Author: dbgoog99

  • Kisah Memek Tante lain yang beda dengan tante Nita

    Kisah Memek Tante lain yang beda dengan tante Nita


    2310 views

    Duniabola99.com – Kejadian hubungan saya dengan Tante Nita sudah lewat hampir 1 bulan, dan selama itu pula kami tidak pernah lagi melakukan hubungan badan. Dalam pikiran saya, mungkin Tante Nita sudah menyadari kekhilafannya, dan saya juga harus bisa melupakan kejadian tersebut dan menganggap kalau kejadian itu tidak pernah terjadi. Karena pada dasarnya saya juga merasa malu pada diri saya sendiri, tapi dilain pihak saya juga merasakan nikmatnya persetubuhan kami. Mungkin perasaan ini jugalah yang ada di dalam hati Tante Nita.


    Seperti biasanya, saya kalau sedang bernafsu sering saya lampiaskan pada film porno dan tentu saja akan berakhir dengan onani. Kalau setiap habis menonton film porno, saya sering membayangkan sangat ingin menikmati tubuh Tante Nita kembali.

    Pada suatu sore, ketika saya sedang menikmati film porno dan sedang dalam tahap sangat ingin melakukan hubungan seks, (mungkin seseorang kalau sekali sudah merasakan nikmatnya hubungan seks, akan sulit untuk melupakannya) tiba-tiba berdering telepon dan tentu saja membuatku terhentak seketika dan dengan sedikit mengomel saya bangkit dan menjawab teleponnya (pembaca dapat merasakan kalau kita sedang menikmati sesuatu, terus ada hal yang mengganggu).
    Dengan berat saya menjawab, “Halo.., mau cari siapa..?”
    Lalu terdengar suara seorang wanita, “Saya ingin mencari Endy, Endynya ada..?”
    Dengan sedikit rasa ingin tahu, saya jawab, “Yah, saya Endy, disana siapa yach..?”

    Kemudian terdengar suara yang agak genit tapi sangat merangsang, “Hayo.., sudah lupa yach sama saya, padahal belum juga satu bulan..!”
    Hati saya langsung berdebar-debar, lalu saya bertanya kembali, “Disana Tante Nita yach..?”
    Dan terdengar suara, “Emangnya kamu pikir sapa, sembarangan aja..!”
    Lalu saya pun berkata, “Ada keperluan apa Tante..?”
    Dengan pelan tetapi agak kesal, Tante Nita berkata, “Kamu kayak nggak tau aja, rumah tante lagi sepi nih, selain itu tante lagi pengen nih, kamu bisa khan nolongin tante..?”
    Dengan sedikit jahil saya bertanya lagi, “Nolongin apa tante..?”
    Tante Nita yang mungkin sudah kesal sekali, lalu berkata, “Kamu ini bodoh atau pura-pura bodoh sich, udah hampir satu bulan nich.. apa kamu nggak ingin kenikmatan kayak waktu itu..?”


    Dalam hati, tentu saya saja saya sudah sangat berharap karena selain rangsangan dari film porno yang saya tonton, saya juga tidak merasa puas akan onani yang saya sering lakukan.
    Lalu saya berkata, “Tante tunggu yach, saya segera kesana, paling cuman 10 menitan.”
    Dan Tante Nita menjawab, “Yach udah.., cepatan yach, tante tunggu nih..!”

    Dalam 10 menit, saya sudah tiba di rumah Tante Nita, dan ternyata Tante Nita sudah menunggu saya di depan rumahnya, terlihat Tante Nita memakai setelan piyama. Lalu kami pun masuk ke dalam rumah dengan nafas terengah-engah. Bandar Judi
    Saya berkata, “Tante ini bikin capek saya aja..!”
    Dan dengan agak manja, Tante Nita berkata, “Masak gitu aja capek, tapi kamu juga dapat enaknya khan, kamu ini juga kok masih juga panggil tante, khan udah dibilang panggil aja dengan Nita, gimana sech..!”
    Dengan tertunduk saya berkata, “Iya juga sech, saya lupa tante.. eh.. Nita maksud saya.”

    Lalu saya masuk ke dapur dan mengambil minum. Tante Nita pun menyusul saya masuk ke dalam. Sesudah meminum habis air dalam gelas, saya segera menarik Tante Nita dan memeluknya. Dengan manja Tante Nita berusaha untuk melepaskan peluksan saya, tapi saya segera mendaratkan ciuman saya ke bibirnya. Tante Nita terlihat sangat menikmatinya dan mulai membalas ciuman saya dengan mengigit pelan lidah saya, tapi saya juga berusaha membalas ciumannya.

    Kami berciuman hampir 3 menit, lalu saya melepaskan ciuman saya dan bertanya, “Nit, saya bole nanya nggak..?”
    “Yach.., nanya aja, emang kenapa..? jawab Tante Nita.
    Lalu saya berkata kembali, “Kalo bole tau, kamu pake celana dalam warna apa hari ini..?”
    Dan Tante Nita berkata, “Eh kamu.. memalukan, masak nanya hal yang gituan..?”
    Saya berkata lagi, “Masak nggak bole sich..?”
    Tante Nita berkata, “Yach udah.., kamu lihat aja sendiri..!”
    Lalu tangan saya mulai bergerilya di sekitar wilayah pinggang ke bawah dan dengan pelan saya mulai membuka celana piyama nya dan telihat kalau Tante Nita memakai CD warna putih dan terlihat bayangan kehitam-hitaman di sekitar lipatan kakinya.

    Lalu Tante Nita berkata, “Nah udah tau khan, kok masih diam aja, kayak ngak pernah gituan aja..!”
    Dengan tersenyum saya lalu mengendong Tante Nita segera menuju kamarnya.
    Tante Nita berkata, “Kamu ini kok nggak sabaran sech..?”
    Sampai di kamarnya, saya membaringkan Tante Nita ke ranjang dan segera membuka pakaian serta celana saya, sehingga saya hanya tinggal memakai CD. Sedangkan terlihat kalau kemaluan saya sudah menegang. Lalu saya segera mencium bibir Tante Nita, sedangkan tangan saya mulai aktif bekerja meremas payudara Tante Nita. Kemudian saya pun membuka baju Tante Nita, sehingga tampaklah payudara Tante Nita yang masih terbungkus oleh BH yang berwarna putih juga (dalam pikiranku mungkin BH dan CD Tante Nita adalah satu set, sehingga tampak sangat serasi).


    Lalu tangan saya mulai bergerak ke belakang untuk mencari kait dan membuka BH-nya tante, tapi dengan tersenyum Tante Nita berkata, “Ini model baru Ndy.., kaitnya terletak di depan.”
    Dan tangan Tante Nita sendiri yang melepaskan kait BH-nya, sehingga tampaklah oleh saya payudara Tante Nita yang masih kencang. Saya segera menenggelamkan wajah saya ke dalam payudaranya. Dengan gerakan meremas dan mulut saya menghisap putingnya, Tante Nita mulai terangsang, ini terlihat dari erangan Tante Nita.
    “Uuh.. enak sekali.. terus Ndy.. ehmm..”

    Lalu tangan saya mulai bergerak ke bawah, masuk ke dalam celananya dan mulai menyentuh bagian di sekitar selangkangannya, meskipun hanya dari luar celana dalamnya.
    Lalu tante berkata dengan sedikit tertekan, “Ndy.. tante nggak tahan lagi nih..!”
    Tanpa berpikir panjang lagi, saya segera melepaskan celana sekaligus CD Tante Nita, karena nafsu saya juga telah memuncak. Lalu terlihatlah kemaluan Tante Nita yang ditumbuhi bulu-bulu yang terawat dengan rapih.

    Kepala saya segera turun dan segera menjilati kemaluan Tante Nita.
    Terdengar Tante Nita menjerit, “Aduh Ndy.., nikmat sekali.. terus.. tante merasa nikmat terus Ndy.. uh.. uh.. ahh..”
    Tiba-tiba tubuh Tante Nita mengejang dan pinggangnya terangkat ke atas. Saya mengetahui kalau Tante Nita sudah hampir mencapai klimaksnya, tapi saya segera menghentikan permainan saya, sehingga terlihat kalau Tante Nita sangat kecewa dan berkata, “Kamu kok gitu sech Ndy..!”
    Saya berkata lagi, “Nit, nanti saya akan memberikan kenikmatan yang sebenarnya, tapi sekarang kamu harus meluruskan kembali dulu adik saya ini..!” sambil menunjukkan batang kemaluan saya yang sudah agak mengecil.


    Saya bangkit dan segera mengarahkan kemaluan saya ke dalam mulut Tante Nita. Tante Nita nampaknya sangat liar dan segera melahap habis kemaluan saya, terlihat kalau kemaluan saya terbenam seluruhnya ke dalam mulut Tante Nita. Dengan gerakan menghisap Tante Nita berhasil membuat kemaluan saya sudah dalam keadaan siap tempur dan sudah dalam ukuran yang maksimum.

    Lalu Tante Nita menyuruh saya untuk memasukkan kemaluan saya ke dalam kemaluannya, lalu saya bergerak turun dan tubuh saya menimpa tubuh Tante Nita. Saya mengarahkan kemaluan saya ke lubang kemaluan Tante Nita. Dengan pelan tapi pasti, saya mulai menekan kemaluan saya ke dalam lubang Tante Nita. Karena sudah basah oleh ludah Tante Nita dan kemaluan Tante Nita sudah basah oleh cairan kemaluannya, sehingga memudahkan kemaluan saya menekan, meskipun masih terasa sakit di sekitar kepala kemaluan saya.
    Tante Nita mulai menjerit dengan tertahan, “Aduh.. duh.. sakit.. Ndy.. teruskan.. uh.. ah.. ehm.. tapi nikmat sekali..!”
    Karena ingin segera mencapai klimaksnya, saya pun segera membenamkan habis kemaluan saya dan terasa kenikmatan yang hebat baik saya maupun Tante Nita.

    Kemudian saya segera melanjutkannya dengan gerakan naik turun, sedangkan Tante Nita berusaha mengimbangi permainan saya dengan gerakan pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Dan sesudah 5 menit, kemudian Tante Nita menjerit dan kakinya mengunci pinggang saya, kemudian mulai menendang ke atas.
    “Ndy.. saya sampai nih.. ah.. uh.. uh.. ehs.. nikmat sekali..!”desahnya menahan kenikmatan.
    Sedangkan tangannya bergerak tidak karuan dan mencakar punggung saya, tapi saya sudah tidak mempedulikannya lagi dan terus memompa kemaluan saya ke dalam lubang surgawi Tante Nita.

    Selang beberapa detik kemudian, saya merasa ada sesuatu yang akan meledak keluar, dan saya merasakan segera mencapai klimaks.
    Lalu saya berkata, “Nita, tahan.., sebentar lagi saya segera keluar..!”
    Saya mengerang, “Uuh.. uh.. enak sekali, sungguh enak sekali.”
    5 detik kemudian, saya pun menghujani kemaluan Tante Nita dengan siraman air sperma saya dan saya merasakan adanya cairan hangat dalam kemaluan Tante Nita dan dinding kemaluan Tante Nita menjadi agak licin.
    Saya tahu Tante Nita dan saya sudah mencapai orgasme bersamaan dan terdengar jeritan, “Uuh.. Ndy.. enak sekali.. tante sampai.. uh..!”


    Setelah mencapai orgasme, saya jatuh tertidur di samping Tante Nita.
    Tante Nita berkata, “Terima kasih Ndy.. tante puas sekali.., sudah lama tante nggak merasa puas seperti ini..!”
    Lalu saya tersenyum dan berkata, “Saya juga puas tante, kemaluan tante nikmat sekali, sungguh saya puas Nit..!”
    Kemudian kami pun saling berpelukan dan berciuman kembali.

    Setelah hampir setengah jam beristirahat, kami mengulangi kembali permainan seks kami, hanya kali ini Tante Nita berada di atas, sedangkan saya di bawah. Permainan ini hanya berlangsung sekitar 5 menit, karena kami masing-masing sudah lelah pada permainan yang pertama, sehingga pada permainan kedua ini kami merasa tidak senikmat permainan pertama. Setelah lelah dan tertidur, tidak sadar hari sudah sore, maka segera saya membersihkan diri dan ingin segera pulang ke rumah. Tante Nita mengantar saya sampai ke pintu rumahnya.
    Dia berkata, “Endy.., tante puas hari ini..!”
    Saya berkata membalasnya, “Saya juga tante, tante hebat sekali..!”

    Dengan tersipu, Tante Nita berkata, “Kapan-kapan kita lanjutkan lagi..?”
    Saya menjawab, “Iya Nita, saya akan dengan senang hati melayanimu, soalnya kamu hebat sech..! Saya suka deh ama kamu..”
    Tante Nita berkata lagi, “Iya, kalo kamu ingin, kamu bisa kok telepon tante, nanti kita bisa cari tempat yang aman, soalnya tante juga malu khan kalo tiap hari tante aja yang minta..!”
    Lalu saya berkata lagi, “Iya dech tante.., nanti kalo saya pengen, tante harus siap loh..!”
    Dengan senyuman, Tante Nita menganggukkan kepalanya.

    Saya kembali memeluk Tante Nita dan menciumnya, sedangkan tangan saya bergerak ke arah selangkangannya dan menggosoknya.
    Tapi Tante Nita berkata, “Udah donk Ndy.. Tante malu nih digituin terus..!”
    Tapi saya terus saja memainkan kemaluan Tante Nita dan berkata, “Malu apanya tante, saya juga udah pernah lihat ama menikmati seluruh tubuh tante kok, tante juga suka khan..?”
    Sambil tertunduk, Tante Nita berkata, “Aah.. udahlah.. lain kali aja deh, saya janji pasti akan terus memberi kenikmatan yang lebih ama kamu, udah dech yang lainnya udah mo pulang tuh..! (maksudnya keluarga Tante Nita) Kamu harus segera balik tuh..!”
    Lalu saya mengiyakannya dan segera melepas ciuman dan pelukan serta tangan saya dari selangkangan Tante Nita.


    Hubungan kami berlansung lama dan hampir 2 tahun. Kami selalu berhubungan dengan diam-diam dan saya selalu puas denga permainan Tante Nita. Sedangkan Tante Nita juga sebaliknya merasa puas akan permainan kami, tapi kami selalu melakukan hubungan seks dengan cara-cara yang tradisional dan tidak pernah mencoba gaya-gaya yang agak berani, seperti gaya anjing, 69 ataupun yang lainnya.

    Belakangan ini, dari cerita Tante Nita, saya tahu kalau suaminya (papa teman saya) mempunyai istri simpanan di luar, sehingga Tante Nita merasa sering ditinggalkan dan kebutuhan batinnya tidak pernah tercukupi.

    Setelah hubungan yang begitu lama, saya mulai merasakan kalau saya menyukai Tante Nita, tapi saya tidak tahu apakah saya mencintainya atau hanya perasaan karena kami sering berhubungan intim.
    Pernah sekali saya mengutarakannya, tapi Tante Nita memberi penjelasan, “Kamu ini hanya terbawa perasaan, diantara kita memang ada rasa suka, tapi tidak pernah saling mencintai, kita hanya membutuhkan masing-masing untuk memuaskan kebutuhan kita..!”
    Dan saya mulai mengerti kalau hubungan ini tidak akan berlangsung lama. Setelah saya melanjutkan pendidikan saya di luar kota, saya mulai jarang kembali ke kampung halaman saya. Tetapi saat saya kembali, saya dan Tante Nita selalu mencari kesempatan untuk melakukan hubungan seks kami.


    Cerita ini merupakan pengalaman nyata yang saya alami, bukan rekayasa. Meskipun dalam cerita ini, cerita seksnya kurang dominan, tapi saya ingin pembaca tahu konflik batin yang terjadi dan pertentangan-pertentangan dalam diri kita. Terima kasih atas perhatiannya, saran dan kritik saya tunggu di email saya.

  • Kisah Memek Tante Luna Memainkan Penisku

    Kisah Memek Tante Luna Memainkan Penisku


    2736 views

    Duniabola99.com – Perkenalkan namaku Alex, umurku saat ini 23 tahun, aku kuliah disuatu universitas terkenal dikotaku. Aku sendiri memilki penampilan yang kurang lebih bisa menarik perhatian kaum wanita karena perawakanku yang atletis dan wajah ganteng yang menghiasi tubuhku.

    Dalam hubungan sex tak perlu ditanyakan lagi, aku sudah mendapat banyak pengalaman dari banyak wanita, karena aku memulai berhubungan Sex sejak SMA sampai sekarang. Namun kali ini aku tak menyangka kisahku ini akan terjadi, karena persetubuhan ini aku lakukan dengan tanteku sendiri yang dimana adalah istri om ku yang adik dari ayahku. Namun mau bagaimana lagi,jika kucing dikasih ikan asin ya mana mau nolak,hehe..


    Suatu pagi saat aku masih tidur, telpon HP ku berbunyi dan aku yang masih dengan mata tertutup mengangkat HP ku, ternyata adalah Om Jamil yang menelponku. “Alex, kamu beberapa hari ini sibuk gak??” tanya om Jamil. “Kayaknya Enggak om, emang kenapa om??” tanyaku balik.

    “Om mau minta tolong niiih, bisa gak???” tanya om Jamil. “Eeeemmm….Minta tolong apa om?? Kalau aku bisa pasti aku bantu om” jawabku. “Om minta kamu menginap dirumah om karena om mau keluar kota selama beberapa hari, kamu temenin Tante Luna dan Keiko dan Naila ya Alex, bisa gak??” taya om Jamil.

    “Eeeemmm….Bisa deeh om, aku kerumah om kapan, nanti apa sekarang om??” tanyaku. “Sekarang aja Alex, karena om sebentar lagi mau berangkat dan om juga sudah ngomong sama tantemu kok, kalau kamu yang akan menemaninya” jawab om Jamil.

    “Okkee…Deeeh om, aku mandi dulu, nanti aku terus kerumah om” jawabku. “Makasih ya Alex, kamu memang keponakanku yang paling baik, nanti jika om sudah berangkat kamu tinggal masuk aja ya Alex” ucap om Jamil. “Iyha om” jawabku singkat.

    Setelah menutup telpon dengan mata yang masih berat, aku pun bergegas menuju kamar mandi untuk mandi. Didalam kamar mandi aku sempat membayangkan yang tidak-tidak, aku membayangkan tubuh bahenol tante Luna,

    kubayangkan pantatnya yang semok aku remas-remas, kujilati memek tante Luna sampai tante Luna ngecrot, penisku dikulum tante Luna, membuat penisku menegang dan Aaarrgghhh akhirnya aku membasahi tubuhku dengan air, hingga bayanganku tentang tante Luna hilang dengan seketika.

    Tak lama aku selesai mandi, dan aku pun bergegas ganti baju dan langsung menuju rumah om Jamil. Sekitar setengah jam perjalanan, akhirnya aku sampai dirumah om Jamil. Dan ternyata om Jamil sudah berangkat lalu aku disambut oleh tante Luna.

    Pemandangan indah seketika pun aku dapatkan, baju ketat dan super seksi menghiasi tubuh tante Luna sehingga bentuk lekuk-lekuk tubuh tante Luna menjadi terlihat, dan bahkan garis-garis CD tante Luna kelihatan karena roknya yang sangat ketat. Sejenak aku menelan ludah sebelum akhirnya tante Luna membuyarkan pemandanganku itu.

    “Alex tante minta tolong kamu antar Keiko dan Naila kesekolah yaaa” pinta tante Luna. “Okkee deeh tante” jawabku singkat. Lalu aku mengajak kedua anak tante Luna yang masih kecil kemobil, dan aku pun mengantarkannya kesekolah. Diperjalanan aku mengantar Keiko dan Naila, kembali aku teringat kemolekan tubuh tante yang tadi aku lihat.

    Aku tak kuasa menahan nafsuku hingga dalam perjalanan batang Penisku menengang sehingga kelihatan dari luar celanaku karena penisku yang lumayan besar. Untungnya aku mengantarkan anaknya tante Luna, jika yang kuantarkan adalah tante Luna bisa-bisa aku langsung menubruknya “pikiran kotor itu yang terus mengganguku selama dalam perjalanan”.


    Selesai sudah tugasku mengantar untuk hari ini. Kupacu mobil ke rumah tante Luna. Setelah parkir mobil aku langsung menuju meja makan, lalu mengambil porsi tukang dan melahapnya. Tante Luna masih mandi, terdengar suara guyuran air agak keras. Lalu hening agak lama, setelah lebih kurang lima menit tidak terdengar gemericik air aku mulai curiga dan aku hentikan makanku. Setelah menaruh piring di dapur.

    Aku menuju ke pintu kamar mandi, sasaranku adalah lubang kunci yang memang sudah tidak ada kuncinya. Aku matikan lampu ruang tempatku berdiri, lalu aku mulai mendekatkan mataku ke lubang kunci. Di depanku terpampang pemandangan alam yang indah sekali, tubuh mulus dan putih tante Luna tanpa ada sehelai benang yang menutupi terlihat agak mengkilat akibat efek cahaya yang mengenai air di kulitnya.

    Ternyata tante Luna sedang masturbasi, tangan kanannya dengan lembut digosok-gosokkan ke vaginanya. Sedangkan tangan kiri mengelus-elus payudaranya bergantian kiri dan kanan. Terdengar suara desahan lirih, “hmhmhmhmmmm, ohh, arhh”.

    Kulihat tanteku melentingkan tubuhnya ke belakang, sambil tangan kanannya semakin kencang ditancapkan ke vagina. Rupanya tante Luna ini sudah mencapai orgasmenya. Lalu dia berbalik dan mengguyurkan air ke tubuhnya.

    Aku langsung pergi ke ruang keluarga dan menyalakan televisi. Aku tepis pikiran-pikiran porno di otakku, tapi tidak bisa. Tubuh molek tante Luna, membuatku tergila-gila. Aku jadi membayangkan tante Luna berhubungan badan denganku. “Lho Alex, kamu lagi apa tuh kok tanganmu dimasukkan celana gitu. Hayo kamu lagi ngebayangin siapa? Nanti aku bilang ke ibu kamu lho.” Tiba-tiba suara tante Luna mengagetkan aku.

    “Kamu ini pagi-pagi sudah begitu. Mbok ya nanti malam saja, kan enak ada lawannya.” Celetuk tante Luna sambil masuk kamar. Aku agak kaget juga dia ngomong seperti itu. Tapi aku menganggap itu cuma sekedar guyonan.

    Setelah tante Luna berangkat kerja, aku sendirian di rumahnya yang sepi ini. Karena masih ngantuk aku ganti celanaku dengan sarung lalu masuk kamar tante dan langsung tidur. “hmhmhmhmmmm.. geli ah” Aku terbangun dan terkejut, karena tante Luna sudah berbaring disebelahku sambil tangannya memegang Penis dari luar sarung.


    “Waduh, maafin tante ya. Tante bikin kamu terbangun.” Kata tante sambil dengan pelan melepaskan pegangannya yang telah membuat Penis menegang 90{5fb8d7eeade67c5327ed3611c537eb6fc54abda1f56891521df3f05d3fd24a22}. “Tante minta ijin ke atasan untuk tidak masuk hari ini dan besok”, dengan alasan sakit.

    Setelah ambil obat dari apotik, tante pulang. Begitu alasan tante ketika aku tanya kenapa dia tidak masuk kerja. “Waktu tante masuk kamar, tante lihat kamu lagi tidur di kasur tante, dan sarung kamu tersingkap sehingga CD kamu terlihat.

    Tante jadi terangsang dan pingin pegang punya kamu. Hmm, gedhe juga ya Penis mu” Tante terus saja nyerocos untuk menjelaskan kelakuannya. “Sudahlah tante, gak pa pa kok. Lagian Alex tahu kok kalau tante tadi pagi masturbasi di kamar mandi” celetukku sekenanya.

    “Lho, jadi kamu..” Tante kaget dengan mimik setengah marah. “Iya, tadi Alex ngintip tante mandi. Maaf ya. Tante gak marah kan?” agak takut juga aku kalau dia marah. Tante diam saja dan suasana jadi hening selama lebih kurang sepuluh menit.


    Sepertinya ada gejolak di hati tante. Lalu tante bangkit dan membuka lemari pakaian, dengan tiba-tiba dia melepas blaser dan mengurai rambutnya. Diikuti dengan lepasnya baju tipis putih, sehingga sekarang terpampang tubuh tante yang toples sedang membelakangiku. Aku tetap terpaku di tempat tidur, sambil memegang tonjolan Penis di sarungku. Bra warna hitam juga terlepas, lalu tante berbalik menghadap aku.

    Aku jadi salah tingkah. “Aku tahu kamu sudah lama pingin menyentuh ini..” dengan lembut tante berkata sambil memegang kedua bukit kembarnya. “Emm.., nggak kok tante. Maafin Alex ya.” aku semakin salah tingkah.


  • Kisah Memek Tante may pemuas napsu

    Kisah Memek Tante may pemuas napsu


    2778 views

    Duniabola99.com – Setelah tamat dari SMU, aku mencoba merantau ke Jakarta. Aku berasal dari keluarga yang tergolong miskin. Di kampung orang tuaku bekerja sebagai buruh tani. Aku anak pertama dan memiliki dua orang adik perempuan, yang nota bene masih bersekolah. Judi Bola Sbobet
    Aku ke Jakarta hanya berbekal ijazah SMU. Dalam perjalanan ke Jakarta, aku selalu terbayang akan suatu kegagalan. Apa jadinya aku yang anak desa ini hanya berbekal Ijazah SMU mau mengadu nasib di kota buas seperti Jakarta. Selain berbekal Ijazah yang nyaris tiada artinya itu, aku memiliki keterampilan hanya sebagai supir angkot. Aku bisa menyetir mobil, karena aku di kampung, setelah pulang sekolah selalu diajak paman untuk narik angkot. Aku menjadi keneknya, paman supirnya. Tiga tahun pengalaman menjadi awak angkot, cukup membekal aku dengan keterampilan setir mobil. Paman yang melatih aku menjadi supir yang handal, baik dan benar dalam menjalankan kendaraan di jalan raya. Aku selalu memegang teguh pesan paman, bahwa : mengendarai mobil di jalan harus dengan sopan santun dan berusaha sabar dan mengalah. Pesan ini tetap kupegang teguh.

    Di Jakarta aku numpang di rumah sepupu, yang kebetulan juga bekerja sebagai buruh pabrik di kawasan Pulo Gadung. Kami menempati rumah petak sangat kecil dan sangat amat sederhana. Lebih sederhana dari rumah type RSS ( Rumah Susah Selonjor). Selain niatku untuk bekerja, aku juga berniat untuk melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi. Dua bulan lamanya aku menganggur di Jakrta. Lamar sana sini, jawabnya selalu klise, ” tidak ada lowongan “.

    Pada suatu malam, yakni malam minggu, ketika aku sedang melamun, terdengar orang mengucap salam dari luar. Ku bukakan pintu, ternya pak RT yang datang. Pak RT minta agar aku sudi menjadi supir pribadi dari sebuah keluarga kaya. Keluarga itu adalah pemilik perusahaan dimana pak RT bekerja sebagai salah seorang staff di cabang perusahaan itu. Sepontan aku menyetujuinya. Esoknya kami berangkat kekawasan elite di Jakarta. Ketika memasuki halaman rumah yang besar seperti istana itu, hatiku berdebar tak karuan. Setelah kami dipersilahkan duduk oleh seorang pembantu muda di ruang tamu yang megah itu, tak lama kemudian muncul seorang wanita yang tampaknya muda. Kami memberi hormat pada wanita itu. Wanita itu tersenyum ramah sekali dan mempersilahkan kami duduk, karena ketika dia datang, sepontan aku dan pak RT berdiri memberi salam ” selamat pagi”. Pak RT dipersilahkan kembali ke kantor oleh wanita itu, dan diruangan yang megah itu hanya ada aku dan dia si wanita itu.


    ” Benar kamu mau jadi supir pribadiku ? ” tanyanya ramah seraya melontarkan senyum manisnya. ” Iya Nyonya, saya siap menjadi supir nyonya ” Jawabku. ” jangan panggil Nyonya, panggil saja saya ini Ibu, Ibu Maya ” Sergahnya halus. Aku mengangguk setuju. ” Kamu masih kuliah ?” ” Tidak nyonya eh…Bu ?!” jawabku. ” Saya baru tamat SMU, tapi saya berpengalaman menjadi supir sudah tiga ahun” sambungku.

    Wanita itu menatapku dalam-dalam. Ditatapnya pula mataku hingga aku jadi slah tingkah. Diperhatikannya aku dari atas samapi kebawah. ” kamu masih muda sekali, ganteng, nampaknya sopan, kenapa mau jadi supir ?” tanyanya. ” Saya butuh uang untuk kuliah Bu ” jawabku. ” Baik, saya setuju, kamu jadi supir saya, tapi haru ready setiap saat. gimana, okey ? ” ” Saya siap Bu.” Jawabku. ” Kamu setiap pagi harus sudah ready di rumah ini pukul enam, lalu antar saya ke tempat saya Fitness, setelah itu antar saya ke salon, belanja, atau kemana saya suka. Kemudian setelah sore, kamu boleh pulang, gimana siap ? ” ” Saya siap Bu” Jawabku. ” Oh..ya, siapa namamu ? ” Tanyanya sambil mengulurkan tangannya. Sepontan aku menyambut dan memegang telapak tangannya, kami bersalaman. ” Saya Leman Bu, panggil saja saya Leman ” Jawabku. ” Nama yang bagus ya ? tau artinya Leman ? ” Tanyanya seperti bercanda. ” Tidak Bu ” Jawabku. ” Leman itu artinya Lelaki Idaman ” jawabnya sambil tersenyum dan menatap mataku. Aku tersenyum sambil tersipu. lama dia menatapku. Tak terpikir olehku jika aku bakal mendapat majikan seramah dan se santai Ibu Maya. Aku mencoba juga untuk bergurau, kuberanita diri untuk bertanya pada beliau. ” Maaf, Bu. jika nama Ibu itu Maya, apa artinya Bu ? ” ” O..ooo, itu, Maya artinya bayangan, bisa juga berarti khayalan, bisa juga sesuatu yang tak tampak, tapi ternyata ada.Seperti halnya cita-citamu yang kamu anggap mustahil ternyata suatu saat bisa kamu raih, nah,,,khayalan kamu itu berupa sesuiatu yang bersifat maya, ngerti khan ? ” Jawabnya serius. Aku hanya meng-angguk-angguk saja sok tahu, sok mengerti, sok seperti orang pintar.

    Jika kuperhatikan, body Ibu Maya seksi sekali, tubuhnya tidak trlampau tinggi, tapi padat berisi, langsing, pinggulnya seperti gitar sepanyol. Ynag lebih, gila, pantatnya bahenol dan buah dadanya wah…wah…wah…puyeng aku melihatnya.


    Dirumah yang sebesar itu, hanya tinggal Ibu Maya, Suaminya, dan dua putrinya, yakni Mira sebagai anak kedua, dan Yanti si bungsu yang masih duduk di kelas III SMP, putriny yang pertama sekolah mode di Perancis. Pembantunya hanya satu, yakni Bi Irah, tapi seksinya juga luar biasa, janda pula !

    Ibu Maya memberi gaji bulanan sangat besar sekali, dan jika difikir-fikir, mustahil sekali. Setelah satu tahu aku bekerja, sudah dua kali dia menaikkan agjiku, Katanya dia puas atas disiplin kerjaku. Gaji pertama saja, lebih dari cukup untuk membayar uang kuliahku. Aku mengambil kuliah di petang hari hingga malam hari disebuah Universitas Swasta. Untuk satu bulan gaji saja, aku bisa untuk membayar biaya kuliah empat semster, edan tenan….sekaligus enak…tenan….!!! dasar rezeki, tak akan kemana larinya.

    Masuk tahun kedua aku bekerja, keakraban dengan Ibu Maya semakin terasa. Setelah pulang Fitness, dia minta jalan-jalan dulu. Yang konyol, dia selalu duduk di depan, disebelahku, hingga terkadang aku jadi kagok menyetir, eh…lama lama biasa.

    Disuatu hari sepulang dari tempat Fitnes, Ibu Maya minta diatar keluar kota. Seperti biasa dia pindah duduk ke depan. Dia tak risih duduk disebelah supir pribadinya. Ketika tengah berjalan kendaraan kami di jalan tol jagorawi, tiba-tiba Ibu maya menyusuh nemepi sebentar. Aku menepi, dan mesin mobil BMW itu kumatikan. Jantungku berdebar, jangan-jangan ada kesalahan yang aku perbuat.

    ” Man,?, kamu sudah punya pacar ? ” Tanyanya. ” Belum Bu ” Jawabku singkat. ” Sama sekali belum pernah pacaran ?” ” Belum BU, eh…kalau pacar cinta monyet sih pernah Bu, dulu di kampung sewaktu SMP” ” Berapa kali kamu pacaran Man ? sering atau cuma iseng ?” tanyanya lagi. Aku terdiam sejenak, kubuang jauh-jauh pandanganku kedepan. Tanganku masih memegang setir mobil. Kutarik nafas dalam-dalam. ” Saya belum pernah pacaran serius Bu, cuma sebatas cintanya anak yang sedang pancaroba” Jawabku menyusul. ” Bagus…bagus…kalau begitu, kamu anak yang baik dan jujur ” ujarnya puas sambil menepuk nepuk bahuku. Aku sempat bingung, kenapa Bu Maya pertanyaannya rada aneh ? terlalu pribadi lagi ? apakah aku mau dijodohkan dengan salah seorang putrinya ? ach….enggak mungkin rasanya, mustahil, mana mungkin dia mau punya menantu anak kampung seprti aku ini ?!


    Setelah itu kami melanjutkan perjalanan kepuncak, bahkan sampai jalan-jalan sekedar putar-putar saja di kota Sukabumi. Aku heran bin heran, Bu Maya kok jalan-jalan hanya putar-putar kota saja di Sukabumi, dan yang lebih heran lagi, Bu Maya hanya memakai pakaian Fitness berupa celana training dan kaos olah raga. Setelah sempat makan di rumah makan kecil di puncak, hari sudah mulai gelap dan kami kembali meneruskan perjalanan ke Jakarta. Ditengah perjalanan di jalan yang gelap gulita, Bu Maya minta untu berbelok ke suatu tempat. Aku menurut saja apa perintahnya. Aku tak kenal daerah itu, yang kutahu hanya berupa perkebunan luas dan sepi serta gelap gulita. Ditengah kebun itu bu Maya minta kaku berhenti dan mematikan mesin mobil. Aku masih tak mengerti akan tingkah Bu Maya. Tiba-tiba saja tangan Bu Maya menarik lengaku. ” Coba rebahkan kepalamu di pangkuanku Man ?” Pintanya, aku menurut saja, karena masih belum mengerti. Astaga….setelah aku merebahkan kepalaku di pangkuan Bu Maya dengan keadaan kepala menghadap keatas, kaki menjulur keluar pintu, Bu Maya menarik kaosnya ketas. Wow…samar-samar kulihat buah dadanya yang besar dan montok. Buah dada itu didekatkan ke wajahku. Lalu dia berkata ” Cium Man Cium…isaplah, mainkan sayang …?” Pintanya. Baru aku mengerti, Bu Maya mengajak aku ketempat ini sekedar melampiaskan nafsunya. Sebagai laki-laki normal, karuan saja aku bereaksi, kejantananku hidup dan bergairah. Siapa nolak diajak kencan dengan wanita cantik dna seksi seperti Bu Maya.

    Kupegangi tetek Bu Maya yang montok itu, kujilati putingnya dan kuisap-isap. Tampak nafas Bu Maya ter engah-engah tak karuan, menandakan nafsu biarahinya sedang naik. Aku masih mengisap dan menjilati teteknya. Lalu bu Maya minta agar aku bangun sebentar. Dia melorotkan celana trainingnya hingga kebawah kaki. Bagian bawah tubuh Bu Maya tampak bugil. Samar-samar oleh sinar bulan di kegelapan itu. ” Jilat Man jilatlah, aku nafsu sekali, jilat sayang ” Pinta Bu Maya agar aku menjilati memeknya. Oh….memek itu besar sekali, menjendol seperti kura-kura. tampaknya dia sedang birahi sekali, seperti puting teteknya yang ereksi. Aku menurut saja, seperti sudah terhipnotis. Memek Bu Maya wangi sekali, mungkin sewaktu di restauran tadi dia membersihkan kelaminnya dan memberi wewangian. Sebab dia sempat ke toilet untuk waktu yang lumayang lama. Mungkin disana dia membersihkan diri. Dia tadi ke tolilet membawa serta tas pribadinya. Dan disana pula dia mengadakan persiapan untuk menggempur aku. Kujilati liang kemaluan itu, tapi Bu Maya tak puas. Disuruhnya aku keluar mobil dan disusul olehnya. Bu Maya membuka bagasi mobil dan mengambil kain semacam karpet kecil lalu dibentangkan diatas rerumputan. Dia merebahkan tubuhnya diatas kain itu dan merentangnya kakinya. ” Ayo Man, lakukan, hanya ada kita berdua disini, jangan sia-siakan kesempatan ini Man, aku sayang kamu Man ” katanya setengah berbisik, Aku tak menjawab, aku hanya melakukan perintahnya, dan sedikit bicara banyak kerja. Ku buka semua pakaianku, lalu ku tindih tubuh Bu Maya. Dipeluknya aku, dirogohnya alat kelaminku dan dimasukkan kedalam memeknya. Kami bersetubuh ditengah kebun gelap itu dalam suasana malam yang remang-remang oleh sinar gemintang di langit. Aku menggenjot memek Bu Maya sekuat mungkin. ” jangan keluar dulua ya ? saya belum puas ” Pintanya mesra. Aku diam saja, aku masih melakukan adegan mengocok dengan gerakan penis keluar masuk lubang memek Bu Maya. Nikmat sekali memek ini, pikirku. Bu Maya pindah posisi , dia diatas, dan bukan main permainannya, goyangnyanya.

    ” Remas tetekku Man, remaslah….yang kencang ya ?” Pintanya. Aku meremasnya. ” Cium bibirku Man..cium ? Aku mencium bibir indah itu dan kuisap lidahnya dalam-dalam, nikmat sekali, sesekali dia mengerang kenikmatan. ” Sekarang isap tetekku, teruskan…terus…..Oh….Ohhhh…..Man…Leman…Ohhh…aku keluar Man….aku kalah” Dia mencubiti pinggulku, sesekali tawanya genit. ” kamu curang….aku kalah” ujarnya. ” Sekarang gilirang kamu Man….keluarkan sebanyak mungkin ya? ” pintanya. ” Saya sudah keluar dari tadi Bu, tapi saya tetap bertahan, takut Ibu marah nanti ” Jawabku. ” Oh Ya?…gila..kuat amat kamu ?!” balas Bu Maya sambul mencubit pipiku.


    ” Kenapa Ibu suka main di tempat begini gelap ?” ” Aku suka alam terbuka, di alam terbuka aku bergairah sekali. Kita akan lebih sering mencari tempat seperti alam terbuka. Minggu depan kita naik kapal pesiarku, kita main diatas kapal pesiar di tengah ombak bergulung. Atau kita main di pinggir sungai yang sepi, ah… terserah kemana kamu mau ya Man ?”

    Selesai main, setelah kami membersihkan alat vital hanya dengan kertas tisue dan air yang kami ambil dari jiregen di bagasi mobil, kami istirahat. Bu Maya yang sekarang tidur di pangkuanku. Kami ngobrol panjang lebar, ngalor ngidul. Setelah sekian lama istirahat, kontolku berdiri lagi, dan dirasakan oleh kepala Bu maya yang menyentuh batang kejantananku. Tak banyak komentar celanaku dibukanya, dan aku dalam sekejap sudah bugil. Disuruhnya aku tidur dengan kaki merentang, lalu Bu Maya membuka celana trainingnya yang tanpa celana dalam itu. Bu Maya mengocok-ngocok penisku, diurutnya seperti gerakan tukang pjit mengurut tubuh pasiennya. Gerakan tangan Bu Maya mengurut naik-turun. Karuan saja penisku semakin membesar dan membesar. Diisapnya penisku yang sudah ereksi besar sekali, dimainkannya lidah Bu Maya di ujung penisku. Setelah itu, Bu Maya menempelkan buah dadanya yang besar itu di penisku. Dijepitkannya penisku kedalam tetek besar itu, lalu di goyang-goyang seperti gerakan mengocok. ” Giaman Man ? enah anggak ? ” ” Enak Bu, awas lho nanti muncrat Bu” jawabku.. ” Enggak apa, ayo keluarkan, nanti kujilati pejuhmu, aku mau kok ?!” . Bu Maya masih giat bekerja giat, dia berusaha untuk memuaskan aku. Tak lama kemudian, Bu Maya naik keposisi atas dan seperti menduduki penisku, tapi lobang memeknya dimasuki penisku. Digoyang terus…hingga aku merasakan nikat yang luar biasa. Tiba -tiba Bu Maya terdiam, berhenti bekerja, lalu berjata :” Rasakan ya Man ? pasti kamu bakal ketagihan ” Aku membisu saja. dan ternya Ohh….memek Bu Maya bisa melakukan gerakan empot-empot, menyedot-nyedot dan meng-urut-urut batang kontolku dari bagian kepala hingga ke bagian batang bawah, Oh….nikmat sekali, ini yang namanya empot ayam, luar biasa kepiawaian Bu Maya dalam bidang oleh seksual. ” Enak syang ?” tanyanya. Belum sempat aku menjawab, yah….aku keluar, air maniku berhamburan tumpah ditenga liang kemaluan Bu Maya.

    ” Itu yang namanya empot-empot Man, itulah gunanya senam sex, berarti aku sukses l;atihan senam sex selama ini ” Katanya bangga. ” Sekarang kamu puasin aku ya ? ” Kata Bu Maya seraya mengambil posisi . Ku tancapkan lagi kontolku yang masih ereksi kedalam memek bu Maya, Ku genjot terus. ” Yang dalam man…yang dalam ya..teruskan sayang…? oh….enak sekali penismu…..oh….terus sayang ?!” Pinta Bu Maya. Aku masih memuaskan Bu Maya, aku tak mau kalah, kujilati pula lubang memeknya, duburnya dan seluruh tubuhnya. Ternyata Bu Maya orgasme setelah aku menjlati seluruh tubuhnya. ” kamu pintar sekali Man ? belajar dimana ? ” ” Tidak bu, refleks saja” Jawabku.


    Sebelum kami meninggalkan tempat itu, Bu Maya masih sempat minta satu adegan lagi. Tapi kali ini hanya sedikit melorotkan celana trainingnya saja. demikian pula aku, hanya membuka bagian penis saja. Bu Maya minta aku melakukanya di dalam mobil, tapi ruangannya sempit sekali. Dengan susah payang kami melakukannya dan akhirnya toh juga mengambil posisinya berdiri dengan tubuh Bu Maya disandarkan di mobil sambil meng-angkat sedikit kaki kanannya.

    Sejak saat malam pertama kami itu, aku dan Bu Maya sering bepergian keluar kota, ke pulau seribu, ke pinggir pantai, ke semak-semak di sebuah desa terpencil, yah pokoknya dia cari tempat-tempat yang aneh-aneh. Tak kusadari kalau aku sebenarnya menjadi gigolonya Bu Maya. Dan beliaupun semakin sayang padaku, uang mengalir terus ke kocekku, tanpa pernah aku meminta bayaran. Dia menyanggupi untuk membiayai kuliah hingga tamat, asal aku tetap selalu besama Bu Maya yang cantik itu.




  • Kisah Memek Tante Minta ML

    Kisah Memek Tante Minta ML


    3157 views

    Duniabola99.com – Kisah ini bermula ketika aku sedang bersantai di apartemenku tiba-tiba tanteku yang seksi dan binal datang, penasaran kah? mari kita simak..

    menghadirkan cerita sex dari seorang karyawan yang bernama Andra yang ketika itu sedang menonton Film porno di pergoki oleh tetangga apartemen-nya yang benrnama Tante Wilda, dari hal itu tidak disangka Andra bisa menikmati tubuh sintal dan mulus Tante Wilda. Ingin tahu kelanjutan ceritanya, Langsung aja yuk baca dan simak baik baik cerita dewasa ini.


    Panggil saja namaku Andra, aku adalah seorang pria lajang berumur 24 tahun yang berkerja di salah satu perusahaan asing di daerah Bandung, Jakarta. Sebagai Pria lajang, dulunya aku tinggal bersama orang tuaku di perumahan komplek militer. Namun karena aku adalah seorang Pria yang sudah dewasa, maka aku-pun memutuskan untuk mandiri.

    Sungguh memang sudah rejekiku, ketika aku memang bermaksud untuk tinggal sendiri kebetulan saudaraku menawarkan aku untuk menghuni apartemen miliknya, karena dia akan dibawa untuk tinggal bersama suaminya ke Malang, jawa timur. Pada hari pertama aku akan tinggal di apartemen saudaraku itu, maka aku harus lapor kepada Pengurus Apartemen.

    Setelah melapor aku dimintai untuk ikut menjaga adik perempuan ketua pengurus apartemen yang kebetulan adiknya tinggal di sebelah kamar apartemen saudaraku, adik perempuan ketua pengurus apartemen itu ternyta bernama Tante Wilda. Singkat cerita Hari kedua aku-pun sebagai penghuni baru mulai mencoba berkenalan dengan Tante Wilda.

    Dan ternyata setelah berkenalan ternyata beliau tidak terlalu tua, dan jika aku perkirakarakan usianya sekitar 34 tahunan. Tante Wilda ini tipe wanita yang ramah dan baik sekali. Namun dalam perkenalan dan obrolan kami saat itu aku agak sedikit heran, karena pada usianya yang sudah terhitung matang sekali Tante Wilda belum juga menikah. Daftar , Main , Tarik Dana Ke Rekening Anda !!

    Yah mungkin saja Tante Wilda punya masih focus dengan karirnya kali yah, karena aku melihat pada usianya yang segitu dia sudah mapan sekali kehiduoanya, buktinya Tante Wilda sudah mempunyai apartemen dan 2 mobil All New CRV dan All new civic. Tante Wilda ini mempunyai 2 pembantu, yang satu supir dan yang satu asisten rumah tangga di apartemennya.


    Sampai pada suatu hari Tante Wilda menitipkan kunci Apartemen-nya karena pada saat itu pembantu dan supir-nya sedang cuti karena pada saat itu hari raya idul fitri. Sehingga beliau tingal di rumah kakaknya di lantai 12. Oh iya gambaran Tante Wilda sebagai berikut, dia mempunyai tinggi badan sekitar 167 cm, mempunyai pinggul yang besar, pantat yang bulat, pinggang yang ramping, perut singset dan ukuran Bra sekitar 35B.

    Hal itu bisa dimiliki oLeh Tante Wilda karena Tante Wilda rajin senam aerobic, fitness, dan renang yang diikutinya secara rutin. Dengan wajah cantik dan warna kulit yang putih bersih, wajarlah jika Tante Wilda menjadi impian banyak lelaki baik-baik maupun lelaki hidung belang.
    Hingga pada suatu sore, saat saya pulang kerja saya mendengar ada ketukan pintu di apartemenku , kemudian saya intip dari lubang pintu ternyata Tante Wilda,

    “ Iya sebentar, oh ada tante ada yang bisa saya bantu tante ???, ” ucapku sambil membuka pintu.

    “ Ngga Ndraa ada surat atau tagihan kartu kreditku ngga dari Front Office depan?, ” jawab Tante Wilda.

    “ Sepertinya ngga ada tante, ” jawabku

    “ Eh aku numpang ke kamar mandimu ya, ” sambil meringis, mungkin dia udah kebelet pips he he he.
    “ Silahkan tan tapi kamar mandinya ngga sebersih punya tante lho maklum bujangan, ” ucapku sambil tertawa.

    “ Ngga apa apa, ” jawabnya.

    Baru aku sadar bahwa Tante Wilda memakai baju training tipis mungkin baru lari atau fitness di lantai 2,

    “ Abis lari ya tan, ” tanyaku.

    “ Iya tapi nyari kamar mandi susah mana liftnya lama lagi, ” ujar Tante Wilda sambil ngeloyor ke kamar mandiku.

    Sambil jalan ke dapur aku berfikir kok kayaknya ada yang salah ya dengan membiarkan si tante ke kamar mandi tapi apa ya ?. Ya ampun tadi khan aku lagi nonton film porno di laptop memang kebetulan mau onani sih maklum belum ada pasangan/pacar. Wah mati gue ketahuan dah sama Tante Wilda. Ah bodo amat bodo amat kaya dia ngga pernah muda aja.


    Begitu keluar dari kamar mandi si tante senyum-senyum, wah malu deh aku,

    “ Hayo kamu tadi lagi ngapain Ndraa? tanya si tante.

    “ Ngga ngapa-ngapain kok Tan, ” jawabku sambil menunduk kebawah.

    Dan tanpa saya sadari tiba-tiba dia mencekal tangan saya,

    “ Ndraa, ” ujarnya tiba-tiba dan terlihat agak sedikit ragu-ragu.

    “ Ya Tante ?, ” Jawab saya. Daftar , Main , Tarik Dana Ke Rekening Anda !!

    “ Eee… nggak jadi deh, ” Jawabnya ragu-ragu.

    “ Ada yang bisa saya bantu, Tante ?, ” Tanya saya agak bingung karena melihat keragu-raguannya.

    “ Eee… nggak kok. Tante cuma mau nanya, ” jawabnya dengan ragu-ragu lagi.

    “ Kamu sering ya nonton film itu di kamar mandi ?, ” tanya dia.

    “ Iya sih tan. Maklum tan belum punya pasangan ?, ” jawab ku terpaksa.

    “ Terus pake sabun ya ? he he he, ” ucap Tante Wilda sambil tertawa.

    “ Iya tan, udah ah aku tengsin nih malu ditanya terus, ” Tegasku sambil ngomel.

    “ Jangan marah dong , biasa lagi bujangan yang penting jangan main pelacur, jorok nanti kena penyakit, ” jawab Tante Wilda.

    “ Eee… mau , dibantuin Tante nggak ?, ” sambungnya.

    “ Maksud tante ?, ” Tanyaku.

    Wah ibarat ada lanjutan dari film ku tadi nih. Kayaknya si tante horni abis,

    “ Iya kamu nonton bareng tante khan biar ngga malu lagi, ” sambil melayang tangan Tante Wilda ke selangkangan ku.

    “ Sana ambil laptop mu, ” ucapnya.

    Asik banget dah pikirku tanpa tendeng aling-aling aku berlari kekamar madi dan membawa keluar laptop itu. Kemudian aku setel lebih dulu film yang tadi saya tonton dan belum habis. Beberapa menit kemudian Tante Wilda duduk disebelahku sambil membawa teh panas dengan wangi tubuh yang segar.


    Saya selidiki tiap sudut tubuhnya yang masih terbalut baju training dan kemudian beliau melepas atasannya sehingga terlihat tanktop tipis biru muda yang agak menerawang tersebut, sehingga dengan leluasa mata saya melihat puncak buah dadanya karena dia tidak memakai Bra. Tanpa kusadari, di antara degupan jantungku yang terasa mulai keras dan kencang.

    Saat itu kelaminku juga sudah mulai menegang. Dengan santai dia duduk tepat di sebelahku, dan ikut menonton Film Porno yang sedang berlangsung,

    “ Cakep-cakep juga yang main, ” akhirnya dia memberi komentarnya.

    “ Dari kapan Ndraa mulai nonton film beginian ?, ”tanyanya.

    “ Udah dari dulu Tante, ” ucapku.

    “ Mainnya juga bagus dan tidak kasar. Ndraa udah tahu rasanya belum ?, tanya dia lagi.

    “ Ya sempet sih tan waktu di rumah sakit sama suster, ” ucapku.

    “ Wah enak dong lagi sakit di servis suster, ” tanggapanya.

    “ Iya tapi udah lama tan udah lupa rasanya, tapi kata temen-temen sih enak. Emang kenapa Tante, mau ngajarin saya yah? Kalau iya boleh juga sih, ” ucapku.

    “ Ah Ndraa ini kok jadi nakal yah sekarang, ”, ujarnya sambil mencubit lenganku.

    “ Tapi bolehlah nanti Tante ajarin biar kamu tahu rasanya, ”, tambahnya dengan sambil melirik ke arahku dengan agak menantang. Daftar , Main , Tarik Dana Ke Rekening Anda !!

    Tidak lama berselang, tiba-tiba Tante Wilda menyenderkan kepalanya ke bahuku. Seketika itu pula aku langsung membara. Tapi aku hanya bisa pasrah saja oleh perlakuannya. Sebentar kemudian tangan Tante Wilda sudah mulai mengusap-ngusap daerah tubuhku sekitar dada dan perut.
    Rangsangan yang ditimbulkan dari usapannya cukup membuat aku canggung.

    Jujur, karena baru kali ini aku diperlakukan oleh seorang wanita yang usianya diatasku. Kelaminku sudah mulai semakin berdenyut-denyut siap bertempur. Kemudian Tante Wilda mulai menciumi leherku, lalu turun ke bawah sampai dadaku. Sampai di daerah dada, dia menjilat-jilat ujung dadaku, secara bergantian kanan dan kiri.

    Tangan kanan Tante Wilda juga sudah mulai masuk ke dalam celanaku, dan mulai mengusap-usap kelaminku. Karena dalam keadaan yang sudah sangat terangsang, aku mulai memberanikan diri untuk meraba celana yang dia pakai. Aku remas payudaranya dari luar tanktop, dan aku remas-remas, terkadang aku juga mengusap ujung-ujung tersebut dengan ujung jariku,

    “ Sssss… Oughh… ya situ, ” ucapnya setengah berbisik.

    Tiba-tiba dia memaksa lepas celana pendekku, dan diusapnya kelaminku. Akhirnya bibir kami saling berpagutan dengan penuh nafsu yang sangat membara. Dan dia mulai menjulur-julurkan lidahnya di dalam mulutku. Sambil berciuman tanganku mulai bergerilya melalui celana trainingnya yang aku pelorotkan ke bawah.


    Sesampai-nya pada permukaan celana dalamnya, yang rupanya sudah mulai menghangat dan agak lembab. Aku melepaskan celana dalam Tante Wilda. Satu persatu kami membuka baju, sehingga kami berdua menjadi telanjang bulat. Kutempelkan jariku di ujung atas permukaan Vagina-nya.
    Dia kelihatan agak kaget ketika merasakan jariku bermain di daerah seputar clitoris-nya. Lama kelamaan Aku masukkan satu jariku, lalu jari kedua,

    “ Aghhh… Ssssss… Oughhh… terus Ndraa, terus, ” ucap lirih Tante Wilda.

    Ketika jariku terasa mengenai akhir lubangnya, tubuhnya terlihat agak bergetar,

    “ Eughhh… Ndraa terus, Aghhh… Sssss… Aghhh… enak, sebentar lagi, Oughhh…, ” ujar Tante Wilda.

    Seketika itu pula dia memeluk tubuhku dengan sangat erat sambil menciumku dengan penuh nafsu. Aku merasakan bahwa tubuhnya agak bergetar (yang kemudian baru aku tahu bahwa dia sedang mengalami orgasme). Beberapa saat tubuhnya mengejang-ngejang menggelepar dengan hebatnya. Yang diakhiri dengan terkulainya tubuh Tante Wilda yang terlihat sangat lemas di sofa,

    “ Aku kapan Tante, kan aku belum dienakin sama Tante?, ” tanyaku.

    “ Nanti dulu yah sayang, sebentar, beri Tante waktu untuk istirahat sebentar aja, ” ucap Tante Wilda.

    Tapi karena sudah sangat terangsang, kuusap-usap bibir Vagina-nya sampai mengenai clitoris-nya, aku dekati payudaranya yang menantang itu sambil kujilati ujungnya, sesekali kuremas payudara yang satunya. Sehingga rupanya Tante Wilda juga tidak tahan menerima paksaan rangsangan-rangsangan yang kulakukan terhadapnya.

    Sehingga sesekali terdengar suara erangan dan desisan dari mulutnya yang Sexy. Aku usap-usapkan kelaminku yang sudah sangat amat tegang di bibir Vagina-nya sebelah atas. Sehingga kemudian dengan terpaksa dia membimbing batang kemaluanku menuju lubang Vagina-nya. Pelan-pelan saya dorong kelaminku agar masuk semua.

    Kepala Penis-ku mulai menyentuh bibir Vagina Tante Wilda,

    “ Sssss… Aghhhh…. ” rasanya benar-benar tidak bisa kubayangkan sebelumnya. Daftar , Main , Tarik Dana Ke Rekening Anda !!

    Lalu Tante Wilda mulai menyuruhku untuk memasukan kelaminku ke liang Vagina-nya lebih dalam dan pelan-pelan. So wow Man… baru masuk kepalanya saja aku sudah tidak tahan, lalu Tante Wilda mulai menarik pantatku ke bawah, supaya batang kelaminku yang perkasa ini bisa masuk lebih dalam.
    Bagian dalam Vagina-nya sudah terasa agak licin dan basah, tapi masih agak seret, mungkin karena sudah lama tidak dipergunakan. Namun Tante Wilda tetap memaksakannya masuk,

    “ Oughhhh… Ndraa, ” Desah Tante Wilda.

    Saat itu rasanya memang benar-benar luar biasa walaupun kelaminku agak sedikit terasa ngilu, tapi nikmatnya luar biasa. Lalu terdengar suara erangan Tante Wilda. Lalu Tante Wilda mulai menyuruhku untuk menggerakkan kemaluanku di dalam Vagina-nya, yang membuatku semakin gila. Dia sendiri pun mengerang-ngerang dan mendesah tak karuan.


    Beberapa menit kami begitu hingga suatu saat, seperti ada sesuatu yang membuat liang Vagina-nya bertambah licin, dan makin lama Tante Wilda terlihat seperti sedang menahan sesuatu yang membuat dia berteriak dan mengerang dengan sejadi-jadinya karena tidak kuasa menahannya. Lalu tiba-tiba kejantanan-ku terasa seperti disedot oleh liang senggama Tante Wilda.

    Tiba-tiba dinding-dinding Vagina-nya terasa seperti menjepit dengan kuat sekali, bisa-bisa kalau begini terus aku bisa ngecrott cepet nih,

    “ Sssss… Aghhhhhhhhhhhhhh… Tante keluar lagi nih, ” ucapnya dengan keras.

    Saat itu juga makin basahlah di dalam Vagina Tante Wilda, tubuhnya mengejang kuat seperti kesetrum, ia benar-benar menggelinjang hebat, membuat gerakannya semakin tak karuan. Dan akhirnya Tante Wilda terkulai lemas, tapi kelaminku masih tetap tertancap dengan mantap.
    Aku mencoba membuatnya terangsang kembali karena aku belum apa-apa.

    Tangan kananku meremas payudaranya yang sebelah kanan, sambil sesekali kupilin-pilin ujungnya dan kuusap-usap dengan ujung jari telunjukku. Sedang payudara kirinya kuhisap sambil menyapu ujungnya dengan lidahku.

    “ Sssss… Oughhh… Aghhhh…, ” desah Tante Wilda sudah mulai terdengar lagi.

    Aku memintanya untuk berganti posisi dengan doggy style. Aku mencoba untuk menusukkan kelaminku ke dalam liang Vagina-nya, pelan tapi pasti. Kepala Tante Wilda agak menengok ke belakang dan matanya melihat mataku dengan sayu, sambil dia gigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit yang timbul. Sedikit demi sedikit aku coba untuk menekannya lebih dalam.

    Kelaminku terlihat sudah tertelan semuanya di dalam Vagina Tante Wilda, lalu aku mulai menggerakkan kelaminku perlahan-lahan sambil menggenggam buah pantatnya yang bulat. Dengan gaya seperti ini, desahan dan erangannya lebih keras, tidak seperti gaya konvensional yang tadi.
    Aku terus menggerakkan pinggulku dengan tangan kananku yang kini meremas payudaranya, sedangkan tangan kiri kupergunakan untuk menarik rambutnya agar terlihat lebih merangsang dan Sexy,

    “ Sssss… Aghhh… Oughhh… terus Ndraa… terus… Aghhh… Oughhh…, ” Tante Wilda terus mengerang.

    Beberapa menit berlalu, kemudian Tante Wilda merasa akan orgasme lagi sambil mengerang dengan sangat keras sehingga tubuhnya mengejang-ngejang dengan sangat hebat, dan tangannya mengenggam bantalan sofa dengan sangat erat. Beberapa detik kemudian bagian depan tubuhnya jatuh terkulai lemas menempel pada sofa itu.


    Saat itu lututnya terus menyangga pantatnya agar tetap di atas, dan aku merasa kelaminku mulai berdenyut-denyut dan aku memberitahukan hal tersebut padanya, tapi dia tidak menjawab sepatah kata pun. Yang keluar dari mulutnya hanya desahan dan erangan kecil, sehingga aku tidak berhenti menggerakkan pinggulku terus. Daftar , Main , Tarik Dana Ke Rekening Anda !!

    Aku merasakan tubuhku agak mengejang seperti ada sesuatu yang tertahan, sepertinya semua tulang-tulangku akan lepas dari tubuhku, tanganku menggenggam buah pantat Tante Wilda dengan erat, yang kemudian diikuti oleh keluarnya cairan maniku di dalam liang Vagina Tante Wilda. Tubuhku terasa sangat lemas sekali.

    Setelah kami berdua merasa agak tenang, aku melepaskan kelaminku dari liang nikmat milik Tante Wilda. Dengan raca kecapaian yang luar biasa Tante Wilda membalikkan tubuhnya dan duduk di sampingku sambil menatap tajam mataku dengan mulut yang agak terbuka, sambil tangan kanannya menutupi permukaan Vagina-nya.

    “ Wah kok ngga ditarik sih Ndraa, nanti aku hamil lho ?, tanyanya dengan suara yang agak bergetar.

    “ Maaf tan aku lupa abis keenakan sih, ” jawabku

    “ Ya sudahlah… tapi lain kali kalau sudah kerasa kayak tadi itu langsung buru-buru dicabut dan dikeluarkan di luar ya ?, ” ujarnya menenangkan diriku yang terlihat takut.


    “ I… iiya Tante, ” jawabku sambil menunduk.

    “ Ya santai aja aku sebenarnya udah minum pil kok Ndraa, ” jawan Tante Wilda.

    Wah rupanya nih tante udah pengalaman dalam hal beginian, tapi ngga apa-apa dah gua belagak culun aja. Kemudian kami berpelukan di sofa, dan melakukan perbuatan itu sekali lagi tapi di kamar mandi. Doggie style terus bro, mantap. Itulah sepenggal cerita sex pada kehidupan nyataku yang telah aku curahkan. Tamat

  • Kisah Memek Tante Ninik Nyokap temen Gue

    Kisah Memek Tante Ninik Nyokap temen Gue


    3157 views

    Duniabola99.com – Halo agan agan,, lama gak posting nih, kini gue ada cerita Panas terbaru dari pengalaman gue sendiri dengan tante tante, bukan tante girang sih, tapi sensasinya emang bikin deg deg ser karena ngeseks dengan wanita setengah baya. Berikut cerita lengkapnya, baca dengan tenang dan santai ya Tante ninik Ibu temanku. DominoqqNgentot tante
    “Kriing..” jam di meja memaksa aku untuk memicingkan mata. “Wah gawat, telat nih” dengan tergesa-gesa aku bangun lalu lari ke kamar mandi. Pagi itu aku ada janji untuk menjaga rumah tanteku.

    Oh ya, tanteku ini orangnya cantik dengan wajah seperti artis sinetron, namanya Ninik. Tinggi badan 168, payudara 34, dan tubuh yang langsing. Sejak kembali dari Malang, aku sering main ke rumahnya. Hal ini aku lakukan atas permintaan tante Ninik, karena suaminya sering ditugaskan ke luar pulau.

    Oh ya, tante Ninik mempunyai dua anak perempuan Dini dan Fifi. Dini sudah kelas 2 SMA dengan tubuh yang langsing, payudara 36B, dan tinggi 165. Sedangkan Fifi mempunyai tubuh agak bongsor untuk gadis SMP kelas 3, tinggi 168 dan payudara 36. Setiap aku berada di rumah tante Fifi aku merasa seperti berada di sebuah harem. Tiga wanita cantik dan seksi yang suka memakai baju-baju transparan kalau di rumah.

    Kali ini aku akan ceritakan pengalamanku dengan tante Ninik di kamarnya ketika suaminya sedang tugas dinas luar pulau untuk 5 hari.

    Hari Senin pagi, aku memacu motorku ke rumah tante Ninik. Setelah perjalanan 15 menit, aku sampai di rumahnya. Langsung aku parkir motor di teras rumah. Sepertinya Dini dan Fifi masih belum berangkat sekolah, begitu juga tante Ninik belum berangkat kerja.

    “Met pagi semua” aku ucapkan sapaan seperti biasanya.
    “Pagi, Mas Firman. Lho kok masih kusut wajahnya, pasti baru bangun ya?” Fifi membalas sapaanku.
    “Iya nih kesiangan” aku jawab sekenanya sambil masuk ke ruang keluarga.
    “Fir, kamu antar Dini dan Fifi ke sekolah ya. Tante belum mandi nih. Kunci mobil ada di tempat biasanya tuh.” Dari dapur tante menyuruh aku.
    “OK Tante” jawabku singkat.
    “Ayo duo cewek paling manja sedunia.” celetukku sambil masuk ke mobil.
    Iya lho, Dini dan Fifi memang cewek yang manja, kalau pergi selalu minta diantar.
    “Daag Mas Firman, nanti pulangnya dijemput ya.” Lalu Dini menghilang dibalik pagar sekolahan.

    Selesai sudah tugasku mengantar untuk hari ini. Kupacu mobil ke rumah tante Ninik.
    Setelah parkir mobil aku langsung menuju meja makan, lalu mengambil porsi tukang dan melahapnya. Tante Ninik masih mandi, terdengar suara guyuran air agak keras. Lalu hening agak lama, setelah lebih kurang lima menit tidak terdengar gemericik air aku mulai curiga dan aku hentikan makanku. Setelah menaruh piring di dapur. Aku menuju ke pintu kamar mandi, sasaranku adalah lubang kunci yang memang sudah tidak ada kuncinya. Aku matikan lampu ruang tempatku berdiri, lalu aku mulai mendekatkan mataku ke lubang kunci. Di depanku terpampang pemandangan alam yang indah sekali, tubuh mulus dan putih tante Ninik tanpa ada sehelai benang yang menutupi terlihat agak mengkilat akibat efek cahaya yang mengenai air di kulitnya. Ternyata tante Ninik sedang masturbasi, tangan kanannya dengan lembut digosok-gosokkan ke vaginanya. Sedangkan tangan kiri mengelus-elus payudaranya bergantian kiri dan kanan.


    Terdengar suara desahan lirih, “Hmm, ohh, arhh”. Kulihat tanteku melentingkan tubuhnya ke belakang, sambil tangan kanannya semakin kencang ditancapkan ke vagina. Rupanya tante Ninik ini sudah mencapai orgasmenya. Lalu dia berbalik dan mengguyurkan air ke tubuhnya. Aku langsung pergi ke ruang keluarga dan menyalakan televisi. Aku tepis pikiran-pikiran porno di otakku, tapi tidak bisa. Tubuh molek tante Ninik, membuatku tergila-gila. Aku jadi membayangkan tante Ninik berhubungan badan denganku.

    “Lho Fir, kamu lagi apa tuh kok tanganmu dimasukkan celana gitu. Hayo kamu lagi ngebayangin siapa? Nanti aku bilang ke ibu kamu lho.” Tiba-tiba suara tante Ninik mengagetkan aku.
    “Kamu ini pagi-pagi sudah begitu. Mbok ya nanti malam saja, kan enak ada lawannya.” Celetuk tante Ninik sambil masuk kamar.
    Aku agak kaget juga dia ngomong seperti itu. Tapi aku menganggap itu cuma sekedar guyonan. Setelah tante Ninik berangkat kerja, aku sendirian di rumahnya yang sepi ini. Karena masih ngantuk aku ganti celanaku dengan sarung lalu masuk kamar tante dan langsung tidur.

    “Hmm.. geli ah” Aku terbangun dan terkejut, karena tante Ninik sudah berbaring disebelahku sambil tangannya memegang Mr. P dari luar sarung.
    “Waduh, maafin tante ya. Tante bikin kamu terbangun.” Kata tante sambil dengan pelan melepaskan pegangannya yang telah membuat Mr. P menegang 90%.
    “Tante minta ijin ke atasan untuk tidak masuk hari ini dan besok, dengan alasan sakit. Setelah ambil obat dari apotik, tante pulang.” Begitu alasan tante ketika aku tanya kenapa dia tidak masuk kerja.
    “Waktu tante masuk kamar, tante lihat kamu lagi tidur di kasur tante, dan sarung kamu tersingkap sehingga celana dalam kamu terlihat. Tante jadi terangsang dan pingin pegang punya kamu. Hmm, gedhe juga ya Mr. P mu” Tante terus saja nyerocos untuk menjelaskan kelakuannya.
    “Sudahlah tante, gak pa pa kok. Lagian Firman tahu kok kalau tante tadi pagi masturbasi di kamar mandi” celetukku sekenanya.
    “Lho, jadi kamu..” Tante kaget dengan mimik setengah marah.
    “Iya, tadi Firman ngintip tante mandi. Maaf ya. Tante gak marah kan?” agak takut juga aku kalau dia marah.


    Tante diam saja dan suasana jadi hening selama lebih kurang 10 menit. Sepertinya ada gejolak di hati tante. Lalu tante bangkit dan membuka lemari pakaian, dengan tiba-tiba dia melepas blaser dan mengurai rambutnya. Diikuti dengan lepasnya baju tipis putih, sehingga sekarang terpampang tubuh tante yang toples sedang membelakangiku. Aku tetap terpaku di tempat tidur, sambil memegang tonjolan Mr. P di sarungku. Bra warna hitam juga terlepas, lalu tante berbalik menghadap aku. Aku jadi salah tingkah.

    “Aku tahu kamu sudah lama pingin menyentuh ini..” dengan lembut tante berkata sambil memegang kedua bukit kembarnya.
    “Emm.., nggak kok tante. Maafin Firman ya.” aku semakin salah tingkah.
    “Lho kok jadi munafik gitu, sejak kapan?” tanya tanteku dengan mimik keheranan.
    “Maksud Firman, nggak salahkan kalau Firman pingin pegang ini..!” Sambil aku tarik bahu tante ke tempat tidur, sehingga tante terjatuh di atas tubuhku. Langsung aku kecup payudaranya bergantian kiri dan kanan.
    “Eh, nakal juga kamu ya.. ihh geli Fir.” tante Ninik merengek perlahan.
    “Hmm..shh” tante semakin keras mendesah ketika tanganku mulai meraba kakinya dari lutut menuju ke selangkangannya.

    Rok yang menjadi penghalang, dengan cepatnya aku buka dan sekarang tinggal CD yang menutupi gundukan lembab. Sekarang posisi kami berbalik, aku berada di atas tubuh tante Ninik. Tangan kiriku semakin berani meraba gundukan yang aku rasakan semakin lembab. Ciuman tetap kami lakukan dibarengi dengan rabaan di setiap cm bagian tubuh. Sampai akhirnya tangan tante masuk ke sela-sela celana dan berhenti di tonjolan yang keras.

    “Hmm, boleh juga nih. Sepertinya lebih besar dari punyanya om kamu deh.” tante mengagumi Mr. P yang belum pernah dilihatnya.
    “Ya sudah dibuka saja tante.” pintaku. Lalu tante melepas celanaku, dan ketika tinggal CD yang menempel, tante terbelalak dan tersenyum.
    “Wah, rupanya tante punya Mr. P lain yang lebih gedhe.” Gila tante Ninik ini, padahal Mr. P-ku belum besar maksimal karena terhalang CD.


    Aksi meremas dan menjilat terus kami lakukan sampai akhirnya tanpa aku sadari, ada hembusan nafas diselangkanganku. Dan aktifitas tante terhenti. Rupanya dia sudah berhasil melepas CD ku, dan sekarang sedang terperangah melihat Mr. P yang berdiri dengan bebas dan menunjukkan ukuran sebenarnya.
    “Tante.. ngapain berhenti?” aku beranikan diri bertanya ke tante, dan rupanya ini mengagetkannya.
    “Eh.. anu.. ini lho, punya kamu kok bisa segitu ya..?” agak tergagap juga tante merespon pertanyaanku.
    “Gak panjang banget, tapi gemuknya itu lho.. bikin tante merinding” sambil tersenyum dia ngoceh lagi. Tante masih terkesima dengan Mr. P-ku yang mempunyai panjang 14 cm dengan diameter 4 cm.

    “Emangnya punya om gak segini? ya sudah tante boleh ngelakuin apa aja sama Mr. P ku.” Aku ingin agar tante memulai ini secepatnya.
    “Hmm, iya deh.” Lalu tante mulai menjilat ujung Mr. P. Ada sensasi enak dan nikmat ketika lidah tante mulai beraksi naik turun dari ujung sampai pangkal Mr. P
    “Ahh.. enak tante, terusin hh.” aku mulai meracau.

    Lalu aku tarik kepala tante Ninik sampai sejajar dengan kepalaku, kami berciuman lagi dengan ganasnya. Lebih ganas dari ciuman yang pertama tadi. Tanganku beraksi lagi, kali ini berusaha untuk melepas CD tante Ninik. Akhirnya sambil menggigit-gigit kecil puting susunya, aku berhasil melepas penutup satu-satunya itu. Tiba-tiba, tante merubah posisi dengan duduk di atas dadaku. Sehingga terpampang jelas vaginanya yang tertutup rapat dengan rambut yang dipotong rapi berbentuk segitiga.

    “Ayo Fir, gantian kamu boleh melakukan apa saja terhadap ini.” Sambil tangan tante mengusap vaginanya.
    “OK tante” aku langsung mengiyakan dan mulai mengecup vagina tante yang bersih.
    “Shh.. ohh” tante mulai melenguh pelan ketika aku sentuh klitorisnya dengan ujung lidahku.
    “Hh.. mm.. enak Fir, terus Fir.. yaa.. shh” tante mulai berbicara tidak teratur.

    Semakin dalam lidahku menelusuri liang vagina tante. Semakain kacau pula omongan tante Ninik. “Ahh..Fir..shh..Firr aku mau keluar.” tante mengerang dengan keras.
    “Ahh..” erangan tante keras sekali, sambil tubuhnya dilentingkan ke kebelakang. Rupanya tante sudah mencapai puncak. Aku terus menghisap dengan kuat vaginanya, dan tante masih berkutat dengan perasaan enaknya.


    “Hmm..kamu pintar Fir. Gak rugi tante punya keponakan seperti kamu. Kamu bisa jadi pemuas tante nih, kalau om kamu lagi luar kota. Mau kan?” dengan manja tante memeluk tubuhku.
    “Ehh, gimana ya tante..” aku ngomgong sambil melirik ke Mr. P ku sendiri.
    “Oh iya, tante sampai lupa. Maaf ya” tante sadar kalau Mr. P ku masih berdiri tegak dan belum puas.

    Dipegangnya Mr. P ku sambil bibirnya mengecup dada dan perutku. Lalu dengan lembut tante mulai mengocok Mr. P. Setelah lebih kurang 15 menit tante berhenti mengocok.
    “Fir, kok kamu belum keluar juga. Wah selain besar ternyata kuat juga ya.” tante heran karena belum ada tanda-tanda mau keluar sesuatu dari Mr.Pku.

    Tante bergeser dan terlentang dengan kaki dijuntaikan ke lantai. Aku tanggap dengan bahasa tubuh tante Ninik, lalu turun dari tempat tidur. Aku jilati kedua sisi dalam pahanya yang putih mulus. Bergantian kiri-kanan, sampai akhirnya dipangkal paha. Dengan tiba-tiba aku benamkan kepalaku di vaginanya dan mulai menyedot. Tante menggelinjang tidak teratur, kepalanya bergerak ke kiri dan kanan menahan rasa nikmat yang aku berikan. Setelah vagina tante basah, tante melebarkan kedua pahanya. Aku berdiri sambil memegang kedua pahanya. Aku gesek-gesekkan ujung Mr. P ke vaginanya dari atas ke bawah dengan pelan. PErlakuanku ini membuat tante semakin bergerak dan meracau tidak karuan.

    “Tante siap ya, aku mau masukin Mr. P” aku memberi peringatan ke tante.
    “Cepetan Fir, ayo.. tante sudah gak tahan nih.” tante langsung memohon agar aku secepatnya memasukkan Mr. P. Dengan pelan aku dorong Mr. P ke arah dalam vagina tante Ninik, ujung kepalaku mulai dijepit bibir vaginanya. Lalu perlahan aku dorong lagi hingga separuh Mr. P sekarang sudah tertancap di vaginanya. Aku hentikan aktifitasku ini untuk menikmati moment yang sangat enak. Pembaca cobalah lakukan ini dan rasakan sensasinya. Pasti Anda dan pasangan akan merasakan sebuah kenikmatan yang baru.

    “Fir, kok rasanya nikmat banget.. kamu pintar ahh.. shh” tante berbicara sambil merasa keenakan.
    “Ahh.. shh mm, tante ini cara Firman agar tante juga merasa enak” Aku membalas omongan tante.
    Lalu dengan hentakan lembut aku mendorong semua sisa Mr. P ke dalam vagina tante.
    “Ahh..” kami berdua melenguh.


    Kubiarkan sebentar tanpa ada gerakan, tetapi tante rupanya sudah tidak tahan. Perlahan dan semakin kencang dia menggoyangkan pinggul dan pantatnya dengan gerakan memutar. Aku juga mengimbanginya dengan sodokan ke depan. Vagina tante Ninik ini masih kencang, pada saat aku menarik Mr. P bibir vaginanya ikut tertarik.
    “Plok.. plok.. plokk” suara benturan pahaku dengan paha tante Ninik semakin menambah rangsangan.
    Sepuluh menit lebih kami melakukan gaya tersebut, lalu tiba-tiba tante mengerang keras “Ahh.. Fir tante nyampai lagi”

    Pinggulnya dirapatkan ke pahaku, kali ini tubuhnya bergerak ke depan dan merangkul tubuhku. Aku kecup kedua payudaranya. dengan Mr. P masih menancap dan dijepit Vagina yang berkedut dengan keras. Dengan posisi memangku tante Ninik, kami melanjutkan aksi. Lima belas menit kemudian aku mulai merasakan ada desakan panas di Mr. P.
    “Tante, aku mau keluar nih, di mana?” aku bertanya ke tante.
    “Di dalam aja Fir, tante juga mau lagi nih” sahut tante sambil tubuhnya digerakkan naik turun. Urutan vaginanya yang rapat dan ciuman-ciumannya akhirnya pertahananku mulai bobol.

    “Arghh.. tante aku nyampai”.
    “Aku juga Fir.. ahh” tante juga meracau. Aku terus semprotkan cairan hangat ke vagina tante. setelah delapan semprotan tante dan aku bergulingan di kasur. Sambil berpelukan kami berciuman dengan mesra.
    “Fir, kamu hebat.” puji tante Ninik.
    “Tante juga, vagina tante rapet sekali” aku balas memujinya.
    “Fir, kamu mau kan nemani tante selama om pergi” pinta tante.
    “Mau tante, tapi apa tante gak takut hamil lagi kalau aku selalu keluarkan di dalam?” aku balik bertanya.
    “Gak apa-apa Fir, tante masih ikut KB. Jangan kuatir ya sayang” Tante membalas sambil tangannya mengelus dadaku.


    Akhirnya kami berpagutan sekali lagi dan berpelukan erat sekali. Rasanya seperti tidak mau melepas perasaan nikmat yang barusan kami raih dalam cerita Panas kami. Lalu kami mandi bersama, dan sempat melakukannya sekali lagi di kamar mandi.

    Demikian gan, walau sederhana, tapi cerita panas gue benar benar kejadian nyata alias bukan rekayasa, gue melakukannya dengan tante, ngeseks dengan tante ninik yang bahenol dan montok, masih seger kayak daun muda gan..Tante tante emang bisa mendatangkan sensasi lebih.

  • Kisah Memek Tante Ratna Yang Aduhai

    Kisah Memek Tante Ratna Yang Aduhai


    3055 views


    Duniabola99.com – Edang tidur2an didepan tv ketika seorang datang dan mengetuk pintu rumahku, ketika kubuka pintu..kulihat seorang wanita berusia 35 tahunan dan menanyakan “ibunya ada dik?”…
    lalu ku jawab “maaf, tante siapa? ibu ada dikamar, sebentar saya panggilkan”
    sambil tersenyum dia bilang “saya ratna, temannya ibu kamu dari cilandak..

    itulah awal perkenalanku dengan tante ratna, yg belakangan baru aku ketahui bahwa dia adalah “renteneir”, dan ibuku terlilit hutang yg lumayan banyak sama dia…terus terang kehidupan kami dikala itu sangatlah sulit… semenjak ayahku yg lebih memilih meninggalkan ibuku demi istri baru, aku bersama kakak dan adik2ku hanya tinggal dirumah petakkan, dan hidup dengan sangat kekurangan…

    hari2 terus berlalu, semakin sering aku bertemu dengan tante ratna, karena hampir setiap hari dia selalu kerumah untuk menagih cicilan hutang…

    Pagi itu hari minggu 12 april 1995 (masih ku ingat jelas)
    aku baru saja bangun tidur, sambil menikmati secangkir teh manis hangat..
    sampai kudengar langkah kaki menuju pintu depan rumahku, belum saja dia mengetuk, pintu sudah kubuka…
    aku : “eh tante..cari ibu ya?”
    tante ratna : “iya,masih dirumah nggak? tante kesiangan nih…tante bilang sih jam 9 mau kesini, sekarang udah jam 10 lebih”
    aku : “iya, ibu lagi nganter adik2 tuh ke gereja kayaknya…saya aja baru bangun nih, mungkin sebentar lagi tan…tunggu saja kalo mau”
    tante : “gitu ya? ya udah deh tante tunggu aja…”

    setelah kupersilahkan duduk, aku pun ke dapur untuk membuatkan minuman untuknya…
    Tante : “wah repot2 kamu Di…tante kan bisa ambil sendiri..”
    aku : “gak apa2 tante…gak repot kok”
    Tante : “kamu sendirian dirumah?”
    aku : “iya nih tan, aku aja baru bangun..tau2 udah gak ada siapa2, kakak aku sih biasa dia kalo hari minggu ngajar karate di sekolahan..”
    tante : “oh gitu…lha kamu sendiri gak kemana-mana? ”
    aku : “nggak tan, kalo aku paling dirumah aja nonton tv atau kerumah temen di sebelah..”
    tante : “gak pacaran?..eh ngomong2 udah punya pacar belum kamu?”
    aku : “hehehehe…masih kecil tan, belum bisa cari uang sendiri, aku gak mau pacaran, nanti kalo udah kerja baru deh..”
    tante : “masih kecil gimana? emang umur kamu berapa?”
    aku : “aku khan baru 14th tan..baru kelas 3 smp”
    tante : ” hah..14th kok bongsor ya? tante kira kamu sma..hehehe”
    aku : “ah tante bisa aja…emang sih banyak yg bilang kalo aku bongsor, maaf tan..permisi sebentar aku tinggal mandi dulu gak apa2 ya..”
    tante : “wah belom mandi ya? ih pantesan bau..hehehe, ganteng2 kok jorok belum mandi, ya udah mandi aja sana…apa mau tante yg mandiin?
    (sambil tersenyum nakal)
    aku : “ah tante bisa aja…sebentar ya tan..” tapi belum sempat aku berdiri dari tempat dudukku, tangan tante ratna langsung menarik tangan ku…
    tante : “sebentar sini Di..tante gak bercanda kok, mau nggak tante mandiin..
    enak loh..beneran deh gak bohong”…
    seketika itu juga jantungku berdegup kencang, mukaku memerah ketika tante ratna meletakkan tangannya di pahaku..


    tante : “beneran kok Di, tante janji deh gak cerita siapa2…kamu gak usah takut..tante khan gak galak hehehehehe…sini deh” tangan kanan tante menarik pinggangku, seraya menyuruhku untuk lebih rapat duduk didekatnya,
    aku masih membisu tak dapat berkata apa2 ketika tangan kirinya sudah masuk kedalam celanaku dan meremas buah zakarku…
    aku : “aah tante” (sambil merintih keenakkan ketika ia memainkan buah zakarku)
    tante : ” tenang aja ya sayang…pokoknya tante jamin enak deh” bisik tante ratna sambil menjilat telingaku…kemudian leherku, akupun mengerang ketika dia menghisap pentil dadaku…
    aku : “tante…akh…hmmmnnn…aaaak h…”
    kemudian bibirnya terus menciumi perutku, dan aku makin tak kuasa ketika kepala penisku mulai dijilati dan dikulum-kulum olehnya…aku hanya bisa mengerang tanpa bisa menolak apalagi berontak…saat tante ratna melahap buah zakarku, dan memainkannya dengan lidahnya…ooohh…kemudian tante mulai membuka baju dan roknya…aku pun makin terpana dengan kemontokkan tubuhnya…payudaranya…ooh tante…

    tante : “sini sayang…kamu jilatin ini ya” sambil mendorong kepalaku kearah vaginanya yg ditumbuhi bulu2 halus…aku pun langsung saja menjilati vagina tante ratna dengan rakus…
    tante : “OOOhhh…dandi…terus sayang…ooohh…jangan berhenti sayang…ooooh…iya sayang disitu…iya terus…terus..terus…oaaaahh ….”
    setelah beberapa menit kujilati vaginanya…
    tante : ” kamu hebat Di…” tante ratna meregangkan kedua kakinya, sambil menarik penisku… “sini sayang, masukkan kesini…aaaaahhh…” ia pun mengerang, ketika penisku mulai masuk ke dalam vaginanya, sambil kedua tangannya mendorong dan menarik pantatku…tante ratna terus mengerang
    ” Ooooh Dandi…terus sayang…Oooh Tuhan…Aaaahhhkh..”


    setelah beberapa menit, aku langsung merasakan ketegangan, seluruh tubuhku terasa kaku…dan akhirnya, Aaaaaaakkkhhhh….tapi tangan tante ratna terus menekan pantatku sehingga aku “keluar” di”dalam”nya…dan kemudian dia membiarkan aku terkapar lemas diatas tubuhnya,
    tante: “hehehe…kamu jagoan Di..” sambil mencium keningku…” tante janji, gak akan bilang siapa2 sayang…kamu nggak usah takut..ini rahasia kita berdua ya sayang…”
    aku : “tapi gimana kalo ibu aku tau? atau suami tante?..”
    tante : “nggak, mereka nggak bakal tau…tenang aja ya sayang…pokoknya tante janji deh…terus terang tante sudah “kepingin” sama kamu dari dulu…akhirnya dapet juga..hehehehe…”

    Setelah kejadian pagi itu, kami pun semakin sering melakukannya di setiap ada kesempatan, tante ratna mengajariku bermacam gaya…dari foreplay dan seterusnya…dan setiap kali aku orgasme, tante ratna selalu menyuruhku untuk orgasme di dalam vaginanya, dia bilang lebih nikmat rasanya… bahkan kadang dia menyuruhku untuk “keluar” di mulutnya…awalnya aku takut kalo nanti dia hamil, ternyata tante ratna jujur padaku bahwa sesungguhnya dia tidak akan pernah bisa mempunyai keturunan (mandul) dan kedua anaknya yg masih kecil2 adalah anak hasil adopsi…


    Berhubungan dengannya perlahan kehidupan ekonomi keluargaku membaik…walaupun aku selalu berbohong pada ibuku, mengenai uang yg tante ratna sering berikan kepadaku…selain itu diapun memenuhi segala macam kebutuhan sekolahku dari keperluan membeli buku, sampai membiayai uang sekolah untuk masuk SMU, malahan sejak kami berhubungan dia tidak pernah lagi menagih hutang ke ibuku, padahal jumlahnya hampir 30jt.

    Tiga tahun aku menjalin hubungan dengan tante ratna, sampai saat krisis moneter menimpa indonesia, tante ratna memutuskan pindah ke solo bersama suami dan kedua anak angkatnya…

    sampai sekarang aku tak pernah lagi mendengar kabar beritanya…
    karena semenjak krisis moneterpun rumahku pindah ke daerah yg lebih terpencil.

    Kisah Seks, Cerita Sex, Cerita Panas, Cerita Bokep, Cerita Hot, Cerita Mesum, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Sex Bergambar, Cerita ABG, Cerita Sex Tante, Cerita Sex Sedarah, Cerita Sex Pasutri

  • Kisah Memek TANTE SARI PEMUAS NAFSU BIRAHIKU

    Kisah Memek TANTE SARI PEMUAS NAFSU BIRAHIKU


    3397 views

    Duniabola99.com – Pada waktu itu aku pulang dari kampus sekitar pukul 20:00 karena ada kuliah malam. Sesampainya di tempat kost, perutku minta diisi. Aku langsung saja pergi ke warung tempat langgananku di depan rumah. Warung itu milik Ibu Sari, umurnya 30 tahun. Dia seorang janda ditinggal mati suaminya dan belum punya anak. Orangnya cantik dan bodynya bagus. Aku melihat warungnya masih buka tapi kok kelihatannya sudah sepi. Wah, jangan-jangan makanannya sudah habis, aduh bisa mati kelaparan aku nanti. Lalu aku langsung masuk ke dalam warungnya.


    Tanyaku pada Tante Sari:

    “Tante..?”

    “Eee.. Dik Sony, mau makan ya?”

    “Eee.. ayam gorengnya masih ada, Tante?”

    “Aduhh.. udah habis tuch, ini tinggal kepalanya doang.”

    “Waduhh.. bisa makan nasi tok nich..” kataku memelas.

    “Kalau Dik Sony mau, ayo ke rumah tante. Di rumah tante ada persediaan ayam goreng. Dik Sony mau nggak?”

    “Terserah Tante aja dech..”

    “Tunggu sebentar ya, biar Tante tutup dulu warungnya?”

    “Mari saya bantu Tante.” Lalu setelah menutup warung itu, saya ikut dengannya pergi ke rumahnya yang tidak jauh dari warung itu. Sesampai di rumahnya..

    “Dik Sony, tunggu sebentar ya. Oh ya, kalau mau nonton TV nyalakan aja.. ya jangan malu-malu. Tante mau ganti pakaian dulu..”

    “Ya Tante..” jawabku. Lalu Tante Sari masuk ke kamarnya, terus beberapa saat kemudian dia keluar dari kamar dengan hanya mengenakan kaos dan celana pendek warna putih. Wow keren, bodynya yang sexy terpampang di mataku, puting susunya yang menyembul dari balik kaosnya itu, betapa besar dan menantang susunya itu. Kakinya yang panjang dan jenjang, putih dan mulus serta ditumbuhi bulu-bulu halus. Dia menuju ke dapur, lalu aku meneruskan nonton TV-nya. Setelah beberapa saat.


    “Dik.. Dik Sony.. coba kemari sebentar?”

    “Ya Tante.. sebentar..” kataku sambil berlari menuju dapur. Setelah sampai di pintu dapur.

    “Ada apa Tante?” tanyaku.

    “E.. Tante cuman mau tanya, Dik Sony suka bagian mana.. dada, sayap atau paha?”

    “Eee.. bagian paha aja, Tante.” kataku sambil memandang tubuh Tante Sari yang tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata. Tubuhnya begitu indah.

    “Dik Sony suka paha ya.. eehhmm..” katanya sambil menggoreng ayam.

    “Ya Tante, soalnya bagian paha sangat enak dan gurih.” kataku.

    “Aduhh Dik.. tolong Dik.. paha Tante gatel.. aduhh.. mungkin ada semut nakal.. aduhh..”
    Aku kaget sekaligus bingung, kuperiksa paha Tante. Tidak ada apa-apa. “Nggak ada semutnya kok Tante..” kataku sambil memandang paha putih mulus plus bulu-bulu halus yang membuat penisku naik 10%.

    “Masak sih, coba kamu gosok-gosok pakai tangan biar gatelnya hilang.” pintanya.

    “Baik Tante..” lalu kugosok-gosok pahanya dengan tanganku. Wow, begitu halus, selembut kain sutera dari China.

    “Bagaimana Tante, sudah hilang gatelnya?”

    “Lumayan Dik, aduh terima kasih ya. Dik Sony pintar dech..” katanya membuatku jadi tersanjung.

    “Sama-sama Tante..” kataku.


    “Oke, ayamnya sudah siap.. sekarang Dik Sony makan dulu. Sementara Tante mau mandi dulu ya.” katanya.

    “Baik Tante, terima kasih?” kataku sambil memakan ayam goreng yang lezat itu.

    Disaat makan, terlintas di pikiranku tubuh Tante Sari yang telanjang. Oh, betapa bahagianya mandi berdua dengannya. Aku tidak bisa konsentrasi dengan makanku. Pikiran kotor itu menyergap lagi, dan tak kuasa aku menolaknya. Tante Sari tidak menyadari kalau mataku terus mengikuti langkahnya menuju kamar mandi.

    Ketika pintu kamar mandi telah tertutup, aku membayangkan bagaimana tangan Tante Sari mengusap lembut seluruh tubuhnya dengan sabun yang wangi, mulai dari wajahnya yang cantik, lalu pipinya yang mulus, bibirnya yang sensual, lehernya yang jenjang, susunya yang montok, perut dan pusarnya, terus vaginanya, bokongnya yang montok, pahanya yang putih dan mulus itu. Aku lalu langsung saja mengambil sebuah kursi agar bisa mengintip lewat kaca di atas pintu itu. Di situ tampak jelas sekali. Tante Sari tampak mulai mengangkat ujung kaosnya ke atas hingga melampaui kepalanya. Tubuhnya tinggal terbalut celana pendek dan BH, itu pun tak berlangsung lama, karena segera dia melucutinya. Dia melepaskan celana pendek yang dikenakannya, dan dia tidak memakai CD.

    Kemudian dia melepaskan BH-nya dan meloncatlah susunya yang besar itu. Lalu, dengan diguyur air dia mengolesi seluruh tubuhnya dengan sabun LUX, lalu tangannya meremas kedua susunya dan berputar-putar di ujungnya. Kejantananku seakan turut merasakan pijitannya jadi membesar sekitar 50%. Dengan posisi berdiri sambil bersandar tembok, Tante Sari meneruskan gosokannya di daerah selangkangan, sementara matanya tertutup rapat, mulutnya menyungging. Beberapa saat kemudian..


    “Ayo, Dik Sony.. masuk saja tak perlu mengintip begitu, kan nggak baik, pintunya nggak dikunci kok!” tiba-tiba terdengar suara dari Tante Sari dari dalam. Seruan itu hampir saja membuatku pingsan dan amat sangat mengejutkan.

    “Maaf yah Tante. Sony tidak sengaja lho,” sambil pelan-pelan membuka pintu kamar mandi yang memang tidak terkunci. Tetapi setelah pintu terbuka, aku seperti patung menyaksikan pemandangan yang tidak pernah terbayangkan. Tante Sari tersenyum manis sekali dan..

    “Ayo sini dong temani Tante mandi ya, jangan seperti patung gicu?”

    “Baik Tante..” kataku sambil menutup pintu.

    “Dik Sony.. burungnya bangun ya?”

    “Iya Tante.. ah jadi malu saya.. abis Sony liat Tante telanjang gini mana harum lagi, jadi nafsu saya, Tante..”

    “Ah nggak pa-pa kok Dik Sony, itu wajar..”

    “Dik Sony pernah ngesex belum?”

    “Eee.. belum Tante..”

    “Jadi, Dik Sony masih perjaka ya, wow ngetop dong..”

    “Akhh.. Tante jadi malu, Sony.” Waktu itu bentuk celanaku sudah berubah 70%, agak kembung, rupanya Tante Sari juga memperhatikan.

    “Dik Sony, burungnya masih bangun ya?”

    Aku cuman mengangguk saja, dan diluar dugaanku tiba-tiba Tante Sari mendekat dengan tubuh telanjangnya meraba penisku.


    “Wow besar juga burungmu, Dik Sony..” sambil terus diraba turun naik, aku mulai merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan. “Dik Sony.. boleh dong Tante liat burungnya?” belum sempat aku menjawab, Tante Sari sudah menarik ke bawah celana pendekku, praktis tinggal CD-ku yang tertinggal plus kaos T-shirtku.

    “Oh.. besar sekali dan sampe keluar gini, Dik Sony.” kata Tante sambil mengocok penisku, nikmat sekali dikocok Tante Sari dengan tangannya yang halus mulus dan putih itu. Aku tanpa sadar terus mendesah nikmat, tanpa aku tahu, penisku ternyata sudah digosok-gosokan diantara buah dadanya yang montok dan besar itu. “Ough.. Tante.. nikmat Tante.. ough..” desahku sambil bersandar di dinding. Setelah itu, Tante Sari memasukkan penisku ke bibirnya, dengan buasnya dia mengeluar-masukkan penisku di mulutnya sambil sekali-kali menyedot, kadang-kadang juga dia menjilat dan menyedot habis 2 telur kembarku. Aku kaget, tiba-tiba Tante Sari menghentikan kegiatannya. Dia pegangi penisku sambil berjalan ke arah bak mandi, lalu Tante Sari nungging membelakangiku, sebongkah pantat terpampang jelas di depanku. “Dik Sony.. berbuatlah sesukamu.. kerjain Tante ya?!”

    Aku melihat pemandangan yang begitu indah, vagina dengan bulu halus yang tidak terlalu lebat. Lalu langsung saja kusosor vaginanya yang harum dan ada lendir asin yang begitu banyak keluar dari vaginanya. Kulahap dengan rakus vagina Tante Sari, aku mainkan lidahku di klitorisnya, sesekali kumasukkan lidahku ke lubang vaginanya. “Ough Sonn.. ough..” desah Tante Sari sambil meremas-remas susunya.

    “Terus Son.. Sonn..” aku semakin keranjingan, terlebih lagi waktu kumasukkan lidahku ke dalam vaginanya ada rasa hangat dan denyut-denyut kecil semakin membuatku gila. Kemudian Tante Sari tidur terlentang di lantai dengan kedua paha ditekuk ke atas.

    “Ayo Dik Sony.. Tante udah nggak tahan.. mana burungmu Son?”

    “Tante udah nggak tahan ya?” kataku sambil melihat pemandangan demikian menantang,

    vaginanya dengan sedikit rambut lembut, dibasahi cairan harum asin demikian terlihat mengkilat, aku langsung menancapkan penisku di bibir vaginanya.

    “Aoghh..” teriak Tante Sari.

    “Kenapa Tante..?” tanyaku kaget.

    “Nggak.. Nggak apa-apa kok Son.. teruskan.. teruskan..”
    Aku masukkan kepala penisku di vaginanya.


    “Sempit sekali Tante.. sempit sekali Tante?”

    ” Nggak pa-pa Son.. terus aja.. soalnya udah lama sich Tante nggak ginian.. ntar juga enak kok..”

    Yah, aku paksa sedikit demi sedikit, baru setengah dari penisku amblas. Tante Sari sudah seperti cacing kepanasan menggelepar kesana kemari. “Ough.. Son.. ouh.. Son.. enak Son.. terus Son.. oughh..” desah Tante Sari, begitu juga aku walaupun penisku masuk ke vaginanya cuman setengah tapi kempotannya sungguh luar biasa, nikmat sekali. Semakin lama gerakanku semakin cepat, kali ini penisku sudah amblas dimakan vagina Tante Sari. Keringat mulai membasahi badanku dan badan Tante Sari. Tiba-tiba Tante Sari terduduk sambil memelukku dan mencakarku.

    “Oughh Son.. ough.. luar biasa.. oughh.. Sonn..” katanya sambil merem melek.

    “Kayaknya aku mau orgasme.. ough..” penisku tetap menancap di vagina Tante Sari.

    “Dik Sony udah mau keluar ya?”

    Aku menggeleng, kemudian Tante Sari terlentang kembali. Aku seperti kesetanan menggerakkan badanku maju mundur, aku melirik susunya yang bergelantungan karena gerakanku, aku menunduk, kucium putingnya yang coklat kemerahan. Tante Sari semakin mendesah, “Ough.. Sonn..” tiba-tiba Tante Sari memelukku sedikit agak mencakar punggungku. “Oughh.. Sonn.. aku keluar lagi..”


    Vaginanya kurasakan semakin licin dan semakin besar, tapi denyutannya semakin kerasa. Aku dibuat terbang rasanya. Ah, rasanya aku sudah mau keluar. Sambil terus goyang, kutanya Tante Sari.

    “Tante.. aku keluarin di mana Tante..? Di dalam boleh nggak..?”

    “Terseraahh.. Soonn..” desah Tante Sari.

    Kupercepat gerakanku, burungku berdenyut keras, ada sesuatu yang akan dimuntahkan oleh penisku. Akhirnya semua terasa enteng, badanku serasa terbang, ada kenikmatan yang sangat luar biasa. Akhirnya kumuntahkan laharku dalam vagina Tante Sari, masih kugerakkan badanku dan rupanya Tante Sari orgasme kembali lalu dia gigit dadaku, “Oughh..” “Dik Sony.. Sonn.. kamu memang hebat..”

    Aku kembali mangenakann CD-ku serta celana pendekku. Sementara Tante Sari masih tetap telanjang, terlentang di lantai.

    “Dik Sony.. kalo mau beli makan malam lagi.. jam-jam sekian aja ya..” kata Tante Sari menggodaku sambil memainkan puting dan klitorisnya yang masih nampak bengkak.


    “Tante ingin Dik Sony sering makan di rumah Tante ya..” kata Tante Sari sambil tersenyum genit.

    Kemudian aku pulang, aku jadi tertawa sendiri karena kejadian tadi. Ya gimana tidak ketawa cuma gara-gara “Ayam Goreng” aku bisa menikmati indahnya bercinta dengan Tante Sari. Dunia ini memang indah.

  • Kisah Memek Tante Sonya Wanita Kesepian

    Kisah Memek Tante Sonya Wanita Kesepian


    2702 views

    Duniabola99.com – Umurku 23 tahun, dan sekarang sedang kuliah di tingkat terakhir di sebuah PTS di Jakarta. Asalku dari Sukabumi, dimana aku menghabiskan masa anak-anak dan remajaku, sampai kemudian aku pindah ke Jakarta empat tahun yang lalu.

    Ekonomi keluargaku termasuk pas-pasan. Ayahku hanyalah seorang pensiunan pegawai bank pemerintah di Sukabumi. Sedangkan ibuku bekerja sebagai guru sebuah SMA negeri di sana. Aku tinggal di tempat kos di daerah Jakarta Barat.

    Karena uang kiriman orang tuaku kadang-kadang terlambat dan terkadang bahkan tidak ada kiriman sama sekali, untuk bertahan hidup, akupun menjadi guru privat anak-anak SMA. Memang aku beruntung dikaruniai otak yang lumayan encer.

    Akupun hidup prihatin di ibukota ini, terkadang seharian aku hanya makan supermie saja untuk mengganjal perutku. Aku pikir tidak mengapa, asal aku bisa hemat untuk bisa membeli buku kuliah dan lain sebagainya, sehingga aku bisa lulus dan membanggakan kedua orang tuaku.


    Terkadang aku iri melihat teman-teman kuliahku. Mereka sering dugem, berpakaian bagus, bermobil, mempunyai HP terbaru, dll.Salah satu dari teman kuliahku bernama Monika. Dia seorang gadis cantik dan kaya. Ia anak seorang direktur sebuah perusahaan besar di Jakarta. Percaya atau tidak, dia adalah pacarku. Kadang aku heran, kok dia bisa tertarik padaku.

    Padahal banyak teman laki-laki yang bonafid, mengejarnya. Ketika kutanyakan hal ini, ini bukan ge-er, dia bilang kalau menurutnya aku orang yang baik, sopan dan pintar. Disamping itu, dia suka dengan wajahku yang katanya “cute”, dan perawakanku yang kekar. Nggak percuma juga aku sering latihan karate waktu di Sukabumi dulu.Monika dan aku telah berpacaran semenjak dua tahun belakangan ini.

    Walaupun kami berbeda status sosial, dia tidak tampak malu berpacaran denganku. Akupun sedikit minder bila menjemputnya menggunakan motor bututku, di rumahnya yang berlokasi di Pondok Indah. Sering orang tuanya, mereka juga baik padaku, menawarkan untuk menggunakan mobil mereka jika kami akan pergi bersama. Agen Judi Bola

    Tetapi aku memang mempunyai harga diri atau gengsi yang tinggi (menurut Monika pacarku, gengsiku ketinggian), sehingga aku selalu menolak. Kemana-mana aku selalu menggunakan motor bersama Monika. Monikapun tidak berkeberatan bahkan mengagumi prinsip hidupku. Saat makan atau nonton, aku selalu menolak bila dia akan mentraktirku.

    Aku bilang padanya sebagai laki-laki aku yang harus bayarin dia. Meskipun tentu saja kami akhirnya hanya makan di rumah makan sederhana dan nonton di bioskop yang murah. Itupun aku lakukan kalau sedang punya uang. Kalau tidak ya kami sekedar ngobrol saja di rumahnya atau di tempat kostku.Monika adalah gadis baik-baik. Aku sangat mencintainya.

    Sehingga dalam berpacaran kami tidak pernah bertindak terlalu jauh. Kami hanya berciuman dan paling jauh saling meraba. Memang benar kata orang, bila kita benar-benar mencintai seseorang, kita akan menghormati orang tersebut. Monika pernah bilang padaku, kalau ia ingin mempertahankan keperawanannya sampai ia menikah nanti.

    Terlebih akupun waktu itu masih perjaka. Mungkin hal ini sukar dipercaya oleh pembaca, mengingat trend pergaulan anak muda Jakarta sekarang.Keadaanku mulai berubah semenjak beberapa bulan yang lalu. Saat itu aku ditawari sebuah peluang untuk berwiraswasta oleh seorang temanku. Aku tertarik mendengar cerita suksesnya. Terlebih modal yang dibutuhkanpun sangat kecil, sehingga aku berpikir tidak ada salahnya untuk mencoba.Hasilnya ternyata luar biasa.

    Mungkin memang karena bidang ini masih banyak peluang, disamping strategi pemasaran yang disediakan oleh program ini sangat jitu. Penghasilankupun per bulan sekarang mencapai jutaan rupiah. Mungkin setingkat dengan level manajer perusahaan kelas menengah. Bekerjanyapun dapat part-time sambil disambi kuliah. Memang beruntung aku menemukan program ini.

    Semenjak itu, penampilanku berubah. Gaya hidup yang sudah lama aku impikan sekarang telah dapat kunikmati. HP terbaru, pakaian bagus, sudah dapat aku beli. Semakin sering aku mengajak Monika untuk makan di restoran mahal serta nonton film terbaru di bioskop 21.

    Monika sempat kaget dengan kemajuanku. Sempat disangkanya aku berusaha yang ilegal, seperti menjual narkoba. Tetapi setelah aku jelaskan apa bisnisku, dia pun lega dan ikut senang. Disuruhnya aku bersyukur pada Tuhan karena telah memberikan jalan kepadaku.Hanya satu saja yang masih kurang.

    Aku belum punya mobil. Setelah menabung dari hasil usahaku selama berbulan-bulan, akhirnya terkumpul juga uang untuk membeli mobil bekas. Kulihat di suratkabar dan tertera iklan tentang mobil Timor tahun 1997 warna gold metalik. Aku tertarik dan langsung kutelpon si penjualnya.
    “Ya betul… mobil saya memang dijual”. Suara seorang wanita menjawab di ujung telepon. “Harganya berapa Bu?”
    “Empat puluh delapan juta”
    “Kok mahal sih Bu?”
    “Kondisinya bagus lho.. Semuanya full orisinil”
    Dengan cepat kukalkulasi danaku. Wah.. Untung masih cukup, walaupun aku harus menjual motorku dulu. Tetapi akupun berpikir, siapa tahu harganya masih bisa ditawar. Kuputuskan untuk melihat mobilnya terlebih dahulu.
    “Alamatnya dimana Bu?”
    Diapun kemudian memberikan alamatnya, dan aku berjanji untuk datang ke sana sore ini sehabis kuliah.


    Setelah mencari beberapa lama, sampai juga aku di alamat yang dimaksud.
    “Selamat sore” sapaku ketika seorang wanita cantik membuka pintu.
    “Oh sore..” jawabnya.
    Aku tertegun melihat kecantikan si ibu. Usianya mungkin sekitar 35 tahunan, dengan kulit yang putih bersih, dan badan yang seksi. Payudaranya yang tampak penuh di balik baju “you can see” menambah kecantikannya. Agar pembaca dapat membayangkan kecantikannya, aku bisa bilang kalau si ibu ini 80% mirip dengan Sally Margaretha, bintang film itu.
    “Saya Wawan yang tadi siang telepon ingin melihat mobil ibu”
    “Oh.. Ya silakan masuk.”
    Akupun masuk ke dalam rumahnya.
    “Tunggu sebentar ya Wan. Mobilnya masih dipakai sebentar menjemput anakku les.
    Mau minum apa?”“
    Ah.. Nggak usah ngerepotin.. Apa saja deh Bu” Akupun kemudian duduk di ruang tamu. Tak lama si ibu datang dengan membawa segelas air sirup.
    “Kamu masih kuliah ya,” tanyanya setelah duduk bersamaku di ruang tamu
    “Iya Bu.. Hampir selesai sih “
    “Ayo diminum.. Beruntung ya kamu.. Dibelikan mobil oleh orang tuamu” si ibu berkata lagi.
    Kuteguk sirup pemberian si ibu. Enak dan segar sekali rasanya menghilangkan dahagaku.
    “Oh.. Ini saya beli dari usaha saya sendiri, Bu. Mangkanya jangan mahal-mahal dong” jawabku.
    “Wah.. Hebat kamu kalau gitu. Memang usaha apa kok masih kuliah sudah bisa beli mobil”
    “Yah usaha kecil-kecilan lah” jawabku seadanya.
    “Ngomong-ngomong mobilnya kenapa dijual Bu?”
    “Aduh kamu ini ba Bu ba Bu dari tadi. Saya kan belum terlalu tua. Panggil saja mbak Sonya.” jawabnya sambil sedikit tertawa genit.“Mobilnya akan saya jual karena mau beli yang tahunnya lebih baru”
    “Oh begitu..” jawabku.
    Kemudian mbak Sonya tampak melihatku dengan pandangan yang agak lain. Agak rikuh aku dibuatnya. Terlebih mbak Sonya duduk sambil menumpangkan kakinya, sehingga rok mininya agak sedikit terangkat memperlihatkan pahanya yang putih mulus.
    “Anaknya berapa mbak. Terus suami mbak kerja dimana?” tanyaku untuk menghilangkan kerikuhanku.
    “Anakku satu. Masih SD. Suamiku sudah nggak ada. Dia meninggal dua tahun yang lalu” jawabnya.
    “Waduh.. Maaf ya mbak”
    “Nggak apa kok Wan.. Kamu sendiri sudah punya pacar?”
    “Sudah, mbak”
    “Cantik ya?”
    “Cantik dong mbak..” jawabku lagi.
    Duh, aku makin rikuh dibuatnya. Kok pembicaraannya jadi ngelantur begini. Mbak Sonya kemudian beranjak duduk di sebelahku.

    “Cantik mana sama mbak..” katanya sambil tangannya meremas tanganku.
    “Anu.. Aduh.. Sama-sama, mbak juga cantik” jawabku sedikit tergagap.
    “Kamu sudah pernah begituan dengan pacarmu?”. Sambil berkata, tangan mbak Sonya mulai berpindah dari tanganku ke pahaku.
    “Belum.. Mbak.. Saya masih perjaka.. Saya nggak mau begituan dulu” jawabku sambil menepis tangan mbak Sonya yang sedang meremas-remas pahaku. Jujur saja, sebenarnya akupun sudah mulai terangsang, akan tetapi saat itu aku masih dapat berpikir sehat untuk tidak mengkhianati Monika pacarku. Mendengar kalau aku masih perjaka, tampak mbak Sonya tersenyum.
    “Mau mbak ajarin caranya bikin senang wanita?” tanyanya sambil tangannya kembali merabai pahaku, dan kemudian secara perlahan mengusap-usap penisku dari balik celana.
    “Aduh.. Mbak.. Saya sudah punya pacar.. Nggak usah deh..”“Mobilnya kapan datang sih?” lanjutku lagi.
    “Sebentar lagi.. Mungkin macet di jalan. Mau minum lagi? “ Tanpa menunggu jawabanku, mbak Sonya pergi ke belakang sambil membawa gelasku yang telah kosong. Lega juga rasanya terlepas dari bujuk rayu mbak Sonya. Beberapa menit kemudian, mbak Sonya kembali membawa minumanku.
    “Ayo diminum lagi” kata mbak Sonya sambil memberikan gelas berisi sirup padaku.Kuteguk sirup itu, dan terasa agak lain dari yang tadi. Mbak Sonya kemudian kembali duduk di sebelahku.
    “Ya sudah.. Kamu memang setia nih ceritanya.. Kita ngobrol aja deh sambil menunggu mobilnya datang, OK?”
    “Iya mbak..” jawabku lega.
    “Kamu ngambil jurusan apa?”
    “Ekonomi, mbak”
    “Kenal pacarmu di sana juga?”
    Waduh.. Aku berpikir kok si mbak kembali nanyanya yang kayak begituan.“Iya dia teman kuliah”
    “Ceritain dong gimana ketemuannya” Yah daripada diminta yang nggak-nggak, aku setuju saya menceritakan padanya tentang kisahku dengan Monika. Kuceritakan bagaimana saat kami berkenalan, ciri-cirinya, acara favorit kami saat pacaran, tempat-tempat yang sering kami kunjungi. Setelah beberapa lama bercerita, entah mengapa nafsu birahiku terangsang hebat. Akupun merasakan sedikit keringat dingin mengucur di dahiku.
    Kenapa Wan.. Kamu sakit ya” tanya mbak Sonya tersenyum sambil kembali meremas tanganku. Tangannya kemudian beralih ke pahaku dan kembali diusap dan diremasnya perlahan.
    “Anu mbak rasanya kok agak aneh ya?” jawabku.
    “Tapi enak kan?”Mbak Sonyapun kemudian mendekatkan wajahnya ke wajahku, dan kemudian bibir kamipun telah saling berpagut. Tak kuasa lagi aku menolak mbak Sonya. Nafsuku telah sampai di ubun-ubun.
    “Saya tadi dikasih apa mbak” tanyaku lirih.


    “Ah.. Cuma sedikit obat kok. Supaya kamu bisa lebih rileks” jawabnya sambil tangannya mulai membuka retsleting celanaku.“Ayo, mbak ingin merasakan penismu yang masih perjaka itu” lanjutnya sambil kembali menciumi wajahku.Mbak Sonyapun kemudian membuka celanaku beserta celana dalamnya sekaligus.“Hmm.. Besar juga ya punyamu. Mbak suka kontol besar anak muda begini”.Tangannya mulai mengocok penisku perlahan. Kemudian mbak Sonya merebahkan kepalanya dipangkuanku. Diciumnya kepala penisku, dan lantas dengan bernafsu dikulumnya penisku yang sudah tegak menahan gairah berahi.“Ah.. Mbak..” desahku menahan nikmat, ketika mulut mbak Sonya mulai menghisap dan menjilati penisku.Tangan mbak Sonyapun tak tinggal diam. Dikocoknya batang penisku, dan diusap-usapnya buah zakarku. Setelah sekian lama penisku dipermainkannya, kembali mbak Sonya bangkit dan menciumiku.“Kita lanjutin pelajarannya di kamar yuk sayang..” bisiknya.Akupun sudah tak kuasa menolak. Nafsu berahi telah menguasai diriku. Kamipun beranjak menuju kamar tidur mbak Sonya di bagian belakang rumah. Sesampainya aku di kamar, mbak Sonya kembali menciumiku. Kemudian tangankupun diraihnya dan diletakkan di payudaranya yang membusung.

    “Ayo sayang.. Kamu remas ya”Kuikuti instruksi mbak Sonya dan kuremas payudara miliknya. Mbak Sonyapun terdengar mengerang nikmat.“Sayang… tolong bukain baju mbak ya”.Mbak Sonya membalikkan badan dan akupun membuka retsleting baju “you can see”nya. Setelah terbuka, mbak Sonya kembali berbalik menghadapku.“BHnya sekalian donk sayang..” ujarnya.Kuciumi kembali wajahnya yang ayu itu, sambil tanganku mencari-cari pengait BH di punggungnya.“Aduh.. Kamu lugu amat ya.. Mbak suka..” katanya disela-sela ciuman kami.“Pengaitnya di depan, sayang..”Kuhentikan ciumanku, dan kutatap kembali BHnya yang membungkus payudara mbak Sonya yang besar itu. Kubuka pengaitnya sehingga payudara kenyal itupun seolah meloncat keluar.“Bagus khan sayang.. Ayo kamu hisap ya..”Tangan mbak Sonya merengkuh kepalaku dan didorong ke arah dadanya. Tangannya yang satunya lagi meremas payudaranya sendiri dan menyorongkannya ke arah wajahku.“Ah.. Enak.. Anak pintar.. Sshh” desah mbak Sonya ketika aku mulai menghisap payudaranya.“Jilati putingnya yang..” instruksi mbak Sonya lebih lanjut. Dengan menurut, akupun menjilati puting payudara mbak Sonya yang telah mengeras.Kemudian aku kembali menghisap sepasang payudaranya bergantian. Setelah puas aku hisapi payudaranya, mbak Sonya kemudian mengangkat kepalaku dan kembali menciumiku.“Sekarang kamu buka rok mbak ya”Mbak Sonya merengkuh tanganku dan diletakkannya di pantatnya yang padat. Kuremas pantatnya, lalu kubuka retsleting rok mininya. Aku terbelalak melihat Mbak Sonya ternyata menggunakan celana dalam yang sangat mini. Seksi sekali pemandangan saat itu. Tubuh mbak Sonya yang padat dengan payudara yang membusung indah, ditambah dengan sepatu hak tinggi yang masih dikenakannya.Kembali mbak Sonya mencium bibirku.

    Lantas ditekannya bahuku, membuatku berlutut di depannya. Tangan mbak Sonya lalu menyibakkan celana dalamnya sehingga vaginanya yang berbulu halus dan tercukur rapi nampak jelas di depanku.“Cium di sini yuk sayang..” perintahnya sambil mendorong kepalaku perlahan.“Oh..my god.. Sshh” erang mbak Sonya ketika mulutku mulai menciumi vaginanya.Kujilati juga vagina yang berbau harum itu, dan kugigit-gigit perlahan bibir vaginanya.“Ahh.. Kamu pintar ya.. Ahh” desahnya.Mbak Sonya lantas melepaskan celana dalamnya, sehingga akupun lebih bebas memberikan kenikmatan padanya.“Jilat di sini sayang..” instruksi mbak Sonya sambil tangannya mengusap klitorisnya.Kujilati klitoris mbak Sonya. Desahan mbak Sonya semakin menjadi-jadi dan tubuhnya meliuk-liuk sambil tangannya mendekap erat kepalaku. Beberapa saat kemudian, tubuh mbak Sonyapun mengejang.“Yes.. Ah.. Yes..” jeritnya.Liang vaginanya tampak semakin basah oleh cairan kewanitaannya. Kusedot habis cairan vaginanya sambil sesekali kuciumi paha mulus mbak Sonya. Tak percuma ilmu yang kudapat selama ini dari pengalamanku menonton video porno.“Kita terusin di ranjang yuk..” ajaknya setelah mengambil nafas panjang.


    Akupun kemudian melucuti semua pakaianku. Mbak Sonya lalu membuka sepatu hak tingginya, sehingga sambil telanjang bulat, kami merebahkan diri di ranjang.“Ciumi susu mbak lagi dong yang..”Aku dengan gemas mengabulkan permintaannya. Payudara mbak Sonya yang membusung kenyal, tentu saja membuat semua lelaki normal, termasuk aku, menjadi gemas. Sementara mulutku sibuk menghisap dan menjilati puting payudara mbak Sonya, tangannya menuntun tanganku ke vaginanya. Akupun mengerti apa yang ia mau. Tanganku mulai mengusap-usap vagina dan klitorisnya.Mbak Sonya kembali mengerang ketika nafsu berahinya bangkit kembali. Ditariknya wajahku dari payudaranya dan kembali diciuminya bibirku dengan ganas. Selanjutnya, mbak Sonya menindih tubuhku. Dijilatinya puting dadaku dan kemudian perutkupun diciuminya.Sesampainya di penisku, dengan gemas dijilatinya lagi batangnya. Tak lama kemudian, kepala mbak Sonyapun sudah naik turun ketika mulutnya menghisapi penisku.“Sekarang mbak pengin ambil perjakamu ya..”Sambil berkata begitu, mbak Sonya menaiki tubuhku.

    Diarahkannya penisku ke dalam vaginanya. Rasa nikmat luar biasa menghinggapiku, ketika batang penisku mulai menerobos liang vagina mbak Sonya.“Uh.. Nikmat sekali.. Mbak suka kontolmu.. Enak..” desah mbak Sonya sambil menggoyangkan tubuhnya naik turun di atas tubuhku.“Heh.. Heh.. Heh..” begitu suara yang terdengar dari mulut mbak Sonya. Seirama dengan ayunan tubuhnya di atas penisku.“Mbak suka.. Ahh.. Ngentotin anak muda.. Ahh.. Seperti kamu.. Yes.. Yes..”Mbak Sonya terus meracau sambil menikmati tubuhku. Tangannya kemudian menarik tanganku dan meletakkannya di payudaranya yang bergoyang-goyang berirama. Akupun meremas-remas payudara kenyal itu. Suara desahan mbak Sonya semakin menjadi-jadi.“Enak.. Ahh.. Ayo terus.. Entotin mbak.. Ah.. Anak pintar.. Ahh..”Tak lama tubuh mbak Sonyapun kembali mengejang. Dengan lenguhan yang panjang, mbak Sonya mengalami orgasme yang kedua kalinya. Tubuh mbak Sonya kemudian rubuh di atasku. Karena aku belum orgasme, nafsukupun masih tinggi menunggu penyaluran.

    Kubalikkan tubuh mbak Sonya, dan kugenjot penisku dalam liang kewanitaannya. Rasa nikmat menjalari seluruh tubuhku. Kali ini eranganku yang menggema dalam kamar tidur itu.“Oh.. Enak mbak.. Yes.. Yes..” erangku ditengah suara ranjang yang berderit keras menahan guncangan.“Wawan mau keluar mbak..” kataku ketika aku merasakan air mani sudah sampai ke ujung penisku.“Keluarin di mulut mbak, sayang..”Akupun mencabut keluar penisku dan mengarahkannya ke wajah mbak Sonya. Tangan mbak Sonya langsung meraih penisku, untuk kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya.“Ahh.. Mbak..” jeritku ketika aku menyemburkan air maniku dalam mulut mbak Sonya.Mbak Sonya lantas mengeluarkan penisku dan mengusap-usapkannya pada seluruh permukaan wajahnya yang cantik.


    Setelah membersihkan diri, kamipun kembali duduk di ruang tamu.“Enak Wan?” tanyanya sambil tersenyum genit.“Enak mbak… memang mbak sering ya beginian”“Nggak kok.. Kalau pas ada anak muda yang mbak suka saja..”“Oh.. Mbak sukanya anak muda ya..”“Iya Wan.. Disamping staminanya masih kuat.. Mbak juga merasa jadi lebih awet muda.” jawab mbak Sonya genit.Tak lama mobil yang dinantipun datang. Akhirnya aku jadi membeli mobil mbak Sonya itu. Disamping kondisinya masih bagus, mbak Sonya memberikan korting delapan juta rupiah.“Asal kamu janji sering-sering main ke sini ya” katanya sambil tersenyum saat memberikan potongan harga itu.Kejadian ini berlangsung sebulan yang lalu. Sampai saat ini, aku masih berselingkuh dengan mbak Sonya. Sebenarnya aku diliputi perasaan berdosa kepada Monika pacarku. Tetapi apa daya, setelah kejadian itu, aku jadi ketagihan bermain seks. Aku tetap sangat mencintai pacarku, dan tetap menjaga batas-batas dalam berpacaran. Tetapi untuk menyalurkan hasratku, aku terus berhubungan dengan mbak Sonya.Bisniskupun makin lancar. Keuanganku semakin membaik, sehingga aku sanggup memberikan hadiah-hadiah mahal pada Monika untuk menutupi rasa bersalahku.




  • Kisah Memek tante susan

    Kisah Memek tante susan


    2662 views

    Duniabola99.com – Tante Susan tampak seksi dengan pakaian aerobiknya, lekuk-lekuk tubuhnya terlihat dengan jelas. Kamipun meluncur menuju tempat aerobik dengan menggunakan mobil Kijang Putih milik Tante Susan. Di sepanjang jalan Tante Susan banyak mengeluh tentang Om Edwin yang semakin jarang di rumah.
    “Om Edwin itu egois dan gila kerja, padahal gajinya sudah lebih dari cukup tapi terus saja menerima ditawari jadi pembicara dimana-mana…”
    “Yach, sabar aja tante.. itu semua khan demi tante juga,” kataku mencoba menghibur.
    “Ah..Rio, kalau orang sudah berumah tangga, kebutuhan itu bukan cuma materi, tapi juga yang lain. Dan itu yang sangat kurang tante dapatkan dari Om.”

    Tiba-tiba tangan Tante Susan menyentuh paha kiriku dengan lembut, “Biarpun begini, tante juga seorang wanita yang butuh belaian seorang laki-laki… tante masih butuh itu dan sayangnya Om kurang peduli.”

    Aku menoleh sejenak dan kulihat Tante Susan menatapku dengan tersenyum. Tante Susan terus mengelus-elus pahaku di sepanjang perjalanan. Aku tidak berani bereaksi apa-apa kecuali, takut membuat Tante Susan tersinggung atau disangka kurang ajar.

    Keluar dari kelas aerobik sekitar jam 4 sore, Tante Susan tampak segar dan bersemangat. Tubuhnya yang lembab karena keringat membuatnya tampak lebih seksi.

    “Rio, waktu latihan tadi tadi punggung tante agak terkilir… kamu bisa tolong pijitin tante khan?” katanya sambil menutup pintu mobil.
    “Iya… sedikit-sedikit bisa tante,” kataku sambil mengangguk.
    Aku mulai merasa Tante Susan menginginkan yang lebih jauh dari sekadar teman ngobrol dan curhat. Terus terang ini suatu pengalaman baru bagiku dan aku tidak tahu bagaimana harus menyikapinya. Sepanjang jalan pulang kami tidak banyak bicara, kami sibuk dengan pikiran dan khayalan masing-masing tentang apa yang mungkin terjadi nanti.

    Setelah sampai di rumah, Tante Susan langsung mengajakku ke kamarnya. Dikuncinya pintu kamar dan kemudian Tante Susan langsung mandi. Entah sengaja atau tidak, pintu kamar mandinya dibiarkan sedikit terbuka. Jelas Tante Susan sudah memberiku lampu kuning untuk melakukan apapun yang diinginkan seorang laki-laki pada wanita. Tetapi aku masih tidak tahu harus berbuat apa, aku hanya terduduk diam di kursi meja rias.

    “Rio sayang… tolong ambilkan handuk dong…” nada suara Tante Susan mulai manja.

    Lalu kuambil handuk dari gantungan dan tanganku kusodorkan melalui pintu sambil berusaha untuk tidak melihat Tante Susan secara langsung. Sebenarnya ini tindakan bodoh, toh Tante Susan sendiri sudah memberi tanda lalu kenapa aku masih malu-malu? Aku betul-betul salah tingkah. Tidak berapa lama kemudian Tante Susan keluar dari kamar mandi dengan tubuh dililit handuk dari dada sampai paha. Baru kali ini aku melihat Tante Susan dalam keadaan seperti ini, aku mulai terangsang dan sedikit bengong. Tante Susan hanya tersenyum melihat tingkah lakuku yang serba kikuk melihat keadaannya.

    “Nah, sekarang kamu pijitin tante ya… ini pakai body-lotion…” katanya sambil berbaring tengkurap di tempat tidur. Dibukanya lilitan handuknya sehingga hanya tertinggal BH dan CD-nya saja. Aku mulai menuangkan body-lotion ke punggung Tante Susan dan mulai memijit daerah punggungnya.

    “Tante, bagian mana yang sakit…” tanyaku berlagak polos.
    “Semuanya sayang… semuanya… dari atas sampai ke bawah. Bagian depan juga sakit lho…nanti Rio pijit ya…” kata Tante Susan sambil tersenyum nakal.

    Aku terus memijit punggung Tante Susan, sementara itu aku merasakan kontolku mulai membesar. Aku berpikir sekarang saatnya menanggapi ajakan Tante Susan dengan aktif. Saat inilah aku berkesempatan menyetubuhi Tante Susan. Sudah ratusan referensi dari film-film BF yang pernah kutonton maka aku tahu apa yang harus kuperbuat… dan yang paling penting ikuti saja naluri…


    “Tante sayang…, tali BH-nya boleh kubuka?” kataku sambil mengelus pundaknya. Tante Susan menatapku sambil tersenyum dan mengangguk. Aku tahu betul Tante Susan sama sekali tidak sakit ataupun cedera, acara pijat ini cuma sarana untuk mengajakku bercinta. Setelah tali BH-nya kubuka perlahan-lahan kuarahkan kedua tanganku ke-arah payudaranya. Dengan hati-hati kuremas-remas payudaranya… ahh lembut dan empuk. Tante Susan bereaksi, ia mulai terangsang dan pandangan matanya menatapku dengan sayu. Kualihkan tanganku ke bagian bawah, kuselipkan kedua tanganku ke dalam celana dalamnya sambil pelan-pelan kuremas kedua pantatnya selama beberapa saat. Tante Susan dengan pasrah membiarkan aku mengeksplorasi tubuhnya. Kini tanganku mulai berani menjelajahi juga bagian depannya sambil mengusap-usap daerah sekitar memeknya dengan lembut. Jantungku brdebar kencang, inilah pertamakalinya aku menyentuh memek Tante Susan… Perlahan tapi pasti kupelorotkan celana dalam Tante Susan.

    Sekarang tubuh Tante Susan tertelungkup di tempat tidur tanpa selembar benangpun… sungguh suatu pemandangan yang indah. Aku kagum sekaligus terangsang. Ingin rasanya segera menancapkan batang kemaluanku ke dalam memek memeknya. Aku memejamkan mata dan mencoba bernafas perlahan untuk mengontrol emosiku.

    Seranganku berlanjut, kuselipkan tanganku diantara kedua pahanya dan kurasakan rambut kemaluannya yang cukup lebat. Jari tengahku mulai menjelajahi celah sempit dan basah yang ada di sana. Hangat sekali raanya. Kurasakan nafas Tante Susan mulai berat, tampaknya dia makin terangsang oleh perbuatanku.

    “Mmhh… Rio… kamu nakal ya…” katanya.
    “Tapi tante suka khan…?”
    “Mmhh.. terusin Rio… terusin… tante suka sekali.”
    Jariku terus bergerilya di belahan memeknya yang terasa lembut seperti sutra, dan akhirnya ujung jariku mulai menyentuh daging yang berbentuk bulat seperti kacang tapi kenyal seperti moci Cianjur. Itu klitoris Tante Susan. Dengan gerakan memutar yang lembut kupermainkan klitorisnya dengan jariku dan diapun mulai menggelinjang keenakan. Kurasakan tubuhnya sedikit bergetar tidak teratur. Sementara itu aku juga sudah semakin terangsang, dengan agak terburu-buru pakaiankupun kubuka satu-persatu hingga tidak ada selembar benangpun menutup tubuhku, sama seperti Tante Susan.

    Kukecup leher Tante Susan dan dengan perlahan kubalikkan tubuhnya. Sesaat kupandangi keindahan tubuhnya yang seksi. Payudaranya cukup berisi dan tampak kencang dengan putingnya yang berwarna kecoklatan memberi pesona keindahan tersendiri. Tubuhnya putih mulus dan nyaris tanpa lemak, sungguh-sungguh Tante Susan pandai merawat tubuhnya. Diantara kedua pahanya tampak bulu-bulu kemaluan yang agak basah, entah karena baru mandi atau karena cairan lain. Sementara itu belahan memeknya samar-samar tampak di balik bulu-bulu tersebut. Aku tidak habis pikir bagaimana mungkin suaminya bisa sering meninggalkannya dan mengabaikan keindahan seperti ini.


    “Tante seksi sekali…” kataku terus terang memujinya. Kelihatan wajahnya langsung memerah.
    “Ah.. bisa aja kamu merayu tante… kamu juga seksi lho Rio… lihat tuh burungmu sudah siap tempur… ayo jangan bengong gitu… terusin pijat seluruh badan tante….,” kata Tante Susan sambil tersenyum memperhatikan kontolku yang sudah mengeras dan mendongak ke atas.

    Aku mulai menjilati payudara Tante Susan sementara itu tangan kananku perlahan-lahan mempermainkan memek dan klitorisnya. Kujilati kedua bukit payudaranya dan sesekali kuhisap serta kuemut putingnya dengan lembut sambil kupermainkan dengan lidahku. Tante Susan tampak sangat menikmati permainan ini sementara tangannya meraba dan mempermainkan kontolku.

    Aku ingin sekali menjilati memek Tante Susan seperti dalam adegan film BF yag pernah kutonton. Perlahan-lahan aku mengubah posisiku, sekarang aku berlutut di atas tempat tidur diantara kedua kaki Tante Susan. Dengan perlahan kubuka pahanya dan kulihat belahan memeknya tampak merah dan basah. Dengan kedua ibu jariku kubuka bibir memeknya dan terlihatlah liang memek Tante Susan yang sudah menanti untuk dipuaskan, sementara itu klitorisnya tampak menyembul indah di bagian atas memeknya. Tanpa menunggu komando aku langsung mengarahkan mulutku ke arah memek Tante Susan. Kujilati bibir memeknya dan kemudian kumasukkan lidahku ke liang memeknya yang terasa lembut dan basah. “Mmhhh.. aahhh” desahan nikmat keluar dari mulut Tante Susan saat lidahku menjilati klitorisnya. Sesekali klitorisnya kuemut dengan kedua bibirku sambil kupermainkan dengan lidah. Aroma khas memek wanita dan kehangatannya membuatku makin bersemangat, sementara itu Tante Susan terus mendesah-desah keenakan. Sesekali jari tanganku ikut membantu masuk ke dalam memek memeknya.

    “Aduuh.. Rioooo… enak sekali sayang… iya sayang… yang itu enak.. emmhh .. terus sayang… pelan-pelan sayang… iya… gitu sayang… terus.. aduuh.. aahh… mmhh..” katanya mencoba membimbingku sambil kedua tangannya terus menekan kepalaku ke selangkangannya. Tidak berapa lama kemudian pinggul Tante Susan mulai berkedut-kedut, gerakannya terasa makin bertenaga, lalu pinggulnya maju-mundur dan berputar-putar tak terkendali. Sementara itu kedua tangannya semakin keras mencengkeram rambutku.

    “Rio.. Tante mau keluaar… aah.. uuh..aahh…oooh…. adduuh… sayaaang… Rioooo…. terus jilat itu Rio… teruus… aduuuh… aduuuh…tante keluaaar…” bersamaan dengan itu kepalaku dijepit oleh kedua pahanya sementara lidah dan bibirku terus terbenam menikmati kehangatan klitoris dan memeknya yang tiba-tiba dibanjiri oleh cairan orgasmenya. Beberapa saat tubuh Tante Susan meregang dalam kenikmatan dan akhirnya terkulai lemas sambil matanya terpejam. Tampak bibir memeknya yang merah merekah berdenyut-denyut dan basah penuh cairan.


    “Rio.. enak banget…. sudah lama tante nggak ngerasain yang seperti ini…” katanya perlahan sambil membuka mata. Aku langsung merebahkan diri di samping Tante Susan, kubelai rambut Tante Susan lalu bibir kami beradu dalam percumbuan yang penuh nafsu. Kedua lidah kami saling melilit, perlahan-lahan tanganku meraba dan mempermainkan pentil dan payudaranya. Tidak berapa lama kemudian tampaknya Tante Susan sudah mulai naik lagi. Nafasnya mulai memburu dan tangannya meraba-raba kontolku dan meremas-remas kedua buah bola pingpongku.

    “Rio sayang… sekarang gantian tante yang bikin kamu puas ya…” katanya sambil mengarahkan kepalanya ke arah selangkanganku. Tidak berapa lama kemudian Tante Susan mulai menjilati kontolku, mulai dari arah pangkal kemudian perlahan-lahan sampai ke ujung. Dipermainkannya kepala kontolku dengan lidahnya. Wow.. nikmat sekali rasanya… tanpa sadar aku mulai melenguh-lenguh keenakan. Kemudian seluruh kontolku dimasukkan ke dalam mulutnya. Tante Susan mengemut dan sekaligus mempermainkan batang kemaluanku dengan lidahnya. Kadang dihisapnya kontolku kuat-kuat sehingga tampak pipinya cekung. Kurasakan permainan oral Tante Susan sungguh luar biasa, sementara dia mengulum kontolku dengan penuh nafsu seluruh tubuhku mulai bergetar menahan nikmat. Aku merasakan kontolku mengeras dan membesar lebih dari biasanya, aku ingin mengeluarkan seluruh isinya ke dalam memek Tante Susan. Aku sangat ingin merasakan nikmatnya memek Tante Susan….

    “Tante… Rio pengen ngentotin memek tante… ” kataku sambil mencoba melepaskan kontolku dari mulutnya. Tante Susan mengangguk setuju, lalu ia membiarkan kontolku keluar dari mulutnya. “Terserah Rio sayang… keluarin aja semua isinya ke dalam memek tante… tante juga udah pengen banget ngerasain punya kamu di dalam sini….”

    Perlahan kurebahkan Tante Susan disebelahku, Tante Susan langsung membuka kedua pahanya mempersilahkan kontolku masuk. Samar-samar kulihat belahan memeknya yang merah. Dengan perlahan kubuka belahan memeknya dan tampaklah memek memek Tante Susan yang begitu indah dan menggugah birahi dan membuat jantungku berdetak keras. Aku takut kehilangan kontrol melihat pemandangan yang indah nan alami, aku berusaha keras mengatur nafasku supaya tidak terlarut dalam nafsu…. Perlahan-lahan kupermainkan klitorisnya dengan jempol sementara jari tengahku masuk ke memek memeknya. Tidak berapa lama kemudian Tante Susan mulai menggerak-gerakkan pinggulnya, “Rio sayang.. masukin punyamu sekarang, tante udah siap…”


    Kuarahkan kontolku yang sudah mengeras ke memek memeknya, aku sudah begitu bernafsu ingin segera menghujamkan batang kontolku ke dalam memek Tante Susan yang hangat. Tapi mungkin karena memek tante susan terlalu sempit karena jarang di entotin aku agak kesulitan untuk memasukkan kontolku. Rupanya Tante Susan menyadari kesulitanku. Dia memandangku dengan tersenyum…..

    “Tenang aja… nggak usah buru-buru… tante bantu…” katanya sambil memegang kontolku. Diarahkannya kepala kontolku ke dalam memek memeknya sambil tangan yang lain membuka bibir memeknya, lalu dengan sedikit dorongan ke depan…masuklah kepala kontolku ke dalam memeknya. Rasanya hangat dan basah…. sensasinya sungguh luar biasa.

    Akhirnya perlahan tapi pasti kubenamkan seluruh kontolku ke dalam memek Tante Susan, aah.. nikmatnya. “Aaahh…Rioooo.. eemh…” Tante Susan berbisik perlahan, dia juga merasakan kenikmatan yang sama. Sekalipun sudah 38 tahun memek Tante Susan masih terasa sempit, dinding-dindingnya terasa kuat mencengkeram kontolku. Aku merasakan memeknya seperti meremas kontolku dengan gerakan yang berirama. Luar biasa nikmat rasanya…. Perlahan kugerakkan pinggulku turun naik, Tante Susan juga tidak mau kalah, pinggulnya bergerak turun naik mengimbangi gerakanku. Tangannya mencengkeram erat punggungku dan tanganku membelai rambutnya sambil meremas-remas payudaranya yang empuk. Sementara itu bibir kami berpagutan dengan liar….

    Baru beberapa menit saja aku sudah mulai merasa seluruh tubuhku bergetar dijalari sensasi nikmat yang luar biasa…… kelihatannya tidak lama lagi aku akan mencapai puncak orgasme.

    “Tante…Rio sudah hampir keluar…. aaah…uuh…” kataku berusaha keras menahan diri.
    “Terusin aja Rio… kita barengan yaa…. tante juga udah mau keluar… aahh… Rio… tusuk yang kuat Rio… tusuk sampai ujung sayang… mmhh….”

    Kata-kata Tante Susan membuatku makin bernafsu dan aku menghujamkan kontolku berkali-kali dengan kuat dan cepat ke dalam memeknya.


    “Aduuh…Rio udah nggak tahan lagi…” aku benar-benar sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi, pantatku bergerak turun naik makin cepat dan kontolku terasa membesar dan berdenyut-denyut bersiap mencapai puncak di dalam memek Tante Susan. Sementara itu Tante Susan juga hampir mencapai orgasmenya yang kedua.

    “Ayoo Rio… tante juga mau…ahhhh…ahhh kamu ganas sekali……. aaaahhh…. Riooooo…. sekarang Rio…. keluarin sekarang Rio… tante udah nggak tahan…mmmhhh”. Tante Susan juga mulai kehilangan kontrol, kedua kakinya dijepitkan melingkari pinggulku dan tangannya mencengkeram keras punggungku.

    Dan kemudian aku melancarkan sebuah tusukan akhir yang maha dahsyat…
    “Tante…aaaa…aaaagh….Rio keluaaaar…..aagh..” aku mendesah sambil memuncratkan seluruh spermaku ke dalam liang kenikmatan Tante Susan. Bersamaan dengan itu Tante Susanpun mengalami puncak orgasmenya, “Rioooo…. aduuuh……tante jugaa….aaaah… I’m cumming honey… aaaahh…..aah….”

    Kami berpelukan lama sekali sementara kontolku masih tertanam dengan kuat di dalam memek Tante Susan. Ini sungguh pengalaman pertamaku yang luar biasa…. aku betul-betul ingin meresapi sisa-sisa kenikmatan persetubuhan yang indah ini. Akhirnya aku mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, seluruh persendianku terasa lepas dari tempatnya. Kulepaskan pelukanku dan perlahan-lahan kutarik kontolku yang mulai sedikit melemah karena kehabisan energi. Lalu aku terbaring lemas di sebelah Tante Susan yang juga tergolek lemas dengan mata masih terpejam dan bibir bawahnya sedikit digigit. Kulihat dari celah memeknya cairan spermaku meleleh melewati sela-sela pahanya. Rupanya cukup banyak juga spermaku muntah di dalam memek Tante Susan.


    Tak lama kemudian Tante Susan membuka matanya dan tersenyum padaku, “Gimana sayang…enak?” katanya sambil menyeka sisa spermaku dengan handuk. Aku hanya mengangguk sambil mengecup bibirnya.

    “Tante nggak nyangka kalau kamu ternyata pinter “making-love”. Soalnya waktu “fore-play” tadi nggak kelihatan, baru waktu mau masukin kontol tante tahu kalau kamu pengalaman. By the way, Tante senang sekali dientoti kamu. Tante betul-betul menikmati permainan ini. Kapan-kapan kalau ada kesempatan kita main lagi mau Rio…?”

    Aku hanya diam tersenyum, betapa tololnya kalau aku jawab tidak. Tante Susan membaringkan kepalanya di dadaku, kami terdiam menikmati perasaan kami masing-masing selama beberapa saat. Tapi tidak sampai 5 menit, energiku mulai kembali. Tubuh wanita matang yang bugil dan tergolek dipelukanku membuat aku kembali terangsang, perlahan-lahan kontolku mulai membesar. Tangan kananku kembali meraba payudara Tante Susan dan membelainya perlahan. Dia memandangku dan tersenyum, tangannya meraih kontolku yang sudah kembali membesar sempurna dan digenggamnya erat-erat.

    “Sudah siap lagi sayang…? Sekarang tante mau di atas ya…?” katanya sambil mengangkangi aku. Dibimbingnya kontolku ke arah memek memeknya yang masih basah oleh spermaku. Kali ini dengan lancar kontolku langsung meluncur masuk ke dalam memek Tante Susan yang sudah sangat basah dan licin. Kini Tante Susan duduk diatas badanku dengan kontolku terbenam dalam-dalam di memeknya. Tangannya mencengkeram lenganku dan kepalanya menengadah ke atas dengan mata terpejam menahan nikmat.
    “Aahh…Rio… kontolmu sampai ke ujung… uuh…. mmhh… aahhh” katanya mendesah-desah. Gerakan Tante Susan perlahan tapi penuh energi, setiap dorongannya selalu dilakukan dengan penuh energi sehingga membuat kontolku terasa masuk begitu dalam di liang memeknya. Pantat Tante Susan terus bergerak naik turun dan berputar-putar, kadang-kadang diangkatnya cukup tinggi sehingga kontolku hampir terlepas lalu dibenamkan lagi dengan kuat. Sementara itu aku menikmati goyangan payudaranya yang terombang-ambing naik-turun mengikuti irama gerakan binal Tante Susan. Kuremas-remas payudaranya dan kupermainkan pentilnya sehingga membuat Tante Susan makin bergairah. Gerakan Tante Susan makin lama makin kuat dan dia betul-betul melupakan statusnya sebagai seorang istri pembicara yang terhormat. Saat itu dia menampilkan dirinya yang sesungguhnya dan apa adanya… seorang wanita yang sedang dalam puncak birahi dan haus akan kenikmatan. Akhirnya gerakan kami mulai makin liar dan tak terkontrol…


    “Rio… tante sudah mau keluar lagi…. aaah… mmmhh.. uuuughhh…”
    “Ayoo tante… Rio juga udah nggak tahan…”

    Akhirnya dengan sebuah sentakan yang kuat Tante Susan menekan seluruh berat badannya ke bawah dan kontolku tertancap jauh ke dalam liang memeknya sambil memuncratkan seluruh muatan… Tangan Tante Susan mencengkeram keras dadaku, badannya melengkung kaku dan mulutnya terbuka dengan gigi yang terkatup rapat serta matanya terpejam menahan nikmat. Setelah beberapa saat akhirnya Tante Susan merebahkan tubuhnya di atasku, kami berdua terkulai lemas kelelahan. Malam itu untuk pertama kalinya aku tidur di dalam kamar Tante Susan karena dia tidak mengijinkan aku kembali ke kamar. Kami tidur berdekapan tanpa sehelai busanapun. Pagi harinya kami kembali melakukan persetubuhan dengan liar… Tante Susan seolah-olah ingin memuaskan seluruh kerinduannya akan kenikmatan yang jarang didapat dari suaminya.

    Semenjak saat itu kami sering sekali melakukannya dalam berbagai kesempatan. Kadang di kamarku, kadang di kamar Tante Susan, atau sesekali kami ganti suasana dengan menyewa kamar hotel di daerah Lembang untuk kencan short-time. Kalau aku sedang “horny” dan ada kesempatan, aku mendatangi Tante Susan dan mengelus pantatnya atau mencium lehernya. Kalau OK Tante Susan pasti langsung menggandeng tanganku dan mengajakku masuk ke kamar. Sebaliknya kalau Tante Susan yang “horny”, dia tidak sungkan-sungkan datang ke kamarku dan langsung menciumi aku untuk mengajakku bercinta.

    Semenjak merasakan nikmatnya kontolku, Tante Susan tidak lagi cemberut dan uring-uringan kalau Om Edwin pergi tugas mengajar ke luar kota. Malah kelihatannya Tante Susan justru mengharapkan Om Edwin sering-sering tugas di luar kota karena dengan demikian dia bisa bebas bersamaku. Dan akupun juga semakin betah tinggal di rumah Tante Susan.


    Pernah suatu malam setelah Om Edwin berangkat keluar kota, Tante Susan masuk ke kamarku dengan mengenakan daster. Dipeluknya aku dari belakang dan tangannya langsung menggerayangi selangkanganku. Aku menyambut dengan mencumbu bibirnya dan membaringkannya di tempat tidur. Saat kuraba payudaranya ternyata Tante Susan sudah tidak memakai BH, dan ketika kuangkat dasternya ternyata dia juga tidak memakai celana dalam lagi. Bibir memeknya tampak merah dan bulu-bulunya basah oleh lendir. Samar-samar kulihat sisa-sisa lelehan sperma dengan baunya yang khas masih tampak disana, rupanya Tante Susan baru saja bertempur dengan suaminya dan Tante Susan belum merasa puas. Langsung saja kubuka celanaku dan kontol yang sudah mengeras langsung menyembul menantang minta dimasukkan ke dalam liang kenikmatan. Tante Susan menanggapi tantangan kontolku dengan mengangkangkan kakinya. Ia langsung membuka bibir memeknya dengan kedua tangannya sehingga tampaklah belahan memek memeknya yang merekah merah. “Masukin punyamu sekarang ke memek tante sayang…..” katanya dengan nafas yang berat dan mata sayu.

    Karena aku rasa Tante Susan sudah sangat “horny”, tanpa banyak basa-basi dan “foreplay” lagi aku langsung menancapkan batang kontolku ke dalam memek Tante Susan dan kami bergumul dengan liar selama hampir 5 jam! Kami bersetubuh dengan berbagai macam gaya, aku diatas, Tante Susan diatas, doggy-style, gaya 69, kadang sambil berdiri dengan satu kaki di atas tempat tidur, lalu duduk berhadapan di pinggir ranjang, atau berganti posisi dengan Tante Susan membelakangi aku, sesekali kami melakukan di atas meja belajarku dengan kedua kaki Tante Susan diangkat dan dibuka lebar-lebar, dan masih banyak lagi. Aku tidak ingat apa masih ada gaya persetubuhan yang belum kami lakukan malam itu. Dinginnya hawa Dago Utara di waktu malam tidak lagi kami rasakan, yang ada hanya kehangatan yang menggetarkan dua insan dan membuat kami basah oleh keringat yang mengucur deras. Begitu liarnya persetubuhan kami sampai-sampai aku mengalami empat kali orgasme yang begitu menguras energi dan Tante Susan entah berapa kali. Yang jelas setelah selesai, Tante Susan hampir tidak bisa bangun dari tempat tidurku karena kakinya lemas dan gemetaran sementara memeknya begitu basah oleh lendir dan sangat merah. Seingatku itulah malam paling liar diantara malam-malam liar lain yang pernah kulalui bersama Tante Susan.

    Petualanganku dengan Tante Susan berjalan cukup lama, 2 tahun, sampai akhirnya kami merasa Om Edwin mulai curiga dengan perselingkuhan kami. Sebagai jalan terbaik aku memutuskan untuk pindah kos sebelum keadaan menjadi buruk. Tetapi meskipun demikian, kami masih tetap saling bertemu paling sedikit sebulan sekali untuk melepas rindu dan nafsu. Hal ini berjalan terus sampai aku lulus kuliah dan kembali ke Jakarta. Bahkan sekarang kalau sedang mendapat tugas ke Bandung aku masih menyempatkan diri menemui Tante Susan yang nafsu dan gairahnya seolah tidak pernah berkurang oleh umurnya yang kini sudah mendekati kepala empat .

  • Kisah Memek Tante Tetangga Kos

    Kisah Memek Tante Tetangga Kos


    6703 views

    Duniabola99.com – Gw Ray, pekerjaan mengharuskan gw selalu berpindah tempat layaknya seorang nomaden. Gw seorang kontraktor. Wirausaha meski di usia yang masih dibilang muda, 29 tahun. Berasal dari bagian timur indonesia. setiap ada pekerjaan atau proyek di satu daerah gw selalu ngekos, itung2 penghematan/costdown.
    Bulan ini proyek dan tender belum diumumkan, tapi gw udah ngincer tender di salah satu daerah, makassar. Sebelumnya gw udah ketemuan sama seorang kepala dinas yang gw kenal baik. Dari jakarta gw terbang menuju makassar, begitu sampe gw cari hotel untuk 2-3 hari sambil cari kost.

    Di hari yang ke 2 Gw dapet kost berkat salah seorang officeboy hotel itu. Berharap sesuai dengan kriteria yang gw inginkan (bersih, kamar mandi dalam, air lancar, bukan kost mahasiswa soalnya pasti suka berisik..) gw pergi ke tkp untuk liat langsung. Yeah ternyata seauai dengan harapan, koat merupakan kost keluarga dan karyawan/ti. Bebas sih.. lumayan deh. Gw ketemu sama penjaga kos dan langsung bayar. Dia berjanji akan segera bersihin kamar dan siapin perlengkapan kamar (ganti seprei, bersihin km, dll).

    Udah 2 hari gw di kos baru ini, belum sempet kenal sama tetangga kos lain gara2 gw sibuk jalan2 dan mengenal kota ini (Survey dikit.. sapa tau ada TO hahaha) lagian juga sepertinya penghuni kos lain ga terlalu peduli sama orang2 kos, dan mereka pasti sibuk sama urusan masing2.
    Malam itu gw pulang jam 10 lebih, membawa 2 kaleng bir dingin. Habis nyapu kamar gw buka pintu kamar duduk di deket pintu sambil nyetel musik pake speaker portable dan nikmatin bir yang udah gw siapin. Ga lama lewat seorang bapak2, nyapa gw..
    Co : Malam dik.. penghuni baru ya?
    Gw : oh iya pak.. *sambil bediri dan nyalamin* saya Ray..
    Co : Jefry..
    Gw : Kos disini pak?
    Co : iya.. bareng istri.. pas di kamar samping.. sori dik saya masuk dulu ya..
    Gw : oh iya pak..

    Ga lama setelah pintu di ketuk istri pak jefry buka pintu trus keluar sambil marah2..

    Istri J : kemana aja kamu.. baru pulang..
    Belom selesai marah2 Dia ngelirik gw, gw senyum. Tapi mungkin karna malu dia narik suaminya masuk.
    Ga lama gw denger pertengkaran suami istri itu. Belakangan gw tau nama istri pak jefry namanya Olivia, sudah berumur tapi masih keliatan muda, perawakannya ga gitu tinggi, kulit putih asal manado. Dan yang buat gw terpana ukuran boobsnya yang lumayan gede.. 36B.
    Jam 12an gw masih duduk di pintu masih nikmatin bir, gw denger tante oliv nangis dan ga lama pak jefry keluar..
    Jefry : eh belum tidur dik? Saya jalan dulu ya dik..
    Gw : iya ni.. oh iya iya ati2 pak..
    Gw denger suara motor pergi..


    Makin lama gw denger istri pak jefry nangis makin kenceng, khawatir knapa2 gw dengan lancang beraniin diri buat ketuk pintunya. Takutnya abis brantem tu bininya nekat lagi bikin apa2.
    Gw : *tok..tok..tok..* permisi…
    Pintu dibuka, gw liat istri jefry dengan muka sembab dan pipi yang biru.. pasti abis dipukul..
    Gw : maaf tante saya lancang, tante ga knapa2 kan?
    Tante : eh dik.. gpp kok.. maaf ya bikin ribut malem2
    Gw : serius gpp tante? Itu pipinya biru.. gpp kok saya malah khawatir tante knp2..
    Tante : iya dik maaf ya tante masuk dulu.. *klik.. pintu ditutup*
    Ebuset.. maen tutup aja.. gpp deh yang penting tu tnte gak knapa2.

    Beberapa hari gw jarang di kos, maklum sedikit sibuk lobi2. Sore itu gw berniat nyuci baju tapi akhirnya gw mikir akan lebih baik gw cari loundry, tapi dimana?? Lagi bingung gw liat sekilas tante oliv lagi nyapu di luar.
    Gw : sore tante.. oh iya maaf belum kenalan.. saya ray. *sambil ulurin tangan*
    Tante : oh iya.. maaf waktu itu ga sopan.. padahal kamu niat baik.. saya olivia panggil saja tante via.. *sambil salaman*
    Gw : oh ya tan.. disini dimana ya tempat loundry?
    Tante : ada tuh di depan.. cuma emang ga ada planknya.. tanya aja di depan.. namanya mbak susi..
    Gw : oh oke tante.. saya kesana dulu ya.. makasih infonya..
    Tante : iya gpp.. emang banyak Cuciannya?
    Gw : lumayan banyak tante.. maklum hampir seminggu.. hehehe
    Tante : oh.. kalo ga banyak titip tante aja nyuciin..
    Gw : wah ga usa tante.. ngerepotin.. ya udah saya masuk dulu.. makasih..

    Akhirnya gw pergi ke loundri mbak susi, selesai timbang dan bayar gw balik lagi ke kos. Tapi sebelum balik gw pergi ke mini market buat beli rokok 3 bungkus buat stok sama beberapa minuman dingin dan cemilan. Sampe di kos ternyata sepi. Seperti biasa gw buka pintu stel musik sambil duduk ngerokok. Ga lama tante via keluar.. pake celana hotpants sama cardigan.
    Gw : malam tante..
    Tante : eh dik ray..
    Gw : mau kemana tante?

    Gw tanya2 dikit spik2. Rupanya tante mau ke minimarket depan beli rokok, dan kebetulan rokok kita sama. Gw sih ga pernah ounya pikiran negatif tentang cewe yang ngerokok. Udah hal yang biasa menurut gw jaman skarang. Ya udah gw tawarin rokok yang gw beli, lebetulan d stok. Daripada si tante jauh2 ke minimarket malem2, skalian gw tawarin minuman dingin yang gw beli. Akhirnya dia gabung duduk2 sama gw di depan kamar. Dia tanya tentang kerjaan gw, sampe kapan disini dll.. ternyata asik juga ngobrol sama tante oliv ini.. dari sini gw juga tau kalo pak jefry kerja di bidang pelayaran, ABK salah satu kapal. Jarang pulang apalagi katanya punya selingkuhan.

    Gw : waduhh.. maaf tante, udah buat tante curhat..
    Tante : gpp kok dik, lagian tante jadi lega.. mau crita sama sapa lagi.. tau kan disini susah mau ngobrol sama warga kos.. mereka sibuk sendiri, ga pernah bersosialisasi..
    Gw dan tante oliv semakin akrab.. sampe kita tukeran pin bb.


    Beberapa hari kemudian..
    *PING!*
    Gw kaget hampir jam 11 ada bbm masuk..
    Tante : malam dik sorry ganggu.. udah tidur?
    Gw : eh tante.. malam.. belum tante, ga biasa tidur cepet.. ada yang bisa dibantu?
    Tante : dik ray ada rokok? Tante minta dong.. lagi bete nih.. *wew gaul juga tau bete.. kaya abg aja*
    Gw : ada nih.. bentar saya anter..
    Tante : ga usah.. tante kesitu deh.. skalian ngobrol2..

    gw buka pintu dan si tante datang, rupanya dia lagi galau. Maklum si om dari terakhir ketemu blom juga pulang. Lama kita ngobrol sampe ga kerasa udah jam 1, si tante pamit pulang. Jujur dari awal dia dateng gw ga konsen ngobrolnya. Dia pake baju tidur tipis dan ga pake BH, gw konak abis tapi gw berusaha tutupin.
    Tante : tante balik dulu ya, makasih loh..
    Gw : iya tante sama2..
    Tante : eh iya.. itu ditutupin terus awas patah.. hahaha ati2 ntar ga bisa tidur lho..
    Gw : *bengong* eh.. hehehe.. gpp tan.. hehehe.. kan ada tangan buat selesaiin.. hahaha

    Tante vie jalan balik ke kamarnya. Tanpa senyum, tanpa permisi.. langsung ngeloyor pergi. Gw bengong sendiri deh, merasa celetukan atau tanggapan gw salah. Tapi kan si tante yang mancing. Atau jangan2 dia cuma ngetes doang?! Ah damn..

    Stengah jam kemudian..
    *PING!*
    Tante : udah tidur dik?
    Gw : eh tante.. belum..
    Tante : masih tegang ya..
    *gw mikir mo bales apa.. takutnya dia mancing cuma mau tau gw gimana..*
    Gw : nggak kok tan..
    Tante : emang ngeliatin apa sih tadi kok sampe gitu..
    Gw : eh ngga tante.. *mancng ato apa sih ni tante*
    Tante : ngga..ngga melulu nih.. serius nih tante nanya.. liatin apa sih?
    Gw : serius juga tante.. ngga kok…
    Tante : ray.. menurut kamu tante menarik ga sih? Tau ga tante tadi sengaja lho pake pakaian gitu… biasanya cuma sama om aja tante pake baju gitu..
    Gw : yah.. pasti lah cowo bilang menarik kalau liat cewe berpakaian gitu.. cuma homo aja kali yang ga suka *jawab gw sok diplomatis*
    Tante : ah tapi si om ga tertarik lho.. bahkan tante ga pake bajupun dia ga tertarik..
    Gw : ah masa sih.. mungkin om lagi capek kali..
    Tante : iya capek.. capek abis naikin cewe lain…
    Gw : naikin? Maksudnya?
    Tate : ih kamu ni pura2 ga tau ya?
    Gw : …
    Tante : naikin = ngetotin
    *wah si tante bahasanya mulai vulgar nih*
    Gw : hahaha tante bisa aja bahasanya…
    Tante : eh itu.. masih berdiri ga? Kasian amat…
    Gw : itu?!
    Tate : iihhh.. kontol kamu itu loh..
    Gw : hehehe abis ini itu.. ini itu.. kan ga tau tan.. masih sih.. cuma pegel ah mainin pake tangan ga lemes2.. capek sendiri jadinya..
    Tante : hahaha kasian amat.. ya udah dibawa tidur aja dik.. bye…
    *what the hell… mancing dan gitu doang??? Fuck lah…*
    Gw : bye.. *si tante read.. tanpa bales lagi..*

    Gw masih belom bisa tidur.. ngeliatin jam sampe akhirnya ketiduran.. sampe hp gw bunyi tanda bbm masuk. Ternyata dari si tante, nanya gw udah tidur belom. Gw liat jam masih jam stengah 3.

    Gw : belum tante.. *padahal mah udah*
    Tante : kenapa? Pusing? Hahaha..
    Gw : ih si tante ni..
    Tante : kenapa tante?
    Gw : iya tante ni godain doang.. bantuin mah ngga..
    delivered cuma ga di read.. ah kampret salah dah gw, tapi bodo amat lah Sapa suruh mancing. 15 menitan D berubah jadi R..
    Tante : sori lama bales.. tante pipis dulu tadi.. mau dibantuin? Hahaha *emot ngakak*
    Gw : gak kok.. becanda aja.. lagian tante mana mau.. trus juga ntar om marah.. hehe *emot nyengir*
    Tante : minta rokok lagi dong.. tante ke situ ya..
    Gw : yaudah.. kesini aja tante.. pintu ga kunci.. buka aja..

    Sambil tunggu si tante gw buka baju, pake boxer tanpa pake celana dalem. Makin besar tonjolan di bawah itu keliat.


    *klik.. pintu dibuka*
    Tante : dik ray.. tante masuk ya..
    Gw : iya tan masuk aja.. itu rokoknyabdi meja samping tv..

    Si tante ambil rokok trus diisep. Gw cuek aja mainin hp, nntn film bokep sengaja hp gw suarain..

    Tante : ih seru amat nontonnya.. nonton film blue pasti deh..
    Gw : hahaha iya tante.. biasa kan anak muda…
    Tante : mana coba liat..

    Finally si tante bareng gw nonton ni film, pas adegan cowo jilatin memek cewenya dan sengaja gw puter tentang MILF si tante nanya.. “ga jiji apa tu cowo..”

    Gw : ga lah buktinya tu dia malah enak jilatinnya..
    Tante : tante ga pernah digituin loh..
    Gw : makanya bilang om..
    Tante : ah males bahas si om bajingan itu..

    Gw nyengir, lanjut nntn tanpa komentar. Pas gw lirik si tante ternyata dia lagi liatin kontol gw yag lagi tegang..

    Gw : liatin apa tante?
    Tante : kayaknya gede ya..
    Gw : hahaha kayaknya doang gede.. padahal kecil..
    Tante : pasti gede…
    Gw : buktiin aja..
    Tante : hahaha…

    Gw bengong.. si tante suruh buktiin malah ketawa.

    Tante : boleh pegang?
    Gw : pegang aja..

    Ga lama si tante megang kontol gw, dari luar. Dipegang trus diukur-ukur gitu. Si tante bilang kalo emang gede. Padahal buat aku sih ga gitu gede. Ukuran normal kok, ga gede kaya di cerita2 lain yang kelihatan mengada2. Panjang cuma 16cm-an dan diameter 2,5an. Katanya si om ga segitu.. penasaran dia keluarin dari dalem celana. Matanya ngeliat liar..

    Tante : ih.. gede loh say.. *what say??*
    Gw : masa sih?
    Tante : hu..ummhh.. ssshhh… *mulai dikocok kontol gw.. dan nafasnya mulai ga teratur..*
    Gw : ummhhh.. aakkhh.. enak banget.. anjritt..

    Sambil ngocok si tante ngelirik gw, penuh tatapan nafsu. Gw hanya terduduk diam nikmatin kocokannya. Si tante makin kuat ngocoknya. Ga lama dia ludahin kontol gw.. sambil terus ngocokin kenceng banget. dia narik tangan gw diarahin ke toketnya.

    Tante : enak? Jagan diem aja kamu.. mau enak sendiri? *aih.. kayaknya si tante suka maen kasar nih..*


    Gw remes toketnya.. gw lolosin baju tidurnya. Dan bener dia ga pake BH, gw remes toketnya plintir2 putingnya. Si tante merintih keenakan. Tapi wait… pintu kamar belom dikunci.. gw bediri tiba2 dan pergi kunci pintu..

    Pintu udah gw kunci, begitu balik badan gw liat pemandangan yang ga bisa gw ungkapin dengan kata2, tante via duduk ngangkang , bugil total dan lagi masukin 2 jari ke memeknya. Belum lagi ekspresi hornynya. Gw tersenyum nakal ngeliat apa yang dia lakuin. Ngeliat gw mandangin dia penuh napsu si tante makin mancing gw untuk segera ngegarap dia. Diacungin jari tengah ke arah gw, sambil digerakin tanta nyuruh gw suruh mendekat ke dia.

    Gw : cuma bisa 2 jari doang?
    Tante : trus kamu maunya?
    Gw : masukin 3 jari..! Masukin jari manis kamu..! *dengan nada memerintah*
    Tante : iihh sayang.. sakittt..
    Gw : mau masukin ato ga gw entot?

    Dengan ekspressi ragu dan sedikit merintih ketahan si tante akhirnya masukin juga 3 jarinya (telunjuk, jari tengah dan jari manis) gw jalan perlahan ke arah dia dan mulai merangkak. Tersenyum damgan tatapan nakal mulai gw jilatin memeknya. Nafas si tante mulai tambah ga beraturan..
    “aiikkkhhh.. saa.. kiitt.. saayankkhh.. mmhhh.. peeriihhh..” rintihnya.

    Gw jilat sangat perlahan, malah terkesan ragu. Tiba-tiba tante via ngejambak rambut gw dan narik muka gw sampe bener2 nempel di memeknya “akhhh.. bangsaathh kamu sayannkkhh.. jilat memek tanteee.. ouuwwhhh.. iseeppphh…”

    *plakkk…* tiba2 gw ditampar.. dalem hati gw bener ni si tante suka maen yang kasar.. oke gw ladenin.. abis itu 3 jarinya yamg penuh lendir dimasukin ke mulut gw, gw pun dengan rakusnya jilatin jari2 itu.

    Tante : enak?? Heh..?? Isep tu lendir..!
    Gw : enak sayang…
    Tante : eh kurang ajar.. siapa suruh panggil sayang??
    Gw : enak tante.. enak banget..
    Tante : mmhh.. jilat lagi memek tante..! *plak.. gw ditampar lagi*

    Gw jilat penuh napsu. “Eh.. kamu cuma bisa gitu aja?? Jilat yang bener.. bisa puasin cewe gak sih kamu..??” Denger kata2 gitu makin naik napsu gw, gw gigit2 kecil dan isep dengan kuat.


    Gw masukin 3 jari gw ke memeknya trus gw kocok dengan kenceng. “Akkkhhh.. anjiiinggghh sakiiittt bangsattthhh.. akkhhh.. jangan brentiii.. akkhhh” gw mulai panik, takut rintihannya kedengeran tetangga lain.
    Akhirnya gw ambil inisiatif buat balikin keadaan. Gw bediri sambil pegang kontol gw. Gw jambak si tante “eh brisik banget ya lo perek..! Buka mulut lo..!”
    Gw masukin kontol gw ke mulutnya. Gw masukin ala deepthroat.. si tante kelabakan, air liarnya sampe netes2 di celah bibirnya dan kontol gw. “Ummhhh.. lo tuh terlalu brisik…! Makanya lebih bagus mulut lo disumpal..!” Oceh gw sambil maju mundurin pantat gw ngocokin mulutnya.
    Damn..! Enak banget rasanya.. ini cewe kedua yang pernah gw dapetin yang suka maen kasar, selain cewe gw Valent.

    “Tangan lo jangan diem aja.. masukin jari lo ke memek trus kocok..!” Perintah gw. Dahinya mengernyit waktu dia masukin 3 jari dia ke memeknya.







  • Kisah Memek Tante Tetangga Mandi

    Kisah Memek Tante Tetangga Mandi


    2774 views

    Duniabola99.com – Kisah ini berawal dari nafsuku yang boleh dibilang ugal-ugalan. Bagaimana tidak, disaat usiaku yang mencapai 29 tahun, sekarang ini inginnya ML (bersetubuh) terus tiap hari dengan istriku (inginnya 3 kali sehari). Dan para netters duga, pasti seorang istri tidak hanya menginginkan kepuasan seksual setiap waktu, akan tetapi juga kerja mengurus rumah lah, mengurus anak lah dan lain-lain banyaknya. Sehingga nyaris istriku juga sering keberatan kalau tiap malam bersetubuh terus, dan aku juga kasihan padanya. Setiap kali bercinta, istriku bisa 3 kadang 4 kali orgasme dan aku sendiri kadang tidak ejakulasi sama sekali karena istriku keburu lelah duluan. Paling setelah istriku tertidur pulas kelelahan, aku langsung pindah ke meja kerjaku dan menyalakan PC, lalu memutar Blue Film dan aku lanjutkan dengan self service. Setelah puas, aku baru menyusul istriku yang tertidur, dan jika tengah malam aku terjaga dan kudapati “pusakaku” berdiri, aku ulangi lagi hingga aku benar-benar lelah dan tertidur.


    Aku sendiri sangat bergairah apabila melihat tante-tante yang umumnya mereka lebih dewasa, lebih pintar dan telaten dalam urusan ranjang. Bahkan aku dalam melakukan onani sering membayangkan dengan tante-tante tetanggaku yang umumnya genit-genit. Begitu hingga suatu saat, aku mendapat pengalaman bercinta yang amat berkesan dalam sejarah kehidupan seksualku.Ceritanya berawal pada saat temanku mengajak karaoke di kawasan wisata prigen dan sebelumnya aku belum pernah masuk ke kawasan semacam itu. Kami bertiga pesan ruang utama yang mempunyai pintu sendiri dan ruangan itu terpisah dengan yang lainnya selama tiga jam penuh.

    “Eh, Eko emangnya Elo udah booking cewek untuk nemenin Kita..?” tanyaku pada Eko, salah seorang dari kawanku.
    “Sabaarrr Boss, entar Adi juga bawain tuh cewek..” tukasnya. Joker388
    Sepuluh menit kemudian, saat aku akan menyulut Djarum 76-ku, merapatlah sebuah Kijang dan Civic Wonder berjejeran ke hadapanku dan Eko. Kalau Kijang itu aku kenal, itu adalah Kijang-nya si Adi dan keluar dua orang ABG yang berdandan Ahooyy. Berdesir darah lelakiku melihat dua orang ABG itu. Bagaimana tidak, pakainnya super ketat dan sangat menonjolkan bukit-bukit indah di dada dan pantatnya. Akan tetapi, aku tidak kenal dengan Civic itu. Aku melihat di dalamnya ada seorang cewek ABG dan seorang lagi wanita sekitar 35 tahun (menurut taksiranku dari raut wajahnya).
    Eko yang rupanya kenal baik dengan kedua wanita itu langsung menyambut dan membukakan pintu, lantas memperkenalkannya kepadaku.
    “Lisa..” seru tante itu disambut uluran tangannya padaku.
    “Inneke..” sahut gadis manis disampingnya.
    Singkat cerita, kami sudah mulai bernyanyi, berjoget dan minum-minum bersama, entah sudah berapa keping VCD Blue Dangdut yang kami putar. Aku melihat Eko dan Adi mulai mendekati sudut ruangan, dan entah sudah berapa lama ceweknya orgasme karena oral yang mereka lakukan. Sementara aku sendiri agak kaku dengan Lisa dan Inneke. Kami pun tetap bernyanyi-nyanyi, meskipun syairnya awur-awuran karena desakan birahi akibat pertunjukan BF di depan kami

    Aku sendiri duduk di dekat Lisa, sementara Inneke serius menyanyikan lagu-lagu itu. Tante Lisa sendiri sudah habis satu pak A-mild-nya, sementara aku melihat wajah Inneke yang merah padam dan kadang nafasnya terengah pelan karena menahan gejolak yang ia saksikan di layar 29 inch itu. Tiba giliranku untuk mengambil mike dari Inneke, aku bangkit mengambil mike itu dari tangan Inneke dan mengambil duduk di antara Inneke dan Lisa. Pengaruh minumanku dan XTC yang mereka telan membuat kami jatuh dalam alunan suasana birahi itu.
    “Boy.., I want your sperm tonight Honey…” bisik Lisa lirih di telingaku, sementara tangan kirinya meraba selangkanganku.


    Inneke yang sudah meletakkan pet aqua-nya mengambil sikap yang sama padaku. Dia malah mulai memainkan ujung lidahnya di telinga. Hangat nafas dan harum kedua wanita itu membuatku terbuai dalam alunan melodi birahi yang sudah aku rasakan menjalar menelusuri selangkanganku. Perlahan namun pasti, kejantananku menegak dan kencang, sehingga Lee Cooper-ku rasanya tidak muat lagi, apalagi saat meneganggnya salah jalur dan sedikit melenceng.
    “Lho kok.. bengkok punyamu Say..?” tanya Lisa padaku pura-pura seperti seorang amatiran saja.
    Belum sempat aku menjawab, buru-buru Inneke membuka zipper dan CD-ku, lantas mengeluarkan isinya.
    “Gini lho Tan… mintanya dilurusin, Mas Boy ini..” kata Inneke diikuti penundukkan kepalanya ke arah selangkanganku.
    “Aaakkhhh…” pekikku tertahan saat Inneke spontan mulai mengulum kepala penisku ke dalam mulutnya dikombinaksikan dengan sedotan dan jilatan melingkar lidah.
    Spotan kedua kakiku menegang dan membuka lebih lebar lagi untuk memudahkan oral Ineke.

    “Ooookh My Godd… ssshhh… aakkk…” desahku.
    Seluruh tubuhku bergetar dan terasa disedot seluruh sumsun tulangku lewat lubang penisku. Permainan Inneke betul-betul professional, sampai-sampai dentuman musik itu sepertinya tidak kudengar lagi, karena telingaku juga berdesir kencang. Ujung penisku betul-betul ngilu, hangat, geli dan perasaan birahi bercampur jadi satu disana. Lisa lantas membuka kancing kemeja Hawai-ku dan mundaratkan mulut indahnya di puting susu kiriku, sementara puting kanan dimainkan oleh telunjuk dan jempol kirinya.

    “Aaakkk… mmmhhh…” desahku tidak menentu.
    Aku betul-betul tidak tahan menikmati sensasi ini. Agen Joker388
    “Gila.., inilah penyelewenganku yang pertama dan dimanja oleh dua orang wanita sekaligus…” bisikku dalam hati.
    Aku semakin tidak tahan saja, lalu kurengkuh leher Lisa dan kudekatkan bibirku, kujulurkan lidahku menyapu seluruh rongga mulutnya dan sesekali kuhisap dalam-dalam bibir bawahnya yang sangaat menawan itu. Ini karena jujur saja, aku lebih bergairah dengan Tante Lisa, meskipun sudah hampir mencapai kepala 4 itu (dalam perbincangan kami, akhirnya aku tahu juga umur Lisa, meskipun tidak pasti segitu bahkan bisa lebih).

    Badanku lantas kumiringkan dan bersandar pada sofa.
    Bukit indah Tante Lisa adalah tujuanku dan benar saja, berapa saat kemudian, “Oookkkhhh… Nimaaatthh… Sayyy… seddooottthhh… terrruuusshhh…” desah Lisa terengah-engah.
    Sedotanku kukombinasikan dengan pelintiran jempol dan telunjuk kiriku, sesekali kuputar-putar putingnya dengan telapak tanganku.
    “Ssshhh… terussshhh… Sayyy…” Lisa mendesis seperti ular.
    Tiba-tiba, “Teeettt..,” suara bel mengejutkan kami, pertanda sepuluh menit lagi akan berakhir.
    Aku melihat Adi dan Eko tersandar kelelahan, dan kulihat ada sisa sperma menentes dari ujung penis-nya yang mulai mengkerut.
    “Udahan dulu ya Tante.., In..,” pintaku pada mereka.
    “Emmhhh… Oke…” jawab mereka dengan nada sedikit keberatan.


    Kami pun turun, aku berpisah dengan Adi dan Eko, entah kemana mereka melanjutkan petualangan birahinya. Dan kami pun sudah masuk ke Civic Lisa.
    “Kemana Kita nich..?” tanyaku sok bloon seraya menghidupkan mesin.
    “Kita lanjutin di hotel yuk Ke..!” ajak Tanta Lisa kepada Inneke.
    “Baik Tan… Kita ke hotel **** (edited) yang punya whirpool di kamarnya.” sahut Inneke.
    Rupanya Tante Lisa adalah seorang eksekutif, karena itu ia pesan salah satu President Suit Room yang mana seumur-umur aku baru mesuk ke dalamnya. Kamarnya luas, kurang lebih 6 x 8 meter, beralaskan permadani coklat muda kembang-kembang dan dilengkapi whirpool yang menghadap ke arah kehijauan lembah. Kamar itu juga mempunyai sofa panjang di sebelah whirpool.

    Begitu masuk, Tante Lisa lalu mengunci pintu, aku dan Inneke mengambil tempat duduk di sofa sebelah whirpool. Aku melingkarkan lenganku ke pundak Inneke, alunan musik malam pun semakin menambah romantis suasana.
    “Innn…” bisikku mesra kepada Inneke mengawali percumbuanku.
    Inneke yang sudah on berat itu langsung menyambut kecupanku, nafasnya terengah-engah, menandakan bahwa dia sangat menginginkan kehangatan, kenikmatan dan mengisi kekosongan ruang vaginanya yang terasa menggelitik dan lembab. Dengan sedikit tergesa, aku melepas CD-nya, lalu kurebahkan kepalanya di sandaran sisi sofa dan keletakkan pinggulnya tepat diselangkanganku.
    “Sreett…” penisku mulai bereaksi saat pantatnya yang dingin menyentuh Lee Cooper-ku dan kulihat Inneke terpejam, sementara tangannya membetulkan rambutnya yang tergerai di sofa.

    Aku mulai memainkan jari telunjukku di bibir luar vaginanya yang sudah mulai melelehkan cairan bening dari hulunya. Tidak ketinggalan, bibirku menghisap dalam-dalam dan sesekali kujepit putingnya dengan kedua bibirku lalu kutarik-tarik, sesekali kupilin-pilin dengan kedua bibirku.
    “Wuuuaahhh… ssshhh… terussshhh… nikkkmatthhh…” desah Inneke keras-keras saat kuperlakukan seperti itu.
    Tubuhnya kejang panas dan seluruh aliran darahnya kini memuncak. Sengaja aku tidak memasukkan telunjukku, karena untuk menstimulasi lebih intens lagi. Kami bercumbu dan sudah tidak ingat lagi apa yang dilakukan Lisa di kamar mandi yang begitu lama.

    “Bentar Inn.., Aku pispot dulu yach..?” kataku sambil melepaskan cumbuanku.
    “Emmhhh…” desah Inneke sedikit kesal.
    Akan tetapi, aku melihat Inneke melanjutkan birahinya dengan dua jari. Aku sendiri berlari kecil menuju ke kamar kecil dan sesampai di pintu, aku kaget karena mendapati Tante Lisa lagi meregang orgasmenya.
    “Aaakkkhhh… ssshhh… ssshhh…” desah Tante Lisa, matanya mendelik merem melek.
    Tampaknya vibrator mutiara itu masih bekerja, sehingga saat aku kencing, Lisa pun tidak melihatku.
    “Boyyy…” sebuah panggilan lembut mengagetkan aku saat hendak meninggalkan kamar mandi itu.
    “I… iii.. yaaa… Tan..?” sahutku agak kaget.
    “Sini dooonggg..! Hangatin vagina Lisa dengan penis Kamu yang.., ookkhhh…” Tante Lisa terpekik saat vibrator itu ia cabut dari liang vaginanya.


    Aku hampiri Tante Lisa di Bath tub itu dan aku baringkan tubuhku disana.
    “Oh.., nikmat sekali mandi air hangat dikelonin tante seksi ini.” bisikku dalam hati.
    Aku rengkuh lehernya dan kuberikan french kiss yang begitu mesra dan Tante Lisa pun membalas dengan ganas seluruh rongga mulutku, leher dan kadang puting susuku di hisapnya. Penisku yang terendam kehangatan air itu semakin maksimal saja. Selama tiga menit kami bercumbu, Tante Lisa nampaknya tidak dapat mengendalikan nafsunya.
    “Mmmppphhh… oookkkhhh… setubuhi aku Boy..! Cepeeetthh..!” pinta Tante lisa sambil menggeliat seperti cacing kepanasan.
    “Baik.. Lisss… Terima penisku yang panjaaanggg…” bisikku sambil memasukkan seluruh batang penisku pelan sekali.
    “Oohhh… mmmppphhh… nikmatthh…” gumannya saat batang kejantananku mili per mili mulai menjejali rongga rahimnya.
    “Kocokkhh.. yaacchhh… terussshhh… aaakhh… nimat bangeettthh..!” serunya ketika aku mulai mengosok-gosok pelan penisku.

    Aku keluarkan kira-kira empat senti, lalu kukocok lima atau enam kali dengan cepat dan kusodokkan dalam-dalam pada kocokan ke tujuh. Rupanya usahaku tidak sia-sia untuk menstimulasi G-spot-nya.
    “Aaakkkhhh… ooohhh… nimatthhnyaa… oookkkhhh Godd..!” teriaknya mengawali detik-detik orgasmenya.
    Sepuluh detik kemudian, “Nnggghhh… aaakkkhhh… sshhhfff… ookkkhhh… Boyy… kocokk… lebih intens lagi Yannk..!” jerit Tante Lisa diiringi geliat liar tubuh indahnya.
    Payudaranya diremas-remasnya sendiri, sementara aku tetap berpegangan pada sisi bathtub sambil mengocok lembut vaginanya.
    “Akkhh…” teriakku pelan saat Tante Lisa menggigit pundakku karena aku masih saja mengocok penisku di vaginanya.
    Rupanya Lisa sudah mulai ngilu.

    Aku memeras tegang otot lenganku dan Tante Lisa sepertinya minta time out untuk mengatur nafas dan menghilangkan kengiluan di liang sengamanya. Aku meraih lehernya, lalu aku berdiri pada dua lututku dan Tante Lisa diam mengikuti apa yang akan kulakukan. Aku memondong Lisa dan tetap menjaga penisku tertanam dalam-dalam di vagina Tante Lisa yang mengapit kedua tungakainya ke pinggangku. Kami menghampiri Inneke yang juga lagi meregang orgasmenya dan Inneke tampaknya lebih liar dari pada Lisa, mungkin karena pengaruh XTC dan suasana yang penuh hawa birahi itu.

    “Aaaoookkkhhh… ssshhh… aaakkkhhh… aaakkkhhh…” jerit Inneke keras sambil menghujam-hujamkan kedua jari kanannya.
    Sementara tangan kirinya meremas dan memilin payudaranya dan sesekali ditekan serta diputar. Aku terkesima sejenak dengan pemandangan yang diciptakan Inneke itu dan aku mebayangkan akan lebih histeris lagi pasti jika yang keluar masuk itu adalah 15 cm penis kebanggaanku.
    “Booyy… ayyyoook terusinn..!” pinta Tante Lisa diiringi goyangan lembut pinggulnya.
    Ia tampaknya mulai bergairah kembali setelah melihat Inneke yang begitu histeris dan aku pun demikian ketika penisku hampir mengendor di Vagina Lisa. Aku maju selangkah dan mendudukkan Tante Lisa dari arah belakang sofa. Aku sendiri mengambil posisi berdiri untuk memudahkan eksplorasiku. Di lain pihak, Inneke yang sudah mengakhiri masturbasinya itu mengetahui kehadirna kami dan mengambil tempat di belakang Tante Lisa.

    “Ookkhhh… Terusin Keee..!” pinta Tante Lisa saat Inneke menyibakkan rambutnya dan mulai mencumbui leher Tante Lisa.
    Tidak ketinggalan, kedua telapak tangan Inneke menggoyang, memutar puting dan kadang-kadang dipilin lembut. Aku sepertinya merasakan apa yang Tante Lisa rasakan, darahnya mulai hangat, birahinya sudah memanas. Tubuh lisa bagaikan daging burger di antara aku dan Inneke, pinggulnya masih aktif menggoyang-goyang, kadang menghentak-hentak lembut.
    “Oooaaakkkhhh… nngghhh… ohhhh… nngghhh… Kocok terushh… yaaa… iyaa… terusss..!” desah Tante Lisa keras saat aku tepat menstimulasi G-Spot-nya.
    Nafasnya tersengal-sengal disela-sela lenguhan-lenguhan panjangnya, tubuh Tante Lisa menggeliat-geliat liar.
    Inneke masih aktif membantu Tante Lisa menggapai surgawinya, kecupan-kecupan di belakang tubuh, leher, pinggang dan tiba-tiba Tante Lisa melenguh panjang diiringi percepatan hentakan pinggulnya. Aku semakin penasaran saja apakah yang dilakukan Inneke hingga Tante Lisa tampak lebih histeris lagi dari yang tadi. Kuraba raba punggung Lisa sambil kukulum mesra bibirnya, tanganku mulai turun ke arah pantatnya, kutekan kedua sisi bokongnya yang padat itu dan kuulir-ulir. Berawal dari situlah aku tahu rupanya telunjuk dan bibir Inneke memainkan peran di lubang anus Tante Lisa, telunjuknya yang berlumur vaselin itu keluar masuk lembut di vagina Tante Lisa.


    “Oookkhhghh… Goddhh… Ke… truuusss… Yanng… oookkhhh, kontholll… akkhhh… sshhh…” ceracau Tante Lisa tidak beraturan, menjemput ambang orgasmenya.
    Kedua lubang Tante Lisa terasa pejal dan hangat. Aku malah semakin terangsang oleh imajinasiku sendiri, aku lantas memeluk erat-erat Tante Lisa saat ia mulai mengencangkan lingkaran tangannya di tubuhku. Darahku juga mulai bergerak cepat menuju ke ujung syaraf di kepalaku, kupingku tidak lagi menghiraukan lenguhan dan desahan-desahan Tante Lisa.

    “Oookkkhhh… Lissshhh… nikmathhh… vaginamu… Akkhhh..!” desahku saat birahiku kurasakan menjalar di seluruh tubuhku.
    “Booyyy… Akuuu… mmmhhh… mauuu…” seru Tante Lisa menyambut orgasmenya.
    Tubuhnya menegang, wajahnya merah merona, menambah cantiknya Tante kesepian ini, sementara bibirnya terkatup rapat.
    “Sssebentar… Lissss… Kita keluar bareng…” bisikku yang kuiringi tempo kocokanku secara maksimal, yaitu kukeluarkan hampir sepanjang batangnya dan kubenamkan dalam-dalam di rahimnya.

    Rupanya darahku tidak bertahan lama di syaraf-syarafku, hingga berdesir kencang meluncur melalui seluruh nadiku dan bermuara pada sebuah daging pejal di selangkanganku.
    “Lisss… Aku nyammmppaaiii… uuaaakkkhhh… aaakkhhh.., aakhhh..,” desahku sambi memutar-mutar penisku yang tertanam maksimal di vagina Tante Lisa, sehingga rambut-rambutku yang disana juga menggelitik klitoris Tante Lisa.
    “Sseerrr… serrr…” kurasakan cairan Tante Lisa mendahului orgasmeku, dan seditik kemudian, aku dan Lisa meregang nikmat.
    Kami menjerit-jerit sensasional dan tidak khawatir orang lain mendengarnya. Tante Lisa histeris seperti orang kesetanan ketika telunjuk Inneke juga mempercepat kocokan di anusnya.

    “Aaakkkhhhggh…” desah kami bersamaan mengakhiri nikmat yang tiada tara tadi dan juga baru kurasakan seumur hidupku.
    Maniku meleleh di sela-sela pejalnya bnatang kejantananku yang masih manancap dalam di rahim Tante Lisa. Inneke tampaknya puas dengan hasil kerjanya, lalu ia memeluk Tante Lisa erat dan berbisik, “Enak khan Tannn..?”
    Tante Lisa sendiri sudah lemas dan terkulai di atara aku dan Inneke, aku mengecup mesra Tante Lisa dan beralih kepada Inneke untuk memberikan stimulan birahi dalam dirinya yang juga mulai mendidih.

    Kedua wanita itu memang hebat, yang tua histeris dan mampu menguasai diri dan yang muda histeris juga dan menuruti jiwa mudanya yang bergejolak. Tante Lisa tampaknya tidak dapat menahan rasa di tubuhnya, sehingga lunglai lemas tidak bertenaga. Inneke lantas membimbingnya melepas gigitan vaginanya dari penisku yang mulai mengendor ke arah ujung sofa untuk beristirahat. Kulihat wajah Tante Lisa amat puas bercampur dengan letih, akan tetapi semua beban birahinya yang tertahan selama dua minggu meledak lah sudah.

    “Ooookkkhh… sssshh…” desis Tante Lisa saat penisku kutarik pelan dari gigitan vaginanya.
    Aku melangkahi sofa dan duduk di sandarannya, lalu kubuka kedua pahaku. Tampaklah oleh Inneke sebuah meriam yang berlumur sperma masih setengah tegak.
    “Oookkkhhh… gellliii… ssshhh… terusssss… Keee..!” pintaku pada Inneke saat ia mulai mengulum penisku dan hampir semuanya terkulum di mulutnya yang sedikit lebar namun seksi.
    “Oaaakhhh…. aaakkkhh… sshhhssshshh…” desisku saat aku mulai merasakan lagi denyutan penisku di mulutnya.

    Inneke masih menghisap habis seluruh sperma yang tersisa dan kocokkannya semakin cepat, hingga kedua kakiku bergetar menahan ngilu bercampur nikmat.
    “Oookkkhhh… terusss… hisappphh Sayy..!” pintaku sambil mendorong kepala Inneke untuk melakukan lebih dalam lagi.
    “Oooouakghh.. Plop…” tiba-tiba mulut Inneke melepas kulumannya dan langsung berdiri menjilat leher dan kedua telingaku bergantian.
    “Aku ingin di whirpool Sayy..!” bisik Inneke.


    Whirpool itu sendiri sudah dilengkapi semacam sofa untuk berbaring, sehingga jika berbaring di situ, maka mulai dada sampai kaki akan terendam air hangat bercampur semburan air di sisi-sisi kolamnya. Aku merebahkan Inneke disana dan memulai percumbuan kami, tubuh kami terasa hangat dan seperti di pijat-pijat, sehingga penisku yang sempat layu mulai menegang kembali. Inneke tampak menikmati sensasi ini dan aku tahu bahwa Inneke akan menginginkan melodi yang berbeda dengan Lisa.

    “Masss… sshh… oookkkkhh… masukin Aku… oookkhhh… mmmppphh…” pinta Inneke sambil membuka pahanya lebar-lebar.
    Sejenak aku memainkan kehangatan air, kuayun-ayun tanganku di dalam air ke arah vagina Inneke yang membuatnya segera menarik tubuhku untuk menaikinya. Kami memang sudah diselimuti nafsu sehingga rasanya pemanasan Inneke melihat orgasme dari Tante Lisa sudah lebih dari cukup. Tubuh kami hangat oleh air dan kehangatan dari pasangan kami serta semburan-semburan air dari sela-sela kolam membuat kami semakin terbuai jauh ke awang-awang.

    “Blesss…” 10 cm dari penisku mulai menjejali vagina Ineke diiringi desahan, “Aaakkkkhhh… mmmppph…” guman Inneke yang membuat Tante Lisa tersadar dan menyusul kami di kolam.
    Kuhentakkan pelan, sehingga seluruh penisku mendesak dinding-dinding vaginanya yang terasa lebih perat dan berdenyut. Lisa mengambil posisi memangku kepala Inneke di paha kanannya dan membelai lembut kening Inneke.
    “Aaawww… oookkkhhh… gelli… Masssh…” teriak Inneke saat aku memainkan otot lelakiku di leher rahimnya.
    “Masss… dikocok pelaannn… yacch..!” pintanya sambil membelai rambutku, membuatku jadi teringat saat-saat romantis dengan pacar-pacarku dulu.

    Aku mengangguk dan kuikuti apa yang Inneke mau, lalu kukocok perlahan dengan cara sepuluh senti aku kocok lima atau enam kali dan kubenamkan dalam-dalam, lalu kuputar pada kocokan ke-7. Cara ini efektif untuk menstimulasi G-Spot seorang wanita. Kurang lebih lima menit kemudian, Inneke mengangkat kepalanya dan mendaratkan ciuman bertubi-tubi di mulut dan leherku bergantian. Tubuhnya sedikit menegang dan lebih hangat kurasa, lalu aku memberi isyarat Tante Lisa untuk menyingkir ke arah bagian belakang kami.
    “Ooookhhh… Massshh.. aaakuuu… hammmppirr..!” bisik Inneke saat aku mulai menaikkan ritme kocokanku.
    “Tahan Ke..!” pintaku, lalu aku memberi isyarat kepada Tante Lisa lagi.
    “Akkkhhhgghhh… ssshhh… mmmpppphh…” desahku dan Inneke bersamaan saat telunjuk Tante Lisa mulai memasuki lubang pantatku dan anusnya Inneke.
    Rasanya hangat mengelitik, apalagi jika di kocokkan di kedalaman anusku dan aku bisa membayangkan sensasi yang dialami Inneke. Pasti akan terasa pejal dan nikmat serta sensasional pada kedua lubangnya.


    “Oookkkhhh… Taaan… aaaakk.. kuuu tak kuuu..atthh…” teriak Inneke mulai mengawali detik-detik orgasmenya.
    Para netters yang budiman, sudah bisa diduga, kami pun terbuai dengan alunan sensai jari Tante Lisa dan hisapan vagina Inneke bersamaan. Demikian pula Inneke. Panasnya penisku dan gelitik telunjuk Tante Lisa membuatnya lupa daratan.
    “Aaaggghhh… oookkkhhh… oookkkhhh… aaakkkhhhg… mmmm.. ssshshhh.. awww… ssshhh…” ceracauku dan Inneke tidak beraturan.

    Dan kurang lebih sepuluh detik kemudian, aku dan Inneke meregang birahi yang dikenal dengan nama orgasmus secara bersamaan. Aku memancarkan spermaku. Terasa lebih banyak dari pada dengan Tante Lisa dan aku juga merasakan aliran mani Inneke dari rahimnya. Aku menghempaskan tubuhku ke samping Inneke dan Tante Lisa mengambil tempat di sisi lainnya. Hangat tubuh mereka dan kami becumbu seolah tiada hari esok. Kami lanjutkan tidur mesra diapit dua tubuh sintal nan hangat berselimutkan sutra lembut. Dan saat salah satu dari kami terjaga, kami mengulanginya lagi hingga spermaku betul-betul terasa kering.

    Minggu siang, kami baru terbangun, lantas kami mandi bersama dan kemudian sarapan pagi. Kami meluncur ke Surabaya dan janji akan kencan lagi entah dengan Tante Lisa ataupun Inneke atau kadang mereka minta barengan lagi. Aku akhirnya terlibat kisah asmara yang penuh birahi, namun aku puas karena dapat melampiaskan nafsuku yang meletup-letup itu. Beberapa kali aku ditawari dan berkencan dengan teman Tante Lisa dan kadang ada yang aku tolak, karena prinsipku bukan jual cinta seperti gigolo, akan tetapi sebuah prinsip petualangan.

  • Kisah Memek Tante Vena Aduhai

    Kisah Memek Tante Vena Aduhai


    2574 views

    Duniabola99.com – Panggil saja namanya tante Vena, dia seorang janda yang ditinggal mati suaminya sekitar 4 tahun yang lalu, umur tante Vena sekarang 31 tahun, mempunyai seorang anak yang masi kecil.


    Dia sebenarnya sering datang ke Jakarta, dan memang mempunyai sebuah rumah disini, serta mempunyai seorang anak angkat yang juga merupakan anak dari kakaknya. Namanya abdi, dia juga sedang kuliah dan tinggal di kos yang sama denganku, tapi dia lebi muda dariku 2 tahun. Kami lumayan akrab, sehingga kami sering keluar atau pergi jalan bersama.

    Perkenalanku dengan tante Vena, adalah ketika kunjungannya ke Jakarta, karena sebenarnya dia berasal dari Kalimantan. Pada waktu itu, aku diajak makan siang bersama oleh abdi, dan katanya ada tantenya yang datang ke Jakarta bersama anaknya. abdi berjanji untuk bertemu tantenya di sebuah mall yang cukup terkenal di Jakarta. Setelah menunggu selama hampir setengah jam, akhirnya kami bertemu dengan tantenya. Pertama kali melihat tantenya, pandanganku seperti tidak bisa ketempat lain lagi.

    Aku begitu terpesona melihat penampilannya, begitu rapi, cantik dan sexy. kulitnya yang putih dan mulus, rambutnya yang panjang terurai, membuatnya terlihat begitu merangsang, serta tubuhnya yang langsing, pinggang yang ramping, dan ukuran tubuh yang tidak terlalu tinggi, mungkin sekitar 160cm. payudaranya yang montok, besar dan kencang, mungkin sekitar 34D, ditambah lagi dengan memakai kemeja putih ketat dengan kancing bagian atas yang dibuka, sampai payudaranya yang besar itu terlihat begitu indah dan montok, tampak menyembul, seperti mau keluar dari pakaiannya.

    Bokongnya yang bulat dan kecil itu, terlihat begitu padat. Adik kecilku bahkan sempat menegang , karena melihat keseksian, keindahan, kemontokan tubuhnya, bahkan cara jalannya yang terlihat seperti di catwalk. Dalam diriku tidak berhenti memuja tubuh yang sangat seksi itu, dan betapa nafsu laki-laki aku muncul, karena itu kali pertamanya aku melihat pemandangan yang begitu merangsang. Jujur saja, aku sangat pengen meremas-remas dada dan bokongnya itu, tangan ku sudah gatal rasanya. Tapi aku masi bisa menahannya.

    Setelah itu kami berkenalan, tangannya yang kecil itu begitu lembut. Dan dilanjutkan dengan makan siang bersama, kami berbincang-bincang dan menjadi dekat, karena tante Vena orangnya gaul, jadi semua pembicaraan kami terasa nyambung. Selesai makan, kami diantar pulang ke kos oleh tante Vena. Sayang sekali aku tidak menanyakan no hpnya.

    Setalah hari itu, kami makin sering bertemu, karena tante Vena sering mengajak kami pergi makan dan jalan-jalan. Dan aku menjadi semakin menginginkan untuk menikmati tubuhnya itu. Tante Vena sering telpon-telponan denganku, kadang hanya untuk ngobrol saja, tapi tante Vena lebih sering menelponi aku daripada anak angkatnya. Bahkan sempat dia memintaku untuk menjadi anak angkatnya, tapi aku hanya menganggapnya basa-basi saja.

    Tak terasa sudah berapa kali kami bertemu, dan akhirnya aku menjadi benar-benar akrab dengan tante Vena.. dan tante Vena mengajaku untuk menginap ditempatnya. Semula aku menolak, tapi tante Vena tetap memaksa seperti anak yang manja, akhirnya aku terima ajakannya. Aku hanya pura-pura menolak, tapi sebenarnya aku mau menginap ditempatnya. Fontana99

    Malam itu, aku dan tante Vena duduk-duduk di lantai teras rumahnya di lantai atas. Angin malam yang menyejukkan, dan suasana yang tenang, membuat kami merasa lebi santai. Ketika itu anak-anaknya sudah tidur.
    Karena aku dan tante Vena sudah akrab, maka aku memberanikan diri bertanya-tanya sesuatu yang “nakal”.

    “tante ngga ngerasa kesepian, kalau malem-malem ga ada yang temenin tidur.. hehe..”, candaku pada tante Vena..
    sebelumnya tante Vena tampak terdiam tidak mau menjawab, hanya tertawa kecil, tapi akhirnya,
    “Nakal juga kamu ya..”
    “emang sih kesepian.. tapi mau gimana.. ga ada yang menghibur.. “, lanjutnya dengan sedikit mengeluh.
    “hahaha.. kalau tante bole.. aku mau menghibur tante..”, candaku lagi.
    “haha.. emangnya kamu bisa apa.. belum ada pengalaman, trus ntar malah tante yang kecewa..”, tanyanya, sambil memancingku.
    “iya.. tapi setidaknya aku pernah liat dan tau cara-cara ama
    posisi-posisi nya..”, candaku dengan sedikit menantang.
    “yuk masuk aja.. tambah dingin aja nih di sini..”, ajaknya dan mengubah topik. Dan kami pun masuk kedalam.

    Tante Vena memintaku mengunci pintu, setelah selesai menguncinya, ternyata tante Vena masih berdiri di sana. Kami bertatapan, cukup lama, tapi tidak berbicara satu katapun. Pikiran ku mulai kacau, dan berpikir yang tidak-tidak. Benar saja, tiba-tiba tante Vena memegang kedua tanganku, dan dengan senyuman nakal menarikku ke sebuah kamar, kamar yang disediakannya buatku selama aku menginap di tempatnya.


    Aku didorong ke ranjang, dan terduduk diatas ranjang yang lebar itu.
    Tante Vena langsung saja mendatangiku, meloncat dan duduk diatas pahaku, kedua tangannya memegang erat rambut belakangku. Dan dengan tiba-tiba tatapan matanya berubah menjadi tatapan nafsu yang sangat besar.

    “Tunjukin ke tante kalau kamu emang tau cara-caranya..”, setelah itu langsung saja dia mencium bibirku dengan buasnya, tangannya yang memegang kepalaku bergerak-gerak memegangi dan menjambaki dengan kuat seluruh rambutku.

    Tubuh kami bergerak maju mundur mengikuti gerakan kepala kami. Lidahnya bergerak-gerak dengan cepat di dalam mulutku, aku membalasnya dengan menggerak-gerakan lidahku juga. Ternyata saat itu aku baru sadar bahwa nafsu seks tante Vena ternyata besar sekali, dapat kulihat dari caranya, bagaimana tante Vena ingin melumat lidahku. Ketika lidahku masuk dan meraba-raba rongga mulutnya, giginya mengigit-gigit dan mengisap-isap lidahku seperti mau menelannya bulat-bulat, kami seperti sedang bermain pedang-pedangan dengan lidah didalam mulut kami.

    Aku sudah tidak berpikir apa-apa lagi, kecuali malam ini aku harus menikmati tubuh tante Vena sampai puas, akan kulampiaskan semua nafsuku yang tertahan selama ini pada tante Vena.
    “emmm.. emmmm.. ssshhh..aaahh.. ssshh.. aaahh..”, suaranya mendesah.

    Ketika sekali-sekali tante Vena mengigit bibir bawahku, aku gigit pula bibir atasnya. Begitu juga ketika tante Vena mengigit bibir atasku, maka aku menggigi bibir bawahnya.

    Kupegang kedua pahanya, kuleus-elus bagian dalam serta luarnya, sampai akhirnya aku menaikan kedua tanganku dan mencengkram sekuat-kuatnya kedua pantatnya yang bulat itu.

    “ahhh….”, teriakannya kecil.

    Tangan kananku memeluk erat-erat pada pinggangnya yang ramping itu, sampai buah dadanya itu terjepit diantara tubuh kami. Karena aku ingin merasakan kedua buah dadanya menempel didadaku, Begitu besar, begitu empuk, dan betapa dapat kurasakan kedua putingnya mengeras di dadaku.

    Tangan kiriku tetap memegang kedua pantatnya itu, kumasukkan tanganku kedalam celana karetnya, berulang kali aku meremas-remas pantatnya itu dengan kuat-kuat, lalu kuelus-elus dan kuraba-raba, “aaahh..”, suara itu yang sangat ingin aku dengar dari mulutnya.

    Akhirnya kumasukkan jari-jariku kedalam belahan kedua pantatnya. Dengan jari-jariku dapat kurasakan hangat disekitar lubang pantatnya itu. Aku bermain-main dengan jari-jariku dan aku gelitik-gelitik luang duburnya itu, dan terasa tubuhnya berkejut-kejut kegelian, tangan kanannya memegang kuat-kuat pergelangan tangan kiriku untuk menahan rasa geli jari-jariku di duburnya. Jariku dapat merasaka bagaimana duburnya mengejang kegelian.


    Setelah cukup lama kami berciuman, tante Vena melepaskan bibirku, lalu dia berdiri dan membuka baju, celana dan CDnya. Dan kulihat pemandangan yang begitu menakjubkan ketika tante Vena mengangkat kedua tangannya, dadanya yang besar itu ikut terangkat, lalu turun dan begoyang-goyang, ahh… betapa beruntungnya aku dapat melihatnya dengan begitu dekat.

    Aku tidak malu-malu lagi, maka kulepas juga semua pakaianku, sampai kami benar-benar telanjang bulat. Aku tak sempat melihat semua bagian tubuhnya, tapi yang pasti bulu-bulu di sekitar mem*k tante Vena itu telah dicukur habis, membuat mem*knya terlihat lebih bersih dan lebih segar. Adikku sudah mencapai 80%.

    “dicukur tante..?”, tanyaku, tante Vena hanya membalas dengan senyuman dan tidak berkata apa-apa.

    Setelah itu kami lanjutkan lagi ciuman kami, semakin lama mulut kami semakin penuh dengan ludah kami yang telah bercampur, begitu kental, begitu nikmat, dan begitu banyak sampai menetes keluar dari sela-sela mulut kami, dan sampai aku merasa seperti sedang meminum segelas air

    ludah kenikmatan bersama-sama tante Vena. Tiba-tiba tante Vena menyedot semua ludah-ludah itu kemulutnya dan melepas mulutku. Dengan tatapan mata dan senyuman yang nakal, tante Vena mengeluarkan air ludah itu, membiarkannya mengalir seperti air terjun, dari mulutnya ke dagunya, lehernya, membasahi dadaku dan dadanya, dan akhirnya turun sampai ke pangkal paha kami, membuat gesekan tubuh kami terasa menjadi lebih licin.

    Melihat itu, mulai kuarahkan kepalaku untuk menjilati air ludah, tapi tidak kutelan, mulai dari sudut-sudut bibirnya, lalu dagunya, lehernya, betapa air ludah itu terasa lebih nikmat, karena telah bercampur dengan keringat tante Vena.

    Kubungkukkan badanku sedikit, sehingga mendorong tubuh tante Vena sedikit kebelakang, dan akhirnya mukaku sampai tepat didepan dadanya,

    “besar banget tante..”, kataku spontan, aku tidak melihat matanya, tapi aku tahu kalau dia tertawa gembira.

    Kubaringkan badanya ke ranjang, tante Vena dibawah dan aku diatas menindihnya. Lalu kuciumi, kusedot-sedot dan kugigit-gigit kecil puting susunya, tanganku meremas dadanya yang lain, jariku secara refleks mulai memutar-mutar dan mencubit-cubit kecil puting susunya.

    “aaahh..”, desahnya.. Kubuka mulutku selebar-lebarnya dan dengan sedikit memaksa aku mencoba “memakan” dadanya sebanyak mungkin.

    Aku ingin “menelan” semua dadanya. Kuremas, Kugigit, kujilat dan kusedot, semua itu kulakukan berulang-ulang kali sampai aku puas.

    “ssshhh..aahhh..aah..aah..”, desahannya semakin membuat nafsuku menggebu-gebu.

    Setelah puas dengan dadanya, aku mulai turun menciumi perutnya, menjilat-jilat pusarnya, kedua tanganku tetap memegangi dadanya, tangan tante Vena tetap memegang kepalaku, mengikuti kemana kepalaku bergerak.
    Akhirnya aku sampai di depan mem*knya, yang ternyata sudah basah, aku mencium bau harum dan lembut dari mem*k dan disekitar pangkal pahanya.

    Aku sudah tidak tahan lagi, langsung saja kujilat dan kugigit-gigit kecil klit nya, aku memainkan lidahku dengan cepat di duburnya, naik-turun dari pantat ke klitnya, berulang-ulang sampai daerah itu basah oleh ludahku.


    “aaaaaaaaahhhh………..”, suara desahannya yang rendah, dan semakin kuat tante Vena menjambak rambutku.

    Kujilati mem*k nya seperti sedang menjilat es krim, es krim yang tidak akan pernah habis. Setelah itu aku belutut di ranjang dan mengangkat pantatnya tinggi-tinggi, sehingga kedua lututnya berada di dekat dengan kepalanya, selama dalam posisi kepala dan kaki dibawah tapi pantatnya terangkat seperti itu, kedua tangannya hanya bisa memegang pantatnya, menarik kekanan dan kekiri, sehingga lubang vagina dan lubang pantatnya dapat kulihat dengan jelas.

    Tangan kiriku memegang perutnya, dengan badan kutahan punggungnya supaya posisinya tidak berubah. Dan dengan jari tengah serta telunjuk tangan kanan, kumasukkan kedalam vaginanya, kedua jariku bermain-main, berputar kiri-kanan, dan keluar masuk di lobang vaginanya.

    “aaaahh… aaaahh..aaaahhh.. eennaaaakkk…”, kata tante Vena sambil memejamkan mata, membuatku semakin bersemangat memainkan vaginanya.
    “jangan berhentii…. trussss…. aaaahh…”

    Setelah cukup lama aku bermain-main dengan mem*knya, akhirnya tubuh tante Vena seperti kejang-kejang, dan bergerak-gerak dengan cepat serta kuat, sampai aku sedikit kewalahan menahan posisinya.

    “aaaah.. aaaa..aaaaaaaaaaaaahh..”, kata tante Vena, sembari tubuhnya mengejang-ngejang, lalu keluar cairan putih kental yang cukup banyak dari dalam vaginanya, membasahi tanganku dan daguku, dan menyebar ke dadaku dan perutnya, aku tidak tahu cairan apa itu, baunya pun tidak begitu sedap.
    “haah.. hah.. hah..hah..”, suaranya kecapekan, disertai keringat yang bercucuran dan tubuhnya mulai melemas.

    Tangannya pun jatuh terkulai keranjang, tante Vena terlihat seperti orang yang sudah KO.

    “Jilatin franss… jilatin yaa.. sampe bersih…”, kata tante Vena dengan manja.. Semula aku tidak mau, tapi setelah mendengar permintaan manja tante Vena, akhirnya kulakukan juga.

    Padahal penisku saja belum kumasukan kedalam vaginanya, tapi tante Vena sudah kecapekan. Tapi aku juga sebenernya sudah kecapekan berada di posisi seperti itu, tanganku sudah pegal-pegal, tapi nafsu dan semangatku masih besar, karena aku belom puas, jadi tidak boleh putus di tengah jalan.

    “hahh.. franss.. jari kamu bener-bener nakal..”, katanya
    terengah-engah.
    “sini frans..”, panggilnya sambil menarik kepalaku mendekat ke mukanya.

    Dengan begitu aku menindih badannya, dadanya yang besar itu mengganjal tubuhku, dan kubiarkan juga penisku terjepit diantara tubuh kami. Aku dapat merasakan detak jantungnnya, desahan nafasnya yang telah kecapekan. Kedua tangannya melingkar memeluk leherku, kakinya juga mengangkat dan melipat di punggungku.


    Tanganku memegang pinggangnya, meraba-raba dari atas ke bawah, dan satunya lagi mengelu-elus rambutnya yang panjang dan terurai itu. Tubuhnya benar-benar dibasahi oleh keringat. Aku sengaja menggerakkan tubuhku maju-mundur, sengaja membuat penisku yang masih tegang itu mengosok-gosok mem*knya, sengaja kuraba-raba pinggiran dadanya yang ikut berbergerak maju mundur, kulakukan supaya dapat membuatnya bernafsu lagi.

    “frans, tante suka banget cara lu ngobokin vagina tante..”, kata tante Vena memjuaku.
    “jadi gimana.. tante puas ga..”, tanyaku.
    “puas banget.. baru begitu aja tante uda kecapekan..”, katanya sambil memegang pipiku dan menatap mataku dalam-dalam.
    “tapi tenang aja.. tante masi kuat kok..”, lanjutnya menggoda.

    Tanpa banyak bicara lagi, langsung saja aku mencium bibirnya.. Petandan mulainya ronde kedua.

    “hhmmppp… hmmppp.. hemmmpp…”, desahannya menjukkan bahwa tante Vena masih bernafsu. Perlahan-lahan aku mulai merasakan putingnya mengeras kembali didadaku, tangan dan kakinya memeluk tubuhku dengan lebih erat.

    Tampaknya memang benar, nasfu dan stamina tante Vena sudah kembali.
    Cukup berapa menit saja, dan air ludah mulai memenuhi mulut kami.

    Tante Vena mendorong tubuhku kesamping, dan kamipun berganti posisi, aku dibawah dan tante Vena diatas. Disedotnya kembali semua air ludah itu, perlahan-lahan tante Vena menegakkan badannya. Tante Vena pun melakukan hal tadi, mengeluarkan air ludah itu sedikit demi sedikit ke dadaku, perutku, lalu akhirnya membanjiri tubuhnya sendiri, air ludah itu terus turun dengan cepat sampai membasahi penisku yang berada terjepit diantara bagian dalam pangkal pahanya dan tubuhku.

    Dengan senyuman dan tatapan mata nakal, tante Vena memundurkan tubuhnya, lalu membungkuk, sambil memegang penisku, tante Vena menumpahkan sisa air ludah itu ke penisku.

    “wow.. lumayan juga punya kamu yaa…”, katanya dengan bernafsu, sambil memegang erat penisku.
    “tadi sudah giliran kamu.. sekarang giliran tante buat kamu
    kecapekan..”, setelah itu, tante Vena mulai mengecup kepala penisku.

    Tangan yang satunya memegang, memainkan dan menekan-nekan, bahkan kadang digenggamnya dengan kuat buah pelirku.

    “Aaah…”, kataku karena rasa nyeri di buah pelirku.

    Dengan posisi kakiku yang terbuka lebar, tanpa banyak bicara lagi, tante Vena dengan tatapan nakalnya mulai menjilati dari pangkal batang sampai keujung penisku. Tanganku memegangi rambutnya, karena aku ingin melihat pemandangan yang tak ingin aku lewati, bagaimana tante Vena menjilati penisku dengan nafsunya. Digititnya kecil ujung penisku, rasanya geli sekali. Dikulum-kulumnya penisku, dijilatnya seperti sedang menjilat batang eskrim kenikmatan yang tidak akan pernah habis.


    Sekarang giliran buah pelirku ikut di”makan”nya, dimasukkan kedalam mulutnya bersama dengan bulu-buluku. Lidahnya bermain dengan cepat didalam mulutnya, sesekali pelirku seperti sedang dikunyah oleh tante Vena. “aaahh..”, teriakku kecil, menahan sakit.

    Penisku sudah basah sekali oleh air ludah tante Vena, nafsunya seperti sudah tidak tertahan lagi. Penisku teraa panas gara-gara bergesekan dengan mulut dan tangannya. Kepalanya naik turun dengan cepat diikuti dengan tangannya. Sesekali kepala penisku ditarik dengan kuat oleh giginya. Geli sekali.

    Cukup lama tante Vena bermain-main dengan penisku, kira-kira hampir setengah jam, akhirnya aku sudah tidak tahan lagi.

    “aaaaa.. tanteeeee…”, teriakku panjang.

    Mendengar seperti itu, tante Vena makin mempercepat gerakan mulut dan tangannya. Otot kakiku sudah mengejang menahannya, akhirnya.. crrttt.. crrttt.. keluar juga spermaku. Tante Vena tidak mengeluarkan penisku dari mulutnya, dengan nafsu tante Vena menjilati semua spermaku, tidak dibiarkannya setetespun mengalir keluar. Semuanya ditelan tanpa sisa, bahkan penisku masi disedot-sedotnya. Begitu bernafsunya sampai tante Vena terlihat seperti wanita yang benar-benar kehausan akan spermaku.

    “aaahh.. punya kamu hangat sekali rasanya.. nikmat banget..”, kata tante Vena.
    “ha ha.. sekarang kita satu sama..”, lanjutnya dengan gembira, sambil menindih badanku.

    Kami berpelukan diranjang, meraba-raba tubuh. Kuelus pahanya yang mulus, sedangkan tante Vena mengelus-elus perut dan dadaku. Kami bertatapan dan memuji.

    “enak sekali tante.. tante jago banget..”, kataku, menikmati bagaimana enaknya pengalaman dioral oleh seorang wanita cantik.
    “kamu juga hebat.. tante suka de sama kamu.. bisa tahan selama itu…”, balasnya nakal.


    Aku begitu lelah, rasanya sudah tidak ada tenaga lagi. Aku melihat tante Vena, tampaknya ia juga dalam keadaan yang sama denganku.
    Tak banyak bicara, tante Vena mengecup dahiku.

    “kita bobo dulu aja ya sekarang.. tante pengen lanjut tapi lemes banget rasanya..”, katanya.
    “iya tante.. aku juga capek banget.. tante emang top..”, balasku.

    Tampak tante Vena tersipu malu dan tertawa kecil. Sebenernya nafsuku masih besar, tapi keadaan tubuhku tidak memungkinkan. Aku juga tidak mau memaksa tante Vena yang sudah sangat kecapekan.

    Begitu lemas, akhirnya kami tidur berpelukan, menghangatkan. Kupeluk erat-erat tubuh tante Vena seperti sedang memeluk bantal, aku masih ingin merasakan dadanya yang besar itu. Dengan pahanya tante Vena mengelus-elus pahaku.

    Aku merasa senang sekali mesikpun aku tidak puas malam itu.

  • Kisah Memek Tante Vira Seksi

    Kisah Memek Tante Vira Seksi


    2324 views

    Duniabola99.com – Aku Punya Tante, namanya Tante Vira. Tanteku ini sangat seksi dan bokongnya yang binal banget, semua orang yang melihatnya pasti ingin memperkosanya..


    Aku sedang tidur ketika HPku berdering. Suara yang tak asing terdengar ditelingaku. Rupanya Tante Vira ada di Jogja. Katanya sich ada tugas kantor dengan teman-temannya dan aku diminta datang ke hotel tempat mereka menginap.

    Sambil jalan aku membayangkan sosok Tante Vira. Dia adik ibuku yang berusia 39 tahun. Kulitnya kuning langsat dengan tinggi 170 cm, tubuhnya ramping dan seksi. Dadanya dihiasi oleh sepasang payudara yang indah dan besar yang dalam kesehariannya selalu dibungkus busana muslimah karena seorang PNS.

    Waktu kecil dulu aku sering mengintip dada Tante Vira dan kalau onani sering membayangkan dadanya itu. Kalau membandingkannya dengan artis, Tante Vira mirip Marsanda pas dulu pakai hijab, Sexy dan Montok..

    Sesampai di hotel aku diperkenalkan dengan dua teman Tante Vira, Bu Shinta dan Pak Bondan. Mereka memintaku menjadi penunjuk jalan selama mereka di Jogja, dan aku menyanggupinya.

    Setelah itu kami berkeliling kota sampai jam 21:47. Karna sudah malam tante meminta aku menginap dikamarnya saja. Kesempatan batinku, dari tadi aku sudah gatal melihat payudara tante dibalik baju tang top biru yang ketat. Aku tak ingat lagi kalau dia tanteku, yang penting hasratku tersalurkan pikirku.

    Setelah masuk kamar tante pergi mandi, aku langsung memikirkan cara bagaimana agar aku bisa menikmati tubuh Tante Vira yang seksi walau sudah mempunyai dua anak. Saat dia keluar aku menelan ludah, dengan celana pendek ketat sampai diatas lutut dan baju kaos putih tanpa lengan benar-benar memamerkan lekuk-lekuk tubuhnya yang sempurna.

    Saat Tante Vira lewat didepanku tercium wangi sabun dari tubuhnya, saat ia hendak mengeringkan rambutnya terlihat BH hitam kesukaanku dari balik ketiak Tante Vira.

    Aku jadi gelap mata. Begitu Tante Vira membelakangiku, langsung kurangkul dia. Bibirku menyedot lehernya, sementara tanganku yang satu meremas sepasang payudara dan yang satu lagi bermain diselangkangan dan paha Tante Vira. Tante Vira Kaget, dengan mata melotot ia membentakku


    “aku ini tantemu Ndri!!!” , teriaknya
    “Maaf tante, aku sudah lama mengagumi tante,..” sambil tetap ku ciumi lehernya
    “Ndri,..km sadar ga sih” , Tante belum bisa menerima kuperlakukan seperti itu.

    Aku tidak peduli, aku tetap memeluknya dari belakang, dan tanganku menelusup mencari memeknya,. Hanya sebentar ia meronta setelah itu tubuh Tante Vira menjadi tenang.bahkan mulai terangsang sepertinya.

    “Izinkan aku merasakan tubuh tante yang indah ini ya?” Desahku di kuping Tante Vira.
    “Tapi Ndri”..
    “Aku sudah ga tahan tante,keinginan ini sudah lama aku pendam”

    Mungkin karena kasihan dan juga mulai terangsang, Tante membiarkan tanganku memainkan klentitnya,dan mulai pasrah dengan perlakuanku.

    “Gimana Ndri? Tapi sekali ini aja ya Ndri.. dan kamu harus janji ini menjadi rahasia kita berdua” Kata Tante Vira. Aku mengangguk kecil tanda bersedia.

    Tante lalu mencopot bajunya dan terlihatlah buah dadanya yang putih mulus terbungkus BH hitam, aku diam memperhatikan, birahiku mulai naik. Lalu Tante Vira mencopot celana ketatnya terlihat paha mulus yang kugerayangi tadi.

    Saat ia hendak melepas tali BH aku cegah. Dengan lembut tanganku kebelakang pundak Tante Vira membuka kaitnya lalu memelorotkan BH itu sambil menggesek puting susunya. Sepasang payudara berukuran 36 B terlihat sangat indah dipadu dengan puting susunya yang mencuat kedepan.

    Tante Vira lalu mencopot celana dan CD hitamnya. Dan kini ia telah telanjang bulat, penisku terasa tegang karna tak menyangka tubuh tante seindah itu. Lalu ia naik keatas ranjang dan merebahkan badannya telentang. Aku begitu takjub, tubuh tanteku yang aduhai telanjang dan pasrah berbaring diranjang tepat dihadapanku. Foto Hot Tante Vira


    “Ayo Ndri.. apa yang kamu tunggu, tante udah siap, jangan takut kalau belum pernah nanti tante bantu” Kata tante.
    “Iya.. tolong ya tante” Jawabku berbohong.

    Segera aku melepas semua pakaianku karna sebenarnya aku juga sudah tak tahan. Kulihat Tante Vira memperhatikan kejantananku yang berdenyut-denyut, lalu aku naik keatas ranjang dan memulainya.

    Langsung saja kukecup bibirnya, kulumat-lumat bibirnya, terasa ia kurang meladeni bibirku, masih canggung pikirku, tapi tidak aku hiraukan terus aku lumat bibirnya. Sementara kuarahkan tanganku ke dadanya. Kutemukan gundukan bukit, lalu aku elus-elus dan remas buah dadanya sambil sesekali memelintir puting susunya.

    “Ooh.. Ndri.. apa yang kau lakukan.. ergh.. sshh..” Tante mendesah tanda birahinya mulai naik, sesekali aku merasakan ia menelan ludah yang mulai mengental.

    Setelah puas dengan bibirnya, kini bibirku kuarahkan kebawah, aku ingin merasakan bagaimana rasanya mengulum buah dada Tante Vira. Sejenak aku pandangi buah dada yang kini berada tepat dihadapanku, ooh sungguh indahnya, putih mulus tanpa cacat sedikitpun, seperti belum pernah terjamah laki-laki.

    Langsung aku jilati dari bawah lalu kearah putingnya, sementara buah dada kanannya tetap kuremas-remas sehingga tambah kenyal dan mengeras.

    “Emmh oh aarghh” Tante mendesah hebat ketika aku menggigit puting susunya.
    Kulirik wajahnya dan terlihat matanya merem melek dan giginya menggigit gigi bawahnya, kini jariku kuarahkan keselangkangannya. Disana kurasakan rambut yang tumbuh disekeliling vagina Tante Viral.

    Jari-jariku kuarahkan kedalamnya, terasa lubang itu sudah sangat basah, tanda bahwa dia sudah benar-benar terangsang. Kupermainkan jari-jariku sambil mencari kelentitnya. Kupermainkan jariku keluar-masuk didalam lubang vagina Tante Vira yang semakin licin tersebut.

    “Aarrgghh.. eenhh.. Ndri kam.. mu ngapain oohh..” Kata tante meracau nggak karuan, kakinya mengecak-ngecak sprei dan badannya menggeliat.
    Tak kuperdulikan kata-katanya, maka tubuh tante makin menggelinjang dikuasai nafsu birahi.


    Kurasakn tubuh Tante Vira menegang dan wajahnya memerah bercucuran keringat, aku pikir dia sudah mau klimaks. Kupercepat gerakan jariku didalam liang vaginanya.

    “Oohh.. arghh.. oohh..” kata Tante Vira dengan nafas tersengal-sengal dan tiba-tiba.
    “Ooh..aahh..” Tante mendesah hebat dan pinggulnya terangkat, badannya tergetar hebat beberapa kali.
    Terasa cairan hangat memenuhi lubang vaginanya.
    “Oohh.. ohh.. emhh..” Tante mendesah-desah meresapi kenikmatan yang baru diraihnya.

    “Ndri apa yang kamu lakukan kok tante bisa kayak gini?” Tanyanya padaku.
    “Kenapa memangnya tante?” Kataku sambil meremas payudaranya.
    “Baru kali ini aku merasakan kenikmatan seperti ini, luar biasa” Kata Tante Vira. Ia lalu bercerita kalau om Wirya (suaminya) hanya sebentar saja jika bercumbu sehingga ia kurang puas.

    “Sayang.. sekarang giliranku” Bisikku ditelinganya, tante mengangguk kecil.
    Aku mulai mencumbunya lagi, kulakukan seperti tadi, mulai dari bibirnya yang kulumat, lalu buah dadanya yang aku nikmati. Setelah kurasa cukup, kusejajarkan tubuhku diatas tubuhnya dan Tante Vira tahu. ia lalu mengkangkangkan pahanya lalu kuarahkan batang kejantananku keliang senggamanya.

    Perlahan-lahan aku masukkan batang penisku dan aku nikmati. Batang kejantananku mudah saja memasuki liang senggamanya karna sudah sangat basah dan licin. Kini perlahan-lahan aku gerakkan pinggulku naik turun. ooh nikmatnya. “Lebih cepat Ndri.. aarghh.. mmhh” Kata tante terputus-putus dengan mata yang merem melek. Aku percepat gerakanku lalu terdengar suara berkecipak dari selangkangannya.

    “Iya.. begitu.. aahh.. terr.. russ.. aarghh..” kata tante tak karuan.
    Keringat kami berucuran menjadi satu, kulihat wajahnya semakin memerah.
    “Ndri, tante mau.. enak lagi.. ohh.. ahh.. aahh ahh..” Kata tante sambil mendesah panjang, tubuhnya bergetar dan kurasakan vaginanya dipenuhi cairan hangat menyiram batang penisku.

    Remasan dinding vaginanya begitu kuat, akupun mempercepat gerakanku dan.. croott.. akupun mencapai klimaks.. aahh.., kubiarkan air maniku keluar didalam liang senggama Tante Vira.


    Kurasakan nikmat yang luar biasa, kupeluk tubuhnya erat-erat sambil mengecup puting susunya menikmati kenikmatan sex yang sesungguhnya. Setelah cukup menikmatinya kucabut penisku dan kubaringkan tubuhku disampingnya.
    “Tante, terima kasih ya..” Kubisikkan lirih ditelinganya sambil kukecup pipinya.

    “Tante juga Ndri.. baru kali ini tante merasakan kenikmatn seperti ini, kamu hebat” Kata tante lalu mengecup bibirku.
    Kami berdua lalu tertidur karna kelelahan.

    Sekitar jam 3 pagi aku terbangun. Setelah meminum segelas air aku memandangi tubuh telanjang Tante Vira. Benar-benar menggairahkan sekali, kecantikan wajah dan keindahan tubuhnya masih terjaga diusianya yang hampir berkepala 4 ini.

    Lalu aku mulai mencumbunya lagi, kali ini aku ingin menikmati dengan sepuas hatiku setiap inci tubuh Tante Vira. Perlahan-lahan aku lumat bibir Tante Vira dengan penuh kelembutan sampai ia mulai terbangun lagi.

    Setelah Tante Vira terbangun kugunakan lidahku untuk membelah bibirnya, kupermainkan lidahku didalam mulutnya. Tante Virapun mulai berani, lidahnya juga dipermainkan sehingga lidah kami saling beradu, membuatku semakin betah saja berlama-lama menikmati bibirnya.

    Tanganku beroperasi didadanya, kuremas-remas payudaranya yang kenyal mulai dari lembah sampai ke puncaknya lalu aku pelintir putingnya shingga ia menggeliat dan menggelinyang. Dua bukit kembar itu semakin mengeras. Ia menggigit bibirku saat kupelintir puting susunya.

    Setelah aku puas dibibirnya, kini aku melumat dan mengulum payudaranya. Dengan sigap lidahku menari-nari diatas bukitnya yang putih mulus itu. Tanganku tetap meremas-remas buah dadanya yang sebelah kanan. Kulihat mata Tante Vira sangat redup, ia memagut-magut bibirnya sendiri, mulutnya mengeluarkan desahan erotis.

    “Oohh.. aarghh.. en.. ennak Ndri, emmh..” Kata tante mendesah-desah.
    Tiba-tiba tangannya memegang tanganku yang sedang meremas-remas payudaranya dan menyeret ke selangkangannya. Aku paham apa yang diinginkannya, ia ingin agar aku segera mempermainkan liang vaginanya. Jari-jariku pun segera bergerilya divaginanya. Kugerakkan jariku keluar masuk dan kuelus-elus klentitnya yang membuat tante semakin menggelinyang tak karuan.

    “Ya.. terruss.. argghh.. eemmh.. enak.. oohh..” Mulut tante meracau.
    Setiap kali Tante Vira terasa mau mencapai klimaks, aku hentikan jariku menusuk vaginanya, setelah ia agak tenang, aku permainkan lagi liang senggamanya, kulakukan beberapa kali.

    “Emhh Ndri.. ayo dong jangan gitu.. kau jahat oohh..” Kata tante memohon.
    Mendengarnya membuatku merasa kasihan juga, tapi aku tidak akn membuatnya klimaks dengan jariku tapi dengan mulutku, aku ingin menerapkan hasil latihanku dengan Bu Desy dan Bu Anit.

    Segera kuarahkan mulutku keselangkangannya. Kusibakkan rambut-rambut hitam yang mengelilingi vaginanya dan terlihatlah liang senggamanya yang merah dan mengkilap basah, sungguh indah. Segera aku jilati lubang itu, lidahku kujulurkan keluar masuk.

    “Ndri.. apa yang kamu lakukan.. arghh itu kan ji.. jik emhh..” Kata tante.
    Aku tak perdulikan kata-katanya, lidahku terus menari-nari didalam liang senggamanya bahkan menjadi semakin liar tak karuan Ketika lidahku menyentuh kelentitnya, ia mendesah panjang dan tubuhnya menggeliat tak karuan dan tak lama tubuhnya bergetar beberapa kali, tangannya mencengkram sprei dan mulutku dipenuhi cairan yang keluar dari liang kewanitaannya.

    “Ohmm.. emhh.. ennak Ndri.. aahh..” Kata tante ketika ia klimaks.
    Setelah Tante Vira selesai menikmati kenikmatan yang diperolehnya, aku mencumbunya lagi karna aku juga ingin mencapai kenikmatan. Kali ini posisiku dibawah tubuh Tante Viral.


    Aku tidur telentang dan Tante Vira melangkah diatas batang penisku. Tangannya memegang batang kejantananku yang tegak perkasa, setelah menjilatinya lalu perlahan-lahan pinggangnya diturunkan dan vaginanya diarahkan ke batang penisku dan dalam sekejap bless burungku hilang ditelan liang kewanitaannya.Tante Vira lalu mulai melakukan gerakan naik turun, ia angkat pinggannya dan ketika sampai dikepala penisku ia turunkan lagi. Mula-mula ia pelan-pelan tapi kini ia mempercepat gerakannya.

    Kulihat wajahnya penuh dengan keringat, matanya sayu sambil merem melek dan sesekali ia melihat kearahku. Mulutnya mendesis-desis, sungguh seksi wajah wanita yang sedang dikuasai nafsu birahi dan sedang berusaha mencapai puncak kenikmatan.

    Wajah tante terlihat sangat cantik seperti itu ditambah lagi rambut sebahunya yang terlihat acak-acakan terombang ambing gerakan kepaalanya. Payudaranya terguncang-guncang, lalu tanganku meremas-remasnya. Desahannya tembah keras katiak jari-jariku memelintir puting susunya.
    “Oh emhh yaah.. oohh..” Itulah kata-kata yang keluar dari mulut tante.
    “Tante nggak kuat lagi Ndri..” Kata tante sambil berhenti menggerakkan badannya.

    Aku tahu ia segera mencapai klimaks, lalu aku rebahkan tubuh Tante Vira dan kupompa liang senggamanya, tak lama tante mencapai klimaks. Kuhentikan gerakanku untuk membiarkan Tante Vira menikmati orgasmenya yang kesekian.
    Setelah itu kucabut batang penisku dan kusuruh Tante Vira menungging lalu kumasukkan batang penisku dari belakang. Tante terlihat hanya pasrah saja terhadap apa yang kulakukan padanya. Ia hanya mendesah kenikmatan.


    Setelah puas dengan posisi ini, aku suruh tante rebahan lagi dan aku masukkan lagi batang kejantananku dan memompa vaginanya lagi, karna aku ingin mengakhirinya. Beberapa saat kemudian tante ingin klimaks lagi, wajahnya memerah dan tubuhnya menggelinjang ke sana ke mari.

    “Ahh.. oh.. tante mau enak lagi Ndri. arrghh ahh..” kata Tante Vira.
    “Tunggu sayang, ki.. kita barengan.. aku juga sedikit lagi..” desahku.
    “Tante udah nggak tahan Ndri.. ahh..” kata Tante Vira mendesah panjang.
    Lalu tubuhnya bergetar hebat, pinggulnya terangkat naik. caran hangat membasahi batang kejantananku. Cairan hangat menyirami batang penisku dan kurasakan dinding vaginanya seakan akan menyedot penisku begitu kuat dan akhirnya aku pun tidak kuat.. crott.. aku pun mencapai klimaks.
    Nikmatnya luar biasa. Lalu kami saling berpelukan erat meresapi kenikmatan yang merasuki kami berdua.

    “Thank’s tante” Bisikku sambil memelintir puting susunya.
    Setelah itu 3 malam berturut-turut aku memuaskan hasrat yang terpendam sejak aku kecil sampai Tante Vira kembali pulang ke Smr.
    “Kalau pulang.. jangan lupa kerumah ya” Bisiknya saat akan naik ke pesawat terbang di bandara.

    Aku tersenyum penuh arti. Sebentar lagi aku akan pulang berlibur, aku sudah rindu dengan Tante Vira yang semok aduhai.

  • Kisah Memek teman adikku yang hot

    Kisah Memek teman adikku yang hot


    3830 views

    Duniabola99.com – Kala itu aku numpang kost di rumah temanku yang sudah berkeluarga. Sedang seorang gadis adik temanku kebetulan numpang juga di rumah itu, sebagai pengasuh anak-anak temanku itu, berhubung suami istri bekerja. Pada awalnya aku memandang gadis itu Nani namanya, biasa-biasa saja.

    Maklum aku walaupun sudah cukup dibilang dewasa (27) tetapi sekalipun belum pernah mengenal wanita secara khusus apalagi namanya pacaran, maklum orang tuaku menekankan menuntut ilmu lebih utama untuk masa depan.


    Apalagi setelah aku selesai kuliah dan langsung bekerja, aku merasa berhasil menikmati hasilku selama ini. Itu sekedar background kenapa gadis itu aku pandang biasa saja, karena dia hanya lulus SD sehingga aku kurang peduli bila aku menyadari tingkat pendidikanku sendiri.

    Namun dari hari kehari Nani si gadis itu selalu melayaniku menyediakan makan, menjaga kebersihan kamarku, dan bahkan mencuci bajuku yang terkadang tanpa aku minta walaupun aku sebenarnya biasa mencuci sendiri, namun adakalanya aku cukup sibuk kerja, sehingga waktuku terkadang serasa di buru-buru.

    Rupanya gadis itu sedikit menaruh hati, tapi aku tidak tanggap sekali. Terlihat dari cara memandangku, sehingga aku terkadang pura-pura memperhatikan ke arah lain. Sampai pada suatu saat, dimana temanku beserta anak istrinya pulang kampung untuk suatu keperluan selama seminggu, sedangkan adik perempuannya karena harus menyediakan makan setiap kali untukku, tidak diikutkan pulang, sehingga tinggal aku dan si gadis Nina itu di rumah.

    Rupanya kesendirian kami berdua menimbulkan suasana lain di rumah, dan hingga pada suatu pagi ketika gadis itu sedang membersihkan kamarku yang kebetulan aku sedang bersiap berangkat kerja, masuklah gadis itu untuk menyapu lantai. Sebagai mana posisi orang menyapu, maka saat gadis itu membungkuk, aduuhhhh…, rupanya perh yang sedang bercermin tersapu juga oleh pemandangan yang menakjubkanku.

    2 buah melon yang subur segar terhidang di depanku oleh gadis itu, dengan sedikit basa basi gadis itu menyapaku entah sadar atau tidak dia telah menarik perhatianku karena payudaranya yang tidak terbungkus BH, kecuali dibalut baju yang berpotongan dada rendah. Dengan tidak membuang kesempatan aku nikmati keindahan payudara itu dengan leluasa melalui cermin selama menyapu dikamarku.

    Menjelang dia selesai menyapu kamarku, tiba-tiba dia dekap perutnya sambil merintih kesakitan dan muka yang menampakkan rasa sakit yang melilit. Dengan gerak refleks, aku pegang lengannya sambil aku tanya apa yang dia rasakan.


    Tetapi tiba-tiba saat menggosok lagi-lagi dia mengerang dan mengaduh, sehingga membuatku sedikit panik dan membuatku segera ikut memegangi perutnya dan sambil ikut mengurut juga. Dan nampak sedikit agak berkurang rintihannya, sambil masih tetap kuurut perutnya. Sumber Cerita Sex Perawan

    Kepanikanku mulai hilang dan aku mulai sadar lagi akan keindahan payudara gadis itu bersamaan dengan bangkitnya perasaan gadis itu selama aku urut tadi mulai menelusuk ke tubuhnya merasakan kenikmatannya juga dan dengan tiba-tiba tanganku dipegangnya.

    Di bimbingnya tanganku ke taman berhiaskan buah melonnya yang subur segar dan aku turuti saja kenikmatan bersama ini untuk mengusap buah melon yang tidak terbungkus itu, dan tanganku terus menelusup diantara buah-buah itu sambil memetik-metik putingnya.

    Gadis itu mulai merintih nikmat, dan erangan halus dan memberi isyarat tanganku untuk terus dan terus memilin puting buahnya yang semakin menegang. Baru aku sadari bahwa untuk kali pertama aku merasakan puting gadis yang menegang bila sedang terangsang dengan erangannya yang membuat penisku yang dari tadi ikut mengeras tambah menekan di dalam celanaku yang sebenarnya sudah siap untuk berangkat kerja, namun untuk sementara tertunda.

    “Eehh… Mas.. Gelii.. Tapi nikmat, aahh.. Eehmm aduuhh nikmat mass..”

    Posisi dia saat itu sambil duduk membelakangiku, dan tiba-tiba dia menyandar ke dadaku sambil menengadahkan mukanya dan mulutnya mengendus-endus leherku. Tanpa buang waktu, mulutku pun kuenduskan ke lehernya dan selanjutnya mulut kami saling berpautan, saling mengulum dan saling menjulurkan lidah dengan penuh nafsu.

    Sementara tanganku terus menyusuri buah-buah yang subur itu untuk meningkatkan kegairahannya, sedang tangan gadis itu mulai hilang kesadarannya oleh kenikmatan itu dengan ditandai kegairahannya untuk melepas kaitan rok bawahannya dan dilanjutkan ke kancing-kancing blousenya.

    Kembali kesadaranku tertegun untuk pertama kali aku menikmati keutuhan tubuh seorang gadis yang hanya mengenakan CD-nya. Namun untuk saat itu juga aku terperanjat, “Eiitt, Nina ini sudah jam delapan, aku harus berangkat kerja wahh, aku terlambat”, kataku.

    Kami saling tertegun pandang dan saling senyum tertahan dan kemudian kami berpeluk cium, sambil aku berkata, “Entar aku berangkat dan aku segera kembali, hanya untuk minta ijin kalau aku ada keperluan yahh, gimana?”.


    “He.. Eh, Mas entar kita terusin lagi ya Mas, tapi janji lho, ehh tapi Mas?”.
    “Kenapa Nan…” tanyaku.
    “Mas kemot dulu dong payudaraku, ntar baru boleh berangkat”.

    Achh lagi-lagi kenikmatan yang tak bisa ditunda pikirku, dengan “terpaksa” aku kemot putingnya dan dengan penuh gairah aku kemot buah dadanya sampai hampir merata bekas kemotan di kedua buah dadanya, sampai-sampai si Nani tak percaya keganasanku.

    Kami saling melepas pelukan yang seolah adalah kerinduan yang selama ini lama terpendam. Kebetulan kantorku hanya beberapa ratus meter dari rumah kost yang aku tempati. Selesai aku menyampaikan alasan yang dapat diterima atasanku, segera aku bergegas pulang lagi.

    Ketika aku sampai dirumah, yang memang setiap harinya sepi pada jam-jam kerja, maka menambah kegairahanku waktu aku membuka pintu depan yang tidak terkunci, dan langsung kukunci saat aku masuk.

    Tetapi pintu-pintu kamar tertutup. Maka yang pertama aku tuju adalah kamarku. Aku buka kamarku untuk ganti baju kerjaku dengan maksud akan ganti baju kaos dengan celana pendek saja.

    Aku buka baju dan celanaku satu persatu, dan saat aku hanya kenakan celana dalamku, tiba-tiba dari belakang, Nina si gadis itu sudah di belakang mendekapku dan ohh, menakjubkan…, rupanya dari tadi dia aku tinggalkan, dia tidak lagi mengenakan bajunya sambil terus menungguku di kamarku.

    Maka kembali kenikmatan pagi itu aku teruskan lagi, dengan saling meraba dan dengan ciuman yang penuh nafsu dan kami masing hanya mengenakan celana dalam saja, sehingga kulit kami bisa saling bergesekan merasakan dekapan secara penuh, sementara kami berpelukan dan mulut berciuman, penisku merasakan keempukan tonjolan daging di selangkangan Nani yang seolah terbelah dua memberikan sarang ke batang penisku.


    Cerita Sex Perawan | Sedangkan dadaku merasakan tonjolan buah dadanya yang lembut dan torehan puting susunya di dadaku. Tanganku bergerak dari punggungnya beralih ke pantatnya yang bulat untuk aku remas-remas, sedang tangannya tetap memegang leher dan kepalaku dengan mulut, bibir dan lidah saling mengulum. Lama kami pada posisi berdiri.

    “Eeehh… Mmaas eehh eegh enaak sayang ngg…, teruss, teruss… Gelii… Egghh eenaak” erangnya yang setiap saat keluar dari mulutnya.

    Kegairahan pagi itu kami lanjutkan di lantai kamarku untuk saling berguling dan tetap saling peluk menaikkan gairah petting kami yang pertama kali di lantai kamarku. Maklum kamar indekost dengan tempat tidurku yang seadanya dan pas-pasan yang pasti kurang pas untuk kegairahan petting yang memuncak di pagi itu.

    Dengan leluasa tangan kami saling bergerak ke buah dada, penis, puting dan satu hal selama ini yang jadi obsesiku adalah keinginan yang terpendam untuk mengemot puting bila melihat buah dada wanita yang sedemikian montok dan menggairahkan, maka aku tumpahkan obsesiku pada kenikmatan pagi itu untuk pertama kalinya.

    “Mass sayang terruss kemot pentilku.. Mmaass gelii, geelii,… Eehm Mas nikmat.. Terus jilatin pentilku teruss aku peengin di jilatin terus pentilku..”.

    Dengan penuh gairah pertama aku puaskan menjilati putingnya yang aku rasakan semakin menegang dan demikian juga dengan penisku, sambil aku gesek-gesekkan ke tonjolan daging di selangkangannya.

    Aku kembali agak kaget ketika batang penisku merasa basah saat aku gesekkan di tonjolan daging selangkangan Nina yang masih memakai CD, yang bahkan penisku sendiri belum mengeluarkan cairan sperma. Maka sambil mulutku mengemot dan menjilati puting susunya, tanganku mencoba meraba selangkangan Nina diantara belahan daging, namun tiba-tiba dia memekik.

    “A’aa ehh jangan dulu Mas nggak tahan gelinya”.

    Maka sementara aku lepaskan kembali dan tangan ku kembali meremas buah dadanya sambil memilin-milin putingnya.

    “Mass… he’eh begitu kemotin pentilku teruss.., susuku diremass-re’eemas… E’eenak eeh… Ehghhm… Yangg geli…”. Penisku terus aku gesek-gesekkan dicelah selangkangan Nina,
    “Eeh,, Eehh… Eehh… Eehh… Eeheh… Eh”. Demikian lenguhannya setiap aku gesek selangkangannya.

    “Mas… Tarik CD-ku dan lepaskan celanamu…”,


    Sampai pada ucapan Nina tersebut maka sementara kami lepas pergumulan itu sambil aku dengan ragu dan deg-degan menarik pelan-pelan CD-nya yang masih dalam keadaan telentang sementara aku duduk dan dia mulai angkat kakinya ke atas saat CD-nya mulai bergeser meninggalkan pantatnya.

    Sambil terus kutarik perlahan-lahan dengan saling berpandangan mata serta senyum-senyumnya yang nakal, maka aku dihadapkan dengan sembulan apa yang disebut clitoris yang ditumbuhi rambut-rambut halus sedikit keriting dan bllaass, lepas sudah CD-nya tinggalah celah rapat-rapat menganga semu pink dan semu basah dengan sedikit leleran lendir dari lubang kenikmatan itu.

    “Nin.. Kenapa sih?” tanyaku nakal,
    “Apanya… Mas?” sahutnya sambil senyum,
    “Kalau dikemot-kemot payudaranya sama pentilnya tadi”.
    “Aduh rasanya geli banget, rasanya kaya mau mati saja tapi nikmat iih geli”.
    “Enggak sakit dikemot dipentilnya tadi..” tanyaku,
    “Enak.. Mas, rasanya pingin terus, kalau sudah yang kiri, terus pingin yang kanan, rasanya pingin dikemot bareng-bareng sama mulut Mas.

    Terus di liang kewanitaanku jadi ikut-ikutan geli nyut-nyutan sampai aku eeghh.. hemm gimana yach bergidik.

    “Hhmm” akunya.
    “Terus pingin lagi nggak dikemot-kemot?” tanyaku penasaran. Sumber Cerita Sex Perawan

    “Iiih… Mas nakal, ya.. Pingin lagi dong”, sambil tangannya merayap ke selangkanganku yang masih pakai CD, memencet penisku yang menonjol dan juga meremas.
    “Kalau adik Mas rasanya gimana tuh kalau kupegang-pegang gini?, geli nggak?” keingin-tahuannya besar juga.
    “Sama nikmat rasanya, pengin terus dielus-elus sama Nina terus, geli eh-eh… eh” dengan penasaran dia mengesek-gesek pas lubang penisku, jadi geli rasanya.
    “Kalau ininya dipegang-pegang gini gimana Mas?” sambil dia pegang dan raba-raba buah pelirku.
    ” Yah nikmat juga” tegasku sambil aku elus-elus pahanya yang tidak begitu putih tapi mulus.
    “Eh.., Mas tadi kutipu, pura-pura sakit, habis Mas kelihatannya cuek saja”, sambil dia senyum nakal menggoda.


    Brengsek juga nih anak batinku, nekat juga ngerjain aku.

    “Mas.. selama seminggu ini kita hanya berdua saja dirumah, terus gimana enaknya Mas?” tanyanya sambil iseng meremas-remas penisku yang tetap tegak sedang aku memilin-milin puting susunya yang juga tetap tegang,
    “Kita kelonan terus saja seminggu ini siang ataupun malam”.

    Kebetulan kerjaku selama ini hanya sampai jam 14.00 sudah pulang. Dia menggoda.

    “Terus nanti kalau kelonan terus Mas nanti nggak ada yang nyediain makan gimana dong”.
    “Yah nggak usah makan asal kelonan terus sama Nina entar kenyang”.

    Dia bangkit dan memelukku erat-erat dan diciuminya bibirku sambil lidahnya dijulurkan ke kerongkonganku. Sambil melepas dia berkata,

    “Mas kita kelonan lagi yuk sampai sore, terus nanti mandi bareng”. Tanganku mulai mengelus clitorisnya dan mulutku terus mengulum bibirnya dan kembali dia telentang di lantai dan aku mulai menindihnya
    “Mas.. Kalau gini terus aku rasanya mau pingsan kenikmatan eehh… M eghhmm… Aduuh… nikmat Mas di memekku.. Geli rasanya teruuss eeghh… Eghh”.

    Dan aku rasakan clitorisnya semakin basah, dan dengan lahapnya jari tengahku aku cabut dari clitnya untuk kujilati jariku dan aku rasakan nikmat gurihnya lendir seorang perempuan pertama kalinya.

    “Eeehh.. Eennak… Aahh.. Aahh uuhhgg uughhg uuhh… Ehhehh”

    Saat jariku kembali menelusup kedalam lubang clitorisnya. Lenguhan mulutnya dan dengus napasnya menaikkan gairahku yang kian meningkat tapi aku ragu untuk menuruti naluriku mencoba memasukkan penisku ke lubang senggamanya. Maka sementara aku tahan walupun penisku pun juga sudah semakin basah oleh lendirku juga.

    Aku mulai merayap kebawah selangkangannya dan mulutku berhadapan dengan clitorisnya tanpa dia sadari karena matanya terpejam menikmati gairah yang dirasakan, saat lidahku mulai menjilatlubang clitorisnya, kembali dia terpekik.

    “Aahhuughh huu… Hu… Egghh aduh… Eggh nikmat, aduhh aku gimana nih Mass aahh aku nggak kuat, Mass… Mas.. eghh.. egh hhgeehh… Mas.”

    Sambil dia aku perhatikan pantat, paha, perut dan kakinya seolah kejang seperti kesakitan tetapi aku sangsi kalau dia sakit, dan malahan kepalaku dia tekan kuat ke selangkangannya sambil terus berteriak.,

    “hehehggheh ahh… ehhehh… huhh… mass… aku.. akuu rasanya… eghh” dan dia bangkit sambil menarik CD-ku yang masih aku kenakan, dan blarr, penisku menantang tegak
    “Mas masukkan Mas.. eeghheghh” dan dia angkat kakinya sambil telentang dia bentangkan lebar selangkangannya sambil tangannya membimbing penisku memasuki clitorisnya.
    “Mas.. kocok Mas eghh Mas yang dalam… kocok terus selangkanganku aduhh eghh Mas enakk”.


    Sumber Cerita Sex Perawan | Sambil menekuk kaki, sementara tanganku sebagai tumpuan dan dengan berat tubuhku aku tindihkan dan kuamblaskan penisku ke lubang yang sedari tadi sudah menunggu, dan aku rasakan sedotan lubang yang sangat kuat pada batang penisku yang rasanya dikemot-kemot.

    “Eehhgehhg… Teruss. teruss Mas… Maass nikmat kocok terus aduuh rasanya aku nggak kuat mass ada yang keluar eghh.. Eghh.. Eehhgg aduuhh.. Mass…”
    “Ahhgg-agh… Nani aku aduh egghh, Nani rasanya memekmu ngemot eghh eehhmm… nikmat… Terus sedot..”
    “Mass nikmat… Sekali nikmat… Dalam sekali. Aahh aduh… Hhaghhah Mass.., aku mau keluarrr”.

    “Aku juga Nan… Ahhgh aku sudah mau keluar.. ahgghhah”.

    Dan aku cabut penisku saat dia demikian bergetar dan menyedot sedot penisku sehingga aku tak tahan lagi untuk menyemburkan spermaku dan saat itu aku merasa dia terlepas dari penisku.

    Dia bangkit dan menyongsong batang penisku dengan mulutnya menyambut semburan spermaku sambil tangannya menggosok lubang clitorisnya, ditimpali dengan lenguhannya yang tidak beraturan dimulutnya.

    “Cppokklep.. Plekk.. Clepk.. Clkek.. Cslckek”

    Bunyi mulutnya mengemot dan menyedot penisku sementara aku terasa bergetar dan tenagaku berangsur-angsur lemas, sampai dia menjilati sisa sperma pada penisku dengan bersih.

    Sesaat kemudian aku tidur ditempat tidurku siang itu kelonan berdua yang tidak terasa telah jam 3 sore, dan baru kemudian bangun dengan badan terasa agak pegal. Kami kembali berpagut lama dengan saling rabaan dan remasan masih dalam keadaan tanpa busana.

    Akhirnya kami mandi bersama dengan air yang sebelumnya kami siapkan. Itulah pengalaman pertama kaliku menikmati hubungan seks dengan seorang gadis kampung bernama Nani.

  • Kisah Memek Teman Istriku

    Kisah Memek Teman Istriku


    3620 views

    Duniabola99.com – Aku bangun kesiangan. Kulirik jam dinding…ah… pukul 8 pagi…Suasana rumahku sepi. Tumben, pikirku. Segera aku meloncat bangun, mencari-cari istri dan anak-anakku..tidak ada…Ahh…baru kuingat, hari Minggu ini ada acara di sekolah anakku mulai jam 9 pagi. Pantas saja mereka sudah berangkat. Istriku sengaja tidak membangunkan aku untuk ikut ke sekolah anakku, karena malamnya aku pulang kantor hampir pukul 4 pagi.


    Yah, beginilah nasib auditor kalo lagi dikejar tenggat laporan audit. Untung saja, ada anggota timku yang bisa mengurangi keteganganku. Ya, Agnes tentunya, yang semalam telah memberikan servis untukku. Baginya, bersetubuh dengan lelaki lain selain suaminya bukan hal yang tabu, karena dia sendiri juga tidak mempermasalahkan jika suaminya berkencan dengan wanita lain. Prinsip mereka, yang penting pasangan tidak melihat kejadian itu dengan mata kepala sendiri.
    Aku tersenyum mengingat kejadian semalam. Sebenarnya jam 11 malam kami sepakat untuk pulang kantor, tapi ternyata aku dan Agnes sama-sama lagi horny. Akhirnya, terjadilah seperti yang sudah kuceritakan diatas. Tak terasa, aku mulai horny lagi. tongkolku pelan-pelan mengangguk-angguk dan mulai mengacung.
    “Walah…repot bener nih, pikirku. “Lagi sendiri, eh ngaceng.” Kebetulan, di rumah tidak ada pembantu, karena istriku, Indah, lebih suka bersih-bersih rumah sendiri dibantu kedua anakku. “Biar anak-anak gak manja dan bisa belajar mandiri. Lagian, bisa menghemat pengeluaran,” kilah istriku. Aku setuju saja.
    Kurebahkan tubuhku di sofa ruang tengah, setelah memutar DVD BF. Sengaja kusetel, biar hasratku cepet tuntas. Setelah kubuka celanaku, aku sekarang hanya pakai kaos, dan tidak pakai celana. Pelan-pelan kuurut dan kukocok tongkolku. Tampak dari ujung lubang tongkolku melelehkan cairan bening, tanda bahwa birahiku sudah memuncak. Aku pun teringat Linda, sahabat istriku. Kebetulan Linda berasal dari suku Chinese. Dia adalah sahabat istriku sejak dari SMP hingga lulus kuliah, dan sering juga main kerumahku. Kadang sendiri, kadang bersama keluarganya. Ya, aku memang sering berfantasi sedang menyetubuhi Linda. Tubuhnya mungil, setinggi Agnes, tapi lebih gendut. Yang kukagumi adalah kulitnya yang sangat-sangat-sangat putih mulus, seperti warna patung lilin. Dan pantatnya yang membulat indah, sering membuatku ngaceng kalo dia berkunjung.
    Aku hanya bisa membayangkan seandainya tubuh mulus Linda bisa kujamah, pasti nikmat sekali. Fantasiku ini ternyata membuat tongkolku makin keras, merah padam dan cairan bening itu mengalir lagi dengan deras. Ah Linda…seandainya aku bisa menyentuhmu..dan kamu mau ngocokin tongkolku..begitu pikiranku saat itu.
    Lagi enak-enak ngocok sambil nonton bokep dan membayangkan Linda, terdengar suara langkah sepatu dan seseorang memanggil-manggil istriku.
    “Ndah…Indah…aku dateng,” seru suara itu…
    Oh my gosh…itu suara Linda…mau ngapain dia kesini, pikirku. Kapan masuknya, kok gak kedengaran? Linda memang tidak pernah mengetuk pintu kalau ke rumahku, karena keluarga kami sudah sangat akrab dengan dia dan keluarganya.
    Belum sempat aku berpikir dan bertindak untuk menyelamatkan diri, tau-tau Linda udah nongol di ruang tengah, dan…
    “AAAHHH…ANDREEEEW…!!!!,”jeritnya. “Kamu lagi ngapain?” Joker1788
    “Aku…eh…anu…aku….ee…lagi…ini…,”aku tak bisa menjawa pertanyaannya. Gugup. Panik. Sal-ting. Semua bercampur jadi satu. Orang yang selama ini hanya ada dalam fantasiku, tiba-tiba muncul dihadapanku dan straight, langsung melihatku dalam keadaan telanjang, gak pake celana, Cuma kaos aja. Ngaceng pula.
    “Kamu dateng ok gak ngabarin dulu sih?” aku protes.
    “Udah, sana, pake celana dulu!” Pagi-pagi telanjang, nonton bf sendirian,lagi ngapain sih?”ucapnya sambil duduk di kursi didepanku.
    “Yee…namanya juga lagi horny…ya udah mending colai sambil nonton bf. Lagian anak-anak sama mamanya lagi pergi ke sekolah. Ya udah, self service,”sahutku.
    “Udah, Ndrew. Sana pake celana dulu. Kamu gak risih apa?”
    “Ah, kepalang tanggung kamu dah liat? Ngapain juga dtitutupin? Telat donk,”kilahku.
    “Dasar kamu ya. Ya, udah deh, aku pamit dulu. Salam aja buat istrimu. Sana, terusin lagi.” Linda beranjak dari duduknya, dan pamit pulang.
    Buru-buru aku mencegahnya. “Lin, ntar dulu lah…,”pintaku.
    “Apaan sih, orang aku mau ngajak Indah jalan, dia nggak ada ya udah, aku mau jalan sendiri,”sahutnya.
    “Bentar deh Lin. Tolongin aku, gak lama kok, paling sepuluh menit,”aku berusaha merayunya.
    “Gila kamu ya!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”Linda protes sambil melotot. “Kamu jangan macem-macem deh, Ndrew. Gak mungkin donk aku lakukan itu,”sergahnya.
    “Lin,”sahutku tenang. “Aku gak minta kamu untuk melakukan hal itu. Enggak. Aku Cuma minta tolong, kamu duduk didepanku, sambil liatin aku colai.”
    “Gimana?”
    Linda tidak menjawab. Matanya menatapku tajam.
    Sejurus kemudian..
    “Ok, Lin. Aku janji gak ndeketin apalagi menyentuh kamu. Tapi, sebelum itu, kamu juga buka bajumu dong…pake BH sama CD aja deh, gak usah telanjang. Kan kamu dah liat punyaku, please?” aku merayunya dengan sedikit memelas sekaligus khawatir.
    “Hm…fine deh. Aku bantuin deh…tapi bener ya, aku masih pake BH dan CDku dan kamu gak nyentuh aku ya. Janji lho,”katanya. “Tapi, tunggu. Aku mau tanya, kok kamu berani banget minta tolong begitu ke aku?”
    “Yaaa…aku berani-beraniin…toh aku gak nyentuh kamu, Cuma liat doang. Lagian, kamu dah liat punyaku? Trus, aku lagi colai sambil liat BF…lha ada kamu, kenapa gak minta tolong aja, liat yang asli?”kilahku.
    “Dasar kamu. Ya udah deh, aku buka baju di kamar dulu.”
    “Gak usah, disini aja,”sahutku.
    Perlahan, dibukanya kemejanya…dan…ah payudara itu menyembul keluar. Payudara yang terbungkus BH sexy berwarna merah…menambah kontras warna kulitnya yang sangat putih dan mulus. Aku menelan ludah karena hanya bisa membayangkan seperti apa isi BH merah itu. Seteah itu, diturunkannya zip celana jeansnya, dan dibukanya kancing celananya. Perlahan, diturunkannya jeansnya…sedikit ada keraguan di wajahnya. Tapi akhirnya, celana itu terlepas dari kaki yang dibungkusnya. Wow…aku terbelalak melihatnya. Paha itu sangat putih sekali. Lebih putih dari yang pernah aku bayangkan. Tak ada cacat, tak ada noda. Selangkangannya masih terbungkus celana dalam mini berbahan satin, sewarna dengan Bhnya. Sepertinya, itu adalah satu set BH dan CD.
    “Nih, aku udah buka baju. Dah, kamu terusin lagi colinya. Aku duduk ya.”
    Linda segera duduk, dan hendak menyilangkan kakinya. Buru-buru aku cegah.
    “Duduknya jangan gitu dong…”
    “Ih, kamu tuh ya…macem-macem banget. Emang aku musti gimana?”protes Linda. “Nungging, gitu?”
    “Ya kalo kamu mau nungging, bagus banget,”sahutku.“Sori ye…emang gue apaan,”cibirnya.


    “Kamu duduk biasa aja, tapi kakimu di buka dikit, jadi aku bisa liat celana dalam sama selangkanganmu. Toh veggy kamu gak keliatan?”usulku.
    “Iya…iya…ni anak rewel banget ya. Mau colai aja pake minta macem-macem,”Linda masih saja protes dengan permintaanku.
    “Begini posisi yang kamu mau?”tanyanya sambil duduk dan membuka pahanya lebar-lebar.
    “Yak sip.” Sahutku. “Aku lanjut ya colinya.”
    Sambil memandangi tbuh Linda, aku terus mengocok tongkolku, tapi kulakukan dengan perlahan, karena aku nggak mau cepet-cepet ejakulasi. Sayang, kalau pemandangan langka ini berlalau terlalu cepat. Aku pun menceracau, tapi Linda tidak menanggapi omonganku.
    “Oh…Liiiinnn….kamu kok mulus banget siiiihhh….”aku terus menceracau. Linda menatapku dan tersenyum.
    “Susumu montok bangeeeettttt… pahamu sekel dan putiiiihhhh….hhhhh….bikin aku ngaceng, Liiiiiinnn……”
    Linda terus saja menatapku dan kini bergantian, menatap wajahku dan sesekali melirik ke arah tongkolku yang terus saja ngacai alias mengeluarkan lendir dari ujung lobangnya.
    “Pantatmu, Liiiinnn….seandainya kau boleh megang….uuuuhhhhh….apalagi kena tongkolku….oouuufff…..pasti muncrat aku….,”aku merintih dan menceracau memuji keindahan tubuhnya. Sekaligus aku berharap, kata-kataku dapat membuatnya terangsang.
    Linda masih tetap diam, dan tersenyum Matanya mulai sayu, dan dapat kulihat kalo nafasnya seperti orang yang sesak nafas. Kulirik ke arah celana dalamnya…oppsss….aku menangkap sinyal kalo ternyata Linda juga mulai ternagsang dengan aktivitasku. Karena celana dalamnya berbahan satin dan tipis, jelas sekali terlihat ada noda cairan di sekitar selangkannya. Duduknya pun mulai gelisah. Tangannya mulai meraba dadanya, dan tangan yang satunya turun meraba paha dan selangkangannya. Tapi Linda nampak ragu untuk melakukannya. Mungkin karena ia belum pernah melakukan ini dihadapan orang lain. Agen Joker1788
    Kupejamkan mataku, agar Linda tau bahwa aku tidak memperhatikan aktivitasku. Dan benar saja…setelah beberapa saat, aku membuka sedikit mataku, kulihat tangan kiri Linda meremas payudaranya dan owww…BH sebelah kiri ternyata sudah diturunkan…
    Astagaaa..!!! Puting itu merah sekali…tegak mengacung. Meski sudah melahirkan, dan memiliki satu anak, kuakui, payudara Linda lebih bagus dan kencang dibandingkan Agnes. Kulihat tangan kiri Linda memilin-milin putingnya, dan tangan kanannya ternyata telah menyusup ke dalam celana dalamnya.
    “Sssshh….oofff….hhhhhh…..:” Kudengar suaranya mendesis seolah menahan kenikmatan. Aku kembali memejamkan mataku dan meneruskan kocokan pada tongkolku sambil menikmati rintihan-rintihan Linda.
    Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang hangat…basah…lembut…menerpa tongkol dan tanganku. Aku membuka mata dan terpekik. “Lin…kamu…,”leherku tercekat.
    “Aku nggak tega liat kamu menderita, Ndrew,”sahut Linda sambil membelai tongkolku dengan tangannya yang lembut.
    My gosh…perlahan impin dan obsesiku menjadi kenyataan. tongkolku dibelai dan dikocok dengan tangan Linda yang putih mulus. Aku mendesis dan membelai rambut Linda. Kemudian secara spontan Linda menjilat tongkolku yang sudah bene-bener sewarna kepiting rebus dan sekeras kayu. Dan…hap…! Sebuah kejadian tak terduga tetapi sangat kunantikan…akhirnya tongkolku masuk ke mulutnya. Ya, tongkolku dihisap Linda. Sedikit lagi pasti aku memperoleh lebih dari sekedar cunilingis.
    Tak tahan dengan perlakuan sepiha Linda, kutarik pinggulnya dan buru-buru kulepaskan Cdnya.
    “Kamu mau ngapain, Ndrew?” Linda protes sambil menghentikan hisapannya. Aku tidak menjawab, jariku sibuk mengusap dan meremas pantat putih nan montok, yang selama ini hanya menjadi khayalanku.
    “Ohh..Lin…boleh ya aku megang pantat sama memiaw kamu?”pintaku.
    “Terserah…yang penting kamu puas.”
    Segera kuremas-remas pantat Linda yang montok. Ah, obsesiku tercapai…dulu aku hanya bisa berkhayal, sekarang, tubuh Linda terpampang dihadapanku.
    Puas dengan pantatnya, kuarahkan jariku turun ke anus dan vaginanya. Linda merintih menahan rasa nikmat akibat usapan jariku.

    “Achh…Liiiinn…enak bangeeeeett….sssshhh…….”aku menceracau menikmati jilatan lidah dan hangatnya mulut Linda saat mengenyot tongkolku. Betul-betul menggairahkan melihat bibir dan lidahnya yang merah menyapu lembut kepala dan batang kelelakianku. Hingga akhirnya….
    “Liiinn….bibir kamu lembut banget sayaaaannggg….aku…kach…aku…”
    “Keluarin sayang…tongkol kamu udah berdenyut tuh….udah mau muncrat yaaa….”
    “I…iiy…iiyyaaa….Liiiiinnnnnnnnn….Ouuuuufuffffff….. argggghhhhhhhhhh…..”
    Tak dapat kutahan lagi. Bobol sudah pertahananku. Crottt…..crooottt….crooootttt…
    Spermaku muncrat sejadi-jadinya di muka, bibir dan dada Linda. Tanganhalus Linda tak berhenti mengocok batang kejantananku, seolah ingin melahap habis cairan yang kumuntahkan
    Ohhhh…….my dream come true….. Obsesiku tercapai…pagi ini aku muncratin pejuhku di bibir dan muka Linda.
    “Lin…kamu gak geli sayang…? Bibir, muka sama dada kamu kenas permaku?”
    Linda menggeleng dengan pandangan sayu. Tangannya masih tetap memainkan tongkolku yang sedikit melemas.
    “Kamu baru pertam kali kan, mainin koto orang selain suami kamu?”
    “Iya, Ndrew. Tapi kok aku suka ya…terus terang, bau sperma kamu seger banget…kamu rajin maka buah sama sayur ya?” tanya Linda.
    “Iya…kalo gak gitu, Indahmana mau nelen sperma aku.”
    “Aihhh….” Linda terpekik. “Indah mau nelen sperma?”
    Aku mengangguk. “Keapa Lin? Penasaran sama rasanya? Lha itu spremaku masih meleleh di muka sama dada kamu. Coba aja rasanya,”sahutku.
    “Mmmm…ccppp…ssllrppp….” terdengar lidah dan bibir Linda mengecap spermaku. Dengan jarinya yang lentik, disapunya spermaku yang tumpah didada dan mukanya, kemudian dijilatnyajarinya smape bersih.Hmmm….akhirnya spermaku masuk kedalam tubuhnya…
    “Iya, Ndrew, sperma kamu kok enak ya. Aku gak ngerasa enek pas nelen sperma kamu…”
    “Mau lagi….?”
    “Ih…kamu tuch ya…masih kurang, Ndrew?”
    “Lha kan baru oral belum masuk ke meqi kamu, Lin.” Sahutku…”Tuh, liat…bangun lagi kan?”
    “Dasar kamu ya….”
    “Benerkamu gak mau spermaku ? Ya udah kalo gitu, aku mau bersih-bersih dulu.”ancamku sambil bangkit dari kursi.
    “Mau sih…Cuma takut kalo Indah dateng…gimana donk….”Linda merajuk.
    Perlahan kuhampiri Lida, kuminta dia duduk di sofa, sambil kedua kakiya diangkat mengangkang.
    Kulihat meqinya yang licin karena cairan cintanya meleleh akibat perbuatan jariku.
    “Hmmm…Lin…meqi kamu masih basah…kamu masih horny dong…”tanyaku.
    “Udah, Ndrew….cepetan deh…nanti istrimu keburu dateng…Lagian aku udah…Auuuwwww….!!!! Ohhh..Shhhhh…….”Linda memiawik saat lidahku menari diujung klitorisnya.

    “Ndrewwww…kamu gilaaa yaaa…”bisiknya samil menjambak rambutku.
    Kumainkan lidahku dikelentitnya yang udah membengkak. Jari ku menguak bibir vagina Linda yang semakin membengkak. Perlahan kumasukkan telunjukku, mencari G-spotnya.
    Akibatnya luar biasa. Linda makin meronta dan merintih. Jambakannya makin kuat. Cairan birahinya makin membasahi lidah dan mulutku. Tentu saja hal ini tak kusia-siakan. Kusedot kuat agar aku dapat menelan cairan yang meleleh dari vaginanya. Ya…aroma vagina Linda lain dengan aroma vagina istriku. Meskipun keduanya tidak berbau amis, tapi ada sensasi tersendiri saat kuhirup aroma kewanitaan Linda.
    “C’mon..Ndrew…I can’t stand…ochhh…ahhhhhh…shhhh……c’mon honey….quick…quick….”
    Aku paham, gerakan pantt Linda makin liar. Makin kencang. Kurasakan pula meqinya mulai berdenyut…..seentar lagi dia meledak, pikirku.
    “Ting…tong…”bel rumahku berbunyi.
    “Mas…..mas Andrew….”suara wanita didepan memanggil namaku.
    Sontak kulepaskan jilatanku. Linda memandang wajahku dengan wajah pucat. Aku pun memandang wajahnya dengan jantung berdebar.
    “Ndrew..kok kyaka suara Rika ya…”Linda bertanya
    “Wah..mau ngapain dia kesini…..gawat dong…”ucapku ketakutan. “Udah Lin, kamu masuk kamarku dulu deh…cepetan…”
    Segera Linda berjingkat masuk ke kamarku, mungkin sekalian membersihkan tubuhnya karena dikamarku ada kamar mandi. Aku tau ada sebersit ekspresi kecewa di wajahnya, karena Linda hampir meledakkan orgasmenya, yang terputus oleh kedatangan Rika, sahabatnya sekaligus sahabat istriku.
    Setelah kupakai kaos dan celana yang kuambil dari lemari dan cuci muka sedikit, aku menuju ke ruang tamu, membuka pintu.
    “Halo, mas….’Pa kabar..?” sahut Rika begitu melihatku membuka pintu.
    “Baik, dik. Ayo masuk dulu. Tumben nih pagi-pagi, kayaknya ada yang penting?” tanyaku seraya mengajak Rika menuju ruang tengah.
    Mataku sedikit terbelalak melihat pakaiannya. Bagaimana tidak?
    Kaos ketat menempel dibadannya, dipadukan dengan celana spandex ketat berwarna putih. Aku melihat lipatan cameltoe di selangkangannya menandakan bahwa didaerah itu tidak ada bulu jembutnya, dan saat aku berjalan dibelakangnya, tak kulihat garis celana dalam mebayang di spandexnya.
    Hmm…mana mungkin dia gak pake CD..mungkin pake G-string, pikirku.
    Kami berdua segera menuju ruang tengah. Untung saja, film bokep yang aku setel udah selesai, jadi Rika nggak sempat melihat film apa yang tengah aku setel.
    “Ini lho mas, aku mau anter oleh-oleh. Kan kemarin aku baru dateng dari Jepang. Nah, ini aku bawain ….sedikit bawaan lah, buat kamu sama Indah. Itung-itung membagi kesenangan.”
    “Wah…tengkyu banget lho…kamu baik banget”
    “Ah, biasa aja lageee..hehehe”
    Kami berdua sejenak ngobrol-ngobrol, karena memang sudah beberapa bulan Rika nggak berkunjung ke rumahku. Rika ini adalah salah satu sahabat istriku, selain Linda.

    Diam-diam, akupun juga terobsesi dapat menikmati tubuhnya. Ya, Rika seorang wanita yang mungil. Tinggi badannya nggak lebih dari 155cm. Bandingkan dengan tinggiku yang 170. Warna kulitnya putih, tapi cenderung kemerahan. Hmm..aku sering berkhayal lagi ngent*tin Rika, sambil aku gendong dan aku rajam memiawnya dengan tongkolku. Pasti dia merintih-rintih menikmati hujaman tongkolku…
    “Hey…bengong aja…ngeliatin apa sih..” tegur Rika.
    “Eh…ah…anu…enggak. Cuma lagi mikir, kapan ya gw bisa jalan-jalan sama kamu…”
    Eits..kok ngomongku ngelantur begini sih. Aduh…gawat deh…
    “Alaaa..mikirin jalan-jalan apa lagi ngeliatin sesuatu?” Rika melirikku dengan pandangan menyelidik.

    Mati aku…berarti waktu aku ngeliatin bodynya, ketahuan dong kalo aku melototin selangkangannya. Wah….
    “Ya udah, mas. Aku pamit dulu, abis Indah pergi. Lagian,dari tadi kamu ngeliatin melulu. Ngeri aku…ntar diperkosa sama kamu deh..hiyyy…” Rika bergidik ambil tertawa.
    Aku Cuma tersenyum.
    “Ya udah, kalo kamu mau pamit. Aku gak bisa ngelarang.”
    “Aku numpang pipis dulu ya.”Rika menuju kamar mandi di sebelah kamarku.
    “Iya.”
    Tepat saatRika masuk kamar mandi, sambil berjingkat Linda keluar dari kamarku.
    Aku terkejut, dan segera menyuruhnya masuk lagi, karena takut ketahuan. Ternyata CD Linda ketinggalan di kursi yang tadi didudukinya waktu sedang aku jilat memiawnya. Astagaaa…untung Rika nggak ngeliat…atu jangan-jangan dia udah liat, makanya sempat melontarkan pandangan menyelidik? Entahlah…
    “Cepeeeett..ambil trus ke kamar lagi.”perintahku sambil berbisik.
    Linda mengangguk, segera menyambar Cdnya dan…
    “Ceklek….!”
    Pintu kamar mandi terbuka, dan saat Rika keluar, kulihat wajahnya terkejut melihat Linda berdiri terpaku dihadapannya sambil memegang celana dalamnya yang belum sempat dipakainya. Ditambah keadaan Linda yang hanya memaki kaos, tetapi dibawah tidak memakai celana jeansnya. Akupun terkejut, dan berdiri terpaku. Hatiku berdebar, tak tahu apa yang harus kuperbuat atau kuucapkan. Semuanya terjadi dalam waktu yang sangat singkat dan tak terelakkan. Kepalaku terasa pening.
    “Linda…? Kamu lagi ngapain?” Rika bertanya dengan wajah bingung campur kaget.
    “Eh…anu…ini lho…”kudengar Linda gelagapan menjawab pertanyaan Rika.
    “Kok kamu megang celana dalem? Setengah telanjang lagi?” selidik Rika. “Oo…aku tau…pasti kamu berdua lagi berbuat yaaa…?”
    “Enggak Rik. Ngaco kamu, orang Linda lagi numpang dandan di kamarku kok.” Sergahku membela diri.
    “Trus, kalo emang numpang dandan, ngapain dia diruangan ni, pake bawa celana dalem lagi.” Udah gitu telanjang juga..Hayo!!!” Rika bertanya dengan galak.
    “Sini liat.” Rika menghampiri Linda dan cepat merebut celana dalam yang dipegang Linda, tanpa perlawanan dari Linda.
    “Kok basah…?”Rika mengerutkan keningnya. “Nhaaaaa..bener kan…hayooooo….kamu ngapain…?”
    “udah deh, Rik…emang bener, aku lagi mau ML sama Linda. Belum sempet aku ent*t, sih. Baru aku jilat-jilat memiawnya, keburu kamu dateng.” Aku menyerah dan memilih menjelaskan apa yang barusan aku lakukan.
    “Kamu tuh ya…udah punya istri masih doyan yang lain. Ini cewek juga sama aja, gatel ngeliat suami sahabatnya sendiri.” Rika memaki kami berdua dengan wajah merah padam.
    “Terserah kamu lah…kamu mau laporin aku sama Linda ke polisi…silakan. Mau laporin ke Indah…terserah….”ucapku pasrah.
    “Hmm…kalo aku laporin ke Indah…kasian dia. Nanti dia kaget.Kalo ke polisi….ah…ngrepotin.” Rika meninmbang-nimbang apa yang hendak dilakukannya.
    “Gini aja mas. Aku gak laporin ke mana-mana. Tapi ada syaratnya.” Rika memberikan tawarannya kepadaku.
    “Apa syaratnya, Rik?”
    “Nggak berat kok. Gampang banget dan mudah.”
    “Iya, apaan syaratnya?” Linda ikut bertanya
    “Terusin apa yang kamu berdua tadi lakuin. Aku duduk disini, nonton. Bagaimana?”
    “WHAT?” aku dan Linda berteriak bebarengan. “Gila lu ya, masa mau nonton orang lagi ML?”
    “Ya terserah kamu.Mau pilih mana…?”Rika mencibir dengan senyum kemenangan.
    Aku dan Linda saling berpandangan. Kuhampiri Linda, kubelai tangan dan rambutnya. Linda seolah memahami dan menyetujui syarat yang diajukan Rika.
    Segera saja kulumat bibirnya yang ranum dan tanganku meremas pantatnya yang sekel. Linda segera membuka kaosnya.

    Sambil terus berciuman dan meremas pantatnya, kubimbing Linda menuju sofa. Kurebahkan ia disana, dan dengan cekatan dilepaskannya kaos dan celana ku sehingga aku sekarang telanjang bulat di hadapan Linda dan Rika.
    Aku melirik Rika, yang duduk menyilangkan kakinya. Kulihat wajahnya menegang seperti tegangnya tongkolku. Aku tersenyum-senyum kearahnya, sambil memainkan dan mengocok-ngocok tongkolku, seolah hendak memamerkan kejantananku.
    “Ayo, ndrew…cepetan deh…udah gak tahan, honey…”Linda merintih. “Biarin aja si Rika…paling dia juga udah basah.”
    “Enak aja kamu bilang.”sergah Rika. “Udah buruan, aku pengen liat kayak apa sih kalian kalo ML.”
    Aku menatap mata Linda yang mulai sayu dan tersenyum. Setelah melepas seluruh pakaiannya, sempurnalah ketelanjangbulatan kami berdua. Tak sabar, segera kusosor memiaw Linda yang sangat becek oleh lendir birahinya.
    “Achhhh….sshhhh….ooouufffffggg…Andreeeeewwwwww….”L inda menjerit dan mengerang menerima serangan lidahku. Pantatnya tersentak keatas, mengikuti irama permainan lidahku.
    Hmmm…nikmat sekali. memiawnya berbau segar, tanda bahwa memiaw ini sangat terawat. Dan yang membutku girang adalah lendir memiawnya yang meleleh deras, seiring dengan makin kuatnya goyangan pinggulnya.
    “Hmmmppppppff…Andrew…Andrew…sayaaaanngg.. akh…akh…akkkkkuu…”Linda terus merintih. Nafasnya tersengal-sengal, seolah ada sesuatu yang mendesaknya.
    ‘Akku……mmmhhhhh…ssshhh….”
    “Keluarin sayang….keluarin yang banyak…..”aku berbisik sambil jari tengahku terus mengocok memiawnya, dan jempolku menggesek itilnya yang sudah sangat keras. Baik itil maupun memiaw Linda sudah benar-benar berwarna merah, sangat basah akibat lendirnya yang meleleh, hingga membasahi belahan pantat dan sofa.
    Segera aktivitas tanganku kuganti dengan jilatan lidahku lagi. Hal ini membuatpaha Linda menegang, tangannya menjambak rambutku, sekaligus membenamkan kepalaku ditengah jepitan pahanya yang menegang. Aku merasakan memiawnya berdenyut, dan ada lelehan cairan hangat menerpa bibirku.
    “ANDREEEEEEWWWWWWW…..AAAAACCCCHHHHHHHHH……”Lin da menjerit keras sekali, menjepit kepalaku dengan pahanya, menekan kepalaku di selangkangannya dan berguncang hebat sekali.
    Tak kusia-siakan lendir yang meleleh itu. Kusedot semuanya, kutelan semuanya. Ya, aku tidak mau membuang lendir kenikmatan Linda. Sedotanku pada memiawnya membuat guncanganLinda makin keras…dan akhirnya Linda terdiam seperti orang kejang. Tubuhnya kaku dan gemetaran.
    “Oooohhhh…Ndreww…aaachhh…..”Linda menceracau sambil gemetaran.
    “Enn..en….Nik…mat…bangeth….sssse….dothan…sama jhiilatan kkk…kamu…”
    Kulihat Linda tersenyum dengan wajah puas. Segera kuarahkan bibrku melumat putingnya yang keras dan kemerahan. Meskipun sudah melahirkan dan menyusui dua anak, payudara Linda sangat terawat, kencang. Dan putingnya masih berwwarna kemerahan. Siapa lelaki yang tahan melihat warna putting seperti itu, apalgi sekarang puting merah itu benar-benar masih keras dan mengacung meski pemiliknya barusan menggapai orgasme.
    “Shhh…Dreeewwww…iihhhh…geli….” Lnda menggelinjang saat kuserbu putingnya. Aku tidak mempedulikan rintihannya. Kulumat putingnya dengan ganas sehingga badan Linda mulai mengejang lagi.

    “Acchhh….Andreww….sayaaaannggg…”Linda merintih. “Terus sayang…iss…ssseeeppp…pen….til…kuhh…ooofffffhhhhhhh hh……”
    Tanpa aba-aba, segera kusorongkan tongkolku yang memang sudah mengeras seperti kayu ke memiaw Linda. Blessss…….
    “Ahhhhkkk…..mmmmppppfff…..ooooooggggghhhh….”p antat Linda tersentak kedepan, seiring dengan menancapnya tongkolku di mekinya. Kutekan tongkolku makin dalam dan kuhentikan sejenak disana. Terasa sekali memiaw Linda berkedut-kedut, walaupun tergolong super becek.
    “Ayo, nDrew…..gocek tongkol kamuh….akk….kkuuuu….udah mau…keluarrrrr…laggiiiihhh…”Linda merintih memohon.
    Segera kugocek tongkolku dengan ganas. “crep.crep…cplakkk….cplaakkkk…cplaakkkk ….” suar gesekan tongkolku dengan memiaw Linda yang sudah basah kuyup nyaring terdengar. Tak lupa kulumat bibirnya yang ranum, dan tanganku menggerayang memilin menikmati payudara dan putingnya.
    Sesaat kemudian kulihat mata Lnda terbalik, Cuma terlihat putihnya. Kakinya dilipat mengapit pinggul dan pantatku. Tangannya memeluk ubuhku erat.
    “AN…DREEEWWWW…….OOOOGGGHHHH…>AAAKKKKKKKKKK KK….” Linda menjerit keras dan sekejap terdiam. Tubuhnya bergetar hebat. Terasa di tongkolku denyutan memiaw Linda…sangat kuat. Berdenyut-denyut, seolah hendak memijit dan memaksa spermaku untuk segera mengguyur menyiram memenya yang luar biasa becek.
    Makin kuat kocokan tongkolku didalam memiaw Linda, makin kencang pula pelukannya. Nafas Linda tertahan, seolah tidka ingin kehilangan moment-moment indah menggapai puncak kenikmatan.
    Karena denyutan memiaw Linda yang membuatku nikmat, ditambah rasa hangat karena uyuran lendir memiawnya, aku pun tak tahan. Ditambah ekspresi wajahnya yangmemandang wajahku dengan mata sayu namun tersirat kepuasan yang maat sangat.
    “Ayo nDrew…keluarin pejuh kamu…keluarin dimemiawku….”Linda memohon.
    “Kamu gak papa aku tumpahin pejuh di rahim kamu?”tanyaku sambil terengah-engah.
    “No problem honey…aku safe kok….”sahut Linda. “C’mon honey..shot your sperm inside…c’mon honey….”
    LIN……LINDAAAA…..LINDAAAAAAAA….ARGGGGGGHHHHH…”aku merasakan pejuhku mendesak. Kupercepat kocokanku, dan Linda juga mengencangkan otot memiawnya, berharap agar aku cepet muncrat.
    AAACCHHHHHHH………..” Jrrrrrooooooooootttt…..jrrrrooooooooottttt..jrrrro ooooottttt…..tak kurang dari tujuh kali semprotan pejuhku. Banyak sekali pejuh yang kusemprotkan ke rahim Linda, sampai-sampai ia tersentak. Kubenamkan dalam-dalam tongkolku, hingga terasa kepalaku speerti memasuki liang kedua.Ah….ternyata tongkolku bisa menembus mulut rahimnya. Berarti pejuhku langsung menggempur rahimnya.
    Ohhh…nDrreeeww…enak sayang….nikmat, sayaaannggg…offffffghhhh……” Linda merintih lagi. “Uggghhh…hangat sekali pejuh kamu, Ndrew…” ucap Linda.
    Setelah beristirahat sejenak dengan menancapkan tongkolku dalam-dalam, secara mendadak kucabu tongkolku.
    “Plllookkkkk….”
    Kupandangi memiaw Linda yang masih membengkak dan merah denganlubang menganga. Linda segera mengubah posisi duduknya dan…ceeerrrrrr……pejuhku meleleh. Segera saja jemari Linda meraih dan mengorek bibir memiawnya, menjaga agar pejuhku tidak tumpah kesofa. Akibatnya, telapak tangan Linda belepotan penuh dengan pejuhku yang telah bercampur lendir memiawnya. Dengan pejuh di telapak tangan kanannya, Linda menggunakan jari tangan kirinya,mengorek memiawny untuk membersihkan memiawnya dari sisa pejuhku.
    “Brani kam telen lagi?” tantangku.
    “Idih…syapa takut….”Linda balas menantangku. “Nih liat ya….”
    Clep…dijilatnya telapak tangan yang penuh pejuhku…
    “MMmmmm….slrrpppp….glek….aachhhh….” Linda nampak puas menikmati pejuh ditangannya.

    “Hari ini kenyang sekali aku…sarapan pejuh kamu duakali..hihihihi…”Linda tertawa geli.
    “Tuh…masih ada sisanya ditangan. Mbelum bersih.” Sahutku.
    “Tenang, nDrew..sisanya buat…ini.” Sambil berkata begitu, Linda mengambil sebagian pejuhku dan mengusapkannya diwajahnya.
    “Bagus lho buat wajah…biar tetep mulus…”sahut Linda sambil mengerling genit.
    “Astagaaaa….kamu tuh, Lin…diem-diem ternyata…”kataku terkejut.
    “Kenapa…? Kaget ya?”
    “Diem-diem, muka alim..tapi kalo urusan birahi liar juga ya..”
    “Ya iyalaaahhh..hare gene, Ndrew…orang enak kok ditolak.”
    “Tau gitu tadi aku semprot di uka kamu aja ya..” sesalku
    “Iya juga sih..sebenernya aku pengen kamu semprot. Cuman aku dah gak bisa ngomong lagi…nahan enak sih..lagian aku pengen ngerasain semprotan pejuh kamu di memiawku.” Linda tersenyum
    “Eh, Ndrew…ssstttt…coba liat tuh…jailin yuk…..”ajak Linda
    Ya ampuuunnnn…aku lupa bahwa aktivitasku tengah diamat Rika. Segera kulirik Rika, yang ternyata tanpa kami sadari tengah beraktivitas sendiri. Tangannya menggosok-nggosok sapndexnya, yang mulai membasah. Kulihat lekukan cameltoenya makinbesar, lebih besar dari yang kulihat diruang tamu. Pertanda bahwa Rika juga telah dilanda birahi.

  • Kisah Memek Teman wanita ku yang seorang hyper sexs

    Kisah Memek Teman wanita ku yang seorang hyper sexs


    2333 views

    Duniabola99.com – Setelah nafasnya agak tenang, aku menindihnya dan memandangi wajahnya yang mengekspresikan kepuasaan. Sementara kontolku yang tegang mengganjal di bibir vaginanya yang licin dan hangat


    “Enak sayang?” kutanya dengan senyum.
    “Iyahh.. Enak banget.. Sentuhanmu begitu indah dan nakal,” katanya dengan senyum juga.
    “Masih ada yang lebih indah” kataku.
    “Ya, aku mau lebih lagi, aku mau lebih,” katanya.
    “Berapa yang kamu mau?” tantangku.
    “Sampai nggak bisa bangun, apa kau kuat?” tantangnya balik.
    “Aku masih orisinil, jangan kuatir, aku akan memuaskanmu, sampai nggak bisa bangun kan?” kataku.
    “Ya, sampai nggak bisa bangun” katanya senyum.

    Kembali kami saling melumat, tanganku meremas buah dadanya yang kembali menegang. Sementara kakinya dijepitkan kepinggangku. Puas dengan itu, aku beranjak dan jongkok diantara pahanya yang kurentangkan dengan tertekuk. Kupegang batang zakarku dan kuarahkan ke lubang vaginanya. Kutatap matanya yang pasrah.

    “Kita masukkan?” tanyaku. Dia tundukkan kepalanya.
    “Yakin?” tanyaku lagi. Dia senyum dan menundukkan lagi kepalanya.

    Pelan kutempelkan kepala penisku ke birbir vaginanya, kugesek-geseknya sampai ke klitorisnya beberapa kali. Dan..

    “Akhh..”

    Dia langsung mengerang ketika kepala penisku memasuki lubang vaginanya. Tangannya langsung menangkap pantatku.

    “Terus.. Sayang.. Masukkan semuanya.. Akhh.. Enak banget..” erangnya terus sementara batang penisku masuk setengah.

    Kulihat bibir vaginanya semakin membuka lebar. Jepitan vaginanya sangat ketat seolah tidak mengijinkan penisku masuk lebih dalam.

    “Akhh.. Enak sayangg” kataku tak tahan rasanya.

    Kuhentikan tekananku agar vaginanya menyesuaikan dengan ukuran penisku yang besarnya diatas rata-rata Indonesian. Kulumat lagi bibirnya yang mendesah-desah. Dia mengangkat kakinya dan menempatkannya diatas pantatku. Dia tekan pantatku yang semakin memperdalam masuknya kontolku ke vaginanya.

    “Kenapa sih susah masuknya? Mbak kan sudah nggak perawan?” tanyaku heran karena jepitan vaginanya begitu kuat membuat penisku agak susah masuk semua.
    “Tergantung orangnya dong,” katanya bangga.
    “Ayohh.. Tekan lagi.. Akhh..” katanya sambil kakinya ikut menekan pantatku.
    “Okhh.. Stop dulu! Sudah mentok nih.. Ukuran punyamu nggak sesuai dengan tubuhmu.. Aku nggak nyangka sebesar ini. Enak.. Hh..” ceracaunya lagi.

    Vaginanya mengempot seperti menyedot penisku. Tak sabar menerima sensasi itu akhirnya kutekan pantatku sampai masuk semua batang zakarku.

    “Auwww.. Mas.. Tahan dulu.. Ngilu.. Akhh” erangnya seperti kesakitan.

    Tapi aku nggak peduli lagi karena terasa tanggung, bless.. Sekh..

    Akhirnya batang zakarku amblas seluruhnya.

    “Wow.. Akhh..” jeritnya tiba tiba mendekap tubuhku kuat-kuat.

    Akhirnya kudiamkan sejenak. Matanya terbalik sampai putihnya saja yang kelihatan.


    “Okhh.. Enaknya.. Luar biasa.. Ayo.. Mas.. Ambil. Ambil semuanya. Akh.. Puaskan aku. Jangan sisakan sedikitpun.. Sampai nggak bisa bangun.. Akhh” erangnya mulai memutar pinggulnya.

    Kuputar putar pantatku yang membuat penisku memutar didalam vaginanya dan tekananku tetap kuat walau sudah amblas semuanya ditelan vaginanya. Rupanya kontolku menabrak semua urat syaraf yang ada di liang vaginanya yang membuatnya kenikmatan.

    “Enak banget Mas.. Kamu apain siih..?” tanyanya sambil mengerang.

    Kedua tanganku dengan ketat membetot kedua susunya. Bibirku menyedot bibirnya dan kadang dengan gemas menyedot puting susunya. Dan pantatku tetap dengan kuat menekan vaginanya dengan berputar saja tanpa mengocoknya. Dengan cara begitu rupanya dia senang. Akhirnya kurasakan siraman hangat di kepala penisku. Ternyata dia sudah keluar dengan jurus pembuka ini.

    “Akhh.. Mas.. Aku keluar..” katanya dengan kedua pahanya mengunci pinggangku dengan kuatnya sampai akhirnya kurasakan melemas dan jatuh terlentang di tempat tidur.

    Aku yang masih belum apa-apa menarik tubuhnya ke tepi tempat tidur. Setengah badannya ditempat tidur, sementara tepat pantatnya mengganjal di sudut tempat tidur dengan kaki menjuntai ke bawah. Oh indahnya vaginanya menggembung menantang.

    Garis belahan vaginanya dari atas sampai kebawah memanjang membelah dua bibir yang menggembung itu. Kuusap-usap lagi dengan jari tengahku mengikuti belahan vagina tersebut. Saat kulihat dia siap, kurarahkan batang kontolku ke lubang vaginanya.

    “Oohh.. Mas.. Ampun.. Masshh.. Biarlah aku jadi budakmu, asal kau bayar dengan kontolmu..” katanya memasrahkan diri saking nikmatnya.
    “Makan semuanya.. Akhh.. Ambil.. Ambil vaginaku.. Mas..” katanya terputus-putus karena hentakan pantatku sangat cepat.

    Seperti piston begitu penisku keluar masuk vaginanya sambil mengeluarkan suara berdecak-decak membuat badannya terlonjak-lonjak di tempat tidur. Kedua tangannya mencengkram kasur dan dia berusaha menegakkan kepalanya melihat keluar masuknya kontolku di vaginanya.

    Wajahnya seperti mau menangis padahal karena merasakan nikmat yang belum pernah dia dapatkan. Tak berapa lama kemabali kurasakan kepala kontolku disiram cairan hangat di dalam vaginanya.


    “Akhh.. Aku keluar lagi Mas.. Kau hebat.. Belum apa-apa” katanya memuji karena beroleh kepuasan yang luar biasa.

    Sebenarnya aku telah dipuncak gairah, tapi karena timingnya nggak tepat agar bersamaan keluar, akhirnya kukendorkan lagi, biarlah dia orgasme berikutnya agar kami sama-sama keluar, pikirku. Masih setengah badannya di tempat tidur, kubalikkan tubuhnya sehingga pantatnya tertungging dan kaki tertekuk ke bawah sementara buah dadanya tergencet tubuhnya dengan tempat tidur.

    Posisi ini sangat menantang, pantatnya bulat padat berisi dengan gundukan vaginanya terjepit di batang pahanya yang padat. Klitorisnya mengintip di celah vaginanya yang terjepit itu dengan genit. Dengan dua tangan kubuka bongkahan pantatnya dan agak menekan sehingga vaginanya keluar dari persembunyiannya.

    Lubang vaginanya langsung mencuat ke atas mengundang batang zakarku untuk memasukinya. Kutempelkan kepala penisku tepat di lubang vaginanya, lalu kutekan yang diiringi desisan yang keluar dari mulut kami berdua. Bless.. Bless.. Suara batang zakarku menelusuri liang vaginanya yang becek.

    “Aukh.. Nikmat..” erangnya.

    Kutekan terus pantatku sampai amblas semua batang zakarku. Kemudian kususupkan tanganku meraih susunya yang tergencet tempat tidur. Setelah kubetot dua-duanya, kuciumi sebentar punggungnya dan tengkuknya. Perlahan kugoyayang pantatku sehingga penisku keluar masuk vaginanya. Kuhentak-hentakkan pantatku sambil memeluknya dengan kuat.

    “Okhh.. Mas.. Kau pintar sekali.. Nyaman bangat posisi gini..” erangnya mendesah-desah.

    Terus kupercepat kocokan penisku di vaginanya yang banjir. Sebenarnya tadi dia mau membersihkannya, tapi kularang, biar bunyi, kataku. Sepertinya dia sudah semakin puncak, pantatnya semakin dia tunggingkan menyambut sodokan penisku.

    “Ayohh.. Jantanku.. Semakin kuat.. Ayoh.. Puaskan aku.” katanya sangat bergairah.
    “Aku janji akan memberi apa yang kamu mau asal yang satu ini sel`lu tersedia untukku,” katanya lagi semakin ngawur.

    Memang kalau orang menemukan sesuatu yang membuatnya bahagia, akan bertekuk lutut di hadapannya. Kurasakan waktuku sudah dekat, kupercepat kocokan penisku di vaginanya, semakin cepat, cepat, dan tiba-tiba kutangkap kuat buah dadanya dan mendekapkan dadaku ke punggungnya, sementara tangannya menangkap pantatku dan mengangkat kepalanya. Sodokan terakhir kuhentak sekuat-kuatnya yang disambut dengan tunggingan pantatnya dan..


    “Akhh.. Aku keluar.. Sayang.. Akh. Akh..” erangku melepas spermaku yang muncrat kuat memenuhi rahimnya sampai terasa banjir di seluruh liang vaginanya.
    “Okh.. Enaknya..” katanya mengakhiri sisa-sisa orgasmenya.
    “Akh.. Sungguh kamu luar biasa Mas..” katanya dengan ekspresi lega di wajahnya.

    Sementara penisku masih tertancap di vaginanya dan tubuhku masih menindih tubuhnya yang tengkurap. Setelah kami tenang, kucoba mencabut penisku dari jepitan veginanya yang masih terasa kuat menjepit. Bunyi plok, terdengar katika kepala penisku tercabut dari lubang vaginanya. Kami merubah posisi rebahan di tempat tidur dengan kepalanya bersandar di dadaku.

    “Makasih ya mas, belum pernah aku merasa sepuas ini,” katanya bahagia.
    “Emangnya suamimu gimana?” tanyaku mencoba menyelidiki.
    “Sebenarnya aku nggak mau kita membicarakan itu, cukup kita berdua saja,” Katanya.
    “Oke, nggak apa-apa” kataku.

    Demikianlah dari siang sampai sore kami melakukannya seolah tidak pernah puas. Benar permintaannya terpenuhi. Jadilah lemas semua badannya ketika pulang tetapi membawa sejuta kenikmatan.

  • Kisah Memek tempat kost putri

    Kisah Memek tempat kost putri


    2366 views

    Duniabola99.com – Aku seorang mahasiswa di Jogja, dank au anak perantauan disini aku gnekost dirumah yang biasanya dijadikan tempat kost anak mahasiwa baik putra maupun putri, tempat huniku di kelilingi banyak kost cewek, dimana cerita ini aku akan berbagi pengalamanku dengan kost putrid yang berada di belakang kostku,


    Singkat cerita aku dan penghuni kos putra yang lainnya memang sudah kenal dan lumayan akrab dengan penghuni kos putri belakang, jadi kalo ada yang perlu bantuan tinggal bilang saja.

    Aku sering sekali main ke kosan putri itu untuk sekedar ngobrol-ngobrol saja diruang tamunya, itupun kalau dikosanku lagi sepi, maklum saja aku sendiri yang angkatan tua yang nyaris gak ada kerjaan, sedangkan yang lainnya masih sibuk dengan kuliah dan kegiatan-kegiatan lainnya.

    Saking seringnya aku main ke kosan belakang, ketujuh cewek penghuninya sudah sangat terbiasa dengan kehadiranku disana, dan ada satu orang cewek bernama Ana, tingginya sekitar 165cm, beratnya sekitar 50kg, kulitnya kuning, ukuran Branya mungkin cuma 34A, pernah sehabis mandi masih dengan balutan handuk sejengkal diatas lutut dia lewat didepanku dengan santainya.

    Aku yang masih sangat normal sebagai lelaki sempat melongo melihat pahanya yang mulus ternyata, dan dia cuek aja tampaknya.

    Sampai suatu hari, sewaktu liburan UAS sekitar menjelang sore saat aku datang ke kosan belakang seperti biasa, disana hanya ada Ana sendiri, dia memakai daster bunga-bunga tipis selutut, dia sedang didepan komputer dikamarnya yang terbuka pintunya, kupikir dia lagi mengerjakan tugas

    “lagi ngapain, An? Yang laen kemana?” tanyaku didepan pintu, “eh Mas Zaky, lagi suntuk nih, lagi ngegame aja, yang laen kan mudik mas, trus Mbak rina kan KKN pulangnya malem terus” jawabnya sambil masih memainkan mousenya

    “masuk mas”.

    Aku pun masuk dan duduk di karpetnya

    “ emang kamu ga mudik juga An?”

    “aku kan ngambil SP mas, males klo harus ngulang reguler” jawabnya.

    “lagi ngegame apa sih?” tanyaku lagi

    “ini nih maen monopoly, abis yang ada cuma ini” sambil merubah posisi kakinya bersila dan sempat memperlihatkan pahanya, akupun melongo lagi di sajikan pahanya itu, sampai akhirnya dia sadar dan sambil menutup pahanya dia bilang

    “hayo ngliatin apa?”

    “eh ngga, ga liat apa-apa” jawabku gelagapan

    “hayooo ngaku, pasti nafsu ya, dasar cowo” dia bilang

    “yeee jangan cowo aja donk yang salah, yang bikin nafsu kan cewe” kataku membela diri

    “wuuu ngeles aja” dia bilang sambil melanjutkan gamenya tadi, “eh mas punya film ga? BT nih”

    “film apa ya? Yang di tempatku kan dah di tonton semuanya” jawabku

    “yaaah apa aja deeeh” dia memohon

    “apa dong, ya emang udah ga ada lagi, ada juga bokep tuh klo mau”

    “mau dong mas mau” dia bilang

    aku kaget mendengar itu langsung bilang

    “beneran nih, nanti kepengen repot lagi”

    “udah sana ambilin, aku iseng ni mas”

    “tapi nontonnya bareng ya” kubilang

    “iihh ga mau ah, nanti malah mas zaky pengen, bisa diperkosa aku”

    “ga bakalan atuh sampe kaya gitu, mau diambilin ga niy? Tapi nonton bareng ya”

    “iya deh, ambil sana” pintanya.

    Secepatnya aku lari ke kos lalu mengcopy bokep yang ada di komputer dikamarku, aku copy yang bagus-bagus saja, kemudian setelah selesai aku langsung berlari ke kamar Ana dan menyerahkannya. Ana pun langsung mengcopy yang ada di flashdiskku.


    Kamipun menontonnya, aku duduk berada disebelah kirinya, dan dia duduk sambil memegang bantal. Kami tak ada bicara saat film itu dimulai. Baru beberapa menit menonton, aku mulai horny karena baru kali ini aku nonton bokep sama cewek yang bukan pacarku berdua saja, kontan saja akupun agak-agak salah tingkah berganti-ganti posisi duduk demi menutupi kontolku yang sudah berdiri tegang.

    Tak berapa lama sepertinya diapun mulai merasakan hal yang sama, nafasnya mulai tak teratur dan agak berat seperti ada yang ditahan, duduknya pun mulai berganti posisi dan sekarang bersila sambil memeluk bantalnya itu. Seandainya aku yang jadi bantalnya, hmmmmm. Akhirnya aku memberanikan diri bertanya

    “kenapa, An? hayoo”

    “apaan sih, ga kenapa-napa ko, mas tuh yang kenapa dari tadi gerak-gerak terus?” dia merengut

    “ yahhh, namanya juga nonton bokep An, nontonnya sama cewek manis berdua aja lagi” kubilang

    “emangnya kenapa klo nonton ma cewek berdua aja”, sepertinya dia memancingku

    nekad saja aku bilang

    “ya, jadi kepengen lah jadinya”

    “tuuh kan bener yang aku bilang tadi” Dia melanjutkan

    “ mas zaky suka ya begituan?”

    dan aku jawab asal

    “ya sukalah, enak sih”

    “lah kamu sendiri suka nonton bokep ya? Dah dari kapan? Jangan-jangan kamu juga udah lagi?” langsung aku cecar saja sekalian

    “iihhh, apaan sih” dia bilang,

    “udahhh ngaku ajah, udah pernah kan?kalo udah juga ga papa, rahasia aman kok, hehe” aku cecar terus

    “mmmm tau ah” dia malu tampaknya, kemudian dia mengalihkan dan bertanya

    “mas zaky klo begituan suka jilatin kaya gitu mas” sambil menunjuk adegan cowok lagi jilatin memek cewek

    “iya, suka, di oral juga suka, kenapa? Pengen ya hehehe”

    “ihhhh orang cuma nanya” jawabnya malu-malu

    “kamu emangnya belom pernah di oral kaya gitu An?”

    “belom lah,aku sebenernya pernah ML 2 kali, tp cowokku ga pernah tuh ngejilatin ‘itu’ku, aku terus yang disuruh isepin ‘anu’nya “ akhirnya dia ngaku juga

    “ wahh keenakan cowokmu donk, diisep terus kontolnya ma kamu, dah jago dunk, jadi pengen, hehe”

    “wuuu sana ma pacarmu sana” katanya

    “pacarku kan jauh An” jawabku.

    Aku langsung bergeser merapatkan diri disamping dia

    “ Din, mau aku jilatin memeknya ga?” aku langsung aja abis udah ga tahan. Dia diam saja, aku cium pipinya diapun menghadapkan mukanya kearahku, aku dekatkan bibirku ke bibirnya dan kamipun berciuman dengan sangat bernafsu. Tangan kiriku mulai meraba toketnya, diapun melenguh “mmmh” sambil tetap berciuman.


    “An, udah lama aku pingin ngerasain ngentot sama kamu” kataku

    “aku juga mas, aku kan sering mancing mas zaky, tapi mas kayanya ga ngerasa” dia bilang

    “ihh pake mancing-mancing segala, kan tinggal ajak aja aku pasti mau”

    “yeee masa aku yang ajak” katanya manja sambil menggelayutkan tangannya dileherku

    “berarti boleh dong memeknya aku jilat” sambil kuturunkan tanganku ke memeknya yang masih terbalut dasternya

    “lom diijinin aja tangannya udah megang memekku nih” sambil tersenyum kemudian menciumiku.

    Aku langsung melumat bibirnya sambil mengangkat dasternya hingga tanganku dan memeknya hanya dibatasi CD tipis saja.

    Ana sudah mulai memasukkan tangannya kedalam celana(saat itu aku hanya menggunakan celana boxer) dan CD ku sampai menyentuh kontolku dan kemudian mengelusnya lembut

    “mmmhhh Ana sayang”

    Aku membuka kaosku lalu melepaskan dasternya sekalian hingga tersisa CD dan bra nya saja.

    “kamu seksi An”

    “mas zaky juga kontolnya gede, Ana suka banget, Ana isep ya?”

    “iya An, aku juga ga sabar pingin memek km”

    Akupun berdiri, Ana memelorotkan celana sekaligus CDku sampai kontolku seperti melompat kedepan mukanya saking tegangnya, Ana sedikit kaget saat melihat kontolku yang memiliki panjang sekitar 17cm

    “mas, gede ih, pacarku ga segede ini kontolnya”

    Saat dia sudah membuka mulutnya ingin melahap kontolku, aku langsung menariknya hingga berdiri

    “sebentar sayang, dah ga sabaran pengen isep ya?”

    Ana mengangguk manyun

    “kita 69 yuk sayang”

    Aku membuka tali bra nya dan lalu cdnya kuturunkan, terlihat bersih memeknya tanpa jembut.

    “memek kamu bersih sayang”

    “baru kemaren aku cukur mas, abis suka gatel kalo ada bulunya, mas suka ngga?”

    “suka banget sayang” sambil kuciumi memeknya.

    Ana naik ke kasurnya dengan posisi telentang mengundangku, akupun naik dan memposisikan kontolku berhadapan dengan mukanya lalu mukaku didepan memeknya.

    Aku mulai menjilati memeknya dengan lembut , Ana tanpa ragu memasukkan kontolku ke mulutnya dan mengocoknya perlahan

    “oughhh, mmmhhh Ana sayang” memek Ana terasa sangat legit aku menjilati klitorisnya yang kemerahan

    “hmpffhhh….mmmpphhh” Ana melenguh

    Sekitar 5 menit kami di posisi ini, kami sudah sama-sama tidak tahan, aku mengubah posisiku berada di atas tubuh telentang Ana dan mengarahkan kontolku ke memeknya. Memeknya sudah agak basah setelah oral tadi, aku menggesek-gesekkan kontolku sesaat

    “ohhhh, masukin masku sayang, Ana ga tahan lagi mmmmhhh”

    Aku senang mendengarnya memohon minta di entot. Aku menekankan kontolku perlahan, baru kepalanya yang masuk, agak sulit, aku hentakkan sedikit, Ana menggigit bibirnya, dan akhirnya kontolku berhasil memasuki lubang senggamanya


    Sempit dan seret rasanya membuatku merasakan kenikmatan saat aku awal bercinta dengan pacarku, namun ini terasa lebih mungkin karena lebih menantang. Aku memompa memeknya perlahan-lahan, Ana mengikuti gerakanku dengan menggerakkan pinggulnya mengarahkan memeknya. Aku genjot terus sambil kupeluk Ana dan menciumi bibirnya yang merah basah.

    “mmh. Hmmpppf….sayang enak banget sayang, memek kamu sempit banget, kontolku kaya dipijet-pijet”

    “ he emh mas, oughhh terus mas, masukin terus mas, biar Ana jepit kontolnya, ahhhhh” bicaranya terengah-engah

    Aku menggenjot terus sampai akhirnya kontolku amblas didalam memeknya. Aku semakin cepat memompa liang senggamanya.

    “ahhh,,ohhhh, masku,,,ohh,,entot aku ohh..enak banget mas sayang, Ana pingin oohhhhh dientot mas terus, ayo ooougghhh” Ana sudah tak karuan omongannya saking menikmatinya.

    15 menitan kami bercinta dalam posisi tersebut dan aku memintanya nungging untuk posisi doggy , Ana menurut saja, aku masukkan kontolku kememeknya lagi dan sekarang sudah agak lancar walaupun masih terasa sempitnya seperti memeras dan menyedot kontolku masuk.

    Aku memegang pantatnya yang mulus bersih sambil aku pompa tak terlalu cepat, Anapun memajumundurkan memeknya hingga seperti akan menelan kontolku seluruhnya dan sangat nikmat rasanya.

    Aku mempercepat genjotanku di memeknya, Ana sedikit berteriak kenikmatan

    “auhh mas,, mmmhh terus mas, enak ahhh…kontol mas…oohhh sayang”

    Nafasku semakin memburu dan bernafsu mendengar ocehannya itu membuat genjotanku menjadi sangat cepat

    “sayang, aku kluarin dimana sayang…ah ah oughh”

    “didalem…argh aja sayang auuhhh ga papa, Ana juga mau keluar mmmhhh”

    Genjotanku cepat sekali karena spermaku sudah tak tertahankan lagi mau keluar.

    “arrrgghhh aku keluar sayanggg”

    Dan saat itu juga tubuh Ana mengejang orgasme

    “ahhhhhhh, aku juga ssssshh mas”

    Aku muntahkan spermaku dalam lubang memek Ana, aku memutar tubuh Ana dengan kontol masih tertancap di memeknya,aku memeluk dan menciumnya

    “kamu hebat sayang, memek kamu hebat jepitannya”

    “mas zaky juga”

    Dia mengajakku ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh kami, dengan masih telanjang kami keluar kamar dan menuju kamar mandi. Aku membersihkan seluruh tubuhnya dengan perasaan sayang yang luar biasa, dan diapun melakukan hal yang sama kepadaku.

    Setelah selesai membersihkan tubuh kami, kami kembali kekamarnya dan memakai kembali pakaian kami,saat itu dia bilang kepadaku

    “makasih ya mas, udah ngasih kepuasan buat aku, enak banget ngentot sama kamu mas”

    “sama-sama sayang, besok-besok lagi ya?”

    “siap mas. Muachh” jawabnya sambil menciumku

    Akupun kembali ke kosku dengan hati sangat senang dan saat ada kesempatan berdua kamipun melakukannya lagi. Atau saat sama-sama tidak tahan kami janjian ke hotel untuk memuaskan nafsu kami.

  • Kisah Memek Tentang Vita

    Kisah Memek Tentang Vita


    2196 views

    Duniabola99.com –Aku punya seorang pacar yang kuliah di salah satu universitas ternama yang berlokasi di daerah Grogol. Karena berasal dari daerah jawa Timur, maka pacarku tinggal di sebuah kost khusus mahasiswi. Saya sendiri sudah bekerja, dan juga berasal dari universitas yang sama.


    Secara keseluruhan, pacarku sangat baik, setia dan cantik, tetapi masih konvensional, alias tidak mau berhubungan sex sebelum menikah resmi. Sebaliknya, saya termasuk laki-laki yang mempunyai libido tinggi. Sementara ini saya hanya bisa memuaskan nafsu birahi saya dengan masturbasi, tetapi keadaan berubah 180 derajat setelah saya jadian dengan pacarku.

    Setelah pulang kerja, saya langsung mengunjungi kost pacarku yang bernama Fransisca. Saya bagaikan masuk ke sebuah alam erotis ketika mengunjungi kostnya. Ada sekitar 8 penghuni yang terdiri dari mahasiswi tingkat 1 sampai tingkat 4 (Fransisca telah sampai pada tingkat 4), satu diantaranya yang tingkat 3 memiliki wajah yang cantik, namun badannya tidak selangsing Fransisca.

    Namanya Vita, kamarnya ada di lantai 3. Aku sering membayangkan bersetubuh dengan Vita, dan penisku memberikan reaksi yang sangat menyenangkan, yaitu orgasme. Aku sering bermasturbasi sambil membayangkan Vita, sampai akhirnya timbul sebuah ide nekat dan gila di benakku. Disinilah awal dari petualanganku yang nekat.

    Aku memutuskan untuk mencuri celana dalam Vita. Telah beberapa kali aku naik ke lantai 3 bersama dengan Fransisca, di lantai 3 ada sebuah rak khusus yang digunakan oleh pembantu kost untuk menaruh pakaian yang telah dicuci. Bagusnya lagi, masing-masing rak telah diberi nama supaya memudahkan pengambilan oleh pemilik baju (dan tentunya memudahkanku juga untuk mengambil celana dalamnya).

    Suatu sore ketika aku berkunjung, anak-anak kost yang lain bergerombol keluar untuk makan malam. Kebetulan juga, Fransisca sedang mandi, biasanya memakan waktu sekitar 15 sampai 25 menit. Aku mempunyai banyak waktu untuk melaksanakan rencanaku. Dengan jantung yang berdebar keras, keringat membasahi tubuhku, perasaan was-was dan tentunya penisku yang berdiri kegirangan.


    Terdapat 3 buah celana dalam yang berbahan licin dan halus di bawah 3 tumpuk BH nya. Langsung kuambil yang berwarna kulit (ada 2 warna; satu berwarna pink dan sisanya berwarna kulit) dan kutempelkan pada wajah horny ku dan kuhirup aromanya. Sayangnya yang tercium hanyalah wangi pelembut cucian, tetapi tetap tidak mengurangi rasa horny ku. Segera kumasukkan ke kantong celanaku dan meninggalkan TKP untuk menghindari resiko yang tertangkap yang memalukan. Aku kembali menunggu di lantai 2 dengan perasaan yang berdebar-debar takut ketahuan.

    4 jam kemudian aku sudah sampai rumah. Langsung kumasuki kamar mandi, kulepas celana dan dan celana dalamku, kejantananku sudah basah dan siap untuk menerima hadiah yang telah ditunggu-tunggu. Dengan perasaan deg-deg-an ku keluarkan celana dalam Vita dan sekali lagi kutempelkan pada wajahku.

    Kuposisikan sisi dalam yang langsung bersentuhan dengan bibir vaginanya pada hidungku. Meskipun hanya tercium wangi dari pelembut, kubayangkan aku sedang menghirup aroma exotis dari vaginanya. Secara refleks, lidahku terjulur keluar dan kubayangkan sedang menjilati celah cintanya. Penisku makin bertambah keras dan panjang.

    Kuposisikan bagian selangkangan celana dalamnya di kepala kejantananku, kemudian kubalutkan bagian lain dari celana dalamnya pada batang penisku. Tangan kiriku menggenggam penisku yang terbungkus oleh pengganti vagina Vita dan langsung mengocoknya dengan perlahan-lahan.

    Gesekan yang terjadi menimbulkan rasa sedikit perih pada penisku, tetapi hilang secara berangsur-angsur karena dilumasi oleh cairan pra ejakulasiku. Irama masturbasi kupercepat. Getaran-getaran listrik yang erotis terus membombardir syaraf-syaraf penis dan otakku. Akhirnya orgasme pun datang dengan indah. Tangan kananku menyingkap sebagian dari celana dalam Vita untuk mengeluarkan kepala penisku.

    Sebetulnya aku ingin sekali mengeluarkan cairan kenikmatanku pada celana dalamnya, tetapi itu akan meninggalkan bukti yang jelas. Tiga semprotan panjang dan kuat mengawali arus orgasmeku yang indah. Setelah kenikmatan duniawiku berakhir, ku lepas celana dalamnya dari penisku dan mengamatinya. Terdapat bercak basah yang disebabkan oleh cairan pra orgasme ku.


    Di satu pihak aku ingin sekali meninggalkan jejak birahiku, tetapi di lain pihak aku takut ketahuan. Kalau ketahuan akan sangat memalukan dan menyusahkan. Kuputuskan untuk membiarkan apa adanya, kusimpan CD tersebut pada kantong celanaku dan kulanjutkan dengan mandi.

    Malamnya aku bermasturbasi kembali dengan CD Vita. Benar-benar pengalaman yang menegangkan dan seksi.

    Keesokan sorenya keadaan masih kondusif dan kukembalikan CD yang telah kunodai dan kuambil lagi yang lain, kali ini berwarna merah muda. Berbahan tipis licin dan halus dengan sedikit renda bermotif pada bagian depan. Hal ini terus berlanjut, terkadang hanya ada sebuah CD pada tumpukan bajunya, sehingga aku terpaksa harus melakukannya dengan cepat di wc kos. Minggu berikutnya aku dikejutkan dengan impianku. Ketika ku hirup aroma dari CD nya, aku mencium sesuatu yang sudah kukenal dengan baik, dan kejantananku pun membenarkannya.

    Aku mencium aroma exotis dari CD nya. Bagian CD yang bersentuhan langsung dengan surga duniawinya terasa agak lembab dan kaku. Tidak salah lagi, ini adalah aroma segar dari madu cintanya. Setelah sampai di rumah, ku tempelkan CD Vita pada mulut dan hidungku, dan kuhirup dalam-dalam. Jantungku berdebar kencang karena kegirangan tetapi ada juga rasa takut yang menyelimuti pikiranku.

    Apa maksud dari semua ini? Tapi saat ini aku tidak peduli. Langsung kubalutkan penisku dengan CD nya dan masturbasiku terasa beda, lebih indah, lebih menggetarkan. Kali ini aku benar-benar hilang dalam kenikmatan yang dihasilkan oleh penisku. Sampai akhirnya madu murniku bertemu dengan madu cinta Vita. Entah berapa gelombang kenikmatan orgasmik yang kualami. Ketika tersadar, bagian selangkangan CD nya telah dipenuhi dengan madu kental berwarna putih kekuningan.

    Keesokan harinya kukembalikan CD yang kuambil kemarin dan kutukar dengan yang baru. Celana dalamnya juga masih memiliki aroma exotis yang sama. Tidak terlihat perubahan pada sikap dan ekspresi wajah Vita ketika kami saling bertemu pandang. Hari berikutnya aku dikejutkan dengan celana dalam Vita yang benar-benar masih basah, aromanya benar-benar segar dan memabukkan.

    Sepertinya Vita baru saja selesai bermasturbasi dan sengaja membiarkanku menemukannya. Kesadaranku telah diambil alih oleh penisku, langsung aku masuk kamar mandi yang letaknya berseberangan dengan kamar Vita.


    Kepala kejantananku tidak henti-hentinya bergetar ketika bagian selangkangan yang basah itu menempel dengan lembut dan hangat. Baru saja kukocok beberapa kali, tiba-tiba terdengar ketukan pada pintu kamar mandi. Aku terkejut dan dengan cepat menyimpan kembali kejantananku dan mengantongi CD Vita, dan berpura-pura menyiram closet.

    Ketika pintu kubuka, Vita berdiri tepat di hadapanku dan mendorongku kembali dalam kamar mandi. Kali ini Vita juga berada di dalamnya. Keringat dingin bercucuran dari tubuhku. Tangan-tangan Vita langsung merogoh-rogoh semua kantongku dan akhirnya ia mendapatkan celana dalamnya yang kusimpan di kantong belakang.

    “Aku sudah tahu.. Ko Indra lah pelakunya..” ungkap Vita.

    Tiba-tiba Vita langsung membuka celanaku dan mengeluarkan penisku yang sempat melemas karena shock. Dengan kedua tangan ia membelai dan meremas-remas dengan lembut penisku yang sudah basah. Rasa horny dan keringat dingin masih menyelimuti tubuh dan pikiranku. Namun, kejantananku kembali berereksi di dalam belaian Jari-jari Vita yang cekatan.

    Pandangan Vita terus terpana pada penisku. Ketika penisku sudah mencapai ketegangan maksimalnya, mulut Vita sedikit terbuka, nafasnya memburu sambil mengeluarkan desahan halus. Kedua tangannya dengan perlahan namun mantap bermain dengan kejantananku. Suara di dalam hatiku mengatakan inilah saatnya, lagipula aku yakin Vita bukan lagi seorang gadis perawan.

    Kuangkat dagunya sehingga aku dapat melihat wajahnya dengan dekat. Ia menginginkannya, itulah ekspresi yang tertulis jelas pada wajahnya. Langsung kucumbu bibirnya yang segar dan kedua tanganku langsung menyingkap bagian bawah daster berwarna putih yang dimulai dari pertengahan paha. Kejantananku bergetar dan menjadi lebih keras dan panjang.

    Vita tidak memakai celana dalam, pantatnya yang lembut dan kenyal ku remas-remas. Demi menghemat waktu, tangan kiriku langsung mendarat di lembah cintanya yang kebanjiran, dan tangan kananku menuju puncak buah dadanya (juga tanpa BH). Dadanya yang berukuran 36C ku remas-remas dan klitorisnya pun mendapatkan pelayanan istimewa dari jari-jariku.

    Tubuh Vita tak henti-hentinya bergetar dan mempercepat irama kocokan tangannya pada penisku. Ku senderkan Vita pada dinding kamar mandi, kuangkat kaki kirinya, kemudian tangan kiriku menuntun kejantananku menuju lembah cinta duniawi.

    Vita hanya berdiri pasrah menunggu penisku. Ketika ujung kepala penisku bersentuhan dengan bibir vaginanya yang basah dan hangat, Aku pun sempat bergetar. Perlahan-lahan kudorong masuk kepala penisku. Tidak ada hambatan dan gesekan yang bearti, karena celah cintanya benar-benar basah dan licin. Mulut Vita terbuka lebar, matanya tertutup rapat.

    Kudorong lagi sampai hampir setengah dari panjang penisku, kemudian kutarik keluar dan kudorong masuk lagi. Sedikit demi sedikit akhirnya seluruh penisku sudah tertanam di dalam vaginanya yang sempit dan basah. Untuk sesaat aku tidak bergerak dan merasakan dinding-dinging liang cintanya mendekap kejantananku. Kulihat jam tanganku, hanya tersisa 10 menit sebelum Sisca keluar dari kamar mandinya.


    Vita memelukku dengan erat, aku langsung menyetubuhinya dengan perlahan-lahan. Setiap tarikan dan dorongan menciptakan sensasi erotis yang sangat indah. Irama kupercepat bagaikan piston mobil yang memompa dalam putaran mesin yang tinggi. Desahan dan erangan Vita makin membuatku bernafsu, apalagi tidak sampai 2 menit Vita sudah meluncur ke alam orgasme yang tiada batasnya. Aku jadi berpikir, siapa yang sebenarnya lebih horny dan menikmati permainan ini. Jawabannya sudah jelas.

    “Penisnya besar dan kuat sekali..” Vita membisikkan kata-kata tersebut di telingaku sambil terus menikmati persetubuhan ini.
    “Memangnya kamu belum pernah ketemu yang sebesar ini?”
    Vita menggeleng, “Punya cowokku cuma 5 cm dan kurus..”
    “Jadi lebih enak yang mana?” tanyaku.
    “Tentu saja punya Ko Indra, rasanya benar-benar pas..”

    Vita yang baru berumur 20 tahun benar-benar cocok dengan seleraku. Aku paling suka bercinta dengan daun-daun muda. Vita, daun mudaku yang cantik, akan kubuat dia tidak dapat melupakan persetubuhan ini. Setelah Vita selesai menikmati sisa-sisa orgasmenya, ia melepaskan diri dari dekapanku dan berlutut di hadapan kejantananku.

    Lidahnya terjulur dan menyapu sepanjang batang penisku yang basah diselimuti oleh madu cintanya. Dengan cekatan Vita menjilati penisku, kemudian mengulum kepala penisku yang merah. Mulutnya yang hangat ditambah dengan tarian liar yang dilakukan oleh lidahnya membuat penisku berdenyut-denyut seperti orgasme. Untuk beberapa saat ia hanya mengulum kepala penisku, kudorong kepalanya dengan lembut.

    Vita mengerti apa yang kuinginkan, ia mulai melahap seluruh batang penisku. Ia sedikit mengalami hambatan yang disebabkan oleh panjangnya kejantananku. Namun rongga mulutnya dengan cepat dapat beradaptasi, sehingga Vita pun bercinta dengan kejantananku menggunakan mulutnya. Guncangan kuat mengawali orgasmeku yang kencang dan hebat.

    Vita sempat tersedak dan mengeluarkan penisku dari dalam mulutnya. Kupegang penisku sambil mengocoknya, mulutnya yang terbuka menjadi sasaran tembak madu kejantananku. Beberapa tetes maduku mengenai hidung dan pipinya. Pemandangan yang erotis sekali. Vita menutup mulutnya dan langsung menelannya. Kemudian penisku kembali hilang di dalam mulutnya. Lidahnya sibuk menyapu sisa-sisa maduku dan dihabiskan semuanya.

    Kusuruh Vita berdiri, ia menatapku dengan expresi puas dan nakal, senyumnya yang manja ditambah dengan noda madu putihku yang masih menempel di wajahnya membuat ku horny lagi. Jari telunjuk dan tengah tangan kanannya menyapu hidung dan pipinya, kemudian jarinya langsung dikulum di dalam mulutnya.


    Sudah saatnya aku keluar dan menunggu di tempat biasa. Vita dengan cepat menyelipkan selembar kertas kecil ke kantong celanaku. Kertas itu berisikan no telepon Vita.

    Vita membantuku merapikan baju dan celanaku.

    “Besok, jangan ambil celana dalamku lagi..”

    Timbul rasa kecewa di dalam hatiku.

    “Langsung saja..” Vita menempelkan tanganku pada pintu kenikmatan duniawinya.

    Aku yakin ia telah merasakan arti sebenarnya dari bercinta. Meskipun kilat, namun menimbulkan kesan yang dalam. Kuhapus keringatku dengan tissue dan menyambut Sisca yang baru selesai mandi.


    Setelah hari ini hampir setiap hari kami bercinta kilat di kamar mandi lantai 3. Vita menjadi tempat pelampiasan nafsuku yang menggebu-gebu. Hubunganku dengan Vita hanyalah murni sebatas kenikmatan seksual, karena kami sangat menikmatinya.

  • Kisah Memek Tentang Wedding Service

    Kisah Memek Tentang Wedding Service


    2869 views

    Duniabola99.com – Waktu itu teman saya mengajak saya menjadi panitia pernikahan salah satu sepupunya disalah satu gedung pertemuan di daerah Tebet. Ketika aku sedang mengambil makanan handphone-ku bergetar.


    “Hallo..”

    “Hallo Ovi.. Apa kabar? Koq kalau makan nggak ngajak ngajak aku sih.”

    “Eehh.. Mbak Amy. Apa kabar?”

    “Aku baik. Kamu?”

    “Baik.. Mbak dimana sih? Koq tahu aku lagi mau makan?”

    “Ada di belakang kamu.”

    Aku menoleh dan Mbak Amy melambaikan tangan. Mbak Amy memakai kebaya dan rambutnya yang sebahu dibiarkan tergerai dengan model shaggy.

    “Apa kabar Mbak.?” sambil mencium pipinya.

    “Aku baik Vi, kamu ngapain disini?” Mbak Amy menggandeng tanganku dan menarik aku kesudut ruangan.

    “Sepupu teman kawin, terus aku dimintain tolong jadi panitia. Mbak Amy ngapain disini? sendirian?”

    “Undangannya buat suamiku tapi dia lagi ke luar negeri, jadi aku wakilin dia deh. Aku nggak sendirian, kan ada kamu,” sambil tersenyum manis dan menyalakan rokoknya.

    “Yee. Naik apa Mbak?”

    “Naik mobil dong, masa naik becak.”

    “He.. he.. aku juga tahu kalau itu.”

    “Kamu pulang sama siapa Vi?”

    “Aku pulang sendiri aja, habis makan aku ganti baju terus pulang kali. Capek banget dari siang aku sudah disini.”

    “Kamu balik bareng aku aja ya Vi. Nanti kalau sudah selesai ganti baju, aku tunggu di mobil ya.”

    Aku mengangguk lalu berganti baju memakai celana pendek, t-shirt dan sepatu kets sementara celana panjang dan lainnya aku letakkan di ranselku. Aku menuju tempat parkir dan masuk ke mobil Mbak Amy. Aku duduk di sebelah kiri, Mbak Amy mengemudikan mobilnya keluar dari gedung. Mbak Amy mengemudikan mobil menuju ke arah rumahnya di bilangan Permata Hijau, dan memasukkan mobilnya langsung ke dalam garasi rumahnya.

    “Katanya mau anterin aku pulang, kok aku diculik ke sini sih?”

    “Kamu temanin aku ya malem ini, aku bete nih sendirian di rumah”

    “Terserah Mbak aja deh.”

    “Nah gitu dong, masuk yuk Vi.”

     

    Mbak Amy mengajak aku masuk dan mempersilahkan duduk diruang keluarga. Di ruang itu terdapat sofa besar dan TV berukuran besar lengkap dengan sound systemnya. Mbak Amy memanggil Bi Inah pembantunya dan menyuruhnya untuk membuatkan minum. Aku memang sudah mengenal semua anggota rumah Mbak Amy termasuk supir dan pembantunya, karena mantan pacarku dulu pernah bekerja menjadi asisten pribadi Mbak Amy.


    “Makasih ya Bi, apa kabar?”

    “Baik Den Ovi, silahkan minum lho.”

    “Minum gih, aku ganti baju dulu ya vi.”

    “Oke Mbak.”

    Aku menyalakan TV dan menonton film sex and the city di Trans TV, Mbak Amy menganti bajunya dengan celana pendek dan kaos lengan dan rambutnya diikat pony tail. Mbak Amy duduk disebelahku dan menyalakan rokok. Aku terus memperhatikan Mbak Amy.

    “Kenapa sih kamu koq lihatin aku terus?”

    “Mbak cakep sih.”

    “Ngerayu nih atau ngeledek?” sambil mencubit pahaku.

    “He.. he.. he.. Dua duanya donk.” sambil kupeluk pundaknya.

    Mbak Amy menggeser posisi duduknya sehingga tubuhnya bersandar di tubuhku sementara tanganku memeluk pinggangnya dari belakang. Sesekali aku meraba payudaranya dan mencium lehernya. Aku terus mencium leher dan telinganya.

    “Sss.. Mmm.. Vi.. Mmm.. Mph.. Mph..” sambil aku terus meraba dan meremas payudaranya.

    Mbak Amy mematikan rokok lalu memutar tubuhnya dan aku mencium Bibirnya. Aku dan Mbak Amy berciuman dan saling memainkan lidah. Mbak Amy mulai mengelus penisku dan memasukkan tangannya ke dalam celanaku. Aku membuka bajunya dan meremas remas payudaranya.

    “Ouh.. Vi.. Remes tetekku say.. Remes sayang.. Ovi buka celana kamu dong.” sambil tangannya mengocok dan mengelus batang penisku.

    “Mmmpphh.. Ssshh.. Ouh.. Ouh.. Mbak aja deh yang buka.”

    Mbak Amy kemudian menarik turun celana pendek dan celana dalamku, Mbak Amy menunduk dan menjilati serta menghisap batang penisku yang sudah tegang.

    “Aahh.. Mbak.. Isep penisku Mbak.. Ssshh.. Ouh enak banget.. Ouh mmpphh.. Mmpphh.. Yes.. Ouh.. Uh. Aahh..”

    Mbak Amy terus menjilati batang penisku dan memainkan lidahnya diseluruh batang penisku juga urat dibalik kepala penisku. Aku membuka baju serta BH dan menarik turun celananya berikut celana dalamnya. Aku meraba vaginanya dan menusukan jariku ke dalam vaginanya.

    “Oouuhh.. Vi.. Yes.. terus say. terus. Ouh ouh.. Yess. Yess. Fuck me.. Fuck me.. Cepet say.. Gerakin jari kamu yang cepet.. Yes.. Ouh. Ouh.. Yeess..”

    Aku semakin cepat mengocok dan memainkan jariku didalam vaginanya, tak lama kemudian tanganku terasa basah dan vagina Mbak Amy terasa menjepit dan tangannya mencengkeram pahaku serta Mbak Amy mencium dan menggigit Bibirku.


    “Mmmpphh.. Mmpphh.. Yyyeess.. Aku keluar sayangg.. Yyeess” Mbak Amy setengah menjerit tertahan.

    Mbak Amy melanjutkan aksi mulutnya di penisku yang sempat tertunda sebentar, tangannya terus mengocok dan memijat naik turun batang penisku.

    “Aaahh.. Mbaakk.. Euh euh.. Yess.. Euh.. Ahh.. Aku mau keluar..” tubuhku menegang dan air maniku tumpah didalam mulut Mbak Amy dan belepotan di tangannya, Mbak Amy terus menjilati dan menghisap sisa sisa air maniku yang masih menetes dari penisku. Aku memeluk Mbak Amy dan mencium Bibirnya lalu kurebahkan Mbak Amy diatas sofa langsung saja aku menjilati vaginanya dan menghisap klitorisnya.

    “Oouuhh.. Vi. Yes.. Jilat terus say.. Jilat vaginaku. Aahh. Ouh ouh.. Yes. Masukin vi.. Masukin sayang.. Aku sudah nggak tahan nih..”

    Mbak Amy memintaku untuk duduk di sofa, Mbak Amy membuka kakiku dan menjilati batang penisku hingga basah dengan air liurnya. Setelah beberapa saat, Mbak Amy mengangkangi pinggangku dan menuntun masuk penisku menuju vaginanya. Penisku perlahan tapi pasti hilang ditelan vagina Mbak Amy, Mbak Amy menaik turunkan tubuhnya dan sesekali memutar pantatnya dan aku menghisap, meremas remas kedua payudaranya.

    “Ouuhh.. Vi.. Enak banget sayang.. Yess.. Yess.. Vi.. Dorong sayang.. Dorong yang kenceng..” desah Mbak Amy setengah menjerit tertahan sewaktu aku mengocok penisku di vaginanya dengan cepat dan keras. Mbak Amy terus memompa tubuhnya naik turun dan sesekali memutar pantatnya, payudaranya bergoyang tak menentu, tubuhnya bertumpu pada tangannya yang mencengkeram pahaku. Rambutnya yang panjang sesekali menggelitik dadaku pada saat Mbak Amy menundukkan kepala dan menggelitik pahaku waktu Mbak Amy menengadahkan kepalanya kebelakang. Aku menggendong Mbak Amy dan merebahkannya diatas karpet dan kupompa tubuhnya dengan cepat.

    “Ouhh.. Vii.. Yes yes.. Ouh.. Mmpphh.. Mmpphh.. Yess.. Kenceng sayang yang kenceng say.. Aku sudah mau.. Keluarr..” Mbak Amy mendesah panjang, tubuhnya menegang dan bergetar dan penisku terasa dibasahi oleh cairan kehangatan Mbak Amy. Hal ini membuatku semakin terangsang dan terus memompa tubuh Mbak Amy. Setelah beberapa lama aku berdiri dan menarik Mbak Amy agar berlutut, kukocok penisku dihadapannya sementara Mbak Amy memegang pahaku dan sesekali menjilati terkadang menghisap kepala penisku.

    Aku terus mengocok di hadapan wajahnya dan tanpa sengaja aku melihat pintu dapur yang sedikit terbuka dan tampak Bi Inah sedang berdiri dibalik pintu mengintip perbuatanku dengan majikannya. Aku terus mengocok dan memasukan penisku ke mulut Mbak Amy minta dijilat atau dihisap.

    “Ouuhh.. Mbaakk.. Yes.. terus Mbak.. Isep terus.. Yess.. Ouh.. Bentar lagi Mbak.. Bentar lagi.. Aku mauu.. ahh..” desahku panjang bersamaan dengan keluarnya airmaniku dan mengenai wajah Mbak Amy serta sebagian menetes ke payudaranya. Mbak Amy menjilat dan menghisap sisa sisa air maniku. Aku dan Mbak Amy berciuman. Kami berdua membereskan pakaian yang berantakan di ruang TV dan menuju kamar. Aku langsung tertidur sambil memeluk Mbak Amy. Esok harinya Mbak Amy membangunkan aku dan berpesan agar aku jangan pulang dulu sebelum Mbak Amy pulang.

    “Jangan pulang dulu ya Vi, sebelum aku dateng.”

    “Memang Mbak mau kemana?”

    “Aku mau ke bank dulu terus mau studio dulu ada yang mau aku urus, kalau mau sarapan minta siapin Bi Inah aja ya.”

    Mbak Amy mencium Bibirku dan pergi meninggalkan kamar. Terdengar suara Mbak Amy meminta Bi Inah agar menyiapkan sarapan buatku. Tak lama kemudian terdengar suara mobil Mbak Amy meninggalkan rumah.


    Aku bangun dan berjalan keluar kamar dan mencari Bi Inah dan ternyata Bi Inah sedang mandi. Kamar mandi Bi Inah terletak di belakang rumah dan diatasnya terdapat lubang angin yang cukup besar. Aku mengambil kursi dan mengintip Bi Inah yang sedang mandi. Bi Inah umurnya hampir sama dengan Mbak Amy sekitar 39 tahun. Tubuh Bi Inah lebih kurus dibanding dengan majikannya tingginya sekitar 165cm, kulitnya sawo matang, wajahnya biasa tapi manis tipikal orang Jawa Tengah. Aku mengintip melalui lubang angin diatas pintu tampak Bi Inah sedang menyabuni tubuhnya dan meremas remas payudaranya yang berukuran 34 secara bergantian, tampak bulu bulu lebat di vaginanya. Penisku kembali tegang melihat pemandangan itu. Ketika Bi Inah mengambil handuk, aku langsung buru buru masuk ke dalam rumah dan duduk menonton acara TV. Tak lama kemudian Bi Inah masuk dengan rok terusan panjang semata kaki berwarna biru muda memetakan bentuk tubuhnya dan rambutnya yang panjang sebatas pinggang dibiarkan tergerai lepas.

    “Eh Den Ovi sudah bangun, mau sarapan Den?”

    “Mau dong.. Laper nih, masak apa Bi? Habis mandi ya Bi Inah?” Bi Inah mengangguk, aku berdiri menuju meja makan, sementara penisku yang berdiri tegang tampak jelas tercetak dibalik celana pendekku karena aku memang sengaja tidak mengenakan celana dalam.

    “Bibi masak nasi goreng sama telor ceplok setengah mateng nih.”

    Aku sengaja berdiri disamping Bi Inah dan melihat makanan apa yang disediakan olehnya sehingga tanpa sengaja penisku menyenggol pinggulnya. Bi Inah hanya diam dan tak bereaksi lalu kusengaja kugesekan penisku di pinggulnya terdengar nafasnya mulai tak beraturan. Lalu aku duduk dan mulai makan. Tak lama kemudian Bi Inah datang membawa minuman.

    “Ini minumnya, sama tadi ibu suruh Bibi untuk kasih vitamin ini.” sambil memberikan vitaminnya kepadaku.

    “Makasih ya, Bi Inah nanti pijitin aku ya, pegel nih badanku.”

    “Baik Den, nanti kalau sudah selesai makan panggil Bibi aja ya.”

    “Ehh.. Bibi nggak usah kemana mana, temanin aku ngobrol aja disini, kan nggak enak makan sendirian.”

    Aku dan Bi Inah banyak mengobrol, Bi Inah bercerita bahwa suaminya bekerja di perkebunan daerah Sumatra dan pulang hanya dua tahun sekali.

    Selesai makan Bi Inah membereskan meja makan dan sekalian membersihkan ruangan. Aku menyalakan TV dan memutar film yang ada di rak dvd yang ada disamping TV. Film yang aku putar tergolong kategori X2 sehingga banyak menampilkan adegan adegan panas yang tidak terlalu vulgar seperti dalam film kategori X3. Aku menonton film sambil berbaring disofa dan penisku yang tegang akibat melihat adegan panas di film mencetak bentuk penisku di celana bicycle pants yang aku pakai. Bi Inah membersihkan karpet diruangan itu sambil sesekali melihat adegan di film dan melirik ke arah penisku. Setelah selesai membersihkan rumah, Bi Inah menanyakan apakah aku jadi dipijat atau tidak. Aku mengangguk mengiyakan.

    “Bentar ya Den Ovi, Bibi mau cuci tangan dulu ama ambil cream pijitnya ibu.”

    “Ya Bi.. Disini aja sambil nonton TV.”

    “Ya Den, disofa saja, Ibu juga kalau dipijit suka disofa koq.”

    Bi Inah masuk kekamar Mbak Amy dan mengambil sebotol cream juga selembar sprei untuk melapisi kain sofa dan selembar handuk. Aku membuka bajuku dan Bi Inah mulai memijat punggungku, setelah selesai memijat punggungku Bi Inah mulai memijat kakiku.

    “Den Ovi celana pendeknya dibuka aja ya, biar nggak kena cream, soalnya kalau kena cream, susah hilangnya kalau dicuci.”

    “Nggak ah. Malu kan.”


    “Ndak pa pa koq, kan nanti ditutupin pake handuk.”

    “Iya deh.” sambil melepas celana pendekku dan mengenakan handuk yang diberikan oleh Bi Inah, lalu aku langsung kembali tengkurap di sofa.

    Bi Inah mulai memijat telapak kedua kakiku. Setelah telapak kaki dan betisku Bi Inah mulai memijat paha kananku dan sesekali jari jarinya menyerempet buah zakarku, selesai dengan yang kanan Bi Inah mulai memijat paha sebelah kiri.

    “Balik badan dong Den ovi, sekarang dadanya Bibi pijitin ya.”

    Aku membalikkan tubuh terlentang, handuk di pinggangku sedikit terbuka. Bi Inah menggeser tanganku diatas pangkuannya agar dia lebih leluasa memijat dadaku. Bi Inah memijat dadaku sementara aku mengelus elus punggung Bi Inah dan Bi Inah tidak bereaksi hanya tersenyum manis.

    “Bi.. Kakiku pijit lagi ya, masih pegel nih.”

    “Sebentar ya Den ovi, dikit lagi nih tinggal perutnya.” sambil memijat perutku sesekali tangannya menyenggol penisku yang sudah tegang dari tadi.

    Selesai memijat perutku Bi Inah mulai memijat pahaku lagi dan kubiarkan handukku terbuka sehingga memperlihatkan penisku yang sudah tegang. Aku pura pura tidur, kuintip Bi Inah yang sesekali melihat penisku. Selesai dengan kakiku Bi Inah menarik tangan kiriku untuk dipijat, waktu Bi Inah memijat tanganku posisi telapakku persis di depan payudaranya dan dengan sengaja kugerakkan tanganku sehingga menyenggol payudaranya. Demikian juga pada saat Bi Inah memijat tangan kananku.

    Kuberanikan meraba payudaranya dan mengelusnya dari luar pakaiannya.

    “Den Ovi, jangan dong.” setengah menolak tapi tidak berusaha menyingkirkan tanganku dari payudaranya. Aku terus memberanikan diri meremas remas kedua payudaranya.

    “Ssshh.. Den Oovvii.. Mmm..” dia mendesah, aku duduk dan menarik tangannya ke arah penisku. Bi Inah hanya meremas remas penisku.

    “Bi Inah, jangan diremes gitu dong kan sakit.”

    “Maaf Den, abis Bibi gemes sih.” Bi Inah merubah remasan tangannya menjadi kocokan yang lembut di batang penisku. Aku mencium Bibirnya dan Bi Inah membalas ciumanku, aku mulai meraba pahanya dan mengangkat roknya.

    “Ouuhh.. Denn Ovii.. Mmm.. Sss..” desahnya pelan.

    Aku meraba celana dalamnya yang sudah basah karena sudah terangsang dan kuselipkan jariku ke dalamnya. Kumasukan jariku ke dalam vaginanya dan kukocok vaginanya dengan jariku. Aku merebahkan Bi Inah disofa, aku berlutut disampingnya sambil meremas remas payudaranya dan berciuman dengannya.

    “Euh.. Euh Den.. Den ovi.. Bibi mau pipis Den.. Ah.. Den Ovii.. Ahh..” desahnya panjang, vaginanya terasa berdenyut dan kakinya menegang serta tangannya memegang erat tubuhku.

    “Bi Inah lega?” tanyaku sambil terus memainkan jariku didalam vaginanya sementara tangan Bi Inah kembali mengelus dan mengocok batang penisku. Kusodorkan penisku ke arah mulutnya.


    “Isep Bi, jilat penisku.. Ouh.. Yes.. Euh.. Euh..” desahku ketika Bi Inah mulai memasukan batang penisku ke dalam mulutnya dan lidahnya menjilati batangnya.

    “Den ovi gede amat sih penisnya, bibi sudah lama nggak ngerasain ini.” sambil kembali menghisap dan menjilati batang penisku. Bi Inah menghisap sambil mengocok penisku dengan tangannya.

    “Ouh.. Bi Inah.. terus Bi.. Ahh. Enak Bi.. Lagi Bi Inah.. Isep.. Kocok Bi.. Enakk.. Ahh”

    Desahku menikmati hisapan, permainan lidah serta tangannya di batang penisku. Kepalanya bergoyang tak beraturan kekiri kekanan, rambutnya yang panjang bergoyang tak beraturan.

    “Ouh.. Bi Inahh.. terus Bi.. Enak Bi.. Aaahh..” desahku panjang dan muncratlah air maniku didalam mulut Bi Inah. Bi Inah membuka mulutnya sehingga air maniku bertumpahan diatas kain penutup sofa.

    “Den Ovi koq enggak ngomong sih kalau mau keluar, jadi ketelen sedikit deh pejunya.”

    “Maaf Bi, aku nggak sengaja, habis Bi Inah enak sih ngisep penisku.”

    Bi Inah mengambil tissue diatas meja dan membersihkan sisa air maniku. Aku mencium bibir Bi Inah dan membuka rok terusan yang dipakainya dan selanjutnya BH dan celana dalamnya. Bi Inah sudah telanjang dihadapanku. Payudaranya masih kencang dan putingnya berwarna coklat tua menantang untuk dihisap. Bi Inah duduk disampingku dan mulai mengocok penisku, kuremas remas payudaranya dan kuhisap putingnya, Bi Inah mendesah tak karuan sementara tangannya terus mengocok penisku yang sudah tegang kembali. Kutarik kepala Bi Inah agar menghisap lagi penisku, setelah Bi Inah membuat basah penisku kurebahkan Bi Inah diatas karpet lalu kurentangkan kedua kakinya dan kugesekan penisku di vaginanya sambil kumainkan klitorisnya dengan ibu jariku.

    “Uuuhh.. Den Ovii.. Masukin penisnya.. Masukin Den.. Bibi sudah nggak tahan nih..” desahnya dan tangannya mencoba menarik penisku agar dimasukkan ke dalam vaginanya tapi tidak kubiarkan dia memegang penisku. Kubiarkan dirinya memohon dan memintaku agar segera memasukan penisku ke liang kehangatannya.

    “Den.. Masukin dong.. Ooohh.. Masukin ke vaginaku dong.. Jangan digesek terus.. Den Ovii..” Bi Inah setengah berteriak ketika aku mendorong masuk penisku dengan tiba tiba. Aku terus mengocok vaginanya dengan penisku, setelah beberapa lama.

    “Ohh.. Denn.. Aahh.. terus Den.. Bibi mau dapet lagi.. Iyaa.. Ohh.. Den kocok yang keras.. Bibi mau dapet lagi.. Ahh.. Aahh.. Bibi dapet Den.. ahh..” desah Bi Inah dan vaginanya terasa lebih basah karena cairan kenikmatannya membanjiri vaginanya. Aku terus menggenjot tubuhnya lalu kuputar tubuhnya sehingga posisi tubuh Bi Inah tengkurap dan aku menindih tubuhnya dari belakang.


    “Den ovi.. Ouh ouh.. Enak Den.. Enakk.. Euh euh.. terus Den.. Den ovi.. Mpphh.. Den ovvii.. Bibi mau dapet lagi.. ahh..” Bi Inah mendesah panjang dan terasa vaginanya berdenyut kencang. Hal ini membuat penisku terasa lebih dijepit, aku terus memompa vagina Bi Inah.

    “Ouh.. Ouh Den.. terus Den.. Enak banget.. Dorong Den.. Yang dalem Den.. Ouh.. Denn”

    “Ouh Bi Inah.. Aku mau keluar Bi.. Mau keluar..”

    “Bareng Den.. Den Ovi.. Bareng Den.. Bibi juga sudah mau lagi..”

    “Iya Bi.. Kita keluar bareng ya.. Bi Innaahh.. Aahh.. Ouhh.. Ouhh..”

    “Tahan Bi.. Bi Inah tahan.. Bentar lagi Bi.. Aku sudah mau keluar..” aku terus memompa tubuhnya sementara Bi Inah mencengkeram kaki meja dengan kencang dan kepala bergoyang tak beraturan.

    “Den Ovi.. Bibi sudah nggak kuat.. ahh.. Ayo Den.. keluar bareng Den Ovi..”

    “Bi aku mau keluar.. Sekarang Bi..”

    “Ouh Den.. Enak Den.. Bibi enak Den.. Keluarin Den.. Keluarin pejunya di vagina bibi Den.. Ouh.. Anget Den.. Peju Den ovi anget.. Jangan dicabut dulu Den penisnya.. Ouh ouh.. Den ovii.. Enak Den..”

    Lalu kucabut penisku dan dilapnya penisku oleh Bi Inah. Bi Inah mencium penisku dan menghisapnya sebentar dan membiarkanku istirahat.

    “Makasih ya Bi Inah, vagina bibi enak banget.”

    “Sama Ibu enak mana?” aku hanya tersenyum.

    “Sama enaknya koq Bi.. Tadi malam Bibi ngintip ya?”

    “Lho koq Den ovi tahu?” wajahnya menunjukan keterkejutannya.

    “Aku liat koq Bi Inah ngintip dari pintu dapur.”

    “iya Den.. Maaf ya.. Abis tadi malem bibi nggak bisa tidur.. Pas mau nonton TV, eh liat Den Ovi lagi diisepin ama Ibu.”

    “Jadi bibi lama dong ngintip aku ama ibu lagi ‘main’?”

    “Iya.. Makanya bibi jadi nafsu banget tadi malem, apalagi waktu Den Ovi ngocok depan muka ibu..”

    Bi Inah memakaikan celanaku dan membereskan pakaiannya lalu dia berjalan ke belakang. Terdengar suara air dibelakang, rupanya Bi Inah sedang membersihkan badan. Aku segera mandi dan berganti pakaian. Selesai mandi Bi Inah sudah mengenakan pakaiannya kembali, rambutnya yang panjang digelung ke atas dan sedang menyiapkan makan siang.


    “Makasih ya Bi Inah.” sambil kupeluk dari belakang dan kuremas peyudaranya dan kucium lehernya.

    “Iya Den, sama sama. Bibi sudah lama nggak kayak tadi, jangan bilang Ibu ya, nanti Ibu marah sama saya.” sambil menggelendot manja padaku.

    Aku mengangguk dan menciumnya sekali lagi. Tubuhnya wangi sabun dan rambutnya digelung ke atas sehingga menampakan lehernya yang bersih. Bi Inah memang selalu merawat tubuhnya. Hanya nasib yang membedakan Bi Inah dengan Mbak Amy. Menurutku jika Bi Inah dandan dan mengenakan baju mahal, dia tidak tampak seperti pelayan. Menjelang sore Mbak Amy datang dan membangunkan aku yag tertidur di depan TV. Aku segera mandi dan keluar kamar mandi hanya mengenakan handuk. Mbak Amy hanya mengenakan daster pendek dan sedang membereskan lemari pakaiannya. Kupeluk Mbak Amy dari belakang dan kuciumi lehernya yang putih sambil kuremas remas kedua payudaranya yang tidak mengenakan bra.

    “Ouuhh.. Vvii.. Sshh.. Mmm.. Terus.. Say.. Ouh.. Sshh.. Mmpphh..”

    Tangan Mbak Amy menarik handukku, memegang penisku dan mengelus elus penisku yang sudah tegang. Kudorong tubuhnya menghadap tembok lalu kuangkat dasternya dan kuciumi serta kujilati pantatnya sambil kutarik turun CD-nya.

    Mbak Amy membalik tubuhnya, kujilati serta kuciumi bulu tipis dibawah perutnya sementara ibu jariku memainkan klitorisnya dan jari tengahku bermain didalam vaginanya. Mbak Amy mendesah tak karuan dan mendorong kepalaku agar menjilati vaginanya. Setelah kujilati beberapa lama tubuhnya menegang, tangannya menekan kepalaku dan Mbak Amy mendesah sedikit berteriak menikmati orgasmenya. Aku duduk disofa dan Mbak Amy menghisap penisku tiba tiba Bi Inah membuka pintu dan masuk membawa pakaian Mbak Amy, tampak kaget dan menjatuhkan pakaiannya kelantai.

    “I.. Ibu?” dengan nada terkejut.

    “Sini Bi..”

    Bi Inah duduk disamping Mbak Amy.

    “Maaf bu, saya ndak tahu kalau ibu..” sambil menundukan kepala.

    “Ya sudah ndak pa pa koq Bi. Tapi lain kali ketok pintu dulu ya.”

    Mbak Amy memegang dan membimbing tangan Bi Inah ke penisku. Bi Inah tampak malu.

    “Sudah Bi, ndak usah malu. Ayo sini.” Mbak Amy sambil menarik Bi Inah menggantikan posisinya dihadapanku. Tangan Bi Inah mengelus penisku dan Mbak Amy memeluknya dari belakang. Bi Inah tersenyum melihatku dan mulai mengocok penisku, Mbak Amy membuka baju Bi Inah. Bi Inah hanya mengenakan bra dan CD saja, Mbak Amy memegang penisku dan tangannya yang satu lagi menarik kepala Bi Inah agar menghisap penisku.

    “Ouh. Bi. Oh. Yeess.. Jilat Bi.. Ouh. Ouh. Aahh.” Bi Inah menjilati dan mengulum penisku, Mbak Amy meremas remas payudara Bi Inah dan membuka bra-nya.


    “Terus jilat penis ovi Bi, isep Bi.” Bi Inah mengikuti semua perkataan majikannya. Bi Inah mengulum penisku, Mbak Amy meremas payudara Bi Inah, menciumi tubuhnya dan menelanjanginya. Bi Inah dan Mbak Amy bergantian menghisap dan menjilati penisku. Kuraih tubuh Bi Inah, kududukan dia diatas sofa, kucium bibirnya, lehernya, kuremas payudaranya dan kuhisap putingnya bergantian. Mbak Amy disebelahnya juga meremas payudara Bi Inah dan memainkan klitoris dan vaginanya sendiri. Aku lalu menjilati vagina Bi Inah dan Mbak Amy bergantian. Kedua tanganku memainkan vagina mereka. Terkadang kuhisap puting payudara Mbak Amy dan Bi Inah bergantian.

    “Ouh Vii. Yes. Isep say.. Isep putingku.. Ouh..”

    “Denn.. Kocok vagina bibi.. Aahh.. Enak Den.. Uh uhh..”

    Mereka mendesah tak karuan dan Bi Inah menarik kepalaku agar menjilati vaginanya.

    “Oh oh.. Denn.. Jilat Den. Jilat vagina bibi.. Bibi mau dapet.. Ah..” tubuhnya menegang dan vaginanya berdenyut, Bi Inah mencapai orgasmenya yag pertama lalu aku menjilati vagina Mbak Amy.

    “Ouh Vii.. Mphh.. Mmpphh. Jilat say.. Jilat klentitku. Isep say.. Aah.. Vii.” tubuh Mbak Amy menegang dan bergetar, kedua kakinya menjepit kepalaku, tak berapa lama jepitannya mengendur.

    “Ayo Vii.. Entot aku sayang. Aku sudah nggak tahan nih..”

    “Iya Den.. Bibi juga mau rasain penis Den ovi..”

    Aku merebahkan mereka berdua diatas kasur, kugesekan penisku divagina Mbak Amy. Bi Inah meremas payudara Mbak Amy dan sesekali menghisap putingnya.

    “Uh.. uh.. Vii. Masukin sayang.. Ouh.. Ouh. Isep Bi.. Isep tetekku.. Vii..” tubuh Mbak Amy melengkung ketika aku memasukan penisku hingga mentok ke dinding rahimnya.

    “Vii.. Ahh terus sayang.. Yang kenceng. Ahh. Aahh.. Bii Inaahh.. Isep..”

    Mbak Amy mendesah tak karuan, tangannya memegang kepala Bi Inah di payudaranya dan tangannya satu lagi memainkan klitorisnya sendiri. Aku terus memompa Mbak Amy sambil memainkan vagina Bi Inah dengan dua jariku. Aku kocok vaginanya dan ibu jariku memainkan klitorisnya.

    “Ouh denn.. Enak Den.. Mmpphh mmpphh.. Terus Den..” Bi Inah mendesah dan rambutnya yang disanggul ditarik lepas oleh Mbak Amy.

    “Ouh Mbak. Yess.. Aku mau keluar Mbak.. Aku mau keluar.. Mbak Amy.. Ouh.. Yess..”

    “Vii.. Bareng Vi.. Aku sudah diujung nih.. Bi isep terus.. Ouhh.. Yess.. Aahh.” tubuh Mbak Amy bergetar, kakinya menjepit pinggulku, vaginanya terasa berdenyut dan membasahi vaginanya. Penisku terasa lebih dijepit vaginanya. Terus kugenjot tubuh Mbak Amy dan kuputar tubuhnya sehingga membuat posisi doggy style, kutarik tubuh Bi Inah dan kucium bibirnya sambil terus kugenjot tubuh Mbak Amy.

    “Terus Vii.. Keras Vi.. Lebih kenceng say.. Aku mau keluar lagi.. Yeess.” desahnya dan tangannya mencengkeram sprei, kepalanya bergerak tak beraturan. Aku terus berciuman dengan Bi Inah dan tangan Bi Inah memijat buah zakarku menambah kenikmatanku.

    Aku rebahkan Mbak Amy dan kakinya kuletakan dipundakku, kupompa tubuh Mbak Amy dengan keras.

    “Ouhh.. Vii.. Terus say.. Aahh.. Aku mau dapett.. Ovii.. terus say.. terus vi.. Ahh ahh.. Ouhh ouuhh.. Yeess..”

    “Uh uh Mbak Ammyy.. AaARRGGHH.. AH AAHhh.” aku mendesah panjang berbarengan dengan Mbak Amy juga tumpahnya air maniku di vagina Mbak Amy.


    Aku merebahkan diri disampingnya. Kucium bibirnya lembut. Aku menarik tubuh Bi Inah agar mengangkangi mukaku dan kujilat vaginanya serta kuhisap hisap klitorisnya. Bi Inah mendesah dan mengerang keenakan, rambutku dijambaknya agar terus menjilati vaginanya.

    “Jilat Den.. Isep klitoris bibi.. Ouh uh denn.. Bibi mau dapet..”

    Bi Inah menggoyang pantatnya, vaginanya terasa basah dan kuhisap cairan yang menetes dari vaginanya. Kurebahkan Bi Inah disamping Mbak Amy dan kumasukan penisku ke dalam vaginanya yang sudah basah.

    “Ouhh Den Ovii.. Enak Den.. terus Den.. Ouh ah ah ah.. Denn ovii.” aku terus menggenjot vaginanya dan kuputar pinggulku. Aku miringkan tubuhnya dan kuangkat kakinya satu kepundakku. Setelah beberapa lama kuputar tubuhnya dan kuangkat pantatnya sehingga Bi Inah dalam posisi tengkurap dan pantatnya menungging lalu kumasukan panisku ketubuhnya.

    “Ouh Denn.. Enak Den.. Enak banget.. Oh oh.. Bibi mau dapet denn.. Bibi mau dapet lagi.. Ayo Den keluar bareng.. Ouh ouh..”

    Bi Inah mencengkeram pinggir tempat tidur, Mbak Amy terus meremas remas payudara Bi Inah dan sesekali mencium bibirnya.

    “Ayoo Den.. Bibi sudah nggak kuatt.. Aahh aahh.. Denn.. Cepett.. Bibi sudah nggak tahann..” desahnya berbarengan dengan denyut vaginanya dan terasa basah, rupanya Bi Inah mencapai orgasmenya lebih dulu. Aku terus memompa vaginanya.

    “Bibii.. Aahh aahh.. Aku mau keluar.. Bi Inahh.. Aahh..” aku cabut penisku dan kukocok penisku, Mbak Amy memutar tubuh Bi Inah agar terlentang dan mencium bibirnya serta meremas payudaranya dan aku menyaksikan adegan ciuman antara Bi Inah dan Mbak Amy. Aku genjot kembali tubuh Bi Inah.

    “Bi Inahh.. Oouuhh..” desahku dan tumpahlah air maniku didalam vagina Bi Inah, kucabut penisku lalu Mbak Amy dan Bi Inah bergantian mengulum penisku membersihkan mengharapkan sisa sisa air maniku. Aku mencium Mbak Amy dan merebahkan diriku diatas tubuh Bi Inah.


    “Makasih ya Bi, vagina bibi enak banget.”

    “Iya Den, penis Den Ovi gede pas di vagina bibi.” lalu aku memeluk Mbak Amy dan mencium lembut bibirnya.

    “Makasih ya Mbak.”

    “Iya vii sama sama, kamu sudah ngasih Mbak kepuasan.” sambil memelukku dan mencium keningku.

    Aku sempat melakukannya sekali lagi dengan Mbak Amy dikamar mandi. Kemudian aku memesan taksi dan berpamitan untuk pulang. Demikianlah kisahku yang lain dengan Mbak Amy.

  • Kisah Memek tentanggaku mami muda montok

    Kisah Memek tentanggaku mami muda montok


    4946 views

    Duniabola99.com – Manusia memang ditakdirkan untuk tidak pernah puas terhadap apa yang dicapainya. Mulai dari pendidikan, kekayaan, jabatan sampai dengan keluarga. Hal ini bisa berdampak pisitif dalam memotivasi diri untuk berprestasi, namun juga dapat menjadi faktor yang bisa menyebabkan manusia menjadi depresi, apalagi jika membandingkan dirinya dengan orang lain yang lebih sukses, baik itu keluarga, teman maupun.. tetangga anda sendiri.


    Namaku Aldi, usia 30 tahun, dan saat ini tinggal di sebuah perumahan sederhana (bukan real estate) di kawasan Bekasi Barat. Rumah di kompleks perumahanku tentu saja tipe-tipe kecil yang sebagian besar bertipe 36 dan 45. Namun dengan penghasilanku yang lumayan aku bisa membuat rumahku yang mungil menjadi terlihat indah dan asri. Boleh dibilang rumahku merupakan rumah terindah di kompleks itu.

    Aku menempati rumah ini sejak lima tahun yang lalu, dulunya sendiri saja, namun sejak satu tahun lalu aku menikah dan kini tinggal berdua dengan Lia, isteriku. Lia adalah seorang wanita yang cantik dan penuh perhatian, sekilas tidak ada yang kurang darinya. Apalagi dia juga bekerja sebagai Manajer Marketing di sebuah perusahaan farmasi, jadi keluarga kami secara keuangan tidak punya masalah.
    Kehidupan perkawinanku yang selama ini kuanggap bahagia itu ternyata semu belaka. Sialnya, hal itu disebabkan seperti kata pepatah di atas:”Rumput tetangga selalu lebih hijau”.

    Aku mempunyai tetangga baru, sepasang suami isteri dengan satu anak yang masih bayi. Suaminya seorang pelaut (anak buah kapal) dan isterinya ibu rumah tangga. Pada awalnya aku tidak terlalu peduli dengan kehadiran tetangga baru itu, walaupun ketika mereka datang memperkenalkan diri ke rumah aku sedikit terpukau dengan sang isteri yang punya body seksi dan montok. Pada saat itu aku merasa keterpukauanku hanyalah hal biasa saja.

    Namun waktu berkata lain. Ternyata setelah berinteraksi dengan Vera, begitu nama tetanggaku yang montok itu, aku mulai merasa ada daya tarik yang muncul dari wanita itu. Ada beberapa kelebihan yang dimiliki Vera namun tidak dimiliki Lia, isteriku.
    Pertama tentu saja body-nya yang montok, dengan dada yang menjulang dan pantat yang besar namun padat. Walaupun Lia juga seksi, namun ukuran buah dadanya cuma 34 B. Kalau Vera kutaksir mungkin antara 36 B atau 36 C. Apalagi pantatnya yang bahenol itu tak kalah merangsang dibanding pantat”Inul”, membuat pria penasaran untuk meremasnya.

    Kedua, wajah Vera yang sensual. Kalau urusan cantik, pasti aku pilih Lia, namun ketika aku melihat wajah Vera, maka aku membayangkan bintang film BF. Mungkin pengaruh dari bibirnya yang agak tebal dan matanya yang nakal. Setiap kulihat bibir itu berbicara, ingin rasanya aku merasakan ciuman dan kulumannya yang membara.

    Ketiga adalah selera berbusananya, terutama selera pakaian dalamnya. Pertama kali aku melihat jemuran pakaian di belakang rumah mereka, aku langsung tertarik pada pakaian dalam Vera yang dijemur. Model dan warnanya beraneka macam, mulai dari celana dalam warna hitam, biru, merah, hijau sampai yang transparan. Modelnya mulai dari yang biasa-biasa saja sampai model G-string. Motifnya dari yang polos sampai yang bermotif bunga, polkadot, gambar lucu sampai ada yang bergambar bibir. Wah.. Lia tidak suka seperti itu, menurutnya kampungan dan seperti pelacur jalanan. Padahal sebagai lelaki kadang kita ingin sekali bermain seks dengan perempuan jalanan.


    Tiga hal itulah yang membuat aku selalu menyempatkan untuk curi-curi pandang pada Vera dan tak lupa melihat jemuran pakaiannya untuk melihat koleksi pakaian dalamnya yang”jalang” itu.
    Suatu hari, sepulang dari kantor, aku mampir ke Supermarket dekat kompleks sekedar membeli makanan instan karena isteriku akan pergi selama dua hari ke Bandung. Tak disangka di supermarket itu aku bertemu Vera dengan menggendong bayinya. Entah kenapa jantungku jadi berdegup keras, apalagi ketika kulihat pakaian Vera yang body-fit, baik kaos maupun roknya. Seluruh lekuk kemontokan tubuhnya seakan memanggil birahiku untuk naik.
    “Hai.. Mbak, belanja juga?” sapaku.
    “Eh.. Mas Aldi, biasa belanja susu”, jawabnya dengan senyum menghiasi wajah sensualnya.
    “Memang sudah enggak ASI ya?” tanyaku.
    “Wah.. Susunya cuma keluar empat bulan saja, sekarang sudah tidak lagi”.
    “Hmm.. Mungkin habis sama Bapaknya kali ya.. Ha-ha-ha..” candaku.
    Vera juga tertawa kecil, “Tapi enggak juga, sudah dua bulan bapaknya enggak pulang”.
    “Berat enggak sih Mbak, punya suami pelaut, sebab saya yang ditinggal isteri cuma dua hari saja rasanya sudah jenuh”.
    “Wah.. Mas baru dua hari ditinggal sudah begitu, apalagi saya. Bayangkan saya cuma ketemu suami dua minggu dalam waktu tiga bulan”.

    Aku merasa gembira dengan topik pembicaraan ini, namun sayang pembicaraan terhenti karena bayi Vera menangis. Ia kemudian sibuk menenangkan bayinya.
    “Apalagi setelah punya bayi, tambah repot Mas”, katanya.
    “Kalau begitu biar saya bantu bawa belanjaannya”, aku mengambil keranjang belanja Vera.
    “Terima kasih, sudah selesai kok, saya mau bayar terus pulang”.
    “Ohh.. Ayo kita sama-sama”, kataku.
    Aku segera mengambil inisiatif berjalan lebih dulu ke kasir dan dengan sangat antusias membayar semua belanjaan Vera.
    “Ha.. Sudah bayar? Berapa? Nanti saya ganti”, kata Vera kaget.
    “Ah.. Sedikit kok, enggak apa sekali-kali saya bayarin susu bayinya, siapa tahu dapat susu ibunya, ha-ha-ha..”, aku mulai bercanda yang sedikit menjurus.
    “Ihh.. Mas Aldi!” jerit Vera malu-malu. Namun aku melihat tatapan mata liarnya yang seakan menyambut canda nakalku.
    Kami berjalan menuju mobilku, setelah menaruh belanjaan ke dalam bagasi aku mengajaknya makan dulu. Dengan malu-malu Vera mengiyakan ajakanku.

    Kami kemudian makan di sebuah restauran makanan laut di dekat kompleks. Aku sangat gembira karena semakin lama kami semakin akrab dan Vera juga mulai berbaik hati memberikan kesempatan padaku untuk “ngelaba”. Mulai dari posisi duduknya yang sedikit mengangkang sehingga aku dengan mudah melihat kemulusan paha montoknya dan tatkala usahaku untuk melihat lebih jauh ke dalam ia seakan memberiku kesempatan. Ketika aku menunduk untuk mengambil garpu yang dengan sengaja aku jatuhkan, Vera semakin membuka lebar kedua pahanya. Jantungku berdegup sangat kencang melihat pemandangan indah di dalam rok Vera. Di antara dua paha montok yang putih dan mulus itu aku melihat celana dalam Vera yang berwarna orange dan.. Brengsek, transparan!
    Dengan cahaya di bawah meja tentu saja aku tak dapat dengan jelas melihat isi celana dalam orange itu, tapi itu cukup membuatku gemetar dibakar birahi. Saking gemetarnya aku sampai terbentur meja ketika hendak bangkit.
    “Hi-hi-hi.. Hati-hati Mas..”, celoteh Vera dengan nada menggoda.


    Aku memandang wajah Vera yang tersenyum nakal padaku, kuberanikan diri memegang tangannya dan ternyata Vera menyambutnya.
    “Hmm.. Maaf, saya cuma mau bilang kalau Mbak Vera.. Seksi sekali”, dengan malu-malu akhirnya perkataan itu keluar juga dari mulutku.
    “Terima kasih, Mas Aldi juga.. Hmm.. Gagah, lucu dan terutama, Mas Aldi pria yang paling baik yang pernah saya kenal”.
    “O ya?”, aku tersanjung juga dengan rayuannya, “Gara-gara saya traktir Mbak?”
    “Bukan cuma itu, saya sering memperhatikan Mas di rumah, dan dari cerita Mbak Lia, Mas Aldi sangat perhatian dan rajin membantu pekerjaan di rumah, wah.. Jarang lho Mas, ada pria dengan status sosial seperti Mas yang sudah mapan dan berpendidikan namun masih mau mengepel rumah”.
    “Ha-ha-ha..” aku tertawa gembira, “Rupanya bukan cuma saya yang memperhatikan kamu, tapi juga sebaliknya”.
    “Jadi Mas Aldi juga sering memperhatikan saya?”
    “Betul, saya paling senang melihat kamu membersihkan halaman rumah di pagi hari dan saat menjemur pakaian”.
    “Eh.. Kenapa kok senang?”.
    “Sebab saya mengagumi keindahan Mbak Vera, juga selera pakaian dalam Mbak”, aku berterus terang.
    Pembicaraan ini semakin mempererat kami berdua, seakan tak ada jarak lagi di antara kami. Akhirnya kami pulang sekitar jam 8 malam. Dalam perjalanan pulang, bayi Mbak Vera tertidur sehingga ketika sampai di rumah aku membantunya membawa barang belanjaan ke dalam rumahnya.

    Mbak Vera masuk ke kamar untuk membaringkan bayinya, sementara aku menaruh barang belanjaan di dapur. Setelah itu aku duduk di ruang tamu menunggu Vera muncul. Sekitar lima menit, Vera muncul dari dalam kamar, ia ternyata sudah berganti pakaian. Kini wanita itu mengenakan gaun tidur yang sangat seksi, warnanya putih transparan. Seluruh lekuk tubuhnya yang montok hingga pakaian dalamnya terlihat jelas olehku.

    Sinar lampu ruangan cukup menerangi pandanganku untuk menjelajahi keindahan tubuh Vera di balik gaun malamnya yang transparan itu. Buah dadanya terlihat bagaikan buah melon yang memenuhi bra seksi yang berwarna orange transparan. Di balik bra itu kulihat samar-samar puting susunya yang juga besar dan coklat kemerahan. Perutnya memang agak sedikit berlemak dan turun, namun sama sekali tak mengurangi nilai keindahan tubuhnya. Apalagi jika memandang bagian bawahnya yang montok.

    Tak seperti di bawah meja sewaktu di restoran tadi, kini aku dapat melihat dengan jelas celana dalam orange transparan milik Vera. Sungguh indah dan merangsang, terutama warna hitam di bagian tengahnya, membayangkannya saja aku sudah berkali-kali meneguk ludah.
    “Hmm.. Tidak keberatan kan kalu saya memakai baju tidur?”, tanya Vera memancing.


    Sudah sangat jelas kalau wanita ini ingin mengajakku selingkuh dan melewati malam bersamanya. Kini keputusan seluruhnya berada di tanganku, apakah aku akan berani mengkhianati Lia dan menikmati malam bersama tetanggaku yang bahenol ini.
    Vera duduk di sampingku, tercium semerbak aroma parfum dari tubuhnya membuat hatiku semakin bergetar. Keadaan kini ternyata jauh di luar dugaanku. Kemarin-kemarin aku masih merasa bermimpi jika bisa membelai dan meremas-remas tubuh Vera, namun kini wanita itu justru yang menantangku.
    “Mas Aldi mau mandi dulu? Nanti saya siapkan air hangat”, tanya Vera sambil menggenggam tanganku erat.

    Dari sorotan matanya sangat terlihat bahwa wanita ini benar-benar membutuhkan seorang laki-laki untuk memuaskan kebutuhan biologisnya.
    “Hmm.. Sebelum terlalu jauh, kita harus membuat komitmen dulu Mbak”, kataku agak serius.
    “Apa itu Mas?”
    “Pertama, terus terang aku mengagumi Mbak Vera, baik fisik maupun pribadi, jadi sebagai laki-laki aku sangat tertarik pada Mbak”, kataku.
    “Terima kasih, saya juga begitu pada Mas Aldi”, Vera merebahkan kepalanya di pundakku.
    “Kedua, kita sama-sama sudah menikah, jadi kita harus punya tanggung jawab untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga kita, apa yang mungkin kita lakukan bersama-sama janganlah menjadi pemecah rumah tangga kita”.
    “Setuju, saya sangat setuju Mas, saya hanya ingin punya teman saat saya kesepian, kalau Mas Aldi mau kapanpun Mas bisa datang ke sini, selagi tidak ada suami saya. Tapi saya sekalipun tidak akan meminta apapun dari Mas Aldi, dan sebaliknya saya juga ingin Mas Aldi demikian pula, sehingga hubungan kita akan aman dan saling menguntungkan”.
    “Hmm.. Kalau begitu tak ada masalah, saya mau telpon ke rumah, supaya pembantu saya tidak kebingungan”.
    “Kalau begitu, Mas Aldi pulang saja dulu, taruh mobil di garasi, kan lucu kalau Mas Aldi bilang ada acara sehingga tidak bisa pulang, sementara mobilnya ada di depan rumah saya”.
    “Oh.. Iya, hampir saya lupa”.


    Aku segera keluar dan pulang dulu ke rumah, menaruh mobil di garasi dan mandi. Setelah itu aku mau bilang pada pembantuku kalau aku akan menginap di rumah temanku. Namun tidak jadi karena pembantuku ternyata sudah tidur.
    Aku segera datang kembali ke rumah Vera. Wanita itu sudah menungguku di ruang tamu dengan secangkir teh hangat di atas meja. Pahanya yang montok terpampang indah di atas sofa.
    “Wah.. Ternyata mandi di rumah ya? Padahal saya sudah siapkan air hangat”.
    “Terima kasih, Mbak Vera baik sekali”.

    Wanita itu berjalan menutup pintu rumah, dari belakang aku memandang kemontokan pantatnya yang besar dan padat. Kebesaran pantat itu tak mampu dibendung oleh celana dalam orange itu, sehingga memperlihatkan belahannya yang merangsang. Seperti tak sadar aku menghampiri Vera, lalu dengan nakal kedua tanganku mencengkeram pantatnya, dan meremasnya.
    “Uhh..”, Vera agak kaget dan menggelinjang.
    “Maaf”, kataku.
    “Tidak apa-apa Mas, justru.. Enak”, kata Vera seraya tersenyum nakal memandangku. Senyum itu membuat bibir sensualnya seakan mengundangku untuk melumatnya.
    “Crup..!”, aku segera menciumnya, Vera membalasnya dengan liar.

    Aku tak tahu sudah berapa lama bibir itu tak merasakan ciuman laki-laki, yang jelas ciuman Vera sangat panas dan liar. Berkali-kali wanita itu nyaris menggigit bibirku, lidahnya yang basah meliuk-liuk dalam rongga mulutku. Aku semakin bernafsu, tanganku menjalar di sekujur tubuhnya, berhenti di kemontokan pantatnya dan kemudian meremas-remas penuh birahi.
    “Ohh.. Ergh..”, lenguh Vera di sela-sela ciuman panasnya.

    Dengan beberapa gerakan, Vera meloloskan gaun tidurnya hingga terjatuh di lantai. Kini wanita itu hanya mengenakan Bra dan CD yang berwarna orange dan transparan itu. Aku terpaku sejenak mengagumi keindahan pemandangan tubuh Vera.
    “Wowww.. Kamu.. Benar-benar seksi Mbak”, pujiku ,”Buah dada Mbak besar sekali”
    “Hi-hi-hi.. Punya Lia kecil ya? Paling 34 A, iya kan? Nah coba tebak ukuran saya?”, tanyanya seraya memegang kedua buah melon di dadanya itu.
    “36 B”, jawabku.
    “Salah”
    “36 C”.
    “Masih salah, sudah lihat aja nih”, Vera membuka pengait Bra-nya, sehingga kedua buah montok itu serasa hampir mau jatuh. Ia membuka dan melempar bra orange itu kepadaku.
    “Gila.. 36 D!”, kataku membaca ukuran yang tertera di bra itu.
    “Boleh saya pegang Mbak?”, tanyaku basa-basi.
    “Jangan cuma dipegang dong Mas, remas.. Dan kulum nih.. Putingnya”, kata Vera dengan gaya nakal bagaikan pereks jalanan.


    Wanita itu menjatuhkan tubuh indahnya di atas sofa, aku memburunya dan segera menikmati kemontokan buah melonnya. Kuremas-remas dua buah dada montok itu, kemudian kuciumi dan terakhir kukulum puting susunya yang sebesar ibu jari dengan sekali-kali memainkannya di antara gigi-gigiku. Vera menggelinjang-gelinjang keenakan, napasnya semakin terdengar resah, berkali-kali ia mengeluarkan kata-kata jorok yang justru membuatku semakin bernafsu.
    “Ngentot, enak banget Mas..” jeritnya, “Ayo Mas.. Saya sudah kepingin penetrasi nih!”.
    Aku yang juga sudah sangat bernafsu segera menjawab keinginan Vera. Dengan bantuan Vera aku menelanjangi diriku sehingga tak tersisa satupun busana di tubuhku. Vera sangat gembira melihat ukuran penisku yang lumayan panjang dan besar itu.
    “Ohh.. Besar juga ya..” jeritnya.

    Ia benar-benar bertingkah bagaikan perek murahan, namun justru itu yang kusuka. Wanita itu segera membuka CD orange sebagai kain terakhir di tubuhnya. Kulihat daerah bukit kemaluannya yang ditumbuhi rambut-rambut liar, dengan segaris bibir membelah ditengah-tengahnya. Bibir yang merah dan basah, sangat basah. Ingin rasanya aku menikmati keindahan bibir kenikmatan Vera, namun ketika aku ingin melaksanakannya ia menampikku.
    “Sudah, nanti saja, masih ada babak selanjutnya, sekarang ayo kita selesaikan babak pertama”.
    Vera duduk mengangkang di atas sofa. Kedua kakinya dibuka lebar-lebar mempersilakan kepadaku untuk melakukan penetrasi kenikmatan sesungguhnya. Aku pun segera menyiapkan senjataku, mengarahkan ujung penisku tepat di depan liang vagina Vera dan perlahan tapi pasti menekannya masuk.

    Sedikit-demi sedikit penisku tenggelam dalam kehangatan liang Vera yang basah dan nikmat. Ketika hampir seluruh batang penisku yang berukuran 20 cm itu memasuki vagina, aku mencabutnya kembali. Kemudian kembali memasukkannya perlahan.
    “Enghh.. Gila kamu Mas, kalau begini sebentar saja saya puas”, jerit Vera keenakan.
    “Tak apa Mbak, silahkan orgasme, kan masih ada babak selanjutnya”, tantangku. Kini kutambah rangsangan dengan meremas dan memilin puting susunya yang besar.
    “Ohh.. Ohh.. Benar-benar enak Mas”, Vera memejamkan matanya.

    Pada penetrasi kelima, Vera menjerit, “Sudah Mas, jangan tarik lagi, saya mau.. Mau.. Oh..!”
    Dinding vagina Vera melejat-lejat seakan memijit batang penisku dalam kenikmatan birahi yang sedang direguknya.
    “Oh.. Saya sudah sekali Mas”, katanya sambil menarik nafas.
    “Mas mau puas dulu atau mau lanjut babak kedua?”, tanya Vera.
    “Terserah Mbak”, kataku. Aku sih pasrah saja.
    “Sini, saya emut saja dulu”.
    “Hmm.. Boleh juga, Lia belum pernah oral dengan saya”, aku mencabut penisku dari dalam vagina Vera yang basah dan menyodorkannya ke Vera.


    Wanita itu menjilati ujung penisku dengan lidahnya seakan membersihkannya dari cairan vaginanya sendiri, kemudian dengan sangat bernafsu ia memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Bibir seksi Vera terlihat menyedot-nyedot penisku seakan menyedot spermaku untuk keluar. Ia kemudian mengocok penisku dalam mulutnya hingga birahiku mencapai puncaknya.
    “Oh.. Saya mau keluar nih, gimana?”, aku bingung apakah aku harus mengeluarkan spermaku ke dalam mulutnya atau mencabutnya.
    Namun Vera hanya mengangguk dan terus mengocoknya pertanda ia tak keberatan jika aku memuntahkan spermaku ke dalam mulutnya.
    Akhirnya aku mencapai orgasme dan memuntahkan semua spermaku ke dalam mulut Vera. Wanita itu tanpa segan-segan menelan seluruh spermaku. Sungguh lihai wanita ini memuaskan birahi laki-laki!
    Kami duduk sebentar dan minum air dingin, kemudian Vera mengangkangkan kakinya kembali.
    “Nah.. Sekarang babak kedua Mas, kalau mau jilat dulu silahkan, tapi utamakan yang ini ya”, Vera menunjuk ke arah klitorisnya yang agak besar.
    “Oke Mbak, saya juga sudah biasa kok”, seruku.

    Sejurus kemudian aku sudah berada di hadapan bibir kemaluan Vera yang baru saja aku nikmati. Sebelum kujilat terlebih dahulu kubelai bibir itu dari ujung bawah hingga klitoris. Kusingkap rambut-rambut kemaluannya yang menjalari bibir itu.
    “Sudah gondrong nih Mbak”, seruku.
    “Oh iya, habis mau dicukur percuma juga, enggak ada yang lihat dan jilat”, jawabnya nakal, “Besok pagi saya cukur deh, tapi janji malamnya Mas Aldi datang lagi ya..”.
    “Oke.. Pokoknya setiap ada kesempatan saya siap menemani Mbak Vera”.
    Aku kemudian asyik menjilati dan menciumi labium mayora dan minora Vera. Cairan vagina Vera sudah mulai mengalir kembali pertanda ia sudah terangsang kembali. Desahan Vera juga memperkuat tanda bahwa Vera menikmati permainan oralku. Dengan nakal aku memasukkan jari telunjuk dan tengahku ke dalam vaginanya dan kemudian mengobok-obok liang becek itu.
    “Yes.. Asyik banget.. Say sudah siap babak kedua Mas”, seru Vera.


    Aku sendiri sudah terangsang sejak melihat keindahan selangkangan Vera, jadi penisku sudah siap menunaikan tugas keduanya. Vera menungging di atas sofa.
    “Sekarang doggy-style ya Mas..”
    Aku sih iya saja, maklum.. Sama enaknya..
    Sejurus kemudian kami sudah terlibat permainan babak kedua yang tak kalah seru dan panas dengan babak pertama, hanya kali ini aku memuntahkan sperma di dalam vaginanya.

    Malam masih begitu panjang. Kami masih menikmati dua permainan lagi sebelum kelelahan dan mengantuk. Vera begitu bahagia, dan aku sendiri merasa puas dan lega. Mimpiku untuk menikmati tubuh montok tetanggaku terlaksana sudah. Bahkan kini setiap waktu jika Lia dinas ke luar kota maka Vera secara resmi menggantikan posisi Lia sebagai isteriku. Asyik juga. Namun sebagai imbalannya aku mencarikan dan menggaji pembantu rumah tangga di rumah Vera. Betapa bahagianya Vera dengan bantuanku itu, ia semakin sayang padaku dan berjanji akan melayaniku jauh lebih memuaskan dibanding pelayanan kepada suaminya.

    Dari kejadian tersebut aku semakin menyadari kebenaran pepatah: “Rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau”, atau bisa diganti dengan: “Vagina isteri tetangga selalu terasa lebih nikmat”.

  • Kisah Memek Terangsang Ketika Merabah Payundara Kenyal

    Kisah Memek Terangsang Ketika Merabah Payundara Kenyal


    2420 views

    Duniabola99.com – Dinding rumah mulai agak kusam,tandanya rumah harus segera ada perhatian. Ya plafon juga sudah ada sedikit ada sedikit kerusakan,ya lumyan lama rumah ini berdiri sekitar 5 tahun yang lalu. Suasanya halaman yang dulunya asri oleh bunga warna-warni kini seakan tiada lagi,hanya tertinggal berbagi saja,bunga tulip,melati satu batang,bunga anggrek pemberian tante.

    Semua itu prediksiku harus segera di percepat mengingat rumahku sebagai tempat kost,Penghuninya biar nyaman yang “punya rumah kudu”perhatian juga.Mengingat service itu dimana saja harus baik.Aku Punya tempat kos-kosan,dengan menjadikan rumah sebagai tempat beristirihat sejenak bagi yang membutuhkan,


    Tapi dalam yang ku alami aku tidak pernah menduga ada kejadian mengesankan,ini ceritanya,Pertama kali aku mengenalnya adalah saat pulang dari Jakarta, dia adalah siswa sekolah keguruan yang ada di kotaku pada saat itu,dia cantik,manis dan bertubuh mungil dengan kulit putih.

    Dasar nasibku lagi mujur tak lama berselang dia pindah kost kerumahku jadi mudah bagiku tuk lebih jauh mengenalnya. Ternyata orangnya supel dan pandai bergaul, sehingga aku tambah berani tuk menyatakan perasaan hatiku, lagi-lagi aku beruntung dia menerima pernyataanku ,ukh bahagianya aku. Suatu hari aku ada acara keluar kota ,iseng aku mengajaknya pergi,ternyata dia menyambut ajakanku.

    Sepanjang jalan menuju luar kota kami ngobrol sambil bercanda mesra,kadang tanganku iseng pura –pura tak disengaja menyentuh pahanya mulanya dia menepis tanganku tapi lama kelamaan membiarkan tanganku yang iseng mengelus pahanya yang putih dan gempal,aku memberanikan diri mengelus- elus pahanya sampai kepangkal pahanya . Dia tetap diam bahkan seperti menikmati elusan tanganku.

    Aku tarik tanganku dari rok hitamya lalu bertanya padanya boleh nggak aku menyentuh payudaranya yang membukit dibalik baju berwarna pink.mulanya dia menolak ,aku coba merayunya bahwa aku ingin mengelus walau hanya sebentar.

    Akhirnya dia mengangguk pelan,langsung aja tanganku menyusup kebalik bajunya dan mengusap,mengelus bahkan saat kuremas susu nya yang mungil dan kenyal dia hanya mendesah dan menyandarkan kepalanya pada sandaran jok mobil yang kami kendarai.

    Kupermainkan putting susu nya dengan dua jari dia semakin mendesah ,sambil tetap menyetir aku tarik reslting celanaku dan aku keluarkan penisku yang telah menegang sejak tadi bak laras tank baja ,aku pegang tangannya dan kutarik kearah penisku, saat tangannya menyentuh penisku yang besar dan panjang dia tarik kembali tangannya mungkin kaget karena baru pertama kali.

    Dengan sedikit basa basi kembali kutarik tangannya tuk memegang penisku akhinya dia menyerah kemudian mulai mengelus penisku perlahan.


    “ Jaka,punyamu besar sekali hampir sebesar pergelangan tanganku “ katanya
    “ Hmm,susu mu juga kenyal sekali “ kataku sambil menikmati elusan tangannya pada penisku Tak lama kami sampai di kota tujuan,langsung aku cari tempat untuk menginap setelah itu pergi lagi tuk belanja keperluan selama di kota itu.

    Malam kami ngobrol diberanda depan kamar tempat kami menginap sambil nonton tv ,kami duduk berdampingan sekali kali tanganku bergerilnya ditubuhnya ternyata dia dibalik baju tidurnya dia hanya memakai cd sehingga tanganku bisa bebas meremas remas susu nya dan mempermainkan putingnya .

    “ Akh,Jaka jangan terlalu keras “ katanya kala kuremas dengan rasa gemas.
    “ Maaf,habis susu mu kenyal sekali “ kataku
    “ Iya ,tapi sakit “ katanya
    “ Iya pelan deh,kita pindah kedalam yuk “ kataku berbisik padanya dan mengangguk perlahan.

    Sesampainya didalam aku peluk dia dari belakang,kuciumi tengkuknya yang putih dengan penuh nafsu dia bergelinjang kegelian sedangkan kedua tanganku bergerilya pada tubuhnya.

    “ Akh,Jaka ………..shhhhhhhh “ kata mendesah Tanganku mulai membuka kancing bajunya satu persatu dan kulepas bajunya hanya tinggal cd nya yang berwarna hitam.Kukulum bibirnya ,dia membalas kulumanku dengan penuh gairah.

    Tangannya mengusap-usap penisku sesekali meremasnya sehingga aku merasakan nikmat yang tak terhingga.

    “Ukh,…teruskan yang “ kataku
    “ Ikh besar sekali,panjang lagi “ katanya.
    “ Ssssst ,”kataku sambil mengulum putting susu nya yang makin menegang,tanganku kupergunakan untuk menurunkan cdnya .

    Kuusap perlahan gundukan daging empuk yang ditumbuhi bulu – bulu hitam halus ,dia menggelinjang kegelian dan kulanjutkan dengan menggelitik belahan memeknya hangat terasa.

    “Akh,….teruskan pelan pelan “katanya sambil meremas penisku.

    Kemudian aku menurunka kulumanku pada susu nya ke pusarnya ,dia mengangkat pinggangnya keenakan kuteruskan ciumanku pada memeknya dan menegang saat lidahku yang kasar menjilati memeknya yang merah merekah. Dia mengimbangi permainan lidahku dengan menggoyangkan pinggulnya bibirnya tak henti-henti mendesah .


    “Sekarang giliranmu sayang “kataku padanya sambil menyodorkan penisku kemulutnya .

    Perlahan tapi pasti dia mulai menciumi batang kemaluanku yang sejak tadi menegang ,saat dia mulai mengulum penisku terbang rasanya menahan rasa nikmat . Setelah itu kutelentangkan kekasihku yang putih, susu nya yang mungil menggunung dengan memeknya yang merah merekah dibalik bulu- bulu hitam halus .

    Perlahan – lahan aku menaikinya ,kugosok-gosokkan penisku pada belahan memeknya dia meregang sambil mendesah tak karuan merasakan nikmatnya gosokkan penisku.Kemudian kutekan sedikit demi sedikit penisku pada memeknya ,pinggulnya naik seakan menyuruh agar penisku segera dimasukkan pada memeknya.

    “Ayo,akh aaaaaaaakh teruskan sayangku” katanya sambil menarik pinggangku
    “Baiklah ,sayang aku masukkan ya “ kataku sambil menekan penisku agar masuk lebih dalam lagi pada lubang memeknya perlahan karena takut dia kesakitan,sempit sekali.
    “Aduh..,sakit Jaka akh……..” katanya “Sebentar juga hilang “ kataku,penisku keluar masuk memeknya yang terasa basah dan hangat.

    Rupanya ini pengalaman pertama baginya karena ada noda darah pada pangkal pahanya.

    “Terus ….lebih cepat akh………ukh nikmat sekali kontolmu yang” katanya berani mungkin karena pengaruh rasa nikmat dari keluar masuknya penisku yang panjangnya 16 cm,penisku pun mulai merasakan nikmat dari gesekan dengan dinding dalam memeknya.

    “Akh…….terus goyang pinggulmu “ kataku padanya,dan dia menuruti kataku menggoyangkan pinggulnya Tak lama dia mengerang sambil memelukku erat rupanya dia telah mencapai orgasme,dia berbaring lemas dibawaku sedangkan penisku masih menancap pada memeknya yang terasa basah .


    Terlihat ada air mata pada ujung kelopak matanya ,melihat itu aku segera berbisik padanya bahwa aku akan bertanggung jawab atas semua ini.Barulah dia berubah riang kembali dan aku mulai aktifitas kembali menaik turunkan penisku dan dia merespon gerakanku dengan bersemangat .

  • Kisah Memek Tergoda Ibu Kost Yang Bahenol

    Kisah Memek Tergoda Ibu Kost Yang Bahenol


    4333 views

    Cerita Sex ini berjudul ” Tergoda Ibu Kost Yang Bahenol ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2018.

    Duniabola99.com – Ini adalah cerita yang menarik. Si Fandi pemuda lugu termakan rayuan ibu kostnya yang sangat menggoda Fandi sehingga Fandi melayani ibu kostnya tersebut. Langsung saja.


    Waktu itu Di kamar kost aku berbaring sambil ngelamun. Diluar gerimis yang turun sejak sore belum juga usai sehingga menambah dinginnya udara malam, dikota yang memang berhawa sejuk. Malam minggu tanpa pacar dan hujan pula membuat Fandi suntuk. Dicobanya memejamkan matanya membayangkan sesuatu. Yang muncul adalah seraut wajah cantik berkerudung. Teh Sarah, ibu kostnya (aku sering memanggil ibu kostku itu dengan sebutan teteh).

    Dibayangkannya wanita itu tersenyum manis sambil membuka kerudungnya, mengeraikan rambutnya yang hitam panjang. Membuka satu persatu kancing bajunya. Memperlihatkan kulit putih mulus dan sepasang buah dada montok yang disangga BH merah jambu. Dan buah dada itu semakin menampakkan keindahannya secara utuh ketika penyangganya telah dilepaskan. Sepasang gunung kembar padat berisi dengan puting merah kecoklatan di dua puncaknya menggantung indah.

    Lalu tangannya membuka kancing celana panjang yang segera meluncur kebawah. Tinggallah secarik celana dalam, yang sewarna BH, membungkus pinggul montok. Bagaikan penari strip-tease, secarik kain kecil itu segera pula ditanggalkan. Menampakkan selangkangannya yang membusung dihiasi bulu menghitam, kontras dengan kulitnya yang putih mulus. Dihadapannya kini berdiri perempuan telanjang dengan keindahan bentuk tubuh yang menaikan nafsu syhawat.

    Fandi bangkit berdiri sambil menggaruk batang kontol di selangkangnnya yang mulai tegak dan keluar dari kamarnya menuju dapur untuk membuat kopi. Setelah membuat kopi kemudian keruang duduk untuk nimbrung nonton TV bersama keluarga tempat ia kost. Baru sekitar 3 bulan ia kost dirumah keluarga Pak Totok setelah dia pindah dari tempat kostnya yang lama. Totok telah beristri dengan anak satu berumur 7 tahun.

    Ternyata ruang duduk itu sepi, TV nya juga mati. Mungkin Teh Sarah sudah tidur bersama anaknya karena Pak Totok sedang ke Jakarta menemani ibunya yang akan sedang sakit. Akhirnya Fandi duduk sendiri dan mulai meghidupkan TV. Ternyata hampir semua saluran TV yang ada gambarnya kurang bagus. Fandi mencoba semua saluran dan cuma Indosiar saja yang agak terlihat gambarnya meski agak berbintik.

    Mungkin antenanya kena angin, pikirnya.Dengan setengah terpaksa dinikmati sinetron yang entah judulnya apa, kerena Fandi selama ini tidak pernah tertarik dengan sinetron Indonesia.
    Tiba-tiba Fandi mendengar pintu kamar dibuka. Dan dari kamar keluarlah perempuan yang biasa dipanggil Teh Sarah. Fandi kaget melihat kehadiran perempuan itu yang tiba-tiba.

    “Eh, Teteh belum tidur? Keberisikan ya?” tanya Fandi tergagap
    “Ah, tidak apa-apa. Saya belum tidur kok” jawab perempuan itu dengan logat Sunda yang kental.

    Yang membuat Fandi kaget sebenarnya bukan kedatangan perempuan itu, tapi penampilannya yang luar dari kebiasaanya. Sehari-hari Sarah, seperti kebanyakan ibu rumah tangga di kota ini, selalu berkerudung rapat. Sehingga hanya wajahnya saja yang terlihat. Dan itulah yang pada awalnya membuatnya tertarik kost dirumah ini ketika bertamu pertama kali dan bertemu dengan Sarah.


    Dengan berkerudung justru semakin menonjolkan kecantikan wajah yang dimilikinya. Dengan alismatanya yang tebal terpadu dengan matanya yang bening indah, hidungnya mancung bangir dan bibirnya yang merah merekah. Dengan postur tubuh dibalik bajunya terlihat tinggi serasi.Entah mengapa Fandi selalu tertarik dengan perempuan cantik berkerudung.

    Pikiran nakalnya adalah apa yang ada dibalik baju yang tertutup itu. Dan pada saat itupun pikiran kotornya sempat melintas mencoba membayangkan Sarah tanpa busana. Tapi pikiran itu dibuangnya ketika bertemu dengan suaminya yang terlihat berwibawa dan berusia agak lebih tua dari Sarah yang masih dibawah tigapuluh tahun. Akhirnya jadilah ia kost di paviliun disamping rumah tersebut dan pikiran kotornya segera dibuang jauh, karena ia segan pada Pak Totok. Tapi secara sembunyi ia kadang mencuri pandang memperhatikan kecantikan Sarah dibalik kerudungnya dan kadang sambil membayangkan ketelanjangan perempuan itu dibalik bajunya yang tertutup, seperti tadi.

    Tapi malam ini Sarah berpenampilan lain, tanpa jilbab/kerudung! Rambutnya yang tak pernah terlihat, dibiarkan terurai. Demikian juga dengan bajunya, Sarah memakai daster diatas lutut yang sekilas cukup menerawang dan hanya dilapisi oleh kimono panjang yang tidak dikancing. Sehingga dimata Fandi, Sarah seperti bidadari yang turun dari khayangan. Cantik dan mempesona. Mungkin begitulah pakaiannya kalau tidur.

    “Gambar tivinya jelek ya?” tanya Sarah mengagetkan Fandi.
    “Eh, iya. Antenenya kali” jawab Fandi sambil menunduk.
    Fandi semakin berdebar ketika perempuan itu duduk disebelahnya sambil meraih remote control. Tercium bau harum dari tubuhnya membuat hidung Fandi kembang kempis. Lutut dan sebagian pahanya yang putih terlihat jelas menyembul dari balik dasternya. Fandi menelan ludah.
    “Semuanya jelek”, kata Sarah, “Nonton VCD saja ya?”.
    “Terserah Teteh” kata Fandi masih berdebar menghadapi situasi itu.
    “Tapi adanya film unyil, nggak apa?” kata Sarah sambil tersenyum menggoda.
    Fandi faham maksud Sarah tapi tidak yakin film yang dimaksud adalah film porno.
    “Ya terserah Teteh saja” jawab Fandi.

    Sarah kemudian bangkit dan menuju kamar anaknya. Fandi semakin berdebar, dirapikan kain sarungnya dan disadari dibalik sarung itu ia cuma pakai celana dalam. Diteguknya air digelas. Agak lama Sarah keluar dari kamar dengan membawa kantung plastik hitam.

    “Mau nonton yang mana?” tanyanya menyodorkan beberapa keping VCD sambil duduk kembali di samping Fandi.
    Fandi menerimanya dan benar dugaannya itu VCD porno.
    “Eh, ah yang mana sajalah” kata Fandi belum bisa menenangkan diri dan menyerahkan kembali VCD-VCD itu.
    “Yang ini saja, ada ceritanya” kata Sarah mengambil salah satu dan menuju alat pemutar dekat TV.
    Fandi mencoba menenangkan diri.
    “Memang Teteh suka nonton yang beginian ya?” tanya Fandi memancing
    “Ya kadang-kadang, kalau lagi suntuk” jawab Sarah sambil tertawa kecil
    “Bapak juga?” tanya Fandi lagi
    “Ngga lah, marah dia kalau tahu” kata Sarah kembali duduk setelah memencet tombol player.
    Memang selama ini Sarah menonton film-film itu secara sembunyi-sembunyi dari suaminya yang keras dalam urusan moral.
    “Bapak kan orangnya kolot” lanjut Sarah “dalam berhubungan suami-istri juga ngga ada variasinya. Bosen!”

    Fandi tertegun mendengar pengakuan Sarah tentang hal yang sangat rahasia itu. Fandi mulai faham rupanya perempuan ini kesepian dan bosan dengan perlakuan suaminya ditempat tidur. Dan mulai bisa menangkap maksud perempuan ini mengajaknya nonton film porno. Dalam hati ia bersorak girang tapi juga takut, berselingkuh dengan istri orang belum pernah dilakukannya.

    Film sudah mulai, sepasang perempuan dan lelaki terlihat mengobrol mesra. Tapi Fandi tidak terlalu memperhatikan. Matanya justru melirik perempuan disebelahnya. Sarah duduk sambil mengangkat satu kakinya keatas kursi dengan tangannya ditumpangkan dilututnya yang terlipat, sehingga pahanya yang mulus makin terbuka lebar. Fandi sudah tidak ragu lagi.

    “Teteh kesepian ya?” Tanya Fandi sambil menatap perempuan itu Sarah balik menatap Fandi dengan pandangan berbinar dan mengangguk perlahan.
    “Kamu mau tolong saya?” tanya Sarah sambil memegang tangan Fandi.
    “Bagaimana dengan Bapak ?” tanya Fandi ragu-ragu tapi tahu maksud perempuan ini.
    “Jangan sampai Bapak tahu” kata Sarah. “Itu bisa diatur” lanjut Sarah sambil mulai merapatkan tubuhnya.


    Fandi tak mau lagi berpikir, segera direngkuhnya tubuh perempuan itu. Wajah mereka kini saling berhadapan, terlihat kerinduan dan hasrat yang bergelora dimata Sarah. Dan bibirnya yang merah merekah basah mengundang untuk di kecup. Tanpa menunggu lagi bibir Fandi segera melumat bibir yang sudah merekah pasrah itu. Fandi semakin yakin bahwa perempuan ini haus akan sentuhan lelaki ketika dirasakan ciumannya dibalas dengan penuh nafsu oleh Sarah.

    Bahkan terkesan perempuan itu lebih berinisiatif dan agresif. Tangan Sarah memegang belakang kepala Fandi menekannya agar ciuman mereka itu semakin lekat melumat. Fandi mengimbangi ciuman itu dengan penuh gairah sambil mencoba merangsang perempuan itu lebih jauh, tangannya mulai merabai tubuh hangat Sarah. Dirabanya paha mulus yang sedari tadi menarik perhatiannya, diusapnya perlahan mulai dari lutut yang halus lembut terus keatas menyusup kebalik dasternya.

    Sarah bergetar ketika jemari Fandi menyentuh semakin dekat daerah pangkal pahanya. Tangan Fandi memang mulai merambah seputar selangkangan perempuan itu yang masih terbungkus celana dalam. Dengan ujung jarinya diusap-usap selangkangan itu yang makin terbuka karena Sarah telah merenggangkan kedua pahanya. Dan rupanya Sarah telah semakin larut hasratnya dan ingin merasakan rabaan yang langsung pada selangkangannya.

    Dengan sigap tanpa malu-malu ditariknya celana dalam itu, dibantu oleh Fandi dengan senang hati, sehingga terbuka poloslah lembah yang menyimpan lubang kenikmatan itu. Segera saja tangan Fandi merambahi kembali lembah hangat milik Sarah yang telah terbuka itu. Dirasakan bulu-bulu jembut yang lebat dan keriting melingkupi lembah sempit itu. Jemari Fandi membelai bulu jembut itu mulai dari bawah pusar terus kebawah.Sarah makin mendesah ketika jemari Fandi mulai menyentuh bibir memeknya. Itulah sentuhan mesra pertama dari jemari lelaki yang pernah Sarah rasakan pada daerah kemaluannya.

    Suaminya tidak pernah mau melakukan hal itu. Dalam bercinta suaminya tidak pernah melakukan pemanasan atau rabaan yang cukup untuk merangsangnya. Biasanya hanya mencium dan meraba buah dadanya sekilas dan ketika batang kontolnya sudah tegang langsung dimasukan ke lubang memek Sarah. Bahkan ketika lubang memek itu masih kering, sehingga rasa sakitlah yang dirasakan Sarah.

    Selama hampir delapan tahun menikah, Sarah belum pernah merasakan nikmatnya bercinta secara sesungguhnya. Semuanya dikendalikan dan diatur oleh suaminya. Berapa hari sekali harus bercinta, cara apa yang dipakai, dan sebagainya. Totok suaminya yang berusia hampir empatpuluhlima tahun ternyata lelaki yang ortodok dan tidak pernah memperhatikan keinginan istrinya. Apalagi ia menderita ejakulasi prematur. Sehingga sudah jarang frekuensinya, cepat pula keluarnya.

    Soal teknik bercinta, jangan ditanya. Tidak ada variasi dan dilarang istrinya berinisiatif. Baginya meraba kemaluan istri apalagi menciumnya adalah dosa. Melihat istri telanjang adalah saat memenuhi kewajiban suami istri di ranjang. Baginya bersenggama adalah memasukan batang kemaluannya yang tegang ke dalam kemaluan istri dengan tujuan mengeluarkan airmani didalam lubang itu secepatnya, tidak perlu bertanya istrinya puas atau tidak.

    Sehingga selama bertahun-tahun, Sarah tidak lebih dari benda yang mati yang punya lubang buat membuang airmani suaminya bila tangkinya sudah penuh. Sarah sebagai perempuan, yang ternyata mempunyai hasrat menggebu, cuma bisa berkhayal bercumbu dengan lelaki yang bisa memberikan kenikmatan dengan penuh fantasi.


    Selama bertahun-tahun. Hanya kira-kira setahun ini Sarah bertemu dengan seorang wanita sebayanya yang juga mengalami nasib hampir sama dengannya. Mereka kemudian berteman akrab, saling curhat dan bersimpati. Dari wanita ini, Lilis namanya, Sarah mendapatkan film-film porno yang dipinjamkan secara sembunyi-sembunyi. Hubungan mereka sangat akrab karena keduanya juga takut melakukan selingkuh dengan mencari lelaki lain. Yang berani mereka lakukan akhirnya kadang-kadang bermesraan berdua sebagai pasangan lesbian.

    Tetapi sebagai perempuan normal Sarah tidak terlalu mendapatkan kenikmatan yang diharapkan dari hubungan itu. Dan kini ketika jemari lelaki yang dengan penuh perasaan merabai daerah sensitifnya, semakin berkobarlah nafsu ditubuh Sarah. Seakan haus yang selama ini ada telah menemukan air yang dingin segar.

    “Ah..terus Fan..” desahnya membara.

    Kuluman bibir mereka terus saling bertaut. Lidah mereka saling menjilat, berpilin mesra. Fandi mengeluarkan semua kemampuannya, demikian juga dengan Sarah mencoba melepaskan hasrat yang dipendamnya selama ini. Selama bertahun-tahun Sarah dapat meredam hasratnya. Tak ada keberanian untuk menyeleweng, meski niat itu ada. Tapi sudah sejak beberapa bulan terakhir ini suaminya semakin jarang menyentuhnya. Sehingga hasratnya semakin menggumpal.Malam ini keberaniannya muncul ketika suaminya tidak ada dirumah. Sejak Fandi kost dirumahnya, Sarah telah memperhatikannya dan ia juga tahu pemuda itu juga memperhatikannya.

    Malam ini Sarah tidak perduli lagi dengan dosa apalagi suaminya. Ia ingin hasratnya terlampiaskan.Mulut mereka sudah saling lepas, dan mulut Fandi mulai menyusuri leher jenjang Sarah yang selama ini tertutup rapat. Mulut Fandi menciumi leher jenjang yang lembut itu beberapa saat terus kebawah sepertinya hendak kedaerah belahan dada Sarah, tapi tiba-tiba Fandi bergeser dari duduknya dan bersimpuh di lantai dan melepaskan ciumanya sehingga mukanya berada diantara paha Sarah yang mengangkang dimana bibir memeknya sedang dirabai jemari pemuda itu.Rupanya Fandi ingin memberikan rangsangan yang lebih lagi dan rupanya Sarah juga faham maksud Fandi.


    Dengan berdebar dan antusias ditunggunya aksi Fandi lebih lanjut terhadap selangkangannya dengan lebih lebar lagi mengangkangkan kedua kakinya. Sarah menunduk memperhatikan kepala Fandi dicondongkan kedepan dan mulutnya mulai mendekati selangkangannya yang terbuka. Dilihatnya TV yang juga sedang menayangkan gambar yang tidak kurang hotDihadapan Fandi selangkangan perempuan yang telah terkangkang bebas. Terlihat bulu jembut yang menghitam agak keriting menumbuhi lembah yang sempit diantara paha montok yang putih mulus.

    Fandi menelan ludah melihat pemandangan yang indah itu. LFandia mayoranya terlihat merekah basah, dihiasi bulu jembut menghitam ditepi dan atasnya. Kontras dan indah dipandang. Kedua tangannya memegang kedua paha yang telah mengangkang itu. Dijulurkan lidahnya menyentuh belahan kemerahan yang sudah terkuak itu. Tercium wangi harum dari lembah itu.Kedua tangan Fandi bergeser mendekati lubang memek itu untuk lebih menguakkannya
    “Ahhh.!” Sarah mendesah dan pinggulnya bergetar ketika ujung lidah itu menyentuh bibir memeknya.

    Desahannya semakin menjadi ketika lidah Fandi mulai menjilati bibir yang merekah basah itu dan dengan ujung lidahnya mengelitik kelentit yang tersembunyi dibelahannya. Dan itu semakin membuat Sarah blingsatan merasakan nikmat yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Pinggulnya dihentak-hentakkan keatas menikmati sentuhan yang belum pernah dirasakan tapi telah lama dihayalkan. Fandi terus melakukan jilatan yang nikmat itu dan tangannya yang satu mulai merambah keatas meremasi buah dada yang montok padat.

    Rupanya Sarah sudah merasa semakin panas meskipun diluar hujan masih turun. Segera dibuka kimono dan dasternya, juga BH yang membungkus sepasang bukit kembar, sehingga perempuan yang sehari-hari selalu berbaju tertutup dan terlihat alim ini kini duduk telanjang bulat disofa dengan kedua kakinya mengangkang dimana seorang pemuda bersimpuh sedang menjilati memeknya. Mata Sarah merem melek menikmati jilatan lidah dan rabaan tangan Fandi. Hasrat yang telah lama dihayalkan kini mulai terwujud. Ia bertekad untuk mewujudkan dan melaksanakan semua hayalan yang selama ini disimpannya. Banyak hayalan gila-gilaan yang pernah di rekanya, hasil dari pengamatannya menonton film-film porno.

    Demikian juga dengan Fandi, impiannya kini tercapai. Bukan hanya melihat perempuan berkerudung telanjang tapi juga bisa merabai tubuhnya bahkan mungkin sebentar lagi bercinta dengannya. Jilatan dan rabaan Fandi rupanya telah menaikkan nafsu Sarah makin tinggi hingga akhirnya dirasakan hasrat itu semakin memuncak. Sarah yang belum pernah merasakan orgasme selama berhubungan dengan suaminya, tapi dari rangsangan ketika berhubungan lesbian dengan Lilis dan ketika menonton film porno sambil merabai kemaluannya sendiri, ia tahu akan segera orgasme. Dengan ganas di tariknyanya kepala Fandi agar makin rapat keselangkangannya sambil menggerakkan pinggulnya naik turun, sehingga bukan hanya mulut Fandi yang mengesek memeknya tapi juga hidung dan dagu pemuda itu.

    “Ahhhduh..AAaaaHhhh….! Ahhh!!” jeritnya tertahan ketika akhirnya orgasme itu datang juga.
    Fandi sempat tidak bisa bernafas ketika mukanya dibenamkan rapat keselangkangan itu ditambah Sarah merapatkan kedua pahanya menjepit kepalanya. Beberapa saat Sarah menyenderkan kepalanya disandaran sofa dengan mata terpejam menikmati untuk pertama kali klimaks karena dicumbu lelaki, nafas memburu dan perlahan kedua kakinya yang menjepit kepala Fandi kembali membuka sehingga Fandi dapat melepaskan diri. Muka Fandi basah bukan hanya oleh keringat tapi juga oleh cairan yang keluar dari lubang kenikmatan Sarah.

    Fandi bangkit berdiri sambil membuka kausnya yang digunakan untuk mengelap mukanya. Tubuhnya berkeringat. Dipandangi perempuan telanjang itu yang duduk mengangkang. Baru ini dapat diamati tubuh telanjang perempuan itu secara utuh.
    “Hatur nuhun ya Fan” kata Sarah berterima kasih sambil membuka matanya sehFandis meresapi kenikmatan yang baru diraihnya.


    Dan matanya kembali berbinar ketika dilihatnya Fandi telah berdiri telanjang bulat dengan batang kontol mengacung keras. Batang kontol yang besar dan panjang. Jauh lebih besar dari punya suaminya. Ini untuk pertama kalinya ia melihat lelaki telanjang bulat selain suaminya. Fandi mendekat dan meraih tangan Sarah, dan menariknya berdiri. Kemudian Fandi mundur dua langkah mengamati tubuh telanjang perempuan itu lebih seksama.

    “Kenapa sih?” tanya Sarah sambil senyum-senyum.
    “Saya lagi memandangi tubuh indah sempurna yang selama ini tertutup” jawab Fandi yang memang terpesona dengan apa yang ada dihadapannya.

    Ternyata benar yang sering diangankannya tentang apa yang ada dibalik baju tertutup yang selama ini dipakai Sarah, bahkan lebih indah dari yang dibayangkannya karena ini benar-benar nyata. Tubuh Sarah memang nyaris sempurna. Badannya tinggi semampai dengan wajah yang cantik dan lekuk setiap tubuhnya saling mendukung dan proposional. Buah dadanya besar padat berisi, pinggangnya ramping dengan pinggul dan pantat yang montok serta sepasang kaki jenjang dengan paha yang padat berisi. Semuanya dibalut dengan kulit yang putih mulus tanpa cela. Dan sesuatu yang rimbun berbulu kehitaman di pangkal pahanya menambah pesona.

    Pemandangan itu semakin memperkeras acungan batang kontol Fandi. Dan Sarah yang sudah terpesona dengan benda itu dari tadi segera meraih dan mengenggamnya. Sarah kembali duduk sambil tetap menggengam batang kontol itu. Fandi mengikuti dan tahu maksudnya. Ternyata perempuan ini penuh dengan fantasi yang hebat, pikirnya. Dengan mata berbinar diperhatikan batang kontol yang tegang dihadapannya. Kontol yang jauh lebih besar dan panjang dari punya suaminya.
    Telah lama Sarah ingin merasakan mengulum kontol lelaki seperti yang dilihatnya difilm porno.

    Dipandangnya otot tegang dalam genggaman tangannya. Dengan ujung lidahnya dijilat perlahan kepala kontol yang mengkilap kecoklatan itu. Terasa aneh, tapi diulang lagi dan lagi sehingga hasratnya makin menggebu. Maka dengan perlahan dibuka mulutnya sambil memasukan batang kontol yang telah basah itu dan dikulumnya. Fandi meringis nikmat diperlakukan begitu. Apalagi Sarah mulai melumati batang kontol didalam mulutnya dengan semakin bernafsu.

    Sarah mencoba mempratekkan apa yang dilihatnya difilm. Ia tidak hanya menggunakan lidahnya tapi menggaruk batang kontol itu dengam giginya, membuat Fandi semakin meringis nikmat. Satu lagi ingin dirasakan Sarah adalah rasa air mani lelaki. Karena itu ia ingin merangsang Fandi agar pemuda itu orgasme dan menumpahkan cairan mani di mulutnya. Sarah yang selama ini kecewa dengan kehidupan sex bersama suaminya hingga terlibat hubungan lesbian dan sering menghayalkan fantasi-fantasi liar yang pernah ditontonnya di film.


    Kini ia punya kesempatan untuk mewujudkannya. Tak ada lagi rasa malu atau jijik. Telah dilepaskan semua atribut sebagai istri yang patuh dan saleh. Yang ada didalam benaknya adalah menuntaskan hasratnya.Fandi yang batang kontolnya dikulum sedemikian rupa semakin terangsang tinggi. Kuluman mulut Sarah meskipun baru untuk pertama kali melakukannya tapi cukup membuatnya mengelinjang nikmat. Sangat lain sensasinya. Hingga akhirnya.

    “Ah Teh, sudah mau keluar nih” desis Fandi mengingatkan sambil mencoba menarik pinggulnya.
    Tapi Sarah yang memang mau merasakan semburan mani dimulutnya malah semakin menggiatkan kulumannya. Hingga akhirnya tanpa bisa ditahan lagi, batang kontol itu menumpahkan cairan kenikmatan didalam mulut Sarah. Fandi meregang, dengkulnya terasa goyah. Dan Sarah semakin menguatkan kuluman bibirnya di kontol itu. Dirasakannya cairan hangat menyemprot didalam mulutnya, rasanya aneh sedikit tapi gurih. Enak menurutnya. Tanpa ragu Sarah semakin keras mengocok batang kontol itu dan dengan lahap ditelannya cairan yang muncrat dari lubang kontol Fandi, bahkan sampai tetes terakhir dengan menghisap batang kontol itu. Tanpa rasa jijik atau mual.

    “Bagai mana rasanya Teh?” tanya Fandi. Ia kagum ada perempuan yang mau menelan air maninya dengan antusias.
    “Enak, gurih” kata Sarah tanpa ragu. Keduanya duduk diatas sofa mengatur nafas. Kemudian Sarah bangkit.
    “Sebentar ya, saya buatkan minuman buat kamu” katanya sambil kedapur dengan hanya mengenakan kimono.

    Fandi sambil telanjang mengikuti dari belakang dan ke kamar mandi membersihkan batang kontolnya sambil kencing. Setelah itu didapatinya Sarah di dapur membuatkan minuman.
    Fandi mendekati dari belakang dan mendekapnya sambil tangannya meremas sepasang bukit kembar yang menggantung bebas. Sarah menggelinjang merasakan remasan di dadanya. Apalagi ketika kuduknya diciumi Fandi. Perlahan dirasakan batang kontol Fandi mulai bangkit lagi mengganjal dipantatnya. Sarah semakin mengelinjang ketika tangan Fandi yang satunya mulai merambahi selangkangannya.

    “Sudah nggak sabar ya” katanya sambil ketawa dan berbalik. Kembali keduanya berciuman dengan rakus.
    “Dikamar saja ya” ajak Sarah ketika ciuman mereka semakin larut. Mereka masuk kekamar yang biasanya untuk tamu.
    Disana ada tempat tidur besar dengan kasur empuk.

    Sarah mendorong tubuh Fandi keranjang dan jatuh celentang. Sarah juga segera menjatuhkan tubuhnya di ranjang menyusul Fandi. Keduanya kembali berciuman dengan buas. Tapi tidak lama karena Sarah mendorong kepala Fandi kebawah. Ia ingin Fandi mengerjai buahdadanya. Fandi menurut karena ia pun sudah ingin merasakan lembutnya sepasang bukit kembar yang montok berisi itu. Sarah mendesah sambil mengerumus rambut Fandi yang mulai menjilati dan menghisapi salah satu pentil buahdadanya. Sedangkan yang satunya diremasi tangan Fandi dengan lembut. Fandi merasakan buahdada yang lembut dan perlahan terasa semakin menegang dengan puting yang mengeras.

    “Oh Fan! Geliin..terus akh!” Tangan Fandi yang satunya mulai merambahi kembali selangkangan perempuan itu.
    Sarah menyambutnya dengan merenggangkan kedua kakinya.
    “Ahh..terus sayang!” desisnya ketika jemari pemuda itu mulai menyentuh kemaluannya.
    Jemari Fandi dengan perlahan menyusuri lembah berbulu dimana didalamnya terdapat bibir lembut yang lembab.


    Sarah semakin menggelinjang ketika ujung jari Fandi menyentuh kelentitnya. Kini mulut dan tangan Fandi secara bersamaan memberikan rangsangan kepada perempuan kesepian yang haus seks itu. Sementara Sarah juga sangat menikmati jilatan dan rabaan pemuda itu.Beberapa lama kemudian Fandi mengambil inisiatif setelah puas merambahi sepasang bukit ranum itu, perlahan mulutnya mulai bergerak kebawah menyusuri perut mulus Sarah dan berhenti di pusarnya.

    Sarah menggelinjang ketika pusarnya dijilat lidah pemuda itu. Sarah rupanya tidak mau nganggur sendiri. Ditariknya pinggul Fandi kearah kepalanya. Fandi faham maksudnya. Dengan segera dikangkangi kepala Sarah diantara kedua pahanya dan menempatkan pangkal pahanya dengan batang kontol yang menegang keras diatas muka Sarah. Yang segera disambut kuluman Sarah dengan bernafsu. Fandi juga sudah menempatkan kepalanya diantara paha Sarah yang mengangkang. Mulutnya mulai merambahi kembali lembah harum berjembut lebat itu. Keduanya melakukan tugas dengan nafsu yang semakin tinggi dan terus berusaha merangsang pasangan masing-masing.

    Sarah istri kesepian yang bertahun-tahun menyimpan hasrat, sehingga sekarang seakan mempunyai nafsu yang sepertinya tak hFandis-hFandis untuk ditumpahkan. Demikian juga dengan Fandi pemuda lajang yang cukup berpengalaman dalam urusan perempuan tapi baru kali ini bercinta dengan istri orang, sehingga fantasi yang dirasakan sangat beda dari yang pernah dialami sebelumnya.

    “Ooohhh! Fan, lakukanlah” desah Sarah mulai tak tahan menahan hasratnya. Fandi segera menghentikan jilatannya dan mengatur posisi. Sarah celentang pasrah dengan kedua paha terbuka lebar menantikan hujaman batang kontol Fandi pada lubang memeknya yang telah semakin berdenyut.

    Dadanya berdebar kencang, mengingatkannya pada malam pertama ketika untuk pertama kali diperawani suaminya. Usianya belum lagi tujuhbelas tahun waktu itu. Tak ada kemesraaan dan kenikmatan, yang ada hanya kesakitan ketika batang kontol Totok merobek lubang kemaluannya. Untung cuma berlangsung sebentar karena suaminya cepat keluar air maninya.


    Dilihatnya wajah puas suaminya ketika ada bercak darah disprei, tanda istrinya masih perawan.
    Sarah tersentak dari mimpi buruknya ketika terasa benda hangat menyentuh bibir memeknya. Direngkuhnya tubuh Fandi ketika perlahan batang kontol yang keras itu mulai menyusuri lubang memeknya.

    “Akh! enak Fan!” desahnya. Tangannya menekan pinggul Fandi agar batang kontol pemuda itu masuk seluruhnya.
    Fandi juga merasakan nikmat. Memek Sarah terasa sempit dan seret. Fandi mulai menggerakkan pinggulnya perlahan naik-turun dan terus dipercepat diimbangi gerakan pinggul Sarah. Keduanya terus berpacu menggapai nikmat.

    “Ayo Fan geyol terusss!” desah Sarah makin hilang kendali merasakan nikmat yang baru kali ini dirasakan. Fandi mengerakkan pinggulnya semakin cepat dan keras. Sesekali disentakkan kedepan sehingga batang kontolnya tuntas masuk seluruhnya kedalam memek Sarah.
    “Oh..Fan !”jerit Sarah nkmat setiap kali Fandi melakukannya.Terasa batang kontol itu menyodok dasar lubang memeknya yang terdalam.

    Semakin sering Fandi melakukannya, semakin bertambah nikmat yang dirasakan Sarah sehingga pada hentakan yang sekian Sarah merasakan otot diseluruh tubuhnya meregang. Dengan tangannya ditekan pantat Fandi agar hujaman bantang kontol itu semakin dalam. Dan terasa ada yang berdenyut-denyut didalam lubang memeknya.

    “Ahk..! Ahduh akhh!” teriaknya tertahan merasakan orgasme yang untuk pertama kali saat bersanggama dengan lelaki.

    Sangat nikmat dirasakan Sarah. Seluruh tubuhnya terasa dialiri listrik berkekuatan rendah yang membuatnya berdesir. Fandi yang belum keluar terus menggerakkan pinggulnya semakin cepat. Menyebabkan Sarah kembali berusaha mengimbangi.


    Diangkat kedua kakinya keatas dan dipegang dengan kedua tangannya, sehingga pinggulnya sedikit terangkat sehingga memeknya semakin menjengkit. Menyebabkan hujaman kontol Fandi semakin dalam. Fandi yang berusaha mencapai kenikmatannya, merasa lebih nikmat dengan posisi Sarah seperti itu. Demikian juga dengan Sarah, perlahan kenikmatan puncak yang belum turun benar naik lagi.Sarah mengangkat dan menumpangkan kakinya dipundak Fandi, sehingga selangkangannya lebih terangkat.

    Fandi memeluk kedua kaki Sarah, sehingga tubuhnya setengah berdiri. Dirasakan jepitan memek Sarah lebih terasa sehingga gesekan batang kontolnya menjadi semakin nikmat. Fandi semakin menghentakkan pinggulnya ketika dirasakan kenikmatan puncak sudah semakin dekat dirasakan.
    “Ahhh” Fandi mendesah nikmat ketika dari batang kontolnya menyembur cairan kenikmatannya.
    Dikocoknya terus batang kontol itu untuk menuntaskan hasratnya. Bersamaan dengan itu Sarah rupanya juga merasakan kenikmatan yang kedua kalinya.

    “Akhh!!” jeritnya untuk kedua kali merasakan orgasme berturut-turut.
    Tubuh Fandi ambruk diatas tubuh Sarah. Keduanya saling berdekapan. Kemaluan mereka masih bertaut. Keringat mengucur dari tubuh keduanya, bersatu. Nafas saling memburu.

    “Makasih ya Fan, makasih” kata Sarah terbata mengucapkan terima kasih diantara nafasnya yang memburu.
    Tuntas sudah hasratnya. Dua tubuh yang panas berkeringat terus berdekapan mengatasi dinginnya malam.

    Tak sampai 15 menit mereka saling berdekapan ketika dirasakan Fandi, batang kontolnya yang telah lepas dari lubang memek Sarah mulai dirabai dan diremas kembali oleh tangan Sarah. Rupanya perempuan ini sudah ingin lagi. Fandi tersenyum dalam hati, lembur nih ini malam! Memang Sarah sudah bangkit lagi hasratnya. Nafsunya yang lama terpendam seakan-akan segera muncul kembali meskipun baru terpenuhi. Sepertinya ia tidak ingin melepaskan kesempatan malam ini untuk bercinta sebanyak mungkin dengan Fandi sampai besok pagi, dengan berbagai teknik dan posisi yang selama ini cuma diangankannya.

    Dan malam itu mereka melewati malam panjang dengan penuh keringat, cumbuan, rabaan, hentakan nafas dan desahan nikmat berkali-kali sampai pagi.

    Fandi bangun ketika dirasakan sinar matahari menyinari tubuhnya yang masih telanjang cuma ditutupi selimut. Ia masih terbaring diranjang tempat dia bercinta sepanjang malam dengan Sarah. Dilihatnya sudah jam 10. Badannya terasa segar meskipun sepanjang malam mengeluarkan tenaga untuk melayani dan mengimbangi nafsu Sarah yang ternyata tak kenal puas. Tak kurang dari lima ronde dilewati oleh mereka dengan sebentar saja istirahat.


    Fandi selalu ingat setiap dua atau tiga ronde, Sarah selalu membuatkannya minuman sejenis jamu yang ternyata sangat berkhasiat memulihkan energinya sehingga sanggup melayani perempuan yang haus sex itu berkali-kali. Fandi masih berbaring. Dicobanya membayangkan kejadian tadi malam. Seperti mimpi tapi benar terjadi. Perempuan yang terlihat lembut tapi ternyata sangat ganas di Ranjang.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Pasutri.

  • Kisah Memek Tergoda Lekuk Tubuh Indah Istri Temanku

    Kisah Memek Tergoda Lekuk Tubuh Indah Istri Temanku


    2871 views

    Duniabola99.com – Kami coba mengadu nasib di kota Kabupatenku dgn mengontrak rumah yg sangat sederhana. Beberapa bi&g usaha saya coba tekuni agar dapat menanggulangi keperluan hidup kami sehari-hari, namun hingga kami mempunyai 3 orang anak, nasib kami tetap belum banyak berubah.


    Kami masih hidup pas-pasan & bahkan harapanku semula untuk mempertebal kecintaanku terhadap istriku malah justru semakin merosot saja. Untung saja, saya orangnya pemalu & sedikit mampu bersabar serta terbiasa dalam penderitaan, sehingga perasaanku itu tidak pernah diketahui oleh siapapun termasuk kedua orangtua & saudara-saudaraku.

    Entah pengaruh setan dari mana, suatu waktu tepatnya Bulan Oktober aku sempatkan diri berkunjung ke rumah teman lamaku sewaktu kami sama-sama di SMA dulu. Sebut saja namanya Andik.

    Dia baru saja pulang dari Kalimantan bersama dgn istrinya, yg belakangan saya ketahui kalau istrinya itu adalah anak majikannya sewaktu dia bekerja di salah satu perusahaan swasta di sana. Mereka juga melangsungkan perkawinan bukan atas dasar saling mencintai, melainkan atas dasar jasa & balas budi.

    Sekitar pukul 16.00 sore, saya sudah tiba di rumah Andik dgn naik ojek yg jaraknya sekitar 1 km dari rumah kontrakan kami. Merekapun masih tinggal di rumah kontrakan, namun agak besar dibanding rumah yg kami kontrak.

    Maklum mereka sedikit membawa modal dgn harapan membuka usaha baru di kota Kabupaten kami. Setelah mengamati tanda-tanda yg telah diberitahukan Andik ketika kami ketemu di pasar sentral kota kami, saya yakin tidak salah lagi, lalu saya masuk mendekati pintu rumah itu, ternyata dalam keadaan tertutup.

    “Dog.. Dog.. Dog.. Permisi ada orang di rumah” kalimat penghormatan yg saya ucapkan selama 3 kali berturut-turut sambil mengetuk-ngetuk pintunya, namun tetap tidak ada jawaban dari dalam. Saya lalu mencoba mendorong dari luar, ternyata pintunya terkunci dari dalam, sehingga saya yakin pasti ada orang di dalam rumah itu.

    Hanya saja saya masih ragu apakah rumah yg saya ketuk pintunya itu betul adalah rumah Andik atau bukan. Saya tetap berusaha untuk memastikannya. Setelah duduk sejenak di atas kursi yg ada di depan pintu, saya coba lagi ketuk-ketuk pintunya, namun tetap tidak ada tanda-tanda jawaban dari dalam.

    Akhirnya saya putuskan untuk mencoba mengintip dari samping rumah. Melalui sela-sela jendela di samping rumahnya itu, saya sekilas melihat ada kilatan cahaya dalam ruangan tamu, tapi saya belum mengetahui dari mana sumber kilatan cahaya itu.


    Saya lalu bergeser ke jendela yg satunya & ternyata saya sempat menyaksikan sepotong tubuh tergeletak tanpa busana dari sebatas pinggul sampai ujung kaki. Entah potongan tubuh laki-laki atau wanita, tapi tampak putih mulus seperti kulit wanita.

    Dalam keadaan biji mataku tetap kujepitkan pada sela jendela itu untuk melihat lebih jelas lagi keadaan dalam rumah itu, dibenak saya muncul tanda tanya apa itu tubuh istrinya Andik atau Andik sendiri atau orang lain.

    Apa orang itu tertidur pula sehingga tersingkap busananya atau memang sengaja telanjang bulat. Apa ia se&g menyaksikan acara TV atau se&g memutar VCD porno, sebab sedikit terdengar ada suara TV seolah film yg diputar.

    Pertanyaan-pertanyaan itulah yg selalu mengganggu pikiranku sampai akhirnya aku kembali ke depan pintu semula & mencoba mengetuknya kembali. Namun baru saja sekali saya ketuk, pintunya tiba-tiba terbuka lebar, sehingga aku sedikit kaget & lebih kaget lagi setelah menyaksikan bahwa yg berdiri di depan pintu adalah seorang wanita muda & cantik dgn pakaian sedikit terbuka karena tubuhnya hanya ditutupi kain sarung. Itupun hanya bagian bawahnya saja.

    “Selamat siang,” kembali saya ulangi kalimat penghormatan itu.

    “Ya, siang,” jawabnya sambil menatap wajah saya seolah malu, takut & kaget.

    “Dari mana Pak & cari siapa,” tanya wanita itu.

    “Maaf dik, numpang tanya, apa betul ini rumah Andik,” tanya saya.

    “Betul sekali pak, dari mana yah?” tanya wanita itu lemah lembut.

    “Saya tinggal tidak jauh dari sini dik, saya ingin ketemu Andik. Beliau adalah teman lama saya sewaktu kami sama-sama duduk di SMA dulu,” lanjut saya sambil menyodorkan tangan saya untuk menyalaminya. Wanita itu mebalasnya & tangannya terasa lembut sekali namun sedikit hangat.

    “Oh, yah, syukur kalau begitu. Ternyata ia punya teman lama di sini & ia tak pernah ceritakan padaku,” ucapannya sambil mempersilahkanku masuk. Sayapun langsung duduk di atas kursi plastik yg ada di ruang tamunya sambil memperhatikan keadaan dalam rumah itu, termasuk letak tempat tidur & TVnya guna mencocokkan dugaanku sewaktu mengintip tadi


    Setelah saya duduk, saya berniat menanyakan hubungannya dgn Andik, tapi ia nampak buru-buru masuk ke dalam, entah ia mau berpakaian atau mengambil suatu hi&gan.

    Hanya berselang beberapa saat, wanita itu sudah keluar kembali dalam keadaan berpakaian setelah tadinya tidak memakai baju, bahkan ia membawa secangkir kopi & kue lalu diletakkan di atas meja lalu mempersilahkanku mencicipinya sambil tersenyum.

    “Maaf dik, kalau boleh saya tanya, apa adik ini saudara dgn Andik?” tanyaku penuh kekhawatiran kalau-kalau ia tersinggung, meskipun saya sejak tadi menduga kalau wanita itu adalah istri Andik.

    “Saya kebetulan istrinya pak. Sejak 3 tahun lalu saya melangsungkan pernikahan di Kalimantan, namun Tuhan belum mengaruniai seorang anak,” jawabnya dgn jujur, bahkan sempat ia cerita panjang lebar mengenai latar belakang perkawinannya, asal usulnya & tujuannya ke Kota ini.

    Setelah saya menyimak ulasannya mengenai dirinya & kehidupannya bersama Andik, saya dapat mengambil kesimpulan bahwa wanita itu adalah suku di Kalimantan yg asal usul keturunannya juga berasal dari suku di Sulawesi.

    Ia kawin dgn Andik atas dasar jasa-jasa & budi baik mereka tanpa didasari rasa cinta & kasih sayg yg mendalam, seperti halnya yg menimpa keluarga saya. Ia tetap berusaha & berjuang untuk menggali nilai-nilai cinta yg ada pada mereka berdua siapa tahu kelak bisa dibangun.

    Anehnya, meskipun kami baru ketemu, namun ia seolah ingin membeberkan segala keadaan hidup yg dialaminya bersama suami selama ini, bahkan terkesan kami akrab sekali, saling menukar pengalaman rahasia rumah tangga tanpa ada yg kami tutup-tupi.

    Lebih heran lagi, selaku orang pendiam & kurang pergaulan, saya justru seolah menemukan diriku yg sebenarnya di rumah itu. Karena senang, bahagia & asyiknya perbincangan kami berdua, sampai-sampai saya hampir lupa menanyakan ke mana suaminya saat ini. Setelah kami saling memahami kepribadian, maka akhirnya sayapun menanyakan Andik (suaminya itu).

    “Oh yah, hampir lupa, ke mana Andik sekarang ini, kok dari tadi tidak kelihatan?” tanyaku sambil menyelidiki semua sudut rumah itu.

    “Kebetulan ia pulang kampung untuk mengambil beras dari hasil panen orangtuanya tadi pagi, tapi katanya ia tidak bermalam kok, mungkin sebentar lagi ia datang. Tunggu saja sebentar,” jawabnya seolah tidak menghendaki saya pulang dgn cepat hanya karena Andik tidak di rumah.


    “Kalau ke kampung biasanya jam berapa tiba di sini,” tanyaku lebih lanjut.

    “Sekitar jam 8.00 atau 9.00 malam,” jawabnya sambil menoleh ke jam dinding yg tergantung dalam ruangan itu. Padahal saat ini tanpa terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 7.00 malam.

    Tak lama setelah itu, ia nampaknya buru-buru masuk ke ruang dapur, mungkin ia mau menyiapkan makan malam, tapi saya teriak dari luar kalau saya baru saja makan di rumah & melarangnya ia repot-repot menyiapkan makan malam.

    Tapi ia tetap menyalakan kompornya lalu memasak seolah tak menginginkan aku kembali dgn cepat. Tak lama sesudah itu, iapun kembali duduk di depan saya melanjutkan perbincangannya. Sayapun tak kehabisan bahan untuk menemaninya. Mulai dari soal-soal pengalaman kami di kampung sewaktu kecil hingga soal rumah tangga kami masing-masing.

    Karena nampaknya kami saling terbuka, maka sayapun berani menanyakan tentang apa yg dikerjakannya tadi, sampai lama sekali baru dibukakan pintu tanpa saya beritahu kalau saya mengintipnya tadi dari selah jendela. Ka&g ia menatapku lalu tersenyum seolah ada sesuatu berita gembira yg ingin disampaikan padaku.

    “Jadi bapak ini lama mengetuk pintu & menunggu di luar tadi?” tanyanya sambil tertawa.

    “Sekitar 30 menit barangkali, bahkan hampir saya pulang, tapi untung saya coba kembali mengetuk pintunya dgn keras,” jawabku terus terang.

    “Ha.. Ha.. Ha.. Saya ketiduran sewaktu nonton acara TV tadi,” katanya dgn jujur sambil tertawa terbahak-bahak.

    “Tapi bapak tidak sampai mengintip di samping rumah kan? Maklum kalau saya tertidur biasanya terbuka pakaianku tanpa terasa,” tanyanya seolah mencurigaiku tadi. Dalam hati saya jangan-jangan ia sempat melihat & merasa diintip tadi, tapi saya tidak boleh bertingkah yg mencurigakan.


    “Ti.. Ti.. Dak mungkin saya lakukan itu dik, tapi emangnya kalau saya ngintip kenapa?” kataku terbata-bata, maklum saya tidak biasa bohong.

    “Tidak masalah, cuma itu tadi, saya kalau tidur jarang pakai busana, terasa panas. Tapi perasaan saya mengatakan kalau ada orang tadi yg mengintipku lewat jendela sewaktu aku tidur. Makanya saya terbangun bersamaan dgn ketukan pintu bapak tadi,” ulasnya curiga namun tetap ia ketawa-ketawa sambil meman&giku.

    “M.. Mmaaf dik, sejujurnya saya sempat mengintip lewat sela jendela tadi berhubung saya terlalu lama mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban. Jadi saya mengintip hanya untuk memastikan apa ada atau tidak ada orang di dalam tadi. Saya tidak punya maksud apa-apa,” kataku dgn jujur, siapa tahu ia betul melihatku tadi, aku bisa dikatakan pembohong.

    “Jadi apa yg bapak lihat tadi sewaktu mengintip ke dalam? Apa bapak sempat melihatku di atas tempat tidur dgn telanjang bulat?” tanyanya penuh selidik, meskipun ia masih tetap senyum-senyum.

    “Saya tidak sempat melihat apa-apa di dalam kecuali hanya kilatan cahaya TV & sepotong kaki,” tegasku sekali lagi dgn terus terang.

    “Tidak apa-apa, saya percaya ucapan bapak saja. Lagi pula sekiranya bapak melihatku dalam keadaan tanpa busana, bapak pasti tidak heran, & bukan soal baru bagi bapak, karena apa yg ada dalam tubuh saya tentu sama dgn milik istri bapak, yah khan?” ulasnya penuh canda. Lalu ia berlari kecil masuk ke ruang dapur untuk memastikan apa nasi yg dimasaknya sudah matang atau belum.

    Waktu di jam dinding menunjukkan sudah pukul 8.00, namun Andik belum juga datang. Dalam hati kecilku, Jangan-jangan Andik mau bermalam di kampungnya, aku tidak mungkin bermalam berdua dgn istrinya di rumah ini. Saya lalu teriak minta pamit saja dgn alasan nanti besok saja ketemunya, tapi istri Andik berteriak melarangku & katanya,

    “Tunggu dulu pak, nasi yg saya masak buat bapak sudah matang. Kita makan bersama saja dulu, siapa tahu setelah makan Andik datang, khan belum juga larut malam, apalagi kita baru saja ketemu,” katanya penuh harap agar aku tetap menunggu & mau makan malam bersama di rumahnya.

    Tak lama kemudian, iapun keluar memanggilku masuk ke ruang dapur untuk menikmati hi&gan malamnya. Sambil makan, kamipun terlibat pembicaraan yg santai & penuh canda, sehingga tanpa terasa saya sempat menghabiskan dua piring nasi tanpa saya ingat lagi kalau tadi saya bilang sudah kenyg & baru saja makan di rumah. Malu sendiri rasanya.


    “Bapak ini nampaknya masih muda. Mungkin tidak tepat jika aku panggil bapak khan? Sebaiknya aku panggil kak, abang atau Mas saja,” ucapnya secara tiba-tiba ketika aku meneguk air minum, sehingga aku tidak sempat menghabiskan satu gelas karena terasa kenyg sekali.

    Apalagi saya mulai terayu atau tersanjung oleh seorang wanita muda yg baru saja kulihat sepotong tubuhnya yg mulus & putih? Tidak, saya tidak boleh berpikir ke sana, apalagi wanita ini adalah istri teman lamaku, bahkan rasanya aku belum pernah berpikir macam-macam terhadap wanita lain sebelum ini. Aku kendalikan cepat pikiranku yg mulai miring. Siapa tahu ada setan yg memanfaatkannya.

    “Bolehlah, apa saja panggilannya terhadapku saya terima semua, asalkan tidak mengejekku. Hitung-hitung sebagai panggilan adik sendiri,” jawabku memberikan kebebasan.

    “Terima kasih Kak atau Mas atas kesediaan & keterbukaannya” balasnya.

    Setelah selesai makan, aku lalu berjalan keluar sambil meman&gi sudut-sudut ruangannya & aku sempat mengalihkan perhatianku ke dalam kamar tidurnya di mana aku melihat tubuh terbaring tanpa busana tadi.

    Ternyata betul, wanita itulah tadi yg berbaring di atas tempat tidur itu, yg di depannya ada sebuah TV color kira-kira 21 inc. Jantungku tiba-tiba berdebar ketika aku melihat sebuah celana color tergeletak di sudut tempat tidur itu, sehingga aku sejenak membaygkan kalau wanita yg baru saja saya temani bicara & makan bersama itu kemungkinan besar tidak pakai celana, apalagi yg saya lihat tadi mulai dari pinggul hingga ujung kaki tanpa busana. Namun pikiran itu saya coba buang jauh-jauh biar tidak mengganggu konsentrasiku.

    Setelah aku duduk kembali di kursi tamu semula, tiba-tiba aku mendengar suara TV dari dalam, apalagi acaranya kedengaran sekali kalau itu yg main adalah film Angling Dharma yaitu film kegemaranku. Aku tidak berani masuk nonton di kamar itu tanpa dipanggil, meskipun aku ingin sekali nonton film itu. Bersamaan dgn puncak keinginanku, tiba-tiba,

    “Kak, suka nggak nonton filmnya Angling Dharma?” teriaknya dari dalam kamar tidurnya.

    “Wah, itu film kesukaanku, tapi saygnya TV-nya dalam kamar,” jawabku dgn cepat & suara agak lantang.

    “Masuk saja di sini kak, tidak apa-apa kok, lagi pula kita ini khan sudah seperti saudara & sudah saling terbuka” katanya penuh harap.

    Lalu saya bangkit & masuk ke dalam kamar. Iapun persilahkan aku duduk di pinggir tempat tidur berdampingan dgnnya. Aku agak malu & takut rasanya, tapi juga mau sekali nonton film itu.

    Awalnya kami biasa-biasa saja, hening & serius nontonnya, tapi baru sekitar setengah jam acara itu berjalan, tiba-tiba ia menawarkan untuk nonton film dari VCD yg katanya lebih bagus & lebih seru dari pada filmnya Angling Dharma, sehingga aku tidak menolaknya & ingin juga menyaksikannya. Aku cemas & khawatir kalau-kalau VCD yg ditawarkan itu bukan kesukaanku atau bukan yg kuharapkan.


    Setelah ia masukkan kasetnya, iapun mundur & kembali duduk tidak jauh dari tempat dudukku bahkan terkesan sedikit lebih rapat daripada sebelumnya. Gambarpun muncul & terjadi perbincangan yg serius antara seorang pria & seorang wanita Barat, sehingga aku tidak tahu maksud pembicaraan dalam film itu.

    Baru saja aku bermaksud meminta mengganti filmnya dgn film Angling Dharma tadi, tiba-tiba kedua insan dalam layar itu berpelukan & berciuman, saling mengisap lidah, bercumbu rayu, menjilat mulai dari atas ke bawah, bahkan secara perlahan-lahan saling menelanjangi & meraba, sampai akhirnya saya menatapnya dgn tajam sekali secara bergantian menjilati kemaluannya, yg membuat jantungku berdebar, tongkatku mulai tegang & membesar, sekujur tubuhku gemetar & berkeringat, lalu sedikit demi sedikit aku menoleh ke arah wanita disampingku yakni istri teman lamaku.

    Secara bersamaan iapun sempat menoleh ke arahku sambil tersenyum lalu mengalihkan pan&gannya ke layar. Tentu aku tidak mampu lagi membendung birahiku sebagai pria normal, namun aku tetap takut & malu mengutarakan isi hatiku.

    “Mas, pak, suka nggak filmnya? Kalau nggak suka, biar kumatikan saja,” tanyanya seolah memancingku ketika aku asyik menikmatinya.

    “Iiyah, bolehlah, suka juga, kalau adik, memang sering nonton film gituan yah?” jawabku sedikit malu tapi mau & suka sekali.

    “Saya dari dulu sejak awal perkawinan kami, memang selalu putar film seperti itu, karena kami sama-sama menyukainya, lagi pula bisa menambah gairah sex kami dikala sulit memunculkannya, bahkan dapat menambah pengalaman berhubungan, syukur-syukur jika sebagian bisa dipraktekkan.

    “Sungguh kami ketinggalan. Saya kurang pengalaman dalam hal itu, bahkan baru kali ini saya betul-betul bisa menyaksikan dgn tenang & jelas film seperti itu. Apalagi istriku tidak suka nonton & praktekkan macam-macam seperti di film itu,” keteranganku terus terang.

    “Tapi kakak suka nonton & permainan seperti itu khan?” tanyanya lagi.

    “Suka sekali & kelihatannya nikmat sekali yach,” kataku secara tegas.

    “Jika istri kakak tidak suka & tidak mau melakukan permainan seperti itu, bagaimana kalau aku tawarkan kerjasama untuk memperaktekkan hal seperti itu?” tanya istri teman lamaku secara tegas & berani padaku sambil ia mendempetkan tubuhnya di tubuhku sehingga bisikannya terasa hangat nafasnya dipipiku.

    Tanpa sempat lagi aku berfikir panjang, lalu aku mencoba merangkulnya sambil menganggukkan kepala pertanda setuju. Wanita itupun membalas pelukanku. Bahkan ia duluan mencium pipi & bibirku, lalu ia masukkan lidahnya ke dalam mulutku sambil digerak-gerakkan ke kiri & ke kanan, akupun membalasnya dgn lahap sekali.

    Aku memulai memasukkan tangan ke dalam bajunya mencari kedua payudaranya karena aku sama sekali sudah tidak mampu lagi menahan birahiku, lagi pula kedua benda kenyal itu saya sudah hafal tempatnya & sudah sering memegangnya.

    Tapi kali ini, rasanya lain daripada yg lain, sedikit lebih mulus & lebih keras dibanding milik istriku. Entah siapa yg membuka baju yg dikenakannya, tiba-tiba terbuka dgn lebar sehingga nampak kedua benda kenyal itu tergantung dgn menantang.

    Akupun memperaktekkan apa yg barusan kulihat dalam layar tadi yakni menjilat & mengisap putingnya berkali-kali seolah aku mau mengeluarkan air dari dalamnya. Ka&g kugigit sedikit & kukunyah, namun wanita itu sedikit mendorong kepalaku sebagai tanda a&ya rasa sakit.


    Selama hidupku, baru kali ini aku melihat peman&gan yg indah sekali di antara kedua paha wanita itu. Karena tanpa kesulitan aku membuka sarung yg dikenakannya, langsung saja jatuh sendiri & sesuai dugaanku semula ternyata memang tidak ada pelapis kemaluannya sama sekali sehingga aku sempat menatap sejenak kebersihan vagina wanita itu.

    Putih, mulus & tanpa selembar bulupun tumbuh di atas gundukan itu membuat aku terpesona melihat & merabanya, apalagi setelah aku memberanikan diri membuka kedua bibirnya dgn kedua tanganku, nampak benda kecil menonjol di antara kedua bibirnya dgn warna agak kemerahan.

    Ingin rasanya aku telan & makan sekalian, untung bukan makanan, tapi sempat saya lahap dgn lidahku hingga sedalam-dalamnya sehingga wanita itu sedikit menjerit & terengah-engah menahan rasa nikmatnya lidah saya, apalagi setelah aku menekannya dalam-dalam.

    “Kak, aku buka saja semua pakaiannya yah, biar aku lebih leluasa menikmati seluruh tubuhmu,” pintanya sambil membuka satu persatu pakaian yg kukenakan hingga aku telanjang bulat. Bahkan ia nampaknya lebih tidak tahan lagi berlama-lama meman&gnya.

    Ia langsung serobot saja & menjilati sekujur tubuhku, namun jilatannya lebih lama pada biji pelerku, sehingga pinggulku bergerak-gerak dibuatnya sebagai tanda kegelian. Lalu disusul dgn memasukkan penisku ke mulutnya & menggocoknya dgn cepat & berulang-ulang, sampai-sampai terasa spermaku mau muncrat.

    Untung saya tarik keluar cepat, lalu membaringkan ke atas tempat tidurnya dgn kaki tetap menjulang ke lantai biar aku lebih mudah melihat, & menjamahnya. Setelah ia terkulai lemas di atas tempat tidur, akupun mengangkanginya sambil berdiri di depan gundukkan itu & perlahan aku masukkan ujung penisku ke dalam vaginanya lalu menggerak-gerakkan ke kiri & ke kanan maju & mundur, akhirnya dapat masuk tanpa terlalu kesulitan.

    “Dik, model yg bagaimana kita terapkan sekarang? Apa kita ikuti semua posisi yg ada di layar TV tadi,” tanyaku berbisik.

    “Terserah kak, aku serahkan sepenuhnya tubuhku ini pada kakak, mana yg kakak anggap lebih nikmat & lebih berkesan sepanjang hayat serta lebih memuaskan kakak,” katanya pasrah. Akupun meneruskan posisi tidur telentang tadi sambil aku berdiri menggocok terus, sehingga menimbulkan bunyi yg agak menambah gairah sexku.

    “Ahh.. Uhh.. Ssstt.. Hmm.. Teeruus kak, enak sekali, gocok terus kakak, aku sangat menikmatinya,” demikian pintanya sambil terengah & berdesis seperti bunyi jangkrik di dalam kamarnya itu.

    “Dik, gimana kalau saya berbaring & adik mengangkangiku, biar adik lebih leluasa goygannya,” pintaku pa&ya.

    “Aku ini sudah hampir memuncak & sudah mulai lemas, tapi kalau itu permintaan kakak, bolehlah, aku masih bisa bertahan beberapa menit lagi,” jawabnya seolah ingin memuaskanku malam itu.

    Tanpa kami rasakan & pikirkan lagi suaminya kembali malam itu, apalagi setelah jam menunjukkan pukul 9.40 malam itu, aku terus berusaha menumpahkan segalanya & betul-betul ingin menikmati pengalaman bersejarah ini bersama dgn istri teman lamaku itu.


    Namun saygnya, karena keasyikan & keseriusan kami dalam bersetubuh malam itu, sehingga baru sekitar 3 menit berjalan dgn posisi saya di bawah & dia di atas memompa serta menggoyg kiri kanan pinggulnya, akhirnya spermakupun tumpah dalam rahimnya & diapun kurasakan bergetar seluruh tubuhnya pertanda juga memuncak gairah sexnya. Setelah sama-sama puas, kami saling berciuman, berangkulan, berjilatan tubuh & tidur terlentang hingga pagi.

    Setelah kami terbangun hampir bersamaan di pagi hari, saya langsung lompat dari tempat tidur, tiba-tiba muncul rasa takut yg mengecam & pikiranku sangat kalut tidak tahu apa yg harus saya perbuat.

    Saya menyesal tapi ada keinginan untuk mengulanginya bersama dgn wanita itu. Untung malam itu suaminya tidak kembali & kamipun berusaha masuk kamar mandi membersihkan diri. Walaupun terasa ada gairah baru lagi ingin mengulangi di dalam kamar mandi, namun rasa takutku lebih mengalahkan gairahku sehingga aku mengurungkan niatku itu & langsung pamit & sama-sama berjanji akan mengulanginya jika ada kesempatan.

    Saya keluar dari rumah tanpa ada orang lain yg melihatku sehingga saya yakin tidak ada yg mencurigaiku. Soal istriku di rumah, saya bisa buat alasan kalau saya ketemu & bermalam bersama dgn sahabat lamaku.

  • Kisah Memek Tergoda Oleh Tamu Pernikahanku

    Kisah Memek Tergoda Oleh Tamu Pernikahanku


    3234 views

    Duniabola99.com – Kali ini menceritakan pengalaman Sex dari seorang Pria yang sebut saja dia bernama Gatra. Di tengah Malam pesta pernikahan Gatra, ketika itu pandangan mata gatra tiba-tiba tertuju oleh sesosok tamu udangan wanita yang amat cantik dan seksi. Singkat cerita akhirnya Gatra bisa akrab dengan wanita itu, kemudian keakrabpan itu berakhir dengan hubungan sex di sebuah hotel berbintang. Mau tahu kelanjutan ceritanya, Langsung aja yuk baca dan simak baik baik cerita dewasa ini.


    Panggil saja namaku Gatra, usiaku sekarang 28 tahun, disini saya akan menceritakan kisah sex perselingkuhanku dengan seorang wanita, dan ini pengalaman nyata dari kisah hidupku. Kisah ini berawal setelah pesta pernikahanku yang berlangsung di sebuah hotel berbintang di kota “X” dengan istriku yang bernama Dinda (nama samaran). Ketika itu pesta pernikahan kami berlangsung sangat meriah sekali.
    Hampir semua tamu undangan yang aku undang menghadiri pesta pernikahan kami. Ditengah meriahnya pesta pernikahan kami, tanpa disengaja ketika itu mataku tertuju oleh sesosok wanita yang sangat menggoda hatiku. Dia berparas ayu, berambut sedikit pirang, dan berkulit putih mulus. Dengan penampilanya yang seperti itu kulit putihnya semakin kelihatan mencolok di antara tamu undangan lainnya.

    Dengan berpakain seksi dan serba ketat itu, bentuk tubuhnya yang montok serta proposional itu, membuat mataku seolah-olah tidak mau berpaling sedetikpun darinya. Ketika itu aku memperhatikannya secara diam-diam, setelah aku puasa memandanginya aku baru sadar bahwa dia datang bersama suaminya. Singkat cerita, kurang lebih pesta pernikahanku itu berlangsung selama 3 jam.
    Setelah usai, para tamu-pun bersalaman dengan kami, dan di moment itu pada akhirnya aku-pun mendapatkan kesempatan untuk melihatnya dari dekat. Sunnguh memang cantik wanita itu, senyumnya yang menawan sekali. Sungguh, dia benar-benar memiliki daya tarik yang luar biasa. Memandang kecantikannya, saat itu fikiranku sempat melayang sesaat.

    Usai sudah moment itu, ketika itu jam menunjukan pukul 22.00, dan semua tamu-pun beranjak pulang. Setelah itu kami-pun bersantai dengan sanak saudara di kamar hotel sembari membicarakan hal-hal lucu dari pengalaman kami masing-masing. Singkat cerita, tidak terasa jam menunjukan pukul 23.00, lalu semua saudaraku berpamitan ke kamar masing-masing untuk beristirahat.


    Ketika itu sembari menunggu Dinda mandi, aku-pun mulai membuka amplop sumbangan pernikahanku satu-persatu. Ditengah asiknya aku membuka amplop, tidak kusangka aku menemukan ada sebuah kartu nama dengan tulisan samar-samar di belakangnya, ( Call me please, 085640231xxx),. Karena aku penasaran maka kartu nama itu-pun kusimpan dengan aman agar tidak terlihat oleh Dinda.

    Usai sudah amplop telah aku buka, lalu setelah semua amplop sumbangan saya kumpulkan, kemudian saya menyusul Dinda yang sedang mandi dan kmenudian kami-pun mandi bersama. Bulan madu kami pada malam itu dan beberapa malam berikutnya kami habiskan dengan penuh gairah dan kepuasan. Kami berhubungan intim dengan berbagai macam posisi sex, dan tempat yang berbeda-beda.
    Kami berhubungan intim mulai dari kamar mandi, sofa ruang tamu, dapur dan semua tempat yang bisa kami gunakan untuk bercinta pada kamar hotel itu.

    Ketia itu kami memang sengaja memesan di Honeymoon Room dengan fasilitas yang menyediakan kamar tidur, ruang tamu, dapur dan ruang santai. Setelah 2 minggu dari pernikahan kami, aku baru teringat oleh kartu nama yang aku simpan di dalam dompetku. Dengan penuh rasa penasaran, diam-diam aku menghubungi nomor pada kartu nama tersebut. Setelah nada panggil terdengar, akhirnya panggilanku-pun diterima,
    “ Halooo… apakah benar saya berbicara dengan mbak Risa ? ” ucapku.
    Di telefon itu terdengarlah suara wanita yang menjawab dengan lembut dan menawan,
    “ Iya ini saya sendiri. Mohon maaf, ini siapa ya ? ” ucap Risa.
    “ Oh ini saya Gatra Mbak, saya yang menikah 2 minggu lalu. Ketika itu saya mendapatkan kartu nama anda dengan catatan khusus di belakang kartu nama itu… ” godaku pada Risa.


    Setelah mendengar jawabanku, Risa-pun tertawa dan tanpa terasa obrolan kami-pun mengalir begitu saja seolah kami sudah berteman lama. Dari obrolan di telepon selama hampir setengah jam aku-pun mengetahui bahwa Risa adalah wanita yang selalu kuperhatikan secara diam-diam waktu pesta pernikahanku dulu. Dari obrolan kami aku mengetahui tentang latar belakangnya.

    Ternyata Risa ini adalah wanita muda yang berusia 26 tahun, dan dia juga merupakan orang penting pada sebuah perusahaan asing di kota “Y”. Kebetulan sekali perusahaan tempat Risa bekerja sering mengadakan promosi di kotaku. Karena Risa memang memegang peranan penting di perusahaan itu, maka Risa sering ditugaskan untuk hal promosi untuk kepentingan perusahaan-nya.

    Sebelumnya memang kami telah berjanji untuk saling komunikasi, bahkan kami berjanji untuk bertemu jika Risa ditugaskan di kotaku. Seminggu setelah telepon pertamaku handphone-ku berbunyi. Risa menelepon dan mengabarkan bahwa dia sedang berada di kotaku untuk tiga hari promosi. Risa baru tiba di sebuah hotel dan akan mulai bekerja pukul 1 siang ini juga.

    Aku memberanikan diri untuk bertanya apakah aku bisa menemuinya sebelum jam 1. Risa berkata bahwa dia tidak keberatan dan ingin segera bertemu. Aku-pun segera berangkat ke hotel tersebut dan menemui Risa yang sudah menungguku. Ketika itu Risa mengenakan rok mini hitam dipadu dengan blazer sewarna serta kemeja warna putih tipis yang agak menerawang.

    Hal itu membuat saya dapat melihat bayang-bayang BRA-nya yang berwarna hitam. Kami berbincang dengan akrab dan Risa menawarkan untuk mengunjungi kamarnya di lantai 3 pada hotel tersebut. Sampai di kamar Risa melepaskan blazernya, sehingga yang terlihat olehku adalah sosok tubuh wanita yang seksi. Sebagai gambaran sesosok Risa saya akan memberikan sedikit gambaran tentang dia.


    Risa ini mempunyai tinggi 167 cm, dan mempunyai berat badan ideal. Ditambah lagi dia mempunyai body montok, dan buah dada kira-kira berukuran 34B. Singkat cerita tanpa sadar hal itu membuat batang Kejantananku berdiri seketika. Kami duduk berdampingan di ranjang yang berukuran king size. Aku memberanikan diri untuk memegang tangannya dan mengambil kesempatan pertama untuk mencium pipinya.
    Ternyata Risa tidak menunjukkan reaksi menolak dan aku-pun mulai berani. Kami berciuman bibir dan aku terkejut karena secara agresif dia mengeluarkan kemampuannya dengan French Kiss. Kami saling memasukkan lidah kami ke mulut masing-masing dan tanganku mulai menjalar ke bagian tubuhnya yang menonjol. Aku meraba buah dadanya perlahan-lahan.

    Diawali satu tangan dan disusul tangan satunya lagi. Risa mulai mendesah, apalagi setelah tanganku menaikkan rok mininya dan meraba bagian luar Kewanitaan-nya. Aku mulai melepaskan pakaiannya dan dengan perlahan mencopot BRA hitamnya disusul dengan rok mininya sehingga yang telihat olehku sekarang adalah pemandangan yang sangat luar biasa.

    Kemolekan seorang wanita yang dianugerahi kulit putih bersih, buah dada yang kencang dan montok dengan puting kemerahan. CD warna hitam dengan bahan transparan sehingga terlihat samar bulu Kejantanannya yang tipis rapi. Aku segera menjulurkan lidahku ke puting buah dadanya, dengan menjilat kanan dan kiri buah dadanya secara bergantian.

    Sehingga hal itu membuat basah putingnya dan membuat putting susunya berwarna sedikit kemerahan. Putingnya mengeras sehingga membuatku semakin bernafsu. Tanganku perlahan menurunkan CD-nya dan aku mengusap bibir Kejantanannya yang sudah basah.
    Lalu Jari tengahku kutekan di tengah-tengah antara bibir Kejantanannya sehingga sewaktu bergerak naik turun menyentuh klitorisnya.

    Kemudian dia-pun menggelinjang nikmat dengan desahan panjang dan tangannya menarik dan mengacak-acak rambutku. Aku menurunkan lidahku dari puting buah dadanya. Lalu dengan perlahan aku menyusuri bagian perutnya. Sesekali aku memainkan sebentar di sekitar pusarnya sehingga membentuk garis basah seperti aliran sungai.

    Kedua tanganku bermain di buah dadanya, memilin halus puting yang sudah sangat keras tersebut. Sekarang wajahku sudah menghadap kewanitaannya yang ternyata bulunya sudah dicukur habis dengan hanya menyisakan sedikit saja di atas klitoris dan itu-pun dicukur halus. Mulailah lidahku menjelajahi bagian luar kewanitaanya, dengan lidahku aku berusaha menerobos di antara bibir kewanitaan Risa.


    Setealah itu Risa mulai menggelinjang merasakan kenikmatan yang luar biasa. Dengan jari-jari tanganku, aku membuka bibir Kejantanannya dan aku-pun membenamkan wajahku di sana. Lidahku menjelajahi setiap milimeter bagian kewanitaan-nya yang sudah basah secara perlahan. Aku memainkan bagian klitorisnya dengan lembut dengan ujung lidahku yang bergerak membentuk lingkaran.

    Lalu jari tangan kananku-pun aku basahi dengan air liurku dan kubiarkan bermain di lubang duburnya. Ketika Risa merasakan hampir merasakan klimaks, dia menarik-narik rambutku, dan
    “ Ouhhh… ssss…. ahhh… uhhh… ouhhh… ”, terdengar desah nikmat keluar dari mulut Risa.
    Kemudian aku-pun mulai memasukkan lidahku ke liang kewanitaannya, membenamkan ke dalamnya, maju mundur teratur dan ujung hidungku menggosok klitorisnya setiap kali aku memaju mundurkan lidahku. Jari tanganku kumasukkan sedikit ke lubang duburnya. Sampai suatu saat Risa tidak mampu menahan arus klimaksnya, ia menjerit keras sambil menarik rambutku dan membenamkan wajahku lebih dalam lagi ke liang Kejantanannya.

    “ Sss…. Ahhh… Gatra… enakk, ssss… ahhh… ”
    Setelah arus klimaksnya mereda Risa berbalik menindih tubuhku, dia-pun mulai menciumi bibirku, memainkan lidahnya dalam mulutku sambil tangannya melucuti semua yang kukenakan. Lidahnya menyusuri bagian leherku, bermain di telingaku, turun ke puting susuku dan bergerak melingkar di bagian tersebut. Aku merasakan geli yang luar biasa yang membuat perutku serasa kejang.

    Tangannya memainkan batang Kejantananku yang berukuran 15 cm dengan kepala batang Kejantanan berbentuk seperti jamur. Dengan gerak yang sangat cepat dia menurunkan wajahnya dan memasukkan kepala Kejantananku ke dalam mulutnya. Dia membuat gerakan naik turun dan tetap menggunakan lidahnya untuk memainkan batang Kejantananku.

    Terkadang Risa menghisap dengan keras kepala batang Kejantananku sambil melirikku untuk melihat reaksiku. Tatapan matanya sungguh Seksi saat itu. Beberapa kali ia memasukkan semua Kejantananku ke dalam mulutnya sehingga aku bisa merasakan ujung Kejantananku seperti menekan tenggorokannya sementara lidahnya berputar-putar.

    Aku hanya bisa mendesah nikmat dan tanganku menekan kepalanya untuk memainkan irama. Risa mengeluarkan Kejantananku dari mulutnya dan digantikan tangannya yang membuat gerakan naik turun di batang Kejantananku yang basah karena air liurnya sementara kedua kakiku diangkatnya sehingga membentuk huruf “V” dan dia pun memainkan lidahnya di sekitar lubang duburku.

    “ Ssss… ahhh… Ouhhh…. ” aku mendesah keras ketika lidahnya pertama kali menyentuh lubang duburku.
    Aku belum pernah merasakan rasa nikmat dan geli seperti ini. Setelah itu dia kembali memainkan Kejantananku, lidahnya menjulur mengikuti batang Kejantananku, naik turun berirama, dan turun ke buah zakar-ku yang dihisap pelan olehnya. Setelah beberapa saat kami pun berganti posisi, kali ini kami mencoba posisi 69 dengan Risa di bagian bawahku.

    Aku membuka bibir Kejantanannya dengan jari-jariku dan memainkan lidahku di klitorisnya. Risa memasukkan batang Kejantananku ke mulutnya dan membuat gerakan naik turun dengan cepat. Sampai suatu ketika ia mendadak menekan pinggulnya ke wajahku dengan kuat karena klimaksnya kembali. Basah wajahku karena cairan yang keluar dari Kejantanannya tak kuhiraukan.

    Aku-pun mempercepat gerakanku karena kurasa air maniku sudah mendesak untuk dikeluarkan.
    “ Aku hampir keluar… ssss… ahhh …… ”, Ucapku.
    Nampaknya Risa tidak mendengarkanku dan tetap memaju-mundurkan mulutnya tambah cepat dan ketika aku mencapai puncaknya dia tetap tidak melepaskan Kejantananku dari mulutnya, dan…
    “Ahhh… ssss… ahhh… ssss… Ouhhhh… Crot… Crot… Crot…”
    Suara desah panjangku seiring air maniku keluar dan menyembur ke dalam rongga tenggorokan Risa.
    Lalu Risa memundurkan mulutnya sampai batas kepala batang Kejantananku dan kepala Kejantananku dihisap kuat olehnya sehingga pipinya terlihat kempot, tangannya membuat gerakan mengocok batang Kejantananku. Aku menggelinjang merasakan geli dan nikmat yang sangat dahsyat. Batang Kejantananku dihisap dan lidahnya membersihkan sisa-sisa air mani yang tertinggal di batang Kejantananku.

    Tak ada sedikitpun yang tersisa. Batang Kejantananku bersih mengkilat. Aku melihatnya tersenyum dan membuka mulutnya, memamerkan air maniku yang ada di mulutnya dan ia menelannya sambil menatapku lekat-lekat. Suatu pengalaman yang sangat hebat buatku karena aku belum mengalami pengalaman seperti ini dengan Dinda istriku.

    Kami berbaring berpelukan di ranjang hotel tersebut sambil menyalakan rokok. Risa pun bercerita bahwa dia memang maniak dengan apa yang namanya sexs. Hubungannya dengan suaminya baik-baik saja. Mereka sudah menikah 4 tahun tetapi belum mempunyai anak karena Risa masih ingin mengejar karirnya, sedangkan suaminya selalu memaksanya untuk mempunyai anak.

    Iketika itu dia bercerita bahwa dia selalu merasa puas berhubungan sexs dengan suaminya, hanya saja dia malu untuk berterus terang kepada suaminya bahwa dia sebenarnya ingin frekuensi berhubungan lebih banyak lagi karena takut kalau suaminya menganggapnya maniak. Dia juga bercerita bahwa ia sudah mengetahuiku sejak lama dan menyukaiku karena wajahku seperti mantan pacarnya ketika sekolah dulu.
    Tidak terasa 2 batang rokok-pun sudah habis, lalu aku segera menggendongnya ke kamar mandi dan menyalakan shower. Kami saling menyabuni tubuh dan memainkan bagian vital masing-masing. Setelah tubuh kami bersih kami tidak segera mengeringkan tubuh tetapi Risa berjongkok di depanku dan memasukkan batang Kejantananku ke dalam mulutnya.


    Dia memaju mundurkan kepalanya sambil tangannya mengocok batang Kejantananku. Aku hanya bisa bersandar ke dinding kamar mandi sambil menikmati hisapannya. Karena batang Kejantananku sudah keras sekali, aku-pun mengangkat tubuhnya dan mendudukkannya ke meja wastafel di kamar mandi. Aku-pun memainkan kepala Kejantananku di bibir kewanitaannya.

    Hal itu membuat gerakan melingkar perlahan sampai kurasakan kewanitaan Risa basah. Saat itu aku mulai memasukkan batang Kejantananku sampai bagian kepala Kejantananku saja dan mulai memaju-mundurkan pantatku. Risa yang sudah bernafsu mendesah-desah menyuruhku memasukkan semuanya. Aku mendorong Kejantananku perlahan sampai kurasa sudah masuk seluruhnya.

    Setelah kejatananku tertanam dalam kewanitaan Risa, akupun mulai menggerakan pantatku maju-mundur makin lama makin cepat. Ketika kurasakan Risa sudah mendekati puncaknya aku melambatkan gerakan pantatku dan membuat gerakan memutar sehingga batang Kejantananku tertanam lebih dalam di Kejantanannya. Risa menghisap puting susuku dengan kencang, aku memutar-mutar pinggulku lebih cepat sambil kulihat pantulan tubuh kami yang basah dari kaca di depanku.“ Gatra… ohh… ssss… ahhh… ssss… ahhh…. ” desahnya,
    Ketika itu suaranya seperti tertahan karena dia menggigit bibirnya sendiri. Kemudiana aku menurunkannya dari meja wastafel, membalikkan tubuhnya dan dengan cepat memasukkan batang Kejantananku ke dalam lubang Kejantanannya. Dengan posisi doggie style, lalu aku menarik rambutnya, dan mengangkat kepalanya sehingga dia bisa melihat gerakan-gerakan kami melalui kaca di depannya.

    Disusul dengan jariku yang kumasukkan ke mulutnya, lalu dihisap dan dibasahi dengan liurnya. Kemudian kumasukkan jari telunjukku ke lubang duburnya sambil tetap menggerakkan pantatku maju mundur. Ketika klimaksnya datang lagi, jari telunjukku serasa diremas kencang oleh otot duburnya dan hal itu membuatku tidak tahan lagi. dan…“Crottt… Crottt… Crottt…”Akhirnya kami mendapatkan Klimaks secara bersamaan, ketika itu Risa menjerit kencang bersamaan dengan semprotan air maniku di dalam rahimnya. Setelah kurasa batang Kejantananku mengecil dalam Kejantanannya aku-pun menarik keluar perlahan dan aku membalikkan tubuhnya. Kemudian kami berciuman, bertukar liur melalui lidah kami yang liar.


    Belum sempat aku menghela nafas, Risa-pun kemudian berlulut di depanku dan memasukkan Kejantananku ke dalam mulutnya lalu berkata,“ Cleaning service Tuan, please enjoy your service Sir… hha… ” kata Risa sambil tertawa.

    Singkat cerita kami-pun mandi sekali lagi dan kali ini benar-benar sampai tubuh kami kering kembali. Lalu aku pamit untuk pulang ke rumah dan Risa-pun tetap stay disana untuk mempersiapkan acaranya. Sebelum aku pergi kami berjanji untuk bertemu lagi sehabis acara Risa selesai.

  • Kisah Memek Terkulai dipelukan ayah tiri

    Kisah Memek Terkulai dipelukan ayah tiri


    3362 views


    Duniabola99.com – Nama aku Suzana.. Nama manja aku Sue. Dari kecil lagi Mama dan Papa aku bercerai. Aku dijaga dengan penuh kasih sayang oleh Mama yang bergelar usahawan berjaya. Setahun lepas, ketika aku baru menginjak umur 17 tahun Mama berkahwin untuk kali keduanya dengan seorang duda tak der anak
    Nama bapa tiri aku namanya Rafie.. Aku panggil Uncle Rafie jer.. Dia ni ada iras-iras Yusuf Haslam, cuma bedanya dia ni kurus skit dan badannya tegap walaupun sudah umur 42 tahun. Aku hairan sebab aper la Uncle Rafie ni tergila-gila nak kahwin dengan Mama aku yang lapan tahun lebih tua dari dia. Agaknya sebab Mama ni banyak duit kot.. Tu yang dia terikat dengan Mama. Hai.. Nasib dia lah tak der anak dengan Mama sebab buat pengetahuan korang semua, Mama aku sudah monopos pun. Tak der redeki lar nak menimang anak. Aku pun tak ingin dapat adik. Aku lebih senang jadi anak tungal dalam keluarga.

    Hubungan aku dengan uncle Rafie pun bukannyer rapat sangat. Kalau aku tak nak tengok muka dia kat rumah waktu cuti minggu, aku pergilah lepak dengan kawan aku kat rumah diorang.. Tak pun aku kunci bilik dan senyapkan diri aku. Memang aku jarang bercakap dengan dia ni. Tak tahu lah sebab apa.. Mungkin aku rasa dia agak muda dari Mama. Uncle Rafie ni memang hensem.. Macho, orang kata makin sudah injak umur 40-an.. Makin tu diorang hebat. Entah lah.. Pada aku tak pun. Makin sudah 40 tu, makin tua lah..

    Nak dipendekkan ceritanya.. Suatu hari, Mama terpaksa pergi ke Switdeland sebab ada urusan kat sana yang melibatkan cawangan syarikat Mama kat sana. Aku memang tak penah ditinggalkan Mama lagipun waktu tu aku masih menghadapi SPM kertas terakhir. Aku bukannyer apa.. Tak der orang nak temankan.. Lagipun rumah aku mana ada pembantu rumah. Takkan aku kena tinggal dengan Uncle Rafie kot. Ish! Nak muntah aku bila mengenangkan laki tu.. Last Mama pujuk aku.. Tiga empat hari lagi dia balik lah.. Bukannyer lama pun. Akhirnyer aku termakan pujuk Mama. Pagi tu Mama berangkat ke Switdeland dengan ditemani Unce Rafie ke airport. Aku pula cepat2 pegi ke perpustakaan negeri nak study sebelum last paper SPM petang nanti.

    Bila sudah habis exam tu, aku pun lepak kejap kat shopping complex dengan member aku. sudah nak dekat senja baru aku balik. Aku tengok tak der kereta uncle Rafie.. So aku pun lega lah. Terus masuk rumah guna kunci spare dan masuk bilik aku utk mandi. Habis bersihkan badan aku, aku pun lap2 badan aku. Then, aku pun sarungkan baju tidur nipis aku warna merah jambu kegemaran aku. sudah malam kan.. Malas aku nak pakai coli. Cuma aku pakai panti warna pink jer.. Takut jadi apa-apa, naya aku nanti.

    Aku tutup lampu utama bilik aku dan buka lampu meja bagi cerah skit bilik aku. Hawa dingin dari aircond bilik aku menyebabkan aku kedinginan. Aku rebahkan badan aku kat katil aku sambil menarik selimut tebal membaluti tubuh aku. Dalam samar-samar dari lampu meja, aku mula menguap dan mataku antara pejam dan tak pejam. Telingakuseakan mendengar pintu bilikku diselak. Terkejut dengan bunyi tu, aku terus bangkit mendadak. Tersembul muka Uncle Rafie di balik pintu. Dia sudah siap pakai pijama warna biru laut. Perlahan, dia hampiri aku dan duduk di tepi katil ku bersebelahan denganku yang terduduk di birai katil. Aku jadi tergamam bila dia masuk macam tu jer ke bilik aku.


    “Sudana sudah makan ker?,” tanya uncle Rafie. Suara dia.. Alahai, romantik nyer tanya aku macam aku ni bini dia plak. Aku angguk. Malas nak jawab.

    “Mama ada telefon uncle tadi.. Bagi tahu yang dia sudah selamat sampai kat sana,” beritahunya lagi. Aku angguk lagi.

    “Erm.. Cam mana dengan last paper tadi? Susah tak?” tanya uncle rafie lagi, membuatkan aku sudah tak senang duduk. Ni sudah melampau lah tanya macam2.. Aku sudah ngantuk giler ni. Penat seharian kat luar.

    “Susah tu susah lah. Kalau senang cam kacang, bukan exam nama nyer..” aku menjawab selamba.

    Aku ingat dia nak marah lah aku sebab aku macam kurang ajar kat dia. Alih-alih, dia ketawa kecil. Menyampah aku tengok dia cam tu. Mengada-ada.. Nak tunjuk dia tu macho lah tu.. Jangan harap!!, bentak aku dalam hati.

    “Kalau cam tu.. Keluar result nanti.. Memang boleh lulus lah ni..” katanya lagi.

    “Bukan setakat lulus.. Lulus dengan cemerlang punya,”jawabku.

    Tanpa aku sedar, tangan aku tersentuh tangannya yang kasar. Uncle Rafie terus menggenggam erat tanganku. Aku rasa bila tangannya genggam tangan aku yang kesejukkan tu, aku rasa selesa. Tangan dia yang suam-suam panas tu, memberi keselesaan pada aku yang memang kesejukkan. Aku cuba tarik balik tangan aku dari dipegang uncle Rafie. Tapi, aku tak berdaya melawan kudratnya yang lebih kuat.

    “Tangan Sudana sejuk.. Selesa tak bila uncle pegang?” tanya uncle Rafie.

    Aku geleng kepala, pada hal aku mmang selesa dengan genggaman tangan dia tu. Tapi, uncle Rafie masih boleh senyum lagi. Walau pun dia memang hensem dan gentleman.. Tapi aku rasa menyampah sangat tengok muda dia. Mungkin sebab aku cemburu bila uncle Rafie jadi milik Mama yang memang tak sepadan dengan dia yang jauh lebih muda.

    “Uncle.. Lepas kan tangan Sue..” rayuku bila makin kuat genggaman tanganku hinggakan dari rasa selesa, aku rasa sakit sebab genggaman dia terlalu kuat bagi diriku yang hanya gadis yang lemah. Perlahan, dia melonggarkan genggaman tangan ku tapi masih memegang tanganku, tak ingin dilepaskan. Aku sendiri tak tahu apa yang bermain di fikiran uncle Rafie sekarang ni.

    Uncle Rafie mula menginjak ke arahku. Dari tepi katil, dia kini duduk berhadapan dengan ku. Dari cahaya lampu meja, aku tengok dia sedang mengamati aku. Hairan nyer.. Aku tak halang pun dia dari berada bersama aku di atas katil. Dalam aku menolak, aku merelakan perbuatannya itu.


    Uncle Rafie mendekatkan bibirnya ke telingaku dan aku dapat rasa dadanya yang bidang itu tersentuh buah dadaku yang tak memakai coli.

    “Uncle tahu Sudana perlukan uncle malam ni..” bisiknya dengan nada seksi. Baru lah aku faham maksud dia kini.

    “Eh! Mana ada.. Sue tak takut pun.. Dan tak perlukan uncle sampai bila-bila..” aku menjawab sombong.

    Uncle Rafie tenang dengan jawapan aku yang kasar itu. Aku hairan dengan perangai dia yang begitu tenang menghadapi telatah ku yang nakal.

    Tiba-tiba, dia memegang pehaku. Baju tidur nipis aku sudah terselak ke pangkal peha waktu dia datang tadi. Aku tersentak bila dia mengusap lembut pehaku. Aku mengetap bibirku menahan godaannya. Mata aku dan mata dia bertentangan sambil tangannya menjalar ke celahan pehaku yang putih gebu itu. Kaki ku tergerak ke atas akibat usapan yang merangsang aku. Tak pernah aku mengalami keadaan begini. Memang aku agak jahil dalam bab ni walaupun aku sudah menginjak remaja.

    Melihat aku yang tak menolak sentuhannya, tangan ku yang digenggamnya dilepaskan lalu badannya cuba rapat pada badanku. Muka kami agak rapat bertentangan. Dadanya bersentuhan sekali lagi dengan dadaku. Aku rasa ada sesuatu sedang menusuk ke perutku. Aku pegang benda panjang itu dan wajah uncle Rafie serta merta berubah. Dia tundukkan kepalanya bila aku usap benda tu. Dia kelihatan menahan kesedapan yang amat sangat.
    “Ooohh!!” dia berbisik kesedapan.

    Rupanya, aku telah memegang batangnya yang telah lama menegang sejak dia bersentuhan dengan dadaku. Cepat-cepat aku lepaskan, dan wajahnya mendongak semula menatap wajahku yang betul-betul dekat dengan muka dia. Aku yang bersandar di birai katil tertolak ke belakang akibat ditindih badannya yang besar. Pinggangku yang ramping dipegang kemas oleh tangannya lalu dia mengucup bibirku.

    Aku betul-betul terkejut dengan tindakkannya itu. Seumur hidup aku inilah pertama kali dicium oleh lelaki. Tanpa aku sedari, aku menendang perutya. Dia tertolak ke belakang, dan kesempatan inilah yang aku gunakan untuk melarikan diri. Aku tak sanggup menyerahkan tubuhku kepada lelaki yang bukan milikku. Lagipun, bukan kah aku memang membenci dia?

    Pintu yang terbuka memudahkan aku melarikan diri dari cengkaman bapa tiriku. Entah bilik mana yang kumasuk pun, aku sudah tak ingat. Uncle Rafie mengejar ku ke bilik yang aku masuk. Pintu bilik sudah ku kunci. Air mata bergenang di kelopak mataku. Aku ketakutan bila pintu bilik diketuk berkali-kali. Aku mendiamkan diri di atas katil. Tiba-tiba, pintu itu terbuka. Uncle Rafie memeluk tubuhnya sambil merenungku yang ketakutan. Aku bangkit semula bila dia cuba mendekati aku. Macam mana aku nak lepaskan diri dari dia?
    “Kalau Sue nak lari pun.. Takkan lari ke bilik uncle dan Mama?” soalnya sambil tersenyum. Aku baru perasan yang bilik ini adalah bilik Mama dan uncle.

    “Please uncle.. Jangan buat Sue macam ni..” aku mula menangis.


    Dia mula bergerak ke arah ku, sedang aku cuba menjauhkan diri darinya. Bila dia semakin jauh dari pintu bilik cepat2 aku cuba keluar dari bilik itu. Tapi, kali ni tubuhku cepat disambar oleh ayah tiriku. Aku meronta-ronta minta dilepaskan. Pelukkan nya erat, agar ku tak terlepas seperti tadi. Dengan mudah dia mengendong badanku. Aku semakin liar cuba untuk melepaskan diri. Baju tidur ku terkoyak tanpa ku sedari. payudara kiriku terkeluar dari baju tidurku yang nipis, sedangkan tangan kasar ayah tiriku tersentuh putingku yang tiba-tiba menjadi kejang.
    Badanku dihumban ke atas katil Mama dan uncle Rafie. Aku cuba menutup payudara kiriku yang jelas memuncak, teransang dengan sentuhan ayah tiriku itu. Uncle Rafie membuka baju pijamanya. Di hadapan ku kini, tubuh sasa seorang lelaki yang bernama Rafie.

    Dia cuba menindih tubuhku yang dua kali ganda kecil darinya. Aku meronta-ronta bila baju tidurku direntap rakus.
    “Uncle.. Jangan..” rayuku, namun tidak diendahkannya.

    Tubuhku digomol semahu-mahunya. Terasa satu benda panjang menyucuk di celah pehaku yang kebasahan. Aku sudah tak sanggup menghadapi sitiasi itu lagi. Katil tempat tidur Mama ku dan ayah tiriku kini menjadi medan peperangan kami. Bibirku dikucup rakus. Tangannya memegang erat tanganku yang meronta-ronta minta dilepaskan.
    Lidahnya cuba membolosi mulutku yang terbuka sedikit. Dijolok2 nya lidahnya dengan melagakan lidahku membuatkan aku kegelian sekejap. Permainan lidah uncle Rafie membuatkan aku semakin layu dalam pelukkannya. Penolakkanku bertukar kepada penerimaan. Aku memegang pinggangnya sambil cuba mengulum lidahnya bagi membalas serangannya terhadap lidah ku. Kami bermain-main lidah hampir lima minit. Ternyata unce Rafie hebat ketika di ranjang. Dari mulut, dia menjalarkan lidahnya ke leherku.
    “Aaarhh..” aku mendesis kesedapan.

    Dicium nya leherku bertalu-talu membuatkan aku kegelian dalam keenakkan sambil mendongak kepalaku bagi memudahkan dia memainkan peranannya. Leher ku seakan dijerut oleh tali bila dia mengulum kuat isi kulitku pada leher. Mungkin ini lah yang selalu orang panggil “love bite”. Aku mengerang kesedapan yang amat sangat. Kucupan hangat dari bibir nya memberi satu kepuasan yang tak terhingga. Ketika dia mula menjalarkan mulut nya ke dadaku, aku mula rebah perlahan lahan. Badanku yang tadi meronta-rota inta dilepaskan, kini aku terbaring lemah.
    Aku rasa macam ada cecair yang keluar dari kemaluanku. Aku berada di celahan kaki Uncle rafie yang sedang berlutut. Dia memandang ku. Aku dapat rasakan.. Dia seorang romantik org nya. Dia menghadiahkan ciuman pada dahiku dengan penuh kasih sayang. Rambut depanku diselak ke tepi sambil mengusap lembut pipiku. Aku usap lembut dadanya yang berbulu nipis itu. Agak kebasahan dek peluh walaupun bilik Mama berhawa dingin. Dia cuba merapatkan badannya ke badanku, dan aku rasa tertindih dek kerana badannya yang sasa dan besar itu. Ciuman di jalarkan ke pangkal dadaku yang separuh terselak.


    “Hemm.. Puting Sue sudah menegang..” katanya bila dia menyentuh buah dadaku yang melonjak naik bila tersentuh tapak tangan uncle Rafie.

    Aku menggeliat bersama erangan berbaur nikmat itu. Tak tahan dengan erangan aku itu, uncle Rafie terus menjilat putingku hinggakan kebasahan buah dadaku. Aku memegang erat besi katil sambil kepalaku bergoyang kanan dan kiri. Eranganku bertambah bila dia cuba menggigit putingku. Rambutnya kuramas kuat sambil menekan-nekan kepalanya pada buah dadaku yang pejal dan tegang itu.

    “Ooohh.. So good..!! Eeerrmmpphh.. Please uncle..” rayuku meminta agar dia meneruskan gigitannya itu. Pengalaman pertama dijilat dan digigit pada putingku menjadikan aku tak keruan dibuatnya.
    “So.. Please make me feel so good Rafiee..!!” jeritku bila dia mengentel-gentel putingku dan meramas-ramas buah dadaku yang bagaikan buah betik itu.

    Aku kelemasan dan lemah longlai diperlakukan begini buat pertama kalinya seumur hidup aku. Tanganku terkulai layu. Uncle Rafie pegang tanganku dan meletakkan kedua-dua tanganku ke atas bagi memudahkan dia menanggalkan baju tidurku. Aku hanya menurut saja keinginan lelaki itu.

    Bila tali baju tidurku direntap sekali, maka terlerailah baju tidur ku dari tubuhku yang selama ini aku tatang bagai minyak yang penuh. Entah kemana dia melontar baju tidur aku pun, aku tak pasti. Kini aku menjadi perhatian matanya yang agak terkejut dengan rupa buah dadaku. Diramasnya perlahan-lahan, sambil membuat pusaran pada buah dadaku yang melentik ke atas. Bila dia memusarkan usapan ada buah dadaku, aku meronta-ronta kesedapan sambil meracau-racau tak sedarkan diri akibat terlalu nikmat. Aku agak, pantiku sudah tak dapat menampung kebasahan yang membanjiri celah kangkangku. Malu pun ada bila lutut uncle Rafie tersentuh pehaku yang sudah basah dek air nikmatku.

    Uncle Rafie mula menjilat putingku kiriku dengan hujung lidahnya. Aku tergerak ke atas sambil mengeliat sehabis-habisan. Kepuasannya hanya aku dan dia yang mengerti. Buah dada sebelah kanan ku diramas-ramas sambil mengentel-gentel putingku. Batangnya terasa tercucuk-cucuk pada celahan pehaku.

    “Uncle.. Uuuhh!! Noo.. Uncle.. Eeerrmmss.. Hhhaa..” aku memanggil-manggil nya diiringi dengan erangan yang mengasyikkan. Aku mula terasa kesemua air nikmatku seakan-akan menghambur keluar dari lubang cipapku yang berbalut panti itu. Uncle Rafie melepaskan buah dada kananku lalu merayap ke taman laranganku. Usapan lembut menyentuh cipapku kemudian dia merasa di lurah cipapu yang banjir teruk.

    “Hmm.. Tat”s mean, u already climax,” bisik uncle Rafie.

    Dalam sedar tak sedar akibat menghamburkan air nikmat tadi, aku bertanya.

    “Climax tu apa Uncle?” tanyaku kebodohan. Uncle Rafie mencium bibirku.

    “Tandanya.. Sue sudah mengalami puncak nikmat hubungan kita ni.. Bila rasa macam sudah terkeluar, bagi tahu lah kat Uncle yang Sue sudah cumming atau climax..” ajar uncle Rafie sambil meraba-raba cipapku.

    Antara dengar tak dengar aku angguk jer.. Nikmat yang dberikan oleh uncle Rafie kepadaku malam ini membuatkan aku khayal sekejap. Kemudian, aku dapat rasakan pehaku dikuak perlahan-lahan oleh uncle Rafie. Sedikit demi sedikit aku terkangkang luas yang mana memberi kemudahan pada uncle Rafie untuk becelapak di tengah. Malu dengan renungan nya, aku merapatkan kembali pehaku.

    “Kenapa ni..? don’t do this to me..” pujuk Uncle Rafie sambil menguak kembali pehaku seluas yang mungkin. Dirapat kepalanya ke arah celah kangkangku.

    Dia menjilat-jilat cipapku yang masih berbalut panties pink. Lidahnya menjolok-jolok lurah cipapku.

    “Usshh aarrgghh..” erangku sambil tanganku mulai meramas buah dadaku sendiri dan sebelah lagi mencapai kepala uncle Rafie. Dia mulai menarik seluar dalamku sambil terus mengucup ari ari kepunyaanku.


    Dan bila mana terbuka saja panties maka terserlahlah cipapku yang nampak timbul tembam dengan bulu yang sedikit sekitar cipapku. Aku lihat uncle Rafie tersenyum melihat keindahan lurah cipapku yang kebasahan. Tanpa melengahkan masa, dia terus membenamkan muka nya kecelah kelangkangku dan mulai menjilat biji kelentitku.

    “Argghh ishhs sisshh uuoohh..” aku mengerang lagi serentak dengan mengangkat punggungku. Terasa air ku bertambah banyak yang keluar sehingga seluruh mulut dan hidung uncle Rafie telah cukup basah.

    “Hmm.. Taste really good..” katanya sambil menjilat-jilat baki lendir ku yang melekat di tepi bibirnya. Agaknya, bau airku menyegarkan uncle Rafie serta menyelerakan membuat dia tambah kuat ingin menjilat cipapku. Ini lah pertama kali seumur hidupku cipapku di jilat oleh seorang lelaki dan aku tak menyangka lelaki yang pertama medapat tubuhku ialah ayah tiriku sendiri..

    Dia teruskan jilatannya sambil tangannya terus meramas tetekku yang asyik berlaga antara satu sama lain bila badanku menggigil kenikmatan setiap kali biji kelentitku di hisap dan disedut berkali-kali. Nikmat tak terhingga.. Aku puas dengan layanan istimewa uncle Rafie. Dari perasaan benci, timbul perasaan sayang kepada lelaki yang 14 tahun tua dari aku.
    Akhirnya..

    “Aaabbngg unncllee.. Aaarrgghh..” serentak itu aku mengepit kepalanya dengan kuat dan tangan ku menekan-nekan kepala nya kuat ke cipapku sehingga aku rasakan hidungnya terbenam dalam lubang cipapku membuat uncle Rafie agak sukar bernafas, tanganku sebelah lagi memegang tangan nya yang meramas buah dadaku dan menekan dengan kuat disitu.

    Aku dapat merasakan air hangat seakan-akan melimpah keluar dari lubang cipapku. Lama aku mengepit uncle rafie sehingga aku mengangkat tinggi punggungku. Tetiba aku menjatuh punggung ku dan membuka kelangkangku semula.. Sempatlah uncle Rafie bernafas seketika namun belum sempat dia menarik nafas sekali lagi aku terkepit dan punggungku terangkat tinggi dan menjerit..
    “Uuunnccllee!! Help mee!!”

    Setelah beberapa saat baru aku menjatuhkan punggungku dan melepaskan kepala uncle Rafie dari sepitan pehaku. Satu keluhan berat keluar dari mulutku “hhaarrhh”. Air nikmatku mengalir lagi dari lubang cipapku. Aku klimaks kali kedua. Aku terkulai layu. Uncle Rafie memelukku unuk mententeramkan perasaan ku yang sudah keletihan. Tak sanggup rasanya untuk meneruskan perjuangan yang entah bila akan selesai. Aku mencium lehernya dan meraba-raba punggungnya yang pejal.

    “I love you..” bisiknya padaku. Aku tersentuh dengan ucapan nya itu. Ku usap belakangnya lalu kubisikkan ke telinganya.
    “I love you too..” tanpa kusedar aku mengaku yang aku memang menyintainya sejak mula dia sah menjadi suami Mamaku. Rambutku yang serabut diusap penuh kasih sayang.


    Dalam itu uncle Rafie menindih tubuhku, kedua lututku dibengkukkan ke atas dan uncle Rafie berada ditengah-tengahnya, taman milikku ternganga menghadap uncle Rafie yang mengacu batangnya ke arah lubang cipapku.

    Aku yang tiba-tiba tersedar kehendak sebenar uncle Rafie mula merayu minta jangan dimasukkan batangnya yang panjang 7 inci itu ke dalam lubang cipapku. Aku masih belum sedia menyerahkan mahkotaku kepada lelaki yang bergelar bapa tiriku. Aku takut aku benih uncle Rafie dan aku akan bercambah dalam rahimku yang subur. Kalau itu terjadi, macam mana aku nak terangkan pada Mama? Sanggupkah dia menerima yang suaminya mempunyai anak bersama anak gadisnya sendiri? Aku mula menangis merayu pada uncle Rafie. Perlahan, uncle Rafie merangkak ke atasku dan mengucup pangkal dadaku yang putih melepak.

    “Oohh.. Uncle.. No.. Please..” aku menangis di hadapannya. Jelas sekali aku dalam ketakutan dengan tindakkan yang aku lakukan ini. Uncle Rafie mengesat air mata yang mengalir di pipiku. Aku tahu dia tak akan memaksaku melakukan perkara yang aku tak suka.

    “Why Sue? Tadi Sue kelihatan bahagia bersama abang. Kenapa menolak permintaan uncle? Please.. Uncle perlukan Sue untuk melengkapkan saat bahagia kita ni, “pujuk uncle Rafie sambil membelai pipiku. Pujukkan uncle Rafie membuatkan aku terleka.

    “Sue takut.. Uncle suami Mama.. Kalau benih uncle tersemai dalam rahim Sue.. Macam mana sue nanti?” tanyaku tersesak-esak.

    Sebenarnya aku memang ingin merasai kenikmatan bila batang uncle Rafie masuk ke dalam lubangku dan kami mencapai klimaks bersama. Tapi, aku tak cukup yakin dengan tindakkan ku meniduri uncle Rafie.

    “Then.. Uncle akan bertanggung jawab. Mama sue tak kan tahu perkara ini.. Abang akan carikan ikhtiar untuk sue. Uncle akan beri nama abang kepada anak kita nanti..” pujuk uncle Rafie. Aku yang termakan pujuk rayunya mengangguk dalam terpaksa. Uncle Rafie kemudiannya merangkak menuruni celah kangkangku yang terbuka luas.
    Taman larangan ku ternganga menadah batang yang mengacu ke arahnya, uncle Rafie sengaja menggesel kepala batangnya yang berkilat itu ke arah celah yang terbuka supaya kepala tersebut bertambah licin akibat cecair yang melilih dari rongga ku yang keghairahan, geselan tersebut menimbulkan rasa semakin sedap buat ku. Erangan kuat terkeluar dari mulutku. Uncle Rafie tidak gelojoh untuk menghunuskan senjatanya ke dalam alat sulit ku. Aku mula hilang sabar untuk menikmati nikmat bila dia cuba melengah-lengahkan tujahan berbisa batangnya itu.
    “Unncllee.. Pleasee.. Hurryy.. Let it come in my pussyy..” rayuku tanpa sedar meminta bapa tiriku sendiri segerakan menyetubuhinya.

    “Come down honey.. We play our game slowly and smooth.. ” bisik uncle Rafie ditelinga ku dengan nada yang berahi.
    “Hold on Sue.. Abang nak masukkan” bisik uncle Rafie sambil menggomol payudaraku.
    Tanpa lengah-lengah lagi aku menggemgam alat kelakiannya dengan mengarahkan kelubukku yang telah sedia menanti, dengan perlahan uncle Rafie menekan senjatanya ke dalam. Lantas bibir ku dikulumnya serentak buah dadaku diramas diikuti menambah tekanan ke arah lubang yang sempit. Uncle Rafie ketika itu berkerut dahinya bila dia dapat merasakan kehangatan lubuk yang telah sebahagian ditembusi senjatanya walaupun sempit tetapi dapat ditembusi kerana ruang tersebut berlendir dan bengkak, uncle Rafie cuba menambah tusukan, sesuatu telah ditembusi membuatkan aku mengaduh.


    “Aduh.. Sakit.. Uncle.. Please.. You hurt me..” lantas aku menolak tubuh uncle Rafie yang menindihku serta merapatkan peha agar tidak ditikam lagi.
    “Please open it.. Honey.. You will not feel hurt anymore..” rengek uncle Rafie membujukku.
    “Sakit uncle..” balas ku yang sudah tidak dapat menikmati keenakan dibelai lelaki sebagaimana tadi.
    Pedih celah kelengkangku direjah oleh senjata bapa tiriku masih dirasainya tapi aku cuba juga membukakan kelengkangku untuk uncle Rafie menambah benamannya ke dalam lubukku walaupn kesakitan dirasai akibat rayuan dan pujukan uncle Rafie.

    Kulihat uncle Rafie begitu bersemangat tapi berhati-hati menghunus senjatanya supaya aku tidak terlalu sakit. Dia melakukan aktiviti menyorong tarik perlahan cuma setakat separuh sahaja, sementara itu punggung aku diramasnya manakala kedua buah dadaku menjadi uliannya, mulut ku dikucupnya membuatkan aku bagaikan tak bernafas membiarkan diriku digomol dan dipaku oleh uncle Rafie. Uncle Rafie merasa terlalu nikmat walaupun senjatanya tidak sepenuh meneroka lubang kemaluan anak tirinya ini, nafsu membuak-buak. Aku tidak merasa nikmat sebalik menahan kepedihan celah kelangkang yang dicucuk, walaupun uncle Rafie begitu lancar mencucuk kelangkangku.

    Daripada merasa sakit, aku kembali ke keadaan normal orang bersetubuh. Kenikmatan yang dirasai akibat tujahan batang uncle Rafie yang panjangnya 7 inci itu membuatkan aku hilang pedoman, hilang kewarasan ku selama ini dan juga aku lupa yang kini aku sedang bermadu kasih dengan bapa tiriku sendiri. Farajku terasa sengal bila batang uncle Rafie ku kemut dengan rakus, aku harap uncle Rafie faham yang aku tak ingin batangnya dicabut keluar waktu itu.

    Mungkin menyedari aku masih berupaya mengemut batang nya, uncle Rafie kembang-kembangkan kelopak cendawannya agar batangnya itu membengkak dalam farajku. Aku menahan kesedapan yang diterima dari uncle Rafie. Aku pejam mata kuat-kuat sambil badanku menggigil-gigil bila kelopak cendawan uncle Rafie mengembang dan mengucup dalam farajku. Aku kegelian. Bahuku dipegang kuat oleh uncle Rafie, cuba menahan aku daripada terus menggigil yang menyebabkan dia hilang rentak. Tapi, aku tak peduli, apa yang kurasakan ini lebih membuatkan aku lebih bertenaga untuk melawan pegangannya yang memang kuat itu.

    Perbuatan uncle Rafie itu itu membuatkan faraj ku kian bertambah kuat kuncupannya. Dan kemutan itu semakin kerap dan berulang laju. Kini aku dapat merasa yang uncle Rafie mengeluh kesedapan bila batangnya ku kemut kuat-kuat. Aku takkan benarkan ia tercabut dari tubuhku. Aku dapat melihat wajah hensem uncle Rafie berkerut menahan nikmat yang aku berikan padanya. Kadang-kadang, dia mengetap bibirnya. Akhirnya tubuhnya turut menggigil penuh nafsu sepertiku tadi. Aku sempat tersenyum melihat uncle Rafie kian lemah dengan perbuatan aku mengemut batangnya. Kemudian aku menutup mataku. Kami mengayuh dengan penuh bertenaga. Aku peluk dpinggangnya dan aku menggerakkan tubuh kami atas bawah agar batangnya tak lari dariku. Nafasku semakin cemas. Tapi, orang berpengalaman seperti uncle Rafie membuatkan aku kagum dengan sikapnya yang lebih matang dalam menangani situasiku kini. Lalu, biji kelentitku digentel dengan laju dalam keadaan batangnya masih terendam kuat dan padat dalam lubang farajku yang kian rakus kemutannya.

    Tak semena-mena kemudian aku melonjak sedikit. Nafasku terhenti helaan. Kemutku menyepit. Aklu dapat rasa basahnya batangnya uncle Rafie di dalam lubangku. Aku mengetap bibirku. Dahiku berkerut merasakan kemuncak berahi yang amat ladat. Lama.. Hampir tiga empat minit, mencecah lima minit. Dan sudahnya, gelinjatku tenang semula. Dadaku mulai berombak semula. Nafasku terhela lesu. Dan bibirku tak diketap lagi tapi aku ingin membicarakan sesuatu dengan uncle Rafie. Farajku berdenyut perlahan dan basah. Perlahan-lahan aku membuka kelopak mataku dengan perasaan malu. Tadi aku menolak, sekarang lain yang jadinya.
    “Got it.. Honey?” Tanya uncle Rafie.

    “Yes honey.. I got it.. Ooohh..!! I”m feel so horny..” balasku dengan suaraku yang serak akibat terlalu lama menjerit kesedapan. Kakiku terdampar luas menguak selepas tadinya sewaktu mencapai tahap berahi, ianya terkancing rapat.

    Tiba-tiba uncle Rafie mendakapku erat dan dalam keadaan batangnya masih terbenam rapat dalam faraj ku, dia berpaling posisi dengan susah payah sehinggakan akhirnya, kini uncle Rafie pula berada terlentang di bawah dan aku duduk di atas. Posisi itu membuatkan batang uncle Rafie makin terasa menyucuk dan menyenak di dalam farajku sehingga menganjak pintu rahimku yang berbonggol pejal.


    Tiba-tiba aku rasa begitu malu sekali ketika itu kerana bapa tiriku dapat melihat buah dadaku yang subur gebu, perutku yang slim, pinggangku yang ramping, dan semak halus di bawah perutku yang kini menelan sepenuhnya tongkol keras batang bapa tiriku ini. Aku sentuh perut uncle Rafie yang berotot pejal itu. Aku usap dengan rahimku masih bersatu dengan batang uncle Rafie yang tajam dan keras itu. Uncle Rafie merenungku dalam. Aku tahu dia begitu kagum dengan keindahan tubuhku yang kini menghadapnya yang sedang berbaring.
    “How do you feel rite now? If you really want to give up.. Terserah lah.. Uncle tak ingin memaksa Sue..” katanya perlahan.

    Kami bagaikan pasangan suami isteri yang bahagia. Memang aku amat bahagia sekarang ni. Uncle Rafie memenuhinya dengan perasaan yang tulus ikhlas.

    “Kalau Sue tak suka, terserah pada Sue.. Uncle tahu Sue memang inginkan perhatian daripada uncle selama ini. Cuma uncle tak berkesempatan bersama dengan Sue.. Kalau Sue tak suka, uncle tak layak menghalang kehendak Sue sebab uncle sudah berada di bawah..” Uncle Rafie sengaja mahu menguji emosiku ketika ini.
    Dia tahu yang aku mula menerima keindahan yang kami kecapai tadi. Mungkin dia inginkan kepastian samada ingin meneruskan lagi atau berundur dari medan perang ini. Ku lihat, uncle Rafie mendepangkan tangannya dan meluruskan kakinya sambil merenung tepat ke mata ayu ku.

    Dia terus meneran mengembangkan kelopak cendawannya supaya meregang memadatkan ruang dalaman faraj ku supaya aku terus merasakan tekanan yang memberangsangkan. Perlahan-lahan aku mengangkat pinggulnya melepaskan batang pelir yang ditelan oleh farajku. Kelihatan licin kulit batang uncle Rafie itu diselaputi benih ku tadi. Keruh dan lendir. dat yang menikmatkan. Dan aku benar-benar terasa kecundang sebab terpaksa juga aku melepaskan batang Uncle Rafie itu dalam keadaan yang begitu berat melepaskan kepala cendawan bapa tirku yang kejang membesar itu. PLOP! Terlepas dari farajku dan aku terus berbaring meniarap dengan kepala terteleng ke arah yang bertentangan dari bapa tirku ini.

    Uncle Rafie tersenyum. Aku nekad untuk mengharungi malam ini bersamanya. Melihat aku berbaring disebelahnya, uncle Rafie dapat mengagak yang aku telah mengambil keputusan yang nekad berhubung hubungan kami berdua. Aku ingin meneruskan perjuangan kami yang belum selesai. Diambilnya minyak baby oil Johnson yang terletak di meja sebelah katil.

    Lalu dituangkannya minyak itu ke pinggulku sehingga mengalir turun ke alur farajku. Kemudian digosokkannya minyak itu penuh menyelaputi pinggul ku yang keras dan pejal itu. Dan sekali sekala dia melajakkan jarinya itu ke faraj ku yang masih menginginkan tusukan tumpul batangnya yang setongkol 7 inci itu.
    Perlahan-lahan dan berhati-hati dia naik merangkak memanjat ke belakang ku lalu menindih. Batang pelirnya diletakkan di alur pinggul ku yang pejal itu. Aku berdiam membiarkan. Aku ingin dia meneruskan dengan membiarkannya tanpa bantahan. Uncle Rafie gesel dari bawah ke atas. Bila pelirnya mengena celah peha ku, ianya kurasa memukul sedikit pintu dubur dan pintu faraj ku secara bergilir sebelum dilayangkan semula naik ke alur pinggul ku.

    Lama juga uncle Rafie berbuat macam tu. Aku menahan kesedapan. Mataku terpejam rapat setiap kali batang pelirnya digesel atas bawah dan memukul duburku dan pintu farajku. Tanpa di suruh, aku tertonggek pinggulku kepada uncle Rafie yang menindih tubuhku. Aku tunjukkan kepadanya rekahan pintu farajku yang sudah basah diminyakkan olehnya tadi dengan baby oil Johnson tadi.

    Dengan agak gelojoh, pantas uncle Rafie merendamkan kembali kepala cendawannya masuk melalui liangku yang indah lagi nikmat itu. Berdesup masuk dengan lebih mudah dari pertama kalinya. Aku pegang dengan kuat-kuat birai besi katilku. Aku memberikan tindak balas berlawanan bagi membantu uncle Rafie menelan batang nya supaya tertujah lebih jauh lagi ke dalam farajku.

    Uncle Rafie sorong perlahan-lahan, kemudian tarik sedikit, kemudian sorong lagi dan tarik lagi. Pada setiap kali sorongan masuk, aku melonjak ke belakang ke arah uncle Rafie, pada masa sorongan tarik keluar, aku makin menganjak ke arahnya kerana tidak mahu batangnya terkeluar dariku.


    Lalu dia memulakan gerakan sorong tariknya dengan konstan dan konsisten, mengikut rentak ku yang sudah naik berahi semula menerima asakan demi asakan dari tenaga batang yang sungguh besar dan panjang, dan memenuhi keperluannya ketika itu.

    “You like it Sue..?” uncle Rafie sengaja mengusik.

    Tapi aku tak mampu membalas usikkan itu dan hanya melepaskan keluhan manja anak kecilku yang seakan menagihkan belaian yang lebih merangsangkan dari semua itu.

    “Emm.. Emm.. Ooouuhh..” itu sahaja yang keluar dari bibirku yang basah dijilat berkali-kali oleh lidahnya.
    Sekejap kemudian dia melajukan henjutannya. Dan keluhan ku kian semakin laju seperti tempo tekanan yang diberikan. Makin ianya laju, makin aku tak karuan. Bunyinya seperti enjin sangkut tetapi kuasa enjinnya Ferrari pulak. Bila uncle Rafie santak habis ke dalam, terasa pinggulku yang pejal dan empuk itu menganjal menolak pelirnya. Dan itu merangsangkan uncle Rafie untuk makin mengganas.

    Rambutku di tariknya kuat. Aku mengerang. Pinggulku diramasnya. Aku merengek. Pinggulku ditamparnya. Aku mengaduh. Dan kemudian..

    “Ahh ahh ahh ahh ahh.. Eieiikkhh..” aku mula mengejang dan menggelinjat sehingga kepalaku terlonjak ke belakang sedangkan kakiku kian rapat menjadikan kemutan farajku jadi sendat dan mengetat menggrip pelir uncle Rafie. Aku berada di kemuncak kedua. Tapi, uncle Rafie masih beraksi selamba.

    Sepanjang lima minit aku menikmati orgasm yang panjang tidak berhenti itu, uncle Rafie terus mengepam laju memberikan kepuasan batin kepada ku, kepuasan yang pertama kali aku nikmati dari bapa tiriku sendiri. Kepuasan yang dicapaiku adalah tahap optimum. Tiada bandingan. Batang pelir uncle Rafie masih basah digenangi kolam ku yang membasah oleh cairan keruh kenyal dari terbitan mata air berahi kemuncak indali dari dalam faraj ku.
    “Emm..” nafas aku lega semula tetapi masih lagi aku dapat merasakan keladatan kerana pergerakan konsisten bapa tiriku yang masih belum menunjukkan tanda-tanda kemuncak berahi jantannya. Aku semakin hilang kesabaran ingin merasai benih jantan bapa tiriku walaupun aku tahu akbiat yang bakal aku terima nanti. Aku ingin merasa bagaimana nikmatnya bila benih bapa tiriku bercantum dengan benihku pada masa dan pertemuan yang serupa. Aku ingin bila uncle Rafie terpancut, aku juga terpercik. Aku ingin uncle Rafie kejang, aku juga ingin erang sama. Aku mahu uncle Rafie menggelisah kerana aku juga ingin menggelinjat sama. Tapi aku malu hendak bertanya bila uncle Rafie akan kemuncak bersama-sama denganku.

    Perlukah aku berterus terang dengan uncle Rafie kehendakku?Agaknya bagaimana reaksi uncle Rafie bila aku inginkan dia sampai ke kemuncak syahwat bersama-saman denganku. Agak sesudah lega dari klimaks keduanya, uncle Rafie cabut kembali pelirnya. Kali ini aku tak terkejut. Dan tidak menghalang atau menahan. Sebab aku tahu aku akan menerimanya lagi.

    Perlahan-lahan aku merangkak. Dan kemudian berpaling kepada uncle Rafie yang tersenyum manja kepadaku. Pangkat bapa tiri bagiku, hilang seketika. Aku duduk merengkok dekat kepala katil. Tapi kakiku dilipatkan mengangkang selepas duduk di atas bantal. Melihat reaksi ku begitu, uncle Rafie faham dengan fesyen ku ini. Dan tanpa banyak kerenah terus memenuhi kekosongan ruang di antara celah kelangkangan aku yang kian memberontak.

    “Boleh?” Tanyanya sebelum mengasak masuk.

    Aku menggeleng sambil tersenyum penuh makna. Aku pegang batang uncle Rafie lalu ditarik naik ke atas. Uncle Rafie terdorong sehingga berdiri dengan batang pelirnya tersua ke mulut ku. Diasaknya perlahan sehingga aku dapat mencapai lidahku yang tajam ke kepala cendawannya.

    NGAP! Seinci tenggelam dalam mulutku. Dan aku menikmati jus-jus buah-buahan yang tadinya terpalit dari farajku ke batang uncle Rafie. Hmm.. Sedap rasanya bila air mani kami berdua dicampur. Tiada lagi perasaan geli untuk menikmati air jus hasil nafsu syahwatku bersama bapa tiriku ini.

    “Sedapnya Sue.. Emm.. Pandai Sue.. Sedut Sue.. sedut kuat sikit..” Uncle Rafie memberikan pujian perangsang kepadaku untuk memberi galakan berterusan yang sudahnya memberikan hasil yang baik kepada kaedah kuluman vakum yang ketat itu.

    “Mmm.. Mmm..” aku tiba-tiba terasa tercekik dan terbelahak bila kepala cendawan itu menutup tekakku sehingga menyukarkanku bernafas tetapi kemudian aku cuba adjust.

    Dan dapat menerima hampir tujuh inci itu dalam mulut, mencecah tekak ku. Uncle Rafie mengepam bila tangan ku penat. Bila kepalaku semakin lesu, uncle Rafie mengepam lagi bagi membantuku. Aku hanya perlu sedut vakum. Uncle Rafie cuba usahakan segalanya demiku.

    “Mmm..” aku rasa lemas.

    Kupandang tepat ke wajah bapa tiriku sambil menggeleng. Dicabut pelirnya semula lalu turun mencelapak antara celah kelangkangku.

    “Sue sudah basah lenjun ni..” usik Uncle Rafie sambil tersenyum.

    Farajku kebasahan dek kerana rasa berahi yang amat sangat. Tanpa banyak lengah, Uncle Rafie memacu batangnya ke arah lubangku. Pendayung direndam. Kemudian mulai diasak masuk semula ke dalam. Tapi aku terasa kurang selesa.

    “Kejap uncle..” rayuku sambil menahan dada tiriku.

    “Kenapa Sue?” Uncle Rafie manja sekali melayani anak tirinya ini. Minta apa saja pun pasti dibaginya.

    “Lenguh lah uncle..” aku beralih mendekati tebing katil.

    Pinggulku diletakkan betul-betul di tebing tilam. Kakiku terjuntai ke bawah sehingga tapak kakiku mencecah ke lantai. Aku menguak luas kelangkangku. Uncle Rafie turun ke lantai. Di lututkannya kaki mencium faraj milikku sepuas hati. Dijilat dan dikemamnya biji kelentit ku yang memerah, sebelum berdiri mengacu senapangnya semula. Aku menguak kaki luas-luas sambil menguak kelopak mawarku dengan jari tangan kedua belah menunjukkan pintu farajku yang sedikit terbuka.


    Slow-slow bapa tiriku meletakkan kepala cendawannya. Aku pula membantu dengan menggunakan tangan kiriku. Dipacukannya ke liang. Sehinggalah bapa tiriku menerjah ke dalam barulah aku melepaskannya. Masa Uncle Rafie mulai mengepam, aku memautkan tanganku ke leher Uncle Rafie. Merengkok badanku sambil ditujah laju oleh bapa tiriku dengan penuh nikmat.

    Tidak ada rasa yang lebih bagus dari pertemuan dua alat kelamin itu dalam posisi itu. Geselan kulit batang yang keras berurat itu dengan dinding faraj yang penuh menyimpan urat sensitif segala rasa geli dan berahi, membuatkan aku tak karuan haluan. Kepala cendawan Uncle Rafie juga menyimpan urat geli berahinya tetapi kematangan Uncle Rafie membuatkan dia mudah mengawal urat geli berahinya supaya tidak cepat membawa dia ke penghujung upacara.

    “Uncle.. Ooohh..” aku mulai berkata-kata dalam mimpi nyata.

    “Kenapa Sue..” Uncle Rafie merenung rapat matanya ke buah dada ku yang bergetar kencang selaras dengan kelajuan pelirnya yang mengepam.

    “Cepatlaa..” ringkas jawapanku.

    “Awal lagi sayang..” Uncle Rafie memujuk.

    “Sue tak tahan.. Uncle.. Hemm”

    “Hem?”

    “Sue nak sekarang..”

    “Sekarang? Takkan cepat sangat?”

    “Dahh.. sudah sejaamm..”

    “Tak suka lama?” Uncle Rafie cabut pelirnya lalu mengetuk ke biji kelentit ku untuk mengimbangi rasa sedapnya.

    “Nakk.. Tapi nanti buatlah lagii..”

    Uncle Rafie tersenyum.

    “Baiklah.. Kejap lagi.. Ya sayang” Uncle Rafie memasukkan semula pelirnya ke dalam farajku yang begitu mudah memberikan laluan itu, tetapi masih begitu sempit untuk digeledah oleh bapa tiriku.

    “Kita naik atas Uncle..,” aku mengajak bapa tiriku mengesot semula naik ke atas. Pelirnya tercabut semula. Aku naik menelentang menggalas punggungku dengan bantal. Uncle Rafie naik merangkak mencelapak tengah kelangkang.

    “Cantik..” puji Uncle Rafie melihat faraj ku. Tapi aku sudah tidak sabar.

    Jariku mengutil-ngutil biji kelentitnya dalam keadaan yang paling mengghairahkan
    “Please hurry.. Uncle..” cepat-cepat aku menarik tangan bapa tiriku.

    Uncle Rafie itu terdorong mendepang tangan antara rusuk kanan kiri ku. Aku merangkul pinggul Uncle Rafie dengan kakiku seraya memberi bukaan luas dengan jariku supaya batang pelir Uncle Rafie dapat menyelinap dengan mudah.
    “Lembut? Kasar?” Tanya Uncle Rafie.

    Aku hanya melayukan pandangan matanya. Kelopak mataku mengecil. Sedikit demi sedikit Uncle Rafie memainkan peranannya sekali lagi. Dia mengambil posisi sedap. Dengan kaki celapak katak, peha ku di atas pehanya, Uncle Rafie mula maju.

    “Ahh!!” aku mengerang manja menerima kemasukan batang Uncle Rafie.

    Liang farajku membuka perlahan. Seinci menjelajah masuk.

    “Uncle..” aku memanggilnya lemah.

    “Kenapa?” Uncle Rafie berhenti mengasak.

    “Sedaappnyaa..” aku melepaskan kelopak mawarku bila kelopak cendawan Uncle Rafie sudah ditelan oleh farajku yang tercungak tinggi atas galasan pinggul di bantal.

    “Lagi..” seinci lagi masuk, tinggal lima lagi. Aku cuba menahan geli bila Uncle Rafie menggentel biji kelentitku. Aku cuba menahan tangan Uncle Rafie dari meneruskan gentelen itu tetapi Uncle Rafie tetap beraksi bagi menerbitkan segera berahiku.

    “Masuklaah laagi..” aku merintih manja. Bibirku mengetap erat menahan rasa yang indah itu dari begitu cepat menghanyutkannya ke inderaloka.

    Seinci lagi menerjah. Tinggal empat inci lagi untuk memenuhi hajatku.

    “Padatnyaa..” aku menggelinjat menikmati asakan perlahan dan teratur dari peparangan terancang itu.
    Seinci lagi ditolak perlahan ke dalam. Aku dapat merasakan liang dalam kepunyaanku yang semakin mengecil itu kian menghimpit kebesaran kepala cendawan bapa tiriku. Tinggal tiga lagi. Faraj ku terasa semakin lincir.

    “Uncle.. Sue tak tahan uncle..” aku semakin mengeluh dalam. Keindahan ini tak mungkin dapat aku kecapi dari mana-mana lelaki.. Uncle Rafie menolak lagi seinci ke dalam membuatkan tinggal lagi dua inci..
    Aku terasa ingin mengemut tapi aku cuba menahannya. Batang pelir bapa tiriku terasa begitu besar lagi mengembang dan mengeras di dalam farajku. Terasa lebih besar dari yang tadi. Atau sebenarnya aku terasa begitu ghairah amat dengan nikmat yang hendak dicapai dengan Uncle Rafie sekejap lagi bersama-sama bila Uncle Rafie menyemburkan benihnya ke dalam farajku yang turut akan bersama memercikkan benih untuk ditemukan dengan benih Uncle Rafie

    “Santak uncle.. Dalam lagi..” aku merayu-rayu.

    “NAH!!”

    DUPP!

    “Aahh!!” Aku seperti orang yang kena hysteria bilabatang pelir bapa tiriku menyantak kuat lubang farajku ytang mengemut kuat.

    “Yeaasshh!!”

    CLOP! CLOP! CHLUP!

    Berdecap decip bunyi hempapan dan ganyahan batang pelir Uncle Rafie keluar masuk liang sempit ku yang kesat-kesat licin itu. Hangat dan merangsang.


    “Laju lagi.. Uncle.. Laju.. Dont give up!!” aku menjungkit-jungkit pinggulku hendak merasakan santakan yang lebih ganas.

    “Sempitnyaa..” ucap Uncle Rafie tak pernah merasa reaksi sebegitu rupa dariku.

    Aku sudah kemaruk sangat!! Aku tak sangka begitu indah sekali peperangan antara aku dan bapa tiriku. Lima inci tarik, enam inci membenam. Seakan tumbuh seinci. Tarik enam, simpan satu, masuk tujuh jadi lapan.
    “Uncle!!” aku mengejang serta merta.

    “Kenapa sayang..?” Uncle Rafie terus mengasak laju macam kereta lumba yang baru kena minyak pelincir baru.
    “Cepat uncle.. Sue tak tahan.. Help me please..” Milah makin tak tentu arah bila Uncle Rafie gigit puting buah dadaku dari sebuah ke sebuah.

    “Don’t do this to me!!” aku menjerit lagi. Agaknya rumah sebelah pun boleh mendengar jeritan kesedapan yang aku nikmati ni..

    “Relax..” Uncle Rafie memujuk.

    “No.. I can’t.. Please uncle.. Sue nak sekarangg!!” Aku memang sudah tak tentu arah lagi sebab aku sudah bertahan begitu lama.

    Aku menahan percikan benihku dari tadi. Aku menahan pancaran berahiku yang menggila dari tadi. Aku sudah semakin hampir ke pantai berahi yang indah. Cuma aku tinggal hendak terjun ke laut untuk berenang ke tepian sahaja. Tinggal Uncle Rafie untuk mengemudikan nafsuku ini.

    “Uncle.. don’t leave me alloonnee..!!” Aku menarik-narik kemasukan batang Uncle Rafie sambil merapatkan pehaku supaya laluan Uncle Rafie jadi lebih sempit.

    Asakan kian laju. Bantal galas dipinggul sudah terbang entah ke mana. Cadar sudah bersepah bertebaran ke lantai. Tidak ada apa lagi yang mahu diingati oleh kami berdua kecuali mengecapi kemuncak berahi mereka bersama-sama.
    “Suuee..” Uncle Rafie tak tahu hendak laju mana lagi.

    Gear lima sudah masuk. Sudah pun berpindah ke gear tinggi lori kontena. Sorong tariknya sudah hilang tempo. Peluh membasah di merata-rata menitik-nitik ke tubuh dan muka Milah. Peluh di celah kelangkang menambahkan kelinciran.

    “Unncclee.. Sue sudah nak hampir ni..” aku menggentel kelentitku yang kebasahan.

    “Sabar Sue.. Uncle jugaa..” Uncle Rafie sudah tak tahan sama terikut-ikutkan berahiku.

    “Cepat Unclee!!”

    “Sssuuee..!! Sempitnya lubang sue..” Uncle Rafie menindih badanku. Buah dada ku menjadi pelantar kusyen yang empuk di dada uncle Rafie.

    Dipeluk tubuhku sampai ke belakangnya. Lagi laju dia mengepam, lagi kuat pelukannya itu. Aku sendiri sudah mencakar-cakar Uncle Rafie di belakangnya dengan kuku ku yang panjang. Agaknya Uncle Rafie terasa calar dan melukakan. Tapi aku dapat agak Uncle Rafie sudah naik stim.

    Uncle Rafie juga semakin sampai. Kami berdua sudah dekat ke penambang. Laut bergelora kian kencang. Ombak yang memukul ke pantai berulang-ulang membanyak buih dan busa di tepian. Licin. Enak. Empuk.


    “Suuee..!” kerandut dakar Uncle Rafie berdenyut mengepam cairan benih yang likat dari kilangnya naik melalui salurnya.

    “Unccllee!!” aku mengemut kian kuat dan kencang. Badanku menggigil kuat akibat kesepana yang amat sangat.
    “Sue.. This is it..” Uncle Rafie bisik ke telinga sambil meneran.

    Faraj ku mengemut kuat. Rasa macam melekat. Rasa bergelen-gelen benih Uncle Rafie memenuhi ruang dan memancut di dalam.

    “Sue.. Uncle tak pernah rasa pancaran sebegini..” bisiknya ke telingaku.

    Aku tersenyum bila dia meluahkan isi hatinya. Aku pula seakan-akan menyedut-nyedut air mani bapa tiriku masuk ke dalam rahimku sesudah bertemu dengan percikan madiku sendiri. Basah seluruhnya. Tidak ada yang lebih basah dari mandian peluh dan mandian mani kami berdua.. Aku dan bapa tiriku tercungap-cungap kelesuan. Tak pernah dirasakan keladatan yang sebegitu indah.

    “Uncle.. Sedap nya.. You’re great..,”

    “Sue pun hebat walaupun this is your first time..” balas Uncle Rafie sambil pelirnya terus kekal keras terendam setelah habis melepaskan saki baki maninya dalam faraj ku. Kalau kena gayanya, aku bakal mengandungkan anak bapa tiriku sendiri yang akan menjadi cucunya.

    Walaupun aku bersikap enggan menyerah pada mulanya, tetapi dengan 1001 penyerahan yang wujud di lubuk hatiku, aku lihat Uncle Rafie sangat puas. Kita saling serah menyerahkan dengan keadaan yang sungguh mengasyikkan. Kali ini amat luar biasa. Kali ini berbeda dari yang pertama tadi. Amat luar biasa perkongsian kita. Amat nikmat bagi Sue yang menerima dan jelas juga-amat nikmat baginya yang memberi. Nikmat kita berdua. Untuk kita. Dalam aku mendakapnya erat-erat itu, tanpa aku sedar. Aku meletakkan muka ku ke bahu tengkuk Uncle Rafie. Seakan-akan tidak mahu melepaskan bapa tiriku.


    Waktu itu, kita seumpama sudah sebati. Kita terdampar!! Lesu.. Lesu. Tidak lagi bermaya lagi. Kini kita longlai. Kita terus berpelukan. Erat-erat. Perlahan-lahan, bagai angin kencang, suasana kembali reda. Uncle masih mendakap ku. Uncle balikkan tubuh ku telentang. Kita berpaut antara satu sama lain. Kita ingin sama-sama kembali ke dunia kita yang penuh sadar. Kita mahu sedar bersama. Kita mau seiringan kembali kedunia sebenar. Seiringan dalam dakapan yang penuh nikmat dan satu rasa. Batang uncle masih lagi dalam cipap ku.
    Uncle Rafie seakan-dalam keadaan terlena. Begitu juga diriku. Aku tidak tahu berapa lama aku dalam keadaan begitu. Umpama satu perjuangan, kita sama-sama seperjuangan. Kita sudah memenangi pertarungan itu. Sama-sama menang. Berjaya. Terhasil. Berhasil menikmati suatu keindahan yang tidak mungkin dapat diceritakan.
    Kita terlena dalam dakapan itu.. Berpelukan. Kita masih telanjang. Terkapai.. Terlena dan tertidur. Sebelum terlena, aku terfikir, bagaimana aku dapat melakukan hubungan asamara tadi? Uncle Rafie nampak cukup puas bersetubuh dengan Sue! Sue mencapai klimaks orgasma bertalu-talu. Kita benar-benar bersatu..!!

  • Kisah Memek Terlalu Nikmat Buat Di Lupakan

    Kisah Memek Terlalu Nikmat Buat Di Lupakan


    3223 views

    Cerita Sex ini berjudul ” Terlalu Nikmat Buat Di Lupakan ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2018.

    Duniabola99.com – Cerita ini merupakan pengalaman pribadi yang sangat berkesan sekali bagi saya. Kisah ini terjadi beberapa tahun yang lalu. Awalnya bermula pada pertengahan masa-masa kuliah saya di sebuah Perguruan Tinggi ternama di Jakarta. Bukan apa, selama ini entah kenapa selalu timbul rasa penasaran dalam diri saya untuk ingin mengungkapkan semua yang pernah terjadi pada diri saya. Agen Sbobet Terpercaya


    Secara kebetulan saya bertemu dengan seorang teman sekerja dan menyarankan untuk menceritakan kembali pengalaman saya ini. Terus terang saya baru tahu ada site semacam ini di Internet.

    Saya sangat tertarik dan ingin membagi cerita pada seluruh pembaca. Tentang kenyataan yang ada dan mungkin sering terjadi disekeliling kita. Kelebihan dan kekurangan dari isi cerita ini adalah menurut yang saya alami. Terserah apapun tanggapan dari para pembaca. Dan ucapan terima kasih saya kepada 17tahun bila cerita sederhana ini dimuat. Sebutlah nama saya Fandy tetapi teman-teman biasa memanggil saya Andy saja.

    Saya mengenal sex bisa dikatakan belum terlalu lama juga. Baru mulai semester 3 semasa duduk dibangku kuliah dulu (saat itu usia saya baru 20 tahun). Kali pertama keperjakaan saya terenggut oleh Mbak Dewi (salah seorang karyawati XX di kampus yang sempat menjadi kekasih saya selama kurang lebih 2 tahun). Semenjak itu sex bagi saya seolah sudah menjadi salah satu kebutuhan utama sehari-hari. Saya seolah terjebak dengan keindahan fantasi kenikmatan surgawi yang Mbak Dewi berikan dan ajarkan kepada saya.

    Hubungan saya dengan Mbak Dewi bisa dibilang lumayan lama juga, dan malahan sampai beberapa kali membuahkan kehamilan. Meski begitu Mbak Dewi selalu saja menggugurkannya. Hal ini terjadi berulang sampai lima kali. Gila memang, tetapi entah kenapa Mbak Dewi justru sangat menikmati hasil perbuatan saya selama hampir kurang lebih 2 tahun hubungan asmara kami itu berlangsung. Saya tidak tahu apakah itu termasuk suatu penyimpangan perilaku atau bukan. Yang jelas setiap kali terjadi kehamilan dengan bangga ia memberitahukannya kepada saya dan mengatakan bahwa saya adalah pria paling hebat yang pernah dikenalnya.

    Bagi saya sendiripun Mbak Dewi adalah segala-galanya. Meski secara fisik ia lebih tua hampir 5 tahun dibanding usiaku, namun itu tidak menjadi beban dan halangan bagi saya untuk mengasihi dan menyayanginya sebagai layaknya seorang kekasih. Kuakui saya bukanlah pria pertama dalam kehidupan cintanya, tetapi itu bukan masalah karena saya sangat mencintainya. Memang meski secara resmi kami belum menikah namun untuk masalah sex kami sudah melakukannya sebulan semenjak pertama kali saling berkenalan. Bercinta dengannya seakan tak pernah bosan.


    Sex menurutnya adalah suatu keindahan yang setiap saat harus bisa dinikmati. Ibarat nasi, 2 atau 3 hari saja rutinitas intim itu tertunda pasti keesokan harinya Mbak Dewi langsung uring-uringan tanpa alasan yang jelas. Kalau sudah demikian hanya ada satu obat paling manjur untuk mengatasinya. Meredamnya dengan buaian-buaian kenikmatan surgawi. Menurutnya saya adalah pria yang paling berharga dan paling menggairahkan dalam hidupnya. Saat itu sudah begitu besar keyakinan dan perasaan cinta saya terhadapnya dan kukira begitu pula sebaliknya. Dan tak pernah terlintas sekalipun di benak saya hubungan indah ini akan berakhir begitu saja.

    Sampai suatu ketika, kebetulan saya ada suatu keperluan mendadak yang sangat penting dan harus ke Bandung selama hampir 2 minggu. Mbak Dewi melepas kepergianku dengan berat hati. Ia tak akan sanggup bila terlalu lama berpisah denganku. Saya sendiri sangat memaklumi perasaannya. Bagaimanapun selama ini tiada hari tanpa kami lewati bersama-sama. Saya ingin mengajaknya turut serta namun itu berarti ia harus bolos kerja. Aku tak menginginkan itu jika ia sampai kena teguran lagipula saat itu saya tak meragukan kesetiaannya.

    Namun kenyataannya tanpa pernah kuduga sama sekali Mbak Dewi melakukan kesalahan besar dan membuat geger karena tertangkap basah sedang melakukan hubungan intim dengan salah seorang dosen senior. Hanya sehari sebelum kedatanganku pulang. Fatalnya mereka melakukannya justru disalah satu ruang kantor ketika pegawai yang lain sedang mengikuti rapat rutin mingguan. Memalukannya lagi kejadian tersebut sempat menjadi tontonan gratis beberapa orang mahasiswa yang kebetulan mengetahui kejadian mesum tersebut.

    Terus terang saya sangat kecewa, malu dan sakit hati dengan perbuatannya tersebut. Saya benar-benar tidak menyangka Mbak Dewi tega menghianati saya dan berselingkuh dengan orang lain. Saya merasa benar-benar telah tertipu dengan perasaan saya sendiri. Padahal saya sangat menyayangi Mbak Dewi sebagaimana layaknya seorang kekasih bahkan calon istri. Saya tidak pernah menghianati cinta saya kepadanya, karenanya ini benar-benar sangat menusuk perasaan. Akhirnya karena terlanjur malu mereka berdua menikah hanya kurang dari 1 minggu semenjak kejadian memalukan tersebut. Mbak Dewi setengah mati berusaha meminta maaf kepadaku atas segala perbuatannya. Dia mengaku khilaf dan meminta pengertianku.


    Meski dengan berat hati apapun alasannya saya berusaha memaafkan dan mengikhlaskan semuanya. Saya berusaha untuk tak menemuinya lagi. Hal ini terasa terlalu sangat menyakitkan. Namun anehnya, hanya 2 hari menjelang pernikahannya entah kenapa aku merasa begitu cemburu dan ingin sekali berjumpa dengannya. Seolah tahu akan perasaan dan keinginanku, Mbak Dewi ternyata memang telah menunggu kedatanganku. Tidak perlu saya ceritakan detilnya, yang jelas saat itu kembali terulang kemesraan yang biasa kami lakukan sebelum kejadian tak mengenakkan tersebut. Bahkan saking rindunya saya sampai menyebadaninya berulang-ulang kali tanpa henti selama beberapa jam. Apalagi bila melihat kemolekan dan kemulusan kulit tubuhnya yang tergeletak pasrah telanjang bulat diatas ranjang begitu mempesona penglihatanku. Membuat gairah birahiku terus bergelora seakan tak pernah padam.

    Kenikmatan demi kenikmatan kami raih dan entah sudah berapa kali kami berdua saling menyemburkan cairan kenikmatan. Rintihan dan erangan kepuasan berulang kali terdengar lembut dari mulut mungilnya yang indah. Kedua bibir merahnya selalu digigitnya gemas setiap kali kuberhasil memberinya seteguk demi seteguk anggur kenikmatan. Seakan pengantin baru hampir sepanjang siang sampai sore kami berdua menikmati indahnya surga dunia meskipun hanya sesaat itu saja. Kusadari sepenuhnya bahwa kemungkinan ini adalah terakhir kalinya kami dapat tidur bersama. Satu yang tak bisa kulupakan hingga detik ini dan sampai kapanpun juga, hasil perbuatan kami tersebut ternyata kembali membuahkan kehamilan. Hanya saja kali ini Mbak Dewi sama sekali tidak menggugurkannya sebagai bukti rasa kasihnya kepadaku.

    Beruntung suaminya tidak pernah curiga dengan kehadiran anak laki-laki pertama mereka yang mukanya sangat mirip sekali denganku. Saat ini usianya hampir menginjak 4,5 tahun. Hampir 3 minggu kemudian setelah pernikahan mereka kami mulai jarang bertemu apalagi bertatap muka. Di kampus pun Mbak Dewi seakan berusaha menghindar bila melihat kedatanganku. Aku berusaha mengerti atas semua sikapnya karena bagaimanapun juga ia sekarang telah menjadi milik orang lain. Aib yang ia alami dulu seolah menjadi trauma yang memalukan baginya. Hari-hari yang biasanya selalu indah ceria seakan berubah dan berbalik 180 derajat. Saya sering melamun dan dilanda rasa cemburu yang berlebihan. Ingin marah tetapi entah kepada siapa.

    Pada dasarnya saya bukanlah orang pendendam, sehingga sedikitpun tidak ada keinginanku untuk membalas semua perbuatannya. Hanya saja rutinitas sex yang biasanya saya lakukan hampir setiap hari bersama Mbak Dewi seakan terhenti total. Hal ini ternyata sangat mengganggu pikiran dan baru saya sadari setelah sekitar 3 minggu kebiasaan rutin tersebut terhenti. Bagaimanapun saya adalah laki-laki normal yang sebelumnya sudah terbiasa melakukan rutinitas sexual. Saya kira pembaca pasti mengerti apa yang saya maksudkan.


    Itulah kenyataannya, pada mulanya saya sering merasa pusing tanpa sebab, sering sampai tidak bisa tidur dan yang paling menyiksa bila alat kelelakian saya hampir setiap saat sering tegang sendiri. Kalo sudah begitu bisa sehari semalam saya tidak bisa tidur sama sekali. Saya sendiri bukanlah pria yang senang bermasturbasi atau onani. Sejak dulu bisa dikatakan hanya sekali atau dua kali saja saya melakukannya sebelum mengenal Mbak Dewi. Setelah itu paling sering justru Mbak Dewi sendiri yang melakukannya bila ia sudah tak sanggup lagi melayaniku atau kalau kebetulan dia sedang kepingin melakukan oral sex.

    Aku hanya tersenyum geli dan mengiyakan permintaannya yang sedikit diluar kebiasaan. Karena terus terang saya lebih senang mengeluarkan air mani saya didalam liang vaginanya. Mungkin karena saat itu saya merasa hanya Mbak Dewi saja satu-satunya wanita didalam hidup ini yang paling kucintai, saya mengira hanya Mbak Dewi sajalah yang memiliki (maaf) liang vagina paling nikmat di dunia. Lucu memang. Dan setiap kali bahkan sampai kapanpun saya akan selalu teringat atas segala keindahan dan pesona sexual yang dimilikinya.

    Bercinta dan bersetubuh dengannya membuatku benar-benar merasa sangat berharga dilahirkan sebagai seorang laki-laki. Saya merasa bangga dan bahagia bisa melihatnya merintih merasakan kenikmatan yang kuberikan dan membuatnya orgasme hingga berkali-kali. Mbak Dewi sangat menyukai perlakuanku setiap kali aku memuasinya. Mungkin saja dia termasuk golongan wanita yang hiperaktif, karena apapun bentuk kenikmatan yang sedang dirasakannya ketika orgasme selalu diekspresikan seketika itu juga. Menjerit, memekik, menggeliat bahkan kadang sampai menendang-nendang. Bila sedang mencapai puncak Mbak Dewi seakan seperti terkencing-kencing dan begitu hebat tubuhnya menggeliat sambil menyemprotkan cairan kemaluannya.

    Terkadang saya nggak pernah habis pikir bila Mbak Dewi sedang berada di puncak gejolak birahinya. Bila sedang orgasme cairan yang disemburkannya relatif sangat banyak untuk ukuran wanita seperti dia. Mungkin jauh lebih banyak dibanding semburan air mani pria manapun juga. Dan uniknya Mbak Dewi sanggup melakukannya berkali-kali. Bila sedang terangsang paling tidak saya harus mengulang menyetubuhinya maksimal sebanyak 7-8 kali dalam setiap permainan. Mbak Dewi selalu memuntahkan cairan orgasmenya sampai menyembur keluar dari liang vaginanya. Persis seperti air mancur kecil. Waktu itu saya tidak tahu apa setiap wanita memang begitu adanya bila sedang orgasme. Bila sudah demikian dengan sabar terpaksa saya harus mencabut keluar batang penis saya dari jepitan liang vaginanya agar cairan kewanitaannya bisa tumpah keluar. Kalau tidak, rasanya seperti sedang berada di dalam kolam renang air panas.

    Dengan manja Mbak Dewi mencium bibir saya mesra lalu segera beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan kemaluan dan selangkangannya yang basah. “Mmm ..cupp .. kau hebat sekali Andy .. mm ..sebentar sayang .. aku ke kamar mandi dulu yaa .. cupp ..”, bisiknya penuh kemesraan setelah orgasme pertamanya selesai. Ia tertawa kecil melihat alat kelelakianku yang basah berlendir terkena semburannya. Sementara diatas sprei juga tampak mulai basah tersiram cairan orgasmenya yang luar biasa banyaknya. “Oooh .. kau luar biasa sekali Dewi .. benar-benar membuatku terangsang ..”, ujarku takjub. “O yaa .. mm ..sabar sayang .. tunggu saja giliranmu ..mm ..cupp .. aku juga menginginkan semburanmu Andy ..hh .. aku ingin benih kita benar-benar menyatu sayang ..mm ..”, bisiknya genit. Dua menit kemudian ia kembali lagi keatas ranjang dan menyuruhku langsung menyetubuhinya seperti semula. Demikian berulang-ulang saya selalu melakukannya sampai sebanyak 4-5 kali dan begitu pula ia selalu membersihkan diri ke kamar mandi setiap kali selesai orgasme. Selebihnya biasanya Mbak Dewi hanya bisa terbaring lemas kelelahan diatas kasur.


    Ia memang sangat sensitif dan mudah sekali orgasme. Setiap kali alat vitalku menekan kedalam dan merangsang dinding vaginanya, paling tidak selama kurang lebih 2-3 menit Mbak Dewi sudah mencapai klimak dan cairan orgasmenya langsung menyemprot keluar mengguyur batang kelelakianku. Karena itu, setiap kali menyetubuhinya harus saya lakukan secara perlahan-lahan. Jangan sampai penis saya menggesek liang vaginanya terlalu cepat.

    Waktu sudah menjelang sore ketika ia kembali mencapai klimak, .. kucabut keluar alat kejantananku yang liat dan panjang dari dalam jepitan liang vaginanya. Mbak Dewi sontak menggeliat dan mengejan sambil mengangkat pinggulnya keatas. Aku segera bergeser sedikit ke sisi kanan tubuhnya. Dan .. Pyuurr .. untuk kelima kalinya cairan orgasmenya menyemprot keluar dari sela-sela celah vaginanya membasahi selangkangannya sendiri dan sebagian sprei tempat tidur. “Fuuhh .. kau keluar lagi Dewi .. nikmat ya sayang ..”. “Aaahh ..Andy ..nngghh ..uuwwhh ..oohh ..”, pekiknya keras setengah tertahan sebelum akhirnya pinggulnya terhempas kembali keatas ranjang.. Sejenak kuusap seluruh batang kejantananku yang basah kuyub dengan selimut, lalu dengan bernafsu kuarahkan kembali kepala penisku yang semakin mengkilat ke liang vagina Mbak Dewi yang mulai menutup rapat lagi.

    “Aaww ..uuhh .. Andy ..”, rintihnya nikmat sambil memelukku lagi. Aku kembali mengayuh naik turun menggoyang tubuhnya. Memberikannya kenikmatan. Mbak Dewi hanya menatapku pasrah melihatku kembali menyetubuhinya seakan ingin membuat dirinya orgasme berulang-ulang kali tanpa henti. ” Su ..sudah Andy .. a ..aku lemas sekali .. aku bisa keluar lagi ..oohh .. ja ..jangan .. jangan sekarang Andy .. ooww .. ooww ..uuhh .. yaahh .. “, rintihnya lemas menahan nikmat ketika hanya dalam 2 menit cairan orgasmenya yang panas kembali menyembur dan seolah mendorong kepala penisku keluar.

    Untuk kesekian kali kembali kucabut batang kelelakianku dari jepitan rapat liang vaginanya. Dan .. pyuur .. cairan orgasme Mbak Dewi langsung tumpah keluar membasahi bibir kemaluan dan selangkangannya lagi. Sebagian besar langsung meresap kedalam sprei tempat tidurnya yang semakin basah lembab berair. “Wooww .. kau luar biasa sekali Dewi .. mm .. kau cepat sekali keluar sayang ..”, ujarku takjub. “Nngg ..hh ..su ..sudah Andy .. aku lemas sekali .. oohh .. ayo dong Andy sekarang giliranmu .. beri aku semburanmu sayang ..”, rintihnya lemas. “Mmm .. sebentar lagi sayang .. kau menggairahkan sekali Dewi .. hh ..aku ingin melihatmu orgasme sekali lagi ..”, ujarku gemas sambil kubenamkan kembali batang penisku yang besar dan panjang ke dalam liang vaginanya. “Nngghh .. ja ..jangan Andy ..a..aaku lemas sekali ..aaww ..”, rintihnya kecil ketika batang kelelakianku kembali menembus dan membelah liang vaginanya sampai menekan peranakannya. ” Ooohh Dewi .. ahh .. nikmat sekali sayang ..”, erangku keenakan merasakan gesekan lembut dinding vaginanya yang basah dan rapat. ” A.. ahh ..Andy .. a..aku bisa pingsan sayang .. nngghh .. ja ..jangan teruskan Andy ..aaww .. oohh .. duh gusti .. uuhh .. ooww .. ooww yaahh ..”, pekiknya nikmat ketika begitu singkat ia kembali orgasme entah untuk kesekian kalinya. “Wooww .. Dewii .. kau luar biasa sekali sayang .. mm .. oohh .. vaginamu mudah sekali terangsang sayang..”, ujarku gemas melihatnya kembali mereguk anggur kenikmatan.


    Kurasakan cairan kewanitaannya yang menyembur hebat berusaha mendorong batang kelelakianku keluar. ” Aahh .. A..andy .. su ..sudah ..sudah sayang .. aku sudah lemas sekali ..”, rintihnya semakin lemah. Kupandangi wajah cantiknya yang berkeringat. Terlihat rona-rona kenikmatan yang amat sangat terbayang di wajahnya. Bibir merahnya yang mungil sedikit megap-megap mengatur napas. Aku tersenyum bahagia melihatnya. Kukecup lembut bibirnya yang hangat dan mengajaknya bercumbu untuk sesaat. “Andy .. kenapa kau belum juga keluar sayang .. oohh ..berapa lama lagi aku harus menunggumu sayang .. a ..aku sudah lemas sekali Andy ..”, bisiknya masih kelelahan. “Fuuhh .. nanti saja sayang .. kita istirahat dulu ..”, ujarku penuh kasih sayang. Aku jadi tak tega melihatnya. “Andy .. jangan begitu sayang .. lakukanlah .. aku juga ingin melihatmu puas ..ayo dong sayang .. jangan bersikap begitu ..”, bisiknya mesra. “Tapi kau masih letih Dewi .. kau bisa keluar lagi nanti ..”, ujarku khawatir. “Hehh .. lakukanlah Andy .. aku tak peduli sayang .. atau ..atau aku akan meng-onani alat vitalmu ..”, ujarnya nakal. “Wooww ..kau nakal sekali Dewi .. tadi kau minta berhenti .. mm ternyata kau masih kurang puas juga sayang .. mm cupp ..ok .. kau ingin melihatku puas juga sayang ..”, bisikku penuh gairah. Mbak Dewi tersenyum gemas lalu mencubit pinggulku mesra. “He-eh .. Andy .. kau tahu aku sangat menyukainya sayang .. semburan hangatmu yang mm ..”, bisiknya lembut penuh gairah.

    Selama kurang lebih 3 menit aku kembali menggoyang pinggul turun naik menyetubuhinya. Dinding vaginanya yang hangat dan lembut seakan meremat-remat hebat pertanda Mbak Dewi akan segera orgasme kembali. “Andy ..ooh ..Andy ..duh gusti .. aku mau keluar lagi .. ooh .. oohh ja ..jangan terlalu cepat sayang .. a..a ..aku.. ooww ..oww ..uuww ..”, pekiknya kuat menahan rasa nikmat. ” Keluarkanlah Dewi .. yaahh .. aku ingin merasakan semburanmu ..sshh ..” “A..andy .. sekaraang ..sekarang .. aakkhh .. oowwhgk “, teriaknya tertahan. Secepat kilat kucabut batang kelelakianku dari jepitan dinding vaginanya yang rapat lalu kugeser tubuhku kebawah sehingga mukaku kini persis berada diatas selangkangannya. Jemari tangan kananku secepat kilat meraih dan memlintir daging clitorisnya. Dan .. Pyuurr .. Kembali Mbak Dewi memuntahkan keluar cairan orgasmenya yang bening. Begitu kuat semprotannya hingga sebagian besar sampai mengenai dan menyiram mukaku. Dengan cepat mulutku menangkap cairan kenikmatannya dan langsung kutelan nikmat. Terasa hangat dan encer. Mmm .. tiada yang lebih nikmat dan indah kecuali merasakan seutuhnya air surgawinya. Kerongkonganku yang tadinya agak kering kini sedikit terasa lebih segar dan basah. Kukecup dan kukulum gemas pentil daging clitorisnya yang kemerahan. Sementara ujung lidahku menggapai masuk kedalam liang kemaluannya sembari menyedot sisa-sisa cairan orgasmenya yang masih merembes keluar.

    Kali ini Mbak Dewi benar-benar lemas tak berdaya. Napasnya semakin megap-megap karena nikmat luar biasa yang dirasakannya. Selangkangannya benar-benar basah kuyub oleh cairan orgasme yang berulangkali ia semburkan. “Mmm .. aku menyukai rasanya sayang .. aah .. kau menikmatinya Dewiku sayang ..”, ujarku puas melihatnya tak berdaya. “A..andy .. a..a..aku su..sudah tak kuat lagi sayang .. oohh ..a..aku seperti terkuras Andy ..”, rintihnya lemas. ” Aku tahu sayang .. sekarang tidurlah .. kau kelihatan capek sekali ..”, ujarku mesra. “Ka ..kau bagaimana sa..sayang ..”, bisiknya setengah bingung melihatku masih belum terpuaskan. ” Sudahlah Dewi .. tidak apa-apa ..tidurlah ..”, kataku pelan.


    Kupeluk mesra tubuh telanjangnya yang basah berkeringat dan menina bobokkannya. Kubelai dan kuremas lembut kedua buah payudaranya secara bergantian. ” Oohh ..Andy ..aku akan memuasimu setelah ini sayang .. mmhh ..hh ..hh..”, rintihnya perlahan sambil mengatur napas. ” Sudahlah Dewi .. tidurlah dulu .. nanti setelah segar kau boleh memuasi aku ..Ok ..!”, bisikku penuh kasih sayang. Dewi mencium bibirku sampai lama sekali sebelum akhirnya kemudian ia jatuh terlelap saking lelahnya. Wajahnya yang cantik terlihat sedikit pucat, namun tampak rona kepuasan yang tak terhingga terbayang disitu. Mulutnya yang indah merekah terlihat tersenyum. Senyum kepuasan.

    Demikianlah tentang kisah yang kualami, suatu kenikmatan yang tak bisa kulupakan. Apabila anda seorang wanita yang sedang membutuhkan seseorang dan ingin merasakan sesuatu yang lain atau senang berfantasi sex melaui telepon, boleh berkenalan dengan saya dan ditunggu emailnya. Mungkin kita bisa saling berbagi pengalaman. Thanks.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Pasutri.

  • Kisah Memek Ternyata Adikku Mengandung Benihku

    Kisah Memek Ternyata Adikku Mengandung Benihku


    2633 views

    Duniabola99.com – Gila bgt deh adegannya. Gua pikir kok bisa ya. Eh, gua berani gak ya ngelakuin itu ama adek gua yang masih SMP? tapi khan adek gua masih polos bgt, kalo di film ini mah udah jago and pro, pikir gua dalam hati. Lagi nonton plus mikir gimana caranya ngelakuin ama adek gua, eh, bel bunyi. Wah, teryata adek gua, si Dina ama temennya dateng. Sial, mana filmnya belum selesai lagi. Langsung gua simpen aja tuh VCD, trus gua bukain pintu. Dina ama temennya masuk. Eh, temennya manis juga lho.


    “Dari mana lo?” tanya gua. “Dari jalan donk. Emang kaya kakak, ngedekem mulu di rumah,” jawabnya sambil manyun. “Gua juga sering jalan tau, emang elo doank. Cuman sekarang lagi males,” kata gua. “Oh iya, kak. Kenalin nih temen gua, namanya Anti. temen sekelas gua,” katanya. akhirnya gua kenalan ama tuh anak. Tiba-tiba si Dina nanya.

    “liat VCD Boyzone gua gak?” “Tau’, cari aja di laci,” kata gua. Eh, dia ngebuka tempat gua naro VCD bokep. Gua langsung gelagapan.
    “Eh, bukan disitu…” kata gua panik. “Kali aja ada,” katanya. Telat. Belum sempet gua tahan dia udah ngeliat VCD xxx yang covernya lumayan hot itu, kalo yang x2 sih gak pake gambar. “Idih… kak. Kok nonton film kaya begini?” katanya sambil mandang jijik ke VCD itu. Temennya sih senyam-senyum aja. “Enggak kok, gua tadi dititipin ama temen gua,” jawab gua bohong. “Bohong bgt.

    Ngapain juga kalo dititipin nyasar ampe di laci ini,” katanya.
    “Kak, ini film jorok kan? Nnnggg… kaya apa sih?” tanyanya lagi. Gua ketawa aja dalam hati. Radi jijik, kok sekarang malah penasaran.
    “Elo mo nonton juga?” tanya gua. “Mmmmm…. jijik sih… tapi… penasaran kak…,” katanya sambil malu-malu. “Anti, elo mo nonton juga gak?” tanyanya ke temannya. “Gua mah asyik aja. Lagian gua udah pernah kok nonton film kaya begitu” jawab temannya.

    “Gimana… jadi nggak? keburu mama ama papa pulang nih,” desakku. “Ayo deh. Tapi kalo gua jijik, dimatiin ya?” katanya. “Enak aja lo, elo kabur aja ke kamar,” jawab gua. Lalu VCD itu gua nyalain. Jreeeeng… dimulailah film tsb. Gua nontonnya sambil sesekali mandangin adek gua ama temennya. Si Anti sih keliatannya tenang nontonnya, udah expert kali ya? Kalo adek gua keliatan bgt baru pertama kali nonton film kaya begitu.

    Dia keliatan takut-takut. Apalagi pas adegan rudalnya cowo diisep. Mana tuh rudal gedenya minta ampun. “Ih, jijik bgt…” kata Dina. Pas adegan ML kayanya si Dina udah gak tahan. Dia langsung kabur ke kamar.
    “Yeee, malah kabur,” kata Anti. “Elo masih mo nonton gak?” tanya gua ke si Anti. “Ya, terus aja,” jawabnya. Wah, boleh juga nih anak. Kayanya, bisa nih gua main ama dia. Tapi kalo dia marah gimana? pikir gua dalem hati. Ah, gak apa-apa kok. Gak sampe ML ini. Sambil nonton, gua duduknya ngedeket ama dia.


    Dia masih terus serius nonton. Lalu gua coba pegang tangannya. Pertama dia kaget tapi dia nggak berusaha ngelepas tangannya dari tangan gua. Kesempatan besar, pikir gua . Gua elus aja lehernya. Dia malah memejamkan matanya. Kayanya dia menikmatin bgt. Wow, tampangnya itu lho… manis!! Gua jadi pengan nekat. Waktu dia masih merem, gua deketin bibir gua ke bibir dia. Akhirnya bersentuhanlah bibir kita. Karena mungkin emang udah jago, si Anti malah ngajakin french kiss. Lidah dia masuk ke mulut gua dan bermain-main di dalem mulut.

    Sial, jagoan dia daripada gua. Masa gua dikalahin ama anak SMP sih. Sambil kita berfrench kiss, gua berusaha masukkin tangan gua ke balik bajunya. Nyari sebongkah buah dada imut. Ukuran toketnya gak begitu gede, tapi kayanya sih sexy. Soalnya badan si Anti itu gak gede tapi gak kurus, dan tubuhnya itu putih. Begitu ketemu toketnya, langsung gua pegang dan gua raba-raba. Tapi masih terbungkus ama bra-nya.
    “Baju elo gua buka ya?” tanya gua. Dia ngangguk aja sambil mengangkat tangannya ke atas. Gua buka bajunya. Sekarang dia tinggal pake bra warna pink dan celana panjang yang masi h dipake.

    Shit!! kata gua dalem hati. Mulus bgt! Gua buka aja bra-nya. toketnya bagus, runcing dan putingnya berwarna pink. Langsung gua jilatin toketnya… dia mendesah… Gua jadi makin terangsang. Gua jadi pengan ngent*tin dia. Tapi gua belom pernah ML jadi gua gak berani. Tapi kalo sekitar dada aja sih gua lumayan tau. Gimana ya? Tiba-tiba pas gua lagi ngejilatin toketnya si Anti, adik gua keluar dari kamar. Kita sama-sama kaget. Dia kaget ngeliat apa yang kakak dan temennya perbuat. Gua dan Anti kaget pas ngeliat Dina keluar dari kamar.

    Si Anti buru-buru pake bra dan bajunya lagi. Si Dina langsung masuk ke kamarnya lagi. Kayanya dia shock ngeliat apa yang kita berdua lakuin. Si Anti langsung pamit mo pulang.
    “Bilang ama Dina ya…. sorry,” kata Anti. “Gak apa-apa kok,” jawab gua. Akhirnya dia pulang. gua ketok kamarnya Dina. Gua pengen ngejelasin. Eh, dianya diem aja. Masih kaget kali ya, pikir gua. Gua tidur aja, dan ternyata gua ketiduran ampe malem. Pas kebangun, gua gak bisa tidur lagi. Gua keluar kamar.


    Nonton tv ah, pikir gua. Pas sampe di depan TV ternyata adek gua lagi tidur di kursi depan TV. Pasti ketiduran lagi nih anak, kata gua dalam hati. Gara-gara ngeliat dia tidur dengan agak “terbuka” tiba-tiba gua jadi keinget ama film x2 yang belom selesai gua tonton, yang ceritanya tentang hubungan sex antara adek dan kakak, ditambah hasrat gua yang gak kesampaian pas sama Anti tadi. Ketika adek gua ngegerakin kakinya membuat roknya tersingkap, dan terlihatlah CD-nya. Begitu ngeliat cd nya gua jadi semakin nafsu. Tapi gua takut. Ini kan adek gua sendiri masa gua ent*tin sih. Tapi dorongan nafsu semakin menggila. Ah, gua pelorotin aja cdnya.

    Eh, ntar kalo dia bangun gimana? ah, cuek aja. Begitu CD-nya turun semua, wow, bel ahan vaginanya terlihat masih amat rapet dan di hiasi bulu-bulu halus yang baru tumbuh. Gua coba sentuh… hmmm, halus sekali. Gua sentuh garis vagina-nya. Tiba-tiba dia menggumam. Gua jadi kaget. Gua ngerasa di ruang TV terlalu terbuka. Gua rapiin lagi pakaian adek gua, truss gua gendong ke kamarnya dia. Sampe di kamar dia… it’s show time, pikir gua. Gua tidurin dia di kasurnya. Gua bukain bajunya. Ternyata dia gak pake bra. Wah, payah juga nih adek gua.

    Ntar kalo toketnya jadi turun gimana. Begitu bajunya kebuka, toket mungilnya menyembul. Ih, lucu bentuknya. Masih kecil toketnya tapi lumayan ada. Gua coba isep putingnya… hmmm…. nikmat! Toket dan putingnya begitu lembut. Eh, tiba-tiba dia bangun!!
    “Kak… ngapain lo!!” teriaknya sambil mendorong gua. Gua kaget bgt. “Ngg… ngg… nggak kok, gua cuman pengen nerusin tadi pas sama si Anti. Gak papa kan?” jawab gua ketakutan.

    Gua berharap bonyok gua gak ngedenger teriakan adek gua yang agak keras tadi. Dia nangis. “Sorry ya Din. Gua salah, abis elo juga sih ngapain tidur di ruang TV dengan keadaan seperti itu. Gak pake bra lagi,” kata gua. “Jangan bilang sama mama dan papa ya, please…,” kata gua. Dia masih nangis. Akhirnya gua tinggalin dia. Aduh, gua takut ntar dia nga du. Sejak saat itu gua kalo ketemu dia suka canggung.

    Kalo ngomong paling seadanya aja. Tapi gua masih penasaran. Gua masih pengen nyoba lagi untuk ngegituin Dina. Sampai pada suatu hari, adek gua lagi sendiri di kamar. Gua coba masuk.
    “Din, lagi ngapain elo,” gua nyoba untuk beramah tamah. “Lagi dengerin kaset,” jawabnya. “Yang waktu itu, elo masih marah ya….” tanya gua. “….
    ” dia diem aja. “Sebenernya gua… gua… pengen nyoba lagi….” gila ya gua nekat bgt. Dia kaget dan pas dia mo ngomong sesuatu langsung gua deketin mukanya dan langsung gua cium bibirnya.


    “Mmhhpp… kakk…. mmmhph…” dia kaya mo ngomong sesuatu. Tapi akhirnya dia diem dan mengikuti permainan gua untuk ciuman. Sambil ciuman itu tangan gua mencoba meraba-raba toketnya dari luar. Pertama ngerasain toketnya diraba, dia menepis tangan gua. Tapi gua terus berusaha sambil tetap berciuman. Setelah beberapa menit berciuman sambil meraba-raba toket, gua mencoba membuka bajunya. Eh, kok dia langsung mau aja dibuka ya? Mungkin dia lagi merasakan kenikmatan yang amat sangat dan pertama kali dirasakannya. Begitu dibuka, langsung gua buka bra-nya. Gua jilatin putingnya dan sambil mengusap dan mneremas- remas toket yang satunya. Walaupun toket adek gua itu masih agak kecil, tapi dapat memberikan sensasi yang tak kalah dengan toket yang gede.

    Ketika lagi di isep-isep, dia mendesah,
    “Sshh… ssshhhh…. ahhh, enak, kak….” Setelah gua isepin, putingnya menjadi tegang dan agak keras. Truss gua buka celana gua dan gua keluarin “adek” gua yang udah lumayan tegang. Pas dia ngeliat, dia agak kaget. Soalnya dulu kita pernah mandi bareng pas
    “punya” gua masih kecil. Sekarang kan udah gede donk. Gua tanya ama dia,
    “berani untuk ngisep punya gua gak? ntar punya elo juga gua isepin deh, kita pake posisi 69″ “69… apa’an tuh?” tanyanya. “Posisi di mana kita saling mengisap dan ngejilatin punyanya partner kita pada saat berhubungan.” jelas gua.
    “Oooo…” Langsung gua ngebuka celana dia dan CDnya dia. Kita langsung ngambil posisi 69.

    Gua buka belahan vaginanya dan terlihatlah klentitnya seperti bentuk kacang di dalem vaginanya itu. Ketika gua sentuh pake lidah, dia mengerang, “Ahhhh… kakak nyentuh apanya sih kok enak bgt….” tanyanya. “Elo mestinya ngejilatin dan ngisep punya gua donk. Masa elo doank yang enak,” kata gua. “Iya kak, abis takut dan geli sih…” jawabnya. “Jangan bayangin yang bukan-bukan dong. Bayangin aja keenakan elo,” kata gua lagi. Saat itu juga dia langsung menjilat punya gua. Dia ngejilatin kepala anu gua dengan perlahan. Uuhhh…. enak bener.

    Truss dia mulai ngejilatin seluruh dari batang gua. Lalu dia masukkin punya gua ke mulutnya dan mulai menghisapnya. Ooohhhh…. gila bener. Dia ternyata berbakat. Isepannya ngebuat gua jadi hampir keluar. “Stop… eh, Din, stop dulu,” kata gua. “lho knapa?” tanya nya. “T ahan dulu ntar gua keluar,” jawab gua. “Lho emang kenapa kalo keluar?” tanyanya lagi. “Ntar game over,” kata gua. Ternyata adek gua emang belom ngerti masalah seks. Bener-bener polos. Akhirnya jelasin kenapa kalo cowo udah keluar gak bisa terus pemainannya. Akhirnya dia mulai mengerti. Posisi kita udah gak 69 lagi, jadi gua aja yang bekerja. Kemudian gua terusin ngisepin vaginanya dan klentitnya. Dia terus menerus mendesah dang mengerang.

    “Kak Iwan… terus kak… disitu… iya disitu… oohhhhh…. ssshhhh….” Gua terus menghisap dan menjilatinya. Dia menjambak rambut gua. Sambil matanya merem melek. Akhirnya gua udah dalam kondisi fit lagi (tadi kan kondisinya udah mo keluar).
    Gua tanya sama adek gua, “Elo berani ML gak?” “…” dia diem. “Gua pengen ML, tapi terserah elo… gua gak maksa,” kata gua.
    “Sebenerya gua takut. Tapi udah kepalang tanggung nih…. gua lagi on air,” kata dia.
    “Ok… jadi elo mau ya?” tanya gua lagi. “…” dia diem lagi.
    “Ya udah deh, kayanya elo mau,” kata gua. “Tapi tahan sedikit. Nanti agak sakit awalnya. Soalnya elo baru pertama kali,” kata gua.
    “…” dia diem aja sambil menatap kosong ke langit-langit. Gua buka kedua belah pahanya lebar-lebar. Keliatan bibir vaginanya yang masih sempit itu. Gua arahin ke lobang vagina nya. Begitu gua sentuhin pala anu gua ke vaginanya, Dina menarik nafas panjang, dan keliatan sedikit mengeluarkan air mata.


    “Tahan ya din….” Langsung gua dorong anu gua masuk ke dalem vaginanya. Tapi masih susah, soalnya masih sempit bgt. Gua terus nyoba mendorong anu gua… dan… bleesss… Masuk juga pala anu gua. Dina agak teriak,
    “akhhh sakit kak….” “Tahan ya Din…” kata gua. Gua terus mendorong agar masuk semua. Akhirnya masuk semua anu gua ke dalam selangkangan adek gua sendiri.

    “Ahhh… kak… sakit kak… ahhhh.” Setelah masuk, langsung gua goyang maju mundur, keluar masuk vaginanya. “Ssshhh… sakittt kakk…. ahhh… enak… kak, terussss… goyang kakk…” Dia jadi mengerang tidak keruan. Setelah beberapa menit dengan posisi itu, kita ganti dengan posisi dog style. Dina gua suruh nungging dan gua masukkin ke vaginanya lewat belakang. Setelah masuk, terus gua genjot. Tapi dengan keadaan dog style itu ternyata Dina langsung mengalami orgasme. Terasa sekali otot-otot di dalam vaginanya itu seperti menarik anu gua untuk lebih masuk.

    “Ahhhhh… ahhha… gua lemess bgt… kak,” rintihnya dan dia jatuh telungkup. Tapi gua belom orgasme. Jadi gua terusin aja. Gua balik bad annya untuk tidur terlentang. Truss gua buka lagi belahan pahanya. Gua masukkin anu gua ke dalam vaginanya. Padahal dia udah kecapaian. “Kak, udah dong. Gua udah lemes…” pintanya. “Sebentar lagi ya…” jawab gua. Tapi setelah beberapa menit gua genjot, eh, dianya seger lagi.

    “kak, yang agak cepet lagi dong…” katanya. Gua percepat dorongan dan genjotan gua.
    “Ya… kaya… gitu dong… sssshh… ahhh.. uhuuh,” desahannya makin maut aja. Sambil ngegenjot, tangan gua meraba-raba dan meremas toketnya yang mungil itu. Tiba-tiba gua seakan mau meledak, ternyata gua mo orgasme.
    “Ahhh, Din gua mo keluar…. ahhh…” Ternyata saat yang bersamaan dia orgasme juga. Anu gua sperti dipijat- pijat di dalem. Karena masih enak, gua ngeluarinnya di dalem vaginanya.

    Ntar gua suruh minum pil KB aja supaya gak hamil, pikir gua dalam hati. Setelah orgasme bareng itu gua cium bibirnya sebentar. Setelah itu gua dan dia akhirnya ketiduran dan masih dalam keadaan bugil dan berkeringat di kamar gara-gara kecapaian. Ketika bangun, gua denger dia lagi merintih sambil menangis.
    “Kak, gimana nih. Punya gua berdarah banyak,” tangisnya. Gua liat ternyata di kasurnya ada bercak darah yang cukup banyak. Dan vaginanya agak sedikit melebar.


    Gua kaget ngeliatnya. Gimana nih jadinya?
    “Kak, gua udah gak perawan lagi ya?” tanyanya. “…” gua diem aja. Abis mo jawab apa. Gila… gua udah merenggut keperawanan adek gua sendiri. “Kak, punya gua gak apa-apakan?” tanyanya lagi.
    “Berdarah begini wajar untuk pertama kali,” kata gua. Tiba-tiba, gara-gara ngeliat dia gak pake CD dan memperlihatkan vaginanya yang agak melebar itu ke gua, anu gua “On” lagi. Gua elus-elus aja vagina adek gua itu. Truss gua suruh dia tiduran lagi.

    “Mo diapain lagi gua kak?” tanyanya. “Nggak, gua pengen liat apa punya elo baik-baik aja,” kata gua sambil bohong, padahal gua pengen menikmati lagi. Pas dia tiduran, gua buka belahan vaginanya. Emang sih jadi lebih lebar dan masih ada sisa sedikit darah mengering. Gua cari klitorisnya, gua jilatin lagi.
    “Kak, jangan dong. Masih perih nih,” larangnya. Yaaa… kok dia udah gak mau lagi. “Ya udah deh, kalo masih perih,” kata gua. Gua bingung nih, gua masih pengen lagi, tapi adek gua udah keburu gak mau.

    Sakit banget kali ya, pertama kali begituan. Ya udah deh, gua ajak mandi bareng aja siapa tau kalo udah seger nanti dia mau lagi. “Kita mandi bareng aja yuk,” pinta gua.
    “Ayo…” kata Dina. Kita mandi di kamar mandi adek gua. Gua idupin air shower yang anget. Wuihhh, nikmat banget pas kena air anget. Abis cape ML ama adek sen- diri, mandi air anget. Di bawah pancuran shower, gua pertama-tama ngambil posisi berada di belakangnya.

    Truss gua mulai nyabunin bela- kang tubuhnya. Setelah belakangnya selesai semua, masih dalam posisi gua di belakangnya, gua mulai nyabunin bagian depannya, mulai dari perut ke atas. Pas sampe bagian toketnya gua sabunin, dia mulai meng- gelinjang dan mendesah lagi. Gua ciumin bagian belakang lehernya sambil terus nyiumin leher adek gua itu. Puting adek gua, gua pilin- pilin pake ujung jempol dan ujung telunjuk.

    Eh, pada waktu gua nyabunin toket imutnya itu tangan dia menyentuh dan mulai meraba-meraba tubuh gua dan berusaha mencari punya gua. Begitu tersentuh punya gua langsung digenggam dan dipijat-pijat. Tangan gua yang satu lagi mulai bergerilya ke daerah selangkangannya. Dengan bermodalkan sabun, gua mulai nyabunin bagian vagina adek gua itu. Pertama, gua usap dari luar bibir vaginanya, lalu jari gua mulai mencoba masuk mencari klitorisnya. Adek gua tiba-tiba ngomong lagi tapi masih dalam keadaan kenikmatan karena masih gua ciumin lehernya dan putingnya gua pilin-pilin.

    “Kak, sshhh… Jangan dulu donk. Sshttss… ahhh…” erangnya. Ya udah, gua gosok-gosok aja dari luar. Ternyata belom lama setelah gua gosok-gosok itu ternyata adek gua orgasme.
    “Aahhh… ah…” dia merintih keenakan dan dia langsung lemas. Setelah dia orgasme itu, gua minta dia untuk memainkan anu gua pake tangannya. Dengan memakai sabun dia mengocok anu gua. Enak banget. Tangannya yang kecil itu menggenggam anu gua erat sekali. Akhirnya tak lama kemudian gua keluar juga. Selesai itu, kita langsung keluar kamar mandi. dan gua keluar dari kamarnya.

    Kini kami telah tumbuh dewasa dan telah memiliki pasangan masing-masing, dan beruntung bagi adekku mendapatkan seorang pria yang sangat mencintainya, dan gua juga sudah menikah dan dikaruniai seorang putra. Adek gua juga sudah memiliki seorang anak, hasil dari hubungan gelap kami, tetapi tidak ada seorangpun yang tahu selain kami berdua, karena pada saat itu, suaminya pergi keluar negeri selama 1 bulan dan pada saat itu kami ML setiap hari sampai dia mengandung anak gua.

  • Kisah Memek Terpanas Mahasiswa Terbaru

    Kisah Memek Terpanas Mahasiswa Terbaru


    2249 views

    Duniabola99.com – Kelebihan yang patut aku syukuri ini tidak membuat aku menjadi seorang yang haus akan pertualangan cinta. Mungkin karena aku berasal dari sebuah keluarga sederhana dan senantiasa menjalankan norma-norma agama membuatku agak pemalu serta tertutup akan masalah-masalah yang berbau seks.

    Kisahku ini diawali dengan perkenalanku pada seorang gadis asal kota M, yang kebetulan berlibur dikota L. Namanya Meli, dia masih duduk dikelas ii SMU pada sebuah sekolah bergengsi di kotanya. Dari awal melihatnya aku sudah begitu tertarik, bagaikan terhipnotis pada pandangan pertama. Kulitnya yang kuning langsat dan tubuh yang tinggi semampai sangat menarik hatiku. Apalagi bila dia tersenyum, lesung di pipinya membuat dia semakin mempesona dimataku. Hal ini belum pernah kualami sebelumnya, yang biasanya aku cuek dengan yang namanya wanita harus membuat pengecualian untuk yang satu ini.

    Singkat cerita setelah beberapa hari kami berkenalan dan beberapa kali berjumpa, dia telah menjadi pacarku yang sangat kucintai. Banyak persamaan pada diri kami hingga kami cepat merasa cocok. Dengan pengalaman-pengalaman akan seluk-beluk pacaran, kujalani hari-hariku bersama Meli sebatas peluk dan cium pipi saja. Mungkin hanya ini keberanian yang dapat kulakukan sebagai awal masa pacaran. Hingga pada suatu malam (tepatnya malam minggu) karena keadaan cuaca mendung kuajak Meli untuk mengunjungi tempat kostku, dan kebetulan akupun hanya sendiri ditempat itu. Di kamarku kami hanya duduk-duduk mendengar musik dan saling bertukar cerita tentang pengalaman masing-masing. Entah dari mana keberanian itu datang, aku mencoba duduk lebih dekat dengan Meli yang pada saat itu sedang membolak-balik sebuah majalah remaja di atas ranjangku. Lalu dalam keadaan hening seperti itu, Melipun kelihatan salah tingkah dan untuk menutupinya dia sengaja mengikuti irama musik Paint my love-nya Michael Learns to Rock yang telah mengalun sejak tadi. Hokibet

    Sejenak kupandangi wajahnya yang ayu dengan kulit muka putih kemerahan, lalu kuraih dagunya hingga dia berpaling ke wajahku, kukecup keningnya sambil kukatakan “Aku sayang kamu Meli”, dia hanya diam dengan mata yang sedikit sendu. Ingin rasanya aku mencium bibirnya seperti pernah kulihat pada film-film barat dan Blue film tapi semakin kubayangkan hal itu semakin kencang rasanya detak jantung ini. Dengan sedikit berhati-hati kuberanikan diri untuk mengecup bibirnya. Meli hanya diam dan sedikit memejamkan matanya. Dengan hati yang tidak karuan ini kuciumi hidungnya lalu perlahan-lahan turun ke bibirnya dan kuhisap pelan-pelan. Tanpa kuduga diapun membalas lumatan bibirku sambil sedikit bergeser dan memeluk diriku. Sungguh nikmat rasanya, rangsangan hebat yang belum pernah kurasakan. Sekian lama kami berpaut bibir, perlahan-lahan kuturunkan kecupanku ke lehernya dan kurebahkan dia hingga tidur telentang. Hingga saat kutindih Meli mendesah-desah bagai orang kehabisan nafas. Secara reflek pula tanganku menyentuh dua buah bukit kenyal dan langsung kuremas perlahan-lahan.

    Udara dingin dan situasi seperti ini membuatku tidak bisa lagi menahan rangsangan hebat di dalam diri ini, tanganku mulai bergerak menarik baju Meli yang dia masukkan ke dalam roknya, lalu kusingkap hingga terlihat kulit perut yang putih bersih dan pusar yang indah. Kukecup dan kujilati tengah perutnya hingga Meli terengah-engah, dan tanpa kusuruh dia langsung membuka bajunya sendiri. Begitu terpana aku dengan pemandangan asing seperti ini, dua buah bukit yang ditutupi BH tipis membuatku terdiam beberapa saat, tapi Meli yang sudah terangsang hebat nampaknya mulai menyerangku dengan memeluk dan menciumku serta perlahan-lahan melepas satu persatu kancing bajuku. Setelah bajuku ditanggalkan lalu dia mulai mengecup dadaku dan menjilat perutku yang ditumbuhi bulu-bulu halus dialurnya. Kenikmatan luar biasa yang tak pernah kualami hingga penisku yang sejak tadi mengeras rasanya telah lembab oleh keringat dingin kenikmatan.


    Perlahan-lahan kuraih wajahnya dan langsung kulumat bibirnya, permainan lidahpun sedikit demi sedikit mulai kujalani dengan agak kaku. Kemudian kupeluk dirinya sambil tanganku melepas kait BH yang menutupi dua buah bukit kembarnya. Setelah keadaan kami telanjang bagian atasnya, bagaikan hilang kesadaran langsung kuciumi daging kenyal yang ujungnya sedikit kemerah-merahan itu, dan penisku pun kugesek-gesekkan pada alat kelaminnya yang masih terhalangi rok. Biarpun kami tidak membuka celana kami masing-masing tapi gesekan itu membuat pelukan kami semakin menguat dan akupun semakin tak bisa menahan diriku lagi, hingga beberapa saat kemudian cairan sperma keluar membasahi celana dalamku dan dalam sekejap tercium bau sperma. Melipun tampaknya tahu akan hal itu dan Iapun tersenyum, katanya sih.. seperti bau aroma bayclean (cairan pemutih kain). Melipun menolak tawaranku untuk memuaskan dirinya, agar kami sama-sama puas. Mungkin karena malu dan menganggap kejadian ini hanya reflek belaka. Setelah dia kuantarkan pulang, akupun mulai membayangkan kejadian yang baru saja kualami, dan akupun berpikir begitu cepatnya aku klimaks hanya karena gesekan saja. mungkin juga karena hal ini adalah pertama sekali aku melakukannya.

    Setelah masa liburannya habis, kemudian dia pamit padaku dan pulang kembali ke kota asalnya M. Kenangan manis itu membuat kami selalu diliputi rasa rindu, Interlokal, surat-menyurat adalah obat bagi kerinduan kami. Perkenalan dengan orang tuanya pun semakin membuat hatiku yakin akan memilikinya, begitu juga dengan Meli orang tuaku pun telah kuperkenalkan padanya. Pada saat itu kurasakan tiada halangan lagi bagi kami untuk menyatu seutuhnya. Hingga suatu saat musibah itu datang, Meli meninggal dunia setelah sebulan aku diwisuda untuk program D3. Sungguh pilu hatiku saat itu, kepergiannya yang tak terduga telah meninggalkan kenangan indah semenjak dia menjalani masa-masa indah denganku. Sudah 6 bulan berlalu hingga saat sekarang kutuliskan kisahku, masih terbayang kesan-kesan manis yang kujalani bersama Meli. Maafkan aku Meli, semoga engkau tenang dialam sana.




  • Kisah Memek Tetangga Ku Entot Akibat Aku Intip

    Kisah Memek Tetangga Ku Entot Akibat Aku Intip


    5624 views

    Cerita Sex ini berjudul ” Tetangga Ku Entot Akibat Aku Intip ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2018.

    Duniabola99.com – Aku adalah seorang karyawan yang bekerja di Perusahaan Multimedia, sedangkan istriku adalah sales sebuah produk jamu dari Madura. Kami telah dikaruniai seorang anak laki-laki berusia 6 tahun yang sudah duduk di kelas 1 SD.

    Di depan rumahku tinggallah pasangan muda suami istri yang telah memiliki seorang putra berusia 4 tahun yang diasuh oleh seorang pembantu yang datang jam 7 pagi pulang jam 4 sore. Tetanggaku ini adalah seorang wiraswasta bidang percetakan sedangkan istrinya adalah karyawati di sebuah instansi.

    Dari cerita yang pernah mereka ucapkan, dulu mereka pernah mengikuti suatu aliran yang sangat fanatik, itulah sebabnya istri tetanggaku ini selalu mengenakan jilbab lebar yang selalu menutupi kepala dan dadanya dan juga selalu mengenakan pakaian longgar yang panjang sampai ke mata kaki.

    Dari cerita istriku, kuketahui bahwa sang istri sangat memperhatikan masalah hubungan suami istri untuk menjaga keharmonisan rumah tangga mereka. Hal ini karena istri tetanggaku ini merupakan pelanggan tetap istriku dalam membeli jamu dari Madura, terutama jamu yang berhubungan dengan hubungan suami istri seperti “sari rapet”, “Pria perkasa” ataupun jamu lainnya yang selalu berhubungan dengan hubungan suami istri.

    Walaupun selalu mengenakan jilbab lebar, tetap saja tidak bisa menutupi kecantikan, keanggunan dan putihnya kulit istri tetanggaku ini, sehingga aku sering membayangkan bagaimana keadaan tubuhnya bila tidak mengenakan busana, pastilah sangat seksi dan sangat menggairahkan.

    Disamping sebagai seorang wiraswasta, tetanggaku ini aktif di sebuah LSM yang memperhatikan perkembangan perekonomian masyarakat. Karena persaingan bisnis yang semakin ketat, akhirnya usaha tetanggaku ini bangkrut, dan akhirnya ia lebih memfokuskan diri untuk mengeluti LSM yang ia ikuti. Dan ternyata di LSM yang digelutinya ini, ia mendapatkan kepercayaan untuk mengawasi pencairan dana masyarakat di luar kota dengan honor yang lumayan untuk menghidupi keluarganya. Sehingga ia harus kerja di luar kota dan seminggu sekali baru pulang ke rumah.

    Pada suatu hari istriku berkata bahwa komputer tetanggaku bermasalah dan minta tolong padaku untuk segera memperbaikinya, sebab tidak mungkin harus menunggu suaminya pulang dan lagi pula banyak pekerjaan mendesak yang harus dikerjakannya. Dan katanyanya walaupun ia sedang ada dikantor, aku dipersilahkan untuk memperbaiki komputer di siang hari, sebab ada pengasuh anaknya di rumah.

    Obsesiku terhadap istri tetanggaku ini seperti mendapat peluang. Aku menyanggupi untuk memperbaiki komputernya.

    “besok akan ku kerjakan..” kataku pada istriku.

    Keesokan harinya sebelum aku ke rumah tetanggaku, aku persiapkan beberapa spy cam (“Kamera pengintai”) ukuran kecil tanpa kabel yang aku hubungkan ke komputerku.


    Ternyata sistem operasi komputer tetanggaku ini bermasalah, maka harus ku install ulang supaya normal kembali. Pada saat penginstallan sedang berlangsung, aku menanti pengasuh tetanggaku ini lengah atau keluar memberi makan asuhannya. Saat pengasuh anak tersebut keluar, maka kugunakan kesempatan ini untuk masuk ke kamar tetanggaku dan meletakkan 2 buah spy cam ditempat yang tepat dan tersembunyi yang bisa menangkap aktivitas tempat tidur dan sekitarnya.

    Setelah perbaikan sistem operasi komputer tetanggaku selesai, aku segera pulang dan menyalakan komputer untuk mengetes apakah spy cam yang aku letakkan berfungsi dengan baik. Dan ternyata alat kecil memang benar-benar canggih, selain bentuknya kecil dan tanpa kabel, ternyata daya tangkap gambarnya pun nyaris sempurna dan yang lebih canggihnya lagi adalah kemampuannya melakukan zoom.

    Mulailah pada jam-jam tertentu aku memantau keadaan kamar tersebut. Dari hasil pantauan tersebut, tedapat beberapa moment yang aku rekam, diantaranya merekam tubuhnya yang sedang telanjang bulat dan berlenggang lenggok didepan cermin sehabis mandi, merekam kegiatan dirinya yang sedang terangsang di malam hari pada saat suaminya di luar kota, bahkan sempat ku rekam bagaimana ganasnya ia di tempat tidur pada saat suaminya pulang dari luar kota.

    Rupanya dibalik keanggunan dan kealiman penampilan luar istri tetanggaku ini, ternyata dalam berhubungan suami istri dia sangat ganas dan binal membuat suaminya kewalahan, dan sering kali terlihat dia masih bernafsu tetapi suaminya sudah ambruk dan akhirnya dia hanya bisa gelisah tidak bisa diam melihat suaminya tidur kecapaian.

    Akhir-akhir ini kesibukan tetanggaku ini semakin padat, sehingga jadwal kepulangannya menjadi tak menentu, terkadang dua minggu sekali bahkan pernah sampai dua bulan baru pulang. Bahkan pernah secara bercanda istri tetanggaku ini berkata pada istriku :

    “Bu…, saya mah jablay…(jarang dibelai maksudnya) “

    “Kenapa gitu ?” tanya istriku pada.

    “Habis si Bapak jarang pulang, dan kalo pulangpun hanya satu malam setelah itu pergi lagi.. Saya mah punya suami… tapi jarang sekali bermesraan “ katanya dengan nada sedih.

    Pada suatu hari, istriku cerita padaku bahwa pada tadi siang ketika istriku bertamu ke tetanggaku, dia melihat istri tetanggaku sedang menangis. Dan ketika ditanya mengapa, istri tetanggaku menjawab terisak “Si Bapak, tadi malam pulang, tapi belum ngapa-ngapain dia sudah pergi lagi dengan temannya malam itu juga dan sampai sekarang belum pulang. Padahal saya lagi pingin-pinginnya..”

    Mendengar cerita istriku, aku menjadi tergoda untuk mengisi kekosongan kasih sayang ini. Tapi bagaimana caranya? dan tak mungkin aku dapat menggoda seorang istri yang selalu taat menjalankan perintah agama. Apalagi dia selalu mengenakan jilbab dan tidak pernah memberi kesempatan kepada bukan muhrimnya untuk berbicara bebas dengannya.

    Akhirnya aku punya ide untuk mengancamnya akan menyebarkan video rekaman dirinya yang sedang telanjang dan yang sedang berhubungan dengan suaminya. Rekaman tersebut aku simpan di CD.

    Pada malam hari ketika istriku sudah tidur, kuletakkan CD rekaman tersebut di depan pintunya dan kuhubungi HP istri tetanggaku ini dari HP-ku dengan menggunakan nomor yang baru kubeli siang tadi


    “Bu…, Coba ibu buka pintu depan dan ambil amplop yang tersimpan dibawah pintu, sekarang..! Isinya adalah CD berisi video rekaman yang harus ibu tonton di komputer” kataku memerintah tanpa memberi kesempatan padanya untuk bertanya siapa yang menelepon.

    Aku mengintip dari dalam rumahku, tak lama kemudian aku melihat pintu depannya terbuka, kemudian dia keluar dengan jilbab lebar dan baju longgar yang biasa dikenakan kemudian melihat keadaan sekitarnya, lalu setelah yakin tidak ada seorangpun, lalu dia melihat ke bawah dan mengambil amplop yang aku simpan dan dengan tergesa-gesa pintu itupun dia tutup kembali.

    Kira-kira setengah jam kemudian, HP-ku bunyi dan setelah kulihat ternyata istri tetanggaku menghubungiku. Begitu aku tekan tombol terima, langsung terdengar suara serak seperti orang yang sangat marah tapi tak berdaya

    “Anda siapa ? Dan apa maksudnya memperlihatkan video ini pada saya ? “ tanyanya.

    “Saya hanyalah seorang penggemar berat ibu. Dan saya ingin semua orang tahu bahwa tubuh ibu sangat menggairahkan dan ibu sangat binal dan ganas di tempat tidur” jawabku santai.

    “Apa maksudnya…?” katanya dengan nafas yang mulai tersekat

    “Akan saya perbanyak CD ini dan akan saya bagikan ke setiap rumah di lingkungan ini, juga akan kirim ke internet agar orang sedunia tahu apa dan bagaimana ibu. “ jawabku masih dengan nada santai dan kalem.

    “Ja…jangan…jangan…!” potongnya mulai gugup.

    “Apa yang sebenarnya kamu inginkan…, mau uang…? Berapa…?” katanya memelas dan suara melemah.

    “Saya nggak mau uang…” jawabku

    “Lalu apa..?” susulnya

    “Saya hanya ingin bisa menikmati tubuh ibu yang sangat menggairah…” kataku menggodanya.

    “Tidak mungkin …..Aku nggak sudi….”

    “Ya…nggak apa-apa.. Tapi ibu jangan kaget kalau esok hari semua tetangga akan ribut karena memiliki rekaman tersebut..” jawabku mengancam

    “jangan…jangan dilakukan ….tolonglah kasihani saya…” katanya lagi memelas

    “Tidak akan saya lakukan…asal ibu memenuhi keinginan saya” kataku lagi.

    Lama dia tidak menjawab…

    Dan akhirnya…

    “Baiklah… saya menyerah…, tapi kumohon…. Kamu harus menghapus semua rekaman ini “ katanya dengan nada yang sangat berat dan pasrah karena kalah

    “Baiklah…, sekarang ibu harus membuka pintu depan, kemudian ibu harus menunggu saya di kamar ibu. Kalu tidak ibu lakukan maka saya tidak akan datang” jawabku memberikan perintah.

    Tak lama kemudian, kulihat pintu depan terbuka sedikit dan beberapa menit kemudian kulihat dimonitor bahwa dia telah ada di dalam kamar dan duduk gelisah diatas kasur menunggu apa yang akan terjadi.

    Kumatikan komputerku dan aku keluar rumah secara mengendap-ngendap menuju rumah tetanggaku melalui pintu depan yang terbuka, kemudian kututup dan kukunci. Lalu dengan perasaan deg-degan aku menghampiri kamarnya kubuka pintunya dan kututup kembali serta kukunci. Begitu melihatku dia langsung berdiri dan berkata kaget dan marah

    “Ohh..ternyata bapak..! Kenapa bapak melakukan ini padaku. Apa bapak tak takut kalau saya laporkan ke istri bapak ?” Ancamnya

    “Laporkan saja dan saya akan menyebarkan rekaman itu. Yang paling rugi kan bukan saya, tapi ibu sendiri ?” jawabku menekannya

    “Jadi gimana ? mau batal ?” sambil aku membalikkan badan seolah-olah akan keluar kamar.

    “Jangan…saya menyerah…” katanya pelan dan terisak meneteskan air mata.

    “Baiklah kalau begitu…” kataku sambil menghampirinya.

    Dia duduk mematung di pinggir tempat tidur ketika kuhampiri. Aku duduk disampingnya, dia menggeserkan badannya seperti yang ketakutan, tapi aku menahannya sambil berkata


    “Ingat, jika ibu tidak melayaniku malam ini, maka ancamanku akan kulaksanakan !” kataku mengancam. Akhirnya dia diam dengan badan menggigil ketakutan dan mata yang terpejam.

    Tangan kananku memeluknya dari belakang. Kudekatkan wajahku ke wajahnya. Dia masih memejamkan matanya. Ohhh betapa cantik wajahnya, bibirnya yang tipis dan basah menggodaku untuk menciumnya

    Dia diam saja mematung, bahkan badannya terasa sangat dingin. Tapi aku tak peduli, aku terus mengulum bibirnya yang tertutup rapat dan terkadang lidahku menjilati bibirnya. Dia mulai bereaksi tapi hanya sekilas setelah itu dia tetap diam sambil memejamkan mata.

    Tanganku membuka jilbab lebar yang ia kenakan dan melemparkannya ke lantai, maka tampaklah rambut indah dengan leher jenjang merangsang menopang wajahnya yang terlihat sangat cantik dan menggemaskan, walaupun dengan mata terpejam dan ekspresi wajah yang tegang.

    Bibirku mulai menciumi dagu, pipi, dan seputar lehernya yang sangat merangsang, beberapa kali kurasakan ada reaksi dari dirinya dengan keluarnya keluhan dari mulutnya.

    “Euh….euh….”

    Hanya segitu, lalu dia diam lagi seperti sedang bertahan untuk tidak tergoda atas rangsangan yang kulakukan pada dirinya. Lalu tanganku menarik seleting baju panjang yang terdapat dipunggungnya dan bajunya kutarik ke bawah, tampaklah tubuh putih mulus yang harum dengan buah dada yang montok terhalang oleh BH yang masih menahannya agar tidak tumpah. Kutarik pengait BH hingga BH tersebut terlepas dan kulemparkan ke lantai, maka tampaklah buah dada yang benar-benar montok menggairahkan tergantung bebas dihadapanku.

    Badannya semakin kaku, kudorong paksa agar dia berbaring di kasur, lalu dengan tergesa-gesa karena bernafsu tanganku mulai meremas buahdada indah tersebut yang kiri dan kanan secara bergantian.

    Ouh… betapa mengasyikkan dan puasnya dapat mempermainkan buah dada dari seorang wanita yang biasanya tertutup baju longgar dan jilbab yang lebar. Mulutku mulai menjilati dan menciumi seluruh permukaan kulis halus di sekujur tubuh terbukanya. Terkadang disertai dengan kecupan serta hisapan yang mengasyikan. Dan akhirnya bibirku menuju buah dadanya . Buah dada sekal dan montok itu aku hisap dan gigit-gigit gemas penuh nafsu, kemudian aku kebagian puting susunya yang sudah mulai tegak menantang. Kupilin-pilin dengan bibir dan lidahku..

    “Ouh…ouh…euh…..euh… ssstt…hhhssstttt…” Erangan halus dan desis nikmat keluar dari mulutnya tanpa disadarinya

    Tapi segera diam kembali setelah dia menyadarinya apa yang sedang terjadi. Tampak sekali terjadi pergulatan batin yang sangat hebat antara mempertahankan harga diri dan kehormatan melawan gairah nafsu yang sudah mulai bangkit mempengaruhinya. Hal ini tampak dari gerakan tubuhnya mulai menggelinjang dan merespon setiap sentuhan dan rangsangan yang kuberikan padanya. Peperangan antara rasa terhina dan rasa nikmat yang ia terima demikian hebatnya sehingga tampak dari keringat yang mulai bercucuran dari tubuhnya.

    Badan dan tubuhnya sangat menikmati rangsangan yang kuberikan tetapi pikirannya melarang untuk merespon, sehingga reaksi yang diberikan menjadi tidak konstan, terkadang melenguh menikmati dan terkadang lagi diam mematung tidak memberikan respon atas rangsangan yang kuberikan padanya. Tapi aku terus memberikan rangsangan-rangsangan kenikmatan padanya dengan terus memilin dan meremas buah dadanya yang indah.

    Usahaku memberikan hasil. Dia menjadi lebih sering mendesah dan melenguh menahan nikmat yang dirasakan, walaupun dengan malu-malu sambil tetap berusaha menjaga harga dirinya agar tidak jatuh dihadapanku.

    “Ouh… oohh…ouh….” Erangan nikmatnya menjadi lebih sering kudengar.

    Kedua tangannya mencengkram kasur dengan sangat kuat hingga urat-urat halus tangannya menonjol menandakan bahwa dia sedang dilanda kenikmatan dan rangsangan birahi yang teramat sangat.

    Aku mulai menanggalkan baju longgarnya dari tubuhnya dan menjatuhkannya kelantai. Mataku nanar diliputi nafsu yang semakin menggebu melihat tubuh bugil merangsang di hadapanku yang hanya menyisakan CD yang menghalangi keindahan vaginanya. Lalu kutanggalkan CD yang menghalangi pemandangan indah ini. Dan…. Terpampanglah tubuh telanjang yang benar-benar indah membangkitkan gelora birahi yang semakin tak tertahankan. Penisku semakin tegang melihat pemandangan itu

    Tanpa membuang waktu, aku menciumi kedua paha indah yang putih, mulus serta harum ini. Kugunakan lidahku untuk mengulas semua permukaan paha baik yang kiri maupun yang kanan secara bergantian.

    Erangannya menjadi semakin nyaring dan sering

    “Ouh…ohhh…Pak…ouh….ouh…” rupanya rasa malu dan marahnya sudah semakin kalah oleh rasa nikmat yang kuberikan.

    Bibir dan lidahku, lalu naik keatas kebagian selangkangannya yang menjanjikan berjuta-juta kenikmatan. Vagina itu begitu indah dikelilingi oleh rimbunnya jembut hitam nan halus. Kujilati jembut indah itu. Dia mengerang keras….

    ”Aaahh….ohhh”

    Badannya mulai bergetar seperti dialiri listrik, mulutnya ternganga dengan nafas seperti tertahan, lalu

    “Aahhh…ouh….ouh…” erangannya semakin keras menandakan bahwa harga dirinya semakin kalah oleh rasa nikmat yang kuberikan

    Kusibakkan bibir vagina yang menutupi liang vagina indahnya, terlihatlah lorong sempit memerah yang basah berlendir. Lidahku terjulur untuk mengkait-kait lorong itu. Badannya semakin bergetar dan erangannya sudah berganti menjadi jeritan-jeritan tertahan.

    “Aahh….Aahhh….Ouhh…nikmat…ouh….” mulutnya mulai meracau.


    Jempol tangan kananku tak diam, kugunakan untuk menekan dan memutar-mutar klentitnya yang semakin menonjol keras. Gerakannya sudah semakin menggila dan tangannya sudah tak malu-malu lagi mengusap dan menekan-nekan kepalaku agar lebih dalam memasukkkan lidahku kedalam liang vaginanya kurasakan semakin berkedut.

    “Aahh…aahhh… ouh…. Pak….ouh…..terusssss…ouh…” jeritannya semakin keras, pantatnya semakin maju menekan wajahku…

    Akhirnya dengan tak sabar kedua kakinya dia naikkan keatas pundakku dan menjepit leherku dengan keras sambil melonjak-lonjak tak karuan dan menjerit-jerit menjemput nikmat yang bertubi-tubi datang padanya hingga akhirnya ia menjerit panjang

    “Aaaaaaahhhhh…………….” Badannya melenting, pantatnya terangkat dan tangannya mencengkram kaku di kepalaku serta kakinya semakin keras menjepitku seperti tang raksasa .

    Lalu beberapa detik kemudian pantatnya berkedut-kedut dan liang vaginanya berkontraksi sangat hebat dan melamuri lidahku dengan cairan kenikmatan.

    Dan setelah itu badannya terhempas ke kasur, cengkraman tangannya dikepalaku melemah demikian juga dengan jepitan kakinya di leherku. Setelah itu yang kudengar adalah helaan nafas yang tersengal-sengal seperti orang baru selesai melakukan lari sprint 100 meter.

    Tanpa dia kehendaki, istri tetanggaku ini telah mengalami orgasme yang sangat hebat yang aku berikan dalam sesi pemanasan ini.

    Aku berdiri dipinggir kasur, kuperhatikan bahwa matanya terbuka dengan pandangan yang menggambarkan orang yang baru saja mendapatkan kenikmatan orgasme.

    “Bagaimana bu ? Enak khan..?” tanyaku menggodanya

    Dia hanya diam dan membuang muka, tapi dari wajahnya, kutahu dia tidak menampik dengan apa yang kuucapkan padanya. Dia hanya membuang muka…. malu….

    Aku mulai menanggalkan seluruh pakaian yang kukenakan. Kini akupun sudah telanjang bulat. Aku naik ke tempat tidur dan merangkak menghampiri dirinya, sambil berbisik

    “Sudahlah..Bu…, tak perlu malu…., nikmati saja…. Apalagi yang Ibu pertahankan dariku ? Semua bagian tubuh Ibu yang paling rahasiapun sudah aku jelajahi , bahkan Ibu sudah mendapatkan puncak kenikmatan orgasme yang akhir-akhir ini jarang Ibu dapatkan…” Kataku mempengaruhi pendiriannya , sambil kembali merangsang dirinya dengan memberikan ciuman hangat pada bibirnya dan meremas buah dadanya yang tak membosankan untuk diremas dan dipilin-pilin.

    Rupanya kata-kataku mempengaruhi pendiriannya sehingga akhirnya dia membalas ciumanku dengan sangat ganas dan bernafsu ditambah lagi bahwa dirinya memang sudah terbakar nafsu berahi setelah sekian lama aku berikan rangsangan-rangsangan yang mengantarnya mencapai orgasme yang sangat hebat.

    Ciumannya padaku semakin panas dan menggairahkan, bahkan tangannya sudah berani meremas dan mengocok penisku yang sudah sangat tegang. Akhirnya badannku kuputar 180 derajat sehingga kepalaku yang berada di atas menghadap vaginanya dan wajahnya yang berada di bawah menghadap penisku.

    Kurengkuh pantatnya yang montok lalu kembali lidah dan bibirku mempermainkan vaginanya sekali lagi dengan cara yang berbeda. Kembali dia melenguh..

    “Ouh….ouh…..Aku tak tahan…aku tak tahan…Ouhhh” erangnya.

    Tak kupedulikan erangannya, aku terus menjilati dan menghisap vaginanya dan terkadang aku tusukkan lidahku kedalam liang vaginanya yang beraroma khas. Gerakan pantatnya semakin menjadi. Dan tiba-tiba aku merasa bibirnya mulai melumat penisku dengan penuh nafsu.

    Aku…melayang…dengan apa yang dia lakukan sehingga bibir dan lidahku diam bekerja…. Jilatan dan hisapan pada penisku semakin bervariasi

    “Ouhh….” Akupun melenguh nikmat..


    Aku takut. Bahwa pertahannanku akan bobol, maka aku konsentrasikan mengoral kembali vaginanya dengan ganas dan cepat. Dia menjerit…

    “Aaah…pak…aku tak tahan……aku tak tahan.. masukkan…. Sekarang auh…”

    Tak kupedulikan permintaannya, aku semakin bersemangat mengoral vagina indah ini. Tiba-tiba badannya menghentak menggulingkan tubuhku kemudian dia bangun , memutarkan badannya , kemudian dalam posisi menungging dia mengarahkan penisku yang sedang berdiri tegak ke arah liang vaginanya yang sudah sangat basah, lalu menekan pantatnya ke bawah dan…

    Blessshh….Penisku mulai memasuki liang vaginanya perlahan-lahan. Mataku nanar berkunang-kunang merasakan kenikmatan yang sukar ‘tuk dibayangkan. Perlahan-lahan pantatnya mulai turun naik, sementara kedua tangannya merengkuh pundakku dari belakang sambil bibirnya dengan penuh nafsu menciumi dan menghisap bibirku.

    Gerakan pantatnya semakin cepat, kepala sudah mulai terdongak sambil mengeluarkan nafas mendengus seperti orang orang yang sedang ‘pushup’

    “Ehh..euh…hekks…hekss…euh…” dengusan itu terus menerus keluar seiring dengan hempasan pantatnya menekan selangkanganku sehingga penisku seperti dikocok-kocok, dipelintir dan dihisap-hisap dengan sangat nikmat. Mataku terbeliak-beliak menahan nikmat yang tak terperi

    Merasa kakinya kurang nyaman, akhirnya istri tetanggaku meluruskan kakinya sehingga dia telungkup menindih tubuhku. Tangannya masih meraih pundakku sebagai pegangan dan buah dadanya ditempelkan pada dadaku. Kemudian kembali memaju mundurkan pantatnya agar vaginanya dapat bergesekan dengan penisku dan penisku dapat keluar masuk hingga sampai ke pangkalnya.

    Gerakannya semakin cepat, kedua kakinya mulai kejang-kejang lurus dan erangannya semakin memburu

    “ Ouh…hekss….heks…heks…”

    Dan akhirnya…dia kembali menjerit panjang

    “Aaaaaahhhhkkkks……….”

    Badannya kembali melenting terdiam kaku, mulutnya menggigit pundakku dan kedua tangannya menarik pundakku dengan sangat keras dan kaku, dan beberapa detik kemudian keluar helaan nafas panjang darinya seperti melepas sesuatu yang sangat nikmat…

    ”Ouhhhhhh…”

    Pantatnya berkedut-kedut, dan terjadi konstraksi yang sangat hebat di dalam vaginanya yang kurasakan sangat mencengkram kuat-kuat seluruh batang penisku dan diakhiri dengan kedutan-kedutan dinding vagina yang memijit penisku membuatku diriku melenguh menerima sensasi yang sangat nikmat dari vagina istri tetanggaku ini.

    “ohh….” Keluhku.

    Kedutan pantatnya makin lama makin melemah dan akhirnya tubuhnya ambruk menindih tubuhku

    Cukup lama dia menikmati sensasi orgasme sambil telungkup lemas diatas tubuhku. Kemudian mata terbuka menatapku sambil berkata

    “Sudah sangat lama ..aku tak merasakan sensasi orgasme yang demikian nikmat…makasih pak ! “ katanya sambil mengecup bibirku. Sudah hilang rasa malu dan marahnya padaku.

    Aku hanya tersenyum manis padanya sambil membalas kecupannya dengan menghisap bibirnya dalam-dalam.

    Kedua tanganku memeluknya dan meletakkan telapak tanganku pada kedua pundaknya yang masih telungkup menindih tubuhku. Lalu pantatku, kugerakan keatas dan kebawah sambil kedua tanganku menarik pundaknya kebawah membuat penisku yang masih tegang menggesek dinding vagina dan memberikan kenikmatan padaku dan padanya. Penisku dengan lancar keluar masuk liang vaginanya yang masih tetap sempit menjepit dan meremas-remas penisku dengan ketat. Sensasi kenikmatan mulai kembali menjalari seluruh urat syarafku dan akupun mulai mendengus nikmat

    “Ouhhh…ouhh…”

    Akibat gerakanku ini, membangkitkan kembali gairahnya yang baru saja mendapatkan orgasme dan gesekan-gesekan ini memberikan kenikmatan-kenikmatan padanya sehingga akhirnya pantatnya kembali bergerak maju mundur dan keatas kebawah meraih kenikmatan yang lebih.

    Dia kembali memompakan tubuhnya diatas tubuhku, dan gerakannya makin lama semakin cepat dan kembali erangan nikmat nya yang khas keluar dari mulutnya

    “Ehh..euh…hekks…hekss…euh…” dengusan itu terus menerus keluar seiring dengan hempasan pantatnya menekan selangkanganku sehingga penisku seperti dikocok-kocok, dipelintir dan dihisap-hisap dengan sangat nikmat. Dan kembali mataku terbeliak-beliak menahan nikmat.

    Gerakannya semakin cepat, dan tak lama kemudian kembali kedua kakinya kejang-kejang lurus dan erangannya semakin memburu

    “ Ouh…hekss….heks…heks…”

    Dan akhirnya…dia kembali menjerit panjang

    “Aaaaaahhhhkkkks……….”

    Badannya kembali melenting terdiam kaku, mulutnya menggigit pundakku dan kedua tangannya menarik pundakku dengan sangat keras dan kaku, dan beberapa detik kemudian keluar helaan nafas panjang darinya seperti melepas sesuatu yang sangat nikmat…

    ”Ouhhhhhh…”

    Pantatnya berkedut-kedut, dan terjadi konstraksi yang sangat hebat di dalam vaginanya yang kurasakan sangat mencengkram kuat-kuat seluruh batang penisku dan diakhiri dengan kedutan-kedutan dinding vagina yang memijit penisku membuatku diriku melenguh kembali menerima sensasi yang sangat nikmat dari vagina istri tetanggaku ini.

    “ohh….” Keluhku.


    Kedutan pantatnya makin lama makin melemah dan akhirnya tubuhnya kembali ambruk menindih tubuhku untuk kesekian kalinya.

    Pencapaian orgasme yang ia dapatkan di atas tubuhku, terus dilakukannya berulang-ulang, hingga akhirnya untuk yang kesekian kalinya dia benar-benar ambruk diatas tubuhku dan tidak bisa bergerak lagi karena kehabisan tenaga.

    Dia menggelosorkan tubuhnya disamping tubuhku, sambil berbaring miring saling berhadapan dan berpelukan. Dia berkata padaku dengan tersengal-sengal kehabisan napas

    “Pak …aku sangat lelah… namun sangat puas…..tapi kepuasanku belum sempurna kalau vaginaku belum disemprot oleh ini..” katanya sambil meraih penisku yang masih tegang menantang.

    Luar biasa besar nafsu sex yang dimiliki istri tetanggaku yang berjilbab lebar ini. Apakah karena dia memang jarang mendapatkan nafkah batin dari suaminya yang jarang pulang, atau seperti dugaanku bahwa dia memiliki nafsu yang sangat besar karena buktinya dia sering membeli jamu-jamu kuat pada istriku.

    Aku yang belum mencapai puncak, tidak ingin berlama-lama istirahat takut nafsuku surut dan penisku melemah, maka aku mulai menindihnya dan tanganku kembali meremas-remas buah dada indah miliknya serta memilin-milin putting susunya yang menjulang menantang. Kemudian kembali bibirku menciumi bibirnya dengan penuh nafsu.

    Nafsunya bangkit kembali walaupun dengan tenaga yang masih lemah, tangannya meraih penisku dan diarahkan kedepan liang vaginanya, pahanya terbuka lebar memberi jalan pada penisku untuk segera menelusuri liang nikmat vaginanya. Ku dorong pantatku begitu kepala penisku tepat berada di liang vaginanya . Dan

    Blessh…., penisku kembali menjelajahi liang sempit yang sudah sangat basah milik istri tetanggaku ini dan “ouhh…” lenguh kami berbarengan menahan nikmat.

    Pantatku mulai mengayuhkan penisku agar lancar keluar masuk menggesek-gesek dinding vagina yang selalu memberikan sensasi nikmat. Gerakanku makin lama makin cepat dan berirama.

    Pinggulnya mulai bergerak membalas setiap gerakannku, sehingga lenguhanku dan erangan nikmat dari terdengar saling bersahutan

    “Ouh…ohhh…enak…banget…ohhhh…” dengusku..

    “Auh…auh…makasih Pak….ouh….nikmat…oh…” erangnya

    Gerakanku makin lama makin cepat dan keras tak beraturan sehingga terdengar suara yang cukup keras dari beradunya dua selangkangan

    Plok…plok…plok…

    Demikian pula dengan gerakan pinggulnya semakin keras menyambut setiap gerakan pantatku., sehingga bunyi beradunya selangkangan semakin keras

    Plok…plok…plok…

    Dan akhirnya mulutku mulai meracau..

    ”Ouh…Bu…Aku …mau … keluar, aku mau… keluar ouh…”

    Dan dia juga meracau sambil menarik-narik tubuhku dengan keras

    “ Ayo.. pak… bareng… bareng…”

    Dan akhirnya secara bersamaan kami menjerit bersahutan melepas nikmat mencapai orgasme. Badanku dan badannya melenting dan menjerit

    “Aaaaahhhh….”

    Dan …cret…cret…cret sperma kentalku terpancar beberapa kali membasahi seluruh rongga vagina istri tetanggaku ini dan dibalas dengan kontraksi dan kedutan-kedutan yang hebat didalam liang vaginanya yang menandakan kami mendapat puncak orgasme yang tak terlukiskan nikmatnya.

    Lalu badanku ambruk jatuh menimpa tubuhnya dan kugelosorkan kesamping tubuhnya agar tidak membebaninya. Kami berbaring sambil berpelukan dan merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme dengan mata terpejam dan nafas tersengal-sengal seperti habis berlari dikejar harimau.

    Tak lama kemudian , matanya terbuka dan memandangku dengan tatapan penuh kepuasan serta berkata dengan suara yang lemah

    “Baru kali ini aku dapat merasakan berkali-kali orgasme yang luar biasa nikmatnya dalam satu kali persetubuhan..huhh… benar-benar melelahkan namun sangat memuaskan dan tak mungkin terlupakan…” Katanya sambil mencium mesra bibirku.

    Lalu sambungnya lagi “Kalau tahu senikmat dan sepuas ini yang kudapat dari Bapak.. Bapak tidak perlu mengancamku segala…” katanya sambil tersenyum.

    “Dan aku rela … menanggung segala akibatnya asal aku bisa mendapatkan nikmat seperti ini dari Bapak…” katanya mulai melantur…

    Kuperhatikan jam dinding sudah menunjukkan jam 1.30 malam, sudah larut. Aku harus segera pulang. Maka aku berdiri dan mengenakan pakaianku dan bertanya padanya “Apakah kita bisa mengulanginya lain waktu ?”

    “Tentu…Pak, bahkan malah aku yang meminta pada bapak untuk bisa memberikan kenikmatan seperti tadi lagi dan lagi “ katanya sambil mencubit mesra pinggangku.

    Kemudian dia juga mengenakan pakaiannya kembali lengkap dengan jilbab lebarnya dan kami keluar kamar berbarengan. Sampai di ruang tamu, dia berhenti sejenak dan memberi isyarat padaku agar aku diam dulu di tempat dan dia akan keluar rumah melihat situasi di luar apakah ada orang. Dan setelah yakin tidak ada orang diluar dan memberi isyarat padaku bahwa di luar aman. Sebelum aku keluar dari rumah dia memberikan kecupan yang hangat dan mesra di bibirku sambil berbisik


    “Jangan lupa ya… seminggu 2 kali bapak harus memberi kenikmatan padaku…”

    Wah… nekad juga rupanya istri tetanggaku yang alim ini, jika sudah tahu sesuatu yang sangat nikmat yang bisa dia dapatkan dari diriku. Dengan mengendap-ngendap aku masuk ke rumahku dan kudapati istriku masih tidur dengan nyenyaknya.

    Sejak saat itu kami selalu menyempatkan diri secara sembunyi-sembunyi untuk berpacu meraih nikmat. Dan hal itu berlangsung sampai sekarang , tanpa aku tahu kapan hal ini akan berakhir. Tapi tingkah lakunya di lingkungan tidak berubah. Dia tetap tampak sebagai istri yang solehah dengan jilbab lebar dan baju longgar panjang yang selalu dikenakan. Tapi jika sudah berduaan denganku, dia bagaikan kuda liar dan binal yang bisa membuat diriku melayang-layang meraih nikmat.

    Ada kejadian mendebarkan yang pernah kami lakukan. Saat itu adalah hari sabtu dan istri tetanggaku pulang kerja jam 1 siang, sedangkan bagiku hari sabtu adalah hari libur. Istriku tidak ada di rumah mengajak jalan-jalan anakku sambil mengambil pesanan barang. Sedangkan pada saat itu aku sangat ingin menyetubuhi tetanggaku, karena hampir seminggu tidak ada kesempatan menikmati tubuhnya.

    Pada saat aku duduk di ruang tamu, kulihat tetanggaku menghampiri rumahku dan kemudian mengetuk pintu. Pintu kubuka, Dia terlihat kaget dan senang karena yang membuka adalah aku. Lalu dia bertanya

    “Ada Ibu , Pak ?”

    “Mau cari Ibu atau cari saya…?” kataku sambil berbisik.

    “Ibu bisa …, bapak juga boleh…” jawabnya sambil tersenyum. Lalu “Tapi kalau ketemu Ibu keperluannya beda..dengan bila bertemu dengan Bapak..” lanjutnya dengan penuh arti.

    “Masuk dulu, Bu ! ‘Nggak enak dilihat tetangga..” kataku mempersilahkan masuk.

    Diapun masuk dan duduk di kursi tamu yang membelakangi jendela, sementara itu pintu rumahku tetap terbuka, akupun bertanya padanya

    “Ada perlu apa, ke Ibu ?”

    “Biasalah… Pak, keperluan perempuan…, saya mau beli jamu kuat dan jamu khusus untuk wanita…, siap-siap… karena hari ini suami saya pulang…”

    “Kalau gitu…, jatah saya kapan..? padahal saya lagi pingin nich..!”

    “Sebenarnya saya juga lagi pingin…, tapi… gimana yah…?” dia menjawab dengan bingung.

    “Kalau sekarang.., gimana ? “ kataku sambil mengahmpiri dirinya dan duduk disebelahnya dan langsung menciumnya dengan nafsu.

    Dia membalas ciumanku, kemudian melepaskan ciumanku sambil mendorong tubuhku dan berkata

    “Ihh, nekad..!”

    “Habis…, udah ‘ga tahan sich..!” jawabku sambil mencubit dagunya dengan gemas

    “Sebenarnya…, saya juga udah ‘ga tahan…., tapi dimana…?, orang lain pasti akan curiga, kalau kita lakukan sekarang di kamar bapak ?” bisiknya dengan nafas yang mulai tersengal-sengal didorong hawa nafsu yang mulai sudah menguasainya.

    “Kita main disini saja, di ruang tamu, sehingga dari jendela kita bisa melihat kalau ada yang datang. Dan biarkan pintu terbuka… biar orang lain tak curiga…” Usulku nekad.

    Kebetulan pintu tamuku sejajar dengan pintu pagar, sehingga dari jendela akan terlihat kalau ada yang akan masuk ke halaman rumahku. Tetapi posisi ruang tamuku agak tersembunyi sehingga segala aktivitas di dalamnya tidak terlhat dari luar.

    “Jangan ah.., Pak. Berbahaya….” Jawabnya, namun nampaknya dia sudah mulai tergoda dengan usulku.

    “’Ngga lah… asal kitanya jangan bersuara….., saya ingin merasakan sensasi nikmat bercampur rasa takut ketahuan…….” Aku semakin memaksanya sambil kembali melumat bibirnya dengan nafsu yang membara.

    Nampaknya gairah nafsu berahi sudah menguasainya sehigga melupakan rasa takutnya dan dia membalas lumatan bibirku dengan ganas dan kedua tangannya merengkuh kepalaku agar semakin rapat bibir kami menempel. Tanganku meremas buah dadanya yang terhalang oleh baju longgar dan jilbab yang dikenakannya. Matanya terpejam menikmati ciuman yang panas bergelora. Dan dia semakin liar menciumku sambil menahan agar erangan nikmat tak keluar dari mulutnya.

    Nafas kami berdua semakin tersengal-sengal, tanganku beralih ke bawah, kutarik baju panjang yang menutup kaki dan pahanya dan tanganku langsung menyusup keselangkangannya. Kurasakan CD-nya sudah sangat basah, rupanya sensasi bercinta sambil was-was takut ketahuan membuat gairah rangsangan melayang tinggi begitu cepat dan membanjiri vaginanya.

    Kusisipkan jari-jariku dari pinggir CD yang dikenakan, sehingga jari tanganku menyentuh permukaan vagina yang ditumbuhi jembut lembut yang merangsang. Dengan penuh nafsu tanganku mengusap bahkan mengobok-obok permukaan vigina yang semakin memacu gairahku. Jari-jariku mempermainkan lipatan vaginanya yang basah. Tetanggaku mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan giginya gemeretak menahan nikmat yang menimpa dirinya dan menahan nafas agar suara erangan nikmatnya tak keluar.

    Lalu jempol memutar dan menekan klitorisnya yang menonjol keras, badannya bergetar…, mulutnya semakin rapat tertutup.., kepala terdongak dengan mata yang terpejam. Nafasnya semakin terengah-engah menahan nikmat yang tak terhingga.

    Sementara jempolku memberikan rangsangan kenikmatan pada dirinya, jari tengahku kuputar dengan gerakan mengebor menembus liang vagina yang semakin basah dan licin. Tubuhnya bergelinjang hebat dan melonjak-lonjak melambungkan dirinya sehingga melayang-layang. Gerakan jari tengahku yang menerobos liang vagina sambil berputar terus kuperdalam dan badannya semakin bergelijang hebat, kepalanya semakin keras menekan sandaran kursi sehingga pinggangnya melenting, dengan suara yang tertahan keluar lenguhan nikmat tanpa dapat dia tahan

    “Uuhhhhh……”

    Jempolku terus menekan dan memutar klitorisnya, sedangkan jari tengahku semakin cepat memutar dan mengocong liang vaginanya. Tubuhnya semakin hebat terguncang hingga akhirnya melenting kejang dan kaku, dan dari mulutnya keluar suara tercekik..

    ”Akkkhhhhh…..”. Jari tengahku terasa seperti dijepit oleh dinding basah dengan sangat kuat disertai dengan kedutan-kedutan yang keras dan cepat.

    Lalu tubuhnya melemas dan punggungnya terhempas pada sandara kursi.

    Nafasnya tersengal-sengal seperti atlit yang baru mencapai finish. Ya…, tetanggaku baru saja mencapai finish dengan memperolah kenikmatan orgasme yang sangat sensasional.


    Aku mencabut jariku dari liang vaginanya yang becek, ku arahkan jari tengahku pada hidungku dan kuhirup dalam-dalam aroma lendir vagina yang menempel pada jari tengahku yang basah kuyup itu . Aroma itu begitu merangsang berahiku dan membuatku nikmat. Aku begitu menikmati aroma vagina itu lalu dengan penuh perasaan kujilati lendir vagina yang menempel dijariku dengan jilatan-jilatan yang rakus hingga jari tengahku kesat bersih dari lendir vagina yang menempel.

    Di dalam kelelahannya, tetanggaku memperhatikan apa yang kulakukan, dia merasa puas dan bangga melihat aku dengan rakusnya menjilati lendir vaginanya yang menempel di jariku. Gairahnya gembali bangkit mengalahkan rasa lelah yang menderanya. Tubuhya bangkit, Tangannya membuka sleting celana panjangku dan mengeluarkan batang penisku yang sangat keras dan tegang dari pinggir CD yang kukenakan.

    Penisku langsung berdiri bebas dengan gagahnya terbebas dari kungkungan celanaku. Tetanggaku menggenggam pangkal penisku dengan jari-jarinya yang halus dan secara perlahan dan pasti lidahnya terjulur menjilati kepala penisku, bahkan seluruh batang penisku dijilatinya dengan penuh gairah seperti sedang menjilati es krim yang sangat nikmat. Akupun melenguh pelan menahan

    nikmat..”Uhhh…”.

    Jilatannya begitu lincah bergairah dan membuatku melayang-layang nikmat pantatku melonjak-lonjak sehingga kepala penisku menekan-nekan mulutnya, seperti sedang mengejar sesuatu yang lebih nikmat. Nafasku semakin memburu ketika dengan asyik dan penuh gairah dia terus menjilati kepala penisku tanpa memperhatikan gelinjang tubuhku yang semakin keras menekan mulutnya. Lalu

    “Akhhhhs…” Suaraku seperti tercekik dan nafas sesak, ketika secara tiba-tiba mulut tetanggaku mencaplok batang penisku.

    Rongga mulutnya terasa panas dan sangat nikmat sehingga membuat mulutku ternganga, badanku kaku dan dadaku sesak susah bernafas.

    Dengan lincahnya, tetanggaku terus mengocok dan menghisap penisku membuatku semakin melayang. Jilbab yang dikenakannya bergoyang-goyang menampilkan pemandangan yang sangat erotis dari seorang wanita berjilbab lebar yang sedang asyik memberikan kenikmatan oral pada diriku.

    Penisku yang berada dalam genggaman tangan dan mulutnya terasa makin membengkak keras. Menyadari itu tetanggaku semakin bergairah mengoralku dan berharap mulutnya dapat disemprot oleh spermaku pada saat aku orgasme. Sebagaimana yang sering terjadi jika dia mengoral suaminya dan dia sangat puas, bahagia dan bangga jika dapat membuat suaminya orgasme oleh oralnya. Dan selama ini dia selalu berhasil membuat suaminya orgasme.

    Gerakan oralnya semakin bevariasi membuatku semakin melayang dan penis yang semakin membengkak. Namun aku belum juga mencapai puncak, hanya nafasku saja yang semakin tersengal-sengal dan batang penis yang semakin keras membengkak.

    Akhirnya dia tak tahan oleh nafsunya sendiri yang terus meningkat minta dipuaskan, vaginanya terasa sangat basah dan gatal. Dia bangkit melepaskan penisku dari mulutnya kemudian melepaskan CD-nya yang sudah sangat basah. CD itu dimasukkannya ke dalam saku baju longgar yang masih menempel di tubuhnya. Kemudian berdiri membelakangiku.

    Aku tahu apa yang dilakukannya. Kuhentikan gerakannya dan dudukku pindah ke kursi yang langsung menghadap jendela sehingga kami bisa lihat jika ada yang mau masuk ke pagar rumahku. Aku masih berpakaian lengkap, hanya penisku saja yang menerobos keluar dari sleting celana yang terbuka.

    Istri tetaggaku berdiri mengangkangi pahaku dengan paha yang terbuka lebar, dia menarik ujung bawah baju longgarnya hingga ke pinggang dan kubantu pegangi ujung baju itu agar tidak melorot jatuh. Lututnya menekuk agar pantatnya mendekati selangkanganku, dia raih penisku dan diarahkan ke mulut liang vaginanya yang sangat basah. Lalu….

    Blesshhh…. perlahan-lahan dia menurunkan pantatnya hingga kepala penisku menerobos liang vaginanya. Gerakannya demikian perlahan, sehingga penerobosan kepala penisku pada liang vaginanya begitu lama dan sangat nikmat, mataku terpejam menikmati nikmat yang kurasakan dan dengan pelan mulutku mengeluh.

    “Uhhh…..”

    Gerakan penerobosan itu terhenti ketika pantatnya menekan sangat rapat bagian bawah perutku sehingga batang penisku amblas hingga kepangkalnya. Dia menekan cukup lama vaginanya, kurasakan sambutan meriah dilakukan oleh dasar liang vaginanya terhadap kepala penisku. Kepala penisku serasa dihisap dan diremas nkmat oleh vagina tetanggaku ini. Dinding vaginanya tak henti-hentinya berkedut memberikan sensasi nikmat pada ujung-ujung syarat nikmat yang ada pada seluruh permukaan kepala dan batang penisku.

    Secara perlahan pinggulnya berputar agar batang penisku mengucek dan mengocok dinding vaginanya, kenikmatan semakin melambungkanku. Semakin lama gerakan pinggulnya semakin bervariasi, berputar, melonjak, bergoyang, patah-patah bahkan maju-mundur membua batang penisku seperti diplintir dan digiling oleh mesin penggilingan nikmat.

    Semakin lama gerakannya semakin cepat, dan nafasnya semakin memburu dan tak lama kemudian badannya melonjak-lonjak keras dan diakhiri dengan tekanan vagina yang sangat kuat sehingga penisku masuk sedalam-dalamnya, dinding vaginanya dengan dahsyat memeras dan menjepit batang penisku dengan sangat kuat serta kedutan-kedutan dinding vagina begitu cepat.

    Badannya terdiam kaku, mulutnya terkatup rapat menahan agar jeritan nikmatnya tak keluar dan kepalanya ditekankan pada pundakku, lalu beberapa detik kemudian badannya terhempas lunglai diatas tubuhku, nafasnya terengah-engah. Kusibakan jilbab lebar yang menutupi wajahku, tetanggaku menoleh kearahku dan menciumku lembut dan mesra sebagai tanda bahwa sangat puas dengan orgasme yang baru digapainya.

    Sambil berciuman kurasakan bahwa jepitan dan kedutan dari dinding vaginanya semakin melemah, pantatku menghentak keatas, sehingga batang penisku yang masih tegang menggesek dinding vagina yang semakin basah dan licin, rasa nikmat kembali menjalar ditubuhku mengakibatkan pantatku tanpa dapat kukendalikan pantatku menghentak-hentak agar gesekan dan kocokan penisku di dalam vaginanya terus-menerus memberikan rasa nikmat pada penisku.

    Hentakan-hentakan tubuhku menyebabkan gairah kembali bangkit dan dia membalas hentakan-hentakan pantatku dengan gerakan pinggul yang liar, semakin lama semakin liar dan tak lama kemudian kembali dia mengejang menggapai nikmat dengan mulut yang terkatup rapat ditandai dengan remasan dan jepitan yang kuat dari dinding vaginanya pada batang penisku.


    Beberapa kali dia mencapai orgasme dalam posisi seperti itu dalam jeda waktu hanya beberapa menit untuk setiap pencapaian orgasme berikutnya.Hingga akhirnya dia benar-benar terkulai lemah tidak mampu membalas hentakan-hentakanku. Kubiarkan dia terkulai beberapa menit di atas tubuhku sambil badannya kepeluk dari belakang dan pipinya kucium dan secara perlahan kuremas-remas buahdadanya dari luar baju longgarnya.

    Setelah kurasakan tenaganya terkumpul, kuangkat tubuhnya agar kerdiri bersamaaan dengan tubuhku, namun kutahan agar penisku tidak lepas dari vaginanya, kudorong tubuhnya agar mendekat ke kursi tamu yang berada tepat membelakangi jendela, kutekan punggungnya agar membungkukkan badan dengan memegang bagian atas sandaran kursi yang berada di pinggir jendela sebagai pegangan untuk menjaga keseimbangan tubuhnya, Sedangkan penisku masih menusuk vaginanya dari belakang melalui belahan pantatnya, suatu posisi dogy style sambil berdiri. Ujung baju lebar yang ia kenakan semakin aku sibakkan ke arah pinggangnya sehingga kedua tanganku dapat memegang pantatnya yang putih bulat menggairahkan.

    Perlahan aku mulai mengerakkan pantatku agar penisku menusuk-nusuk vaginanya lebih dalam. Cengkraman vaginanya dalam posisi seperti ini semakin kuat menjepit membuat kenikmatanku semakin bertambah, basah dan licinnya vagina membuat gesekan dan kocokan penisku begitu lancar di dalam vaginanya. Kepalanya terangguk-angguk menerima hentakan dan dorongan pinggulku.

    Kenikmatan kembali menjalar ke seluruh pebuluh darahnya, dia membalas sodokan penisku dengan menggoyang dan memutar pinggulnya laksana seorang penari dangdut membuat kenikmatan yang kuterima semakin bertambah. Semakin lama goyang pinggulnya semakin liar dan menghentak-hentak dan tak memerlukan waktu lama kembali tubuhnya kejang kaku, tangannya mencengkram sandaran kursi dengan sangat kuat, kepalanya terdongak ke atas. Dengan jerit tertahan kembali dia mengalami orgasme yang hebat. Kudiamkan sejenak ketika dia menikmati sensasi orgasmenya, karena pada saat itu aku sangat menikmati cengkraman, jepitan dan kedutan-kedutan dinding vagina pada penisku.

    Setelah kedutan dan cengkraman dinding vaginanya melemah, kembali aku menusuk-nusukkan penisku. Setelah beberapa detik kemudian pinggulnya kembali bergerak liar membalas sodokan-sodokan penisku, dan hanya beberapa menit berselang kembali dia mengalami orgasme untuk yang entah keberapa kalinya pada saat itu.

    Beberapa kali ia orgasme dalam posisi seperti itu hingga akhirnya tubuhnya ambruk ke atas kursi dan mengeluh pelan dan panjang.

    “Uuhhhhhhh………”

    Pada saat itu, aku merasa orgasme akan menghampiriku, maka tubuhnya langsung kubalik agar telentang dengan kepala berada pada sandaran kursi bagian tengah. Kedua tanganku kugunakan untuk membuka lebar-lebar pahanya sehingga vaginanya yang basah dan licin semakin jelas terlihat mempesona. Kuarahkan kepala penisku pada mulut liang vaginanya dan dengan cepat kudorong penisku hingga amblas sampai ke pangkalnya. Lalu dengan semangat yang menggila aku pompa tubuhnya dengan hentakan-hentakan yang liar dan tak terkendali.

    Beberapa saat sebelum aku meraih puncak orgasmeku, samar-samar kulihat istri dan anakku pulang dan sedang ngobrol dengan temannya beberapa meter sebelum tiba di depan rumah. Rasa takut yang datang tiba-tiba menyebabkan aku menjerit tertahan dan spermakupun muntah tanpa dapat kubendung. Cret…..cret…. cretttt……. Uhhh…. suatu pencapaian oragsme yang sangat mendebarkan dan membuat jatung ini serasa mau copot.

    Dengan tergesa-gesa aku mencabut penisku yang masih beberapa kali memancarkan sperma, sehingga beberapa tetes sperma menempel pada baju longgar yang dikenakan tetanggaku. Kumasukkan penisku yang masih setengah tegang ke balik celanaku dan kutarik sleting. Aku sedikit khawatir karena bagian depan celanaku begitu basah oleh cairan kenikmatan tetanggaku. Aku langsung mengeluarkan beberapa dus jamu dari dalam lemari dan menyimpannya di atas meja, sementara tetanggaku berusaha merapihkan baju longgar dan jilbabnya agar tidak mencurigakan. Ada sedikit basah di sana-sini oleh keringat kami yang membanjir.

    Tetanggaku berusaha duduk tenang, dan tak lama kemudian istri dan anak-anakku masuk ke rumah melalui pintu yang sengaja terbuka.

    “Eehhh… ada tamu…! Udah lama, Bu ?” kata istriku seraya matanya melirik beberapa dus jamu yang kusimpan di atas meja.

    “Ahh…., ‘Ngga… baru saja…., Anu bu …, saya mau beli jamu yang biasa…, namun ternyata bapak tidak tahu, malah akhirnya dia perlihatkan semuanya pada saya…” Sahut tetanggaku berbohong dengan lihainya, sambil berusaha menutupi kegugupannya….

    “Oohhh…, emangnya bapak udah pulang ? ” tanya istriku dengan senyum penuh arti

    “Kabarnya malam ini dia pulang…” jawab tetanggaku pula

    “Harus siap-siap dong…., biar asyik !” goda istriku sambil tertawa genit pada tetanggaku, kemudian dia menambahkan lagi “Panas sekali udara saat ini, Badan saya saya basah oleh keringat…” Kata istriku memperlihatkan bajunya yang basah oleh keringat.

    “Betul.., Bu ! Akan turun hujan barangkali…..” jawab tetanggaku seolah-olah mendapatkan alasan yang tepat atas keringat yang membasahi baju longgarnya.

    Kutinggalkan mereka berdua di ruang tamu dan aku masuk ke kamarku sambil berbaring dan merenung kejadian luar biasa yang baru saja terjadi. Tak lama kemudian tetanggaku pulang dan istriku menghampiriku. Dia duduk di pinggir tempat tidur dan berkata

    “Pah…, kalau pipis jangan jorok…, malu kan sama tetangga, lihat tuh bagian depan celana Papah basah !” sambil menunjuk bagian depan celanaku.

    “Anu…, Mah tadi tersiram dari gayung…, waktu papah pipis” kataku berbohong.

    Kejadian itu betul-betul mendebarkan, namun aku merasakan sensasi yang luar biasa pada waktu melakukannya, apalagi hampir-hampir saja istriku memergoki apa yang kami lakukan. oleh sebab itu sejak hari itu, aku selalu berhati-hati jika ingin bercinta dengan tetanggaku.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Pasutri.

  • Kisah Memek Tetangga Ku Entot Akibat Aku Intip

    Kisah Memek Tetangga Ku Entot Akibat Aku Intip


    5555 views

    Duniabola99.com – Aku adalah seorang karyawan yang bekerja di Perusahaan Multimedia, sedangkan istriku adalah sales sebuah produk jamu dari Madura. Kami telah dikaruniai seorang anak laki-laki berusia 6 tahun yang sudah duduk di kelas 1 SD.


    Di depan rumahku tinggallah pasangan muda suami istri yang telah memiliki seorang putra berusia 4 tahun yang diasuh oleh seorang pembantu yang datang jam 7 pagi pulang jam 4 sore. Tetanggaku ini adalah seorang wiraswasta bidang percetakan sedangkan istrinya adalah karyawati di sebuah instansi.

    Dari cerita yang pernah mereka ucapkan, dulu mereka pernah mengikuti suatu aliran yang sangat fanatik, itulah sebabnya istri tetanggaku ini selalu mengenakan jilbab lebar yang selalu menutupi kepala dan dadanya dan juga selalu mengenakan pakaian longgar yang panjang sampai ke mata kaki.

    Dari cerita istriku, kuketahui bahwa sang istri sangat memperhatikan masalah hubungan suami istri untuk menjaga keharmonisan rumah tangga mereka. Hal ini karena istri tetanggaku ini merupakan pelanggan tetap istriku dalam membeli jamu dari Madura, terutama jamu yang berhubungan dengan hubungan suami istri seperti “sari rapet”, “Pria perkasa” ataupun jamu lainnya yang selalu berhubungan dengan hubungan suami istri.

    Walaupun selalu mengenakan jilbab lebar, tetap saja tidak bisa menutupi kecantikan, keanggunan dan putihnya kulit istri tetanggaku ini, sehingga aku sering membayangkan bagaimana keadaan tubuhnya bila tidak mengenakan busana, pastilah sangat seksi dan sangat menggairahkan.

    Disamping sebagai seorang wiraswasta, tetanggaku ini aktif di sebuah LSM yang memperhatikan perkembangan perekonomian masyarakat. Karena persaingan bisnis yang semakin ketat, akhirnya usaha tetanggaku ini bangkrut, dan akhirnya ia lebih memfokuskan diri untuk mengeluti LSM yang ia ikuti. Dan ternyata di LSM yang digelutinya ini, ia mendapatkan kepercayaan untuk mengawasi pencairan dana masyarakat di luar kota dengan honor yang lumayan untuk menghidupi keluarganya. Sehingga ia harus kerja di luar kota dan seminggu sekali baru pulang ke rumah.

    Pada suatu hari istriku berkata bahwa komputer tetanggaku bermasalah dan minta tolong padaku untuk segera memperbaikinya, sebab tidak mungkin harus menunggu suaminya pulang dan lagi pula banyak pekerjaan mendesak yang harus dikerjakannya. Dan katanyanya walaupun ia sedang ada dikantor, aku dipersilahkan untuk memperbaiki komputer di siang hari, sebab ada pengasuh anaknya di rumah.

    Obsesiku terhadap istri tetanggaku ini seperti mendapat peluang. Aku menyanggupi untuk memperbaiki komputernya.

    “besok akan ku kerjakan..” kataku pada istriku.

    Keesokan harinya sebelum aku ke rumah tetanggaku, aku persiapkan beberapa spy cam (“Kamera pengintai”) ukuran kecil tanpa kabel yang aku hubungkan ke komputerku.


    Ternyata sistem operasi komputer tetanggaku ini bermasalah, maka harus ku install ulang supaya normal kembali. Pada saat penginstallan sedang berlangsung, aku menanti pengasuh tetanggaku ini lengah atau keluar memberi makan asuhannya. Saat pengasuh anak tersebut keluar, maka kugunakan kesempatan ini untuk masuk ke kamar tetanggaku dan meletakkan 2 buah spy cam ditempat yang tepat dan tersembunyi yang bisa menangkap aktivitas tempat tidur dan sekitarnya.

    Setelah perbaikan sistem operasi komputer tetanggaku selesai, aku segera pulang dan menyalakan komputer untuk mengetes apakah spy cam yang aku letakkan berfungsi dengan baik. Dan ternyata alat kecil memang benar-benar canggih, selain bentuknya kecil dan tanpa kabel, ternyata daya tangkap gambarnya pun nyaris sempurna dan yang lebih canggihnya lagi adalah kemampuannya melakukan zoom.

    Mulailah pada jam-jam tertentu aku memantau keadaan kamar tersebut. Dari hasil pantauan tersebut, tedapat beberapa moment yang aku rekam, diantaranya merekam tubuhnya yang sedang telanjang bulat dan berlenggang lenggok didepan cermin sehabis mandi, merekam kegiatan dirinya yang sedang terangsang di malam hari pada saat suaminya di luar kota, bahkan sempat ku rekam bagaimana ganasnya ia di tempat tidur pada saat suaminya pulang dari luar kota. Situs Judi Online Terbaik

    Rupanya dibalik keanggunan dan kealiman penampilan luar istri tetanggaku ini, ternyata dalam berhubungan suami istri dia sangat ganas dan binal membuat suaminya kewalahan, dan sering kali terlihat dia masih bernafsu tetapi suaminya sudah ambruk dan akhirnya dia hanya bisa gelisah tidak bisa diam melihat suaminya tidur kecapaian.

    Akhir-akhir ini kesibukan tetanggaku ini semakin padat, sehingga jadwal kepulangannya menjadi tak menentu, terkadang dua minggu sekali bahkan pernah sampai dua bulan baru pulang. Bahkan pernah secara bercanda istri tetanggaku ini berkata pada istriku :

    “Bu…, saya mah jablay…(jarang dibelai maksudnya) “

    “Kenapa gitu ?” tanya istriku pada.

    “Habis si Bapak jarang pulang, dan kalo pulangpun hanya satu malam setelah itu pergi lagi.. Saya mah punya suami… tapi jarang sekali bermesraan “ katanya dengan nada sedih.

    Pada suatu hari, istriku cerita padaku bahwa pada tadi siang ketika istriku bertamu ke tetanggaku, dia melihat istri tetanggaku sedang menangis. Dan ketika ditanya mengapa, istri tetanggaku menjawab terisak “Si Bapak, tadi malam pulang, tapi belum ngapa-ngapain dia sudah pergi lagi dengan temannya malam itu juga dan sampai sekarang belum pulang. Padahal saya lagi pingin-pinginnya..”

    Mendengar cerita istriku, aku menjadi tergoda untuk mengisi kekosongan kasih sayang ini. Tapi bagaimana caranya? dan tak mungkin aku dapat menggoda seorang istri yang selalu taat menjalankan perintah agama. Apalagi dia selalu mengenakan jilbab dan tidak pernah memberi kesempatan kepada bukan muhrimnya untuk berbicara bebas dengannya.


    Akhirnya aku punya ide untuk mengancamnya akan menyebarkan video rekaman dirinya yang sedang telanjang dan yang sedang berhubungan dengan suaminya. Rekaman tersebut aku simpan di CD.

    Pada malam hari ketika istriku sudah tidur, kuletakkan CD rekaman tersebut di depan pintunya dan kuhubungi HP istri tetanggaku ini dari HP-ku dengan menggunakan nomor yang baru kubeli siang tadi

    “Bu…, Coba ibu buka pintu depan dan ambil amplop yang tersimpan dibawah pintu, sekarang..! Isinya adalah CD berisi video rekaman yang harus ibu tonton di komputer” kataku memerintah tanpa memberi kesempatan padanya untuk bertanya siapa yang menelepon.

    Aku mengintip dari dalam rumahku, tak lama kemudian aku melihat pintu depannya terbuka, kemudian dia keluar dengan jilbab lebar dan baju longgar yang biasa dikenakan kemudian melihat keadaan sekitarnya, lalu setelah yakin tidak ada seorangpun, lalu dia melihat ke bawah dan mengambil amplop yang aku simpan dan dengan tergesa-gesa pintu itupun dia tutup kembali.

    Kira-kira setengah jam kemudian, HP-ku bunyi dan setelah kulihat ternyata istri tetanggaku menghubungiku. Begitu aku tekan tombol terima, langsung terdengar suara serak seperti orang yang sangat marah tapi tak berdaya

    “Anda siapa ? Dan apa maksudnya memperlihatkan video ini pada saya ? “ tanyanya.

    “Saya hanyalah seorang penggemar berat ibu. Dan saya ingin semua orang tahu bahwa tubuh ibu sangat menggairahkan dan ibu sangat binal dan ganas di tempat tidur” jawabku santai.

    “Apa maksudnya…?” katanya dengan nafas yang mulai tersekat

    “Akan saya perbanyak CD ini dan akan saya bagikan ke setiap rumah di lingkungan ini, juga akan kirim ke internet agar orang sedunia tahu apa dan bagaimana ibu. “ jawabku masih dengan nada santai dan kalem.

    “Ja…jangan…jangan…!” potongnya mulai gugup.

    “Apa yang sebenarnya kamu inginkan…, mau uang…? Berapa…?” katanya memelas dan suara melemah.

    “Saya nggak mau uang…” jawabku

    “Lalu apa..?” susulnya

    “Saya hanya ingin bisa menikmati tubuh ibu yang sangat menggairah…” kataku menggodanya.

    “Tidak mungkin …..Aku nggak sudi….”

    “Ya…nggak apa-apa.. Tapi ibu jangan kaget kalau esok hari semua tetangga akan ribut karena memiliki rekaman tersebut..” jawabku mengancam

    “jangan…jangan dilakukan ….tolonglah kasihani saya…” katanya lagi memelas

    “Tidak akan saya lakukan…asal ibu memenuhi keinginan saya” kataku lagi.

    Lama dia tidak menjawab…

    Dan akhirnya…

    “Baiklah… saya menyerah…, tapi kumohon…. Kamu harus menghapus semua rekaman ini “ katanya dengan nada yang sangat berat dan pasrah karena kalah


    “Baiklah…, sekarang ibu harus membuka pintu depan, kemudian ibu harus menunggu saya di kamar ibu. Kalu tidak ibu lakukan maka saya tidak akan datang” jawabku memberikan perintah.

    Tak lama kemudian, kulihat pintu depan terbuka sedikit dan beberapa menit kemudian kulihat dimonitor bahwa dia telah ada di dalam kamar dan duduk gelisah diatas kasur menunggu apa yang akan terjadi.

    Kumatikan komputerku dan aku keluar rumah secara mengendap-ngendap menuju rumah tetanggaku melalui pintu depan yang terbuka, kemudian kututup dan kukunci. Lalu dengan perasaan deg-degan aku menghampiri kamarnya kubuka pintunya dan kututup kembali serta kukunci. Begitu melihatku dia langsung berdiri dan berkata kaget dan marah

    “Ohh..ternyata bapak..! Kenapa bapak melakukan ini padaku. Apa bapak tak takut kalau saya laporkan ke istri bapak ?” Ancamnya

    “Laporkan saja dan saya akan menyebarkan rekaman itu. Yang paling rugi kan bukan saya, tapi ibu sendiri ?” jawabku menekannya

    “Jadi gimana ? mau batal ?” sambil aku membalikkan badan seolah-olah akan keluar kamar.

    “Jangan…saya menyerah…” katanya pelan dan terisak meneteskan air mata.

    “Baiklah kalau begitu…” kataku sambil menghampirinya.

    Dia duduk mematung di pinggir tempat tidur ketika kuhampiri. Aku duduk disampingnya, dia menggeserkan badannya seperti yang ketakutan, tapi aku menahannya sambil berkata

    “Ingat, jika ibu tidak melayaniku malam ini, maka ancamanku akan kulaksanakan !” kataku mengancam. Akhirnya dia diam dengan badan menggigil ketakutan dan mata yang terpejam.

    Tangan kananku memeluknya dari belakang. Kudekatkan wajahku ke wajahnya. Dia masih memejamkan matanya. Ohhh betapa cantik wajahnya, bibirnya yang tipis dan basah menggodaku untuk menciumnya

    Dia diam saja mematung, bahkan badannya terasa sangat dingin. Tapi aku tak peduli, aku terus mengulum bibirnya yang tertutup rapat dan terkadang lidahku menjilati bibirnya. Dia mulai bereaksi tapi hanya sekilas setelah itu dia tetap diam sambil memejamkan mata.

    Tanganku membuka jilbab lebar yang ia kenakan dan melemparkannya ke lantai, maka tampaklah rambut indah dengan leher jenjang merangsang menopang wajahnya yang terlihat sangat cantik dan menggemaskan, walaupun dengan mata terpejam dan ekspresi wajah yang tegang.

    Bibirku mulai menciumi dagu, pipi, dan seputar lehernya yang sangat merangsang, beberapa kali kurasakan ada reaksi dari dirinya dengan keluarnya keluhan dari mulutnya.

    “Euh….euh….”

    Hanya segitu, lalu dia diam lagi seperti sedang bertahan untuk tidak tergoda atas rangsangan yang kulakukan pada dirinya. Lalu tanganku menarik seleting baju panjang yang terdapat dipunggungnya dan bajunya kutarik ke bawah, tampaklah tubuh putih mulus yang harum dengan buah dada yang montok terhalang oleh BH yang masih menahannya agar tidak tumpah. Kutarik pengait BH hingga BH tersebut terlepas dan kulemparkan ke lantai, maka tampaklah buah dada yang benar-benar montok menggairahkan tergantung bebas dihadapanku.

    Badannya semakin kaku, kudorong paksa agar dia berbaring di kasur, lalu dengan tergesa-gesa karena bernafsu tanganku mulai meremas buahdada indah tersebut yang kiri dan kanan secara bergantian.


    Ouh… betapa mengasyikkan dan puasnya dapat mempermainkan buah dada dari seorang wanita yang biasanya tertutup baju longgar dan jilbab yang lebar. Mulutku mulai menjilati dan menciumi seluruh permukaan kulis halus di sekujur tubuh terbukanya. Terkadang disertai dengan kecupan serta hisapan yang mengasyikan. Dan akhirnya bibirku menuju buah dadanya . Buah dada sekal dan montok itu aku hisap dan gigit-gigit gemas penuh nafsu, kemudian aku kebagian puting susunya yang sudah mulai tegak menantang. Kupilin-pilin dengan bibir dan lidahku..

    “Ouh…ouh…euh…..euh… ssstt…hhhssstttt…” Erangan halus dan desis nikmat keluar dari mulutnya tanpa disadarinya

    Tapi segera diam kembali setelah dia menyadarinya apa yang sedang terjadi. Tampak sekali terjadi pergulatan batin yang sangat hebat antara mempertahankan harga diri dan kehormatan melawan gairah nafsu yang sudah mulai bangkit mempengaruhinya. Hal ini tampak dari gerakan tubuhnya mulai menggelinjang dan merespon setiap sentuhan dan rangsangan yang kuberikan padanya. Peperangan antara rasa terhina dan rasa nikmat yang ia terima demikian hebatnya sehingga tampak dari keringat yang mulai bercucuran dari tubuhnya.

    Badan dan tubuhnya sangat menikmati rangsangan yang kuberikan tetapi pikirannya melarang untuk merespon, sehingga reaksi yang diberikan menjadi tidak konstan, terkadang melenguh menikmati dan terkadang lagi diam mematung tidak memberikan respon atas rangsangan yang kuberikan padanya. Tapi aku terus memberikan rangsangan-rangsangan kenikmatan padanya dengan terus memilin dan meremas buah dadanya yang indah.

    Usahaku memberikan hasil. Dia menjadi lebih sering mendesah dan melenguh menahan nikmat yang dirasakan, walaupun dengan malu-malu sambil tetap berusaha menjaga harga dirinya agar tidak jatuh dihadapanku.

    “Ouh… oohh…ouh….” Erangan nikmatnya menjadi lebih sering kudengar.

    Kedua tangannya mencengkram kasur dengan sangat kuat hingga urat-urat halus tangannya menonjol menandakan bahwa dia sedang dilanda kenikmatan dan rangsangan birahi yang teramat sangat.

    Aku mulai menanggalkan baju longgarnya dari tubuhnya dan menjatuhkannya kelantai. Mataku nanar diliputi nafsu yang semakin menggebu melihat tubuh bugil merangsang di hadapanku yang hanya menyisakan CD yang menghalangi keindahan vaginanya. Lalu kutanggalkan CD yang menghalangi pemandangan indah ini. Dan…. Terpampanglah tubuh telanjang yang benar-benar indah membangkitkan gelora birahi yang semakin tak tertahankan. Penisku semakin tegang melihat pemandangan itu

    Tanpa membuang waktu, aku menciumi kedua paha indah yang putih, mulus serta harum ini. Kugunakan lidahku untuk mengulas semua permukaan paha baik yang kiri maupun yang kanan secara bergantian.

    Erangannya menjadi semakin nyaring dan sering

    “Ouh…ohhh…Pak…ouh….ouh…” rupanya rasa malu dan marahnya sudah semakin kalah oleh rasa nikmat yang kuberikan.

    Bibir dan lidahku, lalu naik keatas kebagian selangkangannya yang menjanjikan berjuta-juta kenikmatan. Vagina itu begitu indah dikelilingi oleh rimbunnya jembut hitam nan halus. Kujilati jembut indah itu. Dia mengerang keras….

    ”Aaahh….ohhh”

    Badannya mulai bergetar seperti dialiri listrik, mulutnya ternganga dengan nafas seperti tertahan, lalu

    “Aahhh…ouh….ouh…” erangannya semakin keras menandakan bahwa harga dirinya semakin kalah oleh rasa nikmat yang kuberikan

    Kusibakkan bibir vagina yang menutupi liang vagina indahnya, terlihatlah lorong sempit memerah yang basah berlendir. Lidahku terjulur untuk mengkait-kait lorong itu. Badannya semakin bergetar dan erangannya sudah berganti menjadi jeritan-jeritan tertahan.

    “Aahh….Aahhh….Ouhh…nikmat…ouh….” mulutnya mulai meracau.

    Jempol tangan kananku tak diam, kugunakan untuk menekan dan memutar-mutar klentitnya yang semakin menonjol keras. Gerakannya sudah semakin menggila dan tangannya sudah tak malu-malu lagi mengusap dan menekan-nekan kepalaku agar lebih dalam memasukkkan lidahku kedalam liang vaginanya kurasakan semakin berkedut.


    “Aahh…aahhh… ouh…. Pak….ouh…..terusssss…ouh…” jeritannya semakin keras, pantatnya semakin maju menekan wajahku…

    Akhirnya dengan tak sabar kedua kakinya dia naikkan keatas pundakku dan menjepit leherku dengan keras sambil melonjak-lonjak tak karuan dan menjerit-jerit menjemput nikmat yang bertubi-tubi datang padanya hingga akhirnya ia menjerit panjang

    “Aaaaaaahhhhh…………….” Badannya melenting, pantatnya terangkat dan tangannya mencengkram kaku di kepalaku serta kakinya semakin keras menjepitku seperti tang raksasa .

    Lalu beberapa detik kemudian pantatnya berkedut-kedut dan liang vaginanya berkontraksi sangat hebat dan melamuri lidahku dengan cairan kenikmatan.

    Dan setelah itu badannya terhempas ke kasur, cengkraman tangannya dikepalaku melemah demikian juga dengan jepitan kakinya di leherku. Setelah itu yang kudengar adalah helaan nafas yang tersengal-sengal seperti orang baru selesai melakukan lari sprint 100 meter.

    Tanpa dia kehendaki, istri tetanggaku ini telah mengalami orgasme yang sangat hebat yang aku berikan dalam sesi pemanasan ini.

    Aku berdiri dipinggir kasur, kuperhatikan bahwa matanya terbuka dengan pandangan yang menggambarkan orang yang baru saja mendapatkan kenikmatan orgasme.

    “Bagaimana bu ? Enak khan..?” tanyaku menggodanya

    Dia hanya diam dan membuang muka, tapi dari wajahnya, kutahu dia tidak menampik dengan apa yang kuucapkan padanya. Dia hanya membuang muka…. malu….

    Aku mulai menanggalkan seluruh pakaian yang kukenakan. Kini akupun sudah telanjang bulat. Aku naik ke tempat tidur dan merangkak menghampiri dirinya, sambil berbisik

    “Sudahlah..Bu…, tak perlu malu…., nikmati saja…. Apalagi yang Ibu pertahankan dariku ? Semua bagian tubuh Ibu yang paling rahasiapun sudah aku jelajahi , bahkan Ibu sudah mendapatkan puncak kenikmatan orgasme yang akhir-akhir ini jarang Ibu dapatkan…” Kataku mempengaruhi pendiriannya , sambil kembali merangsang dirinya dengan memberikan ciuman hangat pada bibirnya dan meremas buah dadanya yang tak membosankan untuk diremas dan dipilin-pilin.

    Rupanya kata-kataku mempengaruhi pendiriannya sehingga akhirnya dia membalas ciumanku dengan sangat ganas dan bernafsu ditambah lagi bahwa dirinya memang sudah terbakar nafsu berahi setelah sekian lama aku berikan rangsangan-rangsangan yang mengantarnya mencapai orgasme yang sangat hebat.

    Ciumannya padaku semakin panas dan menggairahkan, bahkan tangannya sudah berani meremas dan mengocok penisku yang sudah sangat tegang. Akhirnya badannku kuputar 180 derajat sehingga kepalaku yang berada di atas menghadap vaginanya dan wajahnya yang berada di bawah menghadap penisku.

    Kurengkuh pantatnya yang montok lalu kembali lidah dan bibirku mempermainkan vaginanya sekali lagi dengan cara yang berbeda. Kembali dia melenguh..

    “Ouh….ouh…..Aku tak tahan…aku tak tahan…Ouhhh” erangnya.


    Tak kupedulikan erangannya, aku terus menjilati dan menghisap vaginanya dan terkadang aku tusukkan lidahku kedalam liang vaginanya yang beraroma khas. Gerakan pantatnya semakin menjadi. Dan tiba-tiba aku merasa bibirnya mulai melumat penisku dengan penuh nafsu.

    Aku…melayang…dengan apa yang dia lakukan sehingga bibir dan lidahku diam bekerja…. Jilatan dan hisapan pada penisku semakin bervariasi

    “Ouhh….” Akupun melenguh nikmat..

    Aku takut. Bahwa pertahannanku akan bobol, maka aku konsentrasikan mengoral kembali vaginanya dengan ganas dan cepat. Dia menjerit…

    “Aaah…pak…aku tak tahan……aku tak tahan.. masukkan…. Sekarang auh…”

    Tak kupedulikan permintaannya, aku semakin bersemangat mengoral vagina indah ini. Tiba-tiba badannya menghentak menggulingkan tubuhku kemudian dia bangun , memutarkan badannya , kemudian dalam posisi menungging dia mengarahkan penisku yang sedang berdiri tegak ke arah liang vaginanya yang sudah sangat basah, lalu menekan pantatnya ke bawah dan…

    Blessshh….Penisku mulai memasuki liang vaginanya perlahan-lahan. Mataku nanar berkunang-kunang merasakan kenikmatan yang sukar ‘tuk dibayangkan. Perlahan-lahan pantatnya mulai turun naik, sementara kedua tangannya merengkuh pundakku dari belakang sambil bibirnya dengan penuh nafsu menciumi dan menghisap bibirku.

    Gerakan pantatnya semakin cepat, kepala sudah mulai terdongak sambil mengeluarkan nafas mendengus seperti orang orang yang sedang ‘pushup’

    “Ehh..euh…hekks…hekss…euh…” dengusan itu terus menerus keluar seiring dengan hempasan pantatnya menekan selangkanganku sehingga penisku seperti dikocok-kocok, dipelintir dan dihisap-hisap dengan sangat nikmat. Mataku terbeliak-beliak menahan nikmat yang tak terperi

    Merasa kakinya kurang nyaman, akhirnya istri tetanggaku meluruskan kakinya sehingga dia telungkup menindih tubuhku. Tangannya masih meraih pundakku sebagai pegangan dan buah dadanya ditempelkan pada dadaku. Kemudian kembali memaju mundurkan pantatnya agar vaginanya dapat bergesekan dengan penisku dan penisku dapat keluar masuk hingga sampai ke pangkalnya.

    Gerakannya semakin cepat, kedua kakinya mulai kejang-kejang lurus dan erangannya semakin memburu

    “ Ouh…hekss….heks…heks…”

    Dan akhirnya…dia kembali menjerit panjang

    “Aaaaaahhhhkkkks……….”

    Badannya kembali melenting terdiam kaku, mulutnya menggigit pundakku dan kedua tangannya menarik pundakku dengan sangat keras dan kaku, dan beberapa detik kemudian keluar helaan nafas panjang darinya seperti melepas sesuatu yang sangat nikmat…

    ”Ouhhhhhh…”

    Pantatnya berkedut-kedut, dan terjadi konstraksi yang sangat hebat di dalam vaginanya yang kurasakan sangat mencengkram kuat-kuat seluruh batang penisku dan diakhiri dengan kedutan-kedutan dinding vagina yang memijit penisku membuatku diriku melenguh menerima sensasi yang sangat nikmat dari vagina istri tetanggaku ini.

    “ohh….” Keluhku.

    Kedutan pantatnya makin lama makin melemah dan akhirnya tubuhnya ambruk menindih tubuhku

    Cukup lama dia menikmati sensasi orgasme sambil telungkup lemas diatas tubuhku. Kemudian mata terbuka menatapku sambil berkata

    “Sudah sangat lama ..aku tak merasakan sensasi orgasme yang demikian nikmat…makasih pak ! “ katanya sambil mengecup bibirku. Sudah hilang rasa malu dan marahnya padaku.

    Aku hanya tersenyum manis padanya sambil membalas kecupannya dengan menghisap bibirnya dalam-dalam.

    Kedua tanganku memeluknya dan meletakkan telapak tanganku pada kedua pundaknya yang masih telungkup menindih tubuhku. Lalu pantatku, kugerakan keatas dan kebawah sambil kedua tanganku menarik pundaknya kebawah membuat penisku yang masih tegang menggesek dinding vagina dan memberikan kenikmatan padaku dan padanya. Penisku dengan lancar keluar masuk liang vaginanya yang masih tetap sempit menjepit dan meremas-remas penisku dengan ketat. Sensasi kenikmatan mulai kembali menjalari seluruh urat syarafku dan akupun mulai mendengus nikmat

    “Ouhhh…ouhh…”


    Akibat gerakanku ini, membangkitkan kembali gairahnya yang baru saja mendapatkan orgasme dan gesekan-gesekan ini memberikan kenikmatan-kenikmatan padanya sehingga akhirnya pantatnya kembali bergerak maju mundur dan keatas kebawah meraih kenikmatan yang lebih.

    Dia kembali memompakan tubuhnya diatas tubuhku, dan gerakannya makin lama semakin cepat dan kembali erangan nikmat nya yang khas keluar dari mulutnya

    “Ehh..euh…hekks…hekss…euh…” dengusan itu terus menerus keluar seiring dengan hempasan pantatnya menekan selangkanganku sehingga penisku seperti dikocok-kocok, dipelintir dan dihisap-hisap dengan sangat nikmat. Dan kembali mataku terbeliak-beliak menahan nikmat.

    Gerakannya semakin cepat, dan tak lama kemudian kembali kedua kakinya kejang-kejang lurus dan erangannya semakin memburu

    “ Ouh…hekss….heks…heks…”

    Dan akhirnya…dia kembali menjerit panjang

    “Aaaaaahhhhkkkks……….”

    Badannya kembali melenting terdiam kaku, mulutnya menggigit pundakku dan kedua tangannya menarik pundakku dengan sangat keras dan kaku, dan beberapa detik kemudian keluar helaan nafas panjang darinya seperti melepas sesuatu yang sangat nikmat…

    ”Ouhhhhhh…”

    Pantatnya berkedut-kedut, dan terjadi konstraksi yang sangat hebat di dalam vaginanya yang kurasakan sangat mencengkram kuat-kuat seluruh batang penisku dan diakhiri dengan kedutan-kedutan dinding vagina yang memijit penisku membuatku diriku melenguh kembali menerima sensasi yang sangat nikmat dari vagina istri tetanggaku ini.

    “ohh….” Keluhku.

    Kedutan pantatnya makin lama makin melemah dan akhirnya tubuhnya kembali ambruk menindih tubuhku untuk kesekian kalinya.

    Pencapaian orgasme yang ia dapatkan di atas tubuhku, terus dilakukannya berulang-ulang, hingga akhirnya untuk yang kesekian kalinya dia benar-benar ambruk diatas tubuhku dan tidak bisa bergerak lagi karena kehabisan tenaga.

    Dia menggelosorkan tubuhnya disamping tubuhku, sambil berbaring miring saling berhadapan dan berpelukan. Dia berkata padaku dengan tersengal-sengal kehabisan napas

    “Pak …aku sangat lelah… namun sangat puas…..tapi kepuasanku belum sempurna kalau vaginaku belum disemprot oleh ini..” katanya sambil meraih penisku yang masih tegang menantang.

    Luar biasa besar nafsu sex yang dimiliki istri tetanggaku yang berjilbab lebar ini. Apakah karena dia memang jarang mendapatkan nafkah batin dari suaminya yang jarang pulang, atau seperti dugaanku bahwa dia memiliki nafsu yang sangat besar karena buktinya dia sering membeli jamu-jamu kuat pada istriku.

    Aku yang belum mencapai puncak, tidak ingin berlama-lama istirahat takut nafsuku surut dan penisku melemah, maka aku mulai menindihnya dan tanganku kembali meremas-remas buah dada indah miliknya serta memilin-milin putting susunya yang menjulang menantang. Kemudian kembali bibirku menciumi bibirnya dengan penuh nafsu.


    Nafsunya bangkit kembali walaupun dengan tenaga yang masih lemah, tangannya meraih penisku dan diarahkan kedepan liang vaginanya, pahanya terbuka lebar memberi jalan pada penisku untuk segera menelusuri liang nikmat vaginanya. Ku dorong pantatku begitu kepala penisku tepat berada di liang vaginanya . Dan

    Blessh…., penisku kembali menjelajahi liang sempit yang sudah sangat basah milik istri tetanggaku ini dan “ouhh…” lenguh kami berbarengan menahan nikmat.

    Pantatku mulai mengayuhkan penisku agar lancar keluar masuk menggesek-gesek dinding vagina yang selalu memberikan sensasi nikmat. Gerakanku makin lama makin cepat dan berirama.

    Pinggulnya mulai bergerak membalas setiap gerakannku, sehingga lenguhanku dan erangan nikmat dari terdengar saling bersahutan

    “Ouh…ohhh…enak…banget…ohhhh…” dengusku..

    “Auh…auh…makasih Pak….ouh….nikmat…oh…” erangnya

    Gerakanku makin lama makin cepat dan keras tak beraturan sehingga terdengar suara yang cukup keras dari beradunya dua selangkangan

    Plok…plok…plok…

    Demikian pula dengan gerakan pinggulnya semakin keras menyambut setiap gerakan pantatku., sehingga bunyi beradunya selangkangan semakin keras

    Plok…plok…plok…

    Dan akhirnya mulutku mulai meracau..

    ”Ouh…Bu…Aku …mau … keluar, aku mau… keluar ouh…”

    Dan dia juga meracau sambil menarik-narik tubuhku dengan keras

    “ Ayo.. pak… bareng… bareng…”

    Dan akhirnya secara bersamaan kami menjerit bersahutan melepas nikmat mencapai orgasme. Badanku dan badannya melenting dan menjerit

    “Aaaaahhhh….”

    Dan …cret…cret…cret sperma kentalku terpancar beberapa kali membasahi seluruh rongga vagina istri tetanggaku ini dan dibalas dengan kontraksi dan kedutan-kedutan yang hebat didalam liang vaginanya yang menandakan kami mendapat puncak orgasme yang tak terlukiskan nikmatnya.

    Lalu badanku ambruk jatuh menimpa tubuhnya dan kugelosorkan kesamping tubuhnya agar tidak membebaninya. Kami berbaring sambil berpelukan dan merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme dengan mata terpejam dan nafas tersengal-sengal seperti habis berlari dikejar harimau.

    Tak lama kemudian , matanya terbuka dan memandangku dengan tatapan penuh kepuasan serta berkata dengan suara yang lemah

    “Baru kali ini aku dapat merasakan berkali-kali orgasme yang luar biasa nikmatnya dalam satu kali persetubuhan..huhh… benar-benar melelahkan namun sangat memuaskan dan tak mungkin terlupakan…” Katanya sambil mencium mesra bibirku.

    Lalu sambungnya lagi “Kalau tahu senikmat dan sepuas ini yang kudapat dari Bapak.. Bapak tidak perlu mengancamku segala…” katanya sambil tersenyum.

    “Dan aku rela … menanggung segala akibatnya asal aku bisa mendapatkan nikmat seperti ini dari Bapak…” katanya mulai melantur…

    Kuperhatikan jam dinding sudah menunjukkan jam 1.30 malam, sudah larut. Aku harus segera pulang. Maka aku berdiri dan mengenakan pakaianku dan bertanya padanya “Apakah kita bisa mengulanginya lain waktu ?”

    “Tentu…Pak, bahkan malah aku yang meminta pada bapak untuk bisa memberikan kenikmatan seperti tadi lagi dan lagi “ katanya sambil mencubit mesra pinggangku.


    Kemudian dia juga mengenakan pakaiannya kembali lengkap dengan jilbab lebarnya dan kami keluar kamar berbarengan. Sampai di ruang tamu, dia berhenti sejenak dan memberi isyarat padaku agar aku diam dulu di tempat dan dia akan keluar rumah melihat situasi di luar apakah ada orang. Dan setelah yakin tidak ada orang diluar dan memberi isyarat padaku bahwa di luar aman. Sebelum aku keluar dari rumah dia memberikan kecupan yang hangat dan mesra di bibirku sambil berbisik

    “Jangan lupa ya… seminggu 2 kali bapak harus memberi kenikmatan padaku…”

    Wah… nekad juga rupanya istri tetanggaku yang alim ini, jika sudah tahu sesuatu yang sangat nikmat yang bisa dia dapatkan dari diriku. Dengan mengendap-ngendap aku masuk ke rumahku dan kudapati istriku masih tidur dengan nyenyaknya.

    Sejak saat itu kami selalu menyempatkan diri secara sembunyi-sembunyi untuk berpacu meraih nikmat. Dan hal itu berlangsung sampai sekarang , tanpa aku tahu kapan hal ini akan berakhir. Tapi tingkah lakunya di lingkungan tidak berubah. Dia tetap tampak sebagai istri yang solehah dengan jilbab lebar dan baju longgar panjang yang selalu dikenakan. Tapi jika sudah berduaan denganku, dia bagaikan kuda liar dan binal yang bisa membuat diriku melayang-layang meraih nikmat.

    Ada kejadian mendebarkan yang pernah kami lakukan. Saat itu adalah hari sabtu dan istri tetanggaku pulang kerja jam 1 siang, sedangkan bagiku hari sabtu adalah hari libur. Istriku tidak ada di rumah mengajak jalan-jalan anakku sambil mengambil pesanan barang. Sedangkan pada saat itu aku sangat ingin menyetubuhi tetanggaku, karena hampir seminggu tidak ada kesempatan menikmati tubuhnya.

    Pada saat aku duduk di ruang tamu, kulihat tetanggaku menghampiri rumahku dan kemudian mengetuk pintu. Pintu kubuka, Dia terlihat kaget dan senang karena yang membuka adalah aku. Lalu dia bertanya

    “Ada Ibu , Pak ?”

    “Mau cari Ibu atau cari saya…?” kataku sambil berbisik.

    “Ibu bisa …, bapak juga boleh…” jawabnya sambil tersenyum. Lalu “Tapi kalau ketemu Ibu keperluannya beda..dengan bila bertemu dengan Bapak..” lanjutnya dengan penuh arti.

    “Masuk dulu, Bu ! ‘Nggak enak dilihat tetangga..” kataku mempersilahkan masuk.

    Diapun masuk dan duduk di kursi tamu yang membelakangi jendela, sementara itu pintu rumahku tetap terbuka, akupun bertanya padanya

    “Ada perlu apa, ke Ibu ?”

    “Biasalah… Pak, keperluan perempuan…, saya mau beli jamu kuat dan jamu khusus untuk wanita…, siap-siap… karena hari ini suami saya pulang…”


    “Kalau gitu…, jatah saya kapan..? padahal saya lagi pingin nich..!”

    “Sebenarnya saya juga lagi pingin…, tapi… gimana yah…?” dia menjawab dengan bingung.

    “Kalau sekarang.., gimana ? “ kataku sambil mengahmpiri dirinya dan duduk disebelahnya dan langsung menciumnya dengan nafsu.

    Dia membalas ciumanku, kemudian melepaskan ciumanku sambil mendorong tubuhku dan berkata

    “Ihh, nekad..!”

    “Habis…, udah ‘ga tahan sich..!” jawabku sambil mencubit dagunya dengan gemas

    “Sebenarnya…, saya juga udah ‘ga tahan…., tapi dimana…?, orang lain pasti akan curiga, kalau kita lakukan sekarang di kamar bapak ?” bisiknya dengan nafas yang mulai tersengal-sengal didorong hawa nafsu yang mulai sudah menguasainya.

    “Kita main disini saja, di ruang tamu, sehingga dari jendela kita bisa melihat kalau ada yang datang. Dan biarkan pintu terbuka… biar orang lain tak curiga…” Usulku nekad.

    Kebetulan pintu tamuku sejajar dengan pintu pagar, sehingga dari jendela akan terlihat kalau ada yang akan masuk ke halaman rumahku. Tetapi posisi ruang tamuku agak tersembunyi sehingga segala aktivitas di dalamnya tidak terlhat dari luar.

    “Jangan ah.., Pak. Berbahaya….” Jawabnya, namun nampaknya dia sudah mulai tergoda dengan usulku.

    “’Ngga lah… asal kitanya jangan bersuara….., saya ingin merasakan sensasi nikmat bercampur rasa takut ketahuan…….” Aku semakin memaksanya sambil kembali melumat bibirnya dengan nafsu yang membara.

    Nampaknya gairah nafsu berahi sudah menguasainya sehigga melupakan rasa takutnya dan dia membalas lumatan bibirku dengan ganas dan kedua tangannya merengkuh kepalaku agar semakin rapat bibir kami menempel. Tanganku meremas buah dadanya yang terhalang oleh baju longgar dan jilbab yang dikenakannya. Matanya terpejam menikmati ciuman yang panas bergelora. Dan dia semakin liar menciumku sambil menahan agar erangan nikmat tak keluar dari mulutnya.

    Nafas kami berdua semakin tersengal-sengal, tanganku beralih ke bawah, kutarik baju panjang yang menutup kaki dan pahanya dan tanganku langsung menyusup keselangkangannya. Kurasakan CD-nya sudah sangat basah, rupanya sensasi bercinta sambil was-was takut ketahuan membuat gairah rangsangan melayang tinggi begitu cepat dan membanjiri vaginanya.

    Kusisipkan jari-jariku dari pinggir CD yang dikenakan, sehingga jari tanganku menyentuh permukaan vagina yang ditumbuhi jembut lembut yang merangsang. Dengan penuh nafsu tanganku mengusap bahkan mengobok-obok permukaan vigina yang semakin memacu gairahku. Jari-jariku mempermainkan lipatan vaginanya yang basah. Tetanggaku mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan giginya gemeretak menahan nikmat yang menimpa dirinya dan menahan nafas agar suara erangan nikmatnya tak keluar.

    Lalu jempol memutar dan menekan klitorisnya yang menonjol keras, badannya bergetar…, mulutnya semakin rapat tertutup.., kepala terdongak dengan mata yang terpejam. Nafasnya semakin terengah-engah menahan nikmat yang tak terhingga.

    Sementara jempolku memberikan rangsangan kenikmatan pada dirinya, jari tengahku kuputar dengan gerakan mengebor menembus liang vagina yang semakin basah dan licin. Tubuhnya bergelinjang hebat dan melonjak-lonjak melambungkan dirinya sehingga melayang-layang. Gerakan jari tengahku yang menerobos liang vagina sambil berputar terus kuperdalam dan badannya semakin bergelijang hebat, kepalanya semakin keras menekan sandaran kursi sehingga pinggangnya melenting, dengan suara yang tertahan keluar lenguhan nikmat tanpa dapat dia tahan


    “Uuhhhhh……”

    Jempolku terus menekan dan memutar klitorisnya, sedangkan jari tengahku semakin cepat memutar dan mengocong liang vaginanya. Tubuhnya semakin hebat terguncang hingga akhirnya melenting kejang dan kaku, dan dari mulutnya keluar suara tercekik..

    ”Akkkhhhhh…..”. Jari tengahku terasa seperti dijepit oleh dinding basah dengan sangat kuat disertai dengan kedutan-kedutan yang keras dan cepat.

    Lalu tubuhnya melemas dan punggungnya terhempas pada sandara kursi.

    Nafasnya tersengal-sengal seperti atlit yang baru mencapai finish. Ya…, tetanggaku baru saja mencapai finish dengan memperolah kenikmatan orgasme yang sangat sensasional.

    Aku mencabut jariku dari liang vaginanya yang becek, ku arahkan jari tengahku pada hidungku dan kuhirup dalam-dalam aroma lendir vagina yang menempel pada jari tengahku yang basah kuyup itu . Aroma itu begitu merangsang berahiku dan membuatku nikmat. Aku begitu menikmati aroma vagina itu lalu dengan penuh perasaan kujilati lendir vagina yang menempel dijariku dengan jilatan-jilatan yang rakus hingga jari tengahku kesat bersih dari lendir vagina yang menempel.

    Di dalam kelelahannya, tetanggaku memperhatikan apa yang kulakukan, dia merasa puas dan bangga melihat aku dengan rakusnya menjilati lendir vaginanya yang menempel di jariku. Gairahnya gembali bangkit mengalahkan rasa lelah yang menderanya. Tubuhya bangkit, Tangannya membuka sleting celana panjangku dan mengeluarkan batang penisku yang sangat keras dan tegang dari pinggir CD yang kukenakan.

    Penisku langsung berdiri bebas dengan gagahnya terbebas dari kungkungan celanaku. Tetanggaku menggenggam pangkal penisku dengan jari-jarinya yang halus dan secara perlahan dan pasti lidahnya terjulur menjilati kepala penisku, bahkan seluruh batang penisku dijilatinya dengan penuh gairah seperti sedang menjilati es krim yang sangat nikmat. Akupun melenguh pelan menahan

    nikmat..”Uhhh…”.

    Jilatannya begitu lincah bergairah dan membuatku melayang-layang nikmat pantatku melonjak-lonjak sehingga kepala penisku menekan-nekan mulutnya, seperti sedang mengejar sesuatu yang lebih nikmat. Nafasku semakin memburu ketika dengan asyik dan penuh gairah dia terus menjilati kepala penisku tanpa memperhatikan gelinjang tubuhku yang semakin keras menekan mulutnya. Lalu

    “Akhhhhs…” Suaraku seperti tercekik dan nafas sesak, ketika secara tiba-tiba mulut tetanggaku mencaplok batang penisku.

    Rongga mulutnya terasa panas dan sangat nikmat sehingga membuat mulutku ternganga, badanku kaku dan dadaku sesak susah bernafas.

    Dengan lincahnya, tetanggaku terus mengocok dan menghisap penisku membuatku semakin melayang. Jilbab yang dikenakannya bergoyang-goyang menampilkan pemandangan yang sangat erotis dari seorang wanita berjilbab lebar yang sedang asyik memberikan kenikmatan oral pada diriku.


    Penisku yang berada dalam genggaman tangan dan mulutnya terasa makin membengkak keras. Menyadari itu tetanggaku semakin bergairah mengoralku dan berharap mulutnya dapat disemprot oleh spermaku pada saat aku orgasme. Sebagaimana yang sering terjadi jika dia mengoral suaminya dan dia sangat puas, bahagia dan bangga jika dapat membuat suaminya orgasme oleh oralnya. Dan selama ini dia selalu berhasil membuat suaminya orgasme.

    Gerakan oralnya semakin bevariasi membuatku semakin melayang dan penis yang semakin membengkak. Namun aku belum juga mencapai puncak, hanya nafasku saja yang semakin tersengal-sengal dan batang penis yang semakin keras membengkak.

    Akhirnya dia tak tahan oleh nafsunya sendiri yang terus meningkat minta dipuaskan, vaginanya terasa sangat basah dan gatal. Dia bangkit melepaskan penisku dari mulutnya kemudian melepaskan CD-nya yang sudah sangat basah. CD itu dimasukkannya ke dalam saku baju longgar yang masih menempel di tubuhnya. Kemudian berdiri membelakangiku.

    Aku tahu apa yang dilakukannya. Kuhentikan gerakannya dan dudukku pindah ke kursi yang langsung menghadap jendela sehingga kami bisa lihat jika ada yang mau masuk ke pagar rumahku. Aku masih berpakaian lengkap, hanya penisku saja yang menerobos keluar dari sleting celana yang terbuka.

    Istri tetaggaku berdiri mengangkangi pahaku dengan paha yang terbuka lebar, dia menarik ujung bawah baju longgarnya hingga ke pinggang dan kubantu pegangi ujung baju itu agar tidak melorot jatuh. Lututnya menekuk agar pantatnya mendekati selangkanganku, dia raih penisku dan diarahkan ke mulut liang vaginanya yang sangat basah. Lalu….

    Blesshhh…. perlahan-lahan dia menurunkan pantatnya hingga kepala penisku menerobos liang vaginanya. Gerakannya demikian perlahan, sehingga penerobosan kepala penisku pada liang vaginanya begitu lama dan sangat nikmat, mataku terpejam menikmati nikmat yang kurasakan dan dengan pelan mulutku mengeluh.

    “Uhhh…..”

    Gerakan penerobosan itu terhenti ketika pantatnya menekan sangat rapat bagian bawah perutku sehingga batang penisku amblas hingga kepangkalnya. Dia menekan cukup lama vaginanya, kurasakan sambutan meriah dilakukan oleh dasar liang vaginanya terhadap kepala penisku. Kepala penisku serasa dihisap dan diremas nkmat oleh vagina tetanggaku ini. Dinding vaginanya tak henti-hentinya berkedut memberikan sensasi nikmat pada ujung-ujung syarat nikmat yang ada pada seluruh permukaan kepala dan batang penisku.

    Secara perlahan pinggulnya berputar agar batang penisku mengucek dan mengocok dinding vaginanya, kenikmatan semakin melambungkanku. Semakin lama gerakan pinggulnya semakin bervariasi, berputar, melonjak, bergoyang, patah-patah bahkan maju-mundur membua batang penisku seperti diplintir dan digiling oleh mesin penggilingan nikmat.

    Semakin lama gerakannya semakin cepat, dan nafasnya semakin memburu dan tak lama kemudian badannya melonjak-lonjak keras dan diakhiri dengan tekanan vagina yang sangat kuat sehingga penisku masuk sedalam-dalamnya, dinding vaginanya dengan dahsyat memeras dan menjepit batang penisku dengan sangat kuat serta kedutan-kedutan dinding vagina begitu cepat.


    Badannya terdiam kaku, mulutnya terkatup rapat menahan agar jeritan nikmatnya tak keluar dan kepalanya ditekankan pada pundakku, lalu beberapa detik kemudian badannya terhempas lunglai diatas tubuhku, nafasnya terengah-engah. Kusibakan jilbab lebar yang menutupi wajahku, tetanggaku menoleh kearahku dan menciumku lembut dan mesra sebagai tanda bahwa sangat puas dengan orgasme yang baru digapainya.

    Sambil berciuman kurasakan bahwa jepitan dan kedutan dari dinding vaginanya semakin melemah, pantatku menghentak keatas, sehingga batang penisku yang masih tegang menggesek dinding vagina yang semakin basah dan licin, rasa nikmat kembali menjalar ditubuhku mengakibatkan pantatku tanpa dapat kukendalikan pantatku menghentak-hentak agar gesekan dan kocokan penisku di dalam vaginanya terus-menerus memberikan rasa nikmat pada penisku.

    Hentakan-hentakan tubuhku menyebabkan gairah kembali bangkit dan dia membalas hentakan-hentakan pantatku dengan gerakan pinggul yang liar, semakin lama semakin liar dan tak lama kemudian kembali dia mengejang menggapai nikmat dengan mulut yang terkatup rapat ditandai dengan remasan dan jepitan yang kuat dari dinding vaginanya pada batang penisku.

    Beberapa kali dia mencapai orgasme dalam posisi seperti itu dalam jeda waktu hanya beberapa menit untuk setiap pencapaian orgasme berikutnya.Hingga akhirnya dia benar-benar terkulai lemah tidak mampu membalas hentakan-hentakanku. Kubiarkan dia terkulai beberapa menit di atas tubuhku sambil badannya kepeluk dari belakang dan pipinya kucium dan secara perlahan kuremas-remas buahdadanya dari luar baju longgarnya.

    Setelah kurasakan tenaganya terkumpul, kuangkat tubuhnya agar kerdiri bersamaaan dengan tubuhku, namun kutahan agar penisku tidak lepas dari vaginanya, kudorong tubuhnya agar mendekat ke kursi tamu yang berada tepat membelakangi jendela, kutekan punggungnya agar membungkukkan badan dengan memegang bagian atas sandaran kursi yang berada di pinggir jendela sebagai pegangan untuk menjaga keseimbangan tubuhnya, Sedangkan penisku masih menusuk vaginanya dari belakang melalui belahan pantatnya, suatu posisi dogy style sambil berdiri. Ujung baju lebar yang ia kenakan semakin aku sibakkan ke arah pinggangnya sehingga kedua tanganku dapat memegang pantatnya yang putih bulat menggairahkan.


    Perlahan aku mulai mengerakkan pantatku agar penisku menusuk-nusuk vaginanya lebih dalam. Cengkraman vaginanya dalam posisi seperti ini semakin kuat menjepit membuat kenikmatanku semakin bertambah, basah dan licinnya vagina membuat gesekan dan kocokan penisku begitu lancar di dalam vaginanya. Kepalanya terangguk-angguk menerima hentakan dan dorongan pinggulku.

    Kenikmatan kembali menjalar ke seluruh pebuluh darahnya, dia membalas sodokan penisku dengan menggoyang dan memutar pinggulnya laksana seorang penari dangdut membuat kenikmatan yang kuterima semakin bertambah. Semakin lama goyang pinggulnya semakin liar dan menghentak-hentak dan tak memerlukan waktu lama kembali tubuhnya kejang kaku, tangannya mencengkram sandaran kursi dengan sangat kuat, kepalanya terdongak ke atas. Dengan jerit tertahan kembali dia mengalami orgasme yang hebat. Kudiamkan sejenak ketika dia menikmati sensasi orgasmenya, karena pada saat itu aku sangat menikmati cengkraman, jepitan dan kedutan-kedutan dinding vagina pada penisku.

    Setelah kedutan dan cengkraman dinding vaginanya melemah, kembali aku menusuk-nusukkan penisku. Setelah beberapa detik kemudian pinggulnya kembali bergerak liar membalas sodokan-sodokan penisku, dan hanya beberapa menit berselang kembali dia mengalami orgasme untuk yang entah keberapa kalinya pada saat itu.

    Beberapa kali ia orgasme dalam posisi seperti itu hingga akhirnya tubuhnya ambruk ke atas kursi dan mengeluh pelan dan panjang.

    “Uuhhhhhhh………”

    Pada saat itu, aku merasa orgasme akan menghampiriku, maka tubuhnya langsung kubalik agar telentang dengan kepala berada pada sandaran kursi bagian tengah. Kedua tanganku kugunakan untuk membuka lebar-lebar pahanya sehingga vaginanya yang basah dan licin semakin jelas terlihat mempesona. Kuarahkan kepala penisku pada mulut liang vaginanya dan dengan cepat kudorong penisku hingga amblas sampai ke pangkalnya. Lalu dengan semangat yang menggila aku pompa tubuhnya dengan hentakan-hentakan yang liar dan tak terkendali.

    Beberapa saat sebelum aku meraih puncak orgasmeku, samar-samar kulihat istri dan anakku pulang dan sedang ngobrol dengan temannya beberapa meter sebelum tiba di depan rumah. Rasa takut yang datang tiba-tiba menyebabkan aku menjerit tertahan dan spermakupun muntah tanpa dapat kubendung. Cret…..cret…. cretttt……. Uhhh…. suatu pencapaian oragsme yang sangat mendebarkan dan membuat jatung ini serasa mau copot.

    Dengan tergesa-gesa aku mencabut penisku yang masih beberapa kali memancarkan sperma, sehingga beberapa tetes sperma menempel pada baju longgar yang dikenakan tetanggaku. Kumasukkan penisku yang masih setengah tegang ke balik celanaku dan kutarik sleting. Aku sedikit khawatir karena bagian depan celanaku begitu basah oleh cairan kenikmatan tetanggaku. Aku langsung mengeluarkan beberapa dus jamu dari dalam lemari dan menyimpannya di atas meja, sementara tetanggaku berusaha merapihkan baju longgar dan jilbabnya agar tidak mencurigakan. Ada sedikit basah di sana-sini oleh keringat kami yang membanjir.


    Tetanggaku berusaha duduk tenang, dan tak lama kemudian istri dan anak-anakku masuk ke rumah melalui pintu yang sengaja terbuka.

    “Eehhh… ada tamu…! Udah lama, Bu ?” kata istriku seraya matanya melirik beberapa dus jamu yang kusimpan di atas meja.

    “Ahh…., ‘Ngga… baru saja…., Anu bu …, saya mau beli jamu yang biasa…, namun ternyata bapak tidak tahu, malah akhirnya dia perlihatkan semuanya pada saya…” Sahut tetanggaku berbohong dengan lihainya, sambil berusaha menutupi kegugupannya….

    “Oohhh…, emangnya bapak udah pulang ? ” tanya istriku dengan senyum penuh arti

    “Kabarnya malam ini dia pulang…” jawab tetanggaku pula

    “Harus siap-siap dong…., biar asyik !” goda istriku sambil tertawa genit pada tetanggaku, kemudian dia menambahkan lagi “Panas sekali udara saat ini, Badan saya saya basah oleh keringat…” Kata istriku memperlihatkan bajunya yang basah oleh keringat.

    “Betul.., Bu ! Akan turun hujan barangkali…..” jawab tetanggaku seolah-olah mendapatkan alasan yang tepat atas keringat yang membasahi baju longgarnya.

    Kutinggalkan mereka berdua di ruang tamu dan aku masuk ke kamarku sambil berbaring dan merenung kejadian luar biasa yang baru saja terjadi. Tak lama kemudian tetanggaku pulang dan istriku menghampiriku. Dia duduk di pinggir tempat tidur dan berkata


    “Pah…, kalau pipis jangan jorok…, malu kan sama tetangga, lihat tuh bagian depan celana Papah basah !” sambil menunjuk bagian depan celanaku.

    “Anu…, Mah tadi tersiram dari gayung…, waktu papah pipis” kataku berbohong.

    Kejadian itu betul-betul mendebarkan, namun aku merasakan sensasi yang luar biasa pada waktu melakukannya, apalagi hampir-hampir saja istriku memergoki apa yang kami lakukan. oleh sebab itu sejak hari itu, aku selalu berhati-hati jika ingin bercinta dengan tetanggaku.



  • Kisah Memek Tetangga Yang Cantik dan Bohay

    Kisah Memek Tetangga Yang Cantik dan Bohay


    3290 views

    Duniabola99.com – Aku biasa dipanggil Arman (nama samaran). Saat ini aku kuliah di salah satu Akademi Pariwisata sambil bekerja di sebuah hotel bintang lima di Denpasar, Bali. Kisah yang aku ceritakan ini adalah kisah nyata yang terjadi terjadi saat aku masih duduk di kelas 2 SMA, di kota Jember, Jawa Timur.

    Saat itu aku tinggal di sebuah gang di pusat kota Jember. Di depan rumahku tinggalah seorang wanita, Nita namanya, tapi ia biasa dipanggil Yuli. Usianya saat itu sekitar 24 tahun, karena itu aku selalu memanggilnya Mbak Yuli. Ia bekerja sebagai kasir pada sebuah departemen store di kotaku. Ia cukup cantik, jika dilihat mirip bintang sinetron Sarah Vi, kulitnya putih, rambutnya hitam panjang sebahu.

    Namun yang paling membuatku betah melihatnya adalah buah dadanya yang indah. Kira-kira ukurannya 36B, buah dada itu nampak serasi dengan bentuk tubuhnya yang langsing.


    Keindahan tubuh Mbak Yuli tampak semakin aduhai saat aku melihat pantatnya. Kali ini aku tidak bisa berbohong, ingin sekali kuremas-remas pantatnya yang aduhai itu. Bahkan jika Mbak Yuli memintaku mencium pantatnya akan kulakukan. Satu hal lagi yang membuatku betah melihatnya adalah bibirnya yang merah. Ingin sekali aku mencium bibir yang merekah itu. Tentu akan sangat nikmat saat membayangkan keindahan tubuhnya.

    Setiap pagi saat menyapu teras rumahnya, Mbak Yuli selalu menggunakan kaos tanpa lengan dan hanya mengenakan celana pendek. Jika ia sedang menunduk, sering kali aku melihat bayangan celana dalamnya berbentuk segi tiga. Saat itu penisku langsung berdiri dibuatnya. Apalagi jika saat menunduk tidak terlihat bayangan celana dalamnya, aku selalu berpikir, wah pasti ia tidak memakai celana dalam.

    Kemudian aku membayangkan bagaimana ya tubuh Mbak Yuli jika sedang bugil, rambut vaginanya lebat apa tidak ya. Itulah yang selalu muncul dalam pikiranku setiap pagi, dan selalu penisku berdiri dibuatnya. Bahkan aku berjanji dalam hati jika keinginanku terkabul, aku akan menciumi seluruh bagian tubuh Mbak Yuli. Terutama bagian pantat, buah dada dan vaginanya, akan kujilati sampai puas.

    Malam itu, aku pergi ke rumah Ferri, latihan musik untuk pementasan di sekolah. Kebetulan orang tua dan saudaraku pergi ke luar kota. Jadi aku sendirian di rumah. Kunci kubawa dan kumasukkan saku jaket. Karena latihan sampai malam aku keletihan dan tertidur, sehingga terlupa saat jaketku dipakai Baron, temanku yang main drum. Aku baru menyadari saat sudah sampai di teras rumah.

    “Waduh kunci terbawa Baron,” ucapku dalam hati. Padahal rumah Baron cukup jauh juga. Apalagi sudah larut malam, sehingga untuk kembali dan numpang tidur di rumah Ferri tentu tidak sopan. Terpaksa aku tidur di teras rumah, ya itung-itung sambil jaga malam.

    “Lho masih di luar Man..” Aku tertegun mendengar sapaan itu, ternyata Mbak Yuli baru pulang.

    “Eh iya.. Mbak Yuli juga baru pulang,” ucapku membalas sapaannya. “Iya, tadi setelah pulang kerja, aku mampir ke rumah teman yang ulang tahun,” jawabnya.
    “Kok kamu tidur di luar Man.”

    “Anu.. kuncinya terbawa teman, jadi ya nggak bisa masuk,” jawabku. Sebetulnya aku berharap agar Mbak Yuli memberiku tumpangan tidur di rumahnya. Selanjutnya Mbak Yuli membuka pintu rumah, tapi kelihatannya ia mengalami kesulitaan. Sebab setelah dipaksa-paksa pintunya tetap tidak mau terbuka. Melihat hal itu aku segera menghampiri dan menawarkan bantuan.

    “Kenapa Mbak, pintunya macet..”
    “Iya, memang sejak kemarin pintunya agak rusak, aku lupa memanggil tukang untuk memperbaikinya.” jawab Mbak Yuli.
    “Kamu bisa membukanya, Man.” lanjutnya.
    “Coba Mbak, saya bantu.” jawabku, sambil mengambil obeng dan tang dari motorku.

    Aku mulai bergaya, ya sedikit-sedikit aku juga punya bakat Mc Gayver. Namun yang membuatku sangat bersemangat adalah harapan agar Mbak Yuli memberiku tumpangan tidur di rumahnya.

    “Kletek.. kletek…” akhirnya pintu terbuka. Aku pun lega.
    “Wah pinter juga kamu Man, belajar dari mana.”
    “Ah, nggak kok Mbak.. maklum saya saudaranya Mc Gayver,” ucapku bercanda.
    “Terima kasih ya Man,” ucap Mbak Yuli sambil masuk rumah.

    Aku agak kecewa, ternyata ia tidak menawariku tidur di rumahnya. Aku kembali tiduran di kursi terasku. Namun beberapa saat kemudian. Mbak Yuli keluar dan menghampiriku.

    “Tidur di luar tidak dingin? Kalau mau, tidur di rumahku saja Man,” kata Mbak Yuli.
    “Ah, nggak usah Mbak, biar aku tidur di sini saja, sudah biasa kok, “jawabku basa-basi.
    “Nanti sakit lho. Ayo masuk saja, nggak apa-apa kok.. ayo.”
    Akhirnya aku masuk juga, sebab itulah yang kuinginkan.

    “Mbak, saya tidur di kursi saja.”
    Aku langsung merebahkan tubuhku di sofa yang terdapat di ruang tamu.
    “Ini bantal dan selimutnya Man.”

    Aku tersentak kaget melihat Mbak Yuli datang menghampiriku yang hampir terlelap. Apalagi saat tidur aku membuka pakaianku dan hanya memakai celena pendek.


    “Oh, maaf Mbak, aku terbiasa tidur nggak pakai baju,” ujarku.
    “Oh nggak pa-pa Man, telanjang juga nggak pa-pa.”
    “Benar Mbak, aku telanjang nggak pa-pa,” ujarku menggoda.
    “Nggak pa-pa, ini selimutnya, kalau kurang hangat ada di kamarku,” kata Mbak Yuli sambil masuk kamar.

    Aku tertegun juga saat menerima bantal dan selimutnya, sebab Mbak Yuli hanya memakai pakaian tidur yang tipis sehingga secara samar aku bisa melihat seluruh tubuh Mbak Yuli. Apalagi ia tidak mengenakan apa-apa lagi di dalam pakaian tidur tipis itu.

    Aku juga teringat ucapannya kalau selimut yang lebih hangat ada di kamarnya. Langsung aku menghampiri kamar Mbak Yuli. Ternyata pintunya tidak ditutup dan sedikit terbuka. Lampunya juga masih menyala, sehingga aku bisa melihat Mbak Yuli tidur dan pakaiannya sedikit terbuka. Aku memberanikan diri masuk kamarnya.

    “Kurang hangat selimutnya Man,” kata Mbak Yuli.
    “Iya Mbak, mana selimut yang hangat,” jawabku memberanikan diri.
    “Ini di sini,” kata Mbak Yuli sambil menunjuk tempat tidurnya.

    Aku berlagak bingung dan heran. Namun aku mengerti Mbak Yuli ingin aku tidur bersamanya. Mungkin juga ia ingin aku.., Pikiranku melayang kemana-mana. Hal itu membuat penisku mulai berdiri. Terlebih saat melihat tubuh Mbak Yuli yang tertutup kain tipis itu.

    “Sudah jangan bengong, ayo sini naik,” kata Mbak Yuli.
    “Eit, katanya tadi mau telanjang, kok masih pakai celana pendek, buka dong kan asyik,” kata Mbak Yuli saat aku hendak naik ranjangnya.

    Kali ini aku benar-benar kaget, tidak mengira ia langsung memintaku telanjang. Tapi kuturuti kemauannya dan membuka celana pendek berikut cekana dalamku. Saat itu penisku sudah berdiri.

    “Ouww, punyamu sudah berdiri Man, kedinginan ya, ingin yang hangat,” katanya.
    “Mbak nggak adil dong kalau hanya aku yang bugil, Mbak juga dong,” kataku.
    “OK Man, kamu mau membukakan pakaianku.”

    Kembali aku kaget dibuatnya, aku benar-benar tidak mengira Mbak Yuli mengatakan hal itu. Ia berdiri di hadapanku yang sudah bugil dengan penis berdiri. Aku memang baru kali ini tidur bersama wanita, sehingga saat membayangkan tubuh Mbak Yuli penisku sudah berdiri.

    “Ayo bukalah bajuku,” kata Mbak Yuli.

    Aku segera membuka pakaian tidurnya yang tipis. Saat itulah aku benar-benar menyaksikan pemandangan indah yang belum pernah kualami. Jika melihat wanita bugil di film sih sudah sering, tapi melihat langsung baru kali ini.

    Setelah Mbak Yuli benar-benar bugil, tanganku segera melakukan pekerjaannya. Aku langsung meremas-remas buah dada Mbak Yuli yang putih dan mulus. Tidak cuma itu, aku juga mengulumnya. Puting susunya kuhisap dalam-dalam. Mbak Yuli rupanya keasyikan dengan hisapanku. Semua itu masih dilakukan dengan posisi berdiri.

    “Oh, Man nikmat sekali rasanya..”

    Aku terus menghisap puting susunya dengan ganas. Tanganku juga mulai meraba seluruh tubuh Mbak Yuli. Saat turun ke bawah, tanganku langsung meremas-remas pantat Mbak Yuli. Pantat yang padat dan sintal itu begitu asyik diremas-remas. Setelah puas menghisap buah dada, mulutku ingin juga mencium bibir Mbak Yuli yang merah.

    “Man, kamu ahli juga melakukannya, sudah sering ya,” katanya.
    “Ah ini baru pertama kali Mbak, aku melakukan seperti yang kulihat di film blue,” jawabku.

    Aku terus menciumi tiap bagian tubun Mbak Yuli. Aku menunduk hingga kepalaku menemukan segumpal rambut hitam. Rambut hitam itu menutupi lubang vagina Mbak Yuli. Bulu vaginanya tidak terlalu tebal, mungkin sering dicukur. Aku mencium dan menjilatinya. Tanganku juga masih meremas-remas pantat Mbak Yuli. Sehingga dengan posisi itu aku memeluk seluruh bagian bawah tubuh Mbak Yuli.


    “Naik ranjang yuk,” ucap Mbak Yuli.

    Aku langsung menggendongnya dan merebahkan di ranjang. Mbak Yuli tidur dengan terlentang dan paha terbuka. Tubuhnya memang indah dengan buah dada yang menantang dan bulu vaginanya yang hitam indah sekali. Aku kembali mencium dam menjilati vagina Mbak Yuli. Vagina itu berwarna kemerahan dan mengeluarkan bau harum.

    Mungkin Mbak Yuli rajin merawat vaginanya. Saat kubuka vaginanya, aku menemukan klitorisnya yang mirip biji kacang. Kuhisap klitorisnya dan Mbak Yuli menggeliat keasyikan hingga pahanya sedikit menutup. Aku terjepit diantara paha mulus itu terasa hangat dan nikmat.

    “Masih belum puas menjilatinya Man.”
    “Iya Mbak, punyamu sungguh asyik dinikmati.”
    “Ganti yang lebih nikmat dong.”

    Tanpa basa-basi kubuka paha mulus Mbak Yuli yang agak menutup. Kuraba sebentar bulu yang menutupi vaginanya. Kemudian sambil memegang penisku yang berdiri hebat, kumasukkan batang kemaluanku itu ke dalam vagina Mbak Yuli.

    “Oh, Mbak ini nikmatnya.. ah.. ah..”
    “Terus Man, masukkan sampai habis.. ah.. ah..”

    Aku terus memasukkan penisku hingga habis. Ternyata penisku yang 17 cm itu masuk semua ke dalam vagina Mbak Yuli. Kemudian aku mulai dengan gerakan naik turun dan maju mundur.

    “Mbak Yuli.. Nikmaat.. oh.. nikmaattt seekaliii.. ah..”
    Semakin lama gerakan maju mundurku semakin hebat. Itu membuat Mbak Yuli semakin menggeliat keasyikan.
    “Oh.. ah.. nikmaatt.. Man.. terus.. ah.. ah.. ah..”

    Setelah beberapa saat melakukan maju mundur, Mbak Yuli memintaku menarik penis. Rupanya ia ingin berganti posisi. Kali ini aku tidur terlentang. Dengan begitu penisku terlihat berdiri seperti patung. Sekarang Mbak Yuli memegang kendali permainan. Diremasnya penisku sambil dikulumnya.

    Aku kelonjotan merasakan nikmatnya kuluman Mbak Yuli. Hangat sekali rasanya, mulutnya seperti vagina yang ada lidahnya. Setelah puas mengulum penisku, ia mulai mengarahkan penisku hingga tepat di bawah vaginanya. Selanjutnya ia bergerak turun naik, sehingga penisku habis masuk ke dalam vaginanya.

    “Oh.. Mbak Yuli.. nikmaaatt sekali.. hangat dan oh..”

    Sambil merasakan kenikmatan itu, sesekali aku meremas-remas buah dada Mbak Yuli. Jika ia menunduk aku juga mencium buah dada itu, sesekali aku juga mencium bibir Mbak Yuli.

    “Oh Man punyamu Oke juga.. ah.. oh.. ah..”
    “Punyamu juga nikmaaat Mbaak.. ah.. oh.. ah…”


    Mbak Yuli rupanya semakin keasyikan, gerakan turun naiknya semakin kencang. Aku merasakan vagina Mbak Yuli mulai basah. Cairan itu terasa hangat apalagi gerakan Mbak Yuli disertai dengan pinggulnya yang bergoyang. Aku merasa penisku seperti dijepit dengan jepitan dari daging yang hangat dan nikmat.

    “Mbak Yuli.. Mbaaakk.. Niiikmaaattt..”
    “Eh.. ahh.. ooohh.. Man.. asyiiikkk.. ahh.. ennakk.. nikmaaatt..”

    Setelah dengan gerakan turun naik, Mbak Yuli melepas penisku. Ia ingin berganti posisi lagi. Kali ini ia nungging dengan pantat menghadapku. Nampak olehku pantatnya bagai dua bantal yang empuk dengan lubang nikmat di tengahnya.

    Sebelum kemasukan penisku, aku menciumi dahulu pantat itu. Kujilati, bahkan hingga ke lubang duburnya. Aku tak peduli dengan semua hal, yang penting bagiku pantat Mbak Yuli kini menjadi barang yang sangat nikmat dan harus kunikmati.

    “Man, ayo masukkan punyamu aku nggak tahaan nih,” kata Mbak Yuli.
    Kelihatannya ia sudah tidak sabar menerima hunjaman penisku.
    “Eh iya Mbak, habis pantat Mbak nikmat sekali, aku jadi nggak tahan,” jawabku.

    Kemudian aku segera mengambil posisi, kupegang pantatnya dan kuarahkan penisku tepat di lubang vaginanya. Selanjutnya penisku menghunjam dengan ganas vagina Mbak Yuli. Nikmat sekali rasanya saat penisku masuk dari belakang. Aku terus menusuk maju mundur dan makin lama makin keras.

    “Oh.. Aah.. Man.. Ooohh.. Aah.. Aaahh.. nikmaaatt Man.. terus.. lebih keras Man…”
    “Mbak Yuli.. enak sekaliii.. niiikmaaatt sekaaliii..”

    Kembali aku meraskan cairan hangat dari vagina Mbak Yuli membasahi penisku. Cairan itu membuat vagina Mbak Yuli bertambah licin. Sehingga aku semakin keras menggerakkan penisku maju mundur.Mbak Yuli berkelonjotan, ia memejamkan mata menahan rasa nikmat yang teramat sangat. Rupanya ia sudah orgasme. Aku juga merasakan hal yang sama.

    “Mbak.. aku mau keluar nih, aku nggak tahan lagi..”

    Kutarik penisku keluar dari lubang duburnya dan dari penisku keluar sperma berwarna putih. Sperma itu muncrat diatas pantat Mbak Yuli yang masih menungging. Aku meratakan spermaku dengan ujung penisku yang sesekali masih mengeluarkan sperma. Sangat nikmat rasanya saat ujung penisku menyentuh pantat Mbak Yuli.

    “Oh, Mbak Yuli.. Mbaak.. nikmat sekali deh.. Hebat.. permainan Mbak bener-bener hebat..”
    “Kamu juga Man, penismu hebat.. hangat dan nikmat..”

    Kami berpelukan di ranjang itu, tak terasa sudah satu jam lebih kami menikmati permainan itu. Selanjutnya karena lelah kami tertidur pulas. Esok harinya kami terbangun dan masih berpelukan. Saat itu jam sudah pukul 09:30 pagi.

    “Kamu nggak sekolah Man,” tanya Mbak Yuli.
    “Sudah terlambat, Mbak Yuli tidak bekerja?”
    “Aku masuk sore, jadi bisa bangun agak siang..”

    Kemudian Mbak Yuli pergi ke kamar mandi. Aku mengikutinya, kami mandi berdua dan saat mandi kembali kami melakukan permainan nikmat itu. Walaupun dengan posisi berdiri, tubuh Mbak Yuli tetap nikmat.


    Akhirnya pukul 14:30 aku pergi ke rumah Baron dan mengambil kunci rumahku. Tapi sepanjang perjalanan aku tidak bisa melupakan malam itu. Itulah saat pertama aku melakukan permainan nikmat dengan seorang wanita.

    Kini saat aku kuliah dan bekerja di Denpasar, aku masih sering mengingat saat itu. Jika kebetulan pulang ke Jember, aku selalu mampir ke rumah Mbak Yuli dan kembali menikmati permainan nikmat. Untung sekarang ia sudah pindah, jadi kalau aku tidur di rumah Mbak Yuli, orang tuaku tidak tahu.

  • Kisah Memek Tetangga yang menyuruhku emut susu besar nya sampai vagina basah

    Kisah Memek Tetangga yang menyuruhku emut susu besar nya sampai vagina basah


    2785 views

    Duniabola99.com – Ini adalah pengalaman saya dengan Bu Edi, tetangga saya. Waktu itu kira-kira jam 9 pagi saya berniat mau kerumahnya untuk membayar listrik karena memang dibantu oleh beliau dengan menyalur listrik di rumahnya krn kebetulan belum pasang listrik sendiri…


    Trus sesampai dirumahnya ternyata sepi sekali. Aku kira tidak ada orang di rumah. Tapi aku liat pagar tidak dikunci, jadi inisiatif aku buka aja kemudian aku ketuk pintu rumah bu Edi… “Pagi bu” sapaku “Eh, mas leo…,masuk..”

    Aku pun langsung masuk kedalam rumah, kulihat Bu Edi pagi itu begitu seksi dengan menggunakan daster tanpa lengan yang serba tipis dan mini sehingga terlihat tubuh bu edi yang montok..”Wah kalo kayak gini bisa kacau ni otak…” kataku dalam hati “Ini bu, saya mau bayar listrik untuk bulan ini dan bulan depan.

    Saya dobel aja, kebetulan ada rejeki…” aku memulai pembicaraan. “Oalah….kenapa kok pake didobel segala sih mas?? Gak apa2 kok bayar satu aja dulu, khan tanggalnya jg msh muda gini, barangkali ada keperluan mendadak khan bisa dipakai dulu…” katanya. “Ah gak apa2 kok bu. Mumpung lagi ada aja. Daripada ntar kepakai bln depan saya jd bingung bayarnya….” Jawabku.

    “Mas leo ini bisa aja..masalah itu mah gampang mas bisa diatur…lagian tetangga dekat aja kok. Santai aja lah” serunya ramah. “Iya bu gak apa kok…dibayar dobel aja.” Kataku lagi. “Kalo gitu tunggu ya,,ibu ambil catatannya dulu..Oh iya mas leo mau minum apa? Panas apa dingin??” tanyanya lagi. “Ah gak usah repot2 bu….bentar lagi juga pulang kok..” seruku.


    “Udah gak apa2…kopi ya?? Biar gak buru2 pulang…” katanya lagi. “Boleh deh bu, terima kasih…..” jawabku sambil tersenyum. Ibu Edi pun langsung masuk kedapur, Sementara aku hanya terdiam sambil menghitung uang dari dompetku untuk memastikannya tidak kurang. Ibu Edi keluar dari dapur dengan membawa secangkir kopi.

    “Silakan diminum mas…” “Terima kasih bu..” Jawabku. Bu Edi duduk disampingku sambil membuka2 lembaran buku catatan pembayaran listrik bulan lalu. Aku mencium aroma wangi sekali, ditambah pemandangan indah krn daster bu edi agak rendah sehingga aku bisa melihat belahan dadanya yg putih dan padat berisi. Situs Poker Online

    Nampaknya bu edi baru selesai mandi. Aku merasakan ****** aku mulai membesar melihat pemandangan yahud ini… “Nah ini mas, totalnya masih sama seperti bulan kemarin, delapan puluh lima ribu. Jadi dibayar dobel kah?” Aku agak terkejut karena pikiranku masih melayang entah kemana.

    “Eh….oh…iya bu, jadi bayar dobel. Berarti totalnya berapa bu??” Jawabku sekenanya. “Berarti ya seratus tujuh puluh ribu…” kata bu edi sambil senyum. “Oh…eh….ii….iya bu saya bayar semua. Ini a…ada dua ratus ribu saya titipkan semua aja..” kataku gugup.

    Bagaimana tidak. Ketika menyebutkan jumlah tadi, pose bu edi sangat menantang, dengan belahan dada yg nampak jelas dan paha yg menganga.. “Lho kok kaget?? Kenapa?? Dibayar satu dulu aja gak apa2 kok mas” katanya. “eh…anu….nggak kok bu.

    Beneran saya ada kok. Saya bayar semua aja..” kataku sambil melirik belahan dada bu edi yg begitu menantang.. Nampaknya bu edi mengetahui aku menyelidiki dadanya yg sekal itu..Namun bu edi hanya tersenyum tanpa berusaha menutupinya. “Ya udah kalo gitu gak apa2 deh. Emang mas leo liatin apa sih koq kayaknya jadi gak konsentrasi gitu??”


    “Oh…eh…nggak kok bu.., anu….” aduh aku mulai bingung, sementara bu edi tersenyum memandang ku. “Kopinya diminum gih mas,, keburu dingin lho” serunya sambil tersenyum. “Masalah duitnya ntar aja deh, keliatannya mas leo lagi bingung gitu…” katanya sambil tersenyum nakal. Tiba2 bu edi menyentuh pahaku, “dari tadi ngliatin ini aja kenapa mas??” Tanya bu edi sambil menunjuk dadanya.

    “Oh….eh….anu…itu….gak sengaja bu…” jawabku makin gugup “Gak sengaja apa gak sengaja?? Koq diliatin terus sampai gak berkedip gitu..?” katanya sambil semakin mendekat ke aku. “Suka ya???” Tanyanya lagi “Mau??” aku semakin tidak bisa menjawab. Tapi kontolku semakin tegang krn bu edi mengelus-elus pahaku.

    “Eh..m..m…maksud ibu??” Srup bibirnya bu edi langsung melumat bibirku dan tangannya meramas-remas ****** ku, pikiranku sangat kacau, aku masih bingung dan belum percaya kalo saat ini aku bermesraan dengan bu edi, yang selalu jadi fantasi sex ku. Birahiku pun mulai bangkit, aku pun mulai meremas-remas payudara bu edi yang tadinya hanya aku liatin saja.

    Kami saling melumat dan tangan bu edi terus meremas-remas kontolku. Tanganku pun mulai menelusup dari sela-sela daster bu edi dan masuk ke dalam BHnya. Aku mainkan dan aku pilin-pilin puting susu bu edi yang mulai mengeras.

    “Terus mas leo…ssshhs, enak banget..” dan tangan bu edi mulai membuka celana jeans ku, aku pun membantunya dan kemudian kulepas kaosku sehigga kini tinggal cd yang melekat. “Mas…kita ke kamar aja ya…jangan disini nanti diliat orang..” Dan kemudan mencium bibirku.

    Bu edi langsung masuk kekamar dan membuka dasternya, tubuh bu edi kini tinggal berbalut BH dan cd saja. Kemudian sambil menatapku nakal bu edi mulai membuka bh dan cd nya. Kini bu edi telah telanjang bulat dihadapanku…

    “Wow bener2 seksi nih….” Gumamku sambil memelototi tubuh bu edi satu per satu dari atas sampai bawah. Tubuh bu edi memang sangat mulus, kulitnya putih, payudara nya begitu menantang dengan puting kemerahan yg mengacung. Apalagi memek bu edi, begitu indah dengan klitoris yg menonjol, serta tidak ada satu helaipun bulu jembutnya..nampak sehabis dicukur.


    “Kok malah bengong mas leo….sini dong” Bu Edi duduk di tepi ranjang dan kemudian aku mendekat dan menunduk mencium bibirnya. Tangan bu edi melepaskan cd ku dan keluarlah kontolku. “Waaahhh….. mas…ini besar banget, apa begini ya kalo orang arab?” Kebetulan memang aku keturunan arab….

    ”lebih besar dari punya suamiku nih….wah muat gak ya??” kata bu edi sambil mengelus-elus ****** ku, sesekali dijilati ujung hingga buah pelirku jg tak lepas dari jilatan bu edi. Aku hanya terpejam menikmati servis dari bu edi ini. Bu edi kemudian berdiri dan menciumku kemudian turun kedadaku, putingku di hisap dan dijilati.

    Ouh..bu enak banget bu, terus bu. Kemudian bu edi berjongkok dihadapan ku dan menjilat kontolku seperti menjilat es krim. Kemudian memasuk kan kontolku kemulutnya. Dia pun mengulum kontolku dengan lihai. Nikmat sekali rasanya, lebih nikmat dari hisapan istriku…. “ahh….Terus bu”, aku pun mulai memompa kontolku didalam mulut bu edi sehingga mulut bu edi terlihat penuh.

    Sesekali bu edi menggunakan giginya untuk mengulum kontolku…aaaauuhhhh rasanya benar-benar nikmat. Sekitar 10 menit bu edi mengoralku, sebelum akhirnya menciumi buah pelirku, menjilatinya lalu berdiri dan kembali mencium bibirku.

    Ternyata bu edi sangat menyenangi foreplay. Terbukti berkali-kali dia menjilat leher hingga belakang telingaku dan memainkan lidahnya di putingku. Bener-bener sensasi yang luar biasa. Aku pun tidak tinggal diam. Kini aku remasi payudara bu edi sambil aku jilat lehernya.

    Payudara nya jg tak luput dari jilatan dan remasanku sampai aku mulai mengulum putingnya. Bu edi hanya mengeliat-mengeliat dan mendesah mendapat perlakuan ini dariku. Sesekali aku gigit2 kecil putingnya dan bu edi melenguh nikmat karenanya….

    Perlahan aku baringkan bu edi sambil terus melumati payudara nya. Ciumanku turun ke perutnya..”Bener2 putih dan perfect tubuh ini” batinku. “Ahhhh…..sssssshshhh…..ouh…..terus mas….ahhhhh….enak banget lidahmu….ahhh….mas leo pinter…..eeehmm..” bu edi mengeliat.


    Aku pun menjulurkan lidahku ke memeknya, asin, ternyata cairannya bu edi banyak banget keluar. Memek yang kemerahan itu bener-bener basah oleh ludahku yg bercampur lendirnya.. Aku pun mengangkangkan kakinya agar bisa menjilat lebih dalam, ku jilat klitorisnya lalu aku kulum-kulum dan sesekali kugigit pelan-pelan.

    Ouch…nikmat banget mas……terus…..auhhh…ouhhh…, hisap terus mas…” Aku pun menjilatnya dan kemudian ku masukkan jari ku kadalam memeknya dan bu indah pun menggelinjang keenakan…. Ouch..mas….ahhhhhh….terusin mas…aku gak pernah senikmat ini……jari kamu enak banget ahhh pinter mas…..shhhh…”

    Tak lama kemudian bu edi menjepit kepalaku dan menjambak rambutku dan aku pun mepercepat permainan fucking finger ku di memeknya.. “Shhhhh…,uhhhhffff…aku mau keluar mas..oouuuuhh….hisap terus mas….,ohh……” Akupun menghisap kuat kuat lubang kenikmatan itu dan “cret..cret..” Cairan bu edi menyemprot mulutku dan aku pun menjilatnya sampai bersih.

    Bu edi keliatan lemas….aku pun kembali berjongkok di atas kepala bu edi dan kembali ku sodorkan kontolku.. Bu edi pun menghisap dengan kuat kontolku..aku membalikkan badanku sehingga posisi kami sekarang 69, aku menahan badanku dengan lutut dan terus memompa mulut bu edi. Sementara memek bu edi kembali basah dan aku terus mengelus elusnya.

    Aku pun memperbaiki posisiku dan kini kami sama-sama berbaring.. Kulumat bibir bu edi yang sensual dan menggemaskan, sambil tanganku memainkan klitorisnya.. “Shh..uhf.. nikmat banget mas…aaahh….masukin sekarang mas….auuhhhh..cepet mas aku udah ga tahan nih..gatel banget rasanya.”

    Bu edi pun kusuruh mengangkang dan mengangkat kakinya kedepan hingga terlipat menyentuh payudara nya… Kini bibir memek bu edi muncul keluar dan menganga seakan berteriak minta dientot. Aku pun mengarahkan kontolku ke vagina bu edi dan mulai menggesek-gesekannya.. ”sssshhhh….aaahh…uuuhhh ayo maas masukin dong…ahhhhh”.. Aku pun menancapkan kontolku dengan cepat masuk ke dalam vagina bu edi yang sudah basah.

    “Ouhhhh….pelan-pelan mas….ahhhhhhhhhh……kontolmu gede banget mas….”. Ternyata memek bu edi masih sempit dan enak banget kontolku serasa dipilin-pilin. Aku pun memompa terus memek bu edi…semakin lama semakin cepat.. “Ouh..terus mas…..iih…ahhh….sshhhh…”.

    Kemudian aku berhenti dan menancapkan kontolku sedalam-dalamnya lalu aku diamkan…..aku ciumin payudara bu edi…lalu aku kulum putingnya…Dan secara tiba2 aku goyang lagi dengan gerakan menekan dan memutar.

    “Shhhhhh…..ahhhhhh,,,masss pinter banget kamu…a.oooohhh…..enak mas….” Bu edi meracau tak karuan. Kemudian tubuh bu edi mengejang dan kontolku terasa dijepit kuat sekali..


    “Ouh..aku keluar lagi mas…..enak mas…..enak banget,” Aku pun membalikkan badan bu edi dan ternyata bu edi langsung mengerti apa mauku dan dia pun langsung menungging dan kini kami dogy style..aku pun memasukan kontolku kedalam memek bu edi..

    “Ouhh…..mas….kamu kuat banget….ahhhhhh…..leo…..terus sayang…..nikmat banget “ Aku terus memompa memek bu edi sambil meremas-remas payudara bu edi yang bergelantungan.. ”Ouh..ahh..terus mas….,aku gak tahan lagi mas….ahhhhh….. “ rintih bu edi.

    Aku pun merasa ada yang mau keluar dari kontolku,,,,aku semakin mempercepat kocokanku di memek bu edi. “huffft….aahhh….oh….sayang….aku mau keluar nih…” seruku. Aku tak peduli lagi dengan beda usia kami. Aku panggil bu edi dengan sayang. “ahhhh….uuhhh….iya sayang gak apa-apa terusin aja….shhhshhhh…” teriaknya.

    Rupanya tak dapat kutahan lebih lama lagi. Dengan tusukan terakhir aku berhenti dan cret…cret…..cret…. “ahhhh….. sayang….. uuuhhhh” teriakku mengiringi semprotan spermaku ke memek bu edi.

    “Auuuuuuuhhhh……oooooohhhh……” rintih bu edi. Aku merasa ada rasa hangat di sekujur kontolku…nampaknya bu edi orgasme lagi.. “aahh….” Kami berdua rebahan di kasur…bu edi tersenyum puas…lalu aku kecup bibirnya….. “makasih mas……enak bgt…..” ujar bu edi.

    “Iya sayang….aku juga merasa enak bgt….puaaaassss sama km….” seruku sambil lalu mengulum bibirnya lagi. Tanganku mulai meraba payudara nya lagi. “mas….aahhhh udah dulu mas…..capek….ssshhh..” “Iya sayang,,,,aku cm gemes aja sama ini …” jawabku sambil mencubit payudara nya.. Kami pun berpakaian lagi. Ketika hendak pamit, bu edi melumat bibirku dan meremas kontolku….


    “Uangnya dibawa aja dulu ya…..bln depan aja bayarnya…..” kata bu edi di sela2 ciuman kami. “Aku balas meremas payudara nya lalu aku kulum lagi bibirnya. “kalo bulan depan kelamaan….ini gak betah “ kataku sambil menunjuk kontolku. “Iya gampang….ntar aku sms kalo rumah lagi sepi….ok sayang…..”jawabnya..

    “Dengan senang hati” jawabku dan aku kulum bibirnya lagi sambil aku mainkan puting payudara nya…. Aku pun pamitan pulang. Sejak itu kami jadi sering ML kalo rumah bu edi lagi sepi. Bahkan pernah juga di hotel kalo bener2 gak tahan tapi di rumah lagi ada anak-anaknya.

    Dan aku juga sering dibebaskan bayar listrik karena bu edi puas dengan pelayanan yang aku berikan, dan aku bisa puas memainkan payudara nya.

  • Kisah Memek Tetanggaku, Ibu Tiara

    Kisah Memek Tetanggaku, Ibu Tiara


    4021 views

    Duniabola99.com – Namaku Iful..umur 29 taon, tinggi 168 paras badanku tegap, rambutku lurus dan ukuran vitalku biasa saja normal org Indonesia lah…panjangnya kira2 16 cm dan diameternya aku ggak pernah ukur…
    Aku tinggal di rumah kost2 an istilahnya rumah berdempet2an neh…ada tetanggaku yg bernama Ibu Tiara, berjilbab umurnya sekitar 33 taon, anaknya dah 3 boo…yang paling besar masih sekolah kelas 5 SD otomatis yg palg kecil umur 1,8 bln, sedangkan suaminya kerjanya di kontraktor (perusahaan) sebagai karyawan saja.
    Setiap hari Ibu tiara ini wanita yang memakai jilbab panjang2 sampai ke lengan2nya boleh dikatakan aku melihatnya terlalu sempurna utk ukuran seorang wanita yag sdh berumah tangga dan tentunya aku sangatlah segan dan hormat padanya.

    Suatu ketika suaminya sdh pergi ke kantor utk kerja dan aku sendiri masih di rumah rencananya agak siangan baru aku ke kantor…

    “Iful…”ibu tiara memanggil dari sebelah…karena aku msh malas2 hari ini so aku tidur2an aja di t4 tidurku…”Iful…Iful….” Ibu minta tolong bisa..?? ujar Ibu Tiara dari luar..aku sbenarnya dah mendengar namun rasanya badanku lagi malas bangun …

    karena mungkin aku yang di panggil tdk segera keluar, maka ibu tiara dng hati2 membuka pintu rumahku dan masuk pelan2 mencari aku…seketika itu juga aku pura2 tutup mataku..dia mencari2 aku dan akhirnya dia melihat aku tidur di kamar…

    “ohh….” Ujarnya…spontan dia kaget…karena kebiasaan kalo aku tidur tidak pernah pake baju dan hny celana dalam saja…dan pagi itu kontolku sebnarnya lagi tegang…biasa penyakit di pagi hari…(heheheh)
    seketika itu dia langsung balik melangkah dan menjauh dari kmarku….aku coba mengintip dengan sbelah mataku…oo dia sudah tidak ada “ujarku dalm hati…tapi kira2 tak lama kemudian dia balik lagi dan mengendap2 mengintip kamarku…smbl tersenyum penuh arti…cukup lama dia perhatikan aku dan stlh itu ibu tiara lngsung balik ke rmhnya.


    Besok pagi stlah semuanya tlah tidak ada di rumhnya ibu tiara, tinggal anaknya yg plg kecil dah tidur aku …sayup2 aku dengar di smpg rmhku yg ada di belkang, spertinya ada yg mencuci pakaian…aku intip di blkang…Ohh ibu tiara sdng mencuci pakaian…namun dia hny memakai daster terusan panjang dan jilbab …krn dasternya yg panjang, maka dasternya basah sampai ke paha…saat aku sdg intip..ibu tiara lgsg berdiri dan mengangkat dasternya serta merta mencopot celana dalamnya dan langsung dicuci sekalian…otomatis…saat itu aku melihat ooooohhh….memeknya yg merah dan pahanya yg putih di tumbuhi bulu2 halus…aku langsung berputar otak2 ku ingin rasanya mencicipi memek yg indah dari ibu tiara yg berjilbab ini…

    “Maaf ibu tiara…kemarin ibu ada perlu saya ” tanyaku ..mengagetkan ibu tiara dan semerta2 dia lngsung merapikan dasternya tersingkap smpai ke paha…

    Iya nih mas Iful..Ibu kemarin mo minta tolong pasangin lampu di kmar mandi “katanya.
    Kalo gitu sekarang aja bu…soalnya sbentar lagi saya mo kerja “sambil mataku melihat dasternya…membayangkan apa yang didalamnya.

    Oh iya ..lewat sini saja…Ujarnya..karena memang tipe rmh kost yg aku tempati di belkangnya Cuma di palang kayu dan seng otomatis kegiatan tetangga2 kelihatan di belakang.

    Aku lngsung membuka kayu dan sengnya dan masuk ke dalam dan ibu tiara membawaku di depan…aku mengikuti di belakang…oohhh…seandainya aku bisa merasakan memek dan pantat ini sekarang” gumamku dlm hati.
    “ini lampunya dan kursinya…hati2 yah jng sampe ribut soalnya anaku lg tidur”kata Ibu Tiara..


    Aku lngsung memasang dan ibu tiara melanjutkan mencuci nya, setelah selesai aku lngsg blng “ibu sdh selesai “kataku… kemudian ibu tiara lngsung berdiri..tapi saat itu dia terpeleset ke arahku…seketika itu aku menangkapnya..ups…oh tanganku mengenai payudaranya yg montok dan tanganku satu lagi mengenai lngsung pantatnya yg tidak pake celana dalam dan hny ditutupi daster saja…”maaf Dik Iful…agak licin lantainya”ujarnya tersipu-sipu..Iful tunggu yah ibu bikinin Teh “ujarnya lagi…Dia ke dapur dan dari belakang aku mengikutinya scr pelan2..saat teh lagi di putar di dlm gelas..langsung aku memeluknya dr blkng…

    Iful…apaan2 neh…sentak Ibu Tiara…maaf bu…saya melihat ibu sangatlah cantik dan seksi..”ujarku…Jangan Iful…aku dah punya suami ..”tapi ttp ibu tiara tdk melepaskan pegangan tanganku yang mampir di pinggangnya dan dadanya…Iful…jangaann.. langsung aku menciumi dari belakang menyikapi jilbabnya…sluurrp…oh..betapa putihnya leher ibu tiara ‘ujarku dlm hati…okhh…iful…hmmm…ibu tiara menggeliat..langsung dia membalik badannya menghadapku..Iful…aku udah bers…saat dia mo ucapin sesuatu..langsung aku cium bibirnya…mmmprh…tak lama dia lngsung meresponku dan lngsung memeluk leherku .mmmmhprpp….bunyi mulutnya dan aku beradu…aku singkapi jilbabnya sedikit saja…sambil tanganku mencoba menggerayangi dadanya…aku melihat dasternya memakai kancing 2 saja diatas dadanya…aku membukanya..dan tersembullah buah dadanya yg putih mulusss…slurp…kujilat dan isap pentilnya….

    Iful….ooohhh….ufhhh….”lirihnya …slurrpp….slurp..saa t aku jilat…sepertinya msh ada sedikit air susunya…hmmmm…tambah nikmatnya..slurp..slurp…
    Sambil menjilat dan menyedot susunya..aku tetap tidak membuka jilbab maupun dasternya…tapi tanganku tetap menarik dasternya keatas…karena dari tadi dia tidk pake celana dalam…maka dengan gampang itilnya ku usap-usap dengan tanganku…Ohhh…oh…sssshhhh…guma m ibu tiara..kepalaku ku dekatkan ke memeknya dan kakinya kurenggangkan…sluruupp….pelan2 kujilati itil dan memeknya…oh iful…eennakkh…oghu…mmmpphhff…t eriaknya pelan…kulihat kepalanya telah goyang ke kanan dan kekiri…pelan2 sambil lidahku bermain di memeknya …kubuka celana pendekku dan terpampanglah kontolku yang telah tegang …namun ibu tiara masih tidak menyadari akan hal itu…pelan2 ku mengangkat dasternya…namun tidak sampai terbuka semuanya..hanya sampai di perutnya saja…dan mulutku mulai beradu dengan bibirnya yang ranum…mmmppghh…iful…aku…”ujar ibu tiara..kuhisap dalam-dalam lidahnya…slurp…caup…oh ibu sungguh indah bibirmu, memekmu dan semuanya…lirihku..


    Sambil menjilat seluruh rongga mulutnya …kubawa ia ke atas meja makannya dan kusandarkan ibu tiara di pinggiran meja…tanganku ku mainkan kembali ke itil dan sekitaran memeknya…ahhh…ufh…oh…Ifulll….i bu udah nggak kuaatttttt…lirih Ibu tiara.

    Pelan2 ku pegang kontolku…ku arahkan ke memeknya yang sudah basah dan licin….dan bleeesssssssssshh….ohhhhh…ufgh hh….Ifulll….Teriak Ibu tiara…sleepep…slepp…. Kontolku ku diamkan sebentar ….Ibu Tiara sepontan melihat ke wajahku..dan langsung ia menunduk lagi…kududukkan di atas meja makan dan kuangkat kakinya…mulailah aku memompanya..slep…slep..selp…be lssss….oh memeknya ibu sangat enak….Iful…kontolmu juga sangat besar….rupanya ibu tiara udah tidak memikirkan lagi norma2..yang ada hanya lah nafsu birahinya yang harus dituntaskan….berulang-ulang ku pompa memeknya dengan

    kontolku….oohh..akhh…Ifull….ku balikkan lagi badannya dan tangannya memegang pinggiran meja…ku tusuk memeknya dari belakang bleesssssssss… Ohhhhh….teriak Ibu Tiara…kuhujam sekeras-kerasnya kontolku…tanganku remas2 susunya ….aku liat dari belakang sangat bagus gaya ibu tiara nungging ini, tanpa melepas daster dan jilbabnya..kutusuk terus …sleeeepp….sleeps

    Hingga kurang lebih setengah jam ibu tiara bilang…Iful….ibu udah nggak tahan…..sabar bu bentar lagi saya juga……Ujarku…Oh…ohhhh…ufmpghhh …Iful…ibu mau keluarrrr…achhhh……semakin kencang dan terasa memeknya menjepit kontolku dan oohhhhh…ku rasakan ada semacam cairan panas yang menyirami kontolku di dalam memeknya….semakin kupercepat gerakan menusukku…slep….slurp…bleeppp… . oh Ibu aku juga dah mo sampai neh…..cepat Iful…ibu bantu….oho….uhhhhh….ibu tiara menggoyangnya lagi…dan akhirnya Ibu….aku mo keluararrrrr…..sama2 yang Iful….ibu juga mo keluar lagi…teriaknya…dan….Ohhh…ack…. .ahhhhh..aku dan ibu tiara sama –sama keluar…dan sejenak kulihat di memeknya terlihat becek dan banjir…
    Setelah hening sejenak…ku cabut kontolku dan kupakai celana pendek setelah itu ibu tiara merapikan Daster dan jilbabnya…langsung aku minta maaf kepadanya…
    Bu..mohon maaf ..Iful khilaf.’kataku.


    Tidak apa2 kok iFul…ibu juga yang salah…yang menggoda Iful “ujarnya…
    Aku langsung pamitan kembali ke rumahku sebelah dan mandi siap2 kerja…setelah mandi kulihat ibu tiara sedang menjemur pakaian…tapi jelas didalam daster ibu tiara tidak memakai celana dalam karena terlihat tercetak lewat sinar matahari pagi yang meninggi mulai mendekati jam 10 pagi..

    Sebelum aku pergi ku sempatkan pamitan ke ibu tiara dan dia tersenyum …tidak tau apakah ada artinya atau tidak.
    Sejak kejadian itu, aku sering menyelinap masuk ke kamar Ibu Tiara untuk meminta jatah yang jelas tanpa sepengetahuan suaminya.



  • Kisah Memek Tiara Wanita Pelampiasan Sex Ku

    Kisah Memek Tiara Wanita Pelampiasan Sex Ku


    2632 views

    Duniabola99.com – Kehidupan rumah tanggaku bisa dikatakan harmonis meski aku dan istriku belum dikaruniai seorang anak. Ekonomi kami juga gak kurang, karena istriku juga bekerja sebagai manajer sebuah perusahaan, sehingga menjadikannya kadang sibuk dengan urusan kantornya. Dan bahkan skarang kalau sedang sibuk-sibuknya, aku jarang mendapat jatah Sex dari istriku sehingga kadang aku berpikir untuk jajan ditempat lokalisasi hanya untuk meluapkan birahi Sex ku yang terpendam, namun itu hanya lewat saja dipikiranku karena aku tak sampai melakukannya. Namun semakin bertambah hari kesibukan istriku semakin menjadi dan membuatku semakin tak kuasa dan aku berniat untuk mencari pelarian untuk melampiaskan nafsu Sex ku saja.


    Setelah aku berpikir-pikir, aku mempunyai satu tetangga yang sangat menyita perhatianku. Namanya Tiara, dia adalah istri seorang pelayar, jadi setiap harinya dia selalu sendirian karena ditinggal suaminya berlayar sampai beberapa bulan. Tubuh Tiara ini sangat montok sekali meskipun Tiara beberapa bulan yang lalu habis melahirkan anak pertamanya. sempat aku melihat Tiara berpakaian sangat ketat sekali sedang menggendong anaknya, meski sudah punya anak, pantat Tiara masih terlihat sangat padat sekali seperti belum melahirkan. Buah dadanya juga masih kencang meski tertutup oleh BH yang dia kenakan. Teringat degan tetanggaku yang sangatbahenol itu, aku pun melaksanakn niatku untuk menjadikan Tiara sebagai pelarian nafsu Sex ku, karena aku berpikir karena Tiara juga pasti kesepian dan juga membutuhkan belaian dari seorang laki-laki, jadi kemungkinan kujadikan Tiara pelarianku pasti akan berhasil.

    Istriku yang sudah disibukkan dengan urusan kerjanya semakin tak mengurus aku dengan benar, setiap pagi-pagi dia selalu sudah berangkat kerja, dan pulang selalu mlaam dan langsung tidur, sehingga sekarang aku seperti laki-laki bebas yang belum beristri walaupun statusku masih beristri. Setiap pagi aku selalu menanti Tiara lewat depan rumahku, karena setiap pagi Tiara selalu jalan-jalan dengan anaknya. Dan benar, setelah beberapa saat aku menantikan, Tiara lewat dengan menggendong anaknya sendirian. Pagi itu Tiara masih mengenakan baju tidur, sehingga tidak terlihat tubuhnya yang bahenol itu, namun aku melihat suatu garis terlihat dipantat Tiara, seperti garis celana dalam Tiara. Setelah aku amati dengan cermat ternyata baju tidur yang Tiara kenakan itu cukup menerawang yang membuat garis dan bahkan warna celana dalamnya kelihatan, pagi-pagi Penisku sudah dibuat tegang oleh pantat Tiara. Gak salah jika aku memilih Tiara sebagai pelarianku, meski dikomplek banyak juga yang seksi-seksi, namun lebih aman dengan Tiara karena hanya Tiara yang ditinggal suaminya.

    Dengan memberanikan diri kemudian aku menyapa Tiara “Pagiii mbak Tiara, Sendiran Ya”. “Iyha nih pak, biasa pak suami sedang berlayar” jawab Tiara. “Ooowwh..Emang kapan pulangnya mbak??” tanyaku. “Aaaahhh maih lama pak, orang berangkatnya aja baru minggu kemaren kok pak, mungkin sekitar 3 bulan lagi pak” jawab Tiara yang membuatku lega, karena selama 3 bulan aku aman mendekati Tiara. “Ooowwhh begitu ya mbak, apa mbak Tiara gak kesepian ditinggal lama begitu???” tanyaku. “Yaaah aslinya kesepian pak, tapi mau gimana lagi pak, itu udah resikonya menjadi istri pelaut pak” jawab Tiara. “Aaaahhh saya juga kesepian mbak walau istri saya dirumah, tapi dia selalu sibuk dengan urusan kantornya mbak” ucapku sambil memancing jawaban dari Tiara. “Aaaahh…Masak siiih pak??”. Akirnya kami terus ngobrol berkelanjutan sampai tak terasa siang sudah datang, dan kami pun sekarang menjadi semakin dekat.


    Cantik, seksi dan bergairah adalah Tiga hal yang membuat aku selalu menyempatkan untuk curi-curi pandang pada Tiara dan tak lupa melihat jemuran pakaiannya untuk melihat koleksi pakaian dalamnya yang jalang itu. Suatu hari, sepulang dari kantor, aku mampir ke Supermarket dekat kompleks sekedar membeli makanan instan karena isteriku akan pergi selama dua hari ke Bandung. Tak disangka di supermarket itu aku bertemu Tiara dengan menggendong bayinya. Entah kenapa jantungku jadi berdegup keras, apalagi ketika kulihat pakaian Tiara yang body-fit, baik kaos maupun roknya. Seluruh lekuk kemontokan tubuhnya seakan memanggil birahiku untuk naik. “Hai…Mbak, belanja juga” sapaku. “Eh. . Mas Dani, biasa belanja susu” jawabnya dengan senyum menghiasi wajah sensualnya. “Memang sudah enggak ASI ya” tanyaku. “Wah. . Susunya cuma keluar empat bulan saja, sekarang sudah tidak lagi” jawabnya. “Hmm…Mungkin habis sama Bapaknya kali ya. . Ha-ha-ha. .” candaku. Tiara jg tertawa kecil sambil menjawab “Tapi enggak jg, sudah dua bulan bapaknya enggak pulang”. “Berat enggak sih Mbak, punya suami pelaut, sebab saya yang ditinggal isteri cuma dua hari saja rasanya sudah jenuh” tanyaku. “Wah…Mas baru dua hari ditinggal sudah begitu, apalagi saya. Bayangkan saya cuma ketemu suami dua minggu dalam waktu tiga bulan” jawabnya.

    Aku merasa gembira dengan topik pembicaraan ini, namun sayang pembicaraan terhenti karena bayi Tiara menangis. Ia kemudian sibuk menenangkan bayinya. “Apalagi setelah punya bayi, tambah repot Mas” katanya. “Kalau begitu biar saya bantu bawa belanjaannya” aku mengambil keranjang belanja Tiara. “Terima kasih, sudah selesai kok, saya mau bayar terus pulang” jawabnya. “Ohh….Ayo kita sama-sama” kataku. Aku segera mengambil inisiatif berjalan lebih dulu ke kasir dan dengan sangat antusias membayar semua belanjaan Tiara. “Ha…Sudah bayar Berapa Nanti saya ganti” kata Tiara kaget. “Ah..Sedikit kok, enggak apa sekali-kali saya bayarin susu bayinya, siapa tahu dpt susu ibunya, ha-ha-ha” aku mulai bercanda yang sedikit menjurus. “Iiiihh. . Mas Dani” jerit Tiara malu-malu. Namun aku melihat tatapan mata liarnya yang seakan menyambut canda nakalku. Kami berjalan menuju mobilku, setelah menaruh belanjaan ke dalam bagasi aku mengajaknya makan dulu. Dengan malu-malu Tiara mengiyakan ajakanku.

    Kami kemudian makan di sebuah restauran makanan laut di dekat kompleks. Aku sangat gembira karena semakin lama kami semakin akrab dan Tiara jg mulai berbaik hati memberikan kesempatan padaku untuk ngelaba . Mulai dari posisi duduknya yang sedikit mengangkang sehingga aku dengan mudah melihat kemulusan paha montoknya dan tatkala usahaku untuk melihat lebih jauh ke dalam ia seakan memberiku kesempatan. Ketika aku menunduk untuk mengambil garpu yang dengan sengaja aku jatuhkan, Tiara semakin membuka lebar kedua pahanya. Jantungku berdegup sangat kencang melihat pemandangan indah di dalam rok Tiara. Di antara dua paha montok yang putih dan mulus itu aku melihat celana dalam Tiara yang berwarna orange dan.. Brengsek, transparan! Dengan cahaya di bawah meja tentu saja aku tak dpt dengan jelas melihat isi celana dalam orange itu, tapi itu cukup membuatku gemetar dibakar birahi. Saking gemetarnya aku sampai terbentur meja ketika hendak bangkit. Hi-hi-hi. . Hati-hati Mas. . , celoteh Tiara dengan nada menggoda.


    Aku memandang wajah Tiara yang tersenyum nakal padaku, kuberanikan diri memegang tangannya dan ternyata Tiara menyambutnya. Hmm. . Maaf, saya cuma mau bilang kalau Mbak Tiara. . Seksi sekali , dengan malu-malu akhirnya perkataan itu keluar jg dari mulutku. Terima kasih, Mas Dani jg. . Hmm. . Gagah, lucu dan terutama, Mas Dani pria yang paling baik yang pernah saya kenal . O ya , aku tersanjung jg dengan rayuannya, Gara-gara saya traktir Mbak Bukan cuma itu, saya sering memperhatikan Mas di rumah, dan dari cerita Mbak Lia, Mas Dani sangat perhatian dan rajin membantu pekerjaan di rumah, wah. . Jarang lho Mas, ada pria dengan status sosial seperti Mas yang sudah mapan dan berpendidikan namun masih mau mengepel rumah . Hahaha.. aku tertawa gembira, Rupanya bukan cuma saya yang memperhatikan kamu, tapi jg sebaliknya . Jadi Mas Dani jg sering memperhatikan saya Betul, saya paling senang melihat kamu membersihkan halaman rumah di pagi hari dan waktu menjemur pakaian . Eh.. Kenapa kok senang. Sebab saya mengagumi keindahan Mbak Tiara, jg selera pakaian dalam Mbak , aku berterus terang.

    Pembicaraan ini semakin mempererat kami berdua, seakan tak ada jarak lagi di antara kami. Akhirnya kami pulang sekitar jam 8 malam. Dalam perjalanan pulang, bayi Mbak Tiara tertidur sehingga ketika sampai di rumah aku membantunya membawa barang belanjaan ke dalam rumahnya. Mbak Tiara masuk ke kamar untuk membaringkan bayinya, sementara aku menaruh barang belanjaan di dapur. Setelah itu aku duduk di ruang tamu menunggu Tiara muncul. Sekitar lima menit, Tiara muncul dari dalam kamar, ia ternyata sudah berganti pakaian. Kini wanita itu mengenakan gaun tidur yang sangat seksi, warnanya putih transparan. Seluruh lekuk tubuhnya yang montok hingga pakaian dalamnya terlihat jelas olehku. Sinar lampu ruangan cukup menerangi pandanganku untuk menjelajahi keindahan tubuh Tiara di balik gaun malamnya yang transparan itu. Buah dadanya terlihat bagaikan buah melon yang memenuhi bra seksi yang berwarna orange transparan. Di balik bra itu kulihat samar-samar puting susunya yang jg besar dan coklat kemerahan. Perutnya memang agak sedikit berlemak dan turun, namun sama sekali tak mengurangi nilai keindahan tubuhnya. Apalagi jika memandang bagian bawahnya yang montok.

    Tak seperti di bawah meja sewaktu di restoran tadi, kini aku dpt melihat dengan jelas celana dalam orange transparan milik Tiara. Sungguh indah dan merangsang, terutama warna hitam di bagian tengahnya, membayangkannya saja aku sudah berkali-kali meneguk ludah. Hmm. . Tidak keberatan kan kalu saya memakai baju tidur , tanya Tiara memancing. Sudah sangat jelas kalau wanita ini ingin mengajakku selingkuh dan melewati malam bersamanya. Kini keputusan seluruhnya berada di tanganku, apakah aku akan berani mengkhianati Lia dan menikmati malam bersama tetanggaku yang bahenol ini. Tiara duduk di sampingku, tercium semerbak aroma parfum dari tubuhnya membuat hatiku semakin bergetar. Keadaan kini ternyata jauh di luar dugaanku. Kemarin-kemarin aku masih merasa bermimpi jika bisa membelai dan meremas-remas tubuh Tiara, namun kini wanita itu justru yang menantangku. Mas Dani mau mandi dulu Nanti saya siapkan air hangat , tanya Tiara sambil menggenggam tanganku erat. Dari sorotan matanya sangat terlihat bahwa wanita ini benar-benar membutuhkan seorang laki-laki untuk memuaskan kebutuhan biologisnya.

    Hmm. . Sebelum terlalu jauh, kita harus membuat komitmen dulu Mbak , kataku agak serius. Apa itu Mas Pertama, terus terang aku mengagumi Mbak Tiara, baik fisik maupun pribadi, jadi sebagai laki-laki aku sangat tertarik pada Mbak , kataku. Terima kasih, saya jg begitu pada Mas Dani , Tiara merebahkan kepalanya di pundakku. Kedua, kita sama-sama sudah menikah, jadi kita harus punya tanggung jawab untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga kita, apa yang mungkin kita lakukan bersama-sama janganlah menjadi pemecah rumah tangga kita . Setuju, saya sangat setuju Mas, saya hanya ingin punya teman waktu saya kesepian, kalau Mas Dani mau kapanpun Mas bisa datang ke sini, selagi tidak ada suami saya. Tapi saya sekalipun tidak akan meminta apapun dari Mas Dani, dan sebaliknya saya jg ingin Mas Dani demikian pula, sehingga hubungan kita akan aman dan saling menguntungkan . Hmm. . Kalau begitu tak ada masalah, saya mau telpon ke rumah, supaya pembantu saya tidak kebingungan . Kalau begitu, Mas Dani pulang saja dulu, taruh mobil di garasi, kan lucu kalau Mas Dani bilang ada acara sehingga tidak bisa pulang, sementara mobilnya ada di depan rumah saya . Oh. . Iya, hampir saya lupa.

    Aku segera keluar dan pulang dulu ke rumah, menaruh mobil di garasi dan mandi. Setelah itu aku mau bilang pada pembantuku kalau aku akan menginap di rumah temanku. Namun tidak jadi karena pembantuku ternyata sudah tidur. Aku segera datang kembali ke rumah Tiara. Wanita itu sudah menungguku di ruang tamu dengan secangkir teh hangat di atas meja. Pahanya yang montok terpampang indah di atas sofa. Wah. . Ternyata mandi di rumah ya Padahal saya sudah siapkan air hangat . Terima kasih, Mbak Tiara baik sekali . Wanita itu berjalan menutup pintu rumah, dari belakang aku memandang kemontokan pantatnya yang besar dan padat. Kebesaran pantat itu tak mampu dibendung oleh celana dalam orange itu, sehingga memperlihatkan belahannya yang merangsang. Seperti tak sadar aku menghampiri Tiara, lalu dengan nakal kedua tanganku mencengkeram pantatnya, dan meremasnya. Uhh… Tiara agak kaget dan menggelinjang. Maaf , kataku. Tidak apa-apa Mas, justru.. Enak , kata Tiara seraya tersenyum nakal memandangku. Senyum itu membuat bibir sensualnya seakan mengundangku untuk melumatnya. Crup. . ! , aku segera menciumnya, Tiara membalasnya dengan liar.


    Aku tak tahu sudah berapa lama bibir itu tak merasakan ciuman laki-laki, yang jelas ciuman Tiara sangat panas dan liar. Berkali-kali wanita itu nyaris menggigit bibirku, lidahnya yang basah meliuk-liuk dalam rongga mulutku. Aku semakin bernafsu, tanganku menjalar di sekujur tubuhnya, berhenti di kemontokan pantatnya dan kemudian meremas-remas penuh birahi. Ohh. . Ergh. . , lenguh Tiara di sela-sela ciuman panasnya. Dengan beberapa gerakan, Tiara meloloskan gaun tidurnya hingga terjatuh di lantai. Kini wanita itu hanya mengenakan Bra dan celana dalam yang berwarna orange dan transparan itu. Aku terpaku sejenak mengagumi keindahan pemandangan tubuh Tiara. Wowww. . Kamu. . Benar-benar seksi Mbak , pujiku , Buah dada Mbak besar sekali Hi-hi-hi. Nah coba tebak ukuran saya , tanyanya seraya memegang kedua buah melon di dadanya itu. 36B , jawabku. Salah 36C. Masih salah, sudah lihat aja nih , Tiara membuka pengait Bra-nya, sehingga kedua buah montok itu serasa hampir mau jatuh. Ia membuka dan melempar bra orange itu kepadaku. Gila. . 36D! , kataku membaca ukuran yang tertera di bra itu. Boleh saya pegang Mbak , tanyaku basa-basi. Jangan cuma dipegang dong Mas, remas. . Dan kulum nih. . Putingnya , kata Tiara dengan gaya nakal bagaikan pereks jalanan.

    Wanita itu menjatuhkan tubuh indahnya di atas sofa, aku memburunya dan segera menikmati kemontokan buah melonnya. Kuremas-remas dua buah dada montok itu, kemudian kuciumi dan terakhir kukulum puting susunya yang sebesar ibu jari dengan sekali-kali memainkannya di antara gigi-gigiku. Tiara menggelinjang-gelinjang keenakan, napasnya semakin terdengar resah, berkali-kali ia mengeluarkan kata-kata jorok yang justru membuatku semakin bernafsu. Ngentot, enak banget Mas. . jeritnya, Ayo Mas. . Saya sudah kepingin penetrasi nih! . Aku yang jg sudah sangat bernafsu segera menjawab keinginan Tiara. Dengan bantuan Tiara aku menelanjangi diriku sehingga tak tersisa satupun busana di tubuhku. Tiara sangat gembira melihat ukuran penisku yang lumayan panjang dan besar itu.


    Ohh. . Besar jg ya. . jeritnya. Ia benar-benar bertingkah bagaikan perek murahan, namun justru itu yang kusuka. Wanita itu segera membuka celana dalam sebagai kain terakhir di tubuhnya. Kulihat daerah bukit kemaluannya yang ditumbuhi rambut-rambut liar, dengan segaris bibir membelah ditengah-tengahnya. Bibir yang merah dan basah, sangat basah. Ingin rasanya aku menikmati keindahan bibir kenikmatan Tiara, namun ketika aku ingin melaksanakannya ia menampikku. Sudah, nanti saja, masih ada babak selanjutnya, sekarang ayo kita selesaikan babak pertama . Tiara duduk mengangkang di atas sofa. Kedua kakinya dibuka lebar-lebar mempersilakan kepadaku untuk melakukan penetrasi kenikmatan sesungguhnya. Aku pun segera menyiapkan senjataku, mengarahkan ujung penisku tepat di depan liang vagina Tiara dan perlahan tapi pasti menekannya masuk.

    Sedikit-demi sedikit penisku tenggelam dalam kehangatan liang Tiara yang basah dan nikmat. Ketika hampir seluruh batang penisku yang berukuran dua0 cm itu memasuki vagina, aku mencabutnya kembali. Kemudian kembali memasukkannya perlahan. Enghh. . Gila kamu Mas, kalau begini sebentar saja saya puas , jerit Tiara keenakan. Tak apa Mbak, silahkan orgasme, kan masih ada babak selanjutnya , tantangku. Kini kutambah rangsangan dengan meremas dan memilin puting susunya yang besar. Ohh. . Ohh. . Benar-benar enak Mas , Tiara memejamkan matanya. Pada penetrasi kelima, Tiara menjerit, Sudah Mas, jangan tarik lagi, saya mau. . Mau. . Oh. . !

    Dinding vagina Tiara melejat-lejat seakan memijit batang penisku dalam kenikmatan birahi yang sedang direguknya. Oh. . Saya sudah sekali Mas , katanya sambil menarik nafas. Mas mau puas dulu atau mau lanjut babak kedua , tanya Tiara. Terserah Mbak , kataku. Aku sih pasrah saja. Sini, saya emut saja dulu . Hmm. . Boleh jg, Lia belum pernah oral dengan saya , aku mencabut penisku dari dalam vagina Tiara yang basah dan menyodorkannya ke Tiara. Wanita itu menjilati ujung penisku dengan lidahnya seakan membersihkannya dari cairan vaginanya sendiri, kemudian dengan sangat bernafsu ia memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Bibir seksi Tiara terlihat menyedot-nyedot penisku seakan menyedot spermaku untuk keluar. Ia kemudian mengocok penisku dalam mulutnya hingga birahiku mencapai puncaknya. Oh. . Saya mau keluar nih, gimana , aku bingung apakah aku harus mengeluarkan spermaku ke dalam mulutnya atau mencabutnya. Namun Tiara hanya mengangguk dan terus mengocoknya pertanda ia tak keberatan jika aku memuntahkan spermaku ke dalam mulutnya. Akhirnya aku mencapai orgasme dan memuntahkan semua spermaku ke dalam mulut Tiara. Wanita itu tanpa segan-segan menelan seluruh spermaku. Sungguh lihai wanita ini memuaskan birahi laki-laki!Kami duduk sebentar dan minum air dingin, kemudian Tiara mengangkangkan kakinya kembali.


    Nah. . Sekarang babak kedua Mas, kalau mau jilat dulu silahkan, tapi utamakan yang ini ya , Tiara menunjuk ke arah klitorisnya yang agak besar. Oke Mbak, saya jg sudah biasa kok , seruku. Sejurus kemudian aku sudah berada di hadapan bibir kemaluan Tiara yang baru saja aku nikmati. Sebelum kujilat terlebih dahulu kubelai bibir itu dari ujung bawah hingga klitoris. Kusingkap rambut-rambut kemaluannya yang menjalari bibir itu. Sudah gondrong nih Mbak , seruku. Oh iya, habis mau dicukur percuma jg, enggak ada yang lihat dan jilat , jawabnya nakal, Besok pagi saya cukur deh, tapi janji malamnya Mas Dani datang lagi ya. . . Oke. . Pokoknya setiap ada kesempatan saya siap menemani Mbak Tiara . Aku kemudian asyik menjilati dan menciumi labium mayora dan minora Tiara. Cairan vagina Tiara sudah mulai mengalir kembali pertanda ia sudah terangsang kembali. Desahan Tiara jg memperkuat tanda bahwa Tiara menikmati permainan oralku. Dengan nakal aku memasukkan jari telunjuk dan tengahku ke dalam vaginanya dan kemudian mengobok-obok liang becek itu. Yes. . Asyik banget. . Say sudah siap babak kedua Mas , seru Tiara. Aku sendiri sudah terangsang sejak melihat keindahan selangkangan Tiara, jadi penisku sudah siap menunaikan tugas keduanya. Tiara menungging di atas sofa. Sekarang doggy-style ya Mas. . Aku sih iya saja, maklum. . Sama enaknya. .
    Sejurus kemudian kami sudah terlibat permainan babak kedua yang tak kalah seru dan panas dengan babak pertama, hanya kali ini aku memuntahkan sperma di dalam vaginanya. Malam masih begitu panjang. Kami masih menikmati dua permainan lagi sebelum kelelahan dan mengantuk. Tiara begitu bahagia, dan aku sendiri merasa puas dan lega. Mimpiku untuk menikmati tubuh montok tetanggaku terlaksana sudah. Bahkan kini setiap waktu jika Lia dinas ke luar kota maka Tiara secara resmi menggantikan posisi Lia sebagai isteriku. Asyik jg. Namun sebagai imbalannya aku mencarikan dan menggaji pembantu rumah tangga di rumah Tiara. Betapa bahagianya Tiara dengan bantuanku itu, ia semakin sayang padaku dan berjanji akan melayaniku jauh lebih memuaskan dibanding pelayanan kepada suaminya. Dari kejadian tersebut aku semakin menyadari kebenaran pepatah: Rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau , atau bisa diganti dengan: Vagina isteri tetangga selalu terasa lebih nikmat.

  • Kisah Memek Tiga Wanita Satu Laki-Laki

    Kisah Memek Tiga Wanita Satu Laki-Laki


    2970 views

    Duniabola99.com – Namaku Jackie dan tentunya bukan nama asliku. Aku adalah pria yang kurang beruntung, karena sudah dua kali ingin berniat untuk berkeluarga dan dua-duanya gagal. Aku berasal dari Indonesia, tapi sudah lama sekali tinggal di negerinya “kanguru”. Dan atas saran teman-teman, maka aku mensponsori seorang cewek dari Indonesia dengan niat untuk menikah. Tapi setelah wanita itu mendapatkan izin tinggal tetap di negeri ini, wanita itu meninggalkan aku. Begitu juga dengan yang kedua, yang berasal dari Amerika Latin. Nah, karena rumah yang kumiliki ini mempunyai dua kamar dan karena aku hanya tinggal sendiri sekaligus sudah kapok untuk mencari pasangan lagi, maka kamar yang satunya aku sewakan pada seorang pelajar (cowok) dari Jepang. Namanya Gamhashira. Gamha yang playboy ini sudah dua hari pulang ke negerinya untuk berlibur setelah menamatkan SMA-nya.

    Pada suatu sore di hari libur (liburan dari kerja) aku buang waktu dengan main internet, lebih kurang satu setengah jam bermain internet, tiba-tiba terdengar suara bel. Setengah kesal aku hampiri juga pintu rumahku, dan setelah aku mengintip dari lubang kecil di pintu, kulihat tiga orang gadis. Kemudian kubuka pintu dan bertanya (maaf langsung aku terjemahkan saja ke bahasa Indonesia semua percakapan kami),
    “Bisa saya bantu?” kataku kepada mereka.
    “Maaf, kami sangat mengganggu, kami mencari Gamha dan sudah satu jam lebih kami coba untuk telepon tapi kedengarannya sibuk terus, maka kami langsung saja datang.”
    Yang berwajah Jepang nyerocos seperti kereta express di negerinya.
    “Oh, soalnya saya lagi main internet, maklumlah soalnya hanya satu sambungan saja telepon saya,” jawabku.
    “Memangnya kalian tidak tahu kalau si Gamha sedang pulang kampung dua hari yang lalu?” lanjutku lagi.

    Kali ini yang bule berambut sebahu dengan kesal menjawab, “Kurang ajar si Gamha, katanya bulan depan pulangnya, Jepang sialan tuh!”
    “Eh! Kesel sih boleh, tapi jangan bilang Jepang sialan dong. Gua tersinggung nih,” yang berwajah Jepang protes.
    “Sudahlah, memang belum rejeki kita dijajanin sama si Gamha,” sekarang bule bermata biru nyeletus.
    Dengan setengah bingung karena tidak mengerti persoalannya, kupersilakan mereka untuk masuk. Mulanya mereka ragu-ragu, akhirnya mereka masuk juga. “Iya deh, sekalian numpang minum,” kata bule yang berambut panjang masih kedengaran kesalnya.

    Setelah mereka duduk, kami memperkenalkan nama kami masing-masing.
    “Nama saya Jacky,” kataku.
    “Khira,” kata yang berwajah Jepang (dan memang orang Jepang).
    Yang berambut panjang menyusul, “Emily,” (Campuran Italia dengan Inggris).
    “Saya Eve,” gadis bermata biru ini asal Jerman.
    “Jacky, kamu berasal dari mana?” lanjutnya.
    “Jakarta, Indonesia,” jawabku sambil menuju ke lemari es untuk mengambilkan minuman sesuai permintaan mereka. Agen Bola Terbaik
    Sekembalinya saya ke ruang tamu dimana mereka duduk, ternyata si Khira dan Eve sudah berada di ruang komputer saya, yang memang bersebelahan dengan ruang tamu dan tidak dibatasi apa-apa.
    “Aduh, panas sekali nich?!” si Emily ngedumel sambil membuka kemeja luarnya.


    Memang di awal bulan Desember lalu, Australia ini sedang panas-panasnya. Aku tertegun sejenak, karena bersamaan dengan aku meletakkan minuman di atas meja, Emily sudah melepaskan kancing terakhirnya. Sehingga dengan jelas dapat kulihat bagian atas bukit putih bersih menyembul, walaupun masih terhalangi kaos bagian bawahnya. Tapi membuatku sedikit menelan ludah. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara si Eve,
    “Jacky, boleh kami main internetnya?”
    “Silakan,” jawabku.
    Aku tidak keberatan karena aku membayar untuk yang tidak terbatas penggunaannya.
    “Mau nge-chat yah?” tanyaku sambil tersenyum pada si Emily.
    “Ah, paling-paling mau lihat gambar gituan,” lanjut Emily lagi.
    “Eh, kaliankan masih di bawah umur?” kataku mencoba untuk protes.
    “Paling umur kalian 17 tahun kan?” sambungku lagi.

    Khira menyambut, “Tahun ini kami sudah 18 tahun. Hanya tinggal beberapa bulan saja.” Aku tidak bisa bilang apa-apa lagi. Baru saja aku ngobrol dengan si Emily, si Eve datang lagi menanyakan, apa saya tahu site-nya gambar “gituan” yang gratis. Lalu sambil tersenyum saya hampiri komputer, kemudian saya ketikkan salah satu situs seks anak belasan tahun gratis kesukaanku. Karena waktu mengetik sambil berdiri dan si Khira duduk di kursi meja komputer, maka dapat kulihat dengan jelas ke bawah bukitnya si Khira yang lebih putih dari punyanya si Emily. Barangku terasa berdenyut. Setengah kencang. Setelah gambar keluar, yang terpampang adalah seorang negro sedang mencoba memasuki barang besarnya ke lubang kecil milik gadis belasan. Sedangkan mulut gadis itu sudah penuh dengan barang laki-laki putih yang tak kalah besar barangnya dengan barang si negro itu. Terasa barangku kini benar-benar kencang karena nafsu dengan keadaan. Si Emily menghampiri kami berada, karena si Eve dan Khira tertawa terbahak-bahak melihat gambar itu. Aku mencoba menghindar dari situ, tapi tanpa sengaja sikut Khira tersentuh barangku yang hanya tertutup celana sport tipis. Baru tiga langkah aku menghindar dari situ, kudengar suara tawa mereka bertambah kencang, langsung aku menoleh dan bertanya, “Ada apa?” Eve menjawab, “Khira bilang, sikutnya terbentur barangmu,” katanya.
    Aku benar-benar malu dibuatnya. Tapi dengan tersenyum aku menjawab, “Memangnya kenapa, kan wajar kalau saya merasa terangsang dengan gambar itu. Itu berarti aku normal.” Kulihat lagi mereka berbisik, kemudian mereka menghampiriku yang sedang mencoba untuk membetulkan letak barangku. Si Eve bertanya padaku sambil tersipu,
    “Jacky, boleh nggak kalau kami lihat barangmu?”
    Aku tersentak dengan pertanyaan itu.
    “Kalian ini gila yah, nanti aku bisa masuk penjara karena dikira memperkosa anak di bawah umur.”
    (Di negeri ini di bawah 18 tahun masih dianggap bawah umur).
    “Kan tidak ada yang tahu, lagi pula kami tidak akan menceritakan pada siapa-siapa, sungguh kami janji,” si Emily mewakili mereka.
    “Please Jacky!” sambungnya.
    “Oke, tapi jangan diketawain yah!” ancamku sambil tersenyum nafsu.

    <img width= width=”1024″ height=”650″ />

    Dengan cepat kuturunkan celana sport-ku dan dengan galak barangku mencuat dari bawah ke atas dengan sangat menantang. Lalu segera terdengar suara terpekik pendek hampir berbarengan.
    “Gila gede banget!” kata mereka hampir berbarengan lagi.
    “Nah! Sekarang apa lagi?” tanyaku.
    Tanpa menjawab Khira dan Emily menghampiriku, sedangkan Eve masih berdiri tertegun memandang barangku sambil tangan kanannya menutup mulutnya sedangkan tangan kirinya mendekap selangkangannya. “Boleh kupegang Jack?” tanya Khira sambil jari telunjuknya menyentuh kepala barangku tanpa menunggu jawabanku. Aku hanya bisa menjawab, “Uuuh…” karena geli dan nikmat oleh sentuhannya. Sedang Eve masih saja mematung, hanya jari-jari tangan kirinya saja yang mulai meraih-raih sesuatu di selangkangannya. Lain dengan Emily yang sedang mencoba menggenggam barangku, dan aku merasa sedikit sakit karena Emily memaksakan jari tengahnya untuk bertemu dengan ibu jarinya. Tiba-tiba Emily, hentikan kegiatannya dan bertanya padaku, “Kamu punya film biru Jack?” Sambil terbata-bata kusuruh Eve untuk membuka laci di bawah TV-ku dan minta Eve lagi untuk masukan saja langsung ke video.

    Waktu mulai diputar gambarnya bukan lagi dari awal, tapi sudah di pertengahan. Yang tampak adalah seorang laki-laki 60 tahun sedang dihisap barangnya oleh gadis belasan tahun. Kontan saja si Eve menghisap jarinya yang tadinya dipakai untuk menutup mulut sedangkan jari tangan kirinya masih kembali ke tugasnya. Pandanganku sayup, dan terasa benda lembut menyapu kepala barangku dan benda lembut lainnya menyapu bijiku. Aku mencoba untuk melihat ke bawah, ternyata lidah Khira di bagian kepala dan lidah Emily di bagian bijiku.
    “Uuh… ssshh… uuuhh… ssshhh…” aku merasa nikmat.
    Kupanggil Eve ke sampingku dan kubuka dengan tergesa-gesa kaos dan BH-nya. Tanpa sabar kuhisap putingnya dan segera terdengar nafas Eve memburu.
    “Jacky… ooohh… Jacky… terusss… ooohhh…” nikmat Eve terdengar.
    Kemudian terasa setengah barangku memasuki lubang hangat, ternyata mulut Khira sudah melakukan tugasnya walaupun tidak masuk semua tapi dipaksakan olehnya.
    “Slep… slep… chk… chk…”
    Itulah yang terdengar paduan suara antara barangku dan mulut Khira. Emily masih saja menjilat-jilat bijiku.

    Dengan kasar Eve menarik kepalaku untuk kembali ke putingnya. Kurasakan nikmat tak ketulungan. Kuraih bahu Emily untuk bangun dan menyuruhnya untuk berbaring di tempat duduk panjang. Setelah kubuka semua penghalang kemaluannya langsung kubuka lebar kakinya dan wajahku tertanam di selangkangannya.
    “Aaahhh… Jacky… aaahhh… enak Jacky… teruskan… aaahhh… terussss Jacky!” jerit Emily.
    Ternyata Eve sudah bugil, tangannya dengan gemetar menarik tanganku ke arah barangnya. Aku tahu maksudnya, maka langsung saja kumainkan jari tengahku untuk mengorek-ngorek biji kecil di atas lubang nikmatnya. Terasa basah barang Eve, terasa menggigil barang Eve.
    “Aaaahhh…” Eve sampai puncaknya.


    Aku pun mulai merasa menggigil dan barangku terasa semakin kencang di mulut Khira, sedangkan mulutku belepotan di depan barang Emily, karena Emily tanpa berteriak sudah menumpahkan cairan nikmatnya. Aku tak tahan lagi, aku tak tahan lagi, “Aahhh…” Sambil meninggalkan barang Emily, kutarik kepala Khira dan menekannya ke arah barangku. Terdengar, “Heeerrkk…” Rupanya Khira ketelak oleh barangku dan mencoba untuk melepaskan barangku dari mulutnya, tapi terlambat cairan kentalku tersemprot ke tenggorokannya. Kepalanya menggeleng-geleng dan tangannya mencubit tanganku yang sedang menekan kepalanya ke arah barangku. Akhirnya gelengannya melemah Khira malah memaju mundurkan kepalanya terhadap barangku. Aku merasa nikmat dan ngilu sekali, “Sudah… sudah… aku ngiluuu… sudah…” pintaku. Tapi Khira masih saja melakukannya. Kakiku gemetar, gemetar sekali. Akhirnya kuangkat kepala Khira, kutatap wajahnya yang berlumuran dengan cairanku. Khira menatapku sendu, sendu sekali dan kudengar suara lembut dari bibirnya, “I Love you, Jacky!” aku tak menjawab. Apa yang harus kujawab! Hanya kukecup lembut keningnya dan berkata, “Thank you Khira!”
    Rasa nikmatku hilang seketika, aku tak bernafsu lagi walaupun kulihat Eve sedang memainkan klitorisnya dengan jarinya dan Emily yang ternganga memandang ke arahku dan Khira. Mungkin Emily mendengar apa yang telah diucapkan oleh Khira. Demikianlah, kejadian demi kejadian terus berlangsung antara kami. Kadang hanya aku dengan salah satu dari mereka, kadang mereka berdua saja denganku. Aku masih memikirkan apa yang telah diucapkan oleh Khira. Umurku lebih 10 tahun darinya. Dan sekarang Khira lebih sering meneleponku di rumah maupun di tempat kerjaku. Hanya untuk mendengar jawabanku atas cintanya. Dan belakangan aku dengar Eve dan Emily sudah jarang bergaul dengan Khira.





  • Kisah Memek Tina, Asisten Dokter Gigi

    Kisah Memek Tina, Asisten Dokter Gigi


    2907 views

    Duniabola99.com – Aku, Haryanto (nama samaran), dipanggil singkat Yanto. Setelah kerja 2 tahun lebih, aku dipindahtugaskan ke kota B ini, tidak seramai kota besar asalku, tapi cukup nyaman. Aku dipinjamkan rumah kakak perempuanku yg bertugas mendampingi suaminya di luar negeri. Sekaligus menjaga dan merawat rumahnya, ditemani seorang mbok setengah tua yg menginap, dan tukang kebun harian yang pulang tengah hari.

    Dua bulan sudah aku tinggal di rumah ini, biasa-biasa saja. Oya, rumah ini berlantai dua dengan kamar tidur semuanya ada lima, tiga di lantai bawah dan dua di lantai atas. Lantai atas untuk keluarga kakakku, jadi aku menempati lantai bawah. Di samping kamar tidurku ada ruang kerja. Aku biasa kerja disitu dengan seperangkat komputer, internet dan lain-lain.

    Suatu ketika, aku kedatangan seorang dokter giri, drg Retno, ditemani asistennya, Tina. Mereka mau mengkontrak satu kamar dan garasi untuk prakteknya. Untuk itu perlu direnovasi dulu. Aku menghubungi kakakku melalui sarana komunikasi yang ada, minta persetujuan. Dia membolehkan setelah tanya-tanya ini itu. Maka mulailah pekerjaan renovasi dan akan selesai 20 hari lagi.

    Sementara itu, drg Retno menugaskan Tina untuk tinggal di kamar tidur yg dikontrak juga, disamping garasi yg hampir siap disulap jadi ruang praktek. Mulailah kisah dua anak manusia berlainan jenis dan tinggal serumah….

    Sudah dua minggu Tina tinggal di rumah ini. Dia biasanya membawa makan sendiri, seringkali aku ikut makan bersama dia kalau kebetulan masakan mbok dirasa kurang. Tina berlaku biasa saja mulanya, dan aku tidak berani lancang mendekatinya. Tina berperawakan hampir sama tinggi denganku, tidak gemuk tetapi tidak kurus. Selalu berpakaian tertutup sehingga aku tidak berhasil melihat bagian yang ingin kupandang. Wajahnya cukup manis.

    Suatu hari, mbok minta ijin pulang kampung setelah bekerja 9 bulan lebih tanpa menengok anak cucunya. Aku mengijinkan mbok pulang. Mbok akan minta tolong pembantu tetangga menyediakan makanan untuk aku selama mbok pulang.


    Nah, pagi hari itu aku mengantar mbok ke setasiun bus dengan mobil kantorku, baru pulang untuk mengambil berkas dan berangkat lagi ke kantor. Tina pergi ke klinik dokter gigi Retno dengan motor, biasanya jam setengah delapan pagi sudah kabur dan pulang jam lima atau enam petang, bergantung kepada banyaknya pasien. Untuk praktisnya, masing-masing membawa kunci rumah sendiri.

    Sore hari setelah mbok pergi itu suasana rumahku sepi. Aku pulang jam empat sore dan sempat melihat-lihat kebun dan mengambil daun-daun kering lalu membuangnya di tempat sampah. Tina baru sampai di rumah sekitar jam setengah enam, tanpa aku tahu. Dia ternyata ada di jendela memandangku bekerja di kebun. Ketika matahari sudah doyong ke Barat, aku baru melihat ke jendela dan nampak Tina tersenyum di baliknya. Segera aku masuk rumah. “Sudah lama kamu datang, Tina?” Dia mengangguk. “Aku melihat kamu bekerja di kebun, suatu pemandangan indah, laki-laki rajin bekerja keras… Kagum aku dibuatnya.”

    Aku tertawa sendiri, lalu masuk kamar untuk mandi. Kamar mandiku ada dalam kamar tidur, jadi aku bebas berjalan telanjang masuk keluar atau dengan melilitkan handuk saja, seperti sore itu. Keluar kamar mandi, aku terkejut, karena Tina ada dalam kamar tidurku. “Aku masuk tanpa permisi, maaf ya, kamu marah?” Aku jawab, “ Ah tidak, masak marah sih, disambut perempuan seksi dan manis…? Aku mau tukar baju, kamu mau tetap di sini atau…?” Tina tersipu. “Oh, mau buka handuk, gitu? Aku tunggu di sofa, mau ada perlu sama kamu.” Tina keluar kamar.

    Aku mengenakan kaos oblong dan celana boxerku, lalu menghampiri Tina di sofa, duduk di sebelahnya. Dia menjauh. “Kamu sudah mandi, aku belum… nanti kamu nggak betah di dekatku..” Aku cuma senyum saja. “Ada pelu bicara apa, Tina…?” Dia bimbang sebentar, lalu, “Aku mau numpang mandi di kamar mandimu. Ada shower air hangat kan? Water heater di kamar mandiku rusak, mbok belum sempat panggil tukang…” Sambil senyum, aku jawab, “Tentu, silahkan saja, tapi pintu kamar mandi jangan dikunci, sulit membukanya. Tenang, aku tidak akan mengintip kamu mandi, jangan takut…” Tina tertawa, “Tidak ngintip tapi langsung melihat…? Mana ada laki-laki membuang kesempatan.” Aku malu mendengarnya. “Ah, kamu bisa saja…” itu jawabku sambil memegang bahunya. “Tuh, mulai ya,..?” katanya sambil setengah berlari masuk kamarnya mengambil handuk dan lain-lain.

    Dua puluh menit berlalu, Tina sudah kembali duduk disampingku. Bau wangi menyergap hidungku. “Eh, Yanto, mau nggak antar aku beli kacang rebus atau goreng di simpang jalan?” Segera aku mengiyakan.


    Lima menit kemudian Tina dan aku sudah bergandengan tangan berjalan ke penjual kacang, sekitar 500 meter jauhnya. Sepulangnya, tangan Tina menggandeng lenganku dan aku sempat merasakan buah dada kanannya menyentuh lengan kiriku. Serrr, darahku berdesir, jantungku berdegub kencang. Ibu—ibu di warung dekat situ nyeletuk, “Wah bu dokter sudah punya calon suami… selamat ya?” Tina tertawa kecil. Ibu-ibu itu sudah akrab dengan Tina, mempersilahkan mampir untuk suatu pertanyaan tentang kesehatan giginya. Sempat terdengar Tina melayani salahsatu dari mereka sambil menyoroti mulut si pasien kampung itu dengan batere kecil, lalu menyuruhnya datang ke klinik besok pagi. Semua pertanyaan dijawab dengan ramah. Aku jadi kagum dengan keramahan Tina. Pantes kliniknya ramai setiap hari.

    Pulang rumah, aku dan Tina duduk di seputar meja makan sambil menikmati kacang rebus dan goreng. Sementara itu aku tetap mencuri-curi pandang wajahnya, atau turun ke dadanya. Tetap tidak kelihatan apapun. Tina seorang perempuan yang tetap menjaga kesusilaan, pikirku. Jadi, apakah aku bisa menikmatinya, waduh, mengajaknya tidur bersama, pikiranku melayang ke arah hal-hal yang erotis. Tina menyudahi makan kacang karena kenyang, katanya, lalu bangkit pergi ke tempat sikat gigi (wastafel). Aku merapikan meja makan, lalu menyusul Tina untuk sikat gigi di sampingnya.

    Tanganku mulai nakal. Aku nekad menyentuh bokongnya, meremas lalu merangkul pinggangnya. Tina seakan kaget, lalu menepis tanganku sambil sedikit menatapku sementara mulutnya masih penuh busa.

    Tina berkata, “Jangan mulai nakal… “ Lalu dia membalas mencubit bokongku dan meninju punggungku. “Nih, rasakan, ya…” Dia mencubit berkali-kali dan meninju juga. Lama-lama aku merasa sakit juga, lalu kutangkap tangannya dan kutarik tubuhnya mendekat, tetapi dia berontak dan lari ke sofa. Selesai sikat gigi, aku duduk disebelahnya. “Kamu masih marah, Tina?” Dia menutup matanya, lalu… menubruk dadaku seraya menangis. Aku heran sekali. “Kamu ini…. Kamu ini… bikin aku gemes! Aku jadi nggak tahan lagi. Dadamu basah ya, dengan air mataku. Buka saja kaosmu…” Aku menurut, dia kembali membenamkan wajahnya di dadaku, lidahnya menjilati putingku. Bibirnya menciumi dadaku ke kiri dan ke kanan samapi ke lipatan ketiakku. Ketika lidahnya mau menjilat ketiakku, segera kurapatkan sehingga dia gagal. Wajahnya nampak kecewa. Berbisik, “Kenapa? Nggak mau ya?” Aku jawab, “Nanti kamu nggak tahan baunya, bau keringat laki-laki. Tina, aku ada permintaan…” Tina menjawab lirih, “Minta apa? “ Kujawab, “Mau nggak kamu tidur di kamarku bersama aku?” Tina diam saja, tidak mau menjawab. Wajahnya sudah ditarik menjauh. Aku takut dia marah. Lalu berbisik, “Kalau aku bilang… tidak mau, kamu marah?” Aku jawab, “Aku tetap membujuk sampai kamu mau. Sinar mata dan wajahmu mengatakan kamu mau…”

    Tiba-tiba Tina bangkit dan berjalan ke kamarnya. Di pintu masuk kamar, dia memalingkan wajahnya lalu menggapai aku supaya mendekat. Aku segera bangkit, menuju kamarnya. “Kamu saja yang tidur di sini, mau?” Aku menggelengkan kepala. “Kamar mandi untuk kamu kan ada di kamar tidurku,gampang untuk segala keperluan…” Tina tersenyum mengangguk. “Kalau begitu, kamu tunggu di kamar, ya, nanti aku menyusul kamu.” Jantungku hampir berhenti berdetak mendengarnya. (Tina mau lho, tidur denganku…!)

    Segera aku berjalan ke kamarku, lalu merapikan ranjang, meletakkan dua handuk melintang di atasnya. Tak lupa mengoleskan krim tahan lama pada kepala kemaluanku, lalu memakai sarung setelah melepaskan semua pakaian.

    Belum satu menit, Tina sudah berdiri di depan pintu kamar. Melihat aku memakai sarung, dia berkata, “Kamu ada sarung lagi? Aku ingin memakai. Rasanya praktis ya?” Aku mengangguk lalu membuka lemari pakaian, mengambil sarung lagi, kuserahkan kepada Tina. Dia membawa sarung itu masuk kamar mandi, melirik manis sambil berkata, “Jangan ikut masuk, ya?” Aku tertawa saja, lalu berbaring bertelanjang dada sampai pinggang. Sarung itu menutup bagian bawah setelah pinggang. Tina keluar kamar mandi dengan sarung menutup bagian dada sampai pinggul. Dia meletakkan pakaiannya, termasuk BH dan celana dalam kuning, di meja. Dia melirik lalu tersenyum, “Lihat BH dan celana dalamku? Nih, biar puas melihatnya.” Dia mendekati aku lalu memamerkan BH dan celana dalamnya ke dekat wajahku. Aku mendekatkan hidungku pada celana dalamnya, tetapi dengan cepat dia menariknya sambil tertawa.


    Dua detik kemudian, dia merebahkan diri di sebelahku. Aku melihat wajahnya, berpandang-pandangan selama beberapa puluh detik. Kudekatkan bibirku pada pipi, dahi, lalu… ke bibirnya. Dia melumati bibirku, perlahan mulanya. Lalu perlahan membuka mulutnya, sehingga kini mulutku bisa mengisap mulutnya sambil bergoyang ke kiri ke kanan, lalu lidahku bertemu lidahnya. Tina menghembuskan napasnya seperti tersengal, lalu kembali mengisap mulutku bergantian. Lengannya merangkulku, dan kini, yah, benarlah, dadaku bersentuhan dengan buah dada Tina yang kencang mencuat dan berputing keras. Dalam berahi yang makin membara, aku dan Tina sudah tidak memikirkan apa-apa lagi. Tiga gerakan cukuplah melepas sarung-sarung itu, sehingga tubuh Tina yang telanjang bulat sudah nempel erat dengan tubuhku. Dia mendorongku sehingga telungkup di atas tubuhku yang telentang, sambil terus mengisap dan mengisap dan mengisap mulut seraya bergoyang-goyang ke kiri kanan dan buah dadanya menekan menggeser-geser di dadaku. Aku sudah terbawa ke awan yang tinggi. Lenganku merangkul tubuhnya erat-erat, jembut Tina bergesekan dengan jembutku, aduh bukan main nafsuku berbaur dengan nafsu Tina. Kemaluanku yang sudah keras itu bergesekan dengan bibir kemaluan Tina, pahanya bergerak-gerak sebentar menjepit pahaku sebentar menindih dan entah gerakan apa lagi.

    Sebelas menit kemudian Tina melepaskan diri, mengangkat tubuhnya sambil memandangku. “Bagaimana rasanya, enak dan nikmat..?” Aku jawab, “Bukan main… Tina, oh ina, buah dadamu.. padat mencuat, aku nikmati sekali. Kamu merasa nggak… jembut kita beradu? Jembutmu yg lebat, menambah nikmatnya….” Belum sempat kalimatku selesai, Tina sudah menindihku lagi, kali ini dia membuka lengannya sehingga lidahku bisa menjilat ketiaknya yang halus tidak berambut. Kuciumi ketiak Tina beberapa saat, dan tubuhnya menggelinjang. “Ohh, Yan… Yanto… geli sekali rasanya…” Aku pindah ke ketiak yang satu lagi, dan Tina kembali menggelinjang. “Kamu doyan ya, menilat ketiak cewek?” Kujawab, “Ketiakmu harum dan indah bukan main. … Siapa bisa tahan membiarkan tidak dicium?” Kujilati terus kedua ketiaknya, dan Tina mengaduh-aduh penuh nikmat. Didadaku masih terasa buah dadanya menggeser-geser. Pinggulnya bergoyang terus, sampai suatu ketika, dia setengah berteriak, “Yanto… aku nggak tahan…. Ayo kamu di atasku…”

    Aku memutar tubuhku sehingga kini berada di atas tubuh Tina. Kedua lengannya merangkul punggungku, “Duh,.. tubuhmu sungguh kekar… aku sangat menikmati…. Ohh….” Sekarang aku menindih buah dadanya, sambil mulutku mengisap-isap dan isap mulutnya. Lidah Tina masuk ke dalam mulutku dan kuisap, alu giliran lidahku menelusuri mulutnya. Tina mengggelinjang, lalu membuka kedua pahanya. “Masukkan kemaluanmu…. pelan-pelan ya, besar sekali kemaluanmu… ooohhh… sudah… sudah masuk semuanya… oohh nikmatnya… nikmatttt sekali…..” Pinggulnya bergoyang naik turun makin cepat seiring dengan gerakan naik turun pinggulku. Terasa kemaluanku dijepit dan disedot kemaluannya. Aku mengeluh, “Tina, kemaluanmu sempit… duhh nikmatnya dijepit dan… disedot kemaluanmu… ooohhh Tina…” Dia menjawab, “Yan… jangan keluar dulu ya…. Aku masih ingin lama nih, menikmati … persetubuhan ini..” Lalu menggelinjang hebat ke kiri ke kanan, mulutnya tertutup rapat dalam mulutku dan mengeluarkan suara lenguhan seorang perempuan yang sedang penuh nikmat.

    Gerakan tubuhku dan Tina menimbulkan bunyi kecupak-kecupak saat kemaluanku menembus jembut dan kemaluannya yang sudah basah. Aku bertanya, “Tina, boleh kujilat jembutmu,…kemaluanmu….?” Segera dia menggelengkan kepala, meski mulutnya masih dalam mulutku. “Jangan sekarang,… jangan dilepasss… nanti saja… oohh,… nikmatnya…” Aku menggeserkan tubuh Tina kesamping, supayua dia tidak kepayahan menanggung beban tubuhku. Dia berbaring disampingku sambil lidahnya terjulur minta diisap. “Tina,…. Aku minta ludahmu…” Dia menjulurkan lidahnya, kali ini penuh ludahnya. Segera kuisap dan kusedot mulutnya dan kuisap ludahnya semua. Tina menggelinjang. “Kamu di bawah, mau…” Aku menggeser kembali, telentang di bawahnya. Tubuh Tina seluruhnya menindih tubuhku, buah dadanya kembali bergeser-geser. Kemaluanku berhasil masuk dari bawah, dibantu tangan Tina. Tina mengdesah, “Ooohh… aduhhh… nikmatnya, aduuhh… kemaluanmu memenuhi…. Kemaluanku penuh kemaluanmu, ohhh… terus, Yanto, terus genjot dari bawah…. Oohh…. Ohhh, nikmat sekali, …. “Gerakan tubuh Tina dan aku makin cepat sampai, “ Aku tidak…. Tidak tahan lagi…. Mau keluar…. Oohhh… keluar… Yanto…! Aku sudah keluar…. teruskan, teruskan…. Masih nikmat…. Mau lagi.. Yanto…. Kemaluanmu… nikmat sekali….. adu jembut, nambah nikmat…. Aku mau keluar lagiiiii…! Yanto, aku … nggak tahan, …keluar lagi, sudah dua kali… sekarang kamu dong, semprotkan manimu… ooohhh… ohh… terus Yanto, kamu harus puasss…” Aku bergerak terus, tetapi pengaruh krim tahan lama membuatku tidak gampang keluar.

    Aku berbisik, sambil lidahku menjilati lehernya, “Tina, masih nikmat… atau mau ke kamar mandi dulu, lalu berbaring sambil istirahat 30 menit dan ….. mulai babak kedua…?” Tina berbisik mesra. “Aku mau, Yanto, berkali-kali semalam suntuk bersetubuh dengan kamu…. Sekarang ke kamar mandi dulu… “ Dia beringsut mau turun ranjang, tangannya menggapai tissue lalu mengelap kemaluannya. Llau berjalan beringsut sambil terus memegang tissue di kemaluannya. Aku menyusul dia. Kemaluanku basah dengan air mani Tina, tetapi tidak sampai mengucur.


    Di kamar mandi, Tina berbisik, “Yanto, kamu… hebat… sebagai laki-laki, bisa memuaskan aku berkali-kali.” Aku menjawab, “Baru dua kali, Tina… “ Dia tersenyum, berbisik, “Semalam suntuk bisa berapa kali, ya? Aku kepningin terus, berahiku tidak…. tidak terbendung, sudah ditahan berhari-hari. Untung mbok pergi ya, jadi kita bebas ….” Aku menunduk, lalu kuserbu kemaluannya, kuciumi jembutnya, kujilati kemaluannya sampai dia kembali mengeluh nikmat. “Duhh, Yanto, … kamu merangsang lagi… ooh… ohh, aku terangsang… ayo balik ranjang… tapi, aku mau mengisap kemaluanmu dulu… waduh, sudah tegang lagi…” Mulutnya mengulum, mengisap kemaluanku beberapa menit. “Tinaaa…. Sudah, sudah, nanti aku crot dalam mulutmu, saying sekali. Lebih nikmat crot di dalam kemaluanmu…” Tina tertawa, “Nggak kuat ya? Pakai krim lagi? Biar kuat berjam-jam?” Aku mengangguk lalu memeluk tubuh Tina, buah dadanya kembali nempel dipinggangku. “Tina,… merasakan buah dadamu, sungguh nikmat…”

    Sampai di ranjang, kembali dia menindihku. “Kamu di bawahku dulu ya… Eh, belum pakai krim?” Aku beringsut ke meja lalu mengoleskan krim di kepala kemaluanku. “Nih, sudah pakai krim. Tidak takut crot dulu, sejam lagi rasanya.” Kembali tubuhku ditindih Tina, mulutnya kembali menyeruput mulutku, buah dadanya bergerak ke kiri kanan di dadaku, aduh nikmat sekali. “Kamu nafsu lagi, Tina?” Dia mengangguk, “Ya, kali ini sampai sejam baru aku keluar…. Ketiga keempat, kelima….”

    Aku menikmati posisi begini (sebutannya Woman on top missionary sex) selama sekitar 25 menit, terus menerus menyeruput mulut Tina, menelan ludahnya, merangkul erat tubuhnya, mencengkeram bokongnya yang aduhai, dan seterusnya. Tina juga menikmati perannya, memandang wajahku dengan sayu, menjulurkan lidahnya, masuk ke mulutku seraya menelusuri seluruh rongga mulutku, mengisap, mengisap, menyedot, menyedot, terus menerus. Pinggulnya bergerak ke kiri ke kanan, maka terasalah jembutnya bergesekan dengan jembutku, pahanya kadang-kadang menuruni pahaku supaya kemaluanku bisa menggeser-geser kemaluannya yang sudah basah itu.

    Setelah sekitar 25 menit itu, Tina melenguh dan mendorongku supaya bergeser ke samping, lalu berbisik, “Kamu naik ke atas ya… aku sudah nggak tahan, ingin dimasuki kemaluanmu…. Yang lama dan dalam,… jangan cepat-cepat, …. putar pinggulmu, nah gitu….ooh… nikmatnya, Yanto, terus… nikmatttt sekali…. Mauku sih yang lama,…. terus, … sekarang kemaluanmu… benamkan ke dalam kemaluanku, terus….. yang dalam… ohh, ohh, mmm… mmm…” Mulutnya kusedot sedot terus, dan dia membalas sedotanku, jadi cuma bisa mengeluarkan suara … mmm…. mmmm…. ahh… ahhh.. Sementara dadaku menindih buah dadanya, sungguh nikmat sekali. Buah dada yang mencuat dan kencang. Tiap lelaki pasti akan menikmatinya dalam posisiku ini. Aku sendiri mendesah kencang sambil menggerakkan pinggulku, naik turun dan putar-putar. “Tin… ooohh… jembut…. jembut kita…. beradu… nikmat sekali ya…?” Tina mendesah dalam mulutku, mmm… lalu menjawab, “Betul… jembut ketemu jembut…. dadamu menindih buah dadaku… nikmat sekali, Yantoooo… aku nggak tahan lagi… aku mau keluar lagi … Yantooo…. aku … keluar… crot crot…. Oohhh… nikmatnya….” Lengannya melingkari tubuhku dengan kencang. “Yanto,… tubuhmu… enak sekali kurangkul… kekar, … begitu jantan… nikmat sekali.. jangan lepas dulu ya…. teruskan, Yantoooo… aku masih bisa lagi, … “ Aku gerakkan pinggulku naik turun terus, kurasakan batang kemaluanku disedot dan dijepit kemaluan Tina… Kemaluannya berkedut-kedut… Untung aku pakai krim tahan lama. Siapa sih bisa tahan kemaluannya dijepit dan disedot begitu. Sekitar 12 menit, Tina kembali mengeluh panjang dalam mulutku, lalu pinggulnya mengejang keras dan… terasa lagi cairan hangat membasahi kemaluanku di dalam kemaluan Tina. Dia terengah-engah, sambil mengisap mulutku dia berbisik, “Yanto… aku sudah keluar… empat kali ya?” Aku menjawab, “Ya, baru empat kali. Masih mau empat kali lagi sampai pagi?”

    Tina berbisik, “Istirahat dulu yuk, setelah bersih-bersih di kamar mandi. Kamu hebat sekali, ya, belum keluar juga air manimu. Nanti aku mau mengisapnya ya, sisa-sisa air manimu, dalam mulutku, kalau sudah keluar dalam kemaluanku….” Dia menuntunku jalan ke kamar mandi sambil menempelkan buah dadanya di sampingku… Perasaanku sudah tidak karuan, lelaki menghadapi perempuan yang nafsunya besar dan tidak dapat dibendung lagi. Di kamar mandi, Tina mendekatkan wajahnya ke wajahku sambil menjilati pipi dan leherku. “Yanto…. kamu jantan tulen… aku ingin terus dipeluk dan diapakan saja sampai pagi… “ Lalu menyabuni kemaluannya dan mengusap kemaluanku, dan menyirami lalu mengelap dengan handuk. Tina berbisik, “Mau kuisap… kemaluanmu?” Aku menolak, takut ngecrot di kamar mandi, lalu kepeluk dia menuju ranjang lagi.

    Kembali dia telungkup di atas tuuhku, lalu berbisik, “Mau main 69?” Aku mau, lalu dia menggeserkan tubuhnya, berbalik arah. Buah dadanya menggeser di dada dan perutku. Mulutku sekarang persis berhadapan dengan jembut dan kemaluannya, yang segera kujilat. Begitu juga dia, mulutnya menelusuri biji kemaluanku, lalu batangnya, dan menjilati kepalanya sebelum mengulum dengan penuh gairah. Dia mendesah ketika merasakan jembutnya kuciumi dan bibir kemaluan yang berwarna merah itu kujilati dengan sama gairahnya. Posisi ini berlangsung selama sekitar 10 menit, ketika aku merasakan puncak kenikmatanku nyaris sampai, lalu kuminta dia balik arah lagi. Kembali mulutku mengisap mulutnya, berbau jembut dan terasa agak asin. Dengan gairah penuh dia mengisap mulutku, menjulurkan lidahnya masuk keluar untuk beradu dengan lidahku. Buah dadanya bergerak kiri kanan di dadaku, nikmat sekali rasanya. Aku berjanji pada diriku sendiri tidak akan main dengan boneka seks lagi. Kalah nikmat dibandingkan tubuh Tina. Lenganku melingkari punggung Tina, bokongnya kucengkeram dan kuelus. Tina mengerang, “Aku nafsu lagi, Yanto…. kamu begitu pinter… membangkitkan berahiku…”


    Dia mendorongku ke samping lalu menarik tubuhku sampai menindih tubuhnya. Kembali kutindih buah dadanya, begitu nikmat. Mulutku mengisap mulutnya, dan kemaluanku masuk ke dalam kemaluannya, jembutku bergesekan dengan jembutnya. Pinggulku naik turun, perlahan lalu tambah kencang. Selang lima menit, Tina sudah kelojotan, mengerang dalam mulutku, lengannya mencengkeram punggungku, pinggulnya bergerak cepat naik turun dan kesamping, dan… Tina menjerit tertahan dalam mulutku. Kemaluannya kembali memuntahkan cairan hangat, kurasakan kemaluanku disiram cairan hangat. Dia sampai puncaknya lagi.

    Dalam kondisi seperti itu, dia tetap memeluk aku. “Yantooo… terus yuk… aku masih bisa keluar lagi. Jangan lepas kemaluanmu, teruskan… 10 menit lagi aku crot… kamu juga kan? Aku merasakan kemaluanmu sudah kedut-kedut. Ayo sama-sama keluar, biar puas bareng…mau?” Aku mendesah sambil terus bergerak pelan, pinggulku naik turun. “Kamu ini, Tina… manis sekali… wajahmu bikin aku nafsu, buah dadamu bikin aku nggak tahan…. Tin, rasanya aku mau keluar nih, mana tahan sih, merasakan nikmatnya semua ini?” Tina senyum mendengar kata-kataku, lalu memandangku. “Aduhai, Yanto… kamu pemuda ganteng… jantan, … pandai membangkitkan nafsu perempuan … ayo terus… aku mau nih…. ooh… nikmatnya…” Tubuh Tina menggelinjang dibawah tubuhku, mulutnya menyedot mulutku, menyedot terus… buah dadanya bergoyang ditindih dadaku.

    Aku sudah tidak tahan lagi. Tadi lupa mengolesi krim tahan lama sekembali dari kamar mandi. Tuuhku bergerak naik turun dengan cepat, mengeluarkan bunyi kresek-kresek dan kecupak-kecupak ketika mulutku mengisap mulutnya dan jembutku beradu dengan jembutnya. “Tina,… buah dadamu… bikin akau tidak tahannn… aku mau keluar nih…” Tina mendesah, “Ayo, terus…. Aku juga mau keluar lagi… oohhh…. Yanto… mmm… ouww…. nikmat sekaliii…. “ Aku sampai puncaknya. “Tinaaa…. Aku keluar…. Aku keluar… oohhh… nikmatnya buah dadamu, jembutmu, kemaluanmu… oouww…. “ Maka crot-crot-crotlah air maniku dalam kemaluannya. Aku ingat pesannya supaya disisakan air mani untuk masuk mulutnya. Kuarahkan kemaluanku ke mulutnya dan…. crot-crot lagi dua tetes air mani dalam mulut Tina.

    Beberapa menit aku tergolek di atas tubuh Tina, mengatur napas. Tina juga begitu. Tina puas empat kai rasanya, dan aku satu kali. Dia berkata sambil senyum manis, “Yanto, kita sama-sama keluar ya? Sama-sama puas? Besok malam mau lagi? Saban malam… Aku ini perempuan penuh nafsu, ya? Aku sayang kamu, bakal jadi cinta.” Lalu berdua aku ke kamar mandi, membersihkan tubuh, lalu tidur sampai subuh.