lubang duburku yang juga ditumbuhi rambut rambut halus yang cukup banyak itu , aku menjerit kecil merasakan kenikmatan ini.

    Benar benar nikmat, rasa geli dan gatal yang ditimbulkan oleh gesekan lidah Rudy yang kasap itu, rasanya dunia sudah berputar putar. Aku mandah saja ketika Rudy mendorong tubuhku sehingga sekarang aku terlentang, tak ada sedikitpun usahaku untuk menutupi tubuhku, kubiarkan Rudy menyaksikan tubuhku yang hanya pernah dilihat Rhoma itu, kubiarkan dia memperlakukannya sesuka hati, aku sudah pasrah dan menanti puncak dari kenikmatan ini.

  • Kisah Memek Free servis

    Kisah Memek Free servis


    2663 views

    Duniabola99.com – Pagi itu Nancy bangun tergesa-gesa. Dia terlelap hingga alarm yang berbunyi tidak didengarnya. Malam tadi dia tidak dapat melelapkan mata kerana nafsunya menggebu-gebu bila dia melihat majalah lucah. Ingatannya kepada dua orang murid yang mengerjakannya di stor simpanan peralatan sukan minggu lalu juga mengganggu fikirannya. Bila dia terlelap jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Bila saja dia terjaga jam sudah pukul 6.00 pagi. agen sbobet terpercaya


    Di hati rasanya malas untuk bangun tapi tugasnya sebagai pendidik perlu dilaksanakan. Apalagi hari ini adalah hari pertama peperiksaan akhir tahun dan dia dipertanggungjawab menyimpan kertas-kertas soalan. Jika dia tidak hadir akan menimbulkan banyak masalah.

    Dicapainya tuala di ampainan. Pakaian yang melekat di badannya dilepaskan dan dilonggok di atas katil. Dia melangkah pantas ke bilik air, suis water heater dihidupkan. Nancy membuka tombol air di shower dan mula menyiram kakinya.

    “Eh! kenapa air ni tak hangat.”

    Terketar-ketar Nancy bila badannya disirami oleh air sejuk. Dinginnya air di pagi yang sejuk membuat Nancy terasa kesejukan hingga ke tulang hitam. Biasanya bila pacuran dibuka maka air yang hangat dari shower akan menyiram badannya yang polos itu. Tapi pagi ini water heaternya meragam pula. Tiada lampu hijau yang menyala pada tombol water heater di bilik mandinya itu. Sahlah water heaternya telah rosak.

    Tengah hari itu Nancy menelefon kedai elektrik yang selalu dilanggannya. Dia memesan supaya mekanik kedai tersebut datang ke rumahnya pada hari minggu untuk memperbaiki water heaternya. Memandangkan dia bekerja pada hari biasa maka pada hari minggu saja Nancy berada di rumah. Apalagi dia hanya tinggal seorang diri maka hari minggu sajalah rumahnya berpenghuni pada siang hari.

    Hari minggu itu selepas mandi dan sarapan Nancy membaca akhbar mingguan sejenak. Konsentrasinya tidak di dada akhbar, dia sedang menunggu kedatangan mekanik yang berjanji untuk memperbaiki water heaternya. Dengan berpakaian biasa berupa baju kaftan Nancy masuk ke bilik dan berbaring malas. Kebetulan di katilnya ada majalah porno yang dia tengok-tengok malam tadi. Diambil dan diselak helai demi helai. Adegan hangat yang terpampang di halaman majalah tersebut membuat ghairahnya meledak dan Nancy mula meraba kemaluannya dan kelentitnya digentel-gentel. Nancy mengerang keenakan.


    Pon, pon… tiba-tiba Nancy mendengar bunyi hon kenderaan. Beberapa saat kemudian bell pagarnya pula berdering. Nancy dengan rasa terpaksa menyelak langsir biliknya dan kelihatan sebuah pickup dengan logo jenama elektrik berhenti di depan rumahnya. Dia amat kesal kerana diganggu dua manusia tersebut. Nafsunya baru dilayan separuh jalan terpaksa dihentikan bila bunyi hon kereta mengganggunya. Dua orang lelaki berdiri di depan pintu pagar dengan membimbing sebuah beg peralatan.

    Nancy bangun dan berjalan ke ruang tamu. Suis yang berada di dinding ditekan dan pintu pagar elektriknya bergerak pelan-pelan dan terbuka. Kedua lelaki tersebut masuk menuju ke pintu utama. Nancy melihat kedua lelaki tersebut. Seorang lelaki muda keturunan melayu dan seorang lelaki separuh baya keturunan cina.

    “Miss, mana water heater yang rosak tu?” lelaki melayu bertanya.

    “Sana dalam bilik air master bedroom.” Nancy menjawab.

    “Man, lu pegi tengok.” Lelaki cina menyuruh kawannya yang bernama Rahman melihat water heater yang rosak.

    Lelaki melayu yang bernama Rahman tersebut berjalan ke arah yang ditunjuk. Dia cuba menghidupkan suis dan melihat masalah yang berlaku. Dia membelek-belek alat elektrik yang berkenaan. Rasanya ini perkara kecil saja. Mengikut pengalamannya kemungkinan besar fuse yang terputus. Dia menarik fuse yang sedia terpasang dan membeleknya. Sah, fusenya terbakar.

    “Miss, you ada fuse ke?” tanya Rahman.

    “Ada rasanya, dalam kotak atas almari tu.” Nancy menunjukkan kotak yang tersusun atas almari pakaian dalam bilik tidur.

    “Ada tangga?” Rahman masih bertanya.

    “Ada, dalam stor dekat dapur.”

    Nancy berjalan ke dapur diikuti oleh Rahman. Setelah pintu stor dibuka pemuda tersebut mengambil tangga yang tersandar di dinding dekat pintu stor.

    “Tangga ni goyang, sudah tak kuat ni, tak ada tangga lain ke?” Rahman membuat kesimpulan pada tangga yang dipegangnya.

    “Itulah tangga yang ada.” Nancy menjawab lirih.


    Sesampainya dalam bilik tidur Rahman memasang tangga di tepi almari pakaian yang agak tinggi. Dia menggoyang-goyang tangga untuk menguji kekuatannya.

    “Tangga ni kurang kukuh, miss sajalah yang naik, saya pegang tangga.”

    Nancy memerhati Rahman yang sedang memegang tangga. Betul juga kata Rahman, kalau Rahman yang naik tangga tersebut mungkin patah tangga tersebut kerana badan Rahman yang besar itu pasti berat. Nancy yang berbadan langsing itu tentunya mampu disokong oleh tangga berkenaan.

    Rahman sedikit beredar ke samping memberi peluang Nancy menaiki tangga untuk mengambil fuse di dalam kotak di atas almari. Satu satu Nancy melangkah hingga ke anak tangga yang kelima. Nancy mula membuka satu demi satu kotak mencari fuse yang disimpannya. Rahman yang berada di bawah mendongak ke atas. Terkejut Rahman bila terpandang paha Nancy yang putih mulus dan kelihatan tundun Nancy yang dihiasi bulu-bulu pendek. Rupanya Nancy yang hanya memakai baju kaftan tidak memakai seluar dalam.

    Melihat pemandangan menarik itu tiba-tiba saja batang pelir Rahman mula mengeras. Lelaki melayu yang berumur 25 tahun itu memang mudah terangsang bila melihat perempuan cantik, dan sekarang di hadapannya bukan saja perempuan cantik tetapi kemaluannya juga terpampang cantik. Zakarnya mula membengkak di dalam seluar.

    “Pegang kuat-kuat Rahman, kenapa tangga bergoyang?” Nancy bertanya.

    “Okey, okey saya pegang kuat.”

    Rahman pegang tangga lebih kuat hingga badannya rapat ke tangga dan secara tak sengaja hidungnya tersentuh betis Nancy yang licin mulus. Harum baunya betis perempuan muda tersebut. Rahman makin terangsang. Rahman melihat lagi ke atas dan ketika itu Nancy merenggangkan sedikit kakinya. Rahman dapat melihat rekahan bibir kemaluan Nancy di balik baju kaftan yang longgar tersebut. Rekahan merah itu kelihatan seperti basah. Hidungnya seperti tercium bau burit yang membangkitkan nafsu. Rahman menelan liur melihat panorama yang membangkitkan nafsunya.

    “Okey, dah dapat.”

    “Miss, turun hati-hati.”

    Nancy mengatur langkah, dari anak tangga keempat dia melangkah ke anak tangga ketiga. Dari anak tangga ketiga dia melangkah ke anak tangga kedua, malangnya dia tersalah pijak hingga badannya melayah ke belakang. Nancy melayang ke bawah tapi sempat disambut oleh Rahman. Oleh kerana Rahman sendiri tidak menyangka perkara ini boleh berlaku maka sempat juga dia menangkap Nancy tapi kuda-kudanya tidak kukuh hingga akhirnya kedua mereka terguling di atas katil yang hanya beberapa kaki saja dari almari pakaian tersebut.

    Kedua insan tersebut terguling di atas tilam, Nancy menghempap Rahman yang terlentang sambil memeluknya erat. Kedua muka mereka bertemu. Peluang ini tidak dilepas oleh Rahman, dipeluk Nancy dengan lebih erat sambil bibir tebalnya mengucup bibir nipis Nancy yang basah. Nancy cuba memisahkan diri tapi pelukan Rahman makin kuat. Sambil mulutnya masih di mulut Nancy Rahman memusingkan diri dan sekarang Rahman pula yang menindih Nancy.


    Rahman bertindak pantas, tangan kanannya mula menyelak kaftan Nancy dan jari-jarinya mula merayap ke alur kemaluan Nancy. Ghairahnya telah terbakar oleh nafsu yang membara. Biji kelentit Nancy digentel-gentelnya sementara mulutnya mula menjilat leher Nancy yang jinjang. Nancy cuba menjerit tapi sepantas kilat Rahman menekup mulut Nancy dengan tangannya.

    “Miss jangan menjerit, saya cekik leher miss.”

    Nancy cuba mengatur nafasnya, ditarik dan dihembus dalam-dalam. Nancy amat terkejut bila jatuh tadi dan tindakan pantas Rahman menguli badannya membuat dia terkaku. Bila mendengar Rahman akan mencekiknya jika dia melawan perasaan takutnya bertambah-tambah. Apalagi jari-jari Rahman yang kekar itu sedang melingkari lehernya.

    “Apa yang kamu nak buat?” tanya Nancy sambil badannya masih ditindih oleh Rahman.

    “Saya nak bantu miss. Tadi miss tengok majalah lucah, saya nak bagi miss puas.”

    Nancy mula perasan. Waktu loceng pagarnya dibunyikan dia sedang berbaring di atas katil sambil melihat majalah lucah. Tangannya meraba-raba alat sulitnya dan dia merasa keenakan. Perasaan enak ini belum selesai bila dia diganggu dengan kedatangan dua orang lelaki yang akan membetulkan alat water heaternya yang tidak berfungsi. Tergesa-gesa dia bangun dan majalah yang dibacanya dicampak ke atas meja solek. Majalah inilah yang dilihat oleh Rahman.

    “Lebih baik miss bekerjasama dan menikmatinya. Jika miss melawan pun miss tetap juga akan saya rogol. Miss yang salah, miss tak pakai seluar dalam. Saya geram tengok burit miss.”

    Mendengar perkataan rogol membuat perasaan Nancy terasa ngeri. Kemaluannya akan sakit dan pedih bila dipaksa menerima batang pelir lelaki yang tegang dan keras. Nancy juga baru sedar yang dia tidak memakai seluar dalam dan kemaluannya pasti dilihat oleh Rahman sewaktu dia memanjat tangga tadi. Dia menyalah dirinya kerana tidak hati-hati.

    Rahman masih memeluk Nancy, tangannya masih berlegar-legar di tunduh dan lurah Nancy yang mula basah. Itulah kelemahan Nancy, kemaluannya akan mudah banjir bila kelentitnya digosok-gosok. Dia mudah terangsang bila daging kecil itu disentuh. Selalunya dia melancap dengan menggosok daging kecil ini bila dia kesunyian dan ghairahnya bangkit. Hanya beberapa minit saja dia akan mengalami orgasme.

    Nancy terus berfikir. Jika dia melawan sekalipun lelaki melayu ini tentu tidak akan melepaskannya. Lebih baik dia akur dan sama-sama menikmati hubungan terlarang tersebut. Apalagi tugasnya pagi tadi belum selesai bila kedua lelaki tersebut datang ke rumahnya.

    Melihat tiada lagi penentangan dari Nancy maka Rahman terasa seperti mendapat lampu hijau. Rahman memutarkan badannya hingga mukanya berada di celah kangkang Nancy. Tundun berbulu hitam yang dipangkas rapi dihampiri. Sejak tadi dia memang geram dengan tundun amoi ini. Tundun yang membengkak itu diciumnya. Rahman memang suka dengan bau kemaluan wanita. Puas mencium, Rahman mula menjilat lubang burit Nancy. Lidahnya membelai lurah yang merekah. Kelentit Nancy yang kemerah-merahan itu juga menjadi habuan lidah Rahman. Nancy mengeliat menahan kesedapan.


    Rahman ingin berlama-lama menikmati burit cina idamannya. Dicium dan dijilat burit Nancy sepuas-puasnya. Disedut dalam-dalam bau istimewa burit cina yang putih melepak itu. Aroma khas burit menjadikan Rahman ketagihan. Bau burit Nancy sungguh segar dan enak. Kalau boleh Rahman ingin berlama-lama membenamkan batang hidungnya ke dalam lurah bermadu kepunyaan Nancy.

    Rahman makin bernafsu dan makin ganas. Lidah Rahman dimasukkan kedalam burit Nancy. Setiap kali lidah Rahman keluar masuk ke dalam burit Nancy, Nancy akan merengek dan mengerang kesedapan. Telah 5 minit Rahman menjilat burit perempuan cina itu dan Nancy hanya mampu mengerang dan merengek bila lidah Rahman berlegar di lurah merekah dan biji kacang di sudut atas alur.

    “Aahh…. I dah tak tahan ni, I nak hisap batang you,” kata Nancy.

    Nancy mula ketagih dengan batang lelaki. Sejak dia mengulum dan mengisap batang pelir muridnya pada kejadian di bilik stor peralatan pendidikan jasmani dulu, dia teringat-ingat batang kenyal yang berada dalam mulutnya. Batang muridnya itu tidaklah besar sangat, itupun mampu membuatnya khayal. Kepunyaan lelaki kekar dan besar bersamanya kali ini tentu lebih besar dan lebih panjang.

    Rahman teramat gembira bila Nancy meminta untuk menghisap batang butuhnya. Sepantas kilat dia melondehkan baju dan seluar yang dipakainya. Rahman mula membayangkan bibir merah basah dan cantik itu akan membelai kepala butuhnya. Lidah merah yang runcing itu akan berlegar-legar di batang besarnya.

    Rahman merubah posisi, sekarang dalam kedudukan 69. Rahman merapatkan batang butuhnya ke muka Nancy. Rahman memang menanti dan mengharapkan bibir mungil Nancy akan mengulum kepala pelirnya. Nancy memegang lembut zakar Rahman sambil membelek-belek. Kontras sekali kulit tangan Nancy yang putih dan zakar Rahman yang coklat kehitaman. Nancy mengurut-ngurut zakar Rahman perlahan-lahan. Nancy tak perlu menunggu lama kerana zakar Rahman sudah terpacak kaku. Kepala zakar Rahman yang berkilat membengkak bagaikan kudup cendawan yang besar.

    Nancy bernafsu melihat kepala pelir Rahman yang berdenyut-denyut. Kepala pelir lelaki melayu yang bersunat kelihatan cantik dan gagah. Berbeza dengan kepala pelir kawan lelakinya yang berkulup, bentuknya macam sotong basah. Nancy makin rakus menghidu kepala licin yang besar seperti buah tomato itu. Disedut dalam-dalam aroma kepala zakar Rahman. Rahman tersenyum melihat perilaku Nancy. Hidung mancung Nancy menari-nari di kepala licin. Puas bahagian kepala hidung mancung itu berlegar pula di batang dan telur hitam yang berkedut-kedut. Teman wanitanya pun tak pernah melayan batang pelirnya seghairah Nancy.

    Nancy amat teruja dengan batang butuh melayu di hadapannya. Kepala pelir Rahman sungguh besar. Kepala yang membulat itu lebih lebar daripada batangnya yang juga besar. Kepala besar itu seperti sebiji buah tomato di hujung batang coklat gelap. Belum pernah Nancy melihat kepala yang sebegini besar. Tentu sedap kepala besar ini bila menyelam ke dalam lubang buritnya.

    Dengan posisi 69 Rahman menjilat burit Nancy. Manakala Nancy menjilat dan mengulum zakar Rahman. Butuh Rahman dihisap dan dijilat oleh Nancy. Kepala butuh Rahman yang sebesar buah tomato itu amat sedap bila dinyonyot. Rahman terus menjilat kelentit Nancy yang agak besar dan menonjol. Kelentit Nancy sekarang menjadi sasaran mulut Rahman. Buntut Nancy terangkat-angkat bila lidah Rahman berlegar-legar di kelentitnya.


    “Miss saya dah tak tahan, saya nak rasa burit miss,” pinta Rahman.

    Nancy tidur telentang di atas tilam empuk. Kakinya dikangkang luas menunggu tindakan Rahman seterusnya. Rahman bergerak mencelapak Nancy. Rahman kemudian menghalakan kepala zakarnya betul-betul diantara celah kedua paha Nancy. Burit Nancy yang tembam itu terlihat jelas. Dua bibir yang ditumbuhi bulu-bulu hitam yang terpangkas rapi terbuka. Terlihat alur merah telah teramat basah. Perlahan-lahan kepala zakar Rahman membelah tebing faraj Nancy dan perlahan-lahan menyelam ke dasar lubuk bila Rahman menekan punggungnya. Susah juga kepala buah tomato itu untuk masuk. Rahman menekan zakarnya sehingga bulunya menyentuh bulu Nancy. Agak tersekat-sekat perjalanannya sungguhpuh burit Nancy teramat basah dengan air cintanya dan air liurnya. Nancy menjerit keenakan. Kepala buah tomato itu benar-benar memberi kenikmatan maksima. Belum pernah Nancy merasa senikmat ini.

    Nancy melolong kesedapan tiap kali Rahman menekan dan menarik batang balaknya. Nancy menjerit-jerit kenikmatan bila kepala tomato itu menyondol dinding vaginanya. Jeritan penuh nikmat itu sama seperti jeritan kucing betina yang sedang miang. Tiap kali Rahman menekan seluruh isi burit Nancy ikut terdorong ke dalam dan setiap kali ditarik keluar seluruh isi burit Nancy ikut sama keluar. Nancy menjadi histeria penuh nikmat. Belakang Rahman dicakar-cakarnya. Bahu Rahman digigit-gigit penuh ghairah.

    “Sedap Rahman, sedap,” kata Nancy.

    Rahman meneruskan aksi sorong tariknya. Badan Nancy kemudian dipeluknya kemas sambil mulutnya berlegar di gunung kembar Nancy yang sedang mekar itu. Sesekali terdengar Nancy mendengus kesedapan. Rahman meneruskan aksi sorong tarik makin laju. Rahman yang masih muda itu memang gagah dan handal. Makin ganas Rahman bertindak makin enak bagi Nancy. Rahman memang geram dengan Nancy yang solid dan cantik itu. Inilah pertama kali dia mengongkek perempuan amoi cina yang selama ini menjadi idamannya. Tindakan Rahman yang kasar dan ganas itu menyebabkan ghairah Nancy menggelegak.

    Tiba-tiba Nancy menjerit, “I dah nak keluar,” jerit Nancy.

    Bila mendengar Nancy berkata demikian Rahman melajukan lagi kayuhannya dan balak besar dan panjang menekan semahu-mahunya ke dalam lubang burit Nancy. Muka Rahman berkerut manahan nikmat.


    “I dah keluar,” kata Nancy kepada Rahman.

    Serentak itu Rahman merasakan kepala butuhnya bagaikan disiram dengan cairan hangat. Sungguh banyak air cinta Nancy menyiram kepala tomato kepunyaan Rahman. Terasa seperti terendam dengan air suam. Rahman rasa dirinya bagaikan terbang di awan biru. Sedap dan sungguh nikmat.

    “I pun nak keluar, pancut dalam atau luar?” tanya Rahman.

    “Pancut dalam Rahman, I nak rasa awak punya,” kata Nancy selamba.

    Sedetik kemudian Nancy merasa cairan panas menerpa pangkal rahimnya. Pancutan kuat yang menerpa rahimnya itu membuatkan Nancy menjerit penuh nikmat. Bergetar seluruh anggotanya menikmati pancutan benih pemuda melayu itu. Terketar-ketar pahanya penuh nikmat dan lazat. Belum pernah dia merasa kenikmatan seperti ini bila dia sesekali bersama teman lelakinya.

    Rahman memang gagah dan hebat. Amat berlainan jika dibandingkan dengan teman lelakinya yang sebangsa dengannya. Teman lelakinya yang sebaya Rahman itu tak apa-apa jika dibandingkan dengan Rahman. Batang pelir teman lelakinya yang berkepala kecil itu kurang nikmat dibanding kepala pelir Rahman yang seperti buah tomato itu. Malah nikmat yang dirasai dari murid-muridnya tempoh hari lebih sedap daripada teman lelakinya. Sepanjang hidupnya inilah pertama kali Nancy benar-benar menikmati hubungan seks. Nancy yakin inilah kehebatan lelaki melayu yang bersunat.

    “Oii.. gua duduk di luar, lu orang buat projek di dalam.” Tiba-tiba Ah Seng bersuara.

    Melihat dua makhluk yang bertelanjang bulat di hadapannya membuat butuh Ah Seng mengeras. Nancy yang terkapar lesu diperhati penuh nafsu. Badan Nancy yang bergetah itu menyebabkan nafsu Ah Seng membakar sekujur tubuhnya. Lurah burit Nancy yang terbelah dan berlendir itu membuatkan batang pelirnya meronta-ronta dalam seluar untuk membebaskan dirinya. Cairan jernih mula keluar dari lubang kencingnya dan membasahi kepala kulupnya. Tanpa lengah Ah Seng yang berumur 45 tahun itu membuka seluar dan baju yang dipakainya.

    Nancy membuka mata dan melihat Ah Seng melurut-lurut batang pelirnya. Batang perlir cina yang tak bersunat itu kelihatan pucat macam sotong basah. Muncungnya yang tajam itu kelihatan tidak menarik dibandingkan kepunyaan pemuda melayu yang berkepala besar dan garang.

    Ah Seng naik ke katil dan menghampiri Nancy. Nancy membiarkan saja. Biarkanlah lelaki tua ini merasai lubang buritnya. Dia sebenarnya telah teramat puas bila bersama Rahman tadi. Dikangkang kakinya luas bagi memudahkan tindakan Ah Seng. Ah Seng yang melihat lubang Nancy yang telah terbuka tidak membuang masa lagi. Kepala kulupnya ditempelkan ke lurah basah dan ditekan kuat. Sekali tekan pelir tua itu terbenam hingga ke pangkal. Dan bermulalah acara sorong tarik.

    Nancy membiarkan saja dirinya dikerjakan Ah Seng. Lelaki tua bangsa cina ini batang kulupnya tidak segagah kepunyaan Rahman. Nancy rasa macam jarinya saja bila Ah Seng menekan dan menarik keluar batang kulupnya. Malah batang pelir muridnya lebih sedap daripada batang Ah Seng. Nancy hanya mengangkang dan membiarkan Ah Seng memecut ke garis penamat. Sama sekali tidak nikmat, fikir Nancy.


    Ah Seng geram dengan Nancy yang terpejam matanya. Mulut yang separuh terbuka itu sungguh cantik pada pandangannya. Ah Seng tak sabar-sabar ingin menikmati amoi muda ini. Didayung makin laju dan makin kencang dan hanya lima minit Ah Seng tak mampu bertahan lagi. Kepala kulupnya terasa seperti terbakar dek kehangatan lubang Nancy. Ah Seng mengerang kuat dan terpancutlah maninya dalam lubang amoi. Terketar-ketar badannya yang gempal dan boroi itu. Akhirnya dia terkapar keletihan di sebelah Nancy yang masih terpejam.

    Rahman yang sudah pulih tenaganya mengambil fuse yang tergeletak di atas katil sewaktu Nancy terjatuh tadi dan memasangnya ke tempatnya di water heater. Suis dibuka dan lampu hijau menyala. Di buka kepala pancur dan mengalir keluar air yang suam-suam kuku.

    “OK miss, water heaternya dah siap. Tak perlu bayar, kira free of charge.”

    Rahman dan Ah Seng berjalan keluar meninggalkan Nancy yang masih terkapar lesu. Nancy masih memejamkan matanya menikmati kelazatan yang belum pernah dirasainya sebelum ini. Hebat, sungguh hebat pemuda melayu ini. Nancy tersenyum puas…

  • Kisah Memek GADIS BISPAK MASIH PERAWAN

    Kisah Memek GADIS BISPAK MASIH PERAWAN


    2363 views

    Duniabola99.com – Malam minggu malam yg ditunggu tunggu para remaja untuk berwakuncar…banyak remaja yg membawa pacarnya ke mall ,bukan untuk membelikan sang pacar barang mewah tapi hanya sekedar meneraktir pacar ke bioskoop atau makan di kedai makan yg jumlahnya cukup banyak di setiap mall…tapi bagaimana klo lagi jomblo seperti gw saat ini…? no problem…malam ini walaupun gw sendirian pasti gw pulang ama cewek ,paling enggak sama bispak….hehehee…tapi nasib memang lagi mujur..


    Saat gw menunggu empek empek yg baru gw pesen tiba tiba datang dua orang gadis remaja 17 /18 tahunan duduk di dekat meja gw…sambil cekikikan…mereka melirik ke arah gw….wah bispak neh pikir gw….yg satu berambut panjang, susunya gede banget….yg satu berambut pendek sebahu, susunya sedang sedang aja…tapi dua duanya berkulit kuning bening…dan berwajah manis…setelah berkenalan yg berambut panjang namanya yuni dan yg berambut pendek nita…mereka blom punya pacar( gleg gleg….perawankah …gleg )
    Setelah makan bersama gw ajakin mereka untuk nonton film di salah satu bioskop yg ada di mall itu…dan mereka mau aja asal di bayarin….

    Didalam bioskop gw duduk di tengah nita di sebelah kanan dan yuni di sebelah kiri…baru lima menit film nya di putar tangan gw mulai bergerak …jatuh di bahu mereka trus turun kebawah ,pertama tangan yg kanan meremas susu nita yg ngak terlalu besar tapi sangat kenyal…wow…nita ngak marah malah diem aja menikmati remasan gw…trus tangan kiri gw juga ngak mau kalah meremas susunya sih yuni yg besar itu….kenyal,besar..wow … yunipun ngak marah malah kayaknya ketagihan untuk diremas lebih lanjut…. akhirnya gw ngak tahan lagi gw bilang sama mereka kita keluar aja yuk…film nya ngak rame ini…. kata gw lagi dan merekapun setuju….sampai di mobil mereka bilang nita ngak bisa ikut mau pulang aja…. karena sakit perut lagi mens seh…katanya …lalu gw anterin kerumah sih nita…tinggal sih yuni neh…

    Gw bawah ke hotel salak..di bogor…chek in….trus masuk kamar….sambil minum bier yuni menari nari depan gw…gw biarin dia minum dua botol heineken bier…trus dia mulai membuka bajunya wow…dua buah gunung mencuat kedepan di bungkus bHnya yg tipis…gw samperin dia gw remes remes lagi susunya yg mengkal itu dengan lincahnya gw buka tali bhnya …susunya yg besarpun terpampang bebas di depan mata gw …puting yg ke merahan itu gw masukin kemulut gw….dengan lidah gw gw isepin…sampai dia membesar dan mengeras…hhhsst…geli….hsst cuman itu yg keluar dari mulut yuni….trus gw prosotin roknya….cdnya …sekarang yuni terlanjang bugil…..bulu jembutnya blom begitu banyak…yg membuat kontol gw ngaceng….


    Belom sempet gw rabah buljemnya yuni sudah berjongkok didepan gw memberikan blowjob…wow….kontol gw di pegangnya sambil lidahnya bermain di kepala kontol gw….wow…sadapppppppnya…..kelur masuk mulut yuni yg hangat diputerin lidahnya di kepala kontol gw di masukin lagi kedalam mulutnya….biji peler gw sekali sekali di ciumin..wow komplit banget..akhirnya gw ngecrot di mulutnya….sperma putih membasahi mulut yuni yg mungil itu….trus gw suruh dia rebahan di kasur….sekarang giliran gw beraksi…gw buka celahan bibir memeknya yg masih berwarna pink yg sudah mulai mengkilat oleh cairan birahinya….gw masukin lidah gw…gw cari itunya dengan lidah gw…gw jilatin itilnya sampai dia menjerit menahan orgasme…sambil tangannya meremas rambut gw….trus gw amabil posisi…gw naik ke atas ranjang …gw buka pahanya lebar lebar….gw bawah kontol gw kecelahan memeknya …gw gesek gesekin di celah celah memeknya itu…

    Husssst…hhhssst…aaghhh…rintihan nya mulai terdengar..gw terusin sampai memeknya menjadi banjir cairan pelumas yg hangat dan bening itu….baru gw tekang ke arah lobang nya yg masih kecil itu …tapi baru sampai kepalanya saja yg masuk yuni mulai menjerit aauggh… pelan pelan ….kamu yg pertama..wah…masih perawan neh…ngak di sangka gw dpt perawan lagi….pelan pelan gw tarik kontol gw trus gw dorong lagi sampai permukaan lobangnya….akhirnya yuni bisa lagi menikmati permainan gw…dan lobangnya semakin becek dan licin…. sampai akhirnya gw ngak tahan …gw dorong semua kontol gw kedalam memek perawan yuni yg sempit itu…yuni menjerit..auughh sakit….sambil mencubit tangan


    Gw….augh….augh…dan darah perawan yuni membasahi kontol gw….gw tarik pelahan lahan keluarlah beberapa tetes darah dari memeknya membasahi sprei rajang hotel salak…pelahan tapi pasti gw mulai mengoyangkan kontol gw…dorng masuk tarik lagi mulanya pelahan lalu semakin lama semakin cepat sampai yuni ngak merasa sakit lagi…dan memeknya semakin licin gw dorong dengan cepat kedalam keluar kedalam keluar….erangan sakit yuni berubah menjadi erangan nikmat…hhsst….trus…. yg dalem….trus…..hhssstt….gw berubah posisi menjadi seperti org berpush up…sehingga kontol gw bisa masuk kedalam semuanya…urat urat di sekitar kontol gw membuat yuni menjadi tambah nikmat…..uugh hhsst…aagh….

    Jeritnya…yaaay yyaaa….yuni sudah mencapai puncak kenikmatannya di susul sama gw….dua macam cairan hangat bersatu di dlam satu lobang….woow..nikmatnya……gw cabut kontol gw…bersamaan dengan keluarnya kontol gw keluar juga cairan hangat bercampur darah perawan dan sperma gw..dari memeknya…. hhmm ternyata dugaan gw salah dia bukan cewek bispak ,cuman cewek yg lagi jomblo kayak gw….yg sama sama butuh….ke esokan harinya…. gw bawah dia kerumah nita…sejak saat itu yuni dan nita menjadi temen seks gw ….kadang kadang kita main trio…..nita sampai saat ini blom gw perawanin….tunggu sampai memek yuni ngk sempit lagi baru nita gw perawanin…. saat ini cukup dengan lidah saja….ehhehheh….

  • Kisah Memek Gadis Imut Dengan Payudara Baru Tumbuh

    Kisah Memek Gadis Imut Dengan Payudara Baru Tumbuh


    4366 views

    Duniabola99.com – Namaku Andi, aku mahasiswa di salah satu PTN top di Bandung. Sekarang umurku 20 tahun. Jujur saja, aku kenal seks baru sejak SMP. Aku senang sekali ada situs khusus buat bagi-bagi pengalaman seperti ini, sehingga apa yang pernah kita lakukan bisa dibagi-bagi.


    Awal aku mengenal seks yaitu saat secara tidak sengaja aku buka-buka lemari di rumah teman SMP-ku dan menemukan setumpukan Video VHS tanpa gambar di dalam sebuah kotak. Karena penasaran film apa itu, kuambil satu dan langsung kucoba di video temanku di kamar itu yang kebetulan sepi, karena temanku sedang les.

    Kusetel film yang berjudul… apa ya? aku lupa, ternyata itu film dewasa (waktu itu aku belum banyak tahu). Aku cuma pernah dengar teman-temanku pernah nonton film begituan, tapi aku tidak begitu penasaran. Nah, saat itu aku baru tahu itu loh yang namanya BF. Kebetulan itu film seks tentang anak kecil yang masih mungil bercinta dengan bapaknya, oomnya, temannya dan lain-lain.

    Dan aku ingin cerita nih pengalaman pertamaku. Kejadian ini terjadi ketika aku masih SMA, di rumahku ternyata ada pembantu baru. Orangnya masih lumayan kecil sekitar 12 tahun lah, tapi itu dia yang membuatku suka. Aku itu suka sama wanita imut-imut yang masih agak kecil mungkin gara-gara video waktu itu (aku suka begitu melihat situs-situs tentang Lolita, soalnya cewek-cewek di situs-situs itu masih imut-imut). Dan yang paling membuatku terangsang adalah payudaranya yang masih baru tumbuh, masih agak runcing (tapi tidak rata).

    Setiap hari itu dia kerjaannya, biasalah kerjaan pembantu rumah tangga, ya ngepel, ya mencuci dan lain-lain. Kalau aku sarapan, kadang suka melihat dia yang sedang ngepel and roknya agak terbuka sedikit, jadi tidak konsentrasi deh sarapannya karena berusaha melihat celana dalamnya, tapi sayang susah. Untuk awal-awal aku hanya bisa minta dibuatkan teh atau susu.

    Lambat laun karena aku sudah ingin begitu melihat tubuhnya itu, kuintip saja dia kalau sedang mandi. Tapi sayang karena lubang yang tersedia kurang memadai, yang terlihat hanya pantatnya saja, soalnya terlihat dari belakang. Kadang-kadang terlihat depannya hanya tidak jelas, payah deh. Nah pada suatu hari aku nekat. Kupanggil dia untuk pijati aku, oh iya nama dia Ine.

    “Ine.. pijitin saya dong, saya pegel banget nih abis maen bola tadi”, kataku.

    “Iya Mas, sebentar lagi ya. Lagi masak air nih, tanggung”, jawabnya.
    “Iya, tapi cepet ya. Saya tunggu di kamar saya.”

    Cihuy, dalam hati aku bersorak. Nanti mau tidak dia ya aku ajak begituan. Lalu kubuka bajuku sambil menuggu dia. Lalu pintuku diketok,

    “Permisi Mas”, ketoknya.
    “Masuk aja Ne, nggak dikunci kok”, lalu dia masuk sambil bawa minyak buat mijit.
    Mulailah dia memijatku. Mula-mula dia memijat punggungku dan sambil kuajak ngobrol.
    “Kamu sekolah sampai kelas berapa Ne?” tanyaku.
    “Cuma sampai kelas tiga aja Mas, soalnya nggak ada biaya”, jawab dia.
    “Sekarang kamu umur berapa?” tanyaku lagi.
    Dia menjawab, “Umur saya baru mau masuk 12 Mas.”
    “Udah gede dong ya”, kataku sambil tersenyum.


    Lalu aku membalikkan badan, “Pijitin bagian dadaku ya…” pintaku sambil menatap memohon. “Iya mas”, katanya. Dia memijati dadaku sambil agak menunduk, jadi baju yang dia pakai agak kelihatan longgar jadi aku bisa melihat bra yang dia kenakan yang menutupi dua buah payudara yang masih baru tumbuh. Wah, kemaluanku jadi tidak karuan lagi rasanya. Dan aku juga menikmati wajahnya yang masih polos itu.

    Begitu dia selesai memijati dadaku, aku langsung bilang, “Pijitan kamu enak”, terus aku nekat langsung meraba payudara dia yang imut itu, tapi ternyata dia kaget dan langsung menepis tanganku dan langsung lari dari kamarku. Aku kaget dan jadi takut kalau dia minta berhenti dan bicara dengan ibuku. Gimana nich? aku langsung dihantui rasa bersalah. Ya sudah ah, besok aku minta maaf saja dengan dia dan berjanji tidak akan mengulangi lagi.

    Benar saja, besok itu dia ternyata agak takut kalau lewat depanku. Aku langsung bicara saja dengan dia.
    “Ne… yang kemaren itu maaf ya… Saya ternyata khilaf, jangan bilang sama Ibu ya.”
    “Iya deh Mas, tapi janji nggak kayak gitu lagi khan, abis Ine kaget dan takut”, kata dia.
    “Iya saya janji”, jawabku.

    Sebulan setelah peristiwa itu memang aku tidak ada kepikiran untuk menggituin dia lagi. Dan dia juga sudah mulai biasa lagi. Tapi pada suatu hari pas aku sedang mencari celanaku di belakang, mungkin celanaku sedang dicuci. Soalnya itu celana ada duitku di dalamnya. Yah basah deh duitku.

    Eh, pas aku lewat kamar si Ine, kelihatan lewat jendela ternyata dia lagi tidur. Rok yang dia pakai tersibak sampai ke paha. Yah, timbul lagi deh ide setan untuk ngerjain dia. Tapi aku bingung bagaimana caranya. Akhirnya aku menemukan ide, besok saja aku masukkan obat tidur di minumannya. Dan aku menyusun rencana, bagaimana caranya untuk memberi dia obat tidur.

    Besok pas sedang makan dan kebetulan rumah sedang sepi, aku minta dibuatkan teh. Setelah selesai dia buat dan diberikan ke aku. Kumasukkan saja obat tidur ke teh itu. Terus manggil dia,

    “Ne… kok tehnya rasanya aneh sih?”
    “Masa sih Mas?” kata dia.
    “Cobain saja sendiri”, dia langsung minum sedikit.
    “Biasa saja kok Mas…” katanya.
    “Coba lagi deh yang banyak”, kataku.
    Dia minum setengah, terus aku bilang,
    “Ya udah yang itu kamu abisin saja, tapi buatin yang baru.”
    “Iya deh Mas, maaf ya Mas kalo tadi tehnya nggak enak”, jawabnya.
    “Nggak apa-apa kok”, jawabku lagi.


    Aku tinggal tunggu obat tidur itu bekerja. Ternyata begitu dia mau buat teh baru, eh dia sudah ambruk di dapur. Langsung saja kuangkat ke kamarku. Begitu sampai di kamarku, kutiduri di kasurku. Berhasil juga aku bisa membawa dia ke kamarku, pikirku dalam hati. Lalu aku mulai membukan bajunya, gile… aku deg-degan, soalnya pertama kali nich!

    Kelihatan deh branya, dan di dalam bra itu ada benda imut berupa gundukan kecil yang bisa membuatku terangsang berat. Lalu kubuka roknya, kelitan CD-nya yang berwarna krem. Tubuhnya yang tinggal memakai bra dan CD membuat kemaluanku semakin tidak tahan. Tubuhnya lumayan putih. Dalam keadaan setengah telanjang itu, posisi dia kuubah menjadi posisi duduk, lalu kuciumi bibirnya, sambil meremas-remas payudaranya yang masih agak kecil itu. Dan tanganku yang satu lagi mengusap CD-nya di bagian bibir kemaluannya.

    Kumasukkan lidahku ke mulutnya dan aku juga berusaha menghisap dan menjilati lidahnya. Sekitar 10 menitan kulakukan hal itu. Setelah itu kubuka branya dan CD-nya. Wow, pertama kalinya aku melihat seorang gadis dengan keadaan telanjang secara langsung. Payudaranya terlihat begitu indah dengan puting yang kecoklatan baru akan tumbuh. Bagian kemaluannya belum ditumbuhi rambut-rambut dan terlihat begitu rapat.

    Langsung kujilati dan kuhisapi payudaranya. Dan payudara yang satu lagi kuremas dan kuusap-usap serta kupilin-pilin putingnya. Putingnya tampak agak mengeras dan agak memerah. Setelah aku mainkan bagian payudaranya, kujilati dari dada turun ke arah perut dan terus ke arah bagian kemaluannya. Bagian itu kelihatan masih sangat polos, dan terlihat memang seperti punya anak kecil. Kubuka kedua pahanya dan belahan kemaluannya, begitu kudekati ingin menjilati.

    Tercium bau yang tidak kusuka, ah kupikir peduli amat, aku sudah nafsu sekali. Kutahan nafas saja. Kubuka belahan kemaluannya dan aku melihat apa yang di namakan klitoris, yang biasanya aku melihat di situs-situs X, akhirnya kulihat secara langsung. Lalu kujilati bagian klitorisnya itu. Tiba-tiba dia mengerang dan mendesah, “Sshh…” begitu. Aku kaget hampir kabur. Ternyata dia hanya mendesah saja dan tetap terus tidur. Ketika aku jilati itu, ternyata ada cairan yang meleleh keluar dari kemaluannya, kujilati saja. Rasanya asin plus kecut.

    Nah sekarang aku dalam keadaan yang amat terangsang, tapi begitu kuperhatikan wajahnya dan ke seluruh tubuhnya aku jadi tidak tega untuk merebut keperawanannya. Aku kasihan tapi aku sudah dalam keadaan yang amat terangsang. Akhirnya kuputuskan untuk masturbasi saja. Soalnya aku tidak tega. Aku pakaikan dia baju lagi dan menidurkan di kamarnya. Yah, aku melepaskan pengalaman pertamaku untuk bercinta dengan seorang gadis mungil berumur 12 tahun! Tidak tahu deh aku menyesal atau tidak.


    Setelah melepas kesempatan untuk bercinta dengan Ine. Aku jadi kepikiran terus. Setiap aku apa-ngapain, selalu ingat sama payudara mungilnya Ine dan daerah kemaluannya yang masih polos itu. Untungnya si Ine tidak pernah merasa pernah di apa-apain sama aku. Dia selalu bersikap biasa di depanku tapi akunya tidak biasa kala melihat dia. Soalnya pikiranku kotor melulu.

    Pelampiasannya paling aku masturbasi sambil melihat gambar-gambar XXX yang aku dapatkan dari situs-situs Duniabola99 ini. Tapi aku bosan juga dan hasrat ingin nge-gituin si Ine semakin besar saja. Sepertinya aku sudah tidak tahan.

    Akhirnya pada suatu waktu, aku mendapat kabar yang amat sangat bagus, ternyata orangtuaku mau pindah ke luar negeri, karena bapakku ditugasi ke luar negeri selama 2 tahun. Jadi, aku tidak perlu takut dia mengadu sama ibuku, paling aku ancam sedikit dan aku kasih duit dia diam. Setelah kepergian orangtuaku ke luar negeri, aku langsung punya banyak planning untuk ngerjain dia. Yang pasti aku sudah malas membius-bius segala. Soalnya dia diam saja, tidak seru! Ya sudah aku merencanakan untuk memaksa dia saja (eh, kalau ini termasuk pemerkosaan tidak sih?).

    Pada suatu hari, ketika Ine sedang mandi. Kuintip dia. Biasalah, cuma kelihatan belakangnya saja, tapi aku jadi bisa mengantisipasi kalau dia sudah selesai mandi langsung aku sergap saja. Untungnya setelah dia selesai mandi, keluar kamar mandi menuju kamarnya hanya memakai handuk saja tidak pakai apa-apa lagi. Begitu keluar kamar mandi langsung kututup mulutnya dan kupeluk dari belakang, dia-nya meronta-ronta.

    Cuma tenagaku sama tenaga anak umur 12 tahun menang mana sih. Kubawa masuk ke kamar dia saja. Soalnya kalau ke kamar aku jauh. Nanti kalau dia meronta-ronta malah lepas lagi. Pas masuk kamar dia kujatuhkan dia ke kasur sambil menarik handuknya. Dia kelihatan ketakutan sekali dengan tubuh tidak mengenakan apa-apa.


    “Mas Andi, jangan Mas” mohonnya.
    “Tidak apa-apa lagi Ne… Paling sakitnya sedikit entar kamu pasti akan ngerasain enaknya”, kataku.
    Dia kelihatan seperti mau teriak, langsung saja kututup mulutnya.
    “Jangan coba-coba teriak ya!” hardikku.
    Dia mulai menangis. Aku jadi sedikit kasihan, tapi setan sudah menguasai tubuhku.
    “Cobain enaknya deh…” kataku.
    Sambil tetap menutup mulutnya kuraba dan kuelus payudaranya itu.
    “Santai aja, jangan nangis. Nikmati enaknya kalo payudara kamu di elus-elus”, kataku.

    Setelah kulepas tanganku dari mulut dia, langsung kucium bibirnya. Ternyata dia lumayan menikmati ciuman sambil payudaranya tetap kuremas-remas. “Enak kan?” kataku. Dia diam saja. Terus kubuka CD-ku. Kukeluarkan batang kemaluanku. Dia kaget dan takut.
    “Tolong pegangin anuku donk… dipijitin ya…” pintaku.

    Pertama-tama dia takut-takut untuk memegang anuku, tapi setelah lama dipegang sama dia, dia mulai memijiti. Wah, rasanya enak sekali anuku dipijiti sama dia. Setelah itu dia kusuruh tiduran,

    “Mas mau ngapain?” tanyanya.
    “Aku mau ngasih sesuatu hal yang paling enak, kamu nikmatin aja” jawabku.

    Kubuka belahan pahanya, pertama dia tidak mau buka, tapi setelah kubujuk dia akhirnya membuka pahanya dan kujilati kemaluannya sampai ke klitorisnya. Dia mendesah-desah keenakan. “Tuh kan enak”, kataku. Kujilati sampai keluar cairannya.

    Aku merasa pemanasan sudah cukup, begitu kusiapkan batang kemaluanku ke depan liang kemaluannya dia menangis lagi dan berbicara,
    “Jangan Mas, saya masih perawan.”
    “Saya juga tau kok kamu masih perawan”, jawabku.

    Aku tetap bersikeras untuk menyetubuhinya. Pas aku mau mendorong kemaluanku masuk ke dalam liang kemaluannya, eh dia meronta dan mau lari. Dengan cepat kutangkap. Wah, susah nih pikirku. Kebetulan di kamar dia kulihat ada tali untuk jemuran, kuambil dan kuikat saja tangan dan kakinya ke tempat tidur.

    “Aku tahu kamu masih perawan, abis gimana lagi aku udah amat terangsang”, kataku.
    Dia memandangku dengan tatapan memohon dan sambil dengan keluar air mata.
    “Atau kamu lebih suka lewat pantat, biar perawan tetap terjaga?” tanyaku.
    “Iya deh Mas, lewat pantat aja ya… tapi tidak apa-apa kan Mas? Nanti bisa rusak tidak pantat saya?” jawabnya.
    “Tidak apa-apa kok”, jawabku.

    Ya, sudah kulepaskan talinya. Aku tanya sama dia, dia punya lotion atau tidak, soalnya kalau lewat pantat harus ada pelicinnya. Terus dia bilang punya. Kuambil dan kuolesi ke pantatnya dan kuolesin juga ke kemaluanku.


    Langsung saja aku ambil posisi dan si Ine posisinya menungging dan pantatnya terlihat jelas. Aku mulai masukkan ke pantatnya. Pertama agak susah, tapi karena sudah diolesi lotion jadi agak lancar.

    “Sslleb… ahhh… enak sekali”, jepitan pantatnya sangat kuat.
    “Aduh… Mas, sakit Mas…” rintihnya.
    “Tahan sedikit ya Ne…” kataku.

    Langsung saja kugenjot. “Gile banget, enaknya minta ampun…” Terus aku berfikir kalau lewat kemaluannya lebih enak apa tidak ya? masih perawan lagi. Ah, lewat kemaluannya saja dech, peduli amat dia mau apa tidak. Kulepaskan batang kemaluanku dari pantatnya. Aku membalikkan badannya terus kuciumi lagi bibirnya sambil meremas payudaranya.

    “Udahan ya Mas, saya sudah cape…” pintanya.
    “Bentar lagi kok”, jawabku.
    Setelah itu langsung kutindih saja badannya.
    “Lho Mas mau ngapain lagi?” tanyanya sambil panik tapi tak bisa ngapa-ngapain karena sudah kutindih.
    “Tahan dikit ya Ne…” kataku.

    Langsung kututup mulutnya pakai tanganku dan batang kemaluanku kuarahkan ke liang kemaluannya. Dia terus meronta-ronta. Ine menangis lagi sambil berusaha teriak tapi apa daya mulutnya sudah kututup. Akhirnya batang kemaluanku sudah sampai tepat di depan lubang kemaluannya.

    Aku mau masukkan ke lubangnya susahnya minta ampun, karena masih rapat barangkali ya? Tapi akhirnya kepala kemaluanku bisa masuk dan begitu kudorong semua untuk masuk, mata Ine terlihat mendelik dan agak teriak tapi mulutnya masih kututup dan terasa olehku seperti menabrak sesuatu oleh kemaluanku di dalam liang kemaluannya. Selaput dara mungkin, kuteruskan ngegituin dia walaupun dia sudah kelihatan sangat kesakitan dan berurai air mata.

    Kucoba lepas tanganku dari mulutnya. Dia menangis sambil mendesah, aku makin terangsang mendengarnya. Kugenjot terus sambil kupilin-pilin putingnya. Pada akhirnya aku keluar juga. Kukeluarkan di dalam luabang kemaluannya. Pas kucabut kemaluanku ternyata ada darah yang mengalir dari liang kemaluannya. Wah, aku merenggut keperawanan seorang anak gadis.

    “Ine… sorry ya… tapi enak kan. Besok-besok mau lagi kan…” tanyaku.
    Dia masih sesenggukan, dia bilang kalo kemaluannya terasa sakit sekali. Aku bilang paling sakitnya cuma sehari setelah itu enak.


    Besok-besok dia aku kasih obat anti hamil dan aku bisa berhubungan dengan dia dengan bebas. Ternyata setelah setahunan aku bisa bebas berhubungan dengan dia, dia minta pulang ke kampung katanya dia dijodohi sama orangtuanya. Kuberikan uang yang lumayan banyak. Soalnya dia tidak balik lagi.
    “Inget ya Ne… kalo kamu lagi pingin begituan dateng aja ke sini lagi ya…”

    Begitulah kisahku dan aku tetap suka sama cewek yang imut-imut. Kenapa ya? apa aku fedofil? Tapi sepertinya tidak deh, Soalnya yang kusuka itu harus punya payudara walaupun kecil. Jadi sepertinya aku bukan pedofil, Ok.

  • Kisah Memek Gadis Penjual Minuman

    Kisah Memek Gadis Penjual Minuman


    2835 views

    Duniabola99.com – Ini tentang pria berkeluarga dan WIL nya. Aku sudah berkeluarga, tapi aku punya WIL yang juga sangat kucintai. Aku sudah menganggap ia sebagai istriku saja. Karena itu aku akan memanggilnya dalam cerita ini sebagai istriku. Dari obrolan selama ini ia mengatakan bahwa ia ingin melihatku bercinta dengan wanita lain.

    Akhirnya tibalah pengalaman kami ini. Di hari sabtu siang itu terasa panas sekali, tiupan AC mobil yang menerpa langsung ke arahku dan istriku kalah dengan radiasi matahari yang tembus melalui kacakaca jendela. Aku sedang melaju kencang di jalan tol menuju Bogor untuk suatu keperluan bisnis.

    Seperti telah direncanakan, kubelokkan mobil ke arah pom bensin di daerah Sentul. setelah tadi tak sempat aku mengisinya. Dalam setiap antrian mobil yang cukup panjang terlihat ada gadisgadis penjaja minuman berenergi. Sekilas cukup mencolok karena seragamnya yang cukup kontras dengan warna sekelilingnya. Dari sederetan gadisgadis itu tampak ada seorang yang paling cantik, putih bersih, cukup serasi dengan warnawarni seragamnya. Ia terlalu manis untuk bekerja diterik matahari seperti ini walaupun menggunakan topi. Tatkala tersenyum, senyumnya lebih mengukuhkan lagi kalau di sini bukanlah tempat yang pantas baginya untuk bekerja.

    Aku sempat khawatir kalau ia tidak berada di deretanku dan aku masih hanyut dalam berbagai terkaan tentangnya, aku tidak sempat bereaksi ketika ia mengangguk, tersenyum dan menawarkan produknya.

    Akhirnya dengan wajah memohon ia berkata,

    Buka dong kacanya.. Segera aku sadar dengan keadaan dan refleks membuka kaca jendelaku.


    Istriku hanya memperhatikan, tidak ada komentar. Meluncurlah katakata standar yang ia ucapkan setiap kali bertemu calon pembeli. Suaranya enak didengar, tapi aku tak menyimaknya. Aku malah balik bertanya,

    Kamu ngapain kerja di sini?
    Mom, kita kan masih perlu sekretaris, kenapa tidak dia aja kita coba.
    Ya, boleh aja, jawab istriku.
    Gimana mau? tanyaku kepada gadis itu.
    Mau.. mau Mas, katanya.

    Setelah kenalan sebentar dan saling tukar nomor telepon, kulanjutkan perjalananku setelah mengisi bensin sampai penuh. Istriku akhirnya tahu kalau maksudku yang utama hanyalah ingin berkenalan dengannya. Ia sangat setuju dan antusias. Malam sekitar jam 20:00 HP istriku berdering, sesuai pembicaraan ia akan datang menemui kami.

    Setelah diberi tahu alamat hotel kami, beberapa saat kemudian ia muncul dengan penampilan yang cukup rapi. Ia cepat sekali akrab dengan istriku karena ternyata berasal dari daerah yang sama yaitu ** (edited), Jawa Barat. Tidak sampai 30 menit kami sudah merasa betulbetul sebagai suatu keluarga yang akrab.

    Ia sudah berani menerima tawaran kami untuk ikut menginap bersama. Ia sempat pamit sebentar untuk menyuruh sopir salah satu keluarganya untuk pulang saja, dan telepon ke saudaranya bahwa malam itu ia tidak pulang. Setelah cerita kesanakemari akhirnya obrolan kami menjurus ke masalah seks. Setelah agak kaku sebentar kemudian suasana mencair kembali. Kini dia mulai menimpali walau agak malumalu.

    Singkat cerita dia masih perawan, sudah dijodohkan oleh keluarganya yang ia belum begitu puas. Keingintahuannya terhadap masalah seks termasuk agak tinggi, tapi pacarnya itu sangat pemalu, termasuk agak dingin dan agak kampungan walau berpendidikan cukup. Kami ceritakan bahwa dalam masalah seks kami selalu terbuka, punya banyak koleksi photo pribadi, bahkan kali ini kami ingin membuat photo ketika bercinta.

    Udah ah, kita sambil tiduran aja yuk ngobrolnya, ajak istriku.
    Nih kamu pakai kimono satunya, kata istriku sambil memberikan baju inventaris hotel.

    Sedangkan aku yang tidak ada persiapan untuk menginap akhirnya hanya menggunakan kaos dan celana dalam. Ia dan istriku sudah merebahkan badannya di tempat tidur, kemudian aku menghampiri istriku langsung memeluknya dari atas. Kucumbu istriku dari mulai bibir, pipi, leher, dan buah dadanya. Istriku mengerang menikmatinya. Aku menghentikan cumbuanku sejenak kemudian meminta tamu istimewaku untuk mengambil photo dengan kamera digital yang selalu kami bawa. Tampak ia agak kikuk, kurang menguasai keadaan ketika aku menolehnya.

    Setelah aku mengajarinya bagaimana menggunakan kamera yang kuberikan itu, kemudian kuteruskan mencumbu istriku. Dengan telaten kucumbu istriku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kini tamuku tampaknya sudah menguasai keadaan, ia dengan leluasa mengintip kami dari lensa kamera dari segala sudut. Akhirnya istriku mencapai klimaksnya setelah liang senggamanya kumainkan dengan lidah, dengan jari, dan terakhir dengan batang istimewaku.

    Sedangkan aku belum apaapa.

    Sekarang gantian Rin, kamu yang maen aku yang ngambil photonya, kata istriku.
    Ah Mbak ini adaada aja, kata Rini malumalu.

    Sebagai lakilaki, aku sangat paham dari bahasa tubuhnya bahwa dia tidak menolak.

    Dalam keadaan telanjang bulat aku berdiri dan langsung memeluk Rini yang sedang memegang kamera. Tangan kirinya ditekuk seperti akan memegang pinggangku, tapi telapaknya hanya dikepal seolah ragu atau malu. Kuraih kamera yang masih di tangan kanannya kemudian kuberikan kepada istriku. Kini aku lebih leluasa memeluk dan mencumbunya, kuciumi pipi dan lehernya, sedang tanganku terus menggerayang dari pundak sampai lekukan pantatnya. Pundaknya beberapakali bergerak merinding kegelian. Kedua tangannya kini ternyata sudah berani membalas memelukku.

    Kemudian aku memangkunya dan merebahkannya di tempat tidur. Kukulum bibir mungilnya, kuciumi pipinya, kugigitgigit kecil telinganya, kemudian kuciumi lehernya punuh sabar dan telaten. Ia hanya mendesah, kadang menarik nafas panjang dan kadang badannya menggelinjanggelinjang. Tidak terlalu susah aku membuka kimononya, sejenak kemudian tampak pemandangan yang cukup mempesona. Dua bukit yang cukup segar terbungkus rapi dalam BH yang pas dengan ukurannya. Kulitnya putih, bersih dengan postur badan yang cukup indah.

    Sejenak aku menoleh ke bawah, tampak pahanya cukup menawan. Sementara itu onggokan kecil di selangkangan pahanya yang terbungkus CD menambah panorama keindahan. Ia tidak menolak ketika aku membuka BHnya, demikian juga ketika aku melepaskan kimononya melewati kedua tangannya. Kuteruskan permainanku dengan mengitari sekitar bukitbukit segar itu.

    Seluruh titik di bagian atasnya telah kutelusuri tidak ada yang terlewatkan, kini kedua bukti itu kuremas perlahan. Ia mendesah,

    Eeehhh.. Tatkala kukulum puting susunya, badannya refleks bergerakgerak, desahnya pun semakin jelas terdengar.

    Kuulangi lagi cumbuanku dari mulai mengulum bibirnya, mencium pipinya, kemudian lehernya. Kemudian kuciumi lagi bukitbukit indah itu, dan kemudian kupermainkan kedua puting susunya dengan lidahku. Gelinjangnya semakin terasa bergerak mengiringi desahannya yang terasa merdu sekali. Petualanganku kuteruskan ke bagian bawahnya.

    Ia mencegah ketika aku akan membuka CDnya yang merupakan pakaian satusatunya yang tersisa.

    Ya nggak usah dibuka ujarku,
    Aku eluselus aja ya bagian atasnya pakai punyaku, bujukku.


    Ia tidak bereaksi, tapi aku langsung saja menyingsingkan CDnya ke bawah. Tampaklah dua bibir yang mengapit lembah cintanya dihiasi bulubulu tipis. Kupegang burungku sambil duduk mengangkang di atas kedua pahanya, kemudian kueluseluskan burung itu ke ujung lembah yang sebagian masih tertutup CD. Agak lama dengan permainan itu, akhirnya mungkin karena ia juga penasaran, maka ia tidak menolak ketika kulepaskan CDnya.

    Kini kami samasama telanjang, tak satu helai benang pun yang tersisa. Kuteruskan permainan burungku dengan lebih leluasa. Tak lama kemudian cairan kenikmatannya pun sudah meleleh menyatakan kehadirannya. Burungku pun lebih lancar menjelajah. Tapi karena lembahnya masih perawan agak susah juga untuk menembusnya. Ketika kucoba untuk memasukkan burungku ke dalam lembah sorganya, tampak bibirbibir kenikmatannya ikut terdorong bersama kepala burungku.

    Menyadari alam yang dilaluinya belum pernah dijamah, aku cukup sabar untuk melakukan permainan sampai lembah kenikmatannya betulbetul menerimanya secara alami. Gelinjang, desahan, dan ekspresi wajahnya yang sedang menahan kenikmatan membuatku semakin bersemangat dan lebih percaya diri untuk tidak segera ejakulasi. Ia sudah tidak menyadari apa yang sedang terjadi.

    Akhirnya kepala burungku berhasil menembus lubang kenikmatan itu. Kuteruskan permainanku dengan mengeluarkan dan memasukkan lagi kepala burungku. Ia merintih kenikmatan, ia pasrah saja dengan keadaan yang terjadi, karena itu aku yakin bahwa rintihan itu bukan rintihan kesakitan, kalaupun ada, maka akan kalah dengan kenikmatan yang diperolehnya.

    Selanjutnya kulihat burung yang beruntung itu lebih mendesak ke dalam. Aku sudah tidak tahan untuk memasukkan seluruh burungku ke tempatnya yang terindah. Kemudian kurebahkan badanku di atas tubuhnya yang indah, kuciumi pipinya sambil pantatku kugerakkan naik turun.

    Sementara burungku lebih jauh menjangkau ke dalam lembah nikmatnya. Akhirnya seluruh berat badanku kuhempaskan ke tubuh mungil itu. Dan..,

    Blesss. seluruh burungku masuk ke dalam surga dunia yang indah.

    Ia mengerang, gerakan burungku pun segera kuhentikan sampai liang kewanitaannya menyesuaikan dengan situasi yang baru. Setelah agak lama aku pun mulai lagi memainkan gerakangerakanku dengan gentle. Kini ia mulai mengikuti iramaku dengan menggerakgerakkan pinggulnya. Selang berapa lama kedua tangannya lekat mencengkram punggungku, kakinya ikut menjepit kedua kakiku.


    Kemudian muncul erangan panjang diikuti denyutdenyut dari lembah sorganya.

    Eeehhh desahnya.

    Aku pun sudah tidak tahan lagi untuk menumpahkan seluruh kenikmatan, segera kucabut burungku kemudian kumuntahkan di luar dengan menekan ke selangkangannya.

    Eeehhh erangku juga.

    Kami berdua menarik nafas panjang. Setelah agak lama kemudian aku duduk, kuraih kaos dalamku kemudian aku mengelap selangkangnya yang penuh dengan air kenikmatanku. Tampak tempat tidurnya basah oleh cairancairan bercampur bercakbercak merah. Ia pun segera duduk, sejenak dari raut wajahnya tampak keraguan terhadap situasi yang telah dialaminya.

    Aku dan istriku memberi keyakinan untuk tidak menyesali apa yang pernah terjadi. Besok paginya aku sempat bermain lagi dengannya sebelum check out. Betulbetul suatu akhir pekan yang susah dilupakan. Akhirnya ia kutitipkan bekerja di perusahaan temanku.

  • Kisah Memek Gadis SMP Itu Bernama Elvina

    Kisah Memek Gadis SMP Itu Bernama Elvina


    2773 views

    Duniabola99.com – Namaku Chepy, 22 tahun, mahasiswa di sebuah universitas swasta ternama di Jakarta.
    Kisahku ini adalah kejadian nyata tanpa aku rekayasa sedikitpun !. Kisahku bermula setahun yang lalu ketika temanku ( Dedy ) mengajakku menemaninya transaski dengan temannya ( Gunawan ). Saya jelaskan saja perihal kedua orang itu sebelumnya. Dedy adalah teman kuliahku dan dia seorang yang rajin dan ulet termasuk dalam hal berbisnis walaupun dia masih kuliah. Gunawan adalah teman kenalannya yang juga seorang anak mantan pejabat tinggi yang kaya raya ( saya tidak tahu apakah kekayaan orang tuanya halal atau hasil korupsi ! ).
    Setahun yang lalu Gunawan menawarkan beberapa koleksi lukisan dan patung ( Gunawan sudah mengetahui perihal bisnis Dedy sebelumnya ) milik orang tuanya kepada Dedy, koleksi lukisan dan patung tersebut berusia tua. Dedy tertarik tapi dia membutuhkan kendaraan saya karena kendaraannya sedang dipakai untuk mengangkut lemari ke Bintaro, oleh karena itu Dedy mengajak saya ikut dan saya pun setuju saja. Perlu saya jelaskan sebelumnya, Gunawan menjual koleksi lukisan dan patung tersebut, oleh Dedy diperkirakan karena Gunawan seorang pecandu putaw dan membutuhkan uang tambahan.
    Keesokan harinya ( hari Minggu ), saya dan Dedy berangkat menuju rumah Gunawan di kawasan Depok. Setelah sampai di depan pintu gerbang 2 orang satpam berjalan ke arah kami dan menanyakan maksud kedatangan kami. Setelah kami jelaskan, mereka mengijinkan kami masuk dan mereka menghubungi Gunawan melalui telepon. Saya memarkir kendaraan saya dan saya mengagumi halaman dan rumah Gunawan yang amat luas dan indah,

    “ Betapa kayanya orang tua Gunawan” bisik dalam hatiku. Kami harus menunggu sebentar karena Gunawan sedang makan.


    Sambil menunggu, kami berbicara dengan satpam. Dalam pembicaraan itu, seorang satpam menceritakan kalau Gunawan itu seorang playboy dan suka membawa wanita malam-malam ke rumahnya ketika orang tuanya sedang pergi. Setelah menunggu selang 10 menit, akhirnya Gunawan datang ( saya yang baru pertama kali melihatnya harus mengakui bahwa Gunawan memiliki wajah yang amat rupawan, walau saya pun seorang lelaki dan bukan seorang homo! ). Dedy memperkenalkan saya dengan Gunawan. Setelah itu Gunawan mengajak Dedy masuk ke rumah untuk melihat patung dan lukisan yang akan dijualnya.

    Saya bingung apakah saya harus mengikuti mereka atau tetap duduk di pos satpam. Setelah mereka berjalan sekitar 15 meter dari saya, seorang satpam mengatakan sebaiknya kamu ( saya ) ikut mereka saja daripada bosan menunggu di sini ( pos satpam ). Saya pun berjalan menuju rumahnya. Ketika saya masuk , saya tidak melihat mereka lagi. Saya hanya melihat sebuah ruangan yang luas sekali dengan sebuah tangga dan beberapa pintu ruangan. Saya bingung apakah saya sebaiknya naik ke tangga atau mengitari ruangan tersebut ( sebenarnya bisa saja saya teriak memanggil nama Dedy atau Gunawan tapi tindakan itu sangat tidak sopan ! ).

    Akhirnya saya memutuskan untuk mengitari ruangan tersebut dengan harapan dapat menemui mereka. Setelah saya mengitari, saya tetap tidak dapat menemukan mereka. Tapi saya melihat sebuah pintu kamar yang pintunya sedikit terbuka. Saya mengira mungkin saja mereka berada di dalam kamar tersebut. Lalu saya membuka sedikit demi sedikit pintu itu dan betapa terkejutnya saya ketika saya melihat seorang anak perempuan sedang tertidur dengan daster yang tipis dan hanya menutupi bagian atas dan bagian selangkangannya, saya bingung harus bagaimana !

    Dasar otak saya yang sudah kotor melihat pemandangan paha yang indah, akhirnya saya masuk ke dalam kamar tersebut dan menutup pintu itu. Saya melihat sekeliling kamar itu, kamar yang luas dan indah, beberapa helai pakaian SLTP berserakan di tempat tidur, dan foto anak tersebut dengan Gunawan dan seorang lelaki tua dan wanita tua ( mungkin foto orang tuanya ). Anak perempuan yang sangat cantik, manis dan kuning langsat ! lalu saya melangkah lebih dekat lagi, saya melihat beberapa buku pelajaran sekolah dan tulisan namanya : Elvina kelas 1 C. Masih kelas 1 ! berarti usianya baru antara 11-12 tahun. Lalu saya memfokuskan penglihatan saya ke arah pahanya yang kuning langsat dan indah itu !.


    ngin rasanya menjamah paha tersebut tapi saya ragu dan takut. Saya menaikkan pandangan saya ke arah dadanya dan melihat cetakan pentil susu di helai dasternya itu. Dadanya masih kecil dan ranum dan saya tahu dia pasti tidak memakai pakaian dalam ( BH atau kutang ) di balik dasternya itu !.
    Wajahnya sangat imut, cantik dan manis ! Akhirnya saya memberanikan diri meraba pahanya dan mengelusnya, astaga….mulus sekali ! Lalu saya menaikkan sedikit lagi dasternya dan terlihatlah sebuah celana dalam ( CD ) warna putih. Saya meraba CD anak itu dan menarik sedikit karet CDnya , lalu saya mengintip ke dalam,….

    Astaga ! tidak ada bulunya ! Jantung saya berdetak kencang sekali dan keringat dingin mengalir deras dari tubuh saya. Lalu saya mencium Cdnya, tidak ada bau yang tercium. Lalu saya menarik sedikit lagi dasternya ke atas dan terlihatlah perut dan pinggul yang ramping padat dan mulus sekali tanpa ada kotoran di pusarnya ! Luar biasa !

    Otak porno saya pun sangat kreatif juga, saya memberanikan diri untuk menarik perlahan-lahan tali dasternya itu, sedikit-seditkit terlihatlah sebagian dadanya yang mulus dan putih ! ingin rasanya langsung memenggangnya, tapi saya bersabar, lalu saya menarik lagi tali dasternya ke bawah dan akhirnya terlihatlah pentil Elvina yang bewarna kuning kecoklatan ! Jantung saya kali ini terasa berhenti ! Sayapun merasa tubuh saya menjadi kaku. Jari sayapun mencolek pentilnya dan memencet dengan lembut payudaranya. Saya melakukankan dengan lembut, perlahan dan sedikit lama juga, sementara Elvina sendiri masih tertidur pulas. Setelah puas, saya menjilat dan mengulum pentilnya, terasa tawar.

    Dasar otakku yang sudah gila, saya pun nekat menarik seluruh dasternya perlahan kearah bawah sampai lepas, sehingga Elvina kini hanya mengenakan celana dalam ( CD ) saja ! Saya memandangi tubuh Elvina dengan penuh rasa kagum. Tiba-tiba Elvina sedikit bergerak, saya kira ia terbangun, ternyata tidak, mungkin sedang mimpi saja. Saya mengelus tubuh Elvina dari atas hingga pusar/perut. Puas mengelus-elus, saya ingin menikmati lebih dari itu ! Saya menarik perlahan-lahan CD Elvina ke arah bawah hingga lepas. Kini Elvina telah telanjang bulat ! Betapa indahnya tubuh Elvina ini , gadis kelas 1 SLTP yang amat manis, imut dan cantik dengan buah dada yang kecil dan ranum serta vaginanya yang belum ada bulunya sehelaipun !


    Lalu saya mengelus bibir vaginanya yang mulus dan lembek dan sayapun menciumnya. Terasa bau yang khas dari vaginanya itu ! Dengan kedua jari telunjuk saya, saya membuka bibir vaginanya dengan perlahan-lahan , terlihat dalamnya bewarna kemerah –merahan dengan daging di atasnya . Saya menjulurkan lidah saya ke arah vaginanya dan menjilat-jilat vaginanya itu. Saya deg-degan juga melakukan adegan itu. Saya tahu tindakan saya bisa ketahuan olehnya tapi kejadian ini sulit sekali untuk dilewatkan begitu saja ! Benar dugaan saya !

    Pada saat saya sedang asyiknya menjilat vaginanya, Elvina terbangun ! Saya pun terkejut setengah mati ! Untung Elvina tidak teriak tapi hanya menutup buah-dadanya dan vaginanya dengan kedua tangannya. Mukanya kelihatan takut juga. Elvina lalu berkata

    “ Siapa kamu, apa yang ingin kamu lakukan ?”. Saya langsung berpikir keras untuk keluar dari kesulitan ini !

    Lalu saya mengatakan kepada Elvina: “ Elvina, saya melakukan ini karena Gunawan yang mengijinkannya !”, kataku yang berbohong. Elvina kelihatan tidak percaya lalu berkata

    “Tidak mungkin, Gunawan kakakku !”. Pandai juga dia ! Tapi saya tidak menyerah begitu saja.

    Saya mengatakan lagi “ Elvina, saya tahu Gunawan kakakmu tapi dia punya hutang yang amat besar pada saya, apakah kamu tega melihat kakakmu terlibat hutang yang amat besar ? Apakah kamu tidak kasihan pada Gunawan ?, kalau dia tidak melunasi hutangnya, dia bisa dipenjara ” kataku sambil berbohong . Elvina terdiam sejenak.

    Saya berusaha menenangkan Elvina sambil mengelus rambutnya. Elvina tetap terdiam. Sayapun dengan lembut menarik tangannya yang menutupi kedua buah dadanya. Dia kelihatannya pasrah saja dan membiarkan tangannya ditarik oleh saya. Terlihat lagi kedua buah dadanya yang indah dan ranum itu ! Saya mencium pipinya dan berkata

    “Saya akan selalu mencintaimu, percayalah !”. Saya merebahkan tubuhnya dan menarik tangannya yang lain yang menutupi vaginanya. Akhirnya dia menyerah dan pasrah saja terhadap saya. Saya tersenyum dalam hati. Saya langsung buru-buru membuka seluruh pakaian saya untuk segera menuntaskan “ tugas “ ini ( maklum saja, kalau terlalu lama, transaksi Gunawan dengan Dedy selesai, sayapun bisa ketahuan, ujung-ujungnya saya bisa saja terbunuh ! ).


    Saya langsung mencium mulut Elvina dengan rakus. Elvina kelihatannya belum pernah ciuman sebelumnya karena dia masih kaku. Lalu saya mencium lehernya dan turun ke arah buah dadanya. Saya menyedot kedua buah dadanya dengan kencang dan rakus dan meremas-remas kedua buah dadanya dengan sangat kuat, Elvina kelihatannya kesakitan juga dengan remasan saya itu, Sayapun menarik-narik kedua pentilnya dengan kuat !

    “Sakit kak “ kata Elvina. Saya tidak lagi mendengar rintihan Elvina. Saya mengulum dan menggigit pentil Elvina lagi sambil tangan kanan saya meremas kuat pantat Elvina. Setelah puas, saya membalikkan badan Elvina sehingga Elvina tengkurap.

    Saya jilat seluruh punggung Elvina sampai ke pantatnya. Saya remas pantat Elvina kuat-kuat dan saya buka pantatnya hingga terlihat anusnya yang bersih dan indah. Saya jilat anus Elvina, terasa asin sedikit ! Dengan jari telunjuk saya, saya tusuk-tusuk anusnya, Elvina kelihatan merintih atas tindakan saya itu. Saya angkat pantat Elvina, saya remas bagian vagina Elvina sambil ia nungging ( posisi saya di belakang Elvina ). Elvina sudah seperti boneka mainan saya saja !. Setelah puas , saya balikkan lagi tubuh Elvina sehingga ia terlentang, saya naik ke atas kepala Elvina dan menyodorkan penis saya ke mulut Elvina.

    “ Jilat dan kulum !” kataku. Elvina ragu juga pada awalnya, tapi saya terus membujuknya dan akhirnya ia menjilat juga.
    Penis saya terasa enak dan geli juga dijilat olehnya, seperti anak kecil yang menjilat permen lolipopnya.

    “Kulum !” kataku, dia lalu mengulumnya. Saya dorong pantat saya sehingga penis saya masuk lebih dalam lagi, kelihatannya dia seperti mau muntah karena penis saya menyentuh kerongkongannya dan mulutnya yang kecil kelihatan sulit menelan sebagian penis saya sehingga ia sulit bernapas juga. Sambil ia mengulum penis saya, tangan kanan saya meremas kuat-kuat payudaranya yang kiri hingga terlihat bekas merah di payudaranya.
    Saya langsung melepaskan kuluman itu dan menuju ke vaginanya. Saya jilat vaginanya sepuas mungkin, lidah saya menusuk vaginanya yang merah pink itu lebih dalam, Elvina menggerak-gerakkan pantatnya kiri-kanan, atas-bawah, entah karena kegelian atau mungking ia menikmatinya juga. Sambil menjilat vaginanya, kedua tangan saya meremas-remas pantatnya.

    Akhirnya saya ingin menjebol vaginanya. Saya naik ke atas tubuh Elvina, saya sodorkan penis saya ke arah vaginanya. Elvina kelihatan ketakutan juga,

    “ Jangan kak, saya masih perawan !”, Nah ini dia ! saya membujuk Elvina dengan rayuan-rayuan manis. Elvina terdiam pasrah. Saya tusuk penis saya yang besar itu yang panjangnya 18 cm dan diameter 6 cm ke vaginanya yang kecil sempit tanpa bulu itu ! Sulit sekali awalnya tapi saya tidak menyerah. Saya lebarkan kedua kakinya hingga ia sangat mengangkang dan vaginanya sedikit terbuka lagi, saya hentakkan dengan kuat pantat saya dan akhirnya kepala penis saya yang besar itu berhasil menerobos vaginanya !


    Elvina mencakar tangan saya sambil berkata “ sakitttt !!!” saya tidak peduli lagi dengan rintihan dan tangisan Elvina ! Sudah sepertiga penis saya yang masuk. Saya dorong-dorong lagi penis saya ke dalam lobang vaginanya dan akhirnya amblas semua ! Dan seperti permainan sex pada umumnya, saya tarik-dorong, tarik-dorong, tarik-dorong, terus-menerus ! Elvina memejamkan matanya sambil menggigit bibirnya. Tangan saya tidak tinggal diam, saya remas kedua buah dadanya dengan sangat kuat hingga ia kesakitan dan saya tarik-tarik pentilnya yang kuning kecoklatan itu kuat-kuat ! Saya memainkan irama cepat ketika penis saya menghujam vaginanya.

    Baru 5 menit saya merasakan cairan hangat membasahi penis saya, pasti ia mencapai puncak kenikatannya. Setelah bermain 15 menit lamanya, saya merasakan telah mencapai puncak kenikmatan, saya tumpahkan air mani saya kedalam vaginanya hingga tumpah ruah. Saya puas sekali ! Saya peluk Elvina dan mencium bibir, kening dan lehernya. Saya tarik penis saya dan saya melihat ada cairan darah di sprei kasurnya. Habislah keperawanannya !.

    Setelah itu saya lekas berpakaian karena takut ketahuan. Saya ambil uang 300.000 rupiah dari saku saya dan saya berikan ke Elvina ,

    “ Elvina, ini untuk uang jajanmu, jangan bilang ke siapa-siapa yah “, Elvina hanya terdiam saja sambil menundukkan kepala dan menutupi kedua buah dadanya dengan bantal. Saya langsung keluar kamar dan menunggu saja di depan pintu masuk. Sekitar 10 menit kemudian Gunawan dan Dedy turun sambil menggotong lukisan dan patung. Ternyata mereka transaksinya bukan hanya lukisan dan patung saja tapi termasuk beberapa barang antik lainnya. Pantasan saja mereka lama !


    Akhirnya saya dan Dedy permisi ke Gunawan dan ke kedua satpam itu. Kami pergi meninggalkan rumah itu. Dedy puas dengan transaksinya dan saya puas telah merenggut keperawanan adik Gunawan. Ha ha ha ha ha, hari yang indah dan takkan terlupakan !

  • Kisah Memek gadis-gadis pemuasku

    Kisah Memek gadis-gadis pemuasku


    2631 views

    Duniabola99.com – Cerita ini bermula ketika aku berumur 32 tahun, aku waktu itu sudah bekerja sebagai kepala bagian di sebuah perusahaan BUMN, penghasilanku lebih dari cukup. Apapun bisa kupenuhi, hanya satu yang belum dapat kuraih, yaitu kebahagiaan keluarga, atau dengan kata lain punya istri dan punya anak. Aku hidup sebagai bujangan, kadang untuk memenuhi hasrat biologisku, aku mencarter wanita malam yang kesepian.


    Ketika itu aku masih kost di kota A, kota yang indah dan tidak terlalu ramai, sebab di kota A itulah aku bekerja. Aku kost di rumah seorang ibu muda dengan satu anak gadisnya. Sebut saja ibu muda itu adalah Tante Linda, dan anak gadisnya yang masih 12 tahun usianya dan duduk di bangku SMP kelas 1, namanya Lia. Suami Tante Linda, sebut saja Oom Joko bekerja di ibukota, di suatu instansi pemerintah, dan mempunyai jabatan strategis.

    Setiap 2 minggu sekali, Oom Joko pulang ke kota A, aku sendiri cukup akrab dengan Oom Joko, umurku dengannya tidak terlalu terpaut jauh. Oom Joko aku taksir baru berumur sekitar 35 tahun, sedangkan Tante Linda justru lebih tua sedikit, 37 tahun. Aku menyebut mereka Oom dan Tante, sebab walaupun beda umur antara aku dan mereka sedikit, tetapi mereka sudah berkeluaga dan sudah punya seorang anak gadis.

    Tante Linda merupakan seorang sekretaris di sebuah perusahaan otomotif di kota B yang jaraknya tidak begitu jauh dari kota A. Tante Linda berangkat pagi dan pulang malam, begitu seterusnya setiap harinya, sehingga aku kurang begitu dekat dengan Tante Linda. Justru kepada anak gadisnya yang masih SMP yang bernama Lia, aku merasa dekat. Sebab pada hari-hari kosongku, Lia lah yang menemaniku.

    Selama tinggal serumah dengan Tante Linda dan anak gadisnya, yaitu Lia, aku tidak pernah berpikiran buruk, misalnya ingin menyetubuhi Tante Linda atau yang lainnya. Aku menganggapnya sudah seperti kakak sendiri. Dan kepada Lia, aku juga sudah menganggapnya sebagai keponakanku sendiri pula.

    Sampai akhirnya ketika suatu hari, hujan gerimis rintik-rintik, pekerjaan kantor telah selesai aku kerjakan, dan saat itu hari masih agak siang. Aku malas sekali ingin pulang, lalu aku berpikir berbuat apa di hari seperti ini sendirian. Akhirnya aku putuskan meminjam kaset VCD Blue Film yang berjudul Tarzan X ke rekan kerjaku.

    Kebetulan dia selalu membawanya, aku pinjam ke dia, lalu aku cepat-cepat pulang. Keadaan rumah masih sangat sepi, sebab Lia masih sekolah, dan Tante Linda bekerja. Karena aku kost sudah cukup lama, maka aku dipercaya oleh Oom Joko dan Tante Linda untuk membuat kunci duplikat. Jika sewaktu-waktu ada perlu di rumah, jadi tidak harus repot menunggu Lia pulang ataupun Tante Linda pulang.

    Aku sebetulnya ingin menyaksikan film tersebut di kamar, entah karena masih sepi, maka aku menyaksikannya di ruang keluarga yang kebetulan tempatnya di lantai atas. Ah.. lama juga aku tidak menyaksikan film seperti ini, dan memang lama juga aku tidak ML (making love) dengan wanita malam yang biasa kupakai akibat stres karena kerjaan yang tidak ada habis-habisnya.


    Aku mulai memutar film tersebut, dengan ukuran TV Sony Kirara Baso, seakan aku menyaksikan film bioskop, adegan demi adegan syur membuatku mulai bernafsu dan membuat batang kemaluanku berontak dari dalam celanaku. Aku kasihan pada adik kecilku itu, maka kulepaskan saja celanaku, kulepaskan juga bajuku, sehingga aku hanya menggunakan kaos singlet ketat saja.

    Celana panjang dan celana dalamku sudah kulepaskan, maka mulai berdiri dengan kencang dan kokohnya batang kemaluanku yang hitam, panjang, besar dan berdenyut-denyut. Aku menikmatinya sesaat, sampai akhirnya kupegangi sendiri batang kemaluanku itu dengan tangan kananku.

    Mataku tetap konsentrasi kepada layar TV, melihat adegan-adegan yang sudah sedemikian panasnya. Tarzan yang bodoh itu sedang diajari oleh wanitanya untuk memasukkan batang kemaluannya itu ke lubang kemaluan si wanita.

    Batang kemaluan yang dari tadi kupegangi, kini telah kukocok-kocok, lambat dan cepat silih berganti gerakanku dalam mengocok. Setelah sekian lama, aku merasa sudah tidak kuat lagi menahan cairan mani yang ingin keluar.

    Lalu, “Ahh… crrrottt.. cccroottt…,” aku sudah menyiapkan handuk kecil untuk menampung cairan mani yang keluar dari lubang kencing kemaluanku. Sehingga cairan itu tidak muncrat kemana-mana.

    Ternyata tanpa sepengetahuanku, ada sepasang mata melihat ke arahku dengan tidak berkedip, sepasang mata itu rupanya melihat semua yang kulakukan tadi. Aku baru saja membersihkan batang kemaluanku dengan handuk, lalu sepasang mata itu keluar dari persembunyiannya, sambil berkata kecil.

    “Oom Agus, lagi ngapain sih, kok main-main titit begitu, emang kenapa sih?” kata suara kecil mungil yang biasa kudengar.

    Bagaikan disambar geledek di siang hari, aku kaget, ternyata Lia sudah ada di belakangku. Aku gugup akan bilang apa, kupikir anak ini pasti sudah melihat apa yang kulakukan dari tadi.

    “Eh, Llliiiiaaa.. baru pulang?” sahutku sekenanya.

    “Iya nih Oom, ngga ada pelajaran.” tukas Lia, lalu Lia melanjutkan perkataannya, “Oom Agus, Lia tadi kan nanya, Oom lagi ngapain sih, kok mainin titit gitu?”

    “Oohh ini..,” aku sudah sedikit bisa mengontrol diri, “Ini.. Oom habis melakukan olahraga , Lia.”

    “Ooohh.. habis olahraga yaaa..?” Lia sedikit heran.

    “Iya kok.. olahraga Oom, ya begini, sama juga dengan olahraga papanya Lia.” jawabku ingin meyakinkan Lia.

    “Kalo olahraga Lia di sekolah pasti sama pak guru Lia disuruh lari.” Lia menimpali.

    “Itu karena Lia kan masih sekolah, jadi olahraganya harus sesuai dengan petunjuk pak guru.” jawabku lagi.

    “Oom, Lia pernah lihat papa juga mainin titit persis seperti yang Oom Agus lakukan tadi, cuma bedanya papa mainin tititnya sama mama.” Lia dengan polosnya mengatakan hal itu.

    “Eh, Lia pernah lihat papa dan mama olahraga begituan?” aku balik bertanya karena penasaran.

    “Sering lihat Oom, kalo papa pulang, kalo malem pasti melakukannya sama mama.” ujar Lia masih dengan polosnya menerangkan apa yang sering dilihatnya.

    “Seperti ini yaa..?” sambil aku menunjuk ke cover gambar film Tarzan X, gambar Tarzan dengan memasukkan batang kemaluannya ke lubang kelamin wanitanya.


    “Iya Oom, seperti apa yang di film itu lho!” jawab Lia, “Eh.. Oom, bagus lho filmnya, boleh ngga nih Lia nonton, mumpung ngga ada mama?”

    “Boleh kok, cuma dengan syarat, Lia tidak boleh mengatakan hal ini sama papa dan mama, oke?” aku memberi syarat dengan perasaan kuatir jika sampai Lia cerita pada mama dan papanya.

    “Ntar Oom beliin coklat yang banyak deh.” janjiku.

    “Beres Oom, Lia ngga bakalan cerita ke mama dan papa.” dengan santai Lia menjawab perkataanku, rupanya Lia langsung duduk di sofa menghadap ke TV.

    Kuputar ulang lagi film Tarzan X tersebut, dan Lia menontonnya dengan sepenuh hati, adegan demi adegan dilihatnya dengan penuh perhatian. Aku sendiri termenung menyaksikan bahwa di depanku ada seorang gadis kecil yang periang dan pintar sedang menonton blue film dengan tenangnya.

    Sedangkan aku sendiri masih belum memakai celanaku, ikut melihat lagi adegan-adegan film Tarzan X itu, membuat batang kemaluanku tegang dan berdiri kembali, kubiarkan saja. Lama kelamaan, aku tidak melihat ke arah film Tarzan X itu, pandanganku beralih ke sosok hidup yang sedang menontonnya, yaitu Lia.

    Lia adalah yang tergolong imut dan manis untuk gadis seusianya. Entah kenapa, aku ingin sekali bersetubuh dengan Lia, aku ingin menikmati rasanya lubang kelamin Lia, yang kubayangkan pastilah masih sangat sempit. Ahhh.. nafsuku kian membara karena memikirkan hal itu.

    Aku mencoba mencari akal, bagaimana caranya agar keperawanan Lia bisa kudapatkan dan kurasakan. Kutunggu saja waktu tepatnya dengan sabar. Tidak terasa, selesailah film tersebut. Suara Lia akhirnya memecahkan keheningan.

    “Oom, tuh tititnya berdiri lagi.” kata Lia sambil menunjuk ke arah batang kemaluanku yang memang sedang tegang.

    “Iya nih Lia, tapi biarin saja deh, gimana dengan filmnya?” jawabku santai.

    “Bagus kok Oom, persis seperti apa yang papa dan mama lakukan, dan Lia ada beberapa pertanyaan buat Oom nih.” Lia sepertinya ingin menanyakan sesuatu.
    “Pertanyaannya apa?” tanyaku.

    “Kenapa sih, kalo olahraga gituan harus masukin titit ke… apa tuh, Lia ngga ngerti?” tanya Lia.

    “Oh itu.., itu namanya titit dimasukkan ke lubang kencing atau disebut juga lubang memek, pasti papa Lia juga melakukan hal itu ke mama kan?” jawabku menerangkan.

    “Iya benar Oom, papa pasti masukin tititnya ke lubang yang ada pada memek mama.” Lia membenarkan jawabanku.

    “Itulah seninya olahraga beginian Lia, bisa dilakukan sendiri, bisa juga dilakukan berdua, olahraga ini khusus untuk dewasa.” kataku memberi penjelasan ke Lia.

    “Lia sudah boleh ngga Oom.. melakukan olahraga seperti itu?” tanya Lia lagi.

    Ouw.. inilah yang aku tunggu.. dasar rejeki.. selalu saja datang sendiri.

    “Boleh sih, dengan satu syarat jangan bilang sama mama dan papa.” jelasku.

    Terang saja aku membolehkan, sebab itulah yang kuharapkan.

    “Lia harus tahu, jika Lia melakukan olahraga beginian akan merasa lelah sekali tetapi juga akan merasakan enak.” tambahku.


    “Masa sih Oom? Tapi kayaknya ada benarnya juga sih, Lia lihat sendiri mama juga sepertinya merasa lelah tapi juga merasa keenakan, sampai menjerit-jerit lho Oom, malahan kadang seperti mau nangis.” Lia yang polos rupanya sudah mulai tertarik dan sepertinya ingin tahu bagaimana rasanya.

    “Emang gitu kok. Ee…, mumpung masih siang nich, mama Lia juga masih lama pulangnya, kalo Lia memang ingin olahraga beginian, sekarang saja gimana?” aku sudah tidak sabar ingin melihat pesona kemaluannya Lia, pastilah luar biasa.

    “Ayolah!” Lia mengiyakan.

    Memang rasa ingin tahu anak gadis seusia Lia sangatlah besar. Ini adalah hal baru bagi Lia. Segera saja kusiapkan segala sesuatunya di otakku. Aku ingin Lia merasakan apa yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Kaos singlet yang menempel di tubuhku telah kulepas. Aku sudah telanjang bulat dengan batang kejantananku mengacung-ngacung keras dan tegang.

    Baru pernah seumur hidupku, aku telanjang di hadapan seorang gadis belia berumur 12 tahun. Lia hanya tersenyum-senyum memandangi batang kemaluanku yang berdiri dengan megahnya. Mungkin karena kebiasaan melihat papa dan mamanya telanjang bulat, sehingga melihatku telanjang bulat merupakan hal yang tidak aneh lagi bagi Lia.

    Kusuruh Lia untuk membuka seluruh pakaiannya. Awalnya Lia protes, tetapi setelah kuberitahu dan kucontohkan kenapa mama Lia telanjang bulat, dan kenapa ceweknya Tarzan juga telanjang bulat, sebab memang sudah begitu seharusnya.

    Akhirnya Lia mau melepas pakaiannya satu persatu. Aku melihat Lia melepaskan pakaiannya dengan mata tidak berkedip. Pertama sekali, lepaslah pakaian sekolah yang dikenakannya, lalu rok biru dilepaskan juga. Sekarang Lia tinggal mengenakan kaos dalam dan celana dalam saja.

    Di balik kaos dalamnya yang cukup tebal itu, aku sudah melihat dua benjolan kecil yang mencuat, pastilah puting susunya Lia yang baru tumbuh. Baru saja aku berpikiran seperti itu, Lia sudah membuka kaos dalamnya itu dan seperti apa yang kubayangkan, puting susu Lia yang masih kuncup, membenjol terlihat dengan jelas di kedua mataku.

    Puting susu itu begitu indahnya. Lain sekali dengan yang biasa kulihat dan kurasakan dari wanita malam langgananku, rata-rata puting susu mereka sudah merekah dan matang, sedangkan ini, aku hanya bisa menelan ludah.

    Payudara Lia memang belum nampak, sebab karena faktor usia. Akan tetapi puting susunya sudah mulai menampakkan hasilnya. Membenjol cukup besar dan mencuat menantang untuk dinikmati. Warna puting susu Lia coklat kemerahan, aku melihat puting susu itu menegang tanpa Lia menyadarinya. Lalu Lia melepaskan juga celana dalamnya.


    Kembali aku dibuatnya sangat bernafsu, kemaluan Lia masih berupa garis lurus, seperti kebanyakan milik anak-anak gadis yang sering kulihat mandi di sungai. Vagina yang belum ditumbuhi bulu rambut satu pun, masih gundul. Aku sungguh-sungguh melihat pemandangan yang menakjubkan ini. Terbengong-bengong aku dibuatnya.

    “Oom, udah semua nih, udah siap nih Oom.”

    Aku tersentak dari lamunan begitu mendengar Lia berbicara.

    “Oke, sekarang dimulai yaaa…?”

    Kuberi tanda ke Lia supaya tiduran di sofa. Pertama sekali aku meminta ijin ke Lia untuk menciuminya, Lia mengijinkan, rupanya karena sangat ingin atau karena Lia memang sudah mulai menuruti nafsunya sendiri, aku kurang tahu. Yang penting bagiku, aku merasakan liang perawannya dan menyetubuhinya siang ini.

    Aku ciumi kening, pipi, hidung, bibir dan lehernya. Kupagut dengan mesra sekali. Kubuat seromantis mungkin. Lia hanya diam seribu bahasa, menikmati sekali apa yang kulakukan kepadanya.

    Setelah puas aku menciuminya, “Lia, boleh ngga Oom netek ke Lia?” tanyaku meminta.

    “Tapi Oom, tetek Lia kan belon sebesar seperti punya mama.” kata Lia sedikit protes.

    “Ngga apa-apa kok Lia, tetek segini malahan lebih enak.” kilahku meyakinkan Lia.

    “Ya deh, terserah Oom saja, asalkan ngga sakit aja.” jawab Lia akhirnya memperbolehkan.

    “Dijamin deh ngga sakit, malahan Lia akan merasakan enak dan nikmat yang tiada tara.” jawabku lagi.
    Segera saja kuciumi puting susu Lia yang kiri, Lia merasa geli dan menggelinjang-gelinjang keenakan, aku merasakan puting susu Lia mulai mengalami penegangan total.

    Selanjutnya, aku hisap kedua puting susu tersebut bergantian. Lia melenguh menahan geli dan nikmat, aku terus menyusu dengan rakusnya, kusedot sekuat-kuatnya, kutarik-tarik, sedangkan puting susu yang satunya lagi kupelintir-pelintir.

    “Oom, kok enak banget nihhh… oohhh… enakkk…” desah Lia keenakan.


    Lia terus merancau keenakan, aku sangat senang sekali. Setelah sekian lama aku menyusu, aku lepaskan puting susu tersebut. Puting susu itu sudah memerah dan sangat tegangnya. Lia sudah merasa mabuk oleh kenikmatan. Aku bimbing tangannya ke batang kemaluanku.

    “Lia, kocok dong tititnya Oom Agus.” aku meminta Lia untuk mengocok batang kemaluanku.

    Lia mematuhi apa yang kuminta, mengocok-ngocok dengan tidak beraturan. Aku memakluminya, karena Lia masih amatir, sampai akhirnya aku justru merasa sakit sendiri dengan kocokan Lia tersebut, maka kuminta Lia untuk menghentikannya.

    Selanjutnya, kuminta Lia untuk mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, tanpa bertanya Lia langsung saja mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, aku terpana sesaat melihat vagina Lia yang merekah.

    Tadinya kemaluan itu hanya semacam garis lurus, sekarang di hadapanku terlihat dengan jelas, buah klitoris kecil Lia yang sebesar kacang kedelai, vaginanya merah tanpa ditumbuhi rambut sedikit pun, dan yang terutama, lubang kemaluan Lia yang masih sangat sempitnya. Jika kuukur, hanya seukuran jari kelingking lubangnya.

    Aku lakukan sex dengan mulut, kuciumi dan hisap kemaluan Lia dengan lembut, Lia kembali melenguh. Lenguhan yang sangat erotis. Meram melek kulihat mata Lia menahan enaknya hisapanku di kemaluannya. Kusedot klitorisnya. Lia menjerit kecil keenakan, sampai tidak berapa lama.

    “Oom, enak banget sih, Lia senang sekali, terussinnn…” pinta Lia.

    Aku meneruskan menghisap-hisap vagina Lia, dan Lia semakin mendesah tidak karuan. Aku yakin Lia hampir mencapai puncak orgasme pertamanya selama hidup.

    “Oommm… ssshhh… Lia mau pipis nich..”

    Lia merasakan ada sesuatu yang mendesak ingin keluar, seperti ingin kencing.

    “Tahan dikit Lia… tahan yaaa…” sambil aku terus menjilati, dan menghisap-hisap kemaluannya.

    “Udah ngga tahan nich Oommm… aahhh…”

    Tubuh Lia mengejang, tangan Lia berpegangan ke sofa dengan erat sekali, kakinya menjepit kepalaku yang masih berada di antara selangkangannya.

    Lia ternyata sudah sampai pada klimaks orgasme pertamanya. Aku senang sekali, kulihat dari bibir lubang perawannya merembes keluar cairan cukup banyak. Itulah cairan mani nikmatnya Lia.

    “Oohhh… Oom Agus… Lia merasa lemes dan enak sekali… apa sih yang barusan Lia alami, Oom…?” tanya Lia antara sadar dan tidak.

    “Itulah puncaknya Lia.., Lia telah mencapainya, pingin lagi ngga?” tanyaku.

    “Iya.. iya.. pingin Oom…” jawabnya langsung.


    Aku merasakan kalau Lia ingin merasakannya lagi. Aku tidak langsung mengiyakan, kusuruh Lia istirahat sebentar, kuambilkan semacam obat dari dompetku, obat dopping dan kusuruh Lia untuk meminumnya. Karena sebentar lagi, aku akan menembus lubang perwannya yang sempit itu, jadi aku ingin Lia dalam keadaan segar bugar.

    Tidak berapa lama, Lia kulihat telah kembali fit.

    “Lia… tadi Lia sudah mencapai puncak pertama, dan masih ada satu puncak lagi, Lia ingin mencapainya lagi kan..?” bujukku.

    “Iya Oom, mau dong…” Lia mengiyakan sambil manggut-manggut.

    “Ini nanti bukan puncak Lia saja, tetapi juga puncak Oom Agus, ini finalnya Lia” kataku lagi menjelaskan.

    “Final?” Lia mengernyitkan dahinya karena tidak paham maksudku.

    “Iya, final.., Oom ingin memasukan titit Oom ke lubang memek Lia, Oom jamin Lia akan merasakan sesuatu yang lebih enak lagi dibandingkan yang tadi.” akhirnya aku katakan final yang aku maksudkan.

    “Ooh ya, tapi.. Oom.. apa titit Oom bisa masuk tuh? Lubang memek Lia kan sempit begini sedangkan tititnya Oom.. gede banget gitu…” Lia sambil menunjuk lubang nikmatnya.

    “Pelan-pelan dong, ntar pasti bisa masuk kok.. cobain ya..?” pintaku lagi.

    “Iya deh Oom…” Lia secara otomatis telah mengangkangkan kakinya selebar-lebarnya.

    Kuarahkan kepala kemaluanku ke lubang vagina Lia yang masih super sempit tersebut. Begitu menyentuh lubang nikmatnya, aku merasa seperti ada yang menggigit dan menyedot kepala kemaluanku, memang sangat sulit untuk memasukkannya.

    Sebenarnya bisa saja kupaksakan, tetapi aku tidak ingin Lia merasakan kesakitan. Kutekan sedikit demi sedikit, kepala kemaluanku bisa masuk, Lia mengaduh dan menjerit karena merasa perih. Aku menyuruhnya menahan. Efek dari obat dopping itu tadi adalah untuk sedikit meredam rasa perih, selanjutnya kutekan kuat-kuat.

    “Blusss…”

    Lia menjerit cukup keras, “Ooommm… tititnya sudaaahhh masuk… kkaahhh?”

    “Udah sayang… tahan ya…” kataku sambil mengelus-ngelus rambut Lia.

    Aku mundurkan batang kemaluanku. Karena sangat sempitnya, ternyata bibir kemaluan Lia ikut menggembung karena tertarik. Kumajukan lagi, kemudian mundur lagi perlahan tetapi pasti. Beberapa waktu, Lia pun sepertinya sudah merasakan enak.

    Setelah cairan mani Lia yang ada di lubang perawannya semakin membanjir, maka lubang kenikmatan itu sudah sedikit merekah. Aku menggenjot maju mundur dengan cepat. Ahhh.. inikah kemaluan perawan gadis imut. Enak sekali ternyata. Hisapannya memang tiada duanya. Aku merasa keringat telah membasahi tubuhku, kulihat juga keringat Lia pun sudah sedemikian banyaknya.

    Sambil kuterus berpacu, puting susu Lia kumainkan, kupelintir-pelintir dengan gemas, bibir Lia aku pagut, kumainkan lidahku dengan lidahnya. Aku merasakan Lia sudah keluar beberapa kali, sebab aku merasa kepala batang kemaluanku seperti tersiram oleh cairan hangat beberapa kali dari dalam lubang surga Lia. Aku ganti posisi.


    Jika tadi aku yang di atas dan Lia yang di bawah, sekarang berbalik, aku yang di bawah dan Lia yang di atas. Lia seperti kesetanan, bagaikan cowboy menunggang kuda, oh enak sekali rasanya di batang kemaluanku. Naik turun di dalam lubang surga Lia.

    Sekian lama waktu berlalu, aku merasa puncak orgasmeku sudah dekat. Kubalik lagi posisinya, aku di atas dan Lia di bawah, kupercepat gerakan maju mundurku. Lalu aku peluk erat sekali tubuh kecil dalam dekapanku, kubenamkan seluruh batang kemaluanku. Aku menegang hebat.

    “Crruttt… crruttt…”

    Cairan maniku keluar banyak sekali di dalam lubang kemaluan Lia, sedangkan Lia sudah merasakan kelelahan yang amat sangat. Aku cabut batang kemaluanku yang masih tegang dari lubang kemaluan Lia. Lia kubiarkan terbaring di sofa.

    Tanpa terasa, Lia langsung tertidur, aku bersihkan lubang kelaminnya dari cairan mani yang perlahan merembes keluar, kukenakan kembali semua pakaiannya, lalu kubopong gadis kecilku itu ke kamarnya. Aku rebahkan tubuh mungil yang terkulai lelah dan sedang tertidur di tempat tidurnya sendiri, kemudian kucium keningnya. Terima kasih Lia atas kenikmatannya tadi. Malam pun tiba.

    Keesokan harinya, Lia mengeluh karena masih merasa perih di vaginanya, untungnya Tante Linda tidak tahu. Hari berlalu terus. Sering kali aku melakukan olahraga senggama dengan Lia, tentunya tanpa sepengetahuan Oom Joko dan Tante Linda.

    Kira-kira sudah berjalan setengah tahun lamanya, Lia sudah sangat pintar untuk ukuran gadis seusianya dalam melakukan olahraga senggama. Aku pun sangat memanjakannya, uang yang biasa kuhamburkan untuk membayar wanita malam, kuberikan ke Lia. Untuk menghindari kecurigaan orang tuanya, uang itu kubelikan hal-hal yang Lia suka, seperti makanan, mainan dan masih banyak lagi.

    Sekarang Lia sudah kelas 2 SMP, naik kelas dengan nilai yang bagus, apa yang kulakukan dengan Lia tidak mempengaruhi belajarnya. Inilah yang membuat aku semakin sayang, dan sampai suatu saat, Tante Linda diharuskan pergi beberapa hari lamanya ke ibu kota untuk menemani Oom Joko menghadiri resepsi-resepsi pernikahan dari rekan-rekan kerja Oom Joko yang kebetulan berurutan tanggalnya.

    Aku ditinggal berdua di rumah dengan Lia, memang sudah terlalu biasa, sedikit bedanya adalah sekarang sudah super bebas, tidak mengkhawatirkan kalau-kalau Tante Linda pulang dari kerja.

    Lia pernah menjanjikan kepadaku akan membawa teman-teman akrabnya main ke rumah untuk diajarkan olahraga senggama. Dan saat yang tepat adalah sekarang, dimana Tante Linda tidak akan ada di rumah untuk beberapa hari, dan Lia juga mulai libur karena kelasnya dipakai untuk testing uji coba siswa kelas 3.

    Sangat kebetulan sekali kalau hari ini sabtu, sekolah Lia pulang sangat awal dikarenakan guru-guru sibuk menyiapkan bahan untuk testing uji coba siswa kelas 3. Lia telpon ke kantorku, menanyakan apakah aku bisa pulang cepat atau tidak. Lia juga mengatakan kalau dia membawa teman-temannya seperti yang telah dijanjikannya.

    Kontan saja mendengar kabar itu, aku langsung ijin pulang. Sebelum pulang ke rumah kusempatkan mampir ke apotik untuk membeli sejumlah obat-obatan yang kuperlukan nantinya, aku ingin penantian yang begitu lamanya, di hari ini akan terlaksana.

    Sesampainya di rumah, benar saja, ada tiga gadis teman akrab Lia, mereka semua cantik-cantik. Tidak kalah cantik dengan Lia. Gadis pertama bernama Anna, wajahnya cantik, hidungnya mancung, rambutnya lurus potongan pendek, tubuhnya tidak terlalu kurus.

    Senyumnya selalu menghiasi bibirnya yang sensual, payudaranya kelihatan belum tumbuh akan tetapi satu yang membuat aku heran, dari benjolan bajunya, kutahu kalau itu puting susunya Anna, sepertinya lumayan besar. Tetapi masa bodo, yang penting miliknya bisa dinikmati. Anna ini sepertinya tomboy, wow, kuat juga nih senggamanya, pikiran kotorku muncul mendadak.


    Lalu gadis kedua bernama Indah, wajahnya mirip Lia, hidungnya mancung, rambutnya lurus panjang sebahu, agaknya lumayan pendiam, tubuhnya sedikit lebih besar dibandingkan dengan Lia dan Anna, payudaranya sudah sedikit tumbuh, terlihat dari permukaan bajunya yang sedikit membukit, lumayan bisa buat diremas-remas, sebab tanganku sudah lama tidak meremas payudara montok.

    Gadis yang ketiga, inilah yang membuatku terpana, namanya Devi. Ternyata Devi ini masih keturunan India, cantik sekali, rambutnya pendek, hidungnya sangat mancung, dan sepertinya sedikit cerewet. Tubuhnya sama dengan Lia, kecil dan imut, payudaranya kurasa juga belum tumbuh. Sekilas, puting susunya saja belum terlihat.

    Aku pulang tidak lupa dengan membawa oleh-oleh yang sengaja kubeli, aku manjakan mereka semua sesuai dengan pesan Lia. Teman-temannya ingin melihat olahraga senggama yang sering Lia lakukan. Lia memang sedikit ceroboh, membocorkan hal-hal seperti ini, tetapi Lia menjamin, karena ketiga gadis itu adalah sahabat sejatinya.

    Singkat waktu, malam pun tiba. Ketiga gadis teman Lia itu sudah berencana untuk menginap di rumah Lia, sebab besoknya adalah minggu, alias libur, seninnya juga masih libur dan lagi mereka pun sudah ijin kepada orang tuanya masing-masing untuk menginap di tempatnya Lia, alasannya menemani Lia yang ditinggal mamanya ke luar kota.

    Pertama sekali, aku diperkenalkan Lia kepada ketiga temannya, dan tidak ada basa-basi seperti apa yang kulakukan kepada Lia dulu. Aku meminta Lia memutarkan film Tarzan X kesukaannya kepada ketiga temannya itu. Gadis-gadis kecil itu rupanya sudah menantikan.

    Menonton pun dengan konsentrasi tinggi layaknya sedang ujian. Aku takjub melihat mereka, dan justru cekikikan sendiri melihat adegan demi adegan, sepertinya ketiga teman Lia itu sudah pernah melihat yang sesungguhnya atau pemandangan yang nyata.

    Setelah film usai, aku lalu beranikan diri bertanya ke mereka. Pertama sekali adalah ke Anna yang aku nilai paling berani.

    “Anna, Oom penasaran, kayaknya Anna sering lihat olahraga begituan?” tanyaku penuh selidik.

    “Iya benar kok Oom… Anna sering lihat olahraga begitu, terlebih kakak Anna sama pacarnya, mereka selalu berbuat begituan di rumah” jawab Anna jujur menjelaskan dan membenarkan.

    “Hah? Masak sih di rumah..” tanyaku lagi dengan heran.

    “Iya, bener kok Oom, sebab papa dan mama Anna kan ngga tinggal di sini” Anna menjawab keherananku.

    “Oohhh…” aku hanya bisa manggut-manggut.

    “Emang sih, Anna lihatnya dengan sembunyi-sembunyi, sebab merasa penasaran sebenarnya apa sih yang kakak Anna lakukan bersama pacarnya? Ternyata seperti di film Tarzan itu Oom…” Anna menjawab dengan menerangkan tanpa merasa aneh atau bahkan malu.

    Lalu aku selanjutnya bertanya kepada Indah. Indah sedikit tergagap sewaktu kutanya, ternyata Indah sendiri sudah mengetahui hal begituan secara tidak sengaja sewaktu sedang menjemur pakaian di loteng rumahnya.

    Indah bercerita, tanpa sengaja dia melihat di halaman belakang tetangganya, ada yang sedang bermain seperti yang dilakukan di dalam film Tarzan X tersebut. Intinya Indah tahu kalau titit itu bisa dimasukkan ke lubang wanita.


    Terakhir aku bertanya ke Devi, dengan polosnya Devi mengungkapkan kalau dia mengetahui hal-hal begituan dari melihat apa yang papa dan mamanya lakukan ketika malam hari. Sama seperti dengan pengalaman Lia pertama kali melihat hal itu.

    Setelah aku mendengar cerita mereka, aku menawarkan, apakah mereka ingin melihat langsung, kompak sekali mereka bertiga menjawab ya. Lalu aku bertanya sekali lagi, apakah mereka ingin merasakannya juga, sekali lagi dengan kompaknya, mereka bertiga menjawab ya.

    “Kalo begitu… Oom mulai sekarang ya…?” jantungku berdegup kencang karena girang yang tiada tara, aku tidak mengira akan semulus ini.

    Aku akhirnya melepaskan seluruh pakaian yang kukenakan, sesuai dengan rencana, aku akan memamerkan olahraga senggama itu berpasangan dengan Lia, dan sebetulnya Lia yang mempunyai ide merencanakan itu semua.

    Anna, Indah dan Devi memandangi terus ke bagian bawah tubuhku, apalagi kalau bukan batang kemaluanku yang sangat kubanggakan, hitam, panjang, besar, berotot, dan berdenyut-denyut. Lia sendiri sudah melepaskan seluruh pakaiannya. Puting susu Lia sudah membenjol cukup besar karena sering kali kuhisap, dan oleh Lia sendiri sering ditarik-tarik saat menjelang tidur.

    Payudaranya masih belum nampak mulai menumbuh. Untuk bagian bawah, vagina Lia sudah sedikit berubah. Dulunya hanya seperti garis membujur, sekarang dari kemaluan Lia sudah mencuat bibir bibir berdaging, hal ini dikarenakan sudah sering kumasuki dengan batang kemaluanku tentunya, tetapi itu semua tidak mengurangi keindahan dan kemampuan empotnya (hisapan dan pijatan vagina).

    Aku main tembak langsung saja kepada Lia, sebab aku tahu Lia sudah sangat berpengalaman sekali untuk hal beginian. Kupagut bibir Lia, tanganku memainkan puting susu dan liang nikmatnya, Lia sudah cepat sekali terangsang, kulepaskan pagutanku, lalu kuciumi puting susunya.


    Kuhisap bergantian, kiri dan kanan. Anna, Indah dan Devi melihat caraku memainkan tubuh telanjang Lia, napas mereka bertiga mulai memburu, rupanya nafsu ingin ikut merasakan telah menghinggapi mereka.

    Sekian lama kuciumi dan hisap puting susu mungil yang sudah lumayan membenjol besar itu, aku memang sangat suka sekali menetek dan menghisap puting susu, terlebih bila melihat ibu muda sedang menyusui bayinya, ouw, pasti aku langsung terangsang hebat.

    Setelah puas kuberkutat di puting susu Lia dengan ciuman dan hisapan mulutku, kualihkan ke liang senggama Lia, kalau dahulu Lia tidak bisa menahan puncak orgasmenya, sekarang sudah sedikit ada kemajuan.

    Kuhisap dan kuciumi liangnya, Lia masih bisa menahan agar tidak jebol, tidak lama aku merasakan Lia sudah bergetar, kupikir jika aku terlalu lama menghisap lubang senggamanya, Lia pasti tidak akan kuat lagi menahan cairan maninya keluar, maka langsung saja kumasukkan batang kemaluanku yang sudah sangat tegang itu ke lubang kenikmatan Lia.

    Aku tidak merasa kesulitan lagi untuk memasuki lubang vagina Lia, sudah begitu hapal, maka semua batang kemaluanku amblas ke dalam lubang senggama Lia.

    Anna, Indah dan Devi melihat dengan sedikit melotot seolah tidak percaya batang kejantananku yang hitam, panjang dan sedemikian besarnya bisa masuk ke lubang senggama teman mereka, yaitu Lia. Mereka bertiga mendesah-desah aku merasa mereka sudah ingin sekali merasakan lubang kenikmatan mereka juga diterobos batang kejantananku.

    Aku menggerakan maju mundur, mulai dari perlahan lalu bertambah cepat, kemudian berganti posisi, berulang kali sekitar 15 menit. Aku sudah merasakan Lia akan mencapai puncak orgasmenya. Betul saja, tidak lama kemudian, Lia memelukku erat dan dari dalam lubang surganya aku merasakan ada semprotan yang keras menerpa kepala kejantananku yang berada di dalam lubang vaginanya.

    Banyak sekali Lia mengeluarkan cairan mani, Lia terkulai lemas, batang kejantananku masih gagah dan kokoh, memang aku sengaja untuk tidak menguras tenagaku berlebihan, target tiga vagina perawan yang menanti harus tercapai.

    Lia kusuruh istirahat, Lia langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan badan sekaligus beristirahat, selanjutnya kutawarkan ke Anna, Indah, dan Devi, siapa yang mau duluan. Sejenak mereka bertiga sepertinya ragu, lalu akhirnya Anna yang mengajukan diri untuk mencoba.

    “Bagus Anna, kamu berani deh.” pujiku kepada Anna.

    Tanpa berlama-lama, kusuruh Anna untuk membuka seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya, langsung saja Anna melakukan apa yang kusuruh, aku memandangi Anna yang mulai melepas pakaiannya satu persatu, sampai akhirnya telanjang bulat.

    Tubuh Anna putih bersih, apa yang tadi membuatku penasaran sudah terobati, puting susu Anna kunilai aneh, payudaranya memang belum tumbuh, akan tetapi puting susunya itu membenjol lumayan besar. Bentuknya unik dan baru kali ini aku melihatnya, bentuknya mengerucut tumpul, puting susu dan lingkaran hitam kecoklatannya menyatu dan meninggi.


    Kata kamus ilmiah, puting susu berbentuk seperti ini langka sekali dan kualitas sensitifnya sangat tinggi, bisa dikatakan sangat perasa sekali. Sedangkan vaginanya masih berupa garis, dengan bagian sisinya sedikit membukit. Sepertinya vagina ini kenyal sekali dan super enak. Tidak sabar rasanya kuingin segera merasakannnya.

    Aku langsung menciumi bibir Anna yang sensual itu, kupagut dengan mesra. Tanganku bergerak mengusap puting susu unik milik Anna. Benar saja, begitu telapak tanganku mengusap puting susunya, Anna merasa sangat terangsang.

    “Ouwww… Oommm… enak sekali Oom..” Anna mengomentari apa yang dirasakannya.

    Aku merasakan puting susu Anna mulai menegang. Segera saja kulepaskan pagutanku di bibir Anna, aku merasa senang, rupanya Anna telah tanggap dengan apa yang kumau, dengan tangannya sendiri menjepit puting susunya dan menyodorkan kepadaku. Maka dengan rakusnya, mulailah kuciumi dan kuhisap, Anna berkali-kali menjerit kecil.

    Rupanya puting susu Anna sangat perasa, tanganku tanpa sadar menyentuh kemaluan Anna, ternyata vagina Anna sudah basah dan banyak juga cairan maninya yang merembes keluar. Aku terus saja menyusu dan mengempot puting susu Anna, kiri dan kanan bergantian.

    “Oomm… Anna kok seperti mau pipis nih… Ada sesuatu yang mau keluar dari memek Anna nih…” Anna mengungkapkan apa yang akan terjadi.

    “Tahan dikit dong…” jawabku.

    Mendengar hal ini, kulepaskan hisapanku dari puting susu Anna, lalu mulutku beralih ke liang senggama Anna. Secara otomatis, Anna sudah mengangkangkan kedua kakinya, aku mencium aroma dahsyat dari liangnya Anna. Sungguh legit. Vagina Anna merah sekali dan sudah mengkilap, kujilati kemaluan yang basah itu, selanjutnya kuhisap dalam-dalam. Anna rupanya mengelinjang liar karena merasa nikmat.

    “Oomm… Anna udah ngga kuat lagi nihhh… aahhh…” jerit Anna seiring dengan tubunnya yang menegang.

    Saat itu, mulutku masih menghisap lubang kemaluan Anna, aku merasakan ada sesuatu yang menyemprot, rasanya asih dan gurih. Inikah cairan mani Anna karena sudah mencapai orgame pertamanya, tanpa pikir panjang kutelan saja cairan mani itu, kujilati dengan rakus. Kulihat juga buah klitoris Anna yang kecil mencuat berdenyut-denyut. Aku sendiri merasakan sudah akan mencapai puncak orgasmeku.

    “Anna.. Oom mau masukin titit Oom ke lubang memek Anna nih..” aku meminta ijin kepada Anna.

    “Ya Oom, masukin saja, ayo dong cepat…” Anna rupanya sudah tidak sabar lagi ingin merasakan batang kejantananku memasuki lubang surganya.

    Kuarahkan kepala senjataku ke lubang senggamanya Anna, Anna tanpa diminta memegang batang kemaluanku dan membimbingnya memasuki lubang kemaluannya. Surprise, insting Anna hebat juga nih pikirku, tanpa kesulitan, lubang vagina yang sudah banjir dengan cairan mani itu menerima kepala kemaluan dan batang kemaluanku.

    Lumayan sempit juga, untungnya tertolong oleh cairan mani dan pengertian Anna membimbing masuk batang kemaluanku sehingga aku tidak kerepotan saat memasukannya.

    “Blusss…” kutekan sepenuhnya, aku maju mundurkan dengan segera, perlahan, lalu cepat.

    Aku merasa akan mencapai klimaksku, hisapan vagina Anna sungguh dahsyat. Ini yang membuatku tidak kuat menahan cairan maniku untuk lama keluar.

    Anna memang kuat sekali, aku merasakan Anna berkali-kali menyemprotkan cairan maninya, mungkin ada lima kali lebih, akan tetapi Anna masih mampu mengimbangi gerakanku, hebatnya lagi, goyangan pantatnya. Oh edan, akhirnya aku merasa tidak kuat menahan lagi, kulihat Anna pun sudah akan mencapai orgasme puncaknya.

    “Anna.. kita sama-sama keluarkan yaaa.. please sayang..” pintaku sambil sekuat tenaga menahan.

    “Iiiiyaaa.. Oommm.. sekarang yaaa…” Anna berkata dengan bergetar.

    Aku mengeram, tubuhku menegang, tubuh kecil Anna yang kutindih, kupeluk erat sekali.

    “Crottt… crrruttt… aaahhh.. seerrr…” kukeluarkan cairan mani puncak orgasmeku di dalam lubang kemaluan Anna yang sempit itu.

    Karena banyaknya cairan mani di dalam lubang senggama Anna, lubang kelamin itu tidak bisa menampung semua, maka merembes dengan derasnya cairan mani itu keluar dari lubang senggama, cairan maniku yang bercampur dengan cairan mani Anna. Kucabut batang kemaluanku yang masih cukup tegang dari lubang kemaluan Anna, batang kejantananku sangat mengkilap, seperti habis di pernis.


    Indah dan Devi, tanpa sepengetahuanku ternyata telah telanjang bulat, rupanya mereka berdua tidak tahan melihat pergulatanku yang cukup lama dengan Anna. Memang kuakui Anna sangat kuat, cewek tomboy ternyata benar-benar hebat permainan senggamanya.

    Apa yang dikatakan orang memang bukan isapan jempol, aku sudah membuktikannya hari ini lewat gadis kecil bernama Anna. Kupikir jika gadis tomboy yang sudah matang pasti akan lebih kuat lagi.

    Kulihat juga Lia sudah selesai membersihkan badan dan sekarang dengan penuh pengertian sibuk di dapur untuk membuat makanan. Anna yang masih terkulai lemas, kusuruh untuk mandi dulu dan istirahat, lalu setelah itu kusuruh juga untuk membantu Lia di dapur.

    Indah dan Devi dengan telanjang bulat telah menghampiriku, dari pandangan mata mereka seolah meminta giliran. Aku sebenarnya merasa kasihan, aku masih cukup lelah untuk memulainya lagi. Kupikir kalau kubiarkan mereka terlalu lama menanti, pastilah akan membuat mereka kehilangan gairah nantinya, akhirnya kuminum obat yang kubeli tadi di apotik.

    Kuminum 6 pil sekaligus, reaksi obat ini sangat cepat, badanku merasa panas. Melihat tubuh-tubuh kecil telanjang bulat milik Indah dan Devi, batang kemaluanku yang tadinya loyo sekarang tegang dan mengacung-ngacung, gairahku lebih membara lagi.

    Indah seingatku tadi masih menggunakan pakaian lengkapnya, sekarang sudah telanjang bulat, sungguh aku mengagumi tubuhnya, payudaranya sedikit menumbuh dan membukit, puting susunya kecil, mungil, coklat kehitaman telah menegang sehingga meruncing, lubang kemaluannya pun kulihat sudah basah menunggu penantian.

    Lalu Devi, yang juga tadi masih kulihat berpakaian lengkap, sekarang telah telanjang bulat pula. Devi memang lain sendiri dibandingkan Anna, Lia dan Indah, mungkin karena masih keturunan India, akan tetapi Devi juga yang paling muda sendiri.

    Usianya selisih satu tahun lebih muda dibandingkan Anna, Indah maupun Lia. Jelas sekali dengan kurun usia relatif sangat muda, pertumbuhan payudaranya belum ada sama sekali, puting susunya juga belum menampakkan benjolan yang berarti, masih rata dengan dada. Tetapi karena terangsang, rupanya menjadi sedikit meruncing. Lalu vaginanya pun masih biasa saja, kesimpulanku Devi masih imut sekali.

    Mungkin satu tahun ke depan baru ada perubahan, aku sebenarnya tidak tega untuk menerobos keperawanannya sekarang, tetapi apa komentarnya nanti, pastilah dikatakan olehnya tidak adil, bahkan yang kukuatirkan adalah Devi nantinya akan marah dan cerita tentang hal ini kepada orang lain.

    Dalam waktu yang bersamaan, kurengkuh dua gadis kecil itu sekaligus. Kupagut bibir Devi, kuciumi leher dahi dan tengkuknya. Devi merasa enak dan geli, sedangkan Indah, puting susu dan payudaranya kuusap-usap dengan tanganku, payudaranya yang sudah cukup membukit menjadikan tanganku bisa meremasnya.

    Indah mendesah keenakan. Aku minta ke Indah untuk memijat-mijat batang kemaluanku, ternyata Indah pandai juga memijat. Batang kejantananku semakin menegang. Pijatan Indah sungguh enak sekali, apalagi remasan tangganya di buah kejantananku.

    Selanjutnya, kulepaskan pagutanku di bibir Devi, kulanjutkan dengan menghisap puting susu Devi yang meruncing kecil. Devi menggelinjang keenakan, kujilati dan kubuat cupang banyak sekali di dada Devi, sampai akhirnya aku beralih ke liangnya Devi yang sangat imut, kemaluan ini sama seperti kepunyaan anak-anak kecil yang sering kulihat mandi di sungai. Tetapi, ah masa bodo.

    Devi kegelian ketika kumulai menciumi, menjilat dan menghisap vaginanya itu. Kukangkangkan kedua kaki Devi, maka terkuaklah belahan kemaluan dengan lubang yang sangat sempit. Jika kuukur, lubang kemaluan itu hanya seukuran pulpen kecil. Aku sempat gundah, apakah batang kejantananku bisa masuk? Tetapi akan kucoba, kuyakin lubang surga itu kan elastis, jadi bisa menampung batang kemaluan sebesar apapun.

    Devi merasa sangat keenakan ketika kumainkan kemaluannya, berkali-kali Devi orgasme. Cairan maninya sungguh wangi. Setelah puas memainkan vagina Devi, kuminta Devi bersiap, sedangkan Indah kusuruh berhenti memainkan buah zakar dan batang kemaluanku. Lalu kupagut bibir Indah sebentar, kemudian kuciumi leher dan tengkuknya.

    Indah mendesah, tidak berapa lama, kuberalih ke payudara dan puting susu Indah. Kuciumi dan hisap dengan penuh nafsu, payudara yang baru membukit itu kuremas-remas dengan gemas. Puting susunya yang kecil itu kuhisap dan kusedot. Aku menyusu cukup lama, vagina Indah yang sudah basah pun tidak luput dari hisapanku. Devi sudah menunggu-nunggu, menantikan batang kemaluanku memasuki lubang nikmat kecilnya.


    Segera saja kuselesaikan hisapanku di lubang kemaluan Indah. Kurasa dengan lubang kemaluan Indah, aku tidak akan merasa kesulitan, lubang kemaluan Indah kunilai sama dengan punya Anna dan Lia waktu pertama kali dimasuki batang kejantananku. Yang kupikir, kesulitannya adalah lubang vagina Devi, selanjutnya kusuruh Indah untuk bersiap-siap juga.

    Kuludahi batang kemaluanku agar licin, lalu kuarahkan perlahan kepala kemaluanku itu ke lubang surganya Devi. Kutekan sedikit, meleset, kuposisikan lagi, tekan lagi, tetap saja meleset, tidak mau masuk. Untunglah Anna dan Lia datang, mereka berdua tanggap dengan kesulitan yang kuhadapi. Lia dengan sigap menepiskan kedua sisi vagina Devi dengan kedua sisi telapak tangannya.

    Lubang senggama Devi bisa terkuak, kucoba masukkan lagi, ternyata masih meleset juga, Anna yang melihat hal itu tanpa ragu-ragu juga ikut turun membantuku. Anna mengulurkan jari tanggannya, memijat bagian atas dan bawah lubang senggama Devi, sehingga secara elastis lubang kemaluan Devi bisa lebih terkuak sedikit. Aku berkonsentrasi memasukkan kepala kejantananku ke lubang senggama Devi itu.

    Kepala kemaluanku dengan sedikit kupaksakan, bisa masuk ke lubang surganya Devi, kutahu Devi merasa kesakitan. Devi hanya meringis dan dari sudut matanya meleleh air matanya. Indah yang dari tadi menunggu giliran lubang senggamanya ditembus batang kejantananku, karena mengetahui bahwa aku mengalami kesulitan, akhirnya ikutan pula membantuku memuaskan Devi.

    Tanpa malu-malu, Indah menyodorkan puting susunya ke mulut Devi, layaknya ibu kepada bayinya yang minta susu. Devi mengulum puting susu Indah dengan kuat. Indah merasakan kalau puting susunya digigit oleh Devi, Indah diam saja, hanya sedikit menyeringai, menahan sakit tentunya.

    Aku menekan terus, sehingga sudah separuh batang kejantananku masuk ke dalam lubang senggama Devi. Kepala kemaluanku bagaikan disetrum dan dihisap oleh suatu tenaga yang luar biasa mengenakan. Kutekan sekuat tenaga, dan “Blusss…”

    Masuknya seluruh batang kejantananku ke dalam lubang kemaluan Devi diiringi dengan dua jeritan. Yang pertama adalah jeritan Devi sendiri karena merasa sakit dan enak, matanya sampai meram melek, kadang membelalak. Satunya lagi adalah jeritan Indah, sebab tanpa Devi sadari, Devi telah menggigit keras puting susu Indah yang masih dikulumnya itu.

    Anna dan Lia hanya tersenyum-senyum saja, kubiarkan batang kejantananku membenam di dalam lubang senggama Devi. Kurasakan empotan-empotan vagina Devi. Setelah sekian lama aku menikmati, kumundurkan pantatku, ternyata bibir kemaluan Devi ikut tertarik.

    Bibir kemaluan Devi mengikuti gerakan pantatku, begitu aku mundurkan maka bibir kemaluan Devi akan mencuat ke atas karena ikut tertarik. Sebaliknya, jika kumajukan lagi pantatku, maka bibir kemaluan Devi pun ikut mencuat ke bawah dan terbenam. Sungguh fantastis, aku tidak menyesal merasakan enaknya yang luar biasa.

    Kupercepat gerakan maju mundurku, semakin lama aku merasakan lubang senggama Devi membasah dan membanjir. Lorong lubang vagina Devi pun semakin licin, tetapi tetap saja sempit, sampai akhirnya Devi terkuras tenaganya dan tidak bisa mengimbangiku mencapai puncak kenikmatan. Tubuh Devi berkali-kali menegang.

    “Oommm… Devi pipis lagi… ahhh…” desahnya.

    Cairan mani putih dan hangat milik Devi merembes deras keluar dari celah-celah lubang kemaluannya yang masih disumpal oleh batang kejantananku.

    Devi sudah lelah sekali, aku pun sudah mulai bergetar pertanda puncakku pun sudah dekat, maka kucabut saja batang kemaluanku dari lubang senggama Devi.

    Begitu kucabut, terdengar bunyi, “Ploppp…” seperti bunyi batang pompa dikeluarkan dari pipanya.

    Devi kusuruh istirahat, ternyata Devi suka menyusu juga, karena puting susu Indah ternyata masih dikulumnya. Devi manja tidak mau melepaskan, sampai akhirnya, Anna yang sedang duduk-duduk berkata.

    “Eh Vi… udah dong neteknya, kasihan tuh Indah, kan sekarang gilirannya dia.” Anna mengingatkan, “Besok-besok kan masih bisa lagi…” tambah Anna.

    “Iya-iya… aku tahu kok…” Devi akhirnya menyadari, lalu melepaskan puting susu Indah dari mulutnya.

    “Vi… nih kalo mau… puting susuku juga boleh kamu isepin sepuasnya…” ujar Anna sambil memijat-mijat sendiri puting susunya yang membenjol paling besar sendiri.

    Devi mau saja memenuhi ajakan Anna, maka kulihat Devi begitu rakusnya mengulum dan menyedot puting susu Anna. Kadang Devi nakal, menggigit puting susunya Anna, sehingga Anna menjerit kecil dan marah-marah.

    Setelah lepas dari Devi, Indah kemudian menempatkan diri dan bersiap-siap. Indah mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, sehingga terkuaklah lubang senggamanya yang sudah cukup basah karena cairan mani yang meleleh dari dinding di lubang vaginanya.

    Betul juga, aku berusaha tanpa melalui kesulitan, berhasil memasuki lubang senggama Indah, seperti halnya aku pertama kali menerobos lubang kemaluan Lia dan Anna. Kumasukkan batang kejantananku seluruhnya ke dalam lubang kenikmatan Indah.

    Indah menahan perih, karena keperawanannya baru saja kutembus. Tetapi karena sudah sangat bernafsunya, maka rasa perih itu tidak dirasakannya lagi, yang ada hanyalah rasa enak, geli dan nikmat. Indah meram melek merasakan adanya batang kejantananku di dalam lubang senggamanya.

    “Oom Agus, gerakin dong…” Indah memintaku untuk segera memulai.

    “Baik Indah, Oom minta Indah imbangi Oom ya…!” Indah tidak menjawab tetapi hanya manggut-manggut.


    Kumulai saja gerakan maju mundur pantatku, batang kemaluanku masuk dan keluar dengan leluasanya, pertama dengan perlahan dan kemudian kupercepat. Indah sudah banyak belajar dari melihat langsung permainanku tadi dengan Lia, Anna, maupun dengan Devi.

    Indah memutar-mutar pantatnya sedemikian rupa. Aku merasa kalau Indah yang pendiam ternyata mempunyai nafsu yang besar. Kurasa Indah akan lebih kuat mengimbangiku.

    Betul juga dugaanku Indah memang kuat juga, setelah hampir seperempat jam kuberpacu, Indah masih belun juga mengeluarkan cairan maninya, sedangkan aku sendiri memang masih bisa menahan puncak orgasmeku, disebabkan aku telah minum obat dopping 6 pil sekaligus.

    “Ayoooo Oomm… Indah merasa enakkk… terusiiinnn…” Indah kembali meracau.

    Kuteruskan memacu, aku heran, kenapa Indah bisa selama ini, padahal Indah baru pertama kali merasakan nikmatnya senggama.

    “Indah… kamu kok kuat sekali sih…?” tanyaku sambil terus memacu.

    “Ini berkat obat Oom lhoooo…” jawab Indah bersemangat sambil memutar-mutarkan pantatnya ke kiri dan ke kanan, sedangkan kedua tangannya meremas-remas payudaranya sendiri dan sesekali menarik-narik puting susunya yang masih menegang.

    Aku kaget juga mendengar pengakuan Indah, sampai aku berhenti melakukan gerakan. Ternyata Indah meminum obatku juga, jelas saja.

    “Kok berhenti Oom… gantian Indah yang di atas ya?” kata Indah lagi.

    Aku diam saja, kami berganti posisi. Kalau tadi Indah dalam posisi aku tindih, sekarang Indah yang berada di atas dan menindihku. Indah menaik-turunkan pantatnya, maju mundur, perlahan dan cepat, kadang berposisi seperti menunggang kuda, liar dan binal.

    Permainan dalam posisi Indah di atas dan aku di bawah, ternyata menarik perhatian Lia. Dari tadi Lia memang hanya melihat pergulatanku dengan Indah.

    “Oom Agus… masa sih kalah sama Indah…” sindir Lia kepadaku.

    “Ngga dong… tenang saja Lia…” jawabku membela diri.

    Kulihat juga Devi rupanya menyudahi kegiatan menyusunya dari puting susu Anna. Mereka bertiga rupanya tertarik menontonku. Kadang berkomentar yang membuatku tersenyum.

    “Yaccchhh… Oom Agus ngga adil… Oom Agus curang, sama Indah bisa selama ini, sama Anna kok cepet sekali.” Anna memprotes.

    “Lho, kan Anna tadi sudah kecapean, maka Oom suruh istirahat, dan cuma Indah sendiri yang belon capek nih…” lanjutku.

    Indah sudah berkeringat banyak sekali, aku merasakan ada cairan hangat yang merembes di batang kejantananku. Aku sendiri mulai merasa adanya desakan-desakan dari pangkal kemaluanku.

    “Oomm… Indah udah ngga kuat nahannya nih… sshh heehh…” kata Indah sepertinya menahan.

    Mendengar ini, langsung saja kuganti posisi lagi. Aku kembali di atas dan Indah di bawah, kupercepat gerakanku sampai maksimal.

    “Oommmm… Indahhh… aaakkkhhhh… hekkksss aahhh…” Indah menjerit histeris.

    Tubuhnya menegang dan memelukku dengan erat, rupanya Indah telah mencapai puncak nikmatnya, dari dalam lubang senggamanya menyemprot berkali-kali cairan maninya yang hangat menyiram kepala kejantananku yang masih berada di dalam lubang vaginanya.

    Lubang kemaluan Indah dibanjiri oleh cairan maninya sendiri, becek sekali vagina Indah. Batang kejantananku sampai terasa licin, sehingga menimbulkan bunyi berdecak. Indah sudah tidak bisa mengimbangiku, padahal aku dalam keadaan hampir sampai, katakanlah menggantung.

    Kucabut saja batang kemaluanku dari lubang senggama Indah, lalu kutarik Devi yang sedang duduk bengong, kusuruh Devi tidur telentang dengan kaki di kangkangkan. Devi tahu maksudku. Segera saja Devi melakukan apa yang kusuruh. Anna dan Lia langsung riuh berkomentar.

    “Yacchhh Oom Agus, kok Devi sih yang dipilih…” rungut Anna.

    Sedangkan Lia hanya tersenyum kecut sambil berkata, “Ayoooo Oomm… cepetan dong… habis ini kita makan… Lia udah buat capek-capek tadi.” sambil menyuruhku menyelesaikan finalnya.

    Aku seperti terhenyak. Segera saja kumasukkan batang kejantananku ke lubang senggamanya Devi yang masih merah. Beruntung sekali, lubang senggama itu masih basah oleh cairan mani, sehingga hanya dengan kupaksakan sekali saja langsung masuk. Lubang kemaluan Devi yang begitu sempit memijat hebat dan menghisap batang kejantananku.

    Aku ingin menyelesaikan puncak orgasmeku secepatnya. Makin kupacu gerakanku. Devi yang tadinya sudah dingin dan kurang bernafsu langsung terangsang lagi. Tidak sampai lima menit, aku memeluk erat tubuh kecil Devi dan kumuncratkan cairan maniku di dalam lubang senggama Devi.

    “Aaahhh… hiaaahhh… Cruuutttt… Crottt…”

    Cairan maniku banyak sekali. Aku langsung lemas seketika. Batang keperkasaanku pun sudah mulai loyo, sungguh pergulatan yang hebat. Aku dikeroyok oleh empat gadis kecil dengan hisapan mulut senggamanya yang luar biasa. Kucabut batang kejantananku dari lubang nikmatnya Devi. Kemudian kuajak Devi dan Indah mandi sekalian denganku. Habis mandi kami makan bersama, lumayan enak makanan buatan Anna dan Lia.

    Setelah makan, aku mengevaluasi dan bercakap-cakap dengan gadis-gadis kecil itu. Ternyata Anna, Lia, Indah dan Devi masih bersemangat dan mereka mengajakku melakukannya lagi. Aku terpaksa menolak, kelihatan sekali mereka kecewa.

    Untuk mengobati rasa kecewa mereka, kuberikan kepada mereka kaset BF tentang lesbian untuk ditonton. Isi ceritanya tentang hubungan badan wanita dengan wanita yang saling memberi rangsangan. Aku hanya mengawasi saja, sampai akhirnya mereka mempraktekkan apa yang baru saja mereka tonton.

    Aku dikelilingi oleh gadis-gadis kecil yang haus sex. Besok harinya, kebetulan adalah hari minggu, aku memuaskan gadis-gadis kecil itu dalam berolahraga senggama, sampai aku merasa sangat kelelahan, sehari minggu itu aku bercinta dengan gadis-gadis kecil. Betul-betul enak.


    Kejadian ini berlangsung lama. Aku lah yang membatasi diri terhadap mereka, sampai akhirnya mereka mengalami yang namanya masa datang bulan, dan mereka juga mengerti kalau apa yang kusebut olahraga ternyata adalah hubungan sex yang bisa untuk membuat adik bayi, tetapi mereka tidak menyesal.

    Jadi jika akan melakukan senggama, kutanyakan dulu jadwal mereka. Aku tidak ingin mereka hamil. Anna, Lia, Indah maupun Devi akhirnya mengetahui kapan masing-masing akan mendapatkan jatahnya.

    Setelah mereka berempat duduk di bangku SMU kelas 2, bisa dikatakan telah beranjak dewasa dan matang, begitu juga umurku sudah menjadi 36 tahun.

    Aku sudah menjalin hubungan serius dengan wanita rekan sekerjaku, lalu aku menikahinya dan aku membeli rumah sendiri, tidak lagi kost di tempat Lia. Anna, Lia, Indah dan Devi pun sudah mempunyai pacar, tetapi mereka tidak mau melakukan hubungan senggama dengan pacarnya. Mereka hanya mau berbuat begitu denganku saja.

    Karena aku sudah beristri, mereka pun memahami posisiku. Hubunganku dengan mereka tetap terjalin baik. Istriku juga menganggap mereka gadis-gadis yang baik pula, aku pun berterus terang kepada istriku mengenai apa yang sudah kualami bersama gadis-gadis itu.

    Istriku memakluminya, aku sangat mencintai istriku. Akan tetapi istriku kurang bisa memenuhi kebutuhan seksku yang memang sangat tinggi. Karena istriku mengetahui kekurangannya, lalu istriku yang bijaksana mengijinkan Anna, Lia, Indah, dan Devi untuk tetap bermain seks denganku.

    Pernah dalam semalam, aku melayani lima wanita sekaligus, Anna, Lia, Indah, Devi dan istriku sendiri. Dari keempat gadis kecil itu, yang paling sering menemaniku dan istriku bersenggama hanyalah Anna dan Lia. Untuk Anna, disebabkan selain orang tua dan kakak Anna tidak tinggal di kota ini, Anna takut tinggal sendiri di rumah besarnya. Hampir tiap hari Anna menginap di tempatku.

    Untunglah para tetanggaku mengira kalau Anna adalah keponakan istriku. Sedangkan Lia, masih tetap seperti dahulu, papanya bekerja di ibukota dan mamanya masih bekerja di otomotif, kadang justru tidak pulang, jadi jika begitu, Lia ikut pula menginap di rumahku. Tante Linda masih percaya penuh kepadaku. Walaupun sepertinya mengetahui hubunganku dengan anak gadisnya, aku santai saja.

  • Kisah Memek Gairah Bapak Kost

    Kisah Memek Gairah Bapak Kost


    2420 views

    Duniabola99.com – Pagi itu kulihat Oom Pram sedang merapikan tanaman di kebun, dipangkasnya daun-daun yang mencuat tidak beraturan dengan gunting. Kutatap wajahnya dari balik kaca gelap jendela kamarku. Belum terlalu tua, umurnya kutaksir belum mencapai usia 50 tahun, tubuhnya masih kekar wajahnya segar dan cukup tampan.

    Rambut dan kumisnya beberapa sudah terselip uban. Hari itu memang aku masih tergeletak di kamar kostku. Sejak kemarin aku tidak kuliah karena terserang flu. Jendela kamarku yang berkaca gelap dan menghadap ke taman samping rumah membuatku merasa asri melihat hijau taman, apalagi di sana ada seorang laki-lai setengah baya yang sering kukagumi.

    Memang usiaku saat itu baru menginjak dua puluh satu tahun dan aku masih duduk di semester enam di fakultasku dan sudah punya pacar yang selalu rajin mengunjungiku di malam minggu. Toh tidak ada halangan apapun kalau aku menyukai laki-laki yang jauh di atas umurku.


    Tiba-tiba ia memandang ke arahku, jantungku berdegup keras. Tidak, dia tidak melihaku dari luar sana. Oom Pram mengenakan kaos singlet dan celana pendek, dari pangkal lengannya terlihat seburat ototnya yang masih kecang. Hari memang masih pagi sekitar jam 9:00, teman sekamar kostku telah berangkat sejak jam 6:00 tadi pagi demikian pula penghuni rumah lainnya, temasuk Tante Pram istrinya yang karyawati perusahaan perbankan.

    Memang Oom Pram sejak 5 bulan terakhir terkena PHK dengan pesangon yang konon cukup besar, karena penciutan perusahaannya. Sehingga kegiatannya lebih banyak di rumah. Bahkan tak jarang dia yang menyiapkan sarapan pagi untuk kami semua anak kost-nya. Yaitu roti dan selai disertai susu panas. Kedua anaknya sudah kuliah di luar kota.

    Kami anak kost yang terdiri dari 6 orang mahasiswi sangat akrab dengan induk semang. Mereka memperlakukan kami seperti anaknya. Walaupun biaya indekost-nya tidak terbilang murah, tetapi kami menyukainya karena kami seperti di rumah sendiri.

    Oom Pram telah selesai mengurus tamannya, ia segera hilang dari pemandanganku, ah seandainya dia ke kamarku dan mau memijitku, aku pasti akan senang, aku lebih membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari obat-obatan. Biasanya ibuku yang yang mengurusku dari dibuatkan bubur sampai memijit-mijit badanku. Ah.. andaikan Oom Pram yang melakukannya…

    Kupejamkan mataku, kunikmati lamunanku sampai kudengar suara siulan dan suara air dari kamar mandi. Pasti Oom Pram sedang mandi, kubayangkan tubuhnya tanpa baju di kamar mandi, lamunanku berkembang menjadi makin hangat, hatiku hangat, kupejamkan mataku ketika aku diciumnya dalam lamunan, oh indahnya.

    Lamunanku terhenti ketika tiba-tiba ada suara ketukan di pintu kamarku, segera kutarik selimut yang sudah terserak di sampingku. “Masuk..!” kataku. Tak berapa lama kulihat Oom Pram sudah berada di ambang pintu masih mengenakan baju mandi. Senyumnya mengambang “Bagaimana Lina? Ada kemajuan..?” dia duduk di pinggir ranjangku, tangannya diulurkan ke arah keningku. Aku hanya mengangguk lemah. Walaupun jantungku berdetak keras, aku mencoba membalas senyumnya. Kemudian tangannya beralih memegang tangan kiriku dan mulai memjit-mijit. Solaire99

    “Lina mau dibikinkan susu panas?” tanyanya.

    “Terima kasih Oom, Lina sudah sarapan tadi,” balasku.

    “Enak dipijit seperti ini?” aku mengangguk.VDia masih memijit dari tangan yang kiri kemudian beralih ke tangan kanan, kemudian ke pundakku. Ketika pijitannya berpindah ke kakiku aku masih diam saja, karena aku menyukai pijitannya yang lembut, disamping menimbulkan rasa nyaman juga menaikkan birahiku. Disingkirkannya selimut yang membungkus kakiku, sehingga betis dan pahaku yang kuning langsat terbuka, bahkan ternyata dasterku yang tipis agak terangkat ke atas mendekati pangkal paha, aku tidak mencoba membetulkannya, aku pura-pura tidak tahu.
    “Lin kakimu mulus sekali ya.”

    “Ah.. Oom bisa aja, kan kulit Tante lebih mulus lagi,” balasku sekenanya.
    Tangannya masih memijit kakiku dari bawah ke atas berulang-ulang. Lama-lama kurasakan tangannya tidak lagi memijit tetapi mengelus dan mengusap pahaku, aku diam saja, aku menikmatinya, birahiku makin lama makin bangkit.

    “Lin, Oom jadi terangsang, gimana nih?” suaranya terdengar kalem tanpa emosi.
    “Jangan Oom, nanti Tante marah..”


    Mulutku menolak tapi wajah dan tubuhku bekata lain, dan aku yakin Oom Pram sebagai laki-laki sudah matang dapat membaca bahasa tubuhku. Aku menggelinjang ketika jari tangannya mulai menggosok pangkal paha dekat vaginaku yang terbungkus CD. Dan… astaga! ternyata dibalik baju mandinya Oom Pram tidak mengenakan celana dalam sehingga penisnya yang membesar dan tegak, keluar belahan baju mandinya tanpa disadarinya. Nafasku sesak melihat benda yang berdiri keras penuh dengan tonjolan otot di sekelilingnya dan kepala yang licin mengkilat. Ingin rasanya aku memegang dan mengelusnya. Tetapi kutahan hasratku itu, rasa maluku masih mengalahkan nafsuku.

    Oom Pram membungkuk menciumku, kurasakan bibirnya yang hangat menyentuh bibirku dengan lembut. Kehangatan menjalar ke lubuk hatiku dan ketika kurasakan lidahnya mencari-cari lidahku dan maka kusambut dengan lidahku pula, aku melayani hisapan-hisapannya dengan penuh gairah. Separuh tubuhnya sudah menindih tubuhku, kemaluannya menempel di pahaku sedangkan tangan kirinya telah berpindah ke buah dadaku. Dia meremas dadaku dengan lembut sambil menghisap bibirku. Tanpa canggung lagi kurengkuh tubuhnya, kuusap punggungnya dan terus ke bawah ke arah pahanya yang penuh ditumbuhi rambut. Dadaku berdesir enak sekali, tangannya sudah menyelusup ke balik dasterku yang tanpa BH, remasan jarinya sangat ahli, kadang putingku dipelintir sehingga menimbulkan sensasi yang luar biasa.

    Nafasku makin memburu ketika dia melepas ciumannya. Kutatap wajahnya, aku kecewa, tapi dia tersenyum dibelainya wajahku.

    “Lin kau cantik sekali..” dia memujaku.

    “Aku ingin menyetubuhimu, tapi apakah kamu masih perawan..?” aku mengangguk lemah.
    Memang aku masih perawan, walaupun aku pernah “petting” dengan kakak iparku sampai kami orgasme tapi sampai saat ini aku belum pernah melakukan persetubuhan. Dengan pacarku kami sebatas ciuman biasa, dia terlalu alim untuk melakukan itu. Sedangkan kebutuhan seksku selama ini terpenuhi dengan mansturbasi, dengan khayalan yang indah. Biasanya dua orang obyek khayalanku yaitu kakak iparku dan yang kedua adalah Oom Pram induk semangku, yang sekarang setengah menindih tubuhku. Sebenarnya andaikata dia tidak menanyakan soal keperawanan, pasti aku tak dapat menolak jika ia menyetubuhiku, karena dorongan birahiku kurasakan melebihi birahinya. Kulihat dengan jelas pengendalian dirinya, dia tidak menggebu dia memainkan tangannya, bibirnya dan lidahnya dengan tenang, lembut dan sabar. Justru akulah yang kurasakan meledak-ledak.


    “Bagaimana Lin? kita teruskan?” tangannya masih mengusap rambutku, aku tak mampu menjawab.

    Aku ingin, ingin sekali, tapi aku tak ingin perawanku hilang. Kupejamkan mataku menghindari tatapanbya.

    “Oom… pakai tangan saja,” bisikku kecewa.

    Tanpa menunggu lagi tangannya sudah melucuti seluruh dasterku, aku tinggal mengenakan celana dalam, dia juga telah telanjang utuh. Seluruh tubuhnya mengkilat karena keringat, batang kemaluannya panjang dan besar berdiri tegak. Diangkatnya pantatku dilepaskannya celana dalamku yang telah basah sejak tadi. Kubiarkan tangannya membuka selangkanganku lebar-lebar. Kulihat vaginaku telah merekah kemerahan bibirnya mengkilat lembab, klitorisku terasa sudah membesar dan memerah, di dalam lubang kemaluanku telah terbanjiri oleh lendir yang siap melumasi, setiap barang yang akan masuk.

    Oom Pram membungkuk dan mulai menjilat dinding kiri dan kanan kemaluanku, terasa nikmat sekali aku menggeliat, lidahnya menggeser makin ke atas ke arah klitosris, kupegang kepalanya dan aku mulai merintih kenikmatan. Berapa lama dia menggeserkan lidahnya di atas klitosriku yang makin membengkak. Karena kenikmatan tanpa terasa aku telah menggoyang pantatku, kadang kuangkat kadang ke kiri dan ke kanan. Tiba-tiba Oom Pram melakukan sedotan kecil di klitoris, kadang disedot kadang dipermainkan dengan ujung lidah. Kenikmatan yang kudapat luar biasa, seluruh kelamin sampai pinggul, gerakanku makin tak terkendali, “Oom… aduh.. Oom… Lin mau keluar….” Kuangkat tinggi tinggi pantatku, aku sudah siap untuk berorgasme, tapi pada saat yang tepat dia melepaskan ciumannya dari vagina. Dia menarikku bangun dan menyorongkan kemaluannya yang kokoh itu kemulutku. ” Gantian ya Lin.. aku ingin kau isap kemaluanku.” Kutangkap kemaluannya, terasa penuh dan keras dalam genggamanku. Oom Pram sudah terlentang dan posisiku membungkuk siap untuk mengulum kelaminnya. Aku sering membayangkan dan aku juga beberapa kali menonton dalam film biru. Tetapi baru kali inilah aku melakukannya.

    Birahiku sudah sampai puncak. Kutelusuri pangkal kemaluannya dengan lidahku dari pangkal sampai ke ujung penisnya yang mengkilat berkali-kali. “Ahhh… Enak sekali Lin…” dia berdesis. Kemudian kukulum dan kusedot-sedot dan kujilat dengan lidah sedangkan pangkal kemaluannya kuelus dengan jariku. Suara desahan Oom Pram membuatku tidak tahan menahan birahi. Kusudahi permainan di kelaminnya, tiba-tiba aku sudah setengah jongkok di atas tubuhnya, kemaluannya persis di depan lubang vaginaku. “Oom, Lin masukin dikit ya Oom, Lin pengen sekali.” Dia hanya tersenyum. “Hati-hati ya… jangan terlalu dalam…” Aku sudah tidak lagi mendengar kata-katanya. Kupegang kemaluannya, kutempelkan pada bibir kemaluanku, kusapu-sapukan sebentar di klitoris dan bibir bawah, dan… oh, ketika kepala kemaluanya kumasukan dalam lubang, aku hampir terbang. Beberapa detik aku tidak berani bergerak tanganku masih memegangi kemaluannya, ujung kemaluannya masih menancap dalam lubang vaginaku. Kurasakan kedutan-kedutan kecil dalam bibir bawahku, aku tidak yakin apakah kedutan berasal dariku atau darinya.


    Kuangkat sedikit pantatku, dan gesekan itu ujung kemaluannya yang sangat besar terasa menggeser bibir dalam dan pangkal klitoris. Kudorong pinggulku ke bawah makin dalam kenikmatan makin dalam, separuh batang kemaluannya sudah melesak dalam kemaluanku. Kukocokkan kemaluannya naik-turun, tidak ada rasa sakit seperti yang sering aku dengar dari temanku ketika keperawanannya hilang, padahal sudah separuh. Kujepit kemaluannya dengan otot dalam, kusedot ke dalam. Kulepas kembali berulang-ulang. “Oh.. Lin kau hebat, jepitanmu nimat sekali.” Kudengar Oom Pram mendesis-desis, payudaraku diremas-remas dan membuat aku merintih-rintih ketika dalam jepitanku itu. Dia mengocokkan kemaluannya dari bawah. Aku merintih, mendesis, mendengus, dan akhirnya kehilangan kontrolku. Kudorong pinggulku ke bawah, terus ke bawah sehingga penis Oom Pram sudah utuh masuk ke vaginaku, tidak ada rasa sakit, yang ada adalah kenikmatan yang meledak-ledak.Dari posisi duduk, kurubuhkan badanku di atas badannya, susuku menempel, perutku merekat pada perutnya. Kudekap Oom Pram erat-erat. Tangan kiri Oom Pram mendekap punggungku, sedang tangan kanannya mengusap-usap bokongku dan analku. Aku makin kenikmatan. Sambil merintih-rintih kukocok dan kugoyang pinggulku, sedang kurasakan benda padat kenyal dan besar menyodok-nyodok dari bawah.

    Tiba-tiba aku tidak tahan lagi, kedutan tadinya kecil makin keras dan akhirnya meledak. “Ahhh…” Kutekan vaginaku ke penisnya, kedutannya keras sekali, nimat sekali. Dan hampir bersamaan dari dalam vagina terasa cairan hangat, menyemprot dinding rahimku. “Ooohhh…” Oom Pram juga ejakulasi pada saat yang bersamaan. Beberapa menit aku masih berada di atasnya, dan kemaluannya masih menyesaki vaginaku. Kurasai vaginaku masih berkedut dan makin lemah. Tapi kelaminku masih menyebarkan kenikmatan. Pagi itu keprawananku hilang tanpa darah dan tanpa rasa sakit. Aku tidak menyesal.




  • Kisah Memek GAIRAH BU DIAH TEMAN ISTRIKU

    Kisah Memek GAIRAH BU DIAH TEMAN ISTRIKU


    3936 views

    Duniabola99.com – Suatu malam hari aku sampai di rumah sekitar jam 6. 30, aku ketemu isteri, Nuniek, di teras dan minta dia bikinin kopi. Aku buru-buru masuk kamar mandi yang ada dikamar utamaku, bilang sama dia kalo kebelet pipis, padahal aku mau ngecek kalo ada bekas-bekas lipstick atau apa lainnya dari Bu Henny atau Bu Yanti tadi (pernah ketahuan sekali ada bekas lipstick di bajuku dan kami ribut sekitar 1 minggu). Aku mandi air panas dari shower sekitar 10 menit. Badanku jadi segar kembali. Aku lupa enggak bawa handuk jadi keluar dari kamar mandi telanjang.
    Sedang aku cari handuk, isteriku masuk kamar terus bilang”Bugil, nich ye. Sini, aku cariin handuk”.
    Dia ambil handuk, dikasihkan ke aku, tapi tangannya sempat memegang kontolku sambil ngomong”Yang beginian aja koq banyak yang nyari”.


    Deg, aku kaget dalam hati. Apa dia tahu lagi aku menyeleweng? Apa dia tahu hari ini aku masuk motel sama cewek? Apa Bu Yanti udah telepon dia?
    Aku masih diam dan takut ketahuan, ketika isteriku bilang”Kopinya udah Mas, mumpung masih panas diminum, ada lumpia sama cake juga tuch”.
    “Iya, iya”, kataku.
    Aku pakai celana pendek (CD juga) dan kaos oBLong dan ke ruang keluarga minum kopi dan menikmati snack, sambil baca koran sementara isteriku menemani, juga Diah, teman isteriku. Sekitar jam 7. 30 aku masuk kamar, bilang mau tidur dulu. Aku betul-betul cape, habis seharian ngerjain dua perempuan masing-masing dua kali lagi. Aku terlelap.

    Aku terbangun ketika merasakan ada tangan halus menggerayangi kontolku, aku buka mata eh isteriku duduk diranjang dan cepat sekali mencopot celana pendekku sekaligus CD ku dia langsung sedot kontolku dia kulum dia jilat-jilat kepala kontolku biji pelerku. Ini betul-betul kejutan karena sudah lama sekali dia enggak pernah ngoral aku. Tapi aku juga khawatir jangan-jangan dia mau bikin ngaceng kontolku terus memotongnya, karena aku ingat kata-kata dia waktu ngambilin handuk tadi”Yang beginian aja koq banyak yang nyari”. Aku jadi waspada, tetapi itu enggak terjadi, malah sesudah sekitar 5 menit isteriku ngoral kontolku, langsung dia buka semua pakaiannya, kaosku juga dibukain dan dia jongkok diatas kontolku, nafsu sekali dia, dia pegang dan masukin ke vaginanya, dia main atas menghadapku sekitar 7 menit, ganti posisi membelakangiku tanpa mencabut kontolku (persis seperti Bu Yanti tadi siang), dia menurun-naikkan pantatnya kencang sekali, penuh gairah yang enggak biasa-biasanya. Karena rahasia keluarga, aku enggak ceritain detilnya, yang jelas sesudah sekitar 20 menit aku masih bisa keluarin pejuh meski cuma beberapa tetes.

    Sesudah selesai, isteriku dengan lembut sekali membersihkan kontolku, dia sendiri kemudian ke kamar mandi, terus tiduran diatas dadaku, dia elus-elus dadaku, dikecupnya bibirku. Aku sangat heran dengan perlakuannya yang sudah lama sekali enggak dia berikan padaku.
    Akhirnya dia bilang”Mas, aku mau cerita dan minta sesuatu ke Mas. Tapi sangat rahasia, Mas”.
    “Ada apa, Niek? Kalo bisa, ya kenapa enggak?”.
    Dengan suara lembut akhirnya isteriku buka rahasia, kalo dia meminta aku memberikan kehangatan buat Ibu Diah. Bu Diah, teman isteriku, umurnya 42 th, punya anak 1 dan suaminya lagi tugas belajar diluar negeri sudah 1 th tinggal 1 th lagi. Dulu Diah diajak suaminya ke LN enggak mau, dia memilih ambil MM bidang IT (Information Technology) di satu universitas di Jakarta, dengan izin cuti panjang dari perusahaannya di Solo.


    Selama di Jakarta, dia banyak tinggal di rumah kami, meski sering bolak balik Jakarta-Solo menengok anaknya yang diasuh orang tua Bu Diah. Aku tahu dia rajin sekali belajar dan cari data dari banyak instansi, juga mengakses internet untuk mendapatkan data maupun pengetahuan IT yang modern dari universitas di Jepang, Amrik juga Inggris. Dia juga sangat rajin senam, fitness maupun BL, beberapa kali aku temanin dia jogging di Senayan. Dia selalu anggun dengan BLazer dan mobil kecil yang dibawanya dari Solo, meskipun dirumah selalu santai dengan pakaian longgar. Memang bodynya aduhai sekali, ditambah kulitnya yang mulus kencang. Payudaranya kelihatan kencang, pinggulnya bagus dan pantat bulat padat. Tapi aku enggak pernah mikirin Bu Diah yang aneh-aneh. Waktu aku kelihatan bengong mendengarkan permintaan isteriku, isteriku bilang kalo Bu Diah sendiri yang memintanya, sudah beberapa kali dengan pertimbangan2 mendalam.

    Bu Diah selama ini mencoba menahan hasrat sexualnya melalui kegiatan-kegiatan belajar, senam, fitness, BL, tapi keinginan bersanggama enggak bisa dihilangkan. Bu Diah onani, tapi enggak puas juga. Waktu suaminya belum ke LN mereka paling sedikit sehari sekali ML. Bu Diah juga punya teman deket selama belajar di Jakarta, dia pikir apa mau ngajak mereka ML. Tapi akhirnya Bu Diah memilih aku, karena dianggap bisa menjaga rahasia, demikian juga isteriku, tanpa Bu Diah dan suami serta keluarganya kehilangan nama baik di masyarakat. Isteriku sendiri bilang kalo tidak keberatan.
    “Itulah Mas, ceritanya. Kalo Mas mau, malam ini aku atur acara sama Ibu Diah. Tapi terus terang tadi aku kerjain Mas, soalnya aku mau duluan sebelum Bu Diah kerjain punya Mas ini”, kata isteriku sambil tersenyum nakal sambil memegang kontolku.
    Aku masih diam saja, enggak percaya sama permintaan yang enggak masuk akal ini, tidur sama Ibu Diah yang sama sekali nonsense menurutku.

    Petang Hari Dengan Ibu Diah

    Kami makan bertiga, aku duduk diujung meja dengan isteri disebelah kananku dan Ibu Diah disebelah kiriku. Pemandangan biasa sehari-hari. Tapi kali ini, bukan lagi biasa. Aku makan cukup banyak.
    Sesudah makan, Ibu Diah mau kupasin mangga, tapi isteriku bilang”Nggak usah Bu, biar aku aja. Ibu temanin Mas aja”.
    Kami di meja makan sekitar 30 menit. Kecuali cerita bohong kalo aku cape sekali kena macet dijalan dan banyak kerjaan harus ke Cikarang ngecek inventory disana, aku banyak diam, tapi pikiranku mulai ngebayangin Ibu Diah yang memang cantik, anggun, berwibawa dan sexy, aku bayangin gerakan2nya kalo fitness, kalo senam ringan waktu pantatnya nungging, waktu jogging buah dadanya goyang-goyang. Ibu Diah suka dansa, dia juga bisa tari Jawa. Enggak terasa lutut kaki kiriku menempel ke kaki kanan Bu Diah dibawah meja dan ini mulai menimbulkan sensasi sexual yang menggairahkan.
    Sesudah selesai makan, isteriku bilang”Ibu keatas dulu ya, siapin VCD, kita karaoke bareng-bareng. Aku mau benahin ini dulu”, kata isteriku yang cepat membersihkan meja dll karena pembantu kami cuman kerja siang hari aja, jadi kami cuma bertiga kalo malam hari.
    Isteriku memang baik sekali, dia juga siapin vitamin h. n dan i. (nggak boleh sebut merek kan?) supaya aku perkasa, dia tersenyum waktu nyuruh aku minum, mungkin dalam hati dia bilang”Nih biar kuat, tadi kan cuma ngecret aja”.


    Kami bertiga berkaraoke ria di kamar keluarga diatas. Suasana santai yang diciptakan isteriku, lagu-lagu yang kami nyanyikan bersama, benar-benar memberikan kelegaan, keriangan dan kedekatan hatiku dengan Bu Diah. Rasa cape-cape hilang semuanya. Aku duduk ditengah diapit Nuniek dan Ibu Diah di sofa besar yang empuk, kadang-kadang berdiri waktu nyanyi, sekali-sekali makan cake dan minum coca cola yang disediakan isteriku. Ada sekitar 1 jam acara karaokean ini, terus isteriku ngusulin kita melantai aja, dia pilih lagu-lagu berirama walts seperti Tenneese Waltz, The Last Waltz dan sejenisnya. Isteriku mula-mula ajak aku dansa, dia seakan demonstasikan didepan Ibu Diah gimana pasangan suami-isteri dansa sambil berpelukan erat, pipi menempel, tangan meraba pantat dansa yang pelan merangsang.
    Sesudah 3 lagu, kemudian dia suruh aku gantian sama Ibu Diah sambil berbisik”Sekarang Mas sama Bu Diah ya. Aku ikhlas sekali, Mas”.

    Aku enggak perlu lagi menjawabnya, karena aku memang sudah ingin mendekap Ibu Diah. Aku dekatin Diah, aku ajak dia dengan senyum yang Bu Diah balas dengan senyum manis sekali, aku rangkul kemudian langkah kakiku dan Bu Diah mengikuti waltz demi waltz yang enggak terputus, karena udah disetel sama isteriku. Awalnya aku belum rapat memeluk Bu Diah, mungkin aku ragu dan dia juga malu-malu, tapi aku mulai merasakan kehangatan tubuh indah ini, body tinggi dengan porsi atletis, lekuk-liku yang artistik sekali, Hemm, Bu Diah memakai parfum yang merangsang seperti yang dipakai Bu Yanti tadi. Aku yang Cuma pakai celanda pendek dan kaos, juga Bu Diah dengan short ketat dan kaos pendek tanpa beha berpelukan erat dan semakin erat, kepalanya bersandar di bahuku, payudaranya menempel ketat di dadaku, pantatnya yang besar keras aku rapatkan sambil terus aku elus-elus, barangnya yang cembung menempel dikontolku yang keduanya hanya dibatasi celana. detak jantungku bertambah kuat, nafas menderu panas.

    Aku lihat isteriku udah enggak ada lagi, dia sangat baik memberikan kesempatan kami mereguk kehangatan. Sambil kaki masih mengayun enggak karuan lagi mengikuti irama lagu, aku copot kaosku dan aku juga mencopot kaos ketat Bu Diah. Bukan main Semua cewek hari ini kalah sama Bu Diah, susu Bu Henny kalah besar, payudara Bu Yanti kalah kenyal, juga isteriku tentu saja. Aku masih meneruskan ayunan kaki, tapi bibir ini mulai mencium buah dada Bu Diah hingga dia mengerang, aku kulum pentilnya yang masih kecil (mungkin dulu dia enggak nyusuin anaknya) warnanya kemerahan. Aku enggak tahu lagi apa musik masih mengalun apa enggak, tangan ini mulai meremas buah dada yang indah sekali itu mengelus perutnya yang kecil meraba dan menekan pantatnya yang besar keras aku tempelkan kontolku kencang sekali keshort ketatnya yang membentuk cembung karena vaginanya Di atas ada kamar yang cukup besar, aku ayunkan Bu Diah dengan langkah pelan kedalam sambil berpelukan erat, aku hidupkan AC dan aku melantai atau lebih tepat mengadu badan didepan kaca besar.


    Aku nikmati tubuh indah melalui kaca, aku rasakan kehangatan nafas Bu Diah, aku hirup wangi tubuhnya wangi wanita yang minta dipuaskan syahwatnya. Bu Diah kelihatan malu waktu melihat dirinya di kaca, dia alihkan pandangan ketempat lain. Aku sengaja lama-lamain kemesraan ini, sekaligus memulihkan kondisiku alias mengembalikan keperkasaan kontolku setelah minum vitamin dan obat kuat dari isteriku tadi. Ibu Diah pasrah tapi enggak mau pro-aktif, mungkin masih malu, dia biarkan aku berbuat apa saja menggerayangi lekuk-liku tubuhnya dan kemudian melucuti short dan sekaligus CD nya kaki yang indah, paha yang berisi. Aku renggangkan pelukan dan pandang tubuh indah Bu Diah, dia malu.
    “Mas, jangan dilihat gitu ach”, sambil dia merebahkan badannya ke aku.
    Aku peluk dia, aku cium dan aku balikkan kearah kaca.
    “Mas, malu ah Mas”, kata Bu Diah waktu melihat tubuhnya telanjang bulat di kaca.
    Tapi aku perkuat rangkulanku sambil meremas buah dadanya, aku cium lehernya dan tanganku yang lain meraba-raba pusat kewanitaannya yang berambut tipis tanganku kuat memegang pahanya aku buka selangkangannya, aku telusuri vaginanya yang kenyal aku elus belahannya.
    “Mas. udah Mas.”, kata Bu Diah dan memang aku merasakan cairan hangat keluar dari vaginanya.
    “Aku keluar Mas”.

    Dia mulai gemetar, lalu aku angkat dia ke ranjang besar. aku rebahkan dan lagi aku raba-raba vaginanya. aku elus itilnya. aku lihat merah sekali. Bu Diah cepat-cepat menutupinya, tapi aku angkat lagi tangannya karena aku mau menikmati pemandangan ‘apem Solo belah tengah’ yang gurih ini. Aku sengaja enggak mau ngoral dia, aku sentuhkan jariku pelan-pelan ke itilnya. Bibir kemaluan Bu Diah semakin basah. Aku enggak tahan lagi, aku lepas celana pendek dan CDku aku naik ke atas dan aku arahkan kontolku yang ngaceng keras itu kelubang kemaluan Bu Diah aku tekan sekali dua kali belum masuk, akhirnya tangan Diah membantu mengarahkan ke lubang kemaluannya yang sempit sekali, dan akhirnya BLees kepala kontolku menembus kemaluan Bu Diah yang rapet, sesak rasanya. Aku maklum vagina Bu Diah udah setahun enggak kemasukan kontol jadi kaget tapi senang sekali apalagi tadi aku bilang kepala kontolku memang besar meski panjang kontolku biasa-biasa aja. Aku sadar siapa yang aku setubuhi, maka aku beraksi gentleman cara halus aku pakai aku tusuk pelan tapi mantap ada mungkin 5 menit ketika Bu Diah berbisik”Mas cape ya? Biar aku yang kerja”.

    Bu Diah ambil alih kendali senggama, dia goyangkan pantatnya enggak terlalu cepat, tapi dia kerja dengan tenaga dalamnya otot-otot vaginanya mencengkeram erat kontolku memiji-mijit batang kemaluanku, aku betul-betul keenakan, jarang sekali perempuan bisa empot-empot ayam seperti Bu Diah. Isteriku pernah coba, tapi enggak lagi sesudah punya anak, beberapa cewek bisa empot-empot ayam, yang terlama dan terkuat aku ingat Mbak Rita cewek Kuningan yang aku pernah aku entotin tiga kali. Aku enggak perlu keluar banyak energi menyetubuhi Bu Diah, aku naik turunkan kontolku pelan-pelan dan dalam-dalam di lubang senggama Bu Diah, sementara empot-empot vaginanya terus mengurut-urut batang kontolku sedangkan mulutku menyedot buah dada putih besar bagai hidangan yang harus dinikmati, tangan Bu Diah memelukku erat, tangan kananku meremas bokong dia dan angan kiriku menahan berat badanku. shhssh, sshh. desis Bu Diah terus menerus ada sekitar 10 menit, lalu Bu Diah mengerang”Maas, aku keluar lagi Maas.”.


    Aku cium keningnya, bukannya Bu Diah melemah tapi dia pindahkan kedua tanganku dikiri kanan mepet buah dadanya dan tangan dia dua-duanya memegang sandaran ranjang Bu Diah keluarkan tenaga dalam lebih hebat lagi pantat memutar teratur sekali lebih keras dan, empot-empot-empot-empot vagina Bu Diah lebih sering dan lebih kencang memijat-mijat kontolku.
    “Maas. aduuh.”, Bu Diah orgasme lagi, tapi pantatnya terus berputar dan empot-empotnya enggak berhenti berhenti.
    Kontolku dengan kuat aku gosokkan kekiri-kanan bibir vaginanya, aku senggol-senggolkan ke itil Bu Dian sementara aku senang sekali pandangin wajah Bu Diah yang merem melek, mulut terbuka agak lebar aku jawab haus gairah Bu Dian dengan tusukan-tusukanku kejantananku, aku penuhin dahaga syahwati Bu Diah dengan sodokan-sodokan kemaluanku yang kuat, aku bikin Bu Diah menggelinjang mengerang penuh nikmat birahi.
    “Aah. aah. aahh.”, erangan erotis Bu Diah yang semakin keras sampai akhirnya aku tumpahkan air maniku dalam-dalam ke vagina Bu Diah.
    “Mas. Maas. Maas.”, jerit kecil Bu Diah sambil kakinya mancal-mancal dan dia tarik aku, dia gigit leherku.

    Airmaniku ternyata cepat direproduksi, cairan kelaki-lakianku banyak masuk ke vagina Bu Diah, pejuh kental hangatku memenuhi hasrat terpendam kewanitaan Bu Diah, dia puas Agak lama aku masih benamkan kontolku di vagina Bu Diah, aku enggak mau lepaskan keajaiban bersenggama dengan Bu Diah, begitu juga Diah masih menjepitkan vaginanya kekontolku dengan merapatkan pahanya. Kami berdua diam, tersenyum penuh makna, kemudian Diah meneteskan air mata. Aku hapus airmata itu dan aku berbaring disampingnya, aku belai dia.
    Lama juga Bu Diah diam menenangkan diri sebelum dia bangkit, mengecup bibirku dan bilang”Mas tiduran aja, ya”.
    Dia masuk ke kamar mandi yang juga ada di lantai atas, dia bersihkan diri sekitar 5 menit dan ke ranjang lagi, membersihkan kontolku dengan handuk kecil yang sudah dibasahin, mesra sekali dia perlakuan atau pelayanan dia, sesudah selesai, dia merangkul aku, aku sun keningnya, kami berbaring berpelukan.
    “Mas, Mas Hikam betul jaga rahasia ya. Aku cuman percaya sama Mas Hikam dan Mbak Nuniek”.
    “OK, sayang. You can trust me”, kataku sambil mempererat dekapanku.


    Kami berdua telanjang berpelukan, buah dadanya menempel dadaku, kaki kiriku ditindih kaki kanannya, kaki kananku menindih kaki kirinya. pikiranku melayang-layang penuh kepuasan, janganlah kenikmatan ini berlalu “Ibu Diah, wanita sempurna cantik, luar dalam, pinter, gesit, pakar di ranjang”, akhirnya aku tertidur.


  • Kisah Memek Gairah Nafsu Tante dan Anaknya

    Kisah Memek Gairah Nafsu Tante dan Anaknya


    2950 views

    Duniabola99.com – Sesaat lamanya aku hanya berdiri di depan pintu gerbang sebuah rumah mewah tetapi berarsitektur gaya Jawa kuno. Hampir separuh bagian rumah di depanku itu adalah terbuat dari kayu jati tua yang super awet. Di depan terdapat sebuah pendopo kecil dengan lampu gantung kristalnya yang antik. Lantai keramik dan halaman yang luas dengan pohonpohon perindangnya yang tumbuh subur memayungi seantero lingkungannya. Aku masih ingat, di samping rumah berlantai dua itu terdapat kolam ikan Nila yang dicampur dengan ikan Tombro, Greskap, dan Mujair. Sementara ikan Geramah dipisah, begitu juga ikan Lelenya. Dibelakang sana masih dapat kucium adanya peternakan ayam kampung dan itik. Tante Yustina memang seorang arsitek kondang dan kenamaan.

    Enam tahun aku tinggal di sini selama sekolah SMU sampai D3ku, sebelum akhirnya aku lulus wisuda pada sebuah sekolah pelayaran yang mengantarku keliling dunia. Kini hampir tujuh tahun aku tidak menginjakkan kakiku di sini. Sama sekali tidak banyak perubahan pada rumah Tante Yus. Aku bayangkan pula si Vivi yang dulu masih umur lima tahun saat kutinggalkan, pasti kini sudah besar, kelas enam SD.


    Kulirik jarum jam tanganku, menunjukkan pukul 23:35 tepat. Masih sesaat tadi kudengar deru lembut taksi yang mengantarku ke desa Kebun Agung, sleman yang masih asri suasana pedesaannya ini. Suara jangkrik mengiringi langkah kakiku menuju ke pintu samping. Sejenak aku mencaricari dimana dulu Tante Yus meletakkan anak kuncinya. Tanganku segera merabaraba ventilasi udara di atas pintu samping tersebut. Dapat. Aku segera membuka pintu dan menyelinap masuk ke dalam.

    Sejenak aku melepas sepatu ket dan kaos kakinya. Hmm, baunya harum juga. Hanya remangremang ruangan samping yang ada. Sepi. Aku terus saja melangkah ke lantai dua, yang merupakan letak kamarkamar tidur keluarga. Aku dalam hati terusmenerus mengagumi figur Tante Yus. Walau hidup menjada, sebagai single parents, toh dia mampu mengurusi rumah besar karyanya sendiri ini. Lama sekali kupandangi foto Tante Yus dan Vivi yang di belakangnya aku berdiri dengan lugunya. Aku hanya tersenyum.

    Kuperhatikan celah di bawah pintu kamar Vivi sudah gelap. Aku terus melangkah ke kamar sebelahnya. Kamar tidur Tante Yus yang jelas sekali lampunya masih menyala terang. Rupanya pintunya tidak terkunci. Kubuka perlahan dan hatihati. Aku hanya melongo heran. Kamar ini kosong melompong. Aku hanya mendesah panjang. Mungkin Tante Yus ada di ruang kerjanya yang ada di sebelah kamarnya ini. Sebentar aku menaruh tas ransel parasit dan melepas jaket kulitku. Berikutnya kaos oblong Jogja serta celana jeans biruku. Kuperhatikan tubuhku yang hitam ini kian berkulit gelap dan hitam saja. Tetapi untungnya, di tempat kerjaku pada sebuah kapal pesiar itu terdapat sarana olah raga yang komplit, sehingga aku kian tumbuh kekar dan sehat.

    Tidak perduli dengan kulitku yang legam hitam dengan rambutrambut bulu yang tumbuh lebat di sekujur kedua lengan tangan dan kakiku serta dadaku yang membidang sampai ke bawahnya, mengelilingi pusar dan terus ke bawah tentunya. Air. Ya aku hanya ingin merasakan siraman air shower dari kamar mandi Tante Yus yang bisa hangat dan dingin itu.
    Aku hendak melepas cawat hitamku saat kudengar sapaan yang sangat kukenal itu dari belakangku, Andrew..? Kaukah itu..?


    Aku segera memutar tubuhku. Aku sedikit terkejut melihat penampilan Tante Yus yang agak berbeda. Dia berdiri termangu hanya mengenakan kemeja lengan panjang dan longgar warna putih tipis tersebut dengan dua kancing baju bagian atasnya yang terlepas. Sehingga aku dapat melihat belahan buah dadanya yang kuakui memang memiliki ukuran sangat besar sekali dan sangat kencang, serta kenyal. Aku yakin, Tante Yus tidak memakai BH, jelas dari bayangan dua bulatan hitam yang samarsamar terlihat di ujung kedua buah dadanya itu. Rambutnya masih lebat dipotong sebatang bahunya. Kulit kuning langsat dan bersih sekali dengan warna cat kukunya yang merah muda.

    Ngg.., selamat malam Tante Yus maaf, keponakanmu ini datang dan untuk berlibur di sini tanpa ngebel dulu. Maaf pula, kalau tujuh tahun lamanya ini tidak pernah datang kemari. Hanya lewat surat, telpon, kartu pos, email.., sekali lagi, saya minta maaf Tante. Saya sangat merindukan Tante..! ucapku sambil kubiarkan Tante Yus mendekatiku dengan wajah haru dan senangnya.
    Ouh Andrew ouh..! bisik Tante Yus sambil menubrukku dan memelukku eraterat sambil membenamkan wajahnya pada dadaku yang membidang kasar oleh rambut.
    Aku sejenak hanya membalas pelukannya dengan kencang pula, sehingga dapat kurasakan desakan putingputing dua buah dadanya Tante Yus.

    Kau pikir hanya kamu ya, yang kangen berat sama Tante, hmm..? Tantemu ini melebihi kangennya kamu padaku. Ngerti nggak..? Gila kamu Andrew..! imbuhnya sambil memandangi wajahku sangat dekat sekali dengan kedua tangannya yang tetap melingkarkan pada leherku, sambil kemudian memperhatikan kondisi tubuhku yang hanya bercawat ini.
    Tante Yustina tersenyum mesra sekali. Aku hanya menghapus air matanya. Ah Tante Yus
    Ya, untuk itulah aku minta maaf pada Tante
    Tentu saja, kumaafkan.. sahutnya sambil menghela nafasnya tanpa berkedip tetap memandangiku, Kamu tambah gagah dan ganteng Andrew. Pasti di kapal, banyak crew wanita yang bule itu jatuh cinta padamu. Siapa pacarmu, hmm..?
    Belum punya Tan. Aku masih nabung untuk membina rumah tangga dengan seorang, entah siapa nanti. Untuk itu, aku mau minta Tante bikinkan aku desain rumah
    Bayarannya..? tanya Tante Yus cepat sambil menyambar mulutku dengan bibir tipis Tante Yus yang merah.


    Aku terkejut, tetapi dalam hati senang juga. Bahkan tidak kutolak Tante Yus untuk memelukku terus menerus seperti ini. Tapi sialnya, batang kemaluanku mulai merinding geli untuk bangkit berdiri. Padahal di tempat itu, perut Tante Yus menekanku. Tentu dia dapat merasakan perubahan kejadiannya.

    Aku ngg
    Ahh, kamu Andrew. Tante sangat kangen padamu, hmm ouh Andrew hmm..! sahut Tante Yus sambil menerkam mulutku dengan bibirnya.
    Aku sejenak terkejut dengan serbuan ganas mulut Tante Yus yang kian binal melumatlumat mulutku, mendasakdesaknya ke dalam dengan buas. Sementara jemari kedua tangannya menggerayangi seluruh bagian kulit tubuhku, terutama pada bagian punggung, dada, dan selangkanganku. Tidak karuan lagi, aku jadi terangsang. Kini aku berani membalas ciuman buas Tante Yus. Nampaknya Tante Yus tidak mau mengalah, dia bahkan tambah liar lagi. Kini mulut Tante Yus merayap turun ke bawah, menyusuri leherku dan dadaku. Beberapa cupangan yang meninggalkan warna merah menghiasi pada leher dan dadaku. Kini dengan liar Tante Yus menarik cawatku ke bawah setelah jongkok persis di depan selangkanganku yang sedikit terbuka itu. Tentu saja, batang kemaluanku yang sebenarnya telah meregang berdiri tegak itu langsung memukul wajahnya yang cantik jelita.

    Ouh, gila benar. Tititmu sangat besar dan kekar, An. Ouh hmmm..! seru bergairah Tante Yus sambil memasukkan batang kejantananku ke dalam mulutnya, dan mulailah dia mengulumngulum, yang seringkali dibarengi dengan mennyedot kuat dan ganas.
    Sementara tangan kanannya mengocokngocok batang kejantananku, sedang jemari tangan kirinya meremasremas buah kemaluanku. Aku hanya mengerangngerang merasakan sensasi yang nikmat tiada taranya. Bagaimana tidak, batang kemaluanku secara diamdiam di tempat kerjaku sana, kulatih sedemikian rupa, sehingga menjadi tumbuh besar dan panjang. Terakhir kuukur, batang kejantanan ini memiliki panjang 25 sentimeter dengan garis lingkarnya yang hampir 20 senti. Rambut kemaluan sengaja kurapikan.

    Tante Yus terus menerus masih aktif mengocokngocok batang kemaluanku. Remasan pada buah kemaluanku membuatku merintihrintih kesakitan, tetapi nikmat sekali. Bahkan dengan gilanya Tante Yus kadangkala memukulmukulkan batang kemaluanku ini ke seluruh permukaan wajahnya. Aku sendiri langsung tidak mampu menahan lebih lama puncak gairahku. Dengan memegangi kepala Tante Yus, aku menikamnikamkan batang kejantananku pada mulut Tante Yus. Tidak karuan lagi, Tante Yus jadi tersendaksendak ingin muntah atau batuk. Air matanya malah telah menetes, karena batang kejantananku mampu mengocok sampai ke tenggorokannya.

    Pada satu kesempatan, aku berhasil mencopot kemejanya. Aku sangat terkejut saat melihat ukuran buah dadanya. Luar biasa besarnya. Keringat benarbenar telah membasahi kedua tubuh kami yang sudah tidak berpakaian lagi ini. Dengan ganas, kedua tangan Tante Yus kini mengocokngocok batang kemaluanku dengan genggamannya yang sangat erat sekali. Tetapi karena sudah ada lumuran air ludah Tante Yus, kini jadi licin dan mempercepat proses ejakulasiku.
    Crooot cret.. croot creeet..! menyemprot air maniku pada mulut Tante Yus.
    Saat spremaku muncrat, Tante Yus dengan lahap memasukkan batang kemaluanku kembali ke dalam mulutnya sambil mengurutngurutnya, sehingga sisasisa air maniku keluar semua dan ditelan habis oleh Tante Yus.


    Ouhh ouh.. auh Tante ouh..! gumamku merasakan gairahku yang indah ini dikerjai oleh Tante Yus.
    Hmmm Andrew ouh, banyak sekali air maninya. Hmmm.., lezaat sekali. Lezat. Ouh hmmm..! bisik Tante Yus menjilati seluruh bagian batang kemaluanku dan sisasisa air maninya.
    Sejenak aku hanya mengolah nafasku, sementara Tante Yus masih mengocokngocok dan menjilatinya.
    Ayo, Andrew kemarilah Sayang.., kemarilah Baby..! pintanya sambil berbaring telentang dan membuka kedua belah pahanya lebarlebar.

    Aku tanpa membuang waktu lagi, terus menyerudukkan mulutku pada celah vagina Tante Yus yang merekah ingin kuterkam itu. Benarbenat lezat. Vagina Tante Yus mulai kulumatlumat tanpa karuan lagi, sedangkan lidahku menjilatjilat deras seluruh bagiang liang vaginanya yang dalam. Berulang kali aku temukan kelentitnya lewat lidahku yang kasar. Rambut kemaluan Tante Yus memang lebat dan rindang. Cupangan merah pun kucap pada seluruh bagian daging vagina Tante Yus yang menggairahkan ini. Tante Yus hanya menggerinjalgerinjal kegelian dan sangat senang sekali nampaknya. Kulirik tadi, Tante Yus terusmenerus melakukan remasan pada buah dadanya sendiri sambil sesekali memelintir putingputingnya. Berulang kali mulutnya mendesahdesah dan menjerit kecil saat mulutku menciumi mulut vaginanya dan meneriknarik daging kelentitnya.

    Ouh Andrew lakukan sesukamu.. ouh.., lakukan, please..! pintanya mengerangerang deras.
    Selang sepuluh menit kemuadian, aku kini merayap lembut menuju perutnya, dan terus merapat di seluruh bagian buah dadanya. Dengan ganas aku menyedotnyedot puting payudaranya. Tetapi air susunya sama sekali tidak keluar, hanya putingputing itu yang kini mengeras dan memanjang membengkak total. Di buah dadanya ini pula aku melukiskan cupanganku banyak sekali. Berulang kali jemariku memilinmilin gemas putingputing susu Tante Yus secara bergantian, kiri kanan. Aku kini tidak tahan lagi untuk menyetubuhi Tanteku. Dengan bergegas, aku membimbing masuk batang kemaluanku pada liang vaginanya.

    Ooouhkk.. yeaaah ayoo.. ayooo genjot Andrew..! teriak Tante Yus saat merasakan batang kejantananku mulai menikamnikam liar mulut vaginanya.
    Sambil menopang tubuhku yang berpegangan pada buah dadanya, aku semakin meningkatkan irama keluar masuk batang kemaluanku pada vagina Tante Yus. Wanita itu hanya berpegangan pada kedua tanganku yang sambil meremasremas kedua buah dadanya.
    Blesep sleeep blesep..! suara senggama yang sangat indah mengiringi dengan alunan lembut.
    Selang dua puluh menit puncak klimaks itu kucapai dengan sempurna, Creeet croot creeet..!
    Ouuuhhhkk.. aooouhkk aaahhk.., seru Tante Yus menggelepargelepar lunglai.
    Tante ouhhh..! gumamku merasakan keletihanku yang sangat terasa di seluruh bagian tubuhku.
    Dengan batang kemaluan yang masih tetap menancap erat pada vagiana Tante Yus, kami jatuh tertidur. Tante Yus berada di atasku.


    Karena kelelahanku yang sangat menguasai seluruh jaringan tubuhku, aku benarbenar mampu tertidur dengan pulas dan tenang. Entah sudah berapa lama aku tertidur pulas, yang jelas saat kubangun udara dingin segera menyergapku. Sial. Aku sadar, ini di desa dekat Merapi, tentu saja dingin. Tidak berapa lama jam dinding berdentang lima sampai enam kali. Jam enam pagi..! Dengan agak malas aku beranjak berdiri, tetapi tidak kulihat Tante Yus ada di kamar ini. Sepi dan kosong. Dimana dia..? Aku terus mencoba ingin tahu. Dalam keadaan bugil ini, aku melangkah mendekati meja lampu. Secarik kertas kutemukan dengan tulisan dari tangan Tante Yustina.

    Andrew sayang, Tante kudu buruburu ke Jakarta pagi ini. Udah dijemput. Ada pameran di sana. Tolong jaga rumah dan Vivi. Ttd, Yustina.

    Aku menghela nafas dalamdalam. Gila, setelah menikmati diriku, dia minggat. Tetapi tidak apaapa, aku dapat beristirahat total di sini, ditemani Vivi. Eh, tapi dimana dia..? Aku segera mengambil selembar handuk putih kecil yang segera kulilitkan pada tubuh bawahku. Tanpa membuang waktu lagi aku segera menyusuri rumah, dari ruang ke ruang dari kamar ke kamar. Tetapi sosok bocah SD itu tidak kelihatan sama sekali. Aku hampir putus asa, tetapi mendadak aku mendengar suara gemericik air pancuran dari kamar mandi ruang tamu di depan sana. Vivi. Ya itu pasti dia. Aku segera memburu.

    Kubuka pintu kamar tamu yang luas dan asri ini. Benar. Kulihat pintu kamar mandinya tidak ditutup, ada bayangan orang di situ yang sedang mandi sambil bernyanyi melagukan Westlife. Edan, anak SD nyanyinya begitu. Aku hanya tersenyum saja. Perlahan aku mendekati gawang pintu. Aku seketika hanya menelan ludahku sendiri. Vivi berdiri membelakangiku masih asyik bergoyanggoyang sambil menggosok seluruh tubuhnya yang telanjang bulat itu dengan sabun. Rambut panjangnya tumbuh lurus dan hitam sebatas pinggang. Berkulit kuning langsat dan nampaknya halus sekali. Kusadari dia telah tumbuh lebih dewasa.

    Air shower masih menyiraminya dengan hangat. Pantatnya sungguh indah bergerakgerak penuh gairah. Hanya aku belum lihat buah dadanya. Tanpa kuduga, Vivi membalikkan badannya. Aku yang melamun, seketika terkejut bukan main, takut dan khawatir membuatnya kaget lalu marah besar. Ternyata tidak.


    Mas..? Mas Andrew..? bertanya Vivi tidak percaya dengan wajah senang bercampur kaget.
    Aku hanya menghela nafas lega. Dapat kuperhatikan kini, buah dadanya Vivi telah tumbuh cukup besar. Putingputingnya hitam memerah kelam dan tampak menonjol indah. Kirakira buah dadanya ya, sekitar seperti tutup gelas itu. Seperti belum tumbuh, tetapi kok terlihat sudah memiliki daging menonjolnya. Sedangkan rambut kemaluannya sama sekali belum tumbuh. Masih bersih licin.

    Hai vivi, apa kabarnya..? tanyaku mendekat.
    Vivi hanya tersenyum, Masih ingat ketika kita renang bersama di rumahku dulu..? Kita berdua kan..? Hmm..? sambungku meraih bahunya.
    Air terus menyirami tubuhnya, dan kini juga tubuhku. Vivi mengangguk ingat.
    Ya. Ngg.., bagaimana kalau kita mandi bareng lagi Mas. Vivi kangen mas andrew.. ouh..! ujarnya memeluk pinggangku.
    Aku mengangkut tubuhnya yang setinggi dadaku ini dengan erat.
    Tentu saja, yuk..!

    Aku menurunkan Vivi.
    Kapan Mas datangnya..?
    Tadi malam. Vivi lagi tidur ya..?
    Hm.. Mh..!
    Aku melepas handukku yang kini basah. Saat kulepas handukku, Vivi tampak kaget melihat rambut kemaluanku yang tumbuh rapih. Segera saja tangannya menjamah buah kemaluan dan bantang kejantananku.
    Ouh.., Mas sudah punya rambut lebat ya. Vivi belum Mas.., ujarnya sambil memperhatikan vaginanya yang kecil.
    Tentu saja aku jadi geli, batang kemaluanku dirabaraba dan ditimangtimang jemari tangan mungil Vivi yang nakal ini.

    Itu karena Vivi masih kecil. Nanti pasti juga memiliki rambut kemaluan. Hmm..? ucapku sambil membelai wajahnya yang manis sekali.
    Vivi hanya tersipu. Sialnya, aku kini jadi kian geli saat Vivi menariknarik batang kejantananku dengan candanya.
    Ihhh.., kenyal sekali ouh.., seperti belalai ya Mas..!
    Aku jadi terangsang. Gila.
    Belalai ini bisa akan jadi tumbuh besar dan panjang lho. Vivi mau lihat..?
    Iya Mas.., gimana tuh..?
    Vivi mesti mengulum, menghisaphisap dan menyedotnya dengan kuat sekali batang zakar ini. Gimana..? Enak kok..! kataku merayu dengan hati yang berdebardebar kencang.
    Vivi sejenak berpikir, lalu tanpa menoleh ke arahku lagi, dia memasukkan ujung batang kejantananku ke dalam mulutnya. Wow..! Gadis kecil ini langsung melakukan perintahku, lebihlebih aku mengarahkan juga untuk mengocokngocok batang kemaluanku ini, Vivi menurut saja, dia malah kegirangan senang sekali. Dianggapnya batang ku adalah barang mainan baginya.

    Iya Mas. Tambah besar sekali dan panjang..! serunya kembali melumatlumatkan batang kejantananku dan mengocok keras batangnya.
    Sekarang Vivi kuajari lagi untuk meremas buah kemaluanku. Aku membayangkan semua itu bahwa Tante Yus yang melakukan. Indah sekali sensasinya. Tetapi nyatanya aku tengah dipompa nafsu seksku dari bocah cilik ini. Edan, sepupuku lagi. Tetapi apa boleh buat. Aku lagi kebelet sekali kini. Yang ada hanyalah Vivi yang lugu dan bodoh tetapi mengasyikan sekali. Batang kejantananku kini benarbenar telah tumbuh sempurna keras dan panjangnya. Vivi kian senang. Aku kian tidak tahan.

    Teruskan Vi, teruskan ya.., ya lebih keras dan kenceng lakukanlah Sayang..! perintahku sambil mengerangerang.
    Setelah hampir lima belas menit kemudian, air maniku muncrat tepat di dalam mulut Vivi yang tengah menghisap batang kemaluanku.
    Creeet crooot.. creet.. cret..!
    Hup.. mhhhp..! teriak kaget Vivi mau melepaskan batang kemaluanku.
    Tetapi secepat itu pula dia kutahan untuk tetap memasukkan batang kemaluanku di dalam mulutnya.

    Telan semua spermanya Vi. Itu namanya sperma. Enak sekali kok, bergizi tinggi. Telan semuanya, ya.. yaaa begitu terus bersihkan sisasisanya dari batangnya Mas..! perintahku yang dituruti dengan sedikit enggan.
    Tetapi lama kelamaan Vivi tampak keasyikan mencaricari sisa air maniku.
    Enak sekali Mas. Tapi kental dan baunya, hmm.., seperti air tajin saat Mama nanak nasi..! Enak pokoknya..! Lagi dong Mas, keluarkan spermanya..!
    Gila. Gila betul. Aku masih mencoba mengatur jalannya nafasku, Vivi minta spermaku lagi..? Edan anak ini.

    Baik, tapi kini Vivi ikuti perintahku ya..! Nanti tambah asyik, tapi sakit. Gimana..?
    Kalau enak dan asyik, mauh. Nggak papa sakit dikit. Tapi spermanya ada lagi khan..?
    Aku mengangguk. Vivi mulai kubaringkan sambil kubuka kedua belahan pahanya yang mulus itu untuk melingkari di pinggangku. Vivi memperhatikan saja. Air dari shower masih mengucuri kami dengan dingin setelah tadi sempat kuganti ke arah cool.
    Auuuh, aduh.. Mas..! teriak vivi kaget saat aku memasukkan batang kejantananku ke dalam liang vaginanya yang jelasjelas sangat sempit itu.

    Tetapi aku tidak perduli lagi. Kukocok vagina Vivi dengan deras dan kencang sambil kuremasremas buah dadanya yang kecil, serta menariknarik putingputing buah dadanya dengan gemas sekali. Vivi semakin menjeritjerit kesakitan dan tubuhnya semakin menggerinjalgerinjal hebat.
    Sakiiit.. auuuh Mas.., Mas hentikan saja sakiiit, perih sekali Mas, periiihhh ouuuh akkkh aouuuhkkk..! menjeritjerit mulut manisnya itu yang segera saja kuredam dengan melumatlumat mulutnya.

    Blesep.. blesep slebb..! suara persetubuhkan kami kian indah dengan siraman shower di atas kami.
    Aku semakin edan dan garang. Gerakan tubuhku semakin kencang dan cepat. Dapat kurasakan gesekan batang kemaluanku yang berukuran raksasa ini mengocok liang vaginan Vivi yang super rapat sempitnya. Dari posisi ini, aku ganti dengan posisi Vivi yang menungging, aku menyodok vaginanya dari belakang. Lalu ke posisi dia kupangku, sedangkan aku yang bergerak mengguncangkan tubuhnya naik, lalu kuterima dengan menikam ke atas menyambut vaginanya yang melelehkan darah.

    Tidak Masss ouh sakit.. uhhk huuuk ouhhh sakiiit..! tangisnya sejadijadinya.
    Tetapi aku tidak perduli, sepuluh posisi kucobakan pada tubuh bugil mungil Vivi. Bahkan Vivi nyaris pingsan. Tetapi disaat gadis itu hendak pingsan, puncak ejakulasiku datang.
    Creeet crooot.. sreeet crreeet..! muncratnya air mani yang memenuhi liang vaginanya Vivi bercampur dengan darahnya.
    Vivi jatuh pingsan. Aku hanya mengatur nafasku saja yang tidak karuan. Lemas. Vivi pingsan saat aku memasangkan kembali batang kemaluanku ke posisi dia, kugendong di depan dengan dadanya merapat pada dadaku. Pelanpelan kujatuh menggelosor ke bawah dengan batang kemaluanku yang masih menancap erat di vaginanya.

    Itulah pengalamanku dengan Tante Yus dan putrinya Vivi yang keduanya memang binal itu. Teriring salam untuk Vivi.

  • Kisah Memek Gairah Nakal Siska

    Kisah Memek Gairah Nakal Siska


    3427 views

    Duniabola99.com – Jarum jam di tangan SisKa menunjukkan pukul 11.00 malam, saat ia membuka gerbang kosan yang telah ditutup sejak 2 jam yang lalu. Ia berjalan kelelahan setelah seharian mengerjakan tugas kelompok bersama 3 temannya. Santi adalah mahasiswi Ilmu Komunikasi di salah satu PTN di wilayah Bandung. Saat ini ia tengah menempuh semester 6. Santi termasuk mahasiswi yang rajin dengan IPK di atas 3,5. Tetapi lain halnya untuk urusan asmara. Santi merogoh tas mencari kunci kamar kosannya. Saat itu penjaga kosan bernama Pak Damar menyapanya.
    “Neng Santi. Baru pulang malam-malam begini?”
    “Eh, Pak Damar.”, Ujar Santi dengan sedikit terkejut sambil menoleh,
    “Iya, Pak. Habis ngerjain tugas di kostan teman.”

    Pak Damar tidak lagi menjawab, Ia hanya menganggung sambil berjalan menuju pos jaga. Akhirnya Santi berhasil menemukan kunci di dalam tasnya. Ketika Ia membuka pintu, kamarnya terlihat gelap gulita, Ia baru teringat lampu kamar mati sejak pagi tadi sebelum Ia pergi.

    “Pak Damar!” teriak Santi.
    “Iya, Neng.” jawab Pak Damar.

    Santi berjalan mendekat.

    “Pak, bisa minta tolong? Lampu kamar saya mati, tadi lupa beli.”
    “Oh, bisa Neng. Warung di depan masih buka. Sini saya belikan.”

    Santi mengeluarkan selembar uang 20rb.

    “Beli yang bagus ya Pak. Kembaliannya ambil saja.”
    “Sip, Neng.”, Ujar Pak Damar sambil mengambil uang dan berjalan pergi.
    “Oia, Pak. Tolong sekalian dipasang ya Pak. Langit-langitnya tinggi. Saya mau mandi, nanti langsung masuk saja. Pintunya ga dikunci.”

    Pak Damar mengangguk sambil terus berjalan.

    Pak Damar berusia sekitar 50 tahun. Pipinya yang tirus membuatnya terlihat tua. Selain menjadi penjaga kosan, Ia juga bertani di sawah belakang kosan. Itu sebabnya warna kulitnya terlihat sangat gelap kecoklatan. Santi memasuki kamar, menutup pintu, dan mulai membuka pakaiannya satu persatu. Ia membuka kaos dan jins yang dipakainya sejak pagi hari. Melemparkannya ke tumpukan pakaian kotor.

    Dengan BH dan celana dalam Santi berjalan ke kamar mandi kemudian menyalakan keran air. Pintu kamar mandi ditutup. Santi melepas BH dan celana dalam, meletakkannya di ember yang khusus disediakan untuk pakaian dalam. Ia mulai mengguyurkan air dari ujung kepala. Segar sekali rasanya ketika tetesan-tetesan air membasuh rambut, wajah, leher, pundak, dan payudaranya. Beberapa tetesan kecil menyentuh puting Santi yang berwarna merah muda. Ia kembali mengguyur tubuhnya, kali ini air membasuh perut, paha, dan bongkahan pantat Santi yang begitu mulus berwarna putih bersih.

    Sedikit tetesan air dengan genitnya menjalar ke selangkangan Santi, menyapu kulit vagina yang tembam, merangsek ke sela-sela vagina seperti sebuah lidah yang ingin menjilat klitoris. Santi mulai membersihkan tubuhnya dengan sabun cair. Dioleskan sabun cair di dada dan payudaranya. Ia menggosok perlahan sambil mengelus-elus payudaranya. Tiba-tiba darahnya mengalir lebih cepat. Ada gelombang nafsu yang mulai menguak dari dalam diri Santi. Tidak biasanya Ia menjadi nafsu karena sentuhan tangannya sendiri, mungkin karena sudah 1 bulan lebih tidak ada yang merambah tubuh indahnya. Elusan tangan kanan ke payudaranya mulai berubah menjadi remasan, sementara tangan kirinya bergerak menyentuh vagina yang sudah tidak sabar ingin dimanja.

    “Mmpphhhh…” desah Santi keluar dari mulutnya.

    Sudah lebih dari 1 bulan yang lalu Santi putus dengan Jaka. Laki-laki kedua yang pernah bersetubuh dengannya. Santi mengakui bahwa Jaka lebih pintar dalam urusan sex ketimbang pacar pertamanya. Dan itu yang membuat Santi selalu ingin bersama Jaka, hingga suatu hari Santi mengetahui ternyata jaka berselingkuh. Mengingat kejadian perselingkuhan Jaka, seketika itu emosi Santi muncul. Nafsu yang melanda sebelumnya hilang begitu saja. Santi bersegera menyelesaikan mandinya. Ia membasuh sabun-sabun di tubuhnya.

    Saat ingin mengeringkan tubuh dengan handuk, ia baru tersadar handuknya tidak ada. Ia biasa melakukan hal seperti ini – tidak membawa handuk ke kamar mandi. Santi membuka pintu kamar mandi. Dengan sangat terkejut, ia melihat sosok seorang pria tua, berwajah tirus, berkulit coklat tua, sedang duduk di ranjang sambil melihat tubuhnya yang tanpa busana. Tubuh Santi kaku tak bergerak akibat syok, wajahnya memerah karena malu.

    Sementara Pak Damar masih terus menatap Santi. Tubuh Santi yang masih basah terlihat kemilau akibat pantulan cahaya. Payudaranya membusung, meneteskan air tepat dari puting merah mudanya. Dari vaginanya yang seolah mengintip Pak Damar terlihat mengucurkan air sisa pembersihan tubuh Santi. Santi berusaha menguasai kembali tubuhnya. Setelah kesadarannya pulih, dengan cepat Santi kembali masuk ke kamar mandi. Menutup rapat pintu kamar mandinya.


    “Ma… maaf Pak. Saya lupa handuknya. Bisa tolong ambilkan di meja?” minta Santi dengan suara gemetar. Klek.. Santi seperti mendengar suara pintu terkunci. Suaranya begitu samar hingga ia tidak yakin betul.
    “Ini, Neng.” Ujar Pak Damar dari balik pintu kamar mandi.

    Santi membuka sedikit celah kamar mandi, menjulurkan tangannya mengambil handuk dari tangan Pak Damar. Ia segera mengeringkan tubuhnya.

    Santi keluar berbalut handuk – yang sialnya adalah handuk kecil. Handuk yang ia kenakan tidak mampu melilit seluruh tubuhnya. Ujung handuk ia pegang dengan tangan kiri, sementara sedikit celah memperlihatkan pinggul dan pahanya. Dada Santi pun tidak tertutup dengan baik, belahan indah payudara dan sedikit tepian puting berwarna merah muda mencuat begitu menggoda. Handuk bagian bawah hanya menutupi sekitar 5 cm ke bawah dari vagina Santi. Santi berjalan perlahan, mata Pak Damar tidak sedetik pun lepas dari tubuh Santi.

    “Ee.. Neng, itu lampunya sudah saya pasang.” Ujar Pak Damar sambil berdiri memecah kebisuan.
    “Iya, pakk..” jawab Santi pelan, “Maaf Pak, saya mau pakai baju.” Lanjut Santi, berharap Pak Damar sadar untuk meninggalkan kamarnya.
    “Oh, iya Neng. Tapi saya boleh pinjam kamar mandi? Mau buang air kecil.” Pinta Pak Damar.
    “Bukannya di luar ada pak yang biasa dipakai.” sergah Santi sedikit kesal.
    “Kebelet Neng. Sebentar kok.” Dengan cepat Pak Damar masuk kamar mandi tanpa menunggu persetujuan Santi.

    Santi mendengar kucuran air seni Pak Damar begitu deras. Segera ia mananggalkan handuk menggantinya dengan daster favoritnya.

    Tak lama Pak Damar keluar. Berjalan menghampiri Santi.

    “Neng Santi, ada yang bisa dibantu lagi?” Tanya Pak Damar. Sekarang ia telah berdiri tepat di depan Santi. Belum sempat Santi menjawab pertanyaan tersebut, Pak Damar mengelus rambut Santi.
    “Bapakkk…” ujar Santi sambil berjalan mundur menghindari tangan kasar Pak Damar.

    Pak Damar terus mendekati Santi, sementara Santi terus mundur menghindar hingga tubuhnya terbentur tembok. Pak Damar merapatkan tubuhnya ke Santi yang sudah terpojok.

    “Pak, jangan pak.” Lirih Santi. Sementara tangan Pak Damar kembali mengelus rambut Santi yang wangi itu.
    “Tenang aja neng. Itu neng Sasha juga lagi asik sama pacarnya. Kita jangan kalah dong.” Kata Pak Damar dengan tenang penuh keyakinan.
    “Pak, tolong pak. Jangan. Saya teriak kalau bapak bagini terus.” Papar Santi penuh ketegaran di tengah posisinya yang tidak baik itu.
    “Neng mau teriak? Lalu orang-orang datang. Saya diusir. Tapi besoknya saya ke sini sama temen-temen lho. Khusus buat Neng Santi.” Ancam Pak Damar penuh kemenangan.

    Santi terteguh mendengar ancaman itu. Membayangkan dirinya dikroyok orang-orang sekelas Pak Damar. Mengerikan. Santi bukan termasuk wanita hipersex. Ketika ketakutan melanda pikiran Santi, Pak Damar melanjutkan kata-katanya.


    “Sudah lah neng. Biasanya juga sama pacarnya kan. Kalau tidak salah udah lebih dari 1 bulan ga diservis ya neng? Sini sama bapak aja.” Pak Damar terus meraba Santi, kali ini lengannya menjadi sasaran.

    Bulu kuduk Santi merinding ketika kulit putih mulusnya bersentuhan dengan tangan Pak Damar. Ditambah lagi kata-kata Pak Damar tentang aktivitas sexnya benar-benar membuat Santi malu. Wajahnya merah padam.

    “Pak sudah pak. Jangan pak. Tolong.” Dengan wajah nanar Santi memohon.
    Pak Damar menekan tubuh Santi ke bawah. “Isepin kontol bapak ya neng.” pinta Pak Damar.

    Dalam posisi berjongkok, Santi kebingungan harus bagaimana. Tentu ia pernah menghisap penis tetapi bukan dalam keterpaksaan seperti ini.

    “Ayo neng. Turunin dulu celana bapak. Trus isep. Ga perlu saya kasarin kan supaya neng mau. Ato ga harus saya panggil temen-temen saya kan.” Pak Damar kembali mengancam dengan sikap begitu tenang.

    Santi mulai menurunkan celana pendek Pak Damar. Tangannya gemetar, keringat dingin mengucur dari pori-pori kulitnya. Santi terus menarik hingga kaki Pak Damar, ia menatap celana yang telah terlepas tanpa melirik ke atas.

    “Ayo neng, liat ke atas dong.” perintah Pak Damar sambil tertawa pelan.

    Santi mengangkat wajahnya. Terkejut melihat sebuah penis yang sudah keras tidak lagi ditutupi celana dalam mengacung tepat mengarah ke wajahnya.

    “Baa… pak ga pake celana dalam?” pertanyaan polos keluar dari mulut Santi.
    “Itu ada di kamar mandi. Sama baju dalam kamu yang lain.” Jawab Pak Damar sambil terkekeh.

    Pak Damar memajukan penisnya. Kepala penisnya menyentuh bibir Santi yang manis.

    “Dibuka neng bibirnya.” Pinta Pak Damar.

    Santi membuka mulutnya dengan penuh keraguan. Penis Pak Damar mulai masuk dengan perlahan ke mulutnya. Pak Damar mulai menggoyang-goyangkan penisnya menyodok mulut Santi, dengan kedua tangannya yang menggenggam kepala Santi. Sementara itu kedua tangan Santi memegang kaki Pak Damar sambil berusaha melepaskan diri. Mphhh….. mpphhhh… penolakan Santi hanya terdengar seperti lenguhan.

    “Ahhh…. Achhh… bibirnya enak banget neng. Ahhh.. terus neng.” Rancau Pak Damar sambil terus menggoyangkan pantatnya.

    Berselang 2 menit kemudian. Pak Damar berhenti mengocok penisnya, tetapi ia membiarkan penis hitamnya tetap di dalam mulut Santi. Nafas Santi mulai terengah-engah.

    “Neng, lidahnya mainin dong di dalam.” pinta Pak Damar,
    “Achh… iyaaahhh.. gitu neng… pinter bangettt.. achhhh….”

    Lidah Santi bergoyang-goyang mengelus-elus penis di dalam mulutnya dengan lembut. Kepala penis Pak Damar selalu tersentuh lidah Santi. Sesekali ada hisapan yang Santi lakukan. Pak Damar semakir merancau menikmati penisnya dalam mulut Santi.

    “Sudah Neng Santi. Saya ga kuat sama lidah neng. Ahhh….” Pak Damar mengangkat tubuh Santi.
    “Pacar neng untung banget dapetin neng. Cantik, mulus, jago ngisep kontol.” Pak Damar mulai kembali mengelus lengan Santi yang tidak tertutupi.
    “Pak sudah pa. haahhh… jangan dilanjutkan pak.” Keluh Santi dengan wajah memelas meminta menyudahi permainan Pak Damar dengan nafas terengah-engah.

    Pak Damar menyibakkan rambut Santi ke belakang, lehernya yang jenjang terbuka lebar. Dengan sigap Pak Damar mulai mencium lembut dan menjilat leher Santi. Sementara tangannya meraba perut Santi.

    “Mpphhhh… pak, sudaahh.. ahh.. mpphhh..” Gejolak nafsu mulai melanda Santi, namun ia tetap berusaha menahannya sekuat tenaga.

    Pak Damar membalikkan tubuh Santi, ia menyibak rambut yang menutupi leher dan tungkuk. Pak Damar kembali menciumi sambil menjilat bagian sensitif Santi tersebut.

    “ahhh… pak hentikannn.. mmppphhhh.”

    Pak Damar mendekatkan bibirnya ke kuping Santi.

    “Neng Santi ini seksi sekali. Tadi saya intip dari etalase waktu neng mandi. Enak ya neng ngeremes tetek sendiri. Saya bantu ya sekarang.” Bisik lebut Pak Damar ke telinga Santi.

    Mendengar bisikan itu Santi seperti kehilangan harapan. Dilihat tanpa busana, ketahuan ML, dan sekarang ia tahu Pak Damar melihat saat ia akan masturbasi.


    “Saya remes ya neng teteknya.” Jemari Pak Damar merambat menuju 2 payudara Santi. Saat jemari menyentuh payudara. “Lho, ga pake BH, neng?!” Tanya Pak Damar dengan sedikit terkejut. “Jangan-jangan?!” dengan cepat tangannya menyibak daster membuka bongkahan pantat Santi. “Wah, si Neng bisa aja. Bilang ga mau tapi udah siap-siap gini.” Ledek Pak Damar.
    “Kan, mau tidur pak.” Ujar Santi membela diri dengan percuma sambil membalikan wajah sementara jarinya tergigit di mulutnya.

    Pak Damar sibuk meremas pantat, sementara tangan kirinya meremas payudara Santi. Posisi berdiri Santi yang sedikit menungging semakin membuat seksi tubuhnya.

    “Paakkkk…”,
    “Iya neng Santi”,
    “Sudah ya mpphhh.. pakkk..”,
    “Yakin neng?” jemari Pak Damar menyentuh bibir vigina Santi.
    “Achhh… paa..”. tangan Pak Damar menjulur ke wajah Santi, memperlihatkan jemarinya yang tadi menyentuh bibir vagina Santi.
    “Neng Santi, ko basah ya?” canda Pak Damar. Santi menatap Pak Damar sambil tersenyum malu. “Bapak jahat ih.” suara manja terlontar dari mulut Santi yang sebelumnya diisi penis Pak Damar.

    Tangan Pak Damar kembali mengelus pinggul Santi. Sambil menciumi leher, Pak Damar berbisik,

    “Neng Santi, mau dilanjutin ga ni?”,
    “Mmmpphhh.. lanjutin apa pakkk?”,
    “ngentot”,
    “ih, acchhh.. bapakkk..”
    tangan Pak Damar mulai meremas payudara Santi.
    “Iya pakkk.. lanjutinnnn paak.. aahhh..”
    “Pakkk.. aku mau ciuman yah.” Pak Damar mendekatkan wajah.
    “Mmpphhh.. pak, kontolnya aku pegang yah.. aku suka banget sama kontol bapak.” Bujuk Santi.

    Pak Damar dan Santi mulai saling berciuman. Lidah mereka saling melipat, bergesekan dengan lembut. Meningkatkan birahi keduanya. Mmpphhh…. Mmpphhhh…

    “Pak gendong aku ke kasur ya.”

    Pak Damar langsung mengangkat Santi, merebahkannya ke atas kasur. Santi menapat Pak Damar.

    “Pak, aku malu. Kayak cewe murahan.”,
    “Ngga ko neng. Nikmatin aja.”, Pak Damar kembali melibas bibir Santi.
    Mmpphhhh… desah Santi yang mulai tidak ditahan lagi. “Pak Damar. Mmphhh.. telanjangi aku. Mphh..”

    Pak Damar mulai mengangkat daster Santi. Vagina Santi yang tembam ditutupi rambut-rambut tipis tercukur rapih. Pak Damar tak henti menatap tubuh Santi yang terbuka perlahan, memperlihatkan keindahannya. Santi mengangkat tangannya. Membiarkan daster favoritnya terlepas dari tubuh yang sekarang tidak tertutupi sehelai kain pun. Payudara Santi yang tidak terlalu besar membusung dengan puting menegang, seakan meminta dijamah. Pak Damar memulai kembali dengan menciumi dan menjilati leher Santi. Lenguhan terlepas dari mulut Santi. Darah mendesir lebih cepat.

    Pak Damar menurunkan ciumannya ke payudara Santi. Menjilat turun di sisi payudara, berputar mengelilingi payudara Santi.

    “eeuhhh.. pak, aku nafsu bangettt…” rancu Santi memohon Pak Damar meningkatkan agresivitas.

    Pak Damar menjilat kecil puting Santi yang sudah sangat keras. Ia memberi kecupan kecil.

    “Neng Santi, putingnya keras banget.” Ujar Pak Damar sambil menatap Santi yang sedang memejamkan mata.
    “mmpphhh.. iya pak. Emut puting aku pakkk.. remesss…” pinta Santi.

    Pak Damar mengemut puting Santi sambil memainkan lidahnya, sementara tangan kanannya merepas payudara Santi yang lain.

    “aahhh… eemmmppp… enaakkk pakk..” Santi meremas rambut Pak Damar, menekan kepala Pak Damar ke payudaranya.
    “uughhh… pakk, mau ngentottt. Mauu kontolll.. aahhh..” rancu Santi tak terkendali.


    Ia melepas cengkraman dari kepala Pak Damar. Pak Damar mengangkat tubuhnya melepaskan mulutnya dari puting Santi. Ia mendekatkan diri ke wajah Santi. Penisnya yang keras mengacung tepat di wajah Santi.

    “Tadi neng ga mau, bukan?” pancing Pak Damar.

    Santi mendekatkan hidungnya ke ujung penis Pak Damar. Menyentuh tepat di lubang kecil penis Pak Damar. Ia menghirup perlahan aroma penis yang khas sambil memejamkan mata. Ujung hidungnya merambat ke pangkal penis, pipi Santi pun menempel ke batang penis Pak Damar.

    “Sekarang aku mau pak. Sampe masuk kontol bapak ke memek aku juga aku mau.” Nafas Santi mulai memelan, “aku emut lagi ya pak.”

    Pak Damar merubah posisinya, ia menyandarkan punggungnya ke tembok dengan posisi terduduk. Santi menundukkan wajahnya mendekati penis dengan posisi menungging di atas kasur. Jari jemarinya yang manis mulai menyentuh lembut kulit penis Pak Damar. Digenggamnya penis dengan satu tangan. Santi mulai menggerak-gerakkan tangannya ke atas-bawah.

    “aacc..chhh… eehhh.. aahhh nenggg…”
    “Enak ya pakk..” ucap Santi sambil menatap genit ke arah Pak Damar.
    “eemmmhhhh…” Santi menjulurkan lidahnya menjilat ujung kepala penis yang semakin mengeras.

    Tak lama jilatannya berubah menjadi emutan dan hisapan di kepala penis dengan tangannya yang masih terus mengocok.

    Pak Damar terus mendesah semakin keras. Lidahnya bermain-main di dalam mulutnya, mengelus-elus kepala penis. Tiba-tiba Pak Damar bergetar kuat.

    “aachhhhh….” Sebuah erangan panjang keluar dari mulutnya, cairan sperma meleleh dari dalam penis.
    “mmpphhhh..” Santi masih mengocok penis dengan tangan kanannya, mulutnya masih diisi kepala penis Pak Damar menanti tetesan terakhir sperma.

    Ia melepaskan penis dari mulutnya, mengangkat kepalanya menghadap Pak Damar dengan wajah penuh senyum.

    “Liatin sperma bapak dong, neng.” Pinta Pak Damar. Sinta membuka mulutnya, menjulurkan lidahnya yang dipenuhi cairan berwarna putih susu.

    Santi kembali menutup mulutnya. Tidak segera menelan sperma, ia justru memainkan sperma itu di dalam mulutnya. Menikmati aroma dan rasa sekaligus sensasi tersebut. Glek… sperma Pak Damar menuju perut Santi. Santi menyeringai dengan wajah penuh kegembiraan. Ia mendekat ke Pak Damar, melupat bibir penjaga kosannya.

    “Seneng banget sih, neng?” Tanya Pak Damar sambil mengelus payudara yang tidak tertutupi apapun.
    “Sperma bapak enak.” Ucap Santi dengan sedikit malu-malu sambil merebahkan tubuhnya di atas dada Pak Damar.
    “Istirahat dulu ya neng. Nanti lanjutin.”
    “Lanjutin apa pak?” Tanya Santi sambil melihat Pak Damar.

    Tidak langsung menjawab, Pak Damar menggerakkan tangannya. Menyentuh bibir vagina Santi, kemudian menyelusupkan jari tengahnya ke sela bibir vagina. “lanjutin ini. Ngeringin memek kamu. Nih, basah.”

    “ahhhh… mpphhhh…” eluh Santi sambil menggigit bibir bawahnya,

    “ga ah, pak. Malu aku ngentot sama penjaga kosan.” Ucap Santi sambil memejamkan matanya, menikmati sentuhan lembut di vaginanya.
    “Supaya neng mau harus gimana?” Tanya Pak Damar.

    Perlahan paha Santi menjepit tangan Pak Damar, sementara tangannya mencengkram pergelangan tangan Pak Damar. Tubuhnya tidak ingin jejari Pak Damar lepas dari vaginanya.

    “Katanya tadi ga mau dilanjutin.” Protes Pak Damar.
    “Aku binal ya pak?” Tanya Santi dengan wajah sayu.
    “Neng Santi itu bispak. Bisa bapak entot kapan aja bapak mau.”
    “aahhhh.. bapak jahat.. mmpphhh.. masukin jarinya pakk…”
    “Lanjutin nanti ya neng. Istirahat dulu.”
    “Bapak bilang yang mesum-mesum dulu dong.” Pinta Santi.
    “Memek Neng Santi mau dijilatin nanti?” Santi mengangguk, “Dimasukin kontol bapak? Kita ngentot.”
    “Mau banget, pak” jawab Santi dengan berbisik.
    “Sampai puas!” ucap Pak Damar ikut berbisik. Mereka kembali berciuman. Kemudian tertidur bersama

    Pukul 03.00, Santi masih tidur dengan nyenyak. Dalam mimpinya, Santi merasakan kenikmatan yang menjalar di seluruh tubuhnya. Entah ia sedang ‘mimpi basah’ atau tidak, tetapi ada eluhan-eluhan yang keluar dari mulutnya.


    “Mmpphhhh… mmpphh…”

    Santi mulai sadar di tengah tidurnya. Matanya masih terpejam, tetapi Ia semakin menyadari kenikmatan di sekujur tubuhnya. Membiarkan tubuhnya menggelinjang kenikmatan. Santi tidak ingin membuka matanya, kemudian terbangun dari tidurnya. Ia ingin menikmati tidurnya yang penuh kenikmatan. Lambat laun kesadarannya semakin menguat saat mendengar suara-suara kecupan. Santi mulai teringat bahwa Ia sedang tidur dengan Pak Damar tanpa busana yang menjanjikan kelanjutan permainan mereka. Santi membuka matanya untuk meyakinkan diri tentang apa yang dari tadi Ia rasakan.

    “Pakkk… mmpphhhh.. curannggg..” ucap Santi sambil menggigit bibir bawahnya menatap Pak Damar yang sedang menjilat vaginanya.

    Pak Damar mengangkat wajahnya.

    “Neng tidurnya nyenyak banget. Bapak ga enak banguninnya.” Tangan Pak Damar mengelus-elus paha Santi.
    “Jadi bapak mulai aja duluan.” Ucapnya sambil tersenyum.

    Santi membalas dengan senyum manis, kedua tangannya menjulur ke arah Pak Damar. Pak Damar mendekat, mendekap dalam pelukan Santi.

    “Enak ya, neng. Kayak mimpi melayang-layang.”
    “Mmm..” Jawab Santi dengan suara menggoda.

    Mereka mulai bercumbu, dengan tangan saling meraba tubuh lawannya. Mmpphhh… hhmmmm…. Eluh masing-masing. Pak Damar mulai menurunkan kecupannya ke leher, dada, payudara, puting, perut, hingga ia kembali berkonsentrasi ke vagina Sinta. Diawali dengan kecupan kecil. “mmpphhh.. pakkk…” kemudian jilatan panjang, menjilat seluruh bagian luar vagina Sinta. Sinta mendesah semakin keras. Akhirnya Pak Damar memulai emutan di vagina Sinta, lidahnya menjulur masuk menjilat-jilat bagian dalam.

    “aaacchhh… ennakkk pakk.. eehhhmmpphhh…”

    Slurrppp… slurrppp.. jilatan, hisapan, dan emutan Pak Damar bersuara semakin keras. Tubuh Santi tidak sanggup menahan kenikmatan dari vaginanya. Ia mengangkat pantatnya, mendorong vaginanya ke mulut Pak Damar yang sedari tadi menempel, seakan menginginkan lebih. Pak Damar paham betul, Ia mengangkat wajahnya, kemudian meletakkan jari jemarinya di bibir vagina Santi.

    “Haahhh… aahhh..” nafas Santi memburu, “Iya begitu pakk.. eemmppphhh…” Santi menengadahkan wajahnya sambil mendesah saat jari tengah Pak Damar menekan dan mengelus klitorisnya.

    Pak Damar mendekatkan wajahnya ke Santi, Santi menyambut dengan ciuman begitu ganas. Nafsu telah menguasai tubuhnya. Tangan Pak Damar sudah terjepit kuat paha Santi. Hanya jari jemarinya yang masih bisa bermain-main di vagina Santi.

    Santi terus menggelinjang kuat dengan suara desahan yang tertahan akibat berciuman dengan Pak Damar, merapatkan tangannya di punggung Pak Damar.

    “Acchhhh… Pakkk, enakkk.. mmpphhhh..” lenguh Santi melepaskan ciumannya. Pak Damar semakin bersemangat ketika melihat ekspresi wajah Santi dipenuhi nafsu.

    Membayangkan seorang wanita yang usianya belum mencapai setengah usia Pak Damar, dipenuhi nasfu ingin bersetubuh. Pak Damar mempercepat gesekan jarinya di vagina Santi.

    “Aaaaccchhhhh….” Desahan panjang Santi disertai tubuhnya yang tiba-tiba menjadi kaku.

    Pahanya mencengkram kuat tangan Pak Damar hingga tidak bisa bergerak. Cairan bening keluar dari vagina Santi. Wajahnya meringis. Ia melonggarkan pahanya, melepaskan tangan Pak Damar. Sesekali tubuhnya masih mengejang, sementara dari vaginanya masih mengeluarkan cairan kenikmatan. Wajahnya masih dipenuhi ketegangan, hingga akhirnya senyum kepuasan menghiasi wajahnya.


    “Enak banget, pak.” Ucap Santi dengan vagina yang masih menetesnya cairannya.
    “Iya, bapak suka liat kamu lagi nafsu begitu.” Pak Damar mendiamkan Santi untuk beristirahat sejenak.

    5 menit berlalu, mereka berbincang-bincang tertutama mengenai pengalaman Santi bersetubuh dengan lelaki lain. Santi merasa malu membicarakan hal tersebut, tetapi karena nafsunya masih tinggi membuatnya tidak lagi peduli.

    “Pak Damar ga nikah?” Tanya Santi sambil mengelus-elus penis Pak Damar.
    “Ada yang muda-muda kayak Neng Santi buat apa nikah.” Jawab Pak Damar membiarkan penisnya tetap mengeras.

    Mendengar jawaban tersebut, Santi teringat Mbak Wulan dan 3 mahasiswi lainnya yang dulu menempati kosan ini.

    “Mmm.. Pantesan Mbak Wulan sama yang lain dulu betah banget ya ngekos disini. Jadi gara-gara ini.” ucap Santi sambil mengocok penis Pak Damar,
    “Enak ya pak. Bisa ngentotin mahasiswi cantik terus.” ketus Santi.

    Selain dirinya masih ada 2 mahasiswi yang saat ini menempati kosan tersebut.

    “Apa Sasha dan Nadya pernah begini juga ya?” Tanya Santi dalam pikirannya.

    Pak Damar merubah posisinya, jari tangannya menyentuh bibir vagina Santi yang masih basah.

    “Udah ga sabar ya neng dimasukin kontol bapak?” Santi hanya mengangguk pelan, wajahnya tidak mampu menutupi kegembiraan atas pertanyaan Pak Damar.

    Santi mengambil kondom di laci meja belajarnya. Dengan penuh kasih sayang, ia mengelus-elus penis Pak Damar kemudian mengulum, memastikan penis itu telah mengeras kuat. Kondom tipis dengan perlahan disarungkan ke penis Pak Damar. Santi tersenyum tipis, membayangkan kenikmatan yang akan didapatnya.

    Pak Damar memposisikan diri di atas tubuh Santi. Dengan paha terbuka, Santi tidak sabar menanti penis memasuki liang vaginanya. Kepala penis Pak Damar menempel dan menggesek-gesek bibir vagina Santi.

    “Neng, ga mau masuk nih. Mesti dibujuk dulu.” Ucap Pak Damar menahan jegolak nafsunya menyetubuhi Santi.

    Santi paham maksud Pak Damar, Ia menggenggam pinggul Pak Damar.

    Tetapi bukannya langsung menarik pinggul tersebut agar penis Pak Damar masuk, Santi mengawalinya dengan raut wajah penuh nafsu.

    “Pakkk… Masukin kontolnya ke memek aku yah.” Ucap Santi dengan nada memohon,
    “Aku udah ga kuat. Pengen ngentot, pakk.” Santi mulai menarik pinggul Pak Damar.

    Nafsu Pak Damar meningkat mendengar permintaan Santi, Ia pun mulai mendorong penisnya. Penis Pak Damar mulai menjelajahi liang vagina Santi.

    “Uughhh.. Neng, enak banget memeknya. Mmpphhh..”
    “Dorong terus pak. Masukin semuanya. Kontol bapakk kerr..ass bangett.. mmpphhhh..” Ucap Santi diakhiri desahan.
    Perlahan seluruh penis Pak Damar masuk ke dalam vagina Santi.

    Mereka berdua bercium seperti sepasang kekasih.

    “Ayo, pak. Kocokin ke dalem. Aku suka kontol bapak.” Rajuk Santi.

    Pak Damar tersenyum senang, kemudian mulai menarik penisnya.

    “Mmpphhhh…” keduanya berdesah.

    Pak Damar memulai persetubuhannya dengan tempo perlahan. Ia menarik dan mendorong penisnya perlahan untuk menikmati betul vagina Santi yang masih sempit. Sesekali Pak Damar mendorong dalam penisnya, hingga Santi mendesah panjang. Perlahan Pak Damar meningkatkan kecepatannya menggesek vagina Santi.

    “Accchhhh… iya pak. Terus pak.. enakkk.. eeuuhhhh.. mmpphhhh.. kontol bapak ennaaakkk…” Santi mulai merancau saat gesekan penis Pak Damar semakin cepat.

    Nafas keduanya semakin menggebu.


    “Memek neng sempit banget.. aaccchhhh… mmppphhhh…”
    “Iya pakkk… teruss.. uugghhhh… kocok terus pakkk..” Pak Damar semakin cepat mengeluar-masukkan penisnya.
    “Tengkurep neng. Aahhhh…”
    “Iyah pakkk… accchhh… jangan dilepas pak kontolnya.. enak bangettt…” Santi membalik tubuhnya tanpa melepas penis dari vaginanya.

    Pak Damar memandangi bongkahan pantat putih bersih dengan penisnya yang keluar-masuk vagina Santi. Nafsunya menggila. Ia mengocok semakin cepat.

    “Accchhhh, enakan pakee jari ato kontol, nenggg?” Tanya Pak Damar dengan nafas menggebu.
    “Kontol… Santi suka pakkeee konn.. toll bapak.. aaaahhhh.. terus pak..”

    Pak Damar mengangkat pinggul Santi, ingin Santi menungging. Pak Damar terus mengocok vagina Santi yang semakin basah hingga terdengar suara kecipak air.

    “Uuughhhh… ga kuat pakkk… aacccchhhhh.. oooghhhh…” Tubuh Santi bergetar, ada lelehan cairan keluar dari vaginanya.

    Pak Damar menahan penisnya di dalam tanpa gerakan. Menidurkan Santi dalam posisi terkelungkup. Pak Damar menindih tubuh Santi, sambil menggoyang-goyangkan penisnya perlahan.

    “hhaaahhhh… enak banget pak.” Pak Damar mengecup pipi Santi.
    “Mau lagi neng?”
    “Sampe bapak puas. Memek aku buat kontol bapak.” Ucap Santi sambil mencium bibir Pak Damar.

    Pak Damar mulai kembali mengocok vagina Santi dengan penisnya. Tangannya menyelusup ke payudara Santi. Meremas kuat tetapi lembut. Nafas Santi kembali meningkat. Ia melirik kebelakang, melihat pantat Pak Damar yang hitam bergoyang naik-turun. Sementara pantatnya sendiri tertindih Pak Damar. Santi menjulurkan tangannya, mengelus pantat Pak Damar.

    “Uuughhhh.. mmppphhh.. terusss pakk. Entotin akuuu..” rancau Santi sambil memejamkan matanya menikmati hujaman penis Pak Damar.

    Pak Damar kembali mengangkat pinggul Santi. Menginginkan posisi itu kembali.

    “aacchhh… pakkk udah mau keluuarr?” Tanya Santi dengan nafsu terus menggebu.
    “Iya neng.. accchhh… sebentar lagii…” Pak Damar mempercepat kocokannya.

    Santi menggigit bantal di depan wajahnya. Menahan kenikmatan di sekujur tubuhnya. Sementara tangannya meremas-remas kain sprei hingga sangat berantakan.

    “Ooohhhh,,, ooogghhh…. Pakkk ga kuaattt. Mau keluar lagiii.. oouugghhhh…” lenguh Santi tidak mampu menahan diri.
    “Iya, nengg. Bareng sama bapak.. aacchhhh…”

    Pak Damar menekan dalam penisnya ke vagina Santi. Spermanya keluar tertahan kondom yang dikenakan. Sementara vagina Santi kembali mengeluarkan cairan bening. Keduanya melenguh bersamaan. Panjang. Terdengar penuh kenikmatan. Santi kembali tertidur dengan posisi terkelungkup, sementara Pak Damar menindih di atasnya. Penisnya tetap berada di dalam vagina Santi yang masih berkedut. Tubuh keduanya dibasahi keringat yang keluar dari pori-pori.

    “Enak, neng?”
    “Enak banget pak. Makasih ya.” Jawab Santi sambil mencium bibir Pak Damar.
    “Bapak ke kamar ya neng.” Ucap Pak Damar sambil mencabut kondomnya kemudian membuangnya di tempat sampah.
    “Iya pak. Aku mau langsung mandi. Ada kuliah pagi.” Jawab Sinta.


    Pak Damar segera mengenakan pakaiannya kemudian kembali ke kamarnya setelah sebelumnya mencium Santi. Santi mengambil handuknya di atas rak. Menuju kamar mandi, menutup rapat pintunya. Ia melihat tumpukan pakaian dalam yang kotor. Celana dalam Pak Damar ada di sana. Santi meremas celana dalam itu. Ia memikirkan apa yang baru saja selesai Ia dan Pak Damar lakukan. Memalukan, tetapi dirinya sendiri tidak mampu menahan gejolak nafsu. Santi mendekatkan celana dalam itu ke hidungnya, teringat saat-saat hidungnya menyentuh ujung kepala penis Pak Damar. Santi tersenyum.

  • Kisah Memek Gairah Seks Di Dalam Taksi

    Kisah Memek Gairah Seks Di Dalam Taksi


    2473 views

    Duniabola99.com – Peristiwa ini berawal dari sekitar dua bulan yang lalu dan berlanjut hingga beberapa kali hingga saat ini. Percintaanku dengan seorang perempuan berumur 41 tahun yang tergolong masih tetanggaku sendiri, sebut saja namanya Budhe Siti
    Aku adalah seorang pemuda yang berumur sekitar 19 tahun dan telah lulus dari sebuah Sekolah Menengah Umum Negeri di Malang dan tinggal di sebuah desa kecil di sebelah selatan kota Malang, sebuah desa yang tidak terlalu ramai karena letaknya yang sangat jauh dari pusat kota.

    Budhe Siti sendiri adalah seorang tetanggaku yang bertempat tinggal tepat di belakang rumahku. Perempuan ini berumur sekitar 40 tahun dan sudah mempunyai suami serta tiga orang anak, yang satu masih duduk di bangku kelas 6 SD sementara yang lainnya sudah menginjak bangku SMP. Suami Budhe Siti bekerja sebagai tukang kebun di sebuah sekolah negeri di kota.

    Mengenai postur tubuh Budhe Siti hingga aku mau untuk bersetubuh dan berselingkuh dengannya tampaknya bukan hal yang terlalu menarik untuk dipaparkan karena postur tubuh Budhe Siti bukanlah bagaikan seorang artis yang cantik, gemulai, dan menggairahkan seperti layaknya model iklan atau pemain sinetron kelas atas, tetapi ia hanyalah seorang perempuan kampung istri seorang tukang kebun dan seorang ibu rumah tangga yang selalu direpotkan oleh urusan-urusan keluarga hingga tidak sempat untuk melakukan kegiatan BL (body language), renang, dan berolah raga seperti kebanyakan orang kaya. Tentulah dapat dibayangkan bagaimana tubuh Budhe Siti. Bentuk badan ibu rumah tangga ini adalah biasa saja atau bahkan oleh sebagian besar pemuda body Budhe Siti dapat dipandang sangat tidak menarik. Tinggi badan perempuan beranak tiga itu sekitar 154 cm dan berat badan 50 kg. Anda dapat membayangkan sendiri bagaimana bentuk tubuhnya dengan ukuran seperti itu.

    Mengenai nafsu dan gairahku terhadap Budhe Siti bukan terbentuk dalam waktu yang singkat, tetapi nafsu dan gairah itu dapat dibilang mulai terbentuk semenjak aku masih berumur sekitar 14 tahun dan masih menginjak bangku SMP. Waktu itu aku sering kali bermain-main dan mandi di sungai yang berada di dekat kampungku, dan di saat-saat aku bermain dan mandi di sungai itulah acapkali aku melihat Budhe Siti bertelanjang diri mencuci dan mandi di sungai tersebut. Dan tidak jarang pula sembari mengintip ia mandi aku melakukan masturbasi karena tidak tahan melihatnya bugil tanpa sehelai kain pun yang menempel di tubuhnya.


    Setelah menginjak bangku SMU aku pun tidak pernah lagi pergi ke sungai itu baik untuk sekedar bermain atau pun mandi. Lagi pula aku harus bersekolah di SMU yang berada di pusat kota yang letaknya sangat jauh dari perkampunganku hingga aku terpaksa harus indekost selama kurang lebih tiga tahun masa studiku di SMU dan aku jarang sekali pulang ke rumahku di kampung.

    Baru sekitar pertengahan tahun 2004 silam aku lulus dari bangku SMU dan kembali ke rumahku di kampung. Dan setelah lulus dari SMU aku pun masih harus menganggur karena tahun ini aku tidak sukses dalam ujian masuk PTN (SPMB). Terpaksa aku harus mencoba lagi di tahun mendatang untuk dapat diterima di PTN.

    Selama menganggur aku seringkali luntang lantung sendiri karena tidak punya pekerjaan dan apalagi teman-temanku semasa kecil dulu ternyata kebanyakan sudah menempuh studi di perguruan tinggi di kota dan sebagian lagi sudah bekerja dan jarang sekali pulang, sehingga kondisi perkampunganku acapkali terlihat sepi akan para pemuda. Yang banyak terlihat pastilah hanyalah bapak-bapak atau ibu-ibu dan beberapa anak yang masih kecil.

    Di hari-hari itulah aku kembali sering pergi ke sungai dimana aku selalu bermain dan mandi sewaktu aku masih kecil dulu. Suatu ketika pada saat aku sedang pergi memancing di sungai, tanpa sengaja mataku menatap beberapa perempuan yang sedang mandi dan mencuci di sungai itu dan di antaranya ternyata adalah Budhe Siti. Ketika itu body Budhe Siti tampak sudah sangat berbeda dengan yang pernah aku lihat dahulu saat aku masih kecil. Sekarang tubuhnya tampak lebih gemuk dan pantatnya pun tampak lebih besar dan perutnya tampak agak sedikit membuncit karena kegemukan.

    Pada awal aku melihat body tubuh perempuan berumur 41 tahun itu sedang mencuci, aku tidak tertarik sama sekali karena ia terlihat tidak seksi dan tidak menggairahkan bagiku hingga aku meneruskan niatku untuk memancing ikan pada hari itu. Setelah beberapa saat berlalu, tanpa sengaja mataku tertuju lagi pada Budhe Siti yang mulai melepaskan pakaian yang dikenakannya. Penisku begitu kerasnya menegang saat melihat ia melepas celana dalam hitamnya.

    Ia tampak kesulitan melepaskan celana dalam yang ketat itu karena saking besarnya ukuran pantatnya. Sesaat kemudian ia mulai membasahi tubuhnya dengan air. Gairah seksku serasa tidak tertahankan lagi waktu melihat Budhe Siti yang telah bertelanjang bulat dan telah basah oleh air itu mulai menggosokkan sabun ke tubuhnya. Perempuan yang sudah bersuami itu menggosok-gosok tubuhnya dan beberapa kali meremas payudara dan menggosok pantatnya dengan sabun. Ingin sekali aku turun mendekati dan mengajaknya untuk bersetubuh di waktu dan tempat itu. Tetapi masih ada beberapa perempuan lain di sana.

    Aku masih memikirkan resiko yang sangat besar yang dapat aku terima jika saja ia tidak mau melakukan hubungan badan denganku, atau suaminya mengetahui tindakan kami, dan bagaimana tindakan orang kampung jika sampai mengetahui perzinahan kami sehingga aku pun memutuskan menahan gairah yang sangat kuat itu. Kemudian aku bergegas pulang dan tidak meneruskan niatku memancing pada hari itu.


    Saat tiba di rumah, pikiranku masih saja terganggu oleh bayangan Budhe Siti. Tubuhnya.., celana dalam hitamnya.., pantatnya.., payudaranya.. Pikiran itu terus saja menggangguku. Setelah berpikir beberapa saat akhirnya aku memiliki ide untuk dapat bersetubuh dengan tetanggaku itu dan akhirnya aku memutuskan untuk mulai menggaet Budhe Siti agar mau melakukan hubungan suami istri denganku.

    Mulai saat itulah aku acapkali bermain-main ke rumah Budhe Siti saat suami dan anak-anaknya tidak berada di rumah. Dan tidak jarang pula aku bercanda dan menggodanya. Dan hubungan yang menarik pun tampaknya mulai terbentuk di antara aku dan ibu berumur 41 tahun itu. Tampak sekali bahwa ia juga menaruh gairah terhadapku.

    Suatu ketika pada saat Budhe Siti sedang menyetrika pakaian di ruang tamunya, dengan memberanikan diri aku berusaha mengungkapkan maksud, gairah, dan keinginanku kepada tetanggaku itu. Dan ternyata keinginan, nafsu, dan gairahku tidak bertepuk sebelah tangan. Ternyata perempuan itu juga memiliki rasa ketertarikan yang sama terhadapku. Setelah tampak jelas bahwa di antara kami berdua memang saling menaruh ketertarikan, akhirnya aku menjelaskan kepadanya bahwa kami tidak mungkin melakukan hubungan suami istri dan perzinahan itu di rumahnya ataupun di rumahku. Aku pun memaparkan padanya bahwa kami hanya bisa melakukannya di tempat lain misalnya saja di hotel murahan di kota. Hal itu dimaksudkan agar suami dan anak-anaknya atau pun tetangga tidak mengetahui perbuatan kami. Setelah ia setuju akhirnya kami pun memutuskan waktu dan tempat yang pas untuk melaksanakan niat tersebut.

    Suatu sore tepat pada waktu yang kami sepakati aku pergi ke kota untuk menyewa sebuah taksi yang akan mengantarkan kami ke hotel yang kami maksud. Selama beberapa saat bernegosiasi dengan sopir taksi, akhirnya tercipta kesepakatan dan sopir pun mau mengantar kami. Setelah aku masuk ke dalam mobil, sopir mulai menjalankan mobilnya menuju tempat dimana Budhe Siti sedang menunggu, yaitu di sebuah taman di pinggiran kota.

    Sekitar maghrib akhirnya kami tiba di sebuah taman di pinggiran kota tempat Budhe Siti sedang menunggu. Kemudian aku meminta sopir agar memperlambat laju mobilnya. Setelah beberapa saat terlihat seorang perempuan berpakaian rok terusan sedang berdiri di seberang jalan dan tampak melihat ke arah mobil kami. Dan aku meminta sopir untuk menghentikan laju mobilnya. Setelah itu aku keluar dan menghampiri Budhe Siti, menggandeng tangan dan mempersilakannya masuk ke dalam taksi. Setelah kami berdua masuk ke dalam mobil aku meminta sopir untuk menjalankan mobilnya ke arah hotel yang kami maksudkan. Dan dengan perlahan-lahan mobil melaju ke arah kota tempat hotel yang kami maksudkan berada.


    Beberapa saat di dalam mobil, aku dan Budhe Siti tampak kaku karena di antara kami sendiri belum pernah bercinta sama sekali dan hubungan spesial kami masih baru saja dimulai. Kemudian aku memulai perbincangan dan dengan diselingi oleh canda dan guyonanku, akhirnya kami berdua dapat saling berinteraksi dengan baik bahkan lama-lama pembicaraan kami pun berlanjut ke arah yang jorok-jorok dan tampaknya Budhe Siti tidak berkeberatan dengan hal itu dan ia tampak begitu bergairah.

    Beberapa menit berlalu aku mulai menciumnya. Pertama kali ia tampak terkejut melihatku berani menciumnya. Sedetik kemudian aku mulai mendekatkan wajahku ke arah wajahnya dan mulai mencium dan mencumbu leher perempuan 41 tahun itu. Pada awalnya ia menahan tubuhku dengan kedua tangannya seolah ia tidak ingin aku melakukan hal itu. Tetapi aku terus saja berusaha mendekatkan wajahku ke arah lehernya untuk mencumbunya. Baru setelah beberapa lama akhirnya Budhe Siti tampak pasrah dan membiarkanku mencium dan mencumbu lehernya. Nafasnya mulai tampak ngos-ngosan karena gairah seks yang dirasakannya. Dan sesekali ia mengeluarkan suara-suara desahan yang sangat merangsang dan membuat jantungku semakin berdegub kencang.

    Kemudian aku mulai melepas kaos yang aku kenakan. Dan dengan masih bercelana panjang aku kembali mencumbu perempuan beranak tiga itu. Selama bibirku sibuk mencumbu bibir dan leher tetanggaku itu, tangan kananku sibuk memegang pinggang, pantat, dan sesekali meremas payudara Budhe Siti yang masih mengenakan pakaian lengkap itu. Beberapa menit kemudian tangan kananku mulai meraba-raba punggungnya dan mencari-cari letak resleting rok terusan yang dikenakan Budhe Siti. Setelah menemukannya, dengan tanpa henti aku terus mencium dan mencumbu perempuan itu sambil aku berusaha menurunkan resletingnya dan kemudian berusaha menyibak sedikit demi sedikit pembungkus tubuh perempuan 41 tahun itu.

    Dan akhirnya terlihatlah buah dada besar Budhe Siti yang masih terbungkus BH berwarna hitam. Dengan menciumi dan sesekali menggigit-gigit lehernya, tangan kananku meraih tali BH-nya dan mulai menurunkannya ke bawah. Sementara itu tangan kiriku meraih tali BH yang satu lagi dan mulai menurunkannya ke bawah. Di sela-sela cumbuan dan ciuman kami, tangan kananku menyusup masuk ke dalam BH Budhe Siti. Dan setelah mendapati payudara besarnya, tangan kananku tak henti-hentinya meremas-remas buah dada montoknya.

    Belum puas aku melakukan hal itu, aku berpaling ke arah sopir yang tampak sedang sibuk mengendarai mobilnya dan mengatakan kepadanya untuk mengurungkan pergi ke hotel yang kami maksudkan dan minta agar ia menjalankan mobilnya untuk berkeliling kota saja dan memintanya untuk memperlambat laju mobil serta menjelaskan kepadanya bahwa aku akan menambah biaya taksinya. Setelah ia setuju, aku kembali berpaling ke arah Budhe Siti dan ia tersenyum ke arahku. Kemudian aku kembali mencumbu perempuan tetanggaku itu.

    Beberapa saat kemudian aku mulai melepas celana panjang dan celana dalam yang aku kenakan dan meminta Budhe Siti untuk melepas seluruh pakaian yang dikenakannya. Dan sedetik kemudian kami berdua telah sama-sama telanjang bulat tanpa sehelai kain pun yang melekat di tubuh kami. Keringat yang membasahi seluruh tubuh Budhe Siti semakin menambah gairah seksku karena tubuh montoknya tampak semakin mengkilat dan menggairahkan. Kemudian aku meminta perempuan bersuami itu untuk mengangkang di atasku dan menghadap ke arahku, sementara itu aku dengan penis yang masih terus menegang dan yang tak hentinya mengeluarkan lelehan cairan bening (air madzi) duduk bersandar di tengah jok belakang. Kemudian aku meminta perempuan dengan tiga anak itu untuk menduduki aku dan membenamkan penisku ke dalam lubang anusnya.


    Kenikmatan yang sangat luar biasa aku rasakan saat perlahan-lahan penisku mulai terbenam di dalam lubang anus Budhe Siti. Betapa nikmatnya seks itu, betapa nikmatnya tubuh perempuan yang sudah berumur 41 tahun ini, perempuan yang sudah bersuami, memiliki tiga anak, dan masih tetanggaku ini. Sungguh nikmatnya peristiwa saat itu. Dalam benakku terbayang seandainya saja kenikmatan perzinahan ini tidak pernah berakhir, andaikan saja kami berdua bisa terus bersetubuh tanpa mencapai titik puncak kepuasan. Detik-detik perselingkuhan itu kami rasakan bagaikan di surga, nikmat dan menyenangkan.

    Budhe Siti yang telah mengangkang di atasku dan telah membenamkan penisku ke dalam lubang anusnya terus saja menggerakkan pantatnya ke atas dan ke bawah, terus mengocok penisku yang terjepit nikmat di dalam lubang anusnya. Di antara kenikmatan luar biasa yang terus aku rasakan, tanganku tidak henti-hentinya meremas-remas pantat Budhe Siti, mengusap-usap pinggangnya, dan sesekali meremas-remas buah dada montoknya. Tidak jarang dengan gerakan pantat Budhe Siti ke atas dan ke bawah itu membuat sesekali penisku yang tegang dan basah itu terlepas keluar dari lubang anusnya hingga aku sesekali harus memperbaiki posisi penisku agar masuk kembali ke dalam lubang anus perempuan montok tetanggaku itu.

    Beberapa menit berlalu, aku meminta Budhe Siti untuk mengalihkan gerakan pantatnya. Sesaat kemudian ia mulai memutar-mutarkan pantatnya terkadang searah jarum jam dan kadang pantatnya juga memutar berlawanan jarum jam. Di antara goyangan-goyangan pantat Budhe Siti yang nikmat itu, dari mulutku sesekali keluar desahan dan rintihan. Suara-suara itu adalah refleksi dari kenikmatan luar biasa yang aku rasakan selama dalam melakukan perzinahan dan perselingkuhan dengan Budhe Siti, perzinahan dan perselingkuhan yang nikmat dengan seorang perempuan yang sudah bersuamikan tukang kebun dan sudah memiliki tiga anak, yang bertubuh montok, berpantat dan berbuah dada besar.

    Selama beberapa menit berlalu, goyangan-goyangan berputar pantat Budhe Siti yang nikmat hampir membuat aku mencapai titik klimaks. Buru-buru aku meminta Budhe Siti untuk mengangkat pantatnya agar penisku terlepas dari jepitan lubang anusnya. Aku tidak ingin secepat itu mencapai puncak kepuasan dan secepat itu menyudahi hubungan suami istriku dengan Budhe Siti. Kemudian aku berdiam diri sejenak dan mengatur nafasku yang ngos-ngosan. Sementara itu Budhe Siti tampak sibuk membenahi rambutnya yang awut-awutan dan sesekali menyeka keringat yang tampak membasahi seluruh tubuhnya.


    Setelah nafasku mulai teratur dan aku tidak lagi merasakan akan memuncratkan sperma dan mencapai titik klimaks, maka aku pun kembali menatap Budhe Siti yang tampak tersenyum ke arahku. Kemudian aku memintanya bersandar di jok taksi bagian belakang dan memintanya untuk agak mengangkangkan kakinya agar vaginanya dapat jelas terlihat. Dengan duduk bersandar dan agak merosot ke bawah, Budhe Siti mulai membuka agak lebar kedua kakinya hingga terlihatlah rambut-rambut merah kehitaman yang tumbuh lebat di sekitar selangkangannya dan sebagian besar lagi menutupi lubang vaginanya.

    Dengan perlahan aku menunduk dan mendekatkan wajahku ke arah lubang vagina Budhe Siti. Dengan perlahan-lahan aku menyibak rambut rambut merah kehitaman itu dan berusaha mencari letak lubang vagina Budhe Siti. Setelah tampak olehku lubang vaginanya, aku mulai menjilatinya dan sesekali memasukkan telunjukku ke dalamnya. Dan tampaknya perempuan 41 tahun itu mulai merasakan kenikmatan.

    Waktu terus berlalu dan aku tidak henti-hentinya menjilati dan terkadang memasukkan dua hingga empat jariku ke dalam vagina Budhe Siti. Di antara desahan dan deru nafasnya yang memburu, sembari dengan mata terpejam perempuan 41 tahun itu tak jarang meremas-remas kedua payudaranya sendiri dan sesekali memelintir dan menarik puting susunya dengan kedua tangannya.

    Melihat tubuhnya yang montok dan tingkah lakunya yang seperti itu, gairah seksku seperti tidak dapat ditahan lagi. Perlahan-lahan aku berdiri dan mulai mendekap tubuh Budhe Siti dan menidurkannya di jok bagian belakang. Setelah itu ia mulai membuka matanya dan dengan tampak sangat pasrah ia hanya mendesah-ndesah saat aku mulai menindihnya dan dengan perlahan-lahan mulai memasukkan penisku yang tegang ke dalam lubang vaginanya. Tak henti-hentinya aku menjejal-jejalkan penisku ke dalam lubang vagina Budhe Siti yang hangat, lembek, lembut dan basah itu.


    Beberapa menit kemudian saat aku terus mengocok penisku di dalam jepitan hangat vagina Budhe Siti, tiba-tiba aku merasakan akan menyemburkan sperma sebagai sebuah tanda bahwa aku akan mencapai titik puncak kepuasan. Dan sekali lagi aku tidak ingin secepat itu mencapai titik klimaks. Aku masih ingin berlama-lama bercumbu dan bersetubuh dengan tetanggaku ini. Dan dengan perlahan-lahan aku menarik penisku keluar dari kehangatan vagina Budhe Siti agar aku tidak memuncratkan sperma secepat itu.

    Tetapi terlambat, sesaat setelah penisku tercabut keluar dari lembutnya vagina Budhe Siti, aku tidak tahan lagi menahan spermaku yang memaksa keluar dari dalam penisku sehingga cairan putih kental pun muncrat dan berceceran di perut dan sebagian lagi ke buah dada Budhe Siti. Budhe Siti kemudian mulai mengusap dan meratakan cairan kental itu ke perut dan buah dadanya yang montok dan sesekali ia meremas-remas payudaranya dengan kedua tangannya. Sementara itu aku masih berlutut di atas tubuh Budhe Siti yang sedang tidur telentang dan dengan tangan kanan aku terus mengocok perlahan penisku untuk mengeluarkan sisa-sisa sperma yang masih tertinggal dan merasakan kenikmatan detik-detik akhir puncak kepuasanku.

  • Kisah Memek Gara-Gara Salah Kamar Hotel

    Kisah Memek Gara-Gara Salah Kamar Hotel


    2699 views

    Duniabola99.com – Namaku adalah Santoso. Saya bekerja di suatu pabrik di sekitar kota B. Saya bekerja di sana sudah hampir satu tahun. Saya adalah laki laki single berusia 20 tahun dengan tinggi 170cm dan berat badan 65kg. Sebenarnya saya malas menceritakan pengalaman saya tentang sex tapi karena di situs ini banyak cerita yang merangsang, jadi saya sesekali mencoba untuk menulisnya. Setiap tahun pabrik selalu mencutikan karyawan selama seminggu dan inilah saatnya para karyawan berlibur. Aku merencanakan berlibur sendiri di pantai. Jadi aku langsung pulang setelah mendapat gaji dari atasan dan merapikan baju ke koper untuk ke pantai. Aku mengunakan bis untuk pergi ke pantai. Perjalanan sangat cepat setelahhanya memakan waktu 30 menit.


    Setelah sampai di pantai, aku mengambil koperku ke tempat resepsionisdan memesan hotel untuk istirahat. Tapi aku terkejut ketika seseorang bangun dari tempat duduknya. Dia adalah perempuan yang sangat cantik dengan tubuh tinggi sekitar 160cm.Aku agak terbengong sejenak dan tibatiba.. Ada apa pak? tanya cewek itu.
    Eee Saya ingin memesan kamar. Jawabku.
    Mau pesan yang mana mas?, disini ada tiga macam kamar. tanya lagi dengan menunjukan papan harga tiga kamar.
    Aku agak bingung memilih kamar karena aku terpesona oleh kecantikan gadis ini.
    Saya ingin kelas menengah Jawabku setelah berusaha menghilangkan melamunnya.
    Harganya Rpxxx Jawab cewek itu.

    Lalu aku membayar uang tersebut. Pada saat dia mengetik komputer resepsionis, aku sengaja melihat namanya yang menempel di baju sakunya. Lia namanya.
    Aku juga lihat tubuhnya dan aku mengelengkan kepalaku sambil berpikir, Benar benar sempurna. Walaupun dia mengunakan jas seperti layaknya karyawan tapi tubuhnya sangat seksi. Aku terus bengong sambil menunggu dia selesai mengetik. Akhirnya dia mengangkat kepalanya dan mengasih kunci itu sambil berkata Selamat menikmati hotel kami. Aku mengambil kunci itu dan naik ke kamar hotel. Sesampai di kamar hotel, aku berbaring di ranjang dan memikirkan perempuan tersebut. Tapi lamakelamaan aku jadi mulai terangsang dan burungku berdenyut ingin keluar dari sarangnya. Aku ingin berusaha untuk tidak memikirkan yang tidak tidak, tapi burungku terus berontak ingin keluar. Jadi aku melorotkan celana jeans dan celana dalamku sampai ke paha. Muncullah Elang tanpa sayap yang tegak itu.

    Aku mulai memegang penisku sendiri sambil memikirkan perempuan tersebut. Aku tidak tahan dan mulai mengocok penisku sendiri dengan irama pelan. Setelah mengocok lama, aku merasakan kamarku menjadi panas jadi aku berdiri dan berhenti sejenak untuk melepaskan semua pakaian. Aku ingin memulainya lagi tapi tibatiba ada orang yang membuka pintu kamarku. Aku sangat kaget dan berusaha memakai bajuku tapi seseorang terlanjur melihatku. Ternyata perempuan lain yang tak kukenal tapi sangat cantik. Kami saling bertatapan sejenak dan perempuan itu mulai bicara.
    Ap..akah. in..i kamar no.xxx?


    Aku terkejut mendengar perkataannya karena biasanya perempuan langsung menutup pintunya kalau melihat tubuh telanjang lawan jenis. Aku bingung harus menjawabapa karena takut salah. Masih dalam keadaan telanjang,aku memberanikan diri dan menjawab. Tolong anda masuk dan tutup pintunya dulu.
    Aku mulai merasa sangat kacau karena aku tidak tahu apa yang kukatakan benar atau salah. Perempuan itu tersenyum dan masuk ke dalam kamarku. Setelah menutupi pintu kamarku, dia bertanya lagi.
    Apakah ini kamar no.xxx?
    Aku sangat pusing melihat keadaan sekarang dan bermaksud untuk lari tapi aku tidak bisa lari. Aku menghembus napasku dalamdalam dan berkata. Ini.. bukan.. kamar xxx..
    Setelah mendengar jawabanku, dia tidak pergi malah mendekatiku dan berkata.

    Kenapa kau masih dalam keadaan telanjang?
    Setelah mendengar perkataan itu, aku masih bingung sekaligus terangsang seolah ingin cepatcepat bergumul dengannya tapi juga takut karena belum pernah melakukan hubungan dengan lawan jenis.
    Tangan kanan perempuan itu mulai memegang badan badanku dengan usapan kecil. Aku masih belum tahu apa yang harus kulakukan. Tangan kirinya memegang alat vitalku dan bertanya. Apakah kau pernah melakukannya?
    Aku tidak menjawab dan langsung mencium bibir mungil itu secara acak acakan. Dia pun mulai membalasnya. Aku kaget dengan reaksiku sendiri karena aku tidak memerintahkan untuk mencium. Dia mulai mengeluarkan lidahnya dan mencari lidahku. Aku jadi mulai membalasnya.

    Setelah beberapa saat kami ciuman, dia melepaskan ciumannya dan berkata di dekat telingaku. Tenang saja, kita akan bersenang senang.
    Dia membuka semua bajunya dan melempar di lantai. Tampaklah bukit kembar yang lumayan besar dan garis feminimnya dengan sedikit berbulu. Aku menelan ludah setelah melihat tubuh wanita yang begitu indahnya tepat di depan mataku. Dia mendorongku ke tempat ranjang dan aku jatuh terbaring di ranjang. Dia datang dan mulai mengusap elangku. Ahh Gunamku.
    Apakah enak mas? Tanya si cewek.

    En..ahhkk
    belum sempat aku menjawab, dia sudah memasukin penisku ke dalam mulutnya. Dia masih mengulum penisku yang membuatku meremmelek dengan napas yang tidak teratur.
    Ahhhkkkkk.
    Ahhhkkkkk
    Ahhhkkkkk.
    Aku mengerang saat lidahnya menjilati lubang penisku. Dia terus menjilati lubang penisku jadi rasanya seperti mau cepat cepat keluar. Setelah beberapa saat, aku mulai gatal dan berdenyut di sekitar penisku.
    A..khhhhu ti.d..ahkkkhh..uu..aaaatttt. Teriakku.

    Aku langsung menyemburkan cairan kejantananku ke dalam mulut perempuan itu. Cairan yang kukeluarkan sangat banyak tapi sepertinya perempuan itu menelan sebagian spermaku. Badanku langsung terasa lemas dan serasa ingin tidur.
    Mas jangan tidur dulu dong mas!! teriak cewek itu sambil menepuk dadaku.
    Aku terbangun dan ingat bahwa aku sedang melakukan hubungan.
    Ak..u be..nar be..nar di..buat kamu pingsan,
    eh ngo..mong ngomong kamu siapa? Aku berbicara setelah ingat bahwa aku ingin tahu siapa dia.
    Kalo mas ingin tahu siapa aku, kau harus melakukannya sekali lagi, setuju tidak? tantang cewek itu.


    Iya deh. jawabku dengan lebih percaya diri dan langsung bangun dari tempat tidur untuk melakukan seksual. Aku membalikkan badan cewek itu menjadi tidur berbaring dan langsung menjilat payudaranya mulai dari kiri dan menekan
    jari telunjuk ke punting kanan cewek itu.
    Ahh.. Gunam cewek itu.
    Aku terus menjilat puting kirinya cewek itu dengan lembut dan menghisap sambil mengoyangkan jari telunjuk kiri ke punting kanannya. Ini membuat dia meremmelek dan
    Ahhhhgeli. geeelliiiii ahhh. Masssss rintih cewek itu dengan suara menggoda.

    Aku yang tadinya sudah kecapean mulai terangsang lagi setelah mendengar suara merdu yang mengoda. Aku terus menjilati kadang kadang mencium, menghisap dalamdalam supaya ingin merasakan nikmat punting susu seorang wanita.
    Setelah puas dengan yang punting kiri, aku menghisap yang kanan. Ini kulakukan berulang kali sampai payudaranya basah penuh oleh cairan ludahku. Tangan kananku mulai menurun dan memegang bagian feminim wanita tersebut. Aku mencoba memegangnya dengan seluruh tangan tetapi wanita tersebut menolaknya dengan mengrapatkan kedua pahanya. Aku
    ingin berusahanya tetapi dia mengatakan sesuatu diiringi dengan rintihan.

    Mas s ja ngan. duuullluuuuu..mas
    Sayyaaa. massiihhh.. pe..rrraaaa.wwa.aannn kata cewek itu.
    Aku tidak perduli dengan rintihan tersebut dan mencobanya dengan mencium bibirnya dengan tangan kiriku memijit bagian kanan punting wanita tersebut. Setelah mencium bibir tersebut aku menulusuri leher wanita tersebut. Gellllliiiiii.. ahhhhh. ngillluuuu rintih wanita tersebut.

    Aku ingin sekali rasanya untuk cepat cepat menghabisinya tetapi aku masih bingung harus merangsangkan bagian mana lagi supaya dia terangsang. Jadi aku mendekatkan kuping wanita itu dan mengatakan sesuatu. Sayang, saya ingin sekali mencicipi keharuman feminim mu.
    Tuunnnnngggguuuuu. Masssssss.. Ahhhh. Jawab Cewek itu.
    Tetapi kata kata tersebut mulai melemah dan pada saat tangan kananku mulai membuka bagian paha cewek itu, dia sepertinya tidak menolak. Dia membuka pahanya dan aku mulai merasakan kehangatan bagian bawah cewek tersebut.
    Aku mulai memegangnya dengan telapak penuh dan mengerakannya naik turun dengan irama pelan.

    ShhhhhShhh Cewek itu merintih.
    Hhhhhh.hhhhhh Aku memberanikan diri dan mulai mengosokkan vaginanya dengan agak cepat sambil menghisap puntingnya sangat dalam. Ini membuat dia tambah terangsang dan aku mulai merasakan lembab vagina perempuan tersebut.Aku melepaskan ciuman tersebut dan langsung menurun ke bagian feminim tersebut. Aku mengendus dan merasakan keharuman yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku pun memulainya dengan jilatan kecil di permukaan vagina yang membuat napasnya tidak teratur.

    Hhhhh.hhhhhh A..ku.ahhhhhhssssshhhh Cewek itu sepertinya ingin mengatakan sesuatu tetapi aku tidak memperdulinya dan menjilatinya dengan lebih cepat. Aku menjilatinya terusmenerus sampai aku mulai merasakan ada sesuatu yang seperti bola kecil mencuat keluar. Aku tidak mengerti dan coba untuk menjilatinya tapi tibatiba.
    Ahhhhkkkkk.. Ge..lllllliiiiii.. niiikkkAhhhhh.mat ahh..
    Cewek itu merintih lebih keras seolah olah ingin minta tolong pada seseorang. Aku pun mengerti ternyata dia merasa nikmat kalau dijilat di daerah situ. Dia mulai menjambak kepalaku yang membuatku kesakitan tapi aku tidak raguragu lagi dan mulai menjilatinya terusmenerus sampai tiba tiba aku mendengar sesuatu.


    Ahhhhh.. kk. Akuuuu iiiiinnngggiiinnn. kkkkeeeelllluuuuaarrr
    Bersamaan dengan suara itu, aku merasa ada cairan yang keluar sangat deras. Kepalaku pun dijepit eraterat yang membuatku tidak bisa bergerak. Aku merasa sesak napas karena tidak ada ruangan yang bisa buat bernapas. Aku diam sejenak untuk mengetahui apa yang terjadi. Setelah beberapa saat, tangan yang memjambakku mengendor dan kaki yang menjepitku pun melepas. Aku mengangkat kepala dan lihat matanya mulai terbuka.
    Ma..sss.kamuhebbaattt. Ujar cewek itu.
    Kamu juga hebat sayang. Jawabku.

    Masss, kau.. tahu.tidak. bahwa. kau. sala.h kam..ar? Tanya cewek itu dengan suara lemas.
    Aku agak bingung dan berbicara kembali. Ini kan kamar yyy.
    Tidak, Ini kam..arxxx tutur cewek itu.
    Aku kaget setengah mati dan baru mengerti bahwa akulah yang salah.
    Nama kamu siapa sayang? Aku tanya dia setelah tenang dengan memegang pipinya.

    Ak.u ada..lah Cellia. Jawabnya.
    Apakah kau mau jadi istri saya? Tanyaku.
    Kau be..narbe..nar nak..al. Jawabnya.
    Setelah menjawab itu, aku langsung mencium bibirnya dan memulai permainannya lagi. Aku mengeluarkan lidahku dan mencari lidahnya untuk dimain. Dia pun membalasnya dengan penuh nafsu.
    mmm..mmmmm.. itulah suara yang dikeluarkan waktu lidah kamiberadu. Aku terus memainkan lidahnya sambil kuangkat setengah badannya. Keadaanku sekarang lebih tenang dibanding yang tadi jadi aku melepas ciumannya dan dengan santai menjilati lehernya naik turun.

    Hhhhhhh..hhhhh.. itulah suara cewek yang lagi mendesah. Permainan di leher sudah cukup untukku dan aku
    bermaksud untuk mulai lagi di bagian dadanya. Aku turun dan mulai menghisap payudara kirinya. Aku menyedot, mencium, mengendus payudaranya. Sedangkan tanganku mulai lagi memijit kanan payudara indah itu. Aku menghisap
    terusmenerus sampai payudara kirinya basah kuyup dan aku pun berpindah lagi menghisap ke punting kanan. Aku mengulang terusmenerus dari kirike kanan, dan kanan ke kiri.
    Ahhhh Ahhhhh Ahhhhh. geeee.llliiii. ngillluuuu. Itulah katakata
    yang terulang terus menerus.

    Maaaassssss. co.bbbaaa.. mm..aa..sssuuuukkkiiiinnn. mmm..aaaa..ssss.. Akkkuuuuu suuu..dd..ahhh siiiaaappppAkhh.
    Sepertinya kata itu mulai muncul ketika aku mengigit kecil di punting kanan wanita itu.Aku masih belum ingin menancap gas karena pikiranku sudah agak tenang, aku ingin dia merasakan kehebatan permainanku. Tetapi dia sangat ganas. Dia membalikan tubuhku dan menindihnya di atas tubuhku. Aku tidak bisa apaapa dan mengikuti permainannya. Dia menunduk dan menjilati puntingku.
    Ahhhkk.Ahhhh.

    Desahku sambil berusaha mengangkat kepalanya. Tetapi dia melarang dan menepis kedua tanganku. Setelah menjilat sebentar puntingku, dia duduk memegang penisku dan berusaha memasukinya ke dalam liang vaginanya. Astaga, ini perempuan masih perawan tapi berani memasukinya, benar benar lihai. pikirku. Saat memasuki ke dalam liang vaginanya, aku mengalami kesulitan. Aku merasa susah sekali memasukinya. Dia mulai menekan sedikit demi sedikit dan akhirnya masuk setengah. Setelahmemasukinya, dia mulai mengenjot dengan irama pelan.

    AhhhAhhh. Kami berdua mendesah secara bersama. Aku merasa sepertinya ada sesuatu yang menyentuh seperti dinding di dalam vaginanya tetapi aku tidak tahu apa itu karena yang kurasakan saat itu hanyalah nikmat. Aku mulai
    mengangkat pinggulku untuk menusuknya lebih dalam.
    Ahhhh.Ahhhh. Kami terus mendesah tidak beraturan. Permainan yang menyenangkan ini kuteruskan dengan irama agak cepat tapi sepertinya cewek itu agak kesakitan.
    A.dduu..hhh sssaakkkkk..iiiitttt Say..,
    ke..na..pa? Tanyaku.
    Akuuu suudddaahh.Ahhhhh. Jawabnya
    terhenti. Ke..na..pa? Tanyaku penasaran.

    ttiiiddaakkkperaawwa..nnn Lanjutnya lagi. Pada saat bersamaan dengan teriakan itu, aku merasakan seperti menembus sesuatu dan aku sadar pada saat darah mengalir di daerah perutku. Ternyata aku telah meregut
    keperawanan gadis itu. Celaka, aku tidak sadar bahwa dia masih gadis karena saya terlalu keasyikan bermain. Pikirku. Pada saat yang sama, pikiranku juga merasakan menyesal sekaligus nikmat. Mau gimana lagi, nasi sudah jadi bubur!
    Aku diam sejenak untuk menenangkan situasi. Setelah agak tenang, perempuan itu melihat ke arahku dengan agak merangsang sambil menekan dadaku dan mulai mengenjotnya lagi. Aku pun tersenyum dan mengetahui bahwa dia tidak menyesal kehilangan kegadisan


    AhhhAhhhhhh. Kami mulai lagi mendesah hebat ketika enjotannya semakin cepat.
    A.yooo.. masss. Dia mengatakan itu sambil mendesah.
    massuuukkkiinn. ahhh ke.. daaaalaam. Dia terus berusaha mengatakan sesuatu.
    akkk.uuuu in.giiin mera.a..saa..kan elangaahhhh.. bbeee..sss..aaa..rrr.
    Aku tidak begitu jelas apa yang dia katakan, tetapi saya tahu bahwa dia menikmatinya karena dia terus mengenjotnya dengan irama lumayan cepat dibanding tadi. Marathon yang melelahkan masih terus berlanjut, permainan ini kurasakan sangat lama sampai aku mulai merasa ada yang berdenyut lagi di sekujur burungku.

    Celliiaa, akkkkuuu..ahh iinnngggiinnnkkkeee..lllluuaaarrr..
    Aku berbicara sambil memegang pinggul perempuan itu.
    Sayyaa jjjuuu.gggaaa ttiiiddaakkk.aahhhhh ttaahhaaannn. Suara histeris perempuan itu mulai kencang. Tibatiba aku merasakan ada cairan banyak yang keluar dari liang tersebut dan memuncratkan di penisku. Cairan ini membuat permainanku ingin cepat berakhir karena sangat licin dan.
    Ahhhhkkkkkkkk..Ahhhkkkkkk

    Aku teriak sekencang kencangnya sambil menaikturunkan pinggul perempuan itu dengan sangat cepat.
    CrooottttCrooottttt. Burungku akhirnya mengeluarkan cahaya putih yang sangat banyak. Kurasakan bahwa aku menyemburkannya 7 kali didalam liang vagina perempuan tersebut. Setelah beberapa saat, tanganku mulai berhenti dan melepaskannya. Aku pun terasa sangat lemas. Aku memejamkan mataku dan aku pun tertidur. Di detik terakhir, aku hanya merasakan bahwa perempuan itu tertidur di pangkuan dadaku. Setelah matahari terbit di pagi hari, aku pun pelanpelan membuka mataku. Aku masih bingung apakah kemarin aku bermimpi atau tidak. Aku pun menengok kiri dan kanan untuk mengetahuinya. Ternyata aku tidak mimpi dan aku melihat ada wanita sedang merapikan bajunya dan siap untuk pergi. Aku memanggilnya tapi.


    Sayang, kau mau ke mana? Tanyaku.
    Dia hanya tersenyum dan pergi keluar.
    Aku pun tidur lagi karena aku benar benar kecapean. Sejak kemarin aku selesai kerja, aku tidak istirahat. Aku bangun lagi setelah segar dan memakai kembali pakaianku. Setelah selesai, aku pun keluar dengan bagasiku.
    Aku melihat pintu nomor yang ditempel di pintu dan ternyata aku benarbenar salah. Ruanganku ada di sebelah. Aku taruh barangbarang di kamarku dan keluar. Pada saat aku keluar dan berjalan di lorong, aku melihat ada pembersih
    ruangan berjalan menuju ke sini. Aku pun mengsenyum pagi ke pembersih lakilaki itu. Aku melewati pria itu dan mendengar suara pintu terbuka. Aku menengok sebentar dan aku kaget karena pintu yang dibuka adalah ruangan yang aku tidur bersama perempuan kemarin. Aku bergegas kembali ke sana dan menghentikannya.

    Tunggu dulu pak, jangan dibersihin ruangan ini. Ah?
    Pria itu sepertinya bingung. Ruangan ini kan sudah check out tadi pagi. Lanjut pria itu.
    Emangnya ini ruangan bapak? Lanjut lagi dengan pertanyaan.
    Aku bingung sekaligus kaget karena wanita yang bersetubuh denganku pergi begitu saja tanpa pemberitahuanku.
    Tidak pak, aku pikir itu ruangan saya. Aku jawab setelah mengetahuinya.
    Aku pun keluar hotel dengan menyesal dan pergi makan siang. Sisa liburanku hanyalah hampa karena aku sendiri di dalam hotel sambil menyedih hati berbaring di ranjang.

  • Kisah Memek Gara-gara SPP – 1

    Kisah Memek Gara-gara SPP – 1


    3227 views

    Duniabola99.com – Saat kelulusan hampir tiba, beberapa bulan ke depan mungkin aku sudah menjadi mahasiswa, tapi itu tidak begitu aku pikirkan, karena yang penting adalah ujian kelulusan, atau lebih dikenal dengan EBTA dan EBTANAS. Karena jika belajar dengan serius sekarang, nanti saat ujian masuk perguruan tinggi, kita akan lebih ringan belajarnya. Itu prinsipku.

    Dan aku punya pengalaman menarik sebelumnya.

    Seperti biasanya menjelang ujian, seluruh murid diwajibkan untuk melunasi semua tunggakan, karena bukan hal aneh di sekolahku, jika ada yang menunggak SPP atau uang bangunan, bukan karena tidak mampu membayar, karena rata-rata yang bersekolah di sekolahku, orang tuanya cukup mampu untuk membiayai. Dan jika ada yang menunggak itu mungkin dikarenakan uang yang telah orang tua mereka berikan untuk SPP dan lain-lain mereka pakai untuk hura-hura.

    Dan itu terjadi pada teman sekelas Widi pacarku, namanya Lia, ia menurut Widi punya tunggakan SPP dan uang bangunan yang cukup besar, dan dia tidak berani bilang pada orang tuanya karena sebenarnya uang itu sudah mereka berikan beberapa bulan yang lalu, katanya sih sampe 1 jutaan, aku sendiri cukup terkejut, karena untuk SMU, uang segitu bukan jumlah yang sedikit.

    Lia sebenarnya ingin pinjam pada Widi pacarku, tapi karena dia sendiri tidak punya uang, kemudian Widi menceritakan hal itu padaku, dengan maksud agar aku dapat memberikan pinjaman pada Lia.

    Awalnya aku bersedia meminjamkan dengan sukarela, tapi entah kenapa belakangan pikiranku jadi ‘ngeres’, lagian biar jadi pelajaran untuk Lia, bahwa tidak gampang cari duit. Orang tuaku sendiri, walau bisa dibilang cukup mampu, selalu mengajarkan hal itu, walaupun mereka telah mendepositokan uangnya untukku, agar tiap bulan bunga depositonya bisa aku tabung atau aku gunakan bila perlu.


    Entah berapa jumlah uang yang ayahku depositokan, tetapi yang jelas secara otomatis, setiap bulan saldo di rekeningku bertambah, apalagi beberapa bulan belakangan, setelah kerusuhan Mei, (yang katanya bunga bank naik tinggi) entah berapa, yang jelas setiap bulan saldoku bertambah sebanyak 300 ribuan. Saat itu saldoku memang cukup banyak untuk ukuran anak sekolah, karena untuk sehari-harinya aku tetap diberi uang jajan secara bulanan, jadi jika tidak perlu-perlu sekali aku tidak perlu ambil dari tabungan.

    Maka setelah kupikir-pikir, akhirnya aku telepon Widi, minta agar Lia menemuiku langsung, agar semuanya jelas kataku, jadi bukan Widi yang pinjam, tapi Lia.

    Lia memang dikenal cukup gaul, modis karena badannya memang bagus dan wajahnyapun cantik, kulitnya putih. Tapi mungkin karena pergaulanya yang salah, (karena banyak selentingan kalo dia itu pecun istilah sekarang, kalo dulu sih sebutannya perek), dia jadi seperti ini. Aku sendiri sih tidak pernah ambil pusing sebelumnya, tapi sekarang lain cerita.

    Saat aku sedang berfikir, apa yang akan aku lakukan padanya sebagai pelajaran buatnya, sekaligus memuaskan hobbyku yaitu senang melihat cewek memamerkan tubuhnya, dan melihat wanita yang merasa dipermalukan di depan orang banyak. (mungkin ini adalah trauma masa kecilku yang pernah dipukul oleh ibuku, begitu sih yang aku dengar). Karena walaupun aku sadar akan adanya perbedaan di dalam diriku, tapi aku belum pernah ke psikiater, karena itu kuanggap hanya fantasiku semata. Dan lagi pula apa yang salah dengan sekedar berfantasi.

    Tiba-tiba pintu kamarku diketuk.


    “Ya.. Siapa!”
    “Saya Mas.., Slamet”. Oh..

    Ternyata Slamet pembantu di rumahku. Kami punya dua pembantu laki-laki di rumah ini.

    “Ada telepon buat Mas yudi!” teriaknya dari balik pintu.
    “Ya.. Aku turun” jawabku.

    Kemudian aku turun ke ruang baca, karena di sanalah telepon diletakan, di sebelah kiri sofa besar. Ternyata. Yang telepon adalah Lia.

    “Hallo Yurie ya..?, ini Lia”, katanya.
    “Ya.. Ada apa ya..?!”, jawabku.
    “Nggak tadi Widi telepon, kasi tau katanya kamu bisa pinjemin aku duit buat bayar SPP?!” sambungnya.
    “Oh.. Iya, tapi berapa?!, soanya kalo banyak-banyak aku juga gak punya, tapi terus aku dapet imbalan apa nih..?!”, pancingku.
    “Terserah kamu deh, apa aja boleh!” jawabnya setelah terdiam beberapa saat. (mungkin dia mikir dulu)
    “Soalnya kepepet nih, buat bayar SPP, aku butuhnya sih 750 ribu, tapi kamu adanya berapa?!, ntar kalo kurang aku bisa pinjem ke temen yang lain”, sambungnya.
    “Nggak kok, kalo segitu aku juga ada, tapi aku minta imbalan dan jaminan lho”, jawabku memastikan.
    “Ntar kalo kamu gak balikin duitku gimana?! Aku rugi dong!”, lanjutku.
    “Jaminan apa. Aku kan gak punya apa-apa?!”, tanyanya kebingungan.

    Sepertinya ia takut gak bisa dapet pinjaman uang dariku.

    “Terserah kamu aja deh, apa imbalan dan jaminannya!” katanya lagi, dari nada suaranya terdengar kalau dia sudah putus asa.

    Tiba-tiba aku dapat ide brilian.

    “Gini.. Tapi itu kalo kamu mau, kalo nggak juga gak apa-apa, tadi katamu terserah aku, sebagai imbalanya, aku minta nanti sore kamu ke sini, tapi aku minta kamu hanya pake seragam sekolah, jangan pake daleman lagi, jangan pake bra ataupun CD dan buka dua kancing atas bajumu, awas kalo tidak, karena aku akan memantaumu!!” jelasku.
    “Dan sebagai jaminannya aku ingin foto-foto kamu dengan pakaian minim, sexy, pokoknya seadanyalah!”. Jawabku lagi.


    Sekali lagi dia terdiam. Kali ini cukup lama.

    “OK.. Gini, kalo kamu masih ragu, untuk 1 roll film aku kasih kamu 400 ribu, jadi 2 roll kamu dapet 800 ribu”
    “Aku janji gak akan aku sebarin, cuman untuk jaminan aja, tapi kalo kamu gak mau bayar, ya terpaksa aku sebarin ke temen-temen sekolah atau aku jual aja itu foto-fotomu, Gimana..?!” jawabku menjelaskan, sambil meminta kepastian.
    “Mmhhmm.. Gimana ya..?!”
    “Tapi kamu janji gak akan kamu sebarin kan..?!!” tanyanya memastikan.
    “Nah kena nih!” batinku.
    “Iya aku janji, tapi kalo kamu gak bayar, ya itu lain soal.
    “Ok deh.. Ntar sore aku ke rumahmu!” akhirnya dia menyetujuinya.

    Rumahku sore itu sepi, orang tuaku sore hari itu sedang ke Surabaya naik kereta api, itulah sebabnya mengapa ia kusuruh datang sore itu, sedang kedua pembantuku pasti tidaak berani mengusikku, lagi pula sore begini kalau kebetulan orang tuaku tidak ada, mereka suka ke rumah tetangga, pacaran dengan pembantu tetangga. Dan aku sudah mempersiapkan segalanya. Termasuk handycam kecil milik kakakku yang kuliah di Yogya (yang sebenarnya diluar perjanjianku dengan Lia, tapi who cares..?!!).

    Aku kemudian menunggunya di ruang tamu, sengaja gerbang depan aku tutup dan aku kunci, agar Lia tidak bisa langsung masuk ke halaman rumahku, kebetulan rumahku ini ada di pinggir jalan besar yang ramai dilalui pejalan kaki dan kendaraan yang lalu lalang dan ada toko kecil tak jauh di seberang rumahku yang cukup ramai pembelinya..

    Tak lama kemudian tampak sebuah taxi berhenti di depan rumahku, aku ambil teropongku dan kulihat siapa yang ada di dalam taxi, ternyata benar yang ada di dalamnya adalah Lia, tampak ia keluar akan membayar ongkos taksi, kuarahkan teropongku ke arah dadanya, tampak dadanya sedikit terguncang karena tidak memakai BH, melihat dua bukit kembarnya tersamar di balik bajunya, yang kuperkirakan berukuran 34D, ada rasa tegang dan bergairah yang menyebabkan adik kecilku berdiri, kulihat dua kancing bagian atasnya tidak dikancingkan, sehingga saat dia membungkuk untuk membayar taksi, kupastikan jika si supirnya melihat ke arah si Lia bukan ke arah uang yang Lia berikan, tentunya dia akan dapat melihat bukit kembar si Lia yang ranum itu.


    Dan teryata benar, setelah menerima uangnya si supir sekilas melihat ke arah Lia, ada ekspresi terkejut di wajahnya, tapi pura-pura tidak melihatnya, karena kemudian dia segera pergi.

    Kemudian Lia berjalan menuju gerbang rumahku, sayang saat itu tidak banyak orang lewat, yang dapat melihat goyangan indah payudaranya yang bergerak saat ia melangkah, ia kemudian menjangkau bel yang ada di samping pagar bagian dalam, karena ketinggian bell itu cukup tinggi baginya yang kira kira hanya 165 cm (dulu sengaja letak bell itu di tinggikan, karena banyak anak-anak yang iseng) tampak ia jinjit untuk menjangkaunya, dan saat ia kembali menginjakkan kaki ke tanah tampak goncangan dadanya makin kencang, ia tak sadar banyak orang yang lewat melihat hal itu. Karena aku kurang puas, kubiarkan ia melakukanya beberapa kali sampai akhirnya ia sadar karena banyak yang lewat terus memperhatikan dari jauh padahal ia telah berjalan melewati Lia sedari tadi, tapi Lia tampaknya pura-pura tak sadar diperhatikan.

    Tapi rasanya aku ingin lebih mempermalukannya, langsung saja kuambil HP dan menelepon ke HP-nya, mudah-mudahan ia belum menjual HP-nya lagi, ternyata benar, dia mengangkat HP-nya.

    “Lia, sebelum kamu masuk, tolong beliin aku tali pramuka di toko depan dong”, kataku, aku tahu di toko itu menjual tali pramuka, karena aku sering belanja di toko itu, letaknya tidak persis di depan tapi agak ke samping kira-kira 15-20 meter.
    “Oh ya.. Sekalian beliin rokok mild ya, baru aku bukakan pagar, ntar aku ganti” kataku lagi, lalu menutup HP-ku.

    Bersambung . . . .

    Kisah Seks, Cerita Sex, Cerita Panas, Cerita Bokep, Cerita Hot, Cerita Mesum, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Sex Bergambar, Cerita ABG, Cerita Sex Tante, Cerita Sex Sedarah, Cerita Sex Pasutri



  • Kisah Memek Gara-gara SPP – 2

    Kisah Memek Gara-gara SPP – 2


    2914 views

    Duniabola99.com – Lia tampaknya, hendak mengutarakan sesuatu, tapi sudah keburu aku tutup, ia kemudian, kembali memijit bel rumahku, tapi tidak aku gubris, akhirnya ia pun berjalan ke arah toko di seberang dengan perasan tak karuan, karena malu ia melipat tangannya di depan dadanya, agar guncangan dadanya tidak terlalu nampak. Akupun naik ke lantai atas untuk bisa melihatnya lagi.


    Tampak Lia dengan kikuk berbicara dengan Mas Yus, begitu aku biasa memanggil pemilik toko itu, karena kebetulan di sana sedang ramai pembelinya, itu memang biasa terjadi karena walaupun tak seberapa besar, tapi barang yang disediakan cukup lengkap, dan tidak terlalu beda jauh dengan di toko grosir.

    Tampak Lia yang sedang berbincang sering diamati dari atas ke bawah oleh bapak-bapak dan mas-mas yang kebetulan sedang berbelanja, sepertinya mereka tahu kalau Lia tidak memakai bra, karena aku yang melihatnya memakai teropong dari arah belakang tak sedikitpun melihat ataupun tersamar tali BH, padahal pakaian Lia cukup transparan karena mungkin usianya yang cukup lama, karena mungkin tanggung bagi Lia untuk membeli baju seragam baru, karena sekarang sudah mendekati kelulusan.

    Gerakan badannya saat mengambil uang di saku roknya pun mendapat perhatian dari semua laki-laki yang ada di sana, payudaranya kembali berguncang hebat, karena sepertinya dia cukup sulit mengambil uang yang ada di saku roknya, mungkin karena roknya pun sepertinya dibuat pada waktu dia masih baru kelas dua, jadi dengan ukuran tubuhnya yang sekarang rok itu terlihat mini dan sangat pas di pantatnya. Akupun jadi teringat bahwa akupun menyuruhnya untuk tidak memakai CD di balik roknya. Dan ternyata memang tidak terlihat bentuk CD dibalik roknya yang ketat itu, dan gerakan dua belahan pantatnya terlihat cukup menggairahkan. Bergoyang dengan sangat natural saat ia bergerak.


    Pantas saja laki laki yang melihatnya di sana memandangnya seperti hendak menelanjanginya, memandangi dari atas ke bawah. Ternyata Lia memang sangat sexy dengan keadaan yang seperti itu. Dengan tanpa memakai penutup dada alias BH dengan pakaian seragam yang transparan karena termakan usia, dan roknya yang sepertinya dua ukuran di bawah ukurannya yang sekarang.

    Kemudian tampak, ia kembali merogoh seluruh sakunya, baik baju dan roknya, gerakannya itu kembali mengundang tatapan para lelaki di sekitarnya, karena kali ini terlihat jelas guncangan di payudaranya dan jelas sekali kalo dia tidak memakai BH, karena goyangan paudaranya terlihat sangat jelas. Sepertinya dia terlihat panik dan menunjuk ke arah rumahku, mungkin uang yang dimilikinya kurang untuk membayar rokok dan tali yang kuminta, atau dompetnya tertinggal barangkali. Itu yang ada di benakku saat melihatnya kebingungan.

    Karena tak tega melihatnya kebingungan dan jadi tontonan gratis terlalu lama. Akhirnya kutelepon Mas Yus dengan HP-ku, dan pura-pura menanyakan apakah ada temanku cewek yang beli tali pramuka dan rokok, karena aku beralasan bahwa aku khawatir kok lama banget, dan ternyata benar, Mas Yus menerangkan bahwa Lia memang mengaku duitnya kurang karena dompetnya tertinggal di rumahku, dan tadinya Mas Yus curiga apa betul Lia temanku dan disuruh beli tali dan rokok olehku, karena ia baru pertama kali ini melihat Lia, tidak seperti temanku yang lain yang sering membeli barang ke tokonya kala main ke rumahku, begitu katanya.


    Akhirnya Lia bisa meninggalkan toko itu, setelah aku bilang bahwa kekuranganya nanti akan diantarkan, dan bahwa benar Lia itu temanku. Di akhir pembicaraan Mas Yus sempet bilang bahwa Lia itu sexy banget dengan keadaan seperti ini, suruhlah sering sering ia belanja ke tokonya. Dan aku yakin Lia mendengarnya, karena tempat Mas Yus menerima telepon hanya berjarak setengah meter dari tempat Lia berdiri, sedang saat ia mengucapkanya Mas Yus berbicara biasa, tidak berbisik. Jadi aku yakin Lia pasti mendengarnya. Aku pun menyanggupi bahwa Lia juga nanti yang akan mengantarkan kekurangan pembayarannya.

    Mereka tidak tahu kalau aku mengamati semua yang terjadi sejak tadi dari jauh.

    Saat Lia berjalan ke arah rumahku, para pembeli yang sedari tadi ada di sana tampak ribut ada yang bertepuk tangan, bersiul (terlihat dari bibirnya yang monyong), ada juga yang bersuit dengan “irama menggoda” karena terdengar juga olehku.

    Lia kini tambah kikuk dan malu, karena kini dia sadar bahwa semua orang yang ada di sana telah tahu bahwa ia tidak memakai BH, karena saat ia panik tadi ia tidak dapat lagi menutup-nutupi lagi keadaannya yang tanpa pakaian dalam, dan gerakanya tadi membuat orang semakin jelas melihat payudaranya yang terguncang kesana kemari, saat ia merogoh saku baju dan rok pendeknya. Tapi Lia enggan berlari karena takut akan lebih memepertontonkan payudaranya yang bergoyang jika ia berlari. Ia hanya berjalan sedikit cepat untuk mencapai rumahku.


    Aku telah menunggunya di depan pintu pagar yang telah aku buka, dan menyambutnya dengan tersenyum. Satu rencanaku telah tercapai.

    Lia yang masih terlihat malu, semakin malu, karena akulah yang jelas tahu jika dibalik seragamnya ia tidak memakai apa-apa lagi, karena akulah yamg memintanya melakukan semua ini. Tapi aku bersikap wajar saja, dan itu membuat Lia tenang berada di dekatku. Memang selama ini aku dikenal sebagai cowok yang baik, dan cenderung pemalu, karena itu banyak cewek yang tertarik padaku.

    Setelah ngobrol ini-itu, akhirnya meunuju ke pokok permasalahan, bahwa ia butuh uang untuk membayar tunggakan SPP dan uang bangunan, yang sebenarnya telah orang tuanya berikan, tapi telah ia pergunakan untuk beli ini dan itu serta “biaya kenakalannya” seperti narkoba dan minuman keras. Dan aku menyanggupi untuk meminjaminya tapi semua itu ada timbal baliknya kataku padanya.

    “Seperti yang kubilang tadi, mau nggak, sebagai jaminanya aku foto kamu dengan pose yang sexi dan dengan pakaian seadanya?!” tanyaku padanya.
    “Ya mau gimana lagi, toh aku sudah datang ke sini sesuai dengan keinginanmu, nggak pake BH dan CD”.
    “Sudah kepalang basah, lagian hanya kamu yang bisa menolong aku. So, mo gimana lagi.. Ak.. Aku terima deh! Tapi janji nggak akan menyebarkan foto-fotoku khan?!”, Ia bertanya dengan sedikit terbata-bata.

    Rupanya ia sudah terlalu sering berbohong pada orang tuanya, tentang ke mana saja barang barang yang mereka berikan untuknya, seperti HP, jam tangan (bermerk) serta beberapa perhiasan emas kecil seperti anting, yang sering ia katakan hilang, tertinggal di rumah teman dll. Padahal semua itu sudah ia jual. Dan tampaknya orang tuanya sudah mulai curiga dengan semua itu, karena itu HP yang ia miliki sekarang tidak berani ia jual, karena takut akan menambah kecurigaan orang tuanya, lagi pula kalau di jual paling hanya laku sedikit karena itu adalah HP keluaran lama. Itu ceritanya kemudian, saat aku mulai mempersiapkan peralatanku.


    Saat kutanya kenapa dia mau menerima syaratku untuk di foto dengan pakaian minim dan sexy, ia menjawab bahwa ia percaya denganku, bahwa ia yakin, aku adalah cowok yang bisa dipercaya, dan tidak akan berbuat yang tidak-tidak, karena ternyata selama ini Widi sering bercerita padanya mengenai apa saja yang telah ia lakukan untukku, tentang foto sexy Widi yang aku buat, tentang aku yang mengajaknya jalan tanpa memakai BH dan memutuskan kancing bajunya, tentang aku yang selama ini tidak pernah minta yang macam-macam (ML) pada Widi, sehingga Widi percaya padaku, begitu ceritanya (tapi soal yang tentang Widi hanya memakai celana pendek saja selama menemani aku yang berkunjung ke rumahnya, sepertinya tidak Widi beritahukan), itu pulalah yang membuat Lia percaya padakku, bahwa aku senang melihat cewek sexy dan mem-foto mereka. Karena selama ini ternyata Widi dan Lia berteman cukup dekat sejak SD, hanya saja ia beda SMP dengan Widi dan juga denganku, jadi aku baru mengenalnya di SMA/SMU. Selain alasan yang pasti dia butuh duit juga tentunya.

    Karena keadaan rumah sepi, lagi pula pintu gerbang sudah aku kunci, rasa isengku muncul, seberapa percayanya Lia padaku. Lalu akupun mulai melakukan aksiku.

    “Lia, kamu kan aku suruh ke sini, hanya boleh memakai seragam tanpa BH dan CD, tapi aku belum liat buktinya tuh!”.
    “Idih lu Yurie.. Masa sih dari tadi kau gak liat toket gue yang terayun ayun gini” katanya sambil memegang toketnya denga dua tangannya.

    Tampaknya dia sudah mulai rilex denganku karena sudah memakai bahasa lu-gue.

    “Iya serius, aku belum bisa liat jelas tuh!”

    Kemudian ia menarik baju seragamnya ke belakang, sehingga toketnya yang tadinya tersamar di balik seragamnya. Kini makin jelas terlihat, putingnya yang kecil, menonjol di seragamnya,


    “Wah mana, tetep gak jelas” kataku.
    “Mungkin kalo gini baru jelas” lanjutku sambil menyambar satu gelas air es yang memang sedari tadi ada di meja depanku sebagai obat kalau aku haus kala menunggu dia datang tadi. Kemudian menyiramkannya ke arah dada Lia yang sedang memamerkan puting payudaranya.

    Kontan seragam di bagian depannya basah kuyup, karena air es yang tersisa masih cukup banyak, karena aku memang tidak begitu lama menunggu Lia datang.

    Bersambung . . ..

    Kisah Seks, Cerita Sex, Cerita Panas, Cerita Bokep, Cerita Hot, Cerita Mesum, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Sex Bergambar, Cerita ABG, Cerita Sex Tante, Cerita Sex Sedarah, Cerita Sex Pasutri


  • Kisah Memek Gara-gara SPP – 3

    Kisah Memek Gara-gara SPP – 3


    2965 views

    Duniabola99.com – Kini tampak jelas terlihat payudara Lia yang berukkuran 34D itu, karena seragamnya yang basah seperti tercetak mengikuti bentuk tubuhnya. Ia tampak terkejut dan hendak berteriak, tapi ia tahan, sepertinya takut penghuni rumahku curiga.

    Mengetahui kekhawatirannya, aku segera memberitahu bahwa saat itu keadaan rumahkku sedang kosong, orangtuaku ke luar kota, tapi pembantuku aku bilang sedang tidak ada, (padahal mereka mungkin sedang pacaran) jadi aku bilang tinggal kami berdua yang ada di dalam rumah, kontan saja dia langsung hendak memukulku, tapi kuhindari dan berlari ke atas, ke kamarku, dan seperti yang kuduga dia mengejarku.

    Aku segera masuk dan menghidupkan handycam, membiarkan alat itu merekam sendiri dengan menaruhnya di tempat yang telah kupersiapkan, yaitu di antara pakaianku yang menggantung di dinding di sebelah pintu, dan mengambil posisi di luar jangkauan kamera. Dan biarkan semuanya terekam dengan sendirinya.

    Dan setelah beberapa saat kemudian baru dia masuk, aku tahu Lia pasti tadi mencari-cari kamarku, karena dia lantai dua ini ada 3 kamar, kamarku, kamar kakakku dan kamar tamu.

    Ia masih pasang tampang merajuk kemudian aku dipukulnya dengan manja. Kemudian aku kembali menanyakan permintaanku yang kedua, bahwa ia kuminta datang ke rumahku dengan tanpa pakaian dalam sama sekali, dan ia benar datang tanpa mengenakan BH, tapi bagian bawahnya belum terbukti, kalo itu tak dapat dibuktikannya, aku tidak akan mememinjamkan uangku padanya.


    “Ayo sekarang buktikan kalo, kamu gak pake celana dalam!” perintahku padanya, “Kalo gak, aku gak bakal pinjemin duit buat kamu”. Kataku lagi.

    Lia tampak keberatan.. Dan bingung.

    “Ya udah. Kalo gak bisa buktikan, pinjam duitnya juga batal dong!?” kataku mendesak.

    Aku tahu itulah senjataku yang tidak bisa dia tolak. Aku terus memintanya untuk memperlihatkan bahwa dia memang benar tidak memakai CD.

    “Kalo malu, ya udah gak usah dari deket”, kataku sambil berjalan dengan maksud agar Lia menghadap ke kamera yang ada di belakangku tanpa aku menghalagi kamera.

    Akhirnya ia pun menyerah, dengan masih menghadap ke arahku dan ke arah kamera tentunya, ia berjalan mundur untuk menjauhiku, sampai di depan lemari pakaian, sehingga ia tidak bisa mundur lagi.

    “Ayo tunjukin, nanti aku kasih duit”, kataku mengingatkan tujuannya datang ke rumahku.

    Kemudian dengan perlahan, tangannya mulai menarik roknya ke atas, tampaklah pahanya yang putih mulus sampai ke atas pusarnya, dan terlihatlah bagian vaginanya yang bersih dan terawat rapi, hanya tampak beberapa bulu halus di sekitarnya.


    Aku tadinya mengira akan melihat bulu hitam lebat, seperti milik Widi, tapi ternyata, vagina Lia, tampak bersih, dan terawat, dan sejak saat itulah aku menyukai vagina yang terawat, tidak ditumbuhi bulu lebat.

    Melihat aku terbengong alias terkejut, Lia tidak langsung menurunkan rok pendeknya. Dia malah sepertinya bangga melihatku terkagum-kagum akan keindahan daerah v-nya.

    “Kamu cantik sekali Lia”, kataku terlontar begitu saja dari mulutkku.

    Memang harus diakui bahwa sebenernya Lia itu cantik dan sexy, dengan wajahnya yang cantik mirip Dina Lorenza bagiku, dan kulitnya yang putih, makin menambah kecantikannya, ditambah lagi, buah dadanya yang besar dan pantatnya yang berisi, makin menimbulkan kesan sexy.

    Memang sebenarnya aku dulu waktu kelas satu, sempat suka padanya, tapi karena aku cenderung pemalu dengan cewek, akhirnya aku hanya sekedar suka, karena kemudian banyak cowok yang jadi pacarnya, dan beredarlah isu bahwa ia itu pecun. Dan akhirnya akupun jadian dengan Widi, itupan karena dicomblangi oleh temanku yang ceweknya adalah sobatnya Widi, sampai sekarang. Kini perasan itu hadir lagi, ada sedikit rasa suka di hatiku. Tapi perasaan itu akhirnya kubuang jauh-jauh, Lia kan terkenal pecun, batinku dalam hati.

    Setelah tersadar, aku lalu mengelurkan dompetku dan mengeluarkan uang Rp. 50 ribu, dan memberikan kepadanya.

    “Ini bonus buat pertunjukan yang tadi” kataku.


    Hatiku sebenarnya berharap Lia menolaknya, tapi harapanku ternyata salah, Lia malah mendekat dan mengulurkan tangannya menerima uang pemberianku. Lia pada awalnya menunjukan sedikit perasaan malu, tapi segera sirna digantikan oleh senyumnya yang mengembang di bibirnya yang mungil. Segera ia memasukan uang itu ke dalam saku roknya. Dan kembali pikiranku berkata, “Dasar pecun!”

    “OK sekarang kembali ke rencana semula, yaitu sesi pemotretan” kataku pada Lia.
    “Sesuai kesepakatan kan? 1 rol berarti 400 ribu, ya kan?!”, tanya Lia padaku memastikan.
    “Iya, deal!” jawabku.

    Kemudian berlangsunglah acara pengambilan foto-foto sexy Lia, yang dengan tanpa diketahuinya adegan itu juga terekam oleh kamera handycam yang tersembunyi di sela-sela baju yang tergantung di dinding dekat pintu yang tertutup.

    Saat itu Lia kuminta melepaskan beberapa kancing bajunya untuk menambah kesan sexy, belahan dadanya yang putih dan sexy menimbulkan daya tarik sendiri, kemudian berlajut kuminta Lia untuk melepaskan seluruh kancing bajunya, sehingga kini dari atas sampai bagian perutnya yang rata terlihat dengan jelas.

    Lia tampaknya semakin asyik dan tidak malu-malu lagi, jika ia malu maka aku akan berkata, “Aku kan sudah melihat bagian yang terpenting yang kau miliki, kenapa harus malu. Lagian ini hanya untuk jaminan kok!”


    Dan kata-kata itu mujarab sekali, Lia pun kemudian tak malu lagi, melakukan pose-pose yang aku minta. Semua pose yang ada di kepalaku sudah aku minta pada Lia untuk melakukanya.

    Kini tubuh indahnya benar-benar terekspose secara lebih vulgar, karena kini seragam Lia sudah berganti dengan kaos dalam tipis milikku, tadi sempat kuminta ia melepaskan bajunya dan menggantinya dengan kaos dalam tipis milikku.

    Setelah beberapa kali berfoto, kuminta ia membuka kaosnya dan membiarkan bagian atas tubuhnya tidak tertutupi sehelai benang pun, tadinya ia agak malu dan menutupi kedua payudaranya dengan tangannya, tapi setelah kudesak dan kurayu ia mau berpose tanpa menutupi kedua payudaranya.

    Sedang roknya kini telah bertambah pendek karena aku gunting 10 cm lebih pendek. Sehingga kini rok itu benar-benar tidak bisa menutupi keindahan tubuh bagian bawahnya, saat ia membungkuk, akan terlihat bagian kewanitaannya menyembul di sela-sela belahan pantatnya yang indah.

    Tadinya Lia menolak roknya aku potong, karena takut dimarahi ibunya saat pulang ke rumah nanti, tapi karena aku desak, agar makin sexy kataku, akhirnya dia merelakan rok seragamnya aku potong.

    Tak terasa, sudah satu roll film aku habiskan untuk mem-fotonya.


    “Wah udah satu roll nih,” kataku padanya, sambil mengeluarkan dompetku lagi. Karena sesuai janjiku, aku harus membayarnya 400 ribu setiap roll-nya.

    Lia pun menerima uang yang aku berikan dan kembali memasukannya ke dalam sakunya.

    “Mau tambah lagi nggak?” tanyaku.
    “Iya dong, kan belum cukup uangnya!” balasnya sambil senyum.
    “Tapi aku gak mau gini terus ah, bosen, aku ingin gaya yang lain, dan lokasi yang lain”, kataku lagi.
    “Gimana kalo di kolam renang belakang?!” tanyaku.
    “Boleh aja, asyik juga sepertinya” jawabnya senang.
    “Kalo gitu, mulai saat ini, kamu lepas semua kain yang menempel di badanmu, aku ingin kamu tidak mengenakan seutas benangpun selama berada di lingkungan rumahku ini!!” aku mulai berkata agak keras padanya.
    “Dan sejak saat ini, aku yang berkuasa terhadap dirimu, dan kamu harus menuruti semua perkataanku kamu mengerti?!!”
    “Kalau kamu mau menuruti semua kemauanku, kamu akan kukasih bonus uang lagi!!”
    “Tapi kalo tidak foto-foto ini akan aku sebarkan Lia..!!” kataku lagi sambil memperlihatkan satu roll film yang ada di genggamanku.
    “Ayo buka semua pakaianmu!!” kataku sambil menepuk pantatnya yang terbuka dengan agak keras, kerena roknya yang kini sangat pendek itu telah tersingkap.

    Tampak ia agak terkejut, dan hampir menangis, mungkin dia kaget melihat perubahan sikapku, yang tadinya lembut kini berubah sedikit kasar padanya.

    Kini Lia benar benar tidak punya pilihan lagi, karena tentunya ia tak ingin foto-fotonya tersebar luas, ia akan malu sekali jika teman-temanya melihat foto-foto itu, walau ia sama sekali tidak telanjang dalam foto foto itu, tapi secara keseluruhan sepertinya tak ada bagian tubuhnya yang tidak dapat dengan jelas terlihat.


    Lia terdiam sejenak..

    “Ayolah Lia, buka semua pakaianmu, aku tahu, di sekolah kamu terkenal sebagai pecun, aku yakin bukan sekali ini saja kamu bugil di depan laki-laki, sudah pasti kamu sudah seringkali telanjang di depan cowok!” kataku padanya.
    “Akui saja?! “Betul kan?!” desakku padanya.

    Lia hanya diam.. Dan kemudian mengangguk kecil.

    “Nah benar kan kataku, nah mulai sekarang kamu adalah pecunku, dan kamu sekarang harus menuruti semua keinginanku”.
    “Kalo kamu kuminta datang, segera datang!, pokoknya apapun permintaanku, kamu harus turuti!!”.
    “Kalau tidak kamu tahu sendiri akibatnya!, kamu mau kan jadi pecunku..?!!” aku berkata padanya dengan nada sedikit keras.

    Lia mengangguk..

    “Jawab dong, jangan diam aja” kataku lagi.
    “Iya, aku mau..” jawabnya kemudian.

    Nah mulai saat itu resmilah Lia menjadi pecunku, Tapi yang paling sering adalah, Lia kujadikan objek eksibisiku, seperti juga saat itu.

    Bersambung . . . .

    Kisah Seks, Cerita Sex, Cerita Panas, Cerita Bokep, Cerita Hot, Cerita Mesum, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Sex Bergambar, Cerita ABG, Cerita Sex Tante, Cerita Sex Sedarah, Cerita Sex Pasutri

  • Kisah Memek Gara-gara SPP – 4

    Kisah Memek Gara-gara SPP – 4


    3000 views


    Duniabola99.com – Kuminta ia menanggalkan roknya, yang merupakan satu satunya pakaian yang masih melekat di tubuhnya. Kemudian kuminta ia melanjutkan aksinya sebagai objek fotoku, sampai malam hari, tapi terlebih dulu, kuminta ia untuk mengabari orang tuanya, bahwa ia akan pulang agak larut malam, untuk belajar di rumah Widi. Sehingga orang tuanya tidak khawatir.
    Orang tuanya malah menyarankan, bila terlalu malam, lebih baik Lia menginap saja. Karena memang selama ini Lia sering menginap di rumah temannya, terutama Widi yang sudah ia mereka kenal sejak kecil. Sehingga orang tuanya tidak curiga.

    Setelah Lia benar-benar telanjang bulat, kuminta ia turun untuk mengambil tali dan rokok yang tertinggal di meja ruang tamu, dengan tanpa sehelai benangpun Lia turun ke bawah menuju ruang tamu, tapi tetap kupantau dari semacam balkon di lantai atas setelah mematikan handycamku terlebih dulu setelah Lia keluar dari kamar. Aku ingin ia melakukan semua aktifitas di rumahku ini tanpa mengenakan pakaian secuilpun.

    Setelah ia kembali ke atas, kuutarakan niatku padanya, bahwa sampai ia pulang nanti malam atau kalau perlu besok (karena hari ini hari Sabtu) ia harus terus bertelanjang bulat, apapun yang terjadi. Lia pun menyanggupi karena merasa sudah kepalang tanggung bahwa aku sudah melihat keindahan tubuhnya secara keseluruhan dan takut akan ancamanku tadi jika tidak menuruti permintaanku. Lagi pula ia merasa hanya kami berdua saja yang ada di rumah kala itu.


    Aku hanya diam saja, kala ia berkata begitu, karena memang benar bahwa saat itu memang hanya kami berdua saja yang ada di rumah, tapi aku yakin menjelang maghrib nanti pasti para pembantu di rumahku akan pulang dari mengunjungi pacar mereka yang juga bekerja sebagai pembantu di sekitar rumahku ini. Dan memang itu sudah ada dalam pikiranku.

    Mereka sebenarnya bukan seratus persen pembantu, karena sebenarnya mereka masih ada hubungan saudara dengan ayah dan ibuku, tapi tepatnya adalah saudara jauh, yang hubunganya juga tidak aku fahami benar, saking jauhnya, maka aku memangil mereka dengan sebutan Mas, karena sebetulnya usia mereka paling-paling masih seumuran dengan kakakku.

    Mas Slamet ada hubungan saudara dengan keluarga ayahku, sedang Mas Muji ada pertalian saudara dari keluarga ibuku. Mereka hanya membantu kami untuk urusan yang memerlukan tenaga kasar mereka, sedang untuk masak dan bersih-bersih rumah secara umum sudah dikerjakan oleh pembantu perempuan, yang kemudian pulang siang harinya jika pekerjaannya sudah beres. Biasanya mereka menggunakan pintu kecil di halaman belakang untuk keluar masuk rumah.


    Maka kuminta Lia berpose di samping kolam renang yang letaknya di halaman belakang, dan melanjutkan aktivitasku memotretnya dan kali ini dengan kamera digitalku. Tampaknya Lia tidak mengerti jika kali ini aku menggunakan kamera digital. Tapi itu tak penting bagiku, karena aku hanya ingin membiasakan Lia telanjang di depan orang yang belum ia kenal.

    Seperti yang sudah aku perkirakan, setelah beberapa lama aku mengambil gambar Lia dengan pose bugilnya yang sexy, tiba-tiba muncullah Mas Slamet dan Mas Muji dari balik tembok. Lia pun berteriak terkejut sambil secara refleks menutupi bagian tubuhnya yang tak tertutupi sama sekali, tampak ia shock dan bingung antara menutupi dadanya atau daerah di sekitar lubang kewanitaannya.

    Mas Muji dan Mas Slamet pun tadinya juga terkejut, tapi kemudian tampak bersikap biasa, karena tidak mau mengganggu aktivitasku, tapi aku tahu mereka juga pasti sangat terangsang melihat tubuh indah dan sintal milik Lia, yang kini dapat mereka tonton dengan gratis langsung di hadapan mereka tanpa terhalang apapun. Tubuh mulus Lia yang tanpa tertutup oleh apapun kini menjadi santapan liar mata mereka.

    Agar suasana kaku yang terjadi diantara mereka mencair, akupun segera memperkenalkan mereka pada Lia.


    “Oh.. Mas Slamet dan Mas Muji sudah datang, Perkenalkan Mas.. Ini Lia temanku, dia tadi ingin berenang, tapi nggak bawa pakaian renang, jadi kusuruh aja berenang tanpa pakaian sekalian!” kataku sekenanya pada Mas Slamet dan Mas Muji.
    “Oh.. Lia namanya.., cantik ya! Mirip Dina Lorenza”, kata Mas Muji dengan sangat wajar.
    “Nama saya Wijianto, biasa di panggil Muji” katanya lagi sambil mengulurkan tangan mengajak bersalaman.

    Lia yang kikuk dan bingung menutupi bagian tubuh tertentu. Kedua tangannya masih menutupi dadanya dan bagian selangkangannya. Lia tidak segera mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Mas Muji. Maka akupun segera berkata..

    “Ayo dong Lia, kenalin ini Mas Muji, dia juga tinggal disini” ujarku pada Lia.

    Lia pun terpaksa melepaskan tangan kanannya yang menutupi dadanya dan mengulurkan tangannya, menjabat tangan Mas Muji.

    “Li.. Li.. Lia” ucapnya tersendat karena malu.
    “Lia, nama yang cantik dan indah, secantik wajahmu dan seindah tubuhmu” kata Mas Muji tanpa melepaskan tangannya yang terus menjabat tangan Lia dengan erat.


    Sehingga kini Lia tidak bisa lagi menutupi keindahan buah dadanya yang mencuat menantang, dengan puting susunya yang tampak mengeras, mungkin karena gugup dan malu.

    “Kenalkan juga ini, Mas Slamet, ia juga tinggal di sini seperti saya”, kata Mas Muji pada Lia, sambil menuntun tangan Lia untuk menjabat tangan Mas Slamet, yang sudah terlebih dahulu, terjulur.

    Dan kembali Lia tidak dapat menutupi dua payudaranya yang bergoyang ketika mendekatkan diri ke arah Mas Slamet untuk berkenalan dan berjabatan tangan. Tampak sangat indah payudara Lia yang bergoyang-goyang ketika Mas Slamet berjabatan tangan dengan berkali kali menggerakkan tangannya ke atas dan ke bawah selama bersalaman.

    Dalam hati aku berkata, cerdik juga cara Mas Slamet bersalaman, sehingga tampak Lia tambah malu dibuatnya. Lama juga Mas Slamet bersalaman, sehingga payudara Lia makin bergoyang kencang.

    Walaupun mereka statusnya seperti pembantu, tapi sebenarnya lebih tepat kalo dikatakan sebagai orang kepercayaan keluarga kami, kadang merangkap sebagai supir pribadi dan di saat tertentu jika dibutuhkan bisa dijadikan ajudan jika Papa keluar kota untuk urusan yang lebih bersifat pribadi.


    Jadi tak heran jika aku cukup dekat dengan mereka, dan akupun tahu kesukaan mereka, yang suka nonton film porno yang bersifat eksibisi dan humiliated atau mempermalukan pasangan sexnya. Demikian juga aku. Sehingga makin akrab saja hubungan antara kami, walaupun aku tetap menunjukan bahwa aku yang lebih berkuasa dibanding mereka, dan mereka mengakuinya.

    “Begini Mas Slamet dan Mas Muji, malam ini Lia akan bermalam disini” kataku memecahkan keheningan di antara mereka.
    “Dan selama di sini, Lia tadi telah meminta padaku agar dia diperbolehkan untuk tidak mengenakan penutup tubuh sedikitpun, Iya kan Lia..?!!”, Tanyaku pada Lia, sambil tersenyum dan menggoyangkan kameraku sebagai isyarat padanya.

    Lia yang mengerti isyarat goyangan kameraku, hanya bisa mengangguk.

    “Jadi kalian harus menuruti keinginannya dan kalian tidak boleh menjamah tubuhnya, kecuali kuijinkan!” kataku untuk menunjukan siapa yang berkuasa di situ.
    “Jadi kalian juga harus merelakan Lia tidak berpakaian selama tinggal disini. Kalian baru boleh menjamah tubuhnya jika Lia melanggar apa yang kuperintahkan padanya, kalian mengerti!!”, Tanyaku sedikit keras, untuk kembali menunjukan pada mereka siapa yang berkuasa di situ.
    “Baik Mas”. Kata mereka serempak hampir berbarengan.
    “Nah sekarang sepertinya Lia ingin berfoto bareng dengan kalian!?” kataku pada mereka
    “Iya kan Lia..?!” tanyaku padanya.


    Dan Lia pun hanya bisa mengangguk, yang disambut sorak gembira Mas Slamet dan Mas Muji.

    “Nah selama pemotretan kalian boleh menjamah tubuh Lia!” kataku pada mereka. Yang kembali disambut teriakan gembira para pembantuku,

    Maka tampak kemudian mereka berpose di kiri-kanan Lia yang telanjang bulat, sambil sesekali tangan mereka meremas, membelai, tubuh Lia, terutama buah dada dan pantat Lia, bahkan kadang sesekali mereka menjambak rambut Lia yang tergerai ke belakang, sehingga Lia terdongak ke atas sambil meringis kesakitan, sambil membungkukkan badan Lia bagaikan menunggangi Lia dari belakang. Itu pose yang aku sukai dari Lia.

    Sangatlah kontras kulit tubuh Lia yang putih mulus, dengan warna kulit mereka yang gelap, walaupun Mas Muji dan Mas Slamet tidak telanjang, tapi mereka membuka seluruh kancing baju mereka, sehingga tampaklah tubuh berisi dan berotot mereka. Wajah keras mereka makin menimbulkan kesan sangar.


    Agar pose mereka menggambarkan mereka sedang memperkosa Lia, aku menyuruh mereka membuka resleting celana mereka, atau membuka bagian atas celana mereka, tanpa menjatuhkannya ke tanah, sehingga makin kontras saja, mereka yang bertubuh gelap tapi masih berpakaian lengkap, sedang Lia yang berkulit putih mulus, bertelanjang bulat.

    Agar tampak seperti dua orang pekerja kasar yang sedang memperkosa Lia, sengaja aku mengatur agar wajah Lia selalu tampak jelas ke arah kamera, dengan matanya yang seolah melirik Mas Muji yang sedang memperkosanya dari belakang, atau berekspresi sedang melakukan oral pada Mas Slamet yang ada di depannya. Sedang wajah Mas Muji atau Mas Slamet sengaja aku samarkan dengan hanya menunjukkan siluet wajah mereka dari samping, kala sedang tertunduk, ataupun menengadah. Sehingga bila orang melihat foto-foto itu, maka hanya tampak jelas wajah Lia dari segala arah, tapi wajah, Mas Muji dan Mas Slamet hanya terlihat dari arah samping atau belakang saja.

    Kisah Seks, Cerita Sex, Cerita Panas, Cerita Bokep, Cerita Hot, Cerita Mesum, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Sex Bergambar, Cerita ABG, Cerita Sex Tante, Cerita Sex Sedarah, Cerita Sex Pasutri

  • Kisah Memek Gara-gara SPP – 5

    Kisah Memek Gara-gara SPP – 5


    2837 views


    Duniabola99.com – Setelah bosan dengan adegan memperkosa dan juga hari mulai gelap, kuminta mereka berhenti. Kemudian kuikat kedua tangan Lia ke belakang, tertekuk sebatas siku ke arah berlawanan sedang mulutnya kusumpal dengan sapu tangan dan kuikat lagi dengan tali ke belakang kepalanya, dan kakinya satu sama lain kuikat dengan tali yang terhubung, dengan sisa jarak kira kira 25 cm, sehingga dia tidak akan bisa berjalan dengan langkah lebar.
    Kemudian kuminta Lia melakukan exercise dengan berlari mengelilingi kolam yang berukuran 12×5 m sebanyak 60 kali lebih. Bila Lia tampak berjalan kusuruh mereka berdua mencambuk Lia dengan ranting pepohonan yang ada di taman sudut halaman. Lia yang tampak kelelahan beberapa kali berhenti untuk mengatur nafas, saat itulah Mas Slamet dan Mas Muji akan mencambuk Lia dengan dedaunan yang mereka pegang, dan seiring dengan itu maka akan terdengar jeritan tertahan dari mulut Lia yang terhalang saputangan. Dan setelah itu maka Lia pun akan berlari kecil kembali. Semua itu kurekam dengan handycam yang kuambil dari kamar.

    Setelah itu kuminta Lia masuk ke dalam kolam dengan keadaan masih terikat seperti semula. Kedalaman kolam yang saat itu paling dangkal kira-kira 150 cm, dengan tinggi tubuhnya yang kala itu mungkin hanya 160 cm, dan dengan tangan terikat serta kaki terikat, Lia hanya bisa berjalan di dalam kolam, dan untuk bernapaspun Lia harus menengadahkan kepalanya, karena tinggi air bila ia berdiri saja, hampir menutupi seluruh hidungnya.

    Kemudian kami bertiga meninggalkanya di dalam kolam sendirian, dengan tangan dan kaki terikat serta mulut terkunci dan keadaan kolam yang hanya diterangi lampu taman pasti akan membuatnya histeris, aku mengawasinya dari jendela teras belakang. Sambil membaca majalah, sedang Mas Muji dan Mas Slamet kuminta untuk membuatkan minuman hangat dan makan malam bagi kami berempat.


    Tapi sebelum kami tinggal sendirian, kami mengatakan pada Lia bahwa kami akan mandi dan membeli makan malam dulu di luar dan baru akan mengangkatnya naik setelah kami kembali lagi 2 jam kemudian, itupun jika jalanan tidak macet. Saat itu tampak Lia meronta di dalam air dan dari mulutnya terdengar suara yang tak jelas, mungkin tidak suka dengan yang kami katakan, karena ia tidak ingin ditinggal sendirian di dalam kolam dengan keadan seperti itu. Ia sudah barang tentu ia tidak bisa naik ke permukaan tanah tanpa bantuan orang lain, Handicam tetap kubiarkan merekam keadaannya yang tak berdaya, sulit bergerak dan sulit bernafas.

    Kami hanya berjaga-jaga dari kejauhan, tapi sudah barang tentu, Lia tidak mengetahui hal itu, aku hanya mengawasinya dari jauh dengan teropongku.

    Malam itu kubiarkan Lia terendam di kolam dengan keadaan yang sagat tidak nyaman seperti itu, kira kira selama dua jam lebih. Dengan hari yang sudah makin malam dan air kolam yang dingin, tentunya akan membuat Lia menggigil kedinginan.

    Dan benar memang saat kujemput Lia untuk kunaikkan dari kolam yang dingin, Lia tampak menggigil, kedinginan, maka langsung kukeringkan tubuhnya yang mungil tapi indah, dengan handuk. Tampak di beberapa bagian tubuhnya mengeriput karena terlalu lama terkena air, tapi ia tetap tampak terlihat cantik.

    Saat melihatku muncul saja, tampak bahwa ia sangat gembira, karena itu berarti ia akan diangkat dari air kolam yang dingin itu.


    Lia menurut saja ketika kubimbing dia untuk naik, ke pinggir kolam, nampak ia pasrah dengan apa yang akan aku lakukan kepadanya, dan kepasrahannya padaku makin tampak, saat kukeringkan tubuhnya dengan handuk yang kubawa. Kulepaskan ikatan dan sumbatan di mulutnya, sehingga kini ia bisa dengan leluasa berbicara bila ia mau. Tapi ia hanya tersenyum saja ketika aku mengeringkan tubuhnya.

    Dengan keadaan yang masih terikat, kukeringkan tubuhnya, kemudian mengajaknya berjalan masuk ke dalam rumah. Dan ia pun menuruti saja kemauanku, tanpa memprotes keadaanya yang masih terikat.

    Kepasrahannya itu membuatku jadi merasa sayang padanya, kini hatiku lebih berbicara ketimbang sore tadi di mana otak dan pikiranku masih memvonisnya sebagai pecun. Memang jika mau jujur, rasa tertarikku padanya sejak dulu masih tetap ada. Dan kini saat melihatnya pasrah dan menurut pada apa yang aku katakan, membuatku makin sayang padanya.

    Dan akupun yakin bahwa sebenarnya Lia selama ini juga punya rasa yang sama padaku, karena sering kudapati ia melirik dan mencuri pandang ke arahku jika kami bertemu di sekolah. Hanya saja tidak aku gubris, karena predikat pecun yang sering temanku bilang padaku atas dirinya, dan rasa gengsiku tentunya.

    Kini hal itu sepertinya menghilang dari pikiranku, melihatnya berjalan di sampingku dengan keadaan bugil dan terikat seperi itu, ditambah lagi dengan sikapnya itu. Makin menimbulkan gejolak di hatiku.


    Maka kurangkul dia dengan tangan kiriku, kubelai rambutnya yang masih sedikit basah.

    “Lia.. terimakasih atas apa yang telah kamu lakukan hari ini” kataku padanya dengan lembut.
    “Aku jadi makin sayang padamu..” kataku lagi, sambil menarik tubuhnya menghadapku, dan kemudian kucium bibirnya dengan lembut.

    Saat itu bibirnya masih terasa dingin, tapi lambat laun makin terasa hangat seiring makin hangatnya kami berciuman, bibir lembutnya bagiku rasanya seperti agar-agar.

    Kemudian kubimbing ia berjalan menuju rumah dan kemudian kusuruh Slamet mengambilkan minuman susu coklat hangat untuknya agar ia merasa hangat, dan dengan lembut, pelan-pelan kuminumkan segelas susu hangat itu padanya dengan penuh rasa sayang sambil kubelai rambutnya yang lebih sebahu.

    Lia pun menurut dan meminumnya dengan lahap, sambil menyeruput segelas susu coklat hangat itu, matanya memandangku, tatapannya bagaikan menusuk hatiku, bagaimana tidak, tatapannya lembut sambil bibirnya membuat sebuah senyuman manis.

    “Rie.. Sebenarnya aku juga sayang sama kamu, tapi selama in sepertinya kamu tidak menghiraukan keberadaanku”, ujarnya setelah ia meminum lebih dari setengah gelas.
    “Dulu aku sering mencoba untuk menarik perhatianmu, tapi sepertinya semua sia-sia”.
    “Tapi jika semua ini bisa membuatmu senang, akupun dengan senang hati akan melakukanya untukmu”, katanya lagi setelah melihat aku hanya terdiam.

    Dan ia pun melanjutkan perkataanya lagi karena aku masih saja terdiam.

    “Aku mengerti, mungkin aku nggak akan bisa jadi pacarmu, karena aku pun tahu siapa aku ini, tapi asalkan kamu mau menyisakan sebagian hatimu dan perhatianmu bagiku, aku pun sudah merasa sangat senang”.


    Sejak saat itulah, aku makin mengerti, bahwa ternyata Lia adalah korban dari keluarga yang tidak harmonis dan butuh kasih sayang, karena orang tuanya jarang ada di rumah, di tambah lagi kini orang tuanya sering bertengkar bila berada di rumah. Oleh karenanya Lia mencari pelarian dengan pergaulanya selama ini sekedar untuk mencari hiburan dan melupakan kepedihan hatinya.

    Bukannya aku sok suci, karena mungkin “perbedaan” yang aku rasakan pada diriku ini, adalah akibat perlakuan yang salah pula dari orang tuaku, tapi aku sadar akupun punya peranan besar dalam memperburuk ‘perbedaan’ ini, karena ternyata aku sangat menikmati ‘perbedaan’ yang kurasakan ini.

    Begitulah, malam itu seperti kesepakatan yang telah dibuat, Lia bermalam di rumahku dengan tetap dalam keadaan tanpa busana sedikitpun dan tetap dalam keadaan terikat tangan dan kakinya, saat makan malam pun Lia kusuapi dari piringku, dan malam itu Lia sudah tidak malu lagi terhadap dua pembantuku, karena apa lagi yang akan membuat ia merasa malu, karena sejak sore tadi ia sudah berada dalam keadaan seperti itu.

    Itulah yang membuatku makin merasa sayang padanya, rasa sayang yang berbeda, rasa sayang majikan pada budaknya. Karena malam itu Lia memang kuperlakukan lebih sebagai budak nafsuku. Malam itu kuminta Lia mengoralku beberapa kali hingga aku menyemprotkan air maniku di mulut dan wajahnya, sebelum akhirnya kami pun tidur. Aku tidur di kasur sedang Lia tidur di lantai yang hanya beralaskan tikar tetap dengan keadaan telanjang bulat dan terikat. Aku tahu bahwa ia merasa tersiksa dengan keadaan seperti itu, tapi kelelahannya membuat ia dapat tertidur pulas.


    Lia tidur lebih dulu, mungkin karena kelelahan, sedang aku hanya tersenyum melihatnya seperti itu, karena seperti yang telah ia katakan, ia bersedia melakukan apapun yang kuminta asalkan itu membuatku senang. Dan iapun hanya tersenyum dan mengangguk saat tadi kukatakan bahwa kini dia adalah pecunku. Kemudian akupun tertidur dengan perasaan senang, bahwa kini aku telah memiliki Lia sebagai pecunku.

    Kisah Seks, Cerita Sex, Cerita Panas, Cerita Bokep, Cerita Hot, Cerita Mesum, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Sex Bergambar, Cerita ABG, Cerita Sex Tante, Cerita Sex Sedarah, Cerita Sex Pasutri