Author: dbgoog99

  • Kisah Memek Bermain cinta dengan anak kandung sendiri yang mempunyai body hot dan sexy

    Kisah Memek Bermain cinta dengan anak kandung sendiri yang mempunyai body hot dan sexy


    2735 views

    Duniabola99.com – Kehidupan dengan istriku pernikahan yang sudah menginjak usia 18 tahun aku rasa biasa biasa saja sudah tidak seperti dulu lagi, sekarang jika kami berhubungan tidak sehot apa yang aku tonton di film, biasanya di dalam film beradegan dengan gaya yang bervariatif saat itu aku sering berfantasi dengan wanita lain.
    Hal lain yang menarik perhaAmelnku adalah kenyataan kalau permainan lesbian sangat populer. Aku mulai tertarik dengan gadis muda yang mencumbui vagina gadis muda lainnya yang lembut, basah, dan biasanya tak berambut.

    Melihat film-film itu untuk berfantasi mulai mengubah kehidupanku. Aku mempunyai tiga orang anak gadis yang beranjak remaja. Aku mulai memperhatikan mereka, kulihat cara mereka berpakaian, cara jalannya, dan segala tingkah laku mereka.

    Mereka menjadi obsesiku sendiri! Kuamati lebih detil saat mereka bangun pagi untuk melihat putingnya yang mengeras di balik pakaian tidur mereka. Kunikmati puting mereka yang terayun saat mereka berjalan-jalan dalam rumah. Aku terus mengamati mereka sampai semuanya beranjak menjadi seorang gadis muda yang sempurna.

    Yang tertua adalah Irma. Dia mempunyai puting yang paling besar, branya mungkin D-cup atau lebih besar. Dia sesungguhnya tak terlalu cantik, tapi enak dipandang. Aku yakin teman-teman cowoknya banyak yang memperhatikan dadanya. Irma juga mempunya pantat yang kencang dan besar. Tapi meskipun dia yang paling tua di antara saudara-saudaranya, dia sering bertingkah seperti gadis berusia separuh umurnya.

    Yang paling muda Amel. Amel mungkin yang paling cantik di antara ketiganya. Masalahnya adalah dia pemalas, hanya duduk dan tak mengerjakan apa pun sepanjang waktu. Jadi pantatnya menjadi melebar..? Putingnya baru mulai tumbuh. Dan di samping itu dia tomboy, aku jadi mempertanyakan jenis kelaminnya. Dia lebih suka berada di antara cowok daripada cewek.

    Rahma yang di tengah, di antara anak-anakku, bentuk tubuhnya lah yang terbagus. Bagiku, dia mempunyai tubuh dalam fantasiku. Dia memiliki tubuh yang sempurna dengan bra B-cupnya, atau C-cup kecil.

    Rambutnya yang panjang hingga melewati bahunya, dan matanya selalu nampak mempesona. Masalahnya dia yang paling bandel. Selalu membuat masalah. Dia juga sadar kalau dia punya tubuh yang bagus dan selalu memakai pakaian yang memperlihatkan hal itu. Di antara anak-anakku, Rahma lah yang jadi bahan fantasi utamaku. Setiap kali aku menyetubuhi istriku, Rahma lah yang ada dalam benakku!

    Kisah ini bermula dengan Irma dan temannya Intan. Intan setahun lebih muda, tapi mereka sangat akrab. Intan selalu menginap di rumah kami setidaknya sekali sebulan. Intan sangat kurus, dadanya kecil, tapi sangat manis.

    Suatu malam saat Intan menginap, aku mulai melihat film porno seperti biasa. Suaranya kumatikan jadi aku dapat mendengar kalau ada orang yang mendekat. Lagipula aku dengar suara berisik dari kamar Irma.


    Kupikir mereka sedang sibuk dengan urusan gadis remaja dan begadang sampai pagi ngomongin tentang cowok dan sekolah, atau apapun yang menjadi urusan gadis seusia mereka. Entah bagaimana suara yang kudengar tak lagi seperti orang yang sedang ngobrol. Kadang kudengar suara erangan.. Yang lama-lama cukup keras juga.

    Aku mendekat ke pintu kamar Irma dan lebih mendengarkan apa yang tengah terjadi. Dan benar! Itu suara erangan dan cukup berisik! Kalau saja pintunya tak tertutup pasti kedengaran sampai luar dengan jelas. Lalu aku dengar teriakan kenikmatan.

    Kudorong pintunya sedikit terbuka. Apa yang kulihat didalam sangat mengejutkanku. Intan dan Irma berbaring di lantai dengan Amel diantara mereka. Kepala Intan berada diantara paha Irma dan kepala Amel ada di sela paha Irma..

    Setelah mataku dapat menyesuaikan dengan kegelapan kamar itu, kulihat dada Irma bergerak naik turun dengan cepat karena nafasnya. Putingnya ternyata lebih besar dari yang kubayangkan. Tangannya memelintir putingnya sendiri saat Intan menjilati kelentitnya dan dua jarinya yang terbenam pada vagina Irma. Mata Irma terpejam dalam kenikmatan yang diberikan Intan.

    Aku terus memperhatikan mereka hingga paha Irma mencengkeram kepala Intan dan terlihat sepertinya dia akan ‘memecahkan’ putingnya sendiri saat dia mendapatkan orgasmenya pada wajah Intan.

    Kelihatannya Intan juga telah orgasme dalam waktu yang sama, karena dia mengangkatkan kepalanya dari paha Irma dengan cairan vagina yang menetes jatuh di pipinya seiring dengan tubuhnya yang mengejang dan kudengar sebuah umpatan keluar dari bibirnya.

    Aku terkejut mundur saat kurasakan ada tubuh yang menekan punggungku. Saat kutengok, kulihat Rahma sedang berdiri di depanku. Rahma memandangku dengan mata indahnya dan bertanya..


    “Apa Papa menikmatinya?” lalu dia melihat ke bawah dan meremas penisku yang sudah keras.

    “Tak perlu dijawab, aku bisa lihat dan rasa Papa menikmatinya.”

    “Kenapa Papa tak lepas saja celana Papa dan bergabung dengan kami?” tanyanya bersamaan dengan tangannya yang bergerak masuk dalam celanaku dan mulai meremas penisku dengan pelan.

    Dan sepertinya aku tak menginginkan hal lain selain ikut bergabung dengan anak-anakku, tapi..

    “Papa nggak bisa, Mama kalian akan membunuh Papa.” Aku dengar suara Irma saat aku mulai menjauhi mereka.

    “Papa nggak tahu apa yang Papa lewatkan!”

    Sedihnya, aku tahu apa yang telah kulewatkan. Aku telah melewatkan kesempatan untuk mendapatkan tak hanya satu, tapi empat gadis muda yang panas. Fantasiku hampir saja jadi nyata.

    Aku pergi ke kamarku dan berbaring disamping isteriku. Biasanya saat aku dan isteriku melakukan hubungan seks terasa hambar. Kali ini saat aku merangkak ke atas tubuhnya, kusetubuhi dia dengan keras dan cepat. Aku keluar dalam beberapa menit saja, baru saja kukeluarkan penisku..

    “Bagaimana denganku?” kudengar isteriku bertanya dan memegang penisku yang masih keras.

    Dia bergerak naik di atasku dan segera memasukkan kembali penisku dalam vaginanya. Ini pertama kalinya dia berinisiatif. Dan kupikir ini juga pertama kalinya dia di atas. Isteriku bergerak naik turun dan dapat kurasakan tangannya yang mempermainkan kelentitnya saat dia bergerak diatasku.

    Melihat isteriku yang berusaha meraih orgasmenya membuatku terangsang kembali. Kuremas payudarnya, kubayangkan yang berada dalam genggamanku adalah milik Irma. Kupelintir putingnya diantara jariku, keras dan lebih keras lagi, tak mungkin menghentikan aku.

    Dia menggelinjang kegelian, tangannya semakin menekan kelentitnya. Ini pertama kalinya kurasakan cairan vagina isteriku menyemprot padaku. Orgasmenya kali ini terhebat dari yang pernah didapatkannya. Aku jadi berpikir apa dia benar-benar puas dengan kehidupan seks kami sebelumnya.


    Isteriku mulai melemah. Aku belum keluar kali ini, jadi kugulingkan tubuhnya kesamping dan segera menindihnya. Langsung kuhisap putingnya dengan bernafsu. Kusetubuhi dia dengan kekuatan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.

    Aku mulai merasakan orgasmeku akan segera meledak. Saat puncakku semakin dekat, kugigit putingnya sedikit lebih keras, yang membawanya pada orgasmenya. Dan saat kurasakan dinding vaginanya berkontraksi pada penisku, kutembakkan spermaku jauh didalam tubuhnya untuk kedua kalinya dalam tiga puluh menit ini. Kuturunkan tubuhku dari atasnya.

    “Tadi sungguh hebat” kata isteriku.

    “Seharusnya kamu lebih sering seperti tadi.”

    Saat aku bangun keesokan harinya, isteriku sudah tak ada di sampingku. Tiba-tiba kejadian tadi malam kembali terbayang. Kupejamkan mataku menikmatinya dan tanganku bergerak kebawah mulai mengocok penisku yang mengeras. Aku hampir saja mendapatkan orgasmeku saat kudengar..

    “Kenapa Papa tak membiarkan kami saja yang melakukan untuk Papa?”

    Kubuka mataku segera dan terkejut saat melihat Irma dan Intan berdiri di pintu kamarku. Orgasmeku tak dapat kucegah seiring dengan bayangan wajah Intan yang belepotan dengan cairannya Irma yang melintas di benakku.

    “Ups, terlambat!” kata Irma saat mereka meninggalkan kamar.

    Aku langsung bangkit dan segera mandi. Aku hampir selesai mandi saat tiba-tiba isteriku membuka pintu kamar mandi dan menyelinap masuk.

    “Anak-anak sudah pergi. Ayo bersenang-senang.”

    Isteriku berjongkok di depanku dan memasukkan penisku yang masih loyo ke mulutnya. Penisku mulai membesar dalam mulutnya karena rangsangan lidahnya yang bergerak liar. Penisku makin membesar dan kurasakan kepala penisku meluncur masuk ke tenggorokannya.

    Dia tak menariknya keluar dan bibirnya semakin ditekankan ke rambut kemaluanku. Lalu kurasakan dia mulai menelan, gerakan tenggorokannya serasa ombak hangat yang basah pada penisku. Dan hal ini pertama kalinya bagi kami juga. Rasanya sungguh dahsyat, sesuatu yang belum pernah kualami. Isteriku mempunyai keahlian yang disembunyikan dariku.

    Pelan-pelan dikeluarkannya penisku dari tenggorokannya lalu dimasukkannya lagi seluruhnya. Dia menatapku dengan penisku yang terkubur dalam mulutnya dan dengan pelan dikeluarkannya lagi.

    “Kamu menyukainya sayang?” tanyanya.

    Sebelum aku dapat menjawabnya dia melakukan hal itu lagi, menelanku seluruhnya. Dia mulai menggerakkanya keluar masuk dalam mulutnya, dan tetap memandangku saat dia melakukan itu. Isteriku mulai menaikkan temponya hingga aku tak dapat menahannya lebih lama lagi saat tiba-tiba dia berhenti..

    “Hei, hei, tunggu dulu bung. Belum waktunya. Lubangku yang lain perlu dimasuki, tahu.” katanya.

    Isteriku berdiri dan berputar. Dia membungkuk di depanku, merapatkan pantatnya padaku. Penisku terjepit di lubang anusnya maka kuarahkan pada vaginanya.

    “Siapa suruh mengalihkan senjatamu?” tanyanya.

    “Kembalikan ke tempat semula!”

    Dia meraihnya dan lalu mengembalikan penisku ke anusnya, sesuatu yang pernah kulakukan sebelumnya, tapi tidak dengannya. Pelan-pelan dia mendorong pantatnya ke belakang. Kulihat barangku jadi bengkok karena tekanan itu, kepala penisku mulai membelah lubang anusnya, tapi belum masuk. Kemudian tiba-tiba masuk begitu saja, hanya kepalanya saja.


    Dia mengerang. Lalu, dia terus menekan ke belakang dan memperhatikan aku memasukkan batang penisku seluruhnya. Aku tak dapat menolak rangsangan ini, kuraih pinggangnya dan mendorong lebih keras lagi untuk memastikan aku telah memasukinya seutuhnya.

    Kuputar pinggangku, memastikan dia dapat merasakan setiap mili senjataku didalamnya, aku terpukau akan pemandangan penisku yang terkubur dalam lubang anusnya. Lalu perlahan aku bergerak mundur.

    Saat hampir seluruhnya keluar kemudian kutekan lagi ke depan. Berikutnya aku benar-benar keluarkan penisku dan menggodanya, mengoleskan kepalanya saja pada lubang anusnya. Lalu benar-benar kusingkirkan menjauh dan melesakkan batang penisku kembali kedalam lubang anusnya. Aku bergerak maju mundur dengan cepat. Pelan, cepat, pelan dan keras.

    Tak terlalu lama orgasmeku mulai naik. Dia pasti dapat merasakannya karena dia mulai memainkan tangannya pada vaginanya, berusaha untuk meraih orgasmenya sendiri. Untung saja dia mendapatkannya sebelum aku.

    Saat kurasakan orgasmenya segera meledak, aku bergerak semakin liar. Pantatnya bergoyang dalam setiap hentakan. Dia mulai mengerang dengan keras seiring hentakanku terhadapnya. Tak kuhentikan gerakanku saat orgasme merengkuhnya, milikku segera datang! Kudorong diriku sejauh yang kubisa dan membiarkan spermaku bersarang dalam lubang anusnya.

    Isteriku berteriak saat orgasme datang padanya secara berkesinambungan seiring ledakan spermaku yang kuberikan padanya. Akhirnya, aku selesai, tapi dia mendapatkan orgasme sekali lagi saat kepala penisku keluar dari jepitan lubang anusnya.

    Isteriku membersihkan tubuhku lalu mendorongku keluar dari kamar mandi. Aku melangkah ke kamar kami dan berganti pakaian. Baru saja aku selesai memakai pakaian saat isteriku keluar dari kamar mandi dan muncul dalam kamar.

    “Tadi benar-benar indah” katanya.

    “Mungkin kita harus mengulanginya lagi nanti. Sekarang keluarlah dan nonton TV.”


    Anak-anakku, tanpa Intan pulang tak lama kemudian. Semuanya bertingkah normal. Aku lihat pertandingan bola, dan mereka melakukan apa yang biasa mereka kerjakan di hari Minggu sore.

    Sisa seminggu itu normal-normal saja. Gadis-gadis pergi ke sekolah dan Isteriku pergi kerja seperti biasanya. Tak ada seorangpun yang bicara atau menanyakan tentang kejadian minggu lalu. Isteriku terlalu letih Amelp malamnya sepulang dia kerja. Anak-anakku juga bersikap seperti tak pernah terjadi apapun. Aku jadi mulai berpikir apakah itu hanya khayalanku atau aku bermimpi tentang itu?

    Saat aku pulang kerja di hari Jum’at, anak-anaku meminta ijinku apa temannya boleh menginap nanti malam. Intan ingin meghabiskan kembali akhir minggunya bersama kami dan Rahma ingin temannya Ami bermalam juga.

    Aku suka Ami. Dia anggun. Kalau saja aku masih remaja, aku pasti akan mengajaknya kencan. Dia, seperti Rahma, memiliki sosok sempurna. Bedanya Ami memiliki wajah yang dapat membuatnya dengan mudah jadi seorang model kalau dia mau.

    Malam harinya semuanya pergi tidur lebih awal. Mereka benar-benar ingin lepas dari rutinitas hariannya, baik itu sekolah atau kerja. Saat kami bangun hari Sabtunya, semua orang memintaku untuk mengadakan pesta kebun. Maka, isteriku maengajak mereka semua pergi ke toko untuk belanja. Aku beristirahat sejenak kemudian pergi mandi. Ada kerjaan menungguku saat mereka pulang nanti.

    Saat mereka akhirnya pulang, sepertinya mereka memborong semua barang-barang di toko. Aku bilang pada mereka kalau hanya aku saja yang memasak pasti tak akan selesai. Bisa kacau jadinya. Akhirnya mereka bersedia berbagi tugas.

    Dengan semua belanjaan yang mereka borong, memerlukan hampir dua jam untuk memasaknya. Badanku bau asap dan terasa sangat letih. Saat aku masuk kedalam rumah, tak ada seorangpun di ruang keluarga ataupun dapur.

    “Hey! Dimana kalian?” teriakku, “Saatnya makan!”

    “Ya!” kudengar jawaban dari kamar Irma. Tapi tak ada seorangpun yang datang untuk makan.

    “Hey, kalian sedang apa sih? Apa nggak ada yang mau makan?” tanyaku jengkel.

    “Ada!” kembali hanya jawaban yang kudengar dari kamar Irma.

    Aku mendekat ke kamar Irma dan ternyata pintunya sedikit terbuka. Saat aku menengok kedalam, kulihat para gadis dengan berbagai posisi tanpa pakaian. Kudorong pintunya agar lebih terbuka.

    “Apa yang kalian lakukan?”

    “Sedang menunggu Papa.” Rahma menjawab dan mendekat lalu menarik tanganku agar masuk.

    “Kami membiarkan Papa minggu kemarin, tapi akhir pekan ini Papa tak akan dapat lolos dengan mudah.”

    “Sudah Papa bilang. Mama kalian akan membunuhku!” tangkisku.

    “Tidak, aku tak akan melakukannya!” kudengar suara isteriku saat kulihat dia mengangkat kepalanya di antara paha Irma.

    “Gadis-gadis ini menginginkanmu! Bisa apa aku menolak mereka?”


    Rahma menarik tanganku ke tengah kamar. Baru kemudian aku sadar kalau dia tak mengenakan selembar benangpun. Kupandangi tubuhnya. Apa yang kusaksikan ini jauh lebih baik dari yang kubayangkan. Payudaranya besar tapi kencang dengan putingnya yang menunggu untuk segera dihisap.

    “Bisa apa aku menolak mereka?” pikirku saat aku rendahkan tubuhku dan mulai menghisap puting itu.

    Kurasakan puting Rahma membesar dalam mulutku, lalu kutaruh diantara gigiku dan mulai menggigitnya pelan. Saat aku sedang sibuk dengan itu kurasakan ada tangan yang menarik turun resletingku.

    Lalu tangan itu merogoh kedalam celana dalamku dan mengeluarkan penisku. Aku melihat ke bawah dan kudapati Ami sedang mengarahkan penisku ke mulutnya dan segera saja dihisapnya. Kutelusuri lekuk tubuh Irma dengan tanganku sampai pada vaginanya yang tak berambut, dan menyelipkan jariku padanya.

    Dapat kurasakan kehangatan dalam vaginanya dan basah saat jariki kutekankan masuk dengan pelan. Aku berusah untuk mendorongnya lebih dalam lagi, tapi terasa ada yang menahan gerakanku. Rahma memandangku..

    “Ya, Rahma masih perawan, dan jari Papa adalah benda pertama yang memasuki vagina Rahma. Rahma harap penis Papalah yang kedua.” aku membungkuk dan mencium Rahma, bibir kami seakan melebur bersama, sebuah ciuman yang sempurna.

    Sementara itu, Ami masih mengoralku. Usahanya jelas berdampak padaku. Aku melihat kebawah, kepalanya bergerak maju mundur pada batang penisku. Aku tak ingin mengeluarkan sperma pertamaku dalam mulut Ami sedangkan ada pilihan lainnya. Vagina perawan Rahma dihadapanku. Maka kukeluarkan penisku dari mulut Ami.

    “Kita dapat melanjutkannya nanti.” kataku padanya.

    Kudorong Rahma ke tempat tidur, menindihnya dengan lembut. Kucium dia lagi lalu ciumanku bergerak ke sekujur tubuh telanjangnya. Kujilati lehernya, dan kutinggalkan bekas disana agar dia mengingat kejadian indah ini nantinya.

    Kemudian aku bergerak ke dadanya, menghisapi putingnya. Ini mengakibatkan beberapa lenguhan keluar dari mulutnya. Saat kugigit lembut putingnya dan punggungnya terangkat sedikit keatas karena terkejut. Lalu turun ke perutnya hingga akhirnya bermuara pada vaginanya yang tak berambut.

    Kupandangi sejenak lalu kubenamkan hidungku pada celahnya. Aroma yang keluar dari vaginanya semakin membuatku mabuk. Saat kugantikan hidungku dengan lidah, akibatnya jadi jauh lebih baik lagi. Saat ujung lidahku merasakan untuk pertama kalinya hampir saja membuatku orgasme! Rahma telah basah dan siap untuk aksi selanjutnya. Penisku membesar dan keras hanya dengan membayangkan apa yang segera menantiku didepan wajahku ini.

    Ciumanku bergerak keatas dan berlabuh dalam lumatan bibirnya lagi seiring dengan kepala penisku yang menguak beranda keperawanannya.

    Rahma mengalungkan lengannya dileherku dan menjepit pinggangku dengan kakinya saat aku berusaha untuk memasukinya lebih dalam lagi. Dapat kurasakan kehangatan yang menyambut kepala penisku. Aku tak dapat menahannya lebih lama. Rahma sangat panas, basah dan rapat!

    Pelan namun pasti kutingkatkan tekananku pada vaginanya. Dapat kurasakan bibirnya melebar menyambutku, ke-basahannya mengundangku masuk. Kehangatan vaginanya membungkus kepala penisku saat aku menyeruak masuk.


    Aku terus menekan kedalam dengan pelan meskipun aku ingin segera melesakkannya kedalam dengan cepat seluruh batang penisku. Akhirnya dapat kurasakan dinding keperawanannya, batas akhirnya sebagai seorang gadis untuk menjadi seorang wanita seutuhnya. Kupandangi dia tepat di mata.

    “Sayang, ini akan sedikit sakit, tapi Papa janji sakitnya hanya sebentar saja.” kurasakan kakinya menjepit pinggangku lebih rapat saat aku merobek pertahanan akhirnya. Akhirnya jebol juga dinding itu.

    “Aargh! Gila! Sakit, Pa!” katanya dengan mata yang berkaca-kaca. Vaginanya mencengkeram batang penisku, ototnya bereaksi pada penyusup dan rasa sakit.

    “Tenang sayang, sakitnya akan segera hilang.” dan kuteruskan menekan ke dalam sampai akhirnya terbenam semua di dalamnya. Aku diam sejenak, membiarkannya untuk beradaptasi.

    “Gimana? Udah baikan?” tanyaku. Dia anggukkan kepalanya.

    “Aku hanya merasa penuh, rasanya aneh. Tapi juga terasa enak berbarengan.”

    Aku mulai menarik dengan pelan, hanya beberapa inchi, dan kemudian mendorongnya lagi dengan lembut. Aku khawatir menyakitinya, tapi dalam waktu yang sama aku tak ingin segera menembakkan spermaku. Aku ingin menikmati rasa vaginanya selama mungkin. Kurasa dia mulai dapat menikmatinya, kepalanya mendongak ke atas dan matanya terpejam.

    Kupercepat kocokanku, menariknya hampir keluar dan menekannya masuk kembali dengan pelan, menikmati rasa sempit vaginanya pada penisku. Rahma mulai memutar pinggulnya seiring hentakanku. Tempo dan nafsu kami semakin meningkat cepat. Kurendahkan tubuhku dan mencium lehernya dan bahunya. Amelp gerakan tubuh kami mengantarku semakin dekat pada batas akhir.

    “Ya Pa! Ya! Rasanya Rahma hampir sampai!”

    “Papa juga sayang!” Dan kulesakkan ke dalamnya untuk yang terakhir kali. Menekan berlawanan arah dengannya mencoba sedalam mungkin saat kuledakkan sperma semprotan demi semprotan kedalam vaginanya. Dapat kurasakan cairan kami bercampur dan meleleh keluar dari vaginanya menuju ke buah zakarku.

    Tubuh Rahma bergetar di bawahku, tangan dan kakinya mendorongku merapat padanya. Pelan kutarik dan kudorong lagi semakin dalam padanya saat persediaan spermaku akhirnya benar-benar kosong. Kutatap matanya lalu menciumnya.

    “Rahma, ini adalah seks terbaik yang pernah Papa dapatkan.” aku lupa kalau kami tak sendirian dikamar ini.

    “Aku dengar itu!” kata isteriku.

    “Kita akan lihat apa kita bisa mengubah anggapanmu itu!”

    Dengan para gadis-gadis itu dalam kamar ini, aku sadar ‘kesenanganku’ baru saja akan dimulai.

  • Kisah Memek Malam Syahdu Vila Cinta

    Kisah Memek Malam Syahdu Vila Cinta


    2465 views

    Duniabola99.com – Pagi-pagi benar ponsel-ku sudah bunyi. Aqu sedikit kesal dan malas bangun dari tempat tidurku. Namun bunyinya itu ga kurang keras, aqu malah ga bisa tidur lagi. Akhirnya aqu paksakan juga berdiri dan melihat siapa yang menelponku pagi-pagi begini. Eh, ga tahunya temanku Silvi. Aqu sedikit ketus juga menjawabnya, namun langsung berubah waktu aqu tahu maksudnya. Si Silvi mengajakku ikut bareng lelakinya ke vila tidak terlalu jauh dari tempatku.Aqu sih setuju sekali dengan ajakan itu, terus aqu tanya, apa aqu boleh ajak lelakiku. Si Silvi malah tertawa, katanya ya jelas dong, memang harusnya begitu. Rencananya kita bakal pergi besok sore dan kumpul dulu di rumahku.


    Singkat cerita kita berempat sudah ngumpul di rumahku. Kita memang sudah saling kenal, bahkan cukup akrab. Michael, lelakinya Silvi teman baik Reymon lelakiku. Oh ya, aqu belum mengenalkan aqu sendiri ya, namaqu Cecilia, umurku sekarang 17 tahun, dengan-dengan Si Silvi, Reymon lelakiku sekarang 19 tahun, setahun lebih tua dari Michael lelakinya Silvi. Oke, lanjut ke cerita. Kita berempat langsung cabut ke villanya Silvi. Sekitar setengah jam kita baru sampai. Aqu dan Silvi langsung beres-beres, menyimpani barang-barang dan menyiapkan kamar. Reymon dengan Si Michael lagi main bola di halaman villa. Mereka memang pecandu bola, dan kayaknya ga bakalan hidup kalau sehari saja ga menendang bola.

    Villa itu punya tiga kamar, namun yang satu dipakai untuk menyimpani barang-barang. Mulanya aqu atur biar aqu dengan Silvi sekamar, Reymon dengan Michael di kamar lain. Namun waktu aqu beres-beres, Silvi masuk dan ngomong kalau dia mau sekamar dengan Si Michael. Aqu terkejut juga, nekad juga ini anak. Namun aqu pikir-pikir, kapan lagi aqu bisa tidur bareng Si Reymon kalau ga di sini. Ya ga perlu sampai gitu-gituan sih, namun kan asik juga kalau bisa tidur bareng dia, mumpung jauh dari ayah dan Bunda-ku. Hehehe, mulai deh omes-ku keluar. Oke, akhirnya aqu setuju, satu kamar buat Michael dan Silvi, satu kamar lagi buat Reymon dengan aqu.

    Sore-sore kita makan bareng, terus menjelang malam, kita bakar jagung di halaman. Asik juga malam-malam bakar jagung ditemani lelakiku lagi. Wah, benar-benar suasananya mendukung. Hehehe, aqu mulai mikir yang macam-macam, namun malu kan kalau ketahuan dengan Si Reymon. Makanya aqu tetap diam pura-pura biasa saja. Namun Si Silvi kayaknya memperhatikan aqu, dan dia nyengir ke aqu, terus gilanya lagi, dia ngomong gini,
    “Wah.. sepertinya suasana gini ga bakalan ada di Bandung. Ga enak kalau dilewatin gitu saja ya.” Aqu sudah melotot ke arah dia, namun dia malah nyengir-nyengir saja, malah dia tambahin lagi omongannya yang gila benar itu,
    “Michael, kayaknya di sini terlalu ramai, kita jalan-jalan yuk!” Aqu sudah ga tahu harus apa, eh Si Michael juga dengannya, dia setuju dengan ajakan Si Silvi, dan sebelum pergi di ngomong dengan Reymon,
    “Nah, sekarang elu harus belajar bagaimana caranya nahan diri kalau elu cuma berdua dengan cewek cakep kayak Si Cecilia.” Aqu cuma diam, malu juga dong disepet-sepet kayak gitu.


    Aqu lihati Si Michael dengan Si Silvi, bukannya jalan-jalan malahan masuk ke villa. Aqu jadi ga tahu harus ngapain, aqu cuma diam, semoga saja Reymon punya bahan omongan yang bisa diomongin. Eh, bukannya ngomong, dia malah diam juga, aqu jadi benar-benar bingung. Apa aqu harus tetap begini atau nyari-nyari bahan omongan. Akhirnya aqu ga tahan, baru saja aqu mau ngomong, eh.. Si Reymon mulai buka mulut,
    “Eh.. kamu ga dingin?” Duer.. Aqu terkejut benar, ga jadi deh aqu mau ngomong, sebenernya aqu memang mau ngomong kalau di sini itu dingin dan aqu mau ajak dia ke dalam. Namun ga jadi, aqu ga sadar malah aqu geleng-geleng kepala. Reymon ngomong lagi,
    “Kalau ga dingin, mau dong kamu temenin aqu di sini, lihat bulan dan bintang, dan.. bintang jatuh itu lihat..!” Reymon tiba-tiba teriak sambil menunjuk ke langit. Aqukontan berdiri terkejut sekali, bukan dengan bintang jatuhnya, namun dengan teriakan Si Reymon, aduh.. malu benar jadinya. Reymon ikutan berdiri, dia rangkul aqu dari belakang,
    “Sorry, aqu ga punya maksud ngagetin kamu. Cuma aqu seneng saja bisa lihat bintang jatuh bareng kamu.”Aqu cuma bisa diam, ga biasanya Reymon segini warm-nya dengan aqu. Dia malah ga pernah peluk aqu seerat ini biasanya. Aqu tengok arlojiku, jam 11.00 malam. Kuajak Reymon ke dalam, sudah malam sekali. Dia setuju sekali, begitu masuk ke villa kita disambut dengan bunyi pecah dari lantai atas. Kontan saja kita lari ke atas melihat ada apa di atas. Reymon sampai duluan ke lantai atas, dan di nyengir, terus dia ajak aqu turun lagi, namun aqu masih penasaran, memang ada apa di atas. Waktu aqu mau ketuk pintu kamar Silvi, tiba-tiba ada teriakan lembut,
    “Aw.. ah.. pelan-pelan donk!” Gila aqu terkejut setengah mati, namun tanganku sudahkeburu ngetuk pintu. Terus kedengaran bunyi gedubrak-gedubrak di dalam. Pintu dibuka sedikit, Michael nongol sambil nyengir,
    “Sorry, ngeganggu kalian ya? ga ada apa-apa kok kita cuma..”Aqu dorong pintunya sedikit, dan aqu lihat Si Silvi lagi sibuk nutupi tubuhnya pakai selimut. Dia nyengir, namun mukanya merah benar, malu kali ya. Aqu langsung nyengir,
    “Ya sudah, lanjutin saja, kita ga keganggu kok.”Terus aqu ajak Reymon ke bawah. Reymon nyengir,
    “Siapa coba yang ga bisa nahan diri, hehehe.”

    Tiba-tiba ada sandal melayang ke arah Reymon, namun dia langsung ngelak sambil nyengir, terus buru-buru lari ke bawah. Aqu ikut-ikutan lari sambil ketawa-ketiwi, dan kita berdua duduk di sofa sambil mendengarkan lagu di radio. Ga lama kedengaran lagi suara-suara dari atas.Aqu ga tahan dan langsung nunduk menahan ketawa. Gila, bisa-bisanya mereka berdua meneruskan juga olah raga malamnya, padahal sudah jelas-jelas kepergok dengan kita berdua. Eh, di luar dugaan aqu, Reymon bediri dan mengajakku slow-dance, kebetulan lagu di radio itu lagu saat Reymon ngajak aqu jadian. Aqu jadi ingat bagaimana deg-degannya waktu Reymon ngomong, dan bagaimana aqu akhirnya menerima dia setelah tiga bulan dia terus nunggui aqu. Reymon memang baik, dan dia benar-benar setia menungguiku. Selesai dance, Reymon tanya lagi,
    “Eh kalau mereka berdua ketiduran, aqu tidur dimana? memang tidur dengan barang-barang?” aqu malu sekali, bagaimana ngomongnya. Namun akhirnya aqubuka mulut,
    “Kita.. kita tidur berdua.” Wah lega sekali waktu omongan itu sudah keluar. Namun aqu taqut juga, bagaimana ya reaksi Si Reymon. Eh tahunya dia malah nyengir,
    “Oke deh kalau kamu ga masalah. Sebenernya aqu juga sudah ngantuk sih, aqu tidur sekarang ya.”
    Aqu jadi salah tingkah, Reymon naik ke lantai atas dan ga sengaja aqu panggil dia, “Eh.. tunggu!” Reymon berbalik, dia nyengir,
    “Oke.. oke.. ayo naik, ga bagus anak cewek sendirian malam-malam gini.”
    Aqu sedikit canggung juga sih, baru kali ini aqu tidur sekasur dengan lelaki, namun lama-lama hilang juga. Kita berdua ga ngapa-ngapain, cuma diam ga bisa tidur. Dari kamar sebelah masih kedengaran suara Silvi yang mendesah dan menjerit, dan sepertinya itu juga yang bikin Reymon terangsang. Dia mulai berani remas-remas jariku. Aqu sih ga nolak, toh dia khan lelakiku. Namun aqu terkejut sekali, Reymon duduk terus sebelum aqu tahu apa yang bakal dia laqukan, bibirku sudah dilumatnya. Aqu mau nolak, namun kayaknya tubuh malah kepingin. So, aqu biarkan dia cium aqu, terus aqu balas ciumannya yang semakin lama semakin buas.


    Baru saja aqu mulai nikmati bibirnya yang hangat di bibirku, aqu merasa ada yang meraba tubuhku, dipayudaral remasan halus di dadaqu. Aqu tahu itu Reymon, aqu ga menolak. Aqu biarkan dia main-main sebentar di sana. Reymon makin berani, dia angkat tubuhku dan diduduki di pinggir kasur. Dia cium aqu sekali lagi, terus dia mau buka pakaian tidurku. Aqu tahan tangannya, ada sedikit penolakan di kepalaqu, namun tubuhku kayaknya sudah kebelet ingin mencoba, kayak apa sih nge-sex itu. Akhirnya tanganku lemas, aqu biarkan Reymon buka pakaianku, dia juga buka baju dan celananya sendiri. Dia cuma menyisakan celana dalam putihnya. Aqu lihat kemaluannya yang membayang di balik celana dalamnya, namun aqu malu melihati lama-lama, so aqu ganti lihat tubuhnya yang lumayan jadi. Mungkin karena olahraganya yang benar-benar rajin.

    Aqu ga tahu apa aqu bisa tahan memuaskan Reymon, soalnya aqu tahu sendiri bagaimana staminanya waktu dia main bola. 2×45 menit dia lari, dan dia selalu kuat sampai akhir. Aqu ga terbayang bagaimana aksinya di kasur, jangan-jangan aqu harus menerima kocokannya2x45 menit. Gila, kalau gitu sih aqu bisa pingsan.

    Waktu aqu berhenti memikirkan stamina dia dan aqu, aqu baru sadar kalau bra-ku sudah dilepasnya. Sekarang dadaqu telanjang bulat. Aqu malu setengah mati, mana Reymon mulai meremas dadaqu lagi, yah pokoknya aqu ga tahu harus bagaimana, aqu cuma diam, merem siap menerima apa saja yang bakal dia laqukan. Tiba-tiba remasan itu berhenti, namun ada sesuatu yang hangat di sekitar dadaqu, terus berhenti di putingku. Aqu melek sebentar, Reymon asik menjilati putingku sambil sesekali mengisap-ngisap. Aqu makin malu, mana ini baru pertama kali aqu telanjang di depan lelaki, apalagi dia bukan adik atau kakakku. Wah benaran malu deh.

    Lama-lama aqu mulai bisa menikmati bagaimana enaknya permainan lidah Reymon di dadaqu, aqu mulai berani buka mata sambil melihat bagaimana Reymon menjelajahi setiap lekuk tubuhku. Namun tiba-tiba aqu diterkejutkan sesuatu yang menyentuh selangkanganku. Tepat di bagian kemaluanqu. Aqu ga sadar mendesah panjang. Rupanya Reymon sudah menelanjangiku bulat-bulat. Kali ini jarinya mengelus-elus kemaluanqu yang sudah basah sekali. Dia masih terus menjilati puting payudaraku yang sudah mengeras sebelum akhirnya dia pindah ke selangkanganku.

    Aqu menarik nafas dalam-dalam waktu lidahnya yang basah dan hangat pelan-pelan menyentuh kemaluanqu naik ke klitoris-ku, dan waktu lidahnya itu menyentuh klitoris-ku, aqu ga sadar mendesah lagi, dan tanganku ga sengaja menyenggol gelas di meja dekat kasurku. Lalu
    “Prang..” gelas akhirnya pecah juga. Reymon berhenti, kayaknya dia mau memberesi pecahan kacanya. Namun entah kenapa, mungkin karena aqu sudah larut dalam nafsu, aqu malah pegang tangannya terus aqu menggeleng,
    “Barkan saja, nanti aqu beresin. Lanjutin.. please..”
    Sesudah itu aqu lihat Reymon nyengir, terus diciumnya bibirku dan dia melanjutkan permainannya di selangkanganku. Reymon benar-benar jago mainkan lidahnya, benar-benar bikin aqu merem-melek keenakan. Terus di mulai melintir-melintir klitorisku pakai bibirnya. Aqu seperti kesetrum ga tahan, namun Reymon malah terus-terusan melintir-melintiri “kacang”-ku itu. “Euh.. ah.. ah.. ach.. aw..” aqu sudah ga tahu bagaimana aqu waktu itu, yang jelas mataqu buram, semua serasa mutar-mutar. Tubuhku lemas dan nafasku seperti orang baru lari marathon. Aqu benar-benar pusing, terus aqu memejamkan mataqu, ada lonjakan-lonjakan nikmat di tubuhku mulai dari selangkanganku, ke pinggul, dada dan akhirnya bikin tubuhku kejang-kejang tanpa bisa aqu kendalikan.


    Aqu coba atur nafasku, dan waktu aqu mulai tenang, aqu buka mata, Reymon sudah buka celana dalamnya, dan kemaluannya yang hampir maksimal langsung berdiri di depan mukaqu. Dia megangi batang kemaluannya pakai tangan kanannya, tangan kirinya membelai rambutku. Aqu tahu dia mau di-”karoake”-in, ada rasa jijik juga sih, namun ga adil dong, dia sudah muasin aqu, masaaqu tolak keinginannya. So aqu buka mulutku, aqu jilat sedikit kepala kemaluannya. Hangat dan bikin aqu ketagihan. Aqu mulai berani menjilat lagi, terus dan terus. Reymon duduk di kasur, kedua kakinya dibiarkan terlentang. Aqu duduk di kasur, terus aqu bungkuk sedikit, aqu pegang batang kemaluannya yang besarnya lumayan itu pakai tangan kiriku, tangan kananku menahan tubuhku biar ga jatuh dan mulutku mulai bekerja.

    Mula-mula cuma menjilati, terus aqu mulai emut kepala kemaluannya, aqu hisap sedikit terus kumasukkan semuanya ke mulutku, ternyata ga masuk, kepala kemaluannya sudah menyodok ujung mulutku, namun masih ada sisa beberapa senti lagi. Aqu ga maksakan, aqu gerakkan naik-turun sambil aqu hisap dan sesekali aqu gosok batang kemaluannya pakai tangan kiriku. Reymon sepertiya puas juga dengan permainanku, dia mrlihati bagaimana aqu meng-”karaoke”-in dia sambil sesekali membuka mulut sambil sedikit berdesah. Sekitar 5 menit akhirnya Reymon ga tahan, dia berdiri dan mendorong tubuhku ke kasur sampai aqu terlentang, dibukanya pahaqu agak lebar dandijilatnya sekali lagi kemaluanqu yang sudah kebanjiran. Terus dipegangnya kemaluannya yang sudah sampai ke ukuran maksimal. Dia mengarahkan kemaluannya ke kemaluanqu, namun ga langsung dia masukan, dia gosok-gosokkan kepala kemaluannya ke bibir kemaluanqu, baru beberapa detik kemudian dia dorong kemaluannya ke dalam. Seperti ada sesuatu yang maksa masuk ke dalam kemaluanqu, menggesek dindingnya yang sudah dibasahi lendir.

    Kemaluanqu sudah basah, tetap saja ga semua kemaluan Reymon yang masuk. Dia ga memaksa, dia cuma mengocok-ngocok kemaluannya di situ-situ juga. Aqu mulai merem-melek lagi merasakan bagaimana kemaluannya menggosok-gosok dinding kemaluanqu, benar-benar nikmat. Waktu aqu asik merem-melek, tiba-tiba kemaluan Reymon maksa masuk terus melesak ke dalam kemaluanqu. “Aw.. ah..” kemaluanqu perih bukan main dan aqu teriak menahan sakit. Reymon masih menghentak dua atau tiga kali lagi sebelum akhirnya seluruh kemaluannya masuk merobek selaput daraqu.
    “Stt.. tahan sebentar ya, nanti juga sakitnya hilang.” Reymon membelai rambutku. Di balik senyum nafsunya aqu tahu ada rasa iba juga, karena itu aqu bertekad menahan rasa sakit itu, aqu menggelengkan kepala,
    “Ga apa-apa.. aqu ga apa-apa. Terusin saja.. ah..”

    Reymon mulai menggerakkan pinggangnya naik-turun. Kemaluannya menggesek-gesek kemaluanqu, mula-mula lambat terus makin lama makin cepat. Rasa sakit dan perihnya kemudian hilang digantikan rasa nikmat luar biasa setiap kali Reymon menusukkan kemaluannya dan menarik kemaluannya. Reymon makin cepat dan makin keras mengocok kemaluanqu, aqu sendiri sudah merem-melek ga tahan merasakan nikmat yang terus-terusan mengalir dari dalam kemaluanqu.
    “Ga lama lagi.. ga bakalan lama lagi..” Reymon ngomong di balik nafasnya yang sudah ga karuan sambil terus mengocok kemaluan aqu.
    “Aqu juga.. ah.. oh.. sebentar lagi.. ah.. aw.. juga..” aqu ngomong ga jelas sekali, namun maksudnya aqu mau ngomong kalau aqu juga sudah hampir sampai klimaks. Tiba-tiba Reymon mencabut kemaluannya dari kemaluanqu, dia tengkurapi aqu, aqu sendiri sudah lemas ga tahu Reymon mau apa, namun secara naluri aqu angkat pantatku ke atas, aqu tahan pakai lututku dan kubuka pahaqu sedikit. Tanganku menahan tubuhku biar ga ambruk dan aqu siap-siap ditusukdari belakang.


    Beneran saja Reymon memasukkan kemaluannya ke kemaluanqu dari belakang, terus dia kocok lagi kemaluanqu. Dari belakang kocokan Reymon ga terlalu keras, namun makin cepat. Aqu sudah sekuat tenaga menahan tubuhku biar ga ambruk, dan aqu rasakan tangan Reymon meremas-remas dadaqu dari belakang, terus jarinya menggosok-gosok puting payudaraku, bikin aqu seperti diserang dari dua arah, depan dan belakang. Reymon kembali mengeluarkan kemaluannya dari kemaluanqu, kali ini dimasukkannya ke anusku. Dia benar-benar memaksakan kemaluannya masuk, namun ga semuanya bisa masuk. Reymon sepertinya ga peduli, dia mengocok anusku seperti mengocok kemaluanqu, kali ini cuma tangan kirinya yang meremas dadaqu, tangan kanannya sibuk main-main di selangkanganku, dia masukkan jari tengahnya ke kemaluanqu dan jempolnya menggosoki klitorisku.

    Aqu makin merem-melek, anusku dikocok-kocok, klitorisku digosok-gosok, dadaqu diremas-remas dan putingnya dipelintir-pelintir, terus kemaluanqu dikocok-kocok juga pakai jari tengahnya. Aqu benar-benar ga kuat lagi, akhirnya aqu klimaks, dan aqu merasakan Reymon juga sampai klimaks, dari anusku kerasa ada cairan panas muncrat dari kemaluan Reymon. Akhirnya aqu ambruk juga, tubuhku lemas semua. Aqu lihat Reymon juga ambruk, dia terlentang di sebelahku.

    Tubuhnya basah karena keringat terus, kupegang tubuhku, ternyata aqu juga basah keringatan. Benar-benar kenikmatan yang luar biasa.Ga tahu berapa lama aqu ketiduran, waktu akhirnya aqu bangun. Aqu lihat arloji, sudah jam 2 subuh. Leherku kering, namun waktu aqu mau minum, aqu ingat gelas di kamarku sudah pecah gara-gara kesenggol. Aqu lihat ke lantai, banyak pecahan kaca, terus aqu ambil sapu, aqu sapu dulu ke pinggir tembok. Aqu turun ke bawah, maksudnya sih mau ambil minum di bawah, aqu masih telanjang sih, namun aqu cuek saja. Aqu pikir si Michael pasti masih tidur soalnya dia pasti capai juga olah raga malam bareng Si Silvi.

    Aqu turun dan mengambil air dingin di kulkas. Kebetulan villanya Silvi lumayan mewah, ada kulkas dan TV. Aqu ambil sebotol Aqua, terus sambil jalan aqu minum. Aqu duduk di sofa, rencananya sih aqu cuma mau duduk-duduk sebentar soalnya di kamar panas sekali. Ga tahu kenapa, namun aqu akhirnya ketiduran dan waktu aqu bangun aqu terkejut setengah mati. Aqu lihatSi Michael dengan santainya turun dari tangga langsung menuju kulkas, kayaknya mau minum juga.

    Aqu bingung harus menutupi tubuhku pakai apa, namun aqu telat Si Michael sudah membalik duluan dan dia melongo melihat aqu telanjang di depannya. Dia masih melihatiku waktu aqu menutupi selangkanganku pakai tangan, namun aqu sadar sekarang dadaqu kelihatan, makanya tanganku pindah lagi ke dada, terus pindah lagi ke bawah, aqu benar-benar bingung harus bagaimana, aqu malu setengah mati.

    Michael akhirnya berbalik,
    “Sorry, aqu pikir kamu masih tidur di kamar. Jadi.. jadi..”
    “Ga apa-apa, ini salahku.”
    Aqu masih mencari-cari sesuatu untuk menutupi tubuhku yang telanjang polos, waktu akhirnya aqu juga sadar kalau Michael juga telanjang. Sepertinya dia pikir aqu masih di kamar dengan Si Reymon, makanya dia cuek saja turun ke bawah. Aqu pikir sudah terlambat untuk malu, toh Michael sudah melihatku dari atas sampai ke bawah polos tanpa sehelai benangpun, apalagi aqu sudah ga perawan lagi, so malu apa. Cuek saja lah.


    “Kamu sudah boleh balik, aqu ga apa-apa.” Aqu mengambil remot TV terus menyalakan TV. Aqu setel VCD, aqu pikir bagus juga aqu rileks sebentar sambil nonton TV. Michael juga sepertinya sudah cuek, dia berbalik namun ga lagi melongo melihatiku telanjang, dia duduk sambil ikut nonton TV.

    Gilanya yang aqu setel malah VCD BF. Namun sudah tanggung, aqu tonton saja, peduli amat apa kata Si Michael, yang penting aqu bisa istirahat sambil nonton TV.
    “Bagaimana semalem?” aqu buka percakapan dengan Michael.
    Dia berbalik, “Hebat, Silvi benar-benar hebat.”
    Michael sudah bisa nyengir seperti biasanya.
    Aqu mengangguk, “Reymon juga hebat, aqu hampir pingsan dibikinnya.”
    Michael nyengir lagi, lalu kita ngobrol sambil sesekali menengok TV. Kayaknya ga mungkin ada lelaki yang tahan ngobrol tanpa mikirin apa-apa dengan cewek yang lagi telanjang, apalagi sambil nonton film BF. Tiap kali ngomong aqu tahu mata Michael selalu nyasar ke bawah, ka dadaqu yang memang lumayan menggoda. Aqu ga memuji sendiri, namun memang dadaqu cukup oke, ranum menggoda, bahkan lebih seksi dari kepunyaan Silvi, itu sebabnya Michael ga berhenti-berhenti melihati dadaqu kalau ada kesempatan. Ada sedikit rasa bangga juga dibalik rasa maluku, dan sekilas kulihat kemaluan Michael yang mulai tegang. Aqu nyengir dan sepertinya Michael tahu apa yang aqu pikirkan.

    Dia pegang tanganku,
    “Boleh aqu pegang, itu juga kalau kamu ga keberatan.” Wah berani juga dia, aqu jadi sedikit tersanjung, terus aqu mengangguk. Michael pindah ke sebelahku, dia peluk aqu dan tangannya mulai remas-remas dadaqu. Mula-mula dia sedikit ragu-ragu, namun begitu tahu kalau aqu ga nolak dia mulai berani dan makin lama makin berani, dan jarinya mulai nakal memelintir puting payudaraku. Aqu mulai merem-melek sambil memutar tubuhku. Sekarang aqu duduk di paha Michael berhadap-hadapan. Michael langsung menyambar putingku dan lidahnya langsung beraksi. Aqu sendiri sudah kebawa nafsu, aqu mulai mengocok kemaluannya pakai tanganku dan sepertinya Michael juga puas dengan permainanku. Aqu mulai terbawa nafsu, dan aqu sudah ga peduli apa yang dia laqukan, yang jelas enak buatku.

    Michael menggendongku, kupikir mau dibawa ke kamar mandi, soalnya kamar di atas ada Silvi dengan Reymon, namun tebakanku keliru. Dia malah menggendongku ke luar, ke halaman villa. Aqu terkejut juga, bagaimana kalau ada yang lihat kita telanjang di luar. Namun begitu Michael buka pintu luar, aqu melihat di seberang villa, sepasang lelaki-cewek lagi sibuk nge-sex. Cewek itu mendesah-desah sambil sesekali berteriak. Aqu lihat lagi ke sekitarnya, ternyata banyak juga yang nge-sex di sana. Rupanya villa-villa di sekitar sini memang tempatnya orang-orang nge-sex.
    “Bagaimana? kita kalahkan mereka?” Michael nyengir sambil menggendongku. Aqu ikutan nyengir,
    “Siapa taqut?” terus Michael meniduriku di rumput. Dingin juga sisa air hujan yang masih membasahi rumput, punggungku dingin dan basah namun dadaqu lebih basah lagi dengan liurnya Si Michael. Udara di luar itu benar-benar dingin, sudah di pegunungan, subuh-subuh lagi. Wah ga terbayang bagaimana dinginnya deh. Namun lama-lama rasa dingin itu hilang, aqu malah makin panas dan nafsu, apalagi Michael jago benar mainkan lidahnya. Sayup-sayup aqu mendengarkan suara cewek dari villa seberang yang sudah ga karuan dan ga ada iramanya. Aqu makin nafsu lagi mendengarnya, namun Michael sepertinya lebih nafsu lagi, dia itu seperti orang kelaparan yang seolah bakal nelan dua gunung kembarku bulat-bulat.

    Lama juga Michael main-main dengan dadaqu, dan akhirnya dia pegang kemaluannya minta aqu meng-”karaokei”-in itu kemaluan yang besarnya lumayan juga. Gara-gara tadi malam aqu sudah mencoba meng-”karaokei”-in kemaluan Reymon, sekarang aqu jadi kecanduan, aqu jadi senang juga meng-”karaoke”-in kemaluan, apalagi kalau besarnya lumayan seperti punya Si Michael. Makanya ga usah disuruh dua kali, langsung saja aqu caplok itu kemaluan. Aqu ga mau kalah dengan permainan dia di dadaqu, aqu hisap itu kemaluan kuat-kuat sampai kepalanya jadi ungu sekali. Terus kujilati mulai dari kepalanya sampai batang dan pelirnya juga ga ketinggalan.


    Kulihat Michael melihati bagaimana aqu main di bawah sana. Sesekali dia buka mulut sambil berdesah menahan nikmat. Aqu belum puas juga, kukocok batang kemaluannya pakai tanganku dan kuhisap-hisap kepalanya sambil kujilati pelan-pelan. Michael merem-melek juga dan ga lama dia sudah ga tahan lagi, sepertinya sih mau keluar, makanya dia cepat-cepat melepaskan kemaluannya dari mulutku. Aqu tahu dia ga mau selesai cepat-cepat, makanya aqu ga ngotot meng-”karaoke”-in kemaluannya lagi.

    Michael sengaja membiarkan kemaluannya istirahat sebentar, dia suruh aqu terlentang sambil mengangkang. Aqu menurut saja, aqu tahu Michael jago mainkan lidahnya, makanya aqu senang sekali waktu dia mulai jilati bibir kemaluanqu yang sudah basah sekali. Benar saja, baru sebentaraqu sudah dibikin merem-melek gara-gara lidahnya yang jago sekali itu. Sepertinya habis semua bagian kemaluanqu disapu lidahnya, mulai dari bibirnya, klitorisku, sedikit ke dalam ke daerah dinding dalam, sampai anusku juga ga ketinggalan dia jilati.

    Aqu dengarkan, sepertinya pasangan di seberang sudah selesai main, soalnya sudah ga kedengaran lagi suaranya, namun waktu aqu lihat ke sana, aqu terkejut. Cewek itu lagi meng-”karaoke”-in lelaki, namun bukan lelaki yang tadi. Lelaki yang tadi nge-sex dengan dia lagimembersihkan kemaluannya, mungkin dia sudah puas. Sekarang cewek itu lagi meng-”karaoke”-in lelaki lain, lebih tinggi dari lelaki yang tadi. Gila juga itu cewek nge-sex dengan dua lelaki sekaligus. Namun aqu tarik lagi omonganku, soalnya aqu ingat-ingat, aqu juga dengan saja dengan dia. Baru selesai dengan Reymon, sekarang dengan Michael. Wah ternyata aqu juga dengan gilanya. Aqu nyengir sebentar, namun terus merem-melek lagi waktu Michael mulai melintir-melintir klitorisku pakai bibirnya.

    Michael benar-benar ahli, ga lama aqu sudah mulai pusing, aqu lihat bintang di langit jadi tambah banyak dan kayaknya mutar-mutar di kepalaqu. Aqu benar-benar ga bisa ngontrol tubuhku. Ada semacam setrum dari selangkanganku yang terus-terusan bikin aqu gila. “Ah.. ah.. Michael.. Ah.. berhenti dulu Michael.. Ah.. Ah.. Shh..” aqu ga tahan dengan puncak nafsuku sendiri. Namun Michael malah terus-terusan melintir-melintir klitorisku. Aqu benar-benar ga tahan lagi, aqu kejang-kejang seperti orang ayan, namun sudahnya benar-benar enak sekali, beberapa menit lewat, semua tubuhku masih lemas, namun aqu tahu ini belum selesai.

    Sekarang bagianku bikin Michael merem-melek, makanya aqu paksakan duduk dan mulai menungging di depan Michael. Michael sendiri sepertinya memang sudah ga tahan ingin mengeluarkan maninya, dia ga menunggu lama lagi, langsung dia tusukkan itu kemaluan ke kemaluanqu. Ada sedikit rasa sakit namun ga sesakit pertama kemaluanqu dimasukkan kemaluan Reymon. Michael ga menunggu lama lagi, dia langsung mengocok kemaluanqu dan tangannya ga diam, langsung disambarnya dadaqu yang makin ranum karena aqu menungging. Diremasnya sambil dipelintir-pelintir putingnya. Aqu ga tahan digituin, apalagi tubuhku masih lemas, tanganku lemas sekali, untuk menahan hentakan-hentakan waktu Michael menyodokkan kemaluannya saja sudah ga kuat. Aqu ambruk ke tanah, namun Michael masih terus mengocokku, dari belakang.

    “Ah.. euh.. ah.. aw..” aqu cuma bisa mendesah setiap kali Michael menyodokkan kemaluannya ke kemaluanqu. Aqu coba mengangkat tubuhku namun aqu ga kuat, akhirnya aqu menyerah, aqu biarkan tubuhku ambruk seperti gitu. Michael memutarkan tubuhku, terus disodoknya lagi kemaluanqu dari depan. Aqu sudah ga bisa ngapa-ngapain, setiap kali Michael menyodokkan kemaluannya selain dinding kemaluanqu yang tergesek, klitorisku juga tergesek-gesek, makanya aqu makin lemas dan merem-melek keenakan.

    Michael memegang kaki kiriku, terus diangkatnya ke bahu kanannya, terus dia mengangkat kaki kananku, diangkatnya ke bahu kirinya. Aqu diam saja, ga bisa menolak, posisi apa yang dia ingin terserah, pokoknya aqu ingin cepat-cepat disodok lagi. Aqu ga tahan ingin langsung dikocok. Ternyata keinginanku terkabul, Michael menyodokku lagi, kakiku dua-duanya terangkat, mengangkang lagi, makanya kemaluanqu terbuka lebih lebar dan Michael makin leluasa mengocok-ngocokkan kemaluannya. Kemaluanqu diaduk-aduk dan aqu bahkan sudah ga bisa lagi berdesah, aqu cuma bisa buka mulut namun ga ada suara yang keluar.

    “Aqu mau keluar, aqu mau keluar..” Michael membisikkan sambil ngos-ngosan dan masih terus mengocokku.
    “Jangan di.. jangan di dalam. Ah.. ah.. oh.. aqu.. aqu ga mau.. hamil.”
    Aqu cuma bisa ngomong gitu, seenggannya maksud aqu ngomong gitu, aqu ga tahu apa suaraqu keluar atau ga, pokoknya aqu sudah usaha, itu juga sudah aqu paksa-paksakan. Aqu gatahu apa Michael ngerti apa yang aqu omongin, namun yang jelas dia masih terus mengocokku.

    Baru beberapa detik lewat, dia mencabut kemaluannya, kakiku langsung ambruk ke tanah. Michael mengangkang di perutku, dan dia selipkan kemaluannya ke sela-sela dadaqu yang sudah montok sekali soalnya aqu sudah dipuncak nafsu. Kujepit kemaluannya pakai dadaqu, dan Michael mengocok-ngocok seolah masih di dalam kemaluanqu. Ga lama maninya muncrat ke muka dan sisanya di dadaqu. Aqu sendiri klimaks lagi, kulepaskan tanganku dari dadaqu, maninya mengalir ke leherku, dan mani yang di pipiku mengalir ke mulutku. Aqu bahkan ga bisa menutup mulutku, aqu terlalu lemas. Aqu biarkan saja maninya masuk dan aqu telan saja sekalian.


    Belum habis lemasku, Michael sudah menempelkan kemaluannya ke bibirku. Aqu memaksakan menjilati kemaluannya sampai bersih terus aqu telan sisa maninya. Michael menggendongku ke dalam, terus dia membaringkanku di sofa. Aqu lemas sekali makanya aqu ga ingat lagi apa yang terjadi selanjutnya. Yang jelas baru jam 8.00 aqu baru bangun. Begitu aqu buka mata, aqu sadar aqu masih telanjang. Aqu memaksakan duduk, dan aqu terkejut kenapa aqu ada di kamar Silvi. Terus yang bikin aqu lebih terkejut lagi, aqu lihat sebelah kiriku Michael masih tidur sedangkan di kananku Reymon juga masih tidur. Mereka berdua juga masih telanjang seperti aqu.

    Belum habis terkejutku, Silvi keluar dari kamar mandi di kamarku, dia lagi mengeringkan rambutnya dan dengan-dengan masih telanjang. Baru akhirnya aqu tahu kalau semalam Silvi bangun dan melihat aqu lagi nge-sex dengan Michael. dia sih ga marah, soalnya yang penting buat dia Michael cinta dengan dia, soal Michael memuaskan nafsu dengan siapa, ga masalah buat dia. Ternyata Silvi melihat dari jendela bagaimana aqu dengan Michael nge-sex dan Reymon yang juga bangun subuh-subuh terkejut melihat aqu lagi nge-sex dengan Michael. Dia keluar kamar, sepertinya mau melihat apa benar aqu lagi nge-sex dengan Michael, namun dia sempat menengok ke kamar sebelah dan melihat Silvi yang lagi nonton aqu dengan Michael nge-sex dari jendela. Reymon langsung dapat ide, so dia masuk ke dalam dan mengajak Silvi nge-sex juga. Singkat cerita mereka akhirnya nge-sex juga di kamar. Dan waktu aqu dengan Michael selesai, Michael menggendongku ke atas dan melihat Reymon dengan Silvi baru saja selesai nge-sex. Makanya kita berempat akhirnya tidur bareng di kamarnya telanjang bulat.

    Hehehe, ga masalah, kita berempat malah makin dekat. Nanti malam juga kita bakalan nge-sexlagi berempat, ga masalah buat aqu Reymon atau Michael yang jadi pasanganku, yang penting aqu puas. Ga masalah siapa yang muasin aqu.

    Seperti rencana kita semula, malam itu juga kita nge-sex berempat bareng-bareng. Asik juga sekali-kali nge-sex bareng seperti gitu. Reymon masih tetap oke walaupun dia sudah ngocok Silvi duluan. Aqu masih kewalahan menghadapi kemaluannya yang memang gila itu. Michael juga ga kalah, biarkan dia masih ngos-ngosan waktu selesai ngocok aqu, dia langsung sambar Silvi yang juga baru selesai dengan Reymon. Terus kita nge-sex lagi sampai akhirnya dengan-dengan puas. Aqu puas sekali, soalnya baru kali ini aqu dipuasi dua lelaki sekaligus tanpa jeda. Baru saja selesai satu, yang satunya sudah menyodok-nyodok kemaluannya ke kemaluanqu. Pokoknya benar-benar puas sekali deh aqu.

    Masuk ke cerita, malam ini kita rencana ga akan nge-sex lagi, soalnya sudah capai sekali dua hari gituan melulu. Makanya Reymon dengan Michael langsung menghilang begitu matahari mulai teduh. Mereka sih pasti main bola lagi, ga bakalan jauh dari itu. Silvi menghabiskan waktunya di villa, kayaknya dia capai sekali, hampir seharian dia di kamar. Aqu jadi bosan sendirian, makanya aqu putuskan aqu mau jalan-jalan. Kebetulan di dekat situ ada air terjun kecil. Aqurencana mau menghabiskan hari ini berendam di sana, biar tubuhku segar lagi dan siap tempur lagi. Aqu ga langsung ke air terjun, aqu jalan-jalan dulu mengelilingi kompleks villa itu. Besar juga, dan villanya keren-keren. Ada yang mirip kastil segala. Sepanjang jalan aqu ketemu lumayan banyak orang, rata-rata sih orang-orang yang memang lagi menghabiskan waktu di villa sekitar sini. Hampir semua orang yang ketemu melihati aqu. Dari mulai lelaki keren yang adadi halaman villanya, om-om genit yang sibuk menggodai cewek yang lewat sampai tukang kebun di villa juga melihati aqu. Aqu sih cuma nyengir saja membalas mata-mata kekasur mereka.

    Ga aneh sih kalau mereka melihatiku, masalahnya aqu memang pakai baju pas-pasan, atasanku kaos putih punyanya Si Silvi yang kesempitan soalnya kamarku dikunci dan kuncinya terbawa Reymon. Aqu malas mencari dia, makanya aqu pakai saja kaos Si Silvi yang ada di meja setrika. Itu juga aqu ga pakai bra, soalnya bra Silvi itu sempit sekali di aqu. memang sih dadaqu jadi kelihatan nonjol sekali dan putingnya kelihatan dari balik kaos sempit itu, namun aqu cuek saja, siapa yang malu, ini kan kawasan villa buat nge-sex, jadi suka-suka aqu dong.

    Oh ya aqu jadi lupa, bawahan aqu lebih gila lagi. Aqu ga tega membangunkan Silvi cuma untuk minjam celana atau rok, kebenaran saja ada Samping Bali pengasih Reymon bulan lalu, ya aqu pakai saja. Aqu ikat di kananku, namun tiap kali aqu melangkah, paha kananku jadi terbuka, ya cuek saja lah. Apa salahnya sih memarkan apa yang bagus yang aqu punya, benar ga?

    Singkat cerita, aqu sampai ke air terjun kecil itu. Aqu jalan-jalan mencari tempat yang enak buat berendam. Kaosku mulai basah dan dadaqu makin jelas kelihatan, apalagi Samping yang aqu pakai, sudah basah benar-benar kena cipratan air terjun. Enak juga sih segar, namun lama-lama makin susah jalannya, soalnya Samping aqu jadi sering keinjak. Aqu jadi ingin cepat-cepat berendam, soalnya segar sekali airnya, dan waktu aqu menemui tempat yang enak, aqu siap-siap berendam, aqu lepas sandalku. Namun waktu aqu mau melepas Samping-ku tiba-tiba ada tangan yang memegang bahuku, aqu berbalik ternyata seorang lelaki menodongi pisau lipat ke leherku. Aqu terkejut camput taqut, namun secara naluri aqu diam saja, salah-salah leherku nanti digoroknya.

    “Mau.. mau apa lo ke gue?” aqu tanya ke orang yang lagi nodong pisau ke aqu. Aqu ga berani lihat mukanya, soalnya aqu taqut sekali. Ternyata lelaki itu ga sendiri, seorang temannyamuncul dari balik batu, rupanya mereka memang sudah ngincar aqu dari tadi. Temannya itu langsung buka baju dan celana jeans-nya. Aqu tebak kalau mereka mau memperkosa aqu. Ternyata tebakanku benar, orang yang menodongi pisau bicara, “Sekarang lo buka semua baju lo, cepet sebelum kesabaran gue habis!” Aqu jadi ingat bagaimana korban-korban perkosaan yang aqulihat di TV, aqu jadi ngeri. Jangan-jangan begitu mereka selesai perkosa aqu, aqu dibunuh. Makanya aqu beranikan diri ngomong kalau aqu ga keberatan muasin mereka asal mereka ga bunuh aqu.

    “Oke.. oke, aqu buka baju. Kalem saja, aqu ga masalah muasin elu berdua, namun ga usah pakai nodong segala dong.” Aqu berusaha ngomong, padahal aqu lagi taqut setengah mati. Orang yang nodongin pisau malah membentak aqu, “Goblok, mana ada cewek mau diperkosa, elu jangan macem-macem ya!” Aqu makin taqut, namun otakku langsung bekerja, “Santai dong, emangnya gue berani pakai baju ginian kalau gue ga siap diperkosa orang? Lagian apa gue bisa lari pakai samping kayak ginian?” Kedua orang itu melihati aqu, terus akhirnya pisau itu dilipat lagi. Aqu lega setengah mati, namun ini belum selesai, aqu masih harus puasin mereka dulu.

    Aqu mulai buka Samping-ku, “Maunya bagaimana, berdua sekaligus atau satu-satu?” Orang yang tadi nodongin pisau melihat ke orang yang satunya, “Eloe dulu deh. Gue lagi ga begitu mood.” Temannya mengangguk-angguk dan langsung mencaplok bibirku. Aqu lihat-lihat, ganteng juga nih orang. Aqu balas ciumannya, dia sepertinya mulai lebih halus, pelan-pelan dia remas dadaqu dan tahu-tahu aqu sudah ditiduri di atas batu yang lumayan besar. Dia ga langsung main sodok, dia lebih senang main-main dengan dadaqu, makanya aqu jadi lebih rileks, so aqu bisa menikmati permainannya.

    “Ah.. yeah.. ah.. siapa.. siapa nama loe?” aqu tanya dibalik desahan-desahanku menahan nikmat. Dia nyengir, mirip sekali Si Michael, dia terus membuka celana dalam birunya, dan kemaluannya yang sudah tegang sekali langsung nongol seperti sudah ga sabar ingin menyodokku. Ga usah disuruh, aqu langsung jongkok, tanganku memegang batangnya dan ternyata masih menyisa sekitar 5 – 7 senti. Aqu jilat kepala kemaluannya terus aqu kulum-kulum kemaluannya. Dia mulai menikmati permainanku, “Oke.. terus.. terus.. Yeah..” Ternyata ada juga lelaki yang suka berdesah-desah kayak gitu kalau lagi nge-sex. Aqu berhenti sebentar,
    “Belum dijawab?”
    “Oh, sorry. Nama gue Jeff.”
    Dia menjawab sambil terus merem-melek menikmati kemaluannya yang aqu kulum dan kuhisap-hisap. Kulihat-lihat sepertinya aqu kenal suaranya.
    “Elo tinggal di sini juga ya, elu yang lusa kemarin ngentot di halaman villa?”
    Jeff terkejut juga waktu aqu ngomong gitu.
    “Memang elu tahu dari mana?”
    Aqu nyengir terus aqu teruskan lagi menghisap kemaluannya yang sudah basah sekali dengan liurku.

    Aqu berhenti lagi sebentar, “Gue lihat elu. Gila lu ya! berdua ngentotin cewek, keliatannya masih kecil lagi.” Jeff nyengir, “Itu adik kelas gue, dia baru 15 tahun, namun bodinya oke sekali. Gue ajakin ke sini, dan gue entot bareng Si Lex. Dia sendiri sepertinya suka digituin dengan kita berdua.” Aqu ga meneruskan lagi, aqu berhenti dan langsung cari posisi yang enak buat nungging. Jeff mengerti maksudku, dia langsung menyodok kemaluannya ke kemaluanqu bareng dengan suara eranganku. Terus dia mulai mengocok, mulanya sih pelan-pelan terus tambah cepat. Terus dan terus, aqu mulai merem-melek dibikinnya. Terus dia cabut kemaluannya, aqu digendong dan dia masukkan kemaluannya lagi ke kemaluanqu. Terus dia mengocok aqu sambil bediri, seperti gaya ngocoknya Tom Cruise di film Jerry Maguire. Kemaluanqu seperti ditusuk-tusuk keras sekali dan aqu makin merem-melek dibuatnya. Dan akhirnya aqu ga tahan lagi, aqu kejang-kejang dan aqu menjerit panjang. Pandanganku kabur, dan aqu pusing. Aqu hampir saja jatuh kalau Jeff ga cepat-cepat memegangi pinggangku.

    Aqu lagi nikmati puncak kepuasanku, tiba-tiba seorang sedang mendekatiku, sepertinya sekarang dia nafsu sekali gara-gara mendengarkan desahan-desahanku. Dia sudah telanjang dan kemaluannya sudah tegang sekali. Aqu tahu dari mukanya kalau dia sedikit kasar, makanya aqu ga banyak cing-cong lagi, aqu langsung maksakan bangun dan jongkok meng-”karaoke”-in kemaluannya. Kemaluannya sih ga besar-besar sekali, namun aqu ngeri juga melihat otot-otot di sekitar paha dan pantatnya. Jangan-jangan dia kalau ngocok sekeras-kerasnya. Bisa-bisa kemaluanqu jebol.


    Lama juga aqu meng-”karaoke”-in kemaluannya, dan akhirnya dia suruh aqu berhenti. Aqu menurut saja, dan langsung ambil posisi menungging. Aqu sudah pasrah kalau dia bakal menyodok-nyodok kemaluanqu, namun kali ini tebakanku salah. Dia ga masukkan kemaluannya ke kemaluanqu, namun langsung ke anusku. “Ah.. aduh..” anusku sakit soalnya dengan sekali ga ada persiapan. Namun rupanya Lex ga peduli, dia tetap maksakan kemaluannya masuk dan memang akhirnya masuk juga. Walaupun kemaluannya kecil namun kalau dipakai nyodok anus sih ya sakit juga. Benar dugaan aqu, dia kalau nyodok keras sekali terus ga pakai pemanasan-pemanasan dulu, langsung kecepatan tinggi. Aqu cuma bisa pasrah sambil menahan perih di anusku. Dadaqu goyang-goyang tiap kali dia menyodok anusku, dan sepertinya itu membuat dia makin nafsu. Dia tambah kecepatan dan mulai meremas dadaqu.

    Benar-benar kontras, dia mengocok anusku cepat dan keras, namun dia meremas dadaqu halus sekali dan sesekali melintir-melintir putingnya. Mendadak rasa sakit di anusku hilang, aqu mulai merasakan nikmatnya permainan tangannya di dadaqu. Belum habis aqu nikmati dadaqu diremas-remas, tangan kirinya turun ke kemaluanqu dan langsung menyambar klitorisku, mulai dari digosok-gosok sampai dipelintir-pelintir. Rasa sakit kocokannya sudah benar-benar hilang, sekarang aqu cuma merasakan nikmatnya seluruh tubuhku.

    Aqu mulai merem-melek kegilaan dan akhirnya aqu sampai ke puncak yang kedua kalinya hari itu, dan berdenganan puncak kenikmatanku, aqu merasakan cairan hangat muncrat di anusku, aqu tahu Lex juga sudah sampai puncak dan aqu sudah lemas sekali, akhirnya aqu ambruk. Mungkin aqu kecapaian soalnya tiga hari ini aqu terus-terusan mengocok, ga dengan satu orang lagi, selalu berdua. Aqu masih sempat lihat Jeff menggendong aqu sebelum akhirnya aqu pingsan. Aqu ga tahu aqu dimana, namun waktu aqu bangun, aqu terkejut melihat Reymon lagi mengocok cewek. Cewek itu sendiri sibuk mengulum-ngulum kemaluannya Michael. Aqu paksakan berdiri, dan waktu aqu lihat di sofa sebelah, ada pemandangan yang hampir dengan, bedanya Jeff yang lagi sibuk mengocok cewek dan aqu lihat-lihat ternyata cewek itu Silvi. Silvi juga sibuk mengulum-ngulum kemaluan Lex. Aqu jadi bingung, namun aqu tetap diam sampai mereka selesai main.

    Terus aqu dikenali dengan cewek mungil yang tadi nge-sex bareng Reymon dan Michael, namanya Angel. Aqu baru ingat kalau tadi aqu pingsan di air terjun habis muasin Jeff dengan Lex. Ternyata Jeff bingung mau bawa aqu ke mana, kebenaran Reymon dan Michael lewat. Mereka sempat ribut sebentar, namun akhirnya aqur lagi, dengan catatan mereka bisa menyicipi Angel ceweknya Jeff dengan Lex. Angel sendiri setuju saja dengan ajakan Reymon dengan Michael, dan waktu mereka lagi mengocok, Silvi kebetulan lewat. Michael memanggil dia dan dikenali dengan Jeff dan Lex, terus mereka akhirnya nge-sex juga. Makin asik juga, sekarang tambah lagi satu cewek dan dua lelaki di kelompok kita, dan seterusnya kita jadi sering main ke villa itu untuk muasin nafsu kita masing-masing. Dan kita kasih nama kelompok kita “MAGNIFICENT SEVEN”.

  • Foto Ngentot Cassidy Klein menghabiskan sorenya dengan menghisap penis

    Foto Ngentot Cassidy Klein menghabiskan sorenya dengan menghisap penis


    1820 views

    Duniabola99.com – foto cewek pirang cantik Ciassidy Klein sange hisap kontol di dalam mobil berlanjut hingga kekamar dan malakukan hubungan sex yang sangat hot dengna pacarnya yang berkontol besar dan menjilati besih batang kontol dan air maninya. Joker888

  • Foto Ngentot Sexy Alex Blake senang bertemu tetangga baru dan bercinta di halaman belakang

    Foto Ngentot Sexy Alex Blake senang bertemu tetangga baru dan bercinta di halaman belakang


    2099 views

    Duniabola99.com – foto tetangga baru yang sange Alex Blake bugil dihalaman belakang tentangganya dan ngentot hot diats kursi jemur.

  • Wakaba Onoue diranjang tanpa lepas pakaiannya

    Wakaba Onoue diranjang tanpa lepas pakaiannya


    1962 views

  • Video bokep Carolina Abril ditangga

    Video bokep Carolina Abril ditangga


    2843 views

    Daftar Sbobet

  • Foto Bugil Lolly A mengambil bra renda & mengekspos vagina dicukur

    Foto Bugil Lolly A mengambil bra renda & mengekspos vagina dicukur


    1878 views

    Duniabola99.com – foto cewek cantik pirang Lolly A membuka semua pakaian dalamnya diatas ranjangnya memamerkan memeknya yang mulus tanpa bulu yang siap dihujam dengan kontol gede.

    Kumpulan majalah online dewasa, Foto majalah dewasa, cerita dunia, Dunia artis, Dunia maya, Dunia model, Popular word, Foto Cewek Cantik, Foto Cewek Seksi, Foto cewek cantik asia, Cewek mulus, cewek tokek besar, cewek cantik, cewek seksi, Foto cewek tokek kecil, Foto cewek tokek besar, Foto cewek manis

  • Kisah Memek Nikmatnya memperkosa calon pengantin

    Kisah Memek Nikmatnya memperkosa calon pengantin


    2662 views


    Duniabola99.com – Statusku yang bebas (mahasiswa perantau) membuatku tidak terbatas dalam berbagai aktifitas, walau seringkali diantaranya bermuatan negatif. Pengalaman ini terjadi pada tahun 1999 di bulan November Agen Joker1788, dimana kota Surabaya sedang diguyur hujan. Merupakan pemandangan langka kalau Surabaya dicurahi hujan, karena lebih sering kota ini berada dalam kondisi kering. Kesempatan itu kumanfaatkan untuk berkeliling mengitari Surabaya karena suhunya agak bersahabat. Daftar Joker1788
    Aku berkeliling dengan menggunakan angkutan umum, ke tempat-tempat favorit dan belum pernah kujalani sebelumnya. Kali ini aku bersantai di Galaxy Mall, yang banyak dikunjungi WNI keturunan. Mataku liar melirik-lirik wanita putih mulus dan trendy. Entah kenapa sejak dulu aku terobsesi dengan wanita Chinese yang menurut pandanganku adalah tipikal sempurna dalam banyak hal. Di lantai paling atas, mataku tertuju kepada seorang gadis cantik dan seksi, sedang makan sendirian, tak ada teman. Dengan teknik yang biasa kulakukan, kudekati dia. Kami berkenalan sejenak dan dia menawariku ikut makan. Aku bilang aku sudah kenyang. Dia bernama Nina **** (edited). Kami seumuran atau paling tidak dia lebih tua dua tahun dariku. Setelah ngobrol agak lama, dengan mengeluarkan jurus empuk tentunya, dia mengajakku pulang bersama, karena aku mengaku akan menunggu angkutan sampai hujan reda.

    Akhirnya, aku pun setuju, dan segera berangkat bersamanya. Di dalam mobil, aku tak bisa tenang karena ketika menyetir, aku bisa melihat dadanya yang montok dan paha mulusnya bergerak gesit menguasai kemudi. Tapi dia tidak menyadari itu, karena aku tahu dia tidak akan suka. Hal itu kusadari dari pembicaraan sebelumnya. Dia kelihatannya wanita baik-baik. Tapi konsentrasiku sangat terganggu apalagi jalanan di kota Surabaya yang tidak rata membuat dada indah yang bersembunyi di balik bajunya bergoyang-goyang. Ditambah lagi harum tubuhnya yang sangat merangsang. Akhirnya timbul pikiran jahat di otakku.

    “Aku pindah ke belakang ya..” kataku.

    “Kenapa?”

    “Aku ngantuk, mau tiduran, nanti turunkan aku di jalan Kertajaya”, kataku berpura-pura.

    Saat itu sejuta rencana jahat sudah merasuki otakku.

    “Ok, tapi kamu jangan terlalu pulas ya.. nanti ngebanguninnya susah”, katanya polos.

    Di kala otakku sudah kesetanan, tiba-tiba..

    “Jangan berisik atau pisau ini akan merobek lehermu”, ancamku seraya menempelkan pisau lipat yang biasa kubawa. Itu sudah menjadi kebiasaanku sejak di Medan dulu.

    “Don.. apa-apaan nihh..?” teriaknya gugup, karena terkejut.

    “Aku peringatkan, diam, jangan macam-macam!” bentakku sambil menekan permukaan pisau lebih kuat.

    Aku sudah kehilangan keseimbangan karena nafsu.

    “Jalankan mobilnya dengan wajar, bawa ke daerah Petemon.. cepat..!”

    “Ehh.. iiya.. iyahh..” jawabnya dengan sangat ketakutan.

    Tas yang tadi diletakkan di jok belakang segera kubuka. Seluruh uang dan kartu kreditnya langsung berpindah ke kantongku.

    “Bawa ke Pinang Inn.. cepat!” bentakku lagi.

    Kali ini aku sudah pindah ke jok depan, dan pisau kutempelkan di pinggangnya. Sepanjang perjalanan wajahnya pucat dan sesekali memandangiku, seolah minta dikasihani.


    “Jangan mencoba membuat gerakan macam-macam.. atau kamu kulempar ke jalan.. mengerti?” ancamku lagi sambil berganti posisi.

    Aku mengambil alih kemudi. Entahlah, saat itu aku merasa bukan diriku lagi. Mungkin iblis sedang menari-nari di otakku. Dia hanya membisu, dengan tubuh gemetar menahan rasa takut. Tiba-tiba HP-nya berbunyi, kurebut HP itu dan kuhempaskan di jalan sampai pecah.

    “Ingat.. jangan bertindak aneh-aneh.. kalau masih ingin hidup..” pesanku sesampainya di parkiran Pinang Inn.

    Mobil langsung masuk garasi, dan aku menghubungi Front Officer. Kubayar, lalu kembali ke garasi.

    “Keluar..!”

    Dengan wajar kugandeng dia masuk kamar. Kukunci dan kusuruh dia telentang di kasur yang empuk. Kunyalakan TV channel yang memutar film-film biru. Pinang Inn memang disediakan untuk bermesum ria. Dia kelihatan semakin ketakutan, ketika melihatku langsung membuka baju dan celana. Dengan hanya menggunakan CD, kurebahkan tubuhku di sampingnya dengan posisi menyamping. Pisau itu kugesek-gesek di sekitar dadanya.

    “Agar proses ini tidak menyakitkan, kamu jangan bertingkah.. atau besok mayatmu sudah ditemukan di laut sana.. paham?”

    “Don.. ke.. ke.. napaa.. jadi be.. gii.. ni? Apa.. salahku?” dengan ketakutan dia berusaha membuatku luluh.
    “Salahmu adalah.. kamu memamerkan tubuhmu di hadapan singa lapar..”

    Segera, seluruh bajunya kusobek dengan pisauku yang tajam. Mulai dari bagian luar sampai dalamnya. Kini dia telanjang bulat di antara serpihan pakaian mahal yang kusayat-sayat. Dia menagis, mata sipitnya bertambah sipit karena berusaha menahan air mata yang mulai mengalir deras ditingkahi isaknya yang sesenggukan. Sejenak aku tertegun menyaksikan keindahan yang terpampang di hadapanku. Dada putih mulus yang montok, tubuh langsing, dan.. ups.. liang kemaluannya yang merah muda bersembunyi malu-malu di antara paha yang dirapatkannya. Kubuka pahanya.

    “Jangann Don.. kumohon jangan..” pintanya memelas. Aku sudah tidak peduli.

    “Hei.. Nin.. bisa diam nggak? Mau mati? Hah..?” ancamku sambil menampar pipinya. Wajahnya sampai terlempar karena aku menamparnya cukup keras.

    “Silakan menjerit.. ini ruangan kedap suara.. ayo.. menjeritlah..”, ejekku kesenangan.

    Segera kulebarkan pahanya, kuelus permukaan kemaluannya dengan lembut dan berirama. Sesekali dia menatapku. Ada juga desah aneh di bibirnya yang tipis. Aku terus mengelus kemaluan itu, sambil dua jariku yang menganggur mempermainkan puting susunya bergantian. Dia hanya bisa mendesah dan menangis. Kudekatkan wajahku ke sela paha mulusnya. Dengan perasaan, kukuak liang kemaluannya, indah sekali. Seumur hidup, baru kali ini aku melihat kemaluan wanita seindah itu. Bentuknya agak membukit mungil, ditumbuhi bulu yang halus dan lemas. Bibir kemaluannya kupegang, kemudian lidahku kujulurkan memasuki lubang yang nikmat itu. Kujilati dengan perlahan, mengitari seluruh permukaannya.

    “Shh.. Don.. Donhh.. jangaann.. sshh..” Nina sampai terduduk.

    Ada sesuatu yang lucu. Dalam situasi itu sempat-sempatnya dia menggoyang pinggulnya mendesak mulutku, dan menjambak rambutku sesekali. Dalam hati aku tertawa, “Dasar wanita.. munafik.”

    “Ayo.. Nin.. ayo..” kataku pelan mengharap cairan itu segera keluar membasahi kemaluan indahnya. Saat itu kesadaranku perlahan hadir. Perlakuanku kubuat selembut mungkin, namun tetap tegas agar Nina tidak bertindak ceroboh.

    Kali ini lidahku mengait-ngait klitorisnya beraturan namun dengan arah lidah acak. Dia makin bergetar. Goyangan pinggulnya terasa sekali.

    “Lho.. diperkosa kok malah enjoy.. ayo.. nangis lagi.. mana..?” olokku.

    “Don.. jangannhh.. janganh..” balasnya malu-malu, berusaha menggeser kepalaku dari selangkangannya. Tapi setelah kepalaku digerakkan ke samping, malah ditariknya lagi hingga mulutku langsung terjatuh di bibir kemaluannya. Aku pun paham, dia ingin menunjukkan ketidaksudiannya, namun di lain pihak, dia sangat menginginkan sensasi itu.

    “Nih.. aku kasih bonus.. silakan menikmati..” kataku sambil melanjutkan jilatanku.

    Sementara tanganku yang kiri membelai payudaranya bergiliran secara adil. Kiri dan kanan. Sementara tangan kananku kuletakkan di bawah pantatnya. Pantat seksi itu kuremas sesekali.

    “Oghh.. sshh..”


    Nina menggelinjang menahan nafsu yang mulai merasuki dirinya. Sesaat dia lupa kalau sekarang dia dalam keadaan terjajah. “Sshh.. terrusshh..”

    Perlahan lahan, cairan yang kunanti keluar juga. Secara mantap, lendir bening itu mengalir membasahi liang kemaluannya yang semerbak.

    “Donnhh.. Donhh..” Dia berteriak di sela orgasmenya yang kuhadiahkan secara cuma-cuma.
    “Aduh.. Nin.. yang benar aja dong..” ringisku karena saat orgasme tadi, kukunya yang lentik melukai pundakku.
    “Maaf.. maaf Donhh..”

    Aku berhenti sesaat untuk memberinya waktu istirahat. Aku berdiri di samping ranjang. Dia terkulai lemas. Pahanya dibiarkan terbuka. Kemaluan genit itu sudah mengundang batang kemaluanku untuk beraksi. Namun aku berusaha menahan, agar pemerkosaan ini tidak terlalu menyakitkan. Kami berpandangan sejenak. Dia sudah tidak melakukan perlawanan apa-apa, pasrah.

    “Don.. aku tahu kamu sebenarnya baik, jangan sakiti aku yah.. aku mau menemani kamu di sini, asal kamu tidak melukai aku..” pintanya sambil mengubah posisi telentangnya menjadi duduk melipat lututnya ke bawah pantat. Liang kemaluannya agak tersembunyi sekarang.

    “Kamu masih perawan nggak?” tanyaku ketus.

    “Iyah.. masih..”

    “Nah.. sayang sekali, kalau mulai besok kamu sudah menyandang gelar tidak perawan lagi..”

    “Ah..” dia tercekat.

    “Don.. semua uang tadi boleh kamu ambil.. tapi mohon jangan yang kamu sebut barusan.. empat hari lagi aku menikah Don.. kumohon Don..”

    “Ah.. daripada cowok lain yang merasakan nikmatnya darah segar kamu, mending aku curi sekarang..” kataku cepat sambil mendekatinya lagi.

    “Don.. jangan.. kumohon..”

    “Diam!”

    “Ingat.. pisau ini sewaktu-waktu bisa mengeluarkan isi perutmu..” ancamku.

    Nina terkejut sekali, karena menyangka aku sudah berbaik hati. Padahal aku juga tidak sungguh-sungguh marah padanya. Mungkin karena aku yang sudah terbiasa berteriak-teriak membuatnya ketakutan.

    “Sekarang giliranmu”, kukeluarkan batang kemaluanku yang sudah agak terkulai.

    “Kupikir aku nggak perlu menjelaskan lagi cara membangunkan preman yang satu ini..” kataku sambil mengarahkan kepalanya berhadapan dengan batang kemalauanku yang lumayan besar. Sejenak dipandanginya diriku. Tanpa berkata apa-apa dia memegang batang kemaluanku dan mengocoknya perlahan. Dikocoknya terus sampai perlahan, si batang andalanku naik.

    “Cuma itu?” tanyaku lagi.


    Dibuka mulutnya dengan ragu-ragu, kebetulan sekali adegan di TV channel juga sedang memperagakan hal yang sama. Aku sebenarnya ingin tertawa. Tapi kutahan, karena gengsi kalau dia tahu. Dikulumnya batang kemaluanku. Aku berdiri di atas ranjang. Dia berjongkok dan mulai menggerakkan kepalanya maju mundur.

    “Ahh..” aku mengerang merasa nikmat sekali.

    Kulihat matanya sesekali melirik TV. Biar saja, pikirku dalam hati. Toh ini demi keuntunganku. Dijilatinya kepala kemaluanku. Tapi dia tidak berani menatap wajahku.

    “Auhhgghh..”

    “Jangan dilepas..” seruku tertahan.

    Aku jongkok dengan mengarahkan kepala ke sela pahanya. Aku telentang di bawah. Posisi kami sekarang 69. Sewaktu berputar tadi dia menggigit kemaluanku agar tidak lepas dari mulutnya. Lucu memang. Dengan bibir kemaluan tepat di atas wajah, kujilati dengan mantap. Kali ini gerakan lidahku liar mengitari permukaan kemaluannya. Sesekali kusedot bukit kecil itu sambil memasukkan hidungku yang kebetulan mancung ke lubang senggamanya.

    “Oghh.. Ahh..” Kami berseru bersahutan. Kubalikkan tubuhnya. Sekarang dia ada di bawah, namun tetap 69. Kali ini aku lebih leluasa menjilati kemaluannya.

    “Augghh.. Donhh.. enakkhh.. terusshh..” pintanya.

    Lalu kembali menyantap batang kemaluanku dengan garang. Sesekali aku merasakan gigitan kecil di sekitar kepala kemaluan. Pintar juga dia, pikirku dalam hati.

    Lidahku kujulurkan masuk ke lubang sempit itu dan menari di dalamnya. Pantatku kugoyang naik-turun agar sensasi batang kemaluan yang berada di kulumannya bertambah asyik. Sambil menjilat liang kemaluan itu, jari-jariku mempermainkan bibir kemaluannya.

    “Ougghh.. Don.. enakkhh.. Donnhh.. ahh.. Donnhh..” serunya dibarengi aliran hangat yang langsung membanjiri lembah merah muda itu.

    “Sekarang waktunya Nin.”

    Aku mengambil posisi duduk di antara belahan kedua kakinya. Dia masih telentang. Kugesek lagi kepala kemaluanku yang sudah mengeras sempurna beradu dengan klitorisnya yang menegang. Dia setengah duduk dengan menahan tubuhnya pakai siku tangan, dan ikut menyaksikan beradunya batang kemaluanku dengan klitorisnya yang sudah menjadi genit. Batang kemaluanku itu kuarahkan ke liang kemaluannya.
    “Jangann.. kumohon Donh.. jangan..” serunya tertatih sambil mencengkeram batang kemaluanku.
    “Aku bersedia memuaskan nafsumu, dengan cara apa saja, asal jangan mengorbankan pusakaku.”
    “Oh ya? Kalau dari anus mau nggak?” tantangku.

    Tapi sebenarnya aku tidak lagi perduli karena kemaluanku sudah minta dihantamkan melesak lubang kemaluannya.
    “Yah.. terserah kamu Don..”

    “Nggak.. mau.. aku cuma mau yang ini, ini lebih enak..” teriakku sambil menunjuk liang kemaluannya.

    “Nih.. pegang.. masukin..” Dengan ragu dipegangnya batang kemaluanku.

    “Don.. apa tidak ada cara lain?”

    “Cara lain? Ada-ada saja kamu.. Hei.. kamu jangan bertingkah lagi ya.. jangan sampai kesabaranku hilang. Kamu beri satu milyar pun sekarang aku nggak bakalan mau melepaskan punya kamu itu sekarang. Aku sudah nggak tahan.. paham.. paham? paham..?” bentakku dengan nada suara lebih meninggi. Pisau yang tadi kusembunyikan di bawah kasur kuacungkan dan kutekan kuat di dadanya.

    “Donn.. sakitt.. jangann..” rintihnya ketika pisau tadi melukai dada putihnya. Aku terkesiap. Namun tak peduli.

    “Ayo.. dimasukin..” kali ini pisau kutekan lagi.

    Darah segar mengalir perlahan dari luka yang kuperbesar, walau tidak begitu parah.

    Dengan berat disertai ketakutan, dipegangnya kemaluanku. Diarahkannya ke liang kemaluannya.
    “Sulit.. sakitt.. Don.. ampunn.. Don..”

    “Pegang ini”, kataku tidak sadar karena memberikan pisau itu ke tangannya. Dia juga tidak menyadari kalau sedang memegang pisau. Lucu sekali. Aku hanya bisa tersenyum kalau mengingat masa itu. Aku menunduk dan menjilati kemaluannya. Dia melihatku menjilati barangnya. Sesekali kami bertatapan. Entah apa artinya. Yang pasti aku merasa sudah memiliki mata sipit yang menggemaskan itu. Digerakkannya pinggul besarnya seirama jilatanku. Kuremas juga susunya yang segar merekah.


    “Augghh.. Ahh..” jilatanku kupercepat. Cairannya mengalir lagi walau tidak sebanyak yang tadi. Aku kembali duduk menghadap selangkangannya. Tiba-tiba aku sadar kalau sebilah pisau ada di tangannya. Segera kuambil dan kulempar ke lantai. Dia juga baru sadar setelah aku mengambil pisau itu. Namun sepertinya dia memang sudah takluk.

    “Nin.. ludahin ke bawah.. yang banyak..” kataku sambil menunjuk kemaluannya. Kami sama-sama meludah. Kuoleskan liur yang menetes itu ke batang kemaluanku, juga ke kemaluannya. Sesekali dia juga ikut mengusap batang kemaluanku dengan air ludah yang dikeluarkannya lagi di telapak tangannya. Aku memandanginya dengan sayang. Dia juga seolah mengerti arti tatapanku itu. Aku segera mengecup bibirnya. Dia membalas. Kami berpagutan sesaat. Kurasakan batang kemaluanku bersentuhan dengan perutnya.

    “Ayo dicoba lagi..”

    Kali ini dipegangnya kepala kemaluanku. “Ah.. Shh”

    Dan.., “Oogghh.. aahh.. Shh..”

    Kepala kemaluanku masuk perlahan. Sempit sekali lubang itu. Kusodok lagi perlahan. Dia hanya bisa menggigit bibir dan mencengkeram tanganku. Sesekali nafasnya kelihatan sesak. Namun ada juga desah liar terdengar lirih.
    “Donnhh.. aku benci.. kaamu..”

    Kusodok terus, sampai akhirnya semua batang kemaluanku terbenam di liang kewanitaannya. Aku tahu itu sakit. Namun mau bilang apa, nafsuku sudah di ujung tanduk.

    “Brengsek.. Donhh.. baajingann.. kamu.. shh.. oghh”,

    Aku tak peduli lagi umpatannya. Yang kurasakan hanya nikmat persenggamaan yang benar-benar beda. “Shh.. shh.. Donhh.. Donhh..”

    Kupeluk dia erat-erat. Goyanganku makin liar. Aku hanya bisa mendengar dia mengumpat. Sesekali kupandangi wajahnya di sela nafasku yang ngos-ngosan. Beragam ekspresi ada di sana. Ada kesakitan, ada dendam, tapi ada juga makna sayang, dan gairah yang hangat. Kulihat titik-titik darah mulai mendesak lubang sempit yang tercipta antara batang kemaluan dan liang kewanitaannya. Seketika tagisnya meledak. “Donhh.. bajingann.. kamuu.. jahatt.. kamu Don.. ahh.. uhh..” dia memukul dadaku keras sekali.

    Tangisnya makin menjadi. Aku iba juga. Kutarik kemaluanku dari liang kemaluannya. Darah segar mengalir memenuhi lubang yang memerah padam dan lecet. Kemaluanku kukocok sekuat tenaga ketika spermaku muncrat. “Ahh.. ahh..” Air maniku memancar keras membasahi dada dan sebagian wajahnya. Dia menangis sesenggukan.
    “Nikmatnya memek perawan kamu Nin..” kataku tersenyum senang.

    Aku langsung menjilati darah segar yang sudah membasahi pahanya. Segera kugendong dia menuju kamar mandi. Di bibir bak, kududukkan dia. Kuambil kertas toilet dan membasuhnya dengan air. Kuusap darah yang ada di sekitar kemaluannya dengan lembut. Darah di dadanya yang sudah mengering juga kulap dengan hati-hati.

    “Kamu puas sekarang.. bukan begitu Don?” ejeknya di sela tangisnya.

    Aku terdiam. Aku merasa menyesal. Tapi mau bilang apa. Nasi sudah menjadi bubur. Kubersihkan semua darah itu sampai tidak berbekas. Kujilati lagi kemaluannya dengan lembut. Aku tahu, yang ini pasti tidak bisa ditolaknya. Benar, dia mulai bergetar. Dipegangnya tanganku dan diremasnya jariku. Tissue yang kupegang dibuangnya, malah jemariku dituntunnya ke sepasang dada montok miliknya. “Ahh.. shh.. sekalian ajaa.. Don.. hamili.. aku.. biar kamu.. lebih.. puass..” katanya sambil mengangis lagi.


    Aku sungguh tak mengerti. Terus terang di sana aku seperti orang bodoh. Tapi dengan santai kujilati terus kemaluannya. Diraihnya batang kemaluanku dan dikocok-kocoknya perlahan. Kemaluanku sudah terkulai. Lama dia mencengkeram kemaluanku sampai akhirnya bangkit. Nafsuku kembali membara. Kugendong lagi dia, dan jatuh bersama di ranjang empuk. Kami berpelukan dan berciuman lama sekali. Kumasukkan lidahku ke dalam mulutnya, dan menjilati rongga mulutnya. Entah berapa kali kami saling bertukaran air liur. Bagiku, air ludahnya nikmat sekali melebihi minuman ringan apapun. Ketika aku berada di bawah, aku juga menelan semua liurnya tatkala dia meludahi mulutku. Terserahlah, apakah dia marah atau bagaimana. Sepanjang dia merasa bebas, aku melayaninya. Hitung-hitung balas budi. Hehehe..

    Aku bergerak ke bawah, menjilati tiap inci sel kulitnya. Lehernya bahkan kuberi tanda cupangan banyak sekali, walau aku tahu empat hari lagi dia akan menikah. Peduli setan.

    “Ahh.. Don.. hhsshh.. yanghh.. itu.. nikhhmatt”, serunya tertahan ketika putingnya kusedot dan kujilati dengan bernafsu. Tanganku merayap ke bawah dan membelai lubang kemaluannya yang masih basah. Aku terus merangkak turun, menjilati perutnya dan mengelus pahanya dengan nakal. Sesampainya di sela paha kubuka lagi kedua kakinya, terkuaklah liang kemaluan yang kumakan tadi. Kali ini bentuknya sudah berbeda. Lubangnya agak menganga seperti luka lecet, namun tidak berdarah. Segera kujilati lagi untuk kesekian kalinya. “Donn.. enakhh.. nikmathh..”

    Jari telunjukku kumasukkan lembut ke lubang itu sambil menjilati kemaluannya sesekali. “Aduhh.. duh.. enaknyaa.. Don.. jangan.. berhenti”, serunya sambil menggelinjang hebat. Pinggul itu bergerak liar mendesak mulutku. Kutindih dia dan kuarahkan batang kemaluanku. “Uhh.. sshh”, serunya sesak ketika batang kemaluanku kuhantamkan ke liang kenikmatan itu. Goyangan demi goyangan membuat erangannya semakin ganas. Tentu saja aku semakin beringas. Siapa tahan.

    “Donhh.. bajiingann!” untuk kesekian kalinya dia mengumpatku.

    Entah apa maksudnya. Kali ini dia sangat menikmati permainan (setidaknya secara fisik, entahlah kalau perasaannya). Kepalanya terlempar ke sana ke mari dan nafasnya mendesah hebat.

    “Nin.. punyaahh.. kamuu.. assiikkh.. ahh”, seruku ketika denyutan liang kemaluannya terasa sekali menekan batang kemaluanku. Kubalik dia, sehingga sekarang posisinya di atas.

    “Don.. aku.. akan.. bunuh.. kamuu.. suatu.. saat..”

    “Silakan.. saajahh..”

    Kami berdua berbicara tak karuan.

    “Oughh.. aihh.. sshh”, teriaknya menggelinjang sambil mencabuti bulu-bulu dadaku. Aku merasa kesakitan. Tapi biarlah. Dia sepertinya sangat menyukai.

    “Donh.. kamu.. kamu..” dia tidak melanjutkan kata-katanya.


    Tiba-tiba.., “Donhh.. Donhh.. bajingan.. ah..” serunya keras sekali, sambil menggoyang pantatnya dengan cepat dan menari-nari seperti kilat. Bunyi becek di bawah sana menandakan dia kembali orgasme. Tapi goyangannya tidak surut. Kucabut batang kemaluanku dan menyuruhnya membelakangiku sambil berpegangan pada sisi ranjang. Kuarahkan batang kemaluanku dari belakang dan, “Oughh.. oughh.. oughh.. oughh..” tiap sodokanku ditanggapinya dengan seruan liar. Kugenjot terus sambil meremasi kedua susunya yang ikut bergoyang. Lama kami pada posisi itu, tiba-tiba aku didorongnya dan dia berdiri di hadapanku. Aku ditamparnya keras dan memelukku erat. Ditariknya aku ke ranjang dan memegang kemaluanku. Ditindihnya aku, dia sendiri yang menghunjamkan kemaluanku ke liang kewanitaannya.

    “Rasakan nihh.. bajingan.. shh”, teriaknya sambil menari-nari di atasku. Aku tahu dia akan orgasme lagi.

    “Aduh..Nin..” pekikku tertahan ketika sekarang dia malah menggigit punggungku.

    “Don.. Don..” dia berseru kencang dan memeluk erat kepalaku di dadanya. Kupeluk juga dia dan mengangkatnya. Kami berdiri di lantai. Dengan posisi ini aku bisa menyodoknya dengan sangat keras. Kurapatkan ke dinding, dan kupompa sekuat tenaga.

    “Nin.. ahshh..”

    “Donhh..”

    Aku mengeluarkan sperma di dalam kemaluannya. Dia memelukku erat sekali. Kami berdua ngos-ngosan. Kuangkat dia ke ranjang. Kami terkulai lemas. Kutarik kemaluanku yang melemah dengan pelan. Kutarik sprei itu karena sudah berisi noda darah dan bercak cairan yang beragam. Kami tergeletak berdampingan, tanpa pakaian.

    “Don.. kamu berhutang padaku, suatu saat aku pasti menagihnya.”

    “Hutang apa?” tanyaku.

    Dia tidak menjawab. Dengan perlahan dia memejamkan mata dan tertidur. Kupandangi wajahnya yang cantik. Tampak lelah. Hmm.. beruntung sekali calon suaminya. Kuelus rambutnya yang lurus indah dengan lembut. Kuciumi keningnya dan kupeluk dia. Aku membenamkan wajahku di dadanya dan terlelap bersama.

    Besoknya kami bangun bersamaan, masih berpelukan. Aku sadar, dia tidak punya pakaian lagi. Segera aku keluar dan pergi ke toko terdekat. Kubeli T-shirt dan celana pendek. Ketika kembali ke kamar, dia membisu dan tak mau menjawab pertanyaanku. Didiamkan begitu aku tak ambil pusing. Kupakaikan T-shirt dan celana pendek ke tubuhnya. Dia masih tetap membisu.

    “Ayo pulang..” ajakku. Dia melangkah lunglai. Kugandeng dia ke mobil, kududukkan di jok depan. Setelah isi kamar sudah kurapikan, aku langsung menyetir mobil. Sepanjang jalan dia hanya diam membisu.


    “Nin.. aku tahu apa yang kamu rasakan. Tapi, satu hal yang aku minta darimu.. jangan membenciku untuk apa yang kuperbuat. Bencilah kepadaku karena aku bukanlah calon suamimu”, kataku agak kesal dengan sedikit berdiplomasi. Dia memandangku dengan gundah. Namun tetap membisu. Sampai di daerah rumahnya pun dia tetap diam.

    “Oke.. Nin.. aku tak tahu apa yang kamu inginkan. Jika ada yang ingin kamu utarakan, lakukanlah sekarang sebelum aku pergi.”

    Dia hanya diam membisu. Dipandanginya aku agak lama. Karena tidak ada jawaban, kudekati dia dan kucium tangannya. Dia tidak bereaksi.

    “Bye.. Nin..” Aku segera beranjak pergi.

    Empat hari kemudian aku memang secara diam-diam mendatangi daerah rumahnya. Benar, dari informasi yang kudapat dia memang sedang melangsungkan resepsi pernikahan di sebuah Resto mewah di pusat kota. Tapi aku tidak pergi melihatnya. Siapa tahu itu hanya akan jadi luka baru baginya. Pertemuanku terakhir dengannya terjadi di salah satu kafe di Surabaya. Saat group-ku manggung, aku melihatnya duduk di depan bersama seseorang (mungkin suaminya).

    “Lagu ini kupersembahkan buat seorang wanita paling indah yang pernah mewarnai perjalanan hidupku”, aku pun segera menyanyikan tembang Mi Corazon dengan penghayatan yang dalam. Dia menikmatinya dengan tatapan syahdu ke arahku. Tentu saja tak seorang pun pernah tahu, bahwa sesuatu pernah terjadi di antara kami.

    Sekarang setahun sudah lewat. Dia pernah juga meneleponku dan bilang kalau dia sedang hamil tujuh bulan. Ketika kutanya dimana dia saat itu, telepon segera ditutupnya. Well, ternyata aku pun sedang mengalami pemerkosaan darinya. Semoga ini bisa jadi pelajaran berharga buat sobat semua. Ups.. ternyata sekarang ada janji dengan Tante Stella.

  • Video bokep Marie Konishi dikerjai oleh 3pria dirumahnya

    Video bokep Marie Konishi dikerjai oleh 3pria dirumahnya


    2793 views

  • Video Bokep anak sekolahan jepang Yuu Tsujii memek becek

    Video Bokep anak sekolahan jepang Yuu Tsujii memek becek


    2952 views

  • Video Bokep Eropa menghisap kontol pacarnya saat latihan

    Video Bokep Eropa menghisap kontol pacarnya saat latihan


    1901 views

  • Video bokep Alexis Adams sesi mandi

    Video bokep Alexis Adams sesi mandi


    2563 views

    Judi Bola Online

  • Foto Bugil Gadis remaja kurus Mily Mendoza

    Foto Bugil Gadis remaja kurus Mily Mendoza


    1810 views

    Duniabola99.com – foto gadis muda kurus berambut pirang Mily Mendoza membuka bajunya yang ketat memperlihatkan toketnya yang kecil dan memperlihatkan memeknya yang baru dicukur dan juga pantatnya yang sempurna di ruangan terbuka tempat umum. Starbet99

  • Asian Amateur Brunette Goes Nasty On Two Fat Cocks

    Asian Amateur Brunette Goes Nasty On Two Fat Cocks


    1683 views

  • Video Bokep pelacur jepang Ema Kato sangat becek

    Video Bokep pelacur jepang Ema Kato sangat becek


    2301 views

  • 1-Kanami Meri catwalk poison vol 31

    1-Kanami Meri catwalk poison vol 31


    1930 views

  • Kisah Memek Perjaka ku Di Ambil oleh Ibu Temanku

    Kisah Memek Perjaka ku Di Ambil oleh Ibu Temanku


    3800 views

    Duniabola99.com – Namaku ANJAS , Aku Seorang Pemuda Biasa berumu 17 , Gayaku yang Biasa saja Bahkan bisa di bilang URAKAN ini jika dipandang wanita mungkin tidak menarik. Aku mempunyai seorang teman dekat sebut saja Tomo.

    Dia merupakan teman dekat bahkan bisa dibilang seorang sahabat karib sejak kecil.Aku sering main ke rumah Tomo.Keluarganya yg baik & ramah membuatku betah jika aku berada di rumahnya.Ibu nya TOMO sebut saja Bu Mawar , Ibu 38 Tahun (kira kira) yg sangat baik terhadap anak nya bahkan Diriku ini sangat dimanja ketika aku bermain di rumah Tomo , sedangkan ayahnya adalah Pak Pai berprofesi sebagai buruh pabrik.


    Suatu Saat aku Pernah ditawari Tomo untuk tidur di rumah nya , Pas banget waktu itu ada acara Bola dan yg bermain adalah klub sepakbola kesukaanku & Tomo tentunya.Akhirnya akupun setuju saja ketika di suruh untuk tidur di rumah Tomo karena di saat bersamaan ayah tomo ditugaskan keluar kota.

    Akhirnya tiba lah hari itu , aku sudah bersiap dengan “dandan’an”yang Rapih (maklum ini kan mau tidur di rumah teman , Sopan donk hehe).Namun aku tidak langsung ke rumah tomo , melainkan aku ingin mencari angin segar dan lagipula acara Sepakbola itu mulai dini hari.

    Pukul 7 malam aku sudah bersiap menanti Tomo untuk sekedar mencari angin & kami pun memutuskan untuk pergi ke angkringan , disitu kami pun ngopi ngopi sambil menikmati Gorengan yg ada. Kami Pun memutuskan untuk langsung Pergi ke rumah TOMO karena ibu nya sudah berulang kali Telfon & sms kalau hari sudah larut malam , memang tak terasa kami nongkrong sudah 4 jam lamanya (pukul 11malam).

    Sesampai nya di rumah Tomo kami pun langsung di sambut oleh ibu Mawar.
    Bu Mawar : “kemana saja kamu , jam segini baru pulang , mamah di rumah sendirian sayang , tak ada laki laki di rumah ini , jadi maaf saja kalau mamah Was Was”
    Tomo : “Maaf mah , aku habis nongkrong bareng Anjas di angkringan”
    Bu Mawar : “oh”
    Aku : “maaf bu , ini semua aku yg mengatur (dengan kepala tertunduk hehe)”
    Bu Mawar : “Gpp sayang (sejak kecil memang dia memanggilku dengan kata sayang) , lain kali kalau mau pergi lama bilang ibu dulu ya”
    Aku pun hanya mengangguk dengan sedikit senyuman.
    Saat itu Bu Mawar hanya menggunakan Kaos Ketat berwarna Putih & Celana Pendek (kira kira sepaha gan).Sengaja kucuri curi perhatian ke arah Payudara Bu mawar yg pada saat itu mengenakan BH berwarna hitam.”Wah kenapa dengan ku , kok rasanya ada yg beda dengan bu mawar” gumamku dalam hati.

    Akhir nya kami masuk rumah , sembari kami menunggu acara bola , Tomo pun memutuskan untuk tidur dulu & minta di bangunkan oleh aku.Tiba Tiba saja aku mendadak ingin Kencing , lalu kuputuskan untuk pergi ke kamar Mandi , Saat itu keadaan rumah Gelap , karna sudah biasanya orang rumah ini tidur dengan keadaan gelap.Aku pun hanya menggunakan Senter dari HP.Aku pun tiba di depan WC , namun keadaan WC terkunci.Akhir nya aku pun mengetuk pintu WC itu dan Sedikit bertanya apakah ada Orang , dan ternyata Bu Mawar sedang buang air kecil.Aku pun terpaksa menunggu , namun aku sudah sangat tidak tahan , kemudian aku pun bertanya kepada Bu Mawar.
    Aku : “bu bisa cepetan diki ga , anjas udh g tahan nih”
    Bu Mawar : “oh iya iya”
    dan akhirnya bu Mawar keluar dari WC.Aku pun lega.Setelah kencing , niatku hanya langsung menuju Kamar TOMO , namun tanpa Kusangka ternyata Bu Mawar belum beranjak dari depan pintu WC.
    Aku: “lho , ibu kok blm masuk”
    Bu Mawar : “nunggu kamu , aku takut”
    Aku : “loh bukan nya tadi ibu berani sendirian ke WC (terheran heran). Judi Bola Online
    Bu Mawar : “gpp kok , ibu cuma ingin masuk bersama mu saja Njas (dengan sedikit senyuman”.
    Ohhh tidak , Penisku menjadi tegang gara gara melihat Buah Dada bu Mawar yg lumayan besar yg tertutupi BH hitamnya.Aku pun menjadi pucat karena Malu kalau ketahuan Penisku ini sudah Ngaceng berat.
    Bu Mawar : “ayo masuk”
    Aku : “i..iii ya , dengan perlahan lahan aku berjalan”
    Bu Mawar : “kamu kenapa Njas (tanya bu Mawar)”
    Aku : “ehh Anu bu , Gpp kok”
    Bu Mawar pun cuek saja.


    Sesampai nya di depan kamar bu Mawar. (kamar Tomo berada di depan , sedangkan kamar Orang tuanya berada di Tengah).
    Bu Mawar : “kamu mau ga temenin ibu tidur?”
    Aku pun sangat terkejut.
    Aku : “hah , apaan bu ga denger aku nya (pura pura bego”
    Bu Mawar : “Kamu mau ga temenin Ibu Tidur , ibu takut sendirian sayang (dengan sedikit senyuman)”
    Aku : “ehhmm tapi Bu .. TOMO gimana nan..”
    Bu Mawar : “sudah ayo masuk saja tidak apa apa (sambil menarik kaos ku).
    Aku sedikit gemetaran , apakah maksud bu mawar ini , dan aku pun pasrah karena tidak mungkin aku menolak nya (tdk enak gan).
    Malam itu terasa sangat Panas , akhir nya aku meminta izin untuk membuka jendela ventilasi rumah
    Aku : “Bu ini Ventilasi nya di buka sedikit ya , Gerah banget”
    Bu Mawar : “oh ya sudah buka saja , senyaman mungkin lah kamu di rumah ini Njas , mumpung suami ku tidak berada di rumah”
    Aku :”hehehe iya bu (sedikit senyuman)”.
    Waktu sudah menunjukan pukul 1 malam , dan sampai saat itu pun aku blum bisa tidur , dan aku jg memikirkan tomo yg ingin dibangunkan nanti jika acara bola nya sdh mulai.
    Kamar bu Mawar ini lumayan Besar , Rapih dan Bagus.Bu Mawar tidak menyarankan aku untuk menyalakan AC & Kipas angin (aku pun hany mengikuti saja).
    Bu Mawar : “belum tidur kamu Njas”
    Aku : “blum bu panas banget ni padahal ventilasi udh di buka , aku kira ibu sudah tidur daritadi”
    Bu Mawar : “klo memang masih panas , di buka aja Baju nya , ibu ndak bisa tidur , insomnia mungkin”
    Aku : “emang gpp bu kalo baju Anjas ni di buka? , oh insomnia to (dengan lugu nya gan “D)”
    Bu Mawar :”gpp sayang , buka aja , buat senyaman mungkin saja , iya ibu sering insomnia ga tau kenapa , mungkin saat ini gara gara ada kamu”.
    Memang sebelum nya aku blm pernah tidur di rumah Bu Mawar ini.
    Aku :”oke deh.eh sekalian celana boleh ga Bu , kan gerah pake Levis”. Aku pun pura pura tidak perkataan yang tadi Bu Mawar. katakan.
    Bu Mawar : “ehmm .. it’s oke”
    lalu kubuka kaos & celana ku , kni aku hanya di balut dengan celana dalam.

    Tiba tiba timbul pikiran kotor ku.
    Aku : “Bu apa ibu ga gerah dengan pakaian seperti itu?” tanyaku.
    Bu Mawar pun kaget.
    Bu Mawar : “sebener nya sih Gerah njas , tapi apa engga apa apa klo ibu buka”
    Aku : “lho gpp lah bu , emg kenapa , kan ibu yg punya rumah , jadi terserah ibu donk”.
    Bu Mawar : “sekalian celana ya (sedikit kedipan mata)”
    Dibukalah baju & celana bu Mawar.WOOOOOOOOOW dalam hati ku , tubuh nya indah banget , payudaranya jg montok , bokong nya pun kencang , maklum mereka hanya punya 1 anak yaitu cuma TOMO.
    Bu Mawar : “gimana , gpp kan ? suka ga klo ibu kaya gini”
    Aku : “suka bu , cantik banget klo penampilan ibu kaya gini”
    Bu Mawar pun hanya tersenyum Malu mendengar perkatan ku.
    Aku : “bu , kita jangan 1 ranjang ya tidur nya”
    Bu Mawar : “engga , pokok nya 1 ranjang (dengan nada kesal mendengar perkataanku)”.
    Aku : “ya udh deh klo itu mau nya ibu”

    Bu Mawar hanya tersenyum.Kemudian kami pun langsung menuju kasur empuk dan kami hanya di balut selimut (untuk 2 orang gan).Jantung ku merasa berdebar debar , darahku serasa naik , Hangat sekali rasanya”.Karna sudah memuncak , Penisku menjadi Keras dan ingin rasanya ku muncratkan sperma ku ini di payudara Bu Mawar.Karena sudah tidak tahan , ku coba untuk mengocok Penisku ini , namun secara perlahan lahan takut bu Mawar terbangun dair tidurnya.Sambil ku kocok , ku lirik payudara bu Mawar yg lumayan Besar.Shiit Dammmn tanpa kusadari ternyata bu Mawar belum tidur..
    Bu Mawar : “lagi ngapain kamu Njas (sambil tersenyum”.
    Aku : “ehmm ,,aa ann,,anuu Buu”Tegang banget disini.
    Bu Mawar :”Ibu tau kok yg Kamu Lakuin , Kamu Terangsang yah gara gara ibu memakai pakaian seperti ini”.
    Aku : “engg..ehh iyya bu sedikit”.
    Bu Mawar :”Ibu sengaja pancing kamu untuk menemani ibu tidur , Ibu sudah jarang di sentuh oleh Suami ibu”
    Aku :”ooo.h..oohh”
    Bu Mawar :”Jadi , Mau kah Kamu Njas”tanya bu Mawar padaku.
    Aku :”ehh ,, Mmm MakSuud ibu ap..appa”pura pura bego.
    Bu Mawar :”udah lah jgn berlagak gitu ahh , ibu jg tau kok klo kamu…”
    Aku : “iii ..iiyaa Bbbu”.

    Tanoa Basa Basi , Bu Mawar langsung membuka Selimut yg menutupi kami ber 2.Disini aku pun terus terang karena aku belum pernah melakukan hal seperti ini.
    Aku :”Bu , aa..n.u , sblumnya anjas blm pernah ngelakuin kaya gini”.
    Bu Mawar :”ohh bagus donk , Pasti bisa banyak nih muncrat nya”
    Aku :”iii.y.a bu”
    Langsung saja bu Mawar membuka celana dalam ku , dan dia pun terkejut karna ukuran Penis ku yg lumayan besar , katanya sih punya suami bu mawar ini kalah jauh.
    Bu Mawar :”suka banget sama Penis mu sayang , punya suami ibu kalah jauh”
    Aku :”eemang iya bu? (sedikit senyuman)”
    Bu Mawar : “iya donk ..”
    First , Bu Mawar langsung melumat bibir ku ,.
    Bu Mawar :”ayo mainin bibir mu njas”.
    Aku :”emmh iya bu”
    setelah 10 menit kami Berciuman , Tangan bu indah pun langsung menuju ke penisku.
    Bu Mawar :”aduuh ibu jadi geregetan , penismu bagus sekali sayang”
    Aku :”hehe”
    Bu Mawar :”ini di BJ aja dlu ya , klo baru pertana kali , biasanya ga lama”
    Aku:(karna blm tau BJ , aku pun hanya mengangguk)
    Wow pintar sekali bu Mawar memainkan Penis ku , tak lama kemudian …..
    Aku :”Bu ..aaakkk…uuu”
    semakin cepat saja bu Mawar mengocok Penisku,Dannn Ahhhh , Akhir Spermaku berceceran di muka Bu Mawar.
    Aku :”makasih buu , cukup kah segini saja?”
    Dia blm menjawab pertanyaanku , karna sedang sibuk membersihkan sperma yg ada di penis & menjilati seluruh Spermaku yg berada di Payudara nya.
    Bu Mawar :”eiits tunggu dlu donk sayang , ini mah belum apa apa”
    Aku : “maksud nya?”


    Lalu bu Mawar membuka BH & CD nya . Dan WOW aku terkagum kagum.Tak lama kemudian Bu Mawar Duduk & bersandar.Lalu dia menarik Kepala ku , tepat di hadapanku Vagna yang sangat bagus milik bu Mawar , Rapih gan tercuku dan masih lumayan karna jarang di sentuh suami nya.
    Bu Mawar :”Jilat Vagina Ibu Njas”
    Aku :”iya bu”
    Kemudian aku pun Menjilati Vagina Bu Mawar TERSAYANG (hehe).
    Bu Mawar :”Ahhh ,, Uhhh ,, “sambil menjambak rambutku.
    tak berapa lama , Bu Mawar menyuruh ku untuk berhenti , (shiit padahal lagi enak enaknya , tapi apa boleh buat).
    Bu Mawar :”masukin ya”
    Aku :”iya bu”
    karna baru pertama kali melakukan nya , aku pun masih kesusahan (hehe).Bu Mawar pun tersenyum melihat ku kesusahan memasukan Penisku ke dalam Lubang Vagina nya.
    Bu Mawar :”Yeee .. Susah ya?”
    Aku :”iiya nih bu ,,, maap ya karna baru pertama kali”sambil tersenyum.
    Bu Mawar pun memegang penis ku , dan mengarahkan nya ke Vagina milik nya.Sleeep Akhir nya masuk juga .
    Bu Mawar :”Tekan , lalu gerakin ya Njas”.
    Aku :”iya bu , tapi sambil di ajarin ya”
    dan Bu Mawar pun Hanya mengangguk.Aku tekan tekan Penis ku dan Memain kan nya.
    Aku:”Begini bkn bu?”
    Bu Mawar :”iya sayang , nanti klo mau keluar di percepat dikit ya gerakan nya”
    Ahhh Ohhh ummmHHH ahhhh Anjaas ahhhh Uhhh Ummh ucap bu Mawar..
    Aku:”ahh buuu ,, emmhh”
    Kemudian aku melepaskan Batang Penisku dari Vagina Bu Mawar.
    Bu Mawar :”Lho kenapa ?”
    Aku :”Ganti Posisi ya”
    Bu Mawar :”Y udh … Anal aja ya”
    aKU :”apa itu bu”
    Bu Mawar :”Kamu tusukkan Penismu ke Anus Ibu”
    Aku:”Ohh .. iya bu”
    Kemudian Bu Mawar pun membalikan Badan nya , Disini aku sudah sedikit lihai karna tadi sudah di ajarkan oleh bu Mawar.Sleeep Masuk jg.
    Aku Mainkan Penisku ,
    Aku:”ahhh buu ,, ummh nikmatt bu ahhh oouuhh”
    Bu Mawar:”ahhh .. terus sayang ahh woow .. buat ibu puas malam ini”
    Aku:”Buuu klo di keluarkan di dalam bagaimana?”
    Bu Mawar :”Keluarkan saja tidak apa apa .. Ouuuhh Ahhhh Emmmh Sayanngg”
    Sekitar 5 menit …..
    Aku:”Buu Akkkuuuu KelllluuArrr”
    Bu Maya :”ahh ahhhhh ohhhhh ahhhh sayaangg emmmmhhh ahhhh”
    Crooot Croot ,, spermaku pun keluar di dalam.
    Bu Mawar:”jgn di lepas , biarkan saja , tunggu mengecil sendiri”
    Aku :”Ahhhh ,, Capek & Lemes nih Bu”
    Setelah Penisku mengecil sendiri , akhir nya kucabut.Lalu Kami ber 2 berbaring bersama.
    Bu Mawar :”Makasih banget Njas ,, malam ini ibu Puas”(kemudian mengecup bibirku).
    Aku:”Sama Sama Bu ,, baru pertama kali Anjas ngelakuin kaya gini ,, Makasih banget”
    Bu Mawar :”Iya sayangg”(dengan senyuman manja ny)

    Lalu Aku pun memakai Kaos & Celana ku kembali , tapi Bu Mawar masih Berbaring di tempat tidur nya mungkin dia kelelahan.Waktu sudah menunjukan Pukul 02.00.
    Aku:”Aku ke kamar TOMO dlu yah Bu , takut dia marah”
    Bu Mawar :”iya sayang , jgn bilang bilang ya (senyum gembira nya ) , sini mendekat sebentar.
    Kami melakukan Kissing sekitar 5 menit , aku pun bergegas ke kamar Tomo & melambaikan tangan ku ke arah Bu Mawar , dan dia pun hanya tersenyum.



  • Cerita Sex Tusukan Penis

    Cerita Sex Tusukan Penis


    4275 views

    Cerita Sex ini berjudul ” Cerita Sex Tusukan Penis ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Cerita Sex – Aku dan Laras baru selesai mandi bersama dan akan berganti pakaian, saat ponselku berdering, ternyata
    telepon dari isteriku yang tadi berangkat ke Australia.
    “Dari siapa Yah…?” tanya Laras sambil memakai bh.
    “Bunda” jawabku

    “Terus Laras gimana, Yah…?” tanya Laras nampak khawatir.
    Aku memberi isyarat agar dia tenang. Setelah tekan tombol ‘yes’ aku aktifkan speaker-phone agar Laras
    bisa mendengar pembicaraan kami. Dalam kondisi sekarang ini aku tidak ingin Laras merasa aku
    merahasiakan sesuatu dari dia. Bagaimanapun hari ini adalah hari pertama aku selingkuh dengan Laras,
    aku tidak ingin mengacaukan saat-saat seperti ini. Laras kembali memakai seragam sekolahnya walaupun
    agak kusut.
    “Sore Bun, nginap dimana?” tanyaku
    “Di Causeway 353 Hotel” jawab isteriku.
    Setelah berbasa-basi dengan istriku, aku memberi tau kalau aku bersama Laras. Dari dulu istriku ingin
    mempunyai anak perempuan, tapi tidak mau hamil lagi. Laras yang sering datang ke rumah di luar jadwal
    pertemuan anak asuhku membuat Laras dan isteriku menjadi sangat dekat. Mungkin bagi Laras, kami adalah
    orang tuanya, sedangkan bagi isteriku, dia seperti mendapatkan anak perempuan kandung. Isteriku sudah
    sering mengusulkan agar Laras tidur di rumah saja supaya bisa mengawasiLaras sampai rencana kami
    mengirim Laras ke Australia untuk kuliah terlaksana.
    “Oh iya, Bun. Ini ada Laras” kataku lagi sambil meraih tangan Laras.
    Laras tadinya menolak tapi aku segera memberi isyarat agar dia tenang dan wajar.
    “Laras…? Hei… apa kabar Sayang…?” tanya isteriku pada Laras
    “Baik Bunda…”
    Lumayan lama Laras bicara dengan isteriku. Berkali-kali Laras melirik minta persetujuanku untuk
    menjawab pertanyaan isteriku. Ternyata benar dugaanku, isteriku merasa senang setelah tahu ada Laras
    di rumah. Salah satu pesannya kepadaLaras adalah mengawasi dan menjaga menu makananku.
    Akhirnya isteriku memberi tahu Laras kalau setelah lulus nanti, kami berencana mengirim Laras ke
    Australia untuk kuliah disana. Dia juga minta Laras pindah ke rumah kami. Sejenak Laras bengong tak
    percaya sampai aku ikut bicara meyakinkan Laras.
    “Makasih Ayah” kata Laras setelah telepon ditutup sambil memeluku dengan erat dan menciumi wajahku.
    “Laras tak pernah membayangkan kalau bisa kuliah ke luar negeri”
    “Itu karena usaha Laras sendiri. Ayah lihat Laras nilai rapotnya sangat bagus, jadi sayang kalau hanya
    kuliah disini.” Jawabku.
    “Sekarang kita makan dulu untuk merayakan berita gembira ini.”
    Aku angkat telepon antar ruang dan bicara dengan Ayu untuk menanyakan apakah pakaian Laras sudah
    dikirim dari rumah asuh. Ternyata pakaian Laras sudah sampai dan diletakkan di ruang keluarga. Aku
    suruh Laras mengambil tasnya. Setelah Larasberganti pakaian kami berangkat menuju mall yang baru di
    buka di jalan Pemuda. Mall dengan hotel ini cukup megah. Setelah makan di salah satu cafe, aku ajak
    Larasberbelanja pakaian, sepatu, dan kosmetik. Laras bingung ketika memilih, rupanya dia baru pertama
    kali mengenal baju, parfum, dan lain-lain yang harganya di atas satu juta rupiah.
    Selama ini penghuni rumah asuh ku hanya dibelikan pakaian yang sederhana, walapun bukan murahan.
    Harganya tidak sampai tiga ratus ribu satu stel. Kosmetik yang dibelikan isteriku mereka hanya merek
    lokal, jadi harganya tidak terlalu mahal. Akhirnya aku bantu dia memilih barang-barang yang akan
    dibelinya, salah satunya adalah lingerie dengan tali di bahu. Aku bayangkan Laras pasti sangat seksi
    memakai lingerie ini. Ketika membayar belanjaan Laras, aku baru tahu, dia membeli lotion untuk vagina
    juga. Aku tersenyum ketika Laras terlihat malu ketika aku ketahui dia membeli lotion vagina.
    Hampir jam sembilan malam kami sampai di rumah. Satpam yang membukakan gerbang memberi tahu kalau para
    pembantu dan tukang kebun sedang asyik nontonTV di paviliun belakang, sehingga kedatangan kami tidak
    mereka sadari. Kami langsung ke kamar tidurku.
    “Laras boleh tanya sama Ayah?” kata Laras tiba-tiba.
    “Boleh. Kenapa?”
    “Apa Bunda nggak marah, kalau tahu Ayah menghabiskan uang banyak buat Laras?”
    “Kenapa mesti Bunda marah, Sayang? Laras dengar sendiri di telepon tadi. Bunda juga sayang sama Laras.
    Ayah dan
    Cerita Sex Tusukan Penis Bunda tidak punya anak perempuan, itu sebabnya Bunda ingin Laras tinggal di sini, bukan di rumah asuh…
    Ayah sama Bunda sudah lama ingin mengangkat Laras menjadi anak secara resmi. Hanya karena rumah asuh
    itu dikelola Bunda, agak sulit prosedurnya. Akhirnya Ayah sama Bunda memutuskan agarLaras tinggal
    disini, resmi sebagai anak atau tidak sudah tidak penting lagi” kataku menjelaskan.
    “Iya sih, tapi…” kata-kata Laras terhenti. Aku tersenyum dan tetap diam menunggu Laras melanjutkan
    kata-katanya.

    “Kita sudah seperti suami isteri… Ayah, Laras sudah mengkhianati Bunda” kata Laras lagi.
    Ada keraguan dan penyesalan nampak di nada suaranya.
    “Sudahlah Laras. Semuanya sudah kita lakukan dengan penuh kesadaran. Kita menikmati hari ini dengan
    penuh gairah dan kenikmatan. Bunda juga menyusuh Laras tidur di sini untuk menemani Ayah.” kataku
    untuk menenangkannya. “Kalau nanti Laras tinggal disini, pati Bunda juga akan membelikan Laras baju,
    sepatu dan lain-lain. Nah, sekarang Laras istirahat dulu. Besok Ayah antar ke sekolah.”
    Laras menjawab dengan anggukan kepalanya sambil tersenyum yang dipaksakan lalu segera menyiapkan
    buku-buku pelajaran buat sekolah besok. Selesai menyiapkan buku dan seragamnya, Laras minta ijin untuk
    ke kamar mandi. Kali ini dia wanti-wanti agar aku tidak ikut.
    “Iya deh… Ayah tunggu disini” aku tertawa mengiyakan. Aku tahu, Laras pasti akan menggunakan lotion
    vaginanya.
    “Awas kalau ayah ngintip. Nanti nggak dikasi yang asyik-asyik…” kata Laras sambil melotot lucu.
    Setelah keluar dari kamar mandi, aku minta untuk memakai lingerie yang baru aku belikan. Aku duduk di
    sofa untuk mengamati Laras melepas pakaiannya dan mengambil lingerie barunya. Laras menatapku sambil
    tersenyum. Nampaknya dia menyukai lingerie yang aku belikan. Tangannya meraih karet spandek celana
    dalamnya. Dengan gerakan matanya, Laras minta pendapatku apakah melepas celana dalam atau tetap
    dipakai.
    Aku memberi isyarat agar dia melepas celana dalam dan branya, karena lingerie itu terdiri dari rok
    pendek dan G-string. Laras memenuhi permintaanku. Bra dan celana dalamnya dilepaskan lalu memakai
    lingerie barunya. Setelah memakai lingerie, aku minta Laras memakai make up yang tadi aku belikan. Dia
    hanya menyapukan bedak di wajahnya, lalu mengoleskan lipstick tipis di bibirnya.
    Aku benar-benar terpesona setelah Laras memakai lingerie barunya serta berdandan tipis seperti ini.
    Dia nampak sangat cantik dan seksi. Lingerie itu berbentuk terusan yang terbuat dari broklat pink
    transparan. Lingerie itu hanya menutup tubuh Laras mulai dari puting payudaranya sampai pangkal paha.

    Ada dua utas tali di bahu kanan dan kiri untuk menahan lingerie itu agar tidak terlepas. Lingerie itu
    memamerkan lekukan tubuh Laras dari dengan sempurna dan tidak terkesan norak. Bagian atas menampakkan
    bahu laras yang lembut dan agak bidang, nampak seksi. Payudaranya yang terlihat bagian atasnya nampak
    menonjol dan terangkat. Payudara seorang gadis yang baru mekar. Sedangkan bagian bawahnya
    memperlihatkan kedua paha dan kakinya yang panjang dan bersih mulus.
    Laras mendekati aku dengan bergaya seperti peragawati. Badannya lenggak-lenggok sengaja memancing
    birahiku, yang sudah bangkit sejak dia melepaskan pakaianya. Setelah kira-kira satu meter di depanku
    lenggokan tubuh Laras makin erotis. Gerakannya gemulai, pinggulnya bergerak dengan seksi, tangannya
    memegang rambutnya lalu diangkat ke atas. Kembali Laras meliukkan tubuhnya dengan tangan tetap menahan
    rambutnya. Aku benar-benar gemas dan terangsang menikmati gerakan Laras. kemudian tangannya memegang
    payudaranya lalu memijit dan meremas payudaranya sendiri, sambil sesekali mendesah.
    “Ayah… Laras cantik kan…?” tanya Laras sambil terus meremas payudaranya. “Ayah suka Laras berpakaian
    seperti ini…? Ayah juga suka Laras memakai make up…?”
    “Kamu cantik sekali Sayang.” Aku memujinya. Bukan untuk merayunya, tapi aku benar-benar tulus waktu
    mengatakannya. “Benar-benar cantik, juga seksi. Dengan lingerieini, keindahan tubuh Laras benar-benar
    tampak”
    “Ah, Ayah bisa aja…” jawab Laras sambil duduk di pangkuanku dengan manja. “Laras jadi malu nih…” kedua
    tangannya memeluk leherku
    “Lho, kenapa…?”
    Cerita Sex Tusukan Penis “Masa Laras dibilang seksi…” kata Laras sambil mendekatkan kepalaku di payudaranya.
    Aku segera menggigit puting Laras dari luar lingerie. Tanganku aku lingkarkan di pinggangnya dan
    menyibakkan lingerienya bagian belakang dari bawah untuk meraih pantatnya
    “Aahh… Ayah suka nakal sih…?” kata Laras di sela desahan nafasnya yang mulai memburu. Kepalaku diremas
    sambil diciumi.

    Cerita Sex Tusukan Penis

    Cerita Sex Tusukan Penis

    “Tapi Laras suka kan…?” kataku menggodanya. Dia hanya tertawa menggoda.
    “Suka banget…”
    Aku berdiri sambil mengangkat tubuh Laras. Dia aku gendong lalu berjalan mengitari kamarku yang
    berukuran lima kali tujuh meter persegi. Sambil berjalan, aku senandungkan lagu Everything I Do, I Do
    It for You yang biasa dinyanyikan Bryan Adam. Tangan Laras melingkar di leherku, bergayut manja. Aku
    berjalan sambil mengayun-ayunkan tubuh Laras seperti menina-bobokan seorang gadis kecil. Nampaknya dia
    menikmati sekali ayunan tanganku. Matanya setengah terpejam dengan mulut merekah. Aku dekatkan mulutku
    ke bibirnya, lalu perlahan aku gigit bibirnya lalu aku hisap dengan lembut.
    “Aahh…” Laras mendesah ketika lidahku menjilat langit-langit mulutnya.
    Kami berciuman sambil menggendong tubuh Laras. Desahan dan erangan Laras bersaing dengan suara kecupan
    bibirku pada bibirnya. Lalu kami saling lumat dan saling hisap. Aku bawa Laras ke tempat tidurku dan
    aku baringkan dia, sementara lidahku terus menghisap dan mengait lidahnya. Aku ingin mencoba suasana
    baru dalam persetubuhanku dengan Laras.

    Perlahan aku buka tali lingerie yang mengikat bahunya dengan mulutku. sesekali mulutku mengecup
    pundaknya sambil lidahku menjilat-jilat pundak Laras yang lunak tapi kenyal itu. Tali terlepas, tapi
    lingerie itu masih melekat pada tubuh Laras. kembali mulutku menurunkan sedikit lengerienya sampai
    dadanya terbuka, lalu aku kulum putingnya. Lidahku berputar dan mengait puting Laras yang sudah
    bertambah kenyal dan sekitar puting itu berubah berbintil-bintil.
    Nafsuku sudah mendekati puncak. Aku ingin menikmati Laras dengan cara lain. Aku berubah menjadi liar
    dan kasar. Kasar namun tidak sampai membuat Laras merasa sakit. Aku ingin memuaskan nafsuku dengan
    caraku sendiri. Dengan penuh semangat dan cepat aku cium leher Laras. Melihat kekasaranku, Laras agak
    terkejut. Aku semakin liar dan rakus menetek payudaranya. Rupanya Laras ikut terbawa suasana. Nafasnya
    terengah-engah terdengar di sela-sela erangannya.
    “Sshh… Ayah… aahh… sshh”
    Dengan tak kalah liar dia merengkuh kepalaku dan mencari-cari bibirku, lalu melumat bibirku sambil
    memasukkan lidahnya ke dalam mulutku. kupeluk Laras dengan erat sambil beradu lidah. Kami saling hisap
    dan saling sedot sambil saling mengait-kaitkan lidah dengan penuh nafsu dan liar. Aku menumpukan berat
    badanku pada tubuh Laras, sehingga tubuh kami saling melekat dengan erat. Kulepas ciumanku pada bibir
    Laras, lalu aku susuri leher Laras, kemudian berpindah ke payudaranya kembali. Dengan kasar aku cium
    dan aku hisap payudara dan putingnya. Laras menggelinjang seperti ingin berontak melepaskan diri dari
    pelukanku. Aku tahu Laras tidak ingin aku yang mengendalikan permainan. Laras menginginkan dia yang
    mengendalikan permainan seperti tadi siang.
    Laras ternyata memang tipe wanita agresif, selalu ingin menguasai permainan seks yang dilakukan. Dalam
    setiap berhubungan sex, wanita seperti dia tidak hanya ingin dibuat orgasme dan dipuaskan, tapi juga
    ingin memuaskan pasangannya. Wanita seperti dia juga dengan mudah muncul birahinya, seperti waktu
    melihat aku telanjang dada tadi siang.
    Tapi aku tak peduli. Aku tidak memberi kesempatan kepadanya untuk bertindak lebih jauh. Aku masih
    ingin mengendalikan permainan ini. Kedua tanganku meremas-remas payudara Laras. Mulutku menyusuri
    perutnya yang rata dan kenyal. Lidahku merayap dipermukaan kulit perutnya yang halus dan licin karena
    ludahku. Kecupan dan jilatan lidahku makin cepat, liar dan kasar. Aku merangkak mundur sehingga
    bibirku menyentuh perut bawahnya, tepat di atas vagina, lalu aku jilat dan aku kecup sambil
    menghisapnya.
    Laras melenguh dan menggelinjang. Aku ingin memberi tanda pada perut bagian bawah ini. Segera aku
    kecup lalu kusedot dengan kuat sambil menggigit pelan. Laras mengerang ketika aku menghisap dan
    menggigit perutnya. Beberapa saat kemudian, nampak bercak merah karena pembuluh darah di bagian itu
    melebar. Lima buah cupang aku letakkan berjajar membentuk huruf V di perut Laras.
    Setelah puas memberi cupang di perut bagian bawah, aku melepaskan lingerienya, tidak dengan tanganku,
    tapi tetap dengan mulut dan gigiku. Ada sensasi lain yang aku rasakan ketika bibirku menyentuh
    kulitnya saat melepas lingerie itu. Sensasi lain dengan kalau aku sekedar mencium seluruh tubuhnya.
    Sensasi sentuhan bibirku pada kulit Laras saat melepas lingeri juga dirasakan Laras. Berkali-kali
    suara lenguhan dan desisan kami bersahut-sahutan. Demikian pula saat melepas G-string yang melekat di
    Cerita Sex Tusukan Penis selakangannya. Bibirkuku pun bersentuhan dengan vagina Laras. Kami kembali merintih, mengerang dan
    mendesah.
    Setelah seluruh tubuh Laras terbuka, dengan cepat aku pagut vagina Laras yang sudah basah berlendir.
    Lidahku dengan mantap menjilat dan bergetar pada klitorisnya, lalu vagina Laras aku hisap dan aku
    kilik-kilik dengan lidahku. Vaginanya mengeluarkan aroma berbeda dari tadi siang atau tadi sore. Itu
    karena Laras memakai lotion untuk vagina yang dia beli di mall. Aroma wangi menyusup hidungku membuat
    aku makin bersemangat untuk mengulum vagina dan klitorisnya.
    “Ahh… sshh” hanya itu kata-kata yang berkali-kali keluar dari mulut Laras, tak ada yang lain.
    Laras benar-benar menikmati permainanku. Badannya menggelinjang bergerak seperti ular yang menari
    karena mendengar tiupan seruling. Lidahku aku getarkan dengan cepat menyentuh bibir vagina Laras
    bagian dalam, sambil sesekali aku masukkan dan aku getarkan di dalam lubang vaginanya yang sangat
    sempit. Sesekali pula aku sedot saat kurasakan lendir vaginanya meleleh keluar sambil memasukkan
    klitorisnya ke dalam mulutku. Lalu aku masukkan hidungku ke dalam vaginanya. Sambil aku tekan,
    hidungku aku gesekkan di dalam lubang vagina Laras. sementara itu lidahku menjilat kulit antara anus
    dan vaginanya.
    “Auw…sshh… Ayaahh…” Laras menjerit saat lidahku menjilat kulit antara anus dan vaginanya. Sejenak dia
    bergetar, lalu Laras mengangkat badannya seperti akan duduk. Mulutnya mendesis dan mengerang.
    “Ssshh… Laras diapain Yah… ?” tanya Laras di sela-sela desisan bibirnya. “Aahh… nikmat bangeettt…”
    katanya lagi lalu kembali terlentang dan bergerak liar. Aku tak menjawab.
    Aku lebih peduli dengan vagina dan klitoris Laras. Lebih peduli pada kulit antara anus dan vaginanya.
    Aku terus menjilat dan menghisap. Membiarkan Laras menikmati setiap rangsangan yang aku berikan.
    Kedua kaki Laras aku angkat dan aku lipat di perutnya dengan posisi membuka, sehingga pantatnya
    terangkat dan vagina serta anusnya nampak sangat jelas. Ledir yang meleleh tampang cukup banyak dan
    deras. Vaginanya tampak berkedut-kedut pelan, klitorisnya menonjol ke depan seperti penis kecil yang
    sedang ereksi. Sedangkan anusnya yang berkerut ikut berkedut pula. Anusnya basah mengkilat karena
    terkena lelehan cairan vaginanya.
    Aku tusukkan hidungku ke lubang anus Laras lalu aku goyangkan sambil aku tekan. Tercium bau khas anus
    bercampur wangi lotion vagina membuatku nyaman muntuk terus menjilat dan memasukkan lidahku. Mungkin
    bagi orang lain jijik menjilat anus partner seksnya, tapi bagiku bau itu menimbulkan sensasi
    tersendiri, apalagi bercampur dengan lotion vagina. Lidahku dengan cepat menari mengorek anus Laras.
    Bibirku mengecup dan dan menjepit kerut-kerut anusnya kuat-kuat. Tak kuduga. Laras dengan cepat
    mencapai orgasme yang pertama malam ini. Tubuhnya meliuk-liuk tak terkendali lalu mengejang dengan
    kuat, mulutnya mendesis-desis.
    “Aahh… Ayah… Laras dapet lagi… aahh…” Laras berteriak kencang.
    Tangan Laras mencengkeram kepalaku lalu rambutku diremas. Aku berhenti sejenak mengamati Laras. Mata
    Laras terpejam dengan nafasnya terengah-engah. Kedua betis dan pahanya menjepit kepalaku ketika aku
    susupkan kembali di antara kedua pahanya. Aku teruskan jilatanku pada anusnya, namun tidak secepat dan
    sekaras tadi. Perlahan dan lebut seluruh permukaan lidahku aku oleskan ke anusnya beberapa kali, lalu
    aku ganti menghisap lembut dan pelan klitorisnya. Aku ingin Laras dapat menikmati orgasmenya sepanjang
    mungkin. Aku merangkak menindih Laras. dengan lembut dan pelan aku kecup payudaranya. Laras memeluku
    lalu mencium bibirku. Dia agak kaget mencium bau anusnya yang masih menempel di bibir dan lidahku,
    lalu tersenyum sambil memejamkan mata.
    “Ayah nggak jijik mencium dan menjlat anus Laras?”
    “Enggak tuh…” jawabku. Laras menjawab dengan memelukku lalu mencium bibirku dengan ganas.
    “Kalau gitu Laras juga enggak jijik.”
    “Enggak jijik apa?”
    “Ada deh… eh tapi Ayah nakal terus…?”
    “Nakal gimana Sayang?”
    “Laras inginnya Ayah yang ejakulasi, bukan Laras yang orgasme duluan”
    “Ya sudah… sekarang terserah Laras.” kataku lalu berbaring di samping kanannya sambil menyusupkan
    tangan kiriku di bawah kepalanya, lalu memeluknya.
    Perlahan Laras bangkit lalu menindih tubuhku, lalu dengan ganas dan liar dia mencium sekujur tubuhku.
    Leherku basah kuyup karena jilatannya. Hebat sekali gadis ini. Tujuh kali orgasme dalam sehari masih
    memiliki tenaga dan nafsu yang luar biasa dalam berhubungan sex. Mau tak mau aku membadingkan dengan
    isteriku yang hanya mampu bertahan dua kali orgasme sekali bersetubuh, kemudian menunggu dua atau tiga
    hari baru berhubungan sex lagi. Tapi Laras benar-benar tinggi stamina dan nafsunya. Laras tetap saja
    masih liar, menjilat-jilat tubuhku, dan meremas putingku dengan bibirnya. Putingku digigit-gigit dan
    dihisap bergantian kiri dan kanan.
    Sementara, penisku yang sudah tegang sejak mengamati Laras berganti pakaian dengan lingerie,
    dimasukkan kedalam vaginanya. Laras memang tidak menggoyangkan pantatnya untuk mengocok penisku, tapi
    gerakannya waktu menjilat dan mengisap tubuhku membuat pantatnya juga bergerak, sehingga penisku
    serasa dipilin dan dipijat vagina Laras. Ingin aku mengimbangi gerakan Laras, tapi setiap aku
    merespon, Laras melarangku.
    “Ayah diam dulu ya… biar Laras yang muasin Ayah…”
    Akhirnya aku diam menikmati permainannya yang semakin agresif dan liar. Aku hanya menggeliat dan
    mendesis nikmat. Laras memundurkan badannya, sehingga penisku terlepas dari vagina, namun bibir dan
    lidahnya tetap menjilat dan meremas kulit dada dan perutku. Bibir dan lidah Laras diseret dan bergeser
    di permukaan kulitku, lalu berhenti dan berputar-putar di tempat, diseret dan bergeser lagi, berkali-
    kali. Perpindahan lidah dan bibir Laras makin ke bawah ke aras penisku.
    Ketika sampai di pangkal penisku, lidahnya menekan dan menari-nari membasahi batang penisku. Kemudian
    lidah Laras mengitari selakanganku sebelah kiri dan kanan lalu berhenti di bagian bawah menjilat,
    mengecup dan memijat scrotumku dengan lembut sehingga aku melayang dibuatnya. Tiba-tiba Laras menjadi
    liar ketika dengan penuh nafsu, penisku dilahapnya lalu dihisap dan dipuntir dengan lidahnya.
    “Ssshh… Laras… sshh…” aku mendesis dan mengerang.
    “Nikmat kan Yah…?” kata Laras ketika berhenti menghisap penisku.
    “Iyyyaa… Terusin Sayang…aahh” aku minta Laras untuk meneruskkan aksinya.
    Sebenarnya, tanpa kusuruh pun Laras pasti terus mengulum dan mengocok penisku dengan mulut dan
    lidahnya, karena begitu selesai mengucapkan kata-kata itu, Laras dengan sigap langsung mengulum
    penisku kembali dengan intensitas lebih tinggi.
    Tangannya menggenggam pangkal penisku sambil digerakkan seolah sedang memutar gas sepeda motor
    dibarengi dengan gerakan mengocok dengan erat dan mantap namun lembut, sehingga penisku terasa nikmat
    sekali. Beberapa saat kemudian, aku sudah hampir ejakulasi. Laras mempercepat kocokannya dan
    memperkuat hisapannya. Namun tiba-tiba dilepaskannya penisku dari mulutnya. Bibirnya menyusuri pangkal
    Cerita Sex Tusukan Penis pahaku, lalu berputar-putar di pahaku bagian dalam. Kakiku kemudian diangkat sehingga tubuh dan kakiku
    membentuk sudut sembilan puluh derajat.
    Kemudian Laras meneruskan jilatannya sambil menyeret lidahnya dipermukaan kulit paha belakangku, lalu
    pantatku menjadi sasaran lidahnya. Giginya mengigit-gigit pelan pantatku dibarengi dengan hisapan dan
    jilatan lidahnya. Laras tidak berhenti di pantatku. Belahan pantatku pun ikut dijilat, dikecup dan
    dihisapnya. Anusku juga tak lepas dari korekan dan pijatan lidah Laras, sementara tangannya terus
    mengosok penisku.
    “Uhh… ssshh” hanya itu kata-kata yang mampu aku ucapkan menikmati jilatan, hisapan dan kecupan Laras
    di anusku.
    Baru kali ini seumur hidupku pantatku dijilat orang, apalagi sekarang dijilat dan dihisap gadis muda
    yang cantik seperti Laras. Aku benar-benar puas atas permainan Laras. lama sekali dia menjilat anusku
    sampai-sampai aku kembali hampir ejakulasi. Penisku yang ada dalam kocokan Laras terasa berkedut
    hebat, tapi dia berhenti mengocok penisku dan menjauhkan mulutnya dari anusku.
    “Laras… Masukin penis Ayah ke dalam…” kata-kataku terhenti.
    Aku berharap agar Laras segera mengulum penisku, namun lagi-lagi Laras membuat aku semakin penasaran.
    Laras malah menjilat betisku.
    “Sabar Ayah… ejakulasinya nanti dulu ya…” kata Laras sambil tersenyum mengejek.
    Aku makin penasaran. segera aku raih kepala Laras dan aku sodorkan ke penisku, namun Laras mengelak
    dengan gesit.
    “Eit… sabar dong… Ayah nikmatin aja dulu seperti siang tadi Laras menikmati permainan Ayah… hihihi…”
    kata Laras sambil tertawa.
    Rupanya dia ingin membalas, ketika tadi siang orgasmenya aku tunda sampai beberapa kali.
    Selesai berkata begitu, lidahnya lincah menari menyusuri betis belakangku, lalu lipatan lututku.
    Jilatan Laras terus turun ke arah telapak kakiku. Memang, geli dan nikmat rasanya, namun tentu saja
    lebih nikmat jika Laras mengisap penisku, bukan betis, lipatan lutut atau telapak kakiku. Kekecewaan
    karena ejakulasiku yang tertunda dua kali membuat penisku sedikit mengendur, walapun masih cukup keras
    untuk masuk ke vagina Laras. Rupanya Laras tahu kalau penisku jadi sedikit mengendur.
    Laras berhenti menjilat telapak kakiku, lalu merangkak menindih tubuhku. Tubuhnya dengan ketat
    menghimpit tubuhku. Payudaranya melesak karena menekan dadaku, sedangkan vagina dan klitorisnya
    digesek-gesekkan di penisku. Kembali penisku ereksi dengan sempurna. Tegang, keras, dan kekar. Dengan
    sekali gerakan pinggulku, ujung penisku sudah menempel di mulut lubang vagina Laras. aku angkat
    pantatku agar penisku segera melesak kedalamnya, namun vagina Laras benar-benar sempit, sehingga aku
    kesulitan dan gagal memasukan penisku. Nafsuku benar-benar memuncak, ingin segera terpuaskan.
    “Ayah… kok enggak sabaran sih…?” kata Laras sambil tertawa ketika aku gagal memasukkan penisku.
    “dibilang nanti ya nanti dong… Ayah sabar ya…” katanya lagi
    “Laras… ayo dong… Ayah udah nggak tahan, Sayang…” kini aku yang merengek minta segera dipuaskan oleh
    Laras.
    Laras menjawab permintaanku dengan mengulum putingku. Bibir dan lidahnya kembali menjilat-jilat
    dadaku, leherku dan melumat bibirku. Penisku yang sudah hampir meledak terjepit vaginanya. Laras
    menggerakkan pantatnya, penisku pun dikocok bibir vaginanya. Bibir vagina dan klitoris Laras yang
    basah terasa hangat mengocok, menjepit dan meremas penisku. Aku hampir gila diperlakukan Laras seperti
    ini.
    “Uh… ssshh…” Laras mendesis sambil menggigit bibir bawahnya sambil memejamkan matanya erat-erat.
    Rupanya gesekan penisku di klitoris dan vaginanya telah membuat Laras terangsang hebat dan tak mampu
    membendung nafsunya sendiri. Nampak sekali gerakan Laras sudah tak teratur. Akhirnya Laras
    mengendurkan pelukannya. Penisku diraihnya lalu dikocok sebentar sebelum dimasukkan ke dalam
    vaginanya. Dengan susah payah, akhirnya setengah penisku amblas ke dalam vagina Laras. Laras berusaha
    memasukkan semua penisku ke dalam vaginanya dengan menduduki penisku, lalu mengangkat pantatnya dan
    menekannya ke bawah.
    “Ayaahh… ssshh… aahh” Laras mendesah dan mengerang ketika akhirnya penisku masuk semuanya ke dalam
    vaginanya.
    Dengan pelan dan lembut Laras bergerak memutar pinggulnya. Putaran dan goyangan laras membuat penisku
    terasa dipijat dan diremas. Lalu aku merasakan sesuatu yang belum aku rasakan selama bersetubuh dengan
    Laras atau dengan isteriku. Aku merasakan penisku disedot dengan kuat beberapa kali, lalu seperti
    dikocok biasa, kemudian disedot lagi beberapa kali, lalu biasa lagi… Aku tatap mata Laras yang
    terpejam menikmati persetubuhan yang kami lakukan. Aku merasa melayang. Berkali-kali sedotan vagina
    Laras membuatku segera menuju ejakulasi. Aku berusaha menahan, karena Laras saat ini belum meunjukkan
    tanda-tanda akan orgasme. Tiba-tiba Laras mencabut penisku dari vaginanya, lalu duduk sambil tangannya
    meremas dan mengocok penisku.
    “Jangan buru-buru dikeluarin Ayah… Ayah tadi janji sama Laras…”
    “Janji apa sayang…” aku benar-benar lupa apa yang suydah aku janjikan kepada Laras.
    “Masa lupa Yah…”jawab Laras tanpa memberi penjelasan apa janjiku, Laras mengulurkan kedua tangannya
    menyuruh aku bangkit. Setelah aku duduk, Laras membelakangi aku dan nungging.
    “Dari belakang Yah… Laras ingin disetubuhi dari belakang”
    “Oh… Laras… kamu bukan gadis kelas 3 SMA… kamu benar-benar wanita. Wanita dewasa yang matang dan
    selalu ingin mencoba yang baru…” kataku dalam hati.
    Tanpa menunggu lebih lama segera aku merangkak mendekati Laras dan memegang pantatnya. Dengan pelan
    aku masukkan penisku ke dalam vaginanya. Laras menyambut penisku dengan tidak sabar. Dihentakkannya
    pantatnya ke belakang dengan keras dan cepat. Vagina Laras yang sudah sangat basah dan agak melebar
    karena terangsang hebat, serta posisi doggy ini membuat penisku tak terlalu sulit memasuki vaginanya.
    setelah masuk semuanya Laras memutar pantatnya. Penisku serasa dipilin-pilin, diremas dan dipijat.
    “Ahh… Ayaahh….” Laras menjerit. “Nikmat sekali…aahh ssshh”
    Aku raih payudara Laras yang bergoyang-goyang karena gerakannya untuk mengocok penisku. Kuremas dan
    kupilin putingnya, sambil terus bergerak maju mundur mengocok penisku di dalam vagina Laras. Dengan
    posisi doggy ini membuat tulang vagina Laras yang bagian depan mengesek batang penisku bagian bawah.
    Nikmat dan nikmat. Itu yang aku rasakan ketika penisku keluar masuk dalam vagina Laras yang bergerak
    dan berputar.
    Entah kenapa aku yang tadi sudah hampir ejakulasi kini aku merasa sangat segar dan kuat. Tak sedikit
    pun tanda-tanda aku akan segera ejakulasi. Mungkin karena dengan posisi doggy ini aku merasa dapat
    mengendalikan persetubuhan, bukan dikendalikan oleh Laras, sehingga aku masih mampu bertahan. Apalagi
    aku melihat Laras menikmati persetubuhan dengan gaya yang pertama dia lakukan. Aku makin merasa nyaman
    dan mampu bertahan untuk tidak ejakulasi dengan cepat.
    Dengan mantap dan kencang aku sodokkan penisku ke dalam vagina Laras. tubuh Laras tergundang-guncang
    maju mundur karena goyanganku. Kedua tanganku memegang dan pantat Laras. empat jari tangan kanan dan
    kiri meremas pantat Laras, sedangkan jempolku aku selipkan di belahan pantatnya, mengorek dan mengelus
    anusnya.
    “Ayah… nikmat sekali…” kata Laras sambil menoleh ke belakang dan berusaha melihat apa yang aku lakukan
    terhadap anusnya.
    “Iya… Sayang… Ayah juga merasa nikmat…”
    “Jempol ayah… sshh… aahh… Jempol ayah…” Laras mendesiskan kata-kata dengan cepat sambil terengah-
    engah.
    “Hmmm…? Kenapa… ? Nikmat kan…?”
    “Iya… aahh… ssshh…” Laras makin mendesis dengan mata melotot. “Masukin Ayah… Masukin penis Ayah di
    anus Laras… Cepat Ayaahh…” Laras berteriak kesetanan.
    Rupanya dia ingin melakukan anal seks. Laras benar-benar gadis yang luar biasa di bidang seks. Dia
    nampaknya selalu ingin mencoba hal-hal yang baru. Sedangkan aku, ini pertama kali aku melakukan anal
    sex. Aku belum pernah memikirkan untuk melakukan anal sex, sementara isteriku juga tak pernah meminta.
    Memang kami melakukan hubungan sex dengan berbagai macam gaya, tapi yang namanya anal sex belum pernah
    kami coba lakukan. Kami tidak pernah mengeksplor anus waktu melakukan foreplay. Sejenak aku ragu, tapi
    Laras kembali meminta untuk melakukan anal sex. Perlahan aku lepaskan penisku dari vagina Laras.
    “Kenapa berhenti Ayah…?” tanya Laras “Kalau gitu cepat masukin penis Ayah dalam anus Laras…” kata
    Laras sambil meremas dan mengocok vagina serta klitorisnya sendiri.
    Aku turun dari tempat tidur untuk mengambil botol lubricant gel yang biasa aku gunakan untuk
    bersetubuh dengan isteriku. Karena dia sudah mengalami menopause, lubricant gel ini sangat menolong
    untuk membuat vagina isteriku basah. Kelenjar yang mengeluarkan cairan vaginanya tidak produktif lagi.
    Cerita Sex Tusukan Penis Kami gunakan lubricant gel agar isteriku tidak kesakitan waktu bersetubuh. Dengan demikian isteriku
    dapat menikmati persetubuhan yang kami lakukan.
    Kuminta Laras untuk nungging lagi. Perlahan aku elus anus Laras sambil sedikit-demi sedikit aku
    masukkan jariku agar otot-otot anusnya mengembang. Aku tahu, Laras akan kesakitan karena anusnya
    dimasuki penisku untuk yang pertama kali. Bagaimanapun juga otot anus berbeda elastisitasnya dengan
    otot vagina yang lebih mudah melebar saat dimasuki penis. Aku mencim dan menjilat anus Laras dengan
    lahap guna memberi rangsangan. Dengan jilatanku, aku berharap Laras akan merasa nikmat sehingga pada
    saat aku lakukan penetrasi, Laras tidak akan begitu kesakitan.
    “Aahh… aahh… sshh… Ayah… cepat masukin dong…” Laras merintih dan merengek agar aku cepat-cepat
    memasukkan penisku.
    Rupanya Laras benar-benar penasaran untuk menikmati anal sex.
    “Iya Sayang…” jawabku sambil terus menjilat dan mengorek anus Laras dengan lidahku. “Sabar sebentar…
    tunggu sampai anus Laras bener-bener siap menerima penis Ayah.”
    “Auw… ssshh nikmat. Ayah… masukin sekarang dong…”
    Aku tidak mau langsung memasukkan penisku ke dalam vagina Laras. aku tidak ingin dia terlali kesakitan
    karena pertama kali melakukan anal sex. Aku meraih botol lubricant gel lalu memasang tabung
    aplikatornya. Perlahan aku tusukkan tabung aplikator ke dalam anus Laras sambil menekan botol itu.
    “Ups… sshh ya… gitu dong Ayah… penisnya dimasukin”
    Laras tidak menyadari kalau yang aku masukkan kedalam anusnya bukan penis melainkan aplikator. Setelah
    cukup gel yang masuk ke dalam anus Laras, aku tuang dan aku oleskan pada telunjuk tangan kananku.
    Kemudian telunjukku yang basah karena lubricant gel perlahan-lahan aku tusukkan ke dalam anus Laras,
    aku tarik sedikit, lalu aku tusukkan lebih dalam lagi.
    “Ahh… terusin Yah…”
    Dengan perlahan aku kocok jariku di anus Laras, sementara tanganku yang lain meremas vagina Laras.
    Klitorisnya aku pilin-pilin dan pencet dengan lembut dengan jempolku, sedangkan dua jariku memasuki
    lubang vaginanya lalu bergerak keluar masuk di dalam vaginanya. Dua lubang sumber kenikmatan seksual
    Laras aku korek, aku tusuk-tusuk. Pantatnya aku jilat dan aku gigit-gigit pelan. Laras terus merintih
    dan mendesah menikmati setiap remasan, kocokan dan gigitanku. Anus Laras sudah siap sekarang, karena
    jariku dengan leluasa dapat keluar masuk memompa anusnya. Perlahan penisku yang sudah sangat keras dan
    tegang aku tempelkan di pantatnya. Jariku terus mempompa anus dan vaginanya.
    “Kok belum masuk sih…? Tadi yang masuk apa dong Yah…” tanya Laras setelah tahu penisku belum menyentyh
    anusnya
    Perlahan telunjuk kananku aku lepas dari anus Laras. Kembali aku tuang lubricant gel lalu aku oleskan
    di penisku. Perlahan penisku aku coba masukkan ke dalam anusnya. Susah sekali memasukkan penisku,
    walaupun lubrikan gel cukup membantu. Laras mengerti kesulitanku lalu menoleh ke belakang.
    “Sshh… Aahh… Susah masuknya ya Yah?” tanya Laras lalu dia merendahkan bahunya dan membuka lebar-lebar
    pahanya sehingga posisinya semakin nungging, pantatnya dan anus membuka lebih lebar.
    “Sabar ya Sayang…” kataku. “Agak sakit nanti pada awalnya”
    “Iya… Yah… nanti pasti sakit, tapi sesudah itu jadi nikmat” kata Laras sambil tersenyum.
    Aku paksa penisku agar bisa masuk ke dalam anus Laras dengan mendorongnya kuat-kuat.
    “Auw…” Laras menjerit kesakitan saat seperempat bagian penisku berhasil memasuki lubang anusnya.
    “Sakit sekali Yah…”
    Aku berhenti sejenak untuk membiarkan otot anusnya melebar secara alami agar tidak terlalu menyakitkan
    bagi Laras.
    “Kenapa berhenti Ayah…?” tanya Laras sambil menggoyangkan pantatnya.
    “Supaya Laras tidak kesakitan…” jawabku.
    “Terusin dong yah…” kata Laras lalu mendorong mundur sehingga penisku tertekan dan melesak beberapa
    senti lagi ke dalam anusnya. Akibatnya sungguh luar biasa bagiku.
    Pantat Laras yang berputar membuat penisku serasa dijepit dengan ketat oleh benda yang kenyal sambil
    diremas-remas. Nikmat. Sungguh nikmat!
    “Aahh…” kami mengerang hampir bersamaan.
    “Sakit Sayang?” tanyaku mendengar Laras merintih
    “Sakit sedikit … tapi nikmat sekali, Ayah” kata Laras. Kemudian Laras dengan semangat menggoyangkan
    pantatnya.
    Mendengar desahan dan erangan Laras yang dapat merasakan nikmat saat penisku bergoyang karena gerakan
    pantatnya, aku tarik penisku keluar sedikit lalu aku masukkan lagi dengan pelan tapi mantap. Setelah
    tiga empat kali penisku keluar masuk, aku tekan dengan sedikit keras sehingga penisku melesak
    sepenuhnya ke dalam anus Laras.
    “Auw…” Laras kembali menjerit
    “Sakit Sayang…?”
    “Enggak…” kata Laras sambil dengan semangat dia memutar pantatnya mengimbangi gerakan maju mundur yang
    aku lakukan. “Ahh… Nikmat sekali Ayah… sshh… aahh… sshh…”
    Aku membungkuk untuk meraih klitoris Laras lalu memilin dengan dua jariku, sementara tanganku yang
    lain meremas-remas payudaranya. Kami mengerang bersahut-sahutan. Belum lima menit, tubuh Laras
    mengejang sambil mengerang keras.

    “Ayaahh… auw… aahh…” teriakan Laras mengagetkan aku. Laras meliukkan badannya, pantatnya disodok-
    sodokkan ke belakang dengan keras dan cepat.
    “Kenapa Sayang…?” aku bertanya karena mengira dia kesakitan.
    “Laras…aahh…ssshh… Laras orgasme lagi….”
    Aku tak menduga Laras sudah orgasme. Rupanya benar informasi yang aku baca, anal sex lebih nikmat,
    baik bagi perempuan maupun laki-laki. Dengan anal sex, penis terjepit lebih kencang sedangkan bagi
    wanita, sodokan penis di dalam anus dapat dengan mudah mendorong otot-otot usus besar menekan G-spot.
    Itu sebabnya kenikmatan yang ditimbulkan luar biasa. Demikian pula Laras. Hari pertama melakukan
    persetubuhan disertai dengan anal sex.
    Hal ini rupanya yang menyebabkan Laras dengan mudah memperoleh puncak kenikmatan. Laras ambruk
    tersungkur di atas tempat tidur sehingga penisku terlepas dari anusnya. Sebenarnya aku juga hampir
    ejakulasi, kalau saja Laras dapat bertahan lebih lama sedikit lagi. Laras membalik tubuhnya hingga
    terlentang, nafasnya memburu terengah-engah sedangkan matanya terpejam.
    “Nikmat sekali Ayah…” katanya lalu diam tidak bergerak sampai beberapa saat.
    “Ayah-bener-bener hebat…” katanya lagi.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Akibat Ngintip

    Cerita Sex Akibat Ngintip


    6031 views

    Cerita Sex ini berjudul ” Cerita Sex Akibat Ngintip ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Cerita SexKegiatan ronda memang rutin diadakan di kampugku selama ini masih berjalan baik, setiap malam pasti
    ada ship terdiri dari 3 orang, malam itu aku dapat giliran untuk untuk jaga pada malam minggu, tepat
    pukul 00.00 yang seharusnya menemaniku ronda belum kunjung datang karena kegitan ronda sukarela maka
    aku juga tidak memperdulikan mau datang atau tidak.

    Dan aku mengelilingi kampungku karena aku belum mengantuk aku mengelilingi rumah rumah penduduk dengan
    sarung dan senter karena udaranya dingin aku menyalakan rokokku, pada sampai di rumah Pak Erkam aku
    melihat kaca yang belum tertutup dengan benar dan aku mendekati itu kelupaan atau ada orang yang masuk
    dengan hati-hati kudekati, tetapi ternyata kain korden tertutup rapi.

    Kupikir kemarin sore pasti lupa menutup kaca nako, tetapi langsung menutup kain kordennya saja.
    Mendadak aku mendengar suara aneh, seperti desahan seseorang. Kupasang telinga baik-baik, ternyata
    suara itu datang dari dalam kamar. Kudekati pelan-pelan, dan darahku berdesir, ketika ternyata itu
    suara orang bersetubuh. Nampaknya ini kamar tidur Pak Erkam dan istrinya.

    Aku lebih mendekat lagi, suaranya dengusan nafas yang memburu dan gemerisik dan goyangan tempat tidur
    lebih jelas terdengar.

    “Ssshh… hhemm… uughh… ugghh, terdengar suara dengusan dan suara orang seperti menahan sesuatu. Jelas
    itu suara Bu Erkam yang ditindih suaminya. Terdengar pula bunyi kecepak-kecepok, nampaknya penis Pak
    Erkam sedang mengocok liang vagina Bu Erkam.

    Aduuh, darahku naik ke kepala, penisku sudah berdiri keras seperti kayu. Aku betul-betul iri
    membayangkan Pak Erkam menggumuli istrinya. Alangkah nikmatnya menyetubuhi Bu Erkam yang cantik dan
    bahenol itu.

    “Oohh, sshh buuu, aku mau keluar, sshh…. ssshh..” terdengar suara Pak Erkam tersengal-sengal.

    Suara kecepak-kecepok makin cepat, dan kemudian berhenti. Nampaknya Pak Erkam sudah ejakulasi dan
    pasti penisnya dibenamkan dalam-dalam ke dalam vagina Bu Erkam. Selesailah sudah persetubuhan itu, aku
    pelan-pelan meninggalkan tempat itu dengan kepala berdenyut-denyut dan penis yang kemeng karena tegang
    dari Erkam.

    Sejak malam itu, aku jadi sering mengendap-endap mengintip kegiatan suami-istri itu di tempat
    tidurnya.

    Walaupun nako tidak terbuka lagi, namun suaranya masih jelas terdengar dari sela-sela kaca nako yang
    tidak rapat benar. Aku jadi seperti detektip partikelir yang mengamati kegiatan mereka di sore hari.

    Biasanya pukul 21.00 mereka masih melihat siaran TV, dan sesudah itu mereka mematikan lampu dan masuk
    ke kamar tidurnya.

    Aku mulai melihat situasi apakah aman untuk mengintip mereka. Apabila aman, aku akan mendekati kamar
    mereka. Kadang-kadang mereka hanya bercakap-cakap sebentar, terdengar bunyi gemerisik (barangkali
    memasang selimut), lalu sepi. Pasti mereka terus tidur.

    Tetapi apabila mereka masuk kamar, bercakap-cakap, terdengar ketawa-ketawa kecil mereka, jeritan lirih
    Bu Erkam yang kegelian (barangkali dia digelitik, dicubit atau diremas buah dadanya oleh Pak Erkam),
    dapat dipastikan akan diteruskan dengan persetubuhan.

    Dan aku pasti mendengarkan sampai selesai. Rasanya seperti kecanduan dengan suara-suara Pak Erkam dan khususnya suara Bu Erkam yang keenakan disetubuhi suaminya.

    Hari-hari selanjutnya berjalan seperti biasa. Apabila aku bertemu Bu Erkam juga biasa-biasa saja, namun tidak dapat dipungkiri, aku jadi jatuh cinta sama istri Pak Erkam itu.

    Orangnya memang cantik, dan badannya padat berisi sesuai dengan seleraku. Khususnya pantat dan buah dadanya yang besar dan bagus.

    Aku menyadari bahwa hal itu tidak akan mungkin, karena Bu Erkam istri orang. Kalau aku berani menggoda
    Bu Erkam pasti jadi masalah besar di kampungku.

    Bisa-bisa aku dipukuli atau diusir dari kampungku. Tetapi nasib orang tidak ada yang tahu. Ternyata
    aku akhirnya dapat menikmati keindahan tubuh Bu Erkam.

    Cerita Sex Akibat Ngintip Pada suatu hari aku mendengar Pak Erkam opname di rumah sakit, katanya operasi usus buntu. Sebagai tetangga dan masih bujangan aku banyak waktu untuk menengoknya di rumah sakit. Dan yang penting aku mencoba membangun hubungan yang lebih akrab dengan Bu Erkam.

    Pada suatu sore, aku menengok di rumah sakit bersamaan dengan adiknya Pak Erkam. Sore itu, mereka
    sepakat Bu Erkam akan digantikan adiknya menunggu di rumah sakit, karena Bu Erkam sudah beberapa hari tidak pulang. 88Tangkas

    Aku menawarkan diri untuk pulang bersamaku. Mereka setuju saja dan malah berterima kasih. Terus terang
    kami sudah menjalin hubungan lebih akrab dengan keluarga itu.

    Sehabis mahgrib aku bersama Bu Erkam pulang. Dalam mobilku kami mulai mengobrol, mengenai sakitnya Pak
    Erkam. Katanya seminggu lagi sudah boleh pulang.

    Aku mulai mencoba untuk berbicara lebih dekat lagi, atau katakanlah lebih kurang ajar. Inikan
    kesempatan bagus sekali untuk mendekatai Bu Erkam.

    “Bu, maaf yaa. ngomong-ngomong Bu Erkam sudah berkeluarga sekitar 3 tahun kok belum diberi momongan
    yaa”, kataku hati-hati.

    “Ya, itulah Dik Budi. Kami kan hanya lakoni. Barangkali Tuhan belum mengizinkan”, jawab Bu Erkam.

    “Tapi anu tho bu… anuu.. bikinnya khan jalan terus.” godaku. “Ooh apa, ooh. kalau itu sih iiiya Dik
    Budi” jawab Bu Erkam agak kikuk.

    Sebenarnya kan aku tahu, mereka setiap minggunya minmal 2 kali bersetubuh dan terbayang kembali
    desahan Bu Erkam yang keenakan. Darahku semakin berdesir-desir. Aku semakin nekad saja.

    “Tapi, kok belum berhasil juga yaa bu?” lanjutku.

    “Ya, itulah, kami berusaha terus. Tapi ngomong-ngomong kapan Dik Budi kimpoi. Sudah kerja, sudah punya
    mobil, cakep lagi. Cepetan dong. Nanti keburu tua lhoo”, kata Bu Erkam.

    “Eeh, benar nih Bu Erkam. Aku cakep niih. Ah kebetulan, tolong carikan aku Bu. Tolong carikan yang
    kayak Ibu Erkam ini lhoo”, kataku menggodanya.

    “Lho, kok hanya kayak saya. Yang lain yang lebih cakep kan banyak. Saya khan sudah tua, jelek lagi”,
    katanya sambil ketawa.

    Aku harus dapat memanfaatkan situasi. Harus, Bu Erkam harus aku dapatkan. “Eeh, Bu Erkam. Kita kan
    nggak usah buru-buru nih.

    Di rumah Bu Erkam juga kosong. Kita cari makan dulu yaa. Mauu yaa bu, mau yaa”, ajakku dengan penuh
    kekhawatiran jangan-jangan dia menolak.

    “Tapi nanti kemaleman lo Dik”, jawabnya.

    “Aah, baru jam tujuh. Mau ya Buu”, aku sedikit memaksa.

    “Yaa gimana yaa… ya deh terserah Dik Budi. Tapi nggak malam-malam lho.” Bu Erkam setuju. Batinku
    bersorak.

    Kami berehenti di warung bakmi yang terkenal. Sambil makan kami terus mengobrol. Jeratku semakin aku
    persempit.

    “Eeh, aku benar-benar tolong dicarikan istri yang kayak Bu Erkam dong Bu. benar nih. Soalnya begini
    bu, tapii eeh nanti Bu Erkam marah sama saya. Nggak usaah aku katakan saja deh”, kubuat Bu Erkam
    penasaran.

    “Emangnya kenapa siih.” Bu Erkam memandangku penuh tanda tanya.

    “Tapi janji nggak marah lho.” kataku memancing. Dia mengangguk kecil. “Anu bu… tapi janji tidak marah
    lho yaa.”

    “Bu Erkam terus terang aku terobsesi punya istri seperti Bu Erkam.

    Aku benar-benar bingung dan seperti orang gila kalau memikirkan Bu Erkam. Aku menyadari ini nggak
    betul. Bu Erkam kan istri tetanggaku yang harus aku hormati.

    Aduuh, maaf, maaf sekali bu. aku sudah kurang ajar sekali”, kataku menghiba. Bu Erkam melongo,
    memandangiku. sendoknya tidak terasa jatuh di piring.

    Bunyinya mengagetkan dia, dia tersipu-sipu, tidak berani memandangiku lagi.

    Sampai selesai kami jadi berdiam-diaman. Kami berangkat pulang. Dalam mobil aku berpikir, ini sudah
    telanjur basah. Katanya laki-laki harus nekad untuk menaklukkan wanita. Nekad kupegang tangannya
    dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku memegang setir.

    Di luar dugaanku, Bu Erkam balas meremas tanganku. Batinku bersorak. Aku tersenyum penuh kemenangan.
    Tidak ada kata-kata, batin kami, perasaan kami telah bertaut. Pikiranku melambung, melayang-layang.
    Mendadak ada sepeda motor menyalib mobilku. Aku kaget.

    “Awaas! hati-hati!” Bu Erkam menjerit kaget. “Aduh nyalib kok nekad amat siih”, gerutuku.

    “Makanya kalau nyetir jangan macam-macam”, kata Bu Erkam.

    Kami tertawa. Kami tidak membisu lagi, kami ngomong, ngomong apa saja. Kebekuan cair sudah. Sampai di
    rumah aku hanya sampai pintu masuk, aku lalu pamit pulang. Di rumah aku mencoba untuk tidur.

    Cerita Sex Akibat Ngintip Tidak bisa. Nonton siaran TV, tidak nyaman juga. Aku terus membayangkan Bu Erkam yang sekarang
    sendirian, hanya ditemani pembantunya yang tua di kamar belakang. Ada dorongan sangat kuat untuk
    mendatangi rumah Bu Erkam.

    Berani nggaak, berani nggak. Mengapa nggak berani. ceritasexdewasa.org Entah setan mana yang mendorongku, tahu-tahu aku
    sudah keluar rumah. Aku mendatangi kamar Bu Erkam. Dengan berdebar-debar, aku ketok pelan-pelan kaca
    nakonya, “Buu Erkam, aku Budi”, kataku lirih.

    Terdengar gemerisik tempat tidur, lalu sepi. Mungkin Bu Erkam bangun dan takut. Bisa juga mengira aku
    maling.

    “Aku Budi”, kataku lirih. Terdengar gemerisik. Kain korden terbuka sedikit.

    Nako terbuka sedikit. “Lewat belakang!” kata Bu Erkam. Aku menuju ke belakang ke pintu dapur. Pintu
    terbuka, aku masuk, pintu tertutup kembali.

    Aku nggak tahan lagi, Bu Erkam aku peluk erat-erat, kuciumi pipinya, hidungnya, bibirnya dengan lembut
    dan mesra, penuh kerinduan. Bu Erkam membalas memelukku, wajahnya disusupkan ke dadaku.

    “Aku nggak bisa tidur”, bisikku.

    “Aku juga”, katanya sambil memelukku erat-erat.

    Dia melepaskan pelukannya. Aku dibimbingnya masuk ke kamar tidurnya. Kami berpelukan lagi, berciuman
    lagi dengan lebih bernafsu.

    “Buu, aku kangen bangeeet. Aku kangen”, bisikku sambil terus menciumi dan membelai punggungnya. Nafsu
    kami semakin menggelora. Aku ditariknya ke tempat tidur.

    Bu Erkam membaringkan dirinya. Tanganku menyusup ke buah dadanya yang besar dan empuk, aduuh nikmat
    sekali, kuelus buah dadanya dengan lembut, kuremas pelan-pelan. Bu Erkam menyingkapkan dasternya ke
    atas, dia tidak memakai BH. Aduh buah dadanya kelihatan putih dan menggung.

    Aku nggak tahan lagi, kuciumi, kukulum pentilnya, kubenamkan wajahku di kedua buah dadanya, sampai aku
    nggak bisa bernapas. Sementara tanganku merogoh kemaluannya yang berbulu tebal. Celana dalamnya
    kupelorotkan, dan Bu Erkam meneruskan ke bawah sampai terlepas dari kakinya.

    Dengan sigap aku melepaskan sarung dan celana dalamku. Penisku langsung tegang tegak menantang. Bu
    Erkam segera menggenggamnya dan dikocok-kocok pelan dari ujung penisku ke pangkal pahaku. Aduuh,
    rasanya geli dan nikmat sekali. Aku sudah nggak sabar lagi. Aku naiki tubuh Bu Erkam, bertelekan pada
    sikut dan dengkulku.

    Kaki Bu Erkam dikangkangkannya lebar-lebar, penisku dibimbingnya masuk ke liang vaginanya yang sudah
    basah. Digesek-gesekannya di bibir kemaluannya, makin lama semakin basah, kepala penisku masuk,
    semakin dalam, semakin… dan akhirnya blees, masuk semuanya ke dalam kemaluan Bu Erkam.

    Aku turun-naik pelan-pelan dengan teratur. Aduuh, nikmat sekali. Penisku dijepit kemaluan Bu Erkam
    yang sempit dan licin. Makin cepat kucoblos, keluar-masuk, turun-naik dengan penuh nafsu.

    “Aduuh, Dik Budi, Dik Budii… enaak sekali, yang cepaat.. teruus”, bisik Bu Erkam sambil mendesis-
    desis.

    Kupercepat lagi. Suaranya vagina Bu Erkam kecepak-kecepok, menambah semangatku.

    “Dik Budiii aku mau muncaak… muncaak, teruus… teruus”, Aku juga sudah mau keluar.

    Aku percepat, dan penisku merasa akan keluar. Kubenamkan dalam-dalam ke dalam vagina Bu Erkam sampai
    amblaas. Pangkal penisku berdenyut-denyut, spermaku muncrat-muncrat di dalam vagina Bu Erkam.

    Kami berangkulan kuat-kuat, napas kami berhenti. Saking nikmatnya dalam beberapa detik nyawaku
    melayang entah kemana. Selesailah sudah. Kerinduanku tercurah sudah, aku merasa lemas sekali tetapi
    puas sekali.

    Kucabut penisku, dan berbaring di sisinya. Kami berpelukan, mengatur napas kami. Tiada kata-kata yang
    terucapkan, ciuman dan belaian kami yang berbicara.

    “Dik Budi, aku curiga, salah satu dari kami mandul. Kalau aku subur, aku harap aku bisa hamil dari
    spermamu. Nanti kalau jadi aku kasih tahu. Yang tahu bapaknya anakku kan hanya aku sendiri kan. Dengan
    siapa aku membuat anak”, katanya sambil mencubitku.

    Malam itu pertama kali aku menyetubuhi Bu Erkam tetanggaku. Beberapa kali kami berhubungan sampai aku
    kimpoi dengan wanita lain. Bu Erkam walaupun cemburu tapi dapat memakluminya.

    Keluarga Pak Erkam sampai saat ini hanya mempunyai satu anak perempuan yang cantik. Apabila di
    kedepankan, Bu Erkam sering menciumi anak itu, sementara matanya melirikku dan tersenyum-senyum manis.
    Tetanggaku pada meledek Bu Erkam, mungkin waktu hamil Bu Erkam benci sekali sama aku.

    Cerita Sex Akibat Ngintip

    Cerita Sex Akibat Ngintip

    Karena anaknya yang cantik itu mempunyai mata, pipi, hidung, dan bibir yang persis seperti mata, pipi,
    hidung, dan bibirku.

    Seperti telah anda ketahui hubunganku dengan Bu Erkam istri tetanggaku yang cantik itu tetap berlanjut
    sampai kini, walaupun aku telah berumah tangga. Namun dalam perkimpoianku yang sudah berjalan dua
    tahun lebih, kami belum dikaruniai anak.

    Istriku tidak hamil-hamil juga walaupun penisku kutojoskan ke vagina istriku siang malam dengan penuh
    semangat. Kebetulan istriku juga mempunyai nafsu seks yang besar. Baru disentuh saja nafsunya sudah
    naik.

    Biasanya dia lalu melorotkan celana dalamnya, menyingkap pakaian serta mengangkangkan pahanya agar
    vaginanya yang tebal bulunya itu segera digarap. Di mana saja, di kursi tamu, di dapur, di kamar
    mandi, apalagi di tempat tidur, kalau sudah nafsu, ya aku masukkan saja penisku ke vaginanya.

    Istriku juga dengan penuh gairah menerima coblosanku. Aku sendiri terus terang setiap saat melihat
    istriku selalu nafsu saja deh. Memang istriku benar-benar membuat hidupku penuh semangat dan gairah.

    Tetapi karena istriku tidak hamil-hamil juga aku jadi agak kawatir. Kalau mandul, jelas aku tidak.
    Karena sudah terbukti Bu Erkam hamil, dan anakku yang cantik itu sekarang menjadi anak kesayangan
    keluarga Pak Erkam.

    Apakah istriku yang mandul? Kalau melihat fisik serta haidnya yang teratur, aku yakin istriku subur
    juga. Apakah aku kena hukuman karena aku selingkuh dengan Bu Erkam? aah, mosok.

    Nggak mungkin itu. Apakah karena dosa? Waah, mestinya ya memang dosa besar. Tapi karena menyetubuhi Bu
    Erkam itu enak dan nikmat, apalagi dia juga senang, maka hubungan gelap itu perlu diteruskan,
    dipelihara, dan dilestarikan.

    Untuk mengatur perselingkuhanku dengan Bu Erkam, kami sepakat dengan membuat kode khusus yang hanya
    diketahui kami berdua. Apabila Pak Erkam tidak ada di rumah dan benar-benar aman, Bu Erkam memadamkan
    lampu di sumur belakang rumahnya.

    Biasanya lampu 5 watt itu menyala sepanjang malam, namun kalau pada pukul 20.00 lampu itu padam,
    berarti keadaan aman dan aku dapat mengunjungi Bu Erkam. Karena dari samping rumahku dapat terlihat
    belakang rumah Bu Erkam, dengan mudah aku dapat menangkap tanda tersebut.

    Tetapi pernah tanda itu tidak ada sampai 1 atau 2 bulan, bahkan 3 bulan. Aku kadang-kadang jadi agak
    jengkel dan frustasi (karena kangen) dan aku mengira juga Bu Erkam sudah bosan denganku. Tetapi
    ternyata memang kesempatan itu benar-benar tidak ada, sehingga tidak aman untuk bertemu.

    Pada suatu hari aku berpapasan dengan Bu Erkam di jalan dan seperti biasanya kami saling menyapa
    baik-baik. Sebelum melanjutkan perjalanannya, dia berkata, “Dik Budi, besok malam minggu ada keperluan
    nggak?”

    “Kayaknya sih nggak ada acara kemana-mana. Emangnya ada apa?” jawabku dengan penuh harapan karena
    sudah hampir satu bulan kami tidak bermesraan.

    “Nanti ke rumah yaa!” katanya dengan tersenyum malu-malu.

    “Emangnya Pak Erkam nggak ada?” kataku.

    Dia tidak menjawab, cuma tersenyum manis dan pergi meneruskan perjalanannya. Walaupun sudah biasa,
    darahku pun berdesir juga membayangkan pertemuanku malam minggu nanti.

    Seperti biasa malam minggu adalah giliran ronda malamku. Istriku sudah tahu itu, sehingga tidak
    menaruh curiga atau bertanya apa-apa kalau pergi keluar malam itu. Aku sudah bersiap untuk menemui Bu
    Erkam.

    Aku hanya memakai sarung, tidak memakai celana dalam dan kaos lengan panjang biar agak hangat. Dan
    memang kalau tidur aku tidak pernah pakai celana dalam tetapi hanya memakai sarung saja. Rasanya lebih
    rileks dan tidak sumpek, serta penisnya biar mendapat udara yang cukup setelah seharian dipepes dalam
    celana dalam yang ketat.

    Waktu menunjukkan pukul 22.00. Lampu belakang rumah Bu Erkam sudah padam dari Erkam. Aku berjalan
    memutar dulu untuk melihat situasi apakah sudah benar-benar sepi dan aman. Setelah yakin aman, aku
    menuju ke samping rumah Bu Erkam.

    Aku ketok kaca nako kamarnya. Tanpa menunggu jawaban, aku langsung menuju ke pintu belakang. Tidak
    berapa lama terdengar kunci dibuka. Pelan pintu terbuka dan aku masuk ke dalam. Pintu ditutup kembali.

    Aku berjalan beriringan mengikuti Bu Erkam masuk ke kamar tidurnya. Setelah pintu ditutup kembali,
    kami langsung berpelukan dan berciuman untuk menyalurkan kerinduan kami. Kami sangat menikmati
    kemesraan itu, karena memang sudah hampir satu bulan kami tidak mempunyai kesempatan untuk
    melakukannya.

    Setelah itu, Bu Erkam mendorongku, tangannya di pinggangku, dan tanganku berada di pundaknya. Kami
    berpandangan mesra, Bu Erkam tersenyum manis dan memelukku kembali erat-erat. Kepalanya disandarkan di
    dadaku.

    “Paa, sudah lama kita nggak begini”, katanya lirih. Bu Erkam sekarang kalau sedang bermesraan atau
    bersetubuh memanggilku Papa. Demikian juga aku selalu membisikkan dan menyebutnya Mama kepadanya.
    Nampaknya Bu Erkam menghayati betul bahwa Nia, anaknya yang cantik itu bikinan kami berdua.

    “Pak Erkam sedang kemana sih maa”, tanyaku.

    “Sedang mengikuti piknik karyawan ke Pangandaran. Aku sengaja nggak ikut dan hanya Nia saja yang ikut.
    Tenang saja, pulangnya baru besok sore”, katanya sambil terus mendekapku.

    “Maa, aku mau ngomong nih”, kataku sambil duduk bersanding di tempat tidur. Bu Erkam diam saja dan
    memandangku penuh tanda tanya.

    “Maa, sudah dua tahun lebih aku berumah tangga, tetapi istriku belum hamil-hamil juga. Kamu tahu,
    mustinya secara fisik, kami tidak ada masalah.

    Aku jelas bisa bikin anak, buktinya sudah ada kan. Aku nggak tahu kenapa kok belum jadi juga. Padahal
    bikinnya tidak pernah berhenti, siang malam”, kataku agak melucu. Bu Erkam memandangku.

    “Pa, aku harus berbuat apa untuk membantumu. Kalau aku hamil lagi, aku yakin suamiku tidak akan
    mengijinkan adiknya Nia kamu minta menjadi anak angkatmu. Toh anak kami kan baru dua orang nantinya,
    dan pasti suamiku akan sayang sekali.

    Untukku sih memang seharusnya bapaknya sendiri yang mengurusnya. Tidak seperti sekarang, keenakan dia.
    Cuma bikin doang, giliran sudah jadi bocah orang lain dong yang ngurus”, katanya sambil merenggut
    manja. Aku tersenyum kecut.

    “Jangan-jangan ini hukuman buatku ya maa, Aku dihukum tidak punya anak sendiri. Biar tahu rasa”,
    kataku.

    “Ya sabar dulu deh paa, mungkin belum pas saja. Spermamu belum pas ketemu sama telornya Rina (nama
    istriku). Siapa tahu bulan depan berhasil”, katanya menghiburku.

    “Ya mudah-mudahan. Tolong didoain yaa…”

    “Enak saja. Didoain? Mustinya aku kan nggak rela Papa menyetubuhi Rina istrimu itu. Mustinya Papa kan
    punyaku sendiri, aku monopoli. Nggak boleh punya Papa masuk ke perempuan lain kan.

    Kok malah minta didoain. Gimana siih”, katanya manja dan sambil memelukku erat-erat.
    Benar juga, mestinya kami ini jadi suami-istri, dan Nia itu anak kami.

    “Maa, kalau kita ngomong-ngomong seperti ini, jadinya nafsunya malah jadi menurun lho. Jangan-jangan
    nggak jadi main nih”, kataku menggoda.

    “Iiih, dasar”, katanya sambil mencubit pahaku kuat-kuat.

    “Makanya jangan ngomong saja. Segera saja Mama ini diperlakukan sebagaimana mestinya. Segera digarap
    doong!” katanya manja.

    Kami berpelukan dan berciuman lagi. Tentu saja kami tidak puas hanya berciuman dan berpelukan saja.
    Kutidurkan dia di tempat tidur, kutelentangkan. Bu Erkam mandah saja. Pasrah saja mau diapain.

    Dia memakai daster dengan kancing yang berderet dari atas ke bawah. Kubuka kancing dasternya satu per
    satu mulai dari dada terus ke bawah. Kusibakkan ke kanan dan ke kiri bajunya yang sudah lepas
    kancingnya itu. Menyembullah buah dadanya yang putih menggunung (dia sudah tidak pakai BH). Celana
    dalam warna putih yang menutupi vaginanya yang nyempluk itu aku pelorotkan.

    Aku benar-benar menikmati keindahan tubuh istri gelapku ini. Saat satu kakinya ditekuk untuk
    melepaskan celana dalamnya, gerakan kakinya yang indah, vaginanya yang agak terbuka, aduh pemandangan
    itu sungguh indah.

    Benar-benar membuatku menelan ludah. Wajah yang ayu,buah dada yang putih menggunung, perut yang
    langsing, vagina yang nyempluk dan agak terbuka, kaki yang indah agak mengangkang, sungguh mempesona.
    Aku tidak tahan lagi.

    Aku lempar sarungku dan kaosku entah jatuh dimana. Aku segera naik di atas tubuh Bu Erkam. Kugumuli
    dia dengan penuh nafsu. Aku tidak peduli Bu Erkam megap-megap keberatan aku tindih sepenuhnya. Habis
    gemes banget, nafsu banget sih.

    “Uugh jangan nekad tho. Berat nih”, keluh Bu Erkam.

    Aku bertelekan pada telapak tanganku dan dengkulku. Penisku yang sudah tegang banget aku paskan ke
    vaginanya. Terampil tangan Bu Erkam memegangnya dan dituntunnya ke lubang vaginanya yang sudah basah.

    Tidak ada kesulitan lagi, masuklah semuanya ke dalam vaginanya. Dengan penuh semangat kukocok vagina
    Bu Erkam dengan penisku. Bu Erkam semakin naik, menggeliat dan merangkulku, melenguh dan merintih.
    Semakin lama semakin cepat, semakin naik, naik, naik ke puncak.

    “Teruuus, teruus paa.. sshh… ssh…” bisik Bu Erkam

    “Maa, aku juga sudah mau… keluaarr”

    “Yang dalam paa… yang dalamm. Keluarin di dalaam Paa… Paa… Adduuh Paa nikmat banget Paa…, ouuch..”,
    jeritnya lirih yang merangkulku kuat-kuat.

    Cerita Sex Akibat Ngintip Kutekan dalam-dalam penisku ke vaginanyanya. Croot, cruuut, crruut, keluarlah spermaku di dalam rahim
    istri gelapku ini. Napasku seperti terputus. Kenikmatan luar biasa menjalar kesuluruh tubuhku. Bu
    Erkam menggigit pundakku. Dia juga sudah mencapai puncak. Beberapa detik dia aku tindih dan dia
    merangkul kuat-kuat.

    Akhirnya rangkulannya terlepas. Kuangkat tubuhku. Penisku masih di dalam, aku gerakkan pelan-pelan,
    aduh geli dan ngilu sekali sampai tulang sumsum. Vaginanya licin sekali penuh spermaku.

    Kucabut penisku dan aku terguling di samping Bu Erkam. Bu Erkam miring menghadapku dan tangannya
    diletakkan di atas perutku.

    Dia berbisik, “Paa, Nia sudah cukup besar untuk punya adik. Mudah-mudahan kali ini langsung jadi ya
    paa.

    Aku ingin dia seorang laki-laki. Sebelum Papa Erkam mengeluh Rina belum hamil, aku memang sudah
    berniat untuk membuatkan Nia seorang adik. Sekalian untuk test apakah Papa masih joos apa tidak. Kalau
    aku hamil lagi berarti Papa masih joosss.

    Kalau nanti pengin menggendong anak, ya gendong saja Nia sama adiknya yang baru saja dibuat ini.” Dia
    tersenyum manis.

    Aku diam saja. menerawang jauh, alangkah nikmatnya bisa menggendong anak-anakku.

    Malam itu aku bersetubuh lagi. Sungguh penuh cinta kasih, penuh kemesraan. Kami tuntaskan kerinduan
    dan cinta kasih kami malam itu. Dan aku menunggu dengan harap-harap cemas, jadikah anakku yang kedua
    di rahim istri gelapku ini?

    cerita seks bergambar, cerita dewasa seks, cerpen seks, cerita seks hot, kisah seks, cerita seks tante, cerita sexx, cerita sex janda, cerita hot sex, cerita sex pembantu, cerita sex gay, sex dewasa, cerita sex 2019, cerita sex artis, cerita sex jilbab, cerita ngesex, cerita sex sma, cerita sex dengan tante, cerita sex mama, cerita dewasa tante, kumpulan cerita seks, cerita hot dewasa,

  • Video Bokep Asia Chie Aoi berbikini merah ngentot sampai squirt

    Video Bokep Asia Chie Aoi berbikini merah ngentot sampai squirt


    2371 views

  • Foto Bugil cewek cantik menyebar kaki seksi di bak mandi

    Foto Bugil cewek cantik menyebar kaki seksi di bak mandi


    2081 views

    Duniabola99.com – foto gadis bugil dan ngangkang memamerkan memeknya yang berbulu tipis didalam kamar mandi dan berpose hot di bak mandi.

    Kumpulan Foto Cewek Cantik Spesialis Penghibur, Koleksi Foto Cewek Cantik di Google Plus, Foto Foto Cewek Cantik YouTube, Foto cewek cantik Facebook, Foto Cewek cantik Instagram, koleksi foto gadis cantik, Kumpulan Foto Cewek Cantik Imut dan Manis 2019, Para Gadis Cantik dan Seksi di Indonesia, Gadis cantik berkerudung,

  • Video Bokep Wakaba Onoue dientot hingga terkulai lemas diatas ranjang

    Video Bokep Wakaba Onoue dientot hingga terkulai lemas diatas ranjang


    2774 views

  • Kisah Memek Pin Putih Indahnya Memekmu

    Kisah Memek Pin Putih Indahnya Memekmu


    2446 views


    Duniabola99.com – Kurasa tidak perlu aku ceritakan tentang nama dan asalku, serta tempat dan alamatku sekarang. Usiaku sekarang sudah mendekati empat puluh tahun, kalau dipikir-pikir seharusnya aku sudah punya anak, karena aku sudah menikah hampir lima belas tahun lamanya. Walaupun aku tidak begitu ganteng, aku cukup beruntung karena mendapat isteri yang menurutku sangat cantik. Bahkan dapat dikatakan dia yang tercantik di lingkunganku, yang biasanya menimbulkan kecemburuan para tetanggaku. Link Alternatif Nova88

     

    Isteriku bernama Resty. Ada satu kebiasaanku yang mungkin jarang orang lain miliki, yaitu keinginan sex yang tinggi. Mungkin para pembaca tidak percaya, kadang-kadang pada siang hari selagi ada tamu pun sering saya mengajak isteri saya sebentar ke kamar untuk melakukan hal itu. Yang anehnya, ternyata isteriku pun sangat menikmatinya. Walaupun demikian saya tidak pernah berniat jajan untuk mengimbangi kegilaanku pada sex. Mungkin karena belum punya anak, isteriku pun selalu siap setiap saat.

    Kegilaan ini dimulai saat hadirnya tetangga baruku, entah siapa yang mulai, kami sangat akrab. Atau mungkin karena isteriku yang supel, sehingga cepat akrab dengan mereka. Suaminya juga sangat baik, usianya kira-kira sebaya denganku. Hanya isterinya, woow busyet.., selain masih muda juga cantik dan yang membuatku gila adalah bodynya yang wah, juga kulitnya sangat putih mulus.

    Mereka pun sama seperti kami, belum mempunyai anak. Mereka pindah ke sini karena tugas baru suaminya yang ditempatkan perusahaannya yang baru membuka cabang di kota tempatku. Aku dan isteriku biasa memanggil mereka Mas Agus dan Mbak Rini. Selebihnya saya tidak tahu latar belakang mereka. Boleh dibilang kami seperti saudara saja karena hampir setiap hari kami ngobrol, yang terkadang di teras rumahnya atau sebaliknya.

    Pada suatu malam, saya seperti biasanya berkunjung ke rumahnya, setelah ngobrol panjang lebar, Agus menawariku nonton VCD blue yang katanya baru dipinjamnya dari temannya. Aku pun tidak menolak karena selain belum jauh malam kegiatan lainnya pun tidak ada. Seperti biasanya, film blue tentu ceritanya itu-itu saja. Yang membuatku kaget, tiba-tiba isteri Agus ikut nonton bersama kami.

    “Waduh, gimana ini Gus..? Nggak enak nih..!”
    “Nggak apa-apalah Mas, toh itu tontonan kok, nggak bisa dipegang. Kalau Mas nggak keberatan, Mbak Res diajak sekalian.” katanya menyebut isteriku.
    Aku tersinggung juga waktu itu. Tapi setelah kupikir-pikir, apa salahnya? Akhirnya aku pamit sebentar untuk memanggil isteriku yang tinggal sendirian di rumah.

    “Gila kamu..! Apa enaknya nonton gituan kok sama tetangga..?” kata isteriku ketika kuajak.
    Akhirnya aku malu juga sama isteriku, kuputuskan untuk tidak kembali lagi ke rumah Agus. Mendingan langsung tidur saja supaya besok cepat bangun. Paginya aku tidak bertemu Agus, karena sudah lebih dahulu berangkat. Di teras rumahnya aku hanya melihat isterinya sedang minum teh. Ketika aku lewat, dia menanyaiku tentang yang tadi malam. Aku bilang Resty tidak mau kuajak sehingga aku langsung saja tidur.


    Mataku jelalatan menatapinya. Busyet.., dasternya hampir transparan menampakkan lekuk tubuhnya yang sejak dulu menggodaku. Tapi ah.., mereka kan tetanggaku. Tapi dasar memang pikiranku sudah tidak beres, kutunda keberangkatanku ke kantor, aku kembali ke rumah menemui isteriku. Seperti biasanya kalau sudah begini aku langsung menarik isteriku ke tempat tidur. Mungkin karena sudah biasa Resty tidak banyak protes. Yang luar biasa adalah pagi ini aku benar-benar gila. Aku bergulat dengan isteriku seperti kesetanan. Kemaluan Resty kujilati sampai tuntas, bahkan kusedot sampai isteriku menjerit. Edan, kok aku sampai segila ini ya, padahal hari masih pagi.Tapi hal itu tidak terpikirkan olehku lagi.

    Isteriku sampai terengah-engah menikmati apa yang kulakukan terhadapnya. Resty langsung memegang kemaluanku dan mengulumnya, entah kenikmatan apa yang kurasakan saat itu. Sungguh, tidak dapat kuceritakan.
    “Mas.., sekarang Mas..!” pinta isteriku memelas.
    Akhirnya aku mendekatkan kemaluanku ke lubang kemaluan Resty. Dan tempat tidur kami pun ikut bergoyang.

    Setelah kami berdua sama-sama tergolek, tiba-tiba isteriku bertanya, “Kok Mas tiba-tiba nafsu banget sih..?”
    Aku diam saja karena malu mengatakan bahwa sebenarnya Rini lah yang menaikkan tensiku pagi ini.

    Sorenya Agus datang ke rumahku, “Sepertinya Mas punya kelainan sepertiku ya..?” tanyanya setelah kami berbasa-basi.
    “Maksudmu apa Gus..?” tanyaku heran.
    “Isteriku tadi cerita, katanya tadi pagi dia melihat Mas dan Mbak Resty bergulat setelah ngobrol dengannya.”
    Loh, aku heran, dari mana Rini nampak kami melakukannya? Oh iya, baru kusadari ternyata jendela kamar kami saling berhadapan.
    Agus langsung menambahkan, “Nggak usah malu Mas, saya juga maniak Mas.” katanya tanpa malu-malu.

    “Begini saja Mas,” tanpa harus memahami perasaanku, Agus langsung melanjutkan, “Aku punya ide, gimana kalau nanti malam kita bikin acara..?”
    “Acara apa Gus..?” tanyaku penasaran.
    “Nanti malam kita bikin pesta di rumahmu, gimana..?”
    “Pesta apaan..? Gila kamu.”
    “Pokoknya tenang aja Mas, kamu cuman nyediain makan dan musiknya aja Mas, nanti minumannya saya yang nyediain. Kita berempat aja, sekedar refresing ajalah Mas, kan Mas belum pernah mencobanya..?”


    Malamnya, menjelang pukul 20.00, Agus bersama isterinya sudah ada di rumahku. Sambil makan dan minum, kami ngobrol tentang masa muda kami. Ternyata ada persamaan di antara kami, yaitu menyukai dan cenderung maniak pada sex. Diiringi musik yang disetel oleh isteriku, ada perasaan yang agak aneh kurasakan. Aku tidak dapat menjelaskan perasaan apa ini, mungkin pengaruh minuman yang dibawakan Agus dari rumahnya.

    Tiba-tiba saja nafsuku bangkit, aku mendekati isteriku dan menariknya ke pangkuanku. Musik yang tidak begitu kencang terasa seperti menyelimuti pendengaranku. Kulihat Agus juga menarik isterinya dan menciumi bibirnya. Aku semakin terangsang, Resty juga semakin bergairah. Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini. Tidak berapa lama Resty sudah telanjang bulat, entah kapan aku menelanjanginya. Sesaat aku merasa bersalah, kenapa aku melakukan hal ini di depan orang lain, tetapi kemudian hal itu tidak terpikirkan olehku lagi. Seolah-olah nafsuku sudah menggelegak mengalahkan pikiran normalku.

    Kuperhatikan Agus perlahan-lahan mendudukkan Rini di meja yang ada di depan kami, mengangkat rok yang dikenakan isterinya, kemudian membukanya dengan cara mengangkatnya ke atas. Aku semakin tidak karuan memikirkan kenapa hal ini dapat terjadi di dalam rumahku. Tetapi itu hanya sepintas, berikutnya aku sudah menikmati permainan itu. Rini juga tinggal hanya mengenakan BH dan celana dalamnya saja, dan masih duduk di atas meja dengan lutut tertekuk dan terbuka menantang.

    Perlahan-lahan Agus membuka BH Rini, tampak dua bukit putih mulus menantang menyembul setelah penutupnya terbuka.
    “Kegilaan apa lagi ini..?” batinku.
    Seolah-olah Agus mengerti, karena selalu saya perhatikan menawarkan bergantian denganku. Kulihat isteriku yang masih terbaring di sofa dengan mulut terbuka menantang dengan nafas tersengal menahan nafsu yang menggelora, seolah-olah tidak keberatan bila posisiku digantikan oleh Agus.


    Kemudian kudekati Rini yang kini tinggal hanya mengenakan celana dalam. Dengan badan yang sedikit gemetar karena memang ini pengalaman pertamaku melakukannya dengan orang lain, kuraba pahanya yang putih mulus dengan lembut. Sementara Agus kulihat semakin beringas menciumi sekujur tubuh Resty yang biasanya aku lah yang melakukannya.

    Perlahan-lahan jari-jemariku mendekati daerah kemaluan Rini. Kuelus bagian itu, walau masih tertutup celana dalam, tetapi aroma khas kemaluan wanita sudah terasa, dan bagian tersebut sudah mulai basah. Perlahan-lahan kulepas celana dalamnya dengan hati-hati sambil merebahkan badannya di atas meja. Nampak bulu-bulu yang belum begitu panjang menghiasi bagian yang berada di antara kedua paha Rini ini.

    “Peluklah aku Mas, tolonglah Mas..!” erang Rini seolah sudah siap untuk melakukannya.
    Tetapi aku tidak melakukannya. Aku ingin memberikan kenikmatan yang betul-betul kenikmatan kepadanya malam ini. Kutatapi seluruh bagian tubuh Rini yang memang betul-betul sempurna. Biasanya aku hanya dapat melihatnya dari kejauhan, itu pun dengan terhalang pakaian. Berbeda kini bukan hanya melihat, tapi dapat menikmati. Sungguh, ini suatu yang tidak pernah terduga olehku. Seperti ingin melahapnya saja.

    Kemudian kujilati seluruhnya tanpa sisa, sementara tangan kiriku meraba kemaluannya yang ditumbuhi bulu hitam halus yang tidak begitu tebal. Bagian ini terasa sangat lembut sekali, mulut kemaluannya sudah mulai basah. Perlahan kumasukkan jari telunjukku ke dalam.
    “Sshh.., akh..!” Rini menggelinjang nikmat.
    Kuteruskan melakukannya, kini lebih dalam dan menggunakan dua jari, Rini mendesis.


    Kini mulutku menuju dua bukit menonjol di dada Rini, kuhisap bagian putingnya, tubuh Rini bergetar panas. Tiba-tiba tangannya meraih kemaluanku, menggenggam dengan kedua telapaknya seolah takut lepas. Posisi Rini sekarang berbaring miring, sementara aku berlutut, sehingga kemaluanku tepat ke mulutnya. Perlahan dia mulai menjilati kemaluanku. Gantian badanku sekarang yang bergetar hebat.

    Rini memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. Ya ampun, hampir aku tidak sanggup menikmatinya. Luar biasa enaknya, sungguh..! Belum pernah kurasakan seperti ini. Sementara di atas Sofa Agus dan isteriku seperti membentuk angka 69. Resty ada di bawah sambil mengulum kemaluan Agus, sementara Agus menjilati kemaluan Resty. Napas kami berempat saling berkejaran, seolah-olah melakukan perjalanan panjang yang melelahkan. Bunyi Music yang entah sudah beberapa lagu seolah menambah semangat kami.

    Kini tiga jari kumasukkan ke dalam kemaluan Rini, dia melenguh hebat hingga kemaluanku terlepas dari mulutnya. Gantian aku sekarang yang menciumi kemaluannya. Kepalaku seperti terjepit di antara kedua belah pahanya yang mulus. Kujulurkan lidahku sepanjang-panjangnya dan kumasukkan ke dalam kemaluannya sambil kupermainkan di dalamnya. Aroma dan rasanya semakin memuncakkan nafsuku. Sekarang Rini terengah-engah dan kemudian menjerit tertahan meminta supaya aku segera memasukkan kemaluanku ke lubangnya.

    Cepat-cepat kurengkuh kedua pahanya dan menariknya ke bibir meja, kutekuk lututnya dan kubuka pahanya lebar-lebar supaya aku dapat memasukkan kemaluanku sambil berjongkok. Perlahan-lahan kuarahkan senjataku menuju lubang milik Rini.
    Ketika kepala kemaluanku memasuki lubang itu, Rini mendesis, “Ssshh.., aahhk.., aduh enaknya..! Terus Mas, masukkan lagi akhh..!”
    Dengan pasti kumasukkan lebih dalam sambil sesekali menarik sedikit dan mendorongnya lagi. Ada kenikmatan luar biasa yang kurasakan ketika aku melakukannya. Mungkin karena selama ini aku hanya melakukannya dengan isteriku, kali ini ada sesuatu yang tidak pernah kurasakan sebelumnya.


    Tanganku sekarang sudah meremas payudara Rini dengan lembut sambil mengusapnya. Mulut Rini pun seperti megap-megap kenikmatan, segera kulumat bibir itu hingga Rini nyaris tidak dapat bernapas, kutindih dan kudekap sekuat-kuatnya hingga Rini berontak. Pelukanku semakin kuperketat, seolah-olah tidak akan lepas lagi. Keringat sudah membasahi seluruh tubuh kami. Agus dan isteriku tidak kuperhatikan lagi. Yang kurasakan sekarang adalah sebuah petualangan yang belum pernah kulalui sebelumnya. Pantatku masih naik turun di antara kedua paha Rini.

    Luar biasa kemaluan Rini ini, seperti ada penyedot saja di dalamnya. Kemaluanku seolah tertarik ke dalam. Dinding-dindingnya seperti lingkaran magnet saja. Mata Rini merem melek menikmati permainan ini. Erangannya tidak pernah putus, sementara helaan napasnya memburu terengah-engah.Posisi sekarang berubah, Rini sekarang membungkuk menghadap meja sambil memegang kedua sisi meja yang tadi tempat dia berbaring, sementara saya dari belakangnya dengan berdiri memasukkan kemaluanku. Hal ini cukup sulit, karena selain ukuran kemaluanku lumayan besar, lubang kemaluan Rini juga semakin ketat karena membungkuk.

    Kukangkangkan kaki Rini dengan cara melebarkan jarak antara kedua kakinya. Perlahan kucoba memasukkan senjataku. Kali ini berhasil, tapi Rini melenguh nyaring, perlahan-lahan kudorong kemaluanku sambil sesekali menariknya. Lubangnya terasa sempit sekali. Beberapa saat, tiba-tiba ada cairan milik Rini membasahi lubang dan kemaluanku hingga terasa nikmat sekarang. Kembali kudorong senjataku dan kutarik sedikit. Goyanganku semakin lincah, pantatku maju mundur beraturan. Sepertinya Rini pun menikmati gaya ini.


    Buah dada Rini bergoyang-goyang juga maju-mundur mengikuti irama yang berasal dari pantatku. Kuremas buah dada itu, kulihat Rini sudah tidak kuasa menahan sesuatu yang tidak kumengerti apa itu. Erangannya semakin panjang. Kecepatan pun kutambah, goyangan pinggul Rini semakin kuat. Tubuhku terasa semakin panas. Ada sesuatu yang terdorong dari dalam yang tidak kuasa aku menahannya. Sepertinya menjalar menuju kemaluanku. Aku masih berusaha menahannya.

    Segera aku mencabut kemaluanku dan membopong tubuh Rini ke tempat yang lebih luas dan menyuruh Rini telentang di bentangan karpet. Secepatnya aku menindihnya sambil menekuk kedua kakinya sampai kedua ujung lututnya menempel ke perut, sehingga kini tampak kemaluan Rini menyembul mendongak ke atas menantangku. Segera kumasukkan senjataku kembali ke dalam lubang kemaluan Rini.

    Pantatku kembali naik turun berirama, tapi kali ini lebih kencang seperti akan mencapai finis saja. Suara yang terdengar dari mulut Rini semakin tidak karuan, seolah menikmati setiap sesuatu yang kulakukan padanya. Tiba-tiba Rini memelukku sekuat-kuatnya. Goyanganku pun semakin menjadi. Aku pun berteriak sejadinya, terasa ada sesuatu keluar dari kemaluanku. Rini menggigit leherku sekuat-kuatnya, segera kurebut bibirnya dan menggigitnya sekuatnya, Rini menjerit kesakitan sambil bergetar hebat.

    Mulutku terasa asin, ternyata bibir Rini berdarah, tapi seolah kami tidak memperdulikannya, kami seolah terikat kuat dan berguling-guling di lantai. Di atas sofa Agus dan isteriku ternyata juga sudah mencapai puncaknya. Kulihat Resty tersenyum puas. Sementara Rini tidak mau melepaskan kemaluanku dari dalam kemaluannya, kedua ujung tumit kakinya masih menekan kedua pantatku. Tidak kusadari seluruh cairan yang keluar dari kemaluanku masuk ke liang milik Rini. Kulihat Rini tidak memperdulikannya.


    Perlahan-lahan otot-ototku mengendur, dan akhirnya kemaluanku terlepas dari kemaluan Rini. Rini tersenyum puas, walau kelelahan aku pun merasakan kenikmatan tiada tara. Resty juga tersenyum, hanya nampak malu-malu. Kemudian memunguti pakaiannya dan menuju kamar mandi.

    Hingga saat ini peristiwa itu masih jelas dalam ingatanku. Agus dan Rini sekarang sudah pindah dan kembali ke Jakarta. Sesekali kami masih berhubungan lewat telepon. Mungkin aku tidak akan pernah melupakan peristiwa itu. Pernah suatu waktu Rini berkunjung ke rumah kami, kebetulan aku tidak ada di rumah. Dia hanya ketemu dengan isteriku. Seandainya saja..

  • Rion Nishikawa Catwalk poison 100

    Rion Nishikawa Catwalk poison 100


    1832 views

  • Cerita Sex Pembantu Hiper

    Cerita Sex Pembantu Hiper


    4316 views

    Cerita Sex ini berjudul ” Cerita Sex Pembantu Hiper ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Cerita Sex – Aku akan ceritakan kisahku saat masih duduk di kelas SMP bermain sex dengan pembantuku, perkenalkan
    namaku Bayu pengalamanku ini sungguh mustahil atau khayal bahkan aku juga pernah mempercayainya
    selanjutnya akan kuceritakan setiap alurnya.

    Saat pulang bermain bola dengan teman temanku di lapangan sekolah, jarak antara rumah dan sekolah
    cukup dekat mungkin membutuhkan waktu 10 menit jalan kaki, sesampainya di rumah ibuku sudah menyiapkan
    makanan, sehabis makan aku dipanggil oleh ibuku terlihat dari nadanya cukup penting, bergegas aku
    menemui ibuku.

    Ada apa pa?

    Duduk sini bentar, papa sama mama mau ngomong dengan kamu.

    Bayu, kamu kan sudah cukup besar sekarang dan udah bisa mengurus diri sendiri sekarang. Sebetulnya
    dulu mama kamu kerja kantoran sebelum melahirkan kamu, dan begitu kamu lahir mama berhenti dari
    pekerjaannya karena mau ngurusin kamu.

    Trus pa? Jawabku asal..

    Ya karena sekarang kamu udah smp, mama mau bekerja kembali dan ternyata kantornya mau menerimanya
    kembali

    bagus dong ma, terus memangnya kenapa pa??

    Ya kamu taukan papa pulangnya selalu malem, trus kalo mama kamu dah kerja lagi, pulangnya juga malem
    ntar. Jadi mungkin kami bakalan jarang ada di rumah. Trus nanti papa nyewakan pembantu buat ngurusin
    pekerjaan rumah. Tapi, kamu gak keberatan kan??

    Cerita Sex Pembantu Hiper Ooh gitu yah. Tapi hari sabtu minggu, papa sama mama di rumah kan??Iya kami di rumah, jadi gimana??
    Kamu gak keberatan kan Bayu??Yaudah, Bayu gak keberatan kok. Sebetulnya si aku keberatan juga.
    Biasanya ada mama tapi gak ada papa aja aku ngerasa kesepian juga di rumah. Tapi, daridulu aku emang
    gak pernah bisa nolak yang di suruh orang tuaku.

    nah gitu dong, ternyata si Bayu udah dewasa ya pa?? kata mamaku..

    iya nih. Kamu tenang aja Bayu, papa bakal cariin yang cakep biar kamu gak bosen Kata papaku sambil
    bercanda..

    Akupun ikut ketawa, aku sama sekali gak kebayang pembantu macam apa yang bakalan kerja disini. Dan
    berkat dia, aku udah dapat hampir semua pengalaman seks pria dewasaa Besoknya aku pergi sekolah
    seperti biasa, dan agak berharap juga kalo pembantu aku tu bener2 cakep.

    ( Sebelumnya kami gak pernah punya pembantu. Hari itulah pertama kalinya ada orang asing di rumah. Dan
    itu agak membuatku penasaran juga.)

    Sepulang sekolah, aku gak ikut bermain bola seperti biasa, aku kepingin cepat2 pulang ke rumah, karena
    penasaran.

    Sesampainya didepan rumah, aku jadi gugup sendiri, dan mengetuk pintu dengan tak sabar. Begitu pintu
    terbuka, sesuai dugaanklu pembantu barukulah yanbg membukakan pintunya. Dan aku agak kecewa juga si,
    ternyata gak secakep yang kubayangkan.

    Aku ngebayangkan, gimana yah kalo punya pembantu kaya bunga citra lestari (gak mungkinlah, kalo cewek
    secakep itu, paling rendah jadi barges om-om).. Huehe, setelah mengusir lamunanku, aku perhatikan
    kembali wajahnya, ternyata lumayan manis juga, dan badannya juga cukup bagus dan agak tinggi. Akupun
    menyapanya, dan agak berbasa-basi sebentar sambil berjalan ke dalam rumah.

    Hari-hari pertama si gak ada yang aneh dengan dia. Aku cukup sering memperhatikan dia. Apalagi kalo
    lagi nyapu, ugh pantatnya yang bulat dan menantang itu langsung membusung dengan bangganya.

    Walaupun aku masih kelas satu smp, aku udah sering menonton film bokep, jadi udah punya perbandingan
    soal bodi cewek. Walaupun bodinya kalah sama artis-artis bokep itu, tapi cukup membuatku terangsang
    dengan posisi-posisi tubuh yang dia lakukan sewaktu lagi mengerjakan tugasnya (emang dasar otak udah
    ngeres).

    Namun tetap aja, aku sama sekali gak berharap untuk menyentuh tubuhnya waktu itu. Aku hanya suka
    memperhatikan dia ketika dia lagi bekerja. Kelihatannya dia juga dah menyadari tatapanku ketika dia
    lagi bekerja, namun dia sepertinya gak terlalu peduli.

    Lagian aku Cuma anak berumur 13 tahun. Namun tanpa kusadari sebetulnya dia peduli, dan kayaknya dia
    juga menikmati ketika aku melihatnya dengan nafsu begitu. Seolah-olah dia sedang mengadakan
    pertunjukan untukku.

    Setelah beberapa minggu masih tetap seperti biasa. Namun dia mulai menunjukkan kelakuan aslinya
    setelah itu. Dia mulai memakai pakaian yang terbuka di rumah. Dan rok yang dipakainya pun sangat
    pendek walau tidak ketat. Namun itu justru membuat roknya gampang tersingkap dan terlihatlah celana
    dalamnya.

    Pertama kali aku melihatnya ketika dia sedang nonton tv di ruang dapur (papaku membeli tv itu khusus
    untuk pembantu biar dia gak bosen), dan kelihatnnya dia gak berusaha menutupinya, walaupun jelas-jelas
    aku berdiri di depan dia dan melihat celana dalamnya.

    Aku bener terpaku saat itu, karena itu pertama kalinya aku melihat tubuh wanita di balik roknya secara
    langsung. Apalagi di rumah sendiri. Wajahku terasa panas dan jantungku berdegup kencang, dan sikapku
    sangat kikuk jadinya.

    Cerita Sex Pembantu Hiper Dan entah kenapa dia cuek-cuek aja, malah posisinya semakin menantang. Kakinya diangkat sebelah ke
    kursi dan yang sebelah lagi dbuka lebar ke samping.

    Dan semakin jelaslah terlihat pahanya yang mulus dan terutama celana dalamnya. Cukup lama juga aku
    mondar-mandir di depan dia. Namun setelah itu aku kembali ke kamar karena aku takut dia maraha

    Sesampainya di kamar, aku masih terus keikiran kejadian tadi. Akhirnya karena gak tahan lagi, aku
    memutuskan untuk beronani di kamar mandi. Dan ternyata di kamar mandi ada benda yang baru saja aku
    lihat. Pakaian kotor pembantuku itu tergantung di kamar mandi. Dengan tak sabaran aku mulai mencari
    dan kutemukan juga celana dalam kotor pembantuku itu.

    Dengan nafsu yang tak tertahankan aku mulai mendekatkan celana dalam itu ke wajahku. Kutempelkan di
    wajahku dan kuhirup dalam-dalam aromanya. Seketika bau-bau asing menyerang penciumanku. Markas Judi Online Dominoqq

    Kucium juga bagian yang menutupi pantatnya. Wanginya benar-benar memabukkan, ingin rasanya aku
    menjilati anusnya setiap hari. Tangankupun mulai mengocok-kocok penisku. Kujilati bagian yang menutupi
    anusnya dengan nafsu. Waktu itu aku benar-benar berharap ada kotoran yang menempel di celana dalam
    itu.

    Maniku keluar lebih cepat dari biasanya. Lalu akupun mulai menciumi bajunya. Kuhirup aroma tubuhnya,
    ketiaknya dan bau keringatnyapun mulai membiusku. Aku dah mulai terobsesi sama dia. Padahal sebelumnya
    aku hanya seneng memandanginya ajaa

    Setelah puas menghirup semua bau yang ada di pakaian kotornya aku pun mulai mandi dan membersihkan
    badanku.

    Setelah selesai dan ketika hendak keluar, aku kaget bukan kepalang. Ternyata pintu kamar mandi gak
    kututup. Aku baru teringat, bahwa tadi aku lupa menutup pintu dan langsung mengambil pakaian kotor
    pembantuku itu.

    Dan kamar mandi itu pintunya di ujung, jadi kalo lupa nutup pintu dan gak ngeliat ke belakang, kita
    bisa gak sadar kalo kita lupa nutup pintu. Dan yang lebih membuat panik ternyata dari tadi pembantuku
    lagi nyapu ruang tamu, dan pintu kamar mandi itu memang menghadap ruang tamu.

    Aku baru sadar kalo dari pertama tadi emang ada suara-suara kayak orang lagi beres-beres gitu, tapi
    karena kupikir pintunya dah kukunci aku nyantai-nyantai aja. Dan dirumah memang gak ada orang selain
    kami berdua. Artinya dia bisa ngeliat dengan jelas kegiatan aku dari pertama tadi

    Aku pun jalan dengan gugup dan muka tertunduk. Trus tiba-tiba dia ngomong sama aku

    Udah siap mandinya dek??

    Eh u..udah kak. Jawabku dengan gugup..

    Kamu kaya cewek aja mandinya lama banget. Tadi kaka nungguin juga di depan pintu, eh rupanya masih
    lama mandinya.. katanya dengan senyum penuh arti..

    Damn!!!, artinya, dia tau aku ngapain aja di dalam. Atau begitulah bayanganku. Akupun gak menjawab
    apa-apa dan hanya berlari ke kamar. Aku sempet kepikiran juga arti senyumannya itu.

    Apa dia bermaksud mengatakan kalo dia gak keberatan aku ngelakuin itu??? Atau dia punya maksud
    lain???? Halah, pikiran anak smp mang belum nyampe ke hal-hal yg seperti itu. Dan aku tetap aja
    ketakutan dia bakal marah

    Sejak itu, aku sering bgt berlama-lama di kamar mandi, menikmati pakaian kotor pembantuku. Aku selalu
    masuk kamar mandi setelah dia mandi. Dan pakaian kotornya masih anget, dan aromanya masih kuat.

    Pernah aku dapet bajunya yang basah sama keringat. Aah nikmat banget keringatnya yang asin itu. Dan
    lagi-lagi aku ngerasa aneh, kenapa dia gak nanya ke aku, kenapa aku selalu masuk setelah dia mandi.
    Yah mungkin dia udah tau gara-gara yang pertama kali itu, tp tetep aja aku gak ngerti kenapa dia gak
    marah.

    Kegiatan ngintip celana dalam dia pun masih aku lakukan. Bahkan walaupun dia tau aku lg ngeliatin
    cdnya, dia cuek-cuek aja. Belakangan aku tau dia sengaja. Keliatannya dia emang suka mamerin tubuhnya
    gitu.

    Cerita Sex Pembantu Hiper Aku tau hal ini karena setelah beberapa bulan dia bekerja, aksi pamernya semakin menggila. Dia keluar
    kamar hanya dengan memakai celana dalam dan bra, dan mulai bekerja seolah gak ada kejadian apa-apa.

    Waktu ngeliat dia aku kaget setengah mati. Sampe-sampe aku bengong gitu. Dia malah cuek-cuek aja, gak
    lupa melempar senyum ke aku ketika berpapasan. Dan hari itu aku ngikutin dia terus. Pokoknya, dia lagi
    nyapu, lagi nonton, lagi beres-beres, aku pasti ikut.

    Dia juga (lagi-lagi) cuek-cuek aja. Tp, tetep aku gak berani mencoba menyentuh tubuhnya. Aku takut dia
    marah, terus minta berhenti.

    Paling asyik tu waktu dia lagi nyapu kamarku, pantatnya yang nunggging di ruangan sempit itu, semakin
    terlihat menantang karena cuma dibungkus celana dalam. Apalagi kelihatannya cdnya agak lembab gara-
    gara keringat.

    Waktu itu aku lagi baca komik di kamar. Trus entah kenapa dia lama banget ngeberes-beresin kamarku.
    Padahal kamarnya kecil trus barang-barangnya juga dikit. Trus waktu udah selesai, dia gak langsung
    keluar kamar.

    Dia malah duduk di tempat tidurku, katanya si dia mau istirahat sebentar. Tp yang didudukinnya
    ternyata bantalku, dan lama juga dia disitu. Begitu dia pergi, aku langsung menciumi bantalku. Dan
    aroma pantatnya pun tercium . Ingin rasanya didudukin pantatnya di wajahku. Dan ternyata impianku itu
    kejadian esoknya

    Waktu itu kami lagi nonton tv di dapur. Seperti biasanya dia hanya mengenakan cd dan bra. Karena hari
    itu di sekolah ada pelajaran olahraga, badanku udah kecapean, dan kepingin istirahat. Tapi aku gak mau
    melewatkan saat-saat bersama dia. Jadi, karena dia liat aku terus-terusan nguap, dia nawarin untuk
    tiduran di pangkuan dia. Tanpa basa-basi langsung kuterima tawarannya.

    Pahanya terasa hangat dan mulus di pipiku. adik? kecilku langsung bangun gara-gara itu. Akupun
    langsung pura-pura tertidur dan membalikkan badanku. Sehinggga sekarang aku tiduran mengahadap ke
    perutnya dia.

    Baru kali ini aku bisa ngeliat celana dalamnya dalam jarak sedekat ini. Aku bener-bener udah horny.
    Dan, pelan-pelan bibirku mulai mencoba menyentuh pahanya. Sentuhan pertama berhasil membuatku
    melayang. Pahanya teras hangat dan harum

    Kejutan yang kudapat gak berhenti sampai di situ. Ketika itu tiba2 hpnya yang di letakkan di meja
    sebelah sofa tempat kami duduk berbunyi. Dan dia pun pelan-pelan menggeser kepalaku dan meletakannya
    di sofa.

    Karena aku sedang pura-pura tidur, aku gak tau apa yang sedang terjadi. Dan ketika kubuka mata,
    ternyata dia lagi berlutut menyamping sambil mengotak-atik hpnya, dan kepalaku berada di tengah-tengah
    kedua lutunya.

    Dan entah kenapa, kulihat dia menurunkan pantatnya secara perlahan sampai akhirnya menyentuh wajahku.
    Dia menduduki wajahku. Aku gak percaya apa yang kualamin ini. Dan aku juga bisa ngerasain, kalo dia
    pelan-pelan menggerak-gerakkan pantatnya maju-mundur. Aaah,, aku bener-bener serasa di surga. Kuhirup
    dalam-dalam aroma pantatnya

    Setelah beberapa saat, tiba-tiba aku merasa ada yang menusuk-tusuk kepalaku. Ternyata itu jarinya. Dia
    sedang bermasturbasi rupanya. Aku menjadi semakin terangsang mendengar desahannya. Walaupun dia
    berusaha menahan suaranya.

    Pantatnya semakin bergerak tak terkendali di wajahku, kadang malah sampai membuatku gak bisa bernafas.
    Lalu tiba-tiba tekanan pantatnya di wajahku semakin kuat, dan tubuhnya mengejang, dan dia mengeluarkan
    desahan kecil tertahan.

    Sepertinya dia udah keluar?. Aah benar-benar saat-saat yang indah, walaupun nantinya aku bakal
    mengalamin yang lebih menarik lagiaSejak itu, aku selalu berusaha menyentuh pantatnya, dan membuatnya
    seolah-olah gak sengaja.

    Tetap aja aku gak berani menyentuhnya dengan terang-terangan. Kadang-kadang aku lewat-lewat di
    belakangnya, atau meletakkan tanganku di tempat dia akan duduk, dan kelihatannya dia juga gak perduli
    walaupun dia sedang menduduki tanganku

    Cerita Sex Pembantu Hiper Seminggu kemudian, dia melakukan hal yang lebih gila lagi. Dia udah gak memakai apapun lagi di
    badannya. Walaupun gak setiap saat (mungkin dia takut masuk angin ;). Tapi, ketika dia bekerja, dia
    tetap dalam keadaan bugil. Bukan itu aja, kalo dia ke kamar mandi juga udah gak pernah menutup pintu
    lagi.

    Sehingga, apapun kegiatannya di kamar mandi kelihatan dengan jelas dari luaraAku langsung menunggu dia
    nyapu ke kamarku, supaya bisa melihat lebih dekat. Dan setengah jam kemudian dia masuk kamarku., dan
    mulai membereskannya. Dan ketika dia nungging, terlihat jelasalah anusnya yang indah itu.

    Ingin rasanya menjilati anusnya itu setiap hari, membersihkan kotoran-kotoran yang menempel di
    sekeliling anusnya, uugh.. Lalu tiba-tiba dia menghadap ke aku yang sedang tiduran di tempat tidur,
    lalu berkata.

    Dek, kakak cape nih. Numpang duduk bentar yah??Eh? Yaa.. udah kak bolehLalu dengan terkejut kusadari,
    dia bukan mau duduk di kursi atau di tempat tidur. Dia mengarahkan pantatnya ke wajahku.

    Awalnya dia berdiri di atas tilamku, lalu berjongkok dan perlahan-lahan mendudukkan pantatnya, yang
    sekarang gak terhalang oleh celana dalam, ke wajahku. Dan dia juga melebarkan belahan pantatnya dengan
    kedua tangannya, seolah-oleh ingin menempelkan anusnya ke wajahku.

    anusnya menempel tepat di bibirku. Badanku bergetar karena gembira, dan gairah. Pertama-tama kucium
    mesra anusnya, dan pembantuku itupun mulai mendesah. Kucium lagi pinggiran-pinggiran anusnya dengan
    lembut.

    perlahan-lahan kujulurkan lidahku dan kujilatin sekeliling anusnya, dan dia pun menggelinjang
    kegelian. Lalu kutusukkan secara perlahan lidahku ke anusnya.

    AAAh, sentuhan pertama yang bakal kuingat sampe tua. Anusnya rasanya agak pahit trus aneh gitu, susah
    deh ngejelaskannya. Kujilat-jilat anusnya dan sekarang dengan penuh nafsu, dan penuh kerinduan. Dia
    pun mulai bergerak liar di atasku.

    Tangannya sekarang gak hanya diam. Yang kanan mengelus-elus kontolku. Yang kiri sedang sibuk
    bermasturbasi ria. Kocokannya berkali-kali terhenti karena sedang berkonsentrasi untuk menggapai
    kenikmatana

    aaaaah,, Bayu jilatin terus anus kakak. Ah ayo sayang.. Teriaknya. Kelihatannya dia udah gak perduli
    apapun lagi. Dan beberapa saat kemudian dia menjambak rambutku dengan keras, dan setengah berdiri
    dengan lutunya, dan mengerang, pertanda dia sudah mencapai orgasme

    Makasih yah dek, sekarang giliran kakak yang muasin kamu katanya sambil tersenyum manis. Diciuminya
    bibirku dengan ganas. Karena aku masih dalam pertumbuhan, ukuran bibirnya dengan bibirku jauh berbeda.

    Dengan mudahnya dia melumat bibirku yang mungil ini, bahkan ketika dia menciukmku, dagukupun ikut
    terkena ciumannya.

    Dijilatinya bibirku, lalu dimasukkannya kedalam mulutku. Akupun berusaha menggapai lidahnya dengan
    lidahku. Lalu kuemut-emut lidahnya, lalu aku mulai menghisapnya. Lalu dia mengangkat kepalanya dan
    mulai meneteskan liurnya kedalam mulutku. Langsung kutelan dengan bernafsu. Berkali-kali kami lakukan
    itu.

    Setelah itu dia mulai menjilatiku lagi. Dari mulai pipi, hidung, keingku, dan daguku. Sampai-sampai
    wajahku basah kena jilatannya. Dan dia pun mulai meludahi wajahku dengan gemas. Aku hanya diam aja
    menikmati segala perlakuannya padaku.

    Perlahan-lahan jilatan-jilatannya mulai turun keleher, lalu kedada dan sampai ke putingkupun dijilat-
    dan dihisap-hisapnya. Dan tangannya meraba-raba putingku yang satunya.

    Setelah itu, dia membuka celanku sampai terlihatlah kontolku yang masih kecil mungil ini. Dan dia
    membuka mulutnya dan langsung memasukkannya ke dalam mulutnya. Aah rasanya bener-bener nikmat. Setiap
    sedotannya membuat seluruh tubuhku menegang.

    Cerita Sex Pembantu Hiper

    Cerita Sex Pembantu Hiper

    Dan tanpa sadar tangankupun mulai menarik-narik wajahnya dengan nafsu. Dan dia terus menghisap-hisap
    titiku tanpa menggunakan tangannya sama-sekali. Dan setelah beberapa menit, aku sudah ingin keluar.

    Kaak, adek udah mau keluar nih kataku. Dia pun semakin memperkuat hisapannya sampai terasa sakit. Dan
    kukeluarkan semuanya di mulutnya. Dan kuliahat dia menelannya dengan semangat. Dan menjilati sisa-sia
    maniku di ujung kontoltku. AAh rasanya sangat nikmat

    Gimana?? Kamu puaskan??

    Eh, iya kak. Adek puas banget. Adek udah lama beronani smbil ngebayangin kakak. Kataku tanpa malu-malu
    lagi

    Hihihi. Nakal kamu yah, kenapa kamu gak langsung datengin kakak trus minta kakak ngent*tin kamu? Aku
    agak kaget mendengar dia tiba-tiba berkata vulgar. Tapi terlihat di wajahnya kelihatannya dia senang
    berkata-kata jorok seperti itu

    Kan kasian tongkol kamu kamu dek, setiap hari cuma dapetnya tangan kamu sendiri. Kan mendingan ent*tin
    kakak aja?? Katanya dengan tatapan penuh nafsu.

    Mulai sekarang, kalo kamu lagi kepengen kamu bilang kaya gini ke kakak, kaak, adek pengen ngentot ya??

    Iyaa kak..

    Coba bilang dong pintanya

    Kaaak, adek pe..pengen ngentot jawabku dengan gugup

    Naah, gitu yah bilangnya. Ntar kakak entotin kamu.

    iaiya kak.

    Lalu karena aku sudah cape, akupun tertidur sambil berpelukan dengan dia. Kami udah kaya suami istri
    aja

    Sejak itu, kami sering melakukan itu lagi. Dan kalo kami gak sedang bermain? pun dia tetap aja gak
    memakai bajunya. Aku juga sering ikut mandi bareng dia. Dan karena udah sangat terobsesi sama dia,
    kotorannya pun bisa membuatku terangsang.

    Hampir tiap hari aku minta dia mengencingiku. Kadang kutelan semua kencingnya sampai gak bersisa.
    Setelah bosan dengan kencingnya, tainyapun kujamah juga. Sampe-sampe setiap dia mau buang kotoran dia
    harus memberitahuku dulu.

    Cerita Sex Pembantu Hiper Kalo aku lagi gak mau, barulah dia ke wc secara biasa. Dan kami melakukannya di mana-mana, namun kami
    selalu berhati-hati agar kencing atau tainya gak berceceran.

    Aku juga memaksanya untuk ikut merasakan tainya sendiri, lalu setelah itu acara berciuman kamipun jauh
    lebih hot karena mulut kami penuh dengan kotoran

    Aku sadar apa yang kami lakukan itu jauuh diluar batasan normal (dari pertama juga sebenarnya udah gak
    normal. Masak cewek berumur 26 tahun main sama anak berumur 13 tahun???). Tp aku gak bisa ngebohongin
    diri sendiri, karena aku juga sangat menikmatinya.

    kadang-kadang kalo ortuku nginap di rumah nenek (waktu itu nenekku udah sakit-sakitan jadi ortuku
    nginap diasana buat ngejagain) sampe seminggu, dia mengajak temennya menginap, dan kami bertiga
    melakukanhal-hal yang sangat liar.

    Bahkan adik perempuannya sendiripun (adiknya waktu itu berumur 16 tahun, terus ruypanya dia sering
    menceritakan apa aja yang udah kami lakukan, dan ternyata suati kali adiknya mengatakan bahwa dia
    penasaran dan kepingin nyobain main dengan anak-anak) diajaknya ikut bergabung dengan kami. Dia
    bekerja selama 4 tahun di rumahku, dan itu adalah 4 tahun terindah sepanjang hidupku.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Foto Bugil Pelacur seksi Kayla Jane Danger melepas gaun ketatnya

    Foto Bugil Pelacur seksi Kayla Jane Danger melepas gaun ketatnya


    1810 views

    Duniabola99.com – foto cewek palacur sexy memeakin gaunyang ketat dan melepaskannya menampakkan toketnya yang kecil dan memamerkan memeknya yang dicukur rapi sambil ngangkang berpose hot.

  • Kisah Memek berkuncung kerumah istri pilot yang kesepian

    Kisah Memek berkuncung kerumah istri pilot yang kesepian


    3158 views

    Duniabola99.com – Ini bermula ketika aku sedang bekerja di salah satu dealer mobil di kota, aku melihat sosok wanita seksi dengan payudara besar sekali. oh ternyata ibu muda pelangganku, ini adalah kisah ku denganya, mari kita simak.


    ini terjadi ketika aku bekerja pada sebuah dealer mobil di Jakarta. Ketika itu aku berumur 24 tahun. Pada saat pertama kali menjadi salesman kendaraan bermotor terutama jenis sedan, aku mulai mencari pelanggan di daerah pondok indah.

    Karena kendaraan yang aku jual termasuk kelas atas, maka tentunya lokasi ini yang paling cocok. Kebetulan aku diberitahu temanku , kalau temannya yang bekerja sebagai pilot sedang mencari kendaraan.

    Setelah diberi tahu rumah temanku tersebut, aku langsung meluncur menuju rumah yang dimaksud. Rumah tinggi dengan pagar berwarna hijau muda, demikian temanku memberikan tanda-tanda rumah tersebut. Aku segera memarkir kendaraanku di depan rumah. Bel kutekan, dan kemudian keluarlah seekor anjing herder menyambutku.

    “Hhhrrr…. gukk.. ggukkk…. hrr…”. Wah sempat ciut juga nyaliku. Kemudian tak berapa lama kemudian keluar seorang bapak memanggil berteriak…”Jeffry… jeffry… masukk…”, katanya.Wah keren banget nama si anjing ini. Aku jadi inget temenku di kantor yang bernama jeffry, untungnya dia nggak gua ajak ke sini. Kalo gua ajak bisa- bisa marah sama yang punya anjing.

    ” Cari siapa pak?” tanya pak tua penjaga rumah.” Pak Dedi ada?” tanyaku.” Ada pak, lagi di dalam, silahkan masuk” katanya sambil membuka gerbang rumah.Kemudian akupun masuk dan duduk di teras rumah. Tak berapa lama kemudian seorang bapak yang kira – kira umurnya 35 tahunan, keluar dan menemuiku.
    ” Dedi ” katanya sambil menyalamiku.” Bagus ” kataku sambil balas menyalami.” Ini pak, saya mau menawarkan mobil BMW yang seri…”” Oh ya ..saya sudah tau, saya udah ditelpon Diana kemaren ” katanya memotong pembicaraanku.” mm..oh ya..? .ini brosurnya pak.dan bapak bisa lihat – lihat spesifikasinya.” kataku.

    Pak dedi menerima brosurku dan membacanya sekilas.” Begini dik Bagus, saya mau ke Amerika selama 2 minggu ini, untuk urusan lanjutnya istri saya saja yang ke showroom” katanya.Kemudian dia memanggil istrinya…” Venn, sini bentar sayang….”. Wah, mesra banget nih pak Dedi.


    Tak lama kemudian seorang wanita datang.” Ini loh Venn, saya kan udah janji mau kasih hadiah ultah ke kamu, nah pak Bagus ini yang dari showroom, nanti kamu yang urus semuanya yah, selama papa ke Amerika.” Kata pak Dedi kepada istrinya.”Ok pah” katanya sambil mengulurkan tangannya ke arahku.”Diana..” katanya.
    Wah halus banget tangannya. Sebagai gambaran, Nia istri pak Dani ini tingginya sekitar 160 an, body sexy , rambut sebahu, wajah cantik mirip bintang sinetron WG, umur sekitar 32 tahunan, dada sekitar 36B.”Oh ya.kalo gitu , besok ibu saya persilahkan ke showroom kami” kataku sambil menyerahkan kartu namaku.

    “Pak, saya mau permisi dulu, besok ibu kami tunggu di showroom ” kataku sambil mejabat tangan pak Dedi.Dan akupun meluncur kembali mencari prospek yang lain.Selama dalam perjalanan pulang terbayang -bayang selalu wajah bu Diana yang cantik, bodynya yang sexy..mmmm..

    Tulait.tulait.tulait ..bunyi HP ku membangunkanku dari tidur. Wah udah jam 07.00 pagi.”Selamat pagi, bisa bicara dengan pak Bagus? ” kata suara di seberang.”Yah, saya sendiri…” kataku.”Pak Bagus, ini Diana, yang mau ke showroom bapak…nanti saya datang jam 10 an pagi yah…” kata suara merdu itu.
    “Ok deh bu, saya tunggu nanti.” jawabku kegirangan.”Tapi pak, mm…. sopir saya lagi pulang kampung, dan pak Dani sudah ke amrik tadi pagi, bisakah bapak kesini? Maaf ya pak, kalo tidak menganggu.” katanya.”Wah bener juga, ntar kalo mobilnya langsung dibawa siapa yang nyetir yah?” pikirku.”Ok deh bu….saya segera ke sana ” jawabku.

    “Makasih pak, saya tunggu yah, bye ” katanya. Kemudian telpon ditutup.Wah pucuk dicinta ulam tiba……Akupun segera mandi dan membawa kijangku menuju rumah bu Diana.Tak usah berpanjang lebar..akhirnya aku antar bu Diana menuju showrom.”Pak Bagus udah nikah?” tanyanya membelah kebisuan.”Belum bu, Ibu udah berapa lama nikah sama pak Dani? Tanyaku

    “Ooo…belum toh, udah 6 tahun ini nikah sama pak Dani ” katanya.”Putranya berapa bu? ” tanyaku. Bu Diana terdiam sebentar.”Belum punya dik,….habisnya bapak sering ke LN” katanya.Wah kasihan bu Diana ini, udah lama nikah belum punya anak juga, sering ditinggal pergi pasti kesepian, pikiranku udah mulai ngeres.


    Tak lama kemudian sampailah ke showroom, dan bu Diana jadi membeli mobil tersebut.Dua hari kemudian, sore hari saat aku pulang kantor, telpon berbunyi.”Selamat sore dik Bagus, bisa ke sini sebentar? Saya mau menanyakan surat- surat mobil yang kemaren” katanya.”Memang kenapa bu? ” jawabku.

    “Yah kesini bentar aja dik, ibu tunggu loh” katanya.”Baik bu ” jawabku.Akupun langsung meluncur ke rumah bu Diana. Sampai di depan rumah pagar sudah terbuka, dan mobilku disuruhnya dimasukkan ke dalam saja, katanya banyak pencurian mobil akhir-akhir ini.

    Bu Diana menyilahkan aku masuk dan menutup pintu depan. Keadaan sepi saat itu, sepertinya tidak ada orang lagi di rumah itu.Kemudian bu Diana duduk di depanku. Dia mengenakan T- shirt, dan celana pendek. Tampak sangat cantik sekali sore itu. Dan tubuhnya harum sekali.

    “Ini loh dik, Ini dulu pernah ganti warna yah mobilnya…? ” katanya sambil merundukkan badan. Karena T-shirtnya longgar, kelihatan sepasang payudaranya yang menggantung, membuatku jadi tidak konsentrasi pada pertanyaannya.”Mm….ehh..y a bu…ada apa bu?” kataku tergagap gara – gara liatin sepasang payudaranya yang keliatan.

    “Wah di Bagus kenapa? ini loh dik, mobil ini pernah ganti cat yah?” tanyanya mengulangi sambil tersenyum simpul.”Oh.iya bu…..ini kebetulan dulu punya teman saya, memang pernah dicat ulang, soalnya dia suka bosenan orangnya” kataku.

    “Ohh…gitu yah….” katanya sambil manggut-mangut..”Dik Bagus, sebenernya ibu cuma mau ngajak di Bagus ke sini aja kok..nggak keberatan kan nemenin ibu.” katanya. Wah makin mengarah nih bu Diana.”Nggak bu…” sambil menahan nafas. Kemudian bu Diana duduk di sampingku dan meremas tanganku.

    “Panggil aja Diana….Bagus punya pacar?” tanyanya sambil memegang pundakku.Wah makin panas nih , pikirku. “Udah , tapi barusan putus” kataku sekenanya.Kemudian kuberanikan meremas tangannya kembali.”Diana kesepian yah…ditingal pak Dani…emang udah berapa hari gak gituan? ” tanyaku nekat.

    “Ah…kamu nakal deh., udah sebulan ini…..” katanya sambil tersenyum genit dan memegang pahaku. Wah makin nekat nih, pikirku. Jangan dilewatkan kesempatan ini bleh….. terdengar suara setan yang telah membelenggu diriku.Langsung kucium bibir Diana….aku lilit-lilit lidahnya dengan lidahku.Sepertinya diapun mengimbangi permainan lidahku di mulutnya.


    Kemudian aku mulai aku raba-raba payudaranya dari permukaan t-shirt yang dikenakannya.”Den…pindah ke kamar aja yookk” ajaknya.Kamipun pindah ke kamar. Luas sekali kamarnya, ukurannya 6×6 m. Ada springbed, home theatre, dan kamar mandinya.

    Akupun sudah nggak tahan lagi untuk mengeksplorasi setiap jengkal tubuh Diana.kubuka kaos yang dikenakannya, langsung aku kulum dan jilatin putingnya yang sudah mengeras.”Mmmm… mmmmm… mmmm…. hhsss…. aaahhhh… mmm” hanya desahan-desahan itu yang kudengar dari mulut Nia. Kemudian aku mulai ciumin lehernya yang jenjang, tanpa meninggalkan sejengkal pun.

    Aku jilatin lagi putingnya sambil meremas pelan-pelan setiap sudut sudut payudaranya. Sambil dia berdiri aku jilatin pusernya. Dianapun kelihatan mulai tak tahan lagi, dia pegangi rambutku sambil mendesah – desah tak karuan. Kemudian aku rebahkan dia di springbed. ” kamu buas banget deh den…..hhh” katanya sambil tersenyum genit.

    Kemudian aku angkat kakinya ke atas, aku jilatin jari – jari kakinya yang halus dan bersih, aku jilatin betisnya, sambil meraba – raba pahanya. Betisnya sangat halus dan terawat, begitupun dengan pahanya. Kemudian aku buka celana pendeknya , dan kangkangin kakinya membentukk huruf V. Wah ternyata dia nggak pake celana dalam. Kayaknya memang sudah persiapan buat ML.

    Kemudian aku jilatin jembutnya yang tipis dan rapi menghiasi kemaluannya .”Ahh Denn…. mmm… hhhh…. ahhhhh…. mmmm” hanya itu yang keluar dari mulut Diana ketika kujilati memeknya. Kemudian aku jilatin bibir memeknya atas bawah bergantian dengan pelan dan pasti. Tak kusisakan sejengkalpun untuk mengeksplorasi bibir memeknya.

    “Oohhhhhhh… mmmmm…… ahhhhh… Bagusymmm…. sshhh… mm……:” hanya itu yang berkali kali terdengar dari mulut Nia.Aku jilatin clitorisnya sambil aku lilit dengan lidahku keras-keras.”Ahhhh dennnn… laggiii… mmm….. dennnn.. ahhhh…” makin ngak jelas desahannya. Aku terus jilatin clitorisnya… aku masukkin jariku ke dalam memeknya dan aku keluar masukkin, sambil terus menjilatin clitorisnya.

    ” Ahhhh… mmmmm…… mm..ooohh… Dennnn.. aahhh….. kammu… apaiinnnn.. mmmemekku…. ohhhhh. ” katanya sambil mendesah desah nggak karuan dan menggoyang goyangkan pinggulnya kiri kanan.Aku lebih intensifkan jilatanku dan diapun mulai memegang – megang kepalaku dan akhirnya……..”Aahh…. denn… akkkuu……. nyammmpeee.. aaahh……. ahhhhhh…. mmm” katanya sambil membenam- benamkan mukaku ke memeknya.


    Terasa cairan membasahi lidahku…….. dan kemudian dia bangun dari posisinya dengan wajah berkucuran keringat. Dan payudaranya pun mengkilap basah oleh keringat, membuatku makin terangsang.”Denn.. kamu hebattt… belum pernah aku merasakan seperti ini” katanya sambil memelukku.

    “Terima kasih yah Den, sering- seringlah kamari. Aku selalu menunggumu…” bisiknya.

  • Foto Bugil cewek pamer toket besar dan pantat bahenol di kamarmandi

    Foto Bugil cewek pamer toket besar dan pantat bahenol di kamarmandi


    1699 views

    Duniabola99.com – foto model cantik melepas semua pakaiannya didalam kamar mandi manampilkan toketnya yang gede dan memeknya yang tanpa bulu.

  • Foto Bugil Cewek remaja Jeff Milton penuh energi dan menampilkan tubuh langsing

    Foto Bugil Cewek remaja Jeff Milton penuh energi dan menampilkan tubuh langsing


    1921 views

    Duniabola99.com – foto gadis remaja pirang Jeff Milton melepas semua pakiaannya diatas renjangnya memperlihatkan toketnya yang bulat dan menggangkang lebar kakinya memamerkan memeknya yang tanpa bulu berwarna pink sambil meloncat-loncat diatas tempat tidurnya.

  • Kisah Memek Bercumbu di Pom Bensin

    Kisah Memek Bercumbu di Pom Bensin


    2544 views

    Duniabola99.com – Panggil saja namaku Rezha, ini nama samaran di cerita,hhe. Statusku sekarang adalah sebagai mahasiswa di salah satu kampus yang letaknya di daerah Jakarta utara. Disini aku akan menceritakan cerita sex pribadiku yang pastinya bakal bikin para pembaca ngecrottt, hhe. Jadi begini awal mulanya, pada suatu ketika suatu hari aku baru pulang dari event yang diadakan oleh pertamina, kalau nggak salah 1 tahun yang lalu, pokoknya pas pertamina lagi promo gitu deh.

    Pada waktu itu kebetulan sekali aku para spg yang disewa oleh pihak pertamina yang pastinya cantik dan sexy abis pada mangkal tuh di pom kuningan. Maka dari itu aku-pun sering sekali membeli bensin di pom daerah kuningan. Nah pada saat itu akupun membeli bensin yang Spgnya cantik dan asik tentunya.

    Pada akhirnya pilihanku-pun jatuh kepada SPG yang warna kulitnya putih mulus, gak terlalu tinggi badanya standart, dan rambutnya terkuncir seperti ekor ayam gitulah, hhe. Oh iya saat itu aku membawa mobil, ketika aku sedang mebgisi bensin spg itu menyapa aku,

    “ Mas, noleh mengganggu waktunya sebentar, kalau boleh saya mau ganggu sebentar ? , ” sapanya.

    “ Apa Mbak, mau ganggu sebentar, hemmm… lama juga boleh kog Mbak,hhe… , ” ucapku.

    Mendengar jawabanku itu Spg itu-pun tersenyum manis sekali, bener-bener aduhai banget senyumanya para pembaca,lalu,

    “ Hehe, mas bisa aja deh, Oh iya ngomong-ngomong Mas namanya siapa ? , ” ucapnya.

    “ Oh nama aku Rezha Mbak, nama mbak sendiri siapa ? , ” tanyaku balik.

    “ Oh namaku Rikha Mas, saya boleh minta nomer handphone Mas nggak ?, , ” katanya. Aseanbet

    Saat itu aku dimintai nomer handphone karena memang seperti biasa kalau promo selalu dimintai biodata kita, entah itu promo rokok, atau produk lainya, lalu,

    “ Boleh dong, masak iya nggk boleh dimintain nomer handphone sama Mbak yang cantik ini, hhe, tapi nanti Mbak harustelfon saya ya nanti, hhe… ?, , ” ucapku menggoda.

    Pada saat itu Mbak Spg hanya tersenyum saja,

    “ Kog Cuma senyum sih Mbak, yaudah deh ini aku kasih nomer handphone aku, tapi ntar jangan lupa telefon aku Mbak yah, , ” ucapku lalu memberikan nomer handphoneku kepada Spg itu. Daftar , Main , Tarik Dana Ke Rekening Anda !!

    “ Hhe, makasih ya Mas, , ” ucapnya singkat kemudian berlalu begitu saja.

    Biar nggak bertele-tele ceritanya, singkat cerita kini aku-pun telah sampai dirumah. Sesampainya dirumah akupun langsung menuju dikamar dan menononton Tv di kamarku. Ketika aku sedang santai dan menikmati acara TV tidak kusangka ada telefon dari nomer yang tidak terdaftar di montak Hp-ku , karena penasaran aku-pun mengangkat telefon itu, dan ternyata itu adalah telefon dari seorang wanita,

    “ Siang Mas, ini benerkan nomer mas Rezha?, , ” ucapnya.

    “ Iya bener, ngomong-ngomong ini siapa yah, sori soalnya nomernya nggak ada dicontact hanphone saya, , ” tanyaku.

    “ Hemm… yaiyalah Mas pasti nggak tau nomer aku, akuaja baru tau nomer Mas tadi, , ” ucapnya.

    “ Wah… emangnya ini siapa sih ?, , ” tanyaku peasaran.

    “ Masak lupa sih, ini aku ini aku Rikha Yang tadi di pom bensin, , ” ucapnya.

    Wow, pucuk dicinta ulam-pun tiba, hha… emang kalau rejeki nggak kemana, lalu,

    “ Oh… Rikha, yaya aku inget, sori ya aku agak lupa soalnya aku baru nyampe rumah banget nih, , ” kataku.

    “ Iya nggak papa kok Zha,namanya juga baru kenal, wajar kalau lupa,hhe…, , ” ucapnya.

    “ Hhe, oh iya ngomong-ngomong kamu lagi dimana Rikha ??? ,, ” tanyaku basa-basi.

    “ Aku lagi dikosan aj nih, aku juga barusan pulang kok sama kayak kamu, hhe…, , ” ucapnya.

    Pada saat itu kami-pun mengobrol banyak di telefon, dalam obrolan kami dia-pun banyak cerita tentang kehidupanya dan memberitahukan dimana dia tinggal. Dari obrolan kami itu pada akhirnya akupun tahu kalau dia adalaha anka kos yang ngekos di daerah tebet dan statusnya adalah sebagai mahasiswa dikampus daerah taman puring.

    Setelah1 jam kami ngobrol, pada sebelum mengakhiri obrolan kami janjian untuk ketemuan tapi belum deal kapan dan dimana kami akan ketemuan. 1 hari kemudian tepatnya pada pukul 1 siang Rikha-pun menelefon aku, pada saat itu kebetulan aku sedang di kampus,


    “ Kamu lagi dimana nih Zha ?, , ” tanyanya.

    “ Oh ni aku lagi dikampus Kha, kamu sendiri dimana?, , ” tanyaku balik.

    “ Aku lagi prepare buwat berangkat kerja nih Zha, biasa sampingan jaga shift di Pom kemarin , , ” jawabnya.

    “ Oh gitu ya, emang kamu kerjanya sampai jam berapa Kha?, , ” tanyaku.

    “ Sampe jam 9 malem doang kok, , ” ucapnya.

    “ Ntar ntar jam 9 aku jemput ya Kha, mau nggak , pokoknya aku jam 9 udah sampai sana, ” ucapku.

    “ Boleh juga tuh Zha, oke deh aku tunggu nanti, see you Rezha, ” jawabnya.

    Lumayan nih ada temen maen, hhe… hari ini aku langsung ke mobil, ngambil stok ganja (andalan aku banget ini kalau lagi mau minta jatah ama selir), terus langsung sibuk ngelinting buat persiapan nanti. Pada akhirnya jam 8 malam aku-pun cabut dari kampus dan sampe spbu jam 9.

    Pada saat itu Rikha terlihat sudah siap buwat aku angkut tuh, setelaha ku mengahmpirinya dengan mpobilku dia langsung saja dia masuk mobil aku,

    “ Hey Zha apa kabar ?, ” sapanya. Daftar , Main , Tarik Dana Ke Rekening Anda !!

    “ Baik, nggak nyangka yah kamu beneran nelpon aku kemaren, ” kataku.

    “ Abis kamu lucu sih. aku suka aja, ” ucapnya.

    Hahaha, kena nih cewek, seketika itu Rezha junior aja tegang dan langsung manggut-manggut kesenengan gitu, hha… lalu,

    “ Yauda ni kita mau kemana ni ?, ” tanyaku.

    “ Ke kosan aku aja deh Zha, aku uda cape banget soalnya, ” ucapnya.

    Wah mantap nih ucap dalam hatiku,

    “ Ok deh, yauda tunjukin jalannya yah, oh iya nih biar ilang rasa capeknya, ” kataku sembari ngasih lintingan bag’s (ganja) ke Rikha.

    “ Wah, mantep nih Zha pas banget, aku demen banget nih ma ginian, masih ada lagi nggak ?, ” ucapnya girang.

    “ tenang aja, masih ada ada banyak kok, ntar aku bikinin lagi di kosan ya, ” ucapku.

    Pada saat itu Rikha nggak jawab, karena udah sibuk sendiri sama bag’s. Setelah beberapa waktu dalam perjalanan pada akhirnya kamipun akan sampai dikosan Rikha. Lalu Rikha-pun menunjukan kosanya,


    “ Zha belok kanan ya, nah itu kosan aku yang sebelah kanan pagernya warna kuning, ” ucapnya.

    Sesampainya didepan kosnya, pada saat itu kami-pun turun dan masuk ke kosannya. Ternyata kosannya campur gitu ( cowok/cowek). Aku-pun kemudian dibawa langsung masuk ke kamarnya Rikha. Kamarnya enak, kasurnya dibawah, ac nya dingin jadi ntar kalau Ml nggak keringetan nih kayaknya, wkwkwk. Kemudian kamipun ngobrol diatas kasur,

    “ Oh iya Zha, aku ini juga mahasiswi hlo Zha di kampus A, ” ucapnya.

    “ Oh, masi kuliah ?, ” tanyaku.

    “ Iya ni lagi ada kerjaan jadi SPG aja dari agency aku, ”

    “ Oh iya Zha, bikin lagi dong bags-nya ( ganja ), ” kata Rikha minta ganja.

    “ Oke deh, yauda aku bikin dulu ya bag’s-nya, ” ucapku lalu bergegas melinting daun kenikmatan.

    Saat itu ketika aku lagi asik-asiknya ngelinting, tiba-tiba dia berdiri,

    “ Aku ganti baju dulu ya Zha, ” kata Rikha.

    Aku kira dia mau keluar ganti di kamar mandi, eh taunya dia langsung copot kaos didalem kamar. Emang si ngebelakangin aku, tapi kurang ajar juga, nantangin gitu, Mantap juga nih. Bener-bener ni bocah nekat banget. Tanpa banyak kata aku langsung hampiri dia, aku peluk pinggangnya dari belakang sembari aku cium lehernya dari belakang,

    “ Eummmm… Sssss.. Aghhhh…. ” desah Rikha tanpa perlawanan, hanya menikmati ciumanku di lehernya.

    “ nantangin sih kamu Kha, masak iya ganti baju di depanku, ” kataku sambil terus nyiumin lehernya.

    Kemudian akun meneruskan aksiku dan tanganku yang udah naik ke dadanya yang saatb itu hanya memakai Bra, karena kaosnya uda dilepas sama dia,

    “ Haha, emang aku sengaja, weeekkk… kan biar kamu tergoda, ” ucapnya sambil menunjukan wajah genitnya. Daftar , Main , Tarik Dana Ke Rekening Anda !!

    Wah… liat mukanya yang nakal langsung naik drastis titit aku. titit aku jadi naik kena ke pantatnya,

    “ hahaha kok uda kenceng banget ?, ” kata Rikha sambil muter tubuh-nya dan meluk aku dari depan.

    “ hhe, ini tandanya aku udah Horny sayang, ” ucapku.

    Sumpah, pada saat itu aku udah horny banget. Saat Rikha hanya mencium bibirku dan berkata,

    “ Bag’s dulu yuk Zha, uda lama banget aku nggak ngebag’s, ” ucapnya.

    Pada saat itu terhentilah sementara percumbuan kami, dan kami-pun menuju ke kasur dan ngobrol lagi sambil ngebag’s. Enak banget coy, ngebag’s tapi di depannya ada cewek yang telanjang setengah badan. Ketika lagi asik ngebag’s, tiba-tiba aja dia iseng membuka Bra-nya, Wow.. nice banget toket-nya, nggak terlalu kenceng dan ga terlalu turun cocok lah sama selera aku, lalu,


    “ kamu ngeliatin apa Zha ?, ” ucapnya.

    “ Nggak kok, aku Cuma lagi ngerencanain gerakan-gerakan pas nanti aku ngisep toket kamu,hha…, ” ucapku,

    “ Hahaha Gila kamu Zha…, ” kata Rikha.

    “ Buka celananya dong, ga afdol kalau atasnya doang, ” kataku sambil nyengir.

    Rikha langsung berdiri dan ngebelakangin aku. ngelepas celana jeansnya dengan sensual sangat! pelan-pelan buka jeansnya, sambil mukanya ngeliat aku dengan muka menggoda. Beuh… mana pake g-string lagi, gila baru kali itu aku ngebag’s sambil di kasi private striptease, mantap nggak tuh. Setelah jeansnya lepas, Rikha duduk dan ngangkang.

    Sekarang dia ngelepas g-stringnya di depan mata aku dan di depan Rezha Junior. So wow… memek-nya ga ada bulu sama sekali, udah gitu memek-nya tembem menantang coy. Rikha yang uda telanjang merangkak mendekati aku dan berbisik,

    “ Aku pengen di enakin samau kamu Zha please !!!, ” ucapnya penuh birahi.

    Shit man… Rezha Junior langsung berdiri tegak menantang. Tanpa banyak kata aku lepas kaos aku sambil celana aku dipelorotin sama dia, untung aku cuma pake celana pendek,

    “ Aku mau isep kontol kamu yaaaa…, ” ucapnya.

    Pada saat itu Penis-kupun langsung disepong dengan cara yang sensual, dijilat dari pangkal batang sampe ujung kepala kontolku,

    “ Eummhh… enak Kha, emut terus sayang, Aghhhh…, ” desahku.

    Pada saat itu kontol aku langsung ditelen abis sama mulutnya, dan lanjut dikocokin sama mulutnya sambil tangannya meraba-raba buah zakarku,

    “ Oughh… Sssshhhh…. Teruss sayang, ” ucap nikmatku.

    Saat itu aku pun hanya terlentang sambil menikmati nimkatnya kuluman Rikha. Lidahnya ngejilatin semua batang kontol aku dan diakhiri dengan jilatan di ujung kepala. Setelah puas dengan kuluman Rikha, aku-pun mulai mengangkat tubuh-nya dan dia langsung ngambil posisi duduk diatas paha aku, lagi-lagi aku cuma pasrah dan membiarkan Rikha beraksi.

    Mulailah kini kontol-ku dipegang dan digesek-gesekkan ke memek-nya yang sudah becek itu, kemudian dengan perlahan Rikha mulai memasukan kontolku kedalam memeknya,

    “ Oughhhhhh… Ssssssshhh….,” desahnya. Daftar , Main , Tarik Dana Ke Rekening Anda !!

    Saat kontolku mulai masuk kedalam memek-nya, aku melihat mata Rikha berkaca-kaca menahan sakit. Walaaupun Rikha sudah tidak perawan lagi namun memek-nya masih sempit, kontol-ku saat itu terasa seperti terjepit namun nikmat. Setelah kontol aku di dalem memek-nya, dia mulai terbiasa dan mulai mengoyankan tubuh-nya naik turun,


    “ Oughhh… Sssshhh… enak kontol kamu Zha, Aghhh…, ” desah nikmatmya mulai terdengar.

    Yang ini belum seberapa, Rikha belom tau kalau aku punya jurus lidah setan kober,hha. Sambil Rikha masih goyang naik turun, aku jilatin puting kanan sambil aku mainin yang kiri, aku plintir dan aku isep putting-nya sampe dia berkata,

    “ Oughhh…. Geli ZhA.. Ssssss… Aghhhhh…, ” desahnya.

    Lalu tidak lama kemudian dia,

    “ Aghhhhhhhhhhhhh…. Aku keluar sayang… Aghhhhhhhh…. , ” desahnya.

    Setelah dia ngomong gitu, kontol aku serasa dipencet sama memek-nya dan kepala kontol aku serasa tersiram air hangat didalam memek Rikha. Enak banget kontol aku dipress sama memek-nya. Setelah mendapat klimaknya Rikha-pun roboh di atas tubuhku. Karean aku taaku kasi Rikha napas bentar.

    begitu aku rasa napasnya uda teratur, aku posisiin dia ke doggy style.

    Raut muka Rikha ngeliat ke belakang sambil tangannya yang ngelebarin memek-nya mempersilakan adek aku masuk langsung aku masukin kontol aku sampe mentok, untung aja memek-nya masi becek dan pantatnya Rikha yang ga terlalu besar. jadi kontol aku bisa masuk sampe dalem banget.

    waktu kontol aku mentok, mulut Rikha kebuka lebar nikmatin kontol aku.

    Mukanya meringis sakit bercampur nikmat,

    “ Oughhhh… panjang banget kontol sayang, masukin lagi kontol kamu lagi sayang yah !!!, ” pintanya.

    Tanpa banyak kata aku langsung aku tancap aja dengan rpm tinggi. aku goyang sambil aku pegangin pantatnya yang kecil tapi padet. Rikha ga kalah seksinya pasang gaya, sambil nungging, dia mainin klitoris-nya,

    “Ughhh… Ssssss… Aghhh… Enak Zha, teruss sayang… Aghhh, ” desahnya.

    Desahnya Rikha semakin membuat birahiku semakin membara, karena aku sudah tidak tahan dengan desahannya, aku-pun menggenjot terus memek-nya sambil aku cium leher belakangnya dan tangan aku yang meremas payudara-nya,

    “ Oughhh.. enak banget Zha, genjot terus memek aku Zha, Aghhhhhh… ” desahnya makin menggila.

    Karena aku rasa aku uda mau keluar, aku buru-buru ganti gaya ke gaya man on top, aku lepas kontol aku dan aku balik tubuh-nya dia. mungkin Rikha lagi tinggi banget ya, dia langsung ngangkang dan narik kontol aku buat langsung masuk memek-nya,

    “ Cepet masukin lagi sayang, Oughhhh… Ssssshhh…, ” pintanya.

    Aku goyang lagi kontol aku maju mundur sambil kita ciuman dengan liar, tidak lama kemudian aku merasa kalau aku uda mau. Begitu aku mau narik kontol aku, Rikha melingkarkan kakinya di pantat aku buat nahan kontol aku agar tetep di memek-nya, Daftar , Main , Tarik Dana Ke Rekening Anda !!


    “ keluarin di dalem aja Sayang, biar kamunya enak, Oughhh… ” pintanya.

    Dengan full speed aku goyang lagi kontol-ku asal-asalan biar cepet keluar, dan tidak lama kemudian,

    “ Aku mau keluar sayang …. Aghhhhhhh, ” ucapku penuh kenikmatan.

    “ Keluarin di dalem sayangg…, ” teriak Rikha.

    “ Croooottttt… Crottt… Crottt… Crottt…”

    Akhirnya air manikupun keluar dengan derasnya membanjiri memek Rikha. Setelah puas menyemburkan air mani-ku didalam memek Rikha, aku-pun melepas kontolku dan kemudian akupun tiduran di sampingnya. Gila, capek banget, mungkin aja gara-gara ML-nya sambil ngebag’s kali ya,hha.

    Pada saat itu karena kami lelah, kami berdua-pun ketiduran dengan posisi masih telanjang bulat sembari berpelukan.

    Setelah beberapa saat aku tertidur aku-pun terbangun sekitar jam 3 dini hari, dan aku bergegas memakai pakaianku kembali. Setelah itu aku membangunkan Rikha untuk berpamitan pulang karena jam 7 pagi aku harus kuliah,


    “ Say, aku aku cabut dulu yah, aku nggak soalnya nanti aku ada ujian jam 7 pagi, ” ucapku.

    “ Iya Rezha sayang, yaudah ati-ati yah, besok-besok kabarin lagi yah ?, ”

    “ iya sayang bey… emuaachhh…., ” ucapku sembari mencium keningya.

    Setelah kejadian itu aku-pun tidak pernah bertemu Rikha lagi, soalnya aku udah kebanyakan stok selir-selir nakal, hhe. So, Rikha jadi nggak keurus deh karena kalah saing sama selir-selir nakalku yang lain.

  • Ngentot Adik Ipar Di Samping Istriku

    Ngentot Adik Ipar Di Samping Istriku


    12417 views

    Duniabola99.com – Usiaku sudah hampir mencapai tiga puluh lima, ya sekitar 3 tahunan lagi lah. Aku tinggal bersama mertuaku yang sudah lama ditinggal mati suaminya akibat penyakit yang dideritanya. Dari itu istriku berharap aku tinggal di rumah supaya kami tetap berkumpul sebagai keluarga tidak terpisah. Di rumah itu kami tinggal 7 orang, ironisnya hanya aku dan anak lakilakiku yang berumur 1 tahun berjenis kelamin cowok di rumah tersebut, lainnya cewek.

    Jadi begini nih ceritanya. Awal September lalu aku tidak berkerja lagi karena mengundurkan diri. Harihari kuhabiskan di rumah bersama anakku, maklumlah ketika aku bekerja jarang sekali aku dekat dengan anakku tersebut. Hari demi hari kulalui tanpa ada ketakutan untuk stok kebutuhan bakal akan habis, aku cuek saja bahkan aku semakin terbuai dengan kemalasanku.

    Pagi sekitar pukul 9 wib, baru aku terbangun dari tidur. Kulihat anak dan istriku tidak ada disamping, ah mungkin lagi di beranda cetusku dalam hati. Saat aku mau turun dari tempat tidur terdengar suara jeritan tangis anakku menuju arah pintu. seketika itu pula pintu kamar terbuka dengan tergesanya. Oh ternyata dia bersama tantenya Rosa yang tak lain adalah adik iparku, rupanya anakku tersebut lagi pipis dicelana. Rosa mengganti celana anakku, Kemana mamanya, Sa? tanyaku. Lagi ke pasar Bang jawabnya Emang gak diberi tau, ya? timpalnya lagi. Aku melihat Rosa pagi itu agak salah tingkah, sebentar dia meihat kearah bawah selimut dan kemudian salah memakaikan celana anakku. Kenapa kamu? tanyaku heran hmm Anu bang sambil melihat kembali ke bawah.

    Oh maaf ya, Sa? terkejut aku, rupanya selimut yang kupakai tidur sudah melorot setengah pahaku tanpa kusadari, aku lagi bugil. Hmmm tadi malam abis tempur sama sang istri hingga aku kelelahan dan lupa memakai celana hehehe.


    Anehnya, Rosa hanya tersenyum, bukan tersenyum malu, malah beliau menyindir Abis tempur ya, Bang. Mau dong Katanya tanpa ragu Haaa Kontan aja aku terkejut mendengar pernyataan itu. Malah kini aku jadi salah tingkah dan berkeringat dingin dan bergegas ke toilet kamarku

    Dua hari setelah mengingat pernyataan Rosa kemarin pagi, aku tidak habis pikir kenapa dia bisa berkata seperti itu. Setahu aku tuh anak paling sopan tidak banyak bicara dan jarang bergaul. Ah masa bodoh lah, kalau ada kesempatan seperti itu lagi aku tidak akan menyianyiakannya. Gimana gak aku siasiakan, Tuh anak mempunyai badan yang sangat seksi, Kulit sawo matang, rambut lurus panjang. Bukannya sok bangga, dia persis kayak bintang film dan artis sinetron Titi kamal. Kembali momen yang kutunggutunggu datang, ketika itu rumah kami lagi sepisepinya. Istri, anak dan mertuaku pergi arisan ke tempat keluarga almahrum mertua laki sedangkan iparku satu lagi pas kuliah. Hanya aku dan Rosa di rumah. Sewaktu itu aku ke kamar mandi belakang untuk urusan saluran air, aku berpapasan dengan Rosa yang baru selesai mandi. Wow, dia hanya menggunakan handuk menutupi buah dada dan separuh pahanya. Dia tersenyum akupun tersenyum, seperti mengisyaratkan sesuatu.

    Selagi aku menyalurkan hajat tibatiba pintu kamar mandi ada yang menggedor.
    Siapa? tanyaku
    Duhhhh kan cuma kita berdua di rumah ini, bang jawabnya.
    Oh iya, ada apa, Sa? tanyaku lagi
    Bang, lampu di kamar aku mati tuh
    Cepatan dong!!
    Oo iya, bentar ya balasku sambil mengkancingkan celana dan bergegas ke kamar Rosa.

    Aku membawa kursi plastik untuk pijakan supaya aku dapat meraih lampu yang dimaksud.
    Sa, kamu pegangin nih kursi ya? perintahku OK, bang balasnya.
    Kok kamu belum pake baju? tanyaku heran.
    Abisnya agak gelap, bang?
    ooo!?
    Aku berusaha meraih lampu di atasku. Tibatiba saja entah bagaimana kursi plastik yang ku injak oleng ke arah Rosa. Dan braaak aku jatuh ke ranjang, aku menghimpit Rosa..
    Ouou apa yang terjadi. Handuk yang menutupi bagian atas tubuhnya terbuka.
    Maaf, Sa
    Gak apaapa bang
    Anehnya Rosa tidak segera menutup handuk tersebut aku masih berada diatas tubuhnya, malahan dia tersenyum kepadaku. Melihat hal seperti itu, aku yakin dia merespon. Kontan aja barangku tegang.

    Kami saling bertatap muka, entah energi apa mengalir ditubuh kami,
    dengan berani kucium bibirnya, Rosa hanya terdiam dan tidak membalas.
    Kok kamu diam?
    Ehmm malu, Bang
    Aku tahu dia belum pernah melakukan hal ini. Terus aku melumat bibirnya yang tipis berbelah itu. Lamakelamaan ia membalas juga, hingga bibir kami saling berpagutan. Kulancarkan serangan demi serangan, dengan bimbinganku Rosa mulai terlihat bisa meladeni gempuranku. payudara miliknya kini menjadi jajalanku, kujilati, kuhisap malah kupelintir dikit.
    Ouhh sakit, Bang. Tapi enak kok
    Sa tubuh kamu bagus sekali, sayang ouhmmm Sembari aku melanjutkan kebagian perut, pusar dan kini hampir dekat daerah kemaluannya. Rosa tidak melarang aku bertindak seperti itu, malah ia semakin gemas menjambak rambutku, sakit emang, tapi aku diam saja.

    Sungguh indah dan harum memeknya Rosa, maklum ia baru saja selesai mandi. Bulu terawat dengan potongan tipis. Kini aku menjulurkan lidahku memasuki liang vaginanya, ku hisap sekuatnya sangkin geramnya aku.
    Adauuu. sakiiit tentu saja ia melonjak kesakitan.
    Oh, maaf Sa
    Jangan seperti itu dong merintih ia
    Ayo lanjutin lagi pintanya
    Tapi, giliran aku sekarang yang nyerang aturnya kemudian


    Tubuhku kini terlentang pasrah. Rosa langsung saja menyerang daerah sensitifku, menjilatinya, menghisap dan mengocok dengan mulutnya.
    Ohhh Sa, enak kali sayang, ah? kalau yang ini entah ia pelajari
    dari mana, masa bodo ahh!!
    Duh, gede amat barang mu, Bang
    Ohhh.
    Bang, Rosa sudah tidak tahan, nih masukin punya mu, ya Bang
    Terserah kamu sayang, abang juga tidak tahan Rosa kini mengambil posisi duduk di atas tepat agak ke bawah perut ku. Ia mulai memegang kemaluanku dan mengarahkannya ke lubang vaginanya. semula agak sulit, tapi setelah ia melumat dan membasahinya kembali baru agak sedikit gampang masuknya.
    Ouuuahhhhh. seluruh kemaluanku amblas di dalam goa kenikmatan milik Rosa.
    Awwwh, Baaaang.. akhhhhh Rosa mulai memompa dengan menopang dadaku. Tidak hanya memompa kini ia mulai dengan gerakan maju mundur sambil meremasremas payu daranya.

    Hal tersebut menjadi perhatianku, aku tidak mau dia menikmatinya sendiri. Sambil bergoyang aku mengambil posisi duduk, mukaku sudah menghadap payudaranya.Rosa semakin histeris setelah kujilati kembali gunung indahnya.
    Akhhhh aku sudah tidak tahan, bang. Mau keluar nih.

    Awwwhhh??
    Jangan dulu Sa, tahan ya bentar hanya sekali balik kini aku sudah berada diatas tubuh Rosa genjotan demi genjotan kulesakkan ke memeknya. Rosa terjeritjerit kesakitan sambil menekan pantatku dengan kedua tumit kakinya, seolah kurang dalam lagi kulesakkan.

    Ampuuuun ahhhh trus, Bang
    Baaang goyangnya cepatin lagi, ahhhh dah mau keluar nih
    Rosa tidak hanya merintih tapi kini sudah menarik rambut dan meremas tubuhku.
    Oughhhhh abang juga mau keluar, Zzhaa kugoyang semangkin cepat, cepat dan sangat cepat hingga jeritku dan jerit Rosa membahana di ruang kamar.
    Erangan panjang kami sudah mulai menampakan akhir pertandingan ini.
    ouughhhhh. ouhhhhhh
    Enak, Baaaangg.
    Iya sayang. ehmmmmmm kutumpahkan spermaku seluruhnya ke dalam vagina Rosa dan setelah itu ku sodorkan kontol ke mulutnya, kuminta ia agar membersihkannya.
    mmmmmmuaaachhhhh dikecupnya punyaku setelah dibersihkannya dan itu pertanda permainan ini berakhir, kamipun tertidur lemas.

    Kesempatan demi kesempatan kami lakukan, baik dirumah, kamar mandi, di hotel bahkan ketika sambil menggendongku anakku, ketika itu di ruang tamu. Dimanapu Rosa siap dan dimanapun aku siap.

  • Video Bokep Eropa Christina toket gede direkam dari dekat

    Video Bokep Eropa Christina toket gede direkam dari dekat


    1783 views

  • Nafsu Tinggi Birahi Seksku

    Nafsu Tinggi Birahi Seksku


    2510 views

    Duniabola99.com – Perjalanan Bisnis ke Surabaya sebenarnya sungguh menyenangkan, karena akan ketemu dengan sobat lama yang sudah lama kutinggalkan, sayangnya suamiku Hendra tidak bisa menemaniku karena kesibukannya.

    Dengan ditemani Andi, salah satu seorang kepercayaanku, kami terbang dengan flight sore supaya bisa istirahat dan besok bisa meeting dalam keadaan fresh dan tidak loyo karena harus bangun pagi pagi, mengingat meeting besok aku perkirakan akan berlangsung cukup alot karena menyangkut negosiasi dan kontrak, disamping itu meeting dengan Pak Reza, calon clien, jadwalnya jam 10:00 pagi.

    Pukul 19:00 kami check in di Sheraton Hotel, setelah menyelesaikan administrasinya kami langsung masuk ke kamar masing masing untuk istirahat.

    Kurendam tubuhku di bathtub dengan air hangat untuk melepas rasa penat setelah seharian meeting di kantor menyiapkan bahan meeting untuk besok. Cukup lama aku di kamar mandi hingga kudengar HP ku berdering, tapi tak kuperhatikan, paling juga suamiku yang lagi kesepian di rumah, pikirku.

    Usai merendam diri, kukeringkan tubuhku dengan handuk menuju ke kamar. Kukenakan pakaian santai, celana jeans straight dan kaos ketat full press body tanpa lengan hingga lekuk tubuhku tercetak jelas, kupandangi penampilanku di kaca, dadaku kelihatan padat dan menantang, cukup attraktif, di umurku yang 32 tahun pasti orang akan mengira aku masih berumur sekitar 27 tahun.

    Kutelepon ke rumah dan HP suamiku, tapi keduanya tidak ada yang jawab, lalu kuhubungi kamar Andi yang nginap tepat di sebelah, idem ditto. Aku teringat miss call di HP-ku, ternyata si Rio, gigolo langgananku di Jakarta, kuhubungi dia.

    “hallo sayang, tadi telepon ya” sapaku
    “mbak Lily, ketemu yok, aku udah kangen nih, kita pesta yok, ntar aku yang nyiapin pesertanya, pasti oke deh mbak” suara dari ujung merajuk
    “pesta apaan?”
    “pesta asik deh, dijamin puas, Mbak Cuma sediakan tempatnya saja, lainnya serahkan ke Rio, pasti beres, aku jamin mbak” bujuknya
    “emang berapa orang” tanyaku penasaran
    “rencanaku sih aku dengan dua temanku, lainnya terserah mbak, jaminan kepuasannya Rio deh mbak”
    “asik juga sih, sayang aku lagi di Surabaya nih, bagaimana kalo sekembalinya aku nanti”
    “wah sayang juga sih mbak, aku lagi kangen sekarang nih”
    “simpan saja dulu ya sayang, ntar pasti aku kabari sekembaliku nanti”
    “baiklah mbak, jangan lupa ya”
    “aku nggak akan lupa kok sayang, eh kamu punya teman di Surabaya nggak?” tanyaku ketika tiba tiba kurasakan gairahku naik mendengar rencana pestanya Rio.
    “Nah kan bikin pesta di Surabaya” ada nada kecewa di suaranya
    “gimana punya nggak, aku perlu malam ini saja”
    “ada sih, biar dia hubungi Mbak nanti, nginapnya dimana sih?”
    “kamu tahu kan seleraku, jangan asal ngasih ntar aku kecewa”
    “garansi deh mbak”

    Kumatikan HP setelah memberitahukan hotel dan kamarku, lalu aku ke lobby sendirian, masih sore, pikirku setelah melihat jam tanganku masih pukul 21:00 tapi cukup telat untuk makan malam.

    Cukup banyak tamu yang makan malam, kuambil meja agak pojok menghadap ke pintu sehingga aku bisa mengamati tamu yang masuk. Ketika menunggu pesanan makanan aku melihat Pak Reza sedang makan bersama seorang temannya, maka kuhampiri dan kusapa dia.

    “malam Bapak, apa kabar?” sapaku sambil menyalami dia
    “eh Mbak Lily, kapan datang, kenalin ini Pak Edwin buyer kita yang akan meng-export barang kita ke Cina” sambut Pak Reza, aku menyalami Pak Edwin dengan hangat.
    “silahkan duduk, gabung saja dengan kami, biar lebih rame, siapa tahu kita tak perlu lagi meeting besok” kelakar Pak Edwin dengan ramah.
    “terima kasih Pak, wah kebetulan kita bertemu di sini, kan aku nginap di hotel ini” jawabku lalu duduk bergabung dengan mereka.

    Kami pun bercakap ringan sambil makan malam, hingga aku tahu kalau Pak Edwin dan Pak Reza ternyata sobat lama yang selalu berbagi dalam suka dan duka, meskipun kelihatannya Pak Reza lebih tua, menurut taksiranku sekitar 45 tahun, sementara Pak Edwin, seorang chinesse, mungkin usianya tidak lebih dari 40 tahun, maximum 37 tahun perkiraanku. Setelah selesai makan malam, aku pesan red wine kesukaanku, sementara mereka memesan minuman lain yang aku tidak terlalu perhatikan.

    “Bagaimana dengan besok, everything is oke?” Tanya Pak Reza
    “Untuk Bapak aku siapkan yang spesial, kalau tahu bapak ada disini pasti kubawa proposalku tadi” kelakarku sambil tersenyum melirik Pak Edwin, si cina ganteng itu.

    Tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 22:30, cukup lama juga kita ngobrol dan entah sudah berapa gelas red wine yang sudah meluncur membasahi tenggorokanku hingga kepalaku agak berat, tak pernah aku minum wine sebanyak ini, pengaruh alcohol sepertinya sudah menyerangku. Tamu sudah tidak banyak lagi disekitar kami. Kupanggil waitres untuk menyelesaikan pembayaran yang di charge ke kamarku.

    Kamipun beranjak hendak pulang ketika tiba tiba kepalaku terasa berat dan badanku terhuyung ke Pak Edwin, Pak Reza sudah duluan pergi ketika Pak Edwin memeluk dan membimbingku ke lift menuju kamar, aku sendiri sudah diantara sadar dan tidak, ketika Pak Edwin mengambil tas tanganku dan mengambil kunci kamar lalu membukanya.
    Dengan hati hati Pak Edwin merebahkan tubuhku di ranjang, dilepasnya sepatu hak tinggiku dan perlahan membetulkan posisi tubuhku, aku sudah tak ingat selanjutnya.

    Kesadaranku tiba tiba timbul ketika kurasakan dadaku sesak dan ada kegelian bercampur nikmat di antara putingku, kubuka mataku dengan berat dan ternyata Pak Edwin sedang menindih tubuhku sambil mengulumi kedua putingku secara bergantian, tubuhku sudah telanjang, entah kapan dia melepasnya begitu juga Pak Edwin yang hanya memakai celana dalam.

    Bukannya berontak setelah kesadaranku timbul tapi malah mendesah kenikmatan, kuremas rambut kepala Pak Edwin yang masih bermain di kedua buah dadaku. Tangannya mulai mempermainkan selangkanganku, entah kapan dia mulai menjamah tubuhku tapi kurasakan vaginaku sudah basah, aku Cuma mendesah desah dalam kenikmatan.

    “sshh.. eehh.. eegghh” desahku membuat Pak Edwin makin bergairah, dia kemudian mencium bibirku dan kubalas dengan penuh gairah.

    Kuraba selangkangannya dan kudapati tonjolan mengeras di balik celananya, cukup besar pikirku. Sambil berciuman, kubuka celana dalamnya. Dia menghentikan ciumannya untuk melepas hingga telanjang, ternyata penisnya yang tegang tidak sedasyat yang aku bayangkan, meski diameternya besar tapi tidak terlalu panjang, paling sepanjang genggamanku, dan lagi belum disunat, ada rasa sedikit kecewa di hatiku, tapi tak kutunjukkan.

    Dia kembali menindih tubuhku, diciuminya leherku sambil mempermainkan lidahnya sepanjang leher dan pundakku, lalu turun dan berputar putar di buah dadaku, putingku tak lepas dari jilatannya yang ganas, jilatannya lalu beralih ke perut terus ke paha dan mempermainkan lututku, ternyata jilatan di lutut yang tak pernah kualami menimbulkan kenikmatan tersendiri. Daerah selangkangan adalah terminal terakhir dari lidahnya, dia mempermainkan klitoris dan bibir vaginaku sambil jari tangannya mulai mengocok vaginaku.

    “sshh.. eegghh.. eehhmm.. ya Pak..truss Pak” desahku merasakan kenikmatan dari jilatan dan kocokan jari Pak Edwin.

    Pak Edwin kembali ke atasku, kakinya dikangkangkan di dadaku sambil menyodorkan penisnya, biasanya aku tak mau mengulum penis pada kesempatan pertama, tapi kali ini entah karena masih terrpengaruh alcohol atau karena aku terlalu terangsang, maka kuterima saja penisnya di mulutku. Kupermainkan ujung kepalanya dengan lidah lalu turun ke batang penis, kemudian tak lupa kantung bolanya dan terakhir kumasukkan penis itu ke dalam mulutku, cukup kesulitan juga aku mengulum penisnya karena batang itu memang besar.

    Dia mengocok mulutku dengan penisnya selama beberapa saat, cukup kewalahan juga aku menghadapi kocokannya untung, tidak berlangsung lama. Pak Edwin kembali berada diantara kakiku, disapukannya penisnya ke bibir vaginaku lalu mendorong tanpa kesulitan berarti hingga melesaklah penis itu ke vaginaku semua, aku merasa masih banyak ruang kosong di bagian dalam vaginaku meski di bagian luarnya terasa penuh oleh besarnya batang penis Pak Edwin.

    “ehh.. sshh.. eeghghgh” aku mulai mendesah ketika Pak Edwin mulai mengocokkan penisnya, dengan cepat dia mengocokku seperti piston pada mesin mobil yang tancap gas, ada perbedaan rasa atas kocokan pada penis yang tidak disunat itu, gesekan pada dinding vaginaku kurang greger, tapi tak mengurangi kenikmatan malahan menambah pengalaman, tanpa ampun pantatnya turun naik di atas tubuhku sambil menciumi leher jenjangku, kurasakan kenikmatan dari kocokannya dan kegelian di leherku.

    Pak Edwin menaikkan tubuhnya dan bertumpu pada lutut dia mengocokku, dengan posisi seperti ini aku bisa melihat expresi wajahnya yang kemerahan dibakar nafsu, tampak sekali rona merah diwajahnya karena kulitnya yang putih tipikal orang cina, wajah gantengnya bersemu kemerahan. Kutarik wajahnya dan kucium bibirnya karena gemas, kocokannya makin cepat dan keras, keringat sudah membasahi tubuhnya meski belum terlalu lama kami bercinta. Kugoyangkan pantatku mengimbangi gerakannya, ternyata itu membuat dia melambung ke atas dan menyemprotlah spermanya di vaginaku, kepala penisnya kurasakan membesar dan menekan dinding vaginaku, denyutnya sampai terasa di bibir vaginaku, lalu dia terkulai lemas setelah menyemprotkan spermanya hingga habis.

    Agak kecewa juga aku dibuatnya karena aku bahkan belum sempat merasakan sensasi yang lebih tinggi, terlalu cepat bagiku, tak lebih dari sepuluh menit.

    “sorry aku duluan” bisiknya di telingaku sambil tubuhnya ditengkurapkan di atas tubuhku.
    “nggak apa kok, ntar lagi” kataku menghibur diri sendiri, kudorong tubuhnya dan dia rebah disampingku, dipeluknya tubuhku, dengan tetap telanjang kami berpelukan, napasnya masih menderu deru.

    Aku berdiri mengambil Marlboro putih dari tas tanganku, kunyalakan dan kuhisap dalam dalam dan kuhembuskan dengan keras untuk menutup kekesalan diriku.

    “I need another kontol” pikirku kalut

    Kulihat di HP ada SMS dari Rio dengan pesan “namanya Rino, akan menghubungi mbak, dari Rio”
    Jarum jam sudah menunjukkan 23:20, berarti cukup lama aku tadi tidak sadarkan diri sampai akhirnya “dibangunkan” Pak Edwin, kulihat Pak Edwin sudah terlelap kecapekan, kupandangi dia, dengan postur tubuh yang cukup atletis dan wajah yang ganteng sungguh sayang dia tidak bisa bertahan lama, pikirku.

    Kunyalakan Marlboro kedua untuk menurunkan birahiku yang masih tinggi setelah setelah mendapat rangsangan yang tak tuntas, lalu kucuci vaginaku dari sperma Edwin, kalau tidak ingat menjaga wibawa seorang boss, sudah kuminta si Andi menemaniku malam ini, tapi ketepis angan itu karena akan merusak hubungan kerjaku dengannya.
    Kulayangkan pandanganku keluar, gemerlap lampu Kota Surabaya masih kukenali meski sudah bertahun tahun kutinggalkan. Kalau tidak ada Pak Edwin mungkin sudah kuhubungi Rio untuk segera mengirim Rino kemari, tapi aku jadi nggak enak sama dia.

    Ketika akan kunyalakan batang rokok ketiga, kudengar bel pintu berbunyi, agak kaget juga ada tamu malam malam begini, kuintip dari lubang intip di pintu, berdiri sosok laki laki tegap dengan wajah ganteng seganteng Antonio Banderas, maka kukenakan piyama dan kubuka pintu tanpa melepaskan rantai pengamannya.

    “mbak Lily? saya Rino temannya Rio” sapanya

    Agak bingung juga aku, disatu sisi aku membutuhkannya apalagi dengan penampilan dia yang begitu sexy sementara di sisi lain masih ada Pak Edwin di ranjang.

    “Sebentar ya” kataku menutup pintu kembali, terus terang aku nggak tahu bagaimana menentukan sikap, sebenarnya aku nggak keberatan melayani mereka berdua malah itu yang aku harapkan tapi bagaimana dengan Pak Edwin, rekanan bisnis yang baru beberapa jam yang lalu aku kenal, tentu aku harus menjaga citraku sebagai seorang bisnis women professional, aku bingung memikirkannya.
    “kudengar ada bel pintu, ada tamu kali” kata Pak Edwin dari ranjang
    “eh..anu..enggak kok Pak” jawabku kaget agak terbata
    “jangan panggil Pak kalau suasana begini, apalagi dengan apa yang baru saja terjadi, panggil Edwin atau Koh Edwin saja, toh hanya beberapa tahun lebih tua”
    “iya teman lama, nggak penting sih, tapi kalau bapak keberatan aku suruh dia pulang biar besok dia kesini lagi” kataku
    “ah nggak pa pa kok, santai saja” jawabnya ringan.

    Aku kembali membuka pintu tapi aku yang keluar menemui dia di depan pintu, kini kulihat jelas postur tubuhnya yang tinggi dan atletis, usia paling banter 26 tahun, makin membuat aku kepanasan.

    “di dalam ada rekanku, bilang aja kamu teman lama dan apapun yang terjadi nanti suka atau nggak suka kamu harus terima bahkan kalau aku memintamu untuk pulang tanpa melakukan apa apa kamu harus nurut, besok aku telepon lagi, aku mohon pengertianmu” kataku pada Rino tegas.
    “Nggak apa mbak, aku ikuti saja permainan Mbak Lily, aku percaya sama Rio dan aku orangnya easy going kok mbak, pandai membawa diri” katanya lalu kupersilahkan masuk.

    Kulihat Edwin masih berbaring di ranjang dengan bertutupkan selimut. Aku jadi canggung diantara dua laki laki yang baru kukenal ini sampai lupa mengenalkan mereka berdua, basa basi kutawari Rino minuman, tiba tiba Edwin bangkit dari ranjang dan dengan tetap telanjang dia ke kamar mandi. Aku kaget lalu melihat ke Rino yang hanya dibalas dengan senyuman nakal.

    “wah ngganggu nih” celetuk Rino
    “ah enggak udah selesai kok”jawabku singkat
    “baru akan mulai lagi, kamu boleh tinggal atau ikutan atau pergi terserah kamu, tapi itu tergantung sama Lily” teriak Edwin dari kamar mandi, entah basa basi atau bercanda atau serius aku nggak tau.
    “Rio udah cerita sama aku mengenai mbak” bisik Rino pelan supaya tidak terdengar Edwin.

    Edwin keluar dari kamar mandi dengan tetap telanjang, dia mendekatiku menarikku dalam pelukannya lalu mencium bibirku, tanpa mempedulikan keberadaan Rino dia melorotkan piyamaku hingga aku telanjang di depan mereka berdua. Kami kembali berpelukan dan berciuman, tangan Edwin mulai menjamah buah dadaku, meraba raba dan meremasnya. Ciumannya turun ke leherku hingga aku mendongak kegelian, kemudian Edwin mengulum putingku secara bergantian, kuremas remas rambutnya yang terbenam di kedua buah dadaku.

    Kulihat Rino masih tetap duduk di kursi, entah kapan dia melepas baju tapi kini dia hanya mengenakan celana dalam mini merahnya, benjolan dibaliknya sungguh besar seakan celana dalamnya tak mampu menampung kebesarannya.

    Badannya begitu atletis tanpa lemak di perut menambah ke-sexy-annya. Melihat potongan tubuhnya berahiku menjadi cepat naik disamping rangsangan dan serbuan dari Edwin di seluruh tubuhku, kupejamkan mataku sambil menikmati cumbuan Edwin.

    Ketika jilatan Edwin mencapai selangkanganku, kuraskan pelukan dan rabaan di kedua buah dadaku dari belakang, kubuka mataku ternyata Edwin sedang sibuk di selangkanganku dan Rino berada di belakangku. Sambil meraba raba Rino menciumi tengkuk dan menjilati telingaku membuat aku menggelinjang kegelian mendapat rangsangan atas bawah depan belakang secara bersamaan, terutama yang dari Rino lebih menarik konsentrasiku.

    Mereka merebahkan tubuhku di ranjang, Edwin tetap berkutat di vaginaku sementara Rino beralih mengulum putingku dari kiri ke kanan. Kugapai penis Rino yang menegang, agak kaget juga mendapati kenyataan bahwa penisnya lebih panjang, hampir dua kali punya Edwin meski batangnya tidak sebesar dia, tapi bentuknya yang lurus ke depan dan kepalanya yang besar membuat aku semakin ingin cepat menikmatinya, kukocok kocok untuk mendapatkan ketegangan maximum dari penisnya.
    Edwin membalikkan tubuhku dan memintaku pada posisi doggie, Rino secara otomatis menempatkan dirinya di depanku hingga posisi penisnya tepat menghadap ke mukaku persisnya ke mulutku.

    Untuk kedua kalinya Edwin melesakkan penisnya ke vaginaku dan langsung menyodok dengan keras hingga penis Rino menyentuh pipiku. Kuremas penis itu ketika Edwin dengan gairahnya mengobok obok vaginaku. Tanpa sadar karena terpengaruh kenikmatan yang diberikan Edwin, kujilati Penis Rino dalam genggamanku dan akhirnya kukulum juga ketika Edwin menghentakkan tubuhnya ke pantatku, meski tidak sampai menyentuh dinding terdalam vaginaku tapi kurasakan kenikmatan demi kenikmatan pada setiap kocokannya.

    Kukulum penis Rino dengan gairah segairah kocokan Edwin padaku, Rino memegang kepalaku dan menekan dalam dalam sehingga penisnya masuk lebih dalam ke mulutku meski tidak semuanya tertanam di dalam. Sambil mengocok tangan Edwin meraba raba punggungku hingga ke dadaku, sementara Rino tak pernah memberiku peluang untuk melepaskan penisnya dari mulutku.

    “eegghhmm.. eegghh” desahku dari hidung karena mulutku tersumbat penis Edwin.

    Tak lama kemudian Edwin menghentikan kocokannya dan mengeluakan penisnya dari vaginaku meski belum kurasakan orgasmenya, Rino lalu menggantikan posisi Edwin, dengan mudahnya dia melesakkan penisnya hingga masuk semua karena memang batangnya lebih kecil dari penis Edwin, kini ini kurasakan dinding bagian dalam vaginaku tersentuh, ada perasaan menggelitik ketika penis Rino menyentuhnya. Dia langsung mengocok perlahan dengan penuh perasaan seakan menikmatai gesekan demi gesekan, makin lama makin cepat, tangannya memegang pinggangku dan menariknya berlawanan dengan gerakan tubuhnya sehingga penisnya makin masuk ke dalam mengisi rongga vaginaku yang tidak berhasil terisi oleh penis Edwin.

    Ada kenikmatan yang berbeda antara Edwin dan Rino tapi keduanya menghasilkan sensasi yang luar biasa padaku saat ini. Cukup lama Rino menyodokku dari belakang, Edwin entah kemana dia tidak ada di depanku, mungkin dia meredakan nafsunya supaya tidak orgasme duluan.

    Rino lalu membalikku, kini aku telentang di depannya, ditindihnya tubuhku dengan tubuh sexy-nya lalu kembali dia memasukkan penisnya, dengan sekali dorong amblaslah tertelan vaginaku, dengan cepat dan keras dia mengocokku, penisnya yang keras dengan kepala besar seakan mengaduk aduk isi vaginaku, aku mendesah tak tertahan merasakan kenikmatan yang kudapat.

    “eehh..yess..fuck me hard..yess” desahku mulai ngaco menerima gerakan Rino yang eksotik itu.

    Sambil mendesah kupandangi wajah tampan Antonio Banderas-nya yang menurut taksiranku tidak lebih dari 26 tahun, membuat aku makin kelojotan dan tergila gila dibuatnya. Kulihat Edwin berdiri di samping Rino, tatapan mataku tertuju pada penisnya yang terbungkus kondom yang menurutku aneh, ada asesoris di pangkal kondom itu, sepertinya ada kepala lagi di pangkal penisnya. Kulihat dia dan dia membalas tatapanku dengan pandangan dan senyum nakal.

    Ditepuknya pundak Rino sebagai isyarat, agak kecewa juga ketika Rino menarik keluar penisnya disaat saat aku menikmatinya dengan penuh nafsu. Tapi kekecewaan itu tak berlangsung lama ketika Edwin menggantikan posisinya, begitu penisnya mulai melesak masuk kedalam tak kurasakan perbedaannya dari sebelumnya tapi begitu penisnya masuk semua mulailah efek dari kondom berkepala itu kurasakan, ternyata kepala kondom itu langsung menggesek gesek klitorisku saat Edwin menghunjam tajam ke vaginaku, klitorisku seperti di gelitik gelitik saat Edwin mengocok vaginaku, suatu pengalaman baru bagiku dan kurasakan kenikmatan yang aneh tapi begitu penuh gairah.

    Edwin merasakan kemenangan ketika tubuhku menggelinjang menikmati sensasinya. Rino kembali mengulum putingku dari satu ke satunya, lalu tubuhnya naik ke atas tubuhku dan mekangkangkan kakinya di kepalaku, disodorkannya penisnya ke mulutku, aku tak bisa menolak karena posisinya tepat mengarah ke mulut, kucium aroma vaginaku masih menempel di penisnya, langsung kubuka mulutku menerima penis itu. Sementara kocokan Edwin di vaginaku makin menggila, kenikmatannya tak terkirakan, tapi aku tak sempat mendesah karena disibukkan penis Rino yang keluar masuk mulutku. Aku menerima dua kocokan bersamaan di atas dan dibawah, membuatku kewalahan menerima kenikmatan ini.

    Setelah cukup lama mengocokku dengan kondom kepalanya, Edwin menarik keluar penisnya dan melepaskan kondomnya lalu dimasukkannya kembali ke vaginaku, tak lama kemudian kurasakan denyutan dari penis Edwin yang tertanam di vaginaku, denyutannya seakan memelarkan vaginaku karena terasa begitu membesar saat orgasme membuatku menyusul beberapa detik kemudian, dan kugapailah kenikmatan puncak dari permainan sex, kini aku bisa mendapatkan orgasme dari Edwin. Tahu bahwa Edwin telah mendapatkan kepuasannya, Rino beranjak menggantikan posisi Edwin, tapi itu tak lama, dia memintaku untuk di atas dan kuturuti permintaannya.

    Rino lalu telentang di sampingku, kunaiki tubuhnya dan kuatur tubuhku hingga penisnya bisa masuk ke vaginaku tanpa kesulitan berarti.

    Aku langsung mengocok penisnya dengan gerakan menaik turunkan pantatku, buah dadaku yang menggantung di depannya tak lepas dari jamahannya, diremasnya dengan penuh gairah seiring dengan kocokanku. Gerakan pinggangku mendapat perlawanan dari Rino, makin dia melawan makin dalam penisnya menancap di vagina dan makin tinggi kenikmatan yang kudapat. Karena gairahku belum turun banyak saat menggapai orgasme dengan Edwin, maka tak lama kemudian kugapai lagi orgasme berikutnya dari Rino, denyutanku seolah meremas remas penis Rino di vaginaku.

    “OUUGGHH.. yess.. yess.. yess” teriakku

    Rino yang belum mencapai puncaknya makin cepat mengocokku dari bawah, tubuhku ambruk di atas dadanya, sambil tetap mengocokku dia memeluk tubuhku dengan erat, kini aku Cuma bisa mendesah di dekat telinganya sambil sesekali kukulum. Tak berapa lama kemudian Rino pun mencapai puncaknya, kurasakan semprotan sperma dan denyutan yang keras di vaginaku terutama kepala penisnya yang membesar hingga mengisi semua vaginaku.

    “oouuhh..yess..I love it” teriakku saat merasakan orgasme dari Rino.

    Kurasakan delapan atau sembilan denyutan keras yang disusul denyutan lainnya yang melemah hingga menghilang dan lemaslah batang penis di vaginaku itu.
    Kami berpelukan beberapa saat, kucium bibirnya dan akupun berguling rebahan di sampingnya, Rino memiringkan tubuhnya menghadapku dan menumpangkan kaki kanannya di tubuhku sambil tangannya ditumpangkan di buah dadaku, kurasakan hembusan napasnya di telingaku.

    “mbak Lily sungguh hebat” bisiknya pelan di telingaku.

    Aku hanya memandangnya dan tersenyum penuh kepuasan. Cukup lama kami terdiam dalam keheningan, seolah merenung dan menikmati apa yang baru saja terjadi.

    Akhirnya kami dikagetkan bunyi “beep” satu kali dari jam tangan Rino yang berarti sudah jam 1 malam.

    “Rino, kamu nginap sini ya nemenin aku ya, Koh Edwin kalau nggak keberatan dan tidak ada yang marah di rumah kuminta ikut nemenin, gimana?” pintaku
    “Dengan senang hati” jawabnya gembira, Rino hanya mengangguk sambil mencium keningku.

    Kami bertiga rebahan di ranjang, kumiringkan tubuhku menghadap Edwin, kutumpangkan kaki kananku ke tubuhnya dan tanganku memeluk tubuhnya, sementara Rino memelukku dari belakang, tangannya memegang buah dadaku sementara kaki kanannya ditumpangkan ke pinggangku.Tak lama kemudian kami tertidur dalam kecapekan dan penuh kenangan, aku berada ditengah diantara dua laki laki yang baru kukenal beberapa jam yang lalu.

    Entah berapa lama kami tidur dengan posisi seperti itu ketika kurasakan ada sesuatu yang menggelitik vaginaku, kubuka mataku untuk menepis kantuk, ternyata Rino berusaha memasukkan penisnya ke vaginaku dari belakang dengan posisi seperti itu. Kuangkat sedikit kaki kananku untuk memberi kemudahan padanya, lalu kembali dia melesakkan penisnya ke vaginaku, aku masih tidak melepaskan pelukanku dari Edwin sementara Rino mulai mengocokku dari belakang dengan perlahan sambil meremas remas buah dadaku.

    Tanganku pindah ke penis Edwin dan mengocoknya hingga berdiri, tapi anehnya Edwin masih memejamkan matanya, sepuluh menit kemudian Rino kurasakan denyutan kuat dari penis Rino pertanda dia orgasme, tanpa menoleh ke Rino aku melanjutkan tidurku, tapi ternyata Edwin sudah bangun, dia memintaku menghadap ke Rino ganti dia yang mengocokku dari belakang seperti tadi sambil aku memeluk tubuh Rino dan memegangi penisnya yang sudah mulai melemas.

    Berbeda dengan kocokan Rino yang pelan pelan, Edwin melakukan kocokan dengan keras disertai remasan kuat di buah dadaku sampai sesekali aku menjerit dalam kenikmatan, cukup lama Edwin mengocokku hingga aku mengalami orgasme lagi beberapa detik sebelum dia mengalaminya, kemudian kami melanjutkan tidur yang terputus.

    Kami terbangun sekitar pukul delapan ketika telepon berbunyi, kuangkat dan ternyata dari Andi.

    “pagi bu, udah bangun?” tanyanya dari seberang
    “pagi juga Andi, untung kamu bangunin kalau tidak bisa ketinggalan meeting nih, oke kita ketemu di bawah pukul 9, tolong di atur tempat meetingnya, cari yang bagus” jawabku memberi perintah
    “beres bu” jawabnya
    “Edwin, aku ada meeting dengan Pak Reza jam 10, kamu bagaimana?” tanyaku
    “lho meetingnya kan juga sama sama aku” jawab Edwin
    “oh ya? dia tidak pernah cerita tuh, dia Cuma bilang meetingnya antara aku, dia dan satu orang lagi rekannya”
    “oke anyway, aku tak mau datang ke tempat meeting dengan pakaian yang sama dengan kemarin”
    “Ayo mandi lalu kita cari pakaian di bawah” kataku
    “Rino, kamu boleh tinggal disini atau pergi, tapi yang jelas aku nanti memerlukanmu setelah meeting” kataku sambil menuju ke kamar mandi menyusul Edwin yang mandi duluan.

    Kami berdua mandi dibawah pancuran air hangat, kami saling menyabuni satu sama lain, dia memelukku dari belakang sambil meremas remas buah dadaku dan menjilati telingaku, kuraih penisnya dan kukocok, tubuh kami yang masih berbusa sabun saling menggesek licin, ternyata membuatku lebih erotis dan terangsang. Tanpa menunggu lebih lama kuarahkan angkat kaki kananku dan mengarahkan penisnya ke vaginaku, dengan ketegangannya ditambah air sabun maka mudah baginya untuk masuk ke dalam, Edwin langsung menancapkan sedalam dia bisa. Pancuran air panas membasahi tubuh kami berdua lebih romantis rasanya, tapi itu tak berlangsung lama ketika Edwin menyemprotkan spermanya di dalam vaginaku, tidak banyak dan tidak kencang memang tapi cukuplah untuk memulai hari ini dengan dengan penuh gairah.

    Setelah mandi aku mengenakan pakaian kerja resmi, entah mengapa kupilih pakaian yang resmi tapi santai, mungkin karena terpengaruh perasaanku yang lagi bergairah maka tanpa bra kukenakan tank top dan kututup dengan blazer untuk menutupi putingku yang menonjol di balik tank top-ku, lalu kupadu dengan rok mini sehingga cukup kelihatan resmi, aku merasa sexy dibuatnya.

    Kutinggalkan amplop berisi uang di meja dan kucium Rino.

    “Kalau kamu mau mau keluar ada uang di meja, ambil saja ntar aku hubungi lagi, kalau mau tinggal up to you be my guest” bisikku yang dibalas ciuman dan remasan di buah dadaku.

    Pukul 9:15 kami keluar kamar, bersamaan dengan Andi keluar dari kamarnya tepat ketika aku keluar bersama Edwin dan Rino memberiku ciuman di depan pintu, dia menoleh ke arah kami tapi segera memalingkan wajahnya ke arah lain seolah tidak melihat, tapi aku yakin dia melihatnya.

    “Morning Andi” sapaku
    “eh morning Bu, ruang meeting sudah aku atur dan semua dokumen sudah saya siapkan, copy file-nya ada di laptop ibu” jawabnya memberi laporan ketika kami menuju lift.
    “Thanks Ndi” jawabku singkat.

    Kami bertiga terdiam di lift, aku yang biasanya banyak bicara mencairkan suasana jadi kaku dan salah tingkah, masih memikirkan apa yang ada di pikiran Andi bahwa aku keluar dari kamar dengan seorang laki laki dan ada laki laki lainnya di kamarku, ah persetan pikirku, saking kikuknya sampai aku lupa mengenalkan Edwin pada Andi. Dalam kebekuan kuamati Andi dari bayangan di cermin lift, baru kusadari kalau sebenarnya Andi mempunyai wajah tampan dan berwibawa, meski umurnya baru 27 tahun tapi ketegasan tampak di kerut wajahnya. Sedikit lebih tinggi dariku tapi karena aku pakai sepatu hak tinggi, maka kini aku lebih tinggi darinya, posturnya tubuhnya cukup proporsional karena dia sering cerita kalau fitness secara teratur 3 kali seminggu, aku baru sadar bahwa selama ini aku nggak pernah melihat Andi sebagai seorang laki laki, tapi lebih kepada pandangan seorang Bos ke anak buahnya.

    Diluar dugaan, Andi ternyata memergokiku saat mengamatinya, pandangan mata kami bertemu di pantulan cermin.

    “Ting”, untunglah lift terbuka, aku segera keluar menghindar dari pandangan Andi, kami langsung breakfast setelah terlebih dulu mencarikan Edwin pakaian dan dasi pengganti, meski Shopping Arcade masih belum buka karena terlalu pagi, tapi dengan sedikit paksaan akhirnya mereka mau juga melayani kami.
    “Eh Bu Lily, saya kok belum dikenalin dengan Mas ini” Tanya Edwin bersikap resmi, mengingatkanku akan kekonyolanku pagi ini.
    “Oh iya, Andi, ini Pak Edwin, clien dari Pak Reza yang akan menjual produk kita ke Cina yang berarti Clien kita juga, dan nanti Pak Edwin akan gabung dengan kita di meeting” kataku yang disambut uluran tangan Edwin ke Andi.
    “Pak Edwin, Andi ini salah satu orang kepercayaan saya, dialah yang in charge nanti, meski baru dua tahun ikut saya tapi naluri bisnisnya boleh di uji” lanjutku memuji Andi, itu biasa kulakukan untuk memperbesar rasa percaya diri anak buah sekaligus supaya
    clien lebih confident.

    Ini adalah breakfast terlama yang pernah aku alami, serba salah tingkah dan yang pasti aku tak berani memandang Andi, entah mengapa. Untunglah Edwin bisa mencairkan suasana bengan berbagai joke-nya.

    Bertiga kami masuk ke ruang meeting yang sudah di booking Andi, ternyata cukup nyaman suasananya, tidak seperti ruang meeting biasa yang kaku dan menjemukan, tapi lebih terkesan bernuansa santai tapi serius, Meeting table bulat dengan dikelilingi 6 kursi putar, sementara dipojokan ada sofa dan meja kecil, di ujung yang lain terdapat tea set lengkap dengan electric kettle.

    Aku dan Andi duduk bersebelahan menyiapkan dokumen di meja, kuletakkan laptop di depanku, Pak Edwin duduk di sebelah kiriku.

    “Ndi tolong nyalakan laptop, aku ke toilet sebentar” kataku sambil meninggalkan mereka berdua. Kuhabiskan sebatang
    Marlboro di toilet untuk menghilangkan keteganganku dan kurapikan baju dan make up ku.

    Pak Reza sudah berada di ruangan ditemani dengan wanita yang muda dan cantik ketika aku kembali ke ruangan meeting.

    “Pagi Pak Reza, pagi Bu” sapaku sambil menyalami mereka berdua
    “Pagi juga Mbak Lily, anda kelihatan cantik pagi ini” kata Pak Reza
    “emang selama ini nggak cantik” jawabku
    “Lily” sapaku pada wanita di samping Pak Reza sambil mengulurkan tangan
    “Lisa” jawabnya sambil tersenyum manis
    “bukan begitu, tapi pagi ini lebih cantik dan cerah”
    “Oh Mbak Lisa, selama ini kita hanya bertemu lewat telepon dan faximile” kataku lagi
    “dan sekarang inilah dia orangnya” lanjut Pak Reza.

    Ternyata Andi belum menyalakan laptopku, agak marah juga aku melihat dia tidak melaksanakan perintahku, maka dengan mata melotot ke arahnya kuambil kembali laptopku dari hadapannya lalu kunyalakan. Betapa terkejutnya aku ketika laptop itu menyala, tampak di monitor laptopku seorang wanita sedang telentang menerima kocokan di vaginanya sementara mulutnya mengulum penis kedua dan tangan satunya memegang penis ketiga, aku baru tersadar kalau sebelum berangkat dari kantor kemarin sempat membuka koleksi pic yang ada laptop-ku dan karena buru buru mungkin saat mematikan laptop bukan “shut down” yang aku pilih tapi “stand by”. Mukaku merah dibuatnya, untung tak ada yang memperhatikan, langsung aku “re-booting”, kulirik Andi tapi dia menyiapkan document dan tidak memperhatikanku, pantesan dia langsung mematikannya, pikirku. Aku jadi lebih salah tingkah lagi terhadap Andi, tapi segera aku kembali konsentrasi untuk meeting ini.

    Meeting dimulai dengan presentasi Andi dan dilakukan tanya jawab, justru yang banyak bertanya adalah Lisa dan itu dilayani dengan cekatan oleh Andi, sementara aku Cuma kadang kadang saja menguatkan pendapat Andi atau membantunya membuat keputusan untuk menerima atau klarifikasi, hal ini kulakukan untuk lebih meyakinkan Lisa maupun Pak Reza disamping untuk memperbesar rasa percaya diri pada Andi. Cukup alot juga pembicaraan antara mereka berdua, tapi aku tak mau mencampuri sebelum dia benar benar kepepet. Aku kagum sama Lisa yang cantik tapi piawai dalam negosiasi.

    Setelah masalah teknis dan kontrak selesai sampailah pada masalah harga dan itu adalah tugasku dengan Pak Reza, dengan beberapa alternatif harga yang aku tawarkan akhirnya dicapailah kesepakatan.

    “Ndi, kamu revisi dan di print di Business Center supaya bisa ditandatangani sekarang juga, jangan lupa materei-nya” perintahku
    “baik bu”jawabnya lalu dia keluar sambil membawa laptopku dokumen dokumen yang diperlukan.

    Kupesan champagne merayakan kerja sama ini ketika Andi sudah meninggalkan ruangan.

    “Selamat Mbak Lily semoga sukses dengan kerja sama kita ini” Pak Edwin menyalamiku sambil mencium kedua pipiku.

    Aku menyalami lalu memeluk Lisa dan menempelkan pipiku padanya.

    “Anda begitu hebat dalam negosiasi” kataku

    Tanpa kuduga dia menjawab berbisik di telingaku.

    “terima kasih, Pak Reza tahu lho apa yang terjadi tadi malam di tempat Ibu”
    “oh ya? apa itu”jawabku kaget
    “Pak Edwin menginap di tempat mbak” katanya pelan mengagetkanku
    “dan satu orang cowok lagi” lanjutnya

    Kulepas pelukannya dan kupandangi Lisa yang masih kelihatan polos itu, lalu pandanganku beralih ke Edwin sebagai protes, tapi dia hanya mengerutkan kening dan mengangkat bahu saja sambil senyum.
    Tak sempat terbengong lebih lama, Pak Reza menyalamiku

    “Selamat atas kerja sama kita” katanya sambil menyalamiku dan tak kusangka sangka dia menarik tubuhku ke pelukannya
    “I know what you did last night” katanya sambil mempererat pelukannya dan mengelus elus punggungku.

    Aku masih tertegun tak merespon ucapan maupun tindakan Pak Reza, tapi kurasakan buah dadaku tergencet di dadanya saat dia memelukku erat.

    “Pak Reza banyak orang, malu ah” jawabku pelan
    “banyak orang? ini kan kita kita juga” jawabnya tanpa melepas pelukannya tapi malah meremas pantatku

    Kulirik Pak Edwin, dia hanya bediri di pojok melihat kami, sementara Lisa malah mendekat ke Pak Edwin.

    “Mari kita rayakan kerja sama ini dengan penuh persahabatan” bisiknya sambil mencium pipi dan bibirku bersamaan dengan tangannya menyingkap rok miniku hingga ke pinggang, aku yakin Lisa maupun Edwin bisa melihat celana dalam model “Thong” yang hanya terdapat penutup segitiga kecil di depan, hingga pasti mereka sudah melihat pantatku.

    Ciuman Pak Reza sudah sampai di leherku, dilepasnya blazer yang menutupi bagian luarku hingga tampak tank top pink yang kukenakan dibaliknya. Dengan hanya mengenakan tank top, maka tampaklah putingku yang menonjol di baliknya.

    Sebenarnya aku bisa saja menolak cumbuan Pak Reza kalau mau, tapi melihat pandangan Pak Reza yang penuh wibawa dan wajahnya yang galak tegas membuat aku takluk dalam pelukan dan ciumannya. Bukan ketakutan masalah bisnis, aku yakin sebagai seorang professional dia bisa membedakan antara bisnis dan pribadi, tapi memang pada dasarnya aku juga mau dicumbunya.

    Kulihat Pak Edwin sudah berciuman dengan Lisa sementara tangannya meremas remas buah dada Lisa yang montok itu.
    Pak Reza lalu menelentangkan tubuhku di atas meja meeting, disingkapkan rokku dan dari celah celana dalam mini dia mulai menciumi dan menjilati vaginaku dengan gairahnya.

    Tiba tiba kami dikagetkan ketukan di pintu, segera aku berdiri dan membetulkan rok miniku dan kuambil blazerku, tapi Pak Reza memberi tanda supaya nggak usah dipakai.

    Lisa membuka pintu, ternyata room boy yang mengantar champagne pesananku, Lisa menerima dan menyelesaikan pembayarannya ke kamarku dan dia minta supaya di depan pintu diberi tanda “DO NOT DISTURB”, setelah mengunci pintu Lisa membuka dan menuangkan untuk kami.

    Pak Reza tak mau kehilangan waktu, begitu pintu ditutup, dia kembali memelukku lalu menurunkan tali tank top ku hingga ke tangan, setelah meremas remas sambil mencium leherku, ditariknya tank topku hingga ke perut, maka terpampanglah buah dadaku di depan semua orang.

    “wow, very nice breast, begitu kencang, I love it” komentar Pak Reza lalu kepalanya dibenamkan di antara kedua bukit itu sambil tangannya meremas remasnya.

    Ciumannya dengan cepat berpindah ke puncak bukit dan secara bergantian dia mengulum dari satu puncak ke puncak lainnya. Dengan cepat ciuman Pak Reza turun ke perut dan selangkanganku setelah terlebih dahulu melemparkan tank top ke Edwin dan kembali merebahkan aku di meja meeting, dijilatinya vaginaku dari balik celana dalamku.

    Edwin mendekatiku dari atas lalu mencium bibirku dan meremas buah dadaku kemudian mengulum putingnya, sementara jilatan Pak Reza makin menggila di vaginaku, tapi aku tak berani mendesah. Lisa sudah melepas blazernya hingga kelihatan buah dadanya yang montok menantang dibalik kaos you can see ketatnya, dia hanya duduk memperhatikan kami, tak seorangpun menyentuh champagne yang sudah kupesan, ternyata akulah yang menjadi santapan selamat, bukan champagne itu. Disaat aku lagi meregang dalam kenikmatan, kembali kami dikagetkan suara handle pintu dibuka, lalu berganti dengan ketukan.

    “Andi” teriakku panik aku tak ingin Andi melihatku dalam keadaan seperti ini, akan mengurangi wibawaku dimatanya.
    Kudorong kepala Pak Reza dengan halus, aku mencari tank top atau blazerku tapi terlambat, Lisa sudah membuka dengan hati hati pintu itu dan masuklan Andi dengan membawa laptop dan dokumen dokumennya sebelum aku sempat menutupi tubuh atasku.

    Kulihat wajah Andi melongo terkaget kaget melihat aku duduk di meja meeting dalam keadaan topless dan kaki di atas kursi, sementara Pak Reza masih jongkok di bawahku dan Edwin ada dibelakangku dengan bertelanjang dada.

    “eh ma..ma..maaf mengganggu” katanya lalu berbalik ke pintu, tapi Lisa segera menghalangi dan menutup kembali pintu itu.
    “Udah duduk saja di sini” jawab Lisa sambil menghalangi pintu itu dengan tubuhnya.
    “tapi..tapi ..tapi ini harus ditandatangani” jawabnya belum sadar dengan apa yang terjadi.
    “nggak ada tapi, tanda tangan mah gampang, sini aku Bantu” kata Lisa sambil mengambil dokumen dan laptop dari tangan Andi dan meletakkannya di meja pojok ruangan di samping champagne..
    “taruh di sini saja, kamu lihat sendiri kan mereka sedang sibuk” kata Lisa sambil menarik Andi duduk disebelahnya di sofa.

    Kulihat wajah Andi masih melongo kaget melihat bagaimana tingkah lakuku.

    “Sudah terlambat, persetan, apa yang terjadi terjadilah” pikirku dan kembali telentang di meja menuruti permintaan Pak Reza, dipelorotnya rok mini dan celana dalamku.

    Pada mulanya agak risih juga bertelanjang di depan Andi tapi selanjutnya sudah tak kuperhatikan lagi kehadiran Andi di ruangan itu ketika lidah Pak Reza dengan cantiknya kembali menggelitik klitorisku. Edwin membimbing tanganku dan dipegangkan ke penisnya yang sudah tegang, ternyata dia sudah mengeluarkan penisnya dari lubang resliting, tanpa menunggu lebih lama kukocok penis itu.

    Pak Reza melepas celana dalamku dan dilemparkannya ke arah Lisa dan Andi, ternyata Lisa sudah duduk di pangkuan Andi dan mereka sedang berciuman.

    Pak Reza menarikku duduk di tepi meja, ternyata dia masih berpakaian lengkap, kubantu melepaskan pakaiannya, lalu aku jongkok di depannya, kupelorotkan celananya, ternyata dia tidak memakai celana dalam, dan wow penisnya yang menegang membuatku terpesona, besar dengan guratan otot di batangnya menonjol dengan jelas.

    Segera kujilati kepala penisnya dan memasukkan kepala penisnya ke mulutku, kupermainkan dengan lidahku di dalam, tak tahan diperlakukan seperti itu, Pak Reza menaikkanku kembali duduk di meja, disapukannya kepala penis itu ke bibir vaginaku, pelan pelan mendorong hingga masuk semua lalu didiamkannya sejenak, maka melesaklah penis kedua di hari untuk vaginaku. Dia memandangku dengan penuh nafsu, mencium bibirku, lalu mulai menggoyangkan pantatnya maju mundur mengocok vaginaku, tangannya meraba buah dadaku lalu wajahku dan jarinya dimasukkan ke mulutku, kukulum dan kupermainkan jarinya dengan lidahku.

    Pak Edwin mendekat lalu meremas remas buah dadaku, kuraih penisnya yang masih tegang nongol dari lubang resliting dan kukocok seirama kocokan Pak Reza.

    Kudengar desahan dari tempat lain, ternyata Lisa sudah semi telanjang di pangkuan Andi sedang mendapat kuluman dan remasan darinya di kedua putingnya, buah dada Lisa yang montok itu hampir menutup wajah Andi yang sedang terbenam di celah celahnya. Melihat hal itu, Pak Edwin meninggalkan kami menuju ke Lisa dan Andi, segera dia mengulum puting Lisa yang merah menantang berbagi dengan Andi, mendapat kuluman dari dua orang, Lisa sepertinya ingin teriak tapi ditahannya dengan menggigit jarinya.

    Setelah puas mengocokku dari depan sambil meremas remas buah dadaku, Pak Reza memintaku berbalik, maka aku berdiri membelakangi dia dan tubuhku membungkuk ke depan bertumpu pada meja, kaki kananku kunaikkan di kursi, Pak Reza kembali melesakkan penisnya di vaginaku, dia mengocok dengan kerasnya hingga meja meeting itu begoyang goyang. Dengan posisi seperti ini aku bisa melihat Lisa sedang duduk di sofa menerima jilatan Andi di vagina mengulum penis Pak Edwin yang berdiri di sampingnya.

    Kocokan Pak Reza serasa menggesek semua sisi dinding vaginaku, begitu nikmat hingga aku melayang dibuatnya, ingin aku menjerit karenanya tapi kutahan dengan menggigit bibirku.

    Terbuai oleh kenikmatan dari Pak Reza, tanpa kusadari ternyata Lisa, Andi dan Edwin ternyata sudah bergeser ke meja di dekatku hingga aku bisa melihat dengan jelas bagaimana Andi mempermainkan klitoris Lisa sambil mengocokkan jarinya, ternyata dia sudah mahir juga, batinku. Sementara Pak Edwin berada di antara aku dan Lisa, sambil mengulum puting Lisa dia meremas buah dadaku.

    Terkaget aku ketika melihat Andi mengusapkan penisnya di vagina Lisa, ternyata penis Andi begitu besar, sepertinya jauh lebih besar dari punya Pak Reza apalagi Pak Edwin, mungkin sama besar dengan punya suamiku tapi dengan bentuk yang melengkung ke atas membuatku ingin menikmatinya, itu adalah bentuk penis favoritku.

    Sepertinya dia kesulitan memasukkan penis besarnya ke vagina Lisa, berulang kali dia berusaha memasukkan tapi gagal meski vagina Lisa sudah basah, dicoba lagi dan dicoba lagi hingga berhasil meski hanya separuh, tapi Lisa sudah menggelinjang gelinjang entah kesakitan atau ke-enak-an. Kupegang tangannya dan dia meremasnya dengan kuat saat Andi berusaha mendorong lebih dalam, memasukkan mili demi mili penisnya ke dalam vagina Lisa. Sementara kocokan Pak Reza juga tak kalah nikmatnya, goyangannya semakin bervariasi menghunjam vaginaku dari berbagai arah dan gerakan. Tangan kami saling meremas dalam kenikmatan.

    Andi mulai mengocok Lisa dengan perlahan dan semakin lama semakin cepat, desah tertahan keluar dari hidung Lisa, dia kelojotan menerima kocokan Andi meskipun pelan menurutku, sambil meremas buah dada Lisa Andi mulai mempercepat dan menyodok dengan keras. Remasan tangan Lisa makin kencang, sekencang kocokan Andi padanya.

    “Aaauughh..eeghh..ss” teriak Lisa tak dapat menahan kenikmatan yang diberikan Andi.
    “sstt” bisikku sambil menutupkan tanganku ke mulutnya, meski aku sendiri sedang terbakar nafsu dan kenikmatan.

    Andi mengocok Lisa dengan penuh gairah nafsu, buah dada Lisa yang besar bergoyang goyang liar seiring dengan kocokannya, tapi segera dihentikan dengan kuluman Pak Edwin yang sepertinya nggak rela membiarkan buah dada itu bergoyang sendirian.

    Kokocakan Pak Reza sungguh bervariasi, baik kecepatan, arah maupun goyangannya, sungguh trampil dia dalam bercinta, membuatku panas dingin dibuatnya.

    Setelah puas mengocokku, Pak Reza menarik keluar penisnya, dan digantikan dengan Pak Edwin mengocokku. Aku berjongkok di kursi dan tanganku bersandarkan sandaran kursi hingga Pak Edwin mengocokku dengan doggie style dengan tetap menghadap ke Lisa dan Andi dan juga Pak Reza yang kini berdiri di sisi Andi menunggu giliran sambil meremas dan mengulum buah dada Lisa yang montok manantang itu menggantikan posisi Pak Edwin.

    Andi mengocok Lisa makin ganas, dengan satu kaki terangkat di pundaknya sedang satu kaki lagi dipegang tangannya dengan posisi terpentang pasti penis Andi melesak masuk ke vagina Lisa hingga menyentuh dinding terdalamnya, dengan disertai dorongan yang keras pasti Lisa sudah terbang ke awang awang kenikmatan.
    Andi lalu memiringkan tubuh Lisa hingga dia menghadap ke arahku, lalu dia kembali mengocoknya dengan keras, buah dada Lisa ikut bergoyang goyang seirama kocokan Andi. “gila hebat juga ini anak” batinku.

    Kocokan Pak Edwin tak terlalu kuperhatikan karena setelah mendapatkan Pak Reza punya Pak Edwin tidaklah terlalu berasa meski aku bisa menikmati sedikit kenikmatan yang berbeda, dengan melihat bagaimana Andi memperlakukan Lisa aku bisa dengan cepat bergairah kembali, maka kugoyangkan pantatku melawan gerakan Pak Edwin, secepat kocokan Andi pada Lisa, aku begitu horny dibuatnya, sambil berharap supaya Andi tidak orgasme di vagina Lisa terlebih dahulu supaya aku bisa menikmati semprotan pertamanya.

    Sambil menunggu giliran yang belum juga diberikan Andi, Pak Reza menggapai buah dadaku dan tangan satunya meremas buah dada Lisa yang lebih montok seolah hendak membandingkan, kedua tangannya meremas dua buah dada yang berlainan bentuk dan ukuran.

    Aku sudah khawatir cemas kalau ternyata Andi menyemprotkan spermanya di vagina Lisa terlebih dahulu, karena sudah cukup lama dia mengocokkan penisnya ke vagina Lisa, sudah setengah jam lebih.

    “gila kuat juga si Andi ini” batinku.

    Kini Andi mengocok Lisa dengan posisi doggie di atas kursi, meniru posisiku hingga kami saling berhadapan, buah dada Lisa yang besar menggantung dan bergoyang dengan indahnya ketika Andi mengocoknya, Pak Reza yang masih menunggu giliran dari Andi duduk di meja antara kami, hingga kami bisa mengulumnya secara bersamaan antara kuluman dan jilatan. Lisa mengulum maka aku menjilati sisanya begitu juga sebaliknya, dua lidah di satu penis.

    Mendapatkan perlakuan seperti itu dari dua wanita cantik seperti aku dan Lisa membuat Pak Reza merem melek, tangannya meremas rambutku juga rambut Lisa. Sepertinya Lisa sudah bisa merasakan nikmatnya penis Andi yang besar itu hingga dia bisa membagi konsentrasi dengan kuluman pada penis Pak Reza.

    Andi menghentikan kocokannya dan menyerahkan Lisa ke Bos-nya dan mereka bertukar tempat, Andi mengganti posisi pada mulut Lisa setelah terlebih dahulu memutar kursi Lisa menjauh dariku, kecewa juga aku dibuatnya karena tidak bisa menikmati penis Andi itu, ingin minta tapi masih ada perasaan segan atau gengsi. Masih bisa kulihat dengan lebih jelas betapa nikmatnya penis Andi itu hingga Lisa mengulum dengan ganasnya meski tak bisa memasukkan semuanya.

    Aku yakin Lisa kurang bisa menikmati Pak Reza setelah merasakan penis Andi. Kocokan Pak Edwin tidak kuperhatikan lagi, tapi aku lebih menikmati kuluman Lisa pada penis Andi itu meski Pak Edwin mulai melakukan variasi gerakannya, tangannya mengelus punggung dan buah dadaku, dia lalu memutar kursi hingga Aku dan Lisa berjejer, tapi Andi malah menggeser tubuhnya ke sisi lain malah menjauhiku.

    Pak Reza meremas buah dadaku sambil mengocok Lisa, sementara Pak Edwin meremas buah dada Lisa sambil mengocokku dan Andi meremas remas buah dada montok yang satunya dari sisi lainnya, kini Lisa mendapat servis dari tiga orang, sementara aku menginginkan Andi tapi dia selalu menghindariku sepertinya dia segan menyentuhku.

    “come on Andi, satu remasan atau satu kuluman saja darimu, I need you” jerit batinku tapi kembali rasa gengsi sebagai Bos terhadap dia masih tinggi. Andi berciuman dengan Lisa sambil tangannya tetap meremas buah dadanya, aku iri melihatnya, bahkan ketika Pak Reza dan Pak Edwin bertukar tempat, Andi tetap tak mau beranjak ke arahku. Kembali aku mendapat kocokan dari Pak Reza, oh much better than before, kurasakan kenikmatan kembali dari Pak Reza, ouh betapa nikmatnya sodokan dan kocokan beliau jauh lebih nikmat dibanding dengan Pak Edwin tadi, kini aku kembali tenggelam dalam kenikmatan birahi. Tapi itu tak berlangsung lama ketika Pak Reza dan Pak Edwin bertukaran tempat lagi, hingga tiga kali.

    Tak lama kemudian ketika Pak Reza sedang keras kerasnya menyodokku, kembali aku dibuat iri pada Lisa saat Pak Edwin dan Andi bertukar tempat, Lisa sudah mendapat kocokan Andi untuk kedua kalinya, kepalanya mendongak dan tubuhnya menggeliat ketika Andi memasukkan kembali penisnya tapi tak lama setelah itu dia sudah mulai mengulum penis Pak Edwin. Pak Reza kembali meremas remas buah dada Lisa sambil mengocokku tapi Andi tak mau melakukan hal itu padaku, dia tetap serius mengocok Lisa sampai berulang kali dia menggeliat ketika Andi mengocoknya dengan keras. “Lisa sudah mendapatkan tiga penis, di mulut maupun vagina, tapi aku baru dua, itupun kurang memuaskanku” teriak batinku.

    Kupandangi wajah Andi ketika mengocok Lisa begitu ganteng dan cool, expresinya tidak berubah seperti biasa saja kecuali keringatnya yang menetes membasahi tubuhnya yang atletis itu sehingga makin sexy. Belum sekalipun Andi menyentuhku, entah dia mau menghukumku atau karena segan, aku tak tahu.

    Kuhibur diriku dengan berkonsentrasi pada kocokan Pak Reza, aku tak mau tersiksa terlalu lama mengharapkan Andi, maka kugerakkan pinggangku mengimbangi Pak Reza dan hasilnya sungguh luar biasa, dia bergerak semakin liar dan akhirnya tak bisa bertahan lama, maka menyemprotlah spermanya ke vaginaku dengan kencangnya, kurasakan denyutan yang keras dari penisnya di dalam vaginaku seakan menghantam dinding rahimku. Bersamaan dengan semprotan Pak Reza, ternyata Pak Edwinpun menyemprotkan spermanya di muka Lisa, sperma itu menyemprot kemana mana baik di mulut, wajah dan sebagian ke rambutnya.

    Pak Reza menarik penisnya yang sudah lemas begitupun dengan Pak Edwin, aku belum mencapai orgasme, hanya satu penis yang masih berdiri yaitu Andi, akhirnya aku harus mengalahkan gengsiku yang dari tadi mencegahku.
    Kuhampiri Andi yang sedang menyocok Lisa, dari belakang kupeluk dia hingga tubuh telanjangku menempel di punggungnya, keringat kami menyatu, aku elus dadanya yang bidang berbulu. Sesaat dia menghentikan gerakannya tapi kemudian dilanjutkan kembali dengan lebih keras.

    Merasa belum mendapat respon darinya, aku bergeser ke depan, kujilati puting dadanya sambil mengelus kantung bolanya, Andi masih tetap tak mau menyentuhku malah makin cepat mengocok Lisa, maka kupegang tangannya dan kuletakkan di buah dadaku, kugosok gosokkan, barulah dia mulai merespon dengan remasan halus tanpa berhenti mengocok Lisa, lalu kucium bibirnya, tanpa kuduga dia langsung memegang kepalaku dan diciumnya bibirku dengan penuh gairah, full of passion, seperti orang melepas rindu berat, mungkin dari tadi Andi memang menginginkanku tapi tidak berani.

    Ciuman pada bibirku yang penuh nafsu tak menghentikan kocokan pada Lisa, lalu turun ke leherku sebagai sasaran selanjutnya dan berhenti di kedua putingku.

    Dengan penuh nafsu dan dengan liarnya dia mengulum, menjilat, menyedot dan meremas remas puting dan buah dadaku. Ouuhh aku menggeliat dalam kenikmatan yang indah.

    Konsentrasiku terganggu ketika kudengar teriakan dari Lisa yang sedang mencapai kenikmatatan tertinggi, dia mengalami orgasme dengan hebatnya, terlihat badannya bergetar hebat dan kepalanya digoyang goyangkan seperti orang yang kesetanan, beberapa detik kemudian tubuhnya melemas di atas kursi dengan napas terputus putus. Bersamaan dengan ditariknya penis dari vagina Lisa, dia mendorong tubuhku ke bawah lalu disodorkannya penis besar itu ke wajahku, agak ragu sejenak tapi kemudian tanpa membuang waktu lebih lama kukulum juga penis anak buah kepercayaanku itu, seperti dugaanku ternyata aku tak mampu mengulum penis itu semuanya, lalu kukocok pelan, aroma dari vagina Lisa tercium olehku tapi tak kupedulikan, Andi memegang kepalaku dan mengocokkan penisnya di mulutku dengan liar, hampir aku tak bisa bernafas.

    Lisa sudah duduk di antara Pak Edwin dan Pak Reza, kemudian Andi memintaku duduk di kursi, dipegangnya kedua kakiku dan dipentangkannya, kuraih penis besar yang dari tadi kuimpikan, kusapukan di bibir vaginaku dan kuarahkan masuk, ternyata Andi tak mau terlalu lama bermain main di luar, dengan keras di sodoknya penis besar itu masuk ke vaginaku.

    “OOUUGGHHh” teriakku spontan lalu kututupi mulutku dengan tangan sambil melotot ke arahnya.

    Vaginaku terasa penuh hingga aku tak berani menggerakkan tubuhku, tapi Andi seperti tak peduli, langsung mengocokku dengan cepat dan keras, kurasakan penisnya menggesek seluruh dinding dan mengisi semua rongga di vaginaku, begitu nikmat hingga seakan aku melayang layang dalam kenikmatan birahi yang tinggi. Kakiku kujepitkan di pinggangnya, kedua tangannya meremas dengan keras kedua buah dadaku dan memilin ringan putingku sambil mencium bibirku dengan ganasnya.

    Begitu liar dan ganas dia mencumbuku seakan menumpahkan segala dendam yang lama tesimpan, kocokannya yang keras seakan mengaduk aduk vaginaku. Kulawan gerakannya dengan menggerakkan pinggulku secara acak, dan aku mendapatkan kenikmatan yang bertambah.

    Entah sudah berapa lama kami bercinta di kursi hingga dia memintaku untuk rebah di karpet lantai ruangan, lalu segera dia menyetubuhiku, tubuh atletisnya menindih tubuhku sambil pantatnya turun naik mengocok vaginaku, ciumannya sudah menjelajah ke seluruh wajah dan leherku tanpa sedikitpun bagian yang terlewatkan.

    Aku mengagumi kekuatan fisik Andi yang begitu kuat, dinginnya AC tak mampu mencegah peluh kami sudah bertetesan di seluruh tubuh. Kuraih kenikmatan demi kenikmatan dari setiap gerakan Andi di atas tubuhku.

    Selanjutnya kami bergulingan, kini Andi telentang dan aku duduk di atasnya, secepatnya kugoyangkan pantatku mengocok penis Andi, goyanganku kubuat tidak aturan dan banyak variasi hingga dia menggigit bibirnya, dipandanginya wajahku, lalu dia kembali meremas buah dadaku dengan kerasnya, tanpa kusadari ternyata Pak Reza sudah berdiri di sampingku dan menyodorkan penisnya ke mulutku, kugapai dan langsung kukulum dengan gairahnya sambil tetap menggoyang pantatku. Pak Reza ternyata tak mau diam saja, dia ikut mengocokkan penisnya di mulutku sambil memegangi kepalaku. Tak mau kalah Andi kemudian ikutan menggoyangkan pinggulnya hingga kami seolah berpacu meraih kenikmatan birahi.

    Andi lalu duduk hingga tubuhku berhadapan dalam pangkuannya, kujepitkan kakiku di pinggangnya sambil tetap menggoyangkan pantat tanpa melepas kocokan mulutku pada penis Pak Reza, Andi menjilati seluruh leher dan dadaku, disedotnya putingku dengan keras, kurasakan gigitan gigitan kecil di sekitar buah dada dan putingku tapi tak kuperhatikan.

    Akhirnya kurasakan tubuh Andi menegang dan sedetik kemudian kurasakan kepala penisnya membesar memenuhi rongga dalam vaginaku lalu menyemprotkan spermanya, sementara gigitan dan sedotan di dadaku terasa semakin kuat, denyutannya membuat aku terbang melayang tinggi hingga ke puncak kenikmatan, maka akupun orgasme saat penis Andi sedang berdenyut dengan hebatnya di vaginaku, kami sama sama menggapai orgasme dalam waktu yang relatif bersamaan, tubuhku sudah mulai melemas tapi penis Pak Reza masih di tanganku, maka kukeluarkan kemampuanku untuk segera mengakhiri kemauan Pak Reza sambil masih tetap duduk di atas Andi, tangan Andi masih meremas dengan lembut kedua buah dadaku, tapi konsentrasiku hanya tertuju ke Pak Reza, tak lama kemudian berdenyutlah penis Pak Reza di mulutku, tak kurasakan cairan sperma keluar dari penis itu, hanya denyutan denyutan ringan hingga melemas dengan sendirinya.

    Aku terkulai lemas di atas tubuh Andi, anak buahku itu, dan dia membalas dengan ciuman dan elusan di punggung telanjangku, beberapa saat kemudia aku tersadar dan berdiri menjauhinya, duduk kembali di kursi.
    Lisa memberikan teh hangat, kami semua masih telanjang, masih kurasakan seakan penis Andi masih mengganjal vaginaku.

    Baru aku sadari ternyata ada empat titik memerah bekas gigitan Andi pada dada dan sekitar buah dadaku, kulirik Andi tapi dia tidak memperhatikan.

    Jarum jam menunjukkan pukul 13:30, ketika kami menandatangani kontrak itu dalam keadaan telanjang, sambl memangkuku Pak Reza menandatangani lembaran itu dan di atas pangkuan Pak Reza pula aku menandatanganinya. Sementara Pak Edwin sebagai saksi, ikut menandatangani kontrak itu sambil memangku Lisa yang masih telanjang.

    “Alangkah asiknya kalau kita bisa makan siang bersama sambil telanjang” usul Pak Edwin

    Aku hanya tersenyum menanggapi usulan nakal Pak Edwin, kukenakan kembali pakaianku meski tanpa celana dalam karena diminta Pak Edwin yang masih bujangan itu.

    Tak lama kemudian kami semua sudah berpakaian lengkap, kubereskan dokumen yang berserakan di lantai maupun meja dan kuberikan semuanya ke Andi.

    Dan selesailah official meeting hari ini.

    Sebenarnya aku tak mau mencampur adukkan antara bisnis dan kesenangan seperti ini, baru pertama kali terjadi. Awal bisnis yang di awali seperti ini terus terang membuat aku takut, tapi apa bedanya dengan para bisnisman lainnya yang memberikan wanita cantik untuk dapat mendapatkan proyek, toh proyek itu jalan juga.

    Setelah makan siang, aku dan Andi mengantar mereka hingga ke lobby dan disanalah kami berpisah, Aku dan Andi naik ke atas, tak ada pembicaraan sepanjang jalan ke kamar meskipun di lift Cuma kami berdua, suasana menjadi kaku, hal seperti inilah yang tidak aku inginkan.

    “Andi apapun yang telah terjadi adalah tidak pernah terjadi, tolong camkan itu demi kebaikan kita semua” kataku pada Andi sambil mengecup bibirnya, sebelum dia masuk kamarnya.

    Dan kami kembali ke Jakarta sebagai mana tidak terjadi sesuatu kecuali kenangan indah.

    Aku tidak pernah bisa memenuhi kata kataku sendiri seperti yang aku pesan di atas, karena bercinta dengan Andi terlalu nikmat untuk di tinggalkan.

  • Kisah Memek Dihamili ABG Tetangga

    Kisah Memek Dihamili ABG Tetangga


    2559 views


    Duniabola99.com – Namaku Lani, seorang ibu rumah tangga, umurku 36 tahun. Suamiku namanya Prasojo, umur 44 tahun, seorang pegawai di pemerintahan di Bantul. Aku bahagia dengan suami dan kedua anakku. Suamiku seorang lakilaki yang gagah dan bertubuh besar, biasalah dulu dia seorang tentara. Penampilanku walaupun sudah terbilang berumur tapi sangat terawat, karena aku rajin ke salon dan fitnes dan yoga. Kata orang, aku mirip seperti Sandy Harun.

    Tubuhku masih bisa dikatakan langsing, walaupun payudaraku termasuk besar, karena sudah punya anak dua. Anakku yang pertama bernama Rika, seorang gadis remaja yang beranjak dewasa. Dia sudah mau lulus SMA, yang kedua Sangga,masih sekolah SMA kelas 1. Rika walaupun tinggal serumah dengan kami juga lebih sering menghabiskan waktunya di tempat kosnya di kawasan Gejayan. Kalau si Sangga, karena cowok remaja, lebih sering berkumpul dengan temantemannya ataupun sibuk berkegiatan di sekolahnya. Semenjak tidak lagi sibuk mengurusi anakanak, kehidupan seksku semakin tua justru semakin menjadijadi. Apalagi suamiku selain bertubuh kekar, juga orang yang sangat terbuka soal urusan seks. Akhirakhir ini, setelah anakanak besar, kami berlangganan internet.

    Aku dan suamiku sering browsing masalahmasalah seks, baik video, cerita, ataupun fotofoto. Segala macam gaya berhubungan badan kami lakukan. Kami bercinta sangat sering, minimal seminggu tiga kali. Entah mengapa, semenjak kami sering berseluncur di internet, gairah seksku semakin menggebu. Sebagai tentara, suami sering tidak ada di rumah, tapi kalau pas di rumah, kami langsung main kudakudaan, hehehe. Sudah lama kami memutuskan untuk tidak punya anak lagi. Tapi aku sangat takut untuk pasang spiral. Dulu aku pernah mencoba suntik dan pil KB. Tapi sekarang kami lebih sering pakai kondom, atau lebih seringnya suamiku keluar di luar. Biasanya di mukaku, di payudara, atau bahkan di dalam mulutku. Pokoknya kami sangat hatihati agar Sangga tidak punya adik lagi. Dan tenang saja, suamiku sangat jago mengendalikan muncratannya, jadi aku tidak khawatir muncrat di dalam rahimku. Walaupun sudah dua kali melahirkan tubuhku termasuk sintal dan seksi. Payudaraku masih cukup kencang karena terawat. Tapi yang jelas, bodiku masih semlohai, karena aku masih punya pinggang. Aku sadar, kalau tubuhku masih tetap membuat para pria menelan air liurnya. Apalagi aku termasuk ibuibu yang suka pakai baju yang agak ketat. Sudah kebiasaan sih dari remaja.

    Suamiku termasuk seorang pejabat yang baik. Dia ramah pada setiap orang. Di kampung dia termasuk aparat yang disukai oleh para tetangga. Apalagi suamiku juga banyak bergaul dengan anakanak muda kampung. Kalau pas di rumah, suamiku sering mengajak anakanak muda untuk bermain dan bercakapcakap di teras rumah. Semenjak setahun yang lalu, di halaman depan rumah kami di bangun semacam gazebo untuk nongkrong para tetangga. Setelah membeli televisi baru, televisi lama kami, ditaruh di gazebo itu, sehingga para tetangga betah nongkrong di situ. Yang jelas, banyak bapakbapak yang curicuri pandang ke tubuhku kalau pas aku bersihbersih halaman atau ikutan nimbrung sebentar di tempat itu. Maklumlah, kalau istilah kerennya, aku ini termasuk MILF, hehehe. Selain bapakbapak, ada juga pemuda dan remaja yang sering bermain di rumah. Salah satunya karena gazebo itu juga dipergunakan sebagai perpustakaan untuk warga.

    Salah satu anak kampung yang paling sering main ke rumah adalah Indun, yang masih SMP kelas 2. Dia anak tetangga kami yang berjarak 3 rumah dari tempat kami. Anaknya baik dan ringan tangan. Sama suamiku dia sangat akrab, bahkan sering membantu suamiku kalau lagi bersihbersih rumah, atau membelikan kami sesuatu di warung. Sejak masih anakanak, Indun dekat dengan anakanak kami, mereka sering main karambol bareng di gazebo kami. Bahkan kadangkadang Indun menginap di situ, karena kalau malam, gazebo itu diberi penutup oleh suamiku, sehingga tidak terasa dingin. Pada suatu malam, aku dan suamiku sedang bermesraan di kamar kami. Semenjak sering melihat adegan blow job di internet, aku jadi kecanduan mengulum penis suamiku. Apalagi penis suamiku adalah penis yang paling gagah sedunia bagiku. Tidak kalah dengan penispenis yang biasa kulihat di BF. Padahal dulu waktu masih pengantin muda aku selalu menolak kalau diajak blowjob. Entah kenapa sekarang di usia yang sudah pertengahan kepala tiga ini aku justru tergilagila mengulum batang suamiku. Bahkan aku bisa orgasme hanya dengan mengulum batang besar itu. Tiap nonton film blue pun mulutku serasa gatal. Kalau pas tidak ada suamiku, aku selalu membawa pisang kalau nonton filmfilm gituan. Biasalah, sambil nonton, sambil makan pisang, hehehe. Malam itu pun aku dengan rakus menjilati penis suamiku. Bagi mas Prasojo, mulutku adalah vagina keduanya. Dengan berseloroh, dia pernah bilang kalau sebenarnya dia sama saja sudah poligami, karena dia punya dua lubang yang samasama hotnya untuk dimasuki. Ucapan itu ada benarnya, karena mulutku sudah hampir menyerupai vagina, baik dalam mengulum maupun dalam menyedot. Karena kami menghindari kehamilan, bahkan sebagian besar sperma suamiku masuk ke dalam mulutku. Malam itu kami lupa kalau Indun tidur di gazebo kami. Seperti biasa, aku teriakteriak pada waktu penis suamiku mengadukaduk vaginaku. Suamiku sangat kuat. Malam itu aku sudah berkalikali orgasme, sementara suamiku masih segar bugar dan menggenjotku terus menerus. Tibatiba kami tersentak, ketika kami mendengar suara berisik di jendela. Segera suami mencabut batangnya dan membuka jendela. Di luar nampak Indun dengan wajah kaget dan gemetaran ketahuan mengintip kami. Suamiku nampak marah dan melongokkan badannya keluar jendela. Indun yang kaget dan ketakutan meloncat ke belakang. Saking kagetnya, kakinya terantuk selokan kecil di teras rumah. Indun terjerembab dan terjungkal ke belakang. Suamiku tak jadi marah, tapi dia kesal juga.

    Walah, Ndun! Kamu itu ngapain? bentaknya.
    Indun ketakutan setengah mati. Dia sangat menghormati kami. Suamiku yang tadinya kesal pun tak jadi memarahinya. Indun gelagepan. Wajahnya meringis menahan sakit, sepertinya pantatnya terantuk sesuatu di halaman. Aku tadinya juga sangat malu diintip anak ingusan itu. Tapi aku juga menyayangi Indun, bahkan seperti anakku sendiri. Aku juga sadar, sebenarnya kami yang salah karena bercinta dengan suara segaduh itu. Aku segera meraih dasterku dan ikut menghampiri Indun.
    Aduh, mas. Kasian dia, gak usah dimarahin. Kamu sakit Ndun? Aku mendekati Indun dan memegang tangannya.
    Wajah Indun sangat memelas, antara takut, sakit, dan malu.
    Sudah gak papa. Kamu sakit, Ndun? tanyaku. Sini coba kamu berdiri, bisa gak?
    Karena gemeteran, Indun gagal mencoba berdiri, dia malah terjerembab lagi. Secara reflek, aku memegang punggungnya, sehingga kami berdua menjadi berpelukan. Dadaku menyentuh lengannya, tentu saja dia dapat merasakan lembutnya gundukan besar dadaku, karena aku hanya memakai daster tipis yang sambungan, sementara di dalamnya aku tidak memakai apaapa.

    Aduh sorri, Ndun pekikku.
    Tibatiba suamiku tertawa. Agak kesal aku melirik suamiku, kenapa dia menertawai kami.
    Aduh Mas ini. Ada anak jatuh kok malah ketawa
    Hahaha.. lihat itu, Dik. Si Indun ternyata udah gede, hahaha kata suamiku sambil menunjuk selangkangan Indun. Weitss ternyata mungkin tadi Indun mengintip kami sambil mengocok, karena di atas celananya yang agak melorot, batang kecilnya mencuat ke atas. Penis kecil itu terlihat sangat tegang dan berwarna kemerahan. Malu juga aku melihat adegan itu, apalagi si Indun. Dia tambah gelagepan.
    Hussh Mas. Kasihan dia, udah malu tuh, kataku yang justru menambah malu si Indun.
    Kamu suka yang lihat barusan, Ndun? Wah, hayooo kamu nafsu ya lihat istriku? goda suamiku.
    Suamiku malah ketawaketawa sambil berdiri di belakangku. Tentu saja wajah Indun tambah memerah, walaupun tetap saja penis kecilnya tegak berdiri. Kesal juga aku sama suamiku. Udah gak menolonng malah mentertawakan anak ingusan itu.
    Huh, Mas mbok jangan godain dia, mbok tolongin nih, angkat dia
    Lha dia khan sudah berdiri, ya tho Ndun? Wakakak kata suamiku.

    Aku sungguh tidak tega lihat muka anak itu. Merah padam karena malu. Aku lalu berdiri mengangkang di depan anak itu, dan memegang dua tangannya untuk menariknya berdiri. Berat juga badannya. Kutarik kuatkuat, akhirnya dia terangkat. Tapi baru setengah jalan, mungkin karena dia masih gemetar dan aku juga kurang kuat, tibatiba justru aku yang jatuh menimpanya. Ohhh aku berusaha untuk menahan badanku agar tidak menindih anak itu, tapi tanganku malah menekan dada Indun dan membuatnya jatuh terlentang sekali lagi. Bahkan kali ini, aku ikut jatuh terduduk di pangkuannya. Dan. ohhhh. Sleppp. terasa sesuatu menggesek bibir vaginaku.
    Waa! aku tersentak dan sesaat bingung apa yang terjadi, begitu juga dengan Indun, wajahnya nampak sangat ketakutan. Aduuuhhh! teriakku. Sementara suamiku justru tertawa melihat kami jatuh lagi. Tibatiba aku sadar benda apa yang bergesekan dengan vaginaku, penis kecil si Indun! Penis itu menggesek wilayah sensitifku disamping karena vaginaku masih basah oleh persetubuhanku dengan suamiku, juga karena aku tidak mengenakan apaapa di balik daster pendekku.
    Ohhhhh. apa yang terjadi? Pikirku.
    Mungkin juga karena penis Indun yang masih imut dan lobang vaginaku yang biasa digagahi penis besar suami, jadinya sangat mudah diselipin batang kecil itu.

    Ohhh.. Masss??? desisku pada suamiku. Kali ini suamiku berhenti tertawa dan agak kaget.
    Napa, say? tanyanya heran.
    Kami bertiga samasama kaget, suamiku nampaknya juga menyadari apa yang terjadi. Dia mendekati kami, dan melihat bahwa kelamin kami saling bersentuhan. Beberapa saat kami bertiga terdiam bingung dengan apa yang terjadi. Aku merasakan penis Indun berdenyutdenyut. Lobangku juga segera meresponnya, mengingat rasa tanggung setelah persetubuhanku dengan suamiku yang tertunda. Aku mencoba bangkit, tapi entah kenapa, kakiku jadi gemetar dan kembali selangkanganku menekan tubuh si Indun. Tentu saja penisnya melesak ke lobangku. Ohhh aku merasakan sensasi yang biasa kutemui kala sedang bersetubuh.
    Ohhh desisku. Indun terpekik tertahan. Wajahnya memerah. Tapi aku merasakan pantatnya sedikit dinaikkan merespon selangkanganku. Slepppp kembali penis itu menusuk dalam lobangku.
    Yang mengherankan suamiku diam saja, entah karena dia kaget atau apa. Hanya aku lihat wajahnya ikut memerah dan sedikit membuka mulutnya, mungkin bingung juga untuk bereaksi dengan situasi aneh ini.

    Aku diam saja menahan napas sambil menguatkan tanganku yang menahan tubuhku. Tanganku berada di sisi kanan dan kiri si Indun. Sementara Indun dengan wajah merah padam menatap mukaku dengan panik. Agak mangkel juga aku lihat mukanya, panik, takut, tapi kok penisnya tetap tegang di dalam vaginaku. Dasar anak mesum, pikirku. Tapi aneh juga, aku justru merasakan sensasi yang aneh dengan adanya penis anak yang sudah kuanggap saudaraku sendiri itu dalam vaginaku. Agak kasihan juga lihat mukanya, dan juga muncul rasa sayang. Pikirku, kasihan juga anak ini, dia sangat bernafsu mengintip kami, dan juga apalagi yang dikawatirkan, karena penisnya sudah terlanjur dalam vaginaku. Aku melirik suamiku sambil tetap duduk di pangkuan si Indun. Suamiku tetap diam saja. Agak kesal juga aku lihat respon mas Prasojo. Tibatiba pikiran nakal menyelimuti. Kenapa tidak kuteruskan saja persetubuhanku dengan Indun, toh penisnya sudah menancap di vaginaku. Apalagi kalau lihat muka hornynya yang sudah di ubunubun, kasihan lihat Indun kalau tidak diteruskan. Dengan nekat aku kembali menekan pantatku ke depan. Vaginaku meremas penis Indun di dalam. Merasakan remasan itu, Indun terpekik kaget. Suamiku mendengus kaget juga.

    Dik, aaapaaaa yang kaulakukan? kata suamiku gagap.
    Aku diam saja, hanya saja aku mulai menggoyang pantatku maju mundur.
    Suamiku melongo sekarang. Wajahnya mendekat melihat mukaku setengah tak percaya. Indun tidak berani lihat suamiku. Dia menatap wajahku keheranan dan penuh nafsu.
    Mas aku teruskan saja ya, kasihan si Indun. Apalagi khan sudah terlanjur masuk, toh sama saja bisikku berani ke suamiku.
    Aku tak bisa lagi menduga perasaan suamiku. Kecelakaan ini benarbenar di luar perkiraan kami semua. Tapi suamiku memegang pundakku, yang kupikir mengijinkan kejadian ini. Entah apa yang ada di pikiranku, aku tibatiba sangat ingin menuntaskan nafsu si Indun. Si Indun mengerangerang sambil terbaring di rerumputan halaman rumah kami. Kembali aku memajumundurkan pantatku sambil meremasremas penis kecil itu di dalam lobangku. Remasanku selalu bikin suamiku tak tahan, karena aku rajin ikut senam. Apalagi ini si Indun, anak ingusan yang tidak berpengalaman. Tibatiba, karena sensasi yang aneh ini, aku merasakan orgasme di dalam vaginaku. Jarang aku orgasme secepat itu. Aku merintih dan mengerang sambil memegang erat lengan suamiku. Banjir mengalir dalam lobangku. Otomatis remasan dalam vaginaku menguat, dan penis kecil si Indun dijepit dengan luar biasa.
    Indun meringis dan mengerang. Pantatnya melengkung naik, dann. croottttttttt..
    Cairan panas itu membanjiri rahimku. Aku seperti hilang kendali, semua tibatiba gelap dan aku diserbu oleh badai kenikmatan
    Ohhhhhhhhhh

    Aku lalu terkulai sambil menunduk menahan tubuhku dengan kedua tanganku. Nafasku terengahengah tidak karuan. Sejenak aku diam tak tahu harus bagaimana. Aku dan suamiku saling berpandangan.
    Dik Indun gak pakai kondom ..? suamiku terbatabata.
    Kami samasama kaget menyadari bahwa percintaan itu tanpa pengaman sama sekali, dan aku telah menerima banyak sekali sperma dalam rahimku, sperma si anak ingusan. Ohhh tibatiba aku sadar akan resiko dari persetubuhan ini. Aku dalam masa subur, dan sangat bisa jadi aku bakalan mengandung anak dari Indun, bocah SMP yang masih ingusan.

    Pelanpelan aku berdiri dan mencabut penis Indun dari vaginaku. Penis itu masih setengah berdiri, dan berkilat basah oleh cairan kami berdua. Aku dan suamiku mengehela nafas. Cepat cepat aku memperbaiki dasterku. Dengan gugup, Indun juga menaikkan celananya dan duduk ketakutan di rerumputan.
    Maa.. maaf, Bu.. akhirnya keluar juga suaranya.
    Aku menatap Indun dengan wajah seramah mungkin. Suamiku yang akhirnya pegang peranan.
    Sudahlah, Ndun. Sana kamu pulang, mandi dan cucicuci! perintahnya tegas.
    Iya, om. Ma.. maaf ya Om kata Indun sambil menunduk. Segera dia meluncur pergi lewat halaman samping.
    Masuk! suamiku melihat ke arahku dengan suara agak keras.
    Gemetar juga aku mendengar suamiku yang biasanya halus dan mesra padaku. Aduuh, apa yang akan terjadi?bKami berdua masuk ke rumah, aku tercekat tidak bisa mengatakan apaapa. Tibatiba pikiranpikiran buruk menderaku, janganjangan suamiku tak memaafkanku. Ohhh apa yang bisa kulakukan. Di dalam kamar tangisanku pecah. Aku tak berani menatap suamiku. Selama ini aku adalah istri yang setia dan bahagia bersama suamiku, tapi malam ini tibatiba aku merasa sangat kotor dan hina. Agak lama suamiku membiarkanku menangis. Pada akhirnya dia mengelus pundakku.
    Sudahlah bu, ini khan kecelakaan.
    Hatiku sangat lega. Aku menatap suamiku, dan mencium bibirnya. Tibatiba aku menjadi sangat takut kehilangan dia. Kami berpelukan lama sekali.
    Tapi mas kalau aku hamil gimana? tanyaku memberanikan diri.
    Ah.. mana mungkin, dia khan masih ingusan. Dan kalau pun Dik Idah hamil khan gak papa, si Sangga juga sudah siap kalau punya adik lagi, sanggah suamiku.

    Jawaban itu sedikit menenangkan hatiku. Akhirnya kami bercinta lagi. Kurasakan suamiku begitu mengebugebu mengerjaiku. Apa yang ada di pikirannya, aku tak tahu, padahal dia barusan saja melihat istrinya disetubuhi anak muda. Sampaisampai aku kelelehan melayani suamiku. Pada orgasme yang ketiga aku menyerah.
    Mas, keluarin di mulutku saja ya aku tak kuat lagi bisikku pada orgasme ketigaku ketika kami dalam posisi doggystye.
    Suamiku mengeluarkan penisnya dan menyorongkannya ke mulutku. Sambil terbaring aku menyedotnyedot penis besar itu. Sekitar setengah jam kemudian, mulutku penuh dengan sperma suamiku. Dengan penuh kasih sayang, aku menelan semua cairan kental itu.

    ###################
    Harihari selanjutnya berlalu dengan biasa. Aku dan suamiku tetap dengan kemesraan yang sama. Kami seolaholah melupakan kejadian malam itu. Hanya saja, Indun belum berani main ke rumah. Agak kangen juga kami dengan anak itu. Sebenarnya rumah kami dekat dengan rumah Indun, tapi aku juga belum berani untuk melihat keadaan anak itu. Hanya saja aku masih sering ketemu ibunya, dan sering isengiseng nanya keadaan Indun. Katanya sih dia baikbaik saja hanya sekarang lagi sibuk persiapan mau naik kelas 3 SMP. Seminggu sebelum bulan puasa, Indun datang ke rumah mengantarkan selamatan keluarganya. Wajahnya masih kelihatan malumalu ketemu aku. Aku sendiri dengan riang menemuinya di depan rumah.
    Hai Ndun, kok kamu jarang main ke rumah? tanyaku.
    Eh, iya bu. Gak papa kok Bu, jawabnya sambil tersipu.
    Bilang ke mamamu, makasih ya
    Iya bu, jawab Indun dengan canggung. Dia bahkan tak berani menatap wajahku. Entah kenapa aku merasa kangen sekali sama anak itu. Padahal dia jelas masih anak ingusan, dan bukan typetype anak SMP yang populer dan gagah kayak yang jagojago main basket. Jelas si Indun tidak terlalu gagah, tapi ukuran sedang untuk anak SMP. Hanya badannya memang tinggi.

    Ayo masuk dulu. Aku buatin minum ya ajakku.
    Indun tampak masih agak malu dan takut untuk masuk rumah kami. Siang itu suamiku masih dinas ke Kulonprogo. Anakanak juga tidak ada yang di rumah. Kami bercakapcakap sebentar tentang sekolahnya dan sebagainya. Sekalikali aku merasa Indun melirik ke badanku. Wah, gak tahu kenapa, aku merasa senang juga diperhatiin sama anak itu badanku. Waktu itu aku mengenakan kaos agak ketat karena barusan ikut kelas yoga bersama ibuibu Candra Kirana. Tentunya dadaku terlihat sangat menonjol. Akhirnya tidak begitu lama, Indun pamit pulang. Dia kelihatan lega sikapku padanya tidak berubah setelah kejadian malam itu.
    Hingga pada bulan selanjutnya aku tibatiba gelisah. Sudah hampir lewat dua minggu aku belum datang bulan. Tentu saja kejadian waktu itu membuatku bertambah panik. Gimana kalau benarbenar jadi? Aku belum berani bilang pada Mas Prasojo. Untuk melakukan test saja aku sangat takut. Takutnya kalau positif.
    Hingga pada suatu pagi aku melakukan test kehamilan di kamar mandi. Dan, deg! Hatiku seperti mau copot. Lembaran kecil itu menunjukkan kalau aku positif hamil!!! Oh Tuhan!
    Aku benarbenar kaget dan tak percaya. Jelas ini bukan anak suamiku. Kami selalu bercinta dengan aman. Dan jelas sesuai dengan waktu kejadian, ini adalah anak Indun, si anak SMP yang belum cukup umur. Aku benarbenar bingung. Seharian aku tidak dapat berkonsentrasi. Pikiranku berkecamuk tidak karuan. Bukan saja karena aku tidak siap untuk punya anak lagi, tapi juga bagaimana reaksi suamiku, bahwa aku hamil dari lakilaki lain. Itulah yang paling membuatku bingung.

    Hari itu aku belum berani untuk memberi tahu suamiku. Dua hari berikutnya, justru suamiku yang merasakan perbedaan sikapku.
    Dik Lani, ada apa? Kok sepertinya kurang sehat? tanyanya penuh perhatian.
    Waktu itu kami sedang tidur bedua. Aku tidak bisa mengeluarkan katakata. Yang kulakukan hanya memeluk suamiku eraterat. Suamiku membalas pelukanku.
    Ada apa sayang? tanyanya.
    Badan kekarnya memelukku mesra. Aku selalu merasa tenang dalam pelukan lakilaki perkasa itu. Aku tidak berani menjawab. Suamiku memegang mukaku, dan menghadapkan ke mukanya. Sepertinya dia menyadari apa yang terjadi. Sambil menatap mataku, dia bertanya, benarkah?
    Aku mengangguk pelan sambil menagis, aku hamil, mas
    Jelas suamiku juga kaget. Dia diam saja sambil tetap memelukku. Lalu dia menjawab singkat
    besok kita ke dokter Merlin. Aku mengangguk, lalu kami saling berpelukan sampai pagi tiba.
    Hari selanjut soresore kami berdua menemui dokter Merlin. Setelah dilakukan test, dokter cantik itu memberi selamat pada kami berdua.
    Selamat, Pak dan Bu Prasojo. Anda akan mendapatkan anak ketiga, kata dokter itu riang.
    Kami mengucapkan terimakasih atas ucapan itu, dan sepanjang jalan pulang tidak berkata sepatah kata pun. Setelah itu, suamiku tidak menyinggung masalah itu, bahkan dia memberi tahu pada anakanak kalau mereka akan punya adik baru. Anakanak ternyata senang juga, karena sudah lama tidak ada anak kecil di rumah. Bagi mereka, adik kecil akan menyemarakkan rumah yang sekarang sudah tidak lagi ada suara anak kecilnya.
    Malamnya, setelah tahu aku hamil, suamiku justru menyetubuhiku dengan ganas. Aku tidak tahu apakah dia ingin agar anak itu gugur atau karena dia merasa sangat bernafsu padaku. Yang jelas aku menyambutnya dengan tak kalah bernafsu. Bahkan kami baru tidur menjelang jam 3 dini hari setelah sepanjang malam kami bergelut di kasur kami. Aku tidak tahu lagi bagaimana wujud mukaku malam itu, karena sepanjang malam mulutku disodoksodok penis suamiku, dan dipenuhi oleh muncratan spermanya yang sampai tiga kali membasahi muka dan mulutku. Aku hampir tidak bisa bangun pagi harinya, karena seluruh tubuhku seperti remuk dikerjain suamiku. Untungnya esok harinya hari libur, jadi aku tidak harus buruburu menyiapkan sekolah anakanak.

    Harihari selanjutnya berlalu dengan luar biasa. Suamiku bertambah hot setiap malam. Aku juga selalu merasa horny. Wah, beruntung juga kalau semua ibuibu ngidamnya penis suami seperti kehamilanku kali ini. Hamil kali ini betulbetul beda dengan kehamilanku sebelumnya, yang biasanya pakai ngidam gak karuan. Hamil kali ini justru aku merasa sangat santai dan bernafsu birahi tinggi. Setiap malam vaginaku terasa senutsenut, ada atau tak ada suamiku. Kalau pas ada enak, aku tinggal naik dan goyanggoyang pinggang. Kalau pas gak ada aku yang sering kebingungan, dan mencaricari di internet filmfilm porno. Sudah itu pasti aku mainin pakai pisang, yang jadi langgananku di pasar setiap pagi, hehehe. Yang jadi masalah, adalah perlukah aku memberi tahu si Indun bahwa aku hamil dari benihnya? Aku tidak berani bertanya pada suamiku. Dia mendukung kehamilanku saja sudah sangat membahagiakanku. Aku menjadi bahagia dengan kehamilan ini. Di luar dugaanku, ternyata kami sekeluarga sudah siap menyambut anggota baru keluarga kami. Itulah hal yang sangat aku syukuri.

    Pas bulan puasa, tibatiba suamiku melakukan sesuatu yang mengherankanku. Dia mengajak Indun untuk membantu bersihbersih rumah kami. Tentu saja aku senang, karena suamiku sudah bisa menerima kejadian waktu itu. Aku senang melihat mereka berdua bergotongroyong membersihkan halaman dan rumah. Indun dan Mas Prasojo nampak sudah bersikap biasa sebagaimana sebelum kejadian malam itu. Bahkan sesekali Indun kembali menginap di gazebo kami, karena kami merasa sepi juga tanpa kehadiran anakanak. Si Rika semakin sibuk dengan urusan kampusnya, sementara si Sangga hanya pada malam hari saja menunjukkan mukanya di rumah. Semenjak itu, suasana di rumah kami menjadi kembali seperti sediakala. Tetap saja gazebo depan rumah sering ramai dikunjungi orang. Cuma sekarang Indun tidak pernah lagi menginap di sana. Mungkin karena hampir ujian, jadi dia harus banyak belajar di rumah. Beberapa bulan kemudian, tubuhku mulai berubah. Perutku mulai terlihat membuncit. Kedua payudara membesar. Memang kalau hamil, aku selalu mengalami pembengkakan pada kedua payudaraku. Hormonku membuatku selalu bernafsu. Mas Prasojo pun seolaholah ikut mengalami perubahan hormon. Nafsu seksnya semakin menggebu melihat perubahan di tubuhku. Kalau pas di rumah, setiap malam kami bertempur habishabisan. Gawatnya, payudaraku yang memang sebelumnya sudah besar menjadi bertambah besar. Semua bra yang kucoba sudah tidak muat lagi, padahal bra yang kupakai adalah ukuran terbesar yang ada di toko. Kata yang jual, aku harus pesan dulu untuk membeli bra yang pas di ukuran dadaku sekarang. Akhirnya aku nekat kalau di rumah jarang memakai bra. Kecuali kalau keluar, itupun aku menjadi tersiksa karena pembengkakan payudaraku.

    Aku menjadi seperti mesin seks. Dadaku besar, dan pantatku membusung. Seolah tak pernah puas dengan bercinta setiap malam. Suamiku mengimbangiku dengan nafsunya yang juga bertambah besar. Indun akhirnya tahu juga kehamilanku. Dia sering curicuri pandang melihat perutku yang mulai membuncit. Aku tidak tahu, apakah dia sadar, kalau anak dalam kandunganku adalah hasil dari perbuatannya. Yang jelas, Indun menjadi sangat perhatian padaku. Setiap sore dia ke rumah untuk membantu apa saja. Bahkan di malam hari pun dia masih di rumah sambil sekalikali meneruskan program mengaji anakanakku.

    Pada suatu malam, Mas Prasojo harus pergi dinas ke luar kota. Malam itu kami membiarkan Indun sampai malam di rumah kami, sambil menjaga menjaga rumah. Aku harus ikut pengajian dengan ibuibu kampung. Jam setengah 10 malam aku baru pulang. Sampai di rumah, aku lihat Indun masih mengerjakan tugas sekolahnya di ruang tamu.
    Ndun, Sangga sudah pulang? tanyaku sambil menaruh payung, karena malam itu hujan cukup deras.
    Belum, Bu
    Aku lalu menelpon anak itu. Ternyata dia sedang mengerjakan tugas di rumah temannya. Aku percaya dengan Sangga, karena anak itu tidak seperti anakanak yang suka hurahura. Dia tipe anak yang sangat serius dalam belajar. Apalagi sekolahnya adalah sekolah teladan di kota kami. Jadi kubiarkan saja dia menginap di rumah temannya itu.
    Aku lalu berkata ke Indun, Kamu nginap sini aja ya, aku takut nih, hujan deres banget dan Mas Prasojo gak pulang malam ini.
    Memang aku selalu gak enak hati kalau cuaca buruk tanpa mas Prasojo. Takutnya kalau ada angin besar dan lampu mati. Apalagi kami sudah tidak ada lagi masalah dengan kejadian waktu itu.
    Iya bu, sekalian aku ngerjain tugas di sini, jawab Indun.
    Aku melepas kerudungku dan duduk di depan tivi di ruang keluarga. Agak malas juga aku ganti daster, dan juga ada si Indun, gak enak kalau dia nanti keingat kejadian dulu. Sambil masih tetap pakai baju muslim panjang aku menyelonjorkan kakiku di sofa, sementara si Indun masih sibuk mengerjakan kalukulus di ruang tamu. Bajuku baju panjang terusan. Agak gerah juga karena baju panjang itu, akhirnya aku masuk kamar dan melepas bra yang menyiksa payudara bengkakku. Aku juga melepas cd ku karena lembab yang luar biasa di celah vaginaku. Maklum ibu hamil. Kalau kalian lihat aku malam itu mungkin kalian juga bakalan nafsu deh, soalnya walaupun pakai baju panjang, tapi seluruh lekuk tubuhku pada keliatan, karena pantat dan payudaraku membesar. Acara tivi gak ada yang menarik. Akhirnya aku ingat untuk membuatkan Indun minuman. Sambil membawa kopi ke ruang tamu aku duduk menemani anak itu.

    Wah, makasih , Bu. Kok repotrepot katanya sungkan.
    Gak papa, kok
    Aku duduk di depannya sambil tak sengaja mengelus perutku.
    Indun malumalu melihat perutku.
    Bu, udah berapa bulan ya? tanyanya kemudian, sambil meletakkan penanya.
    Menurutmu berapa bulan? Masak nggak tahu? tanyaku iseng menggodanya.
    Tibatiba mukanya memerah. Indun lalu menunduk malu.
    Ya nggak tahu bu Kok saya bisa tahu darimana? jawabnya tersipu.
    Tibatiba aku sangat ingin memberi tahunya, kabar gembira yang sewajarnya juga dirasakan oleh bapak kandung dari anak dalam kandunganku. Dengan santai aku menjawab, Lha bapaknya masak gak tahu umur anaknya?
    Indun kaget, gak menyangka aku akan menjawab sejelas itu. Dia jelas gelagapan. Hehehe. Apa yang kau harap dari seorang anak ingusan yang tibatiba akan menjadi bapak.
    Wajahnya melongo melihatku takuttakut. Dia tidak tahu akan menjawab apa. Aku jadi tambah ingin menggodanya.

    Kamu sih, bapak yang gak bertanggung jawab. Sudah menghamili purapura tidak tahu lagi, kataku sambil melirik menggodanya.
    Aku mengeluselus perutku. Geli juga lihat wajah Indun saat itu. Antara kaget dan bingung serta perasaanperasaan yang tidak dimengertinya.
    Aku eeeee maaf Bu aku tidak tahu Indun menyeka keringat dingin di dahinya.
    Memangnya kamu tidak suka anak dalam perutku ini anakmu? tanyaku.
    Eh aku suka banget Bu.. Aku seneng Indun benarbenar kalut.
    Ya udah, kalau benarbenar seneng, sini kamu rasakan gerakannya kataku manja sambil mengelus perutku.
    Boleh Bu? Aku pegang..? tanyanya kawatir.
    Ya, sini, kamu rasakan aja. Biar kalian dekat perutku terlihat sangat membuncit karena baju muslim yang kupakai hampir tidak muat menyembunyikan bengkaknya. Indun bergeser dan duduk di sebelahku. Matanya menunduk melihat ke perutku. Takuttakut tangannya menuju ke perutku. Dengan tenang kupegang tangan itu dan kudaratkan ke bukit di perutku. Sebenarnya aku berbohong, karena umur begitu gerakan bayi belum terasa, tapi Indun mana tahu. Dengan hatihati dia meletakkan telapaknya di perutku.
    Maaf ya bu, ijinnya. Aku membiarkan telapaknya menempel ketat di perutku. Dia diam seolaholah mencoba mendengar apa yang ada di dalam rahimku. Aku merasa senang sekali karena biar bagaimanapun anak ingusan ini adalah bapak dari anak dalam kandunganku.
    Kamu suka punya anak? tanyaku.
    Aku suka sekali, Bu, punya anak dari Ibu. Ohh.. Bu. Maafkan saya ya Bu jawab Indun hampir tak kedengaran. Tangannya gemetar di atas perutku.
    Indun terlihat sangat kebingungan, tak tahu harus berbuat apa. Aku juga ikut bingung, dengan perasaan campur aduk. Antara bahagia, bingung, geli, dan macammacam rasa gak jelas. Tibatiba dadaku berdebardebar menatap anak muda itu. Anak itu sendiri masih takuttakut melihat mukaku. Kami berdua tibatiba terdiam tanpa tahu harus melakukan apa. Tangan Indun terdiam di atas perutku.

    Ndun, kamu gimana perasaanmu lihat ibuibu yang lagi bengkakbengkak kayak aku? tanyaku memecah kesunyian.
    Saya suka sekali sama Ibu jawabnya.
    Kenapa?
    Ibu cantik.. jawabnya dengan muka memerah.
    Ihh.. cantik dari mana? Aku khan udah tua dan lagian sekarang badanku kayak gini.. jawabku.
    Indun mengangkat wajahnya pelan menatapku, malumalu.
    Gak kok, Ibu tetep cantik banget jawabnya pelan. Tangannya mulai mengeluselus perutku. Aku merasa geli, yang tibatiba jadi sedikit horny. Apalagi tadi malam Mas Prasojo belum sempat menyetubuhiku.
    Kok waktu itu kamu tegang ngintip aku sama Mas Prasojo? tanyaku manja. Mukaku memerah. Aku benarbenar bernafsu. Aneh juga, anak kecil ini pun sekarang membuatku pengen disetubuhi. Apa yang salah dengan tubuhku?
    Aku nafsu lihat badan Ibu kali ini Indun menatap wajahku.

    Mukanya merah. Jelas dia bernafsu. Aku tahu banget muka lakilaki yang nafsu lihat aku.
    Kalau sekarang? Masa masih nafsu juga, aku khan sudah membukit kayak gini..
    Indun belingsatan.
    Sekarang iya.. jawabnya sambil membetulkan celananya.
    Idiiih. Mana coba lihat? godaku.
    Indun makin berani. Tangannya gemetar membuka celananya. Dari dalam celananya tersembul keluar sebatang penis jauh lebih kecil dari punya suamiku. Yang jelas, penis itu sudah sangat tegang.
    Wah, kok sudah tegang banget. Pengen nengok anakmu ya? godaku.
    Indun sudah menurunkan semua celananya. Tapi dia tidak tahu harus melakukan apa. Lucu lihat batang kecil itu tegak menantang. Aku sudah sangat horny. Vaginaku sudah mulai basah. Tak tahu kenapa bisa senafsu itu dekat dengan anak SMP ini. Dengan gemes, aku pegang penis Indun.
    Mau dimasukin lagi? tanyaku gemetar.
    Iya bu.. Mau banget
    Tanpa menunggu lagi aku menaikkan baju panjangku dan mengangkangkan kakiku. Segera vaginaku terpampang jelas di depan Indun. Rambut hitam vaginaku serasa sangat kontras dengan kulit putihku.
    Segera kubimbing penis anak itu ke dalam lobang vaginaku. Indun mengerang pelan, matanya terbeliak melihat penisnya pelanpelan masuk ditelan vaginaku.

    Ohhhh Buuu.. desisnya.

    Bless, segera penis itu masuk seluruhnya dalam lobang vaginaku. Aku sendiri merasakan kenikmatan yang aneh. Entah kenapa, aku sangat ingin mengisi lobangku dengan batang itu.
    Diemin dulu di dalam sebentar, biar kamu gak cepat keluar, perintahku.
    Iiiiiyaaa, Bu.. erangnya. Indun mendongakkan kepalanya menahan kenikmatan yang luar biasa baginya. Sengaja pelanpelan kuremas penis itu dengan vaginaku, sambil kulihat reaksinya.
    Ohhh Indun mengerang sambil mendongak ke atas.
    Kubiarkan dia merasakan sensasi itu. Pelanpelan tanganku meremas pantatnya. Indun menunduk menatap wajahku di bawahnya. Pelanpelan dia mulai bisa mengendalikan dirinya. Tampak nafasnya mulai agak teratur. Kupegang leher anak itu, dan kuturunkan mukanya. Muka kami semakin berdekatan. Bibirku lalu mencium bibirnya. Kamu berdua melenguh, lalu saling mengulum dan bermain lidah. Tangannya meremas dadaku. Aku merasakan kenikmatan yang tiada tara. Segera kuangkat sedikit pantatku untuk merasakan seluruh batang itu semakin ambles ke dalam vaginaku.
    Ndun, ayo gerakin maju mundur pelanpelan.. perintahku.
    Indun mulai memaju mundurkan pantatnya. Penisnya walaupun kecil, kalau sudah keras begitu nikmat sekali dalam vaginaku. Aku mengerangerang sekarang. Vaginaku sudah basah sekali. Banjir mengalir sampai ke pantatku, bahkan mengenai sofa ruang tamu.

    Aku mengarahkan tangan Indun untuk meremasremas payudaraku lagi. Dengan hatihati dia berusaha tidak mengenai perutku, karena takut kandunganku. Ohhh aku sudah sangat nafsuu sekitar 15 menit Indun memaju mundurkan pantatnya. Tidak mengira dia sekarang sekuat itu. Mungkin dulu dia panik dan belum terbiasa. Aku tibatiba merasakan orgasme yang luar biasa.
    Ohhhh teriakku. Tubuhku melengkung ke atas. Indun terdiam dengan tetap menancapkan penisnya dalam lobangku. Aku sampai, Ndunnnn aku terengahengah.
    Sambil tetap membiarkan penisnya di dalam vaginaku, aku memeluk ABG itu. Badannya penuh keringat. Kami terdiam selama berepa menit sambil berpelukan. Penis Indun masih keras dan tegang di dalam vaginaku.

    Ndun, pindah kamar yuk, ajakku.
    Indun mengangguk. Dicabutnya penisnya dan berdiri di depanku. Aku ikut berdiri gemetar karena dampak orgasme yang mengebu barusan. Kemudian aku membimbing tangan anak itu membawanya ke kamarku. Di kamar aku meminta dia melepaskan bajuku, karena agak repot melepas baju ini. Di depan pemuda itu aku kini telanjang bulat. Indun juga melepas bajunya. Sekarang kami berdua telanjang dan saling berpelukan. Aku lihat penisnya masih tegak mengacung ke atas. Aku rebahkan pemuda itu di kasurku. Lalu aku naik ke atas dan kembali memasukkan penisnya ke vaginaku. Kali ini aku yang menggenjotnya maju mundur. Tangan Indun meremasremas susuku. Ohh, nikmat sekali. Penis kecil itu benarbenar hebat. Dia berdiri tegak terus tanpa mengendor seidkit pun. Aku sengaja memutarmutar pantatku supaya penis itu cepat muncrat. Tapi tetap saja posisinya sama. Aku kembali orgasme, bahkan sampai dua kali lagi. Orgasme ketiga aku sudah kelelahan yang luar biasa. Aku peluk pemuda itu dan kupegang penisnya yang masih tegak mengacung. Kami berpelukan di tengah ranjang yang biasa kupakai bercinta dengan suamiku.
    Aduuuh, Ndun.. kamu kuat juga ya. Kamu masih belum keluar ya?
    Gak papa Bu jawabnya pelan.
    Tibatiba aku punya ide untuk membantu Indun. Kuraih batang kecil itu dan kembali kumasukkan dalam vaginaku. Kali ini kami saling berpelukan sambil berbaring bersisian.
    Ndun, Ibu udah lelah banget. Batangmu dibiarin aja ya di dalam, sampai kamu keluar bisikku.

    Indun mengangguk. Kami kembali berpelukan bagai sepasang kekasih. Vaginaku berkedutkedut menerima batang itu. Kubiarkan banjir mengalir membasahi vaginaku, Indun juga membiarkan penisnya tersimpan rapi dalam vaginaku. Karena kelelahan aku tertidur dengan penis dalam vaginaku. Gak tahu berapa jam aku tertidur dengan penis masih dalam vaginaku, ketika jam 1 malam tiba hpku menerima sms. Aku terbangun dan melihat Indun masih menatap wajahku sambil membiarkan penisnya diam dalam lobangku.
    Aduh, Ndun. Kamu belum bisa bobok? Aduuuh, soriiii ya kataku sambil meremas penisnya dengan vaginaku.
    Gak papa kok, Bu. Aku seneng banget di dalam.. kata Indun.
    Tanpa merubah posisi aku meraih hpku di meja samping ranjang. Kubuka sms, ternyata dari Mas Prasojo: Hai Say, udah bobok? Kalau blum aku pengen telp.
    Aku segera balas: Baru terbangn, telp aja, kangen
    Segera setelah kubalas sms, Mas Prasojo menelponku. Aku menerima telepon sambil berbaring dan membiarkan penis Indun di dalam vaginaku.

    Hei Sorii ganggu, udah bobok apa? tanyanya.
    Gak papa Mas, kangen. Kapan jadinya balik? tanyaku.
    Lusa, Dik, ini aku masih di jalan. Lagi ada pembekalan masyarakat. Gimana anakanak?
    Hmmm. aku agak menggeliat. Indun memajukan pantatnya, takut lepas penisnya dari lobangku. Aku meletakkan jariku di bibirnya, agar dia tak bersuara. Indun mengangguk sambil tersenyum.
    Baik, mereka okeoke saja kok. Udah pada makan dan bobok nyenyak dari jam 9 tadi. Aku kangen mas
    Sama.. Pengen nih kata suamiku.
    Sini, mau di mulut apa di bawah? tanyaku nakal.
    Mana aja deh
    Nih, pakai mulutku aja, udah lama gak dikasih. Udah gatel, hihih godaku.
    Aduuh Dik. Aku lagi di kampung sepi. Malah jadi kangen sama kamu. Gimana hayooo? rengek suamiku.
    Kami memang biasa saling terbuka soal kebutuhan seks kami.
    Kocok aja Mas, aku juga mau kataku manja.
    Kemudian aku menggeser Indun agar menindih di atas tubuhku. Sambil tanganku menutup hp, aku berbisik ke Indun, Sekarang kamu genjot aku sekencangkencangnya sampai keluar, ya. Sekuatkuatnya.
    Indun mengangguk. Aku menjawab telepon suamiku, Ayo, mas, buka celananya..
    Aku mengambil cdku di sampingku, lalu kujejalkan ke mulut Indun. Indun tahu maksudku agar dia tidak bersuara.
    Oke, Dik. Aku sudah menghunus rudalku..

    Sambil menjawab mesra aku menekan pantat Indun agar segera memaju mundurkan penisnya dalam vaginaku. Indun segera membalasnya, dan mulai menggenjotku. Aku menyuruhnya untuk menurunkan kakinya ke samping ranjang sehingga perutku tidak tertindih badannya. Sementara aku mengangkang dengan dua kakiku terangkat ke samping kiri dan kanan badan lakilaki abg itu. Ohhh, ya Tuhan. Bagai kesetanan, Indun menggenjotku seperti yang kuperintahkan. Aku mengerangerang, begitu juga suamiku.
    Mas, aku masturbasi kesetanan ini.. Pengen banget. Kamu kocok kuatkuat yaaa.. Ahhhhh
    Iyyyyaaaa Ooohhh, untung aku bawa cdmu, buat ngocok nihh. Ohhhhh erang suamiku.
    Tak kalah hebatnya, Indun menggasak lobangku dengan tanpa kompromi. Badan kurusnya maju mundur secepat bor listrik. Aku mengerangerang tidak karuan. Suara lobangku berdecitdecit karena banjir dan gesekan dengan penis Indun. Benarbenar gila malam ini. Aku sudah tidak ingat lagi berapa lama aku digenjot Indun. Suaraku penuh nafsu bertukar katakata mesra dengan suamiku. Indun seolaholah tak pernah lelah. Tubuhnya sudah banjir keringat. Stamina mudanya benarbenar membanggakan. Keringat juga membanjiri tubuhku. Sementara suara suamiku juga meraungraung kenikmatan, semoga kamar dia di perjalan dinas itu kamar yang kedap suara. Beberapa saat kemudian aku kehabisan tenaga. Kuminta Indun untuk berhenti sejenak. Pemuda itu nampak terengahengah sehabis menggenjotku habishabisan. Setelah itu kami melanjutkan permainan kami. Indun dengan kuatnya menggenjotku habishabisan. Aku tak tahu lagi apa yang kecerecaukan di telepon, tapi nampaknya suamiku juga sama saja. Beberapa saat kemudian aku dan suamiku samasama berteriak, kami samasama keluar. Aku terengahengah mengatur nafasku. Lalu suamiku memberi salam mesra dan ciuman jarak jauh. Kami betulbetul terpuaskan malam ini. Setelah ngobrolngobrol singkat, suamiku menutup teleponnya. Di kamarku, Indun masih menggenjotku pelanpelan. Dia belum keluar rupanya. Wah, gila. Aku kawatir jepitanku mungkin sudah tidak mempan buat penisnya yang masih tumbuh. Kubiarkan penis pemuda itu mengobokobok vaginaku. Tibatiba kudorong Indun, sehingga lepas penis dari lobangku.

    Ohhh, lenguhnya kecewa.
    Lalu aku tarik dia naik ke tempat tidur, dan aku segera menungging di depannya. Indun tahu maksudku. Dia segera mengarahkan penisnya ke vaginaku. Tapi segera kupegang penis itu dan kuarahkan ke lobang yang lain. Pantatku! Mungkin di sanalah penis Indun akan dijepit dengan maksimal, pikirku tanpa pertimbangan. Indun sadar apa yang kulakukan. Disodokkannya penisnya ke lobang pantatku. Tapi lobang itu ternyata masih terlalu kecil bahkan buat penis Indun. Aku berdiri dan menyuruhnya menunggu. Lalu aku turun dan mengambil jelli organik dari dalam rak obat di kamar mandi. Dengan setia Indun menunggu dengan penis yang juga setia mengacung. Jelli itu kuoleskan ke seluruh batang Indun, dan sebagian kuusapusapkan ke sekitar lobang pantatku. Kembali aku menunggingkan pantatku. Indun mengarahkan kotolnya kembali dan pelanpelan lobang itu berhasil di terobosnya.

    Ohhhhh.. desisku. Sensasinya sangat luar biasa. Pelanpelan batang penis itu menyusup di lobang yang sempit itu.
    Indun mengerang keras. Setengah perjalanan, penis itu berhenti. Baru separo yang masuk. Indun terengahengah, begitu juga aku.
    Pelanpelan, Ndun bisikku.
    Indun memegang bongkahan pantatku, dan kembali menyodokkan penisnya ke lobangku. Dan akhirnya seluruh batang itu masuk manis dalam lobang pantatku.
    Ohhh, Tuhan rasanya sangat luar biasa, antara sakit dan nikmat yang tak terceritakan. Aku mengerang. Kami berdiam beberapa menit, membiarkan lobangku terbiasa dengan batang penis itu. Setelah itu Indun mulai memaju mundukan pinggangnya. Rasanya luar biasa. Pengalaman baru yang membuatku ketagihan. Beberapa saat kemudian, Indun mengerangerang keras. Dia memaksakan menggejot pantatku dengan cepat, tapi karena sangat sempit,
    genjotannya tidak bisa lancar. Kemudian,
    ohhhhh
    Indun memuncratkan spermanya dalam pantatku. CrotAku tersungkur dan Indun terlentang ke belakang. Muncratannya sebagian mengenai punggungku. Kami samasama terengahengah dan kelelahan yang luar biasa. Aku membalikkan tubuhku dan memeluk Indun yang terkapar tanpa daya. Kami berpelukan dengan telanjang bulat sepanjang malam.

    ########################
    Paginya, aku bangun jam 6 pagi. ABG itu masih ada dalam pelukanku. Oh, Tuhan. Untung aku mengunci kamarku. Mbok Imah tetangga yang biasa bantuin ngurusin anakanak sudah terdengar suaranya di belakang. Oh.. Apa yang sudah kulakukan tadi malam, aku benarbenar tidak habis pikir. Kalau malam waktu itu benarbenar hanya sebuah kecelakaan. Tapi malam ini, aku dan Indun benarbenar melakukannya dengan penuh kesadaran. Apa yang kulakukan pada anak abg ini? Aku jadi gelisah memikirkannya, aku takut membuat anak ini menjadi anak yang salah jalan. Rasa bersalah itu membuatku merasa bertambah sayang pada anak kecil itu. Kurangkul kembali tubuh kecil itu dan kuciumin pipinya. Tubuh kami masih samasama telanjang. Aku lihat si Indun masih nyenyak tidur. Mukanya nampak manis sekali pagi itu. Aku mengecup pipi anak itu dan membangunkannya.
    Ndun Bangun. Kamu sekolah khan? bisikku.
    Indun nampak kaget dan segera duduk.

    Oh, Bu.. Maaf aku kesiangan katanya gugup.
    Gak papa Ndun, aku yang salah mengajakmu tadi malam
    Kami berpandangan.
    Maaf Bu. Aku benarbenar tidak sopan
    Lho, khan bukan kamu yang mengajak kita tidur bersama. Aku yang salah Ndun bisikku pelan.
    Indun menatapku, Aku sayang sama Ibu katanya pelan.
    Ndun, kamu punya pacar?
    Belum, bu
    Kamu janji ya jangan ceritacerita ke siapasiapa ya soal kita
    Iya bu, gak mungkinlah
    Aku takut kamu rusak karena aku
    Gak kok Bu, aku sayang sama Ibu
    Kamu jangan melakukan ini ke sembarang orang ya kataku kawatir.
    Tidak Bu, aku bukan cowok seperti itu. Tapi kalau sama Ibu, masih boleh ya katanya pelan.
    Tibatiba aku sangat ingin memeluk anak itu.
    Aku juga sayang kamu Ndun. Sini Ibu peluk Indun mendekat dan kami berpelukan sambil berdiri. Tangannya merangkul pinggangku, dan aku memegang pantatnya. Kami berpelukan lama dan saling berpandangan. Lalu bibir kami saling berpagutan. Gila, aku benarbenar serasa berpacaran dengan anak kecil itu. Mulut kami saling bergumul dengan panasnya.
    Aku lihat penis anak itu masih tegak berdiri, mungkin karena efek pagi hari. Tanganku meraih batang itu dan mengocoknya pelanpelan.

    Aku berpikir cepat, karena pagi ini Indun harus sekolah, aku harus segera menuntaskan ketegangan penis itu. Aku segera membalikkan tubuhku dan berpegangan pada meja rias. Sambil melihat Indun lewat cermin aku menyuruhnya.
    Ndun, kamu pakai jeli itu lagi. Cepat masukin lagi penismu ke pantat Ibu
    Indun buruburu melumas batangnya. Aku menyorongkan bungkahan pantatku. Dari cermin aku dapat melihat muku dan badanku sendiri. Ohh agak malu juga aku melihat tubuhku yang mulai membengkak di sanasini, tapi masih penuh dengan nafsu birahi.
    Cepat Ndun, nanti kamu terlambat sekolah, perintahku.
    Sambil memeluk perutku, Indun mendorong penisnya masuk ke lobang pantatku. Lobang yang semalam sudah disodoksodok itu segera menerima batang yang mengeras itu. Segera kami sudah melakukan persetubuhan lagi. Aku dapat melihat adegan seksi itu lewat cermin, di mana mukaku terlihat sangat nafsu dan juga muka Indun yang mengerangerang di belakangku.

    Ayo, Ndun, sodok yang kuat

    Iyyyaaa.. Bu

    Terusss Cepat

    Sodokansodokan Indun semakin cepat. Lobang pantatku semakin elastis menerima batang imut itu. Sungguh kenikmatan yang luar biasa. Tidak berapa lama kemudian kami berdua samasama mencapai puncak kenikmatan. Indun membiarkan cairan spermanya meluncur deras dalam pantatku. Kami samasama terengahengah menikmati puncak yang barusan kami daki.
    Ohhh
    Sejenak kemudian aku lepaskan pantatku dari penisnya.
    Udah Ndun. Sana kamu mandi, pulang. Nanti kamu terlambat lho sekolahnya kataku sambil tersenyum.
    Indun mencaricari pakaiannya. Tibatiba kami sadar kalau celana Indun ada di ruang tamu. Aku suruh si Indun nunggu di kamar, dan aku segera berpakaian dan keluar ke ruang tamu. Mogamoga belum ada yang menemukan celana itu. Untungnya celana itu teronggok di bawah sofa dan terselip, sehingga Mbok Imah yang biasanya sibuk dulu menyiapkan sarapan belum sempat membereskan ruang tamu. Celana itu segera kuambil dan kubawa ke kamar. Si Indun yang tadinya nampak panik berubah tenang. Setelah memakai celananya, Indun kusuruh cepatcepat keluar ke ruang tamu dan mengambil tas belajarnya yang semalam tergeletak di meja tamu. Setelah itu dia pamit pulang. Aku segera mandi. Di kamar mandi aku merasakan sedikit perih di bagian lobang pantatku. Baru kali ini lobang itu menjadi alat seks, itu pun justru dengan anak kecil yang belum tahu apaapa. Ada sedikit rasa sesal, tapi segera kuguyur kepalaku untuk menghilangkan rasa gundah di dadaku.

    ######################
    Sorenya Indun kembali main ke rumah. Dia sudah sibuk membereskan bukubuku di gazebo kami. Malam itu Indun tidur lagi di kamarku. Mas Prasojo baru pulang besok harinya. Selama berjamjam kami kembali bercinta. Kami saling berpelukan dan berbagi kasih selayaknya sepasang kekasih. Tapi sebelum jam 1 aku suruh Indun untuk segera tidur, aku kawatir sekolahnya akan terganggu karena aktivitasku.

    Ndun, tadi kamu di sekolah gimana? bisikku setelah kami selesai ronde ke tiga. Kami berpelukan dengan mesra di tengah ranjang.
    Biasa aja Bu
    Kamu gak kelelahan atau ngantuk di sekolah?
    Iya Bu, sedikit. Tapi gak papa, aku tadi sempat tidur siang
    Aku takut menganggu sekolahmu
    Gak kok Bu. Tadi aku bisa ngikutin pelajaran
    Okelah kalau gitu. Tapi setelah ini kamu tidur ya, gak usah diterusin dulu
    Iya Bu
    Besok Mas Prasojo pulang, kamu gak bisa nginap disini
    Iya, Bu. Tapi kapankapan saya siap menemani Ibu di sini
    Yee. maunya. Ya gak papa, kataku sambil mencubit pinggangnya.
    Aku mau jadi pacar Ibu
    Lho aku khan sudah bersuami?
    Ya gak papa, jadi apa saja deh
    Aku justru kasihan sama kamu. Besokbesok kalau kamu udah siap, kamu cari pacar yang bener ya?
    Iya Bu. Aku tetap sayang sama Ibu. Mau dijadiin apa saja juga mau
    Idihh.. ya udah. Bobok yuk kataku kelelahan.
    Kami tidur berpelukan sampai pagi.
    Setelah malam itu, aku semakin sering bercinta dengan Indun. Kapan pun ada kesempatan, kami berdua akan melakukannya. Indun sangat memperhatikan bayi dalam kandunganku. Setiap ada kesempatan, dia menciumi perutku dan mengeluselusnya. Kasihan juga aku lihat anak kecil itu sudah merasa harus jadi bapak. Herannya, aku juga kecanduan dengan penis kecil anak itu. Padahal aku sudah punya penis yang jauh lebih besar dan tersedia untukku. Bayangkan, beda usiaku dengan Indun mungkin sekitar 27 tahun. Bahkan anak itu lebih cocok menjadi adik anakanakku. Tapi hubungan kami bertambah mesra seiring usia kehamilanku yang semakin membesar. Indun bahkan sering ikut menemaniku ke dokter tatkala suamiku sedang dinas keluar. Indun semakin perhatian padaku dan anak dalam kandunganku. Kami sangat bahagia karena bayi dalam kandunganku berada dalam kondisi sehat. Aku selalu mengingatkan Indun untuk tetap fokus pada sekolahnya, dan jangan terlalu memikirkan anaknya. Yang paling tidak bisa dicegah adalah, Indun semakin lama semakin kecanduan lobang pantatku. Lamalama aku juga merasakan hal yang sama. Seolaholah lobang pantatku menjadi milik eksklusif Indun, sementara lobanglobangku yang lain dibagi antara Indun dan suamiku. Sampai sekarang, suamiku tidak pernah tahu kalau pantatku sudah dijebol oleh Indun. Lamalama aku kawatir juga dengan cerita tentang hubungan kelamin lewat pantat dapat menimbulkan berbagai penyakit, termasuk AIDS. Aku akhirnya menyediakan kondom untuk Indun kalau dia minta lobang pantatku. Indun sih okeoke saja. Dia juga kawatir, walaupun dia sangat senang ketika masuk ke lubang pantatku.
    Untung aku dan suamiku juga kadangkadang memakai kondom, sehingga aku tidak canggung lagi membeli kondom di apotik. Bahkan aku sering mendapat kondom gratis dari kelurahan. Mungkin karena masih masa pertumbuhan, dan sering kupakai, aku melihat lama kelamaan penis Indun juga mengalami pembesaran. Penis yang semakin berpengalaman itu tidak lagi seperti penis imut pada waktu pertama kali masuk ke vaginaku, tapi sudah menjelma menjadi penis dewasa dan berurat ketika tegang. Aku sadar, kalau aku adalah salah satu sebab dari pertumbuhan instant dari penis Indun. Kekuatan penis Indun juga semakin luar biasa. Dia tidak lagi gampang keluar, bahkan kalau dipikirpikir, dia mungkin lebih kuat dari suamiku. Karena perutku semakin membesar aku jadi sering pakai celana legging yang lentur dan baju kaos ketat yang berbahan sangat lentur. Kalau di rumah aku bahkan hanya pakai kaos panjang tanpa bawahan. Orang pasti mengira aku selalu pakai cd, padahal sering aku malas memakainya. Entah karena gawan ibu hamil atau karena nafsu birahiku yang semakin gila.

    ##########################
    Waktu ibu Indun mau naik haji, aku ikut sibuk dengan ibuibu kampung untuk mempersiapkan pengajian haji. Biasalah, kalau mau naik haji pasti hebohnya minta ampun. Aku termasuk dekat dengan ibu Indun. Namanya bu Masuroh, yang biasa dipanggil Bu Ro. Karena keluarga Indun termasuk keluarga yang terpandang di desa kami, maka acara pengajian itu menjadi acara yang besarbesaran. Banyak ibuibu yang ikut sibuk di rumah Bu Ro. Kalau aku ke sana aku lebih sering karena ingin ketemu Indun. Acara pengajian dan keberadaan Mas Prasojo di rumah membuat kesempatanku bertemu dengan Indun menjadi sangat terbatas. Sudah lama Indun tidak merasakan lobang pantatku. Aku sendiri bingung bagaimana mencari kesempatan untuk ketemu Indun. Walaupun aku sering pergi ke rumahnya dan kadangkadang juga diantar Indun untuk berbelanja sesuatu untuk keperluan pengajian, tapi tetap saja kami tidak punya kesempatan untuk bercinta. Akhirnya pada saat pengajian besar itu aku mendapatkan ide. Sorenya, segera kutelepon Indun menggunakan telepon rumah, karena aku sangat hatihati memakai hp, apalagi untuk urusan Indun.
    Assalamualaikum, Bu. Ini Bu Lani. Gimana Bu persiapan nanti malam, sudah beres semua?
    Oh, Bu Lani. Sudah Bu. Nanti datangnya agak sorean ya bu. Kalau gak ada Ibu, kita bingung nih jawab Bu Ro.
    Iya, beres Bu. Saya sama Bu Anjar sudah kangenan setelah magrib langsung kesitu, kok Bu. Indun ada Bu Ro?
    Ada Bu, sebentar ya Bu
    Setelah Indun yang memegang telepon, aku segera bilang:
    Ndun nanti malam kamu pake celana yang bisa dibuka depannya ya kataku pelan
    Iya Bu jawab Indun agak bingung.
    Terus kamu pakai kondom kamu
    Malam itu pengajian dilangsungkan dengan besarbesaran. Halaman RW kami yang luas hampir tidak bisa menampung jamaah yang datang dari seluruh penjuru kota. Bu Ro memang tokoh yang disegani masyarakat. Aku datang bersama ibuibu RT dengan memakai baju atasan longgar yang menutup sampai bawah pinggang. Bawahannya aku memakai legging ketat, karena memang lagi biasa dipakai ibuibu pada saat ini. Apalagi aku lagi hamil, pasti orangorang pada maklum akan kondisiku. Yang tidak biasa adalah bahwa aku tidak memakai apapun di balik celana leggingku. Sengaja aku tinggalkan cdku di rumah, karena aku punya sebuah ide untuk Indun. Setelah semua urusan kepanitiaan beres, aku segera bergabung dengan ibuibu jamaah pengajian. Tapi kemudian aku dan beberapa ibu yang lain pindah ke halaman, karena lebih bebas dan bisa berdiri. Hanya saja halaman itu sudah sangat penuh dan berdesakdesakan. Justru aku memilih tempat yang paling ramai oleh pengunjung. Di kejauhan aku melihat Indun dan memberinya kode untuk mengikutiku. Indun beranjak menuju ke arahku, sementara aku mengajak Bu Anjar untuk ke sebuah lokasi di bawah pohon di lapangan RW. Lokasi itu agak gelap karena bayangan lampu tertutup rindangnya pohon. Walaupun demikian, banyak anggota jamaah di situ yang berdiri berdesakdesakan.

    Kita sini aja Bu, kalau Ibu mau. Tapi kalau ibu keberatan, silakan Ibu pindah ke sana kataku pada Bu Anjar.
    Gak papa Bu, di sini lebih bebas. Bisa bolos kalau udah kemaleman, hihihi.. kata Bu Anjar.
    Iya , ya. Biasanya pengajian ginian bisa sampai jam 12 lho
    Kami lalu bercakapcakap dengan seru sambil mendengarkan pengajian. Ternyata di sebelah Bu Anjar adan Bu Kesti yang juara negrumpi. Kami segera terlibat pembicaraan serius sambil sekalikali mendengarkan ceramah kalau pas ada ceritacerita lucu. Kami berdiri agak di barisan tengah, Bu Anjar dan Bu Kesti mendapat tempat duduk di sebelahku.
    Bu, monggo kalau mau duduk tawarnya padaku.
    Wah gak usah Bu. Saya lebih suka berdiri gini aja jawabku. Padahal aku sedang menunggu Indun yang sedang berusaha menyibak kerumunan menuju ke arah kami.

    Akhirnya Indun tiba di belakangku. Dua ibuibu sebelahku tidak memperhatikan kehadiran Indun, tapi aku melirik anak muda itu dan menyuruhnya berdiri tepat di belakangku. Aku bergeser berdiri sedikit di belakang bangku Bu Anjar dan Bu Kesti. Sementara Indun dengan segera berdiri tepat di belakangku. Dengan diamdiam aku menempelkan pantatku ke badan Indun. Indun tersenyum dan memajukan badannya. Pantatku yang semlohai segera menempel pada penis Indun yang sudah tegang di balik celananya.
    Aku berbisik pada Indun, buka, Ndun. Udah pakai kondom?
    Indun mengangguk dan membuka risliting celananya. Segera tersembul batangnya yang sudah mengeras. Segera kusibakkan baju panjangku ke atas dan nampaklah leggingku sudah kuberi lobang di bagian belahan pantatku. Indun nampak terkejut, dan sekaligus mengerti maksudku. Dengan pelanpelan diarahkannya batang kerasnya ke lobang pantatku. Dan, slepppp. Masuklah batang itu ke lobang favoritnya. Tangan Indun masuk ke dalam bajuku sambil mengeluselus perutku. Batangnya berada di dalam lobangku sambil sesekali dimaju mundurin. Kami bercinta di tengah keramaian dengan tanpa ada yang menyadarinya. Walaupun begitu aku tetap bercakapcakap dengan dua ibuibu tetanggaku itu. Sementara di kanan kiri kami orangorang sibuk mendengarkan ceramah dengan berdesakdesakan.

    Sekitar satu jam Indun memelukku dalam gelap dari belakang. Tibatiba vaginaku berkedutkedut, pengen ikut disodok. Kalau dari belakang berarti aku harus lebih nunduk lagi. Pelanpelan kutarik keluar penis Indun dan kulepas kondomnya. Aku kembali mengarahkannya, kali ini ke lubang vaginaku. Indun mengerti. Lalu, bless.. dengan lancarnya penis itu masuk ke vaginaku dari belakang. Ohh, enak sekali. Aku mulai tidak konsentrasi terhadap ceramah maupun obrolan dua ibuibu itu. Karena hanya sesekali kami bergoyang, maka adegan persetubuhan itu berlangsung cukup lama. Kepalaku sudah mulai berkunangkunang kenikmatan. Di tengkukku aku merasakan nafas Indun semakin ngosngosan. Beberapa saat kemudian, aku mengalami orgasme hebat, tanganku gemetar dan langsung memegang sandaran bangku di depanku. Indun juga kemudian memuncratkan maninya dalam vaginaku. Kami berdua hampir bersamaan mengalami orgasme itu. Setelah agak reda, aku mendorong Indun dan mengeluarkan penisnya. Cepatcepat Indun memasukkan dalam celananya, dan kuturunkan baju bagian belakangku. Aku dan ibuibu itu memutuskan untuk pulang sebelum acara selesai. Untung saja aku dan Indun sudah selesai. Dengan mengedipkan mata, aku menyuruh Indun untuk meninggalkan lokasi. Akhirnya terpuaskan juga hasrat kami setelah harihari yang sibuk yang memisahkan kami.

  • Video Bokep Eropa 3 balerina prima dientot 1 kontol gede

    Video Bokep Eropa 3 balerina prima dientot 1 kontol gede


    2573 views

  • Kisah Memek istri abangku butuh kehangatan malam

    Kisah Memek istri abangku butuh kehangatan malam


    3267 views

    Duniabola99.com – Sebut saja nama Niko, dulu semasa sekolah aku tinggal bersama dengan kakakku laki-lakiku yang bernama Fahmi dan istrinya yang bernama Jelita tapi orang orang sering memanggilnya dengan sebutan Lita. Aku disuruh ditinggal disana karena memang kampusku dekat dengan rumah mereka. Usiaku dengan kakakku selisih 5 tahun sedangkan kalau dengan Lita selisih 2 tahun lebih tua dariku.

    Kakakku berkerja di kapal sehingga dia jarang di rumah. Lita kelihatan sangat kesepian akan hal itu. Kadang kuhibur dia dengan candaan-candaan yang sering aku ciptakan. Lama kelamaan aku dan Lita akrab sekali. Aku juga sering mengajaknya keluar jalan-jalan atau menonton bioskop untuk menghilangkan rasa sepinya. Bila sedang jalan berdua, banyak orang mengira kalau kami sepasang kekasih. Tentu itu sangat membuat aku senang jalan dengan dia. Apalagi Lita orangnya berwajah manis. Dia memiliki tinggi badan 161cm dan berat badan 50kg sangat ideal sekali. Ditambah dengan ukuran toketnya yang lumayan montok menambah seksi penampilannya.


    Keesokan harinya sepulang dari kampus rumah kulihat dalam keadaan sepi. Dimanakah Lita? tanyaku dalam hati. Segera aku mengecek seluruh isi rumah. Begitu sampai di depan kamarnya kulihat dari celah pintu, ada cahaya TV dari dalam kamarnya. Aku langsung saja membuka pintu dengan pelan, untuk mengetahui apakah Lita ada di dalam kamar atau tidak. Alangkah kagetnya aku saat aku melihat adegan yang ada TV, rupanya Lita sedang melihat film bokep sambil melakukan masturbasi. Menyadari akan kehadiranku Lita langsung menegurku,

    “Sedang ngapain kamu?”

    “Maaf mbak…” sahutku. Aku langsung saja melangkah keluar kamar dan menutup pintunya kembali.

    Akupun langsung masuk ke kamarku. Aku masih terbayang apa yang dilakukan Lita tadi di kamarnya. Aku membayangkan bagaimana dia melakukan masturbasi dengan sebelah tanganya meremas toketnya sendiri. Dan gairahku pun langsung muncul. Sesaat terlintas dalam pikiranku untuk melihat CD porno simpananku untuk menyalurkan hasrat birahi. Kukeluarkan batang penisku dan mulai mengocoknya sambil membayangkan apa yang dilakukan Lita di kamarnya tadi.

    Lagi enak-enaknya berkhayal tiba-tiba ada yang membuka pintu kamarku. Betapa kagetnya aku bahwa Lita telah masuk dalam kamarku dan melihat aku yang sedang mengocok batang penisku. Dia terlihat terdiam sejenak. Wajahnya terlihat tegang dan bingung. Aku yang melihat ekspresi wajahnya ikut-ikutan jadi bingung dan tegang.


    “Maaf aku ganggu kamu ya…?” tanyanya memecah keheningan.

    “Oh, gak kog mbak…ada apa ya mbak?” sahutku dengan tanganku yang masih memegang batang penisku.

    “Cuma mau tanyam ngapain kamu tadi masuk kamarku?” tanyanya lagi.

    “Oh tadi aku kira rumah gak ada orang, aku nyari kamu mbak” jawabku sambil memasukan batang penisku ke dalan celananku kembali.

    “Kamu lagi nonton apa Nik?” tanya Lita sambil melihat kearah layar TVku.

    “Itu nonton sama yang mbak tonton” jawabku. Terlihat Lita kembali terdiam.

    “Oya mbak, aku boleh pinjem yang mbak tonton tadi?” tanyaku dengan malu.

    “Boleh aja kog entar kita lihat disini sama-sama” jawabnya.

    Mendengar jawabnya aku menjadi sangat kaget. Berani juga dia bilang gitu kataku dalam hati. Lita pun langsung mengampil CD yang dia tonton tadi di kamarnya. Tak lama kemudian dia kembali ke kamarku dan menyodorkankan CD tersebut.

    “Nih CDnya, kamu stel gih” katanya.

    “Baik mbak” jawabku singkat.

    Adegan demi adegan di film tersebut telah kami lewati. Kami berdua sudah tak merasa canggung lagi. Aku merasakan ada rasa yang lain diantara kami. Selain hubungan kakak dan adik ipar aku merasakan ada hubungan yang lain lagi. Aku merasa kita berdua saling jatuh hati. Tapi aku sadar kalau Lita adalah istri dari kakakku sendiri. Tanpa sadar duduk kami berduapun semakin mendekat. Kami saling menatap mata dan kemudian bibir kami saling berciuman. Rupanya kami berdua sudah saling terangsang. Kami berciuman mengikuti iringan gairah dan birahi kami. Nafsu membuat kami terus berebutan air liur.


    Sesaat kemudian kami berdua tersadar apa yang kita lakukan dan berhenti melakukannya. Mata kami tak sanggup bertatapan. Rasanya bingung, akhirnya kami duduk biasa lagi. Beberapa lama kami tak bisa mengeluarkan kata-kata. Perlahan kubuai rambut panjang Lita. Tampaknya dia menyukainya. Perlahan tanganku mengelus pundaknya. Sesaat kami

    bertatapan lagi. Wajahnya dewasa dan manis. Wajah yang menyiratkan akan rindunya sentuhan dan kehangatan. Kurasakan isyarat dari Lita untuk berciuman lagi. Tanpa basa-basi lalu kulahap bibirnya, ahh…nikmat rasanya. Bibirnya terasa lembut di bibirku. Dada kami saling berhadapan. Sekilas kulihat buah dadanya yang besar. Lalu kupeluk Lita dengan maksud ingin menyentuh dan merasakan empuknya buah dadanya.

    Perlahan tanganku mengelus-elus pahanya yang lembut dan halus. Sebagai penjajakan kuelus selangkangannya, tampaknya dia menikmatinya. Lita pun membalas elusanku dengan dia balik mengelus tanganku. Rupanya dia sangat menikmatinya. Tanpa berlama-lama aku segera meraba-raba daerah sensitifnya. Tapi sebelum tanganku sampai di klitorisnya, dia meraih tanganku dan mengarahkannya ke buah dadanya. Akupun lantas meremas dengan lembut buah dada itu dari luar baju yang di pakai. Tangan Lita pun tak mau diam, diam dia mulai mengelus penisku dari luar celana panjangku. Aku sangat menikmatinya.

    Tak berapa lama aku lalu melepaskan tangan Lita dari elusanya. Aku segera melepas celana panjangku dan celana dalamku sehingga terlihat batang penisku yang sudah tegak berdiri. Kembali aku meraih tangan Lita dan kuarahkan lagi ke batang penisku dengan maksud agar dia kembali mengelusnya. Lita mengelus batang penisku dengan lembut dengan sesekali mengocoknya. Sesaat kemudian wajahnya didekatnya menuju batang penisku. Dia memulainya dengan menjilat kepala penisku. Aaahhh…nikmat sekali rasanya. Jilataannya sekarang berubah dengan kuluman. Lita mengulum habis penisku dan kadang dia menhisapnya sampai aku merasakan ngilu.


    Sambil terus menikmati penisku, aku mencoba mengangkat kaos yang dia kenakan sehingga terlihat buah dada yang montok yang masih terbungkus BH. Kuraih kaitannya dan kulepas BHnya. Sekarang terlihat dengan jelas buah dada yang indah menggelantung bebas. Kuremas perlahan buah dada itu. Kupilin puting yang kenyal tersebut. Lalu aku mengangkat bahu Lita dan kemudian kulepaskan celana pendek dan celana dalamnya. Wooowww…terlihat memek yang indah yang sedikit ditumbuhi rambut kemaluan.

    Tanpa menunggu lebih lama kemudian kubaringkan Lita dikasur yang ada di kamarku. Kuelus bibir memeknya yang sudah sangat basah.

    “Aaahhhh…” Lita mendesah.

    Perlahan jariku masuk ke lubang memeknya. Terdengar nafas Lita tak lagi beraturan.

    Tak cukup hanya jariku yang bermain di memeknya, kini lidahku pun ikut bermain dengan klitorisnya. Tubuh Lita menggelinjang menahan nikmat.

    “Cukup Niko…ayo sayang kita masukin sekarang aja aku sudah gak tahan…” pintanya.

    Lita pun segera membuka lebar kedua pahanya. Lubang memeknya yang berwarna merah terlihat jelas olehku. Aku segera naik keatas tubuhnya dan mengarahkan batang penisku ke lubang memeknya. Perlahan kumasukkan dan akhirnya hilang

    tertelan di lubang memek Lita.

    “Sssthhh…aahhhh…” desahnya dengan dagunya yang perlahan terangkat dan telapak kakinya memeluk pinggulku.

    Kugenjot perlahan memek itu, Lita membusungkan dadanya seakan tak kuat menahan kenikmatan genjotan penisku.

    “Aaahhhh…Niko…genjot terus sayaaaang….” erangnya.

    Beberapa lama kurasakan nikmatnya tubuh Lita. Kemudian kurasakan pinggul Lita bergerak sehingga mempercepat gesekan penisku dan dinding memeknya. Dia pun mendekap erat tubuhku. Kurasakan penisku didekap kuat oleh lubang memeknya. Rupanya dia telah mencapi klimaks kenikmatan.

    Sesaat kemudian kulihat Lita mulai melemas pasrah. Melihat ini gairahku meningkat seakan tubuhnya santapanku. Nafsuku membuat penisku keluar masuk

    dengan cepat.


    Dan pada akhirnya,

    “Crooot…crooott..crooottt…” Aku tak dapat menahan semburan spermaku.

    Kusemprotkan seluruh spermaku ke dalam rahimnya. Kubiarkan penisku masih tertancap di lubang memeknya.

    Aku belum puas menikmati tubuhnya. Aku masih menjilati dan mengulum putingnya. Dan beberapa

    kali kami berciuman lagi. Sampai tenaga kami pulih, kami kembali melakukan persetubuhan terlarang ini sampai beberapa kali sampai kami tak kuat dan tidur kelelahan.


    Esoknya setelah kami tersadar, kamipun mandi bersama. Tampaknya kami puas dengan kejadian kemarin. Rasa bersalah hilang karena rasakan ada kecocokan diantara kami, dan kami masih teruskan hubungan ini. Karena kakakku jarang di rumah kami sering berdua, tidur bersama dan mandi bersama dengan sentuhan-sentuhan yang nikmat. Ini menjadi rahasia kami berdua seterusnya. Sampai aku memiliki istri dan sama-sama mempunyai anak kami terus berhubungan.