Author: dbgoog99
-
Yui Mizuna catwalk poison 77
-
Kisah Memek Cewek impianku adalah lontenya papaku
Duniabola99.com – Yang menarik adalah penghuni kostnya salah satunya adalah mbak marisa , dari semua penghuni kost disana dialah yang paling cantik plus baik umurnya kira-kira 22 tahun. sering kali aku diundang masuk ke kamarnya hanya sekedar menemani dia menghabiskan jatah jajan yang dia bawa. jujur aku sdh suka padanya.
bentuk tubuhnya mirip model-model bikini dari majalah ayahku (dari kecil aku memang sdh suka membacanya) yang pasti montok lah, tinggi 170 berat badanya pun aku tafsir sekitar 50 an dan dadanya berukuran 34B (hanya mengira-ngira bentuk dan besarnya mirip sekali dgn model majalah itu.
Dia suka sekali meluk-meluk aku, nggak tau kenapa mungkin karena aku cubby dan polos. jadi semakin aku pasrah di dalam pelukan gemasnya padahal aku juga merasakan betapa kenyal dadanya yang menghimpit erat tubuhku.
enak sekali rasanya. pernah sekali aku karena napsunya, aku yang memeluknya dan menghujamkan kepalaku di dada montoknya sembari kugeleng2kan kepala. dia hanya tertawa. obrolan pun berlanjut, mba udah punya pacar . hihihi hihi. belum lev, kenapa kok tanya-tanya . enggak biasanya kan kalo udah gede punya pacar .
dia hanya membalas dgn tawa. hari ini memang sangat special, mba marisa hanya menggunakan kaos t-shirt longgar dan panjang tanpa menggunakan celana, dibiarkannya pahanya yang putih mulus membuatku menelan ludah, memang hari ini dia libur kuShofiah dan berencana beres-beres kamar, ketika dia meletakan sesuatu di atas lemari. shiutttttt T-shirtnya naik ke atas sehingga aku bisa celana dalamnya yang berwarna putih polos ditambah melihat bongkahan pantatnya yang padat dan montok sekali. Agen Judi Fastbet99
sdh nggak tahan aku aku ingin melihatnya telanjang bulat. aku di kagetkan dgn suara handphone mbak marisa, seperti biasa dia tak pernah mengangkat telepon di depanku, pasti dia keluar kamar. pertama-tama aku memang gak curiga. tetapi gerangan siapa yang mengganggu masa puber ku.
Hal ini membuatku sebal dan curiga. akhirnya mbak marisa masuk kamar lagi lev maaf yha mbak mau pergi dulu nieh, lupa tadi mbak ada janji siapa sih mbak yang telpon, penting yha mbak aku berusaha untuk menahan dia pergi .
Hmm. mau tau aja kamu lev, yang jelas dia penting buat mbak. kalo enggak penting, mana bisa mbak tidur di kost mewah kayak gini dia tertawa kecil. aku nggak tau maksudnya apa. pertemuan hari ini cukup sekian, aku diusir secara halus oleh mbak marisa. aku menunggu dia di depan rumah kost.
sekedar ingin tau dewi cantikku ini menggunakan baju apa. perlahan dia melangkah keluar kost, dgn senyuman lembut, rambut panjangnya yang berwarna coklat dikuncir, celana panjang jeans berwarna biru ketat memperlihatkan pahanya yang berisi, bokongnya yang padat, .
dia menggunakan kaus putih, berdada rendah memperlihatkan payudaranya yang membusung, BH yang dikenakannya adalah Bra yang mengait dileher, hingga aku dapat dgn jelas mengintip warna Bra-nya talinya berwarna merah jambu. seksi sekali. dadah lev . mba jalan dulu dia meninggalkanku.
Semakin aku nafsu saja. aku tau pasti kebiasaan mba marisa, dia orangnya pelupa. jadi dia selalu menyimpan kunci di bawah pot sebelah kamar. aha . segera aku masuk menggunakan kunci tadi. di dalam kamarnya aku hanya bisa tersengal-sengal, jantung rasanya udah gak karu-karuan takut sekali. aku juga bingung, bagaimana aku bila ketauan nanti kalau aku berada di kamar, bakal ditanyain macem-macem nih.tapi itu tak berlangsung lama. karena kudapati celana dalam yang mba marisa tadi pakai. tiba-tiba saja aku langsung menyaut celana dalam tadi. aku endus-endus pas bagian vaginanya. memang agak berbau amis semi-semi pesing.
kain di sekitar selangkangan nya agak basah mungkin keringat. wah aku semakin gila dan semakin nggak nahan. segera aku masuk ke dalam lemari kuciummi celana dalamnya sembari aku kocok penisku hingga tanpa sadar aku pun tertidur lemas di sana. kreekkkk . suara pintu terbuka, hal itu juga yang membangunkanku, loh kok nggak kekunci, tadi perasaan marisa udah ngunci deh sayub-sayub suara mba marisa terdengar.
aku semakin gelagepan, bingung sekali . tiba-tiba dasar kamu say, cantik-cantik kok pelupa ada suara seorang laki-laki, aku akrab sekali dgn suara ini. yha ini mirip suara papa. perasaan takutku berubah seketika. aku curiga apa yang dilakukan papa ku di kamar mba marisa.
Ih iyha kuncinya masih di dalam. om . agh . om slur p slurrrrp aku mendengar suara mba marisa mendesah. agh . owww . om . !!!, marisa sayang slurrrp. slurrp aku semakin penasaran saja. aku berusaha mencari celah untuk mengintip kejadian di luar. aku buka resleting lemari yang terbuat dari kain itu sehingga bisa leluasa mengintip keluar. .
alamak aku mengintip mba marisa sedang di cumbu oleh papaku. papaku dgn ganasnya menciumi bibir mba marisa. mba marisa hanya bisa pasrah saja. tangan besar papa meremas-remas payudara mba marisa. marisa kamu wangi sekali . erangan papaku saat dia menghisap-hisap leher mba marisa
Om. agh . aku mengintip mba marisa tampak menikmati setiap kecupan papa, jujur aku sangat marah bagaimana mungkin, papaku orang yang selalu aku hormati melakukan perbuatan tak senonoh seperti itu. aku sempat hampir kalap ingin segera kulabrak mereka, tetapi niat itu ku urungkan. karena aku juga ternyata mulai menikmati Live performance ini .
dgn kasarnya papa menyingkap kaos t-shirt mbak marisa, sehingga sekarang yang tampak adalah BH mba marisa yang membungkus payudara indahnya, papa mulai melepaskan kemeja nya begitu jari lentik mba marisa melepaskan benik-benikya, sembari terus menyambar dan menghisap bibir papa mba marisa mengelus-ngelus dada penuh bulu milik papa. aku semakin penasaran saja. kejadian erotis apa yang akan terjadi.ciuman itu membuat mereka saling berpagutan hampir 5 menit lebih. tiba-tiba mbak marisa mendorong papaku hingga tersungkur di kasur. Om liat marisa yah. sembari mbak menyalakan cd dgn remot. dia mulai meliuk-liukan tubuhnya. wow. ternyata mba marisa mau menyuguhkan tarian erotis nya aku semakin tak sabar saja.
dgn liukan tubuhnya yang sintal, mba marisa mulai membuka celana jeans nya. hingga dia hanya menggunakan BH yang mengait di leher dan celana dalam berwarna hitam transparan. walaupun suasananya agak redup, tetapi aku bisa mengintip dgn jelas betapa seksinyanya mba marisa, dgn gemulainya mba marisa mulai meraba-raba seluruh tubuhnya dgn tangan nya sendiri.
dari sedikit-dikit dia remas payudaranya sendiri dgn lembut tapi pasti, dihimpitkan kedua belah payudaranya, membuat tubuhku juga tubuh papa semakin memompa adrenalinnya, wajahnya yang cantik dan putih agak semu kemerahan mungkin akibat pengaruh alkohol dgn lihainya menunjukan mimik sensual sekali. kadang kadang mba marisa menjilat bibirnya yang sdh terpoles lip-gloss sehingga tampak basah dan ingin segera di hisap. mba marisa kini membelakangi papa.
Dan dgn erotis nya dia mulai membuka BH nya dan membungkuk sehingga pantatnya dgn leluasa memperlihatkan vaginanya yang tampak mengembul dan kenyal. montok sekali vaginanya. kembali dia menghadap papa dan memang luar biasa, payudara yang selama ini aku sangat ingin dekap terlihat dgn sintalnya.
bentuknya membulat penuh dan kenyal sekali, pentilnya tampak bundar imut dgn warna merah muda. aku juga mengintip jejak-jejak kecupan papa dan remasanya di seluruh tubuh mba marisa sehingga meronakan merah tubuh sintalnya. marisa .Om udah nggak tahan sayang sini. papa menarik tangan mba marisa dgn cepat. mba marisa sempat kaget dan terjatuh. memang dasar papa. dia segera menangkap tubuh mba marisa. dan mengarahkan arah jatuhnya sehingga payudaranya yang kenyal itu menghujam terlebih dulu ke mukanya.
di hisap nya pentil mba marisa dgn ganas. tangan kanan papa mulai menuju pantat mba marisa diremas-remas nya pantat kencang tersebut, aku mengintip muka mba marisa yang semakin tampak terangsang. papa lalu melorotkan celana dalam hitam mba marisa sehingga kini mba marisa sdh bugil tanpa sehelai kain pun.
Dan papa pun kembali bergerilya mulut dan tangannya tak terus menghisap seluruh jengkal tubuh sintal mba marisa marisa . kamu . enak banget . papa terus meracau sembari terus menikmati setiap jengkal tubuhnya. tangan mba marisa dgn sigap membuka celana papa.
aku sempat terkejut dgn barang milik papa. hitam dan besar mengacung-ngacung di perut mba marisa. dgn sayangnya mba marisa memegang dan mengocok batang kejantanan papa. ditariknya pantat mba marisa. dari posisi mba marisa berada di atas papa. kini pantat mba marisa tepat diatas kepala papa. kulihat mba marisa dgn lihainya mengocok-ngocok penis papa dan di masukan kedalam mulut.
mba marisa tampak menikmatinya ketika dia gosok-gosakan bibir manisnya di penis hitam papa. papa pun tampak luar biasa girangnya. dihapannya kini ada sebuah vagina yang sangat-sangat indah. aku bisa leluasa mengintip karena memang posisi lemari tepat persis di belakang kasur.
vaginanya berwarna merah merekah, bentuknya gemuk dan mengembul keluar papa langsung menghisap-hisap lubang kebahagiaan milik mba marisa, sembari dia geleng-gelengkan kepala. mereka bener-bener sangat terangsang sehingga suasana semakin hot saja.kini mba marisa sdh di bawah. papa lalu membalikkan badan dan lagi-lagi mulai menghisap bibir mba marisa, tangan papa yang tadinya bergerilya kemana-mana akhirnya menghentikan pencariaanya di vagina mba marisa, di benggangnya paha mba marisa lebar-lebarnya.
sehingga vagina mba marisa semakin terlihat merekah merah. papa lalu menunggangi mba marisa. tampak tangan mba marisa memegang penis gagah papa dan menggerakaanya menuju masuk liang surga. aku melihat memang beberapa kali penis papa tergelincir keluar tapi lagi-lagi tangan mba marisa membenarkan posisinya.
blesss akhirnya masuk juga penis papa, dan gilanya, aku bisa melihat bagaimana vagina montok mba marisa mencengkeram erat penis papa. penis itu masuk dgn gagahnya. papa mulai mendesah man da . man . enak banget memek kamu man . peret . , sembari dgn pelan-pelan pantat papa memompa pantat mba marisa sehingga penisnya bisa masuk dan keluar dgn nikmat.
om . ampun . om . buru ng om kok . perkasa gini . agh . marisa . gak tahan entah kenapa ketika mba marisa mendesah mba marisa tampak semakin erat memeluk tubuh papa dan tubuhnya bergetar-getar seperti kita saat menahan pipis. pompaan papa pun semakin di percepat dan diperganas.
aku melihat penis papa di penuhi buih-buih putih yang mungkin keluar dari vagina montok mba marisa. vagina mba marisa pun memerah dan semakin membuatnya indah. kini papa melepaskan pelukannya dari mba marisa. dan dgn masih menancapnya penis di vagina mba marisa.
dianggkatnya tubuh sintal itu dan dihimpitkan di tubuh tersebut di tembok. papa semakin perkasa saja mengoyang-goyang pantatnya maju mundur- sedangkan mba marisa hanya mendesah dan kadang-kadang menatap sayu papa. marisa . om mau keluar neh .aku mau keluarin di dalem aja yah , sebelum mba marisa menjawap, papa semakin memasukan penisnya ke vagina mba marisa dgn frekwensi yang sangat cepat, suara gesekan antara keduanya yang tadi terdengar berirama kini mulai tak karuan. ja ja . ja . ngan om . nanti marisa . suara desahan mba marisa belum berakhir tapi papa sdh menghentikan pompaannya di titik terdalam penisnya mampu menjangkau vagina mba marisa, terlambat sayang hehe.
om puas banget neh dilepaskan pelukan papa dan mba marisa lalu langsung terhuyung lemas di kasur. segera papa membereskan dirinya, diambil tisu basah yang dia sdh persiapkan dan dibersihkan penisnya lalu papa kembali mengenakan pakaian, sedangkan mba marisa hanya bisa pasrah di sudut kasur, dia menatap kosong. napasnya pun tersengal-sengal, aku mengintip vagina mba marisa mengeluarkan cairan putih, mungkin itu sperma papa yang dgn sadisnya disemprotkan kesana.
marisa sayang makasih yah jangan kuatir kayak gini cukuplah buat lo tinggal semester depan mba marisa hanya menatap kosong. masih dgn telanjang dia merebahkan tubuhnya diatas kasur. papa pun sdh selesai berpakaian dan kini dia berpamitan dgn mba marisa. sekarang aku mulai sadar .apa yang harus aku lakukan nggak mungkin aku terus bersembunyi di dalam lemari mba marisa. lambat lautpun mba marisa pasti akan membuka lemari ini.
-
Cerita Sex Selimut Duka
Cerita Sex ini berjudul ” Cerita Sex Selimut Duka ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.
Cerita Sex – Mendung bergelayut diatas sekumpulan orang yang sedang bergerombol mengitari liang di sebuah pemakaman umum di kota Surabaya yang panas. Suasana sedih tampak jelas dari raut muka para hadirin di tempat itu. Walau bermuka tegar dan berusaha tak menunjukkan kesedihannya, tapi hati Antok meraskan kehilangan yang amat dalam. Edo adalah sahabatnya sejak SMU dan sekarang meninggalkannya untuk selamanya. Dengan tatapan tajam pada jenazah yang diturunkan ke liang lahat, Antok melepas sahabatnya yang telah gigih berjuang melawan penyakit kanker selama satu tahun terakhir ini.
Kembali ke rumah duka, Antok hanya duduk dilantai dipojok kamar tempat sahabatnya mengehembuskan nafas terkahir. Dia hanya melamum mengenang kejadian dua hari yang lalu dimana Edo yang terbaring lemah diatas tempat tidur dalam kamar itu bercerita tentang rencana pelangsungan pernikahan yang sedang digagasnya. Dalam hati Antok merasakan sebuah peristiwa yang sangat ironis dari rencana sahabatnya itu. Hampir semua yang berada dalam rumah duka tersebut masih meneteskan air matanya kecuali Antok. Sementara diluar masih ramai para teman Edo yang juga temannya bercakap-cakap mengenang seorang teman yang baru saja dimakamkan. Seorang teman mengajak Antok keluar untuk ikut bercakap-cakap dan menerima tamu, tapi Antok hanya terdiam saja.
Calon mempelai Edo terlihat masih menangis tersedu-sedu diruang tengah berusaha ditenangkan oleh keluarga sahabatnya. Melihat kejadian itu, Antok juga ingin menangis tapi otaknya yang penuh kenangan terhadap sahabatnya mampu menghibur hatinya yang penuh kesedihan. Ingatannya kembali pada masa lalu, masa dimana ia dan sahabatnya sering menghabiskan waktu bersama untuk mempelajari hal-hal yang berbau teknologi komputer. Kebersamaan Antok dengan sahabatnya yang baru saja meninggal itu naik turun karena kesibukan masing-masing. Tapi sejak sahabatnya pindah kembali ke kota Surabaya, kebersamaan Antok dan sahabatnya kembali seperti saat-saat mereka di sekolah. Walau tak banyak yang dilakukan Antok di rumah duka sahabatnya kecuali diam dan merokok, tapi ia tak segera pulang hingga malam hari. Merasa merepotkan keluarga sahabatnya, iapun dengan berat hati berpamitan pulang. Ketika melangkahkan keluar dari pintu rumah itu, sebuah suara yang datang dari arah belakang memanggilnya. Rupanya kakak perempuan sahabatnya dari luar kota yang telah lama tak dijumpainya minta tolong untuk diantarkan ke hotel tempatnya menginap. Antok sebenarnya sudah agak lupa dengan wajah Mbak Eka, kakak sulung sahabatnya yang lebih tua 2 tahun darinya. Eka adalah satu-satunya anggota keluarga sahabatnya yang tidak begitu dikenal oleh Antok.
“Antok, Sorry ya ngrepoti, bisa minta tolong mengantar aku dan Lusi balik?”, tanya Eka tanpa basa-basi. “Bisa Mbak “, jawab Antok dengan serta merta. Eka lalu balik kembali kedalam rumah dan tak lama kemudian keluar bersama Lusi, calon mempelai sahabatnya. Berbeda dengan Mbak Eka, wajah Lusi masih tampak sembab dan berjalan sangat pelan. “Sorry ya, aku nemenin Lusi di kursi belakang, kamu sendirian didepan”, kata Mbak Eka. “Nggak apa-apa kok Mbak”, jawab Antok. Dilepas oleh beberapa anggota keluarga sahabatnya sampai depan rumah, Antok segera menyalakan mobilnya dan mengantar Lusi dan Mbak Eka. Didalam perjalanan Eka tak henti-hentinya berusaha menghibur Lusi dan sesekali menasihatinya agar tetap tabah. Antok mengendarai mobilnya dengan pelan sambil sesekali menanyakan arah tempat tinggal keluarga Lusi pada Lusi karena sebelumnya memang belum pernah ketempatnya. Sebelumnya memang Antok sudah dikenalkan sahabatnya pada Lusi, tapi hal itu telah berlalu 6 bulan yang lalu saat ia diajak Edo ke Jakarta. Link Alternatif Depobos
Karena perkenalan yang singkat dan tak pernah bertemu lagi hingga sekarang maka Antok hanya mengenal Lusi sebatas yang Edo ceritakan padanya. Setelah sampai di rumah keluarga Lusi, Eka mengantarkan Lusi hingga ke kamarnya. Antok yang duduk di ruang tamu mendengar isak tangis Lusi kembali muncul ketika akan ditinggal Eka. Demi menenangkan calon adik iparnya yang batal sepeninggal Edo, Eka terpaksa harus menunggu Lusi hingga tenang kembali. Sementara itu, Antok yang banyak diam ditemui oleh ayah Lusi di ruang tamu. Dalam benak Antok timbul sebuah penasaran mengenai Eka.
Dia heran terhadap ketabahan Eka menerima kematian adik kandungnya. Dan yang membuatnya heran lagi adalah sikap Eka yang menunjukkan kebijaksanaan dalam tutur katanya yang lembut ketika menenangkan Lusi. Sebuah hal yang sulit bagi seseorang yang berduka cita mendalam tapi mampu mengendalikan emosinya apalagi mengendalikan emosi orang lain. Antok tak mengenal Eka secara langsung tapi dari cerita-cerita Edo dan anggota keluarganya yang lain, ia mengetahui bahwa Eka merupakan wanita karier dengan prestasi yang membanggakan. Walau umurnya telah menginjak kepala tiga tapi ia masih melajang. Antok yakin bahwa kelajangan Eka bukan disebabkan oleh penampilannya. Penampilan Eka meski tak menyolok tapi sangat menarik. Dengan tinggi 165 cm, berat tak lebih dari 60 kg, tubuh atletis dan berparas manis mampu membuatnya dengan mudah memilih pria yang disukainya bila ia mau. Tapi mungkin karena pekerjaannya sebagai manajer HRD di sebuah perusahaan asing di Jakarta banyak menyita waktunya sehingga saat ini ia belum berkeluarga.
Cerita Sex Selimut Duka Jam dinding rumah keluarga Lusi berdenting hingga 11 kali ketika Eka mengajak Antok untuk berpamitan pada kedua orang tua Lusi. Seperti sebelumnya, Antok mengendari mobilnya tanpa banyak bicara. Dia hanya menanyakan nama hotel tempat Eka menginap. Berkali-kali Eka membuka bahan pembicaraan tapi Antok tetap tak banyak komentar. Sesampai didepan pintu masuk hotel, Antok menghentikan mobilnya dan berpamitan langsung pada Eka. Semula Eka memang hanya ingin diturunkan di pintu masuk hotel. Tetapi setelah melihat seseorang yang dikenalnya dari kejauhan ia meminta Antok untuk mengantarnya kekamar. Wajah tenang Eka berubah menjadi gelisah saat turun dari mobil. Antok memang tak tahu apa yang terjadi pada Eka tapi ia merasakan ada sesuatu. Ketika melewati lobby hotel, seseorang pria menyapa dan menghentikan langkah mereka berdua. Eka menanggapinya dengan acuh tak acuh meski tetap meladeninya bicara. Merasa bukan urusannya, Antok mengambil jarak dari Eka.
Seakan tak mau jauh dari Antok, Eka memegang pergelangan tangan Antok dan menariknya agar tetap berada disampingnya. Pria itu memperhatikannya dengan wajah cemburu. Dalam keadaan masih berdiri, pria itu berbincang pada Eka dan berusaha membujuknya segera balik ke Jakarta dengan berbagai alasan perihal urusan kantor tanpa perduli terhadap kedukaan Eka sepeninggal adiknya.
Dengan tenang Eka meladeninya dan dapat membalik kata-kata pria tersebut karena dia tahu maksud sebenarnya yang tak terungkap dari omongan pria tersebut. Antok tetap saja diam tak ingin mencampuri urusan Eka dan setiap kali berusaha mengambil jarak, gandengan Eka pada pergelangan tangannya mampu menahannya. Kesabaran pria itu mulai sirna. “Meskipun Mr. Smith bos kamu telah memberimu cuti 5 hari, tapi dia pasti akan menjadikanmu kambing hitamnya bila harga saham perusahaan jatuh dalam minggu ini!”, kata pria itu dengan nada tinggi. Kata-kata itu membuat Eka terdiam karena dia merasa omongan pria itu ada benarnya. “Maaf om, bukannya mau mencampuri urusan, tapi bukankah saham perusahaan “X” habis rebound kemarin? Menurut prediksi malah akan terus naik minggu ini karena masih under value.
Dan lagi bukankah pasar yang menentukan?”, celetuk Antok dengan tenang tapi mengejutkan Eka maupun pria itu. Ucapan Antok mengingatkan Eka pada berita dari lantai bursa kemarin dan semakin mengukuhkan pendiriannya untuk tidak segera kembali ke Jakarta. Pada saat yang sama, pria itu merasa sangat marah pada Antok karena mencampuri urusannya dan mematahkan argumennya. “Tahu apa kamu tentang bursa saham?”, tanya pria itu dengan nada menghina dan mendekat pada Antok. Pria itu berusaha agar dapat berkelahi dengan Antok untuk melampiaskan rasa kekesalannya yang sudah muncul sejak tadi. Tapi Antok hanya diam dan menggeleng kepala, sedikitpun tak terprovokasi. Sumpah serapah yang diterima Antok selanjutnya hanyalah bagai angin lewat tanpa sedikitpun mengusik emosinya yang ikut terkubur bersama jenazah sahabatnya.
Antok tetap diam berdiri ditempat, tegar dan pasrah seakan siap menerima apapun membuat pria itu makin marah dan mendorong-dorongnya dengan keras tapi dicegah oleh Eka. Datangnya beberapa satpam dan pegawai hotel tersebut membuat pria itu malu dan segera meninggalkan tempat itu. Sepeninggal pria itu Eka menggandeng tangan Antok mengajaknya ke arah lift untuk menuju kekamarnya di lantai 4. “Maaf ya Tok, aku jadi ngrepotin kamu!”, kata Eka sesampai didalam kamar. “Nggak apa-apa kok Mbak”, jawab Antok tanpa ekspresi. “Sebentar ya aku ganti pakaian dulu”, kata Eka langsung masuk ke kamar mandi. “Tok, kamu pandai masalah saham juga ya!”, puji Eka sewaktu keluar dari kamar mandi tanpa mengenakan lagi celana jeans-nya. Pujian Eka memotong lamunan Antok yang sedang menatap pemandangan malam kota Surabaya dari jendela kamar hotel. Setelah memutarkan badan ke arah ucapan Eka ia melihat sosok wanita cantik berkaki indah nan mulus hanya mengenakan kemeja lengan panjang dan bercelana dalam saja. Antok memperhatikan Eka yang sedang berjongkok mengambil minuman kaleng dari lemari es kecil. “Maaf Mbak, maksud saya tadi bukannya sok tahu soal saham, saya hanya penasaran soal saham perusahaan Mbak, saham yang baru saja rebound apalagi masih under-valued bisa kembali anjlok lagi seperti dibilang orang itu”, ungkap Antok dengan nada datar. “Omongan pria itu hanya mengada-ada, dia itu yang sok tahu, analisa sahammu cukup jitu”, kata Eka sedikit menggoda sambil menyerahkan minuman kaleng pada Antok. “Analisa berita bukan analisaku”, kata Antok tanpa ekspresi sedikitpun. Eka menatap pemuda yang duduk didepannya dan lagi sibuk membuka kaleng dengan rasa kagum. Hatinya merasa bangga pada adiknya yang tak salah memilih sahabat. “Tok, aku bisa minta tolong lagi? Tapi kalau kamu nggak bersedia nggak apa-apa!”, tanya Eka. “Nggak usah sungkan Mbak, kalau bisa ya aku bersedia”, jawab Antok sambil mengusap ceceran minumannya di bibir. “Keberatan nggak kalau kamu bermalam disini untuk jagain aku malam ini. Soalnya pria tadi baru saja kuputus 2 hari yang lalu dan kelihatannya masih belum bisa terima. Aku takut kalau tiba-tiba ia ngelabrak aku lagi seperti tadi”, ungkap Eka. “Nggak masalah kok Mbak”, jawab Antok. “Pacarmu apa nggak marah kalau tahu kamu menginap di hotel berdua dengan cewek?”, tanya Eka agak penasaran. “Belum punya, Mbak!”, jawab Antok singkat. Berbekal salah satu gelar sarjana yang dimilikinya, psikologi, ditambah dengan pengalamannya, Eka meyakini bahwa Antok tidak berbohong dengan jawabannya.
Keyakinan atas jawaban Antok beserta sikapnya membuat Eka merasa terhibur. “Tok, kalau ngantuk tidur aja disampingku, tempat tidurnya besar kok”, ajak Eka sambil membaringkan badan dan menarik selimut. “Silakan Mbak tidur dulu, saya nggak ngantuk kok”, tolak Antok halus dan kembali termenung dikursinya menatap langit dengan pandangan kosong dari balik jendela kamar hotel. Bagi Antok saat ini meninggalnya Edo masih memberinya perasaan hampa dalam hatinya seakan mengunci pintu emosi dan nafsunya. Penolakan Antok akan ajakannya menimbulkan sedikit kekecewaan pada Eka, meskipun sepenuhnya dapat memaklumi situasi dan kondisi Antok. Dalam benaknya ia mempertanyakan kembali perasaan kecewanya. Sejak melihat kembali Antok siang tadi setelah waktu yang sekian lama, ia sudah menganggap pemuda itu sebagai adiknya.
Dan ia yakin Antok menganggapnya sebagai kakak yang tak pernah dia miliki. Tapi Eka heran pada perasaannya sendiri. Munculnya getaran lain sewaktu mendengar jawaban singkat Antok yang belum punya pacar dan timbulnya rasa sedikit kecewa tadi membuatnya semakin penasaran. Dalam pembaringannya Eka masih dapat melihat sosok Antok yang sedang duduk menerawang ke langit. Keberadaan Antok sekamar dengannya memberinya selimut rasa aman yang lebih hangat dari selimut yang sedang dipakainya. Kehangatan itu membawanya ke alam mimpi. Berjam-jam Antok hanya duduk sambil terus menggali kembali ingatannya ketika bersama Edo. Seperti orang gila, Antok sesekali tersenyum seorang diri. Tiap detik waktu berlalu membawa ingatannya setitik demi setitik semakin menuju masa-masa akhir berhembusnya nafas Edo.
Tak ada senyum lagi. Setetes demi setetes air matanya meleleh hangat di kedua pipi dinginnya. Suasana hening kamar dan sejuknya AC kamar hotel menambah kerinduannya pada sahabatnya yang belum 24 jam meninggalkannya untuk selamanya. Semakin kuat ia menahan perasaannya, isaknya semakin dalam. “Antok, kamu Kenapa?”, suara khawatir Eka mengagetkan Antok. “Nggak apa-apa Mbak, masih gelap kok, tidur aja lagi!”, jawab Antok sambil mengusap air matanya berusaha menyembunyikan kesedihannya. Eka yang khawatir pada keadaan Antok dapat menebak beban kesedihannya. Eka turun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju ke tempat duduk Antok.
Lalu ia duduk di kursi yang berseberangan meja dengan kursi yang diduduki Antok. “Tok, putar kursimu dan mengobrol denganku, tak baik membenam kesedihan seperti itu”, ucap Eka. Walau menuruti perintah Eka untuk memutar kursi dan berhadapan dengannya tapi Antok masih menyanggah perasaan sedih yang membebaninya pada Eka. “Kamu nggak usah merasa malu menangis didepanku. Aku tahu bahwa kamu sangat dekat dengan Edo. Selain Lusi aku dapat menebak bahwa kamu orang selain keluargaku yang amat sangat kehilangan Edo. Bahkan mungkin beban kesedihanmu bisa-bisa lebih berat daripada keluargaku sendiri”, ungkap Eka panjang lebar pada Antok. “Kasihan Edo, masih muda seumur denganku, karier mantap, calon pendamping sudah punya, tabungan hari tua juga cukup, tapi penyakitnya..”, kata Antok tak mampu meneruskan kata-katanya sambil sesenggukan. Eka bangkit dari tempat duduknya mendekat ke tempat Antok duduk. Tapi Antok sudah terburu menghamburkan tubuhnya ke tempat tidur dan membenamkan mukanya diatas bantal. Eka menyusulnya dan memeluk pundaknya. “Sudah Tok, lepaskan kepergian adikku! Biarkan dia tenang! Sahabat sejati tak akan menambah penderitaan sahabatnya yang pergi, bukan?”, suara lirih Eka diatas telinga Antok yang masih menelungkupkan mukanya. Nasihat Eka menyadarkan Antok dari keterpurukan suasana kalut hatinya. Sedikit demi sedikit beban kesedihan Antok mulai berkurang. Seiring dengan itu ia mulai membalikkan badannya pelan. Kepalanya menengadah ke arah plafon dengan muka masih berurai sisa-sisa air matanya. Sentuhan tangan Eka yang lembut mengusapnya. Keduanya sangat dekat hingga satu sama lain dapat merasakan nafas masing-masing. Membangkitkan kembali kesadaran emosi dan nafsu Antok. Antok bingung dengan apa yang sedang dialaminya hingga tak mampu mengeluarkan sepatah kata maupun berbuat sesuatu. Yang dapat dilakukannya adalah memeluk bahu Eka yang saat ini tengah menidurkan kepalanya diatas dada Antok. Eka merasakan pelukan tangan Antok pada bahunya dengan hati tersenyum. Degup jantung yang didengar Eka dari dada Antok bagaikan irama “nina-bobo” yang mengantarkannya kembali tidur. Terbuai dengan kehangatan tubuh Eka yang sedang memeluknya, Antok pun ikut tertidur. Sinar matahari pagi membangunkan Eka dari tidurnya. Bangkit pelan ia memberanikan diri mendekatkan mukanya pada muka Antok yang masih tertidur pulas. Ditatapnya wajah sahabat adiknya itu. Dalam hati Eka menanyai dirinya sendiri, dia heran mengapa dia bisa merasa sangat dekat dengan Eko. Padahal sebelumnya ia sangat jarang bertemu dengannya dan telah lama tak bertemu dengannya. Pertemuan-pertemuan sebelumnya pun terjadi tanpa sengaja dan sangat sebentar. Memang Edo pernah menceritakan perihal Antok tapi itupun tidak detil dan banyak yang sudah ia lupakan. Yang ia tahu pasti adalah Antok merupakan sahabat Edo dalam masa lebih dari 10 tahun. Dan keluarganya sudah menganggap Antok seperti anggota keluarganya begitu pula keluarga Antok juga sudah menganggap Edo sebagai keluarganya. Kebiasaan rutin Eka setelah bangun adalah segera mandi untuk menyegarkan badan. Tapi kali ini ia merasa berat untuk melakukannya. Ia masih terbelenggu oleh perasaannya dan belum beranjak dari tempatnya. Tak kuasa menahan kehendak hatinya, dengan pelan ia mengusapkan bagian belakang jari-jari tangannya pada wajah Antok yang imut dan lugu selagi pulas. Usapannya pelan dan lembut penuh perasaan. Kembali hatinya menanyakan perasaannya pada Antok. Hatinya tak mau diajak kompromi untuk menganggap Antok hanya sebagai adiknya sepeninggal Edo. Perasaannya menginginkan lebih dari itu. Semakin keras usaha Eka untuk melawan perasaannya semakin gundah pula hatinya. Markas Judi Online Dominoqq
Tapi berkat pengalamannya berhubungan dengan lawan jenisnya, akhirnya Eka dapat menepis semua itu dengan rasionilnya. Rasio sadarnya menyatakan bahwa perasaannya pada Antok muncul hanya karena situasi dan kondisi serta pengaruh gairah nafsunya yang sedang memuncak. Ciuman bibir basahnya ia layangkan pada kening Antok untuk tanda ucapan perpisahan bagi perasaannya pada Antok. Kemudian ia bergegas ke kamar mandi, khawatir ciumannya akan membangunkan Antok. Dalam guyuran air shower, rasio pikiran Eka ikut jatuh terguyur. Perasaan yang telah ditepisnya kembali menghinggapi hati Eka. “Kenapa aku sangat tertarik pada Antok? Apakah ini bukan sekedar ajakan nafsu? Apakah hal ini benar-benar kata hatiku? Apakah aku harus mengikuti kata hatiku? Ataukah harus kuhalau semua perasaan itu? Tapi bagaimana caranya? Bagaimana dengan Antok? Bagaimana sikapnya kalau dia mengetahui perasaanku padanya?”, itulah sebagian pertanyaan yang muncul dibenak Eka ketika ia mandi.
Ketukan pintu kamar dan suara perbincangan antara Eka dengan pegawai room service hotelmembangunkan Antok dari tidurnya. Antok agak bingung merasa seakan-akan ingatannya hilang sebagian. Lalu dilihatnya Eka dengan troli makanan. Sedikit demi sedikit ingatannya pulih dan akhirnya ia ingat akan semua kejadian kemarin hingga saat ini. “Tok, kamu kupesankan nasi goreng untuk sarapan”, ujar Eka sambil buru-buru mengenakan celana jeansnya sementara masih mengenakan piyamanya. Lalu Eka memutar badannya dan mengganti piyamanya dengan kaos putih berkerah. Celana dalam dan BH warna hitam yang dikenakannya sempat terlihat oleh Antok tanpa sengaja. Pemandangan Eka berganti pakaian itu membuat ereksi pagi yang sedang dialami Antok semakin kuat. Segera saja ia turun dari tempat tidurnya dan menuju ke kamar mandi karena tak ingin malu pada kakak sahabatnya itu. Di kamar mandi ia hanya buang air kecil, membasuh muka dan menyempatkan gosok gigi dengan sikat gigi dalam plastik dari fasilitas kamar hotel.
Cerita Sex Selimut Duka “Mbak, sikat gigi hotelnya kupakai”, kata Antok pada Eka yang lagi minum kopi panasnya dengan hati-hati. “Nggak apa-apa, aku juga nggak akan memakainya”, jawab Eka. “Cepat minum kopimu sebelum keburu dingin, eh kamu suka kopi atau nggak?”, lanjutnya. “Suka malah sudah jadi kebutuhan, Mbak kok repot-repot sih!”, balas Antok sedikit berbasa-basi. “Hitung-hitung punya bodyguard yang dibayar pakai sarapan”, canda Eka sambil tersenyum manis pada Antok. Antok pun membalasnya dengan senyuman dan segera menghabiskan sarapan yang telah dipesankan Eka. “Omong-omong, mandimu cepat sekali, Tok!”, komentar Eka seusai sarapan. “Memang nggak Mbak”, jawab Antok santai. “Apa? Kamu nggak mandi.. Uhh.. jorok kamu!”, komentar Eka yang sempat keheranan. “Sudah dari dulu Mbak”, kata Antok polos tanpa rasa bersalah. “Pantas aja kamu belum dapat pacar!”, olok Eka. “Ah, Mbak bisa aja! Saya memang belum usaha cari kok Mbak!”, tangkis Antok. “Hmm.. rupanya kamu pinter ngomong juga ya, kukira kamu pendiam”, kata Eka. “Soalnya kuperhatikan sejak kemarin, kamu banyak diam”, imbuh Eka. “Bukannya gitu Mbak, tapi kenyataannya memang seperti itu”, jawab Antok. “Terus kalau sudah usaha, apa kamu yakin dan pasti bisa dapat pacar?”, kejar Eka. “Belum, namanya juga usaha, Mbak”, jawab Antok tanpa beban. Eka kemudian berdiri ke depan cermin dan menyisir rambutnya serta melanjutkannya dengan sedikit merias wajahnya.
Sambil memperhatikan Eka, Antok berceloteh, “Mbak meskipun aku belum berusaha cari pacar tapi sudah ada kok cewek yang memperhatikan aku”. Eka hanya melirikkan matanya ke arah Antok sambil tersenyum penuh arti. Senyuman bibir mungil Eka diantara kedua lesung pipitnya membuat Antok terpana sesaat dan salah tingkah. “Eh, Mbak.. mm.. saya bisa bertanya sedikit soal Edo?”, kata Antok mengalihkan pembicaraan setelah ia teringat perihal yang lebih serius. “Soal apa Tok?”, tanya Eka sambil kembali ke tempat duduknya. “Ini soal hutang piutang Edo dengan saya, apa bisa kuutarakan pada bapak dan ibunya Mbak Eka?”, tanya Antok kemudian. “Sebaiknya jangan diutarakan hari ini, tunggulah 2-3 hari lagi, biar bapak dan ibu agak tenang dulu”, jawab Eka. Antok hanya mengangguk mendengar penjelasan Eka. “Begini saja, kalau kamu memang sedang butuh kira-kira berapa hutang Edo biar kutanggung dulu”, kata Eka agak tegang. “Mbak, kalau Edo yang berhutang pada saya, sudah kurelakan sejak kemarin, tapi ini kebalikannya Mbak”, kata Antok. “Maksudmu?”, tanya Eka kebingungan. “Saya yang masih punya tanggungan pada Edo makanya saya merasa punya beban hutang”, jelas Antok. “Kalau begitu sewaktu-waktu kamu bisa mengembalikannya baru kamu ngomong ke bapak dan ibu”, kata Eka kembali tenang. “Mbak, ini bentuknya bukan uang tunai”, kata Antok. Melihat Eka yang jadi bingung oleh penjelasannya, Antok menceritakan dengan lebih rinci lagi soal investasi Edo yang dipercayakan padanya.
Dari penjelasan Antok akhirnya Eka mengetahui bahwa Edo memutarkan sebagian tabungannya di pasar saham bersama Antok. Dan sewaktu Edo meninggal sebagian besar investasi Edo masih berbentuk saham yang belum diuangkan didalam account Antok. Dan saat ini Antok sedang tidak tahu apakah investasi Edo tersebut ingin dicairkan atau terus diputar karena si empunya sudah tiada. Tapi akhirnya Eka dapat membantu memberinya saran solusi mengenai hal itu. “Sudah lama kamu bermain saham Tok?”, tanya Eka. “Hampir 2 tahunan Mbak, tapi Edo baru ikut setelah kerjanya pindah kesini, ya kira-kira 8 bulanan kalau Edo”, jelas Antok. “Makanya semalam kamu tahu soal saham, sungguh nggak mengira aku”, kata Eka. “Semalam itu sebenarnya saya penasaran dengan perkataan temannya Mbak dan ingin memancing keluarnya informasi baru mengenai saham perusahaan Mbak bekerja kalau memang ada, eh tahunya malah dapat caci-maki”, jawab Antok. “Tentu saja Tok, kamu cari informasi dengan orang yang lagi cemburu padamu”, komentar Eka. Antok terbengong mendengar komentar Eka, lalu beranjak dari kursinya untuk menghindar dari subyek yang dikomentari Eka. “Mbak, aku pamit pulang dulu ya!”, ujar Antok. “Eh, tunggu! Tolong anterin aku ke rumah lagi ya”, kata Eka. “Iya Mbak, saya kan sudah dibayar sarapan, jadi ya tidak bisa nolak”, canda Antok sambil menuju ke arah pintu kamar. Eka senang mendengar Antok dapat bergurau dan melupakan kesedihannya tapi juga agak gemas terhadap kata-kata yang dilontarkan Antok karena seperti tak pernah serius.
Setelah menyalakan mesin mobil Antok tak segera melajukan kendaraannya. Ia menyempatkan mengambil hand phone nya dari laci dashboard didepan Eka. Tanpa sengaja tangannya bergeser dengan paha Eka. “Oh, maaf Mbak!”, kata Antok. “Memangnya kenapa?”, tanya Eka sengaja bergurau. “Nggak, eh nggak apa-apa!”, jawab Antok dengan muka agak merah dan segera menyibukkan diri dengan HP nya menunggu mesin mobilnya panas. Eka pun hanya tersenyum melihat Antok salah tingkah. Dalam perjalanan mereka berdua banyak berbincang tentang keadaan kota Surabaya. Mereka berdua juga saling menukar nomer HP masing-masing.
Sesampai dirumah orang tua Eka, Antok langsung melajukan mobilnya kembali tanpa mampir. Di rumahnya yang sedang ramai dikunjungi oleh sanak famili keluarganya, Eka kembali disibukkan oleh kesibukan-kesibukan yang berhubungan dengan meninggalnya seseorang. Di sela-sela kesibukannya ia sempat menanyakan perihal Antok pada adik-adiknya. Rupanya tak hanya Edo yang mengenal Antok tapi adik-adiknya yang lain juga karena ia memperoleh informasi lebih banyak yang ia perkirakan. 3 Hari Kemudian Antok sedang bercakap-cakap dengan kedua orang tua Edo, ketika Eka datang bersama Edi adiknya, dengan membawa bungkusan makanan. “Tok, kamu kok tahu kalau ada makanan enak”, ujar Eka. “Ayo Mas kita santap bersama makanan ini”, imbuh Edi. Belum sempat Antok berkomentar, Edwin si bungsu keluar dari kamarnya sambil berteriak, “Kok lama sih kak, sudah lapar nih!”. “Ah kamu bisanya ngomel melulu, antrinya nih bikin kaki capek”, hardik Eka tak dihiraukan Edwin karena sudah berlari menyusul Edi ke ruang makan.
Tak mau ketinggalan Antok pun langsung menyusul Edi dan Edwin meninggalkan sopan santunnya pada kedua orang tua sahabatnya. Ayah dan ibunya Edo menyambut hal itu dengan bahagia karena kesedihan keluarga sepeninggal Edo berangsur-angsur surut. Sewaktu Eka melangkahkan kaki ke ruang makan, Ayahnya memanggilnya. “Ini Ka, tadi Antok menyerahkan ini tapi ayah masih belum mengerti meski Antok sudah menerangkannya tadi”, kata ayahnya sambil menunjukkan cek dan beberapa lembar catatan. “Iya Ka, darimana sih kok Edo bisa dapat banyak uang?”, lanjut ibunya. Eka pun menerangkan dengan bahasanya hingga kedua orang tuanya mengerti. Setelah agak mengerti, ibunya berkomentar, “Edo tak pernah cerita soal ini pada siapapun, beruntung ia punya sahabat seperti Antok”. Komentar itu diiyakan oleh ayahnya dan wajah Eka yang berbinar haru. Ramainya ruang makan terdengar hingga ruang tengah dan mengingatkan Eka pada makanan yang dibelinya. Bergegas ia pun bergabung dengan 3 pemuda yang sedang melahap makan malam sambil bersenda gurau. “Awas kalian kalau sampai aku nggak kebagian”, ancam Eka. Antok, Edi dan Edwin saling menyalahkan dan mengolok yang makannya banyak. Ketiga pemuda itu telah menyelesaikan makannya ketika Eka mengambil lauk pauk yang ada di meja. “Sudah Kak, meski ada Mas Antok nggak usah malu-malu, ambil aja yang banyak seperti biasanya”, goda adiknya Edwin. “Iya, kemarin bisa menghabiskan 3 potong, masa sekarang cuman satu”, timpal Edi. “Makanya kakakmu belum dapat jodoh, rupanya calon-calonnya takut nggak bisa memberi jatah”, tambah Antok yang langsung disambut tawa oleh Edi dan Edwin. Eka berusaha menahan emosinya dengan wajah bersungut dan diam seribu bahasa. “Ngambek nih ye!”, goda Edi. “Marah, ya?”, imbuh Edwin. “Eh, kalian kesini sebentar!”, ajak Antok pada Edi dan Edwin agar duduk mendekat disampingnya. “Coba lihat, wajah kakakmu, kalau lagi ngambek gitu tambah cakep ya, tapi kenapa jodohnya pada lari ya!”, kata Antok sambil tertawa diikuti Edi dan Edwin. Mendengar kata-kata Antok, Eka pun tak kuasa menahan amarahnya. Ia langsung berdiri memegang piring kosong yang ada disampingnya.
Cerita Sex Selimut Duka Ketiga pemuda yang ada didepannya segera saja lari ketakutan dan berhamburan dari ruang makan. Dan Eka pun kembali duduk untuk melanjutkan makannya karena memang dia hanya berniat menggertak saja. Sesaat kemudian ayah dan ibunya ikut duduk di meja makan. “Kamu apakan mereka sampai pada lari keluar rumah?”, tanya ayahnya pada Eka. “Uhh.. itu Yah, Edi dan Edwin kompak banget sama Antok menggoda aku”, keluh Eka. “Mereka kan sudah kumpul lama jadi wajar kalau kompak, kamu sih jarang pulang!”, kata ayahnya. “Kok aku yang salah, mereka itu yang kekanak-kanak-an”, tangkis Eka. “Mereka kalau sudah kumpul memang gitu, Edo yang mau nikah pun juga gitu kalau sudah kumpul dengan Antok”, kata ibunya. Dalam hati, Eka tertawa dengan kelakuannya sendiri. Ia merasa menjadi muda kembali ketika bergurau dengan adik-adiknya dan Antok. Sebuah perasaan yang sudah lama tidak ia rasakan selama sibuk bekerja di Jakarta yang selalu menuntut kedewasaannya. Keberadaan Antok juga memberi suasana baru dalam hatinya, sayangnya hal itu baru muncul sepeninggal Edo. Ketertarikannya pada Antok semakin bertambah walau tanpa rayuan. Sebaliknya ia malah lebih sering mendapat gurauan lugu nan cerdik tanpa dibuat-buat setiap kali berbincang dengannya pada tiap kali temu dalam 2 hari ini. Tak jarang pula ia menerima godaan kekanak-kanak-an dari Antok. Semua itu cukup mengusik emosinya pada daya tarik Antok yang aneh dan belum pernah ia jumpai pada pria-pria yang dikenalnya. Dari pengetahuan dan pengalamannya, Eka tahu bahwa Antok memiliki wawasan yang luas dan sangat dalam di beberapa bagian.
Ia juga tahu bahwa Antok memiliki pola pikir mirip seperti teman-teman dan bos-bosnya yang bule walau tak sepenuhnya meninggalkan adat istiadatnya. Cara berpikir Antok juga cenderung praktis, dewasa dan bijak. Sikap skeptis pada sekelilingnya sangat kuat membuatnya selalu cepat merespon keadaan sekeliling. Satu hal yang membuat Eka penasaran adalah kenapa Antok terlihat seperti menyembunyikan sifat-sifat positifnya dibalik sifat-sifat kekanak-kanak-annya. Eka memperkirakan ada sesuatu yang ditakuti oleh Antok. Sebuah dering HP nya membuyarkan lamunan Eka. Setelah berbincang lama ia menutup pembicaraan dengan rasa kecewa telah mengangkat panggilan telepon dari pimpinannya tadi. Setelah berbincang sebentar dengan kedua orang tuanya, ia pun bergegas masuk kamar dan mengemasi pakaiannya.
Sementara itu ayahnya memanggil Antok, Edi dan Edwin yang masih ngobrol dan merokok di teras rumah. “Eh, kakak masa ngambek sampai keburu balik malam-malam begini?”, tanya Edwin pada Eka yang dilihatnya sudah siap-siap bepergian. Raut muka Edi dan Antok pun juga kaget dan tegang merasa bersalah pada Eka. Apalagi Eka tak kunjung membuka mulut. Hal ini disengaja Eka untuk membalas godaan yang dialaminya tadi. “Mbak maafin kami deh, kami memang keterlaluan menggodanya tadi”, ujar Antok. “Iya memang kalian keterlaluan, sorry ya tak ada maaf bagi kalian”, jawab Eka. “Udah Ka, jangan bercanda lagi, ini udah malam, Malang itu nggak dekat apalagi malam begini”, kata ibunya. Walau masih bingung tapi ketiga pemuda itu sudah merasa kalau dikerjai Eka yang sekarang lagi menahan tawanya. “Rupanya kalian juga berat ya kutinggal”, ejek Eka pada adik-adiknya dan Antok. “Jelas dong adikmu merasa berat karena nggak ada lagi yang membelikan makanan lezat”, kata Antok spontan. “Heh, Mas Antok juga ikut makan gitu lho”, kilah Edi. “Tapi itu kan sedikit, cuman ngicipin doang”, balas Antok.
“Enak aja, Mas Antok habis 2 piring kok bilang cuman ngincipin doang”, sergah Edwin. Perang mulutpun terjadi antara Antok, Edi dan Edwin. Eka melihat pemandangan itu sambil tersenyum. “Eh, sudah-sudah! Kalian kok seperti anak kecil saja, ini sudah malam”, bentak ayah Eka membuat semuanya terdiam. “Siapa yang bisa mengantar aku malam ini?”, tanya Eka sambil berharap Antok bisa. “Yuk, kita antar kakakmu ke Malang, kita bisa menghirup udara pegunungan”, ajak Antok pada dua bersaudara itu. Tapi Edi dan Edwin beralasan dengan kesibukannya masing-masing sehingga hanya Antok yang terlihat bisa. Satu jam berselang, Antok dan Eka telah berkendaraan di jalanan luar kota Surabaya-Malang. Antok melajukan kendaraannya dengan santai.
Berdua mereka menembus kegelapan malam sambil bercakap soal berbagai hal ringan. Setiap hal yang mereka bicarakan selalu berkepanjangan seakan mereka berdua memperoleh lawan bicara yang cocok. Diselingi canda dan tawa, mereka berdua merasakan saat-saat yang tak akan mudah mereka lupakan. Waktu mendekati pukul 12 tengah malam ketika mereka berdua sampai ditempat tujuan. Di sebuah pelataran hotel berbintang 1 yang mereka masuki telah menunggu 2 orang kolega Eka. Antok menolak turun dari mobil ketika diajak Eka karena dia merasa tak ada kepentingan dengan urusan perusahaan Eka. Tak lama setelah Eka masuk ke lobby hotel, ia kembali ketempat Antok memarkir kendaraannya. “Tok, kamu tidur di kamar ini ya, aku langsung rapat sampai pagi dan mungkin baru bisa ketemu kamu lagi besok agak siang karena setelah rapat langsung menuju ke perkebunan”, kata Eka sambil menyerahkan sebuah kunci kamar hotel. Antok segera bergegas turun dari mobilnya dan masuk kedalam hotel mencari kamar yang nomernya tertera di gantungan kunci yang dipegangnya. Dalam perjalanannya menuju kamarnya, Antok sempat berjalan bersama-sama Eka sebelum akhirnya berpisah di lobby.
Dalam kesempatan itu, Antok menyempatkan curi-curi pandang ke arah Eka. Wanita berparas manis dengan rambut hitam lurus sebahu yang berada selangkah didepannya itu membuat hati Antok gusar. Sebuah perasaan yang telah terpupuk di hati Antok makin tak kuasa ia hindari. Panah asmara yang menembus hatinya ikut menyertai dinginnya kota Malang yang menembus jaketnya. Tertegun didepan sebuah acara TV yang ramai, pandangan Antok masih kosong dan hanya terisi oleh bayang-bayang wanita berwajah lonjong agak oval dengan alis tebal, mata bersinar, berhidung mancung, berlesung pipit dan berbibir mungil.
Bayang-bayang itu tak lain adalah Eka. Pikirannya berusaha berontak dan menaklukkan hatinya, tapi semua itu sia-sia belaka. Hanya rasa kantuk akibat lelah yang akhirnya menyapu kesadarannya hingga pulas. Sendiri di dalam kamar, membuat Antok bermalas-malasan semenjak bangun. Bosan didalam ia pun keluar dan berjalan-jalan disekitar hotel setelah membasuh muka. Setelah sarapan dengan menu makan pagi yang telah disediakan hotel secara gratis, Antok duduk-duduk di lobby sambil merokok dan membaca koran. Merasa puas, ia pun kembali ke kamarnya untuk melanjutkan bermalas-malasan. Tak terasa waktu berjalan sangat cepat.
Eka kembali dengan raut muka terlihat lelah dan langsung membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Melihat Eka yang capek, Antok membantu melepaskan sepatu yang masih dikenakan Eka. “Urusannya bagaimana Mbak?”, tanya Antok yang hanya dijawab Eka dengan kata “beres”. “Jam berapa Mbak kita bisa pulang?”, tanya Antok lagi. “Santai Tok, aku masih capek!”, jawab Eka sambil melelapkan matanya. Antok lalu duduk di kursi yang tak berjauhan dengan tempat tidur dan memandangi Eka yang terbaring dengan lemas. Meski matanya menutup tapi hati Eka merasakan seseorang sedang memperhatikannya. Matanya terbuka dan melihat Antok yang masih duduk memperhatikan dirinya. “Tok, kamu kok duduk disitu, takut ya dekat denganku? Ayo sini kalau berani!”, tantang Eka dengan nada manja. Mendengar tantangan itu, Antok memberanikan diri berbaring disamping Eka yang masih telentang diatas tempat tidur. “Hii.. dingin ya disini”, sebuah kalimat meluncur dari bibir Eka sambil memeluk tubuh Antok. Antok hanya diam bagai guling yang bernapas. Sedikit demi sedikit kedua kepala mereka berdekatan dan saling bersentuhan.
Eka memejamkan mata dengan bibir sedikit terbuka, menunggu reaksi Antok. Tapi Antok hanya memandang saja wajah Eka. “Ada apa Tok?”, tanya Eka berbisik setelah membuka kembali matanya. “Mbak cakep sekali”, jawab Antok dengan pandangan mata beradu dengan Eka. Perasaan Eka bergetar bagai lonceng yang berdentang membawa bibir mungilnya menempel pada bibir Antok. Tanpa aba-aba, Antok melumat lembut bibir Eka. Gelombang asmara menyapu rasio mereka berdua. Kuluman demi kuluman datang silih berganti baik dari Antok maupun Eka. Pertautan dua bibir menghasilkan pergumulan lidah dalam kurungan asmara dan nafsu. Sebuah persamaan yang tidak ada bandingannya dengan rumusan matematis yang ada sampai saat ini. Saling memeluk masing-masing tubuh terjadi tanpa mereka sadari. Gesekan tubuh dengan tubuh terasa nikmat bagai buaian mimpi walau masih terhalang oleh pakaian yang masih dikenakan. Irama halus yang menjadi awal berubah seiring dengan tindih menindih yang saling mereka lakukan pada satu sama lainnya.
Rotasi posisi mereka lakukan sambil berciuman bibir tanpa ada habisnya. Sesaat kemudian, Eka menghentikan ciumannya pada bibir Antok. Berpandangan mata dengan penuh arti, tangan Eka melepas kancing dan membuka resleting celana Antok. Antok mereaksinya dengan membuka kancing kemeja Eka dengan pelan. Satu persatu pakaian mereka berjatuhan dari tempat tidur. Duduk berhadap-hadapan, mereka saling memandang tubuh bugil masing-masing. Lekuk-lekuk tubuh yang ada didepan satu sama lainnya merasuki pikiran mereka dan mengundang selera Antok dan Eka. Benak mereka terisi dengan rasa bahagia akan kenikmatan yang akan segera mereka rengkuh. Waktupun terasa berhenti bagi keduanya. Api cinta menyulut asmara dan mengobarkan nafsu yang telah sampai diubun-ubun Antok dan Eka. Embun duka telah mengering dan tak mampu lagi memadamkan apa yang akan terjadi. Titik kritis dimana perbuatan ini masih dapat dicegah telah mereka lewati. Yang tersisa saat ini hanyalah lampu hijau traffic light yang takkan padam walau putus kabelnya.
Pelan tapi pasti, Antok dan Eka merapatkan tubuhnya. Sambil duduk beradu pandang, mereka berdua mengusap lembut bagian tubuh masing-masing. Bibir Eka makin terbuka mengeluarkan desahan-desahan pendek ketika usapan tangan Antok melewati daerah kemaluannya yang telah basah. Eka pun segera membelai batang kemaluan Antok dengan perasaan. Lalu.. Merangkul dalam pelukan masing-masing, menghantarkan hangat di tubuh pada lawannya. Kelembutan kulit Eka menyentuh kulit berbulu milik Antok. Pelan-pelan Eka naik keatas pangkuan Antok. Tangan Eka merarangkul bagian belakan leher Antok. Sedangkan Antok memegang punggung Eka dan mengusapkan tangannya naik turun. Keduanya beradu ciuman kembali dengan sangat-sangat mesra dan dekat. Tiba-tiba Eka melepaskan bibirnya dari bibir Antok sambil mendesah panjang, “Ahh..”.
Cerita Sex Selimut Duka Batang kemaluan Antok yang tengah mendongkak keatas terselip masuk kedalam liang kenikmatan Eka. Ciuman Antok mendarat di leher Eka membuat ia tak kuasa untuk segera menurunkan tubuhnya dan membenamkan seluruh batang kemaluan Antok kedalam lobang kenikmatannya. Eka pun mendesah makin keras dan makin panjang, “Aaahh..”. Lepas pulalah kecupan nikmat bibir Antok pada leher Eka. Mata Eka yang sedang terpejam membelalak menatap pandang mata Antok. Pandangan Eka bagai menembus kalbu Antok. Daya tarik keduanya sudah seperti 2 magnet yang beda kutub. Bibir menganga Eka disambut dengan kuluman bibir juga Antok. Sedikit demi sedikit Eka menggerakkan tubuhnya keatas kebawah di pangkuan Antok. Gerakan pelan Eka sesekali membuat ciumannya terlepas dari bibir Antok dan berlanjut dengan adu pandang. Dua tubuh saling menempel dan bergesek. Dua nafas saling bersambung. Kulit bertemu kulit. Dada Antok bagai dibelai payudara Eka yang menegang. Belaian punting Eka yang mengeras menyentuh puntingnya.
Belaian yang lain daripada yang lain. Irama gerakan naik-turun Eka terus berlanjut walau pelan. “Ohh Mbak.. ohh..”, ucap Antok dalam kenikmatan dengan mata berkejap-kejap. Eka makin mempererat dekapannya dan berbisik pada telinga Antok, “Tok, aaku mauu..”. Tapi belum tuntas kalimatnya, Eka sudah mengejang hebat tak kuasa menahan tumpahan kenikmatan dalam perasaannya yang terdalam. Seakan mengerti apa kelanjutan kalimat Eka, Antok membalas bisikan dengan bisikannya tepat ditelinga Eka, “Lepaskan Mbaak, ohh..”. “Ahh..”, desah Eka tak bergerak lagi serta bergelinjang dalam kehangatan dekapan Antok. Dinding-dinding liang kenikmatan Eka terasa berdenyut mengantarkan tumpahan kebahagiannya. Cairan orgasme Eka yang membasahi batang kemaluannya, dirasakan Antok bagai guyuran gelombang asmara. Sesaat kemudian mereka berdua tak bergerak maupun bersuara. Masih dalam dekapan Antok, Eka lemas diatas pangkuan Antok sambil terpejam. Eka membelai rambut Antok dengan rasa kasih sayang. Antok pun membalasnya dengan kecupan dalam di pangkal leher Eka. Masih tegak bertopi baja bagai tentara siap perang dalam kegelapan, batang kemaluan Antok tak kunjung keluar dari liang kenikmatan Eka. Dengan segenap tenaganya, Antok mengangkat lalu membaringkan tubuh Eka. Menindih diatas tubuh Eka, Antok memandangi kecantikan wajah Eka yang makin mempesonanya. Tak kuasa menahan gejolak jiwanya, Antok kembali melayangkan ciumannya pada bibir Eka. Pertautan lidah kembali terjadi walau sesaat. Bergerak pelan dan penuh perasaan, ia menggerakkan pinggulnya naik-turun maju-mundur. Kaki-kaki Eka yang semula terlempang lemas, kemudian mengapit kaki-kaki Antok yang tengah berada diantaranya. Antok terus menggerakkan pinggulnya dengan irama yang menghanyutkan. Membawa dirinya bersama Eka meniti tangga gairah menuju puncak kenikmatan. Tangan-tangan Eka menggapai bantal dan seprei yang ada disekelilingnya. Menggegamnya erat-erat seakan menahan sesuatu yang tak ingin ia lepaskan lebih dahulu. Diiringi dengan desahan-desahan menggairahkan yang jujur nan polos tak dibuat-buat. Pendakian bersama akhirnya mencapai tujuannya. Gerakan Antok terhenti tiba-tiba dengan tubuh yang menegang. Didalam liang kenikmatang Eka yang paling dalam, batangnya bergemuruh hebat.
Berdenyut tiada henti disambut dengan cengkeraman dinding liang. Kehangatannya melumuri permukaan dinding, memicu sambutan selanjutnya. Melepas semua yang telah ia tahan sejak tadi, Eka melenguh dalam kenikmatan, “Ooaah..”. Tubuhnya bergelinjang dalam dekapan Antok. Waktu seakan berhenti ketika denyut dan aliran kenikmatan mereka bersatu padu. Ledakan nafsu asmara menyisakan bara kasih yang membahana didalam 2 jiwa yang sedang berdekapan. Kecupan bibir Antok pada kening Eka menjalankan kembali alur waktu yang telah terhenti beberapa saat. Lalu ia beranjak dari tindihannya pada tubuh Eka dan berbaring disampingnya. Keduanya merasa lemas seakan tak ada lagi sisa tenaga yang mampu mereka keluarkan kecuali mendekapkan diri satu sama lain dibawah kehangatan selimut. Dan tertidur pulas hingga sore. Dalam perjalanan pulang, mereka berdua hampir tak mengeluarkan suara. Sikap Antok berubah dingin dan Eka juga tak mengerti apa yang harus diperbuat menanggapi sikap Antok tersebut. Walau berbagai usaha mengajak bicara yang dilakukan Eka pada Antok selalu dijawab dengan hanya beberapa patah kata tapi ia tetap merasa bahwa Antok adalah pria idamannya.
Sesampai di depan rumah keluarga Eka, Antok menurunkannya dan hanya mengucapkan kata perpisahan pendek lalu tancap gas pulang. Diatas ranjangnya, Antok bersiap untuk tidur. Tapi aktivitas yang biasa ia lakukan dengan mudah itu terasa sulit dilakukan saat ini. Pikirannya berkecamuk, bingung dan ragu akan apa yang harus dilakukannya selanjutnya. Disatu sisi ia menyesal telah melakukan permainan cinta dengan Eka dan merasa mengkhianati sahabatnya Edo. Tapi disisi yang lain ia menyesal telah bersikap dingin pada Eka, kakak Edo. Antok merasakan kecocokan ketika berhubungan dengan Eka. Tak hanya oleh parasnya yang selalu mempesona dirinya tapi juga oleh semua sikapnya yang mampu merebut simpatinya. Hatinya seakan berat melepas Eka tapi wanita yang ada dalam hatinya itu adalah kakak sahabatnya yang telah meninggal. Dalam benaknya, ia merasa harus memposisikan Eka bukan sebagai kekasih tapi sebagai kakaknya. 2 Hari Kemudian Telah 2 hari Eka berusaha menghubungi Antok setiap ada waktu tapi selalu gagal. Telepon dan SMS nya tak pernah memperoleh jawaban dari Antok. Ia benar-benar tak mengerti atas sikap Antok yang telah berubah sepulangnya dari Malang. Yang ia inginkan saat ini adalah bertemu dengannya dan berbicara dengan Antok, karena besok pagi ia harus balik ke Jakarta. Rasa penasarannya membawanya menuju kamar adiknya, Edi. “Ed, tumben ya Antok nggak pernah kesini lagi?”, tanya Eka pada Edi yang mengerjakan tugas kampus. “Tadi aku ketemu”, jawab Edi. “Di sini?”, tanya Eka. “Nggak, di rumahnya sewaktu aku pinjam bukunya”, jawab Edi “Memangnya ada perlu apa kak sama Mas Antok?”, lanjut Edi. Eka hanya menggelengkan kepala. “Kangen ya, hehehe..”, goda Edi pada kakaknya. Eka hanya bisa cemberut dengan wajah yang agak merah.
“Mas Antok itu orangnya aneh ya kak?”, kata Edi pada Eka kemudian. “Aneh gimana maksudmu?”, tanya Eka tidak mengerti. “Dia sepertinya lebih senang sendiri daripada punya pacar, pergaulannya juga kurang, tapi kalau kita sudah berteman dan mengenalnya, rasanya sulit untuk melepaskannya”, jelas Edi. “Lalu, anehnya dimana?”, tanya Eka penasaran. “Kak, umurku jauh lebih muda dari Mas Antok, jelek-jelek begini apalagi cuma bermodal dengkul, aku sudah gonta-ganti pacar sampai 5 kali, Mas Antok belum satu pun”, jawab Edi sedikit menyombongkan diri. “Hmm.. Kamu yang keterlaluan dan layak disebut playboy kampungan”, kata Eka meledek adiknya, tapi yang diledek malah tertawa cekikikan. “Eh Ed, cewek macam apa sih yang dicari Antok”, tanya Eka. Edi tak langsung menjawab tapi memandangi kakaknya dari ujung rambut hingga ujung kaki, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berkata, “Jelas, jelas bukan yang dicari, huahaha..”. “Apa kamu bilang? Aku kurang cakep ya? terlalu tua ya?”, tanya Eka nerocos. “Kak, kak aku cuman bercanda, kakak memang cakep dan masih muda kok, tapi..”, jawab Edi tergesa-gesa tapi ragu untuk melanjutkannya. “Tapi apa?”, buru Eka. “Tapi kakak ada hubungan saudara dengan almarhum kak Edo”, jawab Edi. Kakak beradik itu lalu terdiam sesaat. “Apa hubungannya Ed?”, tanya Eka. “Saya pernah mencuri dengar bahwa Mas Antok punya prinsip kalau ia tak akan mengencani saudara ataupun relatif sahabatnya walaupun cakep, alasannya bisa merusak persahabatan”, kata Edi. Eka hanya terdiam mendengar penjelasan itu.
Ia mulai mengerti arti sikap Antok saat ini. Eka melangkahakan kakinya keluar dari kamar Edi. Tiba-tiba sebuah bunyi SMS masuk dari HP nya Edi. “Wow, Mas Antok sakti sekali, baru di bicarakan sudah SMS aku”, kata Edi. Eka menghentikan langkahnya dan menunggu reaksi Edi atas SMS Antok. “Aduh! sayang sekali, Mas Antok ngajak kok pas lagi banyak tugas gini, terpaksa dilewatkan nih”, kata Edi dengan raut menyesal dan sibuk menjawab SMS. “Emangnya, ngajak apa si Antok?”, tanya Eka. “Ngajak latihan main game Counter-Strike dirumahnya yang lagi sepi”, jawab Edi. 1 Jam Kemudian Di Rumah Antok Bel rumah keluarga Antok berbunyi dan mengagetkan Antok yang lagi asyik nonton acara TV. “Siapa sih malam-malam gini?”, pikir Antok dalam hati. Dengan enggan ia menuju kedepan rumah.
Lalu ia bergegas membukakan pintu setelah dipikirnya Edi yang datang walau SMS dari nya mengatakan sebaliknya. “Paling SMSnya cuman bercanda saja”, dalam benak Antok. Kagetnya bukan kepalang setelah dilhatnya yang datang adalah Eka bukan Edi. Antok sempat tertegun tak bergerak membiarkan Eka yang masih berdiri di depan pintu pagar rumahnya. “Aku boleh masuk nggak nih?”, tanya Eka dengan nada canda. “Sorry-sorry Mbak!”, kata Antok dengan tergopoh-gopoh. Lalu Antok membukakan pintu dan menyilakan Eka masuk. “Sepi sekali Tok rumahmu, sendirian?”, tanya Eka. “Eh, iya Mbak, keluarga lagi keuar kota semua, pembantu juga pulang”, jawab Antok. Eka berkeliling dirumah Antok yang luas dan melihat-lihat tempat nongkrongnya adik-adiknya terutama Edo. Setelah puas berkeliling, Eka duduk di sofa ruang tengah. “Ada perlu apa Mbak kesini?”, tanya Antok tanpa basa-basi. “Eh, jahat sekali kamu, masa cuma adik-adikku yang boleh main kesini?”, tanya Eka. “Bukannya jahat gitu Mbak, tapi Mbak kok berani kesini sendirian”, kata Antok. “Apa yang perlu kutakutkan?”, tanya Eka tegas. “Nggak ada, malah aku yang takut, hehehe..”, jawab Antok dengan bergurau. “Sejak dari Malang kenapa kamu nggak mau jawab HP dan SMS ku?”, tanya Eka. Antok tertunduk malu mendengar pertanyaan itu. “Tok, aku tidak menuntut pertanggung jawaban, aku hanya butuh penjelasan darimu”, kata Eka. “Kita sama-sama dewasa dan aku bisa mengerti kalau kamu hanya menganggap yang kita lakukan adalah sex”, lanjut Eka semakin blak-blakan. Antok menggeleng-gelengkan kepala dan berkata, “Bukan Mbak, bukan hanya sex tapi lebih dari itu, dan itulah penyebab perubahan sikap saya. Saya memang sengaja menjauh dari Mbak, bukan karena saya tidak suka tapi sebaliknya, saya suka sekali dengan Mbak. Mmm.. Saya mencintai Mbak Eka..”. Kata-kata terakhir Antok menggetarkan hati Eka, membuatnya tak mampu mengucapkan sepatah kata.
Cerita Sex Selimut Duka Eka hanya diam dan memandang Antok, menunggu dan menunggu. “Kalau Mbak hanya menganggap yang kita lakukan hanyalah sex semata, saya bisa mengerti. Maaf Mbak, sebenarnya saya tahu saya tak pantas mengutarakan cinta pada Mbak. Apapun tanggapan Mbak terhadap saya, saya akan menerimanya. Mbak jangan kasihan pada saya”, lanjut Antok. Eka mendehem mencoba dapat bersuara kembali, lalu berkata, “Aku nggak mengerti sama kamu Tok? Biasanya bila pria menyukai wanita, ia akan mengejarnya bukan sebaliknya, apalagi menghindar. Kenapa kamu menghindar dariku?”. “Supaya saya dapat melupakan perasaan saya pada Mbak Eka”, jawab Antok. “Kenapa? Apa karena aku saudaranya sahabatmu?”, tanya Eka. Antok terkejut dengan dugaan Eka yang benar. Ia hanya menganggukkan kepalanya. “Sekarang sahabatmu, adikku Edo sudah tiada, apa kamu masih ingin melupakan perasaanmu padaku?”, tanya Eka lagi. “Edo memang sudah meninggal, jazadnya memang sudah tiada, tapi ia masih ada di pikiranku sampai akhir hayatku”, jawab Antok. Sebuah jawaban yang membuat haru hati Eka. “Selanjutnya apa mau mu, Tok?”, tanya Eka. Antok hanya geleng kepala dan mengangkat pundaknya.
Keduanya terdiam dan saling memandang. Dengan ragu Antok bertanya, “Mbak Eka, sebenarnya ada perasaan sama aku atau nggak?”. Pipi Eka merona dan tersenyum mendekat kearah Antok. “Menurutmu bagaimana?”, bisik Eka dengan manja. “Mbak Eka cuma merasa kasihan saja padaku karena masih jomblo, tak lebih dari itu”, jawab Antok polos tak mengerti maksud dibalik pertanyaan Eka. Senyum Eka berubah jadi cemberut dan berkata, “Huh, teganya kamu ngomong gitu!”. Kali ini Antok jadi bingung dengan sikap Eka. “Jadi, jadi..”, kata Antok tak mampu melanjutkan kata-katanya karena mulai mengerti maksud Eka. “Jadi apa? ha..”, tanya Eka dengan nada menantang sambil mendekatkan wajahnya di dekat wajah Antok. Mendengar nada Eka, Antok merasa apa yang tadi dimengertinya salah. Ia pun lalu menunduk lemas.
Dua tangan Eka memegang dan mendongkakkan wajah Antok hingga memandang wajahnya. “Tok, kamu terlalu polos”, kata Eka. Belum sempat Antok menanggapinya, bibirnya telah dilumat oleh bibir Eka. Karena agak kaget, Antok bergerak mundur. Tapi Eka mengikutinya dengan merangsek maju, makin mendekat hingga tubuhnya condong ke tubuh Antok. Ciuman Eka dibibirnya, sempat membuat Antok bingung, tapi akhirnya ia pun meresponnya. Tiba-tiba Eka menghentikan ciumannya dan berkata, “Aku takkan melakukan hal itu pada sembarang pria.
Saat ini mungkin kita belum dapat menjadi kekasih. Tapi apakah kita juga harus berhenti menjadi teman akrab?”, tanya Eka. “Saya selalu menganggap Mbak Eka lebih dari teman akrab meskipun bukan kekasih”, jawab Antok. “Kalau begitu beres kan urusan kita?”, tanya Eka dengan senyum manisnya. Antok mengangguk tanda setuju. Mereka berdua lalu duduk berdampingan dengan santai diatas sofa ruang tengah. Lalu Eka mengeluarkan sebuah permintaan, “Tok, besok aku balik ke Jakarta. Sebagai teman akrab masa kamu tidak memberiku sesuatu”. “Saya mau memberi kejutan, tapi Mbak Eka harus memejamkan mata dulu”, kata Antok. Permintaan Antok dituruti oleh Eka. Dengan mata terpejam, Eka merasakan bibirnya memperoleh ciuman basah dari Antok. Sebuah sentuhan hangat telapak tangan ia rasakan mengusap payudaranya. Jiwanya seakan terbang ke awang-awang. Sekujur tubuhnya terasa bergairah kembali. Ciuman bibir basah Antok bergerak ke arah leher lalu turun ke arah payudara Eka. Eka heran dengan kecepatan dan kelihaian Antok membuka kancing kemejanya serta melepas BHnya tanpa ia sadari.
Keheranannya sirna karena jalan pikiran Eka telah terbuntu oleh rasa nikmat yang ia rasakan. Dengan mata masih terpejam, Eka dapat merasakan kedua payudaranya memperoleh kuluman nikmat secara bergantian. Tangan-tangan Antok bergerak lagi, membuka kancing dan resleting celana jeans Eka. Lalu mengusap-usap celana dalam Eka tepat di daerah kemaluannya. Eka mengeluarkan desahan pertamanya, “Ahh.. Oh.. Tok, lepaskan sekalian, ahh..”. Tanpa kesulitan Antok telah melepaskan celana jeans dan celana dalam Eka secara bersamaan karena Eka sudah mengangkat pantatnya. Mata Eka terbelalak ketika ciuman bibir basah Antok telah mencapai liang kenikmatannya. “Ahh..”, Desah panjang nan dalam membahana di ruang tengah yang luas nan sepi. Sesekali lidah Antok menjulur-julur kedalam liang kenikmatan Eka menyelingi kuluman yang dibuat oleh bibirnya. Tak lama kemudian, Eka mengerang, menarik kepala Antok dengan tangannya dan menjepitnya dengan kedua kakinya. Tubuhnya mengejang dan akhirnya menggelinjang. “Oh, kamu nakal banget Tok”, kata Eka manja dan tersenyum puas.
“Itu tadi belum masuk katagori nakal Mbak! Apa Mbak ingin tahu katagori nakal?”, tanya Antok. Eka hanya tersenyum dan mengangguk agak penasaran. Antok langsung melayangkan ciuman di bibir Eka setelah mendapat anggukan dari Eka. Sesaat kemudian Antok telah melepaskan semua celananya sambil tetap memberi ciuman bibir pada Eka. Antok merebahkan Eka di sofa dan segera menindih serta menyetubuhinya. Aksi tiba-tiba yang dilakukan Antok membuat Eka terkejut dalam kenikmatan tingkat tinggi. Antok melepas ciumannya dan menegakkan tubuhnya untuk membuat dorongan maju mandur yang makin lama makin cepat sambil memegang kedua kaki Eka. “Ahh.. ahh.. Tok.. oh..”, desah Eka. Antok melepas pegangan pada kaki Eka dan segera memeluk tubuhnya. Kedua tubuh yang saling bercengkerama itu sama-sama mengejang. Akhirnya Antok dan Eka melepas muatan nafsu asmara yang telah mereka tahan. Kenikmatan dan kepuasan mereka raih bersama-sama dalam selimut duka yang telah menyatukan mereka berdua.
cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
-
Kisah Memek Nafsu Sex Gadis Binal Lagi Sange
Duniabola99.com – Adel, si penggagas ide untuk mendapatkan liburan yang berbeda dibandingkan liburan-liburan sebelumnya masih kebingungan untuk memilih pekerjaan yang cocok. Setelah berpikir cukup lama, Adel mengamati lauk yang sedang dimakannya. Ikan, pekerjaan kasar yang dipilihnya harus berhubungan dengan lauk yang paling ia sukai itu, pikir Adel.
Jika berpikir tentang ikan, pastilah langsung kepikiran nelayan. Adel pun sudah memutuskan. Adel mengepak beberapa helai pakaiannya dan yang paling penting adalah uang dan kartu atm. Adel pergi ke daerah pantai yang pernah ia datangi. Waktu itu ia melihat beberapa nelayan di pantai tersebut. Tapi, Adel harus mencari nelayan dulu yang mau menerimanya untuk tinggal bersama. Adel pergi ke daerah tersebut. Tak lama kemudian, Adel telah sampai.
“permisi, Pak..”.“iya, neng ?”.
“rumah Pak RT di mana yaa ?”.
“oh di sana, neng…neng lurus aja..abis itu belok kiri..”.
“oh..terima kasih ya, Pak..”.
“iya, neng..”. Adel segera turun dari mobilnya saat sudah sampai di depan rumah yang di tunjukkan bapak tadi.
“tok tok tok !!”.
“permisi !!”. Pintu pun terbuka, seorang ibu-ibu yang membukanya.
“permisi, Bu..saya mau ketemu Pak RT..”.
“adek ini siapa ya ?”.
“nama saya Adel, Bu..”.
“saya Endang, istrinya Solihin, Pak RT di sini, dek Adel ada keperluan apa ya ?”. Keduanya pun bersalaman.
“begini, Bu…saya lagi neliti kehidupan nelayan buat jadi bahan skripsi saya…saya mau minta izin ke Pak RT..”.
“oh begitu, dek Adel udah ada tempat nginap di rumah warga di sekitar sini ?”.
“itu dia, Bu..saya belum ada..makanya saya mau izin ke Pak RT sekalian minta tolong di cariin warga di sekitar sini..boleh, Bu ?”.
“oh boleh boleh, dek..ayo dek Adel masuk dulu..langsung ngomong sama bapak..”.
“iya, Bu..terima kasih..”.
“ayo dek, silakan duduk dulu..Ibu panggil Bapak dulu..”.
“iya, Bu..”. Tak lama kemudian, Endang keluar dengan seorang bapak-bapak.
“ini dek Adel ya ?”.
“iya, Pak..saya Adel..”.
“ada perlu apa ke sini ?”. Adel pun menjelaskan seperti apa yang dijelaskan ke Endang.
Cerita Dewasa Adel Si Gadis Nelayan
Meskipun Adel berbohong, tapi kata-kata yang keluar dari mulutnya mengalir dengan lancar.
“hmm…begitu ya, Dek..adek tunggu di sini sebentar..saya mau tanya warga yang mau dulu..”.
“maaf, Pak…saya jadi gak enak ngerepotin…”.
“gak apa-apa, Dek Adel…kalo gitu, saya pergi dulu yaa..”. Sambil menunggu, Adel mengobrol dengan
Endang di ruang tamu rumah Endang. Tak lama kemudian, Solihin sudah kembali.
“Dek Adel, ayo ikut Bapak..”.
“iya, Pak..Bu Endang, saya pergi dulu..”. Adel mengikuti Solihin yang berjalan melewati rumah-rumah warga yang sederhana.
Hampir semua warganya berprofesi sebagai nelayan sehingga rumah-rumah yang ada hampir sama.
“nah, Dik Adel..ini namanya pak Supri..”.
“Adel..”, ujar Adel sambil menyalami Supri dan tersenyum.
“Supri..”
“nah ini istrinya Pak Supri..namanya Bu Juju..”.
“Adel..”.
“Aminah..”.
“nah, Pak Supri..ini Adel yang tadi saya bicarakan..gimana ? boleh Dik Adel tinggal disini, Pak ?”.
“boleh..”.
“kalau ibu Juju?”.
“berapa lama Nak Adel mau tinggal?”.
“hmm..mungkin sekitar 1 minggu..paling lama mungkin 2 minggu..boleh ya, Bu, Pak ? saya janji deh bakal bantu-bantu n’ gak nyusahin..”, rayu Adel.
“iya, boleh, Nak Adel..”.
“makasih banget Bu Juju..”, ujar Adel, memeluk Juju.
“kalo Bapak ?”.
“iyaa, boleh, neng..”.
“makasih, Pak Supri..”. Adel hanya menyalami Supri.
“kalo begitu..besok saya mulai tinggal di sini..makasih ya Pak Solihin udah bantu saya..”.
“iya, Dek Adel…saya seneng bisa bantu…”.
Adel pun mengobrol dengan Solihin, Juju, dan Supri. Layaknya orang yang benar-benar sedang meneliti, Adel kadang melayangkan pertanyaan ke Juju dan Supri. Setelah rasanya cukup mengakrabkan diri kepada keluarga nelayan itu, Adel pun pamit untuk pulang karena baru besok dia akan pindah.
Rumah Supri benar-benar sederhana layaknya rumah-rumah nelayan seperti umumnya, namun bukan Adel namanya jika hanya gara-gara itu dia jadi mengurungkan niatnya. Gadis manis itu malah bersemangat dan jadi tak sabar, ingin tinggal bersama keluarga yang sederhana. Keesokan harinya pun, Adel kembali dengan sudah membawa kopernya.
“tok tok tok”.
“eh Nak Adel..silahkan masuk..”, suruh Juju.
“Pak Supri kemana, Bu ?”.
“lagi jemput Didit sama Indah di sekolah..”.
“oh, anak-anak Ibu biasa pulang jam segini ya ?”.
“iya, nak…ayo, Nak diminum dulu..”.
“aduh si Ibu..pake repot-repot..makasih ya, Bu..”.
“Nak Adel..sini ikut Ibu..”.
“iya, Bu..”. Adel mengikuti Juju masuk ke kamar yang hanya tertutup dengan kain saja, tak ada pintu.
“nah, Nak Adel nanti tidur di sini bareng Ibu sama Indah..”.
“lho ? Bapak Supri nanti tidur dimana ?”.
“nanti biar Bapak tidur sama Didit..”.
“tapi Bapak gak apa-apa, Bu ?”.
“gak apa-apa…Ibu udah ngomong sama Bapak..”.
“oh..makasih yaa, Bu..”.
“baju-bajunya Nak Adel taruh di lemari ini aja..”.
“iyaa, Bu..”.
Adel memasukkan baju-bajunya yang ada di koper ke dalam lemari. Juju mengajak Adel keliling rumah, menunjukkan dimana dapur dan kamar mandinya. Adel benar-benar prihatin, lantai dapurnya dari pasir. Kamar mandinya juga memprihatinkan, hanya seperti sebuah bilik. Tak lama kemudian, Supri, Indah, dan Didit pulang dari sekolah.
“kakak ini siapa, Bu ?”, tanya Indah.
“mmm..ini..”, Juju kebingungan bagaimana menjelaskan ke anaknya yang masih kecil itu.
“kakak ini temen adiknya Ibu..”.
“terus kakak di sini mau apa ?”.
“ya kakak bantu-bantu aja di sini…”.
“oh…”.
“udah sana..ganti seragamnya…ayo kamu juga, Dit..”.
“iyaa, Bu..”. Indah dan Didit pun masuk ke dalam kamar dan langsung keluar lagi dengan pakaian yang agak lusuh.
Didit pun langsung keluar untuk bermain. Sementara Indah penasaran dengan orang asing yang ada di rumahnya.
Cerita Mesum Adel Si Gadis Nelayan
“kakak, kakak..”.
“iyaa ?”.
“nama kakak siapa ?”.
“nama kakak, Adel…nama kamu Indah kan ?”.
“iya, kak…kakak tinggal di mana ?”.
“di daerah Jakarta…”.
“oh…terus kakak kelas berapa ?”.
“kakak udah gak sekolah, sayang…kakak kuliah..”.
“apa, kak ? kul..kuliah yaa, kak ? kuliah itu apa, kak ?”.
“iyaa..kuliah itu…hmm..kamu sekarang kelas berapa ?”.
“kelas 5 sd, kak..”.
“nah kamu tau kan ada SMP abis itu SMA ?”.
“iyaa..”.
“nah kuliah itu habis SMA..”.
“oooh…wah berarti kakak pinter banget dong ? ajarin Indah ngerjain pr dong ?”.
“ayoo..mana sini prnya..tapi Indah yang ngerjain yaa..kakak cuma ngajarin doank lho..”.
“iyaa dong, kak..”.
Supri dan Juju tersenyum, belum ada sehari tapi Adel sudah membantu anak mereka mengerjakan pr. Adel kagum dengan Indah, cuma sekali di ajari, dia langsung bisa. Pasti gedenya pinter nih anak, pikir Adel.
Secara diam-diam, Supri memperhatikan Adel. Sebagai lelaki normal, Supri tertarik dengan Adel.
Dibandingkan istrinya, Adel jauh lebih cantik dan manis dan tentu tubuh Adel lebih menggiurkan daripada Juju. Tubuh gadis muda itu terlihat begitu padat dan montok, pantatnya sekal, dan kedua kemasan susunya juga sangat menggiurkan, tak heran kalau Supri sering salah tingkah jika berhadap-hadapan dengan Adel sebab pikiran-pikiran jorok tentang Adel selalu mampir ke otak Supri.
Tapi, Supri tidak tahu sifat asli Adel, si gadis manis yang terlihat kalem itu. Dalam waktu sehari saja, Adel bisa mengakrabkan diri dengan keluarga barunya. Didit juga sudah lumayan akrab dengan Adel. Di antara 3 temannya yang lain, memang Adel yang paling jago bersosialisasi dengan orang lain. Bisa dibilang, Adel adalah cewek yang easy going dan asik.
“Pak Supri..”.
“iya, neng ?”.
“Pak Supri kalau pergi ke laut, jam berapa berangkatnya, Pak ?”.
“ngelaut ? jam 5 pagi, neng…kenapa, neng ?”.
“saya mau ikut dong, Pak ?”.
“ikut ? kok neng mau ikut ? buat apa, neng ?”.
“ya buat jadi bahan skripsi saya, Pak…saya mau tahu caranya nelayan pas lagi nangkep ikan, Pak…”.
“oh begitu..tapi neng Adel bisa gak bangun pagi ?”.
“bisa, Pak..tenang aja..boleh ya, Pak ?”.
“iyaa boleh, neng…”.
Bagaimana Supri bisa menolak, pergi ke laut untuk menangkap ikan ditemani gadis manis, tentu tidak akan bosan. Adel terbangun karena ingin buang air kecil. Kebiasaan buruknya sejak kecil memang belum bisa hilang. Dengan sangat hati-hati, Adel turun dari tempat tidur agar tidak membangunkan Juju dan Indah yang tidur di sampingnya.
Adel berjalan ke kamar mandi dengan menyalakan fitur senter di hpnya untuk menerangi jalannya karena lampu petromax yang menyala tidak terlalu terang. Supri keluar dari kamar Didit karena sudah jam 4.30 pagi. Supri menyiapkan jalanya, melipatnya dengan rapi agar tidak kusut nanti saat dilempar. Dia dengar ada suara dari arah kamar mandi.
Dia pun berjalan ke arah kamar mandi untuk mencari tahu ada apa. Dia tahu ada orang di dalam kamar mandi, Supri sengaja tak bersuara karena siapa tahu yang sedang di kamar mandi adalah Adel. Supri mengintip dari celah-celah bilik kamar mandi yang terbuat dari bambu itu. Supri sumringah, dewi fortuna sedang berpihak padanya. Orang yang ada di dalam kamar mandi memang benar Adel yang sedang jongkok.
“ccrrr…”, bunyi air yang jatuh ke dalam wc. Mata Supri pun tak berkedip, menikmati pemandangan yang ada di depan matanya.
“hhh !!”, nafas Supri menjadi cepat ketika melihat Adel mengobel-ngobel vaginanya sendiri.
“ah !! akhirnya lega juga..”, ujar Adel setelah selesai mengeluarkan sisa-sisa air seninya dari liang kewanitaannya.
Pandangan Supri tertuju ke daerah intim Adel yang terlihat jelas ketika Adel berdiri. Tak ada rambut yang menutupi daerah segitiga Adel. Jelas sekali bagi Supri untuk bisa melihat bentuk vagina
Adel. Supri menelan ludahnya sendiri, nafsu sekali melihat lembah kewanitaan milik Adel. Bibir vagina Adel terlihat begitu rapat, pastilah sempit dan hangat di dalamnya, begitu yang dipikirkan Supri. Supri langsung ngibrit begitu Adel akan keluar kamar mandi.
“eh Pak Supri udah bangun ?”.
“i..iya, neng..”.
“udah biasa bangun jam segini ya, Pak ?”.
“i iya, neng..”.
“Bapak mau berangkat sekarang ?”.
“i..iya, neng…”.
“kalo gitu saya siap-siap bentar ya, Pak…”. Adel mencuci mukanya agar lebih segar dan merapikan rambutnya.
“ayo, Pak…”. Adel dan Supri berjalan menuju pinggir laut. Supri masih terbayang-bayang dengan selangkangan Adel tadi.
Ada sebuah perahu yang tidak bagus namun cukup besar. Ada 2 orang pria yang berada di dekat pria itu.
“eh, Pri…siapa tuh cewek cakep ?”.
“kenalin…ini namanya Adel, mahasiswi dari Jakarta..”.
“Jaka..”.
“Untung..”.
“Adel..”, balas si gadis manis sambil tersenyum dan bergantian menyalami tangan kedua pria berkulit hitam itu.
“neng Adel ngapain ke sini ?”.
“saya dapet tugas dari kampus disuruh cari tahu tentang kehidupan nelayan..makanya saya ikut Pak Supri ke laut…”.
“jadi neng Adel mau ngelaut bareng kita nih ?”.
“iyaa, Pak Jaka, Pak Untung..boleh kan saya ikut ?”.
“ya boleh dong, neng…”, dua pria itu tersenyum. Jaka, Untung, dan Supri menaruh jalanya di dalam perahu.
“ayo, neng Adel naik…”.
“iya, Pak…”. Belum terbiasa naik ke kapal yang sudah mengambang di air, Adel pun limbung dan akan jatuh ke belakang.
Dengan refleks cepat, Supri langsung menahan tubuh Adel dengan menggunakan tangan kanannya untuk menahan punggung Adel sementara tangan kirinya menahan pantat Adel.
“ma..ma..af, neng…”, ujar Supri langsung takut Adel marah karena telah memegang pantatnya.
“gak apa-apa, Pak…tadi kan Bapak nolongin saya..”, jawab Adel ditambah dengan senyumannya yang manis. Supri jadi agak tenang.
“hati-hati neng, naiknya..”.
Cerita Hot Adel Si Gadis Nelayan
Dengan berpegangan pada Supri, Adel bisa naik ke atas perahu dengan mudah. Setelah itu, Supri, Jaka, dan Untung mendorong kapal lebih ke laut sebelum naik ke atas kapal.
Mesin perahu pun dinyalakan. Jaka yang mengendalikan mesin sementara Untung dan Supri menyiapkan jala. Jaka pun memandangi lekuk-lekuk tubuh Adel dari belakang.
“ckck…”, decak Jaka sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Andai saja punya istri seperti ini, pasti malas untuk mencari ikan, inginnya di ranjang terus, pikir Jaka. Perahu pun berhenti, Jaka, Untung, dan Supri mengambil jala mereka masing-masing. Setelah di urai agar tidak kusut. Jaka melemparkan jalanya ke bagian samping kanan perahu sementara Untung ke bagian kiri dan Supri ke bagian depan.
“oh iya, Pak…ini perahu punya siapa ?”.
“oh ini perahu punya kita betiga, neng..”.
“oh punya bertiga…patungan gitu ceritanya ?”.
“iyalah, neng…kalo buat perahu sendirian mahal…”.
“oh iyaa juga yaa…”. Adel pun menyaksikan 3 nelayan itu melempar jala, menariknya, dan menuang ikan ke dalam perahu lalu melempar jalanya lagi.
Adel pun merekam semua kegiatan 3 nelayan tersebut dengan handycam mahalnya. Handycam yang tahan air. Selesai sudah melaut hari itu, matahari sudah lumayan tinggi bersinar.
“wah ikannya banyak juga yaa, Pak…”.
“segini malah sedikit, neng..biasanya lebih banyak…”.
“oh..saya kira segini udah banyak..”.
“belum, neng…kalo cuma segini..biasanya nanti siang ngelaut lagi..”, jelas Jaka.
“oh..nanti siang saya boleh ikut lagi kan, Pak ?”.
“pasti boleh lah, neng…kan lumayan bisa nambah semangat..hehe..”, canda Untung mulai menggoda Adel.
“ah, Pak Untung bisaa aja niih…”. Mereka pun kembali ke pinggir laut.
Supri beserta 2 kawannya melabuhkan perahu mereka.
“neng Adel pulang aja duluan…kita bertiga mau bawa ikan ke pasar dulu..”.
“oh ya dah, Pak…Pak Jaka, Pak Untung…Adel pulang duluan yaa..”.
“oh iyaa neng…”. Adel pun berjalan ke rumah Supri.
“dari laut yaa, Nak ?”, tanya Juju yang melihat Adel berjalan.
“iyaa, Bu…rasanya capek juga yaa, Bu…padahal saya tadi gak ngapa-ngapain…”.
“yaa namanya juga Nak Adel belum biasa…”.
“mungkin juga kali yaa, Bu…”.
“yaudah, Nak Adel istirahat dulu abis itu Nak Adel mandi…”.
“iyaa, Bu…”. Setelah mandi dan berganti pakaian, Adel pun keluar dari rumah.
“sini, Bu…saya bantuin jemur pakaiannya…”.
“makasih, Nak…”. Adel pun mengobrol dengan Juju sehabis menjemur, tak lama kemudian Supri pulang.
Pagi pun berganti menjadi siang hari yang terik. Kedua anak Supri telah pulang dari sekolah dan telah berganti pakaian.
“ayo semua, kita makan…”.
“maaf nih, Nak Adel…hari ini cuma ada ikan asin, tumis kangkung sama tempe goreng doang..”.
“gak apa-apa, Bu…saya malah seneng banget…”.
Adel pun membuktikan perkataannya. Dengan lahap, Adel memakan nasi dengan lauk yang tersedia. Juju tersenyum senang, tak disangka olehnya, mahasiswi kaya itu kelihatan lahap sekali makan hanya dengan ikan asin dan tumis kangkung yang dibuatnya. Kirain semua orang kaya sombong, gak mau makan beginian, pikir Juju. Setelah makan, Adel membantu Juju membersihkan piring-piring. Sementara, seperti biasa Didit pergi ke luar untuk bermain bersama teman-temannya.”Bapak…mau ke laut lagi kan ?”.
“kayaknya gak jadi, neng..”.
“lho ? kenapa, Pak ? bukannya tadi ikannya kurang banyak ?”.
“tadi pas lagi di jalan ketemu orang dari restoran…beli semua ikan…lebih mahal daripada di jual di pasar…”.
“waah…beruntung dong, Pak hari ini…”.
“iyaa, neng…”.
“kalo gitu…gimana kalo saya ngajak Indah naik perahu Bapak…”.
“iya boleh, tapi neng..”.
“bahan bakarnya ? tenang aja, Pak…saya beliin deh…”.
“iya, neng…”. Adel memberi uang ke Supri yang langsung keluar rumah.
“Indah, mau nggak jalan-jalan sama kakak naik perahunya Bapak ?”.
“wah, mau ! mau ! mau, Kak…”.
“yaudah..kamu siap-siap gih sana…”.
“iya, Kak…”.
Mereka berdua pun menuju ke perahu dimana Supri sudah selesai mengisi bahan bakar perahunya. Mereka bertiga menikmati pemandangan laut. Indah dan Adel begitu akrab bagai kakak-adik malah seperti ibu-anak. Supri masih terngiang-ngiang dengan memori tadi pagi. Andai aja neng Adel jadi bini gue, pikir Supri.
Memang, Adel tidak terlalu cantik seperti 3 temannya, tapi wajahnya lumayan manis, tubuhnya pun cukup padat berisi, belum lagi Adel mempunyai inner beauty karena keramah-tamahannya dan easy-going, enak diajak ngobrol membuat daya tarik tersendiri bagi Adel. Puas menikmati keindahan laut, mereka bertiga pulang ke rumah. Adel benar-benar senang sekali, keinginannya terpenuhi, menikmati keindahan laut, meskipun ada satu lagi keinginannya yang belum atau kemungkinan besar tidak akan terpenuhi.
Indah dan Adel sama-sama tidur setelah sampai di rumah. Juju sedang keluar rumah sehingga tinggal Supri yang sedang ngaso di depan rumah. Terngiang-ngiang akan pemandangan selangkangan Adel, pikiran nakal singgah di otak Supri. Supri mengintip ke kamar istrinya, Adel masih tidur pulas bersama Indah. Supri berjalan ke luar rumah menghampiri jemuran istrinya.
Supri mencari pakaian Adel yang ada di jemuran. Supri ingin mencari celana dalam atau setidaknya bra yang digunakan Adel. Supri keheranan dan kebingungan, dia tak menemukan cd ataupun bh Adel. Yang ada cuma baju atau celana 3/4 milik Adel. Jika ada celana dalam, paling itu punya Juju. Terbesit 2 jawaban di otak Supri. Adel tidak ganti celana dalam atau bh selama 2 hari atau 2 hari ini Adel tidak pernah memakai bh dan celana dalam. Membayangkan jawaban kedua, timbul tonjolan di celana Supri. Supri membayangkan lebih jauh, dirinya membayangkan Adel tak mengenakan apapun saat melaut. Pastilah begitu indah melihat keseksian tubuh telanjang dari gadis muda nan cantik seperti Adel di atas perahu.
“heh…Bapak ngapain ngeliatin jemuran ?”, tanya Juju.
“nggak, Bu…Bapak ngecek udah kering apa belum ?”.
“oh..neng Adel udah bangun, Pak ?”.
“belum, masih tidur sama Indah…”.
“oh..”. Hari itu pun berlalu seperti biasa.
Keesokan paginya, seperti pagi kemarin, Adel dan Supri sudah siap untuk melaut. Supri agak terkejut melihat Adel yang memakai kaos putih. Kaos putih membuat payudara Adel lebih ‘jelas’. Apalagi, Supri melihat ada tonjolan kecil tepat di bagian dada Adel.
“kenapa, Pak ?”.
“nggak, neng…”, Supri langsung memalingkan wajahnya karena tertangkap basah oleh Adel melirik ke bagian dadanya.
“ayo, Pak..kita berangkat yuk..”.
“eh bapak-bapak…udah pada di sini yaa…”, sapa Adel yang baru datang bersama Supri.
Mereka pun langsung melaut.
“Pak…saya mau nyoba dong…”.
“neng bisa ?”.
“saya mau nyoba aja, Pak..”.
“yaudah..nih, neng..”. Adel melempar jala, mendiamkannya.
“nah neng..sekarang tarik jalanya…”.
“mmmpphh !!!”, Adel menarik jala yang sekarang jadi berat.
“aduh beraat, Pak !!”.
“sini, Bapak bantuin…”. Untung meraih ke bawah untuk menggenggam jala dan membantu Adel menarik jala.
“wah ikannya banyak, Pak…”, ujar Adel kegirangan.
“iya neng..mentang-mentang cewek cakep yang ngelempar jala..ikannya pada banyak yang masuk jala…”.
“ah Pak Untung bisa aja…”. Untung pun mengeluarkan ikan dari jala.
“lagi ah, Pak…”. Adel melempar jala lagi. Kali ini, jalanya lebih berat dari sebelumnya. Adel pun menarik dengan sekuat tenaga. Kaki Adel mencari pijakan yang kuat, tapi salah menapak.
“byurr !!!”. Adel pun tercebur ke dalam air. Dengan sigap, Supri meloncat ke dalam air. Untung dan Jaka membantu Adel naik lagi ke atas perahu.
“neng Adel gak apa-apa ?”.
“nggak apa-apa, Pak..tadi cuma kepleset aja kok…”.
“gleek…”. Jaka dan Untung meneguk ludahnya sendiri.
Kaos putih polos yang dikenakan Adel kini menjadi transparan karena basah terkena air sehingga terlihatlah daging kembar milik Adel oleh Jaka dan Untung.
Bukannya tidak sadar, Adel justru sadar sekali Jaka dan Untung sedang memandangi payudaranya, tapi Adel malah menengok ke belakang dan menaruh tangannya di pantatnya sendiri.
“yah basah deh celana tinggal satu-satunya…”. Karena Adel melihat ke arah pantatnya, otomatis dadanya jadi semakin membusung ke depan, tepat ke hadapan Jaka dan Untung.
“Pak Supri, sini saya bantu…”. Adel merunduk, pantatnya mengarah ke Jaka dan Untung.
Benar dugaan Supri, Adel tak memakai bra. Supri bisa melihat dengan jelas ‘kemasan susu’ Adel melalui lubang leher kaosnya. Adel merasa begitu liar, begitu nakal. Kedua buah payudaranya sedang diintip Supri dari depan sedangkan pantatnya sedang diamati dengan seksama oleh Jaka dan Untung. Tiba-tiba dua tangan menyelinap dari belakang Adel, menampung 2 daging empuk Adel yang menggantung itu dan langsung meremasinya. Spontan, Adel langsung berdiri tegak dan melihat ke belakang, ternyata Untung.
“Pak Untung ! STOP !!!”, nada Adel kencang sambil berusaha keras menjauhkan kedua tangan Untung dari payudaranya.
Tapi, tangan Untung tetap kokoh menggenggam dada Adel. Meremasinya dengan sangat bertenaga sehingga Adel agak kesakitan. Untung sengaja melakukan itu agar Adel tahu siapa yang berkuasa dan menegaskan bahwa payudaranya sudah dikuasai. Tiba-tiba, Jaka sudah berdiri di samping Adel. Tangannya langsung menangkup daerah selangkangan Adel. Bergerak perlahan mengelus-elus vagina Adel bagai mengelus kucing (pussy) untuk dimanja.
“tenang aja, neng Adel…kalo neng Adel pasrah..neng Adel juga bakalan enak, kok..hehe”. Sebenarnya, Adel hanya berakting saja.
Batinnya malah berteriak minta vaginanya disodok secepatnya. Inilah fantasi liar Adel yang tak pernah terpenuhi. Berhubungan intim di atas perahu adalah hal yang sangat liar bagi Adel yang ternyata memang eksibisionis sejati. Kaos Adel yang basah bisa dirobek Untung dengan mudahnya dan langsung kembali meremas-remas payudara Adel yang empuk dan sesekali memilin, menarik, dan memencet-mencet kedua puting Adel.
Melihat temannya yang sudah beraksi, Jaka tak mau kalah. Dibukanya kancing dan resleting celana 3/4 yang dikenakan Adel lalu langsung memelorotinya ke bawah. Supri dan Untung terkejut sama seperti Jaka saat melihat vagina Adel. Ternyata, Adel juga tak memakai celana dalam.
“wah neng Adel juga gak pake kancut…kayaknya neng Adel emang udah tau bakal kita pake nih..gakgakgak !!!”, ejek Jaka.
Jaka pun langsung meremas-remas lembah kewanitaan Adel dengan penuh nafsu. Jari-jarinya menari di sekitar bibir vagina mahasiswi manis itu.
“jaangaannnnhhhh, Pakkhhh !!!”, lirih Adel yang sudah tak kuasa merasakan hawa nafsunya yang semakin terpancing karena tiga titik vitalnya sedang dirangsang oleh 2 nelayan itu.
Jaka pun jongkok di depan Adel yang masih dipeluk dan diremasi payudaranya oleh Untung dari belakang karena Jaka ingin sekali melihat vagina Adel dengan jelas.
“ckck…”, decak Jaka.
“memek cewek cakep emang beda…hehe…bikin ngiler..wehehehe !!”, pujian sekaligus ledekan keluar dari mulut Jaka yang sedang asik mengusap-usap vagina Adel.
“aaahhhh….”, lirih Adel, tubuhnya bergetar-getar saat Jaka mulai memainkan klitorisnya sekaligus mengaduk-aduk liang vaginanya.
Jaka dan Untung semakin gemas dengan Adel sehingga aktivitas mereka pun semakin menggila. Adel tak kuasa lagi, dia hanya bisa mendesah dan melirih nikmat sambil menggeliat-geliat. Adel pasrah kedua payudaranya diremasi Untung dengan nafsunya, dan vaginanya habis dikobel-kobel oleh Jaka. Untung menjilati kuping kanan Adel karena saking ‘gemas’nya dengan tubuh montok Adel. Supri yang berada di depan Adel hanya bisa terdiam melihat dua buah payudara Adel berada di genggaman tangan Untung sedangkan vagina Adel tak terlihat karena tertutup kepala Jaka yang sedang asik menjilati kemaluan Adel.
“Paaakhh…Suuppriihhhhh…”, lirih Adel sambil memandang ke Supri dengan pandangan mata yang sayu dan ekspresi wajah yang terlihat sedang di mabuk birahi.
Burung Supri pun sebenarnya sudah ingin keluar dari sarang, tapi Supri masih bingung harus berbuat apa.
Mendengar desahan Adel, Untung pun berkomentar.
“tuh Pri…udah dipanggil…”. Tengah terjadi perang batin di dalam hati Supri antar nafsu dan nurani.
Tapi, panggilan Adel tadi memang bukan panggilan minta tolong. Justru Adel ingin Supri agar ikut menggerayangi tubuhnya. Adel sudah sangat bergairah, tak menyangka fantasi liarnya sedang proses terwujud.
“terusssss….ooohhhh…”, desis Adel menekan kepala Jaka ke selangkangannya.
Lidah Jaka dengan lihainya menyapu setiap jengkal dari daerah kewanitaan Adel dan melata-lata di dalam rongga vaginanya.
“aaaahh…aaahhh…AAAKKHHH !!!”.
Mulut Jaka bagai vacuum cleaner yang menyedot habis cairan vagina Adel. Dengan sapuan terakhir, lidah Jaka membelai dari bawah bibir vagina Adel sampai ke klitorisnya.
“gimana, Jak rasa memek mahasiswi caem ?”.
“uenak tenan, rek…gurih kayak santen…”.
“kalo gitu..neng Adel, Pak Untung juga minta santennya yaa ? hehehe”.
Untung membalikkan Adel sehingga berhadap-hadapan dengannya.
“mmpphhhhhh….”. Untung langsung menyambar bibir halus Adel tanpa basa-basi.
Dengan nafsunya, Untung memagut, mengemut bibir Adel dan menjilati wajahnya sehingga sekarang yang tercium di hidung Adel hanya bau jigong Untung saja. Lidah Untung pun mendesak masuk ke dalam rongga mulut Adel yang terbuka karena Adel mencari udara. Betapa kagetnya Untung saat merasakan perlawanan dalam rongga mulut Adel.
Rupanya Adel pun memainkan lidahnya. Untung memandang wajah Adel, namun Adel memejamkan matanya, terlihat begitu menikmati ciuman. Dalam hati, Untung merasa senang. Rupanya, mahasiswi manis ini memang ingin diperkosa dan disetubuhi. Bosan dengan bibir atas Adel, Untung langsung pindah ke ‘bibir’ Adel yang lainnya.
“nyymmmm…heemmhh…wuuueenaaakk !!!!”, celoteh Untung menikmati ‘rasa’ dari celah sempit pada tengah-tengah selangkangan Adel.
“eeemmmhhh teerruusshh Paaakkhhh !!”, ungkap Adel yang semakin memajukan pinggulnya seolah ingin menyajikan vaginanya kepada Untung.
Untung pun menarik pinggang Adel ke arahnya sehingga wajah nelayan jelek itu semakin menempel dan semakin terbenam di selangkangan mahasiswi manis itu. Orgasme didapatkan Adel lagi, Untung pun sibuk menyeruput ‘sari’ vagina Adel yang sedari tadi memang sudah ditunggu-tunggunya.
“rasanya gurih tenan !! hahaha !!!”. Untung mencolek bibir bagian dalam vagina Adel lalu memasukkan jarinya yang basah dengan cairan vagina itu ke dalam mulut Adel.
“gimana, neng Adel ? enak kan rasa memeknya ? gehehe !!!”.
Adel memang tak menjawab, tapi dia mengulum jari Untung.
“neng Adel..kenapa kemaren gak bilang sih kalo memeknya rasanya enak banget. ya nggak, Tung ?”, bisik Jaka dari belakang Adel.
“iye..bener tuh..wahahaha !!”. Tangan Jaka beralih untuk ‘mengusik’ selangkangan Adel.
“eh Supri…mao nyobain memek neng Adel juga kagak ?”. Jaka mengajak Adel berputar sehingga sekarang
Supri bisa melihat tubuh Adel lagi yang tadi tertutup badan Jaka.
“jangan malu-malu, Pri…kapan lagi lo bisa ngerasain memek kayak gini ?”, Jaka membuka dan melebarkan bibir vagina Adel.
Adel benar-benar merasa begitu bergairah melihat kedua mata Supri yang sangat terfokus pada vaginanya. Adel memang suka sekali jika ada yang memandangi tubuhnya, membuat Adel merasa seksi dan semakin bersemangat memperlihatkan lekuk tubuhnya. Apalagi saat ini dia telanjang bulat di depan 3 pria dengan tatapan mata yang sangat lapar. Benar-benar begitu liar yang dirasakan Adel. Sejak dulu, Adel memang suka sekali kalau ada yang memperhatikannya.
Saat Adel masih kelas 2 SMP, Adel pernah jatuh terjerembab ke belakang karena terkena bola basket.
Posisi Adel jatuh dengan kaki yang mengangkang, roknya pun tersingkap ke atas. Alhasil, teman-temannya yang sedang bermain basket melihat celana dalam Adel dengan jelas. Adel langsung berdiri dan lari dengan wajah yang merah karena sangat malu. Bagaimana tidak malu, mungkin ada sekitar 10 anak laki-laki yang melihat celana dalamnya.
Tapi, kejadian itu adalah awal mula munculnya sifat eksibisionis di dalam diri Adel. Semenjak itu, Adel sangat menyukai rasa dag dig dug dan rasa malu yang dirasakannya saat tahu kalau ada pria yang memandangi tubuhnya. Dan pada kelas 3 SMP, Adel sudah mulai meninggalkan yang namanya bra dan cd sampai sekarang. Adel hafal betul dengan jadwal mensnya agar tahu kapan harus memakai celana dalam.
“neng Adel…boleh kan si Supri ngerasain memek neng juga ?”.
“iyaaaa…”, jawab Adel sambil mengangguk pelan.
“tuh, Pri…udah di ijinin…”. Tak ragu-ragu lagi, Supri langsung jongkok dan menyantap vagina Adel dengan rakus seperti orang kesetanan, kerasukan setan nafsu.
“ooohhh oouuuhhh aaahhhh”, desah Adel menggeliat-geliat hebat dan menekan kepala Supri ke selangkangannya sendiri kuat-kuat.
Adel terengah-engah, tubuhnya bermandikan keringat, desahannya menandakan kalau dia sedang larut dalam kenikmatan yang teramat sangat. Sambil terus meresapi kenikmatan yang sedang dirasakannya, Adel melihat ke bagian bawah tubuhnya yang disantap habis-habisan oleh Supri.
Adel tak menduga sama sekali, serangan lidah Supri akan begitu dahsyat seolah-olah Supri sudah tahu bagian mana yang harus disentuh, dijilat, dan disentil dengan lidahnya itu. Lidah Supri begitu lincah membelai daerah kewanitaan Adel sehingga membuat pemiliknya begitu keenakan sampai terengah-engah dan mengerang lepas.
“Tung..bawa kite ke pulo yang waktu ntu…gak enak kalo ngentot di kapal..”, ujar Jaka kepada Untung sementara kedua tangannya tetap saja asik meremasi kedua payudara Adel.
“seph daah..”. Tak lama, perahu pun melabuh di pinggir pantai.
Hanya terlihat hutan dan pohon-pohon tinggi. Kedua kaki Adel terasa lemas, tak dapat menopang tubuhnya sendiri karena Supri membuatnya orgasme sebanyak 2x. Jaka turun dari perahu duluan, Supri menggendong tubuh telanjang Adel dan memberikan Adel ke Jaka. Jaka mendudukkan Adel di atas pasir dan berdiri di depannya, dan melepas celana. Dengan kasarnya, Jaka membenamkan wajah Adel ke selangkangannya yang bau apek itu.
“ayo neng Adel !! sepongin kontol gue !!!”. Adel menggenggam penis Jaka dan mendekatkan tongkat itu ke mulutnya. Lidah Adel menjulur keluar untuk menyambut kepala penis Jaka.
“jilat neng kayak permen !”. Lidah Adel pun menjalari sekujur batang kejantanan Jaka yang membuat sang pemilik gemetar keenakan.
“ooohhh !!”, Jaka merinding keenakan.
Batang, pangkal batang, dan buah pelirnya terkena sapuan lidah Adel berkali-kali. Pangkal paha Jaka pun juga dijilati Adel. Selangkangan Jaka basah kuyup oleh air liur Adel yang semakin asik mengulum batang Jaka. Adel mengulum, menghisap, dan menyedot ‘perkakas’ Jaka bersama ‘kantung’nya juga.
“neng Adel..masa si Jaka doank yang di sepong ? kita juga mau…hehehe”, ejek Untung sambil menuntun tangan kanan Adel ke penisnya yang sudah ‘bebas’.
Adel pun mulai menggerakkan tangan kanannya. Adel melirik ke arah kiri dan melihat Supri juga sudah tak memakai celana. Tanpa perlu dituntun, tangan kiri Adel langsung menggenggam penis Supri dan mengocoknya. Adel bagai ikan yang sedang sibuk dengan 3 kail pancing saja.
Di antara 3 batang yang ada, punya Supri yang paling lama dioral Adel. Bahkan hanya batang Supri yang diciumi mesra oleh Adel sebelum dikulum. Lama menunggu, Jaka dan Untung langsung menjejalkan penisnya ke mulut Adel sehingga 3 ‘pentungan’ itu saling beradu dan berjejalan di depan mulut Adel. Adel menjulurkan lidahnya keluar dan menggerakkan lidahnya untuk mengenai 3 ujung penis yang tersodor di hadapannya.
“ayo, neng…sekarang tiduran…”. Adel tidur terlentang dan menekuk kedua kakinya dan melebarkan kakinya seolah sudah bersiap diri akan ‘dipakai’ oleh 3 nelayan itu.
3 pria itu pun memandangi vagina Adel yang tertutup pasir karena selangkangan Adel basah oleh air liur Supri, Jaka, Untung tadi sehingga pasir pun menempel. Untung dan Jaka langsung berebutan dan saling dorong, dan Untung lah yang keluar sebagai pemenang.
“neng…numpang nyelipin kontol donk..hehehe…”. Ujung ‘tombak’ Untung pun sudah bersentuhan dengan bibir vagina Adel.
“eemmmmm….”, gumam Adel merasakan benda tumpul masuk ke dalam rahimnya. Batang kejantanan
Untung terus masuk dan masuk membuat sela-sela bibir vagina Adel melebar untuk menyesuaikan dengan diameternya. Pria tua dan gadis muda itu ‘tersambung’ oleh alat kelamin mereka yang saling mengunci.
“sempit banget !! mantaabbhh !!!”, teriak Untung merasakan betapa sempit dan hangatnya liang kewanitaan Adel.
Si pria tua itu begitu keenakan, penisnya bagai dijepit kuat dan diurut-urut oleh dinding vagina si gadis muda. Untung mulai menggenjot vagina Adel.
“uummhh…aahhh…oouuuhhh !!!”, berbagai macam bunyi suara keluar dari mulut Adel.
Jaka mengangkang di perut Adel, meletakkan penisnya di belahan payudara Adel. Jaka pun merapatkan kedua buah payudara Adel untuk menjepit penisnya.
“enaak jugaa !!! angeetthh !!”. Jaka mulai memompa payudara Adel. Pucuk penis Jaka pun kadang menyentuh dagu Adel.
“oohhh oohhh mmmhhh yeeessshhh !!!! ooooohhhhh !!!!”, erang Adel tenggelam dengan kenikmatan.
Untung terus menumbuk vagina Adel dengan penuh nafsu, beda sekali dengan punya istrinya. Vagina Adel terasa begitu sempit, hangat, dan peret, nikmat sekali rasanya.
“giilaa !! maanteebb !!!”, teriak Untung lepas.
“eenngghhh hhemmhhh !!!”. Adel mengejang, kedua kakinya melingkar erat di pinggang Untung.
Untung pun diam menikmati penisnya seperti disiram air hangat, nyaman sekali rasanya.
“dikiitttt lagii !!”. Gerakan Untung semakin cepat.
Hujaman-hujaman penisnya semakin cepat, semakin kuat, dan semakin bertenaga. Nafas 2 manusia itu saling memburu, desahan semakin lepas seperti pelari yang sebentar lagi akan finish. Untung buru-buru mengeluarkan batang kejantanannya itu dan mengarahkannya ke wajah Adel.
“OOOKKHHHHHHH !!!”.
“crrrrrt crrtttttt !!”. Semburan sperma menerpa wajah Adel beberapa kali.
Mata Adel refleks menutup ketika semprotan sperma akan mengenai matanya lalu memukul-mukulkan penisnya ke wajah Adel.
“neng Adel tolong dibersihin dong…belepotan nih…”. Tanpa ragu-ragu, Adel memiringkan tubuhnya dan menggenggam penis Untung.
Dijilatinya batang kejantanan Untung dengan penuh seksama, sesekali diurut dari pangkal hingga ke kepalanya untuk mengeluarkan tetes terakhir dari sperma Untung yang mungkin masih tersisa di lubang kencing milik Untung.
“makasih yaa, neng..hehehe”, Untung mengelus-elus kepala Adel. Begitu puas rasanya melihat wajah gadis semanis Adel belepotan sperma, dalam otak Untung.
“nah neng..sekarang gantian…wehehe…”. Jaka sudah mengarahkan ‘rudal’nya ke satu-satunya ‘sasaran’ yang ada, sasarannya tak lain dan tak bukan adalah selangkangan Adel yang sudah terbuka begitu lebar seolah sudah siap menerima ‘pengunjung’ berikutnya.
Senti demi senti penis Jaka menyeruak masuk ke dalam liang kewanitaan Adel. Sama seperti Untung, Jaka juga keenakan merasakan penisnya seperti ‘digigit’ dengan kuat.
“ini baru memeekkkk !!!”, teriak Jaka.
“manteb kan memeknya neng Adel, Jak ?”.
“mantaab, kontol gue kayak disedot masuk…OOOHH !!!”.
Begitu Jaka mulai menggerakkan ‘tongkat sodok’nya keluar masuk rahim Adel, Adel langsung melingkarkan kedua kakinya di pinggang Jaka seperti sebelumnya saat dia dipompa Untung. Sambil asik menggenjot vagina Adel, Jaka pun meremas-remas payudara Adel.
Adel sempat menutup matanya untuk meresapi kenikmatan kelaminnya yang sedang diaduk-aduk Jaka, tapi ketika Adel membuka matanya lagi, pandangan matanya terhalang oleh kantung zakar dan batang penis, dan juga bau apek tercium di hidung Adel.
“neng Adel…”. Adel melihat ke atas, ternyata punya Supri. Tanpa ragu-ragu, Adel langsung mengoral kelamin Supri.
“emmm…uummmm…”, Adel terlihat begitu menikmati ‘senapan’ Supri.
Tak ubahnya bagai anak kecil yang sedang mengulum lolipop, Adel asik sekali menjilati batang kejantanan Supri. Sodokan-sodokan Jaka membuat Adel semakin menggila. Supri pun sampai merem melek keenakan menerima sapuan lidah Adel. Sementara itu, Untung sudah memakai celana kembali, tersenyum melihat 2 temannya menggarap wanita cantik yang sudah disetubuhinya duluan. Jaka asik mengait vagina Adel dengan penisnya sambil terus memainkan klitoris Adel.
“oopp ooppp neng…”, Supri tak mau ‘keluar’ sekarang. Supri pun menarik penisnya dari mulut Adel, tapi kesusahan karena mulut Adel mengatup batangnya dengan rapat seperti penisnya tersangkut di mulut Adel.
“aampuun neng…uu..udaah neng…”, Supri sampai minta ampun karena Adel terus ‘mengerjai’ penisnya.
Adel membuka mulutnya dan Supri langsung menarik tongkat pancingnya.
“neng Adel suka ama kontolnya Supri ya ? hahahaha !!”, ledek Untung.
Mendengar ejekan Untung, Adel tak bereaksi apa-apa karena terlalu terbuai dengan sentakan-sentakan penis Jaka yang menyundul-nyundul pangkal rahimnya. Tubuh Adel semakin berpeluh keringat, semakin banyak pasir yang menempel di sana-sini pada tubuh Adel.
“uuummmhhhhhh !!! mmmmmnnnhhh !!! ooohhhhhh oohhhhh aaahhhhh !!!!”.
Desahan, rintihan, lirihan, dan erangan Adel semakin menjadi-jadi ketika tusukan-tusukan Jaka semakin cepat dan bertenaga.
“UUUUNNGGHHH !!! NEENG INTAAANNN !!!!”, erang Jaka buru-buru mengeluarkan burungnya dan mengarahkannya ke payudara Adel. Tak perlu waktu lama, gumpalan daging kembar milik Adel pun sudah berhiaskan cairan berwarna putih yang kental dan lengket.
“neng…masih ada sisanya nih..hehehe…”.
Adel pun dengan seksama ‘membersihkan’ penis Jaka lalu meratakan sperma ke seluruh payudaranya, sama seperti sebelumnya, sperma Untung sudah diratakan Adel ke seluruh pelosok wajahnya. Adel masih mengangkang dengan lebar, vaginanya seperti meminta untuk ‘diterjang’ benda tumpul lagi. Adel merasa gairah dan hawa nafsu terus mengalir di dalam darahnya.
Bagi Adel yang memang seorang eksibisionis sejati, berada di luar ruangan seperti pantai, hutan, dan lainnya memang membangkitkan gairah apalagi saat ini dia telanjang bulat dengan 3 lelaki yang menggilir vaginanya dengan semangat. Supri sudah berada di depan selangkangan Adel yang terbuka lebar. Supri menaruh kedua betis Adel di bahunya dan memulai proses injeksi terhadap alat kelamin Adel.
“hhheemmhhh…”. Dengan sigap, bibir kemaluan Adel melebar untuk memberikan ruang bagi ‘tongkat’ Supri agar bisa masuk semakin dalam.
Vagina Adel terus melahap benda asing yang menginvasinya senti demi senti sampai seluruhnya telah tertelan ke dalam ruang hangat dan sempit yang ada di dalam vagina Adel. Sambil memandang batang kejantanannya telah tertanam dengan sangat kokoh di dalam rahim Adel, Supri mengusap-usap bibir bagian atas dari vagina Adel dan sesekali memencet-mencet klitoris Adel. Supri menarik penisnya dengan sangat perlahan sampai tinggal kepalanya saja yang masih ada di dalam liang kewanitaan Adel. Tarikan perlahan memberikan sensasi tersendiri. Supri mendorong penisnya masuk ke dalam lagi juga dengan sangat perlahan.
“hhhhh uuummmmmhhhhhh…”, desahan lembut keluar dari mulut Adel dengan suara yang lemah.
Gerakan penis Supri yang begitu lembut dan perlahan memberikan sensasi tersendiri bagi Adel. Supri membungkuk sehingga kaki Adel pun longsor ke bawah lagi dan langsung melingkar di pinggang Supri untuk menjepitnya agar tidak kemana-mana.
“mmmmmffhhh heemmm ccpphhh cccpphhh…”. Keduanya bercumbu dengan begitu dahsyat dan begitu bernafsu.
Tak ada yang mau mengalah, Adel dan Supri sama-sama saling pagut, saling lumat, saling hisap bibir satu sama lain. Mereka berdua tak henti-hentinya saling mengadu lidah. Keduanya begitu meresapi percumbuan yang sedang terjadi, pelukan mereka juga semakin erat, tak ada yang mau menyudahi ciuman mereka. Adel membuka matanya dan beradu tatapan dengan Supri.
Tidak hanya tatapan nafsu yang terpancar dari sinar mata Supri, tapi juga tatapan lembut dan kasih sayang yang ditangkap oleh mata Adel. Andai aja udah kenal dari dulu, pasti gue udah jadiin bini, pikir Supri. Pak Supri, I LOVE YOU, kata Adel dalam hati. Terjadi pertukaran emosional antara dua insan itu. Pertukaran emosional yang biasanya hanya terjadi antara 2 manusia yang saling mencintai, saling menyayangi, dan saling mengasihi, kini sedang dialami Adel dan Supri yang baru kenal.
Jalinan emosional antara keduanya tercipta bukan hanya dari tatapan mata keduanya, tapi juga dari ciuman panas mereka yang begitu bergairah dan yang semakin memperkuat jalinan itu adalah alat kelamin mereka berdua yang menyatu, penis Supri mengait kencang rahim Adel sementara vagina Adel pun menggigit erat penis Supri. Supri mengangkat tubuh Adel sehingga Adel seperti sedang menduduki penis Supri.
“neng Adel…”.
“Pak Supri…”. Keduanya saling mendesahkan nama satu sama lain lalu sama-sama tersenyum penuh arti.
Adel mengalungkan kedua tangannya ke leher Supri. Adel menutup mata dan memajukan bibirnya seperti mengajak atau lebih tepatnya mengundang Supri untuk mencumbunya lagi. Kesempatan itu tak disia-siakan Supri yang langsung menyambar bibir Adel yang lembut. Supri asik sekali menyantap bibir Adel seperti bibir istrinya sendiri.
“gileee..si Supri jago banget..ampe neng Adel pasrah banget gitu..”, komentar Untung.
“iye..enak banget tuh si Supri…”. Ada sedikit rasa iri dan cemburu melihat Supri yang dilayani Adel dengan sepenuh hati.
Keduanya terlihat sangat mesra dan serasi. Adel melepas ciuman dan mulai bergerak untuk mengocok batang Supri yang sedang mendiami liang vaginanya. Nafas Adel semakin memburu, sesekali Adel diam agar Supri bisa ‘menyusu’ kepadanya. Kedua tangan Supri menampung dan meremas-remas bongkahan pantat Adel. Supri memperhatikan Adel mulai kecape’an sehingga dia kembali menelentangkan Adel seperti sebelumnya dan mulai mencekoki vagina Adel lagi.
“teruussshh Paakhh…ooohhhh…uuummmhhh…”. Keduanya terbuai dalam kenikmatan yang tak berujung seiring alat kelamin mereka yang terus bertubrukkan.
Supri mulai memacu dengan kecepatan maksimal, nafasnya memburu bagai orang berlari.
“hhh…neenngghhh !!! ooohhhh uuuhhhh eeerrrnnhhh”. Matahari semakin meninggi, menyinari Supri dan Adel yang sudah ‘panas’ dari tadi.
“cllkk cllkk cllkk cllkk”, semakin cepat bunyi kecipak air.
“OOOGGGHHHH !!!!”, erang Supri menyemburkan ‘lahar’nya yang putih dan panas itu ke perut Adel.
Supri tidak memegang penisnya karena Adel sendirilah yang memegangi penis Supri. Supri memandangi wajah Adel yang kelihatan begitu kelelahan namun terpuaskan, Adel menampakkan senyum di wajahnya. Supri merasa puas sekali karena telah menuntaskan hajatnya dari kemarin, merasakan nikmatnya ‘surga kecil’ milik Adel. Dengan bertumpu pada lutut, Supri mendekati wajah Adel. Adel pun langsung menyambar penis Supri bagai ikan yang menemukan kail favoritnya.
“nnmmmmm…mmmmmm…”. Adel begitu meresapi mengulum penis Supri.
Lidahnya menggelitiki lubang kencing Supri, mengais sisa-sisa sperma yang ada di dalamnya. Adel mengemuti ujung ‘tombak’ Supri yang berwarna merah muda itu terus menerus. Tubuh Supri gemetar, rasa enak mulai berubah jadi rasa ngilu, tapi Supri enggan menghentikan Adel yang kelihatan asik sekali. Adel pun menyadari kalau Supri sudah merasa tidak nyaman.
Adel pun menciumi batang Supri beberapa kali dan melayangkan ciuman yang sangat mesra ke zakar Supri seolah berterima kasih karena telah membantunya mencapai puncak kenikmatan. Adel meratakan sperma yang ada di perutnya dan meluruskan kedua kakinya setelah lama terbuka lebar dan menatap ke langit, mengistirahatkan tubuh dan jiwanya sambil merasa begitu bebas, tak ada beban.
“neng Adel ?”.
“eh iya, Pak Jaka ?”. Adel membuka matanya dan melihat Jaka, Untung, dan Supri berdiri mengelilinginya. Adel pun duduk ditemani 3 pria itu.
“neng Adel gak marah kan tadi kita entotin ?”.
“nggak apa-apa kok…”, jawab Adel tersenyum.
Adel jadi merasa aneh, tadi 3 pria itu begitu kasar dan beringas memperkosanya, tapi sekarang mereka jadi sopan. Jaka mengumpulkan sedikit kayu dan membakarnya dengan korek api yang dibawa Untung. Supri mengambil 4 ikan. Mereka pun makan bersama-sama sambil mengobrol.
3 nelayan itu kembali melaut karena ikan yang ditangkap kurang banyak sementara Adel tetap di pulau itu. Merasa bosan sendirian, Adel pun memutuskan untuk melakukan kegiatan favoritnya yaitu berenang tanpa busana. Adel memang suka berenang tanpa mengenakan apa pun di kolam renang rumahnya, tapi tak pernah dia berenang tanpa busana di laut lepas sehingga dia berenang dengan semangat.
“berenang nih neng ?”.
“iya nih…kok udah balik lagi, Pak ? gak ada ikan ?”.
“ada..malah dapet lebih banyak nih neng…”.
“wah..bagus donk…kalo gitu sekarang pulang kan ?”.
“iyaa..ayo neng naek…”. Dengan bantuan Supri, Adel pun naik ke atas perahu.
Spontan, 3 pria itu menelan ludah, tak ada yang mengedipkan mata mendapat pemandangan yang begitu menakjubkan. Tubuh Adel terlihat berkemilauan, bulir-bulir air yang membasahi tubuhnya dan juga menuruni setiap lekuk tubuhnya ditambah sinar matahari membuat keseksian tubuh Adel menjadi semakin erotis dan sensual.
“neng Adel..”.
“iya, Pak ?”, jawab Adel sambil membetulkan rambutnya yang basah.
“ngeliat neng basah-basahan..Bapak jadi pengen lagi..hehe..”.
“iya, neng…sekali lagi sebelom pulang donk..hehe…”.
“mm…”. Adel mengangguk sambil tersenyum.
Jaka, Untung, dan Supri pun menggumuli Adel di pinggir pantai lagi, tapi kali ini mereka bertiga ‘menyerang’ Adel sekaligus. Supri menumpahkan maninya ke wajah Adel, sedangkan Jaka ‘mentato’ payudara kiri Adel dengan spermanya, dan payudara kanan Adel dihias oleh Untung. Tanpa mengelap sperma 3 orang itu, Adel pun naik perahu. Adel tetap bertelanjang ria selama berlayar pulang sehingga tak heran payudara dan pantatnya menjadi ‘sasaran empuk’ bagi tangan-tangan jail Supri, Jaka, dan Untung. Vagina dan pantat Adel pun sesekali dikobel dan dikorek oleh 3 nelayan itu. Perahu beberapa kali berhenti karena Jaka, Untung, dan Supri ingin melepaskan dahaga akan rasa vagina Adel. Adel pun dengan senang hati menyediakan vaginanya untuk digerogoti 3 nelayan yang sudah tua dan jelek itu.
“celana saya mana, Pak ?”, tanya Adel ketika sudah agak dekat dengan pinggir pantai.
“ini neng…”.
“baju saya robek ya, Pak ?”.
“iya neng..mending neng pake baju Bapak dulu…”, ujar Jaka melepas bajunya.
“tapi ntar ketahuan ama istrinya Pak Supri…”.
“ntar biar Bapak pulang duluan, ambil baju neng Adel…neng Adel pake baju aja dulu sambil ntar nunggu di perahu..”.
“oh iya yaa, yaudah, Pak Jaka…saya minjem bajunya yaa..”.
“iya, neng..silahkan…”. Perahu itu berlabuh di tepi pantai.
“Pak..ambilin bajunya yang warna putih juga…”, pesan Adel.
“iya, neng…”. Supri pun kembali dengan sehelai baju Adel.
“nih neng bajunya…”.
“makasih, Pak…tolong ditutupin dong, Pak…”.
“tenang neng…”. Jaka dan Untung merapat untuk menutupi Adel yang berganti pakaian.
“Pak Jaka..Pak Untung..saya pulang dulu yaa…”.
“neng Adel besok ikut lagi kan ?”.
“iyaa, Pak…”.
“hehe…asiik..”. Adel pun tersenyum.
“mari, Pak…”. Adel dan Supri pun kembali ke rumah dan berhasil mengelabui Juju, Indah, dan Didit dengan sikap biasa seperti tak terjadi apa-apa.
Keesokan paginya, Adel agak terkejut saat keluar kamar mandi karena Supri sudah menunggu di depan pintu wc.
“ayok neng Adel…”.
“bentar ya, Pak…saya ambil handycam dulu…”.
“ayu, Pak…”, ajak Adel. Adel dan tiga nelayan itu pun kembali melaut. Adel pun diam saja sambil tersenyum saat Jaka dan Untung bekerja sama melucuti pakaiannya saat sudah agak menjauh dari pantai.
Dengan petunjuk Adel, Jaka bisa menggunakan handycam untuk merekam Adel dan Untung. Latar belakang laut lepas dan dua karakter yang begitu kontras dimana sang lelaki alias
Untung yang masih berpakaian lengkap memeluk Adel yang telanjang bulat dari belakang membuat pemandangan yang direkam Jaka seperti film erotis sensual.
Bertambah erotis saat Adel memejamkan matanya dan mendesah lembut, kelihatan begitu menikmati dan meresapi sentuhan-sentuhan dan rangsangan-rangsangan dari Untung. Adel dan Untung terlihat seperti sepasang suami istri yang baru menikah. Adel kelihatan seperti istri yang sangat mencintai suaminya sampai mau bugil di alam terbuka.
Untung pun kelihatan seperti suami yang sedang nafsu-nafsunya menikmati setiap jengkal dari tubuh istrinya. Jaka, Untung, dan Supri pun bergantian menggerayangi tubuh Adel dan bergantian merekam dengan handycam. Begitulah kegiatan Adel setiap hari, menjadi putri duyung di atas perahu yang harus telanjang bulat dan menjadi ‘sasaran’ 3 nelayan itu. prediksi togel klik disini
Tapi, Adel melakukannya dengan senang hati karena bersama Jaka, Supri, dan Untung, semua fantasi liarnya terwujud. Bertelanjang ria di laut lepas, disetubuhi di atas perahu, di pantai, dan di hutan yang ada di pulau favorit mereka berempat adalah fantasi liar Adel yang baru kali ini terwujud dan semuanya terekam di dalam handycam Adel. Semua pengalaman liar yang akan ditunjukkan Adel ke Lina, Moniq, dan Riri.
-
Foto Bugil Remaja pirang memainkan pisang besar di memeknya
Duniabola99.com – foto gadis muda berambut pirang membuka gaunnya menampilan memeknya yang pink dan dimasukin pisang dan timun untuk membuatnya becek.
Foto cewek pangilan, Foto model asia seksi mulus, Fodel indonesia seksi mulus, Foto tante girang, Foto tante seksi, cewek pangilan, cewek boking, Koleksi foto cewek cantik, Kumpulan Foto Wanita Cantik, Kumpulan Foto Gadis Sunda Cantik, 7 Cewek Canti,
-
Video bokep Yuu Tsujii squirt entot anal dikamarnya
-
Kisah Memek Suster Dan Pasien
Duniabola99.com – Saya seorang pemain bola di kesebelasan tempat tinggal saya. Karena terjadi tabrakan dengan teman, kaki saya mengalami patah tulang ringan. Dan saya harus dirawat di rumah sakit. Saya berada di kamar kelas VIP. Jadi saya bebas untuk melakukan apa saja. Saya sebetulnya sudah sehat, tetapi masih belum boleh meninggalkan rumah sakit. Makanya saya bosan tinggal disitu.
Pada pagi hari ketika saya sedang tidur, saya terkejut pada saat dibangunkan oleh seorang suster. Gila..! Suster yang satu ini cantik sekali.
“Mas Sony udah bangun ya..? Gimana tadi malam, mimpi indah..?” katanya.
“Ya Sus, indah sekali. Saya lagi bercinta dengan cewek cantik berbaju putih Sus..? Dan mukanya mirip Suster lho..!” kata saya menggodanya.“Ah.. Mas Sony ini bisa aja.., habis ini mas mandi ya..?” katanya lembut.
Lalu dia membawa handuk kecil, sabun, wash lap, dan ember kecil. Suster itu mulai menyingkap selimut yang saya pakai, serta melipatnya di dekat kaki saya. Terbuka sudah seluruh tubuh telanjang saya. Saya dengan sengaja tadi melepaskan semua baju dan celana saya. Ketika dia melihat daerah di sekitar kemalua saya, terkejut dia, karena ukuran kelamin saya serta kepalanya yang di luar normal. Sangat besar, mirip helm tentara NAZI dulu.
Lalu dia mengambil wash lap dan sabun.“Sus… jangan pake wash lap.., geli… saya nggak biasa. Pakai tangan suster yang indah itu saja…” kata saya memancingnya.
Suster itu mulai dengan tanganku. Dibasuh dan disabuninya seluruh tangan saya. Usapannya lembut sekali. Sambil dimandikan, saya pandangi wajahnya, dadanya, cukup besar juga kalau saya lihat. Orangnya putih mulus, tangannya lembut. Selesai dengan yang kiri, sekarang ganti tangan kanan. Dan seterusnya ke leher dan dada. Terus diusapnya tubuh saya, sapuan telapak tangannya lembut sekali saya rasakan, dan tidak terasa saya memejamkan mata untuk lebih menikmati sentuhannya.
Sampai juga akhirnya pada batang kejantanan saya, dipegangnya dengan lembut ditambah sabun. Digosok batangnya, biji kembarnya, kembali ke batangnya. Saya merasa tidak kuat untuk menahan supaya tetap lemas. Akhirnya batang kemaluan saya berdiri juga. Pertama setengah tiang, lama-lama akhirnya penuh juga dia berdiri keras.
Dia bersihkan juga sekitar kepala meriam saya sambil berkata lirih, “Ini kepalanya besar sekali mas… baru kali ini saya lihat kaya gini besarnya. Dikasih makan apa sih koq bisa gini mas..?” katanya manja.
“Sus… enak dimandiin gini…” kata saya memancing.Dia diam saja, tetapi yang jelas dia mulai mengocok dan memainkan batang kemaluan saya. Sepertinya dia suka dengan ukurannya yang menakjubkan.
“Enak Mas Sony… kalo diginikan..?” tanyanya dengan lirikan nakal. Judi Bola Online
“Ssshh… iya terusin ahhh… sus… sampai keluar…” kata saya sambil menahan rasa nikmat yang tidak terkira.
Tangan kirinya mengambil air dan membilas batang kejantanan saya yang sudah menegang itu, kemudian disekanya dengan tangan kanannya. Kenapa kok diseka pikir saya. Tetapi saya diam saja, mengikuti apa yang mau dia lakukan, pokoknya jangan berhenti sampai disini saja. Bisa-bisa saya pusing nantinya menahan nafsu yang tidak tersalurkan.
Lalu dia dekatkan kepalanya, dan dijulurkan lidahnya. Kepala batang kejantanan saya dijilatinya perlahan. Lidahnya mengitari kepala senjata meriam saya. Semilyard dollar… rasanya… wow… enak sekali. Lalu dikulumnya batang kejantanan saya. Saya melihat mulutnya sampai penuh rasanya, tetapi belum seluruhnya tenggelam di dalam mulutnya yang mungil. Bibirnya yang tipis terayun keluar masuk saat menghisap maju mundur.
Lama juga saya dikulumi suster jaga ini, sampai akhirnya saya sudah tidak tahan lagi, dan, “Crooott… crooott…” nikmat sekali.Sperma saya tumpah di dalam rongga mulutnya dan ditelannya habis. Sisa pada ujung batang kemaluan pun dijilat serta dihisapnya habis.
“Sudah ya Mas, sekarang dilanjutkan mandinya ya..?” kata suster itu, dan dia melanjutkan memandikan kaki kiri saya setelah sebelumnya mencuci bersih batang kejantanan saya.
Badan saya dibalikkannya dan dimandikan pula sisi belakang badan terutama punggung saya.
Selesai acara mandi.“Nanti malam saya ke sini lagi, boleh khan Mas..?” katanya sambil membereskan barang-barangnya.
Saya tidak bisa menjawab dan hanya tersenyum kepadanya. Saya serasa melayang dan tidak percaya hal ini bisa terjadi. Terakhir sebelum keluar kamar dia sempat mencium bibir saya. Hangat sekali.“Nanti malam saya kasih yang lebih hebat.” begitu katanya seraya meninggalkan kamar saya.
Saya pun berusaha untuk tidur. Nikmat sekali apa yang telah saya alami sore ini. Sambil memikirkan apa yang akan saya dapatkan nanti malam, saya pun tertidur lelap sekali. Tiba-tiba saya dibangunkan oleh suster yang tadi lagi. Tetapi saya belum sempat menanyakan namanya. Baru setelah dia mau keluar kamar selesai meletakkan makanan dan membangunkan saya, dia memberitahukan namanya, rupanya Vina. Cara dia membangunkan saya cukup aneh. Rasanya suster dimanapun tidak akan melakukan dengan cara ini. Dia sempat meremas-remas batang kemaluan saya sambil digosoknya dengan lembut, dan hal itu membuat saya terbangun dari tidur. Langsung saya selesaikan makan saya dengan susah payah. Akhirnya selesai juga. Lalu saya tekan bel.Tidak lama kemudian datang suster yang lain, saya meminta dia untuk menyalakan TV di atas dan mengangkat makanan saya. Saya nonton acara-acara TV yang membosankan dan juga semua berita yang ditayangkan tanpa konsentrasi sedikit pun.
Sekitar jam 9 malam, suster Vita datang untuk mengobati luka saya, dan dia harus membuka selimut saya lagi. Pada saat dia melihat alat kelamin saya, dia takjub.“Ngga salah apa yang diomongkan temen-temen di ruang jaga..!” demikian komentarnya.
“Kenapa emangnya Sus..?” tanya saya keheranan.“Oo… itu tadi teman-teman bilang kalau punya mas besar sekali kepalanya.” jawabnya.
Setelah selesai dengan mengobati luka saya, dan dia akan meninggalkan ruangan. Tetapi dia sempat membetulkan selimut saya, dia sempatkan mengelus kepala batang kejantanan saya.
“Hmmm… gimana ya rasanya..?” manjanya.Dan saya hanya bisa tersenyum saja. Wah suster di sini gila semua ya pikirku. Jam 22:00, kira-kira saya baru mulai tertidur. Saya mimpi indah sekali di dalam tidur saya karena sebelum tidur tadi otak saya sempat berpikir hal-hal yang jorok. Saya merasakan hangat sekali pada bagian selangkangan, tepatnya pada bagian batang kemaluan saya, sampai saya jadi terbangun. Ternyata suster Vina sedang menghisap senjata saya. Dengan bermalas-malasan, saya menikmati terus hisapannya. Saya mulai ikut aktif dengan meraba dadanya. Suatu lokasi yang saya anggap paling dekat dengan jangkauan tangan saya.
Saya buka kancing atasnya, lalu meraba dadanya di balik BH hitamnya. Terus saya mendapati segumpal daging hangat yang kenyal. Saya menelusuri sambil meremas-remas kecil. Sampai juga pada putingnya. Saya memilin putingnya dengan lembut dan Suster Vina pun mendesah.
Entah berapa lama saya dihisap dan saya merabai Suster Vina, sampai dia akhirnya bilang, “Mas… boleh ya..?” katanya memelas.“Mangga Sus, dilanjut..?” tanya saya bingung.
Dan tanpa menjawab dia pun meloloskan CD-nya, dilemparkan di sisi ranjang, lalu dia naik ke ranjang dan mulai mengangkangkan kakinya di atas batang kejantanan saya.Dan, “Bless…” dia memasukkan kemaluan saya pada lubangnya yang hangat dan sudah basah sekali.
“Aduh.. Mas.., kontolnya hangat dan enak lho… ohhhh…”
Lalu dia pun mulai menggoyang perlahan. Pertama dengan gerakan naik turun, lalu disusul dengan gerakan memutar. Wah.., suster ini rupanya sudah profesional sekali. Lubang senggamanya saya rasakan masih sangat sempit, makanya dia juga hanya berani gerak perlahan. Mungkin juga karena saya masih sakit. Lama sekali permainan itu dan memang dia tidak mengganti posisi, karena posisi yang memungkinkan hanya satu posisi. Saya tidur di bawah dan dia di atas tubuh saya.
Sampai saat itu belum ada tanda-tanda saya akan keluar, tetapi kalau tidak salah, dia sempat mengejang sekali. Tadi di pertengahan dan lemas sebentar, lalu mulai menggoyang lagi. Sampai tiba-tiba pintu kamarku dibuka dari luar, dan seorang suster masuk dengan tiba-tiba. Kaget sekali kami berdua, karena tidak ada alasan lain, jelas sekali kami sedang main. Apalagi posisinya baju dinas Suster Vina terbuka sampai perutnya, dan BH-nya juga sudah terlepas dan tergeletak di lantai.Ternyata yang masuk suster Vita, dia langsung menghampiri dan bilang, “Teruskan saja Vin… gue cuman mau ikutan… memek gue udah gatel nich..!” katanya dengan santai.
Suster Vita pun mengelus dada saya yang agak bidang, dia ciumi seluruh wajah saya dengan lembut. Saya membalasnya dengan meremas dadanya. Dia diam saja, lalu saya buka kancingnya, terus langsung saya loloskan pakaian dinasnya. Saya buka sekalian BH-nya yang berenda tipis dan merangsang. Dadanya terlihat masih sangat kencang. Tinggal CD minim yang digunakannya yang belum saya lepaskan.
Suster Vina masih saja dengan aksinya naik turun dan kadang berputar. Saya lihat dadanya yang terguncang akibat gerakannya yang mulai liar. Lidah Suster Vita mulai memasuki rongga mulut saya dan langsung saya hisap ujung lidahnya yang menjulur itu. Tangan kiri saya mulai meraba di sekitar selangkangan Suster Vita dari luar. Basah sudah CD-nya, dengan perlahan saya tarik ke samping dan saya mendapatkan permukaan bulu halus menyelimuti liang kewanitaannya. Saya elus perlahan, baru kemudian sedikit menekan. Ketemu sudah klit-nya. Agak ke belakang saya rasakan semakin menghangat. Tersentuh olehku kemudian liang nikmat tersebut. Saya raba sampai tiga kali sebelum akhirnya memasukkan jari saya ke dalamnya. Saya mencoba memasukkan sedalam mungkin jari telunjuk saya. Kemudian disusul oleh jari tengah. Saya putar jari-jari saya di dalamnya. Baru kemudian saya kocok keluar masuk sambil memainkan jempol saya di klit-nya.
Dia mendesah ringan, sementara Suster Vina rebahan karena lelah di dadaku dengan pinggulnya tiada hentinya menggoyang kanan dan kiri. Suster Vita menyibak rambut panjang Suster Vina dan mulai menciumi punggung terbuka itu. Suster Vina semakin mengerang, mengerang, dan mengerang, sampai pada erangan panjang yang menandakan dia akan orgasme, dan semakin keras goyangan pinggulnya. Sementara saya sendiri mencoba mengimbangi dengan gerakan yang lebih keras dari sebelumnya, karena dari tadi saya tidak dapat terlalu bergoyang, takut luka saya menjadi sakit.
Suster Vina mengerang panjang sekali seperti orang sedang kesakitan, tetapi juga mirip orang kepedasan. Mendesis di antara erangannya. Dia sudah sampai rupanya, dan dia tahan dulu sementara, baru dicabutnya perlahan. Sekarang giliran Suster Vita, dilapnya dulu batang kemaluan saya yang basah oleh cairan kenikmatan, dikeringkan, baru dia mulai menaiki tubuh saya.
Ketika Suster Vita telah menempati posisinya, saya melihat Suster Vina mengelap liang kemaluannya dengan tissue yang diambilnya dari meja kecil di sampingku. Suster Vita seakan menunggang kuda, dia menggoyang maju mundur, perlahan tapi penuh kepastian. Makin lama makin cepat iramanya. Sementara kedua tangan saya asyik meremas-remas dadanya yang mengembung indah. Kenyal sekali rasanya, cukup besar ukurannya dan lebih besar dari miliknya Suster Vina. Yang ini tidak kurang dari 36C.
Sesekali saya mainkan putingnya yang mulai mengeras. Dia mendesis, hanya itu jawaban yang keluar dari mulutnya. Desisan itu sungguh manja kurasakan, sementara Suster Vina telah selesai dengan membersihkan liang hangatnya. Kemudian dia mulai lagi mengelus-elus badan telanjang Suster Vita dan juga memainkan rambutku, mengusapnya. Kemudian karena sudah cukup pemanasannya, dia mulai menaiki ranjang lagi. Dikangkangkannya kakinya yang jenjang di atas kepala saya. Setengah berjongkok gayanya saat itu dengan menghadap tembok di atas kepala saya. Kedua tangannya berpegangan pada bagian kepala ranjang.Mulai disorongkannya liang kenikmatannya yang telah kering ke mulut saya. Dengan cepat saya julurkan lidah, lalu saya colek sekali dan menarik nafas, “Hhhmmm…” bau khas kewanitaannya. Saya jilat liangnya dengan lidah saya yang memang terkenal panjang. Saya mainkan lidah saya, mereka berdua mengerang bersamaan, kadang bersahutan. Saya lihat lubang pantatnya yang merah agak terbuka, lalu saya masukkan jari jempol ke dalam lubang pantatnya.
Suster Vina merintih kecil, “Auuww… mas nakal deh..!”
Lalu saya jilati lubang pantatnya yang sudah mulai basah itu, tapi kemudian, “Tuuuttt..!”
Saya kaget, “Suster kentut ya..?” tanya saya.Suster Vina tertawa kecil lalu minta maaf. Lalu kembali saya teruskan jilatan saya.
Lama sekali permainannya, sampai tiba-tiba Suster Vita mengerang besar dan panjang serta mengejang. Setelah Suster Vita selesai, dia mencabut batang kejantanan saya, sedang lidah saya tetap menghajar liang kenikmatan Suster Vina. Sesekali saya menjilati klit-nya. Dia menggelinjang setiap kali lidah saya menyentuh klit-nya. Mendengar desisan Suster Vina sudah lemas dan beranjak turun dari posisinya, saya menyudahi permainan ini. Saya lunglai rasanya menghabisi dua suster sekaligus.“Kasihan Mas Sony, nanti sembuhnya jadi lama… soalnya ngga sempet istirahat..!” kata Suster Vina.
“Iya dan kayanya kita akan setiap malam rajin minta giliran kaya malem ini.” sahut suster Vita.
“Kalo itu dibuat system arisan saja.” kata Suster Vina sadis sekali kedengarannya.
“Emangnya gue piala bergilir apa..?” kata saya dalam hati.Malam itu saya tidur lelap sekali dan saya sempat minta Suster Vina menemaniku tidur, saya berjanji tiap malam, mereka dapat giliran menemani saya tidur, tetapi setelah mendapat jatah batin tentunya. Malam itu kami tidur berdekapan mesra sekali seperti pengantin baru dan sama-sama polos. Sampai jam 4 pagi, dia minta jatah tambahan dan kami pun bermain one on one (satu lawan satu, tidak keroyokan seperti semalam). Hot sekali dia pagi itu, karena kami lebih bebas tetapi yang kacau adalah setelah selesai. Saya merasa sakit karena luka kaki saya menjadi berdarah lagi. Jadi terpaksa ketahuan dech sama Suster Vita kalau ada sesi tambahan, dan mereka berdua pun ramai-ramai mengobati luka saya, sambil masih ingin melihat kejantanan dasyat yang meluluh lantakkan tubuh mereka semalaman.
Setelah itu, sekitar jam 5:00, saya kembali tidur sampai pagi jam 7:20. Saya dibangunkan untuk mandi pagi. Mandi pagi dibantu oleh Suster Vita dan sempat dihisap sampai keluar dalam mulutnya.
Pada pagi harinya, Dokter Vivi melihat keadaan saya.
“Gimana Mas Sony, masih sakit kakinya..?” katanya.
“Sudah lumayan Dok..!” kata saya.Lalu, “Sekarang coba kamu tarik nafas lalu hembuskan, begitu berulang-ulang ya..!”
Dengan stetoskopnya, Dokter Vivi memeriksa tubuh saya. Saat stetoskopnya yang dingin itu menyentuh dada saya, seketika itu juga suatu aliran aneh menjalar di tubuh saya. Tanpa saya sadari, saya rasakan batang kejantanan saya mulai menegang. Saya menjadi gugup, takut kalau Dokter Vivi tahu. Tapi untung dia tidak memperhatikan gerakan di balik selimut saya. Namun setiap sentuhan stetoskopnya, apalagi setelah tangannya menekan-nekan ulu hati, semakin membuat batang kejantanan saya bertambah tegak lagi, sehingga cukup menonjol di balik selimut.
“Wah, kenapa kamu ini..? Kok itu kamu berdiri..? Terangsang saya ya..?” katanya.
Mati deh! Ternyata Dokter Vivi mengetahui apa yang terjadi diselangkangan saya. Aduh!
Lalu dia dengan tiba-tiba membuka selimut sambil berkata, “Sekarang saya mau periksa kaki mas…” katanya.
Dan, “Opsss… i did it again..!” terpampanglah kemaluan saya yang besar dihadapannya.
Gila! Dokter Vivi tertawa melihat batang kejantanan saya yang besar dan mengeras itu.
“Uh, kontol mas besar ya..?” kata Dokter Vivi serasa mengelus kemaluan saya dengan tangannya yang halus.
Wajah saya menjadi bersemu merah dibuatnya, sementara tanpa dapat dicegah lagi, senjata saya semakin bertambah tegak tersentuh tangan Dokter Vivi. Dokter Vivi masih mengelus-elus dan mengusap-usap batang kejantanan saya itu dari pangkal hingga ujung, juga meremas-remas biji kembar saya.
“Mmm… mas pernah bermain..?” katanya manja.Saya menggeleng. Saya pura-pura agar ya…ya…ya….
“Aahhh…” saya mendesah ketika mulut Dokter Vivi mulai mengulum kemaluan saya.
Lalu dengan lidahnya yang kelihatannya sudah mahir, digelitiknya ujung kemaluan saya itu, membuat saya menggerinjal-gerinjal. Seluruh kemaluan saya sudah hampir masuk ke dalam mulut Dokter Vivi yang cantik itu. Dengan bertubi-tubi disedot-sedotnya kemaluan saya. Terasa geli dan nikmat sekali.Dokter Vivi segera melanjutkan permainannya. Ia memasukkan dan mengeluarkan kejantanan saya dari dalam mulutnya berulang-ulang, naik-turun. Gesekan-gesekan antara kemaluan saya dengan dinding mulutnya yang basah membangkitkan kenikmatan tersendiri bagi saya.
“Auuh… aahhh…” akhirnya saya sudah tidak tahan lagi.
Batang kemaluan saya menyemprotkan sperma kental berwarna putih ke dalam mulut Dokter Vivi. Bagai kehausan, Dokter Vivi meneguk semua cairan kental tersebut sampai habis.
“Duh, masa baru begitu saja mas udah keluar.” Dokter Vivi meledek saya yang baru bermain oral saja sudah mencapai klimaks.“Dok.., saya… baru pertama kali… melakukan ini…” jawab saya terengah-engah (kena dia, tetapi memang saya akui hisapannya lebih hebat dari kedua suster tadi malam). Dokter Vivi tidak menjawab. Ia mencopot jas dokternya dan menyampirkannya di gantungan baju di dekat pintu. Kemudian ia menanggalkan kaos oblong yang dikenakannya, juga celana jeans-nya. Mata saya melotot memandangi payudara montoknya yang tampaknya seperti sudah tidak sabar ingin meloncat keluar dari balik BH-nya yang halus. Mata saya serasa mau meloncat keluar sewaktu Dokter Vivi mencopot BH-nya dan memelorotkan CD-nya. Astaga! Sungguh besar namun terpelihara dan kencang. Tidak ada tanda-tanda kendor atau lipatan-lipatan lemak di tubuhnya. Demikian pula pantatnya. Masih menggumpal bulat yang montok dan kenyal. Benar-benar tubuh paling sempurna yang pernah saya lihat selama hidup ini. Saya merasakan batang kejantanan saya mulai bangkit lebih tinggi menyaksikan pemandangan yang teramat indah ini.
Dokter Vivi kembali menghampiri saya. Ia menyodorkan payudaranya yang menggantung kenyal ke wajah saya. Tanpa mau membuang waktu, saya langsung menerima pemberiannya. Mulut saya langsung menyergap payudara nan indah ini. Sambil menyedot-nyedot puting susunya yang amat tinggi itu, mengingatkan saya ketika menyusu pada kedua suster tadi malam.“Uuuhhh… Aaah…” Dokter Vivi mendesah-desah tatkala lidah saya menjilat-jilati ujung puting susunya yang begitu tinggi menantang.
Saya permainkan puting susu yang memang amat menggiurkan ini dengan bebasnya. Sekali-sekali saya gigit puting susunya itu. Tidak cukup keras memang, namun cukup membuat Dokter Vivi menggelinjang sambil meringis-ringis.
Tidak lama kemudian, saya menarik tangan Dokter Vivi agar ikut naik ke atas tempat tidur. Dokter Vivi memahami apa maksud saya. Ia langsung naik ke atas tubuh saya yang terbaring telentang di tempat tidur. Perlahan-lahan dengan tubuh sedikit menunduk, ia mengarahkan kemaluan saya ke lubang kewanitaannya yang di sekelilingnya ditumbuhi bulu-bulu lebat kehitaman. Lalu dengan cukup keras, setelah batang kejantanan saya sudah masuk 2 cm ke dalam liang senggamanya, ia menurunkan pantatnya, membuat senjata saya hampir tertelan seluruhnya di dalam lubang surganya. Saya melenguh keras dan menggerinjal-gerinjal cukup kencang waktu ujung kepala kemaluan saya menyentuh pangkal rahim Dokter Vivi. Menyadari bahwa saya mulai terangsang, Dokter Vivi menambah kualitas permainannya. Ia menggerak-gerakkan pantatnya, berputar-putar ke kiri ke kanan dan naik turun ke atas ke bawah. Begitu seterusnya berulang-ulang dengan tempo yang semakin lama semakin tinggi. Membuat tubuh saya menjadi meregang merasakan nikmat yang bukan main.
Saya merasa sudah hampir tidak tahan lagi. Batang keperkasaan saya sudah nyaris menyemprotkan cairan kenikmatan lagi. Namun saya mencoba menahannya sekuat tenaga dan mencoba mengimbangi permainan Dokter Vivi yang liar itu.
Akhirnya, “Aaahh…” jerit saya.
“Ouuhhh..!” desah Dokter Vivi.
Dokter Vivi dan saya menjerit keras. Kami berdua mencapai klimaks hampir bersamaan. Saya menyemprotkan air mani saya di dalam liang rahim Dokter Vivi yang masih berdenyut-denyut menjepit keperkasaan saya yang masih kelihatan tegang itu.
Lalu, wajah, mata, dahi, hidung saya habis diciumi oleh Dokter Vivi sambil berkata, “Terima kasih Mas Sony, ohhh… endanggg..!”
Kami tidak lama kemudian tertidur dalam posisi yang sama, yaitu kakinya melingkar di pinggang saya sambil memeluk tubuh saya dengan hangat. Nah itulah cerita saya. -
Foto Bugil Remaja cantik Kaleesy melepas gaun hitam ketat
Duniabola99.com – foto ceweek cantik pirang pakai pakaian rokmini yang bolong bolong menampakkan memeknya yang tidak berbulu sambil selfie dan berpose hot.
-
Foto Bugil Pemijat Bella Rose menunjukkan vagina merah mudanya di atas meja pijat
Duniabola99.com – foto tukang pijat cantil tubuh mulus putih Bella Rose melepaskan pakaiannya diatas meja pijat dan ngangkang lebar memamerkan memeknya yang masih sempit dan memeknya yang berwara pink sangat menggoda.
-
Kisah Memek Ngintip Pasutri Ngesex
Duniabola99.com – Perkenalkan nama aku Yudi, disni aku mau menceritakan kisahku yang terjadi saat aku masih kelas SMP dan gilanya aku mendapat pengalaman dari orang yang lebih tua jauh dariku, di usiaku yang memang menuju ke masa puber pastinya rasa ingin tau lebih dan rasa penasaran dan sudah mulai tertarik dengan lawan jenis aku mencoba untuk mencari informasi dari majalah dewasa atau situs porn.
Dulu pertama kalinya aku mengeluarkan sperma saat aku membaca cerita dewasa yang aku pinjam dari teman sekolahku setiap malam sehabis belajar aku sering menyempatkan untuk membaca sambil tiduran di kamar dan menggosok gosok Yudiuanku sendiri sampai aku merasa klimaks keluarlah cairan yang berwarna putih tranparan , hal itu yang membuat merasa enak dan ketagihan tapi aku masih heran dengan cairan ini, kok beda dengan apa yang pernah aku tonton di film bokep bule, dimana sperma yang di keluarkannya agak kental, tapi setelah 3 tahunan aku bisa mengetahui rupanya factor umur juga mempengaruhi kekentalan spermaku.Pada waktu itu ada seorang pasutri yang hendak mencari rumah penginapan ditampunglah mereka berdua yang baru saja menikah di rumahku sambil mencari rumah kontrakan, untung saja ada satu kamar yang kosong sehingga sementara mereka berdua tidur di kamar tersebut, memang rumah ku besar di lengkapi dengan ruangan dapur dan tempat cuci, rasa penasaran ku timbul saat malam hari karena di dalam kamar mereka berdua sering bercanda dan pastinya ketawa seorang wanitanya sangat terdengar dari kamarku.
Sering kali aku membayangkan mereka berdua dengan hal hal negatf karena aku habis membaca cerita dewasa dan membayangkan hal itu terjadi pada pasutri, karena kamarku dan kamar dia hanya di batasi oleh dinding yang terbuat dari papan sehingga aku bisa jelas untuk mengintip mereka lakukan aku cari dari celah celah dan menemukan tempat yang bisa mengintip mereka suatu malam saat lampu kamarku sudah aku matikan aku bergegas untuk mengetahui apa yang dilakukan benar saja mereka berdua sedang bermesraan dengan posisi sang istri sedang duduk di pangkuannya dan san suami berada di bawah sambil meremas remas buah dadanya sontak hal itu membuat aku semakin menikmati adegan ini dengan mata kepalaku sendiri.
Langsung saja membuat penisku berdiri tegang, terlihat toket istrinya yang begitu mulus dan montok, aku yang menonton hal tersebut membuat penisku aku usap usap sendiri dengan posisi mulut suami sedang menjilati kedua toketnya sambil di hisap hisap srepp sreppp sreppp setelah puas menghisap putting istrinya dia berganti posisi dengan badan sang istri terlentang di atas ranjang, dibuka kedua kakinya terlihat gundukan memek yang di selimuti oleh bulu bulu jembutnya yang tabal dan hitam.Suaminya langsung mengambil posis dengan berlutut dan menghadap di Yudiuan istrinya , di angkat kaki dari sang istri dan di letetakkan di atas pundak suaminya kulihat wajah suaminya sedang berada di selakangan memeknya dan pastinya dia sedang menciumi dan menjilati memek istrinya, wajah istrinya geleng geleng menikmati sentuhan lidah dengan tanganya yang meremas rambut suaminya,
Setalah suami merasa puas untuk memainkan memeknya , sang istri berganti posisi dengan dia untuk berdiri sebentar sambil menata selimut kulihat saat berdiri tubuh indahnya sangat menggairahkan dari bentuk toketnya yang bergelantungan dan bentuk memeknya, dari celah aku bisa melihat jelas saat istrinya mengangkang kakinya tepat diahadapanku terlihat memek yang basah rasanya ingin menyentuh memeknya yang jaraknya hanya dua tangan.
Langsung sang suami mengambil posisi dengan dia mencopot pakaiannya dan terlihat batang Yudiuannya yang lebih besar dari punyaku dalam kondisi sudah tegang , dia mengambil posisi di depan istrinya dan dalam situasi tersebut aku hanya bisa melihat punggung suaminya yang membelakangiku saat aku mengintip, di angkat kaki sang istri dan secara perlahan bokong dari suaminya mulai menekan nekan secara teratur.dan setalah masuk penisnya ke dalam memeknya kaki dari istrinya melingkari paha dari suaminya di genjot pantat dari suaminya naik turun.
Melihat hal itu aku mulai mengocok penisku dengan sebuh handboy agar licin, ahh ahh rasanya enak dan nikmat melihat langsung adegan ngentot di depan mata , yang biasanya aku hanya membayangkan dengan cara sehabis membaca majalah dewasa aku menghayal seperti apa yang di gambar, aku juga mengikuti ritme dari suaminya yang sedang mengempo memek istrinya, tak lama kurasakan tak kuat dan rasanya ingin mengeluarkan sebuah cairan ahhha hhhh keluarlah cairan spermaku di sekitar tanganku.
Aku terus mengintip mereka berdua kira kira 5 menitan kulihat genjotan semakin cepat dan pantat suaminya semakin padat slupp slupp sluppp tangan dari istrinya memegang keras dari rambut suami tak lama tempo sudah mulai hilang, aku melihat seperti itu rasanya juga ingin menikmatinya dimana mereka berdua merasakan hal yang belum pantas aku lihat.Dengan keringat di punggung suaminya dia masih dalam keadaan menindih istrinya sambil merangkulnya, kemudian suaminya melepas penis yang tertancap dan tergeletak di samping tubuh istrinya kulihat kondisi penisnya sudah lemas tidak tegang lagi disertai cairan cairan yang mengalir wajah mereka berdua sangat puas diambil celana dalam dan selimut tadi buat alas untuk mengusap semua cairan yang tertumpah,
Aku pun menyudahi tontonan perkempoan pasutri tersebut dengan cara berbaring di ranjang dan mengocok sekali lagi sampai klimaks aku pun langsung tidur dengan pulas, paginya aku sudah bangun dan masih bersantai di ranjang karena sekolahku itu berangkatnya siang hari dan pulangnya sore hari, kalau pagi dirumah seringnya sepi karena mamahku juga bekerja dan saudaraku juga berangkat sekolah pagi pagi, aku yang sedang berada di meja makan untuk makan pagi dan mengerjakan PR di sana, kudengar lagi suara ketawa dari kamar pasutri tersebut langsung saja aku bergegas untuk balik lagi ke kamar untuk melihat adegan yang menghibur.
Aku pasang kedua mataku untuk menyasikkan adegan tersebut benar saja saat aku intip istrinya sedang dalam posisi menungging sedangkan suaminya yang berada di belakang sedang menjilati memeknya melihat hal itu seakan akan langsung penisku berdiri dan ingin mengeluarkan sperma lagi, lidah suaminya sungguh lihai menjilati memek , pantat yang bulat milik istrinya juga oke punya, kapan ya aku bisa merasakan untuk menikmati hal tersebut.
Saat asyk asyk menonton adegan tersebut aku dikagetkan dengan tepukan tepat di pundakku, plukkkkk jantungku serasa berhenti aku kira orangtuaku pulang duluan dari kerjanya aduh aku tertangkap basah sedang mengintip , dan saat aku menoleh kebelakang rupanya tetanggaku yang sudah akrab dan biasanya kalau masuk memang gak pakai ketuk pintu dulu namanya Siska, di adalah tetangga sebelah rumahku yang sudah tinggal selama 3 tahun lebih,Dia tersenyum dan berbisik “eh kamu sedang apa” karena malu dan takut kalau di bilang sama ortuku aku pura pura tidur dan berselimut , flas back sedikit tentang kehidupan Siska di aadalah wanita yang sudah menikah dan sudah mempunyai anak 2 , dia sekarang tinggal sendiri tanpa di temani oleh suaminya karena suaminya juga ada istri mudanya di kota lain , jarang sekali suaminya menengok dia aku pernah lihat hanya 2 kali saja suaminya main di rumahnya, si Siska sering meminta bantuan pada keluargaku kadang pula dia meminjam uang dan beras untuk menghidupi anak anaknya karena suaminya juga sering terlambat dalam mengirim pesangon, dan dia jugqa akrab dengan kakakku kalau dia mau menjahit pakaiannya dan membayarnya jika sudah ada kiriman dari suaminya.
Ada juga peristiwa aku dengan ibu Siska , dimana ini terjadi kira kira 2 bulan yang lalu dimana dia datang kerumahku dan saat itu aku sednag sendirian di rumah, katanya dia sudah ada janji pada kakaku untuk bisa mencoba pakaiannya yang sudah jadi dibuatkan kakakku, karena kakaku gak ada dirumah juga aku menemani ke ruangan jahit bersama bu Siska dia mencoba bajunya , “eh kamu keluar dulu”kata bu Siska
Aku pun gak mau pura pura gak mendengar dia berbicara
“eh kamu gak mau keluar ya, atau mau menemani disni untuk aku berganti pakaian??
“ya kalau boleh sih”jawabku sekenanya
Langsung dia mencopot pakainnya dan ingin mencoba baju yang sudah jadi, saat itu dia membelakangiku dengan posisi yang telanjang karena pada waktu itu dia tidak memakai celana dalam busyyyeettt melihat itu tanganku seakan akan bergerak sendiri untuk memegang pantatnya yang montok saat aku pegang dan mengelus , tanganku di tampar olehnya plakkkk “eh kamu kurang ajar ya “ katanya.
Dia agak marah dan agak tersenyum jahat saat dia menampar tanganku tubuh dia berbalik dan kulihat betul bentuk toketnya yang sama sama montok di hadapanku, aku melihat itu langsung menelan ludah dan aku sangat bernafsu bentuk toket yang indah, perut yang seksi dan memek yang saat itu tanpa bulu mungkin habis di cukur bulunya sehingga warna dari memek terlihat betul dengan kecoklat coklatan.“eh nanti kamu aku bilangin mama kamu lho” aku pun diam saja dan dia berkata seperti dengan bentuk tubuh yang telanjang, saat dia mencoba untuk memaki bajunya dari atas karena itu kepala dan matanya tertutup oleh kain aku reflek lagi dengan tanganku mengayun memegang sebuah memeknya dengan tanganku, dia mungkin kaget dan langsung dia menjerit langsung aku berlari keluar dari kamar, disitulah awal aku bisa menyentuh tubuh bu Siska, kembali ke cerita lagi saat aku malu ketahuan oleh bu Siska aku tengkurap sambil mengambil selimut untuk menutupi wajahku karena malu ketahuan.
Aku kira bu Siska langsung pergi dari kamarku malah dia bergantian yang mengintip adegan ngentot pasutri saat bu inta mengintip dia memegang pundakku aku menoleh ke wajah dia yang sedang duduk dia berbisik eh rupanya “mereka sedang asik ngentot” , nafas bu Siska sudah tak teratur dan aku yang masih malu masih dalam selimut , tiba tiba tangan bu Siska menyelinap dalam selimutku dan memegang penisku plekkkkk seketika membuat penisku berdiri aku pun diam saja dan bu Siska membuka celana dalamku memasukkan tangannya ke dalam sambil mengelus ngelus dan masih melihat adegan ngentotnya.
Mungkin melihat hal itu bu Siska menjadi sange dia langsung berlutut dihadapanku dan membuka selimut langsung saja penisku yang belum besar di emutnya, gilllakkkk hal apa ini sungguh nikmat sekali dan geli rasanya, ahh ahh ahh tak lama karena merasa keenakan aku memuntahkan spermaku ke dalam mulut bu Siska crooottt crott crottt terasa sekali di bagian lututku gemetar dan dia masih mengulum penisku yang masih tegang sampai selesai dan terasa lemas lagi.
Kemudian berganti posisi dia mencopot dasternya dan mengangkang tepat di wajahku, saat aku tiduran dia jongkong kulihat bentuk memek bu Siska yang di penuhi oleh jembut rupanya sudah basah karena melihat adegan ngentot di kamar sebelah, hmm bau nya khas agak sedikit pesing tapi membuat aku semakin bernafsu untuk mencoba menciuminya karena memang aku merasa penasaran dengan menjilati memek wanita,
Di regangkan bibir memeknya dengan jarinya dan langsung menumpukan ke mulutku sempat aku sulit untuk bernafas hmm hmmmmhmm aku pegang pahanya untuk sedikit naik sekarang aku tak perlu iri dengan kamar sebelah karena aku juga sudah bisa menikmati memek bu Siska di hadapanku aku mencoba untuk menjilatinya slepp sleep seperti yang aku tonton tadi.
Setelah merasa puas san basah aku minta berganti posisi sekarang tubuh bu Siska rebahan di atas ranjang, dirinya membuka selakangannya menyuruhku untuk segera memasukkan penisku yang sudah berdiri lagi, aku langsung menindih badan bu Siska ku cium juga keuda toketnya saat wajahku terbenam di antara toketnya aku memegang penisku dan mencoba untuk masuk kedalam celah memeknya bu Siska yang membantu memasukkan penisku ke dalam memek , saat bless masuk pertaman rasanya sangat weeenaaakkk sekali seperti ada yang memijat dari dalam dan hangat sekali.
Aku langusung sedikit memompa mompa dengan naik turun, bless bless bless tak lama bu Siska merasa tubuhnya kejang dan kakinya merangkul pantatku sambil menekan lebih dalam jadinya penisku terbenam semua ke dalam Yudiuannya , dia mendesah ahhh ahhha hhhh seperti orang menangis, tak lama dia diam tapi yang aku rasakan di dalam memeknya seperti ada menyedot penisku dan diguyur oleh cairan hangat yang keluar dari memek bu Siska, tangan dia merangkul kepalaku dan menempelkan ke dua toketnya.Aku yang juga tak tahan menyemprotkan lagi untuk kedua kalinya tapi ini di dalam memek, ahh ahhh ahh aku bergumam di dada agar tak kedengaran suara suara desaha di samping kamar sebelah. Beberapa menit karena kami kelelahan aku masih berada di atas dadanya kemudian bu Siska melepaskan rangkulan kakinya dan menoleh ke samping sedangkan aku juga langsung mencabut penisku melhat wajah bu Siska yang memerah dan matanya sayu sayu membuat nafsuku timbul lagi, dan penisku berdiri lagi aku sempatkan untuk memasukkan lagi ke dalam memeknya dengan posisi miring, karena sudah becek terlihat jelas suara seperti aku sedang mengocok dengan sabun di kamr mandi.
Dengan wajah yang mendesah bu Siska aku langsung masuk keluarkan penisku dan pantat dia juga bergoyang sambil merintih menggigit bibirnya cepat sekali aku terangsang dengan denyutan memeknya dan ahhh ahhh aku mengeluarkan lagi cairan sperma tapi tak banyak seperti awal tadi, kulihat waktu sudah mau jam 11 siang aku langsung bersiap siap untuk mandi dan pergi kesekolah sedangkan bu Siska juga bergegas untuk pulang ke rumahnya.
Kira kira 3 bulan pasutri itu tinggal di rumahku dan sudha mendapatkan rumah kontrakan yang baru. Dimana aku kalau siang tidak ada temannya dan hanya sendiri dari situ bu Siska kadang maen ke rumahku mengajak untuk bersetubuh dan kami melakukan dengan sangat puas sampai 4 ronde biasanya karena memang bu Siska mempunyai nafsu yang sangat tinggi juga,Aku dan bu Siska tak lama kemudian keluargaku pindah ke Jakarta dan orang orang di rumah tidak mengetahui kalau aku dan bu Siska setiap hari ngentot karena memang bu Siska sudah lama tidak merasakan ini dengan suaminya aku yang masih muda juga bisa mengimbangi tubuh bu Siska yang mana sudah mempunyai anak, anak yang pertama masih kelas 1 SMP cewek namanya Friska,
-
Foto Bugil bingtang porno yang lagi bosan
Duniabola99.com – foto bintang porno yang berambut pendek bugil memarkan toketnya yang sedang dan memeknya yang botak tanpa bulu.
-
Cerita Sex Pasien
Cerita Sex ini berjudul ” Cerita Sex Pasien ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.
Cerita Sex – Kenalkan namaku Mirna, umurku saat ini 29 tahun. Setelah aku lulus dari kuliahku aku langsung
mendapatkan pekerjaan sebagai dokter disebuah rumah sakit terkenal. Karena saat kuliah aku mengambil
jurusan kedokteran.Sampai sekarang aku sudah bekerja dirumah sakit itu kurang lebih 3 tahun. Saat aku menjadi dokter aku
dikenalkan oleh temanku seorang laki-laki yang bekerjadisuatu perusahaan, akhirnya kita saling
berkenalan dan saling akrab dan kemudian kami menjadi pasangan suami istri.Tapi setelah setahun perkawinanku aku menemukan hal yang mengganjal pada suamiku. dalam pernikahanku
suamiku jarang sekali menyentuhku, dan jika aku mengajaknya untuk berhubungan Sex dengan segala alsan
dia menolaknya dan ketika alasannya habis dia baru mau aku ajak berhubungan Sex dan itu pun hanya
menyenangkanku saja padahal dalam hati aku merasatidak terpuaskan.Saat itu aku ditugaskan oleh rumah sakit kalau aku disuruh kedesa sebelah untuk membantu warga yang
ada disana yang sedang dilanda penyakit. Setelah aku meminta ijin pada suamiku, suamiku pun
mengijinkannya dengan janji 2 minggu sekali aku pulang dan aku menyanggupinya.Dari sini lah aku mengetahui sifat buruk suamiku yang sebenarnya. Setelah 2 minggu aku berada didesa
sebelah, aku memutuskan untuk pulang, sesampainya aku dirumah aku kaget dengan yang aku lihat.Suamiku sedang bergumul dengan seorang laki-laki dengan sangat gairahnya. Dia tidak pernah se
bergairah itu ketika berhubungan Sex denganku. ternyata suamiku adalah seorng gay, tapi aku hanya
memendam yang aku lihat waktu.Setelah kejadian yang aku lihat siang itu, aku menjadi jarang pulang dan suamiku pun juga tak pernah
menanyakan kenapa aku jarang pulang. Karena desa tempat aku bertugas adalah daerah laut, aku membuang
penat diotakku dengan melakukan berlayar, sehingga menjadi kebiasaanku setiap kali tak pulang rumah.Dari desa itu aku mempunyai banyak kenalan, muda-mudi, yang lebih tua banyak sekali yang aku kenal dan
ketika aku pulang dari berlayar aku bertemu dengan sosok laki-laki yang begitu menarik buatku.
Tubuhnya tinggi kekar, kulitnya kecoklatan, brewok dan sekujur tangannya ditumbuhi bulu-bulu halus,
dimataku terlihat sosok laki-laki yang perkasa.Tapi setelah hari itu aku jarang lagi melihat sosok laki-laki tersebut, kemudian aku menanyakan
tentang laki-laki tersebut kepada bapak yang menahkodai perahuku saat berlayar, aku ajak dia mengobrol
sambil mencari tau tentang laki-laki tersebut.Setelah aku bertanya panjang lebar akhirnya pak nahkoda memberitahuku namanya pak Deni, umurnya
sekitar 40 tahunan. Tapi hal itu tak begitu mempengaruhiku setelah aku mengetahui namanya. Setelah
selesai berlayar aku kembali kedesa dan aku langsung menuju tempat praktekku.Cerita Sex Pasien Banyak warga yang datang dan pergi, aku pun memeriksanya dengan sebaik mungkin karena itu tugasku.
Setelah malam tiba, aku hampir menutup tempat praktekku, datanglah sosok laki-laki megetuk pintu yang
ingin periksa. Karena aku berpikir ini pasien yang terakhir, aku pun mempersilahkannya untuk masuk.Dok, saya tidak mempunyai keluhan. Hanya saya ingin tahu apakah tekanan darah saya normal ”.
Demikian Pak Deni mengawali pembicaraan. Saya bisa tidur nyenyak setelah makan obat dokter ”.
Sambil memerika, kami berdua terlihat pembicaraan ringan, mulai dari sekolah sampai hobi. Dari situ
aku baru tahu, Pak Deni telah dua tahun menduda ditinggal mati istri dan anak tunggalnya yang
kecelakaan di Solo. Sejak saat itu hidupnya membujang.Ketika pamit dari ruang praktekku, Pak Deni menawarkan suasana santai sambil menyelam di kepulauan
karang. Dok, panoramanya sangat indah, pantainya juga bersih lho”.Aku setuju atas tawaran itu dan Pak Deni akan menyiapkan perlengkapan yang diperlukan. Dalam speed
boath yang menyeberangkan kami, hanya berisi aku, Pak Deni dan pengemudi kapal.Sesampainya disana, aku merasa canggung ketika harus berganti pakaian selam di hadapan laki-laki. Tapi
aku juga belum tahu cara mengenakan pakaian selam jika tanpa bantuan Pak Deni. Terpaksa dengan pakaian
bikini aku dibantu Pak Deni memakai pakaian renang.Tangan kekar berbulu itu beberapa kali menyentuh pundak dan leherku. Ada perasaan merinding. Tanpa
terasa kegiatan menyelam menjadi kegiatan rutin. Bahkan pergi ke tempat penyelaman sering hanya
dilakukan kami berdua, aku dan pak Deni.Semakin hari jarak hubungan aku dengan Pak Deni menjadi lebih akrab dan dekat. Kami sudah saling
terbuka membicarkan keluarga masing-masing sampai dengan keluahanku mengenai suamiku yang gay. Dia
tidak lagi memanggilku Bu Dokter, tapi cukup namaku, dik Adelia.Musim barat hampir tiba, kami berdua di tengah perjalanan ke tempat penyelaman. Tiba-tiba datang hujan
dan angin sehingga gelombang laut naik-turun cukup besar. Aku mual, sehingga kapal dibelokkan Pak Deni
ke arah sisi pulau yang terlindung.Kami turun ke pantai, duduk di bangunan kayu beratap rumbia tempat para penyelam biasa istirahat
sambil menikmati bekal. Hanya ada dua bangku panjang dan meja kayu di tempat itu. Angin kencang
menyebabkan tubuh kami basah dan dingin. Aku duduk mepet ke Pak Deni. Aku tidak menolak ketika Pak
Deni memelukku dari belakang. Tangan berbulu lebat itu melingkar dalam dada dan perutku.Dekapan itu terasa hangat dan erat. Aku memejamkan mata sambil merebahkan kepalaku di pundaknya,
sehingga rasa mabuk laut mulai reda. Sebuah kecupan ringan melekat di keningku, kemudian bergeser ke
bibir, aku berusaha menolak, tapi tangan yang melingkar di dadaku berubah posisi sehingga dengan mudah
menyusup dalam BHku.Tiba- tiba badanku terasa lemas saat jari tangan itu membuat putaran halus di puting susuku. Bibir
berkumis lebat itu menjelajah ke bagian sensitip di leher dan belakang telingaku. Persasaan nikmat dan
merinding menjalar dalam tubuhku.Bibir itu kembali bergeser lambat menyusur dagu, bergerak ke leher, pundak dan akhirnya berhenti di
Payudaraku. Aku tidak tahu kapan kaitan BH itu terbuka. Dorongan kuat muncul di Memekku, ingin rasanya
ada benda bisa mengganjal masuk. Markas Judi Online DominoqqCerita Sex Pasien Tangan kekar itu akhirnya membopongku dan meletakkan di atas meja kayu. BHku telah jatuh di atas
pasir, mulut dan tanggan Pak Deni bergantian menghisap dan meremas kedua gunungku, kanan kiri. Aku
bagaikan melayang, kedua tanganku menjambak rambut Pak Deni. Kepalaku tanpa terkendali bergerak ke
kanan dan kiri semakin liar disertai suara eluhan nikmat.Oooohhhhh ……oohhhh… ooooohhhh aauuhhhhhh. Kedua tangannya semakin kencang meremas Payudaraku. Mulutnya
bergeser perlahan ke bawah menelusur pusar …….. terus….Memekku. Ahhh…… husss……. ahh…… aahhhhhh.Ketika mulut itu menemukan klitorisku, jeritanku tak tertahan Auh..h …h… aahhh….. husss….. sebuah
benda lunak menyeruak bibir Memekku. Bergerak perlahan dalam usapan halus serta putaran di dinding
dalam, membuatku semakin melayang.Tanpa terasa eranganku semakin keras. Untuk menambah kenikmatan, aku angkat tinggi pantatku ke atas.
Ingin rasanya benda itu masuk lebih dalam. Tapi aku hanya memperoleh dipermukaan.“Ooohhhh ……..haahh…… haaahh…huuu……………. t..e…r u….s…..se..se..se..dikit…atas..Ooohhh…….aahhh ..” Sebuah
hisapan kecil di klitorisku memperkuat cengkeraman tanganku di pinggir meja.Hisapan itu semakin lama semakin kuat …. kuat dan kuat….. menjadikan kenikmatan tak terhingga ….
memuncul denyutan orgasme. Otot-otot disekitar Memekku mengejang nikmat dan nikmat sekali. Sesekali
nafasku tersengal “Aaa……..hhhhhh……huuu…………..a ahhhhh….aahhhh……… aaaahhhhhhhh……. ahhhh…… huhhhhhhh…
ehhhhhh”.Denyut itu menjalar dintara pangkal paha dan pantat ke seluruh tubuh. Orgasme yang sempurna telah aku
dapatkan. Puncak kenikmatan telah aku rasakan. Lemas sekujur tubuhku, aku ingin dipeluk erat, aku
ingin ada sebuah benda yang masih tertinggal dalam Memekku untuk mengganjal sisa denyutan yang masih
terasa. Tapi aku hanya menemukan kekosongan.Tangan-tangan berbulu itu dengan pelan membuka kembali pahaku. Kedua kakiku diangkat diantara bahunya.
Kemudian terasa sebuah benda digeser-geser dalam Memekku. Semula terasa geli, tapi kemudian aku sadar
Pak Deni sedang membasahi penisnya dengan cairan kawinku.Seketika aku bangun sambil menutup kedua kakiku. Aku mendorong badannya, dan aku menangis. Sambil
membuang muka aku sesenggukan. Kedua tanganku menutup dada dan selangkangan. Pak Deni tertunduk duduk
dibangku menjauhi aku. Ia sadar aku tidak mau dijamah lebih dari itu. Sambil menelungkupkan badan di
meja, tangisku tetahan.Pak Deni mendekati dan dengan lembut ia membisikkan kata permintaan maaf. Diapun menyorongkan BH serta
celana dalamku. Aku tetap menangis sambil menutup muka dengan kedua tanganku. Akhirnya pak Deni pergi
menjauh menuju kapal mengambil bekal. Kami duduk berjauhan tanpa kata- kata.Sekali lagi Pak Deni mengajukan permintaan maaf dan berjanji tidak mengulang kejadian itu. Ia
menyerahkan botol air mineral kepadaku. Maafkan aku dik Adelia, aku khilaf, aku telah lama tidak
merasakan seperti ini sehingga aku khilaf. Aku minta maaf yah, aku harap kejadian ini tidak mengganggu
persahabatan kita. Yuk kita minum dan makan siang, terus pulang ”.Aku merasa iba pada Pak Deni. Ternyata dengan tulus dia masih bisa menahan syahwatnya. Padahal bisa
saja memaksa dan memperkosaku. Kesadaranku mulai pulih, emosiku mereda.Aku mulai berpikir pada kejadian tadi, bukankah aku telah terlanjur basah saat ini ? Bukankah bagian
dari kehormatanku telah dijamah Pak Deni ? Bukankah tubuhku yang paling sensitif telah dinikmati Pak
Deni ?Cerita Sex Pasien
Apa artinya mempertahankan kesucian perkawinan ? Bukankah aku tidak pernah menikmati rasa seperti ini
dengan suamiku ? Bukankah aku telah kawin dengan seorang gay ? Yah aku telah diusir dari rumahku oleh
teman gay suamiku.Tapi itu bukan salah suamiku. Ia terlahir dengan kelainan jiwa. Ia menjadi gay dengan menanggung
penderitaan. Ia terpaksa memperistri aku hanya untuk menutupi gaynya. ceritasexdewasa.org Aku ingin merasakan kenikmatan,
tapi aku tidak ingin jadi korban, aku tidak ingin punya anak dari hubungan ini dengan Pak Deni.
Keberanianku mulai muncul. Aku melompat dan memeluk Pak Deni. Kelihatan Pak Deni ragu pada sikapku
sehingga tangannya tidak bereaksi memelukku.Aku bisikan kata mesra. Pak, aku kepingin lagi, seperti tadi, tapi aku minta kali ini jangan
dikeluarkan di dalam ”.Maksud dik Adelia….. ” Sebelum dia menyelesaikan kata- katanya, tanganku meraba ke penisnya. Kemudian
tanganku menyusup dalam celana renangnya. Sebuah benda yang tidur melingkar, tiba-tiba bangun karena
sentuhankuTapi jangan dikeluarkan di dalam ya Pak ….”. Terima kasih dik….”.
Senyum Pak Deni berkembang. Kembali aku didekap, aku dipeluk erat oleh kedua tangan kekar. Aku
benamkan mukaku di dada bidang berbulu. Tanpa komando aku duduk di atas meja sambil tetap memeluk Pak
Deni.Aku diam, mataku terpejam ketika pelan-pelan aku direbahkan di atas meja. Satu persatu pengikat BHku
lepas sehingga tampaklah susuku yang masih sangat padat lengkap dengan putingnya yang berwarna coklat
kemerahan dan sudah berdiri dengan pongahnya.Kedua tangannya meraih dadaku, mulut hangat menyelusur gunungku, perlahan-lahan bergeser ke bawah,
semakin ke bawah gerakkannya semakin liar. Gesekan kumis sepanjang perut membuatku menegang.Aku pasrah ketika celana dalamku ditarik ke bawah lepas dari kaki sehingga kini aku sudah benar- benar
bagaikan bayi yang baru lahir tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuhku.Mulut hangat itu kembali bermain lincah diantara bibir bawahku yang ditutupi rambut- rambut kemaluan
yang berwarna hitam legam dan tumbuh dengan lebatnya disekeliling lubang kawinku dan clitorisku terasa
sudah mengeras pertanda aku sudah dilanda nafsu kawin yang amat menggelegak.Kenikmatan kembali menjalar di rahimku. Auh ….e.e.e.e.e.e.e…..haaah…haa ah haah. Auhhhhsss…… aku
mengerang. Pak Deni sambil berdiri di tepi meja mengusapkan benda panjang dan keras di klitorisku.Aa…hhhh…..uhhh.. jeritan kecil tertahan mengawali dorongan penis Pak Deni menyusup Memekku. Pantatku
diangkat tinggi dengan kedua tangannya ketika benda itu semakin dalam terbenam.Tanpa hambatan penis Pak Deni masuk lebih dalam menjelajah Memekku. Dimulai dengan gerakan pendek maju
mudur berirama semakin lama menjadi panjang. Nafasku tersengal menahan setiap gerak kenikmatan.“Aaah….ahh…..ahh…….haaaa…haassss…….” Entah berapa lama aku menerima irama gerakan maju mundur benda
keras dalam Memekku. Aku telah merasakan denyut orgasme. AuuuuuuuuhhhhhCerita Sex Pasien Jeritan dan cengkeraman tanganku di pundak belakang penanda aku mencapai puncak orgasme. Gerakan benda
itu dalam Memekku masih tetap berirama, tegar maju mundur dan membuat gesekan dengan sudut- sudut
sensitif.Tiba-tiba irama gerakan itu berubah menjadi cepat, semakin cepat ….. suara eluhan Pak Deni terdengar
dan otot Memekku kembali ikut menegang, yah … aku mau kembali orgasme… aaahhhhhhhhhhhh……. aahhhh….
Tiba-tiba benda dalam Memekku ditarik keluar.Semprotan cairan hangat mengenai pahaku dan meleleh di atas meja. Pak Deni mencapai puncak kenikmatan.
Pak Deni memenuhi janjinya, tidak mengeluarkan cairan mani dalam Memekku. Aku lemas…..lemas sekali
seperti tidak bertulang. Aku didekap lembut dan sebuah ciuman di kening menambah berkurang daya
kekuatanku.Tiga tahun kemudian setelah kejadian di pulau itu, aku telah menikmati hari-hari bahagiaku. Aku
sekarang telah menjadi nyonya Deni. Di pelukanku ada si mungil Indri, buah hati kami berdua. Setelah
perceraian dengan suamiku, satu tahun kemudian aku menikah dengan Pak Deni.cerita seks bergambar, cerita dewasa seks, cerpen seks, cerita seks hot, kisah seks, cerita seks tante, cerita sexx, cerita sex janda, cerita hot sex, cerita sex pembantu, cerita sex gay, sex dewasa, cerita sex 2019, cerita sex artis, cerita sex jilbab, cerita ngesex, cerita sex sma, cerita sex dengan tante, cerita sex mama, cerita dewasa tante, kumpulan cerita seks, cerita hot dewasa,
-
Kisah Memek Toket Besar Dan Toket Kecil
Duniabola99.com – Marissa (24 tahun,disebut Risa) adalah seorang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi swasta di kota Yogyakarta. Setelah semester 6 ini dia libur selama sekitar satu bulan. Dia mengisi waktu dengan melakukan kerja praktek pada sebuah industri di sebuah kota di Jawa Tengah. Karena tidak mempunyai saudara atau teman di kota tersebut, maka oleh direksi industri tersebut dia dititipkan ke rumah kontrakan salah satu karyawati yang bernama Gia Amalia (23 tahun, disebut Gia). Kebetulan Gia tinggal sendirian di rumah itu.
Malam itu Risa telah tiba di rumah Gia dan langsung dijamu dengan makan malam. Mereka berdua berbincang-bincang mengenai banyak hal. Selesai makan malam pun mereka masih asyik berbincang-bincang. Selama berbincang-bincang tersebut Risa sesekali melirik kedua payudara Gia yang berukuran 40. Kedua payudara Gia yang dilapisi bra berwarna hitam dan kaos putih ketat itu membuat iri Risa. Dia iri karena kedua payudaranya hanya berukuran 32.“Kenapa Ris?” Tanya Gia yang rupanya memperhatikan lirikan mata Risa.
“Nggak kok.” Elak Risa sambil tersenyum.
“Jujur saja. Aku tahu apa yang kau pikirkan.”
“Bener mbak. Nggak apa-apa kok.” Risa masih mengelak. Dia juga menyebut Mbak kepada Gia meskipun dia lebih tua dari Gia. Risa sendiri yang minta untuk memanggil Gia dengan sebutan Mbak ketika tiba di rumah Gia karena alasan senioritas. Gia telah bekerja sedangkan dia masih kuliah.“Kamu heran ya? Kenapa kedua payudaraku lain dengan kedua payudaramu?”
“Iya. Diapakan mbak? Pakai obat ya mbak?” Tanya Risa yang rambut lurus cepaknya berwarna kemerah-merahan.
“Pakai oil.” Jawab Gia singkat.
“Boleh minta?”
Gia hanya mengangguk dan berdiri dari kursi menuju kamarnya.
“Nggak usah sekarang mbak. Besok saja. Risa sudah ngantuk. Mau tidur. Besok kan mulai kerja.” Cegah Risa yang juga berdiri dari kursi.Gia yang rambut panjangnya berombak dan hitam serta diikat membalikkan tubuhnya dan membereskan meja makan dibantu oleh Risa sambil membicarakan masalah-masalah pekerjaan besok. Setelah itu mereka berdua menonton televisi. Hanya sebentar Risa menonton televisi. Gia menyuruh Risa tidur di kamar yang telah disiapkannya. Dia sendiri juga menyusul tidur.
Risa yang masih lelah karena perjalanan dari Yogya berusaha tidur. Bayangan kedua payudara Gia yang besar membuatnya sulit tidur. Akhirnya setelah beberapa saat dia pun tertidur. Pagi harinya dia terbangun. Dia lalu menuju dapur. Disana telah ada Gia yang tingginya sama dengan tingginya, yaitu sekitar 165 cm. Beratnya saja yang beda. Beratnya sekitar 48 kg. Sedangkan berat Gia sekitar 50 kg. Dia sedang membuat teh. Risa menghampirinya. Gia yang menyadari kedatangan Risa lalu berbalik.
“Bagaimana? Bisa tidur nggak?” Tanya Gia.
“Nggak bisa mbak. Ingat payudara Mbak sih.” Jawab Gia sambil tersenyum yang dibalas oleh Gia dengan senyuman. Kemudian lanjutnya.
“Boleh nggak mbak, Risa lihat kedua payudara mbak?”
Tanpa menunggu persetujuan Gia, Risa sudah membuka ikatan kimono tidur berwarna coklat yang dipakai Gia. Rupanya tubuh berkulit sawo matang tersebut hanya memakai celana dalam berwarna putih. Gia juga membuka ikatan kimono tidur berwarna hitam yang dipakai Risa. Sama dengan dirinya. Risa yang berkulit putih mulus juga hanya memakai celana dalam berwarna kuning. Mereka berdua menjatuhkan kimono masing-masing ke lantai. Dan Risa langsung membelai payudara kanan Gia.“Eeehmm..” Desah Gia.
Gia lalu membalikkan tubuh Risa. Dibelainya tato bergambar kepala cewek di punggung sebelah kanan Risa. Dia lalu membelai paha kiri Risa dengan tangan kirinya.
“Eeehmm..” Desah Risa.
Lalu diturunkannya celana dalam yang dipakai Risa sampai terlepas dari tubuhnya. Kemudian giliran Risa yang menurunkan celana dalam yang dipakai Risa sampai terlepas juga dari tubuhnya. Risa lalu jongkok dan membelai belahan kedua payudara Gia dengan tangan kanannya.
“Eeehmm..” Desah Gia.
Tangan kiri Gia lalu memegang tangan kanan Risa dan diremaskannya ke payudara kirinya.
“Ooohh..” Desah Gia.
Risa lalu mundur dan duduk di kursi sambil menarik tubuh Gia. Sambil duduk dia menjilati payudara kanan Gia.
“Eeehmm..” Desah Gia.
Tangan kirinya membelai vagina Gia. Tangan kirinya lalu meremas payudara kanan Gia dan lidahnya menjilati puting payudara kanan Gia.
“Ooohh..aahh..oohh..eehmm..” Desah Gia.
Beberapa saat kemudian Risa membalikkan tubuh Gia. Dari belakang kedua tangannya lalu membelai kedua payudara Gia dan dilanjutkan dengan meremas kedua payudara Gia.“Eeehmm..oohh..” Desah Gia.
“Sudah Ris. Nanti kita terlambat. Kita kan belum mandi dan sarapan.” Kata Gia sambil melepaskan diri dari jamahan Risa. Kemudian Gia masuk ke kamar mandi yang tepat berada di samping dapur. Risa mengikutinya.
“Bolehkah aku ikut mandi dengan mbak?” Tanya Risa yang masih berdiri di pintu kamar mandi.
Gia yang sedang mandi di bawah pancuran hanya menganggukan kepala sambil tersenyum menantang. Risa kemudian bergabung mandi dibawah pancuran. Dia langsung disambut dengan Gia yang menempelkan tubuhnya ke tubuh Risa. Dia mematikan pancuran dan tangan kirinya membelai vagina Risa dan tangan kanannya memeluk pinggang Risa.“Ooohh..aahh..” Desah Risa.
Kemudian Gia semakin merapatkan tubuhnya yang basah ke tubuh Risa yang juga basah. Kedua payudaranya menempel di kedua payudara Risa yang kecil.
“Ooouhh..” Mereka berdua sama-sama mendesah.
Bibirnya ditempelkan juga ke bibir Risa. Mereka berdua berciuman dan saling berjilatan lidah. Tiba-tiba Risa terpeleset. Untung dia bisa cepat menguasai tubuhnya sehingga dia tidak merasa kesakitan. Tapi dia tidak segera berdiri. Dia ingin Gia menolongnya. Dengan harapan dia dapat menarik tubuh Gia supaya ikut terjatuh. Ternyata Gia mengambil selang pancuran dan airnya disemprotkan ke vagina Risa. Hanya sebentar. Dia lalu berjongkok dan menyabuni vagina Risa dengan sabun. Diciumnya juga bibir Risa yang membalas dengan hebatnya. Lama sekali Gia menyabuni vagina Risa sambil sesekali jari tengah tangan kanannya dimasukkan ke vagina Risa. Sementara tangan kirinya menuangkan sabun cair ke dalam bathtub.Lalu Gia menarik tubuh Risa untuk masuk ke dalam bathtub. Mereka berdua lalu saling mengusapkan busa sabun ke tubuh mereka. Sesekali mereka berdua berciuman sambil saling menjilatkan lidah. Mereka berdua juga saling berpelukan dan menempelkan kedua payudara mereka.
“Ooouhh..” Mereka berdua sama-sama mendesah.
Kemudian Risa membersihkan busa sabun yang berada di kedua payudara Gia dengan kedua tangannya. Dijilatinya puting payudara kanan Gia.
“Eeehmm..” Desah Gia.
Perlakuan Risa membuat tubuh Gia semakin naik dan menjadikan dia berdiri dengan bersandar pada dinding kamar mandi. Risa sudah tidak lagi menjilati puting payudara kanan Gia. Kini dia membersihkan busa sabun di vagina Gia dengan air. Lalu dia menghisap vagina Gia dengan lidahnya.
“Aaaghh..oohh..” Desah Gia.
Gia hanya bisa meremas-remas sendiri kedua payudaranya dengan kedua tangannya. Sesekali tangan kiri Risa juga meremas payudara kiri Gia.
“Ooohh..” Desah Gia.
Mulutnya naik kembali ke atas dan menghisap payudara kiri Gia sambil jari tengah tangan kanannya mengocok vagina Gia.
“Oooughh..aahh..oouhh..” Desah Gia.
Dia lalu menempelkan kedua payudaranya ke kedua payudara Gia.
“Ooouhh..”
Dipeluknya Gia sambil menjilati lehernya. Tangan kiri Gia juga meremas pantat Risa.
“Eeehmm..” Mereka berdua sama-sama mendesah.
Risa kemudian menyodorkan payudara kanannya yang kecil ke mulut Gia yang mau saja menghisapnya.
“Oooughh..” Desah Risa.
Tetapi hanya sebentar. Gia menuntun Risa untuk membungkuk dengan kedua tangan berpegangan pada dinding kamar mandi. Digesek-gesekannya kedua payudaranya ke punggung Risa.
“Ooouhh..” Desah Gia.Mereka berdua kemudian sadar bahwa mereka akan bekerja. Sehingga akhirnya mereka menyudahi permainannya. Mereka berdua kemudian mandi sambil sesekali masih saling membelai tubuh mereka. Terutama Risa yang sering membelai kedua payudara Gia bergantian. Dia terpesona dengan kedua payudara Gia yang besar.
Sore harinya ketika pulang dari bekerja. Permainan mereka berdua berlanjut kembali.
“Mbak. Minta oilnya dong.” Kata Risa.
“Sini.” Kata Gia sambil menarik Risa ke kamarnya.
“Buka semua pakaianmu.” Lanjut Gia.
Risa hanya menurut saja. Dia membuka semua pakaiannya. Ternyata Gia juga membuka semua pakaiannya. Kecuali celana dalam. Gia lalu mengambil sebuah botol dari lemarinya. Botol yang bertuliskan Breast Oil. Kemudian dihampirinya Risa yang sedang melepas miniset yang dipakainya. Dia tinggal memakai celana dalam. Gia kemudian memegang payudara kanan Risa dan menuangkan isi botol ke payudara kanan Risa setelah membuka tutupnya. Tangan kirinya kemudian meremas-remas payudara kanan Risa.“Ooohh..” Desah Risa.
Kemudian remasan tangan kirinya berpindah ke payudara kiri Risa.
“Ooohh..” Desah Risa.
Dia lalu membalikkan tubuh Risa dan menuangkan isi botol ke punggungg Risa. Diletakkannya botol itu ke meja dan dengan kedua tangannya diratakannya cairan itu ke seluruh tubuh Risa bagian atas.
“Eeehmm..” Desah Risa.
Lalu dibalikkan kembali tubuh Risa sambil tangan kanannya mengambil botol di meja. Diserahkannya botol itu ke Risa.
“Gantian ya.” Kata Gia.
Risa hanya mengangguk sambil menerima botol itu dari tangan Gia. Dia kemudian menuangkan isi botol ke kedua payudara Gia sekaligus dalam jumlah besar. Kemudian dilemparkannya botol itu ke tempat tidur setelah ditutup. Kedua tangannya kemudian meratakan cairan itu ke seluruh tubuh Gia bagian atas terutama ke kedua payudara Gia.
“Eeehmm..oohh..” Desah Gia.
Setelah dirasa cukup, Gia lalu memeluk Risa dan menggesek-gesekkan kedua payudaranya ke kedua payudara Risa selama beberapa menit.
“Ooouhh..”
Lalu mereka berdua melepaskan pelukan dan saling meremas kedua payudaranya.“Ooohh..”
Gia menghentikan remasannya pada kedua payudara Risa. Dia keluar kamar dan mengambil dua botol air mineral dari kulkas. Dia masuk kembali ke kamar dan dilihatnya Risa masih meremas sendiri kedua payudaranya.
“Ooohh..” Desah Risa.
Di depan Risa, Gia membuka salah satu botol dan dengan menari-nari dia mengucurkan sedikit demi sedikit air itu ke kedua payudaranya. Gia membersihkan cairan dengan air mineral itu.
“Eeehmm..” Desah Gia.
Risa tertarik dan mengambil botol satunya dari tangan Gia. Dengan berhadap-hadapan Risa juga membersihkan cairan pada kedua payudaranya sendiri.
“Eeehmm..” Desah Risa.
Gia melihat sebuah kesempatan. Tangan kirinya meremas dan menjilati payudara kanan Risa yang bertambah besar dari biasanya meskipun tidak sebesar dari yang dia punya.
“Ooohh..eehmm..” Desah Risa.film dewasa
Dibalikkannya tubuh Risa dan dari belakang tangan kirinya meremas kedua payudara Risa bergantian.
“Ooohh..” Desah Risa.Sementara tangan kanannya masih mengucurkan air dari botol. Tangan kanan Risa juga mengucurkan air ke kedua payudaranya. Tubuh mereka berdua basah dan Risa membalikkan tubuhnya. Dipeluknya Gia. Kedua payudara mereka yang berbeda ukuran menempel dan saling menggesek.
“Ooouhh..” Mereka berdua sama-sama mendesah. prediksi togel klik disini
Hampir tiap hari Gia meremas kedua payudara Risa dengan Breast Oil yang berlanjut dengan percumbuan yang sangat panas.. Sampai akhirnya kedua payudara Risa sama besarnya dengan kedua payudaranya bertepatan dengan berakhirnya masa kerja praktek Risa di tempat Gia bekerja. -
Video bokep Iroha Suzumura bermain dengna pelumas yang banyak
-
Kisah Memek Ngentot pertamaku dengan cowok kedua
Duniabola99.com – Pengalaman pengalaman berkesanku dalam hidup sangat banyak, dan mereka menghiasi duniaku seindah pelangi setelah hujan turun. Salah satu pengalamanku yang tak dapat kulupakan adalah malam pertamaku bersama Cecilia (Nama samaran).
Aku bertemu dengannya di Kamasutra Bali, tepatnya bulan Oktober 2004 ketika Glenn Fredly pentas di panggung. Karena begitu penuh sesaknya hall Kamasutra, maka saya bersama 2 orang teman bule saya yang “nakal” ingin mencari angin segar diluar hall… Sembari mata ini melihat sekeliling, terlihatlah seorang putri cantik berbaju mini sedang ribet ber-sms ria dan memojok di sebuah pilar, terlihat sekali badannya proporsi banget, dadanya yang ranum dan pahanya yang bersinar putih menyilaukan mataku… Hatikupun berdegup dan muncullah perasaan ingin berkenalan dan tau lebih lanjut mengenai dirinya…. Billy, temanku sangat cepat menangkap perasaanku… langsung ia pun spontan berkata, “Hey, that girl over there is cute man… suites you well!… want me to be your smooth operator?…. hell yeah ofcourse right”… dan langsung si Billy dengan luesnya menghampiri wanita cantik nan jelita di pojok tersebut…Billy dengan spontan mendekat dengan lagak humor dan sambil memegang HP nya… dia berkata “ Hey I got your SMS,… but, I don’t know what you’re talking about, hehehehe” … spontan kaget si putri cantikpun melihatku yang jelas jelas orang lokal, dan bertanya… “apa’an sih temennya”… si Billy pun langsung mengatakan bahwa ia hanya bercanda… dan sang putri pun akhirnya tersenyum… ahh cantik sekali. Nilai 10 dari 10 aku berikan secara sukarela kepadanya. Dari humor tadi percakapan kami mulai berkembang… kami berkenalan dan akhirnya kutau namanya Cecilia, dan iseng iseng terucapkan berbagai pertanyaan seperti “tinggal dimana, ngapain di Bali, pergi ama siapa”… Cecil ternyata ada di Bali untuk kerja praktek di hotel megah di Jimbaran, ia ternyata kuliah dari universitas terkenal di Jakarta. Akupun memperkenalkan diriku dan mengapa ada di Bali, pekerjaanku di bidang apa, dan sebagainya…
Setelah bercakap cakap cukup lama, aku pun mulai melontarkan pertanyaan “besok ngapain”… mengingat besok hari Minggu. Dia pun menjawab dengan ragu, bahwa besok belum pasti mau kemana… dan akupun mengambil kesempatan untuk mengajaknya pergi jalan jalan, namun sebelumnya kontak dia dulu… akhirnya kudapatlah nomor teleponnya… dan aku berjanji akan mencarinya esok.
Tak lama setelah itu 2 orang bule temanku Mike & Billy datang menghampiri dan menggodaku, mereka mengatakan kepada Cecilia “You guys suites each other… You should go out some time…, and Jason… yeah belief me Jason is a good guy”… Kita berdua Cuma bisa tertawa kecil… saat itu juga Mike membisik kepadaku untuk meninggalkan Kamasutra dan pergi ke klub lain… Dengan berat hati aku melambai dan mengucapkan kata “see you tomorrow”… kita pun berangkat ke EMBARGO, dan Mike pun berkata… (terjemahan Indonesia)… kalau udah dapet cewe, jangan terlalu berlama lamaan menggoda… coba untuk jadi “cool” dan ditinggal aja, ntar dia pasti penasaran dan pengen ketemu lagi… dan setelah itu akupun kembali ke hotel dan tidur…Malam itu seolah jam berjalan lama sekali, dan hatiku tak tenang… akhirnya kuraih HP dan ku SMS Cecilia dengan perkataan singkat “Hello, thanks yah udah mau kenalan ama gw tadi… besok kita jalan beneran yah”… selang 2 menit tiba tiba hatiku dikagetkan dengan SMS balasan dari Cecil yang isinya “Justru aku yang say thanks, udah diajak kenalan… cu 2morrow”… duhh hati ini dingin rasanya, segeralah diriku terlelap.
Keesokan harinya langsung kutelepon mobil charteran langganan beserta sopir, dan kusewa AVANZA yg waktu itu sedang baru barunya… dan kuhampiri Cecil di kost nya daerah Jimbaran. Sesampainya di kost, Cecil ternyata bersama teman dekatnya, seorang cewe Bali… batinku merasa kurang enak, kok ada obat nyamuknya.. tapi cuek dah, karena saat itu aku terhibur dengan Cecil yang mengenakan tank top putih, ketat sekali dan sebatas pusar, dengan hot pants warna khakis.. uhm terlihat bangat body indah bak foto model ada bersamaku, lalu kita jalan jalan dan menyusuri pantai Tanjung Benoa. Eh ternyata teman teman kampus Cecil yang lain sudah menunggu di sana, dan tampak sekali Cecil agak malu malu bersamaku, godaan godaan kecil yang dibisikkan ke telinga Cecil jelas sekali kurasakan adalah tentang ia bersama dengan seorang pria baru kemaren yang bertemu di Kamasutra… hehehe pikir pikir, saat itu diriku juga malu malu kucing… sementara teman temannya bermain air, kami berdua saling berbicara santai dan saling kenali diri satu sama lain… hati ini senang sekali merasakan bahwa ada perasaan kasih yang berbalas dari Cecil, dan diri ini merasa PD bahwa Cecil merasakan getar getar cinta pada diriku.
Sorenya kami kembali ke kost dan teman Cecil pun berpamitan pulang… Cecil dengan agak malu mengajak ke kamar kostnya… dan kita berdua melanjutkan obrolan santai dengan duduk di atas ranjang… tidak lama kemudian, tangannya kugenggam dan kukatakan maksud hatiku untuk ingin mencoba jalan bersamanya menjadi kekasih… Cecilpun dengan malu mengatakan bahwa ia mau, tapi ia susah long distance karena ia masih di Bali, sedangkan saya harus balik ke Surabaya…. Karena takut tertolak, apapun alasan kubatalkan dengan kata dan janji manisku kepadanya… setelah itupun kita bergenggaman tangan dgn lebih erat.
Ketika sudah sampai saatnya malam tiba dan Cecil harus ke hotel tempat ia bekerja praktek,sedangkan aku harus pulang ke hotel untuk menemani 2 orang bule yang gila clubbing kemarin, tiba tiba setitik air mata menetes dan baru kusadari bahwa Cecil menangis… kutanyakan alasannya ternyata ia menangis karena besok akan berpisah denganku… oh hatikupun remuk… otomatis tangan ini meraihnya dan memeluknya dari belakang… dan sedikit kurasakan empuknya buah dadanya yang ranum itu…. Akhirnya aku harus meninggalkannya dengan hati yang berat pula…Malam itu walaupun diriku bersama 2 orang temanku clubbing ke berbagai tempat, namun kepala ini hanya memikirkan dirinya terus… hingga akhirnya aku pun memutuskan untuk pulang dan tidur…
Ke esokan harinya… sama seperti hari sebelumnya, akupun bergegas menjenguk Cecil, namun kali ini aku tidak memanggil mobil charteran lagi,.. melainkan sebuah TAXI, karena jadwal pulang ke Surabaya adalah hari Senin pukul 17.00.
Dengan taxi aku meluncur ke kost, dan langsung kutuju kamarnya… Cecil walau dengan mata agak sembab menyambutku dengan senang hati… jelas sekali bahwa ia berusaha senang walaupun hatinya sedih… tak kuat melihat itu, maka akupun langsung membisikinya … “Cil, tau nggak… pesawatku aku delay sampai besok malem”… Spontan setelah mendengar itu Cecil berubah expresinya 180 derajat dan melompat kegirangan, dan memelukku… kemudian ia mencium pipiku… akupun kaget dan merasakan kehangatan yg sangat… tak ingin kehangatan itu pergi, maka langsung kupeluk dan akhirnya kucium bibir manisnya… (sopan)… dan kita berciuman cukup lama sampai Cecil makin bergairah…dan akupun mulai memperganas ciumanku… 1 jam lebih kami berciuman dan akhirnya kami pun berciuman dalam posisi tidur…
Tangan inipun makin lama makin jahil… dan Cecilpun aku angkat tepat diatasku agar ciuman lebih enak… dari sana buah dadanya mulai kuremas remas, dan pantatnya pun ku massage terus menerus…. Melihat ia makin turn on, maka kulepaslah bajunya satu persatu… helai demi helai… dan kusaksikan oh indahnya ciptaan Tuhan… buah dadanya yang kencang, ranum dan kenyal itupun segera kulahap dan kusedot… pakaiankupun mulai ku tanggalkan satu per satu…Akhirnya kami telanjang bulat… dan secara tidak sengaja lututku menyentuh daerah kemaluannya, dan ahhh… terasa sedikit licin dan hangat terkena pelumas yang mulai keluar dari kemaluannya… langsun kutarik badannya ke arahku dan kutancapkan barang pusakaku ke kemaluannya… saat itu kurasakan nikmatnya penetrasi tanpa kondom… aahhhh begitu nikmat….
Kemaluannya, ohhh rasanya seperti perawan… Walau jelas sekali aku tau bahwa ia tidak mungkin seorang perawan… berbagai pujian kulontarkan sambil kami berdua terus bergerak dan mendesah… Ketika ia bergerak naik dan turun, kusaksikan buah dada yang bergetar indah, serasa memanggil tanganku untuk bermain… tanpa diperintah tangan ini pun langsung bereaksi dan memassagenya terus… sedang tangan kiriku terus memegang pantatnya yang sangat bulat itu… ototnya terasa padat dan kenyal sekali, seolah ia berlatih keras untuk mendapat tubuh seindah itu… wajahnya yang cantik sesekali tersibak rambutnya yang menyelimpang ke depan… berbagai posisi kucoba dan Cecilpun terus mengerang tanpa mempedulikan kamar sebelahnya…
Akupun pada akhirnya merasa sudah mendekati klimaks, dan akupun berinisiatif untuk mengganti gaya… dari tadi kuperhatikan terdapat sebuah cermin di dekat meja sebelah ranjangnya… ku ajak Cecil menghadap ke cermin dan meja tersebut, dan kutusuk dia dari belakang sambil dia agak menunduk… ahh serasa barang pusaka makin terjepit lagi ketika dari posisi agak menunduk tersebut dirinya kupeluk dari belakang dan perlahan kutegakkan badannya… aku menusuk terus dari bawah ke atas dan sambil melihat tubuh indah di cermin itu aku terus meremas buah dadanya… uhh… enak sekali… akhirnya akupun klimaks dan tanpa kusangka, saat itupun kurasakan getaran dr tubuh Cecil bak seorang yang kedinginan di kutub utara sedang menggigil… kutanyakan kenapa… ternyata Cecil bilang… “aku sampe ko…. Aku sampe… “ …. Ahhh betapa leganya diriku bisa memuaskan putriku hingga orgasme…
Setelah itupun kami berdua tergeletak di ranjang dan beristirahat… Semenjak saat itu kami tak henti hentinya bermain cinta di kamar hingga malam ke-esokan harinya …
Kami berhenti hanya untuk mandi, makan dan minum saja… Berbagai variasi bercinta kami lakukan semua…Mulai dari saat itu, tiap 2 minggu sekali selalu kusempatkan diriku ke Bali untuk mengunjungi putriku Cecil… tiap hari Jumat selepas kerja aku berangkat, dan aku kembali ke Surabaya di hari Minggu penerbangan termalam…
Berbagai petualangan cinta di alam bebas pun kami lakukan di Bali bersama, mulai dari kamar mandi Hotel Hard Rock, di atas bukit Dreamland, sampai di tepi pantai Kuta.
-
Asian Amatuer Hardcore Scenes With Ayaa And Rio
-
Kisah Memek Tante lain yang beda dengan tante Nita
Duniabola99.com – Kejadian hubungan saya dengan Tante Nita sudah lewat hampir 1 bulan, dan selama itu pula kami tidak pernah lagi melakukan hubungan badan. Dalam pikiran saya, mungkin Tante Nita sudah menyadari kekhilafannya, dan saya juga harus bisa melupakan kejadian tersebut dan menganggap kalau kejadian itu tidak pernah terjadi. Karena pada dasarnya saya juga merasa malu pada diri saya sendiri, tapi dilain pihak saya juga merasakan nikmatnya persetubuhan kami. Mungkin perasaan ini jugalah yang ada di dalam hati Tante Nita.
Seperti biasanya, saya kalau sedang bernafsu sering saya lampiaskan pada film porno dan tentu saja akan berakhir dengan onani. Kalau setiap habis menonton film porno, saya sering membayangkan sangat ingin menikmati tubuh Tante Nita kembali.Pada suatu sore, ketika saya sedang menikmati film porno dan sedang dalam tahap sangat ingin melakukan hubungan seks, (mungkin seseorang kalau sekali sudah merasakan nikmatnya hubungan seks, akan sulit untuk melupakannya) tiba-tiba berdering telepon dan tentu saja membuatku terhentak seketika dan dengan sedikit mengomel saya bangkit dan menjawab teleponnya (pembaca dapat merasakan kalau kita sedang menikmati sesuatu, terus ada hal yang mengganggu).
Dengan berat saya menjawab, “Halo.., mau cari siapa..?”
Lalu terdengar suara seorang wanita, “Saya ingin mencari Endy, Endynya ada..?”
Dengan sedikit rasa ingin tahu, saya jawab, “Yah, saya Endy, disana siapa yach..?”Kemudian terdengar suara yang agak genit tapi sangat merangsang, “Hayo.., sudah lupa yach sama saya, padahal belum juga satu bulan..!”
Hati saya langsung berdebar-debar, lalu saya bertanya kembali, “Disana Tante Nita yach..?”
Dan terdengar suara, “Emangnya kamu pikir sapa, sembarangan aja..!”
Lalu saya pun berkata, “Ada keperluan apa Tante..?”
Dengan pelan tetapi agak kesal, Tante Nita berkata, “Kamu kayak nggak tau aja, rumah tante lagi sepi nih, selain itu tante lagi pengen nih, kamu bisa khan nolongin tante..?”
Dengan sedikit jahil saya bertanya lagi, “Nolongin apa tante..?”
Tante Nita yang mungkin sudah kesal sekali, lalu berkata, “Kamu ini bodoh atau pura-pura bodoh sich, udah hampir satu bulan nich.. apa kamu nggak ingin kenikmatan kayak waktu itu..?”
Dalam hati, tentu saya saja saya sudah sangat berharap karena selain rangsangan dari film porno yang saya tonton, saya juga tidak merasa puas akan onani yang saya sering lakukan.
Lalu saya berkata, “Tante tunggu yach, saya segera kesana, paling cuman 10 menitan.”
Dan Tante Nita menjawab, “Yach udah.., cepatan yach, tante tunggu nih..!”Dalam 10 menit, saya sudah tiba di rumah Tante Nita, dan ternyata Tante Nita sudah menunggu saya di depan rumahnya, terlihat Tante Nita memakai setelan piyama. Lalu kami pun masuk ke dalam rumah dengan nafas terengah-engah. Bandar Judi
Saya berkata, “Tante ini bikin capek saya aja..!”
Dan dengan agak manja, Tante Nita berkata, “Masak gitu aja capek, tapi kamu juga dapat enaknya khan, kamu ini juga kok masih juga panggil tante, khan udah dibilang panggil aja dengan Nita, gimana sech..!”
Dengan tertunduk saya berkata, “Iya juga sech, saya lupa tante.. eh.. Nita maksud saya.”Lalu saya masuk ke dapur dan mengambil minum. Tante Nita pun menyusul saya masuk ke dalam. Sesudah meminum habis air dalam gelas, saya segera menarik Tante Nita dan memeluknya. Dengan manja Tante Nita berusaha untuk melepaskan peluksan saya, tapi saya segera mendaratkan ciuman saya ke bibirnya. Tante Nita terlihat sangat menikmatinya dan mulai membalas ciuman saya dengan mengigit pelan lidah saya, tapi saya juga berusaha membalas ciumannya.
Kami berciuman hampir 3 menit, lalu saya melepaskan ciuman saya dan bertanya, “Nit, saya bole nanya nggak..?”
“Yach.., nanya aja, emang kenapa..? jawab Tante Nita.
Lalu saya berkata kembali, “Kalo bole tau, kamu pake celana dalam warna apa hari ini..?”
Dan Tante Nita berkata, “Eh kamu.. memalukan, masak nanya hal yang gituan..?”
Saya berkata lagi, “Masak nggak bole sich..?”
Tante Nita berkata, “Yach udah.., kamu lihat aja sendiri..!”
Lalu tangan saya mulai bergerilya di sekitar wilayah pinggang ke bawah dan dengan pelan saya mulai membuka celana piyama nya dan telihat kalau Tante Nita memakai CD warna putih dan terlihat bayangan kehitam-hitaman di sekitar lipatan kakinya.Lalu Tante Nita berkata, “Nah udah tau khan, kok masih diam aja, kayak ngak pernah gituan aja..!”
Dengan tersenyum saya lalu mengendong Tante Nita segera menuju kamarnya.
Tante Nita berkata, “Kamu ini kok nggak sabaran sech..?”
Sampai di kamarnya, saya membaringkan Tante Nita ke ranjang dan segera membuka pakaian serta celana saya, sehingga saya hanya tinggal memakai CD. Sedangkan terlihat kalau kemaluan saya sudah menegang. Lalu saya segera mencium bibir Tante Nita, sedangkan tangan saya mulai aktif bekerja meremas payudara Tante Nita. Kemudian saya pun membuka baju Tante Nita, sehingga tampaklah payudara Tante Nita yang masih terbungkus oleh BH yang berwarna putih juga (dalam pikiranku mungkin BH dan CD Tante Nita adalah satu set, sehingga tampak sangat serasi).
Lalu tangan saya mulai bergerak ke belakang untuk mencari kait dan membuka BH-nya tante, tapi dengan tersenyum Tante Nita berkata, “Ini model baru Ndy.., kaitnya terletak di depan.”
Dan tangan Tante Nita sendiri yang melepaskan kait BH-nya, sehingga tampaklah oleh saya payudara Tante Nita yang masih kencang. Saya segera menenggelamkan wajah saya ke dalam payudaranya. Dengan gerakan meremas dan mulut saya menghisap putingnya, Tante Nita mulai terangsang, ini terlihat dari erangan Tante Nita.
“Uuh.. enak sekali.. terus Ndy.. ehmm..”Lalu tangan saya mulai bergerak ke bawah, masuk ke dalam celananya dan mulai menyentuh bagian di sekitar selangkangannya, meskipun hanya dari luar celana dalamnya.
Lalu tante berkata dengan sedikit tertekan, “Ndy.. tante nggak tahan lagi nih..!”
Tanpa berpikir panjang lagi, saya segera melepaskan celana sekaligus CD Tante Nita, karena nafsu saya juga telah memuncak. Lalu terlihatlah kemaluan Tante Nita yang ditumbuhi bulu-bulu yang terawat dengan rapih.Kepala saya segera turun dan segera menjilati kemaluan Tante Nita.
Terdengar Tante Nita menjerit, “Aduh Ndy.., nikmat sekali.. terus.. tante merasa nikmat terus Ndy.. uh.. uh.. ahh..”
Tiba-tiba tubuh Tante Nita mengejang dan pinggangnya terangkat ke atas. Saya mengetahui kalau Tante Nita sudah hampir mencapai klimaksnya, tapi saya segera menghentikan permainan saya, sehingga terlihat kalau Tante Nita sangat kecewa dan berkata, “Kamu kok gitu sech Ndy..!”
Saya berkata lagi, “Nit, nanti saya akan memberikan kenikmatan yang sebenarnya, tapi sekarang kamu harus meluruskan kembali dulu adik saya ini..!” sambil menunjukkan batang kemaluan saya yang sudah agak mengecil.
Saya bangkit dan segera mengarahkan kemaluan saya ke dalam mulut Tante Nita. Tante Nita nampaknya sangat liar dan segera melahap habis kemaluan saya, terlihat kalau kemaluan saya terbenam seluruhnya ke dalam mulut Tante Nita. Dengan gerakan menghisap Tante Nita berhasil membuat kemaluan saya sudah dalam keadaan siap tempur dan sudah dalam ukuran yang maksimum.Lalu Tante Nita menyuruh saya untuk memasukkan kemaluan saya ke dalam kemaluannya, lalu saya bergerak turun dan tubuh saya menimpa tubuh Tante Nita. Saya mengarahkan kemaluan saya ke lubang kemaluan Tante Nita. Dengan pelan tapi pasti, saya mulai menekan kemaluan saya ke dalam lubang Tante Nita. Karena sudah basah oleh ludah Tante Nita dan kemaluan Tante Nita sudah basah oleh cairan kemaluannya, sehingga memudahkan kemaluan saya menekan, meskipun masih terasa sakit di sekitar kepala kemaluan saya.
Tante Nita mulai menjerit dengan tertahan, “Aduh.. duh.. sakit.. Ndy.. teruskan.. uh.. ah.. ehm.. tapi nikmat sekali..!”
Karena ingin segera mencapai klimaksnya, saya pun segera membenamkan habis kemaluan saya dan terasa kenikmatan yang hebat baik saya maupun Tante Nita.Kemudian saya segera melanjutkannya dengan gerakan naik turun, sedangkan Tante Nita berusaha mengimbangi permainan saya dengan gerakan pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Dan sesudah 5 menit, kemudian Tante Nita menjerit dan kakinya mengunci pinggang saya, kemudian mulai menendang ke atas.
“Ndy.. saya sampai nih.. ah.. uh.. uh.. ehs.. nikmat sekali..!”desahnya menahan kenikmatan.
Sedangkan tangannya bergerak tidak karuan dan mencakar punggung saya, tapi saya sudah tidak mempedulikannya lagi dan terus memompa kemaluan saya ke dalam lubang surgawi Tante Nita.Selang beberapa detik kemudian, saya merasa ada sesuatu yang akan meledak keluar, dan saya merasakan segera mencapai klimaks.
Lalu saya berkata, “Nita, tahan.., sebentar lagi saya segera keluar..!”
Saya mengerang, “Uuh.. uh.. enak sekali, sungguh enak sekali.”
5 detik kemudian, saya pun menghujani kemaluan Tante Nita dengan siraman air sperma saya dan saya merasakan adanya cairan hangat dalam kemaluan Tante Nita dan dinding kemaluan Tante Nita menjadi agak licin.
Saya tahu Tante Nita dan saya sudah mencapai orgasme bersamaan dan terdengar jeritan, “Uuh.. Ndy.. enak sekali.. tante sampai.. uh..!”
Setelah mencapai orgasme, saya jatuh tertidur di samping Tante Nita.
Tante Nita berkata, “Terima kasih Ndy.. tante puas sekali.., sudah lama tante nggak merasa puas seperti ini..!”
Lalu saya tersenyum dan berkata, “Saya juga puas tante, kemaluan tante nikmat sekali, sungguh saya puas Nit..!”
Kemudian kami pun saling berpelukan dan berciuman kembali.Setelah hampir setengah jam beristirahat, kami mengulangi kembali permainan seks kami, hanya kali ini Tante Nita berada di atas, sedangkan saya di bawah. Permainan ini hanya berlangsung sekitar 5 menit, karena kami masing-masing sudah lelah pada permainan yang pertama, sehingga pada permainan kedua ini kami merasa tidak senikmat permainan pertama. Setelah lelah dan tertidur, tidak sadar hari sudah sore, maka segera saya membersihkan diri dan ingin segera pulang ke rumah. Tante Nita mengantar saya sampai ke pintu rumahnya.
Dia berkata, “Endy.., tante puas hari ini..!”
Saya berkata membalasnya, “Saya juga tante, tante hebat sekali..!”Dengan tersipu, Tante Nita berkata, “Kapan-kapan kita lanjutkan lagi..?”
Saya menjawab, “Iya Nita, saya akan dengan senang hati melayanimu, soalnya kamu hebat sech..! Saya suka deh ama kamu..”
Tante Nita berkata lagi, “Iya, kalo kamu ingin, kamu bisa kok telepon tante, nanti kita bisa cari tempat yang aman, soalnya tante juga malu khan kalo tiap hari tante aja yang minta..!”
Lalu saya berkata lagi, “Iya dech tante.., nanti kalo saya pengen, tante harus siap loh..!”
Dengan senyuman, Tante Nita menganggukkan kepalanya.Saya kembali memeluk Tante Nita dan menciumnya, sedangkan tangan saya bergerak ke arah selangkangannya dan menggosoknya.
Tapi Tante Nita berkata, “Udah donk Ndy.. Tante malu nih digituin terus..!”
Tapi saya terus saja memainkan kemaluan Tante Nita dan berkata, “Malu apanya tante, saya juga udah pernah lihat ama menikmati seluruh tubuh tante kok, tante juga suka khan..?”
Sambil tertunduk, Tante Nita berkata, “Aah.. udahlah.. lain kali aja deh, saya janji pasti akan terus memberi kenikmatan yang lebih ama kamu, udah dech yang lainnya udah mo pulang tuh..! (maksudnya keluarga Tante Nita) Kamu harus segera balik tuh..!”
Lalu saya mengiyakannya dan segera melepas ciuman dan pelukan serta tangan saya dari selangkangan Tante Nita.
Hubungan kami berlansung lama dan hampir 2 tahun. Kami selalu berhubungan dengan diam-diam dan saya selalu puas denga permainan Tante Nita. Sedangkan Tante Nita juga sebaliknya merasa puas akan permainan kami, tapi kami selalu melakukan hubungan seks dengan cara-cara yang tradisional dan tidak pernah mencoba gaya-gaya yang agak berani, seperti gaya anjing, 69 ataupun yang lainnya.Belakangan ini, dari cerita Tante Nita, saya tahu kalau suaminya (papa teman saya) mempunyai istri simpanan di luar, sehingga Tante Nita merasa sering ditinggalkan dan kebutuhan batinnya tidak pernah tercukupi.
Setelah hubungan yang begitu lama, saya mulai merasakan kalau saya menyukai Tante Nita, tapi saya tidak tahu apakah saya mencintainya atau hanya perasaan karena kami sering berhubungan intim.
Pernah sekali saya mengutarakannya, tapi Tante Nita memberi penjelasan, “Kamu ini hanya terbawa perasaan, diantara kita memang ada rasa suka, tapi tidak pernah saling mencintai, kita hanya membutuhkan masing-masing untuk memuaskan kebutuhan kita..!”
Dan saya mulai mengerti kalau hubungan ini tidak akan berlangsung lama. Setelah saya melanjutkan pendidikan saya di luar kota, saya mulai jarang kembali ke kampung halaman saya. Tetapi saat saya kembali, saya dan Tante Nita selalu mencari kesempatan untuk melakukan hubungan seks kami.
Cerita ini merupakan pengalaman nyata yang saya alami, bukan rekayasa. Meskipun dalam cerita ini, cerita seksnya kurang dominan, tapi saya ingin pembaca tahu konflik batin yang terjadi dan pertentangan-pertentangan dalam diri kita. Terima kasih atas perhatiannya, saran dan kritik saya tunggu di email saya. -
Adik Tiri Sexy Yang Badan Bohaynya Bikin Nafsuku Naik
Duniabola99.com – Ini dimulai waktu aku SMA kelas 3, waktu itu aku baru sebulan tinggal sama ayah tiriku. Ibu menikah dengan orang ini karena karena tidak tahan hidup menjanda lama-lama. Yang aku tidak sangka-sangka ternyata ayah tiriku punya 2 anak cewek yang keren dan seksi habis, yang satu sekolahnya sama denganku, namanya Citra dan yang satunya lagi sudah kuliah, namanya Ratna.
Si Citra cocok sekali kalau dijadikan bintang iklan obat pembentuk tubuh, nah kalau si Ratna paling cocok untuk iklan BH sama suplemen payudara. Sejak pertama aku tinggal, aku selalu berangan-angan bahwa dapat memiliki mereka, tapi angan-angan itu selalu buyar oleh berbagai hal. Dan siang ini kebetulan tidak ada orang di rumah selain aku dengan Citra, ini juga aku sedang kecapaian karena baru pulang sekolah. “Citra! entar kalau ada perlu sama aku, aku ada di kamar,” teriakku dari kamar.
Aku mulai menyalakan komputerku dan karena aku sedang suntuk, aku mulai dech surfing ke situs-situs porno kesayanganku, tapi enggak lama kemudian Citra masuk ke kamar sambil bawa buku, kelihatannya dia mau tanya pelajaran. “Ben, kemaren kamu udah nyatet Biologi belom, aku pinjem dong!” katanya dengan suara manja. Tanpa memperdulikan komputerku yang sedang memutar film BF via internet, aku mengambilkan dia buku di rak bukuku yang jaraknya lumayan jauh dengan komputerku.
“Citra..! nich bukunya, kemarenan aku udah nyatet,” kataku.
Citra tidak memperhatikanku tapi malah memperhatikan film BF yang sedang di komputerku.
“Citra.. kamu bengong aja!” kataku pura-pura tidak tahu.
“Eh.. iya, Ben kamu nyetel apa tuh! aku bilangin bonyok loh!” kata Citra.
“Eeh.. kamu barusan kan juga liat, aku tau kamu suka juga kan,” balas aku.
“Mending kita nonton sama-sama, tenang aja aku tutup mulut kok,” ajakku berusaha mencari peluang.
“Bener nich, kamu kagak bilang?” katanya ragu.
“Suwer dech!” kataku sambil mengambilkan dia kursi.Citra mulai serius menonton tiap adegan, sedangkan aku serius untuk terus menatap tubuhnya.
“Citra, sebelum ini kamu pernah nonton bokep kagak?” tanyaku.
“Pernah, noh aku punya VCD-nya,” jawabnya.
Wah gila juga nich cewek, diam-diam nakal juga.
“Kalau ML?” tanyaku lagi.
“Belom,” katanya, “Tapi.. kalo sendiri sich sering.”Wah makin berani saja aku, yang ada dalam pikiranku sekarang cuma ML sama dia.
Bagaimana caranya si “Beni Junior” bisa puas, tidak peduli saudara tiri, yang penting nafsuku hilang.
Melihat dadanya yang naik-turun karena terangsang, aku jadi semakin terangsang, dan batang kemaluanku pun makin tambah tegang.“Citra, kamu terangsang yach, ampe napsu gitu nontonnya,” tanyaku memancing.
“Iya nic Ben, bentar yach aku ke kamar mandi dulu,” katanya.
“Eh.. ngapain ke kamar mandi, nih liat!” kataku menunjuk ke arah celanaku.
“Kasihanilah si Beni kecil,” kataku.
“Pikiran kamu jangan yang tidak-tidak dech,” katanya sambil meninggalkan kamarku.
“Tenang aja, rumah kan lagi sepi, aku tutup mulut dech,” kataku memancing.Dan ternyata tidak ia gubris, bahkan terus berjalan ke kamar mandi sambil tangan kanannya meremas-remas buah dadanya dan tangan kirinya menggosok-gosok kemaluannya, dan hal inilah yang membuatku tidak menyerah. Kukejar terus dia, dan sesaat sebelum masuk kamar mandi, kutarik tangannya, kupegang kepalanya lalu kemudian langsung kucium bibirnya. Sesaat ia menolak tapi kemudian ia pasrah, bahkan menikmati setiap permainan lidahku.
“Kau akan aku berikan pengalaman yang paling memuaskan,” kataku, kemudian kembali melanjutkan menciumnya. Tangannya membuka baju sekolah yang masih kami kenakan dan juga ia membuka BH-nya dan meletakkan tanganku di atas dadanya, kekenyalan dadanya sangat berbeda dengan gadis lain yang pernah kusentuh. Perlahan ia membuka roknya, celanaku dan celana dalamnya. “Kita ke dalam kamar yuk!” ajaknya setelah kami berdua sama-sama bugil, “Terserah kaulah,” kataku,
“Yang penting kau akan kupuaskan.” Tak kusangka ia berani menarik penisku sambil berciuman, dan perlahan-lahan kami berjalan menuju kamarnya. “Ben, kamu tiduran dech, kita pake ’69′ mau tidak?” katanya sambil mendorongku ke kasurnya. Ia mulai menindihku, didekatkan vaginanya ke mukaku sementara penisku diemutnya, aku mulai mencium-cium vaginanya yang sudah basah itu, dan aroma kewanitaannya membuatku semakin bersemangat untuk langsung memainkan klitorisnya.
Tak lama setelah kumasukkan lidahku, kutemukan klitorisnya lalu aku menghisap, menjilat dan kadang kumainkan dengan lidahku, sementara tanganku bermain di dadanya. Tak lama kemudian ia melepaskan emutannya. “Jangan hentikan Ben.. Ach.. percepat Ben, aku mau keluar nich! ach.. ach.. aachh.. Ben.. aku ke.. luar,” katanya berbarengan dengan menyemprotnya cairan kental dari vaginanya. Dankemudian dia lemas dan tiduran di sebelahku.
“Citra, sekali lagi yah, aku belum keluar nich,” pintaku.
“Bentar dulu yach, aku lagi capek nich,” jelasnya.
Aku tidak peduli kata-katanya, kemudian aku mulai mendekati vaginanya.“Citra, aku masukkin sekarang yach,” kataku sambil memasukkan penisku perlahan-lahan.
Kelihatannya Citra sedang tidak sadarkan diri, dia hanya terpejam coba untuk beristirahat. Vagina Citra masih sempit sekali, penisku dibuat cuma diam mematung di pintunya. Perlahan kubuka dengan tangan dan terus kucoba untuk memasukkannya, dan akhirnya berhasil penisku masuk setengahnya, kira-kira 7 cm.“Jangan Ben.. entar aku hamil!” katanya tanpa berontak.
“Kamu udah mens belom?” tanyaku.
“Udah, baru kemaren, emang kenapa?” katanya.
Sambil aku masukkan penisku yang setengah, aku jawab pertanyaannya,
“Kalau gitu kamu kagak bakal hamil.”
“Ach.. ach.. ahh..! sakit Ben, a.. ach.. ahh, pelan-pelan, aa.. aach.. aachh..!” katanya berteriak nikmat.
“Tenang aja cuma sebentar kok, Citra mending doggy style dech!” kataku tanpa melepaskan penis dan berusaha memutar tubuhnya.Ia menuruti kata-kataku, lalu mulai kukeluar-masukkan penisku dalam vaginanya dan kurasa ia pun mulai terangsang kembali, karena sekarang ia merespon gerakan keluar-masukku dengan menaik-turunkan pinggulnya.
“Ach.. a.. aa ach..” teriaknya.
“Sakit lagi Ben.. a.. aa.. ach..”
“Tahan aja, cuma sebentar kok,” kataku sambil terus bergoyang dan meremas-remas buah dadanya.“Ben,. ach pengen.. ach.. a.. keluar lagi Ben..” katanya.
“Tunggu sebentar yach, aku juga pengen nich,” balasku.
“Cepetan Ben, enggak tahan nich,” katanya semakin menegang.
“A.. ach.. aachh..! yach kan keluar.”
“Aku juga Say..” kataku semakin kencang menggenjot dan akhirnya setidaknya enam tembakan spermaku di dalam vaginanya.
Kucabut penisku dan aku melihat seprei, apakah ada darahnya atau tidak? tapi tenyata tidak.
“Citra kamu enggak perawan yach,” tanyaku.
“Iya Ben, dulu waktu lagi masturbasi nyodoknya kedaleman jadinya pecah dech,” jelasnya.
“Ben ingat loh, jangan bilang siapa-siapa, ini rahasia kita aja.””Oh tenang aja aku bisa dipercaya kok, asal lain kali kamu mau lagi.”
“Siapa sih yang bisa nolak ‘Beni Junior’,” katanya mesra.Setelah saat itu setidaknya seminggu sekali aku selalu melakukan ML dengan Citra, terkadang aku yang memang sedang ingin atau terkadang juga Citra yang sering ketagihan, yang asyik sampai saat ini kami selalu bermain di rumah tanpa ada seorang pun yang tahu, kadang tengah malam aku ke kamar Citra atau sebaliknya, kadang juga saat siang pulang sekolah kalau tidak ada orang di rumah.
Kali ini kelihatannya Citra lagi ingin, sejak di sekolah ia terus menggodaku, bahkan ia sempat membisikkan kemauannya untuk ML siang ini di rumah, tapi malangnya siang ini ayah dan ibu sedang ada di rumah sehingga kami tak jadi melakukan ini. Aku menjanjikan nanti malam akan main ke kamarnya, dan ia mengiyakan saja, katanya asal bisa ML denganku hari ini ia menurut saja kemauanku.
Ternyata sampai malan ayahku belum tidur juga, kelihatannya sedang asyik menonton pertandingan bola di TV, dan aku pun tidur-tiduran sambil menunggu ayahku tertidur, tapi malang malah aku yang tertidur duluan. Dalam mimpiku, aku sedang dikelitiki sesuatu dan berusaha aku tahan, tapi kemudian sesuatu menindihku hingga aku sesak napas dan kemudian terbangun.
“Citra! apa Ayah sudah tidur?” tanyaku melihat ternyata Citra yang menindihiku dengan keadaan telanjang.
“kamu mulai nakal Ben, dari tadi aku tunggu kamu, kamu tidak datang-datang juga. kamu tau, sekarang sudah jam dua, dan ayah telah tidur sejak jam satu tadi,” katanya mesra sambil memegang penisku karena ternyata celana pendekku dan CD-ku telah dibukanya.
“Yang nakal tuh kamu, Bukannya permisi atau bangunin aku kek,” kataku.
“kamu tidak sadar yach, kamu kan udah bangun, tuh liat udah siap kok,” katanya sambil memperlihatkan penisku.“Aku emut yach.”
Emutanya kali ini terasa berbeda, terasa begitu menghisap dan kelaparan.
“Citra jangan cepet-cepet dong, kasian ‘Beni Junior’ dong!”
“Aku udah kepengen berat Ben!” katanya lagi.
“Mending seperti biasa, kita pake posisi ’69′ dan kita sama-sama enak,” kataku sembil berputar tanpa melepaskan emutannya kemudian sambil terus diemut.Aku mulai menjilat-jilat vaginanya yang telah basah sambil tanganku memencet-mencet payudaranya yang semakin keras, terus kuhisap vaginanya dan mulai kumasukkan lidahku untuk mencari-cari klitorisnya.
“Aach.. achh..” desahnya ketika kutemukan klitorisnya.
“Ben! kamu pinter banget nemuin itilku, a.. achh.. ahh..”
“kamu juga makin pinter ngulum ‘Beni’ kecil,” kataku lagi.
“Ben, kali ini kita tidak usah banyak-banyak yach, aa.. achh..” katanya sambil mendesah.
“Cukup sekali aja nembaknya, taapi.. sa.. ma.. ss.. sa.. ma.. maa ac.. ach..” katanya sambil menikmati jilatanku.“Tapi Ben aku.. ma.. u.. keluar nich! Ach.. a.. aahh..” katanya sambil menegang kemudian mengeluarkan cairan dari vaginanya.
“Kayaknya kamu harus dua kali dech!” kataku sambil merubah posisi.
“Ya udah dech, tapi sekarang kamu masukin yach,” katanya lagi.
“Bersiaplah akan aku masukkan ini sekarang,” kataku sambil mengarahkan penisku ke vaginanya.“Siap-siap yach!”
“Ayo dech,” katanya.
“Ach.. a.. ahh..” desahnya ketika kumasukkan penisku.
“Pelan-pelan dong!”
“Inikan udah pelan Citra,” kataku sambil mulai bergoyang.
“Citra, kamu udah terangsang lagi belon?” tanyaku.
“Bentar lagi Ben,” katanya mulai menggoyangkan pantatnya untuk mengimbangiku, dan kemudian dia menarik kepalaku dan memitaku untuk sambil menciumnya.
“Sambil bercumbu dong Ben!”Tanpa disuruh dua kali aku langsung mncumbunya, dan aku betul-betul menikmati permainan lidahnya yang semakin mahir.
“Citra kamu udah punya pacar belom?” tanyaku.”Aku udah tapi baru abis putus,” katanya sambil mendesah.“Ben pacar aku itu enggak tau loh soal benginian, cuma kamu loh yang beginian sama aku.”
“Ach yang bener?” tanyaku lagi sambil mempercepat goyangan.
“Ach.. be.. ner.. kok Ben, a.. aa.. ach.. achh,” katanya terputus-putus.
“Tahan aja, atau kamu mau udahan?” kataku menggoda.
“Jangan udahan dong, aku baru kamu bikin terangsang lagi, kan kagak enak kalau udahan, achh.. aa.. ahh.. aku percepat yach Ben,” katanya.
Kemudian mempercepat gerakan pinggulnya.
“Kamu udah ngerti gimana enaknya, bentar lagi kayaknya aku bakal keluar dech,” kataku menyadari bahwa sepermaku sudah mengumpul di ujung.
“Achh.. ach.. bentar lagi nih.”“Tahan Ben!” katanya sambil mengeluarkan penisku dari vaginanya dan kemudian menggulumnya sambil tanganya mamainkan klitorisnya.
“Aku juga Ben, bantu aku cari klitorisku dong!” katanya menarik tanganku ke vaginanya.
Sambil penisku terus dihisapnya kumainkan klitorisnya dengan tanganku dan..
“Achh.. a.. achh.. achh.. ahh..” desahku sambil menembakkan spermaku dalam mulutnya.
“Aku juga Ben..” katanya sambil menjepit tanganku dalam vaginanya.
“Ach.. ah.. aa.. ach..” desahnya.“Aku tidur di sini yach, nanti bangunin aku jam lima sebelum ayah bagun,” katanya sambil menutup mata dan kemudian tertidur, di sampingku. Tepat jam lima pagi aku bangun dan membangunkanya, kemudian ia bergegas ke kamar madi dan mempersiapkan diri untuk sekolah, begitu juga dengan aku. Yang aneh siang ini tidak seperti biasanya Citra tidak pulang bersamaku karena ia ada les privat, sedangkan di rumah cuma ada Mbak Ratna, dan anehnya siang-siang begini Mbak Ratna di rumah memakai kaos ketat dan rok mini seperti sedang menunggu sesuatu.
“Siang Ben! baru pulang? Citra mana?” tanyanya.
“Citra lagi les, katanya bakal pulang sore,” kataku, “Loh Mbak sendiri kapan pulang? katanya dari Solo yach?”“Aku pulang tadi malem jam tigaan,” katanya.
“Ben, tadi malam kamu teriak sendirian di kamar ada apa?”
Wah gawat sepertinya Mbak Ratna dengar desahannya Citra tadi malam.
“Ach tidak kok, cuma ngigo,” kataku sambil berlalu ke kamar.
“Ben!” panggilnya, “Temenin Mbak nonton VCD dong, Mbak males nich nonton sendirian,” katanya dari kamarnya.
“Bentar!” kataku sambil berjalan menuju kamarnya, “Ada film apa Mbak?” tanyaku sesampai di kamarnya.“Liat aja, nanti juga tau,” katanya lagi.
“Mbak lagi nungguin seseorang yach?” tanyaku.
“Mbak, lagi nungguin kamu kok,” katanya datar, “Tuh liat filmnya udah mulai.”
“Loh inikan..?” kataku melihat film BF yang diputarnya dan tanpa meneruskan kata-kataku karena melihat ia mendekatiku. Kemudian ia mulai mencium bibirku.
“Mbak tau kok yang semalam,” katanya, “Kamu mau enggak ngelayanin aku, aku lebih pengalaman dech dari Citra.”Wah pucuk di cinta ulam tiba, yang satu pergi datang yang lain.
“Mbak, aku kan adik yang berbakti, masak nolak sich,” godaku sambil tangan kananku mulai masuk ke dalam rok mininya menggosok-gosok vaginanya, sedangkan tangan kiriku masuk ke kausnya dan memencet-mencet payudaranya yang super besar.
“Kamu pinter dech, tapi sayang kamu nakal, pinter cari kesempatan,” katanya menghentikan ciumannya dan melepaskan tanganku dari dada dan vaginanya.
“Mbak mau ngapain, kan lagi asyik?” tanyaku.”Kamu kagak sabaran yach, Mbak buka baju dulu terus kau juga, biar asikkan?” katanya sambil membuka bajunya.
Aku juga tak mau ketinggalan, aku mulai membuka bajuku sampai pada akhirnya kami berdua telanjang bulat.“Tubuh Mbak bagus banget,” kataku memperhatikan tubuhnya dari atas sampai ujung kaki, benar-benar tidak ada cacat, putih muCitra dan sekal.
Ia langsung mencumbuku dan tangan kanannya memegang penisku, dan mengarahkan ke vaginanya sambil berdiri.“Aku udah enggak tahan Ben,” katanya.
Kuhalangi penisku dengan tangan kananku lalu kumainkan vaginanya dengan tangan kiriku.
“Nanti dulu ach, beginikan lebih asik.”
“Ach.. kamu nakal Ben! pantes si Citra mau,” katanya mesra.
“Ben..! Mbak..! lagi dimana kalian?” terdengar suara Citra memanggil dari luar.
“Hari ini guru lesnya tidak masuk jadi aku dipulangin, kalian lagi dimana sich?” tanyanya sekali lagi.
“Masuk aja Citra, kita lagi pesta nich,” kata Mbak Ratna.
“Mbak! Entar kalau Citra tau gimana?” tanyaku.
“Ben jangan panggil Mbak, panggil aja Ratna,” katanya dan ketika itu aku melihat Citra di pintu kamar sedang membuka baju.“Ratna, aku ikut yach!” pinta Citra sambil memainkan vaginanya.
“Ben kamu kuat nggak?” tanya Ratna.
“Tenang aja aku kuat kok, lagian kasian tuch Citra udah terangsang,” kataku.
“Citra cepet sinih emut ‘Beni Junior’,” ajakku.
Tanpa menolak Citra langsung datang mengemut penisku.
“Mending kita tiduran, biar aku dapet vaginamu,” kataku pada Ratna.
“Ayo dech!” katanya kemudian mengambil posisi.
Ratna meletakkan vaginanya di atas kepalaku, dan kepalanya menghadap vagina Citra yang sedang mengemut penisku.“Citra, aku maenin vaginamu,” katanya.
Tanpa menunggu jawaban dari Citra ia langsung bermain di vaginanya.Permainan ini berlangsung lama sampai akhirnya Ratna menegangkan pahanya, dan.. “Ach.. a.. aach.. aku keluar..” katanya sambil menyemprotkan cairan di vaginanya.“Sekarang ganti Citra yach,” kataku.
Kemudian aku bangun dan mengarahkan penisku ke vaginanya dan masuk perlahan-lahan.
“Ach.. aach..” desah Citra.
“Kamu curang, Citra kamu masukin, kok aku tidak?” katanya.
“Abis kamu keluar duluan, tapi tenang aja, nanti abis Citra keluar kamu aku masukin, yang penting kamu merangsang dirimu sendiri,” kataku.
“Yang cepet dong goyangnya!” keluh Citra.
Kupercepat goyanganku, dan dia mengimbanginya juga.
“Kak, ach.. entar lagi gant.. a.. ach.. gantian yach, aku.. mau keluar ach.. aa.. a.. ach..!” desahnya, kemudian lemas dan tertidur tak berdaya.
“Ayo Ben tunggu apa lagi!” kata Ratna sambil mengangkang mampersilakan penisku untuk mencoblosnya.“Aku udah terangsang lagi.”
Tanpa menunggu lama aku langsung mencoblosnya dan mencumbunya.
“Gimana enak penisku ini?” tanyaku.
“Penis kamu kepanjangan,” katanya, “tapi enak!”.
“Kayaknya kau nggak lama lagi dech,” kataku.
“Sama, aku juga enggak lama lagi,” katanya, “Kita keluarin sama-sama yach!” terangnya.
“Di luar apa di dalem?” tanyaku lagi.
“Ach.. a.. aach.. di.. dalem.. aja..” katanya tidak jelas karena sambil mendesah.
“Maksudku, ah.. ach.. di dalem aja.. aah.. ach.. bentar lagi..”
“Aku.. keluar.. ach.. achh.. ahh..” desahku sambil menembakkan spermaku.
“Ach.. aach.. aku.. ach.. juga..” katanya sambil menegang dan aku merasakan cairan membasahi penisku dalam vaginanya.Akhirnya kami bertiga tertidur di lantai dan kami bangun pada saat bersamaan.
“Ben aku mandi dulu yach, udah sore nich.”
“Aku juga ach,” kataku.
“Ben, Citra, lain kali lagi yach,” pinta Ratna.
“Itu bisa diatur, asal lagi kosong kayak gini, ya nggak Ben!” kata Citra.
“Kapan aja kalian mau aku siap,” kataku.
“Kalau gitu kalian jangan mandi dulu, kita main lagi yuk!” kata Ratna mulai memegang penisku.Akhirnya kami main lagi sampai malam dan kebetulan ayah dan ibu telepon dan mengatakan bahwa mereka pulangnya besok pagi, jadi kami lebih bebas bermain, lagi dan lagi. Kemudian hari selanjutya kami sering bermain saat situasi seperti ini, kadang tengah malam hanya dengan Ratna atau hanya Citra.
Oh bapak tiri, ternyata selain harta banyak, kamu juga punya dua anak yang siap menemaniku kapan saja, ohh nikmatnya hidup ini.
-
Waking Her Up For A Sextape
-
Video bokep Yui Hatano asistem dokter ngentot threesome
-
Video bokep Miho Ichiki toket gede mastrubasi
-
Kisah Memek Bercinta Dengan Perawat
Duniabola99.com – Nama saya Setiowati, umur saya 22 tahun, saya baru lulus dari Akademi Perawat di salah satu kota kecil di Jawa Timur. Sekarang saya bekerja di Rumah Sakit Swasta di kota Y, baru satu bulan ini saya bekerja.Saya tinggal di rumah Tante, secara keseluruhan saya sudah tinggal 6 bulan di kota ini untuk mencari kerja, untunglah akhirnya saya mendapat pekerjaan di Rumah Sakit tersebut. Sebagai orang baru di Rumah Sakit ini, saya banyak mendapat teman dan kenalan baru. Salah satunya adalah Kepala Bangsal Bedah, atasan saya langsung, dimana saya ditempatkan. Ibu Winantu kami memanggilnya, umurnya hampir 40 tahun, akan tetapi sampai sekarang belum menikah juga, walaupun kalau saya lihat sebenarnya Kepala Bangsal saya ini wajahnya cantik, bentuk badannya sensual dan kulitnya putih bersih.
Saya mendengar selentingan kabar dari teman-teman di sini, kalau Ibu Winantu sebenarnya simpanan salah satu dokter Kebidanan dan Kandungan yang juga bekerja di Rumah Sakit yang sama. Sebagai Kepala Bangsal Bedah, Ibu Winantu sangat disegani, karena selain secara fisik lebih besar dari rata-rata perawat bangsal Bedah, juga mulutnya sangat pedas, terutama untuk perawat-perawat yang lain. Yang lebih menarik pula, gelang dan cincin berlian di tangan, juga jam tangannya yang bertuliskan “Cartier”. Pantaslah kalau gosip itu benar, Ibu Winantu simpanan salah satu dokter kaya yang juga bekerja di Rumah Sakit ini. Sebagai perawat, kami kadang bergiliran bertugas jaga 24 Jam, kebiasaannya di bangsal saya yang bergiliran jaga adalah perawat senior dan junior, tidak terkecuali saya dan Ibu Winantu.
Pada suatu hari, saya mendapat jadwal tugas jaga bersama Ibu Winantu. Sebenarnya saya sangat takut, karena selain saya masih baru, saya juga “ngeri” padanya. Ada yang membuat saya terkejut, ketika semua perawat teman-teman saya selesai bertugas jam 14.00, tinggal kami berdua sebagai perawat jaga hari itu.
“Dik Wati”, Ibu Winanti memanggil sambil tersenyum.
“Iya, bu”, kaget saya.
Sebelum ini, terutama ketika bertugas pagi hari, tidak pernah sekalipun Ibu Winantu memanggil saya dan teman-teman yang lain dengan sebutan “Dik”, apalagi memanggilnya sambil tersenyum. Mimpi apa saya ini?
“Ini, statusnya dilengkapi dan periksa ulang Suhu dan Tensi untuk kamar 9 dan 10”.
“Iya, Bu”, saya seperti kerbau dicocok hidung.Segera saya lakukan perintahnya. Setelah selesai, menyusul perintah-perintah “manis” yang lain, saya hanya bisa menuruti. Walaupun saya iri juga padanya, karena Ibu Winantu hanya duduk manis di meja counter depan Bangsal Bedah sambil menonton TV.Akhirnya selesai juga perintah-perintah “Sang Ratu”, jam sudah menunjukkan jam 17.00, saatnya jadwal kunjung pasien. Pada saat ini biasanya perawat jaga saatnya untuk beristirahat dan mandi sampai selesainya jadwal kunjung pasien. Saya kelelahan, tapi inilah resikonya sebagai perawat yunior. Saya masuk ke kamar jaga perawat, dan merebahkan diri untuk tidur-tiduran sebantar sambil beristirahat.
Tidak berapa lama kemudian Ibu Winantu masuk ke kamar juga, dia juga ikutan rebahan di tempat tidur yang lain. Mulailah dia menginterogasiku.
“Sudah punya pacar, dik?”.
“Dulu, Bu”.
“Dulu waktu sekolah di Akper juga tinggal di asrama Akper?”.
“Iya”.
Ibu Winantu tertawa, “Kenapa Bu, kok tertawa?”.
“Hayo, dulu waktu di asrama sering nonton BF bersama-sama, tho?”.
“Iya, kok ibu tahu?”.
“Saya dulu waktu masih sekolah juga sama saja dengan Dik Wati”.Setelah itu malahan Ibu Winantu cerita mengenai BF dengan detail dan cerita-cerita mengenai main kucing-kucingan memasukkan cowok ke asrama dan hal-hal porno lainnya, sambil tertawa-tawa. Walaupun geli di telinga mendengarnya, saya menanggapinya dengan malu-malu karena itulah yang juga kami sering lakukan di asrama. Walaupun saya menjadi tidak jenak, akan tetapi senang juga mendengarkan cerita-cerita itu sambil mengingat masa-masa sekolah.
“Dik Wati, pernah “main” dengan pacarnya?”.
“Belum, Bu”.
“Oh, nanti saya ajarin”.
“Baik, Bu”, jawab saya asal-asalan, saya pikir itu kan hanya cerita-cerita omong kosong, walaupun saya juga tidak punya niat serius mendapat pelajaran dari Ibu Winantu.
“Saya mandi dulu, Bu”.
“Ya, nanti saya menyusul”.Saya mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Wah, asyik juga, kalau Bu Winantu mau mandi bersama saya. Karena dulu waktu di asrama, saya sering pula mandi berdua dengan teman-teman, sebagaimana pula dengan teman-teman yang lain. Kadang kami sering kagum dengan badan dan payudara teman yang lain, walaupun sering mandi bersama tidak pernah terjadi seperti yang ada di BF, apa itu namanya? Lesbian?
Ditengah saya mandi, terdengar ketukan di pintu.
“Siapa, yaa?”.
“Saya, dik”, suara Ibu Winantu menyahut.
Saya bukakan pintu kamar mandi, tentu saja saya dalam keadaan telanjang. Ibu Winantu langsung masuk ke kamar mandi, dan melepas bajunya satu persatu. Saya berhenti mandi dan hanya memandanginya, saya berdebar-debar ingin melihat “peralatan” Ibu Winantu.Ternyata betul dan nyatalah Ibu Winantu sekarang sudah telanjang pula bersama saya di kamar mandi. Kulitnya putih mulus, payudaranya agak besar, mungkin cup B, perutnya rata dan rambut kemaluannya lebat. Dibanding kulit saya yang lebih coklat dan rambut kemaluan saya yang hanya sedikit sekali, saya iri juga.
“Kenapa dik?”, Ibu Winantu membangunkan lamunan sesaat saya, sambil tersenyum.
“Ndak, Bu, ndak apa-apa”.
“Oh, rambut yang bawah hanya sedikit yaa”, sambil tangannya menjulur mengelus liang surgaku. Saya terkesiap, ada perasaan aneh pada vagina saya ketika tangannya mengelus lembut vagina saya. (saya teringat dulu ketika di asrama, kadang kalau mandi bersama teman yang lain, sering guyonan mengelus vagina teman lain seperti itu, tapi tidak ada rasa apa-apa). Secara refleks pula saya menarik napas panjang dan menutup mata.
“Kenapa dik, nikmat?”.
Saya membuka mata dan tersipu malu.
“Oh.., belum pernah yaa”, Ibu Winantu tersenyum, sambil matanya menyempit memperhatikan saya. Saya juga hanya tersenyum sambil menggigit bibir. Saya ingin Ibu Winantu mengelus vagina saya lagi seperti tadi, kata saya dalam hati.Saya merasa itu terjadi begitu cepat, tiba-tiba Ibu Winantu berjongkok di hadapan saya dan mulai menjilati vagina saya. Saya kaget dan keenakan. Sambil berdiri, saya sandarkan punggung saya ke tembok kamar mandi. Saya tidak bisa dan tidak mau menolaknya, saya ingin menikmatinya. Ibu Winantu sangat ahli menjilati vagina saya, dengan lembut dia membuka lebar paha saya dan membuka pelan-pelan bibir kemaluan luar saya. Saya merasakan sangat nikmat di bawah sana, di kemaluan saya, ketika lidah Ibu Winantu menjilat-jilat kemaluan bagian dalam saya, sungguh nikmat dan nikmat sekali, terutama ketika bibirnya yang basah menjilati klitoris saya. Saya menutup mata menikmatinya, payudara saya juga ikut mengeras, kedua tangan saya meremas bahu Ibu Winantu yang berjongkok di depan saya. Saya menutup rapat-rapat bibir saya, sambil menggigit kencang bibir saya, nikmat sekali, nikmat sekali. Hanya napas saya makin lama makin berat, dan makin lama saya makin merasa kemaluan saya makin basah.
“Ooohh..”, saya mendesah agak keras, saya merasa melayang dan lupa segala dalam sesaat. Kemaluan saya bagian dalam terasa berdenyut-denyut berkepanjangan, tubuh saya serasa melayang dengan segala rasa yang pernah saya alami. Untuk pertama kalinya saya merasa mulai mengetahui kemaluan saya sendiri dan kenikmatannya yang luar biasa. (itu namanya orgasme, yaa).
“Sudah, dik?”, suara Ibu Winantu menyadarkanku.
“Maaf, Bu”, sambil saya memeluk tubuh telanjang Ibu Winantu yang sudah kembali berdiri di hadapan saya. Saya merasa ingin dibelai dan disayangi, di samping tubuh saya yang mendadak lemas, setelah merasakan puncak kenikmatan tadi.
“Tidak apa-apa”, Ibu Winantu masih tersenyum.
“Wajar saja, tidak usah khawatir”, Ia melanjutkan. Sambil dipeluknya tubuh saya yang juga telanjang. Dia raih kepala saya, dan diciumnya bibir saya dengan lembut, lidahnya juga masuk ke dalam mulutku, menjilati lidah saya. Untuk pertama kalinya pula saya merasakan ciuman dari seorang wanita, apalagi wanita matang dan berpengalaman seperti Ibu Winantu. Ternyata lebih nikmat dan halus, dibanding ketika pertama kalinya saya merasakan ciuman dari seorang cowok.
“Ayo dik, lekas mandinya”.
“Nanti malam giliran saya ya”, Ibu Winantu tersenyum penuh arti pada saya. Saya mengangguk pelan, dan ingin “waktu” itu segera datang.
Malam itu, setelah tugas-tugas sebagai perawat telah selesai, di kamar tidur perawat saya belajar “melayani” Ibu Winantu, ternyata indah sekali. Sungguh hari itu, sore dan malam yang tidak terlupakan.Sejak saat itulah pula, Ibu Winantu menjadi mentor saya. Saya selalu menunggu waktu-waktu tugas bersama, lagi dengan Ibu Winantu dan kencan-kencan kami lainnya di luar jam dinas Rumah Sakit, berbagi waktu dengan “suami” tidak resmi Ibu Winantu, dokter Calvinus, seorang dokter Kebidanan dan Kandungan.
-
Foto Bugil remaja Milena hanya suka menembus vaginanya dengan jari
Duniabola99.com – foto gadis remaja Milena cantik rambut panjang pirang memakai pakaian tipis diatas tempat tidurnya dan membukanya memamerkan memeknya yang penuh bulu dan memainkan jari jarinya di memek.
-
Kisah Memek Keponakan Tante Rini HOT
Duniabola99.com – Kenalkan, nama saya Boy, teman-teman biasa memanggilku Mas Boy. Saya seorang pemuda berusia 25 tahun dengan tinggi badan 170 cm dan berat 55 kg. Meski usia saya kini sudah seperempat abad, namun pengetahuan saya dalam dunia percintaan masih sangat minim dan belum punya banyak pengalaman yang layak dibanggakan sebagaimana layaknya anak muda jaman sekarang.
Sekarang saya sedang bekerja pada sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa. Sebut saja nama perusahaan itu adalah Sepinggan tours and travel service. Jarak kantor itu sekitar 5 km dari tempat tinggal saya.Kini saya tinggal dengan Om saya, saya biasa memanggilnya om Rudy, ia adalah adik kandung dari Ibu saya). Om Rudy sehari-hari bekerja sebagai Kepala sekolah di sebuah SMK Negeri yang cukup terkenal di kota kami, sementara tante saya, sebut saja namanya tante Rini bekerja sebagai perawat di sebuah RS swasta. Kedua anaknya (sepupu saya) tinggal kost di kota lain karna mereka tidak mau kuliah di kota kami (entah karena alasan apa). Sejak kedua anaknya kuliah dan tinggal di kota lain, om dan tante saya hanya tinggal bertiga dengan seorang pembantu.
Sekitar dua bulan kemudian Om Rudy mengajak saya agar saya tinggal bersama mereka, dengan alasan daripada saya harus kost di luar, lebih baik saya tinggal di rumah om saya saja karena di rumahnya ada kamar yang kosong, kata om Rudy memberi alasan. Sejak saat itu jumlah penghuni rumah bertambah satu orang.
Sebulan kemudian, tante Rini membawa keponakannya ke rumah, jadi sekarang ada lima orang yang tinggal di rumah itu. Sejak kedatangan keponakan tante Rini, suasana jadi kembali ramai, tidak seperti dulu lagi ketika belum ada keponakan. Nama keponakan tante Rini adalah Endang, usianya 15 tahun, ia sudah duduk di kelas dua SMKK Negeri. Endang adalah seorang gadis yang cantik, cerdas, rajin dan baik hati pada semua orang.
Suatu ketika, om Rudy dan tante Rini pergi menghadiri acara perpisahan siswa kelas II di sekolah tempat om saya bekerja. Ia sempat mengajak saya, namun saya menolak dengan alasan saya agak lelah, lalu tante Rini mengajak Endang, namun Endang juga menolak dengan alasan Endang lagi ada tugas dari sekolah yang harus diselesaikan malam itu juga karena besok tugas itu sudah harus dikumpulkan.
Sebelum om dan tante meninggalkan rumah, mereka tidak lupa berpesan agar kami berdua berhati-hati, karena sekarang banyak maling yang pura-pura datang sebagai tamu, namun ternyata sang tamu tiba-tiba merampok setelah melihat situasi yang memungkinkan. Setelah selesai berpesan, om dan tante pun pergi sambil menyuruh saya menutup pintu.
Sejak kepergian om dan tante saya, rumah jadi hening, kini hanya ada suara TV, namun sengaja saya kecilkan volumenya karena Endang sedang belajar. Saya hanya duduk di ruang depan menonton sebuah sinetron yang ditayangkan salah satu stasiun TV swasta. Saya sempat menyaksikan adegan panas seorang lelaki paruh baya yang sedang asyik berselingkuh dengan seorang gadis yang ternyata teman sekantornya sendiri.Karena terlalu asyiknya saya nonton TV, sehingga saya sangat kaget ketika sebuah tangan menepuk pundak saya. Setelah saya lihat ternyata Endang, ia tersenyum manis sambil menarik lenganku dengan manja menuju kamarnya. Saya jadi deg-degan setelah melihat penampilannya, ternyata ia hanya mengenakan celana pendek ketat warna coklat muda dengan kaos orangenya yang super ketat, sehingga lekuk-lekuk tubuhnya tampak begitu jelas.
Sejenak saya terpana melihat tubuhnya yang nyaris sempurna. Saya amati pinggangnya bagai gitar spanyol dengan paha yang kencang, mulus, dan bersih. Selain itu juga tampak buah dadanya sangat menantang. Sepertinya ukuran BH-nya 34B. Pemandangan itu sempat mengundang pikiran jahat saya. Bagaimana rasanya kalo saya menikmati tubuhnya yang nyaris sempurna itu. Namun saya berusaha menyingkirkan pikiran itu karena saya pikir bahwa dia adalah sepupu ipar saya, tinggal serumah dengan saya dan saya pun menganggapnya sudah seperti adik kandung saya sendiri.
“Ada apa sih? Kok kamu mengajak saya masuk ke kamar kamu?” kataku agak bingung sambil berusaha melepaskan tangan saya.
Sebenarnya bukan karena saya menolak tetapi hanya karena grogi saja. Maklum saya belum pernah masuk ke kamar Endang sebelumnya.
“Kak, Endang mau minta tolong nih!” katanya sambil menatapku manja.
“Kakak mau ngga membantu saya menyelesaikan tugas ini, soalnya besok udah harus dikumpul.” kata dia setengah merengek.
“Oh, maksudnya kamu mau minta tolong agar saya membantu kamu mengerjakan tugas itu? Okelah. Saya akan membantumu dengan senang hati, saya kan sudah berjanji untuk selalu menolongmu.” kataku mantap.
“Asyik, makasih ya kak.” kata Endang sambil menciumku.Kontan saya merasa tersengat aliran listrik karena meskipun umur sudah 25 tahun, saya belum pernah mendapat ciuman seperti itu dari seorang gadis, apalagi ciuman itu datangnya dari gadis secantik Endang. Saya pun segera membantunya sambil sesekali curi padang padanya, namun sepertinya ia tidak menyadari kalau saya memperhatikanya.
Setelah kami mengerjakan tugas itu sekitar 30 menit, tiba-tiba Endang berhenti mengerjakan tugas itu. Ia mengeluh sambil memegangi keningnya.
“Kak, Endang pusing nih, boleh ngga kakak pijitin kepala Endang?” katanya sambil merapatkan badannya ke dada saya.
Sempat saya merasakan gesekan dari payudaranya yang cukup kencang namun terasa lembut.
“Emang kenapa kok Endang tiba-tiba pusing?” tanya saya agak heran.
“Ayo kak, tolong pijatin donk, kepala Endang pening!”
“Oke, dengan senang hati lagi.” kataku penuh antusias.Saya lalu mulai menekan-nekan keningnya dengan tangan kiri saya dan tangan kanan. Saya menahan lehernya agar badannya tidak bergoyang. Sesekali saya juga mengelus pundaknya yang putih bersih.
“Kak, belakang leher Endang juga kak, soalnya leher Endang agak kaku nih.” katanya sambil menuntun tangan saya pada lehernya.
Setelah saya memijatnya sekitar lima menit, ia lalu berdiri sambil menarik tangan saya. Katanya,
“Kak, Endang baring di ranjang aja ya? Biar pijitnya gampang.”
“Terserah Endang ajalah.” kata saya sambil mengikutinya dari belakang.Lagi-lagi saya terkesima melihat pinggulnya yang sungguh aduhai.
Ia lalu berbaring telungkup di atas ranjang sambil menyuruh saya memijat leher dan punggungnya. Sesekali saya melihat dia menggerakkan tubuhnya, entah karena sakit atau karena geli. Saya tidak tahu pasti, yang jelas saya juga sangat senang memijat punggungnya yang sangat seksi.
Entah karena gerah atau bagaimana, tiba-tiba saja ia bangun. Katanya,
“Kak, Endang buka baju saja ya? Sekalian pakai balsem biar cepat sembuh.”
“Mungkin Endang masuk angin.” katanya sambil melepaskan kaosnya, lalu kembali berbaring di depan saya.Saya terkesima melihat kulit tubuhnya yang kuning langsat. Dalam hati saya berpikir alangkah bahagianya saya kalau kelak mempunyai istri secantik Endang. Saya terus memijatnya dengan lembut. Sesekali saya memutar-mutar jari-jari saya di tepi rusuknya. Setiap saya meraba sisi rusuknya, ia kontan menggerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Kadang juga pinggulnya ditarik. Maklum, ia belum terbiasa disentuh laki-laki. Saya juga sudah mulai merasakan penis saya mulai bergerak-gerak dan kini sudah semakin tegang.
Tiba-tiba ia membalikkan tubuhnya menghadap ke arah saya. Katanya,
“Kak, Endang buka aja BH-nya ya kak? Soalnya gerah nih.”
“Terserah Endang lah.” kata saya.Kini kami saling berhadap-hadapan, ia berbaring menatap ke arah pandangan saya dan saya berlutut di samping kanannya. Dia hanya tersenyum manja, saya pun membalas senyumanya dengan senyuman yang entah seperti apa modelnya, soalnya saya sudah tidak konsen lagi karena nafas saya sudah mulai tidak menentu. Sepertinya nafas Endang juga sudah mulai tidak terkendali, saya melihat bukitnya yang nampak berdiri kokoh dengan pucuk warna merah jambu kini sudah mulai turun naik.
Saya sempat grogi dibuatnya, bagaimana tidak, selama ini saya belum pernah melihat pemandangan seindah ini. Di depan saya kini tergeletak seorang gadis yang tubuhnya begitu memabukkan dengan desahan nafas yang membuat batang kejantanan saya sudah berdenyut-denyut. Seakan-akan penis saya mau lompat menerjang tubuh Endang yang terbaring mengeliat-geliat, sungguh darah muda saya mulai berdesir kencang. Kini saya mulai merasakan detak jantung saya sudah tidak beraturan lagi.
“Kenapa kak?” katanya sambil tersenyum manja.
“Ngga, ngga papa kok.” kata saya agak grogi.
“Sudahlah, ayo Kak pijitnya yang agak keras dikit.”
“Iya, iya” jawab saya.Saya lalu mulai mengelus-elus perutnya yang putih bersih itu, tanpa sengaja saya menyenggol gundukan di dadanya.
“Ahh..” katanya sambil menggeliatkan tubuhnya.
Saya dengan cepat memindahkan tangan, tetapi ia kembali menariknya.
“Tidak apa-apa kak, terusin saja.” katanya.
Wah, benar-benar malam ini adalah malam yang sangat menyenangkan bagi saya karena tidak pernah terlintas di dalam pikiran saya akan mendapat kesempatan seperti ini. Kesempatan untuk mengelus-elus tubuh Endang yang sangat meransang.
“Saya tidak boleh melewatkan kesempatan sebaik ini,” kata saya dalam hati.
Kini Endang semakin merasakan rabaan jari-jari saya, saya melihat dari desahan nafasnya dan dari tubuhnya yang sudah mulai hangat. Entah setan apa yang membuat Endang lupa diri, dia tiba-tiba menarik wajah saya, lalu mengusapnya dengan jari-jarinya yang lembut dan mulai mencium dan menggigit bibir saya.
Saya hanya pasrah dan terus terang saya juga sebenarnya sangat menginginkanya, namun selama ini saya pendam saja karena saya menghargainya dan menganggapnya sebagai adik saya sendiri. Tetapi saat ini pikiran itu telah sirna dari kepala saya yang dialiri oleh gelora darah muda saya yang menggelora. Ia terus mencium saya dan kini ia melepaskan kaos yang saya pakai lalu membuangnya di samping ranjang.
“Endang, ada apa ini?” tanya saya setengah tidak percaya dengan apa yang sedang ia lakukan.
Tetapi ia tidak memperdulikan kata-kata saya lagi. Melihat gelagat Endang yang sudah di luar batas kendali itu, saya pun tidak mau tinggal diam. Saya mulai membalas ciumannya, melumat bibirnya dan menghisap lehernya yang putih bersih.
Saya merasakan penis saya semakin keras dan berdenyut-denyut. Endang terus mencium bibir saya dengan nafas tersengal-sengal. Saya pun tidak mau kalah, saya mulai meremas-remas payudaranya yang masih kencang dan menantang. Kini saya mulai mengisap pucuknya.
“Achh..” ia menggeliat.
Saya melihat Endang semakin menikmati perbuatannya. Sesekali ia menggerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan sambil mendesah nikmat. Endang melihat penis sudah mendongkrak celana pendek saya, ia lalu menyelipkan tangannya ke dalam CD saya dan ia kini sudah menggenggam penis saya yang berdiri tegak dengan otot-otot yang berwarna kebiruan. Ia lalu menarik celana pendek dan CD saya dan kemudian melemparkannya ke lantai.
Ia kembali menangkap penis saya dan mengocoknya dengan jari-jarinya yang lembut.“Aachh.. achh..” benar-benar nikmat rasanya.
Saya merasakan penis saya semakin tegang dan semakin panjang. Ia terus mempermainkan milik saya yang sudah berdenyut-denyut dan mulai mengeluarkan cairan bening. Saya pun tidak mau ketinggalan. Saya lalu menyelipkan jari-jari saya ke selangkangannya. Saya merasakan lubang kemaluannya sudah hangat dan sudah sangat basah dengan cairan warna bening mengkilat. Rupanya ia sudah benar-benar sangat terangsang dengan permainan kami.
Dengan nafas yang tersengal-sengal, saya lalu melorotkan celana Endang lalu meremas-remas pahanya yang putih mulus dan masih kencang. Saya tidak sanggup lagi menahan nafsu saya yang sudah naik ke ubun-ubun saya. Dengan sekali tarik, saya berhasil melepaskan CD-nya Endang. Kini ia benar-benar bugil. Saya sejenak terpana menyaksikan tubuhnya yang kini tanpa sehelai benang, dengan kulit kuning langsat, halus, bersih dan bentuk badan yang sangat seksi sungguh nyaris sempurna.
Saya benar-benar tidak tahan melihat vaginya yang ditumbui rambut tipis dan halus dengan bentuknya yang mungil berwarna coklat agak kemerah-merahan. Kembali penis saya berdenyut-denyut, seakan meronta-ronta ingin menerjang lubang nikmat Endang yang masih terkatup rapat.
Saya sangat gemas melihat liang kemaluannya dan kini saya mulai mengusap-usap bibirnya dan meremas klitorisnya. Lubang nikmat Endang sudah sangat basah. Saya melihat Endang semakin terlelap dalam nafsunya. Ia hanya mengerang nikmat.
“Achh.. achh.. ohh.. ohh..”
Saya terus menjilat klitorisnya. Ia hanya mendesah, “Achh.. achh..” sambil menarik-narik pinggulnya.
“Kak, ayo masukin kak!” sambil menarik penis saya menuju bibir kemaluannya.
“Oke sayang,” lalu saya membuka kakinya.Kemudian saya melipat kakinya dan menyuruhnya supaya ia membuka pahanya agak lebar. Saya lalu menarik pantat saya dan merapatkannya pada selangkangan Endang. Ia dengan cekatan meraih batang kemaluan saya lalu menempelkannya di bibir kemaluanya yang masih sangat rapat namun sudah basah dengan cairan lendirnya.
“Pelan-pelan ya kak, Endang belum biasa.”
“Iya sayang,” kata saya sambil mengecup bibirnya yang merekah basah.Saya kemudian mendorongnya pelan-pelan.
“Achh.. sakit kak.”
“Tahan sayang.”Saya lalu kembali mendorongnya pelan-pelan dan kini batang saya sudah bisa masuk setengahnya. Endang hanya menggeliat dan menggigit bibirnya. Saya terus mendorongnya sambil memeluk tubuhnya. Sesekali saya menyentaknya agak keras.
“Achhkk.. sakit kak, pelan-pelan donk!” memang kelaminnya masih sangat rapat, maklum ia masih perawan.
“Tahan ya sayang,” saya mencoba menenangkannya sambil memegang pinggulnya erat-erat.
“Akk..” Endang meringis keras.Ia memukul dada saya dengan keras sambil menarik pantatnya.
“Sakit kak, sakitt..”
Saya merasakan batang kejantanan saya menembus sesuatu yang kenyal dalam lubang kenikmatan Endang. Rupanya batang saya telah berhasil menembul selaput daranya. Dari liang sorga Endang tampak mengalir darah segar. Saya terus menggoyang-goyangkan pinggul saya maju mundur sambil menciumi bibirnya dan meremas-remas gunungnya yang sangat menantang itu.
Sesekali saya melihat dia merapatkan kedua pahanya sambil mengigit bibirnya. Benar-benar milik Endang sungguh nikmat, saya merasakan vaginanya semakin basah dan licin, namun tetap saya merasakan kejantanan saya terjepit dan kadang seperti dihisap oleh vaginanya Endang.
Kini saya merasakan batang kemaluan saya sudah berdenyut-denyut sepertinya ingin memuntahkan sesuatu, namun saya tetap menahannya dengan mengurangi irama permainan saya.
“Terus kak, terus..” ia menggeliat.
Saya melihat kedua kakinya mengejang. Gerakan saya kembali saya pacu, membuat payudaranya agak bergoyang dan sepertinya semakin membesar berwarna kemerah-merahan.“Achh.. achh.. Kak cepat kak, cepat kak.” sambil menggeliat.
Ia merapatkan pahanya. Dia mulai menggerak-gerakkan tangannya mencari pegangan. Akhirnya ia memelukku dengan erat dan mengangkat kedua kakinya. Sambil menggigit bibirnya, ia memejamkan matanya. Saya merasakan kalau kini badannya sudah kaku dan hangat. Akhirnya Endang memelukku erat-erat dan mengangkat pantatnya sambil berteriak.”Achhkk..”
Saya merasakan badannya bergetar dan sepertinya ada sesuatu yang hangat menyentuh batang kejantanan saya, rupanya Endang sudah orgasme. Saya semakin tidak kuat menahan denyutan dari buah kejantanan saya, akibat kenikmatan yang diberikan Endang sangat luar biasa, batang saya semakin berdenyut-denyut dan kini saya benar-benar tidak sanggup lagi menahannya.
Lalu saya mempercepat gerakan saya dan mendorong penis saya lebih dalam lagi sambil menarik tubuh Endang dengan erat ke dalam pelukan saya. Saya merasakan kenikmatan yang sangat dahsyat itu. Kini semuanya mengaliri dan menggetarkan seluruh tubuh saya mulai dari ubun-ubun sampai ujung kaki saya.
Akhirnya,“Srett.. srett.. srett..”
Kejantanan saya mengeluarkan cairan hangat dalam lubang kemaluan Endang. Saya sempat bingung dan takut karena telah menikmati tubuh Endang secara tidak sah. Namun rasa nikmat itu lebih dahsyat sehingga pikiran itu segera sirna. Saya hanya tersenyum lalu mengecup bibir Endang dan mengucapkan terima kasih pada Endang.
Tampak tubuh Endang basah dengan keringatnya tetapi terlihat wajahnya berseri-seri karena puas. Endang hanya merapatkan kedua tangannya ke sisi tubuhnya. Ketika saya mencabut batang kejantanan saya dari vaginanya ia hanya tersenyum saja. Astaga, saya melihat di sprey Endang terdapat bercak darah. Tetapi segera Endang bangun dan menenangkan saya.
“Tenang mas, nanti saya cuci, tak akan ada yang mengetahuinya.” katanya sambil meletakkan jarinya di kedua bibir saya.
Kami berdua lalu menuju ke kamar mandi. Di situ kami masih sempat melakukannya sekali lagi, lalu akhirnya kami kembali mandi dan kembali ke kamarnya Endang. Setelah saya mengambil baju dan celana, saya pun menuju ruang tamu. Tidak lama kemudian keluarlah Endang dari kamarnya lalu mengajak saya makan malam berdua. Katanya, ia sengaja duluan makan karena tidak ingin bertemu dengan om dan tante malam ini. Mungkin Endang malu dan takut kalau perbuatan kami ketahuan. Setelah makan, ia kembali ke kamarnya. Entah ia tidur atau belajar, saya tidak tahu pasti.
Tidak lama kemudian, om dan tante saya datang. Mereka menceritakan keadaan pesta itu yang katanya cukup ramai dibanding tahun lalu karena tahun ini siswanya lulus 100 persen dengan nilai tertinggi di kota kami. Om saya menanyakan Endang, tetapi saya katakan mungkin ia sudah tidur sebab tadi setelah makan ia sempat mengatakan kepada saya bahwa ia agak lelah. Om saya hanya menggangguk lalu menuju kamarnya, katanya ia juga sudah makan dan kini ia pun ingin istirahat.Saya tersenyum puas dan kembali menonton sebentar, lalu masuk kamar saya. Di dalam kamar, saya tidak bisa tidur membayangkan kejadian yang baru saja terjadi beberapa jam yang lalu. Malam ini saya sangat senang karena telah merasakan sesuatu yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya dan pengalaman yang sangat manis ini tentu tidak akan pernah saya lupakan sepanjang hidup saya.
-
Kisah Memek Semalam Indah Bersama Adik Sepupu
Duniabola99.com – Kedua barbel kecil masing-masing seberat 5 kilogram terasa telah kian berat saja kuayun-ayunkan bergantian. Keringatku telah sejak tadi berseleweran membasahi seluruh tubuhku yang kuperhatikan lewat cermin sebesar pintu di depanku itu telah tambah mekar dan kekar. Kalau dibandingkan dengan atlet binaraga, aku tak kalah indahnya.
Aku hanya tersenyum sambil kemudian menaruh kedua barbelku dan menyeka keringat di dahi. Kuperhatikan jam telah menunjukan pukul 22:39 tepat. Ya, memang pada jam-jam seperti ini aku biasa olahraga berat untuk membentuk otot-otot di tubuhku. Suasana sepi dan udara
sejuk sangat aku sukai. Kamar kost-ku di pinggirn utara kota Jogja memang menawarkan hawa dinginnya. Itulah sebabnya aku sangat betah kost di sini sejak resmi jadi mahasiswa hingga hampir ujian akhirku yang memasuki semester delapan ini.Sudah jadi kebiasaanku, aku selalu berolahraga dengan telanjang bulat, sehingga dapat kuperhatikan tubuhku sendiri lewat cermin itu yang kian hari kian tumbuh kekar dan indah. berkulit sawo matang gelap. Rambut kasar memenuhi hampir di seluruh kedua lengan tangan dan kaki serta dadaku yang membidang ke bawah, lebih-lebih pada daerah kemaluanku. Rambutnya tumbuh subur dengan batang zakarnya yang selalu terhangati olehnya. Kuraba-raba batang kemaluanku yang mulai beranjak tegang ereksi ini. Hmm, ouh, mengasyikan sekali. Air keringatku turut membasahi batang zakar dan buah pelirku. Dengan sambil duduk di kursi plastik aku berfantasi seandainya ini dilakukan oleh seorang wanita. Mengelus-elus zakarku yang pernah kuukur memiliki panjang 20 centimeter dengan garis lingkar yang 18 centimeter! Mataku hanya merem melek saja menikmati sensasi yang indah ini. Perlahan-lahan aku mulai melumuri batang zakarku dengan air liurku sendiri. Kini sambil menggenggam batang zakar, aku terus menerus melakukan mengocok-ngocok secara lembut yang berangsur-angsur ke tempo cepat.
Aku tengah menikmati itu semua dengan sensasiku yang luar biasa ketika tiba-tiba pintu kamar kost-ku diketok pelan-pelan. Sial, aku sejenak terperangah, lebih-lebih saat kudengar suara cewek yang cukup lama sekali tak pernah kudengar.
“Mas, Mas Wid? Ini aku, Irma!”
Irma? Adik sepupuku dari Pekalongan? Ngapain malam-malam begini ini datang ke Jogja? Gila! Buru-buru aku melilitkan kain handuk kecilku sambil memburu ke arah pintu untuk membukakannya. “Irma?” ucapku sambil menggeser posisiku berdiri untuk memberi jalan masuk buat adik sepupuku yang terkenal tomboy ini. Irma terus saja masuk ke dalam sambil melempar tas ranselnya dan lari ke kamar mandi yang memang tersedia di setiap kamar kost ini. Sejenak aku melongok keluar, sepi, hanya gelap di halaman samping yang menawarkan kesunyian. Pintu kembali kututup dan kukunci. Aku hanya menghela nafasku dalam-dalam sambil memperhatikan tas ransel Irma.Tak berapa lama Irma keluar dengan wajah basah dan kusut. Rambutnya yang lebat sebahu acak-acakan. Aku agak terkejut saat menyadari bahwa kini Irma hanya memakai kaos oblong khas Jogja. Rupanya ia telah melepas celana jeans biru ketatnya di kamar mandi. Kulit pahanya yang kuning langsat dan ketat itu terlihat jelas. “Ada masalah apa lagi, hmm? Dapat nilai jelek lagi di sekolahan lalu dimarahi Bapak Ibumu?” tanyaku sambil mendekat dan mengelus rambutnya, Irma hanya terdiam saja. Anak SMU kelas dua ini memang bandel. Mungkin sifat tomboynya yang membuat dirinya begitu. Tak mudah diatur dan maunya sendiri saja. Jadinya, aku ini yang sering kewalahan jika ia datang mendadak minta perlindunganku. Aku memang punya pengaruh di lingkungan keluarganya.
Irma hanya berdiri termangu di depan cermin olah ragaku. Walau wajahnya merunduk, aku dapat melihat bahwa dia sedang memandangi tubuhku yang setengah telanjang ini.
“Lama ya Mas, Irma nggak ke sini.”
“Hampir lima tahun,” jawabku lebih mendekat lagi lalu kusadari bahwa lengan dan tangannya luka lecet kecil.
“Berantem lagi, ya? Gila!” seruku kaget menyadari memar-memar di leher, wajah, kaki, dan entah dimana lagi.
“Irma kalah, Mas. Dikeroyok sepuluh cowok jalanan. Sakit semua, ouih. Mas, jangan bilang sama Bapak Ibu ya, kalau Irma kesini. Aduh..!” teriak tertahan Irma mengaduh pada dadanya.
“Apa yang kamu rasakan Ir? Dimana sakitnya, dimana?” tanyaku menahan tubuhnya yang mau roboh.
Tapi dengan kuat Irma dapat berdiri kembali secara gontai sambil memegangi lenganku.
“Seluruh tubuhku rasanya sakit dan pegal semua, Mas, ouh!”
“Biar Mas lihat, ya? Nggak apa-apa khan? Nggak malu, to?” desakku yang terus terang aku sudah mulai tergoda dengan postur tubuh Irma yang bongsor ketat. Irma hanya mengangguk kalem.
“Ah, Mas Wid. Irma malah pengin seperti dulu lagi, kita mandi bareng.. Irma kangen sama pijitan Mas Wid!” ujar Irma tersenyum malu.Edan! Aku kian merasakan batang kemaluanku mengeras ketat. Dan itu jelas sekali terlihat pada bentuk handuk kecil yang menutupinya, ada semacam benda keras yang hendak menyodok keluar. Dan Irma dapat pula melihatnya! Perlahan kulepas kaos oblong Irma. Sebentar dirinya seperti malu-malu, tapi kemudian membiarkan tanganku kemudian melepas BH ukuran 36B serta CD krem berenda ketatnya. Aku terkejut dan sekaligus terangsang hebat. Di tubuh mulusnya yang indah itu, banyak memar menghiasinya. Aku berjalan memutari tubuh telanjangnya. Dengan gemetaran, jemariku menggerayangi wajahnya, bibirnya, lalu leher dan terus ke bawahnya. Cukup lama aku meraba-raba dan mengelus serta meremas lembut buah dadanya yang ranum ini. “Mas Wid.. enak sekali Mas, teruskan yaa.. ouh, ouh..!” pinta mulut Irma sambil merem-melek. Mulutku kini maju ke dada Irma. Perlahan kuhisap dan kukulum nikmat puting susunya yang coklat kehitaman itu secara bergantian kiri dan kanannya. Sementara kedua jemari tanganku tetap meremas-remas kalem dan meningkat keras. Mulut Irma makin merintih-rintih memintaku untuk berbuat lebih nekat dan berani. Irma menantangku, sedotan pada puting susunya makin kukeraskan sambil kuselingi dengan memilin-milin puting-puting susu tersebut secara gemas.
“Auuh, aduh Mas Wid, lebih keras.. lebih kencang, ouh!” menggelinjang tubuh Irma sambil berpegangan pada kedua pundakku. Puting Irma memang kenyal dan mengasyikan. Kurasakan bahwa kedua puting susu Irma telah mengeras total. Aku merendahkan tubuhku ke bawah, mulutku menyusuri kulit tubuh bugil Irma, menyapu perutnya dan terus ke bawah lagi. Rambut kemaluan Irma rupanya dicukur habis, sehingga yang tampak kini adalah gundukan daging lembut yang terbelah celah sempitnya yang rapat. Karuan lagi saja, mulutku langsung menerkam bibir kemaluan Irma dengan penuh nafsu. Aku terus mendesakkan mulutku ke dalam liang kemaluannya yang sempit sambil menjulurkan lidahku untuk menjilati klitorisnya di dalam sana. Irma benar-benar sangat menggairahkan. Dalam masalah seks, aku memang memliki jadwal rutin dengan pacarku yang dokter gigi itu. Dan kalau dibandingkan, Irma lebih unggul dari Sinta, pacarku. Mulutku tidak hanya melumat-lumat bibir kemaluan Irma, tapi juga menyedot-nyedotnya dengan ganas, menggigit kecil serta menjilat-jilat.Tanpa kusadari kain handukku terlepas sendiri. Aku sudah merasakan batang kemaluanku yang minta untuk menerjang liang kemaluan lawan. Karuan lagi, aku cepat berdiri dan meminta Irma untuk jongkok di depanku. Gadis itu menurut saja. “Buka mulutmu, Dik. Buka!” pintaku sambil membimbing batang kemaluanku ke dalam mulut Irma. Gadis itu semula menolak keras, tapi aku terus memaksanya bahwa ini tidak berbahaya. Akhirnya Irma menurut saja. Irma mulai menyedot-nyedot keras batang kemaluanku sembari meremas-remas buah zakarku. Ahk, sungguh indah dan menggairahkan. Perbuatan Irma ini rupanya lebih binal dari Sinta. Jemari Irma kadangkala menyelingi dengan mengocok-ngocok batang kemaluanku, lalu menelannya dan melumat-lumat dengan girang.
“Teruskan Dik, teruskan, yeeahh, ouh.. ouh.. auh!” teriakku kegelian. Keringat kembali berceceran deras. Aku turut serta menusuk-nusukan batang kemaluanku ke dalam mulut Irma, sehingga gadis cantik ini jadi tersendak-sendak. Tapi justru aku kian senang. Kini aku tak dapat menahan desakan titik puncak orgasmeku. Dengan cepat aku muntahkan spermaku di dalam mulut Irma yang masih mengulum ujung batang kemlauanku.
“Croot.. creet.. crret..!”
“Ditelan Dik, ayo ditelan habis, dan bersihkan lepotannya!” pintaku yang dituruti saja oleh Irma yang semula hendak memuntahkannya. Aku sedikit dapat bernafas lega. Irma telah menjilati dan membersihkan lepotan air maniku di sekujur ujung zakar.
“Maass, ouh, rasanya aneh..!” ujar Irma sambil kuminta berdiri. Sesaat lamanya kami saling pandang. Kami kemudian hanya saling berpelukan dengan hangat dan mesra. Kurasakan desakan buah dadanya yang kencang itu menggelitik birahiku kembali.
“Ayo Dik, menungging di depan cermin itu!” pintaku sambil mengarahkan tubuh Irma untuk menungging. Irma manut. Dengan cepat aku terus membenamkan batang kemaluanku ke liang kemaluan Irma lewat belakang dan melakukan gerakan maju mundur dengan kencang sekali. “Aduuh, auuh.. ouh.. ouh.. aah.. ouh, sakit, sakit Mas!” teriak-teriak mulut Irma merem-melek. Tapi aku tak peduli, adik sepupuku itu terus saja kuperkosa dengan hebat. Sambil berpegangan pada kedua pinggulnya, aku menari-narikan batang kemaluanku pada liang kemaluan Irma.
“Sakiit.. ouhh..!”
“Blesep.. slep.. sleep..” suara tusukan persetubuhan itu begitu indah.
Irma terus saja menggelinjang hebat.Aku segera mencabut batang kemaluanku, membalikkan posisi tubuh Irma yang kini telentang dengan kedua kakinya kuminta untuk melipat sejajar badannya. sementara kedua tangannya memegangi lipatan kedua kakinya. Kini aku bekerja lagi untuk menyetubuhi Irma.
“Ouuh.. aahhk.. ouh.. ouh..!”
Dengan menopang tubuhku berpegangan pada buah dadanya, aku terus kian ganas tanpa ampun lagi menikam-nikam kemaluan Irma dengan batang kemaluanku.
“Crroot.. cret.. creet..!”
Menyemprot air mani zakarku di dalam liang kemaluan Irma. “Maas.. ouuh.. aduh.. aahk!” teriak Irma yang langsung agak lunglai lemas, sementara aku berbaring menindih tubuh bugilnya dengan batang kemaluanku yang masih tetap menancap di dalam kemaluanya.“Dik Irma, bagaimana kalau adik pindah sekolah di Jogja saja. Kita kontrak satu rumah.. hmm?” tanyaku sambil menciumi mulut tebal sensual Irma yang juga membalasku. “Irma sudi-sudi saja, Mas. Ouh..” Entah, karena kelelehan kami, akhirnya tidur adalah pilihannya. Aku benar-benar terlelap. -
Video Bokep Wakaba Onoue sange lihat orang kocok kontol
-
Kisah Memek Bercumbu di Pom Bensin
Duniabola99.com – Panggil saja namaku Rezha, ini nama samaran di cerita,hhe. Statusku sekarang adalah sebagai mahasiswa di salah satu kampus yang letaknya di daerah Jakarta utara. Disini aku akan menceritakan cerita sex pribadiku yang pastinya bakal bikin para pembaca ngecrottt, hhe. Jadi begini awal mulanya, pada suatu ketika suatu hari aku baru pulang dari event yang diadakan oleh pertamina, kalau nggak salah 1 tahun yang lalu, pokoknya pas pertamina lagi promo gitu deh.
Pada waktu itu kebetulan sekali aku para spg yang disewa oleh pihak pertamina yang pastinya cantik dan sexy abis pada mangkal tuh di pom kuningan. Maka dari itu aku-pun sering sekali membeli bensin di pom daerah kuningan. Nah pada saat itu akupun membeli bensin yang Spgnya cantik dan asik tentunya.
Pada akhirnya pilihanku-pun jatuh kepada SPG yang warna kulitnya putih mulus, gak terlalu tinggi badanya standart, dan rambutnya terkuncir seperti ekor ayam gitulah, hhe. Oh iya saat itu aku membawa mobil, ketika aku sedang mebgisi bensin spg itu menyapa aku,
“ Mas, noleh mengganggu waktunya sebentar, kalau boleh saya mau ganggu sebentar ? , ” sapanya.
“ Apa Mbak, mau ganggu sebentar, hemmm… lama juga boleh kog Mbak,hhe… , ” ucapku.
Mendengar jawabanku itu Spg itu-pun tersenyum manis sekali, bener-bener aduhai banget senyumanya para pembaca,lalu,
“ Hehe, mas bisa aja deh, Oh iya ngomong-ngomong Mas namanya siapa ? , ” ucapnya.
“ Oh nama aku Rezha Mbak, nama mbak sendiri siapa ? , ” tanyaku balik.
“ Oh namaku Rikha Mas, saya boleh minta nomer handphone Mas nggak ?, , ” katanya. Aseanbet
Saat itu aku dimintai nomer handphone karena memang seperti biasa kalau promo selalu dimintai biodata kita, entah itu promo rokok, atau produk lainya, lalu,
“ Boleh dong, masak iya nggk boleh dimintain nomer handphone sama Mbak yang cantik ini, hhe, tapi nanti Mbak harustelfon saya ya nanti, hhe… ?, , ” ucapku menggoda.
Pada saat itu Mbak Spg hanya tersenyum saja,
“ Kog Cuma senyum sih Mbak, yaudah deh ini aku kasih nomer handphone aku, tapi ntar jangan lupa telefon aku Mbak yah, , ” ucapku lalu memberikan nomer handphoneku kepada Spg itu. Daftar , Main , Tarik Dana Ke Rekening Anda !!
“ Hhe, makasih ya Mas, , ” ucapnya singkat kemudian berlalu begitu saja.
Biar nggak bertele-tele ceritanya, singkat cerita kini aku-pun telah sampai dirumah. Sesampainya dirumah akupun langsung menuju dikamar dan menononton Tv di kamarku. Ketika aku sedang santai dan menikmati acara TV tidak kusangka ada telefon dari nomer yang tidak terdaftar di montak Hp-ku , karena penasaran aku-pun mengangkat telefon itu, dan ternyata itu adalah telefon dari seorang wanita,
“ Siang Mas, ini benerkan nomer mas Rezha?, , ” ucapnya.
“ Iya bener, ngomong-ngomong ini siapa yah, sori soalnya nomernya nggak ada dicontact hanphone saya, , ” tanyaku.
“ Hemm… yaiyalah Mas pasti nggak tau nomer aku, akuaja baru tau nomer Mas tadi, , ” ucapnya.
“ Wah… emangnya ini siapa sih ?, , ” tanyaku peasaran.
“ Masak lupa sih, ini aku ini aku Rikha Yang tadi di pom bensin, , ” ucapnya.
Wow, pucuk dicinta ulam-pun tiba, hha… emang kalau rejeki nggak kemana, lalu,
“ Oh… Rikha, yaya aku inget, sori ya aku agak lupa soalnya aku baru nyampe rumah banget nih, , ” kataku.
“ Iya nggak papa kok Zha,namanya juga baru kenal, wajar kalau lupa,hhe…, , ” ucapnya.
“ Hhe, oh iya ngomong-ngomong kamu lagi dimana Rikha ??? ,, ” tanyaku basa-basi.
“ Aku lagi dikosan aj nih, aku juga barusan pulang kok sama kayak kamu, hhe…, , ” ucapnya.
Pada saat itu kami-pun mengobrol banyak di telefon, dalam obrolan kami dia-pun banyak cerita tentang kehidupanya dan memberitahukan dimana dia tinggal. Dari obrolan kami itu pada akhirnya akupun tahu kalau dia adalaha anka kos yang ngekos di daerah tebet dan statusnya adalah sebagai mahasiswa dikampus daerah taman puring.
Setelah1 jam kami ngobrol, pada sebelum mengakhiri obrolan kami janjian untuk ketemuan tapi belum deal kapan dan dimana kami akan ketemuan. 1 hari kemudian tepatnya pada pukul 1 siang Rikha-pun menelefon aku, pada saat itu kebetulan aku sedang di kampus,
“ Kamu lagi dimana nih Zha ?, , ” tanyanya.“ Oh ni aku lagi dikampus Kha, kamu sendiri dimana?, , ” tanyaku balik.
“ Aku lagi prepare buwat berangkat kerja nih Zha, biasa sampingan jaga shift di Pom kemarin , , ” jawabnya.
“ Oh gitu ya, emang kamu kerjanya sampai jam berapa Kha?, , ” tanyaku.
“ Sampe jam 9 malem doang kok, , ” ucapnya.
“ Ntar ntar jam 9 aku jemput ya Kha, mau nggak , pokoknya aku jam 9 udah sampai sana, ” ucapku.
“ Boleh juga tuh Zha, oke deh aku tunggu nanti, see you Rezha, ” jawabnya.
Lumayan nih ada temen maen, hhe… hari ini aku langsung ke mobil, ngambil stok ganja (andalan aku banget ini kalau lagi mau minta jatah ama selir), terus langsung sibuk ngelinting buat persiapan nanti. Pada akhirnya jam 8 malam aku-pun cabut dari kampus dan sampe spbu jam 9.
Pada saat itu Rikha terlihat sudah siap buwat aku angkut tuh, setelaha ku mengahmpirinya dengan mpobilku dia langsung saja dia masuk mobil aku,
“ Hey Zha apa kabar ?, ” sapanya. Daftar , Main , Tarik Dana Ke Rekening Anda !!
“ Baik, nggak nyangka yah kamu beneran nelpon aku kemaren, ” kataku.
“ Abis kamu lucu sih. aku suka aja, ” ucapnya.
Hahaha, kena nih cewek, seketika itu Rezha junior aja tegang dan langsung manggut-manggut kesenengan gitu, hha… lalu,
“ Yauda ni kita mau kemana ni ?, ” tanyaku.
“ Ke kosan aku aja deh Zha, aku uda cape banget soalnya, ” ucapnya.
Wah mantap nih ucap dalam hatiku,
“ Ok deh, yauda tunjukin jalannya yah, oh iya nih biar ilang rasa capeknya, ” kataku sembari ngasih lintingan bag’s (ganja) ke Rikha.
“ Wah, mantep nih Zha pas banget, aku demen banget nih ma ginian, masih ada lagi nggak ?, ” ucapnya girang.
“ tenang aja, masih ada ada banyak kok, ntar aku bikinin lagi di kosan ya, ” ucapku.
Pada saat itu Rikha nggak jawab, karena udah sibuk sendiri sama bag’s. Setelah beberapa waktu dalam perjalanan pada akhirnya kamipun akan sampai dikosan Rikha. Lalu Rikha-pun menunjukan kosanya,
“ Zha belok kanan ya, nah itu kosan aku yang sebelah kanan pagernya warna kuning, ” ucapnya.Sesampainya didepan kosnya, pada saat itu kami-pun turun dan masuk ke kosannya. Ternyata kosannya campur gitu ( cowok/cowek). Aku-pun kemudian dibawa langsung masuk ke kamarnya Rikha. Kamarnya enak, kasurnya dibawah, ac nya dingin jadi ntar kalau Ml nggak keringetan nih kayaknya, wkwkwk. Kemudian kamipun ngobrol diatas kasur,
“ Oh iya Zha, aku ini juga mahasiswi hlo Zha di kampus A, ” ucapnya.
“ Oh, masi kuliah ?, ” tanyaku.
“ Iya ni lagi ada kerjaan jadi SPG aja dari agency aku, ”
“ Oh iya Zha, bikin lagi dong bags-nya ( ganja ), ” kata Rikha minta ganja.
“ Oke deh, yauda aku bikin dulu ya bag’s-nya, ” ucapku lalu bergegas melinting daun kenikmatan.
Saat itu ketika aku lagi asik-asiknya ngelinting, tiba-tiba dia berdiri,
“ Aku ganti baju dulu ya Zha, ” kata Rikha.
Aku kira dia mau keluar ganti di kamar mandi, eh taunya dia langsung copot kaos didalem kamar. Emang si ngebelakangin aku, tapi kurang ajar juga, nantangin gitu, Mantap juga nih. Bener-bener ni bocah nekat banget. Tanpa banyak kata aku langsung hampiri dia, aku peluk pinggangnya dari belakang sembari aku cium lehernya dari belakang,
“ Eummmm… Sssss.. Aghhhh…. ” desah Rikha tanpa perlawanan, hanya menikmati ciumanku di lehernya.
“ nantangin sih kamu Kha, masak iya ganti baju di depanku, ” kataku sambil terus nyiumin lehernya.
Kemudian akun meneruskan aksiku dan tanganku yang udah naik ke dadanya yang saatb itu hanya memakai Bra, karena kaosnya uda dilepas sama dia,
“ Haha, emang aku sengaja, weeekkk… kan biar kamu tergoda, ” ucapnya sambil menunjukan wajah genitnya. Daftar , Main , Tarik Dana Ke Rekening Anda !!
Wah… liat mukanya yang nakal langsung naik drastis titit aku. titit aku jadi naik kena ke pantatnya,
“ hahaha kok uda kenceng banget ?, ” kata Rikha sambil muter tubuh-nya dan meluk aku dari depan.
“ hhe, ini tandanya aku udah Horny sayang, ” ucapku.
Sumpah, pada saat itu aku udah horny banget. Saat Rikha hanya mencium bibirku dan berkata,
“ Bag’s dulu yuk Zha, uda lama banget aku nggak ngebag’s, ” ucapnya.
Pada saat itu terhentilah sementara percumbuan kami, dan kami-pun menuju ke kasur dan ngobrol lagi sambil ngebag’s. Enak banget coy, ngebag’s tapi di depannya ada cewek yang telanjang setengah badan. Ketika lagi asik ngebag’s, tiba-tiba aja dia iseng membuka Bra-nya, Wow.. nice banget toket-nya, nggak terlalu kenceng dan ga terlalu turun cocok lah sama selera aku, lalu,
“ kamu ngeliatin apa Zha ?, ” ucapnya.“ Nggak kok, aku Cuma lagi ngerencanain gerakan-gerakan pas nanti aku ngisep toket kamu,hha…, ” ucapku,
“ Hahaha Gila kamu Zha…, ” kata Rikha.
“ Buka celananya dong, ga afdol kalau atasnya doang, ” kataku sambil nyengir.
Rikha langsung berdiri dan ngebelakangin aku. ngelepas celana jeansnya dengan sensual sangat! pelan-pelan buka jeansnya, sambil mukanya ngeliat aku dengan muka menggoda. Beuh… mana pake g-string lagi, gila baru kali itu aku ngebag’s sambil di kasi private striptease, mantap nggak tuh. Setelah jeansnya lepas, Rikha duduk dan ngangkang.
Sekarang dia ngelepas g-stringnya di depan mata aku dan di depan Rezha Junior. So wow… memek-nya ga ada bulu sama sekali, udah gitu memek-nya tembem menantang coy. Rikha yang uda telanjang merangkak mendekati aku dan berbisik,
“ Aku pengen di enakin samau kamu Zha please !!!, ” ucapnya penuh birahi.
Shit man… Rezha Junior langsung berdiri tegak menantang. Tanpa banyak kata aku lepas kaos aku sambil celana aku dipelorotin sama dia, untung aku cuma pake celana pendek,
“ Aku mau isep kontol kamu yaaaa…, ” ucapnya.
Pada saat itu Penis-kupun langsung disepong dengan cara yang sensual, dijilat dari pangkal batang sampe ujung kepala kontolku,
“ Eummhh… enak Kha, emut terus sayang, Aghhhh…, ” desahku.
Pada saat itu kontol aku langsung ditelen abis sama mulutnya, dan lanjut dikocokin sama mulutnya sambil tangannya meraba-raba buah zakarku,
“ Oughh… Sssshhhh…. Teruss sayang, ” ucap nikmatku.
Saat itu aku pun hanya terlentang sambil menikmati nimkatnya kuluman Rikha. Lidahnya ngejilatin semua batang kontol aku dan diakhiri dengan jilatan di ujung kepala. Setelah puas dengan kuluman Rikha, aku-pun mulai mengangkat tubuh-nya dan dia langsung ngambil posisi duduk diatas paha aku, lagi-lagi aku cuma pasrah dan membiarkan Rikha beraksi.
Mulailah kini kontol-ku dipegang dan digesek-gesekkan ke memek-nya yang sudah becek itu, kemudian dengan perlahan Rikha mulai memasukan kontolku kedalam memeknya,
“ Oughhhhhh… Ssssssshhh….,” desahnya. Daftar , Main , Tarik Dana Ke Rekening Anda !!
Saat kontolku mulai masuk kedalam memek-nya, aku melihat mata Rikha berkaca-kaca menahan sakit. Walaaupun Rikha sudah tidak perawan lagi namun memek-nya masih sempit, kontol-ku saat itu terasa seperti terjepit namun nikmat. Setelah kontol aku di dalem memek-nya, dia mulai terbiasa dan mulai mengoyankan tubuh-nya naik turun,
“ Oughhh… Sssshhh… enak kontol kamu Zha, Aghhh…, ” desah nikmatmya mulai terdengar.Yang ini belum seberapa, Rikha belom tau kalau aku punya jurus lidah setan kober,hha. Sambil Rikha masih goyang naik turun, aku jilatin puting kanan sambil aku mainin yang kiri, aku plintir dan aku isep putting-nya sampe dia berkata,
“ Oughhh…. Geli ZhA.. Ssssss… Aghhhhh…, ” desahnya.
Lalu tidak lama kemudian dia,
“ Aghhhhhhhhhhhhh…. Aku keluar sayang… Aghhhhhhhh…. , ” desahnya.
Setelah dia ngomong gitu, kontol aku serasa dipencet sama memek-nya dan kepala kontol aku serasa tersiram air hangat didalam memek Rikha. Enak banget kontol aku dipress sama memek-nya. Setelah mendapat klimaknya Rikha-pun roboh di atas tubuhku. Karean aku taaku kasi Rikha napas bentar.
begitu aku rasa napasnya uda teratur, aku posisiin dia ke doggy style.
Raut muka Rikha ngeliat ke belakang sambil tangannya yang ngelebarin memek-nya mempersilakan adek aku masuk langsung aku masukin kontol aku sampe mentok, untung aja memek-nya masi becek dan pantatnya Rikha yang ga terlalu besar. jadi kontol aku bisa masuk sampe dalem banget.
waktu kontol aku mentok, mulut Rikha kebuka lebar nikmatin kontol aku.
Mukanya meringis sakit bercampur nikmat,
“ Oughhhh… panjang banget kontol sayang, masukin lagi kontol kamu lagi sayang yah !!!, ” pintanya.
Tanpa banyak kata aku langsung aku tancap aja dengan rpm tinggi. aku goyang sambil aku pegangin pantatnya yang kecil tapi padet. Rikha ga kalah seksinya pasang gaya, sambil nungging, dia mainin klitoris-nya,
“Ughhh… Ssssss… Aghhh… Enak Zha, teruss sayang… Aghhh, ” desahnya.
Desahnya Rikha semakin membuat birahiku semakin membara, karena aku sudah tidak tahan dengan desahannya, aku-pun menggenjot terus memek-nya sambil aku cium leher belakangnya dan tangan aku yang meremas payudara-nya,
“ Oughhh.. enak banget Zha, genjot terus memek aku Zha, Aghhhhhh… ” desahnya makin menggila.
Karena aku rasa aku uda mau keluar, aku buru-buru ganti gaya ke gaya man on top, aku lepas kontol aku dan aku balik tubuh-nya dia. mungkin Rikha lagi tinggi banget ya, dia langsung ngangkang dan narik kontol aku buat langsung masuk memek-nya,
“ Cepet masukin lagi sayang, Oughhhh… Ssssshhh…, ” pintanya.
Aku goyang lagi kontol aku maju mundur sambil kita ciuman dengan liar, tidak lama kemudian aku merasa kalau aku uda mau. Begitu aku mau narik kontol aku, Rikha melingkarkan kakinya di pantat aku buat nahan kontol aku agar tetep di memek-nya, Daftar , Main , Tarik Dana Ke Rekening Anda !!
“ keluarin di dalem aja Sayang, biar kamunya enak, Oughhh… ” pintanya.Dengan full speed aku goyang lagi kontol-ku asal-asalan biar cepet keluar, dan tidak lama kemudian,
“ Aku mau keluar sayang …. Aghhhhhhh, ” ucapku penuh kenikmatan.
“ Keluarin di dalem sayangg…, ” teriak Rikha.
“ Croooottttt… Crottt… Crottt… Crottt…”
Akhirnya air manikupun keluar dengan derasnya membanjiri memek Rikha. Setelah puas menyemburkan air mani-ku didalam memek Rikha, aku-pun melepas kontolku dan kemudian akupun tiduran di sampingnya. Gila, capek banget, mungkin aja gara-gara ML-nya sambil ngebag’s kali ya,hha.
Pada saat itu karena kami lelah, kami berdua-pun ketiduran dengan posisi masih telanjang bulat sembari berpelukan.
Setelah beberapa saat aku tertidur aku-pun terbangun sekitar jam 3 dini hari, dan aku bergegas memakai pakaianku kembali. Setelah itu aku membangunkan Rikha untuk berpamitan pulang karena jam 7 pagi aku harus kuliah,
“ Say, aku aku cabut dulu yah, aku nggak soalnya nanti aku ada ujian jam 7 pagi, ” ucapku.“ Iya Rezha sayang, yaudah ati-ati yah, besok-besok kabarin lagi yah ?, ”
“ iya sayang bey… emuaachhh…., ” ucapku sembari mencium keningya.
Setelah kejadian itu aku-pun tidak pernah bertemu Rikha lagi, soalnya aku udah kebanyakan stok selir-selir nakal, hhe. So, Rikha jadi nggak keurus deh karena kalah saing sama selir-selir nakalku yang lain.
-
Kisah Memek Kenikmatan waktu daftar kuliah
Duniabola99.com – Selama di SMA, saya mempunyai kelompok teman yang selalu bermain bersama. 4 anak laki-laki dan 7 anak perempuan. Sebagian besar teman-teman saya melanjutkan ke perguruan tinggi di luar negeri karena memang sekolah saya termasuk sekolah elite di kota J yang menghasilkan siswa-siswi dengan hasil lulusan yang cukup baik. Karena saya berasal dari keluarga ekonomi menengah, pilihan sekolah ke LN menjadi tidak mungkin.
Dari kelompok kami hanya tersisa 3 teman perempuan dan saya. Kami bingung mau melanjutkan ke mana, tetapi akhirnya kami memutuskan untuk ke kota B yang mempunyai beberapa universitas swasta dan negeri yang cukup terkenal. Saya, Rika, Nova, dan Jenni memutuskan untuk mendaftar bersama ke kota B. Di sinilah petualangan kami dimulai. Kami berkumpul bersama di rumah Jenni dan orang tuanya meminjamkan mobil mereka untuk kami pakai. Kami memang sering pergi berkelompok dengan meminjam mobil orang tua dan kadang sampai menginap beberapa hari di luar kota. Jadi pada saat kami pergi, orang tua teman-temanku tanpa curiga mengijinkan putri-putri mereka berangkat ke kota B dan menginap tiga malam di sana. Sekalian liburan kata kami. Perjalanan ke kota B berjalan lancar dan kami menghadapi ujian masuk dengan kepercayaan tinggi. Maklum, kami semua termasuk berotak encer. Sore hari kami setelah selesai ujian masuk, kami segera mencari penginapan yang terkenal dengan daerah sejuknya di sekitar kota B.Kami menyelesaikan administrasi dan segera masuk ke kamar. “Wah! Ternyata kamarnya besar juga yah! Ada ruang tamunya lagi,” kataku. “Budi, kamu tidur di sofa aja yah! Kita berdua ambil ranjangnya!” sahut Nova. “Yah… Curang… kan baru kali ini saya menginap bareng perempuan dalam satu kamar! Siapa tahu….” komplainku. “Maunya..” kata Jenni sambil mendorong diriku ke arah sofa. Kami semua menjatuhkan pantat di sofa sambil melepas lelah. Setelah berbincang selama setengah jam mengenai soal-soal Ujian masuk tadi siang, kami pun bergantian mandi menyegarkan badan. Kami pun memesan makan malam dari room service karena kami terlalu lelah untuk keluar mencari makan. Rika akan menyusul besok pagi dan ketemuan di kota B. Dia sudah menghadapi ujian masuk seminggu lalu. Pilihan universitasnya berbeda. Oh iya, saya belum menjelaskan penampilan teman-teman saya. Rika : Gadis ini pemalu dengan badan kecil yang sangat indah. Saya tahu ini karena Rika sangat suka memakai baju yang menunjukkan lekuk badannya. Dadanya berukuran sedang saja, 34B (saya tahu setelah melihat BH-nya dan BH yang lain nanti). Kecil-kecil imut merupakan kesan yang diberikannya. Senyumnya manis sekali. Nova: Gadis ini juga berbadan kecil tetapi dengan dada yang terlihat jauh lebih besar daripada milik Rika. 34C ukuran BHnya.
Mulutnya kecil dengan bibir tipis yang memberikan senyum menggoda. Hampir semua anak laki-laki di sekolahku mengejar dia. Manis dengan dada besar. Siapa yang tidak tertarik? Jenni: Gadis bertubuh jangkung yang senang memakai kaos longgar dan berjiwa bebas. Asyik diajak bertukar pikiran, pintar, dan sedikit tomboi. Senang sekali olahraga dan sangat jago bermain volley. Paling enak jadi lawan mainnya di lapangan. Posisiku sebagai tosser sering membuatku berada di depan net dan berhadapan muka dengan Jenni. Posisi siap menerima bola dan kaos longgarnya sering mengganggu konsentrasiku di lapangan. Jenni : “Mau ngapain nih? Baru jam 6 sore kita dah selesai makan malam.” Nova : “Kita main kartu aja yuk” Budi : “Memangnya bawa?” Nova : “Bbawa kok. Rika, ayo dikeluarin. Kita main poker aja. Pakai uang bohongan aja. Biar seru ada taruhannya.” Kami pun bermain selama satu jam ketika Nova menyeletuk. Nova : “Tidak seru nih.. bosan.. gimana kalau dibuat lebih seru?” Budi : “Maksud kamu, Nov?” Nova : “Strip poker!!” “Gila kamu, Nov!” Nova : “Kaga berani?” Saya lagi terpatung dengan keberanian ide Nova. Jenni : “Siapa takut? Berani kok walau ada Budi!” Pipi saya jadi memerah dan berasa panas. Ada rasa malu juga. Glek.. saya menelan ludah.. Ada kemungkinan dua gadis muda cantik akan telanjang di depanku. Nova : “Berani tidak, Bud? Diam aja. Malu yah telanjang di depan cewek-cewek?’ Wah, otakku langsung berputar cepat. Harus memikirkan semua kemungkinan.
Jangan sampai saya kalah dan tidak melihat gadis-gadis telanjang. Budi : “Berani dong! Tapi nanti kalian curang, kaga berani buka beneran!” Nova : “Kalo ada yang kaga berani buka, kita semua yang paksa buka! Setuju tidak?” Kita semua menganggukkan kepala menandakan persetujuan. Jantungku makin berdebar kencang dan kelaminku mulai mengeras karena kemungkinan kejadian di depan mata. Budi : “Ya dah.. Aturannya gimana nih Nov?” Nova : “Kita semua punya modal 1000. Taruhannya setiap kelipatan 10 dan paling besar 100. Kalau modal 1000 habis, gadaikan pakaian dengan harga 500. Setuju?” Kami semua setuju. Budi : “Kita main sampai kapan? Sampai satu orang bugil atau sampai semua bugil?” Nova : “Sampai semua bugil dong! Biar adil!!” Jenni: “Ok deh.Tapi kasihan Budi dong. Dia kan paling cuma punya 3 potong baju. maksudnya cuma kaos, celana dan celana dalam. Kita cewek-cewek kan kelebihan BH.” Nova : “Iya yah… ya udah biar adil, kita semua lepas BH deh.” Nova langsung dengan cekatan melepas BH merah mudanya tanpa melepaskan kaos dan melemparkan BHnya ke mukaku. Harumnya BH langsung memenuhi hidungku. Tanpa kusadari BH kedua pun mendarat di mukaku. Ini milik Jenni. BH dengan warna cream kulit. Hahahahaha… kamipun tertawa bersama. Nova : “Ayo mulai! Sudah adil kan, Bud? Kita masing-masing cuma punya 3 modal.” Budi : “Sebentar.. pakaian yang sudah ditanggalkan bisa dipakai lagi ga?” Nova : “Hmm… TIDAK BOLEH! Yang sudah lepas, tidak boleh dipakai lagi!” Budi : “Kalau yang sudah bugil kalah lagi gimana? Kan modalnya habis!!” Nova : “Banyak nanya yah kamu, Bud! Gimana Jen?” Jenni : “Boleh dipegang-pegang deh sama yang menang. Dipegang-pegang selama 1 menit!” Wah asyik nih peraturannya… tetapi otakku sudah mulai pindah ke kelamin nih.. “Pegang doang kaga seru ah, gimana kalo dadanya dihisap-hisap!” Nova : “Ih kamu, Bud…. Mau dong!!” Dengan suara manisnya sambil melirik nakal ke arahku!” Jenni dan Nova tertawa terbahak-bahak.
Nova : “Tapi kalau kamu yang sudah bugil dan kalah gimana, Bud? Saya hisap tititnya yah!!” Jenni : “Wah saya juga mau hisap titit Budi!” Benar-benar tidak disangka! 3 tahun bersama di SMA, saya tidak menyangka teman-temanku ini nakal juga. Permainan pun dimulai. Keahlianku bermain strip poker di komputer ternyata sangat bermanfaat. Jenni segera kehilangan modal awal sehingga harus menggadaikan modal berikutnya. Jenni hendak membuka celananya, tetapi dicegah oleh Nova. Nova :”Wah kaga boleh sendiri yang nentuin buka celana. Budi, mau suruh Jenni buka apa?” Wow, thanks Nova! Aku teringat kalau mereka sudah lepas BH, tentunya dengan melepas kaos, dada Jenni akan terbuka. Budi : “Tentu saja kaos dong. Kapan lagi bisa lihat payudara dari dekat!” Jenni dengan malu-malu mulai melepas kaosnya dan dengan segera menutupi puting payudaranya dengan satu tangan. Saya terkesima dengan pandangan indah di depan mata. Animasi strip poker di permainan komputer tidak seindah pemandangan di depan mata. Nova : “Jen.. mana boleh ditutupin dadanya. Buka dong!” Nova menggaet tangan penutup payudara dengan segera. Jenni sedikit memberontak sambil memerah wajahnya. Jenni tertarik tangannya, memperlihatkan payudara terbuka dan menggantung indah di depan wajahku. Glek.. saya menelan ludah. Jenni : “Bud, tutup mulut dong.. Masa sampai menganga terbuka gitu melihat dada gue.” Jenni dan Nova tertawa. Ini membuat Jenni jadi relaks dan pasrah dadanya terpampang jelas.
Wah kalo mereka serius kayak gini, mendingan saya kalah saja. Mengingat kalau kalah terus, tititku akan dihisap selama 1 menit setiap kekalahan. Hahahaha.. otakku kotor juga. Maka dilanjutkanlah permainan. Dengan segera saya menjadikan diri telanjang. Celana dalam saya buka perlahan-lahan memperlihatkan titit yang sudah mengeras sejak tadi. Saat itu, Nova, dengan payudara montoknya pun tinggal celana dalam saja. Kedua gadis ini memperhatikan celana dalamku dengan seksama sambil menahan napas menunggu tititku seluruhnya terlihat. Nova : “Wah sudah keras yah, Bud! Bagus lho bentuknya!” Budi : “Gimana tidak keras… ngelihat dua pasang payudara yang bagus-bagus!” Rupa-rupanya Nova sudah tidak tahan lagi. Aku langsung ditabraknya dan tititku langsung dipegangnya. Dengan gemas Nova mulai mengocok tititku sambil sesekali dijilatnya. Tentu saja saya tidak tinggal diam. Tanganku mulai meremas-remas payudara Nova yang cukup besar. Tidak cukup dengan remasan, akhirnya aku meraup payudara kiri dan mulai menghisapnya. “Ahh.. Enak banget, Bud! Terus hisap..” Sambil menghisap payudara Nova, tanganku mulai melepaskan celana dalamnya. Karena saya tidak mau melepaskan hisapan, tentu saja melepaskan celana dalam jadi lebih sulit. Nova membantu dengan melepaskan celana dalamnya sendiri. Tititku yang menjadi lepas dari pegangan Nova, langsung disambut Jenni dengan kulumannya. Mimpi apa semalam. Dua gadis sudah mengulum tititku.Kami pun pindah ke ranjang. Saya berbaring di ranjang dengan titit menjulang langit. Nova melanjutkan memberikan payudaranya untuk saya hisap dan Jenni kembali mengulum tititku. Tangan saya mulai bergerilya ke vagina Nova. Basah. Licin. Saya pun mulai menggesekkan jari ke clitorisnya. Licin sekali. Nova pun mendesah dengan kenikmatan yang dialaminya di bawah. Jenni yang melihat Nova mengalami kenikmatan, mengubah posisi pantatnya ke sebelah mukaku. Badan jenjangnya memang membuat posisi hampir 69 tersebut sangat mudah terjadi. Tanganku pun menggosok vagina Jenni yang juga sudah sangat basah. Tangan kiri di vagina Jenni, tangan kanan di vagina Nova. Kukocok keduanya dengan kelembutan yang lama-lama bertambah cepat. Jenni dan Nova blingsatan dibuatnya. Jenni berguncang hebat sampai melepaskan hisapan di tititku dan mengeluarkan lenguhan panjang yang sangat seksi. Nova menyusul dengan teriakan yang tidak kalah seksinya. Keduanya terjatuh di kiri kananku dengan lemasnya. Aku yang sudah tegangan tinggi tidak mau tinggal diam. Aku menghampiri Nova dan membuka lebar-lebar selangkangannya.
Terlihat vagina bersih yang sangat indah. Bulu-bulu halusnya sangat seksi. Aku mulai menggesekkan kepala tititku ke vagina Nova. Ah….. licin dan enak. Belum pernah aku merasakan kenikmatan seperti ini. Nova yang mulai merasakan kenikmatan, mulai bereaksi dengan menggerak-gerakkan pinggulnya mengikuti irama gesekan. Nova semakin meracau…”Oohhh… aahhh… ohh..my… God…..Enak banget Bud” “Terus Bud… Enak… ahhh…aahhHHH….AAAHHHHHH…Gila.. enak banget Titit lu Bud!! Gue dah sampe nih” “Baru digesek aja dah enak gini yah, Bud… gimana kalo dimasukin yah? Masukin deh Bud..” “Serius lu, Nov? Lu mau gue perawanin? Gue sih dah nafsu banget nih.” “Iya, Bud… Gue pengen ngerasain titit lu di dalam gue… di luar aja dah enak, apalagi di dalam.” Aku tidak pikir panjang lagi.. langsung berusaha merangsek ke dalam vagina Nova. “Oww.. pelan-pelan Bud.. Sakit tahu!!” “Ok, Nov.. gue pelan-pelan nih” Pelan-pelan kepala titit gue mulai terbenam di vagina Nova. Terasa mentok. Aku yang tidak pengalaman berpikir kok tidak dalam yah? “Nov, udah masuk belom sih?” Nova yang mulai meringis menahan sakit, “Kayaknya sih belom deh… tapi terusin aja.” “Lu yakin, Nov? Kayaknya lu kesakitan gitu.” “Terus aja, Bud. Gue pokoknya mau titit lu di dalam gue.” “Ya udah kalo gitu.. Gue terusin nih..” Dengan tiga sodokan keras yang disertai rintihan Nova, akhirnya tititku masuk juga sepenuhnya. “Wah.. Nova… kayaknya titit gue dah masuk semua nih” “Iya.. Bud…” sambil menahan sakit “diam dulu, Bud.. jangan digerakin dulu..gue masih rada sakit..” Ahh.. nikmatnya vagina perawan.. tititku berasa banget diremas-remas oleh vagina sempit Nova.
Tanpa kusadari, aku mulai menggerakkan pelan-pelan pantatku. Keluar masuk secara perlahan. Nova pun mulai bernafas secara teratur dan mulai menikmati kocokan lembut di vaginanya. “Pelan-pelan yah Bud… masih sakit tapi dah mulai enak nih… vagina gue berasa penuh banget diisi titit lu” Jenni yang dari tadi menonton menunjukkan ekspresi tidak percaya. “Gila lu berdua.. beneran ngentot yah?” Jenni pun mendekati TKP dan memperhatikan dengan seksama. “Gila.. gila.. titit lu beneran masuk ke vaginanya Nova, Bud!” “Iya Jen.. Enak banget vagina Nova.. gue bisa ketagihan ngentot nih.” Tiba-tiba ada keinginan yang luar biasa untuk segera sampai.. kupercepat goyanganku. Nova pun semakin mendesah menggila. “Ahhh…Ohhh…Ahhh…Ohhh…Bud.. gue mau sampe lagi nih” “Barengan Nov.. gue juga mau sampe..” Di kepalaku tidak teringat lagi pelajaran Biologi, kalau sperma ketemu sel telur akan menghasilkan zygot yang akan berkembang menjadi bayi. “Ayo.. Bud… kita bbaaareeennggg….” Croootttt…croottt.. croottt…Tiga kali aku menyemprotkan mani ke rahim Nova. Ahh… ini perasaan yang luar biasa… kenikmatan berhubungan badan dengan seorang gadis muda yang cantik. Beda banget sama masturbasi. Hubungan langsung lebih nikmat. Aku langsung terjatuh lemas di sebelah Nova.Jenni yang melihat pertunjukkan langsung bagaimana berreproduksi mulai mendekati tititku lagi dan menghisapnya dengan lembut. Nafasku yang tersengal-sengal perlahan-lahan menjadi teratur seraya menikmati hisapan-hisapan Jenni. Dikocoknya perlahan tapi pasti membuat tititku menjadi tegang kembali. “Bud, jangan dimasukin yah. Ini pengen gue gesek-gesek ke vagina.” “Iya, Jen.” Jenni pun mengambil posisi WOT dan mulai menggesek-gesek vaginanya di atas tititku. “Enak banget, Jen” Goyangan lembut Jenni membuat payudaranya bergoyang-goyang secara anggun. Pemandangan yang sangat indah. Jenni merupakan salah satu wanita impianku. Tinggi, berdada montok, atletis, senang bercanda, dan baik hati. Sekarang dia sedang menggesekkan kelaminnya dengan kelaminku. Ah.. kepengen masukin d. Segera kubalikkan posisi sehingga aku sekarang di atas. Kakinya kubuka lebar-lebar. Terlihat vagina yang sangat indah. Bahkan lebih indah daripada punya Nova. Mulus, hampir tanpa bulu. Warnanya pink dan telah basah mengkilap. Tititku langsung berkedut-kedut melihatnya. Kuarahkan tititku ke vaginanya. “Bud, jangan dimasukkin yah!” “Kenapa Jen? Sudah tidak tahan nih” “Jangan Bud… jangan sekarang.” suaranya lembut meluluhkan hati. Entah kenapa aku berhenti memaksakan kepala tititku. Akhirnya aku hanya menggesek-gesekkan kepala tititku di muka vagina Jenni. “Ah… iya Bud.. Begitu saja… gesek saja terus… Ahh… Ahhh” Jenni mulai lebih relaks dan lebih melebarkan posisi kakinya.
Melihat itu, aku semakin cepat menggesekkan titit. Semakin cepat gesekan, semakin keras desahan Jenni. “OOhhhh… AHhhhh..enak Bud… Teruss.. Terusss.. Lebih cepat lagi… Tee..teeeruussss…. AHHHHHH.” Jenni mendapatkan orgasmenya dan cukup banyak cairan O-nya yang keluar. Kasur menjadi basah sekali. Aku melihat Jenni mengalami orgasme yang sangat seksi sampai aku terdiam terkesima. Jenni cantik sekali…Aku benar-benar terpesona.. Sepertinya aku jatuh cinta dengan Jenni. Nova yang telah cukup beristirahat dan melihat Jenni telah lemas mengambil alih situasi. Dipegangnya tititku dan dikocoknya perlahan. Tititku yang masih belum puas dengan Jenni membuat otakku segera beralih ke Nova dan menyuruhku untuk melampiaskannya ke Nova. Lagi pula tititku bisa coblos ke dalam Nova. Dengan segera kubalikkan Nova dan kucoba Doggy style di sebelah Jenni yang masih terbaring lemas. Ternyata Doggy style memberikan sensasi yang berbeda. Rasanya tidak bisa dituliskan dengan kata-kata.. Hanya nikmat.. Walaupun Nova yang sedang aku sodok, tatapanku tidak lepas dari Jenni. Jenni membuka matanya dan menatapku dengan penuh kemesraan. Senyumnya yang manis membuat hatiku bingung. Di sini aku sedang jatuh cinta dengan Jenni, tetapi tititku sedang menikmati pelayanan Nova, dan Jenni tersenyum kepadaku. Ah bingung….. Aku pun tersenyum balik ke Jenni sambil semakin keras menyodok Nova. Sodokan kerasku yang terus bertubi-tubi dari belakang membuat Nova tidak dapat menahan diri lagi dan dia mendapatkan orgasme lagi.
Aku memperlambat sodokanku agar Nova bisa menikmati orgasmenya. Jenni bangun dan memberikan payudaranya ke mukaku. “Hisap Bud! Biar lu tambah seru!” Ah.. nikmatnya tetek Jenni.. Kenyal tetapi kencang. Tentu saja akibat tetek Jenni yang nikmat, goyanganku ke Nova semakin bertambah cepat. “Gila lu Bud, enak banget sih dientot dari belakang sama lu… gue.. mauuuuu… Ahhhhh…” Nova pun orgasme lagi. Aku pun tidak tahan nikmatnya menghisap tetek Jenni sambil doggy ke Nova dan akhirnya.. croott…croott… dua kali aku semburkan spermaku. “Bud enak banget disemprot elu… Rasanya nikmat.. kayak mandi air hangat.. tapi ini rasanya di dalam.’ Posisi kami belum berubah.. aku masih menancapkan titit ke dalam vagina Nova sambil terus menyemprotkan sisa-sisa sperma dan mulutku terus mengulum, menghisap dan menggigit-gigit payudara Jenni. “Enak yah Bud, isap tetek gue dan ngentot-in Nova” “Iya Jen! Cuma impian bisa threesome kayak gini tapi gue bisa ngerasain kejadian benernya.” “Udah dong Bud, cabut titit lu. Pegel nih nungging melulu” timpal Nova. Kucabut tititku tetapi pandanganku terus menatap mata Jenni. Kelihatannya aku benar-benar jatuh cinta. Malam itu kami tidur bertiga dalam keadaan bugil. Jenni di kananku, Nova di kiriku. ****** Tok tok tok.. Pintu kamar hotel diketuk. Nova yang telah bangun lebih dulu membuka pintu dan Rika terlihat telah sampai dihantar oleh orangtuanya. “Eh.. Rika” Nova panik “Bokap Nyokap lu mana?” “Tenang Nova, mereka cuma menghantarku kok.. tadi langsung jalan lagi ke kota C.” “Wah… lega.. gue pikir mereka mau masuk ke dalam.” “Memangnya kenapa Nov? Eh… lu kok kaga pake BH?” “Itu dia Rik.. takut ketahuan.. Gue kemaren berhasil nih” “Berhasil apaan sih, lu?” “Gue kasih perawan gue ke Budi!!” “Haahh?? Yang bener lu? Jenni juga? Kita semua kan memang kepengen banget dientot Budi!!” “Jenni belum.. masih perawan dia.. kayaknya takut.. tapi udah main juga sama si Budi, cuma belum dimasukin aja.” “Gue jadi horny nih, Nov.Budi di mana? Mau gak yah dia?” “Masih tidur tuh.. lu bangunin aja.. laki-laki kalo dikasih perawan mana ada yang nolak.” “Hahahaha…bener juga lu!” “Tuh lihat, Rika. Ada yang menonjol di selimut. Dia masih telanjang lho. Kita kemaren tidur begitu gayanya.” “Jenni mana, Nov? Kok kaga ada?” “Lagi di kamar mandi. Tuh lu urus si Budi aja. Pagi-pagi dah tegak gitu. Lu hisap aja dulu tititnya.” Rika pun menghampiri ranjang dan segera menarik selimut sehingga tititku terbuka dengan leluasa. Aku yang masih tidur tidak sadar apa yang sedang terjadi hanya mengetahui kalau tititku mengalami kenikmatan. Perlahan-lahan kubuka mataku berpikir Nova atau Jenni sedang mengulum si junior. “Hah? Rika? Ngapain lu?” tanyaku tanpa berusaha melepaskan diri. Lagi enak kok masa melarikan diri. Betul gak? “mmlammggii hissmmmaaapp mttiimmtiitttmm mmlu” Jawab Rika dengan tidak melepaskan muatan di mulutnya. “Hahahaha” Nova tertawa geli. “Lanjutin aja Rik, si Budi kaga nolak tuh.. cuma ngeliatin lu sambil merem melek gitu.” Jenni yang mendengar tertawanya Nova, segera melongok keluar dan cukup kaget melihat Rika sedang mengulum tongkat kenikmatanku. “Eh.. Rika… baru sampe langsung sarapan aja nih” tukas Jenni dengan nada yang menunjukkan kekagetan. Jenni keluar dari kamar mandi sambil masih mengeringkan rambutnya. Body Jenni memang luar biasa. Aku tidak bisa melepaskan pandangan dari tubuh langsing dengan payudara yang sempurna itu. “Budi.. jangan ngeliatin gue aja dong.. Rika dah nafsu tuh… puasin gih… kayak lu puasin kita berdua kemarin. Iya gak Nov?” “Iya Jen.. Ayo Bud.. Puasin Rika.. Perkosa dia.. hahahaha..” “Kaga usah diperkosa.. orang gue mau secara sukarela kok” timpal Rika. Mendengar jawaban Rika, aku segera beraksi. Kucium bibirnya dan kami melewatkan beberapa menit melampiaskannya sambil bertukar air liur. Rika badannya kecil sehingga dengan mudah kuangkat dari tepi ranjang dan meletakkannya di ranjang. Kudekati Rika dan menciumnya lagi.
Kali ini tanganku tidak tinggal diam. Payudara Rika aku pijat dan remas-remas halus. Kaos ketatnya segera kubuka memperlihatkan tetek mungil yang kencang. Pentilnya telah keras menjulang ke atas. Pentil yang bagus dan segera kulumat. “Ohh.. enak banget Bud.. terus Bud….aahhh.. ahhh..” Rika meracau kenikmatan. Hisapan dan kulumanku pun bertambah keras. Tititku sudah sangat kencang sekali. Dengan sedikit agak kasar kulepaskan semua pakaian yang masih melekat di Rika. Wow.. ternyata Rika mempunyai bulu jembut yang sangat lebat. Lebat tapi terlihat sangat rapi dan terawat. Kudekati vaginanya dan tercium wangi vagina yang merangsang. Tapi Jenni punya lebih wangi. Ah.. Jenni lagi.. ini ada gadis yang sukarela memberikan perawannya, kok masih mikirin perempuan lain. Kulirik Jenni dan kulihat dia tersenyum penuh pengertian. Kujilat vagina Rika sambil terus melihat Jenni. Jenni pun tersenyum terus dan memberikan anggukkannya seakan-akan mengerti kalau aku sedang bertanya bolehkan aku menjilat memek perempuan lain. “ Ohh…oohhh… enak banget Bud.. baru dijilat aja gue dah kayak gini..” “Suruh Budi ngentotin elu, Rik… Pelan-pelan yah Bud.. Kemaren gue cukup sakit lho” Nova menghangatkan suasana. “Iya Bud.. masukin dong buruan.” “Yakin lu, Rik?” Aku bertanya kepada Rika tetapi tatapanku kembali ke Jenni. Jenni pun mengangguk kembali. Aku pun segera membuka lebar selangkangan Rika. Vagina Rika terlihat sangat imut, karena memang Rika orangnya cukup kecil. Tinggi badannya hanya di bawah bahuku sedikit. Perlahan-lahan aku dorong tititku ke dalam vagina Rika.
Rika yang sudah sangat basah hanya bisa mendesah. Kepala tititku sudah masuk sepenuhnya tetapi seperti ketemu tembok. “Siap Rika? Ini dah di depan selaput dara nih. Tinggal gue sodok masuk” Entah kenapa sekali lagi aku melirik ke Jenni dan Jenni pun tersenyum kembali. Senyum yang sangat manis. “Iya Bud.. sodok aja.. perkosa gue.. bikin gue hamil.. gue mau anak dari lu.” Rika sudah lupa daratan. Kupegang pinggul Rika dengan erat dan kudorong dengan penuh kekuatan. Blesss.. masuk sudah. Rika menitikkan air mata menahan sakit. “Lanjut Rik?” “Iya Bud. Dah mulai terbiasa nih. Rasanya penuh banget vagina gue” Proses menyetubuhi Rika pun segera berlangsung. Keluar.. masuk…keluar…masuk..pelan-pelan tetapi pasti vagina Rika semakin basah. “Gila….Enak..banget….Tahu gini… dari kemaren… gue…ikutan…nginep….”Rika semakin larut dalam kenikmatan. “Ohh…ooohh…enak… aahh.. terus.. Bud.. yang cepat.. Bud!” Kuturuti kemauannya. Semakin cepat aku menggoyang Rika, payudaranya pun semakin liar tergoncang-goncang. “Bareng yah Rika.. gue juga dah mau nyemprot..” “Ayo Bud.. bikin gue hamil.. semprot yang banyak…AAARRRHHHH” Kami berdua pun orgasme luar biasa. Vagina Rika memeras semua sperma yang ada di tititku. Kucabut tititku dan terlihat tetesan darah perawan merembesi sprei. Noda darah perawan Rika dan Nova terlihat bersebelahan. Wah aku harus membeli sprei ini dari hotel.Kenang-kenangan pikirku. Jenni menghampiriku dan menciumku di bibir dengan ciuman yang sangat lembut. Tiba-tiba ada perasaan bersalah di hatiku. Sepertinya Jenni tahu karena dia bilang, “Tidak apa-apa Bud. Kita semua memang ingin menikmati titit lu.” dan kemudian dia menciumku lagi. Ciuman yang penuh mesra. Nova mengganggu ciuman kami dengan mengambil tititku dan menghisapnya. Jenni mengganguk kembali dan merebahkan tubuhku. Nova terus menikmati permainannya di bawah. Jenni menduduki kepalaku dan memberikan vaginanya untuk kuhisap. Ah.. nikmatnya memek Jenni. Kujilat dan kujilat terus sambil kami terus bertatapan mata. Aku benar-benar jatuh cinta. Pagi itu aku digilir tiga perempuan cantik. Jenni tetap hanya meminta digesek-gesek saja.
Nova dan Rika berhasil membuatku menyemprotkan sperma di dalam mereka sebanyak dua kali. Kami baru selesai ketika kami sudah kelelahan dan kelaparan. Sudah waktunya makan siang. ****** Epilog: Kami berempat berhasil masuk universitas di kota B dan sepakat untuk mengontrak rumah untuk tinggal bersama. Orang tua kami tidak ada yang curiga. Mereka pun setuju mengontrak rumah lebih enak daripada kos-kosan. Bisa masak dan cuci baju sendiri. Tidak takut ada barang yang hilang.
Empat tahun kuliah, sehari pasti minimal sekali aku menyetubuhi salah satu dari tiga wanita cantik tersebut. Dengan Jenni, selalu hanya gesek-gesek. Dengan Rika dan Nova, tentunya celup-celup dong. Tidak ada yang hamil karena kami menghitung kalendar dengan sangat disiplin. Sesudah lulus pun kami masih sering berkumpul untuk “bermain”. Nova bertemu dengan suaminya di tempat kerja. Rika bertemu dengan suaminya di kuliah S2. Jenni akhirnya menjadi isteriku.
Perawannya baru diberikan pas malam pernikahan. Kami berdua punya dua orang anak. Jenni sering mengundang Nova dan Rika untuk bermalam di rumah kami. Saking seringnya, aku berhasil menghamili Nova dan Rika. Anak kedua Nova dan anak ketiga Rika mirip sekali denganku. Untung suami mereka tidak pernah ada yang curiga. Alasannya karena sering bergaul denganku, jadi mirip deh anaknya. -
Video bokep Karina Grand pirang jago goyang
-
Hentai032
-
Video Bokep Asia Miho Ichiki toket gede bermastrubasi
-
Kisah Memek Bersetubuh Dengan Adik Kandung Sendiri
Duniabola99.com – Namaku Mona, umurku 24 tahun, aku sudah menikah dan mempunyai satu anak lelaki. Berikut ini aku ingin berbagi pengalaman tentang hubunganku dengan adik kandungku sendiri. Kejadian ini terjadi dua tahun yang lalu ketika aku berusia 22 tahun dan adikku berusia 18 tahun.
Kami adalah 3 bersaudara, kakakku Diana telah menikah dan ikut suaminya, sedangkan aku dan adikku tinggal bersama orang tua kami. Aku sendiri berperawakan sedang, tinggiku 160cm berat badan 52kg, orang bilang aku montok, terutama pada bagian pinggul/pantat. Payudaraku termasuk rata2 34 saja. Kulitku yang putih selalu menjadi perhatian orang2 bila sedang berjalan keluar rumah.
Aku mempunyai seorang pacar berusia 2 tahun diatasku, dia adalah kakak kelas kuliahku. Aku dan pacarku berpacaran sudah 2 tahun lebih, dan selama itu paling jauh kami hanya bersetubuh dengan melakukan petting, saling raba, saling cium dan saling hisap…..
Pacarku sangat ingin menerobos vaginaku jika saat petting, tapi aku sendiri tidak ingin hal itu terjadi sebelum kami menikah, jadi aku mengeluarkan air maninya dengan cara swalayan, yaitu mengocok kontolnya. Aku juga kerap dipaksa menghisap kontol pacarku yang mana sebenernya aku agak jijik melakukannya.
Keseringan bersetubuh dengan cara petting dengan pacarku membuatku menjadi haus akan belaian lelaki dan selalu iingin disentuh, sehari saja tidak dibelai rasanya tersiksa sekali… entah kenapa aku jadi ketagihan… Sampai akhirnya kalau sendiri melakukannya dengan tanganku sendiri dikamarku sendiri.
Sering aku meraba-raba payudaraku sendiri dan mengusap-usap memeku sendiri sampai aku orgasme. Inilah kesalahan ku, aku tidak menyadari kalau selama ini adikku John sering mengintip aku… ini aku ketahui setelah dia mengakuinya saat berhasil membobol keperawananku, kakaknya sendiri. Agen Judi Bola Terpercaya
Awal mulanya, ketika itu aku, mamaku dan adikku John pergi ke supermarket 500m dekat rumah. Karena belanjaan kami banyak maka kami memutuskan untuk naik becak. Saat itu aku memakai celana panjang ketat setengah lutut, dan karena kami hanya naik satu becak, aku memutuskan untuk di pangku adikku, sedangkan mamaku memangku belanjaan.
Diperjalanan yang hanya 500m itu, ketika aku duduk di pangkuan adikku, aku merasakan sesuatu bergerak-gerak dipantatku, aku sadar bahwa itu kontol adikku, keras sekali dan berada di belahan pantatku. Aku membiarkannya, karena memang tidak ada yang bisa kulakukan.
Bahkan ketika di jalan yang jelek, semakin terasa ganjalan dipantatku. Karena aku juga sangat rindu belaian pacarku yang sudah 3 hari tidak ke rumah, diam diam aku menikmatinya. Sejak kejadian itu, aku sering melihat dia memperhatikan tubuhku, agak risi aku diperhatikan adikku sendiri, tapi aku berusaha bersikap biasa.
Suatu hari, aku dan pacarku melakukan petting di kamarku… Aku sangat terangsang sekali… dia meraba dan membelai-belai tubuhku. Sampai akhirnya pacarku memaksakku membuka celana dalamku dan memaksaku untuk mengijinkannya bersetubuh dan memasukkan kontolnya ke memekku.
Tentu saja aku keberatan, walaupun aku sangat terangsang tapi aku berusaha untuk mempertahankan keperawananku. Dalam ketelajanganku aku memohon padanya untuk tidak melakukannya. Dan anehnya aku malah berteriak minta tolong.
Hal ini di dengar oleh adikku John, dia langsung menerobos kamarku dan mengusirnya, saat itu juga pacarku ketakutan, karena memang badan adikku jauh lebih besar. Aku langsung menutupi tubuhku yang telanjang dan aku yakin adikku melihat ketelajanganku. Dan pacarku sendiri langsung memakai pakaiannya dan pamit pulang.
Sejak itu, pacarku jadi jarang ke rumah. Dari selentingan teman-teman ku, pacarku katanya mempunyai teman cewe lain yang sering jalan dengannya. Tentu saja aku sedih mendengarnya, tapi aku juga merasa beruntung tidak ternodai olehnya.
Suatu malam aku berbincang-bincang dengan adikku, aku berterima kasih padanya karena dia telah menggagalkan pacarku menodaiku. Aku kaget ketika adikku ngomong bahwa, aku ngga bisa menyalahkan pacarku karena memang bodyku sexy sekali dan setiap laki-laki pasti ingin merasakan tubuhku. Ketika kutanya, jika setiap lelaki, apakah adikku juga ingin merasakan tubuhku juga… dia menjawab:
“Kalau kakak bukan kakakku, ya aku juga pengen bersetubuh, aku kan juga lelaki” aku sangat kaget mendengar jawabannya tapi aku berusaha itu adalah pernyataan biasa, aku langsung aja tembak, “emang adik pernah nyobain bersetubuh dengan cewe?” dia bilang “ya, belum pernah bersetubuh kak”…. itulah percakapan awal bencana itu.
Malam harinya aku membayangkan bercinta dengan pacarku, kau merindukan belaiannya… lalu aku mulai meraba-raba tubuhku sendiri… tapi aku tetap tidak bisa mencapai apa yang aku inginkan… sekilas aku membayangkan adikku… lalu aku memutuskan untuk mengintip ke kamarnya…Malam itu aku mengendap-endap dan perlahan-lahan nak keatas kursi dan dari lubang angin aku mengintip adikku sendiri, aku sangat kaget sekali ketika melihat adikku dalam keadaan tak memakai celana dan sedang memegang alat vitalnya sendiri, dia melakukan onani, aku terkesima melihat ukuran kontolnya, hampir 2 kali pacarku, gila kupikir, kok bisa yah sebesar itu punya adikku… Dan yang lebih kaget, di puncak orgasmenya dia meneriakkan namaku… Saat itu perasaanku bercampur baur antar nafsu dan marah… aku langsung balik kekamarku dan membayangkan apa yang baru saja aku saksikan.
Pagi harinya, libidoku sangat tinggi sekali, ingin dipuaskan adikku tidak mungkin, maka aku memutuskan untuk mendatangi pacarku. Pagi itu aku langsung kerumah pacarku dan kulihat dia sangat senang aku datang… ditariknya aku ke kamarnya dan kami langsung bercumbu… saling cium saling hisap dan perlahan-lahan baju kami lepas satu demi satu sampai akhirnya kami telanjang bulat.
Gilanya begitu aku melihat kontolnya, aku terbayang kontol adikku yang jauh lebih besar darinya… sepert biasa dia menyuruhku menghisap kontolnya, dengan terpaksa aku melakukannya, dia merintih-rintih keenakkan dan mungkin karena hampir orgasme dia menarik kepalaku.
“Jangan diterusin, aku bisa keluar katanya” lalu dia mulai menindihi ku dan dari nafasnya yang memburu kontolnya mencari-cari lubang memekku… begitu unjung kontolnya nempel dan baru setengah kepalanya masuk, aku kaget karena dia sudah langsung orgasme, air maninya belepotan diatas memekku…
“Ohhhhh…” katanya.
Dia memelukku dan minta maaf karena gagal melakukan penetrasi ke memekku. Tentu saja aku sangat kecewa, karena libidoku masih sangat tinggi.
“Puaskan aku dong… aku kan belum…” rengekku tanpa malu-malu. Tapi jawabannya sangat menyakitkanku…
“Maaf, aku harus buru-buru ada janji dengan sisca” katanya tanpa ada rasa ngga enak sedikitpun. Aku menyembunyikan kedongkolanku dan buru-buru berpakaian dan kami berpisah ketika keluar dari rumahnya.
Diperjalanan pulang aku sangat kesal dan timbul kenginanku untuk menyeleweng, apalagi selama diperjalanan banyak sekali lelaki yang mengodaku dari tukang becak, kuli bangunan sampai setiap orang di bis.
Begitu sampai rumah aku memergoki adikku yang akan pergi ke sport club, dia mengajakku untuk ikut dan aku langsung menyanguppinya karena memang aku juga ingin melepaskan libidoku dengan cara berolah raga.
Di tempat sport club, kam berolah raga dari senam sampai berenang dan puncaknya kami mandi sauna. Karena sport club tersebut sangat sepi, maka aku minta adikku satu kamar denganku saat sauna. Saat didalam adikku bilang “kak, baju renangnya ganti tuh, kan kalau tertutup gitu keringatnya ngga keluar, percuma sauna”
“Abis pake apa” timpalku, “aku ngga punya baju lagi”“Pake celana dalem sam BH aja kak, supaya pori-porinya kebuka” katanya
Pikirku, bener juga apa katanya, aku langsung keluar dan menganti baju renangku dengan BH dan celana dalam, sialnya aku memakai celana dalam G-string putih sehabis dari rumah pacarku tadi… Tapi “ah, cuek aja.. toh adikku pernah liat aku telanjang juga”.
Begitu aku masuk, adikku terkesima dengan penampilanku yang sangat berani… kulihat dia berkali-kali menelan ludah, aku pura-pura acuh dan langsung duduk dan menikmati panasnya sauna. Keringat mencucur dari tubuhku, dan hal itu membuat segalanya tercetak didalam BH dan celana dalamku… adikku terus memandang tubuhku dan ketika kulihat kontolnya, aku sangat kaget, dan mengingatkanku ke hal semalam ketika adikku onani dan yang membuat libidoku malah memuncak adalah kepala kontolnya muncul diatas celana renangnya.
Aku berusaha untuk tidak melihat, tapi mataku selalu melirik ke bagian itu, dan nafasku semakin memburu dan kulihat adikku melihat kegelisahanku. Aku juga membayangkan kejadian tadi pagi bersama pacarku, aku kecewa dan ingin pelampiasan. Dalam kediaman itu aku tidak mampu untuk bertahan lagi dan aku memulainya dengan berkata:
“Ngga kesempitan tuh celana, sampe nongol gitu”
“Ia nih, si otong ngga bisa diajak kompromi kalo liat cewe bahenol” katanya
“Kasian amat tuh, kejepit. Buka aja dari pada kecekik” kataku lebih berani
“Iya yah…” katanya sambil berdiri dan membuka celananya…
Aku sangat berdebar-debar dan berkali-kali menggigit bibirku melihat batang kemaluan adikku yang begitu besar.
Tiba-tiba adikku mematikan mesin saunanya dan kembali ke tempatnya.
“Kenapa dimatiin” kataku
“Udah cukup panas kak” katanya
Memang saat juga aku merasa sudah cukup panas, dan dia kembali duduk, kami saling memandang tubuh masing-masing. Tiba-tiba cairan di memekku meleleh dan gatal menyelimuti dinding memekku, apalagi melihat kontol adikku.
Akal warasku datang dan aku langsung berdiri dan hendak keluar, tapi adikku malah mencegahku “nanti kak”.
“Kan udah saunanya ” timpalku, aku sangat kaget dia berada tepat di depanku dengan kontol mengacung ke arahku, antara takut dan ingin.
“Kakak udah pernah gituan belum kak” kata adikku
“Belum” kataku, “emang kamu udah..?” lanjutku
“Belum juga kak, tapi pengen nyoba” katanya
“Nyoba gimana???? Nantikan juga ada saatnya” kataku berbalik kearah pintu dan sialnya kunci lokerku jatuh, ketika aku memungutnya, otomatis aku menunggingi adikku dan buah pantatku yang besar menempel di kontolnya.
Gilanya aku malah tetap diposisi itu dan menengok ke arah adikku. Dan tak kusangka adikku memegang pinggulku dan menempelkan kontolnya dibelahan pantatku yang hanya tertutup G-string.“Oh kak…. bahenol sekali, aku pengen nyobain kak” katanya dengan nafas memburu.
“Aw… dik ngapain kamu” timpalku tanpa berusaha merubah posisiku, karena memang aku juga menginginkannya.
“Pengen bersetubuh kak” katanya kasar sambil menekan batangnya kepantatku.
Aku menarik pantatku dan berdiri membelakanginya, “Aku kan kakakmu John, inget dong”
Adikku tetap memegang pinggulku “tolong kak.. asal nempel aja.. ngga usah dimasukkin, aku ngga tahan banget”
“Tolong kak,” katanya memelas. Aku di suruh ngapain juga mau kak, asal bisa nempelin aja ke memek kakak”.
Pikiranku buntu, aku juga punya libido yang tak tertuntaskan tadi pagi.. dan membayangkan pacarku menunggangi sisca, libidoku tambah naik..
“Persetan dengan pacar brengsek” batinku.
“Jangan disini” pintaku.
“Sebentar aja kak, asal nempel aja 1 menit” katanya meremas pinggulku.
“Kakak belum siap” kataku.
“Kakak nungging aja, nanti aku panasin” katanya.
Bagai terhipnotis aku menuruti apa katanya, sambil memegang grendel pintu, aku menungginginya dan dengam pelan-pelan dia membuka G-stringku dan melemparkannya. Dan dia jongkok di belakangku dan gilanya dia menjulurkan lidahnya menjilat memeku dari belakang…
“Oh… ngapain kamu dik…” kataku tanpa melarangnya.
Dia terus menjulurkan lidah dan menjilati memekku dari belakang.. ohhhh… gila pikirku… enak banget, pacarku saja ngga mau ngejilatin memekku, adikku sendiri dengan rakus menjilati memekku
“Gila kamu dik, enak banget, belajar dimana” rintihku… Tanpa menjawab dia terus menjilati memekku dan meremas remas bokongku sampai akhirnya lama-lama memekku basah sekali dan bagian dalam memekku gatal sekali…
Tiba-tiba dia berdiri dan memegang pinggulku..
“Udah panas kak” katanya mengarahkan kontolnya kepantatku dan memukul-mukul kepala kontolnya kepantatku….
“udah….” kataku sambil terus menungging dan menoleh ke arah adikku…
“Jangan bilang siapa-siapa yah dik” kataku.
Adikku berusaha mencari lubang memekku dengan kepala kontolnya yang besar… dia kesulitan…
“Mana lubangnya kak..” katanya.
Tanpa sadar aku menjulurkan tangan kananku dan menggengam kontolnya dan menuntun ke mulut goaku…
“Ini dik” kataku begitu tepat di depannya, “gesek-gesek aja yah dik”.
“Masukin dikit aja kak” katanya menekan kontolnya.“aw… dik, gede banget sih” kataku, “pelan-pelan….”.
Begitu kepala kontolnya membuka jalan masuk ke memekku, adikku pelan-pelan menekannya.. dan mengeluarkannya lagi sedikit sedikit… tapi tidak sampai lepas… terus ia lakukan sampai membuat aku gemas….
“Oh.. dik…. enak…. dik…. udah yah…” kataku pura-pura…..
“Belum kak…. baru kepalanya udah enak yah….”
“Memang bisa lebih enak…???” kataku menantang.
Dan…. langsung menarik pinggulku sehingga batang kontolnya yang besar amblas ditelan memekku”
Aku merasakan perih luar biasa dan “aw…. sakit dik…” teriakku.
Adikku menahan batangnya didalam memekku ….
“Oh…kak…nikmat banget…..” dan secara perlahan dia menariknya keluar dan memasukannya lagi, sungguh sensasi luar biasa. Aku merasakan nikmat yang teramat sangat, begitu juga adikku…
“Oh, kak… nikmat banget memekmu..” katanya.
“Ssssshhhh… ia dik… enak banget” kataku.
Lima belas menit dia mengenjotku, sampai akhirnya aku merasakan orgasme yang sangat panjang dan nikmat disusul erangan adkku sambil menggengam pinggulku agar penetrasinya maksimum.
“Oh.. kak.. aku keluar.. nikmat banget…” katanya
Sejenak dia memelukku dari belakang, dan mulai mencabut kontolnya di memekku…
“Ma kasih kak” katanya tanpa dosa dan memakaikan celanaku lagi. Aku bingung bercampur menyesal dan ingin menangis. Aku langsung keluar dan membersihkan diri sambil menyesali diri.. “kenapa adikku????”
Dalam perjalanan pulang adikku berulang-ulang minta maaf atas perbuatannya di ruangan sauna… Aku hanya bisa berdiam merenungi diriku yang sudah tidak perawan lagi… Kejadian itu adalah awal petualangan aku dan adikku, Karena dua hari setelah itu kembali kami besetubuh, bahkan lebih gila lagi.. kami bisa melakukannya sehari 3 sampai 5 kali sehari semalam.Satahun sudah aku di tunggangi adikku sendiri sampai ada seorang kaya, kenalan bapakku melamarku, dan kami menikah. Untungnya suamiku tidak mempermasalahkan keperawananku. Akhirnya aku di karunia seorang anak dari suamiku, bukan dari adikku.. karena aku selalu menjaga jangan sampai hamil bila bersetubuh dengan adikku.
Sampai sekarang aku tidak bisa menghentikan perbuatanku dengan adikku, yang pertama adikku selalu meminta jatah, dilain pihak aku juga sangat ketagihan permainan sex nya.
-
Cerita Sex Birahi
Cerita Sex ini berjudul ” Cerita Sex Birahi ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.
Cerita Sex – Penampilanku selalu keren dan modis namaku Ivan umur 23 tahun tubuh saya atletis dengan tinggi yang
ideal aku kelahiran Bandung jujur saja aku mempunyai gairah seks yang tinggi aku suka melakukan
hubungan seks dengan variasi berbagai gaya.Aku sudah mempunyai istri yang tentunya cantik, kulitnya putih dan seksi tentunya supaya merangsang
nafsuku, kali ini aku akan bercerita pengalaman pribadiku saat aku mendapat undangan teman lamaku yang
bernama Alvin , dia adalah teman kuliahku saat di bangku kuliah di kota Surabaya.Setelah lulus kita jarang kontak kontakan dan jarang bertemu saat ini di juga sudah menikah tapi aku
belum kenal dengan istrinya, Pada saat menghubungiku, Alvin mengatakan bahwa dia akan berada di
Jakarta selama satu minggu lamanya dan tinggal sementara di sebuah apartemen yang telah disediakan
oleh perusahaannya.Dia juga datang bersama istrinya dan saat ini mereka juga belum mempunyai anak seperti aku dan
istriku, maklum kami kan masing-masing baru menikah dan masih fokus ke karir kami, baik istriku
ataupun istri Alvin hanya ibu rumah tangga saja, sebab kami pikir kondisi itu lebih aman untuk
mempertahankan sebuah rumah tangga, karena dunia kerja pergaulannya menurut kami tidaklah aman bagi
istri-istri kami.
Malam itu sampailah kami di kamar apartemen yang dihuni oleh Alvin dan istrinya.“Hai… Alvin gimana kabar kamu, sudah lama yach kita nggak ketemu, kenalkan ini istriku Fariha,”
kataku.“Hai Van, nggak ngira gua kalau bakalan bisa ketemu lagi sama kamu, hai Fariha… apa kabar, ini Mella
istriku, Mella ini Ivan dan Fariha…” kata Alvin balik memperkenalkan istrinya dan mengajak kami masuk.Kemudian kami ngobrol bersama sambil menikmati makanan yang telah disiapkan oleh Alvin dan Mella.
Kulihat Fariha dan Mella cepat akrab walaupun mereka baru ketemu, begitu juga dengan aku dan Alvin.Ketika Mella dan Fariha asyik ngobrol macam-macam, Alvin menarikku ke arah balkon yang ada dan segera
menarik tanganku sambil membawa minuman kami masing-masing.“Eh.. Van gua punya ide, mudah-mudahan aja elo setuju… karena ini pasti sesuai dengan kenakalan kita
dulu… gimana…” kata Alvin.“Mengenai apa…” kataku.
“Tapi elo jangan marah ya… kalau nggak setuju…” kata Alvin lagi.
“Oke gua janji…” kataku.
“Begini… gua tau kita kan masing-masing punya libido seks yang tinggi, gimana kalau kita coba bermain
seks bersama malam ini, dengan berbagai variasi tentunya, elo boleh pakai istri gua dan gua juga boleh
pake istri kamu, gimana…” ucap Alvin.“Ah.. gila kamu…” kataku spontan.
Cerita Sex Birahi Tetapi aku terdiam sejenak dan berpikir sambil memandangi Fariha dan Mella yang sedang asyik ngobrol.
Kulihat Mella sangat cantik tidak kalah cantiknya dengan Fariha, dan aku yakin bahwa sebagai laki-laki
aku sangat tertarik untuk menikmati tubuh seorang wanita seperti Fariha maupun Mella yang tidak kalah
dengan ratu-ratu kecantikan Indonesia.“Gimana Van… kan kita akan sama-sama menikmatinya, tidak ada untung rugilah…” kata Alvin meminta
keputusanku lagi.“Tapi gimana caranya… mereka pasti marah… kalau kita beritahu…” aku balik bertanya.
“Tenang aja, gua punya caranya kalau elo setuju…” kata Alvin lagi.
“Gua punya Pil perangsang… lalu kita masukkan ke minuman istriku dan istrimu.. tentunya dengan dosis
yang lebih banyak, agar mereka cepat terangsang, dan kita mulai bereaksi.”“Oke… gua setuju..” kataku.
Dan kami pun mulai melaksanakan rencana kami tersebut.
Alvin mengambil gelas lagi dan memasukkan beberapa butir pil perangsang ke dalam dua buah gelas yang
sudah diisi soft drink yang akan kami berikan kepada Fariha dan Mella.“Aduh.. asyik amat… apa sich yang diobrolin.. nich.. minumnya kita tambah…” kata Alvin sembari
memberikan gelas yang satu ke Mella, sedangkan aku memberikan yang satu lagi ke Fariha, karena
kebetulan minuman milik mereka yang sebelumnya kelihatan sudah habis.Kemudian Fariha dan Mella langsung menenggak minuman yang kami berikan beberapa kali. Aku duduk di
samping Fariha dan Alvin duduk di dekat Mella, kami pun ikutan ngobrol bersama mereka.Beberapa waktu kemudian, baik aku maupun Alvin mulai melihat Fariha dan Mella mulai sedikit
berkeringat dan gelisah sambil merubah posisi duduk dan kaki mereka, mungkin obat perangsang tersebut
mulai bereaksi, pikirku.Kemudian Alvin berinisiatif mulai memeluk Mella istrinya dari samping, begitu juga aku, dengan sedikit
meniupkan desah nafasku ke tengkuk Fariha istriku.“Mell… aku sayang kamu…” kata Alvin.
Kulihat tangannya mulai meraba paha Mella, istrinya.
“Eh Alvin… apaan.. sich kamu… kan malu… akh.. ah…” kudengar suara Mella halus.
“Nggak pa-pa.. ah… ah… kamu sayangku… ah…” desah Alvin meneruskan serangannya ke Mella.
Melihat kondisi itu, Fariha agak bingung… tapi aku tahu kalau dia pun mulai terangsang dan tak kuasa
menahan gejolak nafsunya.“Lus… aku cinta kamu.. ukh… ulp… ah…”
Aku pun mulai memeluk Fariha istriku dan langsung mencium bibirnya dengan nikmat, dan kurasa Fariha
pun menikmatinya. Aku pun mulai memeluk tubuh istriku dari depan, dan tanganku pun mulai meraba bagian
pahanya sama seperti yang dilakukan oleh Alvin.“Lus… akh… ak… kamu… sangat cantik sayang…” kataku.
“Akh.. Van… ah… ah…” desah istriku panjang, karena tanganku mulai menyentuh bagian depan kemaluannya,
dan mengelus dan mengusapnya dengan jari tangan kananku, setelah terlebih dahulu menyibakkan CD-nya
secara perlahan.Kulihat Alvin sudah membuka bajunya dan mulai perlahan membuka kancing baju Mella istrinya, yang
kelihatan sudah pasrah dan sangat terangsang.“Ah.. Alvin… ah… ah… ah…” desah Mella kudengar. Dan Alvin sudah berhasil membuka seluruh pakaian
Mella, dan kulihat betapa mulusnya kulit Mella yang saat ini hanya tinggal CD-nya saja, dan itu pun
sudah berhasil ditarik oleh Alvin.Tinggallah tubuh bugil Mella di atas sofa yang kami gunakan bersama itu dengan kelakuan Alvin pada
dirinya. Kulihat Alvin pun sudah membuka semua pakaiannya dan sekarang tanpa sehelai benang pun yang
menutupi tubuh Mella maupun Alvin yang saat ini saling rangkul dan cium di sampingku dan istriku.“Ah… ulp… ulp… ulp.. ah.. sst.. sst…” kulihat Mella menjilat dan menghisap kemaluan Alvin yang putih
kemerahan dengan nikmatnya. “ukh…ukh..ohh….ukh…” erang Alvin menikmati permainan Mella.Aku pun sekarang sudah berhasil membuka semua pakaian Fariha istriku, kulanjutkan dengan meremas buah
dadanya yang kenyal itu dan kulanjutkan dengan mengisap kedua puting susunya perlahan dan berulang-
ulang.“Ah… ah… ah… Van… terus… ah.. ah..” desah Fariha keenakan. Tangan Fariha pun mulai membuka celanaku
dengan tergesa-gesa karena hanya celanaku yang belum kubuka dan kelihatannya Fariha sudah mulai tidak
sabaran.“Akh… akh… ukh… oh…” ketika celana dan CD-ku terbuka dan jatuh ke bawah, Fariha segera memegang
kemaluanku dan menjilatinya seperti apa yang dilakukan oleh Mella.Aku kemudian segera mengatur permainan dengan mengambil posisi jongkok dan membuka lebar kedua kaki
istriku dan mulai menjilati klitorisnya dan semua bagian luar kemaluannya,“Aah… oh.. terus.. terus Van… enak… akh… akh…” desah Fariha.
“Ulp.. ulp.. sst… sst… ah… uhm.. uhm… uhm…”
Cerita Sex Birahi Aku terus menjilati klitoris istriku dan kulihat bibir kemaluan dan klitorisnya merekah merah
merangsang serta kelihatan basah oleh jilatanku dan air kenikmatan milikya yang tentunya terus
mengalir dari dalam kemaluannya.“Ah… terus.. ah… ah… terus Van.. enak… akh… akh… ukh…” rintih Fariha.
Yang membuka lebar kedua kakinya serta meremas buah dadanya sendiri dengan penuh kenikmatan.
Perlahan kulihat Alvin menggendong Mella istrinya dan membaringkannya sejajar di sebelah istriku di
sofa panjang yang kami pakai bersama ini, kemudian Alvin mulai memasukkan kedua jari tangannya ke
lubang kemaluan milik Mella dan mengocoknya pelan serta menariknya keluar masuk.“Akh… Alvin… ahk… kamu.. gila Alvin… akh.. terus… terus Alvin… ahh…” rintih Mella terdengar.
“Ukh… ah… ulp… akh… akh… akh.. oh… oh… oh…”
Suara dan desahan dari istriku dan Mella secara bersamaan dan penuh kenikmatan. Perlahan tangan
kananku mulai ikut meraba kemaluan Mella yang berada di sebelah istriku. Dan aku pun ikutan memasukkan
kedua buah jariku ke kemaluan Mella tersebut.Dan Alvin pun membiarkan semua itu kulakukan, kemudian sambil terus mengocok lubang kemaluan Mella,
tangan kiri Alvin pun mulai ikut meraba kemaluan istriku yang saat ini tanpa rambut, karena habis
kucukur kemarin, permainan ini terus berlanjut baik Mella maupun istriku membuka dan menutup matanya
menikmati permainan yang aku dan Alvin lakukan.Perlahan aku mulai meraba buah dada Mella dengan tangan kananku dan meremasnya pelan, kurasakan buah
dada milik Mella lebih kenyal dibanding milik istriku, tetapi buah dada istriku lebih besar dan
menantang untuk dihisap dan dipermainkan.Kemudian aku mulai berdiri dan mengarahkan kemaluanku yang berukuran panjang 16 cm serta diameter 4 cm
itu ke arah mulut istriku, dan tangan kananku terus meremas buah dada milik Mella. Istriku dan Mella
pun membiarkan semuanya ini terus berlanjut.Dan kulihat Alvin tetap memasukkan dan mengocok kedua lubang kemaluan yang di depannya dengan kedua
buah tangannya dengan sekali-kali meremas buah dada milik istriku maupun Mella, istrinya.Kemudian Alvin mulai berdiri dan mengarahkan kemaluannya ke lubang kemaluan Mella yang sudah sangat
basah,“Ah… Alvin… terus… masukkan… terus Alvin semuanya…” kata Mella.
Melihat itu aku pun mulai mengarahkan batang kemaluanku ke lubang kemaluan istriku.
“Akh… ukh.. ah… oh… ah… oh…” erang istriku keenakan.
Saat ini baik posisiku dan Alvin maupun Fariha dan Mella berada pada posisi yang sama. Aku dan Alvin
terus menarik turunkan kemaluan kami di lubang kemaluan milik Mella dan Fariha.Cerita Sex Birahi Begitu juga dengan Mella dan Fariha membuka lebar kakinya dan memeluk pinggangku maupun Alvin seolah-
olah mereka takut kehilangan kami berdua.Selang beberapa saat kemudian Alvin menghentikan kegiatannya dan memintaku mundur, kemudian memasukkan
batang kemaluannya yang berukuran panjang 17 cm tetapi diameternya mungkin 3 cm dan kelihatan begitu
panjang dari punyaku hanya punyaku lebih besar dan keras dibanding kemaluan Alvin yang terus menuju ke
lubang kemaluan milik istriku.Kulihat istriku cukup kaget tetapi hanya pasrah dan terus menikmati kemaluan milik Alvin yang mulai
mengocok lubang miliknya tersebut. Aku pun mulai juga mengarahkan kemaluanku ke lubang kemaluan milik
Mella, perlahan kurasakan lubang kemaluan Mella masih cukup sempit serta menjepit batang kemaluanku
yang kutekan perlahan.“Akh… akh… Mell… memekmu begitu padat.. dan enak… akh…” kataku.
“Terus… Van.. Terus.. punyamu begitu besar… terus Van… enak… akh…” rintih Mella.
“Van.. terus… beri aku kenikmatan.. akh… akh… terus Van… enak… lebih dalam Van… akh..”
“Lus… punyamu begitu enak… sangat… rapat dan menjepit kontolku.. akh…” desah Alvin kepada istriku.
“Ehm… ehm… ukh… ukh… lebih dalam Alvin… lebih dalam… teruskan Alvin… teruskan… kontolmu… sangat
panjang… akh.. dan menyentuh… dinding.. rahimku.. akh… akh… enak… Alvin..” desah istriku lirih.Kemudian aku terus meremas dan menjilat puting susu milik Mella dan sekali-kali kugigit pelan
putingnya dan Mella terus menikmatinya, sementara kemaluanku terus naik-turun mengocok lubang kemaluan
Mella yang terasa padat dan kenyal serta semakin basah tersebut.Terasa batang kemaluanku serasa masuk ke lubang yang sangat sempit dan padat ditumbuhi daging-daging
yang berdenyut-denyut menjepit dan mengurut batang kemaluanku yang semakin keras dan menantang lubang
kemaluan Mella yang kubuat basah sekali, Markas Judi Online DominoqqCerita Sex Birahi Dan Mella pun terus menikmati dan mengangkat pinggulnya serta menggoyangkannya saat menerima hujaman
batang kemaluanku yang saat masuk hanya menyisakan dua buah biji kemaluan yang menggantung dan
terhempas di luar kemaluan Mella tersebut.“Akh… Mell… enak.. sekali.. punyamu… akh.. akh..” desahku.
“Oh Van… aku sangat… suka… milikmu ini… Van yang besar dan keras ini… akh… ogh… ogh… terus Van… ah…”
Kulihat Alvin membalikkan tubuh istriku dan memasukan kemaluannya yang panjang putih kemerahan
tersebut dari belakang,“Akh… akh… akh… Alvin… terus.. lebih dalam Alvin… akh.. enak… Alvin…” rintih istriku, yang kulihat
buah dadanya menggantung bergoyang mengikuti dorongan dari kemaluan Alvin yang terus keluar masuk, dan
kemudian tangan Alvin meremas buah dada tersebut serta menariknya.“Akh… Alvin.. akh… ogh… ogh… ahh…” jerit nikmat istriku menikmati permainan Alvin dari belakang
tersebut.“Ogh.. Lus… buah dadamu begitu besar… dan… enak… ukh… ehm… ehmmm…” sahut Alvin penuh kenikmatan.
Mella mencoba merubah gaya dalam permainan kami, saat ini dia sudah berada di atas tubuhku yang duduk
dengan kaki yang lurus ke depan, sedangkan Mella memasukkan dan menekan kemaluannya dari atas ke arah
kemaluanku.“Blees…”
“Aakh… enak… akh… Van punyamu begitu besar… akhg…” desah Mella yang terus menaik-turunkan tubuhnya dan
sesekali menekan dan memutar pinggulnya menikmati kemaluanku yang terasa nikmat dan ngilu tetapi enak.“Oh… Mell.. terus… ah… ah…” desahku.
“Oh Van… oh.. oh… oh… Van… aku hampir keluar Van… aogh… ogh…” jerit Mella.
“Okh.. Van… okh… aku ke… luar… okh.. okh…” tubuh Mella mengejang bagaikan kuda dan kurasakan
kemaluanku pun bergetar mengimbangi orgasme yang dicapai Mella.“Oh… ukh… okh.. Mell aku juga keluar.. okh… okh…”
Kami pun berpelukan dan mengejang bergetar bersama serasa berada di awan, menikmati saat klimaks kami
tersebut selama beberapa saat hingga kemudian kami berdua merasa lemas, dan tetap berpelukan dengan
posisi Mella di atas, seolah kami sangat takut kehilangan satu sama lain sambil memandangi permainan
Alvin dan istriku di sebelah kami.Kulihat Fariha istriku sangat menikmati permainan ini dengan posisi bagaikan atau kuda yang sedang
kawin, buah dada istriku yang besar bergoyang-goyang ke depan-belakang dengan cepatnya, sekujur tubuh
Alvin maupun istriku berkilap dikarenakan keringat yang mengalir pelan karena permainan seks mereka
ini.Kulit Alvin yang putih mulus karena dia berdarah Manado ini kelihatan bersinar begitu juga istriku
begitu menikmati panjangnya kemaluan Alvin. Tangan istriku meremas sandaran sofa dan berteriak lirih,“Ah… ah… ah… uh… uh… uh.. Alvin tekan terus Alvin dengan keras… ah.. ah..” kulihat satu tangan istriku
memutar dan memelintir puting susunya sendiri serta sekali-kali meremas keras buah dadanya tersebut
seolah takut kehilangan kenikmatan permainan mereka tersebut.Cerita Sex Birahi Aku kemudian mendorong kepalanya dan sebagian tubuhku dan berbaring di bawah buah dada istriku,
kemudian berinisiatif untuk ikut meremas buah dadanya dan mengisap puting susunya,
“Akh… Van… akh… enak.. ogh… ogh… ogh… terus Van…” rintih istriku, terasa olehku kemudian Mella
menjilati dan menghisap batang kemaluanku yang mulai mengeras kembali.“Ogh… ogh… ogh… Van… ogh… ogh… Alvin… kontolmu sangat panjang dan membuatku sangat… puas Alvin… akh…
terus… akh…” kata Fariha.“Ulp.. ulp… ulp.. ulp… ulp..” jilatan Mella di kemaluanku yang mengeras.
“Okh… Alvin… aku.. hampir.. ke.. ke.. luar… Alvin… terus” desah istriku.
Kuremas dan kupelintir dengan keras puting susu dan buah dada istriku, dan kulihat Alvin juga
mengejang.“Akh… akh.. akh… akh.. Lus.. aku juga keluar… akh… akh…” jerit Alvin kuat, kemudian tubuhnya mengejang
dan bergetar hebat.“Ogh… ogh… ogh… ogh…” istriku pun mengejang dan meremas sandaran sofa dengan kuat.
Beberapa saat. Aku pun kembali merasakan kenikmatan mengalir di batang kemaluanku dan…
“Akh… akh… akh… akh…” kemaluanku pun memuncratkan spermaku kembali, sebagian ke wajah Mella dan
sebagian lagi meloncat hingga ke tubuh istriku dan aku pun kembali mengejang kenikmatan dan kulihat
Mella terus menjilati kemaluanku yang besar tersebut dan membersihkannya dengan lidahnya.Kemudian kami terbaring dan tertidur bersama di sofa tersebut hingga pagi harinya, dalam kondisi tanpa
sehelai benang pun menutupi tubuhku, istriku, Alvin dan Mella istrinya. Permainan ini kembali kami
ulangi pagi harinya.Dan kembali kami ulangi bersama dalam beberapa hari hingga saatnya Alvin dan Mella harus pulang ke
Surabaya, ini semua adalah awal dari permainan seks bersama kami yang hingga kini seringkali kami
lakukan kembali jika aku dan istriku ke Surabaya, ataupun mereka ke Jakarta.Bahkan kadang-kadang-kadang Mella sendiri ke Jakarta bermain seks bertiga denganku dan istriku,
ataupun aku atau istriku yang ke Surabaya bermain seks bertiga atau bersama dengan salah satu dari
Alvin atau Mella.cerita seks bergambar, cerita dewasa seks, cerpen seks, cerita seks hot, kisah seks, cerita seks tante, cerita sexx, cerita sex janda, cerita hot sex, cerita sex pembantu, cerita sex gay, sex dewasa, cerita sex 2019, cerita sex artis, cerita sex jilbab, cerita ngesex, cerita sex sma, cerita sex dengan tante, cerita sex mama, cerita dewasa tante, kumpulan cerita seks, cerita hot dewasa,
-
Kisah Memek Pemuas Nafsu Seks
Cerita Sex ini berjudul ” Pemuas Nafsu Seks ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2018.
Duniabola99.com – Aku bekerja di perusahaan kontraktor swasta di daerah Indramayu yang mempunyai sekitar 20 pegawai dan 3 orang diantaranya adalah wanita. Pada umumnya pegawai-pegawai itu datang dari desa sekitar perusahaan ini berada dan rata-rata pegawai prianya sudah bekerja di perusahaan ini sekitar 15 tahunan lebih, sedangkan aku diperbantukan dari kantor pusat di Jakarta dan baru sekitar 1 tahun di kantor cabang ini sebagai kepala personalia merangkap kepala keuangan. Karena pindahan dari kantor pusat, maka aku dapat tinggal di rumah yang disewa oleh perusahaan. Istriku tidak ikut tinggal di sini, karena dia juga kerja di Jakarta, jadi kalau tidak aku yang ke Jakarta setiap Jum’at sore dan kembali hari Minggu sore atau istriku yang datang.
Hubungan antar para pekerja begitu akrab, sehingga beberapa diantara mereka ada yang sudah menganggap aku sebagai saudara atau anaknya saja. Dalam situasi seperti sekarang ini, perusahaan dimana aku bekerja juga mengalami krisis yang cukup serius dan jasa pekerjaan yang kami terima dari perusahaan kilang minyak dan perusahaan lainnya juga semakin berkurang. Hal ini mengakibatkan pimpinanku memerintahkan untuk mengurangi beberapa orang pegawainya dan ini harus kulaksanakan dalam waktu sebulan ini.Setelah kupilah-pilah dari 20 orang pegawai itu, lalu aku mengambil 5 orang pegawai yang paling tua dan yang dalam 1 atau 2 tahun ini akan mencapai usia 55 tahun, lalu aku menyuruh sekretaris kantor yang bernama Sri (samaran) dan juga dari penduduk di sekitar perusahaan untuk mengetik draft surat-surat yang sudah kupersiapkan dan rencanaku dalam 2 minggu ini masing-masing pegawai akan kupanggil satu persatu untuk keberikan penjelasan sekaligus memberikan golden shake hand pesangon yang cukup besar. Sri adalah salah satu diantara 3 pekerja wanita di sini dan umur mereka bertiga sekitar 30 tahunan. Sri, menurut teman-teman kerjanya adalah seorang pegawai yang agak sombong, entah apa yang disombongkan atau mungkin karena merasa yang paling cantik diantara ke 2 wanita lainnya.Padahal kalau aku bandingkan dengan pekerja wanita di kantor pusat Jakarta, belum ada apa-apanya. Suaminya Sri menurut mereka itu sudah setahun ini bekerja di Arab sebagai TKI. Di hari Jum’at sore, sewaktu aku besiap siap akan pulang, tiba-tiba muncul salah seorang pegawai yang biasa kupanggil Pak Tus datang menghadap ke ruangan kantorku.“Ada apa Pak Tus”, tanyaku.“Ini…, Pak…, kalau Bapak ada waktu, besok saya ingin mengajak Bapak untuk melihat kebun buah-buahan di daerah pegunungan sekitar Kuningan dan peninggalan orang tua saya, siapa tahu Bapak tertarik untuk membelinya”. Setelah kipikir sejenak dan sekaligus untuk menyenangkan hatinya karena Pak Tus ini adalah salah satu dari pegawai yang akan terkena PHK, segera saja permintaannya kusetujui.
“Oke…, Pak Tus, boleh deh, kebetulan saya tidak punya acara di hari Sabtu dan Minggu ini…, kita pulang hari atau nginap Pak…?
“Kalau Bapak nggak keberatan…, kita nginap semalam di gubuk kami…, Pak.., dan kalau Bapak tidak berkeberatan, saya akan membawa Istri, anak dan cucu saya, Biar agak ramai sekaligus untuk masak.., karena tempatnya agak jauh dari warung”, jawab Pak Tus dengan wajah berseri.
“Yapi…, Pak…, saya tidak punya kendaraan.., lanjut Pak Tus dengan wajah agak sedih”.“Pak…, Tus…, soal kendaraan jangan terlalu di pikir, kita pakai Kijang saya saja.., dan Pak Tus boleh membawa semua keluarganya, asal mau berdesak-desakan di Kijang dan besok jam 10 pagi akan saya jemput ke rumah Pak Tus”, sahutku dan Pak Tus dengan wajah berseri kembali lalu mengucapkan terima kasih dan pamit untuk pulang. “Besok paginya sekitar jam 10 pagi aku menjemput ke rumah Pak Tus yang boleh dibilang rumah sangat sederhana. Di depan rumahnya aku disambut oleh Pak Tus dan Istrinya. Aku agak terkejut, karena Isrinya kelihatan jauh lebih muda dari yang kuduga. Dia kutaksir berumur sekitar 35 tahunan dan walau tinggal di kampung tapi sepertinya tidak ketinggalan jaman. Istri Pak Tus mengenakan rok dan baju agak ketat tanpa lengan serta ukuran dadanya sekitar 36C.“silakan masuk…, Pak…”, katanya hampir serentak,
“Ma’af Pak…, rumahnya jelek”, sambung Pak Tus.“Ah, Bapak dan Ibu.., bisa saja, Oh iya…, anak dan cucu nya apa jadi ikut?”, sahutku sambil bertanya karena aku tidak melihat mereka.
“Oh…, si Nining (mana disamarkan) sedang di belakang menyiapkan barang-barang bawaannya dan cucu saya tidak mau pisah dari ibunya”, sahut Pak Tus.Tidak lama kemudian dari belakang muncul wanita muda yang tidak bisa dibilang jelek dengan tinggi sekitar 160 Cm serta memakai T shirt ketat sedang menggendong anak laki-laki dan tangan satunya menjinjing tas agak besar, mungkin berisi pakaian.“Pak..”, kata Pak Tus, yang membuatku agak kaget karena aku sempat terpesona dengan body Nining yang yang aduhai serta berjalan dengan dada yang menantang walau ukuran dadanya boleh dibilang tidak besar.“Paak…, ini kenalkan anak perempuan saya…, Nining dan ini cucu saya Dodi”. Kusambut uluran tangan Nining serta kujabat tangannya yang terasa agak dingin dan setelah itu kucubit pipi Dodi.
“Ayo…, Pak…”, ajak Pak Tus, “Kita semua sudah siap dan bisa berangkat sekarang”.
“Lho…, apa bapaknya Dodi tidak ikut…, Pak?, tanyaku dan kulihat Pak Tus saling berpandangan dengan Istrinya, tapi yang menyahut malah Nining. “Enggak kok…, Pak…, dia lagi pergi jauh”.
“Ayo…, lah kalau begitu…, kita bisa berangkat sekarang.., Pak”, kataku walau aku masih ada tanda tanya besar dalam hatiku soal suami Nining.Sesampainya tempat yang dituju, aku jadi terkagum-kagum dengan kebun yang dimiliki Pak Tus yang cukup luas dan tertata rapi serta seluruhnya ditanami pohon buah-buahan, bahkan banyak yang sedang berbuah. Rumah yang boleh dibilang tidak besar, terletak di bagian belakang kebun itu.“Ayo…, Pak, kita beristirahat dulu di gubuk, nanti setelah itu kita bisa keliling kebun melihat pohon-pohon yang ada”, kata bu Tus dan disambut dengan sahutan Pak Tus.
“Iyaa…, Pak…, silakan istirahat ke rumah dulu, biar Istri saya menyiapkan minum buat Bapak, sedang saya mau ketemu dengan yang menjaga kebun ini.Lalu aku dan Bu Tus berjalan beriringan menuju rumahnya dan sepanjang perjalanan menuju rumah kupuji kalau kebunnya cukup luas serta terawat sangat baik.“Aahh…, Bapak…, jangan terlalu memuji…, kebun begini.., kok dibilang bagus.., tapi inilah kekayaan kami satu-satunya dan peninggalan mertua”, kata bu Tus yang selalu murah senyum itu. Ketika mendekati rumah, Bu Tus lalu berkata,
“silakan Pak…, masuk”, dan aku segera katakan, “silakan…, sambil bergeser sedikit untuk memberi jalan pada bu Tus.Entah mengapa, kami berdua berjalan bersama masuk pintu rumah sehingga secara tidak sengaja tangan kiriku telah menyenggol bagian dada bu Tus yang menonjol dan kurasakan empuk sekali. Sambil kupandangi wajah bu Tus yang kelihatan memerah, segera kukatakan.“Maaf…, bu…, saya tidak sengaja”, Bu Tus tidak segera menjawab permintaan maafku, aku jadi merasa agak nggak enak dan takut dia marah, sehingga kuulangi lagi.
“Benar…, buu…, saya tidak sengaja…”.“Aahh..”, Pak Pur.., saya nggak apa apa kok…, hanya…, agak kaget saja, lupakan.., Pak…, cuma gitu saja…, kok”, kata bu Tus sambil tersenyum. “Oh iya…, Bapak mau minum apa”, tanya bu Tus.
“Terserah Ibu saja deh”.
“Lhoo…, kok terserah saya..?”.“Air putih juga boleh kok bu”. Setelah bu Tus ke belakang, aku lalu duduk di ruang tamu sambil memperhatikan ruangan nya model rumah kuno tetapi terawat dengan baik.Tidak terlalu lama, kulihat bu Tus yang telah mengganti bajunya dengan baju terusan seperti baju untuk tidur yang longgar berjalan dari belakang sambil membawa baki berisi segelas teh dan sesampainya di meja tamu dimana aku duduk, bu Tus meletakkan gelas minuman untukku sambil sedikit membungkuk, sehingga dengan jelas terlihat dua gundukan besar yang menggantung didadanya yang tertutup BH dan bagian dalam badannya, membuat mataku sedikit melotot memperhatikannya.“Iihh…, matanya Pak Puur…, kok…, nakal.., yaa”, katanya sambil menyapukan tangannya dimukaku serta tersenyum.Aku jadi agak malu dikatakan begitu dan untuk menutupi rasa maluku, aku jawab saja sambil agak bergurau.“Habiis…, bu Tus berdirinya begitu…, sih. “Aahh…, bapak ini…, kok sepertinya…, belum pernah melihat seperti itu saja”, sahut bu Tus yang masih berdiri di dekatku dan mencubit tanganku.
“Betul kok…, buu…, saya belum pernah melihat yang seperti itu, jadi boleh kan buu…, saya lihat lagi..?”.“aahh…, bapak..”, kembali mencubitku tetapi sekarang di pipiku sambil terus berjalan ke belakang.Setelah minuman kuhabiskan, aku lalu balik keluar menuju ke kebun dan ngobrol dengan pak Tus yang sedang membersihkan daun-daun yang berserakan. Selang berapa lama, kulihat bu Tus datang dari dalam rumah sambil membawa gulungan tikar dan setelah dekat lalu menggelar tikarnya di kebun sambil berkata kepada suaminya.“Paak…, kita ajak Pak Pur makan siang disini saja…, yaa”, dan pak Tus tidak menjawab pertanyaan istrinya tetapi bertanya kepadaku.
“Nggak…, apa-apa…, kan.., paak.., makan di kebun..? Biar tambah nikmat”.“Nggak apa apa kok.., paak”, jawabku.Tidak lama kemudian dari arah rumah tetangganya, kulihat Nining yang sudah mengganti bajunya dengan baju terusan yang longgar seperti ibunya datang membawa makanan dan sambil membungkuk meletakkan makanan itu di tikar dan aku yang sedang duduk di tikar itu kembali melihat buah yang menggantung di dada, dan sekarang dadanya Nining. Kelihatan sekali kalau Nining tidak mengenakan BH dan ukurannya tidak besar. Nining tidak sadar kalau aku sedang memperhatikan buah dadanya dari celah bajunya pada saat menaruh dan menyusun makanan di tikar.Setelah Nining pergi, sekarang datang Ibunya sambil membawa makanan lainnya dan ketika dia membungkuk menaruh makanan, kembali aku disungguhi pemandangan yang sama dan sekarang agak lama karena makanan yang disusun oleh Nining, disusun kembali oleh bu Tus. Tidak kuduga, tiba-tiba bu Tus sambil tetap menyusun makanan lalu berkata agak berbisik, mungkin takut didengar oleh suaminya yang tetap masih bekerja membersihkan daun-daun tidak jauh dari tempatku duduk.“Paak…, sudah puas melihatnyaa..?” . Lalu kudekatkan wajahku sambil membantu menyusun makanan dan kukatakan pelan,
“Beluum…, buu…, saya kepingin memegangnya dan menghisapnyaa”. Bu Tus langsung mencubitkan tangannya di pahaku sambil berkata pelan,
“Awas…, yaa…, nanti saya gigit punya bapak.., baru tahu”, sambil terus berjalan.Sekarang muncul lagi Nining dan kembali meletakkan makanan sambil membungkuk dan kembali terlihat buah dadanya dan kepingin rasanya kupegang. Rupanya Nining tahu kalau aku sedang memperhatikan dadanya, lalu dia berbisik.“Paakk…, matanya kok nakal…, yaa…”, tapi tanpa menutupnya dan langsung saja kujawab,“aam…, habis bagus siih…, pingin pegang…,boleh apa nggak?”, Nining hanya tersenyum sambil mencubit tanganku lalu pergi.Setelah itu kami berempat makan di tikar dan nikmat sekali rasanya makan di kebun dan setelah selesai makan, Nining pamit untuk memberi makan anaknya di rumah bibinya. Ketika kutanyakan ke Pak Tus, kemana suaminya Nining segera Pak Tus menceritakan keluarganya., bahwa Istri Pak Tus ini adalah adik kandung dari Istri pertamanya yang sudah meninggal dan Nining adalah anak satu-satunya dari istri pertamanya. Sedang Nining sudah bercerai dari suaminya pada saat Nining hamil, suaminya meninggalkan begitu saja karena kawin dengan wanita lain. Tidak terasa kami ngobrol di kebun cukup lama dan mungkin karena hawanya agak dingin dan anginnya agak keras, aku merasa seperti sedang masuk angin.Sementara Pak Tus dan istrinya membereskan sisa makan siang, aku memukul-mukul perutku untuk membuktikan apa benar aku sedang masuk angin dan ternyata benar. Perbuatanku memukul perut rupanya diketahui oleh Pak Tus dan istrinya.“Kenapa paak..”, tanya mereka hampir serentak.
“Nggak apa apa kok…, cuman masuk angin sedikit”.
“Paak…, masuk angin kok…, dibilang nggak apa apa..”, jawab Pak Tus
“Apa bapak biasa dikerokin”, lanjutnya.
“Suka juga sih paak”, jawabku. “Buu…, biar saya yang beresin ini semua…, itu tolong kerokin dan pijetin Pak Puur, biar masuk anginnya hilang”, kata Pak Tus.
“Oh…, iya.., Buu”, lanjut Pak Tus,
“Habis ini saya mau mancing ikan di kali belakang, siapa tahu dapat ikan untuk makan malam nanti…”.
“Pak Tuus…, nanti kalau masuk angin saya hilang, saya mau ikut mancing juga”, kataku.
“Ayoo…, pak Puurr.., kita ke rumah…, biar saya kerokin di sana…, kalau di sini nanti malah bisa sakit beneran.Sesampainya di dalam rumah lalu bu Tus berkata,“Paak…, silakan bapak ke kamar sini saja”, sambil menunjuk salah satu kamar, dan“Saya ke belakang sebentar untuk mengambil uang untuk kerokannya”. Tidak lama kemudian bu Tus muncul ke dalam kamar dan menutup pintunya dan menguncinya.
“Paak…, kerokannya di tempat tidur saja yaa…, dan tolong buka kaosnya”. Setelah beberapa tempat di punggungku dikerokin, bu Tus berkomentar. “Paakk…, rupanya bapak masuk angin beneran…, sampai merah semua badan bapak”.Setelah hampir seluruh punggungku dikerokin dan dipijitin, lalu bu Tus memintaku untuk tidur telentang.“Paak…, sekarang tiduran telentang…, deh…, biar bisa saya pijitin agar angin yang di dada dan perut bisa keluar juga. Kuturuti permintaannya dan bu Tus naik ke tempat tidur di samping kiriku dan mulai memijit kedua bahuku.Dengan posisi memijit seperti ini, tentu saja kedua payudara bu Tus terlihat sangat jelas dan bahkan seringkali menyentuh wajahku sehingga mau tak mau membuat penisku menjadi tegang. Karena sudah tidak kuat menahan diri, kuberanikan untuk memegang kedua payudaranya dan bu Tus hanya berkata pelan.“Jangaan…, paak…, sambil tetap memijit bahuku.
“Kenapa buu…”, tanyaku sambil melepas pegangan di payudaranya.
“Nggak…, apa apa kok…, paak”, jawabnya pelan sambil tersenyum.Karena tidak ada kata-kata lainnya, maka kuberanikan lagi untuk menyelusupkan tangan kiriku ke dalam bajunya bagian bawah serta kupegang vaginanya dan kembali terdengar suara bu Tus.“Paakk…, sshh…, jangaan…, aahh…”, dan badannya dijatuhkan ke badanku serta bibirnya bertemu dengan bibirkuDengan tidak sabar, lalu kuangkat rok terusannya ke atas dan kulepaskan dari kepalanya sehingga badannya telanjang hanya tertutup oleh BH dan CD saja, lalu segera badannya kubalik sehingga aku sekarang ada di atas badannya dan segera kaitan BH-nya kulepas sehingga tersembul buah dadanya yang besar.Kujilati dan kuhisap kedua payudaranya bergantian dan bu Tus hanya berdesah pelan.“sshh…, aahh…, paak…, sshh…, dan tangan kiriku kugunakan untuk melepas CD-nya dan kumasukkan jariku diantara belahan vaginanya yang sudah basah dan ini mungkin membuat bu Tus semakin keenakan dan terus mendesah.
“sshh…, aduuhh…, paakk…, sshh…, aahh”.Sambil tetap Kujilati payudaranya, sekarang kugunakan tanganku untuk melepas celana panjang dan CD-ku dan setelah berhasil, kembali kugunakan jari tanganku untuk mempermainkan vaginanya dan kembali kudengar desahannya.“sshh…, aahh…, paak…, sshh…, ayoo.., paak”, dan kurasakan bu Tus telah membukakan kedua kakinya agak lebar.Walau tidak bilang kurasa bu Tus sudah tidak tahan lagi, maka segera saja kuarahkan penisku ke arah vaginanya dan kedua tangannya telah melingkar erat di punggungku. Belum sempat aku siap-siap,“Bleess…”, penisku masuk ke dalam vaginanya akibat bu Tus menekan kuat-kuat punggungku dan bu Tus berteriak agak keras,
“aahh..”, sehingga terpaksa mulutnya segera kusumpal dengan bibirku agar teriakannya tidak terdengar sampai keluar kamar.Sambil kujilati payudaranya, aku menggerakkan pantatku naik turun sehingga penisku keluar masuk vaginanya dan menimbulkan bunyi.“ccrreett…, ccrreett…, ccrreett”, dan dari mulut bu Tus terdengar desahan yang agak keras,
“Aahh…, sshh…, paak…, aahh..”, dan tidak lama kemudian bu Tus semakin cepat menggerakkan pinggulnya dan tiba-tiba kedua kakinya dilingkarkan kuat-kuat di punggungku sehingga mempersulit gerakan keluar masuk penisku dan terdengar suaranya yang agak keras,“aaduuhh.., sshh…, aahh…, aaduuhh…, paakk…, aarrhh.., sambil menekan kuat-kuat badanku lalu bu Tus terdiam, dengan nafas yang cepat.Untuk sementara, kudiamkan dulu sambil menunggu nafas bu Tus agak normal kembali dan tidak lama kemudian, sambil menciumi wajahku, bu Tus berkata. “Paakk…, sudah lamaa…, saya…, tidak pernah seperti ini…, terima kasih…, paak”. Setelah nafasnya kembali normal dan penisku masih tetap di dalam vaginanya, lalu kuminta bu Tus untuk menungging.
“Paak…, saya belum pernah seperti itu”, katanya pelan.
“Nggak apa-apa kok buu…, nanti juga bisa”, kataku sambil mencabut penisku dari vaginanya yang sangat basah.Kubalik badannya dan kuatur kakinya sehingga posisinya nungging, bu Tus hanya mengikuti kemauanku dan menaruh kepalanya di bantal. Lalu kudekatkan wajahku di dekat vaginanya dan kujulurkan lidahku ke dalam lubang vaginanya dan kupermainkan, sambil kupegang kedua bibir vaginanya, bu Tus hanya menggerakkan pantatnya pelan-pelan. Tetapi setelah bu Tus memalingkan kepalanya dan menengok ke arah bawah serta tahu apa yang kuperbuat, tiba-tiba bu Tus menjatuhkan badannya serta berkata agak keras,“Paakk…, jangaan”, sambil berusaha menarik badanku ke atas.Terpaksa kudekati dia dan sambil kucium bibirnya yang mula-mula ditolaknya, lalu kutanya,“Kenapa…, buu..?
“Paakk…, jangaan…, itu kan kotoor..”, Sambil agak berbisik, segera kutanyakan.
“Buu…, apa ibu belum pernah…, dijilati seperti tadi..?”.
“Beluum.., pernah paak..”, katanya.“Buu…, nggak apa-apa.., kok…, coba deh…, pasti nanti ibu akan nikmat..”, sambil kutelentangkan dan kutelisuri badannya dengan jilatan lidahku.Sesampainya di vaginanya, kulihat tangan bu Tus digunakan untuk menutupi vaginanya, tapi dengan pelan-pelan berhasil kupindahkan tangannya dan segera kuhisap clitorisnyanya yang membuat bu Tus menggelinjang dan mendesah.“Paakk…, jangaann…, aahh…, aduuhh”, tapi kedua tangannya malah diremaskan di kepalaku dan menekannya ke vaginanya.Kelihatannya bu Tus sudah tahu nikmat vaginanya dihisap dan dijilati, sehingga sekarang semakin sering kepalaku ditekan ke vaginanya disertai desahan-desahan halus,“aahh…, sshh…, aahh…, aaccrrhh”, seraya menggerak-gerakkan pinggulnya.Jilatan serta hisapanku ke seluruh vagina bu Tus membuat gerakan pinggulnya semakin cepat dan remasan tangannya di rambutku semakin kuat dan tidak lama kemudian, lagi-lagi kedua kakinya dilingkarkan ke bahuku dan menjepitnya kuat-kuat disertai dengan desahan yang cukup keras“aahh…, aaduuh…, sshh…, aaccrrhh…, paakk…, adduuhh…, aacrrhh.Kulihat bu Tus terdiam lagi dengan nafasnya yang terengah-engah sambil mencoba menarik badanku ke atas dan kuikuti tarikannya itu, sesampainya kepalaku di dekat kepalanya, bu Tus sambil masih terengah-engah mengatakan,“Paakk…, enaak…, sekalii…, paak..,. terima kasiih..”. Pernyataannya itu tidak kutangapi tetapi aku berusaha memasukkan penisku ke dalam vaginanya, dan karena kakinya masih terbuka, maka penisku yang masih sangat tegang itu dapat masuk dengan mudah.Karena nafas bu Tus masih belum normal kembali, aku hanya menciumi wajahnya dan diam menunggu tanpa menggerakkan pinggulku, tetapi dalam keadaan diam seperti ini, terasa sekali penisku terhisap keras oleh vaginanya dan terasa sangat nikmat dan kubilang,“Buu…, ituu…, Buu…, enaakk…, laggii…, buu”, dan mungkin ingin membuatku keenakan, kurasakan sedotannya semakin keras saja dan,
“Buu…, teruuss…, buu…, enaakk.., aaduuh”. Setelah nafasnya kembali normal, lalu kuangkat kedua kaki bu Tus dan kutempatkan di atas bahuku dan bu Tus hanya diam saja mengikuti kemauanku.Dengan posisi begini, terasa penisku semakin dalam menusuk ke vaginanya dan ketika penisku kuhentakkan keluar masuk vaginanya, bu Tus kembali berdesah,“Aahh…, Paakk…, enaakk…, Paakk…, aahh…, sshh”, dan akupun yang sudah hampir mendekati klimaks ikut berdesah,
“aahh…, sshh…, aaccrrhh…, Buu.., aahh”, sambil mempercepat gerakan penisku keluar masuk vaginanya dan ketika aku sudah tidak dapat menahan air maniku segera saja kukatakan,
“Buu…, Buu…, saayaa…, sudah mau keluar…, aahh…, taahaan…, yaa…, Buu..”, dan bu Tus sambil memelukku kuat-kuat, menganggapinya dengan mengatakan,
“Paakk…, ayoo…, cepaatt…, Paakk…”, dan kutekan penisku kuat-kuat menusuk vaginanya sambil berteriak agak keras,
“aahh…, aacrrhh…, bbuu…, aahh..”, Aku sudah tidak memperhatikan lagi apa yang diteriakkan bu Tus dan yang aku dengar dengan nafasnya yang terengah-engah bu Tus menciumi wajahku sambil berkata,
“Teriimaa…, kasiih…, paakk…, saayyaa…, capeek…, sekali.., paakk”. Setelah istirahat sebentar dan nafas kami kembali agak normal, bu Tus mengambil CD-nya dan dibersihkannya penisku hati-hati.Aku segera mengenakan pakaianku dan keluar menuju sungai untuk menemani pak Tus memancing. “Sudah dapat berapa Paak ikannya..”, tanyaku setelah dekat.“ooh…, bapaak…, sudah tidak masuk angin lagi…, paak..?”, dan lanjutnya, “Lumayan paak.., sudah dapat beberapa ekor dan bisa kita bakar nanti malam.Malam harinya setelah makan dengan ikan bakar hasil pancingannya pak Tus, kami berempat hanya ngobrol di dalam rumah dan suasananya betul-betul sepi karena tidak ada TV ataupun radio, yang terdengar hanyalah suara binatang-binatang kecil dan walaupun sudah di dalam rumah tetapi hawanya terasa dingin sekali, maklum saja karena kebun pak Tus berada di kaki bukit.Sambil ngobrol kutanyakan pada Nining,“Aam…, ke mana anaknya..? Kok dari tadi tidak kelihatan”“oohh…, sudah tidur paak”, katanya.Karena suasana yang sepi ini, membuat orang jadi cepat ngantuk dan benar saja tidak lama kemudian Nining pamit mau tidur duluan. Sebetulnya aku juga sudah mengantuk demikian juga kulihat mata bu Tus sudah layu, tetapi karena pak Tus masih bersemangat untuk ngobrol maka obrolan kami lanjutkan bertiga. Tidak lama kemudian, bu Tus juga pamit untuk tidur duluan dan mungkin pak Tus melihatku menguap beberapa kali, lalu pak Tus berkata padaku,“Paak…, lebih baik kita juga nyusul tidur”.
“Betul…, paak, karena hawanya dingin membuat orang cepat mengantuk”, jawabku.
“ooh…, iyaa…, paak.., silakan bapak tidur di kamar yang sebelah depan”, kata pak Tus sambil menunjuk arah kamar dan lanjutnya lagi,
“Maaf…, yaa.., paakk.., rumahnya kecil dan kotor lagi”.
“aahh…, pak Tus…, ini selalu begitu”,jawabku.Aku segera bangkit dari dudukku dan berjalan menuju kamar depan yang ditunjuk oleh pak Tus. Tetapi setelah masuk ke kamar yang ditunjuk oleh pak Tus, aku jadi sangat terkejut karena di kamar itu telah ada penghuninya yang telah tidur terlebih dahulu yaitu Nining dan anaknya. Karena takut salah kamar, aku segera keluar kembali untuk menanyakan kepada pak Tus yang kebetulan baru datang dari arah belakang rumah, lalu segera kutanyakan,“Maaf…, paak…, apa saya tidak masuk kamar yang salah?”, kataku sambil menunjuk kamar dan pak Tus langsung saja menjawab,“Betuul…, paak…, dan maaf kalau Nining dan anaknya tidur di situ…, habis kamarnya hanya dua…, mudah-mudahan mereka tidak mengganggu tidur bapak”, kata pak Tus.
“ooh…, ya sudah kalau begitu paak…, saya hanya takut salah masuk kamar…, oke kalau begitu paak…, selamat malaam”. Aku segera kembali masuk ke kamar dan menguncinya.Dapat kuceritakan kepada para penggemar situs 17Tahun, kamar ini mempunyai hanya satu tempat tidur yang lebar dan Nining serta anaknya tidur disalah satu sisi, tetapi anaknya ditaruh di sebelah pinggir tempat tidur dan dijaga dengan sebuah bantal agar supaya tidak jatuh.Setelah aku ganti pakaianku dengan sarung dan kaos oblong, pelan-pelan aku menaiki tempat tidur agar keduanya tidak terganggu dan aku mencoba memejamkan mataku agar cepat tidur dan tidak mempunyai pikiran macam-macam, apalagi badanku terasa lelah sekali. Baru saja aku akan terlelap, aku terjaga dan kaget karena dadaku tertimpa tangan Nining yang merubah posisi tidurnya menjadi telentang. Aku jadi penasaran, ini sengaja apa kebetulan tetapi setelah kulirik ternyata nafas Nining sangat teratur sehingga aku yakin kalau Nining memang telah tidur lelap, tetapi kantukku menjadi hilang melihat cara Nining tidur.Mungkin sewaktu tidur tadi dia lupa mengancingkan rok atasnya sehingga agak tersingkap dan belahan dada yang putih terlihat jelas dan rok bawahnya tersingkap sebagian, hingga pahanya yang mulus itu terlihat jelas. Hal ini membuat kantukku hilang sama sekali dan membuat penisku menjadi tegang. Kepingin rasanya memegang badannya, tetapi aku takut kalau dia berteriak dan akan membangunkan seluruh rumah. Setelah kuperhatikan sejenak lalu kugeser tubuhku menjauh sehingga tangannya yang berada di dadaku terjatuh di samping badannya dan kudengar Nining menarik nafas panjang seperti terjaga.Setelah kudiamkan sejenak, seolah mengganti posisi tidur lalu kumiringkan tidurku menghadap ke arahnya dan kujatuhkan tangan kiriku pelan-pelan tepat di atas buah dadanya. Nining tidak bereaksi jadi aku mempunyai kesimpulan kalau dia memang telah tidur nyenyak sekali. Perasaanku semakin tidak menentu apalagi tangan kiriku berada di badannya yang paling empuk, tetapi aku tidak berani berbuat lebih jauh, takut Nining jadi kaget dan berteriak. Aku berpikir harus bagaimana agar Nining tidak kaget, tetapi belum sempat aku menemukan apa yang akan kulakukan, Nining bergerak lagi mengganti posisi tidurnya dan sekarang menghadap ke arahku dan tangan kanannya dipelukkan di pinggangku.Dengan posisi ini, wajahnya sudah sangat dekat dengan wajahku, sehingga nafasnya terasa menyembur ke arahku. Dengan posisi wajahnya yang sudah sangat dekat ini, perasaanku sudah semakin kacau dan penisku juga sudah semakin tegang, lalu tanpa kupikir panjang kulekatkan bibirku pelan-pelan di bibirnya, tetapi tanpa kuduga Nining langsung memelukku erat sambil berbisik,“Paakk..”, dan langsung saja dengan sangat bernafsu mencium bibirku dan tentu saja kesempatan ini tidak kusia-siakan.Sambil berciuman, kupergunakan tangan kiriku untuk mengusap-usap dahi dan rambutnya. Nining sangat aktif dan bernafsu serta melepaskan ciuman di bibir dan mengalihkan ciumannya ke seluruh wajahku dan ketika menciumi di dekat telingaku, dia membisikkan,“Paak…, sshh…, cepaatt…, Paakk…, toloong…, puasiinn…, am.., Paakk..,sshh”, setelah itu dia mengulum telingaku.Setelah aku ada kesempatan mencium telinganya, aku segera mengatakan,“Aamm…, kita pindahkan Dody di bawah…, yaa”, dan Nining langsung saja menjawab,“Yaa…, paak”, dan segera saja aku melepaskan diri dan bangun menyusun batal di bawah dan kutidurkan dody di bawah.Selagi aku sibuk memindahkan Dody, kulihat Nining membuka pakaian dan BH-nya dan hanya tinggal memakai CD berwarna merah muda dan kulihat buah dadanya yang boleh dibilang kecil dan masih tegang, sehingga sulit dipercaya kalau dia sudah pernah kawin dan mempunyai anak. Aku langsung saja melepaskan semua pakaian termasuk CD-ku dan baru saja aku melepas CD-ku,langsung saja aku diterkam oleh Nining dan kembali kami berciuman sambil kubimbing dia ke tempat tidur dan kutidurkan telentang.“Ayoo…, Paak…”, kembali Nining berbisik di telingaku,
“Am…, sudah…, tidak tahaan…, paak”. Nining sepertinya sudah tidak sabar saja, ini barangkali karena dia sudah lama cerai dan tidak ada laki-laki yang menyentuhnya, tetapi permintaannya itu tidak aku turuti.Pelan-pelan kualihkan ciumanku di bibirnya ke payudaranya dan ketika kusentuh payudaranya dengan lidahku, terasa badannya menggelinjang dan terus saja kuhisap-hisap puting susunya yang kecil, sehingga Nining secara tidak sadar mendesah,“Sshh…, aahh…, Paakk.., aduuh…, sshh”,dan seluruh badannya yang berada di bawahku bergerak secara liar.Sambil tetap kijilati dan kuhisap payudaranya, kuturunkan CD-nya dan kupermainkan vaginanya yang sudah basah sekali dan desahannya kembali terdengar,“sshh…, aahh…, ayoo…, paak.., aduuh.., paak”, seperti menyuruhku untuk segera memasukkan penisku ke vaginanya.Aku tidak segera memenuhi permintaannya, karena aku lebih tertarik untuk menghisap vaginanya yang kembung menonjol dan tidak berbulu sama sekali.Segera saja kulepaskan hisapanku di payudaranya dan aku pindahkan badanku diantara kedua kakinya yang telah kulebarkan dahulu dan ketika lidahku kujilatkan di sepanjang belahan bibir vaginanya yang basah dan terasa agak asin, Nining tergelinjang dengan keras dan mengangkat-angkat pantatnya dan kedua tangannya mencengkeram keras di kasur sambil mendesah agak keras,“aahh…, Paakk…, adduuhh.., paak.” Aku teruskan jilatan dan hisapan di seluruh vagina Nining sambil kedua bibir vaginanya kupegangi dan kupermainkan, sehingga gerakan badan Nining semakin menggila dan tangannya sekarang sudah tidak meremas kasur lagi melainkan meremas rambut di kepalaku dan menekan ke vaginanya dan tidak lama kemudian terdengar Nining mengucap,
“Aaduuhh…, adduuh…, Paak…, aahh…, aduuh.., aahh.., paak”, dan badannya menggelepar-gelepar tidak karuan, lalu terdiam dengan nafas terengah-engah, tetapi dengan masih tetap meremasi rambutku.Aku hentikan jilatanku di vaginanya dan merayap keatas lalu kucium dahinya, sedangkan Nining dengan nafasnya yang masih terengah-engah menciumi seluruh wajahku sambil memanggilku,“Paakk…, paak”, entah untuk apa. Ketika nafas Nining sudah mulai agak teratur, lalu kutanya,
“aam.., boleh kumasukkan sekarang.., aam..”, Nining tidak segera menjawab hanya terus menciumi wajahku, tetapi tak lama kemudian terdengar suara pelan di telingaku,
“Paak…, pelaan…, pelaan…, yaa…, Paak”, dan dengan tidak sabar lalu kupegang batang penisku dan kugesek gesekan pada belahan vaginanya dengan sedikit kutekan dan ketika kuanggap pas di lubang vaginanya, segera kutekan pelan-pelan dan Nining sedikit mengeluh,
“Paak…, sakiit…, paak”.Mendengar keluhannya ini, segera kuhentikan tusukan penisku ke vaginanya. Sambil kucium dahinya, kembali ketekan penisku pelan-pelan dan terasa kepala penisku masuk sedikit demi sedikit ke lubang vaginanya dan lagi-lagi terpaksa gerakan penisku kuhentikan, ketika Nining mengeluh,“Adduuh…, paak..”. Setelah kudiamkan sebentar dan Nining tidak mengeluh lagi, kuangkat penisku keluar dari vaginanya dan kembali kutusukkan pelan-pelan, ketika penisku terasa masuk, kulihat wajah Nining hanya mengerenyit sedikit tetapi tidak ada keluhan, sehingga kembali kutusukkan penisku lebih dalam dan,
“Bleess..”, masuk disertai dengan teriakan Nining,
“Aduuh…, paak”, dan tangannya mencengkeram pantatku, terpaksa penisku yang sudah masuk sebagian kutahan dan kudiamkan di tempatnyaTidak lama kemudian, terasa tangan Nining menekan pantatku pelan-pelan dan kembali kutekan penisku sehingga sekarang sudah masuk semua dengan tanpa ada keluhan dari Nining.“Aam…, masih sakiitt..?”, Tanyaku dan Nining hanya menggelengkan kepalanya pelan.Karena Nining sudah tidak merasakan kesakitan lagi, segera saja aku mulai menggerakkan penisku pelan-pelan keluar masuk vaginanya, sedangkan Nining hanya mengelus-eluskan tangannya di punggungku.Makin lama gerakan penisku kupercepat dan Nining mulai ikut menggerakkan pinggulnya sambil bersuara,“aahh…, sshh…, aahh…, aahh…, sshh…, teruus…, Paak”. Aku tidak menuruti permintaannya dan segera kuhentikan gerakan penisku dan kucabut keluar dari vaginanya dan Nining kelihatannya memprotes kelakuanku,
“Paak…, kenapaa..”. Aku tidak menjawab protesnya tetapi kubilang,
“aam…, coba sekarang Nining berbalik dan nungging”.Nining menuruti permintaanku tanpa protes dan setelah kuatur kakinya, secara pelan-pelan kutusukkan penisku ke dalam vaginanya dari belakang dan kutekan agak kuat sehingga membuat Nining berteriak kecil,
“aahh..”, dan segera kugerakkan penisku keluar masuk vaginanya dan Nining bersuara,
“aahh…, oohh…, aah…, ooh…, aahh”, seirama dengan kocokan penisku keluar masuk.Tidak lama kemudian kudengar keluhan Nining,“Paak…, aam…, capeek…, paak”, sambil terus menjatuhkan badannya tengkurap, sehingga penisku jadi lepas dari vaginanya.Langsung badan Nining kubalik telentang dan kembali kutancapkan penisku dengan mudah ke dalam vaginanya yang masih tetap basah dan kuayun keluar masuk, sehingga membuat Nining merasa keenakan dan mendesah,“aahh…, oohh…, sshh…, aahh…, ssh”, demikian juga aku.Setelah beberapa saat, lalu kuhentikan gerakan senjataku dan kubalik badanku sehingga posisi Nining sekarang berada di atas.“aam…, sekarang Nining yang maiin…, yaa…, biar aku juga enaak”, kataku.Mula-mula Nining hanya diam saja, mungkin malu tetapi lama-lama mulai mau menggerakkan pinggulnya ke atas dan ke bawah sehingga vaginanya menelan penisku sampai habis dan gerakannya semakin lama semakin cepat yang membuatku semakin keenakan,“aahh…, sshh…, aamm.., truus…, aam…, enaak.., aam”, dan Nining hanya mendesah,
“aahh…, oohh…, aahh..”. Karena gerakan Nining semakin cepat, membuatku semakin mendekati klimaks dan segera saja kukatakan,
“Aam…, sshh…, ayoo…, aam…, sayaa…, sudah mau keluaar.., cepaat.., aam”.“Paak…, ayoo.., kita.., sama samaa”, katanya sambil mempercepat gerakan pinggulnya ke atas dan ke bawah dan akhirnya aku sudah nggak kuat menahan air maniku supaya tidak keluar dan,
“Aam…, sekaraang”, kataku cepat sambil kutekan pinggulnya kuat-kuat dan Nining hanya berteriak,
“aahh”, dan terus sama-sama terdiam dengan nafas terengah-engah.Kami berdua lalu tidur dengan penisku tetap masih berada di dalam vaginanya.Pagi harinya, ketika aku makan pagi ditemani oleh bu Tus sendiri dan Pak Tus katanya sedang ke kebun dan Nining sedang menyuapi anaknya di depan, bu Tus bertanya,“Paak…, apa benar…, suami saya…, akan di PHK?”.Aku jadi sangat terkejut dengan pertanyaan itu, karena setahuku belum ada orang lain yang kuberitahu, kecuali pimpinanku dan sekretaris yang kusuruh menyiapkan surat-surat.
“Buu…, lebih baik kita bicarakan dengan Bapak sekalian agar bisa tuntas.’“Ayoo…, kita temui Bapak di kebun’ ajakku.Karena Pak Tus sudah tahu dan mungkin dari sekretaris kantor, lalu aku terangkan semuanya dan apa yang menjadi pertimbanganku dan yang lebih penting soal pesangonnya yang spesial dan cukup besar.Pada mulanya, di wajah Pak Tus kulihat ada perasaan kurang senang, tetapi setelah kuberikan penjelasan dan kuberitahu besar uang pesangonnya, Pak Tus dengan wajah berseri malah berbalik bertanya,“Paak…, kapan uang pesangonnya bisa diambil…, saya mau gunakan untuk kebun saya ini dan ditabung”.Aku jadi lega bisa menyelesaikan masalah ini dan sekaligus dapat vaginanya bu Tus dan Nining.Siangnya kami kembali ke Indramayu dan sesampainya di rumah mereka, Pak Tus mengatakan,“Paak…, jangan kapok…, ya paak”, dan kujawab,
“Paak…, pokoknya kalau Pak Tus ajak lagi…, saya akan ikut”, sambil aku melihat bu Tus yang tersenyum penuh arti.Pada hari Senin pagi kupanggil Sri sekretaris kantor yang pernah kusuruh mempersiapkan surat berhenti untuk pegawai-pegawai yang telah kupilih.Setelah Sri menghadap di kantorku, kumarahi dan kudamprat dia habis-habisan karena tidak bisa menjaga rahasia.Kuperhatikan wajah Sri yang ketakutan sambil menangis, tetapi apa peduliku dan saking kesalku, kusuruh dia untuk pulang dan memikirkan apa yang telah dilakukannya.Aku lalu meneruskan pekerjaanku tanpa memikirkan hal tadi.Malam harinya, dengan hanya mengenakan kaos singlet dan sarung, aku duduk di ruang tamu sambil melihat acara sinetron di salah satu stasion TV, tiba-tiba kudengar ada orang mengetuk pintu rumahku yang sudah kukunci.Aneh juga, selama ini belum ada tamu yang datang ke rumahku malam-mala, aku jadi sedikit curiga siapa tahu ada orang yang kurang baik, maklum saja di masa krisis seperti sekarang ini, tetapi ketika kuintip ternyata yang di depan adalah Sri.Hatiku yang tadinya sudah melupakan kejadian tadi siang, mendadak jadi dongkol kembali dan sambil kubukakan pintu, kutanya dia dengan nada dongkol,“Ngapain malam-malam ke sini”. Sri tidak menjawab tapi malah bertanya,
“Paak…, boleh saya masuk?“Yaa…, sana duduk”, kataku dengan dongkol, sambil menutup pintu rumah.Sri segera duduk di sofa panjang dan terus menangis tanpa mengeluarkan kata-kata apapun.Aku diamkan saja dia menangis dan aku segera duduk di sampingnya tanpa peduli.Lama juga aku menunggu dia menangis dan ketika tangisnya agak mereda, dengan tanpa melihat ke arahku dan diantara suara senggukan tangisnya, Sri akhirnya berkata dengan nada penuh iba,“Paak…, maafkan Srii…, paak, saya mengaku salah…, paak dan tidak akan mengulangi lagi”, dan terus menangis lagi, mungkin karena tidak ada jawaban dariku.Lama sekali si Sri menangis sambil menutup mukanya dengan sapu tangan yang sudah terlihat basah oleh air matanya, lama-lama aku menjadi tidak tega mendengar tangisannya yang belum juga mereda, lalu kugeser dudukku mendekati Sri dan kuraih kepalanya dengan tangan kiriku dan kusandarkan di bahuku.Ketika kuusap-usap kepalanya sambil kukatakan,“Srii…, sudaah…, jangan menangis lagi…, Srii”, Sri bukannya berhenti menangis, tetapi tangisnya semakin keras dan memeluk pinggangku serta menjatuhkan kepalanya tepat di antara kedua pahaku.Dengan keadaan seperti ini dan apalagi kepala Sri tepat ada di dekat penisku yang tertutup dengan sarung, tentu saja membuat penisku pelan-pelan menjadi berdiri dan sambil kuusap punggungnya dengan tangan kiriku dan kepalanya dengan tangan kananku lalu kukatakan,“Srii…, sudah…, laah…, jangan menangis lagi”.Setelah tangisnya mereda, perlahan-lahan Sri menengadahkan kepalanya seraya berkata dengan isaknya,
“Paak…, maafkan…, srii…, yaa”, sambil kucium keningnya lalu kukatakan,
“Srii…, sudah.., laah…, saya maafkan…, dan mudah-mudahan tidak akan terulang lagi”. Mendengar jawabanku itu, Sri seperti kesenangan langsung memelukku dan menciumi wajahku berulangkali serta mengatakan dengan riang walaupun dengan matanya yang masih basah,
“Terima kasiih…, paak…, terima kasiih”, lalu memelukku erat-erat sampai aku sulit bernafas.
“Sudah.., laah…, Sri”, kataku sambil mencoba melepaskan pelukannya dan kulanjutkan kata-kataku.
“Gara-gara kamu nangis tadi…, aku jadi susah…”.
“Ada apa paak”, tanyanya sambil memandangku dengan wajah yang penuh kekuatiran.Sambil kurangkul lalu kukatakan pelan di dekat telinganya,“Srii…, itu lhoo…, gara-gara kamu nangis di pangkuanku tadi…, adikku yang tadi tidur…, sekarang jadi bangun”, kataku memancing dan mendengar jawabanku itu, Sri mencubit pinggangku dan berguman,
“iihh…, bapaak”, dan sambil mencium pipiku kudengar Sri agak berbisik di dekat telingaku,
“Paak…, Sri…, suruh…, tiduur…, yaa?”, seraya tangannya menyingkap sarungku ke atas dan menurunkan CD-ku sedikit sehingga penisku yang sudah tegang dari tadi tersembul keluar dan dengan dorongan tanganku sedikit, kepala Sri menunduk mendekati penisku serta,
“Huup..”, penisku hilang setengahnya tertelan oleh mulutnya.Sri segera menggerakkan kelapanya naik turun serta terasa lidahnya dipermainkan di kepala penisku sehingga membuatku seperti terbang di awang-awang,“Sshh…, aahh…, oohh.., Srii…, sshh…, aahh”, desahku keenakan tanpa sadar.“Srii…, lepas sebentaar…, Srii…, saya mau lepas sarung dan CD-ku dulu..”, kataku sambil sedikit menarik kepalanya dan setelah keduanya terlepas, kembali Sri melahap penisku sambil tangannya sekarang mempermainkan buahku dan aku gunakan tanganku untuk meremas-remas payudara Sri dan sekaligus mencari serta membuka kancing bajunya.Setelah baju atas Sri berhasil kulepas dari tubuhnya, maka sambil kuciumi punggungnya yang bersih dan mulus, aku juga melepas kaitan BH-nya dan kulepas juga dari tubuhnya. Sementara Sri masih menggerakkan kepalanya naik turun, aku segera meremas-remas payudaranya serta kucium dan kujilati punggungnya, sehingga badan Sri bergerak-gerak entah menahan geli atau keenakan, tetapi dari mulutnya yang masih tersumpal oleh penisku terdengar suara,“Hhmm…, hhmm…, hhmm”.Dalam posisi seperti ini, aku tidak bisa berbuat banyak untuk membuat nikmat Sri, segera saja kukatakan,
” Srii…, sudah duluu…”, sambil menarik kepalanya dan Sri lalu kupeluk serta berciuman, sedang nafasnya Sri sudah menjadi lebih cepat.“Srii…, kita pindah ke kamar…, yaa”, kataku sambil mengangkat Sri berdiri tanpa menunggu persetujuannya dan Sri mengikuti saja tarikanku dan sambil kurangkul kuajak dia menuju kamarku lalu langsung saja kutidurkan telentang di tempat tidurku.Segera kulepas singletku sehingga aku sudah telanjang bulat dan kunaiki badannya serta langsung kucium dan kujilati payudaranya yang terasa sudah lembek.Tapi…, ah.., cuek saja.Sambil terus kujilati kedua payudara Sri bergantian yang makin lama sepertinya membuat Sri semakin naik nafsunya, aku juga sedang berusaha melepas kaitan dan ritsluiting yang ada di rok nya Sri.Sementara aku menarik roknya turun lalu menarik turun CD-nya juga, Sri sepertinya sudah tidak sabar lagi dan terus mendesah,“Paak…, paak…, ayoo…, paak…, cepaat…, paak…, masukiin…, sshh”, dan setelah aku berhasil melepas CD dari tubuhnya, segera saja Sri melebarkan kakinya serta berusaha menarik tubuhku ke atas seraya masih tetap berguman,
“Paak…, ayoo…, cepaat.., Srii…, aah…, sudah nggak tahaan…, paak”. Aku turuti tarikannya dan Sri seperti sudah tidak sabar lagi, segera bibirku dilumatnya dan tangan kirinya berhasil memegang penisku dan dibimbingnya ke aah vaginanya.
“Srii…, aku masukin sekarang…, yaa”, tanyaku minta izin dan Sri cepat menjawab,
“Paak…, cepaat…, paak”, dan segera saja kutekan penisku serta,
“Blees..”, disertai teriakan ringan Sri,”aahh..”, masuk sudah penisku dengan mudah ke dalam vaginanya Sri.Sri yang sepertinya sudah tidak bisa menahan dirinya lagi, mendekap diriku kuat-kuat dan menggerakkan pinggulnya dengan cepat dan kuimbangi dengan menggerakkan penisku keluar masuk vaginanya disertai bunyi“Ccrreet…, creet.., crreet”, dari vaginanya mungkin sudah sangat basah dan dari mulutnya terdengar,
“oohh…, aahh…, sshh…, paak…, aah”.Gerakan penisku kupercepat sehingga tak lama kemudian gerakan badan Sri semakin liar saja dan berteriak,
“Adduuh…, paak…, aahh…, oohh…, aduuhh…, paak…, aduuhh…, paak”, sambil mempererat dekapannya di tubuhku dan merangkulkan kedua kakinya kuat-kuat di punggungku sehingga aku kesulitan untuk bergerak dan tak lama kemudian terkapar dan melepas pelukannya dan rangkuman kakinya dengan nafasnya yang memburu.Aku agak sedikit kecewa dengan sudahnya Sri, padahal aku juga sebetulnya sudah mendekati puncak, hal ini membuat nafsuku sedikit surut dan kuhentikan gerakan penisku keluar masuk.“Srii…, kenapa nggaak bilang-bilang…, kalau mau keluar”, tanyaku sedikit kecewa.
“Paakk.., jawab Sri dengan masih terengah engah,
“Sri…, sudah nggak…, tahaan…, paak..” Agar Sri tidak mengetahui kekecewaanku dan untuk menaikkan kembali nafsuku, aku ciumi seluruh wajahnya, sedangkan penisku tetap kudiamkan di dalam vaginanya.eeh, tidak terlalu lama terasa penisku seperti terhisap dan tersedot-sedot di dalam vaginanya.“Srii…, teruus…, Srii…, enaak…, teruuss…, Srii”, dan membuatku secara tidak sadar mulai menggerakkan penisku kembali keluar masuk, dan Sri pun mulai menggerakkan pinggulnya kembali.Aku semakin cepat mengerakkan penisku keluar masuk sehingga kembali terdengar bunyi,
“Ccrroot…, crreet…, ccrroot…, creet”, dari arah vaginanya.
“Srii…, Srii…, ayoo…, cepaat…, Srii”, dan seruanku ditanggapi oleh Sri.
“Paak…, iyaa…, paak…, ayoo”, sambil mempercepat gerakan pinggulnya.
“aahh…, sshh…, Ssrrii…, ayoo…, Srrii.., saya.., sudah dekaat srii.”
“Ayoo…, paak…, cepaatt…, sshh…, paak” Aku sudah tidak bisa menahan lagi dan sambil mempercepat gerakanku, aku berteriak
“Srrii…, ayoo…, Srrii…, sekaraang”, sambil kutusukan penisku kuat-kuat ke dalam vaginanya Sri dan ditanggapi oleh Sri.
“Paak…, ayoo…, aduuh…, aah…, paak”, sambil kembali melingkarkan kedua kakinya di punggungku kuat-kuat.Setelah beristirahat cukup lama sambil tetap berpelukan dan penisku tetap di dalam vaginanya, segera aku ajak Sri untuk mandi, lalu kuantar dia pulang dengan kendaraanku.Minggu depannya, aku berhasil melaksanakan PHK tanpa ada masalah, tetapi beberapa hari kemudian setelah pegawai-pegawai yang tersisa mengetahui besarnya uang pesangon yang diberikan kepada 5 orang ter-PHK, mereka mendatangiku untuk minta di-PHK juga. Tentu saja permintaan ini tidak dapat dipenuhi oleh pimpinanku.Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Pasutri.
-
Video bokep Yui Hatano kerumah pacarnya mandi bersama
-
Pretty Teen Student Adria Rae Fucks Her History Teacher