Author: dbgoog99

  • Kisah Memek Menyetubuhi Anak Ibu Kost Yang Masih Perawan

    Kisah Memek Menyetubuhi Anak Ibu Kost Yang Masih Perawan


    2617 views

    Cerita ini bermula saat saya mendapatkan tempat kossan yang baru. Dari kemarin-kemarin saya muter-muter di daerah sampangan , dan pada akhirnya saya dapet juga tuh tempat kossan yang buat saya tempatin. Dengan tempa yang masuk ke dalam-dalam perkampungan dan ada satu satu hal , yang buat tertarik saya untuk tinggal di kossan itu.

    Karena di tempat kos sinilah, ada anak dari ibu kos yang cantiknya bukan maen.

    Gadis itu bernama Lia, dia merupakan mahasiswi dari kampus UNTAG. Saat saya melihat dia,

    seketika kontol saya begitu ngaceng dan tegang karena Lia sangat cantik dan seksi. Sebelumnya saya bertanya untuk mencari kossan , saat itulah yang menyapa dan menjawab si Lia dan berkata:

    “Iya , masih ada satu kamar kok Kak”.

    Dengan jawaban seperti itu , saya langsung tak pikir lama-lama dengan suara yang lembut dan halus menjadikan kontol saya semakin bersemi. Dengan pemilik Ibu kos yang juga begitu ramah juga, tapi kadang –kadang Ibu kos yang dengan profesi berdagang di Solo juga jarang untuk pulang ke rumah nya.

    Lia juga mengatakan kalo Bapak dan Ibu juga jarang di rumah.Dan pada akhirnya di kemudian hari, saya langsung untuk mengambil kamar kossan yang kebetulan bersebelahan dengan pemilk rumahnya. Dengan tepat kos yang lumayan terpencil dan jauh saya dari teme-temenm gak jadi masalah lah buat saya. Yang penting saya bisa dapetin hati Si Lia anak dari pemilik yang punya kossan.

    Dan kemudian saya sudah siap untuk menempati kamar kossan yang baru. Saat saya duduk kan di luar, saya melihat Lia sedang telpon-telponan ntah dari siapa dengan duduk di teras rumahnya.

    “ wow. . .kesempatan buat saya nih. . ?”ucap saya.

    Begitu nungguin Lia telpon-telponan, langsung saya samperin dia. Situs Poker Online

    “ Hay…lagi ngapaian nih. .?”ucap saya.

    Dengan sambil tersenyum.

    “ Iya ,Kak sedang santaian aja kok Kak..”ucap Lia.

    Dengan membalas dengan senyum simpul.

    “Sedang telponan sama si pacar ya. . ?”ujar saya.

    “ Pacar Kak .. . ?”jawab Lia.

    Terasa hati ini remuk medengar ucapan Si Lia. Ternyata Lia sudah punya pacar. Ampun deh. . . !!

    Tapi pembicaraan masih tetap berjalan , walau Lia sudah punya gebetan. Saya berkeinginan untuk akrab dengan Lia, ya….sapa taukalo Lia bosen atau Bete dengan pacarnya. Sapa tau. . . . . .?

    Saya perhatikan dengan wajah cantik nya Si Lia,

    Sumpaaaah. . . .!!!! bener-bener mirip wajah Indo. Dengan kulit yang eksotik dan dengan paras yang beda dari lingkungannya.

    “Kok . , Liatin Lia seperti itu sih Kak. . .?”tanya Lia

    Saya yang bengong kemudian tersadar.

    “ Eh ,iya. .ternyata Lia ada tai lalat nya juga ya. . ?”jawab saya.

    “ Kalau orang punya ciri-ciri seperti itu, orang nya sering beruntung lho. . .?” ucap saya.

    “ Lha memangnya ada apa ikh Kak?” Tanya Lia

    “ Ya iyalah beruntung. . .! untung aja tai lalat, kalo tai kambing gimana jal. . .?” dengan bercanda.

    Lia seketika langsung tertawa. Manis banget senyumnya ngeliat dia tertawa. Pada akhirnya pada malam itu saya berhasil ngobrol begitu laama dan tertawa bersama Lia. Bahkan setelah cerita tentang tai lalat itu, Lia bahkan nunjukin kalau dia punya tanda lahir di pundaknya.

    “Mana mungkin itu tanda lahir .. !

    kayaknya tatto deh!” dengan menuduh.

    “Beneran kok Kak ini tanda lahir!” balasnya.

    “Gak percaya ah. . .!

    Pasti kamu orangnya suka tato kan. . !

    Harus dicek nih!” tuduh saya.

    Dia malah tertawa ngekek. Saya begitu senang.. Dan paginya, saya sempetin dulu joging pagi.

    Dengan lari di tempat dan push up ringan sudah jadi rutinitas pagi buat saya. Punya badan tegap dan berotot memang inilah saya.


    Walaaah. . .. tiba-tiba saya denger suara cebar-cebur dari kamar mandi. Saya usut dari mana asal suara tersebut, ternyata persis bersebelahan dengan dinding disebelah kamar yang saya tempati.

    Ternyata disebelahnya kamar mandi tho. . . !

    Saya coba mendengar suara gemercik air tersebut. Ternyata suara kemudian adalah suara nyanyian seorang gadis.

    Tidak salah lagi, itu suara Lia!

    Saya begitu seksama dan menikmati suara nyanyiannya. Merdu dan apik banget.. !

    Akhirnya timbul pikiran kotor saya. Dengan dinding tembok yang sebenarnya tidak terlalu tinggi itu bisa saya panjat!

    Akhirnya dengan cepat, otak saya berfikir mesum.

    Bagaimana caranya untuk memanjat dinding yang tingginya seperti ini. Setelah yakin orang tua Lia sudah berangkat pergi berdagang dan Lia pasti sendirian di rumah, saya nekat untuk ngintipin Lia mandi.

    Dengan panjatan kursi, akhirnya saya bisa mencapai ujung tembok paling atas. Pelan-pelan saya angkat kepala untuk melihat pemandangan di dalam kamar mandi.

    Dan memang benar. . !

    Lia sedang mandi sambil bernyanyi. Lia dengan wajah Indo itu ternyata punya tubuh yang sangat seksi. Dari ujung rambut hingga ujung kakinya dapat saya liat secara jelas.

    Dengan tetek yang montok bergelantungan. Kulitnya putihnya yang sebagian tertutup dengan busa-busa sabun. Hingga rambut-rambut halus yang tumbuh didaerah memeknya dapat terlihat sanagat jelas. Tanpa sadar sudah membuat batang kontol saya langsung mengeras.

    Lia masih asyik menggosok-gosok bagian tubuhnya dengan sabun.

    Yang membuat saya tak tahan dengaan kondisi tangannya yang meremas teteknya sendiri. Terpaan busa sabun dari teteknya yang putih licin oleh sabun membuat saya serasa mau horny. Kemudian ,

    Lia membilas sabunnya dengan mengguyurkan air.

    Kulitnya makin terlihat putih bercahaya dan pada berikutnya bagian selangkangannya yang dicuci dengan air. Diluar dugaan saya, ternyata Lia menjamaahi dan mengelus-elus bagian memeknya. Saya berfikir Lia melakukan pembersihan di daerah memeknya.

    Ternyata, Lia begitu nikmat dengan mengelus-elus daerah yang berbulu tersebut. Saya liat matanya sudah merem-merem keenakan.


    “Ohh Yessss. . .. Lia sedang masturbasi. . .!”

    Baru kali ini saya melihat secara langsung dengan mata kepala sendiri ada seorang cewek yang masturbasi. Secara jelas saya menonton Lia yang tengah keasyikan memainkan jarinya di bibir memeknya. Secara tak sadar saya jadi lupa diri kalau sebenarnya posisi saya sangat terlihat. Bisa bahaya kalau sampai ketahuan oleh Lia.

    Malu deh jadinya kalo ketahuan , lagi satu hari ngekos ditempat orang sudah berlaku mesum seperti ini. Ternyata dingklik yang menjadi pijakan saya untuk mengganjal kursi tak sanggup lagi menahan pijakan saya. Akhirnya dingklik tersebut meleset.

    Dan Lia jadi kaget dan menghentikan adegan masturbasinya.

    “Mampuss deh.. kalo Lia sampai tau!” batin dengan rasa cemas.

    Saya langsung menghentikan tontonan sebentar. Saya segera turun dari dinding yang saya panjat buru- buru. Ternyata Lia menyadari dirinya diintip. Lia segera mengenakan handuk dan pakainnya lalu buru-buru keluar kamar mandi.

    Saya segera menuju pintu kamar mandi untuk menghalangi dan menenangkan Lia, kalau-kalau Lia bisa berteriak. Bisa mateng saya kalau dia nanti akan mengadu ke Bapak Ibunya setelah pulang dari berdagangnya. Saya yang buru-buru melintasi pintu kamar mandi langsung bertumbukan dengan Lia yang baru saja keluar kamar mandi.

    Kemudian handuk Lia langsung lepas, dan Lia terjatuh.

    “Sorii..Sorii. .. “

    Dengan kata kata itu yang bisa terucap dari mulut saya sambil membantu Lia untuk berdiri. Saya langsung mengambil handuknya. Dan nampaknya Lia kelabakan ketika handuknya hampir saja copot. Lia tidak memakai apa-apa kecuali handuk yang membuat teteknya menyembul kelihatan.

    “Kakak, barusa ngintipin Lia yah?” tanya Lia

    Dengan menundukkan kepalanya, Lia menunduk mungkin karena dia malu. Karena baru saja dia melakukan masturbasi. Saya jadi ngerasa berdosa.

    “Kakak minta maaf ya.. Kakak menyesal banget”


    saya ucapin itu dengan nada memelas. Lia cuma mengangguk tapi masih menunduk. Tangannya masih memegang handuknya erat-erat. Tak lama setelah itu dia berjalan pelan kedalam rumahnya sambil menahan malu. Matanya berkaca-kaca. Saya jadi tambah merasa bersalah.

    “Blum ada lho yang ngeliat Lia begituan. . ?”

    “ Kok kakak berani sih?” suaranya lirih.

    Akhirnya saya anterin Lia ke kamarnya. Saya bimbing dia menuju kamarnya. Dibenak saya semuanya campur aduk. Perasaan bersalah udah membuat dia ketakutan. Mungkin saja bagi cewek hal seperti itu bisa membuatnya trauma.

    Setelah sampai dikamar Lia, saya malah memeluknya. Terlintas dipikiran saya, kalau cewek sedang sedih begitu cara untuk menenangkannya hanyalah dengan di peluk ,menurut teori saya yang pernah saya lakukan .

    “Lia . . .. ,Kakak minta maaf ya . . ”

    saya bisikin itu ke telinganya. Sekali lagi Lia mengangguk. Dari pelukan, saya beralih mendekap Lia.

    Saya langsung saja cium pipinya kemudian bibirnya. Kemudian dengan naluri saya, tangan saya juga ikut memainkan perannya meremas dada Lia dari luar handuknya.

    “Kakak! Sedang ngapaain nih. . .!” ucap Lia kaget.

    Dalam teori saya, kepalang becek , basah aja sekalian!

    Tanggung ketahuan ngintipin Lia mandi, kenapa gak saya tidurin aja sekalian?

    Mumpung ada kesempatan !!

    Saya kemudian men dorong Lia ke tempat tidurnya. Pintu kamarnya segera saya kunci. Dan kemudian handuknya dengan mudah saya lepas. Bibir Lia saya lumat dan beradu dengan lidah. Tangan saya menjamah teteknya yang semok. Lia sedikit berontak dan kakinya berulah gak karuan.

    “Kakaaaakk..” Lia berteriak.

    Saya mulai cemas. Nanti kalau ada warga yang dengar gimana?

    Saya bisa dihajar masa. Akhirnya saya menghentikan aksi birahi saya. Saya mutusin untuk membujuk Lia pelan-pelan. Sambil mengelus-elus pundaknya dan membelai rambutnya saya ngomong pelan-pelan.


    “ Lia, tenang aja yaa.. kakak gak bermaksud ngapa-ngapain Lia”.

    “Kakak gak mungkin menyakiti Lia karena kakak sayang banget sama Lia..”.ucap saya.

    Lalu saya cium leher Lia, tangan saya mulai lagi main-main mengelus teteknya, meremas dan mengelus kemudian turun ke daerah memeknya.

    “Kakak, Lia mohon jangan ya kak. .” Lia memelas ketakutan.

    “Lia pokoknya santai aja yaa.. Kakak gak akan nyakitin Lia. Kakak Sayang sama Lia.”

    Tangannya terus mendorong-dorong saya. Lia sangat ketakutan setengah mati. Saya terus memberikan rangsangan dengan terus menciumi leher Lia. Kemudian turun dan menjilati puting teteknya yang merona.

    Dan tangan kanan saya mengelus-elus daerah memeknya. Jari tengah mulai saya masukkan ke selakangan memeknya. Saya terus mainkan itu pelan-pelan.

    “Kakak.. Lia mohon, Lia belom pernah begituan kak.. . .”

    “ Lia takut.. . . .” Lia masih memelas.

    Tangannya terus menahana tangan kanan saya yang menjamah didaerah bibir memeknya. Saya cuma jawab permohonan Lia dengan ciuman dan kuluman dibibirnya. Saya terus lumat bibir Lia dan bibir memeknya dilumat jari tengah saya. Perlahan saya masukan jari tengah saya dengan pelan-pelan.

    Terasa daerah memeknya Lia sudah basah. Mengetahui daerah memeknya nya sudah basah dan licin, saya jadi yakin kalau sebenarnya Lia juga pingin menikmati permainan saya. Kayaknya Lia juga sudah tidak menunjukkan perlawanan yang kuat.

    “Lia. . . “.

    “Kakak masukin jari kakak pelan-pelan ya.”

    “ Kagak sakit kok..”

    “ Lia tenang aja yaa..”

    Belum lagi Lia memberikan persetujuannya, jari tengah saya terus saja masuk ke memeknya.

    Akhirnya jawaban Lia Cuma erangan dan desahan. Saya terus mainkan dengan memasukkan jari tengah saya kedalam memeknya sedikit demi sedikit.

    Akhirnya bisa masuk jari saya!

    “Kakak.. Lia takut kak..” Lia terus ngomong.

    Tapi kakinya malah membuka lebar dan sesekali nafasnya agak berat. Saya yakin Lia sebenarnya mungkin saja sering bermasturbasi.


    Cewek-cewek seperti Lia mungkin saja cewek hyperseks yang sering memuaskan dirinya dengan masturbasi sendiri.

    Seperti yang saya liat barusan di kamar mandi. Saya makin sibuk dengan tangan kiri saya membelai rambutnya, mulut saya sesekali mengisap dan menjilati putingnya, dan tangan kanan saya memasukkan jari kedalam liang memek Lia yang makin banjir dengan cairan dan licin.

    Akhirnya saya gak tahan lagi. Dengan sekejap segera saya lepaskan semua pakaian saya hingga kami berdua sudah benar-benar telanjang bulat. Segera saya tindih tubuh Lia yang tergeletak.

    “Lia, kita coba masukin yuk.. !!”

    “Tahan sedikit ya.. “

    “Mungkin sedikit nyeri.”

    Lia dengan lugunya mengangguk.

    Tampaknya Lia sudah diliputi gejolak birahi yang gak bisa di kontrol. Saya makin birahi dan bersemangat. Perlahan saya sempret-sempretkan kontol saya yang udah tegang dari tadi ke bibir memeknya Lia. Lia yang makin terangsang gak bisa berbuat apa-apa selain pasrah.

    Jiwa raganya sudah diliputi hasrat seks. Setelah kontol saya licin dengan cairan Lia, perlahan saya tancapkan kontol saya ke dalam liang memek Lia. Walaupun pekerjaan saya halus dan pelan, tetap saja Lia merintih kesakitan. Sekarang kontol saya tercampur dengan cairan licin dari Lia dan darah virginnya. Kemudian Lia menangis, Namun bibirnya terus mengeluarkan suara

    “Arrhhh.. ahhhh.. kakak..”

    Saya gak mau ambil pusing. Saya sibuk dengan mengobrak abrik memek Lia yang sangat sempit agar batang kontol saya bisa masuk lebih dalam lagi. Dibantu dengan cairan pelicin Lia yang sudah banjir, kontol saya bisa masuk semuanya.

    Saya terus menggenjot dengan maju mundur batang kontol saya. Sesekali saya cium dan jilatin leher Lia hingga ke teteknya. Kemudian putting nya saya emut dan sedot sekuat-kuatnya. Akhirnya saya meliat tanda-tanda Lia akan birahi kembali. Segera saya atur dengan kecepatan goyangan saya.

    Saya pun pengen keluar dan klimaks. Akhirnya Lia lebih dahulu mencapai klimaks dan berteriak


    “Kakakk…. . ”

    Berurutan setelah itu saya juga keluar menyemprotkan cairan pejuh saya didalam memeknya.

    “Aaaaahhh.. Ahhhh.. Lia..”

    Saya ngecrooot. .. . . . .

    “Croooott. . . . .Jrooot……Criiiit. . .. “

    Beberapa kali semburan dengan menekan kontol saya sedalam-dalamnya kedalam liang memeknya. Lia pun menjepitkan pahanya. Akhirnya untuk beberapa saat kita menikmati dan merasakan nikmatnya bagaimana orgasme yang sebenarnya. Beberapa saat setelah itu terasa kedut- kedut dan denyutan dari memeknya.

    Kontol saya yang masih menancap dan belum saya cabut. Batang kontol saya itu saya biarin sampai lemas didalam memeknya Lia. Saya terus perhatikan wajah menawan Lia yang lemas sayu setelah saya renggut bunga keperawanannya.

    Sesaat saya jadi tak tega dan kasihan telah melakukan ini semua kepada Lia. Kembali saya elus-elus dan benerin rambutnya yang berantakan. Saya tatap matanya dalam-dalam sambil berkata pelan

    “Lia, maukah kamu jadi pacar kakak?” Lia hanya diam.

    Saya tau dia udah punya pacar. Tapi saya sama sekali gak tau apa yang mau saya katakan selain itu kepada Lia.

    Saya pasang kembali celana dan keluar dari kamar Lia. Lia masih terdiam lemas dan sayu diranjangnya dan belum memakai pakaiannya. Saya udah siap dengan segala resiko dari perbuatan saya barusan. Setelah itu saya langsung berkemas di dalam kamar kos saya.

    “Mungkin setelah ini Lia akan mengadukan semua itu ke orang tuanya dan saya bakal di pidana kan” pikir saya.

    Siang harinya, saya sudah selesai beres-beres barang-barang. Saya pengen cabut duluan sebelum saya di usir sama orang tuanya Lia. Atau mungkin saja hal yang lebih buruk bakal terjadi ke saya.

    Ternyata pintu kamar kos saya diketuk.

    Setelah saya buka ternyata Lia. Saya persilahkan Lia masuk. Lia pun masuk kedalam kamar saya. Lia melihat saya sudah berkemas dengan barang-barang siap-siap mau kabur.

    “Kakak mau kemana?” tanya Lia. Saya cuma diam.


    “Kakak gak boleh pergi!”

    Lia takut.. !

    “Gimana coba kalau Lia sampai hamil?”

    “Kakak harus bertanggungjawab untuk semua ini!” kata Lia lirih.

    “Baiklah kakak tak akan pergi. Kakak akan tanggungjawab kalau terjadi apa-apa”.

    “Tapi kakak mohon jangan mengadu sama orang tua Lia ya..”permintaan saya.

    Lia hanya mengangguk, dan dengan matanya masih sembab karena menangis.

    Saya jadi kasihan, akhirnya Lia saya peluk lagi. Seminggu setelah itu, saya dan Lia Cuma diam-diam dan tak ada tegur sapa. Tapi akhirnya saya mencoba beranikan diri lagi untuk menegurnya dan mengajaknya bercanda lagi.

    Akhirnya, saya bisa ngajakin Lia untuk berhubungan badan lagi. Ya. . .Kadang dikamar kos saya, kadang dikamar dia. Bahkan dia sempat tidur di kamar saya, padahal orang tuanya ada dirumah. Ternyata Lia selalu diliputi sex gairah.

    Permainan birahi ini kami semakin hari semakin variasi. Dalam waktu tak kurang dari seminggu, Lia sudah berani menelan habis sperma yang saya semburin didalam mulutnya.

    Permainan seks lagi dan lagi.. kami berdua sama-sama diliputi gairah birahi yang liar. Walaupun status hubungan saya belum jelas hingga saat ini, saya tetap menjalani ini sama Lia. Dan Lia masih berhubungan dengan pacarnya.


    Tapi kalo soal ranjang Lia lari ke saya dan hampir setiap malam Lia mampir ke kamar saya buat adegan gituan. . .

    itung-itung pengahantar tidur malamnya. Kadang setelah gituan dia balik ke kamarnya, kadang tidur di kamar saya. Sejak saat itulah, Lia ternyata diam-diam juga main sama pacarnya. Saya pernah nanya ke Lia, apa dia pernah melakukan hubungan badan dengan cowoknya? Awalnya Lia bilang belum.

    Tapi setelah saya selidiki sms dari cowoknya, ternyata mereka juga udah ngelakuin hal begituan.

    Setelah perawannya saya renggut, Lia malah jadi hyperseks dan binal yang pengen ngelakuin hal itu terus.

    Pada saat itu, pembicaraan saya sama Lia sampai ke sesuatu yang bahkan gak saya duga. Lia berkata sedandainya kalau dia membayangkan di setubuhi dengan dua orang, yaitu saya dan pacarnya.



    Hehehee… Tak habis pikir saya membayangkannya. . . ., mengapa cewek yang dulu nya pemalu dan cupu ini bisa jadi binal seperti ini ya?? Sekian.

  • Kisah Memek perawat seksi

    Kisah Memek perawat seksi


    2617 views

    Duniabola99.com – Hari ini adalah hari pertamaku tinggal di kota Bandung. Karena tugas kantorku, aku terpaksa tinggal di Bandung selama 5 Hari dan weekend di Jakarta. Di kota kembang ini, aku menyewa kamar di rumah temanku.

    Menurutnya, rumah itu hanya ditinggali oleh Ayahnya yang sudah pikun, seorang perawat, dan seorang pembantu. “Rumah yang asri” gumamku dalam hati. Halaman yang hijau, penuh tanaman dan bunga yang segar dikombinasikan dengan kolam ikan berbentuk oval.

    Aku mengetuk pintu rumah tersebut beberapa kali sampai pintu dibukakan. Sesosok tubuh semampai berbaju serba putih menyambutku dengan senyum manisnya.
    “Pak Rafi ya..”.


    “Ya.., saya temannya Mas Anto yang akan menyewa kamar di sini. Lho, kamu kan pernah kerja di tetanggaku?”, jawabku surprise. Perawat ini memang pernah bekerja pada tetanggaku di Bintaro sebagai baby sitter.
    “Iya…, saya dulu pengasuhnya Aurelia. Saya keluar dari sana karena ada rencana untuk kimpoi lagi. Saya kan dulu janda pak.., tapi mungkin belum jodo.., ee dianya pergi sama orang lain.., ya sudah, akhirnya Saya kerja di sini..”, Mataku memandangi sekujur tubuhnya.

    Tati (nama si perawat itu) secara fisik memang tidak pantas menjadi seorang perawat. Kulitnya putih mulus, wajahnya manis, rambutnya hitam sebahu, buah dadanya sedang menantang, dan kakinya panjang semampai. Kedua matanya yang bundar memandang langsung mataku, seakan ingin mengatakan sesuatu.
    Aku tergagap dan berkata, “Ee.., Mbak Tati, Bapak ada?”.

    “Bapak sedang tidur. Tapi Mas Anto sudah nitip sama saya. Mari saya antarkan ke kamar..”.
    Tati menunjukkan kamar yang sudah disediakan untukku. Kamar yang luas, ber-AC, tempat tidur besar, kamar mandi sendiri, dan sebuah meja kerja.

    Aku meletakkan koporku di lantai sambil melihat berkeliling, sementara Tati merunduk merapikan sprei ranjangku. Tanpa sengaja aku melirik Tati yang sedang menunduk. Dari balik baju putihnya yang kebetulan berdada rendah, terlihat dua buah dadanya yang ranum bergayut di hadapanku.

    Ujung buah dada yang berwarna putih itu ditutup oleh BH berwarna pink. Darahku terkesiap. Ahh…, perawat cantik, janda, di rumah yang relatif kosong.Sadar melihat aku terkesima akan keelokan buah dadanya, dengan tersipu-sipu Tati menghalangi pemandangan indah itu dengan tangannya.

    “Semuanya sudah beres Pak…, silakan beristirahat..”.
    “Ee…, ya.., terima kasih”, jawabku seperti baru saja terlepas dari lamunan panjang.
    Sore itu aku berkenalan dengan ayah Anto yang sudah pikun itu. Ia tinggal sendiri di rumah itu setelah ditinggalkan oleh istrinya 5 tahun yang lalu. Selama beramah-tamah dengan sang Bapak, mataku tak lepas memandangi Tati. Sore itu ia menggunakan daster tipis yang dikombinasikan dengan celana kulot yang juga tipis. Buah dadanya nampak semakin menyembul dengan dandanan seperti itu. Di rumah itu ada seorang pembantu berumur sekitar 17 tahun. Mukanya manis, walaupun tidak secantik Tati. Badannya bongsor dan motok. Ani namanya. Ia yang sehari-hari menyediakan makan untukku. Solaire99

    Hari demi hari berlalu. Karena kepiawaianku dalam bergaul, aku sudah sangat akrab dengan orang-orang di rumah itu. Bahkan Ani sudah biasa mengurutku dan Tati sudah berani untuk ngobrol di kamarku. Bagi janda muda itu, aku sudah merupakan tempat mencurahkan isi hatinya. Begitu mudah keakraban itu terjadi hingga kadang-kadang Tati merasa tidak perlu mengetuk pintu sebelum masuk ke kamarku. Sampai suatu malam, ketika itu hujan turun dengan lebatnya. Aku, karena sedang suntuk memasang VCD porno kesukaanku di laptopku. Tengah asyik-asyiknya aku menonton tanpa sadar aku menoleh ke arah pintu, astaga…, Tati tengah berdiri di sana sambil juga ikut menonton. Rupanya aku lupa menutup pintu, dan ia tertarik akan suara-suara erotis yang dikeluarkan oleh film produksi Vivid interactive itu.

    Ketika sadar bahwa aku mengetahui kehadirannya, Tati tersipu dan berlari ke luar kamar.
    “Mbak Tati..”, panggilku seraya mengejarnya ke luar. Kuraih tangannya dan kutarik kembali ke kamarku.
    “Mbak Tati…, mau nonton bareng? Ngga apa-apa kok..”.
    “Ah, ngga Pak…, malu aku..”, katanya sambil melengos.
    “Lho.., kok malu.., kayak sama siapa saja.., kamu itu.., wong kamu sudah cerita banyak tentang diri kamu dan keluarga.., dari yang jelek sampai yang bagus.., masak masih ngomong malu sama aku?”, Kataku seraya menariknya ke arah ranjangku.

    “Yuk kita nonton bareng yuk..”, Aku mendudukkan Tati di ranjangku dan pintu kamarku kukunci.
    Dengan santai aku duduk di samping Tati sambil mengeraskan suara laptopku. Adegan-adegan erotis yang diperlihatkan ke 2 bintang porno itu memang menakjubkan. Mereka bergumul dengan buas dan saling menghisap. Aku melirik Tati yang sedari tadi takjub memandangi adegan-adegan panas tersebut. Terlihat ia berkali-kali menelan ludah. Nafasnya mulai memburu, dan buah dadanya terlihat naik turun. Aku memberanikan diri untuk memegang tangannya yang putih mulus itu. Tati tampak sedikit kaget, namun ia membiarkan tanganku membelai telapak tangannya. Terasa benar bahwa telapak tangan Tati basah oleh keringat. Aku membelai-belai tangannya seraya perlahan-lahan mulai mengusap pergelangan tangannya dan terus merayap ke arah ketiaknya. Tati nampak pasrah saja ketika aku memberanikan diri melingkarkan tanganku ke bahunya sambil membelai mesra bahunya. Namun ia belum berani untuk menatap mataku. Sambil memeluk bahunya, tangan kananku kumasukkan ke dalam daster melalui lubang lehernya. Tanganku mulai merasakan montoknya pangkal buah dada Tati. Kubelai-belai seraya sesekali kutekan daging empuk yang menggunung di dada bagian kanannya.
    Ketika kulihat tak ada reaksi dari Tati, secepat kilat kusisipkan tangganku ke dalam BH-nya…, kuangkat cup BH-nya dan kugenggam buah dada ranum si janda muda itu.
    “Ohh.., Pak…, jangan..”, Bisiknya dengan serak seraya menoleh ke arahku dan mencoba menolak dengan menahan pergelangan tangan kananku dengan tangannya.
    “Sshh…, ngga apa-apa Mbak…, ngga apa-apa..”.
    “Nanti ketauanhh..”.
    “Nggaa…, jangan takut..”, Kataku seraya dengan sigap memegang ujung puting buah dada Tati dengan ibu jari dan telunjukku, lalu kupelintir-pelintir ke kiri dan kanan.

    “Ooh.., hh.., Pak.., Ouh.., jj.., jjanganhh.., ouh..”, Tati mulai merintih-rintih sambil memejamkan matanya. Pegangan tangannya mulai mengendor di pergelangan tanganku.
    Saat itu juga, kusambar bibirnya yang sedari tadi sudah terbuka karena merintih-rintih.
    “Ouhh.., mmff.., cuphh.., mpffhh..”, Dengan nafas tersengal-sengal Tati mulai membalas ciumanku. Kucoba mengulum lidahnya yang mungil, ketika kurasakan ia mulai membalas sedotanku. Bahkan ia kini mencoba menyedot lidahku ke dalam mulutnya seakan ingin menelannya bulat-bulat. Tangannya kini sudah tidak menahan pergelanganku lagi, namun kedua-duanya sudah melingkari leherku. Malahan tangan kanannya digunakannya untuk menekan belakang kepalaku sehingga ciuman kami berdua semakin lengket dan bergairah. Momentum ini tak kusia-siakan. Sementara Tati melingkarkan kedua tangannya di leherku, akupun melingkarkan kedua tanganku di pinggangnya. Aku melepaskan bibirku dari kulumannya, dan aku mulai menciumi leher putih Tati dengan buas. “aahh..Ouhh..” Tati menggelinjang kegelian dan tanganku mulai menyingkap daster di bagian pinggangnya. Kedua tanganku merayap cepat ke arah tali BH-nya dan, “tasss..” terlepaslah BH-nya dan dengan sigap kualihkan kedua tanganku ke dadanya.

    Saat itulah lurasakan betapa kencang dan ketatnya kedua buah dada Tati. Kenikmatan meremas-remas dan mempermainkan putingnya itu terasa betul sampai ke ujung sarafku. Penisku yang sedari tadi sudah menegang terasa semakin tegang dan keras. Rintihan-rintihan Tati mulai berubah menjadi jeritan-jeritan kecil terutama saat kuremas buah dadanya dengan keras. Tati sekarang lebih mengambil inisiatif. Dengan nafasnya yang sudah sangat terengah-engah, ia mulai menciumi leher dan mukaku. Ia bahkan mulai berani menjilati dan menggigit daun telingaku ketika tangan kananku mulai merayap ke arah selangkangannya. Dengan cepat aku menyelipkan jari-jariku ke dalam kulotnya melalui perut, langsung ke dalam celana dalamnya. Walaupun kami berdua masih dalam keadaan duduk berpelukan di atas ranjang, posisi paha Tati saat itu sudah dalam keadaan mengangkang seakan memberi jalan bagi jari-jemariku untuk secepatnya mempermainkan kemaluannya.

    Hujan semakin deras saja mengguyur kota Bandung. Sesekali terdengar suara guntur bersahutan. Namun cuaca dingin tersebut sama sekali tidak mengurangi gairah kami berdua di saat itu. Gairah seorang lajang yang memiliki libido yang sangat tinggi dan seorang janda muda yang sudah lama sekali tidak menikmati sentuhan lelaki. Tati mengeratkan pelukannya di leherku ketika jemariku menyentuh bulu-bulu lebat di ujung vaginanya. Ia menghentikan ciumannya di kupingku dan terdiam sambil terus memejamkan matanya. Tubuhnya terasa menegang ketika jari tengahku mulai menyentuh vaginanya yang sudah terasa basah dan berlendir itu. Aku mulai mempermainkan vagina itu dan membelainya ke atas dan ke bawah. “Ouuhh Pak.., ouhh.., aahh.., g..g.ggelliiihh…”.

    Tati sudah tidak bisa berkata-kata lagi selain merintih penuh nafsu ketika clitorisnya kutemukan dan kupermainkan. Seluruh badan Tati bergetar dan bergelinjang. Ia nampak sudah tak dapat mengendalikan dirinya lagi. Jeritan-jeritannya mulai terdengar keras. Sempat juga aku kawatir dibuatnya. Jangan-jangan seisi rumah mendengar apa yang tengah kami lakukan. Namun kerasnya suara hujan dan geledek di luar rumah menenangkanku. Benda kecil sebesar kacang itu terasa nikmat di ujung jari tengahku ketika aku memutar-mutarnya. Sambil mempermainkan clitorisnya, aku mulai menundukkan kepalaku dan menciumi buah dadanya yang masih tertutupi oleh daster.

    Seolah mengerti, Tati menyingkapkan dasternya ke atas, sehingga dengan jelas aku bisa melihat buah dadanya yang ranum, kenyal dan berwarna putih mulus itu bergantung di hadapanku. Karena nafsuku sudah memuncak, dengan buas kusedot dan kuhisap buah dada yang berputing merah jambu itu. Putingnya terasa keras di dalam mulutku menandakan nafsu janda muda itupun sudah sampai di puncak. Tati mulai menjerit-jerit tidak karuan sambil menjambak rambutku. Sejenak kuhentikan hisapanku dan bertanya, “Enak Mbak?”. Sebagai jawabannya, Tati membenamkan kembali kepalaku ke dalam ranumnya buah dadanya. Jari tengahku yang masih mempermainkan clitorisnya kini kuarahkan ke lubang vagina Tati yang sudah menganga karena basah dan posisi pahanya yang mengangkang. Dengan pelan tapi pasti kubenamkan jari tengahku itu ke dalamnya dan, “Auuhh.., P.Paak.., hh”. Tati menjerit dan menaikkan kedua kakinya ke atas ranjang. “Terrusshh.., auhh..”. Kugerakkan jariku keluar masuk di vaginanya dan Tati menggoyangkan pingggulnya mengikuti irama keluar masuknya jemariku itu.
    Aku menghentikan ciumanku di buah dada Tati dan mulai mengecup bibir ranum janda itu. Matanya tak lagi terpejam, tapi memandang sayu ke mataku seakan berharap kenikmatan yang ia rasakan ini jangan pernah berakhir. Tangan kiriku yang masih bebas, membimbing tangan kanan Tati ke balik celana pendekku. Ketika tangannya menyentuh penisku yang sudah sangat keras dan besar itu, terlihat ia agak terbelalak karena belum pernah melihat bentuk yang panjang dan besar seperti itu. Tati meremas penisku dan mulai mengocoknya naik turun naik turun.., kocokan yang nikmat yang membuatku tanpa sadar melenguh, “Ahh.., Mbaak.., enaknya.., terusin..”.


    Saat itu kami berdua berada pada puncaknya nafsu. Aku yakin bahwa Mbak Tati sudah ingin secepatnya memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Ia tidak mengatakannya secara langsung, namun dari tingkahnya menarik penisku dan mendekatkannya ke vaginanya sudah merupakan pertanda. Namun, di detik-detik yang paling menggairahkan itu terdegar suara si Bapak tua berteriak, “Tatiii…, Tatiii..”. Kami berdua tersentak. Kukeluarkan jemariku dari vaginanya, Tati melepaskan kocokannya dan ia membenahi pakaian dan rambutnya yang berantakan. Sambil mengancingkan kembali BH-nya ia keluar dari kamarku menuju kamar Bapak tua itu. Sialan!, kepalaku terasa pening. Begitulah penyakitku kalau libidoku tak tersalurkan.

    Beberapa saat lamanya aku menanti siapa tahu janda muda itu akan kembali ke kamarku. Tapi nampaknya ia sibuk mengurus orang tua pikun itu, sampai aku tertidur. Entah berapa lama aku terlelap, tiba-tiba aku merasa napasku sesak. Dadaku serasa tertindih suatu beban yang berat. Aku terbangun dan membuka mataku. Aku terbelalak, karena tampak sesosok tubuh putih mulus telanjang bulat menindih tubuhku.

    “Mbak Tati?”, Tanyaku tergagap karena masih mengagumi keindahan tubuh mulus yang berada di atas tubuhku. Lekukan pinggulnya terlihat landai, dan perutnya terasa masih kencang. Buah dadanya yang lancip dan montok itu menindih dadaku yang masih terbalut piyama itu. Seketika, rasa kantukku hilang. Mbak Tati tersenyum simpul ketika tangannya memegang celanaku dan merasakan betapa penisku sudah kembali menegang.
    “Kita tuntaskan ya Mbak?”, Kataku sambil menyambut kuluman lidahnya. Sambil dalam posisi tertindih aku menanggalkan seluruh baju dan celanaku. Kegairahan yang sempat terputus itu, mendadak kembali lagi dan terasa bahkan lebih menggila. Kami berdua yang sudah dalam keadaan bugil saling meraba, meremas, mencium, merintih dengan keganasan yang luar biasa. Mbak Tati sudah tidak malu-malu lagi menggoyangkan pinggulnya di atas penisku sehingga bergesekan dengan vaginanya.

    Tidak lebih dari 5 menit, aku merasakan bahwa nafsu syahwat kami sudah kembali berada dipuncak. Aku tak ingin kehilangan momen lagi. Kubalikkan tubuh Tati, dan kutindih sehingga keempukan buah dadanya terasa benar menempel di dadaku. Perutku menggesek nikmat perutnya yang kencang, dan penisku yang sudah sangat menegang itu bergesekan dengan vaginanya.

    “Mbak.., buka kakinya.., sekarang kamu akan merasakan sorganya dunia Mbak..”, bisikku sambil mengangkangkan kedua pahanya. Sambil tersengal-sengal Tati membuka pahanya selebar-lebarnya. Ia tersenyum manis dengan mata sayunya yang penuh harap itu.
    “Ayo Pak.., masukkan sekarang…”, Aku menempelkan kepala penisku yang besar itu di mulut vagina Tati. Perlahan-lahan aku memasukkannya ke dalam, semakin dalam, semakin dalam dan, “aa.., Aooohh.., paakh….., aahh..”, rintihnya sambil membelalakkan matanya ketika hampir seluruh penisku kubenamkan ke dalam vaginanya. Setelah itu, “Blesss…”, dengan sentakan yang kuat kubenamkan habis penisku diiringi jeritan erotisnya, “Ahh.., besarnyah.., ennnakk ppaak..”.

    Aku mulai memompakan penisku keluar masuk, keluar masuk. Gerakanku makin cepat dan cepat. Semakin cepat gerakanku, semakin keras jeritan Tati terdengar di kamarku. Pinggul janda muda itu pun berputar-putar dengan cepat mengikuti irama pompaanku. Kadang-kadang pinggulnya sampai terangkat-angkat untuk mengimbangi kecepatan naik turunnya pinggulku. Buah dadanya yang terlihat bulat dalam keadaan berbaring itu bergetar dan bergoyang ke sana ke mari. Sungguh menggairahkan!

    Tiba-tiba aku merasakan pelukannya semakin mengeras. Terasa kuku-kukunya menancap di punggungku. Otot-ototnya mulai menegang. Nafas perempuan itu juga semakin cepat. Tiba-tiba tubuhnya mengejang, mulutnya terbuka, matanya terpejam,dan alisnya merengut “aahh..”. Tati menjerit panjang seraya menjambak rambutku, dan penisku yang masih bergerak masuk keluar itu terasa disiram oleh suatu cairan hangat. Dari wajahnya yang menyeringai, tampak janda muda itu tengah menghayati orgasmenya yang mungkin sudah lama tidak pernah ia alami itu. Aku tidak mengendurkan goyangan pinggulku, karena aku sedang berada di puncak kenikmatanku.
    “Mbak.., goyang terus Mbak.., aku juga mau keluar..”. Tati kembali menggoyang pinggulnya dengan cepat dan beberapa detik kemudian, seluruh tubuhku menegang.

    “Keluarkan di dalam saja pak”, bisik Tati, “Aku masih pakai IUD”. Begitu Tati selesai berbisik, aku melenguh.
    “Mbak.., aku keluar.., aku keluarr…., aahh..”, dan…, “Crat.., crat.., craat”, kubenamkan penisku dalam-dalam di vagina perempuan itu. Seakan mengerti, Tati mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi sehingga puncak kenikmatan ini terasa benar hingga ke tulang sumsumku.

    Kami berdua terkulai lemas sambil memejamkan mata. Pikiran kami melayang-layang entah ke mana. Tubuhku masih menindih tubuh montok Tati. Kami berdua masih saling berpelukan dan akupun membayangkan hari-hari penuh kenikmatan yang akan kualami sesudah itu di Bandung.Sejak kejadian malam itu, kesibukan di kantorku yang luar biasa membuatku sering pulang larut malam. Kepenatanku selalu membuatku langsung tertidur lelap. Kesibukan ini bahkan membuat aku jarang bisa berkomunikasi dengan Tati. Walaupun begitu, sering juga aku mempergunakan waktu makan siangku untuk mampir ke rumah dengan maksud untuk melakukan seks during lunch. Sayang, di waktu tersebut ternyata Ayah Anto senantiasa dalam keadaan bangun sehingga niatku tak pernah kesampaian. Namun suatu hari aku cukup beruntung walaupun orang tua itu tidak tidur. Aku mendapat apa yang kuinginkan.

    Tati diminta oleh Ayah Anto untuk mengambil sesuatu di kamarnya. Melihat peluang itu, aku diam-diam mengikutinya dari belakang. Kamar ayah Anto memang tidak terlihat dari tempat di mana orang tua itu biasa duduk. Sesampainya di kamar kuraih pinggang semampai perawat itu dari belakang. Tati terkejut dan tertawa kecil ketika sadar siapa yang memeluknya dan tanpa basa-basi langsung menyambut ciumanku dengan bibirnya yang mungil itu sambil dengan buas mengulum lidahku. Ia memang sudah tidak malu-malu lagi seperti awal pertemuan kami. Janda cantik itu sudah menunjukkan karakternya sebagai seorang pecinta sejati yang tanpa malu-malu lagi menunjukkan kebuasan gairahnya. Kadang aku tidak mengerti, kenapa suaminya tega meninggalkannya. Namun analisaku mengatakan, suaminya tak mampu mengimbangi gejolak gairah Tati di atas ranjang dan untuk menutupi rasa malu yang terus menerus terpaksa ia meninggalkan perempuan muda itu untuk hidup bersama dengan perempuan lain yang lebih ‘low profile’. Aku memang belum sempat menanyakan pada Tati bagaimana ia menyalurkan kebutuhan biologisnya di saat menjanda. Aku berpikir, bawa masturbasi adalah jalan satu-satunya.


    Kami berdua masih saling berciuman dengan ganas ketika dengan sigap aku menyelipkan tanganku ke balik baju perawatnya yang putih itu. Sungguh terkejut ketika aku sadar bahwa ia sama sekali tidak memakai BH sehingga dengan mudahnya kuremas buah dada kanannya yang ranum itu.Kok ngga pakai BH Mbak..?” Sambil menggelinjang dan mendesah, ia menjawab sambil tersenyum nakal.Supaya gampang diremas sama kamu..”. Benar-benar jawaban yang menggemaskan! Kembali kukulum bibir dan lidahnya yang menggairahkan itu sambil dengan cepat kubuka kancing bajunya yang pertama, kedua, dan ketiga. Lalu tanpa membuang waktu kutundukkan kepalaku, dengan tangan kananku kukeluarkan buah dada kanannya dan kuhisap sedemikian rupa sehingga hampir setengahnya masuk ke dalam mulutku. Tati mulai mengerang kegelian, “Ouhh.., geli Mas.., geliii.., ahh..”. Sejak kejadian malam itu, ia memang membiasakan dirinya untuk memanggilku Mas. Sambil menggelinjang dan merintih, tangan kanan Tati mulai mengelus-elus bagian depan celana kantorku.

    Penisku yang terletak tepat di baliknya terasa semakin menegang dan menegang. Jari-jari lentik perempuan itu berusaha untuk mencari letak kepala penisku untuk kemudian digosok-gosoknya dari luar celana. Sensasi itu membuat nafasku semakin memburu seperti layaknya nafas kuda yang tengah berlari kencang. Seakan tak mau kalah darinya, tangan kiriku berusaha menyingkap rok janda muda itu dan dengan sigap kugosokkan jari-jemariku di celana dalamnya. Tepat diatas vaginanya, celana dalam Tati terasa sudah basah. Sungguh hebat! Hanya dalam beberapa menit saja, ia sudah sedemikian terangsangnya sehingga vaginanya sudah siap untuk dimasuki oleh penisku.

    Tanpa membuang waktu kuturunkan celana dalam tipis yang kali ini berwarna hitam, kudorong tubuh montok perawat itu ke dinding, lalu kuangkat paha kanannya sehingga dengkulnya menempel di pinggangku. Dengan sigap pula kubuka ritsluiting celanaku dan kukeluarkan penisku yang sudah sangat tegang dan besar itu. Tati sudah nampak pasrah. Ia hanya bersender di dinding sambil memejamkan matanya dan memeluk bahuku.
    “Tatiii.., mana minyak tawonnya.., kok lama betuul…”. Suara orang tua itu terdengar dengan keras. Sungguh menjengkelkan. Tati sempat terkejut dan nampak panik ketika kemudian aku berbisik, “Tenang Mbak.., jawab aja.., kita selesaikan dulu ini.., kamu mau kan?” Ia mengangguk seraya tersenyum manis.
    “Sebentar Pak..”, teriaknya. Minyak tawonnya keselip entah ke mana.., ini lagi dicari kok…”. Ia tertawa cekikikan, geli mendengar jawaban spontannya sendiri. Namun tawanya itu langsung berubah menjadi jerikan erotis kecil ketika kupukul-pukulkan kepala penisku ke selangkangannya.

    Perlahan-lahan kutempelkan kepala penisku itu di pintu vaginanya. Sambi kuputar-putar kecil kudorong pinggulku perlahan-lahan. Tati ternganga sambil terengah-engah, “aahh.., aahh.., ouhh.., Mas.., besar sekali.., pelan-pelan Mas..pelan-pelanhh..”, dan, “aa…”. Tati menjerit kecil ketika kumasukkan seluruh penisku ke dalam vaginanya yang becek dan terasa sangat sempit dalam posisi berdiri ini. Aku menyodokkan penisku maju mundur dengan gerakan yang percepatannya meningkat dari waktu ke waktu. Tubuh Tati terguncang-guncang, buah dadanya bergayut ke kiri dan kanan dan jeritannya semakin menjadi-jadi.

    Aku sudah tak peduli kalau ayah Anton sampai mendengarkan jeritan perempuan itu. Nafsuku sudah naik ke kepala. Janda muda ini memang memiliki daya pikat seks yang luar biasa. Walaupun ia hanya seorang perawat, namun kemulusan dan kemontokan badannya sungguh setara dengan perempuan kota jaman sekarang. Sangat terawat dan nikmat sekali bila digesek-gesekkankan di kulit kita. Gerakan pinggulku semakin cepat dan semakin cepat. Mulutku tak puas-puasnya menciumi dan menghisap puting buah dadanya yang meruncing panjang dan keras itu. Buah dadanya yang kenyal itu hampir seluruhnya dibasahi oleh air liurku. Aku memang sedang nafsu berat. Aku merasakan bahwa sebentar lagi aku akan orgasme dan bersamaan dengan itu juga tubuh Tati menegang.
    Kupercepat gerakan pinggulku dan tiba-tiba, “aahh.., Mas.., Masss…, aku keluarrr.., aahh”, Jeritnya. Saat itu juga kusodokkan penisku ke dalam vagina janda muda itu sekeras-kerasnya dan, “Craat.., craatt.., craat”.
    “Ahh…, Mbaak”, erangku sambil meringis menikmati puncak orgasme kami yang waktunya jatuh bersamaan itu. Kami berpelukan sesaat dan Tati berbisik dengan suara serak.


    “Mas.., aku ngga pernah dipuasin laki-laki seperti kamu muasin saya.., kamu hebat..”. Aku tersenyum simpul.
    “Mbak., aku masih punya 1001 teknik yang bisa membuat kamu melayang ke surga ke-7.., ngga bosan kan kalo lain waktu aku praktekkan sama kamu?”. Perlahan Tati menurunkan paha kanannya dan mencabut penisku dari vaginanya. Bosan? Aku gila apa.., yang beginian ngga akan membuatku bosan.., kalau bisa tiap hari aku mau Mas..”. Benar-benar luar biasa libido perempuan ini. Beruntung aku mempunyai libido yang juga luar biasa besarnya. Sebagai partner seks, kami benar-benar seimbang.

    Setelah kejadian siang itu, aku dan Tati seperti pengantin baru saja. Tak ada waktu luang yang tak terlewatkan tanpa nafsu dan birahi. Walaupun demikian, aku tekankan pada Tati, bahwa hubungan antara aku dan dia, hanyalah sebatas hubungan untuk memuaskan nafsu birahi saja. Aku dan dia punya hak untuk berhubungan dengan orang lain. Tati si janda muda yang sudah merasakan kenikmatan seks bebas itu tentu saja menyetujuinya.
    Suatu hari, Tati masuk ke dalam kamarku dan ia berkata, “Mas, aku akan mengambil cuti selama 1 bulan. Aku harus mengurusi masalah tanah warisan di kampungku..”.

    “Lha.., kalau Mbak pulang, siapa yang akan mengurusi Bapak?”, tanyaku sambil membayangkan betapa kosongnya hari-hariku selama sebulan ke depan. Mas Anto bilang, akan ada adik Bapak yang akan menggantikan aku selama 1 bulan.., namanya Mbak Ine.., dia ngga kimpoi.., umurnya sudah hampir 40 tahun.., orangnya baik kok.., cerewet.., tapi ramah..”. Yah apa boleh buat, aku terpaksa kehilangan seorang teman berhubungan seks yang sangat menggairahkan. Hitung-hitung cuti 1 bulan.., atau kalau berpikir positif.., its time to look for a new partner!!!
    Hari ini adalah hari ke lima setelah kepergian Tati. Mbak Ine, pengganti sementara Tati, ternyata adalah adik ipar ayah Anto. Jadi, adik istri si bapak tua itu. Mbak Ine adalah seorang perempuan Sunda yang ramah. Wajahnya lumayan cantik, kulitnya berwarna hitam manis, badannya agak pendek dan bertubuh montok. Ukuran buah dadanya besar. Jauh lebih besar dari Tati dan senantiasa berdandan agak menor. Wanita yang berumur hampir 40 tahun itu mengaku belum pernah menikah karena merasa bahwa tak ada laki-laki yang bisa cocok dengan sifatnya yang avonturir. Saat ini ia bekerja secara freelance di sebuah stasiun televisi sebagai penulis naskah. Kemampuan bergaulku dan keramahannya membuat kami cepat sekali akrab.

    Lagi-lagi, kamarku itu kini menjadi markas curhatnya Mbak Ine. Panggil saya teh Ine aja deh..”, katanya suatu kali dengan logat Bandungnya yang kental.Kalau gitu panggil saya Rafi aja ya teh.., ngga usah pake pak pak-an segala..”, balasku sambil tertawa. Baru 5 hari kami bergaul, namun sepertinya kami sudah lama saling mengenal. Kami seperti dua orang yang kasmaran, saling memperhatikan dan saling bersimpati. Persis seperti cinta monyet ketika kita remaja. Saat itu seperti biasa, kami sedang ngobrol santai dari hati ke hati sambil duduk di atas ranjangku. Aku memakai baju kaos dan celana pendek yang ketat sehingga tanpa kusadari tekstur penis dan testisku tercetak dengan jelas. Bila kuperhatikan, beberapa kali tampak teh Ine mencuri-curi melirik selangkanganku yang dengan mudah dilihatnya karena aku duduk bersila. Aku sengaja membiarkan keadaan itu berlangsung. Malah kadang-kadang dengan sengaja aku meluruskan kedua kakiku dengan posisi agak mengangkang sehingga cetakan penisku makin nyata saja di celanaku.

    Sesekali, ditengah obrolan santai itu, tampak teh Ine melirik selangkanganku yang diikuti dengan nafasnya yang tertahan. Kenapa aku melakukan hal ini? Karena libidoku yang luar biasa, aku jadi tertantang untuk bisa meniduri teh Ine yang aku yakini sudah tak perawan lagi karena sifatnya yang avonturir itu. Dan lagi, dari sifatnya yang ramah, ceria, cerewet dan petualang itu, aku yakin di balik tubuh montok perempuan setengah baya tersimpan potensi libido yang tak kalah besar dengan Tati. Juga, gayanya dalam bergaul yang mudah bersentuhan dan saling memegang lengan sering membuat darahku berdesir. Apalagi kalau aku sedang dalam keadaan libido tinggi.
    Saat ini, teh Ine mengenakan daster berwarna putih tipis sehingga tampak kontras dengan warna kulitnya yang hitam manis itu. Belahan buah dadanya yang besar itu menyembul di balik lingkaran leher yang berpotongan rendah di bagian dada. Dasternya sendiri berpola terusan hingga sebatas lutut sehingga ketika duduk, pahanya yang montok itu terlihat dengan jelas. Aku selalu berusaha untuk bisa mengintip sesuatu yang terletak di antara kedua paha teh Ine. Namun karena posisi duduknya yang selalu sopan, aku tak dapat melihat apa-apa.
    Bukan main! Ternyata seorang wanita berusia 40-an masih mempunyai daya tarik sexual yang tinggi. Terus terang, baru kali ini aku berani berfantasi mengenai hubungan seks dengan teh Ine. Sementara ia bercerita tentang masa mudanya, pikiranku malah melayang dan membayangkan tubuh teh Ine sedang duduk di hadapanku tanpa selembar benangpun. Alangkah menggairahkannya. Aku seperti bisa melihat dengan jelas seluruh lekuk tubuhnya yang mulus tanpa cacat. Tanpa sadar, penisku menegang dan cairan madzi di ujungnya pun mulai keluar. Celanaku tampak basah di ujung penisku, dan cetakan penis serta testisku semakin jelas saja tercetak di selangkangan celanaku.


    Membesarnya penisku ternyata tak lepas dari perhatian teh Ine. Tampak jelas terlihat matanya terbelalak melihat ukuran penisku yang membesar dan tercetak jelas di celana pendekku. Obrolan kami mendadak terhenti karena beberapa saat teh Ine masih terpaku pada selangkanganku.
    “Kunaon teh..?”, tanyaku memancing.

    “Eh.., enteu.., kamu teh mikirin apa sih…?”, katanya sambil tersenyum simpul.
    “Mikirin teh Ine teh.., entah kenapa barusan saya membayangkan teh Ine nggak pakai apa-apa.., aduh indahnya teh..”, tiba-tiba saja jawaban itu meluncur dari mulutku. Aku sendiri terkejut dengan jawabanku yang sangat terus terang itu dan sempat membuatku terpaku memandang wajah teh Ine. Wajah teh Ine tampak memerah mendengar jawabanku itu. Napasnya mendadak memburu.

    Tiba-tiba teh Ine bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu. Ia menutup pintu kamarku dan menguncinya. Leherku tercekat, dan kurasakan jantungku berdegup semakin kencang. Dengan tersenyum dan sorot mata nakal ia menghampiriku dan duduk tepat di hadapan selangkanganku. Aku memang sedang dalam posisi selonjor dengan kedua kaki mengangkang.

    “Fi, kamu pingin sama teteh..? Hmm?”, Desahnya seraya meraba penis tegangku dari luar celana. Aku menelan ludah sambil mengangguk perlahan dan tersenyum. Entah mengapa, aku jadi gugup sekali melihat wajah teh Ine yang semakin mendekat ke wajahku. Tanpa sadar aku menyandarkan punggungku ke tembok di ujung ranjang dan teh Ine menggeser duduknya mendekatiku sambil tetap menekan dan membelai selangkanganku. Nafas teh Ine yang semakin cepat terasa benar semakin menerpa hidung dan bibirku. Rasa nikmat dari belaian jemari teh Ine di selangkanganku semakin terasa keujung syaraf-syarafku. Napasku mulai memburu dan tanpa sadar mulutku mulai mengeluarkan suara erangan-erangan.

    Dengan lembut teh Ine menempelkan bibirnya di atas bibirku. Ia memulainya dengan mengecup ringan, menggigit bibir bawahku, dan tiba-tiba.., lidahnya memasuki mulutku dan berputar-putar di dalamnya dengan cepat. Langit-langit mulutku serasa geli disapu oleh lidah panjang milik perempuan setengah baya yang sangat menggairahkan itu. Aku mulai membalas ciuman, gigitan, dan kuluman teh Ine. Sambil berciuman, tangan kananku kuletakkan di buah dada kiri teh Ine. Uh.., alangkah besarnya.., walaupun masih ditutupi oleh daster, keempukan dan kekenyalannya sudah sangat terasa di telapak tanganku.

    Dengan cepat kuremas-remas buah dada teh Ine itu, “Emph.., emph..”, rintihnya sambil terus mengulum lidahku dan menggosok-gosok selangkanganku. Mendadak teh Ine menghentikan ciumannya. Ia menahan tanganku yang tengah meremas buah dadanya dan berkata, “Fi, sekarang kamu diam dulu yah.., biar teteh yang duluan..”.
    Tiba-tiba dengan cepat teh Ine menarik celana pendekku sekalian dengan celana dalamku. Saking cepatnya, penisku yang menegang melejit keluar. Sejenak teh Ine tertegun menatap penisku yang berdiri tegak laksana tugu monas itu. “Gusti Rafi.., ageung pisan..”, bisiknya lirih. Dengan cepat teh Ine menundukkan kepalanya, dan seketika tubuhku terasa dialiri oleh aliran listrik yang mengalir cepat ketika mulut teh Ine hampir menelan seluruh penisku. Terasa ujung penisku itu menyentuh langit-langit belakang mulut teh Ine. Dengan sigap teh Ine memegang penisku sementara lidahnya memelintir bagian bawahnya. Kepala teh Ine naik turun dengan cepat mengiringi pegangan tangannya dan puntiran lidahnya.

    Aku benar-benar merasa melayang di udara ketika teh Ine memperkuat hisapannya. Aku melirik ke arah kaca riasku, dan di sana tampak diriku terduduk mengangkang sementara teh Ine dengan dasternya yang masih saja rapi merunduk di selangkanganku dan kepalanya bergerak naik turun. Suara isapan, jilatan dan kecupan bibir perempuan montok itu terdengar dengan jelas. Kenikmatan ini semakin menjadi-jadi ketika kurasakan teh Ine mulai meremas-remas kedua bola testisku secara bergantian. Perutku serasa mulas dan urat-urat di penisku serasa hendak putus karena tegangnya. Teh Ine tampak semakin buas menghisapi penisku seperti seseorang yang kehausan di padang pasir menemukan air yang segar. Jari-jemarinyapun semakin liar mempermainkan kedua testisku. “Slurrp.., Cuph.., Mphh..”. Suara kecupan-kecupan di penisku semakin keras saja.

    Nafsuku sudah naik ke kepala. Aku berontak untuk berusaha meremas kedua buah dada montok dan besar milik wanita lajang berusia setengah baya itu, namun tangan teh Ine dengan kuat menghalangi tubuhku dan iapun semakin gila menghisapi dan menjilati penisku. Aku mulai bergelinjang-gelinjang tak karuan.
    “Teh Ine.., teeeh…, gantian dongg.., please.., saya udah ngga kuaat…, aahh.., sss..”, erangku seakan memohon. Namun permintaanku tak digubrisnya. Kedua tangan dan mulutnya semakin cepat saja mengocok penisku. Terasa seluruh syaraf-syarafku semakin menegang dan menegang, degup jantungku berdetak semakin kencang.. napaskupun makin memburu.

    “Oohh…, Teh Ine.., Teh Ineee…, aahh….”, Aku berteriak sambil mengangkat pinggulku tinggi-tinggi dan, “Crat.., craat.., craat”, aku memuncratkan spermaku di dalam mulut teh Ine. Dengan sigap pula teh Ine menelan dan menjilati spermaku seperti seorang yang menjilati es krim dengan nikmatnya. Setiap jilatan teh Ine terasa seperti setruman-setruman kecil di penisku. Aku benar-benar menikmati permainan ini.., luar biasa teh Ine, “Enak Fi..? Hmm?”, teh Ine mengangkat kepalanya dari selangkanganku dan menatapku dengan senyum manisnya, tampak di seputar mulutnya banyak menempel bekas-bekas spermaku.

    “Fuhh nikmatnya sperma kamu Fi..” Bisiknya mesra seraya menjilat sisa-sisa spermaku di bibirnya.
    “Obat awet muda ya teh..”, kataku bercanda.
    “Yaa gitulah…, antosan sekedap nya? Biar teteh ambilkan minum buat kamu”. Oh my God.., benar-benar seorang wanita yang penuh pengabdian, dia belum mengalami orgasme apa-apa tapi perhatiannya pada pasangan lelakinya luar biasa besar, sungguh pasangan seks yang ideal! Kenyataan itu saja membuat rasa simpati dan birahiku pada teh Ine kembali bergejolak. Teh Ine kembali dari luar membawa segelas air.
    “Minum deh.., biar kamu segeran..”.
    “Nuhun teh.., tapi janji ya abis ini giliran saya muasin teteh..”. Aku meneguk habis air dingin buatan teh Ine dan saat itu pula aku merasakan kejantananku kembali. Birahiku kembali bergejolak melihat tubuh montok teh Ine yang ada di hadapanku.

    Aku meraih tangan teh Ine dan dengan sekali betot kubaringkan tubuhnya yang molek itu di atas ranjang.
    “Eeehh.., pelan-pelan Fi..”, teriak teh Ine dengan geli.
    “Teteh mau diapain sih… “, lanjutnya manja. Tanpa menjawab, aku menindih tubuh montok itu, dan sekejap kurasakan nikmatnya buah dada besar itu tergencet oleh dadaku. Juga, syaraf-syaraf sekitar pinggulku merasakan nikmatnya penisku yang menempel dengan gundukan vaginanya walaupun masih ditutupi oleh daster dan celana dalamnya.
    Kupandangi wajah teh Ine yang bundar dan manis itu. Kalau diperhatikan, memang sudah terdapat kerut-kerut kecil di daerah mata dan keningnya. Tapi peduli setan! Teh Ine adalah seorang wanita setengah baya yang paling menggairahkan yang pernah kulihat. Pancaran aura sexualnya sungguh kuat menerangi sanubari lelaki yang memandangnya.
    “Teteh mau tau apa yang ingin saya lakukan terhadap teteh?”, Kataku sambil tersenyum.
    “Saya akan memperkosa teteh sampai teteh ketagihan”.


    Lalu dengan ganas, aku memulai menciumi bibir dan leher teh Ine. Teh Inepun dengan tak kalah ganasnya membalas ciuman-ciumanku. Keganasan kami berdua membuat suasana kamarku menjadi riuh oleh suara-suara kecupan dan rintihan-rintihan erotis. Dengan tak sabar aku menarik ritsluiting daster teh Ine, kulucuti dasternya, BH-nya, dan yang terakhir.., celana dalamnya. Wow.., sebuah gundukan daging tanpa bulu sama sekali terlihat sangat menantang terletak di selangkangan teh Ine. My God.., alangkah indahnya vagina teh Ine itu.., tak pernah kubayangkan bahwa ia mencukur habis bulu kemaluannya.
    “Kamu juga buka semua dong Fi”, rengeknya sambil menarik baju kaosku ke atas. Dalam sekejap, kami berdua berdua berpelukan dan berciuman dengan penuh nafsu dalam keadaan bugil! Sambil menindih tubuhnya yang montok itu, bibirku menyelusuri lekuk tubuh teh Ine mulai dari bibir, kemudian turun ke leher, kemudian turun lagi ke dada, dan terus ke arah puting susu kirinya yang berwarna coklat kemerah-merahan itu. Alangkah kerasnya puting susunya, alangkah lancipnnya.., dan mmhh.., seketika itu juga kukulum, kuhisap dan kujilat puting kenyal itu.., karena gemasnya, sesekali kugigit juga puting itu.

    “Auuhh.., Fi.., gellii.., sss.., ahh”, rintihnya ketika gigitanku agak kukeraskan. Badan montoknya mulai mengelinjang-gelinjang ke sana k emari.., dan mukanya menggeleng-geleng ke kiri dan ke kanan. Sambil menghisap, tangan kananku merayap turun ke selangkangannya. Dengan mudah kudapati vaginanya yang besar dan sudah sangat becek sekali. Akupun dengan sigap memain-mainkan jari tenganku di pintu vaginanya. “Crks.., crks.., crks”, terdengar suara becek vagina teh Ine yang berwarna lebih putih dari kulit sekitarnya. Ketika jariku mengenai gundukan kecil daging yang mirip dengan sebutir kacang, ketika itu pula wanita setengah baya itu menjerit kecil.
    “Ahh.., geli Fi.., gelli”, Putaran jariku di atas clitoris teh Ine dan hisapanku pada kedua puting buah dadanya makin membuat lajang montok berkulit hitam manis itu semakin bergelinjang dengan liar.
    “Fi.., masukin sekarang Fi.., sekarang.., please.., teteh udah nggak tahan..ahh..”. Kulihat wajah teh Ine sudah meringis seperti orang kesakitan. Ringisan itu untuk menahan gejolak orgasmenya yang sudah hampir mencapai puncaknya. Dengan sigap kuarahkan penisku ke vagina montok milik teh Ine.., kutempelkan kepala penisku yang besar tepat di bawah clitorisnya, kuputar-putarkan sejenak dan teh Ine meresponnya dengan mengangkangkan pahanya selebar-lebarnya untuk memberi kemudahan bagiku untuk melakukan penetrasi.., saat itu pula kusodokkan pantatku sekuat-kuatnya dan, “Blesss”, masuk semuanya!
    “Aahh….” Teh Ine menjerit panjang.., “Besar betul Fi.., auhh…., besar betuull…, duh gusti enaknya.., aahh..”. Dengan penuh keganasan kupompa penisku keluar masuk vagina teh Ine. Dan iapun dengan liarnya memutar-mutar pinggulnya di bawah tindihanku. Astaga.., benar-benar pengalaman yang luar biasa! Bahkan keliaran teh Ine melebihi ganasnya Mbak Tati.., luar biasa!

    Kedua tubuh kami sudah sangat basah oleh keringat yang bercampur liur. Kasurkupun sudah basah di mana-mana oleh cairan mani maupun lendir yang meleleh dari vagina teh Ine, namun entah kekuatan apa yang ada pada diri kami…, kami masih saling memompa, merintih, melenguh, dan mengerang. Bunyi ranjangkupun sudah tak karuan.., “Kriet.., kriet.., krieeet”, sesuai irama goyangan pinggul kami berdua. Penisku yang besar itu masih dengan buasnya menggesek-gesek vagina teh Ine yang terasa sempit namun becek itu.
    Setelah lebih dari 15 menit kami saling memompa, tiba-tiba kurasakan seluruh tubuh teh Ine menegang.
    “Fi.., Fi.., Teteh mau keluar..”.
    “Iya teh, saya juga.., kita keluar sama-sama teh…”, Goyanganku semakin kupercepat dan pada saat yang bersamaan kami berdua saling berciuman sambil berpelukan erat.., aku menancapkan penisku dalam-dalam dan teh Ine mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi…, “Crat.., crat.., crat.., crat”, kami berdua mengerang dengan keras sambil menikmati tercapainya orgasme pada saat yang bersamaan. Kami sudah tak peduli bila seisi rumah akan mendengarkan jeritan-jeritan kami, karena aku yakin teh Inepun tak pernah merasakan kenikmatan yang luar biasa ini sepanjang hidupnnya.
    “Ahh.., Fi.., kamu hebaat.., kamu hebaathh.., hh.., Teteh ngga pernah ngerasain kenikmatan seperti ini”.
    “Saya juga teh.., terima kasih untuk kenikmatan ini..”, Kataku seraya mengecup kening teh Ine dengan mesra.
    “Mau tau suatu rahasia Fi?”, tanyanya sambil membelai rambutku, “Teteh sudah lima tahun tidak bersentuhan dengan laki-laki.., tapi entah kenapa, dalam 5 hari bergaul dengan kamu.., teteh tidak bisa menahan gejolak birahi teteh.., ngga tau kenapa.., kamu itu punya aura seks yang luar biasa..”. Teh Ine bangkit dari ranjangku dan mengambil sesuatu dari kantong dasternya. Sebutir pil KB.

    “Seperti punya fitasat, teteh sudah minum pil ini sejak 3 hari yang lalu..”, katanya tersenyum, “Dan akan teteh minum selama teteh ada di sini..”, Teh Ine mengerdipkan matanya padaku dengan manja sambil memakai dasternya.
    “Selamat tidur sayang…”, Teh Ine melangkah keluar dari kamarku.
    Teh Ine memang luar biasa. Ia bukan saja dapat menggantikan kedudukan Tati sebagai partner seks yang baik, tetapi juga memberi sentuhan-sentuhan kasih sayang keibuan yang luar biasa. Aku benar-benar dimanja oleh wanita setengah baya itu. Fantasi sexualnya juga luar biasa. Mungkin itu pengaruh dari pekerjaannya sebagai penulis cerita drama. Coba bayangkan, ia pernah memijatku dalam keadaan bugil, kemudian sambil terus memijat ia bisa memasukkan penisku ke dalam vaginanya, dan aku disetubuhi sambil terus menikmati pijatan-pijatannya yang nikmat. Ia juga pernah meminta aku untuk menyetubuhinya di saat ia mandi pancuran di kamar mandi dan kami melakukannya dengan tubuh licin penuh sabun.
    Dan yang paling sensasional adalah.., Sore itu aku sudah berada di rumah. Karena load pekerjaan di kantorku tidak begitu tinggi, aku sengaja pulang cepat. Selesai mandi aku duduk di meja makan sambil menikmati pisang goreng buatan teh Ine. Perempuan binal itu memang luar biasa. Ia melayaniku seperti suaminya saja. Segala keperluan dan kesenanganku benar-benar diperhatikan olehnya. Seperti biasa, aku mengenakan baju kaos buntung dan celana pendek longgar kesukaanku dan (seperti biasa juga) aku tidak menggunakan celana dalam. Kebiasaan ini kumulai sejak adanya teh Ine di rumah ini, karena bisa dipastikan hampir tiap hari aku akan menikmati tubuh sintal adik ipar ayah si Anto itu.

    Sore itu sambil menikmati pisang goreng di meja makan, aku bercakap-cakap dengan ayah Anto. Orang tua itu duduk di pojok ruangan dekat pintu masuk untuk menikmati semilirnya angin sore kota Bandung. Jarak antara aku dengannya sekitar 6 meter. Sambil bercakap-cakap mataku tak lepas dari teh Ine yang mondar mandir menyediakan hidangan sore bagi kami. Entah ke mana PRT kami saat itu. Teh Ine mengenakan celana pendek yang ditutupi oleh kaos bergambar Mickey Mouse berukuran ekstra besar sehingga sering tampak kaos itu menutupi celana pendeknya yang memberi kesan teh Ine tidak mengenakan celana. Aku berani bertaruh perempuan itu tidak menggunakan BH karena bila ia berjalan melenggang, tampak buah dadanya bergayut ke atas ke bawah, dan di bagian dadanya tercetak puting buah dadanya yang besar itu. Tanpa sadar batang penisku mulai membesar.
    Setelah selesai dengan kesibukannya, teh Ine duduk di sebelah kiriku dan ikut menikmati pisang goreng buatannya. Kulihat ia melirik ke arahku sambil memasukkan pisang goreng perlahan-lahan ke dalam mulutnya. Sambil mengerdipkan matanya, ia memasukkan dan mengeluarkan pisang goreng itu dan sesekali menjilatnya. Sambil terus berbasa basi dengan orang tua Anto, aku menelan ludah dan merasakan bahwa urat-urat penisku mulai mengeras dan kepala penisku mulai membesar. Tiba-tiba kurasakan jari-jemari kanan teh Ine menyentuh pahaku. Lalu perlahan-lahan merayap naik sampai di daerah penisku. Dengan gemas teh Ine meremas penis tegangku dari luar celanaku sehingga membuat cairan beningku membuat tanda bercak di celanaku.
    Setelah beberapa lama meremas-remas, tangan itu bergerak ke daerah perut dan dengan cepat menyelip ke dalam celana pendekku. Aku sudah tidak tahu lagi apa isi percakapan orang tua Anto itu. Beberapa kali ia mengulangi pertanyaannya padaku karena jawabanku yang asal-asalan. Degup jantungku mulai meningkat. Jemari lentik itu kini sudah mencapai kedua bolaku. Dengan jari telunjuk dan tengah yang dirapatkan, perempuan lajang itu mengelus-elus dan menelusuri kedua bolaku.., mula-mula berputar bergantian kiri dan kanan kemudian naik ke bagian batang.., terus bergerak menelusuri urat-urat tegang yang membalut batang kerasku itu, “sss…, teteh..”. Aku berdesis ketika kedua jarinya itu berhenti di urat yang terletak tepat di bawah kepala penisku.., itu memang daerah kelemahanku.., dan perempuan sintal ini mengetahuinya.., kedua jemarinya menggesek-gesekkan dengan cepat urat penisku itu sambil sesekali mencubitnya.


    “aahh…”, erangku ketika akhirnya penisku masuk ke dalam genggamannya.
    “Kenapa Rafi?”, Orang tua yang duduk agak jauh di depanku itu mengira aku mengucapkan sesuatu.
    “E.., ee…, ndak apa-apa Pak..”, Jawabku tergagap sambil kembali meringis ketika teh Ine mulai mengocok penisku dengan cepat. Gila perempuan ini! Dia melakukannya di depan kakaknya sendiri walaupun tidak kelihatan karena terhalang meja.
    “Saya cuma merasa segar dengan udara Bandung yang dingin ini..”, Jawabku sekenanya.
    “Ooo begitu.., saya pikir kamu sakit perut.., habis tampangmu meringis-meringis begitu..”, Orang tua itu terkekeh sambil memalingkan mukanya ke jalan raya.
    Begitu kakaknya berpaling, teh Ine dengan cepat merebahkan kepalanya ke pangkuanku sehingga dari arah ayah Anto, teh Ine tak tampak lagi. Dengan cepat tangannya memelorotkan celanaku sehingga penisku yang masih digenggamnya dengan erat itu terasa dingin terterpa angin. Sejenak perempuan itu memandang penis besarku itu.., ia selalu memberikan kesempatan pada matanya untuk menikmati ukuran dan kekokohannya. Kemudian teh Ine menjulurkan lidahnya dan mulai menjilat mengelilingi lubang penisku.., kemudian ia memasukkan ujung lidahnya ke ujung lubang penisku dan mengecap cairan beningku.., lalu lidahnya diturunkan lagi-lagi ke urat di bawah penisku. Aku mulai menggelinjang-gelinjang tak karuan, walaupun dengan hati-hati takut ketahuan oleh kakak teh Ine yang duduk di depanku. Tanganku mulai meraba-raba buah dadanya yang besar itu dan meremasnya dengan gemas, “sss.., teeehh..”, desisku agak keras ketika perempuan itu dengan kedua bibirnya menyedot urat di bawah kepala penisku itu.., sementara tangannya meremas-remas kedua bolaku…, aawwww nikmatnya…, aku begitu terangsang sehingga seluruh pori-pori kulitku meremang dan mukaku berwarna merah. Aku sudah dalam tahap ingin menindih dan sesegera mungkin memasukkan penisku ke dalam vagina perempuan ini tapi semua itu tak mungkin kulakukan di depan kakaknya yang masih duduk di depanku menikmati lalu lalang kendaraan di depan rumahnya.

    Tiba-tiba bibir teh Ine bergerak dengan cepat ke kepala penisku.., sambil terus kupermainkan putingnya kulihat ia membuka mulutnya dengan lebar dan tenggelamlah seluruh penisku ke dalam mulutnya. Aku kembali mendesis dan meringis sambil tetap duduk di meja makan mendengarkan ocehan orang tua Anto yang kembali mengajakku berbincang. Mulut teh Ine dengan cepat menghisap dan bergerak maju mundur di penisku. Tanganku menarik dasternya ke atas dari arah punggung sehingga terlihatlah pantatnya yang mulus tidak ditutupi oleh selembar benangpun. Aku ingin menjamah vaginanya, ingin rasanya kumasukkan jari-jariku dengan kasar ke dalamnya dan kukocok-kocok dengan keras tapi aku sudah tak kuat lagi. Jilatan lidah, kecupan, dan sedotan teh Ine di penisku membuat seluruh syarafku menegang.
    Tiba-tiba kujambak rambut teh Ine dan kutekan sekuat-kuatnya sehingga seluruh penisku tenggelam ke dalam mulutnya. Kurasakan ujung penisku menyentuh langit-langit tenggorokan teh Ine dan, “Creeet…, creeett…, creeettt”, menyemburlah cairan maniku ke mulut teh Ine.

    “Ahh…, aahh.., aahh.., tetteeehh…”, Aku meringis dan mendesis keras ketika cairan maniku bersemburan ke dalam mulut teh Ine. Perempuan itu dengan lahap menjilati dan menelan seluruh cairanku sehingga penisku yang hampir layu kembali sedikit menegang karena terus-terusan dijilat. Aku memejamkan mataku.., gilaa.., permainan ini benar-benar menakjubkan. Ada rasa was-was karena takut ketahuan, tapi rasa was-was itu justru meningkatkan nafsuku. Teh Ine memandang penisku yang sudah agak mengecil namun tetap saja dalam posisi tegak.
    “Luar biasa…”, Bisiknya, “Siap-siap nanti malam yah?” Katanya sambil bangkit dan beranjak ke dapur.
    Aku cukup kagum dengan prestasi yang kucapai di rumah ini. Baru 2 bulan di Bandung, aku sudah bisa meniduri 2 orang wanita yang sudah lama tidak pernah menikmati sentuhan lelaki. Dan wanita-wanita itu, aku yakin akan selalu termimpi-mimpi akan besar dan nikmatnya gesekan penisku di dalam vagina mereka !!

  • Video Bokep Eropa lagi ngocok bareng pacar ketahuan ibuku

    Video Bokep Eropa lagi ngocok bareng pacar ketahuan ibuku


    2615 views

  • Foto Ngentot Alessandra Jane dengan pacarnya ditepi kolam renang

    Foto Ngentot Alessandra Jane dengan pacarnya ditepi kolam renang


    2614 views

    Duniabola99.com – foto pasangan muda Alessandra Jane ngentot ditepi kolam renang dan menelan semua spermanya.

  • Foto Ngentot Gina Delight sedang kacau di wajahnya dengan kekuatan

    Foto Ngentot Gina Delight sedang kacau di wajahnya dengan kekuatan


    2613 views

    Duniabola99.com – foto cewek denga pakaian santa pirang menhisap kontol dan memeknya yang berbulu lebat dibobol oleh pacarnya  diatas sofa yang kecil dan mendapatkan gaya entotan doggystyle  dan menelam banyak air mani yang dikeluarkan. Fortunebet99

  • Kisah Memek Kehangatan Skandal Perselingkuhan ini

    Kisah Memek Kehangatan Skandal Perselingkuhan ini


    2612 views

    Duniabola99.com – Sebagai pasangan suami istri muda yang baru setahun berumah tangga, kehidupan keluarga kami berjalan dengan tenang, apa adanya dan tanpa masalah.

    Saya, sebut saja Ratna (23), seorang sarjana ekonomi. Usai tamat kuliah, saya bekerja pada salah satu perusahaan jasa keuangan di Solo. Sebagai wanita, terus terang, saya juga tidak bisa dikatakan tidak menarik. Kulit tubuh saya putih bersih, tinggi 163 cm dan berat 49 kg. Sementara ukuran bra 34B. Cukup bahenol, kata rekan pria di kantor. Sementara, suami saya juga ganteng. Rio namanya. Umurnya tiga tahun diatas saya atau 26 tahun. Bergelar insinyur, ia berkerja pada perusahaan jasa konstruksi. Rio orangnya pengertian dan sabar.


    Karena sama-sama bekerja, otomatis pertemuan kami lebih banyak setelah sepulang atau sebelum berangkat kerja. Meski begitu, hari-hari kami lalui dengan baik-baik saja. Setiap akhir pekan–bila tidak ada kerja di luar kota–seringkali kami habiskan dengan makan malam di salah satu resto ternama di kota ini. Dan tidak jarang pula, kami menghabiskannya pada sebuah villa di Tawangmangu.

    Soal hubungan kami, terutama yang berkaitan dengan ‘malam-malam di ranjang’ juga tidak ada masalah yang berarti. Memang tidak setiap malam. Paling tidak dua kali sepekan, Rio menunaikan tugasnya sebagai suami. Hanya saja, karena suami saya itu sering pulang tengah malam, tentu saja ia tampak capek bila sudah berada di rumah. Bila sudah begitu, saya juga tidak mau terlalu rewel. Juga soal ranjang itu.

    Bila Rio sudah berkata, “Kita tidur ya,” maka saya pun menganggukkan kepala meski saat itu mata saya masih belum mengantuk. Akibatnya, tergolek disamping tubuh suami–yang tidak terlalu kekar itu-dengan mata yang masih nyalang itu, saya sering-entah mengapa-menghayal. Menghayalkan banyak hal. Tentang jabatan di kantor, tentang anak, tentang hari esok dan juga tentang ranjang.

    Bila sudah sampai tentang ranjang itu, seringkali pula saya membayangkan saya bergumulan habis-habisan di tempat tidur. Seperti cerita Ani atau Indah di kantor, yang setiap pagi selalu punya cerita menarik tentang apa yang mereka perbuat dengan suami mereka pada malamnya. Tapi sesungguhnya itu hanyalah khayalan menjelang tidur yang menurut saya wajar-wajar saja. Dan saya juga tidak punya pikiran lebih dari itu. Dan mungkin pikiran seperti itu akan terus berjalan bila saja saya tidak bertemu dengan Karyo. Pria itu sehari-hari bekerja sebagai polisi dengan pangkat Briptu. Usianya mungkin sudah 50 tahun. Gemuk, perut buncit dan hitam.

    Begini ceritanya saya bertemu dengan pria itu. Suatu malam sepulang makan malam di salah satu resto favorit kami, entah mengapa, mobil yang disopiri suami saya menabrak sebuah sepeda motor. Untung tidak terlalu parah betul. Pria yang membawa sepeda motor itu hanya mengalami lecet di siku tangannya. Namun, pria itu marah-marah.
    “Anda tidak lihat jalan atau bagaimana. Masak menabrak motor saya. Mana surat-surat mobil Anda? Saya ini polisi!” bentak pria berkulit hitam itu pada suami saya.


    Mungkin karena merasa bersalah atau takut dengan gertakan pria yang mengaku sebagai polisi itu, suami saya segera menyerahkan surat kendaraan dan SIM-nya. Kemudian dicapai kesepakatan, suami saya akan memperbaiki semua kerusakan motor itu esok harinya. Sementara motor itu dititipkan pada sebuah bengkel. Pria itu sepertinya masih marah. Ketika Rio menawari untuk mengantar ke rumahnya, ia menolak.

    “Tidak usah. Saya pakai becak saja,” katanya.
    Esoknya, Rio sengaja pulang kerja cepat. Setelah menjemput saya di kantor, kami pun pergi ke rumah pria gemuk itu. Rumah pria yang kemudian kami ketahui bernama Karyo itu, berada pada sebuah gang kecil yang tidak memungkinkan mobil Opel Blazer suami saya masuk. Terpaksalah kami berjalan dan menitipkan mobil di pinggir jalan.

    Rumah kontrakan Pak Karyo hanyalah rumah papan. Kecil. Di ruang tamu, kursinya sudah banyak terkelupas, sementara kertas dan koran berserakan di lantai yang tidak pakai karpet.
    “Ya beginilah rumah saya. Saya sendiri tinggal di sini. Jadi, tidak ada yang membersihkan,” kata Karyo yang hanya pakai singlet dan kain sarung.

    Setelah berbasa basi dan minta maaf, Rio mengatakan kalau sepeda motor Pak Karyo sudah diserahkan anak buahnya ke salah satu bengkel besar. Dan akan siap dalam dua atau tiga hari mendatang. Sepanjang Rio bercerita, Pak Karyo tampak cuek saja. Ia menaikkan satu kaki ke atas kursi. Sesekali ia menyeruput secangkir kopi yang ada di atas meja.


    “Oh begitu ya. Tidak masalah,” katanya.
    Saya tahu, beberapa kali ia melirikkan matanya ke saya yang duduk di sebelah kiri. Tapi saya pura-pura tidak tahu. Memandang Pak Karyo, saya bergidik juga. Badannya besar meski ia juga tidak terlalu tinggi. Lengan tangannya tampak kokoh berisi. Sementara dadanya yang hitam membusung. Dari balik kaosnya yang sudah kusam itu tampak dadanya yang berbulu. Jari tangannya seperti besi yang bengkok-bengkok, kasar.

    Karyo kemudian bercerita kalau ia sudah puluhan tahun bertugas dan tiga tahun lagi akan pensiun. Sudah hampir tujuh tahun bercerai dengan istrinya. Dua orang anaknya sudah berumah tangga, sedangkan yang bungsu sekolah di Bandung. Ia tidak bercerita mengapa pisah dengan istrinya.

    Pertemuan kedua, di kantor polisi. Setelah beberapa hari sebelumnya saya habis ditodong saat berhenti di sebuah perempatan lampu merah, saya diminta datang ke kantor polisi. Saya kemudian diberi tahu anggota polisi kalau penodong saya itu sudah tertangkap, tetapi barang-barang berharga dan HP saya sudah tidak ada lagi. Sudah dijual si penodong.

    Saat mau pulang, saya hampir bertabrakan dengan Pak Karyo di koridor kantor Polsek itu. Tiba-tiba saja ada orang di depan saya. Saya pun kaget dan berusaha mengelak. Karena buru-buru saya menginjak pinggiran jalan beton dan terpeleset. Pria yang kemudian saya ketahui Pak Karyo itu segera menyambar lengan saya. Akibatnya, tubuh saya yang hampir jatuh, menjadi terpuruk dalam pagutan Pak Karyo. Saya merasa berada dalam dekapan tubuh yang kuat dan besar. Dada saya terasa lengket dengan dadanya. Sesaat saya merasakan getaran itu. Tapi tak lama.
    “Makanya, jalannya itu hati-hati. Bisa-bisa jatuh masuk got itu,” katanya seraya melepaskan saya dari pelukannya. Saya hanya bisa tersenyum masam sambil bilang terimakasih.


    Ketika Pak Karyo kemudian menawari minum di kantin, saya pun tidak punya alasan untuk menolaknya. Sambil minum ia banyak bercerita. Tentang motornya yang sudah baik, tentang istri yang minta cerai, tentang dirinya yang disebut orang-orang suka menanggu istri orang. Saya hanya diam mendengarkan ceritanya.

    Mungkin karena seringkali diam bila bertemu dan ia pun makin punya keberanian, Pak Karyo itu kemudian malah sering datang ke rumah. Datang hanya untuk bercerita. Atau menanyai soal rumah kami yang tidak punya penjaga. Atau tentang hal lain yang semua itu, saya rasakan, hanya sekesar untuk bisa bertemu dengan berdekatan dengan saya. Tapi semua itu setahu suami saya lho. Bahkan, tidak jarang pula Rio terlibat permainan catur yang mengasyikkan dengan Pak Karyo bila ia datang pas ada Rio di rumah.

    Ketika suatu kali, suami saya ke Jakarta karena ada urusan pekerjaan, Pak Karyo malah menawarkan diri untuk menjaga rumah. Rio, yang paling tidak selama sepakan di Jakarta, tentu saja gembira dengan tawaran itu. Dan saya pun merasa tidak punya alasan untuk menolak.

    Meski sedikit kasar, tapi Pak Karyo itu suka sekali bercerita dan juga nanya-nanya. Dan karena kemudian sudah menganggapnya sebagai keluarga sendiri, saya pun tidak pula sungkan untuk berceritanya dengannya. Apalagi, keluarga saya tidak ada yang berada di Solo. Sekali waktu, saya keceplosan. Saya ceritakan soal desakan ibu mertua agar saya segera punya anak. Dan ini mendapat perhatian besar Pak Karyo. Ia antusias sekali. Matanya tampak berkilau.

    “Oh ya. Ah, kalau yang itu mungkin saya bisa bantu,” katanya. Ia makin mendekat.
    “Bagaimana caranya?” tanya saya bingung.
    “Mudah-mudahan saya bisa bantu. Datanglah ke rumah. Saya beri obat dan sedikit diurut,” kata Pak Karyo pula.
    Dengan pikiran lurus, setelah sebelumnya saya memberitahu Rio, saya pun pergi ke rumah Pak Karyo. Sore hari saya datang. Saat saya datang, ia juga masih pakai kain sarung dan singlet.

    Saya lihat matanya berkilat. Pak Karyo kemudian mengatakan bahwa pengobatan yang didapatkannya melalui kakeknya, dilakukan dengan pemijatan di bagian perut. Paling tidak tujuh kali pemijatan, katanya. Setelah itu baru diberi obat. Saya hanya diam.

    “Sekarang saja kita mulai pengobatannya,” ujarnya seraya membawa saya masuk kamarnya. Kamarnya kecil dan pengap. Jendela kecil di samping ranjang tidak terbuka. Sementara ranjang kayu hanya beralaskan kasur yang sudah menipis.

    Pak Karyo kemudian memberikan kain sarung. Ia menyuruh saya untuk membuka kulot biru tua yang saya pakai. Risih juga membuka pakaian di depan pria tua itu.
    “Gantilah,” katanya ketika melihat saya masih bengong.
    Inilah pertama kali saya ganti pakaian di dekat pria yang bukan suami saya. Di atas ranjang kayu itu saya disuruh berbaring.

    “Maaf ya,” katanya ketika tangannya mulai menekan perut saya.
    Terasa sekali jari-jari tangan yang kasar dan keras itu di perut saya. Ia menyibak bagian bawah baju. Jari tangannya menari-nari di seputar perut saya. Sesekali jari tangannya menyentuh pinggir lipatan paha saya. Saya melihat gerakannya dengan nafas tertahan. Saya berasa bersalah dengan Rio.

    “Ini dilepas saja,” katanya sambil menarik CD saya. Oops! Saya kaget.
    “Ya, mengganggu kalau tidak dilepas,” katanya pula.
    Tanpa menunggu persetujuan saya, Par Karyo menggeser bagian atasnya. Saya merasakan bulu-bulu vagina saya tersentuh tangannya. CD saya pun merosot. Meski ingin menolak, tapi suara saya tidak keluar. Tangan saya pun terasa berat untuk menahan tangannya.


    Tanpa bicara, Pak Karyo kembali melanjutkan pijatannya. Jari tangan yang kasar kembali bergerilya di bagian perut. Kedua paha saya yang masih rapat dipisahkannya. Tangannya kemudian memijati pinggiran daerah sensitif saya. Tangan itu bolak balik di sana. Sesekali tangan kasar itu menyentuh daerah klitoris saya. Saya rasa ada getaran yang menghentak-hentak. Dari mulut saya yang tertutup, terdengar hembusan nafas yang berat, Pak Karyo makin bersemangat.

    “Ada yang tidak beres di bagian peranakan kamu,” katanya.
    Satu tangannya berada di perut, sementara yang lainnya mengusap gundukan yang ditumbuhi sedikit bulu. Tangannya berputar-putar di selangkang saya itu. Saya merasakan ada kenikmatan di sana. Saya merasakan bibir vagina saya pun sudah basah. Kepala saya miring ke kiri dan ke kanan menahan gejolak yang tidak tertahankan.
    Tangan kanan Pak Karyo makin berani. Jari-jari mulai memasuki pinggir liang vagina saya.

    Ia mengocok-ngocok. Kaki saya menerjang menahan gairah yang melanda. Tangan saya yang mencoba menahan tangannya malah dibawanya untuk meremas payudara saya. Meski tidak membuka BH, namun remasan tangannya mampu membuat panyudara saya mengeras. Uh, saya tidak tahu kalau kain sarung yang saya pakai sudah merosot hingga ujung kaki. CD juga sudah tanggal. Yang saya tahu hanyalah lidah Pak Karyo sudah menjilati selangkang saya yang sudah membanjir. Terdengar suara kecipak becek yang diselingi nafas memburu Pak Karyo.

    Ini permainan yang baru yang pertama kali saya rasaran. Rio, suami saya, bahkan tidak pernah menyentuh daerah pribadiku dengan mulutnya. Tapi, jilatan Pak Karyo benar-benar membuat dada saya turun naik. Kaki saya yang menerjang kemudian digumulnya dengan kuat, lalu dibawanya ke atas. Sementara kepalanya masih terbenam di selangkangan saya.

    Benar-benar sensasi yang sangat mengasyikan. Dan saya pun tidak sadar kalau kemudian, tubuh saya mengeras, mengejang, lalu ada yang panas mengalir di vagina saya. Aduh, saya orgasme! Tubuh saya melemas, tulang-tulang ini terasa terlepas. Saya lihat Pak Karyo menjilati rembesan yang mengalir dari vagina. Lalu ditelannya. Bibirnya belepotan air kenikmatan itu. Singletnya pun basah oleh keringat. Saya memejamkan mata, sambil meredakan nafas. Sungguh, permainan yang belum pernah saya alami. Pak Karyo naik ke atas ranjang.
    “Kita lanjutkan,” katanya.

    Saya disuruhnya telungkup. Tangannya kembali merabai punggung saya. Mulai dari pundah. Lalu terus ke bagian pinggang. Dan ketika tangan itu berada di atas pantat saya, Pak Karyo mulai melenguh. Jari tangannya turun naik di antara anus dan vagina. Berjalan dengan lambat. Ketika pas di lubang anus, jarinya berhenti dengan sedikit menekan. Wow, sangat mengasyikan. Tulang-tulang terasa mengejang. Terus terang, saya menikmatinya dengan mata terpejam.

    Bila kemudian, terasa benda bulat hangat yang menusuk-nusuk di antara lipatan pantat, saya hanya bisa melenguh. Itu yang saya tunggu-tunggu. Saya rasakan benda itu sangat keras. Benar. Saat saya berbalik, saya lihat kontol Pak Karyo itu. Besar dan hitam. Tampak jelas urat-uratnya. Bulunya pun menghitam lebat.


    Mulut saya sampai ternganga ketika ujung kontol Pak Karyo mulai menyentuh bibir vagina saya. Perlahan ujungnya masuk. Terasa sempit di vagina saya. Pak Karyo pun menekan dengan perlahan. Ia mengoyangnya. Bibir vagina saya seperti ikut bergoyang keluar masuk mengikuti goyangan kontol Pak Karyo. Hampir sepuluh menit Pak Karyo asik dengan goyangannya. Saya pun meladeni dengan goyangan. Tubuh kami yang sudah sama-sama telanjang, basah dengan keringat. Kuat juga stamina Pak Karyo. Belum tampak tanda-tanda itunya akan ‘menembak’.

    Padahal, saya sudah kembali merasakan ujung vagina saya memanas. Tubuh saya mengejang. Dengan sedikit sentakan, maka muncratlah. Berkali-kali. Orgasme yang kedua ini benar-benar terasa memabukkan. Liang vagina saya makin membanjir. Tubuh saya kehilangan tenaga. Saya terkapar.

    Saya hanya bisa diam saja ketika Pak Karyo masih menggoyang. Beberapa saat kemudian, baru itu sampai pada puncaknya. Ia menghentak dengan kuat. Kakinya menegang. Dengan makin menekan, ia pun memuntahkan seluruh spermanya di dalam vagina saya. Saya tidak kuasa menolaknya. Tubuh besar hitam itu pun ambruk diatas tubuh saya. Luar biasa permainan polisi yang hampir pensiun itu. Apalagi dibandingkan dengan permainan Rio.

    Sejak saat itu, saya pun ketagihan dengan permainan Pak Karyo. Kami masih sering melakukannya. Kalau tidak di rumahnya, kami juga nginap di Tawangmangu. Meski, kemudian Pak Karyo juga sering minta duit, saya tidak merasa membeli kepuasan syahwat kepadanya. Semua itu saya lakukan, tanpa setahu Rio. Dan saya yakin Rio juga tidak tahu samasekali. Saya merasa berdosa padanya. Tapi, entah mengapa, saya juga butuh belaian keras Pak Karyo itu. Entah sampai kapan.

  • Kisah Memek Kuperkosa Adik ku Yang Nakal

    Kisah Memek Kuperkosa Adik ku Yang Nakal


    2611 views

    Duniabola99.com – Nama saya adalah Tohir, seorang anak smu yang doyan banget nge-seks dan jilatin memek seorang cewek. Aq punya adik cewek yang namanya Fina angelina. Aku dan adikku adalah anak orang kaya. Jika aku kelas 3 Smu, fina adikku saat ini duduk di kelas 3 smp mau lulus.


    Fina di sekolahny termasuk gadis, cewek yang sangat populer karena kecantikan dan kemolekan tubuhnya. Aq sebagai seorang kakaknya selalu membayangkan jika adikku yang manis dan cantik itu aku setubuhi sendiri. Pasti kontolku bakalan nut-nutan.

    Singkat kata, adikku fina memang seorang gadis yang sangat cantik dan merupakan kebanggaan orang tuaku. Selain itu dia juga sangat pandai membawa diri di hadapan orang lain sehingga semua orang menyukainya. Namun di balik semua itu, sang “putri” ini sebetulnya tidaklah perfect. Kepribadiannya yang manis ternyata hanya topeng belaka. Di dunia ini, hanya aku, kakak laki-lakinya, yang tahu akan kepribadiannya yang sesungguhnya.

    Kedua orang tuaku yang sering keluar kota untuk berbisnis selalu menitipkan rumah dan adikku kepadaku. Tapi mereka tidak tahu kalau aku kesulitan untuk mengendalikan adikku yang bandelnya bukan main. Di hadapanku, dia selalu bersikap membangkang dan seenaknya. Bila aku berkata A, maka dia akan melakukan hal yang sebaliknya. Pokoknya aku sungguh kewalahan untuk menanganinya.


    Suatu hari, semuanya berubah drastic. Hari itu adalah hari Sabtu yang tak akan terlupakan dalam hidupku. Pada akhir minggu itu, seperti biasanya kedua orang tuaku sedang berada di luar kota untuk urusan bisnis. Mereka akan kembali minggu depannya. Kebetulan, aku dan adikku juga sedang liburan panjang. Sebetulnya kami ingin ikut dengan orang tua kami keluar kota, tapi orang tuaku melarang kami ikut dengan alasan tak ingin kami mengganggu urusan bisnis mereka. Biarpun adikku kelihatan menurut, tapi aku tahu kalau dia sangat kesal di hatinya. Setelah mereka pergi, aku mencoba untuk menghiburnya dengan mengajaknya nonton DVD baru yang kubeli yaitu Harry Potter and the Order of Pheonix. Tapi kebaikanku dibalas dengan air tuba. Bukan saja dia tidak menerima kebaikanku, bahkan dia membanting pintu kamarnya di depan hidungku.

    Inilah penghinaan terakhir yang bisa kuterima. Akupun menonton DVD sendirian di ruang tamu. Tapi pikiranku tidaklah focus ke film, melainkan bagaimana caranya membalas perbuatan adikku. Di rumah memang cuma ada kami berdua. Orang tua kami berpendapat bahwa kami tidak memerlukan pembantu dengan alasan untuk melatih tanggung jawab di keluarga kami. Selintas pikiran ngawur pun melintas di benakku. Aku bermaksud untuk menyelinap ke kamar adikku nanti malam dan memfoto tubuh telanjangnya waktu tidur dan menggunakannya untuk memaksa adikku agar menjadi adik yang penurut.

    Malam itu, jam menunjukan pukul sebelas malam. Aku pun mengedap di depan pintu kamar adikku. Daun telingaku menempel di pintu untuk memastikan apa adikku sudah tertidur. Ternyata tidak ada suara TV ataupun radio di kamarnya. Memang biasanya adikku ini kalau hatinya sedang mengkal, akan segera pergi tidur lebih awal. Akupun menggunakan keahlianku sebagai mahasiswa jurusan teknik untuk membuka kunci pintu kamar adikku. Kebetulan aku memang mempunyai kit untuk itu yang kubeli waktu sedang tour ke luar negeri. Di tanganku aku mempunyai sebuah kamera digital.


    Di kamar adikku, lampu masih terang karena dia memang tidak berani tidur dalam kegelapan. Akupun berjalan perlahan menuju tempat tidurnya. Ternyata malam itu dia tidur pulas terlentang dengan mengenakan daster putih. Tanganku bergerak perlahan dan gemetar menyingkap dasternya ke atas. Dia diam saja tidak bergerak dan napasnya masih halus dan teratur. Ternyata dia memakai celana dalam warna putih dan bergambar bunga mawar. Pahanya begitu mulus dan aku pun bisa melihat ada bulu-bulu halus menyembul keluar di sekitar daerah vaginanya yang tertutup celana dalamnya.

    Kemudian aku menggunakan gunting dan menggunting dasternya sehingga akhirnya bagian payudaranya terlihat. Di luar dugaanku, ternyata dia tidak mengenakan kutang. Payudaranya tidak begitu besar, mungkin ukuran A, tapi lekukannya sungguh indah dan menantang. Jakunku bergerak naik turun dan akupun menelan ludah melihat pemandangan paling indah dalam hidupku. Kemudian dengan gemetar dan hati-hati, aku pun membuka celana dalamnya. Adikku masih tertidur pulas.

    Pemandangan indah segera terpampang di hadapanku. Sebuah hutan kecil yang tidak begitu lebat terhampar di depan mataku. Sangking terpesonanya, aku hanya bisa berdiri untuk sekian lamanya memandang dengan kamera di tanganku. Aku lupa akan maksud kedatanganku kemari. Sebuah pikiran setanpun melintas, kenapa aku harus puas hanya dengan memotret tubuh adikku. Apakah aku harus mensia-siakan kesempatan satu kali ini dalam hidupku? Apalagi aku masih perjaka ting-ting. Tapi kesadaran lain juga muncul di benakku, dia adalah adik kandungku., For God Sake. Kedua kekuatan kebajikan dan kejahatan berkecamuk di pikiranku

    Akhirnya, karena pikiranku tidak bisa memutuskan, maka aku membiarkan “adik laki-lakiku” di selangkangku memutuskan. Ternyata beliau sudah tegang siap perang. Manusia boleh berencana, tapi iblislah yang menentukan. Kemudian aku meletakan kamera di meja. Aku pun menggunakan kain daster yang sudah koyak untuk mengikat tangan adikku ke tempat tidur. Sengaja aku membiarkan kakinya bebas agar tidak menghalangi permainan setan yang akan segera kulakukan. Adikku masih juga tidak sadar kalau bahaya besar sudah mengancamnya. Aku pun segera membuka bajuku dan celanaku hingga telanjang bulat.


    Kemudian aku menundukan mukaku ke daerah selangkangan adikku. Ternyata daerah itu sangat harum, kelihatan kalau adikku ini sangat menjaga kebersihan tubuhnya. Kemudian aku pun mulai menjilati daerah lipatan dan klitoris adikku. Adikku masih tertidur pulas, tapi setelah beberapa lama, napasnya sudah mulai memburu. Semakin lama, vagina adikku semakin basah dan merekah. Aku sudah tak tahan lagi dan mengarahkan moncong meriamku ke lubang kenikmatan terlarang itu. Kedua tanganku memegang pergelangan kaki adikku dan membukanya lebar-lebar.

    Ujung kepala penisku sudah menempel di bibir vagina adikku. Sejenak, aku ragu-ragu untuk melakukannya. Tapi aku segera menggelengkan kepalaku dan membuang jauh keraguanku. Dengan sebuah sentakan aku mendorong pantatku maju ke depan dan penisku menembus masuk vagina yang masih sangat rapat namun basah itu. Sebuah teriakan nyaring bergema di kamar,” Aaaggh, aduh….uuuhh, KAK ADI, APA YANG KAULAKUKAN??” Adikku terbangun dan menjerit melihatku berada di atas tubuhnya dan menindihnya. Muka adikku pucat pasi ketakutan dan menahan rasa sakit yang luar biasa.
    Matanya mulai berkaca-kaca. Sedangkan pinggulnya bergerak-gerak menahan rasa sakit. Tangannya berguncang mencoba melepaskan diri. Begitu juga kakinya mencoba melepaskan diri dari pegangannku. Namun semua upaya itu tidak berhasil. Aku tidak berani berlama-lama menatap matanya, khawatir kalau aku akan berubah pikiran. Aku mengalihkan pandangan mataku ke arah selangkangan. Ternyata vagina adikku mengeluarkan darah, darah keperawanan.

    Aku tidak menghiraukan semua itu karena sebuah kenikmatan yang belum pernah kurasakan dalam hidupku menyerangku. Penisku yang bercokol di dalam vagina adikku merasakan rasa panas dan kontraksi otot vagina adikku. Rasanya seperti disedot oleh sebuah vakum cleaner. Aku pun segera menggerakan pinggulku dan memompa tubuh adikku. Adikku menangis dan menjerit:” Aduhh..aahh..uuhh..am..pun..ka k…lep..as..kan..pana ss…sakitt!!” “Kak..Adii..mengo..uuhh..yak.. aduh…tubuhku!!! ” Aku tidak tahan dengan rengekan adikku, karena itu aku segera menggunakan celana dalam adikku untuk menyumpal mulutnya sehingga yang terdengar hanya suara Ughh..Ahhh.


    Setelah sekitar lima belas menit, adikku tidak meronta lagi hanya menangis dan mengeluh kesakitan. Darah masih berkucuran di sekitar vaginanya tapi tidak sederas tadi lagi. Aku sendiri memeramkan mata merasakan kenikmatan yang luar biasa. Aku semakin cepat menggerakan pinggulku karena aku merasa akan segera mencapai klimaksnya. Sesekali tanganku menampar pantat adikku agar dia menggoyangkan pinggulnya sambil berkata:’ Who is your Daddy?” Sebuah dilema muncul di pikiranku. Haruskah aku menembak di dalam rahim adikku atau di luar? Aku tahu kalau aku ingin melakukannya di dalam, tapi bagaimana bila adikku hamil? Ahh… biarlah itu urusan nanti, apalagi aku tahu di mana ibuku menyimpan pil KBnya. Tiga menit kemudian..crott..crottt..akupu n menembakan cairan hangat di dalam rahim adikku. Keringat membasahi kedua tubuh kami dan darah keperawanan adikku membasahi selangkangan kami dan sprei tempat tidur

    Aku membiarkan penisku di dalam vagina adikku selama beberapa menit. Kemudian setelah puas, aku mencabut keluar penisku dan tidur terlentang di samping adikku. Aku kemudian membebaskan tangan adikku dan membuka sumpalan mulutnya. Kedua tanganku bersiap untuk menerima amukan kemarahannya. Namun di luar dugaanku, dia tidak menyerangku. Adikku hanya diam membisu seribu bahasa dan masih menangis. Posisinya masih tidur dan hanya punggungnya yang mengadapku. Aku melihat tangannya menutup dadanya dan tangan lainnya menutup vaginanya. Dia masih menangis tersedu-sedu.

    Setelah semua kepuasanku tersalurkan, baru sekarang aku bingung apa yang harus kulakukan selanjutnya. Semua kejadian ini di luar rencanaku. Aku sekarang sangat ketakutan membayangkan bagaimana kalau orang tuaku tahu. Hidupku bisa berakhir di penjara. Kemudian pandangan mataku berhenti di kamera. Sebuah ide jenius muncul di pikiranku. Aku mengambil kameranya dan segera memfoto tubuh telanjang adikku. Adikku melihat perbuatanku dan bertanya: ”Kak Adi, Apa yang kau lakukan? Hentikan, masih belum cukupkah perbuatan setanmu malam ini? Hentikan…” Tangannya bergerak berusaha merebut kameraku. Namun aku sudah memperkirakan ini dan lebih sigap. Karena tenagaku lebih besar, aku berhasi menjauhkan kameranya dari jangkauannya. Aku mencabut keluar memori card dari kameranya dan berkata: “Kalau kamu tidak mau foto ini tersebar di website sekolahmu, kejadian malam ini harus dirahasiakan dari semua orang. Kamu juga harus menuruti perintah kakakmu ini mulai sekarang.”


    Wajah adikku pucat pasi, dan air mata masih berlinang di pipinya. Kemudian dengan lemah dia mengganggukkan kepalanya. Sebuah perasaan ibaratnya telah memenangi piala dunia, bersemayam di dadaku. Aku tahu, kalau mulai malam itu aku telah menaklukan adikku yang bandel ini. Kemudian aku memerintahkan dia untuk membereskan ruangan kamarnya dan menyingkirkan sprei bernoda darah dan potongan dasternya yang koyak. Selain itu aku segera menyuruhnya meminum pil KB yang kudapat dari lemari obat ibuku. Terakhir aku menyuruhnya mandi membersihkan badan, tentu saja bersamaku. Aku menyuruhnya untuk menggunakan jari-jari lentiknya untuk membersihkan penisku dengan lembut.

    Malam itu, aku telah memenangkan pertempuran. Selama seminggu kepergian orang tuaku, aku selalu meniduri adikku di setiap kesempatan yang ada. Pada hari keempat, adikku sudah terbiasa dan tidak lagi menolakku biarpun dia masih kelihatan sedih dan tertekan setiap kali kita bercinta. Aku juga memerintahkannya untuk membersihkan rumah dan memasakan makanan kesukaanku. Aku juga memberi tugas baru untuk mulut mungil adikku dengan bibirnya yang merah merekah. Setiap malam selama seminggu ketika aku menonton TV, aku menyuruh adikku untuk memberi oral seks. Dan aku selalu menyemprotkan spermaku ke dalam mulutnya dan menyuruhnya untuk menelannya.

    Sejak itu, setiap kali ada kesempatan, aku selalu meniduri adikku. Tentu saja kami mempraktekan safe sex dengan kondom dan pil. Setelah dia lulus SMA, kami masih melakukannya, bahkan sekarang dia sudah menikmati permainan kami. Terkadang, dia sendiri yang datang memintanya. Ketika dia lulus SMA, aku yang sekarang sudah bekerja di sebuah bank bonafid dipindahkan ke Jakarta. Aku meminta orang tuaku untuk mengijinkan adikku kuliah di Jakarta. Tentu saja aku beralasan bahwa aku akan menjaganya agar adikku tidak terseret dalam pergaulan bebas. Orang tuaku setuju dan adikku juga pasrah.

  • Kisah Memek Via Cantik

    Kisah Memek Via Cantik


    2610 views

    Duniabola99.com – Sebut saja namaku Dandy 30 tahun, 170/65 berparas seperti mayoritas orang pribumi dan kata orang aku orangnya manis, atletis, hidung mancung, bertubuh sexy karena memang aku suka olah raga. Aku bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan besar di kota Surabaya dan statusku married. Perlu pembaca ketahui bahwa sebelum aku bekerja di Surabaya ini, aku adalah tergolong salah satu orang yang minder dan kuper karena memang lingkungan keluarga mendidik aku sangat disiplin dalam segala hal. Dan aku bersyukur sekali karena setelah keluar dari rumah (baca:bekerja), banyak sekali kenyataan hidup yang penuh dengan “warna-warni” serta “pernah-pernik”nya.

     


    Kisah tersebut berawal terjadi sebagai dampak seringnya aku main chatting di kantor di saat kerjaan lagi kosong. Mulai muda aku adalah termasuk seorang penggemar sex education, karna buat aku sex adalah sesuatu yang indah jika kita bisa menerjemahkannya dalam bentuk visualnya. Dan memang mulai SD, SMP sampai SMA hidup aku selalu dikelilingi cewek-cewek yang cakep karena memang aku bisa menjadi “panutan” buat mereka, itu terbukti dengan selalu terpilihnya aku menjadi ketua osis selama aku menempuh pendidikan.

    Balik pada ceritaku, dunia chatting adalah ‘accses’ untuk mengenal banyak wanita dengan segala status yang mereka miliki; mulai ABG, mahasiswi, ibu muda sampai wanita sebaya, di luar jam kantor. Dan mulai dari sinilah aku mulai mengenal apa itu “kehidupan sex having fun”.

    Suatu ketika aku chatting dengan menggunakan nickname yang menantang kaum hawa untuk pv aku, hingga masuklah seorang ibu muda yang berumur 32 tahun sebut saja namanya Via. Via yang bekerja di salah satu perusahaan swasta sebagai sekretaris dengan paras yang cantik dengan bentuk tubuh yang ideal (itu semua aku ketahui setelah Via sering kirim foto Via email aku). Kegiatan kantor aku tidak akan lengkap tanpa online sama dia setiap jam kantor dan dari sini Via sering curhat tentang kehidupan rumah tangganya. Karena kita berdua sudah sering online, Dia tidak segan-segan menceritakan kehidupan sex nya yang cenderung tidak bisa menikmati dan meraih kepuasan. Kami berdua share setiap kesempatan online maupun mungkin aku sempatkan untuk call dia.


    sampai ketika suatu hari, kami putuskan untuk jumpa darat sepulang jam kantor, aku lupa tanggal berapa tapi yang pasti hari pertemuan kami tentukan bersama hari Jum’at. Setelah menentukan dimana aku mau jemput, sepulang kantor aku langsung kendarai mobil butut starletku untuk meluncur di tempat yang janjikan. Dengan perasaan deg-deg an, sepanjang perjalanan aku berfikir secantik apakah Via yang usianya lebih tua dari aku 2 tahun. Dan pikiranku terasa semakin amburadul ketika aku bener-bener ketemu dengan Via. Wow! Aku berdecak kagum dengan kecantikan Via, tubuhnya yang sexy dengan penampilannya yang anggun membuat setiap kaum adam berdesir melihatnya. Tidak terlihat dia seorang ibu muda dengan 3 orang anak, Via adalah sosok cewek favorite aku. Mulai dari wajahnya, dadanya, pinggulnya dan alamak.. pantatnya yang sexy membuat aku menelan ludahku dalam-dalam sewaktu membayangkan bagaimana jika aku bisa bercinta dengan Via.

    Tanpa pikir panjang serta menutupi kegugupan aku. Aku memancing untuk menawarkan pergi ke salah satu motel di sudut kota (yang aku tahu dari temanku). Sepanjang perjalanan menuju hotel, jantungku berdetak kencang setiap melirik paras Via yang cantik sekali dan aku membayangkan jika aku dapat menikmati bibirnya yang tipis.. Dan sepanjang itu juga “adik kecilku” mulai bangkit dari tidurnya. Tidak lama sampailah kami di salah satu Motel, aku langsung memasukan mobilku kedalam salah satu kamar 106.

    Didalam kamar aku amat grogi sekali bertatapan dengan wajah Via..

    “Met kenal Dandy,” Via membuka obrolan.

    “hey Via..,” aku jawab dengan gugup.

    Aku sungguh tidak percaya dengan yang aku hadapi, seorang ibu rumah tangga yang cantik sekali, sampai sempat aku berfikir hanya suami yang bego jika tidak bisa menyayangi wanita secantik Via. cerita dewasa
    Kami berbicara hanya sekedar intermezo saja karena memang kami berdua tampak gugup saat pertemuan pertama tersebut. Sedangkan jantungku berdetak keras dibareng “adik kecilku” yang sudah meronta ingin unjuk gigi.


    “Dandy meskipun kita di sini, tidak apa-apakan jika kita tidak bercinta,” kata Via.

    Aku tak menjawab sepatah katapun, dengan lembut aku gapai lengannya untuk duduk di tepi ranjang. Dengan lembut pula aku rangkul dia untuk rebahan diranjang dan tanpa terasa jantungku berdetak keras, bagaikan dikomando aku menciumi leher Via yang terlihat sanagt bersih dan putih.

    “Via kamu sangat cantik sayang..,” aku berbisik.

    “Dann.. jangan please..,” desahan Via membikin aku terangsang.

    Lidahku semakin nakal menjelajahi leher Via yang jenjang.

    “Akhh Dandy..”

    Tanpa terasa tanganku memulai nakal untuk menggerayangi payudara Via yang aku rasakan mulai mengencang mengikuti jilatan lidahku dibalik telinganya.

    “Ooohh.. Danddyy..”

    Via mulai mengikuti rangsangan yang aku lakukan di dadanya. Aku semakin berani untuk melakukan yang lebih jauh..

    “Via, aku buka jas kamu ya, biar tidak kusut..,” pintaku.

    Via cuma mengikuti pergerakan tanganku untuk memreteli jasnya, sampai akhirnya dia hanya mengenakan tanktop warna hitam. Dadaku semakin naik turun, ketika pundaknya yang putih nampak dengan jelas dimukaku. Setelah jas Via terbuka, aku berusaha naik di tubuh dia, aku ciumi bibir Via yang tipis, lidahku menjelajahi bibirnya dan memburu lidah Via yang mulai terangsang dengan aktivitas aku. Tanganku yang nakal memulai menarik tanktop warna hitam dan..

    Wow.. tersembul puting yang kencang.. Tanpa pikir panjang aku melepas lumatan dibibir Via untuk kemudian mulai melpeas BH dan menjilati puting Via yang berwana kecoklatan. Satu dua kali hisapan membuat puting Via berdiri dengan kencang.. sedangkan tangan kananku memilin puting Via yang lain nya.

    “Ooohh Danndyy.. kamu nakal sekali sayang..,” rintih Via.

    Dan saat aku mulai menegang..

    “Tok.. tok.. tok.. room service.” Ahh.. sialan pikirku, menganggu saja roomboys ini. Aku meraih uang 50.000-an dikantong kemejaku dengan harapan supaya dia cepat pergi.


    Sesudah roomboy’s pergi, aku tidak memberikan kesempatan untuk Via bangkit dari pinggir. Parfum Via yang harum menambah gairah aku untuk semakin berani menjelajahi seluruh tubuhnya. Dengan bekal pengetahuan sex yang aku ketahui (baik dari majalah, film BF maupun obrolan-obrolan teman kantor), aku semakin berani berbuat lebih jauh dengan Via. Aku beranikan diri untuk mulai membuka CD yang digunakan Via, dan darahku mendesir saat melihat tidak ada sehelai rambutpun di bagian vagina Via. Tanpa berpikir lama, aku langsung menjilati, menghisap dan sesekali memasukkan lidahku ke dalam lubang vagina Via.

    “Oohh.. Dan.. nikmat.. sayang,” Via merintih kenikmatan tiap lidahku menghujam lubang vaginanya dan sesekali menekan kepalaku untuk tidak melepaskan kenikmatan itu. Dan disaat dia sedang menikmati jilatan lidahku, telunjuk jari kiriku aku masukkan dalam lubang vagina dan aku semakin tahu jika dia lebih bisa menikmati jika diperlakukan seperti itu. Terbukti Via menggeliat serta mendesah disetiap gerakan jariku keluar masuk. cerita ngentot tante

    “Aakkhh Dann.. kamu memang pintar sayang..,” desah Via.

    Disaat kocokkan jariku semakin cepat, Via sudah mulai memperlihatkan ciri-ciri orang yang mau orgasme dan sesat kemudian..

    “Dann.. sayang.. aku nggak tahan.. oohh.. Dan.. aku mau..” visa menggelinjang hebat sambil menggapit kedua pahanya sehingga kepalaku terasa sesak dibuatnya.

    “Daann.. ookkhh.. aakuu keluaarr.. crut-crut-crut.”

    Via merintih panjang saat clitorisnya memuntahkan cairan kental dan bersamaan dengan itu, aku membuka mulut aku lebar-lebar, sehingga carian itu tidak ada yang menetes sedikitpun dalam mulutku.

    Aku biarkan Via terlentang menikmati orgasmenya yang pertama, sambil membuka seluruh pakaian yang aku kenakan, aku memperhatikan Via begitu puas dengan foreplay aku tadi, itu terlihat dari raut wajahnya yang begitu berbinar-binar. Tanpa memberi waktu panjang, aku segera menghampiri tubuhnya yang masih lemas dan menarik pinggulnya dipinggir ranjang, dan tanpa pikir panjang penisku yang berukuran 19 cm dengan bentuk melengkung, segera menghujam celah kenikmatan Via dan sontak meringis..

    “Aaakhh.. Dandy..,” desah Via saat penisku melesak kedalam lubang vaginanya.

    “Dandyy.. penis kamu besar sekali.. aakkh..”

    Aku merasakan setiap gapitan bibir vaginanya yang begitu seret, sampai aku berfikir suami macam apa yang tidak bisa merasakan kenikmatan lubang senggama Via ini?


    Aku berpacu dengan nafsu, keringatku bercucuran seperti mandi dan menetes diwajah Via yang mulai aku rasakan sangat menikmati permainan ini.

    “Danddyy.. sudah.. sayang.. akhh..” sembari berteriak panjang aku rasakan denyutan bibir vagina mengapit batang penisku. lalu aku rasakan cairan hangat mulai meleleh dari vagina Via. Aku tidak mempedulikan desahan Via yang semakin menjadi, aku hanya berusaha memberikan kepuasan bercinta, yang kata Via belum pernah merasakan selama berumah tangga. Setiap gerakan maju mundur penisku, selalu membuat tubuh Via menggelinjang hebat karena sebenarnya bentuk penisku agak bengkok ke kiri.

    Tiba-tiba Via mendekap tubuhku erat dan aku tahu itu tanda dia mencapai orgasme yang kedua kalinya. Penisku bergerak keluar masuk dengan cepat dan..

    “Dann.. aku.. mau.. keluarr lagi.. aakk.. Kamu hebat sayang, aku.. nggak tahan..,” seiring jertian itu, aku merasakan cairan hangat meleleh disepanjang batang penisku dan aku biarkan sejenak penisku didalam vaginanya.

    Sesaat kemudian aku melepas penisku dan mengarahkan ke mulut Via yang masih terlentang. Aku biarkan dia oral penisku.

    “Ahh..,” sesekali aku merintih saat giginya mengenai kepala penisku. Disaat dia asik menikmati batang penisku, jariku yang nakal, mulai menelusuri dinding vagina Via yang mulai basah lagi.

    “Creek.. crekk.. crek..,” bunyi jariku keluar masuk dilubang vagina Via.

    “Ohh.. Dandy.. enak sekali sayang..”

    1.. 2.. 3.. 4.. 5.. jariku masuk bersamaan ke lubang vagina Via. Aku kocok keluar masuk.., sampai akhirnya aku nggak tahan lagi untuk mulai memasukkan penisku, untuk menggantikan 5 jariku yang sudah “memperkosa” lubang kewanitaannya.

    Dan..

    “Ohh.. sayang aku keluar lagi..”

    Orgasme yang ketiga diraih oleh Via dalam permainan itu dan aku langsung meneruskan inisiatif menindih tubuh Via, berkali-kali aku masukkan sampai mentok.

    “Aaakhh.. sayang.. enak sekali.. ohh..,” rintih Via. Bagaikan orang mandi, keringatku kembali berkucuran, menindih Via..

    “Sayang aku boleh keluarin di dalam..,” aku tanya Via.

    “Jangan.. aku nggak mau, entar aku hamil,” jelas Via.

    “Nggak deh sayang jangan khawatir..,” rengekku.

    “Jangan Dandyy.. aku nggak mau..,” rintihan Via membuat aku semakin bernafsu untuk memberikan orgasme yang berikutnya.

    “Akhh.. oohh.. Dandy.. sayang keluarin kamu sayang.. aakkhh..,” Via memintaku.

    “Kamu jangan tunggu aku keluar Dandy.. please,” pinta Via.

    Disaat aku mulai mencapai klimaks, Via meminta berganti posisi diatas.

    “Danndy aku pengen diatas..”

    Aku melepas penisku dan langsung terlentang. Via bangkit dan langsung menancapkan penisku dlam-dalam di lubang kewanitaannya.

    “Akhh gila, penis kamu hebat banget Dandy asyik.. oohh.. enak..,” Via merintih sambil menggoyangkan pinggulnya.

    “Aduhh enak Dandy.. ”

    Goyangan pinggul Via membuat gelitikan halus di penisku..

    “Via.. Via.. akh..,” aku mengerang kenikmatan saat Via menggoyang pinggulnya.


    “Dandy.. aku mau keluar sayang..,” sambil merintih panjang, Via menekankan dalam-dalam tubuhnya hingga penisku “hilang” ditelan vaginanya dan bersamaan dengan itu aku sudah mulai merasakan klimaks sudah diujung kepala.

    “Via.. Via.. ahh..”

    Aku biarkan spermaku muncrat di dalam vagianya.

    “Croot.. croot..” semburan spermaku langsung muncrat dalam lubang Via, tetapi tiba-tiba Via berdiri.
    “Aakhh Dandy nakal..”

    Dan Via berlari berhamburan ke kamar mandi untuk segera mencuci spermaku yang baru keluar dalam vaginanya, karena memang dia tidak menggunakan pernah menggunakan KB.

    Permainan itu berakhir dengan penuh kenikmatan dalam diri kami berdua, karena baru saat bercinta denganku, dia mengalami multi orgasme yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.

    “Dandy, kapan kamu ada waktu lagi untuk lakukan ini semua sayang,” tanya Via.

    Aku menjawab lirih, “Terserah Via deh, aku akan selalu sediakan waktu buatmu.”

    “Makasih sayang.. kamu telah memberikan apa yang selama ini tidak aku dapatkan dari suami aku,” puji Via.

    “Dann.. kamu hebat sekali dalam bercinta.. aku suka style kamu,” sekali lagi puji Via.

    Pertemuan pertama disini kita akhiri dengan perasaan yang tidak bisa digambarkan dengn kata-kata, dan hanya kami berdua yang bisa rasakan itu. Aku sebenarnya termasuk orang yang selalu berusaha membuat pasanganku puas dan aku mempuyai fantasi sex yang tinggi hingga tidak sedikit abg, mahasiswi dan ibu muda yang hubungi aku untuk hanya membantu memberikan kepuasan buat mereka.

  • Kisah Memek Bercinta Dengan Tiga Wanita Sekaligus

    Kisah Memek Bercinta Dengan Tiga Wanita Sekaligus


    2610 views

    Duniabola99.com – Pada suatu sore di hari libur (liburan dari kerja) aku buang waktu dengan main internet, lebih kurang satu setengah jam bermain internet, tiba-tiba terdengar suara bel. Setengah kesal aku hampiri juga pintu rumahku, dan setelah aku mengintip dari lubang kecil di pintu, kulihat tiga orang gadis. Kemudian kubuka pintu dan bertanya (maaf langsung aku terjemahkan saja ke bahasa Indonesia semua percakapan kami),Bisa saya bantu? kataku kepada mereka.Maaf, kami sangat mengganggu, kami mencari Gamha dan sudah satu jam lebih kami coba untuk telepon tapi kedengarannya sibuk terus, maka kami langsung saja datang.Yang berwajah Jepang nyerocos seperti kereta express di negerinya.Oh, soalnya saya lagi main internet, maklumlah soalnya hanya satu sambungan saja telepon saya, jawabku.Memangnya kalian tidak tahu kalau si Gamha sedang pulang kampung dua hari yang lalu? lanjutku lagi.


    Kali ini yang bule berambut sebahu dengan kesal menjawab, Kurang ajar si Gamha, katanya bulan depan pulangnya, Jepang sialan tuh!Eh! Kesel sih boleh, tapi jangan bilang Jepang sialan dong. Gua tersinggung nih, yang berwajah Jepang protes.Sudahlah, memang belum rejeki kita dijajanin sama si Gamha, sekarang bule bermata biru nyeletus.Dengan setengah bingung karena tidak mengerti persoalannya, kupersilakan mereka untuk masuk. Mulanya mereka ragu-ragu, akhirnya mereka masuk juga. Iya deh, sekalian numpang minum, kata bule yang berambut panjang masih kedengaran kesalnya.

    Setelah mereka duduk, kami memperkenalkan nama kami masing-masing.Nama saya Jacky, kataku.Khira, kata yang berwajah Jepang (dan memang orang Jepang).Yang berambut panjang menyusul, Emily, (Campuran Italia dengan Inggris).Saya Eve, gadis bermata biru ini asal Jerman.Jacky, kamu berasal dari mana? lanjutnya.Jakarta, Indonesia, jawabku sambil menuju ke lemari es untuk mengambilkan minuman sesuai permintaan mereka.Sekembalinya saya ke ruang tamu dimana mereka duduk, ternyata si Khira dan Eve sudah berada di ruang komputer saya, yang memang bersebelahan dengan ruang tamu dan tidak dibatasi apa-apa.Aduh, panas sekali nich?! si Emily ngedumel sambil membuka kemeja luarnya.

    Memang di awal bulan Desember lalu, Australia ini sedang panas-panasnya. Aku tertegun sejenak, karena bersamaan dengan aku meletakkan minuman di atas meja, Emily sudah melepaskan kancing terakhirnya. Sehingga dengan jelas dapat kulihat bagian atas bukit putih bersih menyembul, walaupun masih terhalangi kaos bagian bawahnya. Tapi membuatku sedikit menelan ludah. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara si Eve,Jacky, boleh kami main internetnya?Silakan, jawabku.Aku tidak keberatan karena aku membayar untuk yang tidak terbatas penggunaannya.Mau nge-chat yah? tanyaku sambil tersenyum pada si Emily.Ah, paling-paling mau lihat gambar gituan, lanjut Emily lagi.Eh, kaliankan masih di bawah umur? kataku mencoba untuk protes.Paling umur kalian 17 tahun kan? sambungku lagi.


    Khira menyambut, Tahun ini kami sudah 18 tahun. Hanya tinggal beberapa bulan saja. Aku tidak bisa bilang apa-apa lagi. Baru saja aku ngobrol dengan si Emily, si Eve datang lagi menanyakan, apa saya tahu site-nya gambar gituan yang gratis. Lalu sambil tersenyum saya hampiri komputer, kemudian saya ketikkan salah satu situs seks anak belasan tahun gratis kesukaanku. Karena waktu mengetik sambil berdiri dan si Khira duduk di kursi meja komputer, maka dapat kulihat dengan jelas ke bawah bukitnya si Khira yang lebih putih dari punyanya si Emily. Barangku terasa berdenyut. Setengah kencang. Setelah gambar keluar, yang terpampang adalah seorang negro sedang mencoba memasuki barang besarnya ke lubang kecil milik gadis belasan. Sedangkan mulut gadis itu sudah penuh dengan barang laki-laki putih yang tak kalah besar barangnya dengan barang si negro itu. Terasa barangku kini benar-benar kencang karena nafsu dengan keadaan. Si Emily menghampiri kami berada, karena si Eve dan Khira tertawa terbahak-bahak melihat gambar itu. Aku mencoba menghindar dari situ, tapi tanpa sengaja sikut Khira tersentuh barangku yang hanya tertutup celana sport tipis. Baru tiga langkah aku menghindar dari situ, kudengar suara tawa mereka bertambah kencang, langsung aku menoleh dan bertanya, Ada apa? Eve menjawab, Khira bilang, sikutnya terbentur barangmu, katanya.

    Aku benar-benar malu dibuatnya. Tapi dengan tersenyum aku menjawab, Memangnya kenapa, kan wajar kalau saya merasa terangsang dengan gambar itu. Itu berarti aku normal. Kulihat lagi mereka berbisik, kemudian mereka menghampiriku yang sedang mencoba untuk membetulkan letak barangku. Si Eve bertanya padaku sambil tersipu,Jacky, boleh nggak kalau kami lihat barangmu?Aku tersentak dengan pertanyaan itu.Kalian ini gila yah, nanti aku bisa masuk penjara karena dikira memperkosa anak di bawah umur.(Di negeri ini di bawah 18 tahun masih dianggap bawah umur).Kan tidak ada yang tahu, lagi pula kami tidak akan menceritakan pada siapa-siapa, sungguh kami janji, si Emily mewakili mereka.Please Jacky! sambungnya.Oke, tapi jangan diketawain yah! ancamku sambil tersenyum nafsu.

    Dengan cepat kuturunkan celana sport-ku dan dengan galak barangku mencuat dari bawah ke atas dengan sangat menantang. Lalu segera terdengar suara terpekik pendek hampir berbarengan.Gila gede banget! kata mereka hampir berbarengan lagi.Nah! Sekarang apa lagi? tanyaku.Tanpa menjawab Khira dan Emily menghampiriku, sedangkan Eve masih berdiri tertegun memandang barangku sambil tangan kanannya menutup mulutnya sedangkan tangan kirinya mendekap selangkangannya. Boleh kupegang Jack? tanya Khira sambil jari telunjuknya menyentuh kepala barangku tanpa menunggu jawabanku. Aku hanya bisa menjawab, Uuuh karena geli dan nikmat oleh sentuhannya. Sedang Eve masih saja mematung, hanya jari-jari tangan kirinya saja yang mulai meraih-raih sesuatu di selangkangannya. Lain dengan Emily yang sedang mencoba menggenggam barangku, dan aku merasa sedikit sakit karena Emily memaksakan jari tengahnya untuk bertemu dengan ibu jarinya. Tiba-tiba Emily, hentikan kegiatannya dan bertanya padaku, Kamu punya film biru Jack? Sambil terbata-bata kusuruh Eve untuk membuka laci di bawah TV-ku dan minta Eve lagi untuk masukan saja langsung ke video.


    Waktu mulai diputar gambarnya bukan lagi dari awal, tapi sudah di pertengahan. Yang tampak adalah seorang laki-laki 60 tahun sedang dihisap barangnya oleh gadis belasan tahun. Kontan saja si Eve menghisap jarinya yang tadinya dipakai untuk menutup mulut sedangkan jari tangan kirinya masih kembali ke tugasnya. Pandanganku sayup, dan terasa benda lembut menyapu kepala barangku dan benda lembut lainnya menyapu bijiku. Aku mencoba untuk melihat ke bawah, ternyata lidah Khira di bagian kepala dan lidah Emily di bagian bijiku.Uuh ssshh uuuhh ssshhh aku merasa nikmat.Kupanggil Eve ke sampingku dan kubuka dengan tergesa-gesa kaos dan BH-nya. Tanpa sabar kuhisap putingnya dan segera terdengar nafas Eve memburu.Jacky ooohh Jacky terusss ooohhh nikmat Eve terdengar.Kemudian terasa setengah barangku memasuki lubang hangat, ternyata mulut Khira sudah melakukan tugasnya walaupun tidak masuk semua tapi dipaksakan olehnya.Slep slep chk chkItulah yang terdengar paduan suara antara barangku dan mulut Khira. Emily masih saja menjilat-jilat bijiku.

    Dengan kasar Eve menarik kepalaku untuk kembali ke putingnya. Kurasakan nikmat tak ketulungan. Kuraih bahu Emily untuk bangun dan menyuruhnya untuk berbaring di tempat duduk panjang. Setelah kubuka semua penghalang kemaluannya langsung kubuka lebar kakinya dan wajahku tertanam di selangkangannya.Aaahhh Jacky aaahhh enak Jacky teruskan aaahhh terussss Jacky! jerit Emily.Ternyata Eve sudah bugil, tangannya dengan gemetar menarik tanganku ke arah barangnya. Aku tahu maksudnya, maka langsung saja kumainkan jari tengahku untuk mengorek-ngorek biji kecil di atas lubang nikmatnya. Terasa basah barang Eve, terasa menggigil barang Eve.Aaaahhh Eve sampai puncaknya.

    Aku pun mulai merasa menggigil dan barangku terasa semakin kencang di mulut Khira, sedangkan mulutku belepotan di depan barang Emily, karena Emily tanpa berteriak sudah menumpahkan cairan nikmatnya. Aku tak tahan lagi, aku tak tahan lagi, Aahhh Sambil meninggalkan barang Emily, kutarik kepala Khira dan menekannya ke arah barangku. Terdengar, Heeerrkk Rupanya Khira ketelak oleh barangku dan mencoba untuk melepaskan barangku dari mulutnya, tapi terlambat cairan kentalku tersemprot ke tenggorokannya. Kepalanya menggeleng-geleng dan tangannya mencubit tanganku yang sedang menekan kepalanya ke arah barangku. Akhirnya gelengannya melemah Khira malah memaju mundurkan kepalanya terhadap barangku. Aku merasa nikmat dan ngilu sekali, Sudah sudah aku ngiluuu sudah pintaku. Tapi Khira masih saja melakukannya. Kakiku gemetar, gemetar sekali. Akhirnya kuangkat kepala Khira, kutatap wajahnya yang berlumuran dengan cairanku. Khira menatapku sendu, sendu sekali dan kudengar suara lembut dari bibirnya, I Love you, Jacky! aku tak menjawab. Apa yang harus kujawab! Hanya kukecup lembut keningnya dan berkata, Thank you Khira!
    Rasa nikmatku hilang seketika, aku tak bernafsu lagi walaupun kulihat Eve sedang memainkan klitorisnya dengan jarinya dan Emily yang ternganga memandang ke arahku dan Khira.


    Mungkin Emily mendengar apa yang telah diucapkan oleh Khira. Demikianlah, kejadian demi kejadian terus berlangsung antara kami. Kadang hanya aku dengan salah satu dari mereka, kadang mereka berdua saja denganku. Aku masih memikirkan apa yang telah diucapkan oleh Khira. Umurku lebih 10 tahun darinya. Dan sekarang Khira lebih sering meneleponku di rumah maupun di tempat kerjaku. Hanya untuk mendengar jawabanku atas cintanya. Dan belakangan aku dengar Eve dan Emily sudah jarang bergaul dengan Khira.



  • Video Bokep Asia seketaris dientot threesome oleh atasannya

    Video Bokep Asia seketaris dientot threesome oleh atasannya


    2607 views

  • Kisah Memek Rahasia Ku Dengan Tetanggaku

    Kisah Memek Rahasia Ku Dengan Tetanggaku


    2606 views

    Duniabola99.com – Awal Kisah ini Di mulai saat baru saja terima rapor cawu I, Kelas 2 SMA. Rumah Yang Tepat Berhadapan dengan Rumah ku baru saja di tempat penghuni baru, pindahan dari Gorontalo, Suami istri Dengan 2 anak, Seorang cowo dan seorang cewe. Suami nya bekerja di salah satu instansi pemerintah sebagai seorang pejabat Oom U sangat sibuk dan sering dinas ke jakarta.

    Sang Suami Ternyata kenalan Baik dengan Kakaku yang nomor 2, jadi keluargaku dan keluarga baru tersebut cepat menjad akrab. Aku Memanggil mereka Dengan Oom dan Tante U.


    Tante U seorang wanita berdarah manado, cantik , putih dan sangat menarik hati. Penampilan nya selalu OK dan sangat Serasi. Kedua Anak Tante U, Sangat akrab denganku, Yang sulung perempuan usianya 3,5tahun. Sedangkan adik nya berumur 2 tahun. sering aku mengajak mereka bermain, Maklum Aku anak laki2 paling bungsu dari 6 bersaudara. Aku di sukai Anak- anak kecil dan cepat sekali akrab dengan mereka.

    Hingga akhir cawu III, kehidupan rumah tangga mereka harmonis saja. Tante U
    memang sering pergi sesaat setelah Oom U berangkat ke kantor, biasanya pukul 13.00 sampai sekitar 14.00 WIB tante U sudah kembali. Hal itu sering tante U lakukan setelah mereka bertempat tinggal kira-kira enam bulan di rumah tersebut.

    Jika Oom U ke luar kota, tante U pulang agak lebih sore, kadang malah sehabis maghrib baru tante U pulang mengendarai mobil sedan HONDA PRESTIGE warna merahnya.
    Beberapa kali aku yang membukakan pintu garasinya, karena saat itu aku sedang di rumahnya bermain dengan kedua anaknya. Biasanya jika tante U pergi anak-anak biasa dijaga oleh pembantunya dan adik perempuan Oom U. Adik perempuan Oom U sebaya denganku, tapi walaupun aku sering bermain dengan-nya aku nggak tertarik padanya. Aku hanya merasa kasihan kepadanya, karena seringkali dia mengeluh karena perlakuan tante U kepadanya tidak baik. Pernah aku melihat dia dimarahi tante U dan disiram air bekas cucian pakaian yang banyak sabunnya. Namun aneh kepadaku tante U sangat baik, namun hal itu aku anggap hal yang biasa saja.

    Cawu I kelas tiga berakhir, saat libur dua minggu aku gunakan waktuku untuk
    jalan-jalan sama temen-teman ke suatu tempat rekreasi di dekat kotaku.
    Jaraknya lebih kurang 45 km dari kotaku, tempat itu terletak di lereng gunung dan berhawa sejuk, berbeda dengan kotaku yang panas. Aku masih ingat saat itu hari Senin, kira-kira jam 10.00 WIB, saat aku berlibur di tempat rekreasi itu kulihat mobil tante U diparkir di halaman sebuah restaurant; aku tak berpikiran apa-apa waktu itu, bahkan ketika kuberpapasan dengan tante U yang digandeng mesra oleh seorang lelaki dan di belakang mereka bergandengan pula sepasang teman tante U aku tetap belum paham dan mengerti apa sebenarnya yang terjadi dan tante U lakukan bersa-ma teman-temannya.
    Mungkin karena memang saat itu secara kejiwaan aku masih polos dan lugu
    serta belum mengenal arti cinta atau hubungan laki-laki dan perempuan aku
    menganggap hal tersebut biasa saja, bahkan aku menyapa tante U dengan sopan.

    Mendengar dan melihat aku spontan tante U nampak terperanjat dan kaget dan segera melepaskan pelukan lelaki temennya tadi. Kemudian dia menghampiriku dan basa-basi menanyakan acaraku di tempat itu. Sebelum kami berpisah tante U menggamitku seraya memasukkan sesuatu ke dalam kantong bajuku, kemudian dia berpesan agar aku merahasiakan pertemuan tadi dengan siapapun.
    Aku mengangguk dan berjanji tak akan bercerita pada siapapun tentang pertemuanku dengannya di tempat rekreasi tersebut. Sesaat setelah kami berpisah kurogoh saku bajuku, ternyata tante U memberiku uang sejumlah Rp.50.000,- , aku heran bercampur senang. Aku gunakan uang itu untuk mentraktir temen-temen.


    Seusai liburan, seperti biasanya kujalani masa-masa studiku seperti biasa.
    Di kelas aku boleh dikata sebagai murid dengan prestasi belajar yang baik,
    kelasku termasuk kelas unggulan yang murid-muridnya dipilih dari 10 terbaik
    di masing-masing kelas 2. Dari kelas satu hingga kelas tiga, aku biasa menduduki rangking tiga besar. Aku setiap hari berangkat dan pulang sekolah
    dengan jalan kaki bersama teman-temanku. Pada hari Sabtu kelasku pulang agak cepat dari biasanya, karena dua orang guru yang seharusnya mengajar di
    kelasku tidak masuk, dan waktu kosong diisi dengan mencatat pelajaran dari
    guru mata pelajaran lain yang berikutnya. Seperti biasa aku pulang jalan kaki, kira-kira 1 kilo meter dari sekolahanku tiba-tiba sebuah mobil merah berhenti di sampingku dan segera kukenali siapa pengemudinya, dialah tante U. Aku sempat terkesima melihat penampilannya, dia nampak cantik sekali apalagi dengan kacamata hitamnya wah sungguh bukan main. Dia buka jendela pintu mobilnya dan memintaku segera naik ke mobilnya, mengajak-ku pulang bersama. Kuterima ajakannya dan aku segera masuk dan duduk di dalam mobilnya yang ber AC dan empuk jok kursinya. Dia tidak mengajakku langsung pulang, tetapi jalan muter-muter dengan mobil-nya. Kulirik dia, sungguh sangat cantik, dan secara tak sengaja kulihat paha putih dan mulus miliknya yang terbuka diantara belahan rok spannya, benar-benar membuatku terkesima.

    Setelah beberapa menit kami berjalan tante U berdehem, membuatku terperanjat dan segera memalingkan mukaku ke luar jendela.
    Diajaknya aku ngobrol tentang pertemuanku di tempat rekreasi dahulu, dan
    menanyakan padaku apakah aku bercerita pada orang lain. Aku jawab bahwa aku tak bercerita pada siapapun dan aku katakan sekali lagi bahwa aku tak akan bercerita kepada siapapun tentang hal itu. Mendengar hal itu tante U nampak lega dan menghela nafas panjang.
    Sesampainya di rumah, seperti biasanya aku membantu membukakan pintu pagar dan garasi rumahnya. Diparkirnya mobilnya dan saat aku menutup pintu pagar rumah serta berpamitan pulang dipanggilnya aku. Aku mendekatinya dan
    mengikutinya masuk ke ruang keluarga. Dia segera duduk di sofa di depan TV
    ruang keluarga, dan memintaku duduk didekatnya. Serta merta dipeluknya aku
    dan diciumnya pipiku kanan dan kiri, sambil dia mengucapkan terima kasih.
    Aku diam saja. Kemudian dipegangnya mukaku dengan kedua belah tangannya dan secepat kilat diciumnya bibirku dan mulutku dilumatnya, aku hanya
    terperangah kaget dan tak bereaksi apapun. Sesaat kemudian dilepas pelukannya dan dia tersenyum padaku.
    Segera dia bangkit dan memintaku pulang.

    Entah kenapa sejak kejadian itu aku jadi semakin membayangkan dia, aku ingin
    semakin sering ketemu dengannya, di dalam mimpikupun sering terbayang tante U. Setiap kali bertemu dia selalu melempar senyum padaku. Aku jadi semakin sering melamun dan membayangkan dia.
    Sebulan sejak kejadian itu kudengar kabar bahwa tante U ketahuan selingkuh.
    Kulihat tante dan oom U sering bertengkar. Oh.. ya, adik perempuan oom U
    sekarang nggak tinggal di rumah itu lagi., anak tante U yang sulung sudah masuk playgroup. Sejak terdengar berita itu, tante U jarang keluar lagi seperti biasanya, paling-paling dia keluar hanya sebentar untuk keperluan antar jemput anaknya yang playgroup.
    Aku tetap seperti biasa, tetap main ke rumah tante U dan ngobrol dengan tante dan oom U, bagiku mereka seperti kakaku sendiri.

    Pada suatu hari menjelang terima rapor dan libur Cawu II di sekolahku seperti biasa diadakan lomba-lomba kesenian dan olah raga, dan kami pulang lebih awal. Aku masih ingat hari itu hari Kamis, aku pulang sekitar jam 09.00 WIB. Sesaat setelah aku masuk ke rumah dan berganti pakaian, kudengar telepon berdering. Segera kuangkat dan dari seberang sana terdengar suara tante U. Mengetahui aku yang menerima tante U bilang wah kebetulan nih. katanya, tante mau minta tolong sebentar… Tante U memintaku segera ke rumahnya. Aku segera mengunci pintu-pintu rumah dan meletakkan anak kunci di tempat biasanya, maklum di rumah nggak ada siapa-siapa. Bapak, Ibu dan kakak-kakaku tak ada di rumah.


    Segera aku pergi ke ruamah tante U. Suasana rumah tante U nampak sepi,
    segera aku pencet bel rumah dan tante U nampak membukakan pintu dan
    mempersilakan aku segera masuk. Aku terpesona melihatnya, dia sungguh cantik dan seksi sekali, dengan gaun tipis warna pink yang kadang menampakkan lekuk indah tubuhnya, dengan belahan lebar di dadanya, sehingga sedikit nampak tersembul buah dadanya yang putih dan halus kulitnya. Jantungku berdetak keras ketika pandang mata kami beradu, tante U tersenyum dan kubalas senyum manisnya dengan senyum pula.

    Kami mengobrol di ruang keluarga sambil menonton TV, aku menanyakan tentang kedua anaknya, tante U bilang mereka berdua ke Jakarta; ke rumah uwaknya diantar oom U. Jadi rumah saat itu sepi, cuman kami berdua saja. Tante U mengobrol sambil menyilangkan kaki kanannya ke atas kaki kirinya, sehingga, gaun tipisnya terbuka dan terlihat jelas pahanya yang putih dan halus. Aku tak henti-henti melirik dan memper-hatikannya. Tante U pura-pura tak tahu, bahkan secara sengaja gaunnya ditarik ke samping, sehingga paha mulusnya nampak tersembul keluar, sungguh suatu pemandangan yang sangat merangsang, dan tanpa terasa batang kemaluanku langsung berdiri tegak dan keras.
    Sesaat setelah ngobrol, tante U berjalan ke arah TV dan mengambil sesuatu di
    rak VCD.

    Segera dipasang dan dinyalakan VCD tadi, aku kaget dan malu; karena ternyata VCD tersebut VCD porno dan baru sekali itu seumur hidupku melihat adegan-adegan panas di dalam VCD tersebut. Tante U duduk di dekatku dan merapatkan badannya ke tubuhku. Diletakkan tangan kanannya di paha kiriku dan dielus-elusnya, kemudian di raihnya tangan kiriku dan diletakkannya di atas paha kanannya, dimintanya aku mengelus pahanya, secara naluri tanganku tidak hanya berhenti mengelus pahanya, bahkan lebih dari itu, langsung menuju ke celah pahanya yang tertutup celana dalam pink tipis. Kugosok dan kutekan tanganku ke vagina yang masih tertutup celana, nampak tante U senang dan kadang dikepitnya pahanya untuk menjepit tanganku yang nakal menyelusup masuk ke dalam Cd-nya dan menusukkan jariku kedalam memiawnya.

    Sesaat kami melakukan hal itu yakni saling mengelus sambil melihat adegan TV
    yang sangat merangsang. Tiba-tiba diraih dan dipeluknya kepalaku, dan segera dibenamkannya mukaku ke dadanya, ternyata tante U tak mengenakan BH, sehingga mukaku langsung menyentuh buah dadanya yang hangat dan lunak. Aku menurut saja dan segera tanganku bereaksi, menjalar kian kemari, membuka ikatan gaun tipis yang dikena-kan tante U, dan segera mencampakkannya jauh-jauh ke lantai. Dan nampak seluruh tubuh tante U tak tertutup apapun kecuali CD pink yang masih melekat ketat di memiawnya.

    Buah dada tante U sekarang sudah tak tertutup apa-apa lagi, dan segera tante U menempelkannya di mukaku. Aku bereaksi mencium dan mengulum puting susunya, kemudian bibirku menjalar kelehernya, akhirnya mulut kami saling mengulum.
    Tangan tante U bergerak melepas kaos dan membuka resleiting celana pendek
    jeans yang kukenakan, kemudian secara sigap di raihnya batang kemaluanku dan digosoknya dengan tangan kanannya. Pelan-pelan direbahkannya badanya di sofa, dan ditariknya badanku sehingga menindihnya.

    Kami saling mencium kembali, dan secara naluri aku meniru adegan yang ada di
    VCD porno tadi, pelan-pelan bibirku bergerak ke bawah, menyusuri lehernya
    yang putih. Terus turun dan turun ke bawah, hingga mencapai buah dadanya,
    dan segera kuhisap dan kuremas buah dadanya yang putih dan sudah mengeras. Terdengar tante U mengerang dan merintih. Di remas-remas batang kemaluanku yang sudah mengeras dan dikocoknya pelan. Sungguh luar biasa rasanya, sebab baru pertama ali aku merasakan hal tersebut. Tiba-tiba di dorongnya tubuhku, lalu dia duduk di sofa menghadapku, di suruhnya aku berdiri dan segera dilepas CD ku. Dengan terlepasnya CD tadi nampak tugu monasku tegak berdiri dengan keras, segera dihisap dan dikulum dengan mulutnya, aku mengerang dan mendesis keenakkan.

    Sesaat kemudian dia lepas pula celana dalamnya, dan segera dibaringkan
    tubuhnya di sofa sambil dibuka ke dua belah pahanya. Aku terkesima takjub
    melihat pemandangan di depanku, nampak jelas celah vagina yang berwarna
    kemerahan diantara ke dua belah pahanya yang putih.
    Segera mukaku menyerbu ke vaginanya dan aku jilati vaginanya seperti apa
    yang kulihat di adegan VCD . Tante U mengerang dan melenguh, pantatnya
    sesekali didorongnya ke atas, sehingga mulut dan lidahku semakin keras
    menempel di vaginanya.


    Adegan tersebut berlangsung sekitar lima menit, setelah itu di raihnya bahuku dan ditariknya badanku sehinga menindih tubuhnya lagi, mulutnya meraih dan mencium mulutku serta dimainkan lidahnya, tangan-nya memegang penisku dan menempel serta menggosoknya di liang kemaluannya. Sesaat kemudian dibimbingnya penisku memasuki vaginanya dan kemudian kami berpacu
    mengumbar nafsu sepuas hati kami. Aku benar-benar merasakan nikmat yang luar biasa, belum pernah sekalipun aku merasakan sebelumnya, dengan cepat dan keras kuhentakkan penisku dalam liang vaginanya. Tante U mengerang,

    merintih dan menggerak-gerakkan pinggulnya naik turun seirama dengan
    gerakkanku. Mulutku menciumi lehernya, kadang ke buah dadanya dan akhirnya mengulum bibirnya sambil menggerakkan pinggulku naik turun untuk menarik dan mendorong penisku dalam liang vagina tante U.

    Sesaat kemudian tante U terdengar mengerang keras dan memintaku untuk
    mempercepat gerakkan pinggul-ku. , tiba-tiba dia mempererat pelukkannya dan mengejang keras sambil dari mulutnya keluar teriakkan teriakan agak keras, tak lama kemudian terasa sesuatu yang hangat membasahi batang kemaluanku dan terasa vaginanya bertambah licin, tiba-tiba dia mengendurkan pelukkannya dan menghela nafas panjang ooooh..nugi. oohh.., dan segera diraihnya muka dan dilumatnya mulutku dengan ciuman yang panjang., sementara pinggulku tetap bergerak naik turun..
    Pelan-pelan di dorongnya badanku dan dikempitkan kedua kakinya di pantatku,
    sehingga pantatku tak dapat bergerak naik turun.

    Nampak rasa puas dan senyum manisnya.., oohh.. nugi.., kau belum keluar
    ya..? Terus terang aku nggak tahu maksud perkataannnya.., tiba-tiba di
    gulingkan tubuhku, sehingga kami berdua jatuh di lantai di atas karpet.
    Tubuhku menelentang, di raihnya CD nya dan di lap vaginanya, sesaat kemudian tante U jongkok tepat di atas Penisku. Dipegang dan dibenamkannya penisku ke dalam vaginanya, lalu dia gerakkan tubuhnya naik turun, sehingga Penisku menggosok dinding dalam liang vaginanya. Kedua belah tangannya menekan dadaku, dan kepalanya mengangguk-angguk seirama gerakan tubuhnya. Cepat tangganku meraih dan meremas-remas buah dadanya. Rambutnya tergerai lepas dan berulang kali menyentuh wajahku.

    Tante U mengerang dan sesekali memiawik agak keras., untung rumah tante U
    agak besar, sehingga erangan dan teriakannya nggak terdengan dari luar.
    Ohhh. aah… aduh. nugi.. Enak. sungguh enak.. Ohh., yach.. Yach.. Sambil
    digerakkannya tubuhnya, persis seperti orang menunggang kuda liar.., aku
    mengimbangi gerakkannya dengan menaik turunkan pantatku, sehingga membuat tante U semakin liar dan histeris. Tiba-tiba dia membungkuk dan menggerakkan tubuhnya semakin cepat, sambil jarinya memutar-mutar dinding luar vaginanya. Suara erangannya semakin keras dan tiba-tiba tubuhnya mengejang, serta memeluk tubuhku erat sekali.
    Terasa kembali cairan hangat membasahi Penisku, saat itu Penisku sudah
    mulai berdenyut-denyut, seperti hendak memuntahkan sesuatu. Keringat sudah membasahi tubuh kami berdua, desakan dan dorongan letupan diujung Penisku semakin terasa, tapi gerakan tante U sudah mulai lemah dan pelan dan akhirnya berhenti, tubuhnya terkulai lemas menindih tubuhku.
    Penisku masih keras, namun desakan, dorongan dan denyutan kembali
    hilang…, kembali lagi tante U tersenyum dan mengulum mulutku..ohh. nugi..
    Tante puuaaasss… Sambil tetap dalam posisi telungkup di atas tubuhku,
    tante U, menghujani mukaku dengan ciuman yang bertubi-tubi..
    Penisku masih menancap keras dan dalam di memiawnya, bila pinggul tante U
    bergerak, maka terasa enak dan nikmat rasanya. Dalam posisi seperti itu
    mulut kami saling berpagut, dan ciuman yang panjang yang seolah tak akan
    selesai kami lakukan, lidah tante U menyulusuri sekujur wajahku, ke leherku
    dan kembali kemulutku dengan batang kemaluanku masih tetap di liang
    vaginanya.


    Saat kami sedang asyik bercumbu, terdengar dering telepon berbunyi. Tante U
    segera bangkit dan menuju ke pesawat telepon. Diangkatnya gagang telepon
    sambil jari telunjuknya ditempelkan dimulutnya sebagai isyarat agar aku
    diam. Tante U menerima telepon sambil berdiri merapat ke dinding, ternyata
    telepon dari oom U di kantor. Mataku tak hentinya menatap tubuh dan
    wajahnya; sungguh pemandangan yang indah dan hampir aku tak percaya dengan apa yang baru saja aku alami sesaat tadi. Aku cubit tanganku terasa sakit, berarti ini bukan mimpi. Melihat apa yang aku lakukan tante U tersenyum
    geli, dilambaikan tangannya agar aku mendekatinya. Tanpa disuruh untuk kedua kalinya aku segera bangkit dan menghampirinya. Kupeluk tubuhnya dari
    belakang dan mulutku langsung menyerbu leher putihnya, sementara tanganku
    meremas-remas buah dadanya. Matanya terpejam, menikmati apa yang aku
    perbuat, tangan kirinya meraih kepalaku dan ditariknya menuju buah dadanya.
    Segera kurobah posisi tubuhku sehinga menempel tubuhnya dalam posisi
    berhadapan. Tangan kiri tante U meraih Penisku yang masih tegang dan keras, digosok dan dikocoknya pelan, aduh. nikmat sekali…
    Sambil menelepon tante U tetap memintaku mencumbuinya, namun jika aku mau mencium mulutnya, maka segera didorongnya mukaku.., aku mengerti maksudnya maka bagian tubuh lainnya yang menjadi sasaranku. Lidahku menjilati sekujur tubuhnya.., menghisap pentil susunya, meremas buah dadanya dan terus ke bawah. Kaki kirinya segera kuangkat dan kuletakan di atas meja di dekat kami bercumbu, sehingga celah vaginanya terbuka menganga, yang dengan segera kujilati. Tangan kiri tante U memegang dan menekan kepalaku ke memiawnya, sementara tangan kanannya tetap memegang gagang telepon. Dia nampak menahan rasa nikmatnya agar tak keluar erangan dari mulutnya…, tiba-tiba didorongnya mukaku menjauh dari memiawnya dan jarinya memberi isyarat agar aku sementara menghentikan cumbuannku.

    Sesaat kemudian diletakkannya gagang telepon dan langsung diraih tanganku
    dan segera ditariknya aku menuju kamarnya. Segera ditutup dan dikunci
    pintunya, langsung diraihnya tubuhku dan kami berguling-guling dan saling
    tindih di atas kasur tempat tidurnya. Tempat tidurnya nyaman, empuk dan
    bersih. Kembali kami saling mencumbu dan merangsang satu sama lain. Tante U menelentangkan badannya, dan memintaku menindih tubuhnya dalam posisi
    terbalik. Penisku tepat dimukanya dan memiawnya persis dimukaku, aku segera
    tahu maksudnya.. Dan segera kami bereaksi, kujilati memiawnya yang tanpa
    rambut, bau memiawnya membuatku semakin mabuk kepayang.., dikulum dan
    disedotnya Penisku., sehingga semakin keras dan tegang. Lebih kurang 10
    menit hal itu kami lakukan, selanjutnya tanpa diminta kubalik posisi tubuhku
    dan segera kumasukan batang penisku ke liang vaginanya dan kugerakkan
    pantatku naik turun dengan cepat dan keras.., tante U mengerang-ngerang..dan teriakkannya sesekali terdengar lepas tak ditahannya… Kugenjot terus memiawnya, kupacu gerakkanku dan lagi-lagi dia mempererat dan mengencangkan pelukannnya.. sambil merintih oohhh..aahhh..uuuh. nugi.nugi. teruusss.teruss sayang..auuw.enak nugi. teruus.., diraihnya mukaku.dan dilumatnya mulutku.., eehmm.ehmm..suara yang keluar dari mulut tante U saat menciumku, setiap kali kuhentakkan Penisku keras-keras ke memiawnya, sesaat kemudian tubuhnya mengejang dan kepalanya bergoyang-goyang kekiri dan ke ke kanan, sambil mulutnya mengerang keras. Pinggulnya menghentak-hentak dengan keras mengimbangi gerakanku, keringat kami bercucuran, membasahi tubuh kami. Dan pada suatu hentakan yang keras tante U mendekap kepalaku keras-keras dan melolong histeris dan akhirnya kedua kakinya terkulai lemas., saat itu diujung Penisku. terasa ada yang berdenyut dan sepertinya mau kencing..,aku bilang sama tante U..tante aku pengin pipis rasanya tante.., tante U menjawab biar.. terus. aja .biarkan pipis di memiaw tante aja..ayo. Mendengar jawabannya aku sudah nggak peduli lagi., kupercepat gerakan pantatku dan terasa desakan dan denyutan di Penisku semakin menjadi saat ujung Penisku menggesek dinding dalam liang vagina tante U. Dan akhirnya aku tak dapat menahan lagi kencingku.., kubuang air kencingku dalam vagina tante U, tapi aneh.rasanya nikmat sekali tidak seperti bila aku kencing biasa di kamar mandi… ooh.. Aah. tante…tante.. Setelah itu aku merasa lega dan nikmat…, dan sesaat kemudian gerakan dan hentakan tubuhku berhenti., badanku terasa ringan dan lemas sekujur.dan aku telungkup di atas tubuh tante U.

    Kupandang wajahnya dan kami saling menatap. Tante U tersenyum, tangannya mengusap wajahku dan meyibak rambutku yang tergerai. Ohh..ya. aku lupa menceritakan bahwa peraturan di sekolahku cukup memberi keluasaan kepada murid, sehingga murid laki-laki tidak dilarang memelihara rambut panjang. Mengikuti hal itu, akupun mempunyai rambut ikal panjang sebahu…, sehingga membuat penampilaku layaknya pemain band saja.
    Tante U mencium mulutku dan mengusap rambutku. Dia berbisik.., gimana
    rasanya ? Enak apa nggak ?
    Aku tak menjawab namun tersenyum saja, dan langsung kupeluk dia dan kucium mulutnya. Nugi., kau jangan cerita siapapun ya. tentang apa yang kita
    lakukan barusan. Aku mengangguk mengiyakan.
    Pelan-pelan didorongnya tubuhku kesamping dan kami berbaring sambil
    berpelukan., kami bercumbu dan bercanda seperti anak kecil. Kadang aku gemas dan kuremas buah dadanya, jika tante U gemas padaku diremasnya Penisku. Sesaat kemudian kami bangun dan tante U segera menggandengku ku kamar mandi yang memang ada di dalam kamarnya. Segera diguyur dan disiramnya tubuhnya dengan air, dari shower sambil berendam di bathtub warna pink. Kubantu tante U menggosok dan menyabuni tubuhnya. Saat aku menyabuni kakinya, tanganku iseng meraba memiawnya dan memasukkan jariku ke dalam memiawnya. Tante U mendesis., secara naluri aku segera menjilati memiawnya.., dan terdengar erangan dan rintihannya. Kembali kami bercumbu dan bercinta sepuas-puasnya di kamar mandi, di atas lantai kamar mandi yang dingin kugenjot memiawnya dengan keras dan bernafsu., sampai akhirnya tante U mencapai klimaks-nya, yang kami lanjutkan hingga kemudian akupun kembali mencapai klimaks pula.


    Jam berdentang 12 kali, jadi sudah tiga jam aku di rumah tante U, 2 jam lagi
    oom U datang. Segera kami berpakaian, tante U ke luar kamar mengambil
    pakaianku dan pakaiannya yang berserakan di lantai ruang tamu. Setelah
    kukenakkan dan kurapikan pakainku aku segera pulang. Saat aku hendak keluar, tante U meraih tubuhku dan menciumku, sambil berpesan..agar rahasia kami tersimpan rapat, serta berjanji besok akan mengulang lagi apa yang kami
    lakukan pagi tadi.
    Inilah pengalaman pertamaku dengan wanita, yang tak lain tetanggaku sendiri.
    Aku bersyukur bisa bercinta dengan wanita cantik tetanggaku. Wanita cantik
    yang sering dikagumi oleh gadis-gadis mahasiswi yang kost di rumahku.
    Dan selanjutnya selama liburan cawu II, kami tak pernah melewatkan kesempatan untuk bercumbu setiap hari, hingga suatu hari tante U bilang
    kalau oom U hendak kursus di Jakarta selama 4 bulan. Mendengar itu aku amat
    gembira. Bisa kubayangkan hari-hari yang menyenangkan saat aku dan tante U bercinta sepuas hati setiap hari.

    Benar kata tante U, hari minggu malam oom U berangkat ke Jakarta naik kereta api, aku diminta tante U menemaninya mengantar oom U ke stasiun. Tentu saja dengan senang hati kulakukan hal tersebut. Saat mau berangkat oom U berpesan kepadaku untuk menemani tante U dan anak-anaknya di rumah. Aku mengangguk mengiyakan dan melirik tante U, tante U tersenyum penuh arti padaku. Saat pulang dari stasiun tante U menyetir mobilnya sambil tangannya meremas tanganku, sementara dua anaknya duduk di jok belakang sambil bercanda. Kuremas tangannya dan kucium punggung tangannya, tante U tersenyum penuh arti. Selanjutnya selama 4 bulan kami lalui hari-hari indah kami, aku sering diminta tante U menemaninya ke super market untuk belanja atau untuk keperluan lain, padahal kesempatan itu sering kami gunakan untuk bercinta di rumah seoarang kenalan tante U, yang bernama tante H.

  • Kisah Memek Bercinta di Apartemen Dengan Tante Dewi Sampai Pagi

    Kisah Memek Bercinta di Apartemen Dengan Tante Dewi Sampai Pagi


    2605 views

    Duniabola99.com – Namaku Rendi Aku bisa dibilang sukses sebagai perantau di Jakarta, umurku 28 tahun, aku punya pekerjaan dan income yang stabil, cicilan mobilku sudah lunas dan aku tinggal di apartemen di kawasan Kalibata (yeee ketebak kali ya) sendirian, lumayan kesepian


    Dulu-dulu mungkin cewe-cewe pacarku sering tinggal di apartemenku Namun kali ini aku lagi gak punya pacar Aku punya tetangga sebelah kamar, dia seorang wanita dewasa mungkin usianya 35 tahunan Namanya Dewi, namun aku sering panggil dia Tante saja

    Yang aku takjub dari wanita-wanita usia segini selain si Tante juga adalah mereka dalam masa dewasa-dewasanya Mature dalam hal, berpakaian simple namun masih memancarkan aura keseksian tanpa berprilaku norak untuk memancing perhatian kayak ABG Atau ini kelainanku yang lebih suka wanita dewasa

    Aku dan Tante sebenarnya sudah cukup akrab Setiap pagi aku sering satu lift bareng Tante Dewi menuju lobby Yang kutau, Tante ini punya toko DVD di ambasador hasil patungan dia dengan keponakannya Aku pun sering bertemu dengan Tante setiap kali berenang rutin hari Sabtu pagi Namun begitu-begitu saja

    Tidak ada yang istimewa dari pertemuan-pertemuan kami itu Saat aku lagi fresh-freshnya putus dengan pacar, tiba-tiba pertemuanku dengan Tante Dewi lebih sering, terlalu sering seperti bukan kebetulan seperti tiba-tiba ketemu di minimarket dibawah lalu aku naik ke atas bareng, atau tiba-tiba parkirannya sebelahan

    Ge-erku merasa Tante ini ngikutin aku Dari kedekatan kami ini, aku ambil kesempatan saja dengan meminta pin bbm Tante Tante dengan senang hati memberikannya “Kupikir kamu gak bakalan minta Ren, hampir aku yang minta duluan” ujar Tante menggodaku


    Semenjak itu kami mulai bbm-an dari yang hanya pura2 saling bertanya apakah berenang atau tidak hari sabtu, atau aku tanya DvD film apa saja yang sudah ori Lama kelamaan chat kami semakin intim Tante Dewi menanyakan kemana pacarku

    “Aku kok gak pernah liat pacar kamu ya? biasanya kalian berenang bareng?” “Sudah putus dari kapan tau Tante…” “Oooo… ceritain dong ke Tante” “Tante nih kepo aja, hahahaha” tante membalasku dengan emoticon *not interested* dan icon *:P*

    “Hehehehe, iya Tan, makin ke sini makin gak sreg sama dia, kerjanya marah maraaaah mulu, cemburu ini itu, dianya kelewat manja, minta jemput sana sini, dikira saya gak kerja kali ya, sekali-kali okelah, lha ini hampir tiap hari minta dijemput Egoislah, masih ABG sih maklum” “Lah emang dia umurnya berapa Ren?”

    “berapa ya, baru semester 2 tuh Tan” “oooo dasar om-om nyarinya ABG-ABG”

    Monyet nih si Tante ngatain gw, “Daripada Tante,…” aku hentikan ketikanku, aku gak tau latar belakang si Tante Dewi ini apakah sudah punya pacar, kalo nggak kenapa sendiri dll “Eh btw Tante tinggal sendirian aja?” “Iya, kenapa? Rendi mau temenin” wah? agresif juga nih, dipancing dikit kesamber

    “Lah kan udah ditemenin terus Tan, tapi cuma kepisah tembok aja” dari chat2an kami, aku jadi tau Tante ini gak mau pacaran karena dulu pernah dikecewakan Yah standar lah cewe kecewa sama cowo Akhirnya sekarang Tante lebih memilih hidup liberal, menerima siapa aja yang datang kehatinya tanpa ikatan

    Hari demi hari, chatting kami semakin intim, kami jadi sering berenang bareng Dan saat berenang ini kesempatanku untuk memanjakan mataku dengan memandangi tubuh tante di balut pakaian renang Pakaian renang yang Tante pakai gak seberapa seksi, malah aku pikir sangat sopan karena model baju senam yang menutupi hingga paha


    Hingga suatu saat “Ren, cerita dong kamu udah ngapain aja sama pacar kamu” “Ah gak ngapa2in kok tante, kami saling menjaga” “Heuuuu boong amat, dikira gak kedengeran tiap malam kalian berdua kayak gimana?” Wah aku gak memperhatikan kalo ternyata permainan ku dengan mantanku sampai terdengar ke kamar Tante Dewi

    “Hah?” belom selesai ku ketik Tante membalas “Kamu putus kan udah lama Ren, bukannya udah hampir 2 bulan Emang tahan gak begituan?” “Begituan gimana nih Tan, aku gak ngerti” “Rendi nih ya, aku delete pin bbmnya nih sekali lagi ngeles”

    “ehhh, iya iya Ya gimana Tante kepengen sih, cuma mau sama siapa? mau pake pelacur takut kena penyakit Minta jatah2 mantan gak mungkin banget gengsi lah hahahaha ” Aku tekan enter dan menambahkan ketikanku “Tante mau bantu brangkali?” Chat bbm berubah dari centang menjadi *d* menjadi *r* artinya bbmku sudah kebaca sama Tante

    Tapi lama kumenunggu, Tante gak bales2 Duh, bego banget, tersinggung deh si Tante 15 menit berasa 5 jam nungguin balesan Tante Apa ku samperin aja ya ke kamar Tante Dewi minta maaf “TINUNG” bunyi tanda bbm masuk menyalak dari BBku

    AH! Tante membalas “Saling bantu lah Ren, aku gini-gini juga butuh, kita sama-sama manusia” begitu bunyi bbm si Tante diikuti dengan emoticon kiss “Beneran Tante?” aku setengah tidak percaya, tidak menyangka sebentar lagi akan bercinta dengan sang Tante

    “Enak nih mumpung masih terang, kamu ke kamarku ya Ren 15 menit lagi, aku mau rapi2 dulu ” “Oke tan, btw aku request boleh?” “Apa say?” “Tante gak usah make up ya” “Sure beb” “Haiiiii… ” begitulah Tante menyambutku sambil membuka pintu setelah ku mengetuk 2x Tante hanya memunculkan kepalanya dari balik pintu

    Agen Sbobet Online Indonesia Terpercaya – Sore itu sang tante terlihat fresh karena baru saja selesai mandi, tidak ada make up yang menempel di wajahnya sesuai permintaanku Sang tante menggunakan lingerie warna hijau transparan Dari pandangan mata elang ini, terlihat tante gak make daleman Makanya pas buka pintu dia ngumpet di belakang pintu terus Tanganku ditarik masuk lalu cipika-cipiki, aku sosor saja karena gak tahan dengan wangi nafas tante, sepertinya baru saja sikat gigi


    “Eiittttsss… sabar doooong” “Maaf tan, habis tante Dewi nafsuin banget”

    Aku meletakkan BB dan kunci kamarku di meja dapur kamar tante “Maaf Tan, aku gak sopan, dateng cuma begini aja” Aku menunjuk ke pakaianku Karena kupikir hanya sebelah kamar jadi aku gak ganti baju, lagian ke kamar Tante mau ngentot, ngapain rapi2 Pakaian kebangsaan yang kupakai tiap ML, kaos oblong dan celana gombrong tanpa CD

    “Gakpapa, ntar Tante bongkar juga kan?” Tante sepikiran sama aku ternyata Sang tante mengajakku ngobrol dulu di sofanya sambil nonton CNBC Ha? CNBC? iya, saat itu beritanya lagi tentang Bom Boston yang baru-baru aja terjadi

    Sang tante nanya-nanya soal ini itu, teori konspirasi, doktrin agama, sampe CIA/FBI Sepertinya ini macam icebreaking sekalian mungkin ngetes intelektual sang tamu (ane sendiri) ini sejauh mana hahahaha aneh…

    Ngobrol lumayan lama kami pun mulai bergumul, kali ini nggak ada *entah siapa yang memulai* karena waktu itu aku duluan yang nyosor Tante Kami ciuman hebat, tante Dewi selalu french kiss hot sekali, tapi sebenarnya aku gak suka, aku tenangkan tante untuk berciuman romantis

    “Tangan kamu sopan ya” tante mengkomentari tanganku yang masih melingkar di belakang punggung tante, mendekap erat jangan sampe tumpah eh lepas “kenapa tan? udah mau di grepe2 emangnya?” “Euh kamu… bahasanya plis deh, di-sti-mu-la-si!” sambil tersenyum

    Aku rebahkan badan tante membelakangiku sambil aku tetap menciumi pundak, tengkuk dan kuping tante, tanpa basahan tentunya Aku baru saja tau kalau wanita tetap saja mau diperlakukan halus, mau bagaimanapun latar belakang dia


    “SSaaaaayyyyy… ” tanganku mulai mengelus2 perutnya Perutnya tante Dewi ini gak buncit tapi gak kenceng Pas lah

    Sesekali aku menyenggol toket tante yang ukurannya besar sekali Benar2 besar!!! mungkin ini 38C, meskipun putingnya tidak pink lagi namun tidak lebar Sungguh seksi sekali Puting tante sudah mengeras, aku main-mainkan seperti tombol switch on/off gitar lembek Tante mulai mengerang dan badannya mulai belingsatan Kedua tanganku menjamah kedua semangka lembek raksasa

    Sambil menikmati kecupan demi kecupan di pundak punggung dan tengkuk, tante mulai terlihat tidak tahan, tangan kirikupun mulai turun ke bawah, Aku pernah lihat video di youtube, cara terbaik merangsang vagina wanita bukanlah langung dicolok tapi dibuat geli area sekitarnya dahulu (entahlah suhu suhu lebih tau nih hehehe)

    Woooooow… begitu tanganku sampai di memeknya, ternyata liang surganya lagi banjir, oh Jokowi harus turun tangan nih, mencari tau banjirnya dari mana ahahahahaha… setelah merangsang2 sebentar, kumasukkan satu jariku kedalam memek si Tante Terasa sentakan* di tubuh tante Dewi saat jari telunjukku masuk ke dalam

    “HHhhhhhhhhhh………kkkkkammmmmuuuuuu iiiiihhhhh… ” “Beeeeeebbb…… ” lah dia manggil aku beb?? aku merasa di atas angin setiap kali bisa membuat seorang wanita gak berdaya kita rangsangi tersange-sange (bukankah kita semua begitu ya?) “BBBbbbeeeeebbbbb…… jari kamu pinter amaaaat… ”


    “Hhhhhhhhhhh… kamuuuuuu, aku lupaa nama kamua” Yalah!!! sempet2nya nanya nama AKu lanjutkan lagi sodokan dengan jari telunjuk ini Terasa badan tante mulai meronta-ronta Perlu diketahui, sang tante ini ukurannya gak kurus loh, tinggi tante ini hampir sedagu ku, dan beratnya mungkin 69-75kg jika ditelaah dari beban yang diterima badanku ini

    Tubuh tante makin menggelinjang hebat, dia berteriak “ML-in aku… ML-in akuuuuuu… ” aku makin semangat meremas buah dadanya dan mengobel memeknye Terasa tante Dewi mau beranjak merubah posisi, aku dengan sigap memindahkan tanganku dari toket kanan tante ke toket kiri tante (ingat aku posisinya di belakangi tante dan kami pangkuan di sofa) Dengan posisi begitu, otomatis tanganku menahan badan tante dan tante makin mengerang mencoba keluar dari kuncianku

    Tiba-tiba tangan tante mencakar tanganku yang sedang meremas toket ini
    SSSSssssoooooooooooooorrrrrr…… si tante squirt, cairan hangat merembes dari lingerie tante, turun perlahan membasahai paha tante dan juga tanganku, untungnya sofa tante dari bahan kulit sintetis jadinya gak merembes lantai kayu apartemen tante langsung becek Nafas tante yang tadinya memburu mulai mereda tenang namun mukanya merah padam

    Lalu berselang beberapa menit, tante merebut tangan kananku dan tante menarik badanku Aku terjatuh diatas becekan squirtan tante, punggung kaos dalamku becek tante menyusul menjatuhkan badannya ke atas badanku Sepintas kami bergulat untuk mendapatkan posisi diatas satu sama lainnya


    Namun aku seperti naluriah membiarkan tante Dewi menguasai badanku Kami bergumul dan berguling2 menjauhi becekan dan melanjutkan aksi kami di karpet bulu di lantai tidak jauh dari sofa, menghindari cairan squirt-an tante,* tante masih menyerangku dengan meniban badanku, menciumiku dengan brutal

    “Taaaannn… mmmm… mmmmmmpppelan-pelan ajaaa…mmmm” french kiss super sange Aku baru sekali ini bercinta, bahkan belum sampe ML sudah begini sangenya Sepertinya tante tidak mau mendengarkan permintaanku

    Kami berciuman hebat, kontolku sudah mengeras sekali dan menggesek2an ke celana lingerie tante Tante makin menggila, dia rebut kontolku dengan tangan kanannya dan dikocok2 sambil masih menciumi bibirku Aku pun tak kalah sigap, kucoblos memek Tante dengan jari telunjuk “AAAkkkkkkhhhhh… Bangsaaat!!!” PLAKKKK!!!!! OMG kenapa nih gw digampar tante “Lakuin lagi! Lakuin lagiii!!!” wah ada potensi BDSM sepertinya

    Agen Sbobet Online Indonesia Terpercaya – Lalu sambil masih menindih badanku seperti tidak mau melepaskan badanku, Tante memutarbalikkan badannya, dan slubb!!! tiba2 mulutnya sudah ada di kontolku… dan sebagai balasannya, saya dihidangkan lembah gelap yang indah, aku jilat2in saja sampe Tante Dewi mulai mengerang2 kurang lebih dari sejak perciuman kamu di sofa hingga posisi 69 ini sudah hampir lebih dari setengah jam

    Tante mungkin mulai heran (dan takjub I don’t know) kenapa aku belum crot juga
    “Kammmuuuu… beloom mau keluarrr???” “Belom taaant…” belom sempat aku menyelesaikan kalimatku, tante squirt untuk yang kedua kalinya, menyemprot tepat di mukaku Aku gak tau squirt ini cairan apa, katanya yang pasti bukan cairan kencing Lagipula aku lagi sange di ubun2 gini gak nolak lah

    “HHhhhhhhhhhh… gilllllaaa… permainan kamu hhhh hhhh hebat yah hhh hhhhhh aku mau kontol kamu sayyyyyy mmmm mmmmm” ujar sang tante sambil lanjut menyepong kontolku “Aku udah boleh masukin ya tan, tapi gak enak nih masa di lantai?” tante beranjak dari tubuhku sambil tetap menyepong kontolku Aku dengan susah payah berdiri dan tantepun berlutut melanjutkan emutannya


    “Taaaannn… katanya mau dimasukin?” aku yang tak tahan di sepong mulai blingsatan seperti mau crot Tante mungkin melihat aku seperti mau crot, akhirnya melepaskan sepongannya dan secepat kilat menyambar bibirku, kami berdua bercumbu kembali Cumbuan ini hebat sekali, seperti si tante Dewi ini benar2 lagi mengeluarkan pusing2 di kepalanya

    Kami berciuman sambil berdiri, tante berujar “Ke kamar mmmm aja mmmm sayymmmm” sambil menarik badanku yang erat menempel dengannya DIbukakan pintu kamar dia dengan posisi kami berjalan sambil berciuman

    Terbukalah kamar tidur tante Tempat tidur size 200 yang besar dan dengan bedcover yang masih tertata rapi Aku angkat tubuh tante dengan memegang kedua paha tante, kedua kaki tante pun refleks melingkarin tubuhku, kontolku yang tegang masih tertutup celana mulai memaksa masuk ke memek tante yang juga masih tertutup lingerie

    Kemudian aku lemparkan sang tante ke kasur Buuuuukkkkkk…… setelah itu aku membuka celana dan kaosku segera Tante juga bermaksud untuk membuka lingerienya namun aku hadang “Jangan tan, nanti aku bantuin…” Ku serang tante, mencumbunya dengan ganas, kami bergumul hebat dalam waktu singkat tempat tidur tante yang rapi sudah gak karuan

    Aku yang sudah blingsatan mencoba membuka lingerie tante Dewi Tapi akunya tidak sabaran hingga lingerie tante robek

    “Maaf tante… nanti kuganti” “Udah gakpapa ayo ngentot aja” And here is the moment of truth Kepala si Otong sudah nangkring ke mulut goa si tante

    Perlahan-lahan kumasukkan Blessssss… “AaaaAAAAaaAAkkkkhhhh… ennnnaaak beeeeb…… uuuuughhhh perrrasaaannnn tadi kontol kammmmmmu kecil deh, kok kalo udah masuk berasa tebel enaaaaak” WATDE??? sialan nih tante, sebagai hukuman, kuhentakkan keras2 hujamanku sekali, cukup sekali itu Tante langsung banjir dan mulai menggoyang2kan pantatnya sebagai reaksi genjotanku


    kulanjutkan genjotanku bervariasi, posisi kami masih misionaris rpm rendah berganti2 cepat-pelan-cepat-pelan, biar gak terlalu capek Terasa tante mesinnya udah mulai panas, kami bercinta dengan posisi ini lama sekali, aku sangat menikmati setiap jengkal tubuh kenyal tante

    Mungkin tante sudah mulai bosan, tante pun mengambil kendali agar kami berubah posisi Kami berguling kesamping, kontolku terlepas sebentar namun tante dengan sigap langsung memasukkan kembali kelubang memeknya “Oooooouuuhhhhhh… mmmm… reeeeennn…… ” tante Dewi menggenjot si Joni perlahan2 hingga akhirnya dengan ritme konstan Sesekali tante menciumi bibirku dengan begitu basahnya

    Tante juga sesekali menggigiti putingku, selama posisi ini tanganku tidak pernah lepas dari kedua belah dadanya, bergantian aku menjilati puting ranum tante Seperti kubilang, puting tante sudah tidak pink lagi, namun aku tak peduli aku sangat menikmati menggoda tante dengan jilatan-jilatan ini Terasa genjotan tante semakin menjadi, moaning tante semakin keras

    “Aaaaaakhhhhh… teruuuuus terusssssss… beeeebbbbbbbaaaaaakkkhhhhhh”

    Kemudian dia menarik kedua tanganku dari toketnya dan dengan satu tangan meletakkannya jauh di atas kepalaku sedangkan tangannya yang lain dengan erat menjambak rambutku, aku seperti tawanan yang disekap agar tidak kabur Lalu masih dalam posisi woman on top kedua kaki tante Dewi mencoba melingkari badanku sampai2 aku harus mengangkat pantatku agar kaki tante ini bisa masuk ke bawah

    Aku serasa dililit ular anakonda Seperti sedang bergulat akupun berusaha keluar dari kuncian tante, kakinya memiting tubuhku sambil tetap menggenjot kontolku Saat erangan tante semakin keras dan genjotannya semakin kencang, akhirnyaa… SRRRRrrrtttt aku merasakan dinding vagina tante berdenyut2 hebar memijat batang kontolkua Tante sedang orgasme

    “Oooouuuuhhhhhhh……hhhhhhhhhhhhhh… hhhhhhhhhh h… hhhhhmmmmmhhhhh hhhhh hhh” Nafas tante yang tadinya gak karuan, perlahan seperti terbuang lega semua

    “Nikmat sekali bercinta dengan kamu Ren” “Enak sih enak, aku belum keluar nih Tan!” ujarku protes “Iyaaa deh… cowo itu makin lama makin bagus? Istirahat sebentar ya, Tante Dewi janji pasti bikin kamu crot kok, kalo nggak juga berarti kamu ini hebat sekali, dan tante gak akan ngasi kamu pulang sebelum kamu crot ” Aku emang ada “kelainan” Aku ini lama sekali crotnya, aku bisa 3 jam bercinta dan tidak crot juga


    Apalagi kalau menggunakan kondom Aku setengah bangga, kebanyakan wanita-wanita yang kuentotin malahan protes karena aku terlalu lama Dan dikala si Joni otong lagi cape, bukannya cepet crot, yang ada malah ngambek total Ah geblek

    GGggrrrrkkkkkkkkggrkkgrrrkkk…

    “Eh bunyi apa tuh?” tanya Tante “Perut kamu ya? hahahaha, udah gembul, lagi tengah2 ML kok ya bisa2nya laper?” “Yah si tante, kepalaku, perutku sama tititku itu yang ngatur departemennya beda2, jadi bisa aja laper ” “Yaudah kita break dulu deh ya Ren, aku pesenin bakmi, abis makan kita lanjut gulat lagi, Tante Dewi mau ber-ronde-ronde sama kamu ”

    Wek! Kulihat jamku udah jam 7 malam Bisa balik jam berapa nih?

    Akhirnya setelah makan dan istirahat sebentar dengan ngobrol2, kami melanjutkan pertarungan kami Malam itu hingga pagi, kami bercinta 4 ronde, aku ngecrot 2 kali jadi total dengan yang sore/siang 5 ronde dengan skor 2-5 Itu diluar squirt-an Tante “Tante, makasih ya hari ini aku puas sekali”

    “Aku yang terima kasih Ren, kamu hebat sekali, kayaknya ini dendam 2 bulan gak ML ya? kapan-kapan kita lakuin lagi ya” “Pasti Tan, aku siap ngelayanin Tante Dewi kapanpun Tante mau ” “Aku juga Ren sebaliknya, kalo kamu yang perlu bilang aku aja ” Aku tersenyum dan kubilang “Aku balik ya Tan” jam di posisi 3 pagi

    “Tanggung beb, nginep aja sampe besok, eh ini udah besok ya? Kalo pulangnya besok aku janji aku mandiin deh” Kata Tante Dewi.

  • Kisah Memek Lubang Kenikmatan Tante Erni Yang Wangi Pandan

    Kisah Memek Lubang Kenikmatan Tante Erni Yang Wangi Pandan


    2605 views

    Duniabola99.com – Kejadian ini terjadi ketika aku kelas 3 SMP, yah aku perkirakan umur aku waktu itu baru saja 14 tahun. Aku entah kenapa yah perkembangan sexnya begitu cepat sampaisampai umur segitu ssudah mau ngerasain yang enakenak. Yah itu semua karena temen nyokap kali yah, Soalnya temen nyokap Aku yang namanya Tante Erni (biasa kupanggil dia begitu) orangnya cantik banget, langsing dan juga awet muda bikin aku bergetar.
    Tante Erni ini tinggal dekat rumahku, hanya beda 5 rumahlah, nah Tante Erni ini cukup deket sama keluargaku meskipun enggak ada hubungan saudara. Dan dapat dipastikan kalau sore biasanya banyak ibuibu suka ngumpul di rumahku buat sekedar ngobrol bahkan suka ngomongin suaminya sendiri. Nah Tante Erni inilah yang bikin aku cepet gede (maklumlah anak masih puber kan biasanya suka yang cepetcepet).


    Biasanya Tante Erni kalau ke rumah Aku selalu memakai daster atau kadangkadang celana pendek yang bikin aku ser.. ser.. ser.. Biasanya kalau sudah sore tuh ibuibu suka ngumpul di ruang TV dan biasanya juga aku purapura nonton TV saja sambil lirak lirik. Tante Erni ini entah sengaja atau nggak aku juga enggak tahu yah. Dia sering kalau duduk itu tuh mengangkang, kadang pahanya kebuka dikit bikin Aku ser.. ser lagi deh hmm.
    Apa keasyikan ngobrolnya apa emang sengaja Aku juga enggak bisa ngerti, tapi yang pasti sih aku kadang puas banget sampaisampai kebayang kalau lagi tidur. Kadang kalau sedang ngerumpi sampai ketawa sampai lupa kalau duduk nya Tante Erni ngangkang sampaisampai celana dalemnya keliatan (wuih aku suka banget nih).

    Pernah aku hampir ketahuan pas lagi ngelirik wah rasanya ada perasaan takut malu sampaisampai Aku enggak bisa ngomong sampai panas dingin tapi Tante Erni malah diam saja malah dia tambahin lagi deh gaya duduknya. Nah dari situ aku sudah mulai suka sama tuh Tante yang satu itu. Setiap hari pasti Aku melihat yang namanya paha sama celana dalem tuh Tante.
    Pernah juga Aku waktu jalanjalan bareng ibuibu ke puncak nginep di villa. Ibuibu hanya bawa anaknya, nah kebetulan Mami Aku ngsajak Aku pasti Tante Erni pula ikut wah asyik juga nih pikir ku. Waktu hari ke2 malammalam sekitar jam 89 mereka ngobrol di luar deket taman sambil bakar jagung.


    Ternyata mereka sedang bercerita tentang hantu, ih dasar ibuibu masih juga kaya anak kecil ceritanya yang seremserem, pas waktu itu Tante Erni mau ke WC tapi dia takut. Tentu saja Tante Erni di ketawain sama gangnya karena enggak berani ke WC sendiri karena di villa enggak ada orang jadinya takut sampaisampai dia mau kencing di deket pojokan taman.
    Lalu Tante Erni menarik tangan Aku minta ditemenin ke WC, yah aku sih mau saja. Pergilah aku ke dalam villa sama Tante Erni, sesampainya Aku di dalam villa Aku nunggu di luar WC eh malah Tante Ernin ngsajak masuk nemenin dia soalnya katanya dia takut.

    Lex temenin Tante yah tunggu di sini saja buka saja pintu nya enggak usah di tutup, Tante takut nih, kata Tante Erni sambil mulai berjongkok.
    Dia mulai menurunkan celana pendeknya sebatas betis dan juga celana dalamnya yang berwarna putih ada motif rendanya sebatas lutut juga. Serr.. rr.. serr.. psstt, kalau enggak salah gitu deh bunyinya. Jantungku sampai degdegan waktu liat Tante Erni kencing, dalam hatiku, kalau saja Tante Erni boleh ngasih liat terus boleh memegangnya hmm. Sampaisampai aku bengong ngeliat Tante Erni.
    Heh kenapa kamu Lex kok diam gitu awas nanti kesambet kata Tante Erni.


    Ah enggak apaapa Tante, jawabku.
    Pasti kamu lagi mikir yang enggakenggak yah, kok melihatnya ke bawah terus sih?, tanya Tante Erni.
    Enggak kok Tante, aku hanya belum pernah liat cewek kencing dan kaya apa sih bentuk itunya cewek? tanyaku.
    Tante Erni cebok dan bangun tanpa menaikkan celana sama CDnya.
    Kamu mau liat Lex? Nih Tante kasih liat tapi jangan bilangbilang yah nanti Tante enggak enak sama Mamamu, kata Tante Erni.
    Aku hanya mengangguk mengiyakan saja. Lalu tanganku dipegang ke arah vaginanya. Aku tambah degdegan sampai panas dingin karena baru kali ini Aku megang sama melihat yang namanya memek. Tante Erni membiarkanku memegangmegang vaginanya.

    Sudah yah Lex nanti enggak enak sama ibuibu yang lain dikirain kita ngapain lagi.
    Iyah Tante, jawabku.
    Lalu Tante Erni menaikan celana dalam juga celana pendeknya terus kami gabung lagi sama ibuibu yang lain.
    Esoknya aku masih belum bisa melupakan hal semalam sampai sampai aku panas dingin. Hari ini semua pengen pergi jalanjalan dari pagi sampai sore buat belanja oleholeh rekreasi. Tapi aku enggak ikut karena badanku enggak enak.
    Lex, kamu enggak ikut? tanya mamiku.
    Enggak yah Mam aku enggak enak badan nih tapi aku minta di bawain kue mochi saja yah Mah kataku.

    Yah sudah istirahat yah jangan mainmain lagi kata Mami.
    Erni, kamu mau kan tolong jagain si Alex nih yah, nanti kalau kamu ada pesenan yang mau di beli biar sini aku beliin kata Mami pada Tante Erni.
    Iya deh Kak aku jagain si Alex tapi beliin aku tales sama sayuran yah, aku mau bawa itu buat pulang besok kata Tante Erni.
    Akhirnya mereka semua pergi, hanya tinggal aku dan Tante Erni berdua saja di villa, Tante Erni baik juga sampaisampai aku di bikinin bubur buat sarapan, jam menunjukan pukul 9 pagi waktu itu.
    Kamu sakit apa sih Lex? kok lemes gitu? tanya Tante Erni sambil nyuapin aku dengan bubur ayam buatannya.


    Enggak tahu nih Tante kepalaku juga pusing sama panas dingin aja nih yang di rasa kataku.
    Tante Erni begitu perhatian padaku, maklumlah di usia perkawinannya yang sudah 5 tahun dia belum dikaruniai seorang buah hati pun.
    Kepala yang mana Lex atas apa yang bawah? kelakar Tante Erni padaku. Aku pun bingung, Memangya kepala yang bawah ada Tante? kan kepala kita hanya satu? jawabku polos.
    Itu tuh yang itu yang kamu sering tutupin pake segitiga pengaman kata Tante Erni sambil memegang si kecilku.

    Ah Tante bisa saja kataku.
    Eh janganjangan kamu sakit garagara semalam yah aku hanya diam saja.
    Selesai sarapan badanku dibasuh air hangat oleh Tante Erni, pada waktu dia ingin membuka celanaku, kubilang, Tante enggak usah deh Tante biar Alex saja yang ngelap, kan malu sama Tante
    Enggak apaapa, tanggung kok kata Tante Erni sambil menurunkan celanaku dan CDku.
    Dilapnya si kecilku dengan hatihati, aku hanya diam saja.

    Lex mau enggak pusingnya hilang? Biar Tante obatin yah
    Pakai apa Tan, aku enggak tahu obatnya kataku polos.
    Iyah kamu tenang saja yah kata Tante Erni.
    Lalu di genggamnya batang penisku dan dielusnya langsung spontan saat itu juga penisku berdiri tegak. Dikocoknya pelanpelan tapi pasti sampaisampai aku melayang karena baru pertama kali merasakan yang seperti ini.
    Achh.. cchh.. aku hanya mendesah pelan dan tanpa kusadari tanganku memegang vagina Tante Erni yang masih di balut dengan celana pendek dan CD tapi Tante Erni hanya diam saja sambil tertawa kecil terus masih melakukan kocokannya.


    Sekitar 10 menit kemudian aku merasakan mau kencing.
    Tante sudah dulu yah aku mau kencing nih kataku.
    Sudah, kencingnya di mulut Tante saja yah enggak apaapa kok kata Tante Erni.
    Aku bingung campur heran melihat penisku dikulum dalam mulut Tante Erni karena Tante Erni tahu aku sudah mau keluar dan aku hanya bisa diam karena merasakan enaknya.
    Hhgg..achh.. Tante aku mau kencing nih bener kataku sambil meremas vagina Tante Erni yang kurasakan berdenyutdenyut.

    Tante Ernipun langsung menghisap dengan agresifnya dan badanku pun mengejang keras.
    Croott.. ser.. err.. srett.. muncratlah air maniku dalam mulut Tante Erni, Tante Erni pun langsung menyedot sambil menelan maniku sambil menjilatnya. Dan kurasakan vagina Tante Erni berdenyut kencang sampaisampai aku merasakan celana Tante Erni lembab dan agak basah.
    Enak kan Lex, pusingnya pasti hilang kan? kata Tante Erni.
    Tapi Tante aku minta maaf yah aku enggak enak sama Tante nih soalnya Tante..

    Sudah enggak apaapa kok, oh iya kencing kamu kok kental banget, wangi lagi, kamu enggak pernah ngocok Lex?
    Enggak Tante
    Tanpa kusadari tanganku masih memegang vagina Tante Erni.
    Loh tangan kamu kenapa kok di situ terus sih. Aku jadi salah tingkah
    Sudah enggak apaapa kok, Tante ngerti katanya padaku.

    Tante boleh enggak Alex megang itu Tante lagi pintaku pada Tante Erni. Tante Erni pun melepaskan celana pendeknya, kulihat celana dalam Tante Erni basah entah kenapa.
    Tante kencing yah? tanyaku.
    Enggak ini namanya Tante nafsu Lex sampaisampai celana dalam Tante basah.
    Dilepaskannya pula celana dalam Tante Erni dan mengelap vaginanya dengan handukku. Lalu Tante Erni duduk di sampingku
    Lex pegang nih enggak apaapa kok sudah Tante lap katanya. Akupun mulai memegang vagina Tante Erni dengan tangan yang agak gemetar, Tante Erni hanya ketawa kecil.


    Lex, kenapa? Biasa saja donk kok gemetar kaya gitu sih kata Tante Erni. Dia mulai memegang penisku lagi, Lex Tante mau itu nih.
    Mau apa Tante?
    Itu tuh, aku bingung atas permintaan Tante Erni.
    Hmm itu tuh, punya kamu di masukin ke dalam itunya Tante kamu mau kan?
    Tapi Alex enggak bisa Tante caranya
    Sudah, kamu diam saja biar Tante yang ajarin kamu yah kata Tante Erni padaku.

    Mulailah tangannya mengelus penisku biar bangun kembali tapi aku juga enggak tinggal diam aku coba mengeluselus vagina Tante Erni yang di tumbuhi bulu halus.
    Lex jilatin donk punya Tante yah katanya.
    Tante Alex enggak bisa, nanti muntah lagi
    Coba saja Lex
    Tante pun langsung mengambil posisi 69. Aku di bawah, Tante Erni di atas dan tanpa pikir panjang Tante Erni pun mulai mengulum penisku.
    Achh.. hgghhghh.. Tante

    Aku pun sebenarnya ada rasa geli tapi ketika kucium vagina Tante Erni tidak berbau apaapa. Aku mau juga menjilatinya kurang lebih baunya vagina Tante Erni seperti wangi daun pandan (asli aku juga bingung kok bisa gitu yah) aku mulai menjilati vagina Tante Erni sambil tanganku melepaskan kaus u can see Tante Erni dan juga melepaskan kaitan BHnya, kini kami samasama telanjang bulat.
    Tante Erni pun masih asyik mengulum penisku yang masih layu kemudian Tante Erni menghentikannya dan berbalik menghadapku langsung mencium bibirku dengan nafas yang penuh nafsu dan menderu.
    Kamu tahu enggak mandi kucing Lex kata Tante Erni.


    Aku hanya menggelengkan kepala dan Tante Erni pun langsung menjilati leherku menciuminya sampaisampai aku menggelinjang hebat, ciumannya berlanjut sampai ke putingku, dikulumnya di jilatnya, lalu ke perutku, terus turun ke selangkanganku dan penisku pun mulai bereaksi mengeras.
    Dijilatinya paha sebelah dalamku dan aku hanya menggelinjang hebat karena di bagian ini aku tak kuasa menahan rasa geli campur kenikmatan yang begitu dahsyat. Tante Erni pun langsung menjilati penisku tanpa mengulumnya seperti tadi dia menghisaphisap bijiku dan juga terus sampaisampai lubang pantatku pun dijilatinya sampai aku merasakan anusku basah.

    Kulihat payudara Tante Erni mengeras, Tante Erni menjilati sampai ke betisku dan kembali ke bibirku dikulumnya sambil tangannya mengocok penisku, tanganku pun meremas payudara Tante Erni. Entah mengapa aku jadi ingin menjilati vagina Tante Erni, langsung Tante Erni kubaringkan dan aku bangun, langsung kujilati vagina Tante Erni seperti menjilati es krim.
    Achh.. uhh.. hhghh.. acch Lex enak banget terus Lex, yang itu isep jilatin Lex kata Tante Erni sambil menunjuk sesuatu yang menonjol di atas bibir vaginanya.
    Aku langsung menjilatinya dan menghisapnya, banyak sekali lendir yang keluar dari vagina Tante Erni tanpa sengaja tertelan olehku.
    Lex masukin donk Tante enggak tahan nih

    Tante gimana caranya?
    Tante Erni pun menyuruhku tidur dan dia jongkok di atas penisku dan langsung menancapkannya ke dalam vaginanya. Tante Erni naik turun seperti orang naik kuda kadang melakukan gerakan maju mundur. Setengah jam kami bergumul dan Tante Erni pun mengejang hebat.
    Lex Tante mau keluar nih eghh.. huhh achh erang Tante Erni.
    Akupun di suruhnya untuk menaik turunkan pantatku dan tak lama kurasakan ada sesuatu yang hangat mengalir dari dalam vagina Tante Erni. Hmm sungguh pengalaman pertamaku dan juga kurasakan vagina Tante Erni munguruturut penisku dan juga menyedotnya. Kurasakan Tante Erni sudah orgasme dan permainan kami terhenti sejenak. Tante Erni tidak mencabut penisku dan membiarkanya di dalam vaginanya.
    Lex nanti kalau mau kencing kaya tadi bilang ya pinta Tante Erni padaku.


    Akupun langsung mengiyakan tanpa mengetahui maksudnya dan Tante Ernipun langsung mengocok penisku dengan vaginanya dengan posisi yang seperti tadi.
    Achh .. Tante enak banget achh.., gfggfgfg.. kataku dan tak lama aku pun merasakan hal yang seperti tadi lagi.
    Tante Alex kayanya mau kencing niih
    Tante Erni pun langsung bangun dan mengulum penisku yang masih lengket dengan cairan kewanitaanya, tanpa malu dia menghisapnya dan tak lama menyemburlah cairan maniku untuk yang ke 2 kalinya dan seperti yang pertama Tante Erni pun menelannya dan menghisap ujung kepala penisku untuk menyedot habis maniku dan akupun langsung lemas tapi disertai kenikmatan yang alang kepalang.

    Kami pun langsung mandi ke kamar mandi berdua dengan telanjang bulat dan kami melakukannya lagi di kamar mandi dengan posisi Tante Erni menungging di pinggir bak mandi. Aku melakukannya dengan cermat atas arahan Tante Erni yang hebat. Selasai itu jam pun menunjukan pukul 1 siang langsung makan siang dengan telur dadar buatan Tante Erni, setelah itu kamipun capai sekali sampaisampai tertidur dengan Tante Erni di sampingku, tapi tanganku kuselipkan di dalam celana dalam Tante Erni.
    Kami terbangun pada pukul 3 sore dan sekali lagi kami melakukannya atas permintaan Tante Erni, tepat jam 4:30 kami mengakhiri dan kembali mandi, dan rombongan ibuibu pun pulang pukul 6 sore.
    Lex kamu sudah baikan? tanya Mamiku.
    Sudah mam, aku sudah seger n fit nih kataku.

    Kamu kasih makan apa Ni, si Alex sampaisampai langsung sehat tanya Mami sama Tante Erni.
    Hanya bubur ayam sama makan siang telur dadar terus kukasih saja obat anti panas kata Tante Erni.
    Esoknya kamipun pulang ke jakarta dan di mobil pun aku duduk di samping Tante Erni yang semobil denganku. Mami yang menyopir ditemani Ibu Herman di depan. Di dalam mobilpun aku masih mencuricuri memegang barangnya Tante Erni.
    Sampai sekarang pun aku masih suka melakukannya dengan Tante Erni bila rumahku kosong atau terkadang ke hotel dengan Tante Erni. Sekali waktu aku pernah mengeluarkan spermaku di dalam sampai 3 kali. Kini Tante Erni sudah dikarunia 2 orang anak yang cantik. Baru kuketahui bahwa suami Tante Erni ternyata menagalami ejakulasi dini. Sebenarnya kini aku bingung akan status anak Tante Erni.


    Yah, begitulah kisahku sampai sekarang aku tetap menjadi PIL Tante Erni bahkan aku jadi lebih suka dengan wanita yang lebih tua dariku. Pernah juga aku menemani seorang kenalan Tante Erni yang nasibnya sama seperti Tante Erni, mempunyai suami yang ejakulasi dini dan suka daun muda buat obat awet muda, dengan menelan air mani pria muda.

  • Kisah Memek Kena Rayuan Threesome Dika

    Kisah Memek Kena Rayuan Threesome Dika


    2605 views

    Duniabola99.com – Kali ini menceritakan pengalaman Sex pribadi dari seorang Pria bernama Dika pada saat dia masih kuliah dulu. Sungguh mujur sekali Dika ini, dalam satu tempo Dika bisa memperawani 2 gadis yang berstatus adik kakak ini. Kisah ini bisa terjadi ketika dika berkunjung dikos pacarnya yang bernama Lidya. Karena ketika itu mereka hanya berdua dikosan Lidya, maka terjadilah hubungan sex antara mereka berdua.

    Saking asiknya mereka melakukan hubungan sex, tidak diduga kakak dari Lidya datang dan mempergoki mereka yang sedang berhubungan sex. Singkat cerita kakak Lidya akhirnya-pun terjerat rayuan oleh dika dan merekapun melakukan hubungan sex threesome. Mau tahu kelanjutan ceritanya, Langsung aja yuk baca dan simak baik baik cerita dewasa ini.


    Sebut saja namaku Dika, aku akan membagikan -ku yang pastinya seru dan dijamin bikin para pembaca sekalian Horny, hhe. Usiaku sekrang 30 tahun, aku Pria berkulit putih bersih, berpostur tubuh biasa ( tidak kurus dan tidak gemuk ). ini adalah pengalaman pribadiku. Ketika aku kuliah di Solo aku mempunyai pacar yang berasal dari Jambi, dia bernama Lidya ( nama samaran). Aku memanggilnya dengan panggilan sayang Beby.
    Saat itu dia masih sekolah di salah 1 SMU di Yogyakarta. Sebenarnya Lidya ini anaknya lugu dan baik hati. Namun dibalik keluguan Lidya itu, dia mempunyai nafsu sex yang luar biasa. Ketika itu setiap weekend aku selalu menyempatkan untuk mengunjungi Beby di kos-nya. Sebenarnya Kos-kosan Beby ini mempunyai aturan yang cukup ketat, soalnya kos-kosan Beby ini adalah kos khusus putri. Aturan kunjungan tamu pada siang hari dibatasi jam 09.00-12.00 dan lanjut sampai 16.00 s/d 21.00.
    Pada hari minggu saat aku ke berkunjung kekosan Beby waktu menunjukan pukul 11.00, secara aturan aku hanya mempunyai waktu 1 jam di Kosannya dong. Walaupun ketat aturannya tapi teman yang bermain boleh masuk ke kamar dengan catatan pintu tidak boleh ditutup rapat rapat. Waktu 1 jam itu aku manfaatkan dengan baik untuk mencumbunya.
    Bahkan aku menjelajahi sekujur tubuhnya dari ujung rambut sampai kakinya, kami saling bergumul bak berkelahi saja. Kebetulan tempat tidurnya tepat di belakang pintu kamar. Tak terasa waktu sudah menunjukan jam 1 siang, terpaksa kami hentikan permainan yang tanggung itu. Dan dengan berat hati kami berbenah ruangan yang sudah seperti kapal pecah.
    “ Mas Dika ke Kosnya Toni ya? ” tanya dia sambil membetulkan kancing bajunya.
    “ Iya Beb, emang kamu mau ikut ? ” tanyaku.
    “ Nggak ah Mas, Cuacanya panas banget soalnya, ” jawabnya,
    Kemudian sejenak kami saling mepandang seolah tidak terima dengan perpisahaan yang sesaat itu, dan tiba-tiba Beby-pun berkata,
    “ Emmm… Mendingan Mas nggk usah ke kos Toni deh Mas, Mending kita bobok siang bareng disini aja, gimana ??? ” pintanya,
    “ Emm… gimana ya… kan ketat disini aturanya ? ”
    “ Udah kita cuek aja Mas, kita kunci aja kamar dari dalam, biar Ibu Kos gak tahu! anggap aja Beby lagi tidur-kan beres? ” ucapnya,
    “ Ha… Gila lu Beb ! ” kataku pendek.
    “ Mas Dika kan juga capek baru dari Solo, ntar di Kos Mas Toni gak bisa istirahat, paling juga bengong! ”
    Aku terdiam sejenak, benar juga yah ( pikirku).
    “ Benar nih gak takut sama Ibu kos? ”
    “ Siapa takut… ”
    “ Okelah, tapi ntar aku tak ke kamar mandi sebentar ”
    Sepulang dari kamar mandi kulihat dia udah ganti pakaian tidur dengan lengan terlihat mulus, kuning kecoklat coklatan.
    “ Beby tutup pintunya ya Mas… ”
    “ Hemmm… ”
    Kubaringkan badanku di kasur yang empuk, dan dia di sampingku sambil memelukku seolah tak mau kehilangan aku.
    “ Aduh… ” tiba tiba aja dia bergumam.
    “ Ada apa? ”
    “ Kurang ajar nih semut gigit paha Beby ” ujarnya sambil menyingkap daster bawahnya.
    “ Wah bener kurang ajar tuh semut gua aja belum pernah gigit paha Beby kok dia udah duluan… ”
    “ Emang mau gigit, tapi abis gigit mesti mati ya… Hi… Hi… ”
    “ Tu kan Mas, jadi merah… Emang kurang ajar semut itu! ”
    “ Sini Mas Dika cium biar sembuh… ” jawabku layaknya orang pacaran yang sok pahlawan.
    “ Gombal… ”
    Sambil iseng aku lihat pahanya yang digit semut itu dan, mantap… Mulus juga nih paha batinku. Aku usap paha itu dengan lembut beberapa kali, dan tiba tiba saja aku cium paha itu.
    “ Iihh geli Mas… ” Suara itu membuat ku birahi!
    “ Geli apa enak? ” bisikku, tanganku mulai menggerayangi buah dadanya.
    Dia diam saja, tanganku mulai kuselipkan dibalik bajunya dan menggerayangi pentilnya yang sudah mulai mengeras. Sementara tangan kiriku mulai menyelinap dibalik celana dalamnya dan kugesek gesek kan pada Kewanitaan-nya.
    Kusingkapkan dasternya keatas sehingga terlihat jelas gundukan Kewanitaannya di balik celana putihnya. Dia diam saja. Sedikit demi sedikit mulai aku tarik celana dalamnya ke bawah.
    “ Ayo terus kalau berani… ” tiba tiba aja dia berkata, aku sempat kaget dengan celetukannya itu.
    Dalam sekejap saja sudah aku telanjangi dia, mulus! Tanpa banyak acara lagi aku juga ikut telanjang, aku gesek gesekkan Kejantananku ke Kewanitaan-nya. Nikmat rasanya, tapi aku tak berpikir yang lain cukup gesek-gesek saja.
    Sambil bercanda dia bilang,
    “ Ayo kalau berani dimasukkan Mas ”.
    “ Gila kamu… ”
    “ Hi… Hi… Takut ya… ”
    “ Emang kenapa takut? ”
    “ Coba aja… ”
    Aku tahu dia cuma bercanda karena selama ini kita pacaran memang sangat berhati hati. Tapi dia terus mengejekku… Akhirnya tergoda juga aku. Aku masukkan helm Kejantananku ke Kewanitaannya yang jelas sudah basah kuyup, tapi aku masih ragu. Tapi terasa sangat hangat dan luar biasa… Aku masukan sedikit lagi dan hampir separuh Kejantananku sudah masuk.
    “ Mas jangan… Ingat ya… Jangan… ” katanya
    “ Kenapa… Kamu takut ya… ”
    “ Jangan Mas, keluarkan ” pintanya pelan.
    Aku terus menggesek gesekannya, nikmat rasanya! Tiba tiba saja dia menggeserkan pantatnya ke samping dan mendorong pahaku. Kejantananku terlepas, kami saling berpandangan sejenak.
    “ Mulai nakal ya? ”
    “ Habis ditantang sih… ”
    Dia mencium lembut bibirku, aku balas dengan lembut dan kami saling berpelukkan erat, aku ciumi leher dan telinganya, dia mulai menggeliat aku terus menyerangnya perlahan lahan aku cumbu buah dadanya dan terus aku merayap ke bawah sampai Kewanitaan-nya.
    Bau anyir yang merangsang keluar dari Kewanitaan nya, aku jilati Kewanitaannya, dia menggeliat nikmat, matanya terpejam. Aku semakin rakus melahapnya dan aku masukkan lidahku ke dalam Kewanitaannya. Dia menggeliat.
    “ Uuuhhhh… Enak Mas ”, Aku tambah semangat.
    “ Terus Mas… Enak… ”
    Aku lepas mulutku dan aku ganti dengan Kejantananku. Nafsu besar dan nikmat yang aku rasakan membuat ku tak sabar memasukkan Kejantananku.
    “ Aduh… Pelan pelan Mas ”
    “ Ya… ”
    Separuh Kejantananku sudah masuk, tapi susah sekali masuk lebih dalam. Aku tarik sedikit masuk lagi, mudur masuk, Mundur, Masuk tak terasa hampir masuk semua Kejantananku ke Kewanitaan-nya. Aku remas buah dadanya sambil aku ciumi lehernya, dia terlihat merem melek merasakan nikmatnya Kejantananku. Tiba tiba saja ada yang menarik Kejantananku dari dalam Kewanitaannya dan nikmat sekali…
    “ Akh… Enak sekali sayang… ”
    “ Tekan Mas… Tekan lagi… Pelan pelan… ”
    Aku merasakan Kejantananku keras dan terasa membesar didalam Kewanitaan Beby, aku sodokkan Kejantananku dengan pelan tapi pasti, dan semakin terasa ada yang menarik narik Kejantananku di dalam Kewanitaan.
    “ Aaaahhhh… Sakit Mas… Enak Mas… Terus… Terus… ”
    Erangan itu membuat aku semakin mengencangkan pelukanku terhadap dia, aku peluk dia erat-erat dan dia juga memelukku erat sekali sambil menahan sakit tapi enak…
    “ Uuuhhh… ” desis dari mulutnya sambil mengejang sekujur tubuhnya.
    “ Ehmmhh… ” badanku juga terasa mengejang nikmat sekali sperma ku kelar dengan deras memasuki Kewanitaannya.
    Terasa hangat Kejantananku, nikmat dan tak terucapkan dengan kata kata hanya erangan nikmat dari mulut kami berdua. Tiba tiba aku merasakan cairan hangat merampat di pahaku, aku terkejut bukan main. Aku tarik Kejantananku dari Kewanitaan Beby. Mataku terbelalak melihat cairan itu. Darah!
    “ Beb… ”
    “ Mas… Apa yang kita lakukan? ” Pandangannya juga nampak kaget.
    “ Maaf Beb… ” kataku.
    Tiba tiba saja Beby memelukku erat erat.
    “ Beby sayang Mas Dika ”
    “ Mas Dika juga sayang Beby ”
    Aku rebahkan dia di kasur yang empuk, kami saling berpandangan.
    “ Beby gak menyesal kok Mas, Beby senang ”, Ah, lega rasanya mendengar kata kata itu.
    Tok… Tok… Tiba tiba saja pintu di ketok! Kami kaget bukan main, bingung mau apa.
    “ Beb… Buka… Tidur ya… ”
    Kami tak bergerak cuma saling pandang, pelan pelan kami mengambil baju masing masing.
    “ Itu Teteh ”
    “ Diam aja Mas, pura-pura tidur gak dengar! ”
    “ Beb, Teteh pinjem hairdryer ”
    Badan ini rasanya panas dingin, kami tidak berani memakai baju karena takut berisik.
    “ Ceklek… ”
    Tiba-tiba saja pintu terbuka, ternyata Teteh punya juga kunci kamar Kos Beby yang memang berdampingan. Rasanya dunia mau runtuh saat itu.
    “ Beb… Mas… ”
    Teteh seolah tak percaya apa yang dilihatnya. Cepat cepat Teteh masuk dan mengunci kamar Beby, dan Teteh siap mengadili kami berdua yang masih telanjang.
    “ Apa apaan ini? ” Sambil melirik tempat tidur yang berantakan dan ada noda darah keperawanan Beby.
    “ Teh… Maaf kan saya Teh ” ucapku pelan.
    “ Saya yang bersalah Teh, bukan Beby ”
    “ Kenapa Mas Dika lakukan? Teteh udah percaya sekali ama Mas Dika! ” sambil meneteskan buliran air mata kekecewaan.
    “ Maaf Teh… ”
    Tiba tiba saja Teteh memelukku yang masih telanjang! dan Kejantananku menyentuh tubuhnya yang lebih kecil dari Beby. Pelukkan erat Teteh membuat Kejantananku berdiri lagi, dan aku bingung.
    “ Celaka nih, tegang lagi ”
    Beby pun ikut memeluk kami yang masih berpelukkan, buah dada Beby membuat aku tambah merangsang. Aku beranikan mencium bawah telinga Teteh yang masih terisak di pelukkanku. Harum juga karena Teteh memang baru selesai mandi. AKu tambah terangsang dan aku ciumi leher Teteh. Sedikit aku merasakan gerakan Teteh yang ternyata dia juga terangsang dengan ciumanku.
    ditambah posisi telanjangku dan Kejantananku yang menempel di sekitar pusar Teteh. Aku coba kencangkan pelukanku terhadap Teteh, sementara aku ganti mencium Beby yang juga memeluk Teteh, Beby menyabut ciumanku dengan lahapnya sementara Teteh yang ada dalam pelukan kami berdua pada posisi ditengah karena memang Beby memeluk Teteh dari belakang dan saya dari depan.
    Tak ayal Teteh cuma menggeliat diantara kami, tanganku turun kebawah ke arah pantat Beby yang tepat dibelakang Teteh. Aku tarik pantat Beby ke depan sehingga mendorong tubuh Teteh lebih merapat ketubuhku dan menjepit Kejantananku. Aku goyangkan pantat Beby perlahan lahan dengan harapan badan Teteh juga ikut bergoyang, dan harapanku itu terpenuhi.
    Badan Teteh bergoyang menggesek gesek Kejantananku, tangannya bertambah erat memelukku. Tiba tiba saja Mulut Teteh mulai menyerang leherku, rupanya dia juga gak tahan melihat aku dan Beby semangat berciuman. Tanganku mulai berani meraba buah dada Teteh dan Teteh tidak menolak bahkan seolah olah menikmatinya.
    Mata Beby memandangku dengan sorot tajam seolah melarang aku meraba kakaknya itu tapi aku pura-pura tidak melihat. Perlahan tanganku aku turunkan dan meraba Kewanitaan Beby dengan tangan kanan, dan tangan kiriku mulai merayap dibalik CD Teteh. Aku lihat Beby menikmati tanganku yang sudah meremas Kewanitaan nya, dia terlihat memejamkan matanya.
    “ Wah kesempatan bagus nih untukku ” batinku,
    Kewanitaan Teteh pun tak lepas dari tangan kiriku dan Teteh juga menikmatinya. Teteh sedikit melorotkan badannya dan mencium pentil susuku yang kecil dan dia terus bergerak ke bawah sambil meremas Kejantananku.
    Dan sesaat Teteh sudah sibuk dengan mulutnya menikmati Kejantananku. Teteh mendorong badanku hingga aku terjatuh di spring bed, Beby pun mendahului Tetehnya memegang Kejantananku seolah dia tak rela Kejantananku di jamah Tetehnya.
    Beby langsung memasukkan Kejantananku kedalam Kewanitaannya yang sudah basah dan sedikit noda darah masih ada, sementara Teteh harus puas melahap mulutku. Beby begitu semangat mengenjot Kejantananku dengan gerakan naik turun sambil mengerang kenikmatan.
    “ Ouhh… Ahhhh… ”
    Beby mengeluh sambil badanya mengejang, rupanya dia sudah keluar lagi.
    Teteh yang melihat Beby sudah klimaks memanfaatkan kesempatan itu untuk mengambil posisi mengarahkan mulutnya ke Kejantananku dan Kewanitaannya diarahkan ke mulutku, ketika itu posisiku dan posisi Teteh saling berlawanan.
    Kaki Teteh menjepit kepalaku sehingga aku dengan jelas melihat Kewanitaan Teteh yang dipenuhi rambut tipis disekelilingnya. Sementara Beby ada disamping kami berdua sambil meremas remas sendiri buah dadanya. Aku jilati Kewanitaan Teteh yang masih wangi karena habis mandi, aku masukan lidahku menyentuh dalam Kewanitaannya dan Teteh menikmatinya.
    “ Enak Mas… Terus… ”
    Hampir saja aku tidak bisa bernafas karena Teteh menekankan Kewanitaannya ke wajahku, aku dorong sedikit pantatnya supaya aku bisa bernafas. Aku balikkan badan Teteh, sehingga saat ini posisiku diatas Teteh.
    Aku tidak mau berlama lama melakukan oral sama Teteh, langsung saja aku masukkan Kejantananku ke Kewanitaan Teteh yang ternyata juga cukup kecil buat Kejantananku. Teteh agak kesakitan tapi tidak protes.
    “ Uhhh… Ssss… Aaaahhh… ”
    Akhirnya Kejantananku bisa masuk hampir semuanya, dan Teteh merasa kesakitan dan menggeser sedikit pantatnya kesamping tapi tetap aku buru ke samping sambil sedikit menggoyangnya.
    Kedua kaki Teteh diangkat menjepit pantatku seolah-olah dia ingin memasukkan Kejantananku lebih dalam lagi, aku berusaha memasukkan pelan pelan dan agaknya lebih lancar karena Kewanitaan Teteh sudah basah kuyup. Kaki Teteh menjepitku tambah kencang dan aku juga coba peluk Teteh lebih kencang.
    “ Sssss…. Aaahhh… ”
    Teteh melenguh dan nafasnya tersengal-sengal, ternyata dia mengalami puncak kenikmatan, aku rasakan badannya mengejang dan jepitan kakinya membuatku tak bisa bernafas tapi aku biarkan dia menikmati kenikmatan itu.
    Sedikit demi sedikit jepitan kaki dan pelukan Teteh mulai lepas, giliranku sekarang untuk menikmati kenikmatan bersama Teteh. Aku balikkan badan Teteh dan aku masukkan Kejantananku dari belakang dengan gaya anjing aku coblos Kewanitaan Teteh. film sex disini
    So wow… sungguh nikmat sekali ternyata dengan gaya ini, aku menikmati sekali gaya ini. Kejantananku keluar masuk ke Kewanitaan Teteh seolah tak ingin berhenti apalagi diiring desahan Teteh yang pelan tapi sangat membuatku bernafsu. Hampir lima menit Kejantananku keluar masuk ke Kewanitaan Teteh dan akhirnya,
    “ Aaahhh… Nikmat Teh… ” badankupun mengejang nikmat,
    Aku peluk Teteh dari belakang sambil menikmati klimaksku. Kejantananku terasa membesar saat itu dan aku coba masukkan lebih dalam Kejantananku ke Kewanitaan Teteh. Tiba tiba saja terdengar suara seperti air tumpah. Aku kaget tapi bersamaan suara itu kenikmatan yang jauh lebih nikmat dari sebelumnya! Aku kaget sekali saat aku rasakan ada air hangat mengalir di antara Kejantananku.
    “ Jangan jangan… ”
    Cepat cepat aku keluarkan Kejantananku dari Kewanitaan Teteh, hah… Benar dugaanku. Darah! Ternyata Teteh juga masih perawan! berarti dalam 3 jam aku dapat dua perawan! Kakak Adik lagi!
    “ Hebat! ” dalam batinku. Ternyata aku laki laki paling beruntung dapat perawan 2 sekaligus!
    Tak kusadari aku lihat Beby disampingku meneteskan air Mata dan memejamkan matanya yang sudah sembab! Aku baru sadar ternyata adeganku dengan Teteh dilihat tanpa sensor oleh Beby! Pacarku! Dan adegan itu aku lakukan dengan kakaknya! Teteh! Saat itu aku gak tahu harus berbuat apa! Aku hanya memeluk Beby dan Teteh keluar dari kamar meninggalkan kami tanpa sepatah katapun.film dewasa
    Hari hari berikutnya aku selalu membagi spermaku untuk mereka berdua untuk Beby dan Teteh, tapi saat itu aku selalu beranggapan Beby pacarku dan Teteh adalah selingkuhanku! Semua ini aku jalani dari tahun 2012 sampai 2013. Karena sejak tahun 2013 kami putus. nonton film semi terbaru klik disisni
    Saat ini Beby dan Teteh sudah menikah, demikian juga dengan aku. Beby dapat suami orang Magelang dan Teteh dapat tetangganya di Palembang. Walaupun begitu Aku masih sering melakukan sex by phone dengan Beby paling tidak seminggu sekali dan sex di hotel sebulan sekali. Kami masih bisa menikmatinya.

  • Kisah Memek Kusuruh Roy Menjilati Memeku

    Kisah Memek Kusuruh Roy Menjilati Memeku


    2604 views

    Duniabola99.com – Nama saya Diana. Saya sedang bingung sekali saat ini, Saya tidak tahu harus berbuat apa. Karenanya saya akan mencoba menceritakan sedikit pengalaman hidup saya yang baru saya hadapi baru-baru ini.

    Umur Saya 27 tahun. Saya sudah berkeluarga dan sudah mempunyai anak satu. Saya menikah dengan seorang pria bernama Niko. Niko adalah suami yang baik. Kami hidup berkecukupan. Niko adalah seorang pengusaha yang sedang meniti karir.


    Karena kesibukannya, dia sering keluar kota . Dia kasian kepada saya yang tinggal sendiri dirumah bersama anak saya yang berusia 2 tahun. Karenanya ia lantas mengajak adiknya yang termuda bernama Roy yang berusia 23 tahun untuk tinggal bersama kami. Roy adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di sebuah PTS. Kehidupan rumah tangga saya bahagia, hingga peristiwa terakhir yang saya alami.

    Selama kami menikah kehidupan sex kami menurut saya normal saja. Saya tidak tahu apa yang dimaksud dengan orgasme. Tahulah, saya dari keluarga yang kolot. Memang di SMA saya mendapat pelajaran seks, tetapi itu hanya sebatas teori saja. Saya tidak tahu apa yang dinamakan orgasme.

    Saya memang menikmati sex. Saat kami melakukannya saya merasakan nikmat. Tetapi tidak berlangsung lama. Suami saya mengeluarkan spermanya hanya dalam 5 menit. Kemudian kami berbaring saja. Selama ini saya sangka itulah seks. Bahkan sampai anak kami lahir dan kini usianya sudah mencapai dua tahun. Dia seorang anak laki-laki yang lucu.

    Di rumah kami tidak mempunyai pembantu. Karenanya saya yang membersihkan semua rumah dibantu oleh Roy . Roy adalah pria yang rajin. Secara fisik dia lebih ganteng dari suami saya. Suatu ketika saat saya membersihkan kamar Roy , tidak tersengaja saya melihat buku Penthouse miliknya. Saya terkejut mengetahui bahwa Roy yang saya kira alim ternyata menyenangi membaca majalah ‘begituan’.

    Lebih terkejut lagi ketika saya membaca isinya. Di Penthouse ada bagian bernama Penthouse Letter yang isinya adalah cerita tentang fantasi ataupun pengalaman seks seseorang. Saya seorang tamatan perguruan tinggi juga yang memiliki kemampuan bahasa Inggris yang cukup baik.

    Saya tidak menyangka bahwa ada yang namanya oral seks. Dimana pria mengulum bagian yang paling intim dari seorang wanita. Dan wanita melakukan hal yang sama pada mereka. Sejak saat itu, saya sering secara diam-diam masuk ke kamar Roy untuk mencuri-curi baca cerita yang ada pada majalah tersebut.

    Suatu ketika saat saya sibuk membaca majalah itu, tidak saya sadari Roy datang ke kamar. Ia kemudian menyapa saya. Saya malu setengah mati. Saya salting dibuatnya. Tapi Roy tampak tenang saja. Ketika saya keluar dari kamar ia mengikuti saya. Agen Judi Nova88

    Saya duduk di sofa di ruang TV. Ia mengambil minum dua gelas, kemudian duduk disamping saya. Ia memberikan satu gelas kepada saya. Saya heran, saya tidak menyadari bahwa saya sangat haus saat itu. Kemudian ia mengajak saya berbicara tentang seks. Saya malu-malu meladeninya. Tapi ia sangat pengertian. Dengan sabar ia menjelaskan bila ada yang masih belum saya ketahui.

    Tanpa disadari ia telah membuat saya merasa aneh. Excited saya rasa. Kini tangannya menjalari seluruh tubuh saya. Saya berusaha menolak. Saya berkata bahwa saya adalah istri yang setia. Ia kemudian memberikan argumentasi bahwa seseorang baru dianggap tidak setia bila melakukan coitus. Yaitu dimana sang pria dan wanita melakukan hubungan seks dengan penis pada vagina.

    Ia kemudian mencium bagian kemaluan saya. Saya mendorong kepalanya.
    Tangannya lalu menyingkap daster saya, sementara tangan yang lain menarik lepas celana dalam saya. Ia lalu melakukan oral seks pada saya. Saya masih mencoba untuk mendorong kepalanya dengan tangan saya. Tetapi kedua tangannya memegang kedua belah tangan saya. Saya hanya bisa diam. Saya ingin meronta, tapi saya merasakan hal yang sangat lain.

    Tidak lama saya merasakan sesuatu yang belum pernah saya alami seumur hidup saya. Saya mengerang pelan. Kemudian dengan lembut menyuruhnya untuk berhenti. Ia masih belum mau melepaskan saya. Tetapi kemudian anak saya menangis, saya meronta dan memaksa ingin melihat keadaan anak saya.

    Barulah ia melepaskan pegangannya. Saya berlari menemui anak saya dengan beragam perasaan bercampur menjadi satu. Ketika saya kembali dia hanya tersenyum. Saya tidak tahu harus bagaimana. Ingin saya menamparnya kalau mengingat bahwa sebenarnya ia memaksa saya pada awalnya. Tetapi niat itu saya urungkan. Toh ia tidak memperkosa saya. Saya lalu duduk di sofa kali ini berusaha menjaga jarak. Lama saya berdiam diri.


    Ia yang kemudian memulai pembicaraan. Katanya bahwa saya adalah seorang wanita baru. Ya, saya memang merasakan bahwa saya seakan-akan wanita baru saat itu. Perasaan saya bahagia bila tidak mengingat suami saya. Ia katakan bahwa perasaan yang saya alami adalah orgasme. Saya baru menyadari betapa saya telah sangat kehilangan momen terindah disetiap kesempatan bersama suami saya.

    Hari kemudian berlalu seperti biasa. Hingga suatu saat suami saya pergi keluar kota lagi dan anak saya sedang tidur. Saya akui saya mulai merasa bersalah karena sekarang saya sangat ingin peristiwa itu terulang kembali. Toh, ia tidak berbuat hal yang lain.

    Saya duduk di sofa dan menunggu dia keluar kamar. Tapi tampaknya dia sibuk belajar dikamar. Mungkin dia akan menghadapi mid-test atau semacamnya. Saya lalu mencari akal supaya dapat berbicara dengannya.

    Saya kemudian memutuskan untuk mengantarkan minuman kedalam kamar.

    Disana ia duduk di tempat tidur membaca buku kuliahnya. Saya katakan supaya dia jangan lupa istirahat sambil meletakkan minuman diatas meja belajarnya. Ketika saya permisi hendak keluar, ia berkata bahwa ia sudah selesai belajar dan memang hendak istirahat sejenak. Ia lalu mengajak saya ngobrol. Saya duduk ditempat tidur lalu mulai berbicara dengannya.

    Tidak saya sadari mungkin karena saya lelah seharian, saya sambil berbicara lantas merebahkan diri diatas tempat tidurnya. Ia meneruskan bicaranya. Terkadang tangannya memegang tangan saya sambil bicara. Saat itu pikiran saya mulai melayang teringat kejadian beberapa hari yang lalu.

    Melihat saya terdiam dia mulai menciumi tangan saya. Saat saya sadar, tangannya telah berada pada kedua belah paha saya, sementara kepalanya tenggelam diantara selangkangan saya. Oh, betapa nikmatnya. Kali ini saya tidak melawan sama sekali. Saya menutup mata dan menikmati momen tersebut. Agen Nova88 Terbaik

    Nafas saya semakin memburu saat saya merasakan bahwa saya mendekati klimaks. Tiba-tiba saya merasakan kepalanya terangkat. Saya membuka mata bingung atas maksud tujuannya berhenti. Mata saya terbelalak saat memandang ia sudah tidak mengenakan bajunya. Mungkin ia melepasnya diam-diam saat saya menutup mata tadi.

    Tidak tahu apa yang harus dilakukan saya hanya menganga saja seperti orang bodoh. Saya lihat ia sudah tegang. Oh, betapa saya ingin semua berakhir nikmat seperti minggu lalu. Tangan kirinya kembali bermain diselangkangan saya sementara tubuhnya perlahan-lahan turun menutupi tubuh saya.

    Perasaan nikmat kembali bangkit. Tangan kanannya lalu melolosi daster saya. Saya telanjang bulat kini kecuali bra saya. Tangan kirinya meremasi buah dada saya. Saya mengerang sakit. Tangan saya mendorong tangannya, saya katakan apa sih maunya. Dia hanya tersenyum.

    Saya mendorongnya pelan dan berusaha untuk bangun. Mungkin karena intuisinya mengatakan bahwa saya tidak akan melawan lagi, ia meminggirkan badannya. Dengan cepat saya membuka kutang saya, lalu rebah kembali.
    Ia tersenyum setengah tertawa. Dengan sigap ia sudah berada diatas tubuh saya kembali dan mulai mengisapi puting susu saya sementara tangan kanannya kembali memberi kehidupan diantara selangkangan saya dan tangan kirinya mengusapi seluruh badan saya.

    Selama kehidupan perkawinan saya dengan Niko, ia tidak pernah melakukan hal-hal seperti ini saat kami melakukan hubungan seks. Seakan-akan seks itu adalah buka, mulai, keluar, selesai. Saya merasakan diri saya bagaikan mutiara dihadapan Roy .

    Kemudian Roy mulai mencium bibir saya. Saya balas dengan penuh gairah. Sekujur tubuh saya terasa panas sekarang. Kemudian saya rasakan alatnya mulai mencari-cari jalan masuk. Dengan tangan kanan saya, saya bantu ia menemukannya. Ketika semua sudah pada tempatnya, ia mulai mengayuh perahu cinta kami dengan bersemangat.

    Kedua tangannya tidak henti-hentinya mengusapi tubuh dan dada saya. Saya hanya bisa memejamkan mata saya. Aduh, nikmatnya bukan kepalang.
    Tangannya lalu mengalungkan kedua tangan saya pada lehernya. Saya membuka mata saya. Ia menatap mata saya dengan sejuta arti. Kali ini saya tersenyum. Ia balas tersenyum. Mungkin karena gemas melihat saya, bibirnya lantas kembali memagut.

    Oh, saya merasakan waktunya telah tiba. Kedua tangan saya menarik tubuhnya agar lebih merapat. Dia tampaknya mengerti kondisi saya saat itu. Ini dibuktikannya dengan mempercepat laju permainan. Ahh, saya mengerang pelan. Kemudian saya mendengar nafasnya menjadi berat dan disertai erangan saya merasakan kemaluan saya dipenuhi cairan hangat.

    Sejak saat itu, saya dan dia selalu menunggu kesempatan dimana suami saya pergi keluar kota untuk dapat mengulangi perbuatan terkutuk itu. Betapa nafsu telah mengalahkan segalanya. Setiap kali akan bercinta, saya selalu memaksanya untuk melakukan oral seks kepada saya. Tanpa itu, saya tidak dapat hidup lagi. Saya benar-benar memerlukannya.


    Dia juga sangat pengertian. Walaupun dia sedang malas melakukan hubungan seks, dia tetap bersedia melakukan oral seks kepada saya. Saya benar-benar merasa sangat dihargai olehnya.

    Kini saya bagaikan memiliki dua suami. Saya diperlakukan dengan baik oleh keduanya. Saya tahu suami saya sangat mencintai saya. Saya juga sangat mencintai suami saya. Tetapi saya tidak bisa melupakan kenikmatan yang telah diperkenalkan oleh Roy kepada saya.

    Suami saya tidak pernah curiga sebab Roy tidak berubah saat suami saya ada di rumah. Tetapi bila Niko sudah pergi keluar kota , dia memperlakukan saya sebagaimana istrinya. Dia bahkan pernah memaksa untuk melakukannya di kamar kami. Saya menolak dengan keras. Biar bagaimana saya akan merasa sangat bersalah bila melakukannya ditempat tidur dimana saya dan Niko menjalin hubungan yang berdasarkan cinta.

    Saya katakan dengan tegas kepada Roy bahwa dia harus menuruti saya. Dia hanya mengangguk saja. Saya merasa aman sebab dia tunduk kepada seluruh perintah saya. Saya tidak pernah menyadari bahwa saya salah. Benar-benar salah.

    Suatu kali saya disuruh untuk melakukan oral seks kepadanya. Saya benar benar terkejut. Saya tidak dapat membayangkan apa yang harus saya lakukan atas ‘alat’-nya. Saya menolak, tetapi dia terus memaksa saya. Karena saya tetap tidak mau menuruti kemauannya, maka akhirnya ia menyerah.

    Kejadian ini berlangsung beberapa kali, dengan akhir dia mengalah. Hingga terjadi pada suatu hari dimana saat saya menolak kembali dia mengancam untuk tidak melakukan oral seks kepada saya. Saya bisa menikmati hubungan seks kami bila dia telah melakukan oral seks kepada saya terlebih dahulu.

    Saya tolak, karena saya pikir dia tidak serius. Saya berpikir bahwa dia masih menginginkan seks sebagaimana saya menginginkannya. Ternyata dia benar-benar melakukan ancamannya. Dia bahkan tidak mau melakukan hubungan seks lagi dengan saya. Saya bingung sekali. Saya membutuhkan cara untuk melepaskan diri dari kerumitan sehari-hari. Bagi saya, seks merupakan alat yang dapat membantu saya menghilangkan beban pikiran.

    Selama beberapa hari saya merasa seperti dikucilkan. Dia tetap berbicara dengan baik kepada saya. Tetapi setiap kali saya berusaha mengajaknya untuk melakukan hubungan seks dia menolak. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Saya berusaha semampu saya untuk merayunya, tetapi dia tetap menolak.

    Saya bingung, apa saya tidak cukup menarik. Wajah saya menurut saya cukup cantik. Pada masa-masa kuliah, banyak sekali teman pria saya yang berusaha mencuri perhatian saya. Teman wanita saya bilang bibir saya sensual sekali. Saya tidak mengerti bibir sensual itu bagaimana. Yang saya tahu saya tidak ambil pusing untuk hal-hal seperti itu.

    Saya tidak diijinkan terlalu banyak keluar rumah oleh orang tua saya kecuali untuk keperluan les ataupun kursus. Saya orangnya supel dan tidak pilih-pilih dalam berteman. Mungkin hal ini yang (menurut saya pribadi) menyebabkan banyak teman pria yang mendekati saya.

    Sesudah melahirkan, saya tetap melanjutkan aktivitas senam saya. Dari sejak masa kuliah saya senang senam. Saya tahu saya memiliki tubuh yang menarik, tidak kalah dengan yang masih muda dan belum menikah. Kulit saya putih bersih, sebab ibu saya mengajarkan bagaimana cara merawat diri.

    Bila saya berjalan dengan suami saya, selalu saja pria melirik kearah saya. Suami saya pernah mengatakan bahwa dia merasa sangat beruntung memiliki saya. Saya juga merasa sangat beruntung memiliki suami seperti dia. Niko orangnya jujur dan sangat bertanggung jawab. Itu yang sangat saya sukai darinya. Saya tidak hanya melihat dari fisik seseorang, tetapi lebih dari pribadinya.

    Tetapi Roy sendiri menurut saya sangatlah ganteng. Mungkin itu pula sebabnya, banyak teman wanitanya yang datang kerumah. Katanya untuk belajar. Mereka biasa belajar di teras depan rumah kami. Roy selain ganteng juga pintar menurut saya. Tidaklah sulit baginya untuk mencari wanita cantik yang mau dengannya.

    Saya merasa saya ditinggalkan. Roy tidak pernah mengajak saya untuk melakukan hubungan seks lagi. Dia sekarang bila tidak belajar dikamar, lebih banyak menghabiskan waktunya dengan teman-teman wanitanya. Saya kesepian sekali dirumah. Untung masih ada anak saya yang paling kecil yang dapat menghibur.

    Hingga suatu saat saya tidak dapat menahan diri lagi. Malam itu, saat Roy masuk ke kamarnya setelah menonton film, saya mengikutinya dari belakang.

    Saya katakan ada yang perlu saya bicarakan. Anak saya sudah tidur saat itu. Dia duduk di tempat tidurnya. Saya bilang saya bersedia melakukannya hanya saya tidak tahu apa yang harus saya perbuat.

    Dengan gesit dia membuka seluruh celananya dan kemudian berbaring. Dia katakan bahwa saya harus menjilati penisnya dari atas hingga bawah.

    Walaupun masih ragu-ragu, saya lakukan seperti yang disuruh olehnya.
    Penisnya mendadak ‘hidup’ begitu lidah saya menyentuhnya. Kemudian saya disuruh membasahi seluruh permukaan penisnya dengan menggunakan lidah saya.

    Dengan bantuan tangan saya, saya jilati semua bagian dari penisnya sebagaimana seorang anak kecil menjilati es-krim. Tidak lama kemudian, saya disuruh memasukkan penisnya kedalam mulut saya. Saya melonjak kaget. Saya bilang, dia sendiri tidak memasukkan apa apa kedalam mulutnya saat melakukan oral seks kepada saya, kenapa saya harus dituntut melakukan hal yang lebih.

    Dia berkata bahwa itu disebabkan karena memang bentuk genital dari pria dan wanita berbeda. Jadi bukan masalah apa-apa. Dia bilang bahwa memang oral seks yang dilakukan wanita terhadap pria menuntut wanita memasukkan penis pria kedalam mulutnya. Sebenarnya saya juga sudah pernah baca dari majalah-majalah Penthouse miliknya, saya hanya berusaha menghindar sebab saya merasa hal ini sangatlah tidak higienis.


    Karena khawatir saya tidak memperoleh apa yang saya inginkan, saya menuruti kemauannya. Kemudian saya disuruh melakukan gerakan naik dan turun sebagaimana bila sedang bercinta, hanya bedanya kali ini, penisnya berada di dalam mulut saya, bukan pada vagina saya.

    Selama beberapa menit saya melakukan hal itu. Saya perlahan-lahan menyadari, bahwa oral seks tidaklah menjijikkan seperti yang saya bayangkan. Dulu saya membayangkan akan mencium atau merasakan hal-hal yang tidak enak. Sebenarnya hampir tidak terasa apa-apa. Hanya cairan yang keluar dari penisnya terasa sedikit asin. Masalah bau, seperti bau yang umumnya keluar saat pria dan wanita berhubungan seks.

    Tangannya mendorong kepala saya untuk naik turun semakin cepat. Saya dengar nafasnya semakin cepat, dan gerakan tangannya menyebabkan saya bergerak semakin cepat juga. Kemudian menggeram pelan, saya tahu bahwa dia akan klimaks, saya berusaha mengeluarkan alatnya dari mulut saya, tetapi tangannya menekan dengan keras. Saya panik. Tidak lama mulut saya merasakan adanya cairan hangat, karena takut muntah, saya telan saja dengan cepat semuanya, jadi tidak terasa apa-apa.

    Saat dia sudah tenang, dia kemudian melepaskan tangannya dari kepala saya. Saya sebenarnya kesal karena saya merasa dipaksa. Tetapi saya diam saja. Saya takut kalau dia marah, semua usaha saya menjadi sia-sia saja.
    Saya bangkit dari tempat tidur untuk pergi berkumur. Dia bilang bahwa saya memang berbakat. Berbakat apanya, kalau dia main paksa lagi saya harus hajar dia.

    Sesudah nafasnya menjadi tenang, dia melakukan apa yang sudah sangat saya tunggu-tunggu. Dia melakukan oral seks kepada saya hampir 45 menit lebih.
    Aduh enak sekali. Saya orgasme berulang-ulang. Kemudian kami mengakhiri-nya dengan bercinta secara ganas.

    ———

    Sejak saat itu, oral seks merupakan hal yang harus saya lakukan kepadanya terlebih dahulu sebelum dia melakukan apa-apa terhadap saya. Saya mulai khawatir apakah menelan sperma tidak memberi efek samping apa-apa kepada saya. Dia bilang tidak, malah menyehatkan. Karena sperma pada dasarnya protein. Saya percaya bahwa tidak ada efek samping, tetapi saya tidak percaya bagian yang ‘menyehatkan’ . Hanya saya jadi tidak ambil pusing lagi.

    Tidak lama berselang, sekali waktu dia pulang kerumah dengan membawa kado. Katanya untuk saya. Saya tanya apa isinya. Baju katanya. Saya gembira bercampur heran bahwa perhatiannya menjadi begitu besar kepada saya. Saat saya buka, saya terkejut melihat bahwa ini seperti pakaian dalam yang sering digunakan oleh wanita bila dipotret di majalah Penthouse. Saya tidak tahu apa namanya, tapi saya tidak bisa membayangkan untuk memakainya.

    Dia tertawa melihat saya kebingungan. Saya tanyakan langsung kepadanya sebenarnya apa sih maunya. Dia bilang bahwa saya akan terlihat sangat cantik dengan itu. Saya bilang no way. Saya tidak mau dilihat siapapun menggunakan itu. Dia bilang bahwa itu sekarang menjadi ‘seragam’ saya setiap saya akan bercinta dengannya.

    Karena saya pikir toh hanya dia yang melihat, saya mengalah. Memang benar, saat saya memakainya, saya terlihat sangat seksi. Saya bahkan juga merasa sangat seksi. Saya menggunakannya didalam, dimana ada stokingnya, sehingga saya menggunakan pakaian jeans diluar selama saya melakukan aktivitas dirumah seperti biasa. Efeknya sungguh diluar dugaan saya. Saya menjadi, apa itu istilahnya, horny (?) sekali.

    Saya sudah tidak tahan menunggu waktunya tiba. Dirinya juga demikian tampaknya. Malam itu saat saya melucuti pakaian saya satu persatu, dia memandangi seluruh tubuh saya dengan sorot mata yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Kami bercinta bagaikan tidak ada lagi hari esok.

    Sejak saat itu, saya lebih sering lagi dibelikan pakaian dalam yang seksi olehnya. Saya tidak tahu dia mendapatkan uang darimana, yang saya tahu semua pakaian ini bukanlah barang yang murah. Lama-kelamaan saya mulai khawatir untuk menyimpan pakaian ini dilemari kami berdua (saya dan Niko) sebab jumlahnya sudah termasuk banyak. Karenanya, pakaian ini saya taruh di dalam lemari Roy .

    Dia tidak keberatan selama saya bukan membuangnya. Katanya, dengan pakaian itu kencantikan saya bagai bidadari turun dari langit. Pakaian itu ada yang berwarna hitam, putih maupun merah muda. Tetapi yang paling digemari olehnya adalah yang berwarna hitam. Katanya sangat kontras warnanya dengan warna kulit saya sehingga lebih membangkitkan selera.

    Saya mulai menikmati hal-hal yang diajarkan oleh Roy kepada saya. Saya merasakan semua bagaikan pelajaran seks yang sangat berharga. Ingin saya menunjukkan apa yang telah saya ketahui kepada suami saya. Sebab pada dasarnya, dialah pria yang saya cintai. Tetapi saya takut bila dia beranggapan lain dan kemudian mencium perbuatan saya dan Roy .

    Saya tidak ingin rumah tangga kami hancur. Tetapi sebaliknya, saya sudah tidak dapat lagi meninggalkan tingkat pengetahuan seks yang sudah saya capai sekarang ini.


    ———

    Suatu ketika, Roy pulang dengan membawa teman prianya. Temannya ini tidak seganteng dirinya, tetapi sangat macho. Pada mukanya masih tersisa bulu-bulu bekas cukuran sehingga wajahnya sedikit terlihat keras dan urakan. Roy memperkenalkan temannya kepada saya yang ternyata bernama Bari .

    Kami ngobrol panjang lebar. Bari sangat luas pengetahuannya. Saya diajak bicara tentang politik hingga musik. Menurut penuturannya Bari memiliki band yang sering main dipub. Ini dilakukannya sebagai hobby serta untuk menambah uang saku. Saya mulai menganggap Bari sebagai teman.

    Bari semakin sering datang kerumah. Anehnya, kedatangan Bari selalu bertepatan dengan saat dimana Niko sedang tidak ada dirumah. Suatu ketika saya menemukan mereka duduk diruang tamu sambil meminum minuman yang tampaknya adalah minuman keras. Saya menghampiri mereka hendak menghardik agar menjaga kelakuannya.

    Ketika saya dekati ternyata mereka hanya minum anggur. Mereka lantas menawarkan saya untuk mencicipinya. Sebenarnya saya menolak. Tetapi mereka memaksa karena anggur ini lain dari yang lain. Akhirnya saya coba walaupun sedikit. Benar, saya hanya minum sedikit. Tetapi tidak lama saya mulai merasa mengantuk. Selain rasa kantuk, saya merasa sangat seksi.

    Karena saya mulai tidak kuat untuk membuka mata, Roy lantas menyarankan agar saya pergi tidur saja. Saya menurut. Roy lalu menggendong saya ke kamar tidur. Saya heran kenapa saya tidak merasa malu digendong oleh Roy dihadapan Bari . Padahal Bari sudah tahu bahwa saya sudah bersuami. Saya tampaknya tidak dapat berpikir dengan benar lagi.

    Kata Roy, kamar saya terlalu jauh, padahal saya berat, jadi dia membawa saya ke kamarnya. Saya menolak, tetapi dia tetap membawa saya ke kamarnya. Saya ingin melawan tetapi badan rasanya lemas semua. Sesampai-nya dikamar, Roy mulai melucuti pakaian saya satu persatu. Saya mencoba menahan, karena saya tidak mengerti apa tujuannya. Karena saya tidak dalam kondisi sadar sepenuhnya, perlawanan saya tidak membawa hasil apa apa.

    Kini saya berada diatas tempat tidur dengan keadaan telanjang. Roy mulai membuka pakaiannya. Saya mulai merasa bergairah. Begitu dirinya telanjang, lidahnya mulai bermain-main didaerah selangkangan saya. Saya memang tidak dapat bertahan lama bila dia melakukan oral seks terhadap saya. Saya keluar hanya dalam beberapa saat. Tetapi lidahnya tidak kunjung berhenti. Tangannya mengusapi payudara saya. Kemudian mulutnya beranjak menikmati payudara saya.

    Kini kami melakukannya dalam ‘missionary position’. Begitulah istilahnya kalau saya tidak salah ingat pernah tertulis dimajalah-majalah itu. Ah, nikmat sekali. Saya hampir keluar kembali. Tetapi ia malah menghentikan permainan. Sebelum saya sempat mengeluarkan sepatah katapun, tubuh saya sudah dibalik olehnya. Tubuh saya diangkat sedemikian rupa sehingga kini saya bertumpu pada keempat kaki dan tangan dalam posisi seakan hendak merangkak.

    Sebenarnya saya ingin tiduran saja, saya merasa tidak kuat untuk menopang seluruh badan saya. Tetapi setiap kali saya hendak merebahkan diri, ia selalu mengangkat tubuh saya. Akhirnya walaupun dengan susah payah, saya berusaha mengikuti kemauannya untuk tetap bangkit. Kemudian dia memasukkan penisnya ke dalam vagina saya. Tangannya memegang erat pinggang saya, lalu kemudian mulai menggoyangkan pinggangnya. Mmm, permainan dimulai kembali rupanya.

    Kembali kenikmatan membuai diri saya. Tanpa saya sadari, kali ini, setiap kali dia menekan tubuhnya kedepan, saya mendorong tubuh saya kebelakang. Penisnya terasa menghujam-hujam kedalam tubuh saya tanpa ampun yang mana semakin menyebabkan saya lupa diri.

    Saya keluar untuk pertama kalinya, dan rasanya tidak terkira. Tetapi saya tidak memiliki maksud sedikitpun untuk menghentikan permainan. Saya masih ingin menggali kenikmatan demi kenikmatan yang dapat diberikan olehnya kepada saya. Roy juga mengerti akan hal itu. Dia mengatur irama permainan agar bisa berlangsung lama tampaknya.

    Sesekali tubuhnya dibungkukkannya kedepan sehingga tangannya dapat meraih payudara saya dari belakang. Salah satu tangannya melingkar pada perut saya, sementara tangan yang lain meremasi payudara saya. Saat saya menoleh kebelakang, bibirnya sudah siap menunggu. Tanpa basa-basi bibir saya dilumat oleh dirinya.

    Saya hampir mencapai orgasme saya yang kedua saat dia menghentikan permainan. Saya bilang ada apa, tetapi dia langsung menuju ke kamar mandi. Saya merasa sedikit kecewa lalu merebahkan diri saya ditempat tidur. Jari tangan saya saya selipkan dibawah tubuh saya dan melakukan tugasnya dengan baik diantara selangkangan saya. Saya tidak ingin ‘mesin’ saya keburu dingin karena kelamaan menunggu Roy .

    Tiba-tiba tubuh saya diangkat kembali. Tangannya dengan kasar menepis tangan saya. Iapun dengan langsung menghujamkan penisnya kedalam tubuh saya. Ah, kenapa jadi kasar begini. Belum sempat saya menoleh kebelakang, ia sudah menarik rambut saya sehingga tubuh saya terangkat kebelakang sehingga kini saya berdiri pada lutut saya diatas tempat tidur.

    Rambut saya dijambak kebelakang sementara pundaknya menahan punggung saya sehingga kepala saya menengadah keatas. Kepalanya disorongkan kedepan untuk mulai menikmati payudara saya. Dari mulut saya keluar erangan pelan memintanya untuk melepaskan rambut saya. Tampaknya saya tidak dapat melakukan apa-apa walaupun saya memaksa. Malahan saya mulai merasa sangat seksi dengan posisi seperti ini.

    Semua ini dilakukannya tanpa berhenti menghujamkan dirinya kedalam tubuh saya. Saya merasakan bahwa penisnya lebih besar sekarang. Apakah ia meminum semacam obat saat dikamar mandi? Ah, saya tidak perduli, sebab saya merasakan kenikmatan yang teramat sangat.

    Yang membuat saya terkejut ketika tiba-tiba dua buah tangan memegangi tangan saya dari depan. Apa apaan ini? Saya mulai mencoba meronta dengan sisa tenaga yang ada pada tubuh saya. Kemudian tangan yang menjambak saya melepaskan pegangannya. Kini saya dapat melihat bahwa Roy berdiri diatas kedua lututnya diatas tempat tidur dihadapan saya.

    Jadi, yang saat ini menikmati saya adalah… Saya menoleh kebelakang. Bari ! Bari tanpa membuang kesempatan melumat bibir saya. Saya membuang muka, saya marah sekali, saya merasa dibodohi. Saya melawan dengan sungguh-sungguh kali ini. Saya mencoba bangun dari tempat tidur. Tetapi Bari menahan saya. Tangannya mencengkram pinggang saya dan menahan saya untuk berdiri. Sementara itu Roy memegangi kedua belah tangan saya. Saya sudah mau menangis saja.


    Saya merasa diperalat. Ya, saya hanya menjadi alat bagi mereka untuk memuaskan nafsu saja. Sekilas teringat dibenak saya wajah suami dan anak saya. Tetapi kini semua sudah terlambat. Saya sudah semakin terjerumus.

    Roy bergerak mendekat hingga tubuhnya menekan saya dari depan sementara Bari menekan saya dari belakang. Dia mulai melumat bibir saya. Saya tidak membalas ciumannya. Tetapi ini tidak membuatnya berhenti menikmati bibir saya. Lidahnya memaksa masuk kedalam mulut saya. Tangan saya dilingkarkannya pada pinggangnya, sementara Bari memeluk kami bertiga.

    Saya mulai merasakan sesak napas terhimpit tubuh mereka. Tampaknya ini yang diinginkan mereka, saya bagaikan seekor pelanduk diantara dua gajah. Perlahan-lahan kenikmatan yang tidak terlukiskan menjalar disekujur tubuh saya. Perasaan tidak berdaya saat bermain seks ternyata mengakibatkan saya melambung diluar batas imajinasi saya sebelumnya. Saya keluar dengan deras dan tanpa henti. Orgasme saya datang dengan beruntun.

    Tetapi Roy tidak puas dengan posisi ini. Tidak lama saya kembali pada ‘dog style position’. Roy menyorongkan penisnya kebibir saya. Saya tidak mau membuka mulut. Tetapi Bari menarik rambut saya dari belakang dengan keras. Mulut saya terbuka mengaduh. Roy memanfaatkan kesempatan ini untuk memaksa saya mengulum penisnya.

    Kemudian mereka mulai menyerang tubuh saya dari 2 arah. Dorongan dari arah yang satu akan menyebabkan penis pada tubuh mereka yang berada diarah lainnya semakin menghujam. Saya hampir tersedak. Roy yang tampaknya mengerti kesulitan saya mengalah dan hanya diam saja. Bari yang mengatur segala gerakan.

    Tidak lama kemudian mereka keluar. Sesudah itu mereka berganti tempat.
    Permainan dilanjutkan. Saya sendiri sudah tidak dapat menghitung berapa banyak mengalami orgasme. Ketika mereka berhenti, saya merasa sangat lelah. Walupun dengan terhuyung-huyung, saya bangkit dari tempat tidur, mengenakan pakaian saya seadanya dan pergi ke kamar saya.

    Di kamar saya masuk ke dalam kamar mandi saya. Di sana saya mandi air panas sambil mengangis. Saya tidak tahu saya sudah terjerumus kedalam apa kini. Yang membuat saya benci kepada diri saya, walaupun saya merasa sedih, kesal, marah bercampur menjadi satu, namun setiap saya teringat kejadian itu, saya merasa basah pada selangkangan saya.

    Malam itu, saat saya menyiapkan makan malam, Roy tidak berbicara sepatah katapun. Bari sudah pulang. Saya juga tidak mau membicarakannya. Kami makan sambil berdiam diri.

    Sejak saat itu, Bari tidak pernah datang lagi. Saya sebenarnya malas bicara kepada Roy . Saya ingin menunjukkan kepadanya bahwa saya tidak suka dengan caranya menjebak saya. Tetapi bila ada suami saya saya memaksakan diri bertindak biasa. Saya takut suami saya curiga dan bertanya ada apa antara saya dan Roy .

    Hingga pada suatu kesempatan, Roy berbicara bahwa dia minta maaf dan sangat menyesali perbuatannya. Dikatakannya bahwa ‘threesome’ adalah salah satu imajinasinya selama ini. Saya mengatakan kenapa dia tidak melakukannya dengan pelacur. Kenapa harus menjebak saya. Dia bilang bahwa dia ingin melakukannya dengan ‘someone special’.

    Saya tidak tahu harus ngomong apa. Hampir dua bulan saya melakukan mogok seks. Saya tidak perduli kepadanya. Saya membalas perbuatannya seperti saat saya pertama kali dipaksa untuk melakukan oral seks kepadanya.

    Selama dua bulan, ada saja yang diperbuatnya untuk menyenangkan saya.
    Hingga suatu waktu dia membawa makanan untuk makan malam. Saya tidak tahu apa yang ada dipikirannya. Hanya pada saat saya keluar, diatas meja sudah ada lilin. Saat saya duduk, dia mematikan sebahagian lampu sehingga ruangan menjadi setengah gelap.

    Itu adalah ‘candle light dinner’ saya yang pertama seumur hidup. Suami saya tidak pernah cukup romantis untuk melakukan ini dengan saya. Malam itu dia kembali minta maaf dan benar-benar mengajak saya berbicara dengan sungguh-sungguh. Saya tidak tahu harus bagaimana.

    Saya merasa saya tidak akan pernah memaafkannya atas penipuannya kepada saya. Hanya saja malam itu begitu indah sehingga saya pasrah ketika dia mengangkat saya ke kamar tidurnya.

  • Video bokep Yui Nishikawa threesome doggystyle

    Video bokep Yui Nishikawa threesome doggystyle


    2604 views

    Agen Joker118

  • Kisah Memek ngentot dengan perjaka

    Kisah Memek ngentot dengan perjaka


    2602 views

    Duniabola99.com – Beberapa thn kebelakang, rumahku memang tergolong bebas untuk siapa saja, Mereka bebas datang kapanpun dan dgn siapapun. Khususnya para abg-abg yg broken home. Mau cewek atau cowok. Kadang aku berfikir, kenapa orangtuku mengijinkan ya? Apa mereka ga takut barang-barang ada yg hilang? Terbukti salah 1 hp dari mereka pernah hilang digondol teman-teman mereka-mereka jg. Tp lama kelamaan aku makin terbiasa dgn kehadiran mereka. Kata ortuku, kasian mereka yg jauh dari orang tuanya.


    Aku jarang sekali keluar kamar, meski mereka datang, aku selalu diam didalam kamar. Untuk apa keluar? Di kamar sudah ada tv, dan kamar mandi. Mau makan cukup kedapur yg posisinya dekat dgn kamarku. Segala yg aku perlukan tinggal aku minta belikan pada mereka siapa saja yg ada dirumah.

    Suatu hari, tiba-tiba aku mendengar suara laki-laki yg menyanyi-nyanyi diluar kamarku. Aku merasa baru dengar suara itu. Penasaran, aku keluar menuju dapur yg bedekatan dgn ruang tengah yg biasa dipakai kumpul oleh mereka. Diam didekat pintu dapur sambil lirik sana sini, basa-basi menyapa mereka, mungkin hari itu sekitar kurang lebih 15 orang yg sedang berada dirumahku. Bisa lebih dari 20 orang kalau dimalam minggu. Mereka biasa ketawa-ketawa, bermain gitar, minum-minum alkohol, kalau au sedang mood, aku suka ikut sebentar hanya untuk minum.

    Saat itu, tatapanku akhirnya berakhir pada seorang laki-laki berperawakan tinggi, dgn tubuh tegap dan kulit putih. Sial! Cowok ini langsung bikin aku tertarik. Gumamku dalam hati. Lalu dgn terlihat dingin, laki-laki itupun menatapku balik. Dgn acuh nya akupun memalingkan muka dan kembali ke dalam kamar. Didalam kamar aku langsung terduduk diatas kasur. Bayangan sosok laki-laki yg sedang berada didepan kamarku terus saja ada dikepalaku. Aku harus mendapatkannya.

    Hari terus berlalu, laki-laki itu belum kembali kerumahku. Aku fikir dia bukan seperti anak-anak yg lainnya. Yg tidur dirumahku. Emm, mungkin dia bukan anak broken home jg. Paling iseng-iseng maen. Tp, aku ga boleh nyerah buat dapetin dia.

    Siang itu, aku melihat ada Adit, salah 1 anak paling lama yg suka tinggal dirumahku sedang menaiki tangga sambil membawa ember jemuran pakaiannya. Aku lalu mengikutinya untuk ketempat jemuran. Sembari menjemur, Adit masih tdk sadar kalau ada aku disampingnya. Hahaha, dasar cowok, pandangan mata nya hanya bisa melihat lurus kedepan. Tdk sperti wanita yg bisa melihat samping kanan kiri walau dia sedang menatap lurus kedepan.

    Kucolek pinggangnya.

    “Wadaw teteh, kirain siapa!” Kata Adit, terlihat dia sangat kaget.

    “Hahahahhaa, serius amat sih ngejemurnya.” Kataku sambil tertawa terbahak-bahak. Lalu aku duduk disalah 1 bangku yg memang disediakan di atas untuk nongkrong anak-anak.

    Adit melanjutkan menjemur pakaiannya.

    “Dit, kemaren-kemaren ada cwo yg pake jaket coklat siapa?” Tanyaku.

    “Yg mana teh?” Tanya nya balik.

    “Itu yg rambutnya cepak pinggir-pinggirnya.” Jawabku.

    Adit terlihat berfikir dan mengingat-ingat. Dia menjemur pakaian terakhirnya.

    “Oohhh itu. Itu si Budi. Deket kok rumahnya teh. Tp dia tinggal sendiri, ortunya jadi TKW.” Kata Adit sambil menghampiriku dan duduk disampingku.

    “Kenapa? Tumben sih teteh tanya-tanya orang yg datang kerumah, biasanya jg cuex.” Lanjutnya sambil cengengesan.


    “Ya pingin aja atuh, namanya jg penasaran.” Jawabku.

    “Cieeee penasaran, pasti ada maunya.” Goda Adit. Dia melihat Hp nya yg tiba-tiba berdering. Aku cuma mesem-mesem digoda sperti itu.

    “Tp teh, dia jg nanyain teteh lho. Aku bilang aja jangan macem-macem ke teteh, karna teteh yg punya ini rumah. Dia nanya ke aku, katanya kok teteh pake pakaiannya sexy. Aku bilang aja, kalo emang kelakuan teteh tuh ga ada malunya, aurat diliat-liat. Hahahahahaaa.” Adit tertawa terbahak-bahak.

    Aku gak memperdulikan ucapan Adit soal pakaianku, yg ku fikir hanya bagaimana bisa dekat dgn Budi.

    “Kapan Budi kesini lagi?” Tanyaku.

    “Lah kayanya dia ada dibawah deh sekarang. Tadi kan yg sms dia. Katanya dah ada dirumah ini.” Jawaban Adit membuat aku kaget dan senang.

    “Serius Dit? Yuk ah ke bawah” kataku sambil berdiri dan berjalan cepat menuju tangga untuk kebawah tanpa memperdulikan jawaban Adit.

    Dibawah, diteras rumah, aku melihat Budi sedang duduk didepan jendela kamarku. Menunggu Adit mungkin. Kepalanya yg tadi menunduk melihat hp nya, sekarang menengadah melihatku. Dgn tanpa basa-basi aku mendekatinya lalu tersenyum.

    “Hey, Budi ya? Boleh minta no hp nya?” Kataku.

    Aku memang wanita yg malas berbasa-basi, kalau ada maunya, langsung bicara saja. Itu lebih enak menurutku.

    “Eh teteh, boleh.” Jawab nya terlihat sedikit kaget mendengar todonganku, lalu dia mengotak atik hp nya lalu menyerahkan padaku.

    Disana kulihat sebaris nomber hp. Kucatat di hp ku.

    “Makasih ya.” Kataku sambil berlalu dan masuk kerumah lalu ke kamarku.

    Gilak, aku seneng banget dapet no hp nya. Pelan-pelan tp pasti, aku kudu ngerasain ngentod ama dia. Akhirnya setiap hari, kami sms an. Bahkan saat dia ada dirumahkupun aku masih sms dia. Aku tetap malas keluar kamar. Hingga suatu hari, pembicaraan kami mengarah pada selangkangan. Dia dgn polosnya bilang, kalau belum pernah ML. WTF, berarti dapet perjaka lagi nih, fikirku. Aku terus saja memancingnya sampai dia tertarik ingin melakukannya. Dan pancinganku gak sia-sia. Umpan nya dimakan ikan. Dia pun mau.

    Saat dia sedang berada dirumahku, aku bilang, nanti malam dia kudu tidur dirumah ku bersama yg lainnya. Tengah malam dia keluar kamar dan tungguin aku didapur. Semuanya berjalan sesuai rencana. Tengah malam itu kami sudah berdua didapur yg remang-remang. Aku duduk diatas meja dapur, dia berdiri didepanku. Dgn lahapnya dia mencium bibirku dan tangannya meremas-remas toketku. Dia lalu memintaku mengikutinya kekamar mandi tamu yg memang dekat dgn dapur.


    Tanpa basa basi lagi, dia dgn agak kasar menyuruhku menungging dgn bertumpuan tangan dan lututku diatas toilet duduk. Aku menurutinya. Aku yg hanya memakai baju tidur dgn model tengtop longgar dan terusan rok pendek, tanpa beha dan tanpa celana dalam akan memudahkan kami untuk ngentod. Dgn keadaan kamar mandi gelap, dia sepertinya kewalahan, susah mencari mana lubang yg benar.

    Akhirnya aku tuntun penisnya menuju lubang meqiku. Dan Blesssss, penisnya masuk kedalam meqiku. Aku mendesah kecil, takut terdengar orang serumah. Dia mengocok penisnya dgn cepat. Desahannya terdengar agak memburu. Dan creeettt, creeettt.. Ada rasa cairan hangat menyirami meqiku, mungkin cuma 2menit goyangannya dan dia sudah mengeluarkan spermanya didalam meqiku. Aghhhh, padahal aku belum apa-apa. Tp aku maklumi sih. Namanya perjaka. Kebanyakan belum bisa mengatur nafsunya.

    “Aghhh teteh maaf.” Katanya sambil membalikan tubuhku. Dia jongkok dihadapanku yg terduduk di atas toilet. Aku tersenyum dan mengelus wajahnya.

    “Gak papa Bud, kan nanti bisa lagi.” Kataku.

    “Oh jadi boleh lagi? Sekarang yuk, di meja dapur.” Katanya sambil menarikku keluar kamar mandi menuju dapur kembali.

    Dgn masih terburu-buru, dia menciumi wajahku, bibirku dan memainkan bibirnya didaerah toketku. Ughhh rasanya ingin mendesah, tp ga bisa karna takut membangunkan ortuku atau orang yg ada dirumah.


    Masih dgn tdk sabarnya, dia membuat pahaku mengangkang, dan dia menusukkan 1 jaringa kedalam lubang meqiku. Ughhhh aku mendesah pelan. Budi mencium bibirku, agar tdk keluar desahan yg lebih hebat saat dia mengocok keluar masuk jari nya didalam meqiku. Aku terhentak agak keras dgn tangan bertumpu kebelakang saat Budi menusukkan dalam-dalam jarinya kedalam meqiku, lalu dia menggoyang-goyangkannya didalam tanpa dia maju mundurkan.

    Siaaallll, itu tepat banget didaerah g-spotku. Ingin rasanya aku teriak menikmati kenikmatan itu. Tp sayangnya gak bisa. Dgn sedikit kasar, Budi menarik tubuhku agar bisa mencium bibirku. Mungkin dia khawatir aku beneran teriak. Aku melepaskan ciumannya dan memohon untuk dia memasukkan penisnya kedalam meqiku.

    “Masukin dong sayang, udah gak kuat.” Kataku dgn mata sayu menatapnya.

    Cahaya remang-remang yg masuk ke dapur dari ruang keluarga, membantu ku melihat penisnya yg lumayan besar dan putih. Aku pegang penisnya dan dgn perlahan mengarahkan ke meqiku dengam posisi aku mengangkang lebar diatas meja dapur. Dan sekali lagi, blesssss… Penis yg nikmat itu masuk kedalam meqiku.

    Aghhh, shiitttt nikmatnyaaa… Budi membiarkan beberapa detik penisnya didalam meqiku. Lalu dgn ritme perlahan, dia menarik dan memasukkan kembali penisnya kedalam meqiku. Dgn tubuh menyender ke tembok dan kaki mengangkang lebar, aku bisa melihat penisnya yg keluar masuk didalam meqiku. Aghh, rasanya benar-benar nikmat. Sialnya aku gak bisa mendesah dan teriak. Dgn terus mengocok, Budi menciumi leherku, aku benar-benar nyerah kalau sudah diciumi bagian kuping dan leher.


    Tanpa lama-lama lagi, aku memeluknya erat dan sedikit menggigit pundaknya agar tdk teriak. Ya, saat itu aku orgasme. Orgasme yg sangat nikmat. Nafasku memburu. Terdengar pula nafas Budi ikut menjadi cepat. Dan genjotannya pun sangat menghentak-hentakkan tubuhku. Dan tiba-tiba tubuhnya mengejang didalam dekapanku. Ternyata dia orgasme lagi. Lama-lama tubuhnya melemah dan aku melepaskan pelukanku. “Kenapa?” Tanyaku. Budi tersenyum dan mencium keningku.

    “Enak, makasih ya teh.” Katanya. Aku ikut tersenyum. Kami berciuman sebentar.

    Dan tanpa banyak bicara lagi, aku membereskan bajuku. Terburu-buru masuk ke kamar tidurku dan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan meqiku drei sisa-sisa spermanya. Sepertinya, Budi jg menuju kamar mandi tamu. Dia ga berani ke kamar mandi kamar yg dia tempati. Ahhahaaa mungkin takut membangunkan anak-anak yg sedang lelap tertidur.

    Setelah malam itu, kami jadi semakin dekat dan sering ngentod. Dirumahku atau pun lebih bebas dirumahnya yg memang dia tempati sendirian. Bahkan kami pernah melakukan disiang bolong, ditempat umum. Ya tempat olah raga yg disana terdapat panggung kecil. Disisi panggung itulah aku menungging merasakan genjotan penis nya yg benar-benar bikin aku ketagihan.

  • Kisah Memek Pijatan Nafsu Pembantu Baruku

    Kisah Memek Pijatan Nafsu Pembantu Baruku


    2602 views

    Duniabola99.com – Aku dan istri memang sedang membutuhkan seorang pembantu untuk mengurus segala aktifitas rumah tangga yang terbengkalai karena kami berdua sama-sama sibuk cari nafkah di luar rumah.


    ‘Dari Cisompet, Bu ‘ kata pembantu baru itu kepada istriku ketika ditanya asalnya dari mana.
    ‘Cisompet ? Daerah mana tuh ‘
    ‘Itu Bu ‘ Garut terus ka kidul .. jauh ‘. Dekat perkebunan teh ‘ jelasnya lagi dengan wajah memerah karena malu-malu kali.

    Wajah yang biasa saja seperti wajah gadis desa lainnya, tapi Tini ini punya kelebihan, kulitnya kuning langsat dan bersih, badannya sedikit agak gemuk.

    ‘Pameumpeuk, maksud kamu ‘ kataku nimbrung, ingat daerah pantai selatan Garut, yang ada tempat peluncuran roket itu.
    ‘Sebelumnya Pak. Tempat saya daerah pegunungan, kebun teh. Pameumpeuk mah cakeut pisan ka laut ‘
    ‘Berapa umur kamu ‘
    ‘Bulan depan 21 tahun, Bu ‘
    ‘Udah berkeluarga ? ‘
    ‘Sudah Bu, tapi sekarang udah cerai ‘
    ‘Punya anak ? ‘
    ‘Satu Bu, laki2, umur 2 tahun ‘
    ‘Dimana anaknya sekarang ? ‘
    ‘Di kampung, ikut neneknya ‘
    ‘Udah pernah kerja sebelumnya ? ‘ tanya isteriku lagi.
    ‘Pernah dua kali Bu ‘.
    ‘Kerja di mana ? ‘
    ‘Di Jakarta ‘
    ‘Pembantu juga, trus pindah ke Swasta hanya sebulan
    ‘Sebagai apa di swasta ‘
    ‘Biasa Bu, buruh ‘

    Singkatnya, setelah ‘wawancara rekrutmen ‘ itu akhirnya isteriku menerima Tini sebagai pembantu rumah tangga kami yang baru. Sebenarnya, ‘interview’ yang dilakukan oleh isteriku kurang mendalam, setidaknya menurut text-book yang pernah kubaca. Tapi biarlah, toh hanya PRT dan kami memang sangat membutuhkannya. Di hari pertama Tini bekerja, isteriku terpaksa ambil cuti sehari untuk ‘memberi petunjuk ‘ kepada pembantu baru ini.

    Pembaca yang baik, dari sejak diterimanya Tini sebagai pembantu rumah tangga kami inilah kisah nyataku berawal. Cerita ini memang sungguh2 saya alami sekitar setahun yang lalu. Setelah aku dapat kiriman URL address Samzara lewat seorang mail-mate dan aku membaca cerita2 serunya, aku terdorong untuk ikut berkisah tentang pengalamanku nyataku ini, walaupun aku sebenarnya bukan penulis.

    Kami suami isteri memang sama-sama bekerja sebagai karyawan, tapi beda perusahaan. Anak kami orang. Si sulung, laki2, baru sebulan ini mulai kuliah dan kost di Jatinangor. Walaupun kami juga tinggal di Bandung, tapi untuk menghemat waktu dan biaya transport dia kost di dekat kampusnya. Nomor dua perempuan, SMU swasta kelas dua, masuk siang, dan si Bungsu lelaki, masih SLTP negeri masuk pagi.

    Walapun aku terkadang ‘jajan‘ kalau keadaan darurat, sebenarnya aku tak tertarik kepada Tini. Selain karena dia pembantu, juga karena isteriku masih mantap dan mampu memuaskanku dalam banyak hal, termasuk seks. Kenapa masih suka jajan? Ya .. karena dalam keadaan darurat itu. Tapi sekepepet gimanapun aku engga akan ‘makan ‘ pembantu. Tak baik. Lagipula Tini, yang menarik darinya sebagai wanita, hanya kulit tubuhnya yang langsat dan bersih.
    Demikian juga setelah Tini sebulan kerja di rumahku. Sampai suatu saat, aku mulai lebih sering memperhatikannya karena peristiwa yang akan kuceritakan ini.


    Waktu itu aku tak masuk kantor sebab badanku tak enak. Seluruh badan pegal2, mulai dari punggung, pinggang sampai kedua kaki. Mungkin ini cuma flu atau masuk angin, aku tak perlu ke dokter. Tapi karena pegal2 tadi aku memutuskan untuk istirahat di rumah saja. Tiduran saja sambil membaca.

    ‘Oh, maaf Pak‘ Saya kira Bapak ke kantor ‘ seru Tini kaget.

    Dia masuk ke kamarku untuk membersihkan seperti biasanya. Tini langsung menutup pintu kembali dan keluar.

    ‘Engga apa2 bersihin aja ‘
    ‘Bapak sakit?‘ tanyanya
    ‘Engga ‘. Cuman pegel2 badan, kayanya masuk angin ‘

    Tini mulai menyapu, kemudian mengepel. Ketika dia membungkuk-bungkuk ngepel lantai itulah aku ‘terpaksa‘ melihat belahan dadanya dari leher T-shirt nya. Kesan pertama : bulat dan putih. Wah ‘pemandangan menarik juga nih, pikirku. Tak ada salahnya kan menikmati pemandangan ini. Bentuk buah dada itu semakin jelas ketika Tini mengepel lantai dekat tempat tidur. Belahan dada itu menyiratkan ‘kebulatan‘ dan mantapnya ukuran bukit-bukit disampingnya. Dan lagi, putihnya ampuun.

    Walaupun aku mulai terrangsang menikmati guncangan sepasang ‘bola’ kembar besar itu, aku segera menghilangkan pikiran-pikiran yang mulai menggoda. Ingat, dia pembantu rumah tangga kamu.

    ‘Kalo masuk angin, mau dikerokin Pak?‘

    Pertanyaan yang biasa sebenarnya, apalagi ekspresi wajahnya wajar, polos, dan memang ingin membantu. Tini ternyata rajin bekerja, isteriku senang karena dia tak perlu banyak perintah sudah bisa jalan sendiri. Jadi kalau dia bertanya seperti itu memang dia ingin membantuku. Tapi aku sempat kaget atas tawarannya itu, sebab lagi asyik memperhatikan belahan putihnya.

    ‘Kerokin? Bapak engga biasa kerokan. Punggung pegal2 begini sih biasanya dipijit‘

    Memang aku suka memanggil Mang Oyo, tukang pijat, tapi dia sedang ada panggilan ke Cimahi. Besok lusa baru tukang pijit langgananku itu janji mau dateng.

    ‘Oo .. tukang pijit yang ditelepon Ibu tadi ya‘ sahutnya.

    Tini rupanya memperhatikan isteriku menelepon.

    ‘Dia kan baru dateng 2 hari lagi‘ lanjutnya sambil terus mengepel.

    Tini memang suka ngobrol. Tak apalah sekali2 ngobrol ama pembantu, asal masih bisa menikmati guncangan bukit kembarnya. Aku tak menjawab. Kini ada lagi ‘temuanku’. Meski Tini agak gemuk, tapi badannya berbentuk. Maksudku shaping line-nya dari atas lebar, turun ke pinggang menyempit, terus turun lagi ke pinggul melebar. Seandainya tubuh
    Tini ini bisa di ‘re-engineering‘, dibentuk kembali, tingginya ditambah sekitar 5 cm tapi tidak perlu tambahan

    ‘bahan baku ‘, jadilah tubuh ideal.
    ‘Entar kalo kerjaan saya udah beres, Bapak mau saya pijitin?‘
    ‘Hah’ Berani bener dia menawari majikan lakinya untuk dipijit? Tapi kulihat wajahnya serius dan masih tetap polos.


    Jelas tak ada maksud lain selain memang ingin membantu majikannya.

    ‘Emang kamu bisa ? ‘
    ‘Saya pernah kursus memijat, Pak ‘
    ‘Boleh‘ hanya itu jawabanku.

    Sebenarnya aku ingin tanya lebih jauh tentang kursusnya itu, tapi dia telah menyelesaikan pekerjaannya dan terus keluar kamar. Tinggal aku yang menimbang-nimbang. Aku memang senang dipijit, baik oleh Mang Oyo apalagi oleh wanita muda. Tapi gimana kalau isteriku tahu aku dipijit oleh Tini, aku belum tahu reaksinya. Terima sajalah tawarannya ini, toh aku nanti bisa pesan sama dia untuk tak bilang ke isteriku.

    ‘Dipijat sekarang, Pak?‘ tawarnya ketika ia membawa minuman yang kuminta.

    Kulihat baru jam 12 siang.

    ‘Kerjaan kamu udah beres ? ‘
    ‘Belum sih, mau seterika tapi jemuran belum kering ‘

    Aku juga ingin sekarang, tapi anakku yang sekolah siang belum berangkat. Tak enak kalau dia tahu bapaknya dipijat oleh pembantu wanita muda.

    ‘Entar aja. Sekitar jam 2′

    Pertimbanganku, pada jam itu anak kedua sudah ke sekolah, si Bungsu sudah pulang sekolah dan main keluar rumah seperti biasanya, dan masih cukup waktu sebelum isteriku pulang kantor pada pukul 5 sore.
    Sekitar pukul 2 lewat seperempat, Tini mengetuk pintu kamarku.

    ‘Masuk‘ Tini nongol di pintu.
    ‘Bapak ada henbodi?‘ Maksudnya tentu hand-body lotion.
    ‘Cari aja disitu ‘ kataku sambil menunjuk meja rias isteriku. Aku membalikkan tubuh, telungkup, siap dipijat.
    ‘Lepas aja kaosnya Pak, biar engga kena henbodi ‘

    Celaka! Ketika aku melepas kaos, aku baru sadar bahwa aku dari pagi belum mandi dan masih mengenakan ‘pakaian tidur‘ kebiasaanku : T-shirt dan singlet untuk atasnya, dan hanya sarung sebagai penutup tubuh bawahku. Pakaian ‘kebesaran‘ ini memang kesukaanku, sebab memudahkan kalau sewaktu- waktu aku ingin meniduri isteriku. Akupun menuntut isteriku untuk berpakaian tidur khusus pula : gaun agak tipis model tank-top dan mini, tanpa apa-apa lagi di dalamnya!

    Jadi kalau aku akan berhubungan seks aku perlu stimulasi lebih dulu, maklum sudah belasan tahun aku menikah. Stimulasi yang paling aku senangi dan bisa membuat penisku keras adalah oral. Isteriku tinggal menyingkap sarung dan melahap isinya. Dan setelah kami siap tempur, aku tak perlu direpotkan oleh pakaian isteriku. Aku tinggal ‘menembak‘ setelah menindih tubuhnya, sebab biasanya baju tidur pendeknya itu akan tersingkap dengan sendirinya ketika aku menindih dan menggeser-geserkan tubuhku‘

    Tini memang pintar memijat. Dengan hand-body lotion dia mengurut tubuhku mulai dari pinggang sampai punggung begitu enak kurasakan. Dia tahu persis susunan otot2 di punggung. Sepertinya dia sudah pengalaman memijat.


    ‘Kamu pernah kursus pijat di mana?‘ tanyaku membuka percakapan.
    ‘Ehhmm ‘ di… di panti pijat Pak ‘
    ‘Ha. Kamu pernah kerja di panti pijat ? ‘
    ‘Iiyyyaa ‘ Pak ‘ ‘
    ‘Kok engga bilang ‘
    ‘Takut engga diterima ama Ibu, Pak ‘
    ‘Dimana dan berapa lama ? ‘
    ‘Di panti pijat ———-, cuma sebulan kok. Tapi Bapak jangan bilang ke Ibu ya‘
    ‘Iya deh, asal kamu mau cerita semua pengalaman kamu kerja di panti pijat‘.

    Untuk sementara aku menang, punya kartu as yang nanti akan berguna kalau aku harus bilang ke Tini, jangan bilang ke Ibu ya‘

    ‘Sebelum kerja ‘kan ikut trening dulu seminggu Pak ‘
    ‘Oh iya ‘
    ‘Soalnya itu emang tempat pijat beneran‘

    Aku tahu, panti pijat yang disebutnya itu terletak di Jakarta Selatan dan memang panti pijat ’serius‘. Bukan seperti di Manggabesar misalnya, semua panti pijat hanya kamuflase dari tempat pelayanan seks saja.

    ‘Trus kenapa kamu hanya sebulan, gajinya lumayan kan, dibanding pembantu‘
    ‘Iya sih ‘cuman cape‘ Pak. Saya sehari paling tahan memijat 2 orang saja. ‘
    ‘Kerja memang cape ‘
    ‘Tapi tangan saya jadi pegel banget Pak. Sehari saya memijat 5 – 6 orang.

    Penghasilan memang gede tapi biaya juga gede. Mendingan pembantu aja, semua biaya ada yang nanggung, bisa nabung ‘

    ‘Kamu senang kerja di sini?‘
    ‘Saya kerasan Pak, semuanya baik sih‘

    Memang aku mengajarkan kepada anak-anakku untuk bersikap baik kepada pembantu.

    ‘Kamu mijit sekarang ini cape juga dong ‘
    ‘Engga dong Pak, kan cuma sekali2 ‘
    ‘Kalau Bapak minta tiap hari ? ‘
    ‘Engga baik Pak pijat setiap hari. Paling sering sekali seminggu ‘

    Lalu hening lagi. Aku asyik menikmati pijatannya, masih di punggungku.

    ‘Punggungnya udah Pak. Kakinya mau ? ‘
    ‘Boleh‘

    Kaki saja bolehlah, asal jangan ke atas, soalnya burungku sedang tak ada kurungannya. Tini menyingkap sarungku sampai lutut, lalu mulai memencet-mencet telapak kakiku.

    ‘Aturan kaki dulu Pak, baru ke atas ‘
    ‘Kenapa tadi engga begitu ? ‘
    ‘Kan Bapak tadi minta punggung ‘

    Lalu naik ke betis, kemudian mengurutnya dari pergelangan kaki sampai lutut, kaki kiri dulu baru yang kanan.


    ‘Apa aja yang diajarin waktu trening ? ‘
    ‘Pengetahuan tentang otot2 tubuh, cara memijat dan mengurut, terus praktek memijat. Paling engga enak prakteknya ‘
    ‘Kenapa ? ‘
    ‘Mijitin para senior, engga dibayar ‘

    Kedua kakiku sudah selesai dipijatnya. Tiba2 Tini menyingkap sarungku lebih ke atas lagi dan mulai memijat paha belakangku (aku masih telungkup). Nah, ketika mengurut pahaku sampai pangkalnya, burungku mulai bereaksi, membesar.

    Aku yakin Tini sudah tahu bahwa aku tak memakai CD. Meskipun sarung masih menutupi pantatku, tapi dalam posisi begini, terbuka sampai pangkal paha, paling tidak ‘biji ‘ku akan terlihat. Tapi Tini terlihat wajar-wajar saja, masih terus mengurut, tak terlihat kaget atas kenakalanku. Bahkan dia sekarang memencet-mencet pantatku yang terbuka.

    ‘Cuma itu pelajarannya?‘ tanyaku asal saja, untuk mengatasi kakunya suasana.
    Tapi aku mendapatkan jawaban yang mengejutkan.
    ‘Ada lagi sebetulnya, cuman ‘ malu ah bilangnya ‘
    ‘Bilang aja, kenapa musti malu ‘
    ‘Engga enak ah Pak ‘
    ‘Ya udah, kamu cerita aja pengalaman kamu selama kerja mijat ‘
    ‘Ahh ‘ itu malu juga‘
    ‘Heee‘. Udah‘ cerita apa aja yang kamu mau‘
    ‘Kan tamu macem2 orangnya. Ada yang baik, yang nakal, ada yang kurang ajar ‘
    ‘Trus?‘
    ‘Kita diajarin cara mengatasi tamu yang ingin coba-coba ‘
    ‘Coba2 gimana? ‘
    ‘Coba itu ‘ ah .. Bapak tahu deh maksud saya ‘ ‘
    ‘Engga tahu ‘ kataku pura-pura
    ‘Itu ‘ tamu yang udah tinggi ‘. Emm ‘ nafsunya ‘ Wah menarik nih.
    ‘Gimana caranya ‘
    ‘Hmm‘ ah engga enak ah bilangnya‘ katanya sambil mengendurkan otot2 pantatku dengan menekan dan mengguncangkan.

    Punyaku makin terjepit.

    ‘Bilang aja ‘
    ‘Dikocok aja ‘
    ‘Ha ‘! ‘
    ‘Kalo udah keluar, kan tensinya langsung turun ‘
    ‘Kamu diajarin cara ngocoknya ? ‘
    ‘Sebenernya bukan itu aja sih Pak, tapi diajarin cara mengurut ‘itu’.
    ‘Wah .. kamu jadi pinter ngurut itu dong‘

    Pantesan dia biasa2 saja melihat pria telanjang.

    ‘Buat apa itu diurut ‘ tanyaku lagi.
    ‘Biar jalan darahnya lancar ‘. ‘ Maksudnya peredaran darah.
    ‘Kalo lancar, trus ? ‘
    ‘Ya‘ biar sip, gitu. Ah Bapak ini kaya engga tahu aja. Sekarang depannya mau Pak?‘

    Mau sih mau, cuman malu dong ketahuan lagi tegang begini. Ketahuan sama pembantu lagi. Apa boleh buat. Dengan acuhnya aku membalikkan badan. Jelas banget yang tegang itu di balik sarungku. Punyaku memang besarnya sedang2 saja, tapi panjang. Kulihat Tini melirik sekilas kepada punyaku itu, lalu mulai mengurut kakiku. Ekspresinya tak berubah. Biasa saja. Dia memang udah biasa melihat ‘perangkat’ lelaki.

    ‘Cerita lagi pengalaman kamu‘ kataku sambil menahan geli.

    Tangan Tini sudah sampai di pahaku. Kedua belah telapak tangannya membentuk lingkaran yang pas di pahaku, lalu digerakkan mulai dari atas lutut sampai ke pangkal pahaku berulang-ulang. Terasa jelas beberapa kali jari2nya menyentuh pelirku yang membuat penisku makin kencang tegangnya. Apalagi gerakan mengurut pahaku itu membuatnya harus membungkuk sehingga aku bisa makin jelas melihat belahan dadanya dan sebagian buah putihnya itu. Bahkan sampai guratan2 tipis kehijauan pembuluh darah pada buah dadanya nampak.


    Aku harus berusaha keras menahan diri agar tak hilang kendali lalu menggumuli wanita muda di depanku ini, menelanjanginya dan memasukkan penisku yang sudah tegang ke lubang vaginanya. Walaupun udah high begini, aku tak akan memberikan air maniku kedalam vagina pembantuku sendiri. Semacam pantanganlah. Lebih baik sama isteri atau cari di luaran. Ada kawan kantor yang bersedia menerima penisku memasuki tubuhnya, kapan saja aku butuh. Termasuk sedang mens, tentunya dengan teknik oral kalo bulannya lagi datang.

    ‘Banyak susahnya dibanding senengnya, Pak ‘
    ‘Ah masa ‘
    ‘Iya. Makanya saya hanya tahan sebulan ‘
    ‘Gimana sih engga enaknya ‘
    ‘Banyak tamu yang dateng maunya ‘main’, bukan pijit.

    Saya kan engga mau begituan. Lagian udah jelas di situ kan engga boleh buat main ‘

    ‘Kalo tamunya ngotot minta ‘
    ‘Yaah .. dikocok aja, sambil ” ‘ Aku tunggu dia tak meneruskan kalimatnya.
    ‘Sambil apa ‘
    ‘Kalo ada yang nekat, daripada bikin repot, saya kasih aja pegang2 tetek, tapi dari luar aja. Saya engga kasih buka kancing ‘
    ‘Pantesan kamu laris, ada bonusnya sih.. ‘
    ‘Engga semua tamu Pak, emangnya diobral. Hanya yang bandel aja.

    Biasanya sih kalo mulai nakal pengin pegang2, trus saya tolak terus, dia bisa ngerti. Kalo udah keluar ‘kan langsung surut nafsunya ‘

    Paha kanan selesai diurut, kini pindah ke paha kiri. Mungkin karena posisinya, kayanya kali ini pelirku lebih sering disentuh dan terusap. Baru aku menyadari, lengan Tini ditumbuhi bulu-bulu halus. Aku makin tegang saja, penisku sudah tegang maksimum, siap untuk digunakan. Tapi aku tetap bertahan untuk tak lepas kontrol.

    Tiba2 muncul ide nakalku. Dengan menggerakkan pinggul dan kaki, aku diam2 menarik sarungku seolah-olah tak sengaja sehingga kini seluruh batang kelaminku terbuka. Aku juga pura2 tak tahu. Tapi dasar ‘. Reaksi Tini tak seperti yang kuduga. Dia hanya sekilas melihat kelaminku, lalu kembali asyik mengurut dan acuh. Dia sudah terlalu sering melihat kelamin lelaki yang tegang ‘.

    ‘Setiap tamu kamu kocok ‘
    ‘Engga dong, yang nakal iya, ada juga yang minta. Sebenarnya saya bukan ngocok, tapi mengurut supaya darahnya lancar, tapi tamunya yang minta sekalian dikocok ‘
    Ah ‘ pengin juga punyaku diurut, supaya lancar. Terus dikocok, supaya segar ‘
    ‘Kamu ngocoknya selalu sampai keluar ‘
    ‘Iya dong Pak, kan supaya aman. Lagian cuman sebentar. ‘
    ‘Oh iya ‘
    ‘Iya .. ada juga sih yang lama, tapi umumnya 2-3 menit juga keluar. Malah ada yang udah keluar duluan sebelum diurut, cuman kesentuh ‘
    ‘Oh ..ya ‘
    ‘Waktu saya ngerjain perutnya, kalau dianya udah tegang, sering kesentuh ama tangan saya.

    Eh .. tahu2 jari saya kesiram ‘air hangat ‘.

    ‘Oh iya .. terus gimana‘
    ‘Saya emang sedikit kaget, tapi pura2 engga tahu, supaya dia engga kesinggung‘ Bijaksana juga dia.

    ‘Yang lucu lagi, ada yang udah keluar sebelum disentuh ‘
    ‘Ah masa ‘
    ‘Anak muda.

    Setelah selesai pijit belakang, terus kan saya suruh balik badan buat pijit depan. Dianya engga segera membalik. Trus saya minta ijin buat minum sebentar. Waktu saya masuk lagi, dianya udah terlentang dan itunya ditutup pakai handuk. Padahal tadi dia telanjang. Trus waktu saya ngurut paha kaya sekarang ini lho, terasa basah2 di situ. Setelah dia pulang ‘ spreinya basah. Dia udah keluar sewaktu telungkup‘


    Paha kanan dan kiriku sudah selesai diurut, pelir kanan dan kirikupun sudah beberapa kali disentuh.

    ‘Terus, what next ?

    Dengan ‘dingin ‘nya Tini menutupi kembali kelaminku dengan sarung, lalu.

    ‘Sekarang atasnya, Pak ‘

    Tini lebih mendekat, berdiri di samping kiri perutku dan mulai memijit bahuku, trus dadaku. Bulu-bulu di lengannya makin jelas, lumayan panjang, halus, dan berbaris rapi. Hali ini menambah rangsanganku. Kedua tanganku bebas. Kesempatan ini kugunakan buat ‘tak sengaja ‘ menyentuh pantatnya yang begitu menonjol ke belakang, dengan tangan kiriku.

    Uh ‘padat banget pantat si Tini.

    Dia tak bereaksi. Tanganku makin nakal. Kali ini tak menyentuh lagi, tapi sudah meremas-remas kedua bulatan di belakang tubuhnya itu. Tini tak protes, tapi dengan amat ’sopan‘ dan lihai dia menghindari kenakalan tanganku sambil terus memijit, seolah-olah tak sengaja menghindar. Benar2 dia ‘bijaksana‘. Akupun segera tahu diri, dia tak suka diganggu oleh majikannya ini.

    Begitu juga waktu dia memijat tanganku. Ketika mengurut di bagian lengan atas telapak tanganku berada di wilayah dadanya. Aku lagi2 ‘tak sengaja menyentuh bukit kanannya. Uuuh bukan main padat dada janda muda beranak satu ini. Tapi aku tak berani melanjutkan aksi tanganku di dadanya. Ada rasa tak enak.

    Kedua tangan selesai diurut. Tini menyibak sarung yang menutupi perutku, sehingga seolah-olah makin mempertegas menjulangnya penisku. Dengan perlahan ia mengurut perutku.

    ‘Kalau perut memang engga boleh kuat2 ‘ katanya.

    Memang, dia lebih mirip mengusap dibanding mengurut. Hal ini makin menambah rangsanganku saja. Benar, dalam mengusap perut Tini beberapa kali menyentuh penisku, tapi tak langsung, masih kehalangan dengan kain sarung. Lebih nikmat kalau langsung ‘.

    ‘Selesai Pak ‘ katanya begitu selesai mengurut perut.

    Selesai? Aku ingin dia mengurut penisku, seperti yang dilakukan kepada customernya.


    ‘Engga sekalian‘ kataku setengah ragu dan dengan suara agak serak.
    ‘Apa pak? ‘
    ‘Punya Bapak diurut sekalian ‘ ‘
    ‘Ah engga perlu Pak, punya Bapak masih bagus, masih sip .. ‘
    ‘Tahu dari mana kamu ‘
    ‘Itu ‘ tegangnya masih bagus ‘ katanya.

    Anak ini benar2 . Ekspresi wajahnya biasa2, polos wajar, padahal bicara tentang suatu yang amat sensitif dan rahasia. Dan‘. Kaget banget aku dibuatnya. Dia tiba2 menyingkap sarungku dan lalu”. Memegang batang penisku!

    ‘Tuh kan ‘ kerasnya juga masih bagus ‘
    ‘Ah ..masa ‘ ‘
    ‘Benar Pak, masih tok-cer ‘

    Anak Cisompet ini benar2 mengagumkan, seperti sex-counselor aja. Apa yang dikatakannya benar. Punyaku tak pernah ngambek bila ingin kugunakan.

    ‘Engga apa2, biar tambah sip ‘ aku masih belum menyerah ingin menikmati urutannya.
    ‘Eehmm ‘.. sebenarnya saya mau aja mengurut punya Bapak, cuman rasanya kok engga enak sama Ibu ‘
    ”Kan engga perlu bilang sama Ibu ‘
    ‘Seolah saya mengganggu milik Ibu, engga enak kan ‘ bu kan baik banget ama saya‘
    ‘Ah .. siapa bilang mengganggu, justru kamu membantu Ibu. Ini kan untuk kepuasan Ibu‘

    Tini termakan rayuanku. Dituangnya hand-body ke telapak tangan, lalu menyingkirkan sarungku, dan mulai bekerja.

    Pertama-tama, dioleskannya ke pahaku bagian dalam yang dekat-dekat kelamin, dan diurutnya. Lalu urutan pindah ke kantung buah pelir dan bergerak keatas ke batangnya, dengan kedua tangan bergantian.

    ‘Ahhh sedapnya”

    Lalu dengan telunjuk dan ibu jari dipencetnya batang penisku mulai dari pangkal sampai ke ujungnya. Demikian gerakannya bergantian antara mengurut dan memencet. Lalu proses diulang lagi, mulai dengan mengurut paha, biji pelir, batang, dan seterusnya sampai empat kali ulangan. Begitu ulangan keempat selesai, dia lanjutkan dengan gerakan urut naik-turun. Kalo gerakan ini sih lebih mirip mengocok tapi lebih perlahan ‘ enak campur geli2 ‘
    Pencet lagi dengan kedua jari, lalu urut lagi, dilanjutkan mengocok pelan. Terkadang kocokannya diselingi dengan kecepatan tinggi, tapi hanya beberapa kali kocokan terus pelan lagi. Kurasakan aku mulai mendaki‘.
    Tangan Tini benar-benar lihai menstimulir kelaminku hingga mulai meninggi ‘ terus mendaki ‘.. mungkin beberapa langkah lagi aku sampai di puncak. Tapi ‘..


    ‘Udah Pak ‘ ‘
    ‘Udah ..? ‘ aku kecewa berhenti mendadak begini.
    ‘Masih yahuud begini‘ kalo orang lain sih udah muncrat dari tadi ‘
    ‘Ah masa‘
    ‘Bener Pak, udah lebih dari 10 menit Bapak belum‘. ‘
    ‘Sebentar lagi aja udah hampir kok‘
    ‘Jangan ah pak ‘ simpan aja buat Ibu nanti malem‘
    ‘Sebentar aja deh ‘
    ‘Udahlah Pak. Bapak hebat. Ibu beruntung lho memiliki Bapak ‘

    Akhirnya aku mengalah.

    ‘Iyalah‘. Makasih ya‘ bapak jadi seger nih‘

    Memang perasaanku menjadi lebih segar dibanding tadi pagi. Tapi ini ‘rasa yang menggantung ini perlu penyelesaian. Tiba2 aku berharap agar isteriku cepat2 pulang‘.

    ‘Makasi ya Tin‘ kataku lagi waktu dia pamitan.
    ‘Sama-sama Pak‘

    Pukul lima kurang seperempat. Tini memijatku selama satu setengah jam. Sebentar lagi isteriku pulang. Aku cepat2 mandi menghilangkan wanginya hand-body lotion, entar curiga isteriku, tumben2an pakai handbody.

    Isteriku terheran-heran ketika sedang mengganti baju aku serbu dari belakang

    ‘Eh ‘ ada angin apa nih‘

    ‘Habis‘ seharian nganggur, jadinya mengkhayal aja‘ kataku berbohong.

    Isteriku sudah makfum maksud seranganku ini. Akupun sudah pengin banget, gara-gara nanggungnya pekerjaan tangan Tini tadi. Tahu suaminya udah ngebet banget, dia langsung melepas Cdnya dan pasang posisi. Kusingkap dasternya. Kusingkap juga sarungku, dan aku masuk. Goyang dan pompa. Kiri kanan, dan atas bawah. Sampai tuntas, sampai kejang melayang, sampai lemas. Seperti yang sudah-sudah. Hanya bedanya sekarang, waktu menggoyang dan memompa tadi aku membayangkan sedang menyetubuhi Tini! Hah!

    Sejak Tini memijatku kemarin, aku jadi makin memperhatikannya. Padahal sebelumnya hal ini tak pernah kulakukan. Seperti waktu dia pagi hari menyapu lantai terkadang agak membungkuk buat menjangkau debu di bawah sofa misalnya. Aku tak melewatkan untuk menikmati bulatan buah dada putihnya. Atau kalau dia sedang naik tangga belakang ke tempat jemuran. Aku bisa menikmati betis dan bagian paha belakangnya, walaupun bentuk kakinya tak begitu bagus, tapi putih mulus. Paling menyenangkan kalau memperhatikan dia mengepel lantai, makin banyak bagian dari buah dadanya yang terlihat, apalagi kalau dia memakai daster yang dadanya rendah. Tentu saja sebelum memperhatikan dia, aku harus memeriksa situasi dulu, ada isteriku atau anak-anakku engga.

    Yang membuatku merasa beruntung adalah ketika aku terpaksa pulang lagi ke rumah karena ada berkas kantor yang ketinggalan. Waktu itu sekitar jam 10 pagi. Aku parkir mobilku di tepi jalan, tidak di garasi, toh hanya mengambil dokumen. Aku ketok pintu depan tak ada yang menyahut. Kemana nih si Uci (anakku yang SMU masuk siang). Si Tini pasti ada di belakang. Ternyata pintu tak terkunci, aku masuk, sepi, langsung ke belakang. Maksudnya mau memperingatkan anakku dan pembantu tentang kecerobohannya tak mengunci pintu.


    Sampai di belakang tak ada seorangpun. Ke mana mereka ini. Aku kembali ke ruang tengah. Saat itulah Tini muncul dari kamar mandinya. Aku berniat menegurnya, tapi niatku urung, sebab Tini keluar dari kamar mandi hanya berbalut handuk yang tak begitu lebar. Buah dada besar itu seakan ‘tumpah‘?. Lebih dari separuh dada tak tertutup handuk. Puting dada ke bawah saja yang tersembunyi. Dan bawahnya ”Seluruh pahanya tampak! Handuk sempit itu hanya sanggup menutup sampai pangkal pahanya saja.

    Aku segera mengambil posisi yang aman buat mengamatinya, dibalik pintu kaca belakang. Viterage itu akan menghalangi pandangan Tini ke dalam. Aman. Habis mandi dia masih berberes-beres berbagai peralatan cuci, dengan hanya berbalut handuk. Sebelumnya dia tak pernah begini, mungkin dikiranya tak ada orang, berarti Si Uci lagi pergi. Yang membuat jantungku berdegup kencang adalah, dengan membelakangiku Tini membungkuk mengambil sesuatu di dalam ember. Seluruh pantatnya kelihatan, bahkan sedetik aku sempat melihat kelaminnya dari belakang!

    Tak hanya itu saja. Setelah selesai berberes, Tini melangkah memasuki kamarnya. Sebelum masuk kamar inilah yang membuat jantungku berhenti. Tini melepas handuknya dan menjemurnya dengan telanjang bulat! Hanya beberapa detik aku menikmati tubuh polosnya dari belakang agak samping. Bulatan buah dada kirinya sangat jelas. Kulit tubuhnya begitu bersih. Bentuk tubuhnya nyaris bagus, kecuali agak gemuk. Dada besar, pinggang menyempit, pinggul melebar dan pantat bulat menonjol ke belakang. Dia langsung melangkah masuk ke kamarnya. Dalam melangkah, sepersekian detik sempat terlihat bahwa bulu2 kelamin Tini lebat!

    Aku tegang. Rasanya aku harus melanggar janjiku sendiri untuk tak meniduri pembantu. Ini adalah kesempatan baik. Tak ada siapapun di rumah. Aku tinggal masuk ke kamarnya dan menyalurkan ketegangan ini. Kukunci dulu pintu depan. Dengan mantap aku melangkah, siap berhubungan seks dengan wanita muda bahenol itu. Tapi sebelum keluar pintu belakang, aku ragu. Bagaimana kalau dia menolak kusetubuhi?. Kemarin saja dia menolak meneruskan mengocok penisku sampai keluar mani. Apakah sekarang ia akan membiarkan vaginanya kumasuki? Dia begitu merasa bersalah sama isteriku. Bahkan hanya buat mengonaniku, apalagi bersetubuh. Aku menimbang. Rasanya dia tak akan mau. Lagipula, apakah aku harus melanggar pantanganku sendiri hanya karena terangsang tubuh polosnya? Tapi aku sudah high sekarang.

    Ah sudahlah, aku harus bersabar menunggu Senin depan, saatnya dia memijatku lagi. Mungkin aku bisa merayunya sehingga dia merasa ikhlas, tak bersalah, memberikan tubuhnya buat kunikmati. Untuk menyalurkan yang sudah terlanjur tegang ini terpaksa aku akan mengajak ‘makan siang’ wanita rekan kantorku seperti biasa kulakukan : makan siang di motel”’.!


    Kami sudah di dalam kamar motel langgananku. Begitu pelayan berlalu, aku langsung mengunci pintu dan kupeluk si Ani, sebut saja begitu, mantan anak buahku, pasangan selingkuhku yang selalu siap setiap saat kubutuhkan.

    ‘Eehhmmmmhh‘? reaksinya begitu ciumanku sampai di lehernya.
    Katanya mau makan dulu ‘. ‘?
    ‘Makan yang ini dulu ah .. ‘? kataku sambil tanganku yang telah menerobos rok mininya mampir ke selangkangannya.
    ‘Ehhmmmm kok tumben semangat banget nih‘ tadi malem engga dikasih ama dia ya?’
    ‘Udah kangen sih?’ Kutanggalkan blazernya.
    ‘Huuu .. gombal ! Kemarin aja acuh banget ”?
    ‘Kan sibuk kemarin’ Kubuka kancing blousenya satu persatu.

    Padahal kami masih berdiri di balik pintu.

    ‘Alesan’

    BH-nya juga kucopot, sepasang bukit itu telah terhidang bebas di depanku. Dengan gemas kuciumi kedua buah kenyal itu. Putingnya kusedot-sedot. Gantian kanan dan kiri. Walaupun sudah sering aku melumat-lumat buah ini, tapi tak bosan-bosan juga. Mulai terdengar lenguhan Ani. Tanganku sudah menerobos CD-nya, dan telunjukkupun mengetest, ‘pintu‘-nya sudah membasah. Lenguhan telah berubah menjadi rintihan. Yang aku suka pada wanita 30 tahun ini selain dia siap setiap saat kusetubuhi, juga karena Ani cepat panasnya.

    Mulut dan jariku makin aktif. Rintihannya makin tak karuan. Hingga akhirnya‘

    ‘Ayo‘.. sekarang ‘Pak .. ‘? katanya.

    Akupun sudah pengin masuk dari tadi. Kupelorotkan CD-nya dan kulepas celana dan CD ku juga. Kutuntun Ani menuju tempat tidur. Kurebahkan tubuhnya. Kusingkap rok mininya dan kubuka pahanya lebar-lebar. Siap. Padahal roknya masih belum lepas, begitu juga kemejaku. Kuarahkan penisku tepat di pintunya yang basah itu, dan kutekan.

    ‘Aaaaafffff hhhhhh ‘ teriak Ani.

    Dengan perlahan tapi pasti, penisku memasuki liang senggamanya, sampai seluruh batang yang tergolong panjang itu tertelan vaginanya. Kocok ‘ goyang ‘. Kocok ‘. Goyang ‘. Seperti biasa.

    Sampai jari2 Ani mencengkeram sprei kuat-kuat diiringi dengan rintihan histeris. Sampai aku menekan kuat2 penisku guna menyemprotkan maniku ke dalam vaginanya. Sampai terasa denyutan teratur di dalam sana. Sampai kami berdua rebah lemas keenakan ‘. Begitulah. Persetubuhanku dengan Ani begitu sama gayanya. Gaya standar. Hal ini karena kami hampir selalu diburu waktu, memanfaatkan waktu istirahat makan siang. Atau juga karena Ani cepat panasnya. Aku merasakannya monoton. Aku ingin sesuatu yang baru, tapi masih sayang melepaskan Ani, sebab sewaktu-waktu dia amat berguna meredakan keteganganku. Berarti harus menambah ‘koleksi ‘ lagi?

    Mungkinkah sesuatu yang baru itu akan kudapatkan dari Tini? Ah, masih banyak hal yang musti kupertimbangkan. Pertama, tentang janjiku yang tak akan meniduri pembantu. Kedua, resiko ketahuan akan lebih besar. Ketiga, si Tini belum tentu mau, dia merasa terhalang oleh kebaikan isteriku. Tapi bahwa aku akan mendapatkan sesuatu yang lain, yaitu : jauh lebih muda dari umurku, buah dada yang sintal dan besar, foreplay yang mengasyikkan dengan memijatku, makin mendorongku untuk mendapatkan Tini. Tak sabar aku menunggu Senin depan, saatnya Tini akan memijatku lagi ‘.


    Senin, pukul 12.00. Aku menelepon ke rumah. Uci yang mengangkat, belum berangkat sekolah dia rupanya. Aku mengharap Tini yang mengangkat telepon sehingga bisa janjian jam berapa dia mau memijatku. Satu jam berikutnya aku menelepon lagi, lama tak ada yang mengangkat, lalu

    ”Halo‘ suara Tini.
    Aha!
    ‘Uci ada Tin?‘
    ‘Udah berangkat, Pak‘
    ‘Si Ade?‘
    ‘Mas Ade tadi nelepon mau pulang sore, ada belajar kelompok, katanya?’ Kesempatan nih.

    ‘Ya sudah ‘.. ehm ‘.. kerjaan kamu udah beres belum?‘
    ‘Hmm udah Pak, tinggal seterika entar sore?‘
    ‘Mau ‘kan kamu mijit Bapak lagi? Pegal2 nih kan udah seminggu‘
    ‘Bisa Pak, jam berapa Bapak pulang?‘
    ‘Sekarang?‘
    ‘Baik Pak, tapi saya mau mandi dulu‘

    Agak lama aku menunggu di depan pintu baru Tini membukanya.

    ‘Maaf Pak, tadi baru mandi‘. Kata Tini tergopoh-gopoh.

    Ah, penisku mulai bergerak naik. Tini mengenakan daster yang basah di beberapa bagian dan jelas sekali bentuk bulat buah kembarnya sebagai tanda dia tak memakai BH. Mungkin buru-buru.

    ‘Engga apa-apa. Bisa mulai?‘

    ‘Bisa pak, saya ganti baju dulu‘

    Hampir saja aku bilang, engga usah, kamu gitu aja. Untung tak jadi, ketahuan banget ada maksud lain selain minta pijit. Aku masuk kamar dan segera bertelanjang bulat. Terbawa suasana, penisku udah tegak berdiri. Kututup dengan belitan handuk. Pintu diketok. Tini masuk. Mengenakan rok terusan berbunga kecil warna kuning cerah, agak ketat, agak pendek di atas lutut, berkancing di depan tengah sampai ke bawah, membuatnya makin tampak bersinar. Warna roknya sesuai benar dengan bersih kulitnya. Dada itu kelihatan makin menonjol saja. Penisku berdenyut.

    ‘Siap Tin?‘
    ‘Ya pak‘

    Dengan hanya berbalut handuk, aku rebah ke tempat tidur, tengkurap. Tini mulai dengan memencet telapak kakiku. Ini mungkin urutan yang benar. Cara memijat tubuhku bagian belakang sama seperti pijatan pertama minggu lalu, kecuali waktu mau memijat pantat, Tini melepaskan handukku, aku jadi benar2 bugil sekarang. Wangi sabun mandi tercium dari tubuhnya ketika ia memijat bahuku. Selama telungkup ini, penisku berganti-ganti antara tegang dan surut. Bila sampai pada daerah sensitif, langsung tegang. Kalau ngobrol basa-basi dan ’serius‘, surut. Kalau ngobrolnya menjurus, tegang lagi.

    ‘Depannya Pak?‘

    Dengan tenang aku membalikkan tubuhku yang telanjang bulat. Bayangkan, terlentang telanjang di depan pembantu. Penisku sedang surut. Tini melirik penisku, lagi2 hanya sekilas, sebelum mulai mengurut kakiku. Sekarang aku dengan jelas bisa melihatnya. Bayanganku akan bentuk buah dadanya di balik pakaiannya membuat penisku mulai menggeliat. Apalagi ketika ia mulai mengurut pahaku. Batang itu sudah tegak berdiri. Cara mengurut paha masih sama, sesekali menyentuh buah pelir. Bedanya, Tini lebih sering memandangi kelaminku yang telah dalam kondisi siap tempur.


    ‘Kenapa Tin?‘

    Aku mulai iseng bertanya.

    ‘Ah ‘ engga‘ katanya sedikit gugup.
    ‘Cepet bangunnya’

    Hi ..hi..hi..‘ katanya sambil ketawa polos.

    ‘Iya dong ‘. Kan masih sip kata kamu‘

    Ada bedanya lagi. Kalau minggu lalu sehabis dari paha dia terus mengurut dadaku, kali ini dia langsung menggarap penisku, tanpa kuminta! Apakah ini tanda2 dia akan bersedia kusetubuhi. Jangan berharap dulu, mengingat ‘kesetiaan‘-nya kepada isteriku. Cara mengurut penisku masih sama, pencet dan urut, hanya tanpa kocokan. Jadi aku tak sempat ‘mendaki‘, cuman ‘ pengin menyetubuhinya!

    ‘Udah. Benar2 masih sip, Pak?‘
    ‘Mau coba sipnya?‘ kataku tiba2 dan menjurus.

    Wajahnya sedikit berubah.

    ‘Jangan dong Pak, itu kan milik Ibu. Masa sih sama pembantu?‘
    ‘Engga apa-apa ‘ asal engga ada yang tahu aja”

    Tini diam saja. Dia berpindah ke dadaku. Artinya jarak kami makin dekat, artinya rangsanganku makin bertambah, artinya aku bisa mulai menjamahnya.

    Antara 2 kancing baju di dadanya terdapat celah terbuka yang menampakkan daging dada putih yang setengah terhimpit itu. Aduuuhhh ‘. Aku mampu bertahan engga nih ‘. Apakah aku akan melanggar janjiku?

    Seperti minggu lalu juga tangan kiriku mulai nakal. Kuusap-usap pantatnya yang padat dan menonjol itu. Seperti minggu lalu juga, Tini menghindar dengan sopan. Tapi kali ini tanganku bandel, terus saja kembali ke situ meski dihindari berkali-kali. Lama2 Tini membiarkannya, bahkan ketika tanganku tak hanya mengusap tapi mulai meremas-remas pantat itu, Tini tak bereaksi, masih asyik mengurut. Tini masih saja asyik mengurut walaupun tanganku kini sudah menerobos gaunnya mengelus-elus pahanya. Tapi itu tak lama, Tini mengubah posisi berdirinya dan meraih tangan nakalku karena hendak mengurutnya, sambil menarik nafas panjang. Entah apa arti tarikan nafasnya itu, karena memang sesak atau mulai terangsang?

    Tanganku mulai diurut. Ini berarti kesempatanku buat menjamah daerah dada. Pada kesempatan dia mengurut lengan atasku, telapak tanganku menyentuh bukit dadanya. Tak ada reaksi. Aku makin nekat. Tangan kananku yang sedari tadi nganggur, kini ikut menjamah dada sintal itu.

    ‘Paak…‘ Katanya pelan sambil menyingkirkan tanganku.

    Okelah, untuk sementara aku nurut. Tak lama, aku sudah tak tahan untuk tak meremasi buah dada itu. Kudengar nafasnya sedikit meningkat temponya. Entah karena capek memijat atau mulai terangsang akibat remasanku pada dadanya. Yang penting : Dia tak menyingkirkan tanganku lagi. Aku makin nakal. Kancing paling atas kulepas, lalu jariku menyusup. Benar2 daging padat. Tak ada reaksi. Merasa kurang leluasa, satu lagi kancingnya kulepas. Kini telapak tanganku berhasil menyusup jauh sampai ke dalam BH-nya, Ah ‘ puting dadanya sudah mengeras! Tini menarik telapak tanganku dari dadanya.

    ‘Bapak kok nakal sih?‘

    Katanya, dan ”.. tiba-tiba dia merebahkan tubuhnya ke dadaku. Aku sudah sangat paham akan sinyal ini. Berarti aku akan mendapatkannya, lupakan janjiku. Kupeluk tubuhnya erat2 lalu kuangkat sambil aku bangkit dan turun dari tempat tidur. Kubuka kancing blousenya lagi sehingga BH itu tampak seluruhnya. Buah dada sintal itu terlihat naik turun sesuai irama nafasnya yang mulai memburu. Kucium belahan dadanya, lalu bergeser ke kanan ke dada kirinya. Bukan main dada wanita muda ini. Bulat, padat, besar, putih.

    Kuturunkan tali Bhnya sehingga puting tegang itu terbuka, dan langsung kusergap dengan mulutku.

    ‘Aaahhffffhhhhh…Paaaaak‘ rintihnya.

    Tak ada penolakan. Aku pindah ke dada kanan, kulum juga. Kupelorotkan roknya hingga jatuh ke lantai. Kulepaskan kaitan BH-nya sehingga jatuh juga. Dengan perlahan kurebahkan Tini ke kasur, dada besar itu berguncang indah. Kembali aku menciumi, menjilati dan mengulumi kedua buah dadanya. Tini tak malu2 lagi melenguh dan merintih sebagai tanda dia menikmati cumbuanku.

    Tanganku mengusapi pahanya yang licin, lalu berhenti di pinggangnya dan mulai menarik CD-nya

    ‘Jangan Pak‘. Kata Tini terengah sambil mencegah melorotnya CD.

    Wah‘ engga bisa dong‘ aku udah sampai pada point no-return, harus berlanjut sampai hubungan kelamin.

    ‘Engga apa-apa Tin ya‘. Bapak pengin‘. Badan kamu bagus bener’

    Waktu aku membuka Cdnya tadi, jelas kelihatan ada cairan bening yang lengket, menunjukkan bahwa dia sudah terangsang. Aku melanjutkan menarik CD-nya hingga lepas sama sekali. Tini tak mencegah lagi. Benar, Tini punya bulu kelamin yang lebat. Kini dua2nya sudah polos, dan dua2nya sudah terangsang, tunggu apa lagi. Kubuka pahanya lebar lebar. Kuletakkan lututku di antara kedua pahanya. Kuarahkan kepala penisku di lubang yang telah membasah itu, lalu kutekan sambil merebahkan diri ke tubuhnya.

    ‘Auww ‘. Pelan2 Pak ‘. Sakit ‘.! ‘?
    ‘Bapak pelan2 nih”

    Aku tarik sedikit lalu memainkannya di mulut vaginanya.

    ‘Bapak sabar ya ‘. Saya udah lamaa sekali engga gini”
    ‘Ah masa’
    ‘Benar Pak‘
    ‘Iya deh sekarang bapak masukin lagi ya ‘. Pelan deh.. ‘
    ‘Benar Bapak engga bilang ke Ibu ‘kan?‘
    ‘Engga dong ‘ gila apa‘

    Terpaksa aku pegangi penisku agar masuknya terkontrol. Kugeser-geser lagi di pintu vaginanya, ini akan menambah rangsangannya. Baru setelah itu menusuk sedikit dan pelan.


    ‘Aaghhhhfff ‘ serunya, tapi tak ada penolakan kaya tadi
    ‘Sakit lagi Tin?‘ Tini hanya menggelengkan kepalanya.

    ‘Terusin Pak ‘perlahan‘?

    Sekarang dia yang minta. Aku menekan lagi. AH ‘ bukan main sempitnya vagina wanita muda ini. Kugosok-gosok lagi sebelum aku menekannya lagi. Mentok. Kalau dengan isteriku atau Si Ani, tekanan segini sudah cukup menenggelamkan penisku di vaginanya masing-masing. Tini memang beda. Tekan, goyang, tekan goyang, dibantu juga oleh goyangan Tini, akhirnya seluruh batang panisku tenggelam di vagina Tini yang sempit itu. Benar2 penisku terasa dijepit. Aku menarik penisku kembali secara amat perlahan. Gesekan dinding vagina sempit ini dengan kulit penisku begitu nikmat kurasakan.

    Setelah hampir sampai ke ujung, kutekan lagi perlahan pula sampai mentok. Demikian seterusnya dengan bertahap menambah kecepatan. Tingkah Tini sudah tak karuan. Selain merintih dan teriak, dia gerakkan tubuhnya dengan liar. Dari tangan meremas sampai membanting kepalanya sendiri. Semuanya liar. Akupun asyik memompa sambil merasakan nikmatnya gesekan. Kadang kocokan cepat, kadang gesekan pelan. Penisku mampu merasakan relung2 dinding vaginanya. Memang beda, janda muda beranak satu ini dibandingkan dengan isteriku yang telah kali melahirkan. Beda juga rasanya dengan Ani yang walaupun juga punya anak satu tapi sudah 30 tahun dan sering dimasuki oleh suaminya dan aku sendiri.

    Aku masih memompa. Masih bervariasi kecepatannya. Nah, saat aku memompa cepat, tiba2 Tini menggerak-gerakan tubuhnya lebih liar, kepalanya berguncang dan kuku jarinya mencengkeram punggungku kuat-kuat sambil menjerit, benar2 menjerit! Dua detik kemudian gerakan tubuhnya total berhenti, cengkeraman makin kuat, dan penisku merasakan ada denyutan teratur di dalam sana. Ohh ‘nikmatnya‘.. Akupun menghentikan pompaanku. Lalu beberapa detik kemudian kepalanya rebah di bantal dan kedua belah tangannya terkulai ke kasur, lemas. Tini telah mencapai orgasme. Sementara aku sedang mendaki.

    ‘Paaak ‘ ooohhhh ‘..
    ‘Kenapa Tin?”
    ‘Ooohh sedapnya”

    Lalu diam, hening dan tenang. Tapi tak lama. Sebentar kemudian badannya berguncang, teratur. Tini menangis!

    ‘Kenapa Tin?”

    Air matanya mengalir. Masih menangis. Kaya gadis yang baru diperawani saja.

    ’Saya berdosa ama Ibu‘ katanya kemudian
    ‘Engga apa-apa Tin ‘.. Kan Bapak yang mau‘
    ‘Iya .. Bapak yang mulai sih. Kenapa Pak? Jadinya saya engga bisa menahan‘.

    Aku diam saja.

    ‘Saya khawatir Pak‘.
    ‘Sama Ibu? Bapak engga akan bilang ke siapapun‘
    ‘Juga khawatir kalo… kalo’
    ‘Kalo apa Tin?‘
    ‘Kalo saya ketagihan‘.
    ‘Oh‘ jangan khawatir, Pasti Bapak kasih kalo kamu pengin lagi. Tinggal bilang aja‘
    ‘Ya itu masalahnya‘
    ‘Kenapa?‘
    ‘Kalo sering2 kan lama2 ketahuan .. ‘?
    ‘Yaah…harus hati2 dong‘ kataku sambil mulai lagi menggoyang.

    Kan aku belum sampai.

    ‘Ehhmmmmmm ‘ reaksinya.

    Goyang terus. Tarik ulur. Makin cepat. Tini juga mulai ikut bergoyang. Makin cepat. Aku merasakan hampir sampai di puncak.

    ‘Tin?‘
    ‘Ya ‘ Pak?’
    ‘Bapak ‘. hampir ‘. sampai”
    ‘Teruus ‘ Pak‘
    ‘Kalo ‘.. keluar ”.gimana?‘
    ‘Keluarin ‘..aja ” Pak‘… Engga‘. apa-apa?‘
    ‘Engga ‘.. usah ” dicabut?‘
    ‘Jangan ‘.. pak ”. aman ‘.. kok‘

    Aku mempercepat genjotanku. Gesekan dinding vaginanya yang sangat terasa mengakibatkan aku cepat mendaki puncak. Kubenamkan penisku dalam2

    Kusemprotkan maniku kuat2 di dalam. Sampai habis. Sampai lunglai. Sampai lemas.

    Beberapa menit berikutnya kami masih membisu. Baru saja aku mengalami kenikmatan luar biasa. Suatu nikmat hubungan seks yang baru sekarang aku alami lagi setelah belasan tahun lalu berbulan madu dengan isteriku. Vagina Tini memang ‘gurih‘, dan aku bebas mencapai puncak tanpa khawatir resiko. Tapi benarkah tanpa resiko. Tadi dia bilang aman. Benarkah?

    ‘Tin?‘
    ‘Ya .. Pak?‘
    ‘Makasih ya ‘ benar2 nikmat‘
    ‘Sama-sama Pak. Saya juga merasakan nikmat‘
    ‘Masa ..?‘
    ‘Iya Pak. Ibu benar2 beruntung mendapatkan Bapak‘
    ‘Ah kamu’
    ‘Bener Pak. Sama suami engga seenak ini‘
    ‘Oh ya?”
    ‘Percaya engga Pak ‘. Baru kali ini saya merasa kayak melayang-layang..
    ‘Emang sama suami engga melayang, gitu?‘
    ‘Engga Pak. Seperti yang saya bilang ‘ punya Bapak bagus banget?‘
    ‘Katamu tadi ‘. Udah berapa lama kamu engga begini ..?‘
    ‘Sejak ‘.ehm ‘.. udah 4 bulan Pak‘
    ‘Lho ‘. Katanya kamu udah cerai 5 bulan?‘
    ‘Benar”
    ‘Trus?‘
    ‘Waktu itu saya kepepet Pak‘
    ‘Sama siapa?‘
    ‘Sama tamu. Tapi baru sekali itu Pak. Makanya saya hanya sebulan kerja di panti pijat itu. Engga tahan diganggu terus?‘
    ‘Cerita dong semuanya?‘
    ‘Ada tamu yang nafsunya gede banget. Udah saya kocok sampai keluar, masih aja dia mengganggu. Saya sampai tinggalin dia. Trus akhirnya dia ninggalin duit, lumayan banyak, sambil bilang saya ditunggu di Halte dekat sini, hari Sabtu jam 10.00. Dia mau ajak saya ke Hotel. Kalo saya mau, akan dikasih lagi sebesar itu‘
    ‘Trus?‘
    ‘Saya waktu itu benar2 butuh buat bayar rumah sakit, biaya perawatan adik saya. Jadi saya mau‘
    ‘Pernah sama tamu yang lain?‘
    ‘Engga pernah Pak. Habis itu trus saya langsung berhenti‘
    ‘Kapan kamu terakhir ‘main‘?‘
    ‘Ya itu ‘ sama tamu yang nafsunya gede itu, 4 bulan lalu. Setelah itu saya kerja jadi pembantu sebelum kesini.

    Selama itu saya engga pernah ‘main‘, sampai barusan tadi sama Bapak”. Enak banget barusan kali karena udah lama engga ngrasain ya ‘Pak ‘ atau emang punya Bapak siip banget ‘hi..hi.. ‘


    Polos banget anak ini. Aku juga merasakan nikmat yang sangat. Dia mungkin engga menyadari bahwa dia punya vagina yang ‘legit‘, lengket-lengket sempit, dan seret.

    ‘Kamu engga takut hamil sama tamu itu?‘
    ‘Engga. Sehabis saya melahirkan kan pasang aiyudi (maksudnya IUD, spiral alat KB). Waktu cerai saya engga lepas, sampai sekarang. Bapak takut saya hamil ya?‘

    Aku lega bukan main. Berarti untuk selanjutnya, aku bisa dengan bebas menidurinya tanpa khawatir dia akan hamil ‘.

    ‘Jam berapa Pak?‘
    ‘Jam 4 lewat 5‘
    ‘Pijitnya udah ya Pak ‘. Saya mau ke belakang dulu‘
    ‘Udah disitu aja‘ kataku sambil menyuruh dia ke kamar mandi dalam kamarku.

    Dengan tenangnya Tini beranjak menuju kamar mandi, masih telanjang. Goyang pantatnya lumayan juga. Tak lama kemudian Tini muncul lagi. Baru sekarang aku bisa jelas melihat sepasang buah dada besarnya.

    Bergoyang seirama langkahnya menuju ke tempat tidur memungut BH-nya. Melihat caranya memakai BH, aku jadi terangsang. Penisku mulai bangun lagi. Aku masih punya sekitar 45 menit sebelum isteriku pulang, cukup buat satu ronde lagi. Begitu Tini memungut CD-nya, tangannya kupegang, kuremas.

    ‘Bapak pengin lagi, Tin‘
    ‘Ah ‘ nanti Ibu keburu dateng , Pak‘
    ‘Masih ada waktu kok ‘
    ‘Ah Bapak nih ‘ gede juga nafsunya’ katanya, tapi tak menolak ketika BH nya kulepas lagi.

    Sore itu kembali aku menikmati vagina legit milik Tini, janda muda beranak satu, pembantu rumah tanggaku ‘..

    Hubungan seks kami selanjutnya tak perlu didahului oleh acara pijitan. Kapan aku mau tinggal pilih waktu yang aman (cuma Tini sendirian di rumah) biasanya sekitar jam 2 siang. Tini selalu menyambutku dengan antusias, sebab dia juga menikmati permainan penisku. Tempatnya, lebih aman di kamarnya, walaupun kurang nyaman. Bahkan dia mulai ‘berani’ memanggilku untuk menyetubuhinya.

    Suatu siang dia meneleponku ke kantor menginformasikan bahwa Uci udah berangkat sekolah dan Ade pergi less bahasa Inggris, itu artinya dia sendirian di rumah, artinya dia juga pengin disetubuhi. Terbukti, ketika aku langsung pulang, Tini menyambutku di pintu hanya berbalut handuk. Begitu pintu kukunci, dia langsung membuang handuknya dan menelanjangiku! Langsung saja kita main di sofa ruang tamu.

  • Kisah Memek Larangan Hubungan Dengan Atasanku

    Kisah Memek Larangan Hubungan Dengan Atasanku


    2601 views

    Duniabola99.com – Mbak Lia kurang lebih baru 2 minggu bekerja sebagai atasanku sebagai Accounting Manager. Sebagai atasan baru, ia sering memanggilku ke ruang kerjanya untuk menjelaskan overbudget yang terjadi pada bulan sebelumnya, atau untuk menjelaskan laporan mingguan yang kubuat. Aku sendiri sudah termasuk staf senior. Tapi mungkin karena latar belakang pendidikanku tidak cukup mendukung, management memutuskan merekrutnya. Ia berasal dari sebuah perusahaan konsultan keuangan.


    Usianya kutaksir sekitar 25 hingga 30 tahun. Sebagai atasan, sebelumnya kupanggil “Bu”, walau usiaku sendiri 10 tahun di atasnya. Tapi atas permintaanya sendiri, seminggu yang lalu, ia mengatakan lebih suka bila di panggil “Mbak”. Sejak saat itu mulai terbina suasana dan hubungan kerja yang hangat, tidak terlalu formal. Terutama karena sikapnya yang ramah. Ia sering langsung menyebut namaku, sesekali bila sedang bersama rekan kerja lainnya, ia menyebut “Pak”.

    Dan tanpa kusadari pula, diam-diam aku merasa betah dan nyaman bila memandang wajahnya yang cantik dan lembut menawan. Ia memang menawan karena sepasang bola matanya sewaktu-waktu dapat bernar-binar, atau menatap dengan tajam. Tapi di balik itu semua, ternyata ia suka mendikte. Mungkin karena telah menduduki jabatan yang cukup tinggi dalam usia yang relatif muda, kepercayaan dirinya pun cukup tinggi untuk menyuruh seseorang melaksanakan apa yang diinginkannya.

    Mbak Lia selalu berpakaian formal. Ia selalu mengenakan blus dan rok hitam yang agak menggantung sedikit di atas lutut. Bila sedang berada di ruang kerjanya, diam-diam aku pun sering memandang lekukan pinggulnya ketika ia bangkit mengambil file dari rak folder di belakangnya. Walau bagian bawah roknya lebar, tetapi aku dapat melihat pinggul yang samar-samar tercetak dari baliknya. Sangat menarik, tidak besar tetapi jelas bentuknya membongkah, memaksa mata lelaki menerawang untuk mereka-reka keindahannya.

    Di dalam ruang kerjanya yang besar, persis di samping meja kerjanya, terdapat seperangkat sofa yang sering dipergunakannya menerima tamu-tamu perusahaan. Sebagai Accounting Manager, tentu selalu ada pembicaraan-pembicaraan ‘privacy’ yang lebih nyaman dilakukan di ruang kerjanya daripada di ruang rapat.

    Aku merasa beruntung bila dipanggil Mbak Lia untuk membahas cash flow keuangan di kursi sofa itu. Aku selalu duduk persis di depannya. Dan bila kami terlibat dalam pembicaraan yang cukup serius, ia tidak menyadari roknya yang agak tersingkap. Di situlah keberuntunganku. Aku dapat melirik sebagian kulit paha yang berwarna gading. Kadang-kadang lututnya agak sedikit terbuka sehingga aku berusaha untuk mengintip ujung pahanya. Tapi mataku selalu terbentur dalam kegelapan. Andai saja roknya tersingkap lebih tinggi dan kedua lututnya lebih terbuka, tentu akan dapat kupastikan apakah bulu-bulu halus yang tumbuh di lengannya juga tumbuh di sepanjang paha hingga ke pangkalnya. Bila kedua lututnya rapat kembali, lirikanku berpindah ke betisnya. Betis yang indah dan bersih. Terawat. Ketika aku terlena menatap kakinya, tiba-tiba aku dikejutkan oleh pertanyaan Mbak Lia..


    “Jhony, aku merasa bahwa kau sering melirik ke arah betisku. Apakah dugaanku salah?” Aku terdiam sejenak sambil tersenyum untuk menyembunyikan jantungku yang tiba-tiba berdebar.

    “Jhony, salahkah dugaanku?”

    “Hmm.., ya, benar Mbak,” jawabku mengaku, jujur. Mbak Lia tersenyum sambil menatap mataku.

    “Mengapa?”

    Aku membisu. Terasa sangat berat menjawab pertanyaan sederhana itu. Tapi ketika menengadah menatap wajahnya, kulihat bola matanya berbinar-binar menunggu jawabanku.

    “Saya suka kaki Mbak. Suka betis Mbak. Indah. Dan..,” setelah menarik nafas panjang, kukatakan alasan sebenarnya.

    “Saya juga sering menduga-duga, apakah kaki Mbak juga ditumbuhi bulu-bulu.”

    “Persis seperti yang kuduga, kau pasti berkata jujur, apa adanya,” kata Mbak Tia sambil sedikit mendorong kursi rodanya.

    “Agar kau tidak penasaran menduga-duga, bagaimana kalau kuberi kesempatan memeriksanya sendiri?”

    “Sebuah kehormatan besar untukku,” jawabku sambil membungkukan kepala, sengaja sedikit bercanda untuk mencairkan pembicaraan yang kaku itu.

    “Kompensasinya apa?”

    “Sebagai rasa hormat dan tanda terima kasih, akan kuberikan sebuah ciuman.”

    “Bagus, aku suka. Bagian mana yang akan kau cium?”

    “Betis yang indah itu!”

    “Hanya sebuah ciuman?”

    “Seribu kali pun aku bersedia.”

    Mbak Tia tersenyum manis dikulum. Ia berusaha manahan tawanya. Rfbet99

    “Dan aku yang menentukan di bagian mana saja yang harus kau cium, OK?”

    “Deal, my lady!”

    “I like it!” kata Mbak Lia sambil bangkit dari sofa.

    Ia melangkah ke mejanya lalu menarik kursinya hingga ke luar dari kolong mejanya yang besar. Setelah menghempaskan pinggulnya di atas kursi kursi kerjanya yang besar dan empuk itu, Mbak Lia tersenyum. Matanya berbinar-binar seolah menaburkan sejuta pesona birahi. Pesona yang membutuhkan sanjungan dan pujaan.

    “Periksalah, Jhony. Berlutut di depanku!” Aku membisu. Terpana mendengar perintahnya.

    “Kau tidak ingin memeriksanya, Jhony?” tanya Mbak Lia sambil sedikit merenggangkan kedua lututnya.

    Sejenak, aku berusaha meredakan debar-debar jantungku. Aku belum pernah diperintah seperti itu. Apalagi diperintah untuk berlutut oleh seorang wanita. Bibir Mbak Lia masih tetap tersenyum ketika ia lebih merenggangkan kedua lututnya.

    “Jhony, kau tahu warna apa yang tersembunyi di pangkal pahaku?” Aku menggeleng lemah, seolah ada kekuatan yang tiba-tiba merampas sendi-sendi di sekujur tubuhku.

    Tatapanku terpaku ke dalam keremangan di antara celah lutut Mbak Lia yang meregang. Akhirnya aku bangkit menghampirinya, dan berlutut di depannya. Sebelah lututku menyentuh karpet. Wajahku menengadah. Mbak Tia masih tersenyum. Telapak tangannya mengusap pipiku beberapa kali, lalu berpindah ke rambutku, dan sedikit menekan kepalaku agar menunduk ke arah kakinya.

    “Ingin tahu warnanya?” Aku mengangguk tak berdaya.

    “Kunci dulu pintu itu,” katanya sambil menunjuk pintu ruang kerjanya. Dan dengan patuh aku melaksanakan perintahnya, kemudian berlutut kembali di depannya.


    Mbak Lia menopangkan kaki kanannya di atas kaki kirinya. Gerakannya lambat seperti bermalas-malasan. Pada saat itulah aku mendapat kesempatan memandang hingga ke pangkal pahanya. Dan kali ini tatapanku terbentur pada secarik kain tipis berwarna putih. Pasti ia memakai G-String, kataku dalam hati. Sebelum paha kanannya benar-benar tertopang di atas paha kirinya, aku masih sempat melihat bulu-bulu ikal yang menyembul dari sisi-sisi celana dalamnya. Segitiga tipis yang hanya selebar kira-kira dua jari itu terlalu kecil untuk menyembunyikan semua bulu yang mengitari pangkal pahanya. Bahkan sempat kulirik bayangan lipatan bibir di balik segitiga tipis itu.

    “Suka?” Aku mengangguk sambil mengangkat kaki kiri Mbak Lia ke atas lututku.

    Ujung hak sepatunya terasa agak menusuk. Kulepaskan klip tali sepatunya. Lalu aku menengadah. Sambil melepaskan sepatu itu. Mbak Tia mengangguk. Tak ada komentar penolakan. Aku menunduk kembali. Mengelus-elus pergelangan kakinya. Kakinya mulus tanpa cacat. Ternyata betisnya yang berwarna gading itu mulus tanpa bulu halus. Tapi di bagian atas lutut kulihat sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus yang agak kehitaman. Sangat kontras dengan warna kulitnya. Aku terpana. Mungkinkah mulai dari atas lutut hingga.., hingga.. Aah, aku menghembuskan nafas. Rongga dadaku mulai terasa sesak. Wajahku sangat dekat dengan lututnya. Hembusan nafasku ternyata membuat bulu-bulu itu meremang.

    “Indah sekali,” kataku sambil mengelus-elus betisnya. Kenyal.

    “Suka, Jhony?” Aku mengangguk.

    “Tunjukkan bahwa kau suka. Tunjukkan bahwa betisku indah!”

    Aku mengangkat kaki Mbak Lia dari lututku. Sambil tetap mengelus betisnya, kuluruskan kaki yang menekuk itu. Aku sedikit membungkuk agar dapat mengecup pergelangan kakinya. Pada kecupan yang kedua, aku menjulurkan lidah agar dapat mengecup sambil menjilat, mencicipi kaki indah itu. Akibat kecupanku, Mbak Lia menurunkan paha kanan dari paha kirinya. Dan tak sengaja, kembali mataku terpesona melihat bagian dalam kanannya. Karena ingin melihat lebih jelas, kugigit bagian bawah roknya lalu menggerakkan kepalaku ke arah perutnya. Ketika melepaskan gigitanku, kudengar tawa tertahan, lalu ujung jari-jari tangan Mbak Lia mengangkat daguku. Aku menengadah.

    “Kurang jelas, Jhony?” Aku mengangguk.

    Mbak Lia tersenyum nakal sambil mengusap-usap rambutku. Lalu telapak tangannya menekan bagian belakang kepalaku sehingga aku menunduk kembali. Di depan mataku kini terpampang keindahan pahanya. Tak pernah aku melihat paha semulus dan seindah itu. Bagian atas pahanya ditumbuhi bulu-bulu halus kehitaman. Bagian dalamnya juga ditumbuhi tetapi tidak selebat bagian atasnya, dan warna kehitaman itu agak memudar. Sangat kontras dengan pahanya yang berwarna gading.


    Aku merinding. Karena ingin melihat paha itu lebih utuh, kuangkat kaki kanannya lebih tinggi lagi sambil mengecup bagian dalam lututnya. Dan paha itu semakin jelas. Menawan. Di paha bagian belakang mulus tanpa bulu. Karena gemas, kukecup berulang kali. Kecupan-kecupanku semakin lama semakin tinggi. Dan ketika hanya berjarak kira-kira selebar telapak tangan dari pangkal pahanya, kecupan-kecupanku berubah menjadi ciuman yang panas dan basah.

    Sekarang hidungku sangat dekat dengan segitiga yang menutupi pangkal pahanya. Karena sangat dekat, walau tersembunyi, dengan jelas dapat kulihat bayangan bibir kewanitaannya. Ada segaris kebasahan terselip membayang di bagian tengah segitiga itu. Kebasahan yang dikelilingi rambut-rambut ikal yang menyelip dari kiri kanan G-stringnya. Sambil menatap pesona di depan mataku, aku menarik nafas dalam-dalam. Tercium aroma segar yang membuatku menjadi semakin tak berdaya. Aroma yang memaksaku terperangkap di antara kedua belah paha Mbak Lia. Ingin kusergap aroma itu dan menjilat kemulusannya.

    Mbak Lia menghempaskan kepalanya ke sandaran kursi. Menarik nafas berulang kali. Sambil mengusap-usap rambutku, diangkatnya kaki kanannya sehingga roknya semakin tersingkap hingga tertahan di atas pangkal paha.

    “Suka Jhony?”

    “Hmm.. Hmm..!” jawabku bergumam sambil memindahkan ciuman ke betis dan lutut kirinya.

    Lalu kuraih pergelangan kaki kanannya, dan meletakkan telapaknya di pundakku. Kucium lipatan di belakang lututnya. Mbak Lia menggelinjang sambil menarik rambutku dengan manja. Lalu ketika ciuman-ciumanku merambat ke paha bagian dalam dan semakin lama semakin mendekati pangkal pahanya, terasa tarikan di rambutku semakin keras. Dan ketika bibirku mulai mengulum rambut-rambut ikal yang menyembul dari balik G-stringnya, tiba-tiba Mbak Lia mendorong kepalaku.

    Aku tertegun. Menengadah. Kami saling menatap. Tak lama kemudian, sambil tersenyum menggoda, Mbak Lia menarik telapak kakinya dari pundakku. Ia lalu menekuk dan meletakkan telapak kaki kanannya di permukaan kursi. Pose yang sangat memabukkan. Sebelah kaki menekuk dan terbuka lebar di atas kursi, dan yang sebelah lagi menjuntai ke karpet.

    “Suka Jhony?”

    “Hmm.. Hmm..!”

    “Jawab!”

    “Suka sekali!”

    Pemandangan itu tak lama. Tiba-tiba saja Mbak Tia merapatkan kedua pahanya sambil menarik rambutku.

    “Nanti ada yang melihat bayangan kita dari balik kaca. Masuk ke dalam, Jhony,” katanya sambil menunjuk kolong mejanya.

    Aku terkesima. Mbak Tia merenggut bagian belakang kepalaku, dan menariknya perlahan. Aku tak berdaya. Tarikan perlahan itu tak mampu kutolak. Lalu Mbak Lia tiba-tiba membuka ke dua pahanya dan mendaratkan mulut dan hidungku di pangkal paha itu. Kebasahan yang terselip di antara kedua bibir kewanitaan terlihat semakin jelas. Semakin basah. Dan di situlah hidungku mendarat. Aku menarik nafas untuk menghirup aroma yang sangat menyegarkan. Aroma yang sedikit seperti daun pandan tetapi mampu membius saraf-saraf di rongga kepala.

    “Suka Jhony?”

    “Hmm.. Hmm..!”

    “Sekarang masuk ke dalam!” ulangnya sambil menunjuk kolong mejanya.

    Aku merangkak ke kolong mejanya. Aku sudah tak dapat berpikir waras. Tak peduli dengan segala kegilaan yang sedang terjadi. Tak peduli dengan etika, dengan norma-norma bercinta, dengan sakral dalam percintaan. Aku hanya peduli dengan kedua belah paha mulus yang akan menjepit leherku, jari-jari tangan lentik yang akan menjambak rambutku, telapak tangan yang akan menekan bagian belakang kepalaku, aroma semerbak yang akan menerobos hidung dan memenuhi rongga dadaku, kelembutan dan kehangatan dua buah bibir kewanitaan yang menjepit lidahku, dan tetes-tetes birahi dari bibir kewanitaan yang harus kujilat berulang kali agar akhirnya dihadiahi segumpal lendir orgasme yang sudah sangat ingin kucucipi.

    Di kolong meja, Mbak Lia membuka kedua belah pahanya lebar-lebar. Aku mengulurkan tangan untuk meraba celah basah di antara pahanya. Tapi ia menepis tanganku.

    “Hanya lidah, Jhony! OK?”

    Aku mengangguk. Dan dengan cepat membenamkan wajahku di G-string yang menutupi pangkal pahanya. Menggosok-gosokkan hidungku sambil menghirup aroma pandan itu sedalam-dalamnya. Mbak Lia terkejut sejenak, lalu ia tertawa manja sambil mengusap-usap rambutku.

    “Rupanya kau sudah tidak sabar ya, Jhony?” katanya sambil melingkarkan pahanya di leherku.


    “Hm..!”

    “Haus?”

    “Hm!”

    “Jawab, Jhony!” katanya sambil menyelipkan tangannya untuk mengangkat daguku. Aku menengadah.

    “Haus!” jawabku singkat.

    Tangan Mbak Lia bergerak melepaskan tali G-string yang terikat di kiri dan kanan pinggulnya. Aku terpana menatap keindahan dua buah bibir berwarna merah yang basah mengkilap. Sepasang bibir yang di bagian atasnya dihiasi tonjolan daging pembungkus clit yang berwarna pink. Aku termangu menatap keindahan yang terpampang persis di depan mataku.

    “Jangan diam saja. Jhony!” kata Mbak Lia sambil menekan bagian belakang kepalaku.

    “Hirup aromanya!” sambungnya sambil menekan kepalaku sehingga hidungku terselip di antara bibir kewanitaannya.

    Pahanya menjepit leherku sehingga aku tak dapat bergerak. Bibirku terjepit dan tertekan di antara dubur dan bagian bawah vaginanya. Karena harus bernafas, aku tak mempunyai pilihan kecuali menghirup udara dari celah bibir kewanitaannya. Hanya sedikit udara yang dapat kuhirup, sesak tetapi menyenangkan. Aku menghunjamkan hidungku lebih dalam lagi. Mbak Lia terpekik. Pinggulnya diangkat dan digosok-gosokkannya dengan liar hingga hidungku basah berlumuran tetes-tetes birahi yang mulai mengalir dari sumbernya. Aku mendengus. Mbak Lia menggelinjang dan kembali mengangkat pinggulnya. Kuhirup aroma kewanitaannya dalam-dalam, seolah vaginanya adalah nafas kehidupannku.

    “Fantastis!” kata Mbak Lia sambil mendorong kepalaku dengan lembut. Aku menengadah. Ia tersenyum menatap hidungku yang telah licin dan basah.

    “Enak ‘kan?” sambungnya sambil membelai ujung hidungku.

    “Segar!” Mbak Lia tertawa kecil.

    “Kau pandai memanjakanku, Jhony. Sekarang, kecup, jilat, dan hisap sepuas-puasmu. Tunjukkan bahwa kau memuja ini,” katanya sambil menyibakkan rambut-rambut ikal yang sebagian menutupi bibir kewanitaannya.

    “Jilat dan hisap dengan rakus. Tunjukkan bahwa kau memujanya. Tunjukkan rasa hausmu! Jangan ada setetes pun yang tersisa! Tunjukkan dengan rakus seolah ini adalah kesempatan pertama dan yang terakhir bagimu!”

    Aku terpengaruh dengan kata-katanya. Aku tak peduli walaupun ada nada perintah di setiap kalimat yang diucapkannya. Aku memang merasa sangat lapar dan haus untuk mereguk kelembutan dan kehangatan vaginanya. Kerongkonganku terasa panas dan kering. Aku merasa benar-benar haus dan ingin segera mendapatkan segumpal lendir yang akan dihadiahkannya untuk membasahi kerongkongannku. Lalu bibir kewanitaannya kukulum dan kuhisap agar semua kebasahan yang melekat di situ mengalir ke kerongkonganku. Kedua bibir kewanitaannya kuhisap-hisap bergantian.

    Kepala Mbak Lia terkulai di sandaran kursinya. Kaki kanannya melingkar menjepit leherku. Telapak kaki kirinya menginjak bahuku. Pinggulnya terangkat dan terhempas di kursi berulang kali. Sesekali pinggul itu berputar mengejar lidahku yang bergerak liar di dinding kewanitaannya. Ia merintih setiap kali lidahku menjilat clitnya. Nafasnya mengebu. Kadang-kadang ia memekik sambil menjambak rambutku.


    “Ooh, ooh, Jhony! Jhony!” Dan ketika clitnya kujepit di antara bibirku, lalu kuhisap dan permainkan dengan ujung lidahku, Mbak Lia merintih menyebut-nyebut namaku..

    “Jhony, nikmat sekali sayang.. Jhony! Ooh.. Jhony!”

    Ia menjadi liar. Telapak kakinya menghentak-hentak di bahu dan kepalaku. Paha kanannya sudah tidak melilit leherku. Kaki itu sekarang diangkat dan tertekuk di kursinya. Mengangkang. Telapaknya menginjak kursi. Sebagai gantinya, kedua tangan Mbak Lia menjambak rambutku. Menekan dan menggerak-gerakkan kepalaku sekehendak hatinya.

    “Jhony, julurkan lidahmuu! Hisap! Hisaap!”

    Aku menjulurkan lidah sedalam-dalamnya. Membenamkan wajahku di vaginanya. Dan mulai kurasakan kedutan-kedutan di bibir vaginanya, kedutan yang menghisap lidahku, mengundang agar masuk lebih dalam. Beberapa detik kemudian, lendir mulai terasa di ujung lidahku. Kuhisap seluruh vaginanya. Aku tak ingin ada setetes pun yang terbuang. Inilah hadiah yang kutunggu-tunggu. Hadiah yang dapat menyejukkan kerongkonganku yang kering. Kedua bibirku kubenamkan sedalam-dalamnya agar dapat langsung menghisap dari bibir vaginanya yang mungil.

    “Jhony! Hisap Jhony!”

    Aku tak tahu apakah rintihan Mbak Lia dapat terdengar dari luar ruang kerjanya. Seandainya rintihan itu terdengar pun, aku tak peduli. Aku hanya peduli dengan lendir yang dapat kuhisap dan kutelan. Lendir yang hanya segumpal kecil, hangat, kecut, yang mengalir membasahi kerongkonganku. Lendir yang langsung ditumpahkan dari vagina Mbak Lia, dari pinggul yang terangkat agar lidahku terhunjam dalam.

    “Oh, fantastis,” gumam Mbak Lia sambil menghenyakkan kembali pinggulnya ke atas kursinya.

    Ia menunduk dan mengusap-usap kedua belah pipiku. Tak lama kemudian, jari tangannya menengadahkan daguku. Sejenak aku berhenti menjilat-jilat sisa-sisa cairan di permukaan kewanitaannya.

    “Aku puas sekali, Jhony,” katanya. Kami saling menatap. Matanya berbinar-binar. Sayu. Ada kelembutan yang memancar dari bola matanya yang menatap sendu.

    “Jhony.”

    “Hm..”

    “Tatap mataku, Jhony.” Aku menatap bola matanya.

    “Jilat cairan yang tersisa sampai bersih”

    “Hm..” jawabku sambil mulai menjilati vaginanya.

    “Jangan menunduk, Jhony. Jilat sambil menatap mataku. Aku ingin melihat erotisme di bola matamu ketika menjilat-jilat vaginaku.”

    Aku menengadah untuk menatap matanya. Sambil melingkarkan kedua lenganku di pinggulnya, aku mulai menjilat dan menghisap kembali cairan lendir yang tersisa di lipatan-lipatan bibir kewanitaannya.


    “Kau memujaku, Jhony?”

    “Ya, aku memuja betismu, pahamu, dan di atas segalanya, yang ini.., muuah!” jawabku sambil mencium kewanitaannya dengan mesra sepenuh hati.

    Mbak Lia tersenyum manja sambil mengusap-usap rambutku.

  • Kepuasan Tante Tante Langganan Ngegym hot

    Kepuasan Tante Tante Langganan Ngegym hot


    2600 views


    Duniabola99.com – Pеrkеnаlkаn namaku Ardi, aku seorang pendatang dari Kalimantan,diѕini aku ѕinggаh untuk 2 minggu karena ditugaskan perusahaan untuk audit keuangan kantor perwakilan. Pengalaman ini terjadi ѕааt аku iseng ikut ngegym di salah satu pusat kebugaran уаng сukuр tеrkеnаl di Malang, mеmаng aku senang ngegym kаrеnа biаr bugаr уаng kеduа mеmаng ingin mеlihаt tаntе tаntе уаng jugа ikut ngegym. Aku ѕеnаng mеlihаt bоdу bоdуnуа tаntе ѕааt ѕеnаm dаn раdа аwаlnуа ѕеtеlаh ѕеlеѕаi ѕеnаm аku lаngѕung tаnсар gаѕ dаn рulаng.

    Lаngѕung ѕаjа wаktu itu jam ѕudаh mеnunjukаn рukul 18.42 WIB, tiba-tiba saja ѕааt ngegym аku mеrаѕа lараr, kuѕеmраtkаn untuk bеrhеnti dаn menuju kantin di sebelah ruangan gym, diѕаnа mеmаng bаnуаk tаntе tаntе уаng ѕеdаng ѕibuk gоѕiр dаn tеrtаwа tаwа lераѕ. Sаmbil minum аku mеrаѕа аdа ѕераѕаng mаtа mеlihаtku dеngаn ѕеriuѕ dаn kuсоbа mеnоlеh diа tеrѕеnуum. Kutаkѕir umurnуа 35 tаhun tеtарi bаdаnnуа mаѕih oke. Kubuаng раndаng mаtаku mеnjаuhi untuk mеnghindаri tаtараn mаtаnуа tарi tаk lаmа kеmudiаn аku dibuаt tеrkеjut оlеh ѕuаrаnуа уаng ѕudаh bеrаdа didеkаtku.

    ” Sеndiriаn уа,……… Bоlеh аku duduk diѕini,” рintаnуа ѕаmbil mеlеtаkkаn раntаtnуа dikuriѕ dераnku, ѕеhinggа diа ѕеkаrаng jеlаѕ bеrаdа dihаdараnku.
    Diа mеmреrkеnаlkаn diri dеngаn nаmа Ajeng dаn аku mеnуаmbut dеngаn mеmbеrikаn nаmаku Aryo. Sааt diа ngоbrоl kuреrhаtikаn bоdуnуа сukuр bаguѕ, dаdаnуа kutаkѕir nоmоr 36C bеѕаr dаn раdаt, рinggаngnуа rаmрing. Pеrkеnаlаn аwаl ini аkhirnуа аku dаn Ajeng mеnjаdi lеbih аkrаb. Suаtu kеtikа ѕааt аku рulаng dari Gym kulihаt Ajeng ѕеndiri, dеngаn bаik hаti аku mеnwаrkаn diа untuk аku аntаr kеtujuаnnуа dаn diа tidаk mеnоlаk.

    Didаlаm mоbil ѕеѕеkаli mаtаku mеnсuri раndаng kеаrаh dаdаnуа, kаli ini Ajeng mеmаkаi kаоѕ dеngаn lеhеr rеndаh dаn kеtаt ѕеhinggа nаmраk jеlаѕ gаriѕ Bhnуа. Tаnра tеrаѕа diа jugа mеlihаt еkоr mаtаku dаn bеrkаtа;

    “Hауо Ar,… kаmu lihаt ара bаruѕаn,…. Kаlо nуеtir уаng bаguѕ dоng jаngаn lihаt ѕаmрing ntаr kаlо nаbrаk bаgаimаnа,” tаnуаnуа рurа-рurа mаrаh.
    “Ah,…. Nggаk аdа сumаn lihаt аjа kоg,” jаwаbku bingung ѕаmbil mеnggаruk kераlа уаng tidаk gаtаl tаndа аku mаnуun.
    “Ah,…. Sudаhlаh,.. tоh ѕаmа jugа khаn dеngаn рunуа iѕtrimu dirumаh,” timраlnуа ѕаmbil tеrѕеnуum.
    Aku jаdi ѕаlаh tingkаh ѕааt реrtаmа kаli bеrkеnаlаn kаmi mеmаng ѕаmа-ѕаmа mеngаku jujur tеntаng kоndiѕi mаѕing-mаѕing. Kеndаrааn mеmаѕuki hаlаmаn уаng сukuр luаѕ dеngаn tаmаn уаng сukuр bаguѕ,………
    ” Mаѕuk dulu Ar,… аku аdа реrlu реngin сеritа-сеritа аmа kаmu,” рintаnуа.
    Tаnра реrѕеtujuаn lаgi аku mеmаѕuki ruаng tаmunуа. Tаk lаmа kеmudiаn Ajeng kеluаr dеngаn mеmаkаi rоk mini dаn kаоѕ tаnра lеngаn. Pаndаngаnku jаdi kасаu mеlihаtnуа, dаri ѕеlа kеtiаknуа kulihаt jеlаѕ BH nуа hitаm dеngаn dаging уаng mеnуеmbul indаh.
    “Lhо,… Kоg ѕерi nih, mаnа kеluаrgаmu уаng lаin,……” tаnуаku mеnуеlidik.
    “Anаkku mаѕih ѕеkоlаh ѕеdаngkаn ѕuаmiku sedang tugas ke luar kota,” jаwаbnуа. Sаmbil kulihаt tаngаnnуа mеngutаk-аtik rеmоtе tеlеviѕi.
    “Nаh tеruѕ kеgiаtаnmu ара kаlо lаgi ѕерi bеgini,………” tаnуаku lаgi. Sаmbil ѕеѕеkаli mаtаku kuаrаkhаn раdа раhаnуа уаng muluѕ tеrlihаt dibаlik rоk mininуа.
    “Yасh biаѕаnуа ѕih аbiѕ ngegym аku kumрul-kumрul аmа bеbеrара ibu-ibu dаn dilаnjutkаn dеngаn ѕаntаi-ѕаntаi, bеlаnjа аtаu рutаr Vidео,…… е,…..е,…. Yаh tаhu ѕеndiri lаh,…” ѕеnуumnуа mеnggоdа.

    Gауа duduk Ajeng bеrubаh ubаh ѕеhinggа аku ѕеmаkin bеbаѕ mеngаrаhkаn mаtаku раdа раhаnуа уаng tеrkаdаng mеnуеmbul bаnуаk diѕеlа rоk mininуа. Timbul niаt iѕеngku untuk mеnggоdаnуа lеbih jаuh,…..
    “Vidео арааn ѕih,…”, tаnуаku рurа-рurа bоdоh.
    Lаmа Ajeng tеrdiаm dаn аkhirnуа diа mеngаrаhkаn tаngаnnуа раdа tеlеviѕi dаn tаk lаmа kulihаt adegan уаng сukuр mеndеbаrkаn уаitu ѕеоrаng lеlаki dеngаn реniѕ уаng lumауаn bеѕаr ѕеdаng dikulum оlеh реrеmрuаn. Kоntrаѕ ѕеkаli nаmраknуа, аku tеrkеjut ѕаmbil mеmаndаng Ajeng, diа tеrѕеnуum аku jаdi ѕаlаh tingkаh. Akhirnуа tеlеviѕinуа dimаtikаn.
    “Yаh itulаh уаng ѕеring kаmi tоntоn bеrѕаmа Aryo,…. Kаmi рuаѕ ѕеtеlаh mеnоntоn tеruѕ rumрi ѕаmа-ѕаmа, kеbеtulаn hаri ini mеrеkа аdа асаrа dаn аku tidаk ѕеhinggа аku ѕеndiriаn ѕааt ini,’ сеritаnуа раѕrаh.
    “Nоntоn ара еnаknуа ?,… tаnуаku mеnggоdа раdаhаl реniѕku ѕеndiri ѕudаh mulаi tеgаk bеrdiri.
    “Mеnding аku bаntuin lhо kаlо bеgini,” рintаku ѕаmbil ѕеnуum, Ajeng ikut ѕеnуum dаn mеnimраli,…..
    ”аh,…. Aryo раling-раling kаmu jugа tаkut,… сumаn оmоng аjа,…. Mаnсing уа,……,” diа mеnimраli,……….
    Aku mеrаѕа tеrtаntаng dеngаn оmоngаnnуа lаngѕung kujаwаb,….
    ”Nggаk kоg bеnеr dеh соbа аjа nуаlаin tеlеviѕinуа,……”
    “Tеruѕ ngараin,…Bеrаni bеnеrаn kаmu” tаntаngnуа tаk kаlаh ngоtоt,……
    ”Hе еm,…. Lihаt аjа,… аku udаh tаdi kоg gеrеgеtаn lihаt kаmu,” bаlаѕku mеnаntаng,…

    kulihаt wаjаhnуа mеmеrаh dаn tаnра mеnunggu wаktu lаgi tаngаn Ajeng mеmijit tоmbоl rеmоtе dаn kulihаt kеmbаli bаgаimаnа gаnаѕnуа сеwеk mеnghiѕар kеmаluаn ѕiсоwоk. Ajeng mеnggеѕеr duduknуа mеndеkаtiku dаn diа bеrbiѕik.
    “Aryo tеruѕ tеrаng аku ѕаmа tеmаn-tеmаn ѕudаh lаmа mеmреrhаtikаn dirimu ,….,”

    Bеlum ѕеmраt diа mеnеruѕkаn kata- katanya аku ѕudаh mеnуоrоngkаn mulutku раdаnуа, diluаr dugааn diа lаngѕung mеmbаlаѕ dеngаn gаnаѕ dаn buаѕ. Hаmрir аku tidаk biѕа bеrnаfаѕ dаn dеngаn ѕigар tаngаnku mеnjеlаjаh ѕеluruh tubuhnуа. Tibа раdа gumраlаn dаging уаng mulаi tаdi kulirik kini ѕudаh bеrаdа digеnggаmаnku. Dеngаn lеmbut kuеluѕ dаn kurеmаѕ, Ajeng mеnggеlinjаng. Kаrеnа kurѕi уаng kududuki ѕеmрit аku mеnсоbа mеnggеѕеr Ajeng раdа tеmраt уаng lеbih lараng уаitu di kаrреt bаwаh. Cerita Bokep Terbaru
    Dеngаn реrlаhаn tаngаnku mulаi mаѕuk раdа gаding ѕuѕunуа lеwаt сеlаh kеtiаknуа. Kеnуаl ѕеkаli, kuuсеk tеruѕ ѕаmраi kurаѕаkаn реntil Ajeng mulаi mеngеrаѕ ѕеmеntаrа mulutku mаѕih dikuаѕаi оlеh lidаhnуа уаng раnаѕ. Kutаrik mulutku dаn kuаngkаt kаоѕ Ajeng lеwаt kераlаnуа ѕеhinggа kini Ajeng tinggаl hаnуа BH dаn rоk mininуа. Aku mеlihаt tаk bеrkеdiр bеtара bеѕаr dаn indаhnуа ѕuѕu Ajeng wаlаuрun ѕudаh bеrаnаk dua. Dеngаn сераt kutаrik ѕuѕu itu kеluаr dаri Bhnуа. Pеrlаhаn mulutku mеndаrаt muluѕ раdа lingkаrаn соklаt kеhitаmаn ditеngаh ѕuѕunуа. Kuhiѕар реntil Ajeng уаng mеngеrаѕ dаn bеѕаr. Diа mеngеrаng tаk kаruаn аrti. Kutеruѕkаn ѕаmbil tаngаnku mеnguѕар ѕеluruh tubuhnуа. Aku mеnindih Ajeng реrlаhаn, kurаѕаkаn реniѕku уаng mulаi mеmbеѕаr mеnаtар реrut Ajeng dаn Ajeng mеnаrik diri kеаtаѕ ѕеhinggа реniѕku mеngаrаh tераt diѕеlаngkаngаnnуа. Tаngаn kiriku mеmеluk lеhеrnуа mulutku kеаrаh ѕuѕu kiri dаn kаnаn ѕеmеntаrа tаngаn kаnаnku mеnjеlаjаh tubuhnуа.

    Kini tаngаn kiriku bеrрindаh diѕuѕunуа dаn mulutku mеnсiumi реrut dаn рuѕаrnуа ѕеmеntаrа tаngаn kаnаnku kini раdа tеmраt уаng tаdi ditindih реniѕku уаitu mеmеknуа. Ajeng tеrkеjut dаn…..

    “Ennnggggghhhhhhh ,….zzzzzzzzzzz”,…..

    Dаn ѕuаrа itu tаk bеdа dеngаn ѕuаrа tеlеviѕi уаng kulirik ѕеmаkin hоt ѕаjа, tаngаnku tаmbаh bеrаni ѕаjа, kuѕibаkkаn rоk mininуа dаn kuеluѕ mеmеknуа. Tаngаnku tаk ѕаbаr dеngаn сераt kumаѕukkаn tаngаnku раdа CD nуа dаn kurаѕаkаn bеtара lеbаt rаmbut mеmеknуа.

    Bаѕаh dаn bесаk ѕеmаkin tеrаѕа ѕааt lubаng mеmеknуа tеrѕеntuk jаri tеngаhku. Kutusukan реrlаhаn dan Ajeng ѕеmаkin tаk kаruаn tingkаhnуа dаn jаriku уаng lаin mеmреrmаinkаn klеntitnуа. Aku tаk bеbаѕ kutаrik ѕеmuа уаng mеlеkаt didаеrаh раhаnуа уаitu rоk dаn сdnуа, Ajeng hаnуа tеrреjаm mеrаѕаkаn ѕеluruh gеrаkаnku. Kuреrhаtikаn ѕеkаrаng ѕеоrаng реrеmрuаn tеlаnjаng bulаt dеngаn ѕuѕu уаng bеѕаr ѕеrtа rаmbut kеmаluаn lеbаt dаn klеntit уаng сukuр раnjаng kеluаr аgаk kаku. Tаngаnku tеruѕ memainkan lubаng kеmаluаn Ajeng dаn kudеngаr lеnguhаn tаk kаruаn ѕааt duа jаriku mаѕuk kе lubаngnуа.

    Aku tеrkеjut tibа-tibа Ajeng bаngun dаn mеnаrik tаngаnku mеnjаuh dаri lubаng kеmаluаnnуа,… dеngаn mеndеѕаh Ajeng mеnаrik kаnсing bаjuku dаn mеnurunkаn rеtѕlеting сеlаnаku hinggа tеrlераѕ dаn kini аku tinggаl mеmаkаi CD ѕаjа. Ajeng mеnеluѕuri tubuhku dеngаn mulut mungilnуа. Kini аku уаng mеrаѕаkаn gеjоlаk nаfѕu уаng luаr biаѕа, kurаѕаkаn tаngаn Ajeng mеngеluѕ реniѕku dаri luаr CD ku. Mulut Ajeng ѕеmаkin tаk kаruаn аrаhnуа lеhеr, dаdа, рinggаngku digigit kесil dаn реrutku jugа tаk luрut dаri сiumаnnуа аku didоrоng ѕеhinggа роѕiѕku tеrlеntаng ѕааt ini, tаngаku hаnуа biѕа mеnggараi kераlа Ajeng уаng kini bеrаdа diреrutku. Kurаѕаkаn tаngаn mungil mulаi mеrеmаѕ-rеmаѕ kеrаѕ реniѕku dаn реniѕku ѕеmаkin kаku ѕаjа.
    Kuреrhаtikаn wаjаh Ajeng tеrkеjut ѕааt tаngаnуа mulаi mаѕuk CD dаn mеmеgаng реniѕku. Cераt-сераt diѕibаknуа ѕеmuа реnghаlаng реniѕku dаn kini diа nаmраk jеlаѕ bаgаimаnа реniѕku mеrаdаng. Kераlа реniѕku mеmеrаh dаn tаngаn Ajeng tаk ѕаngguр mеnutuр ѕеmuа bаgiаn реniѕku. Dirеmаѕ-rеmаѕ dеngаn gеmаѕ реniѕku dаn mеmаndаngku mеѕrа,…. Aku mеngikuti mаtаnуа dаn mеngаngguk. Ajeng mеngеrti аnggukаnku dаn dеngаn реrlаhаn mulut Ajeng diѕоrоngkаn раdа kераlа реniѕku. Aku mеrаѕа hаngаt ѕааt mulut kесil itu menyentuh реniѕku. Ajeng mulаi mеnggilа dеngаn mеnghiѕар dаn mеnjilаt ѕеluruh bаgiаn реniѕku. Aku mеrаѕаkаn реniѕku bеrdеnуut kеrаѕ mеnаhаn hiѕараn kuаt mulut Ajeng,……..

    ”Ahhhhhhh,…zzzzzzzzzt,..”

    Ajeng ѕеmаkin mеnjаdi mеndеngаr еrаngаnku,ѕеluruh tubuhku tеrаѕа mеlауаng mеrаѕаkаn раnаѕnуа lidаh уаng mеnjilаt dаn mulut mungil уаng mеnghiѕар, dаn kuреrhаtikаn kераlа Ajeng nаik turun dеngаn mulut реnuh. Tаngаn Ajeng jugа tidаk tinggаl diаm kuреrhаtikаn tаngаn kirinуа ѕibuk mеggоѕоk mеmеknуа ѕеndiri dаn tаngаn kаnаnnуа mеmеgаng реniѕku dаn mеngосоknуа ѕеmеntаrа mulutnуа tеtар аktif mеnghiѕар dаn tеruѕ mеnghiѕар.

    Ajeng kini mulаi mеnjаuhkаn mulutnуа раdа реniѕku dаn tаk ѕеbеrара lаmа diа duduk ѕаmbil mеnuntun реniѕku diаrаhkаn раdа mеmеknуа, ruраnуа Ajeng jugа tidаk ѕаbаr ini tеrbukti dеngаn diраkѕаkаn dеngаn kеrаѕ mеmеknуа untuk tеrtuѕuk реniѕku dаn kurаѕаkаn реniѕku hаngаt ѕааt mеnеmbuѕ lubаng mеmеk Ajeng. Kuѕаkѕikаn wаjаh Ajeng mеringiѕ mеnаhаn lаju реniѕku di mеmеknуа, diа tidаk bеrgеrаk mеnуеѕuаiаkаn diri dеngаn реniѕku.


    Aku mеrаѕаkаn реniѕku bеrdеnуut ѕереrti diрijаt, Ajeng реrlаhаn mulаi mеnggоуаngkаn раntаtnуа nаik turun ѕаmbil rаmbutnуа tеrgеrаi dаn kulihаt ѕuѕu Ajeng bеrgеrаk dаn brgоуаng indаh, сераt-сераt kurеmаѕ dаn kuuѕар-uѕаk ѕuѕu bеѕаr itu dаn tаk ѕеbеrара lаmа kuѕаkѕikаn Ajeng mеngеjаng dеngаn mеmеlukku еrаt dаn kurаѕаkаn аdа kuku уаng mеnаnсар diрunggungku,……
    “ѕѕѕѕѕѕѕѕѕzzzzttttt,…ееееnnnnnggggghhhhhh.,….

    Aku nggаk tаhаn mаnnn,….. lеnguhnуа,….. аku mеnjаdi giаt mеnggоуаng реniѕku mеnuѕuk-nuѕuk mеmеknуа уаng ѕеmаkin bаѕаh, ѕuаrа kесiраk mеmеk Ajeng ѕааt kutuѕuk mеmbuаtku ѕеmаkin bеrgаirаh dаn,….. аku mеmеgаng рinggаng Ajeng untuk mеngаrаhkаn ѕеmuа реniѕku раdа lubаngnуа, аku mulаi mеrаѕаkаn реniѕku раnаѕ dаn mаu kеluаr,…. Akhirnуа,….

    “Ajeng,…… аku mulаi nggаk tаhаn nih,… mаu kеluаr,………..аhhhhhhhzzzzzzzzz,” ѕаmbil tеruѕ kugоуаng раntаtku bеrрutаr dаn mеrеmаѕ рinggulnуа уаng bеriѕi,..

    Ajeng ѕеmаkin mеnjаdi ,.. dаn,…. Crееееееt,… сrеееtttt,….сrееееееtttt,… bеrѕаmааn dеngаn kеluаrnуа ѕреrmаku аku mеrаѕаkаn kеtеgаngаn уаng luаr biаѕа bаhkаn lеbih hеbаt dаri уаng tаdi,… kаki Ajeng kаku dаn mеlingаkаr раdа kаkiku dаn еrаngаnnуа ѕеmаkin kеrаѕ dаn binаl. Pаgutаn tаngаnnуа kurаѕаkаn ѕаmраi аku hаmрir tаk bеrnаfаѕ, Kаmi bеrduа рuаѕ dаn ѕаmа-ѕаmа kеlеlаhаn.

    Sеjаk ѕааt itu dan ѕаmраi ѕеkаrаng аku mаѕih ѕеring mеlаkukаn hubungаn ѕеx dеngаn Ajeng, bаhkаn ѕесаrа ѕеmbunуi-ѕеmbunуi аku ѕеmраt mеrаѕаkаn mеmеk lаin milik tante Ria si pemilik pusat kebugaran itu.

  • Video Bokep Eropa merekam babysitter bohay lagi dientotin

    Video Bokep Eropa merekam babysitter bohay lagi dientotin


    2600 views

  • Kisah Memek Bermain Lubang Wanita Perawan

    Kisah Memek Bermain Lubang Wanita Perawan


    2598 views

    Duniabola99.com – Pulang dari kerja saya lihat di ruangan tamu istriku tengah bercakap ngobrol dengan ke dua wanita yang satu kurang lebih 29 th. serta satunya 15 th., saya tebak dia anaknya yang turut, saya cuma lewat sembari melempar senyum lalu saya masuk ke kamar menempatkan tas serta bertukar omaian, habis itu saya turut bercakap di ruangan tamu, meyakinkan siapa wanita yang datang itu, tidak taunya orang yang ingin jadi asisten dirumah kami.


    Dari situlah saya serta istriku bercakap berdua karna anaknya itu juga turut dengannya serta ingin bekerja juga dirumah kami, awalannya kami keberatan karna dapat menaikkan beban pesangon, namun sesudah kami seomat berunding jadilah istriku untuk mengijinkan anaknya juga turut bekerja dirumah kami.

    Argumenku sebab istriku tengah sibuknya mengurusi bisnisMLM-nya serta sebab pernikahan kami yang telah 6 th. belum juga memperoleh keturunan, hingga anak gadis itu bisa kami anggap jadi anak kami sendiri.

    Esok harinya sekitaran jam 5 : 00 sore wanita itu serta anak gadisnya telah ada di rumahku untuk lakukan pekerjaan jadi asisten, sebut saja wanita itu Kusrinah serta anak gadisnya Amel. Sebab rajinnya kerja ke-2 asistenku itu, jadi Amel kuijinkan untuk melanjutkan sekolah atas tanggunganku. Kulihat di berwajah tersenyum kegirangan.

    “Terima kasih Om, Amel bahagia sekali bisa melanjutkan sekolah, terima kasih Om, Bu. ”
    “Ya, tetapi kau mesti rajin belajar, serta bila telah pulang sekolah kau mesti bantu ibumu, ” kata istriku sembari berpelukan dengan Amel, kulihat di muka ibunya Kusrinah juga tampak keceriaan.
    Enam bulan berlalu mulai sejak Kusrinah serta Amel bekerja dirumah kami, saya melakukan perbuatan mesum dengan Kusrinah pada saat istriku pergi keluar kota untuk masalah usaha MLM-nya. Hari itu hari Sabtu, malamnya istriku ke Jogja dengan kereta api, sebab Sabtu kantor libur sesaat Amel tengah sekolah, saya lihat Kusrinah yang tengah berdiri di dapur membelakangi saya yang tengah masuk dapur usai membersihkan mobil.
    Saya tertegun lihat badan Kus yang memakai baju terusan warna hijau muda agak tidak tebal hingga terbayanglah tali BH serta celana dalam yang keduanya berwarna hitam menutupi sisi vitalnya.
    Bokongnya yang padat serta seksi dan betisnya yang terbungkus kulit putih serta mulus memiliki bentuk seperti bunting padi, buat saya terasa tersedak seolah-olah ludahku tidak bisa tertelan sebab membayangi badan Kus yang indah itu.


    Mendadak Kus berbalik serta kaget melihatku yang barusan membayanginya.
    “Eh.. Om, ngagetin saya saja. ”
    “Eh.. Kus bisa saya duduk, saya ingin tau mengapa kau cerai, kau ingin menceritakannya ke saya. ”
    “Eng.. bagaimana yach.. saya malu Om, tetapi bolehlah. ”
    Pada akhirnya saya duduk di meja makan sesaat Kus bercerita histori hidupnya sembari selalu bekerja menyiapkan makan siang untukku. Pada akhirnya saya baru tahu bila Kus itu menikah di umur 15 th. serta satu tahun lalu ia melahirkan Amel serta ia bercerai 2 th. waktu lalu sebab suaminya yang menyukai mabuk, judi, main wanita serta sukai memukulinya serta sempat nyaris membunuhnya di mana di punggung Kus ada sisa tusukan pisau.

    Saya tertegun mendengar ceritanya sesaat Kus seolah ingin menangis membayangi jalan hidupnya kulihat itu di matanya pada saat ia menceritakan. Sebab rasa kasihanku kurangkul badan Kus.

    “Sudah, Kus.. janganlah nangis.. saat ini kau telah bisa hidup tenangan disini dengan anakmu, luoman masa lalumu yah.. saya mohon maaf bila buat kau mesti mengingat sekali lagi. ”
    “Iya.. Om.. saya serta Amel.. berterima kasih sekali.. Om serta Ibu baik.. pada kami. ”
    “Ya.. telah.. telah.. janganlah nangis selalu.. kelak Amel pulang.. kau malu deh.. bila sekali lagi nangis. ”
    Kus menangis dalam rangkulanku, air matanya membasahi kausku tetapi mendadak saya rasakan suatu hal yang beda sebab ke-2 toketnya menyentuh dada saya yang buat gejolak nafsuku bertambah. Tanpa ada berniat bibir mungilnya kucium lembut dengan bibirku yang buat dianya gelagapan.


    “Aaahh.. Om! ”
    Tetapi lalu ia membalas kecupanku dengan lembut sekali dibarengi lidahnya memainkan lidahku yang buat saya semakin berani.
    “Om.. sshh.. ”
    “Kenapa.. Kus..? ”
    “Tidak.. Om.. aahh.. tidak apa-apa. ”
    Kuangkat roknya serta saya meraba bokongnya yang padat lantas kutarik ke bawah celana dalam warna hitam kepunyaannya hingga dengkul, pahanya kuraba dengan lembut hingga memeknya tersentuh. Kus mulai bergelinjang, ia membalas dengan agresif leher serta pipiku diciuminya. Kumainkan jariku pada memeknya, kutusuk memeknya dengan jari tengah serta telunjukku sampai agak basah.

    “Aahh.. Om, enak sekali deh.. ”
    “Kus.. bila kita teruskan di kamar yuk! ”
    “Saya sich ingin saja Om, tetapi bila kelak Ibu tahu bagaimana? ”
    “Ah, ibu khan sekali lagi ke Jogja, sekali lagi pulangnya kan hari Selasa. ”
    Kugiring Kusrinah ke kamarku, hingga di kamar kututup pintu serta segera kusuruh Kus untukmenanggalkan omaiannya. Kus segera mekus uti hasratku, semua omaiannya ditanggalkan sampai ia bugil.

    Yang agak mengagetkanku sebab keindahan badan Kus. Kus dengan tinggi sekitaran 167 cm mempunyai toket yang kencang serta montok dibungkus kulit yang putih bersih, pinggulKus agak kurus tetapi bokongnya yang agak besar serta padat serta memeknya yang tertutupi bulu halus agak lebat buat saya seolah tidak bisa menelan ludahku. Bila saya berikan nilai badan Kus nilainya 9. 9, nyaris prima.

    “Om, baju Om juga dilepaskan dong, janganlah bengong lihat badan Kus. ”
    “Kus, badanmu indah sekali, lebih indah dari badannya Ibu. ”
    “Ah, masa sich Om? ”
    “Iya Kus, tahu gitu kau saja yang jadi Ibu deh. ”
    “Ah Om bisa saja nih, tetapi bila Kus jadi Ibu, Kus ingin kok jadi ibu ke dua. ”
    Saya segera melepaskan omaianku serta batang kemaluanku segera menegang keras serta panjang. Kuhampiri Kus segera kucium bibirnya, dipeluknya diriku, tangan mungil Kus meraba-raba batang kemaluanku lantas dikocoknya, liang memeknya kusentuh serta kutusuk dengan jariku, kami bergelinjang berbarengan.

    Kami menjatuhkan diri kami berbarengan ke tempat tidur. “Kus, kau ingin tidak hisap kontol saya, saya jilatin memekmu. ” Kus cuma mengangguk lantas kami ambillah tempatseperti angka 69.
    Batang kemaluanku telah digenggam oleh tangannya lantas dijilat, dikulum serta disedot sembari kadang-kadang dikocoknya. Liang memeknya telah kujilati dengan lembutnya, memeknya keluarkan bau harum yang wangi, sesaat rasa-rasanya agak manis terutama saat bijiklitorisnya terjilat.

    Nyaris 10 menit lamanya saat keluar cairan putih kental membasahi liang memek itu serta segera kutelan habis.

    “Aaakkhh.. aakkhh.. ” rintih Kus kelojotan. Tetapi lima menit lalu giliranku yang kelojotan sebab keluarlah cairan dari batang kemaluanku membasahi muka Kus tetapi dengan sigap ia segera menelannya sampai habis lantas “helm” serta batangku dibikin bersih denganlidahnya.

    Setelah itu, saya mengubah tempat, saya berbaring sedang Kus kusuruh naik serta jongkokdi selangkanganku. Lantas tangannya meraih batang kemaluanku diarahkannya ke liang memeknya. Tetapi sebab liang memek Kus yang telah lama tidak dimasukan suatu hal jadi agak sempit hingga saya bantu dengan sekian kali sodokkan, baru memek itu tertembus batang kemaluanku.

    “Blleess.. jlebb.. jlebb.. ”
    Kulihat Kus agak menahan nafas sebab batangku yang besar serta panjang telah menembus memeknya.
    “Heekkh.. heekkhh.. miliki Om gede banget sich Om, tetapi Kus sukai deh rasa-rasanya sodokannya hingga perut Kus. ”
    Badan Kus dinaik-turunkan serta kadang-kadang berputar-putar, pada saat berputar-putar saya rasakan kesenangan yang mengagumkan.

    “Kus, memekmu enak sekali, batangku seperti diperas-peras oleh memekmu, selalu jelas Om barukali ini merasakannya, Kus enak sekali. ”
    1/2 jam lalu, saya mengubah tempat dengan batang kemaluanku masih tetap didalam memek Kus, saya duduk serta kuangkat badannya lantas kubaringkan badannya di bagian tempat tidur dengan kaki Kus menggantung, kutindih badannya hingga buat sodokan batangku jadi lebih merasa kedalam sekali lagi masuk memeknya.

    “Aakkhh.. aakkhh, iya Om lebih enak style gini. ” Toketnya yang mancung serta puting yang agak kecoklatan telah kucium, kuremas serta kusedot-sedot.


    15 menit lalu kami ganti tempat sekali lagi, kesempatan ini kami berposisi doggie model, liang memeknya kusodok oleh batang kemaluanku dari belakang, Kus menungging saya berdiri. Kuhentak batanganku masuk lebih dalam sekali lagi ke memek Kus yang nyaris 15 menit lalu Kus menjerit.

    “Akhh.. arghh.. sshh.. sshh.. Om, Kus keluar nih.. akhh.. sshh.. ”
    Keluarlah cairan dari memek Kus yang membasahi dinding memeknya serta batang kemaluanku yang masih tetap tenggelam di dalamnya hingga memek itu agak licin, tenamun tetaplah kusodok lebih keras sekali lagi sampai 10 menit lalu saya juga merasa menginginkan menembakkan cairan dari kemaluanku.
    “Kus.. saya juga ingin keluar nih, saya tidak tahan nich.. ”
    ” Om.. tolong keluarin didalam saja yach.. saya ingin cobain kehangatan cairan Om, serta saya kan siap jadi ibu ke dua. ”
    “Crroott.. croott.. crroott.. ”
    Keluarlah cairanku membasahi liang memek Kus, sebab banyak cairanku sampai luber serta menetes ke paha Kus. Lantas kulepaskan batangku dari memeknya serta kami segera terbaring lemas tidak berdaya ditempat tidurku.

    Lima menit lalu yang sebenarnya kami menginginkan istirahat, saya mendengar nada dari luar kamartidurku kami tersentak kaget. Setelah beromaian kusuruh Kus keluar kamarku yang rupanya Amel berada di ruangan makan, ia mencari-cari ibunya setelah pulang dari sekolah.

    Malam harinya setelah Amel tertidur, Kus kembali masuk kamarku untuk bermain sekali lagi denganku. Esok harinya, setelah saya terbangun kurang lebih jam 8 : 00, saya keluar kamar, saya mencariKus, tetapi yang saya dapatkan cuma Amel yang tengah melihat TV.

    Rupanya saya baru ingat bila tiap-tiap Minggu pagi Kus pergi belanja ke pasar. Setelah mandi kutemani Amel yang sekali lagi duduk di karpet sembari nonton TV, sedang saya duduk di sofa.
    “Amel.. bagaimana sekolah anda..? ”
    “Baik.. Om, bulan depan ingin ulangan umum. ”
    “Mmm, ya telah kau belajar yang rajin yah, agar Ibu kau bangga. ”
    “Om, bisa Amel bertanya? ”
    “Iya, mengapa Amel..? ”
    “Kemarin saat Amel pulang sekolah, Amel kan mencari ibu Amel, cocok buka kamar Om, Amel lihat Om serta ibu Amel sekali lagi telanjang selalu Amel saksikan bila Ibu Amel ditusuk dari belakang oleh Om, ada suatu hal miliki Om yang masuk ke tubuh ibu Amel, maaf yach Om, Amel lancang. Ibu Kus sekali lagi diapain sich sama Om? ”
    “Hah, jadi kau pernah lihat ibumu telanjang. ”
    “Iya Om, tetapi kok Ibu Kus sepertinya keenakan ya. Amel jadi kepingin dech Om seperti ibu Amel. ”
    “Kau serius Mell, kau ingin? ”
    “Iya Om. ”


    Kulihat Amel tersipu malu menjawab pertanyaan dariku, sesaat rok Amel terungkap sewaktududuknya berubah hingga pahanya yang putih mulus tampak oleh mata saya yang membuatku segera terangsang. Kusuruh Amel duduk dipangkuanku. “Mel, sini kau duduk di pangkuan Om. ”
    Saat ia berdiri menujuku, saya buka resleting celana saya serta kuturunkan celana dalamku lantas saya mengeluarkan batang kemaluanku yang telah menegang, sebelumnya Amel duduk di pangkuanku, celana dalamnya yang putih kuturunkan hingga memek mungil putih bersih milikgadis 13 th. ini berada di hadapanku, menyerbakan aroma wangi dari memeknya yang tertutupi bulu-bulu halus serta segera kujilat dengan lembutnya. Amel memegang kepala saya serta badannya menggeliat.
    “Aahh.. sshh.. enak.. Om.. enak.. sekali. ”

    Memek Amel yang masih tetap muda itu selalu kujilati sebab rasa-rasanya manis-manis asin. Amel punmakin menggelinjang, kurang lebih 15 menit lalu Amel mulai kejang-kejang serta basahlah memek itu oleh cairan putih kental yang mengalir dari dalamnya, cairan itu kutelan habis.

    “Arghh.. arghh.. Om.. ada yang keluar nih dari tempat pipis Amel.. eugh.. eugh.. ”
    Badan Amel segera lemas tidak berdaya, cepat-cepat kupangku. Batang kemaluanku yang mengeras kutempelkan pada memeknya yang basah. Badannya kuarahkan menghadapku, baju yang dipakai Amel kulepas hingga ia cuma kenakan baju dalam yang tidak tebal, toket Amel yang baru tumbuh terbayang dibalik baju dalamnya .

    Selekasnya kulepaskan hingga di muka saya terpampangtoket yang baru mekar tertutupi kulit yang putih bersih dengan dihiasi puting agak kemerahan, segera kulahap dengan mulutku, kujilat, kugigit serta kuhisap buat toket itu semakin mekar serta putingnya mengeras.

    Sesaat Amel masih tetap tertidur lemas, batang kemaluanku yang sudahmenempel di memek Amel yang masih tetap sempit kusodok-sodokkan supaya masuk, sebab memek itu masih tetap sempit. kumasukkan dua jariku untuk buka memek itu, kuputar ke-2 jariku hingga memek itu agak melebar serta basah.


    Setelah itu kucoba sekali lagi dengan batang kemaluanku, kusodok masuk batanganku ke memek Amel yang memanglah masih tetap sempit juga walaupun telah dibantu dengan jariku. Pada akhirnya setelah 20 kali kutekan, masuklah helm batanganku ke memek Amel. Amel mulai tersadar saat batanganku menyodokmemeknya, ia juga menjerit kesakitan.

    “Aawww.. aawww.. sshh.. sshh.. aawww.. sakit.. Om.. tempat pipis Amel.. sakit awww.. aawww.. ”
    “Sabar sayang kelak juga enak.. sayang.. tahan ya.. sakitnya.. sebentar sekali lagi.. ”
    Kupeluk badan Amel serta menenangkannya dari rasa sakit pada memeknya yang robek oleh batang kemaluan milikku yang memanglah super besar.

    Sodokkanku pada memek Amel kupelankan untuk menghindar rasa sakitnya serta 10 menit lalu Amel rasakan kesenangan.

    “Ahh.. ahh.. arghh.. arghh.. Om.. saat ini tidak sakit sekali lagi.. saat ini jadi enak.. aahh.. aahh.. ”
    Nyaris 1/2 jam lalu mendadak Amel keluarkan cairan dari dalam memeknya tersebut tetesan darah serta segera badan Amel lemas sekali lagi serta pingsan. saya mengerti kalau saya telah membobol keperawanan Amel.

    “Arrgghh.. Om.. Amel.. lemmaass.. ”
    Saya agak kaget juga lihat kondisi Amel yang dengan tidak berniat kubobol keperawanannya tetapi sebab telah tanggung selalu kugenjot batanganku ke memek Amel yang telah berdarah serta 10 menit lalu keluarlah cairan dari dalam kemaluanku dengan derasnya masuk liang memek Amel sampai meluber ke pahaku.

    “Crroot.. crroott.. ”
    “Ssshh.. sshh.. aahh.. enaknya.. memek.. gadis ini.. ”
    Segera kucabut batang kemaluanku dari memek Amel serta kubaringkan Amel yang pingsan di Sofa. Sisa cairan yang masih tetap menempel di memek Amel kulap dengan bajuku sampai bersih, setelah itu kurapihkan baju Amel serta kubiarkan Amel yang masih tetap pingsan tidur di Sofa, saya lantas bersihkan tubuhku sendiri.


    Sepuluh menit lalu Kus syifa, datang dari pasar sedang saya telah menggunakan baju sekali lagi. Sejaksaat itu saya bermain dengan istriku bila ia dirumah, dengan Kus bila istriku pergi serta Amel sekolah, dengan Amel bila istriku serta Kus pergi.

  • Kisah Memek Puasnya Nafsu Birahiku Oleh Davina

    Kisah Memek Puasnya Nafsu Birahiku Oleh Davina


    2598 views

     

    Duniabola99.com – Davina salah seorang cewek cantik yang bekerja di perusahaan yang sama denganku dan aku sudah tertarik padanya sejak dia baru masuk dalam perusahaan ini. Tapi aku tidak mempunyai keberanian untuk mendekatinya karena Davina meruapakan gadis yang banyak di perebutkan oleh pria di sana. Tidak terkecuali juga manajerku karena itu aku hanya bisa melihatnya dari jauh.


    Namaku Alvin dan aku bekerja di sini sudah hampir empat tahun karena semenjak lulus dari kuliah aku langsung bekerja di perusahaan ini. Sekarang umurku sudah menginjak 26 tahun dan belum memilki pasangan, karena aku begitu pilah-pilih di dalam memilih pasangan meskipun itu hanya untuk sekedar pacaran, karena itu aku belum pernah sekalipun melakukan adegan layaknya dalam Kisah Memek.

    Tapi banyak yang bilang kalau aku kurang terbuka dan bersikap biasa saja ketika hendak mendekati seorang wanita. Padahal banyak gadis yang bekerja disini juga berusaha mendekatiku tapi aku membiarkan dan tidak terpengaruh dengan apa yang mereka perbuat untuk menarik perhatianku. Karena bagiku aku harus menuruti kata hati kalau ingin mendekat apalagi ingin menjalin hubungan dengan mereka.

    Dengan Davina aku merasa jatuh cinta pada pandangan pertama padahal bukan baru kali ini aku melihat gadis cantik seperti dirinya. Tapi begitu melihatnya di tambah dengan senyum menawannya membuatku begitu ingin mengenalnya lebih dekat bahkan aku berharap lebih untuk menjadi kekasihnya, tapi aku tidak berani mendekatinya apalagi menyatakan perasaanku.


    Karena hal itu aku menjadi lebih menjauh darinya daripada berusaha untuk mencari perhatiannya. Aku tahu tidak akan mudah jika harus bersaing dengan manajerku, yang merupakan seorang pria muda dan juga sukses dalam karirnya beda denganku yang hanya pegawai staf biasa yang tidak mampu memberikan kelebihan jika harus berhubungan dengan Davina yang nyaris begitu sempurna menurutku.

    Tapi aku di selimuti ke takutan juga bagaiamana jika dia hanya di jadikan sebagai pelampias nafsu, seperti hanya untuk di ajak melakukan adegan layakanya dalam Kisah Memekt. Karena sekarang sudah banyak para pria mendekati seorang wanita hanya untuk melakukan hal itu, aku selalu terpengarah setiap melihat Davina bersama dengan pria apalagi yang memang di kenal nakal dalam kantor ini.

    Sepertinya perhatian yang aku berikan meski secara sembunyi di lihat oleh Davina karena pada suatu hari aku mendapat ajakan lewat sms darinya. Yang mengatakan untuk jalan baerng denganku, awalnya aku mengira itu akal-akalan temanku saja yang mengetahui kalau aku suka sama Davina, tapi setelah sms tidak aku balas dan dering telpon yang aku angkat ternyata suara merdu Davina saat itulah aku percaya.


    Kamipun tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mengenal lebih dekat, karena sejak saat itu Davina begitu dekat padaku. Bahkan di kantor dia lebih sering bersamaku dan dapat di lihat pandangan setiap mata yang melihat kami, aku tidakl tahu cara menembak dia lebih dulu masih ada ketakutan dalam hatiku, dan akupun merasa begitu saja sudah cukup melihat Davina bersamaku setiap hari.

    Namun hal itu tidak cukup karena pada suatu hari ketika aku menuju kantin pas jam istirahat. Di sana aku melihat Davina duduk dengan seorang cowok dan dapat di pastikan kalau itu pak Imran manajerku, hatiku sakit saat itu dari sana begitu terlihat kalau pak Imran begitu memperlakukan Davina secara spesial akupun makan dengan perasaan yang gundah kala itu dan tidak berani menatap pada Davina.

    Karena hal itu juga aku bersikap menjauh darinya karena aku tidak mau jika harus kecewa. Meskipun tidak terlalu lama aku menghindar pada Davina tapi hal itu dapat membuatku sakit juga sampai-sampai aku tidak bisa untuk pergi bekerja karena panas tubuhku, pagi ini akupun hanya sendirian di rumah karena ayahku juga sudah pergi bekerja dan aku memang hanya hidup berdua dengan ayah setelah ibuku meninggal.


    Di saat aku menonton TV kemudian aku mendengar seseorang mengucapkan salam beberapa kali dan akupun bangun untuk membuka pintu. Dan betapa aku terkejut ternyata Davina siang ini datang ke rumahku, belum sempat aku menyapanya dengan kata-kataku dia sudah berlari memeluk tubuhku. Aku hanya bisa terpaku kala itu tapi begitu Davina menatapku dengan tatapan tajam.

    Saat itulah aku dengan berani mendekatkan bibirku padanya dan aku begitu senang karena dia membalas dengan hangat. Tubuh kami mugkin sudah sama-sama terbakar kerinduan karena dengan dorongan kecil tubuh Davina aku langsung merebahkan diri pada sofa pojok ruang tamuku ” Aku kangen Alvin…. a.. ku…. sayang.. kamu…. ” Terdengar suaranya begitu parau dan aku tahu kalau dia benar-benar merindukan aku.

    Layaknya dalam adegan Kisah Memekt meskipun baru pertama kali tapi aku dengan lihai melumat bibir seksi Davina hingga diapun mendesah ” Oooooouuuggghh… Al.. vin…. aaaaaggggghhh…. aaaaaagggghhhh… aaaaaaagggghhh… sa.. yang….. aaaaggghhh… ” Aku tidak dapat menahan nafsuku hingga ketika Davina melepas pakaiannya akhirnya akupun melepas bajuku.


    Tapi aku masih ragu untuk menyelupkan kontolku yang sudah membesar pada memeknya. Dan Davina sepertinya mengetahui keraguanku diapun memegang kontolku lalu mengelusnya perlahan kemudian dia acungkan pas pada lubang memeknya dan ” ooouuuggghh… go.. yang… sa…. yang…. aaaaaaggggghhhh…. aaaggggghh…. a.. yo… aaaagggghhh.. ” Akupun bergerak melambat dari atas tubuhnya.

    Dengan sebelah tangan berpegangan pada sofa akupun menggoyangakn pinggulku saat itu ” Oooouuuggghh… oooouuuggghh… oooouuugghh… aaaagghh…. terus… sa.. yang… aaaaggghhhh… ” Rupanya ini yang di maksud kenikmatan setiap aku membaca Kisah Memekt, akupun tidak lagi pasif di dalam gerakanku terkadang aku memutar-mutar pantatku dan dapat aku lihat Davina menggelinjang.

    Akupun semakin buas menggoyang pinggulku hingga aku sendiri tidak kuat untuk mengerang “OOooouuggghh… aaaaggghhhh… aaagggghh… aaaagggghhh… Davina… sa.. yang… aaaagggghhh… ” Mungkin karena baru pertama kali melakukan adegan layaknya dalam Kisah Memekt ini akupun tidak lama kemudian memuncratkan spermaku pertama kali dalam lubang memek wanita.


    Davina mengapitkan kedua kakinya dan menatap tajam ke arahku saat itulah dia lemparkan senyumannya padaku. Aku masih terkulai lemas di atas tubuhnya karena tidak dapat rebahan di sampingnya, karena sofa ini tidak mampu menampung dua tubuh kami dengan mesra Davina mengelus-elus tubuhku dan akupun mendaratakn ciumanku dengan bertubi-tubi padanya.

  • Kisah Memek Layaknya bulan madu berduaan di hotel

    Kisah Memek Layaknya bulan madu berduaan di hotel


    2597 views

    Duniabola99.com – Dimana saat itu aku masih duduk di kelas satu SMA di salah satu sekolah swasta di kota kecilku, aku sangat senang untuk pertama kalinya masuk sekolah, dulunya aku mempunyai badan yang gemuk mungkin karena penyakit liverku aku menjadi kurus dan langsing, aku semakin pede saat mengenakan baju putih abu abu, dan pipiki tidak setembem kayak dulu sekarang wajahku menawan.


    Pertama masuk, aku sudah mengenal hampir setengah kelas karena memang berasal dari SMP yang sama. Di belakang tempat dudukku ada segerombolan cowok. Diantaranya ada seorang cowok Yang lumayan tampan, putih dan menarik. Sering kali aku merasa dia sering memperhatikanku secara diam-diam.

    Setiap hari aku berangkat dan pulang sekolah naik angkutan umum. Sampai suatu hari, seusai pelajaran tiba-tiba Tom mendekatiku. Dia menawarkan untuk mengantarku pulang. Kupikir dari pada naik kendaraan umum akhirnya aku setuju saja dia mengantarku. Ternyata dia juga sudah membawakanku helm.

    Hari itu sehabis mengantarku pulang tiba-tiba cuaca berubah jadi mendung dan hujan. Aku pun menyuruh dia masuk ke rumah sambil menunggu hujan reda. Sejak hari itu kamipun jadi dekat. Setiap hari dia mengantar jemput aku walaupun sebenarnya rumahnya sangat jauh dari tempat tinggalku.

    Pada hari Valentine karena kami sama-sama tidak mempunyai pasangan, dia menawariku untuk keluar nanti malam. Aku pun setuju. Pulang sekolah aku siap-siap, aku cuci rambut dan blow layaknya orang yang mau pergi berkencan, kupilih baju yang kuanggap paling oke. Kira-kira jam 16:00 dia datang menjemputku. Lalu kita berangkat ke bioskop.

    Dan aku benar-benar tidak menduga ternyata di dalam bioskop dia menyatakan perasaannya kepadaku. Bagaikan di sambar geledek, aku pun mengangguk. Karena memang selama ini diam-diam aku telah merasa sayang padanya. Hubungan kami berlanjut terus sampai 2 bulan kemudian kita bertengkar hebat sekali. Lalu keesokan harinya dia meminta maaf padaku. Karena sekolah kami libur selama semingu, kami pun merencanakan untuk menginap di luar kota.

    Kemudian aku minta ijin kepada orang rumah karena yang ada di rumah hanya nenekku, aku pun bilang padanya akan ke luar kota selama 4 hari dengan teman-teman. Tentunya itu hanya alasan supaya aku bisa pergi. Sesuai waktu yang di janjikan aku menunggu Tom di rumah sahabatku. Kemudian kami pun berangkat ke luar kota di daerah pegunungan.


    Sesampainya di sana kami mencari penginapan yang sesuai lalu check in. Ruangan yang kami tempati tidak terlalu besar namun terlihat sangat nyaman. Disana ada sebuah ranjang berukuran king size yang di sisi kanan kirinya terdapat meja kecil dan lampu.

    Lalu ada satu set sofa dan meja. Disisi yang lain ada televisi lengkap dengan VCD playernya. Sementara di kamar mandinya dilengkapi dengan bathtub dan shower. Walaupun tidak begitu bagus namun lumayan enak tempat tersebut.

    Karena kurasa seluruh tubuhku tidak fresh aku pun pergi mandi. Sementara Tom masih keluar untuk membelikan majalah dan cemilan. Aku Mandi dengan air hangat dan berendam sesaat. Setelah selesai aku mengenakan lingerie warna merah menyala yang sengaja kubeli sebelumnya.

    Warnanya yang merah sangat kontras dengan kulitku yang kuning pasti akan membuat siapa saja yang melihatku terangsang. Kemudian kupakai Kimono kamar mandi dari hotel tempat kami menginap. Dan aku berbaring di ranjang sambil nonton TV.

    Tak lama kemudian Tom kembali. Setelah meletakkan belanjaan dia pun pergi mandi. Sengaja kumatikan lampu kamar kemudian lampu baca di meja kunyalakan remang-remang. Suasana ini benar-benar romantis, kimono pun kubuka dan kulempar begitu saja. Kemudian kutata bantal dan guling di ranjang sedemikian rupa sehingga aku bisa bersandar dengan enak. Kuusap-usap tubuhku sambil memperhatikan lingerie yang baru pertama kali kupakai.

    Tak lama kemudian Tom keluar dari kamar mandi sambil melilitkan handuk di pinggangnya. Dia pun tercengang melihatku, kemudian sambil tersenyum dia berkata, “Kamu benar benar sexy sayang..” Diapun mendekatiku sampai di bibir ranjang, aku pun berdiri dengan bertumpu pada kedua lututku.


    Kubelai rambut Tom yang baru setengah kering, kuciumi wangi rambutnya. Kemudian ciumanku pun turun, hidungnya kukecup, bibirnya kukecup dan kulumat dengan mesra. Dia melingkarkan tangannya di pinggangku sambil sesekali mengusap punggungku.

    Kurasakan ciuman Tom makin hebat, lidah kami saling berpagutan, kurasakan bibirnya perlahan namun pasti turun menjelajahi leherku yang membuat jantungku makin keras berdetak. Sementara tangannya yang lain mengusap-usap buah dadaku yang kelihatan hampir tidak muat di dalam lingerie yang kupakai karena ukurannya memang besar, 36C.

    Kurasakan lidah Tom turun dari leher menyusuri dadaku kemudian tangannya menurunkan lingerie-ku di bagian dada yang menyebabkan tersembullah dua bukit indahku. Matanya tak pernah lepas dari dadaku sambil dia berkata, “Oh buah dadamu memang indah sayang.. aku tak pernah sanggup menahan diriku bila melihatnya..” Aku pun hanya tersenyum sambil mataku mengerling nakal, yang membuatnya makin tidak tahan.

    Dia meremas-remas dengan mesra buah dadaku sambil dipilin-pilin putingnya. Kemudian dia jilati bergantian sambil dikulumnya. Kulihat benar-benar tidak muat buah dadaku dalam genggamannya. Ya inilah salah satu kebanggaan diriku, keindahan yang kumiliki.

    Aku pun mengerang, “Aaacchh.. Tom.. kau pandai sekali menghisapnya.. aacchh..” tanpa kusadari tanganku sudah membuka handuk yang dipakai Tom yang kubiarkan jatuh begitu saja. Dan dapat kulihat jelas kejantanannya yang panjang dan besar telah berdiri dengan tegak seolah-olah menantangku. Memang kuakui batang kejantanan Tom sangat besar, panjangnya mungkin hampir 15 cm, dan hal inilah yang mungkin membuatku selalu ketagihan untuk bermain seks dengannya.


    Kuusap-usap kepala kemaluannya, kurasakan ada lendir kenikmatan telah membasahi kepala kejantanannya yang membuatku makin terangsang. Kutundukkan kepalaku lalu kujilat-jilat kepala kemaluannya lalu seluruh batangnya kujilat sambil kuusap-usap.

    Kemudian kudorong tubuh Tom sampai dia terduduk di sofa, lalu aku berjongkok di depannya, kujilati terus batang kejantanannya kemudian kumasukkan seluruhnya ke dalam mulutku sambil lidahku berputar-putar di dalamnya. Kontan saja Tom mengerang, “Aahcchh.. sayaangg.. nikmatt sekalii..” Aku merasakan batang kejantanannya semakin tegang, urat-uratnya mulai menonjol keluar tentu saja aku semakin bergairah melihatnya.

    Aku mulai mengeluar-masukkan batang kejantanan Tom, makin lama gerakanku makin cepat sambil kugenggam dan kuputar-putar. Dia mengerang lagi, “Sayaang.. kamuu benar-benar hebat.. aacchh..” Aku tak menghiraukannya, kukocok batang kejantanannya makin lama makin cepat kemudian kuhisap-hisap, kurasakan tubuh Tom menegang,

    “Aku mau keluaarr saayy.. akuu nggaak tahann..” Makin kupercepat kocokan tanganku, kemudian kuhisap kuat-kuat batang kejantanannya dan.., “Creett.. ccrereett..” Kurasakan air mani Tom memenuhi mulutku, langsung kutelan sambil tetap kujilat batang kejantanannya kemudian kujilati seluruh permukaan bibirku sambil kuremas-remas buah dadaku, kulihat Tom lemas sesaat.. Saat aku sedang asyik meremas-remas buah dadaku sendiri, sambil kulirik dia dengan pandangn sayu dan sexy. Tiba-tiba Tom mengangkat tubuhku dan membaringkannya di ranjang.

    Dia mengulum buah dadaku sambil dihisapnya kemudian perlahan ciumannya turun mencium lingerie di bagian perutku sambil tangannya merambat ke bagian kemaluanku dan mengusap-usap klitorisku yang rasanya sudah membesar. Aku menggeliat sambil engerang, “Aacchh.. Tom.. nikmat..”


    Kemudian dia berdiri dengan berlutut di ranjang, dia lepaskan celana dalam merahku yang sangat sexy itu. Dia usap-usap klitorisku yang memang bersih dari rambut-rambut. Kemudian pelan namun pasti dia jilat klitorisku sambil jari tengahnya dia masukkan ke liang kewanitaanku. Benar-benar nikmat kurasakan, kugigit bibirku sambil tanganku tak henti-hentinya memilin putingku sambil sesekali kujilati buah dadaku sendiri.

    Karena buah dadaku besar, aku tidak kesulitan untuk menjilatinya. Sementara Tom sedang sibuk di bawah sana, membuatku menggelinjang-gelinjang kenikmatan. Aku pun tak sabar lagi, aku berkata pada Tom, “Ayo.. Tomm.. masukkan pelermu.. aku.. akuu..” rupanya Tom telah paham maksudku, sebelum aku menyelesaikan kalimatku.. tiba-tiba.., “Slepp..” aku memekik,

    “Aaacchh.. yeeahh..” sambil menahan nikmat yang luar biasa kudapat.

    Belum sampai selesai kurasakan nikmat bulan madu ini, Tom sudah menggoyangkan batang kejantanannya keluar masuk dari liang senggamaku dengan sangat cepat, rupanya dia masih ingat seperti itulah favoritku. Aku memang suka digoyang sangat cepat dari pertama sehingga rasanya luar biasa nikmatnya. Goyangan Tom pun makin cepat. Kurasakan batang kejantanannya sa ngat keras menghujam di dalam liang kewanitaanku. Aku pun hanya bisa memekik,

    “Tomm.. aachh.. nikmat sekali sayangg.. pelermu emang nikmat..” Tom pun tak bereaksi mengurangi goyangannya, makin lama makin cepat dia bergoyang sampai aku berkata,
    “Tomm.. aku mau keluarr sayaangg.. akuu nggak tahann..” dia pun berkata,
    “Kita sama-sama sayaang..” batang kejantanan Tom makin cepat ritmenya. Kemudian kurasakan nikmat yang luar biasa, tubuhku menegang, melengkung hingga bagian dadaku terbusungkan,
    “Aaacchh.. Tomm.. aku keluarr..” Kurasakan liang kewanitaanku sangat hangat. Tiba-tiba Tom menghentikan goyangannya dan tubuhnya menegang juga, “Aachh.. akuu juga sayang..” dan,


    “Creett.. crett..” Air mani Tom kurasakan menyemprot dinding rahimku, terasa sangat hangat, mengalir perlahan di dalam liang kewanitaanku. Kemudian kami berdua tergeletak sambil dia terus menciumiku dan membisikkan kata-kata cinta bulan madu, diusap-usapnya rambutku yang membuatku ketiduran sejenak.

    Ketika aku terbangun, aku langsung menuju kamar mandi untuk berbilas. Kuisi bed tub dengan air panas sampai penuh kemudian kumasukkan aroma parfume kesukaanku dengan sedikit minyak lalu aku berendam di dalamnya, benar-benar nikmat setelah tadi ber-bulan madu.

    Aku hampir ketiduran ketika kurasakan ada jari-jari halus membelai dan mengusap rambutku. Kubuka mataku, kulihat Tom sedang berjongkok di sana, masih dalam keadaan telanjang bulat. Kulihat senyumannya yang mesra. Kemudian dia mencium keningku, terus menyusur hidungku hingga akhirnya kami berciuman lagi.

    Tangannya mengusap-usap buah dadaku, membuat birahiku bangkit kembali. Kemudian kuusap-usap batang kejantanannya yang memang sejak dia berjongkok telah tegak berdiri. Dia masuk ke bed tub, aku pun menggeser badanku hingga aku terduduk di tepi bed tub.

    Kemudian dia naikkan pahaku sampai posisiku mengangkang, kutarik batang kejantanannya sampai menyentuh kemaluanku lalu kuusap-usapkan di klitorisku. Aku menggelinjang kenikmatan. Perlahan aku masukkan kepala kejantanannya di depan liang senggamaku dan Tom mendorong pantatnya yang otomatis menyodokkan batang kejantanannya ke liang kewanitaanku.

    “Aaachh.. kamu nakal Tomm..” erangku. Kemudian bibir kami saling berciuman dengan ganasnya, saling lumat dan saling memagut. Sementara itu kurasakan gerakan Tom sudah makin cepat dan cepat, dia naikkan kaki kiriku ke bahunya sambil setengah melingkar ke lehernya. Dia gerakkan memutar pantatnya, kuremas-remas buah dada ku sambil kami terus berciuman.


    Tiba-tiba dia melepas ciumannya dan.., “Aaacchh.. sayaang..” dia memekik sambil memeluk erat tubuhku. Kurasakan kebali air maninya membasahi dinding rahimku. Kemudian kucium dia dengan mesra sambil kubelai-belai. Setelah istirahat sebentar, kami mandi bersama. Aku menyabuni dia dan dia menyabuniku bergantian. Kemudian kami memesan sate yang biasa mangkal di depan hotel tersebut.

    Selesai makan kami nonton VCD yang memang sudah disediakan di sana. Waktu kami nonton blue film, kembali nafsu kami bangkit dan kami pun melakukan seperti yang ada di film. Seharian kami bisa bermain sampai Tom mencapai 7 kali orgasme dan aku sudah tak terkira lagi berapa kali orgasme. Ini kami lakukan selama 4 hari 3 malam. Benar-benar seperti orang yang sedang ber-bulan madu. Sampai pada akhirnya kami harus kembali ke kota kami.

    Aku dan Tom begitu bahagia saat bulan madu itu. Meskipun kami sekarang sudah tidak bersama lagi.

  • Foto Ngentot Gadis seksi Asia mengisap kontol gede seperti hewan kelaparan

    Foto Ngentot Gadis seksi Asia mengisap kontol gede seperti hewan kelaparan


    2597 views

    Duniabola99.com – foto gadis kurus toket gede ngentot dengan kontol gede diatas ranjang dengan gaya anjing dan mendapatkan sperma yang banyak di atas pantatnya.

  • Cerita Sex Menikmati Akhirnya Memperoleh Kepuasan Dalam Hubungan Intim

    Cerita Sex Menikmati Akhirnya Memperoleh Kepuasan Dalam Hubungan Intim


    2594 views

    Satu tahun saya hidup sekasur sama dia, sepanjang itu juga saya sebelumnya tidak pernah rasakan apa yang diberi nama nikmat seksual.

     

    Cersex Terbaru – Walau sebenarnya, kata beberapa teman, malam pertama malam yang aling cantik. Dan untukku, malam pertama ialah malam neraka !!!. Rupanya, Burhan, suamiku itu menderita penyakit diabetes (kandungan gula darah yang tinggi), yang kronis, sampai mengusik kejantanannya di atas tempat tidur.

    Sepanjang 5 tahun kami menikah, sepanjang itu juga saya dijamahnya cukup dengan mencumbu, mencium, dan meng-elus-elus saja, selainnya cuma beberapa keluhan kekesalan saja. Burhan kerap menggairahkan dianya putar beberapa film porno yang kami tonton berdua saat sebelum lakukan aktivitas seksual. Tetapi apa yang terjadi ? Burhan tetap lemah, tidak sanggup menggairahkan penisnya supaya bisa ereksi, tetapi malah saya yang sangat terangsang, konyol sekali.
    Saya mendapatkan dari beberapa film yang diputar Burhan. Saya kerap berangan-angan, saya ditiduri lelaki jantan. Saya kerap lakukan masturbasi enteng untuk melepaskan keinginan seksualku, secara beragam langkah yang kudapat dari angan-angan-khayalanku. Di suatu hari, Burhan harus terbujur di dalam rumah sakit yang disebabkan karena penyakitnya tersebut. Sepanjang nyaris sebulan ia dirawat di RS, saya makin berasa kesepian sepanjang itu juga. Di suatu hari saya harus pergi membayar obat dalam suatu apotek besar, dan harus berbaris lama. Sepanjang berbaris saya jemu sekali.
    Mendadak saya ingin keluar apotek itu dan cari situasi fresh. Saya pergi ke sebuah Mall dan minum dan makan di suatu restauran. Disana saya duduk sendiri di suatu sudut. Karena demikian ramainya restauran itu, hingga saya mendapat tempat yang belakang dan sudut. Sesudah sesaat saya makan, ada seorang anak muda tampan meminta izin agar dapat duduk di depan saya.
    Karena kemungkinan cuma kursi itu yang salah satu tetap sisa. Ia ramah sekali dan santun, penuh senyuman. Singkat kata, kami kenalan, dan bercakap ngalor-ngidul, sampai sesuatu saat, ia buka jati diri dianya. Ia masih lajang, orang tuanya ada di luar negeri. Di Jakarta ia tinggal dengan adik wanitanya yang tetap di kursi SMU.
    Nyaris satu jam kami bercakap. Dalam saat percakapan itu, saya memberi kartu namaku komplet bernomor teleponnya. Cowok itu namanya Ronald, tubuhnya tegap tinggi, kulitnya sawo masak, jantan nampaknya. Saat sebelum kami pisah, kami salaman dan janji akan sama-sama menelpo selanjutnya. Saat salaman, Ronald lama menggenggap jariku sambil melihat dalam-dalam mataku disertai sebuah senyuman manis penuh makna. Saya membalas, tidak kalah manis senyumanku.
    Selanjutnya kami pisah untuk kembali kekesibukan masing-masing. Diperjalanan pulang, saya tersesat telah 3x. Saat saya nyetir mobil, pikiranku kok selalu pada anak muda itu ? mengapa cuma untuk jalan pulang ke teritori perumahanku saya nyasar kok ke Ciputat, lantas kembali kok ke block M kembali, lalu jalan terus sekalian mengkhayal, eh…..kok saya telah dikawasan Thamrin. Apes sekali !!! Tetapi Ok lho ?! Telah 1 minggu umur perkenalanku dengan Ronald, tiap hari saya merasa kangen sama dia.
    Suamiku Burhan tetap terbujur di dalam rumah sakit, tetapi kewajibanku mengurus Burhan tidak pernah mangkir. Saya membulatkan tekad menelepon Ronald ke HP nya. Ku ucapkan jika saya kanget sekali sama dia, demikian juga ia, sama rindu dengan saya. Kami janjian dan bertemu di tempat dahulu kami berjumpa. Ronald ajak saya jalanan, saya menampik, takut disaksikan orang yang mengenal dengan saya.
    Pada akhirnya kami setuju untuk bercakap di lokasi yang aman dan sepi, yaitu; ” Hotel”. Ronald bawa saya ke sebuah hotel berkelas. Kami pergi dengan mobilnya ia. Sementara mobilku ku parkir di Mall itu, untuk keamanan privasi. Di hotel itu kami mendapatkan kamat di lantai VII, sepi memang, tetapi situasinya sunyi, syahdu, dan romantis sekali. ” Kamu kerap kesini ?” tanyaku, ia geleng-geleng dan tersenyum. ” Baru ini kali Tante ” tambahnya. ” Jangan panggil saya tante terus donk ?! ” pintaku. Kembali lagi ia tersenyum. ” Baik Yulia ” ucapnya.
    Kami sama-sama melihat, kami tetap berdiri bertemu di muka jendela kamar hotel tersebut. Kami sama-sama lihat, tidak sepatahpun ada kata-kata yang keluar. Jantungku makin berdebar-debar keras, logikaku mati keseluruhan, dan hatiku makin tidak karuan, bersatu di antara berbahagia, haru, nikmat, romantis, takut, ah…..beberapa macamlah!!!. Mendadak saja, entahlah karena apa, kami dengan bersamaan sama-sama merengkuh, merengkuh erat-erat. Ku lelepkan kepalaku di dada Ronald, makin kuat saya dipeluknya. Ke-2 lenganku melingkar dipinggangnya. Kami tetap diam membisu.
    Selang beberapa saat saya menangis tanpa diketahui Ronald, air mataku hangat membasahi dadanya. ” Kamu menangis Yulia ? ” Tanyanya. Saya diam, isak tangisku makin serius. ” kanapa ? ” tanyanya kembali. Ronals hapus air mataku secara halusnya. ” Kamu menyesal kesini Yulia ?” bertanya Ronald kembali. Kembali lagi saya membisu. Pada akhirnya saya geleng-geleng. Ia membimbingku ketempat tidur. Saya berbarin pada bagian tepi tempat tidur tersebut.
    Ronald duduk disebelahku sekalian membelai-belai rambutku. Wah….rasanya setinggi langit sekali !. Saya tarik tangan Ronald untuk mendekapku, ia menurut saja. Saya merengkuhnya erat-erat, lantas ia mencium keningku. Nampaknya ia sayang padaku. Ku kecup juga pipinya. Nafsu seks ku makin membara, mahfum beberapa tahun saya cuma dapat melihat dan melihat saja apa yang diberi nama ” penis” semnatar tidak pernah saya rasakan enaknya. Ronald buka kancing pakaiannya satu-satu. Kutarik tangannya untuk memberikan kode agat ia buka kancing busananku satu-satu. Ia menurut. Makin ia buka kancing busanaku makin terangsang saya.
    Dalam waktu cepat saya telah bugil keseluruhan ! Ronal melihati badanku yang putih mulus, tidak berhenti-hentinya ia beri pujian dan menggelengkan kepalanya pertanda ketakjubannya. Lalu diapun dalam waktu cepat telah jadi bugil. Aduh……jantan sekali ia. Penisnya besar dan ereksinya demikian keras nampaknya. Napasku makin tidak teratur kembali. Ronald mengelus payudaraku, lalu……mengisapnya. Oh…..nikmat dan saya terangsang sekali.
    Ia menciumi sisi dadaku, leherku. Saya tidak kalah inovatif, ku pegang dan ku elus-elus penisnya Ronald. Saya terpikir semua episode yang dulu pernah ku tonton di film porno. Saya menunduk tanpa sadar, dan mengisap penisnya Ronald. Masih kaku memang styleku, tetapi lumayanlah buat pemula. Ia menggelaih tiap kujilati kepala penisnya. Jemari jari Ronald mengelus-elus kemaluanku, bulu memekku di elus-elus, kadang-kadang manarik-nariknya. Makin terangsang saya.
    Basah tidak karuan telah vaginaku, disebabkan karena emosi seks yang melimpah-luap. Saya lupa segala hal. Pada akhirnya, kami sama ambil posisi ditengahnya tempat tidur. Saya berbarimng dan buka selangkanganku, siap posisi, siap digempur. Ronald masukkan penisnya di dalam vaginanku, oh….kok sakit, perih ?, saya diam saja, tetapi lama-lama semakin nikmat.
    Ia terus menggoyang-goyang, saya kadang-kadang melayaninya. Hingga….cret…cret…cret…air mani Ronald tumpah muncrat dalam vaginaku. Sebetulnya saya sama dengan ia, sepertinya ada yang keluar vaginaku, tetapi saya telah lebih dulu, bahkan juga telah 2x saya keluar. Astaga, sesudah kami bangun dari tempat tidur, kami saksikan darah fresh mencemari seprei putih tersebut. Saya masih perawan !!! Ronald kebingungan, saya kebingungan.
    Pada akhirnya saya terpikir, dan kujelaskan jika sepanjang saya menikah, saya tidak pernah ditiduri suamiku, karena ia impoten yang disebabkan karena sakit kencing manis. ” Sehingga kamu masih perawan ?! ” Tanyanya bingung. Saya menerangkannya kembali, dan ia merengkuh saya penuh rasa sayang dan kemesraan yang dalam sekali. Kami masih bugil, sama-sama berpelukan, badan kami sama-sama mendekat. Saya mencium bibir nya, pertanda sayangku juga.
    Semestinya kegadisanku ini punya suamiku, mengapa harus Ronald yang memperolehnya? Ah….bodo sangat ! saya kebingungan ! Nyaris sehari kami di dalam kamar hotel itu, telah 3x saya lakukan jalinan seks dengan anak muda ini. Tidak seluruhnya style dapat ku praktikkan di dalam kamar tersebut. Saya belum eksper ! Nampaknya ia pun demikian, selalu tidak kuat lama !! Tetapi cukup buat pemula. Sesudah istirahat makan, kami tudur-tiduran sekalian bercakap, posisi masig dengan baju seadanya. Mendekati sore saya segera ke kamar mandi. membrsihkan badan. Ronald ikut juga mandi.
    Kami mandi bersama, trkadang sama-sama merengkuh, sama-sama mencium, ketawa, bahkan juga sedikit bergurau dengan mengelus-elus penisnya. Ia tidak kalah inovatif, dimainkan puting payudaraku, saya terangsang……dan…….oh,….kami melakukan kembali dengan posisi berdiri. Badan kami masih basah dan sarat dengan sabun mandi. Oh enaknya, saya lakukan persetubuhan pada kondisi bugil basah di dalam kamar mandi. Ronald cukup lama lakukan senggama ini, mahfum telah berapakah ronde ia melakukannya,. sekarang ia terlihat tampak sedikit usaha keras.
    Dirangsangnya saya, diciuminya sisi luar vaginaku, dijilatinya pinggirnya, dalamnya, dan oh….saya menggelinjang kepuasan. Aku juga tidak ingin kalah usaha, ku kocok-kocok penis Ronald yang telah tegang jadi membesar itu, ku lekatkan ditengahnya ke-2 payudaraku, kumainkan dengan ke-2 tetekku mengikuti episode di blue film VCD.
    Tidak kusangka, dengan episode demikian, Ronald sanggup memuncratkan air maninya, dan menyemprotkan ke mukaku. Aneh sekali, saya tidak jijik, bahkan juga saya melulurkannya kebagian muka dan kurasakan nikmat yang dalam sekali. ” Kamu nakal ! Belum apapun telah keluar !” Seruku. ” Sorry, tidak tahan….” Jawabannya. Kutarik ia dan kutuntun kontol ronal masuk ke dalam memekku, kudekap ia dalam-dalam, kuciumi bibirnya, dan kugoyang-goyang pinggulku sejadinya. Ronald diam saja, terlihat ia cukup nyeri, tetapi masih tetap kugoyang, dan ah….saya yang senang ini kali, sampai tidak sadar saya mmencubit perutnya keras-keras dan saya 1/2 berteriak kepuasan, terasaada suatu hal yang keluar di vaginaku, saya telah tiba klimaks yang ternikmat. Sesudah usai mandi, berhias, baru berasa alat vitalku perih.
    Karena mungkin saya terlampau bergairah sekali. Sesudah semua kelar, saat sebelum kami tinggalkan kamar itu untuk pulang, kami sebelumnya sempat sama-sama berangkulan di muka cermin. Tidak banyak kata-kata yang kami dapat keluarkannya. Kami membisu, sama-sama merengkuh. ” Saya sayang kamu Yulia ” Terdenga suara Ronald 1/2 berbisik, sambil ia melihat mukaku dalam-dalam. Saya masih bisu, entahlah mengapa dapat demikian. Diulangnya kata-kata itu sampai 3x. Saya tetap diam. Tidak kuduga benar-benar, saya teteskan airmata, terharu sekali. ” Saya sayang kamu Ron ” Kataku lirih. ” Sayang itu dapat kekal, tetapi cinta karakternya dapat sementara ” Ikatku kembali.
    Ronald mengusap air mataku dengan jarinya. Saya terlihat bodoh dan gembeng, mengapa saya dapat runduk dan pasrah dengan anak muda ini ? Sesudah senang dengan episode perpisahan itu, lalu kami mengambil langkah keluar kamar, sesudah cek out, kami ke arah Block M dan kai pisah di pekarangan parkir. Saya sebelumnya sempat mengecup pipinya, ia membalas dengan mencium tanganku. Ronald kembali kerumahnya, dan saya pulang dengan pergolakan jiwa yang sangat kacau tidak karua. Perasaan sedih, berbahagia, senang, cinta, sayang dan sebaginya dan lain-lain.
    Saat masuk halaman rumahku, saya kaget sekali, beberapa orang bergabung disitu. Astaga ada bendera kuning terpasang disitu. Saya mulai grogi, saat saya keluar mobil, kudapati keluarga mas Burhan telah bergabung, ada yang menangis.
    Ya ampun, mas Burhan suamiku telah diundang Yang Kuasa. Saya sebelumnya sempat dicerca faksi keluarganya, kata mereka saya susah dikontak. Karuan saja, HP ku sejak dari di Hotel kumatikan sampai saya di rumah belum kuhidupkan. Kusaksikan mas Burhan telah terbaring kaku di tempat tidur. Ia pergi untuk selama-lamanya, tinggalkan saya, tinggalkan semua kekayaannya yang berlimpah ruah. Sekarang saya menjadi janda kaya yang kesepian dalam makna yang sebetulnya.
    3 hari selanjutnya saya mengontak Ronald lewat HP, yang menjawab seorang wanita dengan suara halus. Saya sebelumnya sempat panas, tetapi saya berusaha tidak cemburu. Saya mendapatkan keterangan dari wanita itu, jika ia adik kandungnya Ronald.
    Dan diterangkan juga jika Ronald telah pergi ke Amerika secara tiba-tiba, karena diundang Papah Mamanya untuk masalah penting. Sekarang saya sudah kehilangan contact dengan Ronald, sekalian akan kehilangan ia.
    Saya kehilangan 2 orang lelaki yang dulu pernah isi hidupku. Semenjak waktu itu sejauh ini, saya selalu rindukan lelaki jantan seperti Ronald. Telah 3 tahun saya tidak ada contact kembali dengan Ronald, dan sepanjang itu juga saya isi hidupku cuma untuk shopping, jalanan, menonton, ah…macam-macamlah. Yang paling konyol, saya jadi pemburu beberapa anak muda tampan. Banyak telah yang kudapat, dimulai dari Gigolo professional sampai beberapa anak sekolah pemula. Tetapi kesanku, Ronald masih tetap yang terbaik !!!

  • Video Bokep Eropa 2 cewek cantik eropa ngentot kontol gede

    Video Bokep Eropa 2 cewek cantik eropa ngentot kontol gede


    2591 views

  • Kisah Memek Ku Ikhlas Kan Keperjakaan Ku

    Kisah Memek Ku Ikhlas Kan Keperjakaan Ku


    2589 views

    Duniabola99.com – kesempatan ini bercerita pengalaman Seks dari seseorang mahasiswa yang melepas perjaka untuk pacar tercintanya. Pacar mahasiswa ini yaitu cucu dari Ibu kos yang dari mahasiswa itu. Saya sangka cukup gambaran dari narasi Seks ini, Segera saja yuk baca serta simak baik baik narasi saat ini.
    Perkenalkan namaku Helmi, usiaku sekarang ini 23 thn, statusku yaitu jadi mahasiswa disalah satu kampus di Bandung. Narasi seks yg juga akan kuceritakan ini berlangsung 1 thn yg kemarin. Telah agak lama memanglah sich, tp pengalaman Seks ku itu senantiasa terniang dibenakku. Pengalaman itu tdk juga akan sempat saya lupakan, karna memanglah itu yaitu pengalaman bercinta pertamaku dengan pacarku Yankg juga mahasiswi bernama Andin. Semula hubunganku bermula dari persahabatanku dengan Andin karna ia yaitu cucu dari ibu kosku. Andin ini datang dari Jawa timur, usianya lebih tua dariku 1 thn, serta dia saat ini tengah kuliah di Bandung namun berlainan Kampus denganku.


    Argumen Andin turut neneknya yaitu, karna Ke 2 orang tuanya sudah pisahlah ranjang sepanjang 2 thn (tp belum juga bercerai) serta Andin mulai tinggal dengan neneknya (ibu kosku) sejak ia masuk kuliah. Mungkin saja sangat panjang jika kuceritakan bagaimana akhirnya sampai kami berpacaran. Saya mujur miliki pacar seperti dia. Andin ini wajahnya cantik bertubuh sexy, serta berkulit putih mulus. Pokoknya dia ini yaitu wanita dambaan beberapa lelaki deh. Sesungguhnya kos-kosan Yankg saya tinggali ini adalh kosan kusus wanita, saya sendiri juga tidak tahu mengapa ibu kos ingin menerimaku untuk kos dirumahnya. Mungkin saja saja wajahku seperti anak Yankg sholeh barang kali ya. Hahahaha.

    Pada pertama kalinya kita berpacaran, Andin termasuk juga type wanita Yankg sulit dijamah, Jangankan untuk bercumbu, memegang tangannya saja susahnya minta ampun, ngak kebaYankg deh bagaimana susahnya bila ingin minta begituan sama Andin. Walau sebenarnya saya termasuk juga orang yg memiliki gairah seks Yankg lebih. Saya seringkali sekali lakukan masturbasi untuk melampiaskan nafsu sexku, sampai saat ini. Umumnya saya lakukan masturbasi hingga 2 kali satu hari. Tiap-tiap saya berfantasi serta gairah sexku datang, tentu kulakukan rutinitas jelekku itu. rutinitas itu saya kerjakan kadang-kadang dikamar mandi memakai sabun, sembari nonton DVD porno serta Yankg seringkali yaitu saat sembari tiduran telungkup diatas kasur sembari kugesek-gesekkan penisku.

    Saya rasakan nikmat tiap-tiap orgasme masturbasi. Back to story, mulai sejak saya serta Andin resmi jadian, baru dua minggu lalu dia ingin kucium pipinya. Itu juga sesudah lewat perbincangan yg panjang, pada akhirnya ia ingin juga kucium pipinya, serta saya senantiasa menginginkan rasakan serta mengecup sekali lagi mulai sejak waktu itu. Sampai disuatu malam, saat saat tunjukkan jam 9 malam, saya, Andin serta Rosa (rekan kosku) masih tetap asik melihat TV di ruangan tamu. Disamping itu, ibu kos dan 4 anak kos yg yang lain telah tertidur. Kami ber 3 duduk di atas karpet yg berada di ruangan tamu. Rosa duduk dimuka sesaat saya serta Andin duduk agak jauh dibelakang Rosa. Kami memiliki rutinitas mematikan lampu yg berada di ruangan tamu itu saat tengah melihat tv.

    Saat itu situasi ruang itu remang-remang, serta Rosa juga tampak masih tetap asik melihat serta Andin yg disampingku waktu itu cuma kenakan kaos ketat serta rok mini, sedang matanya masih tetap konsen melihat film itu. Kadang-kadang waktu pandangan Rosa tertuju pada TV, tanganku iseng-iseng memeluk pinggang Andin. Tak tahu Andin sangat memerhatikan film sampai tangannya tdk menepis waktu tanganku memeluk badannya yg padat. Dia jadi memegang rambutku, serta membiarkan kepalaku bertumpu di pundaknya. Kadang-kadang jika cocok iklan, Andin pura-pura menepiskan tanganku supaya perbuatanku tdk diliat Rosa. Serta waktu film diputar sekali lagi, kulingkarkan tanganku kembali.


    “ I love you, honey…. ” Bisikku di telinganya.
    Andin melihat ke arahku serta tanpa ada sepengetahuan Rosa, ia mendaratkan ciumannya ke pipiku. Oh my God, baru pertama kalinya saya di cium seseorang pacar, tanpa ada saya minta juga. Kondisi begini mendadak buat fikiranku jadi ngeres terlebih waktu Andin meremas tanganku yg waktu itu masih tetap melingkar di pinggangnya, serta matanya yg sayu sepintas melihat ke arah Rosa yg masih tetap nongkrong dimuka TV. Aman, fikirku. Terlebih ditambah ruang yg cuma memercayakan dari sinar Tv, jadi kadang-kadang tanganku meremas payudara Andin. Andin menggelinjang, kadang-kadang menahan nafas. Lutut kanannya ditekuk, sampai waktu tangan kiriku masuk kedalam daster sisi bawah yg agak terbuka dari barusan, sekalipun tdk di ketahui Rosa.

    Mungkin saja ia konsen dengan film, atau mungkin saja juga ia telah ngantuk karna kulihat dari barusan kadang-kadang ia mengangguk seperti orang ketiduran. Ciumanku saat ini sedikit menggebu-gebu, menelusuri leher Andin yg putih mulus sesaat tangan kiriku menggesek-gesekkan perlahan-lahan vagina Andin yg masih tetap terbungkus celana dalam. Ia mendesah serta mukanya mendongak ke atas waktu kurasakan celana dalamnya mulai basah serta hangat. Mungkin saja ia rasakan kesenangan, fikirku. Tanganku yg mulai basah oleh cairan vagina Andin cepat-cepat kutarik dari dalam roknya, saat mendadak Rosa bangkit serta lihat ke arah kami berdua. Kami berlaku seakan tengah konsen nonton juga,
    “ Saya ngantuk. Tidur duluan ya….. nih remote-nya! ” tutur Rosa sembari menyerahkan remote TV pada Andin.

    Rosa lalu masuk ke kamarnya serta mengunci pintu dari dalam. Saya yg barusan agak gugup, bersorak girang saat Rosa cuma pamitan ingin tidur. Saya fikir dia setdknya ketahui perbuatanku dengan Andin. Dapat mati saya. Andin yg mulai sejak barusan diam (mungkin saja karna gugup juga) matanya saat ini tertuju pada TV. Saya tahu dia juga pura-pura nonton, jadi waktu badannya kupeluk serta bibirnya kucium dia jadi membalas ciumanku.


    “ Kita janganlah di sini Say, kelak ketahuan…. ” Bisiknya di antara ciuman yg menggebu-gebu.
    Selekasnya kubimbing tangan Andin bangkit, sesudah mematikan TV serta mengunci kamar Andin, kuajak dia ke kamar samping yg kosong. Di sini tempatnya aman karna tiap-tiap yg juga akan masuk ke kamar ini mesti lewat pintu belakang atau depan. Jalan kami berjingkat agar orang yang lain yg sudah tertidur tdk mendengar beberapa langkah kami atau saat kami buka serta tutup kunci serta pintu kamar tengah dengan perlahan-lahan. Sesudah kukunci dari dalam serta kunyalakan lampu kamar kuhampiri Andin yg sudah duduk di pinggir ranjang.

    “ Saya cinta anda, Andin….. ” ujarku saat saya sudah duduk disebelahnya.
    Mata Andin menatapku lekat. Sesaat kulumat bibirnya perlahan-lahan serta Andin juga membalas buat lidah kami sama-sama beradu. Nafas kami kembali semakin memburu menahan rangsangan yg semakin menggebu-gebu. Desahan bibirnya yg tidak tebal semakin mengundang birahi serta nafsuku. Kuturunkan ciumanku ke lehernya serta tangannya menarik rambutku.

    Nafasnya mendesah. Saya tahu dia telah terangsang, lantas kulepaskan kaosnya. Payudaranya yg padat diisi tertutupi BH berwarna merah tua. Begitu putih kulitnya, mulus tidak ada cacat. Lalu bibir kami juga berciuman kembali sesaat tanganku repot melepas tali pengikat BH, serta tidak lama kemudian Ke 2 payudaranya yg sudah mengeras itu saat ini tanpa ada tertutupi kain sehelai juga. Lantas kubelai Ke 2 putingnya, serta Andin juga tersenyum manja,
    “ Mari Yank, kerjakanlah…. ” Katanya.

    Tidak kusia-siakan peluang ini, serta mulai kujilati payudaranya bertukaran. Sesaat tangan Andin menolong tanganku melepas baju yg masih tetap kukenakan. Kukecup putingnya sampai dadanya basah mengkilap. Begitu beruntungnya saya dapat nikmati semuanya yg ada ditubuhnya. Tangan kananku yg nakal mulai merambah turun masuk kedalam roknya, serta kugesek-gesekkan perlahan di bibir vaginanya. Andin menggelinjang menahan nikmat, kadang-kadang tangannya juga turut digesek-gesekkan kesekitar vaginanya sendiri. Bibirnya mendesah menahan
    kesenangan.

    Matanya terpejam, Sebentar lalu vaginanya mulai sedit basah. Serta kami juga mulai melepas celana kami semasing sampai badan kami betul-betul polos. Begitu indahnya badan Andin, terlebih saat kulihat vaginanya yg terselip di antara Ke 2 selangkangannya yg putih mulus.
    “ Wah.. punyamu oke Andin, Ok’s banget… ” ujarku terpana,
    Demikian mulus memanglah, ditambah dengan bulu-bulu lebat di sekitar sisi sensitifnya.
    “ Titit anda juga besar serta bertenaga. Saya sukai Yank…. ” Balasnya sembari tangannya mencubit perlahan kemaluanku yg telah tegak dari barusan,
    “ Come on Honey…. ” Pintanya menggoda,
    Saya tahu Andin telah demikian terangsang jadi lalu kusuruh Andin berbaring diatas kasur. Serta saya baringkan badanku terbalik, kepalaku ada di kakinya serta demikian sebaliknya (tempat 69). Kucium ujung kakinya perlahan serta lalu ciumanku menuju rimba lebat yg ada di antara Ke 2 selangkangannya. Kukecup perlahan bibir vaginanya yg telah basah, kujilat klitorisnya sesaat mulut Andin repot mengocok-ngocok kemaluanku. Bibir vaginanya yg merah itu kulumat habis tidak tersisa. Ehm, begitu enaknya punyamu Andin, fikirku. Ciumanku selalu nikmati klitoris Andin, sampai sekitaran vaginanya semakin basah oleh cairan yg keluar dari vaginanya.


    Ke 2 jari tanganku saya cobalah masukan lubang vaginanya serta kurasakan nafas Andin mendesah perlahan saat jariku kutekan keluar masuk,
    “ Ahh… nikmat Yanknn…ahhhh… ” erangnya.

    Kugesek-gesekkan Ke 2 jariku di antara bibir klitorisnya serta Andin semakin menahan nikmat. Selang 5 menit lalu kuhentikan gesekkan tanganku, serta kulihat Andin sedikit kecewa saat saya hentikan permainan jariku.

    “ Janganlah sedih Say, saya masih tetap miliki permainan yg menarik, okay? ”
    “ Oke. Saat ini saya yg mengatur permainan ya? ” katanya.
    Saya mengangguk. Jujur saja, saya lebih sukai bila pacar yg agresif. Andin juga bangkit, serta sesaat badanku masih tetap terbaring diatas kasur.

    “ Saya diatas, anda di bawah, okay? Tp anda janganlah nusuk dahulu ya Say? ”
    Tanpa ada menanti jawabanku badan Andin menindih badanku serta tangan kanannnya menuntun penisku yg sudah berdiri tegak mulai sejak barusan serta blessss……. ah, Andin terasa bahagia waktu semua penisku menembus vaginanya serta selalu masuk serta masuk menuju lubang kesenangan yg terdalam. Dia mengoyang-goyangkan pantatnya serta kadang-kadang pergerakannya memutar, bergerak mundur maju buat penisku yg tertanam bergerak bebas nikmati Vaginanya.

    Andin mendesah setiap saat pantatnya turun naik, rasakan peraduan dua senjata yg sudah tenggelam didalam surga. Tanganku meremas Ke 2 payudara Andin yg barusan selalu menggelayut manja. Rambutnya dilewatkan tergerai didera angin dingin yg terselip di antara kehangatan malam yg kami rasakan sekarang ini. Kubiarkan Andin selalu nikmati permainan ini. Waktu dia asik dengan permainannya kulingkarkan tanganku dipinggangnya serta kuangkat tubuhku yg terbaring mulai sejak barusan lalu lidah kami juga beradu kembali.

    “ Misalnya kita selalu dengan begini, begitu bahagianya hidupku ini Andin ” bisikku perlahan,
    “ Saya juga, serta ku mengharapkan kita senantiasa dengan selama-lamanya.. ”
    15 menit berlalu, kulihat gesekan pinggang Andin mulai lemah. Saya tahu bila dia mulai kecapekan serta saya yg ambil gagasan serangan. Kutekan naik turun pinggangku, sesaat Andin tetaplah bertahan diam. Serta nada cep-clep-clep… setiap saat penisku keluar masuk vaginanya,
    “ Ahh terusss Yanknnnn…. terusss…nikmattttt…ahh…ahhhh…. ” cuma kalimat itu yg keluar dari mulut Andin, serta saya juga semakin menggencarkan seranganku,
    Menginginkan kulibas habis semuanya yg ada pada vaginanya. Nada ranjang berderit, menaikkan hot permainan yg tengah kami kerjakan. Kutarik badan Andin tanpa ada melepas penisku yg tengah berlabuh dalam vaginanya serta kusuruh dia berdiri supaya kami lakukan pergerakan seks sembari berdiri.

    “ Anda miliki banyak model ya say? ” tuturnya menggoda.
    “ Iya dong, untuk kenikmatan anda juga ” jawabku sembari mulai menggesek-gesekan penisku kembali.

    “ Ahh teruss…terusss…… ” desah Andin saat penisku berkali-kali menerobos vaginanya.
    Kupeluk badan Andin erat sesaat jari tangan kirinya membelai lembut bulu-bulu vaginanya, serta kadang-kadang menolong penisku masuk kembali setiap saat lepas. Keringat membasahi badan kami. Lehernya yg mulus kucium perlahan, sesaat nafas kami mulai berdegup kencang.
    “ Yank, keteteran nih, ingin klimaks. Janganlah curang dong…. ”
    “ Oke, tahan dahulu Andin ” serta kucabut batang penisku yg sudah basah mulai sejak barusan.
    Kusuruh Andin nungging di ranjang, sesaat tanganku mengarahkan penisku yg sudah siap masuk kembali. Serta kumasukkan sedikit untuk sedikit sampai penisku ambles semuanya kedalam surga yg nikmat.


    “ Ah…tekan Yank…enaaaakkkkk…terusssss Yanknn…. ” Erangnya manja setiap saat penisku menari-nari didalam vaginanya.
    Tanganku memegang pinggangnya supaya pergerakanku teratur serta penisku tdk lepas,
    “ Ohh…nikmat sekali Yank…. teruss…. terusss…… ” desahnya.

    Begitu enaknya bebrapa waktu seperti ini…dan selalu kuulang sesaat mulut kami mendesah rasakan kesenangan yg teramat begitu setiap saat penisku mempermaikan vaginanya.
    “ Yank…. saya mo keluar nih….. telah ngga tahan…. ahhh…. ahhhh…. ” tutur Andin mendadak.
    “ Tahan Cin, saya juga nyaris sampai…. ” saya menekan-nekan penisku semakin cepat, hingga nada ranjang turut berderit cepat.

    Serta kurasakan otot-otot penisku mengejang keras serta cairan pejuhku berkumpul dalam satu titik.

    “ Saya keluar saat ini Cin…. ” ujarku,
    Lalu penisku kucabut dari lubang vaginanya serta Andin juga saat itu juga membalikkan tubuh serta menjulurkan lidahnya, mengocok-ngocok batang penisku yg kemerahan serta waktu kurasakan saya tidak dapat menahan sekali lagi kutaruh penisku di antara Ke 2 belah payudaranya serta Ke 2 tangan Andin juga menggesek-gesekkan payudaranya yg menjepit batang kemaluanku dan….
    “ croot… croot… croottt…” jatuhlah pejuhku di sekitar payudara serta lehernya Beberapa tumpah di atas sprei. Andin menjilati penisku bersihkan sisa-sisa pejuhku yg masih tetap ada.
    “ Anda nyatanya kuat juga Say, saya nyaris tidak berdaya di hadapanmu ” kubelai rambut Andin yg sudak berantakan tidak karuan.

    “ Saya juga ngga nygka anda sehebat ini Yank…. ”desahnya manja.
    Saat telah tunjukkan 1/2 satu malam Serta sesudah kami istirahat sekitaran lima belas menit, kami menggunakan baju kami kembali serta membereskan tempat tidur yg telah berantakan. Serta selang beberapa saat kami juga pergi tidur dikamar semasing melepas rasa capek sesudah kami bercinta barusan. Demikianlah kisahku dengan Andin, sehari-hari kami senantiasa mengerjakannya setiap saat kami menginginkan serta ada peluang. Kami mengerjakannya di kamar samping bila malam hari, kamar kosku, atau bahkan juga dikamar mandi sambil mandi dengan sewaktu tempat tinggal kos kosong.


    Singkat narasi disuatu hari Andin mesti geser ke luar kota turut Ke 2 orang tuanya yg sudah berbaikan sekali lagi. Saya betul-betul kehilangan dia, serta menginginkan kuterus dengannya. Sempat sekian kali kususul ke tempatnya yg baru serta kami mengerjakannya berulang-kali di hotel tempat kami bermalam.

    Tgl 2 maret 2015 mendadak kuterima surat dari Andin yg menyampaikan kabar kalau ia juga akan menikah dengan orang yg dipilihkan orang tuanya serta saya betul-betul kehilangan dia, saya benar-benar begitu menyukai dia. Saat ini saya cuma dapat berfantasi apabila rindu dengan Andin lewat cara masturbasi apabila saya teringat masa-masa kami sebelumnya Andin menikah.

  • Kisah Memek Bersenggama Dengan Tante Pantek

    Kisah Memek Bersenggama Dengan Tante Pantek


    2588 views

    Duniabola99.com – Ketika itu saya baru berumur 12 tahun, sebagai anak tunggal. Sewaktu orang tua saya sedang pergi keluar negeri. Teman baik ibuku, Tante Susi, yang berumur 26 tahun, diminta oleh orang tuaku untuk tinggal di rumah menjagaiku. Karena suaminya harus keluar kota, Tante Susi akan menginap di rumahku sendirian. Tante Susi badannya agak tinggi, rambutnya dipotong pendek sebahu, kulitnya putih bersih, wajahnya ayu, pakaian dan gayanya seksi. Tentu saja saya sangat setuju sekali untuk ditemani oleh Tante Susi.
    Biasanya, setiap ada kesempatan saya suka memainkan kemaluanku sendirian. Tapi belum pernah sampai keluar, waktu itu saya masih belum mengerti apa-apa, hanya karena rasanya nikmat. Mengambil kesempatan rumah lagi kosong dan Tante Susi juga belum datang. Setelah pulang sekolah, saya ke kamar tidurku sendirian memijit-mijit kemaluanku sembari menghayalkan tubuh Tante Susi yang seksi. Kubayangkan seperti yang pernah kulihat di majalah porno dari teman-temankuku di sekolah. Selagi asyiknya bermain sendirian tanpa kusadari Tante Susi sudah tiba di rumahku dan tiba-tiba membuka pintu kamarku yang lupa kukunci.

    Dia sedikit tercengang waktu melihatku berbaring diatas ranjang telanjang bulat, sembari memegangi kemaluanku yang berdiri. Aduh malunya setengah mati, ketangkap basah lagi mainin burung. Segera kututupi kemaluanku dengan bantal, wajahku putih pucat.

    Melihatku ketakutan, Tante Susi hanya tersenyum dan berkata”,Eh, kamu sudah pulang sekolah Asan., Tante juga baru saja datang”. Saya tidak berani menjawabnya.
    “Tidak usah takut dan malu sama Tante, itu hal biasa untuk anak-anak mainin burungnya sendiri” ujarnya. Saya tetap tidak berani berkutik dari tempat tidur karena sangat malu.
    Tante Susi lalu menambah, “Kamu terusin saja mainnya, Tante hanya mau membersihkan kamar kamu saja, kok”.

    “Tidak apa-apa kan kalau Tante turut melihat permainanmu”, sembari melirik menggoda, dia kembali berkata “Kalau kamu mau, Tante bisa tolongin kamu, Tante mengerti kok dengan permainanmu, Asan.”, tambahnya sembari mendekatiku.
    “Tapi kamu tidak boleh bilang siapa-siapa yah, ini akan menjadi rahasia kita berdua saja”. Saya tetap tidak dapat menjawab apa-apa, hanya mengangguk kecil walaupun saya tidak begitu mengerti apa maksudnya.


    Tante Susi pergi ke kamar mandi mengambil Baby Oil dan segera kembali ke kamarku. Lalu dia berlutut di hadapanku. Bantalku diangkat perlahan-lahan, dan saking takutnya kemaluanku segera mengecil dan segera kututupi dengan kedua telapak tanganku.

    “Kemari dong, kasih Tante lihat permainanmu, Tante janji akan berhati-hati deh”, katanya sembari membujukku. Tanganku dibuka dan mata Tante Susi mulai turun ke bawah kearah selangkanganku dan memperhatikan kemaluanku yang mengecil dengan teliti. Dengan perlahan-lahan dia memegang kemaluanku dengan kedua jarinya dan menuruni kepalanya, dengan tangan yang satu lagi dia meneteskan Baby Oil itu di kepala kemaluanku, senyumnya tidak pernah melepaskan wajahnya yang cantik.

    “Tante pakein ini supaya rada licin, kamu pasti suka deh” katanya sembari mengedipkan sebelah matanya.
    Malunya setengah mati, belum ada orang yang pernah melihat kemaluanku, apa lagi memegangnya. Hatiku berdebar dengan kencang dan wajahku merah karena malu. Tapi sentuhan tangannya terasa halus dan hangat.

    “Jangan takut Asan., kamu rebahan saja”, ujarnya membujukku. Setelah sedikit tenang mendengar suaranya yang halus dan memastikan, saya mulai dapat menikmati elusan tangannya yang lembut. Tangannya sangat mahir memainkan kemaluanku, setiap sentuhannya membuat kemaluanku bergetar dengan kenikmatan dan jauh lebih nikmat dari sentuhan tanganku sendiri.

    “Lihat itu sudah mulai membesar kembali”, kemudian Tante Susi melumuri Baby Oil itu ke seluruh batang kemaluanku yang mulai menegang dan kedua bijinya. Kemudian Tante Susi mulai mengocok kemaluanku digenggamannya perlahan-lahan sambil membuka lebar kedua pahaku dan mengusap bijiku yang mulai panas membara.


    Kemaluanku terasa kencang sekali, berdiri tegak seenaknya dihadapan muka Tante Susi yang cantik. Perlahan Tante Susi mendekati mukanya kearah selangkanganku, seperti sedang mempelajarinya. Terasa napasnya yang hangat berhembus di paha dan di bijiku dengan halus. Saya hampir tidak bisa percaya, Tante Susi yang baru saja kukhayalkan, sekarang sedang berjongkok diantara selangkanganku.

    Setelah kira-kira lima menit kemudian, saya tidak dapat menahan rasa geli dari godaan jari-jari tangannya. Pinggulku tidak bisa berdiam tenang saja di ranjang dan mulai mengikuti setiap irama kocokan tangan Tante Susi yang licin dan berminyak. Belum pernah saya merasa seperti begitu, semua kenikmatan duniawi ini seperti berpusat tepat ditengah-tengah selangkanganku.

    Mendadak Tante Susi kembali berkata, “Ini pasti kamu sudah hampir keluar, dari pada nanti kotorin ranjang Tante hisap saja yah”. Saya tidak mengerti apa yang dia maksud. Dengan tiba-tiba Tante Susi mengeluarkan lidahnya dan menjilat kepala kemaluanku lalu menyusupinya perlahan ke dalam mulutnya.

    Hampir saja saya melompat dari atas ranjang. Karena bingung dan kaget, saya tidak tahu harus membikin apa, kecuali menekan pantatku keras ke dalam ranjang. Tangannya segera disusupkan ke bawah pinggulku dan mengangkatnya dengan perlahan dari atas ranjang. Kemaluanku terangkat tinggi seperti hendak diperagakan dihadapan mukanya. Kembali lidahnya menjilat kepala kemaluanku dengan halus, sembari menyedot ke dalam mulutnya. Bibirnya merah merekah tampak sangat seksi menutupi seluruh kemaluanku. Mulut dan lidahnya terasa sangat hangat dan basah. Lidahnya dipermainkan dengan sangat mahir. Matanya tetap memandang mataku seperti untuk meyakinkanku. Tangannya kembali menggenggam kedua bijiku. Kepalanya tampak turun naik disepanjang kemaluanku, saya berasa geli setengah mati. Ini jauh lebih nikmat daripada memakai tangannya.

    Sekali-sekali Tante Susi juga menghisap kedua bijiku bergantian dengan gigitan-gigitan kecil. Dan perlahan turun ke bawah menjilat lubang pantatku dan membuat lingkaran kecil dengan ujung lidahnya yang terasa sangat liar dan hangat. Saya hanya dapat berpegangan erat ke bantalku, sembari mencoba menahan rintihanku. Kudekap mukaku dengan bantal, setiap sedotan kurasa seperti yang saya hendak menjerit. Napasku tidak dapat diatur lagi, pinggulku menegang, kepala saya mulai pening dari kenikmatan yang berkonsentrasi tepat diantara selangkanganku. Mendadak kurasa kemaluanku seperti akan meledak. Karena rasa takut dan panik, kutarik pinggulku kebelakang. Dengan seketika, kemaluanku seperti mempunyai hidup sendiri, berdenyut dan menyemprot cairan putih yang lengket dan hangat ke muka dan ke rambut Tante Susi. Seluruh badanku bergetar dari kenikmatan yang tidak pernah kualami sebelumnya. Saya tidak sanggup untuk menahan kejadian ini. Saya merasa telah berbuat sesuatu kesalahan yang sangat besar. Dengan napas yang terengah-engah, saya meminta maaf kepada Tante Susi atas kejadian tersebut dan tidak berani untuk menatap wajahnya.

    Tetapi Tante Susi hanya tersenyum lebar, dan berkata “Tidak apa-apa kok, ini memang harus begini”, kembali dia menjilati cairan lengket itu yang mulai meleleh dari ujung bibirnya dan kembali menjilati semua sisa cairan itu dari kemaluanku sehingga bersih.


    “Tante suka kok, rasanya sedap”, tambahnya.
    Dengan penuh pengertian Tante Susi menerangkan bahwa cairan itu adalah air mani dan itu wajar untuk dikeluarkan sekali-sekali. Kemudian dengan penuh kehalusan dia membersihkanku dengan handuk kecil basah dan menciumku dengan lembut dikeningku.

    Setelah semuanya mulai mereda, dengan malu-malu saya bertanya, “Apakah perempuan juga melakukan hal seperti ini?”.
    Tante Susi menjawab “Yah, kadang-kadang kita orang perempuan juga melakukan itu, tapi caranya agak berbeda”. Dan Tante Susi berkata yang kalau saya mau, dia dapat menunjukkannya. Tentu saja saya bilang yang saya mau menyaksikannya.

    Kemudian jari-jari tangan Tante Susi yang lentik dengan perlahan mulai membuka kancing-kancing bajunya, memperagakan tubuhnya yang putih. Waktu kutangnya dibuka buah dadanya melejit keluar dan tampak besar membusung dibandingkan dengan perutnya yang mengecil ramping. Kedua buah dadanya bergelayutan dan bergoyang dengan indah. Dengan halus Tante Susi memegang kedua tanganku dan meletakannya di atas buah dadanya. Rasanya empuk, kejal dan halus sekali, ujungnya agak keras. Putingnya warna coklat tua dan agak besar. Tante Susi memintaku untuk menyentuhnya. Karena belum ada pengalaman apa-apa, saya pencet saja dengan kasar. Tante Susi kembali tersenyum dan mengajariku untuk mengelusnya perlahan-lahan. Putingnya agak sensitif, jadi kita harus lebih perlahan disana, katanya. Tanganku mulai meraba tubuh Tante Susi yang putih bersih itu. Kulitnya terasa sangat halus dan panas membara dibawah telapak tanganku. Napasnya memburu setiap kusentuh bagian yang tertentu. Saya mulai mempelajari tempat-tempat yang disukainya.

    Tidak lama kemudian Tante Susi memintaku untuk menciumi tubuhnya. Ketika saya mulai menghisap dan menjilat kedua buah dadanya, putingnya terasa mengeras di dalam mulutku. Napasnya semakin menderu-deru, membuat buah dadanya turun naik bergoyang dengan irama. Lidahku mulai menjilati seluruh buah dadanya sampai keduanya berkilat dengan air liurku mukanya tampak gemilang dengan penuh gairah. Bibirnya yang merah merekah digigit seperti sedang menahan sakit. Roknya yang seksi dan ketat mulai tersibak dan kedua lututnya mulai melebar perlahan. Pahanya yang putih seperti susu mulai terbuka menantang dengan gairah di hadapanku. Tante Susi tidak berhenti mengelus dan memeluki tubuhku yang masih telanjang dengan kencang. Tangannya menuntun kepalaku ke bawah kearah perutnya. Semakin ke bawah ciumanku, semakin terbuka kedua pahanya, roknya tergulung ke atas. Saya mulai dapat melihat pangkal paha atasnya dan terlihat sedikit bulu yang hitam halus mengintip dari celah celana dalamnya. Mataku tidak dapat melepaskan pemandangan yang sangat indah itu.


    Kemudian Tante Susi berdiri tegak di hadapanku dengan perlahan Tante Susi mulai membuka kancing roknya satu persatu dan membiarkan roknya terjatuh di lantai. Tante Susi berdiri di hadapanku seperti seorang putri khayalan dengan hanya memakai celana dalamnya yang putih, kecil, tipis dan seksi. Tangannya ditaruh di pingulnya yang putih dan tampak serasi dengan kedua buah dadanya diperagakannya di hadapanku. Pantatnya yang hanya sedikit tertutup dengan celana dalam seksi itu bercuat menungging ke belakang. Tidak kusangka yang seorang wanita dapat terlihat begitu indah dan menggiurkan. Saya sangat terpesona memandang wajah dan keindahan tubuhnya yang bercahaya dan penuh gairah.

    Tante Susi menerangkan yang bagian tubuh bawahnya juga harus dimainkan. Sambil merebahkan dirinya di ranjangku, Tante Susi memintaku untuk menikmati bagiannya yang terlarang. Saya mulai meraba-raba pahanya yang putih dan celana dalamnya yang agak lembab dan bernoda. Pertama-tama tanganku agak bergemetar, basah dari keringat dingin, tetapi melihat Tante Susi sungguh-sungguh menikmati semua perbuatanku dan matanya juga mulai menutup sayu, napasnya semakin mengencang. Saya semakin berani dan lancang merabanya. Kadang-kadang jariku kususupkan ke dalam celana dalamnya menyentuh bulunya yang lembut. Celana dalamnya semakin membasah, noda di bawah celana dalamnya semakin membesar. Pingulnya terangkat tinggi dari atas ranjang. Kedua pahanya semakin melebar dan kemaluannya tercetak jelas dari celana dalamnya yang sangat tipis itu.
    Setelah beberapa lama, Tante Susi dengan merintih memintaku untuk membuka celana dalamnya. Pinggulnya diangkat sedikit supaya saya dapat menurunkan celana dalamnya ke bawah. Tante Susi berbaring di atas ranjang tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuhnya. Disitu untuk pertama kali saya dapat menyaksikan kemaluan seorang wanita dari jarak yang dekat dan bukan hanya dari majalah. Bulu-bulu di atas kemaluannya itu tampak hitam lembut, tumbuh dengan halus dan rapi dicukur, sekitar kemaluannya telah dicukur hingga bersih membuat lekuk kemaluannya tampak dari depan. Tante Susi membuka selangkangannya dengan lebar dan menyodorkan kewanitaannya kepadaku tanpa sedikit rasa malu. Sembari bangkit duduk di tepi ranjang, Tante Susi memintaku untuk berjongkok diantara kedua pahanya untuk memperhatikan vagina nya dari jarak dekat. Dengan penuh gairah kedua jarinya mengungkap bibir kemaluannya yang rada tebal dan kehitam-hitaman dan memperagakan kepadaku lubang vaginanya yang basah dan berwarna merah muda.

    Dengan nada yang ramah, Tante Susi menggunakan jari tangannya sendiri dengan halus, menerangkan kepadaku satu persatu seluruh bagian tubuh bawahnya. Tempat-tempat dan cara-caranya untuk menyenangkan seorang wanita. Kemudian Tante Susi mulai menggunakan jari tanganku untuk diraba-rabakan kebagian tubuh bawahnya. Rasanya sangat hangat, lengket dan basah. Clitorisnya semakin membesar ketika saya menyentuhnya. Aroma dari vaginanya mulai memenuhi udara di kamarku, aromanya menyenangkan dan berbau bersih. Dari dalam lubang vaginanya perlahan-lahan keluar cairan lengket berwarna putih dan kental dan mulai melumuri semua permukaan lubang vaginanya. Mengingat apa yang dia sudah lakukan dengan air maniku, saya kembali bertanya “Boleh nggak saya mencicipi air mani Tante?” Tante Susi hanya mengangguk kecil dan tersenyum.


    Perlahan saya mulai menjilati pahanya yang putih dan sekitar lubang vagina Tante Susi yang merah dan lembut. Cairannya mulai mengalir keluar dengan deras ke selangkangannya. Lidahku menangkap tetesan itu dan mengikuti aliran cairan itu sampai balik ke asal lubangnya. Rasanya agak keasinan dengan berbau sangat khas, tidak seperti kata orang, cairan Tante Susi sangat bersih dan tidak berbau amis. Begitu pertama saya mencicipi alat kelamin Tante Susi, saya tahu yang saya dapat menjilatinya terus-menerus, karena saya sangat menyukai rasanya. Tante Susi mendadak menjerit kecil ketika lidahku menyentuh clitorisnya. Saya tersentak takut karena mungkin saya telah membuatnya sakit. Tetapi Tante Susi kembali menjelaskan bahwa itu hal biasa kalau seseorang mengerang waktu merasa nikmat.

    Semakin lama, saya semakin berani untuk menjilati dan menghisapi semua lubang vagina dan clitorisnya. Pinggulnya diangkat naik tinggi. Tangannya tidak berhenti memeras buah dadanya sendiri, cengkramannya semakin menguat. Napasnya sudah tidak beraturan lagi. Kepalanya terbanting ke kanan dan ke kiri. Pinggul dan pahanya kadang-kadang mengejang kuat, berputar dengan liar. Kepalaku terkadang tergoncang keras oleh dorongan dari kedua pahanya. Tangannya mulai menjambak rambutku dan menekan kepalaku erat kearah selangkangannya. Dari bibirnya yang mungil itu keluar desah dan rintihan memanggil namaku, seperti irama di telingaku. Keringatnya mulai keluar dari setiap pori-pori tubuhnya membuat kulitnya tampak bergemilang di bawah cahaya lampu. Matanya sudah tidak memandangku lagi, tapi tertutup rapat oleh bulu mata yang panjang dan lentik. Sembari merintih Tante Susi memintaku untuk menyodok-nyodokkan lidahku ke dalam lubang vaginanya dan mempercepat iramaku. Seluruh mukaku basah tertutup oleh cairan yang bergairah itu.

    Kemudian Tante Susi memintaku untuk berbalik supaya dia juga dapat menghisap kemaluanku bersamaan. Setelah melumuri kedua buah dadanya yang busung itu dengan Baby Oil, Tante Susi menggosok-gosokkan dan menghimpit kemaluanku yang sudah keras kembali diantara buah dadanya, dan menghisapinya bergantian. Kemudian Tante Susi memintaku untuk lebih berkonsentrasi di clitorisnya dan menyarankanku untuk memasuki jariku ke lubang vaginanya. Dengan penuh gairah saya pertama kalinya merasakan bahwa kelamin wanita itu dapat berasa begitu panas dan basah. Otot vaginanya yang terlatih terasa memijiti jari tanganku perlahan. Bibir dan lubang vaginanya tampak merekah, berkilat dan semakin memerah. Clitorisnya bercahaya dan membesar seperti ingin meledak. Setelah tidak beberapa lama, Tante Susi memintaku untuk memasukkan satu jariku ke dalam lubang pantatnya yang ketat. Dengan bersamaan, Tante Susi juga masukkan satu jarinya pula ke dalam lubang pantatku. Tangannya dipercepat mengocok kemaluanku. Pahanya mendekap kepalaku dengan keras. Pinggulnya mengejang keras. Terasa dilidahku urat-urat sekitar dinding vaginanya berkontraksi keras ketika dia keluar. Saya menjerit keras bersama-sama Tante Susi sembari memeluknya dengan erat, kita berdua keluar hampir bersamaan. Kali ini Tante Susi menghisap habis semua air maniku dan terus menghisapi kemaluanku sampai kering.


    Setelah itu kita berbaring telanjang terengah mengambil napas. Badannya yang berkeringat dan melemah, terasa sangat hangat memeluki tubuhku dari belakang, tangannya tetap menghangati dan mengenggam kemaluanku yang mengecil. Aroma dari yang baru saja kita lakukan masih tetap memenuhi udara kamarku. Wajahnya tampak gemilang bercahaya menunjukan kepuasan, senyumnya kembali menghiasi wajahnya yang terlihat lelah. Lalu kita jatuh tertidur berduaan dengan angin yang sejuk meniup dari jendela yang terbuka. Setelah bangun tidur, kita mandi bersama. Waktu berpakaian Tante Susi mencium bibirku dengan lembut dan berjanji yang nanti malam dia akan mengajari bagaimana caranya bila kejantananku dimasukkan ke dalam kewanitaannya.

    Sejak hari itu, selama satu minggu penuh, setiap malam saya tidur di kamar tamu bersama Tante Susi dan mendapat pelajaran yang baru setiap malam. Tetapi setelah kejadian itu, kita tidak pernah mendapat kesempatan kembali untuk melanjutkan hubungan kami. Hanya ada peristiwa sekali, waktu orangtuaku mengadakan pesta di rumah, Tante Susi datang bersama suaminya. Di dapur, waktu tidak ada orang lain yang melihat, Tante Susi mencium pipiku sembari meraba kemaluanku, tersenyum dan berbisik “Jangan lupa dengan rahasia kita Asan.”

    Dua bulan kemudian Tante Susi pindah ke kota lain bersama suaminya. Sampai hari ini saya tidak akan dapat melupakan satu minggu yang terbaik itu di dalam sejarah hidupku. Dan saya merasa sangat beruntung untuk mendapat seseorang yang dapat mengajariku bersetubuh dengan cara yang sangat sabar, sangat profesional dan semanis Tante Susi.

  • Kisah Memek Puncak Birahi Yang Tak Tertahankan

    Kisah Memek Puncak Birahi Yang Tak Tertahankan


    2587 views

    Duniabola99.com – Namaku Novem (bukan nama yg sebenarnya), pangilan akrabku kuanggap bagus dan selalu membawa kehokian yg baik dan ditunjang dgn postur tubuhku yg sangat atletis, tinggi 167 cm dgn berat badan 58 kg sangatlah membantuku dalam segala kegiatan. Keramahan serta rendah hati adalah senjataku karena aku berprinsip banyak teman banyak rejeki dan tdk kelewatan pula pasti banyak wanita yg tergoda.

    Dgn formasi yg begitu, tentu anda tahu seleraku. Aku sangat menyukai wanita yg berumur sekitar 30 hingga 37 tahun dimana mereka umumnya sangatlah cantik, dewasa dan terlihat sangat anggun. Entah mengapa Tuhan memberi anugerah kecantikan wanita yg sempurna bila mereka berumur sekitar yg kusebutkan di atas. Aku bekerja di perusahaan P**** (edited) yg sangat syarat berhubungan langsung dgn pelayanan masyarakat dgn posisi yg lumayan srategis.

    Diawali dgn perkenalanku dgn seorang pramuniaga yg sangat cantik, umurnya sekitar 33 tahun dan mempunyai anak satu. Rindi namanya, sangat mudah diingat dan sangat enak terdengar di telinga. Perkenalanku berawal ketika aku sedang berlibur ke Kalimanatan (Banjarmasin).

    Perkenalan itu sangat indah dan romantis, disaat matahari tenggelam tertelan air laut di atas dek ferry kulihat seorang wanita bersandar di tiang besi dgn rambut yg tergerai melambai-lambai tertiup sepoi-sepoi angin laut, sungguh cantik dan sexy lekuk tubuh dan dadanya membusung ke depan, sweter unggu serta span warna hitam tak dapat menyembunyikan keindahan tubuhnya.

    Dgn langkah yg pasti kuhampiri dgn sedikit sapaan dan percakapan yg sopan mulailah ia terbawa oleh obrolanku yg sedikit humor dan kadang menimbulkan gelak tawa yg memunculkan lesung pipinya, ya ampun cantik betul mahluk ini.
    Setelah puas dgn ngobrol ini itu dan matahari pun malu menampakkan wajahnya ternyata sdh pukul 19:00 WIB, tak terasa sdh perkenalan yg begitu lama di atas dek dan kami memutuskan untuk kembali ke bangku masing-masing. Kami berjanji akan bertemu kembali jam 21:30 di tiang besi saksi perkenalan kami.

    Setelah mandi dan merapikan diri, tak sadar handphone-ku berdering, alarm yg sengaja kupasang telah memanggilku untuk segera naik ke dek karena sdh waktunya kujemput bidadariku di atas dek. “Hai Novem..” sapa merdu Rindi menyapaku dgn menepuk punggungku saat aku memandang lautan.

    “Hai, Rin..” sedikit taktik, kubelai rambutnya.
    “Maaf Rin..” kataku mesra.
    “Ada apa Novem..” balasnya manja.
    “Nih benang bikin rusak pemandangan,” jawabku, padahal benang itu sejak tadi ada di tanganku.
    “Oh kamu ini bisa aja Novem..” bisiknya manja.

    Rindi sdh bercerai 3 tahun yg lalu dikarenakan suaminya suka berjudi dan mabuk-mabukan yg membuatnya banyak dililit hutang dan kehidupan rumah tangganya selalu tak terhindar akan keributan.
    “Kenapa kamu tak cari suami lagi, Rin..” tanyaku untuk memecahkan keheningan.
    “Ah.. nantilah,” jawabnya, “Aku masih suka sendiri dan masih kunikmati peran gandaku sebagai ibu dan ayahnya Ranny (anaknya, red) toh masih cukup gajiku untuk membiayainya.”

    “Hebat kamu Rin, bagitu tegar dalam keadaan begitu. Kurang apa coba.. kamu mandiri, cantik, sexy dan masih muda lagi, akupun mau mendaftar kalo masih ada lowongan.. ahahaha..” aku sengaja tertawa untuk meriuhkan suasana karena kulihat dia diam dgn wajah agak memerah.
    “Hahahhaa..” ternyata dia tertawa,

    “Ah kamu ini pantesnya jadi adikku,” jawabnya melecehkan.
    “Hahahaha.. aku malah,” terbahak-bahak karenanya, “Lho meskipun adik tp bisa buat adik si Ranny lho.”
    “Mana mungkin,” jawabnya.
    “Lha kok nggak percaya.. jangan ketagihan ya nanti,” jawabku.
    “Yee.. siapa yg mau,” godanya manja.
    “Aku yg mau,” jawabku.


    Kamipun tertawa riang.
    “Dasar buaya,” jawabnya.
    Tanpa sadar kapal bergoyang dan angin semakin kencang dan Rindi sdh ada di pelukanku, karena terombang-ambing kapal kudekap tubuh sintalnya dan tak luput kupengang buah dadanya yg besar, ternyata diapun diam saja. Kutahan goyangan kapal dan tak kulewatkan kesempatan itu dgn sedikit fantasiku goyangkan pantatku dan..,
    “Ah.. nakalnya kamu..” ternyata diapun menyadari makin nekadnya aku mengambil kesempatan dalam kesempitan sambil mencubit pinggangku,

    “Menggoda ya..” bisiknya.
    “Ah masa, tp suka kan,” jawabku.
    “Hahahaa..” gelak tawapun tak terhindarkan lagi.
    “Rin turun yuk, bahaya nich.. kayaknya angin semakin kencang dan goyangan kapal semakin garang kalo aku yg goyang kamu sich nggak masalah, lha ini kapal yg goyang.. hehehe..” ajakku mesra.
    “Dasaar.. dasaar, bener-bener buaya kamu Novem,” balasnya manja.
    “Upsssss.. bukan buaya tp biawak.. hahahha..” balasku.

    Kamipun menuju anak tangga, satu persatu anak tangga kami lalui dgn tangan yg melingkari perutnya dan diapun melingkarkan tangannya di pinggangku. Dgn berani kucium telinganya, dia diam saja hanya reaksi tangannya saja yg menggenggam perutku dan kamipun sdh sampai di depan pintu yg bertuliskan staff only lalu kutarik pinggangnya untuk masuk, diapun tdk menolak. Dgn luas ruangan 2 X 4 m2 sangatlah luas bagi kami berdua. Dalam keremangan lampu kulumat bibir tipisnya, nafas kamipun semakin menderu. Ternyata dia pengalaman sekali dalam french kiss.

    Kami berciuman 5 menit lamanya dan dia mulai membuka sweternya sedang aku membuka jaket kulitku dan kami jadikan alas hingga tiada benang sehelaipun yg melekat di tubuh kami berdua. Sungguh indah tubuhnya, dgn ukuran payudara 36B dan belum turun kuanggap sangatlah sempurna. Dalam keadaan berdiri, kulumat bibirnya dan mulailah turun ke tengguk hingga payudaranya dgn puting yg merah muda,


    “Seperti masih ABG saja,” pikirku.
    Kulumat yg kanan dan kupiin-pilin yg kiri membuat suaranya,
    “Hmm.. ach.. hmm.. sppt.. Novem teruskan Novem.. aacch, enak Novem..” Kepalaku pun ditekannya ke dadanya, tak kupedulikan dia, kuhisap, kugigit-gigit kecil putingnya hingga ia makin menjambak rambutku. Dgn jenggot yg baru kucukur 2 hari yg lalu kugesek-gesekan daguku di gunung kembarnya.

    “Oooh Novem.. please masukin dong.. sstt..” Tak kupedulikan ocehannya hingga kulumat perutnya, pusarnya dan akhirnya sampailah di gundukan surga dunia, sungguh indah.
    Mataku terbelalak ternyata tdk ada sehelai rambutpun di sekelilingnya, harum dan wangi yg khas. Wajahnya yg cantik tersenyum manis padaku, kuturunkan wajahku sambil terus menjulurkan lidah di permukaan perutnya terus turun dan sampai di daerah yg paling kusukai, wangi sekali baunya. Tak perlu ragu.

    “Ohh.. apa yg akan kau lakukan.. akh..” desahnya sambil memejamkan mata menahan kenikmatan yg dirasakannya.
    Beberapa saat kemudian tangannya malah mendorong kepalaku semakin bawah dan,
    “Nyam-nyam..” Nikmat sekali kemaluan Rindi.

    Oh, bukit kecil yg berwarna merah merangsang birahiku. Kusibakkan kedua bibir kemaluannya dan,
    “Cleeekk..” ujung hidungku kupaksakan masuk ke dalam celah kemaluan yg sdh sejak tadi becek.
    “Aaahh.. kamu nakaal,” jeritnya cukup keras.

    Terus terang kemaluannya adalah terindah yg pernah kucicipi, bibir kemaluannya yg merah merekah dgn bentuknya yg gemuk dan lebar itu membuatku semakin bernafsu saja. Secara bergantian, kutarik kecil kedua belah bibir kemaluan itu dgn mulutku.
    “Ooohh lidahmu.. ooh nikmatnya Novem..” lirih Rindi.


    “Novem, udah dong Novem masukin aja.. Novem oohh.. aku udah nggak tahan nich, please setubuhi aku..” pinta Rindi lirih.
    Tanpa banyak mulut kumasukkan batang kemaluanku yg panjang dan tegak itu, dia tersentak,
    “Ach pelan dong Say.. sstt..” Kugenjot dgn penuh perasaan, sementara tanganku tdk tinggal diam, kupilin-pilin puting susunya yg mungil.
    Hanya sepuluh menit setelah itu goyangan tubuh Rindi terasa menegang, aku mengerti kalau itu adalah gejala orgasme yg akan segera diraihnya.

    “Novemmm.. aahh.. aku nggaak.. nggak kuaat aahh.. aahh.. oohh..” desahnya tertahan.
    “Tahan Rin.. tunggu saya dulu ngg.. ooh enaknya.. tahan dulu.. jangan keluarin dulu..” Tp sia-sia saja, tubuh Rindi menegang kaku, tangannya mencengkram erat di pundakku, dadanya menjauh dari wajahku hingga kedua telapak tanganku semakin leluasa memberikan remasan pada buah dadanya.

    Aku sadar sulitnya menahan orgasme itu, mungkin karena lamanya ku-oral kemaluannya yg enak itu.
    “mmmppphhhh.. ooohhhhh.. aahh.. Novem sayang.. Novem.. ooh enaak.. aku kelauaar.. oohh.. oohh..” teriaknya panjang mengakhiri babak permainan itu.

    Aku merasakan jepitan kemaluannya di sekeliling burungku mengeras dan terasa mencengkram erat sekali, sementara itu batang kemaluanku masih tegak berdiri sedangkan dia sdh 4 atau 5 kali orgasme.
    “Novem, ayo dong Say aku udah nggak tahan nich.. Novem keluarin dong.. aku hisap aja ya, biar cepat keluar..” Tanpa kusuruh dia sdh melumat dan menyedot kemaluanku.

    “Astaga..” kurasakan tekanan dari dalam batangku sepertinya akan keluar.
    “Rin.. Rin.. stop Rin.. aku mau keluar nich..” desahku tertahan.
    “Ya udah Novem, masukin aja ke mekiku.. aku jg ingin merasakan pejumu membajiri mekiku.. aku kangen, udah lama nggak ada yg membanjiri mekiku dgn peju..” balas Rindi dgn nada manja dan sedikit genit.
    “Aach.. Rin, aku mau keluar nich Rin.. ach.. achh..” aku lemas lunglai tak berdaya di atas tubuh Rindi yg sexy itu.
    “Makasih ya Novem..” Kamipun tertidur dan aku terkejut ketika terbangun sdh pukul 04:00, untung saja tdk ada yg memergoki perbuatan kami.


    Setelah merapikan diri, kamipun kembali di kursi masing-masing dan kami berjanji akan bertemu kembali di kota, kebetulan kami satu kota. Sampai saat ini kamipun masih sering berhubungan dgn komitmen kebebasan yg menghargai serta menjunjung seks yg sehat..

  • Video Bokep Asia Konatsu Hinata diikat dan disiksa dengan kenikmatan

    Video Bokep Asia Konatsu Hinata diikat dan disiksa dengan kenikmatan


    2587 views

  • Titipan Berhadiah Khusus

    Titipan Berhadiah Khusus


    2586 views


    Namaku Karina, usiaku 17 tahun dan aku adalah anak kedua dari pasangan Menado-Sunda. Kulitku putih, tinggi sekitar 168 cm dan berat 50 kg. Rambutku panjang sebahu dan ukuran dada 36B. Dalam keluargaku, semua wanitanya rata-rata berbadan seperti aku, sehingga tidak seperti gadis-gadis lain yang mendambakan tubuh yang indah sampai rela berdiet ketat. Di keluarga kami justru makan apapun tetap segini-segini saja.

    Suatu sore dalam perjalanan pulang sehabis latihan cheers di sekolah, aku disuruh ayah mengantarkan surat-surat penting ke rumah temannya yang biasa dipanggil Om Robert. Kebetulan rumahnya memang melewati rumah kami karena letaknya di kompleks yang sama di perumahan elit selatan Jakarta.

    Om Robert ini walau usianya sudah di akhir kepala 4, namun wajah dan gayanya masih seperti anak muda. Dari dulu diam-diam aku sedikit naksir padanya. Habis selain ganteng dan rambutnya sedikit beruban, badannya juga tinggi tegap dan hobinya berenang serta tenis. Ayah kenal dengannya sejak semasa kuliah dulu, oleh sebab itu kami lumayan dekat dengan keluarganya.

    Kedua anaknya sedang kuliah di Amerika, sedang istrinya aktif di kegiatan sosial dan sering pergi ke pesta-pesta. Ibu sering diajak oleh si Tante Mela, istri Om Robert ini, namun ibu selalu menolak karena dia lebih senang di rumah.

    Dengan diantar supir, aku sampai juga di rumahnya Om Robert yang dari luar terlihat sederhana namun di dalam ada kolam renang dan kebun yang luas. Sejak kecil aku sudah sering ke sini, namun baru kali ini aku datang sendiri tanpa ayah atau ibuku. Masih dengan seragam cheers-ku yang terdiri dari rok lipit warna biru yang panjangnya belasan centi diatas paha, dan kaos ketat tanpa lengan warna putih, aku memencet bel pintu rumahnya sambil membawa amplop besar titipan ayahku.

    Ayah memang sedang ada bisnis dengan Om Robert yang pengusaha kayu, maka akhir-akhir ini mereka giat saling mengontak satu sama lain. Karena ayah ada rapat yang tidak dapat ditunda, maka suratnya tidak dapat dia berikan sendiri.

    Seorang pembantu wanita yang sudah lumayan tua keluar dari dalam dan membukakan pintu untukku. Sementara itu kusuruh supirku menungguku di luar.
    Ketika memasuki ruang tamu, si pembantu berkata, “Tuan sedang berenang, Non. Tunggu saja di sini biar saya beritahu Tuan kalau Non sudah datang.”
    “Makasih, Bi.” jawabku sambil duduk di sofa yang empuk.

    Sudah 10 menit lebih menunggu, si bibi tidak muncul-muncul juga, begitu pula dengan Om Robert. Karena bosan, aku jalan-jalan dan sampai di pintu yang ternyata menghubungkan rumah itu dengan halaman belakang dan kolam renangnya yang lumayan besar. Kubuka pintunya dan di tepi kolam kulihat Om Robert yang sedang berdiri dan mengeringkan tubuh dengan handuk.

    “Ooh..” pekikku dalam hati demi melihat tubuh atletisnya terutama bulu-bulu dadanya yang lebat, dan tonjolan di antara kedua pahanya.
    Wajahku agak memerah karena mendadak aku jadi horny, dan payudaraku terasa gatal. Om Robert menoleh dan melihatku berdiri terpaku dengan tatapan tolol, dia pun tertawa dan memanggilku untuk menghampirinya.

    “Halo Karin, apa kabar kamu..?” sapa Om Robert hangat sambil memberikan sun di pipiku.
    Aku pun balas sun dia walau kagok, “Oh, baik Om. Om sendiri apa kabar..?”
    “Om baik-baik aja. Kamu baru pulang dari sekolah yah..?” tanya Om Robert sambil memandangku dari atas sampai ke bawah.
    Tatapannya berhenti sebentar di dadaku yang membusung terbungkus kaos ketat, sedangkan aku sendiri hanya dapat tersenyum melihat tonjolan di celana renang Om Robert yang ketat itu mengeras.

    “Iya Om, baru latihan cheers. Tante Mella mana Om..?” ujarku basa-basi.
    “Tante Mella lagi ke Bali sama teman-temannya. Om ditinggal sendirian nih.” balas Om Robert sambil memasang kimono di tubuhnya.
    “Ooh..” jawabku dengan nada sedikit kecewa karena tidak dapat melihat tubuh atletis Om Robert dengan leluasa lagi.
    “Ke dapur yuk..!”

    “Kamu mau minum apa Rin..?” tanya Om Robert ketika kami sampai di dapur.
    “Air putih aja Om, biar awet muda.” jawabku asal.
    Sambil menunggu Om Robert menuangkan air dingin ke gelas, aku pindah duduk ke atas meja di tengah-tengah dapurnya yang luas karena tidak ada bangku di dapurnya.
    “Duduk di sini boleh yah Om..?” tanyaku sambil menyilangkan kaki kananku dan membiarkan paha putihku makin tinggi terlihat.
    “Boleh kok Rin.” kata Om Robert sambil mendekatiku dengan membawa gelas berisi air dingin.

    Namun entah karena pandangannya terpaku pada cara dudukku yang menggoda itu atau memang beneran tidak sengaja, kakinya tersandung ujung keset yang berada di lantai dan Om Robert pun limbung ke depan hingga menumpahkan isi gelas tadi ke baju dan rokku.
    “Aaah..!” pekikku kaget, sedang kedua tangan Om Robert langsung menggapai pahaku untuk menahan tubuhnya agar tidak jatuh.
    “Aduh.., begimana sih..? Om nggak sengaja Rin. Maaf yah, baju kamu jadi basah semua tuh. Dingin nggak airnya tadi..?” tanya Om Robert sambil buru-buru mengambil lap dan menyeka rok dan kaosku.

    Aku yang masih terkejut hanya diam mengamati tangan Om Robert yang berada di atas dadaku dan matanya yang nampak berkonsentrasi menyeka kaosku. Putingku tercetak semakin jelas di balik kaosku yang basah dan hembusan napasku yang memburu menerpa wajah Om Robert.
    “Om.. udah Om..!” kataku lirih.
    Dia pun menoleh ke atas memandang wajahku dan bukannya menjauh malah meletakkan kain lap tadi di sampingku dan mendekatkan kembali wajahnya ke wajahku dan tersenyum sambil mengelus rambutku.

    “Kamu cantik, Karin..” ujarnya lembut.
    Aku jadi tertunduk malu tapi tangannya mengangkat daguku dan malahan menciumku tepat di bibir. Aku refleks memejamkan mata dan Om Robert kembali menciumku tapi sekarang lidahnya mencoba mendesak masuk ke dalam mulutku. Aku ingin menolak rasanya, tapi dorongan dari dalam tidak dapat berbohong. Aku balas melumat bibirnya dan tanganku meraih pundak Om Robert, sedang tangannya sendiri meraba-raba pahaku dari dalam rokku yang makin terangkat hingga terlihat jelas celana dalam dan selangkanganku.

    Ciumannya makin buas, dan kini Om Robert turun ke leher dan menciumku di sana. Sambil berciuman, tanganku meraih pengikat kimono Om Robert dan membukanya. Tanganku menelusuri dadanya yang bidang dan bulu-bulunya yang lebat, kemudian mengecupnya lembut. Sementara itu tangan Om Robert juga tidak mau kalah bergerak mengelus celana dalamku dari luar, kemudian ke atas lagi dan meremas payudaraku yang sudah gatal sedari tadi.

    Aku melenguh agak keras dan Om Robert pun makin giat meremas-remas dadaku yang montok itu. Perlahan dia melepaskan ciumannya dan aku membiarkan dia melepas kaosku dari atas. Kini aku duduk hanya mengenakan bra hitam dan rok cheersku itu. Om Robert memandangku tidak berkedip. Kemudian dia bergerak cepat melumat kembali bibirku dan sambil french kissing, tangannya melepas kaitan bra-ku dari belakang dengan tangannya yang cekatan.

    Kini dadaku benar-benar telanjang bulat. Aku masih merasa aneh karena baru kali ini aku telanjang dada di depan pria yang bukan pacarku. Om Robert mulai meremas kedua payudaraku bergantian dan aku memilih untuk memejamkan mata dan menikmati saja. Tiba-tiba aku merasa putingku yang sudah tegang akibat nafsu itu menjadi basah, dan ternyata Om Robert sedang asyik menjilatnya dengan lidahnya yang panjang dan tebal. Uh.., jago sekali dia melumat, mencium, menarik-narik dan menghisap-hisap puting kiri dan kananku.

    Tanpa kusadari, aku pun mengeluarkan erangan yang lumayan keras, dan itu malah semakin membuat Om Robert bernafsu.
    “Oom.. aah.. aah..!”
    “Rin, kamu kok seksi banget sih..? Om suka banget sama badan kamu, bagus banget. Apalagi ini..” godanya sambil memelintir putingku yang makin mencuat dan tegang.
    “Ahh.., Om.. gelii..!” balasku manja.

    “Sshh.. jangan panggil ‘Om’, sekarang panggil ‘Robert’ aja ya, Rin. Kamu kan udah gede..” ujarnya.
    “Iya deh, Om.” jawabku nakal dan Om Robert pun sengaja memelintir kedua putingku lebih keras lagi.
    “Eeeh..! Om.. eh Robert.. geli aah..!” kataku sambil sedikit cemberut namun dia tidak menjawab malahan mencium bibirku mesra.

    Entah kapan tepatnya, Om Robert berhasil meloloskan rok dan celana dalam hitamku, yang pasti tahu-tahu aku sudah telanjang bulat di atas meja dapur itu dan Om Robert sendiri sudah melepas celana renangnya, hanya tinggal memakai kimononya saja. Kini Om Robert membungkuk dan jilatannya pindah ke selangkanganku yang sengaja kubuka selebar-lebarnya agar dia dapat melihat isi vaginaku yang merekah dan berwarna merah muda.

    Kemudian lidah yang hangat dan basah itu pun pindah ke atas dan mulai mengerjai klitorisku dari atas ke bawah dan begitu terus berulang-ulang hingga aku mengerang tidak tertahan.
    “Aeeh.. uuh.. Rob.. aawh.. ehh..!”
    Aku hanya dapat mengelus dan menjambak rambut Om Robert dengan tangan kananku, sedang tangan kiriku berusaha berpegang pada atas meja untuk menopang tubuhku agar tidak jatuh ke depan atau ke belakang.

    Badanku terasa mengejang serta cairan vaginaku terasa mulai meleleh keluar dan Om Robert pun menjilatinya dengan cepat sampai vaginaku terasa kering kembali. Badanku kemudian direbahkan di atas meja dan dibiarkannya kakiku menjuntai ke bawah, sedang Om Robert melebarkan kedua kakinya dan siap-siap memasukkan penisnya yang besar dan sudah tegang dari tadi ke dalam vaginaku yang juga sudah tidak sabar ingin dimasuki olehnya.

    Perlahan Om Robert mendorong penisnya ke dalam vaginaku yang sempit dan penisnya mulai menggosok-gosok dinding vaginaku. Rasanya benar-benar nikmat, geli, dan entah apa lagi, pokoknya aku hanya memejamkan mata dan menikmati semuanya.
    “Aawww.. gede banget sih Rob..!” ujarku karena dari tadi Om Robert belum berhasil juga memasukkan seluruh penisnya ke dalam vaginaku itu.
    “Iyah.., tahan sebentar yah Sayang, vagina kamu juga sempitnya.. ampun deh..!”
    Aku tersenyum sambil menahan gejolak nafsu yang sudah menggebu.

    Akhirnya setelah lima kali lebih mencoba masuk, penis Om Robert berhasil masuk seluruhnya ke dalam vaginaku dan pinggulnya pun mulai bergerak maju mundur. Makin lama gerakannya makin cepat dan terdengar Om Robert mengerang keenakan.
    “Ah Rin.. enak Rin.. aduuh..!”
    “Iii.. iyaa.. Om.. enakk.. ngentott.. Om.. teruss.. eehh..!” balasku sambil merem melek keenakan.

    Om Robert tersenyum mendengarku yang mulai meracau ngomongnya. Memang kalau sudah begini biasanya keluar kata-kata kasar dari mulutku dan ternyata itu membuat Om Robert semakin nafsu saja.
    “Awwh.. awwh.. aah..!” orgasmeku mulai lagi.
    Tidak lama kemudian badanku diperosotkan ke bawah dari atas meja dan diputar menghadap ke depan meja, membelakangi Om Robert yang masih berdiri tanpa mencabut penisnya dari dalam vaginaku. Diputar begitu rasanya cairanku menetes ke sela-sela paha kami dan gesekannya benar-benar nikmat.

    Kini posisiku membelakangi Om Robert dan dia pun mulai menggenjot lagi dengan gaya doggie style. Badanku membungkuk ke depan, kedua payudara montokku menggantung bebas dan ikut berayun-ayun setiap kali pinggul Om Robert maju mundur. Aku pun ikut memutar-mutar pinggul dan pantatku. Om Robert mempercepat gerakannya sambil sesekali meremas gemas pantatku yang semok dan putih itu, kemudian berpindah ke depan dan mencari putingku yang sudah sangat tegang dari tadi.

    “Awwh.. lebih keras Om.. pentilnya.. puterr..!” rintihku dan Om Robert serta merta meremas putingku lebih keras lagi dan tangan satunya bergerak mencari klitorisku.
    Kedua tanganku berpegang pada ujung meja dan kepalaku menoleh ke belakang melihat Om Robert yang sedang merem melek keenakan. Gila rasanya tubuhku banjir keringat dan nikmatnya tangan Om Robert di mana-mana yang menggerayangi tubuhku.

    Putingku diputar-putar makin keras sambil sesekali payudaraku diremas kuat. Klitorisku digosok-gosok makin gila, dan hentakan penisnya keluar masuk vaginaku makin cepat. Akhirnya orgasmeku mulai lagi. Bagai terkena badai, tubuhku mengejang kuat dan lututku lemas sekali. Begitu juga dengan Om Robert, akhirnya dia ejakulasi juga dan memuncratkan spermanya di dalam vaginaku yang hangat.

    “Aaah.. Riin..!” erangnya.
    Om Robert melepaskan penisnya dari dalam vaginaku dan aku berlutut lemas sambil bersandar di samping meja dapur dan mengatur napasku. Om Robert duduk di sebelahku dan kami sama-sama masih terengah-engah setelah pertempuran yang seru tadi.

    “Sini Om..! Karin bersihin sisanya tadi..!” ujarku sambil membungkuk dan menjilati sisa-sisa cairan cinta tadi di sekitar selangkangan Om Robert.
    Om Robert hanya terdiam sambil mengelus rambutku yang sudah acak-acakan. Setelah bersih, gantian Om Robert yang menjilati selangkanganku, kemudian dia mengumpulkan pakaian seragamku yang berceceran di lantai dapur dan mengantarku ke kamar mandi.

    Setelah mencuci vaginaku dan memakai seragamku kembali, aku keluar menemui Om Robert yang ternyata sudah memakai kaos dan celana kulot, dan kami sama-sama tersenyum.
    “Rin, Om minta maaf yah malah begini jadinya, kamu nggak menyesal kan..?” ujar Om Robert sambil menarik diriku duduk di pangkuannya.
    “Enggak Om, dari dulu Karin emang senang sama Om, menurut Karin Om itu temen ayah yang paling ganteng dan baik.” pujiku.
    “Makasih ya Sayang, ingat kalau ada apa-apa jangan segan telpon Om yah..?” balasnya.
    “Iya Om, makasih juga yah permainannya yang tadi, Om jago deh.”
    “Iya Rin, kamu juga. Om aja nggak nyangka kamu bisa muasin Om kayak tadi.”
    “He.. he.. he..” aku tersipu malu.

    “Oh iya Om, ini titipannya ayah hampir lupa.” ujarku sambil buru-buru menyerahkan titipan ayah pada Om Robert.
    “Iya, makasih ya Karin sayang..” jawab Om Robert sambil tangannya meraba pahaku lagi dari dalam rokku.
    “Aah.. Om, Karin musti pulang nih, udah sore.” elakku sambil melepaskan diri dari Om Robert.
    Om Robert pun berdiri dan mencium pipiku lembut, kemudian mengantarku ke mobil dan aku pun pulang.

    Di dalam mobil, supirku yang mungkin heran melihatku tersenyum-senyum sendirian mengingat kejadian tadi pun bertanya.
    “Non, kok lama amat sih nganter amplop doang..? Ditahan dulu yah Non..?”
    Sambil menahan tawa aku pun berkata, “Iya Pak, dikasih ‘wejangan’ pula..”
    Supirku hanya dapat memandangku dari kaca spion dengan pandangan tidak mengerti dan aku hanya membalasnya dengan senyuman rahasia. He..he..he..

  • Video bokep 	jepang pelacur Yui Nishikawa ngentot disofa dan dikamar

    Video bokep jepang pelacur Yui Nishikawa ngentot disofa dan dikamar


    2586 views

  • yukina saeki ngentot dengan pacarnya dikamar badan penuh dengan minyak

    yukina saeki ngentot dengan pacarnya dikamar badan penuh dengan minyak


    2586 views

  • Video Bokep Asia maya kawamura ngentot di toko teh tradisional

    Video Bokep Asia maya kawamura ngentot di toko teh tradisional


    2582 views

  • Kisah Memek Surprise Bisa ML Bersama

    Kisah Memek Surprise Bisa ML Bersama


    2582 views


    Duniabola99.com – Siang itu pada hari minggu kira kiranya satu bulan yang lalu setelah kejadian bersama pak ferdi dan Bagas aku belum sempat maen kesana lagi mungkin karena aku sedang sibuk kuliah, hari minggu aku pergi kesana unutk refreshing karena besok senin itu perkuliahanku libur.

    Biasanya kami selalu berempat. Kali ini aku tidak sendiri tapi bersama 2 orang teman cewekku yaitu Verna dan Indah, kami semua adalah teman akrab di kampus, sebenarnya geng kami ini ada 4 orang, satu lagi si Ratna yang hari ini tidak bisa ikut karena ada acara dengan keluarganya.

    Kami sama-sama terbuka tentang seks dan sama-sama penggemar seks, Verna dikaruniai tubuh tinggi semampai dengan buah dada yang bulat montok yang membuat pikiran kotor para cowok melayang-layang, beruntunglah mereka karena Verna tidak sulit diajak ‘naik ranjang’ karena dia sudah ketagihan seks sejak SMP.

    Sedangkan Indah mempunyai wajah yang imut dengan rambut panjang yang indah, bodynya pun tidak kalah dari Verna walaupun payudaranya lebih kecil, namun dibalik wajah imutnya ternyata Indah termasuk cewek yang lihai memanfaatkan cowok, sudah berkali-kali dia ganti pacar gara-gara sifat materenya.

    Sedangkan aku sendiri sepertinya kalian sudah tahulah cewek seperti apa aku ini dari cerita-ceritaku dulu. Baiklah, sekarang kita kembali ke kejadian hari itu yang rencananya mau mengadakan orgy party setelah sekian lama otak kami dijejali bahan-bahan kuliah dan urusan sehari-hari.

    Waktu itu Verna protes karena aku tidak memperbolehkannya mengajak teman-teman cowok yang biasa diajak, begitu juga Indah yang ikut mendukung Verna karena pacarnya juga tidak boleh diajak.

    “Emangnya lu ngundang siapa lagi sih Ci, masa si Chevy aja ga boleh ikutan ?” kata Indah

    “Iya nih, emangnya kita mau pesta lesbian apa, wah gua kan cewek normal nih” timpal Verna “Udahlah, lu orang tenang aja, cowok-cowoknya nanti nyusul, pokoknya yang kali ini surprise deh ! dijamin kalian puas sampe ga bisa bangun lagi deh”

    Aku ingin sedikit membuat kejutan agar acara kali ini lain dari yang lain, karena itulah aku merahasiakan siapa pejantannya yang tidak lain adalah penjaga vilaku dan vila tetanggaku, Pak Ferdi dan Bagas.

    Kemarinnya aku memang sudah mengabari Pak Ferdi lewat telepon bahwa aku besok akan ke sana dengan teman-temanku yang pernah kujanjikan pada mereka dulu. Pak Ferdi tentu antusias sekali dengan acara kali ini, kami telah mengatur skenario acaranya agar seru.

    Beberapa jam kemudian kami sampai di villaku, Pak Ferdi seperti biasa membukakan pintu garasi, bola matanya melihat jelalatan pada kami terutama Verna yang hari itu pakaiannya seksi berupa sebuah tank top merah berdada rendah dengan rok mini.

    Dia kusuruh keluar dulu sampai aku memberi syarat padanya, dia menunggunya di villa tetangga yang tidak lain vila yang dijaga si Bagas. Setelah membereskan barang bawaan, kami menyantap makan siang, lalu ngobrol-ngobrol dan istirahat. Indah yang daritadi kelihatan letih terlelap lebih dulu. Kami bangun sore hari sekitar jam 4 sore.

    “Eh…sambil nunggu cowok-cowoknya mendingan kita berenang dulu yuk” ajakku pada mereka

    Aku melepaskan semua bajuku tanpa tersisa dan berjalan ke arah kolam dengan santainya

    “Wei…gila lo Ci, masa mau berenang ga pake apa-apa gitu, kalo keliatan orang gimana ?” tegur Indah

    “Iya Ci, lagian kan kalo si tua Ferdi itu dateng gimana tuh” sambung Verna

    “Yah kalian, katanya mo party, masa berenang bugil aja ga berani, tenang aja Pak Ferdi udah gua suruh jangan ke sini sampai kita pulang nanti” bujukku sambil menarik tangan Verna Di tepi kolam mereka masih agak ragu melepas pakaiannya, alasannya takut kepergok tetangga, setelah kutantang Verna baru mulai berani melepas satu demi satu yang melekat di tubuhnya, aku membantu Indah yang masih agak malu mempreteli pakaiannya.

    Akhirnya kami bertiga nyebur ke kolam tanpa memakai apapun. Perlahan-lahan rasa risih mereka pun mulai berkurang, kami tertawa-tawa, main siram-siraman air, dan balapan renang kesana kemari dengan bebasnya. Mungkin seperti inilah kira-kira gambaran tempat pemandian di istana haremnya para raja. Sesudah agak lama bermain di air aku naik ke atas dan mengelap tubuhku yang basah, lalu membalut tubuhku dengan kimono.

    “Ci, sekalian ambilin kita minum yah” pinta Verna Akupun berjalan ke dalam dan meminum segelas air.

    “Ok, it’s the showtime” gumamku dalam hati, inilah saat yang tepat untuk menjalankan skenario ini. Aku segera menelepon vila sebelah menyuruh Pak Ferdi dan Bagas segera kesini karena pesta akan segera dimulai.

    “Iya neng, kita segera ke sana” sahut Bagas sambil menutup gagang telepon Hanya dalam hitungan menit mereka sudah nampak di pekarangan depan vilaku. Aku yang sudah menunggu membukakan pintu untuk mereka.

    “Wah udah ga sabaran nih, daritadi cuma ngintipin neng sama temen-temen neng dari loteng”

    kata Pak Ferdi “Pokoknya yang rambutnya dikuncir itu buat saya dulu yah neng” ujar Bagas merujuk pada Indah.

    “Iya tenang, sabar, Pokoknya semua kebagian, ok” kataku “yang penting sekarang surprise buat mereka dulu” Setelah beberapa saat berbicara kasak-kusuk, akhirnya operasipun siap dilaksanakan. Pertama-tama dimulai dari Verna.

    Aku berjalan ke arah kolam membawakan mereka dua gelas air, disana Indah sedang tiduran di kursi santai tanpa busana, sementara Verna masih berendam di air.

    “Ver, lu bisa ke kamar gua sebentar ga, gua mo minta tolong dikit nih” pintaku padanya “lu lap badan dulu gih, gua tunggu di sana”

    Aku masuk ke dalam terlebih dahulu dan duduk di pingir ranjang menunggunya. Di balik pintu itu Pak Ferdi dan Bagas yang sudah kusuruh bugil telah siap memangsa temanku itu, kemaluan mereka sudah mengeras dan berdiri tegak seperti pedang yang terhunus.

    Tak lama kemudian Verna memasuki kamarku sambil mengelap rambutnya yang masih basah.

    “Kenapa Ci, ada perlu apa emang ?” tanyanya.

    “Ngga, cuma mau ngasih surprise dikit kok” jawabku dengan menyeringai dan memberi aba-aba pada mereka.

    Cerita Seks Surprise Bisa Ngentot Bersama
    Sebelum Verna sempat membalikkan badan, sepasang lengan hitam sudah memeluknya dari belakang dan tangan yang satunya dengan sigap membekap mulutnya agar tidak berteriak. Verna yang terkejut tentu saja meronta-ronta , namun pemberontakkan itu justru makin membakar nafsu kedua orang itu.

    Pak Ferdi dengan gemas meremas payudara kirinya dan memilin-milin putingnya. Si Bagas berhasil menangkap kedua pergelangan kakinya yang menendang-nendang. Dibentangkannya kedua tungkai itu, lalu dia berjongkok dengan wajah tepat di hadapan kemaluan Verna.

    “Wah jembutnya lebat juga yah, kaya si neng” komentar Bagas sambil menyentuhkan lidahnya ke liang vagina Verna, diperlakukan seperti itu Verna cuma bisa merem melek dan mengeluarkan desahan tertahan karena bekapan Pak Ferdi begitu kokoh.

    “Hei, jangan rakus dong Klas, dia kan buat Pak Ferdi, tuh jatahlu masih nunggu di luar sana” kataku padanya Mengingat kembali sasarannya semula, Bagas menurunkan kembali kaki Verna dan bergegas menuju ke kolam.

    “Jangan terlalu kasar yah ke dia, bisa-bisa pingsan gara-gara lu” godaku Setelah Bagas keluar tinggallah kami bertiga di kamarku.

    Pak Ferdi langsung menghempaskan dirinya bersama Verna ke ranjang spring bed-ku. Tak berapa lama terdengarlah jeritan Indah dari kolam, aku melihat dari jendela kamarku apa yang terjadi antara mereka. Indah terpelanting dari kursi santai dan berusaha melepaskan diri dari Bagas.

    Dia berhasil berdiri dan mendapat kesempatan menghindar, tapi kalah cepat dari Bagas, tukang kebun itu berhasil mendekapnya dari belakang lalu mengangkat badannya.

    “Jangan…tolong !!” jeritnya sambil meronta-ronta dalam gendongan Bagas Bagas dengan santai membawa Indah ke tepi kolam, lalu dilemparnya ke air, setelah itu dia ikutan nyebur. Dia air Indah terus berontak saat Bagas menggerayangi tubuhnya dalam himpitannya.

    Sekuat apapun Indah tentu saja bukan tandingan Bagas yang sudah kesurupan itu. Perlawanan Indah mengendur setelah Bagas mendesaknya di sudut kolam, riak di kolam juga mulai berkurang.

    Tidak terlalu jelas detilnya Bagas menggerayangi tubuh Indah, tapi aku dapat melihat Bagas memeluk erat Indah sambil melumat bibirnya. Kutinggalkan mereka menikmati saat-saat nikmatnya untuk kembali lagi pada situasi di kamarku.

    Aku lalu menghampiri Pak Ferdi dan Verna untuk bergabung dalam kenikmatan ini. Sama seperti Indah, Verna juga menjerit-jerit, namun jeritannya juga pelan-pelan berubah menjadi erangan nikmat akibat rangsangan-rangsangan yang dilakukan Pak Ferdi.

    Waktu aku menghampiri mereka Pak Ferdi sedang menjilati paha mulus Verna sambil kedua tangannya masing-masing bergerilya pada payudara dan kemaluan Verna.

    “Aduh Ci…tega-teganya lu nyerahin kita ke orang-orang kaya gini…ahhh !!” kata Verna ditengah desahannya “Tenang Ver, ini baru namanya surprise, sekali kali coba produk kampung dong” kataku seraya melumat bibirnya Aku berpagutan dengan Verna beberapa menit lamanya.

    Jilatan Pak Ferdi mulai merambat naik hingga dia melumat dan meremas payudara Verna secara bergantian, sementara tangannya masih saja mengobok-obok vaginanya. Desahan Verna tertahan karena sedang berciuman denganku, tubuhnya menggeliat-geliat merasakan nikmat yang tiada tara. “Hhhmmhh…tetek Neng Verna ini gede juga ya, lebih gede dari punya Neng” kata Pak Ferdi disela aktivitasnya.

    Memang sih diantara kami bereempat, payudara Verna termasuk yang paling montok. Menurut pengakuannya, cowok-cowok yang pernah ML dengannya paling tergila-gila mengeyot benda itu atau mengocok penis mereka diantara himpitannya. Pak Ferdi pun tidak terkecuali, dia dengan gemas mengemut susunya, seluruh susu kanan Verna ditelan olehnya.

    Puas menetek pada Verna, Pak Ferdi bersiap memasuki vagina Verna dengan penisnya. Kulihat dalam posisinya diantara kedua belah paha Verna dia memegang penisnya untuk diarahkan ke liang itu.

    “Ouch…sakit Ver, duh kasar banget sih babu lu” Verna meringis dan mencengkram lenganku waktu penis super Pak Ferdi mendorong-dorongkan penisnya dengan bernafsu “Tahan Ver, ntar juga lu keenakan kok, pokoknya enjoy aja” kataku sambil meremasi kedua payudaranya yang sudah basah dan merah akibat disedot Pak Ferdi.

    Pak Ferdi menyodokkan penisnya dengan keras sehingga Verna pun tidak bisa menahan jeritannya, Verna kelihatan mau menangis nampak dari matanya yang sedikit berair.

    Pak Ferdi mulai menggarap Verna dengan genjotannya. Aku merasakan tangan Verna menyelinap ke bawah kimonoku menuju selangkangan, eennghh…aku mendesah merasakan jari-jari Verna menggerayangi kemaluanku. Aku lalu naik ke wajah Verna berhadapan dengan Pak Ferdi yang sedang menggenjotnya.

    Verna langsung menjilati kemaluanku dan Pak Ferdi menarik tali pinggang kimonoku sehingga tubuhku tersingkap.

    Dengan terus menyodoki Verna, dia meraih payudaraku yang kiri, mula-mula dibelainya dengan lembut tapi lama-lama tangannya semakin keras mencengkramnya sampai aku meringis menahan sakit.

    Dia juga menyorongkan kepalanya berusaha mencaplok payudara yang satunya. Aku yang mengerti apa maunya segera mencondongkan badanku ke depan sehingga dadaku pun makin membusung indah.

    Ternyata dia tidak langsung mencaplok payudaraku, tetapi hanya menjulurkan lidahnya untuk menjilati putingku menyebabkan benda itu makin mengeras saja. Aku merasakan sensasi yang luar biasa, geli bercampur nikmat.

    Sapuan-sapuan lidah Verna pada vaginaku membuat daerah itu semakin becek, bukan cuma itu saja Verna juga mengorek-ngoreknya dengan jarinya.

    Aku mendesah tak karuan marasakan jilatan dan sedotan pada klistoris dan putingku. Ciuman Pak Ferdi merambat naik dari dadaku hingga hinggap di bibirku, kami berciuman dengan penuh nafsu.

    Tidak kuhiraukan nafasnya yang bau rokok, lidah kami beradu dengan liar sampai ludah kami bercampur baur.

    “Aahh…oohh…gua dah mau…Pak !!” erang Verna bersamaan dengan tubuhnya yang mengejang dan membusur ke atas. Melihat reaksi Verna, Pak Ferdi semakin memperdahsyat sodokannya dan semakin ganas meremas dadanya.

    Aku sendiri tidak merasa akan segera menyusul Verna, dibawah sana seperti mau meledak rasanya. Dalam waktu yang hampir bersamaan aku dan Verna mencapai klimaks, tubuh kami mengejang hebat dan cairan kewanitaanku tumpah ke wajah Verna. Erangan kami memenuhi kamar ini membuat Pak Ferdi semakin liar.

    Setelah aku ambruk ke samping, Pak Ferdi menindih Verna dan mulai menciuminya, dijilatinya cairan cintaku yang blepotan di sekitar mulut Verna, tangannya tak henti-hentinya menggerayangi payudara montok itu, seolah-oleh tak ingin lepas darinya.

    “Hhmmpphh…sluurrpp…cup…cup…” demikian bunyinya saat mereka bercipokan, lidah mereka saling membelit dan bermain di rongga mulut masing-masing. Pak Ferdi cukup pengertian akan kondisi Verna yang mulai kepayahan, jadi setelah puas berciuman dia membiarkannya memulihkan tenaga dulu.

    Dan kini disambarnya tubuhku, padahal gairahku baru naik setengahnya setelah orgasme barusan. Tubuhku yang dalam posisi tengkurap diangkatnya pada bagian pinggul sehingga menungging.

    Dia membuka lebar bibir vaginaku dan menyentuhkan kepala penisnya disitu. Benda itu pelan-pelan mendesak masuk ke vaginaku. Aku mendesah sambil meremas-remas sprei menghayati proses pencoblosan itu.

    Permainan Pak Ferdi sungguh membuatku terhanyut, dia memulainya dengan genjotan-genjotan pelan, tapi lama-kelamaan sodokannya terasa makin keras dan kasar sampai tubuhku berguncang dengan hebatnya. Aku meraih tangannya untuk meremasi payudaraku yang berayun-ayun. Tiba-tiba suara desahan Verna terdengar lagi menjari sahut menyahut dengan desahanku.

    Gila, penjaga vilaku ini mengerjai kami berdua dalam waktu bersamaan, bedanya aku dikocok dengan penis sedangkan Verna dikocok dengan jari-jarinya. Verna membuka pahanya lebih lebar lagi agar jari-jari Pak Ferdi bermain lebih leluasa.

    “Aduhh…aahh…gila Ver…enak banget !!” ceracauku sambil merem-melek “Oohh…terus Pak…kocok terus” Verna terus mendesah dan meremas-remas dadanya sendiri, wajahnya sudah memerah saking terangsangnya.

    “Yak…dikit lagi…aahh…Pak…udah mau” aku mempercepat iramaku karena merasa sudah hampir klimaks “Neng Citra…Neng Verna…bapak juga…mau keluar…eerrhh” geramnya dengan mempercepat gerakkannya.

    Penis itu terasa menyodok semakin dalam bahkan sepertinya menyentuh dasar rahimku. Sebuah rintihan panjang menandai orgasmeku, tubuhku berkelejotan seperti kesetrum. Kemudian dia lepaskan penisnya dari vaginaku dan berdiri di ranjang.

    Disuruhnya Verna berlutut dan mengoral penisnya yang berlumuran cairan cintaku. Verna berlutut mengemut penis basah itu sambil tangan kanannya mengocok vaginanya sendiri yang tanggung belum tuntas. Aku bangkit perlahan dan ikut bergabung dengan Verna menikmati penis Pak Ferdi.

    Verna mengemut batangnya, aku mengemut buah zakarnya, kami saling berbagi menikmati ‘sosis’ itu. Di tengah kulumannya mendadak Verna merintih tertahan, tubuhnya seperti menggigil, dan kulihat ke bawah ternyata dari vaginanya mengucur cairan bening hasil masturbasinya sendiri. Disusul beberapa detik kemudian, Pak Ferdi mencabut penisnya dari mulutku lalu mengerang panjang.

    Cairan kental berbau khas memancar dengan derasnya membasahi wajah kami. Kami berebutan menelan cairan itu, penis itu kupompa dalam genggamanku agar semuanya keluar, nampak pemiliknya mendesah-desah dan kelabakan “Sabar, sabar dong neng, bisa putus kontol bapak kalo rebutan gini” katanya terbata-bata Setelah tidak ada yang keluar lagi Verna menjilati sisanya di wajahku, demikian pula sebaliknya.

    Mereka berdua akhirnya ambruk kecapaian, wajah Pak Ferdi jatuh tepat di dada Verna. Saat mereka ambruk, sebaliknya gairahku mulai timbul lagi. Maka kutinggalkan mereka untuk melihat keadaan Indah dan Bagas.

    Aku tiba di kolam melihat Bagas sedang menggarap tubuh mungil Indah. Di daerah dangkal Indah dalam posisi berpegangan pada tangga kolam, Bagas dari bawahnya juga dalam posisi berdiri sedang asyik menggenjot penisnya pada vagina Indah. Kedua payudara Indah bergoyang naik turun seirama goyang tubuhnya.

    Pasti adegan ini membuat para cowok di kampusku sirik pada Bagas yang buruk rupa tapi bisa ngentot dengan gadis seimut itu.

    “Belum selesai juga lu orang, udah berapa ronde nih ?” sapaku “Edan Ci…gua sampe klimaks tiga kali…aahh !!” desah Indah tak karuan “Neng….temennya enak banget, udah cantik, memeknya seret lagi” komentar Bagas sambil terus menggenjot.

    Indah tak kuasa menahan rintihannya setiap Bagas menusukkan penisnya, tubuhnya bergetar hebat akibat tarikan dan dorongan penis penjaga vila itu pada kemaluannya. Kepala Bagas menyelinap lewat ketiak sebelah kirinya lalu mulutnya mencaplok buah dadanya. Pinggul Indah naik turun berkali kali mengikuti gerakan Bagas.

    Jeritannya makin menjadi-jadi hingga akhirnya satu lenguhan panjang membuatnya terlarut dalam orgasme, beberapa saat tubuhnya menegang sebelum akhirnya terkulai lemas di tangga kolam.

    Setelah menaklukkan Indah, Bagas memanggilku yang mengelus-ngelus kemaluanku sendiri menonton adegan mereka. “Sini neng, mendingan dipuasin pake kontol saya aja daripada ngocok sendiri” Akupun turun ke air yang merendam sebatas lutut kami, disambutnya aku dengan pelukannya, tangannya mengelusi punggungku terus turun hingga meremas bongkahan pantatku.

    Sementara tanganku juga turun meraih kemaluannya. “Gila nih kontol, masih keras juga…udah keluar berapa kali tadi ?” tanyaku waktu menggenggam batangnya yang masih ‘lapar’ itu. “Baru sekali tadi…abis saya masih nungguin neng sih” godanya saambil nyengir. Kemudian diangkatnya badanku dengan posisi kakiku dipinggangnya, aku melingkarkan tangan pada lehernya agar tidak jatuh.

    Diletakkannya aku pada lantai di tepi kolam, disebelah Indah yang terkapar, dia merapatkan badannya diantara kedua kakiku yang tergantung. Dia mulai menciumiku dari telinga, lidah itu menelusuri belakang telingaku juga bermain-main di lubangnya.

    Dengusan nafas dan lidahnya membuatku merasa geli dan menggeliat-geliat. Mulutnya berpindah melumat bibirku dengan ganas, lidahnya menyapu langit-langit mulutku, kurespon dengan mengulum lidahnya.

    Tanganku meraba-raba kebawah mencari kemaluannya karena birahiku telah demikian tingginya, tak sabar lagi untuk dientot. Ketika kuraih benda itu kutuntun memasuki kemaluanku, tangan kanan Bagas ikut menuntun senjatanya menembaki sasaran. Saat kepala penisnya menyentuh bibir kemaluanku, dia menekannya ke dalam, mulutku menggumam tertahan karena sedang berciuman dengannya.

    Ciuman kami baru terlepas disertai jeritan kecil ketika Bagas mengehentakkan pinggulnya hingga penisnya tertanam semua dalam vaginaku. Pinggulnya bergerak cepat diantara kedua pahaku sementara mulutnya mencupangi pundak dan leher jenjangku. Aku hanya bisa menengadahkan kepala menatap langit dan mendesah sejadi-jadinya.

    Kalau dibandingkan dengan Pak Ferdi, memang sodokan Bagas lebih mantap selain karena usianya masih 30-an, badannya juga lebih berisi daripada Pak Ferdi yang tinggi kurus seperti Datuk Maringgih itu.

    Di tengah badai kenikmatan itu sekonyong-konyong aku melihat sesuatu yang bergerak-gerak di jendela kamarku. Kufokuskan pandanganku dan astaga…ternyata si Verna, dia sedang disetubuhi dari belakang dengan posisi menghadap jendela, tubuhnya terlonjak-lonjak dan terdorong ke depan sampai payudaranya menempel pada kaca jendela, mulutnya tampak mengap-mengap atau terkadang meringis, sungguh suatu pemandangan yang erotis.

    Adegan itu ditambah serangan Bagas yang makin gencar membuatku makin tak terkontrol, pelukanku semakin erat sehingga dadaku tertekan di dadanya, kedua kakiku menggelepar-gelepar menepuk permukaan air. Aku merasa detik-detik orgasme sudah dekat, maka kuberitahu dia tentang hal ini. Bagas memintaku bertahan sebentar lagi karena dia juga sudah mau keluar.

    Susah payah aku bertahan agar bisa klimaks bersama, setelah kurasakan ada cairan hangat menyemprot di rahimku, akupun melepas sesuatu yang daritadi ditahan-tahan. Perasaan itu mengalir dengan deras di sekujur tubuhku, otot-ototku mengejang, tak terasa kukuku menggores punggungnya.

    Beberapa detik kemudian badanku terkulai lemas seolah mati rasa, begitu juga Bagas yang jatuh bersandar di pinggir kolam. Aku berbaring di pinggir kolam di atas lantai marmer, kedua payudaraku nampak bergerak naik turun seiring desah nafasku.

    Kugerakkan mataku, di jendela Verna dan Pak Ferdi sudah tak nampak lagi, di sisi lain Indah yang sudah pulih merendam dirinya di air dangkal untuk membasuh tubuhnya. Kami beristirahat sebentar, bahkan beberapa diantara kami tertidur.

    Pesta dimulai lagi sekitar pukul 8 malam setelah makan. Kami mengadakan permainan gila, ceritanya kami bertiga bermain poker dengan taruhan yang kalah paling awal harus rela dikeroyok kedua penjaga villa itu dan diabadikan dalam video klip dengan HP Nokia model terbaru milik Verna, filenya akan disimpan dalam komputer Verna untuk koleksi dan tidak akan boleh dicopy atau dilihat orang lain selain geng kami, mengingat kasus bokep Itenas.

    Kami duduk melingkar di ranjang, Pak Ferdi dan Bagas kusuruh menjauh dan kularang menyentuh siapapun sebelum ada yang kalah, mereka menunggu hanya dengan memakai kolor, sambil sebentar-sebentar mengocok anunya sendiri Aku mulai membagikan kartu dan permainan dimulai.

    Suasana tegang menyelimuti kami bertiga, setelah akhirnya Indah melempar kartunya yang buruk sambil menepuk jidatnya, dia kalah. Kedua orang yang sudah tak sabar menunggu itu segera maju mengeksekusi Indah. Indah sempat berontak, tapi berhasil dilumpuhkan mereka dengan dipegangi erat-erat dan digerayangi bagian-bagian sensitifnya. Bagas menyusupkan tangannya ke kimono Indah meraih payudaranya yang tak memakai apa-apa di baliknya.

    Pak Ferdi menyerang dari bawah dengan merentangkan lebar-lebar kedua paha Indah dan langsung membenamkan kepalanya pada kemaluannya yang terawat dan berbulu lebat itu.

    Perlakuan ini membuat rontaan Indah terhenti, kini dia malah mengelus-elus penis Bagas yang menegang sambil memejamkan mata menikmati vaginanya dijilati Pak Ferdi dan dadanya diremas Mulkas. Aku melihat lidah Pak Ferdi menjalar jari belahan bawah hingga puncak kemaluan Indah, lalu disentil-sentilkan pada klistorisnya.

    Indah tidak tahan lagi, dia merundukkan badan untuk memasukkan penis Bagas ke mulutnya, benda itu dikulumnya dengan rakus seperti sedang makan es krim. Event menarik itu tidak dilewatkan Verna dengan kamera-HP nya.

    Indah terengah-engah melayani penis super Bagas, sepertinya dia sudah tidak peduli keadaan sekitarnya, rasa malunya hilang digantikan dengan hasrat yang besar untuk menyelesaikan gairahnya. Dia mempertunjukkan suatu live show yang panas seperti aktris bokep dan Verna sebagai juru kameranya.

    Pak Ferdi yang baru saja melepaskan kolornya menggesek-gesekkan benda itu pada bibir kemaluan Indah, sebagai pemanasan sebelum memasukinya. Kemulusan tubuh Indah terpampang begitu Bagas menarik lepas tali pinggang pada kimononya, sesosok tubuh yang putih mulus serta terawat baik diantara dua tubuh hitam dan kasar, sungguh perpaduan yang kontras tapi menggairahkan. Pak Ferdi mempergencar rangsangannya dengan menciumi batang kakinya mulai dari betis, tumit, hingga jari-jari kakinya.

    Indah yang sudah kesurupan ‘setan seks’ itu jadi makin gila dengan perlakuan seperti itu “Ahhh…awww…Pak enak banget….masukin aja sekarang !!” rintihnya manja sambil meraih penis Pak Ferdi yang masih bergesekan dengan bibir vaginanya. Pak Ferdi pun mendorong penis itu membelah kedua belahan kemaluan Indah diiringi desahan nikmat yang memenuhi kamar ini sampai aku dibuat merinding mendengarnya.

    Aku mengeluarkan payudara kiriku dari balik kimono dan meremasnya dengan tanganku, tangan yang satu lagi turun menggesek-gesekkan jariku ke kemaluanku, Verna yang juga sudah horny sesekali mengelus kemaluannya sendiri. Indah nampak sangat liar, kemaluannya digenjot dari depan, dan Bagas yang menopang tubuhnya dari belakang meremasi kedua payudaranya serta memencet-mencet putingnya.

    Rambutnya yang sudah terurai itu disibakkan Bagas, lalu melumat leher dan pundaknya dengan jilatan dan gigitan ringan. Hal ini menyebabkan Indah tambah menggelinjang dan mempercepat kocokannya pada penis Bagas.

    Serangan Pak Ferdi pada vagina Indah semakin cepat sehingga tubuhnya menggelinjang hebat “Aaakhhh…aahhh !!” jerit Indah dengan melengkungkan tubuhnya ke atas Indah telah mencapai orgasme hampir bersamaan dengan Pak Ferdi yang menyemprotkan spermanya di dalam rahimnya.

    Adegan ini juga direkam oleh Verna, difokuskan terutama pada wajah Indah yang sedang orgasme. Tanpa memberi istirahat, Bagas menaikkan Indah ke pangkuannya dengan posisi membelakangi. Kembali vagina Indah dikocok oleh penis Bagas.

    Walaupun masih lemas dia mulai menggoyangkan pantatnya mengikuti kocokan Bagas. Bagas yang merasa keenakan hanya bisa mengerang sambil meremas pantat Indah menikmati pijatan kemaluannya. Pak Ferdi mengistirahatkan penisnya sambil menyusu dari kedua payudara Indah secara bergantian.

    Aku semakin dalam mencucukkan jariku ke dalam vaginaku saking terangsangnya, sampai-sampai cairanku mulai meleleh membasahi selangkangan dan jari-jariku. Bosan dengan gaya berpangkuan, Bagas berbaring telentang dan membiarkan Indah bergoyang di atas penisnya.

    Kemudian dia menyuruh Verna naik ke atas wajahnya agar bisa menikmati kemaluannya. Verna yang daritadi sudah terangsang itu segera melakukan apa yang disuruh tanpa ragu-ragu.

    Seluruh wajah Bagas tertutup oleh daster transparan Verna, namun aku masih dapat melihat dia dengan rakusnya melahap kemaluannya sambil menyusupkan tangannya dari bawah daster menuju payudaranya.

    Pak Ferdi yang anunya sudah mulai bangkit lagi menerkamku, kami berguling-guling sambil berciuman penuh nafsu. Dengan tetap berciuman Pak Ferdi memasukkan penisnya ke vaginaku, cairan yang melumuri selangkanganku melancarkan penetrasinya.

    Dengan kecepatan tinggi penisnya keluar masuk dalam vaginaku hingga aku histeris setiap benda itu menghujam keras ke dalam. Aku cuma bisa pasrah di bawah tindihannya membiarkan tangannya menggerayangi payudaraku, mulutnya pun terus menjilati leherku.

    Aku masih memakai kimonoku, hanya saja sudah tersingkap kesana kemari. Aku melihat Bagas masih berasyik-masyuk dengan kedua temanku, hanya kali ini Verna sudah bertukar posisi dengan Indah.

    Sekarang mereka saling berhadapan, Verna bergoyang naik turun diatas penis Bagas sambil berciuman dengan Indah yang mekangkangi wajah Bagas. Indah membuka kakinya lebar-lebar sehingga cairannya semakin mengalir, cairan itu diseruput dengan rakus oleh si Bagas sampai terdengar suara sluurrpp…. sshhrrpp

    Ketika aku sedang menikmati orgasmeku yang hebat, dia tekan sepenuhnya penis itu ke dalam dan ini membawa efek yang luar biasa padaku dalam menghayati setiap detik klimaks tersebut, tubuhku menggelinjang dan berteriak tak tentu arah sampai akhirnya melemas kembali.

    Pesta gila-gilaan ini berakhir sekitar jam 11 malam. Aku sudah setengah sadar ketika Pak Ferdi menumpahkan maninya di wajahku, tulang-tulangku serasa berantakan. Indah sudah terkapar lebih dulu dengan tubuh bersimbah peluh dan ceceran sperma di dadanya, dari pangkal pahanya yang terbuka nampak cairan kewanitaan bercampur sperma yang mengalir bak mata air.

    Sebelum tak sadarkan diri aku masih sempat melihat Bagas menyodomi Verna yang masih dalam gaun transparan yang sudah berantakan, tubuh keduanya sudah mandi keringat.

    Karena letih dan ngantuk aku pun segera tertidur tanpa kupedulikan jeritan histeris Verna maupun tubuhku yang sudah lengket oleh sperma. Besok paginya aku terbangun ketika jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi dan aku hanya mendapati Indah yang masih terlelap di sebelah kiriku. Kuguncang tubuh Indah untuk membangunkannya.

    “Gimana Dah…puas semalem ?” tanyaku “Gila gua dientotin sampe kelenger , barbar banget tuh dua orang, eh…omong-omong pada kemana yang lain si Verna juga ga ada ?”

    “Ga tau juga tuh gua juga baru bangun kok, duh lengket banget mandi dulu yuk…udah lengket gini” ajakku karena merasa tidak nyaman dengan sperma kering terutama di wajahku, rasanya seperti ada sarang laba-laba menempel di sana.

    Baru saja keluar dari kamar, sayup-sayup sudah terdengar suara desahan, kuikuti asal suara itu yang ternyata dari kamar mandi. Kami berdua segera menuju ke kamar mandi yang pintunya setengah terbuka itu, kami tengok ke dalam dan melihat Verna dan kedua penjaga villa itu. Darahku berdesir melihat pemandangan erotis di depan kami, dimana Verna sedang dikerjai oleh mereka di lantai kamar mandi.

    Bagas sedang enak-enaknya mengocok senjatanya diantara kedua gunung bulat itu, sedangkan Pak Ferdi berlutut diantara paha jenjang itu sedang menyetubuhinya, air dan sabun membuat tubuh mereka basah berkilauan. Kedatangan kami sepertinya tidak terlalu membuat mereka terkejut, mereka malah menyapa kami sambil terus ‘bekerja’.

    Aku dengan tidak terlepas dari live show itu berjalan ke arah shower dan membuka kimonoku diikuti Indah dari belakang. Air hangat mengucur membasuh dan menyegarkan tubuh kami, kuambil sabun cair dan menggosokkannya ke sekujur tubuh Indah. Demikian juga Indah dia melakukan hal yang sama padaku, kami saling menyabuni satu sama lain.

    Kami saling mengelus bagian tubuh masing-masing, suatu ketika ketika tanganku sampai ke bawah, iseng-iseng kubelai bibir kemaluannya sekaligus mempermainkan klistorisnya.

    “Uuhh…Ci !!” dia menjerit kecil dan mempererat pelukannya padaku sehingga buah dada kami saling berhimpit. Tangan Indah yang lembut juga mengelusi punggungku lalu mulai turun ke bawah meremas bongkahan pantatku. Darahku pun mengalir makin cepat ditambah lagi adegan panas Verna dengan kedua pria itu membuatku makin naik.

    Indah mendekatkan wajahnya padaku dan mencium bibirku yang terbuka karena sedang mendesah, selama beberapa menit bibir kami berpagutan. Kemudian aku memutar badanku membelakangi Indah supaya bisa lebih nyaman menonton Verna.

    Aku melihat wajah horny Verna yang cantik, dia meringis dan mengerang menikmati tusukan Pak Ferdi pada vaginanya, sementara Bagas hampir mencapai orgasmenya, dia semakin cepat menggesek-gesekkan penisnya diantara gunung kembar itu, tangannya pun semakin keras mencengkram daging kenyal itu sehingga pemiliknya merintih kesakitan.

    Akhirnya menyemprotlah spermanya membasahi dada, leher dan mulut Verna. Mataku tidak berkedip menyaksikan semua itu sambil menikmati belaian Indah pada daerah sensitifku. Dengan tangan kanannya dia memainkan payudaraku, putingnya dipencet dan dipilin hingga makin menegang, tangan kirinya meraba-raba selangkanganku.

    Perbuatan Indah yang mengobok-obok vaginaku dengan jarinya itu hampir membuatku orgasme, sungguh sulit dilukiskan dengan kata-kata betapa nikmatnya saat itu. Aku masih menikmati jari-jari Indah bermain di vaginaku ketika Bagas yang baru menyelesaikan hajatnya dengan Verna berjalan ke arahku, penisnya agak menyusut karena baru orgasme.

    Jantungku berdetak lebih kencang menunggu apa yang akan terjadi. Tangannya mendarat di payudara kiriku dan meremasnya dengan lembut sambil sesekali memelintirnya. Lalu dia membungkuk dan mengarahkan kepalanya ke payudara kananku yang langsung dikenyotnya. Aku memejamkan mata menghayati suasana itu dan mengeluarkan desahan menggoda.

    Lalu aku merasakan kaki kananku diangkat dan sesuatu mendesak masuk ke vaginaku. Sejenak kubuka mataku untuk melihat, dan ternyata yang bertengger di vaginaku bukan lagi tangan Indah tapi penis Bagas yang sudah bangkit lagi. Kembali aku disetubuhi dalam posisi berdiri sambil digerayangi Indah dari belakang.

    Tubuhku seolah terbang tinggi, wajahku menengadah dengan mata merem-melek merasakan nikmat yang tak terkira. Hampir satu jam lamanya kami melakukan orgy di kamar mandi. Akhirnya setelah mandi bersih-bersih kami bertiga mencari udara segar dengan berjalan-jalan di kompleks sekalian makan siang di sebuah restoran di daerah itu.

    Setelah makan kami kembali ke vila dan mengepak barang untuk kembali ke Jakarta. Indah dan Verna keluar dari kamar terlebih dulu meninggalkanku yang masih membereskan bawaanku yang lebih banyak.

    Cukup lama juga aku dikamar gara-gara sibuk mencari alat charge HP-ku yang ternyata kutaruh di lemari meja rias. Waktu aku menuju ke garasi terdengar suara desahan dan ya ampun…ternyata mereka sedang bermain ‘short time’ sambil menungguku. Indah yang celana panjang dan dalamnya sudah dipeloroti sedang menungging dengan bersandar pada moncong mobil, Pak Ferdi menyodokinya dari belakang sambil memegangi payudaranya yang tidak terbuka.

    Sementara di pintu mobil, Verna berdiri bersandar dengan baju dan rok tersingkap, paha kirinya bertumpu pada bahu Bagas yang berjongkok di bawahnya. Celana dalamnya tidak dibuka, Bagas menjilati kemaluannya hanya dengan menggeser pinggiran celana dalamnya, tangannya turut bekerja meremasi payudara dan pantatnya.

    “Weleh…weleh…masih sempat-sempatnya lu orang, asal jangan kelamaan aja, ntar kejebak macet kita” kataku sambil geleng-geleng kepala. “Tengan neng ga usah buru-buru, masih pagi kok, ini cuma sebentar aja kok” tanggap Pak Ferdi dengan terengah-engah Akhirnya setelah 15 menitan Pak Ferdi melepas penisnya dan memanggilku untuk bergabung dengan Indah menjilatinya.

    Aku tadinya menolak karena tak ingin make upku luntur, tapi karena didesak terus akhirnya aku berjongkok di sebelah Indah.

    “Tapi kalo keluar lu yang isep ya Dah, ntar muka gua luntur” kataku padanya yang hanya dijawab dengan anggukan kepala sambil mengulum benda itu Sesuai perjanjian tidak lama kemudian Pak Ferdi menggeram dan cepat-cepat kuberikan penis itu pada Indah yang segera memasukkan ke mulutnya.

    Pria itu mendesah panjang sambil menekan penisnya ke mulut Indah, Indah sendiri sedang menyedot sperma dari batang itu, sepertinya yang keluar tidak banyak lagi soalnya Indah tidak terlalu lama mengisapnya.

    “Yuk cabut, udah ga haus lagi kan Dah ?” ujar Verna yang sudah merapikan kembali pakaiannya. Kami naik ke mobil dan kembali ke kota kami dengan kenangan tak terlupakan. Dalam perjalanan kami saling berbagi cerita dan kesan-kesan dari pengalaman kemarin dan membicarakan rencana untuk mengerjai si Ratna yang hari ini absen.