Duniabola99.com – foto cewek cantik pirang lagi minum di dapur dan disamperin pacarnya yang lagi sange berkontol besar untuk mengentotnya dan setelah melepaskan celana yoganya yang ketak dan melakukan hantaman yang keras dimemeknya yang tidak berbulu diatas kursi dapur.
Author: dbgoog99
-
Foto Ngentot gadis pirang di dapur
-
Video bokep Gadis pirang Haley Reed penetrasi ganda
-
anak tiriku membutuhkan konseling
-
Kisah Memek Mbak Sisca Yang Basah Dengan Toket Jumbo
Duniabola99.com – Namaku Suryandi, biasa dipanggil Yandi. Saat ini aku kuliah di salah satu Akademi Universitas di Surabaya. Kisah yang aku ceritakan ini adalah kisah nyata yang terjadi terjadi saat aku masih duduk di kelas II SMA, di kota Jombang, Jawa Timur.
Saat Aku tinggal di kota Jombang, Di depan rumahku ada seorang wanita namanya Jesisca, tapi ia biasa dipanggil Sisca dan aku biasa memanggilnya Mbak Sisca. Ia bekerja sebagai kasir pada sebuah Bank suwasta di Jombang.Ia cukup cantik, jika dilihat mirip bintang sinetron, kulitnya putih, rambutnya hitam panjang lurus pastinya cantik. Tapi yang paling aku suka melihatnya buah dadanya yang indah. Kira-kira ukurannya 36B, buah dada itu nampak serasi dengan bentuk tubuhnya yang langsing.
Keindahan tubuh Mbak Sisca tampak semakin aduhai saat aku melihat pantatnya. Kali ini aku tidak bisa berbohong, ingin sekali kuremas-remas pantatnya yang aduhai itu. satu lagi yang membuat ku gemes melihat bibir merahnya yang tipis, Ingin sekali aku mencium bibir yang merekah itu. Tentu akan sangat nikmat saat membayangkan keindahan tubuhnya.
Setiap pagi kalau mbak Sisca sedang menjemur pakaian, Mbak Sisca selalu menggunakan kaos tanpa lengan kadang masih pake pakean baju tidur yang tipis dan keliatan trawang -trawang. Jika dia saat ambil pakaian kan dia menunduk, kadang sering saya lihat payudaranya yang besar dan ingin kuremas hemmmmm…. Seketika itu pasti saya langsung greng penisku langsung konslet.
Apalagi saat nungging ambil pakaian yang mau di jemur dari ember terus aku lihat dari belakang dan lihat pantatnya yang indah dan besar hemmmmmm , Aku terus bayangin” missal aku bisa bercinta denganya aku ingin bercinta lewat belakang” . tapi apa ya mungkin saya Cuma bisa bayangin aja.
Kemudian aku membayangkan misal Mbak Sisca bugil, rambut vaginanya lebat apa tidak ya. Itulah yang selalu muncul dalam pikiranku setiap hari, dan selalu penisku greng saat membayangkanya.
Bahkan aku berjanji misal aku bisa bercinta dengan Mbk Sisca akan kunikmati seluruh bagian tubuhnya terutama payudaranya / teteknya yang indah dan bagian pantat sama vaginanya mungkin yang indah . “tapi apa ya mungkin dalam hati saya bilang gitu” hehehhehe.
Besok malam nya saya pergi di rumah temanku namanya Ridwan, untuk membahas acara sekulahan bentar lagi mau mengadakan GELAR KARYA dan ada juga Temenku yang namanya Dido dia di rumah Ridwan,terus kita ber tiga membahas tentang GELAR KARYA terus tak lama kemudian udah selese, terus aku ijin pulang karna di rumah gak ada orang.Karna ortuku baru pergi ke rumah simbah kebetulan rumahnya Surabaya kebetulan adek saya juga ikut Jadi aku sendirian di rumah. Kunci rumah awal saya bawa tapi di saku jaket saya,
Dido mau pergi lihat balapan liar dia gak pake jaket terus pinjem jaket saya, terus aku pulang baru menyadari bahwa konci rumah di bawa oleh Dido karna jaket saya dibawa Dido. “waduh gimana ni kuncinya malah dibawa Dido, alamat bisa tidur di rumah ni” , saya dalam hati bilang gitu .
Padahal jarak nonton balapan liarnya lumayan jauh. Apalagi sudah larut malam,mau kembali ke rumah Ridwan gak enak sama ortunya karna udh malam. Terpaksa deh aku tidur di teras rumah, sambil jaga malam.
“Lho masih di luar Yandi..??”
Aku tebangun mendengar sapaan itu, ternyata Mbak Sisca baru pulang.
“Eh Mbak Sisca juga baru pulang?,” saya membalas sapaannya.
“Iya, baru pulang kerja ni, aku mampir ke rumah temen temenku ada yang menikah jadi kesana dulu,” jawabnya.
“Kok tidur di luar Yandi..?
“Hehehe…. kuncinya terbawa teman Mbak, jadi ya nggak bisa masuk,” jawabku.
“Kok bisa?”
Ceritanya panjang Mbak… “jawabku.Aku berharap agar Mbak Sisca memberiku tumpangan tidur di rumahnya, dalam hati saya bilang gitu. Berlanjut Mbak Sisca membuka pintu rumah, tapi kelihatannya ia mengalami kesulitaan. Melihat hal itu aku segera menghampiri dan menawarkan bantuan.
“Kenapa Mbak, pintunya rusak ..?”
“Iya ni dari kemarin pintunya agak rusak, tapi aku lupa memanggil tukang kunci Yandi jadi agak susah membuka.” jawab Mbak Sisca.
“Kamu bisa membukanya, Yandi.” lanjutnya.
“Coba Mbak ,.” jawabku, sambil mengambil alat ala kadarnya dari motorku.
Aku mulai agak bergaya, seolah olah aku bisa. dikit-dikit aku juga punya bakat Mc Gayver. Tapi aku bersemangat karna harapanku bisa dapat tumpangan tidur di rumahnya Mbak Sisca.“klutek-klutek klutak klutek…” akhirnya bisa terbuka. Aku pun lega.
“Wah bisa juga kamu Yandi, belajar dari mana?.”
“Ah, kebetulan aja kok Mbak.. maklum saya saudaranya Mc Gayver,” ucapku bercanda.
“Terima kasih ya Yan,” ucap Mbak Sisca sambil masuk rumah.Aku agak kecewa sih Cuma ucapan terima kasih aja,. Aku kembali tiduran di kursi terasku. Namun beberapa saat kemudian. Mbak Sisca keluar dan menghampiriku.
“Tidur di luar apa gak dingin Yandi nyamuknya kayaknya juga banyak apa tidur di rumahku aja,” kata Mbak Sisca.
“Ah, nggak usah Mbak, biar aku tidur di sini saja nanti malah ngrepotin, “jawabku biasa basa-basi. hehehe
“Nanti masuk angin lho. Ayo masuk saja, nggak apa-apa kok.. ayo.”
“Yaudah deh mbak” jawabku gitu.
Akhirnya aku masuk juga, soalny itulah yang kuinginkan, biar bisa lihat Mbk Sisca dari deket, hati kecil saya bilang gitu.“Mbak, saya tidur di ruang tamu saja.”
Aku langsung merebahkan tubuhku di kursi yang terdapat di ruang tamu.
“Ini bantal dan selimutnya Yandi.”Aku sempet kaget melihat Mbak Sisca datang menghampiriku yang hampir terlelap. Apalagi saat tidur aku pasti membuka pakaianku dan hanya memakai celena pendek.
“Oh, maaf Mbak, aku terbiasa tidur nggak pakai baju,” Saya bilang gitu.
“Oh nggak pa-pa Yandi, telanjang juga nggak pa-pa.”
“Benar Mbak, aku telanjang nggak pa-pa,” ujarku menggoda.
“Nggak pa-pa, ini selimutnya, kalau kurang hangat di kamarku ada,” kata Mbak Sisca sambil masuk kamar.Aku terus bayangin kata-kata Mbak Sisca tadi “kalau kurang hangat di kamarku ada” .saya mikir terus sampe gak bisa tidur. Terus saya mencoba menyapa kekamarnya sambil ketok ketok pintu kamarnya, Mbak saya mau pinjem bantalnya,, ? saya bilang gitu… trus Mbak Sisca keluar kamar sambil ngasih aku bantal saya sempet kaget,
sebab Mbak Sisca hanya memakai pakaian tidur yang tipis sehingga secara samar aku bisa melihat seluruh tubuh Mbak Sisca. Apalagi dia tidak memakai apa-apa didalam baju tidurnya jadi kelihatan nrawang-nrawang dikit.
Terus aku kembali ke kursi, tapi pintu kamarnya Mbak Sisca ditutup dan sedikit terbuka. Lampunya juga masih menyala, sehingga aku bisa melihat Mbak Sisca tidur dan pakaiannya sedikit terbuka.Aku memberanikan diri masuk kamarnya.
“Kurang hangat selimutnya Yandi,” kata Mbak Sisca.
” Saya sempet kaget saya kira Mbak Sisca udah tidur” . eh iya Mbak, mana selimut yang hangat Mbak,” jawabku memberanikan diri pastinya sambil deg-deg kan.
“Ini di sini yandi,” kata Mbk Sisca sambil menunjuk tempat tidurnya.Aku berlagak bingung . tapi sebenarnya saya maksud Mbak Sisca bilang gitu. Mungkin juga ia ingin aku.., Pikiranku melayang kemana-mana. terus membuat penisku mulai berdiri. Terlebih saat melihat tubuh Mbak Sisca yang tertutup kain tipis itu.
“Sudah jangan ngalamun, ayo sini naik,” kata Mbak Sisca.
” katanya tadi mau telanjang, kok masih pakai celana pendek,” kata Mbak Sisca saat aku mau naik ranjangnya.
Kali ini bener-bener kaget, tidak mengira ia langsung memintaku telanjang. Tapi kuturuti kemauannya dan membuka celana pendek ku berikut cekana dalamku. Saat itu penisku sudah berdiri.
“Ouww, titit kamu sudah berdiri Yandi, ingin yang hanga,,t,” katanya.
“Mbak nggak adil masak nyuruh aku telanjang cuma hanya aku yang telanjang, Mbak juga toh,,,” kataku.
“Aku maunya kamu yang membukakan pakaianku.”
Kembali aku kaget , aku benar-benar kaget sambil dag dig dug jantungku . Mbak Sisca mengatakan hal itu. Aku baru pertama tidur bersama wanita, sehingga saat membayangkan tubuh Mbak Sisca penisku sudah berdiri.“Ayo,,,, bukalah bajuku,” kata Mbak Sisca.
Aku segera membuka pakaian tidurnya yang tipis. Saat itulah aku benar-benar menyaksikan pemandangan indah yang belum pernah kualami. Jika melihat wanita telanjang, kalau di film sih sudah sering, tapi melihat langsung baru kali ini.Setelah Mbak Sisca pakaianya aku copotion meskipun sambil gemeter, tanganku tiba-tiba langsung meremas-remas buah dada Mbak Sisca yang putih dan mulus. Dan lansung saya jilat sama kuhisap putingnya… Mbak Sisca rupanya keasyikan dengan hisapanku. Posisi ini masih keadaan berdiri.
“Ohhhhhhhhhh, Yandiii…..”
Aku terus menghisap puting susunya dengan ganas. Tanganku juga mulai meraba seluruh tubuh Mbak Sisca. Saat turun ke bawah, tanganku langsung meremas-remas pantat Mbak Sisca. Pantat yang kenyal itu begitu asyik diremas-remas. Setelah puas menghisap buah dada, mulutku ingin juga mencium bibir Mbak Sisca yang merah ..
“yandi, kamu pinter juga melakukannya, sudah sering ya,” katanya.
“Ah ini baru pertama kali Mbak, aku melakukan seperti yang kulihat di film blue,” jawabku.Aku terus menciumi tiap bagian tubun Mbak Sisca. Aku menunduk hingga kepalaku menemukan segumpal rambut hitam. Rambut hitam itu menutupi lubang vagina Mbk Sisca. Bulu vaginanya tidak terlalu tebal, mungkin sering dicukur.
Aku mencium dan menjilatinya bulunya, trus kujilat vaginanya yg indah itu. Sehingga dengan posisi itu aku memeluk seluruh bagian bawah tubuh Mbak Sisca. masih kurang puas Aku terus kujilat lgi vaginanya sambil bunyi “ceepppp”.
“Terus mbk Sisca Bilang ” naik ranjang yuk Yandi,,?
Aku langsung menggendongnya dan langsug aku jatuhkan di ranjang dengan pelan-pelan. Mbak Sisca tidur dengan terlentang dan paha terbuka. Tubuhnya memang indah dengan buah dada yang menantang dan bulu vaginanya yang hitam indah sekali. Aku kembali mencium dam menjilati vaginanya Mbak Sisca.
Vagina itu berwarna kemerahan dan mengeluarkan bau harum. Mungkin Mbak Sisca rajin merawat vaginanya. Saat kubuka vaginanya, aku menemukan klitorisnya yang mirip biji kacang. Kuhisap klitorisnya dan Mbak Sisca bilang “achhhhhhhhhhhhhh” hingga pahanya sedikit menutup. Tetep masih berlanjut aku kecup klitorisnya……..
“Lagi Yandi.”ahahahahahhhh
“Iya Mbak, punyamu sungguh nikmat ..”
“Ganti yang lebih nikmat dong Yandi.”Tanpa basa-basi kubuka paha mulus Mbak Sisca yang agak menutup. Kuraba sebentar sambil klitorisnya tak pegang pelan-pelan . Kemudian sambil memegang penisku yang berdiri hebat dan panjang, kumasukkan batang kemaluanku itu ke dalam vagina Mbak Sisca.
“Oh, Mbak ini nikmatnya.. ah.. ah..ah..ah”
“Terus Yandi, masukkan sampai pol Yan.. ah.. ah..ah..ah”
Aku terus memasukkan penisku hingga pol. Ternyata penisku yang 17 cm itu masuk semua ke dalam vagina Mbak Sisca. Kemudian aku mulai dengan gerakan naik turun dan maju mundur.“Mbak Sisca .. Nikmaat.. oh.. nikmaattt seekaliii.. ah..ah..ah..”
Semakin lama gerakan maju mundurku semakin hebat keras. Itu membuat Mbak Sisca semakin menggeliat keasyikan sambil mbk Sisca menciumi leher ku .
“Oh.. ah.. nikmaatt.. yandi.. terus.. ah.. ah.. ah..”sambil saya juga memegang payudaranya Mbak Sisca ,,,,ah..ah…ah…mbk Sisca menikmatinya.Setelah beberapa saat melakukan maju mundur, Mbak Sisca memintaku menarik penis. Rupanya ia ingin berganti posisi. Kali ini aku tidur terlentang. Dengan begitu penisku terlihat berdiri seperti patung. Sekarang Mbak Sisca memegang kendali permainan. Diremasnya penisku sambil dikulumnya.
Aku kelonjotan merasakan nikmatnya Mbak Sisca. Hangat sekali rasanya, mulutnya seperti vagina yang ada lidahnya. Setelah puas mengulum penisku, ia mulai mengarahkan penisku hingga tepat di bawah vaginanya. Selanjutnya ia bergerak turun naik, sehingga penisku habis masuk ke dalam vaginanya.
“Oh.. Mbak Sisca .. nikmaaatt sekali.. hangat oh.oh.oh.oh.oh.oh..”
Sambil merasakan kenikmatan itu, sambil aku meremas-remas buah dada Mbak Sisca. Jika ia menunduk aku juga mencium buah dada itu, sesekali aku juga mencium bibir Mbak Sisca.“Oh Yandi punyamu Oke juga.. ah.. oh.. ah..”
“Punyamu juga nikmaaat Mbaak.. ah.. oh.. ah…”Mbak Sisca rupanya semakin keasyikan, gerakan turun naiknya semakin kencang. Aku merasakan vagina Mbak Sisca mulai basah. Cairan itu terasa hangat apalagi gerakan Mbak Sisca disertai dengan pinggulnya yang bergoyang. Aku merasa penisku seperti dijepit dengan jepitan dari daging yang hangat dan nikmat.
“Mbak Sisca .. Mbaaakk.. Niiikmaaattt..”
“Eh.. ahh.. ooohh.. Yandi.. asyiiikkk.. ahhhhhhhhhh…”Setelah dengan gerakan turun sambil di goyang. Ia ingin berganti posisi lagi. Kali ini ia nungging dengan pantat menghadapku. Nampak olehku pantatnya bagai dua bantal yang empuk dengan lubang nikmat di tengahnya.
Sebelum kemasukan penisku, aku menciumi dahulu pantat itu. Kujilati, bahkan hingga ke lubang duburnya. Aku tak peduli dengan semua hal, yang penting bagiku pantat Mbak Sisca kini menjadi barang yang sangat nikmat dan harus kunikmati.
“yandi, ayo masukkan punyamu aku nggak tahaan nih,” kata Mbak Sisca.
Kelihatannya ia sudah tidak sabar menerima hunjaman penisku.“Eh iya Mbak, habis pantat Mbak nikmat sekali, aku jadi nggak tahan,” jawabku.
Kemudian aku segera mengambil posisi, kupegang pantatnya dan kuarahkan penisku tepat di lubang vaginanya. Selanjutnya penisku menghunjam dengan ganas dank eras vagina Mbak Sisca. Nikmat sekali rasanya saat penisku masuk dari belakang. Aku terus menusuk maju mundur dan makin lama makin keras.
“Oh.. Aah.. Yannn.. Ooohh.. Aah.. Aaahh.. nikmaaatt yan.. terus.. lebih keras Yann…”
“Mbak Sisca.. enak sekaliii.. niiikmaaatt sekaaliii..”Kembali aku meraskan cairan hangat dari vagina Mbak Sisca membasahi penisku. Cairan itu membuat vagina Mbak Sisca bertambah licin. Sehingga aku semakin keras menggerakkan penisku maju mundur. Mbak Yuli berkelonjotan, ia menikmati. Rupanya ia sudah orgasme. Aku juga merasakan hal yang sama.
“Mbak.. aku mau keluar nih, aku nggak tahan lagi..”
Kutarik penisku keluar dari lubang duburnya dan dari penisku keluar sperma berwarna putih. Sperma itu muncrat diatas pantat Mbak Sisca yang masih menungging. Aku meratakan spermaku dengan ujung penisku yang sesekali masih mengeluarkan sperma. Sangat nikmat rasanya saat ujung penisku menyentuh pantat Mbak Sisca.
“Oh, Mbak .. nikmat sekali .. Hebat.. permainan Mbak bener-bener hebat..”
“Kamu juga Yan, penismu hebat.. hangat dan nikmat..”Terus kami di ranjang itu, tak terasa sudah satu jam lebih kami menikmati permainan itu. Selanjutnya karena lelah kami tertidur pulas. Esok harinya kami terbangun dan masih berpelukan. Saat itu jam sudah pukul 09:30 pagi.
“Kamu nggak sekolah yan,” tanya Mbak Sisca.
“Sudah terlambat, Mbak Sisca tidak bekerja.”
“Aku masuk sore, jadi bisa bangun agak siang..”Kemudian Mbak Sisca pergi ke kamar mandi. Aku mengikutinya, kami mandi berdua dan saat mandi kembali kami melakukan permainan nikmat itu. Walaupun dengan posisi berdiri, tubuh Mbak Sisca tetap nikmat.
Akhirnya pukul 14:30 aku pergi ke rumah Dido dan mengambil jaket dan kunci rumahku yang berada di jaketku. Tapi sepanjang perjalanan aku tidak bisa melupakan malam itu. Itulah saat pertama aku melakukan permainan nikmat dengan seorang wanita apa lagi wanita itu yang kupinginkan,rasanya seperti mimpi.
Kini aku udah lulus SMA berlanjut kuliah dan bekerja di Surabaya, aku masih sering mengingat saat itu. Jika kebetulan pulang ke Jombang, aku selalu mampir ke rumah Mbak Sisca dan kembali menikmati permainan nikmat.Untung sekarang ia sudah pindah, jadi kalau aku tidur di rumah Mbak Sisca, orang tuaku tidak tahu. Kubilang aku tidur di rumah teman SMA. Sekali lagi ini adalah kisah nyata dan benar-benar terjadi.
-
Kisah Memek Tante Minta ML
Duniabola99.com – Kisah ini bermula ketika aku sedang bersantai di apartemenku tiba-tiba tanteku yang seksi dan binal datang, penasaran kah? mari kita simak..
menghadirkan cerita sex dari seorang karyawan yang bernama Andra yang ketika itu sedang menonton Film porno di pergoki oleh tetangga apartemen-nya yang benrnama Tante Wilda, dari hal itu tidak disangka Andra bisa menikmati tubuh sintal dan mulus Tante Wilda. Ingin tahu kelanjutan ceritanya, Langsung aja yuk baca dan simak baik baik cerita dewasa ini.
Panggil saja namaku Andra, aku adalah seorang pria lajang berumur 24 tahun yang berkerja di salah satu perusahaan asing di daerah Bandung, Jakarta. Sebagai Pria lajang, dulunya aku tinggal bersama orang tuaku di perumahan komplek militer. Namun karena aku adalah seorang Pria yang sudah dewasa, maka aku-pun memutuskan untuk mandiri.Sungguh memang sudah rejekiku, ketika aku memang bermaksud untuk tinggal sendiri kebetulan saudaraku menawarkan aku untuk menghuni apartemen miliknya, karena dia akan dibawa untuk tinggal bersama suaminya ke Malang, jawa timur. Pada hari pertama aku akan tinggal di apartemen saudaraku itu, maka aku harus lapor kepada Pengurus Apartemen.
Setelah melapor aku dimintai untuk ikut menjaga adik perempuan ketua pengurus apartemen yang kebetulan adiknya tinggal di sebelah kamar apartemen saudaraku, adik perempuan ketua pengurus apartemen itu ternyta bernama Tante Wilda. Singkat cerita Hari kedua aku-pun sebagai penghuni baru mulai mencoba berkenalan dengan Tante Wilda.
Dan ternyata setelah berkenalan ternyata beliau tidak terlalu tua, dan jika aku perkirakarakan usianya sekitar 34 tahunan. Tante Wilda ini tipe wanita yang ramah dan baik sekali. Namun dalam perkenalan dan obrolan kami saat itu aku agak sedikit heran, karena pada usianya yang sudah terhitung matang sekali Tante Wilda belum juga menikah. Daftar , Main , Tarik Dana Ke Rekening Anda !!
Yah mungkin saja Tante Wilda punya masih focus dengan karirnya kali yah, karena aku melihat pada usianya yang segitu dia sudah mapan sekali kehiduoanya, buktinya Tante Wilda sudah mempunyai apartemen dan 2 mobil All New CRV dan All new civic. Tante Wilda ini mempunyai 2 pembantu, yang satu supir dan yang satu asisten rumah tangga di apartemennya.
Sampai pada suatu hari Tante Wilda menitipkan kunci Apartemen-nya karena pada saat itu pembantu dan supir-nya sedang cuti karena pada saat itu hari raya idul fitri. Sehingga beliau tingal di rumah kakaknya di lantai 12. Oh iya gambaran Tante Wilda sebagai berikut, dia mempunyai tinggi badan sekitar 167 cm, mempunyai pinggul yang besar, pantat yang bulat, pinggang yang ramping, perut singset dan ukuran Bra sekitar 35B.Hal itu bisa dimiliki oLeh Tante Wilda karena Tante Wilda rajin senam aerobic, fitness, dan renang yang diikutinya secara rutin. Dengan wajah cantik dan warna kulit yang putih bersih, wajarlah jika Tante Wilda menjadi impian banyak lelaki baik-baik maupun lelaki hidung belang.
Hingga pada suatu sore, saat saya pulang kerja saya mendengar ada ketukan pintu di apartemenku , kemudian saya intip dari lubang pintu ternyata Tante Wilda,“ Iya sebentar, oh ada tante ada yang bisa saya bantu tante ???, ” ucapku sambil membuka pintu.
“ Ngga Ndraa ada surat atau tagihan kartu kreditku ngga dari Front Office depan?, ” jawab Tante Wilda.
“ Sepertinya ngga ada tante, ” jawabku
“ Eh aku numpang ke kamar mandimu ya, ” sambil meringis, mungkin dia udah kebelet pips he he he.
“ Silahkan tan tapi kamar mandinya ngga sebersih punya tante lho maklum bujangan, ” ucapku sambil tertawa.“ Ngga apa apa, ” jawabnya.
Baru aku sadar bahwa Tante Wilda memakai baju training tipis mungkin baru lari atau fitness di lantai 2,
“ Abis lari ya tan, ” tanyaku.
“ Iya tapi nyari kamar mandi susah mana liftnya lama lagi, ” ujar Tante Wilda sambil ngeloyor ke kamar mandiku.
Sambil jalan ke dapur aku berfikir kok kayaknya ada yang salah ya dengan membiarkan si tante ke kamar mandi tapi apa ya ?. Ya ampun tadi khan aku lagi nonton film porno di laptop memang kebetulan mau onani sih maklum belum ada pasangan/pacar. Wah mati gue ketahuan dah sama Tante Wilda. Ah bodo amat bodo amat kaya dia ngga pernah muda aja.
Begitu keluar dari kamar mandi si tante senyum-senyum, wah malu deh aku,“ Hayo kamu tadi lagi ngapain Ndraa? tanya si tante.
“ Ngga ngapa-ngapain kok Tan, ” jawabku sambil menunduk kebawah.
Dan tanpa saya sadari tiba-tiba dia mencekal tangan saya,
“ Ndraa, ” ujarnya tiba-tiba dan terlihat agak sedikit ragu-ragu.
“ Ya Tante ?, ” Jawab saya. Daftar , Main , Tarik Dana Ke Rekening Anda !!
“ Eee… nggak jadi deh, ” Jawabnya ragu-ragu.
“ Ada yang bisa saya bantu, Tante ?, ” Tanya saya agak bingung karena melihat keragu-raguannya.
“ Eee… nggak kok. Tante cuma mau nanya, ” jawabnya dengan ragu-ragu lagi.
“ Kamu sering ya nonton film itu di kamar mandi ?, ” tanya dia.
“ Iya sih tan. Maklum tan belum punya pasangan ?, ” jawab ku terpaksa.
“ Terus pake sabun ya ? he he he, ” ucap Tante Wilda sambil tertawa.
“ Iya tan, udah ah aku tengsin nih malu ditanya terus, ” Tegasku sambil ngomel.
“ Jangan marah dong , biasa lagi bujangan yang penting jangan main pelacur, jorok nanti kena penyakit, ” jawab Tante Wilda.
“ Eee… mau , dibantuin Tante nggak ?, ” sambungnya.
“ Maksud tante ?, ” Tanyaku.
Wah ibarat ada lanjutan dari film ku tadi nih. Kayaknya si tante horni abis,
“ Iya kamu nonton bareng tante khan biar ngga malu lagi, ” sambil melayang tangan Tante Wilda ke selangkangan ku.
“ Sana ambil laptop mu, ” ucapnya.
Asik banget dah pikirku tanpa tendeng aling-aling aku berlari kekamar madi dan membawa keluar laptop itu. Kemudian aku setel lebih dulu film yang tadi saya tonton dan belum habis. Beberapa menit kemudian Tante Wilda duduk disebelahku sambil membawa teh panas dengan wangi tubuh yang segar.
Saya selidiki tiap sudut tubuhnya yang masih terbalut baju training dan kemudian beliau melepas atasannya sehingga terlihat tanktop tipis biru muda yang agak menerawang tersebut, sehingga dengan leluasa mata saya melihat puncak buah dadanya karena dia tidak memakai Bra. Tanpa kusadari, di antara degupan jantungku yang terasa mulai keras dan kencang.Saat itu kelaminku juga sudah mulai menegang. Dengan santai dia duduk tepat di sebelahku, dan ikut menonton Film Porno yang sedang berlangsung,
“ Cakep-cakep juga yang main, ” akhirnya dia memberi komentarnya.
“ Dari kapan Ndraa mulai nonton film beginian ?, ”tanyanya.
“ Udah dari dulu Tante, ” ucapku.
“ Mainnya juga bagus dan tidak kasar. Ndraa udah tahu rasanya belum ?, tanya dia lagi.
“ Ya sempet sih tan waktu di rumah sakit sama suster, ” ucapku.
“ Wah enak dong lagi sakit di servis suster, ” tanggapanya.
“ Iya tapi udah lama tan udah lupa rasanya, tapi kata temen-temen sih enak. Emang kenapa Tante, mau ngajarin saya yah? Kalau iya boleh juga sih, ” ucapku.
“ Ah Ndraa ini kok jadi nakal yah sekarang, ”, ujarnya sambil mencubit lenganku.
“ Tapi bolehlah nanti Tante ajarin biar kamu tahu rasanya, ”, tambahnya dengan sambil melirik ke arahku dengan agak menantang. Daftar , Main , Tarik Dana Ke Rekening Anda !!
Tidak lama berselang, tiba-tiba Tante Wilda menyenderkan kepalanya ke bahuku. Seketika itu pula aku langsung membara. Tapi aku hanya bisa pasrah saja oleh perlakuannya. Sebentar kemudian tangan Tante Wilda sudah mulai mengusap-ngusap daerah tubuhku sekitar dada dan perut.
Rangsangan yang ditimbulkan dari usapannya cukup membuat aku canggung.Jujur, karena baru kali ini aku diperlakukan oleh seorang wanita yang usianya diatasku. Kelaminku sudah mulai semakin berdenyut-denyut siap bertempur. Kemudian Tante Wilda mulai menciumi leherku, lalu turun ke bawah sampai dadaku. Sampai di daerah dada, dia menjilat-jilat ujung dadaku, secara bergantian kanan dan kiri.
Tangan kanan Tante Wilda juga sudah mulai masuk ke dalam celanaku, dan mulai mengusap-usap kelaminku. Karena dalam keadaan yang sudah sangat terangsang, aku mulai memberanikan diri untuk meraba celana yang dia pakai. Aku remas payudaranya dari luar tanktop, dan aku remas-remas, terkadang aku juga mengusap ujung-ujung tersebut dengan ujung jariku,
“ Sssss… Oughh… ya situ, ” ucapnya setengah berbisik.
Tiba-tiba dia memaksa lepas celana pendekku, dan diusapnya kelaminku. Akhirnya bibir kami saling berpagutan dengan penuh nafsu yang sangat membara. Dan dia mulai menjulur-julurkan lidahnya di dalam mulutku. Sambil berciuman tanganku mulai bergerilya melalui celana trainingnya yang aku pelorotkan ke bawah.
Sesampai-nya pada permukaan celana dalamnya, yang rupanya sudah mulai menghangat dan agak lembab. Aku melepaskan celana dalam Tante Wilda. Satu persatu kami membuka baju, sehingga kami berdua menjadi telanjang bulat. Kutempelkan jariku di ujung atas permukaan Vagina-nya.
Dia kelihatan agak kaget ketika merasakan jariku bermain di daerah seputar clitoris-nya. Lama kelamaan Aku masukkan satu jariku, lalu jari kedua,“ Aghhh… Ssssss… Oughhh… terus Ndraa, terus, ” ucap lirih Tante Wilda.
Ketika jariku terasa mengenai akhir lubangnya, tubuhnya terlihat agak bergetar,
“ Eughhh… Ndraa terus, Aghhh… Sssss… Aghhh… enak, sebentar lagi, Oughhh…, ” ujar Tante Wilda.
Seketika itu pula dia memeluk tubuhku dengan sangat erat sambil menciumku dengan penuh nafsu. Aku merasakan bahwa tubuhnya agak bergetar (yang kemudian baru aku tahu bahwa dia sedang mengalami orgasme). Beberapa saat tubuhnya mengejang-ngejang menggelepar dengan hebatnya. Yang diakhiri dengan terkulainya tubuh Tante Wilda yang terlihat sangat lemas di sofa,
“ Aku kapan Tante, kan aku belum dienakin sama Tante?, ” tanyaku.
“ Nanti dulu yah sayang, sebentar, beri Tante waktu untuk istirahat sebentar aja, ” ucap Tante Wilda.
Tapi karena sudah sangat terangsang, kuusap-usap bibir Vagina-nya sampai mengenai clitoris-nya, aku dekati payudaranya yang menantang itu sambil kujilati ujungnya, sesekali kuremas payudara yang satunya. Sehingga rupanya Tante Wilda juga tidak tahan menerima paksaan rangsangan-rangsangan yang kulakukan terhadapnya.
Sehingga sesekali terdengar suara erangan dan desisan dari mulutnya yang Sexy. Aku usap-usapkan kelaminku yang sudah sangat amat tegang di bibir Vagina-nya sebelah atas. Sehingga kemudian dengan terpaksa dia membimbing batang kemaluanku menuju lubang Vagina-nya. Pelan-pelan saya dorong kelaminku agar masuk semua.
Kepala Penis-ku mulai menyentuh bibir Vagina Tante Wilda,
“ Sssss… Aghhhh…. ” rasanya benar-benar tidak bisa kubayangkan sebelumnya. Daftar , Main , Tarik Dana Ke Rekening Anda !!
Lalu Tante Wilda mulai menyuruhku untuk memasukan kelaminku ke liang Vagina-nya lebih dalam dan pelan-pelan. So wow Man… baru masuk kepalanya saja aku sudah tidak tahan, lalu Tante Wilda mulai menarik pantatku ke bawah, supaya batang kelaminku yang perkasa ini bisa masuk lebih dalam.
Bagian dalam Vagina-nya sudah terasa agak licin dan basah, tapi masih agak seret, mungkin karena sudah lama tidak dipergunakan. Namun Tante Wilda tetap memaksakannya masuk,“ Oughhhh… Ndraa, ” Desah Tante Wilda.
Saat itu rasanya memang benar-benar luar biasa walaupun kelaminku agak sedikit terasa ngilu, tapi nikmatnya luar biasa. Lalu terdengar suara erangan Tante Wilda. Lalu Tante Wilda mulai menyuruhku untuk menggerakkan kemaluanku di dalam Vagina-nya, yang membuatku semakin gila. Dia sendiri pun mengerang-ngerang dan mendesah tak karuan.
Beberapa menit kami begitu hingga suatu saat, seperti ada sesuatu yang membuat liang Vagina-nya bertambah licin, dan makin lama Tante Wilda terlihat seperti sedang menahan sesuatu yang membuat dia berteriak dan mengerang dengan sejadi-jadinya karena tidak kuasa menahannya. Lalu tiba-tiba kejantanan-ku terasa seperti disedot oleh liang senggama Tante Wilda.Tiba-tiba dinding-dinding Vagina-nya terasa seperti menjepit dengan kuat sekali, bisa-bisa kalau begini terus aku bisa ngecrott cepet nih,
“ Sssss… Aghhhhhhhhhhhhhh… Tante keluar lagi nih, ” ucapnya dengan keras.
Saat itu juga makin basahlah di dalam Vagina Tante Wilda, tubuhnya mengejang kuat seperti kesetrum, ia benar-benar menggelinjang hebat, membuat gerakannya semakin tak karuan. Dan akhirnya Tante Wilda terkulai lemas, tapi kelaminku masih tetap tertancap dengan mantap.
Aku mencoba membuatnya terangsang kembali karena aku belum apa-apa.Tangan kananku meremas payudaranya yang sebelah kanan, sambil sesekali kupilin-pilin ujungnya dan kuusap-usap dengan ujung jari telunjukku. Sedang payudara kirinya kuhisap sambil menyapu ujungnya dengan lidahku.
“ Sssss… Oughhh… Aghhhh…, ” desah Tante Wilda sudah mulai terdengar lagi.
Aku memintanya untuk berganti posisi dengan doggy style. Aku mencoba untuk menusukkan kelaminku ke dalam liang Vagina-nya, pelan tapi pasti. Kepala Tante Wilda agak menengok ke belakang dan matanya melihat mataku dengan sayu, sambil dia gigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit yang timbul. Sedikit demi sedikit aku coba untuk menekannya lebih dalam.
Kelaminku terlihat sudah tertelan semuanya di dalam Vagina Tante Wilda, lalu aku mulai menggerakkan kelaminku perlahan-lahan sambil menggenggam buah pantatnya yang bulat. Dengan gaya seperti ini, desahan dan erangannya lebih keras, tidak seperti gaya konvensional yang tadi.
Aku terus menggerakkan pinggulku dengan tangan kananku yang kini meremas payudaranya, sedangkan tangan kiri kupergunakan untuk menarik rambutnya agar terlihat lebih merangsang dan Sexy,“ Sssss… Aghhh… Oughhh… terus Ndraa… terus… Aghhh… Oughhh…, ” Tante Wilda terus mengerang.
Beberapa menit berlalu, kemudian Tante Wilda merasa akan orgasme lagi sambil mengerang dengan sangat keras sehingga tubuhnya mengejang-ngejang dengan sangat hebat, dan tangannya mengenggam bantalan sofa dengan sangat erat. Beberapa detik kemudian bagian depan tubuhnya jatuh terkulai lemas menempel pada sofa itu.
Saat itu lututnya terus menyangga pantatnya agar tetap di atas, dan aku merasa kelaminku mulai berdenyut-denyut dan aku memberitahukan hal tersebut padanya, tapi dia tidak menjawab sepatah kata pun. Yang keluar dari mulutnya hanya desahan dan erangan kecil, sehingga aku tidak berhenti menggerakkan pinggulku terus. Daftar , Main , Tarik Dana Ke Rekening Anda !!Aku merasakan tubuhku agak mengejang seperti ada sesuatu yang tertahan, sepertinya semua tulang-tulangku akan lepas dari tubuhku, tanganku menggenggam buah pantat Tante Wilda dengan erat, yang kemudian diikuti oleh keluarnya cairan maniku di dalam liang Vagina Tante Wilda. Tubuhku terasa sangat lemas sekali.
Setelah kami berdua merasa agak tenang, aku melepaskan kelaminku dari liang nikmat milik Tante Wilda. Dengan raca kecapaian yang luar biasa Tante Wilda membalikkan tubuhnya dan duduk di sampingku sambil menatap tajam mataku dengan mulut yang agak terbuka, sambil tangan kanannya menutupi permukaan Vagina-nya.
“ Wah kok ngga ditarik sih Ndraa, nanti aku hamil lho ?, tanyanya dengan suara yang agak bergetar.
“ Maaf tan aku lupa abis keenakan sih, ” jawabku
“ Ya sudahlah… tapi lain kali kalau sudah kerasa kayak tadi itu langsung buru-buru dicabut dan dikeluarkan di luar ya ?, ” ujarnya menenangkan diriku yang terlihat takut.
“ I… iiya Tante, ” jawabku sambil menunduk.“ Ya santai aja aku sebenarnya udah minum pil kok Ndraa, ” jawan Tante Wilda.
Wah rupanya nih tante udah pengalaman dalam hal beginian, tapi ngga apa-apa dah gua belagak culun aja. Kemudian kami berpelukan di sofa, dan melakukan perbuatan itu sekali lagi tapi di kamar mandi. Doggie style terus bro, mantap. Itulah sepenggal cerita sex pada kehidupan nyataku yang telah aku curahkan. Tamat
-
Hentai012
-
Foto Ngentot Carter Cruise pakai sepatu bot dientot gurunya dikantor
Duniabola99.com – cewek pirang Carte Cruise pentil bertindik dan memeknya yang betbulu lebat tercukur rapi ngentot dengan gurunya dikantor disaat semua orang sudah pulang dan menembakan spermanya ke pantat.
-
Kisah Memek Rasa Ibaku Kepada Wanita Yang Terlilit Hutang Berbuah Kenikmatan 1
Duniabola99.com – Dalam perjalananku kembali ke Denpasar, aku kesulitan menemukan bus yang berangkat malam. Setelah diyakinkan oleh agen bus yang biasa aku naiki, aku terpaksa menginap di terminal untuk mendapatkan bus yang berangkat besok pagi pukul 9-an. Aku bentangkan matras karet yang aku bawa, sambil tiduran aku gunakan tas ranselku untuk sandaran kepala.
Aku bukan terganggu oleh kotornya lantai ruangan tunggu di terminal itu tapi suara nyamuk yang seakan-akan mengejekku yang tidur di lantai terminal yang kotor ini, sungguh menjengkelkan. Berulang kali aku mesti kibaskan tangan untuk mengusir. Dalam perjalananku mendaki gunung, aku sebenarnya biasa bawa deodoran anti nyamuk. Beberapa teman baru yang aku temui di areal kaki gunung sebelum mendaki, berebutan meminta deodoran anti nyamukku. Karena wangi dan terasa nyaman di kulit. Aku tersenyum sendiri terbayang mereka yang berebut. Lucu juga, batinku.
Kukeluarkan telpon genggamku membaca lagi beberapa sms dari mereka setelah kami turun gunung dan bertukar nomor telpon. Kapan kita mendaki Semeru lagi bro, aku baca dalam hati. Thanks untuk rotinya, bro. Aku ke Bali, boleh numpang di kost kamu, bro? Aku baca ulang-ulang sambil senyum-senyum. Hmmmmmm…sayang aku gak ketemu pendaki cewek, gumamku.
Telpon aku masukkan ke saku celana dan aku mulai meluruskan kaki untuk peregangan otot. Terasa capek di bagian betisku. Aku mesti pijet nih nanti nyampe di Denpasar, batinku. Kulihat jam tanganku. Pukul 11-an malam. Pantesan ngantuk banget, gumamku lagi. Perlahan-lahan mataku mulai menutup dan aku hanya mendengar suara hiruk-pikuk kendaraan yang lewat di depan terminal.
Di antara alam sadar dan bawah sadarku, aku dikejutkan dengan suara jeritan seorang wanita. Wanita tersebut menjerit minta tolong.
Aku terbangun, duduk dan mencari asal suara. Aku melihat seorang wanita yang dipukuli oleh tiga orang laki-laki. Wanita itu terjatuh, rambutnya langsung ditarik oleh satu satu laki-laki itu untuk menyuruhnya berdiri. Sementara dua laki-laki lain bergantian menampar pipi dan kepalanya. Kulihat ada beberapa orang yang menonton tapi mereka tidak berbuat apa-apa.
Karena geram dengan perlakuan ketiga laki-laki terhadap si wanita yang sedang tersungkur jatuh itu, aku langsung berdiri dan mendekati mereka. Aku langsung melerai memisahkan wanita itu dari mereka.
“Mas, mas…sabar, mas. Sabar, mas” kataku sambil tanganku menghalangi mereka memukul dan menampar lagi.
“Hei, siapa kamu?” bentak salah satu dari laki-laki itu.
“Hei, mau cari mati ya?” bentak satunya lagi. Solaire99
Aku perhatikan laki-laki yang pertama membentakku. Bertubuh lebih pendek daripada tinggi badanku tapi sedikit gemuk. Aku perhatikan juga laki-laki yang kedua membentakku. Rambutnya panjang tapi awut-awutan. Sementara laki-laki yang ketiga hanya berdiri tapi memandangku dengan sorot mata yang menyeramkan. Tangan mereka semua mengepal dan dalam sikap siap berkelahi. Aku berusaha tenang. Aku tetap tersenyum.
“Sabar, mas. Kasihan mbaknya dipukul sampe jatuh-jatuh gitu” kataku kalem.
Tapi aku siapkan kewaspadaanku dengan semua kemungkinan yang akan terjadi. Aku berdiri dengan tanganku menghalangi mereka memukuli wanita itu lagi sambil sedikit kurenggangkan kakiku. Aku melihat setiap pergerakan mereka.
“Hiiiaaaa…!” salah satu dari mereka tiba-tiba bergerak cepat hendak memukul kepalaku, dengan menunduk, kuputar badan dan kutendang betisnya dengan kuat. Satu jatuh.
“Aaaah..nyari mati anak ini rupanya…!” seseorang dari antara mereka berteriak lalu seorang lagi tiba-tiba menendang dengan cepat ke arah kepalaku. Dengan sigap aku tangkap kakinya dan sambil berdiri, aku putar badanku sambil memukul ke arah rusuknya. Dua jatuh.
Aku sedikit mundur sambil memperhatikan keadaan wanita itu. Lalu dengan isyarat tanganku, aku meminta laki-laki yang seorang lagi untuk menghentikan tindakannya. Kulihat dia mengeluarkan pisau belati dari balik pinggangnya.
“Sabar, mas. Hati-hati dengan pisaunya. Sabar, mas” kataku menenangkan dia.
Kulihat teman-temannya yang lain sedang meringis kesakitan terkapar di tanah sambil memegangi bagian tubuh mereka yang aku serang. Aku mempersiapkan kakiku untuk menendang saat laki-laki yang membawa pisau itu akan menyerang. Kuda-kuda siap menhadapi serangan, dengan tanganku yang terkepal, saat laki-laki itu maju menyerangku, aku menghindar sambil menepis sementara satu tanganku langsung memukul wajah laki-laki itu. Tiga jatuh.
Cepat-cepat aku tarik tangan wanita tadi untuk berdiri dan kubereskan barang-barangku. Kami berdua langsung berlari meninggalkan mereka bertiga yang masih terkapar kesakitan. Orang-orang yang melihatku menghajar ketiga orang laki-laki itu, langsung menyingkir dan membiarkan kami pergi.
“Ayo, mbak. Cepat-cepat, mbak” kataku sambil menarik tangannya. Kami langsung berlari keluar terminal.
Pada saat aku sedang bersiap-siap menghadapi serangan mereka tadi, aku kerahkan tenaga dalamku ke tangan dan kaki. Sehingga pada saat tangan dan kakiku mengenai tubuh mereka, berarti serangan yang fatal mereka terima. Mungkin tulang rusuk yang retak atau tulang kaki yang retak. Atau mungkin tulang pipi yang retak. Mereka akan terkapar untuk sekitar 30-an menit. Ada waktu untuk kami berlari jauh.Setelah agak jauh dari terminal, aku hentikan angkot yang melintas. Kami langsung masuk dan menenangkan diri. Wanita tadi duduk agak jauh di sampingku. Di dalam angkot kami terdiam tanpa bicara. Aku menoleh memperhatikan wajah wanita itu. Dia kalihatan sangat ketakutan. Wajahnya yang pucat terlihat terluka di pipi, bibir dan hidung. Rambutnya kusut. Kakinya kotor tanpa alas kaki. Di lututnya aku lihat darah mengalir. Ada luka di lututnya. Angkot ternyata tidak melewati terminal sehingga aku lebih lega.
Aku biarkan dia duduk terdiam. Tapi aku perhatikan wajahnya dengan seksama. Lumayan cantik rupanya, batinku. Penumpang angkot di baris depan hanya satu orang. Di depan kami kosong. Sementara kami berdua duduk di baris belakang. Aku lambaikan tanganku memanggil wanita itu.
“Duduk dekat sini, mbak. Aku mau nanya” kataku.
Wanita itu duduk beringsut ke arahku. Wajahnya masih keliatan sangat ketakutan.
“Jangan takut, mbak. Mbak aman sekarang” kataku lagi sambil memperhatikan luka di wajah dan lututnya.
“Mas siapa?” tanyanya.
“Mbak sendiri siapa? Ada masalah apa tadi sampai dipukuli begitu?” tanyaku.
“Kita mau kemana, mas”? tanyanya lagi sambil memperhatikan jalan yang dilewati angkot yang kami tumpangi.
“Kita cari tempat beristirahat dulu ya. Baru nanti kita ngobrol banyak” kataku berusaha mengerti yang sedang dipikirkan oleh wanita itu.
Aku kurang begitu mengenal kota ini walau sebenarnya aku sudah beberapa kali datang ke sini untuk mendaki gunung. Sambil juga memperhatikan jalan yang kami lalui, aku perhatikan apakah ada hotel atau penginapan yang dapat kami tinggali untuk malam ini. Lalu mataku menangkap sebuah plank nama hotel, cepat-cepat aku beritahu sopir untuk menghentikan kendaraan. Setelah membayar, kami masuk ke dalam hotel dan mendaftar untuk menginap. Satu kamar single agar lebih murah. Sambil menunggu kamar dipersiapkan, aku ajak wanita tadi untuk memesan makanan dan minuman di restoran hotel. Aku mintakan untuk dibawa kekamar dan nanti akan kubayar.
Kami dapat kamar yang lumayan bagus. Ada AC dan air hangat. Tempat tidur spring-bed ukuran queen size single dengan TV dan kulkas. Aku letakkan barang-barangku di dekat meja. Aku hidupkan TV, sambil duduk menonton, aku hisap rokok dalam-dalam. Sepintas mataku melihat wanita yang ikut denganku terbaring di ranjang.Telentang dengan kaki yang terjuntai ke ranjang. Terdengar suara ketukan di pintu, aku beranjak ke arah pintu. Setelah memastikan dari lubang pintu bahwa staf hotel yang datang membawa makan dan minuman pesananku beserta handuk dan perlengkapan mandi, aku buka pintu. Setelah membayar, aku bawa pesananku dan kuletakkan di atas meja. Iba hatiku memperhatikan wanita itu. Ia tertidur dengan nafas yang berat. Aku lihat luka di lututnya. Cukup besar lukanya. Lalu luka yang di wajah juga lumayan parah kulihat. Kakinya kotor berdebu.
“Mbak, silahkan mandi dulu. Makanan udah datang. Nanti kita makan sama-sama” kataku pelan sambil menepuk lengannya.
Tubuhnnya bergerak perlahan. Dikucek-kucek matanya lalu duduk. Ia memandang sekeliling. Makanan dan minuman di atas meja lalu handuk hotel.
“Ayo, mbak. Mbak mandi dulu” kataku lagi.
Pada waktu ia berdiri, tiba-tiba ia mau jatuh, cepat-cepat aku tangkap tangannya. Aku peluk dan kuangkat ke atas tempat tidur. Kualasi kepalanya dengan bantal. Ternyata wanita itu pingsan. Lalu aku telpon resepsionis untuk menanyakan obat-obatan luka. Syukurlah resepsionisnya begitu ramah. Ia akan menyuruh staf yang lain untuk mengantarkan ke kamarku tanpa banyak pertanyaan lagi. Setelah obat-obatan diantarkan, sambil duduk di samping wanita yang sampai saat itu aku belum tahu siapa namanya, aku bersihkan darah kering di bibirnya.
Aku lihat ada memar dan goresan di dahi dan pipi. Aku bersihkan dengan kapas yang aku basahi dengan obat pembersih luka. Ada juga luka di telapak tangan dan siku. Setelah aku bersihkan luka di wajah dan tangannya, aku oleskan salep luka. Lalu luka di lututnya juga aku bersihkan dan aku oleskan salep luka. Aku ambil teko air, aku isi dan dengan handuk hotel yang ujungnya sudah aku basahkan dengan air teko, aku bersihkan kakinya. Setelah selesai, aku luruskan kaki dan tubuhnya. Aku selimuti.
Aku tidak terlalu memperhatikan pahanya yang putih mulus sewaktu rok yang ia pakai aku singkapkan. Aku singkap roknya untuk memudahkanku membersihkan luka di lututnya. Kakinya juga kotor. Aku basuh mulai dari pangkal paha sampai ke telapak kaki. Aku lihat pahanya yang padat, kulit pahanya yang putih bersih. Setelah selesai, aku rapikan lagi pakaianny dan kemudian aku bergegas ke kamar mandi.
Selesai mandi, aku lihat wanita itu sedang duduk di tempat tidur sambil memegangi kepalanya.
“Pusing, mbak?” tanyaku sambil duduk di dekatnya.
“Iya. Kepalaku sakit sekali” jawabnya.
“Kita makan dulu ya. Mungkin mbak belum makan makanya pusing. Apalagi tadi mbak kan dipukuli orang-orang itu” jelasku.
Aku berdiri, berjalan ke arah meja mengambil makanan yang tadi kami pesan. Aku berikan makanan yang dia pesan. Aku dekatkan kursi ke tempat tidur dan kuletakkan gelas minuman kami. Kami makan di tempat tidur. Aku lihat wanita itu tidak hendak menghabiskan makanan di piringnya, aku berinisiatif mengambil dan meletakkan piringnya ke atas meja. Acara TV tidak terlalu menarik tapi aku nikmati sambil makan. Setelah kami semua makan, aku kembali ke tempat tidur. Sambil duduk bersandar ke dinding yang merapat ke tempat tidur, aku nyalakan rokokku dan menghisap dalam-dalam..“Nama mbak siapa?” tanyaku pelan.
“Ada apa tadi sampai dipukuli mereka?” tanyaku lagi.
Aku lihat wanita itu terbaring menyamping menghadapku. Dia melirikku sesaat. Lalu bangun dan duduk bersandar juga sepertiku.
“Boleh minta rokoknya?” tanyanya.
Dengan sedikit terkejut, aku sodorkan rokok kretekku.
“Mereka bosku dan tukang pukulnya” jawab wanita itu sambil menghembuskan asap rokok.
“Yang mana yang bos, mbak?” tanyaku lagi.
“Yang pegang pisau” jawabnya singkat lalu menghisap rokok dan menghembuskan kuat-kuat seperti menghela nafas.
“Ada apa kog mereka sampai memukuli mbak? Sadis banget. Mbak udah jatuh gitu masih juga dipukuli” tanyaku sambil mengernyitkan dahi. Bagiku sungguh kejam memperlakukan manusia seperti itu.
“Aku kerja untuk mereka. Aku call-girl,” jawabnya sambil menunduk.
“Ceritanya panjang” katanya lagi melanjutkan.
“Aku terjebak hutang kepada bosku itu.
Dia menghendaki aku menuruti semua kemauannya. Semua laki-laki yang telah memesan perempuan melalui dia, aku harus layani. Sebenarnya untuk laki-laki yang aku tolak, makanya dia marah besar, adalah laki-laki yang sangat aku benci. Laki-laki itu yang memperkosaku waktu aku pertama kali kerja dengan bosku ini. Aku tidak pernah lagi menerima uang bookingan karena bosku itu yang mengambil semua. Aku terjerat hutang dan aku gak bisa keluar dari lilitan hutangku itu” ceritanya sambil menunduk.
Aku masih belum tahu namanya. Aku lihat airmata menetes ke pakaian yang dikenakannya. Dia bercerita sambil menangis. Tapi ia menahan suara tangisannya. Lalu dihisapnya lagi rokoknya dalam-dalam. Dihembuskan sambil menyeka airmatanya yang jatuh. Aku benar-benar iba dengan keadaannya. Tak kusangka cerita hidup seperti ini masih ada di alam nyata. Bukan hanya di dalam film.
“Tapi kenapa bos mbak sampe segitu tega mukuli mbak?” tanyaku penasaran.“Aku menolak bookingan yang kemarin dia perintahkan karena aku belum pernah sama sekali memegang uang bookinganku.
Lagipula aku sangat membenci laki-laki yang aku harus layani. Bosku bilang aku masih terikat hutang. Aku tanyakan sampai kapan hutangku lunas sementara uang bookinganku dia yang ambil semua. Dia marah besar karena selama ini tidak pernah ada cewek yang berani membantah apalagi mendebatnya” lanjutnya lagi mulai sesenggukan. Bahunya terguncang hebat karena tangisan. Mungkin ia sudah tak sanggup lagi menahan beban yang sedang dihadapinya.
Aku duduk mendekatinya. Aku rangkul bahunya, aku elus. Aku dapat memahami kesakitan yang sedang dirasakannnya.
“Untung ada kamu. Mungkin aku bisa mati tadi. Atau aku mungkin cacat atau terluka parah” katanya sesenggukan.
Dijatuhkannya kepala ke bahuku. Aku elus-elus bahunya sambil mendengarkan. Hatiku terasa panas karena perlakuan yang kejam dari bosnya tapi aku juga sedih dengan nasibnya.
“Kamu jago berkelahi” Ratih tiba-tiba mengangkat kepalanya menatapku dengan mata yang berlinang.
“Aku gak takut lagi selama ada kamu” lanjutnya.
“Aku benar-benar gak tega membiarkan mbak dipukuli ramai-ramai seperti itu. Kejam tapi pengecut” tukasku.
“Rencana mbak selanjutnya apa?” tanyaku pelan.
“Aku belum tahu” jawabnya menundukkan kepala.
“Mbak mau tidur sekarang?” tanyaku.
“Besok kita lanjutkan ya?” saranku. Kami sejenak terdiam.
“Aku ikut kamu aja?” tiba-tiba kepalanya diangkat sambil menatapku.
Dari kedua matanya aku lihat airmata masih mengalir. Wajahnya basah oleh airmata. Ada harapan yang besar terpancar dari kedua mata yang basah itu sewaktu menatapku. Aku pikir dia mungkin jadi bebanku nanti. Atau mungkin dia sendiri sebenarnya bisa jadi teman yang mengurusku di Denpasar. Aku bingung sesaat. Tidak kujawab pertanyaannya. Aku hanya menatap tajam matanya, menumbus ke dalam relung hatinya.
“Kita lihat besok aja ya? Mbak mesti tidur. Besok sebelum pukul 12 siang kita sudah harus berangkat dari sini. Kita harus naik pesawat. Berbahaya kalau kita ke terminal lagi” kataku.
“Emangnya kamu tinggal dimana?” tanyanya lagi dengan heran. Mungkin karena aku bilang naik pesawat tadi.
“Aku bukan dari kota ini, mbak” jawabku.
“Aku udah lap kaki mbak. Lihat tuh udah bersih kaki mbak kan? Tidurlah sekarang ya” saranku dengan lemah lembut. Sambil mengangkat kedua kakinya ke atas tempat tidur. Lalu dengan pelan aku gendong dan aku letakkan di tengah tempat tidur. Kuambil satu bantal, aku letakkan di kakinya.“Terimakasih. Kamu baik sekali” ia tersenyum manis sambil berbaring. Tangannya dilipat di atas dada.
Untuk pertama kali, aku melihat wajahnya yang memang ternyata sangat cantik. Aku mau katakan isi hatiku tapi tertahan karena keadaannya yang sedang shock berat. Lalu aku berbaring di sampingnya. Sejak kemarin malam aku belum tidur sama sekali. Semua bagian tubuhku terasa pegal. Otot-ototnya terasa kaku dan keras. Apalagi tadi di terminal akku sempat mengerahkan tenaga dalamku. Tak terasa mataku pelan-pelan tertutup.
Saat terbangun, aku langsung teringat dengan wanita yang aku tolong tadi malam. Kulihat di sampingku ternyata tidak ada. Kuperhatikan sekeliling kamar. Tidak ada orang lain selain aku. Tapi sayup-sayup aku dengar suara dari dalam kamar mandi. Oh ternyata dia di kamar mandi, pikirku.
Aku bangun dari tempat tidur, kulihat gelasku dan kutuang air lalu kuminum. Segar…
Aku berjalan ke arah TV, aku nyalakan dan sambil merokok, aku duduk nonton. Sambil nunggu si mbak selesai mandi pikirku. Aku lihat barang-barangku masih di dalam ransel yang aku bawa. Nanti check-out tinggal berangkat pikirku. Aku periksa uang dan kartu kreditku di dompet. Cukup untuk sampai ke airport dan bayar tiket pesawat , gumamku. Aku memalingkan wajah ke arah kamar mandi. Dan woow… ternyata pintu kamar mandi terbuka. Aku lihat sesosok wanita telanjang sedang berdiri mandi di bawah shower yang mengucur membasahi tubuhnya. Aku terpana tanpa sanggup berbicara apa-apa. Tapi aku juga tak sanggup mengalihkan pandanganku ke arah lain. Terlalu indah untuk aku lewatkan pemandangan di dalam kamar mandi itu.
Tak kusadari, aku berdiri, melepas pakaianku berjalan ke arah kamar mandi. Si mbak tersenyum melihatku yang berjalan telanjang ke dalam kamar mandi. Sambil tetap berdiri di bawah siraman air dengan kaki kanannya disilangkan ke kaki kiri. Bulatan buah dadanya yang putih terlihat bersinar bersama air yang jatuh mengalir dari rambutnya. Buah dada yang bulat dengan puting merah kecoklatan di tengah-tengah. Belahan dadanya yang bulat begitu sempurna memisahkan bulatan buah dada kanan dan kiri.
Air jatuh mengguyur, membasahi tubuh telanjangnya, mengalir ke sela pahanya yang dihiasi bulu-bulu tipis. Bulu-bulu tipis basah membentuk lekuk-lekuk sela pahanya yang indah. Rapi tertata. Bulatan pinggul yang putih terang benderang ditimpa cahaya lampu kamar mandi dan guyuran air yang jatuh mengalir di tubuhnnya. Mulai dari pinggul sampai ke betis, aku nikmati bentuk tubuh indah yang sedang telanjang mandi di hadapanku.Sejenak aku berhenti di depan pintu kamar mandi. Aku nikmati lagi pemandangan itu. Aku hendak memanjakan mataku. Otot daging di sela pahaku perlahan-lahan mengeras. Batang kejantananku berdiri gagah dengan urat-urat yang menghiasi sekelilingnya. Batang kejantananku berdiri keras tanpa terhalangi oleh bulu satupun. Aku biasa mencukur bersih bulu di sekitar sela paha dan batang kejantananku. Mulai dari sela pantat hingga ke sekeliling batang kejantananku.
“Namaku Ratih” katanya sambil tersenyum. Matanya memandangi batang kejantananku yang keras berdiri gagah. Di bawah guyuran air yang jatuh membasahinya, aku lihat wajahnya begitu berseri-seri. Tersenyum manis, bibir bawah digigit dan tangan disilangkan di dada. Ada rona bahagia di matanya. Sangat berbeda dengan sorot mata yang aku lihat tadi malam.
“Namaku Surya” kataku kemudian.
“Gede panjang, mas” katanya malu-malu melirik ke batang kejantananku yang tegak berdiri keras di selangkanganku. Kepala batang kejantananku yang berdiri hampir menyentuh pusarku. Terlihat sekali kebahagiaan di wajah Ratih. Kedua tangannya terkembang melambai ke arahku yang berdiri di depan pintu kamar mandi. Mempersilahkan aku masuk dan ikut mandi bersama dia.
“Bersih gak ada bulu lagi” katanya menatapku sambil memegang batang kejantananku sesaat aku sudah di depannya. Tangannya meremas dengan gemas. Dikocok-kocok dan diremas-remas lagi. Sambil mendongakkan kepala menatapku, bibir indahnya tersenyum. Aku dekati bibirnya, kedua tanganku melingkari pinggulnya, meremas pantatnya. Dengan menundukkan kepala, aku lumat bibirnya, aku kecup, aku hisap kedua bibirnya. Lidah kujulur-julurkan di dalam mulut mencari lidahnya. Lalu lidahku menggesek-gesek lidahnya. Aku hisap lidahnya sambil aku emut bibirnya.
Ratih, aku akhirnya memanggilnya seperti itu, membalas dengan menjulurkan juga lidahnnya di dalam mulutku. Tangannya meremas dan mengocok-ngocok batang kejantananku dengan gemas. Kepalanya didongakkan ke arahku menikmati ciuman bibir yang kami lakukan sambil berdiri.
“Oooohhh… maasss…” desahnya setelah melepaskan ciuman di mulutku.
Aku yang sudah basah terguyur air yang tercurah dari shower, melanjutkan ciumanku di pipi, telinga dan telinganya. Aku gesek-gesek lekukan di bagian dalam telinganya dengan ujung lidahku.
“Oooooohhhh… maaasss…” Ratih semakin mendesah. Kali ini ia mendesah dengan keras. Kocokan tangannya di batang kejantananku semakin cepat. Satu tangannya lagi melingkar ke belakang memeluk punggungku. Pantatnya bergerak berputar. Sesekali dimaju-mundurkan.
“Oooohhhhhhhhhh…maaaassss… Enak bangeeeeet…” Ratih merintih dan melenguh. Ia menyandarkan kepalanya ke dadaku. Lalu menengadah. Kelihatan Ratih sangat menikmati remasan tanganku di pantatnya dan gesekan lidahku di telinganya yang berpindah ke lehernya yang jenjang putih bersih. Tangannya berhenti mengocok batang kejantananku tiap mendesah. Berganti dengan remasan yang kuat menahan kenikmatan sambil memaju-mundurkan pantatnya.
Sambil lebih menunduk, aku teruskan jilatan lidahku, turun ke sekitar leher dan dadanya yang putih bersih. Aku jilat sambil sesekali gigit dengan lembut kedua bulatan dadanya. Aku jilatin pangkal buah dadanya memutar ke atas dan turun lagi ke bawah. Di bagian tengah belahan bulatan dadanya, aku jilat naik-turun. Aku gigit-gigit kecil sambil jilat.
Lalu lidahku mulai menjilati sekitar puting buah dadanya tanpa menghisap. Sengaja aku tekan-tekan putingnya dengan lidahku. Aku gesek-gesek bagian tengah putingnya dengan menekan lidahku. Aku hisap dan aku gesek-gesek pelan dengan gigiku. Ratih mencengkeram punggungku dengan kuat. Pegangan tangannya dipererat. Tangannya yang berada di punggungkku sedikit menarikku ke bawah. Ke arah buah dadanya. Terkadang aku hisap putting buah dadanya sedikit kencang. Sambil aku tekan-tekan dan gesek-gesek dengan lidahku.“Oooooohhh… Enak banget, maaass…” Ratih mengangkat satu kakinya menjepit pinggangku merapat ke tubuhnya. Tangannya yang meremas batang kejantananku sejenak berhenti. Desahannya semakin menjadi-jadi.
Air yang mengguyur tubuh kami berdua menambah kemesraan kami bercinta. Ratih mundur mendekati dinding dan bersandar menahan tubuhnya agar tetap berdiri. Sambil bersandar, tangannya mendorong tubuhku turun ke bawah. Aku mengerti, jongkok di depannya dan aku angkat satu kaki Ratih. Kuletakkan di bahuku. Tanganku bisa bebas mengelus pahanya dan meremas bulatan bongkahan pantatnya.
“Maassss… Jilatin, mass…” rintihnya sambil menutup mata. Aku melihat ke atas. Ekspresi wajah yang sangat menambah rangsangan buatku. Ratih menengadahkan kepalanya sambil bersandar di dinding. Kedua tangannya menekan kepalaku yang diarahkan ke selangkangannya. Air yang mengguyur tak kami hiraukan.
Aku mulai menjelajahi pinggul bulatnya. Dari samping lidahku bergerak ke arah perut. Aku tekan-tekan lidahku di sekitar pusarnya. Aku jilat dan aku gigit-gigit pelan kulit perutnya. Lalu lidahku bergerak terus ke arah lipatan pahanya. Lidahku tetap menggesek-gesek sela pahanya. Dengan gerakan naik-turun, aku jilati setiap inchi dengan lembut. Lalu daerah sekitar belahan liang kewanitaannya yang ditumbuhi bulu-bulu pendek yang halus aku gigit-gigit pelan sambil lidahku menjelajahi sekellilingnya. Dari sekitar bulu-bulu itu, lidahku mulai turun ke bawah ke arah belahan liang kewanitaannya. Di bagian atas liang kewanitaannya, lidahku sengaja menekan sambil menggigit-gigit kecil daging kecil yang menonjol keluar.
“Ooooooohhh… Enak bangeeeeeet… Hisap, massss…” Ratih menjerit sewaktu lidahku menggesek-gesek daging kecil di atas belahan liang kewanitaannya itu. Lidahku gesek-gesek lebih cepat sambil kutekan-tekan lebih dalam. Aku turuti kemauan Ratih. Aku hisap kuat-kuat daging kecil itu. Ratih menekan kepalaku lebih dalam ke selangkangannya sambil memajukan pantatnya. Wajahku terbenam di sela pahanya. Lidahku terasa menyentuh cairan kental di belahan liang kewanitaannya. Aku jilat lalu kutelan. Dia orgasme, pikirku.
Aku berdiri. Aku cium bibirnya lama dan dalam. Tanganku meremas bongkahan pantatnya yang bulat. Kulihat matanya yang meredup. Wajah pasrah. Aku cium pipinya sambil kuangkat satu kakinya. Ratih mengerti dengan tindakanku. Kedua tangannya langsung memeluk leherku. Setelah satu kakinya terangkat, aku angkat kakinya yang satu lagi. Sekarang Ratih berada dalam gendonganku. Kedua kakinya aku tahan di tanganku.
“Masukin, sayang” pintaku.
Satu tangan Ratih bergerak ke bawah pantatnya, mencari batang kejantananku, memasukkannya ke dalam belahan liang kewanitaannya yang hangat. Lalu aku pelan-pelan tekan batang kejantananku ke atas. Sambil memeluk leherku, Ratih mendekapkan wajahnya ke leherku sambil mendesah panjang.
“Oooooohhhh, maaasssss…” rintihnya menikmati gesekan batang kejantananku yang memasuki lliang kewanitaannya dari bawah.
“Ooooohhhh…” aku mendesah merasakan jepitan dan remasan otot-otot liang kewanitaannya.
Batang kejantananku bertambah keras. Aku rasakan kepalanya dijepit dengan kencang. Perlahan-lahan aku kocok-kocok liang kewanitaan Ratih dari bawah. Sambil menggendong tubuhnya, aku angkat-angkat. Aku berdiri sedikit mengangkang agar pijakan kakiku cukup kuat menahan berat tubuhnya. Tapi tubuh Ratih ramping. Sementara tinggi tubuh Ratih sendiri kira-kira sebahuku. Pstur tubuh yang ideal untuk posisi bercinta seperti ini.
Bulatan buah dada Ratih tergesek-gesek di dadaku yang menambah rangsangan tersendiri untuk kami berdua. Tak tahan dengan aliran kenikmatan yang dirasakannya, Ratih menciumi bibirku dengan rakusnya. Bibirku dihisap dan diemut dengan lahap. Ratih mengencangkan pelukan tangannya di leherku.
“Ooooohhh… Enak banget, masss..” desahnya berulang-ulang..Guyuran air yang jatuh membasahi terus tubuh kami, terasa bagaikan pendingin dan penyejuk yang menguatkan aku untuk bertahan dengan posisi bercinta seperti ini. Pantatku terus bergerak naik-turun mengocok-ngocokkan batang kejantananku ke dalam loiang kewanitaan Ratih dari bawah.
“Ooooohhh… Capek, mas?” tanyanya tiba-tiba.
“Kita ke tempat tidur aja ya?” sarannya kemudian.
Lalu aku turunkan tubuhnya, kami basuh tubuh kami dengan shower dan bergegas ke tempat tidur. Sambil tersenyum, Ratih menggenggam batang kejantananku, menarikku mengikutinya ke arah tempat tidur. Aku bawa handuk dan kubentangkan sebagai alas di tempat tidur. Ratih langsung berbaring. Aku ambil bantal dua-duanya dan aku alaskan untuk sandaran kepalanya. Sambil mengangkang, Ratih menarik batang kejantananku. Aku memposisikan tubuh di depannya dengan sedikit berjinjit lalu Ratih mengarahkan batang kejantananku ke dalam liang kewanitaannya.
Dengan bersandar, Ratih dapat melihat batang kejantananku keluar-masuk dengan cepat, mengocok-ngocok liang kewanitaannya. Kedua tangannya memegang pinggulku dengan kencang. Aku mulai gerakkan pantatku maju-mundur. Dengan berjinjit seperti itu, aku dapat memasukkan batang kejantananku lebih dalam. Aku letakkan kedua kaki Ratih di pahaku. Lalu aku dekatkan tubuhku ke arahnya. Sambil mengocok-ngocokkan batang kejantananku, aku lumat bibirnya. Aku gesek-gesek lidahnya dengan lidahku. Aku hisap dan aku gesek-gesek lagi. Ratih memutar-mutarkan pantatnya dengan cepat mengikuti kocokan batang kejantananku.
“Ooooouuuugghhh, masss…” Ratih melepaskan ciumanku lalu mendesah kencang. Aku lihat wajahnya. Matanya terpejam menikmati percintaan kami.
“Ooooooohh… Oooooooohhhh…” desahnya berulang-ulang.
“Aku keluar… Aku keluar, maaass…” desahnya lagi.
“Oooooohhh… Aku keluar, maaaassss….” Ratih mengangkat pantatnya sambil menekan pantatku ke bawah.
Kuat sekali ia menjepitkan selangkangan kami bersatu. Aku tekan batang kejantananku dalam-dalam di liang kewanitaannya. Terasa liang kewanitaannya berdenyut-denyut. Batang kejantananku diremas dengan kuat tiap Ratih mengangkatkan pantatnya sambil menjepitkan kakinya di pinggangku.
“Enak, sayang?” tanyaku sambil mencium kelopak matanya.
“Enak banget, sayang… “ jawabnya pelan sambil tersenyum manis. Aku tersenyum. Hatiku berbunga-bunga mendengar sapaan “sayang” yang diucapkan Ratih.
“Aku terusin ya sayang?” tanyaku sambil mulai menggoyangkan pantatku lagi. Aku mulai memaju-mundurkan pantatku. Sekarang aku kocokkan batang kejantananku lebih cepat. Ratih kembali mengencangkan jepitan kakinya di pinggangku. Tangannya mencengkeram pantatku. Sambil mellihat ke arah liang kewanitaannya yang sedang dikocok-kocok dengan cepat, Ratih sesekali melihat ke arahku. Digigitnya bibir bawah sambil memejamkan mata. Lalu melihat ke arah selangkangannnya lagi. Bergantian ke wajahku. Dahinya yang mengernyit menahan kenikmatan menambah semangatku untuk mengejar orgasme sekali lagi untuk Ratih. Aku dekati bibirnya, aku lumat sambil aku arahkan batang kejantananku mengocok lebih dalam. Ratih membalas dengan hisapan yang dalam di bibirku. Tangannya yang mencengkeram pantatku tiba-tiba menekan lebih keras. Dilepaskannya ciumanku dan berteriak.“Aaaaaaahhhh, sayaaaaang… Ooooooohhhh, sayaaaaaang…” teriaknya sambil memejamkan mata.
Aku semakin mempercepat kocokan batang kejantananku. Aku angkat badanku sehingga batang kejantananku masuk lurus ke dalam belahan liang kewanitaannya. Lalu tanganku kuletakkan di sela kakinya untuk menahan kangkangannya semakin lebar. Dengan pantatnya yang terangkat seperti itu, batang kejantananku terasa begitu dijepit. Terasa lebih nikmat kocokan yang aku lakukan. Hingga akhirnya aku rasakan denyutan di ujung batang kejantananku. Ditambah dengan remasan liang kewanitaan Ratih yang semakin mengurut dengan erat, aku tak dapat menahan lagi dorongan semburan dari batang kejantananku.
“Ooooougggghhh… Aku mau keluar, sayaaang…” kataku tertahan.
Ratih memandangku dengan mempererat cengkeraman tangannya di pantatku. Dilepaskan kakinya yang menjepit pinggangku. Gantinya ia mengangkat-angkat pantatnya sambil memutar-mutar pinggulnya dengan cepat.
“Ooooohhhh sayaaang… Ayo sayaaang…” desahnya memberiku semangat. Hingga akhirnya…
“Aaaaarggggghhhh… Sayaaaaaaaang… “ aku menjatuhkan tubuhku ke tubuh Ratih. Sambil siku tanganku menahan berat tubuhku, aku tekan pantatku dalam-dalam. Batang kejantananku menyemburkan sperma dengan derasnya di dalam liang kewanitaan Ratih. Pantatku menekan berulang-ulang mengikuti denyutan di batang kejantananku. Selangkangan kami bersatu erat. Lalu sambil mengangkat pantatnya, Ratih menjerit lagi.
“Aaaaaaaahhhhh… Aku keluar, sayaaaang…” jerit Ratih sambil menekan pantatku dan mengangkat pantatnya.
Kami terdiam. Nafas kami tidak beraturan. Sambil menahan tubuhku dengan siku lenganku, aku baringkan kepalaku di dada Ratih. Kuciumi dadanya sambil memperbaiki nafasku. Satu tangan Ratih mengelus-elus punggungku. Satu tangan yang lain mengelus pantatku. Kedua kakinya menjepit kakiku. Ditimpakan mengapit kedua kakiku dengan erat.“Suka, sayang?” tanyaku. Aku cium kelopak matanya, hidungnya dan bibirnya.
“Suka, sayang. Kamu kuat banget… Aku keluar tiga kali, sayang” jawab Ratih sambil membalas mencium pipiku.
“Kita beres-beres sekarang?” tanyaku lagi. Aku tersenyum karena aku tahu Ratih pasti capek banget.
“Kita naik apa ke airport, sayang?” Ratih balik bertanya.
“Nanti minta resepsionis cariin taksi aja. Kita naik pesawat biar lebih aman. Bos kamu sama anak buahnya mungkin dari tadi malam udah bergerak nyari kita” jawabku.
“Ayo, kita beres-beres…!” tiba-tiba Ratih bergerak untuk bangun. Aku yang masih di atas tubuhnya langsung bangun.
“Kamu gak capek?” tanyaku heran.
“Capek tapi nanti di taksi kan bisa tidur” jawabnya cepat sambil berjalan ke arah kamar mandi.
Di kamar mandi dia bersih-bersih lalu keluar masih dengan tubuh telanjang. Gantian aku yang ke kamar mandi dan membersihkan tubuhku. Kami beres-beres kamar sebentar.
“Kamu mau pakai kemejaku, sayang?” tanyaku.
“Lebih baik pake kemejaku, sayang. Bersih lagian biar orang lain gak terlalu kenal kamu” kataku menerangkan. Ratih berpikir sebentar.“Iya deh. Pakaian itu juga udah kotor” jawabnya.
“Terpaksa gak pake CD sama BH, sayang” katanya sambil tertawa.
“Kamu pake jaketku biar gak kentara dadanya, sayang” saranku.
Aku keluarkan kemejaku dan kuberikan ke Ratih untuk dipakainya. Aku ambil juga celana pendekku lalu aku berikan ke dia.
Selesai berpakaian, Ratih bergegas menyisir rambutnya. Dengan kemeja kotak-kotak biru lengan panjang, Ratih terlihat sangat cantik. Rambutnya yang hitam sebahu menambah pesona wajahnya. Lebam di dahi, luka di pipi rahang kiri dan luka di bibirnya tidak mengurangi kecantikan alaminya. Pantes aja bosnya tergila-gila dengan perempuan ini, pikirku.
-
Video Bokep Eropa nasehat dari ibu tiriku saat bermastrubasi
-
Kisah Memek Aku Tergoda Dengan Sahabat Suami Ku
Duniabola99.com – Sebut saja nama ku Tyas, wanita usia 30 thn serta beberapa orang katakan bentuk badanku sangatlah proposional, tinggi 170 cm berat 55kg serta ukuran buah dada 34B, didukung muka cantik (itu juga beberapa orang yang katakan) serta kulit putih cerah. Terlebih dulu saya memanglah seringkali bekerja jadi SPG pada pameran mobil serta beberapa orang melingkari mobil yang saya pamerkan bukanlah utk lihat mobil namun untuk melihatku.
Menikah dengan Roni, 30 thn, seseorang pekerja berhasil. Kami memanglah setuju utk tidak miliki anak terlebih dulu serta kehidupan sex kami baik-baik saja, Roni bisa penuhi keperluan sex ku yang bisa disebut agak hyper.. satu hari dapat minta 2 session pagi sebelumnya Roni pergi kerja serta malam sebelumnya tidur.
Serta narasi ini bermula dari keberhasilan Roni bekerja di kantornya serta memperoleh keyakinan dari sang atasan yang begitu baik. Keyakinan ini buat dia seringkali mesti bekerja overtime, awal mulanya saya dapat terima semuanya namun kelamaan keperluan ini mesti dipenuhi juga serta tersebut yang buat kami seringkali berkelahi karna terkadang Roni mesti pergi lebih pagi serta lewat larut malam baru pulang.Serta awalilah narasi ini saat Roni memperoleh tanggung jawab untuk mengatasi satu project serta dia dibantu oleh rekanan kerjanya Bram dari luar kota. Pertama dikenalkan Bram segera seperti terkesima serta seringkali menatapku, hal tersebut membuatku risih. Bram cukup tampan gagah serta kekar.
Karna tuntutan pekerjaan serta efisiensi, kantor Roni mengambil keputusan supaya Bram tinggal dirumah kami utk sesaat. Serta memanglah mereka berdua seringkali bekerja sampai tengah malam dirumah kami. Bram tidur di kamar persis di seberang kamar kami.
Seringkali pada malam hari saya berpamitan tidur matanya yang nakal sukai mengambil pandang di antara sela-sela baju tidur yang saya gunakan. Saya memanglah suka tidur bertelanjang supaya bila Roni datang dapat segera bercinta.Sempat satu waktu saat pagi hari kami saya serta Roni bercinta di dapur saat masih tetap pagi sekali dengan tempatku duduk di meja serta Roni dari depan, mendadak Bram keluar serta lihat kami, dia tempelkan telunjuk dimulutnya supaya saya tidak hentikan aktivitas kami, karna kami tengah dalam puncaknya serta Roni yang membelakangi Bram serta saya juga tidak tega hentikan Roni, pada akhirnya ku biarlah Bram lihat kami bercinta tanpa ada Roni sadari sampai kami berdua orgasme. Serta saya tahu Bram lihat badan telanjangku saat Roni melepas penisnya serta terjongkok dibawah meja.
Sesudah peristiwa itu Bram seringkali memerhatikan setiap lekuk badanku.
Hingga satu saat saat pekerjaan Roni benar2 repot hingga nyaris satu minggu tidak menyentuhku. Di hari Jum’at kantor tempat Roni bekerja membuat pesta dinner dengan dirumah atasan Roni. Tempat tinggalnya terbagi dalam dua lantai yang begitu elegan di lantai 2 ada seperti galeri barang2 antik. Kami datang bertiga serta malam itu saya kenakan pakaian yang begitu seksi, gaun malam warna merah yang terbuka dibagian belakang serta cuma dihubungkan di belakang leher oleh kaitan kecil hingga tidak sangat mungkin menggunakan BH, sisi bawahpun ada sobekan panjang sampai sejengkal diatas lutut, malam itu saya terasa begitu seksi serta Bram juga pernah terpana melihatku keluar dari kamar. Sebelumnya pergi saya serta Roni pernah bercinta di kamar serta tanpa ada sepengetahuan kami ternya Bram mengintip lewat pintu yang memanglah kami asal-asalan tidak tertutup hingga tersisa celah yang cukup untu lihat kami dari pantulan cermin, sayangnya karna letih atau tergesa-gesa ingin pergi Roni orgasme terlebih dulu serta saya dibiarkannya tertahan. Serta Bram ketahui hal tersebut.
Malam itu saat acara begitu ramai mendadak Roni di panggil oleh atasannya untuk dikenalkan oleh customer. Roni berkata padaku untuk menanti sebentar, sembari menanti saya ke lantai 2 untuk lihat barang2 antik, di lantai 2 nyatanya kondisi cukup sepi cuma 2-3 orang yang melihat-lihat di ruang yang besar itu. Saya begitu tertarik oleh satu cermin besar di pojokan ruang, tanpa ada takut saya lihat kesana serta mengaguminya juga sekalian kagum pada keseksian badanku dimuka cermin, tanpa ada ku sadari di sampingku telah ada Bram.“Udah kelak kacanya pecah lho.. cakep deh..! ”, canda Bram
“Ah dapat saja anda Bram”, balasku tersipu.
Sesudah berbincang2 dimuka cermin cukup lama Bram memohon tolong dipegangkan gelasnya hingga ke-2 tanganku memegang gelasnya serta gelasku.
“Aku dapat buat anda terlihat lebih seksi”, tuturnya sembari segera memegang rambutku yang tergerai dengan begitu lembut. Tanpa ada dapat menghindar dia sudah menggulung rambutku hingga menampak leherku yang tahap serta mulus serta selalu jelas saya seperti kagum oleh kondisi diriku yang sesuai sama itu. serta memanglah benar saya tampak lebih seksi. Serta waktu kagum itu mendadak tangan Bram meraba leherku serta membuatku geli serta detik selanjutnya Bram sudah tempelkan bibirnya di leher belakangku, daerah yang paling peka buatku hingga saya lemas serta masih tetap dengan memegang gelas Bram yang sudah memojokkanku pada dinding serta menciumi leherku dari depan. “Bram apa yang anda kerjakan.. bebaskan saya Bram.. terlepas..! ”, rontaku namun Bram tahu saya akan tidak berteriak di situasi ini karna juga akan membuat malu kebanyakan orang.
Bram selalu menyerangku dengan ke-2 tanganku memegang gelas dia bebas meraba buah dadaku dari luar serta selalu menciumi leherku, sembari meronta-ronta saya rasakan gairahku bertambah, terlebih waktu mendadak tangan Bram mulai meraba belahan bawah gaunku sampai ke selangkanganku. “Bram.. hentikan Bram saya mohon.. tolong Bram.. janganlah kerjakan itu.. ”, rintihku, namun Bram selalu menyerang serta jari tengah tangannya hingga di bibir vaginaku yang nyatanya sudah basah karna serangan itu. Dia mengerti bila saya cuma kenakan G-string hitam dengan kaitan di pinggirnya, lantas dengan sekali sentakan dia menariknya serta terlepaslah G-stringku. Saya terpekik perlahan terlebih rasakan ada benda keras mengganjal pahaku. Saat Bram telah makin liar serta akupun tidak bisa melepas, mendadak terdengar nada Roni menyebut dari tepi tangga yang buat pegangan himpitan Bram lepas, lantas saya segera lari sembari membereskan baju ku menuju Roni yg tidak lihat kami serta meninggalkan Bram dengan G-string hitamku. Saya benar-benar terperanjat dengan peristiwa itu namun tanpa ada diakui saya rasakan gairah yang cukup tinggi rasakan tantangan lakukan ditempat umum walaupun dalam kelompok diperkosa.Nyatanya pesta malam itu berjalan sampai tengah malam serta Roni menyebutkan dia mesti lakukan meeting dengan customer serta atasannya serta dia mengambil keputusan saya untuk pulang dengan Bram. Tanpa ada dapat menampik pada akhirnya malam itu saya diantar Bram, diperjalanan dia cuma mengakatakan “Maaf Tyas.. anda benar-benar cantik malam hari ini. ” Selama jalan kami tidak bicara apaun. Sampai hingga di rumah saya segera masuk kedalam kamar serta menelungkupkan diri di kasur, saya rasakan hal yang aneh pada malu saya barusan alami perkosaan kecil serta perasaan malu mengaku kalau saya terangsang hebat oleh serangan itu serta masih tetap tersisa gairah. Tanpa ada sadar nyatanya Bram sudah mengunci semuanya pintu serta masuk kedalam kamarku, saya terperanjat saat mendengar suaranya’, “Tyas saya menginginkan kembalikan ini”‘ tuturnya sembari menyerahkan G-stringku berdiri dengan celana pendek saja, dengan berdiri saya ambillah G-stringku secara cepat, namun waktu itu juga Bram sudah menyergapku sekali lagi serta segera menciumiku sembari segera menarik kaitan gaun malamku, jadi bugilah saya diahadapannya. Tanpa ada menanti banyaknya waktu saya segera dijatuhkan ditempat tidur serta dia segera menindihku. Saya meronta-ronta sembari menendang-nendang? ”Bram.. bebaskan saya Bram.. ingat kau rekan suamiku Bram.. janganlah.. ahh.. saya mohon”, erangku ditengah rasa bingung pada nafsu serta malu, namun Bram selalu menghimpit sampai saya berteriak waktu penisnya menyodok masuk kedalam vaginaku, nyatanya dia telah siap dengan cuma menggunakan celana pendek saja tanpa ada celana dalam.
“Ahhhh? Braam.. kau.. : ’ Lantas awalilah dia memompaku serta lepaslah perlawananku, pada akhirnya saya cuma tutup mata serta menangis perlahan.. clok.. clok.. clok.. saya mendengar nada penisnya yang besar keluar masuk didalam vaginaku yang sangatlah basah sampai mempermudah penisnya bergerak. Lama sekali dia memompaku serta saya cuma terbaring mendengar desah nafasnya di telingaku, tidak berdaya walaupun dalam hati menikmatinya. Hingga lebih kurang satu jam saya pada akhirnya melenguh panjang “Ahhh?.. ” nyatanya saya orgasme terlebih dulu, benar-benar saya begitu malu alami perkosaan yang saya nikmati. Sepuluh menit lalu Bram percepat pompaannya lantas terdengar nada Bram di telingaku “Ahhh.. hmmfff? ” saya rasakan vaginaku penuh dengan cairan kental serta hangat sekitaran tiga puluh deti lalu Bram terkulai di atasku.
“Maaf Tyas saya tidak kuasa menahan nafsuku.. ”bisiknya perlahan lantas berdiri serta meninggalkanku terbaring serta menerawang. hinga tertidur Saya tidak tahu jam berapakah Roni pulang sampai pagi harinya.Besok paginya di hari sabtu seperti umum saya berenang di kolam renang belakang,, Roni serta Bram berpamitan untuk pergi ke kantor. Karna tidak ada seseorang juga saya membulatkan tekad untuk berenang tanpa ada baju. Waktu asyiknya berenang tanpa ada diakui, Bram nyatanya beralasan tidak enak tubuh serta kembali pulang, karna Roni begitu memercayainya jadi dia ijinkan Bram pulang sendiri. Bram masuk dengan kunci punya Roni serta lihat saya tengah berenang tanpa ada baju. Lantas dia bergerak ke kolam renag serta melepas semua bajunya, waktu tersebut saya sadari kehadirannya, “Bram.. mengapa kau berada di sini? ” tanyaku, “Tenang Tyas suamimu berada di kantor tengah repot dengan pekerjaannya”, saya lihat badannya yang kekar serta penisnya yang besar mengangguk angguk waktu dia jalan telanjang masuk kedalam kolam “Pantas sajaku semalam vaginaku merasa penuh sekali”‘pikirku. Saya cepat-cepat berenang menjauh namun tidak berani keluar dr dalam kolam karna tidak kenakan pakaian apa pun juga. Waktu saya bertumpu di pingiran bagian beda kolam, saya tidak lihat ada tanda2 Bram didalam kolam. Saya mencari ke seputar kolam serta mendadak saya rasakan vaginaku hangat sekali, nyatanya Bram berada di bawah air serta tengah menjilati vaginaku sembari memegang ke-2 kakiku tanpa ada dapat meronta.
Pada akhirnya saya cuma dapat rasakan lidahnya merayapai semua bagian vaginaku serta masuk liang senggamaku.. saya cuma menggigit bibir menahan gairah yang masih tetap bergelora dari semalam. Cukup lama dia mengerjai vaginaku, nafasnya kuat sekali fikirku. Detik selanjutnya yang saya tahu dia sudah ada di depanku serta penisnya yang besar sudah meneyruak menggantian lidahnya? “Arrgghh.. ” erangku menahan nikmat yang telah satu minggu ini tidak tersentuh oleh Roni. Pada akhirnya saya membiarkan dia memperkosaku kembali dengan berdiri didalam kolam renang. Saat ini saya cuma memeluknya saja serta membiarkan dia menjilati buah dadaku sembari selalu memasukan penisnya keluar masuk. Bahkan juga waktu dia tarik saya ke luar kolam saya cuma menurutinya saja, hilang ingatan saya mulai menikamti perkosaan ini, fikirku, namun nyatanya gairahku sudah menutupi fakta kalau saya tengah diperkosa oleh rekan suamiku. Serta di tepi kolam dia membaringkanku lantas mulai menyetubuhi kembai badan mulusku.. ”Kau begitu cantik serta seksi Tyas.. ahh” bisiknya ditelingaku.
-
Video bokep Bree Daniels dan Jenna J Ross Tergoda
-
Kisah Memek Nikmatnya Pembantu Kost
Duniabola99.com – Hari terakhir ujian, rasanya suntuk banget dech,.. agak mendung memasuki tempat kost-kostan-ku,. Perlahan aku membuka pintu kamar-ku,.. baru aku mau memasuki kamar kost-ku,.. Mang Udin melintas,..
” Non,.. ” Geli banget liat dia cengengesan begitu,. Terlebih aku belum melakukan pembalasan pada Mang Udin,..
” Apa Mang Ujang ?? ” Tanya-ku malas-malasan,..
” Nama saya Udin Non, bukan Ujang,.. ” Protesnya,..
” Ah sama aja,.. kan emang Ujang artinya pembantu kan ?? ” Jawab-ku
” Yeah, si non, Ujang nama non,.. bukan artinya pembantu,.. ” Terangnya,..
” Owh, gitu,.. terus kenapa Mang Udin,. ” Aku ingin cepat-cepat masuk, sebal melihat mukanya yang jelek itu,..
” Gapapa non, kangen aja,.. ” Dia cengengesan, dia kira bagus kali ya,..Aku melangkah masuk dalam kamar,.. kukunci rapat-rapat biar Mang Ujang, eh Mang Udin gak masuk ke dalam lagi kayak kejadian waktu itu,.. tunggu aja Mang Udin, seminggu lagi ya,..
Singkat kata, yang gak perlu aku certain gimana susahnya ujian aku, akhirnya seminggu kemudian, hari kamis waktu itu, temen-temen waktu SMU-ku datang ke tempat-ku,. Yang satu namanya Adel yang ini tipe cewek yang bener-bener cerewet, 100x lebih bawel daripada aku,chubby-chubby gitu tapi tetep seksi,.. rambutnya di cat coklat,.. yang satunya lagi nama Erlin, tapi kita biasa manggil dia Lili,.. sama cerewetnya sama aku, cantik dech orangnya dan rambutnya juga masih panjang seperti dulu, kesannya anggun..
Kalau aku ?? Gak usah diceritain dech ya,. dah sering banget, tar jadi narsis galleri lagi, hohoho^^
Nah kebayang gak gimana rame-nya kamar kost aku, ada 3 orang cewek bawel yang udah sekitar 3 bulan-an gak ketemu,. Dan kayaknya gak kan menarik juga buat diceritain kan,.. masa u mau denger kita gosipin cowok-cowok, tar pada minder lagi,.. hehehe,..
Ampe akhirnya aku ngungkapin ide gila buat ngerjain Mang Udin itu,.. pertamannya Lili menolak ide gila itu,. Beda dengan Adel yang penasaran dengan penis impotent-nya Mang Udin,..
” Yakin Dell ?? ” tanya Lili,.. mukanya gak yakin gitu,..
” Yakin lah, itung-itung bantuin temen hahaha,.. “
” Mang punya rencana pa Dell ?? ” Tanya-ku penasaran,..Adel pun membisik kami bertiga,..Mendengar idenya yang gila itu Aku dan Lili langsung tertawa,..
” Tapi lu ya yang banyak godain,.. ” Lili masih tertawa menodong Adel,.
” Iya dech beres,… ” Adel ikut tertawa-tawa,..Maka Operasi Balas Dendam pun dimulai,..
” Mang Udin, tolong donk,.. ” Aku memanggil Mang Udin yang kebetulan lewat, padahal sebenarnya memang sengaja sudah kutunggu,..
” Loh ada apa non, ” Iya buru-buru mendekat, pasti bukan karena dia pembantu yang rajin, tapi melihat ku yang hanya mengenakan handuk membebat tubuh-ku,..
” Itu Mang Udin, Air dikamar Mandi mati,.. ” Rajuk-ku,..
” Tar Mang Udin periksa diatas,.. ” Katanya, matanya itu udah kayak mau nerkam aja,..
” Itu Mang Udin, Shower aku aja kali yang mati, soalnya di Wastafel nyala koq,.. “
” OW, yawda Mang Udin masuk ya, periksa,.. ” Wajahnya itu seolah mengatakan, ” Nah gini donk, ini yang gue tunggu,.. “Namun Mang Udin begitu terkejut setelah memasuki kamar-ku itu, Adel dan Lili berdiri disebelah kursi yang biasa kupakai untuk main komputer dan browsing DS,. Keduanya tersenyum manja menatap Mang Udin,..
” Duduk sini donk Mang,.. ” Goda Adel,.Sementara aku menutup pintu kamar-ku
” Keran,.. ” , ” Saya mau benerin keran,.. ” Kata Mang Udin, pura-pura… dasar bandot yang suka pura-pura,..
” Tar aja, sini dulu duduk,.. “
Mang udin seperti kebinggungan, menarik nafas sebelum kemudian melangkah ke arah kursi, dan duduk diatasnya,..Mang Udin sekarang duduk di kursi, wajahnya tampak binggung namun juga ada guratan bahagia dalam senyumannya, bagaimana tidak, didepannya berdiri tiga orang gadis cantik yang notabenenya masih mahasiswi dengan hanya handuk yang membebat tubuh kami bertiga,..
Adel yang memang paling gila diantara kami langsung menggoda mang Udin,..
” Mang Udin ya ?? ” goda Adel sambil duduk di paha Mang Udin,..
Mimik Mang Udin tampak seperti orang yang serba salah, ia mengganguk sambil menjawab dengan gelagapan,..
” I…I ya neng, neng siapa ya ?? ” Tanya-nya, tampaknya ia masih malu-malu kucing, padahal biasanya gak tau malu,..
” Ah, Mang Udin, ini kan temen aku, kenalin donk,.. ” Goda-ku, sekaligus sebal melihat gaya-nya yang sok alim itu,..
” Udin neng,.. ” Sambat Mang Udin, sambil menyalami Adel,..
” Adel,.. ” Adel senyum menggoda,..tangannya melepas kancing-kancing baju Mang Udin,..
” Mang udin Mang Udin, mang Udin suka ga diginiin ?? ” Goda Adel sambil membelaikan jemarinya di dada Mang Udin,..Ekspersi kaget Mang Udin yang gak biasa, benar-benar membuat perut ku melilit menahan tawa, Adel memang benar-benar nekad mengoda Mang Udin seperti ini,..Lili yang sendari tadi tampak grogi langsung tertawa lepas, malah ikut-ikutan menggoda Mang Udin,..
” Mang Udin badannya kuat ya,.. ” Bisik Lili tepat di depan telinga Mang Udin
” Oh iya donk Dek,.. ” Jawabnya dengan logat Madura,.. sementara ia sedikit menarik wajahnya tak tahan merasakan hembusan nafas Lili di telinganya,..
” Buka ya Mang Udin,.. ” Adel hanya pura-pura saja, sementara ia dan Lili sudah memelorotkan celana Mang Udin, hingga penisnya yang lemah itu menggantungAdel dan Lili menahan tawa, sama seperti aku,.. Adel meraih tangan Mang Udin meminta Mang Udin melepaskan handuk-nya, iseng Mang Udin juga langsung melepaskan kaitan handuk Lili,..
” Aduh si Mamang,.. ” Lili seperti kaget, melihat keusilan Mang Udin,..
” Hehehehe,.. ” Mang Udin membalas dengan cengengesannya,..
” Mang udin mau ?? ” Tanya Adel,..menunjuk penis Mang Udin yang masih terkulai lemah
” Apa aja mau dech Neng,.. ” Mang Udin cengengesan
Adel menunduk dan meraih penis itu dengan tangannya, lidahnya dijulurkan keluar, dan tubuh Mang Udin bergetar hebat saat lidah Adel menyentuh penisnya itu,..” Duh Mang Udin, seneng ya ?? ” Ejek-ku,.
” Iya donk Non, hehehe,.. ” Seperti yang kuduga, begitu aku mendekat Mang Udin langsung menarik handuk-ku,..
” Biar telanjang semua,.. ” Katanya cengengesan,.Aku hanya tersenyum saja melihat tingkahnya, sambil tertawa dalam hati menunggu balas dendam-ku beberapa saat lagi,..
Mang udin mulai berani dan memagut bibir Lili, Lili sendiri awalnya ingin menolak namun tak jadi, ia membiarkan Mang Udin menciumnya sementara Adel lebih sibuk dengan usaha-nya dan memang paling bersemangat untuk membuktikan “Ketidak-perkasaan” mang Udin itu, ia menggunakan lidahnya memainkan penis Mang Udin, sesekali mengulumnya tanpa rasa jijik sedikit pun, memang yang satu ini agak-agak hyperseks,..
Ia mengulum kepala penis Mang Udin yang nanggung antara keras dan gak itu,.. sementara tangannya sibuk mengocok batang kemaluannya,.. aku membantu Adel dengan memainkan buah zakar Mang Udin, dan aku memang selalu tertarik dengan bentuk puting mang Udin yang selalu mengacung, aku memainkan putingnya yang lucu itu dengan lidah-ku membelai dadanya hingga mulai basah sementara Mang Udin masih sibuk memagut Lili, yang terlihat fine-fine aja menerima ciuman Mang Udin yang benernya gak enak, dan asal-asalan, sementara juga tangan Mang Udin tak membiarkan sepasang buah dada Lili yang menggantung didekatnya itu,…Tangannya memainkan buah dada Lili, meremas-remasnya perlahan hingga sedikit kasar, yang membuat Lili sesekali merintih,.. cukup lama juga kami berempat dalam keadaan itu, namun penis Mang Udin tak kunjung berdiri, malah bergetar-getar dan menumpahkan spermanya ke dada Adel,..
” Masih kuat Mang ?? ” Tanya Adel,..
” Iya Mang Kalo gak kuat jangan dipaksa,.. ” Ejek-ku, dengan nada halus,..
” Iya loh Mang nanti impoten,.. ” Kata Lili,
” Aduh Neng-neng ini, tenang itu belum apa-apa,..”
” Bener nich mang ?? ” Tanya Adel
” Bener dech non,.. “
” Yawda sini Mang ayo tiduran,.. ” Adel membimbing Mang Udin ke kasur-ku,..Adel berdiri sebelum memberikan vaginanya itu tepat diwajah Mang Udin, Mang Udin dengan sigap menggerakan lidahnya membelai vagina Adel itu, lidahnya menyapu-nyapu, sementara aku menggangu Mang Udin dengan membelai-belai dada-nya dengan jemari-ku, sesekali aku menggunakan lidah-ku itu membelai puting-nya itu,..
Tubuhnya bergetar-getar menerima rangsangan demikian rupa, namun ia juga hanya bisa mendesah-desah tertahan, dan sedang sibuk menggerakan lidahnya di vagina Adel, sesekali Adel mendesah-desah nikmat, memang aku tahu benar kalau itu salah satu keahlian Mang Udin, selain permainan tangannya,.. tapi ya hanya 2 itu yang bagus dari Mang Udin, yang lainnya sich gak, apalagi junior-nya yang gak bisa tegak,..
” Ehmmm, Mang Udin,.. ” Adel mendesah-desah, aku sedikit menahan tawa juga melihat ekspresi wajah teman-ku itu,..
Sementara Lili mulai memainkan penis Mang Udin dengan tangannya, sepertinya ia sangat tertarik dengan penis Mang Udin yang memiliki kepala penis yang disunat, tapi pendek dan lembek seperti itu,.. ia tersenyum-senyum sendiri sambil memainkan penis itu dengan tangannya, sambil sesekali memainkan lidahnya di buah zakar penis itu,..” Mang Udin enak gak ?? ” Tanya Lili,..
” Enn-ennak Non,.. lagi,.. ” Jawab Mang Udin disela permainan Lidahnya untuk Adel..
” Kalo gitu bikin keras donk,.. ” Lili senyum-senyum terhalang oleh tubuh Adel,.
Mang Udin sepertinya pura-pura tak mendengar dan meneruskan permainan lidahnya itu,.
Sementara aku dan Lili sekarang sibuk merangsang penis Mang Udi, sesekali terlihat ingin mengeras namun tak lama kemudian kembali lembek dan terkulai, aku dan Lili hanya senyum-senyum sendiri, melihat lemasnya penis Mang Udin itu, sementara tangan kami berdua saling bergantian memainkan penis Mang Udin mulai dari batangnya hingga buah zakarnya itu,..Penis itu tiba-tiba gemetaran, tak lama kemudian tubuh Mang Udin ikut-ikutan menjadi kaku, sementara penisnya mulai menumpahkan cairan kental, aku tertawa-tawa saja melihatnya, demikian juga dengan Lili,..
” Mang Udah keluar ya ?? ” Goda-ku,..
” Belum Neng, itu sich cuma dikit aja,.. “
” OH gitu,.. ” Jawab-ku pura-pura bodoh,..” Mang Udin kuat ya,.. ” Adel pura-pura memuji,.. di sela desahannya,..
” Iya donk neng, Udin,.. ” Katanya bangga,..
” Adel mau nyobain ya ?? ” Kata Adel lagi, mimik wajah Mang Udin langsung berubah serius, seperti orang yang kebinggungan
” Yawda,.. ” Katanya pasrah,.Adel merangkak turun, ia menarik penis Mang Udin yang terkulai lemah itu, ia memandang Mang Udin dengan ragu-ragu,..
” Ini bisa Mang ?? ” Tanya Adel,..
” Tergantung rangsangannya,.. ” Ia mengelak,..
Adel hanya tersenyum, dan menindih penis itu, dengan tangannya ia membimbing penis itu tepat di mulut vagina-nya, sementara perlahan ia mulai menggerakan tubuhnya membalur penis Mang Udin diantara tangannya dan mulut vaginanya,Pasti menarik gaya Adel itu andai penis Mang Udin bisa mengeras, aku dan Lili pun berpindah mencium Mang Udin, namun wajah mang Udin malah seperti orang yang sedang menahan rasa ngilu,..sementara tangan-ku, menarik tangan Mang Udin ke dada-ku, perlahan Mang Udin mulai meremas dada-ku itu, sambil membalas ciuman Lili, tangannya meremas payudara-ku, memainkan puting-ku, hingga aku sedikit mendesah menahan rasa yang diberikan oleh Mang Udin,.
Melihat reaksi-ku Mang Udin seperti diatas angin, tangannya mulai bergerak turun menuju belahan vagina-ku, merenggangkannya dan menyentuh daerah sensitife-ku itu dengan tangannya,.. merasakan belaian tangannya di titik itu sedikit membuat tubuh-ku merinding, namun aku tak mau ketinggalan mengerjai Mang Udin, aku pun menarik tangannya dari lubang kemaluan-ku itu, bis aku kan gampang banget naik-nya..
Aku menyodorkan saja dada-ku kemulutnya, Mang Udin melepaskan ciumannya dari Lili, dan memainkan dada-ku itu dengan lidahnya, sentuhan lidahnya yang memainkan puting-ku membuat-ku merinding juga, terlebih sesekali gigitan pelannya itu,.. Namun bukan Mang Udin kalau cepat puas, seolah melupakan rasa sakit yang mimiknya masih terekam jelas diwajahnya itu, tak dapat dari aku, tangan Mang Udin bergerilya ke lubang kewanitaan Lili,.. Lili hanya diam saja, membiarkan tangan Mang Udin bermain disana,..
Wajah Lili pun mulai berubah, wajahnya yang merona merah, sementara Mang Udin masih cukup dapat membagi konsentrasinya memainkan lidahnya di dada-ku dan tangannya di vagina Lili, sementara Adel makin asyik mengerjai Mang Udin meremas-remas kantung kemaluannya itu sambil terus memainkan penis Mang Udin diantara tangan dan bibir kemaluannya itu,. Membuat Mang Udin tak bertahan lama…
Tubuh Mang Udin kembali bergetar-getar hebat, ia gemetaran tapi wajahnya seperti orang yang sedang menahan rasa sakit,..Penis Mang Udin kembali mengeluarkan cairan spermanya itu, ia merintih-rintih menahan sakit menghentikan gerakan tangannya di vagina-ku dan vagina Lili, ia seperti orang yang sedang begitu menahan rasa ngilu,.. sementara Adel pun langsung turun, melihat penis Mang Udin yang seperti mengkerut itu, wajah Adel tampak puas mengerjai Mang Udin seperti itu,..” Wah jangan-jangan Mang Udin emang impotent nich,.. ” Aku menyambar kesempatan yang dibuat oleh Adel,..
” Eh enak aja, ini kan belum keras aja,. ” Elak Mang Udin,
” Tapi ini kan udah ampe keluar lagi Mang,.. ” Tanya Lili, seperti biasa dengan gaya-nya yang polos,..
” Ya itu sich sial aja Non,.. ” Kata Mang Udin
” Ah yang bener Mang,.. ” Adel mengunakan jarinya menekan-nekan penis Mang Udin yang lemah itu,..
” Iya bener Non,.. ” Katanya menahan rasa sakit,..
” Kalau gitu aku mainin lagi ya Mang,.. ” Ancam ku, menarik penis Mang Udin, seperti ingin mengocoknya,..
” Ampun dech Non ampun,..Iya Mang Udin Impotent ” Kata Mang Udin tak tahan, kalang kabut, penisnya kian layu setelah terpaksa 3 kali memuntahkan spermanya terlebih dengan penisnya yang tak bisa keras itu, kata dia sich sedikit ngilu,.” Nah, Mang Udin mulai sekarang jangan suka iseng-iseng bawa orang luar lagi ya,.. ” Kataku, sambil membelai wajahnya,..
” Iya Non, gak lagi suer dech,.. “
” Nah Mang Udin juga gak mungkin kan cerita keimpotenaan Mang Udin kesebar,.. ” Kata-ku lagi,..
” Iya Non, Mang Udin negrti musti gimana, Janji,.. ” Wajahnya masih ditekuk
” Ya kalau gitu Mang Udin mandi dulu sana,.hehehe.. ” Adel mentertawai penis Mang Udin yang sekarang benar-benar terkulai lemah tak berdaya,..
” Gak dimandiin Non ?? ” Tanya Mang Udin masih tak tahu malu,..
” Tar ya Mang, kalau udah bisa tegak anu-nya,.. ” Lili ikut-ikutan mentertawai Mang Udin yang akhirnya mau mengakui kalau dia Impoten,..Dengan wajah yang Diteguk, Mang Udin keluar dari kamar-ku, dan kami bertiga pun tertawa lebar penuh dengan kepuasaan sehabis mengerjai Mang Udin,..
-
Video Bokep Asia Hana Harusaki ngentot anal setelah dicukur bulu memeknya
-
Yui Mizuna catwalk poison 77
-
Cerita Sex Om Ganteng
Cerita Sex ini berjudul ” Cerita Sex Om Ganteng ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.
Cerita Sex – Kisahku kali ini adalah akibat ulah isengku yang sering menggda om om ganteng yang sedang nongkrong dicafe atau lg di resto. Aku melakukan keisenganku ini bersama dengan seorang temanku yang namanya Sella. Owh ya namaku Karin umurku baru 16 tahun dan aku sekolah disalah satu SMA swasta terkenal dijakarta.
Menurut temen-temenku aku memiliki tubuh yang sangat indah, dengan tinggiku 162cm dan berat badanku 55kg dan wajah imut dan hidungku mancung. Aku juga memiliki kulit yang putih mulus dan rambutku yang agak kepirang-pirangan, jadi aku mirip seorang gadis bule. Dan aku memanfaatkan kelebihanku ini dengan keisenganku yang suka menggoda om-om ganteng. Namun yang kali ini godaanku keblabasan sampai akhirnya terjadilah Fantasi Sex sama Om Ganteng.
Pada suatu hari saat aku sedang tidak mood bersekolah, aku mengajak Sella untuk membolos dan akhirnya kita pun membolos. Aku dan sella sebelumnya sudah berjanjian kalau hari itu akan membolos jadi aku sudah menyiapkan pakaian ganti. Dan segeralah aku setelah berganti pakaian meluncur keslah satu pusat perbelanjaan yang ada dikota.
Saat pagi suasana mall masih sepi, ada satu dua glintir anak sekolah yang juga membolos dengan masih mengenakan seragamnya. Aku gak berani memakai seragam karena sering terjadi operasi anak sekolah membolos. Aku dan sella muter-muter gak ada arah sampai akhirnya aku memutuskan untuk pergi kesuatu tempat hiburan.
Tak terasa saking asiknya aku dan sella bermain waktu ternyata sudah sore, aku pun lantas berganti seragam dan berniat untuk pulang kerumah. Tak berapa lama setelah berganti memakai seragam sella mengajakku untuk ke sebuah cafe dan aku pun menyetujinya. Dan setelah berapa lama kita perjalanan akhirnya kita sampai disebuah cafe dan duduklah kita di meja yang paling pojok.
Suasana cafe sore itu gak terlalu ramai, hanya beberapa meja saja yang sudah terisi. Dicafe aku dan sella sempat menggoda pelayan cafe yang lumayan ganteng, namun pelayan cafe tersebut malu-malu dan gak berani menongolkan wajahnya kembali, jadi selesai sudah keisenganku. Cerita Mesum
Cerita Sex Fantasi Sex Bersama Om GantengSetelah makanan dan minuman kita habis, aku mengajak sella untuk pulang. Namun sella menarik tanganku dan menunjuk kesebuah meja.
“Diiiin…Liat tuuuh ada Om-Om ganteng Karin” ujar sella.
Aku yang tak begitu minat tetap mengajak pulang sella
“Aaahhh…Udah mau malem Niih, pulang yook” ajakku. Namun sella
“Bentar aaahhh godain dulu itu om-om, ganteng halo, coba liat dengan jelas dulu deh Karin” ucap sella.Dan aku pun duduk kembali dan memandangi om-om tersebut. Dan ternyata benar yang dikatakan oleh sella, om itu memang ganteng sekali. Tinggi, putih, tubuhnya gak terlalu gemuk dan wajahnya tampan sekali. Saat aku memperhatikan om-om itu, tib-tiba om-om itu juga memandangiku dan aku pun langsung memalingkan mukaku karena malu.
Cerita Sex Om Ganteng Namun si Sella malah menggoda om tersebut dengan mengedipkan matanya dan om-om itupun membalasnya dengan senyum serta tangan melambai seperti meminta kami untuk bergabung. Markas Judi Online Dominoqq
“Itu om-om minta kita untuk bergabung Karin, gmn??” tanya Sella.
“Aaahhh…enggak aahh, aku malu” jawabku.Setelah aku gak mau diajak bergabung ke meja om-om itu, Sella terus menggoda om tersebut dan lama-lama timbulah keinginanku untuk ikut menggoda om-om tersebut. Saat om itu memandangiku, aku langsung memberikan kecupan jauh kepadanya dengan maksud jika om itu benar tergoda aku tidak akan melayaninya dan aku akan langsung pulang jika om itu nyamperin aku.
Setelah tak berapa lama, aku pun mengajak Sella untuk pulang dan akhirnya setelah Sella puas menggoda om-om itu Sella mau diajak pulang, namun aku meminta Sella duluan keparkiran karena aku mau ketoilet dulu. dan setelah aku mau keparkiran, aku melewati meja si om-om itu dan Waktu aku lewat mejanya, si bapak nyapa,
“Karin, dah mo pulang ya, Eh namanya Karin ya, tadi temen kamu yang ngasi tau nama kamu. Nama yang cantik secantik orangnya”. Aku memang imut banget, kulit putih bersih, hidung mancung dan bibir tipis yang selalu basah. mataku katanya seksi banget, kalo dipandang sepintas kayak artis popi bunga.
“Iya om, Karin mo pulang, rasanya tadi om berdua deh”. gombal banget deeh niih om.
“Iya temen om dah balikduluan”.
“Wah gak da temennya dong om”.
“Kan ada Karin, mo nemenin om gak”. Aku diem aja, dia malah megang tanganku dan menarik aku sehingga aku terduduk di mejanya.Agresif banget ni si om.
“Gak usah takut om jinak kok, nama om… (dia nyebutin namanya)” katanya sambil mengulurkan tangannya.
Kujabat tangannya, iseng dia nekuk telunjuknya dan ngilik2 telapak tanganku sembari meremas tanganku.
“Ih, om siang-siang gini dah iseng”.
“Mangnya iseng baru bole malem ya Karin”. Aku senyum ja.
“Dah selesai ya makan2nya, mo makan lagi ma om”.
“Makasi om. Dah kenyang banget.”
“Kamu gak da acara, kita jalan yuk”.Wah bener kata temenku, pasti mo ngajakin bbs Dia turun dari meja, aku digandengnya. Seneng si digandeng ma om seganteng dia, kami menuju counter kasir dan dia membayar bonnya.
Kemudian aku digandengnya lagi menuju ke mobilnya di pelataran parkir. Dia bukain pintu mobilnya dan aku masuk duduk di kursi penumpang depan. Dia menutup pintu mobilnya pelan dan berjalan menuju pintu satunya, membukanya dan dia duduk disebelahku.“Pake seatbeltnya Karin, kalo gak ntar kudu nraktir polisi makan siang lagi”.
“Kok nraktir polisi om”.
“Iya kalo kamu gak pake seatbelt trus dibrentiin ma polisi kan om kudu ngasi dia uang”.
“O..nyogok toh maksud om”.
“Iya Karin, biar urusannya gak bertele. Tau kan makenya.” KArena aku sedikit kerimpungan memasangkan kaitan seatbelt ketempatnya, dia membantuku.Ternyata seatbeltnya membelit di ujungnya, sehingga dia membantu membetulkan belitannya, tangannya dijulurkannya melewati dadaku ketika membetulkan belitannya.
Gak tau sengaj pa enggak, tangannya menggesek toketku, Aku kaget juga ketika toketku kegesek tangannya. Toketku si kecil tapi ada lah, gak rata2 banget kaya anak seumuranku.
“Montok juga kamu”. Ternyata dia sengaja menggesek toketku untuk tau sebrapa gedenya.
“Ih si om, siang gini genit”.
“Tapi gak papa kan kalo om genit”. Setelah urusan seatbelt selesai,mobilnya meluncur meninggalkan tempat parkir, menerobos kemacetan rutin.
“Karin mo pulang dulu deh ya om”.
“Lo kok, katanya mo jalan”.
“Iya tuker baju dulu, masak jalan ma om pake seragam gini”.
“O gitu ya, taKarinya om pikir kita beli pakean aja buat kamu dulu, baru jalan”.
“Gak usah deh om, rumah Karin gak jauh kok”.
“Ntar sampe rumah gak bole lagi kamu jalan ma om”.
“Dirumah gak da sapa-sapa kok om”.
“Ortunya kemana”.
“kerja dua-duanya, dirumah cuma ada pembantu”.
“Sodaramu”.
“Karin anak tunggal kok om”.
“Wah manja dong ya”.
“Gak lah, tiap ari Karin mandi kok om pagi sore”.
“Kok mandi..” Dia gak ngarti gurauanku.
“Iya om, manja kan artinya mandi jarang”.
“O…” dia tertawa,
“asik juga ngobrol ma kamu”. Mobilnya melaju kerumahku, sesampenya dirumah aku turun dari mobil.Rumahku jaraknya dari rumah tetangga yang paling deket 50m jauhnya. karena posisi nya lebih deket dengan jalan raya sementara rumah2 disekelilingnya lebih menjorok kedalam.
“Yuk, om turun dulu, masak nunggu di mobil, kan om bukan sopirnya Karin”. Aku membuka pager, trus membuka pintu rumah dengan kunci yang memang aku bawa kemana-mana.
“Masuk om, mo Karin ambilin minum? Karin gerah mo skalian mandi dulu”.
“Gak usah minum deh,alo mandi si om mo ikutan”.
“Genit ah”. Dia duduk di ruang tamu, aku mengambilkan segelas teh dan menaruh di depannya.
“silahkan di minum om”. “makasih Karin,” jawabnya.aku duduk dan ngobrol apa aja dari masalah dia sampai urusan pacar segala.
“Mangnya kamu dah punya pacar ya Karin”. Aku cuman ngangguk,
“mang sekarang umur kamu berapa Karin?” Aku menyebut umurku.
“Masi muda sekali ya, mangnya gaya pacaran kamu kaya apa, paling cuma pegangan tangan ya Karin”. Aku gak sadar dia mancing-mancing aku, dalam hati aku ngegerutu, sial dianggep masi sd kali aku.
“kamu pernah di apain aja ama pacar kamu”.
“rahasia dong” “malu ya critanya, masa sama om pakai rahasia-rahasia segala”. aku terpancing dan crita kalo cowokku sering nyium dan juga suka di grepe-grepe.Dia nguber terus,
“mang apanya yg di cium dan di pegang2 Karin?”
“ih si om kayak gak tau aja, ya bibirlah”.
“lalu yang di pegang2 apanya”.
“yaa…anu…gimana ya”, aku baru sadar kalo aku terpancing sama omongannya.
“Kok gak di lanjutin sih, masa sama om malu gitu sih.”
“Suka di elus elus paha dan diremas remas toket Karin, tapi dari luarnya aja, geli”.
“Asik dong ya”.
“Om, Karin mo mandi dulu ya, risih nih, bau keringat”, kataku mengalihkan pembicaraan.
“ya udah, sana mandi dulu biar wangi”. Aku masuk kamarku, persis dekat dengan tempat si om duduk.Pintunya cuma aku rapetin aja, gak sampe ngelock, sehingga kalo ada angin bisa kebuka ndiri. Aku pengen tau ja si om responsenya kaya apa. Aku membuka lemari yang menghadap kearah pintu dan mengambil singlet tanpa lengan dan celana pendek, juga bra en cd. Aku melepas kancing baju seragam satu persatu lalu melepaskannya kemudian aku buka ikat pinggang dan resleting rok yang kemudian aku plorotin gitu aja.
Kemudian aku bercermin sambil megang2 toketku, gak lama kemudian aku melepas braku. walaupun toketku belum begitu gede tapi bentuknya bulat kencang dan begitu putih bersih dan putingnya yang berwarna pink belum begitu menonjol paling baru seberas ujung kelingking aja. terakhir aku buka cdku. jembutku belum begitu kelihatan masih samar2. Aku berdiri didepan kaca yang nepel di pintu lemari memandangi tubuhku.
Cerita Sex Om Ganteng Aku kaget juga ketika pintu kamar terbuka dan si om berdiri disitu. Matanya berbinar-binar memandangi tubuhku yang bugil yang nampak sepenuhnya dari bayangan di kaca di pintu lemari. “Katanya mo mandi Karin, kok jadi mandangin badan ndiri, sexy banget deh kamu, om jadi pengen nih”, katanya sambil nendekat dan memeluk tubuhku dari belakang.
Karena malu tangan kananku menutupi toket dan yang kiri menutupi selangkanganku.
“Dah bugil gitu kok masi malu si”, katanya lagi sambil membelai pinggiran tokedku, kemudian memilin putingku yang mulai mengeras karena ulahnya.
“Ooogghh.. sshh,” rintihku. Tubuhku dibaliknya menghadap dirinya, dia membungkuk dan mulai mengisap putingku sambil jemarinya terus menari-nari di toket kiriku.Tanganku meremas-remas rambutnya karena napsu mulai meland diriku. Lidahnya menyapu seluruh permukaan tokedku dan melumat putingku secara bergantian. nafasku menjadi tidak teratur.
Kemudian dia jongkok didepanku dan mulai mencumbui perutku dan terus kebawah ke arah selangkanganku.
“Meki kamu sexy banget Karin”, katanya sambil mengelus bibirmeki ku yang mulai basah.
“Dah napsu ya kamu, ampe basah gini”.
“Om si nakal, aaah”, lenguhku lagi.Otot mekiku terasa menegang ketika jarinya mulai merenggangkan bibir mekiku. Lalu jari tengahnya mengorek- ngorek klitku.
“Aaahh.. sshh.. mmhh”, desahku untuk kesekian kalinya.
Kemudian dia menjilat klitku, lalu menghisapnya kuat-kuat. Uaahh.. rasanya nikmat banget, palagi ketika lidahnya
mulai turun menyusuri daerah bibir mekiku.Si om kemudian menarik aku ke tempat tidur, aku ditelentangkan di situ kakiku masih menjuntai kelantai. Dia berbaring disebelahku, bibirku dilumatnya. Setelah sepuluh menit kami saling berpagutan, kemudian lidahnya bergerak menuruni leherku sampai bibirnya hinggap di tokedku.
Kembali dia mengemut pentilku yang dah menjadi kencang.
“om.. terus aachh.. ehmm..” desahku keenakan.
Kemudian dia semakin turun dan menghisap pusarku, aku tidak tahan diperlakukan demikian. Eranganku semakin panjang.
“Aaach.. geli aach.. om”. Dia terus menghisap-hisap pusarku lalu turun sampai di mekiku.
Dielusnya jembutku yang halus, kemudian mulai menjilati dan sesekali menghisap klitku. Aku mengangkangkan kakiku supaya dia mudah mengakses daerah selangkanganku.
“Aaacchh.. om terus achh.. enak..”
Aku semakin menggelinjang, tanganku menarik -narik sprei dan beberapa saat kemudian aku menjerit kuat.
“Aaacchh..” Dari mekiku menyembur lendir kenikmatan yang cukup banyak. Sruupp.. langsung dia menghisapnya sampai habis.
“Aaach om.. acchh..” jeritku untuk kesekian kalinya.Hebat banget si om, cuma dijilatin ja aku bisa nyampe, rasanya lebi nikmat diolah ma si om katimbang ma cowokku. Setelah mengalami orgasme yang pertama itu, aku tergeletak di atas ranjang. Dia tetep aja mengutak-utik mekiku. Birahiku kembali bergelora. Nafasku kembali memburu ketika ujung jari telunjuknya masuk ke dalam lipatan bibir mekikuku yang berair kemudian mengelus-elus lipatan dalamnya.
“Hoohh.. om.. enak banget..” rintihku. tokedku yang rasanya telah membengkak dijilatnya kemudian dilumatnya putingku yang sudah sangat keras itu.
Sedangkan telunjuknya terus memilin-milin klitku.
“Aaaghh.. terus.. jilatin om..” Dia berganti menjilati mekiku sedangkan tangannya beralih meremas-remas tokedku yang berwarna kemerahan oleh hisap- hisapannya.
Aku gak tahan diperlakukan seperti itu sampe akhirnya aku nyampe lagi.
“Om nikmat banget deh, cuma dijilat dan dikilik ja Karin dah 2 kali nyampe. Om lebi hebat dari cowok Karin deh”. “Tadi katanya cuma dari luar, gak taunya…” katanya sembari senyum.
Si om melucuti seluruh pakaianku. Penisnya sudah menegang sangat keras. Perkasa banget kelihatannya.
“Om masukin ya Karin, dah pengen banget nih”. Aku hanya menggangguk.
Cerita Sex Om Ganteng Dia menelungkup diatas badanku dan mengarahkan kontinya ke bibir mekiku. Walaupun dah pengen banget, si om gak grusa grusu. Pala kontinya digesek2kannya di bibir mekiku dan disodok2kannya pelan ke klitku. Napsuku kembali menggelora.
“Om masukin aja, Karin dah pengen dienjot om”. Dia hanya tersenyum dan tetap aja menggesek2kan palonnya di klitku.
Sampai akhirnya
“Aaaggh!” pekikku saat dia menekan kontinya masuk ke mekiku.
Dikit demi sedikit dia mengenjotkan kontinya pelan sehingga mengebor masuk mekiku sampai akhirnya Blees!! seluruh batangnya menjebol lubang mekiku. Rasa perih bercampur nikmat jadi satu ketika dia mulai mengocok liang mekiku keluar masuk.
“enak banget meki kamu Karin.. seret.. tapi siip..” bisiknya sambil terus memompa mekiku.
Aku mengeluarkan desahan dan rintihan birahi ketika dia mengenyot kedua tokedku gantian. kenikmatan itu aku rasakan dengan mata tertutup dan bibir yang menganga mendesah-desah.
Hingga kemudian aku desakan dari dalem mekiku.
“Aaahh aku mau keluar.. aahh.. sshh.. aahh..” pekikku.
Dia memompa mekiku semakin cepat sambil lidahnya semakin liar menjelajahi tokedku. Akhirnya aahh.., lendir kenikmatanku menghangat basah dan licin menyembur hingga membecek di sekitar selakanganku. Dia terus memompa dengan liar.
“Karin, nanti om keluarin didalem ya, gak papa kan”. Aku cuma mengangguk sambil merasakan kenikmatan yang baru saja melanda tubuhku.
Tiba2 dia menghentikan enjotannya dan mencabut kontinya dari dalam mekiku.
“Kok udahan om, kan om belom keluar, katanya mo dikeluarin didalem”, protesku karena saat itu aku mulai enjoy lagi merasakan enjotannya yang liar.
Aku ditariknya bangundan disurunya nungging dipinggir ranjang. Dia berdiri dibelakangku dan mengarahkan kontinya ke mekiku yang masi menganga lapar.
“Aaacchh!!” lenguhku ketika dia kembali menusukkan kontinya ke mekiku.
Langsung saja dia mengocok mekiku maju mundur, sambil kedua tangannya dengan gemas meremas-remas toketku dari belakang.
“Aduuh om.. terus.. ah.. nikmat sekali..rasanya Karin dah ingin keluar lagi om, aduuh.. nikmatnya, terus..yang cepat.. om.. aduh Karin nggak tahan ingin keluar..” aku menceracau tak karuan saking nikmatnya.
“Cepet amat Karin, om ja blon ngarasa mo kluar”.
“Nikmatnya banget si om”. beberapa saat kemudian tubuhku menegang dan sur.. suurr lendir kenikmatanku berhamburan membasahi selangkangan kami, kemudian menetes membasahi seprei.Aku lemes banget jaKarinya, sampe aku nelungkup dikasur, kontinya tercabut dari mekiku, masi sangat keras dan perkasa.
Dia membiarkan aku nlungkup dikasur untuk memberi kesempatan aku menKaringinkan gejolak akibat napsu dan rasa nikmat yang luar biasa.
“Om hebat banget deh, Karin dah berkali-kali nyampe om blon kluar-keluar juga”.
“Nikmat kan Karin?”
“Banget”.
“Mana nikmat ma cowok kamu?”
“Nikmat ma om lah”.
“Gak nyesel dong maen ma om”.
“Gak lah, tuntasin deh om, biar om keluar juga”.
“Bener ni masi sanggup, kayanya Karin dah lemes banget gitu”.
“Harus dong om, Karin dah berkali2 klimax masak om dibiarin ngegantung gini, namanya kan berbagi kenikmatan”.
“Iya deh, ganti posisi lagi ya”.Dia duduk dikepala ranjangku, lalu aku disurunya duduk di pangkuannya sambil saling berhadapan. digosok2kannya kontinya ke selangkanganku.
“sshhh…uuuhh aku mulai mendesis desis.
Digesekkannya palkonnya sambil menentukan lokasi masuk yang pas, diturunkannya perlahan. terasa kontinya udah masuk sebatas kepala, sedikit demi sedikit menaik turunkan badanku biar ada tekanan dan perlahan kontinya sedikit demi sedikit masuk.
“ssshhh om…”rintihku.
Dia mempercepat ritme goyangannya dan…..bless.. akhirnya kembali kontinya amblas kedalam mekiku.
“argghhhhh….sshhhhh….om”, rintihku. Dia mendiamkannya sejenak sambil menikmati otot otot mekiku , mekiku terasa berdenyut denyut menghisap kontinya, sungguh nikmat rasanya.
dia memelukku dengan erat, sedikit demi sedikit dia mengangkat pinggulku naik turun secara perlahan.
“sshhh ahhh….” kembali aku merintih ketika dia mempercepat goyangan pinggulku naik turun.
Cerita Sex Om Ganteng Dia mencium dengan mesra bibirku. permainan lidahnya pada rongga mulutku membuat aku semakin agresif berinisiatif untuk goyang naik turun sendiri, sehingga dia mempunyai kesempatan untuk meremas-remas tokedku dengan lembut dan sesekali-pilinnya putingku yang mengeras.
setelah 10 menit gerakanku semakin liar karena aku dah mau nyampe lagi, ruar biasa deh si om. jepitan mekiku semakin kencang dan berdenyut denyut membuat dia juga mempercepat sodokan kontinya ke mekiku. kedutan di mekiku tambah kencang, ini membuat aku menjadi semakin liar. Kupeluk dia erat banget, rambutnya kujambak2 dan punggungnya kucakar2 saking nikmatnya.
Dia makin gencar mengenjotkan kontinya kluar masuk dan akhirnya
“sshhh…Karin ..keluaaarrrr…om”, jeritku. “Om juga….sa…sayang…uuuhhh ssshhhh” dan crot…croot….croootttt…terasa semburan maninya di memekku dengan kenikmatan yang tiada tara.
untuk beberapa saat dan berangsur angsur kami mulai merasa lemas. Aku kecapaian bersandar ke badannya. kembali dia menciumku,
“Makasi ya sayang, om blon pernah ngerasain nikmatnya maen ma abg kaya kamu gini. Meki kamu peret banget, kedutannya berasa banget deh. Kapan2 lagi yuk”. Aku cuma menggangguk dan senyum. Kami masi duduk berpangkuan, dia mengelus2 rambutku yang basah karena kringet dan aku nyender ke dadanya. Romantis banget deh, kaya suami istri ja.
“Kita mandiyuk Karin, bis itu kita jalan, kan mo beliin pakean buat kamu. Besok kamu skolah ya”.
“Enggak om, ada rapat guru”.
“Ya udah, bis blanja en makan ketempat om yu, kamu nginep ja dirumah om”.
“Mo ronde kedua ya om”.
“Iyalah, mau kan”. Aku cuma menggangguk, demen banget deh disayang2 gitu, rasanya cowokku gak seromantis si om.
Kebayang ntar malem dirumahnya, pasti aku dikerjain abis2an ma si om.cerita seks bergambar, cerita dewasa seks, cerpen seks, cerita seks hot, kisah seks, cerita seks tante, cerita sexx, cerita sex janda, cerita hot sex, cerita sex pembantu, cerita sex gay, sex dewasa, cerita sex 2019, cerita sex artis, cerita sex jilbab, cerita ngesex, cerita sex sma, cerita sex dengan tante, cerita sex mama, cerita dewasa tante, kumpulan cerita seks, cerita hot dewasa,
-
Foto Ngentot Lilly Ford mengekspos payudara kecilnya di luar dan ngentot doggystyle
Duniabola99.com – foto pirang yang bugil diluar ruangan ngentot dengan pacarnya yang berkontol gede diatas sofa kecil dan memekai sepatu roda.
-
Cadence Lux dan Xandra Sixx setelah matahari terbenam
-
Kisah Memek ibu ku untuk mu, ibumu untuk aku
Duniabola99.com – Telepon yang anda tuju tidak dapat dihubungi. Silahkan ulangi beberapa menit lagi ”. Begitu yang kudengar setiap kupencet namanya pada memori HP ku. Lagi ada di mana si penjahat seks itu sampai HP nya dimatikan? Aku sampai lupa meminum es juice dan menyantap pisang keju yang terhidang di mejaku karena terus mencoba menghubungi Roni, temanku. “ Tumben sendirian. Biasanya sama Roni, ” kata Bu Tiwi, pemilik kantin. “Iya nih Bu, HP nya dimatikan. Nggak bisa dihubungi, ” ujarku setelah menghirup es juice yang terhidang dan mengunyah pisang keju. Sebenarnya telah hilang selera makanku pada makananan dan minuman favoritku itu karena tak berhasil menghubungi Roni.
“Kalau mau dateng ke pesantren kilat bareng mestinya janjian yang mateng. Jadi nggak manyun begitu,” ujar Bu Tiwi lagi sambil melayani pembeli yang lain. Benar juga omongan Bu Tiwi. Ini memang salahku. Semestinya, semalam atau tadi sebelum berangkat kontak Roni dulu hingga bisa janjian. Kalau sudah begini, aku yang repot. Mau ngikut pesantren udah kesiangan dan pasti pintu pagar udah ditutup sementara Roni tidak bisa dihubungi. Atau bisa jadi ia berangkat tanpa bawa HP. Gagasan untuk ngikut pesantren kilat ini memang murni ide kita daripada nganggur mendingan ngikut and bisa kenalan ma cewe-cewe pengajar yang katanya dari universitas muslim, katanya kakak- kakak pengajarnya banyak yang cantik-cantik. Joker1788Lagian ada juga yang ngikut dari sekolah laen. Sewaktu mau berangkat, Rizal, temanku yang lain datang ke rumah dan meminjamkan sejumlah VCD porno yang pernah ia janjikan dahulu. Lalu muncul gagasan untuk membolos dan nonton bareng Roni di rumahnya. Aku yakin Roni pasti tak menolak. Karena seperti kata Rizal diantara film-film yang dipinjamkan, ada yang bercerita tentang hubungan seks antara seorang anak laki-laki dengan ibunya. Thema seperti itu, atau setidaknya yang menggambarkan hubungan seks antara pria muda dengan wanita yang lebih dewasa bahkan yang lebih pantas menjadi ibunya, adalah yang sangat digemari Roni. Bahkan dalam pengalaman nyata, seperti pengakuan dan cerita Roni, ia sering menyetubuhi pembantunya, wanita yang telah berusia 43 tahun. Roni juga mengaku sering terangsang saat mengintip ibunya sendiri yang tengah telanjang. Itulah kenapa aku sering menyebutnya sebagai penjahat seks.
Di luar itu Roni juga yang mengajari dan memperkenalkanku pada kebiasaan onani. Menurutnya, aku tergolong pria puritan karena hingga berumur 18 tahun belum tahu dan tidak pernah melakukan onani. Dan ketika ia menggagas untuk membuat lubang rahasia untuk mengintip aktivitas ibuku dari kamarku yang memang bersebelahan dengan kamar ibu, aku tak kuasa menolaknya. Menurut Roni, tubuh ibuku sangat menggairahkan dan merangsang. Sama seperti tubuh ibunya yang memang usianya tak jauh berbeda karena usia ibu 47 sedang ibunya Roni lebih muda setahun. Dan seperti ibunya Roni, ibuku juga sudah menjanda cukup lama. Hanya Roni punya kakak perempuan yang sudah menikah dan hidup terpisah. Sedangkan aku, anak tunggal dan hanya hidup berdua dengan ibu sejak kecil. Bahkan konon, sebenarnya aku bukan anak ayahku yang meninggal saat usiaku masih balita. Tapi buah perselingkuhan ibu dengan pemuda tetangganya setelah menikah cukup lama dan tidak punya anak. Aku gak terlalu percaya ma omongan itu karena keluargaku adalah keluarga muslim yang taat, ibuku saja sudah lama memakai jilbab begitu juga denga ibunya Roni, kita jadi dekat dari kecil karena ibuku dan ibunya Roni sama-sama ngikut pengajian di tempat yang sama, buat ngisi kesibukan dan nambah kenalan juga kekayaan batin gitu alasan ibuku. Tapi memang si Roni lebih nekat dariku, kita sama-sama penasaran ama body perempuan-perempuan berjilbab, sapa tahu korengan kali,ha..ha.. “Sam memek ibumu besar dan membusung banget. Mau deh aku menjilati lubangnya. Ah, pasti enak banget kalau dientotin, ” ujar Roni berbisik ketika ia menginap di kamarku suatu malam dan mengintip ke kamar ibu dari lubang rahasia yang kami buat. Saat itu, ibu tidur mengangkang tanpa mengenakan celana dalam dan dasternya tersingkap.
Malam itu Roni memuaskan diri beronani sambil sambil mengintip dan membayangkan menyetubuhi ibuku. Dan lucunya, aku juga melakukan yang sama. Hanya aku melakukan secara diam-diam setelah Roni tertidur pulas. Benar seperti kata Roni, wanita seusia ibu memang lebih matang dan merangsang. Sejak itu, aku sering mengintip ke kamar ibu di saat terangsang dan hendak beronani. Aku juga ingin merasakan nikmatnya bersetubuh dengan ibu kendati sejauh ini belum pernah melakukan sekali pun dengan wanita lain. Satu jam lebih duduk tercenung sendiri di kantin Bu Tiwi akhirnya membuatku jenuh. Setelah sekali lagi mencoba menghubungi HP Roni tak tersambung, akhirnya kuputuskan untuk pulang. Paling ibu sudah berangkat ke Puskesmas tempatnya bekerja hingga nggak bakalan tahu kalau aku gak jadi ngikut, pikirku. Setelah membayar makanan, aku langsung keluar dan menyetop angkutan kota yang rutenya melewati jalur jalan dekat rumah. Motor memang sengaja tak kubawa karena tadinya berniat membolos dengan Roni. Sampai di rumah, seperti biasa aku masuk lewat pintu belakang. Kunci rumah bagian depan memang selalu dibawa oleh ibu karena dia yang berangkat belakangan setiap hari. Aku membawa kunci pintu belakang agar tak repot mampir ke kantor ibu untuk mengambil kunci saat pulang sekolah. Namun di dalam, saat masuk ke ruang tengah, aku dibuat kaget. sepeda motor Roni ada di sana terparkir di dekat motorku. Sementara tas hitam yang biasa dibawa ibu ke kantor teronggok di atas meja makan. Jadi ibu belum berangkat? Dan kenapa motor Roni ada di sini? Aku jadi curiga. Jangan- jangan Roni juga ada di sini dan lagi berdua dengan ibuku di kamarnya. Memikirkan kemungkinan itu, kuperlambat jalanku. Dengan berjingkat kumasuki kamarku sendiri. Setelah mengunci pintu kamar dari dalam, langsung kutuju lubang rahasia yang biasa kugunakan untuk mengintip ke kamar ibu.
Dugaanku tidak meleset. Roni ada di kamar itu berdua dengan ibuku. Di atas ranjang besar tempat tidur ibu, keduanya tengah melakukan perbuatan yang selayaknya tidak pantas dilakukan. Kulihat Ibu sudah tidak berpakaian, tapi masih mengenakan jilbabnya, seragam putih panjang khas puskesmas sudah teronggokdi lantai dan satu-satunya penutup tubuh yang dikenakan hanya celana dalam warna hitam, duduk menyandar di dinding kamar. Ia terlihat sangat menikmati apa yang tengah dilakukan Roni pada dirinya. Ya Roni menghisapi salah satu pentil susu ibu di bagian kiri dengan mulutnya. Sementara payudaranya yang sebelah kanan, sesekali dibelai dan diremas gemas oleh pemuda teman akrab dan kawan sekolahku itu. Seperti bayi yang kehausan, Roni menetek dengan lahap di payudara ibu yang besar, 36B, kutahu waktu kulihat di jemuran dulu. Pasti hisapannya sangat kuat pada puting susu ibu yang coklat kehitaman hingga ibu tampak menggelinjang menahan nikmat. Terlebih tangan Roni juga tak mau berhenti meremasi buah dadanya yang lain sambil sesekali memilin putingnya. “Ah… ah.. terus hisap Ron, ah enak banget. Tetek tante enak banget kamu begitukan Ron, ah.. sshh …ahh …aaahhh,” suara ibu terdengar mengerang dan melenguh menahan nikmat. Mungkin seharusnya aku merasa jengah atau stidaknya memprotes atas apa yang tengah dilakukan Roni pada ibuku. Tetapi tidak, aku malah menikmati permainan mereka. Bahkan ingin rasanya aku menggantikan peran Roni. Karena sudah cukup lama aku ingin menyentuh dan menghisap tetek ibu bahkan sekaligus menyetubuhinya. Aku memang sangat terangsang setiap mengintip dan mendapati ibu tengah telanjang. Hanya selama ini aku hanya bisa menyetubuhi dalam angan-angan yakni beronani sambil membayangkan menyetubuhinya. Aku makin terangsang ketika Roni mulai menciumi kemaluan ibu dari luar CD hitam yang dikenakannya.Kulihat ujung hidung Roni disentuhkan di bagian tengah memek ibu yang masih tertutup CD. Sesekali Roni juga menggunakan mulutnya untuk mengecup. Ah kenapa Roni tidak segera melepas saja CD hitam itu. Terus terang aku jadi tidak sabar untuk melihat bentuk sejelasnya vagina ibu. Selama ini, setiap mengintip, aku hanya bisa melihatnya sepintas. Kini, dengan posisi duduk mengangkang seperti itu, kalau CD nya dibuka pasti memek ibu bisa terlihat detilnya. Ternyata harapanku tidak sia-sia. Hanya, bukan Roni yang mengambil insiatif tetapi malah ibuku. “Kamu sudah kangen sama memek tante ya Ron? Tante buka deh celana dalamnya biar kamu bisa melihat sepuasnya atau melakukan apa saja sesuka kamu. Tetapi baju dan celana kamu dibuka juga dong, ” kata ibu sambil memelorotkan dan melepas celana dalamnya. Saat ibuku mau melepas jilbabnya ditahan sama Roni, “Jangan dilepas tante, tante lebih cantik kalo pake jilbab, sumpah”, rayu Roni Dan ibuku senyum-senyum saja mendengar kata-kata Roni, kini ibuku benar-benar telanjang tanpa sehelai benang yang menutupinya setelah CD warna hitamnya dilepas dan dilemparkan sekenanya, hanya jilbab yang masih menutupi kepalanya dan itu membuatku lebih terangsang karena Roni pernah bilang pengen ngentotin cewe yang masih pake jilbab, lebih bikin nafsu katanya dan bener banget karena kurasakan ada sensasi yang luar binasa kalo bisa ngentotin cewe yang masih pake jilbab. Dan yang membuatku kaget, memek ibu yang biasanya terlihat lebat ditumbuhi rambut hitam, telah dicukur gundul. Padahal tiga hari lalu, saat aku mengintipnya dari kamar seusai mandi, vagina ibu masih tertutup oleh kerimbunan rambut hitam keritingnya. Tetapi memek yang telah tercukur kelimis itu lebih merangsang karena seluruh detilnya jadi terlihat jelas.
Dalam posisi duduknya yang mengangkang, kemaluan ibuku membentuk busungan besar yang terbelah di bagian tengahnya. Hanya, bibir bagian luarnya yang berwarna coklat kehitaman terlihat tebal dan berkerut. Kontras dengan warna di bagian dalam yang agak kemerahan. Sedangkan kelentitnya yang berada di ujung celah bagian atas, terlihat cukup besar ukurannya. Mungkin sebesar biji jagung dan tampak mencuat. Ah .. merangsang banget. Bibir bagian luar memek ibu yang berwarna coklat kehitaman, tebal dan berkerut itu, kemungkinan terbentuk akibat seringnya tergesek kejantanan milik laki-laki. Baik milik almarhum suaminya semasa hidup atau milik ayah kandungku yang menjadi teman selingkuh ibu. Bahkan mungkin kontol beberapa pria lain yang pernah singgah dalam hidupnya karena beberapa tahun lalu sempat pula kudengar kabar ibu ada main dengan salah seorang atasannya hingga sebagai PNS ia sempat dipindahtugaskan ke daerah terpencil selama beberapa waktu. Roni menghampiri ibuku setelah melepas baju kokonya dan semua yang dikenakannya. Kontolnya tampak tegak mengacung dan keras. Hanya, soal ukuran, kuyakin setingkat di bawah punyaku yang lebih panjang dan besar,palingan Cuma 13 cman dibanding punyaku yang kalo ngaceng banget bisa sampai 17cman. Tadinya kukira Roni akan langsung menindih dan menancapkan rudalnya di memek ibu yang memang telah menunggu untuk disogok. Namun dengan santai, bak lelaki dewasa yang sudah berpengalaman dengan perempuan, direbahkannya tubuhnya dekat tubuh ibu mengangkang. Posisi kepalanya persis berada diantara kedua paha ibu yang terbuka lebar atau persis berhadapan dengan memek ibuku.
Posisi itu dipilihnya, nampaknya agar ia dapat dengan mudah menatapi memek ibuku dari jarak sangat dekat dan sekaligus menyentuhnya. Ibuku kian membuka lebar kangkangan pahanya ketika tangan Roni mulai menjamah bagian paling sensitif miliknya. Diusap-usapnya bibir luar memek ibu yang tebal dan berkerut dengan telapak tangannya dan sesekali diselipkannya ujung jari tengah tangan Roni ke lubang di antara celahnya. Disentuh sedemikian rupa oleh tangan Roni, terlebih ketika jari tengah teman sekolahku itu menyentuh kelentitnya, mulut ibu mulai mendesis dan melenguh. Roni tak hanya menggunakan tangan untuk menyentuhnya tetapi mulai menggunakan lidahnya untuk menjilat dan mengkilik lubang kenikmatannya, maka desahan yang keluar berubah menjadi erangan. Bahkan tubuh ibuku terlihat menggelinjang dan tergetar ketika Roni mengecupi dan menghisapi kelentit ibuku. “Aauuw.. oh.. oh.. Ron kamu apakan memek tante. Ssshh.. sshh oh enak banget Ron. Ya.. ya ahh enak banget Ron, terus sayang ya terus aahhh , ” erangnya menahan nikmat. Suara yang keluar dari mulut ibuku, bukannya membuat Roni menghentikan aksinya. Tetapi malah memberinya semangat untuk membuat aksi jilatan dan hisapan dengan mulutnya lebih efektif. Agen Joker1788Lidahnya makin dalam dijulurkan ke dalam lubang kemaluan itu dan hisapannya pada kelentit ibu dilakukannya dengan lebih keras dan gemas. Hingga tubuh ibuku berkali- kali meronta dan menggeliat namun terlihat sangat menikmatinya sambil meremas sendiri ujung jilbabnya. Puncaknya, Roni tak hanya menjilati lubang memek ibuku. Lidahnya yang kuyakin telah terlatih untuk menjilati lubang kemaluan Bik Suti, wanita yang bekerja sebagai pembantu di rumahnya yang sering diceritakannya, mulai mencari sasaran lain. Itu kuketahui karena setelah ia meremas-remas pantat besar ibuku dan membukanya hingga lubang anusnya terlihat, lidahnya kembali dijulurkan dan diarahkan ke sana. Dan tanpa rasa jijik sedikitpun ia mulai menyapu-nyapukan lidahnya di lubang anus yang berwarna senada dengan memek ibu yang coklat kehitaman. Tidak hanya menyapu dan menjilat, lidah Roni pun dicolokkan bagian ujungnya seolah berusaha menerobos ke bagian dalam lubang anus itu. Diperlakukan seperti itu ibu memekik keras menahan nikmat. “Iiiihhhh diapakan lagi tante Ron. Okh.. okh.. sshh … aahh enak banget Ron. Kamu pintar banget sayang. Tante nggak pernah merasakan yang seperti ini, ” ungkapnya terbata di sela-sela rintihan dan lenguhan yang keluar dari mulut ibuku. Mungkin karena sudah tak tahan menahan gairah yang kian memuncak, ibu akhirnya menggeser tubuh. Melepaskan pantatnya dari mulut Roni yang terus mencengkeram menyerang anusnya dengan jilatan lidahnya. Tadinya ibu bermaksud melakukan serangan balik yakni mengerjai kontol Roni dengan mulutnya. Namun Roni memaksa ingin tetap dapat mengerjai bagian bawah tubuh ibu. Hingga akhirnya disepakati untuk melakukan posisi 69 yang memungkinkan keduanya dapat menjilat dan menghisap bagian paling peka milik keduanya.
Dengan posisi merangkak di atas tubuh Roni yang telentang, ibu memulai aksinya dengan melakukan sapuan dan jilatan pada kepala penis Roni yang tegak mengacung. Lalu, dikulum dan dimasukkannya batang penis Roni ke dalam mulutnya sambil dihisap-hisapnya. Merangsang banget, melihat ibuku yang masih berjilbab mengeluar masukkan kontol Roni. Perlakuan serupa dilakukan ibu pada kedua biji pelir kemaluan Roni. Maka kini Roni dibuatnya seperti cacing kepanasan. Tubuh Roni terlihat mengejang. Ia juga mengerang melampiaskan rasa nikmat yang diterimanya dengan meremasi bongkahan pantat besar ibuku. Menikmati adegan panas yang dilakukan ibu dan Roni dari tempatku mengintip, tanpa sadar aku mengeluarkan sendiri kontolku yang juga telah tegak mengacung dan mulai meremasinya sendiri. Nafasku memburu menahan gairah yang kian membakar. Ah, kapan aku bisa menyentuh dan menikmati keindahan tubuh ibu seperti yang tengah dilakukan Roni saat ini, keluhku membatin. Bahkan sempat pula menyelinap dalam anganku untuk menikmati kehangatan tubuh Tante Romlah, ibunya Roni. Kocokan pada penisku makin kupercepat ketika adegan di kamar ibu mendekati klimaks.
Kulihat ibu telah dalam posisi berjongkok di atas pinggul Roni dan mengarahkan lubang memeknya ke tonggak kontol Roni yang tegak mengacung. Maka ketika pantat ibu diturunkan perlahan, masuk dan amblaslah batang kontol itu ke dalam kehangatan kemaluan ibuku. “Kamu diam saja Ron, kini giliran tante yang memberi kenikmatan, ” kata ibu sambil mulai menaik-turunkan pinggulnya. Tidak hanya gerakan naik turun yang dilakukan ibu di atas tubuh Roni. Sesekali, sambil membenamkan lebih dalam kontol Roni di dalam lubang memeknya, pinggul ibu memutar-mutar sambil meremas- remas rambutnya yang berjilbab sehingga agak longgar juga jilbab ibu dan tangan Roni kadang ikut meremas tetek ibu yang besar itu, hingga keduanya merasakan kenikmatan yang ditimbulkan. “Ah.. sshhh oh.. oh.. memek tante enak banget seperti menghisap. Oh.. oh enak banget tante, ah.. ah punya Roni mau keluar tan, akkhhhh … oouugghhh,” “Tahan dulu Ron jangan dikeluarkan dulu. Kita ganti posisi ya? Biar keluarnya sama-sama enak, ” ujar ibu sambil merubah posisi. Tanpa menunggu lama, setelah ibu kembali dalam posisi mengangkang, Roni yang terlihat sudah tidak mampu lagi mengontrol gairahnya langsung mengarahkan ujung kontolnya ke lubang memek ibuku. Dan entah disengaja atau karena tak mampu menahan gairah yang menggebu, Roni menurunkan pinggulnya dengan sentakan yang cukup kuat. Akibatnya, di samping batang kemaluan Roni langsung amblas terbenam, ibu jadi memekik tertahan. “Auw .. pelan-pelan dong sayang,” “Maaf tente. Habis Roni gemes sih sama memek tante, ” kata Roni sambil terus menaik turunkan tubuhnya di atas tubuh ibuku. Awalnya hanya perlahan. Namun ketika ibu mulai meningkahi dengan menggoyang-goyang memutar pinggulnya, hunjaman kontol Roni di memek ibuku semakin cepat. Akibatnya peluh nampak berleleran pada pasangan berlainan jenis sekaligus berbeda usia cukup jauh yang tengah melampiaskan hasratnya itu. Sesekali tangan Roni kulihat ikut menarik, meremas kuat jilbab ibu, menjamah dan meremasi tetek ibuku yang terguncang- guncang. Memilin-milin putingnya dan juga menghisap dengan mulutnya.Tenda-tanda keduanya hendak mencapai klimaks terlihat ketika gerakan Roni terlihat kian tidak terkontrol. Begitu pun ibu, goyangan pinggulnya tidak berirama lagi. Puncaknya, keduanya sama-sama memekik dan mengerang dengan tubuh mengejang. “ Hhaakh..akkhhh..mmm..ssssstt….. nnhhikkhhmmaaat …… bbhhaannggeetthh…. Rrrhhonn” erang ibuku, “Tante Mmmhhoo ssshhaammmppp….oouugggghhh……” teriak ibuku sambil meremas kuat jilbabnya yang sudah mulai terlepas. “ Iiiyyyaahhh… tttthhaannn… ssshhhaaamm…mmaa…aaahhhh……” tukas Roni sambil ngeremes tetek ibu kuat-kuat. Maka jebolah pertahanan Roni, maninya tercurah menyembur di lubang nikmat memek ibuku “ Nnnikkhmatt… banget tantee.. haakh..hakh..aaaarrrggghhhh …… cccrooottt….crrrooott ……sssssttttt…..hhhooookhhhhh….” ceracau Roni. Sedangkan ibuku, puncak orgasmenya ditunjukkan dengan belitan kakinya ke pinggang Roni dibarengi tubuh yang mengejang hebat. “Oookkhhhhh……yyyyaaahhhhh ……eemmmmhh……ssssttthhhh…… “ Pagi itu, setelah ibu kembali ke kamar seusai membersihkan diri di kamar mandi, sebenarnya Roni mencoba melakukan pemanasan kembali. Saat ibu berdiri di depan meja rias dan hendak memakai celana dalam, Roni mencegahnya. Ia berjongkok di depannya dan mulai mengecupi memek ibu. Bahkan salah satu kaki ibu diangkatnya dan ditempatkannya di kursi meja rias hingga memudahkannya menjilati memek ibu. Namun kendati ibu terlihat kembali terangsang oleh hisapan mulut Roni pada kelentitnya, ia menolak melanjutkannya lebih jauh. Menurut ibu, hari ini ada rapat penting di kantornya yang tidak dapat ditinggalkan. Maka Roni terpaksa harus menahan diri untuk kembali melampiaskan gairah mudanya yang masih menggebu. Keduanya meninggalkan rumah setelah berdandan rapi. Sedangkan aku, terpaksa meneruskan onaniku yang belum tuntas sambil membayangkan hangatnya tubuh ibuku. Bagian II Sejak peristiwa itu, aku jadi tahu kemana perginya Roni tiap membolos sekolah tanpa mengajakku. Belakangan memang Roni sering membolos tetapi tidak memberitahu dan mengajakku. Rupanya dia punya acara asyik ngentot dengan ibuku.
Tetapi yang membuatku kagum dan mengundang rasa ingin tahuku, bagaimana awal mulanya hingga ia bisa berselingkuh dengan ibuku? Untuk bertanya langsung padanya aku tidak berani. Takut dia jadi tahu bahwa sebenarnya perbuatannya dengan ibuku telah diketahui olehku dan pertemananku dengannya jadi renggang. Lagian terus terang, kalau diberi kesempatan, aku juga ingin banget bisa bisa menikmati memek ibu. Juga ngentot dengan ibunya Roni yang bodi dan keseksiannya nyaris sama dengan ibuku jadi aku harus membina keakraban dengan Roni. Hanya untuk melangkah ke arah itu aku belum berani dan tidak punya pengalaman seperti Roni. Belakangan, sejak mengetahui antara ibu dan Roni ada hubungan khusus, aku sering memberi kesempatan agar mereka bisa menyalurkan hasratnya secara lebih leluasa. Saat Roni main ke rumah, aku pura-pura punya acara dengan teman lain dan meninggalkan mereka. Padahal, aku malah ke rumah Roni dengan berpura-pura pada ibunya hendak menemui dia. Hingga belakangan hubunganku dengan ibunya Roni makin akrab dan aku bebas melakukan apa saja di rumahnya seperti halnya Roni di rumahku. Seperti sore itu, di saat Roni main ke rumah, aku berpura-pura udah janjian dengan teman kampungku untuk menghadiri acara ulang tahun. Padahal aku langsung ke rumah Roni. “ Tadi katanya ke rumah kamu Did? Padahal udah dari tadi lho, ” kata ibunya Roni saat aku masuk. Saat membukakan pintu, ibunya Roni rupanya habis mandi. Tubuhnya kelihatan masih basah, terlihat dari baju kurung terusan yang dipakenya, tercetak teteknya yang menggunung. Tetek ibu Roni lebih manteb dari punya ibu, karena keliatan lebih runcing. Tapi jilbab yang dipakenya sudah tampak rapi, keliatan mau pergi. “Hemm…” dengusku agak kesal juga. Seperti halnya ibuku, ibunya Roni juga berbodi tinggi besar. Pantatnya besar membusung dengan pinggul yang mengundang. Hanya, kulit Tante Romlah (nama ibunya Roni) agak sedikit gelap. Tetapi kesemua bagian tubuhnya benar-benar merangsang hingga membuatku terpana menatapinya. Namun anehnya, kendati tatapanku terang-terangan tertuju pada dadanya yang agak tercetak dan bagian lain tubuhnya yang mengundang selera, ia seperti tak menghiraukannya. Setelah mempersilahkanku masuk dan menutup pintu, dengan santai ia membereskan koran dan majalah yang terserak di ruang tamu.
Posisinya yang agak membungkuk saat melakukan aktivitasnya itu menjadikan gairahku terpacu lebih kencang. Betapa tidak, karena baju kurungnya yang lebih mirip kayak daster Cuma ga tipis-tipis banget membuat bongkahan pantat besarnya kini ikut-ikutan tercetak di bajunya dan keliatan ibu Roni belum sempat memakai CD. “Fiuh… sayang mo pergi.., sial” umpatku dalam hati Kuyakin itu disengaja. Karena ia seperti berlama-lama dalam posisi itu kendati koran dan majalah yang dibereskan hanya sedikit. Ah ingin rasanya meremas pantat besar yang menggunung itu. Kalau Roni, mungkin ia sudah nekad melakukan apa yang diinginkan. Tetapi aku tidak memiliki keberanian hingga hanya jakunku yang turun naik menelan ludah. “Eh Did, kamu ada acara nggak? Kalau nggak ada acara, tolong antar tante ya. Tante harus menagih ke orang tapi tempatnya jauh dan sulit kendaraan, ” ujarnya setelah semua koran dan majalah tertata rapi di tempatnya. “Eee.. ee bi.. bisa tante. Nggak ada acara kok, ” kataku agak tergagap. “Kalau begitu tante ganti baju dulu. Oh ya kalau kamu haus ambil sendiri di kulkas, mungkin masih ada yang bisa diminum, ” ujarnya sambil tersenyum. Senyum yang sangat manis namun sangat sulit kuartikan. Satu buah teh botol dingin yang kuambil dari kulkas langsung kutenggak dari botolnya. Rupanya, tontonan gratis yang sangat menggairahkanku tadi membuat tenggorokanku jadi kering hingga teh botol dingin itu langsung tandas. Belakangan baru kusadari, ternyata Tante Romlah tidak menutup kembali pintu kamarnya. Dengan bertelanjang bulat, karena baju kurungnya tadi telah dilepas, dengan santai ia memilih-milih baju yang hendak dikenakan. Maka kembali suguhan mengundang itu tersaji di hadapanku. Bukan hanya pantatnya yang besar membusung. Buah dada Tante Romlah juga besar tapi keliatan kencang dan meruncing, mungkin 36C lah. Putingnya yang berwarna coklat kehitaman, terlihat mencuat. Ah ingin banget bisa membelai dan meremasnya atau menghisapnya seperti yang dilakukan Roni pada tetek ibuku.Sebenarnya aku ingin banget melihat bentuk memek Tante Romlah secara jelas. Namun karena posisinya membelakangiku, aku tak dapat melihatnya. Tetapi benar seperti kata Roni, tubuh ibunya yang berambut sebahu itu masih belum kehilangan pesonanya sebagai wanita. Setelah menemukan baju yang dicari dan berniat dipakainya, Tante Romlah berbalik dan memergokiku tengah menatapi tubuh telanjangnya. Tetapi sepertinya ia tidak marah. Bahkan dengan santai, ia kenakan celana dalam di hadapanku. Hanya karena merasa tidak enak dan takut dianggap terlalu kurang ajar, aku segera meninggalkannya menuju ke ruang tamu untuk menunggunya. Ibunya Roni meski telah bergelar hajah dan setiap keluar rumah selalu membungkus rapat tubuhnya dengan busana muslimah, namun masih menjalankan usaha yang tercela. Di samping bisnisnya sebagai pedagang perhiasan berlian, ia juga meminjamkan uang dengan bunga tinggi atau rentenir, bahkan temenku Roni sempat beberapa kali memergoki ibunya jalan bareng sama laki-laki di luar. Hanya kalau di rumah, pakaian yang dipakainya agak lebih santai dan lebih tipis, menurutku lebih seperti daster ibu- ibu tetangga cuman lebih panjang dan berlengan dan tidak sungkan- sungkan memamerkan tubuh indahnya seperti yang barusan dilakukan di hadapanku. Rumah orang yang ditagih Tante Romlah ternyata memang cukup jauh dan kondisi jalannya juga jelek. Untung orangnya ada dan memenuhi janjinya membayar hutang hingga Tante Romlah terlihat sangat senang. Saat pulang, karena sudah malam dan kondisi jalan sangat jelek, beberapa kali motorku nyaris terguling. Karena takut terjatuh, Tante Romlah membonceng dengan memeluk erat tubuhku. Dengan posisi membonceng yang terlalu mepet, sepasang gunung kembar Tante Romlah terasa menekan punggungku. Aku jadi membayangkan bentuknya yang kulihat saat ia telanjang di rumahnya. Hal itu membuatku terangsang dan menjadikan konsentrasiku mengendarai sepeda motor agak terganggu. Bahkan nyaris menabrak pengendara sepeda yang ada di hadapanku. Untung Tante Romlah segera mengingatkannya. “Did karena kamu sudah mengantar tante, tante akan memberi hadiah istimewa. Tapi kamu harus menjawab dulu pertanyaan tante dengan jujur, ” kata Tante Romlah saat perjalanan hampir sampai rumah. “Pertanyaan apa Tan?” “Tadi waktu lihat tante telanjang di kamar, kamu terangsang kan ?” katanya berbisik di telingaku sambil kian merapatkan tubuhnya.
Aku tak menyangka ia akan bertanya seperti itu. Aku jadi bingung buat menajawabnya. Harusnya kujawab jujur bahwa aku sudah sangat terangsang. Tetapi aku nggak berani takut salah. Sampai akhirnya, kurasakan tangan Tente Romlah meraba bagian depan celana dan meraba kontolku yang telah tegang mengacung. “Ini buktinya punyamu tegang dan mengeras. Pasti karena terangsang membayangkan tetek tante yang menempel di punggungmu kan ?” “I..i.. iya tan,” kataku akhirnya menyerah. “Nah gitu dong ngaku. Makanya cepet deh bawa motornya biar cepet sampai rumah. Kalau Roni belum pulang, nanti kamu boleh lihat punya tante sepuasmu, ” ujarnya lagi sambil terus mengelus kontolku. Penawaran ibunya Roni adalah sesuatu yang paling kudambakan selama ini. Maka langsung saja kupacu kencang laju sepeda motor seperti yang diperintahkannya. Mudah-mudahan saja Roni belum pulang hingga tidak membatalkan niat Tante Romlah untuk memberi hadiah istimewa seperti yang dijanjikannya. Mudah-mudahan ia masih terus asyik menikmati kehangatan tubuh ibuku seperti yang pernah kulihat. Sampai di rumah, setelah tahu Roni belum pulang, aku diminta memasukkan sepeda motor dan menutup pintu. “Setelah itu tante tunggu di kamar,” ujarnya. Namun setelah semua perintahnya kulaksanakan, aku ragu untuk masuk ke kamar Tante Romlah seperti yang diperintahkannya. Tidak seperti Roni yang telah berpengalaman dengan wanita setidaknya dengan pembantu di rumahnya dan dengan ibuku, aku belum pernah melakukannya meskipun sering beronani dan membayangkan menyetubuhi ibuku maupun ibunya Roni. Hingga aku hanya duduk mencenung di ruang tamu menunggu panggilan Tante Romlah. Sampai akhirnya, mungkin karena aku tak kunjung masuk ke kamarnya, Tante Romlah sendiri yang keluar kamar menemuiku. Hanya yang membuatku kaget, ia keluar kamar bertelanjang bulat tanpa sehelai benang menutupi tubuhnya. “Katanya suka melihat tante telanjang, kok nggak cepet masuk ke kamar tante ?” katanya menghampiriku. Ia berdiri tepat di hadapan tempatku duduk seolah ingin mempertontonkan bagian paling pribadi miliknya agar terlihat jelas olehku. Tak urung jantungku berdegup lebih kencang dan jakunku turun naik menelan ludah. Betapa tidak, tubuh telanjang Tante Romlah kini benar-benar terpampang di hadapanku. Diantara kedua pahanya yang membulat padat, di selangkangannya kulihat memeknya yang menggunduk.
Licin tanpa rambut karena habis dicukur. Dan seperti memek ibuku, bibir luar kemaluannya yang berwarna coklat kehitaman tampak berkerut-kerut. Seperti kebanyakan wanita seusia dengannya, perut Tante Romlah sedikit membuncit dan ada lipatan- lipatan di sana. Namun buah dadanya yang menggantung dengan putingnya yang menonjol nampak lebih besar ketimbang milik ibuku. Ibu temanku itu hanya tersenyum melihat ulahku yang seperti terpana menatapi bukit kemaluannya. Entah darimana datangnya keberanian itu, tiba-tiba tanganku terulur untuk meraba memek Tante Romlah. Hanya sebelum berhasil menyentuh, keraguan seperti menyergap hingga nyaris kuurungkan niatku. “Ayo Did pegang saja. Kamu ingin merabanya kan? Sudah lama punya tante nggak ada yang menyentuh lho, ” rayu Tante Romlah melihat keraguanku. Hangat, itu yang pertama kali kurasakan saat telapak tanganku akhirnya mengusap memek wanita itu. Permukaannya agak kasar, mungkin karena bulu-bulu rambutnya yang habis dicukur. Sedangkan di bagian tengah, di bagian belahannya, daging kenyal yang berkerut-kerut itu terasa lebih hangat. Aku mengelus dan mengusapnya perlahan. Ah, tak kusangka akhirnya aku dapat menjamah kemaluan Tante Romlah yang sudah lama kudambakan. Sambil tetap duduk, aku terus merabai memek ibu temanku itu. Bahkan jariku mulai mencolek-colek celah diantara bibir vaginanya yang berkerut. Lebih hangat dan terasa agak basah. Sebenarnya aku ingin sekali melihat bentuk kelentitnya. Namun karena Tante Romlah berdiri dengan kaki agak merapat, jadi agak sulit untuk dapat melihat kelentitnya dengan leluasa. Untungnya, Tante Romlah langsung tanggap. Tanpa kuminta, kaki kanannya diangkat dan ditempatkan di sandaran kursi tempat aku duduk. Dengan posisinya itu, memek ibunya Roni jadi lebih terpampang di hadapanku dalam jarak yang sangat dekat. Kini bibir kemaluannya tampak terbuka lebar. Di bagian dalam warnanya kemerah-merahan. Dan kelentitnya yang ukurannya cukup besar juga terlihat mencuat. “ Pasti kamu ingin lihat itil tante kan? Ayo lihat sepuasmu Did. Atau jilati sekalian. Tante ingin merasakan jilatan lidahmu, ” ujar Tante Romlah lagi. Ia mengatakan itu sambil memegang kepalaku dan menekannya agar mendekati ke selangkangannya. Jadilah wajahku langsung menyentuh memeknya karena tarikan Tante Romlah pada kepalaku memang cukup kuat. Saat itulah, aroma yang sangat asing yang belum pernah kukenal sebelumnya membaui hidungku.Bau yang timbul dari lubang memek ibunya Roni. Bau yang aneh tapi membuatku makin terangsang. Aku jadi ingat segala yang dilakukan Roni pada memek ibuku. Maka setelah menciumi dengan hidungku untuk menikmati baunya, bibir kemaluannya yang berkerut langsung kulahap dan kucerucupi. Bahkan seperti menari, lidahku menjalari setiap inci lubang nikmat Tante Romlah. Sesekali lidahku menyodok masuk sedalam yang bisa dicapai dan di kesempatan yang lain, ujung lidahku menyapu itilnya. Hasilnya, Tante Romlah mulai merintih perlahan. Tampaknya ia mulai merasakan kenikmatan dari tarian lidahku di lubang kemaluannya. “Ahhhh… sssshhhhh … aakkkhh enak banget Did. Terus sayang, aakkkhh .. ya.. ya enaaakhh sayang ahhhhh, ” suara Tante Romlah mulai merintih dan mendesis. Ia juga mulai merabai dan meremasi sendiri buah dadanya. Aku jadi makin bersemangat karena yang kulakukan telah membuatnya terangsang. Itil Tente Romlah tidak hanya kujilat, tetapi kukecup dan kuhisap-hisap. Sementara bongkahan pantat besarnya juga kuraih dan kuremasi dengan tanganku. “Auuww … enak banget itil tante kamu hisap sayang! Aahh …. sssshhhhh ..oookkkhhhh… enak banget. Kamu pinter banget Did,… aaakkkhhh ….ssshh …aaarrrggghhh,” rintihanya makin menjadi. Cukup lama aku mengobok-obok memek Tante Romlah dengan mulut dan lidahku. Memeknya menjadi sangat basah karena dibalur ludahku bercampur dengan cairan vaginanya yang mulai keluar. Akhirnya, mungkin karena kecapaian berdiri atau gairahnya semakin memuncak, ia memintaku untuk menghentikan jilatan dan kecupanku di liang sanggamanya. “Kalau diterusin bisa bobol deh pertahanan tante,” ujarnya sambil memintaku untuk berganti posisi. Namun sebelumnya, ia memintaku untuk membuka semua yang masih kukenakan.
Bahkan seperti tak sabar, saat aku tengah melepas bajuku ia membantu melepas ikat pinggang dan memelorotkan celana jins yang kukenakan. Termasuk celana dalamku juga dilolosinya. ”Wow… kontol kamu gede banget Did! Keras banget lagi, ” seru Tante Romlah saat melihat kontolku telah terbebas dari pembungkusnya. Diremas-remas dan dibelainya kontolku, membuatku tambah ngaceng saja dan saat lidahnya mau menyentuh kontolku aku minta Tante Romlah mengenakan jilbabnya lagi, ku bilang rayuan yang sama punyanya Roni, “Tante keliatan cantik kalo masih pakai jilbab” rayuku, sambil senyum-senyum geli ibu Roni memakai jilbabnya kembali dan saat Tante Romlah sibuk memakai jilbabnya, aku gak sabar ngeliat tetek tante yang menganggur, seketika aku jilat-jilat sambil ku hisap pelan putting teteknya bergantian sehingga Tante Romlahpun agak menggelinjang, “ Oouukkhh…udah gak sabar ya, lidah kamu pinter juga… eemmmhhh……” desah Tante Romlah. “Sekarang giliran lidah tante Did” kata tante yang langsung jongkok dan mencaplok kepala kontolku dengan mulut dan lidahnya. “Uuukkhhh…… aaaakhhhhh…..” desahku saat lidah basah tante menyentuh kontolku,hangat banget. Mulut tante keliatan kesulitan menggelomoh kontolku yang lumayan besar diameternya, tapi meliat mulut tante bekerja keras mengenyot kontolku apalagi dengan masih pakai jilbab membuat aku sangat terangsang karena baru kali ini akau merasakan lidah perempuan menari-nari di kontolku. “ Mulut tante gak muat sayang, panjang dan gedhe banget sih, emm..emm… tapi tante suka banget…” Sambil menghisap, tante juga mengocok- ngocok kontolku hingga makin tambah panjang dan keras saja kontolku. Dengan gemas, tante mengulum juga biji kontolku sambil tangannya tetap mengocok kontolku dengan kencang. “Aaakkhhhh…… eennaakk …banget tante, mulut tante hhaaahh … ngaatthhh banget…oohh” ceracauku merasakan kenyotan mulut Tante Romlah yang luar biasa nikmat, kontolku seperti di sedut-sedut dan pintarnya mulut dan lidah Tante Romlah hanya bermain di kepala kontolku yang notabene itu bagian paling peka di kontol laki-laki sambil tangannya mengocok, meremas dan memilin-milin batang kontolku dengan cepat dan teratur.
Aku makin gak tahan dengan perlakuan Tante Romlah tersebut, “Ennakkhh… sssaaayyyhhaaa….. dah gak kuaaat …tttaaann…” teriakku sambil ku remas- remas kepala tante yang berjilbab. “ Eemmm….mmmm……. sssllluuurrrpp….slluurrppp….iiyyahh… keluarin di mulut tante aajahh Did, tante pengen banget minumm ppeejuhh kkkaammuu ….” Jawab Tante Romlah sambil makin kenceng ngocok dan ngenyotin kontol ku. Saat kurasakan kenikmatan sudah di ubun-ubun dan aku gak mampu nahan lagi, kutembakkan seluruh maniku ke dalam rongga mulutnya sampai ada 8 kali tembakan tapi yang pertama bercecer di wajah tante sampai jilbabnyapun kena tembakan maniku saking kencengnya, “ Aaaaarrggghhhhhh……hhhhaaaaakkkhhhh ……cccrrootttt…… issseepp… tttaanttheee….aakkkhhhhh….. crrooott …crrottt…ccrroott……sserrrrr…… ookkhhhh….sssstttt…” teriakku sambil ngeremas jilbab tante dengan kuatnya. Dan Tante Romlahpun mengulum kontolku dengan kuat saat kutembakkan maniku sambil meremas gemas kontolku, “ eemmm….eemmmmmmhhh…. sslluurrrppp…. Enak banget pejuh kamu Did… ahhhhhh” desah tante sambil menelan semua maniku, sempat kulihat maniku lumayan banyak di mulutnya. Sesaat aku merasa lemas banget, sambil mengatur nafas aku tiduran di kasur tante. Ternyata memang luar biasa, bisa ngecrotin maniku di wajah perempuan berjilbab, sensasinya luar biasa. “Kok belum turun-turun juga nih kontol?” kata tante melihat kontolku yang masih lumayan ngaceng walaupun udah ngecrot berulang-ulang. Dan memang kurasakan kontolku masih lumayan keras. “Sekarang, tante pengen ngajak kamu ngerasain kemutan tante yang bawah, mau gak Did ” tanya tante manja, membuatku mulai bergairah dan gak sabar pengen bener-bener ngentotin Tante Romlah. Dibelai dan di elus-elusnya kontolku sesaat. Ia sepertinya mengagumi ukuran kontolku. Lalu ia duduk di kursi tempat aku duduk sebelumnya dengan posisi mengangkang. Kedua kakinya dibukanya lebar-lebar hingga memeknya yang membusung terpampang dengan belahan di bagian tengahnya membuka.Kelentitnya yang mencuat nampak mengintip di sela-sela bibir luar kemaluannya yang berkerut-kerut. Tante Romlah yang nampaknya jadi tak sabar langsung menarikku mendekat. Dibimbing tangan wanita itu kontolku diarahkan ke lubang memeknya. “Dorong dan masukkan Did kontolmu. Ih gemes deh, punya kamu besar banget, ”. Tanpa menunggu perintahnya yang kedua kali, aku langsung menekan dan mendorong masuk kontolku ke lubang memeknya. Tapi, “Aaauuww,.. jangan kencang-kencang Did. Bisa jebol nanti memek tante, ” pekik Tante Romlah. Aku jadi kaget dan berusaha menarik kembali kontolku namun dicegah olehnya. “Jangan sayang, jangan ditarik. Biarkan masuk tetapi pelan-pelan saja ya, ” pintanya. Seperti yang dimintanya, batang kontolku yang baru masuk sepertiga bagian kembali kudorong masuk. Namun dorongan yang kulakukan kali ini sangat perlahan. Hasilnya, bukan cuma Tante Romlah yang terlihat menikmati sodokan kontolku di memeknya. Tetapi aku pun merasakan sensasi kenikmatan yang sangat luar biasa. Kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Kenikmatan yang sulit kulukiskan. Terlebih ketika kontolku mulai kukeluarmasukkan ke dalam lubang nikmat itu. Ah, luar biasa nikmat. Jauh lebih enak menikmati kehangatan memek Tante Romlah daripada mulut Tante tadi, kemutannya sangat terasa, peret banget. Bagian dalam dinding memek Tante Romlah seperti menjepit dan menghisap hingga menimbulkan kenikmatan tiada tara. “Ttteeerrrhhhussss…… Did,.. uuukkhhhhh… uuuuukkkhhhh……. kontolmu enak banget. Gede dan marem banget. Aakkhhh iiii …yyyyhhhaaa Diddd, terus sogok memek Tante ssshhayaaannggg. Aaakkkhhhh,.. aaakkkhhhhhh … aaaakkkkhhhh…. Ssshhhhhh……,” Tante Romlah mengerang nikmat. Mendengar erangannya, aku jadi kian bersemangat mengentotinya. Apalagi aku melakukannya sambil terus memandangi memeknya yang tengah diterobosi kontolku. Ternyata, di bibir luar kemaluan Tante Romlah ada sebentuk daging yang menggelambir. Saat batang penisku kudorong masuk, daging menggelambir itu ikut terdorong masuk.
Namun saat aku menariknya, bagian tersebut juga ikut keluar. Melihat itu sodokan kontolku pada lubang nikmat wanita itu kian bersemangat. “Memek Tante nggak enak ya Did? Kok dilihatin begitu ?” Kata Tante Romlah. Rupanya ia memperhatikan ulahku. “Eee. enak bangat Tante. Sungguh. Memek tante bisa meremas. Saya sangat suka, ” ujarku tanpa berterus terang perihal bagian daging yang menggelambir dan menarik perhatianku. “Bener Did? Kalau kamu suka, kapanpun kamu boleh entotin terus tante. Tante juga suka banget kontol kamu. Aaaahhh ….. ssssskkkhhhhhh… aaaaakkkkhhhhhhh… eeennnaaaaakkkkkhhhhh bangat sayang. Ooouuggghhhhhhh terus Did, aaayyyooo sayang ssssshhhoooo …….gggghhhooookkkkhhh…… teruuuu..ssshhhhh. Aaaaakkkkhhhhhh… aaaahhhhhh …mmmmpphhhh ……sssssshhhhhh….aaaakkkhhhhh,” erang nikmat Tante Romlah sampai menggelinjang tak karuan. Sambil terus melakukan sodokan ke liang sanggamanya, perhatianku juga tertarik pada buah dada Tante Romlah yang terlihat terguncang- guncang seiring dengan guncangan tubuhnya. Maka langsung saja kuremas-remas teteknya yang berukuran besar dan kencang itu. Sesekali kedua putingnya yang mencuat, berwarna coklat kehitaman kupilin-pilin dengan jari- jariku. Alhasil Tante Romlah kian kelojotan, desah nafasnya semakin berat dan erangannya semakin menjadi. Aku menjadi keteter ketika wanita itu mulai melancarkan serangan balik dan menunjukkan kelihaiannya sebagai wanita berusia matang. Ia yang tadinya mengambil sikap pasif dan hanya menikmati setiap sogokan kontolku di memeknya, mulai menggoyangkan pinggulnya. Goyangannya seakan mengikuti irama sodokan kontolku di memeknya.
Maka yang kurasakan sungguh di luar perhitunganku. Jepitan dinding vaginanya pada kemaluanku terasa semakin menghimpit dan putarannya membuat batang kontolku serasa digerus dan dihisap. “Ooookkkhhhhh… ooohhhhhh… sshhh ..sshhh ahahh enak bangat tante. Mmmhheee … mmeeekkkhh tante enak banget. Sssshh ….. sssaaa.. ..saya ngggaaakkhh.. tahan tante. Ooohhhhh… ooouuukkhhhhhhh,” ucapku menahan kemutan memek tante yang sangat nikmat. “Ttthhhaaaaa……hhhhaaaannnn Did, tante jjjuuugggaaahh…. hampir sampai. Aakkkkhhhhh……nnniiiikkkkhhh…. mmaaatt banget… kkkhhhooo…nnntthhooollll…. kamu eeeennnaaakkkhhh banget Did. Aaaarrrgggggghhhhh.. sshhhhhh …. aaahhhhh sssssshh…. Mmmmppphhhhh…….ookkhhh……akkhh aakhhh…aakkhhh….,” Erang Tante Romlah sambil tangannya meremas kuat pinggulku. Seperti yang diinginkannya, aku berusaha keras menahan jebolnya pertahananku. Namun saat goyangan pantat Tante Romlah kian menjadi, berputar dan meliuk-liuk lalu disusul dengan melingkarnya kedua kaki wanita itu ke pinggangku dan menariknya, akhirnya ambrol juga semua yang kutahan. Seperti air bah, air maniku kini memancar lebih deras dan lebih banyak dari ujung kontolku mengguyur bagian dalam memek ibu temanku itu diantara rasa nikmat yang sulit kulukiskan. “ Ssssaaa….yyyyhhaaaa nggaaaakkhhh…. tahan tanteeee, aaakkkkkhhhhhh… ooookkhhhh……… sssshhhhhh ..aaakkkhhh… aaaaakkkkhhhhhh..aakkhhhhhhh …… cccrrootttttt….crroott …cccrroottt….ccccrrootttt….sseerrrrr ……hhhoooookkhhh……….,” lolongku panjang sambil meremas kuat-kuat tetek Tante Romlah. Kenikmatan yang kudapat semakin berlipat ketika beberapa detik berselang, memek Tante Romlah berkedut-kedut menjepit, meremas dan seperti menghisap dengan keras kontolku. Rupanya, ia juga telah sampai pada puncak gairahnya. “ Ttttaaaannn…..tttteeeee….. jjjjuuu …gggaaa nyampaaaaiiii…… Did. Aaaaaaarrrrggghhhhhhh.. aaakkhhhh …… ssshhhh… ohhh …oookkhhhhhh … aaaakkkhhhhh……,. Enak… eenaakkkhhh…. bangat Did,… hhhaaahhh…. Hhhaaaakkhhhh.. aaaakkhhhh….. …..aaaakkkkhhhhhhhh,” ia merintih keras dan diakhiri dengan erangan panjang sambil jilbab yang sudah awut-awutan di kapalanya dia remas kuat-kuat. Tante Romlah menciumiku dan memeluk erat tubuhku dalam dekapan hangat tubuhnya yang bermandi keringat setelah puncak kenikmatan yang kami rasakan. “ Tante sangat puas Did. Sudah lama tante tidak merasakan yang seperti ini. Kalau kamu suka, pintu rumah tante selalu terbuka kapan saja, ” katanya sambil terus memeluk dan menciumiku sampai akhirnya ia mengajakku mandi bersama.Di kamar mandipun, aku nggak mau menyia-nyiakan kesempatan, melihat tubuh ibu temanku basah membuatku sangat bergairah. Aku hajar Tante Romlah dari belakang dengan tiba-tiba dan cepat, kontolku masuk lebih dalam, ku genjot ibu temanku ini dengan lebih ganas dan kuat sambil teteknya yang menggantung indah aku remas-remas dari belakang. Kebetulan di kamar mandinya ada cermin di dinding untuk berhias jadi aku bisa melihat wajah ibu temanku ini megap-megap, kelojotan menerima sogokan kontolku yang besar. “Aaaaauuwwwww……. Aaaaaarrggghhhh…..aaakkkhhh…aakkhh aakkhh…aakkhhh…. Aarrrggghhhh… pppee…. Llhannn Dddiiiddd….” Jeritnya, tapi aku tetap saja menyogoknya dengan buas bahkan dengan ritme yang lebih cepat. Dan Tante Romlah hanya bisa menggelinjang-gelinjang dan tubuh ibu temanku ini berguncang- guncang dengan hebatnya. “Hhaahh …kenapa tante? Sakit tante?” godaku sambil tetap menyogokkan kontolku ke memeknya. “Nnggghh …ggggaaakkkhhh… Hhhooookkhhhh… nikmat bangat Did… kontolmu… manteb bangat…. Aakhh…aakkhh…aakkhh…akkhhh… Mmmmpphh… sssshhhhhh…” “Sssooo…dddooookkhhhh….. ttteruuss…. Dddiidddd… ooouugghhhh…..” “Tantteee…. Ddaaahhh …nnngggaaaakkhhhhh…. Tttaaahhhannn…. Aaaaakkkhhhhhhh…… oooouugghhhh…… ssshhhhhh….” Jerit orgasme ibu temanku ini sambil meremas-remas teteknya, badanya bergetar hebat, melenguh dan menjepit kontolku dengan sangat kuat serta menyedut-nyedutnya membuat aku juga nggak kuat, akhirnya kutembakkan maniku ke liang memeknya dengan masih aku sogok- sogokkan kontolku dan saat tembakan terakhir-akhir aku masukkan semua kontolku ke dalam memeknya, “Aaaaakkhhhhh…nnniikkkkhhh …mmmaattthhh….bbaannggaattt…. ttaaantteee…. Ookkkhhhh…… ccrrooott….crrott…ccrrottt …aaaahhhhhhhh………” Tubuh kita sama-sama ambruk di lantai kamar mandi dan kontolku masih tetap kubenamkan di liang memek ibu temanku ini sambil terengah-engah merasakan guyuran air shower kamar mandi. Luar biasa nikmatnya.
Malam itu setelah makan bersama, aku dan Tante Romlah mengulang beberapa kali permainan panas yang tidak sepantasnya dilakukan. Berkali- kali air maniku muncrat membasahi lubang memeknya dan membuat lemas sendi-sendiku. Namun, berkali- kali pula Tante Romlah mengerang dan merintih oleh sogokan kontol besarku. Baru saat menjelang pagi kami sama-sama terkapar kelelahan.
-
Foto Ngentot Gracie Glam berselingkuh dengan pacar tampan
Duniabola99.com – foto cewek cantik manis Gracie Glam ngentot dengan selingkuhannya yang berkontol besar dirumahnya dan melakukan posisi sex yang hot diatas ranjang berakhir dengan menmbakkan sperma yang banyak diatas dadanya.
-
Vidio bokep perawat sange Rion Nishikawa mengerjai pasiennya
-
Foto Ngentot cewek Cantik pirang pakai stoking putih Rossella Visconti
Duniabola99.com – foto cewek toket gede pantil pink berambut pirang pakai stoking putih yan sexy Rosse Visconti ngentot dengan pacarnya diranjangnnya dipagi hari dan menembakkan spermanya yang banyak diatas memeknya.
-
Teen Kimmy Granger POV Sex
-
Kisah Memek Ngentot Keponakan Pengantin Baru
Duniabola99.com – Pernah satu malam, aku mendengar erangan Ines dari kamar mereka. Aku mendekat ke pintu, terdengar Ines mengerang2, “Terus mas, enak mas, terus ……, yah udah keluar ya mas, Ines belum apa2″. Sepertinya Ines tidak terpuaskan dalam ‘pertempuran” itu karena suaminya keok duluan. Beberapa kali aku mendengar lenguhan dan diakhiri dengan keluhan senada. Kasihan juga Ines.
Suatu sore, sepulang dari kantor, aku lupa membawa kunci rumah. Aku mengetok pintu cukup lama sampai Ines yang membukakan pintu. Aku sudah lama terpesona dengan kecantikan dan bentuk tubuhnya. Tinggi tubuhnya sekitar 167 cm. Rambutnya tergerai sebahu. Wajahnya cantik dengan bentuk mata, alis, hidung, dan bibir yang indah. Ines hanya mengenakan baju kimono yang terbuat dari bahan handuk sepanjang hanya 15cm di atas lutut.Paha dan betis yang tidak ditutupi daster itu tampak amat mulus. Kulitnya kelihatan licin, dihiasi oleh rambut-rambut halus yang pendek. Pinggulnya yang besar melebar. Pinggangnya kelihatan ramping. Sementara kimono yang menutupi dada atasnya belum sempat diikat secara sempurna, menyebabkan belahan toket yang montok itu menyembul di belahan baju, pentilnya membayang di kimononya. Rupanya Ines belum sempat mengenakan bra. Lehernya jenjang dengan beberapa helai rambut terjuntai. Sementara bau harum sabun mandi terpancar dari tubuhnya.
Agaknya Ines sedang mandi, atau baru saja selesai mandi. Tanpa sengaja, sebagai laki-laki normal, kon tolku berdiri melihat tubuhnya. Dari samping kulihat toketnya begitu menonjol dari balik kimononya. Melihat Ines sewaktu membelakangiku, aku terbayang betapa nikmatnya bila tubuh tersebut digeluti dari arah belakang. Aku berjalan mengikutinya menuju ruang makan. Kuperhatikan gerak tubuhnya dari belakang. Pinggul yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi langkah-langkah kakinya. Ingin rasanya kudekap tubuh itu dari belakang erat-erat. Ingin kutempelkan kon tolku di gundukan pantatnya. Dan ingin rasanya kuremas-remas toket montoknya habis-habisan.
“Sori Nes, om lupa bawa kunci. Kamu terganggu mandinya ya”, kataku. “Udah selesai kok om”, jawabnya. Aku duduk di meja makan. Ines mengambilkan teh buatku dan kemudian masuk ke kamarnya. Tak lama kemudian Ines keluar hanya mengenakan daster tipis berbahan licin, mempertontonkan tonjolan toket yang membusung. Ines tidak mengenakan bra, sehingga kedua pentilnya tampak jelas sekali tercetak di dasternya. Ines beranjak dari duduknya dan mengambil toples berisi kue dari lemari makan. Pada posisi membelakangiku, aku menatap tubuhnya dari belakang yang sangat merangsang.
Kita ngobrol ngalor ngidul soal macem2. kesempatan bagiku untuk menatapnya dari dekat tanpa rasa risih. Ines tidak menyadari bahwa belahan daster di dadanya mempertontonkan toket yang montok kala agak merunduk. kon tolku pun menegang. Akhirnya pembicaraan menyerempet soal sex. “Nes, kamu gak puas ya sama suami kamu”, kataku to the point. Ines tertunduk malu, mukanya semu kemerahan. “Kok om tau sih”, jawabnya lirih. “Om kan pernah denger kamu melenguh awalnya, cuma akhirnya mengeluh.Suami kamu cepet ngecretnya ya”, kataku lagi. “Iya om, si mas cepet banget keluarnya. Ines baru mulai ngerasa enak, dia udah keluar. Kesel deh jadinya, kaya Ines cuma jadi pemuas napsunya aja”, Ines mulai curhat. Aku hanya mendengarkan curhatannya saja. “Om, mandi dulu deh, udah waktunya makan. Ines nyiapin makan dulu ya”, katanya mengakhiri pembicaraan seru. “Kirain Ines nawarin mau mandiin”, godaku. “Ih si om, genit”, jawabnya tersipu. “Kalo Ines mau, om gak keberatan lo”, jawabku lagi. Ines tidak menjawab hanya berlalu ke dapur, menyiapkan makan. Sementara itu aku masuk kamarku dan mandi. kon tolku tegang gak karuan karena pembicaraan seru tadi.
Selesai mandi, aku hanya memakai celana pendek dan kaos, sengaja aku tidak memakai CD. Pengen rasanya malem ini aku ngen totin Ines. Apalagi suaminya sedang tugas keluar kota untuk beberapa hari. kon tolku masih ngaceng berat sehingga kelihatan jelas tercetak di celana pendekku. Ines diam saja melihat ngacengnya kon tolku dari luar celana pendekku. Ketika makan malem, kita ngobrol soal yang lain, Ines berusaha tidak mengarahkan pembicaraan kearah yang tadi. Kalo Ines tertawa, ingin rasanya kulumat habis-habisan bibirnya. Ingin rasanya kusedot-sedot toket nya dan ingin rasanya kuremas-remas pantat kenyal Ines itu sampai dia menggial-gial keenakan.
Selesai makan, Ines membereskan piring dan gelas. Sekembalinya dari dapur, Ines terpeleset sehingga terjatuh. Rupanya ada air yang tumpah ketika Ines membawa peralatan makan ke dapur. Betis kanan Ines membentur rak kayu. “Aduh”, Ines mengerang kesakitan. Aku segera menolongnya. Punggung dan pinggulnya kuraih. Kubopong Ines kekamarnya. Kuletakkan Ines di ranjang. Tercium bau harum sabun mandi memancar dari tubuhnya. Belahan daster terbuka lebih lebar sehingga aku dapat dengan leluasa melihat kemontokan toketnya.
Nafsuku pun naik. kon tolku semakin tegang. ketika aku menarik tangan dari pinggulnya, tanganku tanpa sengaja mengusap pahanya yang tersingkap. Ines berusaha meraih betisnya yang terbentur rak tadi. Kulihat bekas benturan tadi membuat sedikit memar di betis nya. Aku pun berusaha membantunya. Kuraih betis tersebut seraya kuraba dan kuurut bagian betis yang memar tersebut. “Pelan om, sakit”, erangnya lagi. Lama-lama suaranya hilang. Sambil terus memijit betis Ines, kupandang wajahnya. Matanya sekarang terpejam. Nafasnya jadi teratur. Ines sudah tertidur. Mungkin karena lelah seharian membereskan rumah. Aku semakin melemahkan pijitanku, dan akhirnya kuhentikan sama sekali.
Kupandangi Ines yang tengah tertidur. Alangkah cantiknya wajahnya. Lehernya jenjang. Toketnya yang montok bergerak naik-turun dengan teratur mengiringi nafas tidurnya. pentilnya menyembul dari balik dasternya. Pinggangnya ramping, dan pinggulnya yang besar melebar. Daster tersebut tidak mampu menyembunyikan garis segitiga CD yang kecil. Terbayang dengan apa yang ada di balik CDya, kon tolku menjadi semakin tegang. Apalagi paha yang putih terbuka karena daster yang tersingkap. Kuelus betisnya. Kusingkapkan bagian bawah dasternya sampai sebatas perut.Kini paha mulus itu terhampar di hadapanku. Di atas paha, beberapa helai bulu jembut keluar dari CD yang minim. Sungguh kontras warnanya. Jembutnya berwarna hitam, sedang tubuhnya berwarna putih. Kueluskan tanganku menuju pangkal pahanya sambil kuamati wajah Ines. Kueluskan perlahan ibu jariku di belahan bibir no noknya. kuciumi paha mulus tersebut berganti-ganti, kiri dan kanan, sambil tanganku mengusap dan meremasnya perlahan-lahan. Kedua paha tersebut secara otomatis bergerak membuka agak lebar. Kemudian aku melepas celana pendekku. Kembali kuciumi dan kujilati paha dan betis nya.
Kutempelkan kepala kon tolku yang sudah ngaceng berat di pahanya. Rasa hangat mengalir dari paha Ines ke kepala kon tolku. kugesek-gesekkan kepala kon tol di sepanjang pahanya. kon tolku terus kugesek-gesekkan di paha sambil agak kutekan. Semakin terasa nikmat. Nafsuku semakin tinggi. Aku semakin nekad. Kulepaskan daster Ines, Ines terbangun karena ulahku. “Om, Ines mau diapain”, katanya lirih. Aku terkejut dan segera menghentikan aksiku. Aku memandangi tubuh mulus Ines tanpa daster menghalanginya. Tubuh moleknya sungguh membangkitkan birahi. toket yang besar membusung, pinggang yang ramping, dan pinggul yang besar melebar. pentilnya berdiri tegak.
“Nes, om mau ngasi kenikmatan sama kamu, mau enggak”, kataku perlahan sambil mencium toket nya yang montok. Ines diam saja, matanya terpejam. Hidungku mengendus-endus kedua toket yang berbau harum sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahku.pentil toket kanannya kulahap ke dalam mulutku. Badannya sedikit tersentak ketika pentil itu kugencet perlahan dengan menggunakan lidah dan gigi atasku. “Om…”, rintihnya, rupanya tindakanku membangkitkan napsunya juga. Karena sangat ingin merasakan kenikmatan dien tot, Ines diam saja membiarkan aku menjelajahi tubuhnya. kusedot-sedot pentil toketnya secara berirama. Mula-mula lemah, lama-lama agak kuperkuat sedotanku. Kuperbesar daerah lahapan bibirku. Kini pentil dan toket sekitarnya yang berwarna kecoklatan itu semua masuk ke dalam mulutku.
Kembali kusedot daerah tersebut dari lemah-lembut menjadi agak kuat. Mimik wajah Ines tampak sedikit berubah, seolah menahan suatu kenikmatan. Kedua toket harum itu kuciumi dan kusedot-sedot secara berirama. kon tolku bertambah tegang. Sambil terus menggumuli toket dengan bibir, lidah, dan wajahnya, aku terus menggesek-gesekkan kon tol di kulit pahanya yang halus dan licin. Kubenamkan wajahku di antara kedua belah gumpalan dada Ines. perlahan-lahan bergerak ke arah bawah. Kugesek-gesekkan wajahku di lekukan tubuh yang merupakan batas antara gumpalan toket dan kulit perutnya. Kiri dan kanan kuciumi dan kujilati secara bergantian.Kecupan-kecupan bibirku, jilatan-jilatan lidahku, dan endusan-endusan hidungku pun beralih ke perut dan pinggang Ines. Sementara gesekan-gesekan kepala kon tolku kupindahkan ke betisnya. Bibir dan lidahku menyusuri perut sekeliling pusarnya yang putih mulus. wajahku bergerak lebih ke bawah. Dengan nafsu yang menggelora kupeluk pinggulnya secara perlahan-lahan. Kecupanku pun berpindah ke CD tipis yang membungkus pinggulnya tersebut. Kususuri pertemuan antara kulit perut dan CD, ke arah pangkal paha. Kujilat helaian-helaian rambut jembutnya yang keluar dari CDnya. Lalu kuendus dan kujilat CD pink itu di bagian belahan bibir no noknya. Ines makin terengah menahan napsunya, sesekali terdengar lenguhannya menahan kenikmatan yang dirasakannya.
Aku bangkit. Dengan posisi berdiri di atas lutut kukangkangi tubuhnya. kon tolku yang tegang kutempelkan di kulit toket Ines. Kepala kon tol kugesek-gesekkan di toket yang montok itu. Sambil kukocok batangnya dengan tangan kananku, kepala kon tol terus kugesekkan di toketnya, kiri dan kanan. Setelah sekitar dua menit aku melakukan hal itu. Kuraih kedua belah gumpalan toket Ines yang montok itu. Aku berdiri di atas lutut dengan mengangkangi pinggang ramping Ines dengan posisi badan sedikit membungkuk. Batang kon tolku kujepit dengan kedua gumpalan toketnya. Kini rasa hangat toket Ines terasa mengalir ke seluruh batang kon tolku.
Perlahan-lahan kugerakkan maju-mundur kon tolku di cekikan kedua toket Ines. Kekenyalan daging toket tersebut serasa memijit-mijit batang kon tolku, memberi rasa nikmat yang luar biasa. Di kala maju, kepala kon tolku terlihat mencapai pangkal lehernya yang jenjang. Di kala mundur, kepala kon tolku tersembunyi di jepitan toketnya. Lama-lama gerak maju-mundur kon tolku bertambah cepat, dan kedua toket nya kutekan semakin keras dengan telapak tanganku agar jepitan di batang kon tolku semakin kuat. Aku pun merem melek menikmati enaknya jepitan toketnya. Ines pun mendesah-desah tertahan, “Ah… hhh… hhh… ah…”
kon tolku pun mulai melelehkan sedikit cairan. Cairan tersebut membasahi belahan toket Ines. Oleh gerakan maju-mundur kon tolku di dadanya yang diimbangi dengan tekanan-tekanan dan remasan-remasan tanganku di kedua toketnya, cairan itu menjadi teroles rata di sepanjang belahan dadanya yang menjepit batang kon tolku. Cairan tersebut menjadi pelumas yang memperlancar maju-mundurnya kon tolku di dalam jepitan toketnya. Dengan adanya sedikit cairan dari kon tolku tersebut aku merasakan keenakan dan kehangatan yang luar biasa pada gesekan-gesekan batang dan kepala kon tolku dengan toketnya. “Hih… hhh… … Luar biasa enaknya…,” aku tak kuasa menahan rasa enak yang tak terperi. Nafas Ines menjadi tidak teratur. Desahan-desahan keluar dari bibirnya , yang kadang diseling desahan lewat hidungnya, “Ngh… ngh… hhh… heh… eh… ngh…” Desahan-desahan Ines semakin membuat nafsuku makin memuncak.Gesekan-gesekan maju-mundurnya kon tolku di jepitan toketnya semakin cepat. kon tolku semakin tegang dan keras. Kurasakan pembuluh darah yang melalui batang kon tolku berdenyut-denyut, menambah rasa hangat dan nikmat yang luar biasa. “Enak sekali, Nes”, erangku tak tertahankan.. Aku menggerakkan maju-mundur kon tolku di jepitan toket Ines dengan semakin cepatnya. Rasa enak yang luar biasa mengalir dari kon tol ke syaraf-syaraf otakku. Kulihat wajah Ines. Alis matanya bergerak naik turun seiring dengan desah-desah perlahan bibirnya akibat tekanan-tekanan, remasan-remasan, dan kocokan-kocokan di toketnya. Ada sekitar lima menit aku menikmati rasa keenakan luar biasa di jepitan toketnya itu.
Toket sebelah kanannya kulepas dari telapak tanganku. Tangan kananku lalu membimbing kon tol dan menggesek-gesekkan kepala kon tol dengan gerakan memutar di kulit toketnya yang halus mulus. Sambil jari-jari tangan kiriku terus meremas toket kiri Ines, kon tolku kugerakkan memutar-mutar menuju ke bawah. Ke arah perut. Dan di sekitar pusarnya, kepala kon tolku kugesekkan memutar di kulit perutnya yang putih mulus, sambil sesekali kusodokkan perlahan di lobang pusarnya.
kucopot CD minimnya. Pinggul yang melebar itu tidak berpenutup lagi. Kulit perut yang semula tertutup CD tampak jelas sekali. Licin, putih, dan amat mulus. Di bawah perutnya, jembut yang hitam lebat menutupi daerah sekitar lobang no noknya. Kedua paha mulus Ines kurenggangkan lebih lebar. Kini hutan lebat di bawah perut tadi terkuak, mempertontonkan no noknya. Aku pun mengambil posisi agar kon tolku dapat mencapai no nok Ines dengan mudahnya. Dengan tangan kanan memegang batang kon tol, kepalanya kugesek-gesekkan ke jembut Ines.
Rasa geli menggelitik kepala kon tolku. kepala kon tolku bergerak menyusuri jembut menuju ke no noknya. Kugesek-gesekkan kepala kon tol ke sekeliling bibir no noknya. Terasa geli dan nikmat. kepala kon tol kugesekkan agak ke arah lobang. Dan menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama dinding mulut lobang no nok itu menjadi basah. Kugetarkan perlahan-lahan kon tolku sambil terus memasuki lobang no nok. Kini seluruh kepala kon tolku yang berhelm pink tebenam dalam jepitan mulut no nok Ines. Jepitan mulut no nok itu terasa hangat dan enak sekali. Kembali dari mulut Ines keluar desisan kecil tanda nikmat tak terperi. kon tolku semakin tegang.
Sementara dinding mulut no nok Ines terasa semakin basah. Perlahan-lahan kon tolku kutusukkan lebih ke dalam. Kini tinggal separuh batang yang tersisa di luar. Secara perlahan kumasukkan kon tolku ke dalam no nok. Terbenam sudah seluruh batang kon tolku di dalam no nok Ines. Sekujur batang kon tol sekarang dijepit oleh no nok Ines dengan sangat enaknya. secara perlahan-lahan kugerakkan keluar-masuk kon tolku ke dalam no noknya. Sewaktu keluar, yang tersisa di dalam no nok hanya kepala kon tol saja. Sewaktu masuk seluruh kon tol terbenam di dalam no nok sampai batas pangkalnya. Rasa hangat dan enak yang luar biasa kini seolah memijiti seluruh bagian kon tolku. Aku terus memasuk-keluarkan kon tolku ke lobang no noknya.Alis matanya terangkat naik setiap kali kon tolku menusuk masuk no noknya secara perlahan. Bibir segarnya yang sensual sedikit terbuka, sedang giginya terkatup rapat. Dari mulut sexy itu keluar desis kenikmatan, “Sssh…sssh… hhh… hhh… ssh… sssh…” Aku terus mengocok perlahan-lahan no noknya. Enam menit sudah hal itu berlangsung. Kembali kukocok secara perlahan no noknya. Kurasakan enaknya jepitan otot-otot no nok pada kon tolku. Kubiarkan kocokan perlahan tersebut sampai selama dua menit. Kembali kutarik kon tolku dari no nok Ines. Namun kini tidak seluruhnya, kepala kon tol masih kubiarkan tertanam dalam mulut no noknya. Sementara batang kon tol kukocok dengan jari-jari tangan kananku dengan cepatnya
Rasa enak itu agaknya dirasakan pula oleh Ines. Ines mendesah-desah akibat sentuhan-sentuhan getar kepala kon tolku pada dinding mulut no noknya, “Sssh… sssh… zzz…ah… ah… hhh…”
Tiga menit kemudian kumasukkan lagi seluruh kon tolku ke dalam no nok Ines. Dan kukocok perlahan. Kunikmati kocokan perlahan pada no noknya kali ini lebih lama. Sampai kira-kira empat menit. Lama-lama aku tidak puas. Kupercepat gerakan keluar-masuk kon tolku pada no noknya. Kurasakan rasa enak sekali menjalar di sekujur kon tolku. Aku sampai tak kuasa menahan ekspresi
keenakanku. Sambil tertahan-tahan, aku mendesis-desis, “Nes… no nokmu luar biasa… nikmatnya…”
Gerakan keluar-masuk secara cepat itu berlangsung sampai sekitar empat menit. rasa gatal-gatal enak mulai menjalar di sekujur kon tolku. Berarti beberapa saat lagi aku akan ngecret. Kucopot kon tolku dari no nok Ines. Segera aku berdiri dengan lutut mengangkangi tubuhnya agar kon tolku mudah mencapai toketnya. Kembali kuraih kedua belah toket montok itu untuk menjepit kon tolku yang berdiri dengan amat gagahnya. Agar kon tolku dapat terjepit dengan enaknya, aku agak merundukkan badanku. kon tol kukocokkan maju-mundur di dalam jepitan toketnya. Cairan no nok Ines yang membasahi kon tolku kini merupakan pelumas pada gesekan-gesekan kon tolku dan kulit toketnya. “Oh… hangatnya… Sssh… nikmatnya…Tubuhmu luarrr biasa…”, aku merintih-rintih keenakan. Ines juga mendesis-desis keenakan, “Sssh.. sssh… sssh…” Giginya tertutup rapat. Alis matanya bergerak ke atas ke bawah. Aku mempercepat maju-mundurnya kon tolku. Aku memperkuat tekananku pada toketnya agar kon tolku terjepit lebih kuat. Rasa enak menjalar lewat kon tolku. Rasa hangat menyusup di seluruh kon tolku.Karena basah oleh cairan no nok, kepala kon tolku tampak amat mengkilat di saat melongok dari jepitan toket Ines. Leher kon tol yang berwarna coklat tua dan helm kon tol yang berwarna pink itu menari-nari di jepitan toketnya. Lama-lama rasa gatal yang menyusup ke segenap penjuru kon tolku semakin menjadi-jadi. Semakin kupercepat kocokan kon tolku pada toket Ines. Rasa gatal semakin hebat. Rasa hangat semakin luar biasa. Dan rasa enak semakin menuju puncaknya. Tiga menit sudah kocokan hebat kon tolku di toket montok itu berlangsung. Dan ketika rasa gatal dan enak di kon tolku hampir mencapai puncaknya, aku menahan sekuat tenaga benteng pertahananku sambil mengocokkan kon tol di kempitan toket indah Ines dengan sangat cepatnya. Rasa gatal, hangat, dan enak yang luar
biasa akhirnya mencapai puncaknya. Aku tak kuasa lagi membendung jebolnya tanggul pertahananku. “Ines…!” pekikku dengan tidak tertahankan. Mataku membeliak-beliak. Jebollah pertahananku. Rasa hangat dan nikmat yang luar biasa menyusup ke seluruh sel-sel kon tolku saat menyemburkan peju. Crot! Crot! Crot! Crot!
Pejuku menyemprot dengan derasnya. Sampai empat kali. Kuat sekali semprotannya, sampai menghantam rahang Ines. Peju tersebut berwarna putih dan kelihatan sangat kental. Dari rahang peju mengalir turun ke arah leher Ines. Peju yang tersisa di dalam kon tolku pun menyusul keluar dalam tiga semprotan. Cret! Cret! Cret! Kali ini semprotannya lemah. Semprotan awal hanya sampai pangkal lehernya, sedang yang terakhir hanya jatuh di atas belahan toketnya. Aku menikmati akhir-akhir kenikmatan. “Luar biasa… nes, nikmat sekali tubuhmu…,” aku bergumam. “Kok gak dikeluarin di dalem aja om”, kata Ines lirih. “Gak apa kalo om ngecret didalem Nes”, jawabku.“Gak apa om, Ines pengen ngerasain kesemprot peju anget. Tapi Ines ngerasa nikmat sekali om, belum pernah Ines ngerasain kenikmatan seperti ini”, katanya lagi. “Ini baru ronde pertama Nes, mau lagi kan ronde kedua”, kataku. “Mau om, tapi ngecretnya didalem ya”, jawabnya. “Kok tadi kamu diem aja Nes”, kataku lagi. “Bingung om, tapi nikmat”, jawabnya sambil tersenyum. “Engh…” Ines menggeliatkan badannya. Aku segera mengelap kon tol dengan tissue yang ada di atas meja, dan memakai celana pendek. beberapa lembar tissue kuambil untuk mengelap pejuku yang berleleran di rahang, leher, dan toket Ines. Ada yang tidak dapat dilap, yakni cairan pejuku yang sudah terlajur jatuh di rambut kepalanya. “Mo kemana om”, tanyanya. “Mo ambil minum dulu”, jawabku. “Kok celananya dipake, katanya mau ronde kedua”, katanya. Rupanya Ines sudah pengen aku menggelutinya sekali lagi.
Aku kembali membawa gelas berisi air putih, kuberikan kepada Ines yang langsung menenggaknya sampe habis. Aku keluar lagi untuk mengisi gelas dengan air dan kembali lagi ke kekamar. Masih tidak puas aku memandangi toket indah yang terhampar di depan mataku tersebut. mataku memandang ke arah pinggangnya yang ramping dan pinggulnya yang melebar indah. Terus tatapanku jatuh ke no noknya yang dikelilingi oleh bulu jembut hitam jang lebat. Betapa enaknya ngen totin Ines. Aku ingin mengulangi permainan tadi, menggeluti dan mendekap kuat tubuhnya. Mengocok no noknya dengan kon tolku dengan irama yang menghentak-hentak kuat. Dan aku dapat menyemprotkan pejuku di dalam no noknya sambil merengkuh kuat-kuat tubuhnya saat aku nyampe. Nafsuku terbakar.
“Ines…,” desahku penuh nafsu. Bibirku pun menggeluti bibirnya. Bibir sensual yang menantang itu kulumat-lumat dengan ganasnya. Sementara Ines pun tidak mau kalah. Bibirnya pun menyerang bibirku dengan dahsyatnya, seakan tidak mau kedahuluan oleh lumatan bibirku. Kedua tangankupun menyusup diantara lengan tangannya. Tubuhnya sekarang berada dalam dekapanku. Aku mempererat dekapanku, sementara Ines pun mempererat pelukannya pada diriku. Kehangatan tubuhnya terasa merembes ke badanku, toketnya yang membusung terasa semakin menekan dadaku. Jari-jari tangan Ines mulai meremas-remas kulit punggungku.
Ines mencopot celanaku.Ines pun merangkul punggungku lagi. Aku kembali mendekap erat tubuh Ines sambil melumat kembali bibirnya. Aku terus mendekap tubuhnya sambil saling melumat bibir. Sementara tangan kami saling meremas-remas kulit punggung. Kehangatan menyertai tubuh bagian depan kami yang saling menempel. Kini kurasakan toketnya yang montok menekan ke dadaku. Dan ketika saling sedikit bergeseran, pentilnya seolah-olah menggelitiki dadaku. kon tolku terasa hangat dan mengeras. Tangan kiriku pun turun ke arah perbatasan pinggang ramping dan pinggul besar Ines, menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah perutku. kon tolku tergencet perut bawahku dan perut bawah Ines dengan enaknya.Sementara bibirku bergerak ke arah lehernya.kuciumi, kuhisap-hisap dengan hidungku, dan kujilati dengan lidahku. “Ah… geli… geli…,” desah Ines sambil menengadahkan kepala, agar seluruh leher sampai dagunya terbuka dengan luasnya. Ines pun membusungkan dadanya dan melenturkan pinggangnya ke depan. Dengan posisi begitu, walaupun wajahku dalam keadaan menggeluti lehernya, tubuh kami dari dada hingga bawah perut tetap dapat menyatu dengan rapatnya. Tangan kananku lalu bergerak ke dadanya yang montok, dan meremas-remas toket tersebut dengan perasaan gemas.
Setelah puas menggeluti lehernya, wajahku turun ke arah belahan dadanya. Aku berdiri dengan agak merunduk. Tangan kiriku pun menyusul tangan kanan, yakni bergerak memegangi toket. Kugeluti belahan toket Ines, sementara kedua tanganku meremas-remas kedua belah toketnya sambil menekan-nekankannya ke arah wajahku. Kugesek-gesekkan memutar wajahku di belahan toket itu. bibirku bergerak ke atas bukit toket sebelah kiri. Kuciumi bukit toket nya, dan kumasukkan pentil toket di atasnya ke dalam mulutku. Kini aku menyedot-sedot pentil toket kiri Ines.
Kumainkan pentil di dalam mulutku itu dengan lidahku. Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit toket di sekitar pentil yang berwarna coklat. “Ah… ah… om… geli…,” Ines mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. Aku memperkuat sedotanku. Sementara tanganku meremas kuat toket sebelah kanan. Kadang remasan kuperkuat dan kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan kuakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jariku pada pentilnya. “Om… hhh… geli… geli… enak… enak… ngilu… ngilu…” Aku semakin gemas.toket Ines itu kumainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit toket kadang kusedot sebesar-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot hanya pentilnya dan kucepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang kuremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya kupijit-pijit dan kupelintir-pelintir kecil pentil yang mencuat gagah di puncaknya. “Ah…om… terus… hzzz… ngilu… ngilu…” Ines mendesis-desis keenakan. Matanya kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhnya ke kanan-kiri semakin sering frekuensinya.
Sampai akhirnya Ines tidak kuat melayani serangan-serangan awalku. Jari-jari tangan kanan Ines yang mulus dan lembut menangkap kon tolku yang sudah berdiri dengan gagahnya. “Om.. Batang kon tolnya besar ya”, ucapnya. Sambil membiarkan mulut, wajah, dan tanganku terus memainkan dan menggeluti kedua belah toketnya, jari-jari lentik tangan kanannya meremas-remas perlahan kon tolku secara berirama. Remasannya itu memberi rasa hangat dan nikmat pada batang kon tolku.
kurengkuh tubuhnyadengan gemasnya. Kukecup kembali daerah antara telinga dan lehernya. Kadang daun telinga sebelah bawahnya kukulum dalam mulutku dan kumainkan dengan lidahku. Kadang ciumanku berpindah ke punggung lehernya yang jenjang. Kujilati pangkal helaian rambutnya yang terjatuh di kulit lehernya. Sementara tanganku mendekap dadanya dengan eratnya. Telapak dan jari-jari tanganku meremas-remas kedua belah toketnya. Remasanku kadang sangat kuat, kadang melemah. Sambil telunjuk dan ibu jari tangan kananku menggencet dan memelintir perlahan pentil toket kirinya, sementara tangan kiriku meremas kuat bukit toket kanannya dan bibirku menyedot kulit mulus pangkal lehernya yang bebau harum, kon tolku kugesek-gesekkan dan kutekan-tekankan ke perutnya. Ines pun menggelinjang ke kiri-kanan.
“Ah… om… ngilu… terus om… terus… ah… geli… geli…terus… hhh… enak… enaknya… enak…,” Ines merintih-rintih sambil terus berusaha menggeliat ke kiri-kanan dengan berirama sejalan dengan permainan tanganku di toketnya. Akibatnya pinggulnya menggial ke kanan-kiri. Goyang gialan pinggul itu membuat kon tolku yang sedang menggesek-gesek dan menekan-nekan perutnya merasa semakin keenakan. “Ines… enak sekali Ines… sssh… luar biasa… enak sekali…,” aku pun mendesis-desis keenakan.
“Om keenakan ya? Batang kon tol om terasa besar dan keras sekali menekan perut Ines. Wow… kon tol om terasa hangat di kulit perut Ines. tangan om nakal sekali … ngilu,…,” rintih Ines. “Jangan mainkan hanya pentilnya saja… geli… remas seluruhnya saja…” Ines semakin menggelinjang-gelinjang dalam dekapan eratku. Dia sudah makin liar saja desahannya, rupanya dia sangat menikmati gelutannya, lupa bahwa aku ini om dari suaminya. “om.. remasannya kuat sekali… Tangan om nakal sekali… Sssh… sssh… ngilu… ngilu…Ak… kon tol om … besar sekali… kuat sekali…”
Ines menarik wajahku mendekat ke wajahnya. bibirnya melumat bibirku dengan ganasnya. Aku pun tidak mau kalah. Kulumat bibirnya dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tanganku mendekap tubuhnya dengan kuatnya. Kulit punggungnya yang teraih oleh telapak tanganku kuremas-remas dengan gemasnya. Kemudian aku menindihi tubuh Ines. kon tolku terjepit di antara pangkal pahanya dan perutku bagian bawah sendiri. Rasa hangat mengalir ke batang kon tolku yang tegang dan keras. Akhirnya aku tidak sabar lagi. Bibirku kini berpindah menciumi dagu dan lehernya, sementara tanganku membimbing kon tolku untuk mencari liang no noknya.
Kuputar-putarkan dulu kepala kon tolku di kelebatan jembut disekitar bibir no nok Ines. Ines meraih batang kon tolku yang sudah amat tegang. Pahanya yang mulus itu terbuka agak lebar. “Om kon tolnya besar dan keras sekali” katanya sambil mengarahkan kepala kon tolku ke lobang no noknya. kepala kon tolku menyentuh bibir no noknya yang sudah basah. dengan perlahan-lahan dan sambil kugetarkan, kon tol kutekankan masuk ke liang no nok. Kini seluruh kepala kon tolku pun terbenam di dalam no noknya. Aku menghentikan gerak masuk kon tolku.“Om… teruskan masuk… Sssh… enak… jangan berhenti sampai situ saja…,” Ines protes atas tindakanku. Namun aku tidak perduli. Kubiarkan kon tolku hanya masuk ke lobang no noknya hanya sebatas kepalanya saja, namun kon tolku kugetarkan dengan amplituda kecil. Sementara bibir dan hidungku dengan ganasnya menggeluti lehernya yang jenjang, lengan tangannya yang harum dan mulus, dan ketiaknya yang bersih dari bulu ketiak. Ines menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan. “Sssh… sssh… enak… enak… geli… geli, om. Geli… Terus masuk, om..” Bibirku mengulum kulit lengan tangannya dengan kuat-kuat. Sementara tenaga kukonsentrasikan pada pinggulku. Dan… satu… dua… tiga! kon tolku kutusukkan sedalam-dalamnya ke dalam no nok Ines dengan sangat cepat dan kuatnya. Plak! Pangkal pahaku beradu dengan pangkal pahanya yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya.
Sementara kulit batang kon tolku bagaikan diplirid oleh bibir no noknya yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt! “Auwww!” pekik Ines. Aku diam sesaat, membiarkan kon tolku tertanam seluruhnya di dalam no nok Ines tanpa bergerak sedikit pun. “Sakit om… ” kata Ines sambil tangannya meremas punggungku dengan kerasnya. Aku pun mulai menggerakkan kon tolku keluar-masuk no nok Ines. Aku tidak tahu, apakah kon tolku yang berukuran panjang dan besar ataukah lubang no nok Ines yang berukuran kecil. Yang saya tahu, seluruh bagian kon tolku yang masuk no noknya serasa dipijit-pijit dinding lobang no noknya dengan agak kuatnya.
“Bagaimana Nes, sakit?” tanyaku. “Sssh… enak sekali… enak sekali… kon tol om besar dan panjang sekali… sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang no nok Ines..,” jawabnya. Aku terus memompa no nok Ines dengan kon tolku perlahan-lahan. toketnya yang menempel di dadaku ikut terpilin-pilin oleh dadaku akibat gerakan memompa tadi. Kedua pentilnya yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadaku. kon tolku serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot no noknya sejalan dengan genjotanku tersebut. Terasa hangat dan enak sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala kon tolku menyentuh suatu daging hangat di dalam no nok Ines. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala kon tol sehingga aku merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat.
aku mengambil kedua kakinya dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar kon tolku tidak tercabut dari lobang no noknya, aku mengambil posisi agak jongkok. Betis kanan Ines kutumpangkan di atas bahuku, sementara betis kirinya kudekatkan ke wajahku. Sambil terus mengocok no noknya perlahan dengan kon tolku, betis kirinya yang amat indah itu kuciumi dan kukecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang kuciumi dan kugeluti, sementara betis kirinya kutumpangkan ke atas bahuku.
Begitu hal tersebut kulakukan beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan gerakan kon tolku maju-mundur perlahan di no nok Ines. Setelah puas dengan cara tersebut, aku meletakkan kedua betisnya di bahuku, sementara kedua telapak tanganku meraup kedua belah toketnya. Masih dengan kocokan kon tol perlahan di no noknya, tanganku meremas-remas toket montok Ines. Kedua gumpalan daging kenyal itu kuremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua pentilnya kugencet dan kupelintir-pelintir secara perlahan. pentil itu semakin mengeras, dan bukit toket itu semakin terasa kenyal di telapak tanganku. Ines pun merintih-rintih keenakan.
Matanya merem-melek, dan alisnya mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah. “Ah… om, geli… geli… … Ngilu om, ngilu… Sssh… sssh… terus om, terus…. kon tol om membuat no nok Ines merasa enak sekali… Nanti jangan dingecretinkan di luar no nok, ya om. Ngecret di dalam saja… ” Aku mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kon tolku di no nok Ines. “Ah-ah-ah… bener, om. Bener… yang cepat… Terus om, terus… ” Aku bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihan Ines. Tenagaku menjadi berlipat ganda. Kutingkatkan kecepatan keluar-masuk kon tolku di no nok Ines. Terus dan terus. Seluruh bagian kon tolku serasa diremas-remas dengan cepatnya oleh no nok Ines. Mata Ines menjadi merem-melek. Begitu juga diriku, mataku pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.“Sssh… sssh… Ines… enak sekali… enak sekali no nokmu… enak sekali no nokmu…” “Ya om, Ines juga merasa enak sekali… terusss… terus om, terusss…” Aku meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kon tolku pada no noknya. “Omi… sssh… sssh… Terus… terus… Ines hampir nyampe…
sedikit lagi… sama-sama ya om…,” Ines jadi mengoceh tanpa kendali. Aku mengayuh terus. Aku belum merasa mau ngecret. Namun aku harus membuatnya nyampe duluan. Sementara kon tolku merasakan no nok Ines bagaikan berdenyut dengan hebatnya. “Om… Ah-ah-ah-ah-ah… Mau keluar om… mau keluar..ah-ah-ah-ah-ah… sekarang ke-ke-ke…” Tiba-tiba kurasakan kon tolku dijepit oleh dinding no nok Ines dengan sangat kuatnya. Di dalam no nok, kon tolku merasa disemprot oleh cairan yang keluar dari no nok Ines dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Ines meremas lengan tanganku dengan sangat kuatnya. Ines pun berteriak tanpa kendali: “…keluarrr…!” Mata Ines membeliak-beliak. Sekejap tubuh Ines kurasakan mengejang.
Aku pun menghentikan genjotanku. kon tolku yang tegang luar biasa kubiarkan tertanam dalam no nok Ines. kon tolku merasa hangat luar biasa karena terkena semprotan cairan no nok Ines. Kulihat mata Ines memejam beberapa saat dalam menikmati puncaknya. Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tangannya pada lenganku perlahan-lahan mengendur. Kelopak matanya pun membuka, memandangi wajahku. Sementara jepitan dinding no noknya pada kon tolku berangsur-angsur melemah, walaupun kon tolku masih tegang dan keras. Kedua kaki Ines lalu kuletakkan kembali di atas ranjang dengan posisi agak membuka. Aku kembali menindih tubuh telanjang Ines dengan mempertahankan agar kon tolku yang tertanam di dalam no noknya tidak tercabut.
“Om… luar biasa… rasanya seperti ke langit ke tujuh,” kata Ines dengan mimik wajah penuh kepuasan. kon tolku masih tegang di dalam no noknya. kon tolku masih besar dan keras. Aku kembali mendekap tubuh Ines. kon tolku mulai bergerak keluar-masuk lagi di no nok Ines, namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding no nok Ines secara berangsur-angsur terasa mulai meremas-remas kon tolku. Terasa hangat dan enak. Namun sekarang gerakan kon tolku lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan yang disemprotkan oleh no nok Ines beberapa saat yang lalu.“Ahhh… om… langsung mulai lagi… Sekarang giliran om.. semprotkan peju om di no nok Ines.. Sssh…,” Ines mulai mendesis-desis lagi. Bibirku mulai memagut bibir Ines dan melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kiriku ikut menyangga berat badanku, tangan kananku meremas-remas toket Ines serta memijit-mijit pentilnya, sesuai dengan irama gerak maju-mundur kon tolku di no noknya. “Sssh… sssh… sssh… enak om, enak… Terus… teruss… terusss…,” desis Ines. Sambil kembali melumat bibir Ines dengan kuatnya, aku mempercepat genjotan kon tolku di no noknya. Pengaruh adanya cairan di dalam no nok Ines, keluar-masuknya kon tol pun diiringi oleh suara, “srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret…” Ines tidak henti-hentinya merintih kenikmatan, “Om… ah… ”
kon tolku semakin tegang. Kulepaskan tangan kananku dari toketnya. Kedua tanganku kini dari ketiak Ines menyusup ke bawah dan memeluk punggungnya. Tangan Ines pun memeluk punggungku dan mengusap-usapnya. Aku pun memulai serangan dahsyatku. Keluar-masuknya kon tolku ke dalam no nok Ines sekarang berlangsung dengan cepat dan bertenaga. Setiap kali masuk, kon tol kuhunjamkan keras-keras agar menusuk no nok Ines sedalam-dalamnya. kon tolku bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding no nok Ines. Sampai di langkah terdalam, mata Ines membeliak sambil bibirnya mengeluarkan seruan tertahan, “Ak!” Sementara daging pangkal pahaku bagaikan menampar daging pangkal pahanya sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar no nok, kon tol kujaga agar kepalanya tetap tertanam di lobang no nok.
Remasan dinding no nok pada batang kon tolku pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir no nok yang mengulum batang kon tolku pun sedikit ikut tertarik keluar. Pada gerak keluar ini Ines mendesah, “Hhh…” Aku terus menggenjot no nok Ines dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Tangan Ines meremas punggungku kuat-kuat di saat kon tolku kuhunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang no noknya. Beradunya daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara kon tolku dan no nok Ines menimbulkan bunyi srottt-srrrt… srottt-srrrt… srottt-srrrt… Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil Ines:
“Ak! Hhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…” kon tolku terasa empot-empotan luar biasa. “Nes… Enak sekali Nes… no nokmu enak sekali… no nokmu hangat sekali… jepitan no nokmu enak sekali…”
“Om… terus om…,” rintih Ines, “enak om… enaaak… Ak! Hhh…” Tiba-tiba rasa gatal menyelimuti segenap penjuru kon tolku. Gatal yang enak sekali. Aku pun mengocokkan kon tolku ke no noknya dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, kon tolku berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya. Rasa gatal dan rasa enak yang luar biasa di kon tol pun semakin menghebat. “Ines… aku… aku…” Karena menahan rasa nikmat dan gatal yang luar biasa aku tidak mampu menyelesaikan ucapanku yang memang sudah terbata-bata itu. “Om, Ines… mau nyamper lagi… Ak-ak-ak… aku nyam…”Tiba-tiba kon tolku mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Aku tidak mampu lagi menahan rasa gatal yang sudah mencapai puncaknya. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding no nok Ines mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali itu, aku tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan dalam alat kelaminku. Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala kon tolku terasa disemprot cairan no nok Ines, bersamaan dengan pekikan Ines, “…nyampee…!” Tubuh Ines mengejang dengan mata membeliak-beliak. “Ines…!” aku melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuh Ines sekuat-kuatnya. Wajahku kubenamkan kuat-kuat di lehernya yang jenjang. Pejuku pun tak terbendung lagi. Crottt! Crottt! Crottt! Pejuku bersemburan dengan derasnya, menyemprot dinding no nok Ines yang terdalam. kon tolku yang terbenam semua di dalam no nok Ines terasa berdenyut-denyut.
Beberapa saat lamanya aku dan Ines terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali. Aku menghabiskan sisa-sisa peju dalam kon tolku. Cret! Cret! Cret! kon tolku menyemprotkan lagi peju yang masih tersisa ke dalam no nok Ines. Kali ini semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan baik tubuh Ines maupun tubuhku tidak mengejang lagi.
Aku menciumi leher mulus Ines dengan lembutnya, sementara tangan Ines mengusap-usap punggungku dan mengelus-elus rambut kepalaku. Aku merasa puas sekali berhasil ngen totin Ines.
-
Foto Ngentot remaja Giselle Leon memiliki vagina yang diisi dengan sperma ayah tirinya
Duniabola99.com – foto gadis cantik Giselle Leon manis megulum penis ayah tiriny yang gede dan memeknya yang berwarna pink berbulu tipis dicukur rapi dan temben disisi oleh air mani ayahnya yang banyak hingga tak muat menampung dan menetes netes.
-
Video Bokep Asia Saya Fujiwara mastrubasi dengan alat getar dan hisap kontol kecil
-
Foto Ngentot Conny Carter erangan dalam kesenangan saat dia dibawa oleh suaminya
Duniabola99.com – foto cewek cantik pirang menggoda suaminya diatas ranjang untuk melakukan hubungan sex ngentot dimemeknya yang sempit.
-
Video Bokep Lesbians Ena Sweet dan Sicilia ketertarikan yang berlawanan
-
Kisah Memek Merasakan Tebalnya Kemaluan Gadis Medan
Duniabola99.com – Kisah ini terjadi ketika aku mash berumur delapanbelas tahun, murid kelas dua sekolah teknik setingkat SMU di sebuah kota kabupaten di Sumatera.
Namaku Didit. Aku lahir di satu keluarga pegawai perkebunan yang memiliki lima orang anak yang semua laki-laki. Yang tertua adalah aku. Dan ini menjadi akar masalah pada kehidupan remajaku. Jarang bergaul dengan perempuan selain ibuku, akupun jadicanggung kalau berdekatan dengan perempuan. Maklumlah di sekolahku umumnya juga cowok semua, jarang perempuan.Selain itu aku merasa rendahdiri dengan penampilan diriku di hadapan perempuan.Aku tinggi kurus dan hitam, jauh dari ciri-ciri pemuda ganteng. Wajahku jelek dengan tulang rahang bersegi. Karena tampangku yang mirip keling, teman-temanku memanggil aku Pele, karena aku suka main sepakbola.
Tapi sekalipun aku jelek dan hitam, otakku cukup encer. Pelajaran ilmu pasti dan fisika tidak terlalu sulit bagiku. Dan juga aku jagoan di lapangan sepakbola. Posisiku adalah kiri luar. Jika bola sudah tiba di kakiku penonton akan bersorak-sorai karena itu berartibola sudah sukar direbut dan tak akan ada yang berani nekad main keras karena kalau sampai beradu tulang kering, biasanya merekalah yang jatuh meringkuk kesakitan sementara aku tidak merasa apa-apa. Dan kalau sudah demikian lawan akan menarik kekuatan ke sekitar kotak penalti membuat pertahanan berlapis, agar gawang mereka jangan sampai bobol oleh tembakanku atau umpan yang kusodorkan. Hanya itulah yang bisa kubanggakan, tak ada yang lain.
Tampang jelek muka bersegi, tinggi kurus dan hitam ini sangat mengganggu aku, karena aku sebenarnya ingin sekali punya pacar. Bukan pacar sembarang pacar, tetapi pacar yanf cantik dan seksi, yang mau diremas-remas, dicipoki dan dipeluk-peluk, bahkan kalau bisa lebih jauh lagi dari itu. Dan ini masalahnya. Kotaku itu adalah kota yang masih kolot, apalagi di lingkungan tempat aku tinggal. Pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang sedikit mencolok menjadi sorotan tajam masyarakat. Dan jadi bahan gunjingan ibu-ibu antar tetangga.
Oh ya mungkin ada yang bertanya mengapa kok soal punya pacar atau tidak punya pacar saja begitu penting. Ya itulah. Rahasianya aku ini punya nafsu syahwat besar sekali. Entahlah, barangkali aku ini seorang *********. Melihat ayam atau ****** main saja, aku bisa tegang. Setiap pagi penisku keras seperti kayu sehingga harus dikocok sampai muncrat dulu baru berkurang kerasnya. Dan kalau muncrat bukan mainbanyaknya yang keluar. Mungkin karena ukuranku yang lebih panjang dari ukuran rata-rata. Dan saban melihat perempuan cantik syahwatku naik ke kepala. Apalagi kalau kelihatan paha. Aku bisa tak mampu berpikir apa-apa lagi kalau gadis dan perempuan cantik itu lewat di depanku. Senjataku langsung tegang kalau melihat dia berjalan berlenggak-lenggok dengan panggul yang berayun ke kiri dan ke kanan. Ngaceng abis kayak siap berlaga.
Dia? Ya dia. Maksudku Lala dan ….. Tante Ratih.Lala adalah murid salahsatu SMU di kotaku. Kecantikannya jadi buah bibir para cowok lanang seantero kota. Dia tinggal dalam jarak beberapa rumah dari rumahku, jadi tetanggaku juga. Aku sebenarnya ingin sekali seandainya Lala jadi pacarku, tapi mana bisa. Cowok-cowok keren termasuk anak-anak penggede pada ngantri ngapelin dia, mencoba menjadikannya pacar. Hampir semua bawa mobil, kadang mobil dinas bapaknya, mana mampu aku bersaing dengan mereka.
Terkadang kami berpapasan kalau ada kegiatan RK atau kendurian, tetapi aku tak berani menyapa, dia juga tampaknya tidak tertarik hendak berteguran dengan aku yang muka saja bersegi dan hitam pula. Ya pantaslah, karena cantik dan dikejar-kejar banyak pemuda, bahkan orang berumur juga, dia jadi sombong, mentang-mentang. Atau barangkali itu hanya alasanku saja. Yang benar adalah, aku memang takut sama perempuan cantik. Berdekatan dengan mereka aku gugup, mulutku terkatup gagu dan nafasku sesak.
Dan ada satu lagi perempuan yang juga membuat aku gelisah jika berada di dekatnya. Tante Ratih. Tante Ratih tinggal persis di sebelah rumahku. Suaminya pemasok yang mendatangkan beberapa bahan kebutuhan perkebunan kelapa sawit. Karena itu dia sering bepergian. Kadang ke Jakarta,
Medan dan ke Singapura. Belum lama mereka menjadi tetangga kami. Entahlah orang dari daerah mana suaminya ini. Tapi aku tahu Tante Ratih dari Bandung, dan dia ini wuahh mak … sungguh-sungguh audzubile cantiknya. Wajah cakep. Putih. Bodinya juga bagus, dengan panggul berisi, paha kokoh,meqi tebal dan pinggang ramping. Payudaranya juga indah kenceng serasi dengan bentuk badannya. Pernah di acara pentas terbuka di kampungku kala tujuhbelas agustusan dia menyumbangkan peragaan tari jaipongan. Wah aku betul-betul terpesona.
Dan Tante Ratih ini teman ibuku. Walau umur mereka berselisih barangkali 15 tahun, tapi mereka itu cocok satu sama lain. Kalau bergunjing bisa berjam-jam, maklum saja dia tidak punya anak dan seperti ibuku tidak bekerja, hanya ibu rumahtangga saja. Terkadang ibuku datang ke rumahnya, terkadang dia datang ke rumahku.
Dan satu kebiasaan yang kulihat pada Tante Ratih ini, dia suka duduk di sofa dengan menaikkan sebelah atau kedua kakinya di lengan sofa. Satu kali aku baru pulang dari latihan sepakbola, saat membuka pintu kudapati Tante Ratih lagi bergunjing dengan ibuku. Rupanya dia tidak mengira aku akan masuk, dan cepat-cepat menurunkan sebelah kakinya dari sandaran lengan sofa, tapi aku sudah sempat melihat celahkangkangan kedua pahanya yang putih padat dan celana dalam merah jambu yang membalut ketat meqinya yang bagus cembung. Aku mereguk ludah, kontolku kontak berdiri.
Tanpa bicara apapun aku terus ke belakang. Dan sejak itu pemandangan sekilas itu selalu menjadi obsesiku. Setiap melihat Tante Ratih, aku ingat kangkangan paha dan meqi tebal dalam pagutan ketat celana dalamnya.
Oh ya mengenai Tante Ratih yang tak punya anak. Saya mendengar ini terkadang jadi keluh-kesahnya pada ibuku. Aku tak tahu benar mengapa dia dan suaminya tak punya anak, dan entah apa yang dikatakan ibuku mengenai hal itu untuk menghibur dia.
Apalagi? Oh ya, ini yang paling penting yang menjadi asal-muasal cerita. Kalau bukan karena ini barangkali takkan ada cerita hehehhehe …. Tante Ratih ini, dia takut sekali sama setan, tapi anehnya suka nonton film setan di televisi hehehe …. Terkadang dia nonton di rumah kami kalau suaminya lagi ke kota lain untuk urusan bisnesnya. Pulangnya dia takut, lalu ibuku menyuruh aku mengantarnya sampai ke pintu rumahnya.Dan inilah permulaan cerita.
Pada suatu hari tetangga sebelah kanan rumah Tante Ratih dan suaminya meninggal. Perempuan tua ini pernah bertengkar dengan Tante Ratih karena urusan sepele. Kalau tidak salah karena soal ayam masuk rumah. Sampai si perempuan meninggal karena penyakit bengek, mereka tidak berteguran.
Tetangga itu sudah tiga hari dikubur tak jauh di belakang rumahnya, sewaktu suami Tante Ratih, Om Hendra berangkat ke Singapur untuk urusan bisnes pasokannya. Sepanjang hari setelah suaminya berangkat Tante Ratih uring-uringan sama ibuku di rumahku. Dia takut sekali karena sewaktu masih hidup tetangga itu mengatakan kepada banyak orang bahwa sampai di kuburpun dia tidak akan pernah berbaikan dengan Tante Ratih.
Lanjutannya ketika aku pulang dari latihan sepakbola, ibu memanggilku. Katanya Tante Ratih takut tidur sendirian di rumahnya karena suaminya lagi pergi. Dan pembantunya sudah dua minggu dia berhentikan karena kedapatan mencuri. Sebab itu dia menyuruhku tidur di ruang tamu di sofa Tante Ratih. Mula-mula aku keberatan dan bertanya mengapa bukan salah seorang dari adik-adikku.
Kukatakan aku mesti sekolah besok pagi. Yang sebenarnya seperti sudah saya katakan sebelumnya,saya selalu gugup dan tidak tenteram kalau berdekatan dengan Tante Ratih (tapi tentu saja ini tak kukatakan pada ibuku). Kata ibuku adik-adikku yang masih kecil tidak akan membantu membuat Tante Ratih tenteram, lagi pula adik-adikku itupun takut jangan-jangan didatangi arwah tetangga yang sudah mati itu hehehehe.
Lalu malamnya aku pergi ke rumah Tante Ratih lewat pintu belakang. Tante Ratihtampaknya gembira aku datang. Dia mengenakan daster tipis yang membalut ketat badannya yang sintal padat.
“Mari makan malam Dit”, ajaknya membuka tudung makanan yang sudah terhidang di meja.
“Saya sudah makan, Tante,” kataku, tapi Tante Ratih memaksa sehingga akupun makan juga.
“Didit, kamu kok pendiam sekali? Berlainan betul dengan adik-adik dan ibumu”, kata Tante Ratih selagi dia menyendok nasi ke piring.
Aku sulit mencari jawaban karena sebenarnya aku tidak pendiam. Aku tak banyak bicara hanya kalau dekat Tante Ratih saja, atau Lala atau perempuan cantik lainnya. Karena gugup.
“Tapi Tante suka orang pendiam”, sambungnya.
Kami makan tanpa banyak bicara, habis itu kami nonton televisi acara panggung musik pop. Kulihat Tante Ratih berlaku hati-hati agar jangan sampai secara tak sadar menaikkan kakinya ke sofa atau ke lengan sofa. Selesai acara musik kami lanjutkan mengikuti warta berita lalu filem yang sama sekali tidak menarik.
Karena itu Tante Ratih mematikan televisi dan mengajak aku berbincang menanyakan sekolahku, kegiatanku sehari-hari dan apakah aku sudah punya pacar atau belum. Aku menjawab singkat-singkat saja seperti orang blo’on. Kelihatannya dia memang ingin mengajak aku terus bercakap-cakap karena takut pergi tidur sendirian ke kamarnya. Namun karena melihat aku menguap, Tante Ratih pergi ke kamar dan kembali membawa bantal, selimut dan sarung. Di rumah aku biasanya memang tidur hanya memakai sarung karena penisku sering tidak mau kompromi. Tertahan celana dalam saja bisa menyebabkan aku merasa tidak enak bahkan kesakitan.Tante Ratih sudah masuk ke kamarnya dan aku baru menanggalkan baju sehingga hanya tinggal singlet dan meloloskan celana blujins dan celana dalamku menggantinya dengan sarung ketika hujan disertai angin kencang terdengar di luar. Aku membaringkan diri di sofa dan menutupi diri dengan selimut wol tebal itu ketika suara angin dan hujan ditingkah gemuruh guntur dan petir sabung menyabung. Angin juga semakin kencang dan hujan makin deras sehingga rumah itu seperti bergoyang. Dan tiba-tiba listrik mati sehingga semua gelap gulita.
Kudengar suara Tante memanggil di pintu kamarnya.
“Ya, Tante?”
“Tolong temani Tante mencari senter”.
“Dimana Tante?”, aku mendekat meraba-raba dalam gelap ke arah dia.
“Barangkali di laci di dapur. Tante mau ke sana.” Tante baru saja menghabiskan kalimatnya saat tanganku menyentuh tubuhnya yang empuk. Ternyata persis dadanya. Cepat kutarik tanganku.
“Saya kira kita tidak memerlukan senter Tante. Bukankah kita sudah mau tidur? Saya sudah mengantuk sekali.”
“Tante takut tidur dalam gelap Dit”.
“Gimana kalau saya temani Tante supaya tidak takut?”, aku sendiri terkejut dengan kata-kata yang keluar dari mulutku, mungkin karena sudah mengantuk sangat. Tante Ratih diam beberapa saat.
“Di kamar tidur Tante?”, tanyanya.
“Ya saya tidur di bawah”, kataku. “di karpet di lantai.” Seluruh lantai rumahnya memang ditutupi karpet tebal.
“Di tempat tidur Tante saja sekalian asal ….. “
Aku terkesiap. “A … asal apa Tante?”
“Asal kamu jangan bilang sama teman-temanmu, Tante bisa dapat malu besar. Dan juga jangan sekali-kali bilang sama ibumu”.
“Ah buat apa itu saya bilang-bilang? Tidak akan, Tante”. Dalam hati aku melonjak-lonjak kegirangan. Tak kusangka aku bakalan dapat durian runtuh, berkesempatan tidur di samping TanteRatih yang cantik banget. Siapa tahu aku nanti bisa nyenggol-nyenggol dia sedikit-sedikit.
Meraba-raba seperti orang buta menjaga jangan sampai terantuk ke dinding aku kembali ke sofa mengambil selimut dan bantal, lalu kembali meraba-raba ke arah Tante Ratih di pintu kamarnya.
Cahaya kilat dari kisi-kisi di puncak jendela membantu aku menemukan keberadaannya dan dia membimbing aku masuk. Badan kami berantuk saat dia menuntun aku ke tempat tidurnya dalam gelap. Ingin sekali aku merangkul tubuh empuknya tetapi aku takut dia marah.Akhirnya kami berdua berbaring berjajar di tempat tidur. Selama proses itu kami sama menjaga agar tidak terlalu banyak bersentuhan badan. Perasaanku tak karuan. Baru kali inilah aku pernah tidur dengan perempuan bahkan dengan ibuku sendiripun tak pernah. Perempuan cantik dan seksi lagi.
“Kamu itu kurus tapi badanmu kok keras Dit?” bisiknya di sampingku dalam gelap. Aku tak menjawab.
“Seandainya kau tahu betapa ******-ku lebih keras lagi sekarang ini,” kataku dalam hati. Aku berbaring miring membelakangi dia. Lama kami berdiam diri. Kukira dia sudah tidur, yang jelas aku tak bisa tidur. Bahkan mataku yang tadinya berat mengantuk, sekarang terbuka lebar.
“Dit,” kudengar dia memecah keheningan. “Kamu pernah bersetubuh?”
Nafasku sesak dan mereguk ludah.
“Belum Tante, bahkan melihat celana dalam perempuanpun baru sekali.” Wah berani sekali aku.
“Celana dalam Tante?”
“Hmmh”.
“Kamu mau nanggelin Dit?” dalam gelap kudengar dia menahan tawa.
Aku hampir-hampir tak percaya dia mengatakan itu.
“Nanggelin celana dalam Tante?”
“Iya. Tapi jangan dibilangin siapapun.”
Aku diam agak lama.
“Takutnya nanti bilah saya tidak mau kendor Tante”.
“Nanti Tante kendorin”.
“Sama apa?”
“Ya tanggelin dulu. Nanti bilahmu itu tahu sendiri.” Suaranya penuh tantangan.
Dan akupun berbalik, nafsuku menggelegak. Aku tahu inilah kesempatan emas untuk melampiaskan hasrat berahiku yang terpendam pada perempuan cantik-seksi selama bertahun-tahun usia remajaku. Rasanya seperti aku dapat peluang emas di depan gawang lawan dalam satu pertandingan final kejuaraan besar melawan kesebebelasan super kuat, dimana pertandingan bertahan 0-0 sampai menit ke-85. Umpan manis disodorkan penyerang tengah ke arah kiri. Bola menggelinding mendekati kotak penalti. Semua mengejar, kiper terjatuh dan aku tiba lebih dulu.Dengan kekuatan penuh kulepaskan tembakan geledek. GOL! Begitulah rasanya ketika aku tergesa melepas sarungku dan menyerbu menanggalkan celana dalam Tante Ratih. Lalu dalam gelap kuraih kaitan BH dipunggungnya, dia membantuku. Kukucup mulutnya. Kuremas buah dadanya dan tak sabaran lagi kedua kakiku masuk ke celah kedua pahanya. Kukuakkan paha itu, kuselipkan paha kiriku di bawah paha kanannya dan dengan satu tikaman kepala kontolku menerjang tepat akurat ke celah labianya yang basah. Saya tancapkan terus. MASUK!
Aku menyetubuhi Tante Ratih begitu tergesa-gesa. Sambil menusuk liang vaginanya kedua buah dadanya terus kuremas dan kuhisap dan bibirnya kupilin dan kulumat dengan mulutku. Mataku terbeliak saat penisku kumaju-mundurkan, kutarik sampai tinggal hanya kepala lalu kubenam lagi dalam mereguk nikmat sorgawi vaginanya. Kenikmatan yang baru pertama kalinya aku rasakan. Ohhhhh … Ohhhhh ….
Tetapi malangnya aku, barangkali baru delapan kali aku menggenjot, itupun batang kemaluanku baru masuk dua pertiga sewaktu dia muntah-muntah dengan hebat. Spermaku muncrat tumpah ruah dalam lobang kewanitaannya. Dan akupun kolaps. Badanku penuh keringat dan tenagaku rasanya terkuras saat kusadari bahwa aku sudah knocked out. Aku sadar aku sudah keburu habis sementara merasa Tante Ratih masih belum apa-apa, apalagi puas.
Dan tiba-tiba listrik menyala. Tanpa kami sadari rupanya hujan badai sudah reda. Dalam terang kulihat Tante Ratih tersenyum disampingku. Aku malu. Rasanya seperti dia menertawakan aku. Laki-laki loyo. Main beberapa menit saja sudah loyo.
“Lain kali jangan terlampau tergesa-gesa dong sayang”, katanya masih tersenyum. Lalu dia turun dari ranjang. Hanya dengan kimono yang tadinya tidak sempat kulepas dia pergi ke kamar mandi, tentunya hendak cebok membersihkan spermaku yang berlepotan di celah selangkangannya.
Keluar dari kamar mandi kulihat dia ke dapur dan akupun gantian masuk ke kamar mandi membersihkan penis dan pangkal penisku berserta rambutnya yang juga berlepotan sperma. Habis itu aku kembali ke ranjang. Apakah akan ada babak berikutnya? Tanyaku dalam hati. Atau aku disuruh kembali ke sofa karena lampu sudah nyala?Tante Ratih masuk ke kamar membawa cangkir dan sendok teh yang diberikan padaku.
”Apa ini Tante?”
“Telor mentah dan madu lebah pengganti yang sudah kamu keluarkan banyak tadi”, katanya tersenyum nakal dan kembali ke dapur.
Akupun tersenyum gembira. Rupanya akan ada babak berikutnya. Dua butir telurmentah itu beserta madu lebah campurannya kulahap dan lenyap kedalam perutku dalam waktu singkat. Dan sebentar kemudian Tante kembali membawa gelas berisi air putih.
Dan kami duduk bersisian di pinggir ranjang.
“Enak sekali Tante”, bisikku dekat telinganya.
“Telor mentah dan madu lebah?”, tanyanya.
“Bukan. Meqi Tante enak sekali.”
“Mau lagi?” tanyanya menggoda.
“Iya Tante, mau sekali”, kataku tak sabar dengan melingkarkan tangan di bahunya.
“Tapi yang slow ya Dit? Jangan buru-buru seperti tadi.”
“Iya Tante, janji”.
Dan kamipun melakukannya lagi. Walau di kota kabupaten aku bukannya tidak pernah nonton filem bokep. Ada temanku yang punya kepingan VCD-nya. Dan aku tahu bagaimana foreplay dilakukan.
Sekarang aku coba mempraktekkannya sendiri. Mula-mula kucumbu dada Tante Ratih, lalu lehernya.
Lalu turun ke pusar lalu kucium dan kujilat ketiaknya, lalu kukulum dan kugigit-gigit pentilnya, lalu jilatanku turun kembali ke bawah seraya tanganku meremas-remas kedua payudaranya. Lalu kujilat belahan vaginanya. Sampai disini Tante Ratih mulai merintih. Kumainkan itilnya dengan ujung lidahku. Tante Ratih mengangkat-angkat panggulnya menahan nikmat. Dan akupun juga sudah tidak tahan lagi. Penisku kembali tegang penuh dan keras seakan berteriakmemaki aku dengan marah “Cepatlah *******, jangan berleha-leha lagi”, teriaknya tak sabar. Penis yang hanya memikirkan mau enaknya sendiri saja.
Aku merayap di atas tubuh Tante Ratih. Tangannya membantu menempatkan bonggol kepala penisku tepat di mulut lobang kemaluannya. Dan tanpa menunggu lagi aku menusukkan penisku dan membenamkannya sampah dua pertiga. Lalu kupompa dengan ganas.
“Diiiiiiiit”, rengeknya mereguk nikmat sambil merangkul leher dan punggungku dengan mesra.
Rangkulan Tante Ratih membuat aku semakin bersemangat dan terangsang. Pompaanku sekarang lebih kuat dan rengekan Tante Ratih juga semakin manja. Dan kupurukkanseluruh batangku sampai ujung kepada penisku menyentuh sesuatu di dasar rahim Tante. Sentuhan ini menyebabkan Tante menggeliat-geliat memutar panggulnya dengan ganas, meremas dan menghisap kontolku. ReaksiTante ini menyebabkan aku kehilangan kendali. Aku bobol lagi. Spermaku muncrat tanpa dapat ditahan-tahan lagi. Dan kudengar Tante Ratih merintih kecewa. Kali ini aku keburu knocked out selagi dia hampir saja mencapai orgasme.
“Maafkan Tante”, bisikku di telinganya.
“Tak apa-apa Dit,” katanya mencoba menenangkan aku. Dihapusnya peluh yang meleleh di pelipisku.
“Dit, jangan bilang-bilang siapapun ya sayang? Tante takut sekali kalau ibumu tahu. Dia bakalan marah sekali anaknya Tante makan”, katanya tersenyum masih tersengal-sengal menahan berahi yang belum tuntas penuh. Kontolku berdenyut lagi mendengar ucapan Tante itu, apa memang aku yang dia makan bukannya aku yang memakan dia? Dan aku teringat pada kekalahanku barusan. Ke-lelakian-ku tersinggung. Diam-diam aku bertekad untuk menaklukkannya pada kesempatan berikutnya sehingga tahu rasa, bukan dia yang memakan aku tetapi akulah yang memakan dia.
Aku terbangun pada kokokan ayam pertama. Memang kebiasaanku bangun pagi-pagi sekali. Karena aku perlu belajar. Otakku lebih terbuka mencerna rumus-rumus ilmu pasti dan fisika kalau pagi.
Kupandang Tante Ratih yang tergolek miring disampingku. Dia masih tidak ber-celana dalam dan tidak ber-BH. Sebelah kakinya menjulur dari belahan kimono di selangkangannya membentuk segitiga sehingga aku dapat melihat bagian dalam pahanya yang putih padat sampai ke pangkalnya.
Ujung jembutnya juga kulihat mengintip dari pangkal pahanya itu dan aku juga bisa melihat sebelah buah dadanya yang tidak tertutup kimono. Aku sudah hendak menerkam mau menikmatinya sekali lagi sewaktu aku merasa desakan mau buang air kecil. Karena itu pelan-pelan aku turun dari ranjang terus ke kamar mandi.
Aku sedang membasuh muka dan kumur-kumur sewaktu Tante Ratih mengetok pintu kamar mandi. Agak kecewa kubukakan pintu dan Tante Ratih memberikan handuk bersih. Dia sodorkan juga gundar gigi baru dan odol.
“Ini Dit, mandi saja disini,” katanya. Barangkali dia kira aku akan pulang ke rumahku untuk mandi? Goblok bener.
Akupun cepat-cepat mandi. Keluar dari kamarmandi dengan sarung dan singlet dan handuk yang membalut tengkuk, kedua pundak dan lengan kulihat Tante Ratih sudah di dapur menyiapkan sarapan.
“Ayo sarapan Dit. Tante juga mau mandi dulu,” katanya meninggalkan aku.
Kulihat di meja makan terhidang roti mentega dengan botol madu lebah Australia disampingnya dan semangkok besar cairan kental berbusa. Aku tahu apa itu. Teh telor. Segera saja kuhirup dan rasanya sungguh enak sekali di pagi yang dingin. Saya yakin paling kurang ada dua butir telor mentah yang dikocokkan Tante Ratih dengan pengocok telur disana, lalu dibubuhi susu kental manis cap nona dan bubuk coklat. Lalu cairan teh pekat yang sudah diseduh untuk kemudian dituang dengan air panas sembari terus dikacau dengan sendok. Lezat sekali. Dan dua roti mentega berlapis juga segera lenyap ke perutku. Kumakan habis selagi berdiri. Madu lebahnya kusendok lebih banyak.Tante tidak lama mandinya dan aku sudah menunggu tak sabar.
Dengan hanya berbalut handuk Tante keluar dari kamar mandi.
“Tante, ini teh telornya masih ada”, kataku.
“Kok tidak kamu habiskan Dit?” tanyanya.
“Tante kan juga memerlukannya” , kataku tersenyum lebar. Dia menerima gelas besar itu sambil tersenyum mengerling lalu menghirupnya.
“Saya kan dapat lagi ya Tante”, tanyaku menggoda. Dia menghirup lagi dari gelas besar itu. “Tapi jangan buru-buru lagi ya?” katanya tersenyum dikulum. Dia menghirup lagi sebelum gelas besar itu dia kembalikan padaku. Dan aku mereguk sisanya sampai habis.
Penuh hasrat aku mengangkat dan memondong Tante Ratih ke kamar tidur.
“Duh, kamu kuat sekali Dit”, pujinya melekapkan wajah di dadaku.
Kubaringkan dia di ranjang, handuk yang membalut tubuh telanjang-nya segera kulepas. Duhhh cantik sekali. Segalanya indah. Wajah, toket, perut, panggul, meqi, paha dan kakinya. Semuanya putih mulus mirip artis filem Jepang.
Semula aku ragu bagaimana memulainya. Apa yang mesti kuserang dulu, karenasemuanya menggiurkan. Tapi dia mengambil inisiatif.Dilingkarkannya tangannya ke leherku dan dia dekatkan mulutnya ke mulutku, dan akupun
melumat bibir seksinya itu. Dia julurkan lidahnya yang aku hisap-hisap dan perasan airludahnya yang lezat kureguk. Lalu kuciumi seluruh wajah dan lehernya. Lalu kuulangi lagi apa yang aku lakukan padanya tadi malam. Meremas-remas payu daranya, menciumi leher, belakang telinga dan ketiaknya, menghisap dan menggigit sayang pentil susunya. Sementara itu tangan Tante juga liar merangkul punggung, mengusap tengkuk, dan meremas-remas rambutku.
Lalu sesudah puas menjilat buah dada dan mengulum pentilnya, ciumanku turun ke pusar dan terus ke bawah. Seperti kemarin aku kembali menciumi jembut di vaginanya yang tebal seperti martabak Bangka, menjilat klitoris, labia dan tak lupa bagian dalam kedua pahanya yang putih. Lalu aku mengambil posisi seperti tadi malam untuk menungganginya.
Tante menyambut penisku di liang vaginanya dengan gairah. Karena Tante Ratih sudah naik birahi penuh, setiap tusukan penisku menggesek dinding liangnya tidak hanya dinikmati olehku tetapi dinikmati penuh oleh dia juga.
Setiap kali sambil menahan nikmat dia berbisik di telingaku “Jangan buru-buru ya sayang, …….. jangan buru-buru ya sayang.” Dan aku memang berusaha mengendalikan diri menghemat tenaga. Kuingat kata-kata pelatih sepakbola-ku. Kamu itu main dua kali 45 menit, bukannya cuman setengah jam. Karena itu perlu juga latihan lari marathon. Dari pengalaman tadi malam kujaga agar penisku yang memang berukuran lebih panjang dari orang kebanyakan itu jangan sampai terbenam seluruhnya karena akan memancing reaksi liar tak terkendali dari Tante Ratih. Aku bisa bobol lagi. Aku menjaga hanya masuk dua pertiga atau tiga perempat.
Dan kurasakan Tante Ratih juga berusaha mengendalikan diri. Dia hanya menggerakkan panggulnya sekadarnya menyambut kocokan batangku. Kerjasama Tante membantu aku. Untuk lima menit pertama aku menguasai bola dan lapangan sepenuhnya. Kujelajahi sampai dua pertiga lapangan sambil mengarak dan mendrible bola, sementara Tante merapatkan pertahanan menunggu serangan sembari melayani dan menghalau tusukan-tusukanku yang mengarah ke jaring gawangnya.
Selama lima menit berikutnya aku semakin meningkatkan tekanan. Terkadang bola kubuang ke belakang , lalu kugiring dengan mengilik ke kiri dan ke kanan, terkadang dengan gerakan berputar. Kulihat Tante mulai kewalahan dengan taktik-ku. Lima menitberikutnya Tante mulai melancarkan serangan balasan. Dia tidak lagi hanya bertahan. Back kiri dan bek kanan bekerjasama dengan gelandang kiri dan gelandang kanan, begitupun kiri luar dan kanan luar bekerjasama membuat gerakan menjepit barisan penyerangku yang membuat mereka kewalahan. Sementara merangkul dan menjepitkan paha dan kakinya ke panggulku Tante Ratih berbisik mesra “jangan buru-buru ya sayang …. jangan tergesa-gesa ya Dit?”. Akupun segera mengendorkan serangan, menahan diri. Dan lima menit lagi berlalu. Lalu aku kembali mengambil inisiatif menjajaki mencari titik lemah pertahanan Tante Ratih. Aku gembira karena aku menguasai permainan dan lima menit lagi berlalu.
Tante Ratih semakin tersengal-sengal, rangkulannya di punggung dan kepalaku semakin erat. Dan aku tidak lagi melakukan penjajakan. Aku sudah tahu titik kelemahan pertahanannya. Sebab itu aku masuk ke tahap serangan yang lebih hebat. Penggerebekan di depan gawang. Penisku sudah lebih sering masuk tiga perempat menyentuh dasar liang kenikmatan Tante Ratih. Setiap tersentuh Tante Ratih menggelinjang. Dia pererat rangkulannya dan dengan nafas tersengal dia kejar mulutku dengan mulutnya dan mulut dan lidah kamipun kembali berlumatan dan kerkucupan.“Dit”, bisiknya. “Punyamu panjang sekali.”
“Memek Tante tebal dan enak sekali”, kataku balas memuji dia. Dan pertempuran sengit dan panas itu berlanjut lima lalu sepuluh menit lagi. Lalu geliat Tante Ratih semakin menggila dan ini menyebabkan aku semakin gila pula memompa. Aku tidak lagi menahan diri. Aku melepaskan kendali syahwat berahiku selepas-lepasnya. Kutusuk dan kuhunjamkan kepala ******-ku sampai ke pangkalnya berkali-kali dan berulang-ulang ke dasar rahimnya sampai akhirnya Tante Ratih tidak sadar menjerit “oooooohhhhhh…” . Aku terkejut, cepat kututup mulutnya dengan tanganku, takut kedengaran orang, apalagi kalau kedengaran oleh ibuku di sebelah. Sekalipun demikian pompaanku yang dahsyat tidak berhenti. Dan saat itulah kurasakan tubuh Tante Ratih berkelojotan sementara mulutnya mengeluarkan suara lolongan yang tertahan oleh tanganku. Dia orgasme hebat sekali.
“Sudah Dit, Tante sudah tidak kuat lagi”, katanya dengan nafas panjang-singkatan setelah mulutnya kulepas dari bekapanku. Kulihat ada keringat di hidung, di kening dan pelipisnya. Wajah itu juga kelihatan letih sekali. Aku memperlambat lalu menghentikan kocokanku. Tapi senjataku masih tertanam mantap di memek tebalnya.
“Enak Tante?”, bisikku.
“Iya enak sekali Dit. Kamu jantan. Sudah ya? Tante capek sekali”, katanya membujuk supaya aku melepaskannya. Tapi mana aku mau? Aku belum keluar, sementara batang kelelakianku yang masih keras perkasa yang masih tertancap dalam di liang kenikmatannya sudah tidak sabaran hendak melanjutkan pertempuran.
“Sebentar lagi ya Tante,” kataku meminta , dan dia mengangguk mengerti. Lalu aku melanjutkan melampiaskan kocokanku yang tadi tertunda. Kusenggamai dia lagi sejadi-jadinya dan berahinya naik kembali, kedua tangannya kembali merangkul dan memiting aku, mulutnya kembali menerkam mulutku. Lalu sepuluh menit kemudian aku tak dapat lagi mencegah air mani-ku menyemprot berkali-kali dengan hebatnya, sementara dia kembali berteriak tertahan dalam lumatan mulut dan lidahku. Liang vaginanya berdenyut-denyut menghisap dan memerah sperma-ku dengan hebatnya seperti tadi. Kakinya melingkar memiting panggul dan pahaku.
Persetubuhan nikmat diantara kami ternyata berulang dan berulang dan berulang dan berulang lagi saban ada kesempatan atau tepatnya peluang yang dimanfaatkan.
Suami Tante Ratih Om Hendra punya hobbi main catur dengan Bapakku. Kalau sudah main catur bisa berjam-jam. Kesempatan itulah yang kami gunakan. Paling mudah kalau mereka main catur di rumahku. Aku datangi terus Tante Ratih yang biasanya berhelah menolak tapi akhirnya mau juga. Aku juga nekad mencoba kalau mereka main catur di rumah Tante Ratih. Dan biasanya dapat juga walau Tante Ratih lebih keras menolaknya mula-mula. Hehe kalau aku tak yakin bakalan dapat juga akhirnya manalah aku akan begitu degil mendesak dan membujuk terus.Tiga bulan kemudian sesudah peristiwa pertama di kala hujan dan badai itu aku ketakutan sendiri. Tante Ratih yang lama tak kunjung hamil, ternyata hamil. Aku khawatir kalau-kalau bayinya nanti hitam. Kalau hitam tentu bisa gempar. Karena Tante Ratih itu putih. Om Hendra kuning. Lalu kok bayi mereka bisa hitam? Yang hitam itu kan si Didit. Hehehehe … tapi itu cerita lain lagilah.
-
Foto Bugil Gadis muda Nimfa telanjang di jendela
Duniabola99.com – foto gadis pirang kurus Nimfa toket kecil bugil melepas celana kulit hitamnya yang ketat dan mengambil alat bantu sex kaca yang besar dan memasukkan kememeknya yang tanpa bulu. Joker Slot
-
Kisah Memek Aku Berselingkuh Dengan Pak RT
Duniabola99.com – Aku tinggal di kompleks perumahan BTN di Jakarta. Suamiku termasuk orang yang selalu sibuk. Sebagai arsitek swasta, tugasnya boleh dibilang tidak kenal waktu. Walaupun dia sangat mencintaiku, bahkan mungkin memujaku, aku sering kesepian.
Cerita Aku sering sendirian dan banyak melamun membayangkan betapa hangatnya dalam sepi itu Mas Adit, begitu nama suamiku, ngeloni aku. Saat-saat seperti itu membuat libidoku naik. Dan apabila aku nggak mampu menahan gairah seksualku, aku ambil buah ketimun yang selalu tersedia di dapur. Aku melakukan masturbasi membayangkan dientot oleh seorang lelaki, yang tidak selalu suamiku sendiri, hingga meraih kepuasan.Yang sering hadir dalam khayalan seksualku justru Pak Parno, Pak RT di kompleks itu. Walaupun usianya sudah di atas 55 tahun, 20 tahun di atas suamiku dan 27 tahun di atas umurku, kalau membayangkan Pak Parno ini, aku bisa cepat meraih orgasmeku. Bahkan saat-saat aku bersebadan dengan Mas Aditpun, tidak jarang khayalan seksku membayangkan seakan Pak Parnolah yang sedang menggeluti aku.
Aku nggak tahu kenapa. Tetapi memang aku akui, selama ini aku selalu membayangkan kemaluan lelaki yang gedee banget. Nafsuku langsung melonjak kalau khayalanku nyampai ke sana. Dari tampilan tubuhnya yang tetap kekar dan kokoh walaupun tua, aku bayangkan kontol Pak Parno juga kekar dan kokoh. Gede, panjang dan pasti tegar dilingkari dengan urat-urat di sekeliling batangnya. Ooohh.., betapa nikmatnya dientot kontol macam itu ..
Di kompleks itu, di antara ibu-ibu atau istri-istri, aku merasa akulah yang paling cantik. Dengan usiaku yang 28 tahun, tinggi 158 cm dan berat 46 kg, orang-orang bilang tubuhku sintal banget. Mereka bilang aku seperti Sarah Ashari, selebrity cantik yang binal adik dari Ayu Ashari bintang sinetron. Apalagi kalau aku sedang memakai celana jeans dengan blus tipis yang membuat buah dadaku yang cukup besar membayang. Hatiku selangit mendengar pujian mereka ini..
Pada suatu ketika, tetangga kami punya hajatan, menyunatkan anaknya. Biasa, kalau ada tetangga yang punya kerepotan, kami se-RT rame-rame membantu. Apa saja, ada yang di dapur, ada yang ngurus pelaminan, ada yang bikin hiasan atau menata makanan dan sebagainya. Aku biasanya selalu kebagian bikin pelaminan. Mereka tahu aku cukup berbakat seni untuk membuat dekorasi pelaminan itu. Mereka selalu puas dengan hasil karyaku.
Aku menggunakan bahan-bahan dekorasi yang biasanya aku beli di Pasar Senen. Pagi itu ada beberapa bahan yang aku butuhkan belum tersedia. Di tengah banyak orang yang pada sibuk macam-macam itu, aku bilang pada Mbak Surti, yang punya hajatan, untuk membeli kekurangan itu.
‘Kebetulan Bu Mar, tuh Pak Parno mau ke Senen, mbonceng saja sama dia’, Bu Kasno nyampaikan padaku sambil nunjuk Pak Parno yang nampak paling sibuk di antara bapak-bapak yang lain.
‘Emangnya Pak Parno mau cari apaan?, aku nanya.
‘Inii, mau ke tukang tenda, milih bentuk tenda yang mau dipasang nanti sore. Sama sekalian sound systemnya’, Pak Parno yang terus sibuk menjawab tanpa menengok padaku.
‘Iyaa deh, aku pulang bentar ya Pak Parno, biar aku titip kunci rumah buat Mas Adit kalau pulang nanti’. Segalanya berjalan seperti air mengalir tanpa menjadikan perhatian pada orang-orang sibuk yang hadir disitu.Sekitar 10 menit kemudian, dengan celana jeans dan blus kesukaanku, aku sudah duduk di bangku depan, mendampingi Pak Parno yang nyopirin Kijangnya. Udara AC di mobil Pak Parno nyaman banget sesudah sepagi itu diterpa panasnya udara Jakarta. Pelan-pelan terdengar alunan dangdut dari radio Mara yang terdapat di mobil itu.
Saat itu aku jadi ingat kebiasaanku mengkhayal. Dan sekarang ini aku berada dalam mobil hanya berdua dengan Pak Parno yang sering hadir sebagai obyek khayalanku dalam hubungan seksual. Tak bisa kutahan, mataku melirik ke arah selangkangan di bawah kemudi mobilnya. Dia pakai celana drill coklat muda. Aku lihat di arah pandanganku itu nampak menggunung. Aku nggak tahu apakah hal itu biasa. Tetapi khayalanku membayangkan itu mungkin kontolnya yang gede dan panjang.
Saat aku menelan ludahku membayangkan apa di balik celana itu, tiba-tiba tangan Pak Parno nyelonong menepuk pahaku. ‘Dik Marini mau beli apaan? Di Senen sebelah mana?’, sambil dia sertai pertanyaan ini dengan nada ke-bapak-an.
Dan aku bener-bener kaget lho. Aku nggak pernah membayangkan Pak RT ini kalau ngomong sambil meraba yang di ajak ngomong.
‘Kertas emas dan hiasan dinding, Pak. Di sebelah toko mainan di pasar inpress ituu..’, walaupun jantungku langsung berdegup kencang dan nafasku terasa sesak memburu, aku masih berusaha se-akan-akan tangan Pak Parno di pahaku ini bukan hal yang aneh.
Tetapi rupanya Pak Parno nggak berniat mengangkat lagi tangannya dari pahaku, bahkan ketika dia jawab balik, ‘Ooo, yyaa.. aku tahu ..’, tangannya kembali menepuk-nepuk dan digosok-gosokkanya pada pahaku seakan sentuhan bapak yang melindungi anaknya.
Ooouuiihh.. aku merasakan kegelian yang sangat, aku merasakan desakan erotik, mengingat dia selalu menjadi obyek khayalan seksualku. Dan saat Pak Parno merabakan tangannya lebih ke atas menuju pangkal pahaku, reaksi spontanku adalah menurunkan kembali ke bawah. Dia ulangi lagi, dan aku kembali menurunkan.
Dia ulangi lagi dan aku kembali menurunkan. Anehnya aku hanya menurunkan, bukan menepisnya. Yang aku rasakan adalah aku ingin tangan itu memang tidak diangkat dari pahaku. Hanya aku masih belum siap untuk lebih jauh. Nafasku yang langsung tersengal dan jantungku yang berdegap-degup kencang belum siap menghadapi kemungkinan yang lebih menjurus.
Pak Parno mengalah. Tetapi bukan mengalah bener-bener. Dia tidak lagi memaksakan tangannya untuk menggapai ke pangkal pahaku, tetapi dia rubah. Tangan itu kini meremasi pahaku. Gelombang nikmat erotik langsung menyergap aku. Aku mendesah tertahan. Aku lemes, tak punya daya apa-apa kecuali membiarkan tangan Pak Parno meremas pahaku. ‘Dik Maarr..’, dia berbisik sambil menengok ke aku.
Tiba-tiba di depan melintas bajaj, memotong jalan. Pak Parno sedikit kaget. Otomatis tangannya melepas pahaku, meraih presnelling dan melepas injakan gas. Kijang ini seperti terangguk. Sedikit badanku terdorong ke depan. Selepas itu tangan Pak Parno dikonsentrasikan pada kemudi. Jalanan ke arah Senen yang macet membuat sopir harus sering memindah presnelling, mengerem, menginjak gas dan mengatur kemudi.
Aku senderkan tubuhku ke jok. Aku nggak banyak ngomong. Aku kepingin tangan Pak Parno itu kembali ke pahaku. Kembali meremasi. Dan seandainya tangan itu merangkak ke pangkal pahaku akan kubiarkan. Aku menjadi penuh disesaki dengan birahi. Mataku kututup untuk bisa lebih menikmati apa yang barusan terjadi dan membiarkan pikiranku mengkhayal.
Benar. Sesudah jalanan agak lancar, tangan Pak Parno kembali ke pahaku. Aku benar-benar mendiamkannya. Aku merasakan kenikmatan jantungku yang terpacu dan nafasku yang menyesak dipenuhi rangsangan birahi. Langsung tangan Pak Parno meremasi pahaku. Dan juga naik-naik ke pangkal pahaku. Tanganku menahan tangannya. Eeeii malahan ditangkapnya dan diremasinya. Dan aku pasrah. Aku merespon remasannya. Rasanya nikmat untuk menyerah pada kemauan Pak Parno. Aku hanya menutup mata dengan tetap bersender di jok sambil remasan di tangan terus berlangsung.Sekali aku nyeletuk,
‘N’tar dilihat orang Pak’,
‘Ah, nggaakk mungkin, kacanya khan gelap. Orang nggak bisa melihat ke dalam’, aku percaya dia.Sesudah beberapa saat rupanya desakan birahi pada Pak Parno juga menggelora,
‘Dik Mar.. kita jalan-jalan dulu mau nggak?’, dia berbisik ..
‘Kemana..?’, pertanyaanku yang aku sertai harapan hatiku ..
‘Ada deh.. Pokoknya Dik Mar mau khan..’.
‘Terserah Pak Parno.., Tapinya n’tar ditungguin orang-orang .., n’tar orang-orang curiga .. lho’.
‘Iyaa, jangan khawatirr.., paling lama sejamlah.’, sambil Pak Parno mengarahkan kemudinya ke tepi kanan mencari belokan ke arah balik. Aku nggak mau bertanya, mau ngapain ‘sejam’??Persis di bawah jembatan penyeberangan dekat daerah Galur, Pak Parno membalikkan mobilnya kembali menuju arah Cempaka Putih. Ah.. Pak Parno ini pasti sudah biasa begini. Mungkin sama ibu-ibu atau istri-istri lainnya. Aku tetap bersandar di jok sambil menutup mataku pura-pura tiduran.
Dengan penuh gelora dan deg-degan jantungku, aku menghadapi kenyataan bahwa beberapa saat lagi, mungkin hanya dalam hitungan menit, akan mengalami saat-saat yang sangat menggetarkan. Saat-saat seperti yang sering aku khayalkan. Aku nggak bisa lagi berpikir jernih. Edan juga aku ini.., apa kekurangan Mas Adit, kenapa demikian mudah aku menerima ajakan Pak Parno ini. Bahkan sebelumnya khan belum pernah sekalipun selama 8 tahun pernikahan aku disentuh apalagi digauli lelaki lain.
Yang aku rasakan sekarang ini hanyalah aku merasa aman dekat Pak Parno. Pasti dia akan menjagaku, melindungiku. Pasti dia akan mengahadpi aku dengan halus dan lembut. Bagaimanapun dia adalah Pak RT kami yang selama ini selalu mengayomi warganya.
Pasti dia nggak akan merusak citranya dengan perbuatan yang membuat aku sakit atau terluka. Dan rasanya aku ingin banget bisa melayani dia yang selama ini selalu jadi obyek khayalan seksualku. Biarlah dia bertindak sesuatu padaku sepuasnya. Dan juga aku ingin merasakan bagaimana dia memuaskan aku pula sesuai khayalanku.
Agu gemetar hebat. Tangan-tanganku gemetar. Lututku gemetar. Kepalaku terasa panas. Darah yang naik ke kekepalaku membuat seakan wajahku bengap. Dan semakin kesana, semakin aku nggak bisa mencabut persetujuanku atas ajakan ‘jalan-jalan dulu’ Pak Parno ini.Tiba-tiba mobil terasa membelok ke sebuah tempat. Ketika aku membuka mata, aku lihat halaman yang asri penuh pepohonan. Di depan mobil nampak seorang petugas berlarian menuntun Pak Parno menuju ke sebuah garasi yang terbuka. Dia acungkan tangannya agar Pak Parno langsung memasuki garasi berpintu rolling door itu, yang langsung ditutupnya ketika mobil telah yakin berada di dalam garasi itu dengan benar. Sedikit gelap. Ada cahaya kecil di depan. Ternyata lampu di atas sebuah pintu yang tertutup. Woo.. aku agak panik sesaat. Tak ada jalan untuk mundur. Kemudian kudengar Pak Parno mematikan mesin mobilnya.
‘Nyampai Dik Mar ..’,
‘Di mana ini Pak ..?’, terus terang aku nggak tahu di mana tempat yang Pak Parno mengajak aku ini. Tetapi aku yakin inilah jenis ‘motel’ yang sering aku dengar dari temen-temen dalam obrolan-obrolan porno dalam arisan yang diselenggarakan ibu-ibu kompleks itu.Pak Parno tidak menjawab pertanyaanku, tetapi tangannya langsung menyeberang melewati pinggulku untuk meraih setelan jok tempat dudukku. Jok itu langsung bergerak ke bawah dengan aku tergolek di atasnya. Dan yang kurasakan berikutnya adalah bibir Pak Parno yang langsung mencium mulutku dan melumat. Uh uh uh .. Aku tergagap sesaat.. sebelum aku membalas lumatannya. Kami saling melepas birahi. Aku merasakan lidahnya menyeruak ke rongga mulutku. Dan reflekku adalah mengisapnya.
Lidah itu menari-nari di mulutku. Bau lelaki Pak Parno menyergap hidungku. Beginilah rasanya bau lelaki macam Pak Parno ini. Bau alami tanpa parfum sebagaimana yang sering dipakai Mas Adit. Bau Pak RT yang telah 55 tahun tetapi tetap memancarkan kelelakian yang selama ini selalu menyertai khayalanku saat masturbasi maupun saat aku disebadani Mas Adit. Bau yang bisa langsung menggebrak libidoku, sehingga nafsu birahiku lepas dengan liarnya saat ini..
Sambil melumat, tangan-tangan Pak Parno juga merambah tubuhku. Jari-jarinya melepasi kancing-kancing blusku. Kemudian kurasakan remasan jari kasar pada buah dadaku. Uuiihh .. tak tertahankan. Aku menggelinjang. Menggeliat-geliat hingga pantatku naik-naik dari jok yang aku dudukin disebabkan gelinjang nikmat yang dahsyat. Sekali lagi aku merasa edaann .. aku digeluti Pak RT ku.
Bibir Pak Parno melumatku, dan aku menyambutnya dengan penuh kerelaan yang total. Akulah yang sesungguhnya menantikan kesempatan macam ini dalam banyak khayalan-khayalan erotikku. Ohh .. Pak Parnoo .. Tolongin akuu Pakee .. Puaskanlah menikmati tubuhkuu ..Paak, .. semua ini untuk kamu Paak .. Aku hauss .. Paak .. Tulungi akuu Paakk.
‘Kita turun yok Dik Mar .., kita masuk dulu ..’, Pak Parno menghentikan lumatannya dan mengajak aku memasuki motel ini.
Begitu masuk kudengar telpon berdering. Rupanya dari kantor motel itu. Pak Parno menanyakan aku mau minum apa, atau makanan apa yang aku inginkan yang bisa diantar oleh petugas motel ke kamar. Aku terserah Pak Parno saja. Aku sendiri buru-buru ke kamar kecil yang tersedia. Aku kebelet pengin kencing.
Saat kembali ke peraduan kulihat Pak Parno sudah telentang di ranjang. Agak malu-malu aku masuk ke kamar tidur ini, apalagi setelah melihat sosok tubuh Pak Parno itu. Dia menatapku dari ekor matanya, kemudian memanggil, ‘Sini Dik Mar .. ‘, uh uh .. Omongan seperti itu .. masuk ketelingaku pada saat macam begini ..aku merasakan betapa sangat terangsang seluruh syaraf-syaraf libidoku.
Aku, istri yang sama sekali belum pernah disentuh lelaki lain kecuali suamiku, hari ini dengan edannya berada di kamar motel dengan seseorang, yaitu Pak Parno, yang Pak RT kompleks rumahku, yang bahkan jauh lebih tua dari suamiku, bahkan hampir 2 kali usiaku sendiri. Dan panggilanya yang ..’Sini Dik Mar’, itu .. terasa sangat erotis di telingaku.Aku inilah yang disebut istri nyeleweng. Aku inilah istri yang selingkuh..uh uh uh .. Kenapa begitu dahsyat birahi yang melandaku kini. Birahi yang didongkrak oleh pengertiannya akan makna selingkuh dan aku tetap melangkah ke dalamnya. Birahi yang dibakar oleh pengertian nyeleweng dan aku terus saja melanggarnya. Uhh .. aku nggak mampu menjawab semuanya kecuali rasa pasrah yang menjalar ..
Dan saat aku rubuh ke ranjang itu, yang kemudian dengan serta merta Pak Parno menjemputku dengan dekapan dan rengkuhan di dadanya, aku sudah benar-benar tenggelam dalam pesona dahsyatnya istri yang nyeleweng dan selingkuh, yang menunggu saat-saat lanjutannya yang akan dipenuhi kenikmatan dan gelinjang yang pasti sangat hebat bagi istri penyeleweng pemula macam aku ini.
‘Dik Mar .. Aku sudah lama merindukan Dik Mar ini. Setiap kali aku lihat itu gambar bintang film Sarah Ashari yang sangat mirip Dik Mar .. Hatiku selalu terbakar .. Kapann aku bisa merangkul Dik Mar macam ini ..’.
Bukan main ucapan Pak Parno. Telingaku merasakan seperti tersiram air sejuk pegunungan. Berbunga-bunga mendengar pujian macam itu. Dan semakin membuat aku rela dan pasrah untuk digeluti Pak Parno yang gagah ini. Pak Parnoo ..Kekasihkuu.. Dia balik dan tindih tubuhku.
Dia langsung melahap mulutku yang gelagapan kesulitan bernafas. Dia masukkan tangannya ke blusku. Dirangkulinya tubuhku, ditekankannya bibirnya lebih menekan lagi. Disedotnya lidahku. Disedotnya sekaligus juga ludahku. Sepertinya aku dijadikan minumannya. Dan sungguh aku menikmati kegilaannya ini. Kemudian tangannya dia alihkan, meremasi kedua susuku yang kemudian dilepaskannya pula.
Ganti bibirnyalah yang menjemput susuku dan puting-putingnya. Dia jilat dan sedotin habis-habisan. Dan yang datang padaku adalah gelinjang dari saraf-sarafku yang meronta. Aku nggak mampu menahan gelinjang ini kecuali dengan rintihan yang keluar dari mulutku ..Pakee ..Pakee .. Pakee ..ampun nikmattnya Pakee..
Tangannya yang lepas dari susuku turun untuk meraih celana jeansku. Dilepasi kancing celanaku dan dibuka resluitingnya. Tangannya yang besar dan kasar itu mendorongnya hingga celanaku merosot ke paha. Kemudian tangan itu merogoh celana dalamku. Aaaiiuuhh.. tak terperikan kenikmatan yang mendatangi aku.
Aku tak mampu menahan getaran jiwa dan ragaku. Saat-saat jari-jari kasar itu merabai bibir kemaluanku dan kemudian meremasi kelentitku ..aku langsung melayang ke ruang angkasa tak bertepi. Kenikmatan .. sejuta kenikmatan .. ah .. Selaksa juta kenikmatan Pak Parno berikan padaku lewat jari-jari kasarnya itu.
Jari-jari itu juga berusaha menusuk lubang vaginaku. Aku rasakan ujungnya-unjungnya bermain di bibir lubang itu. Cairan birahiku yang sudah menjalar sejak tadi dia toreh-toreh sebagai pelumas untuk memudahkan masuknya jari-jarinya menembusi lubang itu. Dengan bibir yang terus melumati susuku dan tangannya merangsek kemaluanku dengan jari-jarinya yang terus dimainkan di bibir lubang vaginaku ..
Ohh.. kenapa aku ini ..Ooohh.. Mas Adit .. maafkanlah akuu .. Ampunilahh .. istrimu yang nggak mampu mengelak dari kenikmatan tak bertara ini .. ampunilah Mas Adit .. aku telah menyelewengg .. aku nggak mampuu maass ..Pak Parno terus menggumuli tubuhku. Blusku yang sudah berantakan memudahkan dia merangsek ke ketiakku. Dia jilati dan sedoti ketiakku. Dia nampak sekali menikmati rintihan yang terus keluar dari bibirku. Dia nampaknya ingin memberikan sesuatu yang nggak pernah aku dapatkan dari suamiku. Sementara jari-jarinya terus menusuki lubang vaginaku. Dinding-dindingnya yang penuh saraf-saraf peka birahi dia kutik-kutik, hingga aku serasa kelenger kenikmatan. Dan tak terbendung lagi, cairan birahiku mengalir dengan derasnya.
Yang semula satu jari, kini disusulkan lagi jari lainnya. Kenikmatan yang aku terimapun bertambah. Pak Parno tahu persis titik-titik kelemahan wanita. Jari-jarinya mengarah pada G-spotku. Dan tak ayal lagi. Hanya dengan jilatan di ketiak dan kobokan jari-jari di lubang vagina aku tergiring sampai titik dimana aku nggak mampu lagi membendungnya. Untuk pertama kali disentuh lelaki yang bukan suamiku, Pak Parno berhasil membuatku orgasme.
Saat orgasme itu datang, kurangsek balik Pak Parno. Kepalanya kuraih dan kuremasi rambutnya. Kupeluk tubuhnya erat-erat dan kuhunjamkan kukuku ke punggungnya. Aku nggak lagi memperhitungkan bagaimana luka dan rasa sakit yang ditanggung Pak Parno. Pahaku menjepit tangannya, sementara pantatku mengangkat-angkat menjemputi tangan-tangan itu agar jarinya lebih meruyak ke lubang vaginaku yang sedang menanggung kegatalan birahi yang amat sangat. Tingkahku itu semua terus menerus diiringi racau mulutku.
Dan saat orgasme itu memuncratkan cairan birahiku aku berteriak histeris. Tangan-tanganku menjambret apa saja yang bisa kuraih. Bantalan ranjang itu teraduk. Selimut tempat tidur itu terangkat lepas dan terlempar ke lantai. Kakiku mengejang menahan kedutan vaginaku yang memuntahkan spermaku. “Sperma” perempuan yang berupa cairan-cairan bening yang keluar dari kemaluannya. Keringatku yang mengucur deras mengalir ke mataku, ke pipiku, kebibirku. Kusibakkan rambutku untuk mengurangi gerahnya tubuhku dalam kamar ber AC ini.
Saat telah reda, kurasakan tangan Pak Parno mengusap-usap rambutku yang basah sambil meniup-niup dengan penuh kasih sayang. Uh .. Dia yang ngayomi aku. Dia eluskan tangannya, dia sisir rambutku dengan jari-jarinya. Hawa dingin merasuki kepalaku. Dan akhirnya tubuhku juga mulai merasai kembali sejuknya AC kamar motel itu.
‘Dik Mar, Dik Mar hebat banget yaa hh.. Istirahat dulu yaa..?!, Saya ambilkan minum dulu yaahh ..’, suara Pak Parno itu terasa menimbulkan rasa yang teduh. Aku nggak kuasa menjawabnya. Nafasku masih ngos-ngosan. Aku nggak pernah menduga bahwa aku akan mendapatkan kenikmatan sehebat ini.Kamar motel ini telah menyaksikan bagaimana aku mendapatkan kenikmatan yang pertama kalinya saat aku menyeleweng dari kesetiaanku pada Mas Adit suamiku untuk disentuhi dan digumuli oleh Pak Parno, Pak RT kampungku, yang bahkan juga sering jadi lawan main catur suamiku di saat-saat senggang. Mas Adit .. Ooohh .. maass ..maafkanlah aakuu .. maass..
-
Foto Ngentot anal Mandy Dee yang sangat keras
Duniabola99.com – foto cewek pirang yang suka makan permen dan menhisap kontol panjang dan mendapatkan ngentot anal keras yang sangat nikmat.
-
Kisah Memek Hangat Nya Tubuh Bu Guru Anisa
Duniabola99.com – Saat itu sedang liburan sekolah yang panjang, kami dari sebuah SLTA mengadakan pendakian gunung di Jawa Timur. Rombongan terdiri dari 5 laki-laki dan 5 wanita. Diantara rombongan itu satu guru wanita ( guru biologi) dan satu guru pria ( guru olah raga ). Acara liburan ini sebenarnya amat tidak didukung oleh cuaca. Soalnya, acara kami itu diadakan pada awal musim hujan. Tapi kami tidak sedikitpun gentar menghadapi ancaman cuaca itu.
Ada yang sedikit mengganjal hati saya, yakni Ibu Guru Anisa ( saya memanggilnya Anisa ) yang terkenal galak dan judes itu dan anti cowok ! denger-denger dia itu lesbi. Ada yang bilang dia patah hati dari pacarnya dan kini sok anti cowok. Bu Anis usianya belum 30 tahun, sarjana, cantik, tinggi, kulit kuning langsat, full press body. Sedangkan teman – teman cewek lainnya terdiri dari cewek-cewek bawel tapi cantik-cantik dan periang, cowoknya, terus terang saja, semuanya bandit asmara ! termasuk pak Martin guru olah raga kami itu.
Perjalanan menuju puncak gunung, mulai dari kumpul di sekolah hingga tiba di kaki gunung di pos penjagaan I kami lalui dengan riang gembira dan mulus-mulus saja. Seperti biasanya rombongan berangkat menuju ke sasaran melalui jalan setapak. Sampai tengah hari, kami mulai memasuki kawasan yang berhutan lebat dengan satwa liarnya, yang sebagian besar terdiri dari monyet-monyet liar dan galak.
Menjelang sore, setelah rombongan istirahat sebentar untuk makan dan minum, kami berangkat lagi. Kata pak Martin sebentar lagi sampai ke tujuan. Saking lelahnya, rombongan mulai berkelompok dua-dua. Kebetulan aku berjalan paling belakang menemani si bawel Anisa dan disuruh membawa bawaannya lagi, berat juga sih, sebel pula! Sebentar-sebentar minta istirahat, bahkan sampai 10 menit, lima belas menit, dan dia benar-benar kecapean dan betisnya yang putih itu mulai membengkak.
Kami berangkat lagi, tapi celaka, rombongan di depan tidak nampak lagi, nah lo ?! Kami kebingungan sekali, bahkan berteriak memanggil-manggil mereka yang berjalan duluan. Tak ada sahutan sedikitpun, yang terdengar hanya raungan monyet-monyet liar, suara burung, bahkan sesekali auman harimau. Anisa sangat ketakutan dengan auman harimau itu. Akhirnya kami terus berjalan menuruti naluri saja. Rasa-rasanya jalan yang kami lalui itu benar, soalnya hanya ada satu jalan setapak yang biasa dilalui orang.
Sial bagi kami, kabut dengan tiba-tiba turun, udara dingin dan lembab, hari mulai gelap, hujan turun rintik-rintik. Anisa minta istirahat dan berteduh di sebuah pohon sangat besar. Hingga hari gelap kami tersasar dan belum bertemu dengan rombongan di depan. Akhirnya kami memutuskan untuk bermalam di sebuah tepian batu cadas yang sedikit seperti goa.
Hujan semakin lebat dan kabut tebal sekali, udara menyengat ketulang sumsum dinginnya. Bajuku basah kuyup, demikian juga baju Anisa. Dia menggigil kedinginan. Sekejap saja hari menjadi gelap gulita, dengan tiupan angin kencang yang dingin. Kami tersesat di tengah hutan lebat.
Tanpa sadar Anisa saking kedinginan dia memeluk aku. “Maaf” katanya. Aku diam saja, bahkan dia minta aku memeluknya erat-erat agar hangat tubuhnya. Pelukan kami semakin erat, seiring dengan kencangnya deras hujan yang dingin. Jika aku tak salah, hampir tiga jam lamanya hujan turun, dan hampir tiga jam kami berpelukan menahan dingin.Setelah hujan reda, kami membuka ransel masing-masing. Tujuan utamanya adalah mencari pakaian tebal, sebab jaket kami sudah basah kuyup. Seluruh pakaian bawaan Anisa basah kuyup, aku hanya punya satu jaket parasut di ransel. Anisa minta aku meminjamkan jaketku. Aku setuju. Tapi apa yag terjadi ? wow…Anisa dalam suasana dingin itu membuka seluruh pakaiannya guna diganti dengan yang agak kering. Mulai dari jaket, T. Shirt nya, BH nya, wah aku melihat seluruh tubuh Anisa. Dia cuek saja, payudaranya nampak samar-samar dalam gelap itu. Tiba-tiba dia memelukku lagi.
“Dingin banget” katanya. “Terang dingin , habis kamu bugil begini” jawabku.
“Habis bagaimana? basah semua, tolong pakein aku jeketmu dong ?” pinta Anisa.
Aku memakaikan jaket parasut itu ketubuh Anisa. Tanganku bersentuhan dengan payudaranya, dan aku berguman
” Maaf Nisa ?”
“Enggak apa-apa ?!”: sahutnya.Hatiku jadi enggak karuan, udara yang aku rasakan dingin mendadak jadi hangat, entah apa penyebabnya. Anisa merangkulku, “Dingin” katanya, aku peluk saja dia erat-erat. ” Hangat bu ?” tanyaku ” iya, hangat sekali, yang kenceng dong meluknya ” pintanya. Otomatis aku peluk erat-erat dan semakin erat.
Aneh bin ajaib, Anisa tampak sudah berkurang merasakan kedinginan malam itu, seperti aku juga. Dia meraba bibirku, aku reflex mencium bibir Anisa. Lalu aku menghindar. “Kenapa?” tanya Anisa
” Maaf Nisa ? ” Jawabku.” Tidak apa-apa Rangga, kita dalam suasana seperti ini saling membutuhkan, dengan begini kita saling bernafsu, dengan nafsu itu membangkitkan panas dalam darah kita, dan bisa mengurangi rasa dingin yang menyengat.
Kembali kami berpelukan, berciuman, hingga tanpa sadar aku memegang payudaranya Anisa yang montok itu, dia diam saja, bahkan seperti meningkat nafsu birahinya. Tangannya secara reflek merogoh celanaku kedalam hingga masuk dan memegang penisku.
Kami masih berciuman, tangan Anisa melakukan gerakan seperti mengocok-ngocok ‘Mr. Penny’ku. Tanganku mulai merogoh ‘Ms. Veggy’nya Anisa, astaga ! dia rupanya sudah melepas celana dalamnya sedari tadi. Karena remang-remang aku sampai tak melihatnya. ‘Ms. Veggy’nya hangat sekali bagian dalamnya, bulunya lebat.
Anisa sepontan melepas seluruh pakaiannya, dan meminta aku melepas pula . Aku tanpa basa basi lagi langsung bugil. Kami bergumul diatas semak-semak, kami melakukan hubungan badan ditengah gelap gulita itu. Kami saling ganti posisi, Anisa meminta aku dibawah, dia diatas. Astaga, goyangnya!! Pengalaman banget dia ? kan belum kawin ?” Kamu kuat ya?” bisiknya mesra.
” Lumayan sayang ?!” sahutku setengah berbisik.
” Biasa main dimana ?” tanyanya
“Ada apa sayang?” tanyaku kembali.” Akh enggak” jawabnya sambil melepas ‘Ms. Veggy’nya dari ‘Mr. Penny’ku, dan dengan cekatan dia mengisap dan menjilati ‘Mr. Penny’ku tanpa rasa jijik sedikitpun. Anisa meminta agar aku mengisap payudaranya, lalu menekan kepalaku dan menuntunnya ke arah ‘Ms. Veggy’nya. Aku jilati ‘Ms. Veggy’ itu tanpa rasa jijik pula. Tiba-tiba saja dia minta senggama lagi, lagi dan lagi, hingga aku ejakulasi.
Aku sempat bertanya, “Bagaimana jika kamu hamil ?”
” Don’t worry !” katanya. Dan setelah dia memebersihkan ‘Ms. Veggy’nya dari spermaku, dia merangkul aku lagi. Malam semakin larut, hujan sudah reda, bintang-bintang di langit mulai bersinar. Pada jam 12 tengah malam, bulan nampak bersinar terang benderang. Paras Anisa tampak anggun dan cantik sekali.Kami ngobrol ngalor-ngidul, soal kondom, soal sekolah, soal nasib guru, dsb. Setelah ngobrol sekian jam, tepat pukul 3 malam, Anisa minta bersetubuh denganku lagi, katanya nikmat sekali ‘Mr. Penny’ku. Aku semakin bingung, dari mana dia tahu macam-macam rasa ‘Mr. Penny’, dia kan belum nikah ? tidak punya pacar ? kata orang dia lesbi.
Aku menuruti permintaan Anisa. Dia menggagahi aku, lalu meminta aku melakukan pemanasan sex (foreplay). Mainan Anisa bukan main hebatnya, segala gaya dia lakukan. Kami tak peduli lagi dengan dinginnya malam, gatalnya semak-semak. Kami bergumul dan bergumul lagi. Anisa meraih tanganku dan menempelkan ke payudaranya.
Dia minta agar aku meremas-remas payudaranya, lalu memainkan lubang ‘Ms. Veggy’nya dengan jariku, menjilati sekujur bagian dagu. Tak kalah pula dia mengocok-ngocok ‘Mr. Penny’ku yang sudah sangat tegang itu, lalu dijilatinya, dan dimasukkannya kelubang vaginanya, dan kami saling goyang menggoyang dan hingga kami saling mencapai klimaks kenikmatan, dan terkulai lemas.
Anisa minta agar aku tak usah lagi menyusul kelompok yang terpisah. Esoknya kami memutuskan untuk berkemah sendiri dan mencari lokasi yang tak akan mungkin dijangkau mereka. Kami mendapatkan tempat ditepi jurang terjal dan ada goa kecilnya, serta ada sungai yang bening, tapi rimbun dan nyaman. Romantis sekali tempat kami itu. Aku dan Anisa layaknya seperti Tarzan dan pacarnya di tengah hutan.Sebab seluruh baju yang kami bawa basah kuyup oleh hujan. Anisa hanya memakai selembar selayer yang dililitkan diseputar perut untuk menutupi kemaluannya. Aku telanjang bulat, karena baju kami sedang kami jemur ditepi sungai. Anisa dengan busana yang sangat minim itu membuat aku terangsang terus, demikian pula dia. Dalam hari-hari yang kami lalui kami hanya makan mi instant dan makanan kaleng.
Tepat sudah tiga hari kami ada ditempat terpencil itu. Hari terakhir, sepanjang hari kami hanya ngobrol dan bermesraan saja. Kami memutuskan esok pagi kami harus pulang. Di hari terakhir itu, kesmpatan kami pakai semaksimal mungkin. Di hari yang cerah itu, Anisa minta aku mandi bersama di sungai yang rimbun tertutup pohon-pohon besar.
Kami mandi berendam, berpelukan, lalu bersenggama lagi. Anisa menuntun ‘Mr. Penny’ku masuk ke ‘Ms. Veggy’nya. Dan di menggoyangkan pinggulnya agar aku merasa nikmat. Aku demikian pula, semakin menekan ‘Mr. Penny’ku masuk kedalam ‘Ms. Veggy’nya.
Di atas batu yang ceper nan besar, Anisa membaringkan diri dengan posisi menantang, dia menguakkan selangkangngannya, ‘Ms. Veggy’nya terbuka lebar, disuruhnya aku menjilati bibir ‘Ms. Veggy’nya hingga klitoris bagian dalam yang ngjendol itu. Dia merasakan nikmat yang luar biasa, lalu disuruhnya aku memasukkan jari tengahku ke dalam lubang ‘Ms. Veggy’nya, dan menekannya dalam-dalam. Mata Anisa merem melek kenikmatan. Tak lama kemudian dia minta aku yang berbaring, ‘Mr. Penny’ku di elus-elus, diciumi, dijilati, lalu diisapnya dengan memainkan lidahnya, Anisa minta agar aku jangan ejakulasi dulu,
“Tahan ya ?” pintanya. ” Jangan dikeluarin lho ?!” pintanya lagi.
Lalu dia menghisap ‘Mr. Penny’ku dalam-dalam. Setelah dia enggak tahan, lalu dia naik diatasku dan memasukkan ‘Mr. Penny’ku di ‘Ms. Veggy’nya, wah, goyangnya hebat sekali, akhirnya dia yang kalah duluan. Anisa mencubiti aku, menjambak rambutku, rupanya dia ” keluar”, dan menjerit kenikmatan, lalu aku menyusul yang “keluar” dan oh,,,,oh…oh….muncratlah air maniku dilubang ‘Ms. Veggy’ Anisa.
“Jahat kamu ?!” kata Anisa seraya menatapku manja dan memukuli aku pelan dan mesra. Aku tersenyum saja. ” Jahat kamu Rangga, aku kalah terus sama kamu ” Ujarnya lagi. Kami sama-sama terkulai lemas diatas batu itu.Esoknya kami sudah berangkat dari tempat yang tak akan terlupakan itu. Kami memadu janji, bahwa suatu saat nanti kami akan kembali ke tempat itu. Kami pulang dengan mengambil jalan ke desa terdekat dan pergi ke kota terdekat agar tidak bertemu dengan rombongan yang terpisah itu. Dari kota kecil itu kami pulang ke kota kami dengan menyewa Taxi, sepanjang jalan kami berpelukan terus di dalam Taxi.
Tak sedikitpun waktu yang kami sia-siakan. Anisa menciumi pipiku, bibirku, lalu membisikkan kata ” Aku suka kamu ” Aku juga membalasnya dengan kalimat mesra yang tak kalah indahnya. Dalam dua jam perjalanan itu, tangan dan jari-jari Anisa tak henti-hentinya merogoh celana dalamku, dan memegangi ‘Mr. Penny’ku. Dia tahu aku ejakulasi di dalam celana, bahkan Anisa tetap mengocok-ngocoknya. Aku terus memeluk dia, pak Supir tak ku ijinkan menoleh kami kebelakang, dia setuju saja. Sudah tiga kali aku ” keluar” karena tangan Anisa selalu memainkan ‘Mr. Penny’ku sepanjang perjalanan di Taxi itu.
” Aku lemas sayang ?!” bisikku mesra
” Biarin !” Bisiknya mesra sekali. ” Aku suka kok !” Bisiknya lagi.Tidak mau ketinggalan aku merogoh celana olah raga yang dipakai Anisa. Astaga, dia tidak pakai celana dalam. Ketika jari-jari tanganku menyolok ‘Ms. Veggy’nya, dia tersenyum, bulunya ku tarik-tarik, dia meringis, dan apa yang terjadi ? astaga lagi, Anisa sudah ‘keluar’ banyak, ‘Ms. Veggy’nya basah oleh semacam lendir, rupanya nafsunya tinggi sekali, becek banget. Tangan kami sama-sama basah oleh cairan kemaluan.
Ketika sampai di rumah Anisa, aku disuruhnya langsung pulang, enggak enak sama tetangga katanya. Dia menyodorkan uang dua lembar lima puluh ribuan, aku menolaknya, biar aku saja yang membayar Taxi itu. Lalu aku pulang.
Hari-hari berikutnya di sekolah, hubunganku dengan Anisa guru biologiku, nampak wajar-wajar saja dari luar. Tapi ada satu temanku yang curiga, demikian para guru. Hari-hari selanjutnya selalu bertemu ditempat-tempat khusus seperti hotel diluar kota, di pantai, bahkan pernah dalam suatu liburan kami ke Bali selama 12 hari.
HUhu
Ketika aku sudah menyelesaikan studiku di SLTA, Anisa minta agar aku tak melupakan kenangan yang pernah kami ukir. Aku diajaknya ke sebuah Hotel disebuah kota, yah seperti perpisahan. Karena aku harus melanjutkan kuliah di Australia, menyusul kakakku. Alangkah sedihnya Anisa malam itu, dia nampak cantik, lembut dan mesra. Tak rela rasanya aku kehilangan Anisa. Kujelaskan semuanya, walau kita beda usia yang cukup mencolok, tapi aku mau menikah dengannya.
Anisa memberikan cincin bermata berlian yang dipakainya kepada aku. Aku memberikan kalung emas bermata zamrud kepada Anisa. Cincin Anisa hanya mampu melingkar di kelingkingku, kalungku langsung dipakainya, setelah dikecupinya. Anisa berencana berhenti menjadi guru, “sakit rasanya” ujarnya kalau terus menjadi guru, karena kehilangan aku. Anisa akan melanjutkan S2 nya di USA, karena keluarganya ada disana. Setelah itu kami berpisah hingga sekian tahun, tanpa kontak lagi.
Pada suatu saat, ada surat undangan pernikahan datang ke Apartemenku, datangnya dari Dra. Anisa Maharani, MSC. Rupanya benar dia menyelesaikan S2 nya.Aku terbang ke Jakarta, karena resepsi itu diadakan di Jakarta disebuah hotel bintang lima. Aku datang bersama kakakku Rina dan Papa. Di pesta itu, ketika aku datang, Anisa tak tahan menahan emosinya, dia menghampiriku ditengah kerumunan orang banyak itu dan memelukku erat-erat, lalu menangis sejadi-jadinya.
“Aku rindu kamu Rangga kekasihku, aku sayang kamu, sekian tahun aku kehilangan kamu, andai saja laki-laki disampingku dipelaminan itu adalah kamu, alangkah bahagianya aku ” Kata Anisa lirih dan pelan sambil memelukku.
Kamu jadi perhatian para hadirin, Rina dan Papa saling tatap kebingungan. Ku usap airmata tulus Anisa. Kujelaskan aku sudah selesai S1 dan akan melanjutkan S2 di USA, dan aku berjanji akan membangun laboratorium yang kuberi nama Laboratorium “Anisa”. Dia setuju dan masih menenteskan air mata.
Setelah aku diperkenalkan dengan suaminya, aku minta pamit untuk pulang, akupun tak tahan dengan suasana yang mengharukan ini. Setelah lima tahun tak ada khabar lagi dari dia, aku sudah menikah dan punya anak wanita yang kuberi nama Anisa Maharani, persis nama Anisa. Ku kabari Anisa dan dia datang kerumahku di Bandung, dia juga membawa putranya yang diberi nama Rangga, cuma Rangga berbeda usia tiga tahun dengan Anisa putriku.Aku masih merasakan getaran-getaran aneh di hatiku, tatapan Anisa masih menantang dan panas, senyumnya masih menggoda. Kami sepakat untuk menjodohkan anak kami kelak, jika Tuhan mengijinkannya.
-
Kinome Little Asian Cocksuckers 17
-
Kisah Memek Ngeseks Dengan Tante Wiwin
Duniabola99.com – Cerita ini bermula dari suatu kebetulan yang tidak disengaja. Sampai saat ini aku suka tertawa sendiri kalau mengingat awal kejadian ini. Bermula dari suatu Sabtu siang, aku janjian ketemu dengan salah seorang teman chat-ku. Namanya Fenny, mahasiswi tingkat akhir di salah satu PTS di Jakarta Barat. Teman chat-ku yang satu ini cukup misterius. Aku nggak pernah tau dia tinggal dimana, dengan siapa, bahkan aku tak pernah dikasi nomer telepon rumahnya. Kampusnya pun aku nggak yakin kalau yang disebutnya benar.
Saat janjian dengan Fenny pun hanya lewat SMS. Biasanya aku nggak pernah meladeni teman-teman chat yang janjian ketemu via SMS. Kapok, dulu pernah dibo’ongin. Tapi entah kenapa aku penasaran sekali dengan Fenny. Akhirnya kami janjian untuk ketemu di Mal Kelapa Gading, tepatnya di Wendy’s. Resenya, Fenny juga nggak mau kasi tau pakaian apa yang dia pakai dan ciri-cirinya. Pokoknya surprise, katanya.Itulah kenapa hari Sabtu siang ini aku bengong-bengong ditemani baked potatoenya Wendy’s sambil menunggu kedatangan Fenny. Sudah hampir satu jam aku menunggu tapi tidak ada kabar. SMS-ku nggak dibales-bales, mau telepon pulsa udah sekarat. Aku hanya duduk sambil memperhatikan sekelilingku yang cukup sepi. Mataku tertuju pada seorang wanita keturunan Chinese berumur kira-kira 30-an yang duduk sendirian di salah satu sudut. Herannya sejak tadi wanita tersebut memperhatikanku terus. Aku sempat berpikir apa dia yang bernama Fenny. Tapi rasanya bukan. Akhirnya karena bete menunggu aku pun meninggalkan Wendy’s.
Tiba-tiba aku merasa ada yang menepuk bahuku dari belakang. Aku menoleh dan melihat wanita yang kuperhatikan tadi tersenyum ke arahku.
“Rio ya?” tanyanya. Aku terkejut. Kok dia tau namaku. Jangan-jangan wanita ini benar Fenny. Aku mengangguk.
“Iya, mm.. Fenny?” tanyaku. Wanita itu menggeleng sambil mengernyitkan kening.
“Bukan, kok Fenny sih? Kamu Rio yang di Kayuputih kan?” aku tambah bingung mendengarnya.
“Bukan, lho tante bukan Fenny?”.Kemudian wanita itu mengajakku berteduh di salah satu sudut sambil menjelaskan maksud yang sebenarnya. Aku mendengarkan, lantas aku juga gantian menjelaskan. Akhirnya kami sama-sama tertawa terbahak-bahak setelah tau duduk persoalannya. Wanita itu bernama Linda, dan dia juga sedang janjian dengan teman chat-nya yang juga bernama Rio, seperti namaku. Akhirnya kami malah berkenalan karena orang-orang yang kami tunggu tak kunjung datang juga. Aku memanggilnya Ci Linda, karena dia menolak dipanggil tante. Kesannya tua katanya.
Siang itu Ci Linda malah mengajakku jalan-jalan. Aku ikut dengan Altis-nya karena aku tidak membawa mobil. Ci Linda mengajakku ke butik teman maminya di daerah Permata Hijau. Tante Wiwin, sang pemilik butik adalah seorang wanita yang sudah berusia di atas 50 tahun, tubuhnya cukup tinggi dan agak montok. Kulitnya yang putih bersih hari itu dibalut blus transparan yang bahunya terbuka lebar dan celana biru tua dari bahan yang sama dengan bajunya. Agak-agak eksentrik. Dasar desainer pikirku. Karena hari itu butik Tante Wiwin tidak begitu ramai, kami bertiga ngobrol-ngobrol sambil minum teh di salah satu ruang santai.“Aduh Yo.. maaf..” seru Tante Wiwin. Wanita itu menumpahkan teh yang akan dituangnya ke cangkirku tepat di celanaku bagian pangkal paha. Aku sedikit mengentak karena tehnya agak panas.
“Nggak pa-pa Tante…” jawabku seraya menepuk-nepuk kemejaku yang juga kena tumpahan teh. Tante Wiwin reflek menepis-nepis bercak teh yang membasahi cenalaku. Ups.. tanpa sengaja jemari lembutnya menyentuh batang kemaluanku.
“Eh.. kok keras Yoo? Hihihi…” goda Tante Wiwin sambil memijit-mijit kemaluanku. Aku jadi tersenyum. Ya gimana nggak keras sedari ngobrol tadi mataku tak lepas dari bahu Tante Wiwin yang mulus dan kedua belah paha Ci Linda yang putih.
“Iya.. Tante sih numpahin…” jawabku setengah bercanda.
“Idih.. Tante Wiwin kumat genitnya deh… biasa Yo, udah lama nggak… awww!!” Ci Linda tak sempat menyelesaikan celetukkannya karena Tante Wiwin mencubit pinggang wanita itu.
“Iya nih Tante, udah numpahin digenitin lagi. Pokoknya bales tumpahin juga lho hihihi…” aku gantian menggoda wanita itu. Tante Wiwin malah tersenyum sambil merangkul leherku.
“Boleh, tapi jangan ditumpahin pake teh ya..” bisiknya di telingaku. Aku pura-pura bego.
“Abis mau ditumpahin apa Tante?” tanyaku. Tante Wiwin meremas batang penisku dengan gemas.
“Ya sama ‘teh alami’ dari kamu dong sayang.. mmmhhh…. mmmm…” Tante Wiwin langsung mengecup dan melumat bibirku. Aku yang memang sedari tadi sudah horny menyambut lumatan bibir Tante Wiwin dengan penuh nafsu. Kedua tanganku memeluk pinggang wanita setengah baya itu dengan posisi menyamping. Sementara tangan Tante Wiwin yang lembut merangkul leherku. Ah.. lembut sekali bibirnya.
Ci Linda yang melihat adegan kami tidak tinggal diam. Wanita berkulit putih mulus itu mendakati tubuhku dan mulai memainkan kancing celana jeansku. Tak sampai semenit wanita itu sudah berhasil melucuti celana jeansku sekaligus dengan celana dalamnya. Tanpa ampun lagi batang penisku yang sudah mulai mengeras itu berdiri tegak seolah menantang Ci Linda untuk menikmatinya. Ci Linda turun ke bawah sofa untuk memainkan penisku. Jemarinya yang lembut perlahan-lahan mengusap dan memijit setiap centi batang penisku. Ugghh.. birahiku semakin naik. Lumatan bibirku di bibir Tante Wiwin semakin bernafsu. Lidahku menjelajahi rongga mulut wanita setengah baya itu. Tante Wiwin merasa keasyikan.Aku yang semakin terbakar nafsu mencoba menularkan gairahku ke Tante Wiwin. Dari bibir, lidahku berpindah ke telinganya yang dihiasi anting perak. Tante Wiwin menggelinjang keasyikan. Dia meminta waktu sebentar untuk melepas anting-antingnya agar aku lebih leluasa. Lidahku semakin liar menjelajahi telinga, leher dan bahu Tante Wiwin. Tampaknya wanita itu mulai tak kuasa menahan birahinya yang semakin memuncak. Dia melepaskan diri dari tubuhku dan memintaku untuk melorotkan celananya. Tanpa disuruh kedua kalinya aku pun langsung melucuti Tante Wiwin sekaligus dengan bajunya, hingga tubuh wanita itu bersih tanpa sehelai benang pun.
Gila, udah kepala empat tapi tubuh Tante Wiwin masih kencang. Kulitnya yang putih betul-betul terasa halus mulus. Sambil bersandar pada pegangan sofa, Tante Wiwin merentangkan kedua belah pahanya yang mulus dan memintaku melumat kemaluannya yang bersih tanpa bulu. Tanpa basa-basi aku langsung mendekatkan wajahku ke vaginanya dan mulai menjilati daerah pinggir kemaluannya.
“Hhhmmmm.. sshhh…. terusss Yoo….” desah Tante Wiwin keasyikan. Aku terus menjilati vaginanya sambil tangan kananku membelai pangkal pahanya yang mulus. Di bawah, Ci Linda masih asyik mempermainkan kemaluanku. Kelima jemarinya yang lentik lincah sekali membelai dan mengocok batang penisku yang ujungnya mulai basah. Sesekali lidahnya membasahi permukaan penisku. Sebagian batang penisku tampak merah terkena lipstik Ci Linda. Kepala wanita itu naik turun mengikuti ayunan kenikmatan di penisku. Ahhh… lembut sekali mulut Ci Linda mengulumnya. Saking asyiknya tak sadar aku sampai menghentikan permainanku dengan Tante Wiwin untuk merasakan kenikmatan yang diberikan Ci Linda. Tante Wiwin tersenyum melihat ekspresiku yang mengejang menahan nikmat. Wanita itu merengkuh kepalaku untuk melanjutkan tugasku memberi kenikmatan untuknya.
Aku semakin buas melumat kemaluan Tante Wiwin. Jemariku mulai ikut membantu. Liang kemaluan Tante Wiwin sudah kutembus dengan jari tengahku. Sambil kukocok-kocok, aku menjilati klitorisnya. Wanita itu menggelinjang tak karuan menahan rasa nikmat. Kedua tangannya yang lembut menjambak rambutku.Tanpa kusadari, Ci Linda sudah melucuti dirinya sendiri sampai telanjang bulat. Tiba-tiba wanita itu naik ke atas tubuhku dan bersiap mengurung penisku dengan vaginanya yang lembut. Kedua tangannya merengkuh leherku. Tubuhnya mulai merendah hingga ujung penisku mulai menyentuh bibir vaginanya. Dengan bantuan tangan kiriku, perlahan penisku mulai masuk ke dalam liang kenikmatan itu, dan…. sssllppp blleeessss.. Amblas sudah penisku di liang kemaluan Ci Linda. Sambil memeluk bahuku, tubuh Ci Linda naik-turun. Ugghh.. nikmat sekali. Aku sampai nggak bisa konsen ngelumat vagina Tante Wiwin. Tapi aku nggak mau kalah. Yang penting Tante Wiwin mesti diberesin dulu.
Sambil menahan birahiku yang sudah di ubun-ubun gara-gara Ci Linda, aku terus melumat vagina Tante Wiwin. Jari tengahku yang kini sudah dibantu jari manis semakin cepat mengocok-ngocok di dalam vagina Tante Wiwin. Lidahku semakin liar menjelajahi klitoris dan bibir vaginanya. Tubuh Tante Wiwin pun semakin menggelinjang tak karuan. Sepertinya wanita itu sudah tak kuasa lagi menahan kenikmatan yang kuberikan. Aku pun mulai merasa dinding vaginanya berdenyut.
“Sssshhh… ooohhh… Riioooo…..aahhhh….” Tante Wiwin mendesah meregang nikmat sambil meremas kepalaku yang masih menempel ketat di vaginanya. Aku merasakan rembesan lendir yang cukup deras dari dalam sana. Hmmm… aroma vagina yang begitu khas segera tercium. Aku pun menghirup lendir-lendir kenikmatan itu sambil menjilati sisa-sisa yang menempel di vagina Tante Wiwin. Setelah puas melepas kenikmatannya, Tante Wiwin mengangkat kedua pahanya dari tubuhku dan membiarkan aku leluasa menikmati permainan dengan Ci Linda.
Bebas dari tubuh Tante Wiwin, kini Ci Linda yang mendekap tubuhku erat. Payudaranya yang bulat dan montok menempel ketat di dadaku. Ahh.. kenyal sekali. Aku semakin merasakan kekenyalannya karena tubuh Ci Linda naik-turun. Sementara bibir kami asyik saling melumat.
“Mmhhh..ssllppp…aahh…mmmmmm…” berisik sekali kami berciuman. Tante Wiwin sampai geleng-geleng melihat kami berdua yang sama-sama dipacu birahi.
Kemudian kami bertukar posisi. Tubuh kami berguling ke arah berlawanan sehingga kini tubuh Ci Linda duduk bersandar di sofa dengan posisi kedua kaki mulusnya yang mengangkang. Sambil bertumpu pada lutut di lantai, aku bersiap memasukkan penisku lagi ke dalam liang kemaluan Ci Linda. Ugghh… kali ini lebih mudah karena vagina Ci Linda sudah basah. Pantatku maju mundur seiring kenikmatan yang dirasakan Ci Linda. Wanita itu bahkan sudah tak kuasa memeluk tubuhku. Kedua tangannya direntangkan untuk menahan rasa nikmat yang dirasakannya. Aku semakin menggoyang pantatku dengan keras. Aku tahu bahwa sebentar lagi Ci Linda akan mencapai klimaks, namun aku juga tahu bahwa Ci Linda tak mau kalah denganku. Aku melihat ekspresinya yang berusaha menahan nikmat.“Terus Yo… bentar lagi tuh.. hihihi…” goda Tante Wiwin. Aku tersenyum kemudian mengecup bibir wanita yang sedang duduk di samping Ci Linda tersebut. Tante Wiwin malah membantuku dengan menjilat, mengisap dan mengulum payudara dan puting Ci Linda.
“Aahhh… Yoooo… sssshhhhh…..” akhirnya Ci Linda meregang kenikmatannya. Aku merasakan cairan hangat membasahi penisku di dalam vaginanya. Aku mendekap tubuh Ci Linda yang hangat.
“Hh.. gila kamu Yo, aku pikir bakal kamu duluan…” ujar Ci Linda. Aku tersenyum sambil melirik ke arah Tante Wiwin.
“Ya kan berkat bantuan Tante Wiwin..” jawabku seraya mencubit hidung Tante Wiwin. Wanita itu memelukku.
“Nah, sekarang giliran aku lagi Yo, kamu kan belum puasin aku dengan pentunganmu itu hihihi… Ayo, kali ini pasti kamu udah nggak tahan..” Tante Wiwin menantangku bermain lagi. Tanpa diminta dua kali aku langsung menjawab tantangannya. Aku pun melakukan hal yang sama seperti dengan Ci Linda tadi. Kali ini aku mengakui permainan Tante Wiwin yang jauh lebih liar dan berpengalaman. Akhirnya kami klimaks bersama-sama. Aku klimaks di dalam vagina Tante Wiwin yang hangat.Ruang santai itu memang betul-betul hebat. Tak seorang karyawan pun yang mengetahui apa yang baru saja kami lakukan. Setelah puas bermain, kami bertiga mandi bersama. Tadinya setelah mandi kami mau melanjutkan lagi di kamar tidur Tante Wiwin. Tapi karena sudah sore, sebentar lagi suami Tante Wiwin pulang. Untungnya Ci Linda punya ide untuk melanjutkan di hotel. Tante Wiwin pun setuju, namun aku dan Ci Linda berangkat duluan.
Malam itu kami check-in di salah satu hotel di daerah Thamrin. Aku dan Ci Linda lebih dulu melanjutkan permainan. Satu jam kemudian Tante Wiwin baru datang melengkapi kenikmatan kami. Dan yang bikin aku surprise, malam itu Tante Wiwin mengajak teman seprofesinya yang umurnya kira-kira lebih muda 3 atau 5 tahun, namanya Tante Ida. Malam itu aku betul-betul puas bersenang-senang dengan mereka bertiga. Kami melepas birahi sampai jam 3 pagi. Kemudian kami tidur sampai jam 9 pagi, lantas kembali menuntaskan permainan. Aku betul-betul tidak menyangka kalau gara-gara salah orang bisa sampai seperti ini.
Sampai kini aku nggak pernah ketemu dengan Fanny, teman chat-ku. Kami pun nggak pernah SMS-an lagi. Entah kemana perginya Fanny. Tapi yang jelas semenjak kejadian itu, aku terus keep contact dengan Ci Linda, Tante Wiwin dan Tante Ida. Sekarang Ci Linda sudah menikah dan tinggal di Australia dengan suaminya. Tapi kami masih sering kontak. Sedangkan dengan Tante Wiwin dan Tante Ida, aku masih terus berhubungan untuk sesekali berbagi kenikmatan. Tadinya mereka ingin memeliharaku sebagai gigolo, namun aku menolak karena aku melakukannya bukan untuk uang dan materi, tapi untuk kesenangan saja. Kadang kalau Ci Linda sedang di Indonesia, kami menyempatkan diri untuk mengunjungi butik Tante Wiwin bersama-sama untuk melepas birahi. Tempat Tante Wiwin sering dijadikan tempat affair kami agar.Kisah Seks, Cerita Sex, Cerita Panas, Cerita Bokep, Cerita Hot, Cerita Mesum, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Sex Bergambar, Cerita ABG, Cerita Sex Tante, Cerita Sex Sedarah, Cerita Sex Pasutri
-
Kisah Memek Selingan Ranjangku
Cerita Sex ini berjudul ” Selingan Ranjangku ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2018.
Duniabola99.com – Kota Denpasar mungkin bukan hanya sebagian yg menjadi lokasi wisata, namun sebagai ibukota provinsi yg penuh dengan kantor pemerintahan dan perusahaan maka jalanan akan selalu ramai dan macet. banyak sepeda motor bersliweran dan para tour operator yg kadang naiknya tidak tertib menjadi jalanan semakin macet dan tak nyaman. apalagi pada saat jam pulang kantor, dimana para tour operator memulangkan clientnya ke hotel, orang kantoran pulang kerja dan selain itu transisi bagi para orang yg ingin menikmati suasana malam.
Aku duduk di kursi kemudiku mobil buatan Jerman ini, sambil mendengarkan lagu dari Jennifer Lopez yg On the Floor yg jinglenya seperti Sari Roti. sebagai seorang kepada bagian banyak yg menawariku untuk diberi fasilitas sopir agar aku tak terlalu capek dibelakang kemudi. namun tujuanku beli mobil ini aku ingin merasakan tenaganya dan kenyamanannya dibelakang kemudi, walau tenaga mobil ini tidak bisa kukeluarkan dengan maksimal karena kondisi jalanan yg selalu ramai dan harus selalu waspada. berjibaku di belakang kemudi selama hampir 30 menit menembus keramaian kota, akhirnya aku tiba dirumah dengan wajah super lelah.“Hai mas, teh atau kopi?”, ujar istriku menyambut kedatanganku sambil bersalaman dan dia mencium tanganku.
“Teh aja yang, jangan manis-manis ya, minumnya sambil ngeliatin kamu soalnya”, ujarku dengan wajah datar.
“Capek masih bisa ngegombal ya”, balasnya sambil membuatkanku teh panas.
“Iya dong, anak-anak mana?”, tanyaku.
“Itu lagi main di taman sebelah”, ujarnya sambil melihat melalui jendela, “ada cerita apa hari ini?”, lanjut dia.
“Gak ada yang, biasa tadi rapat dengan PNS, huuh makanya capek, mereka susah nangkep maksud planning kita jangka panjang, malah minta persenan. sama-sama pegawai pemerintahan kok gitu, mainnya korup”, terangku kesal sambil membuka lembaran koran di meja makan.
“Haha udah biasa toh mereka gitu”, balas istriku yg berdiri dibelakangku sambil menciumi kepalaku.
Setelah kami berdua ngobrol di meja makan sambil minum teh, akhirnya anak-anakku datang dan memberiku salam.
“Papah..”, teriak kedua anakku.
“Abis dari mana?”, tanyaku pada mereka sambil memberi senyuman.
“Abis main di taman sebelah rumah Zaki”, ujar anakku yg tertua.
Lalu mereka lanjut bermain di depan TV, enak ya jadi anak-anak yg ada hanya bermain dan main, belum pusing ngurus rumah tangga, kerja, finansial dan lain-lain. istriku mempersilahkan aku untuk mandi duluan dan mengambil pakaian yg aku pakai tadi siang untuk di cuci. aku sungguh bersyukur memiliki istri yg pandai mengurusku dan urusan rumah selalu beres saat aku sibuk dengan pekerjaan.Setelah semua selesai dengan mandi dan makan malam, kami berempat duduk bersama di depan TV. anak tertuaku sedang dibantu oleh Bella mengerjakan PR nya, sedangkan anak yg kecil berada di sebelahku bermain dengan Lego. dan aku duduk manis sambil membuka email dan membalasnya yg belum sempat aku lakukan saat di kantor.
“Eh yang, kamu tadi senam Zumba ya”, ujarku memecah keheningan sambil mata tetap fokus pada laptop.
“Ih gimana sih mas, besok aku senamnya, dan jumat aku arisan”, ujarnya dengan sedikit gemas karena aku sering lupa waktu.
“Oh iya haha maap”, balasku.
Selama disini kegiatan istriku hanya senam, arisan dan ngurus rumah tangga. teman arisan ini juga teman Zumbanya, yg sesama perantuan dan jumlahnya katanya hanya 6 orang. menurutku kalau hanya berenam bukan arisan, tapi ngerumpi.
“Maaah, udah jam 9, adik ngantuk”, ujar anakku yg kecil.
“Kakak udah ya nonton TV nya, ayok tidur, mamah temenin”, ujar istriku yg lalu beranjak dan mengantar kedua anakku ke kamarnya, aku masih saja fokus pada laptopku. kadang aku berpikir, kapan mereka bisa pisah, aku tak ingin kedua anakku memiliki hubungan diluar batas seperti pada kisah Rendy dengan Novita, yaitu kakaknya. mungkin kalau sudah berani, mereka akan segera aku pisahkan kamarnya.
“Mas, masih kerja?”, ujar istriku yg duduk dan bersender disebelahku sambil melihat aktifitasku di depan laptop.
“Hmm lumayan sih, kenapa sayang?”, balasku sambil mengarahkan pandang padanya.
“Gapapa, pengin gangguin kamu aja haha”, balasnya dengan genit. rambut dia yg lurus seleher membuatnya semakin cantik, namun saat dia berkerudung akan jauh lebih cantik dan anggun.“Huuu sukanya”, balasku sambil mencubit pipinya.
“Kan kita bisanya mersa kalau anak-anak udah tidur mas”, ujarnya sambil memelukku.
“Iya sayang, udah ini aku tutup laptopnya”, ujarku sambil berberes di meja laptopku yg pendek ini.
Lalu kami berdua duduk didepan TV sambil ngobrolin hal ringan, tanpa gangguan HP dan gadget, benar-benar quality time dengan istri. aku senang dengan cara istriku yg saat kami berdua ngobrol bisa fokus dan tidak terganggu oleh gadget. tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah 11. dimana beso pagi aku harus kembali ke kantor pada pukul 9, seperti biasa.
“Mau ke kamar yang? udah jam segini”, ajakku padanya.
“Yuuk, gendong!”, balasnya dengan manja.
Seperti saat jaman menikah pertama, aku sering menggendongnya untuk kubawa ke kamar, setelah menikah hingga 2 anak, masih aja mintanya sama. kebahagiaan yg tak bisa dibayar atau diganti dengan apapun. dengan posisi Bella digendong dipunggungku maka dia perlu naik keatas sofa untuk itu. dengan badan dia yg proporsional bukan jadi masalah buatku untuk menggendongnya. setelah aku jatuhkan dia di kasur, aku kembali berjalan untuk mengganti lampu kamar menjadi remang, dan dia senyum-senyum diatas kasur menyaksikanku.
“Ih kenapa ini senyum-senyum, mau ngajak ena-ena ya”, tanyaku sambil berbaring di sebelahnya sambil menjadikan dia gulingku.
“Hehe gapapa mas, kamu nggemesin”, balasnya sambil minta peluk aku.
“Yang, yuk yang hehe udah 4 hari nih gak main”, ajakku pada dia sambil sedikit menciumi lehernya.
“Ehhmmmm ngentot mas?”, tanya istriku.
“Iya dong hehhe”, balasku sambil meremasi susu istriku sendiri.
“Hmm aku sepong aja ya mas hehe itumu gede banget mas soalnya”, balas istriku sambil mengekspresikan mimik wajah nyeri, memang benar, kadang kalau pas aku bersemangat masuk pada gigi 5 dengan goyangan yg kencang, aku melihat istriku keenakan namun juga kesakitan kadang airmatanya sedikit keluar. entah kenapa istriku masih kurang menikmati yg mengakibatkan nyeri walau sudah lama menikah, apa mungkin ukuran yg kegedean. walau begitu, kami belum pernah konsultasi pada pakar seks, karena malu. namun banyak aku membaca melalui google bahwa kejadian seperti itu memang biasa saat pasangan kurang ikhlas atau kepikiran sesuatu yg membuatnya tak menikmati sehingga menjadikannya nyeri karena lubrikasi pada vagina yg tiba-tiba terhenti saat sedang panasnya.
“Bukannya yg gede yg enak ya yang, yauda deh disepong gapapa daripada kagak”, ujarku santai.“Iya ii mas, kenapa ya, padahal aku ya berusaha menikmati, tapi ya karena entah kenapa jadi kaya gimana gitu, maaf ya suamiku”, ujarnya sambil memelukku.
Lalu tanpa membuang waktu aku langsung melepas celanaku dan istriku langsung meraih kontolku.
“Yaampun segede gini lho mas”, ujarnya sambil terus mengocok kontolku dengan pelan. sebelum kami mulai ritual, istriku kudekatkan pada bibirku untuk kulahap bibirnya.
“Smooocchhh cmooocchhh cmooooccchhhhh”, ciuman kami disertai dengan permainan lidah dan aku meraba badannya yg langsing. kami berdua bersilat lidah dengan cukup lama, bahkan nafas istriku mulai terengah engah saat ciuman kami berubah menjadi ciuman yg hot. aku harap istriku mengubah pikirannya dan ingin ngentot.
“Mas, bikin aku orgasme dong”, mintanya sambil wajah yg super sange.
“Ngentot ya sayang”, tanyaku.
“Ehmmm di kobel sama dijilat aja ya mas”, minta dia, walau sedikit kecewa namun tak apalah.
Lalu aku langsung berpindah posisi dan menarik celana istriku berserta dengan celana dalamnya dan terlihatlah vagina bersih tanpa bulu sedikitpun itu. kepalaku mendekat pada pangkal selangkangannya dan kujulurkan lidahku pada bibir vaginanya yg tipis tersebut, aroma khas sabun sirih membuatku semakin bernafsu.
“Sluuuuuuurrrrrpppppppppppppp”, aku menjilati bibir vagina istriku dari ujung bawah hingga ujung atasnya yg membuat dia klejotan tak karuan, bibir vagina yg sedikit terasa asin tak ku hiraukan selama bisa memberi kepuasan dan nafsu pada kami berdua.
“Awwwwwwhhhhhhh mass”, desah panjang istriku saat ujung lidahku mengenai klitorisnya. aku terus menjilati pada bagian itu, istriku hanya terdiam sambil klejotan, menahan desahnya dengan mengigit bibirnya sendiri dan tangannya memainkan payudaranya dari luar bajunya. terkadang tangannya mencengkram sprei saat aku sedang intens memberikan serangan pada alat vitalnya.
Cairan vaginanya turut keluar yg membantuku memainkan lidah semakin licin dan lihay. kedua kaki istriku terus bergerak-gerak untuk menghilangkan rasa geli yg menyerang tubuhnya. dia enggan mendesah kencang karena tepat kamar sebelah adalah kamar anak-anak. sejak memiliki anak kami terbiasa bermain senyap dengan desahan yg minimal. permainan senyap justru membuat semuanya semakin nikmat dengan saling melihat wajah yg sange namun menahan luapan nafsu yg seharusnya dikeluarkan menjadi sebuah desahan nikmat. istriku mengigit bibirnya sebelah bawah sambil terus mendesah ringah.“Ssshhhh shhhhh hmmmm shhhhhh awhhhh shhhh stthhhmmm”
“Ahhhh mas Herii, enak banget sih mas”, desah dia sambil merancu tak jelas, “kalau udah capek gantian mas”, lanjutnya lembut disela-sela serangan lidahku.
“Pantang gantian sebelum kamu orgasme sayang”, balasku yg lalu memasukkan salah satu jariku kedalam vaginanya yg sudah sangat becek dan basah.
“Awwwhhhh massss, jangan pakai jari mas”, mintanya, namun tak ku hiraukan dan aku terus memainkan jariku berada di dalam rahimnya. jariku bergerak keluar masuk dan membentuk seperti pancing untuk menstimuli bagian atas rahimnya. istriku semakin klejotan bagaikan cacing yg terkena garam, tangannya berusaha menarik tanganku agar berhenti mengobok-obok vaginanya, namun tenaganya kalah denganku. kuperhatikan wajahnya semakin memerah dan matanya semakin sayu.
“AAHHHHH MAS ANDRRRRIIIIIIIWW AHHHWWHHHHHHH MASSSS”, teriak istriku yg sangat kencang diiringi dengan tubuh yg mengencang dan keenakan, diikuti dengan nafas yg berburu.
“Yanggg!! teriaknya kok gak diatur”, ujarku sambil tertawa.
“Abisnya kamu sih mas, ngobelnya gak aturan, langsung orgasme dong mas, kenceng banget ya teriakku, anak-anak bangun gak ya hahaha”, khawatirnya dengan anak kami terbangun, lalu istriku duduk sambil menyenderkan punggungnya pada tembok sebelah kasur dengan menutupi bagian bawahnya dengan selimut sembari mendengarkan jika ada suara tangis karena anak yg terbangun.
“Enggak deh kayanya”, balasku sambil konsentrasi mendengarkan.
Lalu istriku mendekat padaku yg berdiri di pinggir kasur, dia mulai memberiku blowjob dengan posisi seperti doggy style diatas kasur, bentuknya sungguh seksi. kontolku yg 18cm itu dia lahapnya dengan penuh penghayatan.
“Ehhhhmmmm ahhhhh enak banget yanggg”, ujarku sambil memejamkan mata.Istriku bergerak maju dan mundur, lidahnya memainkan permainannya dengan lihai, membuatku merem melek keenakan. walau begitu, kontolku hanya bisa masuk separuh ke dalam mulutnya.
“Yang, dorong masuk terus hingga masuk mentok yang”, ujarku sambil memegangi kepalanya dan mendorongnya agar kontolku bisa masuk semua kedalam mulutnya. istriku berusaha memasukkan semua kontolku, yg sering disebut dengan deep throat.
“Uhuuuuk..uhuuuukkk..uhuuukkkk”, suara batuk istriku diiringi dengan dia mengeluarkan kontolku dari mulutnya dan ludahnya yg terkumpul keluar dari mulutnya. dari total panjang kontolku, hanya sepertiga yg bisa di telan, selain itu dia juga harus membuka mulutnya lebar-lebar untuk mengakomodasi lebar dan panjang penisku.
“Gak bisa mas, udah yg paling mentok tadi”, ujarnya sambil menatapku, lalu dia kembali memasukkan kontolku pada mulutnya. dia memainkannya dengan tempo cepat dibantu dengan tangan kanannya ngocokin bagian pangkal kontolku. aku hanya merem melek keenakan, dan membelai rambut istriku.
“Terus sayang aku bentar lagi mau keluar sayanggg”, ujarku sambil berbisik padanya dengan belaian yg lembut pada rambutnya. kontolku rasanya semakin mengencang dan ototku juga turut mengikutinya. istriku semakin bergerak dengan cepat.
“Ahhhh yanggg ahhhh aku mau keluar yanggggg”, aku mencengkram kepala istriku.
“Aahhkkkk sayanggggg ooowwhhhhh yangggggg awwhhhh croooooooot crooooooot crooooooot crooooooot croooooooooot”, semburan demi semburan keluar dari buah zakarku hingga rasanya tak ada yg tersisa, aku masih merem melek menikmati tiap tetes yg tersisa untuk terus keluar. bahkan saat aku sedang maksimal dalam memuncratkan cairan putih itu, istriku tetap menggerakkan tangannya maju mundur untuk mengeluarkan semua cairan pejuh.
Lalu dengan perlahan istriku mengeluarkan kontolku dari dalam mulutnya, dan dia menunjukkan betapa banyaknya pejuhku yg keluar dengan membuka mulutnya dihadapanku. lantas dia menutup mulutnya dan tersenyum, selanjutnya kembali menunjukkan bahwa pejuhnya sudah habis dia telan.
“Kamu gak bisa to mas, memberiku pas aja, selalu berlebihan, sperma sampai sebanyak itu, mulutku sampai penuh”, ujarnya sambil senyum.“Itu tadi kamu telan semua”, aku masih tak percaya, karena istriku jarang mau menelan sperma.
“Iyaa mas, gurih ternyata”, balasnya sambil memunguti pakaian kami yg berserakan.
Secara reflek tanpa ada rasa jijik, aku langsung menundukkan kepalaku dan meraih bibirnya secara paksa karena istriku enggan aku cium setelah mulut kami saling menyentuh kelamin masing-masing.
“Smooocccchhhhhhh”, ciuman paksa aku yg berikan ke istri.
“Ihh mas, jangan mas, kan bibirku abis di kontolmu dan kena pejuh juga”, protes dia.
“Gapapa sayang, ciuman kasih sayang, ntar disangka aku jijik mencium kamu setelah memberikan nikmat padaku”, balasku padanya.
“Hihi iya deh mas Heri sayangku”, lanjutnya dengan malu-malu. lalu kami berdua berlanjut berciuman untuk sejenak dan saling memandangi satu dengan lainnya. betapa cantiknya istriku saat dia keadaan polos tanpa sehelai apapun yg menutupi tubuhnya ditambah wajah paska sange dan nafsu tinggi.
Setelah selesai dengan urusan nafsu kami, lalu kami merapikan kasur dan tidur. istriku tidur didalam pelukanku dengan wajah yg sangat cantik dan anggun, rasa syukur yg luar biasa aku bisa memiliki istri yg begitu cantik dan membanggakan. namun, walau aku puas dengan permainan tadi, tapi rasanya kurang puas jika gak dituntaskan dalam bentuk seks. aku jadi teringat kata Edo, katanya cewek suka dengan kontol yg gede, tapi kenapa sekarang sebaliknya.
Mungkin orang yg tau, bahwa keluarga Heri sangat harmonis, istri yg selalu disegani oleh para tetangga, aku yg sangat dihormati, siapa sangka kalau permainan ranjangnya kurang mencerminkan seperti yg orang lihat. tapi yaudalah, walau seks tak memuaskan, namun aku diberi kenikmatan yg lain yaitu, keluarga harmonis, ekonomi yg aman dan stabil, jabatan yg aman dan keluarga yg sehat. sudah saatnya tidur, aku besok harus kembali ke kantor.
Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Pasutri.
-
Kisah Memek Kisah Memek Ibu Mertua yang Kukenal Alim Kepergok Sedang Masturbasi
Duniabola99.com – Gw Bram (nama samaran) pria yg sudah beristri, umur gw 35 th sedang istri 28 th… gw berumah tangga dan mempunyai rumah sendiri, letak rumah ibu mertua gw gak jauh dari rumah gw, sekitar 3 km an kurang lebih … tiap hari sabtu gw dan istri selalu bersilahturahmi dengan ibu mertua gw, secara ibu mertua tinggal sendiri dan sudah menjanda 2 th an.
Perlu agan tau setiap hari sabtu gw dan istri selalu menginap di rumah ibu, tidak ada hal yg istimewa setiap minggu nya pada saat itu, begitu juga dengan minggu minggu sebelumnya. semua berlalu dan berjalan normal-normal saja.
Gw bekerja di salah satu leasing motor terkenal di kota gw, saat itu hari panas nya luar biasa, akhirnya gw memutuskan untuk mampir ke rumah ibu yg letaknya tak jauh dari klien gw, niat gw saat itu cuma ingin istirahat plus minum air dingin gan ..tibalah gw dirumah ibu mertua, saat itu keadaan rumah dengan pintu yang tertutup, benar saja ternyata pintu tersebut tidak dikunci sama ibu mertua gw, langsung kedapur buka kulkas dan minum gan, karena kondisi rumah sepi suara siulan senyap pun gw rasa saat itu pasti terdengar gan,
saat itu gw denger suara cik cik cik cik .. gw denger lama banget cik cik cik begitu dan begitu, sumber suara tersebut tidak jauh dari dapur dan ternyata di kamar belakang gan, gw memutuskan untuk melihat sumber suara tst, seperti berada dirumah sendiri gw langsung buka pintu tsb yg tidak terkuci ….
kaget gw bukan main melihat ibu mertua dengan keadaan telanjang sedang ber masturbasi menggunakan tangan nya sendiri, gw kaget luar biasa saat itu gan, begitu juga ibu mertua gw spontan teriak karena kaget jg, gw langsung lari keluar kamar dan duduk di depan rumah gan … dag dig dug perasaan gw saat itu,
gw gak percaya melihat ibu mertua sedang melakukan masturbasi padahal selama ini gw ngecap dia sebagai wanita yg alim gan, ibadahnya rajin …. serba salah akhirnya gw, tp gw memutuskan untuk kembali ke dalam rumah, tak lama ibu mertua gw pun melintas di depan gw seolah tak ada orang disitu ibu mertua cuekin gw gitu aja,
mungkin dia malu karena kepergok lg masturbasi sm gw, pikiran gw saat itu mesum banget, entah setan apa yg ngeracuni pikiran gw, yg ada dipikiran gw saat itu cuma pengen ngewe ibu mertua, lama gw tunggu ibu mertua gak kunjung keluar dari kamar gan, hampir sejam gw tunggu tp tetep gak keluar kamar juga, akhirnya gw memberanikan diri mengetuk pintu kamar ibu mertua …
tok tok tok (gw mengetuk pintu)
gw : bu.. bu..Beberapa kali gw ketuk pintu gak ada sautan juga … akhirnya gw buka pintunya, ternyata ibu mertua sedang nangis tersedu-sedu …
gw : bu, ibu tidak apa2 kan ? ibu sakit ? (alesan gw membuka pembicaraan gan)
ibu : bram … (saut ibu) km jangan bilang siapa2 ya perihal ibu masturbasi tadi, ibu malu sekali bram (sesekali sambil menangis)ibu : ibu khilaf bram … maafin ibu …
gw : (saat itu pikiran & niat gw emang mesum gan, gw pikir ini fantasi gw yang jadi kenyataan gan, sesekali liat badan ibu mertua yg tinggi besar, chubby dan montok,Gambaran ibu mertua gw, umur 45 th an kulit putih, badan bersih, rambut tebal dan cantik persis kyk istri gw)
gw : tidak apa2 bu, ibu jangan khawatir, sy tidak akan memceritakan perihal tadi kpd siapapun jg …
ibu : (tak bisa mengucapkan kata2, gw pikir karena malu, nangis tersedu-sedu)
gw : (terus melihat badan ibu mertua dari atas ke bawah begitu seterusnya, gw pun memberanikan diri memeluk ibu mertua gw gan, serontak ibu mertua kaget dan melihat
Gw dengan rasa ketakutan, tp bagusnya ibu mertua gak melepaskan pelukan gw gan, pikiran gw makin mesum saat itu)gw : bu, sudah lah jangan ditangisi itu, bram tidak akan bercerita kok bu ….
sampai akhirnya perbicaraan gw dengan ibu mertua berlangsung lama dan melelehkan suasana menjadi santai … padahal gw udah sange bgt saat itu, tp takut ditambah dag dig dug tak karuan, antara berani dan takut salah jalan .. akhirnya gw memutuskan kembali kedapur untuk mengambil air minum alesan gw kpd ibu mertua, saat itu gw merancang strategi yg bagus pada saat itu,
akhirnya gw memutuskan sms kepada ibu mertua gw karena gw takut banget klo ngomong langsung gan .. kurang lebih isi sms nya kyk gini : “bu, klo boleh bram kepengen liat ibu kyk tadi dikamar belakang”, terkirimlah pesan pendek tsb, tak lama balesan nyapun datang gan (yesss perasaan gw saat itu),
“maksud km apa bram, ibu tak mengerti” bales pesan dari ibu mertua, gw bales lagi “jujur bu, pas yadi lihat ibu dikamar dengan keadaan tanpa busana, bram jadi kepengen bu, hehe”, balesan ibu mertua “km kepengen apa bram, ibu makin tidak mengerti”, gw pikir pura2 bego doang itu ibu mertua, gw bales sms tsb to the poin gw gan ..
“bram kepengen jilat memek ibu”, dag dig dug tunggu balesan dari ibu tak kunjung datang … saat itu gw masih di dapur gan, takut luar biasa karena isi sms mesum gw tadi, 15 menit gw tunggu tp balesan tak kunjung datang, gw pun memberanikan diri kembali menghampiri ibu mertua yg berada di kamar tsb. gw hanya memandang ibu dan ibu pun memandang gw dengan ekspresi wajah yg malu2 dan genit, gw pun duduk disamping ibu …
gw : bu, kok sms dari bram gak dibales, kenapa bu ??
ibu : (tersenyum) kamu kok berani sama ibu mertua mu bilang spt itu (tp dengan suara yg manja dan genit)
gw : boleh gak bu ? bram pengen bgt bu (pembicaraan mesum gw mulai ditanggapi ibu saat itu)
ibu : jijik bram, masa itu ibu dijilat sih ? km mau memangnya ?
gw : mau banget bu .. boleh ya buuuu … (saut gw sambil merayu)
ibu : terserah klo memang km mau bram (perasaan gw yesssss akhirnya gw bakal ngewe sm ibu mertua gw)pelan pelan gw merebahkan badan ibu mertua yg sedang duduk, gw buka daster ibu mertua, lalu gw buka selangkangan ibu gan … nafsu gw memuncak disaat lihat memek ibu mertua dengan jelas dan dekat, bulu bulu yg lebat dan terlihat basah, tak ambil lama gw pun langsung ambil posisi oral seks kepada ibu mertua, pelan pelan gw jilatin memek ibu mertua, becek bgt memeknya, bau memek nya tercium saat itu, sampe 5 menit gw jilatin memek ibu mertua …
ibu : bram cepet masukan aja, ibu sudah tak kuat … (sahut ibu)
gw langsung buka daster ibu mertua sampe bugil, begitu jg baju dan celana gw, sleb …. kontol gw masuk kedalam memek ibu mertua gw, enaknya luar biasa, badan ibu mertua yg chubby memang enak buat dipakenya gan … persetubuhan ku berlangsung 15 menit sampai akhirnya sperma ku dikeluarkan di dalam memek ibu mertua …
ibu : aduh bram kenapa dikeluarin di dalem ibu sudah tak pakai KB lagi bram …
gw : besok ibu pakai KB aja ya, biar bram bisa beginian lagi sm ibu (canda gw)
ibu : bram … jaga rahasia kt ya, klo kt sudah melakukan perbuatan spt ini …
gw : iya bu … (sesekali mengecup kening ibu mertua)gw pun pulang dengan rasa amat seneng gan saat itu, gw berasa punya istri 2, yg satu anaknya yg satu ibunya, gila banget pengalaman gw hari itu, hampir setiap hari gw mampir dan ngewe sama ibu mertua, ternyata ibu mertua gw memang hyper sex, sampe2 bool nya pun pengen di ewe sm gw, permainan seks nya melebihi dari anak nya, betah yg gw rasain sampe2 tiap hari gw mampir kerumah ibu mertua … yg bikin gw nafsu ibu mertua mempunyai bentuk memek yang tebal dan chubby gan, bulunya banyak dan becek, bau memek nya apalagi bikin gw rela ceraiin istri gw.
setiap hari gw jilatin memek ibu mertua gan, ngewe dan ngewe setiap hari …. sampai saat ini pun masih berlanjut dan ibu mertua berhenti masturbasi.