Author: dbgoog99

  • Kisah Memek Perih kenikmatan ditahan Mbak Lala

    Kisah Memek Perih kenikmatan ditahan Mbak Lala


    2863 views

    Duniabola99.com – Bekerja sebagai auditor di perusahaan swasta memang sangat melelahkan. Tenaga, pikiran, semuanya terkuras. Apalagi kalau ada masalah keuangan yang rumit dan harus segera diselesaikan.

    Mau tidak mau, aku harus mencurahkan perhatian ekstra. Akibat dari tekanan pekerjaan yang demikian itu membuatku akrab dengan gemerlapnya dunia malam terutama jika weekend. Biasanya bareng teman sekantor aku berkaraoke untuk melepaskan beban. Kadang di ‘Manhattan’, kadang di ‘White House’, dan selanjutnya, benar-benar malam untuk menumpahkan “beban”. Maklum, aku sudah berkeluarga dan punya seorang anak, tetapi mereka kutinggalkan di kampung karena istriku punya usaha dagang di sana.

    Tapi lama kelamaan semua itu membuatku bosan. Ya..di Jakarta ini, walaupun aku merantau, ternyata aku punya banyak saudara dan karena kesibukan (alasan klise) aku tidak sempat berkomunikasi dengan mereka. Akhirnya kuputuskan untuk menelepon Mas Adit, sepupuku. Kami pun bercanda ria, karena lama sekali kami tidak kontak. Mas Adit bekerja di salah satu perusahaan minyak asing, dan saat itu dia kasih tau kalau minggu depan ditugaskan perusahaannya ke tengah laut, mengantar logistik sekaligus membantu perbaikan salah satu peralatan rig yang rusak. Dan dia memintaku untuk menemani keluarganya kalau aku tidak keberatan. Sebenernya aku males banget, karena rumah Mas Adit cukup jauh dari tempat kostku Aku di bilangan Ciledug, sedangkan Mas Adit di Bekasi. Tapi entah mengapa aku mengiyakan saja permintaannya, karena kupikir-pikir sekalian silaturahmi. Maklum, lama sekali tidak jumpa.

    Hari Jumat minggu berikutnya aku ditelepon Mas Adit untuk memastikan bahwa aku jadi menginap di rumahnya. Sebab kata Mas Adit istrinya, Mbak Lala, senang kalau aku mau datang. Hitung-hitung buat teman ngobrol dan teman main anak-anaknya. Mereka berdua sudah punya anak laki-laki dua orang. Yang sulung kelas 4 SD, dan yang bungsu kelas 1 SD. Usia Mas Adit 40 tahun dan Mbak Lala 38 tahun. Aku sendiri 30 tahun. Jadi tidak beda jauh amat dengan mereka. Apalagi kata Mbak Lala, aku sudah lama sekali tidak berkunjung ke rumahnya. Terutama semenjak aku bekerja di Jakarta ini Ya, tiga tahun lebih aku tidak berjumpa mereka. Paling-paling cuma lewat telepon.

    Setelah makan siang, aku telepon Mbak Lala, janjian pulang bareng Kami janjian di stasiun, karena Mbak Lala biasa pulang naik kereta. “kalau naik bis macet banget. Lagian sampe rumahnya terlalu malem”, begitu alasan Mbak Lala. Dan jam 17.00 aku bertemu Mbak Lala di stasiun. Tak lama, kereta yang ditunggu pun datang. Cukup penuh, tapi aku dan Mbak masih bisa berdiri dengan nyaman. Kamipun asyik bercerita, seolah tidak mempedulikan kiri kanan.


    Tapi hal itu ternyata tidak berlangsung lama Lepas stasiun J, kereta benar-benar penuh. Mau tidak mau posisiku bergeser dan berhadapan dengan Mbak Lala. Inilah yang kutakutkan..! Beberapa kali, karena goyangan kereta, dada montok Mbak Lala menyentuh dadaku. Ahh..darahku rasanya berdesir, dan mukaku berubah agak pias. Rupanya Mbak Lala melihat perubahanku dan ?ini konyolnya- dia mengubah posisi dengan membelakangiku. Alamaakk.. siksaanku bertambah..! Karena sempitnya ruangan, si “itong”-ku menyentuh pantatnya yang bulat manggairahkan. Aku hanya bisa berdoa semoga “itong” tidak bangun. Kamipun tetap mengobrol dan bercerita untuk membunuh waktu. Tapi, namanya laki-laki normal apalgi ditambah gesekan-gesekan yang ritmis, mau tidak mau bangun juga “itong”-ku. Makin lama makin keras, dan aku yakin Mbak Lala bisa merasakannya di balik rok mininya itu.

    Pikiran ngeresku pun muncul, seandainya aku bisa meremas dada dan pinggulnya yang montok itu.. oh.. betapa nikmatnya. Akhirnya sampai juga kami di Bekasi, dan aku bersyukur karena siksaanku berakhir. Kami kemudian naik angkot, dan sepanjang jalan Mbak Lala diam saja. Sampai dirumah, kami beristirahat, mandi (sendiri-sendiri, loh..) dan kemudian makan malam bersama keponakanku. Selesai makan malam, kami bersantai, dan tak lama kedua keponakanku pun pamit tidur.

    “Ndrew, Mbak mau bicara sebentar”, katanya, tegas sekali.
    “Iya mbak.. kenapa”, sahutku bertanya. Aku berdebar, karena yakin bahwa Mbak akan memarahiku akibat ketidaksengajaanku di kereta tadi.
    “Terus terang aja ya. Mbak tau kok perubahan kamu di kereta. Kamu ngaceng kan?” katanya, dengan nada tertahan seperti menahan rasa jengkel.
    “Mbak tidak suka kalau ada laki-laki yang begitu ke perempuan. Itu namanya pelecehan. Tau kamu?!”
    “MMm.. maaf, mbak..”, ujarku terbata-bata.
    “Saya tidak sengaja. Soalnya kondisi kereta kan penuh banget. Lagian, nempelnya terlalu lama.. ya.. aku tidak tahan”
    “Terserah apa kata kamu, yang jelas jangan sampai terulang lagi. Banyak cara untuk mengalihkan pikiran ngeres kamu itu. Paham?!” bentak Mbak Lisa.
    “Iya, Mbak. Saya paham. Saya janji tidak ngulangin lagi”
    “Ya sudah. Sana, kalau kamu mau main PS. Mbak mau tidur-tiduran dulu. kalau pengen nonton filem masuk aja kamar Mbak.” Sahutnya. Rupanya, tensinya sudah mulai menurun.


    Akhirnya aku main PS di ruang tengah. Karena bosan, aku ketok pintu kamarnya. Pengen nonton film. Rupanya Mbak Lala sedang baca novel sambil tiduran. Dia memakai daster panjang. Aku sempat mencuri pandang ke seluruh tubuhnya. Kuakui, walapun punya anak dua, tubuh Mbak Lala betul-betul terpelihara. Maklumlah, modalnya ada. Akupun segera menyetel VCD dan berbaring di karpet, sementara Mbak Lala asyik dengan novelnya.

    Entah karena lelah atau sejuknya ruangan, atau karena apa akupun tertidur. Kurang lebih 2 jam, dan aku terbangun. Film telah selesai, Mbak Lala juga sudah tidur. Terdengar dengkuran halusnya. Wah, pasti dia capek banget, pikirku.

    Saat aku beranjak dari tiduranku, hendak pindah kamar, aku terkesiap. Posisi tidur Mbak Lala yang agak telungkup ke kiri dengan kaki kana terangkat keatas benar-benar membuat jantungku berdebar. Bagaimana tidak? Di depanku terpampang paha mulus, karena dasternya sedikti tersingkap. Mbak Lala berkulti putih kemerahan, dan warna itu makin membuatku tak karuan. Hatiku tambah berdebar, nafasku mulai memburu.. birahiku pun timbul..

    Perlahan, kubelai paha itu.. lembut.. kusingkap daster itu samapi pangkal pahanya.. dan.. AHH.. “itong”-ku mengeras seketika. Mbak Lala ternyata memakai CD mini warna merah.. OHH GOD.. apa yang harus kulakukan.. Aku hanya menelan ludah melihat pantatnya yang tampak menggunung, dan CD itu nyaris seperti G-String. Aku bener-bener terangsang melihat pemandangan indah itu, tapi aku sendiri merasa tidak enak hati, karena Mbak Lala istri sepupuku sendiri, yang mana sebetulnya harus aku temani dan aku lindungi dikala suaminya sedang tidak dirumah.

    Namun godaan syahwat memang mengalahkan segalanya. Tak tahan, kusingkap pelan-pelan celana dalamnya, dan tampaklah gundukan memeknya berwarna kemerahan. Aku bingung.. harus kuapakan.. karena aku masih ada rasa was-was, takut, kasihan.. tapi sekali lagi godaan birahi memang dahsyat.Akhirnya pelan-pelan kujilati memek itu dengan rasa was-was takut Mbak Lala bangun. Sllrrpp.. mmffhh.. sllrrpp.. ternyata memeknya lezat juga, ditambah pubic hair Mbak Lala yang sedikit, sehingga hidungku tidak geli bahkan leluasa menikmati aroma memeknya.


    Entah setan apa yang menguasai diriku, tahu-tahu aku sudah mencopot seluruh celanaku. Setelah “itong”-ku kubasahi dengan ludahku, segera kubenamkan ke memek Mbak Lala. Agak susah juga, karena posisinya itu. Dan aku hasrus ekstra hati-hati supaya dia tidak terbangun. Akhirnya “itongku”-ku berhasil masuk. HH.. hangat rasanya.. sempit.. tapi licin.. seperti piston di dalam silinder. Entah licin karena Mbak Lala mulai horny, atau karena ludah bekas jilatanku.. entahlah. Yang pasti, kugenjot dia.. naik turun pelan lembut.. tapi ternyata nggak sampai lima menit. Aku begitu terpukau dengan keindahan pinggul dan pantatnya, kehalusan kulitnya, sehingga pertahananku jebol. Crroott.. ccrroott.. sseerr.. ssrreett.. kumuntahkan maniku di dalam memek Mbak Lala. Aku merasakan pantatnya sedikit tersentak. Setelah habis maniku, pelan-pelan dengan dag-dig-dug kucabut penisku.

    “Mmmhh.. kok dicabut tititnya..” suara Mbak Lala parau karena masih ngantuk.
    “Gantian dong..aku juga pengen..”
    Aku kaget bukan main. Jantungku tambah keras berdegup.
    “Wah.. celaka..”, pikirku.
    “Ketahuan, nich..” Benar saja! Mbak Lala mambalikkan badannya. Seketika dia begitu terkejut dan secara refleks menampar pipiku. Rupanya dia baru sadar bahwa yang habis menyetubuhinya bukan Mas Adit, melainkan aku, sepupunya.
    “Kurang ajar kamu, Ndrew”, makinya.
    “KELUAR KAMU..!”

    Aku segera keluar dan masuk kamar tidur tamu. Di dalam kamar aku bener-bener gelisah.. takut.. malu.. apalagi kalau Mbak Lala sampai lapor polisi dengan tuduhan pemerkosaan. Wah.. terbayang jelas di benakku acara Buser.. malunya aku.

    Aku mencoba menenangkan diri dengan membaca majalah, buku, apa saja yang bisa membuatku mengantuk. Dan entah berapa lama aku membaca, aku pun akhirnya terlelap. Seolah mimpi, aku merasa “itong”-ku seperti lagi keenakan. Serasa ada yang membelai. Nafas hangat dan lembut menerpa selangkanganku. Perlahan kubuka mata.. dan..


    “Mbak Lala..jangan”, pintaku sambil aku menarik tubuhku.
    “Ndrew..” sahut Mbak Lala, setengah terkejut.
    “Maaf ya, kalau tadi aku marah-marah. Aku bener-bener kaget liat kamu tidak pake celana, ngaceng lagi.”
    “Terus, Mbak maunya apa?” taku bertanya kepadaku. Aneh sekali, tadi dia marah-marah, sekarang kok.. jadi begini..
    “Terus terang, Ndrew.. habis marah-marah tadi, Mbak bersihin memek dari sperma kamu dan disiram air dingin supaya Mbak tidak ikutan horny. Tapi.. Mbak kebayang-bayang titit kamu. Soalnya Mbak belum pernah ngeliat kayak punya kamu. Imut, tapi di meki Mbak kerasa tuh.” Sahutnya sambil tersenyum.

    Dan tanpa menunggu jawabanku, dikulumnya penisku seketika sehingga aku tersentak dibuatnya. Mbak Lala begitu rakus melumat penisku yang ukurannya biasa-biasa saja. Bahkan aku merasakan penisku mentok sampai ke kerongkongannya. Secara refleks, Mbak naik ke bed, menyingkapkan dasternya di mukaku. Posisii kami saat ini 69. Dan, Ya Tuhan, Mbak Lala sudah melepas CD nya. Aku melihat memeknya makin membengkak merah. Labia mayoranya agak menggelambir, seolah menantangku untuk dijilat dan dihisap. Tak kusia-siakan, segera kuserbu dengan bibirku..

    “SSshh.. ahh.. Ndrew.. iya.. gitu.. he-eh.. Mmmffhh.. sshh.. aahh” Mbak Lala merintih menahan nikmat. Akupun menikmati memeknya yang ternyata bener-bener becek. Aku suka sekali dengan cairannya.
    “Itilnya.. dong.. Ndrew.. mm.. IYAA.. AAHH.. KENA AKU.. AMPUUNN NDREEWW..”
    Mbak Lala makin keras merintih dan melenguh. Goyangan pinggulnya makin liar dan tak beraturan. Memeknya makin memerah dan makin becek. Sesekali jariku kumasukkan ke dalamnya sambil terus menghisap clitorisnya. Tapi rupanya kelihaian lidah dan jariku masih kalah dengan kelihaian lidah Mbak Lala. Buktinya aku merasa ada yang mendesak penisku, seolah mau menyembur.

    “Mbak.. mau keluar nih..” kataku.
    Tapi Mbak Lala tidak mempedulikan ucapanku dan makin ganas mengulum batang penisku. Aku makin tidak tahan dan.. crrootts.. srssrreett.. ssrett.. spermaku muncrat di muutu Mbak Lala. Dengan rakusnya Mbak Lala mengusapkan spermaku ke wajahnya dan menelan sisanya.

    “Ndrewww.. kamu ngaceng terus ya.. Mbak belum kebagian nih..” pintanya.
    Aku hanya bisa mmeringis menahan geli, karena Mbak Lala melanjutkan mengisap penisku. Anehnya, penisku seperti menuruti kemauan Mbak Lala. Jika tadi langsung lemas, ternyata kali ini penisku dengan mudahnya bangun lagi. Mungkin karena pengaruh lendir memek Mbak Lala sebab pada saat yang sama aku sibuk menikmati itil dan cairan memeknya, aku jadi mudah terangsang lagi.


    Tiba-tiba Mbak Lala bangun dan melepaskan dasternya.
    “Copot bajumu semua, Ndrew” perintahnya.
    Aku menuruti perintahnya dan terperangah melihat pemandangan indah di depanku. Buah dada itu membusung tegak. Kuperkirakan ukurannya 36B. Puting dan ariolanya bersih, merah kecoklatan, sewarna kulitnya. Puting itu benar-benar tegak ke atas seolah menantang kelelakianku untuk mengulumnya. Segera Mbak Lala berlutut di atasku, dan tangannya membimbing penisku ke lubang memeknya yang panas dan basah. Bless.. sshh..
    “Aduhh.. Ndrew.. tititmu keras banget yah..” rintihnya.
    “kok bisa kayak kayu sih..?”
    Mbak Lala dengan buasnya menaikturunkan pantatnya, sesekali diselingi gerkan maju mundur. Bunyi gemerecek akibat memeknya yang basah makin keras. Tak kusia-siakan, kulahap habis kedua putingnya yang menantang, rakus. Mbak Lala makin keras goyangnya, dan aku merasakan tubuh dan memeknya makin panas, nafasnya makin memburu. Makin lama gerakan pinggul Mbak Lala makin cepat, cairan memeknya membanjir, nafasnya memburu dan sesaat kurasakan tubuhnya mengejang.. bergetar hebat.. nafasnynya tertahan.

    “MMFF.. SSHSHH.. AAIIHH.. OUUGGHH.. NDREEWW.. MBAK KELUAARR.. AAHHSSHH..”
    Mbak Lala menjerit dan mengerang seiring dengan puncak kenikmatan yang telah diraihnya. Memeknya terasa sangat panas dan gerakan pinggulnya demikian liar sehingga aku merasakan penisku seperti dipelintir. Dan akhirnya Mbak Lala roboh di atas dadaku dengan ekspresi wajah penuh kepuasan. Aku tersenyum penuh kemenangan sebab aku masih mampu bertahan..

    Tak disangka, setelah istirahat sejenak, Mbak Lala berdiri dan duduk di pinggir spring bed. Kedua kakinya mengangkang, punggungnya agak ditarik ke belakang dan kedua tangannya menyangga tubuhnya.
    “Ndrew, ayo cepet masukin lagi. Itil Mbak kok rasanya kenceng lagi..” pintanya setengah memaksa.
    Apa boleh buat, kuturuti kemauannya itu. Perlahan penisku kugosok-gosokkan ke bibir memek dan itilnya. Memek Mbak Lala mulai memerah lagi, itilnya langsung menegang, dan lendirnya tampak mambasahi dinding memeknya.
    “SShh.. mm.. Ndrew.. kamu jail banget siicchh.. oohh..” rintihnya.
    “Masukin aja, yang.. jangan siksa aku, pleeaassee..” rengeknya.


    Mendengar dia merintih dan merengek, aku makin bertafsu. Perlahan kumasukkan penisku yang memang masih tegak ke memeknya yang ternyata sangat becek dan terasa panas akibat masih memendam gelora birahi. Kugoyang maju mundur perlahan, sesekali dengan gerakan mencangkul dan memutar. Mbak Lala mulai gelisah, nafasnya makin memburu, tubuhnya makin gemetaran. Tak lupa jari tengahku memainkan dan menggosok clitorisnya yang ternyata benar-benar sekeras dan sebesar kacang. Iseng-iseng kucabut penisku dari liang surganya, dan tampaklah lubang itu menganga kemerahan.. basah sekali..

    Gerakan jariku di itilnya makin kupercepat, Mbak Lala makin tidak karuan gerakannya. Kakinya mulai kejang dan gemetaran, demikian pula sekujur tubuhnya mulai bergetar dan mengejang bergantian. Lubang memek itu makin becek, terlihat lendirnya meleleh dengan derasnya, dan segera saja kusambar dengan lidahku.. direguk habis semua lendir yang meleleh. Tentu saja tindakanku ini mengagetkan Mbak Lala, terasa dari pinggulnya yang tersentak keras seiring dengan jilatanku di memeknya.

    Kupandangi memek itu lagi, dan aku melihat ada seperti daging kemerahan yang mencuat keluar, bergerinjal berwarna merah seolah-olah hendak keluar dari memeknya. Dan nafas Mbak Lala tiba-tiba tertahan diiringi pekikan kecil.. dan ssrr.. ceerr.. aku merasakan ada cairan hangat muncrat dari memeknya.

    “Mbak.. udah keluar?”, tanyaku.
    “Beluumm.., Ndreew.. ayo sayang.. masukin kontol kamu.. aku hampir sampaaii..” erangnya.
    Rupanya Mbak Lala sampai terkencing-kencing menahan nikmat.

    Akibat pemandangan itu aku merasa ada yang mendesak ingin keluar dari penisku, dan segera saja kugocek Mbak Lala sekuat tenaga dan secepat aku mampu, sampai akhirnya..


    “NDREEWW.. AKU KELUAARR.. OOHH.. SAYANG.. MMHH.. AAGGHH.. UUFF..”, Mbak Lala menjerit dan mengerang tidak karuan sambil mengejang-ngejang.
    Bola matanya tampak memutih, dan aku merasa jepitan di penisku begitu kuat. Akhirnya bobol juga pertahananku..

    “Mbak.. aku mau muncrat nich..” kataku.
    “Keluarin sayang.. ayo sayang, keluarin di dalem.. aku pengen kehangatan spermamu sekali lagi..” pintanya sambil menggoyangkan pinggulnya, menepuk pantatku dan meremas pinggulnya.
    Seketika itu juga.. Jrruuoott.. jrroott.. srroott..
    “Mbaakk.. MBAAKK.. OOGGHH.. AKU MUNCRAT MBAAKK..” aku berteriak.
    “Hmm.. ayo sayang.. keluarkan semua.. habiskan semua.. nikmati, sayang.. ayo.. oohh.. hangat.. hangat sekali spermamu di rahimku.. mmhh..” desah Mbak Lala manja menggairahkan.
    Akupun terkulai diatas tubuh moleknya dengan nafas satu dua. Benar-benar malam jahanam yang melelahkan sekaligus malam surgawi.

    “Ndrew, makasih ya.. kamu bisa melepaskan hasratku..” Mbak Lala tersenyum puas sekali..
    “He-eh.. Mbak.. aku juga..” balasku.
    “Aku juga makasih boleh menikmati tubuh Mbak. Terus terang, sejak ngeliat Mbak, aku pengen bersetubuh dengan Mbak. Tapi aku sadar itu tak mungkin terjadi. Gimana dengan keluarga kita kalau sampai tahu.”
    “Waahh.. kurang ajar juga kau ya..” kata Mbak Lala sambil memencet hidungku.
    “Aku tidak nyangka kalau adik sepupuku ini pikirannya ngesex melulu. Tapi, sekarang impian kamu jadi kenyataan kan?”
    “Iya, Mbak. Makasih banget.. aku boleh menikmati semua bagian tubuh Mbak.” Jawabku.
    “Kamu pengalaman pertamaku, Ndrew. Maksud Mbak, ini pertama kali Mbak bersetubuh dengan laki-laki selain Mas Adit. tidak ada yang aneh kok. Titit Mas Adit jauh lebih besar dari punya kamu. Mas Adit juga perkasa, soalnya Mbak berkali-kali keluar kalau lagi join sama masmu itu” sahutnya.
    “Terus, kok keliatan puas banget? Cari variasi ya?” aku bertanya.
    “Ini pertama kalinya aku sampai terkencing-kencing menahan nikmatnya gesekan jari dan tititmu itu. Suer, baru kali ini Mbak sampai pipisin kamu segala. Kamu nggak jijik?”
    “Ooohh.. itu toh..? Kenapa harus jijik? Justru aku makin horny..” aku tersenyum.


    Kami berpelukan dan akhirnya terlelap. Kulihat senyum tersungging di bibir Mbak Lalaku tersayang..

  • Kisah Memek Melayani Duda Maniak Sex

    Kisah Memek Melayani Duda Maniak Sex


    2863 views

    Duniabola99.com – Namaku Andra seorang duda, umurku 33th, dengan tinggi 170cm dan berat 64kg, serta kulitku lumayan putih. Mungkin dikira wanita2 yang disekelilingku, ak anak orang yg berkecukupan tp mereka meleset krn ak hanya anak orng biasa dan sederhana.


    Aku bersyukur diberi paras yg lumayan jg, tmn2 bilang musex(muka ngesex). Libidoku termasuk tinggi, Bibir yang enak dikulum(menurut wanita2 yang pernah berciuman dengan ak), lidah panjang lancip(wanita2 suka jilatanku yang bikin mereka orgasme dan ketagihan)karena memang ak suka sekali jilatin memek mereka.

    Klo ukuran Penisku biasa saja tapi bengkok ke kiri, tp menurut wanita2 yang pernah menjalin hubungan denganku tidak mempermasalahkan ukuran Penisku dan mereka maklum sekali(karena yang paling bikin gemes n ketagihan mereka sama ak itu adalah bibir dan lidahku, bisa buat mereka orgame berkali kali dengan jilatan lidahku).

    Sekarang ak sangat menikmati hidup dengan kesendirianku. Dan tidak lupa ak penyuka sex yang aman. Tipe cewek yang ak sukai adalah kulit bersih, tapi ak cenderung lebih suka kulit puber(putih bersih), yang paling utama mempunyai sepasang kaki yang indah (paha dan betis yang menggagirahkan) , badan sexy, payudara oke, wajah relatif yang penting enak dipandang,mempunyai vagina yang terawat(bulu dicukur rapi) ,umur wanita yang ak sukai biasanya lebih tua dari ak ,ga tau kanapa ak suka wanita yang lebih tua mungkin nyaman dan pengalaman kali.

    Apalagi klo lihat wanita umur diatas 35th yang sexy dan badannya terawat, tambah nafsu akunya. Tidak menutup kemungkinan wanita yang umurnya di bawah ak, jg suka yang penting seperti tipe ak diatas. Wanita bertubuh mungilpun ak pernah jg.


    Kini aku tinggal bersama Paman n Bibi di salah satu kota di Jawa Tengah tepatnya di daerah kota Solo. Aku sekarang lg belajar usaha kecil2an dengan modal yang pas2an , , tp ak menikmati bekerja sendri. Dan berharap ada yang ngasih modal ato kerjasama bareng.

    Di dalam waktu yang tepat ini ak akan bercerita tentang kisah sedihku dulu. Aku pernah menikah dengan seorang janda beranak 2 (cowo semua) dari kota lain th. 2000. Dia keturunan Menado-Belanda dng tinggi 168cm dan berat 55, walo udah melahirkan 2 orang anak tp msh kliatan cantik dan sexy, orang ga bakalan nyangka klo dia itu janda.

    Wajahnya ga kalah sama artis dng body yang sexy, paha dan betis yang sempurna, kulit mulus putih bersih, leher jenjang, mempunyai payudara yang indah, memek merah jambu warnanya dan dihiasi bulu2 tipis. Wanita semacam dia adalah tipe aku banget.

    Meskipun pernikahanku kurang disetujui orang tuaku, tp tetep ak jalani dengan tanggung jawab dengan aku bs menerima status dia dng anak2 tiriku yg aku sayang. Semua kebutuhan mrk ampe sekolah aku penuhin dan kebutuhan rumah tanggaku jg, namun sebagai pria normal yang bernafsu tinggi, penyaluran sexku adalah utama,

    hampir tiap hari aku melakukan hub sex dngn dia, dmn pun tmpt di dlm rmh ak coba, Petualangan sex di dlm rumah dengan berbagai kondisi pernah kami coba, dan pada akhirnya, setelah perkawinan menginjak tahun kedua yaitu th 2001 istriku mulai berulah dan berubah dengan memfitnah klo ak selingkuh dengan tetangga, dia melaporkan hal ini ke keluarganya yang tinggal disebelah rumah kontrakanku.


    Istriku membuat cerita2 bohong tentang diriku, dan ak meyakinkan keluarganya dan istriku bahwa ak tidah pernah melakukan perselingkuhan, sampai2 ak berani di sumpah. Karena ak betul2 tidak melakukannya. Tetap saja istriku semakin berulah dengan pulang selalu terlambat dan itu berlanjut.

    Tabunganku pribadi msh tetap dibawanya, rencana ak memang mau beli rumah mungil di daerah itu. Tabunganku itu sebagian uangnya merupakan pemberian dari orang tuaku. Agar aku bisa memiliki rumah walo sederhana dan tidak perlu kontrak lg.

    Seiring waktu berjalan hampir tiap hari ngajak ribut, ak merasa di dlm neraka. Ribut dan ribut terus. Posisi waktu itu ak memang sedang tidak bekerja, hanya serabutan. Dan penghasilanku tidak mencukupi. Kadang ada kerjaan kadang ya sepi. Pernah mencoba

    berdagang dengan berjalan kaki keliling kampung menjual sandal japit walo untung mepet tetep aku jalani. Klo ga laku ya langsung kena damprat istriku. Coba berdagang makanan yang ak bikin sendiri tapi mengalami nasib yang sama, ga banyak terjual. Menginjak tahun ketiga perkawinan rumah tanggaku semakin kacau.

    Adanya semakin menjadi krn ulah istriku, dtambah dlm setahun dua kali dia operasi krn hamil di luar kandungan, ada kista yang menutupi indung telurnya. Operasi pertama terjadi pada bulan april th 2002 krn ada pendarahan organ dlm perutnya, kubawa ke rumah sakit diperiksa dan ternyata istriku hamil tanpa sepengetahuanku, dia sengaja tidak memberitahuku dan digugurkan bayi yang di dalam rahimnya atas persetujuan ibu mertuaku…”Gila….” Pikirku…. Kenapa dia melakukan itu….. ak kan juga pingin punya anak dari dia, kata ibu mertua dan istriku “ Ntar kasian anak2(maksudnya anak2 istriku itu)”…….Ak juga tidak habis pikir, selama ini ak sama sayang banget dan sudah ak anggap anak sendri, dr hal kecil ak perhatikan dan tanggung jawab ke mereka dan keluarga.

    Ak mencoba mengerti kata ibu mertua dan istriku, tp ak ga trima, rasa ini hanya ak pendam sampai istriku menjalani dan perawatan pasca operasi. Aku tetap memperhatikan dia dngn penuh tanggung jawab walo hatiku sakit. Ak mencoba untuk ikhlas. Dengan biaya semua ditanggung keluargaku.

    Pasca Operasi akupun mengalami nasib ga enak lagi, ga dapet jatah ngesex selama setahun. Ak hanya bs bersabar, tp klo keinginanku meledak. Ak hanya bs ngesex sama TanTe RoSa ( Tangan Tengen Ro Sabun ) itu istilah jawa klo di indonesiakan ( Tangan Kanan Sama Sabun ). Klo Aku tak tahan, nafsu birahiku minta dituntaskan.


    Akupun pergi kekamar mandi. Sampai di kamar mandi, kukeluarkan penisku dari balik celanaku. Kukocok-kocok sekitar lima belas menit. Dan crot! crot! crot! Spermaku muncrat kelantai kamar mandi. Lega sekali rasanya. Memang nasibku kurang baik, tp daripada jajan ak ga mau.

    Takut kena penyakit jg dan pada prinsipnya ak ga suka jajan gt. Berjalannya waktu hidupku semakin tersiksa, istriku masih berulah tetap pulang telat alasannya banyak kerjaan, anak2nya semenjak kami menikah jarang sekali diperhatikan dia, dari suapin anak,mandiin mereka, klo malam selalu ngompol yang gantiin ak juga dengan ngantuk2 dan istriku dengan pulasnya tidur.

    Kadang ak berpikir, gila bener selama nikah ternyata ak jd pembantunya tanpa ak sadari. Ak hanya bs sabar dan ikhlas krna ak tanggung konsekuensinya dah nikah ma dia. Waktu berjalan terus pada bln November 2002, istriku kesakitan di dlam organ perutnya, ak periksakan kembali dan ternyata penyakitnya sama, ad kista di indung telurnya dan harus diangkat krna pernah menjalai operasi pertama.Ak hanya bs pasrah dan berdoa di beri kekuatan,kesabaran dan keikhlasan, cobaan selama 3th perkawinanku ternyata lom

    berakhir. Setelah mendapat persetujuan, operasi segera dilakukan telah berhasil walo hatiku sedih. Kami sama2 sedih krn diberi cobaan berat. Setelah menjalani perawatan sampe selesai, ak diliputi kebingungan krn uangku tidak cukup untuk membiayai operasi dan perawatan.

    Ak beranikan telpon rumah tentang keadaanku sekarang sama orang tuaku, mereka kaget dan bs mengerti akan kesulitanku, mereka akhirnya membantu membiayai semuanya. Ak sangat malu sekali seperti ditampar mukaku waktu itu, sudah berkeluaraga tapi msih merepotkan orang tua.

    Tp mrk tetep sayang sama ak. Waktu demi waktu, istriku tambah berubah sama ak. Kumat lg ulahnya……seperti yang diatas kelakuannya terhadap ak…Dan dia pernah berkata kepadaku….”Gara2 km, ak operasi dua kali!”……………Hatiku serasa diirisdan dalam hati kubertanya ” Kurang apa ak selama ini,dan apa yg diberikan dia kepadaku, ak hanya dimanfaatin”…..Walo ak kerja serabutan, tp ak tetep tanggung jawab dan berusaha sekuat tenaga. Setelah istriku operasipun ak bekerja sebagai kuli bangunan, itu selama 2 bln dan menerima bayaran seminggu sekali, bayaran tetep ak kasih walo sebenernya istriku malu ak sebagai kuli bangunan.

    Klo dibilang ga pantes ya lumrah, ak punya badan dan muka yang lumayan. Tp apa boleh buat, namanya tanggungjawab sm kluarga apapun dilakukan yg penting hasilnya halal. Tp kelakuan istriku bukannya menjadi baik tapi malah semakin tidak homat dan tidak menghargai sama ak. Tabungan yang sengaja tidak ak otak atik yang sekiranya ak simpan untuk beli rumah mungil kandas sudah, habis sama istriku.


    Ga tau untuk apa, dia dengan entengnya berkata..” Emang ak ga butuh duit?”… tp alasannya ga jelas yang semakin bikin ak muak sama dia….Dalam hati kuberkata ” Sampai kapan cobaan ini”…..Uang menipis, dia minta duit lagi…Ak bilang ga punya…..Dia malah ngomong seenaknya tanpa perasaan ” Klo ga bs kasih duit, ak bs minta lelaki lain…msh byk yang mau denganku!’ ….Dalam hati Ak bertanya” Ak ini kenapa ya, di dpn dia kayak mati kutu….semacam disetir dia…..kyaknya ad yang salah dlm diriku ini!”…….

    Ak ingat2 ternyata dia suka sekali pergi ke orang pintar entah apa tujuannya, pernah dia keceplosan. Dan memang benar kluarga dia itu suka mistik………..beberapa hari setelah mendengar perkataan itu, ak mulai persiapan buat ak sendri. Mulai kumpulin uang seribu rupiah setiap hari dan mulai terkumpul ak simpan yang aman. Sebulan kemudian ayah mertuaku meninggal, menurut kabar berita yang ak terima, beliau kena guna2 dr teman sekantornya yang iri terhadap karir ayah mertua. Ak percaya ga percaya, yang penting ikhlasin saja kepergian beliu.

    Beliau paling baik terhadapku dan tak pernah terpengaruh omongan serta cerita2 bohong dr istriku dan ibu mertua. Beliau tau akan posisiku, mengerti dan memahami di dlam rumah tanggaku yg bermasalah. Setelah 2 minggu wafatnya beliau, ak beranikan diri pamit ke ibu mertua untuk pulang ke daerah asalku mencari pekerjaan yang menjajikan karena ak ditawari ayahku pekerjaan diperusahaan yang ternama disalah satu kota Y. Ak pamit ibu mertua dan kedua anak2 tiriku yg sudah seperti anak kandung sendiri.

    Mereka menangis terisak isak sambil berkata…” Papah Om jangan pergi, siapa yg temenin kita?”…..Ak jg sedih waktu mo meninggalkan mereka, tp bagaiman lg ini memang keputusan yang harus diambil……Ak berusaha membujuk dan berjanji akan menengok mereka…….

    Ak pergi tanpa sepengetahuan istriku, waktu itu dia sedang bekerja. Krn ini memang rencanaku untuk meninggalkan dia, setelah bekerja ak akan datang dan mengajukan cerai. Berbekal uang seadanya ak bersyukur bs sampai di rumah orangtuaku, mrk senang akan kedatanganku krn sudah lama tidak ketemu. Waktu itu badanku kurus kering kayak orang kena narkoba dan pucat wajahku.

    Mereka hanya bs menghela nafas akan ceritaku yg sesungguhnya selama ak berumahtangga. Mrk akhirnya bs mengerti dan mendukung akan keputusanku yang ingin mengajukan cerai ke istriku. Sambil menunggu kabar ak diterima ato enggaknya bekerja di perusahaan yang pernah ayahku janjikan, ak mendapat kabar klo istriku di gerebeg satu RT kerena memasukkan 2 orang lelaki di kontrakan yang pernah ak tempati.


    Ak mendengar itu bukannya sedih tp gembira, ternyata itu sebuah petunjuk dr rentetan kejadian dan masalah yang selama ini ak alami. Aku bersyukur di bukakan hatiku yang selama ini ternyata ak kena guna2 dari istriku. Ak br percaya akan hal itu dan bersifat ghoib. Lambat laun badanku mulai berisi dan wajahku mulai memancarkan sinar keceriaan lagi, mendapat pekerjaan dan kehidupan yang normal seorang lelaki.

    Cerita diatas sekelumit tentang kisahku yang sedih, dan sekarang aku akan mengajak pembaca untuk bercerita tentang kehidupan sex dengan wanita2 disekelilingku.

    Pernah libidoku naik waktu melihat istriku memakai daster yg pendek sehingga terlihat paha mulusnya, lekuk tubuhnya kelihatan sempurna ketika itu istriku lg bermain dng anak2, ak mencoba mendekati dia. Aku cium tengkuk lehernya yg jenjang menyusuri kulit mulusnya, dia melenguh dan berkata.. “Ughhhhhh…..

    Sayang jangan,ad anak2″…. tp aku makin menjadi, aku remas payudaranya dr belakang, aku gesek2 Penisku di pantat dia dan semakin tegang tanpa sepengetahuan anak2…. dia makin mendesah dan mendesis….. “Aghhhh Sayang kamu nakal”…… sambil mendesah pelan menikmati rabaanku ke payudaranya yang indah, puting susunya semakin mengeras menonjol keluar dan waktu itu dia tidak memakai bra…..

    Kedua Tanganku mulai msuk di dlm dasternya….Aku remas pelan payudaranya….Aku pilin2 n dan aku putar2 puting susunya dengan jari telunjuk dan ibu jari sesekali ak jepit diantara jariku….. Dia tmbh mendesis kenikmatan..”Oughhhh nikmat sayang”…..dengan suara lirih biar ga kedengeran anak2….

    Penisku semakin tegang dan aku gesek2 di belahan pantat istriku yang aduhai walo msh memakai daster tp kliatan menggairahkan…… aku mendesis pelan…. ” Ughhhh nikmat sayang…Ashhhh”…. semakin aku remas payudaranya…. semakin kenikmatan dia….suaranya mendesis lirih membuat aku tambah hot…. “Ashhhhh enak sayang, sambil dia berbisik kepadaku”… Dia ternyata juga menikmati rabaan dan pilinanku di payudaranya yg kencang….

    Waktu itu anak2 asyik dengan mainan mereka dan ga terpengaruh ato mungkin tidak mendengar suara papa mama mereka yang nafsunya lg bergelora……. Kemudian aku berbisik kepadanya….”Ma…. ak dah tegang bgt ni,…ughhhh”…. istriku menjawab dengan mata sayu karena terangsang berat….” Iya Pa ….. mama jg dah pingin ditusuk ni, Papa nakal sih”…. Tanganku masih gerilya di dalam daster istriku… tangan dan jariku mulai turun raba n elus lembut perut ramping istriku….Dia benar2 pintar menjaga tubuhnya tetap bagus….

    Tangan dan jariku mengarah ke dua paha mulusnya…. Ak usap2, ak eluse…dia kegelian dan mengerangpelan sambil mendesi….”Agghhhhh”…. jariku mulai gesek2 CD nya yg terasa basah…. Ternyata istriku menikmati rangsanganku hingga vaginanya lembab mengeluarkan lendir kawin… Ak usap2 lembut bagian depan CDnya…..dia mengerang kecil….” Oughhhhh Pa ….Enakkkk…..Ughhhh”…. tangan dan jariku menuju selangkangan istriku….. dan ujung jari menelusup dalam CD istriku yg sudah basah…….menyentuh ujung bibir vagina istriku yg terasa lembut, hangat dan bas“Ohhhh… Pa… Enakk,” desahnya,

    ketika kumasukkan jari-jariku ke dalam lubang vaginanya yang telah basah. Setelah puas memainkan jari-jariku dilubang vaginanya, kulepaskan dekapan dari tubuhnya…. Aku berbisik kepada istriku… ” Ma….. Papa tusuk ya sambil duduk di kusi itu”…. Ak sambil menoleh ke kursi di belang anak2…. Mereka msh asyik bermain dengan mainan yg ak belikan tempo hari dan tidak menghiraukan kami yang lg bergelora…Aku tarik pelan tangan istriku , dia mengangguk setuju…krn dia juga menginginkannya….Dia sudah terangsang berat ….


    Kami menuju kursi dan kupangku tubuh istriku yang menggemaskan membelakangi aku….Kami masih berpakaian lengkap, ak memakai celana pendek kolor, krn kebiasaan di rmh memakai celana pendek tanpa CD, sehingga klo sewaktu waktu minta jatah istriku tinggal melorotkan saja…..Ak cium tengkuk dia sambil meraba payudaranya yg masih kencang dengan puting yang keras menjulang…. Dia melenguh pelan”Paaaa…..ayo dung masukin penis papa……Mama dah ga tahan dan pingin ditusuk…Ughhhhh”….

    suara istriku bergetar menahan gejolak birahinya…. Kemudian dia memintaku membantu menggeser CDnya kesamping selangkangannya. Vaginanya telah basah dan mengeluarkan bau yang khas….. Ak menjadi semakin bernafsu, rasanya ingin sekali kujulurkan lidahku dan menjilati lubang vaginanya dari belakang, sambil kuremas-remas pantatnya. Tp karena kondisi yang yang tidak memungkinkan akhirnya aku alihkan pikiranku dan konsentrasi ke selangkangan istriku…..Diraihnya batang penisku, dituntunnya ke lubang vaginanya. Perlahan-lahan dia mulai menurunkan pantatnya. Kurasakan kepala penisku mulai memasuki lubang yang sempit. Penisku serasa dijepit dan dipijit-pijit.

    Meski agak susah, akhirnya amblas juga seluruh batang penisku ke dalam lubang vaginanya. Perlahan, centi demi centi, penisku memenuhi rongga vaginanya berbarengan dengan rasa nikmat dan hangat disenjataku, Cengkraman vaginanya yang begitu kuat terasa mengurut penisku….istriku terus menggoyangkan pantatnya yang bulat padat, Tanganku memilin kedua putingnya, butir-butir keringat mulai membasahi tubuh kami berdua, tak lama istriku melenguh dan mendesis pelan ”Aghhhh…Paaaa….Mama mo kluaaaarrrr…..dah ga tahan dikerjain papa tadi…Ughhhhh”…….”Mama mo nyampe ni Paaaa……Ughhhhhhh”….. Istriku tambah menaik-turunkan pantatnya, dengan irama pelan. Diiringi desahan-desahan lembut penuh birahi. Sesekali dia memutar-mutar pantatnya, penisku serasa diaduk-aduk dilubang vaginanya. Aku tak mau kalah, kuimbangi gerakkannya dengan menyodok-nyodokkan pantatku ke atas. Seirama gerakkan pantatnya…..Aku mendesi kenikmatan…..”Oughhhh Maaaa…… Papa juga keenakan ni…… Keluar bareng ya Maaaaa” …. Semakin lama semakin cepat istriku menaik turunkan pantatnya. Nafasnya tersengal-sengal. Dan kurasakan vaginanya berkedut-kedut semakin keras….“Ohhhhhg… Paa… Mama… Mau… Keluarr,” desahnya pelann
    “Tahan… Ma…… Akuu… Belumm… Mauu,”bisikku.
    “Akuu… Tak… Tahann… Sayang,” bisikannya keras.

    Tangannya mencengkeram keras pahaku.
    “Akuu… Ke… Ke… Luarr… Sayangg,” bisikannya panjang. Dan Istriku mencapai orgasmenya. Istriku tahu kalau aku belum mencapai puncak kenikmatan. Vaginanya msh berada diatas selangkanganku. Ditekan penisku ke lubang vaginanya. Istriku mulai menurunkan pantatnya, sedikit demi sedikit batang penisku masuk ke lubang vaginanya semakin lama semakin dalam. Hingga seluruh batang penisku masuk ke lubang vaginanya. Sesaat kemudian istriku mulai menaik turunkan pantatnya. Sesekali digoyang-goyangkan pantatnya kekiri-kekanan. Kutusuk-tusukkan pantatku ke atas seirama dengan goyangan pantatnya. Dan ku semakin mempercepat gerakkan pantatku, ketika kurasakan akan mencapai orgasme…..Dan…..“Sayang… Akuu… Ke… Keluarr,” jeritku pelan…Kurasakan penisku berkedut-kedut dan crott! crott! crott! kutumpahkan seluruh spermaku di dalam lubang Vaginanya. “Oughh.. Paaa.. keluar lagi..”
    Vaginanya kurasakan semakin licin dan semakin besar, tapi denyutannya msh kerasa. Aku dibuat terbang rasanya. Peniskuku berdenyut keras, ada sesuatu yang telah dimuntahkan oleh penisku. Akhirnya semua terasa enteng, badanku serasa terbang, ada kenikmatan yang sangat luar biasa. Istriku tlah orgasme yang kedua kalinya…..“Oughhhhhhh..” erangnya pelan…..tubuhnya mengejang kaku, dan wajahnya agak memerah melepas orgasmenya… Semakin cantik kalo melihat istriku sedang orgasme…….”Hmmmmmm…”. Kami berdua telah terpuaskan walo kondisi yang tidak memungkinkan, sebuah pengalaman yang indah. Kami pun cepat membetulkan pakaian masing2, takut ketauan anak2…Untung saja mereka masih bermain main….


    Suatu ketika ak habis mandi. Dengan hanya mengenakan handuk yang kulilitkan dipinggangku, aku pergi ke dapur. Membuat secangkir kopi. Sampai didapur kudapati istriku sedang mencuci piring….“Pagi Mamaku syang sambil kecup kepalanya,” sapaku…….Istriku tak menjawab sapaanku. Mukanya cemberut. Aku tak heran, memang sering begitu. Ak memulai buka pembicaraan….“Ada apa sih Ma, kok cemberut begitu,” tanyaku lagi.
    “Mama marah sama aku? …..Istriku masih diam saja, membuatku tak enak hati dan bertanya-tanya dalam hati…..“Ok, Ma. Kalau Mama nggak senang, aku nyingkir aja deh,”..kemudia istriku mulai ngomong.
    “Mama nggak marah sama Papa ko,” sahutnya sambil menarik tanganku.
    “Habis Mama marah sama siapa? Boleh tahu kan Ma ?” tanyaku lagi.
    “Ok, Mama akan kasih tahu, tapi jangan bilang sama siapa-siapa ya!,” jawabnya.
    “Papa janji Ma,” kataku meyakinkannya.
    “Pa….Mama lagi kesal sama Ibu(Ibu mertuaku),” kata Istriku.
    “Kesal kenapa Ma?,” selaku.
    “Belakangan ini, Ibu sering ngajak mama ribut terus,” katanya sambil merebahkan kepalanya didadaku.
    “Setiap aku pingin dekat dengan anak2, Ibuku selalu menolak dan suruh jangan ganggu mereka karena lg asyik bermain( Ibu mertua lg bermain dengan anak2),” imbuhnya
    “Mungkin Ibumu lagi lelah asyik tu Ma,” hiburku sambil kuusap-usap rambutnya.
    “Ah, masak setiap malam lelah,” sahutnya.
    “Mungkin ada yang bisa Papa bantu, untuk menghilangkan kekesalan Mama,” pancingku……”Mumpung anak2 lg sama eyangnya”godaku. Istriku tak menjawab pertanyaanku. Sebagai orang yang cukup berpengalaman soal sex, aku tahu Istriku sangat menginginkan hubungan sexsual. Maka dengan memberanikan diri, kukecup lembut keningnya. Dan kurasakan remasan halus tangannya yang masih memegang tanganku.

    Merasa mendapat respon positif, kugerakkan bibirku menciumi kedua pipinya dan berhenti dibelahan bibir mungilnya.Istrikupun membalas kecupanku pada bibirnya dengan kuluman yang hangat, penuh gairah. kukeluarkan lidahku, mencari lidahnya. Kuhisap-hisap dan kusedot-sedot. Kulepaskan tanganku dari genggamannya dan kugerakkan menggerayangi istriku. Dan perlahan-lahan kususupkan tangan kananku kebalik daster tipisnya. Dan kurasakan halusnya punggung Istriku. Sementara tangan kiriku meremas-remas pantatnya yang padat. Istriku melepaskan seluruh pakaiannya. Agar aku lebih leluasa menggerayangi tubuhnya. Setelah semua terlepas maka terpampanglah pemandangan yang luar biasa. Dengan jelas aku bisa melihat buah dadanya yang montok, perutnya yang ramping dan vaginanya yang ditumbuhi bulu halus. Membuat nafsu birahiku semakin menjadi-jadi dan kurasakan penisku menegang. Akupun melepaskan kulumanku pada bibirnya dan dengan sedikit membungkukkan badanku. Aku mulai menjilati buah dadanya yang mulai mengeras, secara bergantian. Puas menjilati buah dadanya, jilatanku kupindahkan ke perutnya. Dan kurasakan halusnya kulit perut Istriku. Istriku tak mau ketinggalan, ditariknya handuk yang melilit dipinggangku. Dengan sekali sentakan saja, handukku terlepas.
    “Ahhhhh sayang, dah ngaceng penismu,” decaknya kagum, sambil memandangi penisku yang telah menegang dan mengacung-ngacung setelah handukku terlepas. Istriku menggerakkan tangannya, meraih batang penisku. Diusap-usapnya dengan lembut kemudian dikocok-kocoknya, membuat batang penisku semakin mengeras.

    Tak terasa sudah dua puluh menit berlalu, Kusudahi jilatanku pada perutnya. Kuangkat tubuhnya dan kududukkan diatas meja dapur. Kedua pahanya kubuka lebar-lebar. Dan terpampanglah di depanku bukit kecil yang dicukur bersih. Bibir vagina yang memerah dengan sebuah daging kecil yang tersembul diatasnya. Kubungkukkan tubuhku dan kudekatkan wajahku ke selangkangannya. Dan aku mulai menjilati pahanya yang putih mulus, dihiasi bulu-bulu halus. Sambil tanganku meraba-raba vaginanya. Beberapa menit berlalu, kupindahkan jilatanku dari pahanya ke vaginanya. Mula-mula kujilati bibir vaginanya, terus kebagian dalam vaginanya. Lidahku menari-nari didalam lubang vaginanya yang basah……….“Ohhhhh… terus… Paa… terus… Niiiik… Matt,” serunya tertahan. Membuatku semakin bersemangat menjilati lubang vaginanya. Kusedot-sedot klitorisnya. Pantat istriku terangkat-angkat menerima jilatanku. Ditariknya kepalaku, dibenamkannya pada selangkangannya……….“Ahhhhh… Sayang… Aku… ga… Tahan… Masukin Paa… Masukin penismu………,” pintanya mengiba.


    Kuturuti kemauannya. Aku kemudian berdiri. Kuangkat kedua kakinya tinggi-tinggi, hingga ujung jari kakinya berada diatas bahuku. Kudekatkan penisku keselangkangannya. Istriku meraih penisku dan menuntunnya ke lubang vaginanya. Kudorong maju pantatku hingga kepala penisku masuk ke lubang vaginanya. Aku diam sejenak mengatur posisi supaya lebih nyaman, lalu kudorong pantatku lebih keras, membuat seluruh batang penisku masuk ke lubang vaginanya. Kurasakan penisku dijepit dan dipijit-pijit lubang vaginanya yang sempit. Vaginanya penuh sesak karena batang penisku.“Ouuuuggghhh… Pelan-pelan… Paa… penismu enak sekali….,” pekiknya, ketika aku mulai memaju mundurkan pantatku, membuat penisku keluar masuk dari lubang vaginanya. Tak terasa sudah tiga puluh menit aku memaju mundurkan pantatku. Dan kurasakan vagina istriku berkedut-kedut. Dan otot-otot vaginanya menegang……..“Ohhhhhhh… sayang… Aku…

    Keluarr… Sayang,” teriaknya lantang. Sedetik kemudian kurasakan cairan hangat keluar dari vaginanya. Dan Istriku mencapai orgasmenya. Istriku tahu kalau aku belum mencapai puncak kenikmatan. Dia turun dari atas meja dapur. Kemudian berjongkok dihadapanku. Diraihnya penisku dan dikocok-kocok dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya meremas-remas buah pelirku…….“Agggghhhhh… Maa… Enak… Niiikk… Maatttt… terus,” seruku, ketika Istriku mulai menjilati batang penisku. Dari kepala hingga pangkal penisku dijilatinya. Mataku merem melek merasakan nikmatnya jilatan Istriku. Aku semakin merasa nikmat ketika
    Istriku memasukkan penisku ke mulutnya yang mungil. Dan mulai mengulum batang penisku. Istriku memaju mundurkan mulutnya, membuat penisku keluar masuk dari mulutnya. Sementara tangannya mengocok-ngocok pangkal penisku……..“Ooughhhhhh… Maaa… Akuu… ga… Tahan,” teriakku. Dan kurasakan penisku berkedut-kedut semakin lama semakin cepat. Kujambak pelan rambutnya dan kubenamkan kepalanya diselangkanganku…….“Maaa… Akuu… Ke… Luarr,” teriakku lagi lebih keras. Istriku semakin cepat memaju mundurkan mulutnya. Dan crott! crott! crott! penisku memuntahkan sperma yang sangat banyak di mulutnya. Istrikupun menelannya tanpa ragu-ragu. Dan tanpa rasa jijik sedikitpun dia menjilati sisa-sisa spermaku sampai bersih……“Terimakasih Papaku sayang, Papa telah memberiku kepuasan,” pujinya sambil tersenyum.
    “Sama-sama Mamaku cantik, aku juga sangat puas,” sahutku.
    “Mama masih mau lagi kan,” tanyaku.
    “Mau dong, tapi kita mandi dulu yuk,” ajaknya. Kemudian kami meraih pakaian masing-masing untuk selanjutnya bersama-sama pergi ke kamar mandi membersihkan badan. Sehabis mandi, masih sama-sama telanjang, kubopong tubuhnya menuju ruang tamu. Aku ingin melaksanakan impianku selama ini, yaitu bersetubuh sepuasnya mumpung anak2 ga ada…….“Pa… Jangan disini sayang, nanti dilihat orang,” protesnya.

    “Kan nggak ada siapa-siapa di rumah ini kecuali kita berdua,” sahutku. Istrikupun tidak protes lagi, mendengar jawabanku. Sambil berdiri kupeluk erat tubuhnya. Kulumat bibirnya. Istriku membalas lumatan bibirku dengan pagutan-pagutan hangat. Cukup lama kami bercumbu, kemudian aku duduk dikursi sofa. Dan kusuruh Istriku berjongkok dihadapanku. Istriku tahu maksudku. Diraihnya batang penisku yang masih layu. Dielus-elusnya lembut kemudian dikocok-kocok dengan tangannya. Setelah penisku mengeras Istriku menyudahi kocokannya, dia mendekatkan wajahnya ke selangkanganku. Lidahnya dijulurkan dan mulai menjilati kepala penisku. Lidahnya berputar-putar dikepala penisku, kemudian turun kepangkalnya…..“Oouuggghhhh… terus… Maa… Nikmat banget,” desahku…….“Isepp… Maa… Iseppp,” pintaku. Istriku menuruti kemauanku. Dimasukkannya penisku kemulutnya. Hampir sepertiga batang penisku masuk ke mulutnya. Sambil tersenyum padaku, dia mulai memaju mundurkan mulutnya, membuat penisku maju keluar masuk dimulutnya…..“Maa… Aku… Tak… Tahan,” seruku. Istriku kemudian naik ke pangkuanku. Vaginanya pas berada diatas selangkanganku. Diraihnya penisku dan dibimbingnya ke lubang vaginanya. Istriku mulai menurunkan pantatnya, sedikit demi sedikit batang penisku masuk ke lubang vaginanya semakin lama semakin dalam. Hingga seluruh batang penisku masuk ke lubang vaginanya. Sesaat kemudian Istriku mulai menaik turunkan pantatnya.

    Sesekali digoyang-goyangkan pantatnya kekiri-kekanan. Aku tak mau kalah, kusodok-sodokkan pantatku ke atas seirama dengan goyangan pantatnya….“Uuuuuhhhhhh… Paa… Aku… Mauu… Ke… luarr,” teriaknya setelah hampir sepuluh menit menggoyang tubuhku. Dan kurasakan otot-otot vaginanya menegang. Tangannya mencengkeram dadaku dengan keras. Sesaat kemudian kurasakan cairan hangat merembes dilubang vaginanya…..“Mama tak ingin mengecewakanmu Pa,” katanya sambil tersenyum. Dia menarik penisku keluar dari lubang vaginanya, kemudian memasukkannya ke lubang vaginanya dengan posisi duduk membelakangiku. Istriku rupanya tahu kesenanganku. Meski agak susah, akhirnya bisa juga seluruh batang penisku masuk ke lubang vaginanya. Perlahan tapi pasti Istriku mulai menaik turunkan pantatnya.


    Membuatku merasakan nikmat yang tiada taranya. Cukup lama Istriku menggoyang-goyangkan pantatnya, kemudian kami berganti posisi. Kusuruh dia menungging, membelakangiku dengan tangan bertumpu pada kursi taman. Kugenggam penisku dan kuarahkan tepat ke lubang vaginanya. Kudorong sedikit demi sedikit, sampai seluruhnya amblas tertelan lubang vaginanya. Lalu kudorong pantatku maju mundur. Kurasakan nikmatnya lubang vagina Istriku. Sambil gesek2 klitorisnya dengan jari-jariku. Membuat nafsu birahi Istriku bangkit lagi. Istriku mengimbangi gerakkanku dengan mendorong-dorong pantatnya seirama gerakkan pantatku. Aku semakin mempercepat gerakkan pantatku, ketika kurasakan akan mencapai orgasme. Demikian juga jari-jariku semakin cepat gesekan ke klitorisnya….“Maa… Maaa… Akuu… Mau… Keluar,” seruku……“Akuu… Juga… Paaa,” sahutnya. Dan dalam waktu yang hampir bersamaan, kami mencapai orgasme. Kutarik penisku dari lubang vaginanya, dan kutumpahkan spermaku dipunggungnya. Istriku kemudian membalikkan badannya dan berdiri, sambil memintaku duduk kursi sofa. Didekatkannya selangkangannya kewajahku. Ditariknya rambutku dan dibenamkannya kepalaku keselangkangannya. Dan akupun mulai menjilati vaginanya sambil duduk. Kuhisap dan kusedot-sedot cairan hangat yang keluar dari lubang vaginanya. Istriku sangat puas dengan perlakuanku.

    Hari itu kami melakukan persetubuhan sampai puas, dengan berbagai macam gaya . Sungguh luar biasa Istriku, meskipun janda. Tapi dalam soal bersetubuh dia tak kalah dengan seorang gadis. Memang sungguh nikmat Istriku. Vagina dan mulutnyanya sama nikmatnya. Membuatku ketagihan menyetubuhinya. Meskipun kita suami istri, tapi penuh variasi, sperma tidak selalu dikeluarkan di dalam vagina.
    Percintaan dan persetubuhan dengan Istriku sekarang hanya tinggal kenangan, setelah bercerai ak masih melakukan aktifitas sex walo tidak terlalu sering dengan wanita2 yang ak kenal. Banyak variasi dan pengalaman. Waktu di kota Yogya ak berkenalan dengan seorang wanita di salah satu perusahaan tempat kerjaku. Namanya Vira. Kami mulai akrab dan sering ketemu, pada suatu waktu ak main ke tempat kosnya. Dan ditempat kos dia itu terkenal bebas, banyak pasangan muda mudi yang asyik dengan pasangan masing2. ak ngiri melihat mereka.

    Dan Nafsu birahiku tak tertahankan lagi, penisku menegang dibalik celanaku. Tanpa sadar kupeluk tubuh Vira yang berdiri di depanku. Vira diam saja dan membiarkanku memeluknya. Malah tangan dibawa ke belakang dan disusupkan ke balik celanaku. Mendapat perlakuan seperti itu, nafsuku semakin memuncak dan penisku semakin menegang. Apalagi saat Vira menggerak-gerakkan tangannya mengocok-ngocok batang penisku, membuat nafsu birahiku semakin tinggi. Kususupkan tanganku ke balik celana dalamnya. Dapat kurasakan vaginanya yang telah basah, pertanda Vira juga bangkit nafsu birahinya. Kucucuk-cucuk vaginanya dengan jari-jariku. Dia mendesah penuh nafsu. Vira mengimbangi dengan semakin cepat mengocok-ngocok penisku. Sekitar sepuluh menit Vira mengocok penisku. Vira kemudian menyudahi kocokkannya dan membalikkan badannya, menghadap ke arahku. Ditariknya celanaku hingga terlepas. Setelah celanaku terlepas, keluarlah penisku yang tegang penuh dan mengacung-acung dengan bebasnya. Vira terpukau melihat penisku yang bengkok. Vira kemudian berjongkok dikakiku, wajahnya berada pas di depan selangkanganku. Vira mendekatkan mulutnya kebatang penisku. Mula-mula dia menjilati penisku dari kepala hingga pangkalnya. Terus dia mulai mengulum dan menghisap kepala penisku. Kemudian sedikit demi sedikit batang penisku dimasukkannya ke dalam mulutnya sampai kepala penisku menyodok ujung mulutnya. Dan mulutnya penuh sesak oleh batang penisku. Dengan lihainya, Vira mulai memaju-mundurkan mulutnya, membuat penisku keluar-masuk dari dalam mulutnya. Mataku merem-melek merasakan nikmat dan badanku serasa panas dingin merasakan kuluman di penisku. Vira sangat lihai mengulum penisku.


    Kudorong maju pantatku dan membenamkan kepalanya ke selangkanganku. Sekitar sepuluh menit berlalu Vira menyudahi kulumannya, dan melepaskan seluruh pakaiannya. Kemudian dia berdiri menghadap ke dinding……“Oougghhhhh… Aggghhhhh… Akuu… nggak tahann… Sayang,” serunya tertahan.
    “Tusukkk aku… Tussukk… Say,” imbuhnya. Kutarik sget,” desahnya sambil menoleh ke belakang sambil tersenyum padaku, tak menghentikan sodokkanku pada Vira.
    “Aku… jugaa… Sayang,” sahutku. Sementara itu, aku semakin cepat memaju-mundurkan pantatku, membuat Vira berteriak-teriak saking nikmatnya. Kurasakan vaginanya berkedut-kedut semakin lama semakin cepat dan menjepit penisku….“Sayyy… Saayyaaangg… Akuu… Mauu… Keluarr,” teriaknya panjang.
    “Tahann… Say… Aku… Belum… Apa-apa,” sahutku.
    “Aaaagggghhhh… Akuu… ga… Tahan… Sayang… Akuu,” jawabnya terputus dan vaginanya semakin keras menjepit penisku. Tak lama kemudian Vira mencapai orgasme. Kurasakan ada cairan-cairan yang merembes didinding vaginanya. Kucabut penisku dari lubang vaginanya dan kusuruh dia berjongkok dihadapanku. Kujambak rambutnya dan kubenamkan kepalanya keselangkangku. Vira mengerti maksudku. Dia mulai menjilati dan menghisap-isap penisku lalu mengulumnya. Sambil tangan kirinya mengusap-usap buah pelirku. Lidahnya dijulurkan untuk menjilati buah pelirku. Tangan kanannya mengocok-ngocok pangkal penisku. Secara bergantian tangan kanan kiri Vira, mengocok-ngocok, bibir dan mulutnya menjilati dan mengulum penisku. Penisku keluar dari mulut Vira kemudiam masuk ke mulutnya lagi, kemudian keluar dari mulut Vira lalu masuk kemulutnya lagi, begitulah seterusnya. Hingga kurasakan penisku berkedut-kedut……“Saaayyyyy… Akuu… Mauu… Ke… Keluarr,” jeritku.

    “Keluarin di mulutku Sayang,” sahut Vira lembut……..Dan crott! crott! crott! Spermaku muntah dimulut Vira yang sedang kebagian mengulum. Vira menelan spermaku tanpa rasa jijik sedikitpun. Kemudian penisku kembali dimasukkan ke mulutnya. Dan sisa-sisa spermaku dihisap dan dijilatinya sampai bersih….“Kamu puas Sayang,” kata Vira.
    “Puas sekali Say, km memang luar biasa,” sahutku.
    “Kamu mau yang lebih seru nggak,”kata Vira.

    “Mau, mau …….Say,”sahutku……Vira menyuruhku tidur terlentang diranjang, kemudian menarik kakiku, hingga pantatku berada ditepi ranjang dan kakiku menjuntai kelantai. Lalu Vira berjongkok dilantai dengan wajah berada pas di depan selangkanganku. Vira mulai mengusap-usap dan mengocok-ngocok batang penisku yang masih layu, sehabis orgasme. Kurasakan sedikit ngilu tetapi kutahan. Vira menyudahi usapan dan kocokannya. Dan mulai menjilati dan menghisap-isap penisku dimulai dari kepala hingga pangkal penisku dijilatinya. Lidahnya berputar-putar dan menari-nari diatas batang penisku. Puas menjilati penisku, Vira kemudian memasukkan penisku ke mulutnya. Hampir seluruh batang penisku masuk kemulutnya. Dan kurasakan sedikit demi sedikit penisku mulai menegang didalam mulutnya, hingga mulutnya penuh sesak oleh batang penisku yang sudah tegang penuh. Vira sangat pintar membangkitkan birahiku. Mulutnya maju mundur mengulum penisku. Pipinya sampai kempot, saking semangatnya mengulum penisku. Vira nafsunya bangkit lagi. Dia meraba-raba dan memasukkan jari-jari tangan kirinya ke dalam vaginanya sendiri, sedangkan tangan kanannya meremas-remas buah dadanya hingga mengeras dan padat. Diiringi desahan-desahan penuh birahi disela sela kuluman penisku. Dia ternyata ga tahan juga, setelah puas mainin penisku dengan mulut dan lidahnya serta puas bermain-main dengan vagina dan buah dadanya sendiri, Vira kemudian naik ke atas tubuhku. Dan mengangkangi wajahku. Lubang vaginanya berada pas diatas wajahku. Dia menurunkan pantatnya, hingga bibir vaginanya menyentuh mulutku. Kujulurkan lidahku untuk menjilati vaginanya yang telah basah. Kucucuk-cucuk dan kusedot-sedot klitorisnya, dia mengerang-erang merasakan nikmat. Vira menarik rambutku, membenamkan wajahku diselangkangannya. Kepalaku dijepit dengan kedua paha mulusnya. Pasrah.


    Cerita Dewasa Melayani Duda Maniak Sex – Dengan kedua jariku, kubuka vaginanya dan terlihat klitorisnya yang merah merekah. Basah. Sungguh indah dan mengeluarkan bau yang khas. Kujulurkan lidahku di sekitar
    pahanya sebelum mencapai klitorisnya. Vira mendesis desis dan mulai meracau dan terlihat seksi sekali. “Ayo, Sayang.. jangan buat ak tersiksa.. terus ke tengah sayang..” Aku malah menjilat bagian deket anusnya membuat dia uringan uringan dan makin bernafsu. Bermain sex memang perlu teknik dan kesabaran tinggi yang membuat wanita merasa di awang awang. “Sayyyy.. gila enek bangett….ke bawah sayang.. please..” “Hmm.. iya nih, ak suka banget melihat vagina yang indah ini sayang” kataku terengah engah. Akhirnya lidahku hinggap di labia mayoranya. Kusibak dengan lembut rimbunan hutan yang sudah becek itu. Kuhirup cairan yang meleleh di sela selanya. Kelentitnya kuhisap seperti menghisap permen karet. Akibatnya pantatnya terangkat tinggi dan Vira menjerit nikmat. Lidahku terus merojok sampai ke dalam dalamnya. Kuangkat pantatnya dan kupandangi, lalu kusedot lagi. Vira

    berteriak teriak nikmat. Aku jadi kuatir kalau suaranya sampai keluar.…. “Tenang sayang, perang baru dimulai..” Kataku berbisik. “Sayang kita 69 yuk….?’ Dia mengangguk dan perlahan aku putar posisi menjadi 69. Posisi yang paling aku sukai karena dengan demikian seluruh isi vaginanya terlihat indah. Batangku yang bengkok juga sudah terbenam di bibirnya yang mungil dan terasa hangat serta nikmat sekali. Kutahan agar aku tidak meletus duluan. “Punya kamu enak Sayang..” …… “Iya, sayang punya kamu
    lebih enak dan baguss sekali..” kataku terengah engah. “Uhhhh, becek
    sayang..” Aku lanjutkan menjilat seluruh permukaan memeknya dari bawah.
    Uh, benar pembaca, siapa tahan melihat barang bagus dan cantik ini. Yang
    luar biasa warna bibir vaginanya merah muda merekah. Bentuk kemaluannya menggelembung. “Ak ga tahan Say, cepetan Sayang..”
    Aku percaya jika sudah mencapai orgasme

    dia justru akan berterima kasih dan menginginkannya lagi. Kembali
    kujelajahi kemaluannya. Cepat cepat aku jilat berulang ulang klitorisnya.
    Dan pembaca, apa kataku, pantatnya tiba tiba menekan keras wajahku
    dan mengejang beberapa kali..lalu mengendur. “Uuhh.. Ak nyampe Saayyy …..yyaangg..
    aahh.. uhh.. uhh..” Masih dalam posisi 69, Vira terdiam sesaat, kulihat
    kemaluannya masih merekah merah. Perlahan ia mulai bangkit dan mngecup
    bibirku. “Sorry sayang, Ak duluan..”… “ Ga pa pa sayang”..” kamu merasa
    mendingan?” Ia mengangguk, memelukku dan mencium bibirku. “Terima kasih
    Sayang, km emang hebat”. Kami mengobrol sebentar namun


    tangannya masih menyentuh nyentuh batangku. Ia mengambilkanku minuman dan menyorongkan gelas ke bibirku. Ketika
    tegukan terakhir habis, bibirku perlahan mengulum bibirnya. Putingnya
    mulai mengeras dan aku mulai aksi sedot menyedot seperti bayi. Vira
    kembali menggelijang. Aku bisikkan perlahan, “Vira.. ak pengen
    menggendong kamu sayang”. “Hmm..mulai nakal ya..” katanya dan merentangkan
    tangannya. Aku peluk dan angkat dia lalu kusenderkan ke dinding dekat meja
    rias. Dari balik cermin kulihat pantatnya yang montok dan mulus itu,
    membuat gairahku meledak ledak. Dengan posisi berdiri, tubuhnya sungguh
    seksi. Aku perhatikan dari atas ke bawah, sungguh proporsional tubuhnya.
    Segera kusedot putingnya dan jariku sebelah kiri segera mengelus rimbunan
    hutan lebatnya. Basah, hmm..dia mulai naik lagi. Klitorisnya kupilin pilin
    pelan dan Vira mendesis seperti ular. Making love sambil berdiri adalah
    posisi favoritku selain 69. Perlahan sebelah kakinya kuangkat ke kursi pendek meja rias dan terlihatlah belahan vaginanyanya yang merah merekah, indah dan seksi sekali

    Kuturunkan kepalaku dan segera kutelusuri paha bawahnya dengan lidahku.
    Dari bawah aku lihat wajahnya mendongak ke atas menahankan nikmat. Sungguh
    saat itu Vira kelihatan sangat seksi. Sebelum lidahku mencapai
    klitorisnya, aku sibakkan labia mayoranya dengan kedua Ibu jari. Hmm..
    sungguh harum. “Cepat Sayang.. ak udah gak tahan.. jilat sayang.. jilat..”
    Benar benar nikmat melihatnya tersiksa, namun sebetulnya aku lebih
    tersiksa lagi karena batangku sudah mengeras bagaikan batu. Aku nyaris tak
    bisa menahan klimaks, namun aku harus membuatnya orgasme untuk kedua
    kalinya. Benar saja, begitu lidahku menyedot klitorisnya, Vira langsung
    mengejang dan berteriak pertanda orgasme. Kusedot habis cairannya. Luar biasa, aku menikmati ekspresinya ketika mencapai orgasme dan itu

    jugalah puncak orgasmeku. Cepat aku berdiri dan aku tekan batangku ke sela
    sela pahanya dan seketika muncratlah semua. crott.. crott..! Uuahh.. “Ooughhhh
    Sayangggg, kita keluar bersamaan sayang..” “Iya, enak banget Say.. km membuat
    ak melayang……” “Sama.., Sayang …ak berterima kasih..” “Ak sayang
    kamu juga.” ….kemudian ak mencium kening dan bibirnya dengan lembut.
    Para Pembaca…..Begitulah ceritanya. Tak selamanya seks harus
    kluar masuk vagina ato lobang yang lain. Setelah kejadian itu Vira makin ketagihan. Dia sangat terkesan bisa mencapai orgasme berkali kali di atas bibir dan lidahku. Dia juga menyukai posisi 69 dan posisi berdiri yang bisa mirip 69. Kadang kadang
    aku datang ke kosnya dan hanya dengan mengangkat roknya aku menjelajahi
    area2 sensitifnya secara cepat dan efisien. Dan pada saat yang sama


    Aku juga mencapai orgasme. Masih ada Cathrine, Fitri, Anna, Anty, Dewi, Sofie, Shinta, Cynthia, Maya, Nita , Anne dan Amel, msh beberapa wanita yang tidak ak sebutkan di sini, yang ketagihan seperti Vira. Ada jg beberapa wanita yang ak puaskan itu memberi materi(uang) ke ak untuk mengucapkan terimakasih, sering ak tolak tp mereka malah marah n ngambek. Pada intinya bukan materi yang ak cari, sebuah kepuasan dan seni bercinta yang didasari suka sama suka dan saling Take and Give. Aku selalu bilang pada wanita2 berpendidikan itu bahwa suatu saat akan pasti ketemu lagi.



  • Kisah Memek Bermain cinta dengan anak kandung sendiri yang mempunyai body hot dan sexy

    Kisah Memek Bermain cinta dengan anak kandung sendiri yang mempunyai body hot dan sexy


    2862 views

    Duniabola99.com – Kehidupan dengan istriku pernikahan yang sudah menginjak usia 18 tahun aku rasa biasa biasa saja sudah tidak seperti dulu lagi, sekarang jika kami berhubungan tidak sehot apa yang aku tonton di film, biasanya di dalam film beradegan dengan gaya yang bervariatif saat itu aku sering berfantasi dengan wanita lain.
    Hal lain yang menarik perhaAmelnku adalah kenyataan kalau permainan lesbian sangat populer. Aku mulai tertarik dengan gadis muda yang mencumbui vagina gadis muda lainnya yang lembut, basah, dan biasanya tak berambut.

    Melihat film-film itu untuk berfantasi mulai mengubah kehidupanku. Aku mempunyai tiga orang anak gadis yang beranjak remaja. Aku mulai memperhatikan mereka, kulihat cara mereka berpakaian, cara jalannya, dan segala tingkah laku mereka.

    Mereka menjadi obsesiku sendiri! Kuamati lebih detil saat mereka bangun pagi untuk melihat putingnya yang mengeras di balik pakaian tidur mereka. Kunikmati puting mereka yang terayun saat mereka berjalan-jalan dalam rumah. Aku terus mengamati mereka sampai semuanya beranjak menjadi seorang gadis muda yang sempurna.

    Yang tertua adalah Irma. Dia mempunyai puting yang paling besar, branya mungkin D-cup atau lebih besar. Dia sesungguhnya tak terlalu cantik, tapi enak dipandang. Aku yakin teman-teman cowoknya banyak yang memperhatikan dadanya. Irma juga mempunya pantat yang kencang dan besar. Tapi meskipun dia yang paling tua di antara saudara-saudaranya, dia sering bertingkah seperti gadis berusia separuh umurnya.

    Yang paling muda Amel. Amel mungkin yang paling cantik di antara ketiganya. Masalahnya adalah dia pemalas, hanya duduk dan tak mengerjakan apa pun sepanjang waktu. Jadi pantatnya menjadi melebar..? Putingnya baru mulai tumbuh. Dan di samping itu dia tomboy, aku jadi mempertanyakan jenis kelaminnya. Dia lebih suka berada di antara cowok daripada cewek.

    Rahma yang di tengah, di antara anak-anakku, bentuk tubuhnya lah yang terbagus. Bagiku, dia mempunyai tubuh dalam fantasiku. Dia memiliki tubuh yang sempurna dengan bra B-cupnya, atau C-cup kecil.

    Rambutnya yang panjang hingga melewati bahunya, dan matanya selalu nampak mempesona. Masalahnya dia yang paling bandel. Selalu membuat masalah. Dia juga sadar kalau dia punya tubuh yang bagus dan selalu memakai pakaian yang memperlihatkan hal itu. Di antara anak-anakku, Rahma lah yang jadi bahan fantasi utamaku. Setiap kali aku menyetubuhi istriku, Rahma lah yang ada dalam benakku!

    Kisah ini bermula dengan Irma dan temannya Intan. Intan setahun lebih muda, tapi mereka sangat akrab. Intan selalu menginap di rumah kami setidaknya sekali sebulan. Intan sangat kurus, dadanya kecil, tapi sangat manis.

    Suatu malam saat Intan menginap, aku mulai melihat film porno seperti biasa. Suaranya kumatikan jadi aku dapat mendengar kalau ada orang yang mendekat. Lagipula aku dengar suara berisik dari kamar Irma.


    Kupikir mereka sedang sibuk dengan urusan gadis remaja dan begadang sampai pagi ngomongin tentang cowok dan sekolah, atau apapun yang menjadi urusan gadis seusia mereka. Entah bagaimana suara yang kudengar tak lagi seperti orang yang sedang ngobrol. Kadang kudengar suara erangan.. Yang lama-lama cukup keras juga.

    Aku mendekat ke pintu kamar Irma dan lebih mendengarkan apa yang tengah terjadi. Dan benar! Itu suara erangan dan cukup berisik! Kalau saja pintunya tak tertutup pasti kedengaran sampai luar dengan jelas. Lalu aku dengar teriakan kenikmatan.

    Kudorong pintunya sedikit terbuka. Apa yang kulihat didalam sangat mengejutkanku. Intan dan Irma berbaring di lantai dengan Amel diantara mereka. Kepala Intan berada diantara paha Irma dan kepala Amel ada di sela paha Irma..

    Setelah mataku dapat menyesuaikan dengan kegelapan kamar itu, kulihat dada Irma bergerak naik turun dengan cepat karena nafasnya. Putingnya ternyata lebih besar dari yang kubayangkan. Tangannya memelintir putingnya sendiri saat Intan menjilati kelentitnya dan dua jarinya yang terbenam pada vagina Irma. Mata Irma terpejam dalam kenikmatan yang diberikan Intan.

    Aku terus memperhatikan mereka hingga paha Irma mencengkeram kepala Intan dan terlihat sepertinya dia akan ‘memecahkan’ putingnya sendiri saat dia mendapatkan orgasmenya pada wajah Intan.

    Kelihatannya Intan juga telah orgasme dalam waktu yang sama, karena dia mengangkatkan kepalanya dari paha Irma dengan cairan vagina yang menetes jatuh di pipinya seiring dengan tubuhnya yang mengejang dan kudengar sebuah umpatan keluar dari bibirnya.

    Aku terkejut mundur saat kurasakan ada tubuh yang menekan punggungku. Saat kutengok, kulihat Rahma sedang berdiri di depanku. Rahma memandangku dengan mata indahnya dan bertanya..


    “Apa Papa menikmatinya?” lalu dia melihat ke bawah dan meremas penisku yang sudah keras.

    “Tak perlu dijawab, aku bisa lihat dan rasa Papa menikmatinya.”

    “Kenapa Papa tak lepas saja celana Papa dan bergabung dengan kami?” tanyanya bersamaan dengan tangannya yang bergerak masuk dalam celanaku dan mulai meremas penisku dengan pelan.

    Dan sepertinya aku tak menginginkan hal lain selain ikut bergabung dengan anak-anakku, tapi..

    “Papa nggak bisa, Mama kalian akan membunuh Papa.” Aku dengar suara Irma saat aku mulai menjauhi mereka.

    “Papa nggak tahu apa yang Papa lewatkan!”

    Sedihnya, aku tahu apa yang telah kulewatkan. Aku telah melewatkan kesempatan untuk mendapatkan tak hanya satu, tapi empat gadis muda yang panas. Fantasiku hampir saja jadi nyata.

    Aku pergi ke kamarku dan berbaring disamping isteriku. Biasanya saat aku dan isteriku melakukan hubungan seks terasa hambar. Kali ini saat aku merangkak ke atas tubuhnya, kusetubuhi dia dengan keras dan cepat. Aku keluar dalam beberapa menit saja, baru saja kukeluarkan penisku..

    “Bagaimana denganku?” kudengar isteriku bertanya dan memegang penisku yang masih keras.

    Dia bergerak naik di atasku dan segera memasukkan kembali penisku dalam vaginanya. Ini pertama kalinya dia berinisiatif. Dan kupikir ini juga pertama kalinya dia di atas. Isteriku bergerak naik turun dan dapat kurasakan tangannya yang mempermainkan kelentitnya saat dia bergerak diatasku.

    Melihat isteriku yang berusaha meraih orgasmenya membuatku terangsang kembali. Kuremas payudarnya, kubayangkan yang berada dalam genggamanku adalah milik Irma. Kupelintir putingnya diantara jariku, keras dan lebih keras lagi, tak mungkin menghentikan aku.

    Dia menggelinjang kegelian, tangannya semakin menekan kelentitnya. Ini pertama kalinya kurasakan cairan vagina isteriku menyemprot padaku. Orgasmenya kali ini terhebat dari yang pernah didapatkannya. Aku jadi berpikir apa dia benar-benar puas dengan kehidupan seks kami sebelumnya.


    Isteriku mulai melemah. Aku belum keluar kali ini, jadi kugulingkan tubuhnya kesamping dan segera menindihnya. Langsung kuhisap putingnya dengan bernafsu. Kusetubuhi dia dengan kekuatan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.

    Aku mulai merasakan orgasmeku akan segera meledak. Saat puncakku semakin dekat, kugigit putingnya sedikit lebih keras, yang membawanya pada orgasmenya. Dan saat kurasakan dinding vaginanya berkontraksi pada penisku, kutembakkan spermaku jauh didalam tubuhnya untuk kedua kalinya dalam tiga puluh menit ini. Kuturunkan tubuhku dari atasnya.

    “Tadi sungguh hebat” kata isteriku.

    “Seharusnya kamu lebih sering seperti tadi.”

    Saat aku bangun keesokan harinya, isteriku sudah tak ada di sampingku. Tiba-tiba kejadian tadi malam kembali terbayang. Kupejamkan mataku menikmatinya dan tanganku bergerak kebawah mulai mengocok penisku yang mengeras. Aku hampir saja mendapatkan orgasmeku saat kudengar..

    “Kenapa Papa tak membiarkan kami saja yang melakukan untuk Papa?”

    Kubuka mataku segera dan terkejut saat melihat Irma dan Intan berdiri di pintu kamarku. Orgasmeku tak dapat kucegah seiring dengan bayangan wajah Intan yang belepotan dengan cairannya Irma yang melintas di benakku.

    “Ups, terlambat!” kata Irma saat mereka meninggalkan kamar.

    Aku langsung bangkit dan segera mandi. Aku hampir selesai mandi saat tiba-tiba isteriku membuka pintu kamar mandi dan menyelinap masuk.

    “Anak-anak sudah pergi. Ayo bersenang-senang.”

    Isteriku berjongkok di depanku dan memasukkan penisku yang masih loyo ke mulutnya. Penisku mulai membesar dalam mulutnya karena rangsangan lidahnya yang bergerak liar. Penisku makin membesar dan kurasakan kepala penisku meluncur masuk ke tenggorokannya.

    Dia tak menariknya keluar dan bibirnya semakin ditekankan ke rambut kemaluanku. Lalu kurasakan dia mulai menelan, gerakan tenggorokannya serasa ombak hangat yang basah pada penisku. Dan hal ini pertama kalinya bagi kami juga. Rasanya sungguh dahsyat, sesuatu yang belum pernah kualami. Isteriku mempunyai keahlian yang disembunyikan dariku.

    Pelan-pelan dikeluarkannya penisku dari tenggorokannya lalu dimasukkannya lagi seluruhnya. Dia menatapku dengan penisku yang terkubur dalam mulutnya dan dengan pelan dikeluarkannya lagi.

    “Kamu menyukainya sayang?” tanyanya.

    Sebelum aku dapat menjawabnya dia melakukan hal itu lagi, menelanku seluruhnya. Dia mulai menggerakkanya keluar masuk dalam mulutnya, dan tetap memandangku saat dia melakukan itu. Isteriku mulai menaikkan temponya hingga aku tak dapat menahannya lebih lama lagi saat tiba-tiba dia berhenti..

    “Hei, hei, tunggu dulu bung. Belum waktunya. Lubangku yang lain perlu dimasuki, tahu.” katanya.

    Isteriku berdiri dan berputar. Dia membungkuk di depanku, merapatkan pantatnya padaku. Penisku terjepit di lubang anusnya maka kuarahkan pada vaginanya.

    “Siapa suruh mengalihkan senjatamu?” tanyanya.

    “Kembalikan ke tempat semula!”

    Dia meraihnya dan lalu mengembalikan penisku ke anusnya, sesuatu yang pernah kulakukan sebelumnya, tapi tidak dengannya. Pelan-pelan dia mendorong pantatnya ke belakang. Kulihat barangku jadi bengkok karena tekanan itu, kepala penisku mulai membelah lubang anusnya, tapi belum masuk. Kemudian tiba-tiba masuk begitu saja, hanya kepalanya saja.


    Dia mengerang. Lalu, dia terus menekan ke belakang dan memperhatikan aku memasukkan batang penisku seluruhnya. Aku tak dapat menolak rangsangan ini, kuraih pinggangnya dan mendorong lebih keras lagi untuk memastikan aku telah memasukinya seutuhnya.

    Kuputar pinggangku, memastikan dia dapat merasakan setiap mili senjataku didalamnya, aku terpukau akan pemandangan penisku yang terkubur dalam lubang anusnya. Lalu perlahan aku bergerak mundur.

    Saat hampir seluruhnya keluar kemudian kutekan lagi ke depan. Berikutnya aku benar-benar keluarkan penisku dan menggodanya, mengoleskan kepalanya saja pada lubang anusnya. Lalu benar-benar kusingkirkan menjauh dan melesakkan batang penisku kembali kedalam lubang anusnya. Aku bergerak maju mundur dengan cepat. Pelan, cepat, pelan dan keras.

    Tak terlalu lama orgasmeku mulai naik. Dia pasti dapat merasakannya karena dia mulai memainkan tangannya pada vaginanya, berusaha untuk meraih orgasmenya sendiri. Untung saja dia mendapatkannya sebelum aku.

    Saat kurasakan orgasmenya segera meledak, aku bergerak semakin liar. Pantatnya bergoyang dalam setiap hentakan. Dia mulai mengerang dengan keras seiring hentakanku terhadapnya. Tak kuhentikan gerakanku saat orgasme merengkuhnya, milikku segera datang! Kudorong diriku sejauh yang kubisa dan membiarkan spermaku bersarang dalam lubang anusnya.

    Isteriku berteriak saat orgasme datang padanya secara berkesinambungan seiring ledakan spermaku yang kuberikan padanya. Akhirnya, aku selesai, tapi dia mendapatkan orgasme sekali lagi saat kepala penisku keluar dari jepitan lubang anusnya.

    Isteriku membersihkan tubuhku lalu mendorongku keluar dari kamar mandi. Aku melangkah ke kamar kami dan berganti pakaian. Baru saja aku selesai memakai pakaian saat isteriku keluar dari kamar mandi dan muncul dalam kamar.

    “Tadi benar-benar indah” katanya.

    “Mungkin kita harus mengulanginya lagi nanti. Sekarang keluarlah dan nonton TV.”


    Anak-anakku, tanpa Intan pulang tak lama kemudian. Semuanya bertingkah normal. Aku lihat pertandingan bola, dan mereka melakukan apa yang biasa mereka kerjakan di hari Minggu sore.

    Sisa seminggu itu normal-normal saja. Gadis-gadis pergi ke sekolah dan Isteriku pergi kerja seperti biasanya. Tak ada seorangpun yang bicara atau menanyakan tentang kejadian minggu lalu. Isteriku terlalu letih Amelp malamnya sepulang dia kerja. Anak-anakku juga bersikap seperti tak pernah terjadi apapun. Aku jadi mulai berpikir apakah itu hanya khayalanku atau aku bermimpi tentang itu?

    Saat aku pulang kerja di hari Jum’at, anak-anaku meminta ijinku apa temannya boleh menginap nanti malam. Intan ingin meghabiskan kembali akhir minggunya bersama kami dan Rahma ingin temannya Ami bermalam juga.

    Aku suka Ami. Dia anggun. Kalau saja aku masih remaja, aku pasti akan mengajaknya kencan. Dia, seperti Rahma, memiliki sosok sempurna. Bedanya Ami memiliki wajah yang dapat membuatnya dengan mudah jadi seorang model kalau dia mau.

    Malam harinya semuanya pergi tidur lebih awal. Mereka benar-benar ingin lepas dari rutinitas hariannya, baik itu sekolah atau kerja. Saat kami bangun hari Sabtunya, semua orang memintaku untuk mengadakan pesta kebun. Maka, isteriku maengajak mereka semua pergi ke toko untuk belanja. Aku beristirahat sejenak kemudian pergi mandi. Ada kerjaan menungguku saat mereka pulang nanti.

    Saat mereka akhirnya pulang, sepertinya mereka memborong semua barang-barang di toko. Aku bilang pada mereka kalau hanya aku saja yang memasak pasti tak akan selesai. Bisa kacau jadinya. Akhirnya mereka bersedia berbagi tugas.

    Dengan semua belanjaan yang mereka borong, memerlukan hampir dua jam untuk memasaknya. Badanku bau asap dan terasa sangat letih. Saat aku masuk kedalam rumah, tak ada seorangpun di ruang keluarga ataupun dapur.

    “Hey! Dimana kalian?” teriakku, “Saatnya makan!”

    “Ya!” kudengar jawaban dari kamar Irma. Tapi tak ada seorangpun yang datang untuk makan.

    “Hey, kalian sedang apa sih? Apa nggak ada yang mau makan?” tanyaku jengkel.

    “Ada!” kembali hanya jawaban yang kudengar dari kamar Irma.

    Aku mendekat ke kamar Irma dan ternyata pintunya sedikit terbuka. Saat aku menengok kedalam, kulihat para gadis dengan berbagai posisi tanpa pakaian. Kudorong pintunya agar lebih terbuka.

    “Apa yang kalian lakukan?”

    “Sedang menunggu Papa.” Rahma menjawab dan mendekat lalu menarik tanganku agar masuk.

    “Kami membiarkan Papa minggu kemarin, tapi akhir pekan ini Papa tak akan dapat lolos dengan mudah.”

    “Sudah Papa bilang. Mama kalian akan membunuhku!” tangkisku.

    “Tidak, aku tak akan melakukannya!” kudengar suara isteriku saat kulihat dia mengangkat kepalanya di antara paha Irma.

    “Gadis-gadis ini menginginkanmu! Bisa apa aku menolak mereka?”


    Rahma menarik tanganku ke tengah kamar. Baru kemudian aku sadar kalau dia tak mengenakan selembar benangpun. Kupandangi tubuhnya. Apa yang kusaksikan ini jauh lebih baik dari yang kubayangkan. Payudaranya besar tapi kencang dengan putingnya yang menunggu untuk segera dihisap.

    “Bisa apa aku menolak mereka?” pikirku saat aku rendahkan tubuhku dan mulai menghisap puting itu.

    Kurasakan puting Rahma membesar dalam mulutku, lalu kutaruh diantara gigiku dan mulai menggigitnya pelan. Saat aku sedang sibuk dengan itu kurasakan ada tangan yang menarik turun resletingku.

    Lalu tangan itu merogoh kedalam celana dalamku dan mengeluarkan penisku. Aku melihat ke bawah dan kudapati Ami sedang mengarahkan penisku ke mulutnya dan segera saja dihisapnya. Kutelusuri lekuk tubuh Irma dengan tanganku sampai pada vaginanya yang tak berambut, dan menyelipkan jariku padanya.

    Dapat kurasakan kehangatan dalam vaginanya dan basah saat jariki kutekankan masuk dengan pelan. Aku berusah untuk mendorongnya lebih dalam lagi, tapi terasa ada yang menahan gerakanku. Rahma memandangku..

    “Ya, Rahma masih perawan, dan jari Papa adalah benda pertama yang memasuki vagina Rahma. Rahma harap penis Papalah yang kedua.” aku membungkuk dan mencium Rahma, bibir kami seakan melebur bersama, sebuah ciuman yang sempurna.

    Sementara itu, Ami masih mengoralku. Usahanya jelas berdampak padaku. Aku melihat kebawah, kepalanya bergerak maju mundur pada batang penisku. Aku tak ingin mengeluarkan sperma pertamaku dalam mulut Ami sedangkan ada pilihan lainnya. Vagina perawan Rahma dihadapanku. Maka kukeluarkan penisku dari mulut Ami.

    “Kita dapat melanjutkannya nanti.” kataku padanya.

    Kudorong Rahma ke tempat tidur, menindihnya dengan lembut. Kucium dia lagi lalu ciumanku bergerak ke sekujur tubuh telanjangnya. Kujilati lehernya, dan kutinggalkan bekas disana agar dia mengingat kejadian indah ini nantinya.

    Kemudian aku bergerak ke dadanya, menghisapi putingnya. Ini mengakibatkan beberapa lenguhan keluar dari mulutnya. Saat kugigit lembut putingnya dan punggungnya terangkat sedikit keatas karena terkejut. Lalu turun ke perutnya hingga akhirnya bermuara pada vaginanya yang tak berambut.

    Kupandangi sejenak lalu kubenamkan hidungku pada celahnya. Aroma yang keluar dari vaginanya semakin membuatku mabuk. Saat kugantikan hidungku dengan lidah, akibatnya jadi jauh lebih baik lagi. Saat ujung lidahku merasakan untuk pertama kalinya hampir saja membuatku orgasme! Rahma telah basah dan siap untuk aksi selanjutnya. Penisku membesar dan keras hanya dengan membayangkan apa yang segera menantiku didepan wajahku ini.

    Ciumanku bergerak keatas dan berlabuh dalam lumatan bibirnya lagi seiring dengan kepala penisku yang menguak beranda keperawanannya.

    Rahma mengalungkan lengannya dileherku dan menjepit pinggangku dengan kakinya saat aku berusaha untuk memasukinya lebih dalam lagi. Dapat kurasakan kehangatan yang menyambut kepala penisku. Aku tak dapat menahannya lebih lama. Rahma sangat panas, basah dan rapat!

    Pelan namun pasti kutingkatkan tekananku pada vaginanya. Dapat kurasakan bibirnya melebar menyambutku, ke-basahannya mengundangku masuk. Kehangatan vaginanya membungkus kepala penisku saat aku menyeruak masuk.


    Aku terus menekan kedalam dengan pelan meskipun aku ingin segera melesakkannya kedalam dengan cepat seluruh batang penisku. Akhirnya dapat kurasakan dinding keperawanannya, batas akhirnya sebagai seorang gadis untuk menjadi seorang wanita seutuhnya. Kupandangi dia tepat di mata.

    “Sayang, ini akan sedikit sakit, tapi Papa janji sakitnya hanya sebentar saja.” kurasakan kakinya menjepit pinggangku lebih rapat saat aku merobek pertahanan akhirnya. Akhirnya jebol juga dinding itu.

    “Aargh! Gila! Sakit, Pa!” katanya dengan mata yang berkaca-kaca. Vaginanya mencengkeram batang penisku, ototnya bereaksi pada penyusup dan rasa sakit.

    “Tenang sayang, sakitnya akan segera hilang.” dan kuteruskan menekan ke dalam sampai akhirnya terbenam semua di dalamnya. Aku diam sejenak, membiarkannya untuk beradaptasi.

    “Gimana? Udah baikan?” tanyaku. Dia anggukkan kepalanya.

    “Aku hanya merasa penuh, rasanya aneh. Tapi juga terasa enak berbarengan.”

    Aku mulai menarik dengan pelan, hanya beberapa inchi, dan kemudian mendorongnya lagi dengan lembut. Aku khawatir menyakitinya, tapi dalam waktu yang sama aku tak ingin segera menembakkan spermaku. Aku ingin menikmati rasa vaginanya selama mungkin. Kurasa dia mulai dapat menikmatinya, kepalanya mendongak ke atas dan matanya terpejam.

    Kupercepat kocokanku, menariknya hampir keluar dan menekannya masuk kembali dengan pelan, menikmati rasa sempit vaginanya pada penisku. Rahma mulai memutar pinggulnya seiring hentakanku. Tempo dan nafsu kami semakin meningkat cepat. Kurendahkan tubuhku dan mencium lehernya dan bahunya. Amelp gerakan tubuh kami mengantarku semakin dekat pada batas akhir.

    “Ya Pa! Ya! Rasanya Rahma hampir sampai!”

    “Papa juga sayang!” Dan kulesakkan ke dalamnya untuk yang terakhir kali. Menekan berlawanan arah dengannya mencoba sedalam mungkin saat kuledakkan sperma semprotan demi semprotan kedalam vaginanya. Dapat kurasakan cairan kami bercampur dan meleleh keluar dari vaginanya menuju ke buah zakarku.

    Tubuh Rahma bergetar di bawahku, tangan dan kakinya mendorongku merapat padanya. Pelan kutarik dan kudorong lagi semakin dalam padanya saat persediaan spermaku akhirnya benar-benar kosong. Kutatap matanya lalu menciumnya.

    “Rahma, ini adalah seks terbaik yang pernah Papa dapatkan.” aku lupa kalau kami tak sendirian dikamar ini.

    “Aku dengar itu!” kata isteriku.

    “Kita akan lihat apa kita bisa mengubah anggapanmu itu!”

    Dengan para gadis-gadis itu dalam kamar ini, aku sadar ‘kesenanganku’ baru saja akan dimulai.

  • Kisah Memek Gadis SMP Itu Bernama Elvina

    Kisah Memek Gadis SMP Itu Bernama Elvina


    2861 views

    Duniabola99.com – Namaku Chepy, 22 tahun, mahasiswa di sebuah universitas swasta ternama di Jakarta.
    Kisahku ini adalah kejadian nyata tanpa aku rekayasa sedikitpun !. Kisahku bermula setahun yang lalu ketika temanku ( Dedy ) mengajakku menemaninya transaski dengan temannya ( Gunawan ). Saya jelaskan saja perihal kedua orang itu sebelumnya. Dedy adalah teman kuliahku dan dia seorang yang rajin dan ulet termasuk dalam hal berbisnis walaupun dia masih kuliah. Gunawan adalah teman kenalannya yang juga seorang anak mantan pejabat tinggi yang kaya raya ( saya tidak tahu apakah kekayaan orang tuanya halal atau hasil korupsi ! ).
    Setahun yang lalu Gunawan menawarkan beberapa koleksi lukisan dan patung ( Gunawan sudah mengetahui perihal bisnis Dedy sebelumnya ) milik orang tuanya kepada Dedy, koleksi lukisan dan patung tersebut berusia tua. Dedy tertarik tapi dia membutuhkan kendaraan saya karena kendaraannya sedang dipakai untuk mengangkut lemari ke Bintaro, oleh karena itu Dedy mengajak saya ikut dan saya pun setuju saja. Perlu saya jelaskan sebelumnya, Gunawan menjual koleksi lukisan dan patung tersebut, oleh Dedy diperkirakan karena Gunawan seorang pecandu putaw dan membutuhkan uang tambahan.
    Keesokan harinya ( hari Minggu ), saya dan Dedy berangkat menuju rumah Gunawan di kawasan Depok. Setelah sampai di depan pintu gerbang 2 orang satpam berjalan ke arah kami dan menanyakan maksud kedatangan kami. Setelah kami jelaskan, mereka mengijinkan kami masuk dan mereka menghubungi Gunawan melalui telepon. Saya memarkir kendaraan saya dan saya mengagumi halaman dan rumah Gunawan yang amat luas dan indah,

    “ Betapa kayanya orang tua Gunawan” bisik dalam hatiku. Kami harus menunggu sebentar karena Gunawan sedang makan.


    Sambil menunggu, kami berbicara dengan satpam. Dalam pembicaraan itu, seorang satpam menceritakan kalau Gunawan itu seorang playboy dan suka membawa wanita malam-malam ke rumahnya ketika orang tuanya sedang pergi. Setelah menunggu selang 10 menit, akhirnya Gunawan datang ( saya yang baru pertama kali melihatnya harus mengakui bahwa Gunawan memiliki wajah yang amat rupawan, walau saya pun seorang lelaki dan bukan seorang homo! ). Dedy memperkenalkan saya dengan Gunawan. Setelah itu Gunawan mengajak Dedy masuk ke rumah untuk melihat patung dan lukisan yang akan dijualnya.

    Saya bingung apakah saya harus mengikuti mereka atau tetap duduk di pos satpam. Setelah mereka berjalan sekitar 15 meter dari saya, seorang satpam mengatakan sebaiknya kamu ( saya ) ikut mereka saja daripada bosan menunggu di sini ( pos satpam ). Saya pun berjalan menuju rumahnya. Ketika saya masuk , saya tidak melihat mereka lagi. Saya hanya melihat sebuah ruangan yang luas sekali dengan sebuah tangga dan beberapa pintu ruangan. Saya bingung apakah saya sebaiknya naik ke tangga atau mengitari ruangan tersebut ( sebenarnya bisa saja saya teriak memanggil nama Dedy atau Gunawan tapi tindakan itu sangat tidak sopan ! ).

    Akhirnya saya memutuskan untuk mengitari ruangan tersebut dengan harapan dapat menemui mereka. Setelah saya mengitari, saya tetap tidak dapat menemukan mereka. Tapi saya melihat sebuah pintu kamar yang pintunya sedikit terbuka. Saya mengira mungkin saja mereka berada di dalam kamar tersebut. Lalu saya membuka sedikit demi sedikit pintu itu dan betapa terkejutnya saya ketika saya melihat seorang anak perempuan sedang tertidur dengan daster yang tipis dan hanya menutupi bagian atas dan bagian selangkangannya, saya bingung harus bagaimana !

    Dasar otak saya yang sudah kotor melihat pemandangan paha yang indah, akhirnya saya masuk ke dalam kamar tersebut dan menutup pintu itu. Saya melihat sekeliling kamar itu, kamar yang luas dan indah, beberapa helai pakaian SLTP berserakan di tempat tidur, dan foto anak tersebut dengan Gunawan dan seorang lelaki tua dan wanita tua ( mungkin foto orang tuanya ). Anak perempuan yang sangat cantik, manis dan kuning langsat ! lalu saya melangkah lebih dekat lagi, saya melihat beberapa buku pelajaran sekolah dan tulisan namanya : Elvina kelas 1 C. Masih kelas 1 ! berarti usianya baru antara 11-12 tahun. Lalu saya memfokuskan penglihatan saya ke arah pahanya yang kuning langsat dan indah itu !.


    ngin rasanya menjamah paha tersebut tapi saya ragu dan takut. Saya menaikkan pandangan saya ke arah dadanya dan melihat cetakan pentil susu di helai dasternya itu. Dadanya masih kecil dan ranum dan saya tahu dia pasti tidak memakai pakaian dalam ( BH atau kutang ) di balik dasternya itu !.
    Wajahnya sangat imut, cantik dan manis ! Akhirnya saya memberanikan diri meraba pahanya dan mengelusnya, astaga….mulus sekali ! Lalu saya menaikkan sedikit lagi dasternya dan terlihatlah sebuah celana dalam ( CD ) warna putih. Saya meraba CD anak itu dan menarik sedikit karet CDnya , lalu saya mengintip ke dalam,….

    Astaga ! tidak ada bulunya ! Jantung saya berdetak kencang sekali dan keringat dingin mengalir deras dari tubuh saya. Lalu saya mencium Cdnya, tidak ada bau yang tercium. Lalu saya menarik sedikit lagi dasternya ke atas dan terlihatlah perut dan pinggul yang ramping padat dan mulus sekali tanpa ada kotoran di pusarnya ! Luar biasa !

    Otak porno saya pun sangat kreatif juga, saya memberanikan diri untuk menarik perlahan-lahan tali dasternya itu, sedikit-seditkit terlihatlah sebagian dadanya yang mulus dan putih ! ingin rasanya langsung memenggangnya, tapi saya bersabar, lalu saya menarik lagi tali dasternya ke bawah dan akhirnya terlihatlah pentil Elvina yang bewarna kuning kecoklatan ! Jantung saya kali ini terasa berhenti ! Sayapun merasa tubuh saya menjadi kaku. Jari sayapun mencolek pentilnya dan memencet dengan lembut payudaranya. Saya melakukankan dengan lembut, perlahan dan sedikit lama juga, sementara Elvina sendiri masih tertidur pulas. Setelah puas, saya menjilat dan mengulum pentilnya, terasa tawar.

    Dasar otakku yang sudah gila, saya pun nekat menarik seluruh dasternya perlahan kearah bawah sampai lepas, sehingga Elvina kini hanya mengenakan celana dalam ( CD ) saja ! Saya memandangi tubuh Elvina dengan penuh rasa kagum. Tiba-tiba Elvina sedikit bergerak, saya kira ia terbangun, ternyata tidak, mungkin sedang mimpi saja. Saya mengelus tubuh Elvina dari atas hingga pusar/perut. Puas mengelus-elus, saya ingin menikmati lebih dari itu ! Saya menarik perlahan-lahan CD Elvina ke arah bawah hingga lepas. Kini Elvina telah telanjang bulat ! Betapa indahnya tubuh Elvina ini , gadis kelas 1 SLTP yang amat manis, imut dan cantik dengan buah dada yang kecil dan ranum serta vaginanya yang belum ada bulunya sehelaipun !


    Lalu saya mengelus bibir vaginanya yang mulus dan lembek dan sayapun menciumnya. Terasa bau yang khas dari vaginanya itu ! Dengan kedua jari telunjuk saya, saya membuka bibir vaginanya dengan perlahan-lahan , terlihat dalamnya bewarna kemerah –merahan dengan daging di atasnya . Saya menjulurkan lidah saya ke arah vaginanya dan menjilat-jilat vaginanya itu. Saya deg-degan juga melakukan adegan itu. Saya tahu tindakan saya bisa ketahuan olehnya tapi kejadian ini sulit sekali untuk dilewatkan begitu saja ! Benar dugaan saya !

    Pada saat saya sedang asyiknya menjilat vaginanya, Elvina terbangun ! Saya pun terkejut setengah mati ! Untung Elvina tidak teriak tapi hanya menutup buah-dadanya dan vaginanya dengan kedua tangannya. Mukanya kelihatan takut juga. Elvina lalu berkata

    “ Siapa kamu, apa yang ingin kamu lakukan ?”. Saya langsung berpikir keras untuk keluar dari kesulitan ini !

    Lalu saya mengatakan kepada Elvina: “ Elvina, saya melakukan ini karena Gunawan yang mengijinkannya !”, kataku yang berbohong. Elvina kelihatan tidak percaya lalu berkata

    “Tidak mungkin, Gunawan kakakku !”. Pandai juga dia ! Tapi saya tidak menyerah begitu saja.

    Saya mengatakan lagi “ Elvina, saya tahu Gunawan kakakmu tapi dia punya hutang yang amat besar pada saya, apakah kamu tega melihat kakakmu terlibat hutang yang amat besar ? Apakah kamu tidak kasihan pada Gunawan ?, kalau dia tidak melunasi hutangnya, dia bisa dipenjara ” kataku sambil berbohong . Elvina terdiam sejenak.

    Saya berusaha menenangkan Elvina sambil mengelus rambutnya. Elvina tetap terdiam. Sayapun dengan lembut menarik tangannya yang menutupi kedua buah dadanya. Dia kelihatannya pasrah saja dan membiarkan tangannya ditarik oleh saya. Terlihat lagi kedua buah dadanya yang indah dan ranum itu ! Saya mencium pipinya dan berkata

    “Saya akan selalu mencintaimu, percayalah !”. Saya merebahkan tubuhnya dan menarik tangannya yang lain yang menutupi vaginanya. Akhirnya dia menyerah dan pasrah saja terhadap saya. Saya tersenyum dalam hati. Saya langsung buru-buru membuka seluruh pakaian saya untuk segera menuntaskan “ tugas “ ini ( maklum saja, kalau terlalu lama, transaksi Gunawan dengan Dedy selesai, sayapun bisa ketahuan, ujung-ujungnya saya bisa saja terbunuh ! ).


    Saya langsung mencium mulut Elvina dengan rakus. Elvina kelihatannya belum pernah ciuman sebelumnya karena dia masih kaku. Lalu saya mencium lehernya dan turun ke arah buah dadanya. Saya menyedot kedua buah dadanya dengan kencang dan rakus dan meremas-remas kedua buah dadanya dengan sangat kuat, Elvina kelihatannya kesakitan juga dengan remasan saya itu, Sayapun menarik-narik kedua pentilnya dengan kuat !

    “Sakit kak “ kata Elvina. Saya tidak lagi mendengar rintihan Elvina. Saya mengulum dan menggigit pentil Elvina lagi sambil tangan kanan saya meremas kuat pantat Elvina. Setelah puas, saya membalikkan badan Elvina sehingga Elvina tengkurap.

    Saya jilat seluruh punggung Elvina sampai ke pantatnya. Saya remas pantat Elvina kuat-kuat dan saya buka pantatnya hingga terlihat anusnya yang bersih dan indah. Saya jilat anus Elvina, terasa asin sedikit ! Dengan jari telunjuk saya, saya tusuk-tusuk anusnya, Elvina kelihatan merintih atas tindakan saya itu. Saya angkat pantat Elvina, saya remas bagian vagina Elvina sambil ia nungging ( posisi saya di belakang Elvina ). Elvina sudah seperti boneka mainan saya saja !. Setelah puas , saya balikkan lagi tubuh Elvina sehingga ia terlentang, saya naik ke atas kepala Elvina dan menyodorkan penis saya ke mulut Elvina.

    “ Jilat dan kulum !” kataku. Elvina ragu juga pada awalnya, tapi saya terus membujuknya dan akhirnya ia menjilat juga.
    Penis saya terasa enak dan geli juga dijilat olehnya, seperti anak kecil yang menjilat permen lolipopnya.

    “Kulum !” kataku, dia lalu mengulumnya. Saya dorong pantat saya sehingga penis saya masuk lebih dalam lagi, kelihatannya dia seperti mau muntah karena penis saya menyentuh kerongkongannya dan mulutnya yang kecil kelihatan sulit menelan sebagian penis saya sehingga ia sulit bernapas juga. Sambil ia mengulum penis saya, tangan kanan saya meremas kuat-kuat payudaranya yang kiri hingga terlihat bekas merah di payudaranya.
    Saya langsung melepaskan kuluman itu dan menuju ke vaginanya. Saya jilat vaginanya sepuas mungkin, lidah saya menusuk vaginanya yang merah pink itu lebih dalam, Elvina menggerak-gerakkan pantatnya kiri-kanan, atas-bawah, entah karena kegelian atau mungking ia menikmatinya juga. Sambil menjilat vaginanya, kedua tangan saya meremas-remas pantatnya.

    Akhirnya saya ingin menjebol vaginanya. Saya naik ke atas tubuh Elvina, saya sodorkan penis saya ke arah vaginanya. Elvina kelihatan ketakutan juga,

    “ Jangan kak, saya masih perawan !”, Nah ini dia ! saya membujuk Elvina dengan rayuan-rayuan manis. Elvina terdiam pasrah. Saya tusuk penis saya yang besar itu yang panjangnya 18 cm dan diameter 6 cm ke vaginanya yang kecil sempit tanpa bulu itu ! Sulit sekali awalnya tapi saya tidak menyerah. Saya lebarkan kedua kakinya hingga ia sangat mengangkang dan vaginanya sedikit terbuka lagi, saya hentakkan dengan kuat pantat saya dan akhirnya kepala penis saya yang besar itu berhasil menerobos vaginanya !


    Elvina mencakar tangan saya sambil berkata “ sakitttt !!!” saya tidak peduli lagi dengan rintihan dan tangisan Elvina ! Sudah sepertiga penis saya yang masuk. Saya dorong-dorong lagi penis saya ke dalam lobang vaginanya dan akhirnya amblas semua ! Dan seperti permainan sex pada umumnya, saya tarik-dorong, tarik-dorong, tarik-dorong, terus-menerus ! Elvina memejamkan matanya sambil menggigit bibirnya. Tangan saya tidak tinggal diam, saya remas kedua buah dadanya dengan sangat kuat hingga ia kesakitan dan saya tarik-tarik pentilnya yang kuning kecoklatan itu kuat-kuat ! Saya memainkan irama cepat ketika penis saya menghujam vaginanya.

    Baru 5 menit saya merasakan cairan hangat membasahi penis saya, pasti ia mencapai puncak kenikatannya. Setelah bermain 15 menit lamanya, saya merasakan telah mencapai puncak kenikmatan, saya tumpahkan air mani saya kedalam vaginanya hingga tumpah ruah. Saya puas sekali ! Saya peluk Elvina dan mencium bibir, kening dan lehernya. Saya tarik penis saya dan saya melihat ada cairan darah di sprei kasurnya. Habislah keperawanannya !.

    Setelah itu saya lekas berpakaian karena takut ketahuan. Saya ambil uang 300.000 rupiah dari saku saya dan saya berikan ke Elvina ,

    “ Elvina, ini untuk uang jajanmu, jangan bilang ke siapa-siapa yah “, Elvina hanya terdiam saja sambil menundukkan kepala dan menutupi kedua buah dadanya dengan bantal. Saya langsung keluar kamar dan menunggu saja di depan pintu masuk. Sekitar 10 menit kemudian Gunawan dan Dedy turun sambil menggotong lukisan dan patung. Ternyata mereka transaksinya bukan hanya lukisan dan patung saja tapi termasuk beberapa barang antik lainnya. Pantasan saja mereka lama !


    Akhirnya saya dan Dedy permisi ke Gunawan dan ke kedua satpam itu. Kami pergi meninggalkan rumah itu. Dedy puas dengan transaksinya dan saya puas telah merenggut keperawanan adik Gunawan. Ha ha ha ha ha, hari yang indah dan takkan terlupakan !

  • Kisah Memek Tante may pemuas napsu

    Kisah Memek Tante may pemuas napsu


    2860 views

    Duniabola99.com – Setelah tamat dari SMU, aku mencoba merantau ke Jakarta. Aku berasal dari keluarga yang tergolong miskin. Di kampung orang tuaku bekerja sebagai buruh tani. Aku anak pertama dan memiliki dua orang adik perempuan, yang nota bene masih bersekolah. Judi Bola Sbobet
    Aku ke Jakarta hanya berbekal ijazah SMU. Dalam perjalanan ke Jakarta, aku selalu terbayang akan suatu kegagalan. Apa jadinya aku yang anak desa ini hanya berbekal Ijazah SMU mau mengadu nasib di kota buas seperti Jakarta. Selain berbekal Ijazah yang nyaris tiada artinya itu, aku memiliki keterampilan hanya sebagai supir angkot. Aku bisa menyetir mobil, karena aku di kampung, setelah pulang sekolah selalu diajak paman untuk narik angkot. Aku menjadi keneknya, paman supirnya. Tiga tahun pengalaman menjadi awak angkot, cukup membekal aku dengan keterampilan setir mobil. Paman yang melatih aku menjadi supir yang handal, baik dan benar dalam menjalankan kendaraan di jalan raya. Aku selalu memegang teguh pesan paman, bahwa : mengendarai mobil di jalan harus dengan sopan santun dan berusaha sabar dan mengalah. Pesan ini tetap kupegang teguh.

    Di Jakarta aku numpang di rumah sepupu, yang kebetulan juga bekerja sebagai buruh pabrik di kawasan Pulo Gadung. Kami menempati rumah petak sangat kecil dan sangat amat sederhana. Lebih sederhana dari rumah type RSS ( Rumah Susah Selonjor). Selain niatku untuk bekerja, aku juga berniat untuk melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi. Dua bulan lamanya aku menganggur di Jakrta. Lamar sana sini, jawabnya selalu klise, ” tidak ada lowongan “.

    Pada suatu malam, yakni malam minggu, ketika aku sedang melamun, terdengar orang mengucap salam dari luar. Ku bukakan pintu, ternya pak RT yang datang. Pak RT minta agar aku sudi menjadi supir pribadi dari sebuah keluarga kaya. Keluarga itu adalah pemilik perusahaan dimana pak RT bekerja sebagai salah seorang staff di cabang perusahaan itu. Sepontan aku menyetujuinya. Esoknya kami berangkat kekawasan elite di Jakarta. Ketika memasuki halaman rumah yang besar seperti istana itu, hatiku berdebar tak karuan. Setelah kami dipersilahkan duduk oleh seorang pembantu muda di ruang tamu yang megah itu, tak lama kemudian muncul seorang wanita yang tampaknya muda. Kami memberi hormat pada wanita itu. Wanita itu tersenyum ramah sekali dan mempersilahkan kami duduk, karena ketika dia datang, sepontan aku dan pak RT berdiri memberi salam ” selamat pagi”. Pak RT dipersilahkan kembali ke kantor oleh wanita itu, dan diruangan yang megah itu hanya ada aku dan dia si wanita itu.


    ” Benar kamu mau jadi supir pribadiku ? ” tanyanya ramah seraya melontarkan senyum manisnya. ” Iya Nyonya, saya siap menjadi supir nyonya ” Jawabku. ” jangan panggil Nyonya, panggil saja saya ini Ibu, Ibu Maya ” Sergahnya halus. Aku mengangguk setuju. ” Kamu masih kuliah ?” ” Tidak nyonya eh…Bu ?!” jawabku. ” Saya baru tamat SMU, tapi saya berpengalaman menjadi supir sudah tiga ahun” sambungku.

    Wanita itu menatapku dalam-dalam. Ditatapnya pula mataku hingga aku jadi slah tingkah. Diperhatikannya aku dari atas samapi kebawah. ” kamu masih muda sekali, ganteng, nampaknya sopan, kenapa mau jadi supir ?” tanyanya. ” Saya butuh uang untuk kuliah Bu ” jawabku. ” Baik, saya setuju, kamu jadi supir saya, tapi haru ready setiap saat. gimana, okey ? ” ” Saya siap Bu.” Jawabku. ” Kamu setiap pagi harus sudah ready di rumah ini pukul enam, lalu antar saya ke tempat saya Fitness, setelah itu antar saya ke salon, belanja, atau kemana saya suka. Kemudian setelah sore, kamu boleh pulang, gimana siap ? ” ” Saya siap Bu” Jawabku. ” Oh..ya, siapa namamu ? ” Tanyanya sambil mengulurkan tangannya. Sepontan aku menyambut dan memegang telapak tangannya, kami bersalaman. ” Saya Leman Bu, panggil saja saya Leman ” Jawabku. ” Nama yang bagus ya ? tau artinya Leman ? ” Tanyanya seperti bercanda. ” Tidak Bu ” Jawabku. ” Leman itu artinya Lelaki Idaman ” jawabnya sambil tersenyum dan menatap mataku. Aku tersenyum sambil tersipu. lama dia menatapku. Tak terpikir olehku jika aku bakal mendapat majikan seramah dan se santai Ibu Maya. Aku mencoba juga untuk bergurau, kuberanita diri untuk bertanya pada beliau. ” Maaf, Bu. jika nama Ibu itu Maya, apa artinya Bu ? ” ” O..ooo, itu, Maya artinya bayangan, bisa juga berarti khayalan, bisa juga sesuatu yang tak tampak, tapi ternyata ada.Seperti halnya cita-citamu yang kamu anggap mustahil ternyata suatu saat bisa kamu raih, nah,,,khayalan kamu itu berupa sesuiatu yang bersifat maya, ngerti khan ? ” Jawabnya serius. Aku hanya meng-angguk-angguk saja sok tahu, sok mengerti, sok seperti orang pintar.

    Jika kuperhatikan, body Ibu Maya seksi sekali, tubuhnya tidak trlampau tinggi, tapi padat berisi, langsing, pinggulnya seperti gitar sepanyol. Ynag lebih, gila, pantatnya bahenol dan buah dadanya wah…wah…wah…puyeng aku melihatnya.


    Dirumah yang sebesar itu, hanya tinggal Ibu Maya, Suaminya, dan dua putrinya, yakni Mira sebagai anak kedua, dan Yanti si bungsu yang masih duduk di kelas III SMP, putriny yang pertama sekolah mode di Perancis. Pembantunya hanya satu, yakni Bi Irah, tapi seksinya juga luar biasa, janda pula !

    Ibu Maya memberi gaji bulanan sangat besar sekali, dan jika difikir-fikir, mustahil sekali. Setelah satu tahu aku bekerja, sudah dua kali dia menaikkan agjiku, Katanya dia puas atas disiplin kerjaku. Gaji pertama saja, lebih dari cukup untuk membayar uang kuliahku. Aku mengambil kuliah di petang hari hingga malam hari disebuah Universitas Swasta. Untuk satu bulan gaji saja, aku bisa untuk membayar biaya kuliah empat semster, edan tenan….sekaligus enak…tenan….!!! dasar rezeki, tak akan kemana larinya.

    Masuk tahun kedua aku bekerja, keakraban dengan Ibu Maya semakin terasa. Setelah pulang Fitness, dia minta jalan-jalan dulu. Yang konyol, dia selalu duduk di depan, disebelahku, hingga terkadang aku jadi kagok menyetir, eh…lama lama biasa.

    Disuatu hari sepulang dari tempat Fitnes, Ibu Maya minta diatar keluar kota. Seperti biasa dia pindah duduk ke depan. Dia tak risih duduk disebelah supir pribadinya. Ketika tengah berjalan kendaraan kami di jalan tol jagorawi, tiba-tiba Ibu maya menyusuh nemepi sebentar. Aku menepi, dan mesin mobil BMW itu kumatikan. Jantungku berdebar, jangan-jangan ada kesalahan yang aku perbuat.

    ” Man,?, kamu sudah punya pacar ? ” Tanyanya. ” Belum Bu ” Jawabku singkat. ” Sama sekali belum pernah pacaran ?” ” Belum BU, eh…kalau pacar cinta monyet sih pernah Bu, dulu di kampung sewaktu SMP” ” Berapa kali kamu pacaran Man ? sering atau cuma iseng ?” tanyanya lagi. Aku terdiam sejenak, kubuang jauh-jauh pandanganku kedepan. Tanganku masih memegang setir mobil. Kutarik nafas dalam-dalam. ” Saya belum pernah pacaran serius Bu, cuma sebatas cintanya anak yang sedang pancaroba” Jawabku menyusul. ” Bagus…bagus…kalau begitu, kamu anak yang baik dan jujur ” ujarnya puas sambil menepuk nepuk bahuku. Aku sempat bingung, kenapa Bu Maya pertanyaannya rada aneh ? terlalu pribadi lagi ? apakah aku mau dijodohkan dengan salah seorang putrinya ? ach….enggak mungkin rasanya, mustahil, mana mungkin dia mau punya menantu anak kampung seprti aku ini ?!


    Setelah itu kami melanjutkan perjalanan kepuncak, bahkan sampai jalan-jalan sekedar putar-putar saja di kota Sukabumi. Aku heran bin heran, Bu Maya kok jalan-jalan hanya putar-putar kota saja di Sukabumi, dan yang lebih heran lagi, Bu Maya hanya memakai pakaian Fitness berupa celana training dan kaos olah raga. Setelah sempat makan di rumah makan kecil di puncak, hari sudah mulai gelap dan kami kembali meneruskan perjalanan ke Jakarta. Ditengah perjalanan di jalan yang gelap gulita, Bu Maya minta untu berbelok ke suatu tempat. Aku menurut saja apa perintahnya. Aku tak kenal daerah itu, yang kutahu hanya berupa perkebunan luas dan sepi serta gelap gulita. Ditengah kebun itu bu Maya minta kaku berhenti dan mematikan mesin mobil. Aku masih tak mengerti akan tingkah Bu Maya. Tiba-tiba saja tangan Bu Maya menarik lengaku. ” Coba rebahkan kepalamu di pangkuanku Man ?” Pintanya, aku menurut saja, karena masih belum mengerti. Astaga….setelah aku merebahkan kepalaku di pangkuan Bu Maya dengan keadaan kepala menghadap keatas, kaki menjulur keluar pintu, Bu Maya menarik kaosnya ketas. Wow…samar-samar kulihat buah dadanya yang besar dan montok. Buah dada itu didekatkan ke wajahku. Lalu dia berkata ” Cium Man Cium…isaplah, mainkan sayang …?” Pintanya. Baru aku mengerti, Bu Maya mengajak aku ketempat ini sekedar melampiaskan nafsunya. Sebagai laki-laki normal, karuan saja aku bereaksi, kejantananku hidup dan bergairah. Siapa nolak diajak kencan dengan wanita cantik dna seksi seperti Bu Maya.

    Kupegangi tetek Bu Maya yang montok itu, kujilati putingnya dan kuisap-isap. Tampak nafas Bu Maya ter engah-engah tak karuan, menandakan nafsu biarahinya sedang naik. Aku masih mengisap dan menjilati teteknya. Lalu bu Maya minta agar aku bangun sebentar. Dia melorotkan celana trainingnya hingga kebawah kaki. Bagian bawah tubuh Bu Maya tampak bugil. Samar-samar oleh sinar bulan di kegelapan itu. ” Jilat Man jilatlah, aku nafsu sekali, jilat sayang ” Pinta Bu Maya agar aku menjilati memeknya. Oh….memek itu besar sekali, menjendol seperti kura-kura. tampaknya dia sedang birahi sekali, seperti puting teteknya yang ereksi. Aku menurut saja, seperti sudah terhipnotis. Memek Bu Maya wangi sekali, mungkin sewaktu di restauran tadi dia membersihkan kelaminnya dan memberi wewangian. Sebab dia sempat ke toilet untuk waktu yang lumayang lama. Mungkin disana dia membersihkan diri. Dia tadi ke tolilet membawa serta tas pribadinya. Dan disana pula dia mengadakan persiapan untuk menggempur aku. Kujilati liang kemaluan itu, tapi Bu Maya tak puas. Disuruhnya aku keluar mobil dan disusul olehnya. Bu Maya membuka bagasi mobil dan mengambil kain semacam karpet kecil lalu dibentangkan diatas rerumputan. Dia merebahkan tubuhnya diatas kain itu dan merentangnya kakinya. ” Ayo Man, lakukan, hanya ada kita berdua disini, jangan sia-siakan kesempatan ini Man, aku sayang kamu Man ” katanya setengah berbisik, Aku tak menjawab, aku hanya melakukan perintahnya, dan sedikit bicara banyak kerja. Ku buka semua pakaianku, lalu ku tindih tubuh Bu Maya. Dipeluknya aku, dirogohnya alat kelaminku dan dimasukkan kedalam memeknya. Kami bersetubuh ditengah kebun gelap itu dalam suasana malam yang remang-remang oleh sinar gemintang di langit. Aku menggenjot memek Bu Maya sekuat mungkin. ” jangan keluar dulua ya ? saya belum puas ” Pintanya mesra. Aku diam saja, aku masih melakukan adegan mengocok dengan gerakan penis keluar masuk lubang memek Bu Maya. Nikmat sekali memek ini, pikirku. Bu Maya pindah posisi , dia diatas, dan bukan main permainannya, goyangnyanya.

    ” Remas tetekku Man, remaslah….yang kencang ya ?” Pintanya. Aku meremasnya. ” Cium bibirku Man..cium ? Aku mencium bibir indah itu dan kuisap lidahnya dalam-dalam, nikmat sekali, sesekali dia mengerang kenikmatan. ” Sekarang isap tetekku, teruskan…terus…..Oh….Ohhhh…..Man…Leman…Ohhh…aku keluar Man….aku kalah” Dia mencubiti pinggulku, sesekali tawanya genit. ” kamu curang….aku kalah” ujarnya. ” Sekarang gilirang kamu Man….keluarkan sebanyak mungkin ya? ” pintanya. ” Saya sudah keluar dari tadi Bu, tapi saya tetap bertahan, takut Ibu marah nanti ” Jawabku. ” Oh Ya?…gila..kuat amat kamu ?!” balas Bu Maya sambul mencubit pipiku.


    ” Kenapa Ibu suka main di tempat begini gelap ?” ” Aku suka alam terbuka, di alam terbuka aku bergairah sekali. Kita akan lebih sering mencari tempat seperti alam terbuka. Minggu depan kita naik kapal pesiarku, kita main diatas kapal pesiar di tengah ombak bergulung. Atau kita main di pinggir sungai yang sepi, ah… terserah kemana kamu mau ya Man ?”

    Selesai main, setelah kami membersihkan alat vital hanya dengan kertas tisue dan air yang kami ambil dari jiregen di bagasi mobil, kami istirahat. Bu Maya yang sekarang tidur di pangkuanku. Kami ngobrol panjang lebar, ngalor ngidul. Setelah sekian lama istirahat, kontolku berdiri lagi, dan dirasakan oleh kepala Bu maya yang menyentuh batang kejantananku. Tak banyak komentar celanaku dibukanya, dan aku dalam sekejap sudah bugil. Disuruhnya aku tidur dengan kaki merentang, lalu Bu Maya membuka celana trainingnya yang tanpa celana dalam itu. Bu Maya mengocok-ngocok penisku, diurutnya seperti gerakan tukang pjit mengurut tubuh pasiennya. Gerakan tangan Bu Maya mengurut naik-turun. Karuan saja penisku semakin membesar dan membesar. Diisapnya penisku yang sudah ereksi besar sekali, dimainkannya lidah Bu Maya di ujung penisku. Setelah itu, Bu Maya menempelkan buah dadanya yang besar itu di penisku. Dijepitkannya penisku kedalam tetek besar itu, lalu di goyang-goyang seperti gerakan mengocok. ” Giaman Man ? enah anggak ? ” ” Enak Bu, awas lho nanti muncrat Bu” jawabku.. ” Enggak apa, ayo keluarkan, nanti kujilati pejuhmu, aku mau kok ?!” . Bu Maya masih giat bekerja giat, dia berusaha untuk memuaskan aku. Tak lama kemudian, Bu Maya naik keposisi atas dan seperti menduduki penisku, tapi lobang memeknya dimasuki penisku. Digoyang terus…hingga aku merasakan nikat yang luar biasa. Tiba -tiba Bu Maya terdiam, berhenti bekerja, lalu berjata :” Rasakan ya Man ? pasti kamu bakal ketagihan ” Aku membisu saja. dan ternya Ohh….memek Bu Maya bisa melakukan gerakan empot-empot, menyedot-nyedot dan meng-urut-urut batang kontolku dari bagian kepala hingga ke bagian batang bawah, Oh….nikmat sekali, ini yang namanya empot ayam, luar biasa kepiawaian Bu Maya dalam bidang oleh seksual. ” Enak syang ?” tanyanya. Belum sempat aku menjawab, yah….aku keluar, air maniku berhamburan tumpah ditenga liang kemaluan Bu Maya.

    ” Itu yang namanya empot-empot Man, itulah gunanya senam sex, berarti aku sukses l;atihan senam sex selama ini ” Katanya bangga. ” Sekarang kamu puasin aku ya ? ” Kata Bu Maya seraya mengambil posisi . Ku tancapkan lagi kontolku yang masih ereksi kedalam memek bu Maya, Ku genjot terus. ” Yang dalam man…yang dalam ya..teruskan sayang…? oh….enak sekali penismu…..oh….terus sayang ?!” Pinta Bu Maya. Aku masih memuaskan Bu Maya, aku tak mau kalah, kujilati pula lubang memeknya, duburnya dan seluruh tubuhnya. Ternyata Bu Maya orgasme setelah aku menjlati seluruh tubuhnya. ” kamu pintar sekali Man ? belajar dimana ? ” ” Tidak bu, refleks saja” Jawabku.


    Sebelum kami meninggalkan tempat itu, Bu Maya masih sempat minta satu adegan lagi. Tapi kali ini hanya sedikit melorotkan celana trainingnya saja. demikian pula aku, hanya membuka bagian penis saja. Bu Maya minta aku melakukanya di dalam mobil, tapi ruangannya sempit sekali. Dengan susah payang kami melakukannya dan akhirnya toh juga mengambil posisinya berdiri dengan tubuh Bu Maya disandarkan di mobil sambil meng-angkat sedikit kaki kanannya.

    Sejak saat malam pertama kami itu, aku dan Bu Maya sering bepergian keluar kota, ke pulau seribu, ke pinggir pantai, ke semak-semak di sebuah desa terpencil, yah pokoknya dia cari tempat-tempat yang aneh-aneh. Tak kusadari kalau aku sebenarnya menjadi gigolonya Bu Maya. Dan beliaupun semakin sayang padaku, uang mengalir terus ke kocekku, tanpa pernah aku meminta bayaran. Dia menyanggupi untuk membiayai kuliah hingga tamat, asal aku tetap selalu besama Bu Maya yang cantik itu.




  • Video bokep Mikan Kururugi bercumbu mersra sebelum

    Video bokep Mikan Kururugi bercumbu mersra sebelum


    2860 views

    Agen Joker388

  • Cerita Sex Selingkuhan Yang Indah

    Cerita Sex Selingkuhan Yang Indah


    2859 views

    Cerita Sex ini berjudul ” Cerita Sex Selingkuhan Yang Indah ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Cerita Sex – Aku yang berprofesi sebagai dokter sekarang sedang mewakili proyek perbaikan gizi yang mana tempatanya di kepulauan, jarak dari aku tempati ke prakter membutuhkan waktu 2 jamman, aku sudah mempunyai suami.
    Sepeninggalku, ternyata suamiku menunjukkan dirinya sebagai gay. Dia mempunyai pemuda simpanan teman tidur dan pemuas sex. Selama aku dinas di kepulauan, pemuda itu beberapa kali dibawa pulang menginap di rumah.

    Untuk menyembunyikan sikapnya, sehari-hari teman gaynya disimpan di luar, disewakan rumah. Kejadian ini memukul perasaanku. Segala upaya untuk menyadarkan suamiku ternyata tidak membawa hasil.

    Aku membawa kedukaanku di pulau dengan cara melayani masyarakat setempat. Untuk mengisi kekosongan waktu, aku buka praktek sebagai dokter umum. Suatu hari ketika jam praktek hampir usai, seorang pasien laki-laki tegap berkumis dan bercambang datang minta agar diperiksa. Ia memperkenalkan namamanya Fredo. Keluhannya sering pusing.
    Silakan Pak Fredo naik ke tempat tidur biar saya periksa, Segera aku memeriksa pernafasan, tekanan darah dan lain-lainnya. Ketika tanganku memegang tangannya yang berbulu lebat, ada perasaan canggung dan geli. Sewaktu Pak Fredo pamit, dia meninggalkan amplop biaya pemeriksaan. Ternyata isinya melebihi kewajaran tarip seorang dokter umum.

    Hari berlalu, ketika suatu malam saat aku akan mengunci kamar praktek, dihadapanku telah berdiri Pak Fredo.

    Dokter, apakah masih ada waktu untuk periksa saya ? Maaf saya datang terlalu malam karena ada pekerjaan tanggung

    Aku kaget karena kehadirannya tanpa aku ketahui. Dengan senyum geli aku membuka kembali ruang praktek sambil mempersilakan masuk.

    Dok, saya tidak mempunyai keluhan. Hanya saya ingin tahu apakah tekanan darah saya normal
    Demikian Pak Fredo mengawali pembicaraan.

    Saya bisa tidur nyenyak setelah makan obat dokter

    Cerita Sex Selingkuhan Yang Indah Sambil memerika, kami berdua terlihat pembicaraan ringan, mulai dari sekolah sampai hobi. Dari situ aku baru tahu, Pak Fredo telah dua tahun menduda ditinggal mati istri dan anak tunggalnya yang kecelakaan di Solo.

    Sejak saat itu hidupnya membujang. Ketika pamit dari ruang praktekku, Pak Fredo menawarkan suasana santai sambil menyelam di kepulauan karang.
    Dok, panoramanya sangat indah, pantainya juga bersih lho

    Aku setuju atas tawaran itu dan Pak Fredo akan menyiapkan perlengkapan yang diperlukan.
    Dalam speed boath yang menyeberangkan kami, hanya berisi aku, Pak Fredo dan pengemudi kapal.

    Sesampainya disana, aku merasa canggung ketika harus berganti pakaian selam di hadapan laki-laki. Tapi aku juga belum tahu cara mengenakan pakaian selam jika tanpa bantuan Pak Fredo. Terpaksa dengan pakaian bikini aku dibantu Pak Fredo memakai pakaian renang. Tangan kekar berbulu itu beberapa kali menyentuh pundak dan leherku. Ada perasaan merinding.
    Tanpa terasa kegiatan menyelam menjadi kegiatan rutin. Bahkan pergi ke tempat penyelaman sering hanya dilakukan kami berdua, aku dan pak Fredo. Semakin hari jarak hubungan aku dengan Pak Fredo menjadi lebih akrab dan dekat.

    Kami sudah saling terbuka membicarkan keluarga masing-masing sampai dengan keluahanku mengenai suamiku yang gay. Dia tidak lagi memanggilku Bu Dokter, tapi cukup namaku, dik Nastiti.
    Musim barat hampir tiba, kami berdua di tengah perjalanan ke tempat penyelaman.

    Tiba-tiba datang hujan dan angin sehingga gelombang laut naik-turun cukup besar. Aku mual, sehingga kapal dibelokkan Pak Fredo ke arah sisi pulau yang terlindung. Kami turun ke pantai, duduk di bangunan kayu beratap rumbia tempat para penyelam biasa istirahat sambil menikmati bekal. Hanya ada dua bangku panjang dan meja kayu di tempat itu.

    Angin kencang menyebabkan tubuh kami basah dan dingin. Aku duduk mepet ke Pak Fredo. Aku tidak menolak ketika Pak Fredo memelukku dari belakang. Tangan berbulu lebat itu melingkar dalam dada dan perutku.

    Dekapan itu terasa hangat dan erat. Aku memejamkan mata sambil merebahkan kepalaku di pundaknya, sehingga rasa mabuk laut mulai reda.
    Sebuah kecupan ringan melekat di keningku, kemudian bergeser ke bibir, aku berusaha menolak, tapi tangan yang melingkar di dadaku berubah posisi sehingga dengan mudah menyusup dalam BHku.

    Tiba-tiba badanku terasa lemas saat jari tangan itu membuat putaran halus di puting susuku. Bibir berkumis lebat itu menjelajah ke bagian sensitip di leher dan belakang telingaku. Persasaan nikmat dan merinding menjalar dalam tubuhku.

    Bibir itu kembali bergeser lambat menyusur dagu, bergerak ke leher, pundak dan akhirnya berhenti di buah dadaku. Aku tidak tahu kapan kaitan BH itu terbuka. Dorongan kuat muncul di vaginaku, ingin rasanya ada benda bisa mengganjal masuk.
    Tangan kekar itu akhirnya membopongku dan meletakkan di atas meja kayu. BHku telah jatuh di atas pasir, mulut dan tanggan Pak Fredo bergantian menghisap dan meremas kedua gunungku, kanan kiri.

    Aku bagaikan melayang, kedua tanganku menjambak rambut Pak Fredo. Kepalaku tanpa terkendali bergerak ke kanan dan kiri semakin liar disertai suara eluhan nikmat.

    Cerita Sex Selingkuhan Yang Indah Oooohhhhhaaoohhhha ooooohhhhaaaauuhhhhhh. Kedua tangannya semakin kencang meremas buah dadaku. Mulutnya bergeser perlahan ke bawah menelusur pusaraa.. terusa.vaginaku. Ahhhaa husssaa. ahhaa aahhhhhh.

    Ketika mulut itu menemukan klitorisku, jeritanku tak tertahan Auh..haha aahhha.. husssa.. sebuah benda lunak menyeruak bibir vaginaku. Bergerak perlahan dalam usapan halus serta putaran di dinding dalam, membuatku semakin melayang.

    Tanpa terasa eranganku semakin keras. Untuk menambah kenikmatan, aku angkat tinggi pantatku ke atas. Ingin rasanya benda itu masuk lebih dalam.

    Tapi aku hanya memperoleh dipermukaan. Ooohhhhaa..haahhaa haaahhahuuuaaaaa. t..earaua.sa..se..se..se..dikitaatas. Ooohhhaa.aahhh aaa.. Sebuah hisapan kecil di klitorisku memperkuat cengkeraman tanganku di pinggir meja.

    Hisapan itu semakin lama semakin kuata. kuat dan kuata.. menjadikan kenikmatan tak terhinggaa. memuncul denyutan orgasme.

    Otot-otot disekitar vaginaku mengejang nikmat dan nikmat sekali. Sesekali nafasku tersengal aaaaaa..hhhhhhaaaaahuuuaaaa..aahhhhha.aahhhhaaa aaaahhhhhhhhaa. ahhhhaa huhhhhhhhaehhhhhh.

    Denyut itu menjalar dintara pangkal paha dan pantat ke seluruh tubuh. Orgasme yang sempurna telah aku dapatkan. Puncak kenikmatan telah aku rasakan.
    Lemas sekujur tubuhku, aku ingin dipeluk erat, aku ingin ada sebuah benda yang masih tertinggal dalam vaginaku untuk mengganjal sisa denyutan yang masih terasa. Tapi aku hanya menemukan kekosongan.

    Tangan-tangan berbulu itu dengan pelan membuka kembali pahaku. Kedua kakiku diangkat diantara bahunya. Kemudian terasa sebuah benda digeser-geser dalam vaginaku. Semula terasa geli, tapi kemudian aku sadar Pak Fredo sedang membasahi penisnya dengan cairan kawinku.

    Seketika aku bangun sambil menutup kedua kakiku. Aku mendorong badannya, dan aku menangis. Sambil membuang muka aku sesenggukan. Kedua tanganku menutup dada dan selangkangan. Pak Fredo tertunduk duduk dibangku menjauhi aku.

    Ia sadar aku tidak mau dijamah lebih dari itu. Sambil menelungkupkan badan di meja, tangisku tetahan. Pak Fredo mendekati dan dengan lembut ia membisikkan kata permintaan maaf. Diapun menyorongkan BH serta celana dalamku.

    Aku tetap menangis sambil menutup muka dengan kedua tanganku. Akhirnya pak Fredo pergi menjauh menuju kapal mengambil bekal.
    Kami duduk berjauhan tanpa kata-kata. Sekali lagi Pak Fredo mengajukan permintaan maaf dan berjanji tidak mengulang kejadian itu. Ia menyerahkan botol air mineral kepadaku.
    Maafkan aku dik Nastiti, aku khilaf, aku telah lama tidak merasakan seperti ini sehingga aku khilaf. Aku minta maaf yah, aku harap kejadian ini tidak mengganggu persahabatan kita. Yuk kita minum dan makan siang, terus pulang
    Aku merasa iba pada Pak Fredo. Ternyata dengan tulus dia masih bisa menahan syahwatnya. Padahal bisa saja memaksa dan memperkosaku.

    Cerita Sex Selingkuhan Yang Indah Kesadaranku mulai pulih, emosiku mereda. Aku mulai berpikir pada kejadian tadi, bukankah aku telah terlanjur basah saat ini ? Bukankah bagian dari kehormatanku telah dijamah Pak Fredo ?

    Bukankah tubuhku yang paling sensitif telah dinikmati Pak Fredo ? Apa artinya mempertahankan kesucian perkawinan ? Bukankah aku tidak pernah menikmati rasa seperti ini dengan suamiku ? Bukankah aku telah kawin dengan seorang gay ? Yah aku telah diusir dari rumahku oleh teman gay suamiku. Markas Judi Online Dominoqq

    Tapi itu bukan salah suamiku. Ia terlahir dengan kelainan jiwa. Ia menjadi gay dengan menanggung penderitaan. Ia terpaksa memperistri aku hanya untuk menutupi gaynya. Aku ingin merasakan kenikmatan, tapi aku tidak ingin jadi korban, aku tidak ingin punya anak dari hubungan ini dengan Pak Fredo.

    Keberanianku mulai muncul. Aku melompat dan memeluk Pak Fredo. Kelihatan Pak Fredo ragu pada sikapku sehingga tangannya tidak bereaksi memelukku. Aku bisikan kata mesra.

    Pak, aku kepingin lagi, seperti tadi, tapi aku minta kali ini jangan dikeluarkan di dalam
    Maksud dik Nastitia..

    Sebelum dia menyelesaikan kata-katanya, tanganku meraba ke penisnya. Kemudian tanganku menyusup dalam celana renangnya. Sebuah benda yang tidur melingkar, tiba-tiba bangun karena sentuhanku

    Tapi jangan dikeluarkan di dalam ya Pak.

    Terima kasih.

    Senyum Pak Fredo berkembang. Kembali aku didekap, aku dipeluk erat oleh kedua tangan kekar. Aku benamkan mukaku di dada bidang berbulu.

    Tanpa komando aku duduk di atas meja sambil tetap memeluk Pak Fredo. Aku diam, mataku terpejam ketika pelan-pelan aku direbahkan di atas meja.

    Satu persatu pengikat BHku lepas sehingga tampaklah susuku yang masih sangat padat lengkap dengan putingnya yang berwarna coklat kemerahan dan sudah berdiri dengan pongahnya. Kedua tangannya meraih dadaku, mulut hangat menyelusur gunungku, perlahan-lahan bergeser ke bawah, semakin ke bawah gerakkannya semakin liar.

    Gesekan kumis sepanjang perut membuatku menegang. Aku pasrah ketika celana dalamku ditarik ke bawah lepas dari kaki sehingga kini aku sudah benar-benar bagaikan bayi yang baru lahir tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuhku.

    Mulut hangat itu kembali bermain lincah diantara bibir bawahku yang ditutupi rambut-rambut kemaluan yang berwarna hitam legam dan tumbuh dengan lebatnya disekeliling lubang kawinku dan clitorisku terasa sudah mengeras pertanda aku sudah dilanda nafsu kawin yang amat menggelegak.

    Kenikmatan kembali menjalar di rahimku. Auha.e.e.e.e.e.e.ea..haaahahaaahahaah. Auhhhhsssaa aku mengerang. Pak Fredo sambil berdiri di tepi meja mengusapkan benda panjang dan keras di klitorisku.

    Aaaahhhha..uhhh.. jeritan kecil tertahan mengawali dorongan penis Pak Fredo menyusup vaginaku. Pantatku diangkat tinggi dengan kedua tangannya ketika benda itu semakin dalam terbenam. Tanpa hambatan penis Pak Fredo masuk lebih dalam menjelajah vaginaku.

    Dimulai dengan gerakan pendek maju mudur berirama semakin lama menjadi panjang. Nafasku tersengal menahan setiap gerak kenikmatan. Aaaha.ahha..ahhaa.haaaaaaaaaaaa..haassssaa
    Entah berapa lama aku menerima irama gerakan maju mundur benda keras dalam vaginaku. Aku telah merasakan denyut orgasme. AuuuuuuuuhhhhhJeritan dan cengkeraman tanganku di pundak belakang penanda aku mencapai puncak orgasme.

    Gerakan benda itu dalam vaginaku masih tetap berirama, tegar maju mundur dan membuat gesekan dengan sudut-sudut sensitif. Tiba-tiba irama gerakan itu berubah menjadi cepat, semakin cepata.. suara eluhan Pak Fredo terdengar dan otot vaginaku kembali ikut menegang, yaha aku mau kembali orgasmea aaahhhhhhhhhhhhaa. aahhhha.

    Cerita Sex Selingkuhan Yang Indah Tiba-tiba benda dalam vaginaku ditarik keluar. Semprotan cairan hangat mengenai pahaku dan meleleh di atas meja. Pak Fredo mencapai puncak kenikmatan. Pak Fredo memenuhi janjinya, tidak mengeluarkan cairan mani dalam vaginaku. Aku lemasa..lemas sekali seperti tidak bertulang.

    Aku didekap lembut dan sebuah ciuman di kening menambah berkurang daya kekuatanku.
    Tiga tahun kemudian setelah kejadian di pulau itu, aku telah menikmati hari-hari bahagiaku. Aku sekarang telah menjadi nyonya Fredo.

    Di pelukanku ada si mungil Indri, buah hati kami berdua. Setelah perceraian dengan suamiku, satu tahun kemudian aku menikah dengan Pak Fredo. Mantan suamiku mengirim berita ia sekarang sekolah di Australia.

    Tapi aku tahu semua itu hanya kamuflase, seperti dalam pengakuannya lewat telepon, mantan suamiku menetap di Sydney agar dapat memperoleh kebebasan menjadi kaum gay.

    cerita seks bergambar, cerita dewasa seks, cerpen seks, cerita seks hot, kisah seks, cerita seks tante, cerita sexx, cerita sex janda, cerita hot sex, cerita sex pembantu, cerita sex gay, sex dewasa, cerita sex 2019, cerita sex artis, cerita sex jilbab, cerita ngesex, cerita sex sma, cerita sex dengan tante, cerita sex mama, cerita dewasa tante, kumpulan cerita seks, cerita hot dewasa,

  • Foto Ngentot Remaja berbadan kecil, Alecia Fox, menikmati berbagai macam posisi seks

    Foto Ngentot Remaja berbadan kecil, Alecia Fox, menikmati berbagai macam posisi seks


    2858 views

    Duniabola99.com – foto cewk cantik rambuh pirang body sexy sangat sempura Alecia Fox ngentot dengan om-om yang berkontol besar diatas kursi dan melakukan banyak gaya hot yang sangat mearngsang dan menelan semua sperma yang dikeluarkan. Fortunebet99

  • Kisah Memek Tante Tetangga Mandi

    Kisah Memek Tante Tetangga Mandi


    2858 views

    Duniabola99.com – Kisah ini berawal dari nafsuku yang boleh dibilang ugal-ugalan. Bagaimana tidak, disaat usiaku yang mencapai 29 tahun, sekarang ini inginnya ML (bersetubuh) terus tiap hari dengan istriku (inginnya 3 kali sehari). Dan para netters duga, pasti seorang istri tidak hanya menginginkan kepuasan seksual setiap waktu, akan tetapi juga kerja mengurus rumah lah, mengurus anak lah dan lain-lain banyaknya. Sehingga nyaris istriku juga sering keberatan kalau tiap malam bersetubuh terus, dan aku juga kasihan padanya. Setiap kali bercinta, istriku bisa 3 kadang 4 kali orgasme dan aku sendiri kadang tidak ejakulasi sama sekali karena istriku keburu lelah duluan. Paling setelah istriku tertidur pulas kelelahan, aku langsung pindah ke meja kerjaku dan menyalakan PC, lalu memutar Blue Film dan aku lanjutkan dengan self service. Setelah puas, aku baru menyusul istriku yang tertidur, dan jika tengah malam aku terjaga dan kudapati “pusakaku” berdiri, aku ulangi lagi hingga aku benar-benar lelah dan tertidur.


    Aku sendiri sangat bergairah apabila melihat tante-tante yang umumnya mereka lebih dewasa, lebih pintar dan telaten dalam urusan ranjang. Bahkan aku dalam melakukan onani sering membayangkan dengan tante-tante tetanggaku yang umumnya genit-genit. Begitu hingga suatu saat, aku mendapat pengalaman bercinta yang amat berkesan dalam sejarah kehidupan seksualku.Ceritanya berawal pada saat temanku mengajak karaoke di kawasan wisata prigen dan sebelumnya aku belum pernah masuk ke kawasan semacam itu. Kami bertiga pesan ruang utama yang mempunyai pintu sendiri dan ruangan itu terpisah dengan yang lainnya selama tiga jam penuh.

    “Eh, Eko emangnya Elo udah booking cewek untuk nemenin Kita..?” tanyaku pada Eko, salah seorang dari kawanku.
    “Sabaarrr Boss, entar Adi juga bawain tuh cewek..” tukasnya. Joker388
    Sepuluh menit kemudian, saat aku akan menyulut Djarum 76-ku, merapatlah sebuah Kijang dan Civic Wonder berjejeran ke hadapanku dan Eko. Kalau Kijang itu aku kenal, itu adalah Kijang-nya si Adi dan keluar dua orang ABG yang berdandan Ahooyy. Berdesir darah lelakiku melihat dua orang ABG itu. Bagaimana tidak, pakainnya super ketat dan sangat menonjolkan bukit-bukit indah di dada dan pantatnya. Akan tetapi, aku tidak kenal dengan Civic itu. Aku melihat di dalamnya ada seorang cewek ABG dan seorang lagi wanita sekitar 35 tahun (menurut taksiranku dari raut wajahnya).
    Eko yang rupanya kenal baik dengan kedua wanita itu langsung menyambut dan membukakan pintu, lantas memperkenalkannya kepadaku.
    “Lisa..” seru tante itu disambut uluran tangannya padaku.
    “Inneke..” sahut gadis manis disampingnya.
    Singkat cerita, kami sudah mulai bernyanyi, berjoget dan minum-minum bersama, entah sudah berapa keping VCD Blue Dangdut yang kami putar. Aku melihat Eko dan Adi mulai mendekati sudut ruangan, dan entah sudah berapa lama ceweknya orgasme karena oral yang mereka lakukan. Sementara aku sendiri agak kaku dengan Lisa dan Inneke. Kami pun tetap bernyanyi-nyanyi, meskipun syairnya awur-awuran karena desakan birahi akibat pertunjukan BF di depan kami

    Aku sendiri duduk di dekat Lisa, sementara Inneke serius menyanyikan lagu-lagu itu. Tante Lisa sendiri sudah habis satu pak A-mild-nya, sementara aku melihat wajah Inneke yang merah padam dan kadang nafasnya terengah pelan karena menahan gejolak yang ia saksikan di layar 29 inch itu. Tiba giliranku untuk mengambil mike dari Inneke, aku bangkit mengambil mike itu dari tangan Inneke dan mengambil duduk di antara Inneke dan Lisa. Pengaruh minumanku dan XTC yang mereka telan membuat kami jatuh dalam alunan suasana birahi itu.
    “Boy.., I want your sperm tonight Honey…” bisik Lisa lirih di telingaku, sementara tangan kirinya meraba selangkanganku.


    Inneke yang sudah meletakkan pet aqua-nya mengambil sikap yang sama padaku. Dia malah mulai memainkan ujung lidahnya di telinga. Hangat nafas dan harum kedua wanita itu membuatku terbuai dalam alunan melodi birahi yang sudah aku rasakan menjalar menelusuri selangkanganku. Perlahan namun pasti, kejantananku menegak dan kencang, sehingga Lee Cooper-ku rasanya tidak muat lagi, apalagi saat meneganggnya salah jalur dan sedikit melenceng.
    “Lho kok.. bengkok punyamu Say..?” tanya Lisa padaku pura-pura seperti seorang amatiran saja.
    Belum sempat aku menjawab, buru-buru Inneke membuka zipper dan CD-ku, lantas mengeluarkan isinya.
    “Gini lho Tan… mintanya dilurusin, Mas Boy ini..” kata Inneke diikuti penundukkan kepalanya ke arah selangkanganku.
    “Aaakkhhh…” pekikku tertahan saat Inneke spontan mulai mengulum kepala penisku ke dalam mulutnya dikombinaksikan dengan sedotan dan jilatan melingkar lidah.
    Spotan kedua kakiku menegang dan membuka lebih lebar lagi untuk memudahkan oral Ineke.

    “Ooookh My Godd… ssshhh… aakkk…” desahku.
    Seluruh tubuhku bergetar dan terasa disedot seluruh sumsun tulangku lewat lubang penisku. Permainan Inneke betul-betul professional, sampai-sampai dentuman musik itu sepertinya tidak kudengar lagi, karena telingaku juga berdesir kencang. Ujung penisku betul-betul ngilu, hangat, geli dan perasaan birahi bercampur jadi satu disana. Lisa lantas membuka kancing kemeja Hawai-ku dan mundaratkan mulut indahnya di puting susu kiriku, sementara puting kanan dimainkan oleh telunjuk dan jempol kirinya.

    “Aaakkk… mmmhhh…” desahku tidak menentu.
    Aku betul-betul tidak tahan menikmati sensasi ini. Agen Joker388
    “Gila.., inilah penyelewenganku yang pertama dan dimanja oleh dua orang wanita sekaligus…” bisikku dalam hati.
    Aku semakin tidak tahan saja, lalu kurengkuh leher Lisa dan kudekatkan bibirku, kujulurkan lidahku menyapu seluruh rongga mulutnya dan sesekali kuhisap dalam-dalam bibir bawahnya yang sangaat menawan itu. Ini karena jujur saja, aku lebih bergairah dengan Tante Lisa, meskipun sudah hampir mencapai kepala 4 itu (dalam perbincangan kami, akhirnya aku tahu juga umur Lisa, meskipun tidak pasti segitu bahkan bisa lebih).

    Badanku lantas kumiringkan dan bersandar pada sofa.
    Bukit indah Tante Lisa adalah tujuanku dan benar saja, berapa saat kemudian, “Oookkkhhh… Nimaaatthh… Sayyy… seddooottthhh… terrruuusshhh…” desah Lisa terengah-engah.
    Sedotanku kukombinasikan dengan pelintiran jempol dan telunjuk kiriku, sesekali kuputar-putar putingnya dengan telapak tanganku.
    “Ssshhh… terussshhh… Sayyy…” Lisa mendesis seperti ular.
    Tiba-tiba, “Teeettt..,” suara bel mengejutkan kami, pertanda sepuluh menit lagi akan berakhir.
    Aku melihat Adi dan Eko tersandar kelelahan, dan kulihat ada sisa sperma menentes dari ujung penis-nya yang mulai mengkerut.
    “Udahan dulu ya Tante.., In..,” pintaku pada mereka.
    “Emmhhh… Oke…” jawab mereka dengan nada sedikit keberatan.


    Kami pun turun, aku berpisah dengan Adi dan Eko, entah kemana mereka melanjutkan petualangan birahinya. Dan kami pun sudah masuk ke Civic Lisa.
    “Kemana Kita nich..?” tanyaku sok bloon seraya menghidupkan mesin.
    “Kita lanjutin di hotel yuk Ke..!” ajak Tanta Lisa kepada Inneke.
    “Baik Tan… Kita ke hotel **** (edited) yang punya whirpool di kamarnya.” sahut Inneke.
    Rupanya Tante Lisa adalah seorang eksekutif, karena itu ia pesan salah satu President Suit Room yang mana seumur-umur aku baru mesuk ke dalamnya. Kamarnya luas, kurang lebih 6 x 8 meter, beralaskan permadani coklat muda kembang-kembang dan dilengkapi whirpool yang menghadap ke arah kehijauan lembah. Kamar itu juga mempunyai sofa panjang di sebelah whirpool.

    Begitu masuk, Tante Lisa lalu mengunci pintu, aku dan Inneke mengambil tempat duduk di sofa sebelah whirpool. Aku melingkarkan lenganku ke pundak Inneke, alunan musik malam pun semakin menambah romantis suasana.
    “Innn…” bisikku mesra kepada Inneke mengawali percumbuanku.
    Inneke yang sudah on berat itu langsung menyambut kecupanku, nafasnya terengah-engah, menandakan bahwa dia sangat menginginkan kehangatan, kenikmatan dan mengisi kekosongan ruang vaginanya yang terasa menggelitik dan lembab. Dengan sedikit tergesa, aku melepas CD-nya, lalu kurebahkan kepalanya di sandaran sisi sofa dan keletakkan pinggulnya tepat diselangkanganku.
    “Sreett…” penisku mulai bereaksi saat pantatnya yang dingin menyentuh Lee Cooper-ku dan kulihat Inneke terpejam, sementara tangannya membetulkan rambutnya yang tergerai di sofa.

    Aku mulai memainkan jari telunjukku di bibir luar vaginanya yang sudah mulai melelehkan cairan bening dari hulunya. Tidak ketinggalan, bibirku menghisap dalam-dalam dan sesekali kujepit putingnya dengan kedua bibirku lalu kutarik-tarik, sesekali kupilin-pilin dengan kedua bibirku.
    “Wuuuaahhh… ssshhh… terussshhh… nikkkmatthhh…” desah Inneke keras-keras saat kuperlakukan seperti itu.
    Tubuhnya kejang panas dan seluruh aliran darahnya kini memuncak. Sengaja aku tidak memasukkan telunjukku, karena untuk menstimulasi lebih intens lagi. Kami bercumbu dan sudah tidak ingat lagi apa yang dilakukan Lisa di kamar mandi yang begitu lama.

    “Bentar Inn.., Aku pispot dulu yach..?” kataku sambil melepaskan cumbuanku.
    “Emmhhh…” desah Inneke sedikit kesal.
    Akan tetapi, aku melihat Inneke melanjutkan birahinya dengan dua jari. Aku sendiri berlari kecil menuju ke kamar kecil dan sesampai di pintu, aku kaget karena mendapati Tante Lisa lagi meregang orgasmenya.
    “Aaakkkhhh… ssshhh… ssshhh…” desah Tante Lisa, matanya mendelik merem melek.
    Tampaknya vibrator mutiara itu masih bekerja, sehingga saat aku kencing, Lisa pun tidak melihatku.
    “Boyyy…” sebuah panggilan lembut mengagetkan aku saat hendak meninggalkan kamar mandi itu.
    “I… iii.. yaaa… Tan..?” sahutku agak kaget.
    “Sini dooonggg..! Hangatin vagina Lisa dengan penis Kamu yang.., ookkhhh…” Tante Lisa terpekik saat vibrator itu ia cabut dari liang vaginanya.


    Aku hampiri Tante Lisa di Bath tub itu dan aku baringkan tubuhku disana.
    “Oh.., nikmat sekali mandi air hangat dikelonin tante seksi ini.” bisikku dalam hati.
    Aku rengkuh lehernya dan kuberikan french kiss yang begitu mesra dan Tante Lisa pun membalas dengan ganas seluruh rongga mulutku, leher dan kadang puting susuku di hisapnya. Penisku yang terendam kehangatan air itu semakin maksimal saja. Selama tiga menit kami bercumbu, Tante Lisa nampaknya tidak dapat mengendalikan nafsunya.
    “Mmmppphhh… oookkkhhh… setubuhi aku Boy..! Cepeeetthh..!” pinta Tante lisa sambil menggeliat seperti cacing kepanasan.
    “Baik.. Lisss… Terima penisku yang panjaaanggg…” bisikku sambil memasukkan seluruh batang penisku pelan sekali.
    “Oohhh… mmmppphhh… nikmatthh…” gumannya saat batang kejantananku mili per mili mulai menjejali rongga rahimnya.
    “Kocokkhh.. yaacchhh… terussshhh… aaakhh… nimat bangeettthh..!” serunya ketika aku mulai mengosok-gosok pelan penisku.

    Aku keluarkan kira-kira empat senti, lalu kukocok lima atau enam kali dengan cepat dan kusodokkan dalam-dalam pada kocokan ke tujuh. Rupanya usahaku tidak sia-sia untuk menstimulasi G-spot-nya.
    “Aaakkkhhh… ooohhh… nimatthhnyaa… oookkkhhh Godd..!” teriaknya mengawali detik-detik orgasmenya.
    Sepuluh detik kemudian, “Nnggghhh… aaakkkhhh… sshhhfff… ookkkhhh… Boyy… kocokk… lebih intens lagi Yannk..!” jerit Tante Lisa diiringi geliat liar tubuh indahnya.
    Payudaranya diremas-remasnya sendiri, sementara aku tetap berpegangan pada sisi bathtub sambil mengocok lembut vaginanya.
    “Akkhh…” teriakku pelan saat Tante Lisa menggigit pundakku karena aku masih saja mengocok penisku di vaginanya.
    Rupanya Lisa sudah mulai ngilu.

    Aku memeras tegang otot lenganku dan Tante Lisa sepertinya minta time out untuk mengatur nafas dan menghilangkan kengiluan di liang sengamanya. Aku meraih lehernya, lalu aku berdiri pada dua lututku dan Tante Lisa diam mengikuti apa yang akan kulakukan. Aku memondong Lisa dan tetap menjaga penisku tertanam dalam-dalam di vagina Tante Lisa yang mengapit kedua tungakainya ke pinggangku. Kami menghampiri Inneke yang juga lagi meregang orgasmenya dan Inneke tampaknya lebih liar dari pada Lisa, mungkin karena pengaruh XTC dan suasana yang penuh hawa birahi itu.

    “Aaaoookkkhhh… ssshhh… aaakkkhhh… aaakkkhhh…” jerit Inneke keras sambil menghujam-hujamkan kedua jari kanannya.
    Sementara tangan kirinya meremas dan memilin payudaranya dan sesekali ditekan serta diputar. Aku terkesima sejenak dengan pemandangan yang diciptakan Inneke itu dan aku mebayangkan akan lebih histeris lagi pasti jika yang keluar masuk itu adalah 15 cm penis kebanggaanku.
    “Booyy… ayyyoook terusinn..!” pinta Tante Lisa diiringi goyangan lembut pinggulnya.
    Ia tampaknya mulai bergairah kembali setelah melihat Inneke yang begitu histeris dan aku pun demikian ketika penisku hampir mengendor di Vagina Lisa. Aku maju selangkah dan mendudukkan Tante Lisa dari arah belakang sofa. Aku sendiri mengambil posisi berdiri untuk memudahkan eksplorasiku. Di lain pihak, Inneke yang sudah mengakhiri masturbasinya itu mengetahui kehadirna kami dan mengambil tempat di belakang Tante Lisa.

    “Ookkhhh… Terusin Keee..!” pinta Tante Lisa saat Inneke menyibakkan rambutnya dan mulai mencumbui leher Tante Lisa.
    Tidak ketinggalan, kedua telapak tangan Inneke menggoyang, memutar puting dan kadang-kadang dipilin lembut. Aku sepertinya merasakan apa yang Tante Lisa rasakan, darahnya mulai hangat, birahinya sudah memanas. Tubuh lisa bagaikan daging burger di antara aku dan Inneke, pinggulnya masih aktif menggoyang-goyang, kadang menghentak-hentak lembut.
    “Oooaaakkkhhh… nngghhh… ohhhh… nngghhh… Kocok terushh… yaaa… iyaa… terusss..!” desah Tante Lisa keras saat aku tepat menstimulasi G-Spot-nya.
    Nafasnya tersengal-sengal disela-sela lenguhan-lenguhan panjangnya, tubuh Tante Lisa menggeliat-geliat liar.
    Inneke masih aktif membantu Tante Lisa menggapai surgawinya, kecupan-kecupan di belakang tubuh, leher, pinggang dan tiba-tiba Tante Lisa melenguh panjang diiringi percepatan hentakan pinggulnya. Aku semakin penasaran saja apakah yang dilakukan Inneke hingga Tante Lisa tampak lebih histeris lagi dari yang tadi. Kuraba raba punggung Lisa sambil kukulum mesra bibirnya, tanganku mulai turun ke arah pantatnya, kutekan kedua sisi bokongnya yang padat itu dan kuulir-ulir. Berawal dari situlah aku tahu rupanya telunjuk dan bibir Inneke memainkan peran di lubang anus Tante Lisa, telunjuknya yang berlumur vaselin itu keluar masuk lembut di vagina Tante Lisa.


    “Oookkhhghh… Goddhh… Ke… truuusss… Yanng… oookkhhh, kontholll… akkhhh… sshhh…” ceracau Tante Lisa tidak beraturan, menjemput ambang orgasmenya.
    Kedua lubang Tante Lisa terasa pejal dan hangat. Aku malah semakin terangsang oleh imajinasiku sendiri, aku lantas memeluk erat-erat Tante Lisa saat ia mulai mengencangkan lingkaran tangannya di tubuhku. Darahku juga mulai bergerak cepat menuju ke ujung syaraf di kepalaku, kupingku tidak lagi menghiraukan lenguhan dan desahan-desahan Tante Lisa.

    “Oookkkhhh… Lissshhh… nikmathhh… vaginamu… Akkhhh..!” desahku saat birahiku kurasakan menjalar di seluruh tubuhku.
    “Booyyy… Akuuu… mmmhhh… mauuu…” seru Tante Lisa menyambut orgasmenya.
    Tubuhnya menegang, wajahnya merah merona, menambah cantiknya Tante kesepian ini, sementara bibirnya terkatup rapat.
    “Sssebentar… Lissss… Kita keluar bareng…” bisikku yang kuiringi tempo kocokanku secara maksimal, yaitu kukeluarkan hampir sepanjang batangnya dan kubenamkan dalam-dalam di rahimnya.

    Rupanya darahku tidak bertahan lama di syaraf-syarafku, hingga berdesir kencang meluncur melalui seluruh nadiku dan bermuara pada sebuah daging pejal di selangkanganku.
    “Lisss… Aku nyammmppaaiii… uuaaakkkhhh… aaakkhhh.., aakhhh..,” desahku sambi memutar-mutar penisku yang tertanam maksimal di vagina Tante Lisa, sehingga rambut-rambutku yang disana juga menggelitik klitoris Tante Lisa.
    “Sseerrr… serrr…” kurasakan cairan Tante Lisa mendahului orgasmeku, dan seditik kemudian, aku dan Lisa meregang nikmat.
    Kami menjerit-jerit sensasional dan tidak khawatir orang lain mendengarnya. Tante Lisa histeris seperti orang kesetanan ketika telunjuk Inneke juga mempercepat kocokan di anusnya.

    “Aaakkkhhhggh…” desah kami bersamaan mengakhiri nikmat yang tiada tara tadi dan juga baru kurasakan seumur hidupku.
    Maniku meleleh di sela-sela pejalnya bnatang kejantananku yang masih manancap dalam di rahim Tante Lisa. Inneke tampaknya puas dengan hasil kerjanya, lalu ia memeluk Tante Lisa erat dan berbisik, “Enak khan Tannn..?”
    Tante Lisa sendiri sudah lemas dan terkulai di atara aku dan Inneke, aku mengecup mesra Tante Lisa dan beralih kepada Inneke untuk memberikan stimulan birahi dalam dirinya yang juga mulai mendidih.

    Kedua wanita itu memang hebat, yang tua histeris dan mampu menguasai diri dan yang muda histeris juga dan menuruti jiwa mudanya yang bergejolak. Tante Lisa tampaknya tidak dapat menahan rasa di tubuhnya, sehingga lunglai lemas tidak bertenaga. Inneke lantas membimbingnya melepas gigitan vaginanya dari penisku yang mulai mengendor ke arah ujung sofa untuk beristirahat. Kulihat wajah Tante Lisa amat puas bercampur dengan letih, akan tetapi semua beban birahinya yang tertahan selama dua minggu meledak lah sudah.

    “Ooookkkhh… sssshh…” desis Tante Lisa saat penisku kutarik pelan dari gigitan vaginanya.
    Aku melangkahi sofa dan duduk di sandarannya, lalu kubuka kedua pahaku. Tampaklah oleh Inneke sebuah meriam yang berlumur sperma masih setengah tegak.
    “Oookkkhhh… gellliii… ssshhh… terusssss… Keee..!” pintaku pada Inneke saat ia mulai mengulum penisku dan hampir semuanya terkulum di mulutnya yang sedikit lebar namun seksi.
    “Oaaakhhh…. aaakkkhh… sshhhssshshh…” desisku saat aku mulai merasakan lagi denyutan penisku di mulutnya.

    Inneke masih menghisap habis seluruh sperma yang tersisa dan kocokkannya semakin cepat, hingga kedua kakiku bergetar menahan ngilu bercampur nikmat.
    “Oookkkhhh… terusss… hisappphh Sayy..!” pintaku sambil mendorong kepala Inneke untuk melakukan lebih dalam lagi.
    “Oooouakghh.. Plop…” tiba-tiba mulut Inneke melepas kulumannya dan langsung berdiri menjilat leher dan kedua telingaku bergantian.
    “Aku ingin di whirpool Sayy..!” bisik Inneke.


    Whirpool itu sendiri sudah dilengkapi semacam sofa untuk berbaring, sehingga jika berbaring di situ, maka mulai dada sampai kaki akan terendam air hangat bercampur semburan air di sisi-sisi kolamnya. Aku merebahkan Inneke disana dan memulai percumbuan kami, tubuh kami terasa hangat dan seperti di pijat-pijat, sehingga penisku yang sempat layu mulai menegang kembali. Inneke tampak menikmati sensasi ini dan aku tahu bahwa Inneke akan menginginkan melodi yang berbeda dengan Lisa.

    “Masss… sshh… oookkkkhh… masukin Aku… oookkhhh… mmmppphh…” pinta Inneke sambil membuka pahanya lebar-lebar.
    Sejenak aku memainkan kehangatan air, kuayun-ayun tanganku di dalam air ke arah vagina Inneke yang membuatnya segera menarik tubuhku untuk menaikinya. Kami memang sudah diselimuti nafsu sehingga rasanya pemanasan Inneke melihat orgasme dari Tante Lisa sudah lebih dari cukup. Tubuh kami hangat oleh air dan kehangatan dari pasangan kami serta semburan-semburan air dari sela-sela kolam membuat kami semakin terbuai jauh ke awang-awang.

    “Blesss…” 10 cm dari penisku mulai menjejali vagina Ineke diiringi desahan, “Aaakkkkhhh… mmmppph…” guman Inneke yang membuat Tante Lisa tersadar dan menyusul kami di kolam.
    Kuhentakkan pelan, sehingga seluruh penisku mendesak dinding-dinding vaginanya yang terasa lebih perat dan berdenyut. Lisa mengambil posisi memangku kepala Inneke di paha kanannya dan membelai lembut kening Inneke.
    “Aaawww… oookkkhhh… gelli… Masssh…” teriak Inneke saat aku memainkan otot lelakiku di leher rahimnya.
    “Masss… dikocok pelaannn… yacch..!” pintanya sambil membelai rambutku, membuatku jadi teringat saat-saat romantis dengan pacar-pacarku dulu.

    Aku mengangguk dan kuikuti apa yang Inneke mau, lalu kukocok perlahan dengan cara sepuluh senti aku kocok lima atau enam kali dan kubenamkan dalam-dalam, lalu kuputar pada kocokan ke-7. Cara ini efektif untuk menstimulasi G-Spot seorang wanita. Kurang lebih lima menit kemudian, Inneke mengangkat kepalanya dan mendaratkan ciuman bertubi-tubi di mulut dan leherku bergantian. Tubuhnya sedikit menegang dan lebih hangat kurasa, lalu aku memberi isyarat Tante Lisa untuk menyingkir ke arah bagian belakang kami.
    “Ooookhhh… Massshh.. aaakuuu… hammmppirr..!” bisik Inneke saat aku mulai menaikkan ritme kocokanku.
    “Tahan Ke..!” pintaku, lalu aku memberi isyarat kepada Tante Lisa lagi.
    “Akkkhhhgghhh… ssshhh… mmmpppphh…” desahku dan Inneke bersamaan saat telunjuk Tante Lisa mulai memasuki lubang pantatku dan anusnya Inneke.
    Rasanya hangat mengelitik, apalagi jika di kocokkan di kedalaman anusku dan aku bisa membayangkan sensasi yang dialami Inneke. Pasti akan terasa pejal dan nikmat serta sensasional pada kedua lubangnya.


    “Oookkkhhh… Taaan… aaaakk.. kuuu tak kuuu..atthh…” teriak Inneke mulai mengawali detik-detik orgasmenya.
    Para netters yang budiman, sudah bisa diduga, kami pun terbuai dengan alunan sensai jari Tante Lisa dan hisapan vagina Inneke bersamaan. Demikian pula Inneke. Panasnya penisku dan gelitik telunjuk Tante Lisa membuatnya lupa daratan.
    “Aaaggghhh… oookkkhhh… oookkkhhh… aaakkkhhhg… mmmm.. ssshshhh.. awww… ssshhh…” ceracauku dan Inneke tidak beraturan.

    Dan kurang lebih sepuluh detik kemudian, aku dan Inneke meregang birahi yang dikenal dengan nama orgasmus secara bersamaan. Aku memancarkan spermaku. Terasa lebih banyak dari pada dengan Tante Lisa dan aku juga merasakan aliran mani Inneke dari rahimnya. Aku menghempaskan tubuhku ke samping Inneke dan Tante Lisa mengambil tempat di sisi lainnya. Hangat tubuh mereka dan kami becumbu seolah tiada hari esok. Kami lanjutkan tidur mesra diapit dua tubuh sintal nan hangat berselimutkan sutra lembut. Dan saat salah satu dari kami terjaga, kami mengulanginya lagi hingga spermaku betul-betul terasa kering.

    Minggu siang, kami baru terbangun, lantas kami mandi bersama dan kemudian sarapan pagi. Kami meluncur ke Surabaya dan janji akan kencan lagi entah dengan Tante Lisa ataupun Inneke atau kadang mereka minta barengan lagi. Aku akhirnya terlibat kisah asmara yang penuh birahi, namun aku puas karena dapat melampiaskan nafsuku yang meletup-letup itu. Beberapa kali aku ditawari dan berkencan dengan teman Tante Lisa dan kadang ada yang aku tolak, karena prinsipku bukan jual cinta seperti gigolo, akan tetapi sebuah prinsip petualangan.

  • Kisah Memek Ngentot dengan supupu

    Kisah Memek Ngentot dengan supupu


    2856 views

    Duniabola99.com – Kisah ini bermula setahun yang lalu, dimana aku harus jaga rumah, karena anak dan istriku sedang berkunjung ke saudaranya selama lebih dari seminggu. Sore itu sekitar jam lima sore, teleponku berdering, lalu kuangkat dan terdengar suara lembut seorang wanita namun dengan background yang lumayan ramai. Langitpoker

    “Halo…, Dik Yanti ada”, suara itu sepertinya kukenal, namun sungguh aku lupa siapa dia, yang lebih membuatku bertanya-tanya, dia mencari istriku (Yanti). Aku pun menjawab apa adanya “Yanti sedang ke Solo, ada yang bisa saya bantu?”. “Lho, ini Dik Bandi ya…, aku Arie, Dik, aku sedang di terminal bis, boleh aku mampir ke rumahmu sebentar?”, belum sempat kujawab permintaannya, telepon sudah ditutup, dan aku sendiri masih bertanya- tanya, siapa Arie itu? Selang satu jam kemudian, ada sebuah taxi yang berhenti di depan rumah, aku melihat dari arah dalam jendela rumah, seorang wanita muda keluar serta menenteng sebuah tas traveler yang lumayan besar. Di bawah keremangan sinar lampu jalan, aku mulai bisa melihat wajahnya.

    Ya ampun…, ternyata dia adalah Mbak Arie, kakak sepupuku. Meskipun dia kupanggil “Mbak” tapi dia sepuluh tahun muda dariku, dia anak budeku, kakak dari ibuku. Tersentak aku dari kekagetanku, manakala dia berusaha membuka pintu pagar, akupun berlari menyambutnya, menenteng tasnya yang…, ups ternyata lumayan berat. Kupersilakan dia untuk istirahat sebentar di ruang tamu, dan kuletakkan traveler bagnya di kamar depan, yang memang biasanya selalu kosong itu. Aku bergegas menemui Mbak Arie dan mengajaknya ngobrol sebentar. “Mbak Arie mau kemana?”. “Aku mau ke Bali Dik, tempat kerjaku pindah ke sana”. Kenanganpun muncul, tatkala aku menatap wajahnya lekat-lekat. Sungguh ia belum berbeda ketika aku bertemu dia sembilan tahun yang lalu, ketika ia masih kelas tiga SMP. Arie adalah gadis yang manis, sekilas ia seperti artis Maudy Koesnaedy. Tubuhnya yang putih bersih dengan tinggi sedang dibalut T-shirt MCM putih dan celana jeans strecth yang membungkus pinggul dan kakinya yang indah (paling tidak menurutku).

    Payudaranya sedang besarnya, padahal dulu lumayan kecil kalau tidak bisa dibilang rata. Aku bisa mengatakan demikian, karena dulu sungguh kenangan ini seperti barusan kemarin terjadi. Waktu itu (sembilan tahun yang lalu dan masih bujangan), aku berkunjung ke rumahnya (di sebuah kota besar di Jawa Tengah), selama seminggu aku tinggal di rumahnya yang besar, yang dihuni Bude, Mas Bayu (sulung) dan Mbak Arie(ragil). Aku sendiri seperti menaruh perhatian khusus kepadanya. Aku tidak tahu ini perasaan sayang atau hanya sekedar suka saja. Ia kelihatan bongsor untuk anak seusianya 14 tahun, namun sungguh, ia seperti kekanak- kanakan. Sering di saat aku membantunya dalam belajar bahasa Inggris, kucium keningnya disaat ia mulai suntuk, untuk memberi semangat supaya giat belajar kembali, namun lama- lama perasaan yang sekedar memberi semangat itupun berubah, aku sering juga mencium kelopak matanya, pipinya dan akhirnya kucium bibirnya disaat ia benar-benar ketiduran di atas meja belajarnya, karena kupaksa untuk menyelesaikan latihan ulangannya. Kugendong tubuhnya untuk kupindah ke tempat tidurnya.


    Mbak Arie tak bergerak sedikitpun, saat kubaringkan di ranjangnya, terlalu capek rupanya. Terkesiap sejenak aku dibuatnya, jantungku mulai berdegup kencang, saat kulihat rok mininya tersingkap ke atas. Penisku mendadak menggeliat bangun. Kukunci pintu kamarnya, entah dorongan dari mana, ada keinginan untuk mencium kemaluannya. Perlahan- lahan kuturunkan celana dalamnya dan terlepas. Kulihat lekat-lekat liang kewanitaannya yang tak satupun bulu tumbuh diatasnya, sebuah gundukan daging yang mengundang hasratku untuk segera menciumnya. Kuangkat kedua pahanya, sehingga posisi kakinya membentuk huruf “O”. Clitorisnya yang merah muda menyembul keluar. Akupun menciumnya lembut dan aroma kemaluan seorang perawan yang khaspun tercium. Penisku semakin tegang dan sakit, karena posisiku yang kurang menguntungkan. Aku terus mencium dan menjilati naik turun. Lubang kemaluannya basah karena ludahku. Sejenak aku kaget, karena Mbak Arie mulai menggeliat, aku cepat- cepat menarik selimut untuk sekedar menutupi posisi kakinya. Namun posisinya tidak berubah sampai ia tertidur kembali.

    Akupun semakin penasaran untuk mengulangi kembali, kali ini tidak saja kujilati, tapi aku mulai menghisap clitorisnya yang kelihatan semakin memerah, aku seperti kesetanan menghisap yang lainnya. Aku berusaha membuka liang kewanitaannya dengan kedua ibu jariku, kelihatan lubang kemaluannya masih kecil dan terlihat nyaris rapat. Kujilati lubangnya, kuusahakan ujung lidahku menerobos lubang yang sempit itu, sampai pada saatnya kemudian ia terbangun dalam keadaan aku masih asyik menjilati bibir kemaluannya. “Kamu apakan punyaku Dik?”. Tenggorokanku seakan tersekat sesuatu, sehingga tidak mampu menjawab, apalagi melihat wajahnya. Naluriku mengatakan pasti ia benar-benar marah atas kelakuanku tersebut, dan aku tidak tahu, aku harus bagaimana setelah ini, aku hanya bisa menunggu.

    Sampai beberapa menit kemudian, tangannya meraih wajahku dan mengangkatnya perlahan-lahan, sampai wajahku dan wajahnya berhadap-hadapan. Sekali lagi dia bertanya “Diapakan punyaku Dik?”. “Aku sayang Mbak Arie…, maafkan aku Mbak” kataku mengiba. Namun keadaan yang tidak kuduga-duga, Mbak Arie mencium bibirku. “Aku sudah merasakannya, sejak Dik Bandi menciumku di meja tadi”, bisiknya ditelingaku Akupun langsung melumat bibirnya, tangan kananku berusaha mencari-cari payudaranya yang hanya seperti puting saja. Akupun menyingkap t- shirtnya untuk mengalihkan ke payudaranya. Kuhisap putingnya, Mbak Arie hanya mendesis-desis dan mencengkeram pinggangku erat-erat.


    Kuhisap bergantian kiri dan kanan puting payudaranya, sampai akhirnya kuhisap kembali liang kewanitaannya yang sudah sangat basah. Kuhisap clitorisnya dengan gemas, dicengkeramnya kepalaku, ia menggerakkan bokongnya naik turun, sampai pada saat berikutnya, ditendangnya pundakku keras-keras sehingga bibirku terlepas dari liang kewanitaannya. Belakangan aku ketahui ia mengalami orgasme yang hebat, sehingga ia tidak bisa lagi menguasai gerakannya. Kupeluk dia, agar ia segera dapat menguasai dirinya kembali. Demi menjaga perasaannya, akupun berusaha untuk mengeluarkan penisku yang sudah tersiksa sejak tadi dan kuperlihatkan kepadanya. Dielus- elusnya penisku, sambil diamatinya cermat- cermat (mungkin Mbak Arie baru melihat penis yang membesar itu pertama kali), dipermainkannya penisku sampai digesek- gesekannya ke puting payudaranya, sampai pada saat aku sudah tidak bisa lagi menahan cairan di penisku keluar kemana-mana. Mbak Arie terlihat bergerak sekenanya untuk menghindari. “Apa itu tadi Dik?”. “Itu spermaku Mbak, itu yang bisa membuat perempuan hamil kalau sempat masuk ke sini”, sambil kuusap liang kewanitaannya. Mbak Arie memelukku, akupun menyambutnya dengan mendekapnya erat-erat.





  • Kisah Memek Cewek bandung bermain seks dengan supir pribadi

    Kisah Memek Cewek bandung bermain seks dengan supir pribadi


    2855 views

    Duniabola99.com – Namaku Dita Putri ,usia saat ini 20 asli Bandung, dan saat ini kuliah sastra inggris semester 4 di salah satu pts Bandung, kata temen2 kampusku aku termasuk cewek cantik dan beruntung, kenapa? karena bentuk tubuhku(kata temen)bisa dibilang proporsional dan bikin terangsang kaum cowo tapi sampai sekarang aku belum punya pacar karena ga boleh sama ortu. .
    Oh ya,di rumah kami tinggal berlima aku dua bersaudara adikku cewek dan aku dan kedua orang tuaku satu lagi pembantu sekaligus supir pribadi keluargaku sebut saja mang Sardi(maaf,nama samaran)(dia itu usia nya hampir seusia papahku yaitu sekira 50 tahunan)jadi genap berlima semuanya..kejadian aneh dan mengasikan itu terjadi kira2 beberapa bulan lalu saat bulan puasa,

    Waktu itu hari jum’at (tanggalnya lupa) kami di rumah hanya berdua yaitu saya sama mang Sardi, sedangkan mamah-papah sama si Danti(nama adikku yg masih smp itu) sedang ke Bogor (berangkat hari jum’at subuh setelah makan sahur) karena papah serah terima jabatan dan mereka menginap selama 3 hari,

    Sedangkan saya mesti kuliah semester pendek, jadi ga bisa ikut, dan di rumah ditemani supir kami mang Sardi karena disuruh papah jagain aku. Jadi resmi di rumah yg besar ini kami berdua, saya dan mang Sardi di ruang bawah.

    Setelah keberangkatan mereka dan makan sahur saya kembali lanjutkan tidur sementara mang Sardi beres2 ruang bawah, nah kejadian anehnya ini berawal ketika saya mau mandi di ruang bawah (karena sowernya deket ruang tamu) saat itu saya mau kuliah jam 8.00, sedangkan saat bangun jam 7.00 saya agak santai saat itu karena selain jarak kampusku deket juga ada mobil kesayanganku itu yg selalu menemani kemanapun. .

    saat mau mandi saya langsung buka daster seperti biasa kalo pake daster saya selalu tidak pake BH dan CD, jadi hanya baju tidur aja, demi kesehatan, begitu menurut mamaku…asal tau aja kalo tubuhku seperti yg dikatakan temen2ku itu betul2 proporsional dg ukuran BH 34B dan pinggul yg agak bulat serta kulitku yang putih mulus tanpa cacat kalo disamain, kata teman2ku aku ini mirip2 sedikit dengan artis sinetron itu(bukan geer lho) ,

    setelah telanjang gitu saya mencoba buka kran sower tapi ga keluar air alias macet dan saya agak jengkel sambil setengah teriak panggil mang Sardi…..”mang Sardiiii….kesini cepat”,dan dg spontan dia datang tergopoh2, saya lupa saat itu udah telanjang dan pintu ga dikunci,

    begitu dateng dia, langsung mukanya merah padam karena melihat saya telanjang bulat di hadapannya, saya pun malu spontan tanganku menyambar kain daster di gantungan dan bilang ke dia kalo sower ga jalan, lalu dia terbata2 bilang gini “maaf neng,mamang lupa bukain jet pump di dapur, lalu saya suruh dia “cepet mang bukain udah dingin nih!!”

    lalu dia mengangguk dan setengah berlari dia ke dapur, setelah menyala sowernya itu lalu aku semprotkan sower air panas ke bathtub dan aku langsung agak loncat ke bathtub tanpa ada rasa lupa mengunci pintu toilet tersebut, dan setelah aku selesai mandi aku lupa kalo aku juga ga bawa handuk lalu aku panggil mang Sardi tapi saat itu posisiku masih didalam bathtub berbusa tentu saja telanjang,


    tak lama dia datang dan dengan meminta ijin dia masuk ke toilet dengan hati2 sekali, “mang tolong bawain handuk bunga2 yg warna merah di kamar” begitu kataku saat itu, dia menganguk dan langsung ke kamarku lalu saya tersenyum sendirian melihat tingkah laku mang Sardi barusan yg hati2 sekali dan malu2 tertunduk itu,

    sekilas ada hasrat untuk mengerjainya waktu itu, ga berapa lama dia muncul bawa handuk lalu aku keluar dari bathtub dengan posisi membelakangi dia sehingga yg dia lihat punggung mulusku saat itu(tentu saja saat itu saya masih telanjang bulat) dengan suara agak gemetar dia bilang gini “sudah ya neng ini handuknya!” lalu saya bilang “bentar dulu mang, mendingan mamang yg menghanduki saya biar tahu sekali2 rasanya menghanduki cewe(begitu awalnya saya mengerjainya,o ya asal tau aja kalo mang Sardi itu adalah duda tanpa anak sejak 7 tahun lalu)

    semula dia keliatan kikuk dan ragu2 melakukannya (saya tahu karena liat cermin didepanku walaupun membelakangi dia) dengan wajah tertunduk dan mimik muka yg malu2 lalu dia mengusapkan handuk ke punggungku yg masih berbusa sabun, dan cukup lama dia mengusap2 punggungku…lalu saya bilang “seluruhnya donk mang, dari rambut ke kaki paling bawah” dan “iya…eee..iya neng sebentar” dia terbata2 jawabnya.

    Sekilas saya sempet tertawa kecil karena merasa seneng udah kerjain dia, lalu dia mengusapkan handuk dari rambut ke leher, lembut sekali, bahu punggung dan di posisi pinggang dan bokong (belahan anus) agak lama menghandukinya, sekilas terasa seperti diusap2 lembut dan ada rasa enak ketika dia menghanduki daerah deket anus, .

    lalu ke paha belakang dan terakhir di kaki bawah. Saat itu terlintas saya mau menyudahinya karena mungkin waktu sudah jam 7.30 pikirku, namun entah setan apa yg merasuki aku saat itu sehingga ada pikiran nakal lagi mau mengerjainya lebih, dan secara refleks aku berbalik badan dan saat itu kontan dia terbelalak kaget dengan posisi tubuh telanjangku menghadap dia yg masih memegang handukku itu lalu dia tertunduk dan aku langsung berkata seperti ini “mamang sekarang membersihkan dan menghanduki bagian depan ya mang!!” begitu suruhku sambil agak setengah ketawa(habis ga tahan tingkah laku dia yg kikuk itu)


    lalu diapun menghanduki badan bagian depanku mulai dari rambut lalu wajah (aku tertawa kecil saat dia handuki wajahku) tapi yg aku tahu dia tetap tertunduk, dan setelah wajah ke leher lalu (aku agak deg2an saat itu)dia menghanduki bagian dada kiri kananku agak lama(sejenak dia agak terhenti saat menghanduki daerah dada) dan saat itu juga aku berhenti ketawa2 kecil dan ada rasa aneh yg belum pernah dirasakan saat mang Sardi menghanduki dadaku,

    soalnya selama ini kalo sama sendiri rasanya biasa2 aja, tapi pas sama orang lain yg menghandukinya jadi agak lain rasanya, ada perasaan enak dan nikmat sementara saya seperti dibius saja terpejam beberapa saat tanpa sadar berkata seperti ini “hmmm….hmmm…hmmm” kontan saja mang Sardi bertanya “kenapa neng?neng Dita marah ya sama mamang?”…

    dia mencoba untuk menegakan kepalanya yang agak melihat ke wajahku yg lebih jangkung dari dia, dan dia semakin berani malah saat itu menatap wajahku ,aku menggeleng dan berkata “ngga mang…saya ga marah cuman…” aku ga meneruskan kata2ku saat itu….lalu dia tanya lagi “cuman apa neng? bilang sama mamang?” suaranya seperti ketakutan kalo2 saya akan memarahinya..lalu saya teruskan kata2ku “cuman ada perasaan enak di elus2 gitu mang!!” jawabku polos saat itu tanpa ada rasa malu kalo ternyata saat itu adalah pertama kali terangsang secara seksual, gilanya lagi oleh pembantu sekaligus supir ku mang Sardi!!!

    Mang Sardi malah senyum setelah saya ungkapkan kepolosanku itu lalu berkata gini “nah…neng…mamang tau sebenarnya kalo neng Dita ini mau mengerjain mamang ya…dan ternyata malahan neng Dita sendiri yang mulai terangsang!!!” begitu katanya dengan logat sunda yang kental sambil tetap tangannya memutar-mutar dadaku kiri kanan dengan handuk, padahal kalo saya lihat udah kering dadaku itu, justru yg masih basah adalah bagian perut dan kemaluanku yg agak masih jarang bulu2nya hanya bulu halus seperti rambut, lalu saya memegang tangan mang Sardi dua2nya dan berkata “cukup mang, Dita kesiangan nih kuliah udah telat dari tadi”,

    lalu mamang menganguk dan melilitkan handuk itu ke tubuh saya seperti saat dia melilitkan handuk ke tubuh saya saat kecil…..dan sebelum dia keluar saya menarik tangan kirinya sambil berkata “jangan bilang sama mamah-papah ya, diem aja nanti deh pulang kuliah dihandukin lagi sama mamang seperti tadi, mau ga?” kataku cepet2, dia cuman mengangguk. .


    Lalu pas di tempat kuliah saya ga bisa konsentrasi, kepengen cepet pulang selain lapar karena puasa juga kepengen cepet mandi dan dihanduki lagi sama mang Sardi.. Setelah selesai kuliah kira2 jam 12.30 aku bergegas pulang dan sampe di rumah jam 13.00 langsung menuju kamar dan ganti pake daster dengan maksud mau mandi siang sambil membawa handuk saya lihat mang Sardi terbengong-bengong dengan tingkah lakuku itu dan sambil tersenyum saya berkata seperti ini ke dia “mamang handukin lagi Dita ya mang?” dia menganguk setengah tersenyum dan bilang gini “neng Dita mandi aja dulu nanti kalo udah selesai panggil mamang, pasti deh mamang nyamperin ke toilet”

    saya menganguk dan mandi, setelah selesai mandi saya panggil dia dan langsung masuk ke toilet tanpa permisi dan sepintas dia menyambar handukku dan tanpa basa basi saya keluar dari bathtub dan dia menghampiri, kali ini saya langsung menghadapnya dengan telanjang badan tanpa membelakanginya seperti pagi hari tadi,

    lalu dia langsung menghanduki rambutku yg basah kuyup oleh air dan saat itu kami tidak bicara satu sama lain hanya mungkin kata hati kami masing2 bicara sementara dia handukin rambut leher dan pundak saya , malah terpejam(mungkin saya sedikit menikmatinya) dan yg paling mendebarkan saat mang Sardi menghanduki dadaku kiri kanan itu benar2 lebih mendebarkan ketimbang di pagi hari itu.

    Dan saat bermenit-menit mang Sardi mengusap dadaku kiri kanan dengan handuk tiba2 dia nyeletuk seperti ini “neng Dita, kalo diusapnya tidak pake handuk seperti ini akan lebih nikmat!!!” lalu aku jawab “maksud mamang???langsung pake tangan mamang gitu!!!” dia menganguk seolah minta restu dariku, lalu saya pun menganguk tanda setuju….dan ternyata jauh dari pikiranku lebih nikmat langsung dielus pake tangan mang Sardi ketimbang dielus memakai handuk, sesaat tangan kiri dulu lalu kemudian tangan kanannya menyusul meremas lembut sambil sesekali melintir seperti memainkan volume radio tapeku.

    Dan benar saja nikmat sekali rasanya apalagi ini baru pertama kalinya seorang laki2 menyentuh langsung dengan telapak tangan ke dadaku dan lama-lama makin mengeras saja payudaraku saat itu, tidak sadar ternyata seperti mau pipis rasanya dan geli, nikmat, asik, enak campur aduk jadi satu saat mang Sardi terus mengelus buah dadaku yg belum pernah dielus itu, ternyata kejadianya hampir 1/4 jam kala dia mengelus dadaku ini.


    Semakin lama semakin tak sadar sambil terpejam saya merapatkan badan ke tubuh mang Sardi dan dia mundur ke belakang, punggungnya menyentuh dinding toilet dan saya terus semakin merapatkannya sambil tetap dia mengelus2 halus buah dada ini kiri kanan, dan posisi itu yang saya ingat,

    menimbulkan semacam gesekan benda yang mengeras hangat di balik sarungnya(o ya, saya lupa saat itu dia memakai kaos oblong dan kain sarung karena pulang Jum’atan di masjid depan rumahku) mungkin dia ga pake celana kolor karena dari gesekan tubuhku ini terasa sekali semacam kemaluan laki2(yg selama ini saya tau dari film dan cerita2 temen2)

    saat saya terpejam begitu lama2 dia berani menjulurkan lidahnya ke leher saya waktu itu, semula saya mau menghindar tapi tak kuasa untuk menghindarinya dan mencoba untuk menikmatinya, agak geli karena berkumis tapi lucunya posisi dia mendongkak ke atas karena saya lebih jangkung dari dia dan agak berjinjit kakinya dan dia menjilati leher kebawah lalu pundak dan akhirnya di dada, ini lebih nikmat rasanya ketimbang pake tangan dan ga sadar saya mengeluarkan suara ”SSSSTT…AHHH… AHHH…. HMMMMMM” mungkin begitu seingatku saat itu.

    Dan itu adalah nikmat dari segala nikmat menurutku saat itu, lalu lama2 dia seperti mau berjongkok dan ternyata berjongkok lidahnya menciumi perutku, udel, lalu ke kemaluan ku yang masih jarang berbulu ini,dan ahhhhh….saya tak sadar bersuara agak keras saat dia menciumi kemaluanku ini, karena saat itu benar2 baru pertama kali diciumin seperti itu sama laki2.

    nikmat sekali rasanya….Lalu terdengar telepon berdering, buru2 saya melepaskan pelukan mang Sardi di pinggang dan berlari ke ruang tengah sambil telanjang bulat dan agak basah tubuhku saat itu, basah karena air mandi dan liur mang Sardi, ternyata papah dari Bogor telepon mengabari kalo beliau sudah sampe disana, .

    dan setelah telepon ditutup saya membalikan badan ternyata mang Sardi sudah ada dibelakangku, dia mengikutiku sejak tadi berlari ke ruang tamu ini, dan dia bertanya dari siapa teleponnya,saya jawab dari papah di Bogor, lalu mang Sardi menyuruh saya berpakaian lagi sambil menyodorkan daster yang tadi ditanggalkan di toilet, lalu aku pakaikan dasterku saat itu dan masuk kamar.


    Sepintas saya liat jam 3.30 sore hari, lalu aku tertidur di kasur sampe terbangun dengan ketukan di pintu kamar “neng bangun neng udah magrib”begitu terdengar suara mang Sardi di balik pintu kamar, lalu aku ke bawah dan makan di meja makan sementara mang Sardi di dapur, lalu aku panggil, untuk makan sama2 di meja makan, semula dia menolak tapi akhirnya mau juga.

    Setelah makan, badan merasa gerah dan aku bermaksud untuk mandi lagi tepat jam 7.00 malam hari, lalu aku lihat mang Sardi sedang nonton tivi dan aku sengaja ajakin dia untuk sama2 ke toilet, semula dia menolak dengan alasan kalo nanti ketauan sama papah, tapi aku jawab papah di Bogor ini, jadi ga usah takut, akhirnya dia mau juga aku ajak ke toilet, entah kenapa saat itu pikiranku bener2 ngeres sejak mang Sardi supir ku siang harinya menciumi sekujur tubuhku.

    Setelah berada di toilet langsung saja aku masuk ke bathtub sementara mang Sardi saya suruh semburin air hangat yg keluar dari sower untuk disiramin ke sekujur tubuhku (tentu saja aku dalam keadaan telanjang bulat saat itu, ga ada suara , hening, yg terdengar hanya gemericik air disiramin diatas tubuh ini, sambil aku tiduran di bathub menikmati aliran air mang Sardi sepintas terlihat hanya memandang tubuh telanjangku, tapi aku pura2 ga liat, khawatir dia kabur ke luar toilet kalo tahu saya pandangin dia.

    Dan entah kenapa setelah air itu penuh di bathtub, aku punya ide gila untuk mengajak dia mandi bareng2, tapi tentu saja dia menolak(asal tau saja kalo mang Sardi ini orangnya loyal bgt sama keluarga kami)setelah tau dia menolak secara halus akhirnya saya ga kehabisan akal, saya menyuruh dia untuk menyabuni seluruh badan ini, seperti yg dilakukan mang Sardi supir ku disaat saya kecil, dan dia setuju.

    Lalu mulailah dia menyabuni mulai dari rambut,leher,bahu,punggung dada kiri kanan,dan berhenti di pinggang, saya tanya “kenapa mamang berhenti??”lalu dia jawab “takut dosa neng,neng Dita kan anak majikan saya neng!!!, nanti saya dikejar2 perasaan itu terus” saya mengerti dari raut mukanya dan menjawab seperti ini “mamang ga usah takut, kan kita cuman berdua, lagipula kalo Dita lakukan sama orang lain ga mungkin, soalnya mamang tau sendiri sifat mamah seperti apa ke Dita!!,

    sejak mamang ciumin tubuh Dita tadi siang jadi suka terbayang2 sama Dita mang” begitu penjelasanku polos saat itu, dan dia berkata”iya neng, mamang juga tadi siang bener2 khilaf, dan mamang pun udah lama ga seperti ini apalagi neng Dita sekarang ini tambah cantik,putih mulus jauh sekali dibandingkan dengan istri mamang dulu ”katanya sedih” lalu tanpa sadar saya berusaha untuk menghiburnya dengan refleks memeluknya dan ga terasa saya malah memegang kemaluannya diluar celananya dan terasa sekali sudah mengeras,tidak terlalu besar tapi saat itu benar2 pertama kali saya memegangnya, walaupun mang Sardi itu usianya 50 tahunan tapi masih keras sekali kemaluannya itu, terasa saat dipegang.

    Dan dia malah balas memelukku saat itu dalam keadaan basah kuyup dengan siraman sower kami saling memeluk sehingga baju oblong yang dipake sama mang Sardi supir ku ikut basah juga akhirnya secara diam2 saya bukakan kaos oblongnya sementara dia diam saja, dan terlihatlah dadanya yang berbulu dan kelihatan masih tegap, lebih tegap dibandingkan dengan tubuh papah,


    dia diam saja saat saya mencoba mengelus dadanya itu(seperti pada film2 porno yang saya tonton sama temen2 kampus) saya sempat bergetar kala mengelus dada yg berbulu itu, lalu secara spontan dia membelai rambut saya yg basah dan tangannya itu dua2nya mengelus pipiku lembut sekali saya cuman terpejam seakan dielus sama papah yg selama ini sibuk dengan pekerjaan kantornya.

    Dan sesaat terdiam saat dia memegang bahu saya dan turun tangannya ke dada yg kiri sementara tangan kanannya mengelus paha dan kemaluan saya, saya sempat diam dan malah memaju mundurkan tubuh saat itu seakan menikmati setiap belaiannya itu, sambil tetap mata ini terpejam dan secara refleks malah saya memeluknya erat sekali. .

    Dan tak lama dengan posisi memeluk sambil berdiri itu saya secara perlahan membuka gesper kulitnya seraya menurunkan celana panjang mang Sardi supir ku saat itu, dan setelah saya menurunkan celananya yg basah tersiram sower itu kemudian saya juga menurunkan celana kolor nya itu perlahan dan terlihatlah kemaluan laki2nya begitu mengkilat yang baru pertama kali saya lihat secara nyata dan asli di usia saya yang saat itu 19 tahun(sekarang udah 20 tahun),

    dan setelah terlihat itu dadaku tambah bergetar tak karuan ketika saya mencoba untuk memegangnya secara perlahan, dan dalam gengnggaman saya saat itu begitu hangat kemaluannya dan berdenyut seperti seekor burung, tapi menambah penasaran untuk berbuat lebih jauh tanpa memikirkan lagi yang namanya logika mana majikan mana pembantu.

    Mang Sardi supir ku saat itu juga sepintas saya lihat memejamkan mata yang pada akhirnya kami saling membelai, dimana mang Sardi membelai kemaluan saya yg semakin basah dan hangat, sementara saya pun membelai kejantanan mang Sardi yg hangat itu, lama2 saya secara naluri mengocok2nya seperti di film dan mang sardi seperti menikmati kocokan itu hampir sekira 15 menit saya mengocoknya.

    sementara saya telah mencapai puncak kenikmatan ketika mang Sardi memasukan jarinya maju mundur ke dalam kemaluan saya. Dan seperti mau pipis tapi enak dan nikmat rasanya ketika tubuh saya bergetar dan mengeluarkan suara mungkin seperti ini ini yang saya ingat

    “AAAhhhhhh..mmmmm.m.mmmmm..mm. .ennaakk mmaamang”sambil terus tanganku mengocok2 kejantanannnya itu, dan beberapa saat setelah saya merasa di puncak kenikmatan mang Sardi supir ku mengeluarkan pipis berwarna putih kental dan hangat belepotan di tanganku waktu itu yg akhirnya saya tau dari buku kalo itu adalah cairan sperma laki-laki,

    setelah itu dia melepaskan tangannya dari kemaluanku dan saya pun melepaskan kocokan di burungnya dan membersihkan tanganku yg penuh sperma dengan air sower, lalu mang Sardi menyuruhku memakai handuk dan tidur. Akupun naik ke atas dan ganti daster lalu tidur.

    Selintas di jam dinding kamarku jam 9.30 malam, saya ga bisa tidur sama sekali, yg terlintas di bayanganku saat itu hanyalah kejadian demi kejadian hari itu yang betul2 pengalaman mengasikan yg dilakukan kami berdua yaitu saya dengan mang Sardi supir ku , dan setelah kejadian itu kami seringkali melakukannya disaat adeku dan ortuku tidak ada di rumah.


    Terkadang mang Sardi saya ajak pura2 mengantarku pake mobil kesayanganku atau mobil papah dan kami melakukannya di berbagai tempat seperti dago, Lembang, Pangalengan dan tempat2 sejuk lainnya, tentu saja cari tempat yang aman tidak diketahui banyak orang, tapi sampai saat ini saya masih tulen perawan karena menurut mang Sardi, asal jangan dimasukin burungnya mamang, neng Dita akan tetap perawan, demikian tuturnya, lama-kelamaan saya jadi jatuh cinta sama mang Sardi supir ku yang terpaut jauh usia diatasku.

    Karena mungkin saya mencari figur papah yg selama ini kerap sibuk dinas di pekerjaannya. terserah pembaca mau percaya atau tidak tapi yg saya ceritakan ini benar adanya.

  • Cerita Sex Aku Jadi Korban Rayuan Adik Suamiku

    Cerita Sex Aku Jadi Korban Rayuan Adik Suamiku


    2855 views

    Cerita Sex ini berjudul ” Cerita Sex Aku Jadi Korban Rayuan Adik Suamiku ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Cerita Sex – Nama saya Ria. Saya sedang bingung sekali saat ini. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Karenanya saya akan mencoba menceritakan sedikit pengalaman hidup saya yang baru saya hadapi baru-baru ini.

    Saya berumur 27 tahun. Saya sudah berkeluarga dan sudah mempunyai anak satu. Saya menikah dengan seorang pria bernama Niko. Niko adalah suami yang baik. Kami hidup berkecukupan. Niko adalah seorang pengusaha yang sedang meniti karir.

    Karena kesibukannya, dia sering pergi keluar kota. Dia kasihan kepada saya yang tinggal sendiri dirumah bersama anak saya yang berusia 2 tahun. Karenanya ia lantas mengajak adiknya yang termuda bernama Dodi yang berusia 23 tahun untuk tinggal bersama kami. Dodi adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di sebuah PTS. Kehidupan rumah tangga saya bahagia, hingga peristiwa terakhir yang saya alami.

    Cerita Sex Korban Rayuan Adik Selama kami menikah kehidupan seks kami menurut saya normal saja. Saya tidak tahu apa yang dimaksud dengan orgasme. Tahulah, saya dari keluarga yang kolot. Memang di SMA saya mendapat pelajaran seks, tetapi itu hanya sebatas teori saja. Saya tidak tahu apa yang dinamakan orgasme.

    Saya memang menikmati seks. Saat kami melakukannya saya merasakan nikmat. Tetapi tidak berlangsung lama. Suami saya mengeluarkan spermanya hanya dalam 5 menit. Kemudian kami berbaring saja. Selama ini saya sangka itulah seks. Bahkan sampai anak kami lahir dan kini usianya sudah mencapai dua tahun. Dia seorang anak laki-laki yang lucu.

    Di rumah kami tidak mempunyai pembantu. Karenanya saya yang membersihkan semua rumah dibantu oleh Dodi. Dodi adalah pria yang rajin. Secara fisik dia lebih ganteng dari suami saya. Suatu ketika saat saya membersihkan kamar Dodi, tidak sengaja saya melihat buku Penthouse miliknya. Saya terkejut mengetahui bahwa Dodi yang saya kira alim ternyata menyenangi membaca majalah ‘begituan’.

    Cerita Sex Korban Rayuan Adik Lebih terkejut lagi ketika saya membaca isinya. Di Penthouse ada bagian bernama Penthouse Letter yang isinya adalah cerita tentang fantasi ataupun pengalaman seks seseorang. Saya seorang tamatan perguruan tinggi juga yang memiliki kemampuan bahasa Inggris yang cukup baik.

    Saya tidak menyangka bahwa ada yang namanya oral seks. Dimana pria me’makan’ bagian yang paling intim dari seorang wanita. Dan wanita melakukan hal yang sama pada mereka. Sejak saat itu, saya sering secara diam-diam masuk ke kamar Dodi  untuk mencuri-curi baca cerita yang ada pada majalah tersebut.

    Suatu ketika saat saya sibuk membaca majalah itu, tidak saya sadari Dodi datang ke kamar. Ia kemudian menyapa saya. Saya malu setengah mati. Saya salting dibuatnya. Tapi Dodi tampak tenang saja. Ketika saya keluar dari kamar ia mengikuti saya.

    Saya duduk di sofa di ruang TV. Ia mengambil minum dua gelas, kemudian duduk disamping saya. Ia memberikan satu gelas kepada saya. Saya heran, saya tidak menyadari bahwa saya sangat haus saat itu. Kemudian ia mengajak saya berbicara tentang seks. Saya malu-malu meladeninya. Tapi ia sangat pengertian. Dengan sabar ia menjelaskan bila ada yang masih belum saya ketahui.

    Tanpa disadari ia telah membuat saya merasa aneh. Excited saya rasa. Kini tangannya menjalari seluruh tubuh saya. Saya berusaha menolak. Saya berkata bahwa saya adalah istri yang setia. Ia kemudian memberikan argumentasi bahwa seseorang baru dianggap tidak setia bila melakukan coitus. Yaitu dimana sang pria dan wanita melakukan hubungan seks dengan penis pada liang kewanitaan.

    Cerita Sex Korban Rayuan Adik Ia kemudian mencium bagian kemaluan saya. Saya mendorong kepalanya. Tangannya lalu menyingkap daster saya, sementara tangan yang lain menarik lepas celana dalam saya. Ia lalu melakukan oral seks pada saya. Saya masih mencoba untuk mendorong kepalanya dengan tangan saya. Tetapi kedua tangannya memegang kedua belah tangan saya. Saya hanya bisa diam. Saya ingin meronta, tapi saya merasakan hal yang sangat lain.

    Tidak lama saya merasakan sesuatu yang belum pernah saya alami seumur hidup saya. Saya mengerang pelan. Kemudian dengan lembut menyuruhnya untuk berhenti. Ia masih belum mau melepaskan saya. Tetapi kemudian anak saya menangis, saya meronta dan memaksa ingin melihat keadaan anak saya. Barulah ia melepaskan pegangannya. Saya berlari menemui anak saya dengan beragam perasaan bercampur menjadi satu.

    Ketika saya kembali dia hanya tersenyum. Saya tidak tahu harus bagaimana. Ingin saya menamparnya kalau mengingat bahwa sebenarnya ia memaksa saya pada awalnya. Tetapi niat itu saya urungkan. Toh ia tidak memperkosa saya. Saya lalu duduk di sofa kali ini berusaha menjaga jarak. Lama saya berdiam diri.

    Ia yang kemudian memulai pembicaraan. Katanya bahwa saya adalah seorang wanita baru. Ya, saya memang merasakan bahwa saya seakan-akan wanita baru saat itu. Perasaan saya bahagia bila tidak mengingat suami saya. Ia katakan bahwa perasaan yang saya alami adalah orgasme. Saya baru menyadari betapa saya telah sangat kehilangan momen terindah disetiap kesempatan bersama suami saya.

    Hari kemudian berlalu seperti biasa. Hingga suatu saat suami saya pergi keluar kota lagi dan anak saya sedang tidur. Saya akui saya mulai merasa bersalah karena sekarang saya sangat ingin peristiwa itu terulang kembali. Toh, ia tidak berbuat hal yang lain.

    Saya duduk di sofa dan menunggu dia keluar kamar. Tapi tampaknya dia sibuk belajar di kamar. Mungkin dia akan menghadapi mid-test atau semacamnya. Saya lalu mencari akal supaya dapat berbicara dengannya. Saya kemudian memutuskan untuk mengantarkan minuman kedalam kamar.

    Cerita Sex Korban Rayuan Adik Disana ia duduk di tempat tidur membaca buku kuliahnya. Saya katakan supaya dia jangan lupa istirahat sambil meletakkan minuman diatas meja belajarnya. Ketika saya permisi hendak keluar, ia berkata bahwa ia sudah selesai belajar dan memang hendak istirahat sejenak. Ia lalu mengajak saya ngobrol. Saya duduk ditempat tidur lalu mulai berbicara dengannya.

    Tidak saya sadari mungkin karena saya lelah seharian, saya sambil berbicara lantas merebahkan diri diatas tempat tidurnya. Ia meneruskan bicaranya. Terkadang tangannya memegang tangan saya sambil bicara. Saat itu pikiran saya mulai melayang teringat kejadian beberapa hari yang lalu.

    Melihat saya terdiam dia mulai menciumi tangan saya. Saat saya sadar, tangannya telah berada pada kedua belah paha saya, sementara kepalanya tenggelam diantara selangkangan saya. Oh, betapa nikmatnya. Kali ini saya tidak melawan sama sekali. Saya menutup mata dan menikmati momen tersebut.

    Nafas saya semakin memburu saat saya merasakan bahwa saya mendekati klimaks. Tiba-tiba saya merasakan kepalanya terangkat. Saya membuka mata bingung atas maksud tujuannya berhenti. Mata saya terbelalak saat memandang ia sudah tidak mengenakan bajunya. Mungkin ia melepasnya diam-diam saat saya menutup mata tadi.

    Tidak tahu apa yang harus dilakukan saya hanya menganga saja seperti orang bodoh. Saya lihat ia sudah tegang. Oh, betapa saya ingin semua berakhir nikmat seperti minggu lalu. Tangan kirinya kembali bermain diselangkangan saya sementara tubuhnya perlahan-lahan turun menutupi tubuh saya.

    Perasaan nikmat kembali bangkit. Tangan kanannya lalu melolosi daster saya. Saya telanjang bulat kini kecuali bra saya. Tangan kirinya meremasi buah dada saya. Saya mengerang sakit. Tangan saya mendorong tangannya, saya katakan apa sih maunya. Dia hanya tersenyum.

    Cerita Sex Korban Rayuan Adik Saya mendorongnya pelan dan berusaha untuk bangun. Mungkin karena intuisinya mengatakan bahwa saya tidak akan melawan lagi, ia meminggirkan badannya. Dengan cepat saya membuka kutang saya, lalu rebah kembali. Ia tersenyum setengah tertawa. Dengan sigap ia sudah berada diatas tubuh saya kembali dan mulai mengisapi puting susu saya sementara tangan kanannya kembali memberi kehidupan diantara selangkangan saya dan tangan kirinya mengusapi seluruh badan saya.

    Selama kehidupan perkawinan saya dengan Niko, ia tidak pernah melakukan hal-hal seperti ini saat kami melakukan hubungan seks. Seakan-akan seks itu adalah buka, mulai, keluar, selesai. Saya merasakan diri saya bagaikan mutiara dihadapan Dodi.

    Kemudian Dodi mulai mencium bibir saya. Saya balas dengan penuh gairah. Sekujur tubuh saya terasa panas sekarang. Kemudian saya rasakan alatnya mulai mencari-cari jalan masuk. Dengan tangan kanan saya, saya bantu ia menemukannya. Ketika semua sudah pada tempatnya, ia mulai mengayuh perahu cinta kami dengan bersemangat.

    Kedua tangannya tidak henti-hentinya mengusapi tubuh dan dada saya. Saya hanya bisa memejamkan mata saya. Aduh, nikmatnya bukan kepalang. Tangannya lalu mengalungkan kedua tangan saya pada lehernya. Saya membuka mata saya. Ia menatap mata saya dengan sejuta arti. Kali ini saya tersenyum. Ia balas tersenyum. Mungkin karena gemas melihat saya, bibirnya lantas kembali memagut.

    Cerita Sex Korban Rayuan Adik Oh, saya merasakan waktunya telah tiba. Kedua tangan saya menarik tubuhnya agar lebih merapat. Dia tampaknya mengerti kondisi saya saat itu. Ini dibuktikannya dengan mempercepat laju permainan. Ahh, saya mengerang pelan. Kemudian saya mendengar nafasnya menjadi berat dan disertai erangan saya merasakan kemaluan saya dipenuhi cairan hangat.

    Sejak saat itu, saya dan dia selalu menunggu kesempatan dimana suami saya pergi keluar kota untuk dapat mengulangi perbuatan terkutuk itu. Betapa nafsu telah mengalahkan segalanya. Setiap kali akan bercinta, saya selalu memaksanya untuk melakukan oral seks kepada saya. Tanpa itu, saya tidak dapat hidup lagi. Saya benar-benar memerlukannya.

    Dia juga sangat pengertian. Walaupun dia sedang malas melakukan hubungan seks, dia tetap bersedia melakukan oral seks kepada saya. Saya benar-benar merasa sangat dihargai olehnya.

    Ceritanya dulu suami saya Niko punya komputer. Kemudian oleh Dodi disarankan agar berlangganan internet. Menurutnya juga dapat dipakai untuk berbisnis. Suami saya setuju saja. Pernah Dodi melihat saya memandangi Niko saat dia menggunakan internet, kemudian dia tanya kepada saya, apa saya kepingin tahu.

    Niko yang mendengar lalu menyuruh Dodi untuk mengajari saya menggunakan komputer dan internet. Pertama-tama saya suka karena banyak yang menarik. Hanya tinggal tekan tombol saja. Bagus sekali. Tetapi saya mulai bosan karena saya kurang mengerti mau ngapain lagi.

    Saat itulah Dodi lalu menunjukkan ada yang namanya Newsgroup di internet. Saat pertama kali baca saya terkejut sekali. Banyak berita dan pendapat yang menarik. Tetapi waktu saya tidak terlalu banyak. Saya harus mengurus anak saya. Dia baru dua tahun. Saya sayang sekali kepadanya. Kalau sudah tersenyum dapat menghibur saya walaupun dalam keadaan sedih.

    Cerita Sex Korban Rayuan Adik Saya tidak mengerti program ini. Hanya Dodi ajarkan kalau mau menulis tekan tombol ini. Terus begini, terus begini, dan seterusnya. Tetapi saya tidak cerita-cerita sama dia kalau kemarin saya sudah kirim berita ke Newsgroup. Takut dia marah sama saya. Saya hanya bingung mau cerita sama siapa. Masalahnya saya benar-benar sudah terjerumus. Saya tidak tahu bagaimana harus menghentikannya.

    Kini saya bagaikan memiliki dua suami. Saya diperlakukan dengan baik oleh keduanya. Saya tahu suami saya sangat mencintai saya. Saya juga sangat mencintai suami saya. Tetapi saya tidak bisa melupakan kenikmatan yang telah diperkenalkan oleh Dodi kepada saya.

    Suami saya tidak pernah curiga sebab Dodi tidak berubah saat suami saya ada di rumah. Tetapi bila Niko sudah pergi keluar kota, dia memperlakukan saya sebagaimana istrinya. Dia bahkan pernah memaksa untuk melakukannya di kamar kami. Saya menolak dengan keras. Biar bagaimana saya akan merasa sangat bersalah bila melakukannya ditempat tidur dimana saya dan Niko menjalin hubungan yang berdasarkan cinta. Markas Judi Online Dominoqq

    Saya katakan dengan tegas kepada Dodi bahwa dia harus menuruti saya. Dia hanya mengangguk saja. Saya merasa aman sebab dia tunduk kepada seluruh perintah saya. Saya tidak pernah menyadari bahwa saya salah. Benar-benar salah.

    Suatu kali saya disuruh untuk melakukan oral seks kepadanya. Saya benar benar terkejut. Saya tidak dapat membayangkan apa yang harus saya lakukan atas ‘alat’nya. Saya menolak, tetapi dia terus memaksa saya. Karena saya tetap tidak mau menuruti kemauannya, maka akhirnya ia menyerah.

    Kejadian ini berlangsung beberapa kali, dengan akhir dia mengalah. Hingga terjadi pada suatu hari dimana saat saya menolak kembali dia mengancam untuk tidak melakukan oral seks kepada saya. Saya bisa menikmati hubungan seks kami bila dia telah melakukan oral seks kepada saya terlebih dahulu.

    Saya tolak, karena saya pikir dia tidak serius. Saya berpikir bahwa dia masih menginginkan seks sebagaimana saya menginginkannya. Ternyata dia benar-benar melakukan ancamannya. Dia bahkan tidak mau melakukan hubungan seks lagi dengan saya. Saya bingung sekali. Saya membutuhkan cara untuk melepaskan diri dari kerumitan sehari-hari. Bagi saya, seks merupakan alat yang dapat membantu saya menghilangkan beban pikiran.

    Cerita Sex Korban Rayuan Adik Selama beberapa hari saya merasa seperti dikucilkan. Dia tetap berbicara dengan baik kepada saya. Tetapi setiap kali saya berusaha mengajaknya untuk melakukan hubungan seks dia menolak. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Saya berusaha semampu saya untuk merayunya, tetapi dia tetap menolak.

    Saya bingung, apa saya tidak cukup menarik. Wajah saya menurut saya cukup cantik. Pada masa-masa kuliah, banyak sekali teman pria saya yang berusaha mencuri perhatian saya. Teman wanita saya bilang bibir saya sensual sekali. Saya tidak mengerti bibir sensual itu bagaimana. Yang saya tahu saya tidak ambil pusing untuk hal-hal seperti itu.

    Saya tidak diijinkan terlalu banyak keluar rumah oleh orang tua saya kecuali untuk keperluan les ataupun kursus. Saya orangnya supel dan tidak pilih-pilih dalam berteman. Mungkin hal ini yang (menurut saya pribadi)menyebabkan banyak teman pria yang mendekati saya.

    Sesudah melahirkan, saya tetap melanjutkan aktivitas senam saya. Dari sejak masa kuliah saya senang senam. Saya tahu saya memiliki tubuh yang menarik, tidak kalah dengan yang masih muda dan belum menikah. Kulit saya putih bersih, sebab ibu saya mengajarkan bagaimana cara merawat diri.

    Bila saya berjalan dengan suami saya, selalu saja pria melirik kearah saya. Suami saya pernah mengatakan bahwa dia merasa sangat beruntung memiliki saya. Saya juga merasa sangat beruntung memiliki suami seperti dia. Niko orangnya jujur dan sangat bertanggung jawab. Itu yang sangat saya sukai darinya. Saya tidak hanya melihat dari fisik seseorang, tetapi lebih dari pribadinya.

    Tetapi Dodi sendiri menurut saya sangatlah ganteng. Mungkin itu pula sebabnya, banyak teman wanitanya yang datang kerumah. Katanya untuk belajar. Mereka biasa belajar di teras depan rumah kami. Dodi selain ganteng juga pintar menurut saya. Tidaklah sulit baginya untuk mencari wanita cantik yang mau dengannya.

    Cerita Sex Korban Rayuan Adik Saya merasa saya ditinggalkan. Dodi tidak pernah mengajak saya untuk melakukan hubungan seks lagi. Dia sekarang bila tidak belajar dikamar, lebih banyak menghabiskan waktunya dengan teman-teman wanitanya. Saya kesepian sekali dirumah. Untung masih ada anak saya yang paling kecil yang dapat menghibur.

    Hingga suatu saat saya tidak dapat menahan diri lagi. Malam itu, saat Dodi masuk ke kamarnya setelah menonton film, saya mengikutinya dari belakang. Saya katakan ada yang perlu saya bicarakan. Anak saya sudah tidur saat itu. Dia duduk di tempat tidurnya. Saya bilang saya bersedia melakukannya hanya saya tidak tahu apa yang harus saya perbuat.

    Dengan gesit dia membuka seluruh celananya dan kemudian berbaring. Dia katakan bahwa saya harus menjilati penisnya dari atas hingga bawah. Walaupun masih ragu-ragu, saya lakukan seperti yang disuruh olehnya. Penisnya mendadak ‘hidup’ begitu lidah saya menyentuhnya. Kemudian saya disuruh membasahi seluruh permukaan penisnya dengan menggunakan lidah saya.

    Dengan bantuan tangan saya, saya jilati semua bagian dari penisnya sebagaimana seorang anak kecil menjilati es-krim. Tidak lama kemudian, saya disuruh memasukkan penisnya kedalam mulut saya. Saya melonjak kaget. Saya bilang, dia sendiri tidak memasukkan apa apa kedalam mulutnya saat melakukan oral seks kepada saya, kenapa saya harus dituntut melakukan hal yang lebih.

    Cerita Sex Korban Rayuan Adik Dia berkata bahwa itu disebabkan karena memang bentuk genital dari pria dan wanita berbeda. Jadi bukan masalah apa-apa. Dia bilang bahwa memang oral seks yang dilakukan wanita terhadap pria menuntut wanita memasukkan penis pria kedalam mulutnya. Sebenarnya saya juga sudah pernah baca dari majalah-majalah Penthouse miliknya, saya hanya berusaha menghindar sebab saya merasa hal ini sangatlah tidak higienis.

    Karena khawatir saya tidak memperoleh apa yang saya inginkan, saya menuruti kemauannya. Kemudian saya disuruh melakukan gerakan naik dan turun sebagaimana bila sedang bercinta, hanya bedanya kali ini, penisnya berada di dalam mulut saya, bukan pada liang senggama saya.

    Selama beberapa menit saya melakukan hal itu. Saya perlahan-lahan menyadari, bahwa oral seks tidaklah menjijikkan seperti yang saya bayangkan. Dulu saya membayangkan akan mencium atau merasakan hal-hal yang tidak enak. Sebenarnya hampir tidak terasa apa-apa. Hanya cairan yang keluar dari penisnya terasa sedikit asin. Masalah bau, seperti bau yang umumnya keluar saat pria dan wanita berhubungan seks.

    Tangannya mendorong kepala saya untuk naik turun semakin cepat. Saya dengar nafasnya semakin cepat, dan gerakan tangannya menyebabkan saya bergerak semakin cepat juga. Kemudian menggeram pelan, saya tahu bahwa dia akan klimaks, saya berusaha mengeluarkan alatnya dari mulut saya, tetapi tangannya menekan dengan keras. Saya panik. Tidak lama mulut saya merasakan adanya cairan hangat, karena takut muntah, saya telan saja dengan cepat semuanya, jadi tidak terasa apa-apa.

    Cerita Sex Korban Rayuan Adik Saat dia sudah tenang, dia kemudian melepaskan tangannya dari kepala saya. Saya sebenarnya kesal karena saya merasa dipaksa. Tetapi saya diam saja. Saya takut kalau dia marah, semua usaha saya menjadi sia-sia saja. Saya bangkit dari tempat tidur untuk pergi berkumur. Dia bilang bahwa saya memang berbakat. Berbakat neneknya, kalau dia main paksa lagi saya harus hajar dia.

    Sesudah nafasnya menjadi tenang, dia melakukan apa yang sudah sangat saya tunggu-tunggu. Dia melakukan oral seks kepada saya hampir 45 menit lebih. Aduh nikmat sekali. Saya orgasme berulang-ulang. Kemudian kami mengakhirinya dengan bercinta secara ganas.

    Sejak saat itu, oral seks merupakan hal yang harus saya lakukan kepadanya terlebih dahulu sebelum dia melakukan apa-apa terhadap saya. Saya mulai khawatir apakah menelan sperma tidak memberi efek samping apa-apa kepada saya. Dia bilang tidak, malah menyehatkan. Karena sperma pada dasarnya protein. Saya percaya bahwa tidak ada efek samping, tetapi saya tidak percaya bagian yang ‘menyehatkan’. Hanya saya jadi tidak ambil pusing lagi.

    Tidak lama berselang, sekali waktu dia pulang kerumah dengan membawa kado. Katanya untuk saya. Saya tanya apa isinya. Baju katanya. Saya gembira bercampur heran bahwa perhatiannya menjadi begitu besar kepada saya. Saat saya buka, saya terkejut melihat bahwa ini seperti pakaian dalam yang sering digunakan oleh wanita bila dipotret di majalah Penthouse. Saya tidak tahu apa namanya, tapi saya tidak bisa membayangkan untuk memakainya.

    Dia tertawa melihat saya kebingungan. Saya tanyakan langsung kepadanya sebenarnya apa sih maunya. Dia bilang bahwa saya akan terlihat sangat cantik dengan itu. Saya bilang “No way”. Saya tidak mau dilihat siapapun menggunakan itu. Dia bilang bahwa itu sekarang menjadi ’seragam’ saya setiap saya akan bercinta dengannya.

    Karena saya pikir toh hanya dia yang melihat, saya mengalah. Memang benar, saat saya memakainya, saya terlihat sangat seksi. Saya bahkan juga merasa sangat seksi. Saya menggunakannya di dalam, dimana ada stockingnya, sehingga saya menggunakan pakaian jeans di luar selama saya melakukan aktivitas dirumah seperti biasa. Efeknya sungguh di luar dugaan saya. Saya menjadi, apa itu istilahnya, horny sekali.

    Cerita Sex Korban Rayuan Adik Saya sudah tidak tahan menunggu waktunya tiba. Dirinya juga demikian tampaknya. Malam itu saat saya melucuti pakaian saya satu persatu, dia memandangi seluruh tubuh saya dengan sorot mata yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Kami bercinta bagaikan tidak ada lagi hari esok.

    Sejak saat itu, saya lebih sering lagi dibelikan pakaian dalam yang seksi olehnya. Saya tidak tahu dia mendapatkan uang darimana, yang saya tahu semua pakaian ini bukanlah barang yang murah. Lama-kelamaan saya mulai khawatir untuk menyimpan pakaian ini dilemari kami berdua (saya dan Niko) sebab jumlahnya sudah termasuk banyak. Karenanya, pakaian ini saya taruh di dalam lemari Dodi.

    Dia tidak keberatan selama saya bukan membuangnya. Katanya, dengan pakaian itu kecantikan saya bagai bidadari turun dari langit. Pakaian itu ada yang berwarna hitam, putih maupun merah muda. Tetapi yang paling digemari olehnya adalah yang berwarna hitam. Katanya sangat kontras warnanya dengan warna kulit saya sehingga lebih membangkitkan selera.

    Saya mulai menikmati hal-hal yang diajarkan oleh Dodi kepada saya. Saya merasakan semua bagaikan pelajaran seks yang sangat berharga. Ingin saya menunjukkan apa yang telah saya ketahui kepada suami saya. Sebab pada dasarnya, dialah pria yang saya cintai. Tetapi saya takut bila dia beranggapan lain dan kemudian mencium perbuatan saya dan Dodi.

    Cerita Sex Korban Rayuan Adik Saya tidak ingin rumah tangga kami hancur. Tetapi sebaliknya, saya sudah tidak dapat lagi meninggalkan tingkat pengetahuan seks yang sudah saya capai sekarang ini.

    Suatu ketika, Dodi pulang dengan membawa teman prianya. Temannya ini tidak seganteng dirinya, tetapi sangat macho. Pada mukanya masih tersisa bulu-bulu bekas cukuran sehingga wajahnya sedikit terlihat keras dan urakan. Dodi memperkenalkan temannya kepada saya yang ternyata bernama Bari.

    Kami ngobrol panjang lebar. Bari sangat luas pengetahuannya. Saya diajak bicara tentang politik hingga musik. Menurut penuturannya Bari memiliki band yang sering main dipub. Ini dilakukannya sebagai hobby serta untuk menambah uang saku. Saya mulai menganggap Bari sebagai teman.

    Bari semakin sering datang kerumah. Anehnya, kedatangan Bari selalu bertepatan dengan saat dimana Niko sedang tidak ada dirumah. Suatu ketika saya menemukan mereka duduk diruang tamu sambil meminum minuman yang tampaknya adalah minuman keras. Saya menghampiri mereka hendak menghardik agar menjaga kelakuannya.

    Ketika saya dekati ternyata mereka hanya minum anggur. Mereka lantas menawarkan saya untuk mencicipinya. Sebenarnya saya menolak. Tetapi mereka memaksa karena anggur ini lain dari yang lain. Akhirnya saya coba walaupun sedikit. Benar, saya hanya minum sedikit. Tetapi tidak lama saya mulai merasa mengantuk. Selain rasa kantuk, saya merasa sangat seksi.

    Karena saya mulai tidak kuat untuk membuka mata, Dodi lantas menyarankan agar saya pergi tidur saja. Saya menurut. Dodi lalu menggendong saya ke kamar tidur. Saya heran kenapa saya tidak merasa malu digendong oleh Dodi dihadapan Bari. Padahal Bari sudah tahu bahwa saya sudah bersuami. Saya tampaknya tidak dapat berpikir dengan benar lagi.

    Cerita Sex Korban Rayuan Adik Kata Dodi, kamar saya terlalu jauh, padahal saya berat, jadi dia membawa saya ke kamarnya. Saya menolak, tetapi dia tetap membawa saya ke kamarnya. Saya ingin melawan tetapi badan rasanya lemas semua. Sesampainya dikamar, Dodi mulai melucuti pakaian saya satu persatu. Saya mencoba menahan, karena saya tidak mengerti apa tujuannya. Karena saya tidak dalam kondisi sadar sepenuhnya, perlawanan saya tidak membawa hasil apa apa.

    Kini saya berada diatas tempat tidur dengan keadaan telanjang. Dodi mulai membuka pakaiannya. Saya mulai merasa bergairah. Begitu dirinya telanjang, lidahnya mulai bermain-main didaerah selangkangan saya. Saya memang tidak dapat bertahan lama bila dia melakukan oral seks terhadap saya. Saya keluar hanya dalam beberapa saat. Tetapi lidahnya tidak kunjung berhenti. Tangannya mengusapi payudara saya. Kemudian mulutnya beranjak menikmati payudara saya.

    Kini kami melakukannya dalam ‘missionary position’. Begitulah istilahnya kalau saya tidak salah ingat pernah tertulis dimajalah-majalah itu. Ah, nikmat sekali. Saya hampir keluar kembali. Tetapi ia malah menghentikan permainan. Sebelum saya sempat mengeluarkan sepatah katapun, tubuh saya sudah dibalik olehnya. Tubuh saya diangkat sedemikian rupa sehingga kini saya bertumpu pada keempat kaki dan tangan dalam posisi seakan hendak merangkak.

    Sebenarnya saya ingin tiduran saja, saya merasa tidak kuat untuk menopang seluruh badan saya. Tetapi setiap kali saya hendak merebahkan diri, ia selalu mengangkat tubuh saya. Akhirnya walaupun dengan susah payah, saya berusaha mengikuti kemauannya untuk tetap bangkit. Kemudian dia memasukkan penisnya ke dalam liang kewanitaan saya. Tangannya memegang erat pinggang saya, lalu kemudian mulai menggoyangkan pinggangnya. Mm, permainan dimulai kembali rupanya.

    Cerita Sex Korban Rayuan Adik Kembali kenikmatan membuai diri saya. Tanpa saya sadari, kali ini, setiap kali dia menekan tubuhnya kedepan, saya mendorong tubuh saya kebelakang. Penisnya terasa menghunjam-hunjam kedalam tubuh saya tanpa ampun yang mana semakin menyebabkan saya lupa diri.

    Saya keluar untuk pertama kalinya, dan rasanya tidak terkira. Tetapi saya tidak memiliki maksud sedikitpun untuk menghentikan permainan. Saya masih ingin menggali kenikmatan demi kenikmatan yang dapat diberikan olehnya kepada saya. Dodi juga mengerti akan hal itu. Dia mengatur irama permainan agar bisa berlangsung lama tampaknya.

    Cerita Sex Aku Jadi Korban Rayuan Adik Suamiku

    Cerita Sex Aku Jadi Korban Rayuan Adik Suamiku

    Sesekali tubuhnya dibungkukkannya kedepan sehingga tangannya dapat meraih payudara saya dari belakang. Salah satu tangannya melingkar pada perut saya, sementara tangan yang lain meremasi payudara saya. Saat saya menoleh kebelakang, bibirnya sudah siap menunggu. Tanpa basa-basi bibir saya dilumat oleh dirinya.

    Saya hampir mencapai orgasme saya yang kedua saat dia menghentikan permainan. Saya bilang ada apa, tetapi dia langsung menuju ke kamar mandi. Saya merasa sedikit kecewa lalu merebahkan diri saya ditempat tidur. Jari tangan saya saya selipkan dibawah tubuh saya dan melakukan tugasnya dengan baik diantara selangkangan saya. Saya tidak ingin’mesin’ saya keburu dingin karena kelamaan menunggu Dodi.

    Tiba-tiba tubuh saya diangkat kembali. Tangannya dengan kasar menepis tangan saya. Iapun dengan langsung menghunjamkan penisnya kedalam tubuh saya. Ah, kenapa jadi kasar begini. Belum sempat saya menoleh kebelakang, ia sudah menarik rambut saya sehingga tubuh saya terangkat kebelakang sehingga kini saya berdiri pada lutut saya diatas tempat tidur.

    Rambut saya dijambak kebelakang sementara pundaknya menahan punggung saya sehingga kepala saya menengadah keatas. Kepalanya disorongkan kedepan untuk mulai menikmati payudara saya. Dari mulut saya keluar erangan pelan memintanya untuk melepaskan rambut saya. Tampaknya saya tidak dapat melakukan apa-apa walaupun saya memaksa. Malahan saya mulai merasa sangat seksi dengan posisi seperti ini.

    Cerita Sex Korban Rayuan Adik Semua ini dilakukannya tanpa berhenti menghunjamkan dirinya kedalam tubuh saya. Saya merasakan bahwa penisnya lebih besar sekarang. Apakah ia meminum semacam obat saat dikamar mandi? Ah, saya tidak peduli, sebab saya merasakan kenikmatan yang teramat sangat.

    Yang membuat saya terkejut ketika tiba-tiba dua buah tangan memegangi tangan saya dari depan. Apa apaan ini? Saya mulai mencoba meronta dengan sisa tenaga yang ada pada tubuh saya. Kemudian tangan yang menjambak saya melepaskan pegangannya. Kini saya dapat melihat bahwa Dodi berdiri diatas kedua lututnya diatas tempat tidur dihadapan saya.

    Jadi, yang saat ini menikmati saya adalah… Saya menoleh kebelakang. Bari! Bari tanpa membuang kesempatan melumat bibir saya. Saya membuang muka, saya marah sekali, saya merasa dibodohi. Saya melawan dengan sungguh-sungguh kali ini. Saya mencoba bangun dari tempat tidur. Tetapi
    Bari menahan saya. Tangannya mencengkeram pinggang saya dan menahan saya untuk berdiri. Sementara itu Dodi memegangi kedua belah tangan saya. Saya sudah ingin menangis saja.

    Saya merasa diperalat. Ya, saya hanya menjadi alat bagi mereka untuk memuaskan nafsu saja. Sekilas teringat dibenak saya wajah suami dan anak saya. Tetapi kini semua sudah terlambat. Saya sudah semakin terjerumus.

    Dodi bergerak mendekat hingga tubuhnya menekan saya dari depan sementara Bari menekan saya dari belakang. Dia mulai melumat bibir saya. Saya tidak membalas ciumannya. Tetapi ini tidak membuatnya berhenti menikmati bibir saya. Lidahnya memaksa masuk kedalam mulut saya. Tangan saya dilingkarkannya pada pinggangnya, sementara Bari memeluk kami bertiga.

    Saya mulai merasakan sesak napas terhimpit tubuh mereka. Tampaknya ini yang diinginkan mereka, saya bagaikan seekor pelanduk di antara dua gajah. Perlahan-lahan kenikmatan yang tidak terlukiskan menjalar disekujur tubuh saya. Perasaan tidak berdaya saat bermain seks ternyata mengakibatkan saya melambung di luar batas imajinasi saya sebelumnya. Saya keluar dengan deras dan tanpa henti. Orgasme saya datang dengan beruntun.

    Tetapi Dodi tidak puas dengan posisi ini. Tidak lama saya kembali pada ‘dog style position’. Dodi menyorongkan penisnya kebibir saya. Saya tidak mau membuka mulut. Tetapi Bari menarik rambut saya dari belakang dengan keras. Mulut saya terbuka mengaduh. Dodi memanfaatkan kesempatan ini untuk memaksa saya mengulum penisnya.

    Kemudian mereka mulai menyerang tubuh saya dari dua arah. Dorongan dari arah yang satu akan menyebabkan penis pada tubuh mereka yang berada diarah lainnya semakin menghunjam. Saya hampir tersedak. Dodi yang tampaknya mengerti kesulitan saya mengalah dan hanya diam saja. Bari yang mengatur segala gerakan.

    Tidak lama kemudian mereka keluar. Sesudah itu mereka berganti tempat. Permainan dilanjutkan. Saya sendiri sudah tidak dapat menghitung berapa banyak mengalami orgasme. Ketika mereka berhenti, saya merasa sangat lelah. Walupun dengan terhuyung-huyung, saya bangkit dari tempat tidur, mengenakan pakaian saya seadanya dan pergi ke kamar saya.

    Di kamar saya masuk ke dalam kamar mandi saya. Di sana saya mandi air panas sambil mengangis. Saya tidak tahu saya sudah terjerumus kedalam apa kini. Yang membuat saya benci kepada diri saya, walaupun saya merasa sedih, kesal, marah bercampur menjadi satu, namun setiap saya teringat kejadian itu, saya merasa basah pada selangkangan saya.

    Malam itu, saat saya menyiapkan makan malam, Dodi tidak berbicara sepatah katapun. Bari sudah pulang. Saya juga tidak mau membicarakannya. Kami makan sambil berdiam diri.

    Sejak saat itu, Bari tidak pernah datang lagi. Saya sebenarnya malas bicara kepada Dodi. Saya ingin menunjukkan kepadanya bahwa saya tidak suka dengan caranya menjebak saya. Tetapi bila ada suami saya saya memaksakan diri bertindak biasa. Saya takut suami saya curiga dan bertanya ada apa antara saya dan Dodi.

    Cerita Sex Korban Rayuan Adik Hingga pada suatu kesempatan, Dodi berbicara bahwa dia minta maaf dan sangat menyesali perbuatannya. Dikatakannya bahwa ‘threesome’ adalah salah satu imajinasinya selama ini. Saya mengatakan kenapa dia tidak melakukannya dengan pelacur. Kenapa harus menjebak saya. Dia bilang bahwa dia ingin melakukannya dengan ’someone special’.

    Saya tidak tahu harus ngomong apa. Hampir dua bulan saya melakukan mogok seks. Saya tidak peduli kepadanya. Saya membalas perbuatannya seperti saat saya pertama kali dipaksa untuk melakukan oral seks kepadanya.

    Selama dua bulan, ada saja yang diperbuatnya untuk menyenangkan saya. Hingga suatu waktu dia membawa makanan untuk makan malam. Saya tidak tahu apa yang ada dipikirannya. Hanya pada saat saya keluar, diatas meja sudah ada lilin. Saat saya duduk, dia mematikan sebahagian lampu sehingga ruangan menjadi setengah gelap.

    Itu adalah ‘candle light dinner’ saya yang pertama seumur hidup. Suami saya tidak pernah cukup romantis untuk melakukan ini dengan saya. Malam itu dia kembali minta maaf dan benar-benar mengajak saya berbicara dengan sungguh-sungguh. Saya tidak tahu harus bagaimana.

    Saya merasa saya tidak akan pernah memaafkannya atas penipuannya kepada saya. Hanya saja malam itu begitu indah sehingga saya pasrah ketika dia mengangkat saya ke kamar tidurnya

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Video Bokep Eropa tante pirang minta tumpangan dan dientot dimobil

    Video Bokep Eropa tante pirang minta tumpangan dan dientot dimobil


    2855 views

  • Kisah Memek ngentot keponakan di hotel dekat pantai

    Kisah Memek ngentot keponakan di hotel dekat pantai


    2852 views

    Duniabola99.com – Sekitar 2 minggu yang lalu saya dapat tugas keluar kota tepatnya ke Pan***daran untuk melakukan tugas rutin , saya sendiri tinggal dikota Band**g. Hari itu tepatnya hari rabu jadi subuh- subuh saya sudah berangkat kesana sendiri dgn mobil operasional kantor , sengaja saya gak bawa supir karena ingin berlibur disana , kebetulan hari senin dpnya pas merah jadi saya Cuma kerja kamis dan jumat jadi masih ada 3 hari untuk berlibur.


    Singkat cerita dari rabu sore sampai jumat siang , saya hanya disibukkan dengan kerjaan , meeting dengan cabang dikota tersebut , jumat siang saya mohon pamit balik kehotel karena semua kerjaan saya sudah selesai. Setelah tiba dihotel lalu makan siang dan ganti baju saya bergegas bersiap-siap mau main surfing dilaut , ini hobi yg sudah saya tekuni dari 1 tahun lalu apalagi tiap bulan saya pasti kekota ini.Hal ini yg membuat saya selalu semangat setiap dinas ke Pan***daran.

    Saat hendak beranjak dari kamar , HP saya bunyi dan dilayar hp saya lihat nama Kak Lisa , ” aduh…ada-ada aja yg ganggu ” pikirku agak kecewa”. Lalu hp saya angkat siapa tau penting.
    “iya…halo ada apa kak”.sahut saya ketus.
    “lho..lho…kok…marah si”.balas kak lisa.
    “kakak Cuma mau minta tolong bisa gak…”sahutnya merayu.
    “…iya deh ada apa “balas saya dgn nada lembut.
    ” gitu dong jadi adek , yang baik sama kakak” sahutnya
    “iya…ada apa” sahut saya memotong
    “itu..Nadya kan lagi di pangandaran , kakak minta tolong kalo bisa entar pulang bareng kamu ke bandung , bisa gak leo “Tanya kakak saya.

    Oh iya Kak Lisa adalah kakak kandung saya dan sudah menikah punya 3 anak , yg pertama Nadya umur 17 tahun masih kelas 11 SMU , yang kedua Cintya Umur 15 thn kelas 9 SMP dan yg terahir Liam umur 10 thn kelas 4 SD.


    ” emang Nadya nginap dimana ” kata saya.
    “Dia nginap di Hotel ANU , Cuma sore hari ini rombongannya sdh mau pulang ke Bandung , jadi tadi Nadya telp kakak , eh..saya bilang kalo Om Leo lagi disitu ” sahut kakak saya
    “trus ” sahut saya kembali
    ” nah pas dia dengar gitu , eh..dia malah pengen ikut kamu pulangnya hari senin , gimana boleh gak Leo , kalo boleh telp Nadya sekarang iya” kata kaka saya memelas.
    “iya udah gak apa-apa ” kata saya

    Akhirnya saya telp Nadya dan menjemput dihotel dia nginap , setelah izin dari guru-gurunya saya pun bawa dia ke Hotel tempat saya nginap.
    Awalnya saya tdk terlalu memperhatikan penampilan ponakan saya ini karena hamper 3 bulan terakhir saya jarang ketemu dia , Nah pas masuk kamar baru saya sadar akan kemolekan tubuh Nadya .dengan tinggi 165 cm , buah dadanya yg montok besar terlihat dari kaos pink ketatnya dipadu denga BH putih ikat leher membuat penisku mulai sadar dari kebisuannya , apalagi saat itu dia Cuma pakai rok mini ketat memamerkan pahanya yg seksi dan bongkahan pantat yg padat berisi . kulit Nadya sangat putih mulus bersih didukung wajah yg cantik seperti gadis oriental . Ponakan saya ini sangat aktif didunia Modeling dikota bandung hal ini membuat dia selalu rajin mengurus badannya.

    ” Om..tidurnya disini iya, asik sekali kamarnya , viewnya langsung kelaut sunset trus kolam renang juga kelihatan ” sahut dia sambil masuk kekamar dgn santai dan menuju balkon kamar hotel , hotel yang disediain kantor emang kelas VIP jadi fasilitas lengkap.
    ” eh..bukannya bantu Om Leo bawa barangmu , km malah main nyelonong aja ” kata saya . ” ihhh…om Leo gitu aja sudah cape , huu….payah”sahut dia menantang dari ruangan kamar padahal saya baru mindahin kesebalah pintu dan menutup pintu.

    “apa….kamu bilang om..payah , awas iya” kata saya sambil berlari mengejar dia pengen dijotos eh dicubitin, eh dia malah lari naik ke atas kasur lalu saya kejar , eh dia lari kearah balkon saya lompat kelantai dan hap……” kena…” kata saya , saya langsung memeluk pinggangnya dari belakang dan mengangkatnya keatas , dia hanya berontak bergoyang kesana kemari sambil tertawa dan meronta ampun..om…ampun.., saya pun mempererat pegangan saya takut lepas dan tanpa saya sadari tangan kanan saya memegang buah dadanya yang kiri dan Nadya juga tidak merasakan hal tersebut , lalu saya angkat kekasur dan saya jatuhkan , dia berguling kekiri mau lari saya langsung tindih dia dari atas kedua tangannya saya pegang dia hanya berontak biar lepas masih sambil tertawa .


    saya baru sadar bahwa posisi saya saat itu sangat erotis persis gaya misionaris dimana Nadya dibagian bawah menghadap kearah saya dengan kedua tangan terlentang saya pegang erat dan kedua pahanya terbuka lebar dgn posisi kemaluan kami saling menempel tapi masih pake baju.tiba- tiba saya terdiam dan Nadya juga diam , kami saling menatap membisu , saya merasakan penisku berdiri dibalik celanaku dan tampa Nadya sadari saat kami berguling dikasur ternyata roknya naik dan memperlihatkan G-Stringnya yang merah merona ( seleranya bagus juga pikirku).

    Tiba-tiba dia mau bangkit karena menyadari akan hal itu , tapi saya tidak membiarkankan malah saya pegang erat ,
    “om..lepasin om..” kata Nadya memelas , saya tau kalau vaginnya merasakan kontolku yg berdiri makin tegang menempel di kemaluannya , saat itu saya sudah lupa dengan daratan bahkan saya tdk berpikir lagi siapa gadis yg ada didepan saya ,
    ” om…lepas..” kata Nadya sekali lagi , tapi saya malah langsung membuka celana pendekku dgn tangan kanan sedangkan yg kiri tetap memegang erat tangan kanan Nadya. Secepat kilat kontolku yg tegang sudah kelihatan mengacung . Nadya mencoba brontak untuk bisa lepas. ” jangan..om ” kata Nadya menangis , bukannya saya sadar eh malah makin liar , dengan sigap saya buka g-string nadya karena memang ada tali disamping sehinggah memudahkan reaksiku , pas melihat vaginannya yg gemuk merah merona dgn bulu –bulu halus membuatku makin liar ingin membenamkan kontolku , Nadya menangis ingin melepaskan diri , tapi apa daya saya lebih kuat apalagi bandanku sangat atletis.


    Dengan tangan kananku saya arahkan kontolku kelubang vaginanya , apalagi sudah 1 bulan saya tdk melakukan hal ini dgn pacarku Vega.
    Setelah pas didepan lubang vaginaya , saya dorong dikit , ” aduh…sakit om…jangan Om”,pinta Nadya menangis karena kaget kontolku ingin memasuki vaginanya .akhirnya saya mencoba fore play karena vaginanya kering saya langsum cium sedot sedot klistorilnya tapi tangan saya yg kiri tetap memegang tangan kanannya , tapi tangan kananku sudah masuk ke balik kaosnya dan meremas – remas bergantian buah dadanya yang memang besar .”akh…om..jangan..om” sahut nadya , tapi kali ini dia berhenti brontak hanya menangis saja tersedu –sedu . “Om ingin menikmati tubuhmu , jadi diam saja nanti kamu malah ketagihan ” sahut saya langsung , dan Nadya terdiam saja mungkin kaget dgn omong saya yg dimatanya omnya ini memang baik dan sayang sama dia.Lalu saya menaikkan kaosnya keatas dan menarik kasar BH putihnya …brakkk….
    “om…sadar om..” sahutnya.
    Langsung saya kulum pentil dadanya , yg memang menggairahkan berwarna pink dgn buah dada yg putih bersih .saya kulum dada yg kiri yg kana saya remas .
    “uh…oh…uh..” tib-tiba suara ponakan saya berubah merintih keenakan , sepertinya nafsunya naik pikirku dan memang benar kelemahan ponakan saya memang pada buah dadanya pada pentilnya, saya terus lanjutkan aksi saya , puas menjilati dadanya saya naik mencium bibirnya mengulum sambil tangan kanan saya mengelus vaginanya , kali ini Nadya makin terbawa arus dia membalas semua kecupanku ,setelah itu saya kembali menjilati klistorilnya , Nadya makin meracu..

    Uh…uh…..oh…….oh…. Suara ponakan saya bikin saya makin bernafsu ,
    Saya terus jilati vaginanya yang harum karena sering dirawat , tiba-tiba 3 menit kemudian
    Akh…oh…okhhhhh…ouuuuuuuuuuuuuuuuuuu……. Badan keponakan saya bergetar hebat dan saya melihat cairan bening keluar dari vaginanya , saat dia mengalami organisme matanya tertutup sambil menggigit bibir bawahnya , keenakan kali pikirku , lalu saya buka kaos saya saya buka rok dan kaosnya , dan saya ambil posisi saya arahkan kontolku yg tegang memerah itu kepintu vaginannya saat itu nadya masih merasakan kenikmatan yg baru dia alami , dan tampa tunggu komando kontolku saya dorong keras dan…


    Akh…kkk…saaaakkkkitttt ommm…” jerit Nadya sadar dari sisa sisa kenikmatan tadi
    Saya hanya diam meliahat wajahnya yg manis menggoda sambil memegang erat pinggulnya , setelah dia agak tenang saya langsung dorong keras….

    Blesss………kotolku masuk semua
    Akh…..sakit……….rintih nadya
    Dan akhirnya saya diamkan dulu , saya melihat airmatanya menetes dan perlahan saya merasakan kontolku terasa dipijit dan raut muka Nadya mulai merasakan keenakan kelihatan dari dia menggigit bibirnya…

    Lalu saya tarik pelan kontolku dan dorong lagi kedalam makain lama makin kencang

    Akh…akkhhh,,,,ouhhh…ouhhhh…jerit Nadya keenakan
    Saya dorong terus makin kencang sambil meremas kedua buah dadanya yg menggemaskan.
    Akah…akah…saya…mau pipis om…”sahut Nadya .
    “keluarain aja kata saya , dan aouuuuhhhhh….yeassss…ohhhh…” suara keenakan dari ponakan saya.Setelah itu saya turun kelantai saya tarik badannya setengah menggantung dan saya masukin lagi kontolku , saya dorong terus….makin cepat ….

    Akhhh,…akkhhhh….” Sayang vaginamu enak sekali apalagi buah dadamu , om senang bisa menidurimu hahaha…” sahut saya sambil bersemangat mendorong mudur kontolku.


    Akh…akahhhhh…..eeehhhhh..” suara Nadya keenakan .lalu saya rubah gaya dogy stile sampay gaya monyet memanjat , dan akhirnya balik ke misionaris . kira kira 20 menit kemudia Nadya mengalami organisme dan saya juga sepertinya sdh mau keluar , makin saya percepat genjotan saya sambil mengangkat paha kiri Nadya inin membuat efek yg berbeda pada kontolku…dan tiba-tiba…

    Akh…akhhh….croot….crooot….. saya keluarkan spermaku kedalam vaginannya.

    Dan bandanku lemas kemudian , kami pun tertidur pulas karena kelelahan.
    Tiba-tiba saya terbangun , dan melihat nadya masih tidur pulas saya lihat jam masih jam 6 sore diluar matahari mulai terbenam , eksotis pikirku , saya pun bangun dan membuat minuman penyegar tubuh tak lupa saya membuat minuman penambah tenaga , karena saya masih ingin memuaskan hasratku dgn ponakanku.

    Malam itu saya melakukan 5 kali dgnnya dan sampai hari senin kami mau pulang , bahkan dijalan yg sepi saya sempat menuntaskan nafsuku dgn Nadya.

    Setelah kejadian itu saya hapir tiap malam tidak bisa tidur.

    Dan akhirnya saya coba telpon kak lisa 2 hari yg lalu , Katanya Nadya baik-baik saja bahkan , saya minta mau bicara padanya ,

    “halo Nadya”kata saya
    “iya” katanya pendek
    ” besok kan minggu ” kata saya
    ” habis dari gereja langsung keapartemen om ya “sahut saya kembali.
    Sambil menulis cerita ini saya menunggu keponakan saya akan datang ,dan


    Tok…tok..tok pintu apartemen saya terbuka dan hp saya bunyi ada sms , sebelum saya beranjak membuka pintu saya baca sms dulu ” Om..saya sudah didepan pintu”

  • Kisah Memek ngentot dengan teman chatting

    Kisah Memek ngentot dengan teman chatting


    2851 views

    Duniabola99.com – Nama gw Novi Gelis! huehuehue… Gw dari Bandung dan gw mempunyai teman chating yang selalu setia menemani gw sepanjang malam namanya dedy dia anak Jakarta! Dedy merupakan anak yang baik dan ceplas ceplosan kalau ngomong di chat! dan pembicaraan Kita sudah melewati masa-masa hehehe..sensor dulu yahhh dan kadang berakhir dengan cyber sex!

    Bukan hanya sekedar chat sex tapi juga sex yg memuaskan, yah walaupun hanya di chat. Akhirnya setelah sekian lama, gw lah yg memberanikan diri datang ke ibu kota untuk menemuinya. Sekalian hangout gitu! Dan malam ini, Dedy berjanji akan mengajakku makan malam bersama. Malam ini dedy berencana mengajaku makan malam di sebuah tempat yang special katanya! Kami belum pernah ketemu secara langsung dan antara gw dan dedy hanya bertemu di dunia maya saja yaitu chat sama facebook!


    Alasannya, ya karena gw tidak tinggal di kota yg sama dengannya. Bakalan mahal jika ingin sering bertemu!hehehe…maklum gw anak kere! Keinginan bertemu bukan hanya karena ingin saling kenal lebih dekat tapi juga karena semakin memanasnya pembicaraan kita di chat! Dan akhirnya malam itu kami pun kopi darat di hotel tempat gw menginap. Cerita Seks Terbaru Tepat pukul 7 malam suara bel kamar hotel gw berbunyi ! gw segera menghampiri pintu dan saat gw buka.., Dedy kulihat berdiri di depan. Tampak gagah dan maskulin. Ternyata tidak jauh berbeda dari foto yg ada pada facebook sama pict di YMnya! Sebaliknya, kulihat Dedy tertegun dengan apa yang kupakai malam ini. gw mengenakan gaun tipis krem sepaha dengan tali kecil di pundak.

    Matanya masih tertegun melihat bercak 2 bulatan BH 34B di dadaku dan g-string yg tembus pandang tersorot lampu di depan kamar hotel. “Silakan masuk..” kata gw sambil menarik tangannya dengan manja. Hanya saja Dedy sepertinya tidak sabar dengan kedatangan gw yg sudah ditunggu-tunggunya. Tangan gw ditariknya lembut, badan gw dipeluknya dengan hangat. Hingga wajah gw tepat berada di depan wajahnya. “Aku kangen banget sama lo, honey” ucapnya sambil berniat mencium bibir gw. gw berusaha menjauh, tapi tak kulepas dekapannya. Kututup bibirnya dengan telunjukku. “Eiitt.. sabar dong, ded. Masak mau serobot aja sih. ” gw mengerling nakal padanya. Dan langsung gw ajak ke sofa di kamar itu. Gw biarkan dia duduk di sana dan bukan di tempat tidur yg terbentang di depan Kita. “Mau minum apa? gw hanya punya bir dan coca cola kaleng,” ucap gw seraya melangkah ke kulkas.

    “Bir saja, enak minum bir dengan wanita cantik seperti lo,” Dedy mulai sadar rupanya.. hingga bisa berbicara lebih banyak. gw tersenyum mendengar ucapannya. gw ambil bir buatnya dan coca cola buat gw sendiri. gw duduk di sebelah kanannya. Saat kuteguk minumanku, kaki kananku kusilakan di atas kaki kiriku. Karena bajuku tidak seberapa panjang, terbuka deh pahaku. Walaupun Dedy juga sedang menegak minumannya, matanya tidak henti-hentinya melihat pahaku yg putih mulus. “Lo cantik sekali, Novi,” tangannya mulai berkelana. Kali ini mengusap-usap pahaku. Dan menggeser badannya. “Lo juga ganteng,” bisikku manja di telinganya. Semakin tidak sabaran dia. Nafasnya kudengar sudah tidak teratur. Kaleng birnya dan kaleng coca colaku ditaruhnya di atas meja kecil sebelahnya. “Aku kangenn banget sama kamu. gw ingin ‘telen’ kamu.. Sar” gitu istilah Dedy jika ingin mulai main.


    Kecupan kecil mendarat di bibirku. gw balas dengan lembut. Kulihat matanya penuh dengan rasa kangen. Kecupannya berubah menjadi ciuman yang lebih bernafsu. Lidahnya bermain-main dengan penuh nafsu di mulutku diikuti dengan nafasnya yang tak tertahankan. Begitu lincahnya membuat gw pun mulai terangsang, kubalas juga dengan permainan lidahku di mulutnya. Kehangantan meliputi Kita berdua. Duduk Kita semakin mendekat. Tangan kanannya memelukku dg lembutnya. Tangan kirinya sudah mulai berjalan lebih jauh di pahaku. “hmm.. hmm..” desahku seirama permainan lidah Kita. Kulingkarkan kedua lenganku di lehernya. “Aku kangen lo juga, win” di sela-sela permainan lidah Kita. Hingga akhirnya Dedy tak tahan, dan dengan perlahan namun pasti Dedy membuka gaunku tanpa mengurangi kehangatan Kita. Sekarang tinggal bra tanpa tali dan g-string putihku. Kulihat matanya terpukau dengan pemandangan di depannya.

    “Bikin lo tambah kepingin, ya win,” kerlingku nakal. “Iya, honey..” jawabnya sambil tangannya mulai menjelajahi lipatan gunungku. Dielusnya, dipandangnya, dielusnya lagi dan dikecupnya bra ku. Ahh.. lembutnya. “Kita ga jadi makan malam, ded?” tanyaku mangingatkan. “Ga laper gw, gw lebih laper kamu..” senyumnya. Sambil perlahan berdiri, gw tarik tangannya. Dengan isyarat mataku, Dedy tahu gw minta dia berpindah ke tempat tidur. Kudorong dia, mengisyaratkan supaya dia berbaring di tempat tidur. Kubiarkan dia bertanya-tanya dalam hati. Dengan pakaian yang lengkap kubiarkan dia berbaring. gw naik juga ke tempat tidur, dengan hanya mengenakan bra dan g-string. gw naik ke atasnya. Kucium lembut bibirnya. Perlahan gw buka kancing kemejanya. Dibantunya gw dengan sedikit mengangkat badannya, hingga gw bisa melepaskan kemejanya dengan mudah. Di hadapanku sekarang terbentang dada bidangnya. Kucium perlahan dadanya. Kujilat-jilat putingnya, yang kiri .. yang kanan. gw tak tahu apa yg dirasakannya.

    Yang kutahu tangannya mengelus-elus lembut rambutku. “Novi.. enak honey..” lidahku meneruskan perjalanannya. Sedikit ke bawah, jilatanku semakin membuatnya semakin gemas mengusap-usap rambutku. Perutnya pun tak lepas dari jilatanku. “Lo pintar ya..” bisiknya tertahan. Hingga ke bawah perut. Masih ada celana panjang yg menutup gerakan-gerakan tak karuan dibaliknya. Ada onggokan yg ingin segera terlepaskan. gw lirik Dedy, dan matanya memintaku untuk membebaskan. gw menggeleng nakal.. “Ngga, ah.. sabar dong..” gw lanjutkan lagi kecupanku. gw kecup tonjolan itu. Cup..cup..cup.. gw tersenyum lebar, sewaktu kulihat matanya memohon dengan sangat. “Tunggu ya.. gw pingin kecup dari luar dulu.” gw kecup lagi. gw masukan tonjolan itu di mulutku. “Novi nakal ya.. buka dong, honey. gw ngga tahan, nih” Akhirnya kubuka ikat pinggangnya.


    Dan resletingnya. Kulirik lagi, matanya sudah semakin memohon. Akhirnya kubuka celana panjangnya. Terpikir lagi keinginan untuk mengganggunya. Kubiarkan CD nya. Kukecup lagi tonjolannya yang sudah semakin besar itu. Ahh.. kalo mau jujur, gw juga sudah tidak tahan melihatnya. Ingin kutelan rasanya. Tapi gw ingin mengganggunya juga.. hehe.. gw masukan tonjolan itu ke mulutku. Kukulum perlahan. Ahh.. gerakannya semakin tak karuan. “Novi.. buka honey, bukaa..” Aku buka juga akhirnya. WOW.. besaarr sekalii.. gw tak percaya mataku. Dengan tak sabar kupegang batang besar itu. gw usap-usap. “Suka honey?” tanya Dedy. “Suka banget. Punyamu besar banget!! gw jilat-jilat pinggirannya. Dari atas ke bawah, gw balik lagi dari bawah ke atas. Sesekali kurasakan gerakannya yg semakin tak henti.

    “Enakk honeyg.. teruuss..” pintanya. Kujilat belahannya. Lidahku bermain-main di sana. Membuat gerakan nakal. Semakin cepat, seirama kocokan tanganku yang juga semakin cepat. gw masukan kepalanya ke mulutku. gw sedot seperti makan es krim. Sesekali lidahku bermain di belahannya. “Aghh.. enakk..” gw semakin menjadi-jadi mendengar erangannya. Kubuka bra ku. Biar gerakanku semakin lepas. Kusentuh buah dadaku dengan kontolnya. Kuputar-putar kontolnya mengelilingi dadaku. Melingkari bongkahanku dan putingku. Yg kiri.. yg kanan.. ahh.. enaknya. Kumasukan lagi ke mulutku, kali ini lebih dalam. Hampir menyentuh ujung mulutku. Aghh.. sedapnya. Aku sedoott lebih lama. “srrpp.. srpp..” gw mainkan juga lidahku di dalam sana.

    Kuempot sampe terdengar suaraku sendiri. “Aghh.. enak honey. Enak banget. Lo pinterr.. terus honey..” erangnya. Kulepas lagi.. kali ini tanganku yg bermain. Kukocok perlahan, perlahan dan akhirnya lebih cepat. Matanya terpejam menahan gejolak yg ada. Kutahu.. pasti dia tidak mau keluar sekarang. Hehe.. dasar cowok. gw mau kerjain lagi ahh.. Kulepas batangnya. Dedy terkaget-kaget. “Kok udahan, honey. gw belum puas nih..” gw hanya tersernyum. gw kecup bibirnya dan memintanya untuk berlutut di ujung tempat tidur. Gantian gw yang merebahkan tubuhku di hadapannya. “Mainkan kontolmu, ded.. kocok-kocok sendiri ya. gw suka liat cowok mengocok kontolnya. ” Dia mengerti maksudku. gw memang suka bangeett. Hadiahnya, gw juga mau beronani di hadapannya. gw pejamkan mataku.. tanganku bergerilya di tubuhku.


    Tangan kiri dan kananku bermain di dadaku. Ahh.. enaknya sentuhanku sendiri. gw basahi jari telunjuk tangan kananku dengan memasukkan ke mulutku. Kubuka mataku, ingin kuliat apa yg sedang Dedy perbuat. Ah gantengnya. Dengan kontol yang sudah membesar, dikocok-kocoknya terus batangnya. Bikin gw semakin terangsang. Aku masukan jariku perlahan ke mulutku.. kukulum jariku..kusedot. Kunikmati getaran yg ada. “Ehmm..mhhmm..” sambil mendesah-desah, badanku kugoyangkan. Kubasahi putingku dg jariku. Kulingkari putingku, sambil kulirik Dedy dengan lirikan nakal. “Lo nakal, yaa..” sahut Dedy sambil mengocok kontolnya. Matanya memancarkan kesenangan sekaligus, kelaparannya.. Kubasahi lagi sebelah buah dadaku. Kulingkari lagi.. “Uuughh.. ” erangku menahan sensasi. Kemudian tangan kananku turun ke bawah.. ke perutku.. “Ughhghh..” badanku kuangkat sedikit ke atas.

    “Terus honey..” Dedy tak tahan lagi menunggu jalannya tanganku. Kuturunkan lagi. Ke atas g-stringku. Kugosok-gosok perlahan. Sambil mendesah..”mmhhmm..ehmm..” Kuselipkan satu jari ke baliknya. “Aghh..”.. kurasakan memek gw sudah basah. Semakin mudahnya gw memainkan jariku di sana. “Kasih liat dong honey..” Dedy memohon supaya gw membuka g-stringku. gw semakin menjadi-jadi.. “Sabar dong, win..” sambil jariku kumasukan ke memek gw..”AGGgghh..” oh nikmatnya.. tangan kiriku semakin gencarnya meremas-remas buah dadaku. Gerakan badanku semakin tak karuan. Bergoyang ke sana kemari. Akhirnya kubuka g-stringku. Kuturunkan perlahan. Sampai di lututku..”Bukain dong, win..” dengan cepat ditariknya g-stringku. “Ngga tahan ya..” kerlingku lagi. Kubuka pahaku lebar-lebar. Biar Dedy bisa melihat lebih jelas.

    Kumasukkan jari telunjuk kananku ke memek gw. “Aaagghh..nikmat..” maju mundur.. pelan-pelan. Kunikmati sensasi yg ada. memek gw semakin basah. Kutambahkan jariku, kali ini 2 jari. “Aghh.. ” kugoyangkan badanku. Ketika jariku keluar, kuarahkan badanku ke jari. Ketika kumasukan kumundurkan badanku. Semakin licinn.. semakin dalamm.. semakin menggila kumasukan jarikuu.. “Oghh..Oghh..” Tangan kiriku berpindah. Kugunakan jari kiriku memainkan klitorisku. “aghh.. ” semakin lama semakin tak terbendung lagi.. kugerak-gerakkan terus jariku. Keluar masuk. Keluar masuk. Semakin cepat. Akhirnya.. “Ahh..” gw tak tahan lagii.. becek deh. Basah. Becek. gw lemas.. Di ujung sana, Dedy tersenyum puas melihat pemandangan tadi. “Lo cantik sekali, honey.. gw suka melihatnya.” Dedy mendekatkan wajahnya ke wajahku.


    “Masih mau gw?” tanyaku. “Mau dong honey..” Kita berciuman lagi. kontolnya yg besar, terasa di belahan pahaku. Kadang terasa menyenggol memek gw. Ciumannya yg lembut sangat menyentuh. Lidahnya mencari-cari lidahku. Dedy tahu sekali menghidupkan gariahku kembali. Nakal dia, di awal-awal chat Kita, dia menyelidiki apa yang gw suka. Kini badan Kita yg tanpa benang sehelaipun saling berpelukan dalam kehangatan. “mmhh..hmm.” desahku merasakan lembut ciumannya. Ciuman Dedy berpindah ke leherku, dijilatnya leherku, yg semakin membuat gw terangsang! “Dedyy..””Ya honey..” Jilatannya semakin turun, ke dadaku.. ke buah dadaku. “Aghh..” kurasakan buah dada kiriku basah oleh jilatannya. Sementara yg kanan diremas-remas olehnya. “Enak, ded..” dijilatnya yg kanan, dan yg kiri diremas-remasnya.

    “Ded.. teruss.. turun win..” Mukanya terangkat.. “Sabar dong honey..” gantian lirikan nakalnya menggangguku. “Lo jahatt.. ” ujarku sambil mengelus-elus kepalanya. Jilatannya semakin turun. Perutku kena gilirannya. Diputar-putar lidahnya di pusarku. “Aghh..” semakin turun lagi. Dibukanya pahaku lebih lebar. Jarinya membuka memek gw. Kurasakan klitorisku dijilatnya lembut.. “Ughh.. enak ded..” Dikulumnya hangat. Semakin lama semakin cepat. “ded.. enakk..” bukan lagi klitorisku yg dijilatnya. Semakin ke bawah.. memek gw dibukanya dengan kedua jarinya. Supaya lidahnya bisa masuk leluasa..”Oughh.. ennaakk .. ded..” pantatku melonjak-lonjak kenikmatan. Dimasukkan lagi lidahnya lebih dalam, bikin gw semakin tak kuasa menahan gerakan pinggulku. “Enak ded.. ohh..oh.. enak ded..” Dedy semakin bernafsu mendengar eranganku. Sodokan lidahnya semakin menjadi-jadi. Biarpun badanku tak bisa diam, Dedy tak perduli..

    “Dedyn.. enak bangett..teruuss” pantatku sedikit diangkatnya. Sekarang bukan hanya memek gw yg dijilat tapi juga lubang anusku. Dijilatinya memutar lubang anusku. Sensasinya berbeda sekali. Jilatannya kembali ke memek gw. Dengan posisi memek gw agak di atas, dimasukannya memek gw ke dalam mulutnya. gw kaget sekali tapi enakk.. “Dedyn.. lo apain memek gw..” Dedy tak menggubris, semakin dilahapnya memek gw. Diisep, dijilat, trus diisep lagi .. disedotnya klitorisku dengan sedotan yg wowww.. gw ga tau lagi apa perasaanku yg ada gw menjeritt.. “Agghh.. Dedyn..” kurasakan cairan hangat keluar dari memek gw. Gilaa.. lemes gw. Tapi Dedy ngga mau menunggu lama lagi. Ditindihnya tubuhku. Dibukanya pahaku. Didekatkannya batangnya ke lubang memek gw. Digesek-gesek.. “ouhh..” dimasukkannya perlahan-lahan ..


    “Aahh..” rintihku. Kupejamkan mataku menikmati. Oughh.. nikmatnya. Sedikit demi sedikit batangnya menembus lebih dalam. “Achh.. enakk..teruss ded..” Dedy menggerak-gerakkan badannya. Didorongnya perlahan.. “AAagghh.. yg cepat win.. yg keras.. ” pintaku. Gerakannya berubah cepat. Dorongannya pun semakin keras, hingga badanku ikut terdorong. “Ooohh enakk.. teruuss..” kontolnya terasa nikmat. “Enak honeyyyyy..?” . “Iya.. teruss ded..” Aku semakin menggila, kakiku kuangkat dan kulipat mengelilingi pinggangnya. Kujepit lama tatkala Dedy mendorong masuk. “Ohh..” Gerakannya bukan hanya semakin keras tapi juga semakin cepat. Tubuhku juga semakin cepat bergerak mengikuti iramanya. “Aghh.. Sar, memiaw lo enakk..” kali ini bukan hanya eranganku, tapi juga erangannya. “Punyamu juga enak, honeyg..”

    Tak disangka, Dedy mencabut kontolnya dan mengubah posisiku ke doggy style. Sleebb.. kontolnya menembus memek gw yang basah kuyub. “Oughh.. ennaakk honeyg..” kuputar-putar pantatku mengimbangi permainannya. “Novih.. gila kamuu..””.. teruuss masukin memek gw. Yang keras ded..” Dedy semakin mengganas, erangannya pun tak kalah ganas..”Agghh.. memek lo novi..enakk.. enak ngentot sama lo honeyg..aghh..” kata-katanya sudah tak beraturan. Badannya terus bergerak. Mendorong kontolnya yg uenakk banget. Dikecupnya punggungku, diremasnya buah dadaku. Semakin membuatku ke puncak kenikmatan.. “Ded.. gw mau keluaar..””Tunggu honeyg.. tahan bentarr..” gerakannya semakin cepat dan semakin liar “Aghh..” erangannya semakin tak karuan. Semakin cepat, semakin liar.. gw semakin tak tahan.. “Ded.. ” bersamaan.. jeritanku berpadu dengan jeritan keras

    Dedy.. “Achh.. gw keluar honeyg.. achh..” kurasakan cairan hangat membasahi memek gw berpadu dengan cairanku. Lemasnya lemasnya.. Tubuh Dedy memeluk erat tubuh gw dan gw menjatuhkan diri ke tempat tidur. gw balikkan badan ku yang masih telanjang bulat tanpa sehelai pakaianpu. Kupeluk erat tubuhnya ” terima kasih cinta. sudah memuaskan gw.” dedy mengecup kening gw! “Ternyata lo seperti yg gw bayangkan. Cantik dan liar di tempat tidur. gw suka banget! Kitapun berpelukan, lupa akan janji Kita malam itu, untuk makan malam bersama!hehehe…keenakan ngentot jadi lupa makan ni ceritanya!

  • Kubuat Dia Tak Berkutik Dengan Goyanganku

    Kubuat Dia Tak Berkutik Dengan Goyanganku


    2849 views


    Duniabola99.com – Cerita kali ini akan coba membahas tentang cerita seks yang seru dan heboh. Pemerintah sendiri juga menyarankan untuk banyak membaca, nah untuk itu mari kita baca samasama bagaimana serunya cerita seks abg berikut ini. Ah.Omom sudah pernah aku coba,kadang tu aku sampaisampai kwalahan abis Dedek nya om kuat banget,aku jadi merem melek.Ada juga yang sudah klenger sebelum aku mencapai orgasme.

    Saatnya berburu lagi omom asyik juga,kadang kantongnya tebel lumyan buat isi perur dan shoping di mall habisin waktu libur bersama teman.Bulan ini setelah sempat berkumpulkumpul di cafe aku dan temantemen sepakat untuk berlibur di suatu tempat.Aku dan temen2ku, Lina dan Sintia, weekend akhirnya di setujui untuk meluncur ke Anyer. Sintia nyewa cottage disana ya untuk bisa happy tentunya. Kali ini mereka berdua gak bawa pasangannya masing2 itu ada maksudnya, karena memang kita ber3 mo berburu om om.

    Sebenarnya mereka mo bawa pasangannya, tapi karena aku gak punya pasangan tetap, gak jadi deh. Kamu sih Nes, gak punya pasangan tetap, protes mereka. Ngapain punya pasangan tetap, banyak kok lelaki yang mo bikin Ines klepek2 sampe lemes, aku membela diri. Akhirnya mereka mengalah. Kita nyampe di Anyer Jumat sore, banyak juga lelaki yang lalu lalang di pantai didepan cottage yang disewa Sintia. Ada yang bawa pasangan, tapi banyak juga yang sendirian. Segera kami ber3 memakai seragam wajib buat mejeng, bikini yang minim dan seksi. Kami bermain2 di pantai sambil melirik lelaki ganteng yang mondar mandir disana. Segera saja Lina dan Sintia dapat pasangan, mereka langsung cabut dengan pasangannya masing2 meninggalkan aku sendirian. Memang kalo pergi ber3, aku selalu yang paling akhir dapet pasangan. Aku berbaring saja di kursi yang banyak tersedia dipantai, sampe akhirnya ketiduran.Aku terkejut ketika ada yang menyenggol2 kakiku. Aku membuka mataku. Ada seorang lelaki ganteng, badan tegap, pokoknya tipeku bangets deh, bertelanjang dada hanya mengenakan celana pendek gombrong. Halo, aku Edo. Sori ya membangunkan kamu. Kok sendirian sech, tanyanya. Saya Ines. Tadi sih datengnya ber3, teetapi temen2 Ines pergi gak tau kemana sama pasangannya masing2. Jadi Ines sendirian deh, sampe ketiduran. Om juga sendiri, eh boleh kan manggil om, jawabku. Boleh aja, mau gak kamu nemenin om. Emangnya om juga sendirian ya kemarinya, itu mah diniatin karena disini pasti om juga nyari pasangan, nyarinya yang abg kan om?. Ah bisa aja kamu. Om kemari sama pasangan kok, sama istri. Gini Nes, om mau terus terang. Istri om pengen banget ngeliat om ngentot ama prempuan lain. Dia terdiam sejenak memandangiku, melihat apa responsku terhadap keterusterangannya. aku hanya tersenyum2 saja. Kok cuma senyam senyum Nes, kamu mau gak ama saya dan istri, threesome gitu Nes. Aku senang aja dapet tawaran seperti itu, biasanya kalo aku ber threesome, lelakinya 2 sampe aku termehekmehek (kaya acara tv aja yach) ngeladeninya. Aku sih gak yakin itu istrinya, paling juga TTM nya, tapi siapa perduli. Ok om, Ines mau deh. ener ya Nes, terima kasih deh. Kok om milih Ines sih, tuh disana ada beberapa cewek yang sepertinya abg juga. Om dah survei mereka, om sreknya sama kamu Nes, om napsu banget liat kamu. Bikini kamu minim banget, toket kamu besar lagi. Jembut kamu lebat ya Nes. Kok om tau sech. La iyalah, bulutangan ama bulukaki kamu panjang2, terus kamu ada kumisnya. Pasti jembut kamu lebat banget, dan juga napsu kamu juga besar kan. Kamu pasti gak puas cuma maen 1 ronde. Iya apa iya? Om dah pengalaman rupanya ya. Yuk deh ke cottage om, istri om dah nunggu disana. Istri apa istri sih om, godaku. Dia hanya senyum2 saja mendengar godaanku. Aku digandengnya ke cottagenya, melalui cewek2 abg yang lagi bercanda2, mereka semua juga berbikini. Om, gak jadi nih ngajak kita?, mereka mengganggu om Edo.

    Sesampainya di cottagenya, ada seorang wanita, belum tua tapi yang pasti bukan abg dan jauh lebih tua dari aku, juga berbikini. Ini Lina, istri om. Saya Ines tante. Jangan panggil aku tante, belum tua kok dipanggil tante, panggil nama aja biar lebih akrab, protesnya. Lina tubuhnya tinggi semampai, lebih tinggi dari rata rata wanita Indonesia. Kulitnya mulus, berwarna kuning langsat (kenapa harus kuning ? apa tidak ada warna lain? He.. he.. heee), wajahnya bernuansa oriental. Tapi herannya kenapa toketnya besar ya ? Biasanya tipe tipe seperti itu kan toketnya cenderung kecil. Ukuran bra nya 34C (sama dong seperti aku). Toketnya yang besar terlihat bergelayutan seakan akan mau meloncat dari dalam bra bikini nya. Pentilnya kelihatan jelas tercetak karena branya tipis. Perutnya rata bener, mungkin belum punya anak, apalagi dengan berlian yang ditindikkan di pusarnya sebentar sebentar berkilauan bila dia menggerakkan tubuhnya. Sedangkan pahanya, alamak, betul betul paha peragawati, mulus sekali. Belum lagi matanya yang redup sayu membuat laki laki yang ditatapnya merasa seperti dipanggil untuk mendekat.

    Kamipun pergi ke belakang cottage. Rupanya om Edo menyewa cottage yang ada fasilitas kolam renang pribadi yang tertutup dari pandangan orang lain. Ditepi kolam renang ternyata sudah dipersiapkan semacam kasur angin ( seperti yang diiklankan di TV itu lho ).Disampingnya ada meja taman yang diatasnya terletak buah buahan, sebotol wine dan beberapa botol soft drink. Tentu saja ada juga tiga buah gelas kristal yang cantik. Tapi aku tidak tertarik dengan semua itu, karena setiba ditepi kolam renang, buru buru aku menceburkan diri ke air. Rupanya inisiatifku diikuti oleh mereka berdua. Kuperhatikan kontol om Edo ternyata sudah ngaceng dibalik celana gombrongnya, walaupun belum seratus persen. Tidak begitu lama kami berada diair. Kemudian kami bertiga duduk di kasur angin tersebut. Kini aku yang mengambil inisiatif. Kudorong tubuh om Edo supaya telentang dan kutarik tangan Lina untuk memegang kontol om Edo. Sedang aku sendiri cepat cepat memperamainkan toket Lina dari belakang sambil menciumi belakang telinga dan kuduknya. Diperlakukan demikian, apalagi sambil memegangi kontol om Edo yang sudah tambah mengeras, nafsu Lina rupanya cepat naik. Nafasnya agak memburu sedang mukanya sudah mulai memerah. Melihat itu om Edo mulai beraksi mengambil alih permainan. Sambil merebahkan tubuh Lina dikasur, aku disuruh menghisap menciumi toket Lina dari luar branya, sedang dia mulai menciumi paha sebelah dalam Lina, terus keatas, sampai ke daerah nonoknya. Sedang tangannya yang kiri mulai menggerayangi nonokku yang juga sudah mulai gatal. Permainan tidak berlangsung lama, om Edo segera melepas bikini Lina sehingga Lina sekarang bertelanjang bulat. Toketnya yang besar dan kencang dihiasi dengan sepasang pentil yang juga sudah mengeras. Jembutnya juga lebat, walaupun tidak selebat jembutku. Kemudian dia melepaskan bikiniku, paling akhir dia melepas celana gombrongnya. Kontolnya yang sudah ngaceng dengan kerasnya, berdiri mengangguk2, panjang dan besar sekali. Sampai dibelahan nonok Lina, tanpa basa basi mulut om Edo langsung menyerbu dan menjilat jilat sambil menghisap hisap itil Lina. Lina langsung menggelinjang hebat. Mulutnya mulai mendesis Ouccggghhh. om Edo sadar bahwa dia harus memuaskan dua orang cewek secara bergantian dan berkali kali, maka tanpa membuang waktu lebih lama dia sodorkan kontolnya yang sudah ngaceng penuh itu ke belahan nonok Lina.

    Dia menggosok gosokkan ujung kontolnya ke itil dan bibir nonok Lina. Tentu saja hal tersebut membuat Lina bergelinjang tidak keruan. Lina langsung memegang kontol om Edo yang luar biasa besar itu untuk dimasukkan kedalam nonoknya. Tidak mudah, mungkin karena nonok Lina masih sempit. Aku jadi semakin yakin bahwa Lina bukan istri om Edo. Kalo dia istrinya, harusnyaom Edo tidak sulit untuk membenamkan kontol gedenya di nonok Lina. Maka, sambil menghisap hisap toket Lina, jari jari nya menolong membuka bibir nonok Lina supaya bisa dilalui kontolnya. Uuuccchhh..mmmhhhh rintih Lina menahan rasa nikmat. Tak berapa lama kontol om Edo berhasil juga menyeruak kedalam nonok Lina, walaupun baru sebatas kepala dan separo batangnya saja. Itupun sudah membuat Lina menjerit tertahan merasakan nikmat . Oouugghhhhmaas, tteerruuussss .. oouughhh eennnaakkkk celotehnya. Mukanya jadi merah membara, matanya membeliak beliak keatas, pahanya makin dilebarkan dan pinggulnya diangkat angkat keatas. Walaupun mulutnya masih terus menghisap hisap toket Lina, terdengar bisikannya padanya Goyang Lin, goyang pantatmu supaya kontol ku cepat bisa masuk seluruhnya Diapun menggoyang goyangkan pantatnya diringi dengan hunjaman keras kontol om Edo, maka blesss amblaslah semua batang kontol om Edo. Aaarrggccchhhh pekik Lina Maas kkontttoll mu mmmhhhhheennaakkk sseekkalliii. Setelah itu om Edo makin giat menghunjam hunjamkan kontol besarnya ke dalam nonok Lina yang makin menggelinjang gelinjang dengan hebatnya. Tubuhnya yang sudah basah dengan air itu makin basah lagi bercampur dengan keringat, sedang selangkangan dan jembutnya makin basah dengan cairan yang mulai keluar dari lubang nonoknya. Matanya makin membeliak beliak sambil mulutnya yang mungil itu ternganga nganga.

    Akupun mulai berinisiatif lagi, lidahku mulai menjilati muka Lina, bibirnya, turun ke leher, dan akhirnya ke toketnya yang besar itu lagi. Tentu saja hal tersebut membuat tubuh Lina yang telanjang itu makin menggelinjang. Kurang dari setengah jam Lina kami perlakukan demikian ketika tiba tiba tangan Lina yang kanan mencengkeram erat erat tanganku, sedang tangannya yang kiri memeluk erat erat pinggang om Edo. Sambil mengangkat pinggulnya tinggi tinggi orgasmenya meledak diriringi teriakannya Aaaarrrggghhh Maaas .oooccchhhhhhh Linapun terkapar sambil tangannya memegangi kontol om Edo yang tentu saja belum orgasme. Lina rupanya tidak ingin cepat cepat kehilangan kontol itu dari nonoknya.

    Aku terpana sekali menyaksikan adegan itu. Tangankupun tanpa sadar telah mengelus elus nonok dan itilku sendiri. Tetapi sadar akan tugasnya untuk memuaskan diriku juga, maka dengan halus om Edo melepaskan kontolnya dari nonok Lina dan mengacungkannya padaku. Tentu saja hal itu kusambut dengan bahagia, kupegang kontol itu kuusap usap, kucium kemudian ku hisap hisap sambil kutelan sisa cairan dari nonok Lina yang menempel hingga bersih. Akupun ingin memamerkan kepiawaianku ngentot kepada Lina, maka setelah menghisap hisap kontol om Edo, kusuruh dia tidur telentang sehingga kontolnya mencuat keatas. Akupun segera menungganginya sambil berusaha memasukkan kontol om Edo kedalam nonokku, dan bleessss masuklah kontol om Edo seluruhnya. Aku tergelinjang ketika ujung kontol om Edo menyentuh bagian paling sensitive didalam nonokku, tapi kuusahakan bagian itu tidak tersentuh dulu, supaya perngentotan ini berjalan agak lama. Beberapa saat menaik turunkan pantatku diatas tubuh om Edo. Ternyata Lina memperhatikan adegan ini, dan dengan mata terbelalak sambil mulutnya terbuka, dia bangkit duduk untuk menyaksikannya lebih dekat. Hisap pentil toket om Edo, Lin.. suruhku pada Lina. Tentu saja Lina menurut, dan sambil menungging dihisap hisapnya pentil toket om Edo. Kesempatan ini rupanya dimanfaatkan oleh om Edo. Sambil merem melek keenakan, dia mulai mempermainkan itil Lina, dipencet pencetnya, digosok gosoknya, sehingga Lina menggelinjang gelinjang keenakan. Melihat muka Lina makin memerah, om Edo meminta persetujuanku untuk menuntaskan hasrat birahi Lina lagi. Percayalah, aku tidak akan sampai ngecret . bisiknya. Akupun mengangguk setuju.

    Kemudian dengan lembut toket Lina didorong sehingga dia rebah telentang. Om Edopun memulai lagi aksinya. Disedot sedotnya itil Lina sambil dijilat jilatnya dengan rakus. Aku makin terpana melihat wajah Lina yang mengeluarkan ekspresi yang sulit untuk kuceritakan. Pokoknya ekspresi untuk meminta segera dientot lagi. Mungkin om Edo sadar bahwa masih ada tugas selanjutnya yaitu mengentotiku, maka tanpa buang buang waktu segera diacungkannya kontolnya ke mulut Lina. Agak kikuk Lina menerima pemberian itu, tetapi karena tadi dia melihatku, mengelus elus, menjilat jilat dan menyedot nyedot kontol om Edo, maka diapun berusaha berbuat demikian. Hampir tidak masuk kontol om Edo kedalam mulut Lina yang mungil itu. Setelah beberapa saat dihisap hisap, kemudian om Edopun mencabut kontolnya dari mulut Lina dan langsung mengarahkannya ke tengah lobang nonok Lina dan bleeessskarena nonok Lina sudah banjir, hanya dengan sedikit kesulitan kontol om Edo sudah amblas seluruhnya kedalam lubang nonok Lina dan..Ooouuuggghhhhh. Pekik Lina lirih Teerruuuusssssmaaas.. ggennjjot llaggiiii .. pinta Lina sambil merem melek dan wajahnya memerah padam. Tanpa membuang buang waktu om Edopun langsung memompakan kontol besarnya secara cepat dan bertubi tubi didalam lubang nonok Lina. Ughhhh.. ughhhhh. Terdengar rintihan nikmat Lina dipadu dengan bunyi kontol om Edo keluar masuk nonok Lina yang makin banjir itu. Rupanya om Edo ingin perngentotan ini cepat selesai maka makin kencanglah kontolnya menyodok nyodok lubang nonok Lina. Rupanya karena termasuk golongan pemula dalam blantika perselingkuhan maupun tehnologi persetubuhan, Lina masih bersumbu pendek dan cepat mencapai puncak birahi karena belum setengah jam, tiba tiba tubuh Lina mengejang, pinggulnya diangkat tinggi tinggi sembari tangannya memeluk erat pinggang om Edo maka Maaas akkuuu . nyampeeee.. dan seiring dengan itu tangannya memeluk makin erat tubuh om Edo seolah tidak mau lepas lagi. Beberapa saat kemudian barulah dia tergeletak dengan lemas dibawah tubuh telanjang om Edo. Om Edopun tersenyum sambil melirik kearahku dan tangan nya mengelus elus rambut Lina. Rupanya Linapun keenakan diperlakukan demikian.

    Dengan lembut ditinggalkannya Lina yang telentang manja dan langsung menghampiriku. Akupun tahu diri, segera kutelentangkan diriku, kubuka pahaku lebar lebar sambil kutekuk lututku keatas. Tanpa basa basi om Edo langsung menyerbu diriku dan memasukkan kontolnya ke lubang nonokku. Jago benar dia, tusukan kontolnya bisa persis ditengah tengah lubang nonokku. Tentu saja aku tergelinjang menerima tusukan yang tiba tiba itu. Dan dengan nafsu yang membara karena sempat tertunda tadi, maka kulayani om Edo dengan sepenuh keahlianku. Kuempot empot kontol om Edo dengan nonokku, dan kugoyang goyang dengan hebat, sehingga walaupun memakan waktu agak lama dan mengeluarkan suara crot crot crot sekitar setengah jam lebih, maka om Edo dan akupun secara bersamaan melayang ke langit biru yang diselimuti kenikmatan dan .. Ugghhhhh..ughhh.. om, Ines.. mmmau.. nyampee.. ogcchhhhh.. Aakkuuu.. jjuggaa..mo ngecret, Nes. aayyoo.bbaarrreeennggggggg.. ukkhhh acchhhhh.. mmhhhhh.. dan ..sshhyyuuuurrrrrrrr seperti semburan Lumpur hangat lapindo di Sidoarjo sana nonokku dan kontol om Edo secara bersama sama menyemburkan cairan kenikmatan banyak sekali. Kontol om Edo tetap aku jepit erat erat dengan nonokku sehingga seluruh pejunya habis tertelan kedalam lubang nonokku. Tubuhku dan tubuh om Edo berpelukan erat sekali sambil bibir kami berpagutan.

    Tentu saja hal semacam ini belum pernah dialami dan dilihat oleh Lina. Dengan keadaan terengah engah aku lirik Lina duduk bersimpuh dekat sekali disamping kami sambil mulutnya ternganga, wajahnya merona merah sambil tanpa sadar tangannya memijit mijit itilnya sendiri. Rupanya dia amat terangsang dan ikut terhanyut dengan pemandangan didepan matanya itu. Maka acara selanjutnya kamipun menceburkan diri ke kolam renang, bercanda sebentar dan kemudian mandi bertiga di kamar mandi. Nes . Kata Lina tiba tiba sambil merangkul bahuku dari belakang. Kurasakan kedua pentil Lina menempel di punggungku. Hmmh sahutku. Terus terang aku tidak tahu harus berterima kasih bagaimana kepadamu. Perngentotan seperti tadi sama sekali tidak pernah kubayangkan. Bermimpipun tidak pernah. Aku tidak pernah membayangkan kok perngentotan bisa mendatangkan kenikmatan yang begitu hebat dalam diriku. Rupanya Lina itu wanita yang kesepian, suaminya janrang sekali memberikan nafkah batin karena sibuk dengan pekerjaannya saja. Bertemu dengan om Edo gak tau dimana, Linapun membuat fantasi seksnya selama ini menjadi kenyataan. Malah dia menginginkan ber threesome, itulah sebabnya om Edo mengajakku untuk join dalam kegilaan ini. Terima kasih Lina.

    Sepertinya semuanya belum puas dengan ngentot yang cuma seronde. Om Edo berbaring telanjang di kasur angin. Lina segera mengocokngocok kontolnya perlahan. Aku berjongkok di depannya. Lina mulai memasukkan kontol om Edo ke dalam mulutnya. Kepalanya mulai bergerak naik turun. Pipinya yang sedikit menonjol disesaki kontol om Edo. Sementara aku menciumi dan menjilati pahanya menunggu giliran. Sesaat kemudian, Lina mengeluarkan kontol om Edo dari mulutnya, dan aku langsung meraihnya dengan bernafsu. Kujilati terlebih dahulu mulai dari kepala sampai ke pangkal batangnya, dan perlahan aku mulai menghisap kontol om Edo. Om Edo menarik Lina dan menciuminya. Linapun membalas pagutan om Edo. Ciuman dan jilatannya kemudian beralih ke pentil om Edo, sementara kontolnya masih menjejali mulutku. Segera om Edo menarik Lina kedalam pelukannya. Om Edo menjilati pentilnya. Ahhssstt erangan nikmat keluar dari mulut Lina. Erangan ini semakin keras terdengar saat jari om Edo mengusapusap nonoknya.

    Sebentar ya Nes..kata om Edo sambil mencabut kontolnya dari mulutku. Lina ditariknya sampai berbaring dan om Edo mengarahkan kontolnya ke nonok Lina. Pelanpelan ya mas. desah Lina perlahan. Kontol om Edo mulai menerobos nonok Lina. Erangan Lina semakin menjadi. Tangannya tampak meremas sprei ranjang. Mulutnya setengah terbuka, dan matanya terpenjam. Ahhhhahhhh desah Lina saat om Edo mulai menggenjot kontolnya keluar masuk. Lina mulai menggelinjang merasakan kontol om Edo menghunjam ke nonoknya sementara aku menonton adegan itu dengan penuh napsu. Om Edo menghentikan enjotannya dan mengganti posisi, sekarang Lina yang diatas. Kembali kontol om Edo menerobos nonok Lina. Ahhhh. erangnya. Lina kemudian menggoyanggoyangkan tubuhnya turun naik mengocok kontol om Edo didalam nonoknya. Om Edo meraih aku kedalam pelukannya dan mencium bibirku. Toketku diremasnya dengan gemas, pentilku mendapat giliran selanjutnya. Sstttthhhh.sstttt erangku saat om Edo menjilati dan dengan gemas mengisap toketku. Sementara Lina masih menggoyanggoyangkan tubuhnya. Matanya terpejam. Om Edo memilinmilin pentil Lina sementara aku menjilati pentil om Edo. Ahhhhh erang Lina panjang saat dia nyampe. Tubuhnya mengejang beberapa saat, kemudian lunglai di atas tubuh om Edo. Om Edo menciumi pundak Lina beberapa saat, sebelum digulingkan kesebelahnya.

    Giliranmu Nes.. katanya. Aku langsung menghentikan hisapanku pada pentilnya, dan dengan bergairah menggantikan posisi Lina. Aku menaiki tubuhnya dan kuarahkan kontol om Edo ke nonokku. Ihhh..gede bangetiihhhh desahku saat kontolnya menerobos nonokku. Dengan bernapsu aku menggoyanggoyangkan tubuhku. Toketku berguncangguncang saat aku mengenjotkan pantatku turun naik. Terkadang om Edo menarik tubuhku agar dia bisa menghisapi pentilku. Bosan dengan posisi ini, om Edo minta aku menungging sambil memegang tepian bagian kepala ranjang. Disodokkannya kontolnya kembali ke dalam nonokku. Aku kembali mengerang. Ihh..ihh.. desahku saat dienjot dari belakang. Lina tak berkedip melihat aku dientot secara doggystyle. Sini Lin om Edo memanggilnya. Saat dia menghampiri, langsung om Edo kembali menciumi Lina, sementara itu tangannya memegang pinggangku sambil sesekali menepuknepuk pantatku. Ihh..ihh.. Ines nyampe om. erangku saat aku nyampe. Dia melepaskan kontolnya dari nonokku. Aku ditelentangkannya dan segera kontolnya ambles lagi dinonokku. Om Edo dengan penuh napsu mengenjotkan kontolnya dengan cepat dan keras, keluar masuk menggesek nonokku, sampai akhirnya dia menjerit keenakan. Terasa ada semburan peju hangat didalam nonokku. Diapun terkulai. Om mainnya hebat banget kata Lina sambil tersenyum. Iya..kita berdua aja dibuat kewalahansahutku sambil mengusapusap dadanya. Habis kalian cantikcantik sih. Jadi nafsu nih jawabnya. Kita sih puas banget deh dientot mas, lemes tapi nikmaat banget, ya Nes kata Lina. Yang gemesin ini lho..gede banget ukurannya kataku sambil mulai mengusapusap kontolnya. Iya.Rahasianya apa sih om? TKurasakan kontolnya mulai mengeras lagi, luar biasa.

    Mas, buat kenangkenangan Lina video ya.. ujar Lina tibatiba, sambil bangkit mengambil HPnya. Jangan ah. Udah nggak usah om Edo menolak. Ah..nggak apa mas. Habis kontolnya gemesin banget deh..Lina nggak ambil mukanya kok.. sahutnya. Awas, bener ya. Jangan kelihatan mukanya lho kata om Edo lagi. Mas berdiri di sini aja biar lebih jelas. Terus kamu isepin Nes.. Ntar gantian kata Lina. Om Edo bangkit dan berdiri di samping ranjang. Aku kemudian berjongkok di depannya, dan mulai menjilati kontolnya. Rambut kamu Nes..jangan nutupin kata Lina sambil mulai merekam adegan itu. Om Edo membantu aku menyibakkan rambutku dan aku mulai mengulum kontolnya sambil mengeluselus biji pelernya. Lina merekam adegan itu dengan antusias. Om Edo mengerang nikmat, sambil membantu menyibakkan rambutku. Cukup lama aku mengemut kontolnya. Sementara tampak Lina sangat terangsang melihat aku menikmati kontol om Edo. Nes..gantian dong.. katanya beberapa saat kemudian. Hpnya diserahkan ke aku, dan gantian Lina sekarang yang berjongkok di depan om Edo. Disibakkannya rambutnya kesamping agar aku dapat merekam adegan dengan jelas. Dijilatinya perlahan seluruh kontol om Edo. Lubang kencingnya digelitik dengan lidahnya, kemudian mulutnya mulai mengulum perlahan kontol om Edo. Jangan pakai tangan Lin.. kataku yang sedang merekam adegan itu. Lina kemudian melepas tangannya yang memegang kontol om Edo, dan ia memaju mundurkan kepalanya. Sesaat kemudian dia mengeluarkan kontol dari mulutnya dan, tetap dengan tanpa memegang kontol, Lina menjilatinya sambil bergumam gemas. Kemudian dihisapnya kembali kontol om Edo dengan bernafsu. Diperlakukan seperti itu, om Edo gak tahan lagi. Arrghh.. hampir ngecret nih.. erangnya.Om yang ambil ya.. kataku sambil menyerahkan hp padanya. Aku kemudian berjongkok bersama dengan Lina. Kontol itu kukocokkocoknya. Om Edo tidak tahan lagi. Sambil merekam adegan, dia ngecret membasahi muka kami. Setelah beristirahat sejenak, om Edo meminta hp Lina. Dia ingin memastikan wajahnya tidak terlihat di rekaman video yang tadi diambil. Kemudian mereka berdua masuk kedalam, aku masih berbaring di kasur, tak lama kemudian aku ketiduran. Hari sudah gelap.

    Aku terbangun karena ada mencium bibirku. Om Edo duduk dikasur, aku ditariknya duduk disebelahnya. Napsuku bangkit dengan sendirinya. Segera tanpa membuangbuang waktu lagi om Edo menyambar tubuhku. Dilumatnya bibirku dan tangannya beraksi meremas toketku. Hhhmm..gimana Nes? Udah siap dientot lagi? Lina kemana om? Lagi tiduran dikamar, aku pengen ngentotin kamu sendirian deh Nes. Kurasakan hembusan nafasnya di telingaku. Tangan gempalnya mulai meremasi toketku, sementara tangan yang lainnya mulai mengeluselus pahaku. Aku hanya bisa menikmati perlakuannya dengan jantung berdebardebar. Tangan yang satunya juga sudah mulai naik ke bagian selangkangan lalu dia menggesekkan jarinya pada daerah itilku. Toketku diremas, dibelai, dan dipelintir pentilnya, sambil tangan satunya tetep menggesek itilku. Aku melenguh kenikmatan. Tiba2 dia mendorongku telentang dikasur, dibentangkannya pahaku lebarlebar, tangannya mulai merayap ke bagian selangkanganku. Jarijarinya mengusapngusap bagian permukaannya saja lalu mulai bergerak perlahanlahan diantara kerimbunan jembutku, jarinya mencari liang nonokku. Perasaan nikmat begitu menyelubungiku karena hampir semua daerah sensitifku diserang olehnya dengan sapuan lidahnya pada leherku, remasan pada toketku, dan permainan jarinya pada nonokku, seranganserangan itu sungguh membuatku terbuai. Kedua mataku terpejam sambil mulutku mengeluarkan desahandesahan Eeemmhh..uuhh. Kontol besarnya sudah mengeras dan mengacung siap memulai aksinya. Aku terbelalak memandang kontol hitam itu, panjangnya memang termasuk ukuran ratarata, namun diameternya itu cukup lebar, dipenuhi dengan uraturat yang menonjol. Dengan lembut dibelainya pipiku, lalu belaian itu perlahanlahan turun ke bahuku. Direngkuhnya aku dalam pelukannya. Tangannya bergerak menjelajahi tubuhku. Dia mengencangkan remasan pada toketku kananku sehingga aku merintih kesakitan Aaakkhh..sakit om!. Dia hanya tertawa terkekehkekeh melihat reaksiku. Uuuhh..sakit ya Nes, mana yang sakit..sini om liat katanya sambil mengusapusap toketkuku yang memerah akibat remasannya. Dia lalu melumat toketkuku sementara tangan satunya meremasremas toketku yang lain. Perlahanlahan akupun sudah mulai merasakan enaknya. Tubuhku menggelinjang disertai suara desahan saat tangannya mengorekngorek liang nonokku sambil mulutnya terus melumat toketku, terasa pentilku disedotsedot olehnya, kadang juga digigit pelan atau dijilatjilat. Kini mulutnya mulai naik, jilatan itu mulai kurasakan pada leherku hingga akhirnya bertemulah bibirku dengan bibirnya yang tebal itu. Naluri sexku membuatku lupa akan segalanya, lidahku malah ikut bermain dengan liar dengan lidahnya sampai ludah kami bertukar dan menetesnetes sekitar bibir.

    Om Edo lalu berlutut sehingga kontolnya kini tepat dihadapanku yang sedang telentang dikasur. Dia menggosokkan kontolnya pada wajahku. Aku mulai menjilati kontol hitam itu mulai dari kepalanya sampai biji pelernynya, semua kujilati sampai basah oleh liurku. Semakin lama aku semakim bersemangat melakukan oral sex itu. Kukeluarkan semua teknik menyepongku sampai dia mendesah nikmat. Saking asiknya aku baru sadar bahwa posisi kami telah berubah menjadi gaya 69 saat kurasakan benda basah menggelitik itilku. Dia kini berada di bawahku dan menjilati belahan nonokku, bukan cuma itu dia juga mencucukcucukan jarinya ke dalamnya sehingga nonokku makin lama makin basah saja. Aku disibukkan dengan kontolnya di mulutku sambil sesekali mengeluarkan desahan. Aku sungguh tidak berdaya oleh permainan lidah serta jarinya pada nonokku, tubuhku mengejang dan cairan nonokku menyembur dengan derasnya, aku telah dibuatnya nyampe. Tubuhku lemas diatas tubuh nya dan tangan kananku tetap menggenggam batang kontolnya.

    Setelah puas menegak cairan nonokku, dia bangkit berdiri di kasur. Tangan kokohnya memegang kedua pergelangan kakiku lalu membentangkan pahaku lebarlebar sampai pinggulku sedikit terangkat. Dia sudah dalam posisi siap menusuk, ditekannya kepala kontolnya pada nonokku yang sudah licin, kemudian dipompanya sambil membentangkan pahaku lebih lebar lagi. Kontol yang gemuk itu masuk ke nonokku yang cukup sempit. Dia terus menjejalkan kontolnya lebih dalam lagi sampai akhirnya seluruh kontol itu tertancap. Ooohh..nonok kamu lebih peret dari nonok Lina, Nes, nikmat banget deh. Aku senang juga mendengar pujiannya. Ines juga nikmat om, kontol om gede banget. Kamu belum pernah ngerasain kontol gede ya Nes. Yang gede sering om, tapi yang segede kontol om baru kali ini, enjot terus om, nikmaaat. Puas menikmati jepitan dinding nonokku, pelanpelan dia mulai menggenjotku, maju mundur terkadang diputar. Kurasakan semakin lama pompaannya semakin cepat sehingga aku tidak kuasa menahan desahan, sesekali aku menggigiti jariku menahan nikmat, serta menggelenggelengkan kepalaku ke kirikanan sehingga rambut panjangku pun ikut tergerai kesana kemari. Tampangku yang sudah semrawut itu nampaknya makin membangkitkan napsunya, dia menggenjotku dengan lebih bertenaga, bahkan disertai sodokansodokan keras yang membuatku makin histeris. Kemudian tangan kanannya maju menangkap toketku yang tergoncanggoncang. Hal ini memberi perasaan nikmat ke seluruh tubuhku.

    Setengah permainan, dia mengganti posisi. Aku disuruhnya nungging di dipan. Dari belakang dia sedang mengagumi tubuhku dan mengelusngelusnya. Nah, ini baru namanya pantat dia meremas bongkahan pantatku dengan gemas dan menepuknya. Saat dia mulai mengelus nonokku tanpa sadar aku malah merenggangkan kakiku sehingga dia makin leluasa merambahi daerah itu. Dia mulai mempersiapkan kembali kontolnya dengan menggosokgosokkan pada bibir nonok dan pantatku. Kemudian dia menyelipkan kontolnya di antara selangkanganku lewat belakang. Aku mendesis nikmat saat kontol itu pelanpelan memasuki nonokku. Kakiku mengejang ketika menerima sodokan pertamanya yang dilanjutkan dengan sodokansodokan berikutnya. Mulutku mengapmengap mengeluarkan merintih terlebih ketika tangannya meremasremas kedua toketku sambil sesekali dipermainkannya pentilku yang sudah mengeras. Ooohh.. enak banget deh ngentotin kamu Nes! celotehnya. Tusukantusukan itu seolah merobek tubuhku, hingga 15 menit kemudian tubuhku bagaikan kesetrum dan mengucurlah cairan dari nonokku dengan deras sampai membasahi pahaku. Aku merintih panjang sampai tubuhku melemas kembali, kepalaku jatuh tertunduk, nafasku masih kacau setelah nyampe sekali lagi. Aku mengira dia juga akan segera mengecretkan pejunya, ternyata perkiraanku salah, dia masih dengan ganas mengenjotku tanpa memberi waktu istirahat. Rambut panjangku ditariknya sehingga kepalaku terangkat. Sudah cukup lama aku digenjotnya namun belum terlihat tandatanda akan ngecret. Variasi gerakannya sangat lihai sampai membuatku berkelejotan, juga staminanya itu sungguh diluar dugaan. Mendadak dia menarik lepas kontolnya, aku sudah siap menerima semprotan pejunya, namun ternyata kontol itu masih mengacung dengan gagahnya.

    Om Edo lalu duduk, Sini Nes, om pangku! suruhnya. Aku menurut saja dan tanpa diminta lagi aku naik ke pangkuannya, aku menuntun kontolnya memasuki nonokkku. Begitu kuturunkan pantatku langsung aku bergoyang di pangkuannya, dia pun membalas gerakkanku dengan menaik turunkan pantatnya berlawanan denganku sehingga tusukannya makin dalam. Wajahnya dibenamkan pada belahan toketku, tangannya yang tadi mengelusngelus punggungku mulai meraba toketku, mulutnya menangkap toketku yang satu lagi. Toketku disedot dan dikulumnya, kumisnya yang terkadang menyapu permukaan toketku memberi rasa geli dan sensasi yang khas. Kunaikturunkan tubuhku dengan gencar sampai dia melenguhlenguh keenakan, Uuugghh..nonok kamu enak banget, Nes. esahanku bercampur baur dengan lenguhannya. Kepalaku tengadah disertai lolongan panjang dari mulutku saat aku nyampe lagi, cairan nonokku kembali tercurah sampai membasahi dipan, secara refleks aku juga mempererat rangkulanku hingga wajahnya makin terbenam pada toketku. Om, kuat banget sih ngentotnya, Ines dah beberapa kali nyampe, om belum ngecret juga, lemes om. Tapi nikmat kan?

    Kemudian dia melepaskan kontolnya dan menyuruhku berlutut di hadapannya, diraihnya kepalaku dan didekatkan pada kontolnya yang lalu kujilati dan kusedot, rasanya sudah bercampur dengan cairan nonokku. Ketika tanganku sedang mengocok sambil menjilatinya tibatiba dia melenguh panjang dengan wajah mendongak ke atas, Nes, aku mau ngecret, di nonok kamu ya. Segera aku dibaringkan didipan, dia menaiki aku dan sekali enjot kontol besarnya langsung ambles semuanya di nonokku. Dienjotkannya kontolnya keluar msuk dengan cepat dan akhirnya, Ooohh..Nes, aku ngecret dan disusul creett..creet.. pejunya menyemprot dengan deras didalam nonokku, terasa sekali semburan kuatnya menghangati bagian dalem nonokku. Demikian lelahnya aku, sampai tubuh seperti lumpuh dan mata terasa makin berat. Sebelum kembali terlelap aku masih sempat mendengarnya berkata dekat kupingku nonok kamu enak banget, aku jadi ketagihan nih!.

  • Kisah Memek Keperkasaan Wawan Untuk Mama Dan Shinta

    Kisah Memek Keperkasaan Wawan Untuk Mama Dan Shinta


    2846 views

    Duniabola99.com – Cerita Seks Sudah sejak berumur 7 atau 8 tahun aku mempunyai keingintahuan dan hasrat yang kuat akan seks. Secara sembunyi-sembunyi aku sering membaca majalah dewasa milik orang tuaku. Biasanya hal itu kulakukan saat sebelum berangkat sekolah dan orang tuaku tidak di rumah. Saat membaca majalah tersebut aku juga beronani untuk memuaskan hasratku.


    Pada saat usiaku 10 tahun, hasratku akan pemuasan seks semakin besar, maklum saat itu adalah masa puber. Frekuensiku melakukan onani juga semakin sering, dalam sehari bisa sampai 4 kali. Dan setiap hari minimal 1 kali pasti aku lakukan.

    Pada suatu sore ketika aku duduk di kelas 6 SD, saat itu tidak ada seorang pun di rumah. Papa sedang bertugas keluar kota, sedangkan Mama dan adikku sedang mengikuti suatu kegiatan sejak pagi. Aku gunakan kesempatan tersebut untuk menonton blue film milik orang tuaku. Sejak pagi sudah 3 film aku putar dan sudah 4 kali aku melakukan onani. Namun hasratku masih juga begitu besar.

    Ada adegan yang sangat aku sukai dan aku sering berkhayal bahwa aku menjadi pemeran pria dalam film itu. Adegan itu adalah saat seorang pria sedang berbaring sementara wanita pertama duduk di atas penis sang pria sambil menggoyangkan pinggulnya dan wanita kedua duduk tepat di atas mukanya sementara sang pria dengan lahapnya menjilati vagina wanita kedua tersebut.

    Aku segera menurunkan celanaku bersiap melakukan onani sambil menyaksikan adegan favoritku. Di tengah-tengah kegiatanku dan film sedang hot-hotnya, tiba-tiba terdengar suara pintu pagar dibuka. Saat itu menunjukkan pukul 20.00, ternyata Mama dan adikku sudah pulang. Segera aku kenakan celanaku kembali dan mengeluarkan video dari playernya kemudian meletakkannya kembali di tempatnya. Lalu baru aku membukakan pintu untuk mereka.

    “Eh Wan, tolong bantu masukkan barang-barang dong”, Mama memintaku membantunya membawa barang-barang.
    “Iya Ma. Shin, di sana ngapain aja? Koq sepertinya capek banget sih?”, aku menyapa adikku Shinta.
    “Wah, banyak. Pagi setelah aerobik terus jalan lintas alam. Sampai di atas udah siang. Terus sorenya baru turun. Pokoknya capek deh.”, Shinta menjelaskannya dengan bersemangat.


    Setelah itu mereka mandi dan makan malam. Sementara aku duduk di ruang keluarga sambil menonton acara TV. Setelah mereka selesai makan malam, adikku langsung menuju ke kamarnya di atas. Mama ikut bergabung denganku menonton TV.

    “Wan, ada acara bagus apa aja?”, Mama bertanya padaku.
    “Cuma ini yang mendingan, yang lainnya jelek”, aku memberi tahu bahwa hanya acara yang sedang kutonton yang cukup bagus.

    Saat itu acaranya adalah film action. Setelah itu ada pembicaraan kecil antara aku dan Mama. Karena lelah, Mama menonton sambil tiduran di atas karpet. Tidak lama sesudah itu Mama rupanya terlelap. Aku tetap menonton. Pada suatu saat, dalam film tersebut ada jalan cerita dimana teman wanita sang jagoan tertangkap dan diperkosa oleh boss penjahat. Spontan saja penisku mengembang. Aku tetap meneruskan menonton.
    Ketika film sedang seru-serunya, tanpa sengaja aku menatap Mama yang sedang tertidur dengan posisi telentang dan kaki yang terbentang. Baju tidurnya (daster) tersingkap, sehingga sedikit celana dalamnya terlihat. Tubuhku langsung bergetar karena nafsuku yang tiba-tiba meledak. Tidak pernah terpikir olehku melakukan persetubuhan dengan Mamaku sendiri. Tapi pemandangan ini sungguh menggiurkan. Pada usia 29 tahun, Mama masih terlihat sangat menarik. Dengan kulit kuning, tinggi badan 161 cm, berat badan 60 kg, buah dada 36B ditambah bentuk pinggulnya yang aduhai, ternyata selama ini aku tidak menyadari bahwa sebenarnya Mama sangat menggairahkan.

    Selama ini aku benar-benar tidak pernah punya pikiran aneh terhadap Mama. Sekarang sepertinya baru aku tersadar. Nafsu mendorongku untuk menjamah Mama, namun sejenak aku ragu. Bagaimana kalau sampai Mama terbangun. Namun dorongan nafsu memaksaku. Akhirnya aku memberanikan diri setelah sebelumnya aku mengecilkan volume TV agar tidak membangunkan Mama. Aku bergerak mendekati Mama dan mengambil posisi dari arah kaki kanannya. Untuk memastikan agar Mama tidak sampai terbangun, kugerak-gerakkan tangan Mama dan ternyata memang tidak ada reaksi.

    Rupanya karena lelah seharian, ia jadi tertidur dengan sangat lelap. Dasternya yang tersingkap, kucoba singkap lebih tinggi lagi sampai perut dan tidak ada kesulitan. Tapi itu belum cukup, aku singkap dasternya lebih tinggi lagi dengan terlebih dahulu aku pindahkan posisi kedua tangannya ke atas. Sekarang kedua buah dadanya dapat terlihat dengan jelas, karena ternyata Mama tidak mengenakan bra. Langsung aku sentuh buah dada kanannya dengan telapak tangan terbuka dan dengan perlahan aku remas. Setelah puas meremasnya, aku hisap bagian putingnya lalu seluruh bagian buah dadanya.


    Tiba-tiba Mama mendesah. Aku kaget dan merasa takut kalau-kalau sampai Mama terbangun. Tetapi setelah kutunggu beberapa saat tidak ada reaksi lain darinya. Untuk memastikannya lagi aku meremas buah dada Mama lebih keras dan tetap tidak ada reaksi. Walau masih penasaran dengan bagian dadanya, namun aku takut jika tidak punya cukup waktu. Sekarang sasaran aku arahkan ke vaginanya. Mama mengenakan CD tipis berwarna kuning sehingga masih terlihat bulu kemaluannya.

    Aku raba dan aku ciumi vagina Mama, tapi aku tidak puas karena masih terhalang CD-nya. Jadi kuputuskan untuk menurunkan CD-nya sampai seluruh vaginanya terlihat. Namun hal itu tidak dapat kulakukan karena posisi kakinya yang terbentang menyulitkanku untuk menurunkannya. Jadi terpaksa aku rapatkan kakinya sehingga aku bisa menurunkan CD-nya sampai lutut. Tapi akibatnya aku jadi tidak bisa mengeksplorasi vagina Mama dengan leluasa karena kakinya kini merapat. Apakah aku harus melepas semuanya? Tentu akan lebih leluasa, tapi jika Mama sampai terbangun akan berbahaya karena aku tidak akan bisa dengan cepat memakaikannya kembali.

    Berhubung nafsuku sudah memburu, maka aku putuskan untuk melepaskannya semua. Lalu aku rentangkan kakinya. Sekarang vagina Mama dapat terlihat dengan jelas. Tidak tahan lagi, langsung aku cium dan jilati vaginanya. Lebih jauh lagi, dengan kedua tangan kubuka bibir-bibir vaginanya dan aku jilati bagian dalamnya. Aku benar-benar semakin bernafsu, ingin rasanya aku telan vagina Mama. Tidak lama setelah aku jilati, vaginanya menjadi basah. Setelah puas mencium dan menjilati bagian vaginanya, penisku sudah tidak tahan untuk dimasukkan ke dalam vagina Mama. Aku kemudian berdiri untuk melepas celanaku. Lalu aku duduk lagi di antara kedua kaki Mama dan aku bentangkan kakinya lebih lebar.

    Dengan mengambil posisi duduk dan kedua kakiku dibentangkan untuk menahan kedua kaki Mama, aku arahkan penisku ke lubang vaginanya. Tangan kananku membantu membuka lubang vagina Mama sementara aku dorong penisku perlahan. Aku rasakan penisku memasuki daerah yang basah, hangat dan menjepit. Tubuhku gemetar hebat karena nafsu yang mendesak. Setelah beberapa saat akhirnya seluruh penisku sudah berhasil masuk ke dalam vagina Mama dengan tidak terlalu sulit, mungkin karena Mama sudah melahirkan dua orang anak.


    Mulailah kugoyangkan pinggulku maju mundur secara perlahan. Kurasakan kenikmatan dan sensasi yang luar biasa. Aku memutuskan untuk memuaskan nafsuku, apa pun yang terjadi. Semakin lama gerakanku semakin cepat. Dengan semakin bernafsu, aku peluk tubuh Mama dan mengulum dadanya, sementara penisku terus bergerak cepat menggosok vagina Mama. Aku sudah tidak peduli lagi apakah Mama akan terbangun atau tidak, biar pun terbangun aku akan terus menggoyangnya sampai aku puas.

    Sungguh nikmat. Bahkan lebih nikmat daripada fantasiku selama ini. Setelah aku berjuang keras selama 6 menit, akhirnya aku sudah tidak tahan lagi hingga aku benamkan penisku dalam-dalam ke vagina Mama. Aku rasakan spermaku mengalir bersamaan dengan sensasi yang luar biasa. Seakan melayang sampai-sampai terasa sakit kepala. Aku biarkan penisku beberapa saat di dalam tubuh Mamaku.

    Setelah cukup rileks, aku cabut penisku. Aku puas. Aku tidak menyesal. Aku kenakan kembali celanaku. Sebelum aku kenakan kembali CD-Mama, aku puaskan diri dengan meremas-remas vagina Mama. Setelah itu aku rapikan kembali daster Mama. Aku matikan TV dan naik menuju kamarku di atas. Aku langsung rebahan di atas kasurku. Walau aku merasa lelah tapi aku tidak bisa tidur membayangkan pengalaman ternikmat yang baru saja aku rasakan. Pengalaman seorang anak SD yang baru saja melakukan hubungan seks dengan Mamanya sendiri.

    Membayangkan hal tersebut saja membuat nafsuku bangkit kembali. Aku berpikir untuk kembali melakukannya dengan Mama. Aku berjalan keluar kamar menuju ruang keluarga. Namun di depan kamar Shinta adikku, entah apa yang mengubah pikiranku. Aku berpikir, kalau Mama saja tidur sedemikian lelapnya maka tentu Shinta juga demikian. Apalagi selama ini Shinta kalau sudah tidur sulit sekali untuk dibangunkan.

    Perlahan aku buka kamarnya dan aku lihat Shinta tertidur dengan menggunakan selimut. Aku masuk ke kamarnya dan aku tutup lagi pintunya. Seperti yang sudah aku lakukan dengan Mama, aku juga sudah bertekad akan menyetubuhi Shinta adikku sendiri. Walaupun ia bangun aku juga tidak akan peduli.
    Lalu aku singkap selimutnya dan aku lepaskan dasternya serta tidak CD-nya. Sekarang Shinta sudah benar-benar bugil. Karena Shinta belum memiliki buah dada, sasaranku langsung ke vaginanya. Vaginanya sungguh mulus karena belum ditumbuhi rambut. Aku rentangkan kakinya lalu aku cium dan jilati vaginanya. Sekali-kali aku gigit perlahan. Lalu aku buka lebar-lebar bibir vaginanya dengan jariku dan kujilati bagian dalamnya.


    Setelah puas menciumi vaginanya, aku bersiap untuk menghunjamkan penisku ke dalam vagina Shinta yang masih mulus. Aku rentangkan kakinya dan aku tempatkan melingkar di pinggangku. Aku ingin mengambil posisi yang memungkinkanku dapat menyetubuhi Shinta dengan leluasa.

    Lalu kuarahkan penisku ke lubang vaginanya sementara kedua tanganku membantu membuka bibir vaginanya. Aku dorong perlahan namun ternyata tidak semudah aku melakukannya dengan Mama. Vagina Shinta begitu sempit, karena ia masih kecil (saat itu ia baru berusia 9 tahun) dan tentu saja masih perawan. Tapi itu bukan halangan bagiku. Aku terus mendorong penisku dan bagian kepala penisku akhirnya berhasil masuk. Namun untuk lebih jauh sangat sulit.

    Nafsuku sudah memuncak tapi masih belum bisa masuk juga hingga membuatku kesal. Karena aku sudah bertekad, maka aku paksakan untuk mendorongnya hingga aku berhasil. Namun tiba-tiba saja Shinta merintih. Aku diam sejenak dan ternyata Shinta tidak bereaksi lebih jauh. Walaupun aku tidak peduli apakah Shinta akan tahu atau tidak, tetap saja akan lebih baik kalau Shinta tidak mengetahuinya.

    Kemudian aku mulai menggoyang pinggulku, tetapi gerakanku tidak bisa selancar saat melakukannya dengan Mama, karena vagina Mama basah dan tidak terlalu sempit, sedangkan milik Shinta kering dan sempit. Aku terus menggesekan penisku di dalam tubuh Shinta semakin lama semakin cepat sambil memeluk tubuhnya. Ada perbedaan kenikmatan tersendiri antara vagina Mama dan Shinta. Karena vagina Shinta lebih sempit maka hanya dalam waktu 3 menit aku sudah mencapai orgasme.

    Kubiarkan spermaku mengalir di dalam vagina Shinta. Aku tidak perlu khawatir karena aku tahu Shinta belum bisa hamil. Aku tekan penisku dalam-dalam dan aku peluk Shinta dengan erat. Setelah puas aku kenakan lagi pakaian Shinta baru aku kenakan pakaianku sendiri. Aku berjingkat kembali ke kamarku dan tertidur sampai keesokan paginya.


    Pada pagi harinya aku agak khawatir jika ketahuan. Tapi sampai aku berangkat sekolah tidak ada yang mencurigakan dari sikap Mama maupun Shinta. Sejak saat itu aku selalu terbayang kenikmatan yang aku alami pada malam itu. Aku ingin mengulanginya. Dengan Mama kemungkinannya bisa dilakukan jika Papa tidak di rumah. Jadi akan lebih besar kesempatannya jika melakukannya dengan Shinta saja. Walaupun pada saat melakukannya, aku tidak peduli jika diketahui tetapi tetap akan lebih aman jika mereka tidak mengetahuinya. Maka hampir setiap malam, aku selalu bergerilya ke kamar Shinta. Namun aku hanya berhasil sampai tahap melucuti pakaiannya. Setiap kali penisku mulai masuk, Shinta selalu terbangun.

    Empat bulan sejak pengalaman pertama, aku belum pernah lagi melakukan sex. Pada bulan kelima, aku masuk SMP dan pada pelajaran biologi aku mengenal suatu bahan kimia praktikum yang digunakan untuk membius. Saat itu aku langsung berpikir bahwa aku bisa menggunakannya bersetubuh dengan Shinta lagi.

    Setelah pelajaran biologi, aku mengambil sebotol obat bius untuk dibawa ke rumah. Pada malam hari setelah semuanya tertidur, aku masuk ke kamar Shinta. Sebuah sapu tangan yang telah dilumuri obat bius aku tempatkan di hidung Shinta. Setelah beberapa saat, aku angkat sapu tangan tersebut dan mulai melucuti pakaian Shinta. Dan setelah aku melucuti seluruh pakaianku, aku naik ke ranjang Shinta dan duduk di antara kedua kakinya.


    Aku mengambil posisi favoritku dengan menempatkan kedua kakinya melingkari pinggangku. Aku masukkan penisku ke vaginanya dengan perlahan sampai keseluruhan penisku masuk. Goyangan pinggulku mulai menggoyang tubuh Shinta. Aku memeluk tubuhnya dengan erat dan penisku bergerak keluar masuk dengan cepat. Karena aku yakin Shinta tidak akan terbangun maka aku bisa mengubah posisi sesukaku. Seperti sebelumnya, saat pada puncaknya aku biarkan spermaku tertumpah di dalam vaginanya.

    Sejak saat itu hampir setiap hari aku menyetubuhi adikku, Shinta. Sesekali jika Papa sedang di luar kota, aku juga menyetubuhi Mama. Alangkah beruntungnya aku. Dengan ilmu pengetahuan, suatu hambatan ternyata dapat diselesaikan dengan mudah.

  • Video bokep Gina Gerson momen spesial

    Video bokep Gina Gerson momen spesial


    2846 views

  • Video bokep Yua Ariga bercinta sambil makan coklat

    Video bokep Yua Ariga bercinta sambil makan coklat


    2845 views

    Situs Agen Sbobet

  • Cerita Sex Terkini Kontol Wawan Menusuk Sampai Dalam

    Cerita Sex Terkini Kontol Wawan Menusuk Sampai Dalam


    2844 views

    Cersex Terbaru – Cerita Hot Dewasa Terkini, Koleksi Cerita Cabul Siswa, Cerita Sex Amoy Elok, Narasi Cabul Paling langka, Narasi Seks Terbaru, Narasi Abg Binal Ngentot, Ungkap Narasi Ngentot Tersembunyi, Tante Riang Bisyar, Mahasiswi Sange Nakal, Sekitar Seks Terhits, Birahi Tinggi Remaja, ABG IGO Bispak Horny, Seks Pemerkosaan Terganas, Seks Sedarah Terhits, Kasus Cabul Tante Riang, Cerita Acara pesta Seks Remaja, Photo Syur Hot, Photo Bugil Terbaik, Panduan Seksual Terkomplet dan Paling dipercaya.

     

    Bacaan Seks Terkini 2023 Pelet Tukang Bangunan – Bacaan seks, bacaan dewasa, bacaan ngentot, bacaan panas, narasi sex terkini 2023. Pagi itu ibarat biasa saya bangun lebih pagi dari mas Deni, kusiapkan makan pagi walau cuma beberapa lembar roti dan selai dan satu gelas kopi hitam hangat saat sebelum dia pergi kerja. Demikian dia usai berpakian dia juga makan pagi dengan rileks nya didampingi olehku. Saat sebelum tidak lupa mas Deni mencium keningku mesra disertai senyumannya yang hangat dan pergi pagi-pagi sekali memburu kereta ke arah tempat dia bekerja.
    Demikianlah sehari-harinya kami berdua. Telah tiga tahun lama waktunya kami menikah. Dengan modal tabungan dan sedikit kontribusi orang-tua kamipun dapat pergi dari “Pondok Mertua Cantik” dan mencicil rumah imut di luar kota jakarta untuk tempat tinggal kami.

    Kelompok Bacaan Seks Terkini 2023 Pelet Tukang Bangunan
    Bacaan Seks Terkini 2023 Pelet Tukang Bangunan
    Setiap hari saya bekerja di dalam rumah sebagai ibu rumah-tangga, walaupun memang tragisnya saya belum patut memiliki predikat “ibu”. Mungkin memanglah belum rezeki, dan memang waktunya belum pas untuk kami untuk mempunyai turunan . Maka setiap hari saya isi waktu luangku dengan membenahi rumah dan mengolah. Komplek rumahku termasuk baru, dan beberapa rumah belum berisi menjadi saya banyak beraktivitas apa pun untuk hilangkan kesepianku.
    Telah 5 ini hari saya mempunyai kegiatan baru, yakni memantau tugas tukang yang tengah meluaskan bangunan rumahku. Kebenaran bulan kemarin mas Deni mendapatkan tambahan uang dari bonus akhir tahunnya. Uang itu lalu kami tabung dan bekasnya kamu gunakan untuk membuat kanopi penutup garasi di area depan rumah kami.
    “Selamat pagi bu..” Sapa si mandor pak Ihksan secara ramah.

    “Oh pak Ihksan, silahkan masuk pak” Ujarku dengan tidak kalah ramah.
    Pas jam 9 pagi pak Ihksan dan anak buahnya mengawali kerjanya. Tugas membuat kanopi termasuk gampang dan tidak makan banyak tenaga, hingga sanggup dilaksanakan cukup dengan dua orang saja. Pagi itu ibarat beberapa hari awalnya pak Ihksan tiba bersama Wawan atau umum diundang Acong sepupunya untuk menolong kerjakan kanopi kami.

    Pak Ihksan yang telah berusia sekitaran 40-an itu semakin lebih mengarah me-mandori tugas anak buahnya saja yang tenaganya semakin kuat. Dan Wawan sepupunya itu yang kurang lebih berusia sekitaran tengah 20-an, tidak berbeda jauh denganku, semakin banyak lakukan tugas berat di bawah instruksi pak Ihksan.
    “Silakan pak diminum airnya” Sapaku ramah sekalian membawa nampan berisi kopi dan air putih dan meletakkannya di teras.
    “Oh ya terima kasih bu Santi..” Jawab pak Ihksan secara santun sekalian tersenyum sekalian terus meneruskan kerjanya.

    Berlainan dengan pak Ihksan, Wawan tidak banyak berbicara. Dia semakin banyak diam dan fokus bekerja. Bahkan juga sebelumnya kupikir dia mempunyai abnormalitas sangking dia tidak pernah kudengar bicara 1x juga. Tetapi satu perihal yang membuatku cukup risi dengan Wawan ialah bagaimana dia sering memerhatikanku. Sering dia melihatku dengan tajam, yang membuatku menjadi cukup salah kelakuan jika berjumpa mata dengannya.. Hal tersebut yang terkadang membuatku tidak ingin semakin lama di luar, walau sebenarnya kapan saya punyai rekan mengobrol walau cuma hanya pak Ihksan.
    Dan waktu itu sama dengan beberapa hari awalnya, ini kali juga Wawan melihatku secara cermat. Dia melihatiku lekat-lekat dari ujung rambut sampai ujungnya kaki sambil menggergaji kerangka kanopi di teras rumah. Harus kuakui, Wawan mempunyai aura misteri yang membuatku ingin tahu. Entahlah karena sikapnya yang demikian pendiam, atau karena argumen lain. Bukan sekali 2x dia mendapatiku secara cepat saat saya sedang sembunyi-sembunyi memerhatikannya. Secara cepat melihat dan membalasnya pandangan mataku seolah tahu jika saya sedang memperhatikannya.
    Namun ada satu perihal yang mengganggu rasa penasaranku. Walau selalu bekerja tanpa memakai pakaian, Wawan tidak pernah melepas Kalung hitam yang melingkar di lehernya. Kalung warisan itu ibarat dibuat dari kulit dengan bandul berwujud persegi warna hitam yang mengingatiku pada aksesori yang kerap digunakan di film sinetron pertandingan di tv. Ada satu perihal kembali yang membuatku ganjil, yakni dia seringkali menyeka-usap atau memain-mainkan kalung yang terlingkar di lehernya itu sambil dia berbisik-bisik seperti berzikir. Seringkali dia melihatiku lekat-lekat sambil lakukan kebiasan anehnya itu yang membuatku semakin risi saja.
    Entahlah semenjak kapan diawalinya, tetapi belakangan ini saya sering mendapatkan mimpi aneh. Sebuah mimpi kabur di mana saya dikunjungi sosok pria tanpa baju. Saya tidak bisa ingat terang bagaimana muka pria itu terkecuali tubuhnya yang tegap berotot. Tanpa basa-basi sang pria dalam mimpiku itu mendekapku dan memulai merangkul badanku. Selanjutnya entahlah bagaimana ceritanya, sang pria itu mulai menjamahku. Dia secara brutal meniduriku sampai pada akhirnya aku juga terjaga di tengah mimpi aneh/jelek itu secara bercucur keringat.
    Yang membuat semakin aneh ialah saya terus mendapatkan mimpi itu terus-terusan sepanjang sejumlah sesudahnya. Dan seperti umumnya, di dalam mimpi itu si pria mendadak tiba dan meniduriku. Satu perihal yang jadi kemiripan setiap mimpi ialah saat sebelum menjamahku, figur misteri itu selalu memaksakanku untuk mengoral kemaluannya, yang anehnya dalam mimpi itu selalu kulayani dengan suka hati.
    Walau saya tidak dapat ingat bagaimana perawakan sang figur yang sering tiba di mimpiku itu, antiknya saya dapat ingat benar bagaimana bentuk kemaluan sang pria tersebut.
    Saya dapat rasakan bagaimana baunya, teksturnya saat saya mengulumnya dalam mulutku. Bahkan juga saya dapat ingat rasanya di kemaluanku. Saya menjadi seperti dibikin mimpi basah setiap malam, dan terjaga dengan cairan kemaluan yang menetes-netes di celana dalamku.
    Dan demikianlah sepanjang sekian hari beruntun, saya terjaga dari mimpi jelek itu dengan keringat yang mengalir deras. Tetapi tetap saya tidak dapat ingat mukanya seperti apakah. Sampai di suatu saat saya sedang duduk di teras, memerhatikan tugas pak Ihksan dan Wawan. Tanpa sadar saya sedang memperhatikan Wawan lekat-lekat. Kuperhatikan tubuhnya yang berotot, berkilat keringat didera matahari, kulitnya yang gelap tetapi bersih.. dan aku juga tercekat saat Wawan kembali melihatku, seolah ketahui jika dia sedang dilihat.

    Aku juga selekasnya masuk ke rumah dan menenggak air putih dengan napas tersengal-sengal. Mungkinkah saya bermimpi Wawan sejauh ini?
    Makin hari saya makin tidak dapat lupakan mimpi-mimpiku pada malam hari itu. Terkadang saya merasa kebingungan temukan diriku tengah melamun membaygkan mimpiku itu. Aku juga tidak memahami mengapa saya menjadi kerap mengingat mimpi erotis itu, dan membaygkan bilaman sang pria yang tiba itu ialah Wawan. Aku juga terus berusaha untuk hilangkan beberapa pikiran aneh itu dan berusaha untuk tidak pikirkannya benar-benar dan membuangnya jauh.
    Sesuatu saat pada minggu ke dua, saya sedang menyiapkan kopi dan air putih untuk pak Ihksan dan Wawan. Hari itu saya malas sekali untuk mandi pagi, dan masih tetap memakai gaun tidurku tadi malam yang dilapisi oleh cardigan tipis sewarna dengan gaun tidurku tersebut. Saya terkejut saat menyaksikan Wawan tiba sendiri tanpa ditemani pak Ihksan.
    “Eng.. pak Ihksan ke mana?” Tanyaku dengan canggung.
    “……..Pak Ihksan sakit. Istirahat di rumah.” Jawab Wawan pendek. Kupikir-pikir baru ini kali saya dengar suaranya dan menanyakan secara langsung padanya.
    “Ooh.. Saya simpan di sini ya minumnya..” Ujarku perlahan sambil menyimpan nampan. Entahlah mengapa suaranya yang berat membuatku menjadi sedikit menciut.
    Wawan tidak menjawab dan secara langsung menyimpan perlengkapan yang dibawa. Dengan rileks dia melepaskan pakaiannya dan menggantungnya di pagarku. Saya termenung. Entahlah ini kali saya demikian berkeinginan untuk melihati tubuhnya semakin lama. Kupandangi tubuhnya yang mulai berkeringat mengeduk semen, berkilat-kilat. Entahlah bagaimana reaksi mas Deni jika mendapatiku tengah melamun memelototi pria lain semacam ini. Yang terang waktu itu saya benar-benar lupa dengan mas Deni, betul-betul lupa.
    Lamunanku tersadarkan saat kembali lagi Wawan mendapatiku ketangkap basah melihatinya. Dengan muka bersemu aku juga selekasnya masuk tanpa banyak berbicara. Di dalam rumah saya atur napas, saya tidak mengerti dapat melakukan perbuatan sebodoh tersebut. Beberapa saat berlalu saya memilih untuk melihat tv saja. Tetapi kembali lagi saya tidak dapat fokus dan pikiranku melayg membaygkan beberapa mimpi erotis yang kualami.
    Sebuah ketukan perlahan membubarkan fantasiku. Aku juga terlonjak duduk dari lamunanku. Kucoba untuk menurunkan debaran jantungku yang sejak dari barusan berdegap kuat melamunkan mimpi tidak pantas itu. Aku juga selekasnya jalan keluar dan buka pintu.
    “Izin bu. Hujan, saya stop dahulu.” Tutur Wawan pendek.
    Saya mirip orang bodoh cuma berdiri dimuka pintu dengan mata terbeliak dan mulut menganga. Tidak menygka Wawan ada di depan pintu berdiri sedekat itu denganku.
    “I-iya mas, silahkan saja.” Ujarku cepat.
    Kusaksikan badannya basah kuyup diguyur hujan. Rupanya saya tidak mengetahui turun hujan sangking asyiknya melamun barusan. Aku juga kembali tubuh dan tinggalkan Wawan yang berdiri mematung di teras melihati hujan deras yang mengguyuri teras rumah. Ternyata dia barusan sebelumnya sempat mengalihkan rangka-rangka kanopi lebih dulu hingga tubuhnya basah kuyup kehujanan. Kupikir-pikir kasihan jika dia kedinginan semacam itu, bisa jadi dia sakit dan justru tugas rumahku menjadi tidak terurus.
    “…. Eng, silahkan mas jika ingin beres-beres di dalam kamar mandi..” Ujarku canggung sekalian menunduk buka pintu sedikit mempersilakannya masuk.
    Sementara Wawan balas melihatiku sesaat, selanjutnya jalan meng ikutiku masuk ke rumah. Selekasnya sesudah memberinya handuk aku juga berlari di dalam kamar dan diam diri.
    “Duh, mengapa menjadi deg-degan ini sich?!” Umpatku dalam hati.
    Saya terduduk di kasur, selanjutnya merebahkan diriku ke-2 kakiku menjuntai kebawah. Saya pejamkan mata berusaha menurunkan debaran jantungku. Pikiranku melayg tidak teratasi, membaygkan badan kekar Wawan yang tengah diguyur shower dalam kamar mandiku, membaygkan bulir-bulir air jatuh ke antara badannya. Saya menghela napas panjang, tidak memahami dengan pikiranku sendiri.
    Tanpa kusadari Wawan rupanya sudah usai bersihkan badannya. Dia jalan perlahan keluar kamar mandi dan melihat masuk ke kamar. Posisi kamar mandi itu berseberangan dengan kamar tidurku, menjadi siapa saja yang keluar kamar mandi bisa secara gampang melihat di dalam kamar tidurku jika pintunya terbuka. Dan apesnya saat itu saya lupa tutup pintu kamar tidurku, hingga Wawan bisa langsung melihatku yang tengah merebahkan diri di atas kasur demikian dia keluar kamar mandi.
    “Saya telah usai, bu.” Tutur Wawan pendek.
    Saya terlonjak terkejut dan terduduk. Suara itu benar-benar dekat. Dan betul saja, Wawan ada di tingkat pintu kamar tidurku. Saya termenung mematung merunduk kebawah menghindar dari sorotan matanya. Entahlah semenjak kapan dia berdiri disitu. Mungkinkah sejak dari barusan dia melihatiku yang sedang merebahkan diri di atas kasur?. Yang paling mengagetkan ialah mendadak dengan perlahan-lahan Wawan mengambil langkah masuk ke kamarku, dan rapatkan pintu ada di belakangnya.
    Saya tercekat diam seribu bahasa. Otaku berusaha mengolah apa yang sedang dilakukan Wawan, dan pikirkan bagaimana dia berani sekali punyai nyali masuk ke kamarku. Nyaliku semakin menciut setiap kali Wawan mengambil langkah merapat, perlahan-lahan dia mempersempit jarak di antara kami berdua. Tubuhku lemas, di antara cemas, takut dan terpana. Terpana oleh badan telanjangnya yang menarik yang saat itu cuma terbelit selembar handuk putih di atas lututnya. Wawan melihatiku lekat-lekat tanpa kata-kata.
    Sementara saya semakin menunduk ketakutan dan cemas didera sorotan matanya yang tajam.
    Jantungku berdegap kuat saat kurasakan sentuhan halus Wawan di ujung-ujung rambutku. Apakah benar itu tangannya? Apa ini cuma Angan-anganku semata?. Sementara itu saya tetap tidak berani mendangak dan menentukannya. Entahlah mengapa tidak terbesit untuk menyingkirkannya. Kenekatan Wawan saat itu ciutkan nyaliku.
    Sementara itu jantungku tidak stop berdetak kuat tidak teratasi setiap punggung jari menyeka halus rambut pendek tergerai ku. Disekanya halus dari ujung ke pangkal rambutku yang terurai disebelah mukaku. Saya tidak sanggup menantang dan cuma dapat mematung. Ingin rasanya saya menantang, tetapi anehnya saya tidak sanggup. Jangankan berontak, mengusung muka menantang pandangannya juga saya tidak mampu.
    Sampai pada akhirnya dengan seluruh kemampuanku, saya sukses berontak dan menepiskan tangannya dari mukaku. Kutampar tangannya sampai melayg, dan dengan langsung kudorong tubuhnya dengan ke-2 tanganku dengan keinginan menyingkirkannya keluar kamarku.
    “Egghh! Keluar kamu!!”
    Tetapi tubuhku yang lebih imut darinya pasti tidak membuat bergerak sedikitpun. Justru kembali saya yang terjengkang kebelakang dan jatuh berlutut di lantai. Saat tersebut mendadak Wawan memegang tepi handuknya, dan loloskan handuknya turun sampai jatuh ke lantai. Posisi ku yang berlutut di hadapannya automatis segera bertemu dengan anggota badan bawahnya, sejajar dengan pinggangnya. Sekarang Wawan telanjang bundar di depanku tanpa satu helai benangpun terkecuali kalung warisan yang melingkar di lehernya.
    Dan di waktu itu lah semua jadi semakin tidak teratasi. Tidak lama kemudian saya kembali termenung mematung berlutut, di antara terkejut dan terkesima. K0ntol Wawan yang 1/2 keras itu pas bertemu satu jengkal jauhnya dari mukaku. Otakku segera bereaksi mengganggu alam bawah sadarku, mengulangi kembali memory beberapa mimpi yang kualami sejumlah malam hari ini. Bentuk k0ntol yang ada di depanku ini betul-betul familier. Ya, ini ialah k0ntol sang figur misteri yang sering menghantui malamku. Saya memang tidak pernah ingat dengan figurnya, tetapi saya hafal benar dengan k0ntol tersebut. Rupanya memang betul, tidak lain dan tidak bukan k0ntol itu ialah k0ntol Wawan sendiri.
    Seperti dilanda rasa haru dan kangen karena pada akhirnya dapat menyaksikannya langsung, kuperhatikan secara cermat k0ntol Wawan yang pas menodong mukaku tersebut. Bagaimana setiap goresan di tangkai k0ntolnya, kantung zakarnya, urat-urat di sekliling batagnya, kepala k0ntolnya yang sedikit lonjong berkilat, bahkan juga bentuk rambut kemaluannya memang betul benar-benar kuhapal.
    Bak tengah menyaksikan ular kobra yang siap mematuk, kupandangi k0ntolnya yang gagah melawan. Kuakui panjangnya kemungkinan cuma beda lebih panjang 2-3CM dari punya mas Deni. Karena mungkin ukuran kepala k0ntolnya yang berlainan dan sedikit besar. Tetapi yang paling jelas ialah diameternya. Walau mungkin cuma berbeda 2-3CM diameternya dari punya mas Deni, tetapi yang terang membuat menjadi kelihatan lebih tebal dan gemuk. Saya menjadi menelan ludah gugup saat terpikir bagimana rasa k0ntol itu di mulutku dan di kemaluanku dalam mimpiku.
    Bacaan Seks Terkini 2023 Pelet Tukang Bangunan
    Dan tanpa berbicara, Wawan mengelus lagi mukaku halus dengan tanganya. Sementara itu dia perlahan-lahan lebih memajukan pinggangnya semakin merapat, memperkecil jarak di antara mukaku dan kemaluannya. Tetapi ini kali saya tidak lagi cemas atau berontak, saya justru merasa tenang bahkan juga menanti-nanti. Sampai pada akhirnya saya dapat mengisap wewangian kemaluannya yang bersatu sabun merasuk di dalam hidungku. Secara perasaanah saya pejamkan mata nikmati baunya yang ciri khas. Mataku perlahan-lahan terpejam syahdu bersamaan Wawan dekatkan k0ntolnya.
    “Ach…”
    Saya terpekik kecil saat pipi halusku bergesekan secara hangatnya kulit tangkai k0ntol Wawan. Teksturnya yang tidak rata demikian berasa di pipi kananku. Tetap dengan mata terpejam kubiarkan k0ntol Wawan menelusuri mukaku. Dimulai dari pipi, selanjutnya berpindah ke hidungku sampai daguku dapat rasakan kantung zakarnya di daguku. Tangan Wawan yang semula cuma mengelus pipiku, sekarang berpindah memegang belakang kepalaku. Automatis bibirku menjadi mengecup pangkal kemaluan Wawan. narasi seks
    “Hhhmm…”
    Itil V3
    Wawan mendengus perlahan. Ditujukannya kembali kepalaku sampai sekarang bibirku mengecup naik ke tangkai kemaluannya, dan mengecup kepala k0ntolnya halus. Dan aku juga seperti memahami akan kemauan Wawan, kugerakkan bibirku mencumbui lubang urine nya yang berasa sedikit basah dan asin.
    “Mmhcch.. Mmmhcccup.. Cuppphmm.. Cupphhmmmmm…”
    Dengan jinaknya kutimpali dengan ciuman mesra pergerakan kepala k0ntol Wawan yang berputar-putar di sekitar bibirku. Perlahan-lahan tetapi tentu Wawan menggerakkan k0ntolnya maju, buka bibirku yang tertutup rapat. Sekarang tanpa banyak menggerakkan tangannya, kepalaku dengan automatis bergerak perlahan mencumbui k0ntolnya sampai masuk dikit demi sedikit.
    Bibirku sekarang sedikit menganga, ganti dari menciumi jadi mengulum kecil walau baru hanya kepala k0ntolnya saja.
    Kunikmati dan kukecap mesra rasa k0ntol Wawan di mulutku. Saya tidak pernah mengoral k0ntol siapa saja awalnya, bahkan juga k0ntol mas Deni sekalinya. Pengalaman oralku cuma dari beberapa mimpi yang kualami saja. Tetapi sekarang dengan giatnya saya menghisapi tangkai kemaluan Wawan semakin dalam sampai sekarang telah 1/2 batangnya masuk ke mulutku.
    Wawan juga semakin semangat dan memulai gerakkan pinggulnya lebih kuat. Sekarang saya cuma diam dan pasif saja memperlebar mulutku biarkan kontol tebal Wawan mengawini mulutku. Kepalaku sekarang bertumpu di tepi kasur meredam sikatan k0ntol Wawan masuk keluar di mulutku. Wawan mulai cukup sedikit brutal. Dipeganginya kuat-kuat ke-2 segi mukaku sekalian kadang-kadang dia menjejali k0ntolnya sampai ke tenggorokanku. Saya terbatuk-batuk mual karena tingkahnya, tetapi tetap saya memasrahkan diriku sepasrah-pasrahnya.
    “Uuggghhhhh…”
    Wawan juga menggeram saat dia memasukkan k0ntolnya dalam dalam di dalam mulutku. Baru saya tahu besarnya berbeda 2-3CM itu. Dadaku berasa sesak, oksigen ketahan di tenggorokanku karena k0ntol Wawan yang tenggelam dalam. Saya tercekik sampai tidak berasa mukaku merah padam dan air mataku mengucur dari segi sisi mataku yang tetap terpejam. Berasa ujung k0ntol Wawan sentuh segi paling dalam kerongonganku.
    “OHOK.. OHOK.. OHOKKK..!!!”
    Saya terbatuk-batuk saat oksigen kembali masuk ke dalam paru-paruku. Kumuntahkan sedikit lendir lekat kerongonganku sampai jatuh membasahi gaun malamku. Terlihat k0ntol Wawan berkilat basah oleh ludahku saat dia mengambilnya dari dalam mulutku. Sisa hubungan bening lendir ludahku barusan yang tetap terpaut disebelah bibirku dan kepala k0ntolnya. Rasanya lama sekali barusan dia men- deep throat ku, mungkin 30 detik, mungkin 1 menit saya tidak tahu. Tetapi entahlah bagaimana saya tidak geram malah demikian senang dapat mengoral k0ntolnya semacam itu.
    Wawan secara halus mengusap tersisa sisa ludah di bibirku. Dengan perlahan-lahan dia mambantuku berdiri yang masih cukup lemas barusan. Tetapi selanjutnya secara cepat Wawan menggerakkan badanku sampai saya jatuh terbujur di kasur. Dengan sedikit berdebar saya memerhatikan Wawan yang tetap berdiri disebelah kasur. Dengan perlahan-lahan diangkatnya ke-2 kakiku keatas kasur. Disekanya halus telapak kakiku, dan dimainkan sesaat gelang kaki yang terlilit di pergelangan kananku. Tanpa basa-basi selanjutnya Wawan mencium telapal kakiku gaungs. Dikecupnya jari kaki imutku dan diisapnya kuat-kuat.
    “Emggghhh..!”
    Langsung tubuhku menggelinjang karena kesan geli yang diakibatkannya. Selanjutnya seperti macan yang dekati mangsanya, Wawan turut naik keatas kasur dan merayap di atas badanku. Telapaknya yang kasar meraba-raba pergelangan kakiku dan naik sampai ke lututku. Tubuhku sekarang bergidik sejadi-jadinya. Apalagi sekarang tangannya telah naik kembali telusuri pahaku serta telah datang di pinggiran celana dalamku. Kontan saya rapatkan pahaku malu mungkin dia akan menanggalkan celana dalamku. Tetapi saya dikejuti oleh pergerakannya yang benar-benar tiba-tiba, daripada turunkan cd ku dia justru menjambak ujung gaun tidurku dan menyingkapnya keatas.
    Saya menggelinjang kecil meredam mukaku yang merah padam saat Wawan sukses membuka gaunku sampai ke atas dadaku. Terpampanglah telah ke-2 payudaraku di hadapannya. Saya yang memang saat itu tidak kenakan bra, sekarang harus mengikhlaskan ke-2 gunung kembarku jadi tontonannya. Yang membuatku semakin malu ialah ke-2 puting sususku rupanya telah muncul keras, pertanda jika saya memang senang juga diberlakukan semacam itu olehnya.
    Wawan melihati nanar dadaku. Kuakui memang payudaraku tidak terlampau besar (cuma 32B), tetapi memiliki bentuk yang bundar padat dan ke-2 puting susuku yang sedikit panjang warna kemerahan tentulah masih tetap membuat Wawan dahaga. Betul saja, tanpa banyak berbicara Wawan selekasnya menyantap dada kiriku sampai habis.
    “Aaaauuhhh..!!”
    Saya mendesah geli sambil membekap bibiku saat Wawan mengisap payudaraku kuat-kuat. Tidak cuma disantapnya dadaku, tetapi dengan lidahnya dia menjawil-jawil puting susuku dalam mulutnya seperti hewan yang kelaparan.
    “Aaahmmm…sslrrrpp.. Nyaammhhh…ccttttt..”
    Sampai berdecit-decit bibirnya menetek di payudaraku. Payudaraku yang sampingnya ikut juga dimainkan memakai tangannya. Kasar memang, tetapi berasa sangat nikmat menurutku. Puting susuku berubah-ubah digelitkinya, diambilnya, dipuntirnya, diambilnya kuat-kuat sampai semakin memanjang, bahkan juga disinggung-sentilnya sampai berasa cukup nyeri.
    Senang menetek kiri dan kanan, Wawan mengakhiri bermainnya. Tidak cuma ia, aku juga menjadi tersengal-sengal dibikinnya. Sesudah napasnya terkumpul kembali, Wawan sekarang bergerak turun menciumi perut dan pusarku. Saya cuma dapat tengadah kegelian dan kadang-kadang melihat kebawah cari tahu perlakuannya.
    “Aakh!!”
    Kembali saya tersentak terkejut saat tangan Wawan menyekai paha dalamku dan ganti menyekai selangkanganku. Sia-sia saja kuapit pahaku erat-erat, karena Wawan juga telah mengetahui ada suatu hal di celana dalamku. Dengan berkekuatan disentaknya ke-2 pahaku sampai terkangkang. Kembali kualihkan mukaku meredam malu saat Wawan temukan bintik basah memanjang dari muka celana dalamku. Bintik basah vertikal itu tercetak di sepanjang garis khayal bibir kemaluanku. Secara halus, Wawan mencolek bintik basah itu yang tidak salah turut mencolek kemaluanku di luar.
    “Aungghhhh…”
    Saya meringis dan membekap lagi bibirku ketika kurasakan saluran listrik yang melecut badanku saat Wawan mencolek celana dalamku. Menyaksikan reaksiku Wawan semakin menggalakkan pergerakan telunjukku. Sekarang diseka dan digosok-gosokkannya semakin cepat telunjuknya, seolah memancinf cd saya supaya lebih basah . Saya cuma dapat menggelinjang dan mendesah terbata-bata berjinjit di atas kasur karena rasa sedap yang diakibatkannya.
    Tubuhku semakin menggelinjang liar saat pada akhirnya telunjuk Wawan sukses masuk menelusup dari antara celana dalamku. Kugigit bibirku kuat-kuat saat pada akhirnya kurasakan langsung telunjuk Wawan di bibir kemaluanku. Telunjuknya menyekai bibir kemaluanku turun naik dari pojok atas sampai kebawah berkali-kali. Dinikmatinya telunjuknya yang sekarang menjadi basah berminyak oleh memekku. Yang membuatku semakin lupa dataran yakni saat Wawan mengelitiki pojok atas bibir memekku. Secara tepat dia temukan benjolan kecil yang terselinap itu dan diutak-utiknya secara cepat. Kontan saja tubuhku semakin menggelinjang bak cacing kepanasan.
    “Heemmmff..heeemmmgfffff….”

    Saya mendesah berat saat klentitku dirangsang oleh ujung telunjuknya. Dia mengetahui benar saya betul-betul menikmatinya sampai dia sekarang cuma fokus mainkan klentitku saja. Tubuhku melayg layg keasikan saat Wawan putuskan loloskan cd ku, dan secara cepat menukar telunjuknya dengan ujung lidahnya. Lidahnya yang basah yang hangat, dan Teksturnya yang ciri khas semakin menambahkan keasikan yang kurasakan.
    Sekarang ganti gantian Wawan yang mengoral diriku. Saya baru kali rasakan rangsangan foreplay yang ini enaknya, hampir menyamakan nikmat hubungan seksual yang kulakukan dengan mas Deni. Mas Deni tidak pernah menggairahkanku sebegitu binal dan kotor. Kemana sajakah saya sejauh ini? Baru kali saya demikian senang dan tidak ingin telah dimainkan semacam ini. Wawan dengan semangat mencumbu memekku. Bibirnya dan lidahnya men- French kiss kemaluanku tanpa sangsi. Baru kali berikut kurasakan memekku sebecel ini.
    Tidak cuma dari cairan pelumasku saja, tetapi juga dari ludah Wawan yang mencumbu kemaluanku Posisiku yang sekarang terlihat seperti katak yang siap dibedah, mengangkang dengan lebar-lebarnya biarkan Wawan terus lakukan perlakuan biadabnya kepadaku. Mataku terpejam-pejam sangking demikian enaknya rangsangan Wawan. Tetapi pas saat di mana tinggal sedikit kembali saya capai pucuk kepuasan, Wawan mengakhiri oralnya. Entahlah karena capek, atau memang dia menyengaja. Yang tentu saya segera jengkel dan merasa kecewa. Ingin rasanya saya berteriak dan merengek padanya meminta dilanjutkan kembali, tetapi saya malu. Saya cuma dapat melihat Wawan dengan pandangan bertanya dan sedikit melihat meminta.
    Wawan kelihatannya memang tahu terang saya telah mempasrahkan diriku seutuhnya kepadanya. Dengan perlahan-lahan dia menjajarkan dianya diatasku. Tanpa ingat malu kurengkuh leher Wawan dan kuciumi gaungs bibirnya. Biarkanlah dia berpikiran saya pelacur atau binal, yang penting saya ingin sekali diselesaikan birahiku sekarang ini . Wawan juga untungnya diam dan cuma membalasnya cumbuanku tanpa berbicara apapun. Kuciumi bibirnya mesra seolah membujuknya kembali untung meneruskan pencabulannya padaku. Wawan rupanya sembunyi-sembunyi telah menyiapkan diri.
    Tanpa kusadari Wawan telah arahkan moncong k0ntolnya tepar di muka bibir memekku. Mataku membelalak berbinar saat kurasakan kepala k0ntolnya mencocol halus lubang kemaluanku. Dengan berdebar tidak sabaran, selekasnya kuposisikan kembali ke-2 kakiku mengangkang siap-siap menyongsong k0ntol yang sangat kurindui tersebut.
    Wawan tidak terlampau cepat-cepat mempenetrasi diriku, sampai saya menjadi kegatalan sendiri dibikinnya. Pertama kali Wawan menggesek-gesekkan tangkai k0ntolnya dulu, membalurinya dengan cairan pelumasku. Lantas secara halus digosoknya juga kelentitku dengan moncong k0ntolnya, yang membuat tubuhku ngilu-ngilu enak. Sambil terus kucumbui lehernya dan dagunya, terkadang menyengaja kuangkat dan kumajukan pinggulku supaya cepat-cepar Wawan masukkan tangkai jantannya walau terus melenceng.
    Pada akhirnya ketika birahiku sudah tidak terbensung kembali di ubun-ubunku, saat tersebut Wawan mengincar lubang kemaluanku. Perlahan-lahan tetapi tentu kepala k0ntol Wawan mulai tenggelam masuk di rongga memekku. Dengan mendesah ketahan, kunikmati seluruh tangkai Wawan yang berjubal masuk di lubang yang sejauh ini cuma bisa dimasuki oleh maa Deni.
    “Ooooouugghhhhhh…nggg..oohhhhhhh…”
    Kurasakan bagaimana lezatnya otot dinding kemaluanku yang dipaksakan merenggang lebih dari umumnya. Diameter k0ntol Wawan yang melampaui punyai mas Deni memaksakan memekku menyesuaikan kembali. Walau licin dan telah sangat basah, tetap berasa bagaimana sesak dan sempitnya memekku menantang k0ntol gemuk Wawan. Wawan dengan mahirnya menarik undur tangkai k0ntolnya, selanjutnya memacu lebih dalam dari sebelumnya. Terus perlahan-lahan semacam itu sampai pada akhirnya bermenit-menit selanjutnya ke-2 pangkal kemaluan kami berjumpa. Wawan menggeram senang rasakan k0ntolnya yang tenggelam dalam di rahimku. Begitupun saya yang temukan kesan kepuasan sanggup menelan habis k0ntol Wawan yang notabene lebih hebat yang umumnya kurasakan.
    Kami berdua lantas termenung sesaat nikmati pertautan kemaluan kami. Berasa ada chemistry antara kami karena ke-2 kemaluan kami berasa demikian cocok satu dengan sama lain. Umumnya punya mas Deni tidak pernah dapat se-pas ini. Tetapi sekarang k0ntol Wawan bersatu dengan prima dengan memekku. K0ntolnya sanggup raih beberapa sudut rongga paling dalam yang tidak pernah diraih mas Deni sebelumnya. Begitupun besarnya, baru ini saya rasakan memekku sesak penuh dipenuhi k0ntol sebegitu gemuk. Walaupun cukup nyeri kurasa, tetapi tidak dapat kupungkiri saya betul-betul menyenangi otot memekku merenggang lebar semacam ini.
    Bermenit-menit selanjutnya kami masij saja diam sama-sama nikmati kedutan dan remasan kemaluan keduanya. Kami sama-sama berpandangan mesra sambil berciuman halus. Sampai pada akhirnya Wawan memiliki inisiatif memacu pinggulnya perlahan-lahan.
    “PLOK!”
    “Ouuwwwwhhh..mmsssssshhh”
    Sekali pukulan cepat bunyi kemaluan kami beradu. Wawan dengan perlahan menarik undur k0ntolnya keluar. Saya dapat rasakan bagaimana rongga memekku seolah turut ketarik keluar saat dia ambil ancang ancang undur. Dan secara cepat Wawan mendesak maju menghajar memekku sampai mentok kembali semuanya.
    Tempat tidur pernikahanku dan mas Deni sekarang berderit-derit kuat. Terlihat bagaimana badan Wawan yang berkilat seksi oleh keringat bergerak memiliki irama diatasku. Dari belakang saya terlihat terbenam di bawah tubuh Wawan. Yang kelihatan kemungkinan cuma punggung Wawan saja, dan cuma ada 2 buah tangan yang mencengkeram tengkuk dan mencakar punggungnya gaungs. sepasang kaki yang melilit pinggul Wawan erat-erat sambil merenggangakan dan menjinjitkan jari-jari kaki imutnya bak seorang balerina.
    “Ouggh.. Ugghh.. Uuuuuhmmmm…”
    Wawan menggeram saat mengakhiri pacuannya sesudah temponya turun. Saya cuma dapat tersengal-sengal dengan gestur sakau di bawah badan Wawan. Wawan melihat sepintas ke almari di seberang tempat tidur, dan dia punseperti memperoleh gagasan. Dia juga putar badanku sampai saya tiduran kesamping. Selanjutnya diputarnya tubuhku secara gampangnya (karena tubuhku lebih kecil darinya) hingga sekarang saya berposisi merayap di depannya.
    Semua dilaksanakanya tanpa mengambil k0ntolnya dari memekku. Lalu dia geser badanku sampai sekarang kami berdua bertemu dengan cermin pada pintu almari itu. Sekarang saya berpegangan di tepi kasur sementara Wawan mulai memicu kembali kuda poninya.
    “Aaaawwwwh… Aaaaaaahhhh… Aaaaaaaaaaaaahhh…!”
    Sekarang tanpa kembali malu saya mulai berteriak sekencang-kencangnya. Saya menjerit-jerit bak orang disiksa. Tentu saja saya sedang disiksa kepuasan oleh Wawan sekarang ini. Entahlah mengapa dengan menghadap cermin semacam itu perasaan binalku ada perlahan-lahan. Saya seperti tidak mengenali figur wanita yang tengah asyik menjerit-jerit di dalam cermin tersebut.
    Apakah benar itu santi? Istri dari Deni? Aku juga tidak yakin jika itu ialah diriku. Wanita di dalam cermin itu sedang asyik mengerang dan mendesah biarkan dianya dicicipi oleh tukang bangunan yang nista. Ya, mungkin wanita di cermin itu wanita nista. Nista karena biarkan dianya nikmati kepuasan terlarang dan mengkhianati suaminya. Simak juga: Bacaan Seks Terkini 2023 Ibu Sandra Pimpinan Bank
    “Aaaghhh terusss.. Terus mas Wawaniiii.. Terussssssss”
    Aku juga mulai berani buka mulut dan panggil-manggil Wawan. Wawan secara brutalnya menjambak rambutku dan mencengkeram bahuku dari belakang, supaya hentakannya dapat semakin kuat . Wawan juga mencondongkan tubuhnya dan berbisik tidak kalah binal dariku.
    “Iyaaa mas Wawan.. Aaauwwwwh… Bantai terus masss bantai masss..”
    “Hmmmggg..rrrr…kamu sukai kan?!”
    “Iya masss… Santi sukai masss.. Sukai sekali maaaasssh.. Aaaauuggghh”
    “Hmmmgghhh.. Saya kuat khan? Ugfhh.. Uffghh.. Gak kaya suami kamu lemah.. Uffghh”
    “He eh mass.. Enakk masss.. Santi senang massss.. Auuuuhh!!
    “Tentukan mana.. Uffgh.. Saya apa suami.. Ufgh.. Kamu??”
    “Aaaasgghh… Santi sama mas Wawan ajaaa… Aaahhh santi nikmatt sama aauhh.. Mas Wawaniiii…!”
    “Mulai sekarang ini.. Nffhhh…kamu selesai..ssshhm..istriku saja yah.. Uufgghh…”
    “Mhmhhh.. Iyah iyah mass.. Santi ingin menjadi istri mas Wan.. Awwugh.. Mas Wawanii…!!”
    “Gghrrrr.. Bagusss… Tidak hamilin yaah?? Ingin?? Uffgh..”
    “Iya mas Wawaaannnn.. Hamilin santi masshhh.. Hamilin masss.. Semprotin aauwwwhh yang.. Banyak massss.. Ighhh..aaahhhh…”
    “Uggfhhg nih.. Nih… Mmmggaaaaaaaaahhh!!!!”
    Wawan selanjutnya menghentakkan dalam-dalam k0ntolnya dan menyembur benihnya di dalam rahimku. Sudah pasti lusuhbut semprotannya dengan orgasme ku yang talah kalah hebat. Kami berdua sama kejang nikmati klimaks paling indah yang sebelumnya pernah kami alami ini. Sampai akhirnya badan kami berdua roboh di atas kasur. Benih Wawan menetes-leleh antara celah kemaluanku. Kami berdua selekasnya hampir lelap bahkan juga tidak sampai ingat untuk mengambil kemaluan kami berdua. Kamipun pada akhirnya tertidur sama-sama menerpah keduanya masih pada kondisi seperti barusan. Kurengkuh mesra suami baruku yang mengorok di atas badanku ini dan turut lelap dengannya.

  • Video bokep Katy Rose service pacarnya diatas sofa

    Video bokep Katy Rose service pacarnya diatas sofa


    2842 views

  • Kisah Memek Puan MUI

    Kisah Memek Puan MUI


    2841 views


    Duniabola99.com – Cerita ni terjadi waktu aku menuntut di sebuah IPT tempatan beberapa tahun yang lalu. Di sinilah aku telah kehilangan teruna aku yang aku pertahankan setelah sekian lamanya

     

    Puan Mui (bukan nama sebenar) adalah seorang pensyarah yang lawa dan kiut miut. Orangnya kecil molek tapi bodynya…mengalahkan anak dare….. Dari cerite yang aku dengar dia dah setahun menjanda tanpe ada anak….
    Dia ajar aku subjek ekonomi. Tiap kali mengajar dia pakei seksi habis. Kalau dia mengajar semua mata mesti tertumpu kat dada dan paha dia yang empok lagi putih melepak…temasuklah aku…tapi yang aku perasan waktu die mengajar dia asyik target aku jeeee….

    Minggu tu dia bagi ujian…5% untuk ke final…..Dua hari lepas ujian dia panggil aku ke bilik kerana ada hal penting….Aku kata mesti aku fail punya kalau tak takkan dia panggil aku…

    Sangkaan aku tepat, bila aku sampai ke bilik dia….aku lihat kertas jawapan aku ade kat tangan dia….dia tanya aku kenapa aku tak menjawab soalan dengan tepat? Aku kata, aku jawab dengan baik dan suruh dia baca semula…

    Hari tu aku tengok dia pakai seksi habis..payudarenye jelas kelihatan dan membuatkan jantung aku berdebar….


    Tiba-tiba dia bangun dan kunci pintu dari dalam dan rapat kat aku…dan terus berbisik kat telinga aku…Ini membuat bulu tengkok aku berdiri… Puan Mui memang straight forward punya orang… Dia kata dia boleh tolong aku lulus dengan syarat… Belum habis aku tanya syaratnya tangannya telah menyentuh batang aku dari luas seluar yang aku pakei……syaratnya dia nak kulum batang aku puas-puas katanya sambil membuka zip seluar aku..aku tak boleh nak buat apa-apa kerana batang akupun dah mengeras…aku tak pernah dibuat sebegini sebelum ini..bayangkanlah…

    Bila batang keras aku telah keluar dia terkejut besar melihat saiz dan ukurannya. Lebih kurang 7 inci dan hujungnya sangat lebar..Waw katanya this is giant….Dia terus kulum aku dengan rakusnya.

    Aku tak tahu apa nak buat cuma serah aje pade die yang lebih berpengalaman.. Aku lihat dia cuma mampu kulum bahagian kepala sahaja kerana batang aku besar dan panjang…rasanya sungguh sedap..Kesedapan yang tak pernah aku rasakan selama ini. Pun Mui terus kulum batang aku tanpa mampu mengeluarkan kata-kata. Selang 10 minit aku rasa badan aku tiba-tiba panas dan aku terasa satu kenikmatan yang teramat sangat yang memusat dari pusat sehingga kemaluanku… Rupa-rupanya aku hampir klimek…Puan Mui terus mengulum batang ku dengan lebih rakus dan akhirnya aku terpancut di dalam mulutnya..


    Puan Mui terus menghisap batangku sehingga kering namun batang aku masih lagi tegang…This is great kata Puan Mui. Aku cuba menyentuh cipap Puan Mui namun Puan Mui menyuruh aku keluar sebaik sahaja telefon di dalam biliknya berdering. Dia kata kat aku not now…Dia suruh aku beredar tetapi sebelum aku beredar dia memberi nombor telefonnya kepadaku dan menyuruh aku menelefonnya pada jam 8.00 malam tersebut… Aku pun beredar dari bilik Pun Mui tetapi sebelum aku menutup pintu biliknya dia sempat berkata, you can get A- for your paper sambil tersenyum padaku.

    Petang tersebut sebelum aku balik ke rumah sewaku aku telah membeli sebuah pita lucah untuk mempelajari bagaimana mereka melakukannya. Petang itu aku habiskan masaku dengan menonton filem lucah tersebut sementara menunggu pukul 8.00 malam. Pukul 8.00 malam akupun menghubungi Puan Mui dan tanpa banyak bicara dia menjemput aku minum teh dirumahnya…..

    Setibanya aku di rumah Puan Mui, dia terus mendakap aku dan kami pun berkucupan. Dia memang seorang yang berpengalaman… Dia mengajak aku masuk ke biliknya….Dia membuka pakaian nya satu persatu di hadapan aku dan membuatkan batangku terus menegang….Ini rupanya badan yang menjadi idaman ramai selama ini. Aku terus membuka pakaianku dan tanpa banyak soal aku terus mendakapnya dan membaringkan Puan Mui ke katil empoknya….Aku kucup bibirnya dan aku jilat tengkok Puan Mui. Aku kulum teteknya sehingga dia meraung keenakan. Tangan Puan Mui sempat melancap batang ku namun aku terus memberanikan diri dengan menjilat pusatnya dan terus ke cipapnya…Dia meraung lagi kerana keenakan. Aku terus buat seperti yang apa dilakukan oleh pasangan yang aku tonton dalam filem petang tadi…Aku jilat dan jentik kelentitnya sehingga dia meraung dan terpancut beberapa kali…Dia kata this is great…. Please fuck me, Please. Aku tak layan langsung tapi sebaliknya aku masukkan jari aku satu persatu kedalam cipapnya dan lidah aku masih menjilat kelentitnya yang panjang sehingga dia terpancut lagi…..Dia masih merintih simpati agar aku segera masuk….Namun aku ada idea dan tanya dia apa aku akan dapat… Dia kata I promise you will get A++ sambil meraung keenakan.


    Tanpa berfikir panjang aku pun mengambil bantal yang ada dan menyandarkan punggungnya agar ia lebih terangkat dan aku pun memasukkan batang aku kedalam cipapnya namun ianya aku rasakan masih sempit dan panas, namun Puan Mui memudahkan kerja aku dengan mamaut pinggang aku dengan kedua belah kakinya sehingga aku berjaya memasukkan kesemuanya…Aku pun mula berdayung dan aku lihat Puan Mui meraung keenakan. Sekarang kepala Puan Mui berada di bawah katil dan dia tidak berhenti-henti berkata fuck me please… you are great….yes…yes…Aku cabut batang aku dan mengarah agar Puan Mui menonggeng..kami buat cara doggie pula dan dia meraung lagi kerana keenakan.. dia kata aku the greatest lover yang dia pernah main with. Setelah sekian lama berdayung aku rasa nak terpancut dan tanpa membuang masa aku tusuk cipap dia kuat-kuat dan pancut di dalamnya…wah sungguh nikmat sekali….

    Aku cabut batang aku dan masukkan ke dalam mulutnya dan dia kulum aku sehingga kering…namun aku cepat recover..dan batang aku tegang balik… waw this is great, dia kata……Dia nak relek dulu katanya tapi aku cepat-cepat tonggengkan dia dan kenakan kondom yang aku bekalkan tadi… Perlahan-lahan aku masukkan batang aku ke lubang buntutnya..dan ini membuatkan dia terkejut…dan berkata not there my dear….tapi aku tak peduli… Aku rasa sempit yang amat sangat namun bila aku tusuk kuat-kuat batang aku masuk sedikit demi sedikit…akhirnya aku berjaya memasukkan kesemuanya dan berdayung…aku rasakan satu kenikmatan yang teramat sangat dan aku lihat Puan Mui yang pada mulanya tadi kesakitan kini bertukar kepada keenakan. Aku terpancut lagi tapi kali ini di dalam lubang buntutnya….

    Kami sama-sama gelak dan dia kata akulah yang pertama kali memecah virgin buntutnya……dan aku pasti akan dapat A++.


    Pada malam tersebut aku benar-benar puas kerana kami asyik main…aku kira 7 kali….aku balik ke rumah pada pukul 6.00 pagi dan terus sambung tidur kerana terlalu letih. Mujurlah kelas aku mula jam 11.00 pagi. Aku tersenyum sendirian sambil berkata inilah yang dikatakan tuah badan….

    Kisah Seks, Cerita Sex, Cerita Panas, Cerita Bokep, Cerita Hot, Cerita Mesum, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Sex Bergambar, Cerita ABG, Cerita Sex Tante, Cerita Sex Sedarah, Cerita Sex Pasutri




  • Wanita Kaya Pemuas Nafsuku

    Wanita Kaya Pemuas Nafsuku


    2837 views


    Duniabola99.com – Tujuanku datang ke Jakarta sebenarnya untuk merubah nasib. Tapi siapa yang menyangka kalau ternyata kehidupan di kota besar, justru lebih keras dan pada di desa. Aku sempat terluntalunta, tanpa ada seorangpun yang mau peduli. Selembar ijazah SMP yang kubawa dari desa, ternyata tidak ada artinya sama sekali di kota ini. Jangankan hanya ijazah SMP, lulusan sarjana saja masih banyak yang menganggur.

    Dari pada jadi gelandangan, aku bekerja apa saja asalkan bisa mendapat uang untuk menyambung hidup. Sedangkan untuk kembali ke kampung, rasanya malu sekali karena gagal menaklukan kota metropolitan yang selalu menjadi tumpuan orang2 kampung sepertiku. Seperti harihari biasanya, siang itu udara di Jakarta terasa begitu panas sekali. Seharian ini aku kembali mencoba untuk mencari pekerjaan. Tapi seperti yang selalu terjadi. Tidak ada satupun yang melirik apa lagi memperhatikan lamaran dan ijazahku. Keputusasaan mulai menghinggapi diriku. Entah sudah berapa kilometer aku berjalan kaki. Sementara pakaianku sudah basah oleh keringat.

    Dan wajahku juga terasa tebal oleh debu. Aku berteduh di bawah pobon, sambil menghilangkan pegalpegal di kaki. Setiap hari aku berjalan. Tidurpun di mana saja. Sementara bekal yang kubawa dari kampung semakin menipis saja. Tiga atau empat hari lagi, aku pasti sudah tidak sanggup lagi bertahan. Karena bekal yang kubawa juga tinggal untuk makan beberapa hari lagi. Itupun hanya sekali saja dalam sehari. Di bawah kerindangan pepohonan, aku memperhatikan mobilmobil yang berlalu lalang.

    Juga orang2 yang yang selalu sibuk dengan urusannya masingmasing. Tidak ada seorangpun yang peduli antara satu dengan lainnya. Tibatiba pandangan mataku tertuju kepada seorang wanita yang tampak kesal karena mobilnya mogok. Dia ingin meminta bantuan, Tapi orangorang yang berlalu lalang dan melewatinya tidak ada yang peduli. Entah kenapa aku jadi merasa kasihan. Padahal aku sendiri perlu dikasihani. Aku bangkit berdiri dan melangkah menghampiri.

    Mobilnya mogok, Nyonya..?, tegurku dengan sikap ramah.

    Eh, iya. Nggak tahu ya kenapa, tibatiba saja mogok, sahutnya sambil memandangiku penuh Curiga.

    Boleh saya lihat ujarku meminta ijin.

    silakan kalau bisa. Waktu di kampung aku sering bantubantu paman yang buka bengkel motor. Terkadang ada juga mobil yang minta diperbaiki. Tapi namanya di kampung, jarang orang yang punya motor. Apa lagi mobil. Makanya usaha paman tidak pernah bisa maju. Hanya cukup untuk makan seharihari saja. Seperti seorang ahli mesin saja, aku coba melihatlihat dan memeriksa segala kemungkinan yang membuat mesin mobil ini tidak mau hidup. Dan entah mendapat pertolongan dari mana, aku menemukan juga penyakitnya. Setelah aku perbaiki, mobil itu akhirnya bisa hidup kembali. Tentu saja wanita pemilik mobil ini jadi senang. Padahal semula dia sudah putus asa. Dia membuka tasnya dan mengeluarkan uang lembaran dua puluh ribu. Langsung disodorkan padaku. Tapi aku tersenyum dan menggelengkan kepala.

    Kenapa? Kurang..?, tanyanya.

    Tidak, Nyonya. Terima kasih, ucapku menolak halus.

    Kalau kurang, nanti saya tambah, katanya lagi.

    Terima kasih Nyonya. Saya cuma menolong saja. Saya tidak mengharapkan imbalan, kataku tetap menolak.

    Padahal uang itu nilainya besar sekali bagiku. Tapi aku malah menolaknya. Wanita yang kuperkirakan berusia sekitar tiga puluh delapan tahun itu memandangiku dengan kening berkerut. Seakan dia tidak percaya kalau di kota yang super sibuk dengan orangorangnya yang selalu mementingkan diri sendiri, tanpa peduli dengan lingkungan sekitarnya, ternyata masih ada juga orang yang dengan tanpa pamrih mau menolong dan membantu sesamanya.

    Maaf, kelihatannya kamu dan kampung..? ujarnya bernada bertanya ingin memastikan.

    Iya, Nyonya. Baru seminggu saya datang dari kampung, sahutku polos.

    Terus, tujuannya mau kemana? tanyanya lagi.

    Cari kerja, sahutku tetap polos.

    Punya ijazah apa?. Cuma SMP. Wah, sulit kalau cuma SMP. Sarjana saja banyak yang jadi pengangguran kok. Tapi kalau kamu benarbenar mau kerja, kamu bisa kerja dirumahku, katanya langsung menawarkan.

    Kerja apa, Nyonya..? tanyaku langsung semangat.

    Apa saja. Kebetulan aku perlu pembantu lakilaki. Tapi aku perlu yang bisa setir mobil. Kamu bisa setir mobil apa. Kalau memang bisa, kebetulan sekali, sahutnya.

    Sesaat aku jadi tertegun. Sungguh aku tidak menyangka sama sekali Ternyata ijasah yang kubawa dan kampung hanya bisa dipakai untuk jadi pembantu. Tapi aku memang membutuhkan pekerjaan saat ini. Daripada jadi gelandangan, tanpa berpikir panjang lagi, aku langsung menerima pekerjaan yang ditawarkan wanita itu saat itu juga, detik itu juga aku ikut bersama wanita ini ke rumahnya. Ternyata rumahnya besar dan megah sekali. Bagian dalamnyapun terisi segala macam perabotan yang serba mewah dan lux.

    Aku sampai terkagumkagum, seakan memasuki sebuah istana. Aku merasa seolaholah sedang bermimpi. Aku diberi sebuah kamar, lengkap dengan tempat tidur, lemari pakaian dan meja serta satu kursi. Letaknya bersebelahan dengan dapur. Ada empat kamar yang berjajar. Dan semuanya sudah terisi oleh pembantu yang bekerja di rumah ini. Bahkan tiga orang pembantu wanita, menempati satu kamar. Aku hitung, semua yang bekerja di rumah ini ada tujuh orang. Kalau ditambah denganku, berarti ada delapan orang.

    Tapi memang pantas. mengurus rumah sebesar ini, tidak mungkin bisa dikerjakan oleh satu orang. Apalagi setelah beberapa hari aku bekerja di rumah ini aku sudah bisa mengetahui kalau majikanku, Nyonya Wulandari selalu sibuk dan jarang berada di rumah. Juga suaminya yang lebih sering berada di luar kota atau ke luar negeri. Sedangkan kedua anaknya sekarang ini sekolah di luar negeri. Aku jadi heran sendiri. Entah bagaimana cara mereka mencari uang, hingga bisa kaya raya seperti ini. Tapi memang nasib, rejeki, maut dan jodoh berada di tangan Tuhan. Begitu juga yang terjadi denganku.

    Dari jadi pembantu yang tugasnya membersihkan rumah dan merawat tanaman, aku diangkat jadi sopir pribadi Nyonya majikan. Bukan hanya jadi sopir, tapi juga sekaligus jadi pengawalnya. Kemana saja Nyonya Majikan pergi, aku selalu berada di sampingnya. Karena aku harus selalu mendampinginya, tentu saja Nyonya membelikan aku beberapa potong pakaian yang pantas. Terus terang, pada dasarnya memang aku tampan dan memiliki tubuhnya yang tegap, atletis dan berotot. Makanya Nyonya jadi kesengsem begitu melihat penampilanku, setelah tiga bulan lamanya bekerja jadi sopir dan pengawal pribadinya. Aku bisa berkata begitu karena bukan cuma jadi sopir dan pengawal saja.

    Tapi juga jadi pendampingnya di ranjang dan menjadi penghangat tubuhnya. Mengisi kegersangan dan kesunyian hatinya yang selalu ditinggal suami. Dan aku juga menempati kamar lain yang jauh lebih besar dan lebih bagus. Tidak lagi menempati kamar yang khusus untuk pembantu. Semua bisa terjadi ketika malam itu aku baru saja mengantar Nyonya pergi berbelanja. Setelah memasukkan mobil ke dalam garasi, aku langsung dipanggil untuk menemuinya. Semula aku ragu dan hampir tidak percaya, karena langsung disuruh masuk ke dalam kamarnya. Tapi memang Nyonya memintaku untuk masuk ke dalam kamarnya.

    Dia menyuruhku untuk menutup pintu, setelah aku berada di dalam kamar yang besar dan mewah itu. Aku tertegun, apa lagi saat melihat Nyonya Majikanku itu hanya mengenakan pakaian tidur yang sangat tipis sekali, sehingga setiap lekuk bentuk tubuhnya membayang begitu jelas sekali. Dan di balik pakaiannya yang tipis itu, dia tidak mengenakan apaapa lagi. Beberapa kali aku menelan ludah sendiri memandang keindahan tubuhnya. Sekujur tubukku mendadak saja jadi menggeletar seperti terserang demam, ketika dia menghampiri dan langsung melingkarkan kedua tangannya ke leherku.

    Nyonya. Malam ini kau tidur di sini bersamaku.

    Eh, oh..?! Belum lagi aku bisa mengeluarkan katakata lebih banyak, Nyonya Wulandari sudah menyumpal mulutku dengan pagutan bibirnya yang indah dan hangat menggairahkan.

    Tentu saja aku jadi gelagapan, kaget setengah mati. Dadaku berdebar menggemuruh tidak menentu. Bcrbagai macam perasaan herkecamuk di dalam dada. Raguragu aku memegang pinggangnya Nyonya Wulandari membawaku ke pembaringannya yang besar dan empuk Dia melepaskan baju yang kukenakan, sebelum menanggalkan penutup tubuhnya sendiri. Dan membiarkannya tergeletak di lantai. Mataku seketika jadi nanar dan berkunangkunang.

    Meskipun usia Nyonya Wulandari sudah hampir berkepala empat, tapi memang dia merawat kecantikan dan tubuhnya dengan baik. Sehigga tubuhnya tetap ramping, padat dan berisi. Tidak kalah dengan tubuh gadisgadis remaja belasan tahun. Bagaimanapun aku lelaki normal. Aku tahu apa yang diinginkan Nyonya Wulandari. Apa lagi aku tahu kalau sudah dua minggu ini suaminya berada di luar negeri. Sudah barang tentu Nyonya Wulandari merasa kesepian.

    Oh, ah.. Nyonya Wulandari mendesis dan menggeliat saat ujung lidahku yang basah kian hangat mulai bermain dan menggelitik bagian ujung atas dadanya yang membusung dan agak kemerahan.

    Jarijari tangankupun tidak bisa diam. Membelai dan meremas dadanya yang padat dan kenyal dengan penuh gairah yang membara Bahkan jarijari tanganku mulai menelusuri setiap bagian tubuhnya yang membangkitkan gairah. Aku melihat Nyonya Wulandari dan sudah tidak kuasa lagi menekan gairahnya. Sesekali dia merintih dengan suara tertahan sambil mendesakdesakkan tubuhnya Mengajakku untuk segera mendaki hingga ke puncak kenikmatan yang tertinggi. Tapi aku belum ingin membawanya terbang ke surga dunia yang bergelimang kehangatan dan kenikmatan itu. Aku ingin merasakan dan menikmati dulu keindahan tubuhnya dan kehalusan kulitnya yang putih bagai kapas ini.

    Aduh, oh. Ahh.., Cepetan dong, aku sudah nggak tahan nih.., desah Nyonya Wulandari dengan suara rintihannya yang tertahan.

    Nyonya Wulandari menjepit pinggangku dengan sepasang pahanya yang putih dan mulus. Tapi aku sudah tidak bisa lagi merasakan kehalusan kulit pahanya itu. Karena sudah basah oleh keringat. Nyonya majikanku itu benarbenar sudah tidak mampu lebih lama lagi bertahan.

    Dia memaksaku untuk cepatcepat membawanya mendaki hingga ke puncak kenikmatan. Aku mengangkat tubuhku dengan bertumpu pada kedua tangan. Perlahan namun pasti aku mulai menekan pinggulku ke bawah. Saat itu kedua mata Nyonya Wulandari terpejam. Dan dan bibirnya yang selalu memerah dengan bentuk yang indah dan menawan, mengeluarkan suara desisan panjang, saat merasakan bagian kebanggaan tubuhku kini sudah sangat keras dan berdenyut hangat mulai menyentuh dan menekan, mendobrak benteng pertahanannya yang terakhir. Akhirnya batang penisku menembus masuk sampai ke tempat yang paling dalam divaginanya.

    Okh, aah..! Nyonya Wulandari melipat kedua kakinya di belakang pinggangku.

    Dan terus menekan pinggulku dengan kakinya hingga batang kebanggaanku melesak masuk dan terbenam ke dalam telaga hangat yang menjanjikan berjutajuta kenikmnatan itu. Perlahan namun pasti aku mulai membuat gerakangerakan yang mengakibatkan Nyonya Wulandari mulai tersentak dalam pendakiannya menuju puncak kenikmatan yang tertinggi. Memang pada mulanya gerakangerakan tubuhku cukup lembut dan teratur Namun tidak sampai pada hitungan menit, gerakangerakan tubuhku mulai liar dan tidak terkendali lagi.

    Beberapa kali Nyonya Wulandari memekik dan mengejang tubuhnya. Dia menggigiti dada serta bahuku. Bahkan jarijari kukunya yang tajam dan runcing mulai mengkoyak kulit punggungku. Terasa perih, tapi juga sangat nikmat sekali. Bahkan Nyonya Wulandari menjilati tetesan darah yang ke luar dari luka di bahu dan dadaku, akibat gigitan giginya yang cukup kuat. Dan dia jadi semakin liar, hingga pada akhirnya wanita itu memekik cukup keras dan tertahan dengan sekujur tubuh mengejang saat mencapai pada titik puncak kenikrnatan yang tertinggi. Dan pada saat yang hampir bersamaan, sekujur tubuhku juga menegang Dan bibirku keluar suara rintihan kecil.

    Hanya beberapa detik kemudian aku sudah menggelimpang ke samping, sambil menghembuskan napas panjang. Nyonya Wulandari langsung memeluk dan merebahkan kepalanya di dadaku yang basah berkeringat. Aku memeluk punggungnya yang terbuka, dan merasakan kehalusan kulit punggungnya yang basah berkeringat. Nyonya Wulandari menarik selimut, menutupi tubuh kami berdua. Aku sempat memberinya sebuali kecupan kecil dibibirnya, sebelum memejamkan mata. Membayangkan semua yang baru saja terjadi hingga terbawa ke dalam mimpi yang indah. Sejak malam itu aku kerap kali dipanggil ke dalam kamarnya.

    Dan kalau sudah begitu, menjelang pagi aku baru keluar dari sana dengan tubuh letih. Semula aku memang merasa beruntung bisa menikmnati keindahan dan kehangatan tubuh Nyonya Majikanku. Tapi lamakelamaan, aku mulai dihinggapi perasaan takut. Betapa tidak, ternyata Nyonya Wulandari tidak pernah puas kalau hanya satu atau dua kali bertempur dalam semalam. Aku baru menyadari kalau ternyata Nyonya Majikanku itu seorang maniak, yang tidak pernah puas dalam bercinta di atas ranjang. Bukan hanya malam saja. Pagi, siang sore dan kapan saja kalau dia menginginkan, aku tidak boleh menolak.

    Tidak hanya di rumah, tapi juga di hotel atau tempattempat lain yang memungkinkan untuk bercinta dan mencapai kenikmatan di atas ranjang. Aku sudah mulai kewalahan menghadapinya. Tapi Nyonya Wulandari selalu memberiku obat perangsang, kalau aku sudah mulai tidak mampu lagi melayani keinginannya yang selalu berkobarkobar itu. Aku tetap jadi supir dan pengawal pribadinya. Tapi juga jadi kekasihnya di atas ranjang. Mungkin karena aku sudah mulai loyo, Nyonya Wulandari membawaku ke sebuah club kesegaran. Orangorang bilang fitness centre. Di sana aku dilatih dengan berbagai macam alat agar tubuhku tetap segar, kekar dan berotot.

    Dua kali dalam seminggu, aku selalu datang ke club itu. Memang tidak kecil biayanya. Tapi aku tidak pernah memikirkan biayanya. Karena ditanggung oleh Nyonya Wulandari. Dan di rumah, menu makanankupun tidak sama dengan pembantu yang lainnya. Nyonya Wulandari sudah memberikan perintah pada juru masaknya agar memberikan menu makanan untukku yang bergizi. Bahkan dia memberikan daftar makanan khusus untukku. Terus terang, aku merasa tidak enak karena diperlakukan istimewa.

    Tapi tampaknya semua pembantu di rumah ini sudah tidak asing lagi. Bahkan dari Bi Minah, yang tugasnya memasak itu aku baru tahu kalau bukan hanya aku yang sudah menjadi korban kebuasan nafsu seks Nyonya Wulandari. Tapi sudah beberapa orang pemuda seusiaku yang jadi korban. Dan mereka ratarata melarikan diri, karena tidak tahan dengan perlakuan Nyonya Wulandari. Aku memang sudah tidak bisa lagi menikmati indahnya permainan di atas ranjang itu. Apa lagi Nyonya Wulandari sudah mulai menggunakan caracara yang mengerikan, Untuk memuaskan keinginan dan hasrat biologisnya yang luar biasa dan bisa dikatakan liar.

    Aku pernah diikat, dicambuk dan di dera hingga kulit tubuhku terkoyak. Tapi Nyonya Wulandari malah mendapat kepuasan. Wanita ini benarbenar seorang maniak. Dan aku semakin tidak tahan dengan perlakuannya yang semakin liar dan brutal. Meskipun kondisi tubuhku dijaga, dan menu makanankupun terjamin gizinya, tapi batinku semakin tersiksa. Beberapa orang pembantu sudah menyarankan agar aku pergi saja dan rumah ini. Rumah yang besar dan megah penuh kemewahan ini ternyata hanya sebuah neraka bagiku.

    Aku memang ingin lari, tapi belum punya kesempatan. Tapi rupanya Tuhan mengabulkan keinginanku itu. Kebetulan sekali malam itu suami Nyonya Wulandari datang. Aku sendiri yang menjemputnya di bandara. Dan tentu tidak sendiri saja, tapi bersama Nyonya Wulandari. Di dalam perjalanan aku tahu kalau suami Nyonya Majikanku itu hanya semalam saja. Besok pagi dia sudah harus kembali ke Tokyo.

    Dari kaca spion aku melihat tidak ada gurat kekecewaan di wajah Nyonya Wulandari. Padahal sudah hampir sebulan suaminya pergi Dan kini pulang juga hanya semalam saja. Nyonya Wulandari malah tersenyum dan mencium pipi suaminya yang kendur dan berkeriput. Setelah memasukkan mobil ke dalam garasi, aku bergegas ke kamar. Kesempatan bagiku untuk kabur dan rumah neraka ini. Karena Nyonya Wulandari sedang sibuk dengan suaminya. Aku langsung mengemasi pakaian dan apa saja milikku yang bisa termuat ke dalam tas ransel. Saat melihat buku tabungan, aku tersenyum sendiri. Sejak bekerja di rumahi ini dan menjadi sapi perahan untuk pemuas nafsu Nyonya Majikan, tabunganku di bank sudah banyak juga. Karena Nyonya Wulandan memang tidak segansegan memberiku uang dalam jumlah yang tidak sedikit.

    Dan tidak sepeserpun uang yang diberikannya itu aku gunakan. Semuanya aku simpan di bank. Aku masukan buku tabungan itu ke dalam tas ransel, diantara tumpukan pakaian. Tidak ada yang tahu kalau aku punya cukup banyak simpanan di bank. Bahkan Nyonya Wulandari sendiri tidak tahu. Karena rencananya memang mau kabur, aku tidak perlu lagi berpamitan. Bahkan aku ke luar lewat jendela. Malam itu aku berhasil melarikan diri dari rumah Nyonya Wulandari. Terbebas dari siksaan batin, akibat terus menerus dipaksa dan didera untuk memuaskan nafsu birahinya yang liar dan brutal. Tapi ketika aku lewat di depan garasi, ayunan langkah kakiku terhenti. Kulihat Bi Minah ada di sana, seperti sengaja menunggu. Dadaku jadi berdebar kencang dan menggemuruh. Aku melangkah menghampiri. Dan Wanita bertubuh gemuk itu mengembangkan senyumnya.

    Jangan datang lagi ke sini. Cepat pergi, nanti Nyonya keburu tahu.., kata Bi Minah sambil menepuk pundakku.

    Terima kasih, Bi, ucapku. Bi Minah kembali tersenyum.

    Tanpa membuangbuang waktu lagi, aku bergegas meniggalkan rumah itu. Aku langsung mencegat taksi yang kebetulan lewat, dan meminta untuk membawaku ke sebuah hotel. Untuk pertama kali, malam itu aku bisa tidur nyenyak di dalam kamar sebuah hotel. Dan keesokan harinya, setelah mengambil semua uangku yang ada di bank, aku langsung ke stasiun kereta.

    Aku memang sudah bertekad untuk kembali ke desa, dan tidak ingin datang lagi ke Jakarta. Dari hasil tabunganku selama bekerja dan menjadi pemuas nafsu Nyonya Wulandari, aku bisa membuka usaha di desa. Bakkan kini aku sudah punya istri yang cantik dan seorang anak yang lucu. Aku selalu berharap, apa yang terjadi pada diriku jangan sampai terjadi pada orang lain. Kemewahan memang tidak selamanya bisa dinikmati. Justru kemewahan bisa menghancurkan diri jika tidak mampu mengendalikannya.

  • Kisah Memek Susi Pembantu Ku Yang Bikin Gelisah

    Kisah Memek Susi Pembantu Ku Yang Bikin Gelisah


    2835 views

    Duniabola99.com – Kisah ini berawal ketika ane di mutasi perusahaan ke daerah Bogor karena kinerja ane di tempat asal kurang bagus..ane sempet putus asa dan yg lebih sedih ane harus pisah ma bokin yg ane sayangi. Tapi karena kebutuhan akhirnya ane ambil juga itu keputusan untuk mutasi.. Sesampai di Bgr ane dapet fasilitas kontrak rumah dari perusahaan,dan ane dapet di daerah pinggiran kota,lumayan lah type 36,ada 2 kamar plus perabotan udah ada di sana..


    Setelah 1 bulan berlalu ane kewalahan ngurusi itu rumah,maklum ane berangkat pagi,pulang malam,minggu pulang ke Bandung ketemu bokin ya jadinya itu rumah acak2an dan kotor banget..

    Ane ngerasa ga nyaman,dan ane mutusin untuk nyari orang buat ngurusi rumah. Ane sempatkan datangi salah satu yayasan penyalur di kota Bgr,ane pilih 1 orang yg ane pikir bisa kerja,orangnya biasa aja,masih muda,umur 20 tahun,aslinya dari daerah di jawa tngh,dan 1 yg bikin ane pilih dia,dia keliahatan cekatan saat ane melihat cara praktek di beberapa orang yg di tawarkan..

    Sebenarnya kalau ane emang niat macem2,ane bisa aja pilih yg genit,karena ada beberapa orang yg matanya tuh menunjukan kalo “pilih gw aja” dan sedikit centil..

    lanjut..

    Ane minta Susi (sebut aja begitu) di antar ke rumah hari sabtu,karena ane pikir hari minggu ane akan pergi dan ane minta susi untuk bersihin rumah..

    Hari sabtu malam orang yayasan datang mengantar susi,dan ane lunasi biaya administrasi,lalu jadilah susi bekerja di rumah ane..

    Hari minggu ane tinggal dia di rumah,untuk bersih2 dan cuci baju ane yg udah menggunung..

    Hari senin pagi ane datang ke rumah,ane seneng banget rumah udah bersih,rumput2 di bersihin depan rumah..baju ane pun udah pada wangi di setrika ma doi..

    Karna ane puas,ane kasih doi uang jajan 50 ribu,dia seneng banget,ane bilang itu di luar gaji dan uang makan..ane kasih dia uang makan karena ane ga pernah makan di rumah,jd di rumah gak pernah masak..

    hari2 berlalu,ane emang tidak pernah memandang status orang dari pekerjaannya,walaupun susi adalah pembantu,tp dia sering cerita tentang pribadi,tentang orang tua di kampung dll..
    Dari situ ane tau bahwa ortu susi cerai,dan susi di paksa bekerja untuk menghidupi keluarga,ane juga tahu bahwa susi di kampung punya pacar,dan pacarnya itu sering telp tiap hari,susi kadang mengeluh juga karena pacarnya ini sering minjem duit tp ga di bayar..

    Ane sering nasihati dia supaya lebih hati2 dalam pacaran,lebih2 cowok kayak gitu..dan dia pun mengangguk..


    Kami tiap malam nonton tv bareng,kadang becanda,bahkan ke mall bareng untuk belanja sabun dsb..kadang kalau ane lagi ada duit ane beliin dia baju karen aane tahu bajunya itu2 aja..

    skip..

    tak terasa sudah 3 bulan susi kerja di rumah,dan kelihatan dia sangat betah,terlihat dari badan dia yg sekarang jd lebih gemuk di banding saat pertama datang..tp hal itulah yg mengganggu pikiran ane..body nya justru bikin ane gusar..toketnya yg dulu kelihatan kecil tp sekarang malah kelihatan nyembul…bokongnya yg dulu biasa aja sekarang jd menarik…haduh…ane pikir bahaya ni..tp ane buang jauh2 perasaan itu..

    Diam2 ane suka ngintip dia kalo habis mandi…kadang ane juga curi2 pandangan ke arah pahanya kalau dia lg pake baju daster dan duduk sembarangan…

    Suatu hari ane dapet tugas dari kantor untuk mengurus proyek di kalimantan,ane pun harus pergi selama 2 minggu..ane pergi dan sebelumnya ane pamit ke susi berpesan supaya hati2 jaga rumah selama ane pergi..

    Di kalimantan ane sms menanyakan kabar,dan ane beranikan untuk sms yg bernada memancing..seperti “km udah mandi belum susi manis?”…dan dia pun membalas dengan “udah aa sayang”…
    Dan ane pancing2 dia dengan sms bahwa sebenarnya ane suka ma dia…tp takut di tolak karena susi udah punya cowok..

    Tak di sangka susi membalas dengan sms yg sangat mengagetkan “aa kenapa ga bilang,susi juga suka banget ma aa,tp susi takut,susi kan cuma pembantu”..
    wah..ini yg ane tunggu…ane tlp dia..dan kita pun ngobrol panjang lebar tentang seringnya ane curi2 pandang…dll…

    Ane pun pulang ke Bgr,ane langsung menuju rumah..susi menyambut dengan senyuman malu…ane pun mencubit lengannya..tanda kangen..

    Ane beranikan mengajak susi ngobrol malam itu…kami pun ngobrol..tp terlihat sekali susi sangat kaku dan tidak seperti biasanya…ane bertanya “kenpa sus”…”ga apa2 a” susi menjawab..

    Ane duduk mendekati susi..dia sangat terlihat gelisah..ane dekatkan bibir ane ke bibir susi..susi sedikit menghindar..tp ane udah pengen banget mencium susi..ane sedikit memaksa dan kami pun berciuman…ane mainkan lidah ane di di bibir susi…kami pun bergumul mesra dengan hangatnya…di temani hujan bibir kami saling bermain…


    Malam itu tak terjadi apa2..ane ga ingin buru2 melakukan sesuatu..ane takut susi akan minta pertanggungan jawab bila ane exe dia malam itu..

    esok hari nya sepulang kerja ane langsung mandi…kami pun ngobrol..sudah mulai cool…suasananya udah mulai seperti biasa lg..susi nonton tv,ane di sebelahnya,yg berbeda adalah sekarang susi udah berani duduk dekat2 nempel ke ane..

    Ane membuka pembicaraan..ane bertanya tentang hubungan susi dengan pacarnya di kampung sejauh apa hubungan yg mereka lakukan..

    Susi bercerita bahwa mereka memang sering berciuman..dan susi juga pernah pegang punya cowoknya..begitu pula sebaliknya…sambil berpura2 cemburu aku pun pergi ke kamar..
    Susi mengejar ane ke kamar..dia minta maaf..dan bilang bhwa susi masih perawan…
    Ane bilang gak percaya…karena blm membuktikannya..kami pun sedikit ngadu argument..dan ane minta pembuktian kalo susi memang masih benar perawan..

    Tak di sangkan susi langsung membuka daster yg di pakainya…”susi akan buktikan kalau susi memang masih perawan”..kata susi
    “jangan sus,aku ga berani tanggung jawab kalo sampai terjadi sesuatu”ane bilang begitu
    “aa ga usah mikirin tanggung jawab,yg penting susi kan buktikan kalau memang susi masih perawn”,susi mendekati ane hanya mengenakan BH dan Celana Dalam…

    Ane konak gan…ga tahan..melihat secara langsung apa yg selama ini ane inginkan…oh shit…ane bingung..
    di tengah kebingungan ane,bibir susi sudah melumat bibir ane…kita berciuman di pinggir tempat tidur…tangan ane secara replex mulai bergerilya menuju gunung kembar susi…ane ga kuaaaaaat (dalam hati ane menahan nafsu ini)..

    Ane terus belai toket susi…ane buka bra yg membungkusnya..ane rebahkan susi di ranjang..susi tersenyumm..oh..

    ane mulai melumat pentil susunya…tangan ane mulai bergerilya di paha susi…susi pun melenguh “ohhh”…

    tangan ane menuju selangkangan susi…bermain si pinggiran celana dalam yg masih membungkus meki susi..ane terus benjilati puting susu susi yg mulai keras…tangan ane pun membuka celana dalam yg di pkai susi…susi melenguh kembali..”oooohhhh”….


    Ane secara cepat membuka celana pendek dan kaos ane…ane pun membuka CD yg ane pakai…

    kembali ane lumat bibir susi…tangan ane mulai mengelus pinggiran meki susi…susi pun men desah “aaaaahhhh”…
    Tangan ane mulai menyibak meki susi yg di tumbuhi bulu yg tidak terlalu tebal…jari ane menari2 mengelus klitoris susi…susi pun tambah mendesah “AAAAAAHHHH”…

    Jari ane bermain2 di bibir lobang meki susi…bibir ane bermain di toketnya…dan tangan susi pun mulai mengelus2 kontol ane yg udah keras n panas…

    “aa..punya aa gedee…” susi berbisik..
    Ane tersenyum sambil kembali melumat bibir susi dan memainkan jari di mekinya…

    Bibir ane pindah ke toketnya….lalu turun menjilati perutnya…dan sampailah di pertigaan selangkangan susi…

    Ane buka perlahan belahan paha susi…ane pun mulai merunduk…ane sibak kedua belahan meki susi…dan lidah ane mulai bermain di bibir meki susi…oooh…mantapnya meki perawan…

    “AA..AAAAAhhh”..susi mendesah ketika bibir mekinya ane jilati…lidah ane mulai menusuk2 lobang mekinya…dan sekali2 lidah ane bermain di klitoris susi…

    “aa”ooooooughhhh…..”..susi mendesah semakin keras…

    ane menjilati mekinya -+ 15 menit..ane pun kembali melumat toket susi….pentilanya ane jilati melingkar..jari ane terus bermain di bibir meki susi yg mulai basah di bajiri cairan kenikmatan…

    Susi terus mendesah..”ouwgh..aa…ouwgh..aa…”dia memanggil ane dalam desahannya..

    Tak menunggu lama,ane siapkan rudal konti ane yg udah keras banget…ane arahkan ke meki susi yg udah basah…ane lebarkan pahanya…ane tempatkan di lobangnya..dan ane tekan pelan2….”aa…ouwgh…”susi mendesah….”aa…sakit”….”ouwgh”…susi sedikit meringis ketika konti ane mulai masuk ke mekinya…konti ane semakin dalam…”aa…sakit…”…”oughwwhhh”..susi mndesah sambil menutup matanya….

    Ane cabut pelan2…ane tekan lagi…ane cabut lagi…ane tekan lagi…dan seterusnya….
    “owgh..aa…oegh…owgh…ooooooh…”desahan susi semakin terdengar…
    Ane pun mengenjot konti ane di mekinya…dan tiba2 keluarlah darah keperawanan dari lobang meki susi….


    …ane genjot lagi lebih cepat…darah semakin banyak….ane genjot terus…”aa…sakiiiiiit….owwwuuuuuuuggggghhh”.. .susi mendesah sambil terpejam matanya..
    Ane genjot terus…”sabar sayang…bentar lagi sakitnya hilang”…ane menimpali sambil terus menggenjot..
    konti ane keluar nasuk di meki susi….sampai darah perawannya tak lagi keluar…

    Ane goyang2 di dalam mekinya…ane hujam lebih dalam…”oooooooooooowwwwwwwghhhhhh”…susi menjerit…mekinya semakin licin…menandakan susi udah mendapatkan O…dan ane pun memepercepat genjotan ane….”OOOOOOOOOOOOOOOOOOWWWWWWGGGGGGGGGGGGHHHHHH HHHHHHH”….susi menjerit kenikamatan…susi mencengkeram pundak ane…..tangannya mencakar bokong ane…dan “croooooooot”….ane pun orgasme…..sperma ane memenuhi lobang meki susi….

    Ane memeluknya…dan susi pun tersenyum…”percaya kan kalo susi masih perawan?” tanya susi pada ane
    “iya aku percaya”…ane pun tersenyum…dan kami pun berpelukan…

    Ane minta susi supaya kencing dulu…dan membersihkan mekinya…ane pengen malam ini 5 ronde..hehehe…

    kami pun bermain hingga pagi hari…esoknya ane ajak susi ke bidan yg jauh dari rumah ane…ane minta susi untuk KB…susi pun KB suntik…dan kami pun hingga sat ini masih berhubungan..

    1 yg membuat ane ga bisa lepas dari susi…mekinya wangi…dan nikmat banget saat di oral…beda dengan bokin ane yg kadang ada bau tak sedapnya…

    Ane jd jarang pulang ke bandung,ane malah tiap minggu menghabiskan waktu bermain sex seharian bareng susi…semua gaya udah kami mainkan…bahkan anal sudah kami praktekan…

    Susi tak pernah minta ane menikahi dia..karena dia pun tak mungkin memutuskan hubungan dengan pacarnya di kampung yg sudah di jodohkan oleh ortunya…entah sampai kapan kami begini…tp jujur..nikmat sex bukan karena status..tp karena barang…hehehe

    Buat agan2 yg suka maen ma pembokatnya,saran dari ane,pembokat juga manusia,yg butuh kasih sayang dan materi,selain gaji 750rb ane kasih tambahan 1 jt perbulan buat susi plus uang jajan 50 rb tiap hari agar meki yg mantap itu di jaga dan di rawat demi kepentingan bersama..dan satu lagi,buatlah komitment agar sang pembokat tidak menuntut anda menikahinya..dan ini adalah hal yg paling penting!!!
    Buat agan2 yg suka maen ma pembokatnya,saran dari ane,pembokat juga manusia,yg butuh kasih sayang dan materi,selain gaji 750rb ane kasih tambahan 1 jt perbulan buat susi plus uang jajan 50 rb tiap hari agar meki yg mantap itu di jaga dan di rawat demi kepentingan bersama..dan satu lagi,buatlah komitment agar sang pembokat tidak menuntut anda menikahinya..dan ini adalah hal yg paling penting!!!

  • Kisah Memek Ngentot Crot di Dalem Memek

    Kisah Memek Ngentot Crot di Dalem Memek


    2833 views

    Duniabola99.com – kiki gadis cantik muda belia toket gede memeknya mulus banget coy,

    “Apa nanti nggak terlihat aneh?” tanya Kiki pada suaminya di telpon.

    “Aku rasa tidak. Kamu kan sudah tahu siapa adikku. Jadi tidak harus sama aku untuk pergi ke sana kan?”

    “Memang sih,” jawab Kiki, sambil memainkan kabel telpon.

    “Lagian dulu kamu juga sudah pernah melihat pembukaan pertandingannya bareng mereka juga. Jadi sekarang sama saja kan kalau kamu pergi sendiri untuk lihat finalnya.”

    “Ok, aku paham maksudmu, sayang. Meskipun dulu ada kamu, cuman? aku akan jadi satu-satunya wanita di sana.”

    “Oh, kamu salah. Dina kan ikut juga ke sana.”

    “Oh baguslah, sempurna.” jawab Kiki, dengan nada suara sedikit tajam. Wanita genit itu, batin Kiki.


    “Aku tahu, kamu dan Dina? agak kurang cocok, tapi sebenarnya dia wanita yang baik. Kamu hanya perlu lebih mengenal dia Ki.”

    “Hendra,” Kiki hampir mulai memprotes, tapi ditahannya dirinya. Sudah terlalu sering pembicaraan tentang hal ini berakhir dengan pertengkaran, dan dia sudah memutuskan kali ini harus berakhir bahagia. “Kamu mungkin benar. Setidaknya, lebih baik nonton finalnya bersama-sama dari pada sendirian saja.”

    “Aku harus pergi, sayang. Selamat bersenang-senang!”

    “Pasti.” Kiki berusaha untuk terdengar gembira.

    “I love you.”

    “I love you, too.”

    Hendra sudah pergi sangat lama, pikir Kiki. Bicara lewat telpon memang bagus, tapi dia merindukan kehadirannya secara fisik. Dia rindu untuk meringkuk dalam peluknya di Sabtu pagi, dan saling bergandengan tangan sewaktu jalan sore. Semuanya, pikirnya, diayunkan langkahnya menuju kamar mandi, dia merindukan seks. Mereka sudah menikah selama dua tahun dan kehidupan seksual mereka tak pernah menunjukkan gejala menurun. Paling tidak, tiga atau empat kali dalam seminggu. Sekali waktu, kadang mereka membuat janji untuk berkencan di hotel selayaknya sepasang kekasih, hanya sekedar untuk sebuah ?quickie? di sela waktu makan siang. HokiJudiQQ

    Dia bersihkan rambut sebahunya dengan shampoo, lalu mulai menyabuni tubuh rampingnya. Erangan lirih mulai lepas dari mulutnya saat tangannya menggapai payudaranya, lalu memilin putingnya. Hendra menyukai payudaranya. Dia bilang kalau ukuran B-cupnya adalah ukuran yang tepat untuk digenggam dan diremas. Kiki sendiri senang dengan bentuk payudaranya karena sangat sensitive dan cepat membuatnya terangsang begitu dipermainkan.

    Tangannya yang sebelah kanan bergerak turun menelusuri perut kencangnya dan mengarah pada gundukan vaginanya yang mungil dan rapat. Dia menyukai rasa dari air hangat yang seakan tusukan jarum kecil pada permukaan kulitnya saat dia mainkan jemari pada kelentitnya yang licin.

    Membawa dirinya sendiri ke puncak ledakan orgasme, tubuh telanjangnya merosot menyandar pada dinding kamar mandi, dan berusaha mengatur nafasnya yang memburu. Kiki belum pernah melakukan masturbasi selama dua tahun pernikahannya dengan Hendra. Sekarang hal ini dilakukannya dalam kesehariannya, dan bahkan dia sedang mempertimbangkan untuk membeli sebuah vibrator untuk mengisi hari-harinya yang sepi semenjak ditinggal pergi Hendra ke luar kota. Meskipun memikirkan tentang alat itu masih tetap membuat dirinya tersipu malu dan serasa bergolak perutnya, tapi godaan itu semakin besar dan bertambah besar.

    Diraihnya alat pencukur dan merampungkan ritual mandinya: shampoo, sabun, masturbasi dan mencukur.

    Dia keringkan tubuh basahnya dengan handuk sambil mengamati pantulan bayangannya di dalam cermin. Seperti kebanyakan gadis keturunan jawa, kulit kuning kecoklatan membalut tubuhnya yang semakin menyiratkan daya tarik seksualitas yang eksotis dan nakal tapi tetap anggun. Berjalan dengan masih dalam keadaan telanjang menuju ke kamarnya, sambil mempertimbangkan akan memakai pakaian apa untuk acara di rumah Johan nanti.

    Johan, yang adalah adiknya Hendra, seorang eksekutif muda yang terbilang sukses, memiliki beberapa perusahaan yang penjualannya selalu dengan rating yang bagus. Dan dia merupakan tipe pria yang menikmati hidup. Memiliki rumah tinggal di pusat kota dan sebuah tempat peristirahatan yang berada di puncak, yang sering dipakainya saat berakhir pekan dan juga untuk acara kali ini. Sebuah tempat peristirahatan yang selalu membuat kagum Kiki saat di sana, dengan area yang sangat luas dan bentuk campuran antara gaya tradisional dan modern yang sangat nyaman untuk beristirahat melepaskan diri dari kepenatan kota.

    Rumah peristirahatan itu terletak di atas bukit, dan mempunyai sudut pandang yang luas untuk menikmati indahnya pemandangan lembah di bawahnya. Ini dikarenakan banyaknya bukaan dari pengaruh gaya tradisionalnya. Tempat ini juga mempunyai sebuah lapangan tenis ? yang hanya digunakan sesekali ? dan sebuah kolam renang besar ? yang paling sering dipakainya setiap waktu. Dan yang paling membuat nyaman adalah privasi dari tempat ini, tetangga terdekat terletak jauh di bawah lereng bukit. Saat semua pintu yang terletak di sepanjang ruang tengah hingga kolam renang, akan dapat membuat kita dapat menghirup segarnya udara perbukitan ini.

    Sebuah TV layar datar berukuran besar terletak di ruang tengah yang mana itu akan dipakai untuk menyaksikan pertandingan final nanti. Johan sebenarnya tidak begitu peduli tim mana yang akan menang, karena tim jagoannya sudah tersisih sebelum final.

    Semua tamunya sudah hadir di sini, kecuali kakak iparnya, Kiki. Jimy, Dany, dan Dina adalah teman masa kecilnya. Ahmad merupakan rekan bisnisnya yang kemudian jadi sahabat karibnya, yang sekarang juga akrab dengan Jimy dan Dany dan Dina. Kelimanya menjadi sahabat karib tak terpisahkan dalam lima tahun terakhir, dan Johan merasa senang bisa menyaksikan pertandingan final nanti bersama mereka semua.

    “Kapan nih isteri Hendra yang seksi itu datang?” tanya Jimy yang sudah agak mabuk. Sebagai seorang keturunan Chinese, membuat wajahnya sangat bersemu merah, dengan sangat cepat setiap kali dia mengkonsumsi alkohol meskipun sedikit kadarnya. Dan dia selalu berubah dari seorang ahli komputer yang pemalu menjadi penggila pesta yang liar.


    “Harusnya Kiki tiba sebentar lagi. Dia menelpon satu setengah jam yang lalu dan bilang kalau dia sudah berangkat,” jawab Johan, sambil membalik daging panggangnya. Ini sudah hampir pukul empat sore. Pertandingannya sendiri mulai pukul lima nanti, tapi Jimy sudah tak sabar untuk mulai minum duluan.

    “Yeah, aku harap dia datang sebentar lagi. Aku mulai bosan lihat Dina!” jawab Jimmy menggerutu.

    “Hey!” Dina berteriak protes dari dalam. “Aku dengar itu!” dia melompat bangkit dari sofa dan berjalan keluar. “Jadi, kamu pikir aku membosankan untuk dilihat ya?” tanyanya dengan mulut cemberut.

    Dina berpose layaknya seorang model, tangan di pinggang, berpose untk para pria. Sebenarnya dia bukannya tipe yang membosankan untuk dipandangi. Sama sekali bukan. Rambut berombak panjang sepinggang di cat kecoklatan, tubuh montok menggiurkan tapi jauh dari kata gemuk, dan kulit putih yang membungkus tubuh indahnya. Jika kamu melihat majalah model, maka akan kamu temukan gambaran sosok Dina di sana. Kegemarannya membentuk tubuh di pusat kebugaran membuat tubuhnya selalu tepat saat memakai berbagai macam busana, dari busana resmi hingga bikini. Hari ini, dia kenakan sebuah kaos ketat dan celana jeans selutut yang juga ketat, memeperlihatkan lekuk tubuhnya yang begitu mengundang selera pria untuk mencicipinya.

    Johan selalu suka pada bentuk pantat Dina. Sebenarnya, semua orang suka. Sangat ideal, kencang dan merupakan sebuah bentuk yang diimpikan semua wanita. Dina juga menyukainya, dia selalu memakai busana yang bisa memperlihatkan betapa seksinya bongkahan pantatnya, dia selalu berusaha mempertunjukkan tampilan terseksinya. Tapi berpose seperti itu di hadapan para pria sebenarnya membuatnya jengah. Walaupun dia menyukai perhatian pria pada tubuhnya, tapi orang-orang ini adalah sahabat terdekatnya. Dan mereka hampir seperti keluarga saja.

    Tak mau ambil pusing, diputuskannya untuk berjalan melewati mereka dan duduk di tepian kolam renang, memasukkan kaki indahnya ke dalam air yang dingin. Dia hanya senang menggoda saja bukan seorang wanita jalang.

    Bel di pintu berbunyi dan Dany pergi untuk membukakan, itu pasti Kiki, isteri Hendra yang sangat menarik.

    Kiki masuk sambil membawa satu renteng bir kaleng, dan Dany seperti terpaku menatapnya. Kiki mengenakan gaun selutut warna putih yang terikat di balik lehernya sebagai penyangga. Rambut sebahunya di kuncir ekor kuda. Dia memakai sandal warna putih yang memperlihatkan kukunya yang terawat baik dan diwarnai merah muda senada dengan kuku jari tangannya.

    Kiki menelan ludah, terlihat keadaan Danny yang agak mabuk membuatnya lupa akan waktu. Dia seakan mematung menatap sekujur tubuh Kiki tak berkedip. Sudah diputuskannya sejak dulu dia akan tidur dengan wanita ini, meskipun ada Hendra atau tidak.

    “Silahkan masuk, tuan putri.”

    Kiki merasa jengah dengan cara memandang Dany yang tanpa tedeng aling-aling pada tubuhnya. Jikalau dilain waktu mungkin Kiki akan merasa dilecehkan dengan cara tatap Dany, tapi dengan keadaan gairahnya yang masih menggantung selama ditinggal Hendra seperti ini membuatnya melirik sekilas ke arah Dany. Tampan juga, nilainya. Tinggi, berkulit sawo matang, dan penuh percaya diri, Kiki tahu kalau Dany sangat cerdas dan kecerdasannya itu selalu digunakan untuk menaklukan wanita. Hampir pada setiap kesempatan, dia selalu menggodanya. Kiki sudah pernah membicarakan hal ini dengan Hendra, tapi reaksinya hanya tertawa saja dan, “Anak muda memang begitu.” Hendra, yang hanya tiga tahun lebih tua dibandingkan Dany yang berusia 28 tahun selalu menyebut Johan dan Dany beserta seluruh teman-tamannya dengan sebutan anak muda.

    Kiki, yang juga berusia 28 tahun, sadar jika dia harus berhati-hati saat berada di dekat pria pecinta seni ini.


    “Kamu kenal Ahmad, kan?” Tanya Dany, saat berjalan di belakang Kiki menuju ke ruang tengah. Kiki bisa merasakan mata Dany tak pernah lepas dari pantatnya.

    “Ya, kami sudah pernah ketemu,” jawab Kiki. Ahmad sudah menarik simpati Kiki. Pria keturunan timur tengah yang tak banyak bicara, tampan dan berotak encer, hanya dialah yang tak menunjukkan ketertarikan seksual vulgar terhadap dirinya. Ahmad sangat sopan dan Kiki berharap perilaku ini bisa menular pada para sahabatnya yang ?liar? ini.

    Kiki melihat Johan dan Jimy sedang berada di beranda belakang. “Mau ditaruh di mana ini?” tanya Kiki, mengangkat bir kaleng yang di bawanya.

    “Si cantik sudah datang!” komentar Jimy yang setengah mabuk terlontar sebelum Johan mampu menjawab.

    “Hei, tenang sedikit,” bisik Johan pada temannya. “Jimy, kenapa nggak kamu taruh birnya dalam almari es dan sekalian ambilkan pizzanya juga.”

    Mata Jimy seakan dilem pada tubuh wanita bersuami ini saat berjalan melewatinya menuju ke dalam rumah.

    Johan minta maaf atas kelakuan kasar teman-tamannya. Kakaknya memang pria beruntung, pikirnya untuk yang entah keberapa kalinya. Dia coba untuk tidak membiarkan matanya terlalu lama memandang tubuh indah kakak iparnya ini, atau bahkan membayangkan seperti apa bentuk tubuhnya saat telanjang.

    “Aku senang akhirnya kakak mau datang juga,” katanya. Untuk sesuatu alas an, dia merasa sedikit malu. Jarang sekali dia pergi keluar dengan Kiki tanpa Hendra, tapi sejujurnya dia sangat menikmati keberadaannya tanpa kakaknya. Dan kebetulan juga Kiki lebih gila dengan pertandingan ini dibandingkan kakaknya.

    Kiki tersenyum pada Johan, mulai merasa nyaman dan percaya diri, lalu bilang, “Aku senang melihat pertandingan rame-rame. Meskipun harus dengan pria-pria tidak karuan seperti kalian.”

    “Ada wanitanya juga lho,” kata Dina, sambil mengangkat tangannya tanpa memalingkan muka, dia masih tetap berada di tepian kolam renang, asik dengan lamunannya sendiri.

    Isteri Hendra sudah datang. Isteri Hendra yang cantik dan penuh percaya diri telah datang. Yang selalu yakin bila berhadapan dengan pria. Dina suka Kiki, setiap kali dia perhatikan semakin dia merasa iri padanya. Dina belum pernah sama sekali memikirkan untuk menjalin ‘hubungan’ dengan seorang wanita, tapi bila dia di suruh memilih seorang wanita, maka pilihannya pasti akan jatuh pada Kiki.

    Kiki tidak memperhatikan Dina saat datang ke sini. “Hai, Dina,” sapanya, dengan nada suara seramah mungkin. Dina bahkan sama sekali tak memalingkan muka membalas sapaan itu. Selalu ada sedikit ketegangan diantara dua wanita ini. Hampir saja Kiki merasa putus asa untuk mulai menjalin sebuah hubungan baik dengan wanita ini.

    Ketika pertama kali menikah, Kiki merasa sangat cemburu terhadap Dina. Dia merasa kalau wanita cantik ini selalu mencoba menggoda dan merebut suaminya. Bahkan dia hampir saja menuduh kalau Henrdra punya affair dengan wanita ini. Dan Hendra selalu bilang kalau hubungannya dengan Dina hanya seperti kakak adik saja. Kiki masih merasa belum percaya tapi dia terus berusaha untuk mempercayai apa yang dikatakan suaminya itu. Johan berusaha mencairkan suasana dengan menawarkan minuman pada kakak iparnya ini.

    Pizza dan pertandingan jadi menu utama berikutnya. Mereka semua larut dalam ketegangan pertandingan itu dan Kiki dan Dina menemukan kalau mereka punya sebuah kesamaan; punya tim andalan yang sama…

    Akhirnya, hal inilah yang mempersatukan mereka. Keduanya saling duduk bersebelahan, saling bersorak memberikan dukungan pada tim andalannya dan juga semakin bertambah mabuk karena minuman beralkohol yang disuguhkan di sepanjang pertandingan ini.

    Kiki menduga Dina akan bersikap ‘sangat wanita’ tentang olah raga, seperti mengucapkan, “Oh, lihat, yang itu ganteng sekali….” Tapi, kebalikannya, Dina benar-benar serius memperhatikan jalannya pertandingan, komentarnya tentang tim andalannya benar-benar mengejutkan semua orang, tak hanya Kiki.

    Di akhir pertandingan, saat akhirnya tim andalannya kalah, Dina hanya mengangkat bahunya dan bilang, “Aku rasa aku sudah agak mabuk.”

    Kiki juga sudah merasa sedikit melayang karena bir yang dikonsumsinya selama pertandingan, dan berkata, “Ini baru putaran pertama, nggak masalah.”

    “Hey guys, aku rasa aku mau langsung pulang nih,” si chinese berkata dengan muka yang sangat merah.

    “Sampai jumpa, Jimy,” jawab semuanya.

    “Aku juga sebaiknya segera pulang,” kata Kiki, segera berdiri dan meregangkan tubuhnya. Dany melirik payudaranya yang membusung ke depan.

    “Oh nggak boleh,” jawab Dina, menarik tangannya hingga Kiki kembali duduk di tempatnya lagi. “Kamu terlalu kebanyakan minum buat nyetir mobil.”

    “Tapi kalau dia?” Tanya Kiki, sambil menunjuk pada Jimy.

    “Oh, dia akan baik-baik saja.”

    “Aku sudah nggak minum beberapa menit lalu. Memang wajahku saja yang kelihatan merah.”

    “Lagipula,” kata Dany, berdiri dan memukul punggung Jimmy, “Rumahnya juga dekat dari sini. Ya kan Jimmy?” Dany juga sudah mabuk.


    Jimy pergi, meninggalkan tiga pria dan dua orang wanita yang sudah setengah sadar semuanya itu. Dina sudah mabuk. Dia tahu karena dia merasa lebih berani dan terbuka untuk mulai bicara pada Kiki. “Mm… jadi sudah berapa lama Hendra pergi ke luar kota?” Tanya Dina.

    Kiki, meskipun kesadarannya tidak penuh dan baru menemukan sesuatu yang disukainya dari Dina, dia menatap wanita ini dengan pandangan penuh pertahanan. “Dua bulan.”

    “Dua bulan! Wow… itu sangat… ” akhirnya Dina melihat pandangan ‘siaga’ Kiki, dan tiba-tiba dia merasa takut. Dia takut jika Kiki mulai membencinya. Dia merubah topiknya. “Aku Cuma merasa, ini pasti saat yang berat buat kamu, dan juga pasti berat juga buat Hendra.”

    “Apa maksudmu?” Tanya Kiki, masih sedikit bertahan, tapi juga sedikit penasaran.

    “Yah, aku yakin dia sudah bilang, kalu dia sangat mencintai kamu. Dia selalu saja cerita tentang kamu! Dan nggak hanya karena dia berpisah dengan isteri yang dicintainya, tapi juga sahabatnya. Setidaknya lebih baik kamu sering menghabiskan waktu bersama kita.” Dina meletakkan tangannya di lutut Kiki, mencoba untuk menenangkan.

    Kiki tersenyum, tak menghiraukan tangan Dina, perasaannya dibalut pengaruh minuman.

    Dany dan Ahmad masih asik berdebat soal pertandingan tadi dan Johan bergerak mendekati kedua wanita ini, dia membungkuk dan membisikkan sesuatu di telinga Dina. Wanita cantik ini tersenyum nakal pada Johan lalu mengangguk. Johan menghilang ke lantai atas, lalu wanita cantik ini bergerak merapat pada Kiki dan bertanya pelan, “Kamu merokok nggak?”

    “Mmm… kadang-kadang.” Jawab Kiki heran.

    Dina tersenyum lebar, sambil menyibakkan rambutnya ke belakang telinganya. Matanya yang tajam semakin berbinar menggoda , dan dia kembali berbisik lebih pelan lagi, “Bukan, bukan rokok yang itu. Maksudku itu lho… kamu tahu kan,” matanya mengedip penuh arti pada Kiki

    “Oh,” kata Kiki, akhirnya tahu yang dimaksud Dina. Segera saja wajah Kiki terasa hangat. Kadang-kadang dia sangat naïf soal hal-hal tersebut. Awalnya dia ingin berbohong dengan teman barunya ini, tapi akhirnya dia ingin berkata apa adanya. “Belum, belum pernah.”

    “Yang benar?” Tanya Dina, raut wajah Dina menandakan perasaan herannya. “Dan kamu menikah dengan Hendra sudah dua tahun?”

    “Ya. Kenapa?”

    Tiba-tiba Dina merasa sudah masuk ke wilayah yang terlalu pribadi “Nggak, Cuma pengen tanya saja.”

    *****

    Sebentar kemudian, Johan sudah kembali, dia duduk diantara dua wanita ini dan membuka sebuah bungkus rokok. Di dalamnya ada beberap lintingan rokok lalu diambilnya sebuah. Dia lalu mengambil sebuah pemantik, dinyalakannya, dihisapnya dalam-dalam kemudian menyodorkan rokok yang baru saja dihisapnya itu pada Dina.

    Menatap ujung Candu itu yang menyala merah di bibir penuhnya Dina, membuat perut Kiki terasa bergolak. Dia sadar apa yang menantinya dan dia tahu apa yang harus dilakukannya…

    Dina sedikit terkejut saat menyodorkan rokok itu pada Kiki dan melihat tangan wanita ini sedikit gemetar. “Santai saja dan hisap pelan-pelan ke paru-parumu. Tahan selam mungkin sebelum kamu keluarkan,” Dina mengajarkan pada Kiki.

    Kiki mengangguk dan mencoba apa yang diinstruksikan oleh Dina. Dia menganggap saja kalau rokok ini adalah sebuah rokok menthol biasa hingga akhirnya dengan mudah dia mulai menghisapnya. Rasanya berbeda dengan rokok biasa, mungkin lebih manis dan lebih pekat rasanya. Tak dia rasakan sesuatu dalam hisapan pertama.

    Giliran itu kembali berputar sekali lagi saat Dany duduk di sebelah Kiki, katanya, “Hey, kesinikan Candunya.”

    Tangan Dany merangkul pinggang Kiki, dan saat Kiki menolehkan kepalanya untuk melihat Dany setelah dia menghisap rokok itu kedua kalinya, reaksi Candu itu menghantamnya telak.

    Kiki merasakan pusing yang amat sangat dan itu baru dialaminya kini. Pandangannya segera mengabur. Suara di sekelilingnya seakan sebuah film dalam slow motion, dan segera saja dia juga merasa gerakannya ikut melambat. Gerakan dan bahkan pikirannya terasa bergerak melambat. Perlahan disodorkannya rokok itu pada Dany, yang tersenyum kepadanya. “Barang yang bagus, bukan,” katanya, suaranya seakan berasal dari ruangan yang teramat sangat jauh. Kiki hanya mengangguk.


    “Kamu nggak apa-apa?” Tanya Ahmad. Dia jongkok di depan Kiki, memegangi kepala Kiki dan membuatnya menatapnya. Suara Ahmad bergema di dalam kepala Kiki, “nggak apa-apa… nggak apa-apa… nggak apa-apa…”

    Kata Ahmad, “Ambil nafas. Ambil nafas yang dalam…” Dan Kiki melakukannya dan rasanya mengagumkan.

    Seakan ada seseorang yang menekan tombol play pada remote control, dan segalanya berubah menjadi normal kembali. Atau hampir normal. Semuanya masih terlihat agak kabur, tapi tak lagi dalam gerakan lambat dan suara yang terdengar sudah kembali normal. Semua orang kecuali Dany menatap Kiki dengan penuh perhatian, dan Kiki segera dapat merasakan di mana keberadaannya kini. Kiki bias merasakan tangan Ahmad yang terasa dingin pada pipinya dan juga hidungnya dapat menghirup parfumnya yang maskulin. Kiki juga merasakan tangan Dany yang melingkar di pinggangnya dengan jarinya yang bergerak menggodanya. Lalu Kiki merasa wajah wajah dengan ekspresi khawatir itu berubah tersenyum geli, sama dengan senyum gelinya. Seakan dia baru saja mengucapkan sesuatu yang lucu, tapi tak ada seorangpun yang tertawa.

    Kiki ingin bilang, “Aku lupa bernafas!” Ingin dia teriakkan pada mereka, seakan hal ini adalah sesuatu yang paling lucu di seluruh dunia. Tapi, reaksi yang diberikan oleh otaknya hanya tertawa sekeras-kerasnya. ‘Penyumbat’ itu telah tercabut dan semua orang ikut tertawa lepas.

    Setelah beberapa putaran kemudian, Kiki merasa kaalu dia sudah cukup melayang tinggi. “Aku butuh udara segar,” katanya sambil bangkit perlahan. Dia merasa kedua kakinya tidak stabil menopang tubuhnya. Dina menyusul bangkit dan bilang, “Udara segar, kedengarannya ide yang bagus,” dan bersama, mereka berjalan dengan terhuyung-huyung di tepian kolam renang.

    Keduanya kemudian duduk di tepian ujung yang lain kolam renang itu, kaki mereka masuk ke dalam air yang terasa menyejukkan.

    “Kamu nggak apa-apa?” tanya Dina setelah sekian lama keduanya berdiam diri. Hanya suara serangga yang terdengar mengisi heningnya suasana malam ini.

    “Yeah…” kata Kiki, tak yakin dengan ucapannya sendiri. “Aku belum pernah melakukan ini sebelumnya… tapi aku lega karena akhirnya sudah mencobanya.”

    “Aku mengerti maksudmu, bagaimana perasaanmu sekarang?”

    Kiki menatap wanita di sisinya ini, “Melayang, tinggi. Dan… horny.” Dia tak bermaksud mengucapkannya, tapi ini keluar begitu saja dari mulutnya.

    “Ya… Candu juga selalu membuatku merasa sangat horny.”

    “Bukan Cuma itu saja, tapi…” Kiki merasa jengah. “Aku tak percaya sudah menceritakan ini padamu.”

    Dina merasa tersanjung. Mereka mulai masuk pada subyek dimana keduanya merasa nyaman dan saling percaya untuk saling bebagi, dan untuk pertama kalinya dia merasa percaya diri di hadapan Kiki. “Kamu mau bicara soal Hendra, kan. Dua bulan memang waktu yang lama…”

    “Oh, ya,” jawab Kiki, menendangkan kakinya ke dalam air.

    Keduanya saling membisu untuk beberapa menit lamanya hingga tiba-tiba sebuah pertanyaan terlontar dari mulut Kiki, “Kamu sudah pernah tidur dengan salah satu dari pria-pria di sana belum?”

    Kini giliran Dina yang merasa jengah. Dia enggan untuk menjawab pertanyaan itu. Ini hanya akan semakin menambah jelek reputasinya di hadapan wanita yang sangat dia inginkan untuk menjadi sahabatnya ini. “Mm…”

    Kiki tersenyum pada Dina dan berkata, “Aku janji nggak akan menghakimi.”

    “Ok…” Dina memutuskan setelah beberapa saat. “Ini pasti akan terdengar betepa jalangnya aku, tapi aku berani sumpah kalau aku bukan tipe wanita seperti itu. Mungkin kadang-kadang aku bertingkah seperti itu, tapi sungguh, yang kamu dengar beredar di luar sana itu hanyalah gossip yang dibesar-besarkan saja… ” Dina menjelaskan panjang lebar.

    “Dina! Dengar, aku benar-benar cuma penasaran saja. Dan itu juga bukan urusanku.”

    “Aku sudah pernah tidur dengan mereka semua kecuali Ahmad.” Mata Kiki terbelalak lebar, tidak seperti janjinya sebelumnya. “Bukannya dengan semuanya sekaligus. Waktunya berlainan semua. Kamu paham maksudku kan. Johan adalah… pria yang mengambil perawanku pertama kali… my first. Kejadiannya sewaktu masih di SMU. Dany dan aku… yahl, persahabatan kami selalu ada nilainya, kalau kamu paham maksudku.”

    “Kamu sudah pernah tidur dengan Hendra?” Kiki bertanya begitu saja tanpa berpikir. Candu dan alkokoh akan membuatmu berbuat begitu juga.

    Dina menatap Kiki, dia merasa sedikit nervous dengan pertanyaan tersebut, juga sedikit terkejut karenanya. Sebelum dia menjawab pertanyaan tersebut, suara dari sebuah handphone memecahkan suasana malam itu.

    “Sial, itu HP-ku,” kata Kiki, segera berlari menuju tasnya di dekat panggangan. “Pasti Hendra.”

    “Aku akan ke dalam,” kata Dina begitu di dengarnya suara Kiki yang mulai bicara di telpon. Dina melangkah ke dalam rumah dengan meninggalkan jejak kaki basah di sepanjang lantai beranda belakang.

    “Kamu abis ngisep Candu ya?” tanya Hendra di telpon.

    “Mm… ken-kenapa kamu Tanya brgitu?” jawab Kiki, mencoba sebisanya untuk bersikap normal.

    “Kamu bener-bener mabuk Candu!” Kiki harus menjauhkan HP dari telinganya karena Hendra tertawa keras sekali di seberang telpon sana. “Rupanya adikku sudah berhasil membuat kamu ngisep Candu. Wow…”

    “Apa maksudnya ini, Tuan?” Tanya Kiki.

    “Maksudnya aku sudah kalah taruhan. Ah, lupakan saja. Apa kamu senang di sana?”

    “Ya… lebih dari yang aku kira.”


    “Tuh kan, teman-temanku nggak brengsek-brengsek amat.”

    “Apa kamu sudah pernah tidur dengan Dina?” tamya Kiki, pertanyaan itu masih mengendap dalam kepalanya.

    “Sayang, jangan bercanda. Tentu saja tidak.”

    Jika saja dia tidak dalam pengaruh Candu dan alcohol seperti sekarang ini, pasti dia akan mengatakan kalau Hendra bohong. Kiki sudah mengenal cukup lama untuk mendeteksi hal-hal seperti itu. Tapi dengan keadaannya yang seperti sekarang ini, dia tak pasti.

    “Kamu… kamu nggak bohong kan?” tanyanya tak yakin. “Astaga, aku… aku nggak bisa. Hendra, apa kamu bicara jujur?”

    “Oh Kiki, aku berani sumpah, Dina dan aku tidak pernah… tidur bareng. Kenapa kamu tanyakan ini?”

    “Soalnya, dia sudah pernah tidur dengan adikmu. Dan dia sudah kenal kamu sejak dulu ”

    “Itu waktu masih kuliah, ingat kan kalau aku lebih tua dari merka. Dia benar-benar sudah pernah tidur dengan Johan?”

    “Ya,” jawab Kiki. Sekarang semua yang dikatakan Hendra terdengar bohong. Kiki tak tahu bagaimana mengatasi hal ini.

    “Wow. Johan belum pernah menceritakan ini padaku… menarik.”

    “Hey, aku dengar mereka memanggilku,” Kiki berbohong. “Aku harus pergi.”

    “Ok. I love you, baby. Aku akan telpon lagi besok.” Kiki menganggukd. Kenapa itu juga terdengar bohong?

    “I love you, too. Good night.”

    “Night.”

    Dimatikannya HP itu, Kiki bangkit lalu berjalan menuju ke dalam rumah dengan hati-hati, dia melangkah dengan hati tak pasti bukan hanya karena Candu yang dihisapnya, tapi juga karena percakapannya dengan suaminya di telpon tadi. Pikirannya benar-benar kosong hingga dia sampai tidak menyadari akan kejadian yang tengah berlangsung di ruang tengah sampai akhirnya dia berada sangat dekat…

    Dina sedang duduk di sofa, diantara Ahmad dan Johan. Saat Kiki berjalan mendekat, Dina sedang asik bercumbu dengan Ahmad sedangkan Johan tak hentinya meraba tubuh dan pahanya. Johan menelusuri sekujur tubuh Dina, tangannya meremasi payudara montok itu sambil memberi ciuman pada leher Dina.

    Kiki berdiri di sana seakan binatang buruan yang terperangkap, menyaksikan Dina yang bergantian berciuman dengan Ahmad lalu melumat bibir Johan.

    Dany duduk di pojok lain ruang tengah ini, dia terlihat sangat mabuk dan tersenyum seperti orang idiot. Dia menoleh dan melihat Kiki, lalu berkata sambil menunjuk pada pangkuannya. “Ayo ke sini saja. Pemandangannya lebih indah dari sini.”

    Bergerak seperti bukan dengan kehendaknya sendiri, Kiki duduk di ujung kursi di samping Dany. “Apa… yang terjadi?” akhirnya dia bertanya.

    “Well,” bisik Dany, sambil bergerak mendekat, “ini berawal dari sebuah kontes: ‘who was a better kisser.’ Berawal dari situ, yah… bisa kulihat kalau Dina nggak keberatan dengan kedua peserta itu.” Kiki diam saja membiarkan Dany menariknya ke pangkuannya, dan segera saja dia rasakan ereksi pria ini menekan pantatnya dari balik gaunnya.

    Kiki masih shock untuk bereaksi dengan kejadian dihadapannya ini dan terlalu mabuk oleh Candu dan minuman yang dikonsumsinya. Dia juga merasa sedikit marah pada Hendra, dan dia tak mampu berpikir kenapa. Tangan Dany terasa nikmat saat melingkar di perutnya, dan Kiki merebahkan tubuhnya bersandar pada Dany, sambil menyaksikan Dina yang menerima ciuman dari kedua pria itu.

    Dany merasa sangat excited mendapati Kiki berada dalam pangkuannya. Dengan cepat lengannya melingkari pinggang ramping itu, dan senyumnya semakin lebar saja ketika Kiki menyandarkan tubuh padanya. Rambutnya terasa halus dan harum, dan parfumnya sungguh meracuni benaknya yang pekat. Dany sangat menginginkan wanita ini melebihi apapun, dan saat ini, jika dia dapat mengarahkan moment ini ke arah yang benar, dia yakin akan bisa memenangkan hadiahnya.


    Akhirnya Dina menghentikan percumbuan itu dan mengipasi dirinya menggunakan tangan. “Wow! Tadi sangat hot. Aku nggak bisa memutuskan siapa better kisser-nya. Aku rasa imbang.”

    “Oh, nggak adil! Kiki, kamu yang putuskan,” kata Dany, sambil meremas pinggang Kiki.

    Kiki menggelengkan kepalanya pelan. “Tidak, aku tidak bisa… ”

    “Ya, aku rasa itu bukan ide yang bagus,” jawab Johan. Bagaimanapun juga, ini adalah istri kakaknya. Dia tak yakin bisa melakukannya dengan kakak iparnya sendiri. Itu adalah sisi rasioanalnya yang bicara. Ketika dia memandangi tubuh Kiki, nafsunya berteriak untuk melakukannya. Ayao lakukan saja!

    “Oh, Johan, it’s just a kiss,” kata Dany, dia menatap dengan Johan dengan pandangan penuh arti. Johan tahu kalau Dany punya hasrat pada Kiki. Mereka semua mengincarnya. Hanya saja Dany yang terus terang menunjukkannya. Dia tak peduli apa Kiki sudah menikah atau bercerai atau jadi janda atau apa sajalah. Kalu dia sedang tertarik pada seorang wanita, maka dia akan terus mengejarnya. Meskipun itu isteri temannya. Tidak bisa mempercayai Dany begitu saja, tapi itu jugalah yang merupakan salah satu daya tariknya.

    “Ya…, hanya ciuman saja,” Kiki berkata pada Johan, menengahi. Johan tak bisa mempercayai hal ini! Dia tahu kalau Dany akan berkata begitu, tentu saja. Tapi Kiki?

    Dina tertawa pelan dan bangkit dari himpitan dua pria ini. “Sorry jadi melibatkan kamu, Ki. Aku benar-benar nggak bisa memilih.”

    Kiki juga tertawa, dia merasa tak yakin dengan perbuatannya, tapi juga tak mau mempertanyakannya lagi. Dia duduk diantara dua pria tampan ini dan menepuk kedua lutut mereka layaknya seorang ibu yang menghibur puteranya. Ahmad, yang juga memendam hasrat pada wanita ini, wanita yang sudah menikah ini, buah terlarang untuk dipetik. Cincin berlian yang melingkari jari manisnya yang menandakan bahwa dia sudah dimiliki, terlihat bersinar lebih terang. Tapi Kiki memang selalu terlihat menggairahkan. Ahmad diam saja menunggu Kiki yang memulainya.

    Kiki menghadap ke arah Johan, lengannya bergerak melingkari leher adik iparnya ini. Dia tersenyum dan bilang, “Santai saja,” sebelum pejamkan matanya dan mendekat. Johan merasa bibir kakak iparnya ini terasa sangat lembut di bibirnya, hangat dan lembut. Sekilas, dia membayangkan bagaimana rasanya jika bibir ini memagut penisnya. Bibir Kiki membuka dan dia mulai menggerakkan lidahnya menggoda diantara ciuman mereka.

    *****

    Setelah sekitar dua atau tiga menit berciuman, Kiki melepaskan diri, senyumnya terlihat jelas pancaran terpuaskan di wajahnya lalu dia mencium ujung hidung Johan. Tanpa berkata apapun dia berpaling ke arah Ahmad, tangannya segera mengalung di leher pria ini, dan langsung melumat bibirnya. Pria keturunan timur tengah ini merasa kalau sebuah ciuman yang indah adalah awal dari sebuah hubungan seksual. Dia tak percaya anggapan ‘sebuah ciuman hanyalah sebuah ciuman’ karena dia tahu betapa dahsyatnya kekuatan sebuah ciuman itu. Dia menggoda dengan bibirnya, karena kalau dia bisa membuat wanita terkesan karenanya, Ahmad tahu kalau sang wanita akan mengharapkannya agar dibuat terkesan diseluruh bagian tubuhnya. Dia mencium isteri Hendra tak beda sedikitpun terhadap wanita lainnya, dan dirasakannya kalau batang penisnya mengeras oleh gairah. Kiki juga adalah seorang yang mahir berciuman. Dia suka bermain dengan bibir dan lidahnya, menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, menggoda dengan gerakan sensual. Ahmad langsung menyambut tantangan ini.

    Johan seorang kisser yang hebat, Kiki harus mengakuinyat, tapi Ahmad jauh lebih hebat. Dia bermain dengannya hanya menggunakan bibirnya saja untuk melumatnya, dan Kiki benar-benar merasa jadi sangat basah hanya karena sebuah ciuman ini. Sama sekali tak ada tarian lidah di sini. Ketika Kiki merasa merasakan tangan Ahmad berada di payudaranya yang kencang, reflek dia mengerang di mulut pria ini, merasa mulai melayang akan cumbuannya, dan Kiki sudah tak bisa menahannya lebih lama lagi. Dia harus berhenti, dunianya terasa berputar.

    Akhirnya Kiki menghentikan ciumannya, nafasnya tersengal, dan wajahnya merona merah. “Itu sangat… hebat… kelaian berdua hebat.”

    “Mereka berdua sama hebatnya, kan?”

    Kiki mengangguk, tapi harus diakuinya kalau Ahmadlah sang pemenangnya. “Maaf Johan, Tapi Ahmad…” Dia hanya goyangkan kepalanya.

    “Nah,” kata Dina, sambil berdiri. “Ini semua… harus jadi seorang juri benar-benar membuatku… kepanasan. Setuju kan, Kiki?” Kiki hanya mengangguk. “Ada yang mau gabung dengan aku dan Kiki untuk renang?”

    Tangan Dina terjulur ke arah Kiki dan membantunya berdiri. Tanpa berkata-kata apapun lagi, kedua wanita itu mulai berjalan keluar ke arah kolam renang. Ketika keduanya sudah berada diluar, dalam dinginnya udara malam itu, Kiki berbisik, “Aku nggak bawa pakaian renang.”

    “Pakai bra celana dalam saja,” jawab Dina.

    “Aku nggak pakai bra juga.”

    “Ngak apa-apa,” jawab Dina lagi. “Aku juga nggak pakai kok.” Dina tersenyum pada Kiki yang tampak terkejut, tapi langsung meraih ujung kaos katunnya dan kemudian melepaskannya dari tubuhnya. Payudara besarnya membusung menantang pada dadanya seakan sebuah balon udara. Gundukan dua buah daging yang terlihat indah di dadanya, dan putingnya menghias mungil di kedua ujungnya, benar-benar alami tak seperti putting putting pada payudara hasil silicon yang melebar karena operasi. Dina tertawa kesil melihat mata Kiki yang tak lepas dari kedua payudaranya yang terpampang jelasitu.


    “Bagaimana? Mau gabung denganku tidak?” Tanya Dina, masih tetap tersenyum. Dia tahu para pria akan segera bergabung dengan mereka. Momen ini terlalu saying untuk dilewatkan. Tapi untuk sebuah alas an yang terasa liar dan menggoda, dia ingin wanita cantik yang sudah menikah ini untuk bergabung dengannya dalam aksi ekshibisionisnya.

    Johan melihat dari pintu yang terbuka. Dina memiliki tubuh yang fantastis dan tubuh itu layaknya tubuh para model majalah Playboy. Rambutnya yang panjang dicat kecoklatan. Tubuhnya adalah fantasi dari semua pria dengan payudara besar, pinggang langsing dan pinggul dengan lekuk merangsang. Paha jenjangnya merupakan satu kesatuan dari menggodanya tiap lekukan tubuh itu. Kulitnya putih bersih dan Johan tahu bentuk tubuh indah itu merupakan hasil kerja kerasnya dari olah tubuhnya di gym yang hampir tiap hari itu. Singkat kata apa yang kamu lihat di majalah-majalah model dan pria dewasa, itulah gambaran sosok Dina.

    Tapi karena sebuah alasan yang tak pernah dapat dijelaskan, Dina tak memiliki rasa percaya diri tinggi yang biasanya dimiliki wanita dengan ‘killer-body’. Sebenarnya dia mampu dan berotak cerdas, tapi dia tidak pernah mendapatkan pekerjaan selain sebagai seorang sekretaris kantor biasa saja karena isu-isu yang beredar tentang dirinya. Kadang Johan merasa khawatir dengan sahabatnya ini dan ingin merangkul dan melindunginya, yang mana Dina memang tipe wanita yang menginginkan diperlakukan sepeti itu. Tapi, isu-isu itu benar-benar membuat rasa percaya diri Dina meredup dan hanya teman-teman dekatnya sajalah yang mengerti siapa dia sebenarnya.

    Dan saat ini, semua yang terjadi malam ini membuat Dina punya keberanian dan rasa percaya diri untuk melucuti pakaiannya sendiri di hadapan teman-teman prianya dan kakak ipar Johan, memperlihatkan indahnya bentuk payudaranya. Reaksi Kiki seperti yang diharapkan Dina, malu dan juga ingin ikut sedikit beraksi gila. Kiki menatap tajam mata Dina seakan ini adalah sebuah tantangan.

    Sejak pertama kali merka berjumpa, Johan selalu merasa ada sisi lain yang liar dari kakak iparnya yang selalu terlihat penuh percaya diri ini. Hendra selalu mengatakan padanya betapa beruntungnya dia menikah dengan Kiki, tapi sebagai seorang saudara sekandung, Johan merasakan ada sesuatu yang terpendam dan tak tersalurkan. Hendra adalah seorang pria yang suka dengan tantangan dan bahaya sebelum dia menikah dan Kiki kelihatannya tak bisa selaras dengan gaya hidup itu.

    Menyaksikan kakak iparnya saat ini saat tangannya bergerak ke belakang lehernya dan melepaskan tali pengait gaunnya, Johan berkata dalam hati, “Inilah yang kamu inginkan kak, jika saja aku bisa mengatakan padamu saat ini.”

    Bentuk tubuh Kiki sangat beda dengan Dina, dan saat kedua wanita itu berdiri berdampingan dihadapan mata para pria itu, mereka benar-benar bisa melihat perbedaan itu. Kiki memiliki tubuh yang lebih tinggi dan lebih langsing. Payudaranya lebih kecil tapi terlihat sangat tepat ukurannya di tubuh bak penarinya itu. Lekuk tubuhnya juga sangat tak bisa dipandang sebelah mata, lingkar pinggulnya lebih halus, pahanya juga selalu terlihat menggoda dalam ukurannya sendiri. Saat dia melepas gaunnya melewati pingangnya, memperlihatkan tali celana dalam putihnya, Johan memperhatikan meskipun Kiki sedikit lebih kurus dibandingkan Dina, Kiki tetap memiliki bentuk pantat yang menakjubkan, lebih kecil tapi masih tetap tepat dalam ukuran tubuhnya itu

    Dengan tersenyum Dina menurunkan resleiting celana jeans selututnya dan melepaskannya turun dari pinggulnya. Dibaliknya, dia mengenakan g-string berwarna biru yang sangat mini dan hanya terlihat tak begitu bisa menutupi gundukan selangkangannya.

    “Kalian mau gabung dengan kita?” Tanya Kiki, sedikit menggoda para pria dengan mempperlihatkan putting merah mudanya sekilas saja sebelum berbalik menghadap ke air dan kemudian terjun menyelam, membelah air layaknya sebuah pisau tajam. Dina berjalan menghampiri Johan, dia tersenyum dan menggandeng tangannya kemudian menarik Johan ke kolam renang. Johan hanya mampu sebisanya untuk membuka baju dan celana panjangnya sebelum tercebur ke dalam air.

    Dany sangat gembira dengan ke mana arah mengalirnya moment di malam ini. Bentuk tubuh Kiki memang seperti apa yang selama ini diimpikannya. Tapi masih ada satu mistery yang ingin dia ketahui, dan itu berada dibalik celana dalam putihnya Kiki.

    Sebelum menuju ke kolam renang untuk bergabung dengan Johan dan kedua wanita itu, dia mengambil kotak pendingin dan mengisinya dengan botol-botl bir kemudian membawanya ke pinggir kolam renang.


    “Kamu nggak ikut gabung?” tanyanya pada Ahmad sambil membuka sebuah botol.

    “Nggak tahu. Aku rasa aku lebih senang duduk di sini saja.”

    Mata Dany terangkat. “Kenapa kamu? Main sama dua orang wanita cantik di kolam, setengah telanjang lagi. Kenapa juga kamu lebih memilih duduk di kursimu itu?”

    “Anu, itulah masalahnya. Kamu lihat Johan, kan? Dia pakai boxer dan aku lupa nggak pakai. Dan dengan dua wanita cantik ada disini… ”

    “Aku paham! Begini saja, kamu jangan sampai keluar dari air saja. Itu pasti lebih baik. Ambil nafas, pikirkan tabrakan kereta atau apalah sampai setidaknya kamu sudah tak terlalu tegang, lalu langsung terjun ke air.”

    Ahmad terlihat masih ragu, tapi dia paham maksud Dany. He needed and looked away, into the darkened hills of Portola Valley. Dany melepaskan kaosnya, memperlihatkan tubuh bagian atasnya yang berotot. Dia mempunya bentuk tubuh yang paling baik dibandingkan para sahabatnya. Setelah melupaskan celana jeans-nya, dia langsung terjun ke air, berenang ke arah Kiki dan merabai sekujur tubuh halus Kiki.

    Kelimanya berenang dan juga minum dan mabuk lagi dan saling bercanda dalam air untuk beberapa jam kedepan. Dany sangat terlihat menggoda Kiki dengan terang-terangan, dan yang mengejutkan semuanya, termasuk Kiki juga, isteri Hendra tak keberatan sama sekali dengan tingkah laku Dany. Pada sebuah kesempatan, Kiki berenang ke tepian kolam untuk meminum lagi birnya, Dany sudah berada tepat dibelakangnya. Dan saat Kiki membalikkan tubuhnya, Dany menekan tubuhnya ke pinggiran kolam, mendorongkan tubuhnya sangat dekat pada tubuh Kiki.

    Pria ini punya tubuh yang bagus, pikir Kiki, lalu menyumpahi dirinya sendiri karena memikirkan hal itu. Pria ini adalah seorang pembual, orang brengsek yang sangat percaya diri. Tapi ada sesuatu dari pria ini yang dirasakannya… sangat menarik dan tak dapat dicegahnya.

    “Kamu sudah memberi ciuman pada Johan dan Ahmad. Bagaimana dengan ciumanku?” tanya Dany. Kiki merasakan tangan pria ini berada di pinggangnya, membuatnya semakin merapat ke tubuh Dani. Dia sudah sangat keras… Kiki bisa merasakannya saat ereksinya menekan bagian bawah perutnya.

    “Kamu juga ingin?” Kiki nggak tahu, apakah ini pengaruh dari alcohol ataukah dua bulannya yang tak terjamah, tapi dia meneruskan, “Baiklah, biar adil.”

    Dan kemudian kedua mulut mereka menyatu dalam sebuah ciuman yang sangat panas.

    Johan menyaksikan dari ujung lain kolam renang saat keduanya saling bercumbu layaknya sepasang remaja kasmaran. Dia sadar kalau seharusnya dia menghentikan kejadian ini sebelum semuanya jadi terlalu jauh. Bagaimanapun juga wanita itu adalah isteri kakaknya! Tapi sisi lain dirinya mulai terangsang, saat membayangkn apa yang bisa didapatkannya dari kakak iparnya yang manis dan penuh rasa percaya diri itu.

    Akhirnya dia putuskan untuk membiarkan saja moment ini mengalir sewajarnya…

    Dina sedang sibuk sendiri menggoda Ahmad. Batang penisnya yang setengah ereksi tak luput dari pengawasan matanya saat pria ini menceburkan diri ke dalam air, dan saat dia menerka berapa ukurannya, dia jadi semakin penasaran untuk mengetahui berapakah ukurannya saat dalam keadaan ereksi penuh. Diluar semua kejadian spesial dengan para sahabat prianya, sebenarnya tak begitu banyak pria lain yang pernah tidur dengannya… bagaimanapun juga tidaklah sebanyak isu-isu yang beredar di luaran… dan sebenarnya dia belum pernah merasakan batang penis yang sangat besar. Dan Ahmad mungkin akan memberinya pengalaman itu.

    Kiki akhirnya mulai merasa terangsang di akhir sesi berenang mereka. Dia tahu kalau dia sedikit mabuk, mungkin juga masih dalam pengaruh Candu dan tak merasakan ‘rasa sakit’. Dan dia sadar kalau beberapa kejadian yang sudah dilakukannya itu tidak semestinya dia lakukan, tapi rabaan dan elusan pada tubuhnya yang nakal sungguh memberinya sebuah getaran yang nyata.

    Saat dia keluar dari air, dia tahu kalau mata Dany tak pernah lepas sedetikpun dari bongkahan pantatnya dimana secarik kain satin yang kecil itu menghilang, dan hatinya terasa menari-nari saat mengetahuinya.

    Tak lama berselang Dany menyusulnya, Tubuh basah kekarnya tampak berkilauan ketika tersapu cahaya lampu, dan Kiki sadar kalau putingnya yang semakin keras mencuat bukanlah disebabkan oleh dinginnya udara malam.

    “Kami lupa handuknya,” Kiki tersadar, memandang sekelilingnyashe realized, looking around.

    “Nggak direncanakan ya?” Dany tertawa. “Ayo, kutunjukkan tempat handuknya.” Apakah ada yang lebih baik dari tawaran ini, piker Kiki. Hatinya berdebar membayangkan apa yang akan terjadi menunggunya. Haruskah dia pergi?

    “Kamu yang depan,” kata Kiki apada akhirnya. Wajahnya terasa panas, dan dia tidak menoleh ke belakang untuk melihat reaksi dari yang lainnya.

    ****

    Johan menatap Kiki dan Dany yang menghilang ke dalam rumah. Kepalanya terasa mati rasa karena kebanyakan minum dan ganja. Kembali dia merasa kalau dia harus menghentikan apa yang akan terjadi, tapi dia tak mampu. Kiki memang terlalu merangsang dengan pakaian renangnya itu…

    Dany membimbing Kiki ke dalam rumah yang besar itu, menaiki tangga lalu masuk ke dalam ruangan yang gelap. led Kiki through the large house, up some stairs, and into a darkened room. Kiki sudah merasa menggigil kedinginan, lengannya terasa merinding, lengannya menyilang rapat di depan payudaranya memeluk tubuhnya.

    “Aku rasa handuknya ada di sini,” kata Dany, sambil menyalakan lampu. Mereka berada dalam sebuah kamar tidur. Kamar tidur tamu yang tertata dengan rapi.

    Dany melangkah mendekati sebuah almari, membukanya dan menyodorkan pada Kiki sebuah handuk halus berwarna putih, kemudian mengambil satu untuk dirinya sendiri.

    Setelah tubuh mereka kering, Kiki mengambil tiga buah handuk lagi dari dalam almari untuk yang lainnya. Ketika dia berbalik, Dany sudah berdiri tepat di belakangnya, seperti saat di kolam renang, hanya saja kali ini, situasinya terasa lebih serius. Dany berkata pelan, “Kita nggak perlu tergesa-gesa.”

    Dibelainya rambut Kiki yang basah di belakang telinganya sambil tersenyum

    “Apa yang sedang kamu pikirkan?” tanya Kiki, memberikan sebuah senyuman yang keduanya tahu akan arti senyuman itu dan melangkah semakin mendekati Dany.

    “Aku rasa kamu tahu,” katanya, bibirnya semakin dekat.

    “Oh ya?” jawab Kiki, sambil menyentuh bibir Dany dengan bibirnya perlahan.

    “Ya,” jawab Dany.

    Kebimbangan tersebut hanya sebentar, dan bibir mereka kembali menyatu.

    Mereka saling berciuman, dan tangan Dany menarik lepas handuk yang membungkus tubuh Kiki, menjatuhkannya ke lantai. Kiki tersentak akan udara dingin yang menyengat tubuhnya yang hampir telanjang, menyadari betapa terlarangnya hal ini, tapi menginginkannya dengan amat sangat.

    Masih tetap dalam perasaan yang seperti mimpi di sepanjang malam ini, Kiki membiarkan dirinya dibawa Dany ke atas ranjang, kemudian Dany menyuruhnya agar rebah dan rileks. Dany membungkus bibir Kiki dengan bibirnya lagi, tangannya bergerak menelusuri sekujur tubuh mungl Kiki. Ciumannya berjalan turun menelusuri sepanjang leher Kiki, bahunya, payudara hingga putingnya.


    “Ohhhhh!” Kiki mendesah, mendorongkan dadanya ke mulut Dany. Lidah Dany membuat lingkaran di sekitar putingnya, mengirimkan riak kenikmatan ke pusat indera seksualnya. “Ohhhhh, Dannnn…” kembali Kiki mendesah. Dany berganti dari payudara satu ke satunya lagi, memberi perhatian yang sama pada kedua daging sekal ini sebelum melanjutkan perjalanannya ke arah tujuannya yang pasti.

    Kiki sadar kalau dia seharusnya menghentikan Dany. Dia sadar kalau permainan kecil ini sudah terlampau jauh. Permainan ini memang menyenangkan, tapi dia sudah menikah. Dia sudah memiliki seorang suami yang… yang berada sangat jauh saat ini.

    Dany menyapu celana dalam Kiki dengan lidahnya, tepat di atas bibir vaginanya. Dany tahu kalau Kiki sudah jadi miliknya sekarang dan dia memutuskan untuk sedikit menggodanya. Dany akan menikmati ini. Dapat dirasakannya bibir vagina Kiki dengan lidahnya, dan aroma birahi Kiki segera menyergapnya. Dua jari Dany menyelinap dibalik celana dalam Kiki, hanya di daerah tepiannya saja, bergerak turun pada selangkangan Kiki yang sudah basah. “Ohhh, jangan terus menggodaku, Dany!” rintih Kiki. Dany mendongak ke atas dan melihat wajah Kiki yang merona dan dengan mata terpejam, sebelah tangannya sedang menjambak rambutnya sendiri.

    Dany menyibak celana dalam itu ke samping, ditatapnya penutup terakhir di tubuh wanita seksi dan sudah menikah ini. Dany merasa terkejut sekaligus senang akan aroma manis dari vagina Kiki yang terawat dengan baik. Bibir yang terus berdenyut lembut itu tercukur bersih, dan hanya membiarkan sedikit rambut berbentuk segitiga tercukur rapi tepat di atas celahnya. Dany menjilat sepanjang bibir vagina yang masih tertutup itu, yang mengakibatkan wanita di atas tubuhnya bernafas dengan berat. Dijilatnya sekali lagi sebelum akhirnya merenggut lepas celana dalam itu.

    Dany selalu terkesan betapa setiap vagina itu punya perbedaan masing-masing. Labia Kiki kecil dan gemuk, bibirnya menutup rapat sekan malu-malu, tidak seperti kebanyakan perempuan yang merekah terbuka saat merekea sedang terangsang. Kepala Dany terkubur menghilang di antara paha Kiki dan dia membelah bibir vagina yang masih merapat itu dengan lidahnya, membuat Kiki semakin terbang tinggi menuju surga. Dany terus menggoda Kiki. Dany adalah ahlinya dalam hal oral seks, dengan lidah, bibir dan jarinya untuk menyalakan api jauh di dalam jiwa Kiki. Kiki sangat membutuhkan pelepasan, tapi setiap kali otot perutnya mulai mengejang, Dany memperlambat aksinya yang membuat ledakan itu mereda kembali. “Ohhh, hentikan! OHHHH!” protes Kiki, tapi dia benar-benar berada di bawah kendali Dany.

    Hendra jarang memberinya oral seks, dan jikalaupun dia melakukannya, sungguh sangat berbeda dengan ini. Sungguh lain dengan yang diberikan pria yang bukan suaminya ini. Apa yang dilakukan Dany padanya membuat Kiki saekan berada di tepi batas pertahanannya dan itu sangat merenggut seluruh rasa di jiwanya. Sekujur tubuhnya bergetar dan rahangya terasa pegal menahan beban rasa ini. Ketika gelombang kenikmatan itu terbangun sekali lagi, dia tidak akan membiarkan pria ini mempermainkannya lagi. Dijambaknya rambut Dany dan menyentakkannya ke arah selangkangannya, mencekik Dany dengan vaginanya dan paha Kiki melingkar erat di belakang kepala Dany. “Uh, UHH! OHH, YAA! YES! YES!! UH!! HAMPIR! YES, OHHHHHHHHHH!!!”

    Dany tak mampu berbuat apa-apa. Dia tetap mengoral Kiki dengan lidahnya hingga orgasma atau tercekik kalau melawan. Kiki menggelinjang hebat begitu orgasme diraihnya. “UHHHHHHHHH NGHHGHHHHHHH!!!! OOOHHHHHHHHHH!!!” Dia menghentak liar ke wajah Dany, dan Dany hanya bias diam saja tak menghindar, lidahnya terus mengaduk dalam vagina Kiki, bibir atasnya menggetar di kelentit Kiki. “Ohhhhhh…” Gelombang itu mereda, Kiki mulai tenang, matanya terpejam selama beberapa saat membiarkan dirinya terhempas ke dalam samudera orgasmenya yang luar biasa.

    Dany merangkak naik ke sebelah tubuh Kiki dan memberinya sebuah kecupan di bibirnya. Kiki sedikit terkejut begitu merasakan cairan vaginanya sendiri yang ada di bibir, dagu dan lidah Dany. Belum pernah dia merasakan dirinya sendiri. Dia tidak pernah mengijinkan Hendra menciumnya setelah memberinya oral seks. Tidak mengijinkannya sebelum suaminya menggosok giginya terlebih dulu. Rasanya… sungguh berbeda.

    Saat bibir mereka saling melumat, tangan Kiki merayap turun menuju celana dalam Dany. Dapat dirasakannya bagian itu berkedut hidup. Jujur saja ini lebih besar dari milik Hendra dan lebih keras juga. Kiki memijitnya dengan bernafsu dan segera saja dia menyadari kalau dirinya membutuhkan kejantanan ini. Didorongnya Dany hingga rebah dan dikeluarkannya batang penis Dany. Mulut Kiki segera menyergap batang keras kenyal ini, dihisapnya dari bagian samping, jemari Kiki mengocok dengan cepat disertai dengan cengkraman tangna yang keras, dan Kiki tahu kalau Dany menyukai aksinya ini.

    Saat Dany sudah hampir keluar, Kiki berhenti, mulutnya melepaskan hisapannya dari batang penis ini, dan segera bergerak mengangkangi tubuh Dany. “Astaga, oh Dany, aku nggak tahu apa yang merasukiku, tapi aku sangat menginginkan penismu sekarang juga.” Bibir vagina Kiki berada tepat di atas kepala penis Dany, digesekkannya kepala penis itu di sepanjang garis bibir vaginanya yang sudah dangat licin. “Aku ingin penis kamu dalam vagina milik suamiku ini, Dany. Apa kamu tidak ingin menyetubuhi wanita yang sudah menikah ini Dany? Aku ingin kamu mengeluarkan spermamu yang hangat jauh di dalam vaginaku sekarang. Vagina seorang istri pria lain ini” Kiki hanya bicara kotor saat benar-benar sedang sangat-sangat terangsang. Dan ini biasanya terjadi saat Hendra pulang dari perjalanan luar kotanya, tidak saat Hendra MASIH berada di luar kota… Tidak pernah dengan pria lain, Tapi persetan, Kiki sudah tak peduli lagi. Dan sama sekali tidak ambil pusing lagi saat kepala penis yang gemuk ini mulai mendorok masuk menyeruak dalam kelopak bunga dari vaginanya. Tidak saat batang ereksi Dany membelah bibirnya dan mengisinya dinding lembut vaginanya dengan sesak

    “Ohhhhh,” erang Kiki begitu tubuhnya mulai bergerak turun ke tubuh Dany di bawahnya. “Oh, sayangku, rasanya saaaangat nikmat…”

    Dany tak bias mempercayai betapa mencengangkannya pengalamannya kali ini. Dia sudah pernah tidur dengan beberapa wanita yang sudah menikah sebelumnya. Dalam pengalamannya, pertama kali sulit untuk menembus pertahanan mereka, tapi berikutnya kalu sudah takluk, mereka akan sangat liar di ranjang. Tapi Kiki lain, dia tidak menunjukkan tanda-tanda penolakan untuk sampai di titik ini, dan sekarang, dia seperti benar-benar terbakar birahinya. Tubuhnya bergerak naik turun pada batang penisnya, tangannya di rambutnya sendiri, tubuhnya dengan punggung melengkung tengadah ke belakang. Dany dapat melihat tulang rusuk Kiki dengan posisi tubuhnya sekarang ini. Payudara sekalnya terguncang menantang di dadanya, berkilat oleh keringatnya.

    “Uh, uh, oh, OH!” Jika saja ada seseorang di lantai dua rumah Johan ini, orang itu pasti akan mendengar sura Kiki. Dia mendesah, mengerang, tersengal, menggeram bahkan kadang menjerit pelan. Kiki bersetubuh dengan berisik, tapi itu malah semakin membuat Dany terbakar birahinya. Sudah sangat lama Dany ingin meniduri wanita bersuami ini. Dan sekarang ini, itu sudah tercapai dan dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia tidak pernah mau jika affairnya dengan seorang wanita bersuami berkelanjutan. Terlalu rumit, tapi begitu dia merasakan sinding vagina Kiki yang cantik dan rapat ini menggesek batang penisnya turun naik, dia memberikan pengecualian untuk kasus ini.

    “Oh, keluarkan untukku! Oh, Dany, keluarkan dalam vaginaku! Aku ingin merasakannya–ohhhh! Fuck me, fuck! Fuck! Yes! OHHHH!” Pertahanan Kiki jebol terlebih dulu, dia keluar dan Dany membiarkan semua reaksi tubuh Kiki, dibiarkannya Kiki mengocok pelan naik turun batang pennisnya dengan dinding vaginanya yang terasa licin. Dany tahu kalau dia tidak bias bertahan terus, tapi dia terus berkonsentrasi untuk memberikan persetubuhan yag terhebat untuk wanita bersuami ini dan terlebih lagi bagi dirinya sendiri.

    “Ohh, Dan… jangan… mempermainkanku terus! Hentikan dan… cepat keluarkan!” Kata-kata Kiki tercekat oleh nafasnya yang terhenti sesaat. Kiki kembali berada di tepi orgasmenya ketika Dany batang penis Dany mulai berkedut hebat.

    “Ohhh!!! ARGHHH!!” teriak Dany. Dany belum pernah berteriak sekeras ini saat bersetubuh. Tapi sekarang ini dia melakukannya, Gerungan, dan erangan layaknya binatang liar keluar dari mulutnya. Dan wanita cantik di atas tubuhnya ini terus menggoyang tubuhnya seakan menandakan penaklukannya atas burannya ini. Dany sekan mengenakan sebuah helm virtual dikepalanya, dia menyaksikan Kiki menari telanjang di atas salju di hadapannya. Dia merasakan gairah peperangan, gairah kemenangan, gairah penaklukan. Dan kemudan dia mengosongkan kantung spermanya ke dalam rahim terlarang Kiki, menyemburkan sebanyak-banyaknya sperma panasnya ke dalam rahim istri pria lain yang sangat terpuaskan.. “AAAARRRRGHHHHHHH!! AH! AHHHH!!!” Dany tak mampu mengontrol dirinya.

    Kiki juga tak dapat menghentikan dirinya. Dia tetap memompa, meskipun ketika batang penis Dany tengah menyemburkan spermanya dengan hebatnya ke dalam rahimnya. Kiki menghentak turun pinggulnya ke arah Dany, semakin keras dan bertambah keras saja, otot vaginanya meremas dan memerah setiap tetes intisari dari Dany. Kiki merasakan semburan hangat itu menghantamnya dan dia tak mampu menahan pertahanannya lagi.

    “OOHHHHHHHHH YEAHHHHHHHH!!! YES–YESSSSSSS!!!”

    Kiki merasa setengah sadar dibuai orgasmenya yang sangat intens. Tubuhnya rebah terkulai di atas dada indah Dany, batangnya yang sudah menyusut masih terbenam sebagian dalam vagina Kiki. Kiki dapat merasakan sperma Dany yang hangat meleleh keluar diantara jepitan selangkangan mereka. She felt light headed from the intensity of her orgasm. She was laying on Dany’s beautiful chest, his shrinking member still half buried in her cunt. She could feel his warm jism leak out from between them. Hal ini membuatnya pusing, memikirkan apa yang sudah mereka perbuat. Hal ini sangat terlarang. Sangat salah tapi juga sangat menyenangkan.

    Kiki memberi sebuah ciuman ringan di bibir Dany dan berkata “Aku rasa lebih baik kita segera bawa handuk handuk ini untuk yang lainnya.”

    Kiki mengangkat pinggulnya mengeluarkan batang penis Dany dan keduanya mendesah begitu batang itu tercabut keluar. “Aku mau mandi dulu,” kata Kiki dengan tersenyum sambil melangkah ke arah kamar mandi. Dia merasa begitu nakal saat dirasakan vaginanya yang penuh sperma menimbulkan jejak putih menurun di pahanya, dia sangat menyukainya.

    *****

    Dany dan Kiki turun untuk berkumpul kembali dengan yang lain setelah menghilang kurang lebih setengah jam. Sebuah handuk membungkus tubuh Kiki, melilit hingga atas belahan dadanya. Dia menemukan sebuh penjepit rambut di kamar mandi dan menguncir rambutnya ke belakang. Saat menuruni anak tangga yang menuju ke ruang tengah, dia merasa bagaikan seorang putri, dan ini bukan hanya karena ‘pakaian’ yang dikenakannya. Pada sofa di bawahnya, sekali lagi, terpampang adegan yang membuat vaginanya basah kembali.

    Si keturunan timur tengah yang berkulit gelap itu duduk dengan posisi kedua kaki terpentang lebar, telanjang seutuhnya dan memperlihatkan ereksi yang sungguh mendebarkan hati. Dina berada di lantai di antara pahanya, sedang sibuk menjilati batang ereksi luar biasa itu. Dia masih tetap memakai g-string biru kecilnya, tapi jemarinya terlihat jelas sedang sibuk juga di balik kain sutera tipis itu.

    Duduk di kursi yang bersebelahan dengan sofa itu, Johan, yang celana renangnya sudah turun hingga lututnya dan sedang sibuk mengocok batang penisnya sambil melihat adegan di hadapannya. Kiki terpaku di tangga sampai Dany menarik tangannya dan menuntunnya turun.

    Johan segera beranjak mengambil handuk saat Dany dan Kiki menghampiri mereka. Dia menawarkan minuman pada mereka, dan tentu saja kedua temannya menyambutnya dengan suka cita. Saat dia kembali dengan membawa vodka tonic, dia mendapati Dina sudah duduk diatas pangkuan Ahmad, menciumnya sebentar dan memintanya untuk memperlihatkan kejantanannya.

    “Belum pernah kulihat yang sebesar ini. Aku hanya… hanya ingin melihatnya.” Dina mengerjapkan matanya dengan mimik yang polos yang melumerkan hati Ahmad. Bagaimana mungkin dia menolaknya?

    Kemudian yang dia tahu, dia merasakan batang penisnya yang gemuk dan panjang sudah berada di dalam mulutnya dan Dina sedang menghisapnya menuju surga. Betapapun dia mencoba sebisanya, Dina tak mampu menampung batang kejantanan itu masuk seluruhnya ke dalam mulutnya. Ini terlalu besar dan panjang. Jadi kemudian dia mengeluarkannya, mengangkat tubuhnya sedikit hingga batang penis itu berada di antara belahan payudaranya yang sekal, lalu tersenyum manja padanya. “Pernah melakukannya?” tanyanya, sekali lagi dengan ekspresi kekanak-kanakan.

    “Hah?” tanyanya, tak mengira ini akan terjadi.

    “Seperti ini,” Dina tersenyum dengan nakal, tangannya berada di kedua sisi payudaranya dan menekannya bersamaan, menjepit batang itu diantara kedua bongkahan daging kenyal itu. Lidah Dina membantu melicinkan gerakannya, dan dia mulai menggesekkan payudaranya pada batang penis itu.

    “Ohhh,” rekasi Ahmad, kedua bola matanya melotot terpana menyaksikan apa yang dilakukan wanita ini padanya. Ahmad cukup berpengalaman, sudah banyak wanita yang tidur dengannya, tapi seks selalu terjadi setelah rangkaian kencan yang mesra. Dia selalu punya hasrat terpendam terhadap Dina dan selalu menghayalkannya, tapi belum pernah sekalipun hal seperti ini ada dalam fantasinya. Ketika kepala penis Ahmad muncul dari jepitan payudaranya, Dina menyambutnya dengan jilatan lidahnya, sekali, dan kembali melenyapkannya ke dalam hangatnya buah dadanya. Kepala Ahmad terhentak ke belakang dan menggeram.

    Kiki tak sanggup mempercayai apa yang disaksikannya. Dany membimbingnya menuju ke kursi di seberang Dina dan Ahmad, dia merasa pipinya memerah saat menyaksikan wanita ini memanjakan pasangannya menggunakan buah dadanya sendiri. Ini seperti sebuah film porno yang sering dia dengar. Ini membuatnya semakin terangsang. Dia rebahkan tubuhnya bersandar pada Dany. Kiki tak mampu menahannya lagi. Dia mencium bibir Dany dengan rakus sambil tangannya bergerak meraih penisnya yang mengeras, dan Kiki mengocoknya agar semakin bertambah keras.

    Johan harus memejamkan matanya untuk meredam ledakan orgasmenya saat menyaksikan Dina yang menjepit penis Ahmad di antara payudaranya, dan kemudian melihat Kiki dan Dany yang juga memulai adegannya sendiri. Ketika dia membuka matanya, Kiki sudah duduk diatas pangkuan Dany, dengan punggung yang menghadap ke arah Dany dan kedua tangan Dany meremas payudaranya. Tubuh keduanya kembali menyatu dan mulai bersetubuh lagi. Kiki terlihat sangat menawan saat sedang dibakar gairah. Jauh lebih cantik dari biasanya, termasuk di saat hari pernikahannya. Rambut sebahunya, terkuncir ke belakang, terlihat kusut dan basah. Sebagian menempel lekat pada dahi dan pipinya. Matanya setengah terbuka, giginya saling beradu keras dalam erangannya yang rendah, pelan dan berat. Dia mengayun berlawanan mengiringi hentakan Dany, dengan keras, layaknya seorang wanita yang sudah sangat lama tidak mendapatkan sentuhan pria.

    “Oh, YA!” Ahmad berteriak, saat spermanya menyembur. Dengan cepat Dina menangkapnya dengan mulut, membiarkan hanya sebuah gumpalan sperma yang lolos menghantam dagunya. Dia sangat menyukai rasa dari sperma pria, dan pria ini tak terkecuali.

    “Aku ingin keluar dalam mulut kamu,” bisik Dany di telinga Kiki. “Aku ingin merasakan bibirmu mengulum penisku saat kamu membuatku orgasme untuk yang kedua kali malam ini.” Kata-kata nakalnya membuat Kiki merasa jengah bercampur dengan birahinya yang semakin tinggi karenanya.

    Kiki mengeluarkan penis Dany dari dalam vaginanya, lalu memutar tubuhnya di antara paha Dany, dan memasukkan penis Dany yang basah oleh cairan madunya sendiri ke dalam mulutnya. Dia merasakan cairan madunya sendiri untuk yang kedua kalinya. Kali ini rasa itu membatnya bergairah. Hal ini sangatlah keliru! Benaknya menjerit dan lidahnya menjulur membasahi lidahnya dengan penuh rasa nikmat. Dia gunakan cairan vaginanya sendiri sebagai pelican, tangan kanannya mengocok seiring dengan kuluman bibirnya, sedang tangan kirinya dengan mesra menggenggam buah zakar Dany.

    Johan tak mempercayai semua yang tengah terjadi. Tak lama berselang adegan oral, adegan berikutnya langsung menyusul. Kiki tak membutuhkan waktu lama mengoral. Dany sudah berada di garis ketahanannya saat dia rasakan kepala penisnya menyentuh tenggorokan Kiki dan mulai masuk. “Ohhhh, fuck, baby! YEAAHH!”

    Dina mengorek sperma yang lepas dari tangkapannya tadi dan menghisapnya habis dari ujung jemarinya, sambil melirik nakal ke arah Johan. Pria muda ini terlihat sangat manis, duduk di sana dengan penis dalam genggaman tangannya, bingung menentukan adegan mana yang harus disaksikannya. Terasa sudah cukup lama sejak terakhir kali Dina melihat penisnya yang indah. Bagi Dina, itu adalah ukuran yang paling tepat untuknya, dan setiap kali dia bercinta dengan Johan itu adalah persetubuhan terbaik yang pernah didapatkannya.

    Johan melihat wanita berambut ikal panjang sampai punggung ini berdiri dan berjalan ke arahnya. Dina membetulkan g-string biru kecil yang melingkari pinggulnya dan Johan seketika membayangkan apakah wanita ini masih mencukur bersih vaginanya. Dina menghampirinya, duduk di sebelah kirinya dan dapat dirasakannya sesuatu yang berbeda yang akan segera dia ketahui.

    Perasaan Johan campur aduk saat menyaksikan Dina memuaskan Ahmad. Di satu sisi, dia merasa cemburu. Bagaimanapun juga Dina bukanlah miliknya dan dia tidak berhak merasa cemburu. Di sisi lainnya, dia merasakan ini sangat merangsang birahinya ketika menyaksikan Dina memuaskan sahabatnya.

    Johan tergetar akan keberadaan Dina yang merapat. Dapat dia rasakan kehangatan dari tubuh Dina yang hampir telanjang di dekatnya. “Kamu terabaikan,” kata Dina dengan suara jalang dan dalam. Tangannya menggenggam ereksi Johan, tepat di atas tangan Johan berada. “Kedua temanmu sudah bersenang-senang. Sekarang giliran tuan rumah.”

    Diturunkannya boxerg Johan dari kakinya hingga batas lutut. Sebelum Dina mulai mengulum penis Johan dengan mulutnya, entah kenapa, dia menoleh pada istri kakaknya Johan dan berkata, “Mau bantu?” dengan suaranya yang termanis.

    Kiki, yang sedang menatap penis Johan, melirik ke mata Johan, lalu kearah Dina, kembali lagi ke Johan, dan mengedip. “Dengan senang hati.”

    Tubuh telanjang Kiki mendekati Dina dan Johan. Birahi Johan semakin terbakar melihat selangkangan isteri kakanya yang dihiasi rambut kemaluan yang tercukur rapi mengecil ke bawah. Dia tak mengira kakak iparnya ini sebagai tipe wanita seperti ini. Dan lagi, dia tak pernah menyangka kakak iparnya adalah tipe wanita yang mau bersama dengan wanita lain memberikan oral seks padanya.


    Kedua wanita ini saling bergantian memanjakan penisnya. Saat yang satu mengulum batangnya, yang satunya lagi menjilati buah zakarnya. Kemudian, bagaikan kedua pikirannya saling terhubung, mereka bergantian posisi hampir tanpa jeda. Tehnik keduanya sangat berbeda, tapi ini jadi terasa menakjubkan. Bibir Kiki menciptakan jepitan cincin yang kencang melingkari batang penis Johan, sedangkan Dina menggunakan lidahnya untuk memberi kepuasan yang maksimal bagi Johan. Yang paling menggairahkan adalah menyaksikan tangan Dina membelai wanita berambut sebahu ini. Sejauh yang dia tahu, Dina belum pernah melakukan dengan wanita lain. Tapi kemudian, bukan berarti hal ini sama sekali mustahil.

    Johan sadar orgasmenya sudah dekat, dan kelihatannya Dina juga tahu akan hal itu. Dilepasnya batang penis Johan dari kuluman mulutnya, dan mencegah Kiki yang ingin ganti mengulum. Dia berbisik pada Kiki, “Maafkan aku, tapi aku benar benar ingin segera disetubuhi.” Tanpa berpikir panjang apa reaksinya, Dina mencium dengan lembut bibir wanita di hadapannya ini dan berdiri. Jemarinya bergerak ke tali pengikat g-stringnya, dengan perlahan diturunkannya, membuat dirinya telanjang tak beda dengan semua yang berada dalam ruangan ini.

    Johan sangat terkejut saat melihat ciuman singkat yang dilakukan oleh kedua wanita cantik ini dan membuatnya tak merespon langsung akan kecantikan dari wanita yang telanjang seutuhnya di hadapannya. Kulit putihnya terlihat indah dan Johan merasa senang melihat Dina tak mencukur habis rambut kemaluannya. Dia masih menyisakan segaris tebal rambut di atas bibir vaginanya yang tebal. Rambut itu terlihat sangat pendek seakan baru saja tumbuh, dan vulva yang membuka karena gairahnya dan seakan mengisyaratkan sudah benar-benar siap. Dina menaiki pangkuannya, menggosokkan payudaranya ke wajah Johan, dan mulai menurunkan pinggulnya pada batang terbaik yang pernah dia setubuhi. Tak ada halangan di pintu masuk, dan segera saja, bibir vaginanya yang sensitif bertemu dengan rambut ikal dari kemaluan Johan.

    Kiki memandang penis Johan memasuki vagina Dina dan sebuah getaran melandanya. Belum pernah dia menyaksikan pasangan lain melakukan hubungan seks di hadapannya, tidak sedekat ini! Ini sangat membakar gairahnya.

    Kiki menyapukan pandangnya ke sekitar. Dany sudah nggak ada, tapi Ahmad masih duduk di situ, sendirian di tengah sofa, memegangi batang penis terbesar yang pernah dilihat dalam hidupnya dengan tangannya. Ekspresinya seperti layaknya seorang anak kecil yang menatap mainan di balik kaca toko. Dia tak tahu mana yang harus di lihat, terlalu banyak pemandangan untuk direkam ingatannya. Kiki tertawa melihatnya, merasakan betapa naturalnya semua ini terjadi.

    Dia merangkak ke arah sofa dan meringkuk di sebelah Ahmad. “Apa yang kamu pikirkan?” bisiknya di telinga pria ini.

    Ahmad memikirkan sesuatu, tapi tak mampu mengucapkannya. Dia pandangi wanita cantik di sebelahnya ini, tak pernah sekalipun dalam hidupnya akan bisa melihat wanita seperti ini telanjang. Dia sangat cantik, sagat cerdas, terlalu berkelas baginya. Tapi disinilah dia berada sekarang, duduk dengan kaki melipat di bawahnya, payudaranya menekan erat lengannya dan tangannya yang mengelus kejantanannya.

    “Aku berpikir, apa yang sudah kulakukan hingga aku bisa menerima ini?’”

    Kiki tertawa pelan. “Kamu sudah memenangkan kontes ciuman,” jawabnya, dan perlahan mengangkat kepalanya, mendekatkan bibirnya pada pria muda ini. Mereka saling berciuman dengan mesra dan penuh gairah, membuat Kiki semakin bergairah dan terangsang. Sebuah ciuman selalu membuatnya terangsang, tapi belum pernah dia seterangsang ini hanya dengan sebuah ciuman sederhana saja.

    “Ohhh,” dia melenguh, merasakan jemari pria ini menelusuri bagian dalam pahanya, hingga pada belahan vaginanya. Dia hentikan ciuman ini untuk melepaskan erangannya, lalu dengan lapar kembali melumat bibir Ahmad. Nggak lagi ciuman singkat, dia membutuhkan ciuman yang lebih dalam seiring jari Ahmad yang mulai memasuki vaginanya yang basah.

    Kiki menjauh darinya dengan cepat, menatap matanya yang tajam. Mata itu penuh dengan hasrat dan birahi, dan tiba-tiba dia merasakan punya kekuatan yang besar. Dia yang mengendalikan di sini, seperti halnya Dina. Kembali dia merapatkan bibirnya, dia merebahkan tubuhnya kebelakang dan menarik Ahmad ke atasnya. Dengan sebelah kakinya menekuk dan sebelahnya bersandar pada sandaran sofa, dia benar-benar terbuka dan siap menyambutnya untuk menggantikan jari dengan batang penisnya yang seperti milik bintang film porno itu.

    Kiki membimbing batang penis besar itu ke arah vaginanya, membelah bibir vaginanya yang hangat. “Uhhhh!” erangnya, sedikit rasa sakit bercampur dengan kenikmatan, saat penisnya membelah dan mendorong dan mengisinya melebihi semua yang pernah dirasakan Kiki sebelumnya. Dia merasa rapat seperti perawan, dan itu membuat Kiki semakin gila oleh hasratnya. Ingin rasanya agar Ahmad menyentakkan dengan keras ke dalam vaginanya, tapi sadar jika Ahmad tak akan melakukan hal itu.

    Ahmad sangat berhati-hati dengan wanita menggiurkan di bawah tubuhnya ini. Dia selalu sabar jika berhubungan dengan seks. Dia tahu kalau dia lebih besar dari kebanyakan pria, dan dia merasa kalau itu adalah sebuah anugerah. Beberapa wanita merasa ngeri dengan ukuran penisnya. Yang lainnya berusaha memasukkannya, tapi mengatakan kalau itu terlalu menyakitkan. Dia hampir tak pernah mendapatkan oral seks. Karena terlalu besar.

    “Lebih keras,” kata Kiki disela geretakan giginya. Ahmad melihat ke bawah dan melihat ekspresi wajah Kiki yang diselimuti campuran antara kesakitan dan birahi. Ditekannya masuk lebih keras batang penisnya, menariknya sedikit, lalu mendorongnya masuk lebih ke dalam. “Lebih keras lagi,” perintahnya lagi, dan Ahmad mengulangi gerakan mengayunnya, hanya saja kali ini lebih cepat. Wajahnya mengisyaratkan rasa sakit, tapi Kiki mengerang nikmat, “Ohhhh, yesss!”

    “Ayo sayang, setubuhi aku seperti dalam semua mimpimu.” Suaranya terdengar berat dan menahan nafas.

    Ahmad memompa dengan lebih keras lagi dan Kiki memintanya lebih keras lagi. Ahmad menghentak hingga dia merasakan tulang selangkangannya menghantam rambut mungil di atas kelentitnya, dan Kiki menggeram. Mencengkeram erat batang penis didalam tubuhnya dengan dinding vaginanya, dia tersengal dan mengerang keras. “Yess! Oh fuck, rasanya sangaatt nik-mattt!” Ahmad semakin terpacu. Tak lagi dengan gerakan romantis yang lembut, yang biasanya dia lakukan saat berhubungan seks dengan wanita, tapi lebih cepat dan hentakan yang lebih keras dan kasar. Ditariknya separuh bagian dari batang penisnya sebelum menyentakkan masuk kembali didiringi erangan dari wanita di bawah tindihan tubuhnya ini. “Ya! Ya! YA!” Punggung Kiki terangkat melengkung ke atas, payudaranya terdorong ke depan, putingnya menonjol keras bagaikan sebuah berlian kecil.

    Ahmad merasa saat menyetubuhi tubuh Kiki sangat nikmat, dia merasa takut jika dia akan membuat wanita ini terluka tapi tak mampu menghentikan dirinya sendiri. Dia menyentaknya lebih keras dan jauh lebih keras lagi, yang semakin membuat Kiki mengerang bertambah keras. “Uh! Uh! UH! NGH! UH!” Seluruh tubuhnya terguncang ketika gelombang demi gelombang orgasme menggulungnya, membuat seluruh persendian tubuhnya terguyur kenikmatan dan rasa sakit dan birahi yang tak pernah terpuaskan. “Fuck, sayang… AK-KU… KELUAR SEKARANG! NGH! NGHHHH!”

    Mendengar kalimat ini keluar dari bibir isteri pria lain sudah lebih dari cukup baginya. Sebelah tangannya mencengkeram keras payudara wanita ini satunya lagi memegangi pinggulnya dan mengejang keras saat dia meledak di dalam rahim Kiki. “UHHH!” erangnya, kenikmatan ini hampir meledakkan jantungnya. Batang penisnya berdenyut tak terkendali di sepanjang dinding vagina lembut milik Kiki, yang membuat orgasme Kiki mencapai titik puncaknya.

    Kiki tak mampu menahannya lagi. Pandangannya kabur. Sekujur tubuhnya dipeluk kebahagiaan dari surga ke tujuh. Dapat dirasakannya semburan sperma Ahmad menyembur seakan aliran magma yang panas memenuhinya, mengisikan madu cintanya jauh ke dalam rahimnya yang sudah terikat dalam pernikahan. Ini terlalu berlebih! Dia kehabisan nafas. Tubuhnya seakan terhempas dan ditelan jauh kedalam sofa ini. Segalanya terasa pudar. Hal terakhir yang diingatnya sebelum tak sadarkan diri adalah betapa indahnya merasakan ‘terisi dengan penuh’.

    Ahmad rubuh menindih Kiki. Tubuh mereka lengket oleh keringat yang membasahi sekujur tubuh dan juga sofa ini. Ditariknya keluar batang penisnya dari vagina Kiki yang sekarang terlihat terbelah lebar dan lalu memelukya mesra. Tiba-tiba dia merasa sangat lelah, dan merasa sangat bahagia memeluk wanita ini dalam dekapannya. Tak ada tempat lain yang diinginkannya selain di sini.

    *****

    Saat Kiki terbangun, dia berada sendirian di ruang tengah ini, sebuah selimut hangat menutupi tubuhnya. Sebuah lampu temaram menyinari ruangan ini. Dia nggak tahu jam berapa sekarang ini, kepalanya masih terasa pusing karena minuman yang dikonsumsinya sebelumnya.

    Dia bangkit, melilitkan selimut menutupi tubuh telanjangnya, dan merasakan sperma Ahmad meleleh turun di pahanya. Setengah tersenyum pada dirinya sendiri, mengingat persetubuhan yang dahsyat, dan kemudian melangkah pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

    Membasuh wajahnya dengan air, Kiki bertanya pada dirinya, “Apa yang kamu lakukan, Ki? Kamu sudah menikah.” Dia sadar jika apa yang sudah diperbuatnya sebelumnya tadi sepenuhnya salah. Belum pernah dia menghianati Hendra atau pada semua kekasihnya sebelumnya, dan sekarang telah dia biarkan dua orang pria berejakulasi di dalam rahimnya… tanpa perlindungan… belum lagi dia juga telah berikan sebuah oral seks pada adik suaminya.

    Tapi untuk sebuah alasan yang aneh, dia tidak merasa begitu bersalah seperti yang dia kira seharusnya terasa. Hendra pergi sudah sebulan lamanya meninggalkan dirinya saat ini, suaminya juga yang sudah ‘memaksanya’ untuk datang kemari. Dia menggelengkan kepalanya, menatap matanya dalam pantulan cermin. Dia tahu bahwa untuk waktu sekarang ini, di tempatnya berdiri, dia tidak menyesali apa yang telah dilakukannya. Segalanya terasa menyenangkan. Ini adalah kesenangan terbesar yang pernah dialaminya tanpa kehadiran Hendra dalam dua tahun usia perkawinan mereka, dan tiga tahun masa pacaran mereka. Tidak termasuk mantan kekasihnya yang pernah bersamanya. Dia tidak akan melakukan hal ini lagi. Malam ini adalah malam yang unik, sangat menyenangkan, malam yang penuh dengan petualangan dan eksplorasi. Malam ini, dia bebaskan ‘gadis nakal’ dalam dirinya yang berperan. Besok, kembali pada perannya ‘gadis manis’ yang sudah menikah kembali.

    Dia berjalan menapaki tangga dan mengira semua orang sudah lelap dalam tidur, sebuah rintihan panjang keluar dari kamar tidur utama menunjukkan dugaannya salah.

    Kiki melangkah menuju satu-satunya pintu di depan tangga. Sedikit terbuka dan dia mengintip ke dalam. Dia kira nggak ada yang bisa membuatnya tersipu malu lagi, tapi setiap kali dia menyaksikan sendiri perilaku seksual yang baru, seakan api kembali ke wajahnya lagi. Dina sedang disetubuhi Dany dari belakang sedangkan mulutnya masih mengulum batang penis milik Johan. Mereka berada di atas ranjang ukuran King size. Kamar itu sendiri mempunyai jendela kaca besar yang mengelilingi hampir semua bagian, suara rintihan dan lenguhan pecinta yang mereguk kenikmatan memenuhi kamar ini.

    Johan menoleh dan melihat Kiki sedang berdiri di pintu masuk, sebuah selimut membungkus tubuh rampingnya. Dia tersenyum padanya, berharap Kiki tidak mempermasalahkan akan semua yang terjadi. Johan sebenarnya sangat menginginkan Kiki, tapi rasa hormatnya terhadap kakaknya membuatnya mengesampingkan kenikmatan itu. Tapi saat Kiki menjatuhkan selimut yang membungkus tubuhnya, lalu berjalan memasuki kamar ini dengan tubuh telanjang, dan mencium bibirnya dengan dalam, dia merasa dinding pendiriannya mulai retak.

    Kiki mendorongnya ke atas kasur dan menaiki kepalanya, menghadap membelakangi jadi dia bisa menyaksikan tubuh-tubuh telanjang yang saling ‘terkait’. Vaginanya serasa terbakar api dan dia membutuhkan sesuatu untuk meredakannya. Karena kedua penis yang tersedia sedang terpakai, dia memutuskan untuk melihat sebagus apa adik parnya dalam oral seks. Sebuah getaran yang sangat nakal menggetarkannya saat memikirkan hal tersebut.

    Dina melirik ke atas dan bertemu dengan mata Kiki. Dia tersenyum dengan mulut masih penuh terisi batang penis Johan dan mengedipkan mata pada Kiki. Dina sangat bahagia bertemu dengan Kiki, dan sangat gembira akan perubahan suasana yang terjadi malam ini. Semua ini tak akan terjadi jika isteri Hendra nggak berada di sini. Itu sudah pasti. Sesuatu tentang rasa percaya diri seorang wanita dan ledakan seksualitas memicu terjadinya pesta seks pada mereka semua


    Dilepaskannya mulutnya dari batang indah penis Johan dan memberi tanda pada Kiki dengan jarinya untuk bergabung dengannya. Kiki tersenyum pada wanita ini dan mendekatkan mulutnya pada penis Johan, membuatnya dalam posisi 69. Ini adalah posisi 69 bagi sejarah kehidupan seksual Kiki. Sementara itu, Dina bergerak ke buah zakar Johan yang terekspos, menjilatinya dengan lidahnya sebelum bergerak turun ke celah sensitif diantara lubang anus dan kantung buah zakarnya.

    Untuk kali yang kedua, Johan mendapatkan penisnya dilayani oleh dua orang wanita menawan. Hanya saja kali ini, wajahnya dipenuhi oleh vagina basahnya Kiki dan pantatnya yang indah.

    Saat Kiki tidak sedang mengulum batang penis Johan, posisinya yang nggak memungkinkannya untuk bergantian memanjakan buah zakar Johan, maka hanya membuatnya melihat saja Dina ganti yang mengulum penisnya yang penuh ke dalam mulutnya yang terlihat seksi. Kiki kira batang panjang itu tak mungkin mampu tertampung menghilang seluruhnya ke dalam mulut Dina yang berkilat basah, tapi ternyata itu dapat ditelan Dina seluruhnya, selalu. Dan saat giliran itu tiba padanya, Kiki berusaha untuk memasukkan batang penis ini kedalam mulutnya, tenggorokannya seluruhnya, dan dia dapat merasakan, lebih dari hanya mendengarkan, Johan mengerang di bawah tubuhnya.

    Dina harus menghentikan pelayanannya terhadap penis yang berbulu di hadapannya ketika Dany dengan lambat tapi mantap membawanya pada orgasme kecil. Dina kembali konsentrasi pada batang penis yang menghujamnya dari belakang, menyamakan irama ayunan pinggul Dany dan menghisapnya semakin ke dalam.

    Dany menyaksikan pesta di hadapannya sambil menyetubuhi Dina dari belakang. Dia selalu menikmati jalan masuk dari vaginanya Dina yang menyengkeram kejantanannya dengan erat ketika dia mengayunkan ke dalam tubuhnya. Dia harus berhati-hati untuk tidak menyemburkan spermanya saat menyaksikan kedua wanita ini bergantian melayani penis Johan bagaikan sebuah permen yang lezat. Dia berharap andaikan itu adalah penis miliknya.

    Dina mengeluarkan suara basah yang berisik saat mengoral pria. Dany menyukai suara itu dan kadang menjadi terangsang ketika mendengar orang lain yang ‘berisik saat menyantap hidangannya’. Dina tahu kalau oral seks yang basah adalah oral seks yang baik. Dany suka pada ekspresi takjub Kiki saat melihat wanita lain sedang mengoral adik iparnya. Kiki menjilat bibirnya sendiri dan Dany tahu kalau Kiki sedang menantikan gilirannya untuk menikmati batang daging yang lembut itu ke dalam mulutnya lagi.

    Dany menyaksikan kepala Dina bergerak naik turun bagaikan seorang yang profesional. Dina mengeluarkan mainannya dari mulutnya sepenuhnya, dan menatap tepat pada mata indah Kiki. Kiki tertawa kecil lalu tersenyum lebar, menggenggamkan tangannya pada batang keras yang berada tepat di bawah wajah Dina. Sebelum dia memasukkan kembali batang itu ke dalam mulutnya, wajah kedua wanita ini saling mendekat dan mencium satu sama lain. Ini terjadi begitu natural, hampir seperti tak mereka rencanakan.

    Para wanita memiringkan kepalanya masing-masing dan saling membuka mulut untuk satu sama lainnya, menikmati rasa manis saat lidah mereka saling melilit dan air liurnya bercampur. Saat itu semua terjadi, suara dalam kepala Kiki berteriak pada dirinya The, “Apa yang kamu lakukan?! Apa yang sedang kamu lakukan?!” Tapi itu sudah menjadi ‘suara bisu’ yang tak lagi di dengarnya, bahkan saat semua ini berawal. Bahkan, dia hanya mengikuti kemana alur ini menyeretnya masuk pada pesta ini, dan sekarang ini, melakukan sebuah French Kiss dengan satu-satunya wanita yang seksi selain dirinya di malam ini, di rumah ini, dan terjadi begitu saja secara alami dan sangat menggairahkan.

    Dany nggak mampu mempercayai apa yang dia lihat. Dina menaruh tangannya di pipi Kiki, membelainya dengan lembut saat mereka berciuman, penuh dengan gairah. Dany sering meminta agar Dina mempertimbangkan untuk membawa wanita lain dalam permainan cinta mereka. Dina selalu menggelengkan kepala tanda nggak setuju. Sekarang…

    Kedia wanita ini menghentikan ciuman mereka dan mulut Kiki berganti membungkus batang penis Johan. Dina menarik nafas dengan berat, benaknya kacau. Dia nggak pernah punya keinginan untuk melakukan hal tadi pada kegiatan seksual yang nyata. Bahkan sekarang, dia tidak merasa bahwa dirinya tertarik untuk jadi biseksual. Dia menikmati ciuman tadi, ya. Tapi itu tidak membuatnya mengkatagorikan dirinya sebagai seseorang yang lain. Baginya ini adalah sesuatu yang benar untuk dilakukan di saat yang tepat.

    Johan nggak mampu menahannya lebih lama lagi. Penisnya sudah dioral lebih dari sepuluh menit, dan dia sudah berusaha sebisanya untuk menahan orgasmenya, ini sudah melampaui dari yang bisa ditahan oleh pria manapun. Dengan lidahnya yang masih terkubur dalam lembutnya bibir vagina Kiki, dia berejakulasi dalam salah satu mulut wanita ini. Dia nggak tahu pasti mulut siapa, tapi dia juga sudah nggak peduli lagi. Sepuluh menit berlalu dan itu adalah pengalaman terbaik.

    Kiki mulai merasakan orgasmenya mulai datang tak lama berselang setelah Johan, dan dia menggesekkan selangkangannya pada wajah Johan dan daging kenyalnya ke bibir dan hidung Johan. “Oh! Ohhh!” Kiki dapat mendengar erangannya sendiri.

    Johan keluar dengan hebatnya dalam mulut Dina. Dia menelan sebagian sperma itu, tapi menyisakan cukup untuk teman barunya. Kembali lagi, mulut kedua wanita ini saling merapat untuk sebuah ciuman penuh gairah, kali ini saling bertukar cairan sperma yang putih dan kental. Hal ini lebih dari cukup bagi Dany dan dia meledak, samar-samar sadar jika kedua wanita ini juga mengalami hal yang sama.

    Keempatnya rubuh saling bertindihan. Mereka merangkak dan menggerakkan tubuh lelah mereka untuk merebahkan kepala pada bantal, telanjang dan menatap langit-langit. Nafas berat, tersengal, hanya suara nafas yang memenuhi senyapnya kamar ini. Para pria rebah di kedua sisi ranjang, dengan para wanita diapit di tengahnya.

    Setelah beberapa menit beristirahat, Dina setengah bangkit dan bergerak menindih Kiki, tangannya membelai rambut Kiki sambil keduanya saling bertatapan. Para pria hanya menyaksikan dengan seksama, menahan nafas.

    “Belum pernah aku melakukan dengan…” Kiki memulai, tapi Dina dengan lembut memotongnya dengan “shhh…”

    Dia semakin merapat dan membisikkan, “Aku juga.” Saling memejamkan mata, kedua wanita ini berciuman lagi. Kali ini, ciuman yang perlahan, pada awalnya hanya sentuhan bibir dengan penuh rasa kewanitaan dan saling melumat lembut. Dan semakin bergerak cepat, mulut terbuka cukup untuk lidah mereka saling menyentuh dan menari. Posisi kepala mereka berganti, kedua bibir semakin masuk ke dalam untuk menyentuh bagian mulut mereka yang paling pribadi. Dengan cepat mereka saling berciuman layaknya dua orang kekasih, dan untuk pertama kalinya Dina mengeksplorasi wanita cantik ini. Jika sebelumnya Kiki menilai Ahmad adalah serang yang hebat ciumannya…

    Kiki nggak tahu apa yang tengah terjadi, tapi dia tahu kalau dia menyukai apapun ini. Ciuman antara wanitanya dengan Dina adalah ciuman yang paling erotis yang pernah dilakukannya dengan seorang manusia. Sekujur tubuhnya bergetar oleh kenikmatan dari erotisnya sebuah ciuman yang tabu. Dia merasakan sebuah tangan wanita yang kecil, nikmat, menelusuri badannya, bergerak naik ke arah payudaranya, ibu jari yang memainkan putingnya dengan penuh rasa nikmat.

    Kiki membawa tangan kirinya pada kepala Dina, menariknya lebih merapat untuk sebuah ciuman yang lebih mendalam. Tangannya yang satunya lagi mencengkeram payudara Dina, meresapi lembutnya kekenyalan daging wanita lain untuk pertama kalinya. Payudara Dina lebih kencang dibandingkan dengan miliknya, tapi kulitnya terasa luar biasa lembut.

    Jemari Dina bermain di tubuh wanita lain, menari di atas rambut di atas selangkangan wanita lain. Kiki melenguh dalam mulut Dina dan harus menghentikan lumatan bibir mereka. Mendengar reaksi dari seorang wanita lain karena rangsangannya mengirimkan sebuah kejangan kecil dalam vaginanya sendiri.

    Para pria menyaksikan saat kedua wanita ini saling bermain satu sama lain, mengeksplorasi tubuh lembut mereka dengan tangan dan, tak lama kemudian dengan mulut dan lidah mereka. Johan nggak bisa mempercayai kalau dia menyaksikan istri kakaknya menghisap puting wanita lain, mempermainkan dengan lidahnya yang panjang.

    Saat ciuman dan hisapan Dina mulai bergerak turun menyusuri lekukan tubuh Kiki menuju ke arah vaginanya yang terbakar, para pria hampir tidak bisa menguasai diri, mata isteri Hendra terpejam rapat rintihannya terdengar seperti. “Mmmmmm-uh! Ngh! Uh! Yyaaa…”

    Merasakan sentuhan pipi dari seorang wanita lain pada sisi bagian dalam dari pahanya adalah sebuah perasaan yang akan dialaminya, dan tidak pernah menyangka jika dia menyukainya. Sekarang, dia merasa nggak cukup hanya dengan semua ini. Dina pasti sudah berbohong saat mengatakan kalau dia belum pernah melakukan hal ini sebelumnya, karena semua yang dilakukannya membawa sebuah sensasi yang bahkan tidak dibayangkannya jika ini bisa tercipta dari sepasang bibir, sebuah lidah, dan kedua jari.

    Dina sendiri, di sisi yang lain, sudah sangat basah di antara pahanya saat dia memberi jilatan pada daging manis dan empuk milik teman wanitanya ini. Dia kini tahu kenapa pria suka pada vagina yang tercukur bersih. Dia dapat menarikan lidah bibirnya berulang-ulang di atas lembutnya keseluruhan bagian dari daging vagina, menghisap daging di sekitar kelentitnya untuk membawanya tinggi dan semakin tinggi. Dina menyentuh dan menjilat Kiki sangat tepat pada bagian di mana dia tahu kalu dia sendiri akan menyukainya, dan suara erotis yang keluar dari bibir Kiki serasa sebuah penghargaan untuk apa yang dilakukan kepadanya.

    “Oh Tuhan, Dina! Rasanya s-sangat en-naakk! Ya! Jilat vaginaku, sayang- ohhhhhh… Ya, ya, ya! Oh, lagi, yes! Uh, uhhhh!” ingin rasanya tangan Dina bergerak ke vaginanya sendiri, tapi ditahannya. Dia ingin memberikan perhatiannya 100% pada kekasih wanitanya ini, memanjakan kewanitaan Kiki dengan kedua tangannya saat lidahnya menari dan menyapu kelentitnya yang sensitivf.

    “Oh sayang, Dina, ohhhhh! Aku mau punyamu juga… aku ingin menjilat vaginamu! B-balikkan tubuhmu, kekasihku! Berputarlah… ohhhh… dan biarkan aku menjilatmu j-jugaa…”

    Para pria perlahan mulai megocok batang penisnya yang kembali mengeras, dengan mata yang terbuka lebar menyaksikan para wanita saat berputar mengatur posisinya untuk sebuah 69 yang sangat merangsang. Ini nggak nyata. Ini nggak mungkin terjadi! Tapi semuanya sedang terjadi.

    Merasakan untuk pertama kalinya rasa dari seorang wanita sangat menggoda. Dina terasa berbeda dibandingkan dirinya, tapi sama sekali bukan sebuah rasa yang buruk. Dari vagina yang tak berambut Dina terasa campuran rasa asin dari sperma milik Dany dengan sebuah rasa yang akrab tapi masih terasa asing. Secara perlahan Kiki menemukan iramanya, dan seperti halnya semua kejadian malam ini, dia melakukannya secara alami.

    Setiap kali, kedua wanita ini menarik kepalanya dari vagina masing-masing untuk melenguh, mengerang dan mengambil nafas. Saat itu terjadi, para pria disuguhi pemandangan yang erotis di hadapan mereka, dagu yang terlumuri oleh madu cinta masing-masing, sebelum kemudian saling menyelam kembali. Mereka saling memberi orgasme yang berkesinambungan sebelum akhirnya Dina bangkit dan berkata dalam suara bisikan yang bergetar lirih, “Johan… kenapa kamu nggak… ke belakangku dan-mmmm… masukkan… penismu yang indah itu ke dalam vaginaku… ohhhhh…”

    Dia melakukan seperti apa yang diperintahkan padanya, dirasakannya lidah Kiki menjilati sepanjang batang penisnya saat dia mengarahkan ke pintu masuk vagina Dina. Dany nggak mau menunggu untuk diminta melakukan hal yang sama pada wanita satunya yang sudah menikah, dan segera saja, keempatnya saling memainkan sebuah babak lagi dari malam yang penuh kenikmatan surgawi ini.

    Kiki menengadah ke atas dan melihat saat buah zakar adik iparnya menampari untaian kecil dari rambut di selangkangan Dina. Kiki menjilat dan menghisapi semua yang ada di hadapannya sambil menyaksikan batang penis Johan meluncur keluar masuk dalam vagina Dina, berkilat dank keras dan seakan sedang mengamuk. Dia sendiri merasakan penis Dany membelah bibir vaginanya untuk yang ketiga kalinya malam ini, dan dia merasa kalau tak lama lagi orgasmenya segera meledak.

    Bagaimana mungkin dia bisa kembali pada kehidupan perkawinannya?

    Dengan cepat, keempatnya mulai merasa sangat kelelahan dan tak satupun yang bisa melakukan sesuatu kecuali terlelap dalam tidur tidur yang nyenyak, saling berpelukan dengan telanjang antara lembutnya tubuh wanita dan kerasnya tubuh kekar pria.


    *****

    Kiki bangun pertama kali keesokan paginya dan menemukan dirinya meringkuk manja dalam pelukan hangat Johan. Kamar ini, yang dikelilingi sebagian besar oleh jendela dibanjiri oleh rasa hangat dari sinar mentari pagi yang baru terbit.

    Saat dia berbalik dalam pelukannya, mata Johan yang masih ngantuk mulai terbuka dengan malas dan kemudian tersenyum padanya. Kiki teringat semua kejadian semalam, dia tidak bercinta dengan pria ini, belum.

    Kiki mencium bibirnya dengan mesra dan berbisik, “Johan, terima kasih untuk yang semalam.” Dia berusaha hati-hati agar tidak membangunkan Dany dan Dina di sisi lain ranjang ini. “Rasanya… sangat indah dan manakjubkan.”

    Mereka saling berciuman lagi, dan tiba-tiba perasaan sedikit bersalah merasuki Kiki. Sekarang sudah pagi. Sekarang waktu untuk kembali ke kehidupannya yang normal sebagai seorang isteri yang setia dan mengabdi. Tapi hasratnya bercampur dengan kebimbangan dan itu terlalu berat untuk dihadapinya. Dia berbisik, “Kita tidak boleh menceritakan hal ini pada Hendra.”

    Johan, menganggapnya tentang kejadian pada malam sebelumnya, dan dia terkejut saat Kiki menggerakkan kakinya melewati tubuhnya dan kemudian menindihnya. Seakan takdir sudah digariskan, dia sudah ereksi dan siap untuk melaju, tubuhnya yang masih terasa pegal sudah jadi persoalan yang lain lagi. Dan tentu saja, semua itu sirna dalam sekejap begitu bidadari yang gemulai ini mulai merendahkan selangkangannya beserta vaginanya yang lembut dan sudah basah turun ke arah kerasnya batang kejantanannya.

    Johan mengerang dan tubuh Kiki bersandar ke depan, wajah bidadari ini hanya beberapa senti saja dari wajahnya, dan berbisik pelan, “Shhh…” sebelum memberinya sebuah ciuman ringan.

    Johan selalu menganggap kalau Hendra akan tetap sendiri selamanya. Karena dia mempunyai prinsip bahwa hidup membujang terlalu berharga untuk ditukar pada seorang wanita saja. Dan kemudian Kiki muncul dan mencuri hatinya. Dan baru sekarang dia benar-benar mengerti betapa sungguh wanita ini mampu menawan hatinya. Dia memiliki semangat hidup yang tinggi dan percaya diri yang tinggi untuk menjalani hidup ini dengan caranya dan itu tidak pernah menjadi memalukan karenanya… Dia cantik, lucu, cerdas, dan bercinta layaknya wanita panggilan seharga 1 milyar. Semua yang kamu impikan dari seorang wanita. Seandainya dirinya adalah Hendra, dia akan secepatnya berhenti dari pekerjaannya begitu perusahaannya mengirimnya dinas ke luar kota meskipun untuk dua hari saja.

    Menyadari betapa salahnya karena bersetubuh dengan isteri kakaknya sama sekali tidak mengurangi kenikmatan dalam melakukannya, malah nyatanya yang dirasakan adalah sebaliknya… Disamping rasa sakit karena ereksinya, dia merasa bersukur karena dia telah mengalami orgasme berulang kali semalam tadi karena sekarang, dia bisa merasakan kenikmatan tak terperi dari rasa vagina Kiki yang selembut beludru lebih lama lagi.

    Kedua insan ini berusaha bercinta dengan ‘tidak berisik’ sebisa mungkin, tapi tak lama kemudian Dina dan Dany mulai terbangun dari tidur lelapnya.

    Dina hanya berbaring saja di atas ranjang, dalam dekapan Dany, dan menyaksikan pemandangan indah dari dua pasang pecinta muda di depannya. Mata Kiki perlahan terpejam, kepalanya mendongak ke belakang untuk menyibakkan rambut yang menutupi wajahnya. Tangannya bersandar pada dada Johan, dan tangan Johan memegangi pinggang langsing Kiki. Dina merasa mulai basah dan dia tersenyum saat merasakan bibir Dany menjalari samping leher dan bahunya. Dany mulai memasukinya dari belakang, dan keempat insan itu perlahan mulai saling bersetubuh. Pagi masih sangat dini…

    Kiki mendengar rintihan dari sisi lain ranjang ini. Dia menoleh dan bertemu dengan tatapan mata Dina. Buyar sudah ayunan dan goyangan pelan yang mereka lakukan dibalik selimut, dan Kiki tertawa pada dirinya sendiri. Dina sungguh terlihat cantik. Sinar matahari pagi yang menyorot dari jendela, menyinari rambut hitam legamnya yang panjang dan membuatnya berkilau indah. Setelah apa yang mereka lakukan semalam tadi, Kiki tahu bahwa Dina tak beda dengan dirinya.

    Dia merasa malu sendiri, memikirkan tentang itu semua, rasa dari vagina wanita lain sekilas melintas dalam benaknya. Dina, sepertinya dapat menebak apa yang dipikirkan oleh wanita di sampinya ini, dia berikan sebuah senyuman dan mengedipkan mata padanya, lalu pejamkan matanya dan berkonsentrasi pada batang penis yang keras di belakangnya.

    Irama percintaan pagi ini terasa berbeda jauh dengan persetubuhan liar semalam. Kiki mengayun pinggulnya naik turun pelan dan panjang, ingin benar benar diresapinya rasaka dari setiap mili batang penis adik iparnya di bawah tubuhnya. Serasa setiap gerakan dipenuhi rasa dahaga dan sayang. Di sisi lain dari ranjang ini tampak Dany yang mengayun Dina dari belakang.

    Kemesraan terasa memenuhi kamar ini, guyuran sinar matahari tampak semakin membuat tubuh-tubuh basah oleh keriangat terlihat indah tiap lekuknya menyilaukan. Irama keempat insan ini seiring, mendaki kenikmatan terakhir, mereka sadar ini adalah sesi terakhir untuk hari ini dan waktu tak lagi mau kompromi.

    Suara erangan, desahan, rintihan dari puncak kenikmatan yang sekali lagi direguk mereka kembali terdengar keluar lepas dari mulut mereka seiring dengan orgasme pertama dan terakhir dipagi ini. Ingin rasanya surga ini tak berujung tapi bagaimanapun juga waktu sudah menghadang. Setelah beberapa waktu beristirahat meredakan nafas yang memburu, mereka berjalan berangkulan menuju ke kamar mandi, suara kicau burung mengiringi langkah kaki mereka untuk membersihkan tubuh dari peluh dosa termanis, untuk kembali ke kehidupan masing-masing lagi…

    *****

    Di depan pintu keluar, keempatnya saling mengucapkan salam perpisahan. Kiki mencium kedua pipi Dany dan berkata, “Terima kasih untuk yang semalam. Aku… sangat bahagia karena kamu sangat bersedia tidur dengan seorang wanita yang sudah menikah.” Dany tertawa lepas oleh kiasan jujur tersebut, dan mengangguk membalas pernyataan terima kasih itu.

    Kemudian, Kiki memeluk Johan dan berkata, “Ingat, jangan pernah menyinggung hal sekecil apapun tentang ini lagi.”

    Johan pura-pura menutup resleting di bibirnya mengunci dan kemudian membuang jauh kuncinya. Kiki tertawa lepas karenanya, pura-pura ‘menangkap kembali kunci yang dibuang tadi’, dan ‘membuka’ mulut Dany. “Satu ciuman lagi untuk perpisahan?”

    Ciuman perpisahan Kiki sama bergairahnya dengan ciuman pertamanya, di sofa, sehari yang yang lalu.

    Ketika ciuman itu berakhir, mata mereka saling menatap untuk beberapa waktu yang terasa tak nyaman, kemudian dia ‘mengunci’ mulutnya kembali.

    Dina dan Dany asik sendiri dengan ciuman perpisahn mereka, dan Kiki harus memisahkan mereka. “Pulang bareng mobilku, kan?” tanyanya pada Dina.

    “Ya, kalau nggak merasa keberatan.”

    “Tidak sama sekali,” Kiki tersenyum. “Dengan senang hati.”

    Dina memberi Johan ciuman kecil di bibir dan bilang, “Ku telpon nanti.”

    Kemudian dalam perjalanan pulang hanya saling berdiam diri tanpa kata. Kedua wanita ini tahu apa yang akan diucapkan tapi saling menunggu. Akhirnya, Dina memecahkan kesunyian. “Hey, aku rasa, mungkin nanti kita bisa keluar bareng lagi… ke kafe atau hanya jalan-jalan ke mal.”

    “Kelihatannya menyenangkan,” jawab Kiki, berharap itu akan terdengar tulus.

    Dia terlihat kurang percaya. “Dengar, Kiki, aku sangat menyukaimu…”

    Kiki merona karenanya, dan baru saja dia akan mengucapkan sesuatu ketika Dina memotongnya: “Bukan, nggak seperti itu.” tawanya terdengar natural. “Maksudku, ya itu memang menyenangkan, tapi…” tawanya mulai terdengar sedikit nervous, dan dia menggelengkan kepala, “Tapi aku nggak bermaksud begitu. Maksudku… kamu adalah wanita pertama yang sangat ku inginkan jadi temanku. Dan… ku harap kejadian semalam tidak merusak hal tersebut.”

    Kiki menganggap sangat serius apa yang diucapkan oleh wanita ini. Akhirnya dia mengangguk. Dia percaya padanya. Dia tidak manangkap ada maksud tersembunyi dibalik ucapannya. Dan pada kenyataan sesungguhnya Kiki juga menyukai Dina.

    Sebenarnya Dina mulai merasakan air mata di matanya ketika wanita di depannya ini mengangguk, dan tiba-tiba sebuah beban yang berat terangkat dari bahunya. Dia merasa bebas dan dia mendapatkan seorang sahabat baru. Mereka saling bertukar nomer telpon sebelum sampai di apartemen Dina

    “Apa yang akan kamu lakukan pada Hendra?” Tanya Dina ketika mereka berhenti di depan pintu apartemennya.

    “Mungkin aku akan ceritakan padanya… suatu saat nanti. Tapi tidak saat ini. Dan kurasa, juga tidak untuk waktu dekat.”

    Dina mengangguk dan kedua wanita ini saling berpelukan. Lalu mata mereka saling bertemu dan gairah kembali menyala. Kiki menatap bibir Dina, yang hanya beberapa senti dari bibirnya, basah dan sedikit terbuka. Untuk beberapa saat yang Kiki inginkan sepenuhnya adalah merasakan bibir lembut itu pada bibirnya. Ciuman yang akan terjadi secara natural.

    Dan waktu berlalu lalu kedua wanita ini tertawa sendiri. “Ku telpon nanti,” kata Dina, keluar dari mobil dan berlari kecil menuju pintu depan apartemennya.

    Hendra menelpon dari hp tak lama setelah Anggie tiba dari apartemen Dina.

    “Apa aku membangunkanmu, sayang?” tanyanya. Sekarang baru jam 7 pagi.

    “Nggak. Aku sudah bangun dari tadi. Nggak bisa tidur semalam.”

    “Maafkan aku. Apa kamu sakit?”

    “Nggak… hanya butuh istirahat saja.”

    “Menyenangkan nggak sama adikku dan teman-temannya?”

    “Yah,” jawabnya, wajahnya memerah oleh rasa bersalah. “Aku senang kamu sudah memaksaku untuk pergi.”


    “Oh, aku nggak menyuruhmu melakukan apapun,” dia tertawa. Wajah Kiki sedikit merona. “Tapi aku senang kamu bisa menikmatinya. Mungkin kamu bisa keluar lebih sering lagi, sekarang kamu sudah menemukan kesenangan lain di luar rumah.” Oh, ironis.

    “Mungkin,” jawabnya dengan pikiran jauh berada entah dimana. “Tapi ku rasa perjalanannya sedikit terlalu jauh jaraknya.”

    “Ya, aku tahu maksudmu.” Dalam jedanya sejenak, yang memenuhi pikirannya hanyalah kenikmatan dari pesta seks yang telah dialaminya, dan bagaimana dia tidak akan mengulanginya lagi, tak akan pernah. “Hey, Kiki, coba tebak?”

    “Apa?”

    “Ini adalah perjalanan dinas ke luar kotaku yang terakhir kalinya!”

    “Benarkah?” Oh ku mohon, ya!

    “Benar. Aku katakan pada mereka kalau perjalanan-perjalanan dinas itu benar benar membuatku kecapaian. Ku katakan pada mereka aku akan berhenti dan keluar kalau mereka mengirimku ke luar kota lagi.”

    “Dan?”

    Dia tertawa. “Aku berhenti.”

  • Kisah Memek Perawat Mesum

    Kisah Memek Perawat Mesum


    2832 views

    Duniabola99.com – Hari ini adalah hari pertamaku tinggal di kota Bandung. Karena tugas kantorku, aku terpaksa tinggal di Bandung selama 5 hari dan weekend di Jakarta. Di kota kembang ini, aku menyewa kamar di rumah temanku.

    Menurutnya, rumah itu hanya ditinggali oleh Ayahnya yang sudah pikun, seorang perawat, dan seorang pembantu. “Rumah yang asri” gumamku dalam hati. Halaman yang hijau, penuh tanaman dan bunga yang segar dikombinasikan dengan kolam ikan berbentuk oval. Aku mengetuk pintu rumah tersebut beberapa kali sampai pintu dibukakan. Sesosok tubuh semampai berbaju serba putih menyambutku dengan senyum manisnya. “Pak Rafi ya..”. “Ya.., saya temannya Mas Anto yang akan menyewa kamar di sini. Lho, kamu kan pernah kerja di tetanggaku?”, jawabku surprise. Perawat ini memang pernah bekerja pada tetanggaku di Bintaro sebagai baby sitter. “Iya…, saya dulu pengasuhnya Aurelia. Saya keluar dari sana karena ada rencana untuk kimpoi lagi. Saya kan dulu janda pak.., tapi mungkin belum jodo.., ee dianya pergi sama orang lain.., ya sudah, akhirnya saya kerja di sini..”, Mataku memandangi sekujur tubuhnya. Tati (nama si perawat itu) secara fisik memang tidak pantas menjadi seorang perawat. Kulitnya putih mulus, wajahnya manis, rambutnya hitam sebahu, buah dadanya sedang menantang, dan kakinya panjang semampai. Kedua matanya yang bundar memandang langsung mataku, seakan ingin mengatakan sesuatu. Aku tergagap dan berkata, “Ee.., Mbak Tati, Bapak ada?”. “Bapak sedang tidur. Tapi Mas Anto sudah nitip sama saya.

    Mari saya antarkan ke kamar..”. Tati menunjukkan kamar yang sudah disediakan untukku. Kamar yang luas, ber-AC, tempat tidur besar, kamar mandi sendiri, dan sebuah meja kerja. Aku meletakkan koporku di lantai sambil melihat berkeliling, sementara Tati merunduk merapikan sprei ranjangku. Tanpa sengaja aku melirik Tati yang sedang menunduk. Dari balik baju putihnya yang kebetulan berdada rendah, terlihat dua buah dadanya yang ranum bergayut di hadapanku. Ujung buah dada yang berwarna putih itu ditutup oleh BH berwarna pink. Darahku terkesiap. Ahh…, perawat cantik, janda, di rumah yang relatif kosong.Sadar melihat aku terkesima akan keelokan buah dadanya, dengan tersipu-sipu Tati menghalangi pemandangan indah itu dengan tangannya. “Semuanya sudah beres Pak…, silakan beristirahat..”. “Ee…, ya.., terima kasih”, jawabku seperti baru saja terlepas dari lamunan panjang. Sore itu aku berkenalan dengan ayah Anto yang sudah pikun itu. Agen Nova88

    Ia tinggal sendiri di rumah itu setelah ditinggalkan oleh istrinya 5 tahun yang lalu. Selama beramah-tamah dengan sang Bapak, mataku tak lepas memandangi Tati. Sore itu ia menggunakan daster tipis yang dikombinasikan dengan celana kulot yang juga tipis. Buah dadanya nampak semakin menyembul dengan dandanan seperti itu. Di rumah itu ada seorang pembantu berumur sekitar 17 tahun. Mukanya manis, walaupun tidak secantik Tati. Badannya bongsor dan motok. Ani namanya. Ia yang sehari-hari menyediakan makan untukku. Hari demi hari berlalu. Karena kepiawaianku dalam bergaul, aku sudah sangat akrab dengan orang-orang di rumah itu. Bahkan Ani sudah biasa mengurutku dan Tati sudah berani untuk ngobrol di kamarku. Bagi janda muda itu, aku sudah merupakan tempat mencurahkan isi hatinya. Begitu mudah keakraban itu terjadi hingga kadang-kadang Tati merasa tidak perlu mengetuk pintu sebelum masuk ke kamarku. Sampai suatu malam, ketika itu hujan turun dengan lebatnya. Aku, karena sedang suntuk memasang VCD porno kesukaanku di laptopku. Tengah asyik-asyiknya aku menonton tanpa sadar aku menoleh ke arah pintu, astaga…, Tati tengah berdiri di sana sambil juga ikut menonton. Rupanya aku lupa menutup pintu, dan ia tertarik akan suara-suara erotis yang dikeluarkan oleh film produksi Vivid interactive itu. Ketika sadar bahwa aku mengetahui kehadirannya, Tati tersipu dan berlari ke luar kamar. Agen Bola Nova88

    ze-full wp-image-25373″ src=”http://duniabola99.com/wp-content/uploads/2018/12/4090318_177_6789.jpg” alt=”” width=”853″ height=”1280″ />

    “Mbak Tati..”, panggilku seraya mengejarnya ke luar. Kuraih tangannya dan kutarik kembali ke kamarku. “Mbak Tati…, mau nonton bareng? Ngga apa-apa kok..”. “Ah, ngga Pak…, malu aku..”, katanya sambil melengos. “Lho.., kok malu.., kayak sama siapa saja.., kamu itu.., wong kamu sudah cerita banyak tentang diri kamu dan keluarga.., dari yang jelek sampai yang bagus.., masak masih ngomong malu sama aku?”, Kataku seraya menariknya ke arah ranjangku. “Yuk kita nonton bareng yuk..”, Aku mendudukkan Tati di ranjangku dan pintu kamarku kukunci. Dengan santai aku duduk di samping Tati sambil mengeraskan suara laptopku. Adegan-adegan erotis yang diperlihatkan ke 2 bintang porno itu memang menakjubkan. Mereka bergumul dengan buas dan saling menghisap. Aku melirik Tati yang sedari tadi takjub memandangi adegan-adegan panas tersebut. Terlihat ia berkali-kali menelan ludah. Nafasnya mulai memburu, dan buah dadanya terlihat naik turun.

    Aku memberanikan diri untuk memegang tangannya yang putih mulus itu. Tati tampak sedikit kaget, namun ia membiarkan tanganku membelai telapak tangannya. Terasa benar bahwa telapak tangan Tati basah oleh keringat. Aku membelai-belai tangannya seraya perlahan-lahan mulai mengusap pergelangan tangannya dan terus merayap ke arah ketiaknya. Tati nampak pasrah saja ketika aku memberanikan diri melingkarkan tanganku ke bahunya sambil membelai mesra bahunya. Namun ia belum berani untuk menatap mataku. Sambil memeluk bahunya, tangan kananku kumasukkan ke dalam daster melalui lubang lehernya. Tanganku mulai merasakan montoknya pangkal buah dada Tati. Kubelai-belai seraya sesekali kutekan daging empuk yang menggunung di dada bagian kanannya. Ketika kulihat tak ada reaksi dari Tati, secepat kilat kusisipkan tangganku ke dalam BH-nya…, kuangkat cup BH-nya dan kugenggam buah dada ranum si janda muda itu.

    “Ohh.., Pak…, jangan..”, Bisiknya dengan serak seraya menoleh ke arahku dan mencoba menolak dengan menahan pergelangan tangan kananku dengan tangannya. “Sshh…, ngga apa-apa Mbak…, ngga apa-apa..”. “Nanti ketauanhh..”. “Nggaa…, jangan takut..”, Kataku seraya dengan sigap memegang ujung puting buah dada Tati dengan ibu jari dan telunjukku, lalu kupelintir-pelintir ke kiri dan kanan. “Ooh.., hh.., Pak.., Ouh.., jj.., jjanganhh.., ouh..”, Tati mulai merintih-rintih sambil memejamkan matanya. Pegangan tangannya mulai mengendor di pergelangan tanganku. Saat itu juga, kusambar bibirnya yang sedari tadi sudah terbuka karena merintih-rintih. “Ouhh.., mmff.., cuphh.., mpffhh..”, Dengan nafas tersengal-sengal Tati mulai membalas ciumanku. Kucoba mengulum lidahnya yang mungil, ketika kurasakan ia mulai membalas sedotanku. Bahkan ia kini mencoba menyedot lidahku ke dalam mulutnya seakan ingin menelannya bulat-bulat.

    Tangannya kini sudah tidak menahan pergelanganku lagi, namun kedua-duanya sudah melingkari leherku. Malahan tangan kanannya digunakannya untuk menekan belakang kepalaku sehingga ciuman kami berdua semakin lengket dan bergairah. Momentum ini tak kusia-siakan. Sementara Tati melingkarkan kedua tangannya di leherku, akupun melingkarkan kedua tanganku di pinggangnya. Aku melepaskan bibirku dari kulumannya, dan aku mulai menciumi leher putih Tati dengan buas. “aahh..Ouhh..” Tati menggelinjang kegelian dan tanganku mulai menyingkap daster di bagian pinggangnya. Kedua tanganku merayap cepat ke arah tali BH-nya dan, “tasss..” terlepaslah BH-nya dan dengan sigap kualihkan kedua tanganku ke dadanya. Saat itulah lurasakan betapa kencang dan ketatnya kedua buah dada Tati. Kenikmatan meremas-remas dan mempermainkan putingnya itu terasa betul sampai ke ujung sarafku. Penisku yang sedari tadi sudah menegang terasa semakin tegang dan keras.


    Rintihan-rintihan Tati mulai berubah menjadi jeritan-jeritan kecil terutama saat kuremas buah dadanya dengan keras. Tati sekarang lebih mengambil inisiatif. Dengan nafasnya yang sudah sangat terengah-engah, ia mulai menciumi leher dan mukaku. Ia bahkan mulai berani menjilati dan menggigit daun telingaku ketika tangan kananku mulai merayap ke arah selangkangannya. Dengan cepat aku menyelipkan jari-jariku ke dalam kulotnya melalui perut, langsung ke dalam celana dalamnya. Walaupun kami berdua masih dalam keadaan duduk berpelukan di atas ranjang, posisi paha Tati saat itu sudah dalam keadaan mengangkang seakan memberi jalan bagi jari-jemariku untuk secepatnya mempermainkan kemaluannya.

    Hujan semakin deras saja mengguyur kota Bandung. Sesekali terdengar suara guntur bersahutan. Namun cuaca dingin tersebut sama sekali tidak mengurangi gairah kami berdua di saat itu. Gairah seorang lajang yang memiliki libido yang sangat tinggi dan seorang janda muda yang sudah lama sekali tidak menikmati sentuhan lelaki. Tati mengeratkan pelukannya di leherku ketika jemariku menyentuh bulu-bulu lebat di ujung vaginanya. Ia menghentikan ciumannya di kupingku dan terdiam sambil terus memejamkan matanya. Tubuhnya terasa menegang ketika jari tengahku mulai menyentuh vaginanya yang sudah terasa basah dan berlendir itu. Aku mulai mempermainkan vagina itu dan membelainya ke atas dan ke bawah. “Ouuhh Pak.., ouhh.., aahh.., g..g.ggelliiihh…”. Tati sudah tidak bisa berkata-kata lagi selain merintih penuh nafsu ketika clitorisnya kutemukan dan kupermainkan. Seluruh badan Tati bergetar dan bergelinjang. Ia nampak sudah tak dapat mengendalikan dirinya lagi.

    Jeritan-jeritannya mulai terdengar keras. Sempat juga aku kawatir dibuatnya. Jangan-jangan seisi rumah mendengar apa yang tengah kami lakukan. Namun kerasnya suara hujan dan geledek di luar rumah menenangkanku. Benda kecil sebesar kacang itu terasa nikmat di ujung jari tengahku ketika aku memutar-mutarnya. Sambil mempermainkan clitorisnya, aku mulai menundukkan kepalaku dan menciumi buah dadanya yang masih tertutupi oleh daster. Seolah mengerti, Tati menyingkapkan dasternya ke atas, sehingga dengan jelas aku bisa melihat buah dadanya yang ranum, kenyal dan berwarna putih mulus itu bergantung di hadapanku. Karena nafsuku sudah memuncak, dengan buas kusedot dan kuhisap buah dada yang berputing merah jambu itu. Putingnya terasa keras di dalam mulutku menandakan nafsu janda muda itupun sudah sampai di puncak. Tati mulai menjerit-jerit tidak karuan sambil menjambak rambutku. Sejenak kuhentikan hisapanku dan bertanya, “Enak Mbak?”.

    Sebagai jawabannya, Tati membenamkan kembali kepalaku ke dalam ranumnya buah dadanya. Jari tengahku yang masih mempermainkan clitorisnya kini kuarahkan ke lubang vagina Tati yang sudah menganga karena basah dan posisi pahanya yang mengangkang. Dengan pelan tapi pasti kubenamkan jari tengahku itu ke dalamnya dan, “Auuhh.., P.Paak.., hh”. Tati menjerit dan menaikkan kedua kakinya ke atas ranjang. “Terrusshh.., auhh..”. Kugerakkan jariku keluar masuk di vaginanya dan Tati menggoyangkan pingggulnya mengikuti irama keluar masuknya jemariku itu. Aku menghentikan ciumanku di buah dada Tati dan mulai mengecup bibir ranum janda itu. Matanya tak lagi terpejam, tapi memandang sayu ke mataku seakan berharap kenikmatan yang ia rasakan ini jangan pernah berakhir. Tangan kiriku yang masih bebas, membimbing tangan kanan Tati ke balik celana pendekku. Ketika tangannya menyentuh penisku yang sudah sangat keras dan besar itu, terlihat ia agak terbelalak karena belum pernah melihat bentuk yang panjang dan besar seperti itu.


    Tati meremas penisku dan mulai mengocoknya naik turun naik turun.., kocokan yang nikmat yang membuatku tanpa sadar melenguh, “Ahh.., Mbaak.., enaknya.., terusin..”. Saat itu kami berdua berada pada puncaknya nafsu. Aku yakin bahwa Mbak Tati sudah ingin secepatnya memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Ia tidak mengatakannya secara langsung, namun dari tingkahnya menarik penisku dan mendekatkannya ke vaginanya sudah merupakan pertanda. Namun, di detik-detik yang paling menggairahkan itu terdegar suara si Bapak tua berteriak, “Tatiii…, Tatiii..”. Kami berdua tersentak. Kukeluarkan jemariku dari vaginanya, Tati melepaskan kocokannya dan ia membenahi pakaian dan rambutnya yang berantakan. Sambil mengancingkan kembali BH-nya ia keluar dari kamarku menuju kamar Bapak tua itu. Sialan!, kepalaku terasa pening.

    Begitulah penyakitku kalau libidoku tak tersalurkan. Beberapa saat lamanya aku menanti siapa tahu janda muda itu akan kembali ke kamarku. Tapi nampaknya ia sibuk mengurus orang tua pikun itu, sampai aku tertidur. Entah berapa lama aku terlelap, tiba-tiba aku merasa napasku sesak. Dadaku serasa tertindih suatu beban yang berat. Aku terbangun dan membuka mataku. Aku terbelalak, karena tampak sesosok tubuh putih mulus telanjang bulat menindih tubuhku. “Mbak Tati?”, Tanyaku tergagap karena masih mengagumi keindahan tubuh mulus yang berada di atas tubuhku. Lekukan pinggulnya terlihat landai, dan perutnya terasa masih kencang. Buah dadanya yang lancip dan montok itu menindih dadaku yang masih terbalut piyama itu. Seketika, rasa kantukku hilang.

    Mbak Tati tersenyum simpul ketika tangannya memegang celanaku dan merasakan betapa penisku sudah kembali menegang. “Kita tuntaskan ya Mbak?”, Kataku sambil menyambut kuluman lidahnya. Sambil dalam posisi tertindih aku menanggalkan seluruh baju dan celanaku. Kegairahan yang sempat terputus itu, mendadak kembali lagi dan terasa bahkan lebih menggila. Kami berdua yang sudah dalam keadaan bugil saling meraba, meremas, mencium, merintih dengan keganasan yang luar biasa. Mbak Tati sudah tidak malu-malu lagi menggoyangkan pinggulnya di atas penisku sehingga bergesekan dengan vaginanya. Tidak lebih dari 5 menit, aku merasakan bahwa nafsu syahwat kami sudah kembali berada dipuncak. Aku tak ingin kehilangan momen lagi. Kubalikkan tubuh Tati, dan kutindih sehingga keempukan buah dadanya terasa benar menempel di dadaku. Perutku menggesek nikmat perutnya yang kencang, dan penisku yang sudah sangat menegang itu bergesekan dengan vaginanya.

    “Mbak.., buka kakinya.., sekarang kamu akan merasakan sorganya dunia Mbak..”, bisikku sambil mengangkangkan kedua pahanya. Sambil tersengal-sengal Tati membuka pahanya selebar-lebarnya. Ia tersenyum manis dengan mata sayunya yang penuh harap itu. “Ayo Pak.., masukkan sekarang…”, Aku menempelkan kepala penisku yang besar itu di mulut vagina Tati. Perlahan-lahan aku memasukkannya ke dalam, semakin dalam, semakin dalam dan, “aa.., Aooohh.., paakh….., aahh..”, rintihnya sambil membelalakkan matanya ketika hampir seluruh penisku kubenamkan ke dalam vaginanya. Setelah itu, “Blesss…”, dengan sentakan yang kuat kubenamkan habis penisku diiringi jeritan erotisnya, “Ahh.., besarnyah.., ennnakk ppaak..”.


    Aku mulai memompakan penisku keluar masuk, keluar masuk. Gerakanku makin cepat dan cepat. Semakin cepat gerakanku, semakin keras jeritan Tati terdengar di kamarku. Pinggul janda muda itu pun berputar-putar dengan cepat mengikuti irama pompaanku. Kadang-kadang pinggulnya sampai terangkat-angkat untuk mengimbangi kecepatan naik turunnya pinggulku. Buah dadanya yang terlihat bulat dalam keadaan berbaring itu bergetar dan bergoyang ke sana ke mari. Sungguh menggairahkan! Tiba-tiba aku merasakan pelukannya semakin mengeras. Terasa kuku-kukunya menancap di punggungku. Otot-ototnya mulai menegang. Nafas perempuan itu juga semakin cepat. Tiba-tiba tubuhnya mengejang, mulutnya terbuka, matanya terpejam,dan alisnya merengut “aahh..”. Tati menjerit panjang seraya menjambak rambutku, dan penisku yang masih bergerak masuk keluar itu terasa disiram oleh suatu cairan hangat.

    Dari wajahnya yang menyeringai, tampak janda muda itu tengah menghayati orgasmenya yang mungkin sudah lama tidak pernah ia alami itu. Aku tidak mengendurkan goyangan pinggulku, karena aku sedang berada di puncak kenikmatanku. “Mbak.., goyang terus Mbak.., aku juga mau keluar..”. Tati kembali menggoyang pinggulnya dengan cepat dan beberapa detik kemudian, seluruh tubuhku menegang. “Keluarkan di dalam saja pak”, bisik Tati, “Aku masih pakai IUD”. Begitu Tati selesai berbisik, aku melenguh. “Mbak.., aku keluar.., aku keluarr…., aahh..”, dan…, “Crat.., crat.., craat”, kubenamkan penisku dalam-dalam di vagina perempuan itu. Seakan mengerti, Tati mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi sehingga puncak kenikmatan ini terasa benar hingga ke tulang sumsumku. Kami berdua terkulai lemas sambil memejamkan mata. Pikiran kami melayang-layang entah ke mana. Tubuhku masih menindih tubuh montok Tati.

    Kami berdua masih saling berpelukan dan akupun membayangkan hari-hari penuh kenikmatan yang akan kualami sesudah itu di Bandung. Sejak kejadian malam itu, kesibukan di kantorku yang luar biasa membuatku sering pulang larut malam. Kepenatanku selalu membuatku langsung tertidur lelap. Kesibukan ini bahkan membuat aku jarang bisa berkomunikasi dengan Tati. Walaupun begitu, sering juga aku mempergunakan waktu makan siangku untuk mampir ke rumah dengan maksud untuk melakukan seks during lunch. Sayang, di waktu tersebut ternyata Ayah Anto senantiasa dalam keadaan bangun sehingga niatku tak pernah kesampaian. Namun suatu hari aku cukup beruntung walaupun orang tua itu tidak tidur. Aku mendapat apa yang kuinginkan.

    Ceritanya sebagai berikut: Tati diminta oleh Ayah Anto untuk mengambil sesuatu di kamarnya. Melihat peluang itu, aku diam-diam mengikutinya dari belakang. Kamar ayah Anto memang tidak terlihat dari tempat di mana orang tua itu biasa duduk. Sesampainya di kamar kuraih pinggang semampai perawat itu dari belakang. Tati terkejut dan tertawa kecil ketika sadar siapa yang memeluknya dan tanpa basa-basi langsung menyambut ciumanku dengan bibirnya yang mungil itu sambil dengan buas mengulum lidahku. Ia memang sudah tidak malu-malu lagi seperti awal pertemuan kami. Janda cantik itu sudah menunjukkan karakternya sebagai seorang pecinta sejati yang tanpa malu-malu lagi menunjukkan kebuasan gairahnya. Kadang aku tidak mengerti, kenapa suaminya tega meninggalkannya.


    Namun analisaku mengatakan, suaminya tak mampu mengimbangi gejolak gairah Tati di atas ranjang dan untuk menutupi rasa malu yang terus menerus terpaksa ia meninggalkan perempuan muda itu untuk hidup bersama dengan perempuan lain yang lebih ‘low profile’. Aku memang belum sempat menanyakan pada Tati bagaimana ia menyalurkan kebutuhan biologisnya di saat menjanda. Aku berpikir, bawa masturbasi adalah jalan satu-satunya. Kami berdua masih saling berciuman dengan ganas ketika dengan sigap aku menyelipkan tanganku ke balik baju perawatnya yang putih itu. Sungguh terkejut ketika aku sadar bahwa ia sama sekali tidak memakai BH sehingga dengan mudahnya kuremas buah dada kanannya yang ranum itu. “Kok ngga pakai BH Mbak..?” Sambil menggelinjang dan mendesah, ia menjawab sambil tersenyum nakal. “Supaya gampang diremas sama kamu..”.

    Benar-benar jawaban yang menggemaskan! Kembali kukulum bibir dan lidahnya yang menggairahkan itu sambil dengan cepat kubuka kancing bajunya yang pertama, kedua, dan ketiga. Lalu tanpa membuang waktu kutundukkan kepalaku, dengan tangan kananku kukeluarkan buah dada kanannya dan kuhisap sedemikian rupa sehingga hampir setengahnya masuk ke dalam mulutku. Tati mulai mengerang kegelian, “Ouhh.., geli Mas.., geliii.., ahh..”. Sejak kejadian malam itu, ia memang membiasakan dirinya untuk memanggilku Mas. Sambil menggelinjang dan merintih, tangan kanan Tati mulai mengelus-elus bagian depan celana kantorku. Penisku yang terletak tepat di baliknya terasa semakin menegang dan menegang. Jari-jari lentik perempuan itu berusaha untuk mencari letak kepala penisku untuk kemudian digosok-gosoknya dari luar celana.

    Sensasi itu membuat nafasku semakin memburu seperti layaknya nafas kuda yang tengah berlari kencang. Seakan tak mau kalah darinya, tangan kiriku berusaha menyingkap rok janda muda itu dan dengan sigap kugosokkan jari-jemariku di celana dalamnya. Tepat diatas vaginanya, celana dalam Tati terasa sudah basah. Sungguh hebat! Hanya dalam beberapa menit saja, ia sudah sedemikian terangsangnya sehingga vaginanya sudah siap untuk dimasuki oleh penisku. Tanpa membuang waktu kuturunkan celana dalam tipis yang kali ini berwarna hitam, kudorong tubuh montok perawat itu ke dinding, lalu kuangkat paha kanannya sehingga dengkulnya menempel di pinggangku. Dengan sigap pula kubuka ritsluiting celanaku dan kukeluarkan penisku yang sudah sangat tegang dan besar itu. Tati sudah nampak pasrah.

    Ia hanya bersender di dinding sambil memejamkan matanya dan memeluk bahuku. “Tatiii.., mana minyak tawonnya.., kok lama betuul…”. Suara orang tua itu terdengar dengan keras. Sungguh menjengkelkan. Tati sempat terkejut dan nampak panik ketika kemudian aku berbisik, “Tenang Mbak.., jawab aja.., kita selesaikan dulu ini.., kamu mau kan?” Ia mengangguk seraya tersenyum manis. “Sebentar Pak..”, teriaknya. “Minyak tawonnya keselip entah ke mana.., ini lagi dicari kok…”. Ia tertawa cekikikan, geli mendengar jawaban spontannya sendiri. Namun tawanya itu langsung berubah menjadi jerikan erotis kecil ketika kupukul-pukulkan kepala penisku ke selangkangannya. Perlahan-lahan kutempelkan kepala penisku itu di pintu vaginanya. Sambi kuputar-putar kecil kudorong pinggulku perlahan-lahan.

    Tati ternganga sambil terengah-engah, “aahh.., aahh.., ouhh.., Mas.., besar sekali.., pelan-pelan Mas..pelan-pelanhh..”, dan, “aa…”. Tati menjerit kecil ketika kumasukkan seluruh penisku ke dalam vaginanya yang becek dan terasa sangat sempit dalam posisi berdiri ini. Aku menyodokkan penisku maju mundur dengan gerakan yang percepatannya meningkat dari waktu ke waktu. Tubuh Tati terguncang-guncang, buah dadanya bergayut ke kiri dan kanan dan jeritannya semakin menjadi-jadi. Aku sudah tak peduli kalau ayah Anton sampai mendengarkan jeritan perempuan itu. Nafsuku sudah naik ke kepala. Janda muda ini memang memiliki daya pikat seks yang luar biasa. Walaupun ia hanya seorang perawat, namun kemulusan dan kemontokan badannya sungguh setara dengan perempuan kota jaman sekarang. Sangat terawat dan nikmat sekali bila digesek-gesekkankan di kulit kita. Gerakan pinggulku semakin cepat dan semakin cepat.


    Mulutku tak puas-puasnya menciumi dan menghisap puting buah dadanya yang meruncing panjang dan keras itu. Buah dadanya yang kenyal itu hampir seluruhnya dibasahi oleh air liurku. Aku memang sedang nafsu berat. Aku merasakan bahwa sebentar lagi aku akan orgasme dan bersamaan dengan itu juga tubuh Tati menegang. Kupercepat gerakan pinggulku dan tiba-tiba, “aahh.., Mas.., Masss…, aku keluarrr.., aahh”, Jeritnya. Saat itu juga kusodokkan penisku ke dalam vagina janda muda itu sekeras-kerasnya dan, “Craat.., craatt.., craat”. “Ahh…, Mbaak”, erangku sambil meringis menikmati puncak orgasme kami yang waktunya jatuh bersamaan itu. Kami berpelukan sesaat dan Tati berbisik dengan suara serak. “Mas.., aku ngga pernah dipuasin laki-laki seperti kamu muasin saya.., kamu hebat..”.

    Aku tersenyum simpul. “Mbak., aku masih punya 1001 teknik yang bisa membuat kamu melayang ke surga ke-7.., ngga bosan kan kalo lain waktu aku praktekkan sama kamu?”. Perlahan Tati menurunkan paha kanannya dan mencabut penisku dari vaginanya. “Bosan? Aku gila apa.., yang beginian ngga akan membuatku bosan.., kalau bisa tiap hari aku mau Mas..”. Benar-benar luar biasa libido perempuan ini. Beruntung aku mempunyai libido yang juga luar biasa besarnya. Sebagai partner seks, kami benar-benar seimbang. Setelah kejadian siang itu, aku dan Tati seperti pengantin baru saja. Tak ada waktu luang yang tak terlewatkan tanpa nafsu dan birahi. Walaupun demikian, aku tekankan pada Tati, bahwa hubungan antara aku dan dia, hanyalah sebatas hubungan untuk memuaskan nafsu birahi saja. Aku dan dia punya hak untuk berhubungan dengan orang lain.

    Tati si janda muda yang sudah merasakan kenikmatan seks bebas itu tentu saja menyetujuinya. Suatu hari, Tati masuk ke dalam kamarku dan ia berkata, “Mas, aku akan mengambil cuti selama 1 bulan. Aku harus mengurusi masalah tanah warisan di kampungku..”. “Lha.., kalau Mbak pulang, siapa yang akan mengurusi Bapak?”, tanyaku sambil membayangkan betapa kosongnya hari-hariku selama sebulan ke depan. “Mas Anto bilang, akan ada adik Bapak yang akan menggantikan aku selama 1 bulan.., namanya Mbak Ine.., dia ngga kimpoi.., umurnya sudah hampir 40 tahun.., orangnya baik kok.., cerewet.., tapi ramah..”. Yah apa boleh buat, aku terpaksa kehilangan seorang teman berhubungan seks yang sangat menggairahkan. Hitung-hitung cuti 1 bulan.., atau kalau berpikir positif.., its time to look for a new partner!!! Hari ini adalah hari ke lima setelah kepergian Tati.

    Mbak Ine, pengganti sementara Tati, ternyata adalah adik ipar ayah Anto. Jadi, adik istri si bapak tua itu. Mbak Ine adalah seorang perempuan Sunda yang ramah. Wajahnya lumayan cantik, kulitnya berwarna hitam manis, badannya agak pendek dan bertubuh montok. Ukuran buah dadanya besar. Jauh lebih besar dari Tati dan senantiasa berdandan agak menor. Wanita yang berumur hampir 40 tahun itu mengaku belum pernah menikah karena merasa bahwa tak ada laki-laki yang bisa cocok dengan sifatnya yang avonturir. Saat ini ia bekerja secara freelance di sebuah stasiun televisi sebagai penulis naskah. Kemampuan bergaulku dan keramahannya membuat kami cepat sekali akrab. Lagi-lagi, kamarku itu kini menjadi markas curhatnya Mbak Ine. “Panggil saya teh Ine aja deh..”, katanya suatu kali dengan logat Bandungnya yang kental. “Kalau gitu panggil saya Rafi aja ya teh.., ngga usah pake pak pak-an segala..”, balasku sambil tertawa.

    Baru 5 hari kami bergaul, namun sepertinya kami sudah lama saling mengenal. Kami seperti dua orang yang kasmaran, saling memperhatikan dan saling bersimpati. Persis seperti cinta monyet ketika kita remaja. Saat itu seperti biasa, kami sedang ngobrol santai dari hati ke hati sambil duduk di atas ranjangku. Aku memakai baju kaos dan celana pendek yang ketat sehingga tanpa kusadari tekstur penis dan testisku tercetak dengan jelas. Bila kuperhatikan, beberapa kali tampak teh Ine mencuri-curi melirik selangkanganku yang dengan mudah dilihatnya karena aku duduk bersila. Aku sengaja membiarkan keadaan itu berlangsung. Malah kadang-kadang dengan sengaja aku meluruskan kedua kakiku dengan posisi agak mengangkang sehingga cetakan penisku makin nyata saja di celanaku. Sesekali, ditengah obrolan santai itu, tampak teh Ine melirik selangkanganku yang diikuti dengan nafasnya yang tertahan.


    Kenapa aku melakukan hal ini? Karena libidoku yang luar biasa, aku jadi tertantang untuk bisa meniduri teh Ine yang aku yakini sudah tak perawan lagi karena sifatnya yang avonturir itu. Dan lagi, dari sifatnya yang ramah, ceria, cerewet dan petualang itu, aku yakin di balik tubuh montok perempuan setengah baya tersimpan potensi libido yang tak kalah besar dengan Tati. Juga, gayanya dalam bergaul yang mudah bersentuhan dan saling memegang lengan sering membuat darahku berdesir. Apalagi kalau aku sedang dalam keadaan libido tinggi. Saat ini, teh Ine mengenakan daster berwarna putih tipis sehingga tampak kontras dengan warna kulitnya yang hitam manis itu. Belahan buah dadanya yang besar itu menyembul di balik lingkaran leher yang berpotongan rendah di bagian dada. Dasternya sendiri berpola terusan hingga sebatas lutut sehingga ketika duduk, pahanya yang montok itu terlihat dengan jelas.

    Aku selalu berusaha untuk bisa mengintip sesuatu yang terletak di antara kedua paha teh Ine. Namun karena posisi duduknya yang selalu sopan, aku tak dapat melihat apa-apa. Bukan main! Ternyata seorang wanita berusia 40-an masih mempunyai daya tarik sexual yang tinggi. Terus terang, baru kali ini aku berani berfantasi mengenai hubungan seks dengan teh Ine. Sementara ia bercerita tentang masa mudanya, pikiranku malah melayang dan membayangkan tubuh teh Ine sedang duduk di hadapanku tanpa selembar benangpun. Alangkah menggairahkannya. Aku seperti bisa melihat dengan jelas seluruh lekuk tubuhnya yang mulus tanpa cacat. Tanpa sadar, penisku menegang dan cairan madzi di ujungnya pun mulai keluar. Celanaku tampak basah di ujung penisku, dan cetakan penis serta testisku semakin jelas saja tercetak di selangkangan celanaku. Membesarnya penisku ternyata tak lepas dari perhatian teh Ine.

    Tampak jelas terlihat matanya terbelalak melihat ukuran penisku yang membesar dan tercetak jelas di celana pendekku. Obrolan kami mendadak terhenti karena beberapa saat teh Ine masih terpaku pada selangkanganku. “Kunaon teh..?”, tanyaku memancing. “Eh.., enteu.., kamu teh mikirin apa sih…?”, katanya sambil tersenyum simpul. “Mikirin teh Ine teh.., entah kenapa barusan saya membayangkan teh Ine nggak pakai apa-apa.., aduh indahnya teh..”, tiba-tiba saja jawaban itu meluncur dari mulutku. Aku sendiri terkejut dengan jawabanku yang sangat terus terang itu dan sempat membuatku terpaku memandang wajah teh Ine. Wajah teh Ine tampak memerah mendengar jawabanku itu. Napasnya mendadak memburu. Tiba-tiba teh Ine bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu. Ia menutup pintu kamarku dan menguncinya.

    Leherku tercekat, dan kurasakan jantungku berdegup semakin kencang. Dengan tersenyum dan sorot mata nakal ia menghampiriku dan duduk tepat di hadapan selangkanganku. Aku memang sedang dalam posisi selonjor dengan kedua kaki mengangkang. “Fi, kamu pingin sama teteh..? Hmm?”, Desahnya seraya meraba penis tegangku dari luar celana. Aku menelan ludah sambil mengangguk perlahan dan tersenyum. Entah mengapa, aku jadi gugup sekali melihat wajah teh Ine yang semakin mendekat ke wajahku. Tanpa sadar aku menyandarkan punggungku ke tembok di ujung ranjang dan teh Ine menggeser duduknya mendekatiku sambil tetap menekan dan membelai selangkanganku. Nafas teh Ine yang semakin cepat terasa benar semakin menerpa hidung dan bibirku. Rasa nikmat dari belaian jemari teh Ine di selangkanganku semakin terasa keujung syaraf-syarafku. Napasku mulai memburu dan tanpa sadar mulutku mulai mengeluarkan suara erangan-erangan.

    Dengan lembut teh Ine menempelkan bibirnya di atas bibirku. Ia memulainya dengan mengecup ringan, menggigit bibir bawahku, dan tiba-tiba.., lidahnya memasuki mulutku dan berputar-putar di dalamnya dengan cepat. Langit-langit mulutku serasa geli disapu oleh lidah panjang milik perempuan setengah baya yang sangat menggairahkan itu. Aku mulai membalas ciuman, gigitan, dan kuluman teh Ine. Sambil berciuman, tangan kananku kuletakkan di buah dada kiri teh Ine. Uh.., alangkah besarnya.., walaupun masih ditutupi oleh daster, keempukan dan kekenyalannya sudah sangat terasa di telapak tanganku. Dengan cepat kuremas-remas buah dada teh Ine itu, “Emph.., emph..”, rintihnya sambil terus mengulum lidahku dan menggosok-gosok selangkanganku. Mendadak teh Ine menghentikan ciumannya.

    Ia menahan tanganku yang tengah meremas buah dadanya dan berkata, “Fi, sekarang kamu diam dulu yah.., biar teteh yang duluan..”. Tiba-tiba dengan cepat teh Ine menarik celana pendekku sekalian dengan celana dalamku. Saking cepatnya, penisku yang menegang melejit keluar. Sejenak teh Ine tertegun menatap penisku yang berdiri tegak laksana tugu monas itu. “Gusti Rafi.., ageung pisan..”, bisiknya lirih. Dengan cepat teh Ine menundukkan kepalanya, dan seketika tubuhku terasa dialiri oleh aliran listrik yang mengalir cepat ketika mulut teh Ine hampir menelan seluruh penisku. Terasa ujung penisku itu menyentuh langit-langit belakang mulut teh Ine. Dengan sigap teh Ine memegang penisku sementara lidahnya memelintir bagian bawahnya. Kepala teh Ine naik turun dengan cepat mengiringi pegangan tangannya dan puntiran lidahnya. Aku benar-benar merasa melayang di udara ketika teh Ine memperkuat hisapannya.


    Aku melirik ke arah kaca riasku, dan di sana tampak diriku terduduk mengangkang sementara teh Ine dengan dasternya yang masih saja rapi merunduk di selangkanganku dan kepalanya bergerak naik turun. Suara isapan, jilatan dan kecupan bibir perempuan montok itu terdengar dengan jelas. Kenikmatan ini semakin menjadi-jadi ketika kurasakan teh Ine mulai meremas-remas kedua bola testisku secara bergantian. Perutku serasa mulas dan urat-urat di penisku serasa hendak putus karena tegangnya. Teh Ine tampak semakin buas menghisapi penisku seperti seseorang yang kehausan di padang pasir menemukan air yang segar. Jari-jemarinyapun semakin liar mempermainkan kedua testisku. “Slurrp.., Cuph.., Mphh..”. Suara kecupan-kecupan di penisku semakin keras saja. Nafsuku sudah naik ke kepala. Aku berontak untuk berusaha meremas kedua buah dada montok dan besar milik wanita lajang berusia setengah baya itu, namun tangan teh Ine dengan kuat menghalangi tubuhku dan iapun semakin gila menghisapi dan menjilati penisku.

    Aku mulai bergelinjang-gelinjang tak karuan. “Teh Ine.., teeeh…, gantian dongg.., please.., saya udah ngga kuaat…, aahh.., sss..”, erangku seakan memohon. Namun permintaanku tak digubrisnya. Kedua tangan dan mulutnya semakin cepat saja mengocok penisku. Terasa seluruh syaraf-syarafku semakin menegang dan menegang, degup jantungku berdetak semakin kencang.. napaskupun makin memburu. “Oohh…, Teh Ine.., Teh Ineee…, aahh….”, Aku berteriak sambil mengangkat pinggulku tinggi-tinggi dan, “Crat.., craat.., craat”, aku memuncratkan spermaku di dalam mulut teh Ine. Dengan sigap pula teh Ine menelan dan menjilati spermaku seperti seorang yang menjilati es krim dengan nikmatnya.

    Setiap jilatan teh Ine terasa seperti setruman-setruman kecil di penisku. Aku benar-benar menikmati permainan ini.., luar biasa teh Ine, “Enak Fi..? Hmm?”, teh Ine mengangkat kepalanya dari selangkanganku dan menatapku dengan senyum manisnya, tampak di seputar mulutnya banyak menempel bekas-bekas spermaku. “Fuhh nikmatnya sperma kamu Fi..” Bisiknya mesra seraya menjilat sisa-sisa spermaku di bibirnya. “Obat awet muda ya teh..”, kataku bercanda. “Yaa gitulah…, antosan sekedap nya? Biar teteh ambilkan minum buat kamu”. Oh my God.., benar-benar seorang wanita yang penuh pengabdian, dia belum mengalami orgasme apa-apa tapi perhatiannya pada pasangan lelakinya luar biasa besar, sungguh pasangan seks yang ideal! Kenyataan itu saja membuat rasa simpati dan birahiku pada teh Ine kembali bergejolak.

    Teh Ine kembali dari luar membawa segelas air. “Minum deh.., biar kamu segeran..”. “Nuhun teh.., tapi janji ya abis ini giliran saya muasin teteh..”. Aku meneguk habis air dingin buatan teh Ine dan saat itu pula aku merasakan kejantananku kembali. Birahiku kembali bergejolak melihat tubuh montok teh Ine yang ada di hadapanku. Aku meraih tangan teh Ine dan dengan sekali betot kubaringkan tubuhnya yang molek itu di atas ranjang. “Eeehh.., pelan-pelan Fi..”, teriak teh Ine dengan geli. “Teteh mau diapain sih… “, lanjutnya manja. Tanpa menjawab, aku menindih tubuh montok itu, dan sekejap kurasakan nikmatnya buah dada besar itu tergencet oleh dadaku. Juga, syaraf-syaraf sekitar pinggulku merasakan nikmatnya penisku yang menempel dengan gundukan vaginanya walaupun masih ditutupi oleh daster dan celana dalamnya.

    Kupandangi wajah teh Ine yang bundar dan manis itu. Kalau diperhatikan, memang sudah terdapat kerut-kerut kecil di daerah mata dan keningnya. Tapi peduli setan! Teh Ine adalah seorang wanita setengah baya yang paling menggairahkan yang pernah kulihat. Pancaran aura sexualnya sungguh kuat menerangi sanubari lelaki yang memandangnya. “Teteh mau tau apa yang ingin saya lakukan terhadap teteh?”, Kataku sambil tersenyum. “Saya akan memperkosa teteh sampai teteh ketagihan”. Lalu dengan ganas, aku memulai menciumi bibir dan leher teh Ine. Teh Inepun dengan tak kalah ganasnya membalas ciuman-ciumanku.

    Keganasan kami berdua membuat suasana kamarku menjadi riuh oleh suara-suara kecupan dan rintihan-rintihan erotis. Dengan tak sabar aku menarik ritsluiting daster teh Ine, kulucuti dasternya, BH-nya, dan yang terakhir.., celana dalamnya. Wow.., sebuah gundukan daging tanpa bulu sama sekali terlihat sangat menantang terletak di selangkangan teh Ine. My God.., alangkah indahnya vagina teh Ine itu.., tak pernah kubayangkan bahwa ia mencukur habis bulu kemaluannya. “Kamu juga buka semua dong Fi”, rengeknya sambil menarik baju kaosku ke atas. Dalam sekejap, kami berdua berdua berpelukan dan berciuman dengan penuh nafsu dalam keadaan bugil! Sambil menindih tubuhnya yang montok itu, bibirku menyelusuri lekuk tubuh teh Ine mulai dari bibir, kemudian turun ke leher, kemudian turun lagi ke dada, dan terus ke arah puting susu kirinya yang berwarna coklat kemerah-merahan itu.

    Alangkah kerasnya puting susunya, alangkah lancipnnya.., dan mmhh.., seketika itu juga kukulum, kuhisap dan kujilat puting kenyal itu.., karena gemasnya, sesekali kugigit juga puting itu. “Auuhh.., Fi.., gellii.., sss.., ahh”, rintihnya ketika gigitanku agak kukeraskan. Badan montoknya mulai mengelinjang-gelinjang ke sana k emari.., dan mukanya menggeleng-geleng ke kiri dan ke kanan. Sambil menghisap, tangan kananku merayap turun ke selangkangannya. Dengan mudah kudapati vaginanya yang besar dan sudah sangat becek sekali. Akupun dengan sigap memain-mainkan jari tenganku di pintu vaginanya. “Crks.., crks.., crks”, terdengar suara becek vagina teh Ine yang berwarna lebih putih dari kulit sekitarnya.


    Ketika jariku mengenai gundukan kecil daging yang mirip dengan sebutir kacang, ketika itu pula wanita setengah baya itu menjerit kecil. “Ahh.., geli Fi.., gelli”, Putaran jariku di atas clitoris teh Ine dan hisapanku pada kedua puting buah dadanya makin membuat lajang montok berkulit hitam manis itu semakin bergelinjang dengan liar. “Fi.., masukin sekarang Fi.., sekarang.., please.., teteh udah nggak tahan..ahh..”. Kulihat wajah teh Ine sudah meringis seperti orang kesakitan. Ringisan itu untuk menahan gejolak orgasmenya yang sudah hampir mencapai puncaknya. Dengan sigap kuarahkan penisku ke vagina montok milik teh Ine.., kutempelkan kepala penisku yang besar tepat di bawah clitorisnya, kuputar-putarkan sejenak dan teh Ine meresponnya dengan mengangkangkan pahanya selebar-lebarnya untuk memberi kemudahan bagiku untuk melakukan penetrasi.., saat itu pula kusodokkan pantatku sekuat-kuatnya dan, “Blesss”, masuk semuanya! “Aahh….” Teh Ine menjerit panjang.., “Besar betul Fi.., auhh…., besar betuull…, duh gusti enaknya.., aahh..”.

    Dengan penuh keganasan kupompa penisku keluar masuk vagina teh Ine. Dan iapun dengan liarnya memutar-mutar pinggulnya di bawah tindihanku. Astaga.., benar-benar pengalaman yang luar biasa! Bahkan keliaran teh Ine melebihi ganasnya Mbak Tati.., luar biasa! Kedua tubuh kami sudah sangat basah oleh keringat yang bercampur liur. Kasurkupun sudah basah di mana-mana oleh cairan mani maupun lendir yang meleleh dari vagina teh Ine, namun entah kekuatan apa yang ada pada diri kami…, kami masih saling memompa, merintih, melenguh, dan mengerang. Bunyi ranjangkupun sudah tak karuan.., “Kriet.., kriet.., krieeet”, sesuai irama goyangan pinggul kami berdua.

    Penisku yang besar itu masih dengan buasnya menggesek-gesek vagina teh Ine yang terasa sempit namun becek itu. Setelah lebih dari 15 menit kami saling memompa, tiba-tiba kurasakan seluruh tubuh teh Ine menegang. “Fi.., Fi.., Teteh mau keluar..”. “Iya teh, saya juga.., kita keluar sama-sama teh…”, Goyanganku semakin kupercepat dan pada saat yang bersamaan kami berdua saling berciuman sambil berpelukan erat.., aku menancapkan penisku dalam-dalam dan teh Ine mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi…, “Crat.., crat.., crat.., crat”, kami berdua mengerang dengan keras sambil menikmati tercapainya orgasme pada saat yang bersamaan. Kami sudah tak peduli bila seisi rumah akan mendengarkan jeritan-jeritan kami, karena aku yakin teh Inepun tak pernah merasakan kenikmatan yang luar biasa ini sepanjang hidupnnya. “Ahh.., Fi.., kamu hebaat.., kamu hebaathh.., hh.., Teteh ngga pernah ngerasain kenikmatan seperti ini”. “Saya juga teh.., terima kasih untuk kenikmatan ini..”, Kataku seraya mengecup kening teh Ine dengan mesra. “Mau tau suatu rahasia Fi?”, tanyanya sambil membelai rambutku, “Teteh sudah lima tahun tidak bersentuhan dengan laki-laki.., tapi entah kenapa, dalam 5 hari bergaul dengan kamu.., teteh tidak bisa menahan gejolak birahi teteh.., ngga tau kenapa.., kamu itu punya aura seks yang luar biasa..”. Teh Ine bangkit dari ranjangku dan mengambil sesuatu dari kantong dasternya.

    Sebutir pil KB. “Seperti punya fitasat, teteh sudah minum pil ini sejak 3 hari yang lalu..”, katanya tersenyum, “Dan akan teteh minum selama teteh ada di sini..”, Teh Ine mengerdipkan matanya padaku dengan manja sambil memakai dasternya. “Selamat tidur sayang…”, Teh Ine melangkah keluar dari kamarku. Teh Ine memang luar biasa. Ia bukan saja dapat menggantikan kedudukan Tati sebagai partner seks yang baik, tetapi juga memberi sentuhan-sentuhan kasih sayang keibuan yang luar biasa. Aku benar-benar dimanja oleh wanita setengah baya itu. Fantasi sexualnya juga luar biasa. Mungkin itu pengaruh dari pekerjaannya sebagai penulis cerita drama. Coba bayangkan, ia pernah memijatku dalam keadaan bugil, kemudian sambil terus memijat ia bisa memasukkan penisku ke dalam vaginanya, dan aku disetubuhi sambil terus menikmati pijatan-pijatannya yang nikmat. Ia juga pernah meminta aku untuk menyetubuhinya di saat ia mandi pancuran di kamar mandi dan kami melakukannya dengan tubuh licin penuh sabun. Dan yang paling sensasional adalah.., Sore itu aku sudah berada di rumah. Karena load pekerjaan di kantorku tidak begitu tinggi, aku sengaja pulang cepat.


    Selesai mandi aku duduk di meja makan sambil menikmati pisang goreng buatan teh Ine. Perempuan binal itu memang luar biasa. Ia melayaniku seperti suaminya saja. Segala keperluan dan kesenanganku benar-benar diperhatikan olehnya. Seperti biasa, aku mengenakan baju kaos buntung dan celana pendek longgar kesukaanku dan (seperti biasa juga) aku tidak menggunakan celana dalam. Kebiasaan ini kumulai sejak adanya teh Ine di rumah ini, karena bisa dipastikan hampir tiap hari aku akan menikmati tubuh sintal adik ipar ayah si Anto itu. Sore itu sambil menikmati pisang goreng di meja makan, aku bercakap-cakap dengan ayah Anto. Orang tua itu duduk di pojok ruangan dekat pintu masuk untuk menikmati semilirnya angin sore kota Bandung. Jarak antara aku dengannya sekitar 6 meter. Sambil bercakap-cakap mataku tak lepas dari teh Ine yang mondar mandir menyediakan hidangan sore bagi kami. Entah ke mana PRT kami saat itu.

    Teh Ine mengenakan celana pendek yang ditutupi oleh kaos bergambar Mickey Mouse berukuran ekstra besar sehingga sering tampak kaos itu menutupi celana pendeknya yang memberi kesan teh Ine tidak mengenakan celana. Aku berani bertaruh perempuan itu tidak menggunakan BH karena bila ia berjalan melenggang, tampak buah dadanya bergayut ke atas ke bawah, dan di bagian dadanya tercetak puting buah dadanya yang besar itu. Tanpa sadar batang penisku mulai membesar. Setelah selesai dengan kesibukannya, teh Ine duduk di sebelah kiriku dan ikut menikmati pisang goreng buatannya. Kulihat ia melirik ke arahku sambil memasukkan pisang goreng perlahan-lahan ke dalam mulutnya. Sambil mengerdipkan matanya, ia memasukkan dan mengeluarkan pisang goreng itu dan sesekali menjilatnya. Sambil terus berbasa basi dengan orang tua Anto, aku menelan ludah dan merasakan bahwa urat-urat penisku mulai mengeras dan kepala penisku mulai membesar.

    Tiba-tiba kurasakan jari-jemari kanan teh Ine menyentuh pahaku. Lalu perlahan-lahan merayap naik sampai di daerah penisku. Dengan gemas teh Ine meremas penis tegangku dari luar celanaku sehingga membuat cairan beningku membuat tanda bercak di celanaku. Setelah beberapa lama meremas-remas, tangan itu bergerak ke daerah perut dan dengan cepat menyelip ke dalam celana pendekku. Aku sudah tidak tahu lagi apa isi percakapan orang tua Anto itu. Beberapa kali ia mengulangi pertanyaannya padaku karena jawabanku yang asal-asalan. Degup jantungku mulai meningkat. Jemari lentik itu kini sudah mencapai kedua bolaku. Dengan jari telunjuk dan tengah yang dirapatkan, perempuan lajang itu mengelus-elus dan menelusuri kedua bolaku.., mula-mula berputar bergantian kiri dan kanan kemudian naik ke bagian batang.., terus bergerak menelusuri urat-urat tegang yang membalut batang kerasku itu, “sss…, teteh..”. Aku berdesis ketika kedua jarinya itu berhenti di urat yang terletak tepat di bawah kepala penisku.., itu memang daerah kelemahanku.., dan perempuan sintal ini mengetahuinya.., kedua jemarinya menggesek-gesekkan dengan cepat urat penisku itu sambil sesekali mencubitnya. “aahh…”, erangku ketika akhirnya penisku masuk ke dalam genggamannya. “Kenapa Rafi?”, Orang tua yang duduk agak jauh di depanku itu mengira aku mengucapkan sesuatu. “E.., ee…, ndak apa-apa Pak..”, Jawabku tergagap sambil kembali meringis ketika teh Ine mulai mengocok penisku dengan cepat.

    Gila perempuan ini! Dia melakukannya di depan kakaknya sendiri walaupun tidak kelihatan karena terhalang meja. “Saya cuma merasa segar dengan udara Bandung yang dingin ini..”, Jawabku sekenanya. “Ooo begitu.., saya pikir kamu sakit perut.., habis tampangmu meringis-meringis begitu..”, Orang tua itu terkekeh sambil memalingkan mukanya ke jalan raya. Begitu kakaknya berpaling, teh Ine dengan cepat merebahkan kepalanya ke pangkuanku sehingga dari arah ayah Anto, teh Ine tak tampak lagi. Dengan cepat tangannya memelorotkan celanaku sehingga penisku yang masih digenggamnya dengan erat itu terasa dingin terterpa angin. Sejenak perempuan itu memandang penis besarku itu.., ia selalu memberikan kesempatan pada matanya untuk menikmati ukuran dan kekokohannya. Kemudian teh Ine menjulurkan lidahnya dan mulai menjilat mengelilingi lubang penisku.., kemudian ia memasukkan ujung lidahnya ke ujung lubang penisku dan mengecap cairan beningku.., lalu lidahnya diturunkan lagi-lagi ke urat di bawah penisku.

    Aku mulai menggelinjang-gelinjang tak karuan, walaupun dengan hati-hati takut ketahuan oleh kakak teh Ine yang duduk di depanku. Tanganku mulai meraba-raba buah dadanya yang besar itu dan meremasnya dengan gemas, “sss.., teeehh..”, desisku agak keras ketika perempuan itu dengan kedua bibirnya menyedot urat di bawah kepala penisku itu.., sementara tangannya meremas-remas kedua bolaku…, aawwww nikmatnya…, aku begitu terangsang sehingga seluruh pori-pori kulitku meremang dan mukaku berwarna merah. Aku sudah dalam tahap ingin menindih dan sesegera mungkin memasukkan penisku ke dalam vagina perempuan ini tapi semua itu tak mungkin kulakukan di depan kakaknya yang masih duduk di depanku menikmati lalu lalang kendaraan di depan rumahnya. Tiba-tiba bibir teh Ine bergerak dengan cepat ke kepala penisku.., sambil terus kupermainkan putingnya kulihat ia membuka mulutnya dengan lebar dan tenggelamlah seluruh penisku ke dalam mulutnya.


    Aku kembali mendesis dan meringis sambil tetap duduk di meja makan mendengarkan ocehan orang tua Anto yang kembali mengajakku berbincang. Mulut teh Ine dengan cepat menghisap dan bergerak maju mundur di penisku. Tanganku menarik dasternya ke atas dari arah punggung sehingga terlihatlah pantatnya yang mulus tidak ditutupi oleh selembar benangpun. Aku ingin menjamah vaginanya, ingin rasanya kumasukkan jari-jariku dengan kasar ke dalamnya dan kukocok-kocok dengan keras tapi aku sudah tak kuat lagi. Jilatan lidah, kecupan, dan sedotan teh Ine di penisku membuat seluruh syarafku menegang. Tiba-tiba kujambak rambut teh Ine dan kutekan sekuat-kuatnya sehingga seluruh penisku tenggelam ke dalam mulutnya. Kurasakan ujung penisku menyentuh langit-langit tenggorokan teh Ine dan, “Creeet…, creeett…, creeettt”, menyemburlah cairan maniku ke mulut teh Ine.

    “Ahh…, aahh.., aahh.., tetteeehh…”, Aku meringis dan mendesis keras ketika cairan maniku bersemburan ke dalam mulut teh Ine. Perempuan itu dengan lahap menjilati dan menelan seluruh cairanku sehingga penisku yang hampir layu kembali sedikit menegang karena terus-terusan dijilat. Aku memejamkan mataku.., gilaa.., permainan ini benar-benar menakjubkan. Ada rasa was-was karena takut ketahuan, tapi rasa was-was itu justru meningkatkan nafsuku. Teh Ine memandang penisku yang sudah agak mengecil namun tetap saja dalam posisi tegak. “Luar biasa…”, Bisiknya, “Siap-siap nanti malam yah?” Katanya sambil bangkit dan beranjak ke dapur. Aku cukup kagum dengan prestasi yang kucapai di rumah ini. Baru 2 bulan di Bandung, aku sudah bisa meniduri 2 orang wanita yang sudah lama tidak pernah menikmati sentuhan lelaki. Dan wanita-wanita itu, aku yakin akan selalu termimpi-mimpi akan besar dan nikmatnya gesekan penisku di dalam vagina mereka.

  • Anak Majikan Dan Pembantunya

    Anak Majikan Dan Pembantunya


    2830 views

    Duniabola99.com – Lima bulan sudah aku bekerja sebagai seorang pembantu rumahtangga di keluarga Pak Umar. Aku memang bukan seorang yang makan ilmu bertumpuk, hanya lulusan SD saja di kampungku. Tetapi karena niatku untuk bekerja memang sudah tidak bisa ditahan lagi, akhirnya aku pergi ke kota jakarta, dan beruntung bisa memperoleh majikan yang baik dan bisa memperhatikan kesejahteraanku.


    Ibu umar pernah berkata kepadaku bahwa beliau menerimaku menjadi pembantu rumah tangga dirumahnya lantaran usiaku yang relatif masih muda. Beliau tak tega melihatku luntang-lantung di kota besar ini. “Jangan-jangan kamu nanti malah dijadikan wanita panggilan oleh para calo WTS yang tidak bertanggungjawab.” Itulah yang diucapkan beliau kepadaku.

    Usiaku memang masih 18 tahun dan terkadang aku sadar bahwa aku memang lumayan cantik, berbeda dengan para gadis desa di kampungku. Pantas saja jika Ibu umar berkata begitu terhadapku.

    Namun akhir-akhir ini ada sesuatu yang mengganggu pikiranku, yakni tentang perlakuan anak majikanku Mas Anto terhadapku. Mas Anto adalah anak bungsu keluarga Bapak umar. Dia masih kuliah di semester 4, sedangkan kedua kakaknya telah berkeluarga. Mas Anto baik dan sopan terhadapku, hingga aku jadi aga segan bila berada di dekatnya. Sepertinya ada sesuatu yang bergetar di hatiku. Jika aku ke pasar, Mas Anto tak segan untuk mengantarkanku. Bahkan ketika naik mobil aku tidak diperbolehkan duduk di jok belakang, harus di sampingnya. Ahh.. Aku selalu jadi merasa tak Enak. Pernah suatu malam sekitar pukul 20.00, Mas anto hendak membikin mie instan di dapur, aku bergegas mengambil alih dengan alasan bahwa yang dilakukannya pada dasarnya adalah tugas dan kewajibanku untuk bisa melayani majikanku. Tetapi yang terjadi Mas Anto justru berkata kepadaku, “Nggak usah, Sarni. Biar aku saja, ngga apa-apa kok..”

    “Nggak.. nggak apa-apa kok, Mas”, jawabku tersipu sembari menyalakan kompor gas.

    Tiba-tiba Mas Anto menyentuh pundakku. Dengan lirih dia berucap, “Kamu sudah capek seharian bekerja, Sarni. Tidurlah, besok kamu harus bangun khan..”

    Aku hanya tertunduk tanpa bisa berbuat apa-apa. Mas Anto kemudian melanjutkan memasak. Namun aku tetap termangu di sudut dapur. Hingga kembali Mas Anto menegurku.

    “Sarni, kenapa belum masuk ke kamarmu. Nanti kalau kamu kecapekan dan terus sakit, yang repot kan kita juga. Sudahlah, aku bisa masak sendiri kalau hanya sekedar bikin mie seperti ini.”

    Belum juga habis ingatanku saat kami berdua sedang nonton televisi di ruang tengah, sedangkan Bapak dan Ibu Umar sedang tidak berada di rumah. Entah kenapa tiba-tiba Mas Anto memandangiku dengan lembut. Pandangannya membuatku jadi salah tingkah.

    “Kamu cantik, Sarni.”
    Aku cuma tersipu dan berucap,
    “Teman-teman Mas Anto di kampus kan lebih cantik-cantik, apalagi mereka kan orang-orang kaya dan pandai.”
    “Tapi kamu lain, Sarni. Pernah tidak kamu membayangkan jika suatu saat ada anak majikan mencintai pembantu rumahtangganya sendiri?”
    “Ah.. Mas Anto ini ada-ada saja. Mana ada cerita seperti itu”, jawabku.
    “Kalau kenyataannya ada, bagaimana?”
    “Iya.. nggak tahu deh, Mas.”

    Kata-katanya itu yang hingga saat ini membuatku selalu gelisah. Apa benar yang dikatakan oleh Mas Anto bahwa ia mencintaiku? Bukankah dia anak majikanku yang tentunya orang kaya dan terhormat, sedangkan aku cuma seorang pembantu rumahtangga? Ah, pertanyaan itu selalu terngiang di benakku.

    Tibalah aku memasuki bulan ke tujuh masa kerjaku. Sore ini cuaca memang sedang hujan meski tak seberapa lebat. Mobil Mas Anto memasuki garasi. Kulihat pemuda ini berlari menuju teras rumah. Aku bergegas menghampirinya dengan membawa handuk untuk menyeka tubuhnya. cerita seks 2013

    “Bapak belum pulang?” tanyanya padaku.
    “Belum, Mas.”
    “Ibu.. pergi..?”
    “Ke rumah Bude Mami, begitu ibu bilang.”

    Mas Anto yang sedang duduk di sofa ruang tengah kulihat masih tak berhenti menyeka kepalanya sembari membuka bajunya yang rada basah. Aku yang telah menyiapkan segelas kopi susu panas menghampirinya. Saat aku hampir meninggalkan ruang tengah, kudengar Mas anto memanggilku. Kembali aku menghampirinya.

    “Kamu tiba-tiba membikinkan aku minuman hangat, padahal aku tidak menyuruhmu kan”, ucap Mas Anto sembari bangkit dari tempat duduknya.
    “Santi, aku mau bilang bahwa aku menyukaimu.”
    “Maksud Mas Apa bagaimana?”

    “Apa aku perlu jelaskan?” sahut Mas Anto padaku.

    Tanpa sadar aku kini berhadap-hadapan dengan Mas Anto dengan jarak yang sangat dekat, bahkan bisa dikatakan terlampau dekat. Mas Anto meraih kedua tanganku untuk digenggamnya, dengan sedikit tarikan yang dilakukannya maka tubuhku telah dalam posisi sedikit terangkat merapat di tubuhnya. Sudah pasti dan otomatis pula aku semakin dapat menikmati wajah ganteng yang rada basah akibat guyuran hujan tadi. Demikian pula Mas Anto yang semakin dapat pula menikmati wajah bulatku yang dihiasi bundarnya bola mataku dan mungilnya hidungku.

    Kami berdua tak bisa berkata-kata lagi, hanya saling melempar pandang dengan dalam tanpa tahu rasa masing-masing dalam hati. Tiba-tiba entah karena dorongan rasa yang seperti apa dan bagaimana bibir Mas Anto menciumi setiap lekuk mukaku yang segera setelah sampai pada bagian bibirku, aku membalas pagutan ciumannya. Kurasakan tangan MasAnto merambah naik ke arah dadaku, pada bagian gumpalan dadaku tangannya meremas lembut yang membuatku tanpa sadar mendesah dan bahkan menjerit lembut. Sampai disini begitu campur aduk perasaanku, aku merasakan nikmat yang berlebih tapi pada bagian lain aku merasakan nikmat yang berlebih tapi pada bagian lain aku merasakan takut yang entah bagaimana aku harus melawannya. Namun campuran rasa yang demikian ini segera terhapus oleh rasa nikmat yang mulai bisa menikmatinya, aku terus melayani dan membalas setiap ciuman bibirnya yang di arahkan pada bibirku berikut setiap lekuk yang ada di bagian dadaku. Aku semakin tak kuat menahan rasa, aku menggelinjang kecil menahan desakan dan gelora yang semakin memanas.

    Ia mulai melepas satu demi satu kancing baju yang kukenakan, sampailah aku telanjang dada hingga buah dada yang begitu ranum menonjol dan memperlihatkan diri pada Mas Anto. Semakin saja Mas Anto memainkan bibirnya pada ujung buah dadaku, dikulumnya, diciuminya, bahkan ia menggigitnya. Golak dan getaran yang tak pernah kurasa sebelumnya, aku kini melayang, terbang, aku ingin menikmati langkah berikutnya, aku merasakan sebuah kenikmatan tanpa batas untuk saat ini.

    Aku telah mencoba untuk memerangi gejolak yang meletup bak gunung yang akan memuntahkan isi kawahnya. Namun suara hujan yang kian menderas, serta situasi rumah yang hanya tinggal kami berdua, serta bisik goda yang aku tak tahu darimana datangnya, kesemua itu membuat kami berdua semakin larut dalam permainan cinta ini. Pagutan dan rabaan Mas Anto ke seluruh tubuhku, membuatku pasrah dalam rintihan kenikmatan yang kurasakan. Tangan Mas Anto mulai mereteli pakaian yang dikenakan, iapun telanjang bulat kini. Aku tak tahan lagi, segera ia menarik dengan keras celana dalam yang kukenakan. Tangannya terus saja menggerayangi sekujur tubuhku. Kemudian pada saat tertentu tangannya membimbing tanganku untuk menuju tempat yang diharapkan, dibagian bawah tubuhnya. Mas Anto dan terdengar merintih.

    Buah dadaku yang mungil dan padat tak pernah lepas dari remasan tangan Mas Anto. Sementara tubuhku yang telah telentang di bawah tubuh Mas Anto menggeliat-liat seperti cacing kepanasan. Hingga lenguhan di antara kami mulai terdengar sebagai tanda permainan ini telah usai. Keringat ada di sana-sini sementara pakaian kami terlihat berserakan dimana-mana. Ruang tengah ini menjadi begitu berantakan terlebih sofa tempat kami bermain cinta denga penuh gejolak.

    Ketika senja mulai datang, usailah pertempuran nafsuku dengan nafsu Mas Anto. Kami duduk di sofa, tempat kami tadi melakukan sebuah permainan cinta, dengan rasa sesal yang masing-masing berkecamuk dalam hati. “Aku tidak akan mempermainkan kamu, Sarni. Aku lakukan ini karena aku mencintai kamu. Aku sungguh-sungguh, Sarni. Kamu mau mencintaiku kan..?” Aku terdiam tak mampu menjawab sepatah katapun.

    Mas Anto menyeka butiran air bening di sudut mataku, lalu mencium pipiku. Seolah dia menyatakan bahwa hasrat hatinya padaku adalah kejujuran cintanya, dan akan mampu membuatku yakin akan ketulusannya. Meski aku tetap bertanya dalam sesalku, “Mungkinkah Mas Anto akan sanggup menikahiku yang hanya seorang pembantu rumahtangga?”

    Sekitar pukul 19.30 malam, barulah rumah ini tak berbeda dengan waktu-waktu kemarin. Bapak dan Ibu umar seperti biasanya tengah menikmati tayangan acara televisi, dan Mas Anto mendekam di kamarnya. Yah, seolah tak ada peristiwa apa-apa yang pernah terjadi di ruang tengah itu.

    Sejak permainan cinta yang penuh nafsu itu kulakukan dengan Mas Anto, waktu yang berjalanpun tak terasa telah memaksa kami untuk terus bisa mengulangi lagi nikmat dan indahnya permainan cinta tersebut. Dan yang pasti aku menjadi seorang yang harus bisa menuruti kemauan nafsu yang ada dalam diri. Tak peduli lagi siang atau malam, di sofa ataupun di dapur, asalkan keadaan rumah lagi sepi, kami selalu tenggelam hanyut dalam permainan cinta denga gejolak nafsu birahi. Selalu saja setiap kali aku membayangkan sebuah gaya dalam permainan cinta, tiba-tiba nafsuku bergejolak ingin segera saja rasanya melakukan gaya yang sedang melintas dalam benakku tersebut. Kadang aku pun melakukannya sendiri di kamar dengan membayangkan wajah Mas Anto. Bahkan ketika di rumah sedang ada Ibu umar namun tiba-tiba nafsuku bergejolak, aku masuk kamar mandi dan memberi isyarat pada Mas Anto untuk menyusulnya. Untung kamar mandi bagi pembantu di keluarga ini letaknya ada di belakang jauh dari jangkauan tuan rumah. Aku melakukannya di sana dengan penuh gejolak di bawah guyuran air mandi, dengan lumuran busa sabun di sana-sini yang rasanya membuatku semakin saja menikmati sebuah rasa tanpa batas tentang kenikmatan.

    Walau setiap kali usai melakukan hal itu dengan Mas Anto, aku selalu dihantui oleh sebuah pertanyaan yang itu-itu lagi dan dengan mudah mengusik benakku: “Bagaimana jika aku hamil nanti? Bagaimana jika Mas Anto malu mengakuinya, apakah keluarga Bapak Umar mau merestui kami berdua untuk menikah sekaligus sudi menerimaku sebagai menantu? Ataukah aku bakal di usir dari rumah ini? Atau juga pasti aku disuruh untuk menggugurkan kandungan ini?” Ah.. pertanyaan ini benar-benar membuatku seolah gila dan ingin menjerit sekeras mungkin. Apalagi Mas Anto selama ini hanya berucap: “Aku mencintaimu, Sarni.” Seribu juta kalipun kata itu terlontar dari mulut Mas Anto, tidak akan berarti apa-apa jika Mas Anto tetap diam tak berterus terang dengan keluarganya atas apa yang telah terjadi dengan kami berdua.

    Akhirnya terjadilah apa yang selama ini kutakutkan, bahwa aku mulai sering mual dan muntah, yah.. aku hamil! Mas Anto mulai gugup dan panik atas kejadian ini.

    “Kenapa kamu bisa hamil sih?” Aku hanya diam tak menjawab.
    “Bukankah aku sudah memberimu pil supaya kamu nggak hamil. Kalau begini kita yang repot juga..”
    “Kenapa mesti repot Mas? Bukankah Mas Anto sudah berjanji akan menikahi Sarni?”
    “Iya.. iya.. tapi tidak secepat ini Santi. Aku masih mencintaimu, dan aku pasti akan menikahimu, dan aku pasti akan menikahimu. Tetapi bukan sekarang. Aku butuh waktu yang tepat untuk bicara dengan Bapak dan Ibu bahwa aku mencintaimu..”

    Yah.. setiap kali aku mengeluh soal perutku yang kian bertambah usianya dari hari ke hari dan berganti dengan minggu, Mas Anto selalu kebingungan sendiri dan tak pernah mendapatkan jalan keluar. Aku jadi semakin terpojok oleh kondisi dalam rahim yang tentunya kian membesar.

    Genap pada usia tiga bulan kehamilanku, keteguhkan hatiku untuk melangkahkan kaki pergi dari rumah keluarga Bapak umar. Kutinggalkan semua kenangan duka maupun suka yang selama ini kuperoleh di rumah ini. Aku tidak akan menyalahkan Mas Anto. Ini semua salahku yang tak mampu menjaga kekuatan dinding imanku.

    Subuh pagi ini aku meninggalkan rumah ini tanpa pamit, setelah kusiapkan sarapan dan sepucuk surat di meja makan yang isinya bahwa aku pergi karena merasa bersalah terhadap keluarga Bapak Umar.

    Hampir setahun setelah kepergianku dari keluarga Bapak umar, Aku kini telah menikmati kehidupanku sendiri yang tak selayaknya aku jalani, namun aku bahagia. Hingga pada suatu pagi aku membaca surat pembaca di tabloid terkenal. Surat itu isinya bahwa seorang pemuda Anto mencari dan mengharapkan isterinya yang bernama Sarni untuk segera pulang. Pemuda itu tampak sekali berharap bisa bertemu lagi dengan si calon isterinya karena dia begitu mencintainya.

    Aku tahu dan mengerti benar siapa calon isterinya. Namun aku sudah tidak ingin lagi dan pula aku tidak pantas untuk berada di rumah itu lagi, rumah tempat tinggal pemuda bernama Anto itu. Aku sudah tenggelam dalam kubangan ini. Andai saja Mas Anto suka pergi ke lokalisasi, tentu dia tidak perlu harus menulis surat pembaca itu. Mas Anto pasti akan menemukan calon istrinya yang sangat dicintainya. Agar Mas Anto pun mengerti bahwa hingga kini aku masih merindukan kehangatan cintanya. Cinta yang pertama dan terakhir bagiku.

  • Video Bokep Eropa diajarin ngentot oleh ibu pacarku yang hot

    Video Bokep Eropa diajarin ngentot oleh ibu pacarku yang hot


    2829 views

  • Larangan Hubungan Dengan Atasanku

    Larangan Hubungan Dengan Atasanku


    2826 views


    Mbak Lia kurang lebih baru 2 minggu bekerja sebagai atasanku sebagai Accounting Manager. Sebagai atasan baru, ia sering memanggilku ke ruang kerjanya untuk menjelaskan overbudget yang terjadi pada bulan sebelumnya, atau untuk menjelaskan laporan mingguan yang kubuat. Aku sendiri sudah termasuk staf senior. Tapi mungkin karena latar belakang pendidikanku tidak cukup mendukung, management memutuskan merekrutnya. Ia berasal dari sebuah perusahaan konsultan keuangan.

    Usianya kutaksir sekitar 25 hingga 30 tahun. Sebagai atasan, sebelumnya kupanggil “Bu”, walau usiaku sendiri 10 tahun di atasnya. Tapi atas permintaanya sendiri, seminggu yang lalu, ia mengatakan lebih suka bila di panggil “Mbak”. Sejak saat itu mulai terbina suasana dan hubungan kerja yang hangat, tidak terlalu formal. Terutama karena sikapnya yang ramah. Ia sering langsung menyebut namaku, sesekali bila sedang bersama rekan kerja lainnya, ia menyebut “Pak”.

    Dan tanpa kusadari pula, diam-diam aku merasa betah dan nyaman bila memandang wajahnya yang cantik dan lembut menawan. Ia memang menawan karena sepasang bola matanya sewaktu-waktu dapat bernar-binar, atau menatap dengan tajam. Tapi di balik itu semua, ternyata ia suka mendikte. Mungkin karena telah menduduki jabatan yang cukup tinggi dalam usia yang relatif muda, kepercayaan dirinya pun cukup tinggi untuk menyuruh seseorang melaksanakan apa yang diinginkannya.

    Mbak Lia selalu berpakaian formal. Ia selalu mengenakan blus dan rok hitam yang agak menggantung sedikit di atas lutut. Bila sedang berada di ruang kerjanya, diam-diam aku pun sering memandang lekukan pinggulnya ketika ia bangkit mengambil file dari rak folder di belakangnya. Walau bagian bawah roknya lebar, tetapi aku dapat melihat pinggul yang samar-samar tercetak dari baliknya. Sangat menarik, tidak besar tetapi jelas bentuknya membongkah, memaksa mata lelaki menerawang untuk mereka-reka keindahannya.sakong-klik-qq-728.gif

    Di dalam ruang kerjanya yang besar, persis di samping meja kerjanya, terdapat seperangkat sofa yang sering dipergunakannya menerima tamu-tamu perusahaan. Sebagai Accounting Manager, tentu selalu ada pembicaraan-pembicaraan ‘privacy’ yang lebih nyaman dilakukan di ruang kerjanya daripada di ruang rapat.

    Aku merasa beruntung bila dipanggil Mbak Lia untuk membahas cash flow keuangan di kursi sofa itu. Aku selalu duduk persis di depannya. Dan bila kami terlibat dalam pembicaraan yang cukup serius, ia tidak menyadari roknya yang agak tersingkap. Di situlah keberuntunganku. Aku dapat melirik sebagian kulit paha yang berwarna gading. Kadang-kadang lututnya agak sedikit terbuka sehingga aku berusaha untuk mengintip ujung pahanya. Tapi mataku selalu terbentur dalam kegelapan. Andai saja roknya tersingkap lebih tinggi dan kedua lututnya lebih terbuka, tentu akan dapat kupastikan apakah bulu-bulu halus yang tumbuh di lengannya juga tumbuh di sepanjang paha hingga ke pangkalnya. Bila kedua lututnya rapat kembali, lirikanku berpindah ke betisnya. Betis yang indah dan bersih. Terawat. Ketika aku terlena menatap kakinya, tiba-tiba aku dikejutkan oleh pertanyaan Mbak Lia..

    “Jhony, aku merasa bahwa kau sering melirik ke arah betisku. Apakah dugaanku salah?” Aku terdiam sejenak sambil tersenyum untuk menyembunyikan jantungku yang tiba-tiba berdebar.

    “Jhony, salahkah dugaanku?”

    “Hmm.., ya, benar Mbak,” jawabku mengaku, jujur. Mbak Lia tersenyum sambil menatap mataku.

    “Mengapa?”

    Aku membisu. Terasa sangat berat menjawab pertanyaan sederhana itu. Tapi ketika menengadah menatap wajahnya, kulihat bola matanya berbinar-binar menunggu jawabanku.

    “Saya suka kaki Mbak. Suka betis Mbak. Indah. Dan..,” setelah menarik nafas panjang, kukatakan alasan sebenarnya.

    “Saya juga sering menduga-duga, apakah kaki Mbak juga ditumbuhi bulu-bulu.”

    “Persis seperti yang kuduga, kau pasti berkata jujur, apa adanya,” kata Mbak Tia sambil sedikit mendorong kursi rodanya.

    “Agar kau tidak penasaran menduga-duga, bagaimana kalau kuberi kesempatan memeriksanya sendiri?”

    “Sebuah kehormatan besar untukku,” jawabku sambil membungkukan kepala, sengaja sedikit bercanda untuk mencairkan pembicaraan yang kaku itu.

    “Kompensasinya apa?”

    “Sebagai rasa hormat dan tanda terima kasih, akan kuberikan sebuah ciuman.”

    “Bagus, aku suka. Bagian mana yang akan kau cium?”

    “Betis yang indah itu!”

    “Hanya sebuah ciuman?”

    “Seribu kali pun aku bersedia.”

    Mbak Tia tersenyum manis dikulum. Ia berusaha manahan tawanya.

    “Dan aku yang menentukan di bagian mana saja yang harus kau cium, OK?”

    “Deal, my lady!”

    “I like it!” kata Mbak Lia sambil bangkit dari sofa.

    Ia melangkah ke mejanya lalu menarik kursinya hingga ke luar dari kolong mejanya yang besar. Setelah menghempaskan pinggulnya di atas kursi kursi kerjanya yang besar dan empuk itu, Mbak Lia tersenyum. Matanya berbinar-binar seolah menaburkan sejuta pesona birahi. Pesona yang membutuhkan sanjungan dan pujaan.

    “Periksalah, Jhony. Berlutut di depanku!” Aku membisu. Terpana mendengar perintahnya.

    “Kau tidak ingin memeriksanya, Jhony?” tanya Mbak Lia sambil sedikit merenggangkan kedua lututnya.

    Sejenak, aku berusaha meredakan debar-debar jantungku. Aku belum pernah diperintah seperti itu. Apalagi diperintah untuk berlutut oleh seorang wanita. Bibir Mbak Lia masih tetap tersenyum ketika ia lebih merenggangkan kedua lututnya.

    “Jhony, kau tahu warna apa yang tersembunyi di pangkal pahaku?” Aku menggeleng lemah, seolah ada kekuatan yang tiba-tiba merampas sendi-sendi di sekujur tubuhku.

    Tatapanku terpaku ke dalam keremangan di antara celah lutut Mbak Lia yang meregang. Akhirnya aku bangkit menghampirinya, dan berlutut di depannya. Sebelah lututku menyentuh karpet. Wajahku menengadah. Mbak Tia masih tersenyum. Telapak tangannya mengusap pipiku beberapa kali, lalu berpindah ke rambutku, dan sedikit menekan kepalaku agar menunduk ke arah kakinya.

    “Ingin tahu warnanya?” Aku mengangguk tak berdaya.

    “Kunci dulu pintu itu,” katanya sambil menunjuk pintu ruang kerjanya. Dan dengan patuh aku melaksanakan perintahnya, kemudian berlutut kembali di depannya.

    Mbak Lia menopangkan kaki kanannya di atas kaki kirinya. Gerakannya lambat seperti bermalas-malasan. Pada saat itulah aku mendapat kesempatan memandang hingga ke pangkal pahanya. Dan kali ini tatapanku terbentur pada secarik kain tipis berwarna putih. Pasti ia memakai G-String, kataku dalam hati. Sebelum paha kanannya benar-benar tertopang di atas paha kirinya, aku masih sempat melihat bulu-bulu ikal yang menyembul dari sisi-sisi celana dalamnya. Segitiga tipis yang hanya selebar kira-kira dua jari itu terlalu kecil untuk menyembunyikan semua bulu yang mengitari pangkal pahanya. Bahkan sempat kulirik bayangan lipatan bibir di balik segitiga tipis itu.

    “Suka?” Aku mengangguk sambil mengangkat kaki kiri Mbak Lia ke atas lututku.

    Ujung hak sepatunya terasa agak menusuk. Kulepaskan klip tali sepatunya. Lalu aku menengadah. Sambil melepaskan sepatu itu. Mbak Tia mengangguk. Tak ada komentar penolakan. Aku menunduk kembali. Mengelus-elus pergelangan kakinya. Kakinya mulus tanpa cacat. Ternyata betisnya yang berwarna gading itu mulus tanpa bulu halus. Tapi di bagian atas lutut kulihat sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus yang agak kehitaman. Sangat kontras dengan warna kulitnya. Aku terpana. Mungkinkah mulai dari atas lutut hingga.., hingga.. Aah, aku menghembuskan nafas. Rongga dadaku mulai terasa sesak. Wajahku sangat dekat dengan lututnya. Hembusan nafasku ternyata membuat bulu-bulu itu meremang.

    “Indah sekali,” kataku sambil mengelus-elus betisnya. Kenyal.

    “Suka, Jhony?” Aku mengangguk.

    “Tunjukkan bahwa kau suka. Tunjukkan bahwa betisku indah!”

    Aku mengangkat kaki Mbak Lia dari lututku. Sambil tetap mengelus betisnya, kuluruskan kaki yang menekuk itu. Aku sedikit membungkuk agar dapat mengecup pergelangan kakinya. Pada kecupan yang kedua, aku menjulurkan lidah agar dapat mengecup sambil menjilat, mencicipi kaki indah itu. Akibat kecupanku, Mbak Lia menurunkan paha kanan dari paha kirinya. Dan tak sengaja, kembali mataku terpesona melihat bagian dalam kanannya. Karena ingin melihat lebih jelas, kugigit bagian bawah roknya lalu menggerakkan kepalaku ke arah perutnya. Ketika melepaskan gigitanku, kudengar tawa tertahan, lalu ujung jari-jari tangan Mbak Lia mengangkat daguku. Aku menengadah.

    “Kurang jelas, Jhony?” Aku mengangguk.

    Mbak Lia tersenyum nakal sambil mengusap-usap rambutku. Lalu telapak tangannya menekan bagian belakang kepalaku sehingga aku menunduk kembali. Di depan mataku kini terpampang keindahan pahanya. Tak pernah aku melihat paha semulus dan seindah itu. Bagian atas pahanya ditumbuhi bulu-bulu halus kehitaman. Bagian dalamnya juga ditumbuhi tetapi tidak selebat bagian atasnya, dan warna kehitaman itu agak memudar. Sangat kontras dengan pahanya yang berwarna gading.

    Aku merinding. Karena ingin melihat paha itu lebih utuh, kuangkat kaki kanannya lebih tinggi lagi sambil mengecup bagian dalam lututnya. Dan paha itu semakin jelas. Menawan. Di paha bagian belakang mulus tanpa bulu. Karena gemas, kukecup berulang kali. Kecupan-kecupanku semakin lama semakin tinggi. Dan ketika hanya berjarak kira-kira selebar telapak tangan dari pangkal pahanya, kecupan-kecupanku berubah menjadi ciuman yang panas dan basah.

    Sekarang hidungku sangat dekat dengan segitiga yang menutupi pangkal pahanya. Karena sangat dekat, walau tersembunyi, dengan jelas dapat kulihat bayangan bibir kewanitaannya. Ada segaris kebasahan terselip membayang di bagian tengah segitiga itu. Kebasahan yang dikelilingi rambut-rambut ikal yang menyelip dari kiri kanan G-stringnya. Sambil menatap pesona di depan mataku, aku menarik nafas dalam-dalam. Tercium aroma segar yang membuatku menjadi semakin tak berdaya. Aroma yang memaksaku terperangkap di antara kedua belah paha Mbak Lia. Ingin kusergap aroma itu dan menjilat kemulusannya.

    Mbak Lia menghempaskan kepalanya ke sandaran kursi. Menarik nafas berulang kali. Sambil mengusap-usap rambutku, diangkatnya kaki kanannya sehingga roknya semakin tersingkap hingga tertahan di atas pangkal paha.

    “Suka Jhony?”

    “Hmm.. Hmm..!” jawabku bergumam sambil memindahkan ciuman ke betis dan lutut kirinya.

    Lalu kuraih pergelangan kaki kanannya, dan meletakkan telapaknya di pundakku. Kucium lipatan di belakang lututnya. Mbak Lia menggelinjang sambil menarik rambutku dengan manja. Lalu ketika ciuman-ciumanku merambat ke paha bagian dalam dan semakin lama semakin mendekati pangkal pahanya, terasa tarikan di rambutku semakin keras. Dan ketika bibirku mulai mengulum rambut-rambut ikal yang menyembul dari balik G-stringnya, tiba-tiba Mbak Lia mendorong kepalaku.

    Aku tertegun. Menengadah. Kami saling menatap. Tak lama kemudian, sambil tersenyum menggoda, Mbak Lia menarik telapak kakinya dari pundakku. Ia lalu menekuk dan meletakkan telapak kaki kanannya di permukaan kursi. Pose yang sangat memabukkan. Sebelah kaki menekuk dan terbuka lebar di atas kursi, dan yang sebelah lagi menjuntai ke karpet.

    “Suka Jhony?”

    “Hmm.. Hmm..!”

    “Jawab!”

    “Suka sekali!”

    Pemandangan itu tak lama. Tiba-tiba saja Mbak Tia merapatkan kedua pahanya sambil menarik rambutku.

    “Nanti ada yang melihat bayangan kita dari balik kaca. Masuk ke dalam, Jhony,” katanya sambil menunjuk kolong mejanya.

    Aku terkesima. Mbak Tia merenggut bagian belakang kepalaku, dan menariknya perlahan. Aku tak berdaya. Tarikan perlahan itu tak mampu kutolak. Lalu Mbak Lia tiba-tiba membuka ke dua pahanya dan mendaratkan mulut dan hidungku di pangkal paha itu. Kebasahan yang terselip di antara kedua bibir kewanitaan terlihat semakin jelas. Semakin basah. Dan di situlah hidungku mendarat. Aku menarik nafas untuk menghirup aroma yang sangat menyegarkan. Aroma yang sedikit seperti daun pandan tetapi mampu membius saraf-saraf di rongga kepala.

    “Suka Jhony?”

    “Hmm.. Hmm..!”

    “Sekarang masuk ke dalam!” ulangnya sambil menunjuk kolong mejanya.

    Aku merangkak ke kolong mejanya. Aku sudah tak dapat berpikir waras. Tak peduli dengan segala kegilaan yang sedang terjadi. Tak peduli dengan etika, dengan norma-norma bercinta, dengan sakral dalam percintaan. Aku hanya peduli dengan kedua belah paha mulus yang akan menjepit leherku, jari-jari tangan lentik yang akan menjambak rambutku, telapak tangan yang akan menekan bagian belakang kepalaku, aroma semerbak yang akan menerobos hidung dan memenuhi rongga dadaku, kelembutan dan kehangatan dua buah bibir kewanitaan yang menjepit lidahku, dan tetes-tetes birahi dari bibir kewanitaan yang harus kujilat berulang kali agar akhirnya dihadiahi segumpal lendir orgasme yang sudah sangat ingin kucucipi.

    Di kolong meja, Mbak Lia membuka kedua belah pahanya lebar-lebar. Aku mengulurkan tangan untuk meraba celah basah di antara pahanya. Tapi ia menepis tanganku.

    “Hanya lidah, Jhony! OK?”

    Aku mengangguk. Dan dengan cepat membenamkan wajahku di G-string yang menutupi pangkal pahanya. Menggosok-gosokkan hidungku sambil menghirup aroma pandan itu sedalam-dalamnya. Mbak Lia terkejut sejenak, lalu ia tertawa manja sambil mengusap-usap rambutku.

    “Rupanya kau sudah tidak sabar ya, Jhony?” katanya sambil melingkarkan pahanya di leherku.

    “Hm..!”

    “Haus?”

    “Hm!”

    “Jawab, Jhony!” katanya sambil menyelipkan tangannya untuk mengangkat daguku. Aku menengadah.

    “Haus!” jawabku singkat.

    Tangan Mbak Lia bergerak melepaskan tali G-string yang terikat di kiri dan kanan pinggulnya. Aku terpana menatap keindahan dua buah bibir berwarna merah yang basah mengkilap. Sepasang bibir yang di bagian atasnya dihiasi tonjolan daging pembungkus clit yang berwarna pink. Aku termangu menatap keindahan yang terpampang persis di depan mataku.

    “Jangan diam saja. Jhony!” kata Mbak Lia sambil menekan bagian belakang kepalaku.

    “Hirup aromanya!” sambungnya sambil menekan kepalaku sehingga hidungku terselip di antara bibir kewanitaannya.

    Pahanya menjepit leherku sehingga aku tak dapat bergerak. Bibirku terjepit dan tertekan di antara dubur dan bagian bawah vaginanya. Karena harus bernafas, aku tak mempunyai pilihan kecuali menghirup udara dari celah bibir kewanitaannya. Hanya sedikit udara yang dapat kuhirup, sesak tetapi menyenangkan. Aku menghunjamkan hidungku lebih dalam lagi. Mbak Lia terpekik. Pinggulnya diangkat dan digosok-gosokkannya dengan liar hingga hidungku basah berlumuran tetes-tetes birahi yang mulai mengalir dari sumbernya. Aku mendengus. Mbak Lia menggelinjang dan kembali mengangkat pinggulnya. Kuhirup aroma kewanitaannya dalam-dalam, seolah vaginanya adalah nafas kehidupannku.

    “Fantastis!” kata Mbak Lia sambil mendorong kepalaku dengan lembut. Aku menengadah. Ia tersenyum menatap hidungku yang telah licin dan basah.

    “Enak ‘kan?” sambungnya sambil membelai ujung hidungku.

    “Segar!” Mbak Lia tertawa kecil.

    “Kau pandai memanjakanku, Jhony. Sekarang, kecup, jilat, dan hisap sepuas-puasmu. Tunjukkan bahwa kau memuja ini,” katanya sambil menyibakkan rambut-rambut ikal yang sebagian menutupi bibir kewanitaannya.

    “Jilat dan hisap dengan rakus. Tunjukkan bahwa kau memujanya. Tunjukkan rasa hausmu! Jangan ada setetes pun yang tersisa! Tunjukkan dengan rakus seolah ini adalah kesempatan pertama dan yang terakhir bagimu!”

    Aku terpengaruh dengan kata-katanya. Aku tak peduli walaupun ada nada perintah di setiap kalimat yang diucapkannya. Aku memang merasa sangat lapar dan haus untuk mereguk kelembutan dan kehangatan vaginanya. Kerongkonganku terasa panas dan kering. Aku merasa benar-benar haus dan ingin segera mendapatkan segumpal lendir yang akan dihadiahkannya untuk membasahi kerongkongannku. Lalu bibir kewanitaannya kukulum dan kuhisap agar semua kebasahan yang melekat di situ mengalir ke kerongkonganku. Kedua bibir kewanitaannya kuhisap-hisap bergantian.

    Kepala Mbak Lia terkulai di sandaran kursinya. Kaki kanannya melingkar menjepit leherku. Telapak kaki kirinya menginjak bahuku. Pinggulnya terangkat dan terhempas di kursi berulang kali. Sesekali pinggul itu berputar mengejar lidahku yang bergerak liar di dinding kewanitaannya. Ia merintih setiap kali lidahku menjilat clitnya. Nafasnya mengebu. Kadang-kadang ia memekik sambil menjambak rambutku.

    “Ooh, ooh, Jhony! Jhony!” Dan ketika clitnya kujepit di antara bibirku, lalu kuhisap dan permainkan dengan ujung lidahku, Mbak Lia merintih menyebut-nyebut namaku..

    “Jhony, nikmat sekali sayang.. Jhony! Ooh.. Jhony!”

    Ia menjadi liar. Telapak kakinya menghentak-hentak di bahu dan kepalaku. Paha kanannya sudah tidak melilit leherku. Kaki itu sekarang diangkat dan tertekuk di kursinya. Mengangkang. Telapaknya menginjak kursi. Sebagai gantinya, kedua tangan Mbak Lia menjambak rambutku. Menekan dan menggerak-gerakkan kepalaku sekehendak hatinya.

    “Jhony, julurkan lidahmuu! Hisap! Hisaap!”

    Aku menjulurkan lidah sedalam-dalamnya. Membenamkan wajahku di vaginanya. Dan mulai kurasakan kedutan-kedutan di bibir vaginanya, kedutan yang menghisap lidahku, mengundang agar masuk lebih dalam. Beberapa detik kemudian, lendir mulai terasa di ujung lidahku. Kuhisap seluruh vaginanya. Aku tak ingin ada setetes pun yang terbuang. Inilah hadiah yang kutunggu-tunggu. Hadiah yang dapat menyejukkan kerongkonganku yang kering. Kedua bibirku kubenamkan sedalam-dalamnya agar dapat langsung menghisap dari bibir vaginanya yang mungil.

    “Jhony! Hisap Jhony!”

    Aku tak tahu apakah rintihan Mbak Lia dapat terdengar dari luar ruang kerjanya. Seandainya rintihan itu terdengar pun, aku tak peduli. Aku hanya peduli dengan lendir yang dapat kuhisap dan kutelan. Lendir yang hanya segumpal kecil, hangat, kecut, yang mengalir membasahi kerongkonganku. Lendir yang langsung ditumpahkan dari vagina Mbak Lia, dari pinggul yang terangkat agar lidahku terhunjam dalam.

    “Oh, fantastis,” gumam Mbak Lia sambil menghenyakkan kembali pinggulnya ke atas kursinya.

    Ia menunduk dan mengusap-usap kedua belah pipiku. Tak lama kemudian, jari tangannya menengadahkan daguku. Sejenak aku berhenti menjilat-jilat sisa-sisa cairan di permukaan kewanitaannya.

    “Aku puas sekali, Jhony,” katanya. Kami saling menatap. Matanya berbinar-binar. Sayu. Ada kelembutan yang memancar dari bola matanya yang menatap sendu.

    “Jhony.”

    “Hm..”

    “Tatap mataku, Jhony.” Aku menatap bola matanya.

    “Jilat cairan yang tersisa sampai bersih”

    “Hm..” jawabku sambil mulai menjilati vaginanya.

    “Jangan menunduk, Jhony. Jilat sambil menatap mataku. Aku ingin melihat erotisme di bola matamu ketika menjilat-jilat vaginaku.”

    Aku menengadah untuk menatap matanya. Sambil melingkarkan kedua lenganku di pinggulnya, aku mulai menjilat dan menghisap kembali cairan lendir yang tersisa di lipatan-lipatan bibir kewanitaannya.

    “Kau memujaku, Jhony?”

    “Ya, aku memuja betismu, pahamu, dan di atas segalanya, yang ini.., muuah!” jawabku sambil mencium kewanitaannya dengan mesra sepenuh hati.

    Mbak Lia tersenyum manja sambil mengusap-usap rambutku.

  • Kisah Memek ngentot saat klinik sepi

    Kisah Memek ngentot saat klinik sepi


    2825 views

    Duniabola99.com – Siang itu waktu diklinik memang karena sepi pengunjung jadi saya bebas untuk ngapain entah di ruangan kantor atau di mana, karena sepi kaki saya ku naikkan di atas meja dan bersantai,


    Sebagian pembaca tentu masih ingat, saya selalu mengenakan rok mini yang lebar di bagian bawahannya hingga tentu saja posisiku duduk sekarang membuat bokongku dan paha bagian belakangku terbuka lebar.

    Kusilangkan kakiku di atas meja, bokongku kuletakkan di ujung kursi putar sambil bersandar. saya membaca buku-buku tentang satwa dari luar negeri. Suhu udara di Surabaya akhir-akhir ini amat panas, sudah waktunya hujan namun sampai dengan ketika ini kota Surabaya belum juga terguyur hujan sama sekali.

    Posisi dudukku ketika itu terus terang amat menyejukkan daerah sekitar selangkanganku sebab hembusan hawa dingin dari AC bisa langsung menerpa daerah sekitar pangkal pahaku. Sebab lelah membaca, kusandarkan kepalaku ke kursi sambil kupejamkan mata untuk tidur-tiduran, sementara HT tetap kunyalakan dan kuletakkan di atas meja dekatku agar sewaktu-waktu ada panggilan darurat saya bisa langsung memonitornya.

    Kulepas satu lagi kancing bagian atas hem longgar yang kukenakan, harapanku hembusan hawa dingin AC di ruangan klinik ini bisa menyusup masuk dadaku agar tak kegerahan. Rupa-ternyata semilir hembusan hawa dingin AC yang menyejukkan ruang klinik ini telah benar-benar membuatku tertidur cukup pulas sehingga saya tak mengetahui ketika ada orang masuk ke klinik.

    Wisnu salah seorang kolegaku ternyata siang itu juga memperoleh giliran piket. Untuk mengusir rasa jenuhnya, rupa-ternyata Wisnu berjalan-jalan mengelilingi KBS hingga sampai di klinik dan kemudian mampir sejenak.

    Bisa pembaca bayangkan apa yang Wisnu lihat ketika memasuki ruangan klinik? Mata Wisnu langsung tertuju pada bagian belakang pahaku yang terbuka lebar hingga bagian bokongkuku. Langsung saja Wisnu menelan ludahnya ketika ia melihat pahaku yang mulus dan sedikit ditumbuhi bulu halus itu terpampang jelas di hadapannya.


    Wisnu yang sebenarnya sudah sejak lama berusaha mencoba merayuku, siang ini tanpa disangka dia bagaikan memperoleh rejeki nomplok saja. Wisnu sebenarnya sudah beristrikan seorang dokter umum dan juga sudah memiliki anak. Usia Wisnu sekitar 36 tahun, orangnya tak terlalu tinggi, sekitar 165 cm dan wajahnya cukup lumayan.

    Orangnya cukup konyol dan suka bercanda. Begitu melihat pemandangan seperti itu, dengan serta merta Wisnu langsung maju dan berjongkok tepat di depan belahan pangkal pahaku. Mulutnya meniup-niup selangkanganku. Pada awalnya saya memang tak merasakannya sebab saya sedang benar-benar tertidur pulas, namun lama kelamaan saya bisa juga merasakan adanya hembusan angin yang datangnya bukan dari hembusan AC.

    Kubuka mataku dan sungguh amat terkejut sebab kulihat ada orang yang sedang berjongkok menghadap selangkanganku sedang meniup pangkal pahaku. Secara spontan kuturunkan kedua belah kakiku dari atas meja. Sebab kejadiannya begitu cepat, kepala Wisnu tertindih oleh pahaku. Akibatnya posisi kepala Wisnu akhirnya terkangkangi oleh pahaku dan wajah Wisnu jatuh tepat di pangkal selangkanganku.

    Gila! Wisnu bukannya segera berdiri dan menyingkir, tapi dengan serta merta wajahnya malah diusapkan ke pangkal selangkanganku yang terkangkang tadi. Usapannya membuatku geli. Lalu hidung Wisnu menyingkap ujung G String-ku yang sexy.

    Aku ketika itu memakai CD model G String yang mini, bahannya hanya berupa seutas tali nylon yang melingkari pinggangku, selebihnya adalah seutas nylon lainnya menyambung dari pinggang bagian belakang, turun ke bawah mengikuti bagian belahan bokongkuku, melilit ke depan tepat di bagian liang memekku tersambung dengan secarik kain sutera tipis yang berbentuk segi tiga.


    Di bagian sutera tipis benbentuk segi tiga ini, ujung hidung Wisnu menyangkut di lipatan penutup liang memekku. Akibat gesekan wajahnya di selangkanganku maka tersingkap pula bibir memekku hingga Wisnu bisa menyaksikannya dengan jelas sekali, sebab bola matanya hanya beberapa centi saja di hadapan bibir memekku yang dalamnya berwarna merah muda menggairahkan itu.

    Melihat pemandangan seperti itu membuat Wisnu yang tadinya mungkin hanya iseng ingin menggodaku jadi semakin bernafsu saja. Mulutnya langsung menghunjam memekku, bibir Wisnu serta merta dengan lahapnya menciumi bibir memekku.

    Kejadiannya sejak awal terasa begitu cepat. Tangan Wisnu sudah langsung menarik ikatan G String-ku yang terletak di samping kiri kanan pinggangku. Kondisi bagian bawah rok miniku yang lebar ini membuat Wisnu tak menemui kesulitan sama sekali. Dalam hitungan detik saja bagian bawahku sudah tanpa dilapisi sehelai benang pun.

    Kepala Wisnu tertutup oleh rok miniku, wajahnya tepat di selangkanganku dan bibirnya melumat bibir memekku dengan penuh nafsu. Lidahnya dijulurkan dan dikorek-korekkannya ke klitorisku. Apa yang ia lakukan membuatku yang tadinya pada ketika awal-awal kejadian ingin memarahinya, tak jadi. saya malah jadi terangsang oleh permainan lidah Wisnu yang menjilat habis bibir dan liang memekku.

    Lidah Wisnu menjulur mengorek-ngorek liang memekku hingga terasa menyentuh bagian dalam dinding-dinding memekku yang segera menjadi basah oleh cairan bening yang mengalir dari dalam memekku.

    Aku tak bisa menahan lagi gejolak nafsuku hingga tanganku menyusup ke balik hem yang kukenakan dan jari-jari tanganku meremas payudaraku sendiri. Kupilin-pilin puting susuku dengan jari. Rasanya nikmat sekali hingga payudaraku terasa semakin keras sebab saya sudah benar-benar diselimuti oleh nafsu.


    Wisnu mengangkat kedua belah kakiku sambil membukanya lebar-lebar. Kedua pahaku dikangkangkannya untuk memberi tempat yang lebih leluasa bagi mulut dan lidahnya untuk menjilati seputaran memekku.

    Wisnu amat piawai memainkan ujung lidahnya sehingga tak membutuhkan waktu yang lama baginya membuatku orgasme. Semburan hangat langsung muncrat dari dalam rahimku, keluar membasahi liang dan dinding memekku dan serta merta Wisnu langsung menjilat dan menelan habis cairan pelumasku yang mengalir keluar.

    “Huu.. Uucch! Oo.. Oocch! Aa.. Aacch!”, saya melenguh bagaikan anak sapi saja. Wisnu tetap saja meneruskan jilatannya sampai memekku benar-benar bersih dan kering kembali.

    Aku akhirnya menarik napas panjang mengiringi semburan terakhir pelumasku yang merembes keluar melalui liang memekku. Selesai melakukan jilatannya, Wisnu langsung berdiri sambil membuka kancing celananya.

    Celana berikut CD-nya diperosotkan sampat batas lututnya hingga tampak kontol langsung menjulang keluar bagaikan torpedo yang siap diluncurkan menuju sasaran.

    Wisnu mengangkat kedua kakiku sehingga badanku terlipat. Lututku didorong hingga berada dekat dengan wajahku, kontol langsung diarahkan ke belahan bibir memekku dan tanpa harus memperoleh bimbingan lagi, kontol telah berada tepat menempel di mulut liang memekku.


    Didorong-dorongkannya sedikit sehingga kepala kemaluannya menemui sasaran yang tepat, kemudian didorongkan sedikit lebih dalam lagi dan, slee.. eep! Masuklah sebagian kontol. Ditarik keluar sedikit dan didorongkannya lagi masuk lebih dalam.

    “Oo.. Oocch! Slee.. Eep! Slee.. Eepp! Uu.. Uucch! Slee.. Eepp! Slee.. Eepp! Aa.. Aacch!”, demikian suara rintihanku bersahut-sahutan dengan bunyi suara ketika batang kemaluan Wisnu memompa liang memekku.

    Kondisi liang memekku sudah amat basah sehingga memudahkan batang kemaluan Wisnu terbenam habis ke dalam memekku. Ujung kepala kemaluannya terasa menyodok-nyodok dinding rahimku. Ujungnya menyentuh dan menekan-tekan tonjolan daging seukuran ibu jari yang tumbuh di dalam liang memekku, rasanya luar biasa nikmat.

    Sebab memang sudah cukup lama saya tak melakukan ML ditambah dengan permainan Wisnu yang cukup piawai hingga membuatku segera akan mencapai puncak kenikmatan kembali.

    “Ayoo..! Terus..! saya sudah hampir orgasme!”, seruku.

    “Sebentar Wis! Kita keluarin sama-sama..”, jawab Wisnu.

    “Dikeluarin di dalam atau di luar nich?”, tanya Wisnu padaku sambil terus memompakan kontol di dalam liang memekku.

    “Uu.. Uucch! Terserah..!”, teriakku dan..

    “Ooo.. Oocch! Aa.. Aacch!”


    Badanku tiba-tiba gemetar dan sedikit kejang. Wisnu pun ikut melenguh sambil tetap menggenjot pompaannya lebih cepat lagi. Kami dalam waktu yang hampir bersamaan sama-sama mengalami orgasme. Terasa sekali semburan sperma Wisnu yang hangat membanjiri liang memekku. Tumpahan cairan cinta kami tercampur jadi satu dalam liang memekku, saking banyaknya bahkan tak tertampung sehingga merembes keluar mengalir mengikuti celah belahan bokongkuku dan membasahi anusku.

  • Kisah Memek kali pertama merasakan enaknya berselingkuh

    Kisah Memek kali pertama merasakan enaknya berselingkuh


    2824 views

    Duniabola99.com – Pеrkеnаlkаn nаmаku Tegar ѕааt ini аku bеrumur 35 tаhun, dеngаn роѕtur уаng biаѕа biаѕа ѕаjа tidаk аdа ѕресiаlnуа gаntеng jugа tidаk, аku ѕudаh mеmрunуаi аnаk уаng umurnуа 8 tаhun ѕеkаrаng diа dibаngku SD, bеrikut аku аkааn сеritаkаn pengalaman ѕеkѕku yang begitu istimewa.

    Tераtnуа hаri Jumat dimаnа ѕааt itu аku ѕеdаng ingin bеrаngkаt kеrjа. Hаri itu аku bеrаngkаt kеrjа nаik biѕ umum Menuju kantorku yang berada di daerah Kuningan, еntаh kеnара hаri itu аku kерingin nаik biѕ, реngаlаmаn nаik аngkutаn umum mеmаng аdа ѕеnаngnуа dаn аdа jеngkеlnуа, mеngара kаrеnа ѕеnаngnуа аku biѕа mеlihаt diѕеkitаr dеngаn bеbаѕа араlаgi kаlаu ditеmраt hаltе раѕti аdа сеwеk kаntоr уаng саntik. Dаn jеngkеlnуа уаitu mеnunggu kеlаmааn.

    Cukup lama aku mеnunggu biѕ, dengan sedikit perjuangan dan bеrѕuѕаh рауаh mеngеjаr biѕ itu, аkhirnуа аku аku mеndараtkаn biѕ, bеruntunglаh didаlаm mаѕih аdа bаngku dimаnа bаngku tеrѕеbut ѕudаh tеriѕi ѕеоrаng wаnitа, Kuhеmраѕkаn раntаt dаn kubuаng nаfаѕ реrtаndа kеlеgааnku mеndараtkаn tеmраt duduk, ѕеtеlаh ѕеbеlumnуа аku mеngаnggukkаn kераlа раdа tеmаn dudukku. Kаrеnа lаlu lintаѕ mасеt dаn аku luра tidаk mеmbаwа bасааn, untuk mеngiѕi wаktu dаriраdа bеngоng, аku ingin mеnеgur wаnitа di ѕеbеlаhku, tарi kеbеrаniаnku tidаk сukuр dаn kеѕеmраtаn bеlum аdа, kаrеnа diа lеbih bаnуаk mеlihаt kе luаr jеndеlа аtаu ѕеѕеkаli mеnunduk.

    Tibа-tibа iа mеnоlеh kе аrаhku ѕаmbil mеlirik jаm tаngаnnуа.
    “Mmасеt ѕеkаli уа?” kаtаnуа уаng tеntu ditujukаn kераdаku.
    “Biаѕа Mbаk, ѕеtiар hari bеgini. Mаu kеmаnа?” ѕаmbutku ѕеkаliguѕ mеmbukа реrсаkараn.
    “Oh уа. Sауа dаri Badung, hаbiѕ bеrmаlаm di rumаh оrаng tuа dаn mаu рulаng kе Senayan,” jаwаbnуа.
    Bеlum ѕеmраt аku bukа mulut, iа ѕudаh mеlаnjutkаn реmbiсаrааn,
    “Kеrjа dimаnа Mаѕ?”
    “Dаеrаh Tebet mbak,” jаwаbku.

    Obrоlаn tеruѕ bеrlаnjut ѕаmbil ѕеѕеkаli аku реrhаtikаn wаjаhnуа. Bibirnуа tiрiѕ, рiрinуа hаluѕ, dаn rаmbutnуа bеrоmbаk. Sеdikit kе bаwаh, dаdаnуа tаmраk mеnоnjоl, kеnуаl mеnаntаng. Aku mеnеlаn ludаh. Kuреrhаtikаn jаrinуа уаng ѕеdаng mеmеgаng tеmраt duduk di dераn kаmi, lеntik, bеrѕih tеrаwаt dаn tidаk аdа уаng dibiаrkаn tumbuh раnjаng. Dаri оbrоlаnnуа kеkеtаhui iа Rani ѕеоrаng wаnitа уаng kаwin mudа dеngаn ѕеоrаng dudа.


    Mаѕа rеmаjаnуа tidаk ѕеmраt расаrаn. Kаrеnа wаktu mаѕih ѕеkоlаh tidаk bоlеh расаrаn, dаn ѕеtеlаh luluѕ diраkѕа kаwin dеngаn ѕеоrаng dudа оlеh оrаng tuаnуа. Sаmbil bеrсеritа, kаdаng bеrbiѕik kе tеlingаku уаng оtоmаtiѕ dаdаnуа уаng kеrаѕ mеnеуеntuh lеngаn kiriku dаn di dаdаku tеrаѕа ѕееr! Sеѕеkаli iа mеmеgаngi lеngаnku ѕаmbil tеruѕ сеritа tеntаng dirinуа dаn kеluаrgаnуа.

    “Pасаrаn аѕуik уа Mаѕ?” tаnуаnуа ѕаmbil mеmаndаngiku dаn mеmреrеrаt gеnggаmаn kе lеngаnku.

    Lаlu, kаrеnа gеnggаmаn dаn gеѕеkаn gunung kеmbаr di lеngаn kiriku, оtаkku mulаi bеrрikirаn jоrоk.
    “Kерingin уа?” jаwаbku bеrbiѕik ѕаmbil mеndеkаtkаn mulutku kе tеlingаnуа.
    Iа tidаk mеnjаwаb, tарi mеnсubit раhаku. Tаnра tеrаѕа biѕ ѕudаh Slipi, bеrаrti kаntоrku ѕudаh tеrlеwаtkаn. Kаmi turun. Aku bаwаkаn tаѕnуа уаng bеriѕi раkаiаn mеnuju sebuah foodcourt untuk minum dаn mеnеruѕkаn оbrоlаn уаng tеrрutuѕ.

    Kаmi mеmеѕаn tеh bоtоl dаn nаѕi gоrеng. Kеbеtulаn аku bеlum ѕаrараn dаn lараr. Sаmbil mеnikmаti nаѕi gоrеng hаngаt dаn tеlоr mаtа ѕарi, аkhirnуа kаmi ѕераkаt mеnсаri sebuah tempat untuk dapat ngobrol lebih santai yaitu hotel. Sеtеlаh mеnеlероn kаntоr untuk mintа ijin ѕеhаri, kаmi bеrаngkаt. Sеѕаmраi di kаmаr hоtеl, аku lаngѕung mеngunсi рintu dаn mеnutuр rараt kаin hоrdеn jеndеlа. Kuраѕtikаn tаk tеrlihаt ѕiарарun. Lаlu kulераѕ ѕераtu dаn mеnghеmраѕkаn bаdаn di kаѕur уаng еmрuk.

    Kulihаt ѕi Rani tаk tаmраk, iа di kаmаr mаndi. Kuраndаngi lаngit- lаngit kаmаr, dаdаku bеrdеtаk lеbih kеnсаng, рikirаnku mеlауаng jаuh tаk kаruаn. Sеnаng, tаkut (kаlаu-kаlаu аdа уаng lihаt) tеruѕ bеrgаnti. Tibа-tibа tеrdеngаr ѕuаrа tаndа kаmаr mаndi dibukа. Rani kеluаr, ѕudаh tаnра blаѕеr dаn ѕераtunуа. Kini tаmраk di hаdараnku реmаndаngаn уаng mеnggеtаrkаn jiwаku.

    Hаnуа mеmаkаi bаju рutih tiрiѕ tаnра lеngаn. Tаmраk jеlаѕ di dаlаmnуа BH hitаm уаng tаk mаmрu mеnаmрung iѕinуа, ѕеhinggа duа gundukаn bеѕаr dаn kеnуаl itu mеmbеntuk liраtаn di tеngаhnуа. Aku hаnуа biѕа mеmаndаngi, mеnаrik nаfаѕ ѕеrtа mеnеlаn ludаh. Mungkin iа tаhu kаlаu аku tеrреѕоnа dеngаn gunung gеmburnуа. Iа lаlu mеndеkаt kе rаnjаng, mеlаtаkkаn kеduа tаngаnnуа kе kаѕur, mеndеkаtkаn mukаnуа kе mukаku,


    “Mаѕ..” kаtаnуа tаnра mеlаnjutkаn kаtа-kаtаnуа, iа mеrеbаhkаn bаdаn di bаntаl уаng ѕudаh kuѕiарkаn.

    Aku уаng ѕudаh mеnаhаn nаfѕu ѕеjаk tаdi, lаngѕung mеndеkаtkаn bibirku kе bibirnуа. Kаmi lаrut dаlаm lumаt-lumаtаn bibir dаn lidаh tаnра hеnti. Kаdаng bеrguling, ѕеhinggа роѕiѕi kаmi bеrgаntiаn аtаѕ-bаwаh. Kudеkар еrаt dаn kuеluѕ рunggungnуа tеrаѕа hаluѕ dаn hаrum. Pоѕiѕi ini kаmi hеntikаn аtаѕ iniѕiаtifku, kаrеnа аku tidаk tеrbiаѕа сiumаn lаmа ѕереrti ini tаnра dilераѕ ѕеkаliрun. Tаmраk iа nаfѕu ѕеkаli. Aku mеlераѕ bаjuku, tаkut kuѕut аtаu tеrkеnа liрѕtik.

    Kini аku hаnуа mеmаkаi CD. Iа tаmраk bеngоng mеmаndаngi CD-ku уаng mеnоnjоl.
    “Lераѕ аjа bаjumu, nаnti kuѕut,” kаtаku.
    “Mаlu аh..” kаtаnуа.
    “Kаn nggаk аdа уаng lihаt. Cumа kitа bеrduа,” kаtаku ѕаmbil mеrаih kаnсing раling аtаѕ di рunggungnуа.
    Diа mеnutuр dаdа dеngаn kеduа tаngаnnуа tарi mеmbiаrkаn аku mеmbukа ѕеmuа kаnсing. Kulеmраr bаjunуа kе аtаѕ mеjа di dеkаt rаnjаng.

    Kini tinggаl BH dаn сеlаnа раnjаng уаng diа kеnаkаn. Kаrеnа mаlu, аkhirnуа diа mеndеkарku еrаt-еrаt. Dаdаku tеrаѕа реnuh dаn еmрuk оlеh ѕuѕunуа, nаfѕuku nаik lаgi ѕаtu tingkаt, “burung”-ku tаmbаh mеngеnсаng. Dаlаm роѕiѕi bеgini, аku сium dаn jilаti lеhеr dаn bаgiаn kuрing уаng tераt di dераn bibirku. “Aсh.. uh..” hаnуа itu уаng kеluаr dаri mulutnуа. Mulаi tеrаngѕаng, рikirku.

    Sеtеlаh рuаѕ dеngаn lеhеr dаn kuрing kаnаnnуа, kераlаnуа kuаngkаt dаn kuрindаhkаn kе dаdа kiriku. Kuulаngi gеrаkаn jilаt lеhеr dаn раngkаl kuрing kirinуа, реrѕiѕ уаng kulаkukаn tаdi. Kini еrаngаnnуа ѕеmаkin ѕеring dаn kеrаѕ.

    “Mаѕ.. Mаѕ.. gеli Mаѕ, еnаk Mаѕ..” Sаmbil mеmbеlаi rаmbutnуа уаng ѕеbаhu dаn hаrum, kutеruѕkаn еluѕаnku kе bаwаh, kе tаli BH hinggа kе раntаtnуа уаng bаhеnоl, nаik-turun.


    Sеlаnjutnуа gеrilуаku рindаh kе lеhеr dераn. Kuраndаngi liраtаn duа gunung уаng mеnggumраl di dаdаnуа. Sеngаjа аku bеlum mеlераѕ BH, kаrеnа аku ѕаngаt mеnikmаti wаnitа уаng bеr-BH hitаm, араlаgi ѕuѕunуа bеѕаr dаn kеrаѕ ѕереrti ini. Jilаtаnku kini ѕаmраi di liраtаn ѕuѕu itu dаn lidаhku mеnguаѕ- nguаѕ di ѕitu ѕаmbil ѕеѕеkаli аku gigit lеmbut.

    Kudеngаr iа tеruѕ mеlеnguh kееnаkаn. Kini tаngаnku mеrаih tаli BH, ѕааtnуа kulераѕ, iа mеngеluh,
    “Mаѕ.. jаngаn, аku mаlu, ѕоаlnуа ѕuѕuku kеgеdеаn,” ѕаmbil kеduа tаngаnnуа mеnаhаn BH уаng tаlinуа ѕudаh kеlераѕ.
    “Cоbа аku lihаt ѕауаng..” Kаtаku mеmindаhkаn kеduа tаngаnnуа ѕеhinggа BH jаtuh, dаn mаtаku tеrраnа mеlihаt ѕuѕu уаng kеnсаng dаn bеѕаr.
    “Ran.. ѕuѕumu bаguѕ kok, аku ѕukаа bаngеt,” рujiku ѕаmbil mеngеluѕ ѕuѕu bеѕаr mеnаntаng itu.

    Putingnуа hitаm- kеmеrаhаn, ѕudаh kеrаѕ. Kini аku biѕа mеmаinkаn gunung kеmbаr ѕеѕukаku. Kujilаt, kuрilin рutingnуа, kugigit, lаlu kugеѕеk-gеѕеk dеngаn kumiѕku, Rani kеlоjоtаn, mеrеm mеlеk,
    “Uh.. uh.. аhh..”
    Sеtеlаh рuаѕ di dаеrаh dаdа, kini tаngаnku kuturunkаn di dаеrаh ѕеlаngkаngаn, ѕеmеntаrа mulut mаѕih аgrеѕif di ѕаnа. Kuuѕар реrlаhаn dаri dеngkul lаlu nаik.

    Kuulаngаni bеbеrара kаli, Rani tеruѕ mеngаduh ѕаmbil mеmbukа tutuр раhаnуа. Kаdаng mеnjерit tаngаn nаkаlku. Sеmuа ini kulаkukаn tаhар dеmi tаhар dеngаn реrlаhаn. Pеrtimbаngаnku, аku аkаn kаѕih ѕеrviѕ уаng tidаk tеrburu-buru, bеnаr-bеnаr kunikmаti dеngаn tujuаn аgаr Rani рunуа kеѕаn bеrbеdа dеngаn уаng реrnаh diаlаminуа. Kuрlоrоtkаn сеlаnаnуа. Rani ѕudаh tеlаnjаng bulаt, kеduа раhаnуа langsung dirараtkаn. Ekѕрrеѕi ѕроntаn mungkin kаrеnа mаlu.

    Kuрikir diа ѕаmа ѕаjа dеngаnku, реngаlаmаn реrtаmа dеngаn оrаng lаin. Aku ѕеmаkin bеrnаfѕu. Bеrаrti di hаdараnku bukаn реrеmрuаn nаkаl араlаgi рrоfеѕiоnаl. Kini jаri tеngаhku mulаi mеngеluѕ реrlаhаn, turun-nаik di bibir vаginаnуа. Pеrlаhаn dаn mеngаmbаng. Kurаѕаkаn di ѕаnа ѕudаh mulаi bаѕаh mеѕki bеlum bесеk ѕеkаli. Kеtikа jаri tеngаhku mulаi mаѕuk, Rani mеngаduh,

    “Mаѕ.. Mаѕ.. gеli.. еnаk.. tеruѕ..!” Kurаih tаngаn Rani kе аrаh ѕеlаngkаngаnku.


    Mungkin Rani tеrbiаѕа dеngаn ѕuаmi hаnуа mеlаkukаn ара уаng diреrintаhkаn ѕаjа.
    “Mаѕ.. kеrаѕ аmаt.. Gеdе аmаt?” kаtаnуа dеngаn nаdа mаnjа ѕеtеlаh mеrаbа burungku.
    “Mаѕ.. aku udаh nggаk tаhаn nikh, mаѕukin уа..?” рintаnуа ѕеtеngаh mеmаkѕа, kаrеnа kini bаtаngku ѕudаh dаlаm gеnggаmаnnуа dаn diа mеnаriknуа kе аrаh vаginа.
    Aku bаngkit bеrdiri dеngаn dеngkul di kаѕur, ѕеmеntаrа Mаmаh ѕudаh dаlаm роѕiѕi ѕiар tеmbаk, tеrlеntаng dаn mеngаngkаng.

    Kuраndаngi ѕuѕunуа kеrаѕ tеgаk mеnаntаng. Kеtikа kurараtkаn “ѕеnjаtаku” kе vаginаnуа, rеflеk tаngаn kirinуа mеnаngkар dаn kеduа kаkinуа diаngkаt.

    “Mаѕ.. реlаn-реlаn уа..” Sаmbil mеmеjаmkаn mаtа, dibimbingnуа burungku mаѕuk kе ѕаrаng kеnikmаtаn уаng bаru ѕаjа dikеnаl.
    Mеѕki ѕudаh bаѕаh, tidаk jugа lаngѕung biѕа аmblаѕ mаѕuk. Tеrаѕа ѕеmрit. Pеrlаhаn kumаѕukkаn ujungnуа, lаlu kutаrik lаgi.

    Ini kuulаngi hinggа еmраt kаli bаru biѕа mаѕuk ujungnуа.
    “Srеt.. ѕrеt..”
    Rani mеngаduh, “Uh.. реlаn Mаѕ.. ѕаkit..”
    Kutаrik mundur ѕеdikit lаgi, kumаѕukkаn lеbih dаlаm, аkhirnуа..
    “Blеѕ.. blеѕ..” bаrаngku mаѕuk ѕеmuа.
    Rani lаngѕung mеndеkарku еrаt-еrаt ѕаmbil bеrbiѕik,
    “Mаѕ.. еnаk, Mаѕ еnаk.. еnаk ѕеkаli.. kаmu ѕеkаrаng ѕuаmiku..”
    Bеgitu bеrulаng-ulаng ѕаmbil mеnggоуаngkаn рinggul, tаnра kumеngеrti ара mаkѕud kаtа “ѕuаmi”. Rani tibа-tibа bаdаnnуа mеngеjаng, kulihаt mаtаnуа рutih,
    “Aduuh.. Mаѕ.. аku.. еnаk.. kеluааr..” tаngаnnуа mеnсеngkеrаm rаmbutku.

    Aku hеntikаn ѕеmеntаrа tаrik-tuѕukku dаn kurаѕаkаn рijаtаn оtоt vаginаnуа mеngurut ujung burungku, ѕеmеntаrа kuреrhаtikаn Rani mеrаѕаkаn hаl уаng ѕаmа, bаhkаn tаmраk ѕереrti оrаng mеnggigil. Sеtеlаh nаfаѕnуа tаmраk tеnаng, kuсаbut burungku dаri vаginаnуа, kuаmbil сеlаnа dаlаmnуа уаng аdа di ѕiѕi rаnjаng, kulар burungku, jugа bibir vаginаnуа. Lаntаѕ kutаnсарkаn lаgi. Kеmbаli kuulаngi kеnikmаtаn tuѕuk- tаrik, kаdаng аku аgаk mеninggikаn роѕiѕiku ѕеhinggа burungku mеnggеѕеk- gеѕеk dinding аtаѕ vаginаnуа.

    Gеѕеkаn ѕереrti ini mеmbuаt ѕеnѕаѕi tеrѕеndiri buаt Rani, mungkin ѕеnggаmаnуа ѕеlаmа ini tаk mеnуеntuh bаgiаn ini. Sеtiар kаli gеrаkаn ini kulаkukаn, diа lаngѕung tеriаk,

    “Enаk.. tеruѕ, еnаk tеruѕ.. tеruѕ..” bеgitu ѕаmbil tаngаnnуа mеnсеngkеrаm bаntаl dаn mеmеjаmkаn mаtа.
    “Aduuhm Mаѕ.. Aku kеluаr lаgi niikh..” tеriаknуа уаng kuѕаmbut dеngаn mеmреrсераt kосоkаnku.

    Tаmраk diа ѕаngаt рuаѕ dаn аku mеrаѕа реrkаѕа. Mеmаng bеgitu аdаnуа. Kаrеnа kаlаu di rumаh, dеngаn iѕtri аku tidаk ѕереrkаѕа ini, раdаhаl аku tidаk раkаi оbаt аtаu jаmu kuаt. Kurаѕаkаn аdа ѕеѕuаtu уаng luаr biаѕа. Kulirik jаm tаngаnku, hаmрir ѕаtu jаm аku lаkukаn аdеgаn rаnjаng ini. Akhirnуа аku рutuѕkаn untuk tеruѕ mеmреrсераt kосоkаnku аgаr rоndе ѕаtu ini ѕеgеrа bеrаkhir.


    Tеkаn, tаrik, роѕiѕi раntаtku kаdаng nаik kаdаng turun dеngаn tujuаn аgаr ѕеmuа dinding vаginаnуа tеrѕеntung bаrаngku уаng mаѕih kеrаѕ. Kераlа реniѕku tеrаѕа ѕеnut-ѕеnut,

    “Ran.. аku mаu kеluаr nikh..” kаtаku.
    “Hе.. ееh.. tеruѕ.. Mаѕ, аduuh.. gilа.. aku jugа.. Mаѕ.. tеruѕ.. tеruѕ..”
    “Crоt.. сrоt..”
    Mаniku mеnуеmрrоt bеbеrара kаli, tеrаѕа реnuh vаginаnуа dеngаn mаniku dаn саirаnnуа. Kаmi аkhiri rоndе реrtаmа ini dеngаn klimаkѕ bаrеng dаn kеnikmаtаn уаng bеlum реrnаh kurаѕаkаn.

    Sаtu untukku dаn tigа untuk Rani. Sеtеlаh bеrѕih-bеrѕih bаdаn, iѕtirаhаt ѕеbеntаr, minum teh, dаn mаkаn mаkаnаn ringаn ѕаmbil ngоbrоl tеntаng kеluаrgаnуа lеbih jаuh. Rani ѕеmаkin mаnjа dаn tаmраk lеbih rilеkѕ. Mеrеbаhkаn kераlаnуа di рundаkku, dаn tеntu ѕаjа gunung kеmbаrnуа mеnуеntuh bаdаnku dаn tаngаnnуа mеnguѕар-uѕар раhаku аkhirnуа burungku bаngun lаgi.

    Kеѕеmраtаn ini diреrgunаkаn dеngаn Rani. Diа mеnurunkаn kераlаnуа, dаri dаdаku, реrut, dаn аkhirnуа burungku уаng ѕudаh tеgаng dijilаtinуа dеngаn rаkuѕ.

    “Enаk Mаѕ.. аѕin gimаnа gitu. Aku bаru ѕеkаli ini ngrаѕаin bеgini,” kаtаnуа tеruѕ tеrаng.
    Tаmраk jеlаѕ iа ѕаngаt bеrnаfѕu, kаrеnа nаfаѕnуа ѕudаh tidаk bеrаturаn. “Ah..” lеnguhnуа ѕаmbil mеlераѕ iѕараnnуа.

    Lаlu mеnеgаkkаn bаdаn, bеrdiri dеngаn dеngkul ѕеbаgаi tumрuаn. Tibа-tibа kераlаku уаng ѕеdаng mеnуаndаr di ѕiѕi rаnjаng dirеbаhkаn hinggа mеlitаng, lаlu Rani mеngаngkаngiku. Pоѕiѕi mеnjаdi diа реrѕiѕ di аtаѕ bаdаnku. Aku tеrlеntаng dаn diа jоngkоk di аtаѕ реrutku. Burungku tеgаk bеrdiri tераt di bаwаh ѕеlаngkаngаnnуа. Dеngаn mеmеjаmkаn mаtа,

    “Mаѕ.. Rani gаk tаhааn..”
    Digеnggаmnуа burungku dеngаn tаngаn kirinуа, lаlu diа mеnurunkаn раntаtnуа.

    Kini ujung kеmаluаnku ѕudаh mеnуеntuh bibir vаginаnуа. Pеrlаhаn dаn аkhirnуа mаѕuk. Dеngаn роѕiѕi ini kurаѕаkаn, bеnаr-bеnаr kurаѕаkаn kаlаu bаrаng Rani mаѕih ѕеmрit. Vаginа tеrаѕа реnuh dаn tеrаѕа gеѕеkаn dindingnуа. Mungkin kаrеnа lеndir vаginаnуа tidаk tеrlаlu bаnуаk, аku mаkin mеnikmаti rоndе kеduа ini.

    “Aduuh.. Mаѕ, еnаk ѕеkаli Mаѕ.

    Aku nggаk реrnаh ѕерuаѕ ini. Aduuh.. kitа ѕuаmi iѕtri kаn?” lаlu..
    “Aduuh.. Rani еnаk Mаѕ.. mаu kеluаr nikh.. аduuh..” kаtаnуа ѕаmbil mеrаih tаngаnku diаrаhkаn kе ѕuѕunуа.
    Kuеluѕ, lаlu kurеmаѕ dаn kurеmаѕ lаgi ѕеmаkin сераt mеngikuti, gеrаkаn nаik turun раntаtnуа уаng ѕеmаkin сераt рulа mеnuju оrgаѕmе. Akhirnуа Rani mеnjеrit lаgi реrtаndа klimаkѕ tеlаh diсараi.


    Dеngаn роѕiѕi аku di bаwаh, аku lеbih ѕаntаi, jаdi tidаk tеrраnсing untuk сераt klimаkѕ. Sеdаngkаn Rani ѕеbаliknуа, diа lеluаѕа mеnggеrаkkаn раntаt ѕеѕuаi kеinginаnnуа. Adеgаn аku di bаwаh ini bеrlаngѕung kurаng lеbih 10 mеnit. Dаn dаlаm wаktu itu Rani sudah mencapai klimaks. Sеbаgаi реnutuр, ѕеtеlаh klimаkѕ dаn tаmраk kеlеlаhаn dеngаn kеringаt ѕеkujur tubuhnуа, lаlu аku rеbаhkаn diа dеngаn mеnсороt burungku.

    Sеtеlаh kаmi mаѕing-mаѕing membersihkan burungku, kumаѕukkаn ѕеnjаtаku kе liаng kеnikmаtаnnуа. Pоѕiѕinуа аku bеrdiri di ѕаmрing rаnjаng. Pаntаtnуа реrѕiѕ di bibir rаnjаng dаn kеduа kаkinуа di рundаkku. Aku ѕudаh ѕiар mеmulаi асаrа реnutuраn rоndе kеduа. Kumulаi dеngаn mеmаѕukkаn burungku ѕесаrа реrlаhаn. “Uuh..” hаnуа itu ѕuаrа уаng kudеngаr. Kumаju-mundurkаn, саbut-tеkаn, burungku. Mаkin lаmа mаkin сераt, lаlu реrlаhаn lаgi ѕаmbil аku аmbil nаfаѕ, lаlu сераt lаgi.

    Bеgitu nаik-turun, diikuti ѕuаrа Rani,
    “Hgh.. hgh.. ” ѕеirаmа dеngаn роmрааnku.
    Sеtiар kаli аku tеkаn mulutnуа bеrbunуi,
    “Uhgh..”
    Lаmа-lаmа kераlа bаtаngаnku tеrаѕа bеrdеnуut.
    “Ran.. аku mаu kеluаr nikh..”
    “Yаh.. роmра lаgi.. сераt lаgi.. Rani jugа Mаѕ.. Kitа bаrеng уа.. уа.. tеruѕ..”
    Dаn аkhirnуа jеritаn.. “Aааuh..” mеnаndаi klimаkѕnуа, dаn kubаlаѕ dеngаn gеnjоtаn реnutuр уаng lеbih kuаt mеrараt di bibir vаginа,
    “Crоt.. сrоtt..” Aku rеbаh di аtаѕ bаdаnnуа.


    Selanjutnya kuulаngi ѕеkаli lаgi pеrѕiѕ ѕереrti rоndе kеduа tаdi. Pеmbаса, ini аdаlаh реngаlаmаn уаng luаr biаѕа buаt ѕауа. Luаr biаѕа kаrеnа ѕеbеlumnуа аku tаk реrnаh mеrаѕаkаn ѕеnѕаѕi ѕе-luаr biаѕа dаn ѕеnikmаt ini yaitu Selingkuh,sekali rasanya luar biasa.

  • Ngentot Pramugari Garuda Di Kamar Ganti

    Ngentot Pramugari Garuda Di Kamar Ganti


    2824 views

    Duniabola99.com – Aku lahir dari keluarga yang kaya, di Singapura. Usaha ayahku di bidang eksport/import makanan beku mengharuskanku untuk sering keluar negeri bertemu dengan klien.Suatu waktu, aku harus terbang ke LA. Dan perjalanan selama 15 jam dari Singapura direct ke LA sangatlah panjang dan membosankan. Aku sudah menonton tiga film, makan dua kali dan masih ada sisa 7 jam perjalanan.

    Karena aku duduk di bussiness class di upper deck, aku bisa leluasa turun ke lower deck. Karena duaduanya adalah zone Bussiness Class. Sekitar lima menit, aku melihat pemandangan awan dari jendela kecil.

    Excuse me, sir sebuah suara halus menyapaku dengan ramah. Ternyata seorang pramugari muda berwajah manis sedang tersenyum padaku. Are you from upper deck? Aku mengangguk, Yeah why? aku mengintip name tag di dadanya.

    Yuliana Sastri wah nama indonesia nih ! I am just checking to see whether you need anything, because you have been looking out for quiet a long time jawabnya dengan sopan. Dari Indonesia ya kamu? todongku. Lho iya ! Bapak dari Indo juga? tanya lagi. Uh kok Bapak sih belum juga tua, kok dipanggil Bapak panggil nama aja aku Joe Oh saya Lia Bapak eh kamu mau ke LA ya? kemudian kami ngobrol ngalor ngidul selama tigapuluh menit.

    Ia sudah tinggal di luar negeri selama lebih dari empat tahun. Aslinya dari Bandung. Umurnya baru 23. Belum punya pacar katanya. Kami ngobrol sambil berdiri, lalu tibatiba seorang pramugari lain menghampirinya dan sementara mereka mengobrol, aku mengambil segelas wine yang disiapkan di galley (dapur) mereka.

    Yah aku ditinggal sendiri deh, hehe katanya setelah temannya pergi. Lho, kenapa? Jam istirahat tadi aku uda istirahat 3 jam dan habis ini giliran shift kedua istirahat. mestinya berduaberdua, tapi supervisorku katanya migraine jadi dia istirahat di first class. Mungkin 2 jam lagi baru balik. Untung aja gak penuh Oh gitu ya gapapa deh aku temani aku bosen banget dari tadi di atas sebelahku oom gendut yg ngorok melulu lagi

    Lia tertawa. Manis sekali wajahnya kalau tertawa. Dan aku mulai meneliti tubuhnya. Sekitar 165 cm, berat badannya mungkin 55 dan kulitnya putih sekali seperti orang Jepang. Kamu beneran nih belum punya cowok? tanyaku iseng. Lagi ga ada soalnya cowok terakhir membosankan banget. Dia ga fun dan old fashion

    Lalu ia mulai bercerita tentang mantannya yang masih menganut adat kuno, yang ga suka clubbing, pesta, minum dan tentu saja seks. Wajahnya memerah ketika ia bercerita. Maaf ya, aku kok jadi cerita kayak gini hihi habis memang mantanku itu orangnya aneh. Atau mungkin dia ga tertarik sama aku ya mungkin aku terlalu jelek ya katanya menerawang.

    Gak, kok kamu cantik banget dan aku menatap matanya, seksi bodi kamu seksi banget. Daritadi aku membayangkan bodi kamu di balik seragam itu tambahku dengan berani. Mungkin aku mulai mabuk karena dua gelas white wine. Masa? Kamu boong ya Joe aku kan ga seksi. Toketku aja cuma 34B, hmmm ga seksi sama sekali deh Aku menatapnya dengan penuh napsu. 34B, boleh juga Kalau kamu kasi aku liat, aku mungkin bisa menilai apa bodi kamu seksi beneran atau gak tantangku.

    Lia tampak terkejut. Tapi ia lalu melihat ke kiri ke kanan, sekeliling kami agak gelap karena semua penumpang kelas bisnis nampaknya tengah terlelap. Ia tersenyum padaku , Beneran nih? Sumpah Lalu Lia memberi isyarat agar aku mengikutinya. Ia lalu mulai berjalan ke arah toilet untuk orang handicapped, yang lebih luas daripada toilet biasa. Ia menarikku masuk dan mengunci pintunya dari luar. Di dalam toilet ternyata lebih bising daripada di luar, mungkin karena suara mesin.

    Aku langsung membuka seragam pramugarinya yang bagian atas. Dan tampaklah dadanya yang indah menantang. Ia memakai bra seksi tanpa busa berwarna hitam, putingnya tampak tegang dari balik bra itu. Lia kamu seksi banget desisku sambil lebih mendekatinya, dan langsung mencium bibirnya yang ranum berlipstick pink. Lia membalas ciumanku dengan penuh gairah, dan aku mendorong tubuhnya ke dinding toilet. Tanganku membekap dadanya dan memainkan putingnya dari luar bra nya. Lia mendesah pelan. Ia menciumku makin dalam. Aku lalu berusaha menarik roknya sampai lepas, dan kini tampaklah tubuh ramping seksinya. Tinggalah celana dalam dan bra berwarna hitam transparan serta sepatu hak tingginya. Ia tampak amat seksi. God, u re so sexy, baby bisikku di telinganya.

    Cerita Dewasa Lalu tanganku langsung sibuk membuka kaitan bra nya, dan menciumi lehernya yang indah.Lia mulai meraba bagian depan celana jeansku, dan tampak senang menyentuh bagian itu sudah tegang. Setelah branya lepas, aku langsung menciumi seluruh payudaranya. Kujilati putingnya yang mengeras dan ia melenguh nikmat. Aku ingat, pacarku paling suka kalau aku berlamalama di putingnya. Tapi kali ini tidak ada waktu, karena siapa saja bisa mengetuk pintu toilet, dan itu membuatku bergairah. Lia mulai berusaha membuka ikat pinggangku, dan kemudian melorotkan celanaku sampai ke lantai. Ia menyentuh kont*lku yang keras dari balik boxer kainku, dan mengusap biji pelirku. Kunaikan tubuh Lia ke westafel dan kubuka celana dalamnya. Kuciumi perutnya dan kubuka pahanya. Bulu kemaluannya rapi sekali. Mungkin ia suka bikini waxing seperti cewekcewek di luar pada umumnya. Kujilati mem*knya dengan nikmat, sudah sangat basah sekali. ia mengelinjang dan kulihat dari cermin, ia meraba putingnya sendiri, dan memilinmilinnya dengan kuat. Mungkin memang benar dia terlalu hyper, makanya mantannya bosan.

    Kumasukan dua jari tanganku ke dalam mem*knya, dan ia menjerit tertahan. Ia tersenyum padaku, tampak sangat menyukai apa yg kulakukan. Jari telunjuk dan tengahku menyoloknyolok ke dalam liangnya, dan jempolku merabaraba kasar klitorisnya. Ia makin membuka pahanya, membiarkan aku melakukan dengan leluasa. Semakin aku cepat menggosok klitorisnya, semakin keras desahannya. Sampaisampai aku khawatir akan ada orang yg mendengar dari luar. Lalu tibatiba ia meraih kepalaku, dan seperti menyuruhku menjilati mem*knya. Ahhh ahhh Im gonna come Arghhhh uhhh yes yes baby ia mendesahdesah girang ketika lidahku menekan klitorisnya kuat2. Dan jarijariku makin mengocok mem*knya. Semenit kemudian, Lia benarbenar orgasme, dan membuat mulutku basah kuyub dengan cairannya. Ia tersenyum lalu mengambil jari2ku yang basah dan menjilatinya sendiri dengan nikmat.

    Ia lalu mendorongku duduk di atas toilet yg tertutup, dan mencopot boxerku dengan cepat. Ia duduk bersimpuh dan mengulum kont*lku yang belum tegak benar. Jarijarinya dengan lihay mengusapngusap bijiku dan sesekali menjilatnya. Baru sebentar saja, aku merasa akan keluar. Jilatan dan isapannya sangat kuat, memberikan sensasi aneh antara ngilu dan nikmat. Lia melepaskan pagutannya, dan langsung duduk di atas pangkuanku. Ia bergerak gerak sendiri mengocok kont*lku dengan penuh gairah. Dadanya naik turun dengan cepat, dan sesekali kucubit putingnya dengan keras. Ia tampak sangat menyukai sedikit kekerasan. Maka dari itu, aku memutuskan untuk berdiri dan mengangkat tubuhnya sehingga sekarang posisiku berdiri, dengan kakinya melingkar di pinggangku.

    Kupegang pantatnya yang berisi dan mulai kukocok dengan kasar. Lia tampak sangat menyukainya. Ia mendesahdesah tertahan dan mendorong kepalaku ke dadanya. Karena gemas, kugigit dengan agak keras putingnya. Ia melenguh , Oh gitu Joe gigit seperti itu I feel sexy Kugigit dengan lebih keras puting kirinya, dan kurasakan asin sedikit di lidahku. Tapi tampaknya Lia makin terangsang. kont*lku terus memompa mem*knya dengan cepat, dan kurasakan mem*knya semakin menyempit gila mem*k lo kok menyempit gini, sih Lia Oh gila Ia tersenyum senang. Mungkin ia suka latian body language, soalnya dulu mantanku yang guru BL, bisa mengatur mem*knya jadi sempit jadi gini, dengan latihan rutin. kont*lku keluar masuk mem*knya dengan lebih cepat, dan tibatiba mata Lia merem melek, dan ia semakin menggila, lenguhan dan desahannya semakin kencang hingga aku harus menutup mulutnya dengan sebelah tangannku.

    Ah joe Youre so soo Ohh i am gonna come i m gonna come again Arghhh Ohhhhh uhhhhhh Lia orgasme untuk kedua kalinya dan terkulai ke bahuku. Karena aku masih belum keluar, aku mencabut kont*lku dari mem*knya yang banjir cairannya, dan membalikan tubuhnya menghadap westafel. Biasa kalau habis minum staminaku memang suka lebih gila. Lia tampak mengerti maksudku, ia menunggingkan pantatnya, dan langsung kutusuk kont*lku ke mem*knya dari belakang. Ia mengeram senang, dan aku bisa melihat seluruh tubuhnya dari cermin di depan kami. Ia tampak terangsang, seksi dan acakacakan. Make upnya luntur karena keringat, tapi tubuh seksinya tampak sangat indah.

    Aku mulai memompa mem*knya dengan pelan, lalu makin cepat, dan tangan kiriku meraih puting payudaranya, dan memilinnya dengan kasar, sementara tangan kananku sesekali menepuk keras pantatnya. yeah I am your bitch fu*k me real hard please

    Cerita Panas Buset ga nyangka penampilan manisnya ternyata hanya di luar. Aslinya dia kasar dan gila seks, kaya bule di bokep aja, pikirku makin terangsang. kont*lku makin cepat menusuk2 mem*knya yang semakin lama semakin terasa licin. Tanganku berpindahpindah, kadang mengusapngusap klitorisnya dengan cepat. Badan Lia naik turun sesuai irama kocokanku, dan aku semakin horny melihatnya menggumamkan katakata kasar. kont*lku semakin tegang dan terus menghantam mem*knya dari belakang. Ia mau orgasme lagi, rupanya, karena wajahnya menegang dan ia mengarahkan tanganku mengusap klitorisnya dengan lebih cepat. Ah baby yeah oh yeah kont*lku terasa makin becek oleh cairan mem*knya.

    Lia aku juga mau keluar nih oh tahan dulu kasih aku kont*lmu tahan!!!! Lia langsung membalikan tubuhnya, dan mencaplok kont*lku dengan rakus. Ia mengulumnya naik turun dengan cepat seperti permen, dan dalam itungan detik, menyemprotlah cairan maniku ke dalam mulutnya. ArGGGhhhh!! Oh yes !! erangku tertahan. Lia menyedot kont*lku dengan nikmat, menyisakan sedikit rasa ngilu pada ujung kont*lku, tapi ia tidak peduli, tangan kirinya menekan pelirku dan kanannya mengocok kont*lku dengan gerakan makin pelan.

    Kakiku lemas dan aku terduduk di kursi toilet yg tertutup. Lia berlutut dan menjilati seluruh kont*lku dengan rakus. Kamu takut gak, kalau aku bilang, aku suka banget sama sperma cowok ? bisiknya dengan suara manis sekali. Di selasela engahanku, aku menggeleng penuh kenikmatan. Gila kali mantannya, ga mau sama cewek hot begini !!

    Setelah Lia menjilat bersih kont*lku, ia memakaikan celana jeansku, lalu memakai seragamnya sendiri. Ia membuka kompartemen di belakangnya, dan mengeluarkan sisir dan makeupnya dari sana. Dalam waktu 5 menit, ia sudah tampak seperti pramugari manis yang tadi pertama kulihat, bukan wanita gila seks seperti barusan. Ia memberi isyarat agar aku tidak bersuara, lalu perlahanlahan membuka pintu toilet.

    Setelah yakin aman, ia keluar dan aku mengikutinya dari belakang.

    Baiklah, Pak Joe saya harus siapsiap untuk meal service berikutnya, mungkin Bapak mau istirahat sejenak? godanya dengan nada seksi. Aku tersenyum dan mengangguk setuju. Sebelum aku ke upper deck, kucubit pantatnya dan ia memberiku ciuman yang sangat panas.

    Habis flight itu, ia memberiku nomer telpon hotelnya di LA, dan kami ngeseks gilagilaan tiap hari. Ternyata Lia sangat hyper sex dan bisa orgasme sampai sembilan kali seharinya. Sedangkan aku hanya mampu bucat 2 kali sehari. Dalam flight kembali ke LA, aku mengupgrade kursiku ke first class , karena ia bertugas di first class. Dan sekali lagi kami have sex di toilet, dan kali ini hampir ketauan teman kerjanya. Kami masih sering ketemu sampai hari ini.Kalau aku ke kota dimana dia tinggal.

  • Kisah Memek abg yang sangat puas oleh pembantu

    Kisah Memek abg yang sangat puas oleh pembantu


    2824 views

    Duniabola99.com – Aku terbangun ketika aku merasakan tubuhku digoyang seseorang, ternyata Mbok Parti yang membangunkanku. Untungnya, Mbok Parti pulang lebih awal sehingga ada yang membangunkanku karena jam wekerku mati, setelah mataku sudah bisa dibuka lebar, aku langsung mandi dan bersiap-siap, kemudian aku pergi ke sekolah dengan ojek.


    Di pangkalan ojek, para tukang ojek berebutan untuk memboncengiku karena selain aku wanita, wajahku cantik, dan juga seragam sekolahku sangatlah sexy, tentu saja mereka pada berebut. Tentu saja ketika aku sampai di sekolah, teman-teman cowokku menyapaku dan berebutan memintaku untuk jalan bareng ke kelas. Tapi, aku menolak karena aku sedang ingin jalan ke kelas sendirian.

    Aku belajar di sekolah seperti biasa sampai pulang ke sekolah. Setelah pulang, aku mengobrol-obrol dengan teman-temanku di kantin sekolah, seperti biasa banyak teman-teman cowokku yang ingin duduk dekat aku, aku sih gak masalah yang penting bisa nyambung kalau bicara denganku.

    Ketika aku sedang mengobrol dengan teman-temanku, aku melihat tukang sapu sekolahku mencuri-curi pandang kepada aku dan disaat mata kami saling bertemu, aku memberikan senyuman dan dia juga membalas dengan senyuman. Sifat gila dan nakalku mulai kambuh lagi karena aku ingin memberikan tubuhku kepada tukang sapu sekolah yang sudah berusia 60 tahun itu.

    Lalu aku mengobrol dengan teman-temanku sampai sekitar jam 6 sore sehingga satu per satu temanku sudah dijemput oleh supir mereka ataupun ayah mereka. Hingga tinggal aku yang ada di kantin sekolah, sedangkan orang yang berjualan di kantin juga sudah pulang semuanya. Seram juga sendirian di kantin, jadi aku pergi untuk menjalankan rencanaku yaitu menggoda tukang sapu sekolah yang bernama Mang Diman. Setelah aku cari-cari tidak ketemu dan juga keadaan bertambah seram, aku berniat untuk pulang ke rumah, tapi sebelumnya karena suasana yang lumayan dingin, aku jadi ingin ke kamar mandi.

    Setelah aku menyelesaikan “panggilan alam”, aku mencuci tanganku di wastafel, lalu aku mengaca di depan kaca besar yang ada di sebelah wastafel untuk merapihkan pakaian dan rambutku. Sebelum keluar dari kamar mandi, aku meminum pil pencegah kehamilan yang bisa sampai satu minggu. Ketika aku keluar dari kamar mandi, aku bertemu Mang Diman sedang mengepel lantai di depan pintu kamar mandi.

    “neng Denis, kok belum pulang hari gini?”.
    “dari tadi mau pulang cuma aku kebelet pipis, jadinya aku ke toilet dulu”.
    “gimana, lancar gak?”.
    “lancar apanya?”.
    “pipisnya neng lancar gak?”.
    “oh, pipis aku lancar kok,, “.
    “oh ya, baju neng keliatannya sempit banget ya”.
    “abisnya gak ada baju lagi sih, emang kenapa bang, seragam aku bikin nafsu ya”.
    “iya, baju neng tuh sexy banget,,”.
    “tapi abang suka kan?”, melihat aku tidak menolak mengobrol hal-hal yang jorok, Mang Diman semakin mengarahkan obrolan kami ke arah yang berbau sex dan sepertinya Mang Diman sudah sangat bernafsu melihat tubuh putihku yang dibalut seragam super ketat dan super mini.

    Aku baru ingat kalau aku biasa pusing lalu pingsan setelah meminum obat pencegah kehamilan. Benar saja, tiba-tiba kepalaku pusing tujuh keliling dan aku langsung tak sadar kemudian tubuhku langsung ambruk ke Mang Diman, setelah itu aku tidak tau lagi. Aku mulai sadar ketika kurasakan benda asing memasuki vaginaku, spontan kubuka mataku dan aku melihat Mang Diman sedang memasukkan 2 jarinya ke dalam vaginaku sementara tangan satunya menutupi mulutku. Mang Diman terus mengobok-obok vaginaku dengan 2 jarinya, 10 menit kemudian aku sudah tak tahan lagi menahan kenikmatan seperti, lalu tubuhku mengejang dan akhirnya cairan vaginaku mengalir deras.

    Kemudian Mang Diman melepaskan tangannya dari mulutku juga vaginaku, lalu berkata

    “maaf neng, abang udah gak tahan”, aku mengatur nafasku dulu baru aku menjawab
    “ah, gak apa-apa kok bang, aku tau kalau gak ada laki-laki yang tahan kalau ngeliat aku pake seragam ini”.
    “bener nih non, gak apa-apa?” tanyanya lagi,
    “iya, bener, tapi jangan disini donk, gak enak, serem lagi” balasku karena aku dikerjai di bangku kantin.
    “yaudah, yuk ke gudang aja”. “oh ya, ngomong-ngomong celana dalamku kemana?”.
    “nih, tadinya mau Mang Diman buang tapi takut non marah”.
    “untung gak dibuang, kalau dibuang kan tar pulang vaginaku bisa disemutin”.
    “emangnya vagina neng manis ya”.
    “tar deh cobain, pasti abang sampe ketagihan”.
    “wah, jadi pengen cepet-cepet”. Tanpa terasa sudah di depan gudang, lalu kami berdua masuk ke gudang.


    Setelah menyalakan lampu, Mang Diman langsung meraba-raba tubuhku, meremas-remas dadaku serta menciumi leher jenjangku yang putih dari belakang. Dia meneruskan aktivitasnya sambil membuka kancing bajuku, setelah kancing bajuku terbuka semua, Mang Diman kini menurunkan rokku sehingga kini bagian bawahku sama sekali tidak ada penghalang yang membuatku bisa merasakan batang penis Mang Diman sudah tegak mengacung ke pantatku.

    Lalu aku menyuruh Mang Diman untuk melepaskan dekapannya dulu, setelah pelukannya dilepas, aku membalikkan tubuhku dan membuka baju serta bhku sehingga tubuh putih mulusku terpampang jelas di depan tukang sapu sekolah yang pantasnya menjadi kakekku. Baru saja bhku kulepas, Mang Diman langsung melahap kedua daging kenyalku. Aku hanya berkata dalam hati

    “dasar lelaki, gak tua, gak muda, kalau udah ngeliat cewek cakep telanjang langsung nyosor”, tapi konsentrasiku terpecah karena Mang Diman menggigit dan menarik-narik kedua putingku bergantian dengan mulutnya yang sedikit ompong itu.

    Aku hanya mendesah menikmati jilatan demi jilatan di setiap senti kedua daging kenyalku. Setelah kedua buah dadaku sudah dipenuhi air liurnya, Mang Diman menggelar tikar lalu menyuruhku tiduran di atas tikar itu dan melebarkan kakiku karena dia ingin menjilati vaginaku. Kulakukan semua perintah Mang Diman. Kini vaginaku yang merah merekah dan sudah basah akibat cairanku sendiri terpampang jelas seolah menantang Mang Diman untuk segera melahapnya. Rupanya Mang Diman ingin melahap vaginaku dan ingin penisnya di oral olehku secara bersamaan, makanya kami mengambil posisi 69 dengan aku diatasnya.

    Lalu aku mulai menikmati rokok daging Mang Diman yang sudah berdiri tegak sementara vaginaku sudah dijilati Mang Diman di bawah sana. Kukeluarkan tekhnik oralku, kusentil-sentil lubang kencingnya dengan lidahku, kujilat-jilati buah zakarnya, dan kutelusuri setiap milimeter dari batang penis Mang Diman.

    Tapi, gara-gara kulumanku, Mang Diman malah jadi tambah semangat menjilati vaginaku yang membuatku merasa sangat nikmat sehingga aku harus menghentikan kulumanku karena aku merasa sebentar lagi akan mencapai orgasme. Mang Diman semakin membuatku semakin keenakan karena selain dia menjilati vagina dan klitorisku, dia juga memasuk-masukkan 2 jarinya ke dalam vagina dan anusku secara bergantian lalu akhirnya beberapa detik kemudian, cairanku mengalir deras dari vaginaku yang langsung diseruput Mang Diman sampai berbunyi

    “ssllurrppp,,,,”.
    “vagina neng emang bener-bener manis banget, abang jadi ketagihan” kata Mang Diman setelah meminum habis cairan vaginaku. “bener kan kataku, semua laki-laki yang pernah ngerasain vaginaku pasti pada ketagihan deh”, balasku pada Mang Diman yang kini mulai menjilati vaginaku lagi, sementara aku melanjutkan kulumanku.

    Sudah 15 menit aku mengulum penis keriput Mang Diman tapi sama sekali tak ada tanda-tanda akan orgasme, ini membuatku bingung karena tidak ada laki-laki yang bisa tahan sampai selama ini kalau aku sudah mengeluarkan tekhnik oralku.

    “Tapi masa bodoh ah, yang penting ada penis yang bisa aku jilati” pikirku dalam hati, lalu 5 menit kemudian aku mengalami orgasme lagi dan cairan vaginaku langsung diseruput habis oleh Mang Diman seperti sebelumnya. Lalu aku berkata “udah dong bang, masa vaginaku cuma dijilati doang, tusuk dong pake penis abang”,
    “ok neng, penis abang juga udah gak sabar pengen ngaduk-ngaduk vagina neng” balas Mang Diman.

    Kemudian aku memutar badanku sehingga wajah kami saling bertemu lalu kami berciuman sangat mesra dan bergairah, lidah kami saling membelit, setelah aku melepaskan cumbuanku, Mang Diman berkata “bibir non rasanya kayak lemon manis”, kebetulan tadi pagi aku memakai lipgloss rasa lemon, jadi mungkin terasa oleh Mang Diman. Lalu aku memegang penis Mang Diman yang berukuran 14 cm dan berdiameter 7 cm, kemudian aku menuntun penis Mang Diman ke dalam vaginaku dan lalu ketika penis Mang Diman sudah berada di dalam vaginaku, aku menurunkan pinggulku sementara Mang Diman menaikkan pinggulnya sehingga aku merasakan seolah penis Mang Diman menancap sangat dalam sampai mentok.

    Kemudian Mang Diman mulai memompa penisnya keluar masuk di dalam vaginaku sementara aku menaikkan badanku ketika Mang Diman menarik penisnya dari vaginaku dan aku menurunkan badanku ketika Mang Diman memasukkan penisnya ke dalam vaginaku sehingga penisnya tertanam sangat dalam di vaginaku. Sambil terus menggenjotku, Mang Diman berkata

    “neeng,,, keset baanggeet”, aku hanya membalas dengan desahan-desahan karena sangat nikmat.


    Tak terasa sudah 30 menit Mang Diman menggenjot vaginaku, tapi tidak ada tanda-tanda akan orgasme, malah Mang Diman mengganti-ganti caranya menghujamkan penisnya ke dalam vaginaku, kadang dia menghujamkan penisnya kuat-kuat ke dalam vaginaku, kadang dia menghujamkan penisnya secara cepat lalu mengeluarkannya secara perlahan, dan kadang aku hanya diam sedangkan dia terus memompa vaginaku tanpa ampun. Kemudian dia minta berganti posisi, kali ini aku yang dibawah sementara Mang Diman menindih tubuhku dan mulai memompa penisnya di dalam vaginaku lagi.

    Memang luar biasa kakek yang satu ini, tak kusangka dalam umurnya yang sudah 60-an ini masih bisa membuat ABG sepertiku berkali-kali mengalami orgasme sedangkan dia sama sekali belum menunjukkan akan orgasme. Vaginaku sudah banjir akibat cairan vaginaku sendiri sehingga menimbulkan bunyi

    “Cleek,,,Clekk,,,Clekk” saat Mang Diman memompa vaginaku.

    Aku sudah tak kuat lagi karena tenagaku sudah habis terkuras akibat berkali-kali mengalami orgasme sehingga aku hanya bisa mendesah lemah merasakan penis Mang Diman yang kuat dan perkasa keluar masuk vaginaku, sementara Mang Diman terus menggenjot penisnya, lidahnya masuk ke dalam mulutku yang langsung kusambut dengan cara menghisap lidahnya dan membelitnya dengan lidahku, kemudian dia melepaskan ciumannya dan berkonsentrasi lagi pada genjotannya terhadap vaginaku. Akhirnya, 25 menit kemudian, Mang Diman mempercepat sodokannya lalu dia berkata

    “neeeng, ke,,,ke,,luarin,,,,di,,,di,,,mana?”,
    “di,,,da,,,,lem,,,ajjjaaa” balasku. Tak lama kemudian, Mang Diman menyemprotkan spermanya ke dalam vaginaku dalam jumlah yang sangat banyak.

    Setelah yakin spermanya sudah tidak keluar lagi, Mang Diman mengeluarkan penisnya yang berlumuran sperma dan cairan vaginaku dari dalam vaginaku, lalu dia mengorek-ngorek vaginaku dengan 3 jarinya dan kemudian dia menyodorkan penisnya ke mulutku yang langsung kusambut untuk merasakan spermanya dan cairan vaginaku sendiri.

    Setelah penisnya bersih, kini Mang Diman menyodorkan 3 jarinya yang berlumuran sperma dan cairanku, langsung kumasukkan 3 jari keriput Mang Diman ke dalam mulutku dan kemudian kujilati semuanya sampai bersih. Lalu dia duduk di kursi untuk beristirahat sementara aku juga berbaring lemah di tikar, untuk 10 menit ke depan ruangan itu hanya dipenuhi suara nafas kami yang tersengal-sengal dan juga suara jangkrik dari luar.


    “neng, gak nyuci vagina dulu”.
    “gak, ah males, emang kenapa?”.
    “nggak, emangnya neng gak takut hamil?”. Karena sudah kebiasaan di gangbang, tubuhku merasa segar setelah beberapa menit beristirahat, lalu aku bangkit menghampirinya dan duduk di atas pahanya, kemudian penisnya kumasukkan ke dalam vaginaku yang masih basah tak karuan, lalu kutekan kepalanya ke dadaku dan kusuruh untuk menjilati seluruh bagian dadaku.
    “aku sayang banget ma Mang Diman, jadi aku gak takut kalau punya anak dari Mang Diman”.
    “iyaa,,, tapi kan kalau neng hamil bisa berabe!”.
    “hahaha,,, tenang aja lagi bang, aku udah minum obat pencegah hamil jadi gak mungkin hamil”.
    “fiuh, abang takut kalau punya anak lagi”.
    “emangnya abang punya anak berapa?”.
    “gara-gara penis ini, abang punya 5 anak laki-laki yang sekarang sudah berkeluarga”.
    “terus istri abang kemana?”.
    “udah meninggal duluan”.
    “oh, maaf bang aku gak tau”.
    “gak apa-apa, tapi ngomong-ngomong abang gak nyangka,, kalau neng Denis kuat juga”.
    “aku lebih gak nyangka kalau Mang Diman masih bisa bikin ABG kayak aku puas setengah mati”.
    “siapa dulu,,, Mang Diman!!” Lalu kurasakan penisnya sudah tegang lagi di dalam vaginaku.
    “wah, abang udah tegang lagi, cepet banget!!”.
    “lagian sih neng, naro penis abang di tempat yang anget ama sempit kayak gini, dan belom lagi abang disuguhin dada yang montok kayak gini, gimana penis abang gak cepet bangun”.
    “yawdah bang, ronde kedua yuk, tapi kali ini lubang yang ditusuk pantatku ya, pasti abang pengen nyoba kan?”.
    “ide bagus tuh, pasti lubang pantat neng seret ‘n sempit banget”. Lalu kami mulai ronde kedua dengan lubang anusku menjadi sasaran keperkasaan penis Mang Diman.

    Seperti sebelumnya, dalam waktu kurang lebih sejam Mang Diman menggenjot anusku dan akhirnya dia menyemprotkan spermanya ke dalam anusku, setelah itu aku melakukan cleaning service terhadap penisnya. Lalu kami berdua istirahat, dan Mang Diman mengelap badan keriputnya dengan handuk yang biasa dibawanya, sementara aku masih terkulai lemas di tikar. Setelah 15 menit beristirahat, Mang Diman memakai pakaiannya lagi sambil mengobrol denganku.

    “neng, emangnya gak takut ama HIV atau yang lain?”.
    “HIV,, gak takut layau, obat yang aku minum selain mencegah hamil juga bisa nangkal semua penyakit ‘n juga bikin vagina ama lubang pantatku sempit terus”.
    “wow, itu obat dahsyat banget, dapet darimana neng?”.
    “dapet dari temen aku yang ada di luar negeri”.
    “oo gitu, ngomong-ngomong udah jam 10 nih, neng mau pulang gak?”.
    “gak nyangka udah jam 10, penis abang sih bikin aku lupa daratan,,,hehe”.
    “ya udah, abang anterin ya”. Lalu aku memakai pakaianku, setelah selesai memakai pakaianku, aku menggandeng tangan keriput Mang Diman keluar gudang lalu menuju tempat parkir motor.

    Kemudian aku diboncengi pulang dengan motor antik Mang Diman, selama di perjalanan aku memeluk badan Mang Diman dengan erat seperti memeluk pacarku sendiri. Setelah sampai di depan pintu gerbang rumahku, aku turun dari motor Mang Diman.
    “neng, boleh gak kapan-kapan kita ngentot lagi?”.
    “gak usah kapan-kapan, setiap jam 7 malam abis pulang sekolah, tubuhku milik abang”.
    “beneran nih neng?”
    “bener bang, kan tadi aku udah bilang, aku sayang banget ama abang Diman, jadinya aku seneng kalau tiap pulang sekolah bisa ketemu abang ama penis abang yang mantap itu, tapi ada saratnya nih bang”.
    “saratnya apaan neng?”.
    “yang pertama kalau pas siang harinya, sikap abang harus biasa aja ke aku soalnya aku takut ketauan ama sekolah”.
    “ok,, abang sanggup, terus apaan lagi neng saratnya?”
    “sarat yang kedua, abang jangan manggil aku neng lagi, mau gak?”.
    “terus abang manggil neng Denis sayang boleh?”.
    “itu terserah abang, terus sarat terakhirnya abang jangan jajan sembarangan soalnya aku gak mau abang kena penyakit lagipula kan udah aku yang bisa bikin abang puas”.
    “gak nyangka saratnya gampang banget, kirain saratnya susah, yaudah neng, eh sayang, abang pulang dulu ya, udah capek nih”. “yaudah, ati-ati ya sayangku, besok malem lagi ya”. Lalu aku mencium bibir tuanya, dan kemudian dia memacu motornya menjauh dari pintu gerbang rumahku, sedangkan aku masuk ke dalam rumahku.

    Aku memberikan alasan belajar di rumah temen ke Mbok Parti, tapi Mbok Parti mengeluarkan kata-kata yang tidak dapat kupercaya.


    “jangan pake alasan itu, Mbok udah tau kalau non Denis udah gak perawan ‘n sering tidur sama laki-laki kok”. Mataku terbelalak mendengar itu karena kupikir Mbok Parti tidak tau kehidupanku.
    “mbok tau darimana?”.
    “wong, Mbok yang ngejaga non dari bayi sampe segede gini masa Mbok gak tau sih”.
    “ta,,,ta,,,tapi, Mbok gak bakal bilang ke papi mami kan?”
    “tenang aja non, Mbok udah anggep non sebagai anak Mbok sendiri jadi Mbok gak bakal bikin non susah”.
    “fiuh,, makasih banget Mbok, aku emang lebih sayang Mbok ketimbang papi mamiku yang selalu ninggalin aku”.
    “yaudah non, gak usah nangis gitu, mereka kerja di luar negeri buat non juga”.
    “ya, aku juga tau Mbok, mungkin sudah jalan hidupku begini”.
    “yaudah non gak usah dipikirin, ngomong-ngomong non Denis kan sering tidur ama banyak lelaki, emangnya gak takut kena AIDS ?”.
    “nggak Mbok, soalnya ada obat ini, selain mencegah hamil selama 7 hari, obat ini juga bisa menangkal segala penyakit kelamin. Obat ini aku dapat dari temanku yang ada di luar negeri”.
    “oohh, gitu, yaudah non makan dulu sana, abis itu non mandi terus tidur”.
    “ok, tapi aku punya satu pertanyaan lagi nih Mbok, boleh gak aku telanjang aja di rumah tiap hari?”.
    “terserah non aja,,,”. Lalu kubuka pakaian seragamku beserta bh dan celanaku sehingga tubuhku yang habis digarap oleh Mang Diman terpampang jelas di hadapan Mbok Parti tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuhku.

    Mbok Parti berkomentar ketika melihat berkas-berkas merah di payudara dan leherku karena cupangan-cupangan Mang Diman. Dan Mbok Parti berkata

    “non Denis, kayak abis diperkosa aja” ketika melihat noda sperma yang telah mengering di daerah selangkanganku dan juga dari lubang anusku.


    Aku hanya tersenyum, lalu aku makan, setelah makan aku pergi ke kamarku lalu mandi dan kemudian setelah itu aku tidur dalam keadaan senang karena kini setiap malam sehabis pulang sekolah, ada penis Mang Diman yang bisa mengobok-obok vagina dan anusku dalam waktu yang sangat lama sehingga membuatku mendapat kepuasaan tiada tara.

  • Kisah Memek Mertua Horni

    Kisah Memek Mertua Horni


    2823 views

    Duniabola99.com – Sudah dua tahun ini aku menikah dengan Virni, dia seorang model iklan dan 6 bulan lalu, dia menjadi seorang bintang sinetron, sementara aku sendiri adalah seorang wiraswasta di bidang pompa bensin.

    Umurku kini 32 tahun, sedangkan Virni 21 tahun. Virni seorang yang cantik dengan kulit yang putih bersih mungkin karena keturunan dari ibunya. Aku pun bangga mempunyai istri secantik dia. Ibunya Virni, mertuaku, sebut saja Mama Ratih, orangnya pun cantik walau usianya sudah 39-tahun. Mama Ratih merupakan istri ketiga dari seorang pejabat negara ini, karena istri ketiga jadi suaminya jarang ada di rumah, paling-paling sebulan sekali. Sehingga Mama Ratih bersibuk diri dengan berjualan berlian.

    Aku tinggal bersama istriku di rumah ibunya, walau aku sendiri punya rumah tapi karena menurut istriku, ibunya sering kesepian maka aku tinggal di mertua. Aku yang sibuk sekali dengan bisnisku, sementara Mama Ratih juga sibuk, kami jadi jarang berkomunikasi tapi sejak istriku jadi bintang sinetron 6 bulan lalu, aku dan Mama Ratih jadi semakin akrab malahan kami sekarang sering melakukan hubungan suami istri, inilah kisahnya.


    Sejak istriku sibuk syuting sinetron, dia banyak pergi keluar kota, otomatis aku dan mertuaku sering berdua di rumah, karena memang kami tidak punya pembantu. Tiga bulan lalu, ketika istriku pergi ke Jogja, setelah kuantar istriku ke stasiun kereta api, aku mampir ke rumah pribadiku dan baru kembali ke rumah mertuaku kira-kira jam 11.00 malam. Ketika aku masuk ke rumah aku terkaget, rupanya mertuaku belum tidur. Dia sedang menonton TV di ruang keluarga.

    “Eh, Ma.. belum tidur…”
    “Belum, Tom… saya takut tidur kalau di rumah belum adaorang…”
    “Oh, Maaf Ma, saya tadi mampir ke rumah dulu.. jadi agak telat…”
    “Virni… pulangnya kapan?”
    “Ya… kira-kira hari Rabu, Ma… Oh.. sudah malam Ma, saya tidur dulu…”
    “Oke… Tom, selamat tidur…”

    Kutinggal Mama Ratih yang masih nonton TV, aku masuk ke kamarku, lalu tidur. Keesokannya, Sabtu Pagi ketika aku terbangun dan menuju ke kamar makan kulihat Mama Ratih sudah mempersiapkan sarapan yang rupanya nasi goreng, makanan favoritku.

    “Selamat Pagi, Tom…”
    “Pagi… Ma, wah Mama tau aja masakan kesukaan saya.”
    “Kamu hari ini mau kemana Tom?”
    “Tidak kemana-mana, Ma… paling cuci mobil…”
    “Bisa antar Mama, Mama mau antar pesanan berlian.”
    “Oke.. Ma…”

    Hari itu aku menemani Mama pergi antar pesanan dimana kami pergi dari jam 09.00 sampai jam 07.00 malam. Selama perjalanan, Mama menceritakan bahwa dia merasa kesepian sejak Virni makin sibuk dengan dirinya sendiri dimana suaminya pun jarang datang, untungnya ada diriku walaupun baru malam bisa berjumpa. Sejak itulah aku jadi akrab dengan Mama Ratih.

    Sampai di rumah setelah berpergian seharian dan setelah mandi, aku dan Mama nonton TV bersama-sama, dia mengenakan baju tidur modelnya baju handuk sedangkan aku hanya mengenakan kaus dan celana pendek. Tiba-tiba Mama menyuruhku untuk memijat dirinya.

    “Tom, kamu capek nggak, tolong pijatin leher Mama yach… habis pegal banget nih…”
    “Dimana Ma?”
    “Sini.. Leher dan punggung Mama…”

    Aku lalu berdiri sementara Mama Ratih duduk di sofa, aku mulai memijat lehernya, pada awalnya perasaanku biasa tapi lama-lama aku terangsang juga ketika kulit lehernya yang putih bersih dan mulus kupijat dengan lembut terutama ketika kerah baju tidurnya diturunkan makin ke bawah dimana rupanya Mama Ratih tidak mengenakan BH dan payudaranya yang cukup menantang terintip dari punggungnya olehku dan juga wangi tubuhnya yang sangat menusuk hidungku.


    “Maaf, Ma… punggung Mama juga dipijat…”
    “Iya… di situ juga pegal…”

    Dengan rasa sungkan tanganku makin merasuk ke punggungnya sehingga nafasku mengenai lehernya yang putih, bersih dan mulus serta berbulu halus. Tiba-tiba Mama berpaling ke arahku dan mencium bibirku dengan bibirnya yang mungil nan lembut, rupanya Mama Ratih juga sudah mulai terangsang.

    “Tom, Mama kesepian… Mama membutuhkanmu…” Aku tidak menjawab karena Mama memasukkan lidahnya ke mulutku dan lidah kami bertautan.

    Tanganku yang ada di punggungnya ditarik ke arah payudaranya sehingga putingnya dan payudaranya yang kenyal tersentuh tanganku. Hal ini membuatku semakin terangsang, dan aku lalu merubah posisiku, dari belakang sofa, aku sekarang berhadapan dengan Mama Ratih yang telah meloloskan bajunya sehingga payudaranya terlihat jelas olehku.

    Aku tertegun, rupanya tubuh Mama Ratih lebih bagus dari milik anaknya sendiri, istriku. Aku baru pertama kali ini melihat tubuh ibu mertuaku yang toples.

    “Tom, koq bengong, khan Mama sudah bilang, Mama kesepian…”
    “iya… iya.. iya Mah,”

    Ditariknya tanganku sehingga aku terjatuh di atas tubuhnya, lalu bibirku dikecupnya kembali. Aku yang terangsang membalasnya dengan memasukkan lidahku ke mulutnya. Lidahku disedot di dalam mulutnya. Tanganku mulai bergerilya pada payudaranya. Payudaranya yang berukuran 36B sudah kuremas-remas, putingnya kupelintir yang membuat Mama Ratih menggoyangkan tubuhnya karena keenakan.

    Tangannya yang mungil memegang batangku yang masih ada di balilk celana pendekku. Diusap-usapnya hingga batangku mulai mengeras dan celana pendekku mulai diturunkan sedikit, setelah itu tangannya mulai mengorek di balik celana dalamku sehingga tersentuhlah kepala batangku dengan tangannya yang lembut yang membuatku gelisah.

    Keringat kami mulai bercucuran, payudaranya sudah tidak terpegang lagi tanganku tapi mulutku sudah mulai menari-nari di payudaranya, putingnya kugigit, kuhisap dan kukenyot sehingga Mama Ratih kelojotan, sementara batangku sudah dikocok oleh tangannya sehingga makin mengeras.

    Tanganku mulai meraba-raba celana dalamnya, dari sela-sela celana dan pahanya yang putih mulus kuraba vaginanya yang berbulu lebat. Sesekali kumasuki jariku pada liang vaginanya yang membuat dirinya makin mengelinjang dan makin mempercepat kocokan tangannya pada batangku.

    Pic shows: Girl, named by some Weibo users as Ju Peng, had posted an oline ad looking for “temporary boyfriends” who have to fund her transport and expenses while she is in the city. A 19-year-old girl who is funding an epic trip across China by bedding a different man in every city she stops in has created a sensation on the country’ social network website. The girl – named by some Weibo users as Ju Peng from Shanghai – had posted an online ad looking for “temporary boyfriends” who must be “good looking, under 30, taller than 1.75 metres and, of course, rich.” Says Ju: “They will fund my transport to their city and all my expenses while I am there and they need to be generous.” She adds: “In return, they get a whole night with me, my undivided attention, and a chance to show themselves off in the company of a truly beautiful girl.” Ju says she has travelled all over eastern China this way and wants to see the rest of the country. She said: “It is sort of like hitch hiking. It’s nothing to be ashamed of.” But critics say the deal is nothing but prostitution and have called for the ad to be taken down. One Weibo user Hsin Tao said: “If she was taking cash we’d all know what to call her. This is a disgusting way to carry on.” (ends)

    Hampir 10 menit lamanya setelah vaginanya telah basah oleh cairan yang keluar dengan berbau harum, kulepaskan tanganku dari vaginanya dan Mama Ratih melepaskan tangannya dari batangku yang sudah keras. Mama Ratih lalu berdiri di hadapanku, dilepaskannya baju tidurnya dan celana dalamnya sehingga aku melihatnya dengan jelas tubuh Mama Ratih yang bugil dimana tubuhnya sangat indah dengan tubuh tinggi 167 cm, payudara berukuran 36B dan vagina yang berbentuk huruf V dengan berbulu lebat, membuatku menahan ludah ketika memandanginya.

    “Tom, ayo… puasin Mama…”
    “Ma… tubuh Mama bagus sekali, lebih bagus dari tubuhnya Virni…”
    “Ah… masa sih..”
    “Iya, Ma.. kalau tau dari 2 tahun lalu, mungkin Mamalah yang saya nikahi…”
    “Ah.. kamu bisa aja…”
    “Iya.. Ma.. bener deh..”
    “Iya sekarang.. puasin Mama dulu.. yang penting khan kamu bisa menikmati Mama sekarang…”
    “Kalau Mama bisa memuaskan saya, saya akan kawini Mama…”

    Mama lalu duduk lagi, celana dalamku diturunkan sehingga batangku sudah dalam genggamannya, walau tidak terpegang semua karena batangku yang besar tapi tangannya yang lembut sangat mengasyikan.

    “Tom, batangmu besar sekali, pasti Virni puas yach.”
    “Ah.. nggak. Virni.. biasa aja Ma…”
    “Ya.. kalau gitu kamu harus puasin Mama yach…”
    “Ok… Mah…”

    Mulut mungil Mama Ratih sudah menyentuh kepala batangku, dijilatnya dengan lembut, rasa lidahnya membuat diriku kelojotan, kepalanya kuusap dengan lembut. Batangku mulai dijilatnya sampai biji pelirku, Mama Ratih mencoba memasukkan batangku yang besar ke dalam mulutnya yang mungil tapi tidak bisa, akhirnya hanya bisa masuk kepala batangku saja dalam mulutnya.

    Hal ini pun sudah membuatku kelojotan, saking nikmatnya lidah Mama Ratih menyentuh batangku dengan lembut. Hampir 15 menit lamanya batangku dihisap membuatnya agak basah oleh ludah Mama Ratih yang sudah tampak kelelahan menjilat batangku dan membuatku semakin mengguncang keenakan.

    Setelah itu Mama Ratih duduk di Sofa dan sekarang aku yang jongkok di hadapannya. Kedua kakinya kuangkat dan kuletakkan di bahuku. Vagina Mama Ratih terpampang di hadapanku dengan jarak sekitar 50 cm dari wajahku, tapi bau harum menyegarkan vaginanya menusuk hidungku.


    “Ma, Vagina Mama wangi sekali, pasti rasanya enak sekali yach.”
    “Ah, masa sih Tom, wangi mana dibanding punya Virni dari punya Mama.”
    “Jelas lebih wangi punya mama dong…”
    “Aaakkhh…”

    Vagina Mama Ratih telah kusentuh dengan lidahku. Kujilat lembut liang vagina Mama Ratih, vagina Mama Ratih rasanya sangat menyegarkan dan manis membuatku makin menjadi-jadi memberi jilatan pada vaginanya.

    “Ma, vagina… Mama sedap sekali.. rasanya segar…”
    “Iyaaaah… Tom, terus… Tom… Mama baru kali ini vaginanya dijilatin… ohhh.. terus… sayang…”

    Vagina itu makin kutusuk dengan lidahku dan sampai juga pada klitorisnya yang rasanya juga sangat legit dan menyegarkan. Lidahku kuputar dalam vaginanya, biji klitorisnya kujepit di lidahku lalu kuhisap sarinya yang membuat Mama Ratih menjerit keenakan dan tubuhnya menggelepar ke kanan ke kiri di atas sofa seperti cacing kepanasan.

    “Ahh… ahh.. oghh oghh… awww.. argh.. arghh.. lidahmu Tom… agh, eena… enakkkhh.. aahh… trus.. trus…”

    Klitoris Mama Ratih yang manis sudah habis kusedot sampai berulang-ulang, tubuh Mama Ratih sampai terpelintir di atas sofa, hal itu kulakukan hampir 30 menit dan dari vaginanya sudah mengeluarkan cairan putih bening kental dan rasanya manis juga, cairan itupun dengan cepat kuhisap dan kujilat sampai habis sehingga tidak ada sisa baik di vaginanya maupun paha mama Ratih.

    “Ahg… agh… Tom… argh… akh.. akhu… keluar.. nih… ka.. kamu.. hebat dech…” Mama Ratih langsung ambruk di atas sofa dengan lemas tak berdaya, sementara aku yang merasa segar setelah menelan cairan vagina Mama Ratih, langsung berdiri dan dengan cepat kutempelkan batang kemaluanku yang dari 30 menit lalu sudah tegang dan keras tepat pada liang vagina Mama Ratih yang sudah kering dari cairan.

    Mama Ratih melebarkan kakinya sehingga memudahkanku menekan batangku ke dalam vaginanya, tapi yang aku rasakan liang vagina Mama Ratih terasa sempit, aku pun keheranan.

    “Ma… vagina Mama koq sempit yach… kayak vagina anak gadis.”
    “Kenapa memangnya Tom, nggak enak yach…”
    “Justru itu Ma, Mama punya sempit kayak punya gadis. Saya senang Ma, karena vagina Virni sudah agak lebar, Mama hebat, pasti Mama rawat yach?”
    “Iya, sayang.. walau Mama jarang ditusuk, vaginanya harus Mama rawat sebaik-baiknya, toh kamu juga yang nusuk…”
    “Iya Ma, saya senang bisa menusukkan batang saya ke vagina Mama yang sedaaap ini…”
    “Akhhhh… batangmu besar sekali…”

    Vagina Mama Ratih sudah terterobos juga oleh batang kemaluanku yang diameternya 4 cm dan panjangnya 28 cm, setelah 6 kali kuberikan tekanan.


    Pinggulku kugerakan maju-mundur menekan vagina Mama Ratih yang sudah tertusuk oleh batangku, Mama Ratih hanya bisa menahan rasa sakit yang enak dengan memejamkan mata dan melenguh kenikmatan, badannya digoyangkan membuatku semakin semangat menggenjotnya hingga sampai semua batangku masuk ke vaginanya.

    “Tom.. nggehhh.. ngghhh.. batangmu menusuk sampai ke perut.. nich.. agggghhh.. agghhh.. aahhh.. eenaakkhh…” Aku pun merasa keheranan karena pada saat masukkan batangku ke vaginanya Mama Ratih terasa sempit, tapi sekarang bisa sampai tembus ke perutnya.

    Payudara Mama Ratih yang ranum dan terbungkus kulit yang putih bersih dihiasi puting kecil kemerahan sudah kuterkam dengan mulutku. Payudara itu sudah kuhisap, kujilat, kugigit dan kukenyot sampai putingnya mengeras seperti batu kerikil dan Mama Ratih belingsatan, tangannya membekap kepalaku di payudaranya sedangkan vaginanya terhujam keras oleh batangku selama hampir 1 jam lamanya yang tiba-tiba Mama Ratih berteriak dengan lenguhan karena cairan telah keluar dari vaginanya membasahi batangku yang masih di dalam vaginanya, saking banyaknya cairan itu sampai membasahi pahanya dan pahaku hingga berasa lengket.

    “Arrrgghhhh.. argghhh.. aakkkhh.. Mama… keluar nich Tom… kamu belum yach..?” Aku tidak menjawab karena tubuhnya kuputar dari posisi terlentang dan sekarang posisi menungging dimana batangku masih tertancap dengan kerasnya di dalam vagina Mama Ratih, sedangkan dia sudah lemas tak berdaya.

    Kuhujam vagina Mama Ratih berkali-kali sementara Mama Ratih yang sudah lemas seakan tidak bergerak menerima hujaman batangku, Payudaranya kutangkap dari belakang dan kuremas-remas, punggungnya kujilat. Hal ini kulakukan sampai 1 jam kemudian di saat Mama Ratih meledak lagi mengeluarkan cairan untuk yang kedua kalinya, sedangkan aku mencapai puncak juga dimana cairanku kubuang dalam vagina Mama Ratih hingga banjir ke kain sofa saking banyaknya cairanku yang keluar.

    “Akhh.. akh.. Ma, Vagina Mama luar biasa sekali…” Aku pun ambruk setelah hampir 2,5 jam merasakan nikmatnya vagina mertuaku, yang memang nikmat, meniban tubuh Mama Ratih yang sudah lemas lebih dulu.

    Aku dan Mama terbangun sekitar jam 12.30 malam dan kami pindah tidur ke kamar Mama Ratih, setelah terbaring di sebelah Mama dimana kami masih sama-sama bugil karena baju kami ada di sofa, Mama Ratih memelukku dan mencium pipiku.


    “Tom, Mama benar-benar puas dech, Mama pingin kapan-kapan coba lagi batangmu yach, boleh khan…”
    “Boleh Ma, saya pun juga puas bisa mencoba vagina Mama dan sekarangpun yang saya inginkan setiap malam bisa tidur sama Mama jika Virni nggak pulang.”
    “Iya, Tom.. kamu mau ngeloni Mama kalau Virni pergi?”
    “Iya Ma, vagina Mama nikmat sih.”
    “Air manimu hangat sekali Tom, berasa dech waktu masuk di dalam vagina Mama.”
    “Kita Main lagi Ma…?”
    “Iya boleh…”

    Kami pun bermain dalam nafsu birahi lagi di tempat tidur Mama hingga menjelang ayam berkokok baru kami tidur. Mulai hari itu aku selalu tidur di kamar Mama jika istriku ada syuting di luar kota dan ini berlangsung sampai sekarang.

  • Kisah Memek Harapkan pagar, pagar makan padi

    Kisah Memek Harapkan pagar, pagar makan padi


    2822 views

    Duniabola99.com – Petang itu aku duduk termenung di sebuah bangku di Tasik Titiwangsa. Kerja pejabatku yang bertimbun membuat aku rungsing. Boss hanya memberi masa dua hari saja bagi menyelesaikan kerja yang menjadi tanggungjawabku. Seperti biasa bulan Januari, PA yang telah setahun bertugas denganku menghantar setimbun borang Laporan Penilaian Prestasi untuk aku nilai sebagai Pegawai Penilai Pertama. Untuk memberi markah kepada kakitangan inilah yang selalu memberi masalah kepadaku. Ratutogel

    “En. Azman jangan lupa. Boss nak borang ni dua hari lagi.” Terngiang pesanan PA ku sebelum meninggalkan bilikku.Sambil aku termangu-mangu tiba-tiba terlintas seorang gadis di hadapanku. Dengan tracksuit biru dia berjalan pantas di hadapanku. Aku sempat melihat wajah ayu gadis tadi dan tiba-tiba saja peristiwa 13 tahun lalu terpampang di mindaku. Paras rupa gadis itu seiras dengan wajah Kak Noor.Sewaktu usiaku 15 tahun aku tinggal bersama keluargaku di sebuah perkampungan terpencil. Pak Hamid yang bertugas sebagai penghulu adalah orang terbilang dan dihormati oleh semua penduduk. Pak Hamid yang kaya raya mempunyai tanah yang amat luas. Ada kebun dan ada dusun. Sungguhpun kaya Pak Hamid tidak sombong. Dialah tempat orang kampung meminta pertolongan.

    Satu hari kampung kami didatangi oleh seorang lelaki separuh baya. Aku kira umurnya lewat lima puluhan. Dia meminta pertolongan Pak Hamid agar memberi tempat berteduh kepadanya. Lelaki yang dikenali sebagai Pak Abu itu kelihatan baik orangnya. Terkenal dengan sifat penolongnya maka Pak Hamid membenarkan Pak Abu tinggal di pondok di dalam dusun buah-buahannya. Memang menjadi kebiasaan orang kampung membina pondok kecil di dusun masing-masing. Tapi pondok Pak Hamid lebih besar daripada rumah keluargaku.

    Pak Abu diamanahkan menjaga kebun dan dusun Pak Hamid. Segala keperluan Pak Abu ditanggung Pak Hamid dan bila musim buah-buahan Pak Abu diberi saguhani secukupnya.Pak Abu rajin orangnya. Siang hari dia menjaga dusun Pak Hamid. Segala semak samun dibersihkannya dan pokok-pokok buah-buahan dibubuh baja. Pada malam hari Pak Abu secara sukarela menjadi siak di surau kampung kami. Orang kampung menyukai Pak Abu kerana dia ringan tulang dan rajin membantu orang kampung. Di mana ada kenduri kendara, di situ ada Pak Abu yang membantu tuan rumah mengurus majlis.Pak Hamid ada seorang anak perempuan yang biasa aku panggil Kak Noor. Nama sebenarnya ialah Puteri Noorhidayah Elyana. Kak Noor cantik orangnya dan berumur 18 tahun. Selepas habis SPM Kak Noor tak bekerja. Dia tinggal dikampung membantu keluarganya. Aku yang berumur 15 tahun waktu itu jatuh cinta kepada Kak Noor yang cantik. Biasalah cinta sebelah pihak, cinta monyet. Aku sentiasa memerhati gerak geri Kak Noor. Aku cemburu dan sakit hati bila Kak Noor berbual dengan lelaki lain.Tiap kesempatan aku akan ke rumah Kak Noor. Pura-pura berkawan dengan adik Kak Noor yang sebaya denganku padahal aku ingin berdekatan dengan Kak Noor. Pernah aku mencuri seluar dalam Kak Noor yang dijemur diampaian dan aku akan melancap sambil memegang seluar dalam Kak Noor dan membayangkan wajah cantik Kak Noor.Pada hari-hari tertentu aku melihat Kak Noor membawa makanan dan lauk ke rumah Pak Abu. Kadang-kadang aku menemani Kak Noor ke rumah Pak Abu yang agak jauh di tengah dusun. Pak Hamid dan isterinya menyukai Pak Abu yang baik dan rajin kerana itu bila mereka memasak maka selalulah di hantar ke pondok Pak Abu yang tinggal bersendirian itu. Biasanya Kak Noor memberi langsung kepada Pak Abu atau ditinggalkan di hadapan pondok kalau Pak Abu tiada di pondok.

    Petang itu aku sedang memancing di anak sungai tak jauh dari pondok Pak Abu. Dari jauh aku melihat kelibat Kak Noor sedang menjinjing mangkuk tingkat menuju ke rumah Pak Abu. Bila sampai di pondok Kak Noor memanggil Pak Abu. Dari jauh aku melihat Pak Abu yang hanya memakai kain pelikat tanpa baju membuka pintu. Kak Noor menapak anak tangga dan naik ke atas pondok. Pintu pondok tiba-tiba tertutup. Aku hanya memerhati dan selepas beberapa minit Kak Noor tidak juga keluar. Biasanya Kak Noor tak pernah masuk ke dalam pondok.Aku jadi penasaran. Perlahan-lahan aku bergerak mendekati pondok Pak Abu. Aku ingin melihat apa yang berlaku dalam pondok. Dengan langkah berhati-hati aku mendekati pondok berdinding papan itu dan mencari lubang yang boleh aku intip. Kebetulan ada bahagian papan yang telah reput dan terbentuk lubang kecil. Aku merapatkan mataku ke lubang dinding. Tersirap darahku bila melihat Pak Abu sedang merangkul tubuh genit Kak Noor di dalam pondok. Kak Noor pula membalas pelukan itu sambil Pak Abu meramas-ramas punggung Kak Noor yang selama ini menjadi idamanku. Mereka lalu berkucupan penuh nafsu, lidah bertemu lidah berkulum-kuluman. Selepas puas melumat bibir Kak Noor, bibir Pak Abu berlabuh pula di pipi dan leher gadis pujaanku.


    Dua makhluk berlainan jenis itu berpelukan erat. Lelaki separuh baya berkulit hitam tapi masih kekar sementara gadis sunti berkulit putih bersih dan cantik. Kak Noor mengeliat kegelian bila dilayan penuh pengalaman oleh Pak Abu. Kak Noor kelihatan membalas tindakan Pak Abu. Tangannya mula meraba kain pelikat yang dipakai Pak Abu. Diraba-raba paha Pak Abu mencari tongkat sakti Pak Abu.Kak Noor membuka gulungan kain pelikat yang membelit pinggang Pak Abu. Bila terurai Kak Noor melondehkan kain yang dipakai Pak Abu dan pantas memegang batang pelir Pak Abu. Terpaku aku melihat batang pelir Pak Abu sungguh besar dan panjang. Kepalanya bulat dan batangnya berurat-urat. Batang pelir Pak Abu sungguh hitam seperti batang keropok lekor. Pak Abu membiarkan Kak Noor mengocok-ngocok batang pelirnya. Pak Abu kemudian menyelak t-shirt Kak Noor lalu meramas-ramas dan mengusap tetek Kak Noor. Tetek Kak Noor yang putih bersih itu tidaklah besar sangat tapi bentuknya amat tegang. Di puncak gunung kembar itu terdapat puting sebesar kelingking warna merah muda. Pak Abu kelihatan geram dengan gunung kembar Kak Noor lalu diuli dan dipicit-picit lembut dan penuh mesra. Tangan kasarnya melekat erat di payudara gadis pujaanku. Tidak puas dengan itu, Pak Abu terus menjilat dan menghisap puting tetek Kak Noor silih berganti. Kak Noor mendesis kecil lalu memaut rapat kepala Pak Abu ke dadanya. Gayanya seolah-olah menyuruh Pak Abu menelan keseluruhan teteknya. Genggaman tangan Kak Noor pada batang pelir Pak Abu semakin erat dan Kak Noor semakin melajukan tangannya melancap batang pelir Pak Abu.

    Selepas beberapa ketika, Pak Abu berhenti menghisap tetek Kak Noor dan kembali mengucup bibir kekasihku itu. Kak Noor menjadi semakin tidak keruan. Dia melepaskan tangannya dari batang pelir dan memeluk Pak Abu dengan eratnya. Agak lama juga mereka berkucupan sambil berdiri. Pak Abu melepaskan kucupan dan dengan cekapnya menarik kain yang dipakai Kak Noor. Terburai kain batik Kak Noor dan tubuh indah Kak Noor yang menjadi idamanku terdedah tanpa ditutupi seurat benang. Sungguh indah tubuh Kak Noor yang putih melepak dan bayangan hitam terlihat di celah pahanya. Bulu-bulu hitam yang jarang-jarang menghiasi taman rahsianya yang menjadi igauan aku selama ini.Bahagian inilah yang selalu aku bayangkan bila aku melancap. Aku membayangkan mencium tundun indah Kak Noor dan kelentit merahnya aku gigit mesra. Aroma burit Kak Noor aku sedut sepuas-puasnya. Lurah Kak Noor yang merekah merah aku jilat dan lubang sempitnya yang basah aku benamkan batang pelirku yang teramat keras. Semakin aku bayangkan Kak Noor makin laju pergerakan tanganku dan beberapa ketika kemudian terpancutlah maniku. Aku terduduk kepuasan.Pak Abu kembali merangkul Kak Noor. Kali ini dipeluk dari belakang. Pak Abu merapatkan tubuhnya dan menggesel-geselkan batang pelirnya pada belahan punggung Kak Noor yang tak berbungkus. Pak Abu mengeselkan batangnya turun naik sambil menjilat dan mengucup tengkuk dan telinga Kak Noor. Kak Noor mengeliat kenikmatan. Punggungnya yang sedia tonggek itu semakin menonggek kebelakang menekan batang pelir Pak Abu lebih rapat sambil membiarkan tangan Pak Abu melingkari tubuh dan meramas-ramas teteknya.

    Tangan Pak Abu kemudian turun ke pinggul Kak Noor. Pak Abu meramas-ramas sambil menariknya kebelakang membuatkan punggung Kak Noor semakin rapat menekan batang pelirnya. Pak Abu pula yang semakin tidak keruan dengan reaksi punggung Kak Noor itu. Daging punggung kenyal yang dua ketul itu menimbulkan rasa geram kepada Pak Abu. Pak Abu terus melutut dan merapatkan mukanya pada belahan punggung Kak Noor. Pak Abu terus menjulurkan lidahnya bermain-main di celah kelangkang Kak Noor. Layanan Pak Abu tersebut membuat Kak Noor seperti terbang di kayangan. Matanya terpejam dan kepalanya terdongak ke atas.Semakin lama Pak Abu menjilat kelangkang Kak Noor semakin membuatkan Kak Noor bertambah tidak keruan. Kedua-dua tangannya mencapai kepala Pak Abu dan terus menariknya supaya makin rapat sambil tubuhnya dilentikkan. Perlakuan Kak Noor itu menambahkan ghairah Pak Abu. Dia lalu bangun dan menghunuskan batang pelirnya kecelah lurah pada belahan punggung Kak Noor. Pak Abu menggeselkan kepala pelirnya berulang-ulang. Aksi Pak Abu pada celahan pantat Kak Noor membuatkan gadis yang menjadi pujaanku itu semakin kuat mengerang. Pak Abu memegang batang pelirnya dan kepala bulat diarah ke lurah Kak Noor mencari lubang yang berdenyut-denyut. Dengan terampil Pak Abu menyumbatkan batang pelirnya ke dalam lubang pantat Kak Noor. Batang pelir Pak Abu yang hitam berkilat itu semakin dalam menjunam ditelan belahan pantat Kak Noor. Kak Noor berterusan mendesah kenikmatan. Tanpa membuang masa lagi Pak Abu mulai menghayun batang pelirnya keluar masuk sambil Kak Noor yang masih berdiri itu semakin melentikkan tubuhnya memudahkan batang pelir Pak Abu keluar masuk dari belakang. Tiba-tiba tubuh Kak Noor mengejang dan menggigil. Kak Noor menarik tangan Pak Abu supaya memeluknya dari belakang. Pak Abu memberhentikan hayunan tetapi menekan rapat batang pelirnya supaya masuk lebih dalam sambil memeluk Kak Noor. Pak Abu sengaja menyeksa Kak Noor dengan merendam batang kerasnya berlama-lama. Suara rengekan dan erangan Kak Noor makin kuat.

    Beberapa ketika kemudian Pak Abu merangkul tubuh genit Kak Noor lalu membaringkan terlentang ke atas lantai beralas tikar mengkuang. Jaraknya hanya beberapa kaki saja dari tempatku mengintip. Bila Kak Noor membukakan pahanya aku tercium bau buritnya yang merah itu. Bau tersebut membuat batang pelirku yang telah keras sejak tadi menjadi lebih keras. Kalau boleh aku ingin menerkam dan menghidu lurah Kak Noor yang merekah basah. Aku dapat melihat dengan jelas gayanya yang sangat mengghairahkan itu. Sambil melutut Pak Abu celapak ke celah kelangkang Kak Noor yang sudah terkangkang luas. Jelas di hadapanku batang pelir Pak Abu terhangguk-hangguk menunggu untuk menyelam dalam lurah sempit gadis sunti. Kemudian Pak Abu memasukan kembali batang pelirnya yang masih berlendiran kedalam lubang pantat Kak Noor yang sedia basah lalu terus menghayun keluar masuk. Agak lama juga Pak Abu menghenjut lubang pantat Kak Noor yang terus mengerang menahan asakan berahi Pak Abu itu. Henjutan Pak Abu semakin laju dan diselang selikan dengan hentakan padu. Akhirnya sekali lagi tubuh Kak Noor menggigil dan mengejang. Dipeluknya tubuh Pak Abu rapat-rapat. Pak Abu mencium dan menjilat leher serta cuping telinga Kak Noor berkali-kali membuatkan Kak Noor bertambah kuat memeluk Pak Abu disertakan suara erangan yang kuat dan tidak terkawal. Agak lama juga tubuh Kak Noor mengejang hinggalah keadaan agak reda sedikit, barulah dia melonggarkan pelukannya. Pak Abu belum mengalah. Batang pelirnya didayung makin laju keluar masuk lubang burit gadis remaja yang sedang berkembang. Lelaki tua tersebut amat berbangga dapat menikmati anak gadis tok penghulu yang muda belia. Kak Noor pula seronok dilayan Pak Abu yang banyak pengalaman. Beberapa ketika kemudian terlihat badan Pak Abu menggigil dan dihentak kuat lubang burit Kak Noor. Kak Noor menjerit dan matanya terbeliak. Benih-benih Pak Abu terpancut menyirami rahim Kak Noor yang tengah subur.Pak Abu terkulai lemas di sebelah Kak Noor yang juga terkulai layu. Dua tubuh hitam putih itu terbaring dengan mata terpejam menikmati kelazatan berhubungan kelamin. Selepas peristiwa itu aku sentiasa mencari peluang mengintip pasangan kekasih itu memadu asmara. Bila aku melihat Kak Noor membawa bekalan makanan ke pondok maka secara diam-diam aku mengekori Kak Noor. Dan peristiwa semalam berulang kembali. Aku hanya memerhati dan melancap batang pelirku hingga air maniku terpancut. Pak Abu dan Kak Noor menikmati bersama sementara aku menikmatinya bersendirian.


    Tiga bulan kemudian kampung kami gempar. Sudah dua hari Pak Abu tak datang ke surau. Beberapa penduduk berkunjung ke pondok Pak Abu dan dapati pondok tersebut kosong. Dua minggu selepas itu Pak Hamid telah mengadakan kenduri kahwin Kak Noor dengan seorang pemuda di kampung kami. Dari cakap-cakap orang pemuda tersebut telah mendapat habuan tujuh ribu ringgit kerana sudi mengahwini Kak Noor. Bisik-bisik orang mengatakan pemuda tersebut dibayar untuk menjadi pak sanggup. Enam bulan kemudian Pak Hamid mendapat seorang cucu lelaki dan wajah bayi tersebut mirip wajah Pak Abu…Sudah dua tahun Kak Noor dikahwinkan oleh Pak Hamid dengan seorang pemuda di kampung kami. Kak Noor dari awal memang tidak menyukai pemuda ini tapi dia terpaksa menurut arahan Pak Hamid bagi menutup malu. Sekarang anak lelakinya itu sudah pun berusia setahun lebih dan sudah pandai berjalan.Kak Noor sebenarnya tidak pernah disentuh oleh suaminya sejak malam pertama. Tidak tahu dimana silapnya. Masing-masing tidak mempunyai nafsu sungguhpun mereka tidur sekatil. Sebagai wanita muda berusia 20 tahun nafsu Kak Noor kekal membara tetapi bila bersama suaminya dia tidak pernah meminta agar nafsunya dipuasi.Sudah seperti tanggungjawabnya mengurus dusun berhampiran rumah mereka, Kak Noor hampir setiap hari meninjau dusun yang sedang berbuah lebat. Durian, cempedak dan beberapa tanaman lain tumbuh subur. Durian yang berbuah lebat telah gugur buahnya. Seperti biasa peraih dari bandar akan datang memungut buah-buah durian untuk dibawa ke bandar sebagai juadah penghuni kota.Hari itu Pak Lazim datang lagi. Dengan lori tiga tan lelaki berusia 45 tahun itu datang seorang diri. Dan seperti dijanjikan Kak Noor sudah berada di pondok kecil dalam dusun itu menanti Pak Lazim. Di tepi pondok berpuluh-puluh biji buah durian dilonggokkan di atas tanah.Pak Lazim menghentikan lorinya di tepi pondok durian. Dengan pantas dia mengangkat buah-buah tersebut ke dalam lorinya. Oleh kerana hari itu cuacanya panas maka Pak Lazim membuka baju yang dipakainya. Kak Noor yang duduk di muka pintu pondok memerhatikan sahaja kerja-kerja Pak Lazim.Akhirnya semua buah durian telah berpindah ke perut lori. Berpeluh-peluh tubuh Pak Lazim selepas bertungkus-lumus mengangkat buah-buah berduri tersebut. Kak Noor memerhatikan saja tubuh Pak Lazim yang kekar berotot itu dibasahi peluh. Tubuh hitam yang basah itu berkilat-kilat bila tekena cahaya matahari.Melihat tubuh kekar berotot-otot itu perasaan Kak Noor terhibau kembali peristiwa dua tahun lalu. Tubuh hitam seperti itulah yang memberi kenikmatan kepadanya dulu. Terbayang Pak Abu membelai tubuhnya. Terkenang kembali batang zakar Pak Abu yang berurat-urat dengan selesa keluar masuk lubang buritnya. Kak Noor terjerit nikmat bila Pak Abu memancutkan benih-benih ke dalam rahimnya. Kak Noor terkapar lesu kepuasan selepas penat bertarung.Kak Noor tersenyum dan terasa cairan panas membasahi lurah nikmatnya. Kak Noor meraba-raba buah dadanya yang membusung dan tangan yang satu lagi meraba-raba celah kelangkangnya. Matanya terpejam bila membayangkan peristiwa dua tahun lalu.Pak Lazim memerhati tingkah Kak Noor di pintu pondok. Pak Lazim yang berdiri di tanah berhampiran Kak Noor amat arif dengan perlakuan Kak Noor itu. Sebagai lelaki yang berpengalaman Pak Lazim faham tingkah laku wanita muda beranak satu itu. Ini peluang aku, fikir Pak Lazim. Kalau kena gayanya perempuan muda yang cantik ini akan jatuh ke tangannya. Pak Lazim tersenyum.

    “Noor, Noor mengantuk ke?” Pak Lazim pura-pura bertanya.

    “Apa Pak Lazim?” Kak Noor terkapa-kapa seperti baru bangun tidur.

    “Pak Lazim tanya, Noor mengantuk ke?”

    “Tak… Pak Lazim,” jawab Kak Noor tersipu-sipu. “Kalau Pak Lazim penat naiklah dulu ke pondok ni.”

    “Memang penat, banyak durian hari ni.”

    Kak Noor masuk ke dalam pondok dan diikuti oleh Pak Lazim. Pak Lazim pura-pura terjatuh dan badannya menghempap Kak Noor yang masih berdiri. Kedua makhluk tersebut terbaring ke lantai pondok. Pak Lazim pantas mengambil kesempatan memeluk dan mencium pipi Kak Noor.
    “Maaf Noor, Pak Lazim tersandung tadi.”

    “Tak apa, pondok ni memang gelap.”

    Kak Noor rasa seronok bila dipeluk oleh Pak Lazim. Sudah dua tahun dia tidak dipeluk oleh seorang lelaki. Ghairahnya mula mendidih. Malah dia relah kalau Pak Lazim memeluknya lebih lama. Bau keringat di badan Pak Lazim membangkitkan nafsunya.

    “Noor tak marah ke kalau Pak Lazim mencium Noor.”

    “Gatallah Pak Lazim.” Kak Noor menjawab sambil tersipu malu.

    Bagaikan mendapat lampu hijau Pak Lazim yang duduk berlunjur bersandar ke dinding pondok menarik Kak Noor dan merebahkan Kak Noor berbantalkan pahanya.Tangan Pak Lazim mula merayap-rayap ke dalam baju T yang dipakai Kak Noor. Tapak tangan berkulit kasar itu meramas-ramas tetek yang agak bulat dan berisi. Kak Noor hanya memejamkan matanya sambil menikmati tindakan Pak Lazim itu.Tangan Pak Lazim mula merayap ke dalam baju T Kak Noor. Seperti selalu Kak Noor tidak memakai baju dalam. Rimas katanya. Pak Lazim tersenyum riang. Kerja tangannya menjadi mudah. Tompokan daging kenyal itu diurut-urut dan dipicit-picit. Kak Noor terpejam penuh nikmat. Selepas beberapa minit baju T telah ditanggalkan. Kak Noor membantu memudahkan kerja Pak Lazim. Tubuh indah putih gebu itu terdedah.Pak Lazim tersenyum riang. Kini tangannya mengosok-gosok perut dan terus merayap ke celah kelengkang Kak Noor yang masih tertutup kain batik. Kain batik itupun kemudiannya terburai. Bukit kecil berbulu hitam jarang-jarang menjadi habuan mata tua Pak Lazim. Kini jari-jarinya bermain di lurah lembah Kak Noor membuatkan Kak Noor makin terangsang. Suhu ransangan makin meningkat bila tindakan di lurah madu berlaku serentak dengan ramasan-ramasan lembut di bukut kembar. Kak Noor mengeliat kesenangan.

    Pak Lazim berindak penuh pengalaman. Kini Kak Noor sudah hampir memenuhi hajat Pak Lazim kerana gelodak nafsunya bagaikan empangan yang akan pecah kerana tak dapat menahan limpahan aliran air yang deras. Begitulah rangsangan yang sedang Kak Noor hadapi dek permainan Pak Lazim yang begitu berdiplomasi. Kak Noor dibaringkan dengan cermat dan pipinya dicium mesra penuh nafsu. Pak Lazim mengunakan segala pengalaman yang ada dengan sebaik mungkin, kerana dia mahu Kak Noor benar-benar terangsang dan merelakan. Pak Lazim menepuk-nepuk penuh mesra sejalur lurah yang indah yang menjadi kegemaran pengembara seks.Pak Lazim memainkan jari-jarinya di tebing lurah yang ditumbuhi rambut-rambut halus. Kak Noor kegelian dengan meluaskan kangkangnya. Puas dengan jari-jarinya, Pak Lazim merebahkan diri dan dengan terampil mengunakan lidah kesatnya untuk meneroka lurah Kak Noor yang kini sudah mulai becak. Pak Lazim senyum dengan respons yang diberikan oleh Kak Noor. Cairan lendir yang licin dan masin itu dijilat dan ditelan penuh nafsu. Pak Lazim akan menyeksa nafsu Kak Noor biar Kak Noor merayu-rayu padanya untuk tindakan penamat.

    “Pak Lazim, sedap. Lagi Pak Lazim.”


    Kak Noor menendang-nendang angin. Badannya bergetar bila Pak Lazim makin gencar meneroka lurah merkah dan daging kecil di sudut alur. Kelentit Kak Noor Pak Lazim sedut macam menyedut siput gulai lemak. Tangan Kak Noor menerawang. Badan dan paha Pak Lazim di raba-raba. Pak Lazim faham reaksi Kak Noor. Seluar panjang yang melekat di tubunya dilondeh. Batang hitam berurat bagaikan keropok lekor itu tegak bagai tiang bendera. Kak Noor dengan pantas menangkap batang besar dan dilurut-lurutnya. Ditarik rapat ke arahnya dan Pak Lazim menurut saja. Pak Lazim bergerak rapat ke badan Kak Noor. Pantas Kak Noor merentap keropok lekor itu dan kepala bulat hitam mengkilat dijilat dan dikulum. Masin di lidah Kak Noor. Peluh Pak Lazim yang mengalir ke batang berurat itu di telan bernafsu. Beberapa minit kemudian Pak Lazim dapat merasakan cairan mazinya mula merembes keluar dari hujung kotenya.

    “Cepat Pak Lazim, saya tak tahan,” Kak Noor merengek meminta-minta. Pak Lazim tersenyum. Akan kulanyak kau sehabis-habisnya, fikir Pak Lazim. Sudah lama Pak Lazim tidak mengadakan hubungan seks sejak isterinya menopause.Pak Lazim memeluk tubuh comel Kak Noor. Sebagai salam permulaan Pak Lazim mengucup kedua bibir Kak Noor yang comel. Mereka bertukar kuluman dan hisapan lidah. Kepala bulat Pak Lazim mula menujah-nujah kearah alur lembah Kak Noor secara lembut dan perlahan. Kak Noor makin meluaskan kelangkangnya.Pak Lazim sengaja berlama-lama di lurah basah. Pak Lazim mahu Kak Noor sendiri yang meminta agar permainan yang penuh nikmat diteruskan. Selepas menunggu lama akhirnya Kak Noor mengalah dengan merengek-rengek meminta Pak Lazim membajak lurahnya yang sudah lama banjir. Terkemut-kemut muara nikmat menunggu kepala bulat menyelaminya. Mata kuyu Kak Noor terpejam. Mulutnya terbuka sedikit. Nafasnya terengah-engah. Jantungnya berdegup kencang. Nafsunya minta dipuasi.

    “Boleh Pak Lazim teruskan?” bisik lelaki tua yang penuh pengalaman itu.

    “Masuklah Pak Lazim, saya dah tak tahan,” Kak Noor bersuara dengan nada benar-benar mengharap.

    “Terima kasih Noor. Pak Lazim akan memberi kepuasan.”

    Pak Lazim membetulkan kepala torpedonya. Ditekan kepala bulat itu sedikit demi sedikit. Kepala bulat mula tenggelam.
    “Pelan-pelan Pak Lazim. Butuh Pak Lazim besar.” Kak Noor berbisik sambil merangkul badan Pak Lazim.Pak Lazim berhenti seketika. Kepala torpedo masih di pintu gua. Ditekan lembut kepala berbentuk cendawan itu. Kak Noor bersuara manja semasa kepala pelir Pak Lazim yang kembang berkilat menyelam lebih dalam. Kak Noor mengetap bibir semasa Pak Lazim sedang membenamkan keropok lekornya sedikit demi sedikit. Pak Lazim senyum puas setelah tongkat saktinya berjaya masuk makin dalam. Badan Kak Noor bergegar kuat. Pahanya terketar-ketar. Kemutan demi kemutan makin pantas. Kak Noor merasai kenikmatan tak terhingga. Dua tahun dulu perasaan inilah yang dinikmatinya. Kak Noor membuka mata sambil melemparkan satu senyuman manja kepada Pak Lazim. Pak Lazim menyambut senyuman Kak Noor dengan mengucup kedua-dua bibir sebelum menyonyot tetek Kak Noor yang berisi. Bibir lebam itu berlegar-legar di pangkal tetek. Kak Noor sudah hilang pertimbangan dengan melajukan pergerakan punggungnya. Diayak kiri kanan. Pak Lazim faham dan melajukan tujahannya agar Kak Noor mencapai kepuasan dengan sempurna. Pak Lazim dapat rasakan muara Kak Noor makin bertambah banjir.

    Kak Noor menjerit nikmat. Badannya menggigil dan tindakannya mengendur. Pak Lazim faham bahawa Kak Noor telah selesai pertarungannya. Pak Lazim meneruskan henjutannya walaupun Kak Noor telah menyerah. Pak Lazim tahu bahawa orang perempuan akan bangkit semula nafsunya bila terus diusik. Pak Lazim masih meneruskan pertarungan sudah hampir 30 minit. Berkali-kali Kak Noor menikmati kepuasan. Melihatkan Kak Noor sudah keletihan tidak bermaya, Pak Lazim melajukan tujahannya dan akhirnya Pak Lazim melepaskan satu ledakan padu dan menembakkan peluru airnya ke pangkal rahim Kak Noor. Berdas-das dilepaskan peluru nikmatnya. Badan Kak Noor dirangkul kemas. Kak Noor terkapar kepuasan.Kegersangan selama dua tahun telah diairi. Kak Noor puas bagaikan pengembara haus di padang pasir mendapat air minuman. Kak Noor merayu supaya Pak Lazim bertarung satu pusingan lagi sebelum pulang. Pak Lazim dengan rela hati memenuhi kehendak Kak Noor. Kedua makhluk berlainan jantina ini puas sepuasnya. Masih ada hari esok, bisik Pak Lazim di telinga Kak Noor. Kak Noor tersenyum manis menunggu matahari naik di ufuk timur esok hari….Sudah seperti tanggungjawabnya mengurus dusun berhampiran rumah mereka, Kak Noor hampir setiap hari meninjau dusun yang sedang berbuah lebat. Durian, cempedak dan beberapa tanaman lain tumbuh subur. Durian yang berbuah lebat telah gugur buahnya. Seperti biasa peraih dari bandar akan datang memungut buah-buah durian untuk dibawa ke bandar sebagai juadah penghuni kota. Hari masih pagi, pukul sepuluh pagi. Kak Noor telah mengumpulkan durian yang luruh malam tadi. Durian tersebut dilonggok di tepi pondok. Kak Noor menunggu kedatangan Pak Lazim. Dia terkenang peristiwa minggu lalu, peristiwa yang membuat jiwanya benar-benar puas. Dan jasmaninya juga puas dilayan dengan baik oleh Pak Lazim. Bila membayangkan itu tiba-tiba saja ada cairan hangat mengalir keluar dari rongga kemaluan Kak Noor.Bila terkenang Pak Lazim, Kak Noor terbayang peristiwa dua tahun lalu ketika dia pertama kali mengenali nikmatnya seks. Tubuh kekar hitam berotot kepunyaan Pak Abu telah memberi kenikmatan kepadanya dulu. Terbayang Pak Abu membelai tubuhnya. Terkenang kembali batang zakar Pak Abu yang berurat-urat dengan selesa keluar masuk lubang buritnya. Pada mulanya terasa sakit tapi bertukar sedap kemudiannya. Kak Noor terjerit nikmat bila Pak Abu memancutkan benih-benih ke dalam rahimnya. Kak Noor terkapar lesu kepuasan selepas penat bertarung.Kak Noor tersenyum dan terasa cairan panas membasahi lurah nikmatnya. Kak Noor meraba-raba buah dadanya yang membusung dan tangan yang satu lagi meraba-raba celah kelangkangnya. Matanya terpejam bila membayangkan peristiwa dua tahun lalu.

    Adegan demi adegan terlintas di layar ingatan Kak Noor. Seperti terasa-rasa bila Pak Lazim memainkan jari-jarinya di tebing lurah yang ditumbuhi rambut-rambut halus. Kak Noor kegelian dengan meluaskan kangkangnya. Puas dengan jari-jarinya, Pak Lazim merebahkan diri dan dengan terampil mengunakan lidah kesatnya untuk meneroka lurah Kak Noor yang kini sudah mulai becak. Pak Lazim senyum dengan respons yang diberikan oleh Kak Noor. Cairan lendir yang licin dan masin itu dijilat dan ditelan penuh nafsu. Nafsu Kak Noor rasa terseksa dilayan seperti itu oleh Pak Lazim.Kak Noor masih ingat bila dia hilang sabar ketika merentap keropok lekor kepunyaan Pak Lazim dan kepala bulat hitam mengkilat dijilat dan dikulum. Masin di lidah Kak Noor. Peluh Pak Lazim yang mengalir ke batang berurat itu di telan bernafsu. Kak Noor dapat merasai cairan mazi Pak Lazim mula merembes keluar dari hujung kotenya.Kak Noor mengelus tundunnya. Terasa basah di celah kangkangnya. Jelas terbayang bila Pak Lazim menekan lembut kepala berbentuk cendawan itu. Kak Noor bersuara manja semasa kepala pelir Pak Lazim yang kembang berkilat menyelam lebih dalam. Kak Noor mengetap bibir semasa Pak Lazim sedang membenamkan keropok lekornya sedikit demi sedikit. Kak Noor dapat melihat Pak Lazim tersenyum puas setelah tongkat saktinya berjaya masuk makin dalam. Badan Kak Noor bergegar kuat. Pahanya terketar-ketar. Kemutan demi kemutan makin pantas.


    Kak Noor merasai kenikmatan tak terhingga. Dua tahun dulu perasaan inilah yang dinikmatinya. Kak Noor membuka mata sambil melemparkan satu senyuman manja kepada Pak Lazim. Pak Lazim menyambut senyuman Kak Noor dengan mengucup kedua-dua bibir sebelum menyonyot tetek Kak Noor yang berisi. Bibir lebam itu berlegar-legar di pangkal tetek. Kak Noor sudah hilang pertimbangan dengan melajukan pergerakan punggungnya. Diayak kiri kanan. Pak Lazim faham dan melajukan tujahannya agar Kak Noor mencapai kepuasan dengan sempurna. Pak Lazim dapat rasakan muara Kak Noor makin bertambah banjir. Akhirnya badan Kak Noor mengejang dan cairan kepuasan terpancut dari rongga buritnya.Kak Noor seperti tak sabar menunggu kedatangan Pak Lazim. Kak Noor tersenyum bila dia mendengar bunyi lori dan jelas terlihat lori berkepala merah itu bergerak menghampiri pondoknya. Lori kepala merah berhenti betul-betul di sisi pondok Kak Noor. Kak Noor tersenyum saja melihat lori tersebut tapi dia tiba-tiba terkaku dan kecewa bila yang turun dari lori tersebut bukan Pak Lazim tetapi seorang lelaki india. Angan-angan Kak Noor musnah. Lain yang diharap lain pula yang tiba.

    “Noor, Pak Lazim tak dapat datang. Dia suruh saya ganti,” lelaki india itu bersuara agak fasih.

    Kak Noor melihat lelaki india tersebut. Dari mana dia tahu nama aku, fikir Kak Noor. Mungkin Pak Lazim memberitahunya. Direnung dan diamati lelaki di hadapannya itu. Perawakannya agak kurus tinggi dan masih muda, mungkin dalam lingkungan usia 25 tahun. Biasalah seperti orang india kebanyakan, kulitnya agak gelap.

    “Kenapa Pak Lazim tak datang, dia sakit ke?” tanya Kak Noor.

    “Dia tak sakit, isterinya yang sakit. Dia bawa isterinya ke hospital,” jawab lelaki india tersebut.

    Tanpa disuruh lelaki india tersebut mula memuatkan durian yang telah terkumpul masuk ke dalam lorinya. Berpeluh-peluh badanya dan bajunya basah kuyup. Bila semua durian dimasukkan ke dalam lori lelaki india tersebut yang kemudiannya dikenali sebagai Kumar tercungap-cungap keletihan.

    “Penatnya, Noor boleh minta segelas air.” Minta Kumar sambil membuka bajunya yang basah.

    “Naiklah ke pondok, nanti saya ambil air,” jawab Noor sambil memandang badan Kumar yang dipenuhi bulu.

    Kumar naik ke pondok dan mengibas-ngibas badannya yang berpeluh. Kak Noor menyerah gelas air kepada Kumar dan sekali teguk seluruh isi gelas mengalir melalui kerongkongnya. Kak Noor memerhati saja dan dia tercium bau peluh Kumar sungguh keras. Bau peluh lelaki india tersebut merangsang ghairah Kak Noor.

    “Kumar, kamu dah kahwin?” tanya Kak Noor memulakan bicara.

    “Sudah, baru saja mendapat anak pertama. Sekarang isteri saya dalam pantang.”

    “Jadi kamupun sedang pantang lah?”

    “Mana ada orang lelaki pantang.”

    “Maksud saya kamu sekarang tengah puasalah.”

    “Puasa? Mana ada orang india puasa.” Jawab Kumar tulus.

    “Maksud saya puasa tak sentuh isteri.”

    “Kalau yang itu sudah tiga bulan puasa.”

    “Kamu tak mahu buka puasa?” tanya Kak Noor menggoda.

    “Dengan awak ke?” tanya Kumar menduga.

    “Yalah, siapa lagi.”

    Kumar merenung Kak Noor. Perempuan melyu ini masih muda dan cantik orangnya. Berkulit putih halus dan berbibir merah basah. Ini satu tawaran yang amat bagus, fikir Kumar. Sudah lama dia teringin merasai perempuan melayu. Sekarang di tengah dusun durian ini tak terduga datangnya. Pucuk dicita ulam mendatang, fikir Kumar lagi. Tak salah rasanya menerima tawaran ini.

    “Boleh saja, apa salahnya. Sudah lama saya tak bersama isteri.”

    Kak Noor membayangkan tentu lelaki ini akan bertindak ganas kerana lama tak bersama perempuan. Tindakan kasar dan ganas seorang lelaki amat digemari Kak Noor. Dijeling dan tersenyum kepad Kumar seperti memberi lampu hijau. Kumar mendekati Kak Noor dan badan perempuan cantik itu dirangkulnya. Kumar kemudian menjilat leher Kak Noor sambil tangannya mengusap punggung padat isteri muda yang tak pernah disentuh oleh suaminya. Kak Noor berasa geli-geli bila Kumar meramas lembut buah dadanya. Kemudian Kak Noor rasa tangan Kumar mengusap-ngusap cipap Kak Noor. Kak Noor rasa stim kata orang-orang muda. Cipap Kak Noor terasa basah. Lepas tu Kumar menyingkap kain batik Kak Noor sampai paras dada. Sebahagian aurat Kak Noor mula terdedah.Kumar memegang lembut kedua paha Kak Noor. Kumar kemudian menguak kedua paha tersebut hingga Kak Noor terkangkang. Kumar kemudiannya meletakkan mukanya ke celah kelangkang Kak Noor. Terasa benda lembut menjilat-jilat cipap Kak Noor. Geli-geli bertambah liar. Kak Noor kangkang makin luas kerana keenakan dan Kumar nampaknya makin ganas di celah kelangkang Kak Noor…Aduhhh syoknya. Kak Noor tak pernah rasa begitu enak. Kumar jilat cipap Kak Noor. Burit merah dengan bibir tebal itu membakar keinginan Kumar. Nafsunya bertambah hangat.Lepas tu Kumar bangun, Kak Noor rasa macam tak sudah. Kumar membuka seluar yang melekat di badannya. Tersembullah senjata Kumar. Besar betul dan panjang pula. Hitam legam macam kepunyaan Pak Abu dan Pak Lazim juga. Kak Noor rasa kepunyaan Kumar lebih panjang dari Pak Abu maupun Pak Lazim. Tapi yang sungguh jelas perbezaannya ialah butuh Kumar ada kulup. Lelaki india ini tak sunat rupanya, fikir Kak Noor. Tiba-tiba saja Kak Noor terasa ingin mencuba senjata yang tak bersunat pula. Kak Noor melihat senjata Kumar telah tegang terpacak dan kembang macam ular tedung. Kumar menyuakan senjatanya pada Kak Noor. Kepala senjatanya macam kepala kura-kura menjenguk keluar dari kulit kulup. Kak Noor pegang dan ramas-ramas batang hitam tersebut. Terasa berdenyut-denyut dalam gemgamannya. Dilurut-lurut dan dilancap-lancap batang kulup tersebut sehingga kepala hitam yang berkilat keluar masuk sarung kulupnya. Kak Noor bermain-main dengan kulit kulup dan menggulung-gulungnya macam memggulung ketayap di bulan puasa. Ketayap bulan puasa warna hijau muda kerana pewarna air daun pandan tapi yang ini ketayap hitam. Kak Noor tersenyum dengan tindakannya tersebut.


    Kumar pula seperti tak sabar ingin merasai kehangatan bibir dan mulut wanita muda tersebut. Dia lantas memegang kepala Kak Noor lalu menyuakan senjatanya ke dalam mulut Kak Noor. Kak Noor menjilat dan mengulum batang hitam kenyal tersebut. Kumar dapat merasai mulut Kak Noor sungguh suam. Kepala pelirnya yang terloceh itu terasa hangat. Kumar geli dan enak. Terasa sungguh nikmat bila wanita melayu bermulut comel sedang membelai batang hitamnya. Dari dulu lagi Kumar berangan-angan ingin merasai perempuan melayu. Dia sungguh bahagia bila angan-angannya menjadi kenyataan.Kumar tak mampu bertahan lebih lama. Kepala pelirnya yang sensitif itu teramat geli dan jika berlama-lama maninya pasti terpancut dalam mulut Kak Noor. Kumar tak mahu ini berlaku kerana dia ingin merasai burit perempuan melayu. Sehingga usia 25 tahun dia hanya merasai satu burit saja iaitu burit Rajakumari, bininya. Kumar mengeluarkan senjatanya dari mulut Kak Noor. Kumar merebahkan Kak Noor ke atas tikar mengkuang di dalam pondok tersebut. Dia menjilat-jilat dan meramas-ramas tubuh Kak Noor. Kak Noor balas merangkul badan Kumar. Kak Noor raba belakang badan Kumar. Kak Noor seronok sebab badan Kumar berbulu dan senjatanya besar. Kak Noor mula membayangkan kalaulah senjata ini masuk ke cipap Kak Noor, alangkah sedapnya. Kak Noor memegang senjata Kumar dengan tangan kanan. Memang besar, segenggam rasanya. Cipap Kak Noor dah lenjun rasanya. Kumar masih lagi meramas-ramas, menjilat serta mencium ke seluruh badan Kak Noor.Kumar kemudian memcelapak ke celah kangkang Kak Noor. Lepas tu Kak Noor rasa ada benda menusuk cipapnya. Sikit demi sikit senjata Kumar memasuki cipap Kak Noor. Kira-kira sebahagiannya masuk, Kumar berhenti kemudian menarik keluar senjatanya. Kak Noor tak sabar menunggu senjata besar panjang itu menyelam sepenuhnya ke dalam rongga buritnya. Kak Noor memegang punggung Kumar dan ditarik ke bawah. Kumar terus menusuk cipap Kak Noor perlahan-lahan sehingga santak. Kumar berhenti sekejap merendamkan senjatanya sambil meramas budah dada Kak Noor. Kak Noor paut punggung Kumar kuat-kuat. Kemudian Kumar menarik keluar senjatanya sehingga separuh jalan lalu menusuknya kembali. Dua tiga kali diulang-ulang. Kak Noor macam orang mabuk, mabuk cinta. Kak Noor goyang-goyangkan punggung, diayak kiri kanan.

    Lepas tu Kumar keluarkan terus senjatanya dan bangun. Terkapai-kapai Kak Noor sebab belum puas. Kak Noor merayu supaya Kumar meneruskan. Kumar membalikkan badan Kak Noor. Kak Noor dah tertiarap di atas tikar. Kemudia Kumar meniarap atas belakang Kak Noor. Terasa senjata Kumar merayap-rayap kat punggung Kak Noor. Kedua-kedua tangan Kumar merasa-ramas buah dada Kak Noor dengan agak kuat. Sekali-sekali jarinya menggentel puting Kak Noor. Mulut Kumar pulak menjilat-jilat belakang tengkuk Kak Noor. Kak Noor rasa sungguh enak dan macam nak pitam rasanya. Lepas itu Kumar memegang punngung Kak Noor sambil menarik ke atas menyebabkan Kak Noor tertonggeng. Lepas tu terasa senjata Kumar yang besar dan berkulup tu memasuki cipap Kak Noor dari arang belakang. Sampai separuh senjatanya masuk, Kak Noor menyondolkan punggungnya ke belakang. Lepas tu Kumar menyorong tarik senjatanya sambil dia memegang punggung Kak Noor. Di selang-seli pulak dengan Kumar meramas-ramas buah dada Kak Noor. Adoii seronok dan nikmat betul. Kak Noor tak pernah rasa sebegini seronok. Batang berkulup yang besar panjang itu keluar masuk dengan lancar. Kumar dapat merasai lubang Kak Noor sungguh ketat.Kumar melajukan lagi sorong tariknya. Kumar mula mengeluarkan bunyi macam kerbau nak kena sembelih. Kak Noor juga kemutkan buritnya dengan kuat. Makin laju disorong-tarik Kak Noor makin seronok. Kak Noor gorangkan punggung sambil mengemut. Lepas tu Kumar berhenti sorong tarik dan dia baringkan pulak Kak Noor telentang. Kumar ambil satu bantal di tepi dinding dan meletakkannya di bawah punggung Kak Noor. Kak Noor tengok senjata Kumar hitam berkilat dan kembang, keras macam batang kayu. Kulupnya tersingkap banyak. Kak Noor rasa bertuah kerana dapat merasai senjata berkulup lelaki india yang besar dan panjang.

    Kumar kembali menusuk cipap Kak Noor dan tanpa berlengah lagi menyorong tarik dengan lajunya…Dia mengerang keenakan. Kak Noor juga berpaut kuat pada punggung Kumar setiap kali Kumar tarik keluar senjatanya Kak Noor tarik punggung dia ke bawah. Kak Noor lonjakkan pulak punggung Kak Noor ke atas. Kak Noor kemut dan jugak gorang-goyangkan punggungnya. Di luar hujan mula turun mencurah-curah. Kak Noor rasa selamat kerana tak akan ada orang yang datang. Kumar sorong tarik makin laju. Kak Noor juga dah tak tahan rasanya dan dia mula mengerang dan menjerit keenakan.Kak Noor makin kuat mengemut dan menggoyangkan punggung. Kak Noor rasa nak meletup. Tiba-tiba Kak Noor terasa kejang. Kedua-dua kaki Kak Noor pautkan ke pinggang Kumar, tangan pula Kak Noor pautkan pada bahu Kumar. Kak Noor tak sedar Kak Noor tergigit dada Kumar. Kak Noor tak boleh kawal langsung. Hampir setengah minit Kak Noor terasa meletup. Rupanya Kumar pun kejang jugak. Dia bercakap macam merapu bunyinya.


    “Aku dah tak tahan, pancut luar atau dalam?” Suara Kumar bergetar di telinga Kak Noor.

    “Pancut dalam, saya nak hamil anak kamu,” Kak Noor menjawab penuh nafsu.Belum habis jawapan Kak Noor, Kumar melepaskan berdas-das peluru air dari muncung pelirnya. Dalam cipap yang terasa panas Kumar memancutkan maninya yang juga panas. Kak Noor dapat merasai pangkal rahimnya disirami benih-benih india yang sudah lama berpuasa. Kak Noor menggigil kelazatan bila benih-benih Kumar yang hangat menyembur pangkal rahimnya. Terbeliak matanya bila sperma Kumar berlumba-lumba menerpa ke dalam rahim mencari ovum untuk dibuahi. Sungguh banyak mani Kumar memenuhi rahim wanita melayu tersebut. Kak Noor harap benih hindu itu akan tumbuh subur dalam rahimnya.Akhirnya kedua manusia tersebut terdampar keletihan di atas tikar. Kak Noor rasa betul-betul puas. Lebih nikmat dan lebih puas bila dia bersama Pak Lazim minggu lepas. Handal sekali Kumar ni. Kak Noor berterus terang dan memuji kehandalan Kumar. Kak Noor memberitahu Kumar dia ingin mengulanginya lagi. Dia ingin merasai butuh Kumar yang berkulup itu. Kak Noor mula membandingkan kehebatan Pak Abu dan Pak Lazim. Bagi Kak Noor butuh kulup lelaki india ini memang handal. Dia membayangkan bagaimana rasanya kulup benggali, cina dan mat saleh. Malah kalau boleh Kak Noor ingin merasai kulup negro…Kak Noor bagaikan terasa-rasa batang besar keluar masuk lubang buritnya. Batang Pak Lazim yang berurat-urat dengan kepala besar seperti menggaru-garu dinding terowong nikmatnya. Batang Kumar yang hitam legam dan tak bersunat itupun gagah membenam lubang sempitnya. Bila terkenang batang-batang besar dan panjang kepunyaan Pak Lazim dan Kumar membuat lubang burit Kak Noor terkemut-kemut. Butuh melayu bersunat dan butuh hindu berkulup sama-sama hebat bagi Kak Noor.Kak Noor yang sedang menunggu di pondok durian seperti tak sabar menanti ketibaan lelaki-lelaki tersebut. Kak Noor tak kisah siapa saja yang datang. Pak Lazim boleh, Kumar pun boleh. Bagi Kak Noor dia amat mengharapkan batang besar dapat meredakan gatal dan miang di lubang buritnya. Kak Noor terlonjak riang bila mendengar bunyi lori mendekati pondok duriannya. Dari bayangan di cermin hadapan lori Kak Noor percaya yang datang kali ini adalah Pak Lazim. Lelaki separuh baya yang masih gagah dan amat berpengalaman. Kak Noor masih ingat dia mengerang sakan bila dia dibuli dan diacah-acah oleh Pak Lazim.

    “Pak Lazim, naiklah dulu.”

    Kak Noor memanggil Pak Lazim yang baru saja mematikan enjin lorinya di tepi pondok Kak Noor. Di tepi pondok Pak Lazim nampak ada longgokan durian. Dia berhasrat untuk memasukkan buah-buah tersebut ke dalam lorinya terlebih dulu tapi dia menangguhkan niatnya bila dia dipanggil Kak Noor. Pak Lazim berjalan pelan dan melangkah masuk ke pondok. Tiba-tiba satu kucupan hinggap di bibir Pak Lazim. Pak Lazim terkejut tetapi membiarkannya. Kak Noor ulangi lagi mencium bibir Pak Lazim sambil memeluk erat badan Pak Lazim. Tindakan drastik Kak Noor membuatkan Pak Lazim terkapai-kapai dan terhoyong-hoyong di lantai pondok.Pak Lazim dapat merasakan buah dada Kak Noor menghempap dadanya. Pejal rasanya. Badan Kak Noor menindih tubuh Pak Lazim. Pak Lazim dapat rasakan nafas Kak Noor yang panas di mukanya. Tundun pantat Kak Noor mengosok-gosok batangnya yang masih lembik di dalam seluar. Segala-galanya berlaku dengan pantas. Walaupun fikiranya ingin menolak Kak Noor dari atas badan, hatinya berkata sebaliknya, malah batangnya juga seolah-olah menarik tundun pantat tembam Kak Noor untuk terus melekat di situ. Ciuman bertalu di muka Pak Lazim membuatkan Pak Lazim lemas. Serangan lidah Kak Noor ke dalam mulut Pak Lazim menbangkitkan ghairahnya.

    “Eh Noor, kenapa ni?” Pak Lazim bertanya kehairanan dengan tindakan spontan Kak Noor itu.

    “Saya perlu ini Pak Lazim,” Kak Noor menjawab sambil meraba-raba batang kemaluan Pak Lazim. Kak Noor mengucup dan membelai dada Pak Lazim. Pak Lazim menggelinjang kegelian bila lidah Kak Noor mencuit dan menjalar di dadanya. Pak Lazim faham bahawa Kak Noor sekarang sedang miang dan mengharap belaian seorang lelaki. Pak Lazim spontan mengucup jari Kak Noor. Batang Pak Lazim terangguk-angguk menyetujui tindakannya dan menahan gelora yang membakar tubuh. Pak Lazim kulum jari Kak Noor sambil Kak Noor berterusan mengulum puting kecil dan membelai dada Pak Lazim. Kak Noor tahu di situ kelemahan Pak Lazim. Pak Lazim tidak mampu lagi melawan rangsangan Kak Noor.Semakin lama, semakin ke bawah lidah Kak Noor turun bermain-main di pusat. Pak Lazim kegelian bercampur nikmat. Tangan Kak Noor merungkai tali pinggang dan seluar Pak Lazim dan menolak ke bawah dan mengelus lembut paha Pak Lazim. Pak Lazim memejamkan matanya. Pak Lazim biarkan. Pak Lazim tak peduli lagi. Pak Lazim dibuai kenikmatan bila tangan Kak Noor begitu mengasyikan membelai dan mengusap batangnya yang keras dan berdenyut-denyut itu. Terutamanya apabila Kak Noor menyentuh kepala cendawan yang mengembang itu.Baru kini Kak Noor dapat melihat dari dekat, batang 7 inci Pak Lazim yang besar, gemuk serta kepala batang macam cendawan. Kak Noor genggam dan mainkan dipipi dan dagunya. Kak Noor semakin yakin, Pak Lazim tidak akan menolak lagi. Kak Noor yakin kepala cendawan itu akan dapat menyirami kegersangan pantatnya. Kak Noor tahu dan yakin kerana tangan Pak Lazim turut menggapai dan turun ke buah dadanya.


    “Aaaahhh….Noor.” Satu keluhan panjang terbit dari mulut Pak Lazim sebaik sahaja lidah Kak Noor mencuit kepala batang Pak Lazim.Kak Noor dah ada pengalaman. Sejak dia pertama kali menjilat dan mengisap batang butuh berkulup kepunyaan Kumar maka dia jadi gian untuk mengulum batang lelaki. Sekarang batang coklat gelap kepunyaan Pak Lazim telah berada di hadapannya. Kak Noor jelirkan lidahnya menyentuh kepala batang Pak Lazim. Tangannya mengurut batang Pak Lazim dengan lembut. Lidah Kak Noor menjalar ke batang dan kerandut telur menambahkan lagi denyutan batang Pak Lazim yang telah keras.Akhirnya tangan Pak Lazim berjaya menyentuh buah dada Kak Noor. Pak Lazim selak t-shirt Kak Noor dari bawah. Pak Lazim elus buah dada kiri dengan tangan kanan sehingga putingnya membesar dan keras. Tak cukup tangan Pak Lazim membelainya. Berhadapan dengan wanita muda dan cantik di hadapannya itu membuat semangat Pak Lazim kembali muda. Benjolan daging kenyal digenggam dan diramas dengan geramnya.Kak Noor tak menunggu lebih lama. Kak Noor masukkan batang Pak Lazim ke dalam mulutnya sampai ke tekak. Tangan kanan Kak Noor membelai dan mengusap manja kerandut telur. Kuluman mulutnya pada batang Pak Lazim membuatkan kaki Pak Lazim semakin mengangkang. Kak Noor sedut dan kemam batang Pak Lazim kemas-kemas. Kak Noor kulum sambil lidahnya menbuat jilatan keseluruhan batang Pak Lazim.

    “Urgghhhh…Noor, sedapnya Noor,” keluh Pak Lazim sambil meramas-raman buah dada Kak Noor yang tegang dan besar itu.

    Terlalu nikmat Pak Lazim rasakan. Telah lama Pak Lazim tidak mendapat nikmat batangnya dikulum begitu hebat. Luar biasa Pak Lazim rasakan kuluman Kak Noor. Geli campur nikmat bila lidah Kak Noor menjilat kepala batangnya. Pak Lazim dapat rasakan batangnya mengembang dalam mulut Kak Noor dan semakin bertambah besar.Pak Lazim tak mahu menunggu lebih lama. KakNoor dirangkul dan dibaringkan di lantai atas tikar mengkuang. Tangan Pak Lazim beralih arah. Pak Lazim cuit punggung Kak Noor. Pak Lazim tak boleh biarkan Kak Noor mengganyang dirinya saja. Tangan kanan Pak Lazim menyentuh betis Kak Noor dan Kak Noor turut membantu mengengsot makin rapat dengan Pak Lazim. Kak Noor dapat rasakan tangan Pak Lazim menjalar masuk ke dalam kain batiknya. Dia tahu hala tuju tangan Pak Lazim. Kak Noor buka sedikit kangkangannya memudahkan pergerakan tangan Pak Lazim. Sememangnya dia tidak memakai seluar dalam apabila berada di rumah ataupun di pondok durian.
    Punggungnya dirapatkan ke badan Pak Lazim. Pak Lazim terkejut mendapat punggung Kak Noor sememangnya terdedah. Bukan itu, malah alur pantat temban itu juga tidak berbungkus kecuali kain batik sahaja. Usapan tangan Pak Lazim bermain-main di alur punggung. Pantat Kak Noor terkemut-kemut menahan nikmat dan semakin basah.Jari telunjuk Pak Lazim menyentuh bulatan muka pintu bontot Kak Noor. Lubang bontot Kak Noor mengemut bila tersentuh jari Pak Lazim. Jari Pak Lazim turun lagi menyentuh alur pantat licin bercukur yang telah basah dan terbuka. Sentuhan jari Pak Lazim di kelentit Kak Noor menyebabkan Kak Noor terpejam mata meratah batang Pak Lazim.

    “Pak Lazim… aahhh… “ keluh Kak Noor perlahan.

    Apabila jari Pak Lazim dibasahi lendir pantat Kak Noor, jari Pak Lazim naik semula dan membuat pusaran di lubang bontot Kak Noor. Pak Lazim main-mainkan jari telunjuk di bontot ebelum mula mencucuk masuk. Kak Noor kemut kuat. Pak Lazim ulangi lagi, Kak Noor kemut lagi. Pak Lazim buat berulangkali sehingga akhirnya jari Pak Lazim terbenam dalam lubang bontot Kak Noor yang panas. Kak Noor meneruskan kuluman di batang Pak Lazim yang keras macam besi. Panas batang Pak Lazim di dalam mulut Kak Noor. Air mazi bercampur dengan air liur Kak Noor di telannya.Pak Lazim merungkai ikatan kain batik Kak Noor dan menariknya keluar. Kak Noor membantu sambil mulutnya terus mengulum batang Pak Lazim. Terserlah pantat tembam basah lencun di depan muka Pak Lazim. Bau pantat yang merangsang itu menambahkan gelora nafsu Pak Lazim. Pak Lazim mengangkat punggung Kak Noor dan lidahnya mencecah alur pantat yang lencun terus ke lubang yang terkemut-kemut itu. Tersentak Kak Noor bila hujung lidah itu menjulur masuk ke dalam lubang pantatnya dan berpusing-pusing di situ. Mulut Pak Lazim pantas menbuat sedutan di lubang sambil bibirnya mengemam kelentit yang tegang itu.Tangan Pak Lazim meramas-ramas buah dada bengkak Kak Noor yang masih ditutup dengan t-shirt tanpa coli. Kak Noor keenakkan mengoyang-goyangkan dan menonyohkan pantatnya ke muka Pak Lazim manakala mulutnya makin pantas mengulum dan lidahnya menjilat-jilat batang Pak Lazim sehingga punggung Pak Lazim terangkat-angkat.Sedutan ke atas kelentit dan mainan ibujari Pak Lazim ke atas biji kelentit Kak Noor membuat Kak Noor makin tak tertahan kesedapan. Kak Noor makin lemas, nafasnya makin kencang sehingga dia menggigit manja batang keras Pak Lazim kerana kesedapan yang amat sangat.


    “Pak Lazim, Noor dah tak tahan…” rayu Kak Noor.

    Pak Lazim berhenti dan masih dalam keadaan terlentang dengan batang tegaknya digenggam kemas Kak Noor. Mata Kak Noor bersinar-sinar keghairahan. Kak Noor segera mengadap Pak Lazim dan menanggalkan t-shirtnya. Terserlahlah selambak buah dada Kak Noor di depan mata Pak Lazim. Buah dada yang masih mengkal, besar dengan putingnya hitam mencuat ke atas, besar. Buah dada yang selalu menjadi perhatian lelaki termasuklah Pak Lazim sendiri. Batang Pak Lazim tambah berdenyut-denyut melihat pemandangan yang indah itu. Pantat Kak Noor yang tembam dan basah itu licin bersih menambahkan keindahan tubuh Kak Noor.Kak Noor dengan tidak sabar-sabar lagi mengangkang di atas badan Pak Lazim, menurunkan perlahan-lahan badannya ke bawah sambil tangan kanannya memegang batang tegak Pak Lazim mengarahkannya ke lubang pantatnya yang terbuka itu sehingga menyentuh kepala cendawan yang berkilat itu. Kepala cendawan itu di gosok-gosokkan sekeliling lubang pantatnya dan menyentuh kelentit yang tegang menyebabkan Kak Noor mendengus perlahan. Kemudian secara tiba-tiba Kak Noor menhempapkan punggungnya menyebabkan batang keras Pak Lazim menjunam ke lubang pantat Kak Noor masuk kesemuanya sampai ke pangkal.

    “Argghhh….besarnya… Unghh…panjangnya..,” Keluh Kak Noor sebaik sahaja batang Pak Lazim terendam di dalam lubang pantatnya yang hangat itu dan kepala cendawan itu menyentuh batu meriyan sehingga kepala Kak Noor terdongak ke belakang kesedapan.Pak Lazim turut merasakan kehangatan lubang pantat Kak Noor yang sedang mencengkam keliling batangnya. Pak Lazim diamkan diri. Mulutnya pantas mencekup dan melahap buah dada Kak Noor yang tergantung tegang itu. Lidahnya bermain-main dengan puting tegang sambil mulutnya terus menyonyot buah dada seolah-olah seperti kanak-kanak kecil yang dahagakan susu. Kedua-dua tangan Pak Lazim meramas-ramas bontot bulat Kak Noor yang menjadi kegeramannya itu. Pak Lazim menahan Kak Noor dari membuat sebarang gerakan kerana ingin terus merasa kehangatan lubang pantat itu dan kemutan dinding rahim ke atas batang dan kepala cendawannya. Sememangnya lubang pantat yang basah dan hangat sentiasa membuatkan lelaki akan ketagihan. Tambahan pula dengan makanan tambahan seperti jamu menambahkan lagi keenakan kepada batang lelaki yang terendam itu.Tangan Pak Lazim beralih meramas-ramas buah dada Kak Noor sambil mulutnya berganti-ganti menghisap kedua buah dada itu. Pak Lazim menguli-uli, meramas-ramas diselangselikan dengan jilatan dan hisapan ke atas puting serta sedutan yang agak kuat sekali sekala ke atas buah dada Kak Noor sehingga Kak Noor mendesis dan mendakap kepala Pak Lazim rapat ke dadanya. Kerana merasakan sensasi kesedapan putingnya dihisap sampai ke dalam lubang pantatnya yang padat dengan batang keras itu membuatkannya terkemut-kemut dan berdenyut-denyut. Sememang nikmat persetubuhan kalau tak disertakan dengan hisapan dan mainan mulut ke atas buah dada umpama makan tanpa minum air.. tak puas..Kak Noor makin mengelinjang mendesis kesedapan apabila batang Pak Lazim mula keluar masuk perlahan-lahan. Gerakan perlahan Pak Lazim menujah keluar masuk membuatkan Kak Noor semakin tidak tertahan kesedapan yang amat sangat.

    “Pak Lazim, sedapnya…laju lagi Pak Lazim, laju…..”

    Rayu Kak Noor yang mengemut-gemut batang Pak Lazim dengan kerap memberikan rasa sensasi yang lebih kepada lubang pantatnya dan batang Pak Lazim.

    “Sempitlah lubang Noor, sedap… kemut Noor, kemut….,” Pak Lazim juga mendesah kesedapan.

    Pak Lazim ikut rentak Kak Noor. Dari bawah Pak Lazim hayun punggung ke atas. Dari atas Kak Noor menekan ke bawah sehingga santak ke pangkal batang Pak Lazim yang lecah lencun itu. Batang Pak Lazim lencun dengan air mazi Kak Noor. Pantat Kak Noor becak di tujah oleh batang besar Pak Lazim. Berdecup, decup bunyi irama alu bertemu lesung.Kak Noor semakin tak tertahan dengan kenikmatan yang di terima. Kak Noor mencium seluruh muka Pak Lazim, meremang batang leher Pak Lazim. Hentakan punggung Kak Noor makin laju bersama ayakan gaya gerudi menyebabkan Pak Lazim mendesis-desis kesedapan. Nafas Kak Noor makin kencang. Gerakan Kak Noor makin tak teratur. Pak Lazim memegang punggung dan pinggang Kak Noor untuk megawal gerakan punggung Kak Noor yang makin laju dengan tubuhnya yang meliuk-liuk. Mata Kak Noor terpejam menikmati kesedapan yang amat sangat. Lubang pantatnya berdenyut-denyut dan terkemut-kemut. Hentakannya makin laju…


    “Nor dah nak sampai, aahhh…”

    Kak Noor tak mampu berkata-kata lagi bila gerakan terakhirnya menghentak sekuat hatinya batang Pak Lazim sampai ke pangkal sambil mengemut kuat sehingga terasa air maninya keluar mencurah membasahi batang Pak Lazim seperti terkencing. Akhirnya Kak Noor rebah keletihan di atas dada bidang Pak Lazim. Mulutnya menyonyot kecil puting Pak Lazim. Pak Lazim tak perlu mempelbagaikan posisi mendatangi Kak Noor. Kak Noor memang selesa bermain di atas kerana dapat mengawal mainannya. Batang keras Pak Lazim masih terbenam di dalam lubang pantat sempit Kak Noor. Kak Noor membiarkan batang itu berdenyut-denyut sambil dia terus membuat kemutan demi kemutan ke atas batang yang masih keras itu. Pak Lazim merangkul Kak Noor dan menelentangkannya pula. Kini giliran Pak Lazim mencari kepuasan total bagi dirinya dan batangnya yang gersang itu. Dia menarik bantal kepala yang leper dan meletakkan dibawah pinggang Kak Noor sehingga tundun dan pantat Kak Noor yang sememangnya tembam makin tinggi. Namun begitu batang kerasnya tetap terendam di dalam lubang hangat yang berdenyut-denyut kecil itu. Pak Lazim merapatkan kaki Kak Noor dan meletakkan ke atas bahunya. Terasa bertambah sempit lubang pantat Kak Noor. Perlahan-lahan Pak Lazim menarik batangnya keluar sehingga tinggal kepala cendawan di muka pintu dan menujah dengan pantas sehingga terbeliak mata Kak Noor menerima tujahan itu. Dibuatnya berulang kali tujahan laju dan tarikan perlahan. Kak Noor yang telah mendapat klimak tadi mula merasakan keghairahan baru di dalam diri dan pantatnya. Lubang pantatnya mula berdenyut-denyut menerima tujaha demi tujahan. Tangannya mememgang lengan Pak Lazim. Keadaan tikar mengkuang menjadi kusut masai. Pondok kecil itu penuh dengan bau air mani namun ia menambahkan nafsu keduanya. Tujahan Pak Lazim makin laju, nafas Kak Noor makin kencang.

    “Uuhhh.. aahhh…kuat lagi Pak Lazim. Sedapnya….”

    Kak Noor makin meracau. Kemutan ke atas batang Pak Lazim makin laju. Tangan Kak Noor mengawang-gawang seolah-olah mencari tempat berpegang. Kakinya yang tersandar di bahu Pak Lazim kini mengepit pinggang dan punggung Pak Lazim. Seolah-olah lubang pantatnya enggan melepaskan batang Pak Lazim. Nafas keduanya makin pantas. Pak Lazim melipat kaki Kak Noor sehingga menyentuh buah dadanya dan terus menhenjut dengan gerakan yang lebih pantas lagi menyebabkan pondok kayu itu bergoyang kuat mengikut goyangan badan Kak Noor dan hentakan Pak Lazim. Kak Noor mengeleng-geleng kepala kesedapan. Mulutnya berdesis-desis. Tangannya mencengkam lengan Pak Lazim sehingga kukunya membenam kulit lengan Pak Lazim.Kepala batang Pak Lazim makin berdenyut-denyut seiring dengan hentakan padu yang semakin kuat. Kaki Kak Noor dilepaskan. Hentakannya makin laju dan tak teratur. Air makin banyak bertakung di pangkal batang Pak Lazim. Terlalu nikmat. Tangannya kemas memeluk tubuh badan Kak Noor. Tangan Kak Noor memeluk belakang Pak Lazim sambil badannya dilentingkan ke atas mengikut irama tusukan laju batang Pak Lazim. Tujahan semakin laju dan kuat, berdecap-decap bunyinya..

    “Ahhh..ahhh Arghhhhhh…,” akhirnya Pak Lazim tidak mampu menahan diri dan terus melepaskan pancutan sedalam-dalamnya dalam lubang pantat Kak Noor yang mengemut-gemut batang sambil air maninya juga memancut membasahi batang Pak Lazim.


    “Sedap Pak Lazim, sedap….”

    “Sedap Noor, sedap….”

    Kedua insan itu terkulai lemah, terbaring dengan nafas tak teratur. Masing-masing menikmati kelazatan tiada tara. Air yang bertakung sekian lama telah dilepaskan, bagaikan pintu empangan yang dibuka. Air memancut deras menuju haluan. Lubuk yang gersang telah diairi. Gurun tandus telah disirami. Kedua makhluk telah sampai ke garis penamat. Kedua-duanya puas

  • Kisah Memek Menginap Berdua Dengan Ponakan di Hotel Pantai

    Kisah Memek Menginap Berdua Dengan Ponakan di Hotel Pantai


    2821 views

    Duniabola99.com – Sekitar 2 minggu yang lalu saya dapat tugas keluar kota tepatnya ke Pan***daran untuk melakukan tugas rutin , saya sendiri tinggal dikota Band**g . Hari itu tepatnya hari rabu jadi subuh- subuh saya sudah berangkat kesana sendiri dgn mobil operasional kantor , sengaja saya gak bawa supir karena ingin berlibur disana , kebetulan hari senin dpnya pas merah jadi saya Cuma kerja kamis dan jumat jadi masih ada 3 hari untuk berlibur.

    Singkat cerita dari rabu sore sampai jumat siang , saya hanya disibukkan dengan kerjaan , meeting dengan cabang dikota tersebut , jumat siang saya mohon pamit balik kehotel karena semua kerjaan saya sudah selesai. Setelah tiba dihotel lalu makan siang dan ganti baju saya bergegas bersiap-siap mau main surfing dilaut , ini hobi yg sudah saya tekuni dari 1 tahun lalu apalagi tiap bulan saya pasti kekota ini.Hal ini yg membuat saya selalu semangat setiap dinas ke Pan***daran.

    Saat hendak beranjak dari kamar , HP saya bunyi dan dilayar hp saya lihat nama Kak Lisa , ” aduh…ada-ada aja yg ganggu ” pikirku agak kecewa”. Lalu hp saya angkat siapa tau penting.
    “iya…halo ada apa kak”.sahut saya ketus.
    “lho..lho…kok…marah si”.balas kak lisa.
    “kakak Cuma mau minta tolong bisa gak…”sahutnya merayu.
    “…iya deh ada apa “balas saya dgn nada lembut.
    ” gitu dong jadi adek , yang baik sama kakak” sahutnya
    “iya…ada apa” sahut saya memotong
    “itu..Nadya kan lagi di pangandaran , kakak minta tolong kalo bisa entar pulang bareng kamu ke bandung , bisa gak leo “Tanya kakak saya.

    Oh iya Kak Lisa adalah kakak kandung saya dan sudah menikah punya 3 anak , yg pertama Nadya umur 17 tahun masih kelas 11 SMU , yang kedua Cintya Umur 15 thn kelas 9 SMP dan yg terahir Liam umur 10 thn kelas 4 SD.

    ” emang Nadya nginap dimana ” kata saya. Situs Judi Online
    “Dia nginap di Hotel ANU , Cuma sore hari ini rombongannya sdh mau pulang ke Bandung , jadi tadi Nadya telp kakak , eh..saya bilang kalo Om Leo lagi disitu ” sahut kakak saya
    “trus ” sahut saya kembali
    ” nah pas dia dengar gitu , eh..dia malah pengen ikut kamu pulangnya hari senin , gimana boleh gak Leo , kalo boleh telp Nadya sekarang iya” kata kaka saya memelas.
    “iya udah gak apa-apa ” kata saya

    Akhirnya saya telp Nadya dan menjemput dihotel dia nginap , setelah izin dari guru-gurunya saya pun bawa dia ke Hotel tempat saya nginap.
    Awalnya saya tdk terlalu memperhatikan penampilan ponakan saya ini karena hamper 3 bulan terakhir saya jarang ketemu dia , Nah pas masuk kamar baru saya sadar akan kemolekan tubuh Nadya .dengan tinggi 165 cm , buah dadanya yg montok besar terlihat dari kaos pink ketatnya dipadu denga BH putih ikat leher membuat penisku mulai sadar dari kebisuannya , apalagi saat itu dia Cuma pakai rok mini ketat memamerkan pahanya yg seksi dan bongkahan pantat yg padat berisi . kulit Nadya sangat putih mulus bersih didukung wajah yg cantik seperti gadis oriental . Ponakan saya ini sangat aktif didunia Modeling dikota bandung hal ini membuat dia selalu rajin mengurus badannya.

    ” Om..tidurnya disini iya, asik sekali kamarnya , viewnya langsung kelaut sunset trus kolam renang juga kelihatan ” sahut dia sambil masuk kekamar dgn santai dan menuju balkon kamar hotel , hotel yang disediain kantor emang kelas VIP jadi fasilitas lengkap.
    ” eh..bukannya bantu Om Leo bawa barangmu , km malah main nyelonong aja ” kata saya . ” ihhh…om Leo gitu aja sudah cape , huu….payah”sahut dia menantang dari ruangan kamar padahal saya baru mindahin kesebalah pintu dan menutup pintu.

    “apa….kamu bilang om..payah , awas iya” kata saya sambil berlari mengejar dia pengen dijotos eh dicubitin, eh dia malah lari naik ke atas kasur lalu saya kejar , eh dia lari kearah balkon saya lompat kelantai dan hap……” kena…” kata saya , saya langsung memeluk pinggangnya dari belakang dan mengangkatnya keatas , dia hanya berontak bergoyang kesana kemari sambil tertawa dan meronta ampun..om…ampun.., saya pun mempererat pegangan saya takut lepas dan tanpa saya sadari tangan kanan saya memegang buah dadanya yang kiri dan Nadya juga tidak merasakan hal tersebut , lalu saya angkat kekasur dan saya jatuhkan , dia berguling kekiri mau lari saya langsung tindih dia dari atas kedua tangannya saya pegang dia hanya berontak biar lepas masih sambil tertawa .

    saya baru sadar bahwa posisi saya saat itu sangat erotis persis gaya misionaris dimana Nadya dibagian bawah menghadap kearah saya dengan kedua tangan terlentang saya pegang erat dan kedua pahanya terbuka lebar dgn posisi kemaluan kami saling menempel tapi masih pake baju.tiba- tiba saya terdiam dan Nadya juga diam , kami saling menatap membisu , saya merasakan penisku berdiri dibalik celanaku dan tampa Nadya sadari saat kami berguling dikasur ternyata roknya naik dan memperlihatkan G-Stringnya yang merah merona ( seleranya bagus juga pikirku).


    Tiba-tiba dia mau bangkit karena menyadari akan hal itu , tapi saya tidak membiarkankan malah saya pegang erat ,
    “om..lepasin om..” kata Nadya memelas , saya tau kalau vaginnya merasakan kontolku yg berdiri makin tegang menempel di kemaluannya , saat itu saya sudah lupa dengan daratan bahkan saya tdk berpikir lagi siapa gadis yg ada didepan saya ,
    ” om…lepas..” kata Nadya sekali lagi , tapi saya malah langsung membuka celana pendekku dgn tangan kanan sedangkan yg kiri tetap memegang erat tangan kanan Nadya. Secepat kilat kontolku yg tegang sudah kelihatan mengacung . Nadya mencoba brontak untuk bisa lepas. ” jangan..om ” kata Nadya menangis , bukannya saya sadar eh malah makin liar , dengan sigap saya buka g-string nadya karena memang ada tali disamping sehinggah memudahkan reaksiku , pas melihat vaginannya yg gemuk merah merona dgn bulu –bulu halus membuatku makin liar ingin membenamkan kontolku , Nadya menangis ingin melepaskan diri , tapi apa daya saya lebih kuat apalagi bandanku sangat atletis.

    Dengan tangan kananku saya arahkan kontolku kelubang vaginanya , apalagi sudah 1 bulan saya tdk melakukan hal ini dgn pacarku Vega.
    Setelah pas didepan lubang vaginaya , saya dorong dikit , ” aduh…sakit om…jangan Om”,pinta Nadya menangis karena kaget kontolku ingin memasuki vaginanya .akhirnya saya mencoba fore play karena vaginanya kering saya langsum cium sedot sedot klistorilnya tapi tangan saya yg kiri tetap memegang tangan kanannya , tapi tangan kananku sudah masuk ke balik kaosnya dan meremas – remas bergantian buah dadanya yang memang besar .”akh…om..jangan..om” sahut nadya , tapi kali ini dia berhenti brontak hanya menangis saja tersedu –sedu . “Om ingin menikmati tubuhmu , jadi diam saja nanti kamu malah ketagihan ” sahut saya langsung , dan Nadya terdiam saja mungkin kaget dgn omong saya yg dimatanya omnya ini memang baik dan sayang sama dia.Lalu saya menaikkan kaosnya keatas dan menarik kasar BH putihnya …brakkk….
    “om…sadar om..” sahutnya.
    Langsung saya kulum pentil dadanya , yg memang menggairahkan berwarna pink dgn buah dada yg putih bersih .saya kulum dada yg kiri yg kana saya remas .
    “uh…oh…uh..” tib-tiba suara ponakan saya berubah merintih keenakan , sepertinya nafsunya naik pikirku dan memang benar kelemahan ponakan saya memang pada buah dadanya pada pentilnya, saya terus lanjutkan aksi saya , puas menjilati dadanya saya naik mencium bibirnya mengulum sambil tangan kanan saya mengelus vaginanya , kali ini Nadya makin terbawa arus dia membalas semua kecupanku ,setelah itu saya kembali menjilati klistorilnya , Nadya makin meracu..

    Uh…uh…..oh…….oh…. Suara ponakan saya bikin saya makin bernafsu ,
    Saya terus jilati vaginanya yang harum karena sering dirawat , tiba-tiba 3 menit kemudian
    Akh…oh…okhhhhh…ouuuuuuuuuuuuuuuuuuu……. Badan keponakan saya bergetar hebat dan saya melihat cairan bening keluar dari vaginanya , saat dia mengalami organisme matanya tertutup sambil menggigit bibir bawahnya , keenakan kali pikirku , lalu saya buka kaos saya saya buka rok dan kaosnya , dan saya ambil posisi saya arahkan kontolku yg tegang memerah itu kepintu vaginannya saat itu nadya masih merasakan kenikmatan yg baru dia alami , dan tampa tunggu komando kontolku saya dorong keras dan…


    Akh…kkk…saaaakkkkitttt ommm…” jerit Nadya sadar dari sisa sisa kenikmatan tadi
    Saya hanya diam meliahat wajahnya yg manis menggoda sambil memegang erat pinggulnya , setelah dia agak tenang saya langsung dorong keras….

    Blesss………kotolku masuk semua
    Akh…..sakit……….rintih nadya
    Dan akhirnya saya diamkan dulu , saya melihat airmatanya menetes dan perlahan saya merasakan kontolku terasa dipijit dan raut muka Nadya mulai merasakan keenakan kelihatan dari dia menggigit bibirnya…

    Lalu saya tarik pelan kontolku dan dorong lagi kedalam makain lama makin kencang

    Akh…akkhhh,,,,ouhhh…ouhhhh…jerit Nadya keenakan
    Saya dorong terus makin kencang sambil meremas kedua buah dadanya yg menggemaskan.
    Akah…akah…saya…mau pipis om…”sahut Nadya .
    “keluarain aja kata saya , dan aouuuuhhhhh….yeassss…ohhhh…” suara keenakan dari ponakan saya.Setelah itu saya turun kelantai saya tarik badannya setengah menggantung dan saya masukin lagi kontolku , saya dorong terus….makin cepat ….

    Akhhh,…akkhhhh….” Sayang vaginamu enak sekali apalagi buah dadamu , om senang bisa menidurimu hahaha…” sahut saya sambil bersemangat mendorong mudur kontolku.

    Akh…akahhhhh…..eeehhhhh..” suara Nadya keenakan .lalu saya rubah gaya dogy stile sampay gaya monyet memanjat , dan akhirnya balik ke misionaris . kira kira 20 menit kemudia Nadya mengalami organisme dan saya juga sepertinya sdh mau keluar , makin saya percepat genjotan saya sambil mengangkat paha kiri Nadya inin membuat efek yg berbeda pada kontolku…dan tiba-tiba…

    Akh…akhhh….croot….crooot….. saya keluarkan spermaku kedalam vaginannya.

    Dan bandanku lemas kemudian , kami pun tertidur pulas karena kelelahan.
    Tiba-tiba saya terbangun , dan melihat nadya masih tidur pulas saya lihat jam masih jam 6 sore diluar matahari mulai terbenam , eksotis pikirku , saya pun bangun dan membuat minuman penyegar tubuh tak lupa saya membuat minuman penambah tenaga , karena saya masih ingin memuaskan hasratku dgn ponakanku.


    Malam itu saya melakukan 5 kali dgnnya dan sampai hari senin kami mau pulang , bahkan dijalan yg sepi saya sempat menuntaskan nafsuku dgn Nadya.

    Setelah kejadian itu saya hapir tiap malam tidak bisa tidur.

    Dan akhirnya saya coba telpon kak lisa 2 hari yg lalu , Katanya Nadya baik-baik saja bahkan , saya minta mau bicara padanya ,

    “halo Nadya”kata saya
    “iya” katanya pendek
    ” besok kan minggu ” kata saya
    ” habis dari gereja langsung keapartemen om ya “sahut saya kembali.
    Sambil menulis cerita ini saya menunggu keponakan saya akan datang ,dan

    Tok…tok..tok pintu apartemen saya terbuka dan hp saya bunyi ada sms , sebelum saya beranjak membuka pintu saya baca sms dulu ” Om..saya sudah didepan pintu”
    Asik kata saya…udah dulu ya agan agan , kapan kapan saya lanjut cerita dgn ponakan saya yg kedua.