Author: dbgoog99

  • Kisah Memek Hutan Nikmat

    Kisah Memek Hutan Nikmat


    3692 views


    Duniabola99.com – Sebenarnya aku hanya mau jalan-jalan saja hari itu. Karena di rumahku suntuk, akhirnya kuputuskan untuk jalan-jalan di hutan sekedar refreshing. Setelah lama jalan-jalan dan hari sudah menjelang sore, hutan itu juga sudah mulai gelap, aku melihat ada sosok yang sedang berjalan ke arahku. Makin lama, semakin jelas ternyata dia wanita, kutebak umurnya tidak lebih dari 15 tahun, malah mungkin kurang karena tubuhnya masih langsing dan dadanya juga belum begitu besar. Dia memakai celana pendek dan T-shirt.
    Ya ampun, pahanya yang putih itu membuatku menelan ludah. Pasti dia anak orang kaya yang sedang berkemah atau menginap di salah satu villa yang ada di sekitar hutan ini. Aku tidak tahu kenapa dia bisa sampai masuk hutan, sendirian lagi, yang jelas aku tidak tahan kalau harus melepaskan kesempatan yang baik ini, karena aku kebetulan sudah lama tidak pernah merasakan bagaimana nikmatnya tidur bersama anak di bawah umur.

    Aku cepat-cepat merunduk ke semak-semak yang ada sambil menunggu dia lewat. Begitu dia lewat langsung kusergap dari belakang sambil menutup mulutnya, soalnya biar sudah malam tapi kami masih ada di pinggiran hutan, jadi aku tidak mau ambil resiko orang-orang mendengar teriakan anak ini. Sambil meronta-ronta, kubawa dia masuk lebih jauh ke tengah hutan. Kalau sudah masuk di dalam hutan, aku jamin tidak ada yang bisa dengar teriakan dia, soalnya orang-orang di sekitar situ percaya kalau hutan itu angker, padahal mereka tidak tahu kalau ada tempat seukuran yang agak lapang tempat aku biasa menyepi. Ketika aku sampai ke tempat pribadiku, ada sinar bulan purnama yang menerangi tempat itu, kebeneran juga soalnya sekitarku sudah gelap gulita.

    “Lepaskan! Lepaskan! Jangan Om!” dia langsung berteriak-teriak ketika mulutku lepas dari mulutnya. Om? Enak aja dia panggil aku Om, langsung saja aku kepalkan tanganku dan kupukul keras-keras di perut. Dia langsung tersungkur ke tanah sambil memegang perutnya dan mengerang. Tidak hanya itu, langsung kutendang punggungnya sampai dia berguling-guling menabrak batang pohon yang sudah roboh. Setelah itu kutarik rambutnya yang sebahu sampai wajahnya dekat dengan wajahku.


    “Sekarang dengerin anak kecil!” kataku pelan tapi pasti.
    “Aku bukan om elo, tapi elo sebaiknya jangan banyak tingkah, kalo tidak mau mati! aku hanya pengen ngajarin elo kesenengan yang belon pernah elo dapetin di sekolah elo! Tau?!” Dia hanya menangis sambil mendorong-dorongku, tapi tenaganya sudah lemah gara-gara kutendang tadi.
    “Jawab goblok!” bentakku sambil menampar pipinya berkali-kali sampai memerah.
    “Ampuun, ampun!” dia menjerit kesakitan karena tamparanku tadi. Aku langsung saja tidak buang waktu, dia langsung kudorong ke batang kayu roboh tadi, sambil kutindih, kutelanjangi dia. Mulai dari T-shirtnya terus celana pendeknya, kutarik BH-nya sampai putus. Terakhir kulepaskan juga celana dalamnya sekaligus sepatu dengan kaos kakinya. Akhirnya dia telanjang bulat sambil meronta-ronta karena tangannya kupegangi dengan tangan kiriku. Wow, kulitnya benar-benar putih mulus, dadanya belum begitu besar tapi sudah membulat, kemaluannya juga masih jarang rambutnya. Dia mengerang lemas ketika kuraba dan remas dadanya.

    “Hei, lo suka ya! Sabar aja entar aku tunjukin yang lebih enak!” aku melihat sekelilingku, dan aku akhirnya menemukan cabang pohon dengan diameter sekitar 5 cm. Dia sudah tidak bisa bergerak karena kesakitan gara-gara pukulanku, tapi untuk amannya kupukuli juga perutnya berkali-kali sampai perutnya membiru. Dia masih sadar tapi yang pasti dia tidak mungkin bisa bergerak untuk lari dariku.

    “Nah, enaknya aku mulai dari mana nih?” tanyaku pada dia.
    “Dari depan atau dari belakang?” dia hanya bisa mengeluarkan desahan sakit, sambil mengeleng-gelengkan kepalanya.
    “Aku mulai dari depan aja ya? Pasti lo masih perawan kan?”
    Selesai berbicara begitu, aku langsung mendorong cabang pohon tadi masuk ke liang kewanitaannya. Karena sempit aku sampai harus melebarkan bibir kemaluannya supaya cabang tadi bisa masuk sedikit. Dia merintih-rintih ketika cabang tadi mulai masuk sedikit demi sedikit. Aku terus mendorong cabang tadi sambil memutar-mutarnya. Dia langsung menjerit kesakitan ketika kulakukan itu. Itu yang aku ingin dengar dari tadi, batang kemaluanku langsung tegang sekali. Ketika dia menjerit sekeras-kerasnya aku merasa cabang pohon tadi tidak bisa masuk lebih dalam lagi. Lalu aku mulai menarik dan mendorong cabang tadi sambil memutar-mutarnya, yang pasti akan membuat dia lebih kesakitan kalau kudengar dari jeritannya. Kepalanya mengeleng-geleng sampai terantuk-antuk ke batang pohon tempat dia berbaring sampai memohon aku agar aku berhenti. Bodoh benar dia, tentu saja aku tidak akan berhenti.


    Setelah beberapa kali tusukan, cabang pohon tadi mulai berubah jadi merah, karena darah yang keluar dari kemaluannya. Ada juga yang meleleh keluar dan mengalir turun lewat pahanya. Aku terus menusuk-nusuk liang kemaluannya sampai sekitar 10 menit, sampai dia tidak bisa mengerang hanya bisa mendesah dan mengigit bibir kesakitan. Kulihat ada darah juga di sekitar bibirnya gara-gara digigit terlalu keras olehnya.

    Akhirnya aku tidak bisa tahan lagi, aku harus masukan batang kemaluanku. Langsung saja kubuka celanaku, kemaluanku langsung bergoyang-goyang tegang. Lalu kucabut cabang pohon tadi dari liang kemaluannya, kulihat bibir-bibir kemaluannya langsung menutup lagi, diiringi tarikan nafas anak itu. Karena aku sudah tidak tahan lagi, langsung saja kubalikkan badannya yang sudah lemah lunglai itu sehingga pantatnya menghadap ke arahku. Kubuka belahan pantatnya, kulihat lubangnya kecil sekali, wah dia akan kesakitan kalau kumasukan batang kemaluanku, tapi aku tidak perduli, yang jelas aku tidak bisa membayangkan bagaimana nikmatnya jepitan lubang itu. Sambil membuka belahan pantatnya kuarahkan kepala kemaluanku ke lubang kecil tadi, lalu kupegang bahu anak tadi erat-erat sambil mulai mendorong masuk.

    Ya ampun, sempit sekali, aku sampai meringis-ringis, dia juga mulai meronta-ronta begitu sadar apa yang telah kukerjakan di pantatnya. Tapi pelan-pelan, lubang tadi mulai membuka membuat batang kemaluanku mulai masuk sampai kepala kemaluanku dan terus maju pelan-pelan. Ketika kudorong kemaluanku, dia kembali merintih-rintih seakan-akan kehabisan nafas.


    Akhirnya dengan dorongan terakhir yang keras masuk juga batang kemaluanku ke lubang pantatnya. Lalu aku tidak menunggu-nunggu lagi, langsung saja aku maju mundur. Aku tidak pelan-pelan lagi sekarang, kugerakan pinggulku cepat dan keras. Sampai badan anak tadi terguncang-guncang, terdorong maju mundur. Kulihat dada dan perutnya mulai berdarah-darah karena bergesekan dengan kulit pohon yang kasar. Lama-kelamaan kemaluanku jadi kemerah-merahan, selain gara-gara sempit sekali, ada juga darah yang menempel ke batang kemaluanku. Sekitar 15 menit kugerakan pinggulku, darah yang keluar sudah ada di mana-mana. Sampai meleleh turun lewat pahanya ke tanah.

    Aku merasa aku akan keluar tidak lama lagi, begitu sudah hampir puncaknya, aku langsung mencabut kemaluanku dan langsung kutarik rambut anak itu. Dia langsung mengerang sakit, dan saat itu juga aku masukan kemaluanku ke mulutnya yang terbuka. Dia langsung tersengal-sengal karena kemaluanku masuk langsung masuk ke kerongkongannya, membuatnya sulit bernafas. Dia berusaha menarik kepalanya tapi tidak bisa, malah gara-gara gerakannya itu dan gesekan kemaluanku dengan lidahnya aku tidak bisa menahan lagi. Sambil mengerang kukeluarkan spermaku ke mulutnya langsung masuk lewat kerongkongan. Kulihat dia melotot ketika ada cairan ketal masuk ke dalam kerongkongannya. Kutahan kemaluanku di mulut anak itu sampai sekitar satu menit, sampai spermaku habis kukeluarkan ke mulutnya, ada juga yang kulihat meleleh keluar, mengalir lewat dagu, leher dan menempel di puting susunya.

    Akhirnya kutarik kemaluanku yang sudah mulai lemas dari mulutnya. Dia langsung tersungkur ke tanah dan muntah-muntah mengeluarkan isi perutnya.
    “Dasar lu goblok tidak tau barang enak!” kataku.
    “Muka lu kotor tuh, aku bersiin ya?” sambil berkata itu aku langsung kencing ke mukanya, air seniku membasahi seluruh wajah, rambut sampai dadanya. Langsung saja dia muntah-muntah lagi sampai lemas tidak berdaya, karena tidak ada lagi yang bisa dikeluarkan dari perutnya.


    Jamku sudah menunjukan jam 2 pagi, ketika aku kembali berpakaian. Aku hampiri dia yang tergolek lemas, kulihat air matanya mengalir terus walaupun dia tidak mengeluarkan suara tangisan.
    “Lu mau lagi?” tanyaku.
    Dia tidak bergerak hanya kulihat wajahnya yang pucat bertambah pucat lagi.
    “Ah, tapi punya lu udah rusak gara-gara ini. Aku jadi tidak nafsu!” kataku.
    “Lain kali aja deh!” kataku sambil menunjukan cabang pohon yang berlumuran darah ke wajahnya.

    Setelah selesai aku berbicara itu, langsung saja kupukul dadanya pakai cabang pohon yang kupegang, kupukul punggungnya, pahanya, kemaluannya. Kadang juga kutendang perutnya sampai dia tidak bergerak lagi, matanya melotot ngeri. Kuraba nadinya, ternyata masih ada denyutan. Aku langsung berdiri dan berjalan meninggalkan dia keluar hutan. Aku tidak peduli mau ada yang menemukan dia atau tidak, kalau dia tidak kuat dia bakalan mati juga. Lagipula siang nanti aku mau ke Jepang, jadi tidak ada yang bisa menemukan aku.

    Kisah Seks, Cerita Sex, Cerita Panas, Cerita Bokep, Cerita Hot, Cerita Mesum, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Sex Bergambar, Cerita ABG, Cerita Sex Tante, Cerita Sex Sedarah, Cerita Sex Pasutri

  • Kisah Memek Di Periksa Dokter Jadi Sange

    Kisah Memek Di Periksa Dokter Jadi Sange


    5998 views

    Duniabola99.com – Dokter Khusus Dapat Bonus Dari Pasien – Perkenalakan aq Andi (nama samaran) usia 30 thn, wni keturunan cina-manado, tinggal di kota Semarang. Aq bekerja di pengelolaan gedung mall yang cukup besar di kota ini.
    Ditempat ini, aq tak hanya dikenal sebagai salah satu staf perusahaan, tapi juga orang mengenal aq sebagai ‘dokter’, walaupun aq tak pernah merasakan bangku kuliah di kedoktoeran, tapi karena kemampuanku untuk mengobati sebagai penyakit baik penyakit medis maupun non medis, mereka sering datang ke kantorku untuk berkonsultasi.


    Pada suatu hari telpon di kantorku berdering. Saat kucapkan, ‘Hallo’ terdengar suara merdu dari seberang sana.
    “Selamat siang, bisa bicara dengan Pak Andi?”
    “Ya, saya sendiri, dengan siapa saya bicara?”
    “Oh, ini Pak Andi? Pak, ini Vania dari toko xxx ” Aq hanya mengiyakan, aq tau itu adalah sebuah toko handphone di mall ini.

    Aq mengira dia pasti akan membicarakan masalah operasional, atau komplain tentang pengelolaan gedung ini. Ternyata dugaanku meleset.
    “Ada yang bisa saya bantu Bu Vania?” Aq biasa memanggil semua orang dengan sebutan Bu, baik masih muda ataupun sudah berumur, sekedar untuk formalitas.
    “Saya dengar-dengar cerita tentang Bapak, saya ingin bertemu dengan Bapak, kapan Bapak ada waktu?”
    “Saya selalu ada waktu Bu, silakan datang kapan saja Anda suka.”
    15 menit kemudian, gadis muda berusia 22 taun ini telah ada didepanku dan menceritakan segala keluhannya. Dia merasa tidak PD dan minder dengan penampilannya, padahal menurutku dia sudah dalam segala hal, dari wajahnya yang cantik, ukuran tubuhnya sangat proporsional, kulitnya yang kuning langsat tanpa noda, hanya saja dadanya kecil, tapi paVig tidak nilai totalnya 8 (menurutku).
    “Apa yang membuat Ibu berpikir demikian? Saya rasa Ibu sudah memiliki segalanya. Saya yang gemuk gini aja PD kok” Dia tersipu sambil berbisik,


    “Maaf Pak, tolong jangan panggil saya Ibu, saya masih single, panggil saya Vania.” Aq mengangguk.
    ”Dan jangan panggil aq Pak, panggil aja Andi.” Dia mengangguk.
    “Dan.., kamu bisa menyimpan rahasia ngga Andi?” Aq memastikan hal itu kepadanya. Kemudian dia menceritakan, bahwa dia minder dengan dadanya yang berukuran hanya 34A.
    Aq cukup kaget, karena sebelumnya aq tidak pernah menjumpai “pasien” yang mempunyai keluhan seperti ini.
    “Vania, jujur saja aq baru pertama kali menghadapi keluhan seperti ini. Kamu pasti tau kan, kalau selama ini aq hanya menangani pasien pasien dengan keluhan yang ‘lumrah’, Aq ngga tau bisa berhasil atau tidak. Lagipula aq punya istri, gimana aq harus menjelaskan ke istriku?” Vania mengangguk dan tersenyum,
    “Aq tidak akan menceritakannya kepada siapapun, aq juga malu kalau sampai orang tau. Dan aq harap kamu mau mencobanya dulu, kita ngga tau hasilnya kalau belum mencoba dulu kan?” Aq berpikir keras sebelum aq menyanggupinya.

    Vania tersenyum dan memberikan kartunamanya kepadaku.
    “Aq tunggu kamu di rumahku malam ini jam delapan.”
    Jam delapan lewat lima menit aq sudah berada di rumah Vania. Rumahnya tidak begitu besar tapi terasa nyaman dan sejuk.

    “Kamu tinggal sendiri di sini?” tanyaku.
    “Ngga, sama temen-temen, tapi pada punya acara sendiri-sendiri ama pacarnya. Makanya aq nyuruh kamu datangnya hari ini, biar dirumah ngga ada orang. Yuk cepetan, nanti keburu temen-temen pulang” Aq mengangguk dan mengikuti Vania yang melangkah ke kamarnya.

    Kamarnya didominasi warna pink muda, dingin hembusan angin dari AC terasa di kulitku, membuatku merinding. Dengan malu-malu Vania membuka kaos dan branya, dan aq menyuruhnya tidur terlentang. Sejenak aq agak grogi karena baru pertama kali melihat tubuh wanita selain istiku setengah telanjang, tapi bagaimanapun aq harus melaksanakan kewajibanku. Aq mulai terapi dengan memijit titik-titik darah yang berada di pundak dan dada atasnya. Setelah kurasa darahnya telah mengalir lancar, aq mulai memijit toketnya dengan pijitan yang lembut.

    Toketnya kecil tetapi terasa kencang. Vania memejamkan matanya dan sesekali mengeluarkan lenguhan dan erangan saat tanganku menyentuh putingnya yang berwarna coklat muda itu. Tak kusadari, adikku mulai berdiri. Bagaimanapun juga, aq sebagai manusia normal tetap bisa terangsang, apalagi berada dalam satu ruangan dengan wanita muda yang cantik setengah telanjang dan aq sedang memijit toketnya.
    “Andi.., jangan disitu terus dong mijitnya, geli..” Aq terkejut, tanpa kusadari pijitanku lebih sering berada di daerah sekitar putingnya.

    “Ha? ehm.. iya.. maaf.” Vania mungkin melihat wajahku yang memerah, dia tertawa dan berkata,
    “hi..hi..hi.., kenapa? Kamu terangsang ya..? Ngga pa pa deh, aq juga suka kok.. Cuma agak geli aja..” kata-katanya membuatku semakin gugup.

    “eh.. kayaknya hari ini cukup dulu deh Vi, mungkin besok bisa diterusin..” jawabku. Vania semakin ngakak,
    “Andi.. kamu kok lugu banget sih? Nggak pa pa.. terusin aja.. Kenapa? takut ketauan istri kamu ya?”
    Vania merengkuhku dalam pelukannya dan mencium bibirku dengan lembut. Aq terhenyak, tapi dia kembali menarikku dan memagut bibirku dengan penuh nafsu. Dalam kebingunganku dia berbisik,
    “Andi.., sudah lama aq menantikan hal ini.., begitu lama aq memendamnya.., aq sayang kamu Andi.. Bercintalah denganku Andi..” Aq cuma bisa duduk diam kayak orang bego.


    “Aq pikir kamu salah orang Vi.. Kalau kamu pikir aq bisa membuat kamu bahagia, kamu bener-bener salah.. Aq gemuk, eemm.. barangku kecil.. terus.. ekonomiku pas-pasan, dan yang terutama, aq sudah punya istri dan anak.. Kamu becanda.. Kamu pasti becanda kan?” tanyaku tak percaya. Vania tersenyum manis dan berkata,
    “Ndi, biar kujelaskan dulu.., dari dulu aq memang suka dengan pria yang bertubuh gemuk. Aq ngga peduli barangmu kecil atau apa.. kamu lihat juga dong, susuku kan kecil juga. Aq rela jadi istrimu yang kedua, dan lagian aq kan kerja juga, jadi kamu ngga usah bingung masalah perekonomian..” Jelasnya panjang lebar.
    Vania menatap mataku dalam-dalam, seakan ingin menunjukkan ketulusan hatinya. Kupeluk dia erat-erat, Vania menciumi seluruh wajahku, dan kubalas ciumannya dengan tak kalah bernafsu.

    Vania membuka satu persatu kancing kemejaku lalu tangannya membelai dada dan perutku dengan lembut. Kurasakan bulu ?bulu halus di sekujur tubuhku berdiri. Sentuhan tangannya begitu lembut. Vania tidak berhenti, dia memelorotkan celana panjang dan celana dalamku, lalu dengan sigap dia memegang adikku yang sudah berdiri tegak. Barangku memang tidak panjang, bahkan bisa dikatakan ukuran mini.

    Vania mulai mengelus-elus adikku dan mengocoknya dengan lembut. Jari-jarinya yang lentik terasa dingin saat menyentuh batang kemaluanku. Aq tak mau kalah, kulepaskan celana pendek yang dia kenakan, dan terlihat dia memakai CD semi transparant sehingga terbayang rerimbunan bulu-bulu yang tidak begitu lebat. Kuelus bukit kemaluannya dari luar CD yang ia kenakan, Vania melenguh,


    “ooogghhhhh.. Andi.., aq milikmu..” Aq hisap puting susunya yang telah mengeras, lalu aq mainkan dengan lidahku, kupuntir-puntir dengan bibirku sementara tangan kiriku meremas-remas toketnya yang satu lagi, dan tangan kananku menyelusup masuk di balik CDnya dan membelai bukit kemaluannya. Perlahan kubuka belahan memeknya, terasa sekali memeknya telah basah oleh cairan yang keluar terus menerus dari memeknya.
    Kumainkan kelentitnya dengan jari tengahku, Vania mengerang dengan sangat keras, merasakan kenikmatan yang dia terima saat ini.

    “ooogghhh..ooohhh.. aaahhhh teruuss Dee, teruuss.. ooohhhhh..” Aq terus memainkan kelentitnya sambil terus menyusu padanya, sementara tangannya masih terus mengocok-ngocok kemaluanku dengan lembut, dan sesekali pegangannya agak mengencang, apabila dia merasakan kenikmatan.

    Aq tak sabar lagi, jari tengahku aq masukkan sedikit demi sedikit ke dalam lubang memeknya, spontan dia berteriak dan menarik tubuhnya,
    “jangan..”
    Aq memandangnya dengan perasaan heran, kemudian dia berbisik di telingaku,
    “I’m still virgin.., aq ngga mau perawanku hilang oleh jari, aq ingin dengan ini,” katanya sambil mengelus kemaluanku.” Lagi-lagi aq terkejut. Aq tidak menyangka masih ada gadis sekarang yang bisa menjaga keperawanannya sampai usia yang cukup matang. Dan lagi-lagi kebimbangan hadir dalam pikiranku, masa aq harus memerawaninya?
    “Vi, kamu masih perawan?” tanyaku tak percaya. Dia mengangguk.


    “Aq ingin memberikan mahkotaku ini kepada orang yang ku cintai. Aq sudah bilang, aq rela menjadi istri kedua. Toh nanti pada akhirnya aq akan memberikannya padamu juga, jadi untuk apa kita tunggu lama-lama?” Vania mengatakan hal ini dengan mantap.
    Sejenak kemudian dia merebahkan dirinya diatas kasur sambil mengangkangkan kakinya lebar-lebar.
    “Aq siap untuk menerimamu sayang..” Setelah ia mengatakan ini, aq langsung berlutut di depannya dan kupeluk dia erat-erat.

    Dia menciumi wajahku dan aq memulai mneggesek-gesekkan batang kemaluanku di lipatan memeknya. Terasa sekali banyaknya cairan yang keluar dari liang kewanitaannya.
    Perlahan-lahan kutusukkan k0ntolku ke memeknya, Vania memejamkan mata sambil menggigit bibir bawahnya. Sedikit-sedikit kudorong k0ntolku, dan kurasakan ada yang sedikit mengganjal, lalu kudorong sekuat tenaga, bleess..

    “Eeeggghhhh..ooouugghhh..” Vania menjerit tertahan, dan terasa ada cairan hangat yang membasahi k0ntolku, mengalir keluar ke pangkal pahaku.
    Lalu aq perlahan mulai menggoyangkan pantatku maju mundur dan terasa jepitan memek Vania di k0ntolku. Vania mulai merasakan nikmat, terlihat dari nafasnya yang memburu dan desahan-desahannya yang membuat suasana bertambah merangsang.
    “mmpphh..mmpphh..oooghhh..ooghhhh.. Andio.. teruuss.. aauughhhh..
    “Aduh.. Pelan dikit Andi.. “
    “Vania.. oooghhhh.. nikmat banget sayang.. oouuh.. goyangin pantatnya Vi..”
    “Ooouuhh.. aq ngga tahan Andi.. enak banget.. terus.. aahh.. uuhh.. aq.. aq.. ngga tahan lagi.. aahh..Andi..”
    “Jangan ditahan Vi.., keluarin aja.. “
    “Andi.. Auuhh.. aq sayang kamu Andio..”
    serrr..serrr..serrrrr.. terasa hangat di k0ntolku saat Vania mengalami orgasme.
    Aq tetap menggoyangkan pantatku maju mundur semakin cepat sehingga mengeluarkan bunyi-bunyian akibat gesekan k0ntolku dengan memek Vania.
    Crekk..crekk..crekk..clokk.. crekkk..
    Vania terkulai lamas merasakan kenikmatan yang baru saja dia dapatkan, aq pun merasa akan mencapai klimaks,
    “Vi, aq.. mau.. keluaarr..”


    “iyaa.. Keluarin aja.. di daleem..” beberapa detik kemudian, aq memuncratkan seluruh energiku di dalam memeknya
    croott..croott.. croott.. croott.. Beberapa kali pejuhku menyemprot di dalam memek Vania.
    Aq merebahkan diri di samping Vania, dan sepintas kulihat pejuhku bercampur darah perawan Vania mengalir keluar dari memek Vania. Kulihat wajah Vania begitu damai dengan nafas yang masih agak memburu. Beberapa saat kemudian Vania membuka matanya dan tersenyum kepadaku, sambil memelukku ia berkata,
    “Andi, jangan tinggalkan aq yah.. Aq sayang banget sama kamu..” Aq hanya mengangguk pelan, walau di hatiku masih terdapat kebimbangan.

    Sampai aq menulis cerita ini hubunganku dengan Vania masih tetap berjalan tanpa ada orang yang mengetauinya.

    Istriku sempat curiga denganku, tetapi setelah kujelaskan bahwa Vania adalah rekan kerja, dia percaya dan tidak pernah lagi menanyakan hal ini lagi.

  • Kisah Memek Tetangga Yang Cantik dan Bohay

    Kisah Memek Tetangga Yang Cantik dan Bohay


    3421 views

    Duniabola99.com – Aku biasa dipanggil Arman (nama samaran). Saat ini aku kuliah di salah satu Akademi Pariwisata sambil bekerja di sebuah hotel bintang lima di Denpasar, Bali. Kisah yang aku ceritakan ini adalah kisah nyata yang terjadi terjadi saat aku masih duduk di kelas 2 SMA, di kota Jember, Jawa Timur.

    Saat itu aku tinggal di sebuah gang di pusat kota Jember. Di depan rumahku tinggalah seorang wanita, Nita namanya, tapi ia biasa dipanggil Yuli. Usianya saat itu sekitar 24 tahun, karena itu aku selalu memanggilnya Mbak Yuli. Ia bekerja sebagai kasir pada sebuah departemen store di kotaku. Ia cukup cantik, jika dilihat mirip bintang sinetron Sarah Vi, kulitnya putih, rambutnya hitam panjang sebahu.

    Namun yang paling membuatku betah melihatnya adalah buah dadanya yang indah. Kira-kira ukurannya 36B, buah dada itu nampak serasi dengan bentuk tubuhnya yang langsing.


    Keindahan tubuh Mbak Yuli tampak semakin aduhai saat aku melihat pantatnya. Kali ini aku tidak bisa berbohong, ingin sekali kuremas-remas pantatnya yang aduhai itu. Bahkan jika Mbak Yuli memintaku mencium pantatnya akan kulakukan. Satu hal lagi yang membuatku betah melihatnya adalah bibirnya yang merah. Ingin sekali aku mencium bibir yang merekah itu. Tentu akan sangat nikmat saat membayangkan keindahan tubuhnya.

    Setiap pagi saat menyapu teras rumahnya, Mbak Yuli selalu menggunakan kaos tanpa lengan dan hanya mengenakan celana pendek. Jika ia sedang menunduk, sering kali aku melihat bayangan celana dalamnya berbentuk segi tiga. Saat itu penisku langsung berdiri dibuatnya. Apalagi jika saat menunduk tidak terlihat bayangan celana dalamnya, aku selalu berpikir, wah pasti ia tidak memakai celana dalam.

    Kemudian aku membayangkan bagaimana ya tubuh Mbak Yuli jika sedang bugil, rambut vaginanya lebat apa tidak ya. Itulah yang selalu muncul dalam pikiranku setiap pagi, dan selalu penisku berdiri dibuatnya. Bahkan aku berjanji dalam hati jika keinginanku terkabul, aku akan menciumi seluruh bagian tubuh Mbak Yuli. Terutama bagian pantat, buah dada dan vaginanya, akan kujilati sampai puas.

    Malam itu, aku pergi ke rumah Ferri, latihan musik untuk pementasan di sekolah. Kebetulan orang tua dan saudaraku pergi ke luar kota. Jadi aku sendirian di rumah. Kunci kubawa dan kumasukkan saku jaket. Karena latihan sampai malam aku keletihan dan tertidur, sehingga terlupa saat jaketku dipakai Baron, temanku yang main drum. Aku baru menyadari saat sudah sampai di teras rumah.

    “Waduh kunci terbawa Baron,” ucapku dalam hati. Padahal rumah Baron cukup jauh juga. Apalagi sudah larut malam, sehingga untuk kembali dan numpang tidur di rumah Ferri tentu tidak sopan. Terpaksa aku tidur di teras rumah, ya itung-itung sambil jaga malam.

    “Lho masih di luar Man..” Aku tertegun mendengar sapaan itu, ternyata Mbak Yuli baru pulang.

    “Eh iya.. Mbak Yuli juga baru pulang,” ucapku membalas sapaannya. “Iya, tadi setelah pulang kerja, aku mampir ke rumah teman yang ulang tahun,” jawabnya.
    “Kok kamu tidur di luar Man.”

    “Anu.. kuncinya terbawa teman, jadi ya nggak bisa masuk,” jawabku. Sebetulnya aku berharap agar Mbak Yuli memberiku tumpangan tidur di rumahnya. Selanjutnya Mbak Yuli membuka pintu rumah, tapi kelihatannya ia mengalami kesulitaan. Sebab setelah dipaksa-paksa pintunya tetap tidak mau terbuka. Melihat hal itu aku segera menghampiri dan menawarkan bantuan.

    “Kenapa Mbak, pintunya macet..”
    “Iya, memang sejak kemarin pintunya agak rusak, aku lupa memanggil tukang untuk memperbaikinya.” jawab Mbak Yuli.
    “Kamu bisa membukanya, Man.” lanjutnya.
    “Coba Mbak, saya bantu.” jawabku, sambil mengambil obeng dan tang dari motorku.

    Aku mulai bergaya, ya sedikit-sedikit aku juga punya bakat Mc Gayver. Namun yang membuatku sangat bersemangat adalah harapan agar Mbak Yuli memberiku tumpangan tidur di rumahnya.

    “Kletek.. kletek…” akhirnya pintu terbuka. Aku pun lega.
    “Wah pinter juga kamu Man, belajar dari mana.”
    “Ah, nggak kok Mbak.. maklum saya saudaranya Mc Gayver,” ucapku bercanda.
    “Terima kasih ya Man,” ucap Mbak Yuli sambil masuk rumah.

    Aku agak kecewa, ternyata ia tidak menawariku tidur di rumahnya. Aku kembali tiduran di kursi terasku. Namun beberapa saat kemudian. Mbak Yuli keluar dan menghampiriku.

    “Tidur di luar tidak dingin? Kalau mau, tidur di rumahku saja Man,” kata Mbak Yuli.
    “Ah, nggak usah Mbak, biar aku tidur di sini saja, sudah biasa kok, “jawabku basa-basi.
    “Nanti sakit lho. Ayo masuk saja, nggak apa-apa kok.. ayo.”
    Akhirnya aku masuk juga, sebab itulah yang kuinginkan.

    “Mbak, saya tidur di kursi saja.”
    Aku langsung merebahkan tubuhku di sofa yang terdapat di ruang tamu.
    “Ini bantal dan selimutnya Man.”

    Aku tersentak kaget melihat Mbak Yuli datang menghampiriku yang hampir terlelap. Apalagi saat tidur aku membuka pakaianku dan hanya memakai celena pendek.


    “Oh, maaf Mbak, aku terbiasa tidur nggak pakai baju,” ujarku.
    “Oh nggak pa-pa Man, telanjang juga nggak pa-pa.”
    “Benar Mbak, aku telanjang nggak pa-pa,” ujarku menggoda.
    “Nggak pa-pa, ini selimutnya, kalau kurang hangat ada di kamarku,” kata Mbak Yuli sambil masuk kamar.

    Aku tertegun juga saat menerima bantal dan selimutnya, sebab Mbak Yuli hanya memakai pakaian tidur yang tipis sehingga secara samar aku bisa melihat seluruh tubuh Mbak Yuli. Apalagi ia tidak mengenakan apa-apa lagi di dalam pakaian tidur tipis itu.

    Aku juga teringat ucapannya kalau selimut yang lebih hangat ada di kamarnya. Langsung aku menghampiri kamar Mbak Yuli. Ternyata pintunya tidak ditutup dan sedikit terbuka. Lampunya juga masih menyala, sehingga aku bisa melihat Mbak Yuli tidur dan pakaiannya sedikit terbuka. Aku memberanikan diri masuk kamarnya.

    “Kurang hangat selimutnya Man,” kata Mbak Yuli.
    “Iya Mbak, mana selimut yang hangat,” jawabku memberanikan diri.
    “Ini di sini,” kata Mbak Yuli sambil menunjuk tempat tidurnya.

    Aku berlagak bingung dan heran. Namun aku mengerti Mbak Yuli ingin aku tidur bersamanya. Mungkin juga ia ingin aku.., Pikiranku melayang kemana-mana. Hal itu membuat penisku mulai berdiri. Terlebih saat melihat tubuh Mbak Yuli yang tertutup kain tipis itu.

    “Sudah jangan bengong, ayo sini naik,” kata Mbak Yuli.
    “Eit, katanya tadi mau telanjang, kok masih pakai celana pendek, buka dong kan asyik,” kata Mbak Yuli saat aku hendak naik ranjangnya.

    Kali ini aku benar-benar kaget, tidak mengira ia langsung memintaku telanjang. Tapi kuturuti kemauannya dan membuka celana pendek berikut cekana dalamku. Saat itu penisku sudah berdiri.

    “Ouww, punyamu sudah berdiri Man, kedinginan ya, ingin yang hangat,” katanya.
    “Mbak nggak adil dong kalau hanya aku yang bugil, Mbak juga dong,” kataku.
    “OK Man, kamu mau membukakan pakaianku.”

    Kembali aku kaget dibuatnya, aku benar-benar tidak mengira Mbak Yuli mengatakan hal itu. Ia berdiri di hadapanku yang sudah bugil dengan penis berdiri. Aku memang baru kali ini tidur bersama wanita, sehingga saat membayangkan tubuh Mbak Yuli penisku sudah berdiri.

    “Ayo bukalah bajuku,” kata Mbak Yuli.

    Aku segera membuka pakaian tidurnya yang tipis. Saat itulah aku benar-benar menyaksikan pemandangan indah yang belum pernah kualami. Jika melihat wanita bugil di film sih sudah sering, tapi melihat langsung baru kali ini.

    Setelah Mbak Yuli benar-benar bugil, tanganku segera melakukan pekerjaannya. Aku langsung meremas-remas buah dada Mbak Yuli yang putih dan mulus. Tidak cuma itu, aku juga mengulumnya. Puting susunya kuhisap dalam-dalam. Mbak Yuli rupanya keasyikan dengan hisapanku. Semua itu masih dilakukan dengan posisi berdiri.

    “Oh, Man nikmat sekali rasanya..”

    Aku terus menghisap puting susunya dengan ganas. Tanganku juga mulai meraba seluruh tubuh Mbak Yuli. Saat turun ke bawah, tanganku langsung meremas-remas pantat Mbak Yuli. Pantat yang padat dan sintal itu begitu asyik diremas-remas. Setelah puas menghisap buah dada, mulutku ingin juga mencium bibir Mbak Yuli yang merah.

    “Man, kamu ahli juga melakukannya, sudah sering ya,” katanya.
    “Ah ini baru pertama kali Mbak, aku melakukan seperti yang kulihat di film blue,” jawabku.

    Aku terus menciumi tiap bagian tubun Mbak Yuli. Aku menunduk hingga kepalaku menemukan segumpal rambut hitam. Rambut hitam itu menutupi lubang vagina Mbak Yuli. Bulu vaginanya tidak terlalu tebal, mungkin sering dicukur. Aku mencium dan menjilatinya. Tanganku juga masih meremas-remas pantat Mbak Yuli. Sehingga dengan posisi itu aku memeluk seluruh bagian bawah tubuh Mbak Yuli.


    “Naik ranjang yuk,” ucap Mbak Yuli.

    Aku langsung menggendongnya dan merebahkan di ranjang. Mbak Yuli tidur dengan terlentang dan paha terbuka. Tubuhnya memang indah dengan buah dada yang menantang dan bulu vaginanya yang hitam indah sekali. Aku kembali mencium dam menjilati vagina Mbak Yuli. Vagina itu berwarna kemerahan dan mengeluarkan bau harum.

    Mungkin Mbak Yuli rajin merawat vaginanya. Saat kubuka vaginanya, aku menemukan klitorisnya yang mirip biji kacang. Kuhisap klitorisnya dan Mbak Yuli menggeliat keasyikan hingga pahanya sedikit menutup. Aku terjepit diantara paha mulus itu terasa hangat dan nikmat.

    “Masih belum puas menjilatinya Man.”
    “Iya Mbak, punyamu sungguh asyik dinikmati.”
    “Ganti yang lebih nikmat dong.”

    Tanpa basa-basi kubuka paha mulus Mbak Yuli yang agak menutup. Kuraba sebentar bulu yang menutupi vaginanya. Kemudian sambil memegang penisku yang berdiri hebat, kumasukkan batang kemaluanku itu ke dalam vagina Mbak Yuli.

    “Oh, Mbak ini nikmatnya.. ah.. ah..”
    “Terus Man, masukkan sampai habis.. ah.. ah..”

    Aku terus memasukkan penisku hingga habis. Ternyata penisku yang 17 cm itu masuk semua ke dalam vagina Mbak Yuli. Kemudian aku mulai dengan gerakan naik turun dan maju mundur.

    “Mbak Yuli.. Nikmaat.. oh.. nikmaattt seekaliii.. ah..”
    Semakin lama gerakan maju mundurku semakin hebat. Itu membuat Mbak Yuli semakin menggeliat keasyikan.
    “Oh.. ah.. nikmaatt.. Man.. terus.. ah.. ah.. ah..”

    Setelah beberapa saat melakukan maju mundur, Mbak Yuli memintaku menarik penis. Rupanya ia ingin berganti posisi. Kali ini aku tidur terlentang. Dengan begitu penisku terlihat berdiri seperti patung. Sekarang Mbak Yuli memegang kendali permainan. Diremasnya penisku sambil dikulumnya.

    Aku kelonjotan merasakan nikmatnya kuluman Mbak Yuli. Hangat sekali rasanya, mulutnya seperti vagina yang ada lidahnya. Setelah puas mengulum penisku, ia mulai mengarahkan penisku hingga tepat di bawah vaginanya. Selanjutnya ia bergerak turun naik, sehingga penisku habis masuk ke dalam vaginanya.

    “Oh.. Mbak Yuli.. nikmaaatt sekali.. hangat dan oh..”

    Sambil merasakan kenikmatan itu, sesekali aku meremas-remas buah dada Mbak Yuli. Jika ia menunduk aku juga mencium buah dada itu, sesekali aku juga mencium bibir Mbak Yuli.

    “Oh Man punyamu Oke juga.. ah.. oh.. ah..”
    “Punyamu juga nikmaaat Mbaak.. ah.. oh.. ah…”


    Mbak Yuli rupanya semakin keasyikan, gerakan turun naiknya semakin kencang. Aku merasakan vagina Mbak Yuli mulai basah. Cairan itu terasa hangat apalagi gerakan Mbak Yuli disertai dengan pinggulnya yang bergoyang. Aku merasa penisku seperti dijepit dengan jepitan dari daging yang hangat dan nikmat.

    “Mbak Yuli.. Mbaaakk.. Niiikmaaattt..”
    “Eh.. ahh.. ooohh.. Man.. asyiiikkk.. ahh.. ennakk.. nikmaaatt..”

    Setelah dengan gerakan turun naik, Mbak Yuli melepas penisku. Ia ingin berganti posisi lagi. Kali ini ia nungging dengan pantat menghadapku. Nampak olehku pantatnya bagai dua bantal yang empuk dengan lubang nikmat di tengahnya.

    Sebelum kemasukan penisku, aku menciumi dahulu pantat itu. Kujilati, bahkan hingga ke lubang duburnya. Aku tak peduli dengan semua hal, yang penting bagiku pantat Mbak Yuli kini menjadi barang yang sangat nikmat dan harus kunikmati.

    “Man, ayo masukkan punyamu aku nggak tahaan nih,” kata Mbak Yuli.
    Kelihatannya ia sudah tidak sabar menerima hunjaman penisku.
    “Eh iya Mbak, habis pantat Mbak nikmat sekali, aku jadi nggak tahan,” jawabku.

    Kemudian aku segera mengambil posisi, kupegang pantatnya dan kuarahkan penisku tepat di lubang vaginanya. Selanjutnya penisku menghunjam dengan ganas vagina Mbak Yuli. Nikmat sekali rasanya saat penisku masuk dari belakang. Aku terus menusuk maju mundur dan makin lama makin keras.

    “Oh.. Aah.. Man.. Ooohh.. Aah.. Aaahh.. nikmaaatt Man.. terus.. lebih keras Man…”
    “Mbak Yuli.. enak sekaliii.. niiikmaaatt sekaaliii..”

    Kembali aku meraskan cairan hangat dari vagina Mbak Yuli membasahi penisku. Cairan itu membuat vagina Mbak Yuli bertambah licin. Sehingga aku semakin keras menggerakkan penisku maju mundur.Mbak Yuli berkelonjotan, ia memejamkan mata menahan rasa nikmat yang teramat sangat. Rupanya ia sudah orgasme. Aku juga merasakan hal yang sama.

    “Mbak.. aku mau keluar nih, aku nggak tahan lagi..”

    Kutarik penisku keluar dari lubang duburnya dan dari penisku keluar sperma berwarna putih. Sperma itu muncrat diatas pantat Mbak Yuli yang masih menungging. Aku meratakan spermaku dengan ujung penisku yang sesekali masih mengeluarkan sperma. Sangat nikmat rasanya saat ujung penisku menyentuh pantat Mbak Yuli.

    “Oh, Mbak Yuli.. Mbaak.. nikmat sekali deh.. Hebat.. permainan Mbak bener-bener hebat..”
    “Kamu juga Man, penismu hebat.. hangat dan nikmat..”

    Kami berpelukan di ranjang itu, tak terasa sudah satu jam lebih kami menikmati permainan itu. Selanjutnya karena lelah kami tertidur pulas. Esok harinya kami terbangun dan masih berpelukan. Saat itu jam sudah pukul 09:30 pagi.

    “Kamu nggak sekolah Man,” tanya Mbak Yuli.
    “Sudah terlambat, Mbak Yuli tidak bekerja?”
    “Aku masuk sore, jadi bisa bangun agak siang..”

    Kemudian Mbak Yuli pergi ke kamar mandi. Aku mengikutinya, kami mandi berdua dan saat mandi kembali kami melakukan permainan nikmat itu. Walaupun dengan posisi berdiri, tubuh Mbak Yuli tetap nikmat.


    Akhirnya pukul 14:30 aku pergi ke rumah Baron dan mengambil kunci rumahku. Tapi sepanjang perjalanan aku tidak bisa melupakan malam itu. Itulah saat pertama aku melakukan permainan nikmat dengan seorang wanita.

    Kini saat aku kuliah dan bekerja di Denpasar, aku masih sering mengingat saat itu. Jika kebetulan pulang ke Jember, aku selalu mampir ke rumah Mbak Yuli dan kembali menikmati permainan nikmat. Untung sekarang ia sudah pindah, jadi kalau aku tidur di rumah Mbak Yuli, orang tuaku tidak tahu.

  • Video Bokep Asia Karin Kusunoki dikamar mandi berlumuran minyak

    Video Bokep Asia Karin Kusunoki dikamar mandi berlumuran minyak


    2028 views

  • Kisah Memek Ngentot Sekretarisku

    Kisah Memek Ngentot Sekretarisku


    2856 views

    Duniabola99.com – Pada kesempatan ini kami ingin mencoba memberikan kepada anda sebuah cerita dewasa terbaru, mungkin saja ada diantara anda yang suka membaca mengenai cerita yang berbau porno. Untuk itu kami ingin memberikan sedikit cerita ini, langsung saja kalau begitu anda lihat Cerita Dewasa Sekertarisku adalah Pemuasku yang akan kami berikan dibawah ini.


    Ini bermula dari waktu aku lulus dari perguaruan tinggi dan aku mulai mencari pekerjaan, orang tuakupun menginjinkan aku merantau mencari pekerjaan, mungkin menurut orang tuaku aku sudah dewasa, sudah tahu baik dan buruknya kehidupan. singakt cerita nasib mujurpun aku dapati dari tempat aku bekerja yang sekian lama. Cerita nya aku diangkat dengan atasanku sebagai kepala cabang di sebuah wilayah. Pada awal bulan selalu menyajikan pagi yang indah. masa laporan bertumpuk-tumpuk telah lewat, mana kantong juga masih tebal. dunia telah melayaniku dengan sangat memuaskan dan merubahku dari seorang lelaki kampung yang lugu menjadi laki –laki kampong yang liar.

    Posisi kantorku ada di lantai belasan. dengan ruang di pojokan dan pemandangan penuh ke arah jalanan. pagi hari mataku dibasuh oleh lalu lalang paha yang mulus dan dada penuh wanita wanita karir yang terpampang di lensa mataku. dasar wanita, selalu ingin dikagumi. dan aku tak malu untuk mengakui bila selalu aku mengagumi mereka. dan tentu menikmati pula. dengan teropongku. dan dengan yang lain pula.

    Perusahaan tempat aku hidup bukanlah yang terbesar diantara ribuan perusahaan yang sama yang ada di jakarta. namun jelas bukan yang terkecil, karena perusahaan ini telah setuju membayarku dengan gaji yang lumayan tinggi. meski untuk itu aku harus menyerahkan segalanya. seluruh waktuku, meninggalkan hobbyku, sahabatku, dan semuanya.

    karena itu aku selalu merasa untuk harus memiliki sesuatu kegiatan yang bisa meredakan tekanan ini. dan karena jelas waktuku telah dibeli lunas perusahaan tempat aku bekerja, Untuk menghilangkan kejenuhan pekerjaan yang terlalu banyak, aku mulai mencari hiburan melalui browsing situs seks yang mungkin bisa memuaskan aku. lalu tidak lagi. menghadirkan situs “Cerita dewasa” cukup yang cukup menghibur. lalu tidak terlalu lagi. maka mau tidak mau aku menyajikan laga seru tepat di meja kerjaku. dan siapa lagi bintang utamanya kalau bukan aku. dan tentu saja salah seorang anak buah, Sekretarisku “Nofi”, dia seorang dari kota yang sama denganku.

    Awalnya asal usul yang sama membuat kami merasa lebih dekat dibanding dengan teman yang lain. aku membuat peluang untuk menjadi lebih dekat. lalu beban pekerjaan yang sama. membuat kami semakin dekat, tetapi jelas buatku untuk berpacaran bukanlah suatu pilihan. aku tak ingin terikat untuk sementara waktu.

    dulu aku merasa rambutnya yang panjang dan selalu harum itu begitu menarik. aku katakan itu padanya dan kami menjadi semakin dekat. lalu aku juga merasa matanya adalah mata terindah yang pernah aku temui. aku juga katakan itu dan kami juga semakin dekat. terakhir aku mulai merasa kalau dadanya yang sedang sedang saja itulah yang paling indah di dunia, juga pantat yang menonjol di bawah pinggang yang ramping itu. apalagi kalau ke bawah lagi, pahanya putih mulus sampai kaki terbalut sepatu hak tinggi itu adalah daya tarik yang tak dapat kutahan lagi. tetapi ini tidak aku katakan.

    Terkadang aku tersenyum sendiri menghirup kopi. lalu meraih sebuah laporan di mejaku. Beberapa saat mataku terpaku, membayangkan tubuh indah Nofi tanpa busana dan meliuk liuk dan hayalanku semakin jauh.
    Aku memutuskan menghubungi nofi dengan alasan soal laporan, suara merdu kembali bergumam akrab, berisi penjelasan dan sedikit gurau. dia memang tidak pernah canggung menghadapiku. pengakuannya aku telah dianggapnya sebagai saudara tuanya sendiri. dan pengakuanku aku menganggapnya sebagai korban yang potensial. tentu saja cukup pengakuan dalam hati.

    ‘udah kamu kesini aja terangin langsung. aku gak nyambung.’
    ceklek. telfon kututup. peluang kubuka.
    tidak lama menungu si sintal itu datang. blazer tanpa dalaman membuat aku terkesiap. juga milikku. da di du dia menerangkan ini itu sambil duduk didepanku. mataku bekerja keras, ke wajahnya biar dia tankap keseriusanku, sebentar ke belahan dadanya.


    aku menghela nafas, menunjukkan ketidaknyamanan atas keterangannya dan posisi duduk kami.
    ‘udah, coba kamu ke samping sini, terangkan lagi, gak enak ngeliat huruf terbalik.’
    dia beranjak, lalu pidah ke sampingku. bagiku gerakannya seperti potongan film bioskop dalam gerak lambat memutari meja besar milikku dan berdiri disampingku. lalu merunduk. tubuh kami begitu dekat. Lalu nofi kembali menyerocos menerangkan laporan tanpa masalah itu. sambil memainkan kata oh ini, oh itu, tangan kananku hinggap di pinggulnya. entah dia sadar ata tidak, yang jelas yanti diam saja.

    gerakan tanganku yang mulai nakal, dan meraba wilayah pinggul indah itu.
    yanti tiba tiba diam.
    ‘pak …’, protesnya. sambil mendelik.
    ‘sst…’, kataku sambil tersenyum dan sambil melanjutkan aktivitas tanganku, namun kali ini agak ke bawah.
    ‘pak, saya tidak suka …’
    hmmmp, kuraih pundaknya yang rendah karena merunduk, kutarik dan xxx dengan lidahku yang mendidih. dia menolak. wajar. namanya juga pembukaan.
    saat rongga mulutku dipenuhi oleh daun telinganya dia berbisik.
    ‘jangan pak ..’

    aku tak peduli. pegangan tangan kiriku di rambutnya kupererat mencegah leher jenjangnya menjauh dari bibirku yang lapar. tangan kananku membasuh punggungnya, pantatnya juga pahanya. lalu kubisikkan.‘aku sayang kamu nof’, tentu saja itu gombal,’sangat sayang’.
    entah bagaimana detailnya, tapi aku rasa perubahan itu berlangsung hanya beberapa menit. dan kini kami telah saling berpagutan. bibir kami mengeluarkan jurus jurus andalan dan pamungkas seolah saling berusaha untuk mengalahkan. dan tanganku … aku tak ingat telah kemana saja. yang pasti pantat itu kini kuremas tanpa terhalang lagi oleh rok span yng digunakan nofi, matanya terpejam penuh penghayatan. nafasnya memburu deras. tangan kirinya bertumpu di meja dan tangan kanannya menjambak rambutku. tubuhnya masih meliuk liuk penuh sensasi.


    kami bergumul semakin liar. lonjakan lonjakan kami semakin tak terkontrol. gelombang itu tak dapat tertahan lagi. terasa panas seolah ada diubun ubun. lalu kurengkuh tubuhnya dengan sangat erat. kami saling melekat dengan sangat erat.
    kami berpelukan lama. melepas ketgangan ini. dan berangsur angsur mengembalikan kesadaran kami. ruangan yang tadinya terlihat kabur sedikit demi sedikit menjadi jelas.
    meja, kursi, deretan sebagai saksi bisu.

    Mulai saat itu Nofi sekretarisku adalah pemuas nafsuku, entah sampai kapan hubunga ini akan berakhir.

  • Kisah Memek Mbak Sisca Yang Basah Dengan Toket Jumbo

    Kisah Memek Mbak Sisca Yang Basah Dengan Toket Jumbo


    2723 views

    Duniabola99.com – Namaku Suryandi, biasa dipanggil Yandi. Saat ini aku kuliah di salah satu Akademi Universitas di Surabaya. Kisah yang aku ceritakan ini adalah kisah nyata yang terjadi terjadi saat aku masih duduk di kelas II SMA, di kota Jombang, Jawa Timur.


    Saat Aku tinggal di kota Jombang, Di depan rumahku ada seorang wanita namanya Jesisca, tapi ia biasa dipanggil Sisca dan aku biasa memanggilnya Mbak Sisca. Ia bekerja sebagai kasir pada sebuah Bank suwasta di Jombang.

    Ia cukup cantik, jika dilihat mirip bintang sinetron, kulitnya putih, rambutnya hitam panjang lurus pastinya cantik. Tapi yang paling aku suka melihatnya buah dadanya yang indah. Kira-kira ukurannya 36B, buah dada itu nampak serasi dengan bentuk tubuhnya yang langsing.

    Keindahan tubuh Mbak Sisca tampak semakin aduhai saat aku melihat pantatnya. Kali ini aku tidak bisa berbohong, ingin sekali kuremas-remas pantatnya yang aduhai itu. satu lagi yang membuat ku gemes melihat bibir merahnya yang tipis, Ingin sekali aku mencium bibir yang merekah itu. Tentu akan sangat nikmat saat membayangkan keindahan tubuhnya.

    Setiap pagi kalau mbak Sisca sedang menjemur pakaian, Mbak Sisca selalu menggunakan kaos tanpa lengan kadang masih pake pakean baju tidur yang tipis dan keliatan trawang -trawang. Jika dia saat ambil pakaian kan dia menunduk, kadang sering saya lihat payudaranya yang besar dan ingin kuremas hemmmmm…. Seketika itu pasti saya langsung greng penisku langsung konslet.

    Apalagi saat nungging ambil pakaian yang mau di jemur dari ember terus aku lihat dari belakang dan lihat pantatnya yang indah dan besar hemmmmmm , Aku terus bayangin” missal aku bisa bercinta denganya aku ingin bercinta lewat belakang” . tapi apa ya mungkin saya Cuma bisa bayangin aja.

    Kemudian aku membayangkan misal Mbak Sisca bugil, rambut vaginanya lebat apa tidak ya. Itulah yang selalu muncul dalam pikiranku setiap hari, dan selalu penisku greng saat membayangkanya.

    Bahkan aku berjanji misal aku bisa bercinta dengan Mbk Sisca akan kunikmati seluruh bagian tubuhnya terutama payudaranya / teteknya yang indah dan bagian pantat sama vaginanya mungkin yang indah . “tapi apa ya mungkin dalam hati saya bilang gitu” hehehhehe.


    Besok malam nya saya pergi di rumah temanku namanya Ridwan, untuk membahas acara sekulahan bentar lagi mau mengadakan GELAR KARYA dan ada juga Temenku yang namanya Dido dia di rumah Ridwan,terus kita ber tiga membahas tentang GELAR KARYA terus tak lama kemudian udah selese, terus aku ijin pulang karna di rumah gak ada orang.

    Karna ortuku baru pergi ke rumah simbah kebetulan rumahnya Surabaya kebetulan adek saya juga ikut Jadi aku sendirian di rumah. Kunci rumah awal saya bawa tapi di saku jaket saya,

    Dido mau pergi lihat balapan liar dia gak pake jaket terus pinjem jaket saya, terus aku pulang baru menyadari bahwa konci rumah di bawa oleh Dido karna jaket saya dibawa Dido. “waduh gimana ni kuncinya malah dibawa Dido, alamat bisa tidur di rumah ni” , saya dalam hati bilang gitu .

    Padahal jarak nonton balapan liarnya lumayan jauh. Apalagi sudah larut malam,mau kembali ke rumah Ridwan gak enak sama ortunya karna udh malam. Terpaksa deh aku tidur di teras rumah, sambil jaga malam.

    “Lho masih di luar Yandi..??”
    Aku tebangun mendengar sapaan itu, ternyata Mbak Sisca baru pulang.
    “Eh Mbak Sisca juga baru pulang?,” saya membalas sapaannya.
    “Iya, baru pulang kerja ni, aku mampir ke rumah temen temenku ada yang menikah jadi kesana dulu,” jawabnya.
    “Kok tidur di luar Yandi..?
    “Hehehe…. kuncinya terbawa teman Mbak, jadi ya nggak bisa masuk,” jawabku.
    “Kok bisa?”
    Ceritanya panjang Mbak… “jawabku.

    Aku berharap agar Mbak Sisca memberiku tumpangan tidur di rumahnya, dalam hati saya bilang gitu. Berlanjut Mbak Sisca membuka pintu rumah, tapi kelihatannya ia mengalami kesulitaan. Melihat hal itu aku segera menghampiri dan menawarkan bantuan.

    “Kenapa Mbak, pintunya rusak ..?”
    “Iya ni dari kemarin pintunya agak rusak, tapi aku lupa memanggil tukang kunci Yandi jadi agak susah membuka.” jawab Mbak Sisca.
    “Kamu bisa membukanya, Yandi.” lanjutnya.
    “Coba Mbak ,.” jawabku, sambil mengambil alat ala kadarnya dari motorku.


    Aku mulai agak bergaya, seolah olah aku bisa. dikit-dikit aku juga punya bakat Mc Gayver. Tapi aku bersemangat karna harapanku bisa dapat tumpangan tidur di rumahnya Mbak Sisca.

    “klutek-klutek klutak klutek…” akhirnya bisa terbuka. Aku pun lega.
    “Wah bisa juga kamu Yandi, belajar dari mana?.”
    “Ah, kebetulan aja kok Mbak.. maklum saya saudaranya Mc Gayver,” ucapku bercanda.
    “Terima kasih ya Yan,” ucap Mbak Sisca sambil masuk rumah.

    Aku agak kecewa sih Cuma ucapan terima kasih aja,. Aku kembali tiduran di kursi terasku. Namun beberapa saat kemudian. Mbak Sisca keluar dan menghampiriku.

    “Tidur di luar apa gak dingin Yandi nyamuknya kayaknya juga banyak apa tidur di rumahku aja,” kata Mbak Sisca.
    “Ah, nggak usah Mbak, biar aku tidur di sini saja nanti malah ngrepotin, “jawabku biasa basa-basi. hehehe
    “Nanti masuk angin lho. Ayo masuk saja, nggak apa-apa kok.. ayo.”
    “Yaudah deh mbak” jawabku gitu.
    Akhirnya aku masuk juga, soalny itulah yang kuinginkan, biar bisa lihat Mbk Sisca dari deket, hati kecil saya bilang gitu.

    “Mbak, saya tidur di ruang tamu saja.”
    Aku langsung merebahkan tubuhku di kursi yang terdapat di ruang tamu.
    “Ini bantal dan selimutnya Yandi.”

    Aku sempet kaget melihat Mbak Sisca datang menghampiriku yang hampir terlelap. Apalagi saat tidur aku pasti membuka pakaianku dan hanya memakai celena pendek.

    “Oh, maaf Mbak, aku terbiasa tidur nggak pakai baju,” Saya bilang gitu.
    “Oh nggak pa-pa Yandi, telanjang juga nggak pa-pa.”
    “Benar Mbak, aku telanjang nggak pa-pa,” ujarku menggoda.
    “Nggak pa-pa, ini selimutnya, kalau kurang hangat di kamarku ada,” kata Mbak Sisca sambil masuk kamar.

    Aku terus bayangin kata-kata Mbak Sisca tadi “kalau kurang hangat di kamarku ada” .saya mikir terus sampe gak bisa tidur. Terus saya mencoba menyapa kekamarnya sambil ketok ketok pintu kamarnya, Mbak saya mau pinjem bantalnya,, ? saya bilang gitu… trus Mbak Sisca keluar kamar sambil ngasih aku bantal saya sempet kaget,

    sebab Mbak Sisca hanya memakai pakaian tidur yang tipis sehingga secara samar aku bisa melihat seluruh tubuh Mbak Sisca. Apalagi dia tidak memakai apa-apa didalam baju tidurnya jadi kelihatan nrawang-nrawang dikit.

    Terus aku kembali ke kursi, tapi pintu kamarnya Mbak Sisca ditutup dan sedikit terbuka. Lampunya juga masih menyala, sehingga aku bisa melihat Mbak Sisca tidur dan pakaiannya sedikit terbuka.Aku memberanikan diri masuk kamarnya.

    “Kurang hangat selimutnya Yandi,” kata Mbak Sisca.
    ” Saya sempet kaget saya kira Mbak Sisca udah tidur” . eh iya Mbak, mana selimut yang hangat Mbak,” jawabku memberanikan diri pastinya sambil deg-deg kan.
    “Ini di sini yandi,” kata Mbk Sisca sambil menunjuk tempat tidurnya.

    Aku berlagak bingung . tapi sebenarnya saya maksud Mbak Sisca bilang gitu. Mungkin juga ia ingin aku.., Pikiranku melayang kemana-mana. terus membuat penisku mulai berdiri. Terlebih saat melihat tubuh Mbak Sisca yang tertutup kain tipis itu.

    “Sudah jangan ngalamun, ayo sini naik,” kata Mbak Sisca.
    ” katanya tadi mau telanjang, kok masih pakai celana pendek,” kata Mbak Sisca saat aku mau naik ranjangnya.
    Kali ini bener-bener kaget, tidak mengira ia langsung memintaku telanjang. Tapi kuturuti kemauannya dan membuka celana pendek ku berikut cekana dalamku. Saat itu penisku sudah berdiri.


    “Ouww, titit kamu sudah berdiri Yandi, ingin yang hanga,,t,” katanya.
    “Mbak nggak adil masak nyuruh aku telanjang cuma hanya aku yang telanjang, Mbak juga toh,,,” kataku.
    “Aku maunya kamu yang membukakan pakaianku.”
    Kembali aku kaget , aku benar-benar kaget sambil dag dig dug jantungku . Mbak Sisca mengatakan hal itu. Aku baru pertama tidur bersama wanita, sehingga saat membayangkan tubuh Mbak Sisca penisku sudah berdiri.

    “Ayo,,,, bukalah bajuku,” kata Mbak Sisca.
    Aku segera membuka pakaian tidurnya yang tipis. Saat itulah aku benar-benar menyaksikan pemandangan indah yang belum pernah kualami. Jika melihat wanita telanjang, kalau di film sih sudah sering, tapi melihat langsung baru kali ini.

    Setelah Mbak Sisca pakaianya aku copotion meskipun sambil gemeter, tanganku tiba-tiba langsung meremas-remas buah dada Mbak Sisca yang putih dan mulus. Dan lansung saya jilat sama kuhisap putingnya… Mbak Sisca rupanya keasyikan dengan hisapanku. Posisi ini masih keadaan berdiri.

    “Ohhhhhhhhhh, Yandiii…..”

    Aku terus menghisap puting susunya dengan ganas. Tanganku juga mulai meraba seluruh tubuh Mbak Sisca. Saat turun ke bawah, tanganku langsung meremas-remas pantat Mbak Sisca. Pantat yang kenyal itu begitu asyik diremas-remas. Setelah puas menghisap buah dada, mulutku ingin juga mencium bibir Mbak Sisca yang merah ..

    “yandi, kamu pinter juga melakukannya, sudah sering ya,” katanya.
    “Ah ini baru pertama kali Mbak, aku melakukan seperti yang kulihat di film blue,” jawabku.

    Aku terus menciumi tiap bagian tubun Mbak Sisca. Aku menunduk hingga kepalaku menemukan segumpal rambut hitam. Rambut hitam itu menutupi lubang vagina Mbk Sisca. Bulu vaginanya tidak terlalu tebal, mungkin sering dicukur.

    Aku mencium dan menjilatinya bulunya, trus kujilat vaginanya yg indah itu. Sehingga dengan posisi itu aku memeluk seluruh bagian bawah tubuh Mbak Sisca. masih kurang puas Aku terus kujilat lgi vaginanya sambil bunyi “ceepppp”.

    “Terus mbk Sisca Bilang ” naik ranjang yuk Yandi,,?

    Aku langsung menggendongnya dan langsug aku jatuhkan di ranjang dengan pelan-pelan. Mbak Sisca tidur dengan terlentang dan paha terbuka. Tubuhnya memang indah dengan buah dada yang menantang dan bulu vaginanya yang hitam indah sekali. Aku kembali mencium dam menjilati vaginanya Mbak Sisca.

    Vagina itu berwarna kemerahan dan mengeluarkan bau harum. Mungkin Mbak Sisca rajin merawat vaginanya. Saat kubuka vaginanya, aku menemukan klitorisnya yang mirip biji kacang. Kuhisap klitorisnya dan Mbak Sisca bilang “achhhhhhhhhhhhhh” hingga pahanya sedikit menutup. Tetep masih berlanjut aku kecup klitorisnya……..

    “Lagi Yandi.”ahahahahahhhh
    “Iya Mbak, punyamu sungguh nikmat ..”
    “Ganti yang lebih nikmat dong Yandi.”

    Tanpa basa-basi kubuka paha mulus Mbak Sisca yang agak menutup. Kuraba sebentar sambil klitorisnya tak pegang pelan-pelan . Kemudian sambil memegang penisku yang berdiri hebat dan panjang, kumasukkan batang kemaluanku itu ke dalam vagina Mbak Sisca.


    “Oh, Mbak ini nikmatnya.. ah.. ah..ah..ah”
    “Terus Yandi, masukkan sampai pol Yan.. ah.. ah..ah..ah”
    Aku terus memasukkan penisku hingga pol. Ternyata penisku yang 17 cm itu masuk semua ke dalam vagina Mbak Sisca. Kemudian aku mulai dengan gerakan naik turun dan maju mundur.

    “Mbak Sisca .. Nikmaat.. oh.. nikmaattt seekaliii.. ah..ah..ah..”
    Semakin lama gerakan maju mundurku semakin hebat keras. Itu membuat Mbak Sisca semakin menggeliat keasyikan sambil mbk Sisca menciumi leher ku .
    “Oh.. ah.. nikmaatt.. yandi.. terus.. ah.. ah.. ah..”sambil saya juga memegang payudaranya Mbak Sisca ,,,,ah..ah…ah…mbk Sisca menikmatinya.

    Setelah beberapa saat melakukan maju mundur, Mbak Sisca memintaku menarik penis. Rupanya ia ingin berganti posisi. Kali ini aku tidur terlentang. Dengan begitu penisku terlihat berdiri seperti patung. Sekarang Mbak Sisca memegang kendali permainan. Diremasnya penisku sambil dikulumnya.

    Aku kelonjotan merasakan nikmatnya Mbak Sisca. Hangat sekali rasanya, mulutnya seperti vagina yang ada lidahnya. Setelah puas mengulum penisku, ia mulai mengarahkan penisku hingga tepat di bawah vaginanya. Selanjutnya ia bergerak turun naik, sehingga penisku habis masuk ke dalam vaginanya.

    “Oh.. Mbak Sisca .. nikmaaatt sekali.. hangat oh.oh.oh.oh.oh.oh..”
    Sambil merasakan kenikmatan itu, sambil aku meremas-remas buah dada Mbak Sisca. Jika ia menunduk aku juga mencium buah dada itu, sesekali aku juga mencium bibir Mbak Sisca.

    “Oh Yandi punyamu Oke juga.. ah.. oh.. ah..”
    “Punyamu juga nikmaaat Mbaak.. ah.. oh.. ah…”

    Mbak Sisca rupanya semakin keasyikan, gerakan turun naiknya semakin kencang. Aku merasakan vagina Mbak Sisca mulai basah. Cairan itu terasa hangat apalagi gerakan Mbak Sisca disertai dengan pinggulnya yang bergoyang. Aku merasa penisku seperti dijepit dengan jepitan dari daging yang hangat dan nikmat.

    “Mbak Sisca .. Mbaaakk.. Niiikmaaattt..”
    “Eh.. ahh.. ooohh.. Yandi.. asyiiikkk.. ahhhhhhhhhh…”

    Setelah dengan gerakan turun sambil di goyang. Ia ingin berganti posisi lagi. Kali ini ia nungging dengan pantat menghadapku. Nampak olehku pantatnya bagai dua bantal yang empuk dengan lubang nikmat di tengahnya.

    Sebelum kemasukan penisku, aku menciumi dahulu pantat itu. Kujilati, bahkan hingga ke lubang duburnya. Aku tak peduli dengan semua hal, yang penting bagiku pantat Mbak Sisca kini menjadi barang yang sangat nikmat dan harus kunikmati.


    “yandi, ayo masukkan punyamu aku nggak tahaan nih,” kata Mbak Sisca.
    Kelihatannya ia sudah tidak sabar menerima hunjaman penisku.

    “Eh iya Mbak, habis pantat Mbak nikmat sekali, aku jadi nggak tahan,” jawabku.

    Kemudian aku segera mengambil posisi, kupegang pantatnya dan kuarahkan penisku tepat di lubang vaginanya. Selanjutnya penisku menghunjam dengan ganas dank eras vagina Mbak Sisca. Nikmat sekali rasanya saat penisku masuk dari belakang. Aku terus menusuk maju mundur dan makin lama makin keras.

    “Oh.. Aah.. Yannn.. Ooohh.. Aah.. Aaahh.. nikmaaatt yan.. terus.. lebih keras Yann…”
    “Mbak Sisca.. enak sekaliii.. niiikmaaatt sekaaliii..”

    Kembali aku meraskan cairan hangat dari vagina Mbak Sisca membasahi penisku. Cairan itu membuat vagina Mbak Sisca bertambah licin. Sehingga aku semakin keras menggerakkan penisku maju mundur. Mbak Yuli berkelonjotan, ia menikmati. Rupanya ia sudah orgasme. Aku juga merasakan hal yang sama.

    “Mbak.. aku mau keluar nih, aku nggak tahan lagi..”

    Kutarik penisku keluar dari lubang duburnya dan dari penisku keluar sperma berwarna putih. Sperma itu muncrat diatas pantat Mbak Sisca yang masih menungging. Aku meratakan spermaku dengan ujung penisku yang sesekali masih mengeluarkan sperma. Sangat nikmat rasanya saat ujung penisku menyentuh pantat Mbak Sisca.

    “Oh, Mbak .. nikmat sekali .. Hebat.. permainan Mbak bener-bener hebat..”
    “Kamu juga Yan, penismu hebat.. hangat dan nikmat..”

    Terus kami di ranjang itu, tak terasa sudah satu jam lebih kami menikmati permainan itu. Selanjutnya karena lelah kami tertidur pulas. Esok harinya kami terbangun dan masih berpelukan. Saat itu jam sudah pukul 09:30 pagi.

    “Kamu nggak sekolah yan,” tanya Mbak Sisca.
    “Sudah terlambat, Mbak Sisca tidak bekerja.”
    “Aku masuk sore, jadi bisa bangun agak siang..”

    Kemudian Mbak Sisca pergi ke kamar mandi. Aku mengikutinya, kami mandi berdua dan saat mandi kembali kami melakukan permainan nikmat itu. Walaupun dengan posisi berdiri, tubuh Mbak Sisca tetap nikmat.

    Akhirnya pukul 14:30 aku pergi ke rumah Dido dan mengambil jaket dan kunci rumahku yang berada di jaketku. Tapi sepanjang perjalanan aku tidak bisa melupakan malam itu. Itulah saat pertama aku melakukan permainan nikmat dengan seorang wanita apa lagi wanita itu yang kupinginkan,rasanya seperti mimpi.


    Kini aku udah lulus SMA berlanjut kuliah dan bekerja di Surabaya, aku masih sering mengingat saat itu. Jika kebetulan pulang ke Jombang, aku selalu mampir ke rumah Mbak Sisca dan kembali menikmati permainan nikmat.

    Untung sekarang ia sudah pindah, jadi kalau aku tidur di rumah Mbak Sisca, orang tuaku tidak tahu. Kubilang aku tidur di rumah teman SMA. Sekali lagi ini adalah kisah nyata dan benar-benar terjadi.

  • Video Bokep Eropa Dengan Kakek kekar di dalam mobil

    Video Bokep Eropa Dengan Kakek kekar di dalam mobil


    2483 views

  • Kisah Memek Teman wanita ku yang seorang hyper sexs

    Kisah Memek Teman wanita ku yang seorang hyper sexs


    2443 views

    Duniabola99.com – Setelah nafasnya agak tenang, aku menindihnya dan memandangi wajahnya yang mengekspresikan kepuasaan. Sementara kontolku yang tegang mengganjal di bibir vaginanya yang licin dan hangat


    “Enak sayang?” kutanya dengan senyum.
    “Iyahh.. Enak banget.. Sentuhanmu begitu indah dan nakal,” katanya dengan senyum juga.
    “Masih ada yang lebih indah” kataku.
    “Ya, aku mau lebih lagi, aku mau lebih,” katanya.
    “Berapa yang kamu mau?” tantangku.
    “Sampai nggak bisa bangun, apa kau kuat?” tantangnya balik.
    “Aku masih orisinil, jangan kuatir, aku akan memuaskanmu, sampai nggak bisa bangun kan?” kataku.
    “Ya, sampai nggak bisa bangun” katanya senyum.

    Kembali kami saling melumat, tanganku meremas buah dadanya yang kembali menegang. Sementara kakinya dijepitkan kepinggangku. Puas dengan itu, aku beranjak dan jongkok diantara pahanya yang kurentangkan dengan tertekuk. Kupegang batang zakarku dan kuarahkan ke lubang vaginanya. Kutatap matanya yang pasrah.

    “Kita masukkan?” tanyaku. Dia tundukkan kepalanya.
    “Yakin?” tanyaku lagi. Dia senyum dan menundukkan lagi kepalanya.

    Pelan kutempelkan kepala penisku ke birbir vaginanya, kugesek-geseknya sampai ke klitorisnya beberapa kali. Dan..

    “Akhh..”

    Dia langsung mengerang ketika kepala penisku memasuki lubang vaginanya. Tangannya langsung menangkap pantatku.

    “Terus.. Sayang.. Masukkan semuanya.. Akhh.. Enak banget..” erangnya terus sementara batang penisku masuk setengah.

    Kulihat bibir vaginanya semakin membuka lebar. Jepitan vaginanya sangat ketat seolah tidak mengijinkan penisku masuk lebih dalam.

    “Akhh.. Enak sayangg” kataku tak tahan rasanya.

    Kuhentikan tekananku agar vaginanya menyesuaikan dengan ukuran penisku yang besarnya diatas rata-rata Indonesian. Kulumat lagi bibirnya yang mendesah-desah. Dia mengangkat kakinya dan menempatkannya diatas pantatku. Dia tekan pantatku yang semakin memperdalam masuknya kontolku ke vaginanya.

    “Kenapa sih susah masuknya? Mbak kan sudah nggak perawan?” tanyaku heran karena jepitan vaginanya begitu kuat membuat penisku agak susah masuk semua.
    “Tergantung orangnya dong,” katanya bangga.
    “Ayohh.. Tekan lagi.. Akhh..” katanya sambil kakinya ikut menekan pantatku.
    “Okhh.. Stop dulu! Sudah mentok nih.. Ukuran punyamu nggak sesuai dengan tubuhmu.. Aku nggak nyangka sebesar ini. Enak.. Hh..” ceracaunya lagi.

    Vaginanya mengempot seperti menyedot penisku. Tak sabar menerima sensasi itu akhirnya kutekan pantatku sampai masuk semua batang zakarku.

    “Auwww.. Mas.. Tahan dulu.. Ngilu.. Akhh” erangnya seperti kesakitan.

    Tapi aku nggak peduli lagi karena terasa tanggung, bless.. Sekh..

    Akhirnya batang zakarku amblas seluruhnya.

    “Wow.. Akhh..” jeritnya tiba tiba mendekap tubuhku kuat-kuat.

    Akhirnya kudiamkan sejenak. Matanya terbalik sampai putihnya saja yang kelihatan.


    “Okhh.. Enaknya.. Luar biasa.. Ayo.. Mas.. Ambil. Ambil semuanya. Akh.. Puaskan aku. Jangan sisakan sedikitpun.. Sampai nggak bisa bangun.. Akhh” erangnya mulai memutar pinggulnya.

    Kuputar putar pantatku yang membuat penisku memutar didalam vaginanya dan tekananku tetap kuat walau sudah amblas semuanya ditelan vaginanya. Rupanya kontolku menabrak semua urat syaraf yang ada di liang vaginanya yang membuatnya kenikmatan.

    “Enak banget Mas.. Kamu apain siih..?” tanyanya sambil mengerang.

    Kedua tanganku dengan ketat membetot kedua susunya. Bibirku menyedot bibirnya dan kadang dengan gemas menyedot puting susunya. Dan pantatku tetap dengan kuat menekan vaginanya dengan berputar saja tanpa mengocoknya. Dengan cara begitu rupanya dia senang. Akhirnya kurasakan siraman hangat di kepala penisku. Ternyata dia sudah keluar dengan jurus pembuka ini.

    “Akhh.. Mas.. Aku keluar..” katanya dengan kedua pahanya mengunci pinggangku dengan kuatnya sampai akhirnya kurasakan melemas dan jatuh terlentang di tempat tidur.

    Aku yang masih belum apa-apa menarik tubuhnya ke tepi tempat tidur. Setengah badannya ditempat tidur, sementara tepat pantatnya mengganjal di sudut tempat tidur dengan kaki menjuntai ke bawah. Oh indahnya vaginanya menggembung menantang.

    Garis belahan vaginanya dari atas sampai kebawah memanjang membelah dua bibir yang menggembung itu. Kuusap-usap lagi dengan jari tengahku mengikuti belahan vagina tersebut. Saat kulihat dia siap, kurarahkan batang kontolku ke lubang vaginanya.

    “Oohh.. Mas.. Ampun.. Masshh.. Biarlah aku jadi budakmu, asal kau bayar dengan kontolmu..” katanya memasrahkan diri saking nikmatnya.
    “Makan semuanya.. Akhh.. Ambil.. Ambil vaginaku.. Mas..” katanya terputus-putus karena hentakan pantatku sangat cepat.

    Seperti piston begitu penisku keluar masuk vaginanya sambil mengeluarkan suara berdecak-decak membuat badannya terlonjak-lonjak di tempat tidur. Kedua tangannya mencengkram kasur dan dia berusaha menegakkan kepalanya melihat keluar masuknya kontolku di vaginanya.

    Wajahnya seperti mau menangis padahal karena merasakan nikmat yang belum pernah dia dapatkan. Tak berapa lama kemabali kurasakan kepala kontolku disiram cairan hangat di dalam vaginanya.


    “Akhh.. Aku keluar lagi Mas.. Kau hebat.. Belum apa-apa” katanya memuji karena beroleh kepuasan yang luar biasa.

    Sebenarnya aku telah dipuncak gairah, tapi karena timingnya nggak tepat agar bersamaan keluar, akhirnya kukendorkan lagi, biarlah dia orgasme berikutnya agar kami sama-sama keluar, pikirku. Masih setengah badannya di tempat tidur, kubalikkan tubuhnya sehingga pantatnya tertungging dan kaki tertekuk ke bawah sementara buah dadanya tergencet tubuhnya dengan tempat tidur.

    Posisi ini sangat menantang, pantatnya bulat padat berisi dengan gundukan vaginanya terjepit di batang pahanya yang padat. Klitorisnya mengintip di celah vaginanya yang terjepit itu dengan genit. Dengan dua tangan kubuka bongkahan pantatnya dan agak menekan sehingga vaginanya keluar dari persembunyiannya.

    Lubang vaginanya langsung mencuat ke atas mengundang batang zakarku untuk memasukinya. Kutempelkan kepala penisku tepat di lubang vaginanya, lalu kutekan yang diiringi desisan yang keluar dari mulut kami berdua. Bless.. Bless.. Suara batang zakarku menelusuri liang vaginanya yang becek.

    “Aukh.. Nikmat..” erangnya.

    Kutekan terus pantatku sampai amblas semua batang zakarku. Kemudian kususupkan tanganku meraih susunya yang tergencet tempat tidur. Setelah kubetot dua-duanya, kuciumi sebentar punggungnya dan tengkuknya. Perlahan kugoyayang pantatku sehingga penisku keluar masuk vaginanya. Kuhentak-hentakkan pantatku sambil memeluknya dengan kuat.

    “Okhh.. Mas.. Kau pintar sekali.. Nyaman bangat posisi gini..” erangnya mendesah-desah.

    Terus kupercepat kocokan penisku di vaginanya yang banjir. Sebenarnya tadi dia mau membersihkannya, tapi kularang, biar bunyi, kataku. Sepertinya dia sudah semakin puncak, pantatnya semakin dia tunggingkan menyambut sodokan penisku.

    “Ayohh.. Jantanku.. Semakin kuat.. Ayoh.. Puaskan aku.” katanya sangat bergairah.
    “Aku janji akan memberi apa yang kamu mau asal yang satu ini sel`lu tersedia untukku,” katanya lagi semakin ngawur.

    Memang kalau orang menemukan sesuatu yang membuatnya bahagia, akan bertekuk lutut di hadapannya. Kurasakan waktuku sudah dekat, kupercepat kocokan penisku di vaginanya, semakin cepat, cepat, dan tiba-tiba kutangkap kuat buah dadanya dan mendekapkan dadaku ke punggungnya, sementara tangannya menangkap pantatku dan mengangkat kepalanya. Sodokan terakhir kuhentak sekuat-kuatnya yang disambut dengan tunggingan pantatnya dan..


    “Akhh.. Aku keluar.. Sayang.. Akh. Akh..” erangku melepas spermaku yang muncrat kuat memenuhi rahimnya sampai terasa banjir di seluruh liang vaginanya.
    “Okh.. Enaknya..” katanya mengakhiri sisa-sisa orgasmenya.
    “Akh.. Sungguh kamu luar biasa Mas..” katanya dengan ekspresi lega di wajahnya.

    Sementara penisku masih tertancap di vaginanya dan tubuhku masih menindih tubuhnya yang tengkurap. Setelah kami tenang, kucoba mencabut penisku dari jepitan veginanya yang masih terasa kuat menjepit. Bunyi plok, terdengar katika kepala penisku tercabut dari lubang vaginanya. Kami merubah posisi rebahan di tempat tidur dengan kepalanya bersandar di dadaku.

    “Makasih ya mas, belum pernah aku merasa sepuas ini,” katanya bahagia.
    “Emangnya suamimu gimana?” tanyaku mencoba menyelidiki.
    “Sebenarnya aku nggak mau kita membicarakan itu, cukup kita berdua saja,” Katanya.
    “Oke, nggak apa-apa” kataku.

    Demikianlah dari siang sampai sore kami melakukannya seolah tidak pernah puas. Benar permintaannya terpenuhi. Jadilah lemas semua badannya ketika pulang tetapi membawa sejuta kenikmatan.

  • Hentai018

    Hentai018


    2155 views

  • Video Bokep Eropa Ava Taylor casting ngentot oleh Holly Michaels dan direkamnya

    Video Bokep Eropa Ava Taylor casting ngentot oleh Holly Michaels dan direkamnya


    2345 views

  • Cerita Sex Sudah Lama Tidak Menikmati Hubungan Intim

    Cerita Sex Sudah Lama Tidak Menikmati Hubungan Intim


    1131 views

    Bacaan Seks Terkini 2023 Kepuasan yang Sudah Lama Lenyap

    Kurang lebih lima tahun yang lantas saat umurku masih 37 tahun salah seorang sehabatku memercayakan anaknya yang ingin kuliah di tempatku, karena dia rekan baikku dan suamiku tidak berkeberatan pada akhirnya saya menyepakatinya. Nama pemuda itu Fandi, kulitnya kuning langsat dgn tinggi 173 cm.

    Cersex Terbaru – Tubuhnya kurus kekar karena Fandi seorang atlet karate di tempatnya. Oh iya, Fandi ini sebelumnya pernah jadi siswaku saat saya tetap jadi guru SD.

    Fandi benar-benar santun dan sadar diri. Ia banyak menolong tugas rumah dan kerap temani atau mengantarkan ke-2 anakku bila ingin melancong. Dalam kurun waktu satu bulan saja ia telah bersatu dgn keluargaku, bahkan juga suamiku kerap ajaknya bermain tenis bersama-sama.

    Saya jg jadi terlatih dgn hadirnya, awalannya saya benar-benar jaga performaku jika di depannya. Saya tidak malu kembali kenakan pakaian kaos ketat yang sisi dadanya cukup rendah, kembali juga Fandi menunjukkan sikap yang lumrah bila saya kenakan pakaian yang cukup menunjukkan keelokan garis badanku.

    Sekitaran tiga bulan sesudah kehadirannya, suamiku mendapatkan pekerjaan sekolah S-2 keluar negeri sepanjang 2, lima tahun. Saya benar-benar berat melepaskannya, karena saya kebingungan bagaimana salurkan keperluan sex-ku yang tetap menggelora.

    Walaupun umurku telah tidak muda kembali, tetapi saya teratur melakukan dgn suamiku, paling tidak satu minggu 5x. Mungkin itu karena olahraga yang selalu saya lakukan, hingga keinginan badanku masih seperti anak muda. Dan sekarang dgn kepergiannya automatis saya harus mengendalikan diri.
    Awalannya biasa-biasa saja, tetapi sesudah dua bulan kesepian yang sangat benar-benar serangku. Itu membuat saya jadi gelisah dan jadi ogah-ogahan. Seperti minggu pagi itu, walaupun jam sudah memperlihatkan angka 9. Karena tempo hari ke-2 anakku meminta diantarkan menginap di dalam rumah nenek mereka, hingga ini hari saya ingin tidur sepuasnya. Sesudah makan, saya lantas malas-malasan di atas sofa di muka TV. Tidak lama kedengar suara pintu dibuka dari kamar Fandi.
    Kudengar suara jalannya dekatiku.
    “Bu Ranti..?” Suaranya berbisik, saya diam saja. Kupejamkan mataku semakin kuat.
    Sesudah sesaat kosong, mendadak saya tercekat saat rasakan suatu hal di pahaku. Kuintip lewat pojok mataku, rupanya Fandi telah berdiri dari sisi ranjangku, dan matanya sedang tertuju melihat badanku, tangannya menggenggam sisi bawah gaunku, saya lupa jika saya sedang kenakan pakaian tidur yang tipis, apalagi tidur terlentang juga. Hatiku jadi berdebar tidak karuan, saya terus bersandiwara tertidur.
    “Bu Ranti..?” Suara Fandi kedengar keras, kupikir ia ingin pastikan apa tidurku betul-betul nyeyak atau tidak.
    Saya memilih untuk berpura-pura tidur. Kurasakan gaun tidurku terkuak semua sampai keleher.
    Lantas kurasakan Fandi mengelus bibirku, jantungku seperti melonjak, saya coba masih tetap tenang supaya pemuda itu tidak berprasangka buruk. Kurasakan kembali tangan itu mengelus-elus ketiakku, karena tanganku masuk ke bantal automatis ketiakku kelihatan. Kuintip kembali, muka pemuda itu dekat sekali dgn mukaku, tetapi saya percaya dia belum mengetahui jika saya berpura-pura tertidur kuatur napas selembut mungkin.
    Lantas kurasakan tangannya mencari leherku, bulu kudukku meremang geli, saya coba bertahan, saya ingin ketahui apa yang ingin dilakukan pada badanku. Tidak lama kemuadian saya rasakan tangannya meraba-raba buah dadaku yang tetap tertutup BH warna hitam
    Sebelumnya dia hanya mengelus-elus, saya masih tetap diam sekalian nikmati elusannya, lantas saya rasakan buah dadaku mulai diremas-remas, saya rasakan seakan ada suatu hal yang sedang naik-turun dalam badanku, saya telah lama rindukan sentuhan lelaki dan kekasaran seorang pria. Saya putuskan masih tetap diam sampai waktunya datang.

    Saat ini tangan Fandi sedang berusaha buka kancing BH-ku dari depan, selang beberapa saat kurasakan tangan dingin pemuda itu meremas dan memilin puting susuku. Saya ingin mendesah nikmat tetapi kelak amalah membuat takut, menjadi kurasakan remasannya dalam diam.
    Kurasakan tangannya gemetaran waktu menekan puting susuku, kulirik perlahan, kusaksikan Fandi dekatkan mukanya ke buah dadaku. Lantas dia menjilat-jilat puting susuku, badanku ingin menggelinjang rasakan kepuasan hisapannya, saya terus bertahan.
    Kulirik puting susuku yang warna merah tua telah mengkilap oleh air liurnya, mulutnya terus mengisap puting susuku dibarengi gigitan-gigitan kecil. PeraFandiku campur baur tidak karuan, sangat nikmat.
    Tangan kanan Fandi mulai mencari selangkanganku, lantas kurasakan jarinya meraba-raba memekku yang tetap tertutup CD, saya tidak tahu apa memekku telah basah apa belum. Yang terang jari-jari Fandi menekan-nekan lubang memekku di luar CD, lantas kurasakan tangannya menyelusup masuk ke CD-ku.
    Jantungku berdetak keras sekali, kurasakan kepuasan menjalari badanku. Jari-jari Fandi coba masuk lubang memekku, lantas kurasakan jarinya ambles masuk ke, wah sangat nikmat. Saya harus akhiri Fandiwaraku, saya sudah tidak tahan kembali, kubuka mataku sekalian menyentakkan badanku.
    “Fandi!! Ngapain kamu?”
    Saya berusaha bangun duduk, tetapi tangan Fandi menekan bahuku dgn keras. Mendadak Fandi mecium mulutku sekencang kilat, saya berusaha melawan dgn kerahkan semua tenagaku. Tetapi Fandi semakin keras menekan bahuku, justru saat ini pemuda itu menindih badanku, saya kesusahan bernapas ditindih badannya yang besar dan kekar berotot. Kurasakan mulutnya melumat lagi mulutku, lidahnya masuk ke mulutku, tetapi saya berpura-pura menampik.
    “Bu.., maafkan saya. Telah lama saya ingin rasakan ini, maafkan saya Bu… ” Fandi melepas kecupannya lantas melihatku dgn pandangan minta.
    “Kamu kan dapat denagan beberapa teman kamu yang masih terbilang muda. Ibukan telah tua,” Ujarku halus.
    “Tetapi saya telah terpikat dgn Bu Ranti.. Saat SD saya kerap melihat BH yang Ibu gunakan… Saya akan memberikan kepuasan Ibu sepuasnya,” jawab Fandi.
    “Ah kamu… Ya telah terserah kamu sajalah”
    Saya berpura-pura menghela napas panjang, walau sebenarnya badanku telah tidak tahan ingin disentuh olehnya.
    Lantas Fandi melumat bibirku dan perlahan-lahan saya melayani permainan lidahnya. Ke-2 tangannya meremas-remas bokongku. Untuk membuat makin membara, saya meminta ijin ke WC yang ada dalam kamar tidurku. Dalam kamar mandi, kubuka semua baju yang berada di badanku, kupandangi tubuhku di cermin.
    Apakah benar pemuda seperti Fandi terangsang menyaksikan badanku ini? Peduli sangat yang penting saya ingin rasakan bagaimana sih bercinta dgn remaja yang masih panas.
    Keluar kamar mandi, Fandi sama persis masuk kamar. Matanya terbelalak menyaksikan badan sintalku yang tidak berpenutup satu helai benangpun.
    “Bodi Ibu bagus sekali.. ” ia beri pujian sambil mengecup putting susuku yang telah mengeras sejak dari barusan.
    Badanku disandarnya di tembok depan kamar mandi. Lantas diciuminya sekujur badanku, dimulai dari pipi, ke-2 telinga, leher, sampai ke dadaku. Sepasang payudara montokku habis diremas-remas dan diciumi. Putingku 1/2 digigit-gigit, digelitik-gelitik dgn ujung lidah, jg dikenyot-kenyot dgn benar-benar bergairah.
    “Ibu hebat…,” desisnya.
    “Apanya yang luar biasa..?” Tanyaku sekalian mangacak-acak rambut Fandi yang panjang seleher.
    “Tubuh Ibu tidak banyak berbeda dibanding saya SD dahulu” Ucapnya sekalian terus melumat puting susuku. Sangat nikmat.
    “Itu karena Ibu teratur olahraga” jawabku sambil meremas benjolan kemaluannya.
    Dgn segera kuloloskan celana sampai celana dalamnya. Memahami tekadku, ia lantas duduk di tepi tempat tidur dgn ke-2 kaki mengangkang. DIbukanya sendiri pakaian kaosnya, sedangkan saya berlutut raih tangkai k0ntolnya, hingga sekarang kami sama bugil.
    Cukup lama saya mencumbu kemaluannya, Fandi meminta giliran, ia ingin mengerjai memekku.
    “Masukkan saja yok, Ibu ingin merasakan k0ntol kamu San!” Cegahku sekalian menciumnya.
    Fandi tersenyum lebar. “Telah tidak sabar ya ?” godanya.
    “Kamu jg telah tidak kuatkan sebetulnya San,” Balasku sekalian mencubit perutnya yang berotot.
    Fandi tersenyum lantas menarik badanku. Kami berangkulan, berciuman rapat sekali, berguling-guling di atas tempat tidur. Rupanya Fandi pandai sekali bercumbu. Birahiku naik makin tinggi dalam kurun waktu yang benar-benar singkat. Berasa memekku makin berdenyut, lendirku semakin membanjir, tidak sabar menunggu inovasi tangkai kemaluan Fandi yang besar.
    Berlainan dgn suamiku, Fandi kelihatannya lebih sabar. Ia tidak selekasnya masukkan tangkai k0ntolnya, tetapi terus menciumi sekujur badanku. Paling akhir ia mengubah badanku sampai menelungkup, lantas diciuminya ke-2 pahaku sisi belakang, naik ke bongkahan bokongku, naik terus sampai ke tengkuk. Birahiku menggelegak-gelegak.
    Fandi menyisipkan tangan kirinya ke bawah badanku, badan kami berimpitan dgn posisi saya membelakangi Fandi, lantas diremas-remasnya buah dadaku. Lidahnya terus menjilat-jilat tengkuk, telinga, dan kadang-kadang pipiku. Sementara itu tangan kanannya menyeka-usap memekku dari belakang. Berasa jemari tengahnya menyelusup halus ke lubang memekku yang basah mengembang.
    “Memek Ibu bagus, tebel, tentu sedap ‘bercinta’ sama Ibu…,” ia berbisik sama persis di telingaku.
    Suaranya sangat parau, tanda birahinya juga sama tingginya dgn saya. Saya tidak dapat bereaksi apapun itu kembali. Kubiarkan saja apapun itu yang dilaksanakan Fandi, sampai berasa tangan kanannya bergerak mengusung samping pahaku.
    Mataku terpejam rapat, seolah tidak bisa kembali buka. Berasa napas Fandi makin mengincar, sedangkan ujung lidahnya mengelitiki lubang telingaku. Tangan kirinya memegang dan meremas gaungs buah dadaku, sedangkan yang kanan mengusung samping pahaku makin tinggi. Lalu…, berasa sebuah benda tumpul menyodok masuk ke dalam lubang memekku dari belakang. Oh, my God, ia sudah masukkan rudalnya…!!!
    Sesaat saya tidak bisa bereaksi benar-benar, tetapi cuma menggigit bibir kuat-kuat. Kunikmati inch untuk inch tangkai kemaluan Fandi masuk lubang memekku. Berasa penuh, nikmat hebat.
    “Oohh…,” tidak lama kemudian saya mulai bereaksi tidak karuan. Badanku langsung menggerinjal-gerinjal, sedangkan Fandi mulai memaju undurkan tongkat warisannya. Mulutku mulai merintih-rintih tidak teratasi.
    “Fandi, k0ntolmu enaaak…!!!,” kataku 1/2 menjerit.
    Fandi tidak menjawab, tetapi terus memaju undurkan rudalnya. Pergerakannya cepat dan kuat, bahkan juga condong kasar. Sudah pasti saya makin menjerit-jerit dibikinnya. Tangkai k0ntolnya yang besar itu ibarat akan membedah lubang memekku sampai ke dasar.
    “Oohh…, toloongg.., gustii…!!!”
    Fandi justru makin semangat dengar jerit dan rintihanku. Saya makin erotis.
    “Aahh, k0ntolmu…, oohh, aarrghh…, k0ntolmuu…, oohh…!!!”
    Fandi terus menggecak-gecak. Tenaganya kuat sekali, apalagi dgn tangkai k0ntol yang hebat keras dan kaku. Meskipun kami bersetubuh dgn posisi ke samping, kelihatannya Fandi benar-benar tidak kesusahan menyikatkan tangkai kemaluannya pada memekku. Orgasmeku cepat sekali berasa akan meletus.
    “Ibu ingin keluar! Ibu ingin keluaaar!!” saya menjerit-jerit.
    “Yah, yah, yah, saya jg, saya jg! Sedap sekali ‘bercinta’ sama Ibu!” Fandi menyikat-nyodok makin kuat.
    “Sikat terus, Fandi!!!… Yah, ooohhh, yahh, ugghh!!!”
    “Teruuss…, arrgghh…, sshh…, ohh…, sikat terus k0ntolmuuu…!”
    “Ohhh, ah, uuugghhh… ”
    “Enaaak…, k0ntol kamu sedap, k0ntol kamu enak, yahhh, teruuusss…”
    Pada beberapa detik akhir, tangan kananku raih bokong Fandi, kuremas bongkahan bokongnya, sedangkan paha kananku mengusung lempeng tinggi-tinggi. Berasa memekku berdenyut kuat sekali. Saya orgasme!
    Sebentar saya seperti melayg, tidak ingat apapun terkecuali nikmat yang tidak terucapkan. Mungkin telah ada 5 tahun saya tidak merasa kan kepuasan semacam ini. Fandi mengecup-ngecup pipi dan daun telingaku. Sesaat ia biarkan saya atur napas, saat sebelum selanjutnya ia mintaku menungging. Saya baru sadar jika rupanya ia belum capai orgasme.
    Kuturuti keinginan Fandi. Dgn cukup lesu karena orgasme yang hebat, kuatur posisi badanku sampai menungging. Fandi meng ikuti pergerakanku, tangkai kemaluannya yang besar dan panjang itu masih tetap menancap saat memekku.
    Itil V3
    Lantas perlahan-lahan berasa ia mulai mengayun pinggulnya. Rupanya ia hebat sabar. Ia memaju undurkan gerak pinggulnya satu-dua dengan teratur, seolah-olah kami barusan mengawali permainan, walau sebenarnya pasti perjalanan birahinya telah lumayan tinggi barusan.
    Saya nikmati pergerakan mundur-maju k0ntol Fandi dgn diam. Kepalaku menunduk, kuatur kembali napasku. Tidak berapakah lama, memekku mulai berasa sedap kembali. Kuangkat kepalaku, melihat ke belakang. Fandi selekasnya merunduk, dikecupnya pipiku.
    “Fan.. Kamu luar biasa sekali.. Ibu anggap barusan kamu hampir keluar,” kataku terang-terangan.
    “Emangnya Ibu sukai jika saya cepat keluar?” jawabannya halus di telingaku.
    Saya tersenyum, kupalingkan mukaku lebih ke belakang. Fandi memahami, diciumnya bibirku. Lantas ia memacu bisa lebih cepat. Ia seperti ketahui jika saya mulai kenikmatan . Karena itu kugoyang-goyang pinggulku perlahan-lahan, ke kanan dan ke kiri.
    Fandi melenguh. Diremasnya ke-2 bongkah bokongku, lantas pergerakannya menjadi semakin kuat dan cepat. Tangkai kemaluannya yang hebat keras menusuk-hunjam memekku. Saya mulai mengerang-erang .
    “Oorrgghh…, aahh…, ennaak…, k0ntolmu sedap bangeett… Fann!!”
    Fandi tidak bernada, tetapi menggecak-gecak makin kuat. Badanku sampai terbuncang-guncang. Saya menjerit-jerit. Cepat sekali, birahiku menjalar naik makin tinggi. Kurasakan Fandi juga ini kali selekasnya akan capai klimaks.
    Karena itu kuimbangi pergerakannya dgn menggoyahkan pinggulku segera. Kuputar-putar bokongku, kadang-kadang kumajumundurkan bersimpangan dgn pergerakan Fandi. Pemuda itu mulai mengerang-erang tanda ia juga selekasnya akan orgasme.
    Mendadak Fandi menyuruhku kembali. Ditariknya k0ntolnya dari kemaluanku. Saya kembali cepat. Lantas kukangkangkan ke-2 kakiku dgn 1/2 mengusungnya. Fandi langsung menyikatkan ke-2 dengkulnya sampai mendekat pada pahaku. Ke-2 kakiku menekuk mengangkang. Fandi menggenggam ke-2 kakiku di bawah lutut, lantas tangkai k0ntolnya yang keras menusuk mulut memekku yang menganga.
    “Aarrgghhh…!!!” saya menjerit.
    “Saya nyaris keluar!” Fandi bergumam.
    Pergerakannya langsung cepat dan kuat. Saya tidak dapat bergoyang dalam posisi semacam itu, karena itu saya pasrah saja, nikmati gecakan-gecakan keras tangkai kemaluan Fandi. Ke-2 tanganku mencekram sprei kuat-kuat.
    “Terus, Sayang…, teruuusss…!”desahku.
    “Ooohhh, sedap sekali…, saya kenikmatan…, sedap ‘bercinta’ sama Ibu!” Erang Fandi
    “Ibu jg, Ibu jg, memek Ibu keenakaan…!” Balasku.
    “Saya hampir keluar, Buu…, memek Ibu sedap bangeet… ”
    “Ibu jg ingin keluar kembali, tahan dahulu! Teruss…, yaah, saya jg ingin keluarr!”
    “Ah, oh, uughhh, saya tidak tahan, saya tidak tahan, saya ingin keluaaar…!”
    “Yaahh teruuss, sikat teruss!!! Ibu sedap enak, Ibu sedap, Fandin…, saya ingin keluar, saya ingin keluar, memekku kenikmatan, saya kenikmatan ‘bercinta’ sama kamu…, yaahh…, teruss…, aarrgghh…, ssshhh…, uughhh…, aarrrghh!!!”
    Badanku melafalkanng sebentar sementara otot memekku berasa berdenyut kuat. Saya menjerit panjang, tidak dapat meredam enaknya orgasme. Pada waktu bersama, Fandi menekan kuat-kuat, menusukkan tangkai kemaluannya dalam-dalam di lubang memekku.
    “Oohhh…!!!” ia juga menjerit, sedangkan berasa kemaluannya menyemburkan-nyemburkan cairan mani di saat memekku. Enaknya tidak terucapkan, sangat indah capai orgasme dalam kurun waktu sama persis bersama semacam itu.
    Lantas badan kami sama melunglai, tapi kemaluan kami tetap terus bertautan. Fandi merengkuhku mesra sekali. Sesaat kami sama sIbuk atur napas.
    “Sedap sekali,” bisik Fandi sesaat selanjutnya.
    “Hmmm…” Saya menggelinjang manja. Berasa tangkai kemaluan Fandi bergerak di saat memekku.
    “Memek Ibu sedap sekali, dapat nyedot-nyedot gitu…”
    “Apalagi k0ntol kamu…, besar, keras, dalemmm…”
    Fandi bergerak menciumi saya kembali. Ini kali diangkatnya tangan kananku, lantas kepalanya menyelusup mencium ketiakku. Saya mengikik kegelian. Fandi menjilat-jilati keringat yang membasahi ketiakku. Geli, tetapi sedap. Apalagi selanjutnya lidahnya terus menjulur-julur menjilat-jilati buah dadaku.
    Fandi lantas menetek seperti bayi. Saya mengikik kembali. Putingku disedot, dijilat, digigit-gigit kecil. Kujambaki rambut Fandi karena sikapnya itu membuat birahiku mulai menyentak-nyentak kembali. Fandi mengusung mukanya sedikit, tersenyum tipis, lantas berbicara,
    Bacaan Seks Terkini 2023 Kepuasan yang Sudah Lama Lenyap
    “Saya dapat tidak puas-puas ‘bercinta’ sama Ibu… Ibu jg sukai kan?”
    Saya tersenyum saja, dan itu cukup untuk Fandi sebagai jawaban. Akhirnya, sepanjang hari itu kami bersetubuh kembali. Sesudah break sesaat pada sore hari malamnya Fandi minta lagi porsi dariku. Minimal malam itu ada 3 ronde tambahan yang kami mainkan dgn entahlah berapakah kali saya capai orgasme. Yang terang, esok paginya badanku betul-betul lesu, lemas tidak berkekuatan.
    Nyaris tidak tidur benar-benar, tetapi saya masih tetap pergi ke sekolah. Di sekolah rasanya saya kuyu sekali. Beberapa teman banyak yang menduga saya sakit, walau sebenarnya saya malah sedang bahagia, setelah bersetubuh semalam sehari dgn sisa siswaku yang gagah.
    Telah satu minggu Fandi jadi” suami”ku. Dan jujur saja saya benar-benar nikmati kehidupan malamku sepanjang satu minggu ini. Fandi betul-betul pemuda yang benar-benar gagah, sepanjang satu minggu ini lubang memekku selalu disiramnya dgn sperma fresh. Dan entahlah berapakah kali saya meredam jeritan karena kepuasan hebat yang dia beri.
    Meskipun malam telah senang menjilat, mengisap, dan mencium sepasang payudaraku. Fandi selalu meremasnya kembali bila ingin pergi kuliah saat pagi hari, ucapnya sih buat menambahkan semangat. Saya tidak ingin larang karena saya jg nikmati semua perlakuannya itu, walaupun mengakibatkan saya harus membereskann bajuku kembali.
    Malam itu sekitaran jam 1/2 10-an. Sesudah menidurkan anakku yang paling bungsu, saya pergi kekamar mandi untuk ganti pakaian. Fandi minta saya kenakan pakaian yang biasa saya gunakan ke sekolah. Sesudah usai ganti baju saya lalu keluar dan berdiri duduk di muka meja dandan. Lantas berhias seperti yang biasa saya kerjakan bila ingin pergi mengajarkan kesekolah.

    Tidak lama kudengar suara ketukan, hatiku segera bersorak senang tidak sabar menunggu permainan apalagi yang akan dilaksanakan Fandi padaku.
    “Masuk.. Tidak digembok,” panggilku dgn suara lembut.
    Lantas Fandi masuk dgn memakai T-shirt ketat dan celana putih sependek paha.
    “Malam ibu… Siap..?” Godanya sekalian medekatiku.
    “Telah sayang…” Jawabku sekalian berdiri.
    Tetapi Fandi meredam bahuku lantas mintaku untuk duduk kembali sembil menghadap kecermin meja dandan. Lantas dia berbisik ketelingaku dgn suara yang lembut.
    “Bu.. Ibu ingin tahu tidak darimanakah umumnya saya melihat ibu?”
    “Memang melalui mana..?” Tanyaku sekalian mengubah 1/2 tubuh.
    Dgn halus dia sentuh daguku dan arahkan mukaku baju dandan. Lantas sekalian mengecup leherku Fandi berkata.
    “Disini bu..” Bisiknya.
    Dari cermin saya menyaksikan ditengah-tengah kerah pakaian yang kukenakan cukup terbuka hingga samar-samar kelihatan tali BHku yang warna hitam. Patut bila sedang mengajarkan di muka kelas atau mengobrol dgn beberapa guru pria di sekolah, kadangkala saya merasa pandangan mereka sedang menelanjangi saya. Ternyata panorama ini yang mereka tonton waktu itu.
    Tetapi toh mereka hanya dapat menyaksikan, memikirkan dan ingin menyentuhnya pikirku. Lantas tangan kanan Fandi masuk kecelah itu dan mengelus bahuku. Sementara tangan kirinya perlahan-lahan buka kancing bajuku satu-satu. Sesudah terbuka semua Fandi lantas buka bajuku tanpa melepaskannya. Lantas dia raih ke-2 payudaraku yang tetap tertutup BH.
    “Berikut yang membuat saya selalu ingat ibu sampai saat ini,” Bisiknya ditelingaku sekalian meremas ke-2 susuku yang tetap kuat ini.
    Lantas tangan Fandi meraih daguku dan selekasnya tempelkan bibir hangatnya padaku dgn penuh kasih dan emosinya. Saya tidak tinggal diam dan selekasnya menyongsong sapuan lidah Fandi dan mengisapnya dgn keras air liur Fandi, kulilitkan lidahku menyongsong lidah Fandi dgn penuh getaran birahi. Selanjutnya tangannya yang keras mengusung badanku dan membaringkannya ditengah-tengah tempat tidur.
    Dia lantas melihat badan depanku yang terbuka, dari cermin saya dapat menyaksikan BH hitam yang terbuka dgn “push up bra model”.
    Hingga memberi kesan-kesan payudaraku nyaris tumpah melimpah keluar lebih sepertiganya. Agar semakin membuat Fandi lebih panas, saya lantas mengelus-elus payudaraku yang samping kiri yang tetap dibalut bra, sedangkan tangan kiriku membelai pussy yang menyembul mendesak CDku, karena waktu itu saya kenakan celana “mini high cut model”.
    Fandi terlihat kagum menyaksikan kelakuanku, lantas dia mendekatiku dan menyikat bibirku yang halus dan hangat dan secara langsung melumatnya. Sementara tangan kanan Fandi landing disembulan payudara samping kananku yang fresh, dielusnya halus, diselinapkan tangannya dalam bra yang cuma 2/3 tutupi payudaraku dan dikeluarkannya buah dadaku.
    Didesak dan dicarinya puting susuku, lantas Fandi memilinnya dengan lembut dan menariknya perlahan-lahan. Tindakannya itu membuatku melepaskan kecupan Fandi dan mendesah, mendesis, menghempas kepalaku kekiri dan kekanan.
    Setelah link dgn bibir hangatku, Fandi lantas sapu dagu dan leherku, hingga saya meracau terima dera kepuasan tersebut.
    “Fandi… Fandi… Mengapa kamu yang memberi kepuasan ini..”
    Fandi lantas hentikan aktivitas mulutnya. Tangannya selekasnya buka hubungan bra yang ada di muka, dgn sekali pijitan jemari telunjuk dan ibu jari samping kanan Fandi, Selekasnya 2 buah gunung kembarku yang tetap kuat dan terurus menyembul keluar nikmati kebebasan alam yang cantik.
    Lantas Fandi tempelkan bibir hangatnya pada buah dadaku samping kanan, disapu dan dijilatnya sembulan daging fresh tersebut. Sekencang itu juga merambatlah lidahnya pada puting coklat muda keras, fresh melawan ke atas. Fandi mengulum putingku dgn buas, kadang-kadang digigit lembut dan diambilnya dgn gigi.
    Saya cuma dapat mengeluh dan mengeluhkan, sekalian mengusung tubuhku sambil melepas pakaian dan rok kerjaku dan bra warna hitam yang sudah dibuka Fandi dan kulemparkan kekursi dandan. Dgn giat penuh gairah Fandi mengisap buah dadaku yang samping kiri, tangan kanannya meraba-raba dan menyebar kebawah sampai ia sentuh CDku dan stop digundukan nikmat yang penuh melawan fresh ke atas.
    Lantas Fandi merabanya ke vertikal, di atas kebawah. Menyaksikan CDku yang telah basah lembab, dia segera menurukannya mendororng dgn kaki kiri dan secara langsung membuangnya sampai jatuh ke karpet.
    Adapun tangan kanan itu selekasnya mengelus dan memberi sentuhan rangsangan pada memekku, yang di bagian atasnya banyak bulu lembut terurus adapun di bagian belahan memek dan di bagian bawahnya bersih dan mulus tidak ada memiliki rambut. Rangsangan Fandi makin tajam dan luar biasa hingga saya meracau.
    “Fannnn.. Sentuh ibu sayang,.. Fandii membuat.. Ibu terbaang.. Pleaase.”
    Fandi selekasnya buka gundukan tebal memek punyaku lantas mulutnya selekasnya menjulur kebawah dan lidahnya menjulur masuk untuk sentuh lebih dalam cari kloritasku yang makin jadi membesar dan mengeras. Ia menekan dgn penuh gairah dan lidahnya bergerak liar ke atas dan kebawah.
    Saya menggeliat dan teriak tidak kuat meredam orgasme yang akan makin mendesak muncul seperti merapi yang ingin memuntahkan isi buminya. Dgn tersengal-sengal kudorong bokongku naik, sambil tanganku menggenggam kepala Fandi dan memencetnya kebawah sekalian mengeluh.
    “Fandi.. Aarghh..”
    Saya tidak dapat meredamnya kembali sampai menjerit saat terima ledakan orgasme yang pertama, magma juga melimpah menyemprotkan ke atas hidung Fandi yang mancung.
    “Fandi.. Ibu keluaa.. aar.. Sann..” Memekku berdenyut kuat dan melafalkannglah badanku sekalian masih tetap meracau.
    “Fandi.. Kamu jago sekali mainkan lidahmu saat memekku sayang.. Cium ibu sayang.”
    Fandi selekasnya bangun dekap kuat di atas dadaku yang pada kondisi oleng menyongsong getaran orgasme. Dia lantas mencium mulutku dgn kuatnya dan saya menyambutnya dgn link ganas, kuserap lidah Fandi dalam rongga mulutku yang cantik.
    Badanku terbaring tidak memiliki daya sebentar, Fandipun mencumbuku dgn mesra sekalian tangannya mengelus-elus semua badanku yang lembut, sambil memberi ciuman hangat didahi, pipi dan mataku yang terpejam dgn penuh cinta. Dibiarkannya saya nikmati beberapa sisa kepuasan orgasme yang luar biasa. Jg memberikan peluang berkurangnya gairah yang kurasakan.
    Sesudah merasa saya cukup istirahat Fandi mulai sentuh dan membelaiku kembali. Saya selekasnya bangun dan medorong belahan tubuh Fandi yang ada diatasku. Kudekatkan kepalaku kewajahnya lantas kucium dan kujilati pipinya, selanjutnya menyebar kekupingnya.
    Kumasukkan lidahku ke lubang telinga Fandi, hingga dia meronta meredam nafsunya. Jilatanku semakin turun kebawah sampai keputing susu kiri Fandi yang memiliki rambut, Kubelai dada Fandi yang sektor berotot sedang tangan kananku mainkan puting yang samping kiri. Mengelinjang Fandi mendapatkan sentuhan yang menusuk dititik riskannya yang menjalar nafsunya itu, Fandipun mengeluh dan mendesah.
    Aktivitasku makin menghangat dgn turunkan sapuan lidah sekalian tanganku menjalar keperut. Lantas kumainkan lubang pusar Fandi didesak kebawah dfan kesamping terus kulepaskan dan kubelai perut bawah Fandi hingga kemudian kekemaluan Fandi yang telah jadi membesar dan mengeras.
    Kuelus halus dgn jari lentikku tangkai kemaluan Fandi yang melawan ke atas, warna kemerahan kontras dgn kulit Fandi yang putih kepalanya juga sudah berbening air birahi.
    Menyaksikan kondisi yang telah menarik itu saya jadi tidak sabar dan selekasnya kutempelkan bibir hangatku kekepala kontol Fandi dgn penuh gelor gairah, kusapu kepala kontol dgn jeli, kuhisap lubang air seninya hingga membuat Fandi putar kepalanya kekiri dan kekanan, mendongkak-dongkakkan kepalanya meredam keikmatan yang benar-benar tidak ada tara, adapun tangannya menjambak kepalaku.
    “Buuu.. Dera nikmat darimu tidak tertahan.. Aku ingin memilikimu sepenuhnya,” Fandi mengeluh.
    Saya tidak menjawab, cuma lirikan mataku sekalian mengedipkannya satu ke Fandi yang sedang kelejotan. Sukmanya sedang terbang melayg kealam raya oleh embusan cinta birahi yang tinggi. Adapun tanganku memijit dan mengocaknya dgn irama yang perlahan dan makin cepat, sedangkan lidahku menjilat-jilati semua permukaan kepala kontol itu. Termasuk di bagian urat yang peka sisi atas sekalian kupijat-pijat dgn penuh gairah birahi.
    Sadar akan kondisi Fandi yang makin menaiki pucuk kepuasan dan aku juga sendiri sudah terangsang. Renyutan memekku sudah memengaruhi deburan darah badanku, kulepaskan kumulan kontol Fandi dan selekasnya kuposisikan badanku di atas badan Fandi menghadap kekakinya.
    Dan kumasukkan kontol Fandi yang keras dan menengang ke lubuk nikmatku. Selekasnya kuputar memompanya turun naik sekalian menekan dan memijat dgn otot memek semaksimal mungkin. Irama pergerakanpun kutambah sampai kecepatan optimal.
    Fandi berteriak, sedangkan aku juga terpusat nikmati dera kepuasan gesekan kontol Fandi yang menggesek G-spotku berkali-kali hingga memunculkan dera kepuasan yang sangat indah. Tangan Fandipun tidak tinggal diam diremasnya bokongku yang bundar montok cantik, dan dielus-elusnya anusku, sekalian nikmati dera goyanganku pada kontolnya. Dan pada akhirnya kami berdua berteriak.
    “Buu Dennook.. Saya tidak kuat kembali.. Beri kepuasan lebih kembali bu.. Renyutan diujung kontolku sudah tidak tertahan”

    “Ibu pandai… Ibu liaarr… Ibu membuatku melayg.. Saya ingin keluarr”.
    Lantas Fandi mintaku untuk putar tubuh manghadap pada dianya dan dibalikkannya badanku hingga. Saat ini saya ada di bawah badannya bersandarkan bantal tinggi, lantas Fandi meningkatkan ke-2 kakiku kebahunya selanjutnya dia bertimpuh di muka memekku. Sekalian mengayun dan memompa kontolnya dgn yang cepat dan kuat. Saya dapat menyaksikan bagaimana muka Fandi yang tidak kuat kembali akan renyutan diujung kontol yang makin mendesak seolah ingin meletus.
    “Buu… Pleaass.. See.. Saya akaan meleedaaakkh!”
    “Tungguu Fandi.. Orgasmeku jg mauu.. Tiba ssayaang.. Kita sama yaa..”
    Akhirnya… Croottt.. Croottt.. Croottt tidak tertahan kembali bendungan Fandi bobol memuntahkan spermanya di memekku. Bersama aku juga mendengus dan meneriakkan erangan kepuasan.
    Selekasnya lusuhbar bibir Fandi, kukulum dgn hangat dan kusodorkan lidahku ke rongga mulut Fandi. Kudekap tubuh Fandi yang sama melafalkanng, basah tubuh Fandi dgn peluh bersatu dgn peluhku. Lantas dia terkulai didadaku sekalian nikmati renyut memekku yang kuat menyongsong orgasme yang nikmat yang sejauh ini kurindui.
    Lantas Fandi membelai rambutku dgn penuh kasih-sayang selanjutnya mengecup keningku.
    “Buu.. terima kasih, i love you so much.. Terus beri kepuasan semacam ini bagiku ya..” Bisiknya halus.
    Saya cuma menggangguk perlahan-lahan, sesudah memberi kecupan selamat tidur saya merengkuhnya dan secara langsung lelap. Karena esok saya harus masuk kerja dan ada banyak yang lain penjelajahan penuh kepuasan yang akan kami lewati.Bacaan Seks Terkini 2023 Kepuasan yang Sudah Lama Lenyap

    Kurang lebih lima tahun yang lantas saat umurku masih 37 tahun salah seorang sehabatku memercayakan anaknya yang ingin kuliah di tempatku, karena dia rekan baikku dan suamiku tidak berkeberatan pada akhirnya saya menyepakatinya. Nama pemuda itu Fandi, kulitnya kuning langsat dgn tinggi 173 cm.
    Tubuhnya kurus kekar karena Fandi seorang atlet karate di tempatnya. Oh iya, Fandi ini sebelumnya pernah jadi siswaku saat saya tetap jadi guru SD.

    Fandi benar-benar santun dan sadar diri. Ia banyak menolong tugas rumah dan kerap temani atau mengantarkan ke-2 anakku bila ingin melancong. Dalam kurun waktu satu bulan saja ia telah bersatu dgn keluargaku, bahkan juga suamiku kerap ajaknya bermain tenis bersama-sama.

    Saya jg jadi terlatih dgn hadirnya, awalannya saya benar-benar jaga performaku jika di depannya. Saya tidak malu kembali kenakan pakaian kaos ketat yang sisi dadanya cukup rendah, kembali juga Fandi menunjukkan sikap yang lumrah bila saya kenakan pakaian yang cukup menunjukkan keelokan garis badanku.

    Sekitaran tiga bulan sesudah kehadirannya, suamiku mendapatkan pekerjaan sekolah S-2 keluar negeri sepanjang 2, lima tahun. Saya benar-benar berat melepaskannya, karena saya kebingungan bagaimana salurkan keperluan sex-ku yang tetap menggelora.

    Walaupun umurku telah tidak muda kembali, tetapi saya teratur melakukan dgn suamiku, paling tidak satu minggu 5x. Mungkin itu karena olahraga yang selalu saya lakukan, hingga keinginan badanku masih seperti anak muda. Dan sekarang dgn kepergiannya automatis saya harus mengendalikan diri.
    Awalannya biasa-biasa saja, tetapi sesudah dua bulan kesepian yang sangat benar-benar serangku. Itu membuat saya jadi gelisah dan jadi ogah-ogahan. Seperti minggu pagi itu, walaupun jam sudah memperlihatkan angka 9. Karena tempo hari ke-2 anakku meminta diantarkan menginap di dalam rumah nenek mereka, hingga ini hari saya ingin tidur sepuasnya. Sesudah makan, saya lantas malas-malasan di atas sofa di muka TV. Tidak lama kedengar suara pintu dibuka dari kamar Fandi.
    Kudengar suara jalannya dekatiku.
    “Bu Ranti..?” Suaranya berbisik, saya diam saja. Kupejamkan mataku semakin kuat.
    Sesudah sesaat kosong, mendadak saya tercekat saat rasakan suatu hal di pahaku. Kuintip lewat pojok mataku, rupanya Fandi telah berdiri dari sisi ranjangku, dan matanya sedang tertuju melihat badanku, tangannya menggenggam sisi bawah gaunku, saya lupa jika saya sedang kenakan pakaian tidur yang tipis, apalagi tidur terlentang juga. Hatiku jadi berdebar tidak karuan, saya terus bersandiwara tertidur.
    “Bu Ranti..?” Suara Fandi kedengar keras, kupikir ia ingin pastikan apa tidurku betul-betul nyeyak atau tidak.
    Saya memilih untuk berpura-pura tidur. Kurasakan gaun tidurku terkuak semua sampai keleher.
    Lantas kurasakan Fandi mengelus bibirku, jantungku seperti melonjak, saya coba masih tetap tenang supaya pemuda itu tidak berprasangka buruk. Kurasakan kembali tangan itu mengelus-elus ketiakku, karena tanganku masuk ke bantal automatis ketiakku kelihatan. Kuintip kembali, muka pemuda itu dekat sekali dgn mukaku, tetapi saya percaya dia belum mengetahui jika saya berpura-pura tertidur kuatur napas selembut mungkin.
    Lantas kurasakan tangannya mencari leherku, bulu kudukku meremang geli, saya coba bertahan, saya ingin ketahui apa yang ingin dilakukan pada badanku. Tidak lama kemuadian saya rasakan tangannya meraba-raba buah dadaku yang tetap tertutup BH warna hitam
    Sebelumnya dia hanya mengelus-elus, saya masih tetap diam sekalian nikmati elusannya, lantas saya rasakan buah dadaku mulai diremas-remas, saya rasakan seakan ada suatu hal yang sedang naik-turun dalam badanku, saya telah lama rindukan sentuhan lelaki dan kekasaran seorang pria. Saya putuskan masih tetap diam sampai waktunya datang.

    Saat ini tangan Fandi sedang berusaha buka kancing BH-ku dari depan, selang beberapa saat kurasakan tangan dingin pemuda itu meremas dan memilin puting susuku. Saya ingin mendesah nikmat tetapi kelak amalah membuat takut, menjadi kurasakan remasannya dalam diam.
    Kurasakan tangannya gemetaran waktu menekan puting susuku, kulirik perlahan, kusaksikan Fandi dekatkan mukanya ke buah dadaku. Lantas dia menjilat-jilat puting susuku, badanku ingin menggelinjang rasakan kepuasan hisapannya, saya terus bertahan.
    Kulirik puting susuku yang warna merah tua telah mengkilap oleh air liurnya, mulutnya terus mengisap puting susuku dibarengi gigitan-gigitan kecil. PeraFandiku campur baur tidak karuan, sangat nikmat.
    Tangan kanan Fandi mulai mencari selangkanganku, lantas kurasakan jarinya meraba-raba memekku yang tetap tertutup CD, saya tidak tahu apa memekku telah basah apa belum. Yang terang jari-jari Fandi menekan-nekan lubang memekku di luar CD, lantas kurasakan tangannya menyelusup masuk ke CD-ku.
    Jantungku berdetak keras sekali, kurasakan kepuasan menjalari badanku. Jari-jari Fandi coba masuk lubang memekku, lantas kurasakan jarinya ambles masuk ke, wah sangat nikmat. Saya harus akhiri Fandiwaraku, saya sudah tidak tahan kembali, kubuka mataku sekalian menyentakkan badanku.
    “Fandi!! Ngapain kamu?”
    Saya berusaha bangun duduk, tetapi tangan Fandi menekan bahuku dgn keras. Mendadak Fandi mecium mulutku sekencang kilat, saya berusaha melawan dgn kerahkan semua tenagaku. Tetapi Fandi semakin keras menekan bahuku, justru saat ini pemuda itu menindih badanku, saya kesusahan bernapas ditindih badannya yang besar dan kekar berotot. Kurasakan mulutnya melumat lagi mulutku, lidahnya masuk ke mulutku, tetapi saya berpura-pura menampik.
    “Bu.., maafkan saya. Telah lama saya ingin rasakan ini, maafkan saya Bu… ” Fandi melepas kecupannya lantas melihatku dgn pandangan minta.
    “Kamu kan dapat denagan beberapa teman kamu yang masih terbilang muda. Ibukan telah tua,” Ujarku halus.
    “Tetapi saya telah terpikat dgn Bu Ranti.. Saat SD saya kerap melihat BH yang Ibu gunakan… Saya akan memberikan kepuasan Ibu sepuasnya,” jawab Fandi.
    “Ah kamu… Ya telah terserah kamu sajalah”
    Saya berpura-pura menghela napas panjang, walau sebenarnya badanku telah tidak tahan ingin disentuh olehnya.
    Lantas Fandi melumat bibirku dan perlahan-lahan saya melayani permainan lidahnya. Ke-2 tangannya meremas-remas bokongku. Untuk membuat makin membara, saya meminta ijin ke WC yang ada dalam kamar tidurku. Dalam kamar mandi, kubuka semua baju yang berada di badanku, kupandangi tubuhku di cermin.
    Apakah benar pemuda seperti Fandi terangsang menyaksikan badanku ini? Peduli sangat yang penting saya ingin rasakan bagaimana sih bercinta dgn remaja yang masih panas.
    Keluar kamar mandi, Fandi sama persis masuk kamar. Matanya terbelalak menyaksikan badan sintalku yang tidak berpenutup satu helai benangpun.
    “Bodi Ibu bagus sekali.. ” ia beri pujian sambil mengecup putting susuku yang telah mengeras sejak dari barusan.
    Badanku disandarnya di tembok depan kamar mandi. Lantas diciuminya sekujur badanku, dimulai dari pipi, ke-2 telinga, leher, sampai ke dadaku. Sepasang payudara montokku habis diremas-remas dan diciumi. Putingku 1/2 digigit-gigit, digelitik-gelitik dgn ujung lidah, jg dikenyot-kenyot dgn benar-benar bergairah.
    “Ibu hebat…,” desisnya.
    “Apanya yang luar biasa..?” Tanyaku sekalian mangacak-acak rambut Fandi yang panjang seleher.
    “Tubuh Ibu tidak banyak berbeda dibanding saya SD dahulu” Ucapnya sekalian terus melumat puting susuku. Sangat nikmat.
    “Itu karena Ibu teratur olahraga” jawabku sambil meremas benjolan kemaluannya.
    Dgn segera kuloloskan celana sampai celana dalamnya. Memahami tekadku, ia lantas duduk di tepi tempat tidur dgn ke-2 kaki mengangkang. DIbukanya sendiri pakaian kaosnya, sedangkan saya berlutut raih tangkai k0ntolnya, hingga sekarang kami sama bugil.
    Cukup lama saya mencumbu kemaluannya, Fandi meminta giliran, ia ingin mengerjai memekku.
    “Masukkan saja yok, Ibu ingin merasakan k0ntol kamu San!” Cegahku sekalian menciumnya.
    Fandi tersenyum lebar. “Telah tidak sabar ya ?” godanya.
    “Kamu jg telah tidak kuatkan sebetulnya San,” Balasku sekalian mencubit perutnya yang berotot.
    Fandi tersenyum lantas menarik badanku. Kami berangkulan, berciuman rapat sekali, berguling-guling di atas tempat tidur. Rupanya Fandi pandai sekali bercumbu. Birahiku naik makin tinggi dalam kurun waktu yang benar-benar singkat. Berasa memekku makin berdenyut, lendirku semakin membanjir, tidak sabar menunggu inovasi tangkai kemaluan Fandi yang besar.
    Berlainan dgn suamiku, Fandi kelihatannya lebih sabar. Ia tidak selekasnya masukkan tangkai k0ntolnya, tetapi terus menciumi sekujur badanku. Paling akhir ia mengubah badanku sampai menelungkup, lantas diciuminya ke-2 pahaku sisi belakang, naik ke bongkahan bokongku, naik terus sampai ke tengkuk. Birahiku menggelegak-gelegak.
    Fandi menyisipkan tangan kirinya ke bawah badanku, badan kami berimpitan dgn posisi saya membelakangi Fandi, lantas diremas-remasnya buah dadaku. Lidahnya terus menjilat-jilat tengkuk, telinga, dan kadang-kadang pipiku. Sementara itu tangan kanannya menyeka-usap memekku dari belakang. Berasa jemari tengahnya menyelusup halus ke lubang memekku yang basah mengembang.
    “Memek Ibu bagus, tebel, tentu sedap ‘bercinta’ sama Ibu…,” ia berbisik sama persis di telingaku.
    Suaranya sangat parau, tanda birahinya juga sama tingginya dgn saya. Saya tidak dapat bereaksi apapun itu kembali. Kubiarkan saja apapun itu yang dilaksanakan Fandi, sampai berasa tangan kanannya bergerak mengusung samping pahaku.
    Mataku terpejam rapat, seolah tidak bisa kembali buka. Berasa napas Fandi makin mengincar, sedangkan ujung lidahnya mengelitiki lubang telingaku. Tangan kirinya memegang dan meremas gaungs buah dadaku, sedangkan yang kanan mengusung samping pahaku makin tinggi. Lalu…, berasa sebuah benda tumpul menyodok masuk ke dalam lubang memekku dari belakang. Oh, my God, ia sudah masukkan rudalnya…!!!
    Sesaat saya tidak bisa bereaksi benar-benar, tetapi cuma menggigit bibir kuat-kuat. Kunikmati inch untuk inch tangkai kemaluan Fandi masuk lubang memekku. Berasa penuh, nikmat hebat.
    “Oohh…,” tidak lama kemudian saya mulai bereaksi tidak karuan. Badanku langsung menggerinjal-gerinjal, sedangkan Fandi mulai memaju undurkan tongkat warisannya. Mulutku mulai merintih-rintih tidak teratasi.
    “Fandi, k0ntolmu enaaak…!!!,” kataku 1/2 menjerit.
    Fandi tidak menjawab, tetapi terus memaju undurkan rudalnya. Pergerakannya cepat dan kuat, bahkan juga condong kasar. Sudah pasti saya makin menjerit-jerit dibikinnya. Tangkai k0ntolnya yang besar itu ibarat akan membedah lubang memekku sampai ke dasar.
    “Oohh…, toloongg.., gustii…!!!”
    Fandi justru makin semangat dengar jerit dan rintihanku. Saya makin erotis.
    “Aahh, k0ntolmu…, oohh, aarrghh…, k0ntolmuu…, oohh…!!!”
    Fandi terus menggecak-gecak. Tenaganya kuat sekali, apalagi dgn tangkai k0ntol yang hebat keras dan kaku. Meskipun kami bersetubuh dgn posisi ke samping, kelihatannya Fandi benar-benar tidak kesusahan menyikatkan tangkai kemaluannya pada memekku. Orgasmeku cepat sekali berasa akan meletus.
    “Ibu ingin keluar! Ibu ingin keluaaar!!” saya menjerit-jerit.
    “Yah, yah, yah, saya jg, saya jg! Sedap sekali ‘bercinta’ sama Ibu!” Fandi menyikat-nyodok makin kuat.
    “Sikat terus, Fandi!!!… Yah, ooohhh, yahh, ugghh!!!”
    “Teruuss…, arrgghh…, sshh…, ohh…, sikat terus k0ntolmuuu…!”
    “Ohhh, ah, uuugghhh… ”
    “Enaaak…, k0ntol kamu sedap, k0ntol kamu enak, yahhh, teruuusss…”
    Pada beberapa detik akhir, tangan kananku raih bokong Fandi, kuremas bongkahan bokongnya, sedangkan paha kananku mengusung lempeng tinggi-tinggi. Berasa memekku berdenyut kuat sekali. Saya orgasme!
    Sebentar saya seperti melayg, tidak ingat apapun terkecuali nikmat yang tidak terucapkan. Mungkin telah ada 5 tahun saya tidak merasa kan kepuasan semacam ini. Fandi mengecup-ngecup pipi dan daun telingaku. Sesaat ia biarkan saya atur napas, saat sebelum selanjutnya ia mintaku menungging. Saya baru sadar jika rupanya ia belum capai orgasme.
    Kuturuti keinginan Fandi. Dgn cukup lesu karena orgasme yang hebat, kuatur posisi badanku sampai menungging. Fandi meng ikuti pergerakanku, tangkai kemaluannya yang besar dan panjang itu masih tetap menancap saat memekku.
    Itil V3
    Lantas perlahan-lahan berasa ia mulai mengayun pinggulnya. Rupanya ia hebat sabar. Ia memaju undurkan gerak pinggulnya satu-dua dengan teratur, seolah-olah kami barusan mengawali permainan, walau sebenarnya pasti perjalanan birahinya telah lumayan tinggi barusan.
    Saya nikmati pergerakan mundur-maju k0ntol Fandi dgn diam. Kepalaku menunduk, kuatur kembali napasku. Tidak berapakah lama, memekku mulai berasa sedap kembali. Kuangkat kepalaku, melihat ke belakang. Fandi selekasnya merunduk, dikecupnya pipiku.
    “Fan.. Kamu luar biasa sekali.. Ibu anggap barusan kamu hampir keluar,” kataku terang-terangan.
    “Emangnya Ibu sukai jika saya cepat keluar?” jawabannya halus di telingaku.
    Saya tersenyum, kupalingkan mukaku lebih ke belakang. Fandi memahami, diciumnya bibirku. Lantas ia memacu bisa lebih cepat. Ia seperti ketahui jika saya mulai kenikmatan . Karena itu kugoyang-goyang pinggulku perlahan-lahan, ke kanan dan ke kiri.
    Fandi melenguh. Diremasnya ke-2 bongkah bokongku, lantas pergerakannya menjadi semakin kuat dan cepat. Tangkai kemaluannya yang hebat keras menusuk-hunjam memekku. Saya mulai mengerang-erang .
    “Oorrgghh…, aahh…, ennaak…, k0ntolmu sedap bangeett… Fann!!”
    Fandi tidak bernada, tetapi menggecak-gecak makin kuat. Badanku sampai terbuncang-guncang. Saya menjerit-jerit. Cepat sekali, birahiku menjalar naik makin tinggi. Kurasakan Fandi juga ini kali selekasnya akan capai klimaks.
    Karena itu kuimbangi pergerakannya dgn menggoyahkan pinggulku segera. Kuputar-putar bokongku, kadang-kadang kumajumundurkan bersimpangan dgn pergerakan Fandi. Pemuda itu mulai mengerang-erang tanda ia juga selekasnya akan orgasme.
    Mendadak Fandi menyuruhku kembali. Ditariknya k0ntolnya dari kemaluanku. Saya kembali cepat. Lantas kukangkangkan ke-2 kakiku dgn 1/2 mengusungnya. Fandi langsung menyikatkan ke-2 dengkulnya sampai mendekat pada pahaku. Ke-2 kakiku menekuk mengangkang. Fandi menggenggam ke-2 kakiku di bawah lutut, lantas tangkai k0ntolnya yang keras menusuk mulut memekku yang menganga.
    “Aarrgghhh…!!!” saya menjerit.
    “Saya nyaris keluar!” Fandi bergumam.
    Pergerakannya langsung cepat dan kuat. Saya tidak dapat bergoyang dalam posisi semacam itu, karena itu saya pasrah saja, nikmati gecakan-gecakan keras tangkai kemaluan Fandi. Ke-2 tanganku mencekram sprei kuat-kuat.
    “Terus, Sayang…, teruuusss…!”desahku.
    “Ooohhh, sedap sekali…, saya kenikmatan…, sedap ‘bercinta’ sama Ibu!” Erang Fandi
    “Ibu jg, Ibu jg, memek Ibu keenakaan…!” Balasku.
    “Saya hampir keluar, Buu…, memek Ibu sedap bangeet… ”
    “Ibu jg ingin keluar kembali, tahan dahulu! Teruss…, yaah, saya jg ingin keluarr!”
    “Ah, oh, uughhh, saya tidak tahan, saya tidak tahan, saya ingin keluaaar…!”
    “Yaahh teruuss, sikat teruss!!! Ibu sedap enak, Ibu sedap, Fandin…, saya ingin keluar, saya ingin keluar, memekku kenikmatan, saya kenikmatan ‘bercinta’ sama kamu…, yaahh…, teruss…, aarrgghh…, ssshhh…, uughhh…, aarrrghh!!!”
    Badanku melafalkanng sebentar sementara otot memekku berasa berdenyut kuat. Saya menjerit panjang, tidak dapat meredam enaknya orgasme. Pada waktu bersama, Fandi menekan kuat-kuat, menusukkan tangkai kemaluannya dalam-dalam di lubang memekku.
    “Oohhh…!!!” ia juga menjerit, sedangkan berasa kemaluannya menyemburkan-nyemburkan cairan mani di saat memekku. Enaknya tidak terucapkan, sangat indah capai orgasme dalam kurun waktu sama persis bersama semacam itu.
    Lantas badan kami sama melunglai, tapi kemaluan kami tetap terus bertautan. Fandi merengkuhku mesra sekali. Sesaat kami sama sIbuk atur napas.
    “Sedap sekali,” bisik Fandi sesaat selanjutnya.
    “Hmmm…” Saya menggelinjang manja. Berasa tangkai kemaluan Fandi bergerak di saat memekku.
    “Memek Ibu sedap sekali, dapat nyedot-nyedot gitu…”
    “Apalagi k0ntol kamu…, besar, keras, dalemmm…”
    Fandi bergerak menciumi saya kembali. Ini kali diangkatnya tangan kananku, lantas kepalanya menyelusup mencium ketiakku. Saya mengikik kegelian. Fandi menjilat-jilati keringat yang membasahi ketiakku. Geli, tetapi sedap. Apalagi selanjutnya lidahnya terus menjulur-julur menjilat-jilati buah dadaku.
    Fandi lantas menetek seperti bayi. Saya mengikik kembali. Putingku disedot, dijilat, digigit-gigit kecil. Kujambaki rambut Fandi karena sikapnya itu membuat birahiku mulai menyentak-nyentak kembali. Fandi mengusung mukanya sedikit, tersenyum tipis, lantas berbicara,
    Bacaan Seks Terkini 2023 Kepuasan yang Sudah Lama Lenyap
    “Saya dapat tidak puas-puas ‘bercinta’ sama Ibu… Ibu jg sukai kan?”
    Saya tersenyum saja, dan itu cukup untuk Fandi sebagai jawaban. Akhirnya, sepanjang hari itu kami bersetubuh kembali. Sesudah break sesaat pada sore hari malamnya Fandi minta lagi porsi dariku. Minimal malam itu ada 3 ronde tambahan yang kami mainkan dgn entahlah berapakah kali saya capai orgasme. Yang terang, esok paginya badanku betul-betul lesu, lemas tidak berkekuatan.
    Nyaris tidak tidur benar-benar, tetapi saya masih tetap pergi ke sekolah. Di sekolah rasanya saya kuyu sekali. Beberapa teman banyak yang menduga saya sakit, walau sebenarnya saya malah sedang bahagia, setelah bersetubuh semalam sehari dgn sisa siswaku yang gagah.
    Telah satu minggu Fandi jadi” suami”ku. Dan jujur saja saya benar-benar nikmati kehidupan malamku sepanjang satu minggu ini. Fandi betul-betul pemuda yang benar-benar gagah, sepanjang satu minggu ini lubang memekku selalu disiramnya dgn sperma fresh. Dan entahlah berapakah kali saya meredam jeritan karena kepuasan hebat yang dia beri.
    Meskipun malam telah senang menjilat, mengisap, dan mencium sepasang payudaraku. Fandi selalu meremasnya kembali bila ingin pergi kuliah saat pagi hari, ucapnya sih buat menambahkan semangat. Saya tidak ingin larang karena saya jg nikmati semua perlakuannya itu, walaupun mengakibatkan saya harus membereskann bajuku kembali.
    Malam itu sekitaran jam 1/2 10-an. Sesudah menidurkan anakku yang paling bungsu, saya pergi kekamar mandi untuk ganti pakaian. Fandi minta saya kenakan pakaian yang biasa saya gunakan ke sekolah. Sesudah usai ganti baju saya lalu keluar dan berdiri duduk di muka meja dandan. Lantas berhias seperti yang biasa saya kerjakan bila ingin pergi mengajarkan kesekolah.

    Tidak lama kudengar suara ketukan, hatiku segera bersorak senang tidak sabar menunggu permainan apalagi yang akan dilaksanakan Fandi padaku.
    “Masuk.. Tidak digembok,” panggilku dgn suara lembut.
    Lantas Fandi masuk dgn memakai T-shirt ketat dan celana putih sependek paha.
    “Malam ibu… Siap..?” Godanya sekalian medekatiku.
    “Telah sayang…” Jawabku sekalian berdiri.
    Tetapi Fandi meredam bahuku lantas mintaku untuk duduk kembali sembil menghadap kecermin meja dandan. Lantas dia berbisik ketelingaku dgn suara yang lembut.
    “Bu.. Ibu ingin tahu tidak darimanakah umumnya saya melihat ibu?”
    “Memang melalui mana..?” Tanyaku sekalian mengubah 1/2 tubuh.
    Dgn halus dia sentuh daguku dan arahkan mukaku baju dandan. Lantas sekalian mengecup leherku Fandi berkata.
    “Disini bu..” Bisiknya.
    Dari cermin saya menyaksikan ditengah-tengah kerah pakaian yang kukenakan cukup terbuka hingga samar-samar kelihatan tali BHku yang warna hitam. Patut bila sedang mengajarkan di muka kelas atau mengobrol dgn beberapa guru pria di sekolah, kadangkala saya merasa pandangan mereka sedang menelanjangi saya. Ternyata panorama ini yang mereka tonton waktu itu.
    Tetapi toh mereka hanya dapat menyaksikan, memikirkan dan ingin menyentuhnya pikirku. Lantas tangan kanan Fandi masuk kecelah itu dan mengelus bahuku. Sementara tangan kirinya perlahan-lahan buka kancing bajuku satu-satu. Sesudah terbuka semua Fandi lantas buka bajuku tanpa melepaskannya. Lantas dia raih ke-2 payudaraku yang tetap tertutup BH.
    “Berikut yang membuat saya selalu ingat ibu sampai saat ini,” Bisiknya ditelingaku sekalian meremas ke-2 susuku yang tetap kuat ini.
    Lantas tangan Fandi meraih daguku dan selekasnya tempelkan bibir hangatnya padaku dgn penuh kasih dan emosinya. Saya tidak tinggal diam dan selekasnya menyongsong sapuan lidah Fandi dan mengisapnya dgn keras air liur Fandi, kulilitkan lidahku menyongsong lidah Fandi dgn penuh getaran birahi. Selanjutnya tangannya yang keras mengusung badanku dan membaringkannya ditengah-tengah tempat tidur.
    Dia lantas melihat badan depanku yang terbuka, dari cermin saya dapat menyaksikan BH hitam yang terbuka dgn “push up bra model”.
    Hingga memberi kesan-kesan payudaraku nyaris tumpah melimpah keluar lebih sepertiganya. Agar semakin membuat Fandi lebih panas, saya lantas mengelus-elus payudaraku yang samping kiri yang tetap dibalut bra, sedangkan tangan kiriku membelai pussy yang menyembul mendesak CDku, karena waktu itu saya kenakan celana “mini high cut model”.
    Fandi terlihat kagum menyaksikan kelakuanku, lantas dia mendekatiku dan menyikat bibirku yang halus dan hangat dan secara langsung melumatnya. Sementara tangan kanan Fandi landing disembulan payudara samping kananku yang fresh, dielusnya halus, diselinapkan tangannya dalam bra yang cuma 2/3 tutupi payudaraku dan dikeluarkannya buah dadaku.
    Didesak dan dicarinya puting susuku, lantas Fandi memilinnya dengan lembut dan menariknya perlahan-lahan. Tindakannya itu membuatku melepaskan kecupan Fandi dan mendesah, mendesis, menghempas kepalaku kekiri dan kekanan.
    Setelah link dgn bibir hangatku, Fandi lantas sapu dagu dan leherku, hingga saya meracau terima dera kepuasan tersebut.
    “Fandi… Fandi… Mengapa kamu yang memberi kepuasan ini..”
    Fandi lantas hentikan aktivitas mulutnya. Tangannya selekasnya buka hubungan bra yang ada di muka, dgn sekali pijitan jemari telunjuk dan ibu jari samping kanan Fandi, Selekasnya 2 buah gunung kembarku yang tetap kuat dan terurus menyembul keluar nikmati kebebasan alam yang cantik.
    Lantas Fandi tempelkan bibir hangatnya pada buah dadaku samping kanan, disapu dan dijilatnya sembulan daging fresh tersebut. Sekencang itu juga merambatlah lidahnya pada puting coklat muda keras, fresh melawan ke atas. Fandi mengulum putingku dgn buas, kadang-kadang digigit lembut dan diambilnya dgn gigi.
    Saya cuma dapat mengeluh dan mengeluhkan, sekalian mengusung tubuhku sambil melepas pakaian dan rok kerjaku dan bra warna hitam yang sudah dibuka Fandi dan kulemparkan kekursi dandan. Dgn giat penuh gairah Fandi mengisap buah dadaku yang samping kiri, tangan kanannya meraba-raba dan menyebar kebawah sampai ia sentuh CDku dan stop digundukan nikmat yang penuh melawan fresh ke atas.
    Lantas Fandi merabanya ke vertikal, di atas kebawah. Menyaksikan CDku yang telah basah lembab, dia segera menurukannya mendororng dgn kaki kiri dan secara langsung membuangnya sampai jatuh ke karpet.
    Adapun tangan kanan itu selekasnya mengelus dan memberi sentuhan rangsangan pada memekku, yang di bagian atasnya banyak bulu lembut terurus adapun di bagian belahan memek dan di bagian bawahnya bersih dan mulus tidak ada memiliki rambut. Rangsangan Fandi makin tajam dan luar biasa hingga saya meracau.
    “Fannnn.. Sentuh ibu sayang,.. Fandii membuat.. Ibu terbaang.. Pleaase.”
    Fandi selekasnya buka gundukan tebal memek punyaku lantas mulutnya selekasnya menjulur kebawah dan lidahnya menjulur masuk untuk sentuh lebih dalam cari kloritasku yang makin jadi membesar dan mengeras. Ia menekan dgn penuh gairah dan lidahnya bergerak liar ke atas dan kebawah.
    Saya menggeliat dan teriak tidak kuat meredam orgasme yang akan makin mendesak muncul seperti merapi yang ingin memuntahkan isi buminya. Dgn tersengal-sengal kudorong bokongku naik, sambil tanganku menggenggam kepala Fandi dan memencetnya kebawah sekalian mengeluh.
    “Fandi.. Aarghh..”
    Saya tidak dapat meredamnya kembali sampai menjerit saat terima ledakan orgasme yang pertama, magma juga melimpah menyemprotkan ke atas hidung Fandi yang mancung.
    “Fandi.. Ibu keluaa.. aar.. Sann..” Memekku berdenyut kuat dan melafalkannglah badanku sekalian masih tetap meracau.
    “Fandi.. Kamu jago sekali mainkan lidahmu saat memekku sayang.. Cium ibu sayang.”
    Fandi selekasnya bangun dekap kuat di atas dadaku yang pada kondisi oleng menyongsong getaran orgasme. Dia lantas mencium mulutku dgn kuatnya dan saya menyambutnya dgn link ganas, kuserap lidah Fandi dalam rongga mulutku yang cantik.
    Badanku terbaring tidak memiliki daya sebentar, Fandipun mencumbuku dgn mesra sekalian tangannya mengelus-elus semua badanku yang lembut, sambil memberi ciuman hangat didahi, pipi dan mataku yang terpejam dgn penuh cinta. Dibiarkannya saya nikmati beberapa sisa kepuasan orgasme yang luar biasa. Jg memberikan peluang berkurangnya gairah yang kurasakan.
    Sesudah merasa saya cukup istirahat Fandi mulai sentuh dan membelaiku kembali. Saya selekasnya bangun dan medorong belahan tubuh Fandi yang ada diatasku. Kudekatkan kepalaku kewajahnya lantas kucium dan kujilati pipinya, selanjutnya menyebar kekupingnya.
    Kumasukkan lidahku ke lubang telinga Fandi, hingga dia meronta meredam nafsunya. Jilatanku semakin turun kebawah sampai keputing susu kiri Fandi yang memiliki rambut, Kubelai dada Fandi yang sektor berotot sedang tangan kananku mainkan puting yang samping kiri. Mengelinjang Fandi mendapatkan sentuhan yang menusuk dititik riskannya yang menjalar nafsunya itu, Fandipun mengeluh dan mendesah.
    Aktivitasku makin menghangat dgn turunkan sapuan lidah sekalian tanganku menjalar keperut. Lantas kumainkan lubang pusar Fandi didesak kebawah dfan kesamping terus kulepaskan dan kubelai perut bawah Fandi hingga kemudian kekemaluan Fandi yang telah jadi membesar dan mengeras.
    Kuelus halus dgn jari lentikku tangkai kemaluan Fandi yang melawan ke atas, warna kemerahan kontras dgn kulit Fandi yang putih kepalanya juga sudah berbening air birahi.
    Menyaksikan kondisi yang telah menarik itu saya jadi tidak sabar dan selekasnya kutempelkan bibir hangatku kekepala kontol Fandi dgn penuh gelor gairah, kusapu kepala kontol dgn jeli, kuhisap lubang air seninya hingga membuat Fandi putar kepalanya kekiri dan kekanan, mendongkak-dongkakkan kepalanya meredam keikmatan yang benar-benar tidak ada tara, adapun tangannya menjambak kepalaku.
    “Buuu.. Dera nikmat darimu tidak tertahan.. Aku ingin memilikimu sepenuhnya,” Fandi mengeluh.
    Saya tidak menjawab, cuma lirikan mataku sekalian mengedipkannya satu ke Fandi yang sedang kelejotan. Sukmanya sedang terbang melayg kealam raya oleh embusan cinta birahi yang tinggi. Adapun tanganku memijit dan mengocaknya dgn irama yang perlahan dan makin cepat, sedangkan lidahku menjilat-jilati semua permukaan kepala kontol itu. Termasuk di bagian urat yang peka sisi atas sekalian kupijat-pijat dgn penuh gairah birahi.
    Sadar akan kondisi Fandi yang makin menaiki pucuk kepuasan dan aku juga sendiri sudah terangsang. Renyutan memekku sudah memengaruhi deburan darah badanku, kulepaskan kumulan kontol Fandi dan selekasnya kuposisikan badanku di atas badan Fandi menghadap kekakinya.
    Dan kumasukkan kontol Fandi yang keras dan menengang ke lubuk nikmatku. Selekasnya kuputar memompanya turun naik sekalian menekan dan memijat dgn otot memek semaksimal mungkin. Irama pergerakanpun kutambah sampai kecepatan optimal.
    Fandi berteriak, sedangkan aku juga terpusat nikmati dera kepuasan gesekan kontol Fandi yang menggesek G-spotku berkali-kali hingga memunculkan dera kepuasan yang sangat indah. Tangan Fandipun tidak tinggal diam diremasnya bokongku yang bundar montok cantik, dan dielus-elusnya anusku, sekalian nikmati dera goyanganku pada kontolnya. Dan pada akhirnya kami berdua berteriak.
    “Buu Dennook.. Saya tidak kuat kembali.. Beri kepuasan lebih kembali bu.. Renyutan diujung kontolku sudah tidak tertahan”

    “Ibu pandai… Ibu liaarr… Ibu membuatku melayg.. Saya ingin keluarr”.
    Lantas Fandi mintaku untuk putar tubuh manghadap pada dianya dan dibalikkannya badanku hingga. Saat ini saya ada di bawah badannya bersandarkan bantal tinggi, lantas Fandi meningkatkan ke-2 kakiku kebahunya selanjutnya dia bertimpuh di muka memekku. Sekalian mengayun dan memompa kontolnya dgn yang cepat dan kuat. Saya dapat menyaksikan bagaimana muka Fandi yang tidak kuat kembali akan renyutan diujung kontol yang makin mendesak seolah ingin meletus.
    “Buu… Pleaass.. See.. Saya akaan meleedaaakkh!”
    “Tungguu Fandi.. Orgasmeku jg mauu.. Tiba ssayaang.. Kita sama yaa..”
    Akhirnya… Croottt.. Croottt.. Croottt tidak tertahan kembali bendungan Fandi bobol memuntahkan spermanya di memekku. Bersama aku juga mendengus dan meneriakkan erangan kepuasan.
    Selekasnya lusuhbar bibir Fandi, kukulum dgn hangat dan kusodorkan lidahku ke rongga mulut Fandi. Kudekap tubuh Fandi yang sama melafalkanng, basah tubuh Fandi dgn peluh bersatu dgn peluhku. Lantas dia terkulai didadaku sekalian nikmati renyut memekku yang kuat menyongsong orgasme yang nikmat yang sejauh ini kurindui.
    Lantas Fandi membelai rambutku dgn penuh kasih-sayang selanjutnya mengecup keningku.
    “Buu.. terima kasih, i love you so much.. Terus beri kepuasan semacam ini bagiku ya..” Bisiknya halus.
    Saya cuma menggangguk perlahan-lahan, sesudah memberi kecupan selamat tidur saya merengkuhnya dan secara langsung lelap. Karena esok saya harus masuk kerja dan ada banyak yang lain penjelajahan penuh kepuasan yang akan kami lewati.

  • Video Bokep Eropa 3 balerina prima dientot 1 kontol gede

    Video Bokep Eropa 3 balerina prima dientot 1 kontol gede


    2695 views

  • Video Bokep Eropa nasehat dari ibu tiriku saat bermastrubasi

    Video Bokep Eropa nasehat dari ibu tiriku saat bermastrubasi


    2139 views

  • Teman Kantor Ku Yang Montok Dan Hot Sedang Sange

    Teman Kantor Ku Yang Montok Dan Hot Sedang Sange


    3100 views

    Duniabola99.com – Aku sudah berkeluarga dan dikaruniai anak 1 yang masih 2 tahun umurnya, perkenalkan namaku Citra usiaku saat ini 26 tahun, aku menikah dengan suamiku 4 tahun yang lalu, dimana suamiku itu sangat harmonis denganku dan pastinya romantis, kami bertemu di kantor suamiku team satu kerja denganku sampai sekarang. Dulunya aku tidak menaruh rasa simpati dengannya tapi namanya witing tresno jalaran seko kulino kata orang jawa.

    Terlalu keasikan pertemanan jadi kita memasuki area pacaran saat itu dan kami semakin kompak dalam menghadapi masalah saat waktu pacaran, aku tidak kwuatir kalau pulang malam karena suamiku itu setia setiap saat kalau aku pulang malam dia sering menjemput aku di kantor waluapun dia kadang pulang rumah dulu. Trus balik lagi untuk menjemput aku.

    Oh ya aku saat ini aku bekerja di bagian keuangan salah satu NGO asing yang menangani perpajakan sehingga banyak sekali tugasku menuntut aku harus banyak menghabiskan waktu untuk berhubungan dengan orang-orang pajak yang sudah menjadi rahasia umum sangat banyak tuntutan.

    Akupun jadi terbiasa menghadapi mereka dan tak jarang untuk dapat “melunakkan” hati mereka aku harus bersikap seluwes bahkan cenderung berpura-pura genit termasuk tampil agak seronok dengan tujuan supaya tugasku dapat selesai dengan mudah.

    Untungnya suamiku cukup bijaksana dan dapat memahami keberadaanku dengan memberikan kepercayaan 100% kepadaku.

    Ternyata keleluasaan ini justru membawa aku kedalam situasi yang sulit hingga akhirnya aku memasuki satu dunia yang belum pernah kukenal tapi gilanya aku jadi sulit untuk keluar dari dunia tersebut yaitu threesome sex.

    Awalnya ketika itu kantorku menjelang tutup buku dan seperti biasanya kesibukan kami di keuangan menjadi luar biasa tingginya sampai-sampai ada beberapa rekanku yang harus pulang kantor menjelang pagi.

    Aku sendiri tetap pada tugas utama yaitu merapihkan laporan-laporan pajak dengan dibantu oleh petugas-petugas pajak. Syukurlah kali ini yang ditugasi untuk konsolidasi ada 2 orang yang sudah tidak asing bagiku yaitu Iwan (26) dan Jaka (25) sehingga aku tidak perlu buang-buang waktu untuk beradoptasi dan menjelaskan kondisi kantorku.

    Kami janjian ketemu di Hertz Chicken untuk makan siang sekaligus berdiskusi awal menyepakati hal-hal apa yang harus dilakukan dan pembagian tugasnya. Karena sudah akrab kamipun menyelingi diskusi dengan senda gurau dan setelah itu kami lanjutkan pekerjaan inti di kantor mereka yang letaknya cukup jauh yaitu di Tanggerang. 3 hari pertama semua berlangsung normal, ketika memasuki hari ke 4 volume pekerjaan semakin serius sehingga tidak terasa sudah jam 8 malam.

    Sedangkan target selesai kerjaan kami hari ke 6 sudah harus dilaporkan.

    Akupun jadi gelisah sendiri dan rupanya Iwan menangkap gelagat itu dan mencoba membantuku mencari solusinya.

    “Bukan apa-apa Her, rumahku kan jauh sekali di Bogor sedangkan jam segini aku masih di Tanggerang”

    “Ya udah begini saja, bagaimana kalau Mbak Desy bermalam saja di cottage dekat kantor lalu besok pagi minta tolong suami Mbak Desy membawakan pakaian ke kantor. Tapi sekarang harus kasih tahu dulu sama suami supaya dia tidak gelisah nungguin,” usul Iwan

    “Boleh juga, usul diterima” sambutku gembira dan mengangkat tangan untuk TOSH dengan Iwan.

    Segera kutelpon suamiku R yang sedang berada di luar kota untuk minta ijin dan R menyetujui bahkan menyuruhku supaya mentuntaskan. Setelah makan malam nasi goreng di kantor akupun minta tolong Iwan mengantarku ke cottage yang dimaksud. Setiba disana ternyata tempatnya cukup menyenangkan karena tersedia ruang tamu dan 2 kamar ditambah lagi hari itu ada rate khusus berkenaan dengan ulang tahun cottage tersebut. Melihat itu spontan aku langsung setuju bahkan menyesali kenapa tidak dari awal saja disini.

    “Tahu begitu kita kerja disini saja lebih enak”

    Rupanya reaksiku ini disambut oleh Iwan, “kalau begitu bagaimana kalau kita melanjutkan tugas kita disini supaya aku dan Jaka enggak perlu repot-repot karena disini kan bisa sekalian mandi lalu tidur, mumpung kamarnya dua.. gimana Mbak?”

    “Boleh saja,” jawabku pendek tapi dalam hati menyesali spontanitasku tadi karena berarti malam ini aku akan berada bersama 2 laki-laki dalam satu atap rumah.

    Namun keraguanku pupus karena aku berusaha berpikir positif, toh kita nggak akan macam-macam karena kamar kami terpisah, kalaupun terjadi apa-apa atas diriku aku bisa berteriak. Ah, jahatnya hati ini.. kalau dilihat dari sikap dan penampilan mereka yang intelek mana mungkinlah mereka mau berbuat macam-macam.

    Tak lama kemudian Jakapun datang dengan membawa beberapa tumpuk order dan meletakkan di meja makan yang rencananya akan kami jadikan meja kerja. Untuk menghilangkan rasa lelah aku memutuskan untuk berendam di kamarku yang juga dilengkapi dengan kamar mandi.

    Tapi baru kusadar aku tidak membawa pakaian, untunglah aku membawa kaos mirip singlet dan kebetulan dibalik celana panjang yang kupakai aku juga mengenakan celana sport stretch hitam sebatas diatas lutut. Masalah lain adalah aku hanya membawa CD yang menempel.. Duh bagaimana ya..

    Akhirnya aku dapat ide untuk mencuci CD itu dan menjemur di kamar mandi dengan harapan besok pagi sudah kering. Sebagai pengganti CD aku melapisi kemaluanku dengan panty liner yang kutempelkan langsung di celana. Beress.. Kan??

    Lalu mandilah aku dengan air panas yang sudah kuatur sesuai selera. Usai mandi akupun berbusana seperti yang sudah aku pikirkan dan ketika keluar kamar kulihat Iwan dan Jaka sudah segar karena mereka juga sudah mandi dan seolah sudah janjian mereka sama-sama mengenakan celana pendek, tapi bagian atasnya hanya Iwan yang mengenakan kaos singlet sedangkan Jaka bertelanjang dada saja membiarkan dadanya yang bidang berotot dan berbulu itu terpampang membuat darahku sedikit berdesir.

    “Maaf Mbak Desy aku terpaksa tidak pakai apa-apa karena tadi waktu mau mandi bajuku jatuh dari kapstok sehingga basah”

    Jaka berusaha menjelaskan dan menutupi rasa saltingnya karena mataku menatap tajam.

    “O ya, tapi sudah dijemur kan?” tanyaku basa basi.

    “Sudah sih,” jawab Jaka sambil pura-pura sibuk dengan kerjaannya lagi.

    “Ah, bilang aja mau pamer bulu sama Mbak Desy.. ck, ck, ck.. Di kampungnya aja segitu banyak apalagi di kotanya.. ha, ha, ha” ganggu Iwan sambil melirik ke aku dan kulihat Jaka semakin malu.

    Rupanya introduksinya Iwan tidak berhenti disitu karena akhirnya kami kembali bersenda gurau yang selanjutnya topikpun beralih serius menjadi diskusi tukar pikiran seputar hal-hal yang sangat pribadi dan kamipun tenggelam asik dalam pembicaraan tentang teknik-teknik ML.

    Dari situ baru kuketahui dari kisah-kisah mereka ternyata Iwan sangat piawai dalam teknik sex. Iwan terus bercerita tentang pengalamannya dengan beberapa teman gadisnya yang menurut pengakuannya cewek-cewek itu sangat tergila-tergila dengan permainannya.

    Lain halnya dengan Jaka yang lebih banyak mendengarkan tapi tanpa sadar Jaka sudah menutupi bagian auratnya dengan bantal, mungkin malu kalau ketahuan “adik”nya sudah meronta-ronta.

    Semula aku bertahan untuk tidak menceritakan pengalamanku, tapi karena Iwan pandai memanfaatkan suasana akhirnya kuceritakan juga apa saja yang aku dan suamiku pernah lakukan tapi masih dalam batas yang sopan karena itu hal yang tabu untuk disampaikan kepada orang lain apalagi lawan jenis dan bukan suami sendiri.

    Lama kelamaan level cerita kamipun meningkat, aku sudah semakin berani menyampaikan hal yang sekecil-kecilnya tentang apa saja yang masing aku dan suamiku sukai. Begitu juga dengan Jaka yang berhasil dibuat mengaku kalau ternyata selama ini mengalami minder akibat bawaan lahir karena memiliki penis yang sangat besar. Dengan tetap berusaha keras mengendalikan hormon wanitaku aku berusaha untuk menghibur Jaka.

    “Ah, kenapa harus minder.. Justru seharusnya bangga dong. Seperti aku, maaf kata nih, aku suka minder karena memiliki rambut yang berlebihan. kalau laki-laki seperti kamu sih nggak apa-apa, tapi aku suka kuatir suamiku tidak menyukainya. Buktinya setiap aku memintanya untuk mengoral selalu ditolak halus, tapi jangan salah.. Dia selalu puas dengan coitus kami.”

    Hari semakin malam dan topik diskusi kami semakin panas dan kamipun sudah berpindah ke sofa. Ketika kami membahas threesome sex dan entah sadar atau tidak sambil bercerita posisi duduk sudah tak karuan.

    Aku bersandar di pegangan sofa dengan kaki diatas pangkuan Iwan dan kaki sebelah berjuntai ke karpet dimana Jaka duduk dilantai sambil menikmati Iwan yang memijat betis indahku dengan bulu-bulu halus yang tumbuh rapih disitu dan Jaka memijit telapak kakiku yang putih bersih dengan kuku dilapisi kutex transparan.

    Begitu nikmat sensasi pijatan yang mereka berdua lakukan akhirnya aku merasa melayang apalagi pijitan Iwan sudah naik ke arah pahaku dan aku ingat aku hanya mengangguk dengan mata terpejam ketika Iwan dan Jaka melepaskan celana sportku dengan alasan untuk memudahkan pemijitan dan lupa kalau itulah pertahananku terakhir. Ketika kubuka mata untuk mencegah upaya mereka tapi ternyata terlambat karena celana itu baru saja terlepas dari ujung kakiku.

    “Duh.. Kalian ini.. Aku jadi malu”

    Tapi mereka tidak menggubris sebab mereka sudah asik masing-masing dengan kakiku.. Dan aku semakin bergumul dengan diri ini antara menolak dan sebaliknya.. Yang kesimpulannya aku dengan perlahan dan sambil menggoyang-goyangkan pinggul akibat sensasi yang begitu hebat membuka kakiku terbuka lebar-lebar dan melupakan rasa malu karena telah memamerkan bagian dari wanita yang mestinya aku tutupi dan hanya dapat dibuka didepan suamiku.

    Tapi peraturan itu seolah tidak berlaku karena dibawah selangkanganku sana dua lelaki muda sedang menggeluti pahaku dan.. Oow mereka tiba-tiba berubah seperti hewan lapar sedang rebutan makanan dan begitulah mereka sedang saling dorong untuk bisa melahap kemaluanku.

    Dan akhirnya Jaka mengalah membiarkan Iwan melahap kemaluanku dengan rakusnya, selanjutnya giliran Jaka yang berbeda dari Iwan.. Lebih lembut tapi oougghh seluruh permukaan kemaluanku terasa dikunyah, penasaran mau tahu apa yang sedang Jaka lakukan, kubuka mata dan kulihat mulutnya yang ditumbuhi janggut dan kumis tebal itu telah menutupi kemaluanku membuat aku kegelian hebat serta tiba-tiba kurasakan ada sesuatu yang mendesak dari bagian bawahku yang ternyata cairan kewanitaanku mengalir deras memenuhi rongga kemaluanku.

    Setelah puas menggeluti kemaluanku Iwan mengambil handuk dan menyeka kemaluanku.. Dan mengambil sesuatu yang ternyata krim cukur jenggot dan shaver.. Aku tahu apa yang akan Iwan lakukan tapi akibat kenikmatan oral sex itu aku seperti tidak berdaya dan tetap telentang dengan posisi mengangkang.

    “Iwan apa yang mau kamu lakukan??”

    Tapi pertanyaanku tidak digubris malah Iwan memberi kode kepada Jaka yang kemudian Jaka menghampiriku dan didepan mataku dia menurunkan celana pendeknya.. Dan wow.. Batang kemaluan Jaka ternyata sudah memuai sampai sebesar tangan bayi.. Dengan tetap lembut Jaka menyodorkan Super Dicknya ke mulutku sehingga mulutku sekarang penuh sesak dengan penis milik Jaka sementara dibawah sana Iwan rupanya asik mencukuri kemaluanku.. Semua proses itu berlangsung kira-kira 15 menit dan ketika “pekerjaan” Iwan selesai Jakapun mencabut penisnya dari mulutku.

    Ketika kutengok kemaluanku sudah licin memerah.. Setelah membersihkan sofa dari bulu-buluku Iwan memulai tugas lainnya, penisnya yang tidak kalah besarnya dari milik Jaka segera melompat dari celana pendeknya.

    Sehingga yang terlihat sekarang 3 insan berlawanan jenis sudah polos tidak mengenakan apa-apa terlebih aku sudah seperti bayi karena kemaluanku sudah tidak ditumbuhi bulu lagi dan sedang digosok-gosok oleh batang kemaluan Iwan sampai cairanku keluar seolah menyatakan siap untuk menyambut penis Iwan yang besar dan penuh urat.

    “Sshh..”

    Hanya desisan itu yang keluar dari mulutku ketika kepala cendawan itu menerobos perlahan kewanitaanku yang selama ini hanya digunakan oleh suamiku R. Secara naluri mulutku terbuka lebar ketika kurasakan batang kemaluan Iwan sudah tertanam seluruhnya di dalam liang senggamaku.

    Setelah beberapa saat didiamkan yang ada dibenakku adalah betapa sesaknya kemaluanku dan gatalnya minta ampun sehingga tanpa sadar pinggulku bergoyang yang disambut dengan genjotan Iwan..

    Selang beberapa lama Iwan tiba-tiba membalikkan tubuh kami dengan penis masih tetap tertanam sehingga sekarang aku berada diatas Iwan memberiku kesempatan untuk mencari sensasi sendiri.. Hal ini berlangsung cukup lama entah sudah berapa kali aku orgasme.

    Tak lama kurasakan bokongku ada memukul-mukul pelan, ketika kutengok ternyata Jaka sedang dalam posisi tegak dibelakangku dan mengoleskan baby oil ke anusku.. Selanjutnya yang terjadi adalah kenyataan 2 penis besar mereka sudah tertanam dalam tubuhku.. Luar biasa nikmatnya sampai akhirnya merekapun ejakulasi dan menumpahkan di wajahku.

    Setelah itu kami bertiga tertidur pulas dan pagi-pagi kami bangun melanjutkan pekerjaan yang tersisa. Bedanya dengan kemarin-kemarin adalah sekarang kami bekerja tanpa sehelai benangpun dan bila sudah mulai bosan kami selingi dengan persetubuhan.. Kadang aku melayani sekaligus berdua, kadang satu-satu dan sementara salah satu dari mereka tetap bekerja.

    Lucu memang.. Tapi itulah pengalaman dahsyat yang aku alami dan membuat aku jadi sekarang jadi ketagihan.. Malah aku pernah melayani Iwan dan Jaka ditambah 3 orang temannya yang lain.

    Luar biasa.. Benar-benar aku sudah punya dunia sendiri diluar ijin suamiku.

  • Video bokep Misaki Tsubasa dengan pacarnya badan penuh keringat kenikmatan

    Video bokep Misaki Tsubasa dengan pacarnya badan penuh keringat kenikmatan


    2485 views

  • Kisah Memek Main Seks Swinger Dengan Tetangga

    Kisah Memek Main Seks Swinger Dengan Tetangga


    2543 views

    Duniabola99.com – Kurasa tidak perlu aku ceritakan tentang nama dan asalku, serta tempat dan alamatku sekarang. Usiaku sekarang sudah mendekati empat puluh tahun, kalau dipikir-pikir seharusnya aku sudah punya anak, karena aku sudah menikah hampir lima belas tahun lamanya. Walaupun aku tidak begitu ganteng, aku cukup beruntung karena mendapat isteri yang menurutku sangat cantik. Bahkan dapat dikatakan dia yang tercantik di lingkunganku, yang biasanya menimbulkan kecemburuan para tetanggaku. Isteriku bernama Resty.


    Ada satu kebiasaanku yang mungkin jarang orang lain miliki, yaitu keinginan sex yang tinggi. Mungkin para pembaca tidak percaya, kadang-kadang pada siang hari selagi ada tamu pun sering saya mengajak isteri saya sebentar ke kamar untuk melakukan hal itu. Yang anehnya, ternyata isteriku pun sangat menikmatinya.

    Walaupun demikian saya tidak pernah berniat jajan untuk mengimbangi kegilaanku pada sex. Mungkin karena belum punya anak, isteriku pun selalu siap setiap saat. Kegilaan ini dimulai saat hadirnya tetangga baruku, entah siapa yang mulai, kami sangat akrab. Atau mungkin karena isteriku yang supel, sehingga cepat akrab dengan mereka. Suaminya juga sangat baik, usianya kira-kira sebaya denganku. Hanya isterinya, woow busyet.., selain masih muda juga cantik dan yang membuatku gila adalah bodynya yang wah, juga kulitnya sangat putih mulus.

    Mereka pun sama seperti kami, belum mempunyai anak. Mereka pindah ke sini karena tugas baru suaminya yang ditempatkan perusahaannya yang baru membuka cabang di kota tempatku. Aku dan isteriku biasa memanggil mereka Mas Agus dan Mbak Rini. Selebihnya saya tidak tahu latar belakang mereka. Boleh dibilang kami seperti saudara saja karena hampir setiap hari kami ngobrol, yang terkadang di teras rumahnya atau sebaliknya. Pada suatu malam, saya seperti biasanya berkunjung ke rumahnya, setelah ngobrol panjang lebar, Agus menawariku nonton


    VCD blue yang katanya baru dipinjamnya dari temannya. Aku pun tidak menolak karena selain belum jauh malam kegiatan lainnya pun tidak ada. Seperti biasanya, film blue tentu ceritanya itu-itu saja. Yang membuatku kaget, tiba-tiba isteri Agus ikut nonton bersama kami. “Waduh, gimana ini Gus..? Nggak enak nih..!” “Nggak apa-apalah Mas, toh itu tontonan kok, nggak bisa dipegang. Kalau Mas nggak keberatan, Mbak Res diajak sekalian.” katanya menyebut isteriku. Aku tersinggung juga waktu itu. Tapi setelah kupikir-pikir, apa salahnya? Akhirnya aku pamit

    sebentar untuk memanggil isteriku yang tinggal sendirian di rumah. “Gila kamu..! Apa enaknya nonton gituan kok sama tetangga..?” kata isteriku ketika kuajak. Akhirnya aku malu juga sama isteriku, kuputuskan untuk tidak kembali lagi ke rumah Agus. Mendingan langsung tidur saja supaya besok cepat bangun. Paginya aku tidak bertemu Agus, karena sudah lebih dahulu berangkat. Di teras rumahnya aku hanya melihat isterinya sedang minum teh.

    Ketika aku lewat, dia menanyaiku tentang yang tadi malam. Aku bilang Resty tidak mau kuajak sehingga aku langsung saja tidur. Mataku jelalatan menatapinya. Busyet.., dasternya hampir transparan menampakkan lekuk tubuhnya yang sejak dulu menggodaku. Tapi ah.., mereka kan tetanggaku. Tapi dasar memang pikiranku sudah

    tidak beres, kutunda keberangkatanku ke kantor, aku kembali ke rumah menemui isteriku. Seperti biasanya kalau sudah begini aku langsung menarik isteriku ke tempat tidur. Mungkin karena sudah biasa Resty tidak banyak protes. Yang luar biasa adalah pagi ini aku benar-benar gila. Aku bergulat dengan isteriku seperti kesetanan. Kemaluan Resty kujilati sampai tuntas, bahkan kusedot sampai isteriku menjerit. Edan, kok aku sampai segila ini ya, padahal hari masih pagi.Tapi hal itu tidak terpikirkan olehku lagi. Isteriku sampai terengah-engah menikmati apa yang


    kulakukan terhadapnya. Resty langsung memegang kemaluanku dan mengulumnya, entah kenikmatan apa yang kurasakan saat itu. Sungguh, tidak dapat kuceritakan. “Mas.., sekarang Mas..!” pinta isteriku memelas. Akhirnya aku mendekatkan kemaluanku ke lubang kemaluan Resty. Dan tempat tidur kami pun ikut bergoyang. Setelah kami berdua sama-sama tergolek, tiba-tiba isteriku bertanya, “Kok Mas tiba-tiba nafsu banget sih..?” Aku diam saja

    karena malu mengatakan bahwa sebenarnya Rini lah yang menaikkan tensiku pagi ini. Sorenya Agus datang ke rumahku, “Sepertinya Mas punya kelainan sepertiku ya..?” tanyanya setelah kami berbasa-basi. “Maksudmu apa Gus..?” tanyaku heran. “Isteriku tadi cerita, katanya tadi pagi dia melihat Mas dan Mbak Resty bergulat setelah ngobrol dengannya.” Loh, aku heran, dari mana Rini nampak kami melakukannya? Oh iya, baru kusadari ternyata jendela kamar kami saling berhadapan. Agus langsung menambahkan, “Nggak usah malu Mas, saya juga maniak Mas.” katanya tanpa malu-malu. “Begini saja Mas,” tanpa harus memahami perasaanku, Agus langsung

    melanjutkan, “Aku punya ide, gimana kalau nanti malam kita bikin acara..?” “Acara apa Gus..?” tanyaku penasaran. “Nanti malam kita bikin pesta di rumahmu, gimana..?” “Pesta apaan..? Gila kamu.” “Pokoknya tenang aja Mas, kamu cuman nyediain makan dan musiknya aja Mas, nanti minumannya saya yang nyediain. Kita berempat aja, sekedar refresing ajalah Mas, kan Mas belum pernah mencobanya..?” Malamnya, menjelang pukul 20.00, Agus bersama isterinya sudah ada di rumahku. Sambil makan dan minum, kami ngobrol tentang masa muda kami. Ternyata ada


    persamaan di antara kami, yaitu menyukai dan cenderung maniak pada sex. Diiringi musik yang disetel oleh isteriku, ada perasaan yang agak aneh kurasakan. Aku tidak dapat menjelaskan perasaan apa ini, mungkin pengaruh minuman yang dibawakan Agus dari rumahnya. Tiba-tiba saja nafsuku bangkit, aku mendekati isteriku dan menariknya ke pangkuanku. Musik yang tidak begitu kencang terasa seperti menyelimuti pendengaranku. Kulihat Agus juga menarik isterinya dan menciumi bibirnya. Aku semakin terangsang, Resty juga semakin bergairah. Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini. Tidak berapa lama Resty sudah telanjang bulat, entah kapan aku menelanjanginya. Sesaat aku merasa bersalah, kenapa aku melakukan hal ini di depan orang lain, tetapi kemudian

    hal itu tidak terpikirkan olehku lagi. Seolah-olah nafsuku sudah menggelegak mengalahkan pikiran normalku. Kuperhatikan Agus perlahan-lahan mendudukkan Rini di meja yang ada di depan kami, mengangkat rok yang dikenakan isterinya, kemudian membukanya dengan cara mengangkatnya ke atas. Aku semakin tidak karuan memikirkan kenapa hal ini dapat terjadi di dalam rumahku. Tetapi itu hanya sepintas, berikutnya aku sudah menikmati permainan itu. Rini juga tinggal hanya mengenakan BH dan celana dalamnya saja, dan masih duduk di atas meja dengan lutut tertekuk dan terbuka menantang. Perlahan-lahan Agus membuka BH Rini, tampak dua bukit putih mulus menantang menyembul setelah penutupnya terbuka. “Kegilaan apa lagi ini..?” batinku. Seolah-olah

    Agus mengerti, karena selalu saya perhatikan menawarkan bergantian denganku. Kulihat isteriku yang masih terbaring di sofa dengan mulut terbuka menantang dengan nafas tersengal menahan nafsu yang menggelora, seolah-olah tidak keberatan bila posisiku digantikan oleh Agus. Kemudian kudekati Rini yang kini tinggal hanya mengenakan celana dalam. Dengan badan yang sedikit gemetar karena memang ini pengalaman pertamaku

    melakukannya dengan orang lain, kuraba pahanya yang putih mulus dengan lembut. Sementara Agus kulihat semakin beringas menciumi sekujur tubuh Resty yang biasanya aku lah yang melakukannya. Perlahan-lahan jari-jemariku mendekati daerah kemaluan Rini. Kuelus bagian itu, walau masih tertutup celana dalam, tetapi aroma khas kemaluan wanita sudah terasa, dan bagian tersebut sudah mulai basah. Perlahan-lahan kulepas celana


    dalamnya dengan hati-hati sambil merebahkan badannya di atas meja. Nampak bulu-bulu yang belum begitu panjang menghiasi bagian yang berada di antara kedua paha Rini ini. “Peluklah aku Mas, tolonglah Mas..!” erang Rini seolah sudah siap untuk melakukannya. Tetapi aku tidak melakukannya. Aku ingin memberikan kenikmatan yang betul-betul kenikmatan kepadanya malam ini. Kutatapi seluruh bagian tubuh Rini yang memang betul-betul sempurna. Biasanya aku hanya dapat melihatnya dari kejauhan, itu pun dengan terhalang pakaian. Berbeda kini

    bukan hanya melihat, tapi dapat menikmati. Sungguh, ini suatu yang tidak pernah terduga olehku. Seperti ingin melahapnya saja. Kemudian kujilati seluruhnya tanpa sisa, sementara tangan kiriku meraba kemaluannya yang ditumbuhi bulu hitam halus yang tidak begitu tebal. Bagian ini terasa sangat lembut sekali, mulut kemaluannya sudah mulai basah. Perlahan kumasukkan jari telunjukku ke dalam. “Sshh.., akh..!” Rini menggelinjang nikmat.

    Kuteruskan melakukannya, kini lebih dalam dan menggunakan dua jari, Rini mendesis. Kini mulutku menuju dua bukit menonjol di dada Rini, kuhisap bagian putingnya, tubuh Rini bergetar panas. Tiba-tiba tangannya meraih kemaluanku, menggenggam dengan kedua telapaknya seolah takut lepas. Posisi Rini sekarang berbaring miring, sementara aku berlutut, sehingga kemaluanku tepat ke mulutnya. Perlahan dia mulai menjilati kemaluanku. Gantian badanku sekarang yang bergetar hebat. Rini memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. Ya ampun, hampir aku

    tidak sanggup menikmatinya. Luar biasa enaknya, sungguh..! Belum pernah kurasakan seperti ini. Sementara di atas Sofa Agus dan isteriku seperti membentuk angka 69. Resty ada di bawah sambil mengulum kemaluan Agus, sementara Agus menjilati kemaluan Resty. Napas kami berempat saling berkejaran, seolah-olah melakukan perjalanan panjang yang melelahkan. Bunyi Music yang entah sudah beberapa lagu seolah menambah semangat kami. Kini tiga jari kumasukkan ke dalam kemaluan Rini, dia melenguh hebat hingga kemaluanku terlepas dari


    mulutnya. Gantian aku sekarang yang menciumi kemaluannya. Kepalaku seperti terjepit di antara kedua belah pahanya yang mulus. Kujulurkan lidahku sepanjang-panjangnya dan kumasukkan ke dalam kemaluannya sambil kupermainkan di dalamnya. Aroma dan rasanya semakin memuncakkan nafsuku. Sekarang Rini terengah-engah dan kemudian menjerit tertahan meminta supaya aku segera memasukkan kemaluanku ke lubangnya. Cepat-cepat

    kurengkuh kedua pahanya dan menariknya ke bibir meja, kutekuk lututnya dan kubuka pahanya lebar-lebar supaya aku dapat memasukkan kemaluanku sambil berjongkok. Perlahan-lahan kuarahkan senjataku menuju lubang milik Rini. Ketika kepala kemaluanku memasuki lubang itu, Rini mendesis, “Ssshh.., aahhk.., aduh enaknya..! Terus Mas, masukkan lagi akhh..!” Dengan pasti kumasukkan lebih dalam sambil sesekali menarik sedikit dan mendorongnya lagi. Ada kenikmatan luar biasa yang kurasakan ketika aku melakukannya. Mungkin karena selama ini aku hanya

    melakukannya dengan isteriku, kali ini ada sesuatu yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Tanganku sekarang sudah meremas payudara Rini dengan lembut sambil mengusapnya. Mulut Rini pun seperti megap-megap kenikmatan, segera kulumat bibir itu hingga Rini nyaris tidak dapat bernapas, kutindih dan kudekap sekuat-kuatnya hingga Rini berontak. Pelukanku semakin kuperketat, seolah-olah tidak akan lepas lagi. Keringat sudah membasahi seluruh tubuh kami. Agus dan isteriku tidak kuperhatikan lagi. Yang kurasakan sekarang adalah sebuah petualangan

    yang belum pernah kulalui sebelumnya. Pantatku masih naik turun di antara kedua paha Rini. Luar biasa kemaluan Rini ini, seperti ada penyedot saja di dalamnya. Kemaluanku seolah tertarik ke dalam. Dinding-dindingnya seperti lingkaran magnet saja. Mata Rini merem melek menikmati permainan ini. Erangannya tidak pernah putus, sementara helaan napasnya memburu terengah-engah.Posisi sekarang berubah, Rini sekarang membungkuk menghadap meja sambil memegang kedua sisi meja yang tadi tempat dia berbaring, sementara saya dari


    belakangnya dengan berdiri memasukkan kemaluanku. Hal ini cukup sulit, karena selain ukuran kemaluanku lumayan besar, lubang kemaluan Rini juga semakin ketat karena membungkuk. Kukangkangkan kaki Rini dengan cara melebarkan jarak antara kedua kakinya. Perlahan kucoba memasukkan senjataku. Kali ini berhasil, tapi Rini melenguh nyaring, perlahan-lahan kudorong kemaluanku sambil sesekali menariknya. Lubangnya terasa sempit sekali. Beberapa saat, tiba-tiba ada cairan milik Rini membasahi lubang dan kemaluanku hingga terasa nikmat

    sekarang. Kembali kudorong senjataku dan kutarik sedikit. Goyanganku semakin lincah, pantatku maju mundur beraturan. Sepertinya Rini pun menikmati gaya ini. Buah dada Rini bergoyang-goyang juga maju-mundur mengikuti irama yang berasal dari pantatku. Kuremas buah dada itu, kulihat Rini sudah tidak kuasa menahan sesuatu yang tidak kumengerti apa itu. Erangannya semakin panjang. Kecepatan pun kutambah, goyangan pinggul Rini semakin kuat. Tubuhku terasa semakin panas. Ada sesuatu yang terdorong dari dalam yang tidak kuasa aku menahannya.

    Sepertinya menjalar menuju kemaluanku. Aku masih berusaha menahannya. Segera aku mencabut kemaluanku dan membopong tubuh Rini ke tempat yang lebih luas dan menyuruh Rini telentang di bentangan karpet. Secepatnya aku menindihnya sambil menekuk kedua kakinya sampai kedua ujung lututnya menempel ke perut, sehingga kini tampak kemaluan Rini menyembul mendongak ke atas menantangku. Segera kumasukkan senjataku kembali ke

    dalam lubang kemaluan Rini. Pantatku kembali naik turun berirama, tapi kali ini lebih kencang seperti akan mencapai finis saja. Suara yang terdengar dari mulut Rini semakin tidak karuan, seolah menikmati setiap sesuatu yang kulakukan padanya. Tiba-tiba Rini memelukku sekuat-kuatnya. Goyanganku pun semakin menjadi. Aku pun berteriak sejadinya, terasa ada sesuatu keluar dari kemaluanku. Rini menggigit leherku sekuat-kuatnya, segera

    kurebut bibirnya dan menggigitnya sekuatnya, Rini menjerit kesakitan sambil bergetar hebat. Mulutku terasa asin, ternyata bibir Rini berdarah, tapi seolah kami tidak memperdulikannya, kami seolah terikat kuat dan berguling-guling di lantai. Di atas sofa Agus dan isteriku ternyata juga sudah mencapai puncaknya. Kulihat Resty tersenyum puas. Sementara Rini tidak mau melepaskan kemaluanku dari dalam kemaluannya, kedua ujung tumit kakinya masih menekan kedua pantatku. Tidak kusadari seluruh cairan yang keluar dari kemaluanku masuk ke liang milik


    Rini. Kulihat Rini tidak memperdulikannya. Perlahan-lahan otot-ototku mengendur, dan akhirnya kemaluanku terlepas dari kemaluan Rini. Rini tersenyum puas, walau kelelahan aku pun merasakan kenikmatan tiada tara. Resty juga tersenyum, hanya nampak malu-malu. Kemudian memunguti pakaiannya dan menuju kamar mandi. Hingga saat ini peristiwa itu masih jelas dalam ingatanku. Agus dan Rini sekarang sudah pindah dan kembali ke Jakarta.

    Sesekali kami masih berhubungan lewat telepon. Mungkin aku tidak akan pernah melupakan peristiwa itu. Pernah suatu waktu Rini berkunjung ke rumah kami, kebetulan aku tidak ada di rumah. Dia hanya ketemu dengan isteriku. Seandainya saja..

  • Kisah Memek Di Perkosa Penjaga Kost

    Kisah Memek Di Perkosa Penjaga Kost


    3402 views

    Duniabola99.com – Cerita ini tentang penjaga kos yang memperkosa anak kos kosan, salah satu anak kos yang bernama Windy dia adalah mahasiswi di salah satu PTN Bandung, saat ini dia masih semster 6, dia rajin belajar hingga belajar kelompok sampai malam hari, saat itu waktu sudah menunjukan jam 11 malam, padahal gerbang kos sudah tertutup dua jam yang lalu.


    Saat mencari kunci yang ada ditasnya dia disapa oleh penjaga kos yang bernama Pak Heri, “neng Windy baru pulang atuh jam segini?” eh Pak Hei iya nih Pak habis ngerjain tugas kelompok soalnya besok dikumpulin, samil berjalan menuju kamarnya Windy teringat bahwa lampu kamarnya mati dan belum sempat untuk mengganti.
    Teriak Windy kepada Pak Heri “Pakk Heri minta tolong dong” dengan nada yang agak keras karena kamar dan pos jaga lumayan jauh jaraknya, Pak Heri pun medatangi kekamar Windy ”ada apa neng kok teriak teriak”
    “ini Pak boleh minta tolong untuk beliin lampu, soalnya saya lupa beli waktu keluar tadi”
    Jawab Pak Heri “sini aku belikan neng warung didepan masih buka kok” Windy mengeluarkan selembar uang 20rb. “Beli yang bagus ya Pak. Kembaliannya ambil saja.”
    “Sip, Neng.”, Ujar Pak Heri sambil mengambil uang dan berjalan pergi.
    “Oia, Pak. Tolong sekalian dipasang ya Pak. Langit-langitnya tinggi. Saya mau mandi, nanti langsung masuk saja. Pintunya ga dikunci.”
    Pak Heri mengangguk sambil terus berjalan. Pak Heri berusia sekitar 50 tahun. Pipinya yang tirus membuatnya terlihat tua. Selain menjadi penjaga kosan, Ia juga bertani di sawah belakang kosan. Itu sebabnya warna kulitnya terlihat sangat gelap kecoklatan. Windy memasuki kamar, menutup pintu, dan mulai membuka pakaiannya satu persatu.

    Ia membuka kaos dan jins yang dipakainya sejak pagi hari. Melemparkannya ke tumpukan pakaian kotor. Dengan BH dan celana dalam Windy berjalan ke kamar mandi kemudian menyalakan keran air. Pintu kamar mandi ditutup.
    Windy melepas BH dan celana dalam, meletakkannya di ember yang khusus disediakan untuk pakaian dalam.
    Ia mulai mengguyurkan air dari ujung kepala. Segar sekali rasanya ketika tetesan-tetesan air membasuh rambut, wajah, leher, pundak, dan payudaranya. Beberapa tetesan kecil menyentuh puting Windy yang berwarna merah muda.

    Ia kembali mengguyur tubuhnya, kali ini air membasuh perut, paha, dan bongkahan pantat Windy yang begitu mulus berwarna putih bersih. Sedikit tetesan air dengan genitnya menjalar ke selangkangan Windy, menyapu kulit vagina yang tembam, merangsek ke sela-sela vagina seperti sebuah lidah yang ingin menjilat klitoris.
    Windy mulai membersihkan tubuhnya dengan sabun cair. Dioleskan sabun cair di dada dan payudaranya. Ia menggosok perlahan sambil mengelus-elus payudaranya. Tiba-tiba darahnya mengalir lebih cepat. Ada gelombang nafsu yang mulai menguak dari dalam diri Windy.

    Tidak biasanya Ia menjadi nafsu karena sentuhan tangannya sendiri, mungkin karena sudah 1 bulan lebih tidak ada yang merambah tubuh indahnya. Elusan tangan kanan ke payudaranya mulai berubah menjadi remasan, sementara tangan kirinya bergerak menyentuh vagina yang sudah tidak sabar ingin dimanja. “Mmpphhhh…” eluh Windy keluar dari mulutnya.


    Sudah lebih dari 1 bulan yang lalu Windy putus dengan Jaka. Laki-laki kedua yang pernah bersetubuh dengan Windy. Windy mengakui bahwa Jaka lebih pintar dalam urusan sex ketimbang pacar pertamanya.
    Dan itu yang membuat Windy selalu ingin bersama Jaka, hingga suatu hari Windy mengetahui ternyata jaka berselingkuh. Mengingat kejadian perselingkuhan Jaka, seketika itu emosi Windy muncul. Nafsu yang melanda sebelumnya hilang begitu saja. Windy bersegera menyelesaikan mandinya. Ia membasuh sabun-sabun di tubuhnya.
    Saat ingin mengeringkan tubuh dengan handuk, Windy baru tersadar handuknya tidak ada. Ia biasa melakukan hal seperti ini – tidak membawa handuk ke kamar mandi. Windy membuka pintu kamar mandi. Dengan sangat terkejut, Windy melihat sosok seorang pria tua, berwajah tirus, berkulit coklat tua, sedang duduk di ranjang sambil melihat tubuh Windy yang tanpa busana.

    Tubuh Windy kaku tak bergerak akibat syok, wajahnya memerah karena malu. Sementara Pak Heri masih terus menatap Windy. Tubuh Windy yang masih basah terlihat kemilau akibat pantulan cahaya. Payudaranya membusung, meneteskan air tepat dari puting merah mudanya. Dari vaginanya yang seolah mengintip Pak Heri terlihat mengucurkan air sisa pembersihan tubuh Windy. Windy berusaha menguasai kembali tubuhnya. Setelah kesadarannya pulih, dengan cepat Windy kembali masuk ke kamar mandi. Menutup rapat pintu kamar mandinya.
    “Ma… maaf Pak. Saya lupa handuknya. Bisa tolong ambilkan di meja?” minta Windy dengan suara gemetar. Klek.. Windy seperti mendengar suara pintu terkunci. Suaranya begitu samar hingga ia tidak yakin betul.
    “Ini, Neng.” Ujar Pak Heri dari balik pintu kamar mandi.
    Windy membuka sedikit celah kamar mandi, menjulurkan tangannya mengambil handuk dari tangan Pak Heri. Ia segera mengeringkan tubuhnya.

    Windy keluar berbalut handuk – yang sialnya adalah handuk kecil. Handuk yang ia kenakan tidak mampu melilit seluruh tubuhnya. Ujung handuk ia pegang dengan tangan kiri, sementara sedikit celah memperlihatkan pinggul dan paha Windy.

    Dada Windy pun tidak tertutup dengan baik, belahan indah payudara dan sedikit tepian puting berwarna merah muda mencuat begitu menggoda. Handuk bagian bawah hanya menutupi sekitar 5 cm ke bawah dari vagina Windy. Windy berjalan perlahan, mata Pak Heri tidak sedetik pun lepas dari tubuh Windy.
    “Ee.. Neng, itu lampunya sudah saya pasang.” Ujar Pak Heri sambil berdiri memecah kebisuan.
    “Iya, pakk..” jawab Windy pelan, “Maaf Pak, saya mau pakai baju.” Lanjut Windy, berharap Pak Heri sadar untuk meninggalkan kamarnya.


    “Oh, iya Neng. Tapi saya boleh pinjam kamar mandi? Mau buang air kecil.” Pinta Pak Heri.
    “Bukannya di luar ada pak yang biasa dipakai.” Sergah Windy sedikit kesal.
    “Kebelet Neng. Sebentar kok.” Dengan cepat Pak Heri masuk kamar mandi tanpa menunggu persetujuan Windy.
    Windy mendengar kucuran air seni Pak Heri begitu deras. Segera ia mananggalkan handuk menggantinya dengan daster favoritnya.

    Tak lama Pak Heri keluar. Bejalan menghampiri Windy.
    “Neng Windy, ada yang bisa dibantu lagi?” Tanya Pak Heri. Sekarang ia telah berdiri tepat di depan Windy. Belum sempat Windy menjawab pertanyaan tersebut, Pak Heri mengelus rambut Windy.
    “Bapakkk…” ujar Windy sambil berjalan mundur menghindari tangan kasar Pak Heri.
    Pak Heri terus mendekati Windy, sementara Windy terus mundur menghindar hingga tubuhnya terbentur tembok. Pak Heri merapatkan tubuhnya ke Windy yang sudah terpojok.

    “Pak, jangan pak.” Lirih Windy. Sementara tangan Pak Heri kembali mengelus rambut Windy yang wangi itu.
    “Tenang aja neng. Itu neng Sasha juga lagi asik sama pacarnya. Kita jangan kalah dong.” Kata Pak Heri dengan tenang penuh keyakinan.
    “Pak, tolong pak. Jangan. Saya teriak kalau bapak bagini terus.” Papar Windy penuh ketegaran di tengah posisinya yang tidak baik itu.
    “Neng mau teriak? Lalu orang-orang datang. Saya diusir. Tapi besoknya saya ke sini sama temen-temen lho. Khusus buat Neng Windy.” Ancam Pak Heri penuh kemenangan.

    Windy terteguh mendengar ancaman itu. Membayangkan dirinya dikroyok orang-orang sekelas Pak Heri. Mengerikan. Windy bukan termasuk wanita hipersex. Ketika ketakutan melanda pikiran Windy, Pak Heri melanjutkan kata-katanya.
    “Sudah lah neng. Biasanya juga sama pacarnya kan. Kalau tidak salah udah lebih dari 1 bulan ga diservis ya neng? Sini sama bapak aja.” Pak Heri terus meraba Windy, kali ini lengan Windy menjadi sasaran.
    Bulu kuduk Windy merinding ketika kulit putih mulusnya bersentuhan dengan tangan Pak Heri. Ditambah lagi kata-kata Pak Heri tentang aktivitas sexnya benar-benar membuat Windy malu. Wajahnya merah padam.
    “Pak sudah pak. Jangan pak. Tolong.” Dengan wajah nanar Windy memohon.
    Pak Heri menekan tubuh Windy ke bawah. “Isepin kontol bapak ya neng.” Pinta Pak Heri. Dalam posisi berjongkok, Windy kebingungan harus bagaimana. Tentu ia pernah menghisap penis tetapi bukan dalam keterpaksaan seperti ini.
    “Ayo neng. Turunin dulu celana bapak. Trus isep. Ga perlu saya kasarin kan supaya neng mau. Ato ga harus saya panggil temen-temen saya kan.” Pak Heri kembali mengancam dengan sikap begitu tenang.
    Windy mulai menurunkan celana pendek Pak Heri. Tangannya gemetar, keringat dingin mengucur dari pori-pori kulitnya. Windy terus menarik hingga kaki Pak Heri, ia menatap celana yang telah terlepas tanpa melirik ke atas.
    “Ayo neng, liat ke atas dong.” Perintah Pak Heri sambil tertawa pelan.

    Windy mengangkat wajahnya. Terkejut melihat sebuah penis yang sudah keras tidak lagi ditutupi celana dalam mengacung tepat mengarah ke wajahnya. “Baa… pak ga pake celana dalam?” pertanyaan polos keluar dari mulut Windy. “Itu ada di kamar mandi. Sama baju dalam kamu yang lain.” Jawab Pak Heri sambil terkekeh.
    Pak Heri memajukan penisnya. Kepala penisnya menyentuh bibir Windy yang manis. “Dibuka neng bibirnya.” Pinta Pak Heri. Windy membuka mulutnya dengan penuh keraguan. Penis Pak Heri mulai masuk dengan perlahan ke mulut Windy.
    Pak Heri mulai menggoyang-goyangkan penisnya menyodok mulut Windy, dengan kedua tangannya yang menggenggam kepala Windy. Sementara itu kedua tangan Windy memegang kaki Pak Heri sambil berusaha melepaskan diri. Mphhh….. mpphhhh… penolakan Windy hanya terdengar seperti lenguhan.
    “Ahhh…. Achhh… bibirnya enak banget neng. Ahhh.. terus neng.” Rancau Pak Heri sambil terus menggoyangkan pantatnya. Berselang 2 menit kemudian. Pak Heri berhenti mengocok penisnya, tetapi ia membiarkan penis hitamnya tetap di dalam mulut Windy. Nafas Windy mulai terengah-engah. “Neng, lidahnya mainin dong di dalam.”
    Pinta pa Heri, “Achh… iyaaahhh.. gitu neng… pinter bangettt.. achhhh….” Lidah Windy bergoyang-goyang mengelus-elus penis di dalam mulutnya dengan lembut. Kepala penis Pak Heri selalu tersentuh lidah Windy. Sesekali ada hisapan yang Windy lakukan. Pak Heri semakir merancau menikmati penisnya dalam mulut Windy.

    “Sudah Neng Windy. Saya ga kuat sama lidah neng. Ahhh….” Pak Heri mengangkat tubuh Windy. “Pacar neng untung banget dapetin neng. Cantik, mulus, jago ngisep kontol.” Pak Heri mulai kembali mengelus lengan Windy yang tidak tertutupi.
    “Pak sudah pa. haahhh… jangan dilanjutkan pak.” Keluh Windy dengan wajah memelas meminta menyudahi permainan Pak Heri dengan nafas terengah-engah. Pak Heri menyibakkan rambut Windy kebelakang, lehernya yang jenjang terbuka lebar. Dengan sigap Pak Heri mulai mencium lembut dan menjilat leher Windy. Sementara tangannya meraba perut Windy.

    “Mpphhhh… pak, sudaahh.. ahh.. mpphhh..” Gejolak nafsu mulai melanda Windy, namun ia tetap berusaha menahannya sekuat tenaga. Pak Heri membalikkan tubuh Windy, ia menyibak rambut yang menutupi leher dan tungkuk. Pak Heri kembali menciumi sambil menjilat bagian sensitif Windy tersebut. “ahhh… pak hentikannn.. mmppphhhh.”
    Pak Heri mendekatkan bibirnya ke kuping Windy. “Neng Windy ini seksi sekali. Tadi saya intip dari etalase waktu neng mandi. Enak ya neng ngeremes tetek sendiri. Saya bantu ya sekarang.” Bisik lebut Pak Heri ke telinga Windy. Mendengar bisikan itu Windy seperti kehilangan harapan. Dilihat tanpa busana, ketahuan ML, dan sekarang ia tahu Pak Heri melihat saat ia akan masturbasi.
    “Saya remes ya neng teteknya.” Jemari Pak Heri merambat menuju 2 payudara Windy. Saat jemari menyentuh payudara. “Lho, ga pake BH, neng?!” Tanya Pak Heri dengan sedikit terkejut. “Jangan-jangan?!” dengan cepat tangannya menyibak daster membuka bongkahan pantat Windy. “Wah, si Neng bisa aja.
    Bilang ga mau tapi udah siap-siap gini.” Ledek Pak Heri. “Kan, mau tidur pak.” Ujar Windy membela diri dengan percuma sambil membalikan wajah sementara jarinya tergigit di mulutnya.
    Pak Heri sibuk meremas pantat, sementara tangan kirinya meremas payudara Windy. Posisi berdiri Windy yang sedikit menungging semakin membuat seksi tubuhnya. “Paakkkk…”, “Iya Windy”, “Sudah ya mpphhh.. pakkk..”, “Yakin neng?” jemari Pak Heri menyentuh bibir vigina Windy. “Achhh… paa..”. tangan Pak Heri menjulur ke wajah Windy, memperlihatkan jemarinya yang tadi menyentuh bibir vagina Windy.
    “Neng Windy, ko basah ya?” canda Pak Heri. Windy menatap Pak Heri sambil tersenyum malu.
    “Bapak jahat ih.” suara manja terlontar dari mulut Windy yang sebelumnya diisi penis Pak Heri.
    Tangan Pak Heri kembali mengelus pinggul Windy. Sambil menciumi leher, Pak Heri berbisik, “Neng Windy, mau dilanjutin ga ni?”,
    “Mmmpphhh.. lanjutin apa pakkk?”, “n.g.e.n.t.o.t”, “ih, acchhh.. bapakkk..” tangan Pak Heri mulai meremas payudara Windy. “Iya pakkk.. lanjutinnnn paak.. aahhh..”
    “Pakkk.. aku mau ciuman yah.” Pak Heri mendekatkan wajah. “Mmpphhh.. pak, kontolnya aku pegang yah.. aku suka banget sama kontol bapak.” Bujuk Windy.

    Pak Heri dan Windy mulai saling berciuman. Lidah mereka saling melipat, bergesekan dengan lembut. Meningkatkan birahi keduanya. Mmpphhh…. Mmpphhhh…
    “Pak gendong aku ke kasur ya.” Pak Heri langsung mengangkat Windy, merebahkannya ke atas kasur.
    Windy menapat Pak Heri. “Pak, aku malu. Kayak cewe murahan.”, “Ngga ko neng. Nikmatin aja.”, Pak Heri kembali melibas bibir Windy. Mmpphhhh… desah Windy yang mulai tidak ditahan lagi. “Pak Heri. Mmphhh.. telanjangi aku. Mphh..”
    Pak Heri mulai mengangkat daster Windy. Vagina Windy yang tembam ditutupi rambut-rambut tipis tercukur rapih. Pak Heri tak henti menatap tubuh Windy yang terbuka perlahan, memperlihatkan keindahannya.
    Windy mengangkat tangannya. Membiarkan daster favoritnya terlepas dari tubuh yang sekarang tidak tertutupi sehelai kain pun. Payudara Windy yang tidak terlalu besar membusung dengan puting menegang, seakan meminta dijamah. Pak Heri memulai kembali dengan menciumi dan menjilati leher Windy.
    Lenguhan terlepas dari mulut Windy. Darah mendesir lebih cepat. Pak Heri menurunkan ciumannya ke payudara Windy. Menjilat turun di sisi payudara, berputar mengelilingi payudara Windy.
    “eeuhhh.. pak, aku nafsu bangettt…” rancu Windy memohon Pak Heri meningkatkan agresivitas. Pak Heri menjilat kecil puting Windy yang sudah sangat keras. Ia memberi kecupan kecil. “Neng Windy, putingnya keras banget.” Ujar Pak Heri sambil menatap Windy yang sedang memejamkan mata. “mmpphhh.. iya pak. Emut puting aku pakkk.. remesss…” pinta Windy.
    Pak Heri mengemut puting Windy sambil memainkan lidahnya, sementara tangan kanannya merepas payudara Windy yang lain. “aahhh… eemmmppp… enaakkk pakk..” Windy meremas rambut Pak Heri, menekan kepala Pak Heri ke payudaranya. “uughhh… pakk, mau ngentottt. Mauu kontolll.. aahhh..” rancu Windy tak terkendali. Ia melepas cengkraman dari kepala Pak Heri.


    Pak Heri mengangkat tubuhnya melepaskan mulutnya dari puting Windy. Ia mendekatkan diri ke wajah Windy. Penisnya yang keras mengacung tepat di wajah Windy.
    “Tadi neng ga mau, bukan?” pancing Pak Heri. Windy mendekatkan hidungnya ke ujung penis Pak Heri. Menyentuh tepat di lubang kecil penis Pak Heri. Ia menghirup perlahan aroma penis yang khas sambil memejamkan mata. Ujung hidungnya merambat ke pangkal penis, pipi Windy pun menempel ke batang penis Pak Heri.
    “Sekarang aku mau pak. Sampe masuk kontol bapak ke memek aku juga aku mau.” Nafas Windy mulai memelan, “aku emut lagi ya pak.” Pak Heri merubah posisinya, ia menyandarkan punggungnya ke tembok dengan posisi terduduk.
    Windy menundukkan wajahnya mendekati penis dengan posisi menungging di atas kasur. Jari jemarinya yang manis mulai menyentuh lembut kulit penis Pak Heri. Digenggamnya penis dengan satu tangan. Windy mulai menggerak-gerakkan tangannya ke atas-bawah.
    “aacc..chhh… eehhh.. aahhh nenggg…”
    “Enak ya pakk..” ucap Windy sambil menatap genit ke arah Pak Heri.
    “eemmmhhhh…” sinta menjulurkan lidahnya. Menjilat ujung kepala penis yang semakin mengeras.
    Tak lama jilatan sinta berubah menjadi emutan dan hisapan di kepala penis dengan tangannya yang masih terus mengocok. Pak Heri terus mendesah semakin keras. Lidah sinta bermain-main di dalam mulutnya, mengelus-elus kepala penis. Tiba-tiba Pak Heri bergetar kuat. “aachhhhh….” Sebuah erangan panjang keluar dari mulutnya. Cairan sperma meleleh dari dalam penis.
    “mmpphhhh..” Windy masih mengocok penis dengan tangan kanannya, mulutnya masih diisi kepala penis Pak Heri menanti tetesan terakhir sperma. Ia melepaskan penis dari mulutnya, mengangkat kepalanya menghadap Pak Heri dengan wajah penuh senyum. “Liatin sperma bapak dong, neng.” Pinta Pak Heri. Sinta membuka mulutnya, menjulurkan lidahnya yang dipenuhi cairan berwarna putih susu.

    Windy kembali menutup mulutnya. Tidak segera menelan sperma, ia justru memainkan sperma itu di dalam mulutnya. Menikmati aroma dan rasa sekaligus sensasi tersebut. Glek… sperma Pak Heri menuju perut Windy. Windy menyeringai dengan wajah penuh kegembiraan. Ia mendekat ke Pak Heri, melupat bibir penjaga kosannya.
    “Seneng banget sih, neng?” Tanya Pak Heri sambil mengelus payudara yang tidak tertutupi apapun.
    “Sperma bapak enak.” Ucap Windy dengan sedikit malu-malu sambil merebahkan tubuhnya di atas dada Pak Heri.
    “Istirahat dulu ya neng. Nanti lanjutin.”
    “Lanjutin apa pak?” Tanya Windy sambil melihat Pak Heri.
    Tidak langsung menjawab, Pak Heri menggerakkan tangannya. Menyentuh bibir vagina Windy, kemudian menyelusupkan jari tengahnya ke sela bibir vagina. “lanjutin ini. Ngeringin memek kamu. Nih, basah.”
    “ahhhh… mpphhhh…” eluh Windy sambil menggigit bibir bawahnya, “ga ah, pak. Malu aku ngentot sama penjaga kosan.” Ucap Windy sambil memejamkan matanya, menikmati sentuhan lembut di vaginanya.
    “Supaya neng mau harus gimana?” Tanya Pak Heri.
    Perlahan paha Windy menjepit tangan Pak Heri, sementara tangannya mencengkram pergelangan tangan Pak Heri. Tubuhnya tidak ingin jejari Pak Heri lepas dari vaginanya.
    “Katanya tadi ga mau dilanjutin.” Protes Pak Heri.
    “Aku binal ya pak?” Tanya Windy dengan wajah sayu.
    “Neng Windy itu bispak. Bisa bapak entot kapan aja bapak mau.”
    “aahhhh.. bapak jahat.. mmpphhh.. masukin jarinya pakk…”
    “Lanjutin nanti ya neng. Istirahat dulu.”
    “Bapak bilang yang mesum-mesum dulu dong.” Pinta Windy.
    “Memek Neng Windy mau dijilatin nanti?” Windy mengangguk, “Dimasukin kontol bapak? Kita ngentot.”
    “Mau banget, pak” jawab Windy dengan berbisik.
    “Sampai puas!” ucap Pak Heri ikut berbisik. Mereka kembali berciuman. Kemudian tertidur bersama.
    Pukul 03.00, Windy masih tidur dengan nyenyak. Dalam mimpinya, Windy merasakan kenikmatan yang menjalar di seluruh tubuhnya. Entah ia sedang ‘mimpi basah’ atau tidak, tetapi ada eluhan-eluhan yang keluar dari mulutnya. Mmpphhhh… mmpphh…
    Windy mulai sadar di tengah tidurnya. Matanya masih terpejam, tetapi Ia semakin menyadari kenikmatan di sekujur tubuhnya. Membiarkan tubuhnya menggelinjang kenikmatan. Windy tidak ingin membuka matanya, kemudian terbangun dari tidurnya. Ia ingin menikmati tidurnya yang penuh kenikmatan.


    Lambat laun kesadarannya semakin menguat saat mendengar suara-suara kecupan. Windy mulai teringat bahwa Ia sedang tidur dengan Pak Heri tanpa busana yang menjanjikan kelanjutan permainan mereka. Windy membuka matanya untuk meyakinkan diri tentang apa yang dari tadi Ia rasakan. “Pakkk… mmpphhhh.. curannggg..” ucap Windy sambil menggigit bibir bawahnya menatap Pak Heri yang sedang menjilat vagina Windy.
    Pak Heri mengangkat wajahnya. “Neng tidurnya nyenyak banget. Bapak ga enak banguninnya.” Tangan Pak Heri mengelus-elus paha Windy. “Jadi bapak mulai aja duluan.” Ucapnya sambil tersenyum. Windy membalas dengan senyum manis, kedua tangannya menjulur ke arah Pak Heri. Pak Heri mendekat, mendekap dalam pelukan Windy.
    “Enak ya, neng. Kayak mimpi melayang-layang.”
    “Mmm..” Jawab Windy dengan suara menggoda.
    Mereka mulai bercumbu, dengan tangan saling meraba tubuh lawannya. Mmpphhh… hhmmmm…. Eluh masing-masing. Pak Heri mulai menurunkan kecupannya ke leher, dada, payudara, puting, perut, hingga ia kembali berkonsentrasi ke vagina Sinta. Diawali dengan kecupan kecil.
    “mmpphhh.. pakkk…” kemudian jilatan panjang, menjilat seluruh bagian luar vagina Sinta. Sinta mendesah semakin keras. Akhirnya Pak Heri memulai emutan di vagina Sinta, lidahnya menjulur masuk menjilat-jilat bagian dalam.

    “aaacchhh… ennakkk pakk.. eehhhmmpphhh…”
    Slurrppp… slurrppp.. jilatan, hisapan, dan emutan Pak Heri bersuara semakin keras. Tubuh Windy tidak sanggup menahan kenikmatan dari vaginanya. Ia mengangkat pantatnya, mendorong vaginanya ke mulut Pak Heri yang sedari tadi menempel, seakan menginginkan lebih. Pak Heri paham betul, Ia mengangkat wajahnya, kemudian meletakkan jari jemarinya di bibir vagina Windy.
    “Haahhh… aahhh..” nafas Windy memburu, “Iya begitu pakk.. eemmppphhh…” Windy menengadahkan wajahnya sambil mendesah saat jari tengah Pak Heri menekan dan mengelus klitorisnya. Pak Heri mendekatkan wajahnya ke Windy, Windy menyambut dengan ciuman begitu ganas. Nafsu telah menguasai tubuhnya.
    Tangan Pak Heri sudah terjepit kuat paha Windy. Hanya jari jemarinya yang masih bisa bermain-main di vagina Windy. Windy terus menggelinjang kuat dengan suara desahan yang tertahan akibat berciuman dengan Pak Heri, merapatkan tangannya di punggung Pak Heri.
    “Acchhhh… Pakkk, enakkk.. mmpphhhh..” lenguh Windy melepaskan ciumannya. Pak Heri semakin bersemangat ketika melihat ekspresi wajah Windy dipenuhi nafsu. Membayangkan seorang wanita yang usianya belum mencapai setengah usia Pak Heri, dipenuhi nasfu ingin bersetubuh. Pak Heri mempercepat gesekan jarinya di vagina Windy.
    “Aaaaccchhhhh….” Desahan panjang Windy disertai tubuhnya yang tiba-tiba menjadi kaku. Pahanya mencengkram kuat tangan Pak Heri hingga tidak bisa bergerak. Cairan bening keluar dari vagina Windy. Wajahnya meringis.

    Ia melonggarkan pahanya, melepaskan tangan Pak Heri. Sesekali tubuhnya masih mengejang, sementara dari vaginanya masih mengeluarkan cairan kenikmatan. Wajahnya masih dipenuhi ketegangan, hingga akhirnya senyum kepuasan menghiasi wajahnya.
    “Enak banget, pak.” Ucap Windy dengan vagina yang masih menetesnya cairannya.
    “Iya, bapak suka liat kamu lagi nafsu begitu.” Pak Heri mendiamkan Windy untuk beristirahat sejenak.
    5 menit berlalu, mereka berbincang-bincang tertutama mengenai pengalaman Windy bersetubuh dengan lelaki lain. Windy merasa malu membicarakan hal tersebut, tetapi karena nafsunya masih tinggi membuatnya tidak lagi peduli.
    “Pak Heri ga nikah?” Tanya Windy sambil mengelus-elus penis Pak Heri.
    “Ada yang muda-muda kayak Neng Windy buat apa nikah.” Jawab Pak Heri membiarkan penisnya tetap mengeras. Mendengar jawaban tersebut, Windy teringat Mbak Wulan dan 3 mahasiswi lainnya yang dulu menempati kosan ini.
    “Mmm.. Pantesan Mbak Wulan sama yang lain dulu betah banget ya ngekos disini. Jadi gara-gara ini.” Ucap Windy sambil mengocok penis Pak Heri,
    “Enak ya pak. Bisa ngentotin mahasiswi cantik terus.” Ketus Windy. Selain dirinya masih ada 2 mahasiswi yang saat ini menempati kosan tersebut. Apa Sasha dan Nadya pernah begini juga ya? Tanya Windy dalam pikirannya.
    Pak Heri merubah posisinya, jari tangannya menyentuh bibir vagina Windy yang masih basah. “Udah ga sabar ya neng dimasukin kontol bapak?” Windy hanya mengangguk pelan, wajahnya tidak mampu menutupi kegembiraan atas pertanyaan Pak Heri.


    Windy mengambil kondom di laci meja belajarnya. Dengan penuh kasih sayang, ia mengelus-elus penis Pak Heri kemudian mengulum, memastikan penis itu telah mengeras kuat. Kondom tipis dengan perlahan disarungkan ke penis Pak Heri. Windy tersenyum tipis, membayangkan kenikmatan yang akan didapatnya.
    Pak Heri memposisikan diri di atas tubuh Windy. Dengan paha terbuka, Windy tidak sabar menanti penis memasuki liang vaginanya. Kepala penis Pak Heri menempel dan menggesek-gesek bibir vagina Windy. “Neng, ga mau masuk nih. Mesti dibujuk dulu.” Ucap Pak Heri menahan jegolak nafsunya menyetubuhi Windy.
    Windy paham maksud Pak Heri, Ia menggenggam pinggul Pak Heri. Tetapi bukannya langsung menarik pinggul tersebut agar penis Pak Heri masuk, Windy mengawalinya dengan raut wajah penuh nafsu. “Pakkk… Masukin kontolnya ke memek aku yah.” Ucap Windy dengan nada memohon, “Aku udah ga kuat. Pengen ngentot, pakk.” Windy mulai menarik pinggul Pak Heri. Nafsu Pak Heri meningkat mendengar permintaan Windy, Ia pun mulai mendorong penisnya.
    Penis Pak Heri mulai menjelajahi liang vagina Windy. “Uughhh.. Neng, enak banget memeknya. Mmpphhh..”
    “Dorong terus pak. Masukin semuanya. Kontol bapakk kerr..ass bangett.. mmpphhhh..” Ucap Windy diakhiri desahan.
    Perlahan seluruh penis Pak Heri masuk ke dalam vagina Windy. Mereka berdua bercium seperti sepasang kekasih. “Ayo, pak. Kocokin ke dalem. Aku suka kontol bapak.” Rajuk Windy. Pak Heri tersenyum senang, kemudian mulai menarik penisnya. Mmpphhhh… keduanya berdesah.
    Pak Heri memulai persetubuhannya dengan tempo perlahan. Ia menarik dan mendorong penisnya perlahan untuk menikmati betul vagina Windy yang masih sempit. Sesekali Pak Heri mendorong dalam penisnya, hingga Windy mendesah panjang. Perlahan Pak Heri meningkatkan kecepatannya menggesek vagina Windy.
    “Accchhhh… iya pak. Terus pak.. enakkk.. eeuuhhhh.. mmpphhhh.. kontol bapak ennaaakkk…” Windy mulai merancau saat gesekan penis Pak Heri semakin cepat. Nafas keduanya semakin menggebu.
    “Memek neng sempit banget.. aaccchhhh… mmppphhhh…”
    “Iya pakkk… teruss.. uugghhhh… kocok terus pakkk..” Pak Heri semakin cepat mengeluar-masukkan penisnya.
    “Tengkurep neng. Aahhhh…”

    “Iyah pakkk… accchhh… jangan dilepas pak kontolnya.. enak bangettt…” Windy membalik tubuhnya tanpa melepas penis dari vaginanya. Pak Heri memandangi bongkahan pantat putih bersih dengan penisnya yang keluar-masuk vagina Windy. Nafsunya menggila. Ia mengocok semakin cepat.
    “Accchhhh, enakan pake jari ato kontol, nenggg?” Tanya Pak Heri dengan nafas menggebu.
    “Kontol… Windy suka pakkeee konn.. toll bapak.. aaaahhhh.. terus pak..”
    Pak Heri mengangkat pinggul Windy, ingin Windy menungging. Pak Heri terus mengocok vagina Windy yang semakin basah hingga terdengar suara kecipak air.
    “Uuughhhh… ga kuat pakkk… aacccchhhhh.. oooghhhh…” Tubuh Windy bergetar, ada lelehan cairan keluar dari vaginanya. Pak Heri menahan penisnya di dalam tanpa gerakan. Menidurkan Windy dalam posisi terkelungkup. Pak Heri menindih tubuh Windy, sambil menggoyang-goyangkan penisnya perlahan.
    “hhaaahhhh… enak banget pak.” Pak Heri mengecup pipi Windy.
    “Mau lagi neng?”


    “Sampe bapak puas. Memek aku buat kontol bapak.” Ucap Windy sambil mencium bibir Pak Heri.
    Pak Heri mulai kembali mengocok vagina Windy dengan penisnya. Tangannya menyelusup ke payudara Windy. Meremas kuat tetapi lembut. Nafas Windy kembali meningkat. Ia melirik kebelakang, melihat pantat Pak Heri yang hitam bergoyang naik-turun. Sementara pantatnya sendiri tertindih Pak Heri. Windy menjulurkan tangannya, mengelus pantat Pak Heri. “Uuughhhh.. mmppphhh.. terusss pakk. Entotin akuuu..” rancau Windy sambil memejamkan matanya menikmati hujaman penis Pak Heri.
    Pak Heri kembali mengangkat pinggul Windy. Menginginkan posisi itu kembali. “aacchhh… pakkk udah mau keluuarr?” Tanya Windy dengan nafsu terus menggebu. “Iya neng.. accchhh… sebentar lagii…” Pak Heri mempercepat kocokannya.

    Windy menggigit bantal di depan wajahnya. Menahan kenikmatan di sekujur tubuhnya. Sementara tangannya meremas-remas kain sprei hingga sangat berantakan. “Ooohhhh,,, ooogghhh…. Pakkk ga kuaattt. Mau keluar lagiii.. oouugghhhh…” lenguh Windy tidak mampu menahan diri. “Iya, nengg. Bareng sama bapak.. aacchhhh…”
    Pak Heri menekan dalam penisnya ke vagina Windy. Spermanya keluar tertahan kondom yang dikenakan. Sementara vagina Windy kembali mengeluarkan cairan bening. Keduanya melenguh bersamaan. Panjang. Terdengar penuh kenikmatan.
    Windy kembali tertidur dengan posisi terkelungkup, sementara Pak Heri menindih di atasnya. Penisnya tetap berada di dalam vagina Windy yang masih berkedut. Tubuh keduanya dibasahi keringat yang keluar dari pori-pori.
    “Enak, neng?”

    “Enak banget pak. Makasih ya.” Jawab Windy sambil mencium bibir Pak Heri.
    “Bapak ke kamar ya neng.” Ucap Pak Heri sambil mencabut penisnya. Melepaskan kondomnya kemudian membuangnya di tempat sampah.
    “Iya pak. Aku mau langsung mandi. Ada kuliah pagi.” Jawab Sinta. Pak Heri segera mengenakan pakaiannya kemudian kembali ke kamarnya setelah sebelumnya mencium Windy.


    Windy mengambil handuknya di atas rak. Menuju kamar mandi, menutup rapat pintunya. Ia melihat tumpukan pakaian dalam yang kotor. Celana dalam Pak Heri ada di sana. Windy meremas celana dalam itu. Ia memikirkan apa yang baru saja selesai Ia dan Pak Heri lakukan. Memalukan, tetapi dirinya sendiri tidak mampu menahan gejolak nafsu. Windy mendekatkan celana dalam itu ke hidungnya, teringat saat-saat hidungnya menyentuh ujung kepala penis Pak Heri. Windy tersenyum.

  • Kisah Memek Onani Sampai Dapat Cewek Seksi

    Kisah Memek Onani Sampai Dapat Cewek Seksi


    2470 views

    Duniabola99.com –Sebut saja namaku (RUDI),aku pecandu ONANI dikarnakan blm punya pasangan,mau jjn gk brani tkt kena HIV trus syang duitnya,mnding bwt beli handbody atau sabun.”..semenjak umur 10thn aku udah belajar ONANI sebab suka nonton BF jd aku ngebatin,pengen bnget ngerasain ngentot kaya gimana.pas aku liat di filmnya kontol cwoknya di kocok-kocok,aku coba ikutin sambil bayangin yg ngocok kontolku cwek.


    …Sampe gak terasa ternyata enak,liat cwek sexy aku lari ke kamar mandi,liat yg ciuman lari ke kamar mandi,liat kucing kawin pun lari ke kamar mandi.hehe
    ..”Pada suatu hari aku liat tante tetanggaku rumahnya sebelahan tiap pagi hanya kupandangi,sambil kubayangkan coba bisa aku entot,gpp agak tua jg pling umurnya 35 taunan.
    “..tiap ngeliat dia kluar aku langsung onani,hampir tiap hari sampe” kontolku lecet merah krna kseringan di kocok,eh ntah si tante tau aku sring ngintipin,asalnya dandananya biasa hari itu jd sexy,dia mengenakan gaun transparan mpe kliatan BH ma CANGCUT (CD)nya krna saking transparannya.

    ..kuliat-liat trnyata blm tua-tua amat,teteknya msh mengkel,pantatnya msh singset.”.aduh enak bnget klo ngentot tuch sma si tante.”
    …akupun sengaja CAPER (CARI PERHATIAN) si tante,sengaja aku kluarin motor,pura”nya mwu di cuci.
    ..si tante sedang menyiram tanamannya,di dalam pikiranku ttp ngentot dan ngentot low gak kesampaian ya lari kamar mandi.
    ..pas kuliat lgi nungging,aduh sob kontolku tmbh ngaceng,mungkin udah kluar air mani alya krasa bsah celanaku.
    “..Tumben gak keluar”..tanya si tante.
    ..aku kget kirain bukan aku yg di tanya.
    “..iya,knpa!”jwbku gugup.
    “.iya,ko ada di rumah gak keluar”timbalnya.
    “owh gak tan lg malez nich”..jwbku.
    “owh,eh Rud ntr bsa tolongin tante gak?tanyanya.
    “..tlongin apa ya tan?tanyaku
    …”tlong bantuin geserin lemari yg di kamar tante”..jwbnya.
    “.owh bleh,skrg tnte? tnyaku lgi.
    “Ya trus km kn lgi nyuci mtor”jwbnya.
    “gpp nyucinya bsa ntr.”timpalku.
    ..kamipun menuju kamar si tante.
    “waduh lemarinya gede bget tan” .ujarku.
    “iya makanya mnta bantuan kamu,”jwbnya.
    “..geser kesana,geser kesini,lemarinya di geser hinga ada kejadian tak terduga,pas dorng lemari yg sebelahnya si tante kepleset dan nubruk bdanku hingga jtuh di kasur,kami saling tindih pas aku mwu bangun,si tante malah menarik aku lalu meraih mulutku dan membungkam mlutku dengan mulutnya,akupun kget dan tak mwu tinggal diam,lalu kubalas ciumannya trus si tante menjulurkan lidahnya lalu aku hisap,begitupun sebliknya.
    …lalu tanganku mulai nakal,ku usap”kn jari tengahku di memeknya yg msh trbungkus CD dan gaun itu,dn tangan yg stu lagi menjelajahi gnung kembarnya smbil meremas dngan hati”…
    kurasakan desahan nafasnya,yg membuat nafsuku menggebu”.


    ..setelah berciuman,aku mulai menuruni payudaranya dan kubuka BHnya dan kusibakan,woow trnyata teteknya msh mengkel krna jrang trjamah,aku tak tinggal diam ku isap” putingnya dan dìikuti remasan tanganku.
    ..Tantepun mulai terangsang di mulai memegang kontolku yg mulai mengeluarkan air mani encer.
    “.tante kulum ya rud??tanyanya menggoda.
    “..boleh tante”.jwbku.
    ..tantepun membuka clanaku dan mulai mengulum kontolku, aku merasakan ngilu sprti pngen pipis,”..ah.ah.ah enak bget tan”ujarku smbl mrasakan kulumannya.

    ..semakin cepat saja kulumannya”stop..stop tan aku gak kuat mwu kluar nich”..ujarku.
    lalu tante menghentikan kulumannya,dan bergantian kini aku yang menjilati memeknya,lalu ku buka CDnya dan woow ku lihat bulu jembutnya yg sangat tebal dan smpai hingga ke lubang pantatnya.
    ..kumulai pergerakanku,kujilati memeknya dan kubuka dengan jemariku lalu kuliat ada daging sgede kacang merah ku mainkan dengan lidahku sitantepun menggeliat keenakan,smakin kupercepat jilatanku smakin kncng pula dsahan si tante,trus ku coba julurkan lidahku ke dalam lubang memeknya,bergerak maju mundur kuliat cairan putih keluar dari lubang memeknya,owh ini yg di namakan orgasme.
    ..Lalu aku masukan kontolku dan SLEEEEB tanpa susah payah kontolku msuk lalu ku grakan mju mundur,smakin ku percepat gerakanku smakin erangan dan dsahan kluar dri mulutnya,lalu crot..crot..crot.
    keluarlah air pejuhku enaknya bukan kepalang,beda kaya ONANI bila di ungkapkan nikmatnya tak bisa di ungkapka hanya dengan kata”.
    ..Lalu aku tergeletak di kasur dan sitante bangun mendekati kontolku yg mulai lemes,lalu di kulumnya hingga sperma yg berlumuran di kontolku bersih di jilatinya.
    ..tak lama kemudian si tante msuk kmar mandi dan membrsihkan bdannya dan aku msh tergeletak lemas.


    …aku mulai bangun dan kuhampiri si tante yg lgi mandi,dan ku dekati lalu ku peluk dari belakang,tanganku mulai nakal lgi ku usap” memeknya lalu ku masukan 2 jariku ke memeknya dan sitante mulai terangsang lagi.
    ” km nakal dech…udah dlu ya tante mwu pergi arisan nich,psti udah di tungguin”ujarnya.
    .akupun tak bisa menolak,kejadian ini berulangkali di lakukan ONANIku mulai terobati bila trsalurkan,tetapi bila tak trsalurkan aku masih melakukan ONANI.

  • Foto Bugil Brittani Jayde memamerkan payudara bagus dan pantat seksi

    Foto Bugil Brittani Jayde memamerkan payudara bagus dan pantat seksi


    2284 views

    Duniabola99.com – foto gadis sexy Brittani Jayde lepas bikininya di kamarnya yang masih gelap mamamerkan memeknya yang botak tanpa bulu.

  • Video Bokep Fujikita Harumoto dan Aoi Mamiya tempat pijit Lesbian

    Video Bokep Fujikita Harumoto dan Aoi Mamiya tempat pijit Lesbian


    1999 views

  • Video Bokep Eropa holly michaels casting lia ezra

    Video Bokep Eropa holly michaels casting lia ezra


    2076 views

  • 1-Miku Airi catwalk poison vol 45

    1-Miku Airi catwalk poison vol 45


    2265 views

  • Kisah Memek Sensasi Menikmati Mertuaku

    Kisah Memek Sensasi Menikmati Mertuaku


    2671 views

    Duniabola99.com – Mertuaku adalah seorang janda dengan kulit yang putih, cantik, lembut, dan berwajah keibu ibuan, dia selalu mengenakan kebaya jika keluar rumah. Dan mengenakan daster panjang bila didalam rumah, dan rambutnya dikonde keatas sehingga menampakkan kulit lehernya yang putih jenjang.


    Sebenarnya semenjak aku masih pacaran dengan anaknya, aku sudah jatuh cinta padanya Aku sering bercengkerama dengannya walaupun aku tahu hari itu pacarku kuliah. Diapun sangat baik padaku, dan aku diperlakukan sama dengan anak anaknya yang lain. Bahkan tidak jarang bila aku kecapaian, dia memijat punggungku.

    Setelah aku kawin dengan anaknya dan memboyong istriku kerumah kontrakanku, mertuaku rajin menengokku dan tidak jarang pula menginap satu atau dua malam. Karena rumahku hanya mempunyai satu kamar tidur, maka jika mertuaku menginap, kami terpaksa tidur bertiga dalam satu ranjang. Biasanya Ibu mertua tidur dekat tembok, kemudian istri ditengah dan aku dipinggir. Sambil tiduran kami biasanya ngobrol sampai tengah malam, dan tidak jarang pula ketika ngobrol tanganku bergerilya ketubuh istriku dari bawah selimut, dan istriku selalu mendiamkannya.

    Bahkan pernah suatu kali ketika kuperkirakan mertuaku sudah tidur, kami diam diam melakukan persetubuhan dengan istriku membelakangiku dengan posisi agak miring, kami melakukankannya dengan sangat hati hati dan suasana tegang. Beberapa kali aku tepaksa menghentikan kocokanku karena takut membangunkan mertuaku. Tapi akhirnya kami dapat mengakhirinya dengan baik aku dan istriku terpuaskan walaupun tanpa rintihan dan desahan istriku.

    Suatu malam meruaku kembali menginap dirumahku, seperti biasa jam 21.00 kami sudah dikamar tidur bertiga, sambil menonton TV yang kami taruh didepan tempat tidur. Yang tidak biasa adalah istriku minta ia diposisi pinggir, dengan alasan dia masih mondar mandir kedapur. Sehingga terpaksa aku menggeser ke ditengah walaupun sebenarnya aku risih, tetapi karena mungkin telalu capai, aku segera tidur terlebih dahulu.


    Aku terjaga pukul 2.00 malam, layar TV sudah mati. ditengah samar samar lampu tidur kulihat istriku tidur dengan pulasnya membelakangiku, sedangkan disebelah kiri mertuaku mendengkur halus membelakangiku pula. Hatiku berdesir ketika kulihat leher putih mulus mertuaku hanya beberapa senti didepan bibirku, makin lama tatapan mataku mejelajahi tubuhnya, birahiku merayap melihat wanita berumur yang lembut tergolek tanpa daya disebelahku..

    Dengan berdebar debar kugeser tubuhku kearahnya sehingga lenganku menempel pada punggungnya sedangkan telapak tanganku menempel di bokong, kudiamkan sejenak sambil menunggu reaksinya. Tidak ada reaksi, dengkur halusnya masih teratur, keberanikan diriku bertindak lebih jauh, kuelus bokong yang masih tertutup daster, perlahan sekali, kurasakan birahiku meningkat cepat. Penisku mulai berdiri dan hati hati kumiringkan tubuhku menghadap mertuaku.

    Kutarik daster dengan perlahan lahan keatas sehingga pahanya yang putih mulus dapat kusentuh langsung dengan telapak tanganku. Tanganku mengelus perlahan kulit yang mulus dan licin, pahanya keatas lagi pinggulnya, kemudian kembali kepahanya lagi, kunikmati sentuhan jariku inci demi inci, bahkan aku sudah berani meremas bokongnya yang sudah agak kendor dan masih terbungkus CD.

    Tiba tiba aku dikejutkan oleh gerakan mengedut pada bokongnya sekali, dan pada saat yang sama dengkurnya berhenti.
    Aku ketakutan, kutarik tanganku, dan aku pura pura tidur, kulirik mertuaku tidak merubah posisi tidurnya dan kelihatannya dia masih tidur. Kulirik istriku, dia masih membelakangiku, Penisku sudah sangat tegang dan nafsu birahiku sudah tinggi sekali, dan itu mengurangi akal sehatku dan pada saat yang sama meningkatkan keberanianku.

    Setelah satu menit berlalu situasi kembali normal, kuangkat sarungku sehingga burungku yang berdiri tegak dan mengkilat menjadi bebas, kurapatkan tubuh bagian bawahku kebokong mertuaku sehingga ujung penisku menempel pada pangkal pahanya yang tertutup CD. Kenikmatan mulai menjalar dalam penisku, aku makin berani, kuselipkan ujung penisku di jepitan pangkal pahanya sambil kudorong sedikit sedikit, sehingga kepala penisku kini terjepit penuh dipangkal pahanya, rasa penisku enak sekali, apalagi ketika mertuaku mengeser kakinya sedikit, entah disengaja entah tidak.


    Tanpa meninggalkan kewaspadaan mengamati gerak gerik istri, kurangkul tubuh mertuaku dan kuselipkan tanganku untuk meremas buah dadanya dari luar daster tanpa BH. Cukup lama aku melakukan remasan remasan lembut dan menggesekan gesekkan penisku dijepitan paha belakangnya. Aku tidak tahu pasti apakah mertuaku masih terlelap tidur atau tidak tapi yang pasti kurasakan puting dibalik dasternya terasa mengeras. Dan kini kusadari bahwa dengkur halus dari mertuaku sudah hilang.., kalau begitu..pasti ibuku mertuaku sudah terjaga..? Kenapa diam saja? kenapa dia tidak memukul atau menendangku, atau dia kasihan kepadaku? atau dia menikmati..? Oh.. aku makin terangsang.

    Tak puas dengan buah dadanya, tanganku mulai pindah keperutnya dan turun keselangkangannya, tetapi posisinya yang menyebabkan tangan kananku tak bisa menjangkau daerah sensitifnya. Tiba tiba ia bergerak, tangannya memegang tanganku, kembali aku pura pura tidur tanpa merrubah posisiku sambil berdebar debar menanti reaksinya. Dari sudut mataku kulihat dia menoleh kepadaku, diangkatnya tanganku dengan lembut dan disingkirkannya dari tubuhnya, dan ketika itupun dia sudah mengetahui bahwa dasternya sudah tersingkap sementara ujung penisku yang sudah mengeras terjepit diantara pahanya.
    Jantungku rasanya berhenti menunggu reaksinya lebih jauh. Dia melihatku sekali lagi, terlihat samar samar tidak tampak kemarahan dalam wajahnya, dan ini sangat melegakanku .

    Dan yang lebih mengejutkanku adalah dia tidak menggeser bokongnya menjauhi tubuhku, tidak menyingkirkan penisku dari jepitan pahanya dan apalagi membetulkan dasternya. Dia kembali memunggungiku meneruskan tidurnya, aku makin yakin bahwa sebelumnya mertuaku menikmati remasanku di payudaranya, hal ini menyebabkan aku berani untuk mengulang perbuatanku untuk memeluk dan meremas buah dadanya. Tidak ada penolakan ketika tanganku menyelusup dan memutar mutar secara lembut langsung keputing teteknya melalui kancing depan dasternya yang telah kulepas. Walaupun mertuaku berpura pura tidur dan bersikap pasif, tapi aku dengar nafasnya sudah memburu.

    Cukup lama kumainkan susunya sambil kusodokkan kemaluanku diantara jepitan pahanya pelan pelan, namun karena pahanya kering, aku tidak mendapat kenikmatan yang memadai, Kuangkat pelan pelan pahanya dengan tanganku, agar aku penisku terjepit dalam pahanya dengan lebih sempurna, namun dia justru membalikkan badannya menjadi terlentang, sehingga tangannya yang berada disebelah tangannya hampir menyetuh penisku, bersamaan dengan itu tangan kirinya mencari selimutnya menutupi tubuhnya. Kutengok istri yang berada dibelakangku, dia terlihat masih nyenyak tidurnya dan tidak menyadari bahwa sesuatu sedang terjadi diranjangnya.


    Kusingkap dasternya yang berada dibawah selimut, dan tanganku merayap kebawah CDnya. Dan kurasakan vaginanya yang hangat dan berbulu halus itu sudah basah. Jari tanganku mulai mengelus, mengocok dan meremas kemaluan mertuaku. Nafasnya makin memburu sementara dia terlihat berusaha untuk menahan gerakan pinggulnya, yang kadang kadang terangkat, kadang mengeser kekiri kanan sedikit. Kunikmati wajahnya yang tegang sambil sekali kali menggigit bibirnya. Hampir saja aku tak bisa menahan nafsu untuk mencium bibirnya, tapi aku segera sadar bahwa itu akan menimbulkan gerakan yang dapat membangunkan istriku.

    Setelah beberapa saat tangan kanannya masih pasif, maka kubimbing tangannya untuk mengelus elus penisku, walaupun agak alot akhirnya dia mau mengelus penisku, meremas bahkan mengocoknya. Agak lama kami saling meremas, mengelus, mengocok dan makin lama cepat, sampai kurasakan dia sudah mendekati puncaknya, mertuakan membuka matanya, dipandanginya wajahku erat erat, kerut dahinya menegang dan beberapa detik kemudian dia menghentakkan kepalanya menengadah kebelakang. Tangan kirinya mencengkeram dan menekan tanganku yang sedang mengocok lobang kemaluannya. Kurasakan semprotan cairan di pangkal telapak tanganku. Mertuaku mencapai puncak kenikmatan, dia telah orgasme. Dan pada waktu hampir yang bersamaan air maniku menyemprot kepahanya dan membasahi telapak tangannya. Kenikmatan yang luar biasa kudapatkan malam ini, kejadianya begitu saja terjadi tanpa rencana bahkan sebelumnya membayangkanpun aku tidak berani.

    Sejak kejadian itu, sudah sebulan lebih mertuaku tidak pernah menginap dirumahku, walaupun komunikasi dengan istriku masih lancar melalui telpon. Istriku tidak curiga apa apa tetapi aku sendiri merasa rindu, aku terobsesi untuk melakukannya lebih jauh lagi. Kucoba beberapa kali kutelepon, tetapi selalu tidak mau menerima. Akhirnya setelah kupertimbangkan maka kuputuskan aku harus menemuinya.

    Hari itu aku sengaja masuk kantor separo hari, dan aku berniat menemuinya dirumahnya, sesampai dirumahnya kulihat tokonya sepi pengunjung, hanya dua orang penjaga tokonya terlihar asik sedang ngobrol. Tokonya terletak beberapa meter dari rumah induk yang cukup besar dan luas. Aku langsung masuk kerumah mertuaku setelah basa basi dengan penjaga tokonya yang kukenal dengan baik. Aku disambut dengan ramah oleh mertuaku, seolah olah tidak pernah terjadi sesuatu apa apa, antara kami berdua, padahal sikapku sangat kikuk dan salah tingkah.

    “Tumben tumbenan mampir kesini pada jam kantor?”
    “Ya Bu, soalnya Ibu nggak pernah kesana lagi sih”
    Mertuaku hanya tertawa mendengarkan jawabanku
    “Ton. Ibu takut ah.. wong kamu kalau tidur tangannya kemana mana.., Untung istrimu nggak lihat, kalau dia lihat.. wah.. bisa berabe semua nantinya..”
    “Kalau nggak ada Sri gimana Bu..?” tanyaku lebih berani.
    “Ah kamu ada ada saja, Memangnya Sri masih kurang ngasinya, koq masih minta nambah sama ibunya.”
    “Soalnya ibunya sama cantiknya dengan anaknya” gombalku.
    “Sudahlah, kamu makan saja dulu nanti kalau mau istirahat, kamar depan bisa dipakai, kebetulan tadi masak pepes” selesai berkata ibuku masuk ke kamarnya.


    Aku bimbang, makan dulu atau menyusul mertua kekamar. Ternyata nafsuku mengalahkan rasa lapar, aku langsung menyusul masuk kekamar, tetapi bukan dikamar depan seperti perintahnya melainkan kekamar tidur mertuaku. Pelan pelan kubuka pintu kamarnya yang tidak terkunci, kulihat dia baru saja merebahkan badannya dikasur, dan matanya menatapku, tidak mengundangku tapi juga tidak ada penolakan dari tatapannya. Aku segera naik keranjang dan perlahan lahan kupeluk tubuhnya yang gemulai, dan kutempelkan bibirku penuh kelembutan. Mertuaku menatapku sejenak sebelum akhirnya memejamkan matanya menikmati ciuman lembutku. Kami berciuman cukup lama, dan saling meraba dan dalam sekejap kami sudah tidak berpakaian, dan nafas kami saling memburu. Sejauh ini mertuaku hanya mengelus punggung dan kepalaku saja, sementara tanganku sudah mengelus paha bagian dalam. Ketika jariku mulai menyentuh vaginanya yang tipis dan berbulu halus, dia sengaja membuka pahanya lebar lebar, hanya sebentar jariku meraba kemaluanya yang sudah sangat basah itu, segera kulepas ciumanku dan kuarahkan mulutku ke vagina merona basah itu.

    Pada awalnya dia menolak dan menutup pahanya erat erat.
    “Emoh.. Ah nganggo tangan wae, saru ah.. risih..” namun aku tak menghiraukan kata katanya dan aku setengah memaksa, akhirnya dia mengalah dan membiarkan aku menikmati sajian yang sangat mempesona itu, kadang kadang kujilati klitorisnya, kadang kusedot sedot, bahkan kujepit itil mertuaku dengan bibirku lalu kutarik tarik keluar.
    “Terus nak Ton.., Enak banget.. oh.. Ibu wis suwe ora ngrasakke penak koyo ngene sstt”
    Mertuaku sudah merintih rintih dengan suara halus, sementara sambil membuka lebar pahanya, pinggulnya sering diangkat dan diputar putar halus. Tangan kiriku yang meremas remas buah dadanya, kini jariku sudah masuk kedalam mulutnya untuk disedot sedot.

    Ketika kulihat mertuaku sudah mendekati klimax, maka kuhentikan jilatanku dimemeknya, kusodorkan kontolku kemulutnya, tapi dia membuang muka kekiri dan kekanan, mati matian tidak mau mengisap penisku. Dan akupun tidak mau memaksakan kehendak, kembali kucium bibirnya, kutindih tubuhnya dan kudekap erat erat, kubuka leber lebar pahanya dan kuarahkan ujung penisku yang mengkilat dibibr vaginanya.


    Mertuaku sudah tanpa daya dalam pelukanku, kumainkan penisku dibibir kemaluannya yang sudah basah, kumasukkan kepala penis, kukocok kocok sedikt, kemudian kutarik lagi beberapa kali kulakukan.
    “Enak Bu?”
    “He eh, dikocok koyo ngono tempikku keri, wis cukup Ton, manukmu blesekno sin jero..”
    “Sekedap malih Bu, taksih eco ngaten, keri sekedik sekedik”
    “Wis wis, aku wis ora tahan meneh, blesekno sih jero meneh Ton oohh.. ssttss.. Ibu wis ora tahan meneh, aduh enak banget tempikku” sambil berkata begitu diangkatnya tinggi tinggi bokongnya, bersamaan dengan itu kumasukkan kontolku makin kedalam memeknya sampai kepangkalnya, kutekan kontolku dalam dalam, sementara Ibu mertuaku berusaha memutar mutar pinggulnya, kukocokkan penisku dengan irama yang tetap, sementara tubuhnya rapat kudekap, bibirku menempel dipipinya, kadang kujilat lehernya, ekspresi wajahnya berganti ganti. Rupanya Ibu anak sama saja, jika sedang menikmati sex mulutnya tidak bisa diam, dari kata jorok sampai rintihan bahkan mendekati tangisan.

    Ketika rintihannya mulai mengeras dan wajahnya sudah diangkat keatas aku segera tahu bahwa mertua akan segera orgasme, kukocok kontolku makin cepat.
    “Ton..aduh aduh.. Tempikku senut senut, ssttss.. Heeh kontolmu gede, enak banget.. Ton aku meh metu.. oohh.. Aku wis metu..oohh.”

    Mertuaku menjerit cukup keras dan bersamaan dengan itu aku merasakan semprotan cairan dalam vaginanya. Tubuhnya lemas dalam dekapanku, kubiarkan beberapa menit untuk menikmati sisa sisa orgasmenya sementara aku sendiri dalam posisi nanggung.
    Kucabut penisku yang basah kuyup oleh lendirnya memekknya, dan kusodorkan ke mulutnya, tapi dia tetap menolak namun dia menggegam penisku untuk dikocok didepan wajahnya. Ketika kocokkannya makin cepat, aku tidak tahan lagi dan muncratlah lahar maniku kewajahnya.


    Siang itu aku sangat puas demikian juga mertuaku, bahkan sebelum pulang aku sempat melakukannya lagi, ronde kedua ini mertuaku bisa mengimbangi permainanku, dan kami bermain cukup lama dan kami bisa sampai mencapai orgasme pada saat yang sama.

  • Kisah Memek Di kapal Ciremai Aku hilangkan TIket

    Kisah Memek Di kapal Ciremai Aku hilangkan TIket


    2612 views

    Duniabola99.com – Aku ingin berbagi cerita, kisahku ini adalah kejadian yang benar-benar kualami sendiri. Untuk menjaga nama baik keluarga, nama dan marga sengaja kusamarkan. Aku berharap semoga beban batinku akan berkurang setelah aku menceritakannya.


    Aku adalah seorang gadis dari Kawanua, sebut saja namaku Inge, aku anak pertama dari 6 bersaudara dan aku satu-satunya anak perempuan. Kehidupan ekonomi keluargaku bisa dibilang mencemaskan. Beruntung aku bisa tamat SMA, ini karena aku mendapat beasiswa dari Yayasan Super Semar.

    Aku sedih melihat keadaan keluargaku, ayahku adalah seorang Pegawai Negeri golongan II, ibuku hanyalah seorang Ibu Rumah Tangga yang tidak mempunyai skill, kerjanya hanya mengurus putra-putrinya. Rasanya aku ingin membantu ayah, mencari uang. Tapi apalah daya aku hanya lulusan sekolah menengah, namun begitu kucoba untuk melamar kerja di perusahaan yang ada di kota Manado. Hasilnya nihil, tak satupun perusahaan yang menerima lamaranku. Aku mahfum, disaat krisis sekarang ini banyak PT yang jatuh bangkrut, kalaupun ada PT yang bertahan itu karena mem-PHK sebagian karyawannya.

    Lalu aku berpikir, kenapa aku tidak ke Jakarta saja, kata orang di Ibukota banyak lowongan pekerjaan, dan aku teringat tetanggaku Mona namanya, dia itu katanya sukses hidup di Jakarta, terbukti kehidupan keluarganya meningkat drastis. Dahulu kehidupan keluarga Mona tidak jauh berbeda dengan keadaan keluargaku, pas-pasan. Tapi sejak Mona merantau ke Jakarta, ekonomi keluarganya makin lama makin berubah. Bangunan rumah Mona kini sudah permanen, isi perabotnya serba baru, dari kursi tamu, tempat tidur semuanya mewah, juga TV 29″ antena parabola dan VCD mereka miliki. Aku ingin seperti Mona, toh dia juga hanya tamatan SMA. Kalau dia bisa kenapa aku tidak? Aku harus optimis.

    Pada suatu hari di bulan September, tahun 1998 aku pamit kepada keluargaku untuk merantau ke Jakarta. Meskipun berat papa dan mama merelakan kepergianku. Dengan bekal uang Rp 75.000 dan tiket kelas Ekonomi hasil hutang papaku di kantor, aku akhirnya meninggalkan desa tercinta di Kawanua. Dari desa aku menuju pelabuhan Bitung, aku harus sudah sampai di pelabuhan sebelum pukul 6 sore karena KM Ciremai jurusan Tg.Priok berangkat jam 19:00 WIT, waktu satu jam tentu cukup untuk mencari tempat yang nyaman. Karena tiketku tidak mencantumkan nomor seat, maklum kelas ekonomi, aku berharap mendapat lapak untuk menggelar tikar ukuran badanku. Tapi sial, angkutan yang menuju pelabuhan begitu terlambat, pada waktu itu jam sudah menunjuk pukul 18:45. Waktuku hanya 15 menit. Ternyata KM.Ciremai sudah berlabuh, aku melihat hiruk pikuk penumpang berebut menaiki tangga, aku tergolong calon penumpang yang terakhir, dengan sisa-sisa tenagaku, aku berusaha lari menuju KM.Ciremai, aku hanya menggendong tas punggung yang berisi pakaian 3 potong.


    Aku sudah berada di dek kapal kelas ekonomi, tapi hampir semua ruangan sudah penuh oleh para penumpang. Keringat membasahi seluruh tubuhku, ruangan begitu terasa pengap oleh nafas-nafas manusia yang bejibun. Aku hanya bisa berdiri di depan sebuah kamar yang bertuliskan Crew, di sekitarku terdapat seorang Ibu tua bersama 2 orang anak laki-laki usia sekolah dasar. Mereka tiduran di emperan tapi kelihatannya mereka cukup berbahagia karena dapat selonjoran. Aku berusaha mencari celah ruang untuk dapat jongkok. Aku bersyukur, Ibu Tua itu rupanya berbaik hati karena bersedia menggeserkan kakinya, kini aku dapat duduk, tapi sampai kapan aku duduk kuat dengan cara duduk begini. Sedangkan perjalanan memakan waktu 2 hari 2 malam.

    Tidak lama kemudian KM.Ciremai berangkat meninggalkan pelabuhan Bitung, hatiku sedikit lega, dan aku berdoa semoga perjalanku ini akan mengubah nasib. Tak sadar aku tertidur, aku sedikit terkejut sewaktu petugas menanyakan tiket, aku ingat tiketku ada di dalam tas punggungku. Tapi apa lacur, tasku raib entah dimana, aku panik, aku berusaha mencari dan bertanya kepada Ibu tua dan anak laki-lakinya, tapi mereka hanya menggelengkan kepala. Bandar Bola

    “Cepat keluarkan tiketmu..” ujar seorang petugas sedikit menghardik.
    “Aku kehilangan tas, tiket dan uangku ada di situ..” jawabku dengan sedih.
    “Hah, bohong kamu, itu alasan kuno, bilang aja kamu tak membeli tiket, Ayo ikut kami ke atas,” bentak petugas yang bertampang sangar.

    Akhirnya aku dibawa ke dek atas dan dihadapkan kepada atasan petugas tiket tadi.
    “Oh.. ini orangnya, berani-beraninya kamu naik kapal tanpa tiket,” kata sang atasan tadi.
    “Tiketku hilang bersama pakaianku yang ada di tas, saya tidak bohong Pak, tapi benar-benar hilang..”
    “Bah itu sih alasan klasik Non, sudah ratusan orang yang minta dikasihani dengan membuat alasan itu.” ucapnya lagi.
    “Kalau Bapak tak percaya ya sudah, sekarang aku dihukum apapun akan aku lakukan, yang penting aku sampai di Jakarta.”
    “Bagus, itu jawaban yang aku tunggu-tunggu..” ujar lelaki berseragam putih-putih itu.
    Kalau kutaksir mungkin lelaki tersebut baru berusia 45 tahun, tapi masih tegap dan atletis, hanya kumis dan rambutnya yang menonjolkan ketuaannya karena agak beruban.


    “Tapi ingat kamu sudah berjanji, akan melakukan apa saja..” ujar lelaki itu, seraya menunjukkan jarinya ke jidatku.
    “Sekarang kamu mandi, biar tidak bau, tuh handuknya dan di sana kamar mandinya..” sambil menunjuk ke arah kiri.
    Betapa girang hatiku, diperlakukan seperti itu, aku tidak menyangka lelaki itu ternyata baik juga. Betapa segarnya nanti setelah aku mandi.
    “Terima kasih Pak,” ujarku seraya memberanikan diri untuk menatap wajahnya, ternyata ganteng juga.
    “Jangan panggil Pak, panggil aku Kapten..” tegasnya.
    Aku sempat membaca namanya yang tertera di baju putihnya. “Kapten Jonny” itulah namanya.

    Aku sekarang sudah berada di kamar mandi.
    “Wah, betapa wanginya tuh kamar mandi,” gumamku nyaris tak terdengar. Kunyalakan showernya maka muncratlah air segar membasahi tubuhku yang mulus ini, kugosok-gosokan badanku dengan sabun, kuraih shampo untuk mencuci rambutku yang sempat lengket karena keringat.

    Sepuluh menit kemudian aku keluar dari kamar mandi, aku bingung untuk bersalin pakaian, aku harus bilang apa kepada Sang Kapten. “Wah cantik juga kamu,” tiba-tiba suara itu mengejutkan diriku. Dan yang lebih mengejutkan adalah pelukan Sang Kapten dari arah belakang. Aku hanya terdiam, “Siapa namamu, Sayang?” bisiknya mesra. “Inge..” jawabku lirih. Aku tidak berusaha berontak, karena aku ingat akan janjiku tadi. Karena aku diam tak berreaksi, maka tangan Sang Kapten makin berani saja menjelajahi dadaku dan menciumi leher serta telingaku. Aku menggelinjang, entah geli atau terangsang, yang pasti sampai usiaku 19 tahun aku belum pernah merasakan sentuhan lelaki. Bukannya tidak ada lelaki yang naksir padaku, ini karena sikapku yang tidak mau berpacaran. Banyak teman sekelas yang berusaha mendekatiku, selain lumayan cantik, aku juga tergolong pandai, makanya aku mendapat beasiswa. Maka tak heran banyak lelaki di sekolahku yang berusaha memacariku, tapi aku cuek, alias tidak merespon.

    “Ooohh.. jangan Kapten.” hanya kata-kata itu yang keluar dari mulutku ketika pria separuh baya itu menyentuh barang yang amat berharga bagi wanita, bulu-bulu lembut yang tumbuh di sekitar vaginaku dielusnya dengan lembut, sementara handuk yang melekat di tubuhku sudah jatuh ke lantai. Dan aku pun tahu bahwa lelaki ini sudah bertelanjang bulat.


    Aku merasakan benda kenyal yang mengeras menyentuh pantatku, nafas hangat dan wangi yang memburu terus menjelajahi punggungku, tangannya yang tadi mengelus vaginaku sekarang meremas-remas kedua payudaraku yang ranum, ini membuat dadaku membusung dan mengeras. Aku tak percaya, tangan lelaki ini seolah mengandung magnet, karena mampu membangkitkan gairah yang tak pernah kurasakan seumur hidupku.

    “Ooohh.. aahh..” hanya desahan panjang yang dapat kuekspresikan bahwa diriku berada dalam libido yang betul-betul mengasyikan.
    “Inge kau betul-betul lugu, pegang dong batangku,” kata Kapten Jonny, seraya meraih tanganku dan menempelkannya ke batang zakarnya yang keras tapi kenyal.
    “Jangan diam saja, remaslah, biar kita sama-sama enak..” ujarnya lagi.

    Akhirnya walaupun aku sebelumnya tidak pernah melakukan senggama, naluriku seolah membimbing apa yang harus kuperbuat apabila bercumbu dengan seorang laki-laki. Akhirnya aku berbalik, kuraih batang kemaluannya kuremas dan kukocok-kocok, sampai kumainkan biji pelirnya yang licin.Sang Kapten mendesah-desah, “Ooohh.. aachh.. enak sekali Sayang, teruskan.. oh teruskan..” sambil matanya terpejam-pejam. Aku jongkok, tanpa ragu kujilat dan kukulum torpedo Sang kapten, sampai terbenam ke tenggorokanku.

    Aku benar-benar menikmatinya seperti menikmati es Jolly kesukaanku di waktu kecil dulu. Aku tak peduli erangannya, kusedot, kusedot dan kusedot terus, sampai akhirnya zakar Sang Kapten yang panjangnya hampir 12 centi itu memuncratkan cairan hangat ke mulutku yang mungil. “Aaahh.. aku sudah tak kuat Inge,” gumamnya. Betapa nikmatnya cairan spermanya, sampai tak sadar aku telah menelan habis tanpa tersisa, ini membuat seolah Sang Kapten tak mampu untuk tegak berdiri. Dia bersandar di dinding kapal apalagi gerakan kapal sekarang ini sudah tak beraturan kadang bergoyang kekiri kadang kekanan.

    “Kamu betul-betul hebat Inge,” puji Kapten Jonny sambil mencium bibirku.
    “Inge jangan kau anggap aku sudah kalah, tunggu sebentar..”
    Dia bergegas menuju lemari kecil, lantas mengambil sesuatu dari botol kecil dan menelannya lantas membuka kulkas dan mengambil botol minuman sejenis Kratingdaeng.


    “Sini Sayang..” ujar sang kapten memanggilku mesra.
    “Istirahat dulu kita sebentar, ambillah minuman di kulkas untukmu,” lanjut Kapten Jonny.
    Kubuka kulkas dan kuraih botol kecil seperti yang diminum Kapten Jonny. Aku meminumnya sedikit demi sedikit, “Ooohh.. sedap sekali minuman ini.. aku tak pernah merasakan betapa enaknya.. minuman apa ini.” Ternyata label minuman ini tertulis huruf-huruf yang aku tak paham, mungkin aksara China, mungkin Jepang mungkin juga Korea. Ah persetan.. yang penting tenggorokanku segar.

    “Kau berbaringlah di di situ,” pinta Kapten Jonny sambil menunjuk tempat tidurnya yang ukurannya tidak begitu besar. Kurebahkan tubuhku di atas kasur yang empuk dan membal. Kulihat jam dinding sudah menunjuk pukul 12 malam. Aku heran mataku tak merasa ngantuk, padahal biasanya aku sudah tidur sebelum pukul 22:00. Aku sengaja tidak menggunakan selimut untuk menutupi tubuhku, kubiarkan begitu saja tubuhku yang polos, barangkali ini akan membangkitkan gairah libido Sang Kapten yang tadi sudah down. Aku berharap semoga Sang Kapten akan terangsang melihat dadaku yang sengaja kuremas-remas sendiri.

    Sang Kapten sudah bangkit dari kursi santainya, dia menenggak sebotol lagi minuman sejenis Kratindaeng. Dia sudah berada di tepi ranjang, sekarang dia mulai mengelus-elus kakiku dari ujung jari merambat ke atas dan berhenti lama-lama di pahaku, mengusap-usap dan menjilatinya, dan sekarang lidahnya sudah berada di mulut vaginaku. “Ooohh.. geli..”

    Sejurus kemudian lidahnya dijulurkan dan menyapu permukaan bibir vaginaku. Pahaku sengaja kulebarkan, hal ini membuat Sang Kapten bertambah buas dan liar, diseruputnya klitorisku. “Ooohh.. aahh.. teruskan Kapten, lanjutkan Kapten.. Ooohh.. nikmat sekali Kapten..” Tangannya tidak tinggal diam, diraihnya kedua payudaraku, diremasnya dan tak lupa memelintir putingku dengan mesra.

    “Ooohh.. aku sudah tak tahan Kapten..” desisku.
    “Tahan Sayang.. tahan sebentar.. biarkan aku menikmati vaginamu yang wangi ini.. aku tak pernah merasakan wanginya vagina dari wanita lain..”
    “Sruupp.. sruupp.. sruupp..” Terus saja mulut Kapten Jonny dengan rajinnya menjelajah bagian dalam vaginaku yang sudah empot-empotan ini akibat rangsangan yang amat tinggi.

    “Sudah Kapten.. lekas masukkan batang zakarmu, aku sudah tidak tahan..”
    “Baik, rasakanlah Sayang.. betapa nikmatnya rudalku ini..”
    “Tapi pelan-pelan Kapten, aku benar-benar masih perawan..”
    “Oke, aku melakukannya dengan hati-hati..” janji Kapten Jonny.
    “Buka lebar pahamu, Inge..” saran Kapten Jonny.
    Dan..


    “Blleess..”
    “Ooohh.. aahh..” desisku, padahal zakar itu baru masuk tiga perempatnya.
    “Bles.. bless..”
    “Ooohh..” erangku panjang, aku tahu batang sepanjang 12 centi itu sudah merusak selaput daraku.
    Ditariknya lagi rudalnya, lantas dimasukannya lagi seirama dengan goyangan KM.Ciremai oleh ombak laut.

    “Bless.. bless.. bless..”
    “Ooohh.. oohh.. oohh.. aahh.. aahh..”
    “Aku mau keluar Kapten,” ujarku memberi tahu Kapten Jonny.
    “Tahan Sayang.. sebentar.. aku juga ingin keluar, sekarang kita hitung sampai tiga. Satu.. dua.. tiga..”
    “Crott.. crott.. crot..” sperma Kapten Jonny membasahi gua gelap vaginaku. Betapa hangat dan nikmatnya air manimu Jonny. Hal ini memancing cairanku ikut membanjiri kemaluanku sampai meluber ke permukaan.

    Kami berdua terkulai lemas, tapi Kapten Jonny sempat meraba bibir kemaluanku dan jarinya seolah mencungkil sesuatu dari vaginaku, ternyata dia menunjukkan cairan merah kepadaku, dan ternyata adalah darah perawanku. Dijilatnya darah sambil berkata, “Terima kasih Inge, kamu betul-betul perawan..” Aku hanya menangis, menangisi kenikmatan yang sama sekali tak kusesalkan. Aktivitas senggama ini berlangsung kembali sampai matahari muncul. Lantas aku tidur sampai siang, makan, tidur dan malamnya kami melakukannya lagi berulang-ulang seolah tiada bosan.


    Akhirnya Pelabuhan Tanjung Priok sudah berada di pelupuk mataku. Sebelum turun dari kapal aku dibelikan baju baru, dan dibekali uang yang cukup.
    Selamat tinggal Kapten.. selamat tinggal Ciremai..

  • Kisah Memek Besetubuh dengan Hartini istri bawahanku

    Kisah Memek Besetubuh dengan Hartini istri bawahanku


    5566 views

    Duniabola99.com – Walaupun sebagai staff, karena sebelumnya perumahan sudah diisi oleh sebagian karyawan yg sudah duluan
    menempati, saya menempati rumah kopel kayu (dua rumah dempet menjadi satu bangunan) ketiga dari
    ujung dan agak kecil yg sebenarnya fasilitas untuk karyawan biasa. Manager pabrik sendiri menganjurkan
    agar memindahkan karyawan yg sudah menempati fasilitas rumah (rumah single beton) yang sebenarnya
    diperuntukkan bagi staff bujangan maupun keluarga, tapi untuk mengambil hati para karyawan yang mana
    nantinya juga akan menjadi bawahan saya. Akhirnya sayapun minta agar diijinkan menempati rumah kopel
    ketiga dari pinggir menghadap ke timur berhadapan dengan rumah yang menghadap ke barat dibatasi oleh
    jalan besar belum diaspal tapi sudah dikerasin. Hokibet

    Rumah tetangga sebelah kiri yang agak berjarak tanah kosong selebar satu rumah ditempati oleh karyawan
    laki-laki yang sudah berkeluarga teapi istrinya masih tinggal di rumah orangtuanya , jauh dari lokasi
    perkebunan. Biasanya dia pulang sekali sebulan untuk mengantarkan gaji bulanan untuk nafkah anak
    istrinya.

    Rumah sebelah kanan yang merupakan pasangan rumah kopelku ditempati oleh karyawan laki-laki berumur
    35 tahun, sebut saja namanya bersama Nardi bersama istrinya yang berumur 33 tahun, sebut saja namanya
    Hartini. Hartini walaupun bukan termasuk wanita kota, tapi sangat modis dan mengikuti kemajuan jaman
    disesuaikan dengan kondisi ekonomi. Yang paling membuat saya sangat kagum adalah bentuk payudara
    yang sangat berisi dan body yang cenderung montok. Dengan kondisi rumah kopel kayu seperti itu biasanya
    sepelan apapun pembicaran ataupun gerakan dalam rumah akan terasa di rumah sebelah. Dan saat itu
    kebetulan Nardi masuk dalam shift-1 dibawah pimpinan saya.

    Karena saya masih bujangan dan memang bukan tipe yang rajin ngurus rumah, untuk makan biasanya saya
    makan di warung yang berada di luar lingkungan perumahan berjarak sekitar 500 meter dari perumahan
    pabrik dan 50 meter dari pabrik. Untuk cuci pakaian, aku usahakan cuci sendiri walaupun hanya satu kali
    seminggu. Seringkali kalau udah malam atau hujan, terpaksa aku tidak makan nasi, hanya mengandalkan mi
    instant yang direbus seadanya. Karena mungkin kasihan, pada suatu sore sepulang kerja shift-1 pagi, kami
    bertiga, aku, Nardi dan Hartini ngobrol di teras, dan saat itu Nardi yang menjadi bawahanku itu
    menyarankan agar makan di rumahnya saja setiap hari dengan membayar secukupnya kepada istrinya.
    Akhirnya terjadi kesepakatan untuk makan setiap hari sekalian cuci pakaian ditanggung jawabi oleh Hartini.
    Karena setiap hari berdekatan dan makan bersama semakin lama hubungan kamipun semakin akrab dan
    tidak sungkan lagi ngobrol berdua tanpa suaminya.


    Awal kejadian pada suatu sore sepulang kerja sekitar jam 16.00, dan Nardi masih lembur di pabrik untuk
    mencari tambahan aku dan Hartini duduk ngobrol di teras. Saat itu aku menanyakan kenapa mereka yang
    sudah menikah 9 tahun belum punya anak. Dia dengan malu-malu bercerita bahwa mereka sudah sangat
    menginginkan anak dan sampai saat ini Hartini sudah periksa ke dokter dan dinyatakan tidak ada masalah,
    dan suaminya sendiri katanya tidak mau periksa karena merasa tidak ada kelainan dalam hal fisik, dan
    kebutuhan batin istrinya sanggup terpenuhi. Dari situ, semakin lama pembicaraan kami semakin bebas
    sampai saya bercerita bahwa aku pernah mempunyai bekas pacar yang fisiknya agak montok seperti
    Hartini, dan iseng-iseng aku mengatakan bahwa biasanya wanita yang cenderung gendut mempunyai
    payudara yang lembek dan turun dan rambut vagina sedikit dan jarang-jarang. Hartini membantah bahwa
    tidak semuanya begitu, dan dia sendiri mengatakan bentuk kepunyaan dia sangat bertolak belakang dengan
    yang saya katakana. Karena saya penasaran saya katakana bahwa Hartini pasti bohong, tapi dia menyangkal,

    akhirnya dengan jantung berdebar keras takut kalau Hartini marah saya minta tolong apabila bersedia ingin
    melihatnya. Tapi mungkin demi menjaga agar dia tidak dianggap murahan, dia menolak keras, lama
    kelamaan saya memohon dengan muka pura-pura dibuat kasihan ditambah alasan bahwa sudah kangen
    banget sama pacar yang saat itu berada di Jakarta yang biasanya sekali seminggu bertemu, akhirnya dia
    mengatakan dengan pipi merah bahwa saya boleh melihat dia tapi dari jauh dan tidak boleh menyentuhnya.
    Saya tentu saja dengan cepat menyetujuinya. Dengan gerak malas-malasan atau dibuat pura-pura berat hati,
    dia berjalan menuju kamar belakang yang berdampingan dengan kamar depan dan tak lupa menutup jendela
    belakang yang berhadapan dengan lahan perkebunan masyarakat untuk menjaga apabila secara kebetulan
    ada orang yang bekerja di lahan tersebut. Kemudian dia berdiri sambil tersenyum malu-malu kepada saya
    yang tak mau melepasakan pemandangan indah tersebut dari jendela depan yang sengaja saya atur posisi
    saya masih di teras tetapi kepala saya melongok ke dalam rumah seakan-akan kalau orang melihat dari
    halaman ataupun lewat dari jalanan kami sedang berbicara dengan orang yang berada di dalam rumah. Jarak
    antara posisi duduk saya (diperbatasan teras rumah saya dengan rumah dia) hanya berjarak sekitar empat
    meter saja keposisi dia berdiri di kamar belakang.


    Dengan lagak seorang model dia bergerak pelan-pelan membuka kaos birunya sambil jalan ke kiri dan
    kanan secara perlahan sampai ke balik pintu kamar sampai mata saya kadang tidak mampu melihat
    pemandangan yang mengasyikkan, tetapi setiap mau ke arah balik pintu saya perlahan teriak
    “Tin, jangan sampai kesitu dong, gua nggak bisa lihat nih.”.

    Sepertinya Hartini memang sengaja membuat saya penasaran. Kaos yang ditarik ke atas lalu dijepit olejh
    ketiaknya dan kelihatan BH berwarna merah menyala seakan-akan tidak mampu menutupi semua payudara
    montok putih yang menyembul keluar dari bagian atas BH nya seakan-akan protes mengapa dia dijepit
    terlalu keras. Setelah didiamkan sekitar 30 detik, sambil tersenyum mengedipkan mata sebelah kepada saya,
    dia pun mulai membuka kancing depan BH dan membiarkan cup BH nya menjuntai kebawah.

    (Akhirnya saya ketahui bahwa Hartini mempnyai ukuran 36 dan cupnya saya kurang tau, yang jelas satu telapak tangan saya masih belum bisa menutupi sebelah payudaranya dan dia mempunyai BH yang tidak mempunyai kancing di belakang). Mata saya seakan-akan mau keluar melihat pemandangan tersebut, sedangkan dia sendiri seakan-akan bangga menatap bagaimana saya sangat terpesona dengan payudaranya dengan puting sebesar puntung rokok Sampoerna Mild dan berwarna coklat kemerahan . Dalam 30 detik seakan-akan saya

    tidak bernafas tidak mau melepaskan pandangan saya sampai akhirnya dia berseru pelan “Udah ya, ntar lagi suamiku pulang” Saya tidak dapat berkata apapun saat itu dan sesudah merapikan pakaiannya, Hartini kembali ke teras seakan-akan tidak terjadi apa-apa kecuali berdiam diri dan duduk diteras rumahnya sedangkan saya sudah pindah duduknya kembali ke teras rumah saya. Setelah beberapa lama, perlahan berkata, “Jangan bilangin sama siapa-siapa ya?” kelihatannya Hartini sangat ketakutan apabila diketahui orang lain.
    “Jelas dong, masak gua bilangin sama orang, kan gua juga menanggung resiko” Sesaat kemudian dari jauh sudah kelihatan bahwa Nardi sudah pulang bersama teman-temannya yang ikut lembur. Kami pun berusaha berbicara normal tidak perlahan lagi tetapi membicarakan yang lain.

    Setelah menaiki tangga, Nardi langsung menyerahkan tas bekalnya kepada Hartini dan Hartini langsung
    membawa masuk sambil memberesi tempat bekal suaminya. Saya dan Nardi ngobrol sebagaimana layaknya
    bertetangga walaupun dia tetap menaruh hormat karena bagaimanapun kalau di pabrik dia menjadi bawahan
    saya.


    Malamnya saya terus memikirkan persitiwa tadi sore, kenapa dia bersedia menunjukkan sesuatu yang
    harusnya hanya boleh dilihat oleh suaminya, padahal dia mengatakan dalam hal kepuasan batin dia
    mengakuinya. Dalam hati saya berniat untuk lebih jauh., lagi mengingat bahwa Hartini tidak marah.
    Besoknya kira-kira dalam situasi yang sama sepulang kerja kami ngobrol kembali, dan saya beranikan untuk
    memancing lagi.
    “Kemarin memang benar ya, punya kamu memang bagus sekali bukan karena BH”.
    Dia tersenyum manis sedikit malu mungkin merasa bangga dengan pujian yang keluar dari mulut saya.
    “Tapi saya nggak yakin bahwa rambut bawah kamu bukan seperti yang saya lihat punya bekas pacarku
    dulu”

    Dengan masih tertawa kecil dia memperbaiki rambutnya dengan kedua tangannya.
    “Kan kemarin aku bilang apa, sekarang minta itu, sekarang ini, besok minta yang lain lagi dong Awas lho
    nanti ketahuan pacarmu yang sekarang di Jakarta, tau rasa deh.”
    “Nggak mungkin dia tahu, kecuali kamu yang bilanginnya”

    Walaupun saya menjawab mengatakan tidak perlu khawatir, tapi dalam hati saya bertanya kenapa justru
    pacar saya yang dia khawatirin bukannya diri sendiri atau suaminya. Berkat bujukan dan rayuan seorang
    laki-laki walaupun bukan seorang ahli, dia berkata perlahan

    “Tapi ingat ya, hanya sebentar dan sekali ini saja ya. Aku takut nanti ketahuan sama suamiku, bisa dibunuh
    aku nanti. Sekalian awasi orang lain mana tau ada yang mau kesini”
    Saya hanya mengangguk cepat, tak sabar melihat pemandangan yang akan saya lihat.
    Perlahan Hartini berjalan menuju kamar belakang sambil saya menikmati pantatnya seperti pantat bebek
    sedang berjalan. Pemandangan dari belakang membuat penis saya sudah mulai naik dan saya langsung
    membereskan posisi kontol saya agar tidak sakit. Sesampai di kamar dia pun sepertinya agak gugup
    mengintip sekeliling luar rumah dari celah papan. Sebentar kemudian dia menaikkan rok katun berwarna
    hitam setinggi lutut sampai celana dalam merahnya kelihatan. Mata saya seakan tidak mau berkedip takut
    melewatkan pertunjukan gratis tersebut. Dia menatap saya dengan mata gugup, sepertinya ingin pertunjukan
    tersebut.

    “Lex, udah lihat kan” teriaknya perlahan seperti berbisik.
    “Kan belum dibuka, tadi udah janji boleh lihat dari jauh. Kalau nggak aku aja deh yang buka ke situ ya”
    sahutku dengan perlahan sambil mata mengawasi sekeliling, tapi saya yakin masih kedengaran kepada dia.
    “Jangan …jangan kesini, disitu aja.”dia menjawab sepertinya ketakutan. Saya pun menganggukkan kepala .
    Kemudian dia melepaskan lagi rok yang sebelumnya diangkat sampai jatuh seperti posisi biasa, dan kedua
    tangannya masuk dari bawahnya menurunkan CD sampai lepas, dengan sebelah tangan masih memegangi
    CD kemudian Hartini mengangkat roknya kembali ke atas. Ya ampun……


    Vaginanya sepertinya tertutupi oleh pegunungan hitam. Dia menatap saya dan mengangguk dengan ekspresi
    meminta persetujuan agar selesai. Saya sendiri berusaha agar lebih lama lagi menonton, tapi 15 detik
    kemudian dia langsung membungkuk dan memakai kembali CD nya. Kemudian dia membuka pintu kamar
    belakang untuk menghilangkan kecurigaan suaminya apabila pulang nantinya dan langsung menuju dapur
    untuk memberesi makan malam kami nantinya dan tidak bertemu lagi sampai kami makan malam. Dalam
    hati saya mulai yakin bahwa saya tidak bertepuk sebelah tangan. Selama ini apabila saya merasa sudah
    horny, sayang melampiaskan dengan onani di kamar sambil tiduran ataupun di kamar mandi.

    Semenjak kejadian tersebut saya mulai berani memeluk, mencium maupun meraba sekalian menciumi buah
    dadanya sewaktu giliran Hartini mau mengantarkan pakaian bersih dan menyusun di lemari pakaianku yang
    saya tempatkan di kamar tidurku. Biasanya sewaktu dia mau ngantar pakaian di depan pintu kamar biasanya
    dia sudah kasih kode jari di mulut, memberi info tidak aman. Apabila aman dia cuma senyum kecil, saya
    mengartikan isyarat aman. Disaat seperti itulah biasanya saya bisa menikmati bibir maupun teteknya.
    Kadang saking gemasnya saya tak sadar mengisap puting buah dadanya sampai dia kesakitan dan berbisik
    “Lex…. Jangan keras-keras. Emang nggak sakit.”

    Biasanya saya langsung minta maaf dan mengelus-elus buah dadanya dengan mesra. Ada kalanya Hartini
    tidak mau dicium karena sedang pake pewarna bibir, katanya nanti kalau dicium bisa hilang, suaminya bisa
    curiga, Sampai sampai sewaktu memberikan uang makan dan cuci pakaianku pun selalu saya menaruhnya
    sendiri ditengah buah dadanya baru saya tutup sendiri BH nya dan diakhiri dengan senyum dan cium.
    Puncak perselingkuhan kami adalah saat saya mau masuk shift sore, masuk jam empat sore dan biasanya
    pulang jam 12 malam, kalau buah sawit sedang panen raya dan menumpuk biasanya diteruskan sampai pagi.
    Setiap shift sore biasanya saya akan pulang sekitar jam 7 atau 8 malam untuk malam, sementara bisa
    bergantian dengan asistenku, biasanya jatah satu jam. Dan suami Hartini yaitu Nardi biasanya karena tidak
    punya kendaraan, malas pulang dan sudah membawa bekal dari rumah sore harinya. Sore itu sekitar jam 2
    siang saya sudah mandi dan bersiap-siap mau berangkat, karena sebagai kepala shift harus koordinasi dulu
    dengan kepala shift pagi, dan saya masih memakai handuk bertelanjang dada di kamar, Hartini datang ke
    kamar sambil menaruh jari diatas bibir, pertanda tidak aman. Saya berbisik,
    “Emang dimana suamimu”


    “Itu masih lagi tidur di kamar” jawabnya perlahan. Hartini pun berjalan menuju lemari pakaianku sambil
    tangan kirinya mencubit puting tetekku. Saya merasa geli, dan mau membalas mencubit teteknya. Dia
    mengelak sambil berbisik,
    “Jangan sekarang, ntar malam aja, waktu pulang makan”
    “Dimana”

    “Ntar ke kamar saja langsung, pintu belakang tidak kukunci, hanya ditutupkan saja”
    “Tapi nanti jangan pake apa-apa ya.“ godaku pelan sambil main mata
    Saya diam memikirkan kata-katanya, Sambil berjalan ke teras saya masih sempatkan meraba pantatnya
    sampai dia menepiskannya. Saya kaget memikirkan ada apa Hartini malah mengundang saya malam-malam
    ke kamarnya.

    Sampai di pabrik saya tidak konsentrasi dalam mengawasi karyawan melakukan tugas masing-masing dan
    masih memikirkan apa maunya Hartini. Saya sengaja agak lebih lama pulang makan malamnya sekitar jam
    8.30 malam, dan suasana perumahan sudah agak sepi karena gerimis dari sore. Saya langsung menempat
    motor dinas ke belakang rumah agar tidak menyolok dari luar. Saya masuk rumah dan menyalakan lampu
    sebentar kemudian dari celah papan, saya mengintip rumah sebelah dan kelihatan rumah sangat gelap,
    karena biasanya pada saat tidur memang kebiasaan lampu dimatikan. Pandangan orang dari luar kalau lampu
    sudah dimatikan biasanya enggan bertamu paling tidak kalau tidak benar-benar penting sekali.
    “Tin…..udah tidur ya, kesini dong?” teriakku pelan, sampai dua kali saya berteriak pelan, Hartinipun
    mendekat dibatasi oleh papan pembatas berbisik

    “Pintu belakang tidak dikunci, Alex aja yang kesini”
    Sayapun berjalan menuju kebelakang rumah sambil mematikan lampu ruang tengah, sehingga dari luar
    kelihatan saya sudah pergi kembali ke pabrik. Karena sangat gelap saya membiasakan mata dulu, baru
    mengawasi sekeliling. Mengingat kaos kerja yang saya pakai berwarna putih, saya membuka dan
    menyangkutkan di pintu belakang sebelah dalam. Lalu berjingkat-jingkat perlahan saya menuju pintu
    belakang rumah Hartini. Dengan sangat hati-hati saya mendorong pintu, takut mengeluarkan suara dan
    berjalan pelan sekali sambil menahan nafas, takut getaran kaki saya di lantai papan kedengaran sama orang
    lain. Memasuki kamar depan, Hartini kelihatan tidur dengan memakai kain sarung sebatas dada dan kaos
    you can see berwarna pink yang bisa saya lihat dari cahaya lampu jalan di depan rumah masuk dari celah
    papan kayu. Hartini berpura-pura memejamkan mata. Saya langsung jongkok di sampingnya dan meraba
    bua dadanya tanpa membuka kain sarungnya. Dia melirik sambil tangannya mencubit pipi saya. Saya
    teruskan dengan mencium bibirnya. Tak lama kemudian dia pun membalas dan tangan saya mulai
    menurunkan kain sarungnya dan manaikkan kaos sampai buah dadanya kelihatan penuh. Saat itu Hartini
    tidak memakai BH lagi seperti godaan saya siang harinya. Agak lama kami berciuman sambil tangan
    kananku meremas-remas kedua buah dadanya. Saya merasa sudah sangat horny begitu juga penglihatan saya


    kepada .Hartini.
    “Tin, mau nggak kita masukin, ntar gua buang diluar deh.” Bisikku
    “Lex, jangan dibuang diluar” jawabnya pelan sambil memelukku lebih keras sambil mencium pipi kiriku .
    “Ntar kalau hamil gimana dong, bisa bahaya kita” sahutku.
    Tanganku masih terus memutar-mutar putting kirinya. Tangan kiriku memangku lehernya sambil menahan
    berat tubuhku, karena saat itu saya masih jongkok.
    “Biar aja. Aku kan punya suami. Kalau aku hamil kan wajar”
    “ Tapi kalau nantinya anaknya lahir mirip gua gimana dong, suamimu bisa curiga loh”
    Dia menatap saya memelas, seperti meminta pertolongan, saya merasa kasihan melihat wajahnya.
    “Tolongin aku ya Lex, pokoknya dikeluarin didalam aja. Saya tanggung kamu tidak akan apa-apa. Aku
    pengen hamil Lex. Aku ingin buktikan kepada keluarga suamiku bahwa aku tidak mandul.”
    Sepertinya dia memohon. Saya ingat bahwa Hartini pernah cerita bahwa beberapa keluarga suaminya diamdiam

    sudah menganjurkan agar suaminya mencari istri lagi kalau ingin punya anak.
    “Kamu sudah yakin” Saya ingin menegaskan lagi bahwa dia memang meninginkannya.
    “Iya Lex, tolongin aku ya” bisiknya langsung mencium bibirku. Saya pun membalas ciumannya setelah
    yakin dia memang sangat menginginkannya. Sambil tetap berciuman tanganku mulai menarik turun kain
    sarungnya sampai lepas melewati kaki. Saya melepaskan bibirku turun ke puting buah dadanya sambil
    tangan kananku meraba pangkal paha. Sepertinya CD Hartini sudah agak basah. Hartini mendesah pelan
    sambil tangannya masih memeluk kepalaku, sekali-kali berusaha menekan kearah teteknya yang sedang
    saya putar-putar pakai lidah, sambil tanganku menarik CD nya turun lepas dari kakinya dibantu dengan
    gerak pantat Hartini yang terangkat. Mataku sekali-sekali melirik ke arah vagina yang ditumbuhi rambut
    yang lebat dan tanganku meraba-raba menyisihkan rambut yang lebat agar tanganku bisa masuk ke lobang
    vaginanya. Refleks tangan kiri Hartini menangkap tangan kananku dan menariknya ke atas tanpa
    melepaskannya lagi. Saat itu mulutku mulai turun ke arah perut, tetapi sesampai pusar Hartini menolak dan
    menahan kepalaku agar jangan sampai ke memeknya. Saya berusaha pelan-pelan menarik kepalaku sampai
    mulutku hampir mencium vaginanya. Tiba-tiba Hartini bangun duduk. Saya kaget dan takut dia marah.
    Sambil menatapku dia melingkarkan tangannya ke leherku, berbisik.

    “Jangan cium, bau. Aku nggak mau dicium itu.”
    “Nggak bau kok Tin, malah harum. Sebentar aja ya” jawabku merayu sambil cium lehernya. Hartini
    menggelinjing dan sambil mendesah pelan
    “Pokoknya jangan ya Lex, kamu masukin aja punya kamu”
    Tangannya meraba ke arah penisku, yang sudah menegang tapi tidak maksimum karena kurang konsentrasi,
    setiap saat harus mengawasi suara di sekeliling rumah. Saat itu saya malah masih memakai celana kerja
    telanjang dada. Hartini berusaha membuka gesper, tapi agak kesulitan. Saya bangun dan membuka sendiri
    sampai benar-benar telanjang. Lalu saya tunjukkan penisku kepada Hartini, dia membuang muka. Saya
    memegang kepalanya bermaksud agar dia mau mengoral penisku, tapi dia bertahan tidak mau. Akhirnya
    kami kembali berbaring di tempat tidur menetralkan suasana sambil kembali memulai cumbuan. Akhirnya
    saya dan Hartini sepertinya sudah kembali sama-sama horny, dan saya putuskan mengangkat kaki kananku
    merenggangkan kedua kakinya. Sedikit demi sedikit kakinya mulai ngangkang sampai kedua kakiku bisa
    masuk, siap untuk memasuki lubang surga. Tapi Hartini memelukku dengan erat sampai mulutnya
    menyumpal mulutku dan membisiki,


    “Kita di lantai aja ya. Jangan disini. Soalnya tempat tidurnya berisik nanti”
    Tanpa menjawab saya langsung bangun turun dari tempat tidur dan Hartini ikut bangun sambil bawa sebuah
    bantal dan berbaring merenggangkan kakinya di lantai. Saya yang sudah nggak sabaran langsung
    mengambil posisi. Tak lupa kaos pinknya saya buka sampai lepas melewati kepala. Tangan kanan saya
    memegang penisku mengarahkan ke vagina yang sudah banyak mengeluarkan cairan. Sesaat sesudah
    menyentuh bibir vaginanya, kami berdua saling memandang, seakan-akan meminta persetujuan, dan
    mulutku mencium mulut Hartini dan langsung dibalas sambil memeluk erat.
    “Tin, gua masukin ya. Nggak nyesal kan?” Bisikku kembali memastikan.
    Hartini tidak menjawab, hanya menganggukkan kepala pelan, tapi terasa bahwa dia sudah merespon, pelanpelan

    saya masukin penisku yang berukuran diameter 4 cm dan panjang 12 cm. Saya menahan nafas
    begitupun Hartini menikmati saat indah tersebut. Walaupun vagina Hartini sudah mengeluarkan banyak
    cairan, sepertinya masih bisa gua rasakan betapa saat memasuki memeknya terasa nikmat sampai sesudah
    masuk semua, saya diamkan sambil memandang muka Hartini yang memejamkan matanya. Sesaat
    kemudian dia membuka matanya dan langsung buang muka merapatkan pelukannya sambil mencium
    leherku. Dengan bertumpukan kedua siku di lantai saya mulai menaikturunkan pantatku, sampai kedengaran
    bunyi suara dari lobang vagina Hartini seperti suara tepukan tangan di air.
    “plok…plok….plok……”

    Beberapa lama saya menggenjot penisku, tiba-tiba kedua kaki Hartini menjepit keras kedua kakiku sampai
    saya kesusahan mengangkat pantatku, sampai saat pantatku kuangkat terasa berat karena pantat Hartini juga
    ikut terangkat dan kurasakan leherku digigit. Saya berpikir mungkin dia sudah orgasme, tapi kurasakan juga
    ada yang mendesak dari penisku.
    “ Kamu udah keluar duluan ya” tanyaku karena jepitan kakinya terasa semakin lama semakin lemah sampai
    kini telapak kakinya sudah menapaki lantai kayu lagi seperti semula. Dia tidak menjawab hanya mencaricari
    mulutku dengan mulutnya dan melumat lidahku.
    “Gua udah mau keluar nih, keluarin diluar aja ya?” bisikku sesaat setelah bisa melepaskan lidahku dari
    mulutnya, memastikan karena saya masih takut resikonya di kemudian hari.
    “Tolongin aku Lex..aku ingin sekali hamil.” Suaranya seperti mau nangis meminta. Tapi tangan kanannya
    sudah ditaruh diatas pantatku sepertinya menjaga agar nantinya saya tidak melepaskan penisku dari
    vaginanya.


    “Ya udah, tapi kamu harus jaga rahasia ini baik-baik ya?” jawabku
    “Iya…iya…nggak usah khawatir, tapi janji jangan dibuang di luar ya” bisiknya.
    Saya nggak jawab lagi tapi mulai menggenjot memeknya lagi yang sepertinya semakin kurang menjepit
    karena sudah orgasme seraya mulutku mengulum lidahnya. Beberapa saat kemudian aku membisiki
    telinganya,

    “Gua udah mau keluar” sambil genjotanku semakin cepat dan tangan kanannya menekan pantatku semakin
    keras ditambah kedua kakinya menekan belakang pahaku dari atas sambil tangan kirinya memeluk leherku
    dengan ketat, sampai akhirnya
    “ouchhhhhh……” mulutku mengulum mulut Hartini seakan mau menghabiskan saat itu. Dan terasa ada
    yang keluar dari kontolku membasahi memek Hartini.

    “Crooot….crooot…croooooot…”
    Sampai rasanya tidak ada lagi yang dikeluarkan baru saya menghentikan genjotanku dan diam bertumpukan
    kedua siku tangan dan penisku sengaja saya tumpukan ke vagina Hartini. Saya terdiam tidak bergerak,
    sambil memandangi mukanya yang terpejam. Kukecup bibirnya dan berbisik.
    “Tin, aku balik ya, kelamaan ntar orang lain bisa curiga”
    “Makasih ya Lex, makan malamnya sudah aku taruh dirumahmu tadi sebelum kamu dating.” Jawabnya
    pelan.

    Tetapi ketika saya mau melepaskan penisku dari vaginanya, dia meraih leherku dan sesaat mencium bibirku
    dengan mesra. Ketika sudah dilepaskan aku langsung bangkit berdiri dan mencari celanaku yang saya lupa
    taruh dimana. Hartini masih tiduran dan merapatkan kakinya memandang saya dan mengarahkan
    telunjuknya ke tempat tidur, tapi yang saya lihat malah CD nya, dan mengambil dengan tangan kiri untuk
    diserahkan kepada Hartini , tapi dia malah menarik tangan kananku dan tangan kanannya menyambut CD
    seraya menyuruhku pelan agar jongkok Saya mengikuti saja tanpa tahu kemauannya. Hartini melap
    kontolku yang masih basah dengan cairanku yang bercampur dengan cairannya sendiri dengan CD putihnya,
    saya tersenyum dan meremas buah dadanya dengan tangan kiri. Kemudian telunjuknya menunjukkan
    dimana tadi celana saya lepaskan. Sesaat sesudah saya memakai celana, saya jongkok untuk mencium dia
    dan pamit sekalian berterima kasih atas bonus cuci pakaian dapat cuci penis, dia tersenyum sambil mencubit
    pelan pipi kiriku.


    Begitulah sampai sekitar 6 bulan kemudian kami sering melakukan hubungan suami istri setiap ada
    kesempatan, walaupun tidak setiap berhubungan Hartini mendapat orgasme karena kadang saya merayu
    dengan alasan biar lebih cepat hamil walaupun dia sedang tidak menginginkannya atau takut ketahuan orang
    lain yang penting birahiku terpuasakan. Enam bulan kemudian saya menikah dan istriku menjadi seorang
    ibu rumah tangga yang tinggal bertetangga dengan Hartini, dan anehnya empat bulan sesudah menikah istri
    saya hamil. Saya merasa kasihan kepada Hartini, walaupun kami berhubungan sekitar enam bulan seperti
    suami istri belum hamil-hamil juga bahkan sampai saya mutasi ke Jakarta kembali. Dia hanya sedih menatap
    kepergian kami sewaktu mau meninggalkan perumahan tanpa kata-kata perpisahan.






  • Asian Amateur Porn Solo With Yukina Momota

    Asian Amateur Porn Solo With Yukina Momota


    1704 views

  • Foto Bugil Cewek remaja Jeff Milton penuh energi dan menampilkan tubuh langsing

    Foto Bugil Cewek remaja Jeff Milton penuh energi dan menampilkan tubuh langsing


    2034 views

    Duniabola99.com – foto gadis remaja pirang Jeff Milton melepas semua pakiaannya diatas renjangnya memperlihatkan toketnya yang bulat dan menggangkang lebar kakinya memamerkan memeknya yang tanpa bulu berwarna pink sambil meloncat-loncat diatas tempat tidurnya.

  • Video Bokep aku ngentot bertiga bersama tukang kebun dan anakku

    Video Bokep aku ngentot bertiga bersama tukang kebun dan anakku


    2193 views

  • Cerita Sex Selingkuhan Yang Indah

    Cerita Sex Selingkuhan Yang Indah


    2903 views

    Cerita Sex ini berjudul ” Cerita Sex Selingkuhan Yang Indah ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Cerita Sex – Aku yang berprofesi sebagai dokter sekarang sedang mewakili proyek perbaikan gizi yang mana tempatanya di kepulauan, jarak dari aku tempati ke prakter membutuhkan waktu 2 jamman, aku sudah mempunyai suami.
    Sepeninggalku, ternyata suamiku menunjukkan dirinya sebagai gay. Dia mempunyai pemuda simpanan teman tidur dan pemuas sex. Selama aku dinas di kepulauan, pemuda itu beberapa kali dibawa pulang menginap di rumah.

    Untuk menyembunyikan sikapnya, sehari-hari teman gaynya disimpan di luar, disewakan rumah. Kejadian ini memukul perasaanku. Segala upaya untuk menyadarkan suamiku ternyata tidak membawa hasil.

    Aku membawa kedukaanku di pulau dengan cara melayani masyarakat setempat. Untuk mengisi kekosongan waktu, aku buka praktek sebagai dokter umum. Suatu hari ketika jam praktek hampir usai, seorang pasien laki-laki tegap berkumis dan bercambang datang minta agar diperiksa. Ia memperkenalkan namamanya Fredo. Keluhannya sering pusing.
    Silakan Pak Fredo naik ke tempat tidur biar saya periksa, Segera aku memeriksa pernafasan, tekanan darah dan lain-lainnya. Ketika tanganku memegang tangannya yang berbulu lebat, ada perasaan canggung dan geli. Sewaktu Pak Fredo pamit, dia meninggalkan amplop biaya pemeriksaan. Ternyata isinya melebihi kewajaran tarip seorang dokter umum.

    Hari berlalu, ketika suatu malam saat aku akan mengunci kamar praktek, dihadapanku telah berdiri Pak Fredo.

    Dokter, apakah masih ada waktu untuk periksa saya ? Maaf saya datang terlalu malam karena ada pekerjaan tanggung

    Aku kaget karena kehadirannya tanpa aku ketahui. Dengan senyum geli aku membuka kembali ruang praktek sambil mempersilakan masuk.

    Dok, saya tidak mempunyai keluhan. Hanya saya ingin tahu apakah tekanan darah saya normal
    Demikian Pak Fredo mengawali pembicaraan.

    Saya bisa tidur nyenyak setelah makan obat dokter

    Cerita Sex Selingkuhan Yang Indah Sambil memerika, kami berdua terlihat pembicaraan ringan, mulai dari sekolah sampai hobi. Dari situ aku baru tahu, Pak Fredo telah dua tahun menduda ditinggal mati istri dan anak tunggalnya yang kecelakaan di Solo.

    Sejak saat itu hidupnya membujang. Ketika pamit dari ruang praktekku, Pak Fredo menawarkan suasana santai sambil menyelam di kepulauan karang.
    Dok, panoramanya sangat indah, pantainya juga bersih lho

    Aku setuju atas tawaran itu dan Pak Fredo akan menyiapkan perlengkapan yang diperlukan.
    Dalam speed boath yang menyeberangkan kami, hanya berisi aku, Pak Fredo dan pengemudi kapal.

    Sesampainya disana, aku merasa canggung ketika harus berganti pakaian selam di hadapan laki-laki. Tapi aku juga belum tahu cara mengenakan pakaian selam jika tanpa bantuan Pak Fredo. Terpaksa dengan pakaian bikini aku dibantu Pak Fredo memakai pakaian renang. Tangan kekar berbulu itu beberapa kali menyentuh pundak dan leherku. Ada perasaan merinding.
    Tanpa terasa kegiatan menyelam menjadi kegiatan rutin. Bahkan pergi ke tempat penyelaman sering hanya dilakukan kami berdua, aku dan pak Fredo. Semakin hari jarak hubungan aku dengan Pak Fredo menjadi lebih akrab dan dekat.

    Kami sudah saling terbuka membicarkan keluarga masing-masing sampai dengan keluahanku mengenai suamiku yang gay. Dia tidak lagi memanggilku Bu Dokter, tapi cukup namaku, dik Nastiti.
    Musim barat hampir tiba, kami berdua di tengah perjalanan ke tempat penyelaman.

    Tiba-tiba datang hujan dan angin sehingga gelombang laut naik-turun cukup besar. Aku mual, sehingga kapal dibelokkan Pak Fredo ke arah sisi pulau yang terlindung. Kami turun ke pantai, duduk di bangunan kayu beratap rumbia tempat para penyelam biasa istirahat sambil menikmati bekal. Hanya ada dua bangku panjang dan meja kayu di tempat itu.

    Angin kencang menyebabkan tubuh kami basah dan dingin. Aku duduk mepet ke Pak Fredo. Aku tidak menolak ketika Pak Fredo memelukku dari belakang. Tangan berbulu lebat itu melingkar dalam dada dan perutku.

    Dekapan itu terasa hangat dan erat. Aku memejamkan mata sambil merebahkan kepalaku di pundaknya, sehingga rasa mabuk laut mulai reda.
    Sebuah kecupan ringan melekat di keningku, kemudian bergeser ke bibir, aku berusaha menolak, tapi tangan yang melingkar di dadaku berubah posisi sehingga dengan mudah menyusup dalam BHku.

    Tiba-tiba badanku terasa lemas saat jari tangan itu membuat putaran halus di puting susuku. Bibir berkumis lebat itu menjelajah ke bagian sensitip di leher dan belakang telingaku. Persasaan nikmat dan merinding menjalar dalam tubuhku.

    Bibir itu kembali bergeser lambat menyusur dagu, bergerak ke leher, pundak dan akhirnya berhenti di buah dadaku. Aku tidak tahu kapan kaitan BH itu terbuka. Dorongan kuat muncul di vaginaku, ingin rasanya ada benda bisa mengganjal masuk.
    Tangan kekar itu akhirnya membopongku dan meletakkan di atas meja kayu. BHku telah jatuh di atas pasir, mulut dan tanggan Pak Fredo bergantian menghisap dan meremas kedua gunungku, kanan kiri.

    Aku bagaikan melayang, kedua tanganku menjambak rambut Pak Fredo. Kepalaku tanpa terkendali bergerak ke kanan dan kiri semakin liar disertai suara eluhan nikmat.

    Cerita Sex Selingkuhan Yang Indah Oooohhhhhaaoohhhha ooooohhhhaaaauuhhhhhh. Kedua tangannya semakin kencang meremas buah dadaku. Mulutnya bergeser perlahan ke bawah menelusur pusaraa.. terusa.vaginaku. Ahhhaa husssaa. ahhaa aahhhhhh.

    Ketika mulut itu menemukan klitorisku, jeritanku tak tertahan Auh..haha aahhha.. husssa.. sebuah benda lunak menyeruak bibir vaginaku. Bergerak perlahan dalam usapan halus serta putaran di dinding dalam, membuatku semakin melayang.

    Tanpa terasa eranganku semakin keras. Untuk menambah kenikmatan, aku angkat tinggi pantatku ke atas. Ingin rasanya benda itu masuk lebih dalam.

    Tapi aku hanya memperoleh dipermukaan. Ooohhhhaa..haahhaa haaahhahuuuaaaaa. t..earaua.sa..se..se..se..dikitaatas. Ooohhhaa.aahhh aaa.. Sebuah hisapan kecil di klitorisku memperkuat cengkeraman tanganku di pinggir meja.

    Hisapan itu semakin lama semakin kuata. kuat dan kuata.. menjadikan kenikmatan tak terhinggaa. memuncul denyutan orgasme.

    Otot-otot disekitar vaginaku mengejang nikmat dan nikmat sekali. Sesekali nafasku tersengal aaaaaa..hhhhhhaaaaahuuuaaaa..aahhhhha.aahhhhaaa aaaahhhhhhhhaa. ahhhhaa huhhhhhhhaehhhhhh.

    Denyut itu menjalar dintara pangkal paha dan pantat ke seluruh tubuh. Orgasme yang sempurna telah aku dapatkan. Puncak kenikmatan telah aku rasakan.
    Lemas sekujur tubuhku, aku ingin dipeluk erat, aku ingin ada sebuah benda yang masih tertinggal dalam vaginaku untuk mengganjal sisa denyutan yang masih terasa. Tapi aku hanya menemukan kekosongan.

    Tangan-tangan berbulu itu dengan pelan membuka kembali pahaku. Kedua kakiku diangkat diantara bahunya. Kemudian terasa sebuah benda digeser-geser dalam vaginaku. Semula terasa geli, tapi kemudian aku sadar Pak Fredo sedang membasahi penisnya dengan cairan kawinku.

    Seketika aku bangun sambil menutup kedua kakiku. Aku mendorong badannya, dan aku menangis. Sambil membuang muka aku sesenggukan. Kedua tanganku menutup dada dan selangkangan. Pak Fredo tertunduk duduk dibangku menjauhi aku.

    Ia sadar aku tidak mau dijamah lebih dari itu. Sambil menelungkupkan badan di meja, tangisku tetahan. Pak Fredo mendekati dan dengan lembut ia membisikkan kata permintaan maaf. Diapun menyorongkan BH serta celana dalamku.

    Aku tetap menangis sambil menutup muka dengan kedua tanganku. Akhirnya pak Fredo pergi menjauh menuju kapal mengambil bekal.
    Kami duduk berjauhan tanpa kata-kata. Sekali lagi Pak Fredo mengajukan permintaan maaf dan berjanji tidak mengulang kejadian itu. Ia menyerahkan botol air mineral kepadaku.
    Maafkan aku dik Nastiti, aku khilaf, aku telah lama tidak merasakan seperti ini sehingga aku khilaf. Aku minta maaf yah, aku harap kejadian ini tidak mengganggu persahabatan kita. Yuk kita minum dan makan siang, terus pulang
    Aku merasa iba pada Pak Fredo. Ternyata dengan tulus dia masih bisa menahan syahwatnya. Padahal bisa saja memaksa dan memperkosaku.

    Cerita Sex Selingkuhan Yang Indah Kesadaranku mulai pulih, emosiku mereda. Aku mulai berpikir pada kejadian tadi, bukankah aku telah terlanjur basah saat ini ? Bukankah bagian dari kehormatanku telah dijamah Pak Fredo ?

    Bukankah tubuhku yang paling sensitif telah dinikmati Pak Fredo ? Apa artinya mempertahankan kesucian perkawinan ? Bukankah aku tidak pernah menikmati rasa seperti ini dengan suamiku ? Bukankah aku telah kawin dengan seorang gay ? Yah aku telah diusir dari rumahku oleh teman gay suamiku. Markas Judi Online Dominoqq

    Tapi itu bukan salah suamiku. Ia terlahir dengan kelainan jiwa. Ia menjadi gay dengan menanggung penderitaan. Ia terpaksa memperistri aku hanya untuk menutupi gaynya. Aku ingin merasakan kenikmatan, tapi aku tidak ingin jadi korban, aku tidak ingin punya anak dari hubungan ini dengan Pak Fredo.

    Keberanianku mulai muncul. Aku melompat dan memeluk Pak Fredo. Kelihatan Pak Fredo ragu pada sikapku sehingga tangannya tidak bereaksi memelukku. Aku bisikan kata mesra.

    Pak, aku kepingin lagi, seperti tadi, tapi aku minta kali ini jangan dikeluarkan di dalam
    Maksud dik Nastitia..

    Sebelum dia menyelesaikan kata-katanya, tanganku meraba ke penisnya. Kemudian tanganku menyusup dalam celana renangnya. Sebuah benda yang tidur melingkar, tiba-tiba bangun karena sentuhanku

    Tapi jangan dikeluarkan di dalam ya Pak.

    Terima kasih.

    Senyum Pak Fredo berkembang. Kembali aku didekap, aku dipeluk erat oleh kedua tangan kekar. Aku benamkan mukaku di dada bidang berbulu.

    Tanpa komando aku duduk di atas meja sambil tetap memeluk Pak Fredo. Aku diam, mataku terpejam ketika pelan-pelan aku direbahkan di atas meja.

    Satu persatu pengikat BHku lepas sehingga tampaklah susuku yang masih sangat padat lengkap dengan putingnya yang berwarna coklat kemerahan dan sudah berdiri dengan pongahnya. Kedua tangannya meraih dadaku, mulut hangat menyelusur gunungku, perlahan-lahan bergeser ke bawah, semakin ke bawah gerakkannya semakin liar.

    Gesekan kumis sepanjang perut membuatku menegang. Aku pasrah ketika celana dalamku ditarik ke bawah lepas dari kaki sehingga kini aku sudah benar-benar bagaikan bayi yang baru lahir tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuhku.

    Mulut hangat itu kembali bermain lincah diantara bibir bawahku yang ditutupi rambut-rambut kemaluan yang berwarna hitam legam dan tumbuh dengan lebatnya disekeliling lubang kawinku dan clitorisku terasa sudah mengeras pertanda aku sudah dilanda nafsu kawin yang amat menggelegak.

    Kenikmatan kembali menjalar di rahimku. Auha.e.e.e.e.e.e.ea..haaahahaaahahaah. Auhhhhsssaa aku mengerang. Pak Fredo sambil berdiri di tepi meja mengusapkan benda panjang dan keras di klitorisku.

    Aaaahhhha..uhhh.. jeritan kecil tertahan mengawali dorongan penis Pak Fredo menyusup vaginaku. Pantatku diangkat tinggi dengan kedua tangannya ketika benda itu semakin dalam terbenam. Tanpa hambatan penis Pak Fredo masuk lebih dalam menjelajah vaginaku.

    Dimulai dengan gerakan pendek maju mudur berirama semakin lama menjadi panjang. Nafasku tersengal menahan setiap gerak kenikmatan. Aaaha.ahha..ahhaa.haaaaaaaaaaaa..haassssaa
    Entah berapa lama aku menerima irama gerakan maju mundur benda keras dalam vaginaku. Aku telah merasakan denyut orgasme. AuuuuuuuuhhhhhJeritan dan cengkeraman tanganku di pundak belakang penanda aku mencapai puncak orgasme.

    Gerakan benda itu dalam vaginaku masih tetap berirama, tegar maju mundur dan membuat gesekan dengan sudut-sudut sensitif. Tiba-tiba irama gerakan itu berubah menjadi cepat, semakin cepata.. suara eluhan Pak Fredo terdengar dan otot vaginaku kembali ikut menegang, yaha aku mau kembali orgasmea aaahhhhhhhhhhhhaa. aahhhha.

    Cerita Sex Selingkuhan Yang Indah Tiba-tiba benda dalam vaginaku ditarik keluar. Semprotan cairan hangat mengenai pahaku dan meleleh di atas meja. Pak Fredo mencapai puncak kenikmatan. Pak Fredo memenuhi janjinya, tidak mengeluarkan cairan mani dalam vaginaku. Aku lemasa..lemas sekali seperti tidak bertulang.

    Aku didekap lembut dan sebuah ciuman di kening menambah berkurang daya kekuatanku.
    Tiga tahun kemudian setelah kejadian di pulau itu, aku telah menikmati hari-hari bahagiaku. Aku sekarang telah menjadi nyonya Fredo.

    Di pelukanku ada si mungil Indri, buah hati kami berdua. Setelah perceraian dengan suamiku, satu tahun kemudian aku menikah dengan Pak Fredo. Mantan suamiku mengirim berita ia sekarang sekolah di Australia.

    Tapi aku tahu semua itu hanya kamuflase, seperti dalam pengakuannya lewat telepon, mantan suamiku menetap di Sydney agar dapat memperoleh kebebasan menjadi kaum gay.

    cerita seks bergambar, cerita dewasa seks, cerpen seks, cerita seks hot, kisah seks, cerita seks tante, cerita sexx, cerita sex janda, cerita hot sex, cerita sex pembantu, cerita sex gay, sex dewasa, cerita sex 2019, cerita sex artis, cerita sex jilbab, cerita ngesex, cerita sex sma, cerita sex dengan tante, cerita sex mama, cerita dewasa tante, kumpulan cerita seks, cerita hot dewasa,

  • Video Bokep Maria Sasaki diikat dengna tali merah dan digangbang

    Video Bokep Maria Sasaki diikat dengna tali merah dan digangbang


    2409 views

  • Kisah Memek Aku Maniak Oral Seks

    Kisah Memek Aku Maniak Oral Seks


    2417 views

    Duniabola99.com – Aku tergerak juga untuk mengirim tulisan setelah aku membaca salah satu artikel di Surga Dunia tentang oral seks yang dikenal juga dengan nama cunnilingus. Aku jadi teringat bahwa apa yang tertulis di situ ternyata kasusnya sama dengan diriku.


    Terus terang aku lebih menyukai oral sex daripada persetubuhan yang sesungguhnya (dengan penetrasi), terutama jika si lelaki aktif mengoral si wanita. Kecenderungan ini baru kusadari ketika waktu aku di sekolah menengah beberapa tahun lalu untuk pertama kalinya aku menyaksikan film bokep. Aku sangat terangsang melihat adegan si lelaki menciumi dan menjilati kelamin si wanita.

    Aku sendiri tidak tahu kenapa aku begitu tertarik pada adegan itu. Baru ketika aku kuliah aku kemudian punya pacar. Pacaranku yang pertama biasa-biasa saja. Kegiatan seksual kami hanya terbatas pada ciuman. Demikian pula dengan pacaranku yang kedua, meskipun berlangsung lebih lama tetapi tidak ada letupan seksual yang berat. Kepada kedua-duanya pernah kusampaikan keinginanku untuk meniru apa yang pernah kulihat di film bokep tetapi mereka menolak. Mungkin karena mereka merasa risih. Setelah aku lulus dan bekerja keinginanku itu nyaris terlupakan.

    Baru beberapa bulan bekerja aku punya seorang kenalan. Dia mengaku belum lama putus dengan pacarnya. Kami sangat dekat sehingga akhirnya dia tahu keinginan seksualku. Waktu aku mampir ke tempat kostnya, kami bercumbu. Dalam kesempatan itu dia mengajak aku melakukan apa yang selama ini menjadi keinginanku.

    Disitulah untuk pertama kalinya aku merasakan apa yang kulihat di film biru beberapa tahun lalu. Aku menciumi seluruh tubuhnya hingga berakhir di vagina dia. Hanya saja kami kurang menikmatinya saat itu, mungkin karena aku kelihatan panik dan grogi, sementara diapun tampaknya ada hambatan psikologis karena aku adalah teman dekatnya. Setelah itu hubungan kami biasa-biasa saja.

    Kesempatan kedua datang waktu aku berkenalan dengan seorang gadis di kolam renang. Usianya beberapa tahun di bawahku. Anehnya aku tidak menjadi akrab dengan gadis itu hingga akhirnya aku mendapat kesempatan berkenalan dengan kakaknya yang usianya sebaya denganku. Aku mengenal kakaknya itu melalui telepon ketika aku menelepon ke rumahnya.

    Kami kemudian janjian untuk ketemu dan nonton. Cewek ini tinggi dan seksi, kulitnya agak hitam. Ternyata dia pun baru selesai kuliah dan sekarang bekerja sebagai guru senam (dia belum mendapat kesempatan pekerjaan lain). Waktu di dalam bioskop kami berbincang-bincang. Dia makan coklat silver queen. Aku bilang ama dia, bagi dong coklatnya. Ternyata dia tidak memotong coklat yang baru malah langsung memagut bibirku dan dengan gerakan lidah yang mempesona, memindahkan coklat yang baru dia kunyah sedikit demi sedikit ke kerongkonganku.

    Persis seperti induk burung yang memberi makan anaknya. Aku kaget bukan main. Sepanjang pemutaran film itu kami sibuk saling memagut. Dia aktif sekali, bahkan waktu aku minta minum pun dia segera menenggak buavita, menciumku, kemudian mengalirkan sari jeruk itu dari mulutnya langsung ke mulutku. Dalam pertemuan kedua kami sepakat ketemu di hotel sederhana. Waktu ngobrol-ngobrol akhirnya kami menemukan titik temu, bahwa kami sama-sama menghindari hubungan seks dalam arti penetrasi, ternyata dia hanya mau dijilat dan akupun memang cuma ingin menjilat. Jadi klop.


    Kami berciuman sambil berdiri, pelan-pelan aku melucuti pakaiannya hingga dia telanjang bulat. Masih sambil berdiri, aku menyusuri tubuhnya dengan lidahku hingga lidahku berhenti di klitorisnya. Aku sudah jauh lebih tenang dan rileks. Dia berdiri sambil mulai membuka kakinya. Aku berlutut. Dengan satu sapuan yang menghentak dan seketika, aku menyapu permukaan vaginanya dengan seluruh telapak lidahku. Dia menjerit di atas sana. Kemudian ujung lidahku bermain di klitorisnya.

    Selain dengan lidah, bibirku memagut, mengulum dan mengisap klitorisnya. Pelan-pelan aku melakukan gigitan-gigitan kecil di sekitar situ sehingga membuat gerakan pahanya semakin menggila. Kedua tanganku memegangi pahanya atau memeluk pantatnya. Dari klitoris, ujung lidahku menemukan lubang vagina dan segera menembusnya kemudian melakukan gerakan memutar dan menyapu, juga gerakan lidah maju mundur.

    Karena lubangnya cukup besar, atau mungkin karena mulutku yang kecil, aku bisa meletakkan bibirku agak ke dalam sehingga lidahku bisa masuk cukup panjang dan leluasa. Lidahku menemukan lapisan-lapisan lunak, ada juga seperti lekukan, benjolan atau suatu permukaan seperti handuk. Setelah puas sambil berdiri, dia berjalan dan duduk di kursi. Disuruhnya aku berlutut sementara dia duduk dan membuka pahanya. Begitu dibuka, aku langsung

    “makan” dan dia tak henti-hentinya mengeluarkan suara …

    ..erangan atau keluhan. Tangannya meremas-remas kepalaku atau menekan-nekan kalau dia merasa lidahku kurang dalam. Semakin lama lubangnya semakin basah sehingga gerakan lidahku mengelurakan suara kecipak-kecipak. Tidak ada bagian yang terlewat oleh lidahku. Akhirnya dia bangun dan berjalan ke tempat tidur. Dia berbaring dan membuka pahanya. Aku mengulangi lagi gerakan-gerakan tadi. Aku melihat dia masih tangguh dan belum ada tanda-tanda orgasme padahal aku ingin membuat dia orgasme dengan lidahku.


    Dia membalikkan badannya kemudian nungging di depanku sehingga di hadapanku kini terpampang sepasang pantat yang sehat dengan tumpukan kelamin yang menantang. Aku menusukkan lidahku ke lubang kelaminnya dari belakang. Sekarang rasanya lebih longgar dibandingkan tadi.

    Setelah bermain cukup lama, masih dari belakang, aku membuat sapuan dengan seluruh lidahku perlahan-lahan menyusuri belahan kelaminnya terus ditarik ke atas hingga melewati belahan pantatnya dan berakhir di tengah garis pinggul. Telingaku sudah penuh terisi oleh teriakan dan erangan dia.

    Akhirnya aku berbaring menatap langit-langit kamar sementara dia masih tetap nungging. Lantas aku punya inisiatif, dari belakang dia kepalaku masuk ke “kolong” selangkangannya. Kini leherku berada di antara kedua pahanya dan di atas wajahku terbentang kelaminnya yang menganga.

    Dengan gerakan yang lebih lembut aku melakukan sapuan dan cemilan-cemilan kecil sehingga dia kelihatan lebih tenang dan irama permainan menjadi slow. Dengan setengah mendesah aku bilang,

    “bekap aku….. ” Dan …..perlahan-lahan dia menurunkan pantatnya hingga kini wajahku benar-benar “terbenam”.

    Lidahku segera menyusuri lubang kelaminnya, kujulurkan, kemudian lidahku terkunci di dalam. Tanganku memeluk kedua pantatnya. Seperti tahu maksudku, dia melakukan gerakan menggoyang. Pantatnya bergerak memutar, kemudian maju mundur tak ubahnya seperti orang fucking. Dia melakukan gerakan genjotan demi genjotan.

    Lidahku kutahan agar tidak melesat dari lubang kemaluannya (sebetulnya aku mau bilang “memeknya” tapi rasanya buatku terlalu vulgar). Aku tidak tahu ekspresi wajah dia, yang jelas dia begitu enjoy dengan gerakan-gerakannya. Selain suara erangan, aku masih bisa mendengar suara kain seprai diremas-remas. Gerakannya makin kencang dan menggila. Kalau saja tidak karena dia orgasme, mungkin aku tidak sanggup bertahan lebih lama lagi karena kehabisan nafas.

    Akhirnya dia meregang, ada sentakan kecil, selama beberapa detik tidak ada suara atau gerakan apa-apa, hening, cuma sedutan-sedutan di sepanjang lorong kelamin dia. Akhirnya dia terkulai, aku segera mengangkat pinggul dia dan keluar dari jepitan pahanya. Aku mengambil nafas dan berbaring di sebelahnya, sementara dia masih tetap telungkup.

    Setelah berdiam diri cukup lama, dia bangun, mengambil tisu dan membersihkan mukaku yang basah dan lengket. Aku sendiri tidak sampai “keluar” (ejakulasi) tetapi aku merasakan “sejenis orgasme” yang aneh, tidak keluar tapi puas, mungkin karena aku bisa menikmati orgasme cewek dengan lidahku.

    Setelah peristiwa itu kami masih sempat satu kali mengulanginya lagi, di tempat yang berbeda dan waktu yang lain tetapi dengan urut-urutan yang sama. Kemudian suatu hari dia bilang bahwa dia lebih baik menikah dengan lelaki pilihannya. Yang jelas lelaki itu bukan aku, karena selama kami kencan tidak sekalipun kami bicara soal pacaran atau pernikahan.

    Aku memang ada rasa sedih mengingat aku sangat menikmati permainan ini, tetapi ya sudahlah. Sampai sekarang aku masih mencoba bertahan dengan komitmenku yaitu tidak melakukan seks dalam arti sampai penetrasi kelamin (memasukkan kelamin). Bukan apa-apa, aku sangat takut pada penyakit kelamin. Aku seorang yang well-informed sehingga segala informasi yang berkaitan dengan penyakit kelamin termasuk HIV/AIDS sudah ada di kepalaku.


    Memang dengan oral pun kemungkinan terkena penyakit masih tetap ada tapi risikonya lebih kecil. Lagi pula aku selalu menjaga kesehatanku, makanan yang baik, berolahraga, dan menjaga kebersihan termasuk kebersihan mulut dan lidah dengan antiseptik kumur.

    Karena kesibukanku (dan karena sebetulnya aku tidak ingin dikuasai oleh keinginan itu terus menerus), aku hampir lupa dengan kecenderunganku untuk menikmati oral (cunnilingus) sampai akhirnya aku membaca salah satu tulisan di Surga Dunia dan aku teringat kembali pada kecenderunganku dan pengalamanku.

  • Video bokep Tiffany Doll dengan goyangan maut

    Video bokep Tiffany Doll dengan goyangan maut


    2468 views

  • Kisah Memek Ngentot Bersama Mbak Nur Pembuatan Nafsu

    Kisah Memek Ngentot Bersama Mbak Nur Pembuatan Nafsu


    4155 views

    Duniabola99.com – Terus gue penasaran ternyata Mbak Nur seksi amat ya kalau pake handuk gitu “ dalam hati kecil gue bilang gitu “. Gue cari akal gimana caranya bisa ngintip Mbak Nur kalo lagi mandi dari kamar Gue.

    Lalu Gue mikir kalau ada lubang dari kamarku pasti bisa langsung kelihatan isi kamar mandinya kalau Mbak Nur lagi mandi, Lalu Gue cari sela-sela di kamar Gue biar tidak mudah di ketauhi orang.


    Sedikit – dikit kulubangi dengan obeng kecil. Jadilah lubang sebesar 1cm kebetulan kamar gue gak tembok semuanya bawahnya tembok tp atasnya sejenis triplek tapi tebel Gue pun gak tau namanya jadi mudah untuk kulubangi, Cukup besar untuk melihat kalau mbak Nur lagi mandi lah. Nah,,, saat itu aku rajin mengintip Mbak Nur mandi dari kamar Gue.

    Mbak Nur ini orangne baik, kulitnya putih, bersih, dan payudaranya gede banget. Dia suka mainin toketnya kalo lagi mandi. Gue sering juga Onani juga kalau pas lagi ngintip Mbak Nur mandi.

    Suatu hari Gue maen ke rumah temen, Gue dikasih dua butir pil tidur sama teman.

    Pil itu Gue umpetin di lemari, di sela tumpukan pakaian Gue.

    Nah,,, Gue percaya kesempatan itu nggak datang dua kali. Setelah berbulan-bulan kemudian, keluarga Gue pada liburan ke puncak di Bogor. Gue ditinggal berdua saja dengan Mbak Nur karena Gue bilang, malas pergi-pergi kemana mana.

    Malamnya sehabis makan, Gue tumbuk pil tidur itu dua butir sampe halus. Lalu Gue taruh di kertas dan Gue lipat menjadi tipis, lanjut Gue kantungi di celana pendek.

    Tak lama Mbak Nur Gue panggil dari ruang tamu tak suruh nemenin nonton Bola karena TV nya di ruang tamu, sini
    Sebentar temenin nonton Bola Mbak Nur, “Gue bilang ke Mbak Nur gitu”. Lanjut Gue ke belakang bikin teh.

    Gue sekalian bikin teh hangat dua. Tapi yang satu kububuhi tumbukan pil tidur tadi yang udah ku tumbuk sampai halus.

    Sempat lama mengaduknya karena serbuk itu masih ada yang mengambang, tapi lama-lama hancur juga.


    Gue bawa dua gelas teh hangat tadi ke ruang tamu. Teh hangat yang sudah dibubuhi serbuk pil tidur kukasihkan ke Mbak Nur.

    Mbak Nur awalnya nolak, tapi Gue bilang, “Nggak apa-apa, Mbak. Sekalian tadi bikinnya….”
    Gue bilang gitu.

    Sambil nonton TV, Gue ngobrol sana sini Mbak Nur ternyata seorang janda, umurnya sekitar 32 tahunan.

    Yang Gue pernah dengar cerita dari Mamah Gue, Mbak Nur dicerai suaminya karena nggak bisa punya anak. Karna pernikahan umurnya udah lama Mbak Nur belum di kasih keturunan mungkin mandul. Posisi kita nonton bola di kursi yang panjang, tapi nggak lama, Mbak Nur merubah posisinya awal duduk, menjadi tiduran sambil kepalanya ditopang bantal besar yang di kursi.

    Gue terus ajak dia ngobrol sambil nonton Bola. Lama-lama, kok Gue kayak ngomong sendiri? ?Nggak taunya Mbak Nur udah ketiduran.

    Gue diam sambil berfikir, ada kali setengah jam sambil melirik posisi Mbak Nur yang tidur dengan keadaan lelap sekali Mbak Nur pakai daster merah selutut.

    Gue panggil-panggil Mbak Nur , “Mbak…. Mbak Nur….”
    Tapi tetep aja masih tidur.

    Lalu Gue pegang tangannya sambil kuguncang-guncangkan dan panggil namanya perlahan “Mbak…. Mbak Nur….”

    ternyata dia sudah pulas sekali. Gue cek satu kali lagi dengan mengguncang-guncangkan pahanya.


    “Mbak….. Mbak Nur….” Dia tetap diam, napasnya saja yang naik turun kayak ala kadarnya kalau tidur pular.

    Ternyata Mbak Nur pulas sekali tidurnya. Jantungku dag dig dug sangat keras.

    Dengan terburu-buru Gue untuk menutup pintu depan, lalu pintu dapur. Gorden juga Gue tutup. Mbak Nur masih tertidur dengan posisi yang sama. Ah, aman,,,!

    Perlahan Gue dekati Mbak Nur. Kuguncang-guncangkan tangannya lagi. Dia tetap tidur. Bantal besar yang mengganjal kepalanya perlahan-lahan kugeser sehingga terlepas dari kepalanya.

    Dada Gue terasa sakit karena jantung berdegup kencang Lalu Gue angkat perlahan dasternya dari bawah sampai ke atas perut sambil melihat mukanya, hmm…… masih pulas…!

    Sekarang terlihat paha Mbak Nur yang bulat, besar, agak putih, dan bersih nggak ada bekas lukanya.

    Perutnya gemuk berisi. CDnya warna item. Menyembul di atas perutnya payudaranya besarnya yang ditutupi BH warna item.
    Tapi Gue nggak terlalu penasaran dengan payudaranya karena sudah sering melihatnya.

    Aku lalu coba merunduk Kuciumi mekinya yang masih pakai CD. Ah, nggak ada bau apa-apa Lalu ku elus-elus pahanya serta mekinya perlahan-lahan sambil sesekali melihat muka Mbak Nurul. Masih pulas juga.

    Malah sekarang sudah mendengkur halus.

    Lalu kupegang gundukan mekinya. Hmmmmm,,,,, tebal bangeet. Pelan-pelan, kucoba korek sedikit mekinya lewat sela CD. Hmmmmm, Gue ingat, bulu mekinya sedikit dan jarang-jarang tumbuhnya.

    Keringat dingin mulai keluar dan Gue semakin gemeteran.

    Lama Gue begitu, korek-korek meki sambil elus-elus mekinya Mbak Nur dari luar CD, sambil sesekali kulirik mukanya, khawatir dia terbangun.


    Lama-lama Gue makin penasaran, kucoba buka CDnya Pelan-pelan kuturunkan CDnya dari bawah pantat sambil terus melihat muka Mbak Nur.

    Uhhhhh, berat banget badannya Kugeser CDnya sedikit demi sedikit lewat bawah pantatnya Keringat dingin mengucur di badanku, padahal angin malam dari luar menerobos masuk dari atas lubang pintu.

    Penis Gue yang terbungkus CD dan celana pendek sudah tegang banget sejak tadi.

    Berhasil! CD Mbak Nurul sudah lewat dari pantatnya yang besar. Tanggung, kuloloskan saja sekalian dari kakinya.

    Sekarang Mbak Nur tidak memakai CD. Telentang. Bulu mekinya jarang, mekinya tembem dan rapat. Penisku jadi keras banget. Gue beringsut ke bawah kaki Mbak Nurul, lalu kurenggangkan kakinya. Wuaah…..!

    Ini pengalaman Gue yang kuingat terus sampai sekarang. Pertama kali Gue bisa melihat meki cewe dengan bebas, ya saat itu Hmm, indah sekali…


    Lalu Gue renggangkan lagi kaki Mbak Nur lebar-lebar sampai badanku dapat duduk bebas di antara selangkangan kakinya Mbak Nur.

    Gue mulai merunduk di atas meki Mbak Nur. Gue buka mekinya yang tembem dan rapat itu dengan kedua tangan Gue, perlahan.

    Hmmmmm, kuciumi mekinya. Wanginya aneh, tapi justru wangi ini yang nggak akan kulupakan, gimanaa gitu.
    Gue ingat banget, lubang luar mekinya sempit, cuma segaris saja keliatannya dari luar.Pas kusibak, warna pinggir lubangnya merah tua dan dindingnya tebal, lembut, dan lubang dalamnya merah muda serta berkilat.

    Napas Gue mulai terengah-engah.

    Gue cari yang mana sih, yang disebut klitoris itu? Gue buka-buka perlahan mekinya, tapi sepertinya saat itu Gue tetap nggak tau deh, yang mana atau seperti apa bentuknya klitoris (sekarang sih udah tau, hehe..).

    Gue semakin penasaran. Lubang meki Mbak Nurul semakin kuperlebar. Lama kuperhatikan.

    Kini terlihat dua belah bibir kecil dengan lubang kecil, dan lubang kecil itu berwarna merah jambu dan agak basah. Penisku semakin keras dan besar Jantungku berdetak keras.

    Dengan tangan kiri, kutahan bibir meki Mbak Nurul, lalu kumasukkan jari tengah tangan kananku ke dalam lubang kecil itu. Aah, terasa lembut sekali daging merah jambu didalamnya. Lalu Gue angkat jari Gue, kuciumi mekinya baunya Oohhh…

    Lalu kumasukkan lagi jari tengahku ke dalamnya, kugosok-gosokkan perlahan jariku di dinding-dinding dalam meki Mbak Nurul. Uuh,,,, terasa lembut sekali daging basah di dalamnya.

    Lama aku begitu sambil sesekali mengelus-elus bibir luarnya dan menjilat-jilatnya dengan lidahku.

    Semakin penasaran, kumasukkan dua jariku ke dalam lubang kecil meki Mbak Nurul. Ah, ternyata muat, lalu kugosok-gosokkan lagi bergantian dengan masuknya ujung lidahku ke dalam lubang kecil itu Agak asin-asin gurih gitu, rasanya.

    Penisku semakin keras dan terasa menyakitkan dibungkus CD dan celana pendek.

    Ah, Gue coba masukkan penisku ke dalam mekinya Mbak Nurul, pikiran Gue saat itu Cepat-cepat karena nafsu, kupelorotkan saja celana pendek serta CD Gue.

    Kaos masih kupakai Lalu kuambil posisi badan Gue di atas Mbak Nurul yang masih pakai daster cuma CDnya saja yang Gue lepas.

    Dengan satu tangan, kudekatkan penisku ke mekinya Mbak Nurul Kugosok-gosokan di bibir luar meki dan bulu mekinya.

    Seer, seer, asik deh. Terus, kucoba masukkan penisku ke dalam mekinya. Duh, susah banget. Lalu kubasahi penisku dengan air liur Gue kucoba lagi naik di atas Mbak Nurul seperti orang mau push-up dan Pelan-pelan dengan satu tangan kumasukkan Penisku.


    Bless….! Masuk kepala Penisku yang berkilat dan licin, Pelan-pelan kusodokkan lagi dibantu dengan tangan Gue.

    Bless….! Makin dalam Rasanya hangat gitu, malah keluar liur dari bibirnya.

    Perlahan dengan napas memburu kumaju-mundurkan penisku semakin cepat.
    Ughhhhh…….! Rasanya hangat dan agak geli-geli gitu ada kali sekitar sepuluh menit Gue maju-mundurkan penisku.

    Keringat dingin makin deras menetes dari badan Gue Jantungku makin berdegup kencang Daging lembut yang hangat dan licin karena basah terasa membelai-belai Penisku.

    Sampai tiba-tiba terasa terasa air mani mau keluar Gue coba tahan tapi tak kuasa.

    Buru-buru kucabut penisku Gue kocok sedikit, dan air mani gue pun muncrat di permadani. Crut,, Crut,,Crut,,,ahhhhhh.

    Setelah itu yang Gue ingat saat itu adalah rasa bersalah Dengan napas yang masih terengah-engah karena dadaku berguncang keras, buru-buru kubersihkan air mani yang berceceran di tubuh Mbak Nurul.

    Secepat kilat Gue pakaikan CDnya Mbak Nurul lagi sambil kurapihkan dasternya Lalu Gue berlari ke kamar mandi yang ada di samping kamar Gue.


    Setelah itu Gue masuk kamar dan kubiarkan TV menyala biar Mbak Nurul gak curiga dia masih tertidur pulas di depan Tv.

    Gue tertidur pulas sampai pagi.

    Paginya Mbak Nurul sudah masak sarapan pagi Seperti nggak ada apa-apa dan biasa aja.

    Kejadian itu cuma sekali sampai Mbak Nurul pulang kampung di jawa tengah, Sampe Gue Kuliah.

    Lebih dari itu, Gue nggak berani bilang ma Mbak Nurul dengan perbuatan Gue karena takut Mbak Nurul bilang ke orang tua Gue.

  • Kisah Memek Bayi adikku dalam rahimku

    Kisah Memek Bayi adikku dalam rahimku


    3419 views


    Duniabola99.com – Sudah ada tiga bulan suamiku mengikuti pendidikan untuk mendapatkan alih golongan. Terasa aku begitu gersang. Aku butuh sentuhan seorang laki-laki, terlebih pada malam seperti ini. Haruskah aku mencarinya? Tapi bagaimana caranya?Malam itu aku tak bisa berbuat apa-apa selain berusaha menghilangkan kebutuhanku akan seks. Jam sudah.

    menunjukkan pukul 01.00. Sebentar lagi ayam akan berkokok. Tapi mataku belum juga terpejam. Aku keluar dari kamarku, hanya mengenakan daster miniku. Aku ke kamar mandi karean kamar mandi kami hanya satu dari type rumah 45 itu. Karean udara sangat gerah, aku hanya memakai daster mini yang tipis, tanpa celana dlaam dan Bra. AKu mau keluar dari kamar mandi, aku mendengar ada orang menuangkan air dari termos. Mungkin mau membuat teh atau kopi. Dari suaranya aku tau, dia adalah Marwan. Adikku yang tingal bersamaku sejak setahun lalu.

    “Kamu belum tidur, Mar..?” tanyaku.
    “Belum. Masih banyak tugas yang belum selesai. Besok harus kumpul,” jawabny tenang. Tatapannya tenang, namun terasa sangat tajam ke sekujur tubuhku. Marwan memakai celana pendek saja, bertelanjang dada. Aku terkesiap melihat dadanya yang bidang. Marwan berusia 20 tahun, mahasiswa arsitektur. Usiaku lima tahun di atasnya.

    Lampu memang terang berderang di dapaur kami. Pakaianku yang tipis tanpa kusadari, membuatnya terus tak berkedip. Saat aku sadar kalau tubuhku dari balik daster mini yang tipis pelepas gerah itu, membuatnya matanya tak berkedip, justru sebaliknya aku menjadi semakin bergairah. Tapi…
    Marwan adalah adikku. Adik kandungku. Tapi aku sangat membutuhkan sentuhan laki-laki. Tiga hari ini, aku begitu membutuhkannya. Tapi kali ini, aku begitu sangat dan sangat membutuhkannya. Tubuhku sedikit menghangat. Gairah seks ku sangat tinggi malam itu.
    Tanpa ragu kudekati adikku. Kurangkul dia dari belakang dan merapatkan tetekku ke punggungnya. Entah darimana datangnya keberanianku itu.


    “Mbaaakkk….”
    Hanya itu yang terdengar dari mulutnya. Aku meneruskan elusanku ke dadanya dari belakang, sembari menggesek-gesekkan tetekku ke pungungnya. AKu begitu menikmatinya. Dasterku memang sangat tipis dan longgar. Kuciumi tengkuknya dan Marwan hanya mendesah saja, tidak menolakku.udah tak perduli, apakah dia menolak atau tidak.
    Tanganku terus meraba perutnya dan menyelusup ke dalam celananya. Baeru saja tanganku memasuki celana pendeknya, aku mengetahui, kalau Marwan tidak memakai celana dalam. Langsung tanganku menyentuh jembutnya dan terus makin ke bawah mengelus kontolnya.

    “Mbaaakkk…”
    Kulepaskan kancing celana dan memelorotkan celana itu sampai ke bawah.
    “Ayo lepaskan dahagi Mbak, dik. Mbak sangat membutuhkannya malam ini,” [pintaku menghiba. Kulepas peljukanku sesaat dan kulepas dasterku. AKu sudah bertelanjang bulat dihadapannya dan celananya sudah kulepas dari tubuhnya.

    Kuhadapkan tubuhnya dan aku memaluknya. Tetekku begitu rapat ke dadanya. Kujilati tengkuknya dan kubelai-belai tubuhnya dengan lembut.
    “Ayo…dong…”
    “Di sini?” tanyanya. Aku mengerti apa maksudnya. Dengan cepat kutarik tangannya ke kamarnya, agar dua anakku yang masih sangat kecil tidur bersamaku di kamar tidurku tidak terganggu. Cepat kututup pintu. Langusng kupeluk dirinya dan kulumat bibirnya dengan buas. AKu sudah tak perduli siapa dia, adik kandungku sendiri.
    Aku tahu, vaginaku sudah sangat basah. Kuraba kontolnya yang juga sudah mengeras.
    Marwan membalas ciumanku. Lidahku diisapnya dengan lembut dan dipermainkannya dalam mjulutnya. Aku senang sekali. Ternyata aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku merasakan sekujur tubuhnya menghangat.


    “Ayo Mar, dimasukkan cepat. Aku sudah sangat….”
    Adikku secepatnya membimbingku ke tempat tidurnya berukuran 3 kaki. Aku sudah terlentang. Ingin aku kontolnya yang keras itu menghunjam-hunjam vaginaku dengan kuat. Tapi Marwan, justru mengangkangkan kedua pahaku dan mulutnya menjilati vaginaku. Lidahnya bermain-main di lubang vaginaku. Aku tak mampu menahan rasa nikmatku. Kujepit kepalanya dengan kedau kakiku dengan sekuat-kuatnya. Aku orgasme. Kuremas kepalanya sekuat-kuatnya dan aku mendesah panjang. Lidahnya masih juga terus bermain di vaginaku.
    Tak lama aku lemas. Kuserahkan segalanya kepadala adikku, apa maunya. Marwan melapas jilatannya dari vaginaku. Kini aku sudah ditindihnya. Perlahan dan pasti, dia mencucukkan kontolnya yang keras ke dalam vaginaku.
    Oh…terasa kontol itu memenuhi rongga vaginaku. Hangat dan keras. Gesekannya begitu mengairahkan. Leherku dijilatinya dan tetekku dielus-elusnya. Perlakuannya itu, membuatkua bergairah kembali. Perlahan, kuimbangi permainannya.

    “Sudah lama aku menginginkan ini…” bisik Marwan adikku ke telingaku.
    “Kenapa kamu tidak bilang…?” bisikku pula di sela-sela ayunan kedua kakiku menggoyang kontolnya dalam vaginaku.
    “Aku takut, Mbak…”
    “Ya…sudah, mulai malam ini aku menjadi milikmu. Kita boleh melepaskan keindahan dan kenikmatan ini sepuas-puasnya jika ada kesempatan,” bisikku.

    Marwan terus mempermainkan kontolnya keluar-masuk dalam liag vaginaku. Aku merasakan tubuhku berada di awang-awang. Tinggi dan penuh sensasi.
    “Mbaaakkk…” rintihnya.
    “Terus sayang. Mbak sudah mau sampai,” bisikku memohon.
    Adikku memompa tubuhku lebih cepat dan lebih agresif lagi.
    Dipeluknya aku kuat-kuat dan ditekannya sekuat-kuatnya ke dalam vaginaku. AKu merasakan ujung kontol itu, sudah kandas di ujung lubang vaginaku. AKu menjepit kembali pinggangnya dengan kedua kakiku sekuat-kuatnya dan membalas pelukannya sekuat-kuatnya pula.
    “Ah….. Mbaaaakkkkk…”
    “Diiiikkkkk…. kita sampaiiiii,” balasku. AKu merasakan begitu hangatnya semprotran spermanya ke dalam tubuhku. Begitu jauh semprotan itu.

    “Dik… Mbak pasti hamil ni. Mbak merasakan spermamu begitu jauh ke dalam liangku. Ke dalam peranakanku. Ini pasti anakmu dik,” kataku penuh optimis. Aku tahu, beratus kali aku bersenggama dengan Mas Dibyo suamiku. Saat aku akan hamil, aku tahu sperma itu akan membuahiku. Aku merasakan saat tubuhku hangat dan terasa seperti meriang, tapi nafsu seks ku sangat tingi, saat itu aku pasti hamil. Terlebih ketika sperma itu menyemprot ke dalam tubuhku, aku merasakan jauh ke dalam dan tubuhku menerimanya dengan kehangatan dan rasa nikmat yang tiada tara.


    “Mbak pasti hamil dik…” kataku pula.
    “Lalu bagaimana, Mbak…?”
    “Tak apa, seminggu lagi mas mu akan pulang, dik. Begitu pulang, kami akan bersetubuh. Tapi pasti aku hamil karean persetubuhan kita malam ini,” kataku.
    “Kalau begitu, aku gak perlu takut dong, Bak. Anak ini, buah cinta kita dan rahasia kita,” katanya membujukku. Aku tersenyum. Aku setuju. Aku sangat menikmatinya. Ternyata dia sudah lama menginginkan persegtubuhan denganku. Berarti aku tidak berdosa.
    Malam itu, sebelum tidur, kami melakukannya sekali lagi. Menunggu suamiku datang beberapa hari lagi, akhirnya kami memutuskan, setiap malam kami melakukannya.

    Benar apa yang kurasakan. Begitu aku periksa ke didokter, dokter menyalami suamiku.
    “Isteri pak dibyo hamil dua minggu,” kata dokter. AKu tersenyum seakan kehamilan itu adalah kehamilan dari suamiku. Suamiku juga tersenyum.
    Ketika pulang, di atas mobil sumiku berkata:” kamu sudah tau kalau aku adalah lelaki sejati. Baru saja aku pulang, ternyata aku menghamilimu, ” katanya bangga dan tersenyum.
    Kubalas senyumannya dengan manis menunjuukan rasa simpatiku atas kebanggannya.
    “Mas memang seorang suami yang hebat,” kataku bangga dan tersenyum semakin mungkin. Di tariknya terngkukku sembari menyetir dan diciumnya bibirku. Aku membalas ckiumannya.
    “Jaga bayi kita baik-baik,” katanya mengingatkan. Kembali aku tersenyum.
    Di rumah, secara diam-diam aku menyerahkan hasil tes ku kepada adikku Marwan.
    “Anakmu berada dalam rahumku,” bisikku dan aku tersenyum sembari mengedipkan mata.
    Marwan mebaca hasil tes ku. Dia tersenyum dan dengancepat dia kecup bibirku.




  • Kisah Memek Begitu Nafsu Merasakan ML Anak Perawan

    Kisah Memek Begitu Nafsu Merasakan ML Anak Perawan


    3011 views

    Duniabola99.com – Aku pulang kerumah sekitar jam 4 sore, dan rumah masih sepi. Kemudian ketika aku sedang nonton TV di ruang keluarga sehabis ganti baju, Santi keluar dari kamarnya, sudah berpakaian rapi. Dia mendekat dan mukanya menunduk.

    Aku segera mengeluarkan mobil, dan ketika Santi duduk di sebelahku, aku baru sadar kalau dia memakai rok pendek, sehingga ketika duduk ujung roknya makin ke atas. Sepanjang perjalanan ke bioskop mataku nggak bisa lepas melirik kepahanya.


    Sesampainya dibioskop, aku ijin memeluk pinggangnya, dan dia pun tidak menolak. sewaktu mengantri di loket aku peluk dia dari belakang. Aku tahu Santi merasa penisku sudah tegang karena menempel di pantatnya.

    Santi meremas tanganku dengan kuat. Kita memesan tempat duduk paling belakang, dan ternyata yang nonton nggak begitu banyak, dan disekeliling kita tidak ditempati. Kita segera duduk dengan tangan masih saling meremas.

    Tangannya sudah basah dengan keringat dingin, dan mukanya selalu menunduk. Ketika lampu mulai dipadamkan, aku sudah tidak tahan, segera kuusap mukanya,dan kupandangi wajahnaya kemudian aku dekatkan ke mukaku, dan kita segera berciuman dan saling menikmati
    Lidahku dan lidahnya saling berkaitan, dan kadang-kadang lidahku digigitnya lembut. Tanganku segera menyelinap ke balik bajunya.

    Dan karena tidak sabar,aq langsung saja selinapkan ke balik BH-nya, dan payudaranya yang sebelah kiri aku remas dengan perlahan. Mulutku langsung diisap dengan kuat oleh Santi. Tangankupun semakin gemas meremas payudaranyanya, memutar-mutar putingnya, begitu terus, kemudian pindah ke susu yang kanan, dan Santi mulai mengerang di dalam mulutku, sementara penisku semakin meronta menuntut sesuatu.

    Kemudian tanganku mulai mengelus pahanya, dan kuusap-usap dengan arah semakin naik ke atas, ke pangkal pahanya. Roknya aku singkap ke atas, sehingga sambil berciuman, di keremangan cahaya, aku bisa melihat celana dalamnya.

    Dan ketika tanganku sampai di selangkangannya, mulut Indah berpindah menciumi telingaku sampai aku terangsang sekali. Celana dalamnya sudah basah. Tanganku segera menyelinap ke balik celana dalamnya, dan mulai memainkan clitorisnya.


    Aku elus-elus, pelan-pelan, aku usap dengan penuh perasaan, kemudian aku putar-putar, makin lama makin cepat, dan makin lama makin cepat. Tiba-tiba tangannya mencengkeram tanganku, dan pahanya juga menjepit telapak tanganku, sedangkan kupingku digigitnya sambil mendesis-desis. Badanya tersentak-sentak beberapa saat.

    “Anton.. aduuhh.., aku nggak tahan sekali.., berhenti dulu yaahh.., nanti dirumah ajaa..”, rintihnya. Akupun segera mencabut tanganku dari selangkangannya.

    “Anton.., sekarang aku mainin punya kamu yaahh..”, katanya sambil mulai meraba celanaku yang sudah menonjol. Aku bantu dia dengan aku buka ritsluiting celana, kemudian tangannya menelusup, merogoh, dan ketika akhirnya menggenggam penisku, aku merasa nikmat luar biasa. Penisku ditariknya keluar celana, sehingga mengacung tegak.
    “Anton.., ini sudah basah.., cairannya licin..”, rintihnya dikupingku sambil mulai digenggam dengan dua tangan. Tangan yang kiri menggenggam pangkal penisku, sedangkan yang kanan ujung penisku dan jari-jarinya mengusap-usap kepala penis dan meratakan cairannya.
    “Santi.., teruskan sayang..”, kataku dengan ketegangan yang semakin menjadi-jadi. Aku merasa penisku sudah keras sekali. Santi meremas dan mengurut penisku semakin cepat. Aku merasa spermaku sudah hampir keluar. Aku bingung sekali karena takut kalau sampai keluar bakal muncrat kemana-mana.

    “Santi.., aku hampir keluar nih.., berhenti dulu deh..”, kataku dengan suara yang nggak yakin, karena masih keenakan.
    “Waahh.., Santi belum mau berhenti.., punya kamu ini bikin aku gemes..”, rengeknya
    “Terus gimana.., apa enaknya kita pulang saja yuk..?!” ajakku, dan ketika Santi mengangguk setuju, segera kurapikan celanaku, juga pakaian Santi, dan segera kita keluar bioskop meskipun filmnya belum selesai.
    Di mobil tangan Santi kembali mengusap-usap celanaku. Dan aku diam saja ketika dia buka ritsluitingku dan menelusupkan tangannya mencari penisku. Aduh, rasanya nikmat sekali. Dan penisku makin berdenyut ketika dia bilang, “Nanti aku boleh nyium itunya yah..”. Aku pengin segera sampai ke rumah.


    Dan, akhirnya sampai juga. Kita berjalan sambil berpelukan erat-erat. Sewaktu Santi membuka pintu rumah, dia kupeluk dari belakang, dan aku ciumi samping lehernya. Tanganku sudah menyingkapkan roknya ke atas, dan tanganku meremas pinggul dan pantatnya dengan gemas. Santi aku bimbing ke ruang keluarga.

    Sambil berdiri aku ciumi bibirnya, aku lumat habis mulutnya, dan dia membalas dengan sama gemasnya. Pakaiannya kulucuti satu persatu sambil tetap berciuman. Sambil melepas bajunya, aku mulai meremasi payudaranya yang masih dibalut BH.

    Dengan tak sabar BH-nya segera kulepas juga. Kemudian roknya, dan terakhir celana dalamnya juga aku turunkan dan semuanya teronggok di karpet.
    Badannya yang telanjang aku peluk erat-erat. Ini pertama kalinya aku memeluk seorang gadis dengan telanjang bulat. Dan gadis ini adalah Santi yang sering aku impikan tapi tidak terbayangkan untuk menyentuhnya.

    Semuanya sekarang ada di depan mataku. Kemudian tangan Santi juga melepaskan bajuku, kemudian celana panjangku, dan ketika melepas celana dalamku, Santi melakukannya sambil memeluk badanku.

    Penisku yang sudah memanjang dan tegang sekali segera meloncat keluar dan menekan perutnya. uuhh, rasanya nikmat sekali ketika kulit kami yang sama-sama telanjang bersentuhan, bergesekan, dan menempel dengan ketat. Bibir kami saling melumat dengan nafas yang semakin memburu. Tanganku meremas pantatnya, mengusap punggungnya, mengelus pahanya, dan meremasi payudaranya dengan bergantian.

    Tangan Santi juga sudah menggenggam dan mengelus penisku. Badan Santi bergelinjangan, dan dari mulutnya keluar rintihan yang semakin membangkitkan birahiku. Karena rumah memang sepi, kita jadi mengerang dengan bebas.


    Kemudian sambil tetap meremasi penisku, Santi mulai merendahkan badannya, sampai akhirnya dia berlutut dan mukanya tepat didepan selangkanganku. Matanya memandangi penisku yang semakin keras di dalam genggamannya, dan mulutnya setengah terbuka.

    Penisku terus dinikmati, dipandangi tanpa berkedip, dan rupanya makin membuat nafsunya memuncak. Mulutnya perlahan mulai didekatkan kekepala penisku. Aku melihatnya dengan gemas sekali. Kepalaku sampai terdongak ketika akhirnya bibirnya mengecup kepala penisku.

    Tangannya masih menggenggam pangkal penisku, dan mengelusnya pelan-pelan. Mulutnya mulai mengecupi kepala penisku berulang-ulang, kemudian memakai lidahnya untuk meratakan cairan penisku. Lidahnya memutar-mutar, kemudian mulutnya mulai mengulum dengan lidah tetap memutari kepala penisku.

    Aku semakin mengerangsang, dan karena nggak tahan, aku dorong penisku sampai terbenam ke mulutnya. Aku rasa ujungnya sampai ke tenggorokannya. Rasanya nikmat sekali. Kemudian pelan-pelan penisku disedot-sedot dan dimaju-mundurkan di dalam mulutnya. Rambutnya kuusap-usap dan kadang-kadang kepalanya aku tekan-tekan agar penisku semakin terasa nikmat.
    Isapan mulut dan lidahnya yang melingkar-lingkar membuatku merasa sudah nggak tahan. Apalagi sewaktu Santi melakukannya semakin cepat, dan semakin cepat, dan semakin cepat.

    Ketika akhirnya aku merasa spermaku mau muncrat, segera kutarik penisku dari mulutnya.

    Tapi Santi menahannya dan tetap mengisap penisku. Maka akupun nggak bisa menahan lebih lama lagi, spermaku muncrat di dalam mulutnya dengan rasa nikmat yang luar biasa.

    Spermaku langsung ditelannya dan dia terus mengisapi dan menyedot penisku sampai spermaku muncrat berkali-kali. Badanku sampai tersentak-sentak merasakan kenikmatan yang tiada taranya.


    Meskipun spermaku sudah habis, mulut Santi masih terus menjilat. Akupun akhirnya nggak kuat lagi berdiri dan akhirnya dengan nafas sama-sama tersengal-sengal kita berbaring di karpet dengan mata terpejam.

    “Thanks ya San, tadi itu nikmat sekali”, kataku berbisik
    “Ah.., aku juga suka kok.., makasih juga kamu ngebolehin aku mainin kamu..”.

    Kemudian ujung hidungnya aku kecup, matanya juga, kemudian bibirnya. Mataku memandangi tubuhnya yang terbaring telanjang, alangkah indahnya. Pelan-pelan aku ciumi lehernya, dan aku merasa nafsu kita mulai naik lagi. Kemudian mulutku turun dan menciumi payudaranya yang sebelah kanan sedangkan tanganku mulai meremas susu yang kiri.

    Santi mulai menggeliat-geliat, dan erangannya membuat mulut dan tanganku tambah gemas memainkan susu dan putingnya. Aku terus menciumi untuk beberapa saat, dan kemudian pelan-pelan aku mulai mengusapkan tanganku keperutnya, kemudian kebawah lagi sampai merasakan bulu jembutnya, aku elus dan aku garuk sampai mulutnya menciumi telingaku.

    Pahanya mulai aku renggangkan sampai agak mengangkang. Kemudian sambil mulutku terus menciumi payudaranya, jariku mulai memainkan clitorisnya yang sudah mulai terangsang juga.

    Cairan kenikmatannya kuusap-usapkan ke seluruh permukaan kemaluannya, juga ke clitorisnya, dan semakin licin clitoris serta liang kewanitaannya, membuat Santi semakin menggelinjang dan mengerang. clitorisnya aku putar-putar terus, juga mulut kemaluannya bergantian.

    “Ahh.., Antonnn.., aahh.., teruss.., aahh.., sayaangg..”, mulutnya terus meracau sementara pinggulnya mulai bergoyang-goyang. Pantatnya juga mulai terangkat-angkat. Akupun segera menurunkan kepalaku kearah selangkangannya, sampai akhirnya mukaku tepat di selangkangannya. Kedua kakinya aku lipat ke atas, aku pegangi dengan dua tanganku dan pahanya kulebarkan sehingga liang kewanitaan dan clitorisnya terbuka di depan mukaku.


    Aku tidak tahan memandangi keindahan liang kewanitaannya. Lidahku langsung menjulur dan mengusap clitoris dan liang kewanitaannya. Cairan surganya kusedot-sedot dengan nikmat. Mulutku menciumi bibir kemaluannya dengan ganas, dan lidahku aku selip-selipkan ke lubangnya, aku kait-kaitkan, aku gelitiki, terus begitu, sampai pantatnya terangkat, kemudian tangannya mendorong kepalaku sampai aku terbenam di selangkangannya.
    Aku jilati terus, clitorisnya aku putar dengan lidah, aku isap, aku sedot, sampai Santi meronta-ronta. Aku merasa penisku sudah tegak kembali, dan mulai berdenyut-denyut.

    “Anton.., aku nggak tahan.., aduuhh.., aahh.., enaakk sekalii..”, rintihnya berulang-ulang. Mulutku sudah berlumuran cairan kewanitaannya yang semakin membuat nafsuku tidak tertahankan. Kemudian aku lepaskan mulutku dari liang kewanitaannya.

    Sekarang giliran penisku aku usap-usapkan ke clitoris dan bibir kemaluannya, sambil aku duduk mengangkang juga. Pahaku menahan pahanya agar tetap terbuka. Rasanya nikmat sekali ketika penisku digeser-geserkan diliang senggamanya. Indah juga merasakan hal yang sama, dan sekarang tangannya ikut ngebantu dan menekan penisku digeser-geserkan di clitorisnya.

    “Santi.., aahh.., enakk.., aahh..”
    “aahh.., iya.., eennaakk sekalii..”.
    Kita saling merintih. Kemudian karena penisku semakin gatal, aku mulai menggosokkan kepala penisku ke bibir kemaluannya. Santi semakin menggelinjang. Akhirnya aku mulai mendorong pelan sampai kepala penisku masuk ke liang senggamanya.

    “Aduuhh.. Nton.., saakiitt.., aadduuhh.., jaangaann..”, rintihnya
    “Tahan dulu sebentar.., Nanti juga ilang sakitnya..”, kataku membujuk.


    Kemudian pelan-pelan penisku aku keluarkan, kemudian aku tekan lagi, aku keluarkan lagi, aku tekan lagi, kemudian akhirnya aku tekan lebih dalam sampai masuk hampir setengahnya. Mulut Santi sampai terbuka tapi sudah nggak bisa bersuara.

    Punggungnya terangkat dari karpet menahan desakan penisku. Kemudian pelan-pelan aku keluarkan lagi, aku dorong lagi, aku keluarkan lagi, terus sampai dia tenang lagi. Akhirnya ketika aku mendorong lagi kali ini aku dorong sampai amblas semuanya ke dalam. Kali ini kita sama-sama mengerang dengan keras.

    Badan kita berpelukan, mulutnya yang terbuka aku ciumi, dan pahanya menjepit pinggangku dengan keras sekali sehingga aku merasa ujung penisku sudah mentok ke dinding kemaluannya. Kita tetap berpelukan dengan erat saling mengejang untuk beberapa saat lamanya.

    Mulut kita saling mengisap dengan kuat. Kami sama-sama merasakan keenakan yang tiada taranya. Setelah itu pantatnya sedikit demi sedikit mulai bergoyang, maka akupun mulai menggerakkan penisku pelan-pelan, maju, mundur, pelan, pelan, makin cepat, makin cepat, dan goyangan pantat Santi juga semakin cepat.

    “Anton.., aduuhh.., aahh.., teruskan sayang.., aku hampir niihh..”, rintihnya.
    “Iya.., nihh.., tahan dulu.., aku juga hampir.., kita bareng ajaa..”, kataku sambil terus menggerakkan penis makin cepat. Tanganku juga ikut meremasi susunya. Penisku makin keras kuhujam-hujamkan ke dalam liang surganya sampai pantatnya terangkat dari karpet.
    Dan aku merasa liang senggamanya juga menguruti penisku di dalam. penis kutarik dan tekan semakin cepat, semakin cepat.., dan semakin cepat..”.
    “Santi.., aku mau keluar niihh..”.

    “Iyaa.., keluarin saja.., Santi juga keluar sekarang niihh”.
    Akupun menghunjamkan penisku keras-keras yang disambut dengan pantat Santi yang terangkat ke atas sampai ujung penisku menumbuk dinding kemaluannya dengan keras.


    Kemudian pahanya menjepit pahaku dengan keras sehingga penisku makin mentok, tangannya mencengkeram punggungku. Liang kewanitaannya berdenyut-denyut. Spermaku memancar, muncrat dengan sebanyak-banyaknya menyirami liang senggamanya.

    “aahh.., aahh.., aahh..”, kita sama-sama mengerang, dan liang kewanitaannya masih berdenyut, mencengkeram penisku, sehingga spermaku berkali-kali menyembur. Pantatnya masih juga berusaha menekan-nekan dan memutar sehingga penisku seperti diperas.

    Kita orgasme bersamaan selama beberapa saat, dan sepertinya nggak akan berakhir. Pantatku masih ditahan dengan tangannya, pahanya masih menjepit pahaku erat-erat, dan liang senggamanya masih berdenyut meremas-remas penisku dengan enaknya sehingga sepertinya spermaku keluar semua tanpa bersisa sedikitpun.

    “aahh.., aahh.., aduuhh..”, kita sudah nggak bisa bersuara lagi selain mengerang-erang keenakan.

    Ketika sudah mulai kendur, aku ciumi Santi dengan penis masih di dalam liang senggamanya. Kita saling berciuman lagi untuk beberapa saat sambil saling membelai. Aku ciumi terus sampai akhirnya aku menyadari kalau Santi sedang menangis.


    Tanpa berbicara kita saling menghibur. Aku menyadari bahwa selaput daranya telah robek oleh penisku. Dan ketika penisku aku cabut dari sela-sela liang kewanitaannya memang mengalir darah yang bercampur dengan spermaku. Kami terus saling membelai, dan Santi masih mengisak di dadaku, sampai akhirnya kita berdua tertidur kelelahan dengan berpelukan.

  • Perawan Kampus Sexy Bikin Mengairah Semua Pria

    Perawan Kampus Sexy Bikin Mengairah Semua Pria


    2467 views


    Duniabola99.com – Setelah tiga minggu belajar di kampus ini, ternyata ada mahasiswi baru yang cantik, putih dan bercahaya, pakaiannya juga biasa-biasa saja tetapi semua laki-laki di kelasku, melongok melihat dia. Yaa ampun, cantik benar nih. Jam mata kuliah pertama selesai dan anak-anak laki-laki di kelasku banyak yang kenalan tapi terus terang hanya saya dan temanku berdua bisa dibilang cool, kami hanya keluar dan makan di kantin.

    Saya benar-benar belum punya nyali untuk dekat dengan wanita-wanita di kampus waktu itu. Dan dengan si mahasiswi baru itu pun kenalnya sangat lama sekali. Sebut saja nama panggilannya Lita. Saya yang baru memasuki dunia baru di perkuliahan, dan melihat cewek-cewek di kampus pun begitu menggebu-gebu nafsu birahiku. Tapi saya hanya punya pikiran dan perasaan sama si Lita ini, mungkin banyak cowok lainnya berpikiran dan berperasaan begitu juga, tapi saya tidak PD, dan saya itu bisa dibilang pendiam dan rata-rata menurut teman-teman, saya ini punya wajah lumayan ganteng. Yaa.. itu sih menurut teman-temanku.

    Waktu perkuliahan pun terus berjalan, dan setelah 3 bulan lebih saya mulai akrab dengan Lita ini dan mulai sering ngobrol (sebelumnya hanya kenal senyum saja, ataupun hanya menanyakan tugas mata kuliah). Dan ternyata Dia ini lagi cuti kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta hukum terkenal di Bandung, tapi saya lupa waktu itu dia semester berapa, yang saya ingat waktu itu saya berumur 19 tahun dan dia berumur 22 tahun. Dan ternyata dia sudah punya pacar. Waduh hatiku lemas, walaupun sudah jarang ketemu tetapi statusnya masih resmi pacaran.

    Saat kami berdua ngobrol, dia suka curhat tetapi saya suka mencuri pandangan ke arah buah dadanya yang indah menawan itu. Waduh pokoknya bulat tegap dan sedikit runcing, begitu juga kulitnya tidak satupun bekas goresan luka, hanya putih mulus dan pantatnya bulat menantang. Kalau dilihat dari belakang, waduh.. membuat kemaluan saya berdiri tegap dan ingin kuremas-remas dan ditancap dari belakang. Bayangkan kalau berjalan dia berlenggang-lenggok. Dia memiliki rambut yang indah, hitam dan panjang, berhidung mancung, berbibir tipis, alis dan bulu mata yang lentik (tapi seperti cewek bule). Dan memang cewek ini anak seorang yang kaya raya. Dan kami pun menjadi dekat dan akrab, tapi tidak tahu dia itu sukanya bareng dan jalan sama saya saja. Padahal kan banyak teman cewek di kampus itu ataupun cowok yang lain. Yaa.. tapi saya pun sangat senang sekali bisa jalan bareng sama Lita, Dia pun sering mengajak saya main ke rumahnya. Namun itu tidak pernah terjadi, mungkin saya tidak biasa main ke rumah cewek. Dan akhirnya dia ingin main ke rumah saya, waduh saya juga bingung karena saya juga belum pernah kedatangan teman cewek apalagi seperti dia, tapi dia terus memaksa saya.

    Suatu hari di kampus, mata kuliah satu sudah selesai dan harus masuk lagi untuk mata kuliah yang kedua, tapi waktunya sore hari, dan ketika sudah selesai mata kuliah satu, kami pun merasa BT kalau di kampus saja, dan Lita memaksa saya untuk main ke rumah saya, katanya ingin tahu tempat tinggal saya dan sekaligus ingin curhat. Ya untungnya rumah saya itu hanya ada saudara saya (karena saya tidak tinggal bersama orang tua) dan rumah itu milik nenek saya. Oleh karena itu kehidupan saya bebas dan saling cuek sama anggota keluarga lainnya di rumah itu. Tidak ada saling curiga atau hal apapun, yang penting tidak saling merugikan satu sama lain.

    Kami pun berdua pergi ke rumah saya. Siang bolong, ketika sudah sampai di rumah, Lita saya persilakan masuk ke kamar saya dan ternyata saya tidak grogi atas kedatangan cewek cantik ini. Dan ketika baru mengobrol sebentar lalu dia bicara, Ted panas yaah hawa di Bandung sekarang ini.
    Iya nih! sambil kubawakan minuman dingin yang sangat sejuk sekali.
    Ted.. boleh nggak saya buka baju, kamu jangan malu Ted, saya masih pake pakaian dalam kok, habis panass siihh..
    Waduh memang saya merasa malu waktu itu dan sedikit deg-degan jantungku.
    Aduuh gimana kamu ini, emang kamu nggak malu sama aku? bantahku.

    Tapi kan dia sudah ngomong kalau dia masih memakai pakaian dalam. Kemudian saya keluar kamar sebentar untuk mengambil makanan ringan di lemari es, dan ketika saya memasuki kamar lagi, ya ampun.. pakaian dalam sih pakaian dalam tapi kalau ternyata kalau itu BH yang super tipis dan kelihatan puting susunya. Waduh, saya sangat grogi waktu itu dan saya pun sering memalingkan wajah, tapi tidak dapat dipungkiri, kemaluan saya pun berereksi dan aliran darah saya pun mengalir tidak karuan, apalagi hawa sedang panas-panasnya.
    Ayo sekarang kamu mau curhat lagi? kataku.
    Nggak sih Ted, saya udah minta putus sama dia (pacarnya-red) dan dia setuju untuk resmi putus.
    Ya udah.. abis gimana lagi, katanya.

    Dalam hatiku, asyik dia sudah putus, dan saya pun berpura-pura bersedih, karena memang kasihan melihat wajahnya sedikit pucat dan sedikit menangis. Dia memelukku sambil sedikit bicara kepadaku, tapi itu lho anuku tidak bisa diam dan semakin panas saja suhu tubuhku. Ketika kuelus rambut dan punggungnya, eh dia menciumku dan kubalas ciumannya dan dia membalas lagi, semakin lama kami berciuman dan dia memasukkan lidahnya ke mulutku. Waduh, ini benar-benar mengasyikan dan terus terang ini adalah pertama kali bagiku. Dan dia pun mengeluarkan suara desahan yang sangat lembut dan sensual, dan dituntunnya tanganku ke buah dadanya, langsung saja kuremas-remas dan BH-nya pun kubuka. Wow, buah dada yang sangat indah, putih, bulat berisi dan mancung serta puting yang bagus, sedikit warna merah di seputar putingnya dan berwarna coklat di puncaknya, sekali-kali kupelentir putingnya dan dia pun mendesah kuat, Ssstthh ha.. hah.. aahh.. okhs Ted, bagus Ted, eenakk, suaranya yang kecil dan merdu. Dia membuka bajuku dan aku kini dibuatnya telanjang, tapi aku hanya pasrah saja, tidak ada rasa malu lagi.

    Apa kamu sering melakukan ini sama pacar kamu? kataku.
    Iya Ted, tapi nggak sering.. aaksshh.. kata dia sambil mendesah, tanganku diarahkannya ke liang kemaluannya, dan langsung kuelus-elus sambil lidahku menjilat putingnya yang indah itu. Sedikit-sedikit kuselingi dengan gigitan ringan tepat di puncaknya, dan dia menggeliat keenakan. Dan kemaluannya pun basah. Kubuka celananya dan celana dalamnya secara perlahan.

    Oh iya, kami melakukannya di sofa kamarku tepat di depan TV dan stereo-set. Dan kami lagi sedang mendengarkan lagu-lagu rock barat tahun 70-an, ketika kubuka CD-nya, yes.. dia memiliki kemaluan yang bagus, bulu sedikit, dan memang dia masih perawan, dengan pacarnya juga hanya melakukan oral sex. Tetapi saya belum berani untuk menjilat kemaluannya, saya hanya mengesekkan tangan saya ke bibir kemaluannya. Eh ternyata dia turun dari sofa dan menghisap batang kemaluanku, Aaakshh.. hsstt oks! dia menjilati biji pelerku dan dia mengisap kemaluanku lagi sambil dipegang dan dikocoknya. Waduuhh.. enak sekalii akkhhss.. aliran-aliran darahku mengalir dengan serentak dan ingin kumasukkan kemaluanku ke liang kemaluannya, tapi apa dia mau? Beberapa menit kemudian.. Ted, kamu punya barang gede enggak, kecil enggak, panjang enggak and pendek enggak, tapi bener Ted, saya sangat suka kamu punya barang, katanya sambil berdiri dan lubang kemaluannya dihadapkannya ke wajahku aku semakin tidak kuat saja.

    Langsung saja kujilat liang kemaluannya. Wah agak bau juga nih, tapi bau yang enak. Semakin lama semakin asyik dan sangat enak, dan dia pun merintih-rintih kecil, Uwuuhh oo.. sstt akhs.. akhs.. akhs.. oohh aahh.. sstth, sambil tubuhnya agak bergerak nggak karuan, mungkin jilatanku belum pintar tapi kulihat dia sedang keasyikan menikmati jilatanku. Lalu dia berdiri dan menarik tubuhku ke lantai. Di situ kami berciuman lagi, entah kenapa aku merasakan sesuatu yang hangat di sekitar liang kemaluannya, kuingin batang kemaluanku dimasukkannya ke lubang kemaluannya. Soalnya aku masih ragu. Tapi saya memberanikan untuk bicara. Cerita Sex Perawan Kampus

    An, kamu masih perawan nggak?
    Iya.. aksshh.. sstt.. sstt aakhs, katanya. Ternyata dugaanku benar.
    Tapi sama pacar kamu itu?
    Iya tapi kalau aku sama dia hanya oral aja, kata Lita.
    Tapi Ted, gimana kalau kita ini sekarang.. dia tidak melanjutkan pembicaraannya.

    Okh.. ookh.. okh.. sstt.. dia mencoba untuk memasukan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya dengan bantuan tangannya. Dengan begitu, aku pun berusaha untuk memasukkan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya, dan secara perlahan kugesekkan batang kemaluanku ke liang kemaluannya dan sedikit demi sedikit kumasukkan kemaluanku, tapi ini hanya sampai kepala aja, dan.. Ooohh aakksshh.. ahh.. ah.. aahh.. oohh.. sset, dia merintih- rintih. Aku terus menggenjot dia.
    Ted, ternyata pedih juga, aahh! katanya.
    Tapi teruskan saja Ted…
    Kulihat wajahnya memang mengkhawatirkan juga, tapi yang kurasakan adalah kenikmatan, meskipun itu masih tersendat-sendat dan sedikit kehangatan, Ookkhhss.. sstt, aduh nikmatnya, kataku. Dan memang ada sedikit darah di batang kemaluanku dan yes.. semua batang kemaluanku masuk, dan benar-benar nikmat tiada tara, dan hilanglah perawannya dan perjakaku.

    Ssstt.. sstt.. desahannya yang merdu dan menggairahkan apalagi didukung oleh kecantikannya dan mulus kulitnya. Dan kami masih melakukan gaya konvensional dan terus kugenjot naik turun, naik turun dan tumben, aku masih kuat dan menahan kenikmatan ini, karena kalau aku sedang onani, tidak selama ini. Di lantai itu kami melakukannya serasa di surga. Assh.. asshh.. aakss.. oohh.. aksh.. sstt, dia menjerit-jerit tapi biarlah kedengaran oleh saudaraku, yang lagi nonton TV di ruang keluarga. Karena pasti suara jeritan Lita ini kedengaran. Terus Ted, aduhh Ted kok enak sih.. aakss ssttss.. katanya sambil merem melek matanya dan bibirnya yang aduhai melongo ke langit dan langsung kujilat lidahnya. Duuhh aahss sstt duh An, aku mau keluar nih! kataku. Uuhhss sstt jangan dulu dong Ted.. bentar lagi aja, katanya. Tapi memang saya waktu itu sudah nggak kuat, ehh ternyata.. Sss oohh akkhhss.. oohh, duh Ted boleh deh sekarang, kamu dikeluarinnya di sini aja, sambil ditunjukanya ke arah payudaranya. Dan.. Creett.. cret.. cret.. crret dan air maniku yang banyak itu menyemprot ke payudaranya dan sekitar lehernya. Selesailah main-main sama Lita, dan waktu pun menunjukan arah jam 5 lebih dan memang kami sudah telat untuk pergi lagi ke kampus memasuki pelajaran Mata Kuliah kedua.Cerita Sex Perawan Kampus

    Kami berdua terkulai dan ketiduran di lantai itu dalam keadaan masih telanjang, dan lagu di stereo tape-ku pun sudah lama habis. Bangun-bangun sudah hampir jam 19.00, kami pun bergegas berpakaian dan aku pergi ke kamar mandi untuk mandi, sesudah saya selesai mandi dia juga mandi, dan akhirnya kami pergi jalan-jalan sekalian mencari makan. Kami pergi ke daerah Merdeka dan makan. Sesudah itu kami nonton di Bioskop. Di Bandung Indah Plaza (BIP), lupa lagi waktu itu kami nonton apa. Sesudah selesai nonton Lita tidak mau pulang dia ingin menginap di rumah saya. Waduh celaka juga nih anak, ketagihan atau dia lagi ada masalah dengan keluarga di rumahnya. Setelah kami berbincang-bincang, ternyata dia tinggal tidak bersama orang tuanya, sama seperti saya. Dia tinggal bersama bibinya, dan memang tidak ada perhatian bibinya kepada Lita. Dan kami berdua pulang ke rumah saya dengan membawa makanan ringan, minuman (beer dan Fanta). Sesampainya di rumahku, kami berdua mengobrol lagi sambil menonton TV, dan kusuruh dia tidur duluan, kamipun tidur sambil berpelukan terbuai terbawa oleh mimpi indah kami berdua.

    sejak saat itulah kami resmi berpacaran, dengan begitu makin sering juga kami melakukan perbuatan nikmat seperti yang telah kami lakukan sebelumnya.