Author: dbgoog99

  • Kisah Memek Akibat Kakakku Ketagihan Mansturbasi

    Kisah Memek Akibat Kakakku Ketagihan Mansturbasi


    2581 views

    Duniabola99.com – Namaku Tedy. Aku mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Bandung. Saat ini aku kuliah semester II jurusan TI. Sejak awal kuliah, aku tinggal dirumah kakak ku. “Kak Dewi” begitulah aku memanggilnya. Usianya terpaut 5 tahun denganku. Ia sebenarnya bukan kakak kandungku, namun bagiku ia adalah kakak dalam arti yang sebenarnya. Ia begitu telaten dan memperhatikan aku. Apalagi kini kami jauh dari orang tua.


    Rumah yang kami tempati, baru satu tahun dibeli kak Dewi. Tidak terlalu besar memang, tapi lebih dari cukup untuk kami tinggali berdua. Setidaknya lebih baik dari pada kost-kostan. Kak Dewi saat ini bekerja disalah satu KanCab bank swasta nasional. Meskipun usianya baru 28 tahun, tapi kalau sudah mengenakan seragam kantornya, ia kelihatan dewasa sekali. Berwibawa dan tangguh. Matanya jernih dan terang, sehingga menonjolkan kecantikan alami yang dimilikinya.

    Dua bulan pertama aku tinggal dirumah kak Dewi, semuanya berjalan normal. Aku dan kak Dewi saling menyayangi sebagaimana adik dan kakak. Pengahasilan yang lumayan besar memungkinkan ia menangung segala keperluan kuliah ku. Memang sejak masuk kuliah, praktis segala biaya ditanggung kak Dewi.

    Namun dari semua kekagumanku pada kak Dewi, satu hal yang aku herankan. Sejauh ini aku tidak melihat kak Dewi memiliki hubungan spesial dengan laki-laki. Kupikir kurang apa kakaku ini ? cantik, sehat, cerdas, berpenghasilan mapan, kurang apa lagi ? Seringkali aku menggodanya, tapi dengan cerdas ia selalu bisa mengelak. Ujung-ujungnya ia pasti akan bilang, “Gampang deh soal itu, yang penting karier dulu…!”, aku percaya saja dengan kata-katanya. Yang pasti, aku menghomati dan mengaguminya sekaligus.

    Hingga pada suatu malam. Saat itu waktu menunjukan pukul 9.00, suasana rumah lengang dan sepi. Aku keluar dari kamarku dilantai atas, lalu turun untuk mengambil minuman dingin di kulkas. TV diruang tengah dimatikan, padahal biasanya kak Dewi asyik nongkrongin Bioskop Trans kesayangannya.

    Karena khawatir pintu rumah belum dikunci, lalu aku memeriksa pintu depan, ternyata sudah dikunci. Sambil bertanya-tanya didalam hati, aku bermaksud kembali ke kamarku. Namun tiba-tiba terlintas dibenakku, “kok sesore ini kak Dewi sudah tidur ?”, lalu setengah iseng perlahan aku mencoba mengintip kak Dewi didalam kamar melalui lubang kunci. Agak kesulitan karena anak kunci menancap dilubang itu, namun dengan lubang kecil aku masih dapat melihat kedalam.


    Dadaku berdegup kencang, dan lututku mendadak gemetar. Antara percaya dan tidak pada apa yang kulihat. Kak Dewi menggeliat-geliat diatas spring bad. Tanpa busana sehelaipun !!!
    Ya Ampun ! Ia menggeliat-geliat kesana kemari. Terkadang terlentang sambil mendekap bantal guling, sementara kedua kakinya membelit bantal guling itu. Kemudian posisinya berubah lagi, ia menindih bantal guling.

    Napasku memburu. Ada rasa takut, malu, dan entah apalagi namanya. Sekuat tenaga aku tahan perasaan yang bergemuruh didadaku. Kualihkan pandanganku dari lubang kunci sesaat, pikiranku sungguh kacau, tak tahu apa yang harus kuperbuat. Namun kemudian rasa penasaran mendorongku untuk kembali mengintip. Kulihat kak Dewi masih menindih batal guling.

    Pinggulnya bergerak-gerak agak memutar, lalu kemudian dengan posisi agak merangkak ia menumpuk dan memiringkan bantal dan guling, lalu meraih langerie-nya. Ujung bantal itu ditutupinya dangan langerie. Kembali aku mengalihkan pandanganku dari lubang kunci itu. Ngapain lagi tuh ?!!, aku tertegun.

    Entah kenapa, rasa takut dan jengah perlahan berganti dengan geletar-geletar tubuhku. Tanpa sadar ada yang memanas dan mengeras di balik training yang aku kenakan. Aku meremasnya perlahan. Ahhh…

    Ketika kembali aku mengintip ke dalam kamar, kulihat Kak Dewi mengarahkan selangkangannya pada ujung bantal itu, hingga posisinya benar-benar seolah menunggangi tumpukan bantal itu.

    Lalu tubuhnya terutama bagian pinggul bergoyang goyang dan bergerak-gerak lagi, setiap goyangan yang dilakukanya secara reflek membuat aku semakin cepat meremas batang kemaluanku sendiri. Entah berapa lama aku menyaksikan tingkah laku kak Dewi didalam kamar. Nafasku memburu, apalagi manakala aku melihat gerakan kak Dewi yang semakin cepat. Mungkin ia hendak mencapai orgasme, dan benar saja, beberapa saat kemudian tubuh kak Dewi nampak berguncang beberapa saat, jemari kak Dewi mencengkram seprai.

    Aku tak tahan lagi. Bergegas aku menuju kamarku sendiri. Lalu kukunci pintu. Kumatikan lampu, lalu berbaring sambil memeluk bantal guling dengan nafas memburu. Pikiranku kacau. Bagaimanapun aku laki-laki normal. Aku merasakan gelombang birahi menyala dan semakin menyala didalam tubuhku.


    Dan makin lama makin membara. Ah… aku tak tahan lagi. Dengan tangan gemetar aku membuka seluruh pakaian yang kukenakan, lalu aku berguling-guling diatas spring bad sambil mendekap bantal guling. Aku merintih dan mendesah sendirian. Diantara desahan dan rintihan aku menyebut-nyebut nama kak Dewi. Aku membayangkan tengah berguling-guling sambil mendekap tubuh kak Dewi yang putih mulus. Pikiranku benar-benar tidak waras.

    Aku membayangkan tubuh kak Dewi aku gumuli dan kuremas remas. Sungguh aku tidak tahan, dengan sensasi dan imajinasiku sendiri, aku merintih dan merintih lalu mengerang perlahan seiring cairan nikmat yang muncrat membasahi bantal guling. (Besok harus mencuci sarung bantal…masa bodo…!!!!)…………….

    Sejak kejadian malam itu, pandanganku terhadap kak Dewi mengalami perubahan. Aku tidak saja memandangnya sebagai kakak, lebih dari itu, aku kini melihat kak Dewi sebagai wanita cantik. Ya wanita cantik ! wanita cantik dan seksi tentunya. Ah…….! (maafkan aku kak Dewi !)

    Terkadang aku merasa berdosa manakala aku mencuri-curi pandang. Kini aku selalu memperhatikan bagian-bagian tubuh kak Dewi. . ! mengapa baru sekarang aku menyadari kalau tubuh kak Dewi sedemikian putih dan moligh. Pinggulnya, betisnya, dadanya yang dihiasi dua gundukan itu.

    Ah lehernya apalagi, mhhh rasanya ingin aku dipeluk dan membenamkan wajah dilehernya.
    “Hei, kenapa melamun aja ? Ayo makan rotinya !“, kata kak Dewi sambil menuangkan air putih mengisi gelas dihadapanya, lalu meneguknya perlahan. Air itu melewati bibir kak Dewi, lalu bergerak ke kerongkonganya…. Ahhh kenapa aku jadi memperhatikan hal-hal detail seperti ini ?
    “Siapa yang melamun, orang lagi …. ammmm mmm enak nih, selai apa kak ?”, aku mengalihkan perhatian ketika kedua bola mata kak Dewi menatapku dengan pandangan aneh.

    “Nanas ! itu kan selai kesukaanmu. awas abisin yah !”, kak Dewi bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan membelakangiku menuju wastafel untuk mencuci tangan.
    “OK, tenang aja !”, mulutku penuh roti, tapi pandangan mataku tak berkedip menyaksikan pinggul kak Dewi yang dibungkus pakaian dinasnya. Alamak, betisnya sedemikian putih dan mulus…
    “Kamu gak pergi kemana-mana kan ?“, kata kak Dewi. Hari sabtu aku memang gak ada mata kuliah.

    “Enggak…!”, kataku sesaat sebelum meneguk air minum.
    “Periksa semua kunci rumah ya Ted kalo mau pergi. Kemarin di blok C11 ada yang kemalingan….!”.
    “Mmhhh… iya, tenang aja…”, kataku sambil merapikan piring dan gelas bekas sarapan kami.
    Beberapa saat kemudian suara mobil terdengar keluar garasi. Lalu suara derikan pintu garasi ditutup. Dan ketika aku keteras depan, Honda Jazz warna silver itu berlalu meninggalkan pekarangan.


    Setelah memastikan kak Dewi pergi, aku kemudian mulai mengamati atap dan jarak antar ruangan. Sejak kemarin aku telah memiliki suatu rencana. Aku mau memasang Mini Camera kekamar kak Dewi, biar bisa online ke TV dikamarku, he he !.
    Sebulan berlalu, otakku benar-benar telah rusak.

    Aku selalu menunggu saat-saat dimana kak Dewi bermasturbasi. Dengan bebas aku melihat Live Show, lewat mini kamera yang telah kupasang dilangit-langit kamar Kak Dewi. Aman ! sejauh ini kak Dewi tak menyadari bahwa segala gerak-geriknya ada yang mengamati.
    Benar rupanya hasil survai sebuah lembaga bahwa 60 % dari wanita lajang melakukan masturbasi. Kalau kuhitung bahkan ka Dewi melakukanya seminggu dua kali. Pasti tidak terlewat ! malam rabu dan malam minggu.

    Kasihan kak Dewi. Ia mestinya memang sudah berumah tangga. Tapi biarlah, kak Dewi toh sudah dewasa, ia pasti tahu apa yang dilakukannya. Dan yang terpenting aku punya sesuatu untuk kunikmati. Kalau kak Dewi melakukannya dikamarnya, pasti aku juga. Ahh…..
    Seringkali ditengah kekacauan pikiranku, ingin rasanya aku bergegas kekamar kak Dewi ketika kak Dewi tengah menggeliat-geliat sendiri.

    Aku ingin membantunya. Sekaligus membantu diriku sendiri. Gak usah beneran, cukup saling bikin happy aja. Tapi aku gak berani. Apa kata dunia ?
    Malam ini. Aku tak sabar lagi menunggu, sudah hampir jam sembilan. Tapi kok gak ada tanda-tandanya. Kak Dewi masih asyik nongkrongi TV diruang tengah. Aku kemudian bergegas keluar rumah bermaksud mengunci gerbang.
    “Mau kemana Ted ?”,
    “Kunci gerbang ah, udah malem !”, kataku sambil menggoyangkan anak kunci .

    “Jangan dulu dikunci, temen kak Dewi ada yang mau kesini !”,
    “Mau kesini ? siapa kak ?”,
    “Santi…yang dulu itu lho !”,
    “Ohh…!”, aku mencoba mengingat. Sinta ? ah masa bodo… tapi kalo dia kesini, kalo dia nginep, berarti …? Yah…! hangus deh.

    Aku bergegas kembali kedalam. Dan ketika aku menaiki tangga ke lantai atas, HP kak Dewi berdering. Kudengar kak Dewi berbicara, rupanya temennya si Sinta brengsek itu udah mau datang. Huh !
    Aku hampir aja ketiduran. Atau mungkin memang ketiduran. Kulihat jam menunjukan pukul 10.30 malam, ya ampun aku memang ketiduran.


    Cuci muka di wastafel, lalu aku ambil sisa kopi yang tadi sore kuseduh. Dingin tapi lumayan daripada gak ada. Lalu seteguk air putih. Lalu sebatang Class Mild.

    Dan, asap memenuhi ruang kamar. Kubuka jendela, membiarkan udara malam masuk kekamarku. Sepi. Temennya kak Dewi udah pulang kali ?!.
    Kunyalakan TV, tapi hampir seluruh chanel menyebalkan, Kuis, Lawakan, Ketoprak, Sinetron Mistery, fffpuih ! kuganti-ganti channel tapi emang semua chanell menyebalkan, lalu kutekan remote pada mode video…lho apa itu…?!
    Ya ampun ! sungguh pemandangan yang menjijikan.

    Apa yang akan dilakukan kak Dewi dan temannya itu. Aku geleng-geleng kepala, ada rasa marah, kesal. Aku tidak menyangka kalau kak Dewi ternyata menyukai sesama jenis (Lesbian).

    Apa kata Mama. Ya ampuuuuun…!
    Kumatikan TV. Aku termenung beberapa saat.
    Aku ambil gelas kopi, satu tetes, kering. Ah air putih saja. Aku habiskan air digelas besar sampai tetes terakhir.

    Tapi…., aku tekan lagi tombol power TV, Upps… masih On Line ! Aku melihat kak Dewi dengan temannya berbaring miring berhadapan. Aku yakin mereka tanpa busana. Meskipun berselimut, bagian pundak mereka yang tak tertutup menunjukan kalau mereka tak berpakaian. Mereka saling menatap dan tersenyum.

    Tangan kiri kak Sinta mengelus-elus pundak kak Dewi. Sementara kuperhatikan tangan kak Dewi nampaknya mengelus-elus pinggang kak Sinta, tidak kelihatan memang tapi gerakan-gerakan dari balik selimut menunjukan hal itu. Lama sekali mereka saling pandang dan saling tersenyum. Mungkin mereka juga saling berbicara, tapi aku tak mendengarnya karena aku tidak memasang Mini Camera dengan Mic.

    Perlahan kepala kak Sinta mendekat, tangannya menghilang kedalam selimut dan menelusuri punggung kak Dewi. Aku Cemburu ! Mereka berciuman dengan penuh perasaan, perlahan saling mengulum dan melumat. fffpuih ! Ternyata benar-benar ada tugas pria yang dilakukan oleh wanita.

    Untuk beberapa saat mereka berciuman dan saling meraba. Aku jadi menahan nafas. Mungkin aku juga ketularan tidak waras, rasanya ada satu gairah yang perlahan bangkit didalam tubuhku. Bahkan, aku mulai mendidih !
    Sesaat kak Sinta nampak menelusuri leher kak Dewi dengan bibir dan lidahnya, aku mengusap leherku sendiri.

    Entah kenapa aku merasa merinding nikmat. Apalagi melihat ekpresi kak Dewi yang pasrah tengadah, sementara kak Sinta dengan lembut bolak-balik menjilat leher, dagu, pangkal telinga. Aku tak tahan melihat kak Dewi diperlakukan seperti itu. Setelah mematikan lampu, aku kemudian beranjak ke atas spring Bad, mendekap bantal guling, sementara mataku tak lepas dari layar TV.


    Situasi semakin seru, kak Dewi kini yang beraksi, ia kelihatan agak terlalu terburu-buru. Dengan penuh nafsu ia menjilati dan menciumi leher kak Sinta yang kini terlentang ditindih kak Dewi. Kepala kak Sinta mendongak-dongak, aku yakin ia tengah merasakan gelenyar-gelenyar nikmat dilehernya.

    Kemudian kak Dewi berpindah menciumi dada kak Sinta, sekarang baru nampak jelas wajah kak Sinta. Ia ternyata cantik sekali, bahkan sedikit lebih cantik dari kak Dewi. Ah aku terangsang. Tonjolan dibalik kain sarung yang kukenakan makin mengeras. Agak ngilu terganjal ujung bantal guling, sehingga perlu kuluruskan.

    Kak Dewi benar-benar beraksi, ia menciumi dan melahap payudara kak Sinta. Wajah kak Sinta mengernyit, dan mulutnya terbuka, apalagi ketika kak Dewi mengemut putting susunya. Ia Menggeliat-geliat sementara kedua tangannya mendekap kepala kak Dewi. Bergantian kak Dewi mengerjai kedua payudara kak Sinta. Kak Sinta menggeliat-geliat. Semakin liar, apalgi ketika kak Dewi menyelinap ke dalam selimut.

    Tiba-tiba kepala Kak Dewi muncul lagi dari balik selimut, tengadah mungkin ia tersenyum atau tengah mengatakan sesuatu, karena kulihat kak Sinta tersenyum, lalu sebuah kecupan mendarat dikening Kak Dewi.

    Sesaat kemudian kak Dewi menghilang lagi ke dalam selimut. Kak Sinta tampak membetulkan posisi badannya, selimutnya juga dirapihkan, aku tak dapat melihat apa yang tengah dilakukan kak Dewi, tapi menurut perkiraanku kepala kak Dewi tepat diantara selangkangan kak Sinta. Entah apa yang tengah dilakukannya.

    Namun yang terlihat, kak Sinta mendongak-dongak, kedua tanganya meremas-remas kepala kak Dewi. Kepala kak Sinta bergerak kekanan dan kekiri. Tubuhnya juga menggelinjang kesana sini. Kondisi seperti itu berlalu cukup lama.

    Aku keringatan. Nafasku memburu. Tanpa sadar kubuka kaus yang kukenakan, lalu kulemparkan kain sarungku. Kemaluanku mengeras, menuntut diperlakukan sebagaimana mestinya. Ah… edan !

    Tiba-tiba aku lihat kak Sinta mengejang beberapa kali. Pinggulnya mengangkat, kedua pahanya menjepit kepala kak Dewi. Mengejang lagi, sementara kepalanya mendongak kekanan dan kiri. Ia terengah-engah, lalu sesaat kemudian terdiam.

    Matanya terpejam. Kemudian kak Dewi muncul dari balik selimut, ia nampak mengelap mulutnya dengan selimut. Paha kak Sinta tersingkap karenanya.

    Kak Sinta kemudian meraih kedua bahu kak Dewi, mendaratkan kecupan dikening, pipi kanan dan kiri kak Dewi, lalu merangkul kak Dewi ke dalam pelukannya. Beberapa saat mereka berpelukan. Aku yang menyaksikan kejadian itu hanya dapat menahan napas, sementara tangan kananku meremas-remas dan mengurut kemaluanku sendiri.


    Dan, kemudian mereka nampak berbincang lagi, lalu kak Dewi membaringkan badanya. Terlentang. Kak Sinta menarik selimut, lalu menyingkirkannya jauh-jauh.
    Kak Dewi kelihatan protes, tapi protes kak Dewi dibalas dengan lumatan bibir kak Sinta. Tubuh kak Sinta menindih tubuh kak Dewi. Aku melihat, dengan mata kepalaku sendiri. Dua wanita cantik, dua tubuh indah dengan kulit putih mulus, tanpa busana, tanpa penutup apapun.

    Saling menyentuh.
    Kak Sinta kini yang bertindak aktif, ia kini menjilati leher, pangkal leher, bahu, dada, payudara kanan dan kiri.

    Kak Dewi nampak pasrah diperlakukan seperti itu. Kak Sinta nampak lebih terampil dari kak Dewi, hampir setiap inci tubuh kak Dewi dijilati dan dikecupnya. Bahkan kini ia menelusuri pangkal paha kak Dewi dari arah perut dan terus bergerak ke awah.

    Kak Dewi hendak bangun, kedua tanganya seolah menahan kepala kak Dewi yang terus bergerak ke bawah, entah mungkin karena geli atau nikmat yang teramat sangat. Tapi tangan kak Sinta menahanya, akhirnya kak Dewi menyerah. Dihempaskannya tubuhnya ke atas spring bad.

    Kak Sinta kini menciumi paha, lutut, bahkan telapak kaki kak Dewi. Tangan kanan kak Dewi mengusap-usap kemaluannya, sementara jari-jari tangan kirinya dimasukan kedalam mulutnya sendiri. Ia mengeliat-geliat.

    Tubuh kak Sinta kemudian berubah lagi. Ia kini telah siap berada diantara paha kak Dewi. Kak Sinta menarik bantal dan meletakannya, dibawah pinggul kak Dewi, sehingga tubuh bagian bawah kak Dewi makin terangkat. Kepala kak Dewi terjepit persis diantara selangkangan kak Dewi.

    Sebelah tangannya meremas-remas payudara kak Dewi. Aku lihat tubuh kak Dewi mengelinjang-gelinjang. Tak sadar aku turut merintih. Semakin kak Dewi menggelinjang, nafasku semakin memburu. Tubuhku kini mendekap dan mengesek-gesek bantal guling, dan batang kemaluanku menggesek-gesek ujungnya.

    Nikmat, entah apa yang kini berada didalam pikiranku. Yang pasti aku turut larut dalam situasi antara kak Dewi dan kak Sinta.
    “Kak Dewiii… kak Sinta……, ini Tedy… asssshhh..ahh kak…aku juga..!”, aku merintih dan terus merintih.
    Semakin lama kak Dewi kulihat semakin liar, badannya bergerak-gerak, naik-turun searah pinggulnya. Kedua tangannya menangkup kepala kak Sinta.

    Semakin lama gerakan kak Dewi semakin liar, lalu pessss, TV mendadak padam. Sialan ! lampu diluar juga padam. Gelap gulita. PLN sialan ! Brengsekkkkkk !!!
    Aku terengah-engah, dalam kegelapan. Sudah kadung mendidih, aku teruskan aksiku meski tanpa sensasi visual. Aku merintih dan mendesah sendiri dalam kegelapan. Aku yakin disana kak Dewi dan kak Sinta pun tengah merintih dan mendesah, juga dalam kegelapan…….


    Dor ! Dor ! Dor !
    “Tedy… bangun, udah siang !“, suara ketukan atau entah gedoran pintu membangunkan aku. Rupanya sudah siang.
    “Bangun…!”, suara kak Dewi kembali terdengar.
    “Iya..! udah bangun…”, teriakku. Lalu terdengar langkah kaki kak Dewi menjauh dari pintu kamarku.

    Ya ampun ! aku terkaget. Berantakan sekali tempat tidurku. Dan bantal guling…, bergegas aku buka sarungnya. Wah nembus !
    Dengan terburu-buru kurapikan kamarku, jam menunjukan pukul 8 pagi.

    Kalau tidak khawatir mendengar kembali teriakan kak Dewi yang menyuruh sarapan mungkin aku memilih untuk tidur lagi. Akhirnya aku keluar kamar, mengambil handuk, dan bergegas kekamar mandi.

    Didekat ruang makan aku berpapasan dengan kak Dewi yang membawa nasi goreng dari dapur. Namun bukan itu yang menarik perhatianku. Rambut lepek kak Dewi yang belum kering benar jelas terlihat.

    Aku teringat kejadian tadi malam. “abis keramas nih yee !”, kataku dalam hati.
    “Apa senyam-senyum gitu ?”, kak Dewi menatapku heran.
    “Enggak …! Siapa… lagi yang senyam-senyum.

    Mmm enak !”, kataku sambil menyuap sesendok nasi goreng hangat.
    “Mandi dulu sana, dasar jorok !”, kata kak Dewi sambil meletakan piring yang dipegangnya.
    “Jorokan juga kak Dewi, gituan dijilatin hiiii….”, kataku dalam hati, tapi kemudian bergegas mandi, eh keramas juga !

    Segar sehabis mandi, hampir aku balik lagi ketika menyadari dimeja makan Kak Dewi tengah sarapan ditemani kak Sinta.
    “Ikutan Indonesian Idol dong ted !, jangan cuma berani nyanyi dikamar mandi aja !”, itu kalimat yang pertama kudengar dari kak Sinta.

    Cantik. Bener- benar cantik. Sumpah ! tapi matanya itu ! aku merasakan keliaran dimatanya ketika menatapku yang hanya terbungkus handuk sepinggang.
    “Eh, maaf kirain gak ada kak Sinta, maaf yah…permisi !”, kataku sambil berlalu.
    Buru-buru aku ganti baju, menyisir rambut.

    Ah kenapa aku ingin nampak keren. Karena ada kak Sinta yang cantik kali ya ? Pandang dari kiri dan kanan. Sip ! Turun kembali ke lantai bawah, menikmati dua wajah cantik, dan sepiring nasi goreng bertabur SoGood Sozzis.
    “Nih buruan, sarapan dulu !”, kak Dewi yang kemudian menyuruhku sarapan, sementara mereka sendiri telah selesai.

    Aku lalu sarapan dengan diawasi oleh dua mahluk cantik yang tidak buru-buru beranjak dari meja makan. Mereka berbincang ngalor ngidul seputar dunia kerja. Sesekali aku menimpali meskipun mungkin enggak nyambung. “Dasar kuli, hari libur gini masih aja ngurusin kerjaan !”, aku membatin.
    “Tumben dihabisin ?”, kata kak Dewi melihat aku makan dengan lahap.
    “Abis enak sih !”,
    “Biasanya, dia tuh ! susah makannya, di masakin ini-itu…!”,
    “Bohong kak ! jangan dengerin !”, kataku menimpali ucapan kak Dewi
    “Alah… emang biasanya gitu kok !”, kak Dewi memotong ucapanku. Kak Sinta hanya tersenyum aja. Manis lagi senyumnya.


    Mmmuah ! ingin rasanya kusentuh bibirnya itu.
    Seminggu berlalu, setiap hari rasanya aku menjadi tambah bejat. Pikiranku kotor terus. Terbayang kak Dewi dan kak Sinta. Namun yang lebih sering menari-nari dalam khayalanku kemudian adalah sosok kak Dewi. Mungkin karena ia yang tiap hari ketemu. Sehingga pikiran kotorku kemudian mengacu kepadanya.

    Aku merasa bersalah karena kemudian khayalanku semakin kacau. Aku begitu terobsesi dengan kak Dewi. Setiap menjelang tidur, pikiranku melayang-layang membayangkan kak Dewi. Aku ingin merasakan kehangatan tubuh mulusnya, mengecap setiap inci kulit halusnya. …ahhhhhh…..!!!

    Rasanya semua hal yang berkaitan dengan kak Dewi membuatku terangsang. Melihat pakaiannya yang lagi dijemur saja aku terangsang.
    Bahkan entah berapa kali ketika kak Dewi tidak ada dirumah, aku mempergunakan benda-benda pribadi kak Dewi menjadi objek fantasiku.

    Dan makin lama aku makin berani, hingga aku melakukan self service, di kamar kak Dewi, ketika tidak ada kak Dewi tentunya. Seperti siang itu, sebotol Hand Body Lotion milik kak Dewi kugenggam erat.

    Aku terlentang diatas spring bad kak Dewi. Isi lotion telah kukeluarkan sehingga melumuri kemaluanku yang mengacung. Kuurut perlahan, menikmati sensasi yang membuai, sambil sesekali aku menciumi celana dalam pink kak Dewi. Aku benar-benar hanyut dan terbuai dalam kenikmatan. Sehingga aku tak begitu menghiraukan ketika ada suara-suara didepan rumah. Ah… kak Dewi biasanya pulang jam 6.30, sekarang

    baru jam 2 siang…. Aman..Ach….shhhh…..
    Aku terhanyut dan bergelenyar penuh kenikmatan hingga….
    Jeckrek !!! kunci pintu depan dibuka dari luar, lalu pintu terbuka. Seseorang masuk. Ya ampun ! aku sungguh panik. Kak Dewi Pulang !!!
    Dengan gemetar dan penuh ketakutan aku mengenakan celana. Ya ampun, berantakan begini, dan… Hand Body Lotion tumpah… mati gue !
    Tak dapat dicegah karena pintu kamar memang tak kukunci. Blak…pintu didorong dari luar…
    “Tedy…! Ngapain kamu ?”, mata kak Dewi menatapku tajam.
    “ng..mmm ini lagi !”, aku tak berkutik. Baju yang kugunakan mengelap ceceran Hand Body Lotion di seprai kugenggam erat.

    Wangi Hand Body Lotion tercium kemana-mana. Keringat dingin membasahi tubuhku yang hanya mengenakan training. Napasku tercekat manakala menyadari tatapan kak Dewi ke atas tempat tidur, celana dalam ka Dewi, langerie kak Dewi, bantal guling, dan celana dalamku yang tak sempat kupakai atau kusembunyikan. Shittttt….sialan!

    Kak Dewi menghela nafas panjang dan berat, tatapannya sungguh menakutkan. Aku menggigil gemeteran. Kak Dewi pastinya dapat menebak kelakuanku.
    “Kok cepet pulangnya kak ?”, dengan susah payah aku bersuara. Tapi kak Dewi tak memperdulikanku. Ia berlalu, langkah kakinya menjauhi kamar.

    Lalu terdengar dentingan gelas, dan pintu lemari es dibuka.
    Bergegas aku membereskan segala yang berantakan, sekedarnya. Lalu buru-buru meninggalkan kamar kak Dewi !
    “Anjing…!, brengsek “, kataku sambil meninju dinding.

    “Bodoh, bodoh !”, aku mengutuk diriku sendiri. Aku malu sekali. Dengan penuh ketakutan aku bergegas ganti baju. Pikiranku kacau sekali. Aku dengan mengendap keluar rumah, motorku-pun kudorong keluar halaman.

    Lalu aku kabur…ketempat kost temanku.
    Tiga hari aku aku tak pulang, temanku sampai terheran-heran dengan kelakuanku. Tapi aku simpan rapat-rapat masalah yang sebenarnya. Aku hanya bilang lagi berantem sama kakaku.

    Tadinya aku kebingungan juga kelamaan tidak pulang, mau pulang juga rasanya bagaimana. Namun sebuah telpon dari kak Dewi membuat semuanya lebih baik,
    “Tedy kamu kemana aja ? kamu dimana ?”, terdengar suara kak Dewi di HP ku, datar. “mm ng… dirumah temen kak ?”, kataku sedikit bergetar.
    “Pulang…nanti kalo mamah nanya gimana ?”, suara kak Dewi masih terdengar datar.

    Tapi setidaknya hal itu membuatku sedikit lega. “Iya kak !”, lalu tak terdengar lagi suara kak Dewi. Aku tertegun beberapa saat, namun kemudian aku memutuskan untuk pulang.
    Tiba dirumah, tatapan kak Dewi menyambutku. Aku tak berani menatap wajahnya. “kamu kemana aja ?”, suara kak Dewi masih terdengar datar seperti ditelepon. “Mmm…dari rumah Wawan kak !”,
    “Makan dulu…tuh kakak udah masak !”, terdengar suara kak Dewi dari ruang tengah. “Iya kak !”, bergegas aku ke meja makan. Melahap makanan yang tersedia dimeja makan, emang gua laperrrr !
    Besoknya, suasana masih terasa amat hambar.


    Kak Dewi tak mengucap sepatah katapun. Ia membuang muka ketika berpapasan dengan aku yang bermaksud ke kamar mandi. Selesai mandi, ganti baju, kembali keruang makan. Aku dan kak Dewi sarapan seperti biasanya, tapi rasanya suasana betul-betul mencekam.

    Kak Dewi nampak buru-buru menyelesaikan sarapannya. Akupun bergegas menghabiskan sisa makananku.
    “Kak, maafin Tedy yah !”, kataku sambil meletakan gelas yang airnya habis kuteguk.
    Kak Dewi tak bersuara, tapi matanya menatapku, penuh keheranan dan tanda tanya, atau mungkin tatapan apa itu artinya.

    Entahlah.
    Beberapa hari kemudian setelah situasi dirumah mulai terasa normal, malam itu kak Dewi diruang tengah nonton TV atau mungkin membaca majalah. Entahlah atau bisa kedua-duanya, soalnya TV dinyalakan tapi ia asyik membaca majalah sambil telungkup dipermadani. Dagunya diganjal dengan bantal guling. Aku kemudian duduk disofa, tepat dibelakangnya. Rasanya badanku gemetar menyaksikan pandangan dihadapanku. Sittttt !!!! Pikiran gilaku melintas lagi.

    Pantat kak Dewi yang hanya dilapisi selembar baju tidur tipis begitu indah terlihat. Garis celana dalam yang dikenakanya nampak menggurat. Betisnya itu, alamak. Aku tak tahan ingin mengecapnya dengan lidahku. Dan…
    “Bikin minum dong, haus nih…!”, Kak Dewi membalikan badannya, dan melihat kearahku yang tengah menikmati bagian belakang tubuhnya.
    “Orange, atau susu ?”, tanpa sadar aku melirik kearah dadanya.
    Kak Dewi merasakan pandangan mataku, ia membetulkan leher bajunya.
    “Susu deh ! tapi jangan penuh-penuh yah !”,
    “Ok !”, lalu aku pergi ke ruang sebelah. Seperti kebiasaannya kalau bikin susu ia pasti hanya minta setengah gelas.

    “Takut gak abis”, katanya !
    “Nih kak !”, kataku sambil meletakkan gelas susu disebelah kanan. Lalu aku bergerak kesebelah kiri kak Dewi. Kak Dewi segera mereguk minuman yang kusediakan untuknya itu. Aku sendiri meraih majalah yang tengah dibaca Kak Dewi.
    “Ih apaan nih, sini ! orang lagi dibaca juga !”, kak Dewi berusaha meraih majalahnya kembali. Akhirnya kulepaskan. Aku mengambil remote TV. Sambil tengkurap disamping kak Dewi, aku memindah-mindah chanel.
    “Kebiasaan Tedy mah, pindah-pindah terus, balikin TransTV !”, katanya sambil berusaha meraih remote. Akupun menyerah, kukembalikan channel ke TransTV.
    Lalu aku memiringkan badan, sekarang aku menghadap kearah kak Dewi. Menatapnya dalam-dalam. Ah… kakak ku sayang, engkau cantik sekali.

    Lalu aku mutup kedua mataku rapat-rapat.
    “Kak mau tanya, boleh ?”, kataku sambil tetap memejamkan mata.
    “Tanya apa sih !”, ia menjawab tanpa menoleh.
    “ng…mmmm kenapa Tedy akhir-akhir jadi aneh yah ?”,
    “Maksudnya apa ?”,
    “Tapi kak Dewi jangan marah yah !”,
    “Akhir-akhir ini, tedy sering error. Pikiranya yang begituuu.. aja.

    Gak siang gak malem, pusing deh !”,
    “Mikirin apa sih ?”,
    “Ah… kak Dewi ini. Maksud Tedy… mmm jangan marah yah. Rasanya Tedy gampang terangsang deh !”, kubuka mataku, keterkejutan nampak diwajah kak Dewi. Lalu ia menghela nafas panjang.

    “Kebanyakan nonton film jelek kali. Tuh dikomputer hapus-hapusin gambar gambar jelek kayak gitu !”,
    “Bisa juga sih…, kalau masturbasi bahaya enggak sih kak?”, aku kembali melontarkan pertanyaan yang mengagetkannya.
    ”Apaan sih gituan di tanya-tanyain ?!”, nampak kak Dewi agak gusar menimpali pertanyaanku.
    “Kalau kata temen tedy sih, mendingan masturbasi daripada main sama cewek nakal, bisa penyakitan !”,

    Tak terdengar komentar. Waduh aku kehabisan kata-kata.
    “Sebenarnya gara-gara kak Dewi sih !”, dan aku menunggu. Benar saja, kak Dewi bereaksi. Ia menatapku penuh tanya.
    “Menurut sebuah survai, 60 % wanita lajang melakukan masturbasi, bener kan ?”, aku kembali melontarkan pukulan kata-kata.
    “Kata siapa kamu ?”,
    “Kata koran dannnnn… lubang kunci !”,
    “Maksud Tedy apa sih…? Kakak jadi pusing !”,
    “Tedy tahu rahasia kak Dewi !”,
    “Rahasia apa ?”,

    “Kak Dewi suka menggeliat-geliat ditempat tidur tanpa pakaian dan memeluk bantal guling !”, akhirnya. Mata Kak Dewi membeliak kaget. Tatapan matanya menyiratkan rasa marah dan malu, tapi ia berusaha menutupinya.
    “Kamu ngintip ?”,
    “Gak sengaja sih…!”, kubenamkan mukaku dipermadani sambil menunggu efek selanjutnya.
    “Tapi tenang aja. Rahasia kak Dewi aman kok ditangan Tedy.


    Dan rahasia Tedy ada ditangan kak Dewi.

    Sama-sama aman ok ?!”, Kak Dewi tak bersuara. Benar-benar terdiam. Ia malah membolak-balikan halaman majalah.
    “Meskipun ada satu rahasia lagi !”, tampak wajah kak Dewi kembali menegang. Pandanganya mengarah kepadaku, yang kini juga menatapnya.
    “Kak Sinta… !”, kataku. Kak Dewi benar-benar terhenyak. Ia bangkit hingga terduduk. Aku membalikan badan, terlentang disamping kak Dewi.
    “Tenang aja. Tedy gak akan membocorkannya ke siapa-siapa kok !”,
    “Tedy tahu semuanya ?”, kata kak Dewi tiba-tiba.

    Pandangan matanya kini memelas dan penuh ketakutan.
    Aku menganggukan kepala.
    “Jangan bilang siapa-siapa, jangan bilang mamah.

    Please !”, kak Dewi mengguncang bahuku.
    “Tenang…pokoknya aman !”,
    Kak Dewi nampak gelisah. Aku tidak tega melihatnya.
    Kak Dewi yang sangat baik padaku telah aku antarkan pada suatu kondisi serba salah dan menakutkan baginya. Tapi sudahlah.

    Tiba-tiba terdengar dering telp, bergegas aku bangun dan mengangkat gagang telpon.
    “Halloo..!”, terdengar suara perempuan diseberang sana.
    “Hallo…!”, kataku
    “Ini tedy yah ?, kak Dewi ada ?”, suara itu terdengar lembut.
    “ng.. ini siapa yah ?”, kataku sambil menduga-duga.
    “Ini Sinta…kak Dewi-nya ada ?”,
    “Ada…sebentar ya kak !”, kataku.
    “Kak… ini kak Sinta !”, kataku pada kak Dewi. Kulihat tiba-tiba expresi kak Dewi menegang. Namun tak urung ia mendekatiku, dan menerima gagang telepon yang kusodorkan.
    “Haloo..”,

    Aku bergegas pergi, tak ingin mengganggu “sepasang kekasih” yang telepon-an. Aku naik ke lantai atas, menuju kekamarku sendiri. Kukunci pintu kamar, mematikan lampu, dengan perasaan campur aduk.
    Beberapa saat kemudian kudengar langkah kaki kak Dewi di tangga menuju kearah kamarku. Lalu tiba-tiba aku mendengar ketukan dan suara kak Dewi.

    Aku terdiam, menunggu. “Tedy…!”, kembali terdengar ketukan. Kunyalakan lampu lalu membuka kunci pintu kamar.
    Tanpa kupersilahkan kak Dewi menyeruak masuk lalu duduk dipinggir tempat tidur. “Tedy…”, kak Dewi tiba-tiba memecahkan keheningan.
    Aku yang hendak menyalakan rokok, menoleh.
    Kulihat kak Dewi menatapku dalam-dalam. Nampaknya ada sesuatu yang ingin diucapkanya. Tak jadi menyalakan rokok. Aku menarik kursi, dan membalikanya sehingga menghadap kearah kak Dewi. Lalu aku duduk dihadapan kak Dewi. “Tedy bisa pegang rahasia kan ?”, ia menatapku sungguh-sungguh. Ada ketakutan dimatanya.
    “Masalah apa ?”,
    “Sinta…!”,

    “Oh…!”, aku mengangguk perlahan.
    “Jangan sampai Mamah tahu !’,
    Aku hanya menatapnya, lalu tersenyum hambar.
    “Janji ?!”, kak Dewi menatapku dalam-dalam.

    “Janji !”, kataku sambl mengacungkan telunjuk dan jari tengahku.
    “Tedy boleh minta apa aja, pasti kakak turutin, syaratnya satu, gak boleh bocorin rahasia !”,
    “Tenang…aman !’, kataku agak bergetar.

    “Tedy mau minta apa sama kaka?”, nampaknya kak Dewi mencoba bernegosiasi, he he….
    “ng…gak minta apa-apa deh…mmm…”, sungguh tak terpikir untuk minta sesuatu pada kak Dewi, lagi pula aku sama sekali gak kepirkiran untuk membocorkan rahasianya. Namun tatapan liarku kearah dada ka Dewi sungguh dinterpretasikan oleh kak Dewi.

    “Kakak tahu kok apa yang Tedy inginkan, sini…!”, kak Dewi menepuk spring bad, mungkin maksudnya menyuruhku duduk disampingnya. Aku ragu sesaat.
    “Sini….!”, katanya mengulang.

    Meskipun ragu aku kemudian beranjak, dan dengan bingung aku duduk disebelahnya. Darahku berdesir saat jemari lembut kak Dewi mengusap punggung tanganku. Lalu ia meraih telapak tanganku.

    Jemari tanganku digenggamnya.
    “Pasti Tedy sekarang lagi error !”, tiba-tiba kak Dewi berkata datar,
    “Apaan sih kak ?”, kataku agak jengah.
    “Pake pura-pura lagi !”, kak Dewi mendorong tubuhku.


    Karena Kak Dewi mengisyaratkan agar aku terlentang maka aku segera terlentang dengan kakiku menjuntai kelantai.
    “Tedy pengen ini kan ?”, jemari kak Dewi merayapi pahaku.

    Aku terhenyak menahan nafas. Kemudian kak Dewi tanpa ragu mulai meremas kemaluanku perlahan, ahh….., kedua lututku terangkat parlahan, lalu kuturunkan lagi.
    “Kak…”, kataku lirih
    “sst…kakak tahu apa yang Tedy inginkan, tenang aja…”, kak Dewi benar-benar meremas-remas kemaluanku. Geletar nikmat perlahan merayap, seiring makin mengerasnya batang kemaluanku. Kuraih bantal, kudekap hingga menutupi mukaku. Rasa jengah dan nikmat membaur menjadi satu.

    “Pake malu-malu lagi !”, kak Dewi memaksaku melepaskan bantal. Akhirnya untuk aku hanya bisa menutup mata dan menikmati gelenyar kenikmatan dari setiap remasan tangan kak Dewi. “Ah…shhh..kak….!”,
    Tanganku perlahan merayap kearah pinggang kak Dewi, meremasnya perlahan seiring geliat kenikmatan. Aku semakin berani karena kak Dewi tak menolak remasan tanganku dipinggangnya.
    Tiba-tiba, “Udah ya…cukup segitu aja !”, tiba-tiba kak Dewi menghentikan remasan tanganya.

    “Ah kakak !”, aku merintih kecewa, hampir aku melonjak bangun.
    “Kenapa ?”, ia menatapku, sebuah senyum seolah menggoda aku yang tengah konak.
    “Tanggung…please…!”, aku merintih dan memelas.
    “Dasar….”, katanya sambil memijit hidungku.
    Tanpa ragu aku melepaskan training yg kukenakan, kemaluanku yg sungguh telah mengeras, mendongak…
    Nampak ada rasa jengah pada tatapan kak Dewi, aku bangkit dari tidurku, “Please…!”, lalu kuraih tangan kak Dewi agar menjamah kemaluanku. Akhirnya tak urung kak Dewi menuruti kemauanku.

    Kembali kuhempaskan tubuh, lalu menunggu kak Dewi melakukan hal yg seharusnya. Tangan lembut dan halus kak Dewi menggenggam kemaluanku, nampaknya ia agak ragu, badanku mengerjap sesaat, ketika tangan kak dewi mulai meramas kemaluanku dengan perlahan. Kupenjamkan mata, menikmati setiap kenikmatan yang datang.

    Semakin lama keinginanku semakin kuat. Aku merintih, mendesah dan sesekali menggeliat.
    Remasan tangan kak Dewi memang nikmat, namun semakin lama aku menginginkan lebih, lalu aku meraih Hand Body dari sela-sela pinggir springbad, dengan gemetar kusodorkan pada kak Dewi.
    “Apa ini ?”,
    Meski terlihat ragu, perlahan kak Dewi meraih Hand Body Lotion, membuka tutupnya, menumpahkannya ditangan kanannya.

    Lalu ia melumuri kemaluanku. Ahhh..
    “Maafin Tedy ya kak !”,
    “Iya anak nakal !”, katanya. Mungkin seharusnya ia tersenyum tapi aku tidak melihatnya.
    “Digimanain ?”, katanya berbisik perlahan.
    “Urut aja, keatas dan kebawah, pelan-pelan !”,
    “Begini…!”,

    “Ya…ah… shhh… kak Dewi…!”, akupun tenggelam dan terbuai dalam kenikmatan. Belaian lembut tangan Kak Dewi sungguh membuat aku terlena. Dan tanpa kuminta kak Dewi telah cukup paham ketika sudah agak mengering dan kesat ditambahkannya lagi cairan Hand Body itu. Ia telah tahu yang kuinginkan.

    Caranya mengurut dan meremas sungguh sempurna. Aku kemudian hanya bisa pasrah, merintih dan mendesah.
    “ssshhhh… kaka…mkasihhhh…. Mmmm shhhhh enak !”,
    Aku terus merintih dan merintih. Kak Dewi benar-benar memanjakan aku. Ia mengurut dan membelai membuat aku terasa melambung-lambung. Tapi lama kelamaan ada rasa ngilu dikemaluanku.

    Makin lama makin ngilu.
    “kenapa ? udah ?”, kak Dewi bertanya ketika tanganku menahan gerakan tanganya yang masih mengurut dan membelai. “Ngilu…!”, kataku berbisik.
    Lalu aku bangkit dari tempat tidurku, sehingga kami duduk berdampingan. Kak Dewi terlihat berusaha mengelap cairan Hand Body yang berlepotan ditanganya. Trainingku menjadi korban. Tanggung sekalian kotor, akupun mengelap kemaluanku dari cairan handbody.

    Kami terdiam, beberapa saat.
    “Tahu enggak sebenarnya Tedy suka pake bantal guling. Seperti Kak Dewi !”,
    “Apa enaknya…!”, pertanyaan itu seolah terlontar begitu saja.
    “Ya enak aja. Gesek-gesek. Sambil membayangkan sedang memeluk kak Dewi !”.
    “Dasar !”, ia memelintir kupingku.
    “kak Dewi…!”,
    ‘Apa..?”,
    ‘Tanggung nih !”,
    “Tanggung apanya ?”,
    “Pura-pura jadi bantal guling mau ?”,
    “Apalagi nih !”,

    “Tedy gak tahan nih. Tapi kak Dewi gak usah khawatir. Tedy gak merusak apapun. Kak Dewi tetap berbaju lengkap. Kak Dewi hanya berbaring aja. Nanti Tedy…!”, kak Dewi terdiam tak menjawab.
    “Cuma gesek-gesek aja !”, aku kemudian menandaskan.
    “Gimana ? kamu ini aneh-aneh aja ?”,
    “Berbaring dulu kak Dewi-nya. Pokonya aman deh.


    Tedy gak bakalan merusak apapun. Janji !”, kataku sambil setengah mendorong tubuh kak Dewi.
    Kak Dewi tak urung menurut. Ia beringsut keatas spring bad, lalu kubaringkan tubuhnya hingga terlentang.
    Dengan bergetar kemudian aku berbaring menyamping. Lalu kakiku menyilang keatas dua kakinya. Selangkanganku kini menempel ke pahanya. Sayang masing terlindung pakaian yang dikenakannya. Tapi lumayan enak.

    Lalu aku mulai menggesek-gesekan kemaluanku kepaha kak Dewi. Rasa nikmat perlahan mengalir seiring gesekan itu. Makin lama makin terasa enak. Tangan kak Dewi kupaksa agar mau melingkari pinggangku. Aku terus menggesek dan menggesek. Sesaat aku lepaskan bajuku, aku kini telanjang bulat, menelungkup tubuh kak Dewi yang masih terbungkus Langerie…

    ”shhhh…. Mmmm enak kak. Enak ! shhhhh ahhhh shhh !”, tanpa sadar aku menciumi bahu kak Dewi. Aku semaki berani karena kak Dewi membiarkan aku menciumi pundaknya. Makin lama tubuhku makin bergeser. Tahu-tahu aku kini berada diantara dua paha kak Dewi. Kemaluanku menggesek-gesek persis kemaluan kak Dewi. Sungguh nikmat. Geletar-geletar birahi makin memuncak.

    Aku mendesis dan merintih sambil sesekali mendaratkan ciuman ke pundak kak Dewi. Lambat laun aku menyadari, setiap aku bergerak dan menggesek, tubuh kak Dewi ikut bergerak seirama gerakan tubuhku. Bahkan beberapa kali ia membetulkan posisi pinggangku.

    Kemaluanku terus menggesek-gesek kemaluan kak Dewi. Dan terus bergoyang-goyang berirama.
    “Kurang keatas…sakit tahu !”, suara ka Dewi terdengar memburu.
    Aku menurut. Aku bergerak lebih keatas. Paha kak Dewi bergerak seolah memberi ruang agar tubuhku bergerak lebih leluasa.

    “Pelan…pelan…”, ia mendesis,
    “Enak kak?’, akhirnya kulontarkan pertanyaan itu. Kak Dewi terdiam. Namun nafasnya semakin terdengar memburu. Jemari tangannya terasa meremas-remas punggungku.
    Tanpa meminta persetujuan aku berusaha meraih celana dalam kak Dewi.
    “Mau apa ?”,
    “Biar gak sakit lepasin aja yah ?”, ia sedikit mempertahankanya.
    “Please !”, kataku. Akhirnya kak Dewi menurut.

    Bahkan kakinya bergerak-gerak membantuku melepaskan celana dalam itu. Aku tidak bermaksud menyetubuhi kak Dewi. Tidak benar-benar maskudku. Biar bersentuhan lebih dekat aja. Dan untuk pertama kalinya dalam hidupku. Kemaluanku menempel pada kemaluan wanita. Sungguh sensasinya luar biasa.


    Kemaluanku mengarah kebawah, terjepit diantara paha kak Dewi. Lalu aku mulai menggesek-kesekanya. Ada sesuatu yang hangat namun basah dibawah sana. Semakin kugesekkan semakin terasa nikmat. Tiba-tiba aku mendengar kak Dewi mendesah pelan. Kepalanya mendongak. Kuulangi gerakan dan gesekanku, kembali ia mendesah. Akhirnya kuulangi gesekan diwilayah itu. Aku senang mendengar kak Dewi mendesah-desah dan merintih. Kami ternyata berada pada posisi saling berdekapan.

    Wajah kami begitu dekat. Aku merasakan semburan nafas hangat kak Dewi. Dengan lembut kudaratkan bibirku didagunya. Kemudian bergeser, perlahan. Akhirnya bibir kami bertemu. Bibir kak Dewi awalnya diam tak bereaksi ketika bibirku berusaha melumat, tapi lama kelamaan bibir itu membalas lumatan bibirku. Kami berpagutan dan saling melumat.

    Semakin lama segalanya semakin liar. Aku kini bahkan sudah mengecap, menjilat bahkan setengah menggigit leher kak Dewi. Ketika jilatan lidahku menyerang pangkal leher dibawah telinganya, kak Dewi mendesah dan merintih. Aku kini benar-benar membuat kak Dewi menjadi hilang kesadaran. Ia telah menjadi benar-benar liar.

    Diarahkannya kepalaku untuk menciumi dadanya. Aku maklum dengan apa yang diinginkan kak Dewi. Aku bangit dari cengraman tubuhnya. Lalu dengan gemetar kubuka Langerie yang dikenakan kak Dewi. Kemudian Bra yang dikenakannya. Kini tubuh kak Dewi tak berbalut selembar benangpun, sebagaimana aku. Tak tahan berlama-lama aku merangkul tubuh kak Dewi.

    Aku menggumulinya dengan penuh nafsu. Aku jilat setiap inci tubuhnya, semakin kak Dewi merintih semakin aku mejilat dan menggigit. Putting susunya bergantian aku lahap. Aku bagai orang yang kesetanan. Tanpa terasa aku mulai menjilati tubuh kak Dewi bagian bawah. Bahkan aku kini mulai menciumi pangkal paha dan selangkangannya. Kak Dewi merintih dan melenguh. Aku tak tahu bagaimana cara menjilat yang baik dan benar.

    Pokonya semakin keras rintihan kak Dewi semakin lama aku menjilat. Kupingku terasa berdenging dan pekak karena terjepit kedua paha kak Dewi. Aku menjilat dan terus menjilat kemaluan kak Dewi. Meskipun hidungku mencium aroma yang aneh, dan lidahku mengecap rasa yang aneh pula. Aku terus menjilat. Bahkan bibirkupun mencium bagian-bagian kemaluan kak Dewi. Aku bahagia mendengar kak Dewi Merintih-rintih dan menjerit. Sampai kemudian kak Dewi menarik kepalaku.

    “Sudah-sudah ! ngilu !”,
    “Ngilu ?”, batinku. Bukanya enak ?
    Nafas kak Dewi tersengal-sengal. Aku segera mengelap mulutku dengan baju kak Dewi, mengusir perasaan tidak nyaman dimulutku. Namun aku masih bernafsu. Ketika aku bermaksud menaiku tubuh kak Dewi.
    “Tunggu sebentar. Masih ngilu !?”, katanya.

    Akhirnya aku hanya dapat menciumi perut dan dada serta payudara kak Dewi. Kedua tangan kak Dewi membelai-belai rambutku.
    Tubuhku perlahan mulai merayap kembali. Masuk kedalam dekapan hangat tubuh kak Dewi. Rasa nikmat itu perlahan kembali mengalir. Kemaluan kami kembali bergesekan. Dan aku mulai meracau…
    “Jangan !”, kak Dewi menahan tubuhku. Aku tak tahan lagi. Aku ingin memasukannya. Aku ingin merasakan terbenam dalam lembah kenikmatan itu.

    “Jangaaaaannn… please ! Tedy jangan !”, kak Dewi memohon ketika aku mencoba dan memaksa untuk kedua kalinya.
    “Tedy udah gak tahan kak ! gak tahan lagi !”,
    “Tapi Tedy udah janji, gak bakalan merusak.!”, kak Dewi menghiba.
    “Tedy udah gak tahannnnnn….shhhh !”,
    “Kak Dewi juga sama. Tapi please jangannnn shhh !”,
    Kak Dewi berbisik dengan nafas memburu.


    Aku tak tahan lagi. Namun kemudian otak warasku hadir. Kalau dengan bantal guling saja aku bisa puas, kenapa sekarang enggak.
    Aku ambil celana dalam kak Dewi, lalu kugunakan untuk menutupi kemaluan kak Dewi. “Tedy pengen keluar disini, boleh yah !”. setengah memohon aku berbisik.

    Karena tak dilarang segera aku memposisikan kemaluanku. Mengarah kebawah dan terjepit paha kak Dewi. Kedua Kemaluan kami hanya dipisah selembar celana dalam. Dan aku kemudian mulai menggesek. Mencari sensasi kenikmatan itu. Aku menggesek dan menggesek. Tak beberapa lama, gelombang kenikmatan itu datang. Cratt cratt…..

    Aku terkapar diatas tubuh kak Dewi. Terdiam beberapa saat, sebelum kak Dewi mendorong tubuhku yang menindih tubuhnya. Aku terbaring ke samping. Ingin rasanya aku memeluk kak Dewi berlama-lama. Tapi kak Dewi buru-buru bangkit. Dikenakannya Langerie-nya kembali. Lalu bergegas ia keluar dari kamarku. Celana dalamnya yang basah berlumuran ditinggalkannya !

    Sejak saat itu, rahasia dirumah ini bertambah, sampai sekarang kami terus melakukanya, tidak terlalu sering memang, namun ketika aku menginginkan atau ketika kak Dewi “kepengen” (begitulah istilah kak Dewi), maka kami akan melakukannya. Didapur, dikamar mandi, diruang tengah, bahkan diruang tamu. Satu hal yang tetap kami jaga, kami tidak benar-benar bercinta, sungguh akupun komit dengan janjiku, aku teramat menyayangi kak Dewi, aku tak ingin merusaknya, semua yang kuperoleh telah lebih cukup bagiku. Dan mudah-mudahan akan tetap saperti itu.

  • Cerita Sex Enaknya Berhubungan Dengan Pramugari Sebelum Terbang Landas

    Cerita Sex Enaknya Berhubungan Dengan Pramugari Sebelum Terbang Landas


    2579 views

    Pakaiannya putih ketat dibuat dari bahan yang plastis memberikan lekukan badannya yang prima. Perutnya datar dan pinggangnya yang melekuk benar-benar aduhai. Tidak kusadari ia menyaksikan ke arahku.
    “Kok melihatin seperti begitu sich Mas?” Mukaku langsung merah padam memikul malu.

     

    Cersex Terbaru  – Saya gelagapan katakan, “Maaf Non habis kamunya cakep sekali sich.” Di luar sangkaan ia hanya tersenyum kecil.
    Sekalian ulurkan tangannya ia berbicara,
    “Nama saya Nilla, nama kamu siapa?” saya cukup bengong sesaat tetapi selanjutnya memegang tangannya dan menjawab,
    “Eh.. nama saya Ricky.” Tangannya halus sekali.
    Pikiranku mulai ngeres. Wah sedap sekali jika yang digenggam itu kemaluanku.
    “Kok jabat tangannya tidak lepas-lepas sich?” saya tersentak kembali dan meminta maaf.

    Saya ambil majalah dan memulai membacanya untuk tutupi mukaku yang mulai merah meredam malu. Saya memang bisa disebut jarang-jarang ada kekasih meskipun saya bisa disebut cukup. Jika permasalahan sex, saya sich individual pengalaman masih tidak ada, hanya masturbasi saja pernahnya. Saya telah ngebet sekali nge-seks dengan cewek tetapi sampai saat ini keberuntungan masih tidak ada.
    “Eh kamu sebelumnya pernah sekolah di SMP XXX (edited) kan? ” tanyanya secara mendadak.
    “Kamu kok tahu?”
    “Barusan waktu melihat kamu rasanya saya sebelumnya pernah melihat kamu sich, apalagi ngedenger nama kamu. Saya dahulu pernah sama kelas dengan kamu.”
    “Tetapi rasanya tidak ada yang namanya Nilla di kelasku.”
    “Saat itu saya belum mengganti nama, saat itu namaku Gizha , inget tidak?” Saya seperti tersentak saja, sang Geizha itu kekasih mimpiku, meskipun tubuhnya tidak perfect tetapi elok sekali.
    Tetapi cewek yang di muka mataku ini keliatannya lain sekali, lebih elok.
    “Oh kamu toh, edan, kamu berbeda sekali. Kamu dahulu seperti anak kecil saja, saat ini seperti bidadari saja,” timpalku.
    Ia hanya tersipu saja, selanjutnya kami mulai bercerita kondisi masing-masing. Rupanya sesudah lulus SMP, ia pergi ke Kanada untuk belajar dalam sana. Dari Kanada, ia jalan-jalan ke Taiwan dan diperjalanan kembali ke Kanada tetapi akan ada di L.A untuk saat ini. Sementara di Kanada, ia tidak ada cowok, ucapnya sich tidak ada yang memburu ia. Edan, pikirku, cewek cakep, bodi perfect seperti ia tidak ada yang memburu.
    Pada akhirnya makan malam mulai disajikan. Sebagai penumpang First Class, kami disodori berbagai tipe arak dan anggur.
    “Whisky please,” ucapku ke si pramugari.
    Ia tuangkan satu gelas Whisky. Nilla rupanya memutuskan untuk minum Brandy. Saat makan malam disajikan, lampu mulai diredupkan. Mendadak saja saya ada rasa untuk mengutarakan hatiku padanya yang tidak tersampaikan saat di Surabaya.
    “Nil, saya ingin bertanya nih tetapi kamu jangan terkejut ya..” Sekalian masih tetap kunyah ia melihat ke arahku dan menggangguk. “Nil, saya waktu di xxxx (edited) dahulu sudah mulai senang dengan kamu, tetapi tidak ada peluang dan keberanian.”
    “Rik, kamu mah gombal,” jawabannya sekalian minum Whisky-nya.
    “Nil, yang ingin saya tanyain, jika contohnya saya ngejar kamu bagaimana?”
    “Bergantung,” jawabannya polos. Saya tidak banyak bertanya kembali, kata “bergantung” telah membuatku lenyap semangat dan patah semangat.
    Pada akhirnya piring kami diambil lagi dan waktu sudah cukup malam dan saya telah ingin tidur. Saya meminta selimut ke pramugari pesawat itu dan Nilla juga meminta selimut. Tetapi pramugarinya kembali dan memberitahukan jika selimutnya tinggal satu saja tetapi selimut ini cukup buat 2 orang. Pada akhirnya saya dan Nilla sharing selimut itu dan tempat menyimpan tangan di tengah-tengah kuangkat. Saya masih tidak dapat tidur, pikirkan sang Nilla.
    Buatku kata “bergantung” ialah sebuah tolakan lembut yang menyakitkan. Sebelumnya pernah saya menanti jawaban seorang cewek yang memberikan kata “bergantung” tapi rupanya ia telah mempunyai kekasih. Mendadak saja saya rasakan kepala Nilla di bahuku, ternyata ia tertidur dan tidak menyengaja. Saya lihat mukanya yang manis dan cakep tersebut. Bibir imutnya seolah memikatku untuk menciumnya. Tapi saya sukses meredam gairahku dan memulai membenarkan dudukku. Saya melihat kembali, seolah saya ingin sekali melihati ia terus.
    Pada akhirnya tanpa perduli risiko, tanganku, kutaruh di pinggangnya sementara tangan satunya kutaruh ada di belakang kepalanya dan kucium bibirnya. Tanpa diperhitungkan, lidahnya mulai menerobos bibirku dan pada akhirnya lidah kami bertarung dalam mulut kami. Tangannya menarikku agar lebih dekat. Pada akhirnya kami istirahat untuk ambil napas.

    “Nil, apa sich tujuanmu ‘tergantung’?”
    “Tujuanku, bergantung kamu ingin tidak ngejar saya. Jika kamu ingin, sich saya terima saja.” Saya takjub, rupanya barusan ia hanya bermain hard-to-get.
    Kucium ia satu kali lagi tetapi ini kali saya mulai ciumi lehernya dan kupingnya. Tanganku mulai masuk ke pakaiannya yang ketat tersebut.
    Pada akhirnya tanganku mulai sentuh sisi dasar payudaranya, dengan 1 pergerakan mulus, tanganku mulai memegang payudaranya yang lentur tersebut. Pentilnya yang telah berdiri itu kumainkan dengan ibu jariku. Ia hanya mendesah kecil. Ia melepaskan kecupan kami dan di bawah selimut yang hangat itulah melepas kaos dan BH-nya.
    Penumpang lain telah tidur dan kami duduk di atas bangku paling belakang, hingga tidak ada yang bisa menyaksikan atau menyangka apa yang kami kerjakan. Kemudian kami mulai meneruskan permainan kami yang edan ini. Tanganku mulai meraba-raba masuk celananya tidak bisa disangka, rupanya ia tidak menggunakan celana dalam. Tanganku mulai mencari “rimba” kemaluannya dan pada akhirnya temukan klitorisnya yang sudah berdiri seperti pentil payudaranya.
    Saat tanganku sentuh klitorisnya, ia tergetar sedikit. Kubenamkan kepalaku di bawah selimut dan dengan lahapnya kuhisap dan kujilat pentilnya sementara tanganku repot bermain-main dengan klitoris dan lubang kemaluannya. Desahannya mulai cukup cepat dan saya mulai takut kedapatan dan ketangkap . Maka kucium ia sekalian tanganku masih tetap main di kemaluannya.

    Pada akhirnya ia mendapatkan klimaks dan jeritannya hanya kedengar dalam mulutku. Ledakan klimaksnya benar-benar hebat dan tanganku banjir oleh air bah klimaksnya seakan-akan seperti bendungan pecah keluar lubang kemaluannya. Celananya sekarang juga sudah basah oleh air klimaksnya. Tanganku yang untuk pertamanya kali bermain-main dengan kemaluan cewek ini mulai pegal.
    Pada akhirnya kubetulkan posisi dudukku dan kupeluk ia. Ia menggunakan lagi kaosnya dan bertumpu pada dadaku.
    “Rik, kamu belum senang kan, saya puasin yah?” Saya mulai gelagapan, jangan-jangan sang Nilla mau bermain di pesawat.
    Saya tidak ingin memikul malu jika kedapatan beberapa orang, menjadi saya katakan,
    “Nil, kamu kelihatannya lelah, kamu istirahat saja, kamu jika ingin puasin saya bisa saja tetapi kelak saja.” Pada akhirnya pesawat kami datang di Honolulu, Hawaii untuk isi bahan bakar.
    Kami dibolehkan menanti dalam pesawat atau turun pesawat dan melihat-lihat kondisi Hawaii dari ruangan tunggu. Saya dan Nilla turun pesawat dan ke ruangan tunggu. Kami punyai 2 jam untuk jalanan.
    “Nil, kita ingin ngapain?” tanyaku sekalian menggamit tangannya bak sepasang pacar.
    “Kamu penginnya apa?” jawabannya sekalian memberi senyum seribu makna. Waktu masuk, saya menyaksikan ada iklan hotel dalam airport.
    Kuajukan saranku untuk istirahat dalam hotel. Nilla sepakat saja dan kami pesan satu kamar. Sesampainya di dalam kamar, saya segera merebahkan diri di tempat tidur sesudah melepaskan kaos dan sepatu dan kaos kakiku. Nilla berdiri di muka tempat tidur dan menghidupkan TV, acara yang ditaygkan ialah MTV. Ia jalan perlahan dekati tempat tidur tanpa melepas contact mata. Pinggulnya mengarah ke kanan dan kiri dengan seksinya.
    Dengan pergerakan yang mulus, ia mulai berdansa dengan seksinya. Satu-satu bajunya dilepaskan sampai tubuhnya tidak terbungkus satu helai kain juga. Tangkai kemaluanku telah tegang dan keras seperti baja. Pelan-pelan ia naik ke tempat tidur. Dengan ke-2 lututnya, ia menyokong tubuhnya dan ia mulai merunduk dan menNilgkapkan selimut tempat tidur yang kupakai. Sabukku dilepasnya dan celanaku diambil sampai ke lutut.
    Tangkai kemaluanku sangat mencolok dan kepalanya keluar sisi atas celana dalamku. Kutendang celanaku ke lantai. Celana dalamku dipelorotnya dan mulutnya yang kecil itu mulai mengulum tangkai kemaluanku.
    Semua itu dilakukan tanpa melepas contact matanya dari mataku. Pergerakan mulutnya yang turun naik disertai sedotannya yang keras benar-benar membuat gairahku meletus. Pinggulku, kugerakkan turun naik selaras dengan turun naik mulutnya.
    Kepalanya kupegang dan setiap kepalanya turun, kudorong kepalanya serendah mungkin supaya semua tangkai kemaluanku ditelannya sedalam mungkin. Pada akhirnya klimaksku mulai menaiki naik dengan tajam, pergerakan mulutnya mulai cepat dan hisapan-hisapannya makin keras.
    “Nil, saya ingin keluar nih, jika kamu tidak lepasin entar saya akan nyemprot di mulut kamu nih..” ucapku.
    Ia tidak menggubris peringatan yang kuberikan, bahkan juga pergerakannya semakin dipercepat.
    “Ohh yess.. arghh..” Saya menjerit keras.
    Saya seakan melayg di dimensi ke-4 dan kepuasan yang kudapat tidak bisa digambarkan kata-kata saat saya menyemprot spermaku dalam mulutnya yang imut tersebut. Semua spermaku ditelannya dan tangkai kemaluanku dijilatinya supaya tidak ada setetes sperma juga yang akan ketinggalan.

    Ia melihatku dan menanyakan,
    “Bagaimana, saya luar biasa tidak?” Luar biasa? Apa yang dilakukan benar-benar luar biasa dan mungkin ia penjilat kemaluan lelaki yang terbaik di dunia.
    Saya tidak tahu berapakah tahun ia latihan dan berapakah tangkai kemaluan yang sudah ia hirup.
    “Nil, saya tidak tahu bagaimana bilangnya, kamu bukan luar biasa kembali, kamu the best.”
    “Rik, saya tahu kamu hanya basa basi saja. Barusan itu pertama kalinya saya coba ngisep kontol orang loh..”
    “Yang benar saja, saya tidak yakin Nil. Saat saya cowok pertama yang kamu isep.”
    “Okay dech Rik, saya ceritain dech. Saya dahulunya ada beberapa cowok, tetapi semua tidak pas. Setiap kali saya sama cowok-cowokku yang dahulu tiba, kami sampai petting.”
    “Terus?”
    “Yah, waktu sampai heavy petting, kusuruh cowokku ‘ngisep aku’ tetapi tidak ada yang ingin . Maka satu-satu saya putusin.”
    “Nach apa hubungan dengan kamu ‘ngisep aku’?”
    “Saya sayang dengan kamu Rik, argumen ke-2 saya putusin cowok-cowokku yang dahulu karena saya tidak dapat ngelupain kamu.
    Saya masih inget saat itu saya terganggu dengan orang jahat di dekat Mal Galaxy, kamu membantu saya. Jika tidak ada kamu saya tidak tahu akan bagaimana. Semenjak saat itu saya mulai senang dengan kamu.” Hatiku mulai terjamah dengan ucapannya tersebut.
    Kupeluk ia dan kucium bibirnya. Kecupanku mulai menyebar ke pipinya, kupingnya, dagunya dan lehernya. Tidak berapakah lama, kecupanku sampai ke buah dadanya. Sekalian kucium dan kujilat pentil buah dadanya yang mulai keras dan tegak, tanganku mencari perutnya, hutannya dan pada akhirnya jariku masuk ke lubang kemaluannya. Ia mulai mendesah kecil. Tangannya mengelus kepalaku dan rambutku. Kecupanku mulai turun ke bawah sampai ke lubang kemaluannya.
    Klitorisnya yang sudah berdiri yang tegak kelihatan terang. Kujilat sekali dan dampaknya benar-benar hebat. Jeritan-jeritan kepuasan mulai keluar mulutnya. Sekalian jariku masuk keluar lubangnya yang sempit itu, kujilati klitorisnya dengan penuh semangat. Berbau odor sex yang keluar kemaluannya berasa wangi di hidungku, menambahkan semangatku. Jilatanku keras dan cepat. Irama sikatan jariku kupercepat dan kuperlambat, membuat Nilla menggelinjang dan menjerit kenikmatan.
    “Rik, kontolmu Rik, masukkan dong..”
    “Nil, kamu sudah sebelumnya pernah belum?”
    “Kok tanya sich? Tentu belum lah!”
    “Nil, pertama kalinya akan sakit loh.”
    Itil V3
    “Begini saja Nil, saya berbaring di tempat tidur and kamu mengangkang di atasku, terus kamu saja yang masukkan supaya kamu sedap. Jika begitu, semua kamu yang ngatur. Jika sakit diem, jika sudah biasa masukkan kembali.”
    “Suka-suka kamu dech.” Pada akhirnya ia juga mengangkang di atas tangkai kemaluanku dan berat tubuhnya didukung lututnya.
    Pelan-pelan ia turunkan tubuhnya. Tangannya menggenggam tangkai kemaluanku dan ditujukannya ke lubang kemaluannya. Lubang kemaluannya sempit sekali. Dikit demi sedikit tangkai kemaluanku ditelan lubang kemaluannya. Kurasakan ada kendala di muka tangkai kemaluanku, ternyata ia masih betul-betul perawan.
    “Nil, waktu hymen kamu pecah kamu tentu merasakan sakit menjadi kamu kerasin saja supaya sekali masuk langsung.” Ia menurut saranku dan memakai semua berat tubuhnya dan gravitasi, ia turunkan tubuhnya.
    Di saat yang sama, kuangkat lututku untuk menyokong tubuhnya. Jeritannya bergema dalam kamar yang kecil itu dan seprei tempat tidur diremasnya kuat-kuat. Kami istirahat sesaat, supaya lubang kemaluannya dapat menyesuaikan karena ada tangkai kemaluanku dalam lubang kemaluannya. Sesudah lebih kurang 3 menit, kutidurkan ia di tempat tidur. Ke-2 kakinya di bahuku dan saya menanyakan,
    “Nil, saya mulai ya?”
    “Iya Rik, tetapi jangan sakiti saya.”
    “Tenang jika sakit katakan saja, saya tentu setop.” Pinggulku mulai kugerakan mundur-maju dan jariku bermain-main dengan klitorisnya.

    Irama sikatanku diawali irama yang perlahan, dan irama itu kadangkala kupercepat. Erangan kepuasan bergema dalam kamar. Nilla sudah klimaks 2x sepanjang irama ini kupermainkan. Pada akhirnya klimaksku juga sudah merapat. Iramanya kupercepat dan Nilla juga meng ikuti iramaku dan tarik tanganku supaya tangkai kemaluanku dapat masuk sedalam mungkin.
    Cocok saat sebelum saya klimaks, kurasakan dinding lubang kemaluan Nilla mengeras dan mencekram tangkai kemaluanku dengan kuatnya dan ia juga memperoleh klimaksnya satu kali lagi. Tidak lebih dari dua detik, aku juga menyemprot spermaku dalam lubang kemaluannya. Tubuh kami penuh keringat dan aku juga tiduran di samping Nilla.
    Kami kenakan pakaian lagi dan segera ke arah pesawat, karena kami cuma ada sepuluh menit saat sebelum pesawatnya pergi.

  • Kisah Memek Melayani Dokter Kecantikan Cabul

    Kisah Memek Melayani Dokter Kecantikan Cabul


    2578 views

    Duniabola99.com – Seorang gadis muda bernama Sela Terpaksa harus melayani nafsu bejat pemilik klinik kesehatan demi mendapatkan pekerjaan dklinik itu. Dengan Modus cek kesehatan Pada akhirnya Sela disetubuhi oleh dokter pemilik klinik kecantikan.


    Panggil saja aku Sela, usiaku 20 tahun. Aku bekerja di salah satu klinik kecantikan. Lulus SMA aku tidak meneruskan pendidikanku. Bekerja mencari uang sudah jadi pilihanku. Banyak pengalaman kerja yang aku dapatkan dari yang menjadi pelayan toko penjaga konter cellular semua sudah aku rasakan. Pedihnya mencari uang untuk mencukupi kebutuhanku yang semakin hari semakin banyak.

    Memenuhi kebutuhan rumah membantu ibuku yang hanya buruh cuci dan setrika. Aku memiliki satu adik yang masih bersekolah di bangku sekolah menengah pertama. Ayahku sudah meninggal 3 tahun yang lalu. Ibuku tulang punggung keluarga jadi mau nggak mau aku harus membantu segala kebutuhan yang ada di rumah. Aku memiliki paras yang cantik kulitku juga putih.

    Aku selalu mudah memperoleh pekerjaan, selain penampilanku aku juga pandai berbicara dan menarik perhatian orang. Namun kini aku bekerja di sebuah klinik kecantikan. Padahal aku hanya lulusan SMA tidak seperti teman-temanku yang pernah berkuliah dan memiliki pengalaman tentang perawatan wajah. Dulu awalnya interview dengan Pak Dedi yang punya Klinik kecantikan.

    Aku memberanikan diri untuk mengirim lamaran di klinik tersebut. Ya aku PD aja percaya jika aku lolos dan bisa bekerja di klinik itu. Penampilanku yang rapi dan menarik perhatian itu membuat aku semakin percaya diri. Waktu interview selama 3 hari dan semua terlewatkan dengan sangat lancar. Apalagi saingan aku wajah dan penampilannya jauh berbeda denganku.


    Aku lebih cetar tentunya, setiap kali datang interview semua orang selalu saja memandangiku dari atas hingga ke bawah. Hari ke-3 itu penentuan diterima atau tidaknya. Dan saat itu harus berhadapan dengan pemilik klinik yaitu Pak Dedi. Ntah kenapa biasanya aku dapat nomor awal tetapi ini paling akhir. Aku menunggu berjam-jam namun aku harus tetap sabar.

    Satu persatu masuk untuk wawancara langsung dengan pemilik klinik itu. Kira-kira 30 0rang sudah memasuki ruangan itu. Masih tersisa 10 lagi rasanya udah kucel make-up ku. Aku bergegas ke kamar mandi untuk cuci muka dan memakai make-up kembali supaya Fresh. Seger rasanya udah nggak lengket lagi dan kembali dengan ke-PD an ku,“nona Sela Hapsari….” Terdengar suaraku dipanggil dengan lantang
    Aku memasuki ruangan yang hanya ada Pak Dedi pemilik klinik. Ketika awal masuk aku berjabat tangan dengannya, tampak wajahnya memandangiku dengan sedikit aneh. Memegang tangangku juga lama sekali setelah itu aku duduk dan diamelepaskan tanganku,Ketika aku duduk dia masih saja memandangiku dengan tajam. Pria yang kira-kira ber umur 35 tahun itu sepertinya aneh karena selalu memandangiku dengan penuh makna. Aku hanya menundukkan kepala saja, pakaian yang aku kenakan memang seksi sesuai kriteria yang diinginkan. Mungkin dia terpesona dengan kecantikan ku,“dengan mb Sela ya, cantik sekali…”“iya pak..hhe terimakasih pak…”
    Sekitar 30 menit pak Dedi mewawancarai aku. anehnya lagi pertanyaannya tidak sesuai dia bertanya yang menurutku tidak begitu penting. Karena lebih kepada kepribadiank namun aku tetap menjawab semua pertanyaannya dengan baik. Sorotan matanya begitu tajam, aku semakin tidak mengerti apa yang dia pikirkan. Aku memang berpenampilan sexy dengan lipstick yang merah merona.


    Penampilan yang sangat pas jika bekerja di klinik ini,“mbak Sela sebenarnya untuk ada satu lagi sessionnya, yaitu cek kesehatan. Disini banyak berhadapan dengan pasien yang berbeda-beda keluhannya. Alat yang digunakan juga tidak sembarang alat. Takutnya kesehatan mbak Sela kurang mendukung..”
    “oh gitu ya pak.. saya nurut saja pak yang penting saya bisa diterima sebagai karyawan disini..”
    “silahkan berbaring di tempat tidur yang sudah disediakan saya cuci tangan terlebih dahulu ya mbak…”
    Ternyata pas aku lihat papan namanya pak Dedi itu seorang dokter. Pantes aja dia mau ngecek kesehatan tubuhku. Aku langsung saja berbaring ditempat tidur itu. Pak Dedi tidak kunjung datang aku gelisah kedinginan ACnya terasa banget. Terdengar pak Dedi sedang mengunci pintu dan kemudian mendekati aku,
    “sebelumnya maaf ya mbak..,” tangan pak Dedi membuka kancing bajuku.

    Kala itu aku memakai kemeja, jas ketat dan rok mini. Payudaraku yang besar terlihat menonjol dan aku memakai rok yang sangat mini. Dia membuka kancing bajuku yang paling atas dan memasukkan stetoskop dia sentuh-sentuh dadaku dengan alatnya itu. Terus dia menekan alatnya, heran ngeceknya kok lama sekali. Semakin kebawah mengenai payudaraku aku merasa geli.

    Aku juga pernah periksa ke dokter tapi ini kok lama sekali. Pak Dedi sepertinya ada maksud lain,“sexy, putih, bersih dan kenyal…” ucap pak Dedi
    “maksdunya pak????????”
    “kamu sexy aku suka deh sama kamu…” tangannya membelai wajahku.
    “apa-apaan ini pak jangan seperti ini pak…” ucapku dengan ketakutan.
    “udah nurut aja sama bapak nanti kamu pasti saya terima sebagai karyawan disini…”
    “jangan pak..jangan lakukan ini…”
    Tampaknya Pak Dedi tidak menghiraukan perkataanku. Dia langsung mendekati dan wajahnya berada didepan wajahku. Aku tampak ketakutan dengan wajah ganas pak Dedi. Bibirnya semakin dekat dengan bibirku dan akhirnya dia mengecup bibirku.

    Aku tidak bisa menolaknya karena saat itu aku ketakutan dan yang ada dipikiranku aku harus bekerja disini. Terpaksa aku hanya terdiam sementara bibirku terus di kulum dengan lembut. Sesekali kepalaku bergerak dan ciuman itu lepas , namun pak Dedi menarik wajahku kembali dia menciumi bibirku. Tangannya membuka kancing bajuku yang masih tertutup. Dari atas hingga ke bawah sehingga aku tidak mengenakan baju. Dinginny ruangan membuat aku badanku terasa kaku. Sepertinya dia sengaja membuat ruangan ini dingin,
    “tenang saja Sela malam ini aku akan menghangatkan tubuhmu…”Aku masih saja terdiam, kemudian pak Dedi meraba payudaraku. Kedua tangannya meraba-raba payudaraku hingga tubuhku bergetar karena sangat geli. Lalu dia mendekatkan wajahnya di depan kedua payudara dan langsung saja menciumi dengan penuh kenafsuan,

    “aaaaaahhhhhh pak….aaaahhhhhhh……”Aku sedikit mendesah karena merasakan kenikmatan. Sebelumnya aku pernah melakukan hubungan seks dengan mantan pacar aku. Lama-lama aku merasakan kenikmatan dengan berbagai belaian pak Dedi. Tanpa perlawanan apapun aku hanya terbaring dengan manja. Pak Dedi berada diatasku sebelumnya ida melepas pakaiannya.

    Walaupun sudah berumur pak Dedi tampak gagah ketika tidak mengenakan baju. Aku lihat kulitnya juga bersih mulus semulus kulitku. Aku lihat penis pak Dedi mulai tegak ketika dia hanya mengenakan celana dalam. Ntah aku juga horny saat itu melihat ke gagahan pak Dedi. Setelah itu pak Dedi langsung saja membuka bra ku dan langsung menciumi payudaraku.

    Putingku dijilati dengan lidahnya. Tubuhku semakin bergetar dibuatnya melayang,
    “aaahhhhhhhh….aaaaaaaahhhhhhh….pak….aaaahhhhh…..ooohhh….aaahhhhh……”
    Kedua payudaraku dijilati hingga aku lemas kemudian dia mengulumnya. Seperti bayi yang menyusu ibunya pak Dedi begitu beringas“aaaaakkkkkkkkhhhhhhh…..pak……ooohh…..aaakkkhhh….oohhhhh…paaakkk….aaahhhhhh….”Desahan yang bisa aku ucapkan terus dia mencoba membuat aku semakin horny. Tubuhku dibelai dengan sangat lembut dan bibirnya semakin turun ke bawah. Pusarku diciumi tubuhku semakin menggeliat manja,
    “aaahhhhh…pak……aaaaaaaaaaaaaahhhhhhhh……” Lalu dia meraba melepaskan rok miniku secara perlahan. Tangannya meraba-raba memekku dari atas hingga ke bawah. Aku semakin tak kuasa menahan hawa nafsu yang sangat memuncak itu. Memekku terlihat dengan sedikit bulu kemaluan. Jemarinya membuka lipatan demi lipatan memekku aku mendesah keras, “aaaaaaaaaaahhhhhhhhh……pak…..aaaaaaaahhhhh nikkmaaatt ahhhh….”
    Jemarinya menyusuri bagian demi bagian dan akhirnya salah satu jarinya bisa masuk kedalam lubang memekku. Jarinya berhasil masuk dan berputar-putar didalam aku merasaka kenikmatan hingga mengluarkan cairan dari memekku, “oooohhhh…aaahhh…..aaaaaaahhh….ooohh…..aaaaaakkkhhh…lagi pak….aaaahhhh”

    Penis pak Dedi memanjang dan siap untuk beraksi. Tampak dia melepaskan jemarinya dan mendekatkan penis tepat didepan mulutku. Dia meminta aku mengulum penis besarnya. Aku memasukkan penis itu ke dalam mulut dan aku kulum dengan lembut, “ooohhh enak sekali….aaahhh lebih masukkk lagi aaaaahhhhh….”
    Tangan pak Dedi menekan kepalaku agar lebih menunduk dan seluruh penisnya mausk ke dalam mulutku. Sambil aku kocok penisnya dia tampak merasakan kenikmatan yang lebih.

    Dengan tiba-tiba dia melepas penisnya dan dia gesek-gesekkan di memekku. Perlahan dia masukkan penisnya ked alma lubang kenikmatanku.
    Perlahan tapi pasti karena sudah tidak perawan lagi memekku mudah untuk dimasuki,
    “aaahhhhhhh…..aaaahhhhh…..aaaaahhh………”
    Dia menekan penisnya agar masuk kedalam memekku. Masuklah seluruh batang penis pak Dedi ke dalam memekku. Dia menekan terus penisnya hingga mentok ke dalam memekku,
    “aaaahhhh…oohhh aakkkhbhhh pak….aaaahhh…ooohhh…terus pak….”
    Kakiku diangkat ke atas dan mengangkang lebar. Penisnya keluar masuk membuat aku semakin memuncak. Tangan pak Dedi tidak henti-hentinya meremas payudaraku dengan keras. Tubuhku menggeliat manja saat itu. Gerakan semakin keras penis seras tidak bisa keluar lagi, tertancap di dalam memekku. Keringat bercucuran dingin berubah menjadi kehangatan,


    “ooohhhhh….aaahhh….ooohhh…aahhh…ooohhhhhhhhhh………”
    Aku beberapa kali mengeluarkan cairan dari memekku. Terlihat sangat basah aku sangat merasakan kenikmatan yang lebih. Tak lama kemudian pak Dedi menegeluarkan spermanya,
    “cccccrrrrooooootttt….ccccrrrrooooootttt…..cccrrrrooootttt………”
    Sperma itu keluar dan dia semprotkan di bibir dan tubuhku. Aku menelan sedikit sperma yang menempel di bibirku. Tubuhku banyak sperma sehingga terasa sangat lengket. Aku segera bangun dan membersihkan tubuhku sembari menggunakan pakaian kembali. Akupun dipastikan bekerja di klinik itu dengan gaji yang lumayan. Sejak saat itu aku dan pak Dedi sering melakukan hubungan seks dan kemudian aku diberi uang olehnya.

  • Video Bokep Eropa cewek pirang bule ngentot tembak di muka

    Video Bokep Eropa cewek pirang bule ngentot tembak di muka


    2572 views

  • Video Bokep Kristie Joly sange ngentot dengan kontol besar

    Video Bokep Kristie Joly sange ngentot dengan kontol besar


    2572 views

  • Kisah Memek Malam Syahdu Vila Cinta

    Kisah Memek Malam Syahdu Vila Cinta


    2570 views

    Duniabola99.com – Pagi-pagi benar ponsel-ku sudah bunyi. Aqu sedikit kesal dan malas bangun dari tempat tidurku. Namun bunyinya itu ga kurang keras, aqu malah ga bisa tidur lagi. Akhirnya aqu paksakan juga berdiri dan melihat siapa yang menelponku pagi-pagi begini. Eh, ga tahunya temanku Silvi. Aqu sedikit ketus juga menjawabnya, namun langsung berubah waktu aqu tahu maksudnya. Si Silvi mengajakku ikut bareng lelakinya ke vila tidak terlalu jauh dari tempatku.Aqu sih setuju sekali dengan ajakan itu, terus aqu tanya, apa aqu boleh ajak lelakiku. Si Silvi malah tertawa, katanya ya jelas dong, memang harusnya begitu. Rencananya kita bakal pergi besok sore dan kumpul dulu di rumahku.


    Singkat cerita kita berempat sudah ngumpul di rumahku. Kita memang sudah saling kenal, bahkan cukup akrab. Michael, lelakinya Silvi teman baik Reymon lelakiku. Oh ya, aqu belum mengenalkan aqu sendiri ya, namaqu Cecilia, umurku sekarang 17 tahun, dengan-dengan Si Silvi, Reymon lelakiku sekarang 19 tahun, setahun lebih tua dari Michael lelakinya Silvi. Oke, lanjut ke cerita. Kita berempat langsung cabut ke villanya Silvi. Sekitar setengah jam kita baru sampai. Aqu dan Silvi langsung beres-beres, menyimpani barang-barang dan menyiapkan kamar. Reymon dengan Si Michael lagi main bola di halaman villa. Mereka memang pecandu bola, dan kayaknya ga bakalan hidup kalau sehari saja ga menendang bola.

    Villa itu punya tiga kamar, namun yang satu dipakai untuk menyimpani barang-barang. Mulanya aqu atur biar aqu dengan Silvi sekamar, Reymon dengan Michael di kamar lain. Namun waktu aqu beres-beres, Silvi masuk dan ngomong kalau dia mau sekamar dengan Si Michael. Aqu terkejut juga, nekad juga ini anak. Namun aqu pikir-pikir, kapan lagi aqu bisa tidur bareng Si Reymon kalau ga di sini. Ya ga perlu sampai gitu-gituan sih, namun kan asik juga kalau bisa tidur bareng dia, mumpung jauh dari ayah dan Bunda-ku. Hehehe, mulai deh omes-ku keluar. Oke, akhirnya aqu setuju, satu kamar buat Michael dan Silvi, satu kamar lagi buat Reymon dengan aqu.

    Sore-sore kita makan bareng, terus menjelang malam, kita bakar jagung di halaman. Asik juga malam-malam bakar jagung ditemani lelakiku lagi. Wah, benar-benar suasananya mendukung. Hehehe, aqu mulai mikir yang macam-macam, namun malu kan kalau ketahuan dengan Si Reymon. Makanya aqu tetap diam pura-pura biasa saja. Namun Si Silvi kayaknya memperhatikan aqu, dan dia nyengir ke aqu, terus gilanya lagi, dia ngomong gini,
    “Wah.. sepertinya suasana gini ga bakalan ada di Bandung. Ga enak kalau dilewatin gitu saja ya.” Aqu sudah melotot ke arah dia, namun dia malah nyengir-nyengir saja, malah dia tambahin lagi omongannya yang gila benar itu,
    “Michael, kayaknya di sini terlalu ramai, kita jalan-jalan yuk!” Aqu sudah ga tahu harus apa, eh Si Michael juga dengannya, dia setuju dengan ajakan Si Silvi, dan sebelum pergi di ngomong dengan Reymon,
    “Nah, sekarang elu harus belajar bagaimana caranya nahan diri kalau elu cuma berdua dengan cewek cakep kayak Si Cecilia.” Aqu cuma diam, malu juga dong disepet-sepet kayak gitu.


    Aqu lihati Si Michael dengan Si Silvi, bukannya jalan-jalan malahan masuk ke villa. Aqu jadi ga tahu harus ngapain, aqu cuma diam, semoga saja Reymon punya bahan omongan yang bisa diomongin. Eh, bukannya ngomong, dia malah diam juga, aqu jadi benar-benar bingung. Apa aqu harus tetap begini atau nyari-nyari bahan omongan. Akhirnya aqu ga tahan, baru saja aqu mau ngomong, eh.. Si Reymon mulai buka mulut,
    “Eh.. kamu ga dingin?” Duer.. Aqu terkejut benar, ga jadi deh aqu mau ngomong, sebenernya aqu memang mau ngomong kalau di sini itu dingin dan aqu mau ajak dia ke dalam. Namun ga jadi, aqu ga sadar malah aqu geleng-geleng kepala. Reymon ngomong lagi,
    “Kalau ga dingin, mau dong kamu temenin aqu di sini, lihat bulan dan bintang, dan.. bintang jatuh itu lihat..!” Reymon tiba-tiba teriak sambil menunjuk ke langit. Aqukontan berdiri terkejut sekali, bukan dengan bintang jatuhnya, namun dengan teriakan Si Reymon, aduh.. malu benar jadinya. Reymon ikutan berdiri, dia rangkul aqu dari belakang,
    “Sorry, aqu ga punya maksud ngagetin kamu. Cuma aqu seneng saja bisa lihat bintang jatuh bareng kamu.”Aqu cuma bisa diam, ga biasanya Reymon segini warm-nya dengan aqu. Dia malah ga pernah peluk aqu seerat ini biasanya. Aqu tengok arlojiku, jam 11.00 malam. Kuajak Reymon ke dalam, sudah malam sekali. Dia setuju sekali, begitu masuk ke villa kita disambut dengan bunyi pecah dari lantai atas. Kontan saja kita lari ke atas melihat ada apa di atas. Reymon sampai duluan ke lantai atas, dan di nyengir, terus dia ajak aqu turun lagi, namun aqu masih penasaran, memang ada apa di atas. Waktu aqu mau ketuk pintu kamar Silvi, tiba-tiba ada teriakan lembut,
    “Aw.. ah.. pelan-pelan donk!” Gila aqu terkejut setengah mati, namun tanganku sudahkeburu ngetuk pintu. Terus kedengaran bunyi gedubrak-gedubrak di dalam. Pintu dibuka sedikit, Michael nongol sambil nyengir,
    “Sorry, ngeganggu kalian ya? ga ada apa-apa kok kita cuma..”Aqu dorong pintunya sedikit, dan aqu lihat Si Silvi lagi sibuk nutupi tubuhnya pakai selimut. Dia nyengir, namun mukanya merah benar, malu kali ya. Aqu langsung nyengir,
    “Ya sudah, lanjutin saja, kita ga keganggu kok.”Terus aqu ajak Reymon ke bawah. Reymon nyengir,
    “Siapa coba yang ga bisa nahan diri, hehehe.”

    Tiba-tiba ada sandal melayang ke arah Reymon, namun dia langsung ngelak sambil nyengir, terus buru-buru lari ke bawah. Aqu ikut-ikutan lari sambil ketawa-ketiwi, dan kita berdua duduk di sofa sambil mendengarkan lagu di radio. Ga lama kedengaran lagi suara-suara dari atas.Aqu ga tahan dan langsung nunduk menahan ketawa. Gila, bisa-bisanya mereka berdua meneruskan juga olah raga malamnya, padahal sudah jelas-jelas kepergok dengan kita berdua. Eh, di luar dugaan aqu, Reymon bediri dan mengajakku slow-dance, kebetulan lagu di radio itu lagu saat Reymon ngajak aqu jadian. Aqu jadi ingat bagaimana deg-degannya waktu Reymon ngomong, dan bagaimana aqu akhirnya menerima dia setelah tiga bulan dia terus nunggui aqu. Reymon memang baik, dan dia benar-benar setia menungguiku. Selesai dance, Reymon tanya lagi,
    “Eh kalau mereka berdua ketiduran, aqu tidur dimana? memang tidur dengan barang-barang?” aqu malu sekali, bagaimana ngomongnya. Namun akhirnya aqubuka mulut,
    “Kita.. kita tidur berdua.” Wah lega sekali waktu omongan itu sudah keluar. Namun aqu taqut juga, bagaimana ya reaksi Si Reymon. Eh tahunya dia malah nyengir,
    “Oke deh kalau kamu ga masalah. Sebenernya aqu juga sudah ngantuk sih, aqu tidur sekarang ya.”
    Aqu jadi salah tingkah, Reymon naik ke lantai atas dan ga sengaja aqu panggil dia, “Eh.. tunggu!” Reymon berbalik, dia nyengir,
    “Oke.. oke.. ayo naik, ga bagus anak cewek sendirian malam-malam gini.”
    Aqu sedikit canggung juga sih, baru kali ini aqu tidur sekasur dengan lelaki, namun lama-lama hilang juga. Kita berdua ga ngapa-ngapain, cuma diam ga bisa tidur. Dari kamar sebelah masih kedengaran suara Silvi yang mendesah dan menjerit, dan sepertinya itu juga yang bikin Reymon terangsang. Dia mulai berani remas-remas jariku. Aqu sih ga nolak, toh dia khan lelakiku. Namun aqu terkejut sekali, Reymon duduk terus sebelum aqu tahu apa yang bakal dia laqukan, bibirku sudah dilumatnya. Aqu mau nolak, namun kayaknya tubuh malah kepingin. So, aqu biarkan dia cium aqu, terus aqu balas ciumannya yang semakin lama semakin buas.


    Baru saja aqu mulai nikmati bibirnya yang hangat di bibirku, aqu merasa ada yang meraba tubuhku, dipayudaral remasan halus di dadaqu. Aqu tahu itu Reymon, aqu ga menolak. Aqu biarkan dia main-main sebentar di sana. Reymon makin berani, dia angkat tubuhku dan diduduki di pinggir kasur. Dia cium aqu sekali lagi, terus dia mau buka pakaian tidurku. Aqu tahan tangannya, ada sedikit penolakan di kepalaqu, namun tubuhku kayaknya sudah kebelet ingin mencoba, kayak apa sih nge-sex itu. Akhirnya tanganku lemas, aqu biarkan Reymon buka pakaianku, dia juga buka baju dan celananya sendiri. Dia cuma menyisakan celana dalam putihnya. Aqu lihat kemaluannya yang membayang di balik celana dalamnya, namun aqu malu melihati lama-lama, so aqu ganti lihat tubuhnya yang lumayan jadi. Mungkin karena olahraganya yang benar-benar rajin.

    Aqu ga tahu apa aqu bisa tahan memuaskan Reymon, soalnya aqu tahu sendiri bagaimana staminanya waktu dia main bola. 2×45 menit dia lari, dan dia selalu kuat sampai akhir. Aqu ga terbayang bagaimana aksinya di kasur, jangan-jangan aqu harus menerima kocokannya2x45 menit. Gila, kalau gitu sih aqu bisa pingsan.

    Waktu aqu berhenti memikirkan stamina dia dan aqu, aqu baru sadar kalau bra-ku sudah dilepasnya. Sekarang dadaqu telanjang bulat. Aqu malu setengah mati, mana Reymon mulai meremas dadaqu lagi, yah pokoknya aqu ga tahu harus bagaimana, aqu cuma diam, merem siap menerima apa saja yang bakal dia laqukan. Tiba-tiba remasan itu berhenti, namun ada sesuatu yang hangat di sekitar dadaqu, terus berhenti di putingku. Aqu melek sebentar, Reymon asik menjilati putingku sambil sesekali mengisap-ngisap. Aqu makin malu, mana ini baru pertama kali aqu telanjang di depan lelaki, apalagi dia bukan adik atau kakakku. Wah benaran malu deh.

    Lama-lama aqu mulai bisa menikmati bagaimana enaknya permainan lidah Reymon di dadaqu, aqu mulai berani buka mata sambil melihat bagaimana Reymon menjelajahi setiap lekuk tubuhku. Namun tiba-tiba aqu diterkejutkan sesuatu yang menyentuh selangkanganku. Tepat di bagian kemaluanqu. Aqu ga sadar mendesah panjang. Rupanya Reymon sudah menelanjangiku bulat-bulat. Kali ini jarinya mengelus-elus kemaluanqu yang sudah basah sekali. Dia masih terus menjilati puting payudaraku yang sudah mengeras sebelum akhirnya dia pindah ke selangkanganku.

    Aqu menarik nafas dalam-dalam waktu lidahnya yang basah dan hangat pelan-pelan menyentuh kemaluanqu naik ke klitoris-ku, dan waktu lidahnya itu menyentuh klitoris-ku, aqu ga sadar mendesah lagi, dan tanganku ga sengaja menyenggol gelas di meja dekat kasurku. Lalu
    “Prang..” gelas akhirnya pecah juga. Reymon berhenti, kayaknya dia mau memberesi pecahan kacanya. Namun entah kenapa, mungkin karena aqu sudah larut dalam nafsu, aqu malah pegang tangannya terus aqu menggeleng,
    “Barkan saja, nanti aqu beresin. Lanjutin.. please..”
    Sesudah itu aqu lihat Reymon nyengir, terus diciumnya bibirku dan dia melanjutkan permainannya di selangkanganku. Reymon benar-benar jago mainkan lidahnya, benar-benar bikin aqu merem-melek keenakan. Terus di mulai melintir-melintir klitorisku pakai bibirnya. Aqu seperti kesetrum ga tahan, namun Reymon malah terus-terusan melintir-melintiri “kacang”-ku itu. “Euh.. ah.. ah.. ach.. aw..” aqu sudah ga tahu bagaimana aqu waktu itu, yang jelas mataqu buram, semua serasa mutar-mutar. Tubuhku lemas dan nafasku seperti orang baru lari marathon. Aqu benar-benar pusing, terus aqu memejamkan mataqu, ada lonjakan-lonjakan nikmat di tubuhku mulai dari selangkanganku, ke pinggul, dada dan akhirnya bikin tubuhku kejang-kejang tanpa bisa aqu kendalikan.


    Aqu coba atur nafasku, dan waktu aqu mulai tenang, aqu buka mata, Reymon sudah buka celana dalamnya, dan kemaluannya yang hampir maksimal langsung berdiri di depan mukaqu. Dia megangi batang kemaluannya pakai tangan kanannya, tangan kirinya membelai rambutku. Aqu tahu dia mau di-”karoake”-in, ada rasa jijik juga sih, namun ga adil dong, dia sudah muasin aqu, masaaqu tolak keinginannya. So aqu buka mulutku, aqu jilat sedikit kepala kemaluannya. Hangat dan bikin aqu ketagihan. Aqu mulai berani menjilat lagi, terus dan terus. Reymon duduk di kasur, kedua kakinya dibiarkan terlentang. Aqu duduk di kasur, terus aqu bungkuk sedikit, aqu pegang batang kemaluannya yang besarnya lumayan itu pakai tangan kiriku, tangan kananku menahan tubuhku biar ga jatuh dan mulutku mulai bekerja.

    Mula-mula cuma menjilati, terus aqu mulai emut kepala kemaluannya, aqu hisap sedikit terus kumasukkan semuanya ke mulutku, ternyata ga masuk, kepala kemaluannya sudah menyodok ujung mulutku, namun masih ada sisa beberapa senti lagi. Aqu ga maksakan, aqu gerakkan naik-turun sambil aqu hisap dan sesekali aqu gosok batang kemaluannya pakai tangan kiriku. Reymon sepertiya puas juga dengan permainanku, dia mrlihati bagaimana aqu meng-”karaoke”-in dia sambil sesekali membuka mulut sambil sedikit berdesah. Sekitar 5 menit akhirnya Reymon ga tahan, dia berdiri dan mendorong tubuhku ke kasur sampai aqu terlentang, dibukanya pahaqu agak lebar dandijilatnya sekali lagi kemaluanqu yang sudah kebanjiran. Terus dipegangnya kemaluannya yang sudah sampai ke ukuran maksimal. Dia mengarahkan kemaluannya ke kemaluanqu, namun ga langsung dia masukan, dia gosok-gosokkan kepala kemaluannya ke bibir kemaluanqu, baru beberapa detik kemudian dia dorong kemaluannya ke dalam. Seperti ada sesuatu yang maksa masuk ke dalam kemaluanqu, menggesek dindingnya yang sudah dibasahi lendir.

    Kemaluanqu sudah basah, tetap saja ga semua kemaluan Reymon yang masuk. Dia ga memaksa, dia cuma mengocok-ngocok kemaluannya di situ-situ juga. Aqu mulai merem-melek lagi merasakan bagaimana kemaluannya menggosok-gosok dinding kemaluanqu, benar-benar nikmat. Waktu aqu asik merem-melek, tiba-tiba kemaluan Reymon maksa masuk terus melesak ke dalam kemaluanqu. “Aw.. ah..” kemaluanqu perih bukan main dan aqu teriak menahan sakit. Reymon masih menghentak dua atau tiga kali lagi sebelum akhirnya seluruh kemaluannya masuk merobek selaput daraqu.
    “Stt.. tahan sebentar ya, nanti juga sakitnya hilang.” Reymon membelai rambutku. Di balik senyum nafsunya aqu tahu ada rasa iba juga, karena itu aqu bertekad menahan rasa sakit itu, aqu menggelengkan kepala,
    “Ga apa-apa.. aqu ga apa-apa. Terusin saja.. ah..”

    Reymon mulai menggerakkan pinggangnya naik-turun. Kemaluannya menggesek-gesek kemaluanqu, mula-mula lambat terus makin lama makin cepat. Rasa sakit dan perihnya kemudian hilang digantikan rasa nikmat luar biasa setiap kali Reymon menusukkan kemaluannya dan menarik kemaluannya. Reymon makin cepat dan makin keras mengocok kemaluanqu, aqu sendiri sudah merem-melek ga tahan merasakan nikmat yang terus-terusan mengalir dari dalam kemaluanqu.
    “Ga lama lagi.. ga bakalan lama lagi..” Reymon ngomong di balik nafasnya yang sudah ga karuan sambil terus mengocok kemaluan aqu.
    “Aqu juga.. ah.. oh.. sebentar lagi.. ah.. aw.. juga..” aqu ngomong ga jelas sekali, namun maksudnya aqu mau ngomong kalau aqu juga sudah hampir sampai klimaks. Tiba-tiba Reymon mencabut kemaluannya dari kemaluanqu, dia tengkurapi aqu, aqu sendiri sudah lemas ga tahu Reymon mau apa, namun secara naluri aqu angkat pantatku ke atas, aqu tahan pakai lututku dan kubuka pahaqu sedikit. Tanganku menahan tubuhku biar ga ambruk dan aqu siap-siap ditusukdari belakang.


    Beneran saja Reymon memasukkan kemaluannya ke kemaluanqu dari belakang, terus dia kocok lagi kemaluanqu. Dari belakang kocokan Reymon ga terlalu keras, namun makin cepat. Aqu sudah sekuat tenaga menahan tubuhku biar ga ambruk, dan aqu rasakan tangan Reymon meremas-remas dadaqu dari belakang, terus jarinya menggosok-gosok puting payudaraku, bikin aqu seperti diserang dari dua arah, depan dan belakang. Reymon kembali mengeluarkan kemaluannya dari kemaluanqu, kali ini dimasukkannya ke anusku. Dia benar-benar memaksakan kemaluannya masuk, namun ga semuanya bisa masuk. Reymon sepertinya ga peduli, dia mengocok anusku seperti mengocok kemaluanqu, kali ini cuma tangan kirinya yang meremas dadaqu, tangan kanannya sibuk main-main di selangkanganku, dia masukkan jari tengahnya ke kemaluanqu dan jempolnya menggosoki klitorisku.

    Aqu makin merem-melek, anusku dikocok-kocok, klitorisku digosok-gosok, dadaqu diremas-remas dan putingnya dipelintir-pelintir, terus kemaluanqu dikocok-kocok juga pakai jari tengahnya. Aqu benar-benar ga kuat lagi, akhirnya aqu klimaks, dan aqu merasakan Reymon juga sampai klimaks, dari anusku kerasa ada cairan panas muncrat dari kemaluan Reymon. Akhirnya aqu ambruk juga, tubuhku lemas semua. Aqu lihat Reymon juga ambruk, dia terlentang di sebelahku.

    Tubuhnya basah karena keringat terus, kupegang tubuhku, ternyata aqu juga basah keringatan. Benar-benar kenikmatan yang luar biasa.Ga tahu berapa lama aqu ketiduran, waktu akhirnya aqu bangun. Aqu lihat arloji, sudah jam 2 subuh. Leherku kering, namun waktu aqu mau minum, aqu ingat gelas di kamarku sudah pecah gara-gara kesenggol. Aqu lihat ke lantai, banyak pecahan kaca, terus aqu ambil sapu, aqu sapu dulu ke pinggir tembok. Aqu turun ke bawah, maksudnya sih mau ambil minum di bawah, aqu masih telanjang sih, namun aqu cuek saja. Aqu pikir si Michael pasti masih tidur soalnya dia pasti capai juga olah raga malam bareng Si Silvi.

    Aqu turun dan mengambil air dingin di kulkas. Kebetulan villanya Silvi lumayan mewah, ada kulkas dan TV. Aqu ambil sebotol Aqua, terus sambil jalan aqu minum. Aqu duduk di sofa, rencananya sih aqu cuma mau duduk-duduk sebentar soalnya di kamar panas sekali. Ga tahu kenapa, namun aqu akhirnya ketiduran dan waktu aqu bangun aqu terkejut setengah mati. Aqu lihatSi Michael dengan santainya turun dari tangga langsung menuju kulkas, kayaknya mau minum juga.

    Aqu bingung harus menutupi tubuhku pakai apa, namun aqu telat Si Michael sudah membalik duluan dan dia melongo melihat aqu telanjang di depannya. Dia masih melihatiku waktu aqu menutupi selangkanganku pakai tangan, namun aqu sadar sekarang dadaqu kelihatan, makanya tanganku pindah lagi ke dada, terus pindah lagi ke bawah, aqu benar-benar bingung harus bagaimana, aqu malu setengah mati.

    Michael akhirnya berbalik,
    “Sorry, aqu pikir kamu masih tidur di kamar. Jadi.. jadi..”
    “Ga apa-apa, ini salahku.”
    Aqu masih mencari-cari sesuatu untuk menutupi tubuhku yang telanjang polos, waktu akhirnya aqu juga sadar kalau Michael juga telanjang. Sepertinya dia pikir aqu masih di kamar dengan Si Reymon, makanya dia cuek saja turun ke bawah. Aqu pikir sudah terlambat untuk malu, toh Michael sudah melihatku dari atas sampai ke bawah polos tanpa sehelai benangpun, apalagi aqu sudah ga perawan lagi, so malu apa. Cuek saja lah.


    “Kamu sudah boleh balik, aqu ga apa-apa.” Aqu mengambil remot TV terus menyalakan TV. Aqu setel VCD, aqu pikir bagus juga aqu rileks sebentar sambil nonton TV. Michael juga sepertinya sudah cuek, dia berbalik namun ga lagi melongo melihatiku telanjang, dia duduk sambil ikut nonton TV.

    Gilanya yang aqu setel malah VCD BF. Namun sudah tanggung, aqu tonton saja, peduli amat apa kata Si Michael, yang penting aqu bisa istirahat sambil nonton TV.
    “Bagaimana semalem?” aqu buka percakapan dengan Michael.
    Dia berbalik, “Hebat, Silvi benar-benar hebat.”
    Michael sudah bisa nyengir seperti biasanya.
    Aqu mengangguk, “Reymon juga hebat, aqu hampir pingsan dibikinnya.”
    Michael nyengir lagi, lalu kita ngobrol sambil sesekali menengok TV. Kayaknya ga mungkin ada lelaki yang tahan ngobrol tanpa mikirin apa-apa dengan cewek yang lagi telanjang, apalagi sambil nonton film BF. Tiap kali ngomong aqu tahu mata Michael selalu nyasar ke bawah, ka dadaqu yang memang lumayan menggoda. Aqu ga memuji sendiri, namun memang dadaqu cukup oke, ranum menggoda, bahkan lebih seksi dari kepunyaan Silvi, itu sebabnya Michael ga berhenti-berhenti melihati dadaqu kalau ada kesempatan. Ada sedikit rasa bangga juga dibalik rasa maluku, dan sekilas kulihat kemaluan Michael yang mulai tegang. Aqu nyengir dan sepertinya Michael tahu apa yang aqu pikirkan.

    Dia pegang tanganku,
    “Boleh aqu pegang, itu juga kalau kamu ga keberatan.” Wah berani juga dia, aqu jadi sedikit tersanjung, terus aqu mengangguk. Michael pindah ke sebelahku, dia peluk aqu dan tangannya mulai remas-remas dadaqu. Mula-mula dia sedikit ragu-ragu, namun begitu tahu kalau aqu ga nolak dia mulai berani dan makin lama makin berani, dan jarinya mulai nakal memelintir puting payudaraku. Aqu mulai merem-melek sambil memutar tubuhku. Sekarang aqu duduk di paha Michael berhadap-hadapan. Michael langsung menyambar putingku dan lidahnya langsung beraksi. Aqu sendiri sudah kebawa nafsu, aqu mulai mengocok kemaluannya pakai tanganku dan sepertinya Michael juga puas dengan permainanku. Aqu mulai terbawa nafsu, dan aqu sudah ga peduli apa yang dia laqukan, yang jelas enak buatku.

    Michael menggendongku, kupikir mau dibawa ke kamar mandi, soalnya kamar di atas ada Silvi dengan Reymon, namun tebakanku keliru. Dia malah menggendongku ke luar, ke halaman villa. Aqu terkejut juga, bagaimana kalau ada yang lihat kita telanjang di luar. Namun begitu Michael buka pintu luar, aqu melihat di seberang villa, sepasang lelaki-cewek lagi sibuk nge-sex. Cewek itu mendesah-desah sambil sesekali berteriak. Aqu lihat lagi ke sekitarnya, ternyata banyak juga yang nge-sex di sana. Rupanya villa-villa di sekitar sini memang tempatnya orang-orang nge-sex.
    “Bagaimana? kita kalahkan mereka?” Michael nyengir sambil menggendongku. Aqu ikutan nyengir,
    “Siapa taqut?” terus Michael meniduriku di rumput. Dingin juga sisa air hujan yang masih membasahi rumput, punggungku dingin dan basah namun dadaqu lebih basah lagi dengan liurnya Si Michael. Udara di luar itu benar-benar dingin, sudah di pegunungan, subuh-subuh lagi. Wah ga terbayang bagaimana dinginnya deh. Namun lama-lama rasa dingin itu hilang, aqu malah makin panas dan nafsu, apalagi Michael jago benar mainkan lidahnya. Sayup-sayup aqu mendengarkan suara cewek dari villa seberang yang sudah ga karuan dan ga ada iramanya. Aqu makin nafsu lagi mendengarnya, namun Michael sepertinya lebih nafsu lagi, dia itu seperti orang kelaparan yang seolah bakal nelan dua gunung kembarku bulat-bulat.

    Lama juga Michael main-main dengan dadaqu, dan akhirnya dia pegang kemaluannya minta aqu meng-”karaokei”-in itu kemaluan yang besarnya lumayan juga. Gara-gara tadi malam aqu sudah mencoba meng-”karaokei”-in kemaluan Reymon, sekarang aqu jadi kecanduan, aqu jadi senang juga meng-”karaoke”-in kemaluan, apalagi kalau besarnya lumayan seperti punya Si Michael. Makanya ga usah disuruh dua kali, langsung saja aqu caplok itu kemaluan. Aqu ga mau kalah dengan permainan dia di dadaqu, aqu hisap itu kemaluan kuat-kuat sampai kepalanya jadi ungu sekali. Terus kujilati mulai dari kepalanya sampai batang dan pelirnya juga ga ketinggalan.


    Kulihat Michael melihati bagaimana aqu main di bawah sana. Sesekali dia buka mulut sambil berdesah menahan nikmat. Aqu belum puas juga, kukocok batang kemaluannya pakai tanganku dan kuhisap-hisap kepalanya sambil kujilati pelan-pelan. Michael merem-melek juga dan ga lama dia sudah ga tahan lagi, sepertinya sih mau keluar, makanya dia cepat-cepat melepaskan kemaluannya dari mulutku. Aqu tahu dia ga mau selesai cepat-cepat, makanya aqu ga ngotot meng-”karaoke”-in kemaluannya lagi.

    Michael sengaja membiarkan kemaluannya istirahat sebentar, dia suruh aqu terlentang sambil mengangkang. Aqu menurut saja, aqu tahu Michael jago mainkan lidahnya, makanya aqu senang sekali waktu dia mulai jilati bibir kemaluanqu yang sudah basah sekali. Benar saja, baru sebentaraqu sudah dibikin merem-melek gara-gara lidahnya yang jago sekali itu. Sepertinya habis semua bagian kemaluanqu disapu lidahnya, mulai dari bibirnya, klitorisku, sedikit ke dalam ke daerah dinding dalam, sampai anusku juga ga ketinggalan dia jilati.

    Aqu dengarkan, sepertinya pasangan di seberang sudah selesai main, soalnya sudah ga kedengaran lagi suaranya, namun waktu aqu lihat ke sana, aqu terkejut. Cewek itu lagi meng-”karaoke”-in lelaki, namun bukan lelaki yang tadi. Lelaki yang tadi nge-sex dengan dia lagimembersihkan kemaluannya, mungkin dia sudah puas. Sekarang cewek itu lagi meng-”karaoke”-in lelaki lain, lebih tinggi dari lelaki yang tadi. Gila juga itu cewek nge-sex dengan dua lelaki sekaligus. Namun aqu tarik lagi omonganku, soalnya aqu ingat-ingat, aqu juga dengan saja dengan dia. Baru selesai dengan Reymon, sekarang dengan Michael. Wah ternyata aqu juga dengan gilanya. Aqu nyengir sebentar, namun terus merem-melek lagi waktu Michael mulai melintir-melintir klitorisku pakai bibirnya.

    Michael benar-benar ahli, ga lama aqu sudah mulai pusing, aqu lihat bintang di langit jadi tambah banyak dan kayaknya mutar-mutar di kepalaqu. Aqu benar-benar ga bisa ngontrol tubuhku. Ada semacam setrum dari selangkanganku yang terus-terusan bikin aqu gila. “Ah.. ah.. Michael.. Ah.. berhenti dulu Michael.. Ah.. Ah.. Shh..” aqu ga tahan dengan puncak nafsuku sendiri. Namun Michael malah terus-terusan melintir-melintir klitorisku. Aqu benar-benar ga tahan lagi, aqu kejang-kejang seperti orang ayan, namun sudahnya benar-benar enak sekali, beberapa menit lewat, semua tubuhku masih lemas, namun aqu tahu ini belum selesai.

    Sekarang bagianku bikin Michael merem-melek, makanya aqu paksakan duduk dan mulai menungging di depan Michael. Michael sendiri sepertinya memang sudah ga tahan ingin mengeluarkan maninya, dia ga menunggu lama lagi, langsung dia tusukkan itu kemaluan ke kemaluanqu. Ada sedikit rasa sakit namun ga sesakit pertama kemaluanqu dimasukkan kemaluan Reymon. Michael ga menunggu lama lagi, dia langsung mengocok kemaluanqu dan tangannya ga diam, langsung disambarnya dadaqu yang makin ranum karena aqu menungging. Diremasnya sambil dipelintir-pelintir putingnya. Aqu ga tahan digituin, apalagi tubuhku masih lemas, tanganku lemas sekali, untuk menahan hentakan-hentakan waktu Michael menyodokkan kemaluannya saja sudah ga kuat. Aqu ambruk ke tanah, namun Michael masih terus mengocokku, dari belakang.

    “Ah.. euh.. ah.. aw..” aqu cuma bisa mendesah setiap kali Michael menyodokkan kemaluannya ke kemaluanqu. Aqu coba mengangkat tubuhku namun aqu ga kuat, akhirnya aqu menyerah, aqu biarkan tubuhku ambruk seperti gitu. Michael memutarkan tubuhku, terus disodoknya lagi kemaluanqu dari depan. Aqu sudah ga bisa ngapa-ngapain, setiap kali Michael menyodokkan kemaluannya selain dinding kemaluanqu yang tergesek, klitorisku juga tergesek-gesek, makanya aqu makin lemas dan merem-melek keenakan.

    Michael memegang kaki kiriku, terus diangkatnya ke bahu kanannya, terus dia mengangkat kaki kananku, diangkatnya ke bahu kirinya. Aqu diam saja, ga bisa menolak, posisi apa yang dia ingin terserah, pokoknya aqu ingin cepat-cepat disodok lagi. Aqu ga tahan ingin langsung dikocok. Ternyata keinginanku terkabul, Michael menyodokku lagi, kakiku dua-duanya terangkat, mengangkang lagi, makanya kemaluanqu terbuka lebih lebar dan Michael makin leluasa mengocok-ngocokkan kemaluannya. Kemaluanqu diaduk-aduk dan aqu bahkan sudah ga bisa lagi berdesah, aqu cuma bisa buka mulut namun ga ada suara yang keluar.

    “Aqu mau keluar, aqu mau keluar..” Michael membisikkan sambil ngos-ngosan dan masih terus mengocokku.
    “Jangan di.. jangan di dalam. Ah.. ah.. oh.. aqu.. aqu ga mau.. hamil.”
    Aqu cuma bisa ngomong gitu, seenggannya maksud aqu ngomong gitu, aqu ga tahu apa suaraqu keluar atau ga, pokoknya aqu sudah usaha, itu juga sudah aqu paksa-paksakan. Aqu gatahu apa Michael ngerti apa yang aqu omongin, namun yang jelas dia masih terus mengocokku.

    Baru beberapa detik lewat, dia mencabut kemaluannya, kakiku langsung ambruk ke tanah. Michael mengangkang di perutku, dan dia selipkan kemaluannya ke sela-sela dadaqu yang sudah montok sekali soalnya aqu sudah dipuncak nafsu. Kujepit kemaluannya pakai dadaqu, dan Michael mengocok-ngocok seolah masih di dalam kemaluanqu. Ga lama maninya muncrat ke muka dan sisanya di dadaqu. Aqu sendiri klimaks lagi, kulepaskan tanganku dari dadaqu, maninya mengalir ke leherku, dan mani yang di pipiku mengalir ke mulutku. Aqu bahkan ga bisa menutup mulutku, aqu terlalu lemas. Aqu biarkan saja maninya masuk dan aqu telan saja sekalian.


    Belum habis lemasku, Michael sudah menempelkan kemaluannya ke bibirku. Aqu memaksakan menjilati kemaluannya sampai bersih terus aqu telan sisa maninya. Michael menggendongku ke dalam, terus dia membaringkanku di sofa. Aqu lemas sekali makanya aqu ga ingat lagi apa yang terjadi selanjutnya. Yang jelas baru jam 8.00 aqu baru bangun. Begitu aqu buka mata, aqu sadar aqu masih telanjang. Aqu memaksakan duduk, dan aqu terkejut kenapa aqu ada di kamar Silvi. Terus yang bikin aqu lebih terkejut lagi, aqu lihat sebelah kiriku Michael masih tidur sedangkan di kananku Reymon juga masih tidur. Mereka berdua juga masih telanjang seperti aqu.

    Belum habis terkejutku, Silvi keluar dari kamar mandi di kamarku, dia lagi mengeringkan rambutnya dan dengan-dengan masih telanjang. Baru akhirnya aqu tahu kalau semalam Silvi bangun dan melihat aqu lagi nge-sex dengan Michael. dia sih ga marah, soalnya yang penting buat dia Michael cinta dengan dia, soal Michael memuaskan nafsu dengan siapa, ga masalah buat dia. Ternyata Silvi melihat dari jendela bagaimana aqu dengan Michael nge-sex dan Reymon yang juga bangun subuh-subuh terkejut melihat aqu lagi nge-sex dengan Michael. Dia keluar kamar, sepertinya mau melihat apa benar aqu lagi nge-sex dengan Michael, namun dia sempat menengok ke kamar sebelah dan melihat Silvi yang lagi nonton aqu dengan Michael nge-sex dari jendela. Reymon langsung dapat ide, so dia masuk ke dalam dan mengajak Silvi nge-sex juga. Singkat cerita mereka akhirnya nge-sex juga di kamar. Dan waktu aqu dengan Michael selesai, Michael menggendongku ke atas dan melihat Reymon dengan Silvi baru saja selesai nge-sex. Makanya kita berempat akhirnya tidur bareng di kamarnya telanjang bulat.

    Hehehe, ga masalah, kita berempat malah makin dekat. Nanti malam juga kita bakalan nge-sexlagi berempat, ga masalah buat aqu Reymon atau Michael yang jadi pasanganku, yang penting aqu puas. Ga masalah siapa yang muasin aqu.

    Seperti rencana kita semula, malam itu juga kita nge-sex berempat bareng-bareng. Asik juga sekali-kali nge-sex bareng seperti gitu. Reymon masih tetap oke walaupun dia sudah ngocok Silvi duluan. Aqu masih kewalahan menghadapi kemaluannya yang memang gila itu. Michael juga ga kalah, biarkan dia masih ngos-ngosan waktu selesai ngocok aqu, dia langsung sambar Silvi yang juga baru selesai dengan Reymon. Terus kita nge-sex lagi sampai akhirnya dengan-dengan puas. Aqu puas sekali, soalnya baru kali ini aqu dipuasi dua lelaki sekaligus tanpa jeda. Baru saja selesai satu, yang satunya sudah menyodok-nyodok kemaluannya ke kemaluanqu. Pokoknya benar-benar puas sekali deh aqu.

    Masuk ke cerita, malam ini kita rencana ga akan nge-sex lagi, soalnya sudah capai sekali dua hari gituan melulu. Makanya Reymon dengan Michael langsung menghilang begitu matahari mulai teduh. Mereka sih pasti main bola lagi, ga bakalan jauh dari itu. Silvi menghabiskan waktunya di villa, kayaknya dia capai sekali, hampir seharian dia di kamar. Aqu jadi bosan sendirian, makanya aqu putuskan aqu mau jalan-jalan. Kebetulan di dekat situ ada air terjun kecil. Aqurencana mau menghabiskan hari ini berendam di sana, biar tubuhku segar lagi dan siap tempur lagi. Aqu ga langsung ke air terjun, aqu jalan-jalan dulu mengelilingi kompleks villa itu. Besar juga, dan villanya keren-keren. Ada yang mirip kastil segala. Sepanjang jalan aqu ketemu lumayan banyak orang, rata-rata sih orang-orang yang memang lagi menghabiskan waktu di villa sekitar sini. Hampir semua orang yang ketemu melihati aqu. Dari mulai lelaki keren yang adadi halaman villanya, om-om genit yang sibuk menggodai cewek yang lewat sampai tukang kebun di villa juga melihati aqu. Aqu sih cuma nyengir saja membalas mata-mata kekasur mereka.

    Ga aneh sih kalau mereka melihatiku, masalahnya aqu memang pakai baju pas-pasan, atasanku kaos putih punyanya Si Silvi yang kesempitan soalnya kamarku dikunci dan kuncinya terbawa Reymon. Aqu malas mencari dia, makanya aqu pakai saja kaos Si Silvi yang ada di meja setrika. Itu juga aqu ga pakai bra, soalnya bra Silvi itu sempit sekali di aqu. memang sih dadaqu jadi kelihatan nonjol sekali dan putingnya kelihatan dari balik kaos sempit itu, namun aqu cuek saja, siapa yang malu, ini kan kawasan villa buat nge-sex, jadi suka-suka aqu dong.

    Oh ya aqu jadi lupa, bawahan aqu lebih gila lagi. Aqu ga tega membangunkan Silvi cuma untuk minjam celana atau rok, kebenaran saja ada Samping Bali pengasih Reymon bulan lalu, ya aqu pakai saja. Aqu ikat di kananku, namun tiap kali aqu melangkah, paha kananku jadi terbuka, ya cuek saja lah. Apa salahnya sih memarkan apa yang bagus yang aqu punya, benar ga?

    Singkat cerita, aqu sampai ke air terjun kecil itu. Aqu jalan-jalan mencari tempat yang enak buat berendam. Kaosku mulai basah dan dadaqu makin jelas kelihatan, apalagi Samping yang aqu pakai, sudah basah benar-benar kena cipratan air terjun. Enak juga sih segar, namun lama-lama makin susah jalannya, soalnya Samping aqu jadi sering keinjak. Aqu jadi ingin cepat-cepat berendam, soalnya segar sekali airnya, dan waktu aqu menemui tempat yang enak, aqu siap-siap berendam, aqu lepas sandalku. Namun waktu aqu mau melepas Samping-ku tiba-tiba ada tangan yang memegang bahuku, aqu berbalik ternyata seorang lelaki menodongi pisau lipat ke leherku. Aqu terkejut camput taqut, namun secara naluri aqu diam saja, salah-salah leherku nanti digoroknya.

    “Mau.. mau apa lo ke gue?” aqu tanya ke orang yang lagi nodong pisau ke aqu. Aqu ga berani lihat mukanya, soalnya aqu taqut sekali. Ternyata lelaki itu ga sendiri, seorang temannyamuncul dari balik batu, rupanya mereka memang sudah ngincar aqu dari tadi. Temannya itu langsung buka baju dan celana jeans-nya. Aqu tebak kalau mereka mau memperkosa aqu. Ternyata tebakanku benar, orang yang menodongi pisau bicara, “Sekarang lo buka semua baju lo, cepet sebelum kesabaran gue habis!” Aqu jadi ingat bagaimana korban-korban perkosaan yang aqulihat di TV, aqu jadi ngeri. Jangan-jangan begitu mereka selesai perkosa aqu, aqu dibunuh. Makanya aqu beranikan diri ngomong kalau aqu ga keberatan muasin mereka asal mereka ga bunuh aqu.

    “Oke.. oke, aqu buka baju. Kalem saja, aqu ga masalah muasin elu berdua, namun ga usah pakai nodong segala dong.” Aqu berusaha ngomong, padahal aqu lagi taqut setengah mati. Orang yang nodongin pisau malah membentak aqu, “Goblok, mana ada cewek mau diperkosa, elu jangan macem-macem ya!” Aqu makin taqut, namun otakku langsung bekerja, “Santai dong, emangnya gue berani pakai baju ginian kalau gue ga siap diperkosa orang? Lagian apa gue bisa lari pakai samping kayak ginian?” Kedua orang itu melihati aqu, terus akhirnya pisau itu dilipat lagi. Aqu lega setengah mati, namun ini belum selesai, aqu masih harus puasin mereka dulu.

    Aqu mulai buka Samping-ku, “Maunya bagaimana, berdua sekaligus atau satu-satu?” Orang yang tadi nodongin pisau melihat ke orang yang satunya, “Eloe dulu deh. Gue lagi ga begitu mood.” Temannya mengangguk-angguk dan langsung mencaplok bibirku. Aqu lihat-lihat, ganteng juga nih orang. Aqu balas ciumannya, dia sepertinya mulai lebih halus, pelan-pelan dia remas dadaqu dan tahu-tahu aqu sudah ditiduri di atas batu yang lumayan besar. Dia ga langsung main sodok, dia lebih senang main-main dengan dadaqu, makanya aqu jadi lebih rileks, so aqu bisa menikmati permainannya.

    “Ah.. yeah.. ah.. siapa.. siapa nama loe?” aqu tanya dibalik desahan-desahanku menahan nikmat. Dia nyengir, mirip sekali Si Michael, dia terus membuka celana dalam birunya, dan kemaluannya yang sudah tegang sekali langsung nongol seperti sudah ga sabar ingin menyodokku. Ga usah disuruh, aqu langsung jongkok, tanganku memegang batangnya dan ternyata masih menyisa sekitar 5 – 7 senti. Aqu jilat kepala kemaluannya terus aqu kulum-kulum kemaluannya. Dia mulai menikmati permainanku, “Oke.. terus.. terus.. Yeah..” Ternyata ada juga lelaki yang suka berdesah-desah kayak gitu kalau lagi nge-sex. Aqu berhenti sebentar,
    “Belum dijawab?”
    “Oh, sorry. Nama gue Jeff.”
    Dia menjawab sambil terus merem-melek menikmati kemaluannya yang aqu kulum dan kuhisap-hisap. Kulihat-lihat sepertinya aqu kenal suaranya.
    “Elo tinggal di sini juga ya, elu yang lusa kemarin ngentot di halaman villa?”
    Jeff terkejut juga waktu aqu ngomong gitu.
    “Memang elu tahu dari mana?”
    Aqu nyengir terus aqu teruskan lagi menghisap kemaluannya yang sudah basah sekali dengan liurku.

    Aqu berhenti lagi sebentar, “Gue lihat elu. Gila lu ya! berdua ngentotin cewek, keliatannya masih kecil lagi.” Jeff nyengir, “Itu adik kelas gue, dia baru 15 tahun, namun bodinya oke sekali. Gue ajakin ke sini, dan gue entot bareng Si Lex. Dia sendiri sepertinya suka digituin dengan kita berdua.” Aqu ga meneruskan lagi, aqu berhenti dan langsung cari posisi yang enak buat nungging. Jeff mengerti maksudku, dia langsung menyodok kemaluannya ke kemaluanqu bareng dengan suara eranganku. Terus dia mulai mengocok, mulanya sih pelan-pelan terus tambah cepat. Terus dan terus, aqu mulai merem-melek dibikinnya. Terus dia cabut kemaluannya, aqu digendong dan dia masukkan kemaluannya lagi ke kemaluanqu. Terus dia mengocok aqu sambil bediri, seperti gaya ngocoknya Tom Cruise di film Jerry Maguire. Kemaluanqu seperti ditusuk-tusuk keras sekali dan aqu makin merem-melek dibuatnya. Dan akhirnya aqu ga tahan lagi, aqu kejang-kejang dan aqu menjerit panjang. Pandanganku kabur, dan aqu pusing. Aqu hampir saja jatuh kalau Jeff ga cepat-cepat memegangi pinggangku.

    Aqu lagi nikmati puncak kepuasanku, tiba-tiba seorang sedang mendekatiku, sepertinya sekarang dia nafsu sekali gara-gara mendengarkan desahan-desahanku. Dia sudah telanjang dan kemaluannya sudah tegang sekali. Aqu tahu dari mukanya kalau dia sedikit kasar, makanya aqu ga banyak cing-cong lagi, aqu langsung maksakan bangun dan jongkok meng-”karaoke”-in kemaluannya. Kemaluannya sih ga besar-besar sekali, namun aqu ngeri juga melihat otot-otot di sekitar paha dan pantatnya. Jangan-jangan dia kalau ngocok sekeras-kerasnya. Bisa-bisa kemaluanqu jebol.


    Lama juga aqu meng-”karaoke”-in kemaluannya, dan akhirnya dia suruh aqu berhenti. Aqu menurut saja, dan langsung ambil posisi menungging. Aqu sudah pasrah kalau dia bakal menyodok-nyodok kemaluanqu, namun kali ini tebakanku salah. Dia ga masukkan kemaluannya ke kemaluanqu, namun langsung ke anusku. “Ah.. aduh..” anusku sakit soalnya dengan sekali ga ada persiapan. Namun rupanya Lex ga peduli, dia tetap maksakan kemaluannya masuk dan memang akhirnya masuk juga. Walaupun kemaluannya kecil namun kalau dipakai nyodok anus sih ya sakit juga. Benar dugaan aqu, dia kalau nyodok keras sekali terus ga pakai pemanasan-pemanasan dulu, langsung kecepatan tinggi. Aqu cuma bisa pasrah sambil menahan perih di anusku. Dadaqu goyang-goyang tiap kali dia menyodok anusku, dan sepertinya itu membuat dia makin nafsu. Dia tambah kecepatan dan mulai meremas dadaqu.

    Benar-benar kontras, dia mengocok anusku cepat dan keras, namun dia meremas dadaqu halus sekali dan sesekali melintir-melintir putingnya. Mendadak rasa sakit di anusku hilang, aqu mulai merasakan nikmatnya permainan tangannya di dadaqu. Belum habis aqu nikmati dadaqu diremas-remas, tangan kirinya turun ke kemaluanqu dan langsung menyambar klitorisku, mulai dari digosok-gosok sampai dipelintir-pelintir. Rasa sakit kocokannya sudah benar-benar hilang, sekarang aqu cuma merasakan nikmatnya seluruh tubuhku.

    Aqu mulai merem-melek kegilaan dan akhirnya aqu sampai ke puncak yang kedua kalinya hari itu, dan berdenganan puncak kenikmatanku, aqu merasakan cairan hangat muncrat di anusku, aqu tahu Lex juga sudah sampai puncak dan aqu sudah lemas sekali, akhirnya aqu ambruk. Mungkin aqu kecapaian soalnya tiga hari ini aqu terus-terusan mengocok, ga dengan satu orang lagi, selalu berdua. Aqu masih sempat lihat Jeff menggendong aqu sebelum akhirnya aqu pingsan. Aqu ga tahu aqu dimana, namun waktu aqu bangun, aqu terkejut melihat Reymon lagi mengocok cewek. Cewek itu sendiri sibuk mengulum-ngulum kemaluannya Michael. Aqu paksakan berdiri, dan waktu aqu lihat di sofa sebelah, ada pemandangan yang hampir dengan, bedanya Jeff yang lagi sibuk mengocok cewek dan aqu lihat-lihat ternyata cewek itu Silvi. Silvi juga sibuk mengulum-ngulum kemaluan Lex. Aqu jadi bingung, namun aqu tetap diam sampai mereka selesai main.

    Terus aqu dikenali dengan cewek mungil yang tadi nge-sex bareng Reymon dan Michael, namanya Angel. Aqu baru ingat kalau tadi aqu pingsan di air terjun habis muasin Jeff dengan Lex. Ternyata Jeff bingung mau bawa aqu ke mana, kebenaran Reymon dan Michael lewat. Mereka sempat ribut sebentar, namun akhirnya aqur lagi, dengan catatan mereka bisa menyicipi Angel ceweknya Jeff dengan Lex. Angel sendiri setuju saja dengan ajakan Reymon dengan Michael, dan waktu mereka lagi mengocok, Silvi kebetulan lewat. Michael memanggil dia dan dikenali dengan Jeff dan Lex, terus mereka akhirnya nge-sex juga. Makin asik juga, sekarang tambah lagi satu cewek dan dua lelaki di kelompok kita, dan seterusnya kita jadi sering main ke villa itu untuk muasin nafsu kita masing-masing. Dan kita kasih nama kelompok kita “MAGNIFICENT SEVEN”.

  • Video bokep pelacur seksi Miho Ichiki didalam kamar mandi

    Video bokep pelacur seksi Miho Ichiki didalam kamar mandi


    2570 views

  • Kisah Memek Di kapal Ciremai Aku hilangkan TIket

    Kisah Memek Di kapal Ciremai Aku hilangkan TIket


    2570 views

    Duniabola99.com – Aku ingin berbagi cerita, kisahku ini adalah kejadian yang benar-benar kualami sendiri. Untuk menjaga nama baik keluarga, nama dan marga sengaja kusamarkan. Aku berharap semoga beban batinku akan berkurang setelah aku menceritakannya.


    Aku adalah seorang gadis dari Kawanua, sebut saja namaku Inge, aku anak pertama dari 6 bersaudara dan aku satu-satunya anak perempuan. Kehidupan ekonomi keluargaku bisa dibilang mencemaskan. Beruntung aku bisa tamat SMA, ini karena aku mendapat beasiswa dari Yayasan Super Semar.

    Aku sedih melihat keadaan keluargaku, ayahku adalah seorang Pegawai Negeri golongan II, ibuku hanyalah seorang Ibu Rumah Tangga yang tidak mempunyai skill, kerjanya hanya mengurus putra-putrinya. Rasanya aku ingin membantu ayah, mencari uang. Tapi apalah daya aku hanya lulusan sekolah menengah, namun begitu kucoba untuk melamar kerja di perusahaan yang ada di kota Manado. Hasilnya nihil, tak satupun perusahaan yang menerima lamaranku. Aku mahfum, disaat krisis sekarang ini banyak PT yang jatuh bangkrut, kalaupun ada PT yang bertahan itu karena mem-PHK sebagian karyawannya.

    Lalu aku berpikir, kenapa aku tidak ke Jakarta saja, kata orang di Ibukota banyak lowongan pekerjaan, dan aku teringat tetanggaku Mona namanya, dia itu katanya sukses hidup di Jakarta, terbukti kehidupan keluarganya meningkat drastis. Dahulu kehidupan keluarga Mona tidak jauh berbeda dengan keadaan keluargaku, pas-pasan. Tapi sejak Mona merantau ke Jakarta, ekonomi keluarganya makin lama makin berubah. Bangunan rumah Mona kini sudah permanen, isi perabotnya serba baru, dari kursi tamu, tempat tidur semuanya mewah, juga TV 29″ antena parabola dan VCD mereka miliki. Aku ingin seperti Mona, toh dia juga hanya tamatan SMA. Kalau dia bisa kenapa aku tidak? Aku harus optimis.

    Pada suatu hari di bulan September, tahun 1998 aku pamit kepada keluargaku untuk merantau ke Jakarta. Meskipun berat papa dan mama merelakan kepergianku. Dengan bekal uang Rp 75.000 dan tiket kelas Ekonomi hasil hutang papaku di kantor, aku akhirnya meninggalkan desa tercinta di Kawanua. Dari desa aku menuju pelabuhan Bitung, aku harus sudah sampai di pelabuhan sebelum pukul 6 sore karena KM Ciremai jurusan Tg.Priok berangkat jam 19:00 WIT, waktu satu jam tentu cukup untuk mencari tempat yang nyaman. Karena tiketku tidak mencantumkan nomor seat, maklum kelas ekonomi, aku berharap mendapat lapak untuk menggelar tikar ukuran badanku. Tapi sial, angkutan yang menuju pelabuhan begitu terlambat, pada waktu itu jam sudah menunjuk pukul 18:45. Waktuku hanya 15 menit. Ternyata KM.Ciremai sudah berlabuh, aku melihat hiruk pikuk penumpang berebut menaiki tangga, aku tergolong calon penumpang yang terakhir, dengan sisa-sisa tenagaku, aku berusaha lari menuju KM.Ciremai, aku hanya menggendong tas punggung yang berisi pakaian 3 potong.


    Aku sudah berada di dek kapal kelas ekonomi, tapi hampir semua ruangan sudah penuh oleh para penumpang. Keringat membasahi seluruh tubuhku, ruangan begitu terasa pengap oleh nafas-nafas manusia yang bejibun. Aku hanya bisa berdiri di depan sebuah kamar yang bertuliskan Crew, di sekitarku terdapat seorang Ibu tua bersama 2 orang anak laki-laki usia sekolah dasar. Mereka tiduran di emperan tapi kelihatannya mereka cukup berbahagia karena dapat selonjoran. Aku berusaha mencari celah ruang untuk dapat jongkok. Aku bersyukur, Ibu Tua itu rupanya berbaik hati karena bersedia menggeserkan kakinya, kini aku dapat duduk, tapi sampai kapan aku duduk kuat dengan cara duduk begini. Sedangkan perjalanan memakan waktu 2 hari 2 malam.

    Tidak lama kemudian KM.Ciremai berangkat meninggalkan pelabuhan Bitung, hatiku sedikit lega, dan aku berdoa semoga perjalanku ini akan mengubah nasib. Tak sadar aku tertidur, aku sedikit terkejut sewaktu petugas menanyakan tiket, aku ingat tiketku ada di dalam tas punggungku. Tapi apa lacur, tasku raib entah dimana, aku panik, aku berusaha mencari dan bertanya kepada Ibu tua dan anak laki-lakinya, tapi mereka hanya menggelengkan kepala. Bandar Bola

    “Cepat keluarkan tiketmu..” ujar seorang petugas sedikit menghardik.
    “Aku kehilangan tas, tiket dan uangku ada di situ..” jawabku dengan sedih.
    “Hah, bohong kamu, itu alasan kuno, bilang aja kamu tak membeli tiket, Ayo ikut kami ke atas,” bentak petugas yang bertampang sangar.

    Akhirnya aku dibawa ke dek atas dan dihadapkan kepada atasan petugas tiket tadi.
    “Oh.. ini orangnya, berani-beraninya kamu naik kapal tanpa tiket,” kata sang atasan tadi.
    “Tiketku hilang bersama pakaianku yang ada di tas, saya tidak bohong Pak, tapi benar-benar hilang..”
    “Bah itu sih alasan klasik Non, sudah ratusan orang yang minta dikasihani dengan membuat alasan itu.” ucapnya lagi.
    “Kalau Bapak tak percaya ya sudah, sekarang aku dihukum apapun akan aku lakukan, yang penting aku sampai di Jakarta.”
    “Bagus, itu jawaban yang aku tunggu-tunggu..” ujar lelaki berseragam putih-putih itu.
    Kalau kutaksir mungkin lelaki tersebut baru berusia 45 tahun, tapi masih tegap dan atletis, hanya kumis dan rambutnya yang menonjolkan ketuaannya karena agak beruban.


    “Tapi ingat kamu sudah berjanji, akan melakukan apa saja..” ujar lelaki itu, seraya menunjukkan jarinya ke jidatku.
    “Sekarang kamu mandi, biar tidak bau, tuh handuknya dan di sana kamar mandinya..” sambil menunjuk ke arah kiri.
    Betapa girang hatiku, diperlakukan seperti itu, aku tidak menyangka lelaki itu ternyata baik juga. Betapa segarnya nanti setelah aku mandi.
    “Terima kasih Pak,” ujarku seraya memberanikan diri untuk menatap wajahnya, ternyata ganteng juga.
    “Jangan panggil Pak, panggil aku Kapten..” tegasnya.
    Aku sempat membaca namanya yang tertera di baju putihnya. “Kapten Jonny” itulah namanya.

    Aku sekarang sudah berada di kamar mandi.
    “Wah, betapa wanginya tuh kamar mandi,” gumamku nyaris tak terdengar. Kunyalakan showernya maka muncratlah air segar membasahi tubuhku yang mulus ini, kugosok-gosokan badanku dengan sabun, kuraih shampo untuk mencuci rambutku yang sempat lengket karena keringat.

    Sepuluh menit kemudian aku keluar dari kamar mandi, aku bingung untuk bersalin pakaian, aku harus bilang apa kepada Sang Kapten. “Wah cantik juga kamu,” tiba-tiba suara itu mengejutkan diriku. Dan yang lebih mengejutkan adalah pelukan Sang Kapten dari arah belakang. Aku hanya terdiam, “Siapa namamu, Sayang?” bisiknya mesra. “Inge..” jawabku lirih. Aku tidak berusaha berontak, karena aku ingat akan janjiku tadi. Karena aku diam tak berreaksi, maka tangan Sang Kapten makin berani saja menjelajahi dadaku dan menciumi leher serta telingaku. Aku menggelinjang, entah geli atau terangsang, yang pasti sampai usiaku 19 tahun aku belum pernah merasakan sentuhan lelaki. Bukannya tidak ada lelaki yang naksir padaku, ini karena sikapku yang tidak mau berpacaran. Banyak teman sekelas yang berusaha mendekatiku, selain lumayan cantik, aku juga tergolong pandai, makanya aku mendapat beasiswa. Maka tak heran banyak lelaki di sekolahku yang berusaha memacariku, tapi aku cuek, alias tidak merespon.

    “Ooohh.. jangan Kapten.” hanya kata-kata itu yang keluar dari mulutku ketika pria separuh baya itu menyentuh barang yang amat berharga bagi wanita, bulu-bulu lembut yang tumbuh di sekitar vaginaku dielusnya dengan lembut, sementara handuk yang melekat di tubuhku sudah jatuh ke lantai. Dan aku pun tahu bahwa lelaki ini sudah bertelanjang bulat.


    Aku merasakan benda kenyal yang mengeras menyentuh pantatku, nafas hangat dan wangi yang memburu terus menjelajahi punggungku, tangannya yang tadi mengelus vaginaku sekarang meremas-remas kedua payudaraku yang ranum, ini membuat dadaku membusung dan mengeras. Aku tak percaya, tangan lelaki ini seolah mengandung magnet, karena mampu membangkitkan gairah yang tak pernah kurasakan seumur hidupku.

    “Ooohh.. aahh..” hanya desahan panjang yang dapat kuekspresikan bahwa diriku berada dalam libido yang betul-betul mengasyikan.
    “Inge kau betul-betul lugu, pegang dong batangku,” kata Kapten Jonny, seraya meraih tanganku dan menempelkannya ke batang zakarnya yang keras tapi kenyal.
    “Jangan diam saja, remaslah, biar kita sama-sama enak..” ujarnya lagi.

    Akhirnya walaupun aku sebelumnya tidak pernah melakukan senggama, naluriku seolah membimbing apa yang harus kuperbuat apabila bercumbu dengan seorang laki-laki. Akhirnya aku berbalik, kuraih batang kemaluannya kuremas dan kukocok-kocok, sampai kumainkan biji pelirnya yang licin.Sang Kapten mendesah-desah, “Ooohh.. aachh.. enak sekali Sayang, teruskan.. oh teruskan..” sambil matanya terpejam-pejam. Aku jongkok, tanpa ragu kujilat dan kukulum torpedo Sang kapten, sampai terbenam ke tenggorokanku.

    Aku benar-benar menikmatinya seperti menikmati es Jolly kesukaanku di waktu kecil dulu. Aku tak peduli erangannya, kusedot, kusedot dan kusedot terus, sampai akhirnya zakar Sang Kapten yang panjangnya hampir 12 centi itu memuncratkan cairan hangat ke mulutku yang mungil. “Aaahh.. aku sudah tak kuat Inge,” gumamnya. Betapa nikmatnya cairan spermanya, sampai tak sadar aku telah menelan habis tanpa tersisa, ini membuat seolah Sang Kapten tak mampu untuk tegak berdiri. Dia bersandar di dinding kapal apalagi gerakan kapal sekarang ini sudah tak beraturan kadang bergoyang kekiri kadang kekanan.

    “Kamu betul-betul hebat Inge,” puji Kapten Jonny sambil mencium bibirku.
    “Inge jangan kau anggap aku sudah kalah, tunggu sebentar..”
    Dia bergegas menuju lemari kecil, lantas mengambil sesuatu dari botol kecil dan menelannya lantas membuka kulkas dan mengambil botol minuman sejenis Kratingdaeng.


    “Sini Sayang..” ujar sang kapten memanggilku mesra.
    “Istirahat dulu kita sebentar, ambillah minuman di kulkas untukmu,” lanjut Kapten Jonny.
    Kubuka kulkas dan kuraih botol kecil seperti yang diminum Kapten Jonny. Aku meminumnya sedikit demi sedikit, “Ooohh.. sedap sekali minuman ini.. aku tak pernah merasakan betapa enaknya.. minuman apa ini.” Ternyata label minuman ini tertulis huruf-huruf yang aku tak paham, mungkin aksara China, mungkin Jepang mungkin juga Korea. Ah persetan.. yang penting tenggorokanku segar.

    “Kau berbaringlah di di situ,” pinta Kapten Jonny sambil menunjuk tempat tidurnya yang ukurannya tidak begitu besar. Kurebahkan tubuhku di atas kasur yang empuk dan membal. Kulihat jam dinding sudah menunjuk pukul 12 malam. Aku heran mataku tak merasa ngantuk, padahal biasanya aku sudah tidur sebelum pukul 22:00. Aku sengaja tidak menggunakan selimut untuk menutupi tubuhku, kubiarkan begitu saja tubuhku yang polos, barangkali ini akan membangkitkan gairah libido Sang Kapten yang tadi sudah down. Aku berharap semoga Sang Kapten akan terangsang melihat dadaku yang sengaja kuremas-remas sendiri.

    Sang Kapten sudah bangkit dari kursi santainya, dia menenggak sebotol lagi minuman sejenis Kratindaeng. Dia sudah berada di tepi ranjang, sekarang dia mulai mengelus-elus kakiku dari ujung jari merambat ke atas dan berhenti lama-lama di pahaku, mengusap-usap dan menjilatinya, dan sekarang lidahnya sudah berada di mulut vaginaku. “Ooohh.. geli..”

    Sejurus kemudian lidahnya dijulurkan dan menyapu permukaan bibir vaginaku. Pahaku sengaja kulebarkan, hal ini membuat Sang Kapten bertambah buas dan liar, diseruputnya klitorisku. “Ooohh.. aahh.. teruskan Kapten, lanjutkan Kapten.. Ooohh.. nikmat sekali Kapten..” Tangannya tidak tinggal diam, diraihnya kedua payudaraku, diremasnya dan tak lupa memelintir putingku dengan mesra.

    “Ooohh.. aku sudah tak tahan Kapten..” desisku.
    “Tahan Sayang.. tahan sebentar.. biarkan aku menikmati vaginamu yang wangi ini.. aku tak pernah merasakan wanginya vagina dari wanita lain..”
    “Sruupp.. sruupp.. sruupp..” Terus saja mulut Kapten Jonny dengan rajinnya menjelajah bagian dalam vaginaku yang sudah empot-empotan ini akibat rangsangan yang amat tinggi.

    “Sudah Kapten.. lekas masukkan batang zakarmu, aku sudah tidak tahan..”
    “Baik, rasakanlah Sayang.. betapa nikmatnya rudalku ini..”
    “Tapi pelan-pelan Kapten, aku benar-benar masih perawan..”
    “Oke, aku melakukannya dengan hati-hati..” janji Kapten Jonny.
    “Buka lebar pahamu, Inge..” saran Kapten Jonny.
    Dan..


    “Blleess..”
    “Ooohh.. aahh..” desisku, padahal zakar itu baru masuk tiga perempatnya.
    “Bles.. bless..”
    “Ooohh..” erangku panjang, aku tahu batang sepanjang 12 centi itu sudah merusak selaput daraku.
    Ditariknya lagi rudalnya, lantas dimasukannya lagi seirama dengan goyangan KM.Ciremai oleh ombak laut.

    “Bless.. bless.. bless..”
    “Ooohh.. oohh.. oohh.. aahh.. aahh..”
    “Aku mau keluar Kapten,” ujarku memberi tahu Kapten Jonny.
    “Tahan Sayang.. sebentar.. aku juga ingin keluar, sekarang kita hitung sampai tiga. Satu.. dua.. tiga..”
    “Crott.. crott.. crot..” sperma Kapten Jonny membasahi gua gelap vaginaku. Betapa hangat dan nikmatnya air manimu Jonny. Hal ini memancing cairanku ikut membanjiri kemaluanku sampai meluber ke permukaan.

    Kami berdua terkulai lemas, tapi Kapten Jonny sempat meraba bibir kemaluanku dan jarinya seolah mencungkil sesuatu dari vaginaku, ternyata dia menunjukkan cairan merah kepadaku, dan ternyata adalah darah perawanku. Dijilatnya darah sambil berkata, “Terima kasih Inge, kamu betul-betul perawan..” Aku hanya menangis, menangisi kenikmatan yang sama sekali tak kusesalkan. Aktivitas senggama ini berlangsung kembali sampai matahari muncul. Lantas aku tidur sampai siang, makan, tidur dan malamnya kami melakukannya lagi berulang-ulang seolah tiada bosan.


    Akhirnya Pelabuhan Tanjung Priok sudah berada di pelupuk mataku. Sebelum turun dari kapal aku dibelikan baju baru, dan dibekali uang yang cukup.
    Selamat tinggal Kapten.. selamat tinggal Ciremai..

  • Kisah Memek ABG Si Penakluk Wanita Sange

    Kisah Memek ABG Si Penakluk Wanita Sange


    2570 views

    Duniabola99.com – “Jadilah diri sendiri, sudah hilang masa dimana manusia hidup dalam ketakutan akan pandangan orang lain. Bagiku orang seperti itu adalah kera, sedang aku sudah berevolusi menjadi manusia yang sebenarnya. Tidak ada manusia yang selalu benar di muka bumi ini, maka kenapa takut berbuat salah. Yang penting memang itulah aku apa adanya.”


    Itu mottoku selama ini. Tak ada yang salah dengan motto itu, karena aku dapat apa yang aku ingin dan aku bahagia. Jika ada yang tidak suka, tuntut saja aku! Aku tidak takut! Bakat..! Aku yakin semua orang memilikinya. Hanya saja ada mereka yang tidak mengetahui atau lingkungan tidak menerima bakat itu sehingga kini mereka harus menjalani hidup yang membosankan. Hari demi hari dilalui begitu saja tanpa peningkatan dan kegembiraan saat mereka menjalaninya.

    Sedangkan mereka yang lain lebih beruntung, karena kemampuan terbaik mereka tersalurkan. Ronaldo dengan sepakbolanya, Michael Jordan dengan basketnya, Jendral Arthur dengan taktik perangnya, Bon Jovi dengan suaranya, Leonardo Da Vinci dengan lukisannya, Einstien dengan penelitiannya, Al Capone dengan perampokan bank dan gank mafianya, Jack De Riper dengan pembunuhan berantainya, Hitler dengan NAZI-nya, Madam Omiko dengan rumah bordilnya, bahkan Dorce mampu mengasuh 1500 anak yatim piatu setelah menjadi wanita, serta masih banyak lagi nama-nama yang menjalani hidup bahagia sesuai dengan kata hatinya.

    Resiko dalam hidup adalah hal yang pasti, jika kita memilih jadi pengecut maka jadilah pengecut sampai kita mati. Aku sempat merasakan hal itu, sampai mataku terbuka dan kini aku hidup bahagia dari hari ke hari.

    Tiap orang dilahirkan dengan kelebihan dan kekurangan. Tulisan ini akan menceritakan 26 tahun kisah hidupku yang membuatku sadar bahwa aku harus menjadi diriku sendiri dan mengembangkan bakatku yang dilahirkan sebagai penakluk kemaluan wanita sejati.


    Aku anak satu-satunya, di tengah keluarga berada. Ayahku seorang pengusaha dan ibuku manager sebuah perusahaan. Sampai SMP kelas 3 semua yang aku alami biasa saja. Ya, makan, minum, belajar, bimbel, les musik, dan rekreasi bersama keluarga tiap liburan, hal-hal yang sebenarnya membosankan. Tapi waktu itu aku tidak menyadari bahwa itu membosankan karena aku tidak berpikir sejauh itu.

    Semua itu berubah ketika aku sakit di sekolah dan pulang lebih dulu. Sampai di rumah kulihat di garasi ada mobil ibuku, ternyata dia sudah pulang. Aku ingin segera menemuinya untuk melaporkan sakitku. Tapi ketika aku akan mencapai pintu kamarnya yang sedikit terbuka aku dengar erangan ibuku merintih kesakitan. Kulihat dari sela pintu yang terbuka seorang lelaki berada di atas ibuku. Dia memaju-mundurkan pantatnya. Aku segera bersembunyi takut ketahuan. Oh Tuhan! Itu adik ayahku. Dia dan ibuku sedang bersetubuh. Dorongan yang ada dalam hati adalah melihat persetubuhan mereka.

    Aku menahan keinginan untuk mengintip, tapi dorongan untuk kembali melihat lebih besar. Akhirnya kuintip mereka dari sela-sela pintu. Sebenarnya tidak ada yang bisa dilihat. Yang kulihat hanya mata ibuku terpejam dan digelengkan ke kiri dan kanan, serta pantat om-ku yang naik-turun, itu saja. Sampai suatu ketika om-ku berteriak keras dan menekan pantatnya lama ke bawah.

    Lalu dia merebahkan badannya di atas ibuku dan mencium bibir ibuku dengan batang kemaluan masih di dalam kemaluan ibuku. Tak lama lalu ibuku memegang batang kemaluan om-ku dan mencabut dari lubang kemaluannya. Setelah itu dia merebahkan lagi badannya. Om-ku pun berbaring di samping ibuku dan kembali mencium bibir ibuku. Saat itulah bisa kulihat dengan jelas batang kemaluan om-ku yang masih tegak berdiri, dan lubang kemaluan ibuku yang mengeluarkan cairan di sela-sela bibirnya. Warnanya merah dan masih tebuka. Itu pertama kali aku melihat kemaluan seorang wanita. Indah sekali..!


    Sebelum mereka bangun aku sembunyi lagi, secara perlahan-lahan meninggalkan tempat itu dan pergi dari rumah. Aku tak mau mereka memergokiku. Aku baru kembali tepat saat jam anak-anak sekolah pulang ke rumah.

    Kejadian itu selalu terbayang dalam benakku. Dorongan di hati untuk mempraktekkan apa yang kulihat selalu tumbuh. Tapi aku tidak berani melakukannya, selain itu mau sama siapa. Mau sama pelacur? dimana dan kapan waktunya? Aku juga malu mendatangi tempat seperti itu. Aku sadar aku masih anak-anak. Mau melakukan sama teman sekolah? Waduh kalau ketahuan sama keluarga besar dan teman-teman sekolah aku jadi lebih malu lagi. Rasa malulah yang membatasi terpenuhinya keinginanku bersetubuh dengan wanita.

    Akhirnya aku tahan terus perasaan itu sampai pada suatu saat saudara sepupuku yang berusia sama dengan diriku akan melanjutkan SMA-nya di kotaku. Namanya Rosa, waktu itu kami berdua sudah lulus SMP. Dia anak tanteku dari Malang, dan akan tinggal bersama kami selama SMA. Dia SMA di sini agar bisa ikut bimbel dan lebih mudah masuk ke Unpad. Wajahnya cantik dan tubuhnya langsing sama seperti semua wanita dalam keluarga ibuku.

    Tiap melihat wajahnya aku selalu teringat adegan pesetubuhan ibuku dan ingin sekali memasukkan batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluan adik sepupuku itu. Aku sering membayangkan wajahnya berkeringat dan merintih-rintih kenikmatan saat berada di atasku sambil pantatnya naik-turun di atas batang kemaluanku. Hal ini tidak pernah aku katakan padanya karena aku takut dia akan marah, dan melaporkanku ke keluarga besar. Tentu saja aku akan malu setengah mati.


    Aku tetap saja hidup dalam rasa takut untuk memenuhi keinginanku, hal itu sangat menyiksaku. Hingga pada suatu sore saat aku dan sepupuku belajar bersama di kamarku. Kami baru saja mandi dan sama-sama memakai piyama. Perbedaan piyama kami adalah celanaku panjang sedangkan dia pendek. Ketika kami mulai belajar, tiba-tiba dia berkata,

    “Wa, kamu katanya pacaran ya? Kok enggak dikenalin?” candanya sesaat setelah kami mulai membuka buku.
    “Yee.. Isu tuh?” jawabku.

    Aku bilang itu karena aku memang belum punya pacar.

    “Gimana mau punya pacar. Bokap nyokap aja udah wanti-wanti untuk nggak pacaran sampai aku lulus SMA,” tambahku sambil terus belajar.
    “Alaahh..! Kamu kan pacaran sama Yenni,” candanya lagi.

    Yeni adalah cewek terjelek di kelasku. Badannya gemuk, hitam, dan giginya tonggos. Tapi walaupun begitu gayanya tetap sok gaul. Rambut di bikin punk dan ngomongnya dimesra-mesrain. Wiihh..! Siapa yang bakal mau sama dia.

    “Enaakk aja lo!” jawabku dengan tawa berderai.

    Dia pun ikut tertawa.

    “Alah ngaku aja Wa, jangan malu!” katanya tetap menggodaku sambil tertawa terbahak-bahak.
    “Lu tega amat sih? Suer kagak. Busyeett deh! Kayak nggak ada cewek lain aja.”

    Mungkin dia lagi ingin becanda, dia tetap menggodaku pacaran dengan Yeni. Aku pun tetap saja mengelaknya. Sampai akhirnya dia bilang,

    “Atau kamu pacaran sama Reka?” tawanya berderai saat bilang Reka.

    Reka sama parahnya dengan Yeni.


    “Eh Sa..! Kamu kalau godain lagi dicium nih!” kataku sambil menunjukkan mimik serius.
    “Siapa yang takut..! Weekkss,” katanya sambil menjulurkan lidahnya.

    Langsung kucium pipinya sekilas dan aku kembali lagi ke tempatku. Oh Tuhan apa yang aku lakukan! Bagaimana kalau dia melaporkan ke orangtuanya. Aku terdiam, dia pun terdiam sambil mata kami saling bertatapan. Kami terus diam sampai sekitar semenit.

    Tiba-tiba dia bilang,

    “Cantik mana Wa, Reka atau Yeni? Hihihihihiihi..!” dia berkata sambil terkekeh-kekeh.

    Ternyata dia menggodaku lagi. Aku langsung meloncat ke arahnya. Aku gelitik pinggangnya dan kami berguling-guling di atas tempat tidurku. Aku terus menggelitiknya, dia pun menggeliat-geliat menahan gelinya. Kami terus tertawa terbahak-bahak sampai tiba-tiba kami terdiam dengan nafas terengah-engah. Ketika kami sadari, badanku ternyata sedang menindih badannya. Pahanya terbuka dan pinggulku berada di antara selangkangannya. Tangan kananku masih memegang pinggangnya, sedang tangan kiriku bertumpu pada kasur. Kami terdiam ketika menyadari posisi kami. Nafas dia yang lembut terasa di wajahku.

    Kuberanikan diri memajukan wajahku dan kukecup sekali. Kulihat dia memejamkan matanya. Lalu kucium lagi kali ini disertai dengan lumatan pada bibirnya. Dia awalnya diam saja, tak lama dia membalas lumatan bibirku. Kami berpagutan cukup lama. Rasanya nikmat sekali. Kucoba menurunkan tangan kananku untuk meraba susunya. Terasa kenyal di telapak tangan. Kuremas-remas dan kuputar. Dia mendesah sambil terus mencium bibirku.

    Lalu tangannya dilingkarkan ke leherku. Sambil masih terus berciuman tangan kananku kuturunkan lagi untuk membuka ikat celana piyamaku. Celana piyamaku turun sampai sepaha. Tentu saja mudah melakukannya, tapi untuk melepaskan celana dalam, aku tak mau karena berarti aku harus melepaskan posisi kami sekarang. Rasanya terlalu indah untuk dihentikan. Akhirnya kukeluarkan kemaluanku melalui bagian pinggir celana dalamku. Kutarik-tarik sedikit agar lebih longgar.


    Kami terus berpagutan, bibir kami tetap saling melumat. Tangan kananku kuusapkan ke pahanya, kunaikkan celana piyamanya ke atas, terus ke atas hingga kurasan tanganku menyentuh gundukan di antara selangkangannya. Oh Tuhan! Itu pasti kemaluannya.

    Terasa tebal dan basah. Dia melenguh lagi. Lalu kusingkapkan sisi celana dalamnya. Kutarik paksa ke sisi yang lain, hal ini agar bibir kemaluannya terbuka dan tidak terhalang. Setelah pasti tidak akan terhalang lagi dengan celana dalamnya, aku memegang pangkal batang kemaluanku. Kudekatkan batang kemaluanku ke arah lubang kemaluannya. Saat melakukan itu semua kami masih berciuman.

    Kugesek-gesekkan kepala kemaluanku ke bibir kemaluannya. Rasanya nikmat sekali. Badan Rosa agak naik ketika aku melakukannya. Saat itu kami masih terus berciuman. Ciuman kami makin ganas. Lidah kami saling bertemu. Karena tidak tahan untuk bersetubuh, kuletakkan kepala kemaluanku di tengah bibir kemaluannya. Kutekan sedikit pantatku ke depan. Merasa batang kemaluanku akan masuk ke lubang kemaluannya, Rosa berkata pelan seperti berguman,

    “Wa..! Jangan Wa..!” katanya sangat pelan sambil terus berciuman.

    Sepertinya dia tidak sungguh-sungguh menyuruhku berhenti.

    Aku pura-pura tak mendengarnya. Kutekan pantatku ke depan. Susah sekali memasukkan batang kemaluan ini, kugeser letak kemaluanku agak ke bawah bibir kemaluannya. Pelan-pelan kutekan lagi pantatku, kali ini tiba-tiba terasa ada sesuatu yang mengulum kepala kemaluanku. Oh Tuhan! Rasanya luar biasa nikmat. Batang kemaluanku seperti diremas-remas. Dada Rosa terangkat ke atas dan kepalanya didongakkan ke atas. Hal ini membuat kami berhenti berciuman. Maka kuarahkan bibirku pada lehernya. Kucium lehernya yang putih dan harum.


    Kutekan lagi pantatku, perlahan-lahan batang kemaluanku masuk semuanya. Aku hanya bisa memejamkan mataku menahan pijatan rongga kemaluan Rosa di seluruh batang kemaluanku. Lalu kumaju-mundurkan pantatku berulang-ulang. Batang kemaluanku keluar-masuk melewati bibir kemaluan Rosa. Kuperhatikan reaksi yang dilakukan Rosa dan Ibuku agak berbeda. Rosa hanya mendongakkan kepalanya dan menggigit bibirnya sendiri dengan mata terpejam. Sedangkan Ibuku menggeleng-gelengkan kepalanya kiri kanan, dengan pantat ikut naik turun dan mulut yang tak henti merintih.

    Setelah sekian menit, tiba-tiba Rosa mencengkeram bahuku dan badannya terhentak-hentak ke depan, sedangkan perutnya tertarik ke dalam. Rupanya dia mencapai orgasme. Terasa jepitan di dalam lubang kemaluannya. Rongga kemaluannya terasa menggigit lembut batang kemaluanku. Aku pun mempercepat kocokanku. Ouughh! Nikmat terasa di seluruh syarafku. Tak lama, kenikmatan yang kurasa dari tadi menjadi berlipat-lipat. Seiring gesekan batang kemaluanku dengan lubang kemaluannya, kurasa seperti ada sesuatu yang tersumbat dalam batang kemaluanku yang ingin keluar.

    “Ouughh!” kataku ketika aku mencapai orgasme.

    Aku muntahkan spermaku dalam rongga lubang kemaluannya. Badanku mengejang dan terhentak-hentak. Rasanya seluruh batang kemaluanku seperti disedot-sedot. Badanku terasa lemas dan aku lalu terkulai menindih badan Rosa. Karena merasa keberatan, lalu Rosa mendorong bahu kananku sehingga kini kami saling berhadapan dengan posisi menyamping. Batang kemaluanku masih berada dalam lubang kemaluannya. Masih terasa kedut-kedut dan remasan yang membuat batang kemaluanku tetap tegang. Dalam posisi ini kami lalu berciuman dan berpagutan.

    Setelah sekian lama berpagutan dengan batang kemaluan masih berada di dalam, lalu Rosa memegang batang kemaluanku dan mencabutnya keluar dari lubang kemaluannya. “Wa..! Kita buka baju aja yuk..!” katanya. Demi hujan badai, aku terkejut. Ternyata wanita jika sudah terangsang jadi lebih berani. Mereka tidak malu lagi untuk memulai.


    Aku mengangguk. Dia lalu mencium bibirku, dan sambil berciuman kami membuka pakaian pasangannya masing-masing. Setelah itu kami melakukan seks sekali lagi dan kali ini terasa lebih nikmat karena kami sudah bertelanjang bulat. Gesekan antara kulit kami dan gigitan pada puting baik yang saya lakukan maupun yang dia lakukan menghasilkan kenikmatan yang luar biasa.

    Kami selesai melakukan seks untuk yang kedua kali, tepat saat terdengar teriakan ayahku dari lantai bawah yang menyuruh kami untuk turun makan malam. Pada waktu itu aku sedang membasuh lubang kemaluannya di kamar mandiku. Dia duduk di dudukan closet, badan di senderkan ke belakang dan kakinya di kakangkan. Terlihat gundukan lubang kemaluannya dikelilingi bulu-bulu tipis. Lubang kemaluannya sangat tebal dan bibir kemaluannya masih terbuka. Permukaan rongga lubang kemaluannya masih berdenyut-denyut. Indah sekali. Lalu kusiramkan air ke atasnya.

    “Hii dingin Wa..!” katanya sambil merapatkan tangannya di dada.

    Lalu kuambil sabun dan kugosok perlahan bibir lubang kemaluannya. Ketika tanganku menyentuh bibir lubang kemaluannya kulihat dia memejamkan mata dan menggigit bibirnya. Sangat sensual! Melihat itu batang kemaluanku menjadi tegang lagi, saat itulah kudengar teriakan dari ayahku. Lalu buru-buru kubilas lubang kemaluannya. Dia membantu menghapus sabun pada lubang kemaluannya.

    “Wa..!! Kamu juga pengen lagi ya?” katanya saat sadar bahwa batang kemaluanku sedang tegang.
    “Juga? Berarti kamu juga pengen dong?” aku tersenyum mendengar sepupuku keceplosan.
    “Hihihihihi, iya ih Wa. Pengen lagi,” katanya sambil tersipu.
    “Entar aja deh,” kataku.
    Aku tidak ingin terlambat makan malam.

    Lalu aku membersihkan batang kemaluanku. Dia membantu membersihkan. Gosokan tangannya sama persis seperti saat aku onani. Walah! Jadi pengen lagi. Bisa tidak ikut makan malam nih, nanti mereka curiga lagi. Kalau sampai ketahuan berabe. Malunya itu loh! Masih kecil sudah gituan, sama saudara lagi. “Udah ah, udah bersih nih,” kataku menjauhkan tangannya. Lalu kami pun mengambil piyama yang baru, dan memakainya.


    “Wa, entar lagi ya!” katanya saat kami menuruni tangga.
    “Huss, jangan kenceng-kenceng,” kataku sambil berusaha tidak mengingat-ingat persetubuhan kami.

    Aku takut batang kemaluanku besar lagi.

    Makan malam waktu itu terasa lama sekali. Aku ingin cepat-cepat selesai. Tapi sudah tradisi di keluarga kami, makan malam pasti diisi dengan obrolan. Karena saat itulah seluruh anggota keluarga bisa berkumpul.

    Setelah beberapa lama, tiba-tiba saudara sepupuku berbicara,

    “Ayo Wa! Yang tadi belum selesai..!” katanya sambil tersenyum ke arahku.

    Aku tentu saja membelalakkan mataku menyuruh dia diam.

    “Wah, kalian rajin belajar ya!” kata ayahku mendengar ucapan Rosa.
    “Pelajaran apa sih?” sambung ibuku.

    Aku melihat ke arah Rosa, aku takut dia akan menceritakan persetubuhan kami.

    “Pelajaran baru Tante, dia ini jagonya,” jawab Rosa menunjuk ke arahku.

    Walaahh! Mampus gua! Bokap nyokap curiga tidak ya? Aku benar-benar tegang takut mereka curiga. “Oh ya! Kok bisa sih? Padahal kamu kan bego banget,” canda ibuku melihat ke arahku. Tentu saja dia becanda, karena aku memang tidak “bego”. Aku coba tersenyum, padahal di dalam hatiku berdebar-debar takut salah jawab.

    “Siapa dulu dong Ibunya..!” kataku senang menemukan jawaban yang cocok.

    Berderai tawa orangtuaku, aku yakin tidak ada dari mereka yang mengerti maksud sebenarnya dari kata-kataku.

    “Sudah kalian belajar lagi aja. Lagian ini Papa minta dikerokin, katanya masuk angin,” kata ibuku sambil berdiri dan melap bibirnya dengan serbet.

    “Alaahh pake bilang dikerokin segala,” kataku dalam hati.

    Aku merasa sebenarnya mereka akan bersetubuh. Aku lalu berdiri dan melangkah menuju tangga.

    Rosa yang masih duduk sempat-sempatnya bicara, “Wa lanjutin yang tadi Wa! Belajar sama elo emang enak Wa, nggak ada bosen-bosennya.” Gila ini anak, kalau mereka tahu bagaimana. Buru-buru kutarik tangannya dan kami berlari menuju kamarku. Sesampainya di kamar, kami segera mengunci pintu dan melakukannya sekali lagi. Kami hanya bisa melakukan sekali, karena ketika aku minta tambah, dia tidak mau. Dia bilang lubang kemaluannya terasa ngilu.


    Setelah kejadian itu, sampai kini, kami jadi sering melakukannya, tiap belajar bersama (karena itulah kami rajin belajar), kami melakukan seks sedikitnya sekali. Kami juga sering mandi bersama. Saling menggosok kemaluan lalu dilanjutkan dengan main seks. Kami juga mencoba berbagai macam gaya. Aku membeli sebuah buku seks yang berisi gaya-gaya main seks, lalu kami mempraktekannya bersama.

    Dengan Rosalah pengetahuanku tentang seks bertambah pesat. Bagian-bagian yang disuka oleh wanita, bagaimana mengatur nafas, dan hal-hal lain. Aku juga diberitahu kalau rata-rata wanita susah terangsang, ada malah yang tidak merasakan apa-apa padahal sebuah batang kemaluan sedang maju-mundur mengisi lubang kemaluannya.

    Tentu tidak semua wanita mau disetubuhi seperti itu. Susah untuk membuat seorang wanita mau begitu saja menyerahkan lubang kemaluannya. Kata Rosa itu semua tergantung bagaimana keahlian pria membawa sang wanita. Tiap wanita keinginannya berbeda, sang pria harus bisa melihatnya. Kalau hati sang wanita sudah kena, mau disetubuhi tiap hari juga enggak apa-apa. Mereka malah senang lubang kemaluannya dipermainkan oleh pria itu.


    Tidak semua pria diberi kemampuan seperti itu. Ada pria yang sudah sangat beruntung jika ada seorang wanita yang mau dengan dia. Itu juga mungkin karena wanitanya sangat jelek atau perawan tua. “Perlu bakat Wa, untuk bisa mengentot banyak wanita,” kata Rosa. Rosa memang bicaranya vulgar dan ceplas-ceplos. Aku sendiri lebih memilih kata menyetubuhi dibanding “ngentot”.

    “Percaya nggak Wa. Menurutku kamu punya bakat jadi tukang entot lo Wa,” katanya sambil tertawa terbahak-bahak.

    Aku tentu saja tertawa mendengar perkataannya. Saat itu aku tidak percaya kalau aku memang berbakat. Aku merasa hanya sedang beruntung bisa melakukannya dengan saudara sepupuku itu. Aku juga tetap hanya merasa beruntung ketika batang kemaluanku dikulum oleh teman sekelasku.

    Tapi ketika aku bisa menyelipkan batang kemaluanku di lubang kemaluan tanteku, guru SMA-ku, guru les privatku, Rani (saudara sepupuku satu lagi), dan Tuti (wanita yang kukenal di pesawat). Aku mulai percaya aku memang ditakdirkan sebagai “tukang entot”. Itu semua kulakukan selama aku masih di SMA. Tidak ada di antara mereka yang kupaksa atau di bawah pengaruh minuman keras. Semua memberikan lubang-lubang kemaluannya untuk meremas batang kemaluanku dengan sukarela.

    Jangan kira mudah bagiku untuk menerima kelebihanku ini. Ada norma-norma di masyarakat yang membuatku takut jika perbuatanku nanti terbongkar oleh orang lain. Setiap kondisi ini datang aku selalu terbayang akan makian dan cemoohan orang lain, tapi aku tak bisa menolaknya, aku pasti meladeni mereka semua. Lama aku hidup dalam ketakutan yang sangat menyiksa itu.


    Kembali Rosa jugalah yang berjasa dalam hidupku. Dia bilang rasa takut berlebihanlah yang membuat orang tidak bisa maju. Semua orang terkenal yang ada pasti memiliki rasa takut. Tapi mereka bisa mengatasinya. Jika memang dirimu seperti itu mengapa harus merubahnya menjadi orang lain. Merubah diri menjadi orang yang disukai oleh mereka, padahal orang itu bukan kamu yang sebenarnya.

    Kini setelah 10 tahun sejak aku pertama kali mengenal lubang kemaluan. Sudah puluhan wanita yang merasakan desakan batang kemaluanku dalam rongga lubang kemaluannya. Tidak semua wanita yang kukenal mau bermain seks denganku. Ada yang menolak, ada yang setelah beberapa tahun baru bersedia, ada yang beberapa bulan, dan ada juga yang baru seminggu sudah mau.

    Dan saat ini aku sangat bahagia mendapati diriku seperti itu, menyetubuhi banyak wanita, merasakan remasan alat kemaluan mereka dan menumpahkan spermaku di dalam rahim yang berbeda-beda. Kurasa itulah intinya, “BAHAGIA!” Peduli dengan orang lain. Kalau mereka tidak suka, mereka bisa menuntut kita.

    Tulisan ini tidak bermaksud membuat pembaca menjadi seperti aku karena seperti yang kubilang aku percaya bakat tiap orang berbeda-beda. Kembangkan saja bakat pembaca walaupun seluruh dunia mencacinya. Percayalah jika kita mengikuti kata hati, merencanakan dengan matang dan sedikit keberuntungan, kita akan bisa hidup bahagia. Begitu saja surat dariku. Salam hangat dariku untuk pembaca semua!.




  • Kisah Memek Dengan Gadis Genit

    Kisah Memek Dengan Gadis Genit


    2569 views

    Duniabola99.com – Rempuan, mungkin kekurangan itu dalam bergaul dengan cewek.

    Namun ironisnya, aku mempunyai hasrat seks yang tinggi, aku mudah terangsang bila melihat cewek yang bagiku menarik, apalagi memakai pakaian ketat. Jujur saja, bila sudah begitu pikiranku sering mengkhayal ke arah persetubuhan. Bila hasratku sudah tak lagi dapat kutahan, terpaksa aku melakukan onani. Aku memilih itu sebab aku tak tahu lagi harus menyalurkan kemana.

    Sifat pendiamku ternyata membuat cewek-cewek di kampusku penasaran, sepertinya mereka ingin tahu lebih banyak tentangku. Cuma mereka harus kecewa sebab aku kesulitan untuk bergaul dengan mereka. Di samping itu teman-temanku bilang aku mempunyai face yang lumayan ganteng (nggak nyombong lo..), kulitku putih, rambuntuku gondrong, dan tinggiku sekitar 170 cm.

    Bila aku melintas di koridor kampus, aku merasa ada beberapa cewek yang melirikku, tetapi aku berusaha cuek saja, toh aku tak bisa mendekatinya. Namun ada seorang cewek yang diam-diam menyukaiku, hal itu aku ketahui dari sahabatku.

    Ketika aku minta untuk menunjukkan anaknya, kebetulan penampilannya sesuai degan seleraku. Tinggi tubuhnya sama denganku, rambut panjang, kulit putih bersih, wajah menarik, ukuran toketnya juga pas dengan seleraku, dan badannya padat berisi.

    Sebut saja namanya Yuni (samaran). Sejak itu setiap kali aku melihatnya, aku sering berpikiran edan, yaitu membayangkan bisa bersetubuh dengannya. Sebaliknya bila ia melihatku, sikapnya biasa-biasa saja, walaupun aku tahu sebenarnya dia menyukaiku.

    Pada suatu hari yang tak terduga olehku, seolah-olah keinginanku dikabulkan (masa?). Saat kuliah usai pada jam 19.00 sore, selepas keluar ruangan aku hendak untuk mencuci muka, sekedar menyegarkan diri.

    Aku menuju WC kampus yang kebetulan letaknya agak menyendiri dari “peradaban” kampus. Sampai disana aku mendapati beberapa orang yang juga akan mempergunakan kamar mandi. Selagi menunggu giliran, aku ingin buang air kecil dulu, tapi kamar mandi sedang dipakai.

    Praktis aku urungkan saja. Begitu tiba giliranku, aku hendak menuju ke arah kran, tiba-tiba dari arah pintu kamar mandi yang tertutup tadi keluarlah seorang cewek yang selama ini kusukai dan dia juga mengincarku. Agen Judi Bola

    Aku sangat tekejut melihatnya, sikapku hampir salah tingkah, begitu pun dengan dia. Kami saling bertatapan mata dan terdiam beberapa saat. Kemudian dia sedikit tersenyum malu-malu. Kok dia ada disini sih?, Pikirku. Akhirnya aku memberanikan diri untuk memulai percakapan.

    “La, ngapain elo masuk ke WC cowok?” tanyaku penuh rasa heran.

    “Ehh.. itu.. ehmm.. tempat cewek penuh semua, makanya gue ke sini..”

    “Emang yang di lantai bawah juga penuh?”, tanyaku.

    Padahal dalam hati aku merasa mendapat kesempatan emas.

    “Iya. Emang kenapa? Boleh dong sebentar doang.. lagi pula ‘kan sekarang udah nggak ada siapa-siapa, ya kan..?”, jawab Yuni rada genit.

    Aku pun tidak mau kalah.

    “Tapi kan gue cowok, elo nggak malu?”, gantian aku membalasnya.

    “Kalo elo, gue emang nggak keberatan kok.., untungnya cuman tinggal elo dong yang ada di sini, daripada yang laen..”, jawab Yuni.

    Denger jawaban kayak gitu, aku malah jadi tambah bengong. Gila.. kayaknya dia emang ngasih kesempatan nih! Pikirku. Tiba-tiba dia menyerobot posisi gue yang dari tadi udah berdiri di samping kran.

    “Sorry yah, gue duluan, habis elo bengong aja sih..”, katanya.

    Rupanya dia juga mau mencuci muka. Selama dia mencuci muka, aku seperti orang bingung. Kadang-kadang aku mencuri pandang ke arah bagian yang terlarang. Posisinya yang sedang membungkuk membuat pantatnya yang berisi menungging ke arah selangkanganku.

    Ditambah lagi CD-nya yang berwarna krem terlihat olehku. Lama kelamaan aku menjadi terangsang, kontolku mulai tegang tak keruan. Langsung saja di pikiranku membayangkan kontolku kumasukkan ke dalam memeknya dari belakang pada posisi seperti itu.


    Entah apa yang merasuki pikiranku, aku berniat untuk menyetubuhinya di WC ini, sebab hasratku sudah tak tertahankan. Aku tak peduli dia keberatan atau tidak. Pokoknya aku harus ngentot dengan dia, apapun caranya.

    Diam-diam aku berdiri di pintu keluar, mengamati keadaan. Aman pikirku, tak ada seorang pun. Jadi aku bisa leluasa melaksanakan niat bejatku. Saat dia menuju pintu keluar, dari jauh aku sudah melihat senyumannya yang merangsang birahiku.

    Sepertinya dia memang sengaja menarik perhatianku. Tiba-tiba dengan cepat kupalangkan tanganku di depannya, sehingga ia menghentikan langkahnya. Dia melihatku seakan- akan mengerti maksudku.

    “Buru-buru amat La, emang elo udah ada kuliah lagi?”, tanyaku.

    “Enggak kok, gue cuman pengen istirahat di sini aja”, jawabnya.

    Aku tak menanggapinya, dengan cepat aku segera menutup dan mengunci pintu dari dalam. Melihat sikapku, Yuni mulai menatapku dalam-dalam. Dengan perlahan kudekati dia. Kutatap kedua matanya yang indah. Dia mulai bereaksi, perlahan dia juga mulai mendekatiku, sehingga wajah kami berdekatan. Aku mulai merasa bahwa dia juga merasakan hal yang sama denganku. Nafasnya juga semakin memburu, seolah-olah dia mengerti permainan yang akan kulakukan.

    Mulutnya mulai terbuka seperti akan mengatakan sesuatu, namun dia keburu mengecupku dengan lembut. Perasaanku saat itu tak menentu, sebab baru kali inilah aku dicium oleh seorang cewek. Dengan spontan aku pun membalasnya dengan mesra. Aneh, walaupun aku belum pernah melakukannya, otomatis aku tahu apa yang harus mesti kulakukan. Apalagi aku juga sering melihat di film BF.

    Kami saling bermain lidah cukup lama, sampai kami kesulitan bernafas. Kedua bibir kami berpagut sangat erat. Desahan Yuni membuatku semakin hot menciumnya. Aku mulai menggerakkan tanganku menuju ke pantatnya, kuraba dengan lembut, dan dengan gemas kuremas pantatnya.

    Kemudian aku mencoba untuk mengusap bagian memeknya. Kugosok-gosok sampai dia mengerang kenikmatan. Aku panik kalau erangannya terdengar ke luar. Setelah kuberi tahu dia mengerti dan mengecup bibirku sekali lagi.


    Usapanku membuat cairan memeknya membasahi celananya. Karena dia memakai celana bahan, maka cairannya juga membasahi tanganku.

    “Ssshhtt.. gilaa.. enak banget.. ehmm..”, desah Yuni.

    Aku melepaskan ciumanku dan berpindah menciumi lehernya yang putih mulus. Lehernya yang harum membuatku makin gencar menciumi lehernya. Mata Yuni terlihat mendelik dan menengadahkan mukanya ke atas merasakan kenikmatan. Tangannya mulai berani untuk meremas kontolku yang keras. Enak sekali pijitannya, membuat kontolku semakin berdenyut- denyut.

    Aku berhenti menciumi lehernya, aku mulai meraba-raba toketnya yang sudah mengeras. Yuni mulai membuka kaosnya, dan memintaku untuk memainkan kedua toketnya. Kuraba-raba dengan lembut, dan sesekali kuremas sedikit.

    Merasa masih ada penghalang, kubuka BH-nya yang berwarna putih. Benar-benar pemandangan yang sangat indah, toketnya yang berukuran sedang, putih mulus, dan putingnya merah kecoklatan terlihat menantang seperti siap untuk dikemot.

    Langsung saja aku sedot susunya yang kenyal itu. Yuni menggelinjang kenikmatan dan memekik. Aku tak peduli ada orang yang mendengar. Rupanya dia senang menyemprotkan parfum ke dadanya, sehingga terasa lebih nikmat mengulum toket harum.

    Aku benar-benar menikmati toket Yuni dan aku ingin mengemoti toket Yuni sampai dia menyerah. Kujilat puting susunya sampai putingnya berdiri tegak. Kulihat Yuni seperti sudah di awang-awang, tak sadarkan diri.

    Tangan Yuni mulai membuka ritsleting celana gue dan berusaha mengeluarkan kontol gue yang sudah keras sekali. Begitu semua terlepas bebaslah kontol gue menggantung di depan mukanya yang sebelumnya dia telah mengambil posisi jongkok.

    Dia kocok-kocok kontol gue, sepertinya dia sedang mengamati dahulu. Lalu dia mulai mencium sedikit-sedikit. Kemudian dia mencoba membuka mulutnya untuk memasukkan kontolku. Pertama hanya 1/4 nya yang masuk, lama-lama hampir seluruh kontolku masuk ke mulutnya yang seksi, kontolku sama sekali sudah tak terlihat lagi.


    Lalu dia mulai memaju mundurkan kontolku dalam mulutnya. Sedotan dan hisapannya sungguh luar biasa, seperti di film BF. Aku menahan rasa geli yang amat sangat, sehingga hampir saja aku mengeluarkan maniku di dalam mulutnya.

    Belum saatnya, pikirku. Aku ingin mengeluarkan maniku di dalam memeknya. Maka aku memberi tanda agar Yuni berhenti sebentar. Aku berusaha menenangkan diri sambil mengusap-ngusap toketnya. Setelah rileks sedikit, Yuni mulai melanjuntukan permainannya selama kurang lebih 10 menit. Yuni sempat menjilat cairan bening yang mulai keluar dari ujung kontolku dan menelannya.

    Yuni kemudian bangkit untuk melepaskan celana panjangnya, ia juga melepaskan CD-nya yang berwarna krem. Aku mengambil posisi jongkok untuk menjilati memeknya dahulu, agar licin. Kubuka pahanya lebar-lebar.

    Terlihatlah memek Yuni yang sangat bersih, berwarna merah, lipatannya masih kencang, tak tampak sehelai bulu satu pun. Sepertinya Yuni memang pandai merawat kewanitaannya. Aku mulai menjulurkan lidahku ke memeknya.

    Aku sempat berpikir bagaimana kalau di memeknya tercium bau yang tidak sedap. Ah, bodo amat aku sudah bernafsu, aku tahan nafas saja.

    Kubuka belahan memeknya. Lalu kujilat bagian dalamnya. Tapi ternyata koq baunya tidak seperti yang kubayangkan sebelumnya. Memek Yuni tidak berbau kecut, tapi juga tidak berbau harum, bau memek alami. Justru bau yang alami seperti itulah yang membuatku makin bernafsu serasa ingin melumatnya semua ke dalam muluntuku. Aaahh..Yuni benar-benar pandai merawat memeknya. Sungguh beruntung aku.

    Aku terus menjilat-jilat memeknya yang mulai basah dengan cairannya. Yuni terlihat sangat menikmati permainan ini. Matanya sayu, desahannya makin keras seraya menggigit bibir bawahnya.

    “Akkhh.. sstt.. uugh.. gilaa.. enak banget..”, desah Yuni.

    Memeknya terasa hangat dan lembut. Betul-betuk memek ternikmat yang kurasakan.

    Kumasukkan jari telunjukku ke dalam memeknya sambil mengait-ngaitkan ke dinding memeknya. Tentu saja Yuni makin edan reaksinya, membuat semakin kelojotan nggak keruan. Sampai ia menjepitkan kedua belah pahanya hingga kepalaku terjepit di antara sepasang paha yang putih mulus, dan tangannya menjambak rambuntuku sampai aku sendiri merasa kesakitan.

    Cairan yang keluar dari memeknya sampai meleleh ke pipiku dan kepahanya. Sebagian sempat mengalir ke bibirku. Karena penasaran dengan selama ini yang kutahu, kucicipi cairan itu. Gila! Rasanya enak koq, agak asin.


    Langsung aja aku hisap sebanyak-banyaknya dari memeknya. Yuni sempat risih melihat perbuatanku. Namun aku cuek saja, sebab dia tadi juga melakukan hal yang sama pada kontolku.

    Tiba-tiba Yuni mendorong kepalaku dari memeknya. Kayaknya dia sudah nggak kuat lagi.

    “Masukin dong punya elo, gue udah nggak tahan nich.. ayo dong sayy..”, pinta Yuni dengan suara mendesah.

    Aku sempat tertegun sejenak, sebab sama sekali aku belum pernah melakukannya.

    “Ayo cepat dikit dong..”, katanya sambil memandangku yang tertegun sejenak.

    Dengan bermodal nekat dan pengetahuan dari film BF, gue turutin saja permintaan Yuni.

    Kuangkat satu kakinya ke atas bak mandi, sehingga posisi memeknya lebih terbuka. Memeknya sudah basah sekali oleh cairan sehingga terlihat mengkilat. Hal itu makin membuatku bernafsu untuk memasukkan kontolku ke memeknya. Kuelus-elus dahulu kepala kontolku ke bibir memeknya. Kudorong kontolku perlahan.. masuk sedikit demi sedkit..

    Pantatku terus kudorong, terasa sebagian kepala kontolku sudah masuk ke lobang memek Yuni yang sudah basah dan licin tapi terasa sempit banget. Dalam hati aku beruntung juga bisa ngerasain sempitnya memek perawan.

    Kucoba kugesek dan menekan perlahan sekali lagi. Kontolku sudah masuk setengahnya, namun masih terasa sempit sekali. Tubuh Yuni sempat tersentak ketika kontolku sudah masuk seluruhnya.

    “Auuwww.. sakitt.. pelann.. sstt..”, Yuni sedikit menjerit.

    Kutarik kontolku keluar, lalu kudorong lagi sekuat tenaga. Aku sengaja membiarkan kontolku menancap di dalamnya beberapa saat agar memek Yuni terbiasa menerima kontolku. Kemudian barulah aku memulai gerakan maju mundur.

    Terasa kontolku bergesekan dengan dinding memek yang bergerinjal-gerinjal. Jadi ini toh yang dinamakan bersetubuh, pikirku dalam hati. Kontolku terasa agak perih dijepit oleh memeknya, tapi tetap kuteruskan, aku tak mau kehilangan kesempatan berharga ini.

    Tampaklah pemandangan indah ketika kontolku keluar masuk memek Yuni. Kontolku sudah tidak terasa perih lagi, malah sebaliknya, terasa geli ngilu enak. Yuni semakin tidak jelas rintihannya, seperti orang menangis, air matanya meleleh keluar.


    Mulutnya menggigit bibirnya sendiri menahan sakit. Aku sempat kasihan melihatnya. Mungkin aku sudah keterlaluan. Kucoba berbicara padanya sambil kedua pinggul kami menghentak-hentak.

    “Ke.. napa.. La.. ehhgg.., elo.. pe.. ngen udahann..?”, tanyaku.

    “Ja.. ngan dilepas.. terussinn.. aja.. gue.. nggak.. apa.. apa.. kok.. sstt..”, kata Yuni.

    Goyangan pinggul Yuni sangat luar biasa, hampir aku dibuat ngecret sekali lagi. Kutarik kontolku keluar dan kudiamkan beberapa saat. Setelah itu aku minta ganti posisi, aku ingin ngentotin dia dari belakang. Yuni berpegangan pada pintu kamar mandi, sedangkan pantatnya sudah menungging ke arahku.

    Dalam posisi itu lipatan memeknya terlihat lebih jelas. Tanpa basa-basi lagi kumasukkan saja kontolku dengan hentakan yang kuat. Kali ini lebih lancar, sebab memeknya sudah terbiasa menerima kontolku.

    Kali ini gerakan Yuni lebih hot dari sebelumnya, ia mulai memutar- mutar pantatnya. Setiap gerakan pantatnya membuat kontolku sangat geli luar biasa.. kontolku berdenyut-denyut seperti ingin memuntahkan lahar yang panas..aku merasa tak tahan lebih lama lagi. Tapi aku tak ingin mengecewakan Yuni, aku pun berusaha mengimbangi permainannya.

    Aduhh srr.., ada cairan licin kembali keluar dari kontolku. Cairan itu makin menambah licin dinding memek Yuni. Aku benar-benar merasakan kenikmatan persetubuhan ini. Aku makin tenggelam dalam kenikmatan bersetubuh dengan Yuni, sungguh aku tak akan melupakannya.

    Tubuh kami terlihat mengkilat oleh keringat kami berdua. Toket Yuni bergoyang-goyang mengikuti irama gerakan kami, membuatku makin gemas untuk meremasnya dan sesekali kukemot sampai ia memjerit kecil. Memek Yuni makin berbusa akibat kocokan kontolku.

    Aku merasakan sesuatu yang tak tertahankan lagi. Aku makin pasrah ketika kenikmatan ini menjalar dari buah zakar menuju dengan cepat ke arah ujung kontolku. Seluruh tubuhku bergetar hendak menerima pelepasan yang luar biasa.


    “Laa.. gue udah mau keluar.. nihh.. Elo.. masih.. lama.. nggak..?”, rintihku.

    “Sa.. bar.. se.. bentarr.. sayaangg.. sama.. samaa.. gue.. juga.. hampir.. keluarr.. oohh.. ahhgghh..”, pantatnya menekan kontolku dengan kuat.

    Mukanya berusaha menengok ke arahku berusaha mengulum bibirku. Kudekatkan bibirku agar dia bisa mengulumnya.

    Bersamaan dengan itu..

    “Aaahh..”

    Kontolku menyemprotkan air mani ke dalam lobang memeknya berkali-kali. Sampai cairan putih itu meleleh ke pahanya dan sempat menetes ke lantai. Tak kusangka banyak sekali spermaku yang berlumuran di memeknya.

    Yuni berjongkok memegang kontolku. Lalu ia menjilat dan mengulum kontolku yang masih berlumuran sperma. Dia menelan semua spermaku sampai kepala kontolku bersih mengkilat. Dia kelihatan tersenyum bangga.

    Yuni kembali berdiri memandangi penuh kepuasan. Tubuh Yuni terjatuh lemas membebani tubuhku, badannya bergetar merasakan orgasme.

    Yuni memandangku tersenyum, disertai dengan nafas yang masih terengah-engah. Kami pun berpelukan dalam tubuh penuh keringat dengan alat kelamin kami masih saling menyatu. Bibir kami saling mengecup dengan mesra, sambil memainkan bagian-bagian sensitif.

    Kami membersihkan diri bersama sebelum beranjak keluar WC. Selama kami mandi kami saling mengutarakan sesuatu hal. Iseng-iseng aku bertanya mengapa dia mau menerima perlakuanku barusan.

    Ternyata Yuni mengatakan bahwa selama ini dia sudah lama menyukaiku, namun ia tidak berani mengutarakannya, sebab malu sama teman-temannya. Aku sempat tertegun mendengarnya. Kemudian aku juga mengatakan bahwa aku juga suka padanya.


    Seakan dia tak percaya, tetapi setelah kejadian tadi kami menjadi saling menyayangi. Kami kembali berpelukan dengan mesra sambil saling mengecup bibir.

    Aku sempat khawatir kalau Yuni hamil, sebab aku mengeluarkan spermaku di dalam memeknya. Aku tidak mau menikah, aku belum siap jadi bapak. Biarlah, kalaupun Yuni hamil, aku akan membuat suatu rencana. Lagipula kami melakukannya baru sekali, jadi kemungkinan dia hamil kecil peluangnya.

    Selesai mandi aku menyuruh Yuni keluar belakangan, aku keluar duluan agar bisa mengamati keadaan. Setelah tidak ada orang satupun, barulah Yuni keluar, kemudian kami pergi berlawanan arah dan bertemu kembali di suatu tempat. Sampai saat ini hubunganku dengan Yuni masih berjalan baik, cuma kami belum mengulang apa yang kami lakukan di WC dulu.

    Beberapa minggu setelah kejadian itu aku mendengar fakta dari teman-temannya bahwa Yuni itu sebenarnya cewek yang haus seks. Dia juga telah bersetubuh dengan banyak pria, baik dari kalangan mahasiswa atau om-om.


    Makanya aku sempat curiga waktu kami bersetubuh dulu, sebab walaupun memeknya masih rapat seperti perawan, namun aku tidak merasakan menyentuh selaput daranya, bahkan aku sama sekali juga tidak melihat darah yang keluar dari lubang memeknya.

  • Video Bokep Kimmy Granger Threesome Dengan Ganas

    Video Bokep Kimmy Granger Threesome Dengan Ganas


    2569 views

  • Cerita Sex Terkini Untuk 5JT Kulepas Keperawananku

    Cerita Sex Terkini Untuk 5JT Kulepas Keperawananku


    2568 views

    Foto Bokep KoreaNarasi Seks Terkini 2024 Untuk 5JT Kulepas Keperawananku – Awalnya ada pula cerita cabul yang membuat birahi seksual anda segera naik berjudul Narasi Seks Terkini Bercinta dengan Lisa Majikan Elok. Sebutlah saja saya Diana. Umurku 19 tahun dan saya kuliah di salah satunya kampus populer di Jakarta. Saya akan bercerita masalah yang kuhadapi karena kurang uang untuk ongkos kuliah, aku juga layani gairah beberapa lelaki hidung belang, bahkan juga wanita lesbi/biseks juga kulayani untuk mendapatkan uang.

    Ceritaku ini bermula di saat saya kurang uang untuk masuk ke dalam perguruan tinggi terkenal di Jakarta. Saya asal dari sebuah kota kecil di luar Pulau Jawa. Orangtuaku kesusahan saat mengongkosiku. Walau sebenarnya saya betul-betul inginkan pendidikan gelar sarjana tersebut.

     

    perawan, keperawanan, narasi perawan, narasi seks 2024
    Narasi Seks Terkini Saya telah berusaha cari beasiswa, tetapi susah sekali. Saya hanya mendapat potongan harga uang pangkal, walau sebenarnya ongkos untuk mengelana di luar kota dan ongkos per semester cukup banyak.

    Tetapi, karena kegigihanku, saya memilih untuk terus berusaha kuliah. Saya punyai kepercayaan dapat mencari pekerjaan part time atau beasiswa saat kuliah. Semester pertama saya kuliah masih baik saja.

    Saat kuliah benar ada kesusahan ongkos tetapi tetap bisa kuatasi, tetapi waktu masuk semester ke-2 , saya betul-betul tersuruk, saya tidak bisa kerja, perlu peralatan kuliah dan lain-lain. Sampai satu saat,, saya sedang surfing ke internet cari materi pekerjaan kuliah, tanpa menyengaja masuk ke dalam situs porno.

    Kusaksikan-lihat di situ banyak pria hidung belang yang memerlukan rekan kencan dan siap memberikan bayaran. Aku pikir iseng kutulis no telpnya. Siapa yang tahu saat tertekan dapat kepakai. Dua minggu berakhir, saya tidak dapat membenahi keadaan keuanganku.

    Orangtuaku tidak pernah kuhubungi. Saya tidak ingin mereka kuatir, walau sebenarnya mereka sendiri sulit cari uang . Maka, mau tidak mau saya membulatkan tekad mengirimi sms ke pria itu, umurnya 27 tahun. Namanya Adit.

    Secara singkat, kami juga ketemu, mukanya serupa actor Risky hanggono, namun dia lebih hitam, ucapnya sich ada turunan Arab. Kuutarakan persoalanku. Dia cuma ketawa. Dia janji akan mengongkosi kepentingan kuliahku jika saya ingin tidur dengannya. Saya cukup sangsi. Ku tawari ia bagaimana jika kencan saja.

    Tetapi dia tidak ingin, dia penginnya ML denganku. “Tetapi, saya masih perawan.” “Betulan? Hari begini sulit mencari perawan.” “Benar.” “Kalau kebukti lo perawan, gw ikhlas memberi dobel buat lo!” “Tetapi..” saya sangsi. “Tenang saja. Memek lo sempit, sedap. Gw bayar dobel buat memek perawan seperti lo. OK!” “awalannya memang geret, lo tahan ya.” Adit melumat bibirku kembali, agar saya tidak berteriak kesakitan. Adit juga keluarkan setumpuk uang dari tasnya.

    Wow! Uang itu cukup buat beli kepentinganku. Karena telah patah semangat, aku juga siap melayaninya. Malam minggu tersebut saya mengikhlaskan keperawananku untuk Adit. Kami masuk ke dalam sebuah hotel, di situ kami juga cek in.

    Saat masuk kamar, saya sebelumnya sempat berbeda pikiran, tetapi mendapatkan gempuran kecupan terus-menerus dari Adit membuatku tidak memiliki daya. Mulutku disedotnya. Lidahnya sapu semua permukaan mulutku. Sementara tangan Adit sudah meremas-remas bokongku. Saya mulai terangsang. Dalam perhitungan detik, Adit telah telanjang bundar.

    Badannya kekar dengan bulu. Sementara penisnya besar sekali, sekitaran 15 cm berdiameter 5 cm. Saya menjadi takut. Adit malah tersenyum. Dia mulai buka kaos dan celanaku. Saat ini saya cuma menggunakan BH dan CD. Diremas-remasnya payudaraku yang tetap terbungkus BH. Dia juga masukkan tangannya ke CDku. “Punyamu lebet ya?” Saya demikian malu, cuma diam saja.

    Pada akhirnya BH dan CD ku dibukanya. Kami sama-sama sudah bugil. Dia menggendongku ke arah tempat tidur. Di situ dia menindih badanku. Dia melumat lagi bibirku, lidah kami sama-sama berpagutan. Jujur saja saya tidak terlatih tetapi untuk uang aku juga mulai berusaha menikmatinya. Sesudah senang berciuman, dia menjilat-jilati leherku.

    Dijilatinya payudaraku secara halus. Saya mulai melayang-layang. Disedotnya putting coklatku sekalian diremas-remas membuat putting susuku menegang. Tidak lama, dia tempelkan penisnya ke payudaraku. Kemudian dia tempelkan penisnya ke memekku.

    Disentuhnya klitorisku dengan penis besarnya. Saya betul-betul tidak kuat saat dia menggosokikan penisnya ke wilayah paling sensitifku. Pada akhirnya, memekku sangat basah.

    Adit mulai masukkan penisnya ke memekku. Saya betul-betul kesakitan saat kepala penisnya masuk. “Dit, ampun.. jangan. Sakit!” “Sakiit..! Ouch..Oh !” raungku sekalian menarik sprei meredam sakit. Dan mendadak “Blesh!” penisnya juga masuk ke dalam memekku. Kurasakan selaput darahku tentu sudah robek. Aku juga menangis.

    Melihatku menangis, Adit tidak stop, dia malah semakin liar. Memekku dipacunya demikian liar dan cepat. Payudaraku dihisap olehnya membuat saya termenung. Saya mulai rasakan pertanda orgasme. 5 menit selanjutnya “CROT! CROT!” Aku juga orgasme untuk pertamanya kali. Adit semakin bergairah melihatku telah orgasme. Dia mengubah posisi, saat ini saya ada di atas, saya diminta menjilat-jilati dadanya yang dengan bulu.

    Saya jijik tetapi kepalaku didorongnya sampai sentuh dadanya. Dengan mau tak mau, saya mulai menjilat-jilati dadanya. Saya benar-benar takut jika diminta menjilat-jilati penisnya. Saya tentu tidak mampu. 10 menit selanjutnya, badan kami sama melafalkanng, aku juga orgasme kembali.

    Dia melepas penisnya dan mengubah badanku ke bawah. penisnya ditujukan ke payudaraku Spermanya membasahi dadaku, Adit menjilat-jilati semua sperma nya kemudian dia tiduran sekalian merengkuhku.

    Sepintas kusaksikan darahku melekat di sprei. Saya menjadi kecewa dengan diriku yang demikian rendah. Besok paginya kami bermain 1 ronde kembali. Memekku menjadi sakit dihajarnya. Saat sebelum cek out, kami mandi kucing. Saya diminta nungging di dalam kamar mandi dan dia menyodomiku. Kemudian kami sama-sama menyabuni badan pasangan. Sesudah senang, saya dibayarkan lima juta olehnya.

  • Video Bokep Asia Yui Nishikawa malu malu ngentot bertiga

    Video Bokep Asia Yui Nishikawa malu malu ngentot bertiga


    2567 views

  • Kisah Memek Sedarah Kakak Ipar

    Kisah Memek Sedarah Kakak Ipar


    2564 views

    Duniabola99.com – Dari pada menginap di hotel, mendingan juga uang hotel disimpan buat beli oleh-oleh. Selama seminggu dia tinggal dirumahku. Dari istriku kutau kalau Uni Tati berusia 40 tahun. Suaminya sudah meningal 2 tahun lalu karena kecelakaan. Orangnya cantik, putih, tinggi semampai. Lebih tepatnya kubilang anggun karena orangnya cenderung diam dan sangat religius. Selama di Jakarta, setiap ada kesempatan aku dan istriku mengajak Uni jalan-jalan, maklum ini kunjungan pertamanya ke Jakarta, biasanya ke mal karena waktunya sempit. Kami sudah berencana pas hari Sabtu akan jalan-jalan ke Taman Safari


    Tiba hari Sabtu, istriku ternyata punya tugas mendadak dari kantor yaitu harus mengawasi pameran di Mangga Dua. Gagal deh rencana jalan-jalan ke Taman Safari. Istriku mengusulkan agar aku tetap mengantar Uni jalan-jalan misalkan ke Ancol saja dan pulangnya bisa jemput istriku di Mangga Dua. Sebetulnya aku agak males kalo nggak ada istriku. Aku merasa risih harus jalan berdua Uni karena orangnya pendiam. Akupun menduga Uni pasti nggak mau. Tapi tanpa dinyata ternyata Uni menyetujui usul istriku.

    Pagi-pagi banget istriku sudah berangkat naik KRL dari stasiun Pondok Ranji. Rumahku yang didaerah Bintaro cukup jauh dari Mangga Dua dan Ancol. Sementara menunggu Uni yang lagi jalan-jalan pagi aku sendirian dirumah menyeruput kopi dan merokok. Kami berencana jalan jam 10 pagi. Sehabis ngopi dan merokok, aku kembali tidur-tiduran di kamarku menunggu jam. Pikiranku melayang membayangkan kakak istriku ini. Uni Tati sangat menarik perhatianku secara sexual. Jeleknya aku, mulia keluar. Aku tertantang menaklukkan wanita baik-baik, aku tertantang menaklukkan Uni. Mumpung ada kesempatan. Dasar setan selalu mencari kesempatan menggoda.

    Kuatur jebakan untuk memancing Uni. Aku buru-buru mandi membasuh badan dan keramas. Dengan berlilit handuk aku menunggu kepulangan Uni dari olahraga paginya. Sekitar 10 menit aku menunggu dibalik horden dan kulihat Uni memasuki pagar depan dengan pintu besi yang agak berderit. Sengaja pintu rumah aku tutup tapi dibiarkan tak terkunci. Aku berlalu menuju kamarku dan segera memasang jebakan untuk mengejutkan Uni. Aku masuk kamarku dan segera bertelanjang bulat. Pintu kamar kubuka lebar-lebar, jendela kamar juga kubuka biar isi kamar mendapat penerangan jelas.


    Kudengar pintu depan berbunyi seperti ditutup. Akupun mulai beraksi. Dengan bertelanjang bulat aku menunggu Uni melewati kamarku dengan harapan dia melihat tubuh dan juniorku yang sedari tadi berdiri tegak membayangkan petualangan ini. Handuk kututupkan ke kepala seolah-olah sedang mengeringkan rambut yang basah sehabis keramas. Aku berpura-pura tidak melihat dan tidak menyadari kehadiran Uni. Dari bakik handuk yang kusibak sedikit, kulihat sepasang sepatu kets melintas kamarku. Aku yakin Uni pasti melihat tubuhku yang polos dengan junior yang tegak berdiri.

    Nafsuku semakin menggeliat ketika kuamati dari balik handuk sepasang sepatu yang tadinya hampir melewati kamarku kini seperti terpaku berhenti didepan kamar tanpa beranjak. Aku semakin aktif menggosok-gosok rambutku dan berpura-pura tak tau kalo ada orang. Beberapa detik aku berbuat begitu dan aku merencanakan sensasi berikut. Dengan tiba-tiba kuturunkan handuk dan menengok ke arah pintu kamar. Aku pura-pura kaget menyadari ada orang. “E..eee…maaf Uni, aku kira nggak ada orang,” kataku seraya mendekati pintu seolah-olah ingin menutup pintu. Aku tidak berusaha menutup kemaluanku yang menantang. Malah kubiarkan Uni terdiam memandangi tubuhku yang polos mendekat kearahnya.

    Dengan tenangnya seolah aku berpakaian lengkap kudekati Uni dan sekali lagi memohon maaf.
    “Maaf ya Uni, aku terbiasa seperti ini. Aku nggak sadar kalau ada tamu dirumah ini,” kataku sambil berdiri didepan pintu mau menutup daun pintu.

    Tiba-tiba seperti tersadar Uni bergegas meninggalkanku sambil berkata “i…i…iya , tidak apa-apa…..”. Dia langsung masuk ke kamar belakang yang diperuntukkan kepadanya selama tingal dirumahku. Aku kemudian memakai celana pendek tanpa CD dan mengenakan kaos oblong lantas smengetok pintu kamar Uni. “Ada apa Andy,” ujar Uni setelah membuka pintu. Kulihat dia tidak berani menatapku. Mungkin malu. Membaca situasi seperti itu, aku tidak menyiakan kesempatan. “Uni, maafkan Andy ya…aku lupa kalau ada tamu dirumah ini,” kataku merangkai obrolan biar nyambung.


    “Nggap apa-apa, cuma Uni malu hati, sungguh Uni malu melihat kamu telanjang tadi,” balasnya tanpa mau menatap aku. “Kenapa musti malu? Kan nggak sengaja, apa lagi Uni kan sudah pernah menikah jadi sudah biasa melihat yang tegak-tegak seperti itu,” kataku memancing reaksinya.

    “Sejujurnya Uni tadi kaget setengah mati melihat kamu begitu. Yang Uni malu, tanpa sadar Uni terpaku didepan kamarmu. Jujur aja Uni sudah lama tidak melihat seperti itu jadi Uni seperti terpana,” katanya sambil berlari ketempat tidurnya dan mulai sesenggukan. Aku jadi ngak tega. Kudekati Uni dan kuberanikan memegang pundaknua seraya menenangkannya.

    “Sudalah nggak usah malu, kan cuma kita berdua yang tau.” Melihat reaksinya yang diam saja, aku mulai berani duduk disampingnya dan merangkul pundaknya. Kuusap-usap rambutnya agak lama tanpa berkata apa-apa. Ketika kurasa sudah agak tenang kusarankan untuk mandi aja.

    Kutuntun tangannya dan sekonyong-konyong setan mendorongku untuk memeluk saat Uni sudah berdiri didepanku. Lama kupeluk erat, Uni diam saja. Mukanya diselusupkan didadaku. Payudaranya yang masih kencang serasa menempel didadaku. Sangat terasa debar jantungnya. Perlahan tangaku kuselusupkan ke balik kaos bagian belakang berbarengan dengan ciumanku yang mendarat dibibirnya.


    “Jangan Ndy…dosa,” katanya sambil melepaskan diri dari pelukanku. Namun pelukanku tidak mau melepaskan tubuh sintal yang sedang didekapnya. Daam usaha kedua Uni sudah menyerah. Bibirnya dibiarkan kulumat walau masih tanpa perlawanan. Ucoba lagi menyelusupkan tangan dibalik kaosnya, kali ini bagian depan. Tangan kanan yang menggerayang langsung pada sasaran…putting susu sebelah kiri. Uni menggeliat.

    Pilinan jariku di payudaranya membuat nafsunya naik. Aku tau dari desiran nafasnya yang mulai memburu. Aku heran juga dengan wanita ini, tetap diam tanpa perlawanan. Mungkin ini style wanita baik-baik. Bagusnya, semua apa yang kulakukan tidak ada penolakan. Seperti dicocok hidungnya Uni menurut saja dengan apa yang kulakukan terhadapnya.

    Perlahan kubuka kaosnya, kubukan celana panjang trainings pack-nya, kubuka Bh nya, kubuka CD-nya , Uni diam saja. Kubopong tubuhnya ketempat tidur. Kubuka kaosku, kubuka celana pendekku……..Uni masih diam.

    Lidahku mulai bermain disekujur tubuhnya. Dari ujung kepala, turun ke telinga, ke bibir, ke leher…perlahan kusapu dadanya, payudaranya kulumat dengan gigitan kecil…turun lagi kebawah, pusarnya kukorek dengan lidahku….turun lagi ke sekumpulan rambut dan kedua pahanya hujilat-jilat terus sampai keujung jempol kaki. Aku tidak merasa jijik karena tubuh Uni yang putih bersih sangat membangkitkan gairah.

    Kukangkangkan kakinya, uni masih diam saja. Tapi kuamati matanya terpejam menikmati sentuhan tiap jengkal ditubuhnya. Baru ketika kudaratkan sapuan lidahku di bibuir vagina dan klitorisnya Uni tiba-tiba berteriak ,” Ahhhhhhhh……..”


    “Kenapa Uni….Sakit?,” tanyaku. Uni hanya menggeleng. Dan aktifitas jilat menjilat vagina itu kulanjutkan. Uni menggelinjang dahsyat dan tiba-tiba dia meraung..”Andyyyyyyy… ayo Andy….jangan siksa aku dengan nikmat…ayo Andy tuntaskan….Uni udah nggak tahan,” katanya.

    Aku tidak mau berlama-lama. Tanpa banyak variasi lagi langsung kunaiki kedua pahanya dan kutusukkan juniorku kelobah surganya yang sudah basah kuyup. Dengan sekali sentak semua batangku yang panjang melesak kedalam. Agak seret kurasakan, mungkin karena sudah dua tahun nganggur dari aktifitas. Kugenjot pantatku dengan irama tetap, keluar dan masuk. Uni semakin menggelinjang.

    Aku pikir nggak usah lama-lama bersensasi, tuntaskan saja. Lain waktu baru lama. Melihat reaksinya pertanda mau orgasme , gerakan pantatku semakin cepat dan kencang. Uni meronta-ronta , menarik segala apa yang bisa ditariknya, bantal, sepre. Tubuhku tak luput dari tarikannya. Semua itu dilakukan dengan lebih banyak diam. Dan tiba-tiba tubuhnya mengejang, “Ahhhhhhhhhhhhhhhh…….,” lolongan panjangnya menandakan dia mencapai puncak. Aku mempercepat kocokanku diatas tubuhnya.


    Tiba-tiba aku didikejutkan dengan hentakan tubuhnya dibarengi tanganya yang mendorong tubuhku. “Jangan keluarin didalam ….aku lagi subur,” suaranya tresengal-sengal ditengah gelombang kenikmatan yang belum mereda.
    Kekagetanku hilang setelah tau reaksinya. “Baik Uni cantik, Andy keluarin diluar ya,” balasku sambil kembali memasukkan Junior ku yang sempat terlepas dari vaginanya karena dorongan yang cukup keras. Kembali kupompa pinggulku. Aku rasa kali ini Uni agak rileks. Tapi tetap dengan diam tanpa banyak reaksi Uni menerima enjotanku. Hanya wajahnya yang kadang-kadang meringis keenakan.

    Dan sampailah saatnya, ketika punyaku terasa mulai berkedut-kedut, cepat-cepat kucabut dari vagina Uni dan kugencet batang juniorku sambil menyemprotkan sperma. Kuhitung ada lima kali juniorku meludah. Sekujur tubuh Uni yang mulus ketumpahan spermaku. Bahkan wajahnyapun belepotan cairan putih kental. Dan aku terkulai lemas penuh kenikmatan. Kulihat Uni bagkit mengambil tisu dan meneyka badan serta mukanya.

    “Andy…kamu sudah memberikan apa yang belum pernah Uni rasakan,” kata wanita cantik itu sambil rebahan disampingku.


    Dengan persetujuan Uni, kami menelpon istriku mengabarkan kalau batal ke Ancol karena Uni nggak enak badan. Padahal kami melanjutkan skenario cinta yang menyesatkan. Kami masih tiga kali lagi melakukan persetubuhan. Dalam dua sessi berikut sangat kelihatan perkembangan yang terjadi sama Uni. Kalo permainan pertama dia banyak diam, permainan kedua mulai melawan, permainan ketiga menjadi dominan, permainan keempat menjadi buas….buas…sangat buas. Aku sempat memakai kondom biar bisa dengan leluasa menumpahkan sperma saat punyaku ada didalam vaginanya.

    “Aku sadar ini dosa, tapi aku juga menikmati apa yang belum pernah aku rasakan selama bersuami. Suamiku itu adalah pilihan orang tua dan selisih 20 tahun dengan Uni. Sampai Uda meninggal, Uni tidak pernah merasakan kenikmatan sexual seperti ini. Sebetulnya Uni masih kepengen nikah lagi tapi tidak pernah ketemu orang yang tepat. Mungkin posisi Uni sebagai kepala bagian membuat banyak pria menjauh.” Cerita Uni sebelum kami sama-sama tertidur pulas.

  • Kisah Memek Sempadan

    Kisah Memek Sempadan


    2563 views


    Duniabola99.com – Kepada semua pembaca dalam ruangan ini, disini saya ingin menceritakan satu pengalaman yang dikirakan amat manis juga dan pertama kalinya saya mengadakan perhubungan sex bersama perempuan pelacur. Judi Bola Online
    Ceritanya begini, setelah saya telah tamat penugasan saya di seberang laut iaitu di Kemboja jadi saya telah diberi cuti selama 2 minggu, aku pun berangkat pulang ke kampung aku di utara tanahair iaitu Perlis. Setelah aku sampai di Kg aku, aku pun pergi berjalan-jalan kerumah kawan-kawan yang lama aku tak berjumpa dengan mereka. Setelah aku pergi ke rumah salah seorang kawan aku, dia telah mengajak aku untuk pergi ke sempadan iaitu ke Padang Besar. Aku terus saja setuju dengan ajaknya itu. Setelah hari dan masa tetapkan telah sampai aku dan kawan-kawan aku pun berangkat ke Padang Besar. Sampainya aku disana kami pun masuk ke salah sebuah hotel untuk kami tempah tempat tidur sebab kami akan bermalam disana. Setelah kami semua tempah bilik hotel, kami pun pergi ke sebuah Bar. Kami masuk ke dalam Bar tersebut tujuan untuk menempah perempuan untuk menemani kami tidur pada malam nanti.

    Aku lihat dalam Bar itu sungguh manarik sekali dan tuan bar itu pun datang berjumpa kami dan bertanya samada kami nak tempah perempuan ataupun tidak, kawan aku terus menyampuk dan memberitahu tuan bar itu yang tujuan kami untuk menempah perempuan. Maka tuan bar itu pun memanggil perempuan-perempuan dalam Bar itu. Mereka pun beratur di atas pentas yang telah disediakan untuk kami memilih mana-mana perempuan yang kami berminat. Aku masa itu malu-malu sikit sebab tak pernah menghadapi setuasi begitu. Kawan-kawan aku pun menegur aku, kenapa tak pilih lagi? Pilihlah cepat! Aku pun terus saja memilih dan tak kiralah asalkan dia perempuan dan dapat menyedapkan naluri ku. Setelah aku dan kawan-kawan memilih perempuan Yang kemi berkenan. Kami pun memberikan nombor bilik kami dan beritahu hotel mana kami menginap. Setelah kami selesai memilih perempuan untuk menemani tidur kami nanti,. Kami pun pergi minum. Kawan-kawan aku telah meminta air minuman keras. Kami pun minum dan berkaroke dalam kedai minum tu melayan kepala kami yang sedang tak berapa betul oleh kerana mabuk dengan minuman keras. Selesai kami minum kami pun balik kebilik masing-masing.

    Bila aku buka saja pintu bilik aku tu, aku dapat perempuan yang aku tempah tadi telah menunggu aku kat dalam bilik aku tu, aku lihat dia terbaring terlentang sedang menuntut TV. Aku pun menyapa dia dan memberi ucapan selamat berjumpa dan aku berbual seketika dengan perempuan tersebut kepala aku masa itu sudah tak betul sebab mabuk. Dalam masa aku sedar tak sedar oleh kerana kemabukan aku tu.


    Aku mengajak perempuan itu mengadakan hubuang sex. Perempuan tu tanpa banyak soal dia membuka baju dan seluar yang dipakainya sebab kerja dia hanya memuaskan nafsu sex lelaki dan kehendak batin setiap lelaki. Setelah semua pakaiannya ditanggalkan. Aku pun mengambil kesempatan itu untuk menanggalkan pakaian aku juga. Kami masa itu hanya tinggal pakaian dalam saja yang belum kami tanggalkan. Kami pun berbaring atas katil. Aku baring disisi sebelah kirinya. Dalam masa aku baring itu tangan aku terus mancapai ke buah dadanya yang berisi serta pejal itu. Setibanya tangan kanan aku kebuah dada perempuan tersebut dalam masa yang sama mulut aku mencari mulutnya, kami berkucupan dan bermain kulum lidah. Agak lama juga mulut aku dan mulut perempuan tu bertemu. Sambil mulut mengulum lidahnya jari-jari aku terus meramas-ramas teteknya yang masih berbalut dengan colinya. Makin lama aku meramas, aku rasa makin keras pula jadinya tetek perempuan tu. Perempuan itu mula bergerak dan mengeliat kecil bila teteknya kena ramas oleh jari-jari aku. Mulut aku tadi dimulutnya mula turun sedikit demi sediki kebahagian dagu dan merayap disekitar lihatnya itu membuatkan dia lebih tidak bernafas jadinya dan mula mengerang kecil dengan tindakan tangan dan mulut aku. Jari-jari aku merayap kebelakang badannya untuk melepaskan butang colinya dan jari aku pun berjaya melepaskan butang coliya. Bila terlepas saja butang colinya maka terserlahlah teteknya yang sedang mengeras dan menegang itu. Mata ku rasa macam nak terkeluar bila melihat teteknya. Bagitu cantik dan gebu serta muntok sekali. Putihnya memang terserlah sebab orang siam memang putih-putih belaka. Putting susunya yang kemerahan itu terus saja jari-jari aku bermain disitu mengentil dan memutar-mutar puting teteknya dengan perbuatan aku itu perempuan tu lagi ku lihat tidak menentu jadinya, matanya sedah lama terpejam dik kenikmatan yang diterimanya dari hasil kerja jari-jari dan juga mulut serta lidah ku. Setelah aku puas mengentil puting teteknya aku pun membawa mulut aku ke lurah antara kedua gunung busut yang sedang membengkak itu, aku jilat dengan lidah aku disekitar situ dan mulut serta lidah aku naik mendaki ke gunung busutnya sampai kepuncaknya. Kini lidah aku bermeluasa di puting susunya. Mulut aku meyuyut puting teteknya seperti anak kecil yang kehausan susu dari ibunya. Lama juga aku berbuat begitu dan lidah aku pula terus memainkan peranannya di tetek perempuan itu. Perempuan itu aku lihat dah tak tentu arah dah bila lidah dan mulut aku berada di teteknya. Sekejap badannya bergerak kekiri sekejap bergerak kekanan punggungnya pun sama juga.

    Setelah aku puas mengerjakan teteknya yang membengkak itu, jari-jari aku terus merayap lagi kini jari-jari aku merayap kebawah lagi kebahagian perutnya jari aku terus mengusut pada perut perempuan tu, lepas tu kebawah lagi ke bahagian celah kelangkangnya pula. Jari aku meraba pada seluar dalamnya dan aku dapati seluar dalamnya sudah basah oleh air mazinya. Jari antu aku terus melurut pada lurah pantatnya di atas seluar dalam. Lama juga aku berbuat demikan. Setelah puas aku mengusut dan mangais-gais jari aku pada lurah pantatnya di atas seluar dalam tu, aku pun membuka seluar dalamnya.

    Bila aku tarik saja seluar dalam perempuan itu kebawah aku dapat lihat dengan jelas didepan mata aku pantatnya yang begitu cantik, gebu dan tembam tu. Bulunya tak berapa banyak jarang-jarang saja tumbuhnya maklumlah perempuan itu dalam lingkungan 18 tahun saja. Cukup cantik pantatnya, bila aku melepaskan seluar dalamnya kebawah jari aku semula memainkan peranan tadi mengais-gais luruh yang telah dibanjiri oleh air mazinya. Jari aku tak puas-puas mengais lurah pantatnya terus jari aku menjolok lubang pantatnya dan terasa ditangan aku suam-suam bila jari aku berada di dalam lubang pantatnya. Dalam masa yang sama mulut serta lidah aku tetap pada tetek perempuan itu. Dan kini mulut aku mula turun kebawah sampai kepusatnya. Lidah aku menjilat lubang pusatnya dulu sebelum lidah aku menneruskan hayat aku untuk kepantatnya.


    Lidah aku pelahan-lahan turun kebahagian pantatnya. Aku terhidu sesuatu yang aku tak suka iaitu aku terhidu hancing kencingnya. Rupanya-rupanya kencing tak basuh. Bila aku berbau hancing pada pantatnya jadi aku terpaksa membatalkan hasrat aku nak menjilat lubang pantatnya. Bila aku batalkan hasrat aku untuk menjilat lubang pantatnya. Jari-jari aku begitu laju sekali memain sorong-tarik dalam pantatnya. Dengan perbuatan aku tu, aku lihat dia menjadi tidak menentu dah dan seketika saja aku lihat dia telah mengejangkan dirinya itu tanda dia telah mencapai klimetnya yang pertama.

    Aku pun bertanya dia adakah dia sudah bersedia untuk menerima konet ku masuk dalam lubang pantatnya. Dia mengangguk saja tanda setuju dan aku pun mengambil kondum atau tempat aku panggil setokin/sarung kaki. Aku pun menyarungkan kondum tu pada konet kau. Untuk menjaga keselamatan. Maklumlah dia dipakai oleh berbagai orang dan tak tahu orang apa yang pakai dia dan berbagai bangsa yang pakai dia. Setelah selesai aku sarung aku pun naik kecelah kelangkang yang sedia terkangkang itu. aku meletakkan konet aku ke permukaan pantatnya dan menepuk-nepuk kepada pantatnya. Lepas aku menepuk pantatnya dengan konet ku tu, sampailah masanya aku nak merasa pantat perempuan tu. Kepada konet aku telah pun berada dilubang pantatnya dan dia menanti kemasukannya. Aku dengan sekali hantak saja telah masuk sampai kepangkalnya. Dengan masuk saja batang konet ku kedalam lubang pantatnya. Dan dalam masa yang mulutnya terbuka luas dan mengerang yagn amat sangat kerana menahan kemasukan konet ku yang panjangnya 6 in dan besarnya 2 jari tu. Bila masuk saja batang konet aku dalam lubang pantatnya aku tak terus gerak lagi. Mulut aku terus mencari mulutnya. Sebab aku nak merasa hawa dalam pantatnya, rupanya begitu panas dan rasa suam-suam gitu. Lepas tu aku mula mengerakkan batang kau tu naik agak lama kat permukaan pantatnya dan hantak dengan laju sekali ke dalam pantatnya. Aku main naik turun agak pelahan sekali sebab aku nak rasakan kehangatan lubang pantatnya. Sekali aku tusukan batang konet ku dalam pantatnya lama aku rendam di dalam pantatnya. Aku tarik balik sampai ke permukaan pantatnya dan aku benamkan lagi batang aku. Bila aku lihat dia dah tak tahan dengan permainan aku tu aku dan air mazinya pun dah melimpah-limpah aku pun main laju sikit.

    Aku cuba ubah cara main kakinya aku sangkut pada bahu aku. Batang yang sedang keras itu terus masuk keluar dengan lajunya dalam pantatnya yang sudah basah itu dan masa tu punggung aku saja yang bergerak tangan aku menyukung aku supaya aku lurus tegak atas perempuan tu. Naik turun batang aku masih berjalan dan tak henti-henti lagi. Perempuan tu sudah tak tahan lagi dah dengan permainan aku tu. Kakinya yang diatas bahu aku melunjak-lunjak kerana tak tahan menerima tikaman batang konet aku dalam pantatnya. Aku pun dah merasa nak sampai klimet aku setelah lebih kurang 1 jam aku bertarung dengannya. Akhirnya konetku pun memuntakan air mani aku yang begitu pekat sekali dalam kondom yang aku pakai tadi. Dengan pelahan aku pun menarik keluar batang aku dari dalam lubang pantatnya dan menanggalkan kondom yang penuh dengan air mani aku tu. Dalam aku lihat perempuan itu begitu penat dan keletihan sekali. Aku sudah tentu penat sebab aku banyak yang memainkan peranan utamanya. Setelah itu aku dan perempuan itu pun tertidur dalam dakapan masing-masing dia memberi satu kucupan puas pada aku dan aku pun mengucup keningnya tanda puas dengan layangnya pada malam itu. akhirnya kami tertidur tanpa seurat benang pun dibadan kami sampai pagi dan pagi itu dia pun minta diri untuk pulang ketempat yang mana aku tempahnya tu. Sekali lagi dia kucup aku tanda terima kasih. Dan aku rasa kawan-kawan aku pun mengalami pengalaman seperti aku juga dengan perempuan-perempuan yang mereka tempah tu.



  • Tante Reva Pemuas Nafsuku

    Tante Reva Pemuas Nafsuku


    2563 views


    Duniabola99.com – Sebut saja nama dia Reva. Wajahnya cantik dan putih dengan tinggi sekitar 160cm dan berat badan sekitar 48 kg. Dia pegawai baru di perusahaan tempat saya bekerja dia mulai bekerja akhir tahun lalu. Awal mula perkenalan kami layaknya karyawati yang baru masuk dikenalkan ke rekan-rekan sepekerjaan.

    Pada saat itu saya hanya berpikir “Cantik” dan tidak berpikiran lainnya karena saat berkenalkan dia sudah berkeluarga.

    Seiring waktu berjalan kita sering ngobrol dan saling bercerita mengenai kerjaan, keluarga, dan bercanda yang masih wajar. Hal yang paling membuat saya betah ngobrol berlama² dengan Reva adalah dia supel dan wangi parfumnya yang nyaman sekali tercium oleh saya. Apalagi bila kita saling berpapasan saya sering sampai menoleh lagi ke belakang karena tergoda wangi dari parfumnya.

    Kejadian ini berawal ketika suatu hari saya menanyakan YM (yahoo messenger) dia dengan alasan supaya bisa ngobrol waktu jam kerja senggang, jadi tidak ada yg nge-gossip klo kita deket. Setelah saya add YM dia kita mulai sering chatting ditengah jam kantor, lama-lama saya tergoda untuk menanyakan hal-hal pribadi kepadanya terutama perihal kehidupan dia dan suaminya. Hingga akhirnya dia bercerita kalau mereka menikah karena paksaan dari masing2 orang tua, dan hanya bersandiwara di depan orang2 kalau mereka bahagia.

    Semenjak saya mengetahui hal itu mulailah pikiran nakal saya menggoda…. kira2 begini percakapannya:

    Flo: Reva beneran km dirumah gk dekat sama laki kamu?
    Reva: iyah, dia klo malem sering gk pulang pergi main sama teman2nya…
    Flo: Sibuk urusan kerjaan kali?
    Reva: Ngak, sibuk dugem ama teman2nya.
    Flo: Masa sih? emang kamu pernah lihat?
    Reva: Ya aku tau aja, ada sodara aku pernah lihat.
    Flo: ooohh… kamu kesepian donk klo gitu…
    Reva: Tadinya iya, tapi sekarang kamu sering temanin aku klo malem sering telpon dan becanda2 jadi aku gk BT.
    Flo: masa sih?? …. BTW Reva mau gk klo kita lebih dari sekedar teman?
    Reva: Maksudnya?
    Flo: Ya kan kamu gk dekat sama laki kamu, aku juga sebenernya pengen tau kamu lebih jauh.. jadi kita kayak TTM gitu…

    Lumayan lama gk dijawab2 sama Reva sekitar 2 jam dicuekin YM saya……………………………………

    Reva: Aku gk mau klo TTm an gitu….

    Flo: lah terus gimana?? kan kita udah berkeluarga (saya juga punya istri sama anak)
    Reva: emm….. Gini aja… Nanti pulang kerja kamu ajak aku jalan, aku pengen ber-2 aja sama kamu.
    Flo: (Waduh…. ditantangin gini gw…) Oke, nanti kita karaokean aja yuk aku buka room klo udah di dalem aku kasih tau kamu.
    Reva: oke.

    Akhirnya pulang kerja saya langsung cabut ke karaoke yg agak jauh dari kantor dan saya langsung kabari dia untuk langsung kesini. Selang 1/2 Jam Reva datang.

    Flo: Kamu mau pesan minum atau laper kan pulang kerja?
    Reva: Mau minum aja deh Lemon Tea.
    Flo: oke (ngak seberapa lama minuman dan snack datang)… Kamu mau ngomong apa tadi Rev?
    Reva: Iyah aku gk mau TTM an gitu….
    Flo: maaf yah tadi, aku cuma ngutarain perasaan ke kamu tapi gk berarti kamu harus mengiyakan, Gk apa2 kok klo kita temenan aja.
    Reva: Kok minta maaf?? aku kan blom selesai….
    Flo: ??? tadi katanya gk mau TTM an…
    Reva: Gini… Aku seneng deket sama kamu, kamu walapun awalnya aku kira pendiam ternyata orangnya hangat, aku juga suka cara kamu perlakukan aku dengan sopan….
    Flo: Lalu?
    Reva: “Aku gk mau sekedar TTM sama kamu… Aku maunya…..
    (Reva langsung meluk saya dan mencium lembut bibir saya) Kok jadi diam?”
    Flo: (aku pandangi wajah Reva, aku belai rambutnya lalu aku cium bibirnya dengan mesra dia memejamkan matanya.)

    Semenjak kejadian itu kami semakin dekat dan sekitar 3 hari kemudian ketika kami sedang ngobrol2 di dalam mobil saya dia tiba2 meletakkan tangannya di pangkuan saya dan mulai mendekatkan wajahnya, langsung aku sambut bibirnya yg tampak indah sempurna…

    Kami berciuman dan beradu lidah lalu tangan ku memeluk pinggang mungilnya sambil aku mebelai lembut punggung sampai batas Rok nya… Celanaku mulai terasa kesempitan karena ciuman dan pelukan Reva… entah disengaja atau tidak tangan Reva yang ada di pangkuan aku terpeleset dan posisinya sekarang tepat diatas batanganku yg sudah tegang ….Reva melepas ciumannya dan terdiam, terlihat mukanya memerah tapi tangannya tidak dia pindahkan dari situ… Maaf aku gk sengaja Flo… aku katakan

    “gk apa-apa Reva gk usah malu sayang,” … dia mulai mencium aku lagi, tapi kali ini dia mulai meremas2 lembut celanaku yg sudah tegang itu…
    “sebentar.. posisinya miring nih gk enak kataku sambil mencoba meluruskan batanganku supaya tegak dari luar celana”

    Reva berinisiatif untuk mencoba meluruskan juga tapi sulit karena memang batanganku posisinya agak menekuk tegang kebawah….

    Flo: Susah ya sayang?… Benerinnya sambil dibuka aja ya… kamu yang lurusin “sambil aku buka resleting celana aku”
    Reva: Emang boleh sayang aku pengang dari dalem?
    Flo: Boleh…
    Reva: Waww keras udah keras banget sampek gk muat CD kamu sayang…. (sebagian batangan aku sampek keluar dari CD ketika sudah berhasil dilurusin sama Reva) panjang, keras, berurat lagi sayang dede kamu… Bikin aku kepengen aja sih…..
    Sambil tangan kiri menarik CD aku sedikit dia masukkan tangan kanannya untuk meluruskan batanganku.
    Flo: Emang pengen kamu apain sayang?
    Reva: Aku gemesss “kata reva sambil menurunkan cd aku dan menggenggam batangan aku yg sudah tegang “Maaf ya sayang… ”

    Reva langsung membenamkan kepalanya kearah batanganku yg tegang dan mengarah ke mulutnya” Reva langsung menciumi kepala batanganku dengan lembut dan memasukkannya ke dalam mulutnya sambil di pelintir2 dengan lidahnya yang basah…..

    Aku merasakan kenikmatan yg luar biasa hingga mulutku mendesis perlahan dan aku belai rambut panjang Reva….
    Aku tak tinggal diam… perlahan2 sambil aku usap pahanya aku naikkan roknya hingga tangan aku bisa mengelus2 cd dan meremas2 pantat Reva.

    Reva: Enak sayang?? tanyanya sambil masih menggenggam batanganku dan mengocoknya perlahan2…..
    Flo: Enak banget sayang…. masukin semua donk ke mulut kamu….
    Reva: Mana muat!! panjang gitu gk bakal muat…..
    Flo: emang punya laki kamu gk sepanjang ini sayang?
    Reva: Ngak lah… dia itu gendut, bantet dedenya kata dia tertawa…
    Flo: Kamu suka sayang sama dede aku?
    Reva: Hu-uh napsuin sayang…. mentok nih klo masuk meki aku….
    Sambil tangannya masih mengocok2 lembut batanganku tangan satunya aktif mengelus2 kepala kontolku yg mulai basah….Sensasinya luar biasa…..
    Aku masukkan tangan aku ke dalam CD Reva dari belakang, dan Reva mulai menjilati batanganku lagi dengan rakusnya…

    Reva: Hmphhh…. Ohhhh “desahan reva terdengar ketika tanganku mulai bermain2 di sekitar lubang pantatnya dan mulut mekinya yg sudah basah” Sayang… jgn elus2 lubang pantat aku… aku malu…..
    Flo: gk apa2 sayang, kamu nikmatin aja yah…. udah basah banget meki kamu sayang……
    Reva: Kita check in aja yuk.
    Flo: Oke….. (akhirnya kita meluncur ke sebuah hotel di daerah tangerang… sambil tangan Reva tetap mengocok2 Batanganku dan aku nyetir sambil tidak konsen hahaha).

    Setelah mendekati hotel Reva merapihkan celana ku dengan hati2 supaya ngak terjepit resleting celana, lalu kita masuk ke loby dan pesan room.

    Setelah sampai di kamar kami langsung saling berciuman dengan ganasnya… dan tangan reva mulai membuka kancing baju aku satu persatu sambil tetap manikmati lidah aku di dalam mulutnya….. setelah semua kancing baju aku terbuka dia mulai mengelus lembut dada aku dan melepaskan kemejaku…

    Reva: “Badan kamu bagus sayang…. gk kayak laki aku jelek dan gendut….” lalu dia mulai menjilati puting dadaku yang agak berbulu sampai benar2 basah dan air liurnya menetes2…. sambil tangannya membuka ban pinggang dan menurunkan celanaku hingga aku hanya mengenakan CD.
    Flo: Oughhh nikmat banget sayang…. kataku sambil menahan gairah yang kian memuncak… lalu gantian aku membuka baju Reva, Aku angkat bajunya hingga berada diatas siku tangannya sehingga ketiaknya yg berbulu tipis dan berkeringat terlihat jelas…

    Aku makin nafsu melihat pemandangan ini dipadu juga dengan sepasang payudara yang tidak besar tapi bentuknya indah masih terbungkus bra hitamnya…. Langsung aku dorong dia perlahan hingga menempel tembok dan kujilati ketiaknya yg sangat membuatku bergairah….
    Aroma tubuhnya benar2 membuatku tergila2… Reva pun menikmatinya terdengar dari desahan2nya dan nafasnya yg makin memburu…

    Reva: Ahhh honey…. geli banget sayang…. aku baru pertama kali dijilatin di ketiakku……ssstttt oooohhhhhh…

    Flo: Nikmatin aja sayang… aku pengen ciumin setiap jengkal tubuh kamu…..

    Tanganku mulai menurunkan roknya dan cd nya yg sudah basah sedari kita masih dimobil tadi….. lalu aku buka bra hitamnya dan melepaskan semua bajunya sehingga terpampang jelaslah seluruh keindahan tubuh Reva yang begitu menggairahkan… aku ciumi leher, telinga, ketiak, dan dadanya….. aku mainkan putingnya yg sudah menegang di dalam mulutku, kupelintir2 putingnya dengan lidahku dan sambil kubiarkan jari2ku menari2 diatas mekinya….
    Reva sangat menikmati permainanku, terasa di tanganku cairan terus keluar dari mekinya hingga benar2 basah… akhirnya kuputar menghadap tembok tubuhnya dan kujilati mulai dari tengkuknya hingga kedua bukit pantatnya yg seksi…..

    Flo: Sayang kamu lebarin sedikit kaki kamu…
    Reva: Iya sayang… kamu mau apain aku juga aku udah pasrah honey, kamu benar2 membuatku merasakan nikmat….

    Lalu sambil berjongkok di belakang Reva yang sudah melebarkan kakinya aku mulai jilati pahanya sampai ke lubang pantatnya…..

    Reva: Arggghhh sayy.aa..nnggg (Reva merintih keenakan) Jangan disitu… aku maluu…..

    Aku tak peduli dan sambil kujilati lubang pantat Reva yang bersih dan rapat itu aku mainkan jari jempol tanganku mengelus2 belahan Mekinya… dan kuputar2 tepat di itilnya yg sudah tegang….Lumayan lama aku dan Reva menikmati posisi ini sampai akhirnya Reva mendapatkan orgasmenya yang pertama…. Agak terkejut juga aku ketika dia orgasme, aku kira hanya di Film2 saja perempuan klo orgasme sampai kayak orang kencing… Ternyata Reva juga tipe2 perempuan yang seperti itu, tangan aku sampek basah kena semburan orgasmenya…..Benar2 istimewa….

    Reva: Oohhhh GOD….. Yesss honey…… iiihhhhhh ahhhhhhh…. oooouuuhhhhhh….. Keluarrr sayaaannnngggg…… Ssssrrrrrtttt..

    Tubuh Reva terguncang hebat ketika cairan itu menyembur dari mekinya, dan kakinya gemetaran hampir jatuh…
    Aku dengan sigap langsung berdiri dan memeluknya dari belakang sambil mencium bibirnya….. sedangkan kontol aku sudah sangat tegang di dalam cd terjepit dibelahan pantatnya…. lalu aku arahkan dia ke tempat tidur…
    Reva terlentang pasrah dan masih terlihat mukanya sedang menikmati orgasmenya barusan.. langsung aku ciumi payudaranya dan tangan Reva mulai bermain2 dengan kontol aku yang keluar sebagian dari CDku…. Kujilati seluruh payudaranya dan kuciumi bibirnya….

    Reva: Sayang kamu tiduran sini…aku pengen jilatin dede kamu….(sambil dia menarik aku untuk rebahan disamping dia….lalu dia dengan telaten melepas CD ku hingga kontolku terbebas dan terlihat gagah)
    Wow honey… aku sampek merinding lihat dede kamu… aahhhh…. (langsung diemutnya kontolku sambil jari2nya yg mungil menari2 di biji kontolku)

    Flo: Oh Shit… Kataku menahan sensasi nikmatnya perlakuan Reva terhadapku…..
    Reva: Enak sayangku??? klo Reva giniin suka (katanya sambil memasukkan batang kontolku hingga menyentuh tenggorokannya)
    Flo: Arrrghhhh ….. aku hanya bisa mengerang ketika terasa kepala kontolku terjepit tenggorokannya…

    Reva: Aaahhhh… enak sayang? tanya dia lagi sambil mengocok kontolku yang urat2nya makin macho… lalu dia basahi tangannya dengan ludahnya dan dia lumuri semua kontolku dengan tangannya itu….Ouuhhh honey… aku pengen banget… katanya sambil mengusap2 kontolku dengan kedua tangannya yg basah itu….

    Lalu dia mengambil posisi diatas dan perlahan2 dia gesek2an kepala kontolku dengan mekinya….. Ahhhh… nikmat sekali rasa geli dan licin
    bercampur jadi satu…. lalu dia tekan pelan2 hingga kepala kontolku masuk ke mekinya….

    Reva: Eeesssstttt aaahhhhh Enak banget sayang Dede kamu….(matanya terpejam dan kepalanya mendongak menikmati kepala kontolku yang memasuki mekinya yang basah dan sempit)

    Flo: aahh yess honey…. masukin lebih dalem lagi ya…. kataku sambil kudorong keatas pantatku pelan2 sampai akhirnya batang kontolku masuk setengah… Reva menjerit tertahan

    “Eghh!!! Eeeennaa…aaakk….Oh God” sambil dia tekan terus kontolku hingga masuk semuanya….
    “Bless…. Ya ampun mentok banget honey!! AaaahhHHHH!!! Kamu jgn gerak dulu, aku aja yg gerak…” Kata Reva dengan wajah agak tegang antara nikmat dan takut cidera..

    Reva mulai bergerak perlahan maju mundur menikmati kepala kontolku menggesek dinding terdalam mekinya… makin lama makin cepat Reva bergerak dan kuimbangi dengan kuputar2 pinggulku sehingga terdengar suara becek dari mekinya…..

    Reva: Aaahhh Sayanggg… Nikmat banget…. ouuuhhh … aaakk…ku baa..rruu ka..lliii ini… nger..a.aasss.aainn ML kk..aaa…yyaaa..g.iiinii.

    Aku makin gemas melihat wajah cantik Reva memerah karena birahi yang sangat tinggi… lalu kupeluk reva hingga menimpa tubuh aku….

    Kupeluk dia dan mulai kunaik turunkan kontolku dengan tempo sedang…. Terdengar rintihan2 kenikmatan Reva di telingaku setiap kontolku menghantam dinding rahimnya… Aaaahhh…. Yeeessss… OOOoohhhh… TTerr…uuu…sss Say…aaa…nnnn..ggg….. sekitar 5 menit Kukocok meki reva hingga cairan mekinya terasa membasahi biji kontolku…. Saaayaaannggg…. aakuuu mm..aaa..uu kkk..eeee..ll.uuuaaarr La…ggg..iiii Rintihnya, dan dia langsung menekan dadaku hingga posisinya tegak dan dia tarik mekinya sampai copot dari kontolku… dan akhirnya….

    “AAAAAAAHHHHHHHH HONNEEEEYYYYYY….. Crreettt …Sssrrrttt….” Semburan hangat dari meki Reva Sampai membasahi seluruh kontolku dan perutku….

    Tubuh Reva langsung menindih ku dan terkulai lemas diatasku sambil nafasnya memburu dan badannya berguncang2…

    “Benar2 luar biasa…Pikirku” sekarang gantian kamu yg harus puas sayang katanya dan dia langsung nungging disebelah aku dengan gaya doggy style.

    Aku pindah kebelakangnya dan mulai menempatkan kontolku di bibir mekinya yg sudah basah gk karuan dan mengeluarkan aroma khas kewanitaannya…. Kumasukkan perlahan kontolku sampil kupegangi pinggulnya yg agak bergetar ketika kontolku menempel di bibir mekinya… kudorong pelan2 hingga setiap senti kontolku yang masuk bisa kami nikmati bersama2… Aaaahhh…. enakkk bangett sayangg meki mu… desah aku sambil mendorong masuk kontolku ke dalam mekinya yang sempit dan basah itu…dia juga meremas2 sprei dengan ganas dan menggeleng2kan kepalanya setiap aku mendorong masuk dan bibirnya digigit2 oleh dia menahan kenikmatan… akhirnya ketika tinggal sedikit lagi masuk semua aku hentakkan tiba2 hingga terasa bener2 mentok di dalam mekinya, dan Reva pun menjerit tertahan

    “ArrggHH Terus Sayang….”

    Dengan nafsu yang menggebu2 kulebarkan pantatnya dengan kedua tanganku dan ku keluar masukkan dengan cepat kontolku ke dalam mekinya hingga berbunyi “Prett,,, Breeett…. Preettt… Brettt… AaaahhHHH Yeeessss… Ohhh GOD…..” Aku tarik rambut Reva dari belakang seperti menunggangi kuda, dan dia suka itu

    “Fuck mee honeeyyy… aaahhhh shiiitt…” Reva meracau tidak karuan dan aku pun mendesah2 dengan nafas menggebu2….

    Kutarik kontolku sampai lepas dari mekinya dan kuhujamkan lagi sedalam2nya berulang-ulang kali sampai Reva orgasme lagi dan kali ini tidak sampai menyembur tapi sampai menetes2.. aku tidak peduli lagi, jari jempol tanganku kumasukkan juga ke dalam lubang pantat reva

    “AaahhhHH Saayaanggg… kkkaa…mmuuu App..aa.i..n Iitttu…Enak.. Baa…nngg…eeettt” Reva makin menggila dan bersemangat, Keringat kami bercucuran deras kucabut jempolku dari lubang pantatnya dan dia kutekan sampai posisi tengkurap..

    lalu aku dengan posisi seperti push up menghajar mekinya dengan kontolku…

    “Aaahhhhh Sayaaanngggg Semmpiitt Bangetttt” kata aku…

    Reva sudah tidak mampu meladeni omongan aku hanya mendesah2 dan menjerit keenakan ketika kumasukkan kontolku dalam2… akhirnya setelah 15 menit aku pun hampir orgasme, kutindih tubuh Reva dari belakang dan kuciumi bibirnya sambil kupompa terus lobang mekinya….

    Reva menciumi bibirku sambil mendesah2 kenikmatan…. Lalu aku bilang

    “Honeyyy aakkuu mauu keluarrrr… pengen bareng sama kamu…..”

    Iya sayang…kelll…uuuaarrr… ba,,rrre,,,ng…. A.kk…uu… Ahhhh… Ouhhhhh….. Dii.. d..aaalleem.. aajjaahh Ahhhh….. OHHHH… FuCkKKKK///… Jawab Reva sambil terasa cairan hangat di kontolku… aku pun langsunggg memompa sekuat tenaga yg tersisa….Saaaayyyaaaanngg… Keeellluuuaaarrrrrr… AaaAarrrGGhhH!!

    Akhirnya Spermaku yg sudah ingin berlomba2 menyembur keras sampai 3 kali klo gk salah hitung ke dalam meki Reva… dan akhirnya aku terkulai lemas menindih tubuh Reva yang masih bergelinjang kenikmatan dari belakang, dan kubiarkan kontolku didalam mekinya menikmati kehangatan dari meki Reva..

    Habis itu kita berdua berciuman dan dia menjilati tubuh aku yang masih berkeringat lalu kita mandi dan memesan makan malam….

    Itulah pengalaman saya dengan teman sekantor saya, dan Kami masih sering melakukannya bila ada kesempatan… Reva adalah wanita pertama yang bisa membuatku merasa benar2 puas di tempat tidur dan dia juga merasakan yang sama.

  • Video bokep Kate England menggoda pacarnya dari balik jendela

    Video bokep Kate England menggoda pacarnya dari balik jendela


    2563 views

    Agen Joker123

  • Video Bokep Asia Ami Otowa dipaksa ngentot saat makeup

    Video Bokep Asia Ami Otowa dipaksa ngentot saat makeup


    2562 views

  • Kisah Memek Istriku yang romantis

    Kisah Memek Istriku yang romantis


    2561 views

    Duniabola99.com – Sеtеlаh “Pеlаjаrаn mаhаl”, kuаlitаѕ аktivitаѕ hubungаn kаmi ѕеmаkin mеmbаik wаlаuрun dаri ѕеgi kuаntitаѕ bеlum ѕереrti уаng ѕауа hаrарkаn. Nаmun аdа ѕааt-ѕааt уаng tidаk kudugа, iѕtriku tеrсintа ѕudаh ѕukа mеmintа bаhkаn tidаk rаgu-rаgu untuk mеmulаi.


    Sереrti dini hаri tаdi, iѕtriku tibа-tibа mеmеluk dаn mеrаbа. Kаrеnа tidаk аdа рikirаn kе аrаh itu, ѕауа diаmkаn dаn tеtар mеnсоbа untuk tidur kеmbаli. Mаkin lаmа rаbааnnуа mеnuju dаеrаh ѕеnѕitifku, аkhirnуа ku bаlikkаn bаdаn dаn bеrhаdараn mukа. Diа mеmеlukku mаkin еrаt dаn mеnсiumi рiрiku.

    “Mа…, kеnара?”, tаnуаku dеngаn rаѕа ѕеnаng.
    “Mаmа mаu dоng”, biѕiknуа mеѕrа.
    “Mаu арааn, mаѕih dingin niсh”, jаwаbku ѕаmbil bаlаѕ mеrаbа dаеrаh ѕеnѕitifnуа.
    “Mаu mаin mаin ѕаmа аdеk kаmu Yаh”, ѕаmbil mеnаrik реniѕku kеluаr ѕаrаngnуа.
    “Ugh…”, iѕtri ѕауа mulаi mеrеmаѕ dаn mеngосоk реniѕku.
    “Mа…, 69 уuk…”, аjаkku mеѕrа
    “Nggаk аh…, nаnti ѕаjа kаlаu mаndi”, bаlаѕnуа ѕаmbil mеmаinkаn реniѕku.
    “Kаlаu bеgitu ауо mаndi”, biѕikku.
    “Tаdi kаtаnуа mаѕih dingin…”, biѕiknуа mеnimраli.
    “Siара уаng nggаk kераnаѕаn kаlаu diginiin”, ѕаmbil mеnуingkар bibir kеmаluаnnуа. “Uh…, Aуаh nаkаl…”, bаlаѕnуа dеngаn аgаk gеnit.
    “Nаkаl ѕаmа Mаmа khаn”, kuсоbа mеrаih рауudаrаnуа dаri bаlik bluѕ уаng diраkаinуа.
    “Jаngаn…, itu рunуа Lеа (nаmа аnаk реrеmрuа kаmi)”, сеgаhnуа ѕаmbil mеnсеkаl tаngаnku mеnсараi рауudаrаnуа.
    Kаn ini рunуа Aуаh…” rаjukku.
    “Aуаh, Lеа kаn ѕuѕаh nеnеnnуа. Nаnti mаlаh tidаk mаu lаgi”, timраlnуа gеnit.
    “Tарi Aуаh kаn nggаk ngеrоkоk ini…”bujuk ѕауа, tеtарi uѕаhа itu tеtар tidаk bеrhаѕil.

    Hаmрir iѕtriku mоgоk, untuk ѕааt ku mаѕukkаn jаri tеngаh kе kеwаnitааnnуа, iѕtriku tеrаngѕаng kеmbаli dаn mеrараtkаn kеduа раhаnуа. Kuѕibаkkаn раhаnуа dеngаn mеmаѕukkаn kаkiku, dаn iѕtriku mаkin mеlеbаrkаn kаkinуа mеmреrѕilаkаn реniѕku mеmаѕuki gеrbаngnуа. Akhirnуа mаѕuklаh реniѕku dеngаn ѕukѕеѕ mеnghаntаrkаn kеnikmаtаn уаng tidаk tеrkаtаkаn.


    “Mа…, kаlаu tаhu kаwin itu nikmаt, mеngара tidаk dаri dulu-dulu kitа kаwin уаh…” gоdаku ѕеdikit nаkаl.
    “Enаk аjа…” jаwаb iѕtriku ѕаmbil mеrеm-mеlеk mеnikmаti gоуаngаn уаng tidаk аdа реngаturnуа.
    Sаmbil tеtар gоуаng рinggul dеngаn ѕеmаngаtnуа, ѕауа сium mukа iѕtriku dеngаn mеѕrа. Ku соbа mеrаih рutingnуа уаng mаѕih tеrbungkuѕ bluѕ. Kаrеnа tidаk аdа uѕаhа реnсеgаhаn, аkhirnуа bluѕ itu ku lераѕkаn dеngаn bаntuаnnуа.
    “Yаh…, ауо nеnеn Yаh…”, рintаnуа mеѕrа.
    “Mаnа nеnеnnуа”, gоdаku ѕеdikit nаkаl.

    “Aуаh nаkаl аh…”, ѕаmbil mеnghаntаrkаn рutingnуа kе mulutku ѕереrti hеndаk mеnеnеnkаn Lеа.
    Tаnра mеnunggu реrmintааn kеduа kаlinуа, kuѕеrbu рutingnуа dеngаn реnuh ѕеmаngаt, iѕtriku turut mеmbаntu dеngаn mеmbuѕungkаn dаdаnуа аgаr ѕеmuа рауudаrаnуа mеrаѕаkаn hiѕараn mulutku.

    “Yаh… gоуаng dоng …”рintа iѕtriku, mеndеngаr реrmintааn itu dаn tаhu iѕtriku mаu оrgаѕmе, ku реrсераt gоуаngаn рinggulku уаng diikutinуа dеngаn mеlingkаrkаn kаkinуа kе kаkiku.
    “Ugh…”, аkhirnуа iѕtriku ѕаmраi dаn lаngѕung tеrgеlеtаk lеmаѕ.
    “Mаmа ѕudаh kеluаr уасh”, biѕikku реlаn.
    “Iуа, Aуаh bеlum?”, bаlаѕ iѕtriku.
    “Kоk nggаk аdа уаng nуеmрrоt?”, gоdаku mеѕrа.


    Akhirnуа ku аkui iѕtriku mеmаng tidаk mеnуеmburkаn саirаn оrgаѕmеnуа, nаmun уаng раѕti iѕtriku mеrаѕаkаn оrgаѕmе jugа. Kаdаng biѕа bеrkаli-kаli bilа mеmаng ѕеdаng tеrаngѕаng.

    Bеgitulаh hubungаn kаmi ѕеbаgаi ѕuаmi iѕtri,mаkin hаri mаkin rоmаntiѕ dаn kеnikmаtаn ѕааt bеrѕеtubuh ѕаngаt luаr biаѕа mеѕki kаmi ѕudаh mеmiliki ѕеоrаng рutri.

  • Hilang Perawan Akibat Nafsu Teman Yang Mengoda

    Hilang Perawan Akibat Nafsu Teman Yang Mengoda


    2559 views


    Duniabola99.com – Pada hari itu Desi berniat untuk menginap di kost temanya didaerah semarang, karena pagi harinya dia akan interview. Namun apa yang terjadi sesampainya disana. Devi malah di inapkan di kost cowok, Alhasil Devi-pun kehilangan keperawana-nya. Ingin Tahu kelanjutanya para pembaca ??? langsung saja simak cerita dibawah ini !!!

    Pada suatu ketika sebut saja namanya Desi bertempat tinggal sekitar 2 jam perjalanan dari daerah Semarang, usia 22 tahun perawakannya tinggi, putih , bersih, badan bisa dibilang kurus dan memiliki buah dada yang padat , kira kira 34B lah. Sebuah body ideal buat seorang wanita dan kayaknya dia tipe cewek hyper. Dia seorang perawat lulusan akademi keperawatan di daerah semarang.

    Setelah lulus dia ingin melamar kerja di salah satu Rumah Sakit daerah semarang barat. Pada suatu hari Desi meminta tolong temannya yang bernama Winda untuk menginap di kostnya, karena jadwal test interview Rumah sakit tersebut dimulai jam 06.00 wib. Kalau Desi berangkat dari rumah, takut telat dan tidak bisa mengikuti test tersebut, maka Desi kemudian menelpon Winda,
    “ Halo, Win ”
    “ Iya Dev, ada apa ??? ”
    “ Bantuin aku lah Win, Boleh gak aku nginep di kost kamu, satu malam aja, soalnya besok ada test interview pagi…, ”
    “ Wah ori Dev gak bisa Dev…. Soalnya malam ini cwok ku nginep kostku…, ”
    “ Gimana donk, mintain bantuan ama temen kamu dong ma…. Aku nginep semalem aja…. Pleasss…???, ”
    “ Ouw yaudah Dev, coba aku tanyakan dulu sama temenku, dan nanti aku kabarin lagi ya, ”

    “ Makasih ya Win, pokoknya plisss bantu aku ?? ”
    Selang beberapa menit kemudian, Winda menelpon Desi dan berkata bahwa ada salah satu temanya yang boleh ditumpangi kost semalem, dan akhirnya Desi pun berangkat dari rumahnya sekitar jam 19.00 malam dan sampai ke Semarang jam 22.00 malam dan langsung menemui Winda untuk mengantarkan ke tempat kost temannya tersebut.

    Pada saat itu hujan deras Winda boncengan sama Desi menggunakan motor menuju tempat kost temannya. Sesampai di tempat kost, kemudian Winda mengetuk pintu dan keluarlah temannya dari dalam kamar kost dan ternyata teman Winda penghuni kamar kost tersebut adalah seorang laki laki sebut saja namanya Dody kemudian Desi bersalaman den berkenalan.
    Sejenak Desi shok dan kaget ternyata dia ingin diinapkan di kost si Dody, kemudian Desi menarik dan membisiki Winda :
    “ Kok kamu gitu sich Win sama aku, masa iya aku kamu kamu suruh tidur di kost Dody ? ”
    “ Udah kamu tenang aja Dev, dia baik kok, dia sahabat aku dari jaman aku SMP, percaya deh sama aku, ”…
    “ Tapi gmana doooonk,,, aku kan gak enak….????, ”
    “ Yaudah kalo nggak mau, apa kamu mau cek in aja di hotel??? Aku anter…??? “
    “ Aku lagi gak ada uang Win, ”
    “ Yaudah kamu tidur sini aja, lagian kan Cuma numpang 5 jam kan ? besok kamu jam 5 udah berangkat test, ”

    Karena cuaca hujan deras, uangpun juga gak ada, akhirnya Desi mau menginap di kost Dody tersebut. Winda pun meninggalkan Desi. Kemudian Desi masuk ke kost Dody dan meminta ijin untuk menginap semalam. Kemudian keduanya pun mengobrol. Selang beberapa waktu, Desi Tanya kepada Dody dimana Kamar mandinya, karena Desi ingi berganti baju karena basah.

    Kemudian Dody menunjukan Kamar mandinya dan mengantarnya. Masuklah Desi ke kamar mandi dan berganti baju. Ketika ingin berganti pakaian, ternyata Desi lupa nggak bawa BRA dari rumah, Sedangkan BRA yang dipakai basah kehujanan. Pada aat itu Desi pun bingung, dan dengan terpaksa Desipun hanya memakai kaos singlet ketat tanpa BRA dan celana Boxer.

    Dengan malu malu dan rasa tidak enak Desi keluar kamar mandi dengan menutup dadanya yang besar dan montok. Dody seketika kaget dan bengong melihat body Desi yang ideal dengan perut yang kurus namun buah dadanya besar dan montok dan melihat tidak ada tali Bra di pundaknya. Munculah niat jahat dan pikiran mesum, Kemudian diantar kembali kekamar oleh Dody.

    Sampai di kamar Desi dengan malu malu Desi bilang kepada Dody, bahwa dia mau tidur karena besok berangkat pagi jam 5. Namun Desi mulai merasa tidak nyaman karena Dody terus memandanginya dengan wajah Mesum dan penuh nafsu. Namun Desi percaya apa kata Winda, bahwa Dody orangnya baik. Kemudian Dody menyuruh Desi tidur di kasur dan Dody tidur dengan menggunakan tikar dilantai.
    Dody berkata seperti itu karena kasurnya kecil hanya ukuran 1 orang saja (maklum kost murah ukuran 3 x 3 meter) berdekatan dengan kasur yang dipakai tidur Desi. Tak lama kemudian Desi langsung tertidur karena capek. Saat itu Dody belum bisa tidur dan masih mainan Handphone. Saat itu Dody melihat tidurnya miring menghadap ke tembok membelakangi Dody.

    Hal itu membuat bokong Devi yang semok dan montok tanpa selimut, kemudian punggungnya terlihat tanpa tali Bra. Seketika Kontol Dody mulai tegang dan sesekali Dody memotret tubuh Desi menggunakan HP nya. tidak lama kemudian Desi pun berubah posisi terlentang, terlihat buah dadanya yang montok dan putingnya yang menonjol terlihat dari singlet yang dipakainya.
    Dody terus memotret tubuh Desi beberapa kali. Karena Susana sepi dan hujan deras, tanpa berfikir panjang Dody kemudian mendekati Desi dan tidur disampingnya. Seketika itu Desi kaget dan terbangun seraya memberontak dan berkata.

    “ Kamu mau apa Mas Dody ?, ”
    “ Tenang saja Dev, kita butuh kehangatan malam ini, ”
    “ Mas, tolong jangan apa-apakan aku mas, aku masih virgin mas, ” ucapnya sambil menangis ketakutan.
    “ aku gak akan ngapa-ngapain kamu, aku hanya pengen tidur di deket kamu, ”
    “ jangan mas, aku gak mau mas, Mas Dody jangan…., ”
    “ percuma kamu teriak, gak aka nada yang dengar …. “
    Dengan penuh nafsu kemudian Dody menarik Desi dengan kuat hingga Desi dalam keadaan terlentang dan langsung ditindik dengan tubuh Dody. Dalam keadaan menangis, bibir manisnya diciumi oleh Dody, tangannya di pegang keatas dan di tekan kuat oleh Dody. Dody terus menciumi bibir dan leher Desi. Karena sudah tidak melawan, akhirnya Desi pun pasrah dengan keadaan.
    Dody-pun meremas buah dada Desi yag besar dan montok. Desi hanya bisa menangis sambil meronta, namun tak dihiraukan oleh Dody,
    “ kita nikmati malam ini Desi ,”
    “ tidak mas jangan, aku belum pernah melakukan seperti ini” ucap Desi sambil menangis dan memberontak.

    “ aku ajari malam ini cara bercinta, ”
    “ jangan mas, jangan… Please jangan Mas, ”
    Karena sudah tidak bisa berbuat apa apa, Desipun hanya pasrah dan menangis, .. Melihat Desi sudah terlihat lemas dan pasrah, tanpa menunggu lama, Dody langsung membuka kaos Singlet Desi, terlihat Buah dadanya yang montok padat dan putih bersih terawat, putingnya yang mancung berwarna cokelat kehitaman, menambah birahi Dody.
    Kemudian Dody menghisap dan menjilat puting Desi, sambil meremas buah dadanya dengan cengkraman yang penuh nafsu,
    “ aku bener bener beruntung bisa melihat buah dada indahmu dek,”
    “ jangan mas, aku mohon jangan Mas Dody, aku belum pernah seperti ini, ”
    Nafsu Dody semakin tak tertahan, dia kemudian melepas celananya dan menarik tangan Desi untuk memegang dan mengocok kontolnya. Namun Desi tidak mau dan terus memberontak. Tanpa buang waktu kemudian diarahkan kontolnya ke mulut Desi sambil di sodok sodokan ke wajah Desi. Saat itu Desi yang sudah tidak berdaya hanya bisa memberontak.

    Kontol yang sudah tegang dan nafsu yang tidak bisa tertahan, akhirnya Dody tanpa kata langsung melepas kaos singlet Desi dan melepaskan celana Desi. Saat itu nampak jembut Desi yang lebat dan halus, dengan paha yang putih mulus, Dody langsung memegang memek Desi dan menciumi bibir Desi.
    Kemudian Dody langsung meDevdih tubuh Desi yang sudah telanjang, dia buka paha Desi dan mulai menyodokan Kontolnya ke memek Desi. Desi sudah pasrah dan sudah tidak bisa memberontak. Berulang kali Dody berusaha memasukan Kontolnya tetap tidak bisa. Sampai saat itu Desi menangis kesakitan namun sudah tidak bisa berbuat apa apa lagi, dia hanya merintih saja.

    Dody kemudian membasahi memek Desi dengan air liurnya yang di taruh tangan kemudian mengusapkan ke memek Desi berulang kali. Dengan penuh nafsu dan memaksakan untuk masuk kedalam memek Desi, pada akhirnya kontol Dody masuk ke memek Desi, Maka langsunglah Dody menggenjot keluar masuk dengan birahi memek Desi yang masih perawanan itu.
    Apalagi saat itu Dody melihat buah dada nya yang montok padat Ditambah lagi putting yang mancung dan tangisan Desi, tanpa berfikir dan menghiraukan Desi, Dody terus menggenjot memek Desi dengan Kontolnya, sesekali sambil meremas dan mengisap putting Desi. Desi terus menangis tersedu dan menahan rasa sakit, karena baru pertama melakukan sex.

    Setelah sekitar 15 menitan dan Dody sudah merasakan orgasme ingin mengeluarkan sperma, kemudian di cabut kontolnya dari memek Desi dan mengeluarkannya ke wajah hingga tercecer sampai leher dan buah dada Desi. Setelah mengeluarkan sperma ke wajah Desi, Dody terkejut, seluruh batang kontolnya berdarah,
    “ kamu benar benar masih perawan Dev???, ”
    “ aku gak pernah melakukan seperti ini mas, ” ucapnya sambil menangis dan memejamkan mata.
    “ maafkan aku ya Dev ??? aku gak tau kalo kamu benar benar masih perawan , ”
    “ aku sudah tidak berharga lagi mas, ini yang aku jaga dan hanya ini yang berharga dari aku mas, tapi mas sudah mengambilnya, ”
    Kemudian Dody membersihkan spermanya yang tercecer dimuka Desi lalu memeluk dan menenangkannya. Satu persatu pakaian Desi di ambilkan dan Desipun memakainya. Sunguh malang sekali Desi ini, Semoga saja Dody bertanggung jawab dengan kehilangan keperawan dari Desi.

  • Ibuku mengajariku ngentot saat kami diintip dibalik gorden

    Ibuku mengajariku ngentot saat kami diintip dibalik gorden


    2553 views

  • Video bokep Nathaly menggoda saat pemanasan

    Video bokep Nathaly menggoda saat pemanasan


    2551 views

    Judi Bola Resmi

  • Kisah Memek Dampak Film porno di tonton bersama

    Kisah Memek Dampak Film porno di tonton bersama


    2551 views

    Duniabola99.com – Suatu hari di awal bulan Juli tahun 2000 lalu di rumahku kebetulan sepi. Sore itu ibuku sedang pergi ke luar kota dan ayahku sedang kerja di kantornya. Kuundang kedua temanku yang juga sering kukhayalkan bercumbu denganku. Ambar dan Ully. Mereka berdua sama-sama mempunyai payudara yang sama besarnya dengan punyaku. Kami lalu bertiga menonton VCD yang sengaja kuputar film porno yang kupinjam dari sebuah rental. Kami bertiga duduk berdampingan di kursi sofa. Ambar di sebelah kiriku dan Ully di sebelah kananku.


    Pada waktu adegan kedua baru mulai vaginaku sudah terasa basah dan tanganku masuk ke celana jeans pendek ketatku. Kebetulan aku sengaja tidak memakai CD sehingga jariku langsung masuk ke vaginaku dan menggeseknya. Ambar melihat perbuatanku dan tangannya juga ikut masuk ke vaginanya sendiri. Tanganku lalu meremas kedua payudaranya yang masih dilapisi kaos oblong yang dikenakannya. Dia tidak menolak dan bibirnya mencium bibirku serta tangannya meremas juga kedua payudaraku. Kami saling meremas dan lidah kami saling menjilat di dalam kehangatan ciuman. Ully yang berada di belakangku bergabung dengan menempelkan kedua payudaranya ke punggungku. Lalu Ambar kutidurkan dan kulepas kaos yang kukenakan.

    Setelah itu kutindih dia sambil kuciumi wajahnya. Ully melepas BH-ku dari belakang sehingga aku melepaskan ciuman dari wajah Ambar. Aku akan membalik untuk mencium Ully, tetapi dia dari belakang meremas kedua payudaraku yang sudah telanjang dan tangan Ambar melepas retsluiting celana jeans pendek ketatku. Jarinya berusaha masuk ke vaginaku yang bertambah basah.

    Tiba-tiba telepon yang ada di rumahku berdering. Aku tanpa memakai pakaian yang tadi dilepas bangkit ke meja telepon. Ternyata telepon dari ayahku yang mengabarkan bahwa dia tidak pulang karena ada urusan. Aku merasa senang dan berencana mengajak Ambar dan Ully menginap di rumahku. Aku meletakkan gagang telepon dan menuju ke kursi sofa. Kulihat Ambar dan Ully sudah sama-sama hanya memakai pakaian dalam saling berciuman dan mencoba melepas BH yang dikenakan. Kukejutkan mereka dan kukatakan bahwa pemainan ini terpaksa harus berhenti sementara. Mereka kuminta pulang dulu dan kusuruh datang pukul 8 malam untuk melanjutkan permainan. Mereka setuju.


    Malamnya Ully datang pertama kali. Karena aku tidak sabar begitu dia masuk dan aku menutup pintu, aku memeluknya dari belakang dan kuremas kedua payudaranya. Kudengar bel pintu. Aku melepaskan pelukanku dan kusuruh Ully langsung ke kamar. Aku membuka pintu dan ternyata Ambar telah datang. Langsung saja kami masuk kamar. Kulihat Ully sudah tinggal memakai pakaian dalam saja sedang tiduran di tempat tidur. Kusuruh Ambar untuk mencumbunya dulu. Ambar langsung melepas pakaiannya dan ternyata dia tidak mengenakan BH hanya memakai kaos singlet dan CD.

    Dia lalu menghampiri Ully dan mendudukkannya. Dia lalu mencium Ully dan tangannya melepas BH yang dikenakan Ully. Sedangkan Ully melepas kaos singlet yang dikenakan Ambar dan aku yang berdiri hanya memakai gaun tidur tanpa pakaian dalam langsung terangsang. Kulepas gaun tidurku. Ambar yang melihatku langsung turun dari tempat tidur diikuti Ully. Ambar mendorongku sampai ke tembok lalu mencium bibirku dan meremas payudara kiriku. Sedangkan Ully jongkok di samping kakiku dan kaki Ambar lalu menjilati vaginaku yang basah sambil tidak lupa tangan kirinya meremas kedua payudara Ambar dan tangan kanannya meremas payudara kananku. Aku merasakan kenikmatan yang tiada duanya.

    Setelah beberapa menit Ambar dan Ully menjamah tubuhku dan aku sudah merasakan lemas, mereka berdua saling berpelukan dan saling menempelkan vaginanya. Mereka mendesah bersama-sama. Setelah itu Ambar melepas pelukannya dan lalu naik ke tempat tidur. Dia tidur telentang dan Ully menindihnya sambil menciumnya. Tangannya masuk ke vagina Ambar dan mengocoknya perlahan-lahan. Mulutnya perlahan-lahan turun ke vaginanya. Sambil jarinya mengocok vagina Ambar mulutnya juga menjilatinya. Aku yang sudah bergairah lagi ikut bergabung dengan mencium bibirnya yang kelihatannya akan mengeluarkan desahan. Kucium dan kujilat lidahnya. Dia membalas sambil tangannya menarik tanganku agar meremas kedua payudaranya. Kuremas kedua payudaranya dan tangannya juga meremas kedua payudaraku. Ambar ternyata dapat bertahan lebih lama dariku dari jamahanku dan Ully.


    Sekarang giliran Ully. Ully tidur telentang dan payudara kirinya dihisap oleh Ambar dan payudara kanannya kuhisap. Dia mendesah dan kedua tangannya juga membalas dengan meremas kedua payudaraku dan kedua payudara Ambar secara bergantian. Jariku dan jari Ambar lalu masuk ke vagina Ully dan mengocoknya perlahan-lahan. Ully ternyata akan mendesah lebih keras lagi sehingga bibirku dan bibir Ambar berebutan untuk menahannya. Bibir kami berdua akhirnya berciuman sambil jari kami berdua kami keluarkan dari vagina Ully dan naik ke atas berebutan kedua payudara Ully. Kami berdua meremas kedua payudara Ully dan ciuman kami turun ke bawah dan menjilati vagina Ully. Ully ternyata kalah dariku dalam bertahan.

    Setelah beristirahat sebentar kami melanjutkannya lagi. Aku tidur di tengah berhadapan dengan Ully dan Ambar berada di belakangku. Kami mulai lagi dari awal dan tidak lupa bergantian posisi tengah, depan, belakang. Kami bercumbu sampai sekitar pukul 3 dini hari. Setelah itu kami tertidur pulas karena kelelahan. Dengan posisi aku dipeluk Ambar dari depan dan Ully dari belakang.

    Pagi harinya aku terbangun dan kulihat Ambar dan Ully sudah tidak ada di tempat tidur. Kudengar desahan-desahan dari dalam kamar mandi. Aku bangkit dan berjalan ke kamar mandi. Kulihat Ambar dan Ully duduk berhadapan di bath tub yang penuh dengan busa sabun. Mereka berdua yang tubuhnya penuh dengan busa sabun sedang saling meremas kedua payudara mereka. Aku lalu berdiri di bawah pancuran dan kuhidupkan kran. Ambar bangkit dari bath tub dan menutup kran pancuran. Dia lalu berdiri dibelakangku dan mengambil body shower. Diusapkannya body shower ke kedua payudaraku dari belakang dan kemudian meremas-remas kedua payudaraku. Aku membalik tubuhku dan membalas meremas kedua payudaranya.


    Dia lalu meratakan body shower ke seluruh tubuhku kemudian memeluk tubuhku. Kemudian tangannya membuka kran pancuran lagi. Kami berdua saling melepaskan pelukan dan saling membilas tubuh kami dan juga meremas kedua payudara serta beberapa bagian tubuh yang lain. Setelah kami berdua bersih dari sabun dan busanya, Ambar mematikan kran pancuran dan keluar dari kamar mandi sambil menggaet handuk. Aku masih berdiri dan melihat Ully yang tidur di bath tub yang airnya sudah kering tinggal busa sabun yang menempel di tubuhnya. Kulihat kedua payudaranya dan lalu kuremas. Setelah itu kutindih tubuhnya dan kami pindah posisi. Aku sekarang di bawah dia di atas dan duduk dengan posisi kedua vagina kami saling menempel. Dia meremas-remas kedua payudaraku. Kemudian dia mengusap seluruh tubuhku dengan busa sabun yang menempel di tubuhnya. Kemudian dia menindihku dan membuka kran bath tub. Kami berdua saling membilas tubuh kami dan juga meremas kedua payudara serta beberapa bagian tubuh yang lain.

    Setelah itu aku lebih dulu keluar dari kamar mandi setelah menghanduki tubuhku. Aku keluar dengan telanjang karena handuknya dipakai oleh Ully. Ambar ternyata tidak berada di kamar. Aku keluar dan kulihat Ambar dengan melilitkan handuk di tubuhnya sedang berjalan ke arahku sambil membawa secangkir kopi. Kusongsong dia dan kucium dia sambil tanganku meraih cangkir dari tangannya. Kuletakkan cangkir ke meja yang ada di sebelah kami berdiri dan tanganku lalu melepas handuk yang dikenakan Ambar. Kupeluk dia bersamaan dengan pelukan Ully dari belakang. Aku ingin mulai dari awal lagi tetapi kudengar klakson mobil. Kami bertiga berhamburan cepat-cepat memakai kembali pakaian. Ternyata ayahku yang datang.

    Hari itu kami tidak melanjutkan percumbuan karena ayahku seharian di rumah. Ambar dan Ully juga pulang ke kostnya masing-masing. Tetapi di hari-hari selanjutnya kami bertiga bercumbu kembali. Entah di rumahku pada saat sepi atau di tempat kost Ambar atau di tempat kost Ully. Tapi sejak awal bulan Agustus tahun 2000 lalu Ully telah mempunyai pasangan cewek baru yang masih muda dan memutuskan berpisah denganku dan Ambar. Perpisahan dirayakan dengan bercumbu semalam suntuk antara aku, Ambar, Ully dan ceweknya. Sejak itu aku hanya bercumbu dengan Ambar. Begitulah pengalamanku bercumbu dengan sesama wanita.

  • Kisah Memek tradisi ngeseks di kamar kost

    Kisah Memek tradisi ngeseks di kamar kost


    2551 views

    Duniabola99.com – Sudah lama aku dan beberapa temanku mengincar sebuah kost putri yang masih baru didaerahku. Daerah dekat kampungku terdapat perumahan yang masih tergolong baru dan tempatnya cukup terpencil ditengah sawah yang kebetulan belum banyak berpenghuni. Hanya ada 5 rumah yang baru dibangun, dan yang ditempati baru satu dan itupun ditempati oleh 4 orang cewek yang kebetulan kost disitu. Kami sering memperhatikan mereka pada saat mereka sering lewat membeli barang kebutuhan dikampungku. Mereka semua cantik cantik dan putih. Belakangan kami mulai mengenal nama nama mereka. Mereka semua berasal dari luar daerah yang baru masuk kuliah semester pertama.


    Suatu malam pada saat aku ,Joni,Bram,Agung sedang minum minuman keras salah seorang cewek penghuni kost yang bernama Tia baru saja melewati kami memakai kaos ketat dan celana pendek. Timbul pikiran jahat dibenakku dan kucetuskan pada teman-temanku.
    “Wah Jon….cakep dan sexi juga ya penghuni kost itu..?” pancingku.
    “iya tuh..sexi banget….wah sayang karena orang kayak kita kan bisanya cuman
    ngeliat aja…”

    Bram pun menimpali ” Bener cewek gitu ga bakalan mau sama orang kayak kita kita Jon..”
    Lalu aku kemabali memancing mereka..”Klo emang ga mau kenapa gak kita perkosa aja sekalian rame-rame..kan bukannya dia juga ga bakalan jadi milik kita….?”
    “Gila loh ….entar dipenjara gimana..?” sahut Agung.
    “Ga bakalan ….. asal tahu caranya bro…” Sahutku
    “Maksud loe gimana jack..?” Tanya Bram.

    Aku mengeluarkan sebuah handycam dari tasku dan beberapa tutup kepala yang memang sudah lama aku siapkan
    “Ini nih jurus ampuh memperkosa tanpa takut dilaporkan kepolisi..mau tahu caranya..?” Aku berkata kepada Agung “Kamu bisa gunakan ini kan..Gung.?” Agung tersenyum simpul dan mengangguk. “Jadi kita gunakan kamera ini saat kita memperkosa mereka dan kita gunakan sebagai ancaman klo mereka berani melapor..!!!!” Dan aksi itupun tak lama akan Dimulai……
    ******
    Waktu menunjukkan pukul 22.30, perlahan kami satu persatu memanjat dinding belakang kost putri yang tidak terlalu tinggi itu. Pelan pelan kubuka pintu dapur yang tidak terkunci dan menuju kedalam pelan pelan diikuti oleh teman temanku. Aku melihat hanya ada 2 motor yang terparkir berarti hanya ada dua penghuni kost saat ini.

    Darahku terkesiap ketika melihat salah satu kamar tidak terkunci dengan pintu sedikit terbuka, aku melihat tia sedang tidur dengan paha mulus putihnya yang terbuka. Aku segera membagi 2 kelompok masing masing dua orang. Aku dan Agung memasuki kamar Tia dan kelompok kedua Bram dengan Joni mengetuk kamar Heni.

    Bram mengetuk kamar Heni perlahan..rupanya Tia terbangun terlebih dahulu karena kamar mereka bersebelahan. namun aku dan Agung sudah bersiap dan segera menempelkan golok dileher Tia. “Diem lo jangan bertingkah..!!!!!!” Tia terkejut dan masih terdiam. “Coba panggil temen kamu yang masih tidur dari sini..!!” wajah Tia pucat dan dengan gemetar memanggil temannya, “Hen…bangun Heniii…tolongin gue Heenn…” panggil Tia dengan suara gemetar. Sementara Bram masih mengetuk kamar Heni.


    Tak lama pintu dibuka dan Bram langsung menyergap Heni sambil menempelkan goloknya pula.Heni terkejut dan langsung pucat, dia tidak berani berteriak.
    “Ringkus dan ikat dia dengan lakban Bram..!! Biar dia menikmati tontonan gratis antara aku dan temannya ha..ha..ha…” perintahku.
    Setelah Heni diringkus oleh kedua temanku, aku segera memakai topengku dan memberi isyarat ke Agung supaya menyalakan handycam.
    Tia semakin pucat dan mulai memohon “Ampun bang …tolong jangan perkosa kami..ini kami ada sedikit uang untuk Abang..ambil semua yang Abang mau tapi tolong jangan perkosa kami bang..” Kata Tia hampir menangis.
    Aku tampar wajah Tia, “Diem loh jangan berisik..!!” lalu mendorong tubuh mungil Tia keatas tempat tidurnya yang indah. Tia mulai terisak, aku tak perduli.

    Aku segera meraih daster tipisnya dan kurobek dengan kasar. Tia mencoba berguling kesamping sambil menutupi daerah dadanya sambil menyembunyikan wajahnya yang manis. Aku segera meraih tubuhnya dan kutelentangkan dengan paksa. Aku membuka silangan tangan didada Tia dan dengan kasar sekali lagi aku merobek BH Tia yang hanya berukuran 32 B.Tampaklah kedua bukit indah yang mungil dengan puting susu yang memerah.
    “Singkirkan tangan elo sekarang atau gua pukul lagi kamu..!!” perlahan lahan Tia menurut. Aku mulai meremas dan menciumi buah dada indah itu, sementara Tia masih terisak.Heni yang terbelenggu dipaksa kedua temanku untuk melihat semua kejadian itu. Aku membuka seluruh pakaianku, dan aku menjambak rambut Tia sehingga wajahnya terangkat.
    “Nih kulum penis gue..awas klo ga mau gue bunuh kamu sekarang juga..!!!” Kataku

    Tia menurut.. Oooh betapa nikmat rasanya ketika mulut mungil berbibir tipis itu mulai mengulum penisku. “Heh..setan!! Awas jangankena gigi elo rasanya sakit tahu…!!!” aku memaklumi karena mungkin Tia baru pertama kali ini mengulum penis seorang cowok. Dan aku segera memaju mundurkan wajah Tia dipenisku dengan menjambak rambutnya. Tanpa membuang waktu lagi aku segera memerintahkan kedua temanku untuk melepaskan Heni dan membuka lakban dimulutnya. Aku memerintahkan Heni supaya masuk keranjang dimana Tia sedang mengulum penisku.
    “Buka bajumu…dan jilat vagina temanmu ini..awas kalau tidak mau menurut gue bunuh kamu sekarang juga..!!’ Kataku. Bram dan Joni terkekeh melihatku.
    “Bisa aja kamu jack..wah wah..wah sekali dapet dua lalat nih ayo terusin jack..!!”
    kata mereka.
    Agung masih menyorot semua kejadian itu dengan handycamku.

    Bram dan Joni mulai melepaskan semua pakaian mereka dan mengocok penis mereka , rupanya mereka juga terangsang melihatku.
    Seperti perintahku setelah aku mengatur posisi sedemikian rupa, heni mulai menjilati vagina Tia dengan ragu-ragu. “Ayo yang mesra jilatin vagina Tia..!! Kalau tidak bisa kupotong lidahmu ..!!” gertakku. Heni menuruti kata kataku. Wajahnya semakin pucat dan hampir menangis. Setelah dia menjilati vagina Tia, rupanya kuluman tia pada penisku mulai kacau, oleh sebab kenikmatan yang ditimbulkanHeni pada vaginanya. Aku tersenyum melihatnya.

    Birahiku segera memuncak dan segera ingin memperkosa vagina milik Tia yang terlihat sempit itu. Kemudian aku menyuruh tia untuk berhenti dan tidur terlentang. Aku menyuruh Heni untuk meletakkan vaginanya diatas mulut Tia.
    “Nah sekarang gantian elo yang jilatin vagina milik Heni..jangan mau enaknya saja ya..!!” Tia pucat tapi dia menurut. wajah Tia terbenam diselangkangan milik Heni sementara mereka semua hanya terdiam ketakutan menuruti perintahku. Aku memposisikan penisku divagina Tia,sambil terus berusaha menyodok vaginanya aku terus meremas dan menciumi buah dada Heni yang berukuran sedang dan indah pula.


    Lubang Tia masih terasa begitu sempit,walaupun terlihat kesakitan dia masih terus berusaha menjilati vagina Heni. Lubang milik Tia sudah basah akibat jilatan Heni tadi, dan Drrrt..drrt..drrt.aku segera memompa memasukkan penisku dalam vagina perawan milik Tia. Sempit sekali rasanya sehingga menimbulkan sensasi nikmat yang luar biasa dipenisku.
    “Aah..tolong sudah bang sakit bang…aduh..sakit bang..tolong…!!” Jerit Tia
    Bram segera mendatangi Tia dan menampar mulutnya ..PLAK..!!!
    “Diem Loe dan jangan coba coba bersuara lagi..!! Jilatin terus mem*k temen kamu itu!!!” kata Bram.
    Air mata Tia tak dapat dibendung lagi menahan perih, dan aku semakin tak peduli. Semakin cepat aku memompa penisku dalam vaginanya, sambil aku terus meremas dan mencium buah dada Heni yang vaginanya masih terus dijilatin oleh Tia.
    Sepuluh menit kemudian …..Crrooot ! spermaku tumpah didalam vagina Tia. Aku mengentikan aktivitas penisku didalam vagina Tia. Terasa berdenyut denyut nikmat dinding vagina Tia. Sementara aku berhenti kini rupanya giliran Heni yang tiba tiba mengejang …rupanya dia juga mengalami orgasme karena jilatan Tia pada vaginanya.

    Melihat hal itu aku jadi kembali terangsang dan penisku bangkit berdiri lagi. Aku menyuruh mereka bertukar posisi. Sekarang posisi Tia ditempati oleh Heni begitu pula sebaliknya. sekarang vagina Tia-lah yang dijilatin oleh Heni. Darah keperawanan Tia masih meleleh dipahanya bercampur spermaku. Aku mmerintahkan Heni untuk menjilati bersih sperma bercampur darahku dipaha Tia. Heni yang ketakutan itu hanya menurut sambil menangis, sesekali terlihat dia seperti mau muntah namun ditahannya.
    “Awas klo elo sampai muntah gue keluarin semua isi perut eloe..ngerti..?” ancamku pada Heni. Gadis itu semakin ketakutan.
    Kini penisku sudah berada dibibir vagina Heni, sementara Heni masih menjilatin vagina milik Tia yang baru saja kehilangan keperawanannya , aku terus mencumbu dan meremas dada Tia.

    vagina Heni rupanya memang lebih sempit, aku sampai kesulitan beberapa kali membobol keperawanan miliknya. Sampai aku akhirnya benar-benar memaksa penisku barulah aku dapat menembus vagina Heni. Jujur saja ketika memerawani Heni penisku agak sakit karena memang vagina Heni lebih sempit dari vagina milik Tia. Setelah beberapa saat setelah penisku berada dalam vagina Heni yang sudah berdenyut dari sejak awal perawannya kubobol, aku mulai menggerakkan penisku maju mundur . Gilaaa…!! vagina Heni lebih nikmat dari vagina Tia karena memang bentuk tubuh Heni lebih kecil dari bentuk tubuh Tia.

    Setengah jam aku memompa vagina Heni sampai akhirnya aku memuntahkan spermaku jauh labih banyak daripada spermaku di vagina Tia. Setelah aku menghabiskan spermaku diliang vagina Heni , aku meyuruh Tia untuk kembali mengulum penisku membersihkan sisa darah keperawanan Heni yang masih melekat di penisku.
    Lalu aku berpaling kepada ktiga temanku yang sudah menunggu dengan telanjang dan masing masing penis yang sudah ngaceng.
    “Bagaimana..?” Tanyaku……”
    “Hebat Jack…….sampai sampai gue ama Joni udah ga tahan niiih…!!!” Kata Bram
    “sabar..sabar dulu ya kalian pasti akan menerima bagian masing masing..”
    “biar mereka bersihkan vagina mereka dahulu ….ya..?” Kataku
    Bram sudah tidak sabar lagi, namun aku mencegahnya.
    “Coba lihat dulu ini…”

    Lalu aku segera memerintahkan kedua gadis itu untuk saling menjilati vagina temannnya hingga bersih.
    Bram tertawa lebar”ha.ha..ha..betul juga maksud elo jack..masa kami dikasih bekas kecap elo…ha..ha..ha”
    Setelah mereka melihat kedua vagina milik Sinta dan Tia sudah terlihat bersih dari spermaku dan ceceran darah keperawanan mereka yang masih menempel dipaha. Bram dan joni segera menyergap dan meperkosa kedua gadis malang itu, dilanjutkan dengan acara bertukar pasangan dan tak ketinggalan pula Agus sang ‘kameramen’ yang merekam semua adegan pemerkosaan itu.


    Setelah hari menjelang subuh kami menguras seluruh harta kedua gadis itu termasuk motor ATM dan nomer Pin serta perhiasan yang tidak sedikit jumlahnya. Maklum sepertinya mereka anak orang kaya. Sebelum meninggalkan mereka aku sempat mengancam, kalau berani amcam-macam, adegan pemerkosaan itu akan kami sebarluaskan. Setelah itu kami semua pergi meninggalkan mereka hingga beberapa bulan lamanya.

    Rupanya rahasia itu masih tersimpan rapi oleh mereka, karena setelah sekian lama kami merantau dan memutuskan untuk pulang kampung ternyata tidak ada tanda tanda bahwa kami dicari oleh pihak kepolisian. Hanya saja Tia dan Heni sudah tidak bertempat tinggal dokostnya lagi, rupanya mereka telah pindah.

  • Kisah Memek Pin Putih Indahnya Memekmu

    Kisah Memek Pin Putih Indahnya Memekmu


    2550 views


    Duniabola99.com – Kurasa tidak perlu aku ceritakan tentang nama dan asalku, serta tempat dan alamatku sekarang. Usiaku sekarang sudah mendekati empat puluh tahun, kalau dipikir-pikir seharusnya aku sudah punya anak, karena aku sudah menikah hampir lima belas tahun lamanya. Walaupun aku tidak begitu ganteng, aku cukup beruntung karena mendapat isteri yang menurutku sangat cantik. Bahkan dapat dikatakan dia yang tercantik di lingkunganku, yang biasanya menimbulkan kecemburuan para tetanggaku. Link Alternatif Nova88

     

    Isteriku bernama Resty. Ada satu kebiasaanku yang mungkin jarang orang lain miliki, yaitu keinginan sex yang tinggi. Mungkin para pembaca tidak percaya, kadang-kadang pada siang hari selagi ada tamu pun sering saya mengajak isteri saya sebentar ke kamar untuk melakukan hal itu. Yang anehnya, ternyata isteriku pun sangat menikmatinya. Walaupun demikian saya tidak pernah berniat jajan untuk mengimbangi kegilaanku pada sex. Mungkin karena belum punya anak, isteriku pun selalu siap setiap saat.

    Kegilaan ini dimulai saat hadirnya tetangga baruku, entah siapa yang mulai, kami sangat akrab. Atau mungkin karena isteriku yang supel, sehingga cepat akrab dengan mereka. Suaminya juga sangat baik, usianya kira-kira sebaya denganku. Hanya isterinya, woow busyet.., selain masih muda juga cantik dan yang membuatku gila adalah bodynya yang wah, juga kulitnya sangat putih mulus.

    Mereka pun sama seperti kami, belum mempunyai anak. Mereka pindah ke sini karena tugas baru suaminya yang ditempatkan perusahaannya yang baru membuka cabang di kota tempatku. Aku dan isteriku biasa memanggil mereka Mas Agus dan Mbak Rini. Selebihnya saya tidak tahu latar belakang mereka. Boleh dibilang kami seperti saudara saja karena hampir setiap hari kami ngobrol, yang terkadang di teras rumahnya atau sebaliknya.

    Pada suatu malam, saya seperti biasanya berkunjung ke rumahnya, setelah ngobrol panjang lebar, Agus menawariku nonton VCD blue yang katanya baru dipinjamnya dari temannya. Aku pun tidak menolak karena selain belum jauh malam kegiatan lainnya pun tidak ada. Seperti biasanya, film blue tentu ceritanya itu-itu saja. Yang membuatku kaget, tiba-tiba isteri Agus ikut nonton bersama kami.

    “Waduh, gimana ini Gus..? Nggak enak nih..!”
    “Nggak apa-apalah Mas, toh itu tontonan kok, nggak bisa dipegang. Kalau Mas nggak keberatan, Mbak Res diajak sekalian.” katanya menyebut isteriku.
    Aku tersinggung juga waktu itu. Tapi setelah kupikir-pikir, apa salahnya? Akhirnya aku pamit sebentar untuk memanggil isteriku yang tinggal sendirian di rumah.

    “Gila kamu..! Apa enaknya nonton gituan kok sama tetangga..?” kata isteriku ketika kuajak.
    Akhirnya aku malu juga sama isteriku, kuputuskan untuk tidak kembali lagi ke rumah Agus. Mendingan langsung tidur saja supaya besok cepat bangun. Paginya aku tidak bertemu Agus, karena sudah lebih dahulu berangkat. Di teras rumahnya aku hanya melihat isterinya sedang minum teh. Ketika aku lewat, dia menanyaiku tentang yang tadi malam. Aku bilang Resty tidak mau kuajak sehingga aku langsung saja tidur.


    Mataku jelalatan menatapinya. Busyet.., dasternya hampir transparan menampakkan lekuk tubuhnya yang sejak dulu menggodaku. Tapi ah.., mereka kan tetanggaku. Tapi dasar memang pikiranku sudah tidak beres, kutunda keberangkatanku ke kantor, aku kembali ke rumah menemui isteriku. Seperti biasanya kalau sudah begini aku langsung menarik isteriku ke tempat tidur. Mungkin karena sudah biasa Resty tidak banyak protes. Yang luar biasa adalah pagi ini aku benar-benar gila. Aku bergulat dengan isteriku seperti kesetanan. Kemaluan Resty kujilati sampai tuntas, bahkan kusedot sampai isteriku menjerit. Edan, kok aku sampai segila ini ya, padahal hari masih pagi.Tapi hal itu tidak terpikirkan olehku lagi.

    Isteriku sampai terengah-engah menikmati apa yang kulakukan terhadapnya. Resty langsung memegang kemaluanku dan mengulumnya, entah kenikmatan apa yang kurasakan saat itu. Sungguh, tidak dapat kuceritakan.
    “Mas.., sekarang Mas..!” pinta isteriku memelas.
    Akhirnya aku mendekatkan kemaluanku ke lubang kemaluan Resty. Dan tempat tidur kami pun ikut bergoyang.

    Setelah kami berdua sama-sama tergolek, tiba-tiba isteriku bertanya, “Kok Mas tiba-tiba nafsu banget sih..?”
    Aku diam saja karena malu mengatakan bahwa sebenarnya Rini lah yang menaikkan tensiku pagi ini.

    Sorenya Agus datang ke rumahku, “Sepertinya Mas punya kelainan sepertiku ya..?” tanyanya setelah kami berbasa-basi.
    “Maksudmu apa Gus..?” tanyaku heran.
    “Isteriku tadi cerita, katanya tadi pagi dia melihat Mas dan Mbak Resty bergulat setelah ngobrol dengannya.”
    Loh, aku heran, dari mana Rini nampak kami melakukannya? Oh iya, baru kusadari ternyata jendela kamar kami saling berhadapan.
    Agus langsung menambahkan, “Nggak usah malu Mas, saya juga maniak Mas.” katanya tanpa malu-malu.

    “Begini saja Mas,” tanpa harus memahami perasaanku, Agus langsung melanjutkan, “Aku punya ide, gimana kalau nanti malam kita bikin acara..?”
    “Acara apa Gus..?” tanyaku penasaran.
    “Nanti malam kita bikin pesta di rumahmu, gimana..?”
    “Pesta apaan..? Gila kamu.”
    “Pokoknya tenang aja Mas, kamu cuman nyediain makan dan musiknya aja Mas, nanti minumannya saya yang nyediain. Kita berempat aja, sekedar refresing ajalah Mas, kan Mas belum pernah mencobanya..?”


    Malamnya, menjelang pukul 20.00, Agus bersama isterinya sudah ada di rumahku. Sambil makan dan minum, kami ngobrol tentang masa muda kami. Ternyata ada persamaan di antara kami, yaitu menyukai dan cenderung maniak pada sex. Diiringi musik yang disetel oleh isteriku, ada perasaan yang agak aneh kurasakan. Aku tidak dapat menjelaskan perasaan apa ini, mungkin pengaruh minuman yang dibawakan Agus dari rumahnya.

    Tiba-tiba saja nafsuku bangkit, aku mendekati isteriku dan menariknya ke pangkuanku. Musik yang tidak begitu kencang terasa seperti menyelimuti pendengaranku. Kulihat Agus juga menarik isterinya dan menciumi bibirnya. Aku semakin terangsang, Resty juga semakin bergairah. Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini. Tidak berapa lama Resty sudah telanjang bulat, entah kapan aku menelanjanginya. Sesaat aku merasa bersalah, kenapa aku melakukan hal ini di depan orang lain, tetapi kemudian hal itu tidak terpikirkan olehku lagi. Seolah-olah nafsuku sudah menggelegak mengalahkan pikiran normalku.

    Kuperhatikan Agus perlahan-lahan mendudukkan Rini di meja yang ada di depan kami, mengangkat rok yang dikenakan isterinya, kemudian membukanya dengan cara mengangkatnya ke atas. Aku semakin tidak karuan memikirkan kenapa hal ini dapat terjadi di dalam rumahku. Tetapi itu hanya sepintas, berikutnya aku sudah menikmati permainan itu. Rini juga tinggal hanya mengenakan BH dan celana dalamnya saja, dan masih duduk di atas meja dengan lutut tertekuk dan terbuka menantang.

    Perlahan-lahan Agus membuka BH Rini, tampak dua bukit putih mulus menantang menyembul setelah penutupnya terbuka.
    “Kegilaan apa lagi ini..?” batinku.
    Seolah-olah Agus mengerti, karena selalu saya perhatikan menawarkan bergantian denganku. Kulihat isteriku yang masih terbaring di sofa dengan mulut terbuka menantang dengan nafas tersengal menahan nafsu yang menggelora, seolah-olah tidak keberatan bila posisiku digantikan oleh Agus.


    Kemudian kudekati Rini yang kini tinggal hanya mengenakan celana dalam. Dengan badan yang sedikit gemetar karena memang ini pengalaman pertamaku melakukannya dengan orang lain, kuraba pahanya yang putih mulus dengan lembut. Sementara Agus kulihat semakin beringas menciumi sekujur tubuh Resty yang biasanya aku lah yang melakukannya.

    Perlahan-lahan jari-jemariku mendekati daerah kemaluan Rini. Kuelus bagian itu, walau masih tertutup celana dalam, tetapi aroma khas kemaluan wanita sudah terasa, dan bagian tersebut sudah mulai basah. Perlahan-lahan kulepas celana dalamnya dengan hati-hati sambil merebahkan badannya di atas meja. Nampak bulu-bulu yang belum begitu panjang menghiasi bagian yang berada di antara kedua paha Rini ini.

    “Peluklah aku Mas, tolonglah Mas..!” erang Rini seolah sudah siap untuk melakukannya.
    Tetapi aku tidak melakukannya. Aku ingin memberikan kenikmatan yang betul-betul kenikmatan kepadanya malam ini. Kutatapi seluruh bagian tubuh Rini yang memang betul-betul sempurna. Biasanya aku hanya dapat melihatnya dari kejauhan, itu pun dengan terhalang pakaian. Berbeda kini bukan hanya melihat, tapi dapat menikmati. Sungguh, ini suatu yang tidak pernah terduga olehku. Seperti ingin melahapnya saja.

    Kemudian kujilati seluruhnya tanpa sisa, sementara tangan kiriku meraba kemaluannya yang ditumbuhi bulu hitam halus yang tidak begitu tebal. Bagian ini terasa sangat lembut sekali, mulut kemaluannya sudah mulai basah. Perlahan kumasukkan jari telunjukku ke dalam.
    “Sshh.., akh..!” Rini menggelinjang nikmat.
    Kuteruskan melakukannya, kini lebih dalam dan menggunakan dua jari, Rini mendesis.


    Kini mulutku menuju dua bukit menonjol di dada Rini, kuhisap bagian putingnya, tubuh Rini bergetar panas. Tiba-tiba tangannya meraih kemaluanku, menggenggam dengan kedua telapaknya seolah takut lepas. Posisi Rini sekarang berbaring miring, sementara aku berlutut, sehingga kemaluanku tepat ke mulutnya. Perlahan dia mulai menjilati kemaluanku. Gantian badanku sekarang yang bergetar hebat.

    Rini memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. Ya ampun, hampir aku tidak sanggup menikmatinya. Luar biasa enaknya, sungguh..! Belum pernah kurasakan seperti ini. Sementara di atas Sofa Agus dan isteriku seperti membentuk angka 69. Resty ada di bawah sambil mengulum kemaluan Agus, sementara Agus menjilati kemaluan Resty. Napas kami berempat saling berkejaran, seolah-olah melakukan perjalanan panjang yang melelahkan. Bunyi Music yang entah sudah beberapa lagu seolah menambah semangat kami.

    Kini tiga jari kumasukkan ke dalam kemaluan Rini, dia melenguh hebat hingga kemaluanku terlepas dari mulutnya. Gantian aku sekarang yang menciumi kemaluannya. Kepalaku seperti terjepit di antara kedua belah pahanya yang mulus. Kujulurkan lidahku sepanjang-panjangnya dan kumasukkan ke dalam kemaluannya sambil kupermainkan di dalamnya. Aroma dan rasanya semakin memuncakkan nafsuku. Sekarang Rini terengah-engah dan kemudian menjerit tertahan meminta supaya aku segera memasukkan kemaluanku ke lubangnya.

    Cepat-cepat kurengkuh kedua pahanya dan menariknya ke bibir meja, kutekuk lututnya dan kubuka pahanya lebar-lebar supaya aku dapat memasukkan kemaluanku sambil berjongkok. Perlahan-lahan kuarahkan senjataku menuju lubang milik Rini.
    Ketika kepala kemaluanku memasuki lubang itu, Rini mendesis, “Ssshh.., aahhk.., aduh enaknya..! Terus Mas, masukkan lagi akhh..!”
    Dengan pasti kumasukkan lebih dalam sambil sesekali menarik sedikit dan mendorongnya lagi. Ada kenikmatan luar biasa yang kurasakan ketika aku melakukannya. Mungkin karena selama ini aku hanya melakukannya dengan isteriku, kali ini ada sesuatu yang tidak pernah kurasakan sebelumnya.


    Tanganku sekarang sudah meremas payudara Rini dengan lembut sambil mengusapnya. Mulut Rini pun seperti megap-megap kenikmatan, segera kulumat bibir itu hingga Rini nyaris tidak dapat bernapas, kutindih dan kudekap sekuat-kuatnya hingga Rini berontak. Pelukanku semakin kuperketat, seolah-olah tidak akan lepas lagi. Keringat sudah membasahi seluruh tubuh kami. Agus dan isteriku tidak kuperhatikan lagi. Yang kurasakan sekarang adalah sebuah petualangan yang belum pernah kulalui sebelumnya. Pantatku masih naik turun di antara kedua paha Rini.

    Luar biasa kemaluan Rini ini, seperti ada penyedot saja di dalamnya. Kemaluanku seolah tertarik ke dalam. Dinding-dindingnya seperti lingkaran magnet saja. Mata Rini merem melek menikmati permainan ini. Erangannya tidak pernah putus, sementara helaan napasnya memburu terengah-engah.Posisi sekarang berubah, Rini sekarang membungkuk menghadap meja sambil memegang kedua sisi meja yang tadi tempat dia berbaring, sementara saya dari belakangnya dengan berdiri memasukkan kemaluanku. Hal ini cukup sulit, karena selain ukuran kemaluanku lumayan besar, lubang kemaluan Rini juga semakin ketat karena membungkuk.

    Kukangkangkan kaki Rini dengan cara melebarkan jarak antara kedua kakinya. Perlahan kucoba memasukkan senjataku. Kali ini berhasil, tapi Rini melenguh nyaring, perlahan-lahan kudorong kemaluanku sambil sesekali menariknya. Lubangnya terasa sempit sekali. Beberapa saat, tiba-tiba ada cairan milik Rini membasahi lubang dan kemaluanku hingga terasa nikmat sekarang. Kembali kudorong senjataku dan kutarik sedikit. Goyanganku semakin lincah, pantatku maju mundur beraturan. Sepertinya Rini pun menikmati gaya ini.


    Buah dada Rini bergoyang-goyang juga maju-mundur mengikuti irama yang berasal dari pantatku. Kuremas buah dada itu, kulihat Rini sudah tidak kuasa menahan sesuatu yang tidak kumengerti apa itu. Erangannya semakin panjang. Kecepatan pun kutambah, goyangan pinggul Rini semakin kuat. Tubuhku terasa semakin panas. Ada sesuatu yang terdorong dari dalam yang tidak kuasa aku menahannya. Sepertinya menjalar menuju kemaluanku. Aku masih berusaha menahannya.

    Segera aku mencabut kemaluanku dan membopong tubuh Rini ke tempat yang lebih luas dan menyuruh Rini telentang di bentangan karpet. Secepatnya aku menindihnya sambil menekuk kedua kakinya sampai kedua ujung lututnya menempel ke perut, sehingga kini tampak kemaluan Rini menyembul mendongak ke atas menantangku. Segera kumasukkan senjataku kembali ke dalam lubang kemaluan Rini.

    Pantatku kembali naik turun berirama, tapi kali ini lebih kencang seperti akan mencapai finis saja. Suara yang terdengar dari mulut Rini semakin tidak karuan, seolah menikmati setiap sesuatu yang kulakukan padanya. Tiba-tiba Rini memelukku sekuat-kuatnya. Goyanganku pun semakin menjadi. Aku pun berteriak sejadinya, terasa ada sesuatu keluar dari kemaluanku. Rini menggigit leherku sekuat-kuatnya, segera kurebut bibirnya dan menggigitnya sekuatnya, Rini menjerit kesakitan sambil bergetar hebat.

    Mulutku terasa asin, ternyata bibir Rini berdarah, tapi seolah kami tidak memperdulikannya, kami seolah terikat kuat dan berguling-guling di lantai. Di atas sofa Agus dan isteriku ternyata juga sudah mencapai puncaknya. Kulihat Resty tersenyum puas. Sementara Rini tidak mau melepaskan kemaluanku dari dalam kemaluannya, kedua ujung tumit kakinya masih menekan kedua pantatku. Tidak kusadari seluruh cairan yang keluar dari kemaluanku masuk ke liang milik Rini. Kulihat Rini tidak memperdulikannya.


    Perlahan-lahan otot-ototku mengendur, dan akhirnya kemaluanku terlepas dari kemaluan Rini. Rini tersenyum puas, walau kelelahan aku pun merasakan kenikmatan tiada tara. Resty juga tersenyum, hanya nampak malu-malu. Kemudian memunguti pakaiannya dan menuju kamar mandi.

    Hingga saat ini peristiwa itu masih jelas dalam ingatanku. Agus dan Rini sekarang sudah pindah dan kembali ke Jakarta. Sesekali kami masih berhubungan lewat telepon. Mungkin aku tidak akan pernah melupakan peristiwa itu. Pernah suatu waktu Rini berkunjung ke rumah kami, kebetulan aku tidak ada di rumah. Dia hanya ketemu dengan isteriku. Seandainya saja..

  • Seks Dengan Kekasih Akibat Rindu

    Seks Dengan Kekasih Akibat Rindu


    2549 views


    Siang itu di sebuah rumah yang cukup asri, seorang gadis yang berambut panjang terurai dengan raut wajah yang manis terlihat sedang menanti kedatangan seseorang. Tiba-tiba datang seorang pemuda yang mengenakan kaos biru di padu dengan jeans warna serupa. Dia berjalan menuju kerumah gadis yang sedang asyik duduk di depan rumahnya, si gadis sesekali mengawasi depan rumahnya kalau-kalau yang di tunggu sudah datang atau belum.

    Dengan senyum yang manis kemudian gadis itu menyapa sang pemuda yang kelihatan rapi, harum dan segar siang itu.

    “Hallo Mas Adietya sayang..” sapanya dengan panggilan khas yang mesra ke padaku.
    “Hallo juga.. Sayang,” balasku pendek.
    “Sudah lama yah nunggunya,” lanjutku lagi.

    Antara aku dan si gadis memang terlihat mesra di setiap kesempatan apa aja. Baik itu melalui panggilan ataupun sikap terhadap masing-masing. Seperti halnya siang itu, yang kebetulan keadaan di rumah sang gadis nampaknya sedang sepi, dia bilang ortunya lagi ke rumah saudaranya yang pulangnya nanti sore.

    Dengan masih menyimpan rasa rindu yang tertahan, aku memeluk gadis pujaanku dengan mesra, sambil membisikan kata.

    “Adiet kangen banget nih sayang,” bisikku di telinga nya sambil mencumbu daun telinganya.
    “aku juga kangen Mas sayang..” jawabnya pelan.

    Kemudian kita terlibat perbincangan sesaat, yang selanjutnya aku merengkuh bahu si gadis dan mengajaknya masuk ke dalam ruangan tamu. Di sofa kita duduk sangat dekat sekali, sampai-sampai kita bisa merasakan hembusan nafas masing-masing, saat kita bertatapan wajah.

    “Kamu cantik sekali siang ini sayang..” kataku lembut.

    Sembari tanganku meremas kedua tangannya dan kemudian aku lanjutkan untuk menarik tubuhnya lebih rapat. Si gadis tak menjawab hanya tersipu raut wajahnya, yang di ekspresikan dengan memelukku erat. Tanganku kemudian memegang kedua pipinya dan tak lama bibirku sudah mengulum bibirnya yang terbuka sedikit dan bentuknya yang ranum, sembari dia memejamkan kedua bola matanya.

    Lidahku bermain di rongga mulutnya untuk memberikan perasaan yang membuat nya mendesah sesaat setelahnya. Di balik punggungnya jemari tanganku dengan lembut masuk ke dalam kaos warna putihnya dan mencoba membuka kaitan bra dari belakang punggungnya. Dengan dua kali gerakan, terbukalah kaitan bra hitamnya yang berukuran 36b itu.

    Jemari tanganku langsung mengelus tepian payudaranya yang begitu kenyal dan menggairahkan itu. Dan tak lama setelah itu jariku sudah memilin putingnya yang mulai keras, yang nampaknya dia mulai menikmati dan sudah terangsang diiringi dengan desahannya yang sensual.

    “Ohh.. Mas sayang..” desahnya lembut.

    Sambil memilin, bibirku tak lepas dari bibirnya dan menyeruak lebih ke dalam yang sesekali mulutku menghisap lidahnya keluar masuk. Selanjutnya dengan gerakan pelan aku membuka kaos putihnya dan langsung mulutku menelusuri payudaranya dan berakhir di putingnya yang menonjol kecil. Aku menjulurkan lidahku tepat di ujung payudaranya, yang membuat dia menggelinjang dan mendesah kembali.

    “Ohh.. Mas sayang.. Enak sekali.”

    Sesaat aku menghentikan cumbuanku kepadanya dan memegang kedua pipinya kembali sambil membisikkan kata.

    “Sayang.. Payudara kamu sungguh indah bentukya,” bisikku lirih di telinganya.

    Sang gadis hanya mengulum senyumnya yang manis sembari kembali memelukku mesra. Dengan mesra aku mengajak si gadis berjalan ke arah kamarnya yang lumayan besar dan bersih. Layaknya kamar seorang gadis yang tertata rapi dan aroma segar wangi bunga-bunga yang ada ditaman depan kamarnya terhirup olehku saat memasukinya.

    Tak berselang lama kemudian, aku mengangkat tubuh sexy sang gadis dan meletakkannya di atas meja belajar yang ada di kamarnya. Sang gadis masih mengenakan celana jeansnya, kecuali bagian atasnya yang sudah terbuka saat kita berasyik masyuk di ruang tamu. Perlahan aku memeluk tubuh sang gadis kembali, yang aku lanjutkan dengan menjelajahi leher jenjangnya dengan lembut.

    Bibirku mencumbui setiap senti permukaan kulitnya dan berpindah sesaat ketika lidahku mencapai belakang telinganya dan membuat tubuh sang gadis kembali bergetar pelan. Desahan dan getaran tubuhnya menandakan kalau sang gadis sudah sangat terangsang oleh setiap cumbuanku. Tanganku tak tinggal diam sementara bibirku mencumbui setiap titik sensitif yang ada di tubuh sang gadis. Jemariku mulai mengarah kebawah menuju celana jeans nya dan tanpa kesulitan aku menurunkan resliting celananya yang nampak olehku pinggiran celana dalam warna hitamnya yang sexy.

    Kemudian aku melemparkan celana jeansnya ke lantai dan seketika tanganku dengan lembut merengkuh bongkahan pantatnya yang padat berisi. Aku mengelus kedua bongkahannya pelan dan sesekali jariku menyelip di antara tepian celana dalamnya yag membuat bibirnya kembali bergetar mendesah lirih.

    “Oh.. Mas sayang..” desahnya parau.

    Bibirku yang sejak tadi bermain di atas, kemudian berpindah setelah aku merasakan cukup untuk merangsangnya di bagian itu. Lidahku menjulur lembut ketika mencapai permukaan kulit perutnya yang berakhir di pusarnya dan bermain sejenak yang mengakibatkan tubuhnya menggelinjang kedepan.

    “Ssshh..” desisnya lirih.

    Perlahan kemudian aku mulai menurunkan celana dalamnya dan aku membiarkan menggantung di lututnya yang sexy. Kembali aku melanjutkan cumbuan yang mengarah ke tepian pangkal pahanya dengan lembut dan sesekali aku mendengar sang gadis mendesah lagi. Aku mencium aroma khas setelah lidahku mencapai bukitnya yang berbulu hitam dan lebat sekali, namun cukup terawat terlihat olehku sekilas dari bentuk bulu vaginanya yang menyerupai garis segitiga.

    Dan tak lama lidahku sudah menjilati bibir luar vaginanya dengan memutar ujung lidahku lembut. Kemudian aku lanjutkan dengan menjulurkan lebih ke dalam lagi untuk mencapai bibir dalamnya yang sudah sangat basah oleh lendir kenikmatan yang di keluarkan dari lubang vaginanya. Tubuh sang gadis mengelinjang perlahan bersamaan dengan tersentuhnya benjolan kecil di atas vagina miliknya oleh ujung lidahku.

    “Ohh.. Mas sayang” jeritnya tertahan.
    “Aku nggak kuat Mas..” tambahnya lirih.

    Yang aku lanjutkan dengan menghentikan tindakanku sesaat. Aku menurunkan tubuh sang gadis dari atas meja, kemudian aku berdiri tepat di hadapanya yang sudah berjongkok sambil menatap penisku yang sudah berdiri tegang sekali.

    Dengan gerakan lincah bibir sang gadis langsung mengulum kepala penisku dengan lembut dan memutar lidahnya di dalam mulutnya yang mungil dan memilin kepala penisku yang mengkilat. Tubuhku bergetar hebat ketika menerima semua gerakan erotis mulai dari jemari tangannya yang lembut mengelus batang penisku serta bibir dan lidahnya yang lincah menelusuri buah zakarku.

    “Ohh.. Sayang” desahku pelan.

    Rambutnya yang hitam panjang ku remas sebagai expresi dari kenikmatan yang mengalir di sekujur tubuhku. Setelah beberapa saat sang gadis menjelajahi organ sensitifku, aku merengkuh bahunya serta memintanya berdiri dan kembali aku mendudukkan pantatnya yang padat berisi di tepian meja sementara salah satu kaki jenjangnya menjuntai ke lantai.

    Dengan gerakan lembut aku mengangkat paha kirinya dan bertumpu pada lenganku, di saat selanjutnya tangan kiriku memegang batang penisku yang sudah sangat tegang sekali menahan rangsangan yang menggelora dan mengarahkannya tepat di bibir vaginanya yang sudah basah oleh lendir birahi. Pada saat bersamaan ujung telunjukku juga mengelus belahan antara anus dan bibir bawah vaginyanya.

    “Oh.. Mas sayang.. Please.. Aku enggak kuat” jeritnya lirih.

    Aku masih belum merespon atas jeritan lirihnya, sebaliknya aku menundukkan kepala untuk kembali menjilati kedua payudaranya bergantian dan berakhir di puting payudara yang sebelah kiri. Gerakanku membuatnya menggelinjang dan semakin keras desahannya terdengar.

    “Ohh.. Mas sayang.. Sekarang yah” pintanya lirih, dengan mata yang sayup penuh nafsu.

    Perlahan aku mengarahkan batang penisku tepat di belahan vaginanya dan mendorongnya lembut.

    “Slepp..” irama yang di timbulkan ketika penisku sudah menyeruak bibir vaginanya.

    Kembali bibir sang gadis mengeluarkan desahan sexynya.

    “Hekk.. Mmm..” gumamnya lirih.

    Setengah dari batang penisku sudah masuk ke dalam vaginanya, yang aku padukan dengan gerakan bibirku mengulum bibirnya yang ranum serta memilin dan memutar ujung lidahnya lembut. Untuk menambah kenikmatan buat dirinya, aku mulai memajukan sedikit demi sedikit sisa batang penisku ke rongga vaginanya yang paling dalam dan aku mengarahkan ujung penisku menyentuh G-spotnya. Mulut sang gadis menggumam lirih karena mulutku juga masih mengulum bibirnya.

    “Mmm.. Mmm” gumamnya.

    Sambil menahan nikmat, tangan sang gadis menyentuh buah zakarku dan memijitnya lembut yang membuat tubuhku ikut mengelinjang menahan kenikmatan yang sama. Pinggulku membuat gerakan maju mundur untuk kesekian kalinya dan sepertinya sang gadis akan mendapatkan orgasme pertamanya ditandai dengan gerakan tangannya yang merengkuh bahuku erat dan menggigit bibir bawahnya lirih.

    “Ohh.. Mas sayangg..” jeritnya bergetar.

    Bersamaan dengan aliran hangat yang kurasakan di dalam, rongga vaginanya menjepit erat batang penisku. Tangannya merengkuh bongkahan pantatku serta menariknya lebih erat lagi. Tak lama berselang sang gadis kemudian tersenyum manis dan mengecup bibirku kembali sambil mengucapkan kata.

    “Thanks yah.. Mas sayang”ucapnya mesra.

    Aku membalasnya dengan memberikan senyum dan mengatakan.

    “Aku bahagia.. kalau sayang bisa menikmati semua ini” ucapku kemudian.

    Hanya beberapa saat setelah sang gadis mendapatkan orgasmenya, aku membalikkan tubuhnya membelakangiku sembari kedua tanganya berpegang pada pingiran meja. Dengan pelan kutarik pinggangnya sambil memintanya menunduk, maka nampaklah di depanku bongkahan pantatnya yang sexy dengan belahan vaginanya yang menggairahkan.

    Perlahan aku memajukan tubuhku sambil memegang batang penisku dan mengarahkannya tepat di bibir vaginanya, sementara kaki kananku mengeser kaki kanannya untuk membuka pahanya sedikit melebar. Dengan gerakan mantap penisku menyeruak sedikit demi sedikit membelah vaginanya lembut.

    “Slepp..” masuklah setengah batang penisku ke dalam rongga vaginanya.
    “Sss..” sang gadis mendesah menerima desakan penisku.

    Tanganku perlahan meremas payudaranya dari belakang mulai dari yang sebelah kiri dan dilanjutkan dengan yang sebelah kanan secara bergantian. Sementara pinggulku memulai gerakan maju mundur untuk kembali menyeruak rongga vaginanya lebih dalam.

    Posisi ini menimbulkan sensasi tersendiri dimana seluruh batang penisku dapat menyentuh G-spotnya, sementara tanganku dengan bebas menjelajahi seluruh organ sensitifnya mulai dari kedua payudara berikut putingnya dan belahan anus dan bagian tubuh lainnya.

    “Ohh.. Mas sayang” desahnya.

    Ketika ujung jemariku menyentuh lubang anusnya sambil aku berkonsentrasi memaju mundurkan penisku. Setelah cukup beberapa saat aku menggerakan pinggulku memompa belahan vaginanya. Dengan gerakan lembut aku menarik wajahnya mendekat, masih dalam posisi membelakangiku aku mengulum bibirnya dan meremas kedua payudaranya lembut.

    “Sayang aku mau keluar nih,” bisiku lirih.
    “Ohh.. Mas sayang aku juga mau” sahutnya pelan.

    Aku mempercepat gerakanku memompa vaginanya dari belakang tanpa melepas ciumanku di bibirnya dan remasan ku di kedua payudaranya. Pada saat terakhir aku mencengkeram kedua pinggulnya erat dan memajukan penisku lebih dalam.

    “Creett.. Ohh.. Sayang,” jeritku kemudian.

    Menyemburlah spermaku yang cukup banyak ke dalam rongga vaginanya dan beberapa tetes meleleh keluar mengalir di kedua pahanya. Untuk beberapa saat aku mendiamkan kejadian ini sampai akhirnya penisku mengecil dengan sendirinya di dalam vaginanya yang telah memberikan kenikmatan yang tak bisa aku ungkapkan.

    Demikianlah rasa rinduku terhadap kekasihku setelah beberapa lamanya tidak saling bertemu.

  • Video bokep Nathaly Kebangkitan seksual

    Video bokep Nathaly Kebangkitan seksual


    2548 views

  • Kisah Memek Tak bisa menahan nafsu birahi gara-gara tidur sekamar dengan sepupu ku

    Kisah Memek Tak bisa menahan nafsu birahi gara-gara tidur sekamar dengan sepupu ku


    2548 views

    Duniabola99.com – Sebelumnya kuperkenalkan diri namaku Rudy tinggi 170 cm berat badan 55 kg umurku sekarang 20 tahun asalku dari Sragen sekarang aku telah masuk jenjang perguruan tinggi negeri di kota Solo. Pengalaman seks yang pertama kualami terjadi sekitar 3 tahun lalu, tepatnya waktu aku masih duduk di bangku SMU kelas 2. Karena rumahku berasal dari desa maka aku kost dirumah kakakku.


    Saat itu aku tinggal bersama kakak sepupuku yang bernama Mbak Fitri berusia 30 tahun yang telah bersuami dan mempunyai 2 orang putri yang masih kecil-kecil, namun di tempat tinggal bukan hanya kami berempat tapi ada 2 orang lagi adik Mbak Fitri yang bernama Wina waktu itu berumur 19 tahun kelas 3 SMK dan adik dari suami kak Fitri bernama Asih.

    Kejadian tersebut terjadi karena seringnya aku mengintip mereka betiga saat mandi lewat celah di dinding kamar mandi. Biarpun salah satu diantara mereka suadah berumur kepala 3 tapi kondisi tubuhnya sangat seksi dan menggairahkan payudaranya montok, besar dan belahan vaginanya woow…terlihat sangat oh…

    Saat malam hari saat aku tidur dilantai beralaskan tikar, di ruang tamu yang gelap bersama Mbak Wina, awalnya sich aku biasa-biasa saja tapi setelah lama seringnya aku tidur bersama Mbak Wina maka aku akhirnya tak tahan juga. Malam-malam pertama saat dia tertidur pulas aku cuma berani mencium kening dan membelai rambutnya yang harum.

    Malam berikutnya aku sudah mulai berani mencium bibirnya yang seksi mungil, tanganku mulai meremas-remas buah dadanya yang padat berisi lalu memijat-mijat vaginanya yang, oh ternyata empuk bagai kue basah yang……oh…oh.., aku melihat matanya masih terpejam pertanda ia masih tertidur tapi dari mulutnya mendesah dengan suara yang tak karuan.

    “Ah…..ught…..hhhhhh….hmmmm” desahan Mbak Wina mulai terdengar.

    Tanganku terus bergerilya menjamah seluruh tubuhnya.saat aku menciumi vaginanya yang masih tertutup calana, ia mulai terbangun aku takut sekali jangan-jangan ia akan berteriak atau marah-marah tapi dugaan ku meleset. Ia malah berkata,

    ”Dik teruskan….. aku sudah lama mendambakan saat-saat seperti ini ayo teruskan saja……..”

    Bagai mendapat angin segar aku mulai membuka t-shirt yang ia gunakan kini terpampang buah dada yang seksi masih terbungkus BH. BH-nya lalu kubuka dan aku mulai mengulum putingnya yang sudah mengeras gantian aku emut yang kiri dan kanan bergantian.

    “Mbak, maafkan aku tak sanggup menahan nafsu birahiku!”
    “Nggak apa-apa kok dik aku suka kok adik mau melekukan ini pada mbak karena aku belum pernah merasakan yang seperti ini” jawab Mbak Wina.

    Setelah puas kupermainkan payudarnya lalu aku mulai membuka rok bawahannya.biarpun kedaan gelap gulita aku tahu tempat vagina yang menggiurkan, terus kubuka CD nya, lalu kuciumi dengan lembut.

    “Cup…cup…sret…. srettttttttttt”, suara jilatan lidahku.
    “Ought……ought….terus dik enak…..!!!”

    Karena takut ketahuan penghuni rumah yang lain aku dengan segera mengangkan kedua kakinya lalu kumasukkan penisku yang mulai tegang kedalam vaginanya yang basah.

    “Ehmm…oh…ehhhhh…. mmmmhhh”, rintih kakakku keenakan.

    Setelah kira-kira setengah jam aku mulai merasakan kenikmatan yang akan segera memuncak demikian juga dengan dia.

    “Crot..cret…crettttttt…. crettttttttttt”, akhirnya spermaku kukeluarkan di dalam vaginanya.
    “Oh……”

    Rupanya ia masih perawan itu kuketahui karena mencium bau darah segar.


    “Terima kasih dik kamu telah memuaskan Mbak, Mbak sayang padamu lain kali kita sambung lagi yach?”
    “Ok deh mbak”, sahutku.

    Setelah selesai memakai pakaian kembali aku dan dia tidur berpelukan sampai pagi. Sebenarnya kejadian malam itu kurang leluasa karena takut penghuni rumah yang lain pada tahu,sehingga suatu ketika kejadian itu aku ulang lagi.

    Masih ingat dalam ingatan hari itu minggu pagi,saat mbak Fitri dan adiknya Asih bersama keuarga yang lain pergi ke supermarket yang tidak terlalu jauh dari rumah kami.Karena keadaan rumah yang sepi yang ada hanya aku dan Mbak Wina, aku mulai menutup seluruh pintu dan jendela. Kulihat Mbak Wina sedang menyeterika dengan diam-diam aku memeluknya dengan erat dari balakang.

    “Dik jangan sekarang aku lagi nyetrika tunggu sebentar lagi yach…… sayang….!” pinta Kak Wina.

    Tapi aku yang sudah bernafsu nggak memperdulikan ocehannya, segera kumatikan setrika, kuciumi bibirnya dengan ganas.

    “Hm…eght…. hmmmmm……. eght…!”

    Karena masih dalam posisi berdiri sehingga tak leluasa melakukan cumbuan, aku bopong ia menuju ranjang kamar. Kubaringkan ia di ranjang yang bersih itu lalu segera kulucuti semua pakaiannya dan pakaian ku hinggas kami berdua telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menempel.

    Wow……tubuh kakakku ini memang benar sempurna tinggi 165 cm berat sekitar 50 kg sungguh sangat ideal, payudaranya membusung putih bagaikan salju dengan puting merah jambu dan yang bikin dada ini bergetar dibawah pusarnya itu lho……. bukit kecil kembar ditengahnya mengalir sungai di hiasai semak-semak yang rimbun.

    Kami berdua tertawa kecil karena melihat tubuh lawan jenis masing-masing itu terjadi sebab saat kami melakukan yang pertama keadaan sangat gelap gulita tanpa cahaya. Sehingga tidak bias melihat tubuh masing-masing.

    Aku mulai menciumi muka tanpa ada yang terlewatkan, turun ke lehernya yang jenjang kukecupi sampai memerah lalu turun lagi ke payudaranya yang mulai mengeras, kujilati payudara gantian kanan kiri dan kugigit kecil bagian putingnya hingga ia menggelinjang tak karuan.


    Setelah puas bermain di bukit kembar tersebut aku mulai turun ke bawah pusar, ku lipat kakinya hingga terpampang jelas seonggok daging yang kenyal di tumbuhi bulu yang lebat. Lidahku mulai menyapu bagian luar lanjut ke bagian dinding dalam vagina itu, biji klitorisnya ku gigit pelan sampai ia keenakan menjambak rambutku.

    “Ught..ugh…hah oh….oh…..”desahan nikmat keluar dari mulut Kak Wina.

    Setelah kira-kira 15 menit aku permainkan vaginanya rasanya ada yang membanjir di vaginanya rasanya manis asin campur aduk tak karuan kusedot semua cairan itu sampai bersih, rupanya ia mulai orgasme. Ah enaknya..

  • Kisah Memek Titipan spesial khusus untuk om robert

    Kisah Memek Titipan spesial khusus untuk om robert


    2547 views

    Duniabola99.com – Namaku Karina, usiaku 17 tahun dan aku adalah anak kedua dari pasangan Menado-Sunda. Kulitku putih, tinggi sekitar 168 cm dan berat 50 kg. Rambutku panjang sebahu dan ukuran dada 36B. Dalam keluargaku, semua wanitanya rata-rata berbadan seperti aku, sehingga tidak seperti gadis-gadis lain yang mendambakan tubuh yang indah sampai rela berdiet ketat. Di keluarga kami justru makan apapun tetap segini-segini saja.Suatu sore dalam perjalanan pulang sehabis latihan cheers di sekolah, aku disuruh ayah mengantarkan surat-surat penting ke rumah temannya yang biasa dipanggil Om Robert. Kebetulan rumahnya memang melewati rumah kami karena letaknya di kompleks yang sama di perumahan elit selatan Jakarta.

    Om Robert ini walau usianya sudah di akhir kepala 4, namun wajah dan gayanya masih seperti anak muda. Dari dulu diam-diam aku sedikit naksir padanya. Habis selain ganteng dan rambutnya sedikit beruban, badannya juga tinggi tegap dan hobinya berenang serta tenis. Ayah kenal dengannya sejak semasa kuliah dulu, oleh sebab itu kami lumayan dekat dengan keluarganya.

    Kedua anaknya sedang kuliah di Amerika, sedang istrinya aktif di kegiatan sosial dan sering pergi ke pesta-pesta. Ibu sering diajak oleh si Tante Mela, istri Om Robert ini, namun ibu selalu menolak karena dia lebih senang di rumah.

    Dengan diantar supir, aku sampai juga di rumahnya Om Robert yang dari luar terlihat sederhana namun di dalam ada kolam renang dan kebun yang luas. Sejak kecil aku sudah sering ke sini, namun baru kali ini aku datang sendiri tanpa ayah atau ibuku. Masih dengan seragam cheers-ku yang terdiri dari rok lipit warna biru yang panjangnya belasan centi diatas paha, dan kaos ketat tanpa lengan warna putih, aku memencet bel pintu rumahnya sambil membawa amplop besar titipan ayahku.

    Ayah memang sedang ada bisnis dengan Om Robert yang pengusaha kayu, maka akhir-akhir ini mereka giat saling mengontak satu sama lain. Karena ayah ada rapat yang tidak dapat ditunda, maka suratnya tidak dapat dia berikan sendiri.

    Seorang pembantu wanita yang sudah lumayan tua keluar dari dalam dan membukakan pintu untukku. Sementara itu kusuruh supirku menungguku di luar.
    Ketika memasuki ruang tamu, si pembantu berkata, “Tuan sedang berenang, Non. Tunggu saja di sini biar saya beritahu Tuan kalau Non sudah datang.”
    “Makasih, Bi.” jawabku sambil duduk di sofa yang empuk.

    Sudah 10 menit lebih menunggu, si bibi tidak muncul-muncul juga, begitu pula dengan Om Robert. Karena bosan, aku jalan-jalan dan sampai di pintu yang ternyata menghubungkan rumah itu dengan halaman belakang dan kolam renangnya yang lumayan besar. Kubuka pintunya dan di tepi kolam kulihat Om Robert yang sedang berdiri dan mengeringkan tubuh dengan handuk.

    “Ooh..” pekikku dalam hati demi melihat tubuh atletisnya terutama bulu-bulu dadanya yang lebat, dan tonjolan di antara kedua pahanya.
    Wajahku agak memerah karena mendadak aku jadi horny, dan payudaraku terasa gatal. Om Robert menoleh dan melihatku berdiri terpaku dengan tatapan tolol, dia pun tertawa dan memanggilku untuk menghampirinya.

    “Halo Karin, apa kabar kamu..?” sapa Om Robert hangat sambil memberikan sun di pipiku.
    Aku pun balas sun dia walau kagok, “Oh, baik Om. Om sendiri apa kabar..?”
    “Om baik-baik aja. Kamu baru pulang dari sekolah yah..?” tanya Om Robert sambil memandangku dari atas sampai ke bawah.
    Tatapannya berhenti sebentar di dadaku yang membusung terbungkus kaos ketat, sedangkan aku sendiri hanya dapat tersenyum melihat tonjolan di celana renang Om Robert yang ketat itu mengeras.

    “Iya Om, baru latihan cheers. Tante Mella mana Om..?” ujarku basa-basi.
    “Tante Mella lagi ke Bali sama teman-temannya. Om ditinggal sendirian nih.” balas Om Robert sambil memasang kimono di tubuhnya.
    “Ooh..” jawabku dengan nada sedikit kecewa karena tidak dapat melihat tubuh atletis Om Robert dengan leluasa lagi.
    “Ke dapur yuk..!”

    “Kamu mau minum apa Rin..?” tanya Om Robert ketika kami sampai di dapur.
    “Air putih aja Om, biar awet muda.” jawabku asal.
    Sambil menunggu Om Robert menuangkan air dingin ke gelas, aku pindah duduk ke atas meja di tengah-tengah dapurnya yang luas karena tidak ada bangku di dapurnya.
    “Duduk di sini boleh yah Om..?” tanyaku sambil menyilangkan kaki kananku dan membiarkan paha putihku makin tinggi terlihat.
    “Boleh kok Rin.” kata Om Robert sambil mendekatiku dengan membawa gelas berisi air dingin.

    Namun entah karena pandangannya terpaku pada cara dudukku yang menggoda itu atau memang beneran tidak sengaja, kakinya tersandung ujung keset yang berada di lantai dan Om Robert pun limbung ke depan hingga menumpahkan isi gelas tadi ke baju dan rokku.
    “Aaah..!” pekikku kaget, sedang kedua tangan Om Robert langsung menggapai pahaku untuk menahan tubuhnya agar tidak jatuh.
    “Aduh.., begimana sih..? Om nggak sengaja Rin. Maaf yah, baju kamu jadi basah semua tuh. Dingin nggak airnya tadi..?” tanya Om Robert sambil buru-buru mengambil lap dan menyeka rok dan kaosku.

    Aku yang masih terkejut hanya diam mengamati tangan Om Robert yang berada di atas dadaku dan matanya yang nampak berkonsentrasi menyeka kaosku. Putingku tercetak semakin jelas di balik kaosku yang basah dan hembusan napasku yang memburu menerpa wajah Om Robert.
    “Om.. udah Om..!” kataku lirih.
    Dia pun menoleh ke atas memandang wajahku dan bukannya menjauh malah meletakkan kain lap tadi di sampingku dan mendekatkan kembali wajahnya ke wajahku dan tersenyum sambil mengelus rambutku.

    “Kamu cantik, Karin..” ujarnya lembut.
    Aku jadi tertunduk malu tapi tangannya mengangkat daguku dan malahan menciumku tepat di bibir. Aku refleks memejamkan mata dan Om Robert kembali menciumku tapi sekarang lidahnya mencoba mendesak masuk ke dalam mulutku. Aku ingin menolak rasanya, tapi dorongan dari dalam tidak dapat berbohong. Aku balas melumat bibirnya dan tanganku meraih pundak Om Robert, sedang tangannya sendiri meraba-raba pahaku dari dalam rokku yang makin terangkat hingga terlihat jelas celana dalam dan selangkanganku.

    Ciumannya makin buas, dan kini Om Robert turun ke leher dan menciumku di sana. Sambil berciuman, tanganku meraih pengikat kimono Om Robert dan membukanya. Tanganku menelusuri dadanya yang bidang dan bulu-bulunya yang lebat, kemudian mengecupnya lembut. Sementara itu tangan Om Robert juga tidak mau kalah bergerak mengelus celana dalamku dari luar, kemudian ke atas lagi dan meremas payudaraku yang sudah gatal sedari tadi.

    Aku melenguh agak keras dan Om Robert pun makin giat meremas-remas dadaku yang montok itu. Perlahan dia melepaskan ciumannya dan aku membiarkan dia melepas kaosku dari atas. Kini aku duduk hanya mengenakan bra hitam dan rok cheersku itu. Om Robert memandangku tidak berkedip. Kemudian dia bergerak cepat melumat kembali bibirku dan sambil french kissing, tangannya melepas kaitan bra-ku dari belakang dengan tangannya yang cekatan.

    Kini dadaku benar-benar telanjang bulat. Aku masih merasa aneh karena baru kali ini aku telanjang dada di depan pria yang bukan pacarku. Om Robert mulai meremas kedua payudaraku bergantian dan aku memilih untuk memejamkan mata dan menikmati saja. Tiba-tiba aku merasa putingku yang sudah tegang akibat nafsu itu menjadi basah, dan ternyata Om Robert sedang asyik menjilatnya dengan lidahnya yang panjang dan tebal. Uh.., jago sekali dia melumat, mencium, menarik-narik dan menghisap-hisap puting kiri dan kananku.

    Tanpa kusadari, aku pun mengeluarkan erangan yang lumayan keras, dan itu malah semakin membuat Om Robert bernafsu.
    “Oom.. aah.. aah..!”
    “Rin, kamu kok seksi banget sih..? Om suka banget sama badan kamu, bagus banget. Apalagi ini..” godanya sambil memelintir putingku yang makin mencuat dan tegang.
    “Ahh.., Om.. gelii..!” balasku manja.

    “Sshh.. jangan panggil ‘Om’, sekarang panggil ‘Robert’ aja ya, Rin. Kamu kan udah gede..” ujarnya.
    “Iya deh, Om.” jawabku nakal dan Om Robert pun sengaja memelintir kedua putingku lebih keras lagi.
    “Eeeh..! Om.. eh Robert.. geli aah..!” kataku sambil sedikit cemberut namun dia tidak menjawab malahan mencium bibirku mesra.

    Entah kapan tepatnya, Om Robert berhasil meloloskan rok dan celana dalam hitamku, yang pasti tahu-tahu aku sudah telanjang bulat di atas meja dapur itu dan Om Robert sendiri sudah melepas celana renangnya, hanya tinggal memakai kimononya saja. Kini Om Robert membungkuk dan jilatannya pindah ke selangkanganku yang sengaja kubuka selebar-lebarnya agar dia dapat melihat isi vaginaku yang merekah dan berwarna merah muda.

    Kemudian lidah yang hangat dan basah itu pun pindah ke atas dan mulai mengerjai klitorisku dari atas ke bawah dan begitu terus berulang-ulang hingga aku mengerang tidak tertahan.
    “Aeeh.. uuh.. Rob.. aawh.. ehh..!”
    Aku hanya dapat mengelus dan menjambak rambut Om Robert dengan tangan kananku, sedang tangan kiriku berusaha berpegang pada atas meja untuk menopang tubuhku agar tidak jatuh ke depan atau ke belakang.

    Badanku terasa mengejang serta cairan vaginaku terasa mulai meleleh keluar dan Om Robert pun menjilatinya dengan cepat sampai vaginaku terasa kering kembali. Badanku kemudian direbahkan di atas meja dan dibiarkannya kakiku menjuntai ke bawah, sedang Om Robert melebarkan kedua kakinya dan siap-siap memasukkan penisnya yang besar dan sudah tegang dari tadi ke dalam vaginaku yang juga sudah tidak sabar ingin dimasuki olehnya.

    Perlahan Om Robert mendorong penisnya ke dalam vaginaku yang sempit dan penisnya mulai menggosok-gosok dinding vaginaku. Rasanya benar-benar nikmat, geli, dan entah apa lagi, pokoknya aku hanya memejamkan mata dan menikmati semuanya.
    “Aawww.. gede banget sih Rob..!” ujarku karena dari tadi Om Robert belum berhasil juga memasukkan seluruh penisnya ke dalam vaginaku itu.
    “Iyah.., tahan sebentar yah Sayang, vagina kamu juga sempitnya.. ampun deh..!”
    Aku tersenyum sambil menahan gejolak nafsu yang sudah menggebu.

    Akhirnya setelah lima kali lebih mencoba masuk, penis Om Robert berhasil masuk seluruhnya ke dalam vaginaku dan pinggulnya pun mulai bergerak maju mundur. Makin lama gerakannya makin cepat dan terdengar Om Robert mengerang keenakan.
    “Ah Rin.. enak Rin.. aduuh..!”
    “Iii.. iyaa.. Om.. enakk.. ngentott.. Om.. teruss.. eehh..!” balasku sambil merem melek keenakan.

    Om Robert tersenyum mendengarku yang mulai meracau ngomongnya. Memang kalau sudah begini biasanya keluar kata-kata kasar dari mulutku dan ternyata itu membuat Om Robert semakin nafsu saja.
    “Awwh.. awwh.. aah..!” orgasmeku mulai lagi.
    Tidak lama kemudian badanku diperosotkan ke bawah dari atas meja dan diputar menghadap ke depan meja, membelakangi Om Robert yang masih berdiri tanpa mencabut penisnya dari dalam vaginaku. Diputar begitu rasanya cairanku menetes ke sela-sela paha kami dan gesekannya benar-benar nikmat.

    Kini posisiku membelakangi Om Robert dan dia pun mulai menggenjot lagi dengan gaya doggie style. Badanku membungkuk ke depan, kedua payudara montokku menggantung bebas dan ikut berayun-ayun setiap kali pinggul Om Robert maju mundur. Aku pun ikut memutar-mutar pinggul dan pantatku. Om Robert mempercepat gerakannya sambil sesekali meremas gemas pantatku yang semok dan putih itu, kemudian berpindah ke depan dan mencari putingku yang sudah sangat tegang dari tadi.

    “Awwh.. lebih keras Om.. pentilnya.. puterr..!” rintihku dan Om Robert serta merta meremas putingku lebih keras lagi dan tangan satunya bergerak mencari klitorisku.
    Kedua tanganku berpegang pada ujung meja dan kepalaku menoleh ke belakang melihat Om Robert yang sedang merem melek keenakan. Gila rasanya tubuhku banjir keringat dan nikmatnya tangan Om Robert di mana-mana yang menggerayangi tubuhku.

    Putingku diputar-putar makin keras sambil sesekali payudaraku diremas kuat. Klitorisku digosok-gosok makin gila, dan hentakan penisnya keluar masuk vaginaku makin cepat. Akhirnya orgasmeku mulai lagi. Bagai terkena badai, tubuhku mengejang kuat dan lututku lemas sekali. Begitu juga dengan Om Robert, akhirnya dia ejakulasi juga dan memuncratkan spermanya di dalam vaginaku yang hangat.

    “Aaah.. Riin..!” erangnya.
    Om Robert melepaskan penisnya dari dalam vaginaku dan aku berlutut lemas sambil bersandar di samping meja dapur dan mengatur napasku. Om Robert duduk di sebelahku dan kami sama-sama masih terengah-engah setelah pertempuran yang seru tadi.

    “Sini Om..! Karin bersihin sisanya tadi..!” ujarku sambil membungkuk dan menjilati sisa-sisa cairan cinta tadi di sekitar selangkangan Om Robert.
    Om Robert hanya terdiam sambil mengelus rambutku yang sudah acak-acakan. Setelah bersih, gantian Om Robert yang menjilati selangkanganku, kemudian dia mengumpulkan pakaian seragamku yang berceceran di lantai dapur dan mengantarku ke kamar mandi.

    Setelah mencuci vaginaku dan memakai seragamku kembali, aku keluar menemui Om Robert yang ternyata sudah memakai kaos dan celana kulot, dan kami sama-sama tersenyum.
    “Rin, Om minta maaf yah malah begini jadinya, kamu nggak menyesal kan..?” ujar Om Robert sambil menarik diriku duduk di pangkuannya.
    “Enggak Om, dari dulu Karin emang senang sama Om, menurut Karin Om itu temen ayah yang paling ganteng dan baik.” pujiku.
    “Makasih ya Sayang, ingat kalau ada apa-apa jangan segan telpon Om yah..?” balasnya.
    “Iya Om, makasih juga yah permainannya yang tadi, Om jago deh.”
    “Iya Rin, kamu juga. Om aja nggak nyangka kamu bisa muasin Om kayak tadi.”
    “He.. he.. he..” aku tersipu malu.

    “Oh iya Om, ini titipannya ayah hampir lupa.” ujarku sambil buru-buru menyerahkan titipan ayah pada Om Robert.
    “Iya, makasih ya Karin sayang..” jawab Om Robert sambil tangannya meraba pahaku lagi dari dalam rokku.
    “Aah.. Om, Karin musti pulang nih, udah sore.” elakku sambil melepaskan diri dari Om Robert.
    Om Robert pun berdiri dan mencium pipiku lembut, kemudian mengantarku ke mobil dan aku pun pulang.

     

    Di dalam mobil, supirku yang mungkin heran melihatku tersenyum-senyum sendirian mengingat kejadian tadi pun bertanya.
    “Non, kok lama amat sih nganter amplop doang..? Ditahan dulu yah Non..?”
    Sambil menahan tawa aku pun berkata, “Iya Pak, dikasih ‘wejangan’ pula..”
    Supirku hanya dapat memandangku dari kaca spion dengan pandangan tidak mengerti dan aku hanya membalasnya dengan senyuman rahasia. He..he..he..

     

  • Kisah Memek Perjaka Ku Direnggut Oleh Tante Sexy

    Kisah Memek Perjaka Ku Direnggut Oleh Tante Sexy


    2546 views

    Duniabola99.com – Namaku Rano usiaku baru memijak 17 th. serta saya sebentar sekali lagi juga akan duduk dibangku kuliah, saya juga akan bercerita pengalamanku saat kehilangan keperjakaanku saat masih tetap duduk dibangku SMA kelas 2.


    Wajahku bebrapa umum saja ngak ada yang istimewa, tetapi saya mempunyai keunggulan mungkin saja agak mengagumkan dibanding dengan orang umumnya yakni memiliki kontol yang lumayan besar kurang lebih 18 cm dengan diameter 4, 5 cm. Walau sebenarnya saat tidur adek kecil ku itu Hanya 6 cm.

    Narasi ini bermula dari ada hajatan di rumah nenekku yang dari ibu, kebetulan adik ibuku menikah. Semuanya keluarga dari ibu menginap di rumah nenek mulai dua hari sebelumnya pesta dilangsungkan.
    Tempat tinggal nenekku tidaklah terlalu besar sedang keluarga dari ibuku semuanya sejumlah 14 orang bersama anak-anaknya yang turut kerumah nenekku, semuanya datang sekeluarga cuma tanteku yang bernama Tante Lia datang sendiri karna suaminya tengah pekerjaan keluar kota serta belum juga memiliki anak. Tante Lia usianya sekitaran 36 th. berwajah cantik serta badannya sedikit gemuk tetapi padat tertangani maklum orang kaya.

    Karna di rumah telah penuh, jadi tante Lia ingin bermalam di losmen dekat tempat tinggal nenekku, saya mengantarnya naik motor, lalu tanteku pilih kamar VIP yang full AC, malam itu saya pulang serta menginap di rumah nenekku.
    Pagi harinya saya diminta mengantarkan makanan ke tante Lia, saya pergi mengantar seseorang diri serta kebetulan tante lia baru bangun dari tidurnya.
    “Masuk Rano.. ”katanya sembari membukakan pintu kamar nya
    “Baik tante”, jawabku sembari masuk serta menempatkan makanan di atas meja dalam kamarnya.
    “Tante terlambat bangun nih… habis semaleman tante ngak dapat tidur… sepertinya losmen ini serem deh Rano, jadi tante agak takut jadinya.. ”, dia bercerita
    “Eh… tunggulah dahulu ya… tante ingin mandi dahulu trus ingin bonceng sama rano ke Tempat tinggal Ibu, tante males ingin naik becak”, sambungnya.
    “baik tante.. ”, jawabku.


    Tante Lia masuk kek amar mandi sedang saya duduk di kursi yang ada didalam kamar losmennya.

    Nada air mengguyur tubuhnya kudengar, serta mendadak otak kotorku jalan saat kulihat lobang kunci kamar mandinya. Saya jalan bebrapa perlahan menuju kamarmandinya selalu saya mengintip dalam, kulihat tanteku sekali lagi menyabuni semua badannya serta saya terpana lihat badanya yang mulus dengan buah dada yang besar serta kulihat sekali lagi bulu vaginanya yang rapi, mungkin saja tante Lia rajin menjaga serta mencukur bulu vaginanya, saya menelan ludah serta automatis kontolku segera menegang.
    Agak lama saya mengintip tante Lia mandi sembari nafasku ngos-ngosan ngak tahu mengapa hingga pada akhirnya tante Lia usai saya cepat-cepat duduk kembali dikursi sembari pura pura SMS. Seakan-akan ngak berlangsung apa-apa.

    “Hayo SMS sama pacarnya ya? ” Mendadak terdengar nada tante Lia dimuka ku
    “eh tidak tante…masih belum juga miliki pacar “jawabku gugup, maklum orang melakukan perbuatan salah tentu fikirannya kalut
    “Rano… anda keluar dahulu ya… tante ingin ganti baju trus kita pergi, agar tante ingin makan di rumah ibu aja”, kata tanteku.
    Saya keluar dari kamarnya serta menanti diruang loby hingga pada akhirnya tanteku datang serta kami berdua pergi kerumah nenek.

    Malam harinya sekitaran jam 9 malam tante lia minta diantarkan ke losmen sekali lagi, serta tante Lia narasi sama ibuku kalau tante Lia agak ketakutan tidur sendiri di losmen. Dia memohon saya untuk temaninya, serta ibuku mengizinkannya, jadilah saya malam itu bermalam di losmen temani tante Lia. Berhubung tempat tidurnya single bed jadi saya tidur di bawah.


    Tante lia tiduran sembari terima telpon dari mas Agus suaminya, dari omongannya tante Lia narasi sekali lagi ditemani saya karna takut kondisi losmen yang seram ini menurut dia. Sekitaran jam 11 malam saya bangun pingin pipis habis udara AC buat ku ingin pipis, saya pergi kekamar mandi serta malai pipis… serr… lega rasa-rasanya. Sesudah saya membasuk kontolku mataku tertuju pada celana dalam berwarna crem yang ada digantungan di kamar mandi.
    Iseng saya memegangnya serta kuperiksa celana dalam itu, lantas karna penasaran kucium celana dalam itu cocok di bagian yang menutupi lobang vaginanya, kuhirup aromanya serta serr… darahku mengalir deras serta detak jantungku deg-deggan segera saja saya horny waktu itu, kuulang ulang mencium CD itu serta saya lebih horny saja. Kontolku tegak setegak-tegaknya.

    Dalam fikiranku berkata, wah bermakna tante Lia sekarang ini tidur ngak pakai CD serta saat keluar dari kamar mandi mataku automatis tertuju pada bawah pusar tante Lia yang waktu itu terlentang dengan dengkuran yang halus, tetapi tidak bisa kulihat dengan terang karna lampu kamar yang redup. Malam itu saya ngak dapat tidur, terbayang badan tante Lia yang sekali lagi mandi juga terbayang Cdnya juga terbayang yang lain-lainnya dengan kontolku yang tegak ngak tidur-tidur… sialan… umpatku dalam hati.

    Kulirik jam telah tunjukkan jam 2 awal hari, tetapi mataku ngak dapat terpejam, mendadak saya dengar nada :
    “Ranoo… Rano. ”
    Saya pura-pura ngak mendengar.
    “Ran…ranoo”, kesempatan ini suaranya agak keras serta seperti orang gemetaran.
    “Iya tante Lia ada apa? ”, tanyaku sembari pura-pura lemas.
    “Tolong Rano tante pinjam selimutnya, ngak tahu nih tante kedinginan.. ”, balasnya.
    Saya bangun serta jalan menghampirinya sembari menyerahkan selimut yang saya menjadikan alas”, anda tidur di atas saja rano selain tante…”
    “Iya tante…”, jawabku, namun dadaku lebih deg-degan, maklum otakku mulai ditumbuhi beberapa hal porno.
    “Sini selimutnya berduain agar anda ngak kedinginan”, tuturnya, seperti kerbau dicucuk hidungnya saya nurut saja memepetkan tubuhku kedekat tante, maklum selimutnya kecil jadi untuk berdua mesti mepet.
    Tante Lia miring membelakangiku tengah saya masih tetap terlentang, kudengar nafasnya teratur dengan halus mengisyaratkan dia terlelap sekali lagi, saya menghadap tanteku serta tidak berniat kontolku menyentuh pantatnya, ada desiran aneh didarahku serta rasa hangat dikemaluanku, saya berniat menyentuhkan kemaluanku di pantatnya serta rasa hangat itu kembali menyebar, makin kudekatkan serta makin melekat saya semakin rasakan kehangatan itu, saya waspada sekali takut tante Lia terbangun saya menyingkapkan daster sisi belakang tante Lia keatas, oww… tampak terang buah pinggulnya yang kembar begitu mulus, maklum belum juga miliki anak, serta di antara dua belah pantatnya saya simak ada satu gundukan berbulu dengan garis memanjang ditengahnya. Fikiranku semakin tidak karuan serta kulihat penisku, terlihat diujungnya keluarkan cairan bening yang lincin segera kuoleskan keseluruh ujung kepala penisku.


    Perlahan-lahan saya sentuhkan penisku ke gundukan berbulu punya tante Lia, “ohh…”, saya merintih perlahan-lahan rasakan sensasi sentuhan penisku pada vagina tante Lia, kugerakkan sedikit pantatku untuk menghimpit vagina tante Lia, tetapi saya tidak tahan menahan suatu hal yang akan meledak keluar dari dalam penisku serta croot… croot… croooot… saya keluar… kupejamkan mataku untuk menikmatinya,
    Kulihat spermaku banyak tumpah dibulu vagina serta paha bagiaan dalam tante lia, karna takut tante Lia terbangun jadi saya selekasnya tidur, dengan senyum penuh kenikmatan.

    “Rano…bangun telah jam 8 pagi”, sayup kudengar ada orang membangunkanku, saya selekasnya buka mata serta lihat tante Lia telah usai mandi. Tante Lia menggunakan handuk yang dililitkan didadanya sembari tersenyum tante lia menghampiriku serta duduk disebelahku :
    “Rano barusan malam anda mimpi ya..? ”
    “Eng…”, belum juga pernah saya menjawab tante lia melanjutkan bicaranya.
    “Berarti saat ini anda telah aqil balig, anda mesti mandi harus, barusan pagi di paha serta pantat tante banyak terkena tumpahin sperma kamu”, kata tante Lia.
    “Maaf tante… Rano ngak sengaja”, jawabku spontan karna terperanjat, “mati aku… Duh malunya…”, bathinku dalam hati.
    “Nah saksikan ku… burung anda bangun mulai tadi…”, kata tante lia sembari matanya lihat kebawah peruntuku.
    Astagaaaaaa… Rupanya semalam saya lupa memasukkan burungku dalam sangkarnya serta mulai pagi barusan diliat sama tante Lia.
    “Maaf tante…”, kataku dengan malu-malu sembari menarik celanaku serta memasukkan batangku dalam Cdku, tiba- tiba.
    “Jangan dimasukkan dahulu rano…! rano kan telah dewasa sekarang… tetapi rano belum juga di ketahui rano itu prima apa tidak…”, kata tante Lia.
    “Sempurna bagaimana tante..?? ”, tanyaku sembari menggeruntukan dahiku, untuk yang ini saya memanglah ngak tahu, bukanlah pura pura ngak tahu.
    “Kadang ada orang yang sukanya sesama macamnya sendiri, trus ada yang impoten pada akhirnya ditinggal pergi sama istrinya, jadi tante pingin tahu Rano prima apa tidak, anda keluarin sekali lagi deh burungnya! ”, perintah tante Lia, Akupun spontan keluarkan sekali lagi penisku dari dalam celanaku yang kebetulan masih tetap kaku.
    Kulihat Tante Lia menelan ludah sedikit melirik kepenisku, serta tante lia berkata “Rano diam saja ya kelak, Rano pejamkan mata saja bila takut sakit, ini Hanya tes saja koq…”
    “Baik tante. ”


    Saya pejamkan mata, serta saya rasakan tante lia naik keatas badanku tanpa ada melepas handik yang dipakainya, serta kurasakan penisku tertempel oleh benda berbulu serta basah hingga saya terasa sedikit geli serta terperanjat.
    “Emm.. ”, saya berguman sembari terpejam.
    “Kenapa rano…sakit..?? ”, agak berbisik nada tante lia dengan nafas sedikit bernafsu.
    “Enggak tante…ngak apa-apa. ”
    Ada sedikit pergerakan yang dikerjakan tante Lia hingga vaginanya menghimpit penisku kearah atas trus kebawah serta itu berjalan sebagian waktu, saya rasakan geli yang mengagumkan serta saya menggigit bibir bawahku agar tidak bertemura, saya buka sedikit mataku menginginkan lihat muka tante Lia, nyatanya tante Lia pejamkan matanya juga sembari menggigit bibirnya juga, gesekan pada vagina tante Lia serta penisku semakin licin hingga berbunyi “tet… pret… pret… pret…” tiap-tiap tante Lia memaju mundurkan vaginanya di atas penisku.
    Lalu tante Lia berhenti bergerak, serta dengan nafas agak tidak teratur katakan :
    “Rano… saat ini tes paling akhir ya…”
    “iya tante… Rano siap”.

    Saya rasakan jari tante Lia memegang penisku sisi tengahnya, tidak lama kemudian saya rasakan kepala penisku menyodok satu lubang yang agak lebar hingga mudah masuknya, saya merasakannya sembari pejamkan mata serta menikmatinya.
    Saat baru sepertiga masuk saya rasakan ujung penisku mengenai seperti dinding yang berlobang kecil sekali, serta lobang itu sepertinya seperti cincin, kepala penisku terukur ke sana serta kurasakan pemilih lobang itu yakni tante Lia berupaya untuk memasukkan kepala penisku kelobangnya tetapi agak kesusahan.
    Kurasakan desakan tante Lia semakin kuat pada penisku serta kelihatannya kulit kepala penisku terkupas oleh cincin itu rasa-rasanya nyilu nyilu enak hingga saya keluar nada.
    “aakh…”
    Tante Lia hentikan pergerakannya.
    “Gimana rano… Sakit..?? ”
    “Enggak tante ngak apa apa…”
    Mendadak kurasakan lobang cincin itu berkedut-kedut serta meremas perbatasan pada kepala penisku serta batangnya, barusan mungkin saja kepalanya telah melalui cincin itu, serta kelihatannya kepala penisku diempot oleh benda di dalam vagina tante lia.
    “Akh… akh…”, mendadak tante lia bertemura.
    Kembali kurasakan jepitan cincin itu semakin kuat serta penisku kelihatannya tersiram air hangat di dalam vagina tante Lia, akupun kehilangan kendali rasakan jepitan itu serta tidak bisa menahan suatu hal yang juga akan keluar dari dalam penisku serta saya terpekik akh… Crooot…croot.. crot… Sekitaran 4 kali cairan itu menyemprot dalam vagina tante Lia.
    Penisku masih tetap tertanam di dalam vagina tante Lia sebagian waktu kuliahat tante lia masih tetap pejamkan matanya…
    “Udah tante tesnya…?? ”, tanyaku.
    “Emm udah… Rano, nyatanya anda lelaki yang normal”, jawabnya sembari mengangkat pantatnya melepas penisku divaginanya, trus tante lia jalan ke kamar mandi.


    Saya lihat kearah penisku, di sana nyatanya banyak berlepotan cairan berwarna putih, ada yang kental ada yang bening beberapa sekali lagi berada di bulu-buluku yang masih tetap halus, saya berfikir dalam hati.
    Kalau tes ini dikerjakan sehari-hari, mungkin saja saya tidak adak menampiknya…

  • Kisah Memek Gairah Seks Di Dalam Taksi

    Kisah Memek Gairah Seks Di Dalam Taksi


    2544 views

    Duniabola99.com – Peristiwa ini berawal dari sekitar dua bulan yang lalu dan berlanjut hingga beberapa kali hingga saat ini. Percintaanku dengan seorang perempuan berumur 41 tahun yang tergolong masih tetanggaku sendiri, sebut saja namanya Budhe Siti
    Aku adalah seorang pemuda yang berumur sekitar 19 tahun dan telah lulus dari sebuah Sekolah Menengah Umum Negeri di Malang dan tinggal di sebuah desa kecil di sebelah selatan kota Malang, sebuah desa yang tidak terlalu ramai karena letaknya yang sangat jauh dari pusat kota.

    Budhe Siti sendiri adalah seorang tetanggaku yang bertempat tinggal tepat di belakang rumahku. Perempuan ini berumur sekitar 40 tahun dan sudah mempunyai suami serta tiga orang anak, yang satu masih duduk di bangku kelas 6 SD sementara yang lainnya sudah menginjak bangku SMP. Suami Budhe Siti bekerja sebagai tukang kebun di sebuah sekolah negeri di kota.

    Mengenai postur tubuh Budhe Siti hingga aku mau untuk bersetubuh dan berselingkuh dengannya tampaknya bukan hal yang terlalu menarik untuk dipaparkan karena postur tubuh Budhe Siti bukanlah bagaikan seorang artis yang cantik, gemulai, dan menggairahkan seperti layaknya model iklan atau pemain sinetron kelas atas, tetapi ia hanyalah seorang perempuan kampung istri seorang tukang kebun dan seorang ibu rumah tangga yang selalu direpotkan oleh urusan-urusan keluarga hingga tidak sempat untuk melakukan kegiatan BL (body language), renang, dan berolah raga seperti kebanyakan orang kaya. Tentulah dapat dibayangkan bagaimana tubuh Budhe Siti. Bentuk badan ibu rumah tangga ini adalah biasa saja atau bahkan oleh sebagian besar pemuda body Budhe Siti dapat dipandang sangat tidak menarik. Tinggi badan perempuan beranak tiga itu sekitar 154 cm dan berat badan 50 kg. Anda dapat membayangkan sendiri bagaimana bentuk tubuhnya dengan ukuran seperti itu.

    Mengenai nafsu dan gairahku terhadap Budhe Siti bukan terbentuk dalam waktu yang singkat, tetapi nafsu dan gairah itu dapat dibilang mulai terbentuk semenjak aku masih berumur sekitar 14 tahun dan masih menginjak bangku SMP. Waktu itu aku sering kali bermain-main dan mandi di sungai yang berada di dekat kampungku, dan di saat-saat aku bermain dan mandi di sungai itulah acapkali aku melihat Budhe Siti bertelanjang diri mencuci dan mandi di sungai tersebut. Dan tidak jarang pula sembari mengintip ia mandi aku melakukan masturbasi karena tidak tahan melihatnya bugil tanpa sehelai kain pun yang menempel di tubuhnya.


    Setelah menginjak bangku SMU aku pun tidak pernah lagi pergi ke sungai itu baik untuk sekedar bermain atau pun mandi. Lagi pula aku harus bersekolah di SMU yang berada di pusat kota yang letaknya sangat jauh dari perkampunganku hingga aku terpaksa harus indekost selama kurang lebih tiga tahun masa studiku di SMU dan aku jarang sekali pulang ke rumahku di kampung.

    Baru sekitar pertengahan tahun 2004 silam aku lulus dari bangku SMU dan kembali ke rumahku di kampung. Dan setelah lulus dari SMU aku pun masih harus menganggur karena tahun ini aku tidak sukses dalam ujian masuk PTN (SPMB). Terpaksa aku harus mencoba lagi di tahun mendatang untuk dapat diterima di PTN.

    Selama menganggur aku seringkali luntang lantung sendiri karena tidak punya pekerjaan dan apalagi teman-temanku semasa kecil dulu ternyata kebanyakan sudah menempuh studi di perguruan tinggi di kota dan sebagian lagi sudah bekerja dan jarang sekali pulang, sehingga kondisi perkampunganku acapkali terlihat sepi akan para pemuda. Yang banyak terlihat pastilah hanyalah bapak-bapak atau ibu-ibu dan beberapa anak yang masih kecil.

    Di hari-hari itulah aku kembali sering pergi ke sungai dimana aku selalu bermain dan mandi sewaktu aku masih kecil dulu. Suatu ketika pada saat aku sedang pergi memancing di sungai, tanpa sengaja mataku menatap beberapa perempuan yang sedang mandi dan mencuci di sungai itu dan di antaranya ternyata adalah Budhe Siti. Ketika itu body Budhe Siti tampak sudah sangat berbeda dengan yang pernah aku lihat dahulu saat aku masih kecil. Sekarang tubuhnya tampak lebih gemuk dan pantatnya pun tampak lebih besar dan perutnya tampak agak sedikit membuncit karena kegemukan.

    Pada awal aku melihat body tubuh perempuan berumur 41 tahun itu sedang mencuci, aku tidak tertarik sama sekali karena ia terlihat tidak seksi dan tidak menggairahkan bagiku hingga aku meneruskan niatku untuk memancing ikan pada hari itu. Setelah beberapa saat berlalu, tanpa sengaja mataku tertuju lagi pada Budhe Siti yang mulai melepaskan pakaian yang dikenakannya. Penisku begitu kerasnya menegang saat melihat ia melepas celana dalam hitamnya.

    Ia tampak kesulitan melepaskan celana dalam yang ketat itu karena saking besarnya ukuran pantatnya. Sesaat kemudian ia mulai membasahi tubuhnya dengan air. Gairah seksku serasa tidak tertahankan lagi waktu melihat Budhe Siti yang telah bertelanjang bulat dan telah basah oleh air itu mulai menggosokkan sabun ke tubuhnya. Perempuan yang sudah bersuami itu menggosok-gosok tubuhnya dan beberapa kali meremas payudara dan menggosok pantatnya dengan sabun. Ingin sekali aku turun mendekati dan mengajaknya untuk bersetubuh di waktu dan tempat itu. Tetapi masih ada beberapa perempuan lain di sana.

    Aku masih memikirkan resiko yang sangat besar yang dapat aku terima jika saja ia tidak mau melakukan hubungan badan denganku, atau suaminya mengetahui tindakan kami, dan bagaimana tindakan orang kampung jika sampai mengetahui perzinahan kami sehingga aku pun memutuskan menahan gairah yang sangat kuat itu. Kemudian aku bergegas pulang dan tidak meneruskan niatku memancing pada hari itu.


    Saat tiba di rumah, pikiranku masih saja terganggu oleh bayangan Budhe Siti. Tubuhnya.., celana dalam hitamnya.., pantatnya.., payudaranya.. Pikiran itu terus saja menggangguku. Setelah berpikir beberapa saat akhirnya aku memiliki ide untuk dapat bersetubuh dengan tetanggaku itu dan akhirnya aku memutuskan untuk mulai menggaet Budhe Siti agar mau melakukan hubungan suami istri denganku.

    Mulai saat itulah aku acapkali bermain-main ke rumah Budhe Siti saat suami dan anak-anaknya tidak berada di rumah. Dan tidak jarang pula aku bercanda dan menggodanya. Dan hubungan yang menarik pun tampaknya mulai terbentuk di antara aku dan ibu berumur 41 tahun itu. Tampak sekali bahwa ia juga menaruh gairah terhadapku.

    Suatu ketika pada saat Budhe Siti sedang menyetrika pakaian di ruang tamunya, dengan memberanikan diri aku berusaha mengungkapkan maksud, gairah, dan keinginanku kepada tetanggaku itu. Dan ternyata keinginan, nafsu, dan gairahku tidak bertepuk sebelah tangan. Ternyata perempuan itu juga memiliki rasa ketertarikan yang sama terhadapku. Setelah tampak jelas bahwa di antara kami berdua memang saling menaruh ketertarikan, akhirnya aku menjelaskan kepadanya bahwa kami tidak mungkin melakukan hubungan suami istri dan perzinahan itu di rumahnya ataupun di rumahku. Aku pun memaparkan padanya bahwa kami hanya bisa melakukannya di tempat lain misalnya saja di hotel murahan di kota. Hal itu dimaksudkan agar suami dan anak-anaknya atau pun tetangga tidak mengetahui perbuatan kami. Setelah ia setuju akhirnya kami pun memutuskan waktu dan tempat yang pas untuk melaksanakan niat tersebut.

    Suatu sore tepat pada waktu yang kami sepakati aku pergi ke kota untuk menyewa sebuah taksi yang akan mengantarkan kami ke hotel yang kami maksud. Selama beberapa saat bernegosiasi dengan sopir taksi, akhirnya tercipta kesepakatan dan sopir pun mau mengantar kami. Setelah aku masuk ke dalam mobil, sopir mulai menjalankan mobilnya menuju tempat dimana Budhe Siti sedang menunggu, yaitu di sebuah taman di pinggiran kota.

    Sekitar maghrib akhirnya kami tiba di sebuah taman di pinggiran kota tempat Budhe Siti sedang menunggu. Kemudian aku meminta sopir agar memperlambat laju mobilnya. Setelah beberapa saat terlihat seorang perempuan berpakaian rok terusan sedang berdiri di seberang jalan dan tampak melihat ke arah mobil kami. Dan aku meminta sopir untuk menghentikan laju mobilnya. Setelah itu aku keluar dan menghampiri Budhe Siti, menggandeng tangan dan mempersilakannya masuk ke dalam taksi. Setelah kami berdua masuk ke dalam mobil aku meminta sopir untuk menjalankan mobilnya ke arah hotel yang kami maksudkan. Dan dengan perlahan-lahan mobil melaju ke arah kota tempat hotel yang kami maksudkan berada.


    Beberapa saat di dalam mobil, aku dan Budhe Siti tampak kaku karena di antara kami sendiri belum pernah bercinta sama sekali dan hubungan spesial kami masih baru saja dimulai. Kemudian aku memulai perbincangan dan dengan diselingi oleh canda dan guyonanku, akhirnya kami berdua dapat saling berinteraksi dengan baik bahkan lama-lama pembicaraan kami pun berlanjut ke arah yang jorok-jorok dan tampaknya Budhe Siti tidak berkeberatan dengan hal itu dan ia tampak begitu bergairah.

    Beberapa menit berlalu aku mulai menciumnya. Pertama kali ia tampak terkejut melihatku berani menciumnya. Sedetik kemudian aku mulai mendekatkan wajahku ke arah wajahnya dan mulai mencium dan mencumbu leher perempuan 41 tahun itu. Pada awalnya ia menahan tubuhku dengan kedua tangannya seolah ia tidak ingin aku melakukan hal itu. Tetapi aku terus saja berusaha mendekatkan wajahku ke arah lehernya untuk mencumbunya. Baru setelah beberapa lama akhirnya Budhe Siti tampak pasrah dan membiarkanku mencium dan mencumbu lehernya. Nafasnya mulai tampak ngos-ngosan karena gairah seks yang dirasakannya. Dan sesekali ia mengeluarkan suara-suara desahan yang sangat merangsang dan membuat jantungku semakin berdegub kencang.

    Kemudian aku mulai melepas kaos yang aku kenakan. Dan dengan masih bercelana panjang aku kembali mencumbu perempuan beranak tiga itu. Selama bibirku sibuk mencumbu bibir dan leher tetanggaku itu, tangan kananku sibuk memegang pinggang, pantat, dan sesekali meremas payudara Budhe Siti yang masih mengenakan pakaian lengkap itu. Beberapa menit kemudian tangan kananku mulai meraba-raba punggungnya dan mencari-cari letak resleting rok terusan yang dikenakan Budhe Siti. Setelah menemukannya, dengan tanpa henti aku terus mencium dan mencumbu perempuan itu sambil aku berusaha menurunkan resletingnya dan kemudian berusaha menyibak sedikit demi sedikit pembungkus tubuh perempuan 41 tahun itu.

    Dan akhirnya terlihatlah buah dada besar Budhe Siti yang masih terbungkus BH berwarna hitam. Dengan menciumi dan sesekali menggigit-gigit lehernya, tangan kananku meraih tali BH-nya dan mulai menurunkannya ke bawah. Sementara itu tangan kiriku meraih tali BH yang satu lagi dan mulai menurunkannya ke bawah. Di sela-sela cumbuan dan ciuman kami, tangan kananku menyusup masuk ke dalam BH Budhe Siti. Dan setelah mendapati payudara besarnya, tangan kananku tak henti-hentinya meremas-remas buah dada montoknya.

    Belum puas aku melakukan hal itu, aku berpaling ke arah sopir yang tampak sedang sibuk mengendarai mobilnya dan mengatakan kepadanya untuk mengurungkan pergi ke hotel yang kami maksudkan dan minta agar ia menjalankan mobilnya untuk berkeliling kota saja dan memintanya untuk memperlambat laju mobil serta menjelaskan kepadanya bahwa aku akan menambah biaya taksinya. Setelah ia setuju, aku kembali berpaling ke arah Budhe Siti dan ia tersenyum ke arahku. Kemudian aku kembali mencumbu perempuan tetanggaku itu.

    Beberapa saat kemudian aku mulai melepas celana panjang dan celana dalam yang aku kenakan dan meminta Budhe Siti untuk melepas seluruh pakaian yang dikenakannya. Dan sedetik kemudian kami berdua telah sama-sama telanjang bulat tanpa sehelai kain pun yang melekat di tubuh kami. Keringat yang membasahi seluruh tubuh Budhe Siti semakin menambah gairah seksku karena tubuh montoknya tampak semakin mengkilat dan menggairahkan. Kemudian aku meminta perempuan bersuami itu untuk mengangkang di atasku dan menghadap ke arahku, sementara itu aku dengan penis yang masih terus menegang dan yang tak hentinya mengeluarkan lelehan cairan bening (air madzi) duduk bersandar di tengah jok belakang. Kemudian aku meminta perempuan dengan tiga anak itu untuk menduduki aku dan membenamkan penisku ke dalam lubang anusnya.


    Kenikmatan yang sangat luar biasa aku rasakan saat perlahan-lahan penisku mulai terbenam di dalam lubang anus Budhe Siti. Betapa nikmatnya seks itu, betapa nikmatnya tubuh perempuan yang sudah berumur 41 tahun ini, perempuan yang sudah bersuami, memiliki tiga anak, dan masih tetanggaku ini. Sungguh nikmatnya peristiwa saat itu. Dalam benakku terbayang seandainya saja kenikmatan perzinahan ini tidak pernah berakhir, andaikan saja kami berdua bisa terus bersetubuh tanpa mencapai titik puncak kepuasan. Detik-detik perselingkuhan itu kami rasakan bagaikan di surga, nikmat dan menyenangkan.

    Budhe Siti yang telah mengangkang di atasku dan telah membenamkan penisku ke dalam lubang anusnya terus saja menggerakkan pantatnya ke atas dan ke bawah, terus mengocok penisku yang terjepit nikmat di dalam lubang anusnya. Di antara kenikmatan luar biasa yang terus aku rasakan, tanganku tidak henti-hentinya meremas-remas pantat Budhe Siti, mengusap-usap pinggangnya, dan sesekali meremas-remas buah dada montoknya. Tidak jarang dengan gerakan pantat Budhe Siti ke atas dan ke bawah itu membuat sesekali penisku yang tegang dan basah itu terlepas keluar dari lubang anusnya hingga aku sesekali harus memperbaiki posisi penisku agar masuk kembali ke dalam lubang anus perempuan montok tetanggaku itu.

    Beberapa menit berlalu, aku meminta Budhe Siti untuk mengalihkan gerakan pantatnya. Sesaat kemudian ia mulai memutar-mutarkan pantatnya terkadang searah jarum jam dan kadang pantatnya juga memutar berlawanan jarum jam. Di antara goyangan-goyangan pantat Budhe Siti yang nikmat itu, dari mulutku sesekali keluar desahan dan rintihan. Suara-suara itu adalah refleksi dari kenikmatan luar biasa yang aku rasakan selama dalam melakukan perzinahan dan perselingkuhan dengan Budhe Siti, perzinahan dan perselingkuhan yang nikmat dengan seorang perempuan yang sudah bersuamikan tukang kebun dan sudah memiliki tiga anak, yang bertubuh montok, berpantat dan berbuah dada besar.

    Selama beberapa menit berlalu, goyangan-goyangan berputar pantat Budhe Siti yang nikmat hampir membuat aku mencapai titik klimaks. Buru-buru aku meminta Budhe Siti untuk mengangkat pantatnya agar penisku terlepas dari jepitan lubang anusnya. Aku tidak ingin secepat itu mencapai puncak kepuasan dan secepat itu menyudahi hubungan suami istriku dengan Budhe Siti. Kemudian aku berdiam diri sejenak dan mengatur nafasku yang ngos-ngosan. Sementara itu Budhe Siti tampak sibuk membenahi rambutnya yang awut-awutan dan sesekali menyeka keringat yang tampak membasahi seluruh tubuhnya.


    Setelah nafasku mulai teratur dan aku tidak lagi merasakan akan memuncratkan sperma dan mencapai titik klimaks, maka aku pun kembali menatap Budhe Siti yang tampak tersenyum ke arahku. Kemudian aku memintanya bersandar di jok taksi bagian belakang dan memintanya untuk agak mengangkangkan kakinya agar vaginanya dapat jelas terlihat. Dengan duduk bersandar dan agak merosot ke bawah, Budhe Siti mulai membuka agak lebar kedua kakinya hingga terlihatlah rambut-rambut merah kehitaman yang tumbuh lebat di sekitar selangkangannya dan sebagian besar lagi menutupi lubang vaginanya.

    Dengan perlahan aku menunduk dan mendekatkan wajahku ke arah lubang vagina Budhe Siti. Dengan perlahan-lahan aku menyibak rambut rambut merah kehitaman itu dan berusaha mencari letak lubang vagina Budhe Siti. Setelah tampak olehku lubang vaginanya, aku mulai menjilatinya dan sesekali memasukkan telunjukku ke dalamnya. Dan tampaknya perempuan 41 tahun itu mulai merasakan kenikmatan.

    Waktu terus berlalu dan aku tidak henti-hentinya menjilati dan terkadang memasukkan dua hingga empat jariku ke dalam vagina Budhe Siti. Di antara desahan dan deru nafasnya yang memburu, sembari dengan mata terpejam perempuan 41 tahun itu tak jarang meremas-remas kedua payudaranya sendiri dan sesekali memelintir dan menarik puting susunya dengan kedua tangannya.

    Melihat tubuhnya yang montok dan tingkah lakunya yang seperti itu, gairah seksku seperti tidak dapat ditahan lagi. Perlahan-lahan aku berdiri dan mulai mendekap tubuh Budhe Siti dan menidurkannya di jok bagian belakang. Setelah itu ia mulai membuka matanya dan dengan tampak sangat pasrah ia hanya mendesah-ndesah saat aku mulai menindihnya dan dengan perlahan-lahan mulai memasukkan penisku yang tegang ke dalam lubang vaginanya. Tak henti-hentinya aku menjejal-jejalkan penisku ke dalam lubang vagina Budhe Siti yang hangat, lembek, lembut dan basah itu.


    Beberapa menit kemudian saat aku terus mengocok penisku di dalam jepitan hangat vagina Budhe Siti, tiba-tiba aku merasakan akan menyemburkan sperma sebagai sebuah tanda bahwa aku akan mencapai titik puncak kepuasan. Dan sekali lagi aku tidak ingin secepat itu mencapai titik klimaks. Aku masih ingin berlama-lama bercumbu dan bersetubuh dengan tetanggaku ini. Dan dengan perlahan-lahan aku menarik penisku keluar dari kehangatan vagina Budhe Siti agar aku tidak memuncratkan sperma secepat itu.

    Tetapi terlambat, sesaat setelah penisku tercabut keluar dari lembutnya vagina Budhe Siti, aku tidak tahan lagi menahan spermaku yang memaksa keluar dari dalam penisku sehingga cairan putih kental pun muncrat dan berceceran di perut dan sebagian lagi ke buah dada Budhe Siti. Budhe Siti kemudian mulai mengusap dan meratakan cairan kental itu ke perut dan buah dadanya yang montok dan sesekali ia meremas-remas payudaranya dengan kedua tangannya. Sementara itu aku masih berlutut di atas tubuh Budhe Siti yang sedang tidur telentang dan dengan tangan kanan aku terus mengocok perlahan penisku untuk mengeluarkan sisa-sisa sperma yang masih tertinggal dan merasakan kenikmatan detik-detik akhir puncak kepuasanku.

  • Kisah Memek Tubuhku Hancur Di Meja Judi

    Kisah Memek Tubuhku Hancur Di Meja Judi


    2543 views

    Duniabola99.com – Rita (34) nyaris putus asa dalam menjalani hidup ini. Suaminya, Yoyok, justru menjadikannya sebagai seorang pelacur. Aku tak pernah menyangka jika Mas Yoyok tega menjual tubuhku. Ketika pertama kali aku mengenalnya, dia adalah laki-laki yang baik dan selalu menjagaku dari berbagai godaan laki-laki lain.

    Kami menikah lima tahun yang lalu dan dikarunai seorang anak laki-laki berusia tiga tahun dan kami beri nama Rizal. Perkimpoian kami mulus-mulus saja sampai Rizal muncul diantara kami. Tentu saja waktuku banyak tersita untuk mendidik Rizal.


    Mas Yoyok berkerja di perusahaan swasta yang bergerak dibidang produksi kayu, sedangkan aku hanya tinggal di rumah. Tetapi aku tidak pernah mengeluh. Aku tetap sabar menjalankan tugasku sebagai ibu rumah tangga sebaik-baiknya. Sebenarnya setiap hari bisa saja Mas Yoyok pulang sore hari. Tetapi belakangan ini dia selalu pulang terlambat. Bahkan sampai larut malam.

    Pernah ketika kutanyakan, kemana saja kalau pulang terlambat. Dia hanya menjawab “Aku mencari penghasilan tambahan Rit”, jawabnya singkat.

    Mas Yoyok makin sering pulang larut malam, bahkan pernah satu kali dia pulang dengan mulut berbau alkohol, jalannya agak sempoyongan, rupanya dia mabuk. Aku mulai bertanya-tanya, sejak kapan suamiku mulai gemar minum-minum arak. Selama ini aku tidak pernah melihatnya seperti ini. Kadang-kadang ia memberikan uang belanja lebih padaku. Atau pulang dengan membawa oleh-oleh untuk aku dan Rizal anak kami.

    Setiap kali aku menyinggung aktivitasnya, Mas Yoyok berusaha menghindari. “Kita jalankan saja peran masing-masing. Aku cari uang dan kamu yang mengurus rumah. Aku tidak pernah menanyakan pekerjaanmu, jadi lebih baik kamu juga begitu”, katanya.

    Aku baru bisa menerka-nerka apa aktivitasnya ketika suatu malam, dia memintaku untuk menjual gelang yang kupakai. Ia mengaku kalah bermain judi dengan seseorang dan perlu uang untuk menutupi utang atas kekalahannya, jadi itu yang dilakukannya selama ini. Sebagai seorang istri yang berusaha berbakti kepada suami, aku memberikan gelang itu. Toh dia juga yang membelikan gelang itu. Aku memang diajarkan untuk menemani suami dalam suka maupun duka. Fontana99

    Suatu sore saat Mas Yoyok belum pulang, seorang temannya yang mengaku bernama Bondan berkunjung ke rumah. Kedatangan Bondan inilah yang memicu perubahan dalam rumah tanggaku. Bondan datang untuk menagih utang-utang suamiku kepadanya. Jumlahnya sekitar sepuluh juta rupiah. Mas Yoyok berjanji untuk melunasi utangnya itu. Aku berkata terus-terang bahwa aku tidak tahu-menahu mengenai utang itu, kemudian aku menyuruhnya untuk kembali besok saja.


    Tetapi dengan pandangan nakal dia tersenyum, “Lebih baik saya menunggu saja Mbak, itung-itung menemani Mbak.”

    Aku agak risih mendengar ucapannya itu, lebih-lebih ketika melihat tatapan liar matanya yang seakan-akan ingin menelanjangi diriku.

    “Yoyok tidak pernah cerita kepada saya, kalau ia memiliki istri yang begitu cantiknya. Menurut saya, sayang sekali bunga yang indah hanya dipajang di rumah saja” ucap Bondan.

    Aku makin tidak enak hati mendengar ucapan rayuan-rayuan gombalnya itu, Tetapi aku mencoba menahan diri, karena Mas Yoyok berutang uang kepadanya. Dalam hati aku berdoa agar Mas Yoyok cepat pulang ke rumah, sehingga aku tidak perlu berlama-lama mengenalnya.

    Untung saja tak lama kemudian Mas Yoyok pulang. Kalau tidak pasti aku sudah muntah mendengar kata-katanya itu. Begitu melihat Bondan, Mas Yoyok tampak lemas. Dia tahu pasti Bondan akan menagih hutang-hutangnya itu. Aku meninggalkan mereka di ruang tamu, Mas Yoyok kulihat menyerahkan amplop coklat. Mungkin Mas Yoyok sudah bisa melunasi hutangnya. Aku tidak dapat mendengar pembicaraannya, namun kulihat Mas Yoyok menunduk dan sesekali terlihat berusaha menyabarkan temannya itu.

    Setelah Bondan pulang, Mas Yoyok memintaku menyiapkan makan malam. Dia menikmati sajian makan malam tanpa banyak bicara, Aku juga menanyakan apa saja yang dibicarakannya dengan Bondan. Aku menyadari Mas Yoyok sedang suntuk, jadi lebih baik aku menahan diri. Setelah selesai makan, Mas Yoyok langsung mandi dan masuk ke kamar tidur, aku menyusul masuk kamar satu jam kemudian setelah berhasil menidurkan Rizal di kamarnya.

    Ketika aku memasuki kamar tidur dan menemaninya di ranjang, Mas Yoyok kemudian memelukku dan menciumku. Aku tahu dia akan meminta ‘jatahnya’ malam ini. Malam ini dia lain sekali sentuhannya lembut. Pelan-pelan Mas Yoyok mulai melepaskan daster putih yang kukenakan, setelah mencumbuiku sebentar, Mas Yoyok mulai membuka bra tipis yang kukenakan dan melepaskan celana dalamku.


    Setelah itu Mas Yoyok sedikit demi sedikit mulai menikmati jengkal demi jengkal seluruh bagian tubuhku, tidak ada yang terlewati. Kemudian aku membantu Mas Yoyok untuk melapaskan seluruh pakaian yang dikenakannya, sampai akhirnya aku bisa melihat penis Mas Yoyok yang sudah mulai agak menegang, tetapi belum sempurna tegangnya.

    Dengan penuh kasih sayang kuraih batang kenikmatan Mas Yoyok, kumain-mainkan sebentar dengan kedua belah tanganku, kemudian aku mulai mengulum batang penis suamiku dengan lembutnya. Terasa di dalam mulutku, batang penis Mas Yoyok terutama kepala penisnya, mulai terasa hangat dan mengeras. Aku menyedot batang Mas Yoyok dengan semampuku, kulihat Mas Yoyok begitu bergairah, sesekali matanya terpejam menahan nikmat yang kuberikan kepadanya.

    Mas Yoyok kemudian membalas, dengan meremas-remas kedua payudaraku yang cukup menantang, 36B. Aku mulai merasakan denyut-denyut kenikmatan mulai bergerak dari puting payudaraku dan mulai menjalar keseluruh bagian tubuhku lainnya, terutama ke vaginaku. Aku merasakan liang vaginaku mulai terasa basah dan agak gatal, sehingga aku mulai merapatkan kedua belah pahaku dan menggesek-gesekan kedua belah pahaku dengan rapatnya, agar aku dapat mengurangi rasa gatal yang kurasakan di belahan liang vaginaku.

    Mas Yoyok rupanya tanggap melihat perubahanku, kemudian dengan lidahnya Mas Yoyok mulai turun dan mulai mengulum daging kecil clitorisku dengan nafsunya, Aku sangat kewalahan menerima serangannya ini, badanku terasa bergetar menahan nikmat, peluh ditubuhku mulai mengucur dengan deras diiringi erangan-erangan kecil dan napas tertahan ketika kurasakan aku hampir tak mampu menahan kenikmatan yang kurasakan.

    Akhirnya seluruh rasa nikmat semakin memuncak, saat penis Mas Yoyok, mulai terbenam sedikit demi sedikit ke dalam vaginaku, rasa gatal yang kurasakan sejak tadi berubah menjadi nikmat saat penis Mas Yoyok yang telah ereksi sempurna mulai bergerak-gerak maju mundur, seakan-akan menggaruk-garuk gatal yang kurasakan.
    Suamiku memang jago dalam permainan ini. Tidak lebih dari lima belas menit aku berteriak kecil saat aku sudah tidak mampu lagi menahan kenikmatan yang kurasakan, tubuhku meregang sekian detik dan akhirnya rubuh di ranjang ketika puncak-puncak kenikamatan kuraih pada saat itu, mataku terpejam sambil menggigit kecil bibirku saat kurasakan vaginaku mengeluarkan denyut-denyut kenikmatannya.


    Dan tidak lama kemudian Mas Yoyok mencapai puncaknya juga, dia dengan cepatnya menarik penisnya dan beberapa detik kemudian, air maninya tersembur dengan derasnya ke arah tubuh dan wajahku, aku membantunya dengan mengocok penisnya sampai air maninya habis, dan kemudian aku mengulum kembali penisnya sekian lama, sampai akhirnya perlahan-lahan mulai mengurang tegangannya dan mulai lunglai.

    “Aku benar-benar puas Rit, kamu memang hebat”, pujinya. Aku masih bergelayut manja di dekapan tubuhnya.
    “Rit, kamu memang istriku yang baik, kamu harus bisa mengerti kesulitanku saat ini, dan aku mau kamu membantu aku untuk mengatasinya”, katanya.

    “Bukankah selama ini aku sudah begitu Mas”, sahutku. Mas Yoyok mengangguk-angguk mendengarkan ucapakanku.

    Kemudian ia melanjutkan, “Kamu tahu maksud kedatangan Bondan tadi sore. Dia menagih utang, dan aku hanya sanggup membayar setengah dari keseluruhan utangku. Kemudian setelah lama berbicang-bincang ia menawarkan sebuah jalan keluar kepadaku untuk melunasi hutang-hutangku dengan sebuah syarat”, ucap Mas Yoyok.

    “Apa syaratnya, Mas?” tanyaku penasaran.

    “Rupanya dia menyukaimu, dia minta izinku agar kamu bisa menemani dia semalam saja”, ucap Mas Yoyok dengan pelan dan tertahan.

    Aku bagai disambar petir saat itu, aku tahu arti ‘menemani’ selama semalam. Itu berarti aku harus melayaninya semalam di ranjang seperti yang kulakukan pada Mas Yoyok. Mas Yoyok mengerti keterkejutanku.
    “Aku sudah tidak tahu lagi dengan apalagi aku harus membayar hutang-hutangku, dia sudah mengancam akan menagih lewat tukang-tukang pukulnya jika aku tidak bisa membayarnya sampai akhir pekan ini”, katanya lirih.
    Aku hanya terdiam tak mampu mengomentari perkataannya itu. Aku masih shock memikirkan aku harus rela memberikan seluruh tubuhku kepada lelaki yang belum kukenal selama ini. Sikap diamku ini diartikan lain oleh Mas Yoyok.

    “Besok kamu ikut aku menemui Bondan”, ujarnya lagi, sambil mencium keningku lalu berangkat tidur. Seketika itu juga aku membenci suamiku. Aku enggan mengikuti keinginan suamiku ini, namun aku juga harus memikirkan keselatan keluarga, terutama keselamatan suamiku. Mungkin setelah ini ia akan kapok berjudi lagi pikirku.
    Sore hari setelah pulang kerja, Mas Yoyok menyuruhku berhias diri dan setelah itu kami berangkat menuju tempat yang dijanjikan sebelumnya, rupanya Mas Yoyok mengantarku ke sebuah hotel berbintang. Ketika itu waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 20.00 malam. Selama hidup baru pertama kali ini, aku pergi untuk menginap di hotel.

    Ketika pintu kamar di ketuk oleh Mas Yoyok, beberapa saat kemudian pintu kamar terbuka, dan kulihat Bondan menyambut kami dengan hangatnya, Suamiku tidak berlama-lama, kemudian ia menyerahkan diriku kepada Bondan, dan kemudian berpamitan.

    Dengan lembut Bondan menarik tanganku memasuki ruangan kamarnya. Aku tertunduk malu dan wajahku terasa memerah saat aku merasakan tanganku dijamah oleh seseorang yang bukan suamiku. Ternyata Bondan tidak seburuk yang kubayangkan, memang matanya terkesan liar dan seakan mau melahap seluruh tubuhku, tetapi sikapnya dan perlakuannya kepadaku tetap tenang, sehingga dikit demi sedikit rasa grogi yang menyerangku mulai memudar.


    Bondan menanyakan dengan lembut, aku ingin minum apa. Kusahut aku ingin minum coca-cola, tetapi jawabnya minuman itu tidak ada sekarang ini di kamarnya, kemudian dia mengeluarkan sebotol sampagne dari kulkas dan menuangkannya sedikit sekitar setengah sloki, kemudian disuguhkannya kepadaku, “Ini bisa menghilangkan sedikit rasa gugup yang kamu rasakan sekarang ini, dan bisa juga membuat tubuhmu sedikit hangat. Kulihat dari tadi kelihatannya kamu agak kedinginan”, ucapnya lagi sambil menyodorkan minuman tersebut.

    Kuraih minuman tersebut, dan mulai kuminum secara dikit demi sedikit sampai habis, memang benar beberapa saat kemudian aku merasakan tubuh dan pikiranku agak tenang, rasa gorgi sudah mulai menghilang, dan aku juga merasakan ada aliran hangat yang mengaliri seluruh syaraf-syaraf tubuhku.

    Bondan kemudian menyetel lagu-lagu lembut di kamarnya, dan mengajakku berbincang-bincang hal-hal yang ringan. Sekitar 10 menit kami berbicara, aku mulai merasakan agak pening di kepalaku, tubuhkupun limbung. Kemudian Bondan merebahkan tubuhku ke ranjang. Beberapa menit aku rebahan di atas ranjang membuatku mulai bisa menghilangkan rasa pening di kepalaku.

    Tetapi aku mulai merasakan ada perasaan lain yang mengalir pada diriku, ada perasaan denyut-denyut kecil di seluruh tubuhku, semakin lama denyut-denyut tersebut mulai terasa menguat, terutama di bagian-bagian sensitifku. Aku merasakan tubuhku mulai terangsang, meskipun Bondan belum menjamah tubuhku.
    Ketika aku mulai tak kuasa lagi menahan rangsangan di tubuhku, napasku mulai memburu terengah-engah, payudaraku seakan-akan mengeras dan benar-benar peka, vaginaku mulai terasa basah dan gatal yang menyengat, perlahan-lahan aku mulai menggesek-gesekkan kedua belah pahaku untuk mengurangi rasa gatal dan merangsang di dalam vaginaku. Tubuhku mulai menggeliat-geliat tak tahan merasakan rangsangan seluruh tubuhku.

    Bondan rupanya menikmati tontonan ini, dia memandangi kecantikan wajahku yang kini sedang terengah-engah bertarung melawan rangsangan, nafsunya mulai memanas, tangannya mulai meraba tubuhku tanpa bisa kuhalangi lagi. Remasan-remasan tangannya di payudaraku membuatku tidak tahan lagi, sampai tak sadar aku melorotkan sendiri pakaian yang kukenakan. Saat pakaian yang kukenakan lepas, Mata Bondan tak lepas memandangi belahan payudaraku yang putih montok dan yang menyembul dan seakan ingin loncat keluar dari bra yang kukenakan.


    Tak tahan melihat pemandangan indah ini, Bondan kemudian menggumuliku dengan panasnya sembari tangannya mengarah ke belakang punggungku, tidak lebih dari 3 detik, kancing bra-ku telah lepas, kini payudaraku yang kencang dan padat telah membentang dengan indahnya, Bondan tak mau berlama-lama memandangiku, dengan buasnya lagi ia mencumbuiku, menggumuliku, dan tangannya semakin cepat meremas-remas payudaraku, cairan vaginaku mulai membasahi celana putihku.

    Melihat ini, tangan bondan yang sebelahnya lagi mulai bermain-main di celanaku tepat di cairan yang membasahi celanaku, aku merasakan nikmat yang benar-benar luar biasa. Napasku benar-benar memburu, mataku terpejam nikmat saat tangan Bondan mulai memasuki celana dalamku dan memainkan daging kecil yang tersembunyi di kedua belahan rapatnya vaginaku.

    Bondan memainkan vaginaku dengan ahlinya, membuatku terpaksa merapatkan kedua belah pahaku untuk agak menetralisir serangan-serangannya, jari-jarinya yang nakal mulai menerobos masuk ke liang tubuhku dan mulai memutar-mutar jarinya di dalam vaginaku. Tak puas karena celana dalamku agak mengganggu, dengan cepatnya sekali gerakan dia melepaskan celana dalamku. Aku kini benar-benar bugil tanpa tersisa pakaian di tubuhku.
    Bondan tertegun sejenak memandangi pesona tubuhku, yang masih bergeliat-geliat melawan rangsangan yang mungkin diakibatkan obat perangsang yang disuguhkan di dalam minumanku. Dengan cepatnya selagi aku masih merangsang sendiri payudaraku, Bondan melepaskan dengan cepat seluruh pakaian yang dikenakan sampai akhirnya bugil pula. Aku semakin bernafsu melihat batang penis Bondan telah berdiri tegak dengan kerasnya, Besar dan panjang.

    Dengan cepat Bondan kembali menggumuliku dengan benar-benar sama-sama dalam puncak terangsang, aku merasakan payudaraku diserang dengan remasan-remasan panas, dan.., ahh.., akupun merasakan batang penis Bondan dengan cepatnya menyeruak menembus liang vaginaku dan menyentuh titik-titik kenikmatan yang ada di dalam liang vaginaku, aku menjerit-jerit tertahan dan membalas serangan penisnya dengan menjepitkan kedua belah kakiku ke arah punggungnya sehingga penisnya bisa menerobos secara maksimal ke dalam vaginaku.

    Kami bercumbu dengan panasnya, bergumul, setiap kali penis Bondan mulai bergerak masuk menerobos masuk ataupun saat menarik ke arah luar, aku menjepitkan otot-otot vaginaku seperti hendak menahan pipis, saat itu aku merasakan nikmat yang kurasakan berlipat-lipat kali nikmatnya, begitu juga dengan Bondan, dia mulai keteteran menahan kenikmatan tak bisa dihindarinya. Sampai pada satu titik saya sudah terlihat akan orgasme, Bondan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dengan hentakan2 penisnya yang dipercerpat.. akhirnya kekuatan pertahananku ambrol.. saya orgasme berulang-ulang dalam waktu 10 detik.. Bondan rupanya juga sudah tidak mampu menahan lagi serangannya dia hanya diam sejenak untuk merasakan kenikmatan dipuncak-puncak orgasmenya dan beberapa detik kemudian mencabut batang penisnya dan tersemburlan muncratan-muncratan spermanya dengan banyaknya membanjiri wajah dan sebagian berlelehan di belahan payudaraku. Kamipun akhirnya tidur kelelahan setelah bergumul dalam panasnya birahi.

    Keesokan paginya, Bondan mengantarku pulang ke rumah. Kulihat suamiku menerimaku dengan muka tertuduk dan berbicara sebentar sementara aku masuk ke kamar anakku untuk melihatnya setelah seharian tidak kuurus.
    Setelah kejadian itu, aku dan suamiku sempat tidak berbicara satu sama-lain, sampai akhirnya aku luluh juga saat suamiku minta maaf atas kelakuannya yang menyebabkan masalah ini sampai terjadi, tetapi hal itu tidak berlangsung lama, suamiku kembali terjebak dalam permainan judi. Sehingga secara tidak langsung akulah yang menjadi taruhan di meja judi. Jika menang suamiku akan memberikan oleh-oleh yang banyak kepada kami. Tetapi jika kalah aku harus rela melayani teman-teman suamiku yang menang judi. Sampai saat ini kejadian ini tetap masih berulang. Oh sampai kapankah penderitaan ini akan berakhir.

  • Foto Bugil Serena Wood memamerkan pantatnya

    Foto Bugil Serena Wood memamerkan pantatnya


    2543 views

    Duniabola99.com – Foto Gadis cantik Serena Wood melepaskan bikini hitamnya di depan pintu dan memperlihatkan pantatnya yang bahenol dan memeknya yang tembem botak.

  • Kisah Memek istri hamil minta ml dua lelaki

    Kisah Memek istri hamil minta ml dua lelaki


    2542 views

    Duniabola99.com – Telah 3 tahun saya dan istri saya menunggu hasil bahwa istri saya hamil, saya langsung membawa dia untuk periksa katanya sudah telat 2 bulan dan tentunya kabar yang sangat gembira buat saya, karena ini pertama kali saya menjadi bapak, istriku sudah sempat meminta beliin ini itu, saya rasa dia sudah ngidam, sempat meminta untuk memanjat kelapa juga meminta air degan yang masih segar langsung dari pohonnya.


    tapi permintaan kali ini amat aneh sekali & bikin saya terperanjat bingung bagaimana memenuhinya.

    Ketika kami asyik tiduran di kamar tiba tiba istriku bicara pelan :

    Mas sesungguhnya saya ini ngidam sesuatu yang agak aneh mas tetapi takut ngomong sama mas. Pasti naik pitam tetapi nggak tahu saya pusing banget, ngidam yang satu ini kayaknya semestinya dapat jadi beneran ..

    Ngidam apa sih sayang kalau dapat saya cari ya tentulah saya cari..Kata saya sambil baca koran.

    Bener nih gak naik pitam Mas..tetapi saya sesungguhnya gak mau tetapi entah sampe terbawa mimpi mas. Aneh banget. Saya ngidam ini mas…Angel istriku menyodorkan cakram dvd.

    Hmmmm apa nih ma

    hihihihihihihihi jadi pengen bercumbu nih

    kalau ngidam begini gampang…mas sekarang pun ok ok aja….Kata saya senyum senyum sambil menyalakan film bokep tersebut di player.

    Rupanya film tentang cewek disetubuhi rame rame.

    Wah masa pengen bercumbu rame rame beginiwah kau dapat aja Kata saya sambil asyik nonton film horny tersebut.

    Sambil tertunduk istriku berkata pelan2

    itu persoalannya saya sering mimpi disetubuhi sama cowok cowok ganteng yang berbatang besar gitu mas, aneh ya..apa saya ini telah sinting tetapi setiap saya tidur, mimpi itu langsung berputar di kepalaku.

    Sungguh saya kaget bukan main. Ini tak main main..ngidam model apa ini !

    Nggak ah !! gimana sih kau jangan bercanda Ngel..Teriakku naik pitam marah.

    Istriku menundukkan kepalanya sambil menangis.

    Habis saya memang kepengen gimana hayo

    Permintaannya memang sinting & bikin pusing kepala, sengaja 2 pekan ini saya biarkan. Akibatnya ia menangis tiap malam, saya sama sekali tak diajak bicara.

    Saya bener bener penasaran sesungguhnya yang ia inginkan detailnya bagaimana sih.

    Dik…ok ok…gini gini…sesungguhnya kau inginnya bagaimana sih sayang hmmmmm….

    Sambil masih menangis istriku berbicara tersendat sendat

    saya sesungguhnya Hanya ingin di gosok gosok aja kok mas, gak masuk beneran, Hanya penasaran aja gimana rasanya..bener gak masuk & lagi kan ia nanti pake kondom. Ia nanti juga gak meluk Angel.. boleh ya mas…Istriku kembali menangis.

    Kepalsaya benar benar pusing.Jelas saya tak terima istriku disetubuhi laki laki lain, sinting apa…!! Memang sih tak sampai masuk, tetapi kan nempel juga.

    Terpikir olehku mending saya cerai saja, tetapi menceraikan istri ketika hamil jelas jelas gak bener juga.

    Lisin temanku yang juga temannya Angel mengerti kesulitanku.

    Mat, itu memang permintaan gila, eh sorry saya gak bilang istrimu gila…tetapi itu permintaan yang lain dari pada yang lain.

    Terus saya semestinya gimana Sin masa saya semestinyacarikan gigolo wah..sinting apa !!

    Emosiku meledak ledak.

    Atau kau mau bantu Sin …saya tahu kau bersih tetapi aaahhhh gila, saya gak dapat memandang istriku disetubuhi orang lain.

    Tenang Mat, kan gak bercumbu beneran, hanya nempel saja…mungkin gak terlalu parah sih…& pake kondom lagi, cukup aman. Mungkin istrimu hanya ingin merasakan gosokan di klitorisnya.Lisin berupaya meredam kemarahanku.

    Beberapa hari saya tak dapat tidur, alhasil saya bulatkan tekadku, ok lah gak papa, semoga itu hanya keinginan di depan aja, nggak bener bener. Saya tahu karakter Angel, ia memang menggebu gebu di depan tetapi kalau di seriusin biasanya gak jadi, semoga saja.

    Dik…ok kita carikan cowok yang bersih ya..trus semestinyaberapa orang satu aja kan hah tiga !! kita coba 1 orang dulu aja gimana ok ok dua orang aja Kata saya berupaya merayu.

    Angel bersikeras meminta 3 orang..ini membuatku pusing tujuh keliling. 3 orang tak main main. Saya kawatir berdampak di kehamilannya, kalau keguguran gimana

    Sebab itu ia kan belum pernah mencoba bercumbu dengan lebih dari satu orang atau apa itu namanya threesome & sebangsanya..

    Sebab saya tak dapat mencarikan saya serahkan sendiri ke Angel untuk mencari. Saya menyerah…terserah dialah..asalkan ia semestinya yakin kalau cowok cowok itu bersih..sebab itu saya yakin ia Hanya ingin di depan aja, nggak bakalan beneran.

    Semula ia tak mau, alasannya dimana & bagaimana mencarinya.

    Tiga hari berlalu, saya tiduran sambil mengelus elus perutnya yang masih belum kelihatan hamilnya, Angel berkata pelan

    Mas…saya telah dapat..saya ajak si Lisin, sama Alex aja, mas kan juga kenal kan

    Lho…saya kapan itu sempat meminta tolong Lisin, ia gak enak katanya, tetapi kalau ia dapat bantu ya gak papa, saya lumayan percaya sama dia, tetapi kau bener bener gak masuk kan saya terus terang amat keberatan kalau terjadi coitus.

    Hanya gesek gesek aja kan Angel menggangguk angguk kan kepalanya Hanya gesek gesek klitoris aja tetapi sampe saya orgasme ya mas.

    Malam harinya saya diskusi dengan Lisin & Alex Saya hanya membantu saja Mat, jangan kuatir, gak bakalan masuk, saya hanya menggesekkan batangku saja, Alex juga telah setuju dengan rencanaku.Kata Lisin.

    Segera saya siapkan tempat tidur, rencananya saya hanya duduk di sebelahnya selama Angel dirangsang. Semoga saja tak terjadi hal hal yang tak saya inginkan, sungguh saya berharap ketika cowok cowok ini telah siap, Angel membatalkan rencananya.


    Angel muncul dengan memakai black lingerie dari La Zenza. Puting susunya yang merah muda membayang di balik bra tipis, Sementara stocking hitamnya yang berenda menempel lekat di pahanya yang mulus. Ahhh istriku memang menawan….dadsaya bergemuruh sebab cemburu.

    Lisin & Alex terpaku menatap istriku, mereka tampak sungkan dihadapanku. OK lalu saya semestinya bagaimana Tanya saya memecah kebekuan.

    ummmm…umm, kalau dapat mas jangan disini dong..saya malu, gimana kalau mas di kamar sebelah aja. Saya gak lama kok…kan hanya menggesek gesek aja gak lebih….kata istriku. & lagi nanti mas kan dapat memandang dari video yang mas buat.

    Nanti saya akan bener bener jaga Mat..Kata Alex pelan.

    Saya letakkan camera video di meja sebelah tempat tidur. Kemudian sambil berjalan ragu saya berlalu ke kamar sebelah. Sekilas saya memandang Alex menurunkan celana panjangnya.

    Di kamar sebelah saya tiduran di tempat tidur dengan galau, 5 menit berlalu, saya mendengar suara lirih rintihan istriku yang berulang ulang. 10 menit berlalu…..

    Kemudian terdengar derakan tempat tidur yang bergoyang goyang, sedikit terdengar jeritan istriku…mungkin ia orgasme..

    Ahh.. hatiku dibakar cemburu yang luar biasa. Kupukul dinding berkali kali sebab saya menyesal mengapa menyetujui keinginan istriku. Sungguh bodoh…!!

    20 menit berlalu….mengapa mereka lama sekali kembali terdengar rintihan & jeritan panjang istriku. Derakan tempat tidur terdengar bertambah keras.

    30 menit…saya tambah galau..mengapa lama sekali…45 menit…

    Tiba tiba pintu kamarku terbuka, Angel berjalan pelan masuk menyerahkan camera video. Tali lingerie yang kiri terlihat putus sehingga buah dadanya yang ranum menyembul keluar.

    Mas lihatnya nanti aja ya sesudah Lisin & Alex pulang…takut kalau mas marah. Nanti malah ribut…Angel berkata pelan sambil menyeka keringat di lehernya.

    Saya lihat Alex & Lisin masih menarik celananya ke atas. Di lantai saya lihat 2 kondom terisi penuh sprema Hhhh…saya menghela nafas…kalau mereka sampai ejakulasi tentu tak hanya sekedar menggosok klitoris…

    Mat…eeee..tadi..eeee maksudku begini…eeeeAlex tampak kikuk menjelaskan.

    Ok…ok…kalian pulanglah…tak perlu dijelaskan, saya dapat lihat dari filem ini kan thanks telah merepotkan. Kata saya dengan berjalan menuju televisi. Saya tak sabar ingin segera menontonnya.

    Sesudah mereka keluar & Angel menutup pintu depan, ia berjalan & duduk disampingku sambil berbisik ,

    Mas nanti jangan naik pitam ya…mungkin adegannya agak berlebihan… tetapi dilihat aja dulu mas…

    Saya diam saja sambil menyalakan TV. Adegan dimulai dengan Alex & Lisin melepas celana panjangnya. Terlihat istriku duduk di tempat tidur. ok sekarang kita semestinyabagaimana Ngel Suara Alex terdengar tak terlalu jelas.

    ummm kalian tiduran aja, nanti saya duduk diatas kalian, gak papa kan tetapi kalian diam aja lho tangan kalian jangan lari kemana mana…eh jangan lupa pake kondomnya…Alex mulai rebahan di tempat tidur sementara Angel istriku perlahan mulai menaiki tubuh Alex.

    Hmmm saya yakin Alex terangsang berat, terlihat batangnya telah menjulang tinggi padahal masih belum apa apa.

    Sekilas Angel memandang camera, kemudian dengan posisi woman on top , tubuhnya perlahan bergoyang maju mundur. Lisin duduk terdiam sambil memandang istriku.

    Dada saya bergemuruh, tubuhku menggigil memandang istriku memejamkan matanya, saya cemburu sebab Angel berupaya mencari kenikmatan dengan batang Alex. Goyangan Angel bertambah cepat dengan diiringi suara rintihan pendek pendek. Lisin kau siap siap dongBisik istriku.

    Kemudian tubuh istriku berpindah ke atas tubuh Lisin. Terlihat batang lisin amat besar, lebih besar dari milikku. Kembali Angel bergoyang di atas batang Lisin, kali lebih cepat. Rintihan dari mulutnya makin keras. aaahhh nikmat masmaaf ya masaaah nikmat mas

    Tampaknya Alex & Lisin turut terangsang, tangannya mulai bergentayangan ke payudara istriku yang bergoyang indah, berulang kali Angel menepisnya. Kali ini Lisin turut menggerakkan tubuhnya naik turun. Kurang ajarsaya khawatir batang Lisin masuk ke dalam memek istriku.

    Tubuh Angel makin bergetar. Lenguhannya makin keras. Rintihan histerisnya membuat diriku gemetar. Angel mengayunkan tubuhnya ke depan & kebelakang menyebabkan rambut panjangnya terlempar kesana kemari. Gerakan tubuhnya makin liar.

    Tiba tiba kulihat jemari Angel mengarah ke sela sela pahanya, rupanya ia ingin menggenggam batang milik Lisin. Sesuatu kejadian yang tak kuduga terlihat didepan layar. Angel memasukkan batang Lisin ke dalam vaginanya !!

    Ohhh..saya nggak kuat please saya gak kuatmasuk yaAngel merintih.

    Ahhh jangan Ngel..jangan ! Lisin berupaya melarang tetetapi nafsu mengalahkan suaranya.

    & batang besar Lisin perlahan memasuk memek istriku yang licin merekah. Wajah Lisin tampak kebingungan dengan berkali kali menghadap ke camera seakan meminta maaf bahwa itu bukan kehendaknya.

    Saya panik memandang apa yang ada didepan layar, sementara Angel istriku tertunduk merasa bersalah disebelahku.


    Ngekkenapa semestinya masuk Ngelkau sendiri yang janji untuk tak coitusgimana sih Ngel

    Saya kembali memandang ke layar. Batang Lisin yang besar tampak keluar masuk dengan cepat. Sesungguhnya meskipun hatiku cemburu tetapi pemandangan didepanku amat menggairahkan. Lekuk tubuh istriku benar benar sexy & menggairahkan. Gerakan Angel yang naik turun menyebabkan tempat tidur berderak derak. Rupanya ini yang tadi terdengar dari sebelah.

    Lisinkurang cepataaahhh lebih dalam dong.. aakhhTangan Angel meremas kuat sprei.

    Alex yang ada disampingnya berdiri & sepertinya berbisik ke istriku. Yang kulihat istriku hanya mengangguk angguk.

    Alex berjalan mengambil kondom di meja rias kemudian perlahan berjalan ke belakang istriku. Lisin masih sibuk memompa, sementara Angel lemas merebahkan tubuhnya ke dada Lisin. Dengan tenang Alex mengolesi anus istriku dengan pelicin. Apa yang akan ia lakukan

    Perlahan Alex mengarahkan batangnya ke anus istriku, sambil meremas pinggul & pantat, ia tekan batangnya memasuki anus istriku. Sinting !! saya benar benar shock memandang ini. Kulihat Angel sama sekali tak protes bahkan wajahnya tampak menikmati.

    Aaaaapelansakit..!!…pelan pelan

    Dalam sekejap batang Alex yang tak terlalu besar telah masuk semua sampai ke pangkalnya. Tak lama kemudian batang Lisin & Alex bergerak mempompa bergantian.

    Rintihan Angel makin keras, lenguhan panjang & pendek membuat kedua laki laki itu bertambah cepat bergantian mengayunkan batangnya. Memek istriku mencengkeram erat setiap hentakan & tarikan batang Lisin. Sementara Alex berulang kali menepuk pantat istriku…amat menggairahkan !

    Saya terpesona memandang kondisi istriku saat itu. Disebelahku Angel pun terpaku memandang dirinya sendiri di layar TV. Derakan tempat tidur semakin cepat bergantian dengan jeritan pendek istriku, menahan kenikmatan. Angel mengimbangi pompaan dua pria itu dengan goyangan & geliat pinggulnya.

    Angel benar-benar mengerahkan seluruh tenaganya untuk menggapai kepuasannya. Bermenit-menit telah lewat, gerakan mereka tak nampak mengendor. Saya yakin Angel mendapatkan multi orgasme. Mungkin orgasme beruntun yang amat panjang. & ia belum akan berhenti. Kepalsaya makin lama makin pusing memandang layar. Semuanya terasa bergoyang.

    Dalam keadaan telanjang & mengkilat sebab keringatnya, istriku menggelinjang, menciumi dada berbulu Lisin. Sungguh sebuah pemandangan yang amat mendebarkan & amat erotis. Tak heran dengan cepat Alex & Lisin mengalami ejakulasi

    Ngellllsaya keluar.!! TEriak Alex. Dengan cepat Lisin mengikuti

    Saya jugaaaa!!!Lisin tak mau kalah.

    Tak lama kemudian kedua laki laki itu menggelepar di sebelah istriku. Dada istriku naik turun menahan nafasnya yang memburu.

    Lisintolong masukkan lagi pleasesaya belum puas

    Lisin bangkit kembalihmmm rupanya ia masih kuat.

    Lepas kondomnya Di..gak usah pake…panas..ayo cepet !

    Saya terkejut, bagaimana mungkin istriku mengijinkan Lisin menyetubuhinya tanpa kondom. Dengan segera Lisin menghunjamkan batang raksasanya ke memek istriku dalam dalam. Matsaya mendadak kabur…

    Saya memandang Angel disebelahku…,

    Dek…sesungguhnya kau ini nyidam apa enggak sih kok jadi begini ceritanya

    Angel masih tertunduk,

    Maaf mas…maafkan aku…sesungguhnya dulu sebelum menikah dengan mas, kami telah sering main bertiga..Bisiknya.


    Saya memandang kembali ke layar kaca kembali, tampak sekarang Alex memuncratkan spermanya ke mulut istriku. Kepala saya tambah pusing.

    Jadi selama ini kalian berakting didepanku

    Ok Ok sekarang panggil mereka…cepat panggil mereka lagi !! jadi adek nggak nyidam kan

    sesungguhnya ! …saya mau kalian bercumbu lagi di depanku ! langsung ! tetapi saya juga ikutan main !! Teriakku ke istriku.

    Kita main ber empat ok ! & saya mau nonstop sampe pagi ! Sekaraang !

    Istriku memandangku dengan takutkemudian perlahan mengangkat HPnya.

    Kepala saya rasanya ingin pecah. Jadi istriku selama ini selalu bercumbu bertiga dengan mereka kenapa saya tak curiga selama ini seharusnya saya telah curiga ketika Angel telah tak perawan di malam pertama. Seharusnya saya curiga ketika Lisin & Alex berseia mengantarkan istriku ke Surabaya kapan itu.

    Aaaaaarrrgghhhh !!!! sungguh bodoh diriku !!!

  • Kisah Memek Nafsu Sex Gadis Binal Lagi Sange

    Kisah Memek Nafsu Sex Gadis Binal Lagi Sange


    2542 views

    Duniabola99.com – Adel, si penggagas ide untuk mendapatkan liburan yang berbeda dibandingkan liburan-liburan sebelumnya masih kebingungan untuk memilih pekerjaan yang cocok. Setelah berpikir cukup lama, Adel mengamati lauk yang sedang dimakannya. Ikan, pekerjaan kasar yang dipilihnya harus berhubungan dengan lauk yang paling ia sukai itu, pikir Adel.

    Jika berpikir tentang ikan, pastilah langsung kepikiran nelayan. Adel pun sudah memutuskan. Adel mengepak beberapa helai pakaiannya dan yang paling penting adalah uang dan kartu atm. Adel pergi ke daerah pantai yang pernah ia datangi. Waktu itu ia melihat beberapa nelayan di pantai tersebut. Tapi, Adel harus mencari nelayan dulu yang mau menerimanya untuk tinggal bersama. Adel pergi ke daerah tersebut. Tak lama kemudian, Adel telah sampai.


    “permisi, Pak..”.

    “iya, neng ?”.

    “rumah Pak RT di mana yaa ?”.

    “oh di sana, neng…neng lurus aja..abis itu belok kiri..”.

    “oh..terima kasih ya, Pak..”.

    “iya, neng..”. Adel segera turun dari mobilnya saat sudah sampai di depan rumah yang di tunjukkan bapak tadi.

    “tok tok tok !!”.

    “permisi !!”. Pintu pun terbuka, seorang ibu-ibu yang membukanya.

    “permisi, Bu..saya mau ketemu Pak RT..”.

    “adek ini siapa ya ?”.

    “nama saya Adel, Bu..”.

    “saya Endang, istrinya Solihin, Pak RT di sini, dek Adel ada keperluan apa ya ?”. Keduanya pun bersalaman.

    “begini, Bu…saya lagi neliti kehidupan nelayan buat jadi bahan skripsi saya…saya mau minta izin ke Pak RT..”.

    “oh begitu, dek Adel udah ada tempat nginap di rumah warga di sekitar sini ?”.

    “itu dia, Bu..saya belum ada..makanya saya mau izin ke Pak RT sekalian minta tolong di cariin warga di sekitar sini..boleh, Bu ?”.

    “oh boleh boleh, dek..ayo dek Adel masuk dulu..langsung ngomong sama bapak..”.

    “iya, Bu..terima kasih..”.

    “ayo dek, silakan duduk dulu..Ibu panggil Bapak dulu..”.

    “iya, Bu..”. Tak lama kemudian, Endang keluar dengan seorang bapak-bapak.

    “ini dek Adel ya ?”.

    “iya, Pak..saya Adel..”.

    “ada perlu apa ke sini ?”. Adel pun menjelaskan seperti apa yang dijelaskan ke Endang.

    Cerita Dewasa Adel Si Gadis Nelayan

    Meskipun Adel berbohong, tapi kata-kata yang keluar dari mulutnya mengalir dengan lancar.

    “hmm…begitu ya, Dek..adek tunggu di sini sebentar..saya mau tanya warga yang mau dulu..”.

    “maaf, Pak…saya jadi gak enak ngerepotin…”.

    “gak apa-apa, Dek Adel…kalo gitu, saya pergi dulu yaa..”. Sambil menunggu, Adel mengobrol dengan

    Endang di ruang tamu rumah Endang. Tak lama kemudian, Solihin sudah kembali.

    “Dek Adel, ayo ikut Bapak..”.

    “iya, Pak..Bu Endang, saya pergi dulu..”. Adel mengikuti Solihin yang berjalan melewati rumah-rumah warga yang sederhana.

    Hampir semua warganya berprofesi sebagai nelayan sehingga rumah-rumah yang ada hampir sama.

    “nah, Dik Adel..ini namanya pak Supri..”.

    “Adel..”, ujar Adel sambil menyalami Supri dan tersenyum.

    “Supri..”

    “nah ini istrinya Pak Supri..namanya Bu Juju..”.

    “Adel..”.

    “Aminah..”.

    “nah, Pak Supri..ini Adel yang tadi saya bicarakan..gimana ? boleh Dik Adel tinggal disini, Pak ?”.

    “boleh..”.

    “kalau ibu Juju?”.

    “berapa lama Nak Adel mau tinggal?”.

    “hmm..mungkin sekitar 1 minggu..paling lama mungkin 2 minggu..boleh ya, Bu, Pak ? saya janji deh bakal bantu-bantu n’ gak nyusahin..”, rayu Adel.

    “iya, boleh, Nak Adel..”.

    “makasih banget Bu Juju..”, ujar Adel, memeluk Juju.

    “kalo Bapak ?”.

    “iyaa, boleh, neng..”.

    “makasih, Pak Supri..”. Adel hanya menyalami Supri.

    “kalo begitu..besok saya mulai tinggal di sini..makasih ya Pak Solihin udah bantu saya..”.

    “iya, Dek Adel…saya seneng bisa bantu…”.

    Adel pun mengobrol dengan Solihin, Juju, dan Supri. Layaknya orang yang benar-benar sedang meneliti, Adel kadang melayangkan pertanyaan ke Juju dan Supri. Setelah rasanya cukup mengakrabkan diri kepada keluarga nelayan itu, Adel pun pamit untuk pulang karena baru besok dia akan pindah.

    Rumah Supri benar-benar sederhana layaknya rumah-rumah nelayan seperti umumnya, namun bukan Adel namanya jika hanya gara-gara itu dia jadi mengurungkan niatnya. Gadis manis itu malah bersemangat dan jadi tak sabar, ingin tinggal bersama keluarga yang sederhana. Keesokan harinya pun, Adel kembali dengan sudah membawa kopernya.

    “tok tok tok”.

    “eh Nak Adel..silahkan masuk..”, suruh Juju.

    “Pak Supri kemana, Bu ?”.

    “lagi jemput Didit sama Indah di sekolah..”.

    “oh, anak-anak Ibu biasa pulang jam segini ya ?”.

    “iya, nak…ayo, Nak diminum dulu..”.

    “aduh si Ibu..pake repot-repot..makasih ya, Bu..”.

    “Nak Adel..sini ikut Ibu..”.

    “iya, Bu..”. Adel mengikuti Juju masuk ke kamar yang hanya tertutup dengan kain saja, tak ada pintu.

    “nah, Nak Adel nanti tidur di sini bareng Ibu sama Indah..”.

    “lho ? Bapak Supri nanti tidur dimana ?”.

    “nanti biar Bapak tidur sama Didit..”.

    “tapi Bapak gak apa-apa, Bu ?”.

    “gak apa-apa…Ibu udah ngomong sama Bapak..”.

    “oh..makasih yaa, Bu..”.

    “baju-bajunya Nak Adel taruh di lemari ini aja..”.

    “iyaa, Bu..”.

    Adel memasukkan baju-bajunya yang ada di koper ke dalam lemari. Juju mengajak Adel keliling rumah, menunjukkan dimana dapur dan kamar mandinya. Adel benar-benar prihatin, lantai dapurnya dari pasir. Kamar mandinya juga memprihatinkan, hanya seperti sebuah bilik. Tak lama kemudian, Supri, Indah, dan Didit pulang dari sekolah.

    “kakak ini siapa, Bu ?”, tanya Indah.

    “mmm..ini..”, Juju kebingungan bagaimana menjelaskan ke anaknya yang masih kecil itu.

    “kakak ini temen adiknya Ibu..”.

    “terus kakak di sini mau apa ?”.

    “ya kakak bantu-bantu aja di sini…”.

    “oh…”.

    “udah sana..ganti seragamnya…ayo kamu juga, Dit..”.

    “iyaa, Bu..”. Indah dan Didit pun masuk ke dalam kamar dan langsung keluar lagi dengan pakaian yang agak lusuh.

    Didit pun langsung keluar untuk bermain. Sementara Indah penasaran dengan orang asing yang ada di rumahnya.

    Cerita Mesum Adel Si Gadis Nelayan

    “kakak, kakak..”.

    “iyaa ?”.

    “nama kakak siapa ?”.

    “nama kakak, Adel…nama kamu Indah kan ?”.

    “iya, kak…kakak tinggal di mana ?”.

    “di daerah Jakarta…”.

    “oh…terus kakak kelas berapa ?”.

    “kakak udah gak sekolah, sayang…kakak kuliah..”.

    “apa, kak ? kul..kuliah yaa, kak ? kuliah itu apa, kak ?”.

    “iyaa..kuliah itu…hmm..kamu sekarang kelas berapa ?”.

    “kelas 5 sd, kak..”.

    “nah kamu tau kan ada SMP abis itu SMA ?”.

    “iyaa..”.

    “nah kuliah itu habis SMA..”.

    “oooh…wah berarti kakak pinter banget dong ? ajarin Indah ngerjain pr dong ?”.

    “ayoo..mana sini prnya..tapi Indah yang ngerjain yaa..kakak cuma ngajarin doank lho..”.

    “iyaa dong, kak..”.

    Supri dan Juju tersenyum, belum ada sehari tapi Adel sudah membantu anak mereka mengerjakan pr. Adel kagum dengan Indah, cuma sekali di ajari, dia langsung bisa. Pasti gedenya pinter nih anak, pikir Adel.

    Secara diam-diam, Supri memperhatikan Adel. Sebagai lelaki normal, Supri tertarik dengan Adel.

    Dibandingkan istrinya, Adel jauh lebih cantik dan manis dan tentu tubuh Adel lebih menggiurkan daripada Juju. Tubuh gadis muda itu terlihat begitu padat dan montok, pantatnya sekal, dan kedua kemasan susunya juga sangat menggiurkan, tak heran kalau Supri sering salah tingkah jika berhadap-hadapan dengan Adel sebab pikiran-pikiran jorok tentang Adel selalu mampir ke otak Supri.

    Tapi, Supri tidak tahu sifat asli Adel, si gadis manis yang terlihat kalem itu. Dalam waktu sehari saja, Adel bisa mengakrabkan diri dengan keluarga barunya. Didit juga sudah lumayan akrab dengan Adel. Di antara 3 temannya yang lain, memang Adel yang paling jago bersosialisasi dengan orang lain. Bisa dibilang, Adel adalah cewek yang easy going dan asik.

    “Pak Supri..”.

    “iya, neng ?”.

    “Pak Supri kalau pergi ke laut, jam berapa berangkatnya, Pak ?”.

    “ngelaut ? jam 5 pagi, neng…kenapa, neng ?”.

    “saya mau ikut dong, Pak ?”.

    “ikut ? kok neng mau ikut ? buat apa, neng ?”.

    “ya buat jadi bahan skripsi saya, Pak…saya mau tahu caranya nelayan pas lagi nangkep ikan, Pak…”.

    “oh begitu..tapi neng Adel bisa gak bangun pagi ?”.

    “bisa, Pak..tenang aja..boleh ya, Pak ?”.

    “iyaa boleh, neng…”.

    Bagaimana Supri bisa menolak, pergi ke laut untuk menangkap ikan ditemani gadis manis, tentu tidak akan bosan. Adel terbangun karena ingin buang air kecil. Kebiasaan buruknya sejak kecil memang belum bisa hilang. Dengan sangat hati-hati, Adel turun dari tempat tidur agar tidak membangunkan Juju dan Indah yang tidur di sampingnya.

    Adel berjalan ke kamar mandi dengan menyalakan fitur senter di hpnya untuk menerangi jalannya karena lampu petromax yang menyala tidak terlalu terang. Supri keluar dari kamar Didit karena sudah jam 4.30 pagi. Supri menyiapkan jalanya, melipatnya dengan rapi agar tidak kusut nanti saat dilempar. Dia dengar ada suara dari arah kamar mandi.

    Dia pun berjalan ke arah kamar mandi untuk mencari tahu ada apa. Dia tahu ada orang di dalam kamar mandi, Supri sengaja tak bersuara karena siapa tahu yang sedang di kamar mandi adalah Adel. Supri mengintip dari celah-celah bilik kamar mandi yang terbuat dari bambu itu. Supri sumringah, dewi fortuna sedang berpihak padanya. Orang yang ada di dalam kamar mandi memang benar Adel yang sedang jongkok.

    “ccrrr…”, bunyi air yang jatuh ke dalam wc. Mata Supri pun tak berkedip, menikmati pemandangan yang ada di depan matanya.

    “hhh !!”, nafas Supri menjadi cepat ketika melihat Adel mengobel-ngobel vaginanya sendiri.

    “ah !! akhirnya lega juga..”, ujar Adel setelah selesai mengeluarkan sisa-sisa air seninya dari liang kewanitaannya.

    Pandangan Supri tertuju ke daerah intim Adel yang terlihat jelas ketika Adel berdiri. Tak ada rambut yang menutupi daerah segitiga Adel. Jelas sekali bagi Supri untuk bisa melihat bentuk vagina

    Adel. Supri menelan ludahnya sendiri, nafsu sekali melihat lembah kewanitaan milik Adel. Bibir vagina Adel terlihat begitu rapat, pastilah sempit dan hangat di dalamnya, begitu yang dipikirkan Supri. Supri langsung ngibrit begitu Adel akan keluar kamar mandi.

    “eh Pak Supri udah bangun ?”.

    “i..iya, neng..”.

    “udah biasa bangun jam segini ya, Pak ?”.

    “i iya, neng..”.

    “Bapak mau berangkat sekarang ?”.

    “i..iya, neng…”.

    “kalo gitu saya siap-siap bentar ya, Pak…”. Adel mencuci mukanya agar lebih segar dan merapikan rambutnya.

    “ayo, Pak…”. Adel dan Supri berjalan menuju pinggir laut. Supri masih terbayang-bayang dengan selangkangan Adel tadi.

    Ada sebuah perahu yang tidak bagus namun cukup besar. Ada 2 orang pria yang berada di dekat pria itu.

    “eh, Pri…siapa tuh cewek cakep ?”.

    “kenalin…ini namanya Adel, mahasiswi dari Jakarta..”.

    “Jaka..”.

    “Untung..”.

    “Adel..”, balas si gadis manis sambil tersenyum dan bergantian menyalami tangan kedua pria berkulit hitam itu.

    “neng Adel ngapain ke sini ?”.

    “saya dapet tugas dari kampus disuruh cari tahu tentang kehidupan nelayan..makanya saya ikut Pak Supri ke laut…”.

    “jadi neng Adel mau ngelaut bareng kita nih ?”.

    “iyaa, Pak Jaka, Pak Untung..boleh kan saya ikut ?”.

    “ya boleh dong, neng…”, dua pria itu tersenyum. Jaka, Untung, dan Supri menaruh jalanya di dalam perahu.

    “ayo, neng Adel naik…”.

    “iya, Pak…”. Belum terbiasa naik ke kapal yang sudah mengambang di air, Adel pun limbung dan akan jatuh ke belakang.

    Dengan refleks cepat, Supri langsung menahan tubuh Adel dengan menggunakan tangan kanannya untuk menahan punggung Adel sementara tangan kirinya menahan pantat Adel.

    “ma..ma..af, neng…”, ujar Supri langsung takut Adel marah karena telah memegang pantatnya.

    “gak apa-apa, Pak…tadi kan Bapak nolongin saya..”, jawab Adel ditambah dengan senyumannya yang manis. Supri jadi agak tenang.

    “hati-hati neng, naiknya..”.

    Cerita Hot Adel Si Gadis Nelayan

    Dengan berpegangan pada Supri, Adel bisa naik ke atas perahu dengan mudah. Setelah itu, Supri, Jaka, dan Untung mendorong kapal lebih ke laut sebelum naik ke atas kapal.

    Mesin perahu pun dinyalakan. Jaka yang mengendalikan mesin sementara Untung dan Supri menyiapkan jala. Jaka pun memandangi lekuk-lekuk tubuh Adel dari belakang.

    “ckck…”, decak Jaka sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

    Andai saja punya istri seperti ini, pasti malas untuk mencari ikan, inginnya di ranjang terus, pikir Jaka. Perahu pun berhenti, Jaka, Untung, dan Supri mengambil jala mereka masing-masing. Setelah di urai agar tidak kusut. Jaka melemparkan jalanya ke bagian samping kanan perahu sementara Untung ke bagian kiri dan Supri ke bagian depan.

    “oh iya, Pak…ini perahu punya siapa ?”.

    “oh ini perahu punya kita betiga, neng..”.

    “oh punya bertiga…patungan gitu ceritanya ?”.

    “iyalah, neng…kalo buat perahu sendirian mahal…”.

    “oh iyaa juga yaa…”. Adel pun menyaksikan 3 nelayan itu melempar jala, menariknya, dan menuang ikan ke dalam perahu lalu melempar jalanya lagi.

    Adel pun merekam semua kegiatan 3 nelayan tersebut dengan handycam mahalnya. Handycam yang tahan air. Selesai sudah melaut hari itu, matahari sudah lumayan tinggi bersinar.

    “wah ikannya banyak juga yaa, Pak…”.

    “segini malah sedikit, neng..biasanya lebih banyak…”.

    “oh..saya kira segini udah banyak..”.

    “belum, neng…kalo cuma segini..biasanya nanti siang ngelaut lagi..”, jelas Jaka.

    “oh..nanti siang saya boleh ikut lagi kan, Pak ?”.

    “pasti boleh lah, neng…kan lumayan bisa nambah semangat..hehe..”, canda Untung mulai menggoda Adel.

    “ah, Pak Untung bisaa aja niih…”. Mereka pun kembali ke pinggir laut.

    Supri beserta 2 kawannya melabuhkan perahu mereka.

    “neng Adel pulang aja duluan…kita bertiga mau bawa ikan ke pasar dulu..”.

    “oh ya dah, Pak…Pak Jaka, Pak Untung…Adel pulang duluan yaa..”.

    “oh iyaa neng…”. Adel pun berjalan ke rumah Supri.

    “dari laut yaa, Nak ?”, tanya Juju yang melihat Adel berjalan.

    “iyaa, Bu…rasanya capek juga yaa, Bu…padahal saya tadi gak ngapa-ngapain…”.

    “yaa namanya juga Nak Adel belum biasa…”.

    “mungkin juga kali yaa, Bu…”.

    “yaudah, Nak Adel istirahat dulu abis itu Nak Adel mandi…”.

    “iyaa, Bu…”. Setelah mandi dan berganti pakaian, Adel pun keluar dari rumah.

    “sini, Bu…saya bantuin jemur pakaiannya…”.

    “makasih, Nak…”. Adel pun mengobrol dengan Juju sehabis menjemur, tak lama kemudian Supri pulang.

    Pagi pun berganti menjadi siang hari yang terik. Kedua anak Supri telah pulang dari sekolah dan telah berganti pakaian.

    “ayo semua, kita makan…”.

    “maaf nih, Nak Adel…hari ini cuma ada ikan asin, tumis kangkung sama tempe goreng doang..”.

    “gak apa-apa, Bu…saya malah seneng banget…”.

    Adel pun membuktikan perkataannya. Dengan lahap, Adel memakan nasi dengan lauk yang tersedia. Juju tersenyum senang, tak disangka olehnya, mahasiswi kaya itu kelihatan lahap sekali makan hanya dengan ikan asin dan tumis kangkung yang dibuatnya. Kirain semua orang kaya sombong, gak mau makan beginian, pikir Juju. Setelah makan, Adel membantu Juju membersihkan piring-piring. Sementara, seperti biasa Didit pergi ke luar untuk bermain bersama teman-temannya.”Bapak…mau ke laut lagi kan ?”.

    “kayaknya gak jadi, neng..”.

    “lho ? kenapa, Pak ? bukannya tadi ikannya kurang banyak ?”.

    “tadi pas lagi di jalan ketemu orang dari restoran…beli semua ikan…lebih mahal daripada di jual di pasar…”.

    “waah…beruntung dong, Pak hari ini…”.

    “iyaa, neng…”.

    “kalo gitu…gimana kalo saya ngajak Indah naik perahu Bapak…”.

    “iya boleh, tapi neng..”.

    “bahan bakarnya ? tenang aja, Pak…saya beliin deh…”.

    “iya, neng…”. Adel memberi uang ke Supri yang langsung keluar rumah.

    “Indah, mau nggak jalan-jalan sama kakak naik perahunya Bapak ?”.

    “wah, mau ! mau ! mau, Kak…”.

    “yaudah..kamu siap-siap gih sana…”.

    “iya, Kak…”.

    Mereka berdua pun menuju ke perahu dimana Supri sudah selesai mengisi bahan bakar perahunya. Mereka bertiga menikmati pemandangan laut. Indah dan Adel begitu akrab bagai kakak-adik malah seperti ibu-anak. Supri masih terngiang-ngiang dengan memori tadi pagi. Andai aja neng Adel jadi bini gue, pikir Supri.

    Memang, Adel tidak terlalu cantik seperti 3 temannya, tapi wajahnya lumayan manis, tubuhnya pun cukup padat berisi, belum lagi Adel mempunyai inner beauty karena keramah-tamahannya dan easy-going, enak diajak ngobrol membuat daya tarik tersendiri bagi Adel. Puas menikmati keindahan laut, mereka bertiga pulang ke rumah. Adel benar-benar senang sekali, keinginannya terpenuhi, menikmati keindahan laut, meskipun ada satu lagi keinginannya yang belum atau kemungkinan besar tidak akan terpenuhi.

    Indah dan Adel sama-sama tidur setelah sampai di rumah. Juju sedang keluar rumah sehingga tinggal Supri yang sedang ngaso di depan rumah. Terngiang-ngiang akan pemandangan selangkangan Adel, pikiran nakal singgah di otak Supri. Supri mengintip ke kamar istrinya, Adel masih tidur pulas bersama Indah. Supri berjalan ke luar rumah menghampiri jemuran istrinya.

    Supri mencari pakaian Adel yang ada di jemuran. Supri ingin mencari celana dalam atau setidaknya bra yang digunakan Adel. Supri keheranan dan kebingungan, dia tak menemukan cd ataupun bh Adel. Yang ada cuma baju atau celana 3/4 milik Adel. Jika ada celana dalam, paling itu punya Juju. Terbesit 2 jawaban di otak Supri. Adel tidak ganti celana dalam atau bh selama 2 hari atau 2 hari ini Adel tidak pernah memakai bh dan celana dalam. Membayangkan jawaban kedua, timbul tonjolan di celana Supri. Supri membayangkan lebih jauh, dirinya membayangkan Adel tak mengenakan apapun saat melaut. Pastilah begitu indah melihat keseksian tubuh telanjang dari gadis muda nan cantik seperti Adel di atas perahu.

    “heh…Bapak ngapain ngeliatin jemuran ?”, tanya Juju.

    “nggak, Bu…Bapak ngecek udah kering apa belum ?”.

    “oh..neng Adel udah bangun, Pak ?”.

    “belum, masih tidur sama Indah…”.

    “oh..”. Hari itu pun berlalu seperti biasa.

    Keesokan paginya, seperti pagi kemarin, Adel dan Supri sudah siap untuk melaut. Supri agak terkejut melihat Adel yang memakai kaos putih. Kaos putih membuat payudara Adel lebih ‘jelas’. Apalagi, Supri melihat ada tonjolan kecil tepat di bagian dada Adel.

    “kenapa, Pak ?”.

    “nggak, neng…”, Supri langsung memalingkan wajahnya karena tertangkap basah oleh Adel melirik ke bagian dadanya.

    “ayo, Pak..kita berangkat yuk..”.

    “eh bapak-bapak…udah pada di sini yaa…”, sapa Adel yang baru datang bersama Supri.

    Mereka pun langsung melaut.

    “Pak…saya mau nyoba dong…”.

    “neng bisa ?”.

    “saya mau nyoba aja, Pak..”.

    “yaudah..nih, neng..”. Adel melempar jala, mendiamkannya.

    “nah neng..sekarang tarik jalanya…”.

    “mmmpphh !!!”, Adel menarik jala yang sekarang jadi berat.

    “aduh beraat, Pak !!”.

    “sini, Bapak bantuin…”. Untung meraih ke bawah untuk menggenggam jala dan membantu Adel menarik jala.

    “wah ikannya banyak, Pak…”, ujar Adel kegirangan.

    “iya neng..mentang-mentang cewek cakep yang ngelempar jala..ikannya pada banyak yang masuk jala…”.

    “ah Pak Untung bisa aja…”. Untung pun mengeluarkan ikan dari jala.

    “lagi ah, Pak…”. Adel melempar jala lagi. Kali ini, jalanya lebih berat dari sebelumnya. Adel pun menarik dengan sekuat tenaga. Kaki Adel mencari pijakan yang kuat, tapi salah menapak.

    “byurr !!!”. Adel pun tercebur ke dalam air. Dengan sigap, Supri meloncat ke dalam air. Untung dan Jaka membantu Adel naik lagi ke atas perahu.

    “neng Adel gak apa-apa ?”.

    “nggak apa-apa, Pak..tadi cuma kepleset aja kok…”.

    “gleek…”. Jaka dan Untung meneguk ludahnya sendiri.

    Kaos putih polos yang dikenakan Adel kini menjadi transparan karena basah terkena air sehingga terlihatlah daging kembar milik Adel oleh Jaka dan Untung.

    Bukannya tidak sadar, Adel justru sadar sekali Jaka dan Untung sedang memandangi payudaranya, tapi Adel malah menengok ke belakang dan menaruh tangannya di pantatnya sendiri.

    “yah basah deh celana tinggal satu-satunya…”. Karena Adel melihat ke arah pantatnya, otomatis dadanya jadi semakin membusung ke depan, tepat ke hadapan Jaka dan Untung.

    “Pak Supri, sini saya bantu…”. Adel merunduk, pantatnya mengarah ke Jaka dan Untung.

    Benar dugaan Supri, Adel tak memakai bra. Supri bisa melihat dengan jelas ‘kemasan susu’ Adel melalui lubang leher kaosnya. Adel merasa begitu liar, begitu nakal. Kedua buah payudaranya sedang diintip Supri dari depan sedangkan pantatnya sedang diamati dengan seksama oleh Jaka dan Untung. Tiba-tiba dua tangan menyelinap dari belakang Adel, menampung 2 daging empuk Adel yang menggantung itu dan langsung meremasinya. Spontan, Adel langsung berdiri tegak dan melihat ke belakang, ternyata Untung.

    “Pak Untung ! STOP !!!”, nada Adel kencang sambil berusaha keras menjauhkan kedua tangan Untung dari payudaranya.

    Tapi, tangan Untung tetap kokoh menggenggam dada Adel. Meremasinya dengan sangat bertenaga sehingga Adel agak kesakitan. Untung sengaja melakukan itu agar Adel tahu siapa yang berkuasa dan menegaskan bahwa payudaranya sudah dikuasai. Tiba-tiba, Jaka sudah berdiri di samping Adel. Tangannya langsung menangkup daerah selangkangan Adel. Bergerak perlahan mengelus-elus vagina Adel bagai mengelus kucing (pussy) untuk dimanja.

    “tenang aja, neng Adel…kalo neng Adel pasrah..neng Adel juga bakalan enak, kok..hehe”. Sebenarnya, Adel hanya berakting saja.

    Batinnya malah berteriak minta vaginanya disodok secepatnya. Inilah fantasi liar Adel yang tak pernah terpenuhi. Berhubungan intim di atas perahu adalah hal yang sangat liar bagi Adel yang ternyata memang eksibisionis sejati. Kaos Adel yang basah bisa dirobek Untung dengan mudahnya dan langsung kembali meremas-remas payudara Adel yang empuk dan sesekali memilin, menarik, dan memencet-mencet kedua puting Adel.

    Melihat temannya yang sudah beraksi, Jaka tak mau kalah. Dibukanya kancing dan resleting celana 3/4 yang dikenakan Adel lalu langsung memelorotinya ke bawah. Supri dan Untung terkejut sama seperti Jaka saat melihat vagina Adel. Ternyata, Adel juga tak memakai celana dalam.

    “wah neng Adel juga gak pake kancut…kayaknya neng Adel emang udah tau bakal kita pake nih..gakgakgak !!!”, ejek Jaka.

    Jaka pun langsung meremas-remas lembah kewanitaan Adel dengan penuh nafsu. Jari-jarinya menari di sekitar bibir vagina mahasiswi manis itu.

    “jaangaannnnhhhh, Pakkhhh !!!”, lirih Adel yang sudah tak kuasa merasakan hawa nafsunya yang semakin terpancing karena tiga titik vitalnya sedang dirangsang oleh 2 nelayan itu.

    Jaka pun jongkok di depan Adel yang masih dipeluk dan diremasi payudaranya oleh Untung dari belakang karena Jaka ingin sekali melihat vagina Adel dengan jelas.

    “ckck…”, decak Jaka.

    “memek cewek cakep emang beda…hehe…bikin ngiler..wehehehe !!”, pujian sekaligus ledekan keluar dari mulut Jaka yang sedang asik mengusap-usap vagina Adel.

    “aaahhhh….”, lirih Adel, tubuhnya bergetar-getar saat Jaka mulai memainkan klitorisnya sekaligus mengaduk-aduk liang vaginanya.

    Jaka dan Untung semakin gemas dengan Adel sehingga aktivitas mereka pun semakin menggila. Adel tak kuasa lagi, dia hanya bisa mendesah dan melirih nikmat sambil menggeliat-geliat. Adel pasrah kedua payudaranya diremasi Untung dengan nafsunya, dan vaginanya habis dikobel-kobel oleh Jaka. Untung menjilati kuping kanan Adel karena saking ‘gemas’nya dengan tubuh montok Adel. Supri yang berada di depan Adel hanya bisa terdiam melihat dua buah payudara Adel berada di genggaman tangan Untung sedangkan vagina Adel tak terlihat karena tertutup kepala Jaka yang sedang asik menjilati kemaluan Adel.

    “Paaakhh…Suuppriihhhhh…”, lirih Adel sambil memandang ke Supri dengan pandangan mata yang sayu dan ekspresi wajah yang terlihat sedang di mabuk birahi.

    Burung Supri pun sebenarnya sudah ingin keluar dari sarang, tapi Supri masih bingung harus berbuat apa.

    Mendengar desahan Adel, Untung pun berkomentar.

    “tuh Pri…udah dipanggil…”. Tengah terjadi perang batin di dalam hati Supri antar nafsu dan nurani.

    Tapi, panggilan Adel tadi memang bukan panggilan minta tolong. Justru Adel ingin Supri agar ikut menggerayangi tubuhnya. Adel sudah sangat bergairah, tak menyangka fantasi liarnya sedang proses terwujud.

    “terusssss….ooohhhh…”, desis Adel menekan kepala Jaka ke selangkangannya.

    Lidah Jaka dengan lihainya menyapu setiap jengkal dari daerah kewanitaan Adel dan melata-lata di dalam rongga vaginanya.

    “aaaahh…aaahhh…AAAKKHHH !!!”.

    Mulut Jaka bagai vacuum cleaner yang menyedot habis cairan vagina Adel. Dengan sapuan terakhir, lidah Jaka membelai dari bawah bibir vagina Adel sampai ke klitorisnya.

    “gimana, Jak rasa memek mahasiswi caem ?”.

    “uenak tenan, rek…gurih kayak santen…”.

    “kalo gitu..neng Adel, Pak Untung juga minta santennya yaa ? hehehe”.

    Untung membalikkan Adel sehingga berhadap-hadapan dengannya.

    “mmpphhhhhh….”. Untung langsung menyambar bibir halus Adel tanpa basa-basi.

    Dengan nafsunya, Untung memagut, mengemut bibir Adel dan menjilati wajahnya sehingga sekarang yang tercium di hidung Adel hanya bau jigong Untung saja. Lidah Untung pun mendesak masuk ke dalam rongga mulut Adel yang terbuka karena Adel mencari udara. Betapa kagetnya Untung saat merasakan perlawanan dalam rongga mulut Adel.

    Rupanya Adel pun memainkan lidahnya. Untung memandang wajah Adel, namun Adel memejamkan matanya, terlihat begitu menikmati ciuman. Dalam hati, Untung merasa senang. Rupanya, mahasiswi manis ini memang ingin diperkosa dan disetubuhi. Bosan dengan bibir atas Adel, Untung langsung pindah ke ‘bibir’ Adel yang lainnya.

    “nyymmmm…heemmhh…wuuueenaaakk !!!!”, celoteh Untung menikmati ‘rasa’ dari celah sempit pada tengah-tengah selangkangan Adel.

    “eeemmmhhh teerruusshh Paaakkhhh !!”, ungkap Adel yang semakin memajukan pinggulnya seolah ingin menyajikan vaginanya kepada Untung.

    Untung pun menarik pinggang Adel ke arahnya sehingga wajah nelayan jelek itu semakin menempel dan semakin terbenam di selangkangan mahasiswi manis itu. Orgasme didapatkan Adel lagi, Untung pun sibuk menyeruput ‘sari’ vagina Adel yang sedari tadi memang sudah ditunggu-tunggunya.

    “rasanya gurih tenan !! hahaha !!!”. Untung mencolek bibir bagian dalam vagina Adel lalu memasukkan jarinya yang basah dengan cairan vagina itu ke dalam mulut Adel.

    “gimana, neng Adel ? enak kan rasa memeknya ? gehehe !!!”.

    Adel memang tak menjawab, tapi dia mengulum jari Untung.

    “neng Adel..kenapa kemaren gak bilang sih kalo memeknya rasanya enak banget. ya nggak, Tung ?”, bisik Jaka dari belakang Adel.

    “iye..bener tuh..wahahaha !!”. Tangan Jaka beralih untuk ‘mengusik’ selangkangan Adel.

    “eh Supri…mao nyobain memek neng Adel juga kagak ?”. Jaka mengajak Adel berputar sehingga sekarang

    Supri bisa melihat tubuh Adel lagi yang tadi tertutup badan Jaka.

    “jangan malu-malu, Pri…kapan lagi lo bisa ngerasain memek kayak gini ?”, Jaka membuka dan melebarkan bibir vagina Adel.

    Adel benar-benar merasa begitu bergairah melihat kedua mata Supri yang sangat terfokus pada vaginanya. Adel memang suka sekali jika ada yang memandangi tubuhnya, membuat Adel merasa seksi dan semakin bersemangat memperlihatkan lekuk tubuhnya. Apalagi saat ini dia telanjang bulat di depan 3 pria dengan tatapan mata yang sangat lapar. Benar-benar begitu liar yang dirasakan Adel. Sejak dulu, Adel memang suka sekali kalau ada yang memperhatikannya.

    Saat Adel masih kelas 2 SMP, Adel pernah jatuh terjerembab ke belakang karena terkena bola basket.

    Posisi Adel jatuh dengan kaki yang mengangkang, roknya pun tersingkap ke atas. Alhasil, teman-temannya yang sedang bermain basket melihat celana dalam Adel dengan jelas. Adel langsung berdiri dan lari dengan wajah yang merah karena sangat malu. Bagaimana tidak malu, mungkin ada sekitar 10 anak laki-laki yang melihat celana dalamnya.

    Tapi, kejadian itu adalah awal mula munculnya sifat eksibisionis di dalam diri Adel. Semenjak itu, Adel sangat menyukai rasa dag dig dug dan rasa malu yang dirasakannya saat tahu kalau ada pria yang memandangi tubuhnya. Dan pada kelas 3 SMP, Adel sudah mulai meninggalkan yang namanya bra dan cd sampai sekarang. Adel hafal betul dengan jadwal mensnya agar tahu kapan harus memakai celana dalam.

    “neng Adel…boleh kan si Supri ngerasain memek neng juga ?”.

    “iyaaaa…”, jawab Adel sambil mengangguk pelan.

    “tuh, Pri…udah di ijinin…”. Tak ragu-ragu lagi, Supri langsung jongkok dan menyantap vagina Adel dengan rakus seperti orang kesetanan, kerasukan setan nafsu.

    “ooohhh oouuuhhh aaahhhh”, desah Adel menggeliat-geliat hebat dan menekan kepala Supri ke selangkangannya sendiri kuat-kuat.

    Adel terengah-engah, tubuhnya bermandikan keringat, desahannya menandakan kalau dia sedang larut dalam kenikmatan yang teramat sangat. Sambil terus meresapi kenikmatan yang sedang dirasakannya, Adel melihat ke bagian bawah tubuhnya yang disantap habis-habisan oleh Supri.

    Adel tak menduga sama sekali, serangan lidah Supri akan begitu dahsyat seolah-olah Supri sudah tahu bagian mana yang harus disentuh, dijilat, dan disentil dengan lidahnya itu. Lidah Supri begitu lincah membelai daerah kewanitaan Adel sehingga membuat pemiliknya begitu keenakan sampai terengah-engah dan mengerang lepas.

    “Tung..bawa kite ke pulo yang waktu ntu…gak enak kalo ngentot di kapal..”, ujar Jaka kepada Untung sementara kedua tangannya tetap saja asik meremasi kedua payudara Adel.

    “seph daah..”. Tak lama, perahu pun melabuh di pinggir pantai.

    Hanya terlihat hutan dan pohon-pohon tinggi. Kedua kaki Adel terasa lemas, tak dapat menopang tubuhnya sendiri karena Supri membuatnya orgasme sebanyak 2x. Jaka turun dari perahu duluan, Supri menggendong tubuh telanjang Adel dan memberikan Adel ke Jaka. Jaka mendudukkan Adel di atas pasir dan berdiri di depannya, dan melepas celana. Dengan kasarnya, Jaka membenamkan wajah Adel ke selangkangannya yang bau apek itu.

    “ayo neng Adel !! sepongin kontol gue !!!”. Adel menggenggam penis Jaka dan mendekatkan tongkat itu ke mulutnya. Lidah Adel menjulur keluar untuk menyambut kepala penis Jaka.

    “jilat neng kayak permen !”. Lidah Adel pun menjalari sekujur batang kejantanan Jaka yang membuat sang pemilik gemetar keenakan.

    “ooohhh !!”, Jaka merinding keenakan.

    Batang, pangkal batang, dan buah pelirnya terkena sapuan lidah Adel berkali-kali. Pangkal paha Jaka pun juga dijilati Adel. Selangkangan Jaka basah kuyup oleh air liur Adel yang semakin asik mengulum batang Jaka. Adel mengulum, menghisap, dan menyedot ‘perkakas’ Jaka bersama ‘kantung’nya juga.

    “neng Adel..masa si Jaka doank yang di sepong ? kita juga mau…hehehe”, ejek Untung sambil menuntun tangan kanan Adel ke penisnya yang sudah ‘bebas’.

    Adel pun mulai menggerakkan tangan kanannya. Adel melirik ke arah kiri dan melihat Supri juga sudah tak memakai celana. Tanpa perlu dituntun, tangan kiri Adel langsung menggenggam penis Supri dan mengocoknya. Adel bagai ikan yang sedang sibuk dengan 3 kail pancing saja.

    Di antara 3 batang yang ada, punya Supri yang paling lama dioral Adel. Bahkan hanya batang Supri yang diciumi mesra oleh Adel sebelum dikulum. Lama menunggu, Jaka dan Untung langsung menjejalkan penisnya ke mulut Adel sehingga 3 ‘pentungan’ itu saling beradu dan berjejalan di depan mulut Adel. Adel menjulurkan lidahnya keluar dan menggerakkan lidahnya untuk mengenai 3 ujung penis yang tersodor di hadapannya.

    “ayo, neng…sekarang tiduran…”. Adel tidur terlentang dan menekuk kedua kakinya dan melebarkan kakinya seolah sudah bersiap diri akan ‘dipakai’ oleh 3 nelayan itu.

    3 pria itu pun memandangi vagina Adel yang tertutup pasir karena selangkangan Adel basah oleh air liur Supri, Jaka, Untung tadi sehingga pasir pun menempel. Untung dan Jaka langsung berebutan dan saling dorong, dan Untung lah yang keluar sebagai pemenang.

    “neng…numpang nyelipin kontol donk..hehehe…”. Ujung ‘tombak’ Untung pun sudah bersentuhan dengan bibir vagina Adel.

    “eemmmmm….”, gumam Adel merasakan benda tumpul masuk ke dalam rahimnya. Batang kejantanan

    Untung terus masuk dan masuk membuat sela-sela bibir vagina Adel melebar untuk menyesuaikan dengan diameternya. Pria tua dan gadis muda itu ‘tersambung’ oleh alat kelamin mereka yang saling mengunci.

    “sempit banget !! mantaabbhh !!!”, teriak Untung merasakan betapa sempit dan hangatnya liang kewanitaan Adel.

    Si pria tua itu begitu keenakan, penisnya bagai dijepit kuat dan diurut-urut oleh dinding vagina si gadis muda. Untung mulai menggenjot vagina Adel.

    “uummhh…aahhh…oouuuhhh !!!”, berbagai macam bunyi suara keluar dari mulut Adel.

    Jaka mengangkang di perut Adel, meletakkan penisnya di belahan payudara Adel. Jaka pun merapatkan kedua buah payudara Adel untuk menjepit penisnya.

    “enaak jugaa !!! angeetthh !!”. Jaka mulai memompa payudara Adel. Pucuk penis Jaka pun kadang menyentuh dagu Adel.

    “oohhh oohhh mmmhhh yeeessshhh !!!! ooooohhhhh !!!!”, erang Adel tenggelam dengan kenikmatan.

    Untung terus menumbuk vagina Adel dengan penuh nafsu, beda sekali dengan punya istrinya. Vagina Adel terasa begitu sempit, hangat, dan peret, nikmat sekali rasanya.

    “giilaa !! maanteebb !!!”, teriak Untung lepas.

    “eenngghhh hhemmhhh !!!”. Adel mengejang, kedua kakinya melingkar erat di pinggang Untung.

    Untung pun diam menikmati penisnya seperti disiram air hangat, nyaman sekali rasanya.

    “dikiitttt lagii !!”. Gerakan Untung semakin cepat.

    Hujaman-hujaman penisnya semakin cepat, semakin kuat, dan semakin bertenaga. Nafas 2 manusia itu saling memburu, desahan semakin lepas seperti pelari yang sebentar lagi akan finish. Untung buru-buru mengeluarkan batang kejantanannya itu dan mengarahkannya ke wajah Adel.

    “OOOKKHHHHHHH !!!”.

    “crrrrrt crrtttttt !!”. Semburan sperma menerpa wajah Adel beberapa kali.

    Mata Adel refleks menutup ketika semprotan sperma akan mengenai matanya lalu memukul-mukulkan penisnya ke wajah Adel.

    “neng Adel tolong dibersihin dong…belepotan nih…”. Tanpa ragu-ragu, Adel memiringkan tubuhnya dan menggenggam penis Untung.

    Dijilatinya batang kejantanan Untung dengan penuh seksama, sesekali diurut dari pangkal hingga ke kepalanya untuk mengeluarkan tetes terakhir dari sperma Untung yang mungkin masih tersisa di lubang kencing milik Untung.

    “makasih yaa, neng..hehehe”, Untung mengelus-elus kepala Adel. Begitu puas rasanya melihat wajah gadis semanis Adel belepotan sperma, dalam otak Untung.

    “nah neng..sekarang gantian…wehehe…”. Jaka sudah mengarahkan ‘rudal’nya ke satu-satunya ‘sasaran’ yang ada, sasarannya tak lain dan tak bukan adalah selangkangan Adel yang sudah terbuka begitu lebar seolah sudah siap menerima ‘pengunjung’ berikutnya.

    Senti demi senti penis Jaka menyeruak masuk ke dalam liang kewanitaan Adel. Sama seperti Untung, Jaka juga keenakan merasakan penisnya seperti ‘digigit’ dengan kuat.

    “ini baru memeekkkk !!!”, teriak Jaka.

    “manteb kan memeknya neng Adel, Jak ?”.

    “mantaab, kontol gue kayak disedot masuk…OOOHH !!!”.

    Begitu Jaka mulai menggerakkan ‘tongkat sodok’nya keluar masuk rahim Adel, Adel langsung melingkarkan kedua kakinya di pinggang Jaka seperti sebelumnya saat dia dipompa Untung. Sambil asik menggenjot vagina Adel, Jaka pun meremas-remas payudara Adel.

    Adel sempat menutup matanya untuk meresapi kenikmatan kelaminnya yang sedang diaduk-aduk Jaka, tapi ketika Adel membuka matanya lagi, pandangan matanya terhalang oleh kantung zakar dan batang penis, dan juga bau apek tercium di hidung Adel.

    “neng Adel…”. Adel melihat ke atas, ternyata punya Supri. Tanpa ragu-ragu, Adel langsung mengoral kelamin Supri.

    “emmm…uummmm…”, Adel terlihat begitu menikmati ‘senapan’ Supri.

    Tak ubahnya bagai anak kecil yang sedang mengulum lolipop, Adel asik sekali menjilati batang kejantanan Supri. Sodokan-sodokan Jaka membuat Adel semakin menggila. Supri pun sampai merem melek keenakan menerima sapuan lidah Adel. Sementara itu, Untung sudah memakai celana kembali, tersenyum melihat 2 temannya menggarap wanita cantik yang sudah disetubuhinya duluan. Jaka asik mengait vagina Adel dengan penisnya sambil terus memainkan klitoris Adel.

    “oopp ooppp neng…”, Supri tak mau ‘keluar’ sekarang. Supri pun menarik penisnya dari mulut Adel, tapi kesusahan karena mulut Adel mengatup batangnya dengan rapat seperti penisnya tersangkut di mulut Adel.

    “aampuun neng…uu..udaah neng…”, Supri sampai minta ampun karena Adel terus ‘mengerjai’ penisnya.

    Adel membuka mulutnya dan Supri langsung menarik tongkat pancingnya.

    “neng Adel suka ama kontolnya Supri ya ? hahahaha !!”, ledek Untung.

    Mendengar ejekan Untung, Adel tak bereaksi apa-apa karena terlalu terbuai dengan sentakan-sentakan penis Jaka yang menyundul-nyundul pangkal rahimnya. Tubuh Adel semakin berpeluh keringat, semakin banyak pasir yang menempel di sana-sini pada tubuh Adel.

    “uuummmhhhhhh !!! mmmmmnnnhhh !!! ooohhhhhh oohhhhh aaahhhhh !!!!”.

    Desahan, rintihan, lirihan, dan erangan Adel semakin menjadi-jadi ketika tusukan-tusukan Jaka semakin cepat dan bertenaga.

    “UUUUNNGGHHH !!! NEENG INTAAANNN !!!!”, erang Jaka buru-buru mengeluarkan burungnya dan mengarahkannya ke payudara Adel. Tak perlu waktu lama, gumpalan daging kembar milik Adel pun sudah berhiaskan cairan berwarna putih yang kental dan lengket.

    “neng…masih ada sisanya nih..hehehe…”.

    Adel pun dengan seksama ‘membersihkan’ penis Jaka lalu meratakan sperma ke seluruh payudaranya, sama seperti sebelumnya, sperma Untung sudah diratakan Adel ke seluruh pelosok wajahnya. Adel masih mengangkang dengan lebar, vaginanya seperti meminta untuk ‘diterjang’ benda tumpul lagi. Adel merasa gairah dan hawa nafsu terus mengalir di dalam darahnya.

    Bagi Adel yang memang seorang eksibisionis sejati, berada di luar ruangan seperti pantai, hutan, dan lainnya memang membangkitkan gairah apalagi saat ini dia telanjang bulat dengan 3 lelaki yang menggilir vaginanya dengan semangat. Supri sudah berada di depan selangkangan Adel yang terbuka lebar. Supri menaruh kedua betis Adel di bahunya dan memulai proses injeksi terhadap alat kelamin Adel.

    “hhheemmhhh…”. Dengan sigap, bibir kemaluan Adel melebar untuk memberikan ruang bagi ‘tongkat’ Supri agar bisa masuk semakin dalam.

    Vagina Adel terus melahap benda asing yang menginvasinya senti demi senti sampai seluruhnya telah tertelan ke dalam ruang hangat dan sempit yang ada di dalam vagina Adel. Sambil memandang batang kejantanannya telah tertanam dengan sangat kokoh di dalam rahim Adel, Supri mengusap-usap bibir bagian atas dari vagina Adel dan sesekali memencet-mencet klitoris Adel. Supri menarik penisnya dengan sangat perlahan sampai tinggal kepalanya saja yang masih ada di dalam liang kewanitaan Adel. Tarikan perlahan memberikan sensasi tersendiri. Supri mendorong penisnya masuk ke dalam lagi juga dengan sangat perlahan.

    “hhhhh uuummmmmhhhhhh…”, desahan lembut keluar dari mulut Adel dengan suara yang lemah.

    Gerakan penis Supri yang begitu lembut dan perlahan memberikan sensasi tersendiri bagi Adel. Supri membungkuk sehingga kaki Adel pun longsor ke bawah lagi dan langsung melingkar di pinggang Supri untuk menjepitnya agar tidak kemana-mana.

    “mmmmmffhhh heemmm ccpphhh cccpphhh…”. Keduanya bercumbu dengan begitu dahsyat dan begitu bernafsu.

    Tak ada yang mau mengalah, Adel dan Supri sama-sama saling pagut, saling lumat, saling hisap bibir satu sama lain. Mereka berdua tak henti-hentinya saling mengadu lidah. Keduanya begitu meresapi percumbuan yang sedang terjadi, pelukan mereka juga semakin erat, tak ada yang mau menyudahi ciuman mereka. Adel membuka matanya dan beradu tatapan dengan Supri.

    Tidak hanya tatapan nafsu yang terpancar dari sinar mata Supri, tapi juga tatapan lembut dan kasih sayang yang ditangkap oleh mata Adel. Andai aja udah kenal dari dulu, pasti gue udah jadiin bini, pikir Supri. Pak Supri, I LOVE YOU, kata Adel dalam hati. Terjadi pertukaran emosional antara dua insan itu. Pertukaran emosional yang biasanya hanya terjadi antara 2 manusia yang saling mencintai, saling menyayangi, dan saling mengasihi, kini sedang dialami Adel dan Supri yang baru kenal.

    Jalinan emosional antara keduanya tercipta bukan hanya dari tatapan mata keduanya, tapi juga dari ciuman panas mereka yang begitu bergairah dan yang semakin memperkuat jalinan itu adalah alat kelamin mereka berdua yang menyatu, penis Supri mengait kencang rahim Adel sementara vagina Adel pun menggigit erat penis Supri. Supri mengangkat tubuh Adel sehingga Adel seperti sedang menduduki penis Supri.

    “neng Adel…”.

    “Pak Supri…”. Keduanya saling mendesahkan nama satu sama lain lalu sama-sama tersenyum penuh arti.

    Adel mengalungkan kedua tangannya ke leher Supri. Adel menutup mata dan memajukan bibirnya seperti mengajak atau lebih tepatnya mengundang Supri untuk mencumbunya lagi. Kesempatan itu tak disia-siakan Supri yang langsung menyambar bibir Adel yang lembut. Supri asik sekali menyantap bibir Adel seperti bibir istrinya sendiri.

    “gileee..si Supri jago banget..ampe neng Adel pasrah banget gitu..”, komentar Untung.

    “iye..enak banget tuh si Supri…”. Ada sedikit rasa iri dan cemburu melihat Supri yang dilayani Adel dengan sepenuh hati.

    Keduanya terlihat sangat mesra dan serasi. Adel melepas ciuman dan mulai bergerak untuk mengocok batang Supri yang sedang mendiami liang vaginanya. Nafas Adel semakin memburu, sesekali Adel diam agar Supri bisa ‘menyusu’ kepadanya. Kedua tangan Supri menampung dan meremas-remas bongkahan pantat Adel. Supri memperhatikan Adel mulai kecape’an sehingga dia kembali menelentangkan Adel seperti sebelumnya dan mulai mencekoki vagina Adel lagi.

    “teruussshh Paakhh…ooohhhh…uuummmhhh…”. Keduanya terbuai dalam kenikmatan yang tak berujung seiring alat kelamin mereka yang terus bertubrukkan.

    Supri mulai memacu dengan kecepatan maksimal, nafasnya memburu bagai orang berlari.

    “hhh…neenngghhh !!! ooohhhh uuuhhhh eeerrrnnhhh”. Matahari semakin meninggi, menyinari Supri dan Adel yang sudah ‘panas’ dari tadi.

    “cllkk cllkk cllkk cllkk”, semakin cepat bunyi kecipak air.

    “OOOGGGHHHH !!!!”, erang Supri menyemburkan ‘lahar’nya yang putih dan panas itu ke perut Adel.

    Supri tidak memegang penisnya karena Adel sendirilah yang memegangi penis Supri. Supri memandangi wajah Adel yang kelihatan begitu kelelahan namun terpuaskan, Adel menampakkan senyum di wajahnya. Supri merasa puas sekali karena telah menuntaskan hajatnya dari kemarin, merasakan nikmatnya ‘surga kecil’ milik Adel. Dengan bertumpu pada lutut, Supri mendekati wajah Adel. Adel pun langsung menyambar penis Supri bagai ikan yang menemukan kail favoritnya.

    “nnmmmmm…mmmmmm…”. Adel begitu meresapi mengulum penis Supri.

    Lidahnya menggelitiki lubang kencing Supri, mengais sisa-sisa sperma yang ada di dalamnya. Adel mengemuti ujung ‘tombak’ Supri yang berwarna merah muda itu terus menerus. Tubuh Supri gemetar, rasa enak mulai berubah jadi rasa ngilu, tapi Supri enggan menghentikan Adel yang kelihatan asik sekali. Adel pun menyadari kalau Supri sudah merasa tidak nyaman.

    Adel pun menciumi batang Supri beberapa kali dan melayangkan ciuman yang sangat mesra ke zakar Supri seolah berterima kasih karena telah membantunya mencapai puncak kenikmatan. Adel meratakan sperma yang ada di perutnya dan meluruskan kedua kakinya setelah lama terbuka lebar dan menatap ke langit, mengistirahatkan tubuh dan jiwanya sambil merasa begitu bebas, tak ada beban.

    “neng Adel ?”.

    “eh iya, Pak Jaka ?”. Adel membuka matanya dan melihat Jaka, Untung, dan Supri berdiri mengelilinginya. Adel pun duduk ditemani 3 pria itu.

    “neng Adel gak marah kan tadi kita entotin ?”.

    “nggak apa-apa kok…”, jawab Adel tersenyum.

    Adel jadi merasa aneh, tadi 3 pria itu begitu kasar dan beringas memperkosanya, tapi sekarang mereka jadi sopan. Jaka mengumpulkan sedikit kayu dan membakarnya dengan korek api yang dibawa Untung. Supri mengambil 4 ikan. Mereka pun makan bersama-sama sambil mengobrol.

    3 nelayan itu kembali melaut karena ikan yang ditangkap kurang banyak sementara Adel tetap di pulau itu. Merasa bosan sendirian, Adel pun memutuskan untuk melakukan kegiatan favoritnya yaitu berenang tanpa busana. Adel memang suka berenang tanpa mengenakan apa pun di kolam renang rumahnya, tapi tak pernah dia berenang tanpa busana di laut lepas sehingga dia berenang dengan semangat.

    “berenang nih neng ?”.

    “iya nih…kok udah balik lagi, Pak ? gak ada ikan ?”.

    “ada..malah dapet lebih banyak nih neng…”.

    “wah..bagus donk…kalo gitu sekarang pulang kan ?”.

    “iyaa..ayo neng naek…”. Dengan bantuan Supri, Adel pun naik ke atas perahu.

    Spontan, 3 pria itu menelan ludah, tak ada yang mengedipkan mata mendapat pemandangan yang begitu menakjubkan. Tubuh Adel terlihat berkemilauan, bulir-bulir air yang membasahi tubuhnya dan juga menuruni setiap lekuk tubuhnya ditambah sinar matahari membuat keseksian tubuh Adel menjadi semakin erotis dan sensual.

    “neng Adel..”.

    “iya, Pak ?”, jawab Adel sambil membetulkan rambutnya yang basah.

    “ngeliat neng basah-basahan..Bapak jadi pengen lagi..hehe..”.

    “iya, neng…sekali lagi sebelom pulang donk..hehe…”.

    “mm…”. Adel mengangguk sambil tersenyum.

    Jaka, Untung, dan Supri pun menggumuli Adel di pinggir pantai lagi, tapi kali ini mereka bertiga ‘menyerang’ Adel sekaligus. Supri menumpahkan maninya ke wajah Adel, sedangkan Jaka ‘mentato’ payudara kiri Adel dengan spermanya, dan payudara kanan Adel dihias oleh Untung. Tanpa mengelap sperma 3 orang itu, Adel pun naik perahu. Adel tetap bertelanjang ria selama berlayar pulang sehingga tak heran payudara dan pantatnya menjadi ‘sasaran empuk’ bagi tangan-tangan jail Supri, Jaka, dan Untung. Vagina dan pantat Adel pun sesekali dikobel dan dikorek oleh 3 nelayan itu. Perahu beberapa kali berhenti karena Jaka, Untung, dan Supri ingin melepaskan dahaga akan rasa vagina Adel. Adel pun dengan senang hati menyediakan vaginanya untuk digerogoti 3 nelayan yang sudah tua dan jelek itu.

    “celana saya mana, Pak ?”, tanya Adel ketika sudah agak dekat dengan pinggir pantai.

    “ini neng…”.

    “baju saya robek ya, Pak ?”.

    “iya neng..mending neng pake baju Bapak dulu…”, ujar Jaka melepas bajunya.

    “tapi ntar ketahuan ama istrinya Pak Supri…”.

    “ntar biar Bapak pulang duluan, ambil baju neng Adel…neng Adel pake baju aja dulu sambil ntar nunggu di perahu..”.

    “oh iya yaa, yaudah, Pak Jaka…saya minjem bajunya yaa..”.

    “iya, neng..silahkan…”. Perahu itu berlabuh di tepi pantai.

    “Pak..ambilin bajunya yang warna putih juga…”, pesan Adel.

    “iya, neng…”. Supri pun kembali dengan sehelai baju Adel.

    “nih neng bajunya…”.

    “makasih, Pak…tolong ditutupin dong, Pak…”.

    “tenang neng…”. Jaka dan Untung merapat untuk menutupi Adel yang berganti pakaian.

    “Pak Jaka..Pak Untung..saya pulang dulu yaa…”.

    “neng Adel besok ikut lagi kan ?”.

    “iyaa, Pak…”.

    “hehe…asiik..”. Adel pun tersenyum.

    “mari, Pak…”. Adel dan Supri pun kembali ke rumah dan berhasil mengelabui Juju, Indah, dan Didit dengan sikap biasa seperti tak terjadi apa-apa.

    Keesokan paginya, Adel agak terkejut saat keluar kamar mandi karena Supri sudah menunggu di depan pintu wc.

    “ayok neng Adel…”.

    “bentar ya, Pak…saya ambil handycam dulu…”.

    “ayu, Pak…”, ajak Adel. Adel dan tiga nelayan itu pun kembali melaut. Adel pun diam saja sambil tersenyum saat Jaka dan Untung bekerja sama melucuti pakaiannya saat sudah agak menjauh dari pantai.

    Dengan petunjuk Adel, Jaka bisa menggunakan handycam untuk merekam Adel dan Untung. Latar belakang laut lepas dan dua karakter yang begitu kontras dimana sang lelaki alias

    Untung yang masih berpakaian lengkap memeluk Adel yang telanjang bulat dari belakang membuat pemandangan yang direkam Jaka seperti film erotis sensual.

    Bertambah erotis saat Adel memejamkan matanya dan mendesah lembut, kelihatan begitu menikmati dan meresapi sentuhan-sentuhan dan rangsangan-rangsangan dari Untung. Adel dan Untung terlihat seperti sepasang suami istri yang baru menikah. Adel kelihatan seperti istri yang sangat mencintai suaminya sampai mau bugil di alam terbuka.

    Untung pun kelihatan seperti suami yang sedang nafsu-nafsunya menikmati setiap jengkal dari tubuh istrinya. Jaka, Untung, dan Supri pun bergantian menggerayangi tubuh Adel dan bergantian merekam dengan handycam. Begitulah kegiatan Adel setiap hari, menjadi putri duyung di atas perahu yang harus telanjang bulat dan menjadi ‘sasaran’ 3 nelayan itu. prediksi togel klik disini

    Tapi, Adel melakukannya dengan senang hati karena bersama Jaka, Supri, dan Untung, semua fantasi liarnya terwujud. Bertelanjang ria di laut lepas, disetubuhi di atas perahu, di pantai, dan di hutan yang ada di pulau favorit mereka berempat adalah fantasi liar Adel yang baru kali ini terwujud dan semuanya terekam di dalam handycam Adel. Semua pengalaman liar yang akan ditunjukkan Adel ke Lina, Moniq, dan Riri.

  • Cerita Sex Dewasa Kiki Berhubungan DenganKu Wanita Haus Sex Pemuas Gairah

    Cerita Sex Dewasa Kiki Berhubungan DenganKu Wanita Haus Sex Pemuas Gairah


    2537 views

    Cersex TerbaruBacaan Seks Dewasa Kiki Wanita Haus Sex Pemuas Gairah – Bacaan seks, bacaan dewasa, bacaan ngentot, bacaan panas, narasi sex terkini 2023. Baru saja ini saya berjumpa lagi Kiki (bukan nama sebetulnya). Dia sekarang telah berkelseja dan uarga k menikah ada di Palembang. Untuk sesuatu masalah keluarga, dia bersama anaknya yang tetap berumur lima tahun pulang ke Yogya tanpa dibarengi suaminya.
    Kiki masih sama dengan dahulu, kulitnya yang putih, bibirnya yang merah mengembang, rambutnya yang lebat tumbuh terbangun selalu di atas pundak. Walau rambutnya cukup kemerahan tetapi karena kulitnya yang putih bersih, sering kali menarik dilihat, apalagi jika ada dalam dekapan dan dielus-elus.

    Kelompok Bacaan Seks Dewasa Kiki Wanita Haus Sex Pemuas Gairah
    narasi sex 2023


    Pertemuan di Yogya ini mengingati kejadian sepuluh tahun kemarin saat dia masih kuliah dalam suatu perguruan tinggi terkenal di Yogya. Sepanjang kuliah, dia ada di rumah bude, kakak ibunya yang kakak ibuku. Rumahku dan rumah bude cukup jauh dan saat itu kami jarang-jarang bertemu Kiki.
    Saya mengenalinya semenjak kanak-kanak. Dia memang gadis yang gesit, terbuka dan termasuk berotak encer. Satu tahun sesudah saya menikah, istriku melahirkan anak kami yang pertama. Jalinan kami rukun dan sama-sama menyukai. Kami ada di rumah sendiri, cukup di luar kota.

    Saat melahirkan, istriku alami pendarahan luar biasa dan harus dirawat di dalam rumah sakit semakin lama daripada anak kami. Benar-benar ribet harus menjaga bayi di dalam rumah. Karenanya, ibu mertua, ibuku sendiri, tante (ibunya Kiki) dan Kiki dengan suka-rela bergiliran menolong kewalahan kami. Semua berakhir selamat sampai istriku dibolehkan pulang dan secara langsung dapat menjaga dan menyusui anak kami.

    Beberapa hari selanjutnya, Kiki sering tiba melihat anak kami yang ucapnya elok dan lucu. Bahkan juga, bingung mengapa, bayi kami benar-benar rekat dengan Kiki. Jika sedang rewel, menangis, meronta-ronta jika digendong Kiki jadi diam dan tertidur dalam pangkuan atau gendongan Kiki. Sehabis pulang kuliah, jika ada waktu, Kiki selalu singgah dan menolong istriku menjaga sang kecil.

    Semakin lama Kiki kerap ada di rumah kami. Istriku benar-benar suka atas kontribusi Kiki. Nampaknya Kiki ikhlas dan tulus menolong kami. Apalagi saya harus kerja segenap hari dan kerap pulang malam. Semakin bertambah besar, bayi kami menyusut nakalnya. Kiki mulai tidak banyak mampirke rumah. Istriku makin sehat dan dapat mengurusi semua kepentingannya. Tetapi sesuatu malam saat saya asyik menuntaskan tugas di dalam kantor, Kiki mendadak ada.
    “Ada apakah Ki, malam-malam ini.”
    “Mas Heri, tinggal sendiri di dalam kantor?”
    “Ya, Darimanakah kamu?”
    “Menyengaja kesini.”
    Kiki merapat ke arahku. Berdiri dari sisi bangku kerja. Kiki kelihatan kenakan rok dan T-shirt warna kegemarannya, pink. Tercium olehku berbau minyak wangi ciri khas remaja.
    “Ada apakah, Kiki?”
    “Mas… saya ingin seperti Mbak Tari.”
    “Ingin? Ingin apanya?” Kiki tidak menjawab tapi justru mengambil langkah kakinya yang putih mulus sampai berdiri sama persis di depanku.
    Dalam waktu cepat dia telah duduk di pangkuanku.
    “Kiki, apa-apaan kamu ini..” Tanpa menantiku usai berbicara, Kiki telah menyikatkan bibirnya di bibirku dan mengisapnya kuat-kuat.
    Bibir yang sejauh ini cuma dapat kupandangi dan pikirkan, sekarang betul-betul landing keras. Kulumanya penuh gairah dan napas lembutnya menyodok. Lidahnya dimainkan cepat dan menari gesit dalam rongga mulutku. Dia cari lidahku dan mengisapnya kuat-kuat. Saya berusaha melepasnya tetapi sandaran bangku merintangi. Lebih dari itu, terang-terangan ada rasa nikmat sesudah beberapa bulan tidak melakukan hubungan intim dengan istriku. Kiki renggangkan pagutannya dan ucapnya,

    “Mas, saya selalu suka Mas. Saya sukai terkait dengan lelaki, bahkan juga sejumlah dosen sudah kuajak beginian.
    Tidak bercumbu sekian hari saja rasanya tubuh panas dingin. Saya tidak pernah temukan lelaki yang cocok.”
    Kuangkat badan Kiki dan kududukkan di kertas yang tetap berantakan di meja kerja. Saya bangun dari duduk dan mengambil langkah ke pintu ruangan kerjaku. Saya mengamankan dan tutup kelambu ruang.
    “Ki.. Kuakui, aku juga kelaparan. Telah 4 bulan tidak bercumbu dengan Tari.”
    “Menjadikan saya Mbak Tari, Mas. Mari,” kata Kiki sekalian turun dari meja dan menyambut langkahku.
    Dia merengkuhku kuat-kuat hingga dadanya yang empuk seutuhnya melekat di dadaku. Berasa juga k0ntolku yang sudah mengeras bertabrakan dengan perut bawah pusarnya yang halus. Kiki rapatkan juga perutnya ke kemaluanku yang tetap terbungkus celana tebal. Kiki menyikat lagi leherku dengan kuluman bibirnnya yang mengembang bak bibir aktris populer. Saluran listrik seolah menyebar ke semua badan. Saya sebelumnya sangsi menyongsong keliaran Kiki. Tetapi saat kepuasan mendadak menyebar ke semua badan, jadi berlebihan semata melepaskan peluangini.
    “Kamu sangat bernafsu, Kiki..” bisikku lirih di telinganya.
    “Hmmm… iya… Sayang..” balasnya lirih sambil mendesah.
    “Saya sebetulnya inginkan Mas semenjak lama… ukh…” serunya sambil menelan ludahnya.
    “Mari, Mas… lanjutkan..”
    “Ya Sayang. Apa yang kamu harapkan dari Mas?”
    “Semua,” kata Kiki sambil tangannya menelusuri dan mengelus tangkai kemaluanku.
    Bibirnya terus sapu permukaan kulitku di leher, dada dan tengkuk. Perlahan-lahan kusingkap T-Shirt yang dikenainya. Kutarik perlahan-lahan ke atas dan langsung tangan Kiki sudah diangkat pertanda minta T-Shirt langsung dibuka saja. Kaos itu kulempar ke atas meja. Ke-2 jariku langsung merengkuhnya kuat-kuat sampai tubuh Kiki rekat ke dadaku.
    Ke-2 bukitnya melekat lagi, berasa hangat dan halus. Jariku cari kancing BH yang berada di punggungnya. Kulepas perlahan-lahan, talinya, kuturunkan lewat tangannya. BH itu pada akhirnya jatuh ke lantai dan sekarang ujung payudaranya melekat rekat ke arahku. Saya merosot perlahan-lahan ke dadanya dan kujilati penuh nafsu. Permukaan dan pinggir putingnya berasa sedikit asin oleh keringat Kiki, tetapi menambahkan nikmat wewangian gadis muda.
    Tangan Kiki menyeka-usap rambutku dan membawa kepalaku supaya mulutku selekasnya mengisap putingnya.
    “Sedot kuat-kuat Mas, sedooottt…” bisiknya.
    Saya penuhi permohonannya dan Kiki tidak dapat meredam ke-2 kakinya. Dia seolah lemas dan jatuhkan tubuh ke lantai berkarpet tebal. Ruangan ber-AC itu berasa semakin hangat.
    “Mas lepas…” ucapnya sekalian terlentang di lantai.
    Bacaan Seks Dewasa Kiki Wanita Haus Sex Pemuas Gairah
    Kiki minta saya melepaskan baju. Kiki sendiri juga melepaskan rok dan celana dalamnya. Aku juga melakukan perbuatan begitu tetapi tetap kusisakan celana dalam. Kiki menyaksikan dengan pandangan mata sayu seperti tidak sabar menanti. Selekasnya saya mengejarnya, berbaring di lantai. Kudekap badannya dari samping sambil kugosokkan telapak tanganku ke putingnya. Kiki melenguh sedikit selanjutnya sedikit memiringkan badannya ke arahku. Menyengaja dia selekasnya arahkan putingnya ke mulutku.
    “Mas sedot Mas… lanjutkan, sedap sekali Mas… enak…” Kupenuhi permohonannya sambil kupijat-pijat bokongnya.
    Tanganku mulai nakal cari selangkangan Kiki. Rambutnya tidak terlampau tebal tetapi daratannya cukup oke untuk landingkan pesawat “cocorde” punyaku. Kumainkan jariku di situ dan Kiki terlihat sedikit tersentak.
    “Ukh… khmem.. hsss… terus… terus,” lenguhnya tidak terang.
    Sementara sedotan di putingnya kugencarkan, jari tanganku seperti menuai dawai gitar di pusat kepuasannya. Berasa jari kanan tengahku sudah capai gumpalan kecil daging pada dinding atas depan memeknya, ujungnya kuraba-raba halus memiliki irama. Lidahku mainkan puting sambil kadang-kadang mengisap dan menghembusnya. Jariku memilin klitoris Kiki dengan tehnik petik melodi.
    Kiki menggeliat-gelinjang, melenguh-lenguh penuh nikmat.
    “Mas… Mas… ampun… terus, ampun… terus ukhhh…” Sesaat selanjutnya Kiki lemas.
    Tetapi itu tidak berjalan lama karena Kiki bergairah lagi dan kembali ambil inisitif. Tangannya mencari arah kejantananku. Kudekatkan supaya mudah dicapai, dengan langsung Kiki menarik celana dalamku. Bersama dengan itu melejit keluar pusaka kecintaan Tari. Mengakibatkan, memukul ke muka Kiki.
    “Uh… Mas… apaan ini,” kata Kiki terkejut.
    Tanpa menanti jawabanku, tangan Kiki langsung mencapainya. Ke-2 telapak tangannya memegang dan mengelus k0ntolku.
    “Mas… ini asli?”
    “Asli, 100 %,” jawabku.
    Kiki menggeleng kepala. Lantas lidahnya menyikat cepat ke permukaan k0ntolku yang dengan diameter 6 cm dan panjang 19 cm itu, sedikit cukup bengkok ke kanan. Pada bagian samping kanan kelihatan mencolok saluran otot keras. Sisi bawah kepalanya, tetap sisa sedikit kulit yang menggelambir. Otot dan gelambiran kulit tersebut yang membuat wanita semakin bertambah nikmat rasakan tusukan senjata unggulanku.
    “Mas, tidak pernah saya menyaksikan k0ntol sebesar dan selama ini.”
    “Saat ini kamu menyaksikannya, menggenggamnya dan menikmatinya.”
    “Betapa berbahagianya MBak Tari.”
    “Karena itu kamu ingin seperti ia, kan?”
    Kiki langsung menarik k0ntolku.
    “Mas, saya ingin cepat menikmatinya. Masukan, cepat masukan.”
    Kiki menelentangkan badannya. Pahanya direntangkannya. Kelihatan begitu mulus putih dan bersih. Antara bulu lembut di selangkangannya, kelihatan lubang memek yang imut. Saya sudah ada di pahanya. Exocet-ku sudah siap melaju. Kiki melihatiku penuh berharap.
    “Cepat Mas, cepat..”
    “Sabar Kiki. Kamu harus betul-betul terangsang, Sayang…”
    Tetapi nampaknya Kiki tidak sabar. Tidak pernah kusaksikan wanita sekasar Kiki. Ia tidak ingin dicumbui dahulu saat sebelum dimasuki k0ntol pasangannya.
    “Cepat Mas…” ajaknya kembali.
    Itil V3
    Kupenuhi permohonannya, kutempelkan ujung k0ntolku di atas lubang memeknya, kutekan perlahan-lahan tetapi benar-benar sangat susah masuk, kuangkat kembali tetapi Kiki malah mendorongkan bokongku dengan ke-2 iris tangannya. Bokongnya sendiri didorong ke atas. Tidak terhindar, tangkai k0ntolku seperti mengenai dinding tebal. Tetapi Kiki nampaknya ingin bermain kasar. Aku juga, walau belum terangsang betul, kumasukkan k0ntolku sekeras dan sekencangnya. Walau perlahan-lahan bisa memasukirongga memeknya, tetapi sangat terasa sesak, geret, panas, perih dan susah. Kiki tidak gentar, justru menyongsongnya penuh nafsu.
    “Jangan paksa, Sayang..” pintaku.
    “Terus. Paksakan, siksa saya. Siksa… tusuk saya. Keras… keras jangan takut Mas, terus..” Dan saya tidak dapat menghindari. Kulesakkan keras sampai setengah k0ntolku sudah masuk.
    Kiki menjerit,
    “Aouwww.. sedikit kembali..” Dan saya memencetnya kuat-kuat.
    Bersama dengan itu berasa ada yang mengucur dari saat memek Kiki, menetes keluar. Saya melihat, darah… darah fresh. Kiki diam. Napasnya tersengal-sengal. Matanya memejam. Saya meredam k0ntolku masih tetap menancap. Tidak turun, tidak naik. Untuk kurangi kemelutnya, kucari ujung puting Kiki dengan mulutku. Walau cukup membungkuk, saya bisa meraihnya. Kiki sedikit menyusut kemelutnya.
    Sesaat selanjutnya dia mintaku mengawali kegiatan. Kugerakkan k0ntolku yang cuma setengah jalan, naik turun dan Kiki mulai terlihat menikmatinya. Gerakan stabil itu kupertahankan lumayan lama. Lama-lama tusukanku semakin dalam. Kiki pasrah dan tidak sebuas barusan. Dia nikmati irama masuk keluar di lubang kemaluannya yang mulai basah dan menyalurkan cairan pelicin. Kiki mulai bangun nafsunya menggeliat dan melenguh dan pada akhirannya menjerit lirih,
    “Uuuhh.. Mas… uhhh… enaakkkk.. enaaakkk… Terus… aduh… ya ampun nikmatnya..” Kiki melemas dan terkulai.
    Kucabut k0ntolku yang tetap keras, kubersihkan dengan bajuku. Saya duduk dari sisi Kiki yang terkulai.
    “Kiki, mengapa kamu?”
    “Lemas, Mas. Kamu sangat gagah.”
    “Kamu liar.”
    Kiki memang kerap terkait dengan lelaki. Tetapi tidak ada yang sukses tembus keperawanannya karena selaput daranya sangat tebal. Tetapi perkiraanku, beberapa lelaki akan kalah oleh ganasnya Kiki ajak senggama tanpa pemanasan yang cukup. Edan memang anak itu, cepat panas.
    Semenjak peristiwa itu, Kiki selalu ingin mengulangnya. Tetapi saya selalu menghindari. Cuma sekali kejadian itu kami ulangi dalam suatu hotel selama seharian. Kiki saat itu kesetanan dan kuladeni tekadnya dengan semua style. Kiki akui senang. baca narasi seks lainnya di seksigo.com
    Sesudah lulus, Kiki menikah dan ada di Palembang. Semenjak itu tidak ada beritanya. Dan, saat pulang ke Yogya bersama anaknya, saya bertemu di dalam rumah bude. Simak juga: Bacaan Seks Dewasa Pucuk Birahi yang Tidak Tertahan
    “Mas Heri, ingin coba kembali?” bisiknya lirih.
    Saya cuma menggangguk.
    “Masih besar ?” tanyanya memikat.
    “Ya, tambah besar donk.”
    Dan malamnya, saya mengunjungi di hotel tempatnya bermalam. Pertempuran juga kembali terjadi dalam posisi sama sudah masak.
    “Mas Heri, Mbak Tari bisa digunakan belum?” tanyanya.
    “Belum, dokter melarang,” kataku bohong.
    Dan, Kiki juga malam itu coba melayaniku sampai kami sama terpenuhi.