Author: dbgoog99

  • Cerita Sex Terkini Sekali Memperoleh Hubungan Intim Yang Begitu Hot

    Cerita Sex Terkini Sekali Memperoleh Hubungan Intim Yang Begitu Hot


    2090 views

    Bisalah dipikirkan bagaimana menggebu-gebunya saya saat dikasih peluang untuk secara riil tidak saja cuma dapat menyaksikan badan bugil wanita seperti Ayu, tapi dapat alami kepuasan bersanggama sama wanita betulan, tanpa mempedulikan apa wanita itu lebih tua.

     

    Cersex Terbaru – Dengan melihat badan Ayu yang demikian mulus dan putih saja sucah cukup sebenarnya menjadi bahan khayalan saya untuk bermasturbasi, ditambah dengan secara nyata- riil dapat rasakan hangatnya dan mulusnya badannya. Apalagi benar-benar menyaksikan kemaluannya yang mulus tanpa jembut.
    Dapat mencium dan mengendusi berbau kemaluannya yang demikian menarik yang kadang- terkadang tetap bau sedikit amis kencing wanita dan yang terhebat kembali untuk saya ialah bisanya saya menjilat dan mengemut kemaluannya dan kelentitnya yang seharusnyalah masih adalah buah larangan yang penuh rahasia untuk saya. Mungkin pengalaman awal berikut yang membuat saya jadi benar-benar nikmati apa yang disebutkan cunnilingus, atau permainkan kemaluan wanita dengan mulut.
    Sampai sekarangpun saya benar-benar nikmati permainkan kemaluan wanita, dimulai dari melihat, lantas menghirup aroma uniknya, lantas permainkan dan menggigit bibir luarnya (labia majora), lantas melumati sisi dalamnya dengan lidah saya, lantas mengemut clitorisnya sampai sang wanita minta-minta ampun kerepotan.

    Yang paling akhir baru saya masukkan tangkai kemaluan saya di dalam lubang sanggahmanya yang telah banjir. Sesudah peluang saya dan Ayu untuk bermain cinta (saya tidak paham apa itu dapat disebutkan bermain cinta) yang pertama kalinya itu, karena itu kami jadi makin berani dan Ayu dengan bebasnya akan tiba kerumah saya hampir tiap hari, sedikitnya 3x satu minggu.
    Jika ia tiba, ia akan secara langsung masuk ke ruang tidur saya, dan selang beberapa saat sayapun selekasnya susul. Umumnya ia selalu kenakan daster yang kendur yang dapat ditanggalkan benar-benar mudah, cuma ambil saja keatas lewat kepalanya, dan umumnya ia duduk dipinggiran tempat tidur saya.

    Saya umumnya langsung menangkap payudaranya yang telah cukup kendor tapi benar-benar bersih dan mulus. Pentilnya dilingkari bundaran yang kemerah-merahan dan pentilnya sendiri cukup besar menurut penilaian saya. Ayu benar-benar sukai jika saya mengemut pentil susunya sebagai tegang dan memeras, dan dapat ditegaskan jika kemaluannya selekasnya jadi becek jika saya mulai ngenyot-ngenyot pentilnya.
    Mungkin karena sangat tegangnya saya didalam lakukan suatu hal yang terlarang, pada awalannya kami mulai bersanggama, saya cepat sekali sekali capai klimaks. Untunglah Ayu selalu memerintah saya untuk menjilat-jilat dan menyedot- nyedot kemaluannya terlebih dahulu hingga umumnya ia telah orgasme lebih dulu sampai dua atau 3x saat sebelum saya masukkan penis saya di dalam lubang peranakannya, dan sesudah saya pompa cuma sejumlah barangkali karena itu saya sering langsung menyemprot mani saya di dalam vaginanya.
    Baru untuk ronde ke-2 saya dapat meredam semakin lama tidak untuk ejakulasi dan Ayu dapat susul dengan orgasmenya hingga saya dapat rasakan empot-empotan vaginanya yang seolah-olah mengisap penis saya lebih dalam di dalam sorga dunia. Ayu juga suka mengemut-ngemut penis saya yang belum berkembang dengan maksimal.

    Saya tidak disunat dan Ayu seringkali memikat saya dengan menertawai “kulup” saya, dan sesudah sejumlah minggu Ayu selanjutnya sukses menarik semua kulit kulup saya hingga topi baja saya dapat ada semuanya. Saya masih ingat bagaimana ia berusaha menarik-narik atau kupas kulup saya sampai berasa sakit, lantas ia akan menyembuhkannya dengan mengemutnya secara halus sampai sakitnya lenyap.

    Kemudian ia seperti memperolah permainan baru dengan permainkan lidahnya disekitar leher penis saya sampai saya merasakan demikian kegelian dan kadang- terkadang sampai saya tidak kuat meredamnya dan mani saya tumpah dan muncrat ke dalam hidung dan matanya. Terkadang Ayu meminta “bermain” meskipun ia sedang mens.
    Meskipun ia berusaha membersihkan vaginanya terlebih dahulu, saya sebelumnya tidak pernah ingin mencium vaginanya karena saya lihat bau-nya tidak menggembirakan. Paling-paling saya cuma masukkan penis saja di dalam vaginanya yang dirasa banjir dan becek karena darah mensnya. Terang-terangan, saya tidak demikian menikmatinya dan umumnya saya cepat sekali ejakulasi.

    Jika saya mengambil kemaluan saya dari vagina Ayu, saya dapat menyaksikan cairan darah mensnya yang bersatu dengan mani saya. Kadang- terkadang saya merasakan jijik menyaksikannya. Sehari, kami sedang asyik- asyiknya nikmati sanggahma, di mana kami berdua sedang telanjang bugil dan Ayu lagi ada di dalam posisi di atas tunggangi saya. Ia menyimpan 3 buah bantal untuk menyokong kepala saya hingga saya dapat menghisap- hisap payudaranya sementara ia melindas kemaluan saya dengan dengan kemaluannya.
    Pinggulnya turun naik dengan irama yang teratur. Kami santai saja karena demikian biasanya kami bersanggama. Dan pasangan suami istri yang semula sewa kamar dikamar samping, telah berpindah kerumah kontrak mereka yang baru. Saya telah ejakulasi sekali dan air mani saya telah bersatu dengan juice dari kemaluannya yang selalu membanjir.
    Lantas mendadak, di saat ia alami klimaks dan ia mengerang- erang sekalian menekan saya dengan pinggulnya, anak wanitanya yang namanya Efi rupanya sedang berdiri dipintu ruang tidur saya dan berbicara, “Ibu bermain kancitan, iya..?” (kancitan = ngentot, bahasa Palembang) Saya benar-benar terkejut dan tidak paham harus melakukan perbuatan bagaimana tapi karena sedang dipucuk klimaksnya, Ayu diam saja telentang di atas badan saya.

    Saya melihat dan menyaksikan Efi tiba merapat ketempat tidur, matanya tertuju kebagian badan kami di mana penis saya sedang berpadu dengan kemaluan ibunya. Lantas ia duduk di tepian tempat tidur dengan mata melotot. “Hayo, ibu bermain kancitan,” ucapnya kembali. Lantas perlahan-lahan Ayu menjatuhkan badannya dan tiduran selain saya tanpa berusaha tutupi kebugilannya. Saya ambil satu bantal dan tutupi perut dan kemaluan saya.
    “Efi, Efi. Kamu ngapain sich di sini?” kata Ayu lemas. “Efi pulang dari sekolah cukup pagi dan Efi mencarinya Ibu di rumah, tahunya kembali kancitan sama Bang Johan,” kata Efi tanpa melepas matanya dari kemaluan saya. Saya merasakan benar-benar malu tapi juga bingung menyaksikan Ayu diam-diam saja.
    “Efi ingin kancitan,” kata Efi mendadak. “E-eh, Efi tetap kecil..” kata ibunya sekalian berusaha duduk dan memulai kenakan dasternya. “Efi ingin kancitan, jika tidak kelak Efi bilangin Abah.” “Jangan Efi, jangan bilangin Abah.., kata Ayu merayu. “Efi ingin kancitan,” Efi bandel.
    “Kalau tidak kelak Efi bilangin Abah..” “Iya sudah, diam. Sini, agar Johan ngancitin Efi.” Ayu berbicara. Saya nyaris tidak yakin akan apa yang saya dengar. Jantung saya berdegap-degup seperti alu tumbuk. Saya seringkali menyaksikan Efi bermain di pelataran tempat tinggalnya dan menurut saya ia hanya seorang anak yang demikian kecil.

    Darimanakah ia memahami mengenai “bermain kancitan” semua? Ayu ambil bantal yang tutupi kemaluan saya dan tangannya mengelus- ngelus penis saya yang basah dan mulai berdiri lagi. “Sini, agar Efi saksikan.” Ayu kupas kulit kulup saya untuk memperlihatkan kepala penis saya ke Efi. Efi tiba merapat dan tangannya turut meremas- remas penis saya.

    Aduh maak, saya berteriak dalam hati. Bagaimana ini peristiwanya? Tapi saya diam saja karena benar-benar kebingungan dan tidak paham harus lakukan apa. Tempat tidur saya lumayan besar dan Ayu selanjutnya menyutuh Efi untuk buka pakaian sekolahnya dan terlentang pada tempat tidur didekat saya.
    Saya duduk dikasur dan menyaksikan badan Efi yang demikian remaja. Payudaranya belum juga berwujud, nyaris rata tapi telah cukup membenjol. Putingnya belum juga keluar, malah kelihatannya masuk ke. Ayu selanjutnya melorot celana dalam Efi dan saya menyaksikan kemaluan Efi yang mulus, seperti kemaluan ibunya.
    Tidak ada bibir luar, cuma garis lempeng saja, dan antara garis lempeng itu saya menyaksikan itilnya yang seperti melihat dari antara garis kemaluannya. Efi rapatkan pahanya dan matanya melihat mengarah ibunya seperti menanti apa yang perlu dilaksanakan seterusnya. Saya mengelus-elus bukit venus Efi yang cukup menggembung lantas saya coba renggangkan pahanya.
    Dengan cukup malas, Efi menurut, dan saya berlutut antara ke-2 pahanya dan membungkuk untuk mencium selangkangan Efi. “Ibu, Efi malu ah..” kata Efi sekalian berusaha tutup kemaluannya dengan ke-2 tangannya. “Mari, Efi ingin kancitan, tidak?” kata Ayu. Saya mengendusi kemaluan Efi dan baunya benar-benar tajam.

    “Uh, mambu pesing.” Saya berbicara dengan cukup jijik. Saya menyaksikan ada “keju” yang keputih-putihan antara celah-celah bibir kemaluan Efi. “Nantikan sesaat,” kata Ayu lalu pergi keluar ruang tidur. Saya menanti sekalian permainkan bibir kemaluan Efi dengan jari-jari saya. Efi mulai buka pahanya semakin lebar. Sesaat selanjutnya Ayu tiba bawa satu baskom air dan satu handuk kecil.

    Ia mulai membersihkan kemaluan Efi dengan handuk kecil itu dan saya lihat kemaluan Efi mulai memeras karena digosok-gosok Ayu dengan handuk barusan.
    Sesudah usai, saya membongkok lagi untuk mencium kemaluan Efi. Baunya tak lagi setajam awalnya dan sayapun mengisap wewangian kemaluan Efi yang cuma bau amis sedikit saja.
    Saya mulai buka celah-celah kemaluannya dengan memakai lidah saya dan Efi-pun renggangkan pahanya makin lebar. Saya saat ini dapat menyaksikan sisi dalam kemaluannya dengan terang. Sisi samping kemaluan Efi terlihat benar-benar halus saat saya buka belahan bibirnya dengan jari- jemari saya, kelihatanlah sisi dalamnya yang merah.
    Saya hisap-isap kemaluannya dan berasa cukup asin dan saat saya permainkan kelentitnya dengan ujung lidah saya, Efi menggelinjang- geliat sekalian mengeluh, “Ibu, aduuh geli, ibuu.., geli nian ibuu..” Saya selanjutnya bangun dan arahkan kepala penis saya mengarah belahan bibir kemaluan Efi dan tanpa menyaksikan ke mana masuknya, saya dorong pelan- perlahan.
    “Aduh, sakit bu..,” Efi nyaris menjerit. “Johan, perlahan-lahan masuknya.” Kata Ayu sekalian mengelus-elus bukit Efi. Saya coba kembali menggerakkan, dan Efi menggigit bibirnya kesakitan. “Sakit, ibu.” Ayu kembali bangkit dan berbicara,”Johan nantikan sesaat,” lantas ia pergi keluar kamar.

    Saya tidak paham ke mana Ayu perginya dan sekalian menanti ia lagi sayapun berlutut dimuka kemaluan Efi dan sekalian menggenggam tangkai penis, saya permainkan kepalanya di clitoris Efi. Efi menggenggam ke-2 tangan saya erat-erat dengan ke-2 tangannya dan saya mulai kembali menggerakkan. Saya merasakan kepala penis saya mulai masuk tapi rasanya benar-benar sempit.
    Saya demikian terlatih dengan lobang kemaluan Ayu yang kendur dan penis saya sebelumnya tidak pernah merasa kesusahan untuk masuk secara gampang. Tapi lubang vagina Efi yang tetap kecil itu berasa keat. Mendadak Efi menggerakkan badan saya undur sekalian berteriak, “Aduuh..!” Ternyata tanpa saya ketahui, saya telah menggerakkan lebih dalam dan Efi tetap kesakitan.

    Sesaat lagi Ayu tiba dan ia menggenggam secangkir kecil yang berisi minyak kelapa. Ia memolesi kepala penis saya dengan minyak itu dan ia memulasi kemaluan Efi. Selanjutnya ia menggenggam tangkai kemaluan saya dan membimbingnya perlahan-lahan untuk masuk lubang vagina Efi. Berasa licin memang dan saya-pun dapat masuk dikit demi sedikit. Efi meremas tangan saya sekalian menggigit bibir, apa karena meredam sakit atau rasakan sedap, saya tidak paham tentu.
    Saya menyaksikan Efi menitikkan air mata tapi saya melanjutkan masukkan tangkai penis saya perlahan-lahan. “Cabut dahulu,” kata Ayu tiba- datang. Saya menarik penis saya keluar lobang kemaluan Efi. Saya dapat menyaksikan lobangnya yang kecil dan merah seperti menganga.

    Ayu memulasi lagi penis saya dan kemaluan Efi dengan minyak kelapa, lantas membimbing penis saya kembali untuk masuk ke lobang Efi yang menanti. Saya dorong kembali dengan berhati-hati, sampai semua tenggelam di dalam Efi. Aduh enaknya, karena lobang Efi benar-benar benar-benar hangat dan ketat, dan saya tidak dapat meredamnya lantas saya pencet dalam-dalam dan air manikupun tumpah di dalam lubang kemaluan Efi.

    Efi yang tetap kecil. Saya sebenarnya tetap di bawah usia, tapi di saat itu kami berdua sedang rasakan bersanggama dengan dilihat Ayu, ibunya sendiri. Efi belum mengetahui bagaimana triknya menyeimbangi pergerakan bersanggama secara baik, dan ia diam saja terima curahan air mani saya. Saya pun tidak menyaksikan reaksi Efi yang memperlihatkan apa ia menikmatinya atau mungkin tidak. Saya merebahkan badan saya di atas badan Efi yang tetap kecil dan kurus tersebut. Ia diam saja.

    Sesudah beberapa saat, saya bergulir kesamping dan merebahkan diri selain Efi. Saya merasakan benar-benar terkuras dan lemas. Tapi ternyata Ayu telah terangsang kembali sesudah menyaksikan saya meniduri anaknya. Diapun naiki muka saya dan menempatinya dan menggerusnya dengan vaginanya yang basah, dan di dalam kami pada posisi 69 itu diapun menghisap-ngisap penis saya yang mulai lemas hingga penis saya itu mulai menegang lagi.
    Muka saya demikian dekat sama anusnya dan saya dapat mencium sedikit berbau anus yang baru cebok dan entahlah mengapa itu membuat saya benar-benar bernafsu. Gairah kami memang demikian menggelora, dan saya sedot dan jilat kemaluan Ayu sepuasnya, sedangkan Efi melihat kami berdua tanpa ucapkan sepatah katapun. Saya telah mengenali rutinitas Ayu di mana ia kerap kentut jika
    benar-benar sedang klimaks berat, dan saat itu juga Ayu kentut seringkali di atas muka saya. Saya sebelumnya sempat menyaksikan lobang anusnya ber- getar saat ia kentut, dan sayapun melepas semprotan air mani saya yang ke-3 kalinya hari itu di dalam mulut Ayu. “Betapa lemaknyoo..!” saya berteriak dalam hati. “Ugh, ibu kentut,” kata Efi tapi Ayu cuma dapat keluarkan suara mirip seorang yang dicekik lehernya.

    Cuma sekali hanya itu saya sebelumnya pernah meniduri Efi. Rupanya ia masih belumlah cukup dewasa untuk ketahui enaknya bersanggama. Ia masih anak kecil, dan pemikirannya sebenarnya belum sampai ke beberapa hal semacam itu. Tapi saya dan Ayu terus nikmati cantiknya permainan bersanggama sampai dua atau 3x satu minggu.
    Saya masih ingat bagaimana saya sering merasakan benar-benar lapar sesudah setiap kami usai bersanggama. Semula saya belum memahami jika badan saya menuntut banyak nutrisi untuk gantikan tenaga saya yang dikuras untuk layani Ayu, tapi saya selalu saya merasakan ingin makan telur banyak-banyak.
    Saya benar-benar untung karena kami kebenaran memiara sejumlah puluh ekor ayam, dan tiap pagi saya selalu menenggak 4 sampai 6 butir telur mentah. Saya memerhatikan dalam tempo satu tahun itu penis saya jadi makin bertambah besar dan bulu jembut saya mulai jadi cukup kasar.

    Saya tidak paham apa penis saya lumayan besar dibanding suami Ayu atau lelaki lain. Yang saya mengetahui ialah jika saya benar-benar senang, dan keliatannya Ayu cukup senang. Saya tidak merasakan seperti seseorang yang bobrok kepribadian. Saya sebelumnya tidak pernah melacur dan saat saya masih kawin dengan istri saya yang orang bule, meskipun perkawinan kami itu usai dengan perpisahan, saya sebelumnya tidak pernah menyeleweng.
    Tapi saya akan mengucapkan terima kasih ke Ayu (entahlah di mana ia saat ini) yang sudah memberi saya kepuasan di dalam usia yang awal, dan pelajaran yang bernilai di dalam bagaimana layani seorang wanita, lepas dari apa itu salah atau mungkin tidak.

  • Kisah Memek berpura pura menolak di perkosa

    Kisah Memek berpura pura menolak di perkosa


    2456 views

    Duniabola99.com – Dalam kasus ini aku mendapat pengalaman saat di perkosa dengan selain suamiku, perkenalkan namaku Cindy dengna badan yang tidak tinggi tapi aku mempunyai ukuran toket yang besar dari perawakanku dengan pantat yang seksi, cerita sex nyataku ini terjadi saat aku berusia 23 tahun dan sat itu aku sudah menikah muda dengna suamiku soalnya bang Zen suamiku tersebut sudah berumur 30an tahun dari situ aku di jodohkan dengan orang tuaku.


    Walaupun kami dijodohkan kami satu sama lain menyayangi dan mencintai karena aku lahir dari keluarga yang taat dalam agama, setelah menginjak pernikahan satu tahun suamiku di suruh untuk bertugas di luar daerah, jadinya aku ikut suamiku untuk pindah tempat soalnya sudah di sediakan fasilitas rumah berserta isinya, di blok tempat aku tinggal, baru ada rumah kami dan sebuah rumah lagi yang dihuni, itu pun cukup jauh letaknya dari rumah kami.

    Sebab rumah kami masih sangat asli kami belum mempunyai dapur, sehingga jika kami mau memasak aku harus memasak di halaman belakang yang terbuka, ciri khas rumah sederhana. Alhasil suami memutuskan untuk membangun dapur dan ruang makan di sisa tanah yang tersisa, kebetulan ada seorang tukang bangunan yang menawarkan jasanya.

    Sebab kami tak merasa mempunyai barang berharga, kami mempercayai mereka mengerjakan dapur tersebut tanpa harus kami tunggui, suami tetap berangkat ke kantor sedangkan aku tetap kuliah.

    Hingga suatu hari, aku sedang libur dan suami aku tetap ke kantor. Pagi itu sesudah mengantar Bang Zen hingga ke depan gerbang, aku pun masuk ke rumah. Sebenarnya perasaan aku sedikit tak enak di rumah sendirian sebab lingkungan kami yang sepi.

    Hingga dikala beberapa saat kemudian Om Goni dan dua orang temannya datang untuk meneruskan kerjanya. Dia tampak cukup terkejut melihat aku ada di rumah, sebab aku tak bilang sebelumnya bahwa aku libur.

    “Eh, kok Buk Cindy nggak berangkat kuliah..?”

    “Iya nih Om Goni, lagi libur..” jawab aku sambil membukakan pintu rumah.

    “Kalo gitu aku mau nerusin kerja di belakang buk..” katanya.

    “Oh, silahkan..!” kata aku.

    Tak lama kemudian mereka masuk ke belakang, dan aku mengambil sebuah majalah untuk membaca di kamar tidur aku. Namun dikala baru saja aku mau menuju tempat tidur, aku lihat melalui jendela kamar Om Goni sedang mengganti pakaiannya dengan pakaian kotor yang biasa dikenakan saat bekerja.

    Dan alangkah terkejutnya aku menyaksikan bagaimana Om Goni tak menggunakan pakaian dalam. Sehingga aku dapat melihat dengan jelas otot tubuhnya yang bagus dan yang paling penting penisnya yang sangat besar jika dibandingkan milik suami aku.

    Aku sedikala terkesima hingga tak sadar kalau Om Goni juga memandang aku. “Eh, ada apa buk..?” katanya sambil menatap ke arah aku yang masih dalam keadaan telanjang dan aku lihat penis itu mengacung ke atas sehing terlihat lebih besar lagi.

    Aku terkejut dan malu sehingga cepat-cepat menutup jendela sambil nafas jadi terengah-engah. Sedikala diri aku diliputi perasaan aneh, belum pernah aku melihat laki-laki telanjang sebelumnya selain suami, bahkan jika sedang berhubungan sex dengan suami aku, suami masih menutupi tubuh kami dengan selimut, sehingga tak terlihat seluruhnya tubuh kami.

    Aku mencoba mengalihkan perasaan aku dengan membaca, tapi tetap saja tak dapat hilang. Alhasil aku putuskan untuk mandi dengan air dingin. Cepat-cepat aku masuk ke kamar mandi dan mandi. Sesudah selesai, aku baru sadar aku tak membawa handuk sebab tadi terburu-buru, sedangkan pakaian yang aku kenakan sudah aku basahi dan penuh sabun sebab aku rendam.

    Aku bingung, namun alhasil aku putuskan untuk berlari saja ke kamar tidur, toh jaraknya dekat dan para kuli bangunan ada di halaman belakang dan pintunya tertutup. Aku yakin mereka tak akan melihat, dan aku pun mulai berlari ke arah kamar aku yang pintunya terbuka.

    Namun baru aku akan masuk ke kamar, tubuh aku menabrak sesuatu hingga terjatuh. Dan alangkah terkejutnya, ternyata yang aku tabrak itu adalah Om Goni.

    “Maaf Buk.., tadi aku cari Buk Cindy tapi Buk Cindy nggak ada di kamar. Baru aku mau keluar, eh Buk cindy nabrak aku..” katanya dengan santai seolah tak melihat kalau aku sedang telanjang bulat.

    Aku begitu malu berusah bangkit sambil mentupi dada dan bagian bawah aku.

    Namun Om Goni segera menangkap tangan aku dan berkata, “Nggak usah malu buk.., tadi Buk juga udah ngeliat punya aku, aku nggak malu kok..”

    “Jangan Pak..!” kata aku, namun Om Goni malah mengangkat aku ke arah halaman belakang menuju dua orang temannya. Aku berusaha memberontak dan berteriak, tapi Om Goni dengan santainya malah berkata,


    “Tenang aja Buk.., di sini sepi. Suara teriakan Buk nggak bakal ada yang denger..” Melihat tubuh telanjang aku, kedua teman Om Goni segera bersorak kegirangan.

    “Wah, bagus betul ni tetek..” kata yang satu sambil membetot dan meremas toket aku sekeras-kerasnya.

    ”Tolong jangan perkosa aku, aku nggak bakalan lapor siapa-siapa…” kata aku.

    “Tenang aja deh kamu nikmati aja…” kata teman Om Goni yang badannya sedikit gendut sambil tangannya meraba bulu kemaluan aku, sedang Om Goni masih memegang kedua tangan aku dengan kencang.

    Tak berapa lama kemudian aku lihat ketiganya mulai melepas pakaian mereka. Aku melihat tubuh-tubuh mereka yang mengkilat sebab keringat dan penis mereka yang mengacung sebab nafsunya. Dengan cepat mereka membaringkan tubuh aku di atas pasir. Kemudian Om Goni mulai menjilati kemaluan aku.

    “Wah.., vaginanya wangi loh..” katanya.

    Aku segera berontak, namun kedua teman Om Goni segera memegangi kedua tangan dan kaki aku. Yang botak memegang kaki, sedangkan yang gendut memegang kedua tangan aku sambil menghisap puting susu aku.

    Tak berapa lama kemudian Om Goni mulai mengarahkan penisnya yang besar ke lubang vagina aku. Dan ternyata, yang tak aku duga sebelumnya, rasanya ternyata sangat nikmat. Benar-benar berbeda dengan suami aku.

    Namun sebab malu, aku terus berontak hingga Om Goni mulai mengoyangkan penisnya dengan gerakan yang kasar, tapi entah kenapa aku justru merasa kenikmatan yang luar biasa, sehingga tanpa sadar aku berhenti berontak dan mulai mengikuti irama goyangnya.

    Melihat itu kedua teman Om Goni tertawa dan mengendurkan pegangannya. Mendengar tawa mereka, aku sadar namun mau memberontak lagi aku merasa tanggung, sehingga yang terjadi adalah aku terlihat seperti sedang berpura-pura mau berontak namun walau dilepaskan aku tetap tak berusaha melepaskan diri dari om goni.

    Tak lama kemudian Om Goni membalikkan tubuh aku dalam posisi doggie tanpa melepaskan miliknya dari kemaluan aku. Melihat itu, tanpa dikomando si gendut langsung memasukkan penisnya ke mulut aku.

    Aku berusaha berontak, namun si gendut menjambak aku dengan keras, sehingga aku menurutinya. Aku benar-benar mengalami sensasi yang luar biasa, sehingga beberapa saat kemudian aku mengalami orgasme yang luar biasa yang belum pernah aku alami sebelumnya.

    Tubuh aku menjadi lemas dan jatuh tertelungkup. Namun tampaknya Om Goni belum selesai, sehingga genjotannya dipercepat hingga kemudian dia mencapai kelimaks dan memuntahkan pejuhnya ke dalam rahim aku.

    Begitu Om Goni mencabutnya, si botak langsung memasukkan kemaluannya ke dalam milik aku tanpa memberi waktu untuk istirahat.

    Tak lama kemudian si gendut mencapai kelimaks, dia menekan kemaluannya ke dalam mulut aku dan tanpa aba- aba, langsung menembakkan pejuhnya ke dalam mulut aku. Banyak sekali pejuhnya yang aku rasakan di mulut aku, namun dikala aku hendak membuang pejuh itu, Om Goni yang aku lihat sedang duduk beristirahat berkata.

    “Jangan dibuang dulu, cepet kamu kumur-kumur mani itu yang lama… pasti nikmat… ha.. ha.. ha..”

    Dan seperti seekor kerbau yang bodoh, aku menurutinya berkumur dengan seperma itu. Sementara si botak terus mengocok penisnya di dalam kemaluan aku, aku melihat Om Goni masuk ke dalam rumah aku dan keluar kembali dengan membawa sebuah terong besar yang aku beli tadi pagi untuk aku masak serta sebuah kalung mutiara imitasi milik aku.

    Tak berapa lama kemudian si botak mencapai kelimaks dan aku pun terjatuh lemas di atas pasir tersebut. Melihat temannya sudah selesai, Om Gonimenghampiri aku sambil memaksa aku kembali ke posisi merangkak.


    “Sambil menunggu tenaga kita kembali pulih, mari kita lihat hiburan ini..” katanya sambil memasukkan terong ungu yang sangat besar itu ke dalam vagina aku. Tentu saja aku terkejut dan berusaha memberontak, tapi kedua temannya segera memegangi aku.

    Dan tak lama kemudian, “Bless..!” terong itu masuk 3/4-nya ke dalam vagina aku. Rasa sakitnya benar-benar luar biasa, sehingga aku menggoyang-goyangkan pantat aku ke kiri dan kanan. “Lihat anjing ini.. ekornya aneh.. ha… ha… ha…” kata si tukang bangunan.

    “Sekarang kamu merangkak keliling halaman belakang ini, ayo cepat..!” kata si tukang bangunan. Dengan perlahan aku merangkak, dan ternyata rasanya benar-benar nikmat.

    Sebab rasa geli-geli nikmat itu, sedikit-sedikit aku berhenti, tapi setiap aku berhenti dengan segera mereka mencambuk pantat aku. Tak berapa lama aku mencapai kelimaks, melihat itu mereka tertawa. Om Goni kemudian menghampiri aku, lalu mulai memasukkan kalung mutiara imitasi yang sebesar kelereng tadi satu persatu ke dalam lubang anus aku.

    Aku kembali menjerit, tapi dengan tenang dia berkata, “Tahan dikit ya.., nanti enak kok..!” Hingga akhirnya, kemudian kalung itu tinggal seperempatnya yang terlihat, lalu sambil menggenggam sisa kalung tersebut dia berkata.

    “Sekarang kamu maju pelan-pelan..” Dan dikala aku bergerak, kembali kalung itu tercabut pelan-pelan dari anus aku hingga habis. Begitulah mereka mempermainkan aku hingga kemudian mereka siap memperkosa aku lagi berulang-ulang hingga sore hari, dan anehnya setiap mereka kelimaks aku pun turut orgasme dengan arti aku menikmaAti diperkosa.

    Malam harinya dikala suami aku pulang, aku sama sekali tak melaporkan kejadian tersebut kepadanya, ga tau entah kenapa!mungkin saking nikmatnya ngentot bareng 3 buruh bangunan sehingga pemerkosaan tersebut terus terjadi berulang-ulang setiap aku sedang tak kuliah.

    Dan setiap memperkosa, buruh bangunan ini selalu menyelingi dengan mengerjai aku dengan cara yang aneh-aneh, dan itu berlangsung hingga dapur aku selesai dibangun! Sunguh nikmatnya diperkosa buruh bangunan lho tubuh mereka kekar dan tenaga mereka sangat kuat dalam melakukan hubungan sex. Demikianlah cerita sex nyataku yang mana aku berpura pura menolak untuk di perkosa padahal aku juga ingin merasakan ukuran jumbo penis tukang bangunan pak goni.

  • Foto Bugil Remaja Rusia berusia di atas 18 tahun melepas gaunnya untuk berpose hot

    Foto Bugil Remaja Rusia berusia di atas 18 tahun melepas gaunnya untuk berpose hot


    1873 views

    Duniabola99.com – foto gadis muda yang mengangkat gaunnya menampilkan toketnya yang yang gede dan menampilkan memeknya yang tanpa bulu dan mengangkang diatas tempat tidurnya sambail berpose hot.

  • Foto Ngentot Gadis putih ramping Janice Griffith menggoda cowoknya

    Foto Ngentot Gadis putih ramping Janice Griffith menggoda cowoknya


    1793 views

    Duniabola99.com – foto cewek cantik putih Janice Griffith menggoda pacarnya yang berkontol gede untuk ngentot dimemeknya yangt temben diatas sofa dan berakhir dengan menembakkan sperma yang banyak ke toketnya dan memasukkan penis ke mulutnya untuk membersihkan sisanya.

  • Foto Bugil Remaja panas dengan payudara besar Sophia diikat di luar ruangan bermain dengan vagina botaknya

    Foto Bugil Remaja panas dengan payudara besar Sophia diikat di luar ruangan bermain dengan vagina botaknya


    2067 views

    Duniabola99.com – foto cewek remaja yang diikat diluar ruangna Sophia bertoket gede dan melekakukan mastubasi.

  • Cerita Sex Terkini Mengajarkan Gadis Polos Cafe Ngentot

    Cerita Sex Terkini Mengajarkan Gadis Polos Cafe Ngentot


    1845 views

    Link BokepNarasi Seks Terkini Mengajarkan Gadis Polos Elok Ngentot – Awalnya ada pula cerita cabul yang membuat birahi seksual anda segera naik berjudul Narasi Seks Ibu Majikanku yang Benar-benar liar di Tempat tidur. Kiki namanya, gadis yang duduk di kursi SMA itu benar-benar liar. Dia tinggal sendiri, aslinya di luar kota, tiap bulannya dia cuma terima kiriman uang dari orang tuanya. Tempat kos kami tiga tingkat, lantai satu untuk parkir kendaraan kami, lantai dua untuk kamar lelaki, dan lantai tiga untuk kamar wanita.

    Di sini lebih bersih dibanding kos yang dulu saya menempati untuk mengincar gerakan Citra. Ada sekitaran dua beberapa puluh kamar setiap lantainya, ruang lumayan besar seperti apartemen, ada kamar mandi dan dapur di dalamnya. Nyaman walaupun juga sedikit mahal.

    cersex, cerseks, narasi seks, narasi seks gadis polos, narasi seks gadis polos, mengajarkan gadis polos ngentot
    Cersex Terkini 2024 Saat itu saya dengar suara ribut di lantai atas, saya selekasnya lari ke sana, dan memperoleh dua gadis sedang berkelahi, mereka sedang bercakar-cakaran dan menarik-narik rambut. Saya selekasnya memisah mereka, secara gampang kulerai mereka. Namaku Wahyu, saya memberikan ancaman mereka akan ku membawa ke kantor polisi jika lakukan perkelahian kembali.
    Kiki seseorang yang ngotot, dia tidak ingin berdamai, dan rivalnya yang namanya Siska telah mohon maaf dan ingin berjabatan tangan. Kuminta Siska kembali lagi ke kamarnya, dan Kiki ku tenangkan. Ku membawa ke kafe yang ada di depan kos, semenjak tersebut kami mulai dekat.

    Entahlah pacaran atau mungkin tidak, tetapi kami telah lumayan dekat, bahkan juga benar-benar dekat. Saya mulai lupakan Citra, gadis yang dulu pernah jadi sasaran operasiku, dia ialah seorang pencandu narkoba, saat ini ia sedang direhabilitasi, dan telah lama saya tidak mendatanginya, mudah-mudahan saja ia makin membaik.

    Malam itu Kiki sedikit takut saat kami pulang dari bioskop, kami melihat film seram Hollywood yang dengan judul Annabelle, narasi boneka hantu yang berkekuatan supranatural jahat. Entahlah mengapa malam itu Kiki katakan dia tidak dapat tidur karena terngiang-ngiang dengan film itu, dan saya mau tak mau mengijinkan istirahat di indekos ku.

    Penisku sangat terasa mengeras dibalik celanaku, supaya lebih bebas aku juga selekasnya buka bajuku sampai bugil. “Mas, itu tititnya besar, ngaceng , Kiki tidak pernah saksikan..”, ucapnya seperti gadis polos. “Kiki ingin tahu? Saksikan saja…”, saya arahkan penisku ke arahnya. Kiki memerhatikan penisku dan disentuh-rabanya.

    Beberapa saat selanjutnya saya mulai mengajarkannya. Saya duduk di atas kasur dan Kiki berjongkok di lantai, saya mengajarkannya langkah mainkan penis dan menyepongnya. Kiki secara cepat dapat belajar, dia seperti sangat mudah memahami dengan yang kuarahkan. Kiki makin kompeten mengocak dan menyepong penisku. Kuperhatikan mukanya yang mundur-maju di selangkanganku, penisku masuk keluar di mulutnya. Dia terkadang menjilat-jilatinya.

    Mukanya benar-benar ayu, serupa dengan anggota JKT48. Kubayangkan muka aktris itu yang menyepong penisku, oh benar-benar nikmat sampai saya nyaris berejakulasi. Kutahan sepongan Kiki, saya tidak ingin selekasnya mengusaikan semuanya. Saya mengusungnya, saya lantas merebahkannya lagi ke kasur, kembali kuciumi bibirnya. Sedikit berlainan, sesudah menyepongi penisku, bibir Kiki berasa berlainan, sedikit ada berbau rasanya. Tidak ingin lama nikmati bibirnya itu, aku juga selanjutnya arahkan kecupanku ke leher sampai ke arah susu nya kembali.

    Cantik susunya, kuremas dan kusedoti putingnya. Benar-benar nikmat rasanya, saya sudah mengagahi kekasihku, kekasih yang umurnya tertaut lumayan jauh denganku. Susunya fresh, saya benar-benar menyenanginya, putih mulus dan wangi. Beberapa saat berakhir aku juga mulai meraba-raba ke vaginanya, jembutnya yang jarang mengisyaratkan ia baru berkembang remaja.

    Saya mulai meraba-raba sisi garis tengahnya itu, Kiki sedikit malu, tetapi saya dekap mulutnya dengan bibirku supaya saya bebas mainkan jariku di vaginanya. Kiki mendesah nikmat saat saya mainkan wilayah klitorisnya, sedikit geli membuat Kiki merontah ingin melepas tanganku dari vaginanya. Tetapi saya menindihnya kuat, lantas saya mulai mainkan jariku, masuk keluar di lubang vaginanya yang rupanya masihlah benar-benar sempit.
    Telah lumayan lama dan tanganku mulai capek memompa dalam vaginanya itu, sekarang saya coba arahkan penis ku yang me ngaceng keras ke vaginanya. “Ah, sakittt…”, rintih Kiki karena vaginanya sedikit sempit hingga penis besarku menyobeknya.

    Saya dengan perlahan menusukkannya, dan dengan perlahan-lahan juga menariknya keluar kembali. Ku ulangi satu kali lagi supaya Kiki terlatih, tetapi saya tidak menariknya kembali, kutusukkan dalam-dalam lantas kutarik perlahan tetapi tidak keluar, lantas ku masukan kembali. “Ahhhh…..”, rintih Kiki sekalian menggigit bibir bawahnya.

    Saya mulai memacu Kiki, tanpa memakai kondom, saya sedikit waspada supaya tidak kecurian. Perlahan-lahan ku pacui Kiki sampai dia saat ini mulai menikmatinya, dia mencengkeram punggungku, terkadang dia menarik bokongku supaya saya menyikatnya lebih dalam . Saya dan Kiki telah lakukan hubungan seksual seperti suami istri.

    “Ah…”, Kiki terus mendesah meng ikuti irama pacuanku. Saya sebentar-bentar meredam pacuanku saat penisku sedikit naik-turun ingin berejakulasi. Ku lelepkan dalam-dalam sampai tidak sisa dan kubiarkan beberapa menit sampai ku percaya penisku tidak berejakulasi, lantas ku mulai memacu kembali.

    Badan imutnya yang tetap harus ku dekap tanpa ingin ku bebaskan. Kiki cuma dapat mendesah kepuasan. “Mas, Kiki sayang sekali sama Mas…”, ucapnya. Saya tidak mempedulikan kembali apa yang hendak disebutkannya, gairah ku mencapai puncak, saya terus memacunya sekalian mengenyot susunya.

    Sampai sejumlah lama selanjutnya saya rasakan semua mencapai puncak di penisku, ejakulasi tidak bisa ku tahan kembali, selekasnya ku ambil penisku karena takut menyemprotkan dalam sana. Ku tujukan ke muka Kiki, dia lantas menyepongnya, dan tersemprotlah spermaku dalam mulutnya tersebut. Kiki sedikit menampik, berbau amis yang saya percaya jadi argumennya, tetapi penis tidak ku ambil sampai Kiki mau tak mau menelan semua sperma yang saya semprot tersebut.

    Kami terjaga saat alaramku mengeluarkan bunyi, saya dan Kiki bugil tertidur di atas kasur singel bed ini sekalian berangkulan. Saya selekasnya bangun dan mandi, jam 6 pagi, saya harus selekasnya ke arah tempat kerjaku, rutan, dan Kiki harusnya bersekolah. Dia tidak bawa seragamnya karena berada di indekostnya, mau tak mau dia menggunakan lagi piyamanya dan selekasnya berlari lagi ke kamarnya. Sangat sayang, saya mengharap dapat mandi bersama Kiki pagi hari ini. Tetapi lain waktu, saya bisa bercumbu dengannya, kami telah sah berpacaran, dan ini hari diawali cerita cinta kami.

    “Mas tidur di mana?”, bertanya Kiki karena kebingungan dengan kasur yang saya punyai cuman satu dan memiliki ukuran singel. “Saya tidur di atas sofa saja, Kiki tenang saja”, jawabku. “Mengapa gak masuk mas? Mas gak dapat tidur dempet-dempetan?”, bertanya nya. “Bukan begitu ki, mas kan perlu menjaga diri”, jawabku. “Jadi mas jijik dengan Kiki?”, tanyanya kembali. Saya kebingungan harus berbicara apa, tetapi dari pertanyaan Kiki kelihatan ia ingin sekali dekat denganku.

    Saya telah sedikit gairah saat Kiki cuma kenakan piyama minimnya, malam hari ini akau dapat menyetubuhinya jika dia terus menerus memikatku. Saya akhir-akhir ini sedang terlena cinta, saya kerap bercinta sama wanita karyawan sex komersil, saya bahkan juga sebelumnya pernah dilayani aktris dalam sel, tetapi ini kali saya akan disodori seorang gadis remaja dengan gratis. Pikirku mengapa tidak bila Kiki pun tidak berkeberatan?

    Saya beranjak dari Sofa, dekati Kiki yang tidur di atas kasur dan sedang melihatku mintaku untuk temaninya di kasur tersebut. Ku tidur di sebelahnya, berhimpitan karena kecilnya kasurku ini. Hmm, wangi sekali badannya, rambutnya berbau shampoo karena habis creambath. “Kiki, wangi banget…”, kataku. “Dekap saja mas, Kiki sedikit kedinginan”, ucapnya dengan suara memikat.

    Gadis ayu yang dulunya benar-benar kasar ini rupanya dapat membujukku dengan gemulai badannya. “Kiki ingin menjadi kekasih mas?”, tanyaku saat sebelum merasa berdosa karena menyetubuhinya. “Loh? Jadi mas sejauh ini memandang Kiki ini apa?!”, bertanya nya sedikit geram. Kami memanglah belum sah berpacaran, tetapi hubungan kedekatan kami telah lebih dari mirip orang pacaran. “Maaf Ki, mas Hanya ingin pastikan saja, siapa yang tahu Kiki menyesal…”, saya cari argumen supaya Kiki tidak geram.

    Kiki melihatku serius lantas dia merengkuhku kuat, “Kiki cinta sekali sama mas”, dia berbicara begitu membuat hatiku terbawa cinta. Saya membalasnya dekapannya lantas ku ciumi bibir manisnya tersebut. Malam hari ini saya rasakan sah pacaran dengannya. “Loh, Kiki gak gunakan bra?”, bertanya ku saat merengkuh badannya dan rasakan gumpalan dadanya sentuh dadaku.

    Piyama minimnya menunjukkan lekuk badannya, khususnya sisi dadanya yang sedikit menyembul. “Rutinitas mas…”, jawab Kiki. “Celana dalam loh mas…”, lanjutnya membuatku terkejut. “Mas gairahan ya?”, bertanya Kiki saat dia meraba-raba sisi selangkanganku, dia memperoleh penisku yang mengeras dalam celanaku.

    Saya cuma tersenyum lantas meneruskan kecupanku di bibirnya. Ah, saya mulai buka bajunya, piyama minimnya wangi. Wah, susunya kelihatan fresh, ukuran memang sebanding dengan gadis seumurannya, tidak terlalu besar pun tidak kecil, tetapi kelihatan ranum karena baru tumbuh.

    Putingnya juga tetap kecil, dan sedikit warna merah muda. Saya segera saja menjilat-jilatinya, nikmat susunya membuatku makin ngaceng.

  • Kisah Memek Naluri Puberitas

    Kisah Memek Naluri Puberitas


    2455 views

    Duniabola99.com – Tahun 2018 yang lalu adalah saat pertama aku mengenal seks. Mungkin kalian tidak percaya, tapi begitulah keadaannya. Saat aku duduk di kelas 3 SMP (di sebuah SMP swasta terkenal di Surabaya), aku memiliki seorang teman cowok bernama Kevin, sebut saja begitu. Kevin dan aku selalu bermain bersama sejak kecil, mamaku dan mamanya berteman saat masih kuliah. Jadi kami sering berekreasi bersama ke Malang, Klaten, dan banyak tempat lainnya. Kisahku dimulai pada waktu Kevin dan aku pulang sekolah. Saat itu aku dan dia menunggu jemputan, karena kami berdua diantar dan dijemput oleh sopir dan mobil yang sama.
    Siang itu matahari bersinar terik. Anak anak sekolah yang lain sudah mulai dijemput, beberapa dari mereka masih menunggu sambil membeli jajanan murahan yang banyak terdapat di depan sekolah.


    “Kev, kok Pak Di belum datang juga yah?”

    Kevin menyeka keringatnya. Memandang sekeliling.

    “Iya nih, biasanya sudah datang loh sekarang.”

    “Awas kalau datang… pasti deh kubilangin Mama.” Kevin tertawa

    “Jangan begitu ah.” Dengan tertawa aku memukul lengannya.

    “Kalau begitu kamu saja yang kumarahin.”

    Aku bersyukur ada Kevin yang mau menemaniku melewati siang ini.

    “Van, setelah ini kita SMA ya?”

    “Umm.. iya nih. Mau masuk mana Kev?” Menyebalkan untuk memikirkan hal ini.

    “Nggak tau yah, mungkin ke **** (edited)”

    Hhhh… sudah kuduga.

    “Yaaa… pisah dong.”

    “Kamu serius mau masuk negeri?”

    “Iya dong.”

    Sejenak kami terdiam. Aku tak tahu apa yang kurasakan saat itu.Malam itu aku nyaris tidak bisa tidur. Pikiranku melayang-layang, mungkin Kevin marah mengetahui aku lebih memilih untuk memasuki SMU negeri. Dalam statusnya, memang lebih baik sekolah di swasta, tapi buatku, kebosanan pada teman-temanku yang selalu memamerkan setiap perjalanan mereka ke luar negeri selalu mendorongku untuk lebih memilih sekolah negeri.

    “Vanka, ditunggu Kevin tuh”, teriak mamaku.

    “Iya Maa…”


    Cepat-cepat kukenakan bajuku. Sejenak kutatap diriku di depan cermin, dan aku mulai bertanya-tanya, mungkinkah aku sudah bisa disebut dewasa? Aku tinggi, buah dadaku sudah tumbuh, begitu juga dengan bulu-bulu kemaluanku. Aku sudah puber, setidaknya 6 bulan yang lalu. Apakah aku sudah dewasa? Aku pernah merasakan sangat gerah, tepatnya 2 hari yang lalu. Saat itu entah kenapa mendadak memijat-mijat kemaluanku membuatku merasa sangat tenang dan enak. Aku sering juga mengintip Papa melihat film-film orang dewasa. Dan aku bukan seorang anak yang bodoh untuk tidak mengetahui apa yang kulihat. Banyak majalah dan tabloid remaja sudah kubaca, dan aku merasa sudah cukup mengetahui apa yang ingin kuketahui. Aku sudah dewasa, demikian aku memutuskan, sebelum aku tersadar dan segera lari menuruni tangga menemui Kevin.

    Hari ini Kevin mengajakku nonton di Delta, bersama dengan teman-teman yang lain.

    “Vanka… ummm… aku suka kamu.”

    “Huh?”

    “Iya, aku suka kamu. Aku nggak pingin kamu pergi.”

    “Kamu lucu deh.”

    Sejenak kulihat ia terdiam, menghela nafas panjang.

    “Aku juga”, kubisikkan kata itu di telinganya.

    Benarkah? Entahlah.

    “Aku kan nggak sekolah di Afrika.”

    Kevin tertawa. Aku juga. Yup, aku juga suka Kevin.

    Mungkin kekhawatiranku yang memicu kejadian ini. Entahlah. Tapi masih terbayang di benakku bagaimana dengan malu-malu Kevin mencium bibirku sebulan yang lalu, rasanya aku mendadak sangat dewasa. Jadi aku membiarkan saja dia mengulum bibirku, lagi pula aku sangat ingin mengetahui rasanya. Ternyata selain getir dan kenyal, enak juga. Aku juga membiarkan Kevin meletakkan tangannya di dadaku malam itu, rasanya geli dan sedikit menakutkan, tapi selebihnya, asyik-asyik saja. Namun kegelisahanku membuyarkan rasa enak di benakku saat Kevin meraih kancing bajuku dan berusaha membukanya.

    “Kev, ngapain sih.”

    “Ahh… sorry. Maaf…”

    Aku melihat wajahnya memerah, dan astaga, dia menangis.

    “Vanka, aku cowok yang lemah… maafkan aku.”

    Kevin bangkit berdiri dan meraih tombol lampu.

    “Kev…”

    Kevin menghampiriku dan mendadak terduduk dan memeluk lututnya. Ia menangis lagi.

    “Kevin…” kataku.


    Kupandangi wajahnya, lalu dia menatapku. Kemudian dia mendekati wajahnya ke wajahku dan akhirnya bibir kami bertemu. Kami berciuman lama, dia mencium lembut bibirku dan sambil tangannya memegang buah dadaku dan meremas-remasnya. Terasa nikmat sekali rasanya. Aku membiarkan saja Kevin membuka kancing-kancing bajuku. Juga kubiarkan ia melepaskan bajuku.

    Kevin membuka bajunya, dan aku merasakan tubuhku bergetar saat ia menyentuh jepitan bra-ku dan melepasnya. Sekarang aku dapat merasakan kehangatan kulitnya di dadaku, kami mendesah berbarengan. Jantungku terasa berdegub kencang, antara takut dan rasa ingin tahu. Kevin meletakkan telapak kirinya di dada kiriku, perasaan nyaman dan hangat kurasakan saat ia menggerak-gerakkan jemarinya memijat dan menekan. Sejenak pikiranku terbayang kepada film-film yang sering kulihat dari balik pintu. Apakah begini rasanya? Aku diam saja saat Kevin mangangkat rok sekolahku. Lalu dia meletakkan tangannya di kemaluanku. Kemudian dia menyelipkan jarinya ke balik celana dalamku. Sambil bibirnya diletakkan di buah dadaku. Oh Tuhan, begitu bodohnya aku untuk menikmati saat itu.

    Aku hanya bisa melihat saja saat Kevin membuka kancing celananya. Selanjutnya aku tak ingin melihat lagi. Mungkin karena saat itu aku merasa sangat malu. Namun yang kuingat saat itu, Kevin menarik celana dalamku ke bawah, dan membiarkanku merasakan ketelanjanganku. Selanjutnya ia membiarkanku sendiri beberapa saat, (aku tak tahu apa yang dilakukannya hingga beberapa hari kemudian setelah kejadian ini). Sejenak aku terhenyak saat sesuatu yang keras menusuk kemaluanku. Aku menjerit kecil dan membuka mataku lebar-lebar, sehingga aku dapat melihat raut wajah Kevin yang penuh keringat dan tampak merasa sangat bersalah.

    Argumen-argumen yang dikeluarkan Kevin saat itu membuat hatiku kacau balau, antara norma-norma yang kupelajari dari agama dan kedua orangtuaku, dengan segala rasa ingin tahu yang kurasakan saat itu. Namun aku membiarkan saja rasa sakit itu menusuk-nusuk perutku. Perutku mengejang saat Kevin menekan-nekan barangnya ke kemaluanku, dan menggesek-gesekkannya, membuatku merasakan perih yang amat sangat. Kevin menciumi hampir separuh badanku bagian atas, membuatku menjadi gerah dan merasa basah. Aku tak tahu apa yang harus kuperbuat, rasa perih di pangkal pahaku membuat rahangku terasa kaku dan aku berusaha menggapai-gapaikan tanganku ke segala arah, mencari dan mencengkeram apa yang bisa kucengkeram.


    Beberapa saat kemudian aku merasakan sesuatu menyembur ke permukaan perutku, dan kudengar Kevin menggeram lirih. Aku merasakan gerakannya berhenti, dan kemudian Kevin menjatuhkan kepalanya di dadaku, aku tak tahu apa yang terjadi (baru beberapa hari setelahnya aku tahu, dan sekarang mungkin aku akan tertawa mengingatnya).

    Mungkin itu merupakan sebuah pengalaman yang bisa dikatakan pengalaman pertama buatku dalam mengenal seks. Namun, aku baru sadar (dan sedikit mensyukuri saat itu), bahwa ternyata aku belum kehilangan keperawananku. Mungkin karena aku ketakutan, atau mungkin karena Kevin merasa putus asa. Akhirnya, Kevin dan aku benar-benar berpisah menjelang kenaikan kelas dari kelas 1 ke kelas 2 SMU, dan seperti yang diduga sebelumnya, ia memilih memasuki SMU swasta, sedangkan aku tetap di pilihanku semula, yaitu di SMU negeri. Terus terang saja aku sekarang telah kehilangan keperawananku, dengan temanku sekampus. Tapi, satu hal yang masih kuingat dan kujadikan memori indah, yaitu bahwa Kevin, temanku yang tersayang, merupakan cowok yang bisa mengajakku melakukan pendidikan seks untuk yang pertama kali, walaupun belum berhasil 100%. Love you Kevin, dan ia sekarang sudah di USA bersama keluarganya, semenjak tahun 2017. Seandainya kamu membaca ini Kevin, Tersenyumlah.




  • Vidio bokep Antonia Sainz, Belle Claire, danTracy Delicious threesome lesbi

    Vidio bokep Antonia Sainz, Belle Claire, danTracy Delicious threesome lesbi


    1845 views

  • Kisah Memek Lubang Kenikmatan Tante Erni Yang Wangi Pandan

    Kisah Memek Lubang Kenikmatan Tante Erni Yang Wangi Pandan


    2564 views

    Duniabola99.com – Kejadian ini terjadi ketika aku kelas 3 SMP, yah aku perkirakan umur aku waktu itu baru saja 14 tahun. Aku entah kenapa yah perkembangan sexnya begitu cepat sampaisampai umur segitu ssudah mau ngerasain yang enakenak. Yah itu semua karena temen nyokap kali yah, Soalnya temen nyokap Aku yang namanya Tante Erni (biasa kupanggil dia begitu) orangnya cantik banget, langsing dan juga awet muda bikin aku bergetar.
    Tante Erni ini tinggal dekat rumahku, hanya beda 5 rumahlah, nah Tante Erni ini cukup deket sama keluargaku meskipun enggak ada hubungan saudara. Dan dapat dipastikan kalau sore biasanya banyak ibuibu suka ngumpul di rumahku buat sekedar ngobrol bahkan suka ngomongin suaminya sendiri. Nah Tante Erni inilah yang bikin aku cepet gede (maklumlah anak masih puber kan biasanya suka yang cepetcepet).


    Biasanya Tante Erni kalau ke rumah Aku selalu memakai daster atau kadangkadang celana pendek yang bikin aku ser.. ser.. ser.. Biasanya kalau sudah sore tuh ibuibu suka ngumpul di ruang TV dan biasanya juga aku purapura nonton TV saja sambil lirak lirik. Tante Erni ini entah sengaja atau nggak aku juga enggak tahu yah. Dia sering kalau duduk itu tuh mengangkang, kadang pahanya kebuka dikit bikin Aku ser.. ser lagi deh hmm.
    Apa keasyikan ngobrolnya apa emang sengaja Aku juga enggak bisa ngerti, tapi yang pasti sih aku kadang puas banget sampaisampai kebayang kalau lagi tidur. Kadang kalau sedang ngerumpi sampai ketawa sampai lupa kalau duduk nya Tante Erni ngangkang sampaisampai celana dalemnya keliatan (wuih aku suka banget nih).

    Pernah aku hampir ketahuan pas lagi ngelirik wah rasanya ada perasaan takut malu sampaisampai Aku enggak bisa ngomong sampai panas dingin tapi Tante Erni malah diam saja malah dia tambahin lagi deh gaya duduknya. Nah dari situ aku sudah mulai suka sama tuh Tante yang satu itu. Setiap hari pasti Aku melihat yang namanya paha sama celana dalem tuh Tante.
    Pernah juga Aku waktu jalanjalan bareng ibuibu ke puncak nginep di villa. Ibuibu hanya bawa anaknya, nah kebetulan Mami Aku ngsajak Aku pasti Tante Erni pula ikut wah asyik juga nih pikir ku. Waktu hari ke2 malammalam sekitar jam 89 mereka ngobrol di luar deket taman sambil bakar jagung.


    Ternyata mereka sedang bercerita tentang hantu, ih dasar ibuibu masih juga kaya anak kecil ceritanya yang seremserem, pas waktu itu Tante Erni mau ke WC tapi dia takut. Tentu saja Tante Erni di ketawain sama gangnya karena enggak berani ke WC sendiri karena di villa enggak ada orang jadinya takut sampaisampai dia mau kencing di deket pojokan taman.
    Lalu Tante Erni menarik tangan Aku minta ditemenin ke WC, yah aku sih mau saja. Pergilah aku ke dalam villa sama Tante Erni, sesampainya Aku di dalam villa Aku nunggu di luar WC eh malah Tante Ernin ngsajak masuk nemenin dia soalnya katanya dia takut.

    Lex temenin Tante yah tunggu di sini saja buka saja pintu nya enggak usah di tutup, Tante takut nih, kata Tante Erni sambil mulai berjongkok.
    Dia mulai menurunkan celana pendeknya sebatas betis dan juga celana dalamnya yang berwarna putih ada motif rendanya sebatas lutut juga. Serr.. rr.. serr.. psstt, kalau enggak salah gitu deh bunyinya. Jantungku sampai degdegan waktu liat Tante Erni kencing, dalam hatiku, kalau saja Tante Erni boleh ngasih liat terus boleh memegangnya hmm. Sampaisampai aku bengong ngeliat Tante Erni.
    Heh kenapa kamu Lex kok diam gitu awas nanti kesambet kata Tante Erni.


    Ah enggak apaapa Tante, jawabku.
    Pasti kamu lagi mikir yang enggakenggak yah, kok melihatnya ke bawah terus sih?, tanya Tante Erni.
    Enggak kok Tante, aku hanya belum pernah liat cewek kencing dan kaya apa sih bentuk itunya cewek? tanyaku.
    Tante Erni cebok dan bangun tanpa menaikkan celana sama CDnya.
    Kamu mau liat Lex? Nih Tante kasih liat tapi jangan bilangbilang yah nanti Tante enggak enak sama Mamamu, kata Tante Erni.
    Aku hanya mengangguk mengiyakan saja. Lalu tanganku dipegang ke arah vaginanya. Aku tambah degdegan sampai panas dingin karena baru kali ini Aku megang sama melihat yang namanya memek. Tante Erni membiarkanku memegangmegang vaginanya.

    Sudah yah Lex nanti enggak enak sama ibuibu yang lain dikirain kita ngapain lagi.
    Iyah Tante, jawabku.
    Lalu Tante Erni menaikan celana dalam juga celana pendeknya terus kami gabung lagi sama ibuibu yang lain.
    Esoknya aku masih belum bisa melupakan hal semalam sampai sampai aku panas dingin. Hari ini semua pengen pergi jalanjalan dari pagi sampai sore buat belanja oleholeh rekreasi. Tapi aku enggak ikut karena badanku enggak enak.
    Lex, kamu enggak ikut? tanya mamiku.
    Enggak yah Mam aku enggak enak badan nih tapi aku minta di bawain kue mochi saja yah Mah kataku.

    Yah sudah istirahat yah jangan mainmain lagi kata Mami.
    Erni, kamu mau kan tolong jagain si Alex nih yah, nanti kalau kamu ada pesenan yang mau di beli biar sini aku beliin kata Mami pada Tante Erni.
    Iya deh Kak aku jagain si Alex tapi beliin aku tales sama sayuran yah, aku mau bawa itu buat pulang besok kata Tante Erni.
    Akhirnya mereka semua pergi, hanya tinggal aku dan Tante Erni berdua saja di villa, Tante Erni baik juga sampaisampai aku di bikinin bubur buat sarapan, jam menunjukan pukul 9 pagi waktu itu.
    Kamu sakit apa sih Lex? kok lemes gitu? tanya Tante Erni sambil nyuapin aku dengan bubur ayam buatannya.


    Enggak tahu nih Tante kepalaku juga pusing sama panas dingin aja nih yang di rasa kataku.
    Tante Erni begitu perhatian padaku, maklumlah di usia perkawinannya yang sudah 5 tahun dia belum dikaruniai seorang buah hati pun.
    Kepala yang mana Lex atas apa yang bawah? kelakar Tante Erni padaku. Aku pun bingung, Memangya kepala yang bawah ada Tante? kan kepala kita hanya satu? jawabku polos.
    Itu tuh yang itu yang kamu sering tutupin pake segitiga pengaman kata Tante Erni sambil memegang si kecilku.

    Ah Tante bisa saja kataku.
    Eh janganjangan kamu sakit garagara semalam yah aku hanya diam saja.
    Selesai sarapan badanku dibasuh air hangat oleh Tante Erni, pada waktu dia ingin membuka celanaku, kubilang, Tante enggak usah deh Tante biar Alex saja yang ngelap, kan malu sama Tante
    Enggak apaapa, tanggung kok kata Tante Erni sambil menurunkan celanaku dan CDku.
    Dilapnya si kecilku dengan hatihati, aku hanya diam saja.

    Lex mau enggak pusingnya hilang? Biar Tante obatin yah
    Pakai apa Tan, aku enggak tahu obatnya kataku polos.
    Iyah kamu tenang saja yah kata Tante Erni.
    Lalu di genggamnya batang penisku dan dielusnya langsung spontan saat itu juga penisku berdiri tegak. Dikocoknya pelanpelan tapi pasti sampaisampai aku melayang karena baru pertama kali merasakan yang seperti ini.
    Achh.. cchh.. aku hanya mendesah pelan dan tanpa kusadari tanganku memegang vagina Tante Erni yang masih di balut dengan celana pendek dan CD tapi Tante Erni hanya diam saja sambil tertawa kecil terus masih melakukan kocokannya.


    Sekitar 10 menit kemudian aku merasakan mau kencing.
    Tante sudah dulu yah aku mau kencing nih kataku.
    Sudah, kencingnya di mulut Tante saja yah enggak apaapa kok kata Tante Erni.
    Aku bingung campur heran melihat penisku dikulum dalam mulut Tante Erni karena Tante Erni tahu aku sudah mau keluar dan aku hanya bisa diam karena merasakan enaknya.
    Hhgg..achh.. Tante aku mau kencing nih bener kataku sambil meremas vagina Tante Erni yang kurasakan berdenyutdenyut.

    Tante Ernipun langsung menghisap dengan agresifnya dan badanku pun mengejang keras.
    Croott.. ser.. err.. srett.. muncratlah air maniku dalam mulut Tante Erni, Tante Erni pun langsung menyedot sambil menelan maniku sambil menjilatnya. Dan kurasakan vagina Tante Erni berdenyut kencang sampaisampai aku merasakan celana Tante Erni lembab dan agak basah.
    Enak kan Lex, pusingnya pasti hilang kan? kata Tante Erni.
    Tapi Tante aku minta maaf yah aku enggak enak sama Tante nih soalnya Tante..

    Sudah enggak apaapa kok, oh iya kencing kamu kok kental banget, wangi lagi, kamu enggak pernah ngocok Lex?
    Enggak Tante
    Tanpa kusadari tanganku masih memegang vagina Tante Erni.
    Loh tangan kamu kenapa kok di situ terus sih. Aku jadi salah tingkah
    Sudah enggak apaapa kok, Tante ngerti katanya padaku.

    Tante boleh enggak Alex megang itu Tante lagi pintaku pada Tante Erni. Tante Erni pun melepaskan celana pendeknya, kulihat celana dalam Tante Erni basah entah kenapa.
    Tante kencing yah? tanyaku.
    Enggak ini namanya Tante nafsu Lex sampaisampai celana dalam Tante basah.
    Dilepaskannya pula celana dalam Tante Erni dan mengelap vaginanya dengan handukku. Lalu Tante Erni duduk di sampingku
    Lex pegang nih enggak apaapa kok sudah Tante lap katanya. Akupun mulai memegang vagina Tante Erni dengan tangan yang agak gemetar, Tante Erni hanya ketawa kecil.


    Lex, kenapa? Biasa saja donk kok gemetar kaya gitu sih kata Tante Erni. Dia mulai memegang penisku lagi, Lex Tante mau itu nih.
    Mau apa Tante?
    Itu tuh, aku bingung atas permintaan Tante Erni.
    Hmm itu tuh, punya kamu di masukin ke dalam itunya Tante kamu mau kan?
    Tapi Alex enggak bisa Tante caranya
    Sudah, kamu diam saja biar Tante yang ajarin kamu yah kata Tante Erni padaku.

    Mulailah tangannya mengelus penisku biar bangun kembali tapi aku juga enggak tinggal diam aku coba mengeluselus vagina Tante Erni yang di tumbuhi bulu halus.
    Lex jilatin donk punya Tante yah katanya.
    Tante Alex enggak bisa, nanti muntah lagi
    Coba saja Lex
    Tante pun langsung mengambil posisi 69. Aku di bawah, Tante Erni di atas dan tanpa pikir panjang Tante Erni pun mulai mengulum penisku.
    Achh.. hgghhghh.. Tante

    Aku pun sebenarnya ada rasa geli tapi ketika kucium vagina Tante Erni tidak berbau apaapa. Aku mau juga menjilatinya kurang lebih baunya vagina Tante Erni seperti wangi daun pandan (asli aku juga bingung kok bisa gitu yah) aku mulai menjilati vagina Tante Erni sambil tanganku melepaskan kaus u can see Tante Erni dan juga melepaskan kaitan BHnya, kini kami samasama telanjang bulat.
    Tante Erni pun masih asyik mengulum penisku yang masih layu kemudian Tante Erni menghentikannya dan berbalik menghadapku langsung mencium bibirku dengan nafas yang penuh nafsu dan menderu.
    Kamu tahu enggak mandi kucing Lex kata Tante Erni.


    Aku hanya menggelengkan kepala dan Tante Erni pun langsung menjilati leherku menciuminya sampaisampai aku menggelinjang hebat, ciumannya berlanjut sampai ke putingku, dikulumnya di jilatnya, lalu ke perutku, terus turun ke selangkanganku dan penisku pun mulai bereaksi mengeras.
    Dijilatinya paha sebelah dalamku dan aku hanya menggelinjang hebat karena di bagian ini aku tak kuasa menahan rasa geli campur kenikmatan yang begitu dahsyat. Tante Erni pun langsung menjilati penisku tanpa mengulumnya seperti tadi dia menghisaphisap bijiku dan juga terus sampaisampai lubang pantatku pun dijilatinya sampai aku merasakan anusku basah.

    Kulihat payudara Tante Erni mengeras, Tante Erni menjilati sampai ke betisku dan kembali ke bibirku dikulumnya sambil tangannya mengocok penisku, tanganku pun meremas payudara Tante Erni. Entah mengapa aku jadi ingin menjilati vagina Tante Erni, langsung Tante Erni kubaringkan dan aku bangun, langsung kujilati vagina Tante Erni seperti menjilati es krim.
    Achh.. uhh.. hhghh.. acch Lex enak banget terus Lex, yang itu isep jilatin Lex kata Tante Erni sambil menunjuk sesuatu yang menonjol di atas bibir vaginanya.
    Aku langsung menjilatinya dan menghisapnya, banyak sekali lendir yang keluar dari vagina Tante Erni tanpa sengaja tertelan olehku.
    Lex masukin donk Tante enggak tahan nih

    Tante gimana caranya?
    Tante Erni pun menyuruhku tidur dan dia jongkok di atas penisku dan langsung menancapkannya ke dalam vaginanya. Tante Erni naik turun seperti orang naik kuda kadang melakukan gerakan maju mundur. Setengah jam kami bergumul dan Tante Erni pun mengejang hebat.
    Lex Tante mau keluar nih eghh.. huhh achh erang Tante Erni.
    Akupun di suruhnya untuk menaik turunkan pantatku dan tak lama kurasakan ada sesuatu yang hangat mengalir dari dalam vagina Tante Erni. Hmm sungguh pengalaman pertamaku dan juga kurasakan vagina Tante Erni munguruturut penisku dan juga menyedotnya. Kurasakan Tante Erni sudah orgasme dan permainan kami terhenti sejenak. Tante Erni tidak mencabut penisku dan membiarkanya di dalam vaginanya.
    Lex nanti kalau mau kencing kaya tadi bilang ya pinta Tante Erni padaku.


    Akupun langsung mengiyakan tanpa mengetahui maksudnya dan Tante Ernipun langsung mengocok penisku dengan vaginanya dengan posisi yang seperti tadi.
    Achh .. Tante enak banget achh.., gfggfgfg.. kataku dan tak lama aku pun merasakan hal yang seperti tadi lagi.
    Tante Alex kayanya mau kencing niih
    Tante Erni pun langsung bangun dan mengulum penisku yang masih lengket dengan cairan kewanitaanya, tanpa malu dia menghisapnya dan tak lama menyemburlah cairan maniku untuk yang ke 2 kalinya dan seperti yang pertama Tante Erni pun menelannya dan menghisap ujung kepala penisku untuk menyedot habis maniku dan akupun langsung lemas tapi disertai kenikmatan yang alang kepalang.

    Kami pun langsung mandi ke kamar mandi berdua dengan telanjang bulat dan kami melakukannya lagi di kamar mandi dengan posisi Tante Erni menungging di pinggir bak mandi. Aku melakukannya dengan cermat atas arahan Tante Erni yang hebat. Selasai itu jam pun menunjukan pukul 1 siang langsung makan siang dengan telur dadar buatan Tante Erni, setelah itu kamipun capai sekali sampaisampai tertidur dengan Tante Erni di sampingku, tapi tanganku kuselipkan di dalam celana dalam Tante Erni.
    Kami terbangun pada pukul 3 sore dan sekali lagi kami melakukannya atas permintaan Tante Erni, tepat jam 4:30 kami mengakhiri dan kembali mandi, dan rombongan ibuibu pun pulang pukul 6 sore.
    Lex kamu sudah baikan? tanya Mamiku.
    Sudah mam, aku sudah seger n fit nih kataku.

    Kamu kasih makan apa Ni, si Alex sampaisampai langsung sehat tanya Mami sama Tante Erni.
    Hanya bubur ayam sama makan siang telur dadar terus kukasih saja obat anti panas kata Tante Erni.
    Esoknya kamipun pulang ke jakarta dan di mobil pun aku duduk di samping Tante Erni yang semobil denganku. Mami yang menyopir ditemani Ibu Herman di depan. Di dalam mobilpun aku masih mencuricuri memegang barangnya Tante Erni.
    Sampai sekarang pun aku masih suka melakukannya dengan Tante Erni bila rumahku kosong atau terkadang ke hotel dengan Tante Erni. Sekali waktu aku pernah mengeluarkan spermaku di dalam sampai 3 kali. Kini Tante Erni sudah dikarunia 2 orang anak yang cantik. Baru kuketahui bahwa suami Tante Erni ternyata menagalami ejakulasi dini. Sebenarnya kini aku bingung akan status anak Tante Erni.


    Yah, begitulah kisahku sampai sekarang aku tetap menjadi PIL Tante Erni bahkan aku jadi lebih suka dengan wanita yang lebih tua dariku. Pernah juga aku menemani seorang kenalan Tante Erni yang nasibnya sama seperti Tante Erni, mempunyai suami yang ejakulasi dini dan suka daun muda buat obat awet muda, dengan menelan air mani pria muda.

  • Foto Ngentot cewek cantik Missy Marniez toket gede

    Foto Ngentot cewek cantik Missy Marniez toket gede


    1826 views

    Duniabola99.com – foto cewek cantik memeknya dijilati pacarnya Missy Marniez dan Agen Joker Gaming menghisap kontol besar sebelum kontol besar mengahantap keras kememeknya yang tanpa bulu baru dicukur. Agen Joker1888

  • Petite teen Lacie Channing wet pussy banged

    Petite teen Lacie Channing wet pussy banged


    2080 views

  • Cerita Sex Nikmat Sekali

    Cerita Sex Nikmat Sekali


    2359 views

    Cerita Sex ini berjudul ” Cerita Sex Nikmat Sekali ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Cerita Sex – Waktu itu Ronal yang masih duduk di perkuliahan mempunyai teman akrab namanya Ghina di aberasal dari Sumatera dan katanya dia masih menumpang di rumah tantenya, kebetulan hobi kitra sama yaitu naik gunung pecinta alam kita sering bersama kadang aku juga maen kerumahnya, dan bisa lebih karena aku juga naksir dengan adik sepupunya namanya Lusi.

    Lusi adalah anak dari tante yang rumahnya ditumpangi oleh Ghina, walaupun aku sudah akrab dengan keluarganya tante tapi aku tak langsung pacari si Lusi, tapi selama perjalanan waktu sudah berubah dimana ayah Lusi yang wakil rakyat meninggal dunia.

    Jadi Sekarang Ibunya yang mengurus semua perusahaan yang dikendalaikan ayah Lusi, Harapanku untuk memacari Lusi tetap ada, walaupun saat aku berkunjung kerumahnya jarang bertemu langsung dengan Lusi, malah Ibunya yang namanya Ita menemaniku, karena kesibukannya Lusi yang di Jakarta sedang belajar di sekolah presenter stasiun TV swasta.

    Tapi sebenarnya kalau mau jujur Lusi masih kalah dengan ibunya. Bu Ita lebih cantik.,kulitnya lebih putih bersih, dewasa dan tenang pembawaannya. Sementara Lusi agak sawo matang, nurun ayahnya kali? Seandainya Lusi seperti ibunya: tenang pembawaannya, keibuan dan penuh perhatian, baik juga.

    Sekarang, di rumah yang cukup mewah itu hanya ada bu Ita dan seorang pembantu. Ghina sudah tidak di situ, sementara Lusi sekolah di ibukota, paling-paling seminggu pulang. Akhirnya saya di suruh bu Ita untuk membantu sebagai karyawan tidak tetap mengelola perusahaannya. Untungnya saya memiliki kemampuan di bidang komputer dan manajemennya, yang saya tekuni sejak SMA.

    Setelah mengetahui manajemen perusahaan bu Ita lalu saya menawari program akuntansi dan keuangan dengan komputer, dan bu Ita setuju bahkan senang. Merencanakan kalkulasi biaya proyek yang ditangani perusahaannya, dsb.

    Saya menyukai pekerjaan ini. Yang jelas bisa menambah uang saku saya, bisa untuk membantu kuliah, yang saat itu baru semester dua. Bu Ita memberi honor lebih dari cukup menurut ukuran saya. Pegawai bu Ita ada tiga cewek di kantor, tambah saya, belum termasuk di lapangan.

    Saya sering bekerja setelah kuliah, sore hingga malam hari, datang menjelang pegawai yang lain pulang. Itupun kalau ada proyek yang harus dikerjakan. Part time begitu. Bagi saya ini hanya kerja sambilan tapi bisa menambah pengalaman.

    Karena hubungan kerja antara majikan dan pegawai, hubungan saya dengan bu Ita semakin akrab. Semula sih biasa saja, lambat-laun seperti sahabat, curhat, dan sebagainya.

    Aku sering dinasehati, bahkan saking akrabnya, bercanda, saya sering pegang tangannya, mencium tangan, tentu saja tanpa diketahui rekan kerja yang lain. Dan rupanya dia senang. Tapi aku tetap menjaga kesopanan.

    Pengalaman ini yang mendebarkan jantungku, betapapun dan siapapun bu Ita, dia mampu menggetarkan dadaku. Walaupun sudah cukup umur wanita ini tetap jelita. Saya kira siapapun orangnya pasti mengatakan orang ini cantik bahkan cantik sekali.

    Dasar pandai merawat tubuh, karena ada dana untuk itu, rajin fitnees, di rumah disediakan peralatannya. Kalau sedang fitnees memakai pakaian fitnees ketat sangat sedap dipandang. Ini sudah saya ketahui sejak saya SMA dulu, tapi karena saya kepingin mendekati Lusi, hal itu saya kesampingkan.

    Data-data pribadi bu Ita saya tahu betul karena sering mengerjakan biodata berkaitan dengan proyek-proyeknya. Tingginya 161 cm, usianya saat kisah ini terjadi 37 tahun, lima bulan dan berat badannya 52 kg. Cukup ideal.

    Pada suatu hari saya lembur, karena ada pekerjaan proyek dan paginya harus didaftarkan untuk diikutkan tender. Pukul 22.00 pekerjaan belum selesai, tapi aku agak terhibur bu Ita mau menemaniku, sambil mengecek pekerjaanku.

    Dia cukup teliti. Kalau kerja lembur begini ia malah sering bercanda. Bahkan kalau minumanku habis dia tidak segan-segan yang menuang kembali, aku malah menjadi kikuk. Dia tak enggan pegang tanganku, mencubit, namun aku tak berani membalas.

    Cerita Sex Nikmat Sekali Apalagi bila sedang mencubit dadaku aku sama sekali tidak akan membalas. Dan yang cukup surprise tanpa ragu memijit-pijit bahuku dari belakang.

    “Capek ya..? Saya pijit, nih”, katanya.

    Aku hanya tersenyum, dalam hati senang juga, dipijit janda cantik. Apalagi yang kurasakan dadanya, pasti teteknya menyenggol kepalaku bagian belakang, saya rasakan nyaman juga. Lama-lama pipiku sengaja saya pepetkan dengan tangannya yang mulus, dia diam saja.

    Dia membalas membelai-belai daguku, yang tanpa rambut itu. Aku menjadi cukup senang. Hampir pukul 23.00 baru selesai semua pekerjaan, saya membersihkan kantor dan masih dibantu bu Ita. Wah wanita ini betul-betul seorang pekerja keras, gumanku dalam hati.

    Saya bersiap-siap untuk pulang, tapi dibuatkan kopi, jadi kembali minum.

    “Kamu sudah punya pacar Ron?”

    “Belum Bu”, jawabku

    “Masa.., pasti kamu sudah punya. Cewek mana yang tak mau dengan cowok ganteng”, katanya

    “Belum Bu, sungguh kok”, kataku lagi. Kami duduk bersebelahan di sofa ruang tengah, dengan penerangan yang agak redup. Entah siapa yang mendahului, kami berdua saling berpegangan tangan saling meremas lembut. Yang jelas semula saya sengaja menyenggol tangannya

    Mungkin karena terbawa suasana malam yang dingin dan suasana ruangan yang syahdu, dan terdengar suara mobil melintas di jalan raya serta sayup-sayup suara binatang malam, saya dan bu Ita hanyut terbawa oleh suasana romantis.

    Bu Ita yang malam itu memakai gaun warna hitam dan sedikit motif bunga ungu. Sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih.

    Wanita pengusaha ini makin mendekatkan tubuhnya ke arahku. Dalam kondisi yang baru aku alami ini aku menjadi sangat kikuk dan canggung, tapi anehnya nafasku makin memburu, kejar-kejaran dan bergelora seperti gemuruh ombak di Pelabuhan Ratu. Saya menjadi bergemetaran, dan tak mampu berbuat banyak, walau tanganku tetap memegang tangannya.

    “Dingin ya Ron..?!”, katanya sendu.

    Sementara tangan kiriku ditarik dan mendekap lengan kirinya yang memang tanpa lengan baju itu.
    “Ya, Bu dingin sekali”, jawabku.

    Terasa dingin, sementara tangannya juga merangkul pinggangku. Bau wewanginan semerbak di sekitar, aku duduk, menambah suasana romantis

    “Kalau ketahuan Darti (pembantunya), gimana Bu?”, kataku gemetar.

    “Darti tidak akan masuk ke sini, pintunya terkunci”, katanya.

    Saya menjadi aman. Lalu aku mencoba mengecup kening wanita lincah ini, dia tersenyum lalu dia menengadahkan wajahnya. Tanpa diajari atau diperintah oleh siapapun, kukecup bibir indahnya.

    Dia menyambut dengan senyuman, kami saling berciuman bibir saling melumat bibir, lidah kami bertemu berburu mencari kenikmatan di setiap sudut-sudut bibir dan rongga mulut masing-masing. Tangankupun mulai meraba-raba tubuh sintal bu Ita, diapun tidak kalah meraba-raba punggungku dan bahkan menyusup dibalik kaosku. Aku menjadi semakin terangsang dalam permainan yang indah ini.

    Sejenak jeda, kami saling berpandangan dia tersenyum manis bahkan amat manis, dibanding waktu-waktu sebelumnya.

    Kami berangkulan kembali, seolah-olah dua sejoli yang sedang mabuk asmara sedang bermesraan, padahal antara majikan dan pegawainya. Dia mulai mencumi leherku dan menggigit lembut semantara tanganku mulai meraba-raba tubuhnya, pertama pantatnya, kemudian menjalar ke pinggulnya.

    “Sejak kamu kesini dengan Ghina dulu, saya sudah berpikir: “Ganteng banget ini anak!””, katanya setengah berbisik.

    “Ah ibu ada-ada saja”, kataku mengelak walaupun saya senang mendapat sanjungan.

    “Saya tidak merayu, sungguh”, katanya lagi.

    Kami makin merangsek bercumbu, birahiku makin menanjak naik, dadaku semakin bergetar, demikian juga dada bu Ita. Diapun nampak bergetaran dan suaranya agak parau.

    Kemudian saya beranjak, berdiri dan menarik tangan bu Ita yang supaya ikut berdiri. Dalam posisi ini dia saya dekap dengan hangatnya. Hasrat kelakianku menjadi bertambah bangkit dan terasa seakan membelah celana yang saya pakai.

    Cerita Sex Nikmat Sekali Lalu saya bimbing dia ke kamarnya, bagai kerbau dicocok hidungnya bu Ita menurut saja. Kami berbaring bersama di spring bed, kembali kami bergumul saling berciuman dan becumbu.

    “Gimana kalau saya tidur di sini saja, Bu”, pintaku lirih.

    Ia berpikir sejenak lalu mengangguk sambil tersenyum. Kemudian dia beranjak menuju lemari dan mengambil pakaian sambil menyodorkan kepada saya.

    “Ini pakai punyaku”, dia menyodorkan pakaian tidur.

    Lalu aku melorot celana panjangku dan kaos kemudian memakai kimononya.

    Aku menjadi terlena. Dalam dekapannya aku tertidur. Baru sekitar setengah jam saya terbangun lagi. Dalam kondisi begini, jelas aku susah tidur.

    Udara terasa dingin, saya mendekapnya makin kencang. Dia menyusupkan kaki kanannya di selakangan saya. Penisku makin bergerak-gerak, sementara cumbuan berlangsung, penisku semakin menjadi-jadi kencangnya, yang sesungguhnya sejak tadi di sofa.

    Aku berpikir kalau sudah begini bagaimana? Apakah saya lanjutkan atau diam saja? Lama aku berfikir untuk mengatakan tidak! Tapi tidak bisa ditutupi bahwa hasrat, nafsu birahiku kuat sekali yang mendorong melonjak-lonjak dalam dadaku bercampur aduk sampai kepada ubun-ubunku.

    Walaupun aku diamkan beberapa saat, tetap saja kejaran libido yang terasa lebih kuat. Memang saya sadar, wanita yang ada didekapanku adalah majikanku, tantenya Ghina, mamanya Lusi, tapi sebagai pria normal dan dewasa aku juga merasakan kenikmatan bibir dan rasa perasaan bu Ita sebagai wanita yang sintal, cantik dan mengagumkan.

    Sedikitnya aku sudah merasakan kehangatannya tubuhnya dan perasaannya, meski pengalaman ini baru pertama kali kualami.

    Aku tak kuasa berkeputusan, dalam kondisi seperti ini aku semakin bergemetaran, antara mengelak dan hasrat yang menggebu-gebu. Aku perhatikan wajahnya di bawah sorot lampu bed, sengaja saya lihat lama dari dekat, wajahnya memancarkan penyerahan sebagai wanita, di depan lelaki dewasa.

    Pelan-pelan tanganku menyusup di balik gaunnya, meraba pahanya dia mengeliat pelan, saya tidak tahu apakah dia tidur atau pura-pura tidur. Aku cium lembut bibirnya, dan dia menyambutnya. Berarti dia tidak tidur. Ku singkap gaun tidurnya kemudian kulepas, dia memakai beha warna putih dan cedenya juga putih.

    Aku menjadi tambah takjub melihat kemolekan tubuh bu Ita, putih dan indah banget. Ku raba-raba tubuhnya, dia mengeliat geli dan membuka matanya yang sayu. Jari-jari lentiknya menyusup ke balik baju tidur yang kupakai dan menarik talinya pada bagian perutku, lalu pakaianku terlepas. Kini akupun hanya pakai cede saja.

    “Kamu ganteng banget, Ron, tinggi badanmu berapa, ya?”, bisiknya. Saya tersenyum senang.

    “Makasih. Ada 171. Bu Ita juga cantik sekali”, mendengar jawabanku, dia hanya tersenyum.

    Aku berusaha membuka behanya dengan membuka kaitannya di punggungnya, kemudian keplorotkan cedenya sehingga aku semakin takjub melihat keindahan alam yang tiada tara ini. Hal ini menjadikan dadaku semakin bergetar.

    Betapa tidak?! Aku berhadapan langsung dengan wanita tanpa busana yang bertubuh indah, yang selama ini hanya kulihat lewat gambar-gambar orang asing saja. Kini langsung mengamati dari dekat sekali bahkan bisa meraba-raba.

    Wanita yang selama ini saya lihat berkulit putih bersih hanya pada bagian wajah, bagian kaki dan bagian lengan ini, sekarang tampak seluruhnya tiada yang tersisa. Menakjubkan! Darahku semakin mendidih, melihat pemandangan nan indah itu.

    Di saat saya masih bengong, pelan-pelan aku melorot cedeku, saya dan bu Ita sama-sama tak berpakaian. Penisku benar-benar maksimal kencangnya. Kami berdua berdekapan, saling meraba dan membelai.

    Kaki kami berdua saling menyilang yang berpangkal di selakangan, saling mengesek. Penisku yang kencang ikut membelai paha indah bu Ita. Sementara itu ia membelai-belai lembut penisku dengan tangan halusnya, yang membawa efek nikmat luar biasa.

    Tanganku membela-belai pahanya kemudian kucium mulai dari lutut merambat pelan ke pangkal pahanya. Ia mendesah lembut. Dadaku makin bergetaran karena kami saling mencumbu, aku meraba selakangannya, ada rerumputan di sana, tidak terlalu lebat jadi enak dipandang.

    Dia mengerang lembut, ketika jemariku menyentuh bibir vaginanya. Mulutku menciumi payudaranya dengan lembut dan mengedot puntingnya yang berwarna coklat kemerah-merahan, lalu membenamkan wajahku di antara kedua susunya.

    Sementara tangan kiriku meremas lembut teteknya. Desisan dan erangan lembut muncul dari mulut indahnya. Aku semakin bernafsu walau tetap gemetaran. Tanganku mulai aktif memainkan selakangannya, yang ternyata basah itu.

    Saya penasaran, lalu kubuka kedua pahanya, kemudian kusingkap rerumputan di sekitar kewanitaannya. Bagian-bagian warna pink itu aku belai-belai dengan jemariku. Klitorisnya, ku mainkan, menyenangkan sekali.

    Ita mengerang lembut sambil menggerakkan pelan kaki-kakinya. Lalu jariku kumasukkan keterowongan pink tersebut dan menari-nari di dalamnya. Dia semakin bergelincangan. Kelanjutannya ia menarikku.

    “Ayo Ron”aku tak tahan”, katanya berbisik

    Dan merangkulku ketat sekali, sehingga bagian yang menonjol di dadanya tertekan oleh dadaku.
    Aku mulai menindih tubuh sintal itu, sambil bertumpu pada kedua siku-siku tanganku, supaya ia tidak berat menompang tubuhku.

    Sementara itu senjataku terjepit dengan kedua pahanya. Dalam posisi begini saja enaknya sudah bukan main, getaran jantungku makin tidak teratur. Sambil menciumi bibirnya, dan lehernya, tanganku meremas-remas lembut susunya.

    Penisku menggesek-gesek sekalangannya, ke arah atas (perut), kemudian turun berulang-ulang Tak lama kemudian kakinya direnggangkan, lalu pinggul kami berdua beringsut, untuk mengambil posisi tepat antara senjataku dengan lubang kewanitaannya. Beberapa kali kami beringsut, tapi belum juga sampai kepada sasarannya. Penisku belum juga masuk ke vaginanya

    “Alot juga”, bisikku. Bu Ita yang masih di bawahku tersenyum.

    “Sabar-sabar”, katanya. Lalu tangannya memegang penisku dan menuntun memasukkan ke arah kewanitaannya.

    “Sudah ditekan… pelan-pelan saja”, katanya. Akupun menuruti saja, menekan pinggulku…

    “Blesss”, masuklah penisku, agak seret, tapi tanpa hambatan. Ternyata mudah! Pada saat masuk itulah, rasa nikmatnya amat sangat. Seolah aku baru memasuki dunia lain, dunia yang sama sekali baru bagiku.

    Cerita Sex Nikmat Sekali Aku memang pernah melihat film orang beginian, tetapi untuk melakukan sendiri baru kali ini. Ternyata rasanya enak, nyaman, mengasyikkan. Wonderful! Betapa tidak, dalam usiaku yang ke 23, baru merasakan kehangatan dan kenikmatan tubuh wanita.

    Gerakanku mengikuti naluri lelakiku, mulai naik-turun, naik-turun, kadang cepat kadang lambat, sambil memandang ekspresi wajah bu Ita yang merem-melek, mulutnya sedikit terbuka, sambil keluar suara tak disengaja desah-mendesah. Merasakan kenikmatannya sendiri.

    “Ah… uh… eh… hem””

    Ketika aku menekankan pinggulku, dia menyambut dengan menekan pula ke atas, supaya penisku masuk menekan sampai ke dasar vaginanya. Getaran-getaran perasaan menyatu dengan leguhan dan rasa kenikmatan berjalan merangkak sampai berlari-lari kecil berkejar-kejaran.

    Di tengah peristiwa itu bu Ita berbisik

    “Kamu jangan terlalu keburu nafsu, nanti kamu cepat capek, santai saja, pelan-pelan, ikuti iramanya”, ketika saya mulai menggenjot dengan semangatnya.

    “Ya Bu, maaf”, akupun menuruti perintahnya.

    Lalu aku hanya menggerakkan pinggulku ala kadarnya mengikuti gerakan pinggulnya yang hanya sesekali dilakukan. Ternyata model ini lebih nyaman dan mudah dinikmati. Sesekali kedua kakinya diangkat dan sampai ditaruh di atas bahuku, atau kemudian dibuka lebar-lebar, bahkan kadang dirapatkan, sehingga terasa penisku terjepit ketat dan semakin seret.

    Gerak apapun yang kami lakukan berdua membawa efek kenikmatan tersendiri. Setelah lebih dari sepuluh menit , aku menikmati tubuhnya dari atas, dia membuat suatu gerakan dan aku tahu maksudnya, dia minta di atas.

    Aku tidur terlentang, kemudian bu Ita mengambil posisi tengkurap di atasku sambil menyatukan alat vital kami berdua. Bersetubuhlah kami kembali.Ia memasukkan penisku rasanya ketat sekali menghujam sampai dalam.

    Sampai beberapa saat bu Ita menggerakkan pinggulnya, payudaranya bergelantungan nampak indah sekali, kadang menyapu wajahku. Aku meremas kuat-kuat bongkahan pantatnya yang bergoyang-goyang. Payudaranya disodorkan kemulutku, langsung kudot. Markas Judi Online Dominoqq

    Gerakan wanita berambut sebahu ini makin mempesona di atas tubuhku. Kadang seperti orang berenang, atau menari yang berpusat pada gerakan pinggulnya yang aduhai. Bayang-bayang gerakan itu nampak indah di cermin sebelah ranjang.

    Tubuh putih nan indah perempuan setengah baya menaiki tubuh pemuda agak coklat kekuning-kuningan. Benar-benar lintas generasi!

    Adegan ini berlangsung lebih dari lima belas menit, kian lama kian kencang dan cepat, gerakannya. Nafasnya kian tidak teratur, sedikit liar. Kayak mengejar setoran saja. Tanganku mempererat rangulanku pada pantat dan pinggulnya, sementara mulutku sesekali mengulum punting susunya. Rasanya enak sekali. Setelah kerja keras majikanku itu mendesah sejadi-jadinya”

    “Ah… uh, eh… aku, ke.. luaar..Ron..”, rupanya ia orgasme.

    Puncak kenikmatannya diraihnya di atas tubuhku, nafasnya berkejar-kejaran, terengah-engah merasakan keenakan yang mencapai klimaknya.

    Nafasnya berkejar-kejaran, gerakannya lambat laun berangsur melemah, akhirnya diam. Ia menjadi lemas di atasku, sambil mengatur nafasnya kembali. Aku mengusap-usap punggung mulusnya. Sesekali ia menggerak-gerakkan pinggulnya pelan, pelan sekali, merasakan sisa-sisa puncak kenikmatannya. Beberapa menit dia masih menindih saya.

    Cerita Sex Nikmat Sekali

    Cerita Sex Nikmat Sekali

    Setelah pulih tenaganya, dia tidur terlentang kembali, siap untuk saya tembak lagi. Kini giliran saya menindihnya, dan mulai mengerjakan kegiatan seperti tadi. Gerakan ku pelan juga, dia merangkul aku. Naik turun, keluar masuk.

    Saat masuk itulah rasa nikmat luar biasa, apalagi dia bisa menjepit-jepit, sampai beberapa kali. Sungguh aku menikmati seluruhnya tubuh bu Ita. Ruaar biasa! Tiba-tiba suatu dorongan tenaga yang kuat sampai diujung senjataku, aliran darah, energi dan perasaan terpusat di sana, yang menimbulkan kekuatan dahsyat tiada tara.

    Energi itu menekan-nekan dan memenuhi lorong-lorong rasa dan perasaan, saling memburu dan kejar-kejaran. Didorong oleh gairah luar biasa, menimbulkan efek gerakan makin keras dan kuat menghimpit tubuh indah, yang mengimbangi dengan gerakan gemulai mempesona.

    Akhirnya tenaga yang menghentak-hentak itu keluar membawa kenikmatan luar biasa”, suara tak disengaja keluar dari mulut dua insan yang sedang dilanda kenikmatan. Air maniku terasa keluar tanpa kendali, menyemprot memenuhi lubang kenikmatan milik bu Ita.

    “Ahh… egh… egh… uhh”, suara kami bersaut-sahutan.

    Bibir indah itu kembali kulumat makin seru, diapun makin merapatkan tubuhnya terutama pada bagian bawah perutnya, kuat sekali. Menyatu semuanya,

    “Aku” keluar Bu”, kataku terengah-engah.

    “Aku juga Ron”, suaranya agak lemah.

    “Lho keluar lagi, tadi kan sudah?! Kok bisa keluar lagi?!”, tanyaku agak heran.

    “Ya, bisa dua kali”, jawabnya sambil tersenyum puas.

    Kami berdua berkeringat, walau udara di luar dingin. Rasanya cukup menguras tenaga, bagai habis naik gunung saja, lempar lembing atau habis dari perjalanan jauh, tapi saya masih bisa merasakan sisa-sisa kenikmatan bersama.

    Selang beberapa menit, setelah kenikmatan berangsur berkurang, dan terasa lembek, saya mencabut senjataku dan berbaring terlentang di sisinya sambil menghela nafas panjang. Puas rasanya menikmati seluruh kenikmatan tubuhnya.

    Perempuan punya bentuk tubuh indah itupun terlihat puas, seakan terlepas dari dahaganya, yang terlihat dari guratan senyumnya. Saya lihat selakangannya, ada ceceran air maniku putih kental meleleh di bibir vaginanya bahkan ada yang di pahanya.

    Cerita Sex Nikmat Sekali Pengalaman malam itu sangat menakjubkan, hingga sampai berapa kali aku menaiki bu Ita, aku lupa. Yang jelas kami beradu nafsu hampir sepanjang malam dan kurang tidur.

    Keesokan harinya. Busa-busa sabun memenuhi bathtub, aku dan bu Ita mandi bersama, kami saling menyabun dan menggosok, seluruh sisi-sisi tubuhnya kami telusuri, termasuk bagian yang paling pribadi. Yang mengasyikkan juga ketika dia menyabun penisku dan mengocok-kocok lembut. Saya senang sekali dan sudah barang tentu membawa efek nikmat.

    “Saya heran barang ini semalaman kok tegak terus, kayak tugu Ghinas, besar lagi. Ukuran jumbo lagi?!”, katanya sambil menimang-nimang tititku.

    “Kan Ibu yang bikin begini?!”, jawabku. Kami tersenyum bersama.

    Sehabis mandi, kuintip lewat jendela kamar, Darti sedang nyapu halaman depan, kalau aku keluar rumah tidak mungkin, bisa ketahuan. Waktu baru pukul setengah enam. Tetapi senjata ini belum juga turun, tiba-tiba hasrat lelakiku kembali bangkit kencang sekali.

    Kembali meletup-letup, jantung berdetak makin kencang. Lagi-lagi aku mendekati janda yang sudah berpakaian itu, dan kupeluk, kuciumi. Saya agak membungkuk, karena aku lebih tinggi. Bau wewangian semerbak disekujur tubuhnya, rasanya lebih fresh, sehabis mandi.

    Lalu ku lepas gaunnya, ku tanggalkan behanya dan kuplorotkan cedenya. Kami berdua kembali berbugil ria dan menuju tempat tidur. Kedua insan lelaki perempuan ini saling bercumbu, mengulangi kenikmatan semalam.

    Ia terbaring dengan manisnya, pemandangan yang indah paduan antara pinggul depan, pangkal paha, dan rerumputan sedikit di tengah menutup samara-samar huruf “V”, tanpa ada gumpalan lemaknya.

    Aku buka dengan pelan kedua pahanya. Aku ciumi, mulai dari lutut, kemudian merambat ke paha mulusnya. Sementara tangannya mengurut-urut lembut penisku. Tubuhku mulai bergetaran, lalu aku membuka selakangannya, menyibakkan rerumputan di sana.

    Aku ingin melihat secara jelas barang miliknya. Jariku menyentuh benda yang berwarna pink itu, mulai bagian atas membelai-belainya dengan lembut, sesekali mencubit dan membelai kembali. Bu Ita bergelincangan, tangannya makin erat memegang tititku.

    Kemudian jariku mulai masuk ke lorong, kemudian menari-nari di sana, seperti malam tadi. Tapi bibir, dan terowongan yang didominasi warna pink ini lebih jelas, bagai bunga mawar yang merekah. Beberapa saat aku melakukan permainan ini, dan menjadi paham dan jelas betul struktur kewanitaan bu Ita, yang menghebohkan semalam.

    Gelora nafsu makin menggema dan menjalar seantero tubuh kami, saling mencium dan mencumbu, kian memanas dan berlari kejar-kejaran. Seperti ombak laut mendesir-desir menerpa pantai. Tiada kendali yang dapat mengekang dari kami berdua.

    Apalagi ketika puncak kenikmatan mulai nampak dan mendekat ketat. Sebuah kejutan, tanpa aku duga sebelumnya penisku yang sejak tadi di urut-urut kemudian dikulum dengan lembutnya. Pertama dijilati kepalanya, lalu dimasukkan ke rongga mulutnya.

    Rasanya saya diajak melayang ke angkasa tinggi sekali menuju bulan. Aku menjadi kelelahan. Sesi berikutnya dia mengambil posisi tidur terlentang, sementara aku pasang kuda-kuda, tengkurap yang bertumpu pada kedua tangan saya.

    Saya mulai memasukkan penisku ke arah lubang kewanitaan bu Ita yang tadi sudah saya “pelajari” bagian-bagiannya secara seksama itu. Benda ini memang rasanya tiada tara, ketika kumasukkan, tidak hanya saya yang merasakan enaknya penetrasi, tetapi juga bu Ita merasakan kenikmatan yang luar biasa, terlihat dari ekpresi wajahnya, dan desahan lembut dari mulutnya.

    “Ah”, desahnya setiap aku menekan senjataku ke arah selakangannya, sambil menekankan pula pinggulnya ke arah tititku. Kami berdua mengulangi mengarungi samodra birahi yang menakjubkan, pagi itu.

    Semuanya sudah selesai, aku keluar rumah sekitar pukul setengah delapan, saat Darti mencuci di belakang. Dalam perjalanan pulang aku termenung, Betapa kejadian semalam dapat berlangsung begitu cepat, tanpa liku-liku, tanpa terpikirkan sebelumnya.

    Sebuah wisata seks yang tak terduga sebelumnya. Kenikmatan yang kuraih, prosesnya mulus, semulus paha bu Ita. Singkat, cepat dan mengalir begitu saja, namun membawa kenikmatan yang menghebohkan.

    Betapa aku bisa merasakan kehangatan tubuh bu Ita secara utuh, orang yang selama ini menjadi majikanku. Menyaksikan rona wajah bu Ita yang memerah jambu, kepasrahannya dalam ketelanjangannya, menunjukkan kedagaan seorang wanita yang mebutuhkan belaian dan kehangatan seorang pria.

    Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, si kumbang muda makin sering mendatangi bunga untuk mengisap madu. Dan bunga itu masih segar saja, bahkan rasanya makin segar menggairahkan. Memang bunga itu masih mekar dan belum juga layu, atau memang tidak mau layu.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Kisah Memek Keangkuhan

    Kisah Memek Keangkuhan


    2440 views

    Duniabola99.com – “Dan di saat ke-aku-an itu mulai menyerang dan merontokkan segi-segi kemanusiawian-ku, maka di saat-saat seperti itulah kelelakianku yang sejati menyeruak dari persinggahannya dan menyerukan keberadaannya.” Surabaya, sepuluh tahun yang lalu.


    Pemuda Lee miringkan sedikit tubuhnya, mengangkat dagunya, memastikan kecakapannya terlihat nyata di depan cermin. Sebentar kemudian tangannya sudah terlihat sibuk menarik-narik ujung rambut yang semula begitu rapi di keningnya.
    “Kali ini dengan yang benar-benar fresh.” Dan Lee tertawa dalam hatinya. Benaknya membayangkan adegan-adegan mesum seperti yang sering dilakukannya bersama gadis-gadis binal itu. Yang sekarang sedikit berbeda. Kali ini benar-benar orisinil.
    Gadis lugu yang menunggu diajar.

    Lalu Lee tersenyum setelah melirik bundel uang dalam dompetnya.
    “Cukup.” Ucapnya dalam hati. Meraih kunci mobil dan melangkah keluar kamar. Lampu-lampu jalan menjadi saksi bisu tekadnya yang menggebu-gebu.
    “Kali ini cukup seminggu.”
    Dan menurutnya itu sudah terlalu lama. Tapi okelah, untuk pemula.

    “Sampai sang waktu menamparku, aku takkan pernah bisa menyadari keberadaan takdir yang akan menghampiriku.”

    “Gia.”
    “Lee.” Menjawab seraya tersenyum simpul, pemuda itu merasakan kebanggaan itu melambungkan harga dirinya. Memang, dia tak pernah sekalipun dalam hidupnya berkenalan dengan gadis di bawah rata-rata. Dan itulah juga yang terjadi saat ini. Lee dan Gia di hadapannya, gadis yang menantang birahi siapapun yang melihatnya. Gadis yang baru saja ranum, yang belum pernah terjamah oleh tangan-tangan usil. Tapi Lee bukan pemuda sembarangan tanpa strategi. Menurutnya gadis lugu hanya bisa ditaklukkan dalam kepasrahan. Lain tidak. Untuk itu dia harus ekstra hati-hati. Terutama saat menyerahkan boneka beruang itu sebagai tanda perkenalan. Dia tentu saja tak ingin gadis Gia menolak hadiah perkenalannya, dan gadis manapun –termasuk Gia– adalah tipikal gadis biasa yang merona saat menerima hadiah boneka beruang.
    “Thanks, tapi tak perlu.”
    “Tidak apa-apa, asal kamu bisa tersenyum.”
    Dan Gia tersenyum. Tersanjung.


    “Panah-panah asmara menjeratku, mempermainkanku, bahkan aku tak pernah tersadar dari mimpi-mimpi yang dirangkainya dengan begitu indah. Dan sampai sejauh mana aku bisa mempertanyakan ketulusannya, jika yang kutahu hanyalah kebahagiaan saat-saat kubersamanya?”

    Gia belum pernah menemui pemuda seperti Lee, yang menyanjungnya setinggi langit. Membuatnya merasa diperlakukan sebagai seorang wanita seutuhnya di usianya yang masih tergolong remaja. Lee bisa membelainya dengan mesra, mengungkapkan kehangatan itu dalam sanubarinya. Lee bisa mendengarkan semua keluh kesahnya selama berjam-jam tanpa sedikitpun menunjukkan raut kebosanan, untuk kemudian menghiburnya dengan kata-kata indah semanis madu yang bisa membuatnya bermimpi indah semalaman. Lee bisa membuainya dengan lilin-lilin romantis makan malam di restoran mewah dan hadiah-hadiah yang begitu bermakna baginya.
    Dan Gia tak kuasa menolak saat Lee mengecup bibirnya seminggu kemudian.
    “Jangan, Lee.”
    “Maaf,” Lee menundukkan kepalanya dan merautkan wajah bersalahnya yang paling tulus, “aku sedikit kelewatan.”
    Gia membenahi kancing-kancing bajuna yang terbuka. Matanya berkaca-kaca saat menatap kekasihnya dengan pandangan kebingungan.
    “Maafkan aku, ya?” Lee mengangkat kepalanya dan membenamkan wajahnya ke dalam dekapan si gadis. Gia tak mampu melawan saat kepala itu menempel di buah dadanya. Kehangatan air mata yang mendadak membasahi seragam sekolahnya begitu tulus. Air mata seorang pria yang penuh penyesalan.
    Tapi Lee tidak mengambil keuntungan terlalu lama. Segala imagi negatif harus disingkirkan terlebih dahulu.
    “Ayo kita pulang.” Senyum mengembang di sela air mata.
    Gia mengangguk lemah. Menyandarkan kepalanya di bahu kekasihnya saat kendaraan itu melaju.

    “Lalu perasaan itu datang dan merenggut kewarasanku, membuatku seperti kehilangan akal sehat yang selalu kubanggakan. Tapi kebanggan itu secepat hilangnya secepat kembalinya. Dan kebanggaanku adalah pada letak ke-aku-anku.”


    Siang itu Lee mengeluh. Uang kiriman sudah sangat tipis. Bahkan untuk membeli sebungkus rokok terasa susah mengingat siang nanti ia sudah berjanji dengan Gia untuk makan bersama.
    Tapi namanya lelaki. Rokok dulu. Wanita belakangan.
    Dan Lee menimbang-nimbang suatu alasan.
    “Aku mau mengajakmu ke sebuah tempat, tapi kamu jangan kecewa.” Lee berkata pada Gia usai menjemput si gadis.
    “Boleh.” Gadis Gia menjawab sekenanya.
    Warung mie itu terlihat penuh sesak. Bau keringat menyatu bersama udara bekas hujan yang belum kering. Tapi Gia menghabiskan mie di hadapannya dengan nafsu menggebu, hingga Lee dapat melihat bulir-bulir keringat yang keluar dari kening si gadis.
    “Lee, kamu tidak makan? Mau disuapin, ya?”
    Tapi Lee hanya terpana. Ia tak pernah melihat kepolosan itu.
    Baru sekali ini. Rencananya begitu berantakan. Ia semula mengira gadis itu akan menolak lalu akhirnya rencana makan siang mereka batal dan ia bisa menghemat uang sakunya. Ternyata gadis itu justeru menikmati makan siangnya dengan gaya yang begitu mempesona. Mempesona?
    “Ah, ya. Suapin, dong.”
    Bahkan Lee tak menghiraukan reputasinya sebagai anak bereputasi saat mata-mata sirik memandangi tangan Gia yang menyuapkan mie ke mulutnya. Ia begitu terpesona.
    Tapi Lee hanya tertawa seusai mengantar Gia pulang.
    “Gadis bodoh.”
    Keangkuhan itu masih sebegitu kuatnya.


    “Waktu menghancurkan dan mengikis kebekuan itu tanpa pernah disadari oleh pembawa cinta yang tersembunyi. Tatkala lagu-lagu burung cinta berkumandang yang ada hanyalah perasaan aku dan dia. Bukan aku lagi seperti diriku sendiri.”

    Lee merasa pusing, makalah itu lenyap ditelan tumpahan kopi. Ingin rasanya ia menendang kucing budukan tadi namun apa daya si kucing lebih cepat menghilang.
    Pemuda itu sekarang menekuni komputernya, mencoba mengembalikan empat halaman penuh kata-kata omong kosong yang sudah dirangkainya seharian.
    “Lee, aku sedang butuh kamu.”
    “Wah, aku sibuk. Besok saja.”
    Tapi justeru Lee melewatkan dua jam yang berharga untuk menemani Gia menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya.
    “Ini begini, dan ini begitu.”
    Gia memandang wajah serius Lee sambil tersenyum. Perlahan gadis itu mengecup kening kekasihnya. Begitu mesra.
    “Apa-apaan ini?”
    “Aku sayang kamu, Lee.”
    Dan Lee hanya bisa berkata, “Aku juga.”
    Sejenak ingatan tentang makalah itu terbang lenyap. Berganti kemesraan dan sentuhan kehangatan. Gia membelai Lee dengan penuh kasih dan membiarkan pemuda itu menyusupkan jemarinya ke balik bajunya, memijat dan meremas buah dadanya. Lee terengah dan menikmati rangsangan yang mampir tanpa rencana.
    Tapi kenikmatan itu terhenti saat Gia mendorong tubuh Lee menjauh. “Jangan kelewatan.”
    Lee tidak mengumpat. Hanya tersenyum. Hanya kebingungan.
    Karena ia bukan seperti dirinya sendiri.
    Tapi Lee masih mengeraskan hatinya saat kembali ke dunia makalahnya yang sama sekali belum terselesaikan sekata-pun.
    “Aku hanya sedikit terlena.”
    Benarkah itu, Lee?


    “Ah Keangkuhanku. Begitu aku memujanya setinggi langit dan bintang. Begitu aku mempertahankannya dalam setiap desing mata pisau yang mencoba meluluh lantakkannya. Begitu aku mencabarkannya walaupun aku tahu musuhnya adalah ambang kehancuran baginya.”

    Tentu saja benar!!
    Lee mulai merisaukan dirinya sendiri saat makalah itu selesai. Satu bulan sudah sangat-sangat jauh dari target yang sudah disiapkan. Dan Lee hanya bisa mendapatkan bibir dan seremas dada.
    Ah, Lee hanya sedikit `terlena’.
    Hayo, Lee. Buktikan kalau kamu hanya terlena. Kamu tidak ingin kalau sahabat-sahabatmu seprofesi mentertawakanmu, bukan?
    Lee mendenguskan udara dari hidungnya.
    Mau bukti kalau itu benar?
    “Gia, aku mungkin tak bisa ke rumahmu nanti malam.”
    “Tapi, Lee. Aku sudah masak semur lidah kesukaan kamu.”
    Huh. Mau membuatku terlena? Sori saja.
    “Maaf, ya. Aku harus ke kampus sekarang.”
    “Lee…?”
    Klik. Dan Lee tersenyum puas. Kalau tidak bisa mendapatkan yang lebih ya ditinggal saja. Lagipula dada sudah merupakan medali perunggu yang lumayan. Dan cara meninggalkan yang paling menyenangkan adalah dengan mencari masalah duluan. Jauhi.
    Dan nanti malam dia bisa kembali ke pelukan Resky.
    Malam yang hangat dan dada telanjang. Lee membiarkan gadis itu melumat kemaluannya. Jemarinya menjambak rambut gadis itu. Menggerakkannya ke atas dan ke bawah.
    Beberapa saat kemudian Lee sudah menikmati pergumulannya dengan Resky. Gadis itu mengerang saat pemuda Lee menggerakkan pinggulnya dengan lincah, menekan dan menggesek, memenuhi liang kema.

  • Foto Ngentot gadis muda menerima cipratan air mani di payudaranya setelah bercinta

    Foto Ngentot gadis muda menerima cipratan air mani di payudaranya setelah bercinta


    2114 views

    Duniabola99.com – foto gadis muda ngentot dengan pacarnya untuk pertama kali dan menelan semua air mani yang ditumpahkan pacarnyan yang berkontol gede dan mehantam memeknya dengan keras di atas sofa.

  • Video Bokep Eropa 2 cewek cantik eropa ngentot kontol gede

    Video Bokep Eropa 2 cewek cantik eropa ngentot kontol gede


    2553 views

  • Foto Bugil Remaja pirang imut Riley Star menanggalkan pakaiannya di depan papan tulis

    Foto Bugil Remaja pirang imut Riley Star menanggalkan pakaiannya di depan papan tulis


    2173 views

    Duniabola99.com – foto cewek cantik pirang imut bugil di depan kelasnya sambil ngangkang diatas meja guru menampilkan toketnya yang  kecil dan juga memamerkan memeknya yang berwarna pink dan bulunya yang tercukur rapi.

    Foto cewek pangilan, Foto model asia seksi mulus, Fodel indonesia seksi mulus, Foto tante girang, Foto tante seksi, cewek pangilan, cewek boking, Koleksi foto cewek cantik, Kumpulan Foto Wanita Cantik, Kumpulan Foto Gadis Sunda Cantik, 7 Cewek Canti,

  • Foto Ngentot Gadis remaja dientot dari belakang dikolam renang

    Foto Ngentot Gadis remaja dientot dari belakang dikolam renang


    2040 views

    Duniabola99.com – sedang mencari foto ngentot yang terupdate setiap hari? temukan di Duniabola99 yang selalu update dan membagikan. Foto-foto ngentot pilihan terbaik duniabola99.

  • Kisah Memek Mantan Murid

    Kisah Memek Mantan Murid


    2481 views

    Duniabola99.com – Sudah seminggu Sandi menjadi” suami”ku. Dan jujur saja aku sangat menikmati kehidupan malamku selama seminggu ini. Sandi benar-benar pemuda yang sangat perkasa, selama seminggu ini liang vaginaku selalu disiramnya dengan sperma segar. Dan entah berapa kali aku menahan jeritan karena kenikmatan luar biasa yang ia berikan.


    Walaupun malam sudah puas menjilat, menghisap, dan mencium sepasang payudaraku. Sandi selalu meremasnya lagi jika ingin berangkat kuliah saat pagi hari, katanya sich buat menambah semangat. Aku tak mau melarang karena aku juga menikmati semua perbuatannya itu, walau akibatnya aku harus merapikann bajuku lagi.

    Malam itu sekitar jam setengah 10-an. Setelah menidurkan anakku yang paling bungsu, aku pergi kekamar mandi untuk berganti baju. Sandi meminta aku mengenakan pakaian yang biasa aku pergunakan ke sekolah. Setelah selesai berganti pakaian aku lantas keluar dan berdiri duduk di depan meja rias. Lalu berdandan seperti yang biasa aku lakukan jika ingin berangkat mengajar kesekolah.

    Tak lama kudengar suara ketukan, hatiku langsung bersorak gembira tak sabar menanti permainan apa lagi yang akan dilakukan Sandi padaku.

    “Masuk.. Nggak dikunci,” panggilku dengan suara halus.

    Lalu Sandi masuk dengan menggunakan T-shirt ketat dan celana putih sependek paha.

    “Malam ibu… Sudah siap..?” Godanya sambil medekatiku.
    “Sudah sayang…” Jawabku sambil berdiri.

    Tapi Sandi menahan pundakku lalu memintaku untuk duduk kembali sembil menghadap kecermin meja rias. Lalu ia berbisik ketelingaku dengan suara yang halus.

    “Bu.. Ibu mau tahu nggak dari mana biasanya saya mengintip ibu?”
    “Memangnya lewat mana..?” Tanyaku sambil membalikkan setengah badan.

    Dengan lembut ia menyentuh daguku dan mengarahkan wajahku kemeja rias. Lalu sambil mengecup leherku Sandi berucap.

    “Dari sini bu..” Bisiknya.

    Dari cermin aku melihat disela-sela kerah baju yang kukenakan agak terbuka sehingga samar-samar terlihat tali BHku yang berwarna hitam. Pantas jika sedang mengajar di depan kelas atau mengobrol dengan guru-guru pria disekolah, terkadang aku merasa pandangan mereka sedang menelanjangi aku. Rupanya pemandangan ini yang mereka saksikan saat itu.

    Tapi toh mereka cuma bisa melihat, membayangkan dan ingin menyentuhnya pikirku. Lalu tangan kanan Sandi masuk kecelah itu dan mengelus pundakku. Sementara tangan kirinya pelan-pelan membuka kancing bajuku satu persatu. Setelah terbuka semua Sandi lalu membuka bajuku tanpa melepasnya. Lalu ia meraih kedua payudaraku yang masih tertutup BH.

    “Inilah yang membuat saya selalu mengingat ibu sampai sekarang,” Bisiknya ditelingaku sambil meremas kedua susuku yang masih kencang ini.

    Lalu tangan Sandi menggapai daguku dan segera menempelkan bibir hangatnya padaku dengan penuh kasih dan emosinya. Aku tidak tinggal diam dan segera menyambut sapuan lidah Sandi dan menyedotnya dengan keras air liur Sandi, kulilitkan lidahku menyambut lidah Sandi dengan penuh getaran birahi. Kemudian tangannya yang keras mengangkat tubuhku dan membaringkannya ditengah ranjang.

    Ia lalu memandang tubuh depanku yang terbuka, dari cermin aku bisa melihat BH hitam yang transparan dengan “push up bra style”. Sehingga memberikan kesan payudaraku hampir tumpah meluap keluar lebih sepertiganya. Untuk lebih membuat Sandi lebih panas, aku lalu mengelus-elus payudaraku yang sebelah kiri yang masih dibalut bra, sementara tangan kiriku membelai pussy yang menyembul mendesak CDku, karena saat itu aku mengenakan celana “mini high cut style”.


    Sandi tampak terpesona melihat tingkahku, lalu ia menghampiriku dan menyambar bibirku yang lembut dan hangat dan langsung melumatnya. Sementara tangan kanan Sandi mendarat disembulan payudara sebelah kananku yang segar, dielusnya lembut, diselusupkan tangannya dalam bra yang hanya 2/3 menutupi payudaraku dan dikeluarkannya buah dadaku. Ditekan dan dicarinya puting susuku, lalu Sandi memilinnya secara halus dan menariknya perlahan. Perlakuannya itu membuatku melepas ciuman sandi dan mendesah, mendesis, menghempaskan kepalaku kekiri dan kekanan.

    Selepas tautan dengan bibir hangatku, Sandi lalu menyapu dagu dan leherku, sehingga aku meracau menerima dera kenikmatan itu.

    “Saan… Saann… Kenapa kamu yang memberikan kenikmatan ini..”

    Sandi lalu menghentikan kegiatan mulutnya. Tangannya segera membuka kaitan bra yang ada di depan, dengan sekali pijitan jari telunjuk dan ibu jari sebelah kanan Sandi, Segera dua buah gunung kembarku yang masih kencang dan terawat menyembul keluar menikmati kebebasan alam yang indah. Lalu Sandi menempelkan bibir hangatnya pada buah dadaku sebelah kanan, disapu dan dijilatnya sembulan daging segar itu. Secepat itu pula merambatlah lidahnya pada puting coklat muda keras, segar menentang ke atas. Sandi mengulum putingku dengan buas, sesekali digigit halus dan ditariknya dengan gigi.

    Aku hanya bisa mengerang dan mengeluh, sambil mengangkat badanku seraya melepaskan baju dan rok kerjaku beserta bra warna hitam yang telah dibuka Sandi dan kulemparkan kekursi rias. Dengan giat penuh nafsu Sandi menyedot buah dadaku yang sebelah kiri, tangan kanannya meraba dan menjalar kebawah sampai dia menyentuh CDku dan berhenti digundukan nikmat yang penuh menentang segar ke atas. Lalu Sandi merabanya ke arah vertikal, dari atas kebawah. Melihat CDku yang sudah basah lembab, ia langsung menurukannya mendororng dengan kaki kiri dan langsung membuangnya sampai jatuh ke karpet.

    Adapun tangan kanan itu segera mengelus dan memberikan sentuhan rangsangan pada memekku, yang dibagian atasnya ditumbuhi bulu halus terawat adapun dibagian belahan vagina dan dibagian bawahnya bersih dan mulus tiada berambut. Rangsangan Sandi semakin tajam dan hebat sehingga aku meracau.

    “Saaan.. Sentuh ibu sayang, .. Saann buat.. Ibu terbaang.. Pleaase.”


    Sandi segera membuka gundukan tebal vagina milikku lalu mulutnya segera menjulur kebawah dan lidahnya menjulur masuk untuk menyentuh lebih dalam lagi mencari kloritasku yang semakin membesar dan mengeras. Dia menekan dengan penuh nafsu dan lidahnya bergerak liar ke atas dan kebawah. Aku menggelinjang dan teriak tak tahan menahan orgasme yang akan semakin mendesak mencuat bagaikan merapi yang ingin memuntahkan isi buminya. Dengan terengah-engah kudorong pantatku naik, seraya tanganku memegang kepala Sandi dan menekannya kebawah sambil mengerang.

    “Ssaann.. Aarghh..”

    Aku tak kuasa menahannya lagi hingga menjerit saat menerima ledakan orgasme yang pertama, magma pun meluap menyemprot ke atas hidung Sandi yang mancung.

    “Saan.. Ibu keluaa.. aar.. Sann..” Memekku berdenyut kencang dan mengejanglah tubuhku sambil tetap meracau.
    “Saan.. Kamu jago sekali memainkan lidahmu dalam memekku sayang.. Cium ibu sayang.”

    Sandi segera bangkit mendekap erat diatas dadaku yang dalam keadaan oleng menyambut getaran orgasme. Ia lalu mencium mulutku dengan kuatnya dan aku menyambutnya dengan tautan garang, kuserap lidah Sandi dalam rongga mulutku yang indah. Tubuhku tergolek tak berdaya sesaat, Sandipun mencumbuku dengan mesra sambil tangannya mengelus-elus seluruh tubuhku yang halus, seraya memberikan kecupan hangat didahi, pipi dan mataku yang terpejam dengan penuh cinta. Dibiarkannya aku menikmati sisa-sisa kenikmatan orgasme yang hebat. Juga memberi kesempatan menurunnya nafsu yang kurasakan.

    Setelah merasa aku cukup beristirahat Sandi mulai menyentuh dan membelaiku lagi. Aku segera bangkit dan medorong belahan badan Sandi yang berada diatasku. Kudekatkan kepalaku kewajahnya lalu kucium dan kujilati pipinya, kemudian menjalar kekupingnya. Kumasukkan lidahku ke dalam lubang telinga Sandi, sehingga ia meronta menahan gairahnya. Jilatanku makin turun kebawah sampai keputing susu kiri Sandi yang berambut, Kubelai dada Sandi yang bidang berotot sedang tangan kananku memainkan puting yang sebelah kiri. Mengelinjang Sandi mendapat sentuhan yang menyengat dititik rawannya yang merambat gairahnya itu, sandipun mengerang dan mendesah.


    Kegiatanku semakin memanas dengan menurunkan sapuan lidah sambil tanganku merambat keperut. Lalu kumainkan lubang pusar Sandi ditekan kebawah dfan kesamping terus kulepaskan dan kubelai perut bawah Sandi sampai akhirnya kekemaluan Sandi yang sudah membesar dan mengeras. Kuelus lembut dengan jemari lentikku batang kemaluan Sandi yang menentang ke atas, berwarna kemerahan kontras dengan kulit sandi yang putih kepalanya pun telah berbening air birahi.

    Melihat keadaan yang sudah menggairahkan tersebut aku menjadi tak sabar dan segera kutempelkan bibir hangatku kekepala kontol Sandi dengan penuh gelor nafsu, kusapu kepala kontol dengan cermat, kuhisap lubang air seninya sehingga membuat Sandi memutar kepalanya kekiri dan kekanan, mendongkak-dongkakkan kepalanya menahan keikmatan yang sangat tiada tara, adapun tangannya menjambak kepalaku.

    “Buuu.. Dera nikmat darimu tak tertahankan.. Kuingin memilikimu seutuhnya,” Sandi mengerang.

    Aku tidak menjawabnya, hanya lirikan mataku sambil mengedipkannya satu ke arah Sandi yang sedang kelejotan. Sukmanya sedang terbang melayang kealam raya oleh hembusan cinta birahi yang tinggi. Adapun tanganku memijit dan mengocoknya dengan ritme yang pelan dan semakin cepat, sementara lidahku menjilati seluruh permukaan kepala kontol tersebut. Termasuk dibagian urat yang sensitif bagian atas sambil kupijat-pijat dengan penuh nafsu birahi.

    Sadar akan keadaan Sandi yang semakin mendaki puncak kenikmatan dan akupun sendiri telah terangsang. Denyutan memekku telah mempengaruhi deburan darah tubuhku, kulepaskan kumulan kontol Sandi dan segera kuposisikan tubuhku diatas tubuh Sandi menghadap kekakinya. Dan kumasukkan kontol Sandi yang keras dan menengang ke dalam relung nikmatku. Segera kuputar memompanya naik turun sambil menekan dan memijat dengan otot vagina sekuat tenaga. Ritme gerakanpun kutambah sampai kecepatan maksimal.


    Sandi berteriak, sementara aku pun terfokus menikmati dera kenikmatan gesekan kontol sandi yang menggesek G-spotku berulang kali sehingga menimbulkan dera kenikmatan yang indah sekali. Tangan Sandipun tak tinggal diam diremasnya pantatku yang bulat montok indah, dan dielus-elusnya anusku, sambil menikmati dera goyanganku pada kontolnya. Dan akhirnya kami berdua berteriak.

    “Buu Dennook.. Aku tak kuat lagi.. Berikan kenikmatan lebih lagi bu.. Denyutan diujung kontolku sudah tak tertahankan”
    “Ibu pandai… Ibu liaarr… Ibu membuatku melayang.. Aku mau keluarr” .

    Lalu Sandi memintaku untuk memutar badan manghadap pada dirinya dan dibalikkannya tubuhku sehingga. Sekarang aku berada dibawah tubuhnya bersandarkan bantal tinggi, lalu Sandi menaikkan kedua kakiku kebahunya kemudian ia bersimpuh di depan memekku. Sambil mengayun dan memompa kontolnya dengan yang cepat dan kuat. Aku bisa melihat bagaimana wajah Sandi yang tak tahan lagi akan denyutan diujung kontol yang semakin mendesak seakan mau meledak.

    “Buu… Pleaass.. See.. Aku akaan meleedaaakkh!”
    “Tungguu Saan.. Orgasmeku juga mauu.. Datang ssayaang.. Kita sama-sama yaa..”

    Akhirnya… Cret.. Cret.. Cret tak tertahankan lagi bendungan Sandi jebol memuntahkan spermanya di vaginaku. Secara bersamaan akupun mendengus dan meneriakkan erangan kenikmatan. Segera kusambar bibir sandi, kukulum dengan hangat dan kusodorkan lidahku ke dalam rongga mulut Sandi. Kudekap badan Sandi yang sama mengejang, basah badan Sandi dengan peluh menyatu dengan peluhku. Lalu ia terkulai didadaku sambil menikmati denyut vaginaku yang kencang menyambut orgasme yang nikmat yang selama ini kurindukan.

    Lalu Sandi membelai rambutku dengan penuh kasih sayang kemudian mengecup keningku.


    “Buu.. Thank you, i love you so much.. Terus berikan kenikmatan seperti ini untukku ya..” Bisiknya lembut.

    Aku hanya mengangguk perlahan, setelah memberikan ciuman selamat tidur aku memeluknya dan langsung terlelap. Karena besok aku harus masuk kerja dan masih banyak lagi petualangan penuh kenikmatan yang akan kami lalui.

  • Video Bokep Mihono duduk kontol gede diatas sofa

    Video Bokep Mihono duduk kontol gede diatas sofa


    1980 views

  • Video bokep Serpente Edita dengan pekerja bertubuh kekar

    Video bokep Serpente Edita dengan pekerja bertubuh kekar


    2004 views

  • Kisah Memek Dukun dan calon PNS

    Kisah Memek Dukun dan calon PNS


    3449 views


    Duniabola99.com – Menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan impian bagi sebagian besar orang, Bergagai cara ditempuh agar bisa lolos tes CPNS. Mengikuti bimbingan tes CPNS, menyogok, menyewa joki, sampai ke dukun sekalipun akan dilakukan. Entah karena putus asa setelah beberapa kali gagal dalam tes, akhirnya akupun juga memakai jasa dukun atau orang pintar. Menurut info yang aku peroleh dari temanku, ada seorang dukun di pinggir kota yang dulu pernah meloloskannya menjadi PNS. Malam itu aku sendirian pergi mencari rumah dukun itu. Setelah sempat muter-muter nanya sana-sini, akhirnya aku tiba di sebuah rumah sederhana yang nyaris tidak terlihat dari jalan raya. Halamannya yang luas dan tertutup rimbunnya pohon-pohon mangga membuat suasana menjadi sejuk dan tenang. Setelah beberapa kali mengetuk pintu, seorang wanita setengah baya dengan senyum ramahnya membukakan pintu. “Permisi, apa benar ini rumahnya Bu Sarmi?” tanyaku kemudian. “Oh iya, saya sendiri.
    Silakan masuk, Mas!” Setelah dipersilakan duduk, tanpa basa-basi aku segera memperkenalkan diri dan langsung mengutarakan maksud kedatanganku. “Ooo, jadi Mas Anang ini juga pengen jadi pegawai negeri to?” “Iya Bu! Saya juga sudah membawa sebotol madu murni sebagai syarat, seperti yang dikatakan teman saya.” Aku menyodorkan satu botol madu murni kepada Bu Sarmi. “Kalau begitu, silakan Mas Anang ikut saya ke dalam!” Bu Sarmi beranjak dari duduknya sambil membawa botol madu yang aku berikan tadi. Beliau berjalan menuju ke sebuah kamar di ujung ruangan. Dari belakang aku membuntutinya sambil memperhatikan gerakan pantat montoknya yang membuatku menelan ludah. Sesampainya di dalam ruangan yang redup itu, Bu Sarmi menutup pintu dan menyuruhku membuka pakaianku.

    “Maaf ya Mas Anang! Tolong pakaiannya di lepas dan silakan berbaring di ranjang itu! Kita akan segera memulai ritualnya!” “Semuanya, Bu?” tanyaku malu-malu. Bu Sarmi tersenyum, “Mas Anang gak usah malu. Anggap saja saya tidak ada. Toh ini kan juga demi cita-cita Mas Anang!” Bu Sarmi benar, pikirku. Lagi pula aku sudah terlanjur datang ke sini, jadi aku tidak perlu malu lagi. Sementara Bu Sarmi menyiapkan kelengkapan ritual, aku segera menanggalkan semua busanaku kemudian berbaring di atas ranjang yang tidak terlalu empuk itu. Beberapa saat kemudian, dengan sebotol madu di tangannya, Bu Sarmi datang dan duduk di sampingku. Sesaat aku sempat melihat Bu Sarmi mengamati tubuh telanjangku. Pandangannya terkesan liar, seolah tengah melihat ayam panggang yang siap untuk di santap. Dengan duduk bersimpuh di sampingku, Bu Sarmi mulai menuangkan madu murni itu ke sekujur tubuhku. Aku memejamkan mataku saat tangan lembut Bu Sarmi mulai menyentuh dadaku, meratakan madu yang lengket itu ke setiap sudut tubuhku. Jemarinya yang lentik dengan lihai menari-nari, meremas-remas dada bidangku dan putingnya, dan mempermainkan bulu-bulu halus yang tumbuh di atasnya.

    Aku menggigit bibirku sendiri, mencoba mengendalikan aliran darahku yang bergejolak menuju ke arah pangkal pahaku. “Mas Anang sudah punya pacar?” tanya Bu Sarmi memecah keheningan. “Eh, saya baru menikah enam bulan yang lalu, Bu!” “Ooo… jadi masih pengantin baru to! Wah, lagi panas-panasnya dong, Mas!” kata Bu Sarmi meledek. “Ah, Bu Sarmi ini bisa saja!” Tanpa sengaja tanganku menyentuh lutut Bu Sarmi ketika beliau memindahkan tanganku yang tadi menutupi kemaluanku. Aku juga sempat melirik pahanya yang sedikit tersingkap. Wah, mulus juga pahanya, pikirku. Tanganku jadi betah berlama-lama di atas paha mulus itu. Bu Sarmi membiarkannya ketika tanganku mengelusnya. Bahkan beliau malah melebarkan pahanya. Seolah memberikan tanganku peluang untuk bergerak menelusuri paha bagian dalamnya. Darahku semakin mendidih manakala dengan lincahnya jemari Bu Sarmi turun ke perutku, membelai bulu-bulu halusnya dan memijat perutku, yang keras dan liat. “Wah… badan Mas Anang kekar juga yah? Tinggi lagi. Pasti Mas Anang rajin olah raga.” “Ya, setiap enam hari dalam seminggu, setiap pagi dan sore saya usahakan untuk olah raga meskipun hanya sejam. Biasanya sih saya rutin angkat beban, renang, bola, dan voli..” “Ooo… pantesan adik Mas Anang gede!” “Maksud Bu Sarmi, adik yang mana?” tanyaku pura-pura bodoh. “Maksud saya adik yang ini…..” kata Bu Sarmi sambil meremas kejantananku tanpa rasa canggung.


    Ada rasa kaget sekaligus senang dengan perlakuan Bu Sarmi. Beliau dengan lembut melumuri kejantananku dengan madu, kemudian mengocoknya pelan. “Ooohh… Bu! Enak…!” aku melenguh nikmat. Aku juga semakin berani dengan menyingkap roknya dan memilin pahanya lebih jauh lagi. Dan ternyata Bu Sarmi menanggapi positif tindakanku itu. Terbukti dengan ia sedikit mengangkat pantatnya agar aku bisa mencapai pangkal pahanya. Astaga…! Sekali lagi aku terkejut sekaligus senang manakala tanganku menyentuh rambut-rambut halus di antara pangkal paha Bu Sarmi. Ternyata beliau sudah tidak memakai celana dalam. Perlahan-lahan aku mulai menggosok bibir vagina Bu Sarmi yang sudah basah itu dengan jariku. Bu Sarmi bertambah kelojotan dan semakin bersemangat mengocok batang tongkolku. Perlahan-lahan batang kejantananku itu mulai membesar dan mengeras. Tanpa rasa jijik, Bu Sarmi mulai menjilati sisa-sisa madu yang menempel di sekitar pangkal pahaku, melumat buah zakarku, kemudian bergerak naik menyapu urat-urat tongkolku yang sudah bertonjolan. “Gimana Mas Anang? Enak kan?” tanya bu Sarmi di sela-sela aksinya. “Ahh… nikmat banget Bu! Saya belum pernah merasakan senikmat ini!” Aku memang belum begitu berpengalaman dalam hal sex. Selama berhubungan dengan isteriku, kami hanya melakukan dengan cara konvensional saja. Namun kali ini Bu Sarmi memberikan pelajaran baru yang ekstrim. Ekstrim enak… Terbukti ketika Bu Sarmi dengan lembut memasukkan ujung penisku ke mulut mungilnya, langsung saja berjuta kenikmatan menghampiriku. “Ooougghh…yeah…enak, Bu!” nafasku semakin memburu. aku merintih-rintih nikmat, namun Bu Sarmi masih asyik mempermainkan tongkolku di dalam rongga mulutnya. Aku juga semakin berani. Kutarik roknya sampai terlepas.

    Bahkan Bu Sarmi juga turut melepaskan kaosnya sendiri. Gila! Di usianya yang sudah tidak muda lagi, ternya bu Sarmi masih memiliki tubuh yang bagus. Kulitnya putih mulus, payudaranya yang kencang dan montok, serta pantatnya yang bulat menggemaskan membuatku seolah ingin mengunyahnya. Oh, sungguh seksi sekali dukun ini. “Aahhh…. tongkol Mas Anang memang luar biasa besarnya. Hhhmmmm…. saya memang sudah lama mendambakan tongkol sebesar ini.Hhhmmm…!” dengan rakus Bu Sarmi kembali melumat kejantananku. Kali ini beliau mengangkangi tubuhku dan menyodorkan vaginanya tepat ke wajahku. Dengan naluriku, aku mendekatkan mulutku ke vagina Bu Sarmi yang merekah merah. Bau harum yang keluar sangat merangsang syaraf otakku untuk menjilatnya. Perlahan-lahan kujulurkan lidahku, dan kusapu permukaan vaginanya dengan lembut. “Aaaaghhh…! Yaahhh… begitu Mas! Jilat terus punya saya….!Oooghhh…!” Bu Sarmi bertambah semangat mempermainkan tongkolku di dalam mulutnya. Sementara tangannya mengocok batang tongkolku, kepalanya juga bergerak naik turun. Sesekali beliau menyedot-nyedot ujung tongkolku kuat-kuat. Cukup lama kami dalam posisi ini, saling menjilat, mengulum dan mengocok kemaluan masing-masing. Berapa saat kemudian Bu Sarmi melepaskan kulumannya. “Gimana, Mas Anang Suka kan?” tanya Bu Sarmi sambil tersenyum padaku. Aku hanya mengangguk pelan sambil menikmati jemari Bu Sarmi yang masih memijit-mijit batang tongkolku. “Berdasarkan pengamatan saya, kebanyakan orang yang mempunyai penis besar mempunyai keinginan yang besar pula. Saya yakin, kali ini Mas Anang pasti akan bisa jadi Pegawai Negeri.” kata Bu Sarmi menjelaskan. “Tapi sekarang, biarkan saya bersenang-senang dulu dengan tongkol Mas Anang yang besar ini!” Bu Sarmi mengambil posisi duduk di atas pahaku.

    Perlahan-lahan beliau meraih kejantananku dan membimbingnya menuju ke liang sugawinya yang sudah basah. Dia terlihat meringis saat ujung penisku mulai memasuki memiawnya yang hangat. Entah karena memiaw Bu Sarmi yang sempit, ataukah karena tongkolku yang besar, proses penetrasi itu berjalan dengan lambat namun nikmat. Bu Sarmi tampak susah payah berusaha agar batang tongkolku bisa masuk utuh ke dalam memiawnya. Sampai akhirnya… “Aaougghh…. aduh Mas Anang! Gede banget tongkolmu!” tubuh Bu Sarmi yang mulus tampak berkilat-kilat oleh cucuran keringatnya. Beberapa kali ia menghirup nafas dalam-dalam sambil membiarkan batang tongkolku terbenam dalam rongga vaginanya yang sempit. Beberapa saat kemudian Bu Sarmi mulai beraksi. Dengan kedua tangannya bertumpu pada dada bidangku, beliau mulai mengayunkan pantatnya naik-turun. “Aaaahhh… aahhhh… ooougghh…!” Aku mendesah-desah keenakan. Kedua tanganku memegang pinggul Bu Sarmi untuk mengatur gerakan naik-turunnya. Sesekali tanganku juga merayap naik, menggapai dua buah benda kenyal yang melambai-lambai indah seiring dengan gerakan naik turun tubuhnya. Dengan liar Bu Sarmi menghentak-hentakkan pantatnya, meliuk-liuk di atas tubuhku, seperti seekor ular betina yang tengah membelit mangsanya. Terkadang beliau juga membuat goyangan memutar-mutar pantatnya sehingga jepitan vaginanya terasa mantap. Batang tongkolku terasa seperti di pelintir dan dipijit-pijit di dalam lubang kenikmatan itu. Terasa sangat hangat dan nikmat. Ooouuuhhh… Semakin lama gerakan Bu Sarmi semakin liar tak terkendali.


    Menghujam-hujam kejantananku semakin dalam dan mentok sampai dinding terdalam rongga vaginanya. Nafas kami juga semakin memburu, seperti bunyi lokomotif tua yang berjalan dengan sisa-sisa tenaganya. “Oh, Mas Anang…, saya…sudah…nggak kuat…lagi…! Arrrgghhh….!” Bu Sarmi menjerit nikmat berbarengan dengan muncratnya magma panas dari dalam rahimnya. Beliau mencengkeram kuat-kuat dadaku. Seolah ingin menancapkan kuku-kukunya ke dalam bukit dadaku. “Ooohhh… sebentar lagi Bu! Saya juga sudah mau keluar… ooohhh… yeaahhh….!” Aku juga mempercepat gerakanku. Meskipun Bu Sarmi terlihat lelah, namun aku masih bisa menopang tubuhnya dan menggerakkan pinggulnya ke atas dan ke bawah. Beberapa menit kemudian, aku merasakan batang tongkolku semakin mengencang dan mulai berdenyut-denyut. Aku segera mempercepat gerakanku. Kuhentak-hentakkan tubuh Bu Sarmi. Bunyi berkecipak semakin terdengar nyaring. Sampai akhirnya….. “Saya… keluar Bu! Oogghhh…!” aku meregang nikmat bersamaan dengan menyemburnya spermaku di dalam rongga kenikmatan Bu Sarmi. Seketika tubuhku lemas. Aku sudah tak mampu lagi menopang beban Bu Sarmi yang berada di atas tubuhku. Beliau ambruk menindih tubuhku sementara batang kejantananku masih tetap menancap di vaginanya yang hangat. Dalam hati aku kagum dengan wanita ini. Beliau telah memberikan pengalaman baru dalam bercinta.

    Belum pernah aku merasakan pengalaman senikmat ini dalam berhubungan sex. “Mas Anang memang benar-benar hebat!” kata Bu Sarmi sambil membelai dan sesekali menciumi bulu-bulu halus di dadaku. “Ibu juga hebat! Belum pernah saya sepuas ini, Bu!” Aku mengecup kening beliau dan membelai-belai rambut dan payudaranya yang terurai panjang. Tak berapa lama kemudian kami pun terlelap saling berpelukan. Entah sudah berapa lama aku terpejam, ketika aku merasakan sesuatu yang merayap di atas perutku. Sesuatu yang hangat dan lembut. Perlahan aku membuka mataku, ternyata Bu Sarmi tengah asyik menciumi, menjilati dan melumat permukaan kulit perut sixpackku. “Aahhh…, Bu Sarmi masih pengen nambah lagi?” desahku pelan.
    Bu Sarmi tersenyum manja, “Habis…, tongkol Mas Anang guede sih! Siapa sih yang gak ketagihan ama tongkol segede ini!” “Ah, Bu Sarmi ini bisa aja!” aku hanya merem melek, menikmati tangan beliau yang bermain main nakal di selangkanganku. Dengan lembut Beliau membelai kejantananku dan mengurut-urutnya dengan jempol dan telunjuknya. Terasa nikmat memang. Bu Sarmi bertambah antusias ketika batang tongkolku mulai membesar dan mengeras. Dan dengan rakus, Bu Sarmi mulai menjilatinya, melumat dan mengocok kejantananku dengan mulut mungilnya. “Aaahhh…, aaahhh…, enak Bu! Oohhh…!” aku hanya bisa mengerang keenakan. “Hhhhmmm…., Mas Anang mau yang lebih enak lagi?” tanya Bu Sarmi menggoda. “Emang ada yang lebih nikmat, Bu?” “Coba Mas Anang berdiri!” aku menuruti perintah Bu Sarmi.

    Dengan kondisi tubuhku masih telanjang bulat, aku berdiri di atas ranjang. Sementara itu, Bu Sarmi yang berlutut di hadapanku tampak memandangi batang kejantananku yang sudah berdiri mengangguk-angguk. Perlahan-lahan Bu Sarmi meraihnya dan mengocoknya dengan lembut. Kukira beliau akan memasukkan batang tongkolku ke dalam mulutnya, tapi ternyata tidak. Beliau ternyata malah menggosok-gosokkan batang tongkolku di permukaan buah dadanya yang lembut. “Oohhh…. yaaahhh! Enak banget Bu!” “Ini masih belum seberapa, Mas! Coba Mas Anang rasakan yang ini…” Bu Sarmi menggeser batang tongkolku dan menyelipkannya di antara belahan buah dadanya. “Sekarang, coba ayunkan pantat Mas Anang!” Aku menurut saja. Perlahan-lahan aku mengayunkan pantatku maju dan mundur, sementara Bu Sarmi menekan-nekan buah dadanya kencang sehingga batang tongkolku terasa terjepit-jepit diantara susunya yang kenyal. “Oouuhhh…! Bu Sarmi memang benar-benar pandai memanjakan pria! Ini benar-benar luar biasa, Bu!” aku mendesah-desah nikmat. Susu Bu Sarmi yang menekan-nekan tongkolku membuat diriku serasa melayang. Lama juga kami melakukan foreplay ini. Sampai akhirnya Bu Sarmi memintaku untuk segera menuntaskan permainan itu. “Aahhh…, Mas Anang! Ibu sudah kepengen banget nih!” rengek bu Sarmi. Beliau melepaskan jepitan susunya dan kemudian mengambil posisi seperti orang sedang menungging. Meskipun aku masih belum begitu pengalaman, namun aku sudah pernah melihat posisi seperti itu dalam film porno. Perlahan-lahan aku membimbing kejantananku yang sudah berdiri keras ke arah lubang kewanitaan Bu Sarmi yang menganga dari belakan. Bu Sarmi tampak menggigit bibir sendiri ketika aku mulai menggesek-gesekkan ujung penisku di bibir vaginanya. “Ooouhhh…, ooohhh…! Cepetan masukin dong Mas!” rengek Bu Sarmi. Pelan-pelan kutusukkan ujung kejantananku ke arah vagina bu Sarmi yang memerah. “Aahhhh…!” aku melenguh nikmat.


    Di usianya yang sudah tidak muda lagi, tapi Bu Sarmi masih memiliki memiaw yang seret lagi keset. Jepitannya masih terasa kuat, seolah-olah ingin meremukkan batang tongkolku. Terlebih ketika seluruh batang tongkolku tertanam dan terhisap di dalam rongga memiawnya. Sesaat aku membiarkan tongkolku tertancap. Kemudian, pelan tapi pasti aku mulai mengayunkan pantatku maju-mundur. “Aaaahhhh…, yeaahhh….! Sodokanmu mantep banget Mas Anang, Ooohhh…!” Bu Sarmi mengoceh tak karuan. Ah-uh-ah-uh, oh-yeh-oh-yeh! Beliau juga hanya bisa meremas-remas seprei kusut itu saat gerakanku mulai cepat. Lama juga kami bermain dalam posisi doggy itu, sampai akhirnya Bu Sarmi terlihat sangat lelah. “Aduh…, Oouhhh… kita istirahat dulu ya sayang! Ooohhh…!” Aku mencabut penisku, sedangkan Bu Sarmi terguling ke samping dan terkapar dengan tubuh bersimbah keringat. Buah dadanya yang montok tampak naik turun seiring dengan deru nafasnya yang terengah-engah. Setelah mengatur nafas beberapa saat, akupun mulai melanjutkan aksiku. Kubentangkan kaki Bu Sarmi ke samping lebar-lebar, kuangkat kaki kanannya dan kuletakkan di atas bahuku. Perlahan-lahan kutarik pinggang Bu Sarmi dan kuarahkan batang tongkolku menuju liang surgawinya yang menganga, dan sleeeep…! Kembali kejantananku tertanam dalam lobang hangat itu. “Aduuhh…, pelan-pelan dong sayang!” rintih Bu Sarmi. Kembali aku ayunkan pantatku perlahan-lahan namun pasti. Bu Sarmi yang berada di bawahku tampak kelojotan menikmati aksiku ini. Terlebih ketika aku membercepat ayunanku dan menekan kuat-kuat batang tongkolku ke dalam rahimnya.

    Beliau hanya bisa mengerang nikmat sambil mencengkeram kuat-kuat otot-otot lengan dan dadaku. Sambil terus bergerak maju mundur, seskali aku meremas-remas, menjilat, dan menciumi buah dadanya. “Iyaah…aaghhh! Terus sayang…yahhh…yaahh…oouugghhh….!” Bu Sarmi mengoceh tak karuan. Namun aku tidak menghiraukannya. Aku terus memompa tubuh seksinya dengan gerakan mengorek-ngorek lubang nikmat itu. Semakin lama gerakanku semakin liar. “Ooohh…, Mas! Saya sudah nggak sanggup lagi…., Ooohhh…., saya mau keluarrr….!” Aku merasakan dinding-dinding vagina Bu Sarmi mengerut dan berdenyut-denyut, mencengkeram dan meremas-remas batang tongkolku dari dalam. Semakin lama kedutan vagina Bu Sarmi semain cepat, hal yang sama juga terjadi padaku. Batang tongkolku sudah terasa ngilu dan berdenyut-denyut. Sampai akhirnya….. “Aaarrggghhh….! Aku keluar lagi Mas!” Bu Sarmi menjerit puas. Aku semakin mempercepat gerakanku, mengoyak-ngoyak isi vagina Bu Sarmi. Namun sebelum spermaku keluar, aku segera mencabut penisku. Sambil mengocoknya dengan tanganku, aku menyodorkan batang tongkolku ke bibir Bu Sarmi yang terbuka. Aku semakin mempercepat kocokan tanganku sampai akhirnya…. “Aaaaggghh….aaaghh….aaaghhh…!” Crot…crot…croottt! Cairan putih kental muncrat beberapa kali ke mulut Bu Sarmi. Tanpa rasa jijik beliau menelan habis spermaku, kemudian menjilati sisanya yang masih menempel di batang tongkolku. Seketika tubuhku lemas, tulang-tulangku seolah rontok. Dan aku pun terkapar di sisi Bu Sarmi. “Oh, Mas Anang benar-benar perkasa! Terima kasih ya Mas!” aku memeluk tubuh Bu Sarmi dan mencium keningnya. Beliau tampak tersenyum puas sambil meletakkan kepalanya di atas dadaku dan mengusap-usap bulu-bulu halus di atasnya. “Kalau saya berhasil jadi Pegawai Negeri, Bu Sarmi mau minta apa?” tanyaku kemudian.

    Bu Sarmi bangkit dan duduk bersimpuh di sampingku. “Saya tidak minta apa-apa kok, Mas!” beliau tersenyum, “Mas Anang tidak perlu membelikan saya apapun! Saya cuma minta ini…..” Bu Sarmi meraih penisku yang terkulai tak berdaya. Kemudian mengurut-urutnya dengan jemarinya yang lentik. “Maksud Bu Sarmi?” tanyaku tidak mengerti. “Kalau Mas Anang berhasil jadi PNS, saya cuma ingin Mas Anang mengunjungi saya setiap seminggu dua sampai tiga kali, memberi saya jatah untuk dient*t pakai punya Mas Anang yang besar dan panjang ini…..” lanjut beliau sambil menjilati sisa-sisa sperma yang masih lengket di batang tongkolku. “Ah, kalau itu sih gampang! Dengan senang hati saya akan selalu siap melayani Ibu!” Mendengar jawabanku Bu Sarmi kegirangan. Dan beliau kembali menggugah birahiku dengan memberikan kuluman dan kocokan di batang tongkolku. Beberapa minggu kemudian akhirnya aku benar-benar lolos menjadi PNS. Dan setelah dilaksanakan pelantikan, aku memenuhi janjiku kepada Bu Sarmi. Setiap kali ada kesempatan, aku selalu berkunjung ke tempat Bu Sarmi. Tentu saja untuk memberinya kepuasan. Dan selama berhubungan dengannya, beliau masih saja mengakui kejantananku dalam bermain cinta.

    Kisah Seks, Cerita Sex, Cerita Panas, Cerita Bokep, Cerita Hot, Cerita Mesum, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Sex Bergambar, Cerita ABG, Cerita Sex Tante, Cerita Sex Sedarah, Cerita Sex Pasutri

  • Vidio bokep Naomi Nevena pirang cantik ngentot pagi saat bangun tidur

    Vidio bokep Naomi Nevena pirang cantik ngentot pagi saat bangun tidur


    2179 views

  • Kisah Memek Aku Dan Anak Majikan

    Kisah Memek Aku Dan Anak Majikan


    2983 views

    Duniabola99.com – Lima bulan sudah aku bekerja sebagai seorang pembantu rumahtangga di keluarga Pak Rahadi. Aku memang bukan seorang yang makan ilmu bertumpuk, hanya lulusan SD. Tetapi karena niatku untuk bekerja memang sudah tidak bisa ditahan lagi, akhirnya aku pergi ke kota Surabaya, dan beruntung bisa memperoleh majikan yang baik dan bisa memperhatikan kesejahteraanku.

    Sering terkadang aku mendengar kisah tentang nasib beberapa orang pembantu rumah tangga di kompleks perumahan. Ada yang pernah ditampar majikannya, atau malah bekerja seperti seekor sapi perahan saja.


    Ibu Rahadi pernah bilang bahwa beliau menerimaku menjadi pembantu rumahtangganya lantaran usiaku yang relatif masih muda. Beliau tak tega melihatku luntang-lantung di kota metropolis ini. “Jangan-jangan kamu nanti malah dijadikan wanita panggilan oleh para calo WTS yang tak bertanggungjawab.” Itulah yang diucapkan beliau kepadaku.
    Usiaku memang masih 18 tahun dan terkadang aku sadar bahwa aku memang cantik, berbeda dengan para gadis desa asalku. Pantas saja jika Ibu Rahadi berkata begitu terhadapku.

    Namun akhir-akhir ini ada sesuatu yang mengganggu pikiranku, yakni tentang perlakuan Mas Rizal terhadapku. Mas Rizal adalah anak bungsu keluarga Bapak Rahadi. Dia masih kuliah di semester 6, sedangkan kedua kakaknya telah berkeluarga. Mas Rizal baik dan sopan terhadapku, hingga aku jadi rikuh bila berada di dekatnya.

    Sepertinya ada sesuatu yang bergetar di tubuhku. Jika aku ke pasar, Mas Rizal tak segan untuk mengantarkanku. Bahkan ketika naik mobil aku tidak diperbolehkan duduk di jok belakang, harus di sampingnya. Ahh… Aku selalu jadi merasa tak nikmat.

    Pernah suatu malam sekitar pukul 20.00, Mas Rizal hendak membikin mie instan di dapur, aku bergegas mengambil alih dengan alasan bahwa yang dilakukannya pada dasarnya adalah tugas dan kewajibanku untuk bisa melayani majikanku. Tetapi yang terjadi Mas Rizal justru berkata kepadaku, “Nggak usah, Santi. Biar aku saja, anggak apa-apa kok…”

    “Nggak… nggak apa-apa kok, Mas”, jawabku tersipu sembari menyalakan kompor gas.
    Tiba-tiba Mas Rizal menyentuh pundakku. Dengan lirih dia berucap, “Kamu sudah capek seharian bekerja, Santi. Tidurlah, besok kamu harus bangun khan..”
    Aku hanya tertunduk tanpa bisa berbuat apa-apa. Mas Rizal kemudian melanjutkan memasak. Namun aku tetap termangu di sudut dapur. Hingga kembali Mas Rizal menegurku. Fontana99

    “Santi, kenapa belum masuk ke kamarmu. Nanti kalau kamu kecapekan dan terus sakit, yang repot kan kita juga. Sudahlah, aku bisa masak sendiri kalau hanya sekedar bikin mie seperti ini.”
    Belum juga habis ingatanku saat kami berdua sedang nonton televisi di ruang tengah, sedangkan Bapak dan Ibu Rahadi sedang tidak berada di rumah. Entah kenapa tiba-tiba Mas Rizal memandangiku dengan lembut. Pandangannya membuatku jadi salah tingkah.
    “Kamu cantik, Santi.”


    Aku cuma tersipu dan berucap,
    “Teman-teman Mas Rizal di kampus kan lebih cantik-cantik, apalagi mereka kan orang-orang kaya dan pandai.”
    “Tapi kamu lain, Santi. Pernah tidak kamu membayangkan jika suatu saat ada anak majikan mencintai pembantu rumahtangganya sendiri?”
    “Ah… Mas Rizal ini ada-ada saja. Mana ada cerita seperti itu”, jawabku.
    “Kalau kenyataannya ada, bagaimana?”
    “Iya… nggak tahu deh, Mas.”

    Kata-katanya itu yang hingga saat ini membuatku selalu gelisah. Apa benar yang dikatakan oleh Mas Rizal bahwa ia mencintaiku? Bukankah dia anak majikanku yang tentunya orang kaya dan terhormat, sedangkan aku cuma seorang pembantu rumahtangga? Ah, pertanyaan itu selalu terngiang di benakku.
    Tibalah aku memasuki bulan ke tujuh masa kerjaku. Sore ini cuaca memang sedang hujan meski tak seberapa lebat. Mobil Mas Rizal memasuki garasi. Kulihat pemuda ini berlari menuju teras rumah. Aku bergegas menghampirinya dengan membawa handuk untuk menyeka tubuhnya.
    “Bapak belum pulang?” tanyanya padaku.
    “Belum, Mas.”

    “Ibu… pergi..?”
    “Ke rumah Bude Mami, begitu ibu bilang.”
    Mas Rizal yang sedang duduk di sofa ruang tengah kulihat masih tak berhenti menyeka kepalanya sembari membuka bajunya yang rada basah. Aku yang telah menyiapkan segelas kopi susu panas menghampirinya. Saat aku hampir meninggalkan ruang tengah, kudengar Mas Rizal memanggilku. Kembali aku menghampirinya.
    “Kamu tiba-tiba membikinkan aku minuman hangat, padahal aku tidak menyuruhmu kan”, ucap Mas Rizal sembari bangkit dari tempat duduknya.
    “Santi, aku mau bilang bahwa aku menyukaimu.”
    “Maksud Mas Rizal bagaimana?”


    “Apa aku perlu jelaskan?” sahut Mas rizal padaku.
    Tanpa sadar aku kini berhadap-hadapan dengan Mas Rizal dengan jarak yang sangat dekat, bahkan bisa dikatakan terlampau dekat. Mas Rizal meraih kedua tanganku untuk digenggamnya, dengan sedikit tarikan yang dilakukannya maka tubuhku telah dalam posisi sedikit terangkat merapat di tubuhnya. Sudah pasti dan otomatis pula aku semakin dapat menikmati wajah ganteng yang rada basah akibat guyuran hujan tadi. Demikian pula Mas Rizal yang semakin dapat pula menikmati wajah bulatku yang dihiasi bundarnya bola mataku dan mungilnya hidungku.

    Kami berdua tak bisa berkata-kata lagi, hanya saling melempar pandang dengan dalam tanpa tahu rasa masing-masing dalam hati. Tiba-tiba entah karena dorongan rasa yang seperti apa dan bagaimana bibir Mas Rizal menciumi setiap lekuk mukaku yang segera setelah sampai pada bagian bibirku, aku membalas pagutan ciumannya. Kurasakan tangan Mas Rizal merambah naik ke arah dadaku, pada bagian gumpalan dadaku tangannya meremas lembut yang membuatku tanpa sadar mendesah dan bahkan menjerit lembut. Sampai disini begitu campur aduk perasaanku, aku merasakan nikmat yang berlebih tapi pada bagian lain aku merasakan nikmat yang berlebih tapi pada bagian lain aku merasakan takut yang entah bagaimana aku harus melawannya. Namun campuran rasa yang demikian ini segera terhapus oleh rasa nikmat yang mulai bisa menikmatinya, aku terus melayani dan membalas setiap ciuman bibirnya yang di arahkan pada bibirku berikut setiap lekuk yang ada di dadaku dijilatinya. Aku semakin tak kuat menahan rasa, aku menggelinjang kecil menahan desakan dan gelora yang semakin memanas.

    Ia mulai melepas satu demi satu kancing baju yang kukenakan, sampailah aku telanjang dada hingga buah dada yang begitu ranum menonjol dan memperlihatkan diri pada Mas Rizal. Semakin saja Mas Rizal memainkan bibirnya pada ujung buah dadaku, dikulumnya, diciuminya, bahkan ia menggigitnya. Golak dan getaran yang tak pernah kurasa sebelumnya, aku kini melayang, terbang, aku ingin menikmati langkah berikutnya, aku merasakan sebuah kenikmatan tanpa batas untuk saat ini.


    Aku telah mencoba untuk memerangi gejolak yang meletup bak gunung yang akan memuntahkan isi kawahnya. Namun suara hujan yang kian menderas, serta situasi rumah yang hanya tinggal kami berdua, serta bisik goda yang aku tak tahu darimana datangnya, kesemua itu membuat kami berdua semakin larut dalam permainan cinta ini. Pagutan dan rabaan Mas Rizal ke seluruh tubuhku, membuatku pasrah dalam rintihan kenikmatan yang kurasakan. Tangan Mas Rizal mulai mereteli pakaian yang dikenakan, ia telanjang bulat kini. Aku tak tahan lagi, segera ia menarik dengan keras celana dalam yang kukenakan. Tangannya terus saja menggerayangi sekujur tubuhku. Kemudian pada saat tertentu tangannya membimbing tanganku untuk menuju tempat yang diharapkan, dibagian bawah tubuhnya. Mas Rizal terdengar merintih.

    Buah dadaku yang mungil dan padat tak pernah lepas dari remasan tangan Mas Rizal. Sementara tubuhku yang telah telentang di bawah tubuh Mas Rizal menggeliat-liat seperti cacing kepanasan. Hingga lenguhan di antara kami mulai terdengar sebagai tanda permainan ini telah usai. Keringat ada di sana-sini sementara pakaian kami terlihat berserakan dimana-mana. Ruang tengah ini menjadi begitu berantakan terlebih sofa tempat kami bermain cinta denga penuh gejolak.

    Ketika senja mulai datang, usailah pertempuran nafsuku dengan nafsu Mas Rizal. Kami duduk di sofa, tempat kami tadi melakukan sebuah permainan cinta, dengan rasa sesal yang masing-masing berkecamuk dalam hati. “Aku tidak akan mempermainkan kamu, Santi. Aku lakukan ini karena aku mencintai kamu. Aku sungguh-sungguh, Santi. Kamu mau mencintaiku kan..?” Aku terdiam tak mampu menjawab sepatah katapun.
    Mas Rizal menyeka butiran air bening di sudut mataku, lalu mencium pipiku. Seolah dia menyatakan bahwa hasrat hatinya padaku adalah kejujuran cintanya, dan akan mampu membuatku yakin akan ketulusannya. Meski aku tetap bertanya dalam sesalku, “Mungkinkah Mas Rizal akan sanggup menikahiku yang hanya seorang pembantu rumahtangga?”


    Sekitar pukul 19.30 malam, barulah rumah ini tak berbeda dengan waktu-waktu kemarin. Bapak dan Ibu Rahadi seperti biasanya tengah menikmati tayangan acara televisi, dan Mas Rizal mendekam di kamarnya. Yah, seolah tak ada peristiwa apa-apa yang pernah terjadi di ruang tengah itu.

    Sejak permainan cinta yang penuh nafsu itu kulakukan dengan Mas Rizal, waktu yang berjalanpun tak terasa telah memaksa kami untuk terus bisa mengulangi lagi nikmat dan indahnya permainan cinta tersebut. Dan yang pasti aku menjadi seorang yang harus bisa menuruti kemauan nafsu yang ada dalam diri. Tak peduli lagi siang atau malam, di sofa ataupun di dapur, asalkan keadaan rumah lagi sepi, kami selalu tenggelam hanyut dalam permainan cinta denga gejolak nafsu birahi. Selalu saja setiap kali aku membayangkan sebuah gaya dalam permainan cinta, tiba-tiba nafsuku bergejolak ingin segera saja rasanya melakukan gaya yang sedang melintas dalam benakku tersebut. Kadang aku pun melakukannya sendiri di kamar dengan membayangkan wajah Mas Rizal. Bahkan ketika di rumah sedang ada Ibu Rahadi namun tiba-tiba nafsuku bergejolak, aku masuk kamar mandi dan memberi isyarat pada Mas Rizal untuk menyusulnya. Untung kamar mandi bagi pembantu di keluarga ini letaknya ada di belakang jauh dari jangkauan tuan rumah. Aku melakukannya di sana dengan penuh gejolak di bawah guyuran air mandi, dengan lumuran busa sabun di sana-sini yang rasanya membuatku semakin saja menikmati sebuah rasa tanpa batas tentang kenikmatan.

    Walau setiap kali usai melakukan hal itu dengan Mas Rizal, aku selalu dihantui oleh sebuah pertanyaan yang itu-itu lagi dan dengan mudah mengusik benakku: “Bagaimana jika aku hamil nanti? Bagaimana jika Mas Rizal malu mengakuinya, apakah keluarga Bapak Rahadi mau merestui kami berdua untuk menikah sekaligus sudi menerimaku sebagai menantu? Ataukah aku bakal di usir dari rumah ini? Atau juga pasti aku disuruh untuk menggugurkan kandungan ini?” Ah.. pertanyaan ini benar-benar membuatku seolah gila dan ingin menjerit sekeras mungkin. Apalagi Mas Rizal selama ini hanya berucap: “Aku mencintaimu, Santi.” Seribu juta kalipun kata itu terlontar dari mulut Mas Rizal, tidak akan berarti apa-apa jika Mas Rizal tetap diam tak berterus terang dengan keluarganya atas apa yang telah terjadi dengan kami berdua.

    Akhirnya terjadilah apa yang selama ini kutakutkan, bahwa aku mulai sering mual dan muntah, yah.. aku hamil! Mas Rizal mulai gugup dan panik atas kejadian ini.
    “Kenapa kamu bisa hamil sih?” Aku hanya diam tak menjawab.
    “Bukankah aku sudah memberimu pil supaya kamu nggak hamil. Kalau begini kita yang repot juga…”
    “Kenapa mesti repot Mas? Bukankah Mas Rizal sudah berjanji akan menikahi Santi?”
    “Iya.. iya.. tapi tidak secepat ini Santi. Aku masih mencintaimu, dan aku pasti akan menikahimu, dan aku pasti akan menikahimu. Tetapi bukan sekarang. Aku butuh waktu yang tepat untuk bicara dengan Bapak dan Ibu bahwa aku mencintaimu…”


    Yah… setiap kali aku mengeluh soal perutku yang kian bertambah usianya dari hari ke hari dan berganti dengan minggu, Mas Rizal selalu kebingungan sendiri dan tak pernah mendapatkan jalan keluar. Aku jadi semakin terpojok oleh kondisi dalam rahim yang tentunya kian membesar.

    Genap pada usia tiga bulan kehamilanku, keteguhkan hatiku untuk melangkahkan kaki pergi dari rumah keluarga Bapak Rahadi. Kutinggalkan semua kenangan duka maupun suka yang selama ini kuperoleh di rumah ini. Aku tidak akan menyalahkan Mas Rizal. Ini semua salahku yang tak mampu menjaga kekuatan dinding imanku.
    Subuh pagi ini aku meninggalkan rumah ini tanpa pamit, setelah kusiapkan sarapan dan sepucuk surat di meja makan yang isinya bahwa aku pergi karena merasa bersalah terhadap keluarga Bapak Rahadi.

    Hampir setahun setelah kepergianku dari keluarga Bapak Rahadi, Aku kini telah menikmati kehidupanku sendiri yang tak selayaknya aku jalani, namun aku bahagia. Hingga pada suatu pagi aku membaca surat pembaca di tabloid terkenal. Surat itu isinya bahwa seorang pemuda Rizal mencari dan mengharapkan isterinya yang bernama Santi untuk segera pulang. Pemuda itu tampak sekali berharap bisa bertemu lagi dengan si calon isterinya karena dia begitu mencintainya.


    Aku tahu dan mengerti benar siapa calon isterinya. Namun aku sudah tidak ingin lagi dan pula aku tidak pantas untuk berada di rumah itu lagi, rumah tempat tinggal pemuda bernama Rizal itu. Aku sudah tenggelam dalam kubangan ini. Andai saja Mas Rizal suka pergi ke lokalisasi, tentu dia tidak perlu harus menulis surat pembaca itu. Mas Rizal pasti akan menemukan calon istrinya yang sangat dicintainya. Agar Mas Rizal pun mengerti bahwa hingga kini aku masih merindukan kehangatan cintanya. Cinta yang pertama dan terakhir bagiku.






  • Foto Bugil gadis cantik berambut pirang pamer pantat yang hot

    Foto Bugil gadis cantik berambut pirang pamer pantat yang hot


    2204 views

    Duniabola99.com – foto gadis pirang cantik mengangkat gaunnya diatas tempat tidurnya menampilkan toketnya yang indah dan memamerkan pantatnya yang behenol.

    Foto cewek pangilan, Foto model asia seksi mulus, Fodel indonesia seksi mulus, Foto tante girang, Foto tante seksi, cewek pangilan, cewek boking, Koleksi foto cewek cantik, Kumpulan Foto Wanita Cantik, Kumpulan Foto Gadis Sunda Cantik, 7 Cewek Canti,

  • Sex Model Liv Aguilera

    Sex Model Liv Aguilera


    1960 views

  • Cerita Sex Pengantin Baru

    Cerita Sex Pengantin Baru


    4009 views

    Cerita Sex ini berjudul ” Cerita Sex Pengantin Baru ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Cerita SexMalam ini dimana malam sebagai suami istri, dikamar kedua mempelai sudah mengganti pakaiannya dengan
    piyama tidur yang nyaman dan santai, keduanya sudah di atas ranjang dia pun langsung bermanja manjaan,
    Jantung Danny terlihat berdetak lebih kencang, libidonya sangat membara.

    Nafsu birahinya menjadi demikian membara. Malam itu mata Danny yang nampak menjadi merah seakan
    terbakar menyaksikan Lia istrinya yang teramat sangat seksi. Saat menyaksikan pengantinnya tergolek di
    ranjang, dia ingin secepatnya menyetubuhinya.

    Kemudian dengan serta merta tanpa menunjukkan kelembutan atau sentuhan-sentuhan awal, bahkan dengan
    cara agak kasar, dilucutinya pakaian tidur istrinya Lia, kemudian juga pakaiannya sendiri. Perasaan
    yang menggebu-gebu ini ternyata juga melanda Lia sendiri. Saat Danny melucuti pakaiannya, dengan
    desahan yang keras Lia juga menunjukkan ketidaksabarannya.

    Diraihnya tonjolan besar pada selangkangan Danny yang nampak menggunung. Sebelum sempat Danny
    menelanjangi dirinya sendiri, di betotnya rodal Danny dari sarangnya. Langsung di kulumnya.

    Mereka, para pengantin ini nampak dikuasai nafsu birahi yang sudah tidak dapat mereka kendalikan
    sendiri. Mereka saling merangsek, saling mencengkeram dan meremas, saling menjilat dan menyedoti,
    saling melampiaskan dendam birahinya. Suasana riuh rendah oleh desah dan rintih pasangan ini sungguh
    sangat erotis bagi siapapun yang mendengarnya.

    Mungkinkah hal itu disebabkan oleh suasana romantis villa mewah ini. Suasana romantis yang memilik
    kekuatan untuk mendongkrak libido mereka dengan tajam sehingga nafsu birahi mereka sepertinya begitu
    terbakar.

    Nampak Lia yang telah telanjang bulat menunjukkan buah dadanya yang sangat ranum mengencang. Putingnya
    yang memerah mencuat keras tegak di bukit ranum kencang itu, seakan menanti siapapun yang bersedia mengulum dan menyedotinya. Tangkasnet

    Sementara itu rodal Danny demikian pula. Darahnya telah penuh terpompa pada urat-urat batangnya. rodal
    Danny ngaceng dengan keras sekali. Urat-uratnya bertonjolan di sekeliling batang itu.

    Kepalanya yang cukup besar berkilatan yang disebabkan darahnya menekan keluar hingga membuat kulitnya
    tegang dan mengkilat. rodal itu terus mengaduk-aduk wilayah selangkangan istrinya. Dia mencari lubang
    vagina Lia yang juga sudah merekah kehausan menunggu rodal Danny untuk menembusnya.

    Pagutan, ciuman, gigitan yang disertai erangan, desahan dan rintihan dari Danny dan Lia saling
    bersambut. Keduanya benar-benar tenggelam dalam nafsu birahi yang sangat tinggi.
    “Ayyooo Dannyyy, masukkan tongkolmuuuu.. ayyooo Dann…”.
    “Mana memiawmu sayangggg… tongkolku sudah tidak dapat tahan nihhh. ingin secepatnya memasuki lubang
    surganmuuuu… LIAAAAAA!”

    Tak pelak lagi, dengan penuh ketidak sabaran, mereka, Danny dan Lia ini sepertinya telah dirasuki
    kegilaan birahi. Mereka nyaris seperti hewan, yang melampiaskan nafsunya berdasarkan naluri
    hewaniahnya.

    Berbagai obsesi seksual yang sesungguhnya bersifat sangat pribadi dan tersimpan dalam-dalam di
    sanubari masing-masing, tidak dapat tersembunyikan lagi tumpah di malam pertama bulan madu mereka di
    Villa Forest Green yang sangat romantis ini.

    Ujung rodal Danny sudah tepat di bibir lubang vagina Lia ketika tiba-tiba dengan sangat mengejutkan
    terdengar pintu kamar digedor-gedor dengan sangat kasar dan keras.

    “Haaiiiii, yang di dalam kamarrr! Bukaa! Buka pintunyaa! Atau aku yang akan buka dengan paksa!
    Ayyyooooo bukkaa!”.

    Cerita Sex Pengantin Baru Amukan birahi seksual D & L yang sedang memuncak langsung runtuh. Dengan geragapan mereka langsung
    diserang kecemasan dan ketakutan hebat. Mereka sama sekali tidak pernah memperhitungkan adanya
    kemungkinan seperti ini.

    Di villa mewah yang sejuk dan penuh kesan tenang dan aman ini sama sekali tidak menyiratkan
    kemungkinan-kemungkinan seperti ini. Danny langsung mendekap istrinya yang nampak langsung gagap
    histeris penuh ketakutan.

    Kemudian menyusul gedoran lagi dan gedoran yang semakin kasar lagi. Dengan gemetar dan ketakutan yang
    hebat kedua pengantin pria dan wanita itu serta merta menarik selimut seakan dapat bersembunyi sambil
    menutupi ketelanjangannya.

    Dan akhirnya terdengar tendangan-tendangan yang sangat kuat. Pintu kamar tidur itu jebol. Daun
    pintunya terbanting ke lantai dengan mengeluarkan suara yang sangat keras. Danny dan Lia menggigil.
    Mata mereka terpaku tajam ke arah lubang pintu yang telah jebol tebuka itu.

    Mereka melihat ada 2 orang bertopeng setengah telanjang kecuali cawat-cawat mereka yang menutupi aurat
    mengayun-ayunkan kapak di tangannya. D & L semakin ketakutan, menggigil gemetar.

    Kedua orang itu menutupi kepalanya dengan semacam rajutan kaos gelap, persis seperti yang terjadi di
    film-film kriminal atau peristiwa-peristiwa teror di TV. Yang nampak hanya mata mereka yang beringas
    dan suara mereka yang terdengar keras, kasar dan brutal.

    ”Ho, ho, ho, ha, ha, ha…, rupanya sepasang pengantin cantik dan tampan ini sedang bercumbu…
    uhhhh… Uhhh nikmatnya nihhh…”. Kemudian salah satu dari mereka mendekat ke ranjang.

    Dengan kekuatan tangannya dia renggut selimut yang menutupi Danny dan Lia. Dengan sekali renggut
    selimut itu langsung terbuka dan tampaklah Danny dan Lia yang bugil saling berpelukan histeris.
    Langsung dilemparkannya selimut itu ke lantai.

    ”Ampuuunnnnnnn Paakk… Jangan diapa-apakan kamiii… ampunnnn.. a.. mpuunn …”, Lia menangis dan
    gagap karena didera ketakutan yang amat sangat.

    Seolah-olah tidak mendengar suara-suara iba tersebut, ketakutan maupun sikap protes dari Danny dan
    Lia, kedua orang itu langsung membuka kedoknya. Dan betapa terperanjatnya Danny dan Lia ketika melihat
    siapa kedua begundal itu.

    Mereka adalah Tony dan Apri yang sebelumnya dianggap sangat santun dan menyenangkan oleh pasangan D &
    L ini. Tanpa dapat dicegah lagi Danny yang dalam keadaan bugil langsung bangkit hendak mengamuk dan
    melawan kedua orang itu.

    Tapi dari penglihatan sepintas sudah jelas, Danny bukanlah lawan mereka berdua. Tubuh Tony dan Apri
    yang kekar dan penuh otot bukan lawan Danny. Dengan mudah dia dilumpuhkan, tangan-tangan kuat Apri
    meringkusnya kemudian kedua tangan dan kaki Danny diikat dan tubuhnya dibiarkan tergeletak di lantai.

    Mereka tidak mengacuhkan segala protes, hujatan dan caci maki Danny. Dengan tertawa penuh kemenangan
    mereka merasa puas dengan lancarnya perbuatan keji mereka. Selanjutnya Tony dan Apri lebih tertarik
    untuk memusatkan perhatian pada pengantinnya yang cantik, yang juga bugil dan tanpa daya tergolek di
    ranjangnya.

    Permohonan ampun dan tangisan ketakutan penuh pilu dari bibir mungil Lia sama sekali tidak
    menggetarkan hati para begundal itu. Mungkin hati mereka memang telah mereka buang jauh-jauh.

    Tangan-tangan Tony dan Apri tidak sabar lagi untuk menjamah tubuh cantik mulus Lia itu. Tapi saat Apri
    mendekat untuk meraih pahanya, tanpa dia duga kaki Lia menendang matanya. Gelagapan dan kepedihan pada
    matanya membuat Apri terduduk sambil menutup mukanya.

    Melihat hal itu dengan sigap Tony langsung merangkul Lia. Pengantin yang berontak dan berteriak-teriak
    histeris ketakutan itu ditindihnya. Tubuh putih mulus telanjang itu dipeluk dan diringkusnya tanpa
    banyak kesulitan, bahkan nampaknya Tony ini sangat menikmati apa yang harus dia lakukan.

    Tangan kanan Lia direnggutnya. Dia keluarkan tali dari kantongnya. Tangan itu diikatnya kuat-kuat ke
    tiang bagian atas ranjang itu. Dan tangan kirinya kembali direnggut untuk diikatkan ke tiang ranjang
    di bagian sebelah atas yang lain.

    Tentu saja Lia yang dilanda ketakutan yang amat sangat langsung berontak dan meronta seperti kuda
    betina yang liar. Kaki-kakinya menendang-nendang apa saja yang ada di dekatnya. Tapi semua perlawanan
    itu hanya sia-sia. Kaki-kaki itu, oleh Apri yang sudah baik matanya direnggut dan diikatkannya ke kaki
    ranjang bagian bawah kanan dan kiri.

    Peristiwa itu sungguh menjadi penampakkan yang sangat erotis baginya. Lia, sang pengantin, bidadari
    yang mulus, dewi berkulit kuning putih tanpa cacat, perempuan jelita yang mengamuk dengan liar,
    melawan dua begundal setengah telanjang dengan tubuh hitamnya yang berkilat karena keringatnya. Para
    begundal brutal itu nampak kewalahan saat meringkus Lia.

    Dengan cara merangkulkan tangan-tangannya serta menekankan wajah-wajah mereka sekenanya pada tubuh
    yang sangat merangsang birahi milik si jelita, Tony dan Apri memerlukan kerja keras sambil menikmati
    sensual tubuh Lia.

    Akhirnya sang korban yang jelita itu benar-benar tak berdaya. Dan kini, kaki dan tangan Lia telah
    terikat kuat-kuat pada ranjang pengantinnya.

    Dan untuk keberhasilannya, para pendatang brutal itu langsung disuguhi pemandangan yang sangat
    spektakuler, merangsang dan erotis sekali. Tangan Lia yang terikat ke bagian atas kanan dan kiri
    ranjang membuat ketiaknya yang indah nampak terbuka.

    “Uuhhh… Akan kubenamkan hidungku ke lembah ketiakmu yang indah itu.. lidahku, bibirku akan menjilati
    dan menyedotmu Liaaa…”, begitu begitu pikir begundal-begundal tersebut.

    Cerita Sex Pengantin Baru Dan paha Lia yang kini telah mengangkang terbuka, memamerkan memiawnya yang ranum menggunung yang
    langsung mendongkrak nafsu birahi kedua serigala lapar dan brutal itu.

    Keduanya tercekat menyaksikan dengan penuh takjub kemaluan Lia yang ditutupi bulu-bulu tipis merekah
    yang seakan menunggu jamahan tangan-tangan kasar mereka atau jilatan lidah dan sedotan bibir tebal
    mereka atau bahkan tusukan rodal-rodal kedua begundal brutal itu.

    Tak tahan menyaksikan tindakan brutal yang dilakukan Apri dan Tony pada istrinya, Danny berteriak-
    teriak dengan harapan ada orang lain yang mendengarkannya di tengah hutan sepi itu. Ulah itu hanya
    jadi tertawaan para begundal.

    Tony menyuruh Apri untuk menyumpal mulut Danny dan menyeretnya ke kamar sebelah. Apri langsung
    bertelanjang melepas cawatnya sendiri yang dekil dan pesing untuk di sumpalkan pada mulut Danny.

    Tentu saja Danny jadi gelagapan panik menerima perlakuan kotor Apri itu. Tetapi mana dapat ia melawan
    dengan kaki dan tangannya yang masih terikat erat-erat.

    Dan Tony juga langsung bertelanjang melepas cawatnya. Dia sumpalkan cawatnya yang sama dekilnya ke
    mulut Lia yang langsung berkelojotan karena jijik dan ingin muntah. Tetapi sia-sia pula. Dan akhirnya
    tanpa daya pasangan D & L ini menjadi tawanan Apri dan Tony.

    Dan tanpa terhindarkan, Danny maupun Lia dihadapkan pada pemandangan yang selama ini dianggapnya
    sangat tabu. Kedua orang ini menyaksikan rodal lelaki lain, rodal Apri dan Tony yang telah ngaceng
    berat.

    Rodal-rodal mereka yang nampak tegak dan kaku itu sungguh luar biasa. Mengingatkan pada pisang tanduk
    di sepanjang jalan Bogor. Besar dan panjangnya tak kurang dari 20 cm dengan garis tengah sekitar 4,5
    cm.

    Bagi seorang wanita semacam Lia, rodal sebesar itu membuat khayalannya langsung melayang. Lia
    membayangkan bagaimana rasa pedih dan sakitnya apabila rodal itu dipaksakan menembus memiawnya yang
    masih perawan.

    Akankah hal itu akan terjadi pada dirinya yang hingga kini bahkan suaminya pun belum pernah benar-
    benar menjamah memiawnya itu? Akankah Apri dan Tony mendahului Danny sebagai pemilik yang sah atas
    vaginanya secara bergiliran memaksakan rodal-rodal mereka itu menembus memiawnya? Lia sangat takut dan
    merasa ngeri dengan pikirannya yang mengkhayal sejauh itu. Dia menggigil kemudian menutup matanya.

    Sementara itu bagi Danny, melihat Apri dan Tony yang memiliki rodal sebesar dan sepanjang itu rasa
    percaya dirinya langsung runtuh. Dia bayangkan apabila istrinya sempat mereka paksa untuk menerima
    rodal mereka,

    Dan pada akhirnya Lia mendapatkan kenikmatan serta kepuasan dengan rodal-rodal sebesar itu, dapat
    dipastikan dia tidak mungkin mampu mengungguli Apri maupun Tony. Dan di belakang hari dapat dipastikan
    Lia tidak akan pernah puas berhubungan seks dengan dirinya. Lia akan dengan sebelah mata saja melayani
    dia sebagai suaminya.

    Cerita Sex Pengantin Baru

    Cerita Sex Pengantin Baru

    Danny sangat terpukul. Membayangkan istrinya Lia mendesah serta merintih mendapatkan kenikmatan birahi
    dari Tony dan Apri. Hatinya langsung ciut.

    “Yo, ambil minuman itu lagi. Kita buat mereka lebih galak lagi”, terdengar Tony menyuruh Apri.
    Kata-kata Tony itu menjadi pikiran Danny maupun Lia. Minuman apa itu? Bikin galak lagi” Apakah hal itu
    yang membuat mereka demikian panas birahinya saat memasuki peraduan setelah makan malam tadi?
    Mungkinkah Apri dan Tony memasukkan obat perangsang seks pada makan malam mereka tadi?

    Tak lama kemudian Apri balik dengan sebotol cairan berwarna kuning bening. Pertama-tama pada Danny.
    Tangan Tony memegangi kepala dan membuka sumpal mulut Danny yang langsung panik ketakutan.

    Kemudian Apri menjejalkan mulut botol ke mulut Danny dan memaksakan untuk minum. Ketika Danny berusaha
    menolak dengan cara memalingkan wajahnya, Tony memeganginya dan membekap hidungnya.

    Karena tersedak Danny terpaksa menelan cairan dari botol itu. Dia merasakan asin dan pesing. Jangan-
    jangan air kencing mereka ini. Dengan cara yang sama cairan itu juga dijejalkan pula pada mulut Lia.

    “Nahhhh, bapak dan ibu, jangan khawatir… Itu adalah minuman demi kesehatan pak Danny yang tampan dan
    bu Lia yang jelita…, sebentar lagi bapak dan ibu pasti akan semakin segar, ha, ha, ha…”.
    Beberapa saat kemudian, pasangan D & L merasakan dunia seakan berputar-putar.

    Pandangan matanya mengabur. Jantungnya berdegup lebih kencang. Lia merasakan darahnya memanas. Dan
    gambaran rodal-rodal Apri serta Tony yang luar biasa itu mendekat.

    Dia merasakan seakan-akan ujung-ujung rodal mereka menyentuh gerbang bibir vaginanya. Dia merasakan
    rangsangan birahi yang hebat, seperti halnya saat rodal Danny suaminya menyentuh vaginanya.

    Sementara itu Danny juga merasakan darahnya yang memanas. Nafsu birahinya meledak-ledak. Ingin rasanya
    menjilati selangkangan Lia istrinya yang saat ini terbuka memamerkan nonoknya di atas ranjang
    pengantinnya.

    Ingin rasanya dapat secepatnya terbebas dari para begundal itu untuk kemudian melanjutkan apa yang
    tadi telah hampir dilakukannya, tongkolnya menembus memiaw istrinya.

    “Lemparkan Danny ke kamar sebelah”. Si Apri kembali melaksanakan perintah Tony.
    Dengan mulutnya yang kembali tersumpal cawat Apri dan perasaannya yang mabuk dan ingin muntah akibat
    minuman yang dijejalkan tadi, Danny diseret ke kamar sebelah.

    Kemudian pintunya dikunci. Danny sangat penasaran, kesal dan marah. Semula dia berharap dapat tetap
    sekamar dengan istrinya. Setidak-tidaknya matanya masih dapat menikmati tubuh bugil istrinya yang
    terikat di ranjang, sehingga ledakan birahinya yang kini melanda nafsunya dapat sedikit tersalurkan.

    Di lain pihak Lia yang ditinggalkan suaminya tak dapat menghindarkan pandangannya pada rodal Apri dan
    Tony yang nampak sedemikian besar dan panjangnya. Batang rodal-rodal yang dikelilingi urat-urat itu
    semakin nampak perkasa.

    Kepala helmnya yang yang tumpul membulat berkilatan kena cahaya lampu kamar. Lia sendiri belum pernah
    menyaksikan secara langsung rodal lelaki dewasa seperti yang dilihatnya sekarang ini. Dia hanya ingat
    bahwa pernah melihat rodal-rodal sebesar itu dari VCD porno yang disaksikan ramai-ramai bersama
    teman-temannya pada saat jam istirahat di kantor.

    Sewaktu vaginanya siap ditembus rodal Danny dia hanya merasakan ujung rodal yang hangat merangsang
    bibir-bibir vaginanya. Dia ingat betapa nikmatnya saat birahinya menjadi demikian memuncak yang
    disebabkan ujung rodal Danny itu.

    Dia merasakan keinginannya yang sangat kuat agar Danny secepatnya menembus kemaluannya. Bibir
    vaginanya sangat kehausan untuk melahap batang rodal Danny. Tapi kini Danny tidak lagi berada di kamar
    ini.

    Yang nampak kini adalah Apri dan Tony yang sama-sama telah berbugil ria. Dan rodal-rodal mereka itu,
    kenapa mata Lia dibuatnya sangat terpesona” rodal-rodal itu tegak ngaceng dengan kokoh dan tegarnya.

    Lia berpikir akankah mereka juga akan seperti Danny? Menempelkan atau menusukkan rodal-rodal yang luar
    biasa itu ke bibir vaginanya? Akankah dia akan membiarkan dan menerima kehadiran rodal-rodal yang
    bukan milik suaminya itu? Akankah dia mampu menerima serangan badai nafsu serigala para brutal itu?
    Dari celah matanya yang basah karena air mata, Lia melirik ke rodal para brutal tersebut.

    Tiba-tiba perasaan seperti yang terjadi pada saat bersama Danny memasuki kamar usai makan malam tadi
    melintas. Rasa ingin, ingin, ingin, ingin, keinginan yang kuat, keinginan yang meledak-ledak, ingin
    Danny melanjutkan tusukan tongkolnya ke lubang kemaluannya, melanjutkan kenikmatan birahi yang mulai
    memuncak. Mungkinkah itu” Bagaimana mungkin”

    Yang nampak jelas siap melakukan itu justru Tony dan Apri yang telah telanjang bulat dengan rodal-
    rodal keras besar panjang mereka itu. Mereka sangat siap dan sangat mungkin memperkosanya.

    Cerita Sex Pengantin Baru Ooohh…, alangkah ngerinyaaa… Lia berusaha menepis perasaan yang sangat menakutkan itu. Dipalingkan
    wajahnya dari rodal-rodal itu. Sungguh ngeri membayangkan rodal sebesar dan sepanjang milik para
    brutal itu menembus memiawnya. Apabila hal itu terjadi pasti akan merobek-robek vaginanya.

    Tetapi darah dan jantung ini” Mengapa darah dan jantung Lia terus berdegup kencang sejak makan malam
    tadi seakan ada yang terus merangsangnya. Dan kini bahkan semakin kencang serta kuat memacu darahnya,
    setelah Tony dan Apri mencekoki cairan kuning bening tadi.

    Apakah itu obat perangsang seksual yang membuat dirinya tidak dapat melepaskan pandangannya atau
    memalingkan wajahnya dari rodal-rodal Apri dan Tony itu? Ah, sangat mungkin…! Bukankah Apri dan Tony
    nampak jelas telah mempersiapkan semua rencana jahatnya ini.

    Topeng itu, kampak itu, gedoran di pintu itu. Semua merupakan bagian rencana jahatnya. Dengan
    memberikan obat perangsang birahi seksual, korbannya akan cepat takluk dan mengikuti kemauan bejat
    seksualnya. Korbannya akan patuh untuk menjadi budak seksualnya.

    Lia akan cepat menyerah dan sangat kehausan untuk secepatnya menikmati rodal-rodal para pejantan itu.
    Ahhh…, degup jantung ini…, kenapa jadi sulit sekali, membuang keinginannya untuk tidak kembali
    melirik rodal-rodal pejantan itu.

    “Oohh.., jangannnn… jangannnn…!”

    Lia memejamkan matanya untuk menghapus semua lintasan pikirannya, wajahnya memucat, kemudian memerah,
    kemudian kembali memucat, kembali memerah. Bayangan akan rodal-rodal besar itu jadi berbalik sangat
    menggairahkannya.

    Perasaan ngeri, takut, cemas tetapi tidak sepenuhnya ingin benar-benar menghindar, rasa birahi yang
    terus mengejarnyaa, dirasuki dengan penuh kebimbangan dan keraguan, semuanya serba bercampur aduk.

    Lia dilanda kebingungan yang amat sangat. Khayalan-khayalan liarnya yang terus memburu tidak dapat
    dilenyapkan dari kepalanya. Detak dan degup jantungnya juga tak dapat dikendalikannya.

    “Akankah…, Ohhh…, ampuni aku Danny…, Dannyyyyyyy…, ampuni akuuuu…, aku tidak mampu mengambil
    keputusan…, tolongggg…, aku membutuhkan kk… kkaamuuu… uuuu.. uuuhhhh…”. Dan memang,
    keputusan akhirnya bukanlah di tangan Lia.

    Begitu terlempar ke kamar buangannya, pertama-tama yang dicari Danny adalah lubang. Lubang atau celah
    di dinding, dimana dia dapat mengintip istrinya yang telanjang. Pengaruh minuman yang dijejalkan Apri
    dan Tony tadi membuat libido Danny terangsang dengan hebat, saat ini yang diperlukan Danny adalah
    dapat mengintip istrinya telanjang, dia ingin melakukan mastubasi.

    Ternyata dia dapatkan, kamar villa yang seluruhnya dibuat dari kayu dan balok itu memberikan celah di
    antara dua baloknya. Celah itu cukup longgar. Danny serta merta beringsut ke celah itu. Tetapi
    ternyata celah itu terlampau tinggi di atas kepala Danny.

    Dengan ikatan tali pada tangan dan kakinya Danny kesulitan untuk berdiri maupun sekedar jongkok.
    Sementara celah itu dapat dia raih setidak-tidaknya dengan berjongkok. Dia mengamati sekeliling kamar
    itu.

    Dari kamar sebelah terdengar suara riuh. Terdengar

    “hah, huh, hah, huh…”, suara istrinya yang mulutnya terbungkam celana dalam dekil milik Tony.
    Danny jadi panik, dia memastikan sesuatu telah terjadi pada istrinya. Dia gulingkan tubuhnya ke sebuah
    kotak kayu di pojok kamar itu.

    Dia coba menendang kotak itu dengan kaki terikat agar dapat didekatkan ke dinding. Berhasil. Danny
    kembali berguling. Memerlukan perjuangan cukup panjang untuk dapat memanjat kotak itu dengan kaki dan
    tangan yang terikat.

    Sementara itu suara istrinya sudah terdengar berbeda, dalam waktu singkat suara itu telah berubah
    menjadi desahan dan rintihan, disamping juga terdengar suara Tony atau Apri atau kedua-duanya.

    Cerita Sex Pengantin Baru Mereka terdengar berbicara dalam bahasa daerah mereka yang Danny sama sekali tidak memahami artinya,
    tetapi Danny memastikan mereka sedang melakukan sesuatu hal yang tidak senonoh pada Lia istrinya yang
    kini terikat dan telanjang bulat di depan mereka.

    Akhirnya setelah berjuang keras untuk memanjat kotak kayu itu, dalam keadaan terikat tangan dan
    kakinya mata Danny kini dapat menyaksikan Tony sedang memeluk dan menciumi kedua payudara istrinya.
    Dan Apri dari arah lain sedang memeluk paha Lia serta wajahnya tenggelam dalam selangkangannya. Nampak
    kepala Apri naik turun menjilati arah kemaluan Lia.

    Seketika itu juga seolah-olah ada sejuta petir menghantam kesadaran Danny. Dia langsung terjungkal ke
    lantai. Danny kehilangan kesadarannya. Tetapi hanya sesaat, dalam keadaan terkapar di lantai nampak
    kelopak mata Danny yang lelah pelan-pelan terbuka. dan kemudian dengan cepat dia bangkit dan kembali
    berusaha merangkak ke kotak itu untuk mengintip celah di dinding itu.

    Bermenit-menit dia lalui untuk mampu kembali pada posisi dimana dia dapat mengintip kamar istrinya
    yang saat ini sedang digarap oleh Tony dan Apri. Suara erangan yang telah berganti menjadi suara
    desahan dan rintihan istrinya terus terdengar, juga pembicaraan antara Tony dan Apri yang tidak
    diketahui maknanya oleh Danny terdengar semakin cepat bersahut-sahutan.

    Sementara itu telah terjadi hal yang aneh pada diri Danny, mungkin pengaruh dari makanan dan minuman
    yang dicekokkan oleh para begundal itu ke mulutnya atau setelah menyaksikan istrinya dikerjai secara
    brutal oleh dua begundal itu sehingga membuatnya terjungkal ke lantai, atau mungkin juga campuran dari
    keduanya.

    Saat dia kembali menaiki kotak itu, dorongan keinginannya sudah berganti. Dia tidak lagi ingin
    mengintip untuk melihat istrinya yang telanjang atau untuk menyaksikan bagaimana istrinya dengan gigih
    melawan kedua brutal itu.

    Yang diinginkannya sekarang adalah menyaksikan bagaimana kedua brutal itu yang dengan rodal besar dan
    panjangnya dapat memberikan kenikmatan erotik dan sensasional kepada istrinya. Sekarang dia ingin
    menikmati pemandangan bagaimana istrinya dient*t oleh para begundal itu.

    Danny kembali ngaceng berat. Lebih sensasional daripada sebelumnya. Dia ingin secepatnya menyalurkan
    syahwatnya. Dia ingin melakukan masturbasi sambil menonton istrinya dient*t para berandal-berandal di
    kamar sebelah itu.

    Inikah yang disebut “shock terapy”“ Sebuah peristiwa yang sangat luar biasa yang mampu dengan seketika
    mengubah mental, selera, cara pandang ataupun keyakinan seseorang. Yang mampu mengubah Danny, dari
    ketakutan serta kekhawatiran yang mencekam, menjadi sesuatu yang justru dia harapkan untuk terjadi”
    Dari yang awalnya berkeinginan untuk menolong menjadi keinginan untuk ikut menikmati”

    Dan itulah yang terjadi. Saat matanya kembali di lubang ingintipan tersebut, kini dia menyaksikan
    bahwa telah terjadi perkembangan. Nampak sumpal pada mulut istrinya sudah dilepas, walaupun pada
    tangan dan kakinya masih terikat pada ranjang itu.

    Nampak istrinya menggeliat-geliat tetapi tidak berteriak menolak. Yang terdengar justru desahan dan
    rintihan dari mulut Lia yang terdengar penuh kenikmatan, bahkan mata Lia nampak memandang Tony dengan
    tongkolnya yang sangat besar, sedang memompa kemaluannya.

    Danny melihat bagaimana pinggul istrinya sedemikian bergairahnya menjemput keluar masuknya rodal Tony
    yang kelewat besar itu. Adakah Lia juga telah diterkam obat perangsang itu, sehingga membuatnya kini
    menyerah dalam jarahan seksual para begundal itu?

    “Ah masa bodohlah, aku sendiri punya kebutuhan pula, birahiku ooohhhhh, menyaksikan istriku dient*t
    para begundal itu”, demikian pikir Danny.

    Jarak lubang dengan posisi istrinya yang terikat ini tidak lebih dari 1 meter di kamar yang relatif
    sempit itu. Danny dapat dengan nyata menyaksikan mengkilatnya batang rodal Tony yang keluar masuk
    menembus memiaw Lia istrinya.

    Tanpa dapat dicegah, air liur Danny menetes saat melihat rodal Tony yang luar biasa itu. Telinganya
    yang menangkap suara desahan dan rintihan istrinya yang tidak lagi terbungkam itu sebagai pertanda
    kenikmatan yang sedang melanda istrinya.

    Danny tersenyum. tongkolnya yang ngaceng dipepetkannya ke dinding. Pelan-pelan digosok-gosokkannya.
    Duhh…, nikmatnyaaaa…

    Dari lubang ingintipan itu, Danny melihat Tony semakin cepat memompa. Makin cepat, makin cepat, cepat,
    cepat… Dan,

    “AACCHH…”, terdengar teriakan Tony… Dan sperma Danny muncrat berbarengan dengan air mani Tony yang
    tumpah-ruah di kemaluan dan tubuh istrinya Lia.

    Itulah kepuasan seksual pertama sejak perkawinannya dengan Lia istrinya, pada hari-hari yang
    seharusnya penuh bahagia, pada hari-hari bulan madunya.

    Cerita Sex Pengantin Baru Kemudian Danny lemah terduduk. Tetapi tidak lama. Dia mendengar kembali suara-suara desahan dan
    rintihan dari kamar sebelah, Danny kembali mengintip. Kini dia melihat Apri menindih tubuh istrinya.
    Dia melumat leher, ketiak dan dada Lia.

    Sementara tangan kanannya memegang tongkolnya yang bukan main indahnya di mata Danny kini, dan tangan
    kirinya memeluk pinggul Lia untuk menempatkan lubang kemaluannya persis di ujung tongkolnya.

    Dan yang menjadi sasaran birahi Danny sekarang adalah menyaksikan istrinya Lia menggeliat-geliatkan
    pinggulnya menahan kenikmatan pada saat vaginanya melahap ujung rodal Apri. Tubuhnya dicekal oleh
    otot-otot lengan Apri. Dan vagina Lia dengan penuh kepasrahan menerima tembusan dan tusukan nikmat
    dari begundal brutal itu.

    Mata Danny melotot melihat adegan-adegan itu. tongkolnya kembali bangkit ngaceng. Obat perangsang yang
    dicekokkan padanya membuat tongkolnya tidak dapat tidur. Dan kembali dinding kamarnya menerima gosokan
    rodal Danny.

    Dan keadaan Lia sendiri, tak terhindarkan lagi, kebrutalan para begundal itu mulai menjadi, Lia
    menyaksikan wajah Tony langsung tenggelam, dia rasakan sedotan bibir tebal dan jilatan-jialatan lidah
    kasarnya yang merambahi ketiak, leher, dadanya…

    Dia rasakan bagaimana bibir Tony mencaplok kedua payudaranya. Lidahnya menari-nari pada putingnya.
    Gigitan kecil tetapi terasa sangat kasar membuat putingnya menjadi perih. Tetapi yang dia rasakan
    sangat aneh adalah…, perasaan ngeri, takut dan cemas itu, mengapa pupus, ternyata pupus, mengapa
    yang hadir kini justru rasa haus yang amat sangat.

    Dia diserang rasa kehausan yang amat sangat. Ingin sekali dia mendapatkan air untuk tenggorokannya.
    Ingin sekali, ingin sekali. Dia sangat menantikan Tony mengangkat celana pesingnya yang membungkam
    mulutnya. Dia sangat menantikan bibir tebal Tony melumat bibirnya. Dia ingin sekali meminum ludah Tony
    langsung dari mulutnya.

    “Oohhhh Tonyi tolooong… akuuu hauss…, tolong Tonyii, tolongggg…”.

    Dan kehausan itu semakin menjadi ketika dilihatnya Apri menyusul menenggelamkan wajahnya ke
    selangkangannya. Lidah Apri yang juga kuat dan kasar itu langsung menjilat seluruh bibir kemaluannya.
    Langsung membor lubang vaginanya.

    Untung saja Tony tahu…, Tony yang telah 55 tahun itu tahu reaksi perempuan yang kehausan saat
    menerima jilatan, sedotan, sentuhan lidah maupun bibir atau sodokan rodal. Dia tahu bagaimana desakan
    birahi akan membuat tenggorokannya mengering dan seorang perempuan akan meminta agar secepatnya
    dilumat bibirnya untuk dapat menyedot ludah lelaki yang menyetubuhinya dan secepatnya kemaluannya
    ditembus rodal besarnya.

    Tony yang sangat berpengalaman itu serta merta meraih celana dalamnya yang sejak tadi disumpalkan pada
    mulut Lia. Kemudian secepat kilat bibirnya melumat bibir sensual pengantin cantik itu.

    Dan serta merta, Lia langsung menyambutnya dengan penuh kelahapan birahinya. Dia dengan histeris
    menyedot ludah Tony. Bahkan dari bibirnya juga keluar bisikan-bisikan kehausannya.

    “Pak Tonyi, ayyooo, Lia udah tidakk tahannn…, ayyooo Pak Tonyi…, Lia udah pengin rodal Pak Tony
    ituu…, ayoooo Pak Tonyiii …”.

    Tony tahu bahwa Lia sedang dalam keadaan tersiksa oleh deraan nafsu birahinya sendiri, dia tolak Apri
    dari keasyikannya melumati kemaluan Lia, kemudian dirabanya kemaluan indah itu. Cairan birahinya sudah
    membanjir.

    Dan Tony dengan cepat mengambil posisi. Dia kangkangkan selangkangan Lia, untuk kemudian dia
    menempatkan tongkolnya di antara selangkangan Lia itu. Diarahkannya rodal itu langsung ke lubang
    vagina Lia, yang telah sangat kehausan menunggunya.

    Karena Lia masih perawan, sejago-jagonya Tony tetap saja segalanya masih harus diusahakan dengan
    keras. rodal itu setiap kali meleset dari targetnya. Mungkin licin. Beberapa kali Tony merasa
    tongkolnya sudah tepat berada di mulut vagina Lia, meleset lagi.

    Dan saat berhasil tembus, Lia berteriak kesakitan, dan Tony melihat darah keperawanan Lia mengalir
    dari bibir vaginanya. Selaput perawan Lia telah robek. Kemaluan Lia sudah berhasil ditembus rodal
    Tony. Kemudian Tony mulai memompa.

    Pelan…, pelan…, pelan…, tetapi Lia sendiri yang sudah sangat kegatalan ingin lebih cepat… Dan
    Tony menurut untuk mempercepat…

    Dari balik kamar, Danny ternyata ikut menyaksikan saat-saat itu. Hingga dia saksikan bagaimana Tony
    memuntahkan bermili-mililiter air maninya ke dalam memiaw istrinya Lia itu. Dan dalam kesempatan itu,
    Danny juga menyalurkan birahinya hingga spermanya menyemprot dinding tempatnya mengintip istrinya
    menikmati genjotan Tony.

    Sungguh suatu pengalaman yang sangat dahsyat bagi perawan seperti Lia ini. Seumur-umur baru kali
    inilah dia merasakan nikmatnya senggama. Saat Tony melepas spermanya tumpah di dalam vaginanya, Lia
    pun mendapatkan orgasme pertamanya. rodal Tony masih berada di dalam lubang vaginanya saat Apri
    datang.

    Dia menepuk punggung Tony, mengisyaratkan meminta “jatah”nya. Lia menatap kehadiran Apri dengan
    pandangan penuh gairah dan birahi. Orgasme yang baru saja diraihnya bersama Tony belum menghabiskan
    semangat libidonya.

    Kegatalan birahi pada kemaluannya masih menuntut gesekan batang-batang penuh kejantanan dari para
    pecundang ini. Dan begitu Apri datang serta langsung menembakkan rudalnya pada memiaw Lia, ditariknya
    tubuh Apri.

    Dia ingin Apri rodal* nonoknya dengan bibir tebal Apri tetap melumat bibirnya. Dia ingin menguras
    ludah dari mulut Apri. Dia ingin mendengarkan desah dan rintih Apri yang merasa kelimpungan oleh
    jepitan vaginanya langsung di telinganya.

    Dia ingin hidungnya mengendus seluruh keringat yang keluar dari tubuh Apri. Dia ingin Apri melumat
    ketiaknya, payudara dan putingnya. Kini Lia telah menjadi kuda betina yang binal. Dia tidak lagi
    memikirkan Danny.

    Dia hanya ingin Danny bergabung dalam kenikmatan bersama ini. Dia ingin Danny menerima kenyataan dunia
    ini. Dia ingin Danny untuk tetap setia dan menurut saja pada dewa-dewa jantan yang begundal dan brutal
    ini. Lia berkeyakinan kedua brandal begundal brutal ini adalah dewa-dewa jantan yang membawa sejuta
    kenikmatan. Danny harus patuh dan tunduk pada mereka.

    Sementara itu di kamar lain… Danny kini menyadari bahwa Apri dan Tony telah memberikan kenikmatan
    tak terhingga pada Lia istrinya. Dia berfikir sederhana, kalau rodal-rodal Apri dan Tony itu nikmat
    bagi Lia yang dicintainya, tentunya akan nikmat pula bagi Danny yang mencintainya khan?

    Suatu logika yang sangat rasional. Kalau Lia meminum dengan rasa segar ludah Apri maupun Tony,
    tentunya ludah itu juga akan menyegarkan bagi Danny khan? Dan pada akhirnya semua bagian tubuh Apri
    maupun Tony mestinya nikmat dan layak untuk dinikmati semuanya khan?

    Kini ganti Danny yang diserang rasa haus… Tiba-tiba terdengar kunci kamar itu dibuka oleh seseorang.
    Nampak Apri dan Tony masuk dan memeriksa wajah Danny. Kemudian dia periksa pula tongkolnya. Mereka
    tersenyum.

    Kemudian Apri dan Tony memeriksa dinding di dekat kotak kayu dimana Danny tadi mengintip. Diamatinya
    dinding itu. Dan saat ditemukannya sperma Danny yang masih meleleh pada dinding, kembali Apri dan Tony
    tersenyum puas. Danny berharap sumpal mulutnya dilepaskan seperti halnya Lia istrinya.

    Tapi ternyata tidak. Kedua begundal itu kini menyodorkan rodal mereka ke wajahnya.
    “Ooohh…, mereka hendak membuang air kencingnya ke wajahku”, pikir Danny.
    Danny menunggunya dengan perasaan penuh birahi.

    Dia amati rodal Tony yang ujungnya bulat seperti jamur merang. Lubang kencingnya menganga lebar. Dan
    Ujung rodal Apri nampak agak belang. Kulupnya masih membungkus, tanda bahwa dia belum ngaceng
    sempurna.

    Dan akhirnya, seerrr… dan seeerrrrr…, kencing Tony dan Apri langsung mengguyur wajah Danny. Celana
    dalam Apri itu ternyata langsung menyerap cairan kuning itu. Di dalam mulutnya, Danny merasakan hangat
    air kencing mereka berdua.

    Dia berusaha menelannya sebanyak mungkin. Inilah obat haus bagi Danny. Sedemikian banyaknya kencing
    Apri dan Tony sehingga membuat Danny tampak seperti mandi. Seluruh tubuhnya basah kuyup oleh air
    kencing mereka. Bau pesing air kencing itu seakan-akan menjadi bau sedap bagi Danny yang sedang horny.

    Cerita Sex Pengantin Baru Setelah selesai, Apri mengambil celana dalam yang menyumpal pada mulut Danny. Danny lega. Akhirnya
    rahangnya dapat beristirahat setelah sekitar 4 jam menganga. Tetapi ternya urusan masih belum selesai.
    Apri memerintahkan Danny untuk membuka mulutnya lagi. Diperasnya air kencing Apri dan Tony yang
    terserap dalam celana dalam Apri itu ke mulut Danny. Dan tanpa disuruh lagi Danny langsung
    menjilatinya.

    Kemudian Tony berbicara.

    “Kamu sekarang jadi budakku. Tahu”. Danny seakan mendengar berita gembira.

    Dia mengangguk angguk senang. Kemudian Apri menuntun menuju kamar dimana Lia masih terikat di
    ranjangnya.

    “Hai, pelayanku, budakku, anjingku… Bersihkan nonok istrimu dari peju-peju (sperma) kami yang
    tertinggal di dalamnya. Kamu sedot dengan mulutmu sampai bersih. Cepat”.

    Ternyata Tony dan Apri ini benar-benar seorang ahli kejiwaan yang hebat. Mereka pakar sekali dalam hal
    mengubah, merusak dab menghancurkan mental orang lain. Dan tampak sekarang…,

    Danny telah tercuci otaknya menjadi budak yang penurut dan rodal yang siap menunggu perintah tuannya.
    Dia siap untuk melakukan apapun, termasuk minum air kencing mereka atau bahkan lebih dari itu. Tidak
    ada lagi rasa tabu, jijik, jorok bagi para budak mereka.

    Lia juga telah diubah sebagai budak seksnya. Pasangan itu akhirnya kembali seperti halnya yang
    diharapkan oleh para tamu dalam acara pesta kemarin siang,

    “Semoga Danny dan Lia selalu saling melengkapi”. Dengan karakter baru setelah melalui garapan Tony dan
    Apri, pasangan Danny dan Lia tetap saling melengkapi.

    Setidak-tidaknya di depan para berandal brutal itu.

    Dan kini Danny merangkak di lantai menuju tepian ranjang. Dia datangi nonok Lia yang masih basah penuh
    sperma yang meleleh dari lubang vaginanya. Danny harus membersihkan dengan lidahnya. Dia dekatkan
    bibirnya menuju vagina yang penuh lelehan sperma Apri dan Tony itu. Lidahnya menjilati dan bibirnya
    langsung menyedotnya hingga nonok Lia kembali kosong.

    Sejak kehadiran Danny kembali ke kamarnya dan kemudian menjilati kemaluannya dari sisa-sisa sperma
    yang dibuang Tony dan Apri ke dalam vaginanya, Lia hanya dapat menyaksikan dengan diam. Pandangannya
    pada Danny sudah hambar.

    Bukannya karena Danny tidak dapat menyelamatkan dia saat-saat menderita. Tetapi Lia kini yakin bahwa
    Danny tidak mungkin dapat memberikan kenikmatan ranjang macam Apri dan Tony.

    Danny tidak akan mampu merangsang birahinya untuk meraih orgasmenya. Dan di mata Lia kini, Danny
    memang hanya pantas menjadi budak atau rodal yang menjilati sperma buangan tuannya.

    Semua yang dilakukan Danny sepenuhnya berada dalam pengawasan Apri dan Tony. Mereka puas melihat
    Danny. Mereka juga puas melihat Lia. Kini tali-tali mereka akan dilepaskan. Apri dan Tony yakin bahwa
    Danny dan Lia sekarang bukan lagi Danny dan Lia pada 4 jam yang lalu.

    “Tadi saat kalian datang, kami sepenuhnya melayani kalian. Sekarang kamu menjadi pelayan-pelayan kami,
    menjadi budak-budak kami, menjadi rodal-rodal yang setia pada kami. Dengar, kami akan bermurah hati
    melepaskan tali kalian. Agar kalian selalu siap menjalankan perintah kami berdua”.

    Kemudian tali-tali mereka dilepaskan. Tony memerintahkan keduanya untuk mandi dan berganti pakaian.
    Apri dan Tony akan menunggu mereka untuk makan malam di teras kebun. Tempat itu sengaja dipilih karena
    malam ini adalah malam purnama.

    Danny dan Lia akan disuguhi pemandangan malam yang sangat indah. Tony membisikkan kepada Danny dan
    Lia, bahwa dia telah memasak makanan kesukaan mereka. Sebelum meninggalkan pasangan itu, Apri dan Tony
    menyampaikan selamat malam dengan sangat santun.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Kisah Memek Dapat Jatah Dari Janda Kesepian

    Kisah Memek Dapat Jatah Dari Janda Kesepian


    3440 views

    Duniabola99.com – Namaku Heri adalah seorang karyawan yang tinggal di kota Bandung,aku tinggal bersama paman dan bibiku. Sampai suatu waktu bibi dan paman ku pindah rumah tapi rumah yang sekarang aku tinggali tetep tidak dijual, karena sayang untuk di tinggal sendiri bibiku menyarankan untuk di kontrakan saja rumah itu. Rumah itu ada 2 tingkat , ditingkat dasar di kontrakan, sampai akhirnya ada wanita yang ingin ngontrak dan bibiku menyetujui nya.
    Konsep pembayaran nya bulanan, 1 bulan, 300rb.


    Wanita itu bernama Bu Apong, perlu diketahui Bu Apong adalah seorang janda berumur 42 thn ditinggal oleh suaminya karena selingkuh, dia menceritakan kenapa suaminya selingkuh karena dia marah tidak mendapatkan keturunan dari Bu Apong.

    Bu Apong orangnya baik, tutur katanya sopan serta gaya berpakaian nya pun terbilang sopan. Sudah hampir 3 bulan dia ngontrak di rumah bibiku, aku senang karena ada teman untuk ngobrol di rumah, lama-kelaman aku dan Bu Apong makin akrab sampai-sampai aku sempat ketiduran di ruangan dimana bu Apong mengontrak.
    Singkat cerita, karena keakraban kami, gaya berpakaian Bu Apong menjadi beda, sekarang dia berani memakai baju yang ketat, celana pendek sebatas paha atau hanya memakai daster terusan sebatas paha sehingga paha putih nya yang mulus serta toket nya yang sekel terpampang dengan indah.

    Perlu diketahui Bu Apong orang nya lumayan cantik bertubuh putih, lekuk tubuh nya aduhai, pantatnya semok, toket nya besar dan padat, paha nya putih mulus,ukuran toketnya 36 cup F. Kadang2x aku suka curi2x pandang pada toket, paha ataupun pantatnya, mengetahui hal itu Bu Apong hanya tersenyum tp senyuman yang binal.
    Sampai pada hari sabtu siang ketika kami mengobrol sambil duduk di karpet, dia hanya memakai daster terusan sebatas paha, aku iseng menggodanya

    “bu, pake baju nya seksi amat, ga takut di perkosa sama saya….?”, sambil tanganku mengelus paha putih nya.
    Bu Apong menjawab di luar dugaan, “ooh, gitu yaa….tp suka kan…???”, lalu Bu Apong meneruskan kata2x nya
    “ga, ga takut koq..,silahkan aja mau perkosa ibu mah, paling ibu teriak keenakan….!”. Mendengar hal itu, tanpa basa-basi tanganku langsung meremas memek nya dan aku tubruk dia sehingga dia jatuh terlentang dan tubuhnya aku tindih serta aku mengesek-gesekan kontolku ke memek nya masih memakai celana dalam. Kejadian itu membuat Bu Apong kaget dan meronta tetapi rontaan lemah seorang wanita yang ingin di entot, lalu bu Apong berkata,

    “eeits…tapi ada syarat nya…!!!”
    “apa syarat nya….??”kataku sambil tanganku terus meremas toket nya
    “bayarin kontrakan ibu bulan ini…, maka kamu bebas perkosa ibu sampai puas…”
    “ok, setuju…dan ibu harus siap diperkosa sama saya kapanpun dan dimanapun…”kataku, lalu aku cium dengan buas bibir nya, dia hanya bisa melenguh “eeemmhh…..emmmhhh..”. Bu Apong melepaskan ciumanku lalu dia berkata
    “ambil dulu uangnya,dong…nanti dah itu perkosahh ibuhh….”kata Bu Apong sambil mendesah
    Aku bangkit lalu mengambil uang sejumlah 300rb lalu aku serahkan kepada Bu Apong.


    “jadi sekarang gimana…??, mau perkosa ibu…??”kata Bu Apong sambil membuka lebar2 paha nya, terlihatlah gundukan memek nya yang tembem yang masih menggunakan celana dalam serta paha putihnya yang mulus
    “lagian ibu juga dah lama ga ngerasain kontol dan dah lama memek ibu enggak di entot…”sambungnya.
    “woooww…,ibu sekarang bicaranya jadi kotor,yaaa…”kataku
    “biarin aja, supaya tambah binal dan supaya kamu makin nafsu sama ibu…!!!”katanya
    “gimana, mau ga perkosa ibu….??”tanya bu Apong

    “enggak aacch, ga mau…..tapi saya akan entot memek ibu sampai lecet….!!!!”kataku
    Sejurus dengan itu, aku sergap dia dengan melumat bibirnya, kami berciuman, saling melumat bibir, air liur kami saling bersatu dan saling lilit lidah. Tangan ku pun tidak tinggal diam,menyusup ke balik celana dalam nya, mengelus memek dan itil nya. Mendapat serangan spt itu, Bu APong mendesah
    “aacchh…emmhh….eeeemmmmhhh…aaaacchhh, oohh nikmat banget…!!”serunya
    “oohhhh….teeeruuuuss, iyaa itu itil ibu, oooocchhh….elus teruuuuss…”
    Tangan Bu Apong langsung meremas kontol ku yang sudah ngaceng
    “aaacchh, nikmat bu….”kataku

    Tanganku tak hanya mengelus tp jari telunjuk dan jari tengah ku mencoba untuk mengobok2x ke dalam memeknya, ternyata memek nya sudah basah bahkan karena banyak nya, cairan pelumas sampai meleleh keluar.
    “memek mu udah banjir, bu…,dah ga tahan nya pengen di entot…?”bisikku pada bu Apong
    “ooohhh….eeemmhhmm,iya Her….ibu pengen di ewe sama kontol kamu….aaaacchh”balasnya
    Mendengar hal itu tanganku langsung mengobok2x memek tembemnya dengan kecepatan tinggi
    “aaacchhh…..aacchhh…ooohhmmmm….aaacchh, yang kenceng Her….!!”
    “öoooowwwwhhhh……aaacchch…terus kocok memek ibu…ooohhhh, entot pake jari kamu…..oooohhhh”
    Tidak hanya memek yang aku mainkan, susu nya pun tak lepas dari jamahan tangan ku, puting nya aku pilin2 lalu berganti meremas susu besar nya, Bu Apong kewalahan mendapat perlakuaan spt itu, akhirnya dia mendapatkan orgasme nya yg pertama, tubuh nya mengejan, meliuk spt cacing kepanasan
    “aaaaccchhhhcchh…..mmmhhmmmh, ibu ngecret…..aaaccchhhhhhh……ooooommmhhmm….aaa aaaaaccchh”lirih bu Apong

    Aku biarkan sejenak dia tuk menikmati kepuasan nya
    “bu, pindah ke atas yu…supaya ibu bebas teriak, tapi kunci dulu pintunya…”kataku
    Lalu bu Apong bangkit dan berjalan ke arah pintu, aku tak kuasa melihat pemandangan yg seksi ini, segera aku peluk dia dari belakang sambil mengesek2x kan kontol ku yang sudah tegang ke belahan pantat nya, tak lupa tanganku bergerilya ke arah toket nya yang ranum, aku remas toketnya dengan gemas, dia hanya mendesah..
    “aaacchh…aacchh”

    Setelah dia mengunci pintu, aku balikan badan nya aku ciumi lagi bibir nya sambil tanganku meremas memeknya yang basah, Bu Apong hanya bisa pasrah lalu aku pegang tangannya dan aku arah kan ke kontol ku,dia tau apa yg harus dilakukan, segera dia remas kontolku kemudian dia berjongkok dan membuka celana dalam ku serta langsung mengulum kontolku. Bu Apong dengan rakus menyepong kontolku….srruullpp….srruulpp….srlluupp, suara indah ketika dia memaju-mundurkan kontolku ke dalam mulut nya.
    “eeemmmmhhhh…..eemmhhhmmhh…anget banget mulutmu, bu…..oooohhhh niikkmmaaaattt”seruku.
    Kenikmatan yang tiada tara ini sedang ku rasakan, aku sedang mengentot mulut janda bahenol. Lalu aku pegang kepalanya dengan kedua tanganku lalu aku ban

    tu dia untuk mempercepat sepongan nya, dia tampak kewalahan, air liur nya menetes di sela2x bibirnya
    “oooooommhh….ooommmhhh……ooommmhh…ooommhhh. …ssrruulluupp…..ssrruulluupp”
    Ternyata tangan Bu Apong tidak tinggal diam, dia mencolok2x sendiri memeknya
    “aaaccchhh….aaaccckkkhhhhh…nikmaaattt”seru ku


    Segera aku hentikan aktifitas ini lalu aku ajak dia ke atas tuk menuntaskan birahiku.”Yu, ka atas, bu….”
    Lalu kami berjalan ke arah tangga sambil ku peluk di dari belakang tak lupa tanganku aktif meremas toket dan kontol ku aku gesekan ke pantatnya, sebelum menaiki tangga dengan segera aku loloskan celana dalam bu Apong sehingga sekarang bu Apong hanya mengenakan daster mini sebatas paha tanpa celana dalam dan bra. Aku suruh dia naik duluan, di luar dugaan bu Apong menggoda ku dengan menggoyang2xkan pantat nya, melihat hal itu dengan gemas aku remas dengan kuat pantat nya dan aku tampar buah pantatnya…plllaaakk….pllaaakkk…
    “aaaccchhh….ooowwwwwwwww….ssshhhhhmmmmm”se ru bu Apong

    “nakal nya…nich pantat…”kataku sambil meremas pantat bahenol bu Apong
    Sampai di kamar aku suruh bu apong nungging atou dalam posisi sujud, dengan segera dia melakaukannya lalu dia berkata
    “ayo cepetan,Her….entot memek ibu, memek ibu udah gatel pengen di entot….aaacchh”
    “tenang bu Apong ada saatnya, sekarang saya masih ingin bermain2x dulu sama memek dan itil ibu…..”
    Dengan segera aku remas pantatnya silih berganti lalu aku sapukan lidah ku pada lubang memeknya, trus aku masukan lidahku pada memek nya, mendapat perlakuan itu bu Apong bingsatan tubuhnya bergetar. Aku terus menjilati lubang memek nya kadang2x aku gigit dengan gemas bibir dalam memek nya
    “ooooccchhh….mmmhhhmhhhhhcchh…..aaaaccchhh h”
    “diapain lagi memek ibu, Her…???oooccchhh….enaaaakkkksskk”
    “mmmmhhhmmm….aaaaccchhhh…..”
    Tangan ku tidak diam, aku elus2x lobang pantatnya, trus aku ludahi lubang pantat nya dan dengan jari telunjuk, aku masukan ke dalam lubang pantatnya. Bu Apong mengerang kenakan dan
    “aaaaaaaaaaaaaacccccccccchhhhhhhhhhhh…………. …..ooooooooooooocchhhhhhhhh….ibu keluar…oooohhhhh…memek ku enaaakk….ooohhh koooonntttollll”teriak bu apong.
    Bu Apong mendapatkan orgasme nya yang kedua, tubuh nya ambruk tertelungkup di kasur, tanpa membuang waktu karena kontolku dan ngaceng banget, aku tunggingkan lagi tubuh nya segera ku masukan kontolku ke dalam memek nya yang sudah sangan banjir lalu aku entot memek nya dalam posisi sujud
    “oohhh…rasanya kontolmu makin keras dan besar dalam memekku…oh…setubuhi aku…oh entotanmu…oh enaknya…eeewwee teruuss memek ku…aaaccchh”
    “memek ibu tebal..memek ibu enak dientot…kontolku keenakan bu…”
    “ohhh..Herriii…aku bisa ketagihan dientoti kontolmu Herri,,,ohh…enak herr…”
    “aku juga bu apooong….enak sekali mengentoti memek bu apong….aku juga pasti ketagihan ngentot sama kamu aapooonggg…”

    “ohhh.. Herriii aku ketagihan kontol mu…”
    “Ohh Apppoooonnngg aku ketagihan memek dan ittiill mu…”
    “ooohhhh apooong memek mu enak dientttoott…”
    “aaaacchhh….mmmhhhh….yyyaaahh….entoottt teruuss”
    Dengan buas aku genjot memek nya dengan cepat, pantat nya aku remas dengan keras kadang aku tampar sehingga bu Apong memekik
    “aaaaaaaaaaaaacccchhhhhhhhhhhhh…….ooooohhhhhhh ”
    “ooohhhhh apoong, aku haamiili kamu…pong”
    “akan ku buat kamu bunting, bu apoong…ooocchhh….memek kamu sedapp….memmeeeekkk…..aacchhh mmeemeeeeeekkkk….”sedikit ku berteriak
    Bu apong pun tak kalah, dia menjawab dengan kata2 kotor
    “iiyya herr…hamili apoong…buntingin aappoong….memek apong enaaakk….oooccchhh….aaaammmhhhh….memek sama itiil ibu buat kamu smuaaa…aaaacchh”jeritnya
    Aku terus memompa memek bu apong dan bu apong mengimbanginya dengan menggoyang2xkan pantatnya, kontolku terasa ennaak seperti di pijit oleh memek nya.
    “aaaaaaaaaaaaachhhhhhhhhhhhhhhhh…………….aa ppoonggg dapett……….acccccchhhhhhhhh”
    Mendengar hal itu semakin cepat dan semakin dalam aku hujamkan kontolku ke dalam memek nya…dia mendapatkan orgasme nya yang ke tiga
    Lalu aku balikan tubuh semok nya, sekarang posisi bu apong terlentang dan dengan posisi konvensional aku masukan kontolku ke dalam memek nya. Dengan kecepatan tinggi aku entot memek bu apong,bu apong telihat pasrah munging karena tubuh nya sudah lemas, aku terus mengewe memek janda ini sampai puas.
    Sekarang dalam posisi yang sama aku repatkan kakinya sehingga terasa sempit sekali lubang memek nya dan aku miringkan tubuh bu apong dengan begitu aku leluasa meremas pantat bahenolnya dan memilin puting toket nya. Rupanya birahi bu apong naik lagi ditandai dengan desahan dan erangan erotis serta mengimbangi nya dengan menyedot2x kontol ku dengan otot2x memek nya. Tubuh sekel ini meliuk2x bagaikan ular, kepalanya menengadah ke atas, mata nya merem melek merasakan kenikmatan yang tiada tara dalam memek tembem nya.
    “ooohhhh bu apong enak sekali ngewe sama kamu…..aku ingin memek kamu poong….oooaaahhhhcchh…ooohhhh memeeekkk…ooohhh…memek enaaakk”desah ku
    “aacchh kontol kamu panjaang dan besaarr…enak memek akuu….enttoot truuuss….ewe…..ee..wweeee truuus memek aahkkuu…oooohh”


    “oooccchhhh konttolll….enak banget kamuuu kontttooollll…..ooohhhhoohhhhhhhhh……kkonnnnt ttooolllll…..mmmeeemmmekkk aku di eeenttooottt…oooohhh”
    “ooohhh… Bu apoong aku keenakan bu…oh…kontolku rasanya mentok bu…oh…enaknya bu….ohhhh…bu… Bu apoong…maniku juga lagi banyak bu…….oookkkhhh…bu…”
    “oookkkkhhh Heerrrii …oh… Heerrii…aq suka Heerrii…aku suka manimu banyak Heerrii…”
    Lalu tiba-tiba aku merasa kontolku diperas dan dihisap lobang memek bu apong…
    “oookkkhhh…..bu…oookkkkhhh…”erangku tak kuasa menahan nikmat.
    “Iya sayang…okhh. Heerrii…enaknya…”
    “Ohh.. enak sekali, sayang..”, kataku sambil mempercepat gerakan kontolku karena sudah mulai terasa ada sesuatu yang ingin keluar seiring rasa nikmat yang aku rasakan. “Buuuu…aku mau keluar bu…”
    “keluarkan saja di dalam memekku, sayang..semprot rahimku…aaaahh Heerii…”, kata bu apong sambil mempercepat goyangan pantatnya.
    “ohhh akan kusembur rahimmu bu apoong…aku akan semprot maniku sebanyak-banyaknya dalam rahimmu bu…ooohhh…ohhh…bu…ohhh aapoong..aku akn membuatmu hamil aappoong…aku akan membuntingimu aappooong…oookkkhhhh…”

    “iya Herri…entoti…okkhhh…entotin memekkku…..keluarkan manimu sebanyaknya….sirami rahimku…oh…hamili aku….entoti sampai aku bunting…aku pasti hamil oleh manimu…oookkkhhh….aku rela kamu entot sampai hamil…”
    Kupercepat kontolku keluar masuk memeknya sambil meremas buah dadanya, lalu tak lama kemudian kudesakkan kontolku sedalam-dalam ke memeknya..
    Croott…! Croott….! Croott…!

    Air maniku menyembur sangat banyak di dalam memeknya seiring rasa nikmat dan nyaman kurasakan. Aku terus desakkan kontolku dalam-dalam ke dalam rahim bu Apong sambil kukerahkan otot dan nafasku agar maniku keluar sebanyak-banaykanya… sampai kurasakan air maniku habis keluar….Aku lakukan semua itu sambil mengulum bibirnya….

    “ookkkkkhhh…Heri banyak sekali spermamu…oohhh….rahimku merasa hangat oleh manimu…ookkk…semprot terus pejuhmu yang banyak….aaahhh iya…oookkkhh iya..”, kata bu Apong sambil meliukkan pinggulnya.. Aku merasa lobang memeknya meremasi dan menghisap batang kontolku…kepala kontolku serasa diemut-emut oleh memeknya…Bu Apong seolah ingin memeras spermaku sebanyak-banyaknya..
    “okkkhhhh….aku juga keluar Herrii….”desahnya…

    “okkhhh…..aku enak …memek aku puas…akkkhh…enaknya memek ku…”
    lalu akhirnya irama pergelutan badan kami berhenti…Ia mendesah dan memeluk kepalaku dalam dadanya…
    Nafas kami memeburu…. Lalu bisikkanya terdengar lirih…
    “Kontol kamu enak…kontolmu besar dan panjang sayang…aku suka ngentot sama kamu…”
    “ibu juga hebat, memek ibu tebal dan tembem…susumu besar bu…tubuh Bu apong semok dan mulus…memek ibu enak dientot..”, kataku lirih.


    “Kapan pun kamu mau, aku mau dientoti kamu….aku suka birahimu…Kontol kamu besar dan panjang…aku bisa ketagihan ngentot sama kamu..”, kata bu Apong sambil tersenyum lalu mengecup bibirku.
    “Aku juga suka sama bu apong…aku juga suka birahimu…aku juga suka ngentoti ibu kapan saja…oohhh….”, kataku sambil meremas toketnya.
    Di sela2 kenikmatan yang kita raih, aku bertanya padanya
    “bu, kenapa ibu berubah binal seperti ini…?”kata ku
    “ooohh, memang dari dulu pertama liat kamu, ibu dah suka dan nafsu sama kamu, ibu sering berandai2x bisa ngentot sama kamu, malahan ibu sering onani pake jari ibu sambil menbayangin sedang di entot sama kontol kamu…”

    “oohh gitu yaa…”
    “mulai sekarang aku bisa ngentotin memek ibu kapan pun ibu mau…”kataku sambil ngegerayangin memek nya
    “ok…mulai saat ini tubuh ibu milik kamu sepenuhnya, kamu bebas ngelakuian apa az sama tubuh ibu…”balasnya
    “susu ibu, bibir ibu, memek ibu, itil ibu, pantat ibu, bahkan kalo kamu mau lubang pantat ibu bebas kamu mau apa2in…”desah bu apong sambil meremas kontolku.
    “ibu rela kamu perkosa…..ibu rela kamu enttoottin memek ibu….ibu rela kamu ewe pantat ibu….”sambung bu apong
    “mulai saat ini ibu harus telanjang di rumah ini supaya klo aku mo ngentot tinggal masukin aza ke memek ibu…ookk”perintahku

    “trus klo mau pake baju ato celana harus yang bikin kontol aku ngaceng…spt cuman pake bra sama celana dalam aza, pake baju yang ketat tnpa pake bra supaya puting susu ibu tercetak,pokok nya klo pake baju ga usah pake bra..”kataku
    “lalu kalo pake celana sama harus yang ketat tanpa pake celana dalam, klo pake legging harus ketat banget, klo pake daster harus yang pendek banget lebih seksi pake celana pendek yang sebatas memek…”sambungku
    “iyaa decch, akan ibu lakukan apa mau kamu, demi kontol kamu ngaceng terus stiap hari dan bisa ngentotin memek ibu….”goda nya

    “satu lagi bu, aku ingin liat ibu onani di depan aku….aku ingin liat ibu mencolok2x memek ibu pake tangan ibu sendiri…!”pintaku
    “ok…sayang…akan ku lakukan smua permintaan kamu tp dengan 1 syarat….ibu ingin kamu slamanya ngentotin memek ibu…ok”balasnya
    “ok…memek ku yang tembem…”kataku sambil memasukan 2 jari ku ke dalam memeknya lalu mengobel2x isi memek bu apong


    “aaacchhh…ooohhh…udah dong kontolku…memekku lemes banget….”lirihnya
    Akhirnya karena kelelahan kami pun tertidur dan tak terasa waktu sdh menujukan pukul 16.30, aku pun terbangun lalu menyandarkan tubuhku pada dinding sambil mengelus2s kontol, pas menoleh ke samping bu apong sudah tidak ada di tempat tidur lalu aku memanggil nya
    “buuu, buuu, bu apooong…..”panggil ku
    “iyaaa, bentar lagi ke atas”serunya
    Tak lama kemudian bu apong kembali ke kamarku sambil membawa nampan berisi secangkir kopi susu dan segelas teh hangat serta pisang goreng tp yang membuat kontolku ngaceng lagi adalah dia memakai tanktop putih super ketat sehingga toket nya membentuk sempurna dan puting susu nya tercetak dengan jelas serta terlihat dengan jelas belahan toket nya. Sedangkan bawahannya memakai legging ketat sebetis terlihat pula gundukan memek tembemnya serta belahan memek nya tercetak pula. Dengan lenggokan erotis dia menghampiriku yang sedang duduk lalu menyimpan nampan di sebelahku
    “nich ibu buatkan kopi susu sama pisang goreng…”
    “waah, makasih bu….”seruku

    “bu, pake baju nya seksi amat, bikin kontol saya ngaceng….”
    “yaaa, iyaa lah kan supaya kamu terangsang trus bisa ngentotin memek ibu lagi…”jawabnya
    “eemmhh, sini dong, saya pengen susu nich..”kataku sambil menyalakan sebatang rokok
    “ibu, boleh ngerokok ga….?”tanya bu apong
    “jangan dong bu, bahaya buat ibu…”jawabku
    “ini, rokok yg bisa ngeluarin pejuh….”balasnya sambil meremas kontolku lalu langsung menyepong nya
    “aaacchhh, dasar binal kamu, pong…”kataku keenakan
    Aku pun tak kalah tangan ku langsung mengelus2x memek bu apong dari luar legging. lalu bu apong bergeser sehingga sekarang posisi nya spt 69. Bu apong mash menyepong kontolku kadang2 biji pelirku dia hisap2x ato dia kulum, aku sungguh sangat keenakan, hanya desahan yang terdengar, lama2x memek bu apong basah juga karena aku terus mengobel2 terlihat di bagian legging tempat memeknya basah kuyup. Tanpa membuang waktu aku telanjangi bu apong dan langsung aku ewe memek nya, bu apong mendesah keenakan
    “aaacchhh….eeemmmhhh…..ooohhhh kontttoolll entot memek ibuuuu….aaaccch”ceracau nya
    “ooooohhhhhhhh…..aaa…a…..cccc..hhhhh…..ent ooot yang kenceng Her…ooohhhh, memek aku milik kamu…..oooohhh”

    “bu, enak bangeet ngewe sama ibuuuu…..ooohhhh….ooohhh memek apoong…..memeeeekk”teriaku
    “iyyaaaahhh…..kontol kamu juga eannnaakkk….aapoong penggeenn tiiaap hari kamu entttooott”
    “setubuhi ibu….her…ooohhh….remaass susu ibu….”pengennya
    Aku pun segera meremas toketnya, bu apong semakin tak karuan, lalu aku kangkangkan paha nya supaya kontolku bisa masuk lebih dalam, terus aku kilik2x itil nya terlihat itil bu apong semakain mengembang karena terstimulasi, saat aku elus2x itil nya, bu apong mengejan dengan hebat dan sampailah dia ke puncak kenikmatan…
    “aaacccchhhhhhhhhhh……oooooooooooooohhhhhhhhhhh hh…………ibuuuuu……..keeeluuuaarr”
    “oooooooooohhhhhhhhhhhhhhhhhhh……………..eee naaakkk meemeeeekuuu……oooooooooohhhhhhhhhh memek aapoooong di entttoooott sama kontttollll….oooohh”jritnya histeris
    Pertahanan ku akan jebol, segera aku cabut kontol ku lalu aku masukan ke dalam mulut bu apong dan bu apong dengan cepat memaju-mundurkan kontolku di dalam mulut nya tak lupa tangan bu apong meremas2x biji pelirku…aku sudah di ambang batas karena keenakan dan akhirnya aku sesakkan kontolku dalam2 di dalam mulutnya serta menahan kepala bu apong supaya jangan terlepas dann
    Croott…! Croott….! Croott…!


    pejuhku keluar di dalam mulut bu apong,bu apong gelagapan karena tak menyangka akan spt itu dan mau tak mau pejuhku ditelan oleh bu apong….
    Setelah kurasa smua pejuh keluar, aku keluarkan kontolku dari mulut nya, bu apong tersenyum nakal dan mengeluarkan sesuatu dan ternyata pejuhku
    “yang tadi jatah buat mulut ibu, yang ini buat memek dan itil ibu…” katanya sambil mengeluskan pejuhku ke memek dan itilnya
    Karena kelelahan akhirnya kami pun tertidur sambil berpelukan…. ooohhh indah nya hidup ini.




  • Cerita Sex Nikmatnya Bermain Dengan Tante Imel Dan Anaknya

    Cerita Sex Nikmatnya Bermain Dengan Tante Imel Dan Anaknya


    3231 views

    Cerita Sex ini berjudul ” Cerita Sex Nikmatnya Bermain Dengan Tante Imel Dan Anaknya ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Cerita Sex – Masih ingat sama saya ? Nama saya Vito, 35 tahun, saya yang beberapa waktu lalu bercerita tentang hubungan saya dengan kakak beradik Mirna dan Rere. Sekarang saya sudah tidak pernah bertemu mereka lagi, karena sehubungan dengan Andre -suami Mirna- yang dipindah tugaskan ke Jawa Timur, beserta keluarganya tentu saja.

    Kepindahan Mirna, sekitar 2 bulan lalu itu, tentu saja membawa dampak yang kurang baik bagi saya.

    Bagaimana Tidak ? selama hampir 5 bulan hubungan kami, saya mendapatkan pengalaman sex yang amat sangat indah dan hebat. Sekarang ? Ya,… saya terpaksa ?bertugas? lagi dengan Jenny, istri saya.
    Tapi, saya punya pengalaman unik lagi. Berawal dari hobby saya berenang, kira-kira 3 minggu yang lalu, saya memulai hubungan lagi dengan seorang ibu rumah tangga, kali ini beserta putrinya yang masih kelas 2 SMP. Ceritanya begini,…

    Waktu itu saya berenang di kolam renang milik sebuah Country Club, dimana saya tercatat sebagai membernya. Saat itu sudah amat sore, sekitar pukul 5. Saya baru saja naik ke pinggir kolam renang untuk handukkan. Saya melihat ada seorang gadis mungil bersama anak perempuan kecil, gadis itu kira-kira berusia antara 14-15 tahun. Karena gadis itu berdiri tidak jauh dari saya, saya liatin aja dia. Untuk usia segitu, badannya bolah dibilang bagus, wajah manis, kulit putih bersih, rambut panjang, swimsuit yang benar-benar sexy dan sekilas saya lihat bibir dan dadanya yang menantang sekali. Setelah saya perhatikan baik-baik, tiba-tiba ?adik kecil? saya bangun, bagaimana tidak,… ternyata dia tidak mengenakan celana dalam. Hal ini nyata sekali dari belahan vaginanya yang tercetak di baju renangnya itu.

    Cerita Sex Tante Imel & Anaknya Eh,…ngak disangka-sangka, si anak kecil (yang ternyata adiknya), menghampiri saya, lalu dia bilang ?Om, mau main bola sama Grisa gak ??
    ?Eh,… mmh,… boleh,… kamu sama kakakmu ya ?? tanya saya gugup.
    ?Iya,… itu kakak !? katanya sambil menunjuk kakaknya. Lalu saya hampiri dia dan kami berkenalan. Ternyata, gadis manis itu bernama Revi, dan juga, dia baru kelas 2 SMP. ?Mmh, Revi cuma berdua sama Grisa ?? tanya saya mencoba untuk menghangatkan suasana.
    ?Nggak Om, kami sama mami. Mami lagi senam BL di Gym diatas!? kata Revi sambil menunjuk atas gedung Country Club. ?Ooo,… sama maminya, toh? kata saya,?Papi kamu ndak ikut Rev ??
    ?Nggak, Papi kan kalo pulang malem banget, yaa,… jam-jam 2-an gitu deh. Berangkatnya pagiii bener? katanya lucu.
    Saya tersenyum sambil memutar otak untuk dapat berkenalan sama maminya, ?Mmh, mami kamu bawa mobil Rev ? kalo ndak bawa, nanti pulang sama Om saja, mau ndak ? Sekalian Om kenalan sama mami kamu, boleh kan ??
    ?Boleh-boleh aja sih Om. Tapi, rencananya, habis dari sini, mau ke Mall sebentar. Grisa katanya mau makan McD.?
    ?O,.. ya udah ndak apa-apa. Om boleh ikut kan ? Nanti pulangnya Om anterin? Tapi yang menjawab si kecil Grisa, ?Boleh,… Om boleh ikut,….”

    Sekitar ½ jam kami mengobrol, mami mereka datang. Dan ternyata, orangnya cantik banget. Tinggi dan postur tubuhnya benar-benar mengingatkan saya pada Mirna, mirip abis. Buah dada yang besar dan ranum, leher dan kulit yang putih,… pokoknya mirip. Singkat cerita, kami pun berkenalan. Revi dan Grisa berebut bercerita tentang awal kami semua berkenalan, dan mami mereka mendengarkan sambil tersenyum-senyum, sesekali melirik ke saya. Nama mami mereka Imel, umurnya sudah 29 tahun, tapi bodinya,… 20 tahun. Ngobrol punya ngobrol, ternyata Imel dan suaminya sedang pisah ranjang. Saya dalam hati berkata, wah,… kesempatan nih. Makanya setelah makan dari Mall, saya memberanikan diri untuk mengantarkan mereka ke rumah, dan ternyata Imel tidak berkeberatan. Setelah sampai di rumahnya di bilangan Cilandak, saya dipersilahkan masuk, langsung ke ruang keluarganya.

    Cerita Sex Tante Imel & Anaknya Waktu itu sudah hampir jam 8 malam. Grisa yang sepertinya capek sekali, langsung tidur. Tapi saya, Imel dan Revi ngobrol-ngobrol di sofa depan TV.?Mel, suamimu sebenarnya kerja dimana??, tanya saya.
    ?Anu mas,… dia kontaraktor di sebuah perusahaan penambangan gitu,? jawab Imel ogah-ogahan.
    ?Iya Om, jangan nanya-nanya Papi.Mami suka sebel kalo ditanya tentang dia,? timpal Revi, yang memang kelihatan banget kalo dia deket sama maminya.Mendengar Revi bicara seperti itu, Imel agak kaget, ?Revi, nggak boleh bicara gitu soal Papi, tapi bener mas, aku ngak suka kalo ditanya soal suamiku itu”.
    ?Iya deh, aku nggak nanya-nanya lagi,…? kata saya sambil tersenyum.?Eh Iya,… Mas Vito mau minum apa ?? tanya Imel sembari bangkit dari sofa, ?Kopi mau ?
    ?Eh,… iya deh boleh,… ? jawab saya.Tak lama kemudian Imel datang sambil membawa 2 cangkir kopi.?Ini kopinya,…? katanya sambil tersenyum. Revi yang sedang nonton TV, dengan mimik berharap tiba-tiba berkata, ?Om, malem ini nginep di sini mau ya ? bolehkan mam ?? Imel yang ditanya, menjawab dengan gugup, ?Eh,… mmh,… boleh-boleh aja,… tapi emangnya Om Vito mau ?? Merasa dapat durian runtuh, saya menjawab sekenanya, ?Yah,… mau sih,… ?
    Singkat cerita, waktu sudah menunjukkan jam ½ 12 malam ketika Imel berdiri dari sofa dan berkata, ?Mas Vito,aku mau ganti baju tidur dulu ya ??
    ?Eh, iya,… ? jawab saya, ?kamu ndak tidur Rev, kan besok sekolah ???Mmh, belom ngantuk,… ? jawabnya lucu.Tak lama kemudian, Imel datang lagi ke ruang TV dengan mengenakan busana tidurnya yang tipis sekali. Di dalamnya dia hanya memakai celana dalam jenis G-string dan Bra tanpa tali. Revi yang sedang tidur-tiduran di karpet terbelalak kaget melihat maminya memakai baju se-sexy itu.?Ya ampun,… mami,… bajunya itu lho, gak sopan banget.?
    ?Gak papa Rev?, mami udah lama nggak pake baju ini. Sekalian nyobain lagi,? kata Imel sambil tersenyum ke arah saya, ?Om Vito aja nggak keberatan, masa kamu keberatan sih ??

    Saya yang masih terkagum-kagum dengan kemulusan body Imel, tidak bisa bicara apa-apa lagi.? Rev? kamu tidur sana, sudah malam. Besok terlambat sekolah,… mami masih mau ngobrol sama Om Vito,… sana tidur!? kata Imel.Saya yang memang sudah pingin sekali mencoba tubuh Imel, juga ikut-ikutan ngomong, ?Iya, Rev? besok telat masuk sekolahnya,… kamu tidur duluan sana.?Revi sepertinya kesal sekali di suruh tidur, ?Aaahh,… mami nih. Orang masih mau ngobrol sama Om Vito kok,…? tapi dia masuk juga ke kamarnya. Markas Judi Online Dominoqq

    Cerita Sex Tante Imel & Anaknya Setelah ditinggal Revi, saya mulai melakukan agresi militer.?Mel, kok kamu pake baju kaya gitu sih ? kamu tidak malu apa sama aku, kita kan baru kenal. Belum ada 1 hari,… kamu ndak takut apa kalo? aku apa-apain ? ?Mas, aku memang sudah lama nggak pake baju ini. Kalaupun toh pake, suamiku sudah nggak peduli lagi kok sama aku. Dia lebih memilih sekretarisnya itu,? kata Imel dengan mimik muka sedih.?Berarti suami mu itu tolol. Dia nggak liat apa, kalo istrinya ini punya badan yang bagus, kulitnya putih, bibirnya tipis,… wah, kalo aku jadi suamimu, thak perem kamu ndak boleh keluar kamar,? kata saya bercanda.
    ?Dan lagi kamu punya ?itu? mengkel banget,…?Si Imel menatap saya dengan wajah lugu, ?Itu apa mas ???Mmh, boleh aku jujur tidak ???Boleh,… ngomong aja ??Anu,… payudaramu itu lho,… mengkel banget, dan lagi aku yakin kalo ?anu?mu pasti seukuran satu sendok makan? kata saya sambil melakukan penetrasi dengan mengelus pahanya.?Ooo,… ini,? kata Imel sambil memegang buah dadanya sendiri, ?Mas Vito mau ? terus apaku yang seukuran…?Belum selesai Imel berbicara, langsung saja aku potong dengan memegang dan mengelus kemaluannya, ?Ini,.. mu,… buka dong bajumu !? kata saya asal.
    Imel yang sepertinya sudah setengah jalan, langsung melepas kain tipis yang menutupi tubuhnya. Sambil mengulum bibirnya yang tipis dan hangat, saya langsung membuka bra-nya. Imel dengan gerakan spontan yang halus sekali, membiarkan celana dalamnya saya lucuti.?Mas, aku sudah telanjang. Sekarang gantian ya,…? kata Imel tanpa memberi saya kesempatan bicara, Imel langsung melepas baju dan celana serta celana dalam saya, akibatnya dia shock setengah mati melihat batangan saya yang sudah terkenal itu. Hebatnya lagi, dia tanpa minta ijin, langsung jongkok di bawah saya dan mengulum si ?adik? dengan beringas. Sekitar 5 menit kemudian, dia berdiri dan menyuruh saya untuk menjilati bibir vertikalnya. Imel kelojotan setengah mati, ketika lidah saya menyapu dengan kasar klitorisnya.

    Imel saya suruh terlentang di karpet dan membuka kakinya, ?Veggy?nya yang sudah basah itu, saya hajar dengan gerakan tajam dan teratur. Sambil terus menyerang, saya meremas buah dadanya yang besar, dan menghisap lidahnya dalam-dalam ke mulut saya. Sekitar 10 menit kami melakukan gaya itu, kemudian dia berdiri dan membelakangi saya dengan posisi menungging dan berpegangan di meja komputer didepannya, dia membuat jalan masuk dengan menggunakan kedua jarinya. Langsung saya pegang pantatnya dan saya tusuk dia perlahan-lahan sebelum gerakan makin cepat karena licinnya liang surga itu. Tak lama kemudian, Imel bergetar hebat sekali,… dia orgasme, tapi cairan sperma saya belum juga mau keluar. Saya percepat gerakan saya, dan tidak memperdulikan erangan dan desahan Imel, dalam hati saya berkata, dia enak sudah klimaks, aku kan belum. Tak lama kemudian saya sudah ndak tahan. Saya tanya : ?Mel, aku mau keluar,… dimana nih ??Di tengah cucuran keringat yang amat banyak, Imel mendesah sambil berpaling ke arah saya, ?Di dalam aja mas ! biar lengkap ?Benar saja, akhirnya cairan saya, saya semprotkan semua di dalam liang vaginanya. Banyak sekali, kental dan lengket.

    Cerita Sex Tante Imel & Anaknya Setelah itu, kami duduk di sofa sambil dia saya suruh menjilati ?Mr. Penny? saya. Hisapan Imel tetap tidak berubah, tetap penuh gairah, walaupun bibirnya terkadang lengket di kepala ?Mr. Penny? saya.Sekitar 5 menit, Imel menikmati si ?vladimir?, sebelum dia akhirnya melepaskan hisapannya dan bangun.?Mas, aku ke kamar mandi dulu ya,? katanya, ?Aku mau nyuci ?ini? dulu,? sambil dia mengelus vaginanya sendiri.?Ya,… jangan lama-lama,… ? kata saya.Karena sendirian, saya kocok saja sendiri batangan saya. Tiba-tiba si Revi keluar kamar,… dia berdiri di depan pintu kamarnya sambil memperhatikan saya. Saya kaget sekali.?Loh, Rev… kamu belum tidur ?? tanya saya setengah panik.?Belum.? Jawabnya singkat. Lalu dia berjalan ke arah saya, sementara saya berusaha menutupi ?Mr. Penny? saya dengan bantal sofa. ?Om, tadi ngapain sama mami ?? tanyanya lagi.?Eh,… anu,… Om sama mami lagi… ? belum selesai saya menjelaskan, Imel masuk ke ruang TV.

    Cerita Sex Nikmatnya Bermain Dengan Tante Imel Dan Anaknya

    Cerita Sex Nikmatnya Bermain Dengan Tante Imel Dan Anaknya

    Dia kaget sekali melihat Revi ada di situ. Sambil tangan kanannya menutupi vaginanya dan tangan kirinya menyilang menutupi buah dadanya yang ranum (tidak semua tertutupi sih…),Imel berkata, ?Rev kamu ngapain, kok belum tidur ??Revi berpaling menghadap Maminya, ?Aku nggak bisa tidur, Mami tadi berisik banget. Ngapain sih sama Om Vito ??Akhirnya saya menjelaskan, setelah sebelumnya menyuruh Imel duduk di samping saya, dan Revi saya suruh duduk di karpet, menghadap kami.?Revi, kamu kan tahu, Papi sama Mamimu sudah pisah ranjang selama hampir 4 bulan. Sebenarnya Om sama Mami sedang melakukan kegiatan yang sering dilakukan sama Mami dan Papimu setiap malam. Om dan istri Om juga sering melakukan ini,? kata saya sambil melirik Imel yang terlihat sudah agak santai. ?Tapi karena sekarang ndak ada Papi, Mami minta tolong Om Vito untuk melakukan hal itu.?Revi terlihat sedikit bingung, ?Hal itu hal apa Om ??Di sini, Imel mencoba menjelaskan, ?Rev, Mami jangan disalahin ya,…Revi sayang Mami kan ??Revi tersenyum, ?Iya lah, mi. Revi saayyaaaang banget sama Mami. Tapi Revi mau tahu, Mami sama Om Vito ngapain ??Saya tersenyum sendiri mendengar rasa ingin tahu Revi yang cukup besar, ?Om Vito sama Mami lagi making love.

    Cerita Sex Tante Imel & Anaknya Kamu tahu artinya kan ???Mmh,… iya dikit-dikit. Jelasin semua dong Om,… Revi mau lihat,? jawab Revi.Wah,… kaget sekali mendengar Revi bicara begitu. Lalu saya melirik Imel, dan Imel mengangguk mengerti. ?Revi beneran mau lihat Mami sama Om Vito making love ?? tanya Imel.Revi menjawab dengan polos, ?Iya mau. Dan kalau Om Vito mau ngajarin, Revi juga mau diajarin,… biar bisa?. Saya beneran seperti ketiban durian runtuh, ?Mmhh, tanya Mami ya ?! soalnya Om tidak bisa ngajarin, kalo Mamimu tidak ngijinin,… Om sih mau aja ngajarin.?Revi merajuk, merayu Maminya, ?Mi, boleh ya ??Imel ragu-ragu menjawab, ?Kamu lihat aja dulu deh ya ?!?Sambil tersenyum Revi menjawab, ?Iya deh,…,? senang sekali ia.

    Setelah itu, Revi saya suruh mundur beberapa langkah, dia masih duduk dan memperhatikan dengan serius, ketika saya ?memamerkan? batangan besar saya. Dan Revi hanya bisa melongo ketika saya mengulum bibir Maminya sambil mengelus-elus vagina yang tanpa bulu itu. Tak lama kemudian, Imel saya suruh untuk melakukan pekerjaan menghisap lagi. Sambil Imel disibukkan dengan pekerjaannya itu, saya menyuruh Revi untuk duduk mendekat disamping saya.?Lihat Rev, Mami seneng banget kan ?? kata saya. Sementara Imel melirik kami sambil terus menjilati ?Mr. Penny? saya. ?Revi sudah pernah ciuman belom ?? tanya saya.?Belum Om.??Mau Om ajarin ndak ?? tanya saya lagi sambil melingkarkan tangan saya di lehernya.?Mau !? jawabnya singkat.?Ya sudah,… Revi ikutin Om aja ya,… apa yang Om Vito lakukan, diikutin ya ?!?Belum sempat Revi menjawab, saya langsung saja mengulum bibirnya, tegang sekali si Revi. Ketika saya menarik lidah saya dengan lembut di dalam mulutnya, Revi terasa berusaha mengikuti, walaupun dengan gerakan yang tidak beraturan.

    Imel terus menghisap batangan saya, ketika saya melucuti tubuh anaknya yang putih bersih dan mulus itu. Buah dada Revi memang belum begitu besar, tapi untuk ukuran anak kelas 2 SMP, sudah cukup ranum. Puting susunya masih berwarna merah muda dan ketika saya memilin-milinnya, si Revi bergelinjang kegelian. Tak lama kemudian, Imel berlutut di depan saya dan membantu Revi melepas celana dalamnya yang berwarna hijau muda. Revi menurut aja ya sama Om Vito ?kata Imel. Sementara saya meremas-remas toketnya, Imel menyuruh Revi untuk menggenggam batang ?Mr. Penny? saya.?Rev, sekarang kamu jongkok disini ya ? kata Imel, ?Kamu hisap ?Mr. Penny?nya Om Vito, seperti Mami tadi. Jangan dihisap terus, nanti kamu kehabisan nafas, ? Imel tersenyum sayang kepada Revi, ?Kadang di lepas, terus di jilat-jilat. Pokoknya kayak Mami tadi. Bisa kan ??Revi menjawab singkat, ?Bisa, mam ?Saya mengarahkan si ?adik? ke mulut Revi, sambil mengelus rambutnya yang hitam legam. ?Pelan-pelan Rev, jangan ditelan semuanya ya !? Revi tersenyum.Imel memperhatikan cara Revi menghisap, kadang dia memberikan instruksi.

    Cerita Sex Tante Imel & Anaknya Tak lama setelah itu, saya menyuruh Revi berdiri. Saya tersenyum memandang vaginanya yang masih rapat, tampak bulu-bulu halus menghiasi lubang sempit yang berwarna putih kemerahan itu. Terus terang saya tidak tega untuk menembusnya. Ya sudah, saya ciumi dan jilati saja ?Veggy? muda itu. Revi benar-benar kegelian. Akhirnya, Imel menyuruh Revi istirahat. Pekerjaannya dilanjutkan oleh Imel. Tanpa berbasa-basi, Imel langsung menduduki ?Mr. Penny? saya, dan mulai melakukan gerak maju mundur, nikmat sekali. Sambil Imel terus mengerjai ?Mr. Penny? saya, saya meremas-remas toketnya. Setelah itu, kami pindah tempat. Saya berbaring di karpet, dengan Imel masih menduduki si ?adik?, kali ini dia membelakangi saya. Revi yang hanya diam melihat aksi kami, saya suruh mendekat ke arah saya. Saya menyuruh dia untuk jongkok, dengan posisi ?Veggy?nya di mulut saya. Sambil saya remas pantatnya, saya tembus liang sempit itu dengan lidah, terkadang, saya sapu dengan jari, sampai akhirnya, setengah jari tengah saya, masuk ke ?Veggy?nya dan direspon dengan gerakan yang sangat liar. Revi mulai mendesah tidak karuan, sementara pada saat bersamaan, Maminya mendesah keenakkan.

    Saya mulai serius menanggapi Imel. Revi saya suruh menyingkir. Setelah itu, saya membalik tubuh Imel, sekarang dia yang dibawah. Saya lebarkan kakinya dan saya tusuk dengan tajam dan tanpa ampun. Kali ini, Imel bertahan cukup lama, dia sudah mulai terbiasa dengan tusukan-tusukan saya. Akhirnya Imel tidak tahan juga, begitu juga saya. Dia orgasme, berbarengan dengan saya yang kembali memuntahkan sperma ke dalam liang kemaluannya. Setelah melepas si ?vladimir?, Revi saya suruh menjilatinya.?Mmmhhh,….. Om… kok asin sih rasanya ?? protes Revi.Imel sambil terengah-engah menjawab, ?Memang gitu rasa sperma. Tapi enak kan ? Mami bagi dong ?!?Saya senyum-senyum saja melihat anak beranak itu berebut menjilati ?Mr. Penny? saya. Pada saat itu, saya teringat Vina (anak Mirna) yang selalu senang dan tertawa ketika melihat ibu dan tantenya berebutan ?Mr. Penny? dan menjilati sisa sperma di ujungnya. Begitu juga Imel dan anaknya, Revi, yang seperti mengagungkan batangan saya. Saya memegang kepala ibu dan anak itu, dan dengan maksud bercanda, kadang saya buat gerakan yang memaksa mereka harus berciuman dan menempelkan lidah masing-masing. Mereka tertawa dan tersenyum ceria, tanpa beban.

    Sekali dua kali, kami masih sering bersenggama bertiga. Tapi sekali tempo, saya hanya berdua saja dengan Revi, yang benar-benar telah merelakan keperawanannya saya ambil. Tapi kalau dengan Imel,… wow, jangan ditanya berapa kali, kami sering janjian di sebuah restoran di PIM, dan Grisa, anak bungsu Imel, selalu diajak. Pernah suatu saat, ketika saya dan Imel sedang ?perang alat kelamin? di kamar mandi rumahnya (tanpa menutup pintu), Grisa tiba-tiba masuk dan menonton dengan bingung adegan saya dan Maminya yang sedang nungging di bathtub. Dia bertanya kepada Maminya (walaupun tidak dijawab, karena sedang ?sibuk? ?Mami diapain Om Vito, kok teriak-teriak ?? katanya. Dan dia pun ikut menyaksikan kakaknya, yang saya senggamai di ruang TV, di samping Maminya yang telanjang bulat, dengan sperma di buah dadanya yang besar itu (bila saya buang di luar, dia tidak mau membersihkan sendiri, selalu menyuruh Revi untuk menjilatinya).

    Kami masih sering melakukan itu sampai sekarang. Untuk yang satu ini, saya tidak mau berbagi rezeki dengan teman kantor saya, tidak seperti sewaktu dengan Mirna dan Rere.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Amateur couple roommates

    Amateur couple roommates


    1868 views

  • Kisah Memek Nafsu Terselubung Di Toilet Sekolah

    Kisah Memek Nafsu Terselubung Di Toilet Sekolah


    2633 views

    Duniabola99.com – Sebagai salah satu murid terpandai aku memang banyak di kenal oleh para guru pengajar dan juga sesama murid di sekolah ini. Tapi meskipun aku memiliki otak yang lumayan cemerlang tapi aku bukan tipe kutu buku yang hanya bergulat dengan buku dengan memakai kaca mata dengan culunnya, di sekolah ini aku juga di kenal sebagai cowok badung yang sering menggoda teman terutama teman cewek.


    Namaku Robby hari ini aku akan pergi ke tempat les, dengan mengendarai motor akupun melaju ke tempat les tapi masih mau mampir dulu kerumah pacarku Adel namanya. Dia adalah gadis yang satu kelas denganku yakni sama-sama duduk di kelas 3 SMU. Adel anak yang manis dan pintar juga tapi dia termasuk anak yang pemalu hingga aku agak canggung juga untuk mencoba menciumnya.

    Apalagi kalau sampai melakukan adegan seperti dalam cerita seks, yang ada aku hanya pernah menciumnya ketika aku sedang duduk berduaan di teras rumahnya. Saat itu aku memang sedang mengapeli dia karena malam itu adalah malam minggu, orang tua Adel begitu baik padaku karena mereka juga tahu kalau aku adalah anak yang cukup pandai di sekolah dan pernah mendapatkan beberapa kali penghargaan juga.

    Sebenarnya setiap kali teman-temanku menceritakan tentang kelakuan mereka bersama dengan pacarnya. Aku juga ingin menikmatinya tapi aku masih takut juga karena Adel aku lihat juga sama-sama belum pernah melakukan adegan layaknya dalam cerita seks yang sering aku baca bahkan ketika bersama dengan Adel tapi aku lihat dia masih malu-malu begitu aku daratkan ciumanku padanya.


    Sampai akhirnya pada suatu malam seperti biasa malam minggu aku datang kerumahnya. Saat itu tidak ada orang di rumah Adel ketika dia menyuruhku untuk masuk kedalam raung tengahnya dan akhirnya kamipun berciuman ketika kami menonton sebuah drama korea yang menampilkan adegan romantis, Sehingga kamipun terbawa suasana dan melakukan hal itu juga.

    Tapi sebelum melkaukan hal yang lebih intim lagi tiba-tiba kakak Adel datang. Dan tidak jadilah aku kembali berbuat lebih pada Adel, akupun pura-pura duduk dengan sopan kembali dan melanjutkan obrolan meskipun mata kami sudah di selimuti oleh nafsu yang hampir saja memuncak. Tapi aku masih bisa memegang tangan Adel dengan mesra tanpa sepengeahuan kakaknya.

    Akupun pulang malam itu dengan perasaan yang berkecamuk dan bercampur aduk karena aku masih ingin melakukan hal itu dengan Adel. Sampai akhirnya tepat hari senin kamipun berangkat sekolah bareng seperti biasanya karena rumahku searah dengan rumah Adel menuju sekolah kami, maka sudah biasa aku menjemputnya dan mengantarnya setiap dia akan ke sekolah.


    Selama dalam perjalanan Adel begitu lembut dan mesra mendekap tubuhku dari belakang. Aku yakin dia masih ingat permainan kami waktu malam minggu kemaren, akhirnya dengan lembutnya aku balas pegangan tangan Adel pada pinggangku ” Sayang nanti kita istirahat bareng ya…. ” Kataku berusaha mengada Adel dan diapun menjwab kata-kataku ” Kan kita emang biasa istirahat bareng.. ” Katanya sambil terus mendekapku.

    Akupun kembali berkata ” Maksud aku kita berdua saja ntar…. ” Adel tidak lagi menjawab tapi dia semakin erat memeluk tubuhku dari belakang. Sampai akhirnya kami tiba di halaman sekolah dan langsung saja aku masukkan motorku pada tempat parkir sekolah, dan dengan setianya Adel mengikuti aku bahkan dia pegang tasku juga dia rangkul dalam peluknya dengan erat.

    Sambil menuju kelas aku berkata ” Gimana kalau aku yang menjadi tas ya…. kelihatanya enak tuh… ” Adel melempar tasku sambil manyun dan aku suka wajahnya ketika dia melakukan hal itu, membuat aku begitu gemas dan langsung saja aku kejar Adel yang berlarian kecil sehingga semua mata menatap cemburu melihat kedekatan kami yang semakin hari semakin mesra.

    Selama jam pelajaran berlangsung aku sering mencuri pandang pada Adel, begitupun dengan dia yang juga membalas tatapanku dengan senyuman penuh arti. Aku jadi teringat kejadian kemaren kalau saja kakaknya tidak datang mungkin kami akan melakukan hubungan intim layaknya dalam cerita seks yang sering kami baca berdua, dan aku begitu kepingin melakukan hal itu.


    Hingga akhirnya sampai juga waktunya istirahat, kamipun keluar bareng dan aku mengikuti langkah Adel yang mengajakku ke belakang sekolah. Dan dia menarik tanganku masuk dalam toilet sekolah begitu tidak ada orang melihat kami, tanpa basa basi lagi langsung saja aku memeluk dan mencium dia dengan memburu sedangkan Adel melepas kancing baju atasnya sehinga terlihat teteknya.

    Lalu aku benamkan wajah pada tetek Adel ” Ooouuuggghhh…. ooouuuggghhh… aaaaaaggghhh… ” Adel mendesah menikmati kuluman bibirku pada teteknya, kemudian aku sibak rok Adel lalu aku coba memasukkan kontolku dalam posisi masih berdiri ” Ooouuuggghhh… aaaaggghhh… aaaaaaggggghh… Nikmat… sa..yang… ” Semakin cepat aku menhentakan kontolku saat itu.

    Karena takut sampai ketahuan yang lain semakin cepat aku bergerak ” Ooouuuggghh… aaaaaaaghhh… yaccchhh… yaaaacccchh…. Aaagghhh… uuuugghh…. ” Desahan Adel tidak lagi aku mengerti dengan kaki mengangkang dan berpegangan pada tembok dia trus saja mendesah sambil menjambak rambutku hingga terlihat semrawut, namun aku terus menggoyang pantatku.

    Sampai akhirnya aku tidak lagi kuat menahan rasa nikmat dari adgan layaknya dalam cerita seks ini. Tiba-tiba kontolku bergerak dalam memek Adel ” Ooooouuugghh… Adel… a..ku… aaaaggghh… nggak.. tahan…. sa..yang… aaagggggghhh…. aaaggghhh… ” Semakin erat pelukan tangan Adel padaku dan tumpah sudah spermaku dalam memeknya saat itu juga aku rasa sperma itu meleleh kembali.


    Pada paha Adel yang saat itu memang dalam keadaan posisi berdiri, akupun mencabut kontolku yang tidak lagi bertenaga lagi. Kemudian aku merapikan pakaian seragamku sedangkan Adel terlihat masih membersihkan memek dan pahanya lalu diapun merapikan pakaian juga. Setelah itu aku keluar dulu dari dalam toilet kemudian selang beberapa menit baru Adel setelah aku beri tanda kalau sudah tidak ada orang di luar.

  • Sky Yui Kyouno Sky Angel

    Sky Yui Kyouno Sky Angel


    1751 views

  • Cerita Sex Rahma

    Cerita Sex Rahma


    2734 views

    Cerita Sex ini berjudul ” Cerita Sex Rahma ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Cerita Sex – Rista adalah seorang gadis cantik,bertubuh langsing, berambut panjang lurus, mempunyai payudara yang tidak terlalu besar namun sangat ketat, dan juga bongkahan pantatnya yang lumayan runcing kebelakang. Saat saudaraku mengenalkan Rista kepadku, sugguh aku langsung terpana melihat penampilan Rista malam itu. apalagi tubuhnya dihiasi dengan gaun putih, sungguh perfect banget Rista, dan aku pun langsung suka dengan Rista. Namun aku hanya bisa memendam saja karena tak mungkin aku merebut pacar saudara kandungku sendiri.
    Aku dan saudaraku waktu itu kuliah di salah satu universitas terkenal disurabaya.

    Karena kita asli Jakarta makanya kita kita mengontrak. Dirumah yang lumayan besar hanya kau dan saudaraku saja yang menempatinya. Oh ya namaku Arya dan nama saudaraku Aryo, umur kita sama karena kita lahir secara bersama. Secara penampilan kita pun sama, mungkin yang membedakan antara aku dan Aryo adalah kecerdasan kita. Aryo lebih sedikit cerdas dibandingkan denganku. Rumah yang hanya kita tinggli berdua itu tidak sepi lagi ketika Rista sering maen kerumah, malah bisa dibilang setiap hari setelah pulang kuliah Rista selalu maen kerumah kita.
    Rasa suka ku pada Rista pun semakin bertambah dengan seiring seringnya aku bertemu dengan Rista. Aku sempat merasa cemburu kita melihat Aryo bermesraan dengan Rista. Namun aku hanya bisa berteriak dalam hati, karena kau tak bisa berbuat apa-apa. Hingga akhirnya kesempatan yang aku nantikan datang juga. Suatu malam Aryo mendapat telpon dari papahku dan papah meminta Aryo untuk pulang karena suatu hal. Aryo pun menurut pada papah, dan keesokan harinya Aryo pun langsung balik kejakarta. Aku bakal mendapat kesempatan berdua denga Rista, nmaun dengan alasan apa aku masih bingug.
    Saya sempat merasa agak kesepian juga di rumah, karena saya hanya sendirian saja. Apalagi kalau Aryo tidak di sini, berarti Rista juga nggak akan datang ke rumah saya kan?..Nah, pada suatu siang di rumah, tiba-tiba saya seperti mendengar suara motor Rista dari kejauhan. “Ah, aku pasti terlalu merindukan kehadiran Rista”, pikirku, sampai suara motor lewat pun saya sangka suara motor Rista. Eh, ternyata suara motor itu memang menuju ke rumahku, and guess what, itu memang Rista! Dia mengenakan kaos ketat berwarna oranye-biru, dan celana jeans ngatung yang juga ketat. Sunggu menggairahkan sekali penampilannya saat itu. Saya gembira campur bingung, kenapa Rista datang ke sini, padahal Aryo kan lagi pergi.
    “Halo Arya.. Sendirian aja ya di rumah? Kasian, ditinggal Aryo sendirian. Pasti sepi ya?”, kata Rista sambil menuntun motornya masuk.
    “Iya nih Win, sendirian terus tiap hari. Kamu tumben dateng ke sini? Ada angin apa Win?”
    “Ini No, aku mau ngambil catetanku yang dulu dipinjem Aryo. Soalnya ada perlu buat semester pendek.”
    “Ooo.. kalo gitu masuk aja Win. Aku kurang tau di mana Aryo nyimpen catetanmu. Liat aja di kamarnya.”, jawabku lagi.

    Cerita Sex Rahma Rista pun masuk ke kamar Aryo dan mencari catetannya di laci meja komputer Aryo. Sepertinya dia memang sudah tau kalau Aryo menyimpannya di sana. Untuk membuka laci itu, dia mesti agak membungkuk. Ketika membungkuk, bagian belakang baju kaosnya agak terangkat, dan tampaklah olehku punggungnya yang putih mulus. Wahh.. walaupun hanya sedikit yang tampak, tapi itu sudah membuat pikiranku melayang dan otomatis penisku pun ikut berdiri.
    “Udah dapet nih No, catetannya.”, kata Rista kepadaku.
    “Oh, di sana ternyata dia simpen ya? Oke deh. Itu aja yang perlu Win?”, kataku dengan agak sedikit kecewa, karena kalau memang hanya itu tujuan dia ke sini, berarti dia udah mau balik dong..?
    “Iya, ini aja. Aku pulang dulu deh ya No.”
    Yaahh.., sebentar banget aku sempat ketemu dengan Rista, pikirku. Kemudian Rista keluar menuju motornya. Di depan motornya aku melihat dia menggantungkan sebuah tas yang agak besar.
    “Bawa apaan tuh Win?”, tanyaku sama Rista.
    “Oh, ini? Sebenarnya setelah ini aku bukan mau pulang sih. Aku rencananya mau ke tempat temenku. Numpang mandi. Abis, air di kosku lagi habis. Sumurnya kering No. Wah, jadi ketauan deh kalo aku belum mandi nih.. Jadi malu..”, kata Rista dengan agak malu-malu.

    Wah.., kesempatan nih!
    “Kenapa nggak mandi di sini aja Win? Airnya banyak kok di sini. Daripada repot-repot ke tempat temenmu lagi. Gimana? Mau?”, cecarku dengan penuh semangat bercampur nafsu
    “Mmm.., nggak apa-apa nih No?”, tanya Rista agak ragu.
    “Nggak apa-apa kok. Bener. Suwer. Samber geledek.”, jawabku dengan sedikit bercanda.
    “Ya oke deh kalo gitu. Aku numpang mandi ya..”

    Yess.. Akhirnya aku punya kesempatan untuk bersama Rista lebih lama lagi.. Rista langsung masuk lagi menuju kamar mandi. Aku hanya dapat membayangkan apa yang terjadi di dalam kamar mandi itu. Aku membayangkan Rista membuka baju ketatnya, dan melepaskan celana jeansnya. Aku membayangkan bagaimana tubuh seksi Rista hanya berbalutkan BH dan celana dalam saja. Hhhmm.. penisku langsung tegang dengan sendirinya tanpa perlu kusentuh. Sedang enak-enak melamun, tiba-tiba pintu kamar mandi Rista terbuka. Oh, ternyata Rista masih mengenakan pakaiannya, tidak seperti dalam bayanganku.
    “Arya, aku bisa pinjem handuk nggak? Aku lupa bawa nih. Sori ya ngerepotin.”
    “Oh, nggak apa-apa. Ntar ku ambilin.”
    Ketika aku memberikan handukku kepada Rista, terlihat tali BH Rista yang berwarna hitam di bahunya. Walaupun itu hanya seutas tali BH di bahu, tapi itu sudah cukup untuk membuatku berimajinasi yang bukan-bukan tentang Rista.
    “Makasih ya Arya..”, wah, suaranya benar-benar bisa membuatku terbang ke langit ketujuh..
    “eh, iya..”, jawabku.

    Lalu Rista masuk kembali ke kamar mandi. Tak lama kemudian sudah terdengar suara cebyar-cebyur air. Aku tak dapat berhenti membayangkan tubuh Rista yang telanjang.. Kulitnya pasti mulus.., putih.., dan badannya sangat seksi sekali.. mmhh.. aku tak kuasa untuk menahan nafsuku.. Aku masuk ke kamar, dan masuk ke kamar mandiku (letaknya tepat di sebelah kamar mandi tamu tempat Rista mandi).Di dalam kamar mandi, aku langsung melepaskan seluruh pakaianku dan mengambil sabun untuk onani. Aku memegang penisku yang sudah sangat tegang (rasanya belum pernah “dia” sebesar ini.Bayangan akan Rista benar-benar telah membuatnya sangat keras..). Dengan sedikit sabun, aku mulai meremas-remas penisku, dan pelan-pelan mulai mengocoknya maju-mundur.. mm.. aku membayangkan ini adalah tangan Rista yang mengocok penisku.. oohh Rista.. andaikan kamu mau mandi bersamaku di sini.. hhmm.. Imajinasiku telah melayang ke mana-mana. Sedang asyik-asyiknya onani, tiba-tiba pintu kamar mandiku diketuk dari luar.
    “Arya.. Kamu lagi mandi ya? Sori mengganggu lagi. Kamu ada sabun cuci muka nggak? Aku lupa bawa tadi..”, terdengar suara Rista memanggil.

    Aku kaget! Wah, mana udah mau klimaks, eh Rista ngetuk pintu. Buyar deh imajinasiku yang sudah kubangun dari tadi. Wah, pasti Rista sudah pakai baju lengkap lagi seperti tadi, tidak telanjang seperti dalam bayanganku. Tapi nggak apa-apa deh, kan aku bisa ngeliat Rista lagi jadinya. Aku lingkarkan handuk di pinggangku untuk menutupi penisku yang tegang, lalu aku ambilkan sabun cuci mukaku untuk Rista.
    “Ini Win, sabun cuci mukanya”, kataku sambil membuka pintu.

    Wahh.. ternyata Rista hanya mengenakan handukku yang kuberikan tadi, bukannya berpakaian lengkap! Rejeki lagi nih! Dengan balutan handukku yang tidak terlalu lebar itu, tampak kulitnya yang benar-benar putih mulus. Handukku hanya menutupi dari dadanya sampai sekitar 15 cm di atas lututnya. Tampak olehku pahanya yang begitu indah. Rambutnya yang basah juga memberi efek yang membuatnya semakin kelihatan seksi.. Tanpa bisa dibendung, penisku menjadi semakin tegang lagi.
    “Makasih Arya.. Wah, bener-bener sori ya, jadi ngeganggu mandimu..”, kata Rista lagi.
    “Ehm.., nggak apa-apa kok Win.”, jawabku terbata-bata karena nggak kuat menahan nafsuku..
    Cerita Sex Rahma Tanpa kusadari, penisku semakin menyembul dan membuat handukku hampir copot. Jarakku dengan Rista waktu itu sangat dekat, sehingga penisku yang sudah berdiri itu menyentuh bagian perut Rista penisku dan perut Rista sama-sama masih tertutupi handuk. Rista kaget, karena ada sesuatu yang menekan perutnya.
    “Eh, aku mandi lagi ya No.”, kata Rista buru-buru dengan muka yang memerah. Sepertinya dia malu campur bingung.
    “Mmm, iya.., aku juga mau mandi lagi”, jawabku juga dengan penuh malu.
    Ristapun kembali ke kamar mandinya, dan aku juga masuk lagi ke kamar mandiku.

    Cerita Sex Rahma

    Cerita Sex Rahma

    Di dalam kamar mandi aku berpikir, apa kira-kira tanggapan Rista atas kejadian tadi ya? Apa dia akan lapor ke Aryo kalau aku berbuat kurang ajar? Apa dia marah sama aku? Atau apa? Aku jadi takut.. Setelah termenung beberapa menit, akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan apa yang kukerjakan tadi. Masalah nanti ya urusan belakangan. Baru saja aku mau mulai untuk onani lagi, pintu kamar mandiku diketuk lagi.
    “Arya.., sori mengganggu lagi. Aku ada perlu lagi nih”, kata Rista dari luar.
    “oh iya, bentar..”
    Sekarang aku pakai celana dalam dan celana pendekku. Aku nggak mau terulang lagi kejadian memalukan tadi. Aku keluar dari kamar mandi.
    “Ada apa Win? Apa lagi yang ketinggalan? Mau pinjem celana dalam?”, candaku pada Rista.
    “Ah, kamu ada-ada aja.”, kata Rista sambil tertawa. Hhh.., manis sekali senyumannya itu.. Btw, dia masih mengenakan handuk seperti tadi. Seksi..!
    “Gini No.. Waktu aku minjem sabun cuci muka tadi, aku tau kalo kamu sempat.. mm.. apa ya istilahnya? Terangsang?”, kata Rista.

    “Hah? Apa? Maksudnya gimana? Aku nggak ngerti?”, tanyaku pura-pura bego.
    “Nggak apa-apa kok No. Nggak usah malu. Kuakui, aku tadi juga sempat membayangkan “itu” mu waktu aku masuk kamar mandi lagi.
    Aku bahkan hampir saja mau.. mm.. masturbasi sambil mbayangin kamu. Tapi kupikir, ngapain pake tangan sendiri, kalo “barang”nya ada di sebelah?”, jawab Rista.
    “Hhhaahh? Apa maksudmu Win? Aku jadi makin bingung? Aku nggak”
    Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Rista sudah meraba penisku dari luar celana pendekku.

    “Ini yang kumaksud, Arya! Penismu yang tegang ini! Aku menginginkannya!”, kata Rista sambil terus meraba-raba dan meremas penisku.
    “hhmm.., Rista.. kamu..”
    “Arya.. Walaupun aku pacarnya Aryo, kamu nggak usah malu begitu. Sejak bertemu denganmu di Djokdja ini, aku selalu membayangkanmu dalam setiap fantasi seksku. Bukannya aku nggak cinta Aryo. Tapi dengan membayangkan sesuatu yang “tabu”, biasanya aku selalu menjadi begitu terangsang, dan selalu kuakhiri dengan masturbasi sambil membayangkan bercinta dengan saudara kembar pacarku sendiri. Markas Judi Online Dominoqq

    Cerita Sex Rahma Arya.. saat ini sudah lama kutunggu-tunggu. Aku selalu membayangkan bagaimana rasanya mengulum Penismu dalam mulutku. Bagaimana rasanya memainkan Penismu dalam vaginaku.. hhmm.. You’re always on my fantasy, Arya..”, cerocos Rista sambil semakin kuat meremas penisku masih dari luar celana pendekku.

    “Ohh.., oohhmm.., Rista.. Aku.., juga.. selalu membayangkanmu dalam setiap onaniku. Aku nggak tahan melihat kecantikan dan keseksianmu, sejak pertama kali aku bertemu denganmu. Aku cemburu dengan Aryo. Aku selalu membayangkan tubuhmu yang putih, halus, lembut, dan seksi ini.. Aku menginginkanmu Rista..”, jawabku sambil meraba bahu dan tangannya yang begitu halus dan lembut.
    Kemudian tanpa berpikir lagi, aku raih rambutnya dan kutarik mukanya ke mukaku, dan kucium Rista dengan buas. Kulumat bibirnya yang merah dan mungil itu. Inilah pengalaman pertamaku mencium wanita. Rasanya benar-benar nikmat sekali. Apalagi tangannya masih terus meremas penisku yang sudah berdenyut-denyut dari tadi.

    “Hmmpp.., mmhhmmhh..”, Rista juga membalas ciumanku dengan lumatan bibirnya dan lidahnya bermain-main di dalam mulutku.

    Aku terus menghisap bibir & lidahnya, dan tanganku mulai meraba payudaranya yang masih tertutup handuk. Payudaranya cukup besar. Belakangan kuketahui ukurannya 34B. Terasa putingnya yang mengeras dari balik handuk.
    “Ohh.. Arya.. remas susuku! Remas, Arya.. Ohhmmhh..”,
    desah Arya di telingaku, semakin membuatku bernafsu.. Tanpa pikir panjang, langsung kulepaskan handuk Rista, sehingga tampaklah di depan mataku keindahan tubuh telanjang Rista yang selama ini hanya ada dalam fantasiku.

    “Rista.. kamu sunguh-sungguh cantik.. Aku menginginkanmu..”.

    Aku pun langsung menerkamnya dan tanpa membuang waktu langsung kuhisap payudaranya yang bulat & padat itu. Sebelumnya aku hanya dapat membayangkan betapa indahnya payudara Rista yang sering mengenakan kaos ketat itu. Bahkan pernah sekali dia mengenakan kaos ketat tanpa BH, sehingga tampak samar-samar putingnya yang merah olehku waktu itu.

    “Arya.. Mmmhhmm.. Kamu benar-benar hebat Arya.. Bahkan Aryo tidak pernah bisa membuatku jadi gila seperti ini.. Ooohh.. hisap putingku Arya. Jilat.. hhmm..” jerit Rista yang sudah benar-benar penuh nafsu birahi itu.

    Aku terus menjilati dan menghisap payudaranya, dan sekali-sekali kugigit karena gemas, sehingga payudaranya menjadi merah-merah. Tapi Rista tidak marah, malah sepertinya ia sangat menikmati permainan mulutku.

    Bosan bersikap pasif, Rista pun melepaskan celana pendekku dengan penuh nafsu, sehingga tampaklah olehnya penisku yang sudah berdiri tegak hingga keluar dari pinggang celana dalamku.

    “Besar sekali Penismu Arya! Wow.. Lebih besar dari pacarku yang dulu. Bahkan lebih besar dari punya Aryo! Kukira punya sudah yang terbesar yang ada!”, puji Rista dengan mata berbinar ketika melihat penisku.

    Rista menarik celana dalamku hingga lepas, berlutut di depan penisku dan langsung menjilati telorku yang penuh bulu itu.

    “Aahhmm.. enak sekali Rista..! mmhhmm.. Kamu memang hebat sekali..”,
    aku meracau kenikmatan sambil terus membelai rambutnya yang indah.
    “oohhmm.. aku suka sekali Penismu Arya.. besar, panjang, dan hitam.. oohhoohhmm..”,
    Rista memasukkan penisku ke mulutnya yang mungil, dan menghisapnya dengan kuat.
    “Ahh.., Rista.. AAhhmmhh..”,

    Aku benar-benar dalam puncak kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Kenikmatan onani hanyalah sepersekian dari kenikmatan dihisap dan dijilat oleh mulut dan lidah Rista yang sedang mengulum penisku ini. Rista dangan penuh semangat terus menghisap penisku, dan karena ia memaju mundurkan kepala dan badannya dengan kencang, tampak olehku payudaranya bergoyang-goyang kesana kemari.

    Ketika aku hampir mencapai klimaks, langsung kutarik penisku dari mulutnya, dan kupeluk Rista erat-erat sambil menjilati dan menciumi seluruh mukanya. Mulai dari keningnya, matanya, hidungnya yang mancung, pipinya, telinganya, lehernya, dagunya, dan kuteruskan ke bawah sampai akhirnya seluruh tubuhnya basah oleh air liurku dan di beberapa tempat bahkan sampai merah-merah karena hisapan dan gigitan gemasku. Rista benar-benar menikmati perlakuanku terhadap tubuhnya, terutama ketika aku menjilati dan menghisap daun telinganya. Dia benar-benar merinding ketika itu.

    “oohh Arya.., kamu hebat sekali.. Belum pernah ada sebelumnya yang bisa membuatku orgasme tanpa perlu menyentuh vaginaku. Ohhmm.. you’re the greatest..!”, kata Rista lagi.
    Setelah beristirahat sejenak, aku mulai menjilati vagina Rista.
    “Aryao.. nikmat sekali.. kamu hebat sekali memainkan lidahmu.. mmhhmm.. aahhgghh..”, Rista benar-benar menikmati permainan lidahku yang mengobok-obok vaginanya dengan buas.
    “Rista.., boleh aku memasukkan penisku ke dalam” belum selesai kata-kataku, Rista langsung memotong.

    “Nggak usah minta ijin segala, masukin Penismu yang gede itu ke vaginaku cepat, Arya!”, potong Rista sambil memegang penisku dan mengarahkannya ke lobang vaginanya.
    “Ahh.. sempit sekali Rista.. Mmmgghh..”, vaginanya benar-benar menjepit penisku dengan kencang sekali, sehingga sensasi yang kurasakan menjadi benar-benar tak terlukiskan dengan kata-kata. Pokoknya enak banget!!
    “Ooohh Arya.. Penismu besar sekali!! HHhhmmhh.. aahh.. nikmat sekali Arya!”

    Cerita Sex Rahma Perlahan-lahan, aku pun mulai menggoyangkan pantatku sehingga penisku yang gede dan hitam mulai mengocok-ngocok vaginanya. Rista pun juga menggoyangkan pantatnya yang putih mulus itu sehingga makin lama goyangan kami menjadi semakin cepat dan buas.

    “Arrryyaaaaaa.. hh.. hh.. hh.. aku suka Penismu! mmhh.. lebih cepat, cepat.. keras.. aku.. hhoohhmmhh..”,
    racauan Rista makin lama makin tidak jelas.
    “Aku hhaammpir keluuaar.. Rissttaaaaaaa.. hhmmhh..”,
    campuran antara goyangan, desahan, dan tampang Rista yang benar-benar seksi, merangsang, dan penuh keringat itu membuatku nggak tahan lagi.
    “Keluarkan di dalam saja, Arya.. Aku jugaa.. mauu.. sampai.. hh..”.

    “AAHHMMHH.. AARRGGHH.. OOHHMMHH.. NIKMAAT SEKAALLII.. AAHHMMHH..!!” kami berdua mencapai klimaks pada saat yang bersamaan.

    Setelah permainan yang dahsyat itu, kami sama-sama terlelap di kamarku. Sewaktu terbangun ternyata hari sudah malam. Rista langsung pulang karena takut kos-kosannya sudah dikunci kalau kemalaman. Tapi kami berjanji untuk bertemu lagi esok hari, karena kami berdua masih ingin melanjutkan hubungan yang tabu ini. Kami sama-sama menikmatinya. Kita pasti akan mengulanginya lagi ketika ada kesempatan dan waktu yang tepat.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Foto Ngentot seksi Latina dengan payudara besar & pantat bulat

    Foto Ngentot seksi Latina dengan payudara besar & pantat bulat


    1944 views

    Duniabola99.com – gadis remaja rambut pirang mengocok kontol kontol pacarnya diaats mobil dan melakukan hubungan sex ngentot halaman belakang rumahnya diatas sofa putih.

  • Kisah Memek Merasakan Tebalnya Kemaluan Gadis Medan

    Kisah Memek Merasakan Tebalnya Kemaluan Gadis Medan


    2868 views

    Duniabola99.com – Kisah ini terjadi ketika aku mash berumur delapanbelas tahun, murid kelas dua sekolah teknik setingkat SMU di sebuah kota kabupaten di Sumatera.


    Namaku Didit. Aku lahir di satu keluarga pegawai perkebunan yang memiliki lima orang anak yang semua laki-laki. Yang tertua adalah aku. Dan ini menjadi akar masalah pada kehidupan remajaku. Jarang bergaul dengan perempuan selain ibuku, akupun jadicanggung kalau berdekatan dengan perempuan. Maklumlah di sekolahku umumnya juga cowok semua, jarang perempuan.

    Selain itu aku merasa rendahdiri dengan penampilan diriku di hadapan perempuan.Aku tinggi kurus dan hitam, jauh dari ciri-ciri pemuda ganteng. Wajahku jelek dengan tulang rahang bersegi. Karena tampangku yang mirip keling, teman-temanku memanggil aku Pele, karena aku suka main sepakbola.

    Tapi sekalipun aku jelek dan hitam, otakku cukup encer. Pelajaran ilmu pasti dan fisika tidak terlalu sulit bagiku. Dan juga aku jagoan di lapangan sepakbola. Posisiku adalah kiri luar. Jika bola sudah tiba di kakiku penonton akan bersorak-sorai karena itu berartibola sudah sukar direbut dan tak akan ada yang berani nekad main keras karena kalau sampai beradu tulang kering, biasanya merekalah yang jatuh meringkuk kesakitan sementara aku tidak merasa apa-apa. Dan kalau sudah demikian lawan akan menarik kekuatan ke sekitar kotak penalti membuat pertahanan berlapis, agar gawang mereka jangan sampai bobol oleh tembakanku atau umpan yang kusodorkan. Hanya itulah yang bisa kubanggakan, tak ada yang lain.

    Tampang jelek muka bersegi, tinggi kurus dan hitam ini sangat mengganggu aku, karena aku sebenarnya ingin sekali punya pacar. Bukan pacar sembarang pacar, tetapi pacar yanf cantik dan seksi, yang mau diremas-remas, dicipoki dan dipeluk-peluk, bahkan kalau bisa lebih jauh lagi dari itu. Dan ini masalahnya. Kotaku itu adalah kota yang masih kolot, apalagi di lingkungan tempat aku tinggal. Pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang sedikit mencolok menjadi sorotan tajam masyarakat. Dan jadi bahan gunjingan ibu-ibu antar tetangga.

    Oh ya mungkin ada yang bertanya mengapa kok soal punya pacar atau tidak punya pacar saja begitu penting. Ya itulah. Rahasianya aku ini punya nafsu syahwat besar sekali. Entahlah, barangkali aku ini seorang *********. Melihat ayam atau ****** main saja, aku bisa tegang. Setiap pagi penisku keras seperti kayu sehingga harus dikocok sampai muncrat dulu baru berkurang kerasnya. Dan kalau muncrat bukan mainbanyaknya yang keluar. Mungkin karena ukuranku yang lebih panjang dari ukuran rata-rata. Dan saban melihat perempuan cantik syahwatku naik ke kepala. Apalagi kalau kelihatan paha. Aku bisa tak mampu berpikir apa-apa lagi kalau gadis dan perempuan cantik itu lewat di depanku. Senjataku langsung tegang kalau melihat dia berjalan berlenggak-lenggok dengan panggul yang berayun ke kiri dan ke kanan. Ngaceng abis kayak siap berlaga.


    Dia? Ya dia. Maksudku Lala dan ….. Tante Ratih.

    Lala adalah murid salahsatu SMU di kotaku. Kecantikannya jadi buah bibir para cowok lanang seantero kota. Dia tinggal dalam jarak beberapa rumah dari rumahku, jadi tetanggaku juga. Aku sebenarnya ingin sekali seandainya Lala jadi pacarku, tapi mana bisa. Cowok-cowok keren termasuk anak-anak penggede pada ngantri ngapelin dia, mencoba menjadikannya pacar. Hampir semua bawa mobil, kadang mobil dinas bapaknya, mana mampu aku bersaing dengan mereka.

    Terkadang kami berpapasan kalau ada kegiatan RK atau kendurian, tetapi aku tak berani menyapa, dia juga tampaknya tidak tertarik hendak berteguran dengan aku yang muka saja bersegi dan hitam pula. Ya pantaslah, karena cantik dan dikejar-kejar banyak pemuda, bahkan orang berumur juga, dia jadi sombong, mentang-mentang. Atau barangkali itu hanya alasanku saja. Yang benar adalah, aku memang takut sama perempuan cantik. Berdekatan dengan mereka aku gugup, mulutku terkatup gagu dan nafasku sesak.

    Dan ada satu lagi perempuan yang juga membuat aku gelisah jika berada di dekatnya. Tante Ratih. Tante Ratih tinggal persis di sebelah rumahku. Suaminya pemasok yang mendatangkan beberapa bahan kebutuhan perkebunan kelapa sawit. Karena itu dia sering bepergian. Kadang ke Jakarta,

    Medan dan ke Singapura. Belum lama mereka menjadi tetangga kami. Entahlah orang dari daerah mana suaminya ini. Tapi aku tahu Tante Ratih dari Bandung, dan dia ini wuahh mak … sungguh-sungguh audzubile cantiknya. Wajah cakep. Putih. Bodinya juga bagus, dengan panggul berisi, paha kokoh,meqi tebal dan pinggang ramping. Payudaranya juga indah kenceng serasi dengan bentuk badannya. Pernah di acara pentas terbuka di kampungku kala tujuhbelas agustusan dia menyumbangkan peragaan tari jaipongan. Wah aku betul-betul terpesona.

    Dan Tante Ratih ini teman ibuku. Walau umur mereka berselisih barangkali 15 tahun, tapi mereka itu cocok satu sama lain. Kalau bergunjing bisa berjam-jam, maklum saja dia tidak punya anak dan seperti ibuku tidak bekerja, hanya ibu rumahtangga saja. Terkadang ibuku datang ke rumahnya, terkadang dia datang ke rumahku.

    Dan satu kebiasaan yang kulihat pada Tante Ratih ini, dia suka duduk di sofa dengan menaikkan sebelah atau kedua kakinya di lengan sofa. Satu kali aku baru pulang dari latihan sepakbola, saat membuka pintu kudapati Tante Ratih lagi bergunjing dengan ibuku. Rupanya dia tidak mengira aku akan masuk, dan cepat-cepat menurunkan sebelah kakinya dari sandaran lengan sofa, tapi aku sudah sempat melihat celahkangkangan kedua pahanya yang putih padat dan celana dalam merah jambu yang membalut ketat meqinya yang bagus cembung. Aku mereguk ludah, kontolku kontak berdiri.

    Tanpa bicara apapun aku terus ke belakang. Dan sejak itu pemandangan sekilas itu selalu menjadi obsesiku. Setiap melihat Tante Ratih, aku ingat kangkangan paha dan meqi tebal dalam pagutan ketat celana dalamnya.

    Oh ya mengenai Tante Ratih yang tak punya anak. Saya mendengar ini terkadang jadi keluh-kesahnya pada ibuku. Aku tak tahu benar mengapa dia dan suaminya tak punya anak, dan entah apa yang dikatakan ibuku mengenai hal itu untuk menghibur dia.


    Apalagi? Oh ya, ini yang paling penting yang menjadi asal-muasal cerita. Kalau bukan karena ini barangkali takkan ada cerita hehehhehe …. Tante Ratih ini, dia takut sekali sama setan, tapi anehnya suka nonton film setan di televisi hehehe …. Terkadang dia nonton di rumah kami kalau suaminya lagi ke kota lain untuk urusan bisnesnya. Pulangnya dia takut, lalu ibuku menyuruh aku mengantarnya sampai ke pintu rumahnya.

    Dan inilah permulaan cerita.

    Pada suatu hari tetangga sebelah kanan rumah Tante Ratih dan suaminya meninggal. Perempuan tua ini pernah bertengkar dengan Tante Ratih karena urusan sepele. Kalau tidak salah karena soal ayam masuk rumah. Sampai si perempuan meninggal karena penyakit bengek, mereka tidak berteguran.

    Tetangga itu sudah tiga hari dikubur tak jauh di belakang rumahnya, sewaktu suami Tante Ratih, Om Hendra berangkat ke Singapur untuk urusan bisnes pasokannya. Sepanjang hari setelah suaminya berangkat Tante Ratih uring-uringan sama ibuku di rumahku. Dia takut sekali karena sewaktu masih hidup tetangga itu mengatakan kepada banyak orang bahwa sampai di kuburpun dia tidak akan pernah berbaikan dengan Tante Ratih.

    Lanjutannya ketika aku pulang dari latihan sepakbola, ibu memanggilku. Katanya Tante Ratih takut tidur sendirian di rumahnya karena suaminya lagi pergi. Dan pembantunya sudah dua minggu dia berhentikan karena kedapatan mencuri. Sebab itu dia menyuruhku tidur di ruang tamu di sofa Tante Ratih. Mula-mula aku keberatan dan bertanya mengapa bukan salah seorang dari adik-adikku.

    Kukatakan aku mesti sekolah besok pagi. Yang sebenarnya seperti sudah saya katakan sebelumnya,saya selalu gugup dan tidak tenteram kalau berdekatan dengan Tante Ratih (tapi tentu saja ini tak kukatakan pada ibuku). Kata ibuku adik-adikku yang masih kecil tidak akan membantu membuat Tante Ratih tenteram, lagi pula adik-adikku itupun takut jangan-jangan didatangi arwah tetangga yang sudah mati itu hehehehe.

    Lalu malamnya aku pergi ke rumah Tante Ratih lewat pintu belakang. Tante Ratihtampaknya gembira aku datang. Dia mengenakan daster tipis yang membalut ketat badannya yang sintal padat.

    “Mari makan malam Dit”, ajaknya membuka tudung makanan yang sudah terhidang di meja.

    “Saya sudah makan, Tante,” kataku, tapi Tante Ratih memaksa sehingga akupun makan juga.

    “Didit, kamu kok pendiam sekali? Berlainan betul dengan adik-adik dan ibumu”, kata Tante Ratih selagi dia menyendok nasi ke piring.

    Aku sulit mencari jawaban karena sebenarnya aku tidak pendiam. Aku tak banyak bicara hanya kalau dekat Tante Ratih saja, atau Lala atau perempuan cantik lainnya. Karena gugup.

    “Tapi Tante suka orang pendiam”, sambungnya.

    Kami makan tanpa banyak bicara, habis itu kami nonton televisi acara panggung musik pop. Kulihat Tante Ratih berlaku hati-hati agar jangan sampai secara tak sadar menaikkan kakinya ke sofa atau ke lengan sofa. Selesai acara musik kami lanjutkan mengikuti warta berita lalu filem yang sama sekali tidak menarik.


    Karena itu Tante Ratih mematikan televisi dan mengajak aku berbincang menanyakan sekolahku, kegiatanku sehari-hari dan apakah aku sudah punya pacar atau belum. Aku menjawab singkat-singkat saja seperti orang blo’on. Kelihatannya dia memang ingin mengajak aku terus bercakap-cakap karena takut pergi tidur sendirian ke kamarnya. Namun karena melihat aku menguap, Tante Ratih pergi ke kamar dan kembali membawa bantal, selimut dan sarung. Di rumah aku biasanya memang tidur hanya memakai sarung karena penisku sering tidak mau kompromi. Tertahan celana dalam saja bisa menyebabkan aku merasa tidak enak bahkan kesakitan.

    Tante Ratih sudah masuk ke kamarnya dan aku baru menanggalkan baju sehingga hanya tinggal singlet dan meloloskan celana blujins dan celana dalamku menggantinya dengan sarung ketika hujan disertai angin kencang terdengar di luar. Aku membaringkan diri di sofa dan menutupi diri dengan selimut wol tebal itu ketika suara angin dan hujan ditingkah gemuruh guntur dan petir sabung menyabung. Angin juga semakin kencang dan hujan makin deras sehingga rumah itu seperti bergoyang. Dan tiba-tiba listrik mati sehingga semua gelap gulita.

    Kudengar suara Tante memanggil di pintu kamarnya.

    “Ya, Tante?”

    “Tolong temani Tante mencari senter”.

    “Dimana Tante?”, aku mendekat meraba-raba dalam gelap ke arah dia.

    “Barangkali di laci di dapur. Tante mau ke sana.” Tante baru saja menghabiskan kalimatnya saat tanganku menyentuh tubuhnya yang empuk. Ternyata persis dadanya. Cepat kutarik tanganku.

    “Saya kira kita tidak memerlukan senter Tante. Bukankah kita sudah mau tidur? Saya sudah mengantuk sekali.”

    “Tante takut tidur dalam gelap Dit”.

    “Gimana kalau saya temani Tante supaya tidak takut?”, aku sendiri terkejut dengan kata-kata yang keluar dari mulutku, mungkin karena sudah mengantuk sangat. Tante Ratih diam beberapa saat.

    “Di kamar tidur Tante?”, tanyanya.

    “Ya saya tidur di bawah”, kataku. “di karpet di lantai.” Seluruh lantai rumahnya memang ditutupi karpet tebal.

    “Di tempat tidur Tante saja sekalian asal ….. “

    Aku terkesiap. “A … asal apa Tante?”

    “Asal kamu jangan bilang sama teman-temanmu, Tante bisa dapat malu besar. Dan juga jangan sekali-kali bilang sama ibumu”.


    “Ah buat apa itu saya bilang-bilang? Tidak akan, Tante”. Dalam hati aku melonjak-lonjak kegirangan. Tak kusangka aku bakalan dapat durian runtuh, berkesempatan tidur di samping Tante

    Ratih yang cantik banget. Siapa tahu aku nanti bisa nyenggol-nyenggol dia sedikit-sedikit.

    Meraba-raba seperti orang buta menjaga jangan sampai terantuk ke dinding aku kembali ke sofa mengambil selimut dan bantal, lalu kembali meraba-raba ke arah Tante Ratih di pintu kamarnya.

    Cahaya kilat dari kisi-kisi di puncak jendela membantu aku menemukan keberadaannya dan dia membimbing aku masuk. Badan kami berantuk saat dia menuntun aku ke tempat tidurnya dalam gelap. Ingin sekali aku merangkul tubuh empuknya tetapi aku takut dia marah.Akhirnya kami berdua berbaring berjajar di tempat tidur. Selama proses itu kami sama menjaga agar tidak terlalu banyak bersentuhan badan. Perasaanku tak karuan. Baru kali inilah aku pernah tidur dengan perempuan bahkan dengan ibuku sendiripun tak pernah. Perempuan cantik dan seksi lagi.

    “Kamu itu kurus tapi badanmu kok keras Dit?” bisiknya di sampingku dalam gelap. Aku tak menjawab.

    “Seandainya kau tahu betapa ******-ku lebih keras lagi sekarang ini,” kataku dalam hati. Aku berbaring miring membelakangi dia. Lama kami berdiam diri. Kukira dia sudah tidur, yang jelas aku tak bisa tidur. Bahkan mataku yang tadinya berat mengantuk, sekarang terbuka lebar.

    “Dit,” kudengar dia memecah keheningan. “Kamu pernah bersetubuh?”

    Nafasku sesak dan mereguk ludah.

    “Belum Tante, bahkan melihat celana dalam perempuanpun baru sekali.” Wah berani sekali aku.

    “Celana dalam Tante?”

    “Hmmh”.

    “Kamu mau nanggelin Dit?” dalam gelap kudengar dia menahan tawa.

    Aku hampir-hampir tak percaya dia mengatakan itu.

    “Nanggelin celana dalam Tante?”

    “Iya. Tapi jangan dibilangin siapapun.”

    Aku diam agak lama.

    “Takutnya nanti bilah saya tidak mau kendor Tante”.

    “Nanti Tante kendorin”.

    “Sama apa?”

    “Ya tanggelin dulu. Nanti bilahmu itu tahu sendiri.” Suaranya penuh tantangan.


    Dan akupun berbalik, nafsuku menggelegak. Aku tahu inilah kesempatan emas untuk melampiaskan hasrat berahiku yang terpendam pada perempuan cantik-seksi selama bertahun-tahun usia remajaku. Rasanya seperti aku dapat peluang emas di depan gawang lawan dalam satu pertandingan final kejuaraan besar melawan kesebebelasan super kuat, dimana pertandingan bertahan 0-0 sampai menit ke-85. Umpan manis disodorkan penyerang tengah ke arah kiri. Bola menggelinding mendekati kotak penalti. Semua mengejar, kiper terjatuh dan aku tiba lebih dulu.

    Dengan kekuatan penuh kulepaskan tembakan geledek. GOL! Begitulah rasanya ketika aku tergesa melepas sarungku dan menyerbu menanggalkan celana dalam Tante Ratih. Lalu dalam gelap kuraih kaitan BH dipunggungnya, dia membantuku. Kukucup mulutnya. Kuremas buah dadanya dan tak sabaran lagi kedua kakiku masuk ke celah kedua pahanya. Kukuakkan paha itu, kuselipkan paha kiriku di bawah paha kanannya dan dengan satu tikaman kepala kontolku menerjang tepat akurat ke celah labianya yang basah. Saya tancapkan terus. MASUK!

    Aku menyetubuhi Tante Ratih begitu tergesa-gesa. Sambil menusuk liang vaginanya kedua buah dadanya terus kuremas dan kuhisap dan bibirnya kupilin dan kulumat dengan mulutku. Mataku terbeliak saat penisku kumaju-mundurkan, kutarik sampai tinggal hanya kepala lalu kubenam lagi dalam mereguk nikmat sorgawi vaginanya. Kenikmatan yang baru pertama kalinya aku rasakan. Ohhhhh … Ohhhhh ….

    Tetapi malangnya aku, barangkali baru delapan kali aku menggenjot, itupun batang kemaluanku baru masuk dua pertiga sewaktu dia muntah-muntah dengan hebat. Spermaku muncrat tumpah ruah dalam lobang kewanitaannya. Dan akupun kolaps. Badanku penuh keringat dan tenagaku rasanya terkuras saat kusadari bahwa aku sudah knocked out. Aku sadar aku sudah keburu habis sementara merasa Tante Ratih masih belum apa-apa, apalagi puas.

    Dan tiba-tiba listrik menyala. Tanpa kami sadari rupanya hujan badai sudah reda. Dalam terang kulihat Tante Ratih tersenyum disampingku. Aku malu. Rasanya seperti dia menertawakan aku. Laki-laki loyo. Main beberapa menit saja sudah loyo.

    “Lain kali jangan terlampau tergesa-gesa dong sayang”, katanya masih tersenyum. Lalu dia turun dari ranjang. Hanya dengan kimono yang tadinya tidak sempat kulepas dia pergi ke kamar mandi, tentunya hendak cebok membersihkan spermaku yang berlepotan di celah selangkangannya.


    Keluar dari kamar mandi kulihat dia ke dapur dan akupun gantian masuk ke kamar mandi membersihkan penis dan pangkal penisku berserta rambutnya yang juga berlepotan sperma. Habis itu aku kembali ke ranjang. Apakah akan ada babak berikutnya? Tanyaku dalam hati. Atau aku disuruh kembali ke sofa karena lampu sudah nyala?

    Tante Ratih masuk ke kamar membawa cangkir dan sendok teh yang diberikan padaku.

    ”Apa ini Tante?”

    “Telor mentah dan madu lebah pengganti yang sudah kamu keluarkan banyak tadi”, katanya tersenyum nakal dan kembali ke dapur.

    Akupun tersenyum gembira. Rupanya akan ada babak berikutnya. Dua butir telurmentah itu beserta madu lebah campurannya kulahap dan lenyap kedalam perutku dalam waktu singkat. Dan sebentar kemudian Tante kembali membawa gelas berisi air putih.

    Dan kami duduk bersisian di pinggir ranjang.

    “Enak sekali Tante”, bisikku dekat telinganya.

    “Telor mentah dan madu lebah?”, tanyanya.

    “Bukan. Meqi Tante enak sekali.”

    “Mau lagi?” tanyanya menggoda.

    “Iya Tante, mau sekali”, kataku tak sabar dengan melingkarkan tangan di bahunya.

    “Tapi yang slow ya Dit? Jangan buru-buru seperti tadi.”

    “Iya Tante, janji”.

    Dan kamipun melakukannya lagi. Walau di kota kabupaten aku bukannya tidak pernah nonton filem bokep. Ada temanku yang punya kepingan VCD-nya. Dan aku tahu bagaimana foreplay dilakukan.

    Sekarang aku coba mempraktekkannya sendiri. Mula-mula kucumbu dada Tante Ratih, lalu lehernya.

    Lalu turun ke pusar lalu kucium dan kujilat ketiaknya, lalu kukulum dan kugigit-gigit pentilnya, lalu jilatanku turun kembali ke bawah seraya tanganku meremas-remas kedua payudaranya. Lalu kujilat belahan vaginanya. Sampai disini Tante Ratih mulai merintih. Kumainkan itilnya dengan ujung lidahku. Tante Ratih mengangkat-angkat panggulnya menahan nikmat. Dan akupun juga sudah tidak tahan lagi. Penisku kembali tegang penuh dan keras seakan berteriakmemaki aku dengan marah “Cepatlah *******, jangan berleha-leha lagi”, teriaknya tak sabar. Penis yang hanya memikirkan mau enaknya sendiri saja.

    Aku merayap di atas tubuh Tante Ratih. Tangannya membantu menempatkan bonggol kepala penisku tepat di mulut lobang kemaluannya. Dan tanpa menunggu lagi aku menusukkan penisku dan membenamkannya sampah dua pertiga. Lalu kupompa dengan ganas.

    “Diiiiiiiit”, rengeknya mereguk nikmat sambil merangkul leher dan punggungku dengan mesra.


    Rangkulan Tante Ratih membuat aku semakin bersemangat dan terangsang. Pompaanku sekarang lebih kuat dan rengekan Tante Ratih juga semakin manja. Dan kupurukkanseluruh batangku sampai ujung kepada penisku menyentuh sesuatu di dasar rahim Tante. Sentuhan ini menyebabkan Tante menggeliat-geliat memutar panggulnya dengan ganas, meremas dan menghisap kontolku. Reaksi

    Tante ini menyebabkan aku kehilangan kendali. Aku bobol lagi. Spermaku muncrat tanpa dapat ditahan-tahan lagi. Dan kudengar Tante Ratih merintih kecewa. Kali ini aku keburu knocked out selagi dia hampir saja mencapai orgasme.

    “Maafkan Tante”, bisikku di telinganya.

    “Tak apa-apa Dit,” katanya mencoba menenangkan aku. Dihapusnya peluh yang meleleh di pelipisku.

    “Dit, jangan bilang-bilang siapapun ya sayang? Tante takut sekali kalau ibumu tahu. Dia bakalan marah sekali anaknya Tante makan”, katanya tersenyum masih tersengal-sengal menahan berahi yang belum tuntas penuh. Kontolku berdenyut lagi mendengar ucapan Tante itu, apa memang aku yang dia makan bukannya aku yang memakan dia? Dan aku teringat pada kekalahanku barusan. Ke-lelakian-ku tersinggung. Diam-diam aku bertekad untuk menaklukkannya pada kesempatan berikutnya sehingga tahu rasa, bukan dia yang memakan aku tetapi akulah yang memakan dia.

    Aku terbangun pada kokokan ayam pertama. Memang kebiasaanku bangun pagi-pagi sekali. Karena aku perlu belajar. Otakku lebih terbuka mencerna rumus-rumus ilmu pasti dan fisika kalau pagi.

    Kupandang Tante Ratih yang tergolek miring disampingku. Dia masih tidak ber-celana dalam dan tidak ber-BH. Sebelah kakinya menjulur dari belahan kimono di selangkangannya membentuk segitiga sehingga aku dapat melihat bagian dalam pahanya yang putih padat sampai ke pangkalnya.

    Ujung jembutnya juga kulihat mengintip dari pangkal pahanya itu dan aku juga bisa melihat sebelah buah dadanya yang tidak tertutup kimono. Aku sudah hendak menerkam mau menikmatinya sekali lagi sewaktu aku merasa desakan mau buang air kecil. Karena itu pelan-pelan aku turun dari ranjang terus ke kamar mandi.

    Aku sedang membasuh muka dan kumur-kumur sewaktu Tante Ratih mengetok pintu kamar mandi. Agak kecewa kubukakan pintu dan Tante Ratih memberikan handuk bersih. Dia sodorkan juga gundar gigi baru dan odol.

    “Ini Dit, mandi saja disini,” katanya. Barangkali dia kira aku akan pulang ke rumahku untuk mandi? Goblok bener.

    Akupun cepat-cepat mandi. Keluar dari kamarmandi dengan sarung dan singlet dan handuk yang membalut tengkuk, kedua pundak dan lengan kulihat Tante Ratih sudah di dapur menyiapkan sarapan.

    “Ayo sarapan Dit. Tante juga mau mandi dulu,” katanya meninggalkan aku.


    Kulihat di meja makan terhidang roti mentega dengan botol madu lebah Australia disampingnya dan semangkok besar cairan kental berbusa. Aku tahu apa itu. Teh telor. Segera saja kuhirup dan rasanya sungguh enak sekali di pagi yang dingin. Saya yakin paling kurang ada dua butir telor mentah yang dikocokkan Tante Ratih dengan pengocok telur disana, lalu dibubuhi susu kental manis cap nona dan bubuk coklat. Lalu cairan teh pekat yang sudah diseduh untuk kemudian dituang dengan air panas sembari terus dikacau dengan sendok. Lezat sekali. Dan dua roti mentega berlapis juga segera lenyap ke perutku. Kumakan habis selagi berdiri. Madu lebahnya kusendok lebih banyak.

    Tante tidak lama mandinya dan aku sudah menunggu tak sabar.

    Dengan hanya berbalut handuk Tante keluar dari kamar mandi.

    “Tante, ini teh telornya masih ada”, kataku.

    “Kok tidak kamu habiskan Dit?” tanyanya.

    “Tante kan juga memerlukannya” , kataku tersenyum lebar. Dia menerima gelas besar itu sambil tersenyum mengerling lalu menghirupnya.

    “Saya kan dapat lagi ya Tante”, tanyaku menggoda. Dia menghirup lagi dari gelas besar itu. “Tapi jangan buru-buru lagi ya?” katanya tersenyum dikulum. Dia menghirup lagi sebelum gelas besar itu dia kembalikan padaku. Dan aku mereguk sisanya sampai habis.

    Penuh hasrat aku mengangkat dan memondong Tante Ratih ke kamar tidur.

    “Duh, kamu kuat sekali Dit”, pujinya melekapkan wajah di dadaku.

    Kubaringkan dia di ranjang, handuk yang membalut tubuh telanjang-nya segera kulepas. Duhhh cantik sekali. Segalanya indah. Wajah, toket, perut, panggul, meqi, paha dan kakinya. Semuanya putih mulus mirip artis filem Jepang.

    Semula aku ragu bagaimana memulainya. Apa yang mesti kuserang dulu, karenasemuanya menggiurkan. Tapi dia mengambil inisiatif.Dilingkarkannya tangannya ke leherku dan dia dekatkan mulutnya ke mulutku, dan akupun

    melumat bibir seksinya itu. Dia julurkan lidahnya yang aku hisap-hisap dan perasan airludahnya yang lezat kureguk. Lalu kuciumi seluruh wajah dan lehernya. Lalu kuulangi lagi apa yang aku lakukan padanya tadi malam. Meremas-remas payu daranya, menciumi leher, belakang telinga dan ketiaknya, menghisap dan menggigit sayang pentil susunya. Sementara itu tangan Tante juga liar merangkul punggung, mengusap tengkuk, dan meremas-remas rambutku.

    Lalu sesudah puas menjilat buah dada dan mengulum pentilnya, ciumanku turun ke pusar dan terus ke bawah. Seperti kemarin aku kembali menciumi jembut di vaginanya yang tebal seperti martabak Bangka, menjilat klitoris, labia dan tak lupa bagian dalam kedua pahanya yang putih. Lalu aku mengambil posisi seperti tadi malam untuk menungganginya.

    Tante menyambut penisku di liang vaginanya dengan gairah. Karena Tante Ratih sudah naik birahi penuh, setiap tusukan penisku menggesek dinding liangnya tidak hanya dinikmati olehku tetapi dinikmati penuh oleh dia juga.

    Setiap kali sambil menahan nikmat dia berbisik di telingaku “Jangan buru-buru ya sayang, …….. jangan buru-buru ya sayang.” Dan aku memang berusaha mengendalikan diri menghemat tenaga. Kuingat kata-kata pelatih sepakbola-ku. Kamu itu main dua kali 45 menit, bukannya cuman setengah jam. Karena itu perlu juga latihan lari marathon. Dari pengalaman tadi malam kujaga agar penisku yang memang berukuran lebih panjang dari orang kebanyakan itu jangan sampai terbenam seluruhnya karena akan memancing reaksi liar tak terkendali dari Tante Ratih. Aku bisa bobol lagi. Aku menjaga hanya masuk dua pertiga atau tiga perempat.

    Dan kurasakan Tante Ratih juga berusaha mengendalikan diri. Dia hanya menggerakkan panggulnya sekadarnya menyambut kocokan batangku. Kerjasama Tante membantu aku. Untuk lima menit pertama aku menguasai bola dan lapangan sepenuhnya. Kujelajahi sampai dua pertiga lapangan sambil mengarak dan mendrible bola, sementara Tante merapatkan pertahanan menunggu serangan sembari melayani dan menghalau tusukan-tusukanku yang mengarah ke jaring gawangnya.

    Selama lima menit berikutnya aku semakin meningkatkan tekanan. Terkadang bola kubuang ke belakang , lalu kugiring dengan mengilik ke kiri dan ke kanan, terkadang dengan gerakan berputar. Kulihat Tante mulai kewalahan dengan taktik-ku. Lima menitberikutnya Tante mulai melancarkan serangan balasan. Dia tidak lagi hanya bertahan. Back kiri dan bek kanan bekerjasama dengan gelandang kiri dan gelandang kanan, begitupun kiri luar dan kanan luar bekerjasama membuat gerakan menjepit barisan penyerangku yang membuat mereka kewalahan. Sementara merangkul dan menjepitkan paha dan kakinya ke panggulku Tante Ratih berbisik mesra “jangan buru-buru ya sayang …. jangan tergesa-gesa ya Dit?”. Akupun segera mengendorkan serangan, menahan diri. Dan lima menit lagi berlalu. Lalu aku kembali mengambil inisiatif menjajaki mencari titik lemah pertahanan Tante Ratih. Aku gembira karena aku menguasai permainan dan lima menit lagi berlalu.


    Tante Ratih semakin tersengal-sengal, rangkulannya di punggung dan kepalaku semakin erat. Dan aku tidak lagi melakukan penjajakan. Aku sudah tahu titik kelemahan pertahanannya. Sebab itu aku masuk ke tahap serangan yang lebih hebat. Penggerebekan di depan gawang. Penisku sudah lebih sering masuk tiga perempat menyentuh dasar liang kenikmatan Tante Ratih. Setiap tersentuh Tante Ratih menggelinjang. Dia pererat rangkulannya dan dengan nafas tersengal dia kejar mulutku dengan mulutnya dan mulut dan lidah kamipun kembali berlumatan dan kerkucupan.

    “Dit”, bisiknya. “Punyamu panjang sekali.”

    “Memek Tante tebal dan enak sekali”, kataku balas memuji dia. Dan pertempuran sengit dan panas itu berlanjut lima lalu sepuluh menit lagi. Lalu geliat Tante Ratih semakin menggila dan ini menyebabkan aku semakin gila pula memompa. Aku tidak lagi menahan diri. Aku melepaskan kendali syahwat berahiku selepas-lepasnya. Kutusuk dan kuhunjamkan kepala ******-ku sampai ke pangkalnya berkali-kali dan berulang-ulang ke dasar rahimnya sampai akhirnya Tante Ratih tidak sadar menjerit “oooooohhhhhh…” . Aku terkejut, cepat kututup mulutnya dengan tanganku, takut kedengaran orang, apalagi kalau kedengaran oleh ibuku di sebelah. Sekalipun demikian pompaanku yang dahsyat tidak berhenti. Dan saat itulah kurasakan tubuh Tante Ratih berkelojotan sementara mulutnya mengeluarkan suara lolongan yang tertahan oleh tanganku. Dia orgasme hebat sekali.

    “Sudah Dit, Tante sudah tidak kuat lagi”, katanya dengan nafas panjang-singkatan setelah mulutnya kulepas dari bekapanku. Kulihat ada keringat di hidung, di kening dan pelipisnya. Wajah itu juga kelihatan letih sekali. Aku memperlambat lalu menghentikan kocokanku. Tapi senjataku masih tertanam mantap di memek tebalnya.

    “Enak Tante?”, bisikku.

    “Iya enak sekali Dit. Kamu jantan. Sudah ya? Tante capek sekali”, katanya membujuk supaya aku melepaskannya. Tapi mana aku mau? Aku belum keluar, sementara batang kelelakianku yang masih keras perkasa yang masih tertancap dalam di liang kenikmatannya sudah tidak sabaran hendak melanjutkan pertempuran.

    “Sebentar lagi ya Tante,” kataku meminta , dan dia mengangguk mengerti. Lalu aku melanjutkan melampiaskan kocokanku yang tadi tertunda. Kusenggamai dia lagi sejadi-jadinya dan berahinya naik kembali, kedua tangannya kembali merangkul dan memiting aku, mulutnya kembali menerkam mulutku. Lalu sepuluh menit kemudian aku tak dapat lagi mencegah air mani-ku menyemprot berkali-kali dengan hebatnya, sementara dia kembali berteriak tertahan dalam lumatan mulut dan lidahku. Liang vaginanya berdenyut-denyut menghisap dan memerah sperma-ku dengan hebatnya seperti tadi. Kakinya melingkar memiting panggul dan pahaku.

    Persetubuhan nikmat diantara kami ternyata berulang dan berulang dan berulang dan berulang lagi saban ada kesempatan atau tepatnya peluang yang dimanfaatkan.


    Suami Tante Ratih Om Hendra punya hobbi main catur dengan Bapakku. Kalau sudah main catur bisa berjam-jam. Kesempatan itulah yang kami gunakan. Paling mudah kalau mereka main catur di rumahku. Aku datangi terus Tante Ratih yang biasanya berhelah menolak tapi akhirnya mau juga. Aku juga nekad mencoba kalau mereka main catur di rumah Tante Ratih. Dan biasanya dapat juga walau Tante Ratih lebih keras menolaknya mula-mula. Hehe kalau aku tak yakin bakalan dapat juga akhirnya manalah aku akan begitu degil mendesak dan membujuk terus.

    Tiga bulan kemudian sesudah peristiwa pertama di kala hujan dan badai itu aku ketakutan sendiri. Tante Ratih yang lama tak kunjung hamil, ternyata hamil. Aku khawatir kalau-kalau bayinya nanti hitam. Kalau hitam tentu bisa gempar. Karena Tante Ratih itu putih. Om Hendra kuning. Lalu kok bayi mereka bisa hitam? Yang hitam itu kan si Didit. Hehehehe … tapi itu cerita lain lagilah.

  • Foto Bugil Bailey Rayne melepas lingerie biru untuk berpose telanjang

    Foto Bugil Bailey Rayne melepas lingerie biru untuk berpose telanjang


    1874 views

    Duniabola99.com – foto Bailey Ranye melepas pakian dalam sexynya yang berwrna biru menampakkan toketnya yang padat sambil duduk.

  • Video bokep Presley Hart dan Megan Rain pijit kaki dan terangsang

    Video bokep Presley Hart dan Megan Rain pijit kaki dan terangsang


    1915 views