Author: dbgoog99

  • Kisah Memek Kenangan Indah Dari Ayu

    Kisah Memek Kenangan Indah Dari Ayu


    3956 views

    Cerita Sex ini berjudul ” Kenangan Indah Dari Ayu ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2018.

    Duniabola99.com – Aku punya adik ipar, Ayu namanya. Orangnya cantik, masi di SMU. Bodinya proporsional, gak toge tapi tocil juga enggak. Pinggulnya rada gede juga sehingga kalo liat dia jalan pake jins ketat dari blakang, goyangan pantatnya merangsang juga. Yang lebi merangsang lagi, Ayu punya kumis halus diatas bibir mungilnya. Pasti jembutnya rimbun deh, dan yang lebi penting lagi napsunya besar. Fastbet99

    Aku gak tau napa kok dia dikirim ortunya ke tempat kakaknya (istriku) untuk melanjutkan sekolahnya, padahal dia baru kelas 1. Biasanya kalo dah lulus SMU ya mo nerusin skolah pindah bisa dimengerti. Aku gak banyak nanya ke istri tentang kepindahan Ayu kerumahku. Yang aku tau, Ayu tu bukan adik kandung istri tapi dia diangkat anak oleh mertuaku sejak kecil, dan sudah dianggap sebagai anak sendiri. Istriku kerja sebagai tenaga marketing suatu perusahan asing sehingga sering sekali mendapat tugas keluar kota, sedang aku bekerja sebagai konsultan freelance, sehingga banyak melakukan pekerjaan dari rumah saja. Ketempat klien kalo diperlukan saja. Ya gak apa si, itung2 aku jadi penunggu rumah. Makanya aku seneng banget ketika Ayu tinggal dirumahku. Aku membantu mengurus kepindahan Ayu ke SMU yang deket dengan rumahku, repot juga birokrasinya, tapi dengan sedikti pelicin semuanya akhirnya beres dan Ayu diterima disekolah tersebut dan boleh langsung masuk. Baru 2 hari Ayu dirumah, istriku dapet tugas keluar kota lagi ke Sulawesi sehingga makan waktu 2 mingguan. Ya namanya tugas, harus dilaksanakan, baeknya kami belon punya anak, sehingga aku gak repot kalo ditinggal2 seperti itu. aku terbiasa mengurus rumahtangga, karena sejak dulu aku selalu hidup sendiri.

    Sore itu, Ayu aku ngajak ngobrol di sofa. Dia pake celana pendek yang pendek banget dan tanktop, kayanya gak pake bra, sehingga toketnya bergerak mengikuti gerakan badannya. Merangsang juga ni anak. Aku nanya kenapa kok dia pindah ketempatku. “Mangnya mas gak tau ya”, kata Ayu. “Aku gak nanya kakakmu Yu, dia juga gak crita apa2 ke aku, cuma bilang kamu mo pindah skolah kesini ja”. “ayu malu ni mas critanya”. “Napa malu, aku kan masmu sendiri”. “aku maen ma om tetangga rumah mas”. “Wah, enak dong si om dapetin kamu”. “Ah mas, Ayu serius ni”. “Ya terus?” “Si om juga yang mrawanin Ayu, tapi enak, makanya Ayu jadi ketagihan terus deh maen ma si om”. “Kamu maennya dimana Yu’. “Mula2 dirumah si om, waktu tantenya lagi pergi. Dah gitu suka janjian ketemuan di mal, trus cek in ke motel, waktu ayu pulang skolah”. “maennya brapa ronde kalo dimotel”. “Karna gak bisa lama2 ya cuma 2 ronde, kan mesti pulang sore Ayu nya”. “Gak perna sampe nginep ya Yu”. Perna mas, si om bohong ma tante katanya mo pergi keluar kota, padahal cek in ma Ayu di hotel semalem. Ayu bilang ma bonyok nginep dirumah temen. Wah si om napsu banget maennya dihotel, ampe 4 ronde mas”. “Wah mas jadi kringeten neh ngebayangin Ayu maen ma si om”. “Kok ngebayangin si mas”. “La iya lah, kamu critanya napsuin gitu”. “Trus mas ngaceng ya” “La iya lah, lelaki mana yang gak ngaceng kalo dengerin Ayu crita lagi maen. Trus kenapa kok Ayu disuru ketempat mas ma kakak?” “Ketauan juga mas ma bonyok. Ada yang bilang dia liat Ayu ma si om gandengan di ml. Ya udah deh, Ayu gak bisa ngelit lagi. Heboh juga karena bonyok mengcounter si om. Baiknya bisa didamein, tadinya bokap mo bawa kasus ini ke polisi segala. Baeknya enggak”. “Kadung malu, makanya Ayu disuru ke tempat mas ma kakak. Mas masi kringeten?” tanyanya sambil tertawa, manis sekali ni akan, seksi lagi cuma celana pendek banget dan tanktop tanpa bra. “Mas, dah nikah segini lama kok gak punya anak si, mas gak bisa ya”. “Enak aja, mo mas buktiin ma kamu kalo mas bisa?” jawabku membuka front. “Mangnya mas brani ngelakuin ma Ayu?” “Napa enggak, kalo Ayunya mau tapi”. Ayu diem saja. “Mau gak Yu, aku si mau banget lo”. “Gak enak ma kakak mas”. “Ya tapi kakakmu tu kerjanya kluar kota terus, mas ditinggal sendiri terus, gimana mo bikin anak kan”. “Kacian, mas kesepian ya, kan skarang ada Ayu yang nemenin”. Dia duduk merapat ke aku. “Mau ya Yu”, kataku sambil mengelus pipiku. Ayu noleh ke aku, aku tidak menyia2kan kesempatan ini, perlahan tapi pasti aku mengecup bibir mungilnya.

    Ayu membiarkan aku mengulum2 bibirnya, kemudian ciuman kuarahkan ke
    lehernya, terus menyusur kepipinya. Tubuhnya bergeser makin merapat, bibirnya kulumat lagi dengan lembut. Sambil kunikmati lidahnya yang menjelajah di mulutku, tangan kuslusupkan kedalam tanktopnya dan meremas lembut toketnya yang masih terbungkus bra. Ohh.., toketnya ternyata tercakup seluruhnya dalam tanganku. Dan ayu rasanya sudah tidak kuat menahan gejolak napsunya, padahal baru awal pemanasan.


    “Kamu dah pengen ya Yu”. “Iya mas, dah lama rasanya ayu gak ngerasain nikmat lagi”. “Mau kan aku kasi kenikmatan”. “Mau banget mas”. Bibirku mulai meneruskan jelajahannya, sambil melepaskan tanktopnya, lehernya kukecup, kujilat kadang kugigit lembut. Sambil tanganku terus meremas-remas toketnya. Kemudian tanganku menjalar ke punggungnya dan melepas kaitan branya sehingga toketnya bebas dari penutup. Bibirku terus menelusur di permukaan kulitnya. Dan mulai pentil kirinya tersentuh lidahku dan kuhisap. Terus pindah ke pentil kanan. Kadang-kadang seolah seluruh toketnya akan kuhisap. Dan tangan satuku mulai turun dan memainkan pusernya, membuat ayu merasa geli tapi nikmat, napsunya makin berkobar karena elusan tanganku. Kemudian tanganku turun lagi dan menjamah selangkangannya. me meknya yang pasti sudah basah sekali. Lama hal itu kulakukan sampai akhirnya aku kemudian membuka ristsluiting celana pendeknya dan menarik celananya ke bawah. Tinggalah CD mininya yang tipis yang memperlihatkan jembutnya yang lebat, saking lebatnya jembutnya muncul di kiri kanan dan dibagian atas dari cd mini itu.

    jembutnya lebih terlihat jelas karena CDnya sudah basah karena cairan me meknya yang sudah banjir. Kubelai celah me meknya dengan perlahan. Sesekali jariku menyentuh it ilnya’ karena ketika dielus pahanya otomatis mengangkang agar aku bisa mengakses daerah me meknya dengan leluasa.

    kemudian CDnya yang sudah basah itu kulepaskan. Ayu mengangkat pantatnya agar aku bisa melepas pembungkus tubuhnya yang terakhir.
    Jariku mulai sengaja memainkan it ilnya. Dan akhirnya jariku itu masuk ke dalam me meknya. bibirku terus bergantian menjilati pentil kiri dan kanan dan sesekali kuhisap dan terus menjalar ke perutnya. Dan akhirnya sampailah ke me meknya. Kali ini kucium jembutnya yang lebat dan bibir me meknya kubuka dengan dua jari. Dan akhirnya kembali me meknya kumainkan dengan bibirku, kadang bibirnya kuhisap, kadang it ilnya, akhirnya lidahku masuk di antara kedua bibir me meknya sambil menghisap it ilnya. Hanya dalam beberapa menit ayu benar-benar tak tahan. Dan.. Ayu mengejang dan dengan sekuatnya ayu berteriak sambil mengangkat pantatnya supaya merapatkan it ilnya dengan mulutku, dia meremas-remas rambutku. Aku terus mencumbu me meknya, belum puas aku memainkan me meknya hingga napsunya bangkit kembali dengan cepat.

    “Mas, Ayu sudah pengen dien tot.” katanya memohon sambil membuka pahanya lebih lebar. Aku pun bangkit, mengangkat badannya yang sudah lemes dan kubawa ke kamar. Ayu kubaringkan di ranjang dan aku mulai membuka baju, kemudian celana. Ayu terkejut melihat kon tolku yang besar dan panjang nongol dari bagian atas CDku. Kemudian aku juga melepas CDku. “Mas, gede banget kon tol mas, mana panjang lagi”. “Mana gedean ma si om?” “gedean mas lah”. Sementara itu ayu terbaring menunggu. kon tolku yang besar dan panjang dan sudah maksimal ngacengnya, tegak hampir menempel ke perut. Ayu merinding apakah muat kon tol segitu besarnya di me meknya. Dan saat aku pelan-pelan menindihnya, ayu membuka pahanya makin lebar, rasanya tidak sabar me meknya menunggu masuknya kon tolku yang extra gede itu. Ayu pejamkan mata. Aku mulai mendekapnya sambil terus mencium bibirnya, bibir me meknya mulai tersentuh ujung kon tolku. Sebentar kuusap-usapkan dan pelan sekali mulai kurasakan bibir me meknya terdesak menyamping.


    Terdesak kon tol besarku itu. Ohh, benar benar kurasakan penuh dan sesak liang me meknya dimasuki kon tolku. Ayu menahan nafas. Mili per mili. Pelan sekali terus masuk kon tolku. Ayu mendesah tertahan karena rasa yang luar biasa nikmatnya. Terus.. Terus..Akhirnya ujung kon tolku menyentuh bagian dalam me meknya, maka secara refleks Ayu merapatkan pahanya, aku terus menciumi bibir dan lehernya. Dan tanganku tak henti-henti meremas-remas toketnya. kon tol besarku mulai kuenjotkan halus dan pelan. supaya ayu tidak kesakitan. Ayu benar benar cepat terbawa ke puncak nikmat yang belum pernah dia alami. Nafasnya cepat sekali memburu, terengah-engah. Ayu benar benar merasakan nikmat luar biasa merasakan gerakan kon tol besar ku. Maka hanya dalam waktu yang singkat ayu makin tak tahan. aku tahu bahwa ayu semakin hanyut. Maka makin gencar aku melumat bibir dan lehernya, dan remasan di toketnya makin kuat. Dengan tusukan kon tolku yang agak kuat dan kupepet it ilnya dengan menggoyang goyangnya, ayu menggelepar, tubuhnya mengejang, tangannya mencengkeram kuat-kuat sekenanya. me meknya menegang, berdenyut dan mencengkeram kuat-kuat, benar-benar puncak kenikmatan yang belum pernah dia alami. ayu benar benar menerima kenikmatan yang luar biasa. Ayu tak ingat apa-apa lagi kecuali kenikmatan dan kenikmatan. “Mas, Ayu nyampe maas”, teriaknya. Setelah selesai, pelan pelan tubuhnya lunglai, lemas. dua kali ayu nyampe dalam waktu relatif singkat, aku membelai rambutnya yang basah keringatan. Dia membuka matanya, aku tersenyum dan menciumnya lembut sekali, tak henti hentinya toketnya kuremas-remas pelan.

    Tiba tiba, serangan cepat bibirku melumat bibirbya kuat dan diteruskan ke leher serta tanganku meremas-remas toketnya lebih kuat. Napsunya naik lagi dengan cepat, saat kembali aku mengenjotkan kon tolku semakin cepat. Uhh, sekali lagi ayu nyampe, yang hanya selang beberapa menit, dan kembali ayu berteriak lebih keras lagi. Aku terus mengenjotkan kon tolku dan kali ini aku ikut menggelepar, wajahku menengadah. Satu tanganku mencengkeram lengannya dan satunya menekan toketnya. Ayu makin meronta-ronta tak karuan. Puncak kenikmatan diikuti semburan peju yang kuat di dalam me meknya, menyembur berulang kali. Oh, terasa banyak sekali peju kental dan hangat menyembur dan memenuhi me meknya, hangat sekali dan terasa sekali peju yang keluar seolah menyembur seperti air yang memancar kuat.

    Setelah selesai, aku memiringkan tubuh dan tanganku tetap meremas lembut toketnya sambil mencium wajahnya. Ayu senang dengan perlakuanku terhadapnya. “Yu, kamu luar biasa, me mekmu peret dan nikmat sekali”, pujiku sambil membelai dadanya. “Mas juga hebat. Bisa membuat Ayu nyampe beberapa kali, dan baru kali ini Ayu bisa nyampe dan merasakan kon tol raksasa. Hihi..” “Jadi kamu suka dengan kon tolku?” godaku sambil menggerakkan kon tolku dan membelai belai wajahnya. “Ya mas, kon tol mas nikmat, besar, panjang dan keras banget” jawabnya jujur. “Enak mana mas, ngen totin kakak apa ngen totin Ayu”. “Nikmat ma kamu Yu, me mek kamu peret banget”. “Mangnya me mek kakak gak perert, kan kakak belon punya anak”. “Gak tau deh, aku puas banget ngen totin kamu”. “Ya udah, mas ngen totin Ayu ja kalo kakak kluar kota”. Aku tidak langsung mencabut kon tolku, tapi malah mengajak mengobrol sembari kon tolku makin mengecil. Dan tak henti-hentinya aku mencium, membelai rambutnya dan yang paling aku suka membelai toketnya. Ayu merasakan pejuku yang bercampur dengan cairan me meknya mengalir keluar. Setelah cukup mengobrol dan saling membelai, pelan-pelan kon tol kucabut sambil menciumnya lembut sekali. Benar benar ayu terbuai dengan perlakuanku. Ayu tertidur dalam pelukanku, sepertinya dia merasa nyaman dan benar-benar terpuaskan dan merasakan apa yang selama ini hanya dibayangkan saja.


    Ayu bangun masih dalam pelukanku. “Kamu tidur nyenyak sekali, Yu”, kataku sambil membelai rambutnya. Kurang lebih setengah jam kami berbaring berdampingan. Aku lalu mengajaknya mandi. Kubimbing ayu ke kamar mandi, saat berjalan ayu merasa masih ada yang mengganjal me meknya dan ternyata masih ada peju yang mengalir di pahanya, saking banyaknya aku mengecretkan peju di dalam me meknya. Dalam bathtub yang berisi air hangat, ayu duduk di atas pahaku. Aku mengusap-usap menyabuni punggungnya, dan ayupun menyabuni punggungku. Aku memeluknya sangat erat hingga dadaku menekan toketnya. Sesekali ayu menggeliatkan badannya sehingga pentilnya bergesekan dengan dadaku yang dipenuhi busa sabun. pentilnya semakin mengeras. Pangkal pahanya yang terendam air hangat tersenggol2 kon tolku. Hal itu menyebabkan napsunya mulai berkobar kembali.

    Ayu kutarik sehingga menempel lebih erat ke tubuhku. Aku menyabuni punggungnya. Sambil mengusap-usapkan busa sabun, tanganku terus menyusur hingga tenggelam ke dalam air. Aku mengusap-usap pantatnya dan kuremasnya. kon tolku pun mulai ngaceng ketika menyentuh me meknya. Terasa bibir luar me meknya bergesekan dengan kon tolku. Dengan usapan lembut, aku terus menyusuri pantatnya. Aku mengusap beberapa kali hingga ujung jariku menyentuh lipatan daging antara lubang pantat dan me meknya. “Mas nakal!” desahnya sambil menggeliat mengangkat pinggulnya. Walau tengkuknya basah, ayu merasa bulu roma di tengkuknya meremang akibat nikmat dan geli yang mengalir dari me meknya. Ayu menggeliatkan pinggulnya. Aku mengecup lehernya berulang kali sambil menyentuh bagian bawah bibir me meknya. Tak lama kemudian, tanganku semakin jauh menyusur hingga akhirnya mengusap2 lipatan bibir luar me meknya. Aku berulang kali mengecup lehernya. Sesekali kujilat, sesekali kugigit dengan gemas. “Aarrgghh.. Sstt.. Sstt..” rintihnya berulang kali. Lalu ayu bangkit dari pangkuanku. Ayu tak ingin nyampe hanya karena jari yang terasa kesat di me meknya.

    Tapi ketika berdiri, kedua lututnya terasa goyah. Dengan cepat aku pun bangkit berdiri dan segera membalikkan tubuhnya. Aku tak ingin ayu terjatuh. Aku menyangga punggungnya dengan dadaku. Lalu kuusapkan kembali cairan sabun ke perutnya. Aku menggerakkan tangan keatas, meremas dengan lembut kedua toketnya dan pentilnya kujepit2 dengan jempol dan telunjuk. Pentil kiri dan kanan kuremas bersamaan. Lalu aku mengusap semakin ke atas dan berhenti di lehernya. “Mas, lama amat menyabuninya” rintihnya sambil menggeliatkan pinggulnya. Ayu merasakan kon tolku semakin keras dan besar. Hal itu dapat dirasakannya karena kon tolku makin dalam terselip di pantatnya. Tangan kirinya segera meluncur ke bawah, lalu meremas biji pelerku dengan gemas. Aku menggerakkan telapak kanan ke arah pangkal pahanya. Sesaat aku mengusap usap jembut lebatnya, lalu mengusap me meknya berulang kali. Jari tengahku terselip di antara kedua bibir luar me meknya. Aku mengusap berulang kali.


    it ilnya pun menjadi sasaran usapanku. “Aarrgghh..!” rintihnya ketika merasakan kon tolku makin kuat menekan pantatnya. Ayu merasa lendir membanjiri me meknya.Ayu jongkok agar me meknya terendam ke dalam air. Dibersihkannya celah diantara bibir me meknya dengan mengusapkan 2 jarinya.

    Ketika menengadah ayu melihat kon tolku telah berada persis didepannya. kon tolku telah ngaceng berat. “Mas, kuat banget sih, baru aja ngecret di me mek Ayu sekarang sudah ngaceng lagi”, katanya sambil meremas kon tolku, lalu diarahkan ke mulutnya. Dikecupnya ujung kepala kon tolku. Tubuhku bergetar menahan nikmat ketika ayu menjilati kepala kon tolku. Aku meraih bahunya karena tak sanggup lagi menahan napsu. Setelah ayu berdiri, kaki kirinya kuangkat dan kuletakkan di pinggir bath tub. Ayu

    kubuat menungging sambil memegang dinding di depannya dan aku menyelipkan kepala kon tolku ke celah di antara bibir me meknya. “Argh, aarrgghh..,!” rintihnya. Aku menarik kon tolku perlahan-lahan, kemudian mendorongnya kembali perlahan-lahan pula. Bibir luar me meknya ikut terdorong bersama kon tolku. Perlahan-lahan menarik kembali kon tolku sambil berkata “Enak Yu?” “Enaak banget mas”. Aku mengenjotkan

    kon tolku dengan cepat sambil meremas bongkah pantatnya dan tanganku satunya meremas toketnya. “Aarrgghh..!” rintihnya ketika merasakan kon tolku kembali menghunjam me meknya. Ayu terpaksa berjinjit karena kon tolku terasa seolah membelah me meknya karena besarnya. Terasa me meknya sesek kemasukan kon tolku yang besar dan panjang itu. Aku dengan erat mememegang pinggulnya dan mengenjotkan kon tolku keluar masuk dengan cepat dan keras. Terdengar ‘cepak-cepak’ setiap kali pangkal pahaku berbenturan dengan pantatnya. “Aarrgghh.., aarrgghh..! Mas.., Ayu nyampe..!” Ayu lemas ketika nyampe lagi untuk kesekian kalinya. Aku juga tidak dapat menahan pejuku lebih lama lagi. “Aarrgghh.., Yu”, kataku sambil menghunjamkan kon tolku sedalam-dalamnya. “Mas.., sstt, sstt..” katanya karena berulangkali merasa tembakan pejuku dime meknya. “Aarrgghh.., Yu, enaknya!” bisikku ditelinganya. “Mas.., sstt.., sstt..! Nikmat sekali ya dien tot mas”, jawabnya karena nikmat ketika dia nyampe. aku masih mencengkeram pantatnya sementara kon tolku masih nancep dime meknya. Beberapa saat kami diam di tempat dengan kon tolku yang masih menancap di me meknya.

    Kemudian aku membimbingnya ke shower, menyalakan air hangat dan kami berpelukan mesra dibawah kucuran air hangat. Setelah selesai aku keluar duluan, sedang ayu masih menikmati shower. Selesai dengan rambut yang masih basah dan masih bertelanjang bulat, ayu keluar dari kamar mandi. Aku sudah menyiapkan makan seadanya. Ayu kupersilakan minum dan makan sambil mengobrol, dan diiringi lagu lembut. Setelah makan, aku lalu memintanya duduk di pangkuanku. Ayu menurut saja. Sambil mengobrol, ayu kumanja dengan belaian. Kuraih dagunya, dan kucium bibirnya dengan hangatnya, ayu mengimbangi ciumanku. selanjutnya aku mulai meremas-remas lembut toketnya, kemudian menelusuri antara dada dan pahanya. ayu sadar bahwa sesuatu yang dia duduki terasa mulai agak mengeras. Ohh, langsung ayu bangkit. Ayu bersimpuh di depanku, kon tolku sudah mulai ngaceng, walau masih belum begitu mengeras. Kepala kon tolku sudah mulai sedikit mencuat keluar dari kulupnya lalu diraih,dibelai dan kulupnya ditutupkan lagi. sebelum penuh ngacengnya langsung ayu mengulum kon tolku. Ayu memainkan kulup kon tol yang tebal dengan lidahnya. Ditariknya kulup ke ujung, membuat kepala kon tolku tertutup kulupnya dan segera dikulum, dimainkan kulupku dengan lidahnya dan diselipkannya lidahnya ke dalam kulupku sambil lidahnya berputar masuk di antara kulup dan kepala kon tolku. Enak rasanya. Tapi hanya bisa sesaat, sebab dengan cepatnya kon tolku makin membengkak.


    aku mulai menggeliat dan berdesis menahan kenikmatan permainan lidahnya dan membuat mulutnya semakin penuh. “Mas hebat ya sudah ngaceng lagi, kita lanjut yuk mas”, katanya yang juga sudah terangsang. Aku makin tak tahan menerima rangsangan lidahnya.
    Maka ayu kuajak ke tempat tidur. kakinya kutahan sambil tersenyum, kuteruskan dengan membuka kakinya dan aku langsung menelungkup di antara pahanya. “Aku suka melihat me mek kamu yu” ujarku sambil membelai bulu jembutnya yang lebat. “Mengapa?” “Sebab jembutmu lebat dan cewek yang jembutnya lebat napsunya besar, kalau dien tot jadi binal seperti kamu, juga tebal bibirnya”. Aku terus membelai jembutnya dan bibir me meknya. Kadang-kadang kucubit pelan, kutarik-tarik seperti mainan.

    Ayu suka me meknya dimainkan berlama-lama, ayu terkadang melirik apa yang kulakukan. Seterusnya dengan dua jari aku membuka bibir me meknya, ayu makin terangsang dan makin banyak keluar cairan dari me meknya. aku terus memainkan me meknya seolah tak puas-puas memperhatikan me meknya, kadang kadang kusentuh sedikit it ilnya, membuat ayu penasaran. Tak sadar pinggulnya mulai menggeliat, menahan rasa penasaran. Maka saat ayu mengangkat pinggulnya, langsung kusambut dengan bibirku. Aku menghisap lubang me meknya yang sudah penuh cairan. Lidahku ikut menari kesana kemari menjelajah seluruh lekuk me meknya, dan saat kujilat it ilnya dengan ujung lidah, cepat sekali menggelitik ujung it ilnya, benar benar ayu tersentak. Terkejut kenikmatan, membuat ayu tak sadar berteriak.. “Aauuhh!!”. Benar benar hebat dia terangsang, dan ayu sudah tak tahan lagi. “Ayo dong mas, Ayu pingin dien tot lagi” ujarnya sambil menarik bantal.

    Aku langsung menempatkan tubuhku makin ke atas dan mengarahkan kon tol gedeku ke arah me meknya. Ayu masih sempat melirik saat aku memegang kon tolku untuk diarahkan dan diselipkan di antara bibir me meknya. saat kepala kon tolku telah menyentuh di antara bibir me meknya, ayu menahan nafas untuk menikmatinya. setelah kepala kon tolku mulai menyelinap di antara bibir me meknya dan menyelusup lubang me meknya, pelan-pelan kutekan dan aku mulai mencium bibirnya lembut. Makin ke dalam. Ayu merapatkan pahanya supaya kon tolku tidak terlalu masuk ke dalam. Aku langsung menjepit kedua pahanya hingga terasa sekali kon tolku menekan dinding me meknya. kon tolku semakin masuk. Belum semuanya masuk, aku menarik kembali seolah akan dicabut hingga tak sadar pinggulnya naik mencegahnya agar tidak lepas. Beberapa kali kulakukan sampai akhirnya ayu penasaran dan berteriak-teriak sendiri. Setelah aku puas menggodanya, tiba tiba dengan hentakan agak keras, kupercepat gerakan mengenjot hingga ayu kewalahan. Dan dengan hentakan keras serta digoyang goyangkan, aku meremas toketnya dan menciumi lehernya. Akhirnya ayu mengelepar-gelepar. Dan sampailah ayu kepuncak. Tak tahan ayu berteriak, terus. aku menyerang dengan dahsyatnya, rasanya tak habis-habisnya ayu melewati puncak kenikmatan.


    Lama sekali. Tak kuat ayu meneruskannya. Ayu memohon, tak kuat menerima rangsangan lagi, benar benar terkuras tenaganya dengan orgasme berkepanjangan. Akhirnya aku pelan-pelan mengakhiri serangan dahsyatku. Ayu terkulai lemas sekali, keringatnya bercucuran. Hampir pingsan ayu menerima kenikmatan yang berkepanjangan. Benar-benar ayu tidak menyesal ngen tot dengan aku, aku dapat mengolah tubuhnya menuju kenikmatan yang tiada tara.

    Kemudian pahaku mulai kembali menjepit kedua pahanya dan kurapatkan, tubuhku menindihnya serta lehernya kembali kucumbu. Ayu memeluk tubuhku yang besar dan aku kembali meremas toketnya. Pelan-pelan mulai kuenjotkan kon tolku. Kali ini ayu ingin lebih menikmati seluruh rangsangan yang terjadi di seluruh bagian tubuhnya. Tanganku terus menelusuri permukaan tubuhnya. Dadaku merangsang dadanya setiap kali bergeseran mengenai pentilnya. Dan kon tol kupompakan dengan sepenuh perasaan, lembut sekali, bibirku menjelajah leher dan bibirnya. Lama kelamaan tubuhnya yang semula lemas, mulai terbakar lagi. Ayu berusaha menggeliat, tapi tubuhnya kupeluk cukup kuat, hanya tangannya yang mulai menggapai apa saja yang dia dapat. Aku makin meningkatkan cumbuan dan memompakan kon tolku makin cepat. Gesekan di dinding me meknya makin terasa. Dan kenikmatan makin memuncak. Maka kali ini lehernya kugigit agak kuat dan kumasukkan seluruh batang kon tolku serta kugoyang-goyang untuk meningkatkan rangsangan di it ilnya.

    Maka jebol lah bendungannya, ayu mencapai puncak kembali. Kali ini terasa lain, tidak liar seperti tadi. Puncak kenikmatan ini terasa nyaman dan romantis sekali, tapi tiba tiba aku dengan cepat mengenjot lagi. Kembali ayu berteriak sekuatnya menikmati ledakan orgasme yang lebih kuat, ayu meronta sekenanya. dia menggigit pundakku saat aku menghujani dengan kenikmatan yang bertingkat-tingkat. Sesaat aku menurunkan gerakanku, tapi saat itu kubalik tubuhnya hingga ayu di atas tubuhku. Ayu terkulai di atas tubuhku.

    Dengan sisa tenaganya ayu mengeluarkan kon tolku dari me meknya. Dan diraihnya batang kon tolku. Tanpa pikir panjang, kon tol yang masih berlumuran cairan me meknya sendiri dikulum dan dikocok. Dan pinggulnya kuraih hingga akhirnya ayu telungkup di atasku lagi dengan posisi terbalik. Kembali me meknya yang berlumuran cairan jadi mainanku, ayu makin bersemangat mengulum dan menghisap sebagian kon tolku. Aku memeluk pinggulnya. Kuhisap it ilnya sambil ujung lidahku menari cepat sekali.


    Tubuhnya mengejang dan dia menjepit kepalaku dengan kedua pahanya dan dirapatkannya pinggulnya agar bibir me meknya merapat ke bibirku. Ayu gak bisa berteriak tapi karena mulutnya penuh, dan tanpa sadar ayu menggigit agak kuat kon tolku dan dicengkeramnya dengan kuat saat dia masih menikmati orgasme. “Yu, aku mau ngecret yug, di dalam me mekmu ya”, kataku sambil menelentangkan ayu. “Ya, mas”, jawabnya. Aku menaiki ayu dan dengan satu hentakan keras, kon tolku yang besar sudah kembali menyesaki me meknya. Aku langsung mengenjot kon tolku keluar masuk dengan cepat dan keras. Dalam beberapa enjotan saja tubuhkupun mengejang. Pantat dihentakkannya ke atas dengan kuat sehingga kon tolku nancap semuanya ke dalam me meknya dan akhirnya crot .. crot ..crot, pejunya muncrat dalam beberapa kali semburan kuat. Herannya, ngecret yang ketiga masih saja pejuku masi keluar banyak. Aku menelungkup diatasnya sambil memeluknya erat2. “Yu, nikmat sekali ngen tot sama kamu, me mek kamu kuat sekali cengkeramannya ke kon tolku”, bisikku di telinganya. “Ya mas, Ayu juga nikmat sekali, tentu saja cengkeraman me mek Ayu terasa kuat karena kon tol mas kan gede banget. Rasanya sesek deh me mek Ayu kalau mas neken kon tolku masuk semua. Kalau ada kesempatan, Ayu dien tot lagi ya mas”, jawabnya. “Ya sayang”, lalu bibirnya kucium dengan mesra.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Pasutri.


  • Video bokep Amarna Miller besama pacarnya dibak air panas

    Video bokep Amarna Miller besama pacarnya dibak air panas


    2154 views

  • Kisah Memek Pesta Sex

    Kisah Memek Pesta Sex


    2978 views


    Duniabola99.com – Kejadian ini aku alami saat aku masih bekerja part-time di salah satu lembaga pendidikan komputer di Jakarta. Waktu itu salah seorang temanku ada yang menawarkan lowongan di tempat tersebut sebagai instruktur komputer part-time. Aku pikir boleh juga, toh mata kuliahku juga tinggal sedikit sehingga dalam seminggu paling cuma dua hari kuliah. Sisanya ya nongkrong di tempat kost atau jalan sama temen-temen.
    Kira-kira di bulan ketiga aku menjadi instruktur, aku mendapat murid yang mengambil kelas privat untuk Microsoft Office for Beginner. Sebetulnya aku paling malas mengajar beginner di kelas privat. Toh kalo cuma pengenalan ngapain mesti privat. Kalo advanced sih ketauan. Hampir saja aku tolak kalau waktu itu aku tidak melihat calon muridku tersebut.

    Namanya Felice, siswi kelas tiga SMU di salah satu sekolah swasta yang cukup borju di Jakarta. Secara tak sengaja aku melihatnya mendaftar diantar maminya, saat aku mau mengambil beberapa CD di ruang administrasi. Tubuh Felice terbilang tinggi untuk gadis seusianya, mungkin sekitar 168 cm (aku mengetahuinya karena saat dia berdiri tingginya kira-kira sedaguku, sementara tinggiku 182 cm) dengan berat mungkin 45-an kg. Kulitnya putih bersih, wajahnya oval dengan kedua mata yang cukup tajam, hidung yang mancung dan bibir yang mungil. Rambut coklatnya yang dihighlight kuning keemasan tergerai sebatas tali bra.

    Felice cukup cepat menangkap materi yang kuberikan. Materi beginner yang sedianya diselesaikan 24 session, dituntaskan Felice hanya dengan 19 session. Apa boleh buat, sisa waktu yang ada hanya bisa kugunakan untuk memberinya latihan-latihan, karena kebijakan dari lembaga pendidikan tidak memperbolehkan murid mengakhiri term meskipun materi telah selesai. Aku juga tidak diperbolehkan memberi materi yang lebih dari kurikulum yang diambil si murid. Ya sudah, aku hanya menjaga integritas saja.


    Di sisa session, sambil latihan aku banyak mengobrol dengan Felice. Gadis manis itu sangat terbuka sekali denganku. Felice cerita mulai dari keinginannya kursus untuk persiapan kuliah di bidang kesekretarisan nanti, tentang pacarnya, keluarganya yang jarang memberinya perhatian karena kedua orang tuanya sangat sibuk, sampai urusan.. ehm seks. Aku cukup terkejut saat mengetahui bahwa Felice sudah mulai berhubungan seks semenjak kelas tiga SMP dengan pacarnya yang berusia 7 tahun lebih tua darinya. Semenjak itu Felice merasa ketagihan dan selalu mencari cara untuk memuaskan nafsunya. Dia pernah pacaran dengan 4 cowo sekaligus hanya untuk mendapatkan kepuasan seksnya.

    Kami saling bertukar cerita. Dan Felice juga terkejut ketika mengetahui bahwa hubungan badanku yang pertama malah dengan ibu kost. Kami pun banyak bertukar pengalaman. Sampai akhirnya Felice telah menyelesaikan term kursusnya, kami tetap kontak lewat telephone.

    Suatu ketika Felice memintaku untuk mengajar di rumahnya. Rupanya setelah mahir menggunakan Microsoft Office, banyak teman-teman sekolahnya yang tertarik ingin belajar juga. Felice pun menawarkan mereka untuk ‘main belakang’. Karena biaya kursus di lembaga tempatku mengajar cukup mahal, Felice mengajak teman-temannya untuk membayarku mengajar di rumahnya dengan separuh harga. Sementara mereka minta kepada orang tua mereka harga kursus di lembaga.


    Felice and the gank ada enam orang termasuk Felice sendiri. Dan aku baru tahu bahwa mereka korban kesibukan orang tuanya masing-masing. Yah, tipikal anak-anak metropolitan yang diberi kasih sayang hanya dengan uang. Angie, Vanya, Sisil, Lala dan Ike adalah teman-teman sekolah Felice. Seru juga ngajarin mereka. Kadang aku mesti meladeni candaan mereka, atau rela menjadi bahan ledekan (karena hanya aku yang cowo).

    Hari itu baru jam 11 ketika Felice meneleponku. Dia memintaku untuk datang lebih cepat dari waktu belajar biasanya. Aku oke-oke saja karena waktunya memang cocok. Jam 2 aku sudah berada di rumah Felice.
    “Tumben Fel, jam segini udah nyuruh gue dateng.” tanyaku.
    “Iya, lagi bete..” jawabnya dengan wajah agak kusut. Aku mengacak-acak rambutnya pelan, lalu mencubit hidungnya.
    “Kenapa nih? Cerita dong..” Felice tersenyum sambil mencubit pinggangku. Tiba-tiba gadis itu menarik lenganku dan mengajak ke kamar tidurnya.
    “Hei..hei.. apa-apaan nih..” seruku.
    “Nggak apa-apa hihihi..” Felice terus menarikku hingga ke atas ranjangnya. Tanpa pikir panjang lagi aku segera merengkuh tubuh langsingnya yang terbungkus kaus ketat dan celana pendek. Aku lumat bibir mungilnya yang lembut.
    “Mmmhh.. mm..” bibir kami saling melumat. Felice kelihatan asyik sekali menikmati bibirku. Kedua tangannya sampai meremas rambutku. Sementara kedua tanganku masuk dari bawah kaus untuk merengkuh payudaranya yang masih terbungkus bra. Ugh.. bulat sekali, bentuknya betul-betul sempurna. Aku meremas-remas payudara Felice. Gadis itu semakin bernafsu. Lidahnya semakin liar menjelajahi mulutku, dan remasan tangannya semakin erat.


    Tanpa aku minta Felice melepas sendiri kaus yang ‘mengganggunya’ berikut dengan bra-nya. Hmm.. terlihat jelas sudah dua gundukan payudaranya yang bulat dan montok. Yang aku heran kenapa kedua puting susunya masih berwarna merah muda. Padahal Felice cerita bahwa dia sudah sering sekali berhubungan badan. Tanpa ampun aku langsung menyambar payudaranya dengan mulutku. Lidahku menari-nari lincah mengikuti lekukan payudaranya yang indah.

    “Sshh.. Riioo.. aahh..” Felice mendesah keasyikkan. Kepalaku dipeluk erat ke dadanya. Upss.. hampir aku sesak nafas dibuatnya. Lidahku terus bermain di kedua payudaranya. Juga putingnya. Hhmm.. nikmat sekali, putingnya betul-betul kenyal. Aku menggigitinya pelan-pelan untuk memberikan sensasi di puting Felice.
    “Aahh.. Yoo..” tubuh Felice menggelinjang menahan rasa nikmat. Kami saling berpelukan erat, dan tubuh kami bergulingan tak karuan di atas ranjang. Gairah Felice semakin memuncak. Dengan liar gadis itu mencopoti semua kancing bajuku dan menanggalkannya dari tubuhku.
    “Uuhh.. awas ya, sekarang gantian..” katanya. Aku diam saja ketika Felice dengan penuh hasrat melepas celana panjang dan celana dalamku. Tubuhku sudah bugil tanpa busana.


    Dengan penuh nafsu, Felice langsung menyambar batang penisku yang mulai mengeras, dan mengisapnya. Aku tersenyum melihat gayanya yang buas. Aku sedikit memiringkan tubuhku agar bisa mencapai celana pendeknya. Tanpa kesulitan aku melepas celana pendeknya dari tubuh Felice, sekaligus dengan celana dalamnya. Hmm.. paha gadis itu benar-benar putih dan mulus. Aku segera merangkul kedua pahanya untuk melumat kemaluan Felice yang tersembunyi di pangkal pahanya.

    Kami ‘terjebak’ dalam posisi 69. Dengan liar lidahku menjelajahi permukaan vagina Felice. Jemari-jemariku membantu membeleknya. Aahh.. aroma khas itu langsung tercium. Aku langsung mengulum klitoris Felice yang seolah melambai padaku.
    “Uughh.. aahh.. Yoo.. gila lo.. aahh..” Felice sampai menghentikan kulumannya di penisku untuk meresapi kenikmatan yang kuberikan di vaginanya. Aku tak mempedulikan desahan Felice yang keasyikan, lidahku semakin liar menjelajahi vaginanya. Klitoris Felice sampai basah mengkilat oleh air liurku.
    Tak tahan oleh kenikmatan yang kuberikan lewat mulut, Felice segera bangkit dari posisinya dan memutar tubuhnya yang indah. Dalam sesaat saja tubuh putih mulus itu telah menindih tubuhku. Kedua tangannya bertumpu di ranjang mengapit leherku.
    “Come on Yo.. give me the real one.. sshh..” desahnya penuh nafsu sambil mendekatkan vaginanya ke batang penisku. Aku membantunya dengan menuntun penisku untuk masuk ke dalam liang kenikmatan itu. Ssllpp.. bbleess..
    “Sshh.. sshh.. oohh.. Yoo..” Felice merintih keasyikan seiring dengan tubuhnya yang naik turun. Sementara kedua tanganku asyik memainkan kedua puting susunya yang kenyal. Bibir mungil Felice yang terus mendesah kubungkam dengan bibirku. Lidahku bermain menjelajahi rongga mulutnya. Tubuh Felice mulai menggelinjang menahan kenikmatan yang kuberikan dari segala arah. Pantatnya semakin cepat naik-turun.


    Dengan gemas aku memeluk tubuh indah itu, dan berguling ke arah yang berlawanan. Sekarang aku yang menguasai permainan. Felice merentangkan kedua belah kakinya yang putih mulus itu. Tanpa ampun aku kembali menghujamkan batang penisku yang sudah basah ke dalam vaginanya. Felice kembali merintih tak karuan. Sementara kedua tanganku bergerilnya menjelahai pahanya yang mulus. Dengan jemariku aku berikan sensasi di sekitar paha, pantat dan selangkangan Felice. Tubuh Felice semakin menggelinjang. Gadis itu tak kuasa lagi menahan nikmat yang dirasakannya. Dinding vaginanya mulai berdenyut.

    “Rioo.. sshh.. aahh..” akhirnya Felice mencapai klimaksnya. Cairan kewanitaannya membanjiri penisku di dalam sana. Tubuhnya langsung tergolek pasrah. Aku tersenyum melihat ekspresinya. Tiba-tiba Felice merengkuh leherku dan mendekatkan ke wajahnya.
    “Awas ya, bentar lagi tunggu pembalasan gue..” desahnya dengan nada menantang.
    “Coba kalo bisa, gue mau liat..” jawabku balik menantang seraya mengecup bibirnya. Kemudian kami bersih-bersih bersama di kamar mandi. Aku dan Felice mengulangi lagi permainan tadi di kamar mandi, dan untuk kedua kalinya gadis manis itu mencapai klimaksnya.

    Sekitar jam setengah empat sore sebenarnya waktu belajar akan dimulai, namun Felice memaksaku untuk melakukannya sekali lagi di ranjangnya. Gadis itu penasaran sekali karena aku belum mencapai klimaks. Semula aku menolak karena takut sebentar lagi yang lain datang. Namun Felice membungkam mulutku dengan puting susunya. Apa boleh buat, kami kembali melanjutkan permainan.

    Benar saja, sepuluh menit sebelum jam empat tiba-tiba pintu kamar terbuka. Rupanya kami baru sadar kalau pintu depan dari tadi tidak dikunci. Sisil dan Ike yang baru saja datang langsung nyelonong ke kamar setelah tidak mendapatkan Felice di ruangan lain.


    “Hei.. gila lo berdua..!!” Sisil menjerit heboh. Aku dan Felice yang sedang dalam posisi doggie style terkejut dengan kedatangan mereka. Aku menatap Felice dengan bingung, tapi gadis itu tenang-tenang saja.
    “Aduh Fel, lo kok gak bilang-bilang sih kalo mo barbequean.. ajak-ajak dong..” cetus Ike tak kalah hebohnya. Felice menanggapi dengan tenang.
    “Udah nggak usah ribut, lo join aja langsung sini..” tanpa dikomando dua kali kedua gadis itu langsung melepas pakaiannya dan bergabung dengan aku dan Felice di ranjang. Hmm.. aroma sabun dan shampoo yang masih segar segera tercium karena mereka berdua baru saja mandi.

    Entah kenapa hari itu Angie, Vanya dan Lala kebetulan tidak datang. Angie sempat menelpon untuk memberitahu bahwa dia harus mengantar kakaknya ke dokter. Vanya ada acara weekend dengan keluarganya, sehingga harus berangkat sore itu juga. Sedangkan Lala tidak ada kabar.

    Hari itu otomatis tidak ada session. Kami berempat bersenang-senang di kamar Felice sampai menjelang malam. Aku sempat tiga kali mencapai klimaks. Yang pertama saat dengan Felice, tapi aku harus membuang spermaku di mulutnya karena Felice tidak mau ambil resiko. Klimaks yang kedua ketika Ike dan Felice melumat batang penisku berdua. Aku betul-betul tak tahan saat mulut mereka mengapit batang penisku dari sisi kiri dan kanan. Dan yang terakhir aku tuntaskan di dalam vagina Sisil. Semula aku akan mencabut penisku untuk mengeluarkan spermaku di luar. Namun Sisil yang sudah kepalang nafsu malah mempererat pelukannya di tubuhku, hingga akhirnya spermaku menyembur di dalam. Dan pada saat yang bersamaan Sisil juga mencapai klimaksnya.

    Setelah makan malam, Sisil dan Ike menelpon ke rumah masing-masing untuk memberitahu bahwa mereka menginap. Dan kami pun mengulangi kenikmatan-kenikmatan itu semalam suntuk. Di rumah Felice betul-betul bebas, sehingga permainan kami berempat betul-betul variatif. Kadang di ranjang, di ruang tamu, di sofa, di meja makan, di kamar mandi, di kolam renang. Yang paling gila waktu Ike mengajakku bermain di gazebo kecil yang dibangun di halaman belakang rumah Felice. Waktu itu sudah jam 1 pagi. Asyik sekali ditemani hawa dingin kami saling menghangatkan.


    Malam itu aku betul-betul akrab dengan Sisil dan Ike. Tak seperti sebelumnya, meskipun akrab namun mereka masih menganggapku seperti guru mereka, jadi masih ada rasa segan. Dari obrolan kami, aku mengetahui bahwa sebetulnya mereka berenam sama-sama pecandu seks. Felice cerita bahwa mereka sering sekali ngerjain anak-anak kelas satu yang baru di sekolah mereka. Rumah Felice ini sering sekali dijadikan ajang pesta seks mereka. Aku sampai geleng-geleng mendengar kegilaan mereka.

    Hari-hari berikutnya aku jadi akrab dengan mereka berenam. Di kesempatan lain aku berhasil menikmati tubuh keenam abg itu pada hari yang sama. Hubungan aku dan mereka sempat berlangsung lama, hingga akhirnya setelah mereka lulus sekolah dan mereka saling berpencar. Vanya, Sisil dan Lala melanjutkan studi mereka ke Aussie, sedangkan Ike memilih belajar di USA, Angie dan Felice sama-sama ke Singapore. Tapi kami masih kontak via chat dan email. Beberapa bulan lagi rencananya mereka akan sama-sama pulang ke Indonesia, dan kami sudah mempersiapkan rencana pesta yang luar biasa. Tunggu aja ceritanya..

    Kisah Seks, Cerita Sex, Cerita Panas, Cerita Bokep, Cerita Hot, Cerita Mesum, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Sex Bergambar, Cerita ABG, Cerita Sex Tante, Cerita Sex Sedarah, Cerita Sex Pasutri

  • Kisah Memek Memek Mbak Fiona

    Kisah Memek Memek Mbak Fiona


    2593 views

    Duniabola99.com – Bu Fiona dia adalah atasanku yg masih baru, dia menjabat sebagai acounting manager baru 3 minggu, biasanya aku sering dipanggil ke ruangannya untuk menjelaskan budget yg terjadi pada bulan kemarin. Umurnya kutaksir sekitar 27 tahunan. Sebagai atasan, sebelumnya kupanggil “Bu”, walau umurku sendiri 5 tahun di atasnya.


    Tapi atas permintaanya sendiri, seminggu yg lalu, ia mengatakan lebih suka jika di panggil “Mbak”. Sejak waktu itu mulai terbina suasana serta hubungan kerja yg hangat, tak terlalu formal. Terutama sebab sikapnya yg ramah. Ia sering langsung menyebut namaku, sesekali jika sesertag bersama teman kerja lainnya, ia menyebut “Pak”.

    Serta tanpa kusadari pula, diam-diam aku merasa betah serta nyaman jika memansertag wajahnya yg cantik serta lembut menawan. Ia memang menawan sebab sepasang bola matanya sewaktu-waktu bisa bernar-binar, atau menatap dgn tajam. Tapi di balik itu semua, ternyata ia suka mendikte.

    Mungkin telah menduduki jabatan yg cukup tinggi dalem umur yg relatif muda, kepercayaan dirinya pun cukup tinggi untuk menyuruh seseorang melaksanakan apa yg diinginkannya. Bu Fiona selalu berpakaian formal. Ia selalu mengenakan blouse serta rok hitam yg agak menggantung sedikit di atas lutut.

    Jika sesertag berada di ruang kerjanya, diam-diam aku pun sering memansertag lekukan pinggulnya ketika ia bangkit mengambil file dari rak folder di belakangnya. Walau bagian bawah roknya lebar, tetapi aku bisa melihat pinggul yg samar-samar tercetak dari baliknya. Sangat menarik, tak besar tetapi jelas bentuknya membongkah, memaksa mata lelaki menerawang untuk mereka-reka keindahannya.


    Di dalem ruang kerjanya yg besar, persis di samping meja kerjanya, terbisa seperangkat sofa yg sering dipergunakannya menerima tamu-tamu perusahaan. Sebagai Accounting Manager, tentu selalu ada pembicaraan-pembicaraan ‘privacy’ yg lebih nyaman dilakukan di ruang kerjanya daripada di ruang rapat.

    Aku merasa beruntung jika dipanggil Bu Fiona untuk membahas cash flow keuangan di kursi sofa itu. Aku selalu duduk persis di depannya. Serta jika kami terlibat dalem pembicaraan yg cukup serius, ia tak menyadari roknya yg agak tersingkap. Di situlah keberuntunganku. Aku bisa melirik sebagian kulit paha yg berwarna gading. Kasertag-kasertag lututnya agak sedikit terbuka sehingga aku berusaha untuk mengintip ujung pahanya.

    Tapi mataku selalu terbentur dalem kegelapan. Andai saja roknya tersingkap lebih tinggi serta kedua lututnya lebih terbuka, tentu akan bisa kupastikan apakah rambut-rambut halus yg tumbuh di lengannya juga tumbuh di sepanjang paha hingga ke pangkalnya. Jika kedua lututnya rapat kembali, lirikanku berpindah ke betisnya. Betis yg indah serta bersih. Terawat.

    Ketika aku terlena menatap kakinya, tiba-tiba aku dikejutkan oleh pertanyaan Bu Fiona..

    “Bayu, aku merasa bahwa kamu sering melirik ke arah betisku. Apakah dugaanku salah?” Aku terdiam sejenak sambil tersenyum untuk menyembunyikan jantungku yg tiba-tiba berdebar.

    “Bayu, salahkah dugaanku?”
    “Hmm.., ya, benar Mbak,” jawabku mengaku, jujur. Bu Fiona tersenyum sambil menatap mataku.
    “Mengapa?” Aku membisu. Terasa sangat berat menjawab pertanyaan sederhana itu. Tapi ketika menengadah menatap wajahnya, kulihat bola matanya berbinar-binar menunggu jawabanku.

    “Aku suka kaki Mbak. Suka betis Mbak. Indah. Serta..,” setelah menarik nafas panjang, kukatakan alasan sebenarnya.

    “Aku juga sering menduga-duga, apakah kaki Mbak juga ditumbuhi rambut-rambut.”

    “Persis seperti yg kuduga, kamu pasti berkata jujur, apa adanya,” kata Mbak Fiona sambil sedikit mendorong kursi rodanya.


    “Agar kamu tak penasaran menduga-duga, bagaimana kalo kuberi kesempatan memeriksanya sendiri?”

    “Sebuah kehormatan besar untukku,” jawabku sambil membungkukan kepala, sengaja sedikit bercanda untuk mencairkan pembicaraan yg kaku itu.

    “Kompensasinya apa?”

    “Sebagai rasa hormat serta tanda terima kasih, akan kuberikan sebuah ciuman.”

    “Bagus, aku suka. Bagian mana yg akan kamu cium?”

    “Betis yg indah itu!” “Hanya sebuah ciuman?” “Seribu kali pun aku bersedia.”

    Mbak Fiona tersenyum manis ditahan. Ia berusaha manahan tawanya.
    “Serta aku yg menentukan di bagian mana saja yg harus kamu cium, OK?”
    “Deal, my lady!”
    “I like it!” kata Bu Fiona sambil bangkit dari sofa.

    Ia melangkah ke mejanya lalu menarik kursinya hingga ke luar dari kolong mejanya yg besar. Setelah menghempaskan pinggulnya di atas kursi kursi kerjanya yg besar serta empuk itu, Bu Fiona tersenyum.

    Matanya berbinar-binar seolah menaburkan sejuta pesona birahi. Pesona yg membutuhkan sanjungan serta pujaan.
    “Periksalah, Bayu. Berlutut di depanku!” Aku membisu. Terpana mendengar perintahnya. “Kamu tak ingin memeriksanya, Bayu?” tanya Bu Fiona sambil sedikit merenggangkan kedua lututnya.

    Sejenak, aku berusaha meredakan debar-debar jantungku. Aku belum pernah diperintah seperti itu. Apalagi diperintah untuk berlutut oleh seorang wanita. Bibir Bu Fiona masih tetap tersenyum ketika ia lebih merenggangkan kedua lututnya.
    “Bayu, kamu tahu warna apa yg tersembunyi di pangkal pahaku?” Aku menggeleng lemah, seolah ada kekuatan yg tiba-tiba merampas sendi-sendi di sekujur tubuhku.


    Tatapanku terpaku ke dalem keremangan di antara celah lutut Bu Fiona yg meregang. Akhirnya aku bangkit menghampirinya, serta berlutut di depannya. Sebelah lututku menyentuh karpet. Wajahku menengadah. Mbak Fiona masih tersenyum. Telapak tangannya mengusap pipiku beberapa kali, lalu berpindah ke rambutku, serta sedikit menekan kepalaku agar menunduk ke arah kakinya.

    “Ingin tahu warnanya?” Aku mengangguk tak berdaya. “Kunci dulu pintu itu,” katanya sambil menunjuk pintu ruang kerjanya. Serta dgn patuh aku melaksanakan perintahnya, kemudian berlutut kembali di depannya. Bu Fiona menopangkan kaki kanannya di atas kaki kirinya. Gerakannya lambat seperti bermalas-malasan. Pada waktu itulah aku menbisa kesempatan memansertag hingga ke pangkal pahanya.

    Kali ini tatapanku terbentur pada secarik kain tipis berwarna putih. Pasti ia memakai G-String, kataku dalem hati. Sebelum paha kanannya benar-benar tertopang di atas paha kirinya, aku masih sempat melihat rambut-rambut ikal yg menyembul dari sisi-sisi celana dalemnya. Segitiga tipis yg hanya selebar kira-kira dua jari itu terlalu kecil untuk menyembunyikan semua rambut yg mengitari pangkal pahanya. Bahkan sempat kulirik baygan lipatan bibir di balik segitiga tipis itu.

    “Suka?” Aku mengangguk sambil mengangkat kaki kiri Bu Fiona ke atas lututku. Ujung hak sepatunya terasa agak menusuk. Kulepaskan klip tali sepatunya. Lalu aku menengadah. Sambil melepaskan sepatu itu. Mbak Fiona mengangguk. Tak ada komentar penolakan. Aku menunduk kembali. Mengelus-elus pergelangan kakinya.

    Kakinya mulus tanpa cacat. Ternyata betisnya yg berwarna gading itu mulus tanpa rambut halus. Tapi di bagian atas lutut kulihat sedikit ditumbuhi rambut-rambut halus yg agak kehitaman. Sangat kontras dgn warna kulitnya.


    Aku terpana. Mungkinkah mulai dari atas lutut hingga.., hingga.. Aah, aku menghembuskan nafas. Rongga dadaku mulai terasa sesak. Wajahku sangat dekat dgn lututnya. Hembusan nafasku ternyata membuat rambut-rambut itu meremang.
    “Indah sekali,” kataku sambil mengelus-elus betisnya. Kenyal.
    “Suka, Bayu?” Aku mengangguk.
    “Tunjukkan bahwa kamu suka. Tunjukkan bahwa betisku indah!”

    Aku mengangkat kaki Bu Fiona dari lututku. Sambil tetap mengelus betisnya, kuluruskan kaki yg menekuk itu. Aku sedikit membungkuk agar bisa mengecup pergelangan kakinya. Pada kecupan yg kedua, aku menjulurkan lidah agar bisa mengecup sambil menjilat, mencicipi kaki indah itu. Akibat kecupanku, Bu Fiona menurunkan paha kanan dari paha kirinya.

    Serta tak sengaja, kembali mataku terpesona melihat bagian dalem kanannya. Sebab ingin melihat lebih jelas, kugigit bagian bawah roknya lalu menggerakkan kepalaku ke arah perutnya. Ketika melepaskan gigitanku, kudengar tawa tertahan, lalu ujung jari-jari tangan Bu Fiona mengangkat daguku. Aku menengadah.
    “Kurang jelas, Bayu?” Aku mengangguk.

    Bu Fiona tersenyum nakal sambil mengusap-usap rambutku. Lalu telapak tangannya menekan bagian belakang kepalaku sehingga aku menunduk kembali. Di depan mataku kini terpampang keindahan pahanya. Tak pernah aku melihat paha semulus serta seindah itu. Bagian atas pahanya ditumbuhi rambut-rambut halus kehitaman. Bagian dalemnya juga ditumbuhi tetapi tak selebat bagian atasnya, serta warna kehitaman itu agak memudar. Sangat kontras dgn pahanya yg berwarna gading.

    Aku merinding. Sebab ingin melihat paha itu lebih utuh, kuangkat kaki kanannya lebih tinggi lagi sambil mengecup bagian dalem lututnya. Serta paha itu semakin jelas. Menawan. Di paha bagian belakang mulus tanpa rambut. Sebab gemas, kukecup berulang kali. Kecupan-kecupanku semakin lama semakin tinggi. Serta ketika hanya berjarak kira-kira selebar telapak tangan dari pangkal pahanya, kecupan-kecupanku berubah menjadi ciuman yg panas serta basah.


    Sekarang hidungku sangat dekat dgn segitiga yg menutupi pangkal pahanya. Sebab sangat dekat, walau tersembunyi, dgn jelas bisa kulihat baygan bibir kewanitaannya. Ada segaris kebasahan terselip membayg di bagian tengah segitiga itu. Kebasahan yg dikelilingi rambut-rambut ikal yg menyelip dari kiri kanan G-stringnya. Sambil menatap pesona di depan mataku, aku menarik nafas dalem-dalem. Tercium aroma segar yg membuatku menjadi semakin tak berdaya.

    Aroma yg memaksaku terperangkap di antara kedua belah paha Bu Fiona. Ingin kusergap aroma itu serta menjilat kemulusannya. Bu Fiona menghempaskan kepalanya ke sandaran kursi. Menarik nafas berulang kali. Sambil mengusap-usap rambutku, diangkatnya kaki kanannya sehingga roknya semakin tersingkap hingga tertahan di atas pangkal paha.

    “Suka Bayu?”
    “Hmm.. Hmm..!” jawabku bergumam sambil memindahkan ciuman ke betis serta lutut kirinya. Lalu kuraih pergelangan kaki kanannya, serta meletakkan telapaknya di pundakku. Kucium lipatan di belakang lututnya.

    Bu Fiona menggelinjang sambil menarik rambutku dgn manja. Lalu ketika ciuman-ciumanku merambat ke paha bagian dalem serta semakin lama semakin mendekati pangkal pahanya, terasa tarikan di rambutku semakin keras. Serta ketika bibirku mulai mengulum rambut-rambut ikal yg menyembul dari balik G-stringnya, tiba-tiba Bu Fiona mendorong kepalaku.

    Aku tertegun. Menengadah. Kami saling menatap. Tak lama kemudian, sambil tersenyum menggoda, Bu Fiona menarik telapak kakinya dari pundakku. Ia lalu menekuk serta meletakkan telapak kaki kanannya di permukaan kursi. Pose yg sangat memabukkan. Sebelah kaki menekuk serta terbuka lebar di atas kursi, serta yg sebelah lagi menjuntai ke karpet.
    “Suka Bayu?”.
    “Hmm.. Hmm..!”.
    “Jawab!”.
    “Suka sekali!”

    Pemandangan itu tak lama. Tiba-tiba saja Mbak Fiona merapatkan kedua pahanya sambil menarik rambutku.
    “Nanti ada yg melihat baygan kita dari balik kaca. Masuk ke dalem, Bayu,” katanya sambil menunjuk kolong mejanya.
    Aku terkesima. Mbak Fiona merenggut bagian belakang kepalaku, serta menariknya perlahan. Aku tak berdaya. Tarikan perlahan itu tak mampu kutolak. Lalu Bu Fiona tiba-tiba membuka ke dua pahanya serta mendaratkan mulut serta hidungku di pangkal paha itu.


    Kebasahan yg terselip di antara kedua bibir kewanitaan terlihat semakin jelas. Semakin basah. Serta di situlah hidungku mendarat. Aku menarik nafas untuk menghirup aroma yg sangat menyegarkan. Aroma yg sedikit seperti daun pandan tetapi mampu membius saraf-saraf di rongga kepala. “Suka Bayu?”. “Hmm.. Hmm..!” “Sekarang masuk ke dalem!” ulangnya sambil menunjuk kolong mejanya.

    Aku merangkak ke kolong mejanya. Aku sudah tak bisa berpikir waras. Tak peduli dgn segala kegilaan yg sesertag terjadi. Tak peduli dgn etika, dgn norma-norma bercinta, dgn sakral dalem percintaan.

    Aku hanya peduli dgn kedua belah paha mulus yg akan menjepit leherku, jari-jari tangan lentik yg akan menjambak rambutku, telapak tangan yg akan menekan bagian belakang kepalaku, aroma semerbak yg akan menerobos hidung serta memenuhi rongga dadaku, kelembutan serta kehangatan dua buah bibir kewanitaan yg menjepit lidahku, serta tetes-tetes birahi dari bibir kewanitaan yg harus kujilat berulang kali agar akhirnya dihadiahi segumpal lendir orgasme yg sudah sangat ingin kucucipi.

    Di kolong meja, Bu Fiona membuka kedua belah pahanya lebar-lebar. Aku mengulurkan tangan untuk meraba celah basah di antara pahanya. Tapi ia menepis tanganku. “Hanya lidah, Bayu! OK?” Aku mengangguk. Serta dgn cepat membenamkan wajahku di G-string yg menutupi pangkal pahanya. Menggosok-gosokkan hidungku sambil menghirup aroma pandan itu sedalem-dalemnya. Bu Fiona terkejut sejenak, lalu ia tertawa manja sambil mengusap-usap rambutku. .

    “Rupanya kamu sudah tak sabar ya, Bayu?” katanya sambil melingkarkan pahanya di leherku.
    “Hm..!”
    “Haus?”
    “Hm!”
    “Jawab, Bayu!” katanya sambil menyelipkan tangannya untuk mengangkat daguku. Aku menengadah.
    “Haus!” jawabku singkat.

    Tangan Bu Fiona bergerak melepaskan tali G-string yg terikat di kiri serta kanan pinggulnya. Aku terpana menatap keindahan dua buah bibir berwarna merah yg basah mengkilap. Sepasang bibir yg di bagian atasnya dihiasi tonjolan daging pembungkus clit yg berwarna pink. Aku termangu menatap keindahan yg terpampang persis di depan mataku.

    “Jangan diam saja. Bayu!” kata Bu Fiona sambil menekan bagian belakang kepalaku.
    “Hirup aromanya!” sambungnya sambil menekan kepalaku sehingga hidungku terselip di antara bibir kewanitaannya. Pahanya menjepit leherku sehingga aku tak bisa bergerak. Bibirku terjepit serta tertekan di antara dubur serta bagian bawah kemaluannya.

    Sebab harus bernafas, aku tak mempunyai pilihan kecuali menghirup udara dari celah bibir kewanitaannya. Hanya sedikit udara yg bisa kuhirup, sesak tetapi menyenangkan. Aku menghunjamkan hidungku lebih dalem lagi. Bu Fiona terpekik. Pinggulnya diangkat serta digosok-gosokkannya hingga hidungku basah berlumuran tetes-tetes birahi yg mulai mengalir dari sumbernya.

    Aku mendengus. Bu Fiona menggelinjang serta kembali mengangkat pinggulnya. Kuhirup aroma kewanitaannya dalem-dalem, seolah kemaluannya adalah nafas kehidupannku.
    “Fantastis!” kata Bu Fiona sambil mendorong kepalaku dgn lembut. Aku menengadah. Ia tersenyum menatap hidungku yg telah licin serta basah.

    “Enak ‘kan?” sambungnya sambil membelai ujung hidungku.
    “Segar!” Bu Fiona tertawa kecil. “Kamu pandai memanjakanku, Bayu. Sekarang, kecup, jilat, serta hisap sepuas-puasmu. Tunjukkan bahwa kamu memuja ini,” katanya sambil menyibakkan rambut-rambut ikal yg sebagian menutupi bibir kewanitaannya.

    “Jilat serta hisap dgn rakus. Tunjukkan bahwa kamu memujanya. Tunjukkan rasa hausmu! Jangan ada setetes pun yg tersisa! Tunjukkan dgn rakus seolah ini adalah kesempatan pertama serta yg terakhir bagimu!”

    Aku terpengaruh dgn kata-katanya. Aku tak peduli walaupun ada nada perintah di setiarap kalimat yg diucapkannya. Aku memang merasa sangat lapar serta haus untuk mereguk kelembutan serta kehangatan kemaluannya. Kerongkonganku terasa panas serta kering. Aku merasa benar-benar haus serta ingin segera menbisakan segumpal lendir yg akan dihadiahkannya untuk membasahi kerongkongannku.

    Lalu bibir kewanitaannya kukulum serta kuhisap agar semua kebasahan yg melekat di situ mengalir ke kerongkonganku. Kedua bibir kewanitaannya kuhisap-hisap berganTiaran. Kepala Bu Fiona terkulai di sandaran kursinya. Kaki kanannya melingkar menjepit leherku. Telapak kaki kirinya menginjak bahuku.


    Pinggulnya terangkat serta terhempas di kursi berulang kali. Sesekali pinggul itu berputar mengejar lidahku yg bergerak amelr di dinding kewanitaannya. Ia merintih seTiarap kali lidahku menjilat clitnya. Nafasnya mengebu. Kasertag-kasertag ia memekik sambil menjambak rambutku.

    “Ooh, ooh, Bayu! Bayu!” Serta ketika clitnya kujepit di antara bibirku, lalu kuhisap serta permainkan dgn ujung lidahku, Bu Fiona merintih menyebut-nyebut namaku..
    “Bayussss, nikmat sekali sayg.. Bayu! Ooh.. Bayu oooooooooooooooo!”

    Telapak kakinya menghentak-hentak di bahu serta kepalaku. Paha kanannya sudah tak melilit leherku. Kaki itu sekarang diangkat serta tertekuk di kursinya. Mengangkang. Telapaknya menginjak kursi. Sebagai gantinya, kedua tangan Bu Fiona menjambak rambutku. Menekan serta menggerak-gerakkan kepalaku sekehendak hatinya.
    “Bayu, julurkan lidahmuu! Hisap! Hisaap!”

    Aku menjulurkan lidah sedalem-dalemnya. Membenamkan wajahku di kemaluannya. Serta mulai kurasakan kedutan-kedutan di bibir kemaluannya, kedutan yg menghisap lidahku, mengunsertag agar masuk lebih dalem. Beberapa detik kemudian, lendir mulai terasa di ujung lidahku. Kuhisap seluruh kemaluannya. Aku tak ingin ada setetes pun yg terbuang.

    Inilah hadiah yg kutunggu-tunggu. Hadiah yg bisa menyejukkan kerongkonganku yg kering. Kedua bibirku kubenamkan sedalem-dalemnya agar bisa langsung menghisap dari bibir kemaluannya yg mungil.
    “Bayuuu! Hisap Bayuuuuuuu!”

    Aku tak tahu apakah rintihan Bu Fiona bisa terdengar dari luar ruang kerjanya. Seandainya rintihan itu terdengar pun, aku tak peduli. Aku hanya peduli dgn lendir yg bisa kuhisap serta kutelan. Lendir yg hanya segumpal kecil, hangat, kecut, yg mengalir membasahi kerongkonganku. Lendir yg langsung ditumpahkan dari kemaluan Bu Fiona, dari pinggul yg terangkat agar lidahku terhunjam dalem.
    “Oh, fantastisssssssssssssssss,” gumam Bu Fiona sambil menghenyakkan kembali pinggulnya ke atas kursinya.

    Ia menunduk serta mengusap-usap kedua belah pipiku. Tak lama kemudian, jari tangannya menengadahkan daguku. Sejenak aku berhenti menjilat-jilat sisa-sisa cairan di permukaan kewanitaannya.
    “Aku puas sekali, Bayu,” katanya. Kami saling menatap. Matanya berbinar-binar. Sayu. Ada kelembutan yg memancar dari bola matanya yg menatap sendu.

    “Bayu.”
    “Hm..”
    “Tatap mataku, Bayu.” Aku menatap bola matanya.
    “Jilat cairan yg tersisa sampai bersih”
    “Hm..” jawabku sambil mulai menjilati kemaluannya.
    “Jangan menunduk, Bayu. Jilat sambil menatap mataku. Aku ingin melihat erotisme di bola matamu ketika menjilat-jilat kemaluanku.”


    Aku menengadah untuk menatap matanya. Sambil melingkarkan kedua lenganku di pinggulnya, aku mulai menjilat serta menghisap kembali cairan lendir yg tersisa di lipatan-lipatan bibir kewanitaannya.
    “Kamu memujaku, Bayu?”
    “Ya, aku memuja betismu, pahamu, serta di atas segalanya, yg ini.., muuah!” jawabku sambil mencium kewanitaannya dgn mesra sepenuh hati. Bu Fiona tertawa manja sambil mengusap-usap rambutku.

  • Foto Bugil Remaja dengan payudara eksotis Stacie Jaxxx menggosok klitorisnya

    Foto Bugil Remaja dengan payudara eksotis Stacie Jaxxx menggosok klitorisnya


    1893 views

    Duniabola99.com – foto cewek cantik remaja toketnya padat kenyal bagus melepas BHnya dan juga melepas celana dalamnya dan memainkkan sambil baring di kursi di memeknya yang berwana pink tanpa bulu.

  • Miho Amateur Japanese Young And Hairy

    Miho Amateur Japanese Young And Hairy


    2103 views

  • Cerita Sex Mbak Siska

    Cerita Sex Mbak Siska


    3320 views

    Cerita Sex ini berjudul ” Cerita Sex Mbak Siska ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Cerita SexAku yang selama ini hidup di kampung dan berkunjung ke kota metropolitan sungguh sangat beda sekalai ,
    di jalan penuh dengan kendaraan dan bising yang bergerak kesana kesini dan benar benar semrawut, semua
    orang ingin menang sendiri dan kemacetan merupakan hal yang biasa di kota ini.

    Tak heran karenanya para penghuni kota selalu mencari kesempatan untuk refreshing. Melupakan kehidupan
    yang begitu penuh dengan persaingan, saling ganjal, saling sikut demi kepentingan pribadi. Mereka ada
    yang pergi ke luar kota, ke daerah pegunungan, ke pantai atau ada juga yang datang ke tempat-tempat
    hiburan sekedar mendengarkan musik sambil minum-minum bersama teman-temannya.

    Setelah hidup tiga bulan di kota ini, aku sudah mulai bisa menyesuaikan diri dengan gaya kehidupan di
    sini. Aku pernah juga menyempatkan diri mampir ke sebuah café untuk mencari hiburan hanya sekedar
    melepaskan kepenatan keseibukanku sehari-hari.

    Aku pun sudah tak berhubungan dengan suamiku lagi setelah kuminta surat cerai darinya, meski kutahu ia
    berada di kota tempatku kini tinggal. Terakhir kali kami bertemu di suatu tempat dan ia menyatakan
    maaf atas segala perlakuannya selama ini.

    Aku memaafkannya dan meminta untuk tidak lagi berhubungan demi kepentingan bersama. Suamiku sebenarnya
    masih mencintaiku namun keadaan memang tidak memungkinkan lagi. Ia akhirnya menyatakan selamat tinggal
    dan meninggalkan selembar cek bernilai sangat besar. Katanya untuk menunjang kebutuhanku sehari-hari.

    Sebelum aku datang ke kota ini, aku sudah mempersiapkan diri untuk mencari kesibukan. Beruntunglah aku
    berkenalan dengan seorang wanita pengusaha. Usianya tak jauh berbeda denganku. Orangnya pandai
    bergaul, ramah dan pintar.

    Namanya Nuraini. Aku memanggilnya Mbak Siska, karena ia memang meminta dipanggil seperti itu. Cantik,
    tinggi semampai, tubuhnya montok dan suka berpakaian seksi. Orang bilang tipe ‘Bangkok’. Penampilannya
    memang sempurna.

    Wanita berkelas. Katanya ia kenal dengan orang-orang penting dikota ini. Pejabat pemerintah,
    konglomerat sampai ke jenderal-jenderal dikenalnya dengan baik.

    Aku tak tahu bagaimana ia bisa menjalin hubungan dengan mereka. Tapi yang pasti, kalau melihat
    penampilannya yang serba ‘wah’, aku percaya dengan pengakuannya itu. Siapa yang tak suka berhubungan
    dengan Mbak Siska yang cantik dan seksi itu.

    Aku sering berhubungan dengannya dan banyak meminta nasihat, saran berkaitan dengan bisnis di kota ini
    yang penuh dengan persaingan ketat. Aku pun mau tak mau harus bisa mengimbangi gaya hidupnya yang
    serba aktif, termasuk mengunjungi tempat-tempat hiburan atau lebih dikenal dengan istilah ‘Dugem’.

    Sore tadi aku ditelepon Mbak Siska untuk bertemu di sebuah café yang kebetulan tak begitu jauh dari
    tempat tinggalku. Katanya aku akan dikenalkan dengan seorang pengusaha besar. Mbak Siska berjanji akan
    mengikutsertakan diriku untuk sama-sama mengerjakan proyek besar dari pengusaha ini.

    Di telepon dia wanti-wanti agar aku berdandan secantik mungkin, bahkan kalau bisa seseksi mungkin. Aku
    tertawa saja mendengar permintaannya itu dan kukatakan ada-ada saja, masa bertemu dengan pengusaha
    saja harus berpakaian seksi, kataku polos. Tetapi ketika berangkat aku berpakaian seksi juga pada
    akhirnya.

    Sebelum keluar pintu rumah, aku masih menyempatkan diri bercermin di depan kaca yang ada di ruang
    tamu. Kuperhatikan dandananku agar tak membuat malu Mbak Siska nantinya. Aku cukup puas dengan
    penampilanku.

    Blouse warna hitam itu sangat cocok sekali dengan warna kulitku yang putih bersih. Melekat ketat
    mencetak bentuk tubuhku sehingga memperlihatkan lekukan-lekukannya, terutama di bagian dada.
    Payudaraku nampak membusung penuh di balik blouse ketat ini.

    Bahkan kancing bagian atasnya sampai susah dimasukan ke dalam lubangnya saking ketatnya. Aku agak
    jengah melihat tonjolan dadaku sendiri. Ke bawahnya kupadu dengan rok sebatas lutut. Aku sengaja
    memakai rok ini supaya bentuk kakiku yang ramping dan betisku yang indah kelihatan cantik. Aku puas
    dengan dandananku.

    Setengah jam kemudian aku sudah berada di café itu. Aku celingukan mencari Mbak Siska di tengah
    keramaian orang-orang yang berlalu lalang di sana. Agak gugup juga aku berada di sana, mungkin belum
    terbiasa dengan kehidupan malam seperti ini meski telah beberapa kali mencobanya.

    Selang beberapa menit, aku menemukannya di pojok ruangan café itu tengah duduk berdua dengan seorang
    pria. Mbak Siska segera melambaikan tangannya padaku saat kumelangkah ke sana.

    “Sini buruan,” panggilnya.

    “Nah, kenalin ini teman saya. Cantik khan?” katanya kemudian seraya memperkenalkanku kepada pria di
    sampingnya.

    “Anna,” ucapku lirih malu-malu sambil menyodorkan tanganku menyambut uluran tangan pria itu.

    “Aku Danang,” balasnya segera sambil tersenyum padaku.

    Nampaknya pria ini sudah berumur namun penampilannya masih segar, penuh vitalitas, dan juga harum,
    dengan wewangian yang terasa aroma maskulinitasnya. Orangnya masih gagah walau sudah berumur. Tubuhnya
    pun tinggi, tegap, dan kekar.

    Aku dapat merasakannya dari genggaman tangannya yang kuat, dan pemandangan samar bukit dadanya dari
    balik kemeja yang dipakainya. Telapak tangannya yang besar menggenggam habis tanganku yang mungil.

    Cerita Sex Mbak Siska Orangnya ramah, berkharisma, dan menarik. Kuperhatikan wajahnya yang cukup tampan itu. Kekagumanku pun
    semakin bertambah. Penampilannya benar-benar ‘dandy’. Pakaiannya kelihatan mahal. Cukup meyakinkan
    menjadi pengusaha besar.

    “Silakan duduk,” ucapnya sopan.

    Tempat duduk itu berbentuk setengah lingkaran merapat ke dinding dilengkapi meja di depannya. Tadinya
    aku mau duduk paling ujung akan tetapi Mbak Siska menyuruhku bergeser lebih ke dalam agar ada tempat
    duduk baginya. Sementara dari ujung sana, Mas Danang, demikian aku memanggilnya karena kulihat ia
    sudah berumur, bergeser masuk untuk duduk sehingga praktis aku berada di antara mereka berdua.

    Aku lirik Mbak Siska sebagai tanda protes karena posisiku yang terjepit tak ada jalan keluar. Lucunya,
    ia malah mengedipkan mata entah apa maksudnya. Sedangkan dari sisi lain, Mas Danang terus merapat
    padaku sehingga kurasakan bahu kami saling bersentuhan.

    Aku jadi kebingungan oleh keadaan ini. Lagi-lagi Mbak Siska mengedipkan matanya, kali ini sambil
    berbisik

    “santai aja,” katanya. Markas Judi Online Dominoqq

    Kami mulai mengobrol ngalor ngidul. Tanya ini dan itu diselingi canda gurau antara Mas Danang dengan
    Mbak Siska yang agak berbau porno. Kelihatannya mereka sudah akrab betul. Bahkan sekali-sekali Mbak
    Siska mencubit lengan Mas Danang sambil tertawa manja, bahkan genit.

    Sementara aku yang berada di antara mereka hanya bisa tersenyum serba salah mengikuti canda mereka
    yang semakin lama semakin seru. Karena berada di tengah mereka jadi sudah pasti aku terkena sentuhan
    mereka saat saling cubit. Bahkan tangan Mas Danang sempat nyerempet buah dadaku yang menonjol terlalu
    ke depan saat ia mencubit tangan Mbak Siska.

    Dengan refleks, aku memundurkan tubuhku. Mereka nampaknya tidak memperhatikan itu. Sepertinya aku ini
    tidak ada. Sebenarnya aku mulai tak nyaman dengan keadaan ini, kalau saja Mas Danang kemudian tidak
    mengajakku turut dalam obrolan mereka.

    Ia memang tipe pria yang romantis melihat dari tutur katanya. Tenang, kalem, penuh canda diselingi
    pujian yang terdengar tidak gombal. Bahkan membuat wanita merasa tersanjung. Obrolan kami semakin seru
    saja, apalagi setelah minuman pesanan kami tiba.

    Aku ikut-ikutan meneguk minuman seperti mereka, meski sebenarnya tak tahu jenis apa minuman itu, yang
    pasti terasa panas di tenggorakan. Aku tak ingin disebut kampungan. Aku tak mau dibilang ‘norak’.
    Kemudian kami mulai berbicara serius.

    Membicarakan bisnis kami. Mas Danang semakin merapat, bahkan wajahnya menjulur persis di depanku saat
    bicara pada Mbak Siska. Tercium aroma after shave nya. Aroma rempah-rempah. Aroma khas laki-laki
    jantan! Ehm.., aku mulai ngaco.

    “Aku setuju saja dengan usulan Mbak Siska. Tapi engh.., gimana dengan Mbak Anna sendiri? Apa dia
    setuju dengan usulan saya?” demikian kata Mas Danang seraya mengerling genit padaku.

    Kurasakan duduknya semakin mepet padaku. Aku tak mengerti maksud perkataan itu. Aku segera menoleh ke
    arah Mbak Siska seakan minta pertolongan apa yang harus kukatakan. Mbak Siska langsung berbisik padaku
    bahwa ia setuju dengan penawaran harga atas proyek bernilai ratusan milyar itu asal aku dan Mbak Siska
    mau bersenang-senang dengannya.

    “Maksud Mbak?” bisikku semakin bingung.

    Ia tak menjawab bahkan ia langsung mengiyakan pada Mas Danang tanpa meminta pendapatku dahulu. Kulihat
    Mas Danang langsung tersenyum senang mendengar jawaban itu.

    “Nah itu baru rekan bisnis yang jempolan,” katanya seraya menjawil daguku dengan gemas.

    “Ayo kita rayakan kerjasama ini,” belum sempat aku protes apa yang mereka sepakati, tiba-tiba Mbak
    Siska langsung meraih gelas dan mengacungkannya ke atas meja disambut oleh acungan gelas Mas Danang.

    Mereka melirik padaku. Menunggu reaksiku. Aku sepertinya telah terjebak. Tak ada lagi yang bisa
    kupebuat kecuali mengikuti ajakan mereka.

    Kami sama-sama meneguk minuman dalam gelas sampai habis. Minuman itu langsung kutelan. Terasa panas di
    tenggorokan. Bahkan tubuhku mulai terasa hangat. Kepalaku terasa agak melayang. Apa aku ini sudah
    mabok?

    Mereka terlihat gembira sekali sambil bernyanyi-nyanyi mengikuti lagu yang dimainkan oleh sebuah grup
    musik di panggung café. Minuman dalam gelasku sudah terisi penuh kembali. Baik Mas Danang maupun Mbak
    Siska memintaku untuk menghabiskannya.

    Kuturuti permintaan mereka. Aku pun ingin bersenang-senang seperti mereka mengikuti suasana hingar
    bingar musik. Kulihat penyanyi wanita di panggung meliuk-liukan tubuhnya dengan gerakan erotis
    mengikuti irama musik padang pasir yang dimainkan grup musik.

    Persis seperti penari ular. Suasana semakin heboh. Pengunjung lain, pria, wanita mulai ikut-ikutan
    berjoget. Ada yang berpelukan, bahkan berciuman. Mereka tak malu melakukan itu di depan umum.

    Cerita Sex Mbak Siska Suasana ini melanda di meja tempat kami. Mbak Siska tanpa diduga menyodorkan wajahnya persis didepan
    mukaku dan disambut oleh Mas Danang dengan ciuman di bibirnya. Aku terpana melihat aksi mereka di
    depanku.

    Mereka asyik berciuman. Saling mengulum. Seolah aku tak hadir di depannya. Sungguh gila kehidupan di
    kota ini. Aku tak menyangka akan sejauh ini. Begitu bebas. Ciuman mereka nampaknya semakin memanas.

    Pandanganku semakin kabur. Mungkin minuman yang kuteguk tadi mulai mempengaruhiku. Tubuhku terasa
    kelu. Dan entah kenapa pemandangan di depanku membuat diriku bergairah. Kulihat mereka asyik sekali
    berciuman. Membuatku iri.

    Entah bermimpi atau tidak, kurasakan sesuatu bergerak di bawah meja. Meraba-raba lututku dan merayap
    perlahan, menelusup ke balik rokku, menggerayangi pahaku. Kutahu itu tangan Mas Danang. Aku tercekat.
    Kurang ajar lelaki ini! kutukku dalam hati.

    Pura-pura berciuman dengan wanita lain sementara tangannya menggerayang nakal di atas pahaku.
    Kutepiskan tangan itu dari balik rokku. Mas Danang hanya mengerlingkan matanya padaku sementara
    bibirnya tak pernah lepas dari bibir Mbak Siska. Gila semua! Pekikku dalam hati mengutuk perbuatan
    mereka.

    Kelihatannya Mbak Siska tahu apa yang dilakukan Mas Danang tehadapku. Ia tersenyum padaku sambil
    menganggukan kepala. Entah apa maksudnya. Kemudian kurasakan kembali gerayangan di atas pahaku, namun
    kali ini bukan hanya dari sisi kiriku tetapi juga dari sisi kanan tempat Mbak Siska.

    Oh.. dunia ini semakin kacau! Masa Mbak Siska pun berselera kepadaku sesama perempuan? Aku sepertinya
    terpesona oleh gerayangan tangan Mbak Siska yang begitu lembut dan mesra. Aku tak berani menepis
    tangannya yang semakin naik menuju pangkal pahaku.

    Mereka menghentikan ciumannya dan melirik bersama-sama kepadaku. Aku balas memandang tatapan mereka.
    Kulihat kilatan bola mata mereka memancarkan gairah. Tiba-tiba saja, mereka mencium pipiku dari
    kanan-kiri.

    Aku berteriak memprotes perbuatan mereka. Teriakanku nampaknya tenggelam di tengah kegaduhan musik di
    café itu. Tamu-tamu lain pun tak ada yang memperhatikan perbuatan kami. Mereka sibuk dengan
    keasyikannya masing-masing.

    Kurasakan gerayangan tangan mereka semakin nakal, terutama tangan Mbak Siska yang mulai menarik celana
    dalamku. Aku tercekat dan tubuhku terlonjak. Saat itulah dengan mudahnya, Mbak Siska memelorotkan
    celana dalamku hingga turun sampai ke lututku. Aku berteriak
    “Mbak.. apa-apaan?!”

    Mbak Siska tak berkomentar malah terus menciumi pipiku dan bergeser ke bibirku. Aku benar-benar
    kelabakan dikeroyok mereka. Mas Danang tak tinggal diam. Bibirnya menciumi leherku dari samping kiri
    sementara tangannya yang lain meraba-raba dadaku. Aku ingin menangis rasanya diperlakukan seperti ini
    di muka umum.

    Tetapi harus kuakui, mereka memang benar-benar lihai memperlakukanku. Penuh kelembutan. Tak ada
    pemaksaan. Hanya aku saja yang tidak berani berontak. Tenagaku sepertinya hilang entah kemana.

    Tubuhku terasa lunglai. Pengaruh minuman itu semakin terasa menguasai pikiran jernihku. Cumbuan hangat
    mereka membuat tubuhku serasa terbakar. Aku mulai terbuai, terpesona oleh perasaanku sendiri. Apalagi
    Mas Danang tak henti-hentinya membisikan rayuan dan pujian di telingaku.

    “Kamu cantik sekali sayang.., tubuhmu benar-benar seksi.. sangat merangsang..” rayunya seraya mencopot
    kancing blouseku untuk kemudian menelusupkan tangannya ke dalam.

    Menggerayangi buah dadaku yang masih tertutup kutang. Diremasnya dengan lembut. Kurasakan jemari
    tangannya mengelus-elus kulit bagian atas dadaku yang terbuka untuk kemudian menelusup ke balik
    kutangku. Tanpa sadar aku melenguh.

    Aku mulaui terbawa arus permainan mereka. Gairahku kembali muncul setelah cukup lama terpendam sejak
    perselingkuhanku dengan Kang Hendi beberapa bulan yang lalu. Bergelora penuh gairah. Tubuhku
    berdenyut-denyut oleh nafsu birahiku sendiri.

    Darahku berdesir kencang, terlebih saat tangan Mbak Siska mengelus-elus bibir kemaluanku. Kurasakan
    daerah itu mulai basah. Aku merasakan sesuatu yang lain dari sentuhan tangan Mbak Siska. Sepertinya ia
    tahu persis titik-titik kenikmatan di daerah itu. Benar-benar indah, sampai-sampai aku tak sadar
    mengerang lirih sambil memanggil namannya.

    “Ya sayang..” jawabnya dengan lirih pula. Terdengar nafasnya mulai tersengal-sengal. Ia lalu berbisik
    padaku untuk mencari tempat yang lebih leluasa dan kemudian disetujui oleh Mas Danang.

    Aku sudah tak perduli mau dibawa kemana dan aku tak ingat bagaimana ia membawaku karena begitu mataku
    terbuka aku sudah berada di atas ranjang empuk di dalam kamar yang dipenuhi oleh berbagai peralatan
    mewah. Lampu yang bersinar temaram menolong pandangan mataku untuk melihat ke sekeliling.

    Kulihat disamping ranjang Mas Danang tengah membantu Mbak Siska melepaskan pakaiannya. Dengan refleks,
    aku melihat kepada diriku sendiri dan menarik nafas lega ketika kutahu pakaianku masih lengkap
    menempel di tubuhku,

    Hanya saja kancing blouseku sudah terlepas beberapa buah sementara rokku tersingkap memperlihatkan
    kemulusan pahaku. Sedangkan kedua kakiku menekuk sebatas lutut sehingga dari arah mereka dapat
    terlihat bagian dalam ujung pangkal pahaku yang masih tertutup celana dalam.

    Aku menonton adegan mereka. Pakaian Mbak Siska sudah terlepas semuanya. Dalam hati aku mengagumi
    keindahan tubuhnya yang sudah telanjang bulat itu. Buah dadanya tak sebear milikku tapi memiliki
    bentuk yang indah dan nampak lebih membusung karena tubuhnya lebih kecil dibandingkan diriku.

    Cerita Sex Mbak Siska Pinggulnya membentuk lekukan sempurna diimbangi oleh buah pantatnya yang bulat penuh. Perutnya rata.
    Selangkangannya dipenuhi oleh rambut hitam legam yang begitu rimbun. Sangat kontras dengan warna
    kulitnya yang putih bersih. Aku merasakan keanehan dalam getaran tubuhku saat memandang tubuh Mbak
    Siska.

    Jantungku berdegub semakin kencang melihat aksi Mbak Siska mencium Mas Danang dengan penuh gairah.
    Kedua tangannya bergerak cekatan mempreteli baju dan celana Mas Danang. Tontonan ini semakin
    mendebarkan.

    Gairahku terpancing melihat tubuh Mas Danang yang masih oke walau sudah tua. Kemaluanku semakin
    berdenyut-denyut melihat tangan Mbak Siska menelusup ke balik celana Mas Danang sambil memperlihatkan
    ekspresi kaget di wajahnya.

    Aku semakin penasaran oleh apa yang telah ditemukannya. Ia melirik padaku yang tergolek di ranjang
    sambil memperlihatkan ekspresi wajah penuh kekaguman. Tanpa sadar, aku bangkit untuk melihatnya.

    Aku jadi penasaran melihat Mbak Siska seperti sengaja menyembunyikannya dari pandanganku. Aku baru
    terpekik kaget begitu Mbak Siska sambil menyeringai senang mengeluarkan sesuatu dari balik celana Mas
    Danang dalam genggaman kedua tangannya.

    Dari balik celana Mas Danang keluar batang kemaluannya yang sudah kencang dengan ukuran yang luar
    biasa. Panjang dan besar! Padahal kedua tangan Mbak Siska sudah menggengamnya penuh tapi masih
    terlihat sisa beberapa senti di atasnya.

    Panjang sekali! Mbak Siska tersenyum senang seperti anak kecil mendapatkan mainan. Mengocoknya naik
    turun sambil melambai-lambaikan batang itu ke arahku. Seolah ingin memperlihatkan kepadaku betapa
    senangnya ia mendapatkan batang kont0l sebesar itu.

    Aku hanya bisa menelan ludah sendiri menyaksikan semua itu. Sementara kulihat Mas Danang mengerling
    padaku sambil tersenyum bangga dengan apa yang dimilikinya. Aku balas tatapan itu dengan menjilati
    bibir dengan lidahku.

    Kuingin ia tahu betapa besarnya keinginanku untuk menjilatinya. Kulihat bola matanya berbinar melihat
    aksi genitku yang membuatnya bergairah. Kelihatannya ia ingin segera meloncat ke atas ranjang tempatku
    berbaring dengan posisi yang menggairahkan.

    Tetapi Mbak Siska menahannya di sana. Wanita itu langsung berjongkok di hadapan Mas Danang dan
    menjilati batang itu dengan penuh nafsu. Kepala Mas Danang menoleh ke belakang sambil mengerang
    kenikmatan merasakan jilatan lihai lidah Mbak Siska di sekujur batangnya.

    Dari bawah naik ke atas, mengulum-ngulum kepalanya untuk kemudian turun kembali ke bawah menjilati
    buah pelernya. Kepalaku terasa pening melihat aksi Mbak Siska.

    Nafsuku mulai terasa di ubun-ubun. Aku diam di ranjang melihat permainan mereka sambil meremas-remas
    dadaku sendiri. Aksiku menarik perhatian Mas Danang. Tangannya mencoba menggapai ke arahku namun tak
    sampai.

    Aku sengaja membusungkan dadaku memndekati ujung tangannya yang hanya tinggal beberapa senti lagi.
    Jemarinya mencoba meraih tetapi tetap tak sampai. Aku tersenyum menggoda. Aku ingin Mas Danang
    terangsang oleh godaanku. Jemariku mencopot kancing blouse satu per satu sambil menatap penuh gairah
    kepadanya.

    “Ooohh.. luar biasa.. ngghh..” erangnya merasakan kenikmatan dan rangsangan yang diberikan oleh dua
    orang perempuan cantik nan seksi sekaligus.

    Mbak Siska semakin semangat dengan aksinya. Mulutnya sudah penuh dengan batang kont0l Mas Danang.
    Dihisap-hisap. Dikulum-kulum dengan penuh kenikmatan. Aku iri melihatnya. Aku lalu bangkit dari
    ranjang dan menghampiri mereka.

    Kupeluk tubuh Mas Danang dari belakang. Menciumi bahu dan punggungnya yang kokoh, sementara kedua
    tanganku menggapai ke atas dadanya yang berotot. Aku bisa merasakan dadanya yang dipenuhi bulu-bulu
    halus.

    Spontan saja aku langsung mengelus-elusnya. Kemudian tanganku bergerak merambahi lengan Mas Rudi.
    Lengan itu terasa begitu kencang, dengan otot-ototnya yang bersembulan. Kuelus dan kumainkan bisepnya
    yang tebal dan padat itu.

    Wajah Mas Danang menoleh ke samping mencari-cari bibirku untuk dikulum. Aku sengaja menghindar.
    Menggodanya. Ia semakin terangsang. Kubiarkan saja seperti itu. Tanganku pun merayap ke arah perutnya.
    Meski sudah berumur tetapi perutnya tidak buncit, sama dengan bagian tubuhnya yang lain, tampak kokoh
    dengan otot-ototnya yang keras dan pejal. Ia nampaknya rajin berolah raga sehingga masih memiliki
    tubuh seperti model pria di majalah kebugaran.

    Kurasakan perutnya bergetar hebat mengikuti rayapan nakal jemariku. Kupermainkan bulu-bulu lebat di
    seputar selangkangannya. Aku sengaja tidak meraba batang kont0lnya yang tengah dikulum Mbak Siska
    meski kutahu pasti ia sangat menginginkan sentuhan tanganku pada batangnya.

    Kudengar ia melenguh memanggil namaku. Ia rupanya tersiksa oleh godaanku. Aku tersenyum penuh
    kemenangan. Entah kenapa dalam lubuk hatiku, aku ingin memberinya lebih dari apa yang diberikan Mbak
    Siska pada Mas Danang saat itu. Inilah mungkin persaingan di antara wanita yang tak pernah disadari
    oleh kaumku.

    Aku lalu berpindah ke depan mereka diiringi tatapan Mas Danang yang begitu penasaran dengan apa yang
    akan kulakukan. Aku ikut berjongkok di belakang Mbak Siska. Kupeluk wanita itu dari belakang. Mbak
    Siska menoleh sebentar untuk kemudian meneruskan kulumannya.

    Kudengar ia merintih saat tanganku memeluk buah dadanya. Kuremas dengan lembut sambil memilin
    putingnya yang sudah mengacung keras. Aksiku tak pernah luput dari pandangan Mas Danang. Kuciumi
    punggung Mbak Siska.

    Sekali-sekali kugigit perlahan. Ia mengaduh. Tapi nampaknya tidak merasa kesakitan malah sebaliknya.
    Ia terangsang karena kurasakan putingnya semakin mengeras.

    Cerita Sex Mbak Siska Tanganku merayap lebih jauh. Turun ke bawah menelusuri permukaan perutnya. Lalu mengelus-elus bulu
    kemaluannya. Jemariku segera menelusuri garis bibir kemaluannya. Mbak Siska melenguh merasakan
    permainan jemariku.

    Ia sudah basah. Jemariku merasakan daerah itu sudah sangat licin sehingga dengan mudah telunjuk jariku
    melesak ke dalam liangnya. Kutekan perlahan. Jemariku bergerak keluar masuk untuk kemudian menusuk
    lebih dalam.

    Pinggul Mbak Siska bergoyang seperti gerakan bersenggama mengimbangi tusukan jariku. Kugeser-geser
    dadaku ke atas punggungnya. Buah dadaku terasa semakin membusung oleh desakan nafsu birahi.

    Meski masih terhalang oleh pakaian, namun terasa hingga ke hatiku. Aku ikut-ikutan melenguh menimpali
    erangan Mbak Siska yang tengah disetubuhi oleh jariku. Kupermainkan kelentitnya. Aku tahu persis
    kelemahannya, tahu mana titik-titik yang bisa membuatnya mem3kik penuh kenikmatan. Sama persis seperti
    yang ada di tubuhku. Karena kami sama-sama wanita.

    Mas Danang terperangah dengan aksi kami berdua di bawah. Pemandangan dihadapannya semakin membuat Mas
    Danang terangsang hebat. Mungkin baru kali ini ia bercinta dengan dua wanita sekaligus dan tak pernah
    membayangkan akan demikian dahsyat rangsangan yang dirasakannya.

    “Oh.. kalian berdua sungguh luar biasa..” katanya dengan suara tersengal.

    “Ayolah kita pindah ke ranjang. Aku sudah tak kuat lagi.. ngghh..” pintanya kemudian.

    Kami lalu berpindah ke ranjang. Mas Danang mengambil posisi telentang, sementara aku berbaring di
    sampingnya sambil berciuman dengannya. Mbak Siska rupanya belum mau melepaskan kuluman pada kont0lnya.
    Ia masih asyik mengemot-emot batang itu.

    Kedua tangannya tak pernah berhenti mengocok. Luar biasa pertahanan Mas Danang. Ia belum
    memperlihatkan tanda-tanda akan mencapai puncaknya. Padahal Mbak Siska sudah mengeluarkan semua
    kemampuannya menghisap kont0l itu. Ia penasaran sekali.

    Aku dan Mas Danang kembali berciuman. Kurasakan tangan kekarnya bergerak lincah mempreteli kancing
    blouseku hingga terlepas. Ia lalu meraih kaitan kutang di punggungku dan melepaskannya. Mas Danang
    melenguh penuh kekaguman begitu kedua buah dadaku yang membusung penuh tumpah dari kutangku. Kedua
    tangannya segera menangkap buah dadaku.

    Meremas-remas seraya berkata betapa kenyal dan montoknya buah dadaku. Ia tak berhnti memuji-muji
    kecantikan tubuhku. Bibir langsung berpindah ke atas payudaraku. Menciumi keduanya dan menjilat-jilat
    putingku. Aku meringis keenakan menghadapi lumatan pada putingku. Tangannya meraih tanganku untuk
    dibimbing ke arah kont0lnya.

    Mbak Siska lalu melepaskan kulumannya dan membiarkan aku menggenggam kont0lnya. Ia bangkit dan
    mengambil posisi jongkok mengangkangi Mas Danang. Liang mem3knya persis di atas kont0l yang tengah
    kupegang. Kuacungkan persis menempel di mulut liangnya. Aku melirik ke arah Mbak Siska dan memberi
    tanda supaya menurunkan tubuhnya. Mbak Siska melenguh panjang saat ujung kepalanya menerobos masuk
    bibir kemaluannya.

    “Oohh.. gedee.. bangeett.. uugghh.. enaakkhh..!” rintih Mbak Siska penuh kenikmatan.

    Kulihat batang yang lebih besar dari pergelangan tanganku itu melesak ke dalam liang Mbak Siska yang
    sempit. Batang itu baru masuk setengahnya. Mbak Siska sudah kelihatan gelagapan. Kelihatannya tak akan
    muat.

    Mbak Siska menggoyang-goyang pantatnya sambil bergerak turun naik. Sedikit demi sedikit gerakan itu
    membantu batang Mas Danang masuk lebih dalam lagi. Mbak Siska baru menjerit lega setelah merasakan
    batang itu masuk seluruhnya.

    Dia tampak puas bisa membenamkan seluruhnya. Setelah itu ia beergerak naik turun. Telihat lambat
    sekali. Ketika naik rasanya tidak sampai-sampai ke ujungnya. Begitu pula saat turun. Terasa lama
    sekali baru mentok hingga ke dasarnya.

    Aku terpesona melihatnya sambil berpikir apakah liangku mampu menerimanya. Aku tak bisa berpikir lama
    karena tangan Mas Danang bergerak semakin nakal. Rokku telah dipelorotkannya sekaligus dengan celana
    dalamku.

    Aku kini sudah telanjang bulat seperti mereka berdua. Kurasakan jemari besar dan lembut Mas Danang
    menusuk-nusuk liang mem3kku. Mulutnya tak pernah berhenti mengemoti puting susuku. Kenikmatan di dua
    tempat ini benar-benar luar biasa.

    Rangsangan dahsyat menyebar ke sekujur tubuhku. Cairan pelumas dari liang mem3kku semakin membanjir
    sehingga memperlancar laju keluar masuk tusukan jari Mas Danang. Menyentuh seluruh relung vaginaku.
    Kelentitku dipermainkan sedemikian rupa. Tubuhku terlonjak-lonjak saking keenakan. Pinggulku
    bergoyang, berputar dan bergerak maju mundur mengikuti irama tusukannya.

    “Ganti posisi Mbak..” kata Mas Danang tiba-tiba.

    Ia bangkit sembari menurunkan tubuh Mbak Siska yang tengah asyik menungganginya.

    Kulihat Mbak Siska sepertinya tahu apa keinginan Mas Danang. Ia langsung mengambil posisi merangkak di
    atas ranjang, bertumpu pada kedua lututnya yang ditekuk sementara pantatnya menungging ke atas.

    Mas Danang mengambil posisi di belakangnya. Ia tekan punggung Mbak Siska sehingga wajahnya menyentuh
    ranjang. Pantatnya yang bulat penuh itu semakin menungging. Mas Danang bergumam tak jelas sambil
    menatap penuh nafsu liang mem3k Mbak Siska yang sudah menganga lebar dari bagian belakangnya.

    Mas Danang memegangi kont0lnya dan diarahkan ke liang itu. Tubuhnya segera didorong ke depan. Mbak
    Siska melenguh seperti sapi yang sedang diperah. Mulutnya menganga sambil mengaduh karena merasakan
    liangnya dijejali benda keras, panjang dan besar milik Mas Danang.

    Aku iri melihat kenikmatan yang diperolehnya. Aku diam tak bergerak menyaksikan persetubuhan mereka.
    Nafsuku semakin memuncak. Kedua tanganku dengan refleks meremas buah dadaku sendiri. Mas Danang
    melihat perbuatanku. Ia menyuruhku untuk bergabung. Mbak Siska segera menarik tubuhku hingga telentang
    persis di bawahnya.

    Kedua kakiku dibukanya lebar-lebar kemudian wajah Mbak Siska mendekati pangkal pahaku. Aku berdebar
    menantikannya. Kemudian kurasakan jilatan lidahnya di bibir kemaluanku. Tubuhku bergetar hebat. Luar
    biasa! Baru kali ini aku merasakan lidah perempuan menjilati mem3kku.

    Tubuhku meggeliat-geliat antara geli dan nikmat. Mbak Siska memang luar biasa. Ia lihai sekali
    memberikan rangsangan padaku. Lidahnya menjilat-jilat kelentitku.

    Pantatku terangkat tinggi-tinggi begitu kurasakan desakan hebat dari dalam tubuhku. Begitu kencang dan
    kuat hingga aku tak dapat menahannya. Aku menjerit lirih sambil menggigit bibirku sendiri.

    Semburan demi semburan memancar dari liang mem3kku. Aku mencapai puncak kenikmatan hanya dalam
    beberapa kali jilatan saja. Kulihat ke bawah wajah Mbak Siska semakin terbenam di antara
    selangkanganku. Mulutnya mengecup-ngecup cairan yang meleleh dari liangku. Menghirupnya dalam-dalam.
    Ia dengan penuh gairah membersihkan ceceran cairanku di sekitar kemaluanku.

    “Oohh.. Mbak Siskai.. ngghh.. mmppffhh..” rintihku sambil menjambak rambutnya dan menekan kepalanya ke
    dalam selangkanganku.

    Sementara di belakang sana, Mas Danang dengan gagahnya menghujamkan senjata terus menerus. Pinggulnya
    meliuk-liuk dan bergerak maju mundur dengan kecepatan penuh. Mbak Siska sampai kelabakan mengimbangi
    keperkasaan pria tua yang jantan itu.

    Selang beberapa detik kemudian Mbak Siska melenguh panjang. Tubuhnya berkelojotan. Nampaknya ia pun
    sudah mencapai puncak kenikmatannya sendiri. Tubuhnya langsung lunglai dan terjatuh di sampingku. Aku
    segera menghujaninya dengan ciuman.

    Bibirnya kukulum. Buah dadanya kuremas-remas. Lenguhannya bertambah keras bahkan setengah menjerit. Ia
    balas memeluk tubuhku. Mengerayangi buah dadaku. Memilin-milin putingku.

    Aku merasakan gairahku muncul kembali. Kami bergumul dengan panasnya. Aku melirik ke arah Mas Danang
    yang terpana menyaksikan aksi kami. Batang kont0lnya nampak masih keras, mengacung dengan gagahnya.
    Aku biarkan dia menonton kami. Perhatianku tersita semuanya oleh cumbuan Mbak Siska. Tubuhku menyambut
    hangat kecupan panasnya. Aku sudah tidak lagi memperhatikan Mas Danang.

    Aku tak pernah menyangka bahwa Mbak Siska memiliki kecenderungan untuk bercinta dengan sesama
    perempuan pula selain dengan lelaki. Bi-sex, kata orang. Aku pun sebenarnya tak pernah berpikir akan
    bercinta dengan sesama perempuan dan tak pernah membayangkan akan kenikmatannya.

    Ternyata rasanya memang lain dari pada yang lain. Aku tak kalah hangatnya menyambut cumbuan Mbak
    Siska. Dadaku seakan mau meledak oleh rangsangan hebat yang bergolak dalam tubuhku. Bibir Mbak Siska
    terus-terusan menghisap puting susuku. Aku menggeliat-geliat saking enaknya.

    Kenikmatanku semakin betambah saat kurasakan bibir kemaluanku digesek-gesek oleh moncong kepala kont0l
    Mas Danang yang mulai ikut bergabung dengan kami. Ya ampun! Aku berteriak dalan hati saking keenakan.
    Mana pernah kualami kenikmatan luar biasa seperti yang sedang kurasakan saat ini.

    “Auuww!” aku merintih saat merasakan kont0l Mas Danang menyeruak di antara bibir kemaluanku yang masih
    rapat.

    Cerita Sex Mbak Siska Rasanya membuatku tersedak dijejali kont0l sebesar itu. Kubuka kedua kakiku lebar-lebar untuk
    memberikan jalan padanya. Pinggulku berkutat agar kont0l itu masuk seluruhnya.

    Aku bisa menarik nafas lega melihat Mas Danang mulai lancar menggoyang pantatnya. Ruang vaginaku
    terasa penuh. Gesekan urat-urat batang Mas Danang sampai terasa ke ulu hati. Ujung kepalanya
    menyodok-nyodok bagian terdalam vaginaku.

    Aku sampai kehabisan nafas mengimbangi goyangan Mas Danang. Ia benar-benar perkasa. Aku takluk
    padanya. Tubuhku serasa dipanggang oleh kont0l panjangnya. Otot-otot vaginaku kukedut-kedut. Mas
    Danang mengerang merasakan kenikmatan kedutanku menghisap-hisap kont0lnya. Baru tahu rasa sekarang,
    ujarku dalam hati. Akan kubikin KO dia, ancamku dalam hati dengan gemas.

    Kuingin ia segera menyemprotkan air maninya dalam vaginaku. Kuingin merasakan kekuatan semprotannya.
    Kuingin ia tumbang dalam pelukannku. Aku bergoyang sekuat tenaga. Kupelintir batang kont0lnya dalam
    mem3kku.

    Kulihat Mas Danang megap-megap. Aku semakin bersemangat. Pinggulku berputar seperti gasing. Meliuk-
    liuk liar. Kurasakan tubuhnya mulai berkelojotan. Aku sudah tak memperhatikan Mbak Siska yang sibuk
    mencumbui tubuhku. Aku lebih berkonsentrasi untuk membuat Mas Danang mencapai orgasme secepatnya.

    Upayaku belum juga memperlihatkan hasil. Mas Danang nampak masih perkasa menggenjotku. Belum terlihat
    tanda-tanda ia akan orgasme. Aku semakin frustrasi melihatnya, karena lama kelamaan aku sendiri yang
    kewalahan.

    Aku sudah merasakan desiran kuat dalam tubuhku. Aku panik oleh gejolakku sendiri. Kucoba bertahan
    sekuat mungkin, tetapi batang kont0l Mas Danang masih terus menusuk-nusuk dengan cepatnya.

    Gesekan kulit batangnya yang keras dan gerinjal urat-uratnya pada kelentitku, membuat pertahananku
    jebol paad akhirnya. Aku berteriak sekuat tenaga saat aliran deras menyembur dari dalam diriku. Aku
    menyerah, pasrah dan membiarkan otot-ototku melemas, melepaskan orgasmeku yang meledak-ledak.

    “Masukiinn.. semuaannyaa..!” Jeritku seraya menarik pantat Mas Danang ke dalam selangkanganku sehingga
    kont0lnya melesak masuk seluruhnya.

    Kurasakan semburan demi semburan memancar dari dalam liangku. Sementara Mbak Siska mengelus-elus
    wajahku seolah sedang menenangkan diriku yang tengah menghadapi amukan kobaran api birahi.

    Aku baru bisa mengambil nafas lega beberapa menit kemudian. Tulang-tulangku serasa pada copot. Aku
    terkulai lemas. Tenagaku terkuras habis dalam pertempuran tadi.

    Mas Danang lalu mencabut batangnya dari liangku. Ia nampak masih perkasa, mengacung gagah. Kepalanya
    mengkilat karena cairan milikku. Mbak Siska menoleh ke arahnya, kemudian kepadaku sepertinya meminta
    bantuanku untuk ‘mengeroyok’ lelaki yang telah membuat kami berdua luluh lantak.

    Aku mengangguk dan segera bangkit menghampiri Mas Danang. Kutarik tubuh atletisnya yang sudah licin
    karena keringatnya, supaya berbaring telentang di ranjang. Bibirku langsung menyerbu daerah
    selangkangannya.

    Aku sudah tak sabar ingin melumat batang kont0lnya. Kuselomoti dengan rakus hingga terdengar suara
    kecipakan air liurku. Sementara Mbak Siska memulai cumbuannya di bagian dadanya. Menjilati puting
    susunya yang besar. Menyusur terus ke bawah dan bergabung denganku menggumuli batangnya.

    “Ouuhh.. sedaapp..” Pekik Mas Danang melihat dua perempuan cantik saling berebut menciumi kont0lnya.

    Mbak Siska kebagian ujung kepalanya, sementara aku menjilati batang dan buah pelernya. Kami berdua
    saling berlomba memberikan kenikmatan kepada Mas Danang. Kami kemudian bergiliran. Aku bagian atas,
    Mbak Siska bagian bawah.

    Seterusnya bergantian sampai beberapa menit lamanya. Ketika kami merasakan Mas Danang menggelinjang
    dan mengerang seperti menahan sesuatu, secara berbarengan mulut kami menciumi moncong kont0lnya dari
    samping. Kedua tangan kami mengocok batangnya.

    “Ouuhh.. saa.. yaa.. ke.. ke.. kelu..” belum sempat ucapannya berakhir, nampak cairan kental dan
    hangat menyemprot keras dari moncongnya.

    Tubuhnya menghentak-hentak seiring dengan semburan air maninya yang tak henti-henti muncrat. Wajah
    kami belepotan disirami air maninya yang keluar begitu banyak. Mbak Siska menghisap terus dengan
    rakusnya. Lidahnya menjilat-jilat sampai bersih batang itu dari ceceran air maninya. Sedangkan aku
    mengocoknya seakan mau memeras kont0l itu hingga habis cairannya.

    Setelah membersihkan cipratan air mani di wajah, lalu kami menjatuhkan diri di kiri dan kanan tubuh
    Mas Danang sambil memeluknya. Kami benar-benar kecapaian. Mata terasa berat karena kantuk. Samar-samar
    kudengar Mas Danang berkata,

    “Kalian memang luar biasa. Saya benar-benar puas bersama kalian..”

    Kami tak tahu apa lagi yang dibicarakannya karena sudah terbang melayang dalam mimpi indah. Senyum
    kepuasan tersungging dari bibirku dan Mbak Siska. Pengalaman yang sungguh tiada duanya….

    cerita seks bergambar, cerita dewasa seks, cerpen seks, cerita seks hot, kisah seks, cerita seks tante, cerita sexx, cerita sex janda, cerita hot sex, cerita sex pembantu, cerita sex gay, sex dewasa, cerita sex 2019, cerita sex artis, cerita sex jilbab, cerita ngesex, cerita sex sma, cerita sex dengan tante, cerita sex mama, cerita dewasa tante, kumpulan cerita seks, cerita hot dewasa,

  • Kisah Memek ngentot teman saat nonton bokep bersama

    Kisah Memek ngentot teman saat nonton bokep bersama


    3497 views

    Duniabola99.com – Saya punya pengalaman menarik bersama seorang ibu rumah tangga yang sepertinya baru pertama kali nonton blue film. Awalnya ketika saya sehabis pulang menyewa laser disk, saya disapa oleh dia, dan dia bertanya apa yang saya bawa. Saya jawab saya baru saja nyewa film dan dia bertanya pada saya mengenai film tersebut.


    Saya jawab saja blue film. Dia pertamanya mencela saya nyewa kok film begituan, saya sama dia memang sudah akrab banget makanya saya berani bercandain dia, lalu saya ajak dia nonton. Tidak disangka dia mau, katanya sih dia belum pernah nonton film begituan. Saya mengirangira dia berumur 26 tahunan, masa sih belum pernah nonton film BF. Pendek cerita nih, saya bersama dia sedang nonton blue film yang baru saya sewa.Selama nonton, kami hanya diam dan serius. Setelah beberapa saat, saya melepas kesepian dengan nanya dia, apakah selama kawin dengan suaminya dia pernah melakukan anal seks. Dia bilang tidak pernah meskipun dengan malu-malu. Saya bilang anal seks itu nikmat, masa belum mencobanya? dia bilang orang-orang Indonesia tidak biasa melakukan anal seks. Saya bilang ah tidak juga, saya bilang cewek-cewek yang pernah saya setubuhi pertama-tama saya ciumi dulu liang kewanitaannya, jelas saya tanpa aling-aling.

    Dia kaget banget mendengar penjelasanku dan dia tidak percaya. Saya bilang sama dia apakah dia mau? kalau mau bisa saya laksanain sekarang. Saya hampiri dia, tanpa ragu saya langsung pegang pahanya dan saya berusaha membuka kedua pahanya. Dia meronta-ronta dan bilang sama saya jangan ahh dia sekuat tenaga berusaha menutup pahanya. Saya duduk di depannya yang duduk di kursi sedang saya duduk di lantai.

    Saya bilang tidak usah malu-malu, sambil tanganku masuk ke dalam roknya. Saya elus-elus pahanya yang mulus banget, tanganku masuk dalam banget ke dalam roknya. Saya berusaha menelusupkan tanganku di antara kedua belah pahanya, berhasil juga. Terus saya mencari belahan memeknya. Terasa oleh tanganku CD nilonnya, ternyata sudah basah.


    Saya usap-usap belahan memeknya walaupun masih dibungkus CD. Saya lihat reaksinya, ternyata rapatan pahanya melonggar, saya terusin gosok-gosok belahan kemaluannya. Kadangkadang dia malah merapatkan pahanya erat-erat tapi kadang-kadang melonggar. Lama juga sih, akhirnya saya buka pahanya lebar-lebar sehingga CDnya kelihatan. Tangan saya masukin ke dalam CD nilonnya, liang kewanitaannya yang hangat saya elus-elus, saya sentuh clitorisnya. Kemudian ku tarik CDnya hingga lepas, saya lihat belahan memeknya yang sangat indah berwarna coklat kemerah-merahan. Tanganku sedikit menekan terus menggosok-gosok liang kewanitaannya.

    Jari tanganku menyibakkan bibir kemaluannya, saya lihat lubang kemaluannya. Saya jadi tidak tahan, maka kulumat liang kewanitaannya dengan lidah dan bibirku. Kepalaku tenggelam dalam selangkangannya. Saya sentuhsentuh clitorisnya dengan lidahku. Terasa oleh lidahku liang kewanitaannya ternyata menghasilkan cairan yang rasanya nikmat sekali. Saya lihat mukanya sedang meremmelek merasakan liang kewanitaannya yang sedang di makan saya.

    Kemudian saya lepas celana dan CDku, penisku yang sudah sangat tegang ingin sekali masuk pada lubang kemaluannya. Saya kini mengatur posisi di depan dia, saya berdiri di atas lututku. Saya arahkan penisku tepat di lubang memeknya. Saya tekan dan sedikit demi sedikit melesak masuk ke dalamnya. Liang kewanitaannya masih terasa sempit sehingga pergerakan naikturunku awalnya lambat tetapi sekitar lima menit kemudian ku percepat pergerakanku. tidak tahu kenapa, saya merasa sangat bernafsu menyetubuhinya, makanya saya terus percepat gerakanku.

    Penisku rasanya bertambah besar, ku lihat ketika penisku masuk ke liang senggamanya kelihatan kempot ke dalam tapi kalau saya sedang menarik penisku keluar, maka kulihat liang kewanitaannya seakanakan mau ikut keluar. Sekitar lima belas menit kemudian saya merasa mau keluar makanya saya terusin genjotanku. Saya tahu dia sudah beberapa kali keluar, tangannya ada di pantatku, sedangkan tanganku ada pada pinggulnya. Saya tidak tahan lagi, maka saya keluar di dalam. Sperma yang saya keluarkan banyak sekali, terbukti ketika saya cabut penisku dari dalam liang senggamanya mengalir spermaku bercampur lendir birahinya.


    Dia hanya tersenyum saja, waktu ku tanya gimana rasanya. Dia berbisik mau lagi. Saya bilang kalau mau lagi lebih baik pindah ke kamarku. Dia mau dan saya setubuhi beberapa kali lagi, malahan dia lebih agresif lagi, dia mau mengisap penisku. Sekitar empat jam kami bertempur habis-habisan. Saya rasanya sangat loyo, tapi dia masih saja segar. Kalau tidak takut suaminya balik, mungkin seharian saya harus setubuhi dia.

  • Video Bokep Asia Wakaba Onoue ngocokin 3 kontol kecil

    Video Bokep Asia Wakaba Onoue ngocokin 3 kontol kecil


    1874 views

  • Foto Bugil Istri remaja menggemaskan Allie Haze membentang vagina ketat dan lubang pantat

    Foto Bugil Istri remaja menggemaskan Allie Haze membentang vagina ketat dan lubang pantat


    2306 views

    Duniabola99.com – foto cewek dengan gaun pink dan melepaskannya diatas kursi panjang dan memainkan jari jari tangan di memeknya yang tanpa bulu.

    Kumpulan majalah online dewasa, Foto majalah dewasa, cerita dunia, Dunia artis, Dunia maya, Dunia model, Popular word, Foto Cewek Cantik, Foto Cewek Seksi, Foto cewek cantik asia, Cewek mulus, cewek tokek besar, cewek cantik, cewek seksi, Foto cewek tokek kecil, Foto cewek tokek besar, Foto cewek manis

  • Angel Dream semua cintaku

    Angel Dream semua cintaku


    1685 views

     

  • Hentai040

    Hentai040


    2420 views

  • Kisah Memek Hotnya Tubuh Semok Ibu Ria

    Kisah Memek Hotnya Tubuh Semok Ibu Ria


    3466 views


    Duniabola99.com – Aku memang termasuk pria yang aneh. Napsuku hanya pada wanita-wanita STW yang suka mengenakan kebaya dan berkonde. Kadang-kadang waktuku habis ke pesta-pesta pernikahan hanya untuk melihat wanita-wanita yang mengenakan pakaian tersebut. Kalaupun tidak ada pesta penikahan aku pergi ke tempat-tempat hiburan tradisional (ronggeng) dimana para penari dan penyayinya mengenakan kebaya dan berkonde

    Pernah pada suatu hari aku pergi ke daerah Karawang untuk mencari hiburan ronggeng dan aku sangat menikamati sekali meskipun harus melihat dandanan yang menor. Kehidupan seperti ini membuatku kadang-kadang tersiksa, tapi itulah kenyataan hidup yang harus aku jalani dan aku nikmati. Seperti kata orang keinginan seperti yang aku alami itu merupakan hal wajar dan sulit untuk diperdebatkan apalagi menyangkut selera. Sebagai manusia normal dan sampai dengan usiaku memasuki kepala 4 aku tetap berusaha untuk mendapatkan seorang wanita yang siap menemaniku dan berpakaian serta berdandan sesuai keinginanku.

    Aku pernah mencoba untuk memasang iklan melalui iklan baris melalui internet, setelah hampir setahun aku menerima pesan email pertama dari seorang wanita berusia 41 tahun yang menyatakan bahwa dia sangat terharu setelah membaca iklanku dan bersedia untuk menjadi teman saya sekalipun harus mengenakan pakaian dan berdandan sesuai keinginanku, dia juga meninggalkan nomor telepon dan kami berjanji untuk bertemu seminggu kemudian. Berhubung saya sudah beristri dan Ibu Ria (nama samaran) pun telah bersuami saya janji akan menjemputnya di salon di daerah kebayoran baru.

    Hari itu adalah hari Sabtu jam 11 siang saya sudah ada di depan salon sesuai janji di telpon dan menunggu bidadariku keluar dari salon. Tepat jam 11.45 Ibu Ria keluar dari salon dan telah berdandan rapih kondenya gede dan licin (konde jawa) dan berkebaya, terlihat sangat anggun dan femimin. Saya mengajak Ibu Ria untuk pergi ke suatu motel daerah Jakarta Selatan agar lebih privacy ngobrolnya dan juga saya bisa sepuasnya memandang sang bidadari.


    Sesampai di motel kami mengobrol panjang lebar mengenai kehidupan keluarga masing-masing dan juga kehidupan pribadi kami. Saya menceritakan ke Ibu Ria mengenai keinginan saya dan berterimakasih kepadanya atas kesediaannya untuk menemani saya. Sesudah ngobrol panjang lebar saya meminta Ibu Ria agar saya diperbolehkan untuk mencium keningnya.

    Saat saya mencium kenig ternyata tangan saya ditarik untuk memegang susunya yang ternyata mulai mengeras, namun belum sempat membuka kebaya. Saya katakan kepada Ibu Ria bahwa saya sebenarnya hanya mengagumi wanita yang berdandan seperti ini, dan sebatas memandang dan mencium tanda sayang, namun Ibu Ria katakan bahwa justru dia lebih suka dengan pria yang jujur dan tidak grasa grusu dalam masalah sex serta memperlakukan dia dengan lembut.

    Suatu hal lagi yang dia sukai juga dari saya adalah badanku yang tinggi 178, berat 74 proporsional dan berambut pendek dan berkulit sawomatang, sementara Ibu Ria dengan tinggi badan kira-kira 165 berat 53 bra 36 c pantatnya gede dan kulit putih. Ibu Ria merasa terlindungi disamping itu karena kami berdua sudah berkeluarga jadi risikonya cukup kecil karena ada suatu komitment antara kami bahwa urusan keluarga masing masing yang harus didahulukan apabila ada keinginan dari salah satu pihak untuk bertemu. Ibu Ria merasa terlindungi ketika dalam perjalanan dari salon menuju motel.

    Ibu Ria kemudian bertanya apakah saya bisa memijitnya, saya katakan bisa, tapi nggak bisa keras. Kebetulan Ibu ada body lotion yang lembut tolong kamu pijitin Ibu. Kemudian Ibu Ria mengangkat kebayanya hingga lutut selonjor ditempat tidur sambil saya pijitin kakinya, makin lama makin ke atas pahanya, sambil sekali-kali mencium keningnya. Kata Ibu Ria bisa nggak Ibu buka aja kebaya dan kainnya agar lebih mudah memijitnya, saya katakan silahkan aja, kalau menurut Ibu itu lebih mudah.


    Kemudian Ibu Ria sudah hanya mengenakan CD dan bra transparan namun rambutnya masih rapih dengan konde, saya sampai merasa seperti mimpi melihat keindahan tubuh wanita yang meskipun gemuk (padat berisi) namun karena masih mengenakan konde jadi masih terpancar aura kewanitaannya, dan membuat saya begitu horny.

    Ibu Ria menawarkan saya kalau mau buka aja celana panjang dan bajumu biar nggak kusut, dan saya turuti permintaannya. Sayapun mulai memijat lagi dari paha kemudian perlahan lahan mulai ke pangkal paha, Ibu Ria mulai menggelinjang kegelian, namun saya masih bisa menguasai diri untuk berkonsentrasi pada mijit.

    Namun mungkin karena terus dibuat geli Ibu Ria kemudian menarik tangan kiriku untuk mulai menyentuh susunya yang berukuran kira-kira 36 c, proporsional dengan tinggi dan beratnya. Setelah 30 menit mijit Ibu Ria minta untuk ke kamar mandi (pipis) sementara saya berusaha menetralisir pikiran saya dengan menonton acara film komedi di TV. Menghadapi wanita semacam Ibu Ria saya harus mampu mengendalikan diri dan membuat dia penasaran, karena seorang wanita apalagi STW memang membutuhkan foreplay yang panjang dan harus berkesan.

    Setelah selesai dari kamar mandi Ibu Ria minta untuk diteruskan pijitnya yaitu belakangnya. Sambil memijit belakangnya saya mulai mencium leher dan kadang menjilat kupingnya yang ternyata membuat dia begitu geli dan napasnyapun mulai tidak keruan, dia meminta saya untuk membuka kaitan BH nya dan sekarang hanya mengenakan celana dalam. Bau wangi tubuh dan bau kewanitaan begitu membangkitkan gairahku namun aku masih tetap mengontrol diriku agar dalam permainan sex nanti Ibu Ria benar-benar memperoleh servis yang memuaskan, ini penting untuk hubungan jangka panjang.


    Tangan kanan saya tetap memijit pundak, sambil sekali-kali menjilat leher, sementara tangan kiri saya mulai mengelus putingnya yang sebesar kelereng, dan membuat Ibu Ria makin meronta karena geli, kemudian dia bisikan ke saya bahwa baru sekali ini dia merasakan nikmatnya permainan awal (foreplay) yang luar biasa. Kadang-kadang Ibu Ria menggigit kecil bibirku dan kedang mengulumnya dengan napsu, sambil tangan kanannya mengelus-ngelus batangku yang juga sudah mulai tegang.

    Karena sudah nggak tahan dia minta saya pindah duduk berhadapan dengannya dan sambil mencium bibir dan mengelus puting jari kanan saya mulai mengelus vegynya yang ternyata mulai mengeluarkan lendir. Setelah itu Ibu Ria pindah ke pinggiran tempat tidur dan membuka pahanya lebar lebar, saya sambil jongkok dan mulai menjilat vegynya dimulai dari klitorisnya yang sebesar biji kacang tanah, dan membuat Ibu Ria duduk tapi terus menggerakkan pantatnya karena geli dan napsu. Sambil menjilat klitoris tangan saya memainkan puting susunya yang keras sambil sekali-kali meremasnya. Gerakan tubuh Ibu Ria sudah mulai tak beraturan karena disamping menahan geli juga napsu sex yang mulai meningkat.

    Agar tidak merusak dandanan rambutnya saya minta Ibu Ria mengganti posisi yaitu nungging diatas tempat tidur dan saya telentang agar bisa menjilat klitorisnya yang sudah mulai basah. Pantatnya mulai digoyangkan kekanan kekiri dan jari kanan saya dengan sedikit lotion mengelus celah pantatnya dan menurut Ibu Ria sangat nikmat rasanya. Celoteh Ibu Ria mulai nggak keruan.

    “Mas.. Papa.. Teruss.. Achh nikmatnya..”

    Mulut sayapun terus menjilat klitorisnya dan jari saya terus mengelus diantara bongkahan pantatnya dan lebih masuk lagi.

    “Achh.. Mmmhh.. Teruss.. Mas.. Aduh sudah nggak tahan nih..”

    Akhirnya saya tetap telentang dan Ibu Ria minta agar masukan sikecil saya ke dalam vegynya.. Saya katakana bahwa silahkan aja kalau Ibu sudah nggak tahan dan saya minta agar Ibu masukin tapi membelakangi saya itu terasa lebih nikmat.. Dan.. Ternyata setelah masuk bless.. Bu Ria mulai.. Merintih sambil bergerak maju mundur..

    “Mmmhh.. Ohh.. Enakk.. Mass.. Bareng aja keluarnya..”

    Saya katakan bahwa pelan-pelan aja bu.. Biar nikmat.. Sambil saya menjilat belakang nya.. Dan tangan ku meremas dan sekali memilin puting susunya..

    “Aohh.. Nikmatt.. Mmmhh terus.. Tahan.. Biar keluar bareng.”


    Karena posisi Ibu Ria diatas.. membuat dia cepat nyampenya.. Dan ketika dia sudah nyampe cepat-cepat dibalikkan badannya jadi posisi sekarang berhadapan dimana saya masih telentang.. Dan ini membuat saya lebih mudah menjilat susu dan sekali-kali menggigit kecil putingnya..

    Kemudian kami berdua tidur karena capek sambil berpelukan. Dalam kepenatan tersebut saya masih sempat mencium keningnya, bibirnya dan kadang-kadang puting susunya saya jilatin karena sex bagi seorang wanita stw bukan hanya pada saat puncak namun juga sesudah menikmati orgasme, karena disitulah letak kepuasan seorang wanita.

    Ibu Ria kemudian menawarkan kepada saya untuk pertemuan berikutnya dia akan membawa baju tidur transparan untuk membuatku lebih bernapsu lagi, karena menurut Ibu Ria laki-laki biasanya suka dengan hal hal yang membuat dia penasaran dan saya katakan bahwa Ibu sangat baik terhadap saya. Dan siang itu Ibu Ria mengalami orgasme hingga 3 kali. 2 kali di tempat tidur dan sekali di kamar mandi sambil berendam.

    Di kamar mandi kami lakukan foreplay dengan posisi duduk di dalam bathtub sambil berpagutan, saling mengelus menjilat dan kadang-kadang saling meremas, setelah foreplay permainan sex dilakukan dengan posisi duduk dan kadang berdiri dimana sebelah kaki Ibu Ria diangkat. Posisi berdiri ini ternyata membuat Ibu Ria sangat senang karena mulut saya lebih leluasa menjilat dari kening hingga ke puting susunya dan membuat Ibu Riapun melakukan hal yang sama terhadapku.

    Setelah puas dengan permainan sex yang nikmat karena dimulai dengan foreplay yang asyik.. akhirnya Ibu Ria minta untuk membuka konde dan kebaya kemudian mengganti dengan baju biasa yang sudah disiapkan dari rumah, sayapun mengantar Ibu Ria ke Blok M untuk kembali ke rumahnya dengan taxi.. Saya benar-benar puas karena keinginan saya yang selama ini hanya memandang wanita-wanita berkebaya dan berkonde, namun kali ini bukan hanya memandang namun sampai ke permainan sex yang memuaskan kedua belah pihak.


    Memperlakukan seorang wanita yang anggun dengan lembut dan pelan tapi pasti akan membuat kenangan indah baginya, dan ini terbukti setelah 2 minggu berlalu Ibu Ria menelponku untuk kembali bertemu dan sesuai janjinya dia juga akan membawa baju tidur transparan agar bisa lebih memuaskan aku. Terimakasih Ibu Ria atas kebaikanmu.

    Kisah Seks, Cerita Sex, Cerita Panas, Cerita Bokep, Cerita Hot, Cerita Mesum, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Sex Bergambar, Cerita ABG, Cerita Sex Tante, Cerita Sex Sedarah, Cerita Sex Pasutri

  • Kisah Memek Diriku Selingkuh Dengan Bawahanku Dikantor

    Kisah Memek Diriku Selingkuh Dengan Bawahanku Dikantor


    2443 views

    Duniabola99.com – Aku seorang pengusaha muda dan mahasiswa jurusan ekonomi. Aku tinggal di sebuah kompleks bank pemerintah yang kini bank tersebut sudah dimerger. Aku sudah mempunyai pacar yang kebetulan tetanggaku di kompleks tersebut. Orangtuaku termasuk orang terpandang, sehingga aku di kalangan anak muda di kompleks tersebut cukup disegani.


    Dua tahun yang lalu aku merupakan ketua organisasi remaja, sehingga aku semakin dikenal oleh berbagai kalangan di lingkunganku. Kebetulan di lingkunganku banyak gadis remaja yang cantik-cantik. Termasuk pacarku yang sekarang merupakan salah satu gadis yang menjadi incaran anak-anak muda di lingkungan tersebut.

    Entah kenapa dia mau menjadi pacarku. Sejujurnya aku menyukai beberapa gadis cantik selain pacarku tersebut, tetapi aku berpikir dua kali jika aku berbuat macam-macam pasti akan menjadi bahan omongan di lingkunganku. Singkat cerita, aku tergoda oleh salah satu anak tetangga orangtuaku, sebut saja Gita (nama samaran).

    Padahal aku sudah menjalin asmara dengan gadis yang juga tetanggaku. Kami bahkan sudah bertunangan. Gita adalah seorang mahasiswi. Ia mempunyai body yang sangat menggoda, walaupun agak sedikit gemuk, tetapi ia mempunyai bibir yang sexy dan mempunyai payudara berukuran 36B.

    Sebagai gambaran, body-nya mirip dengan artis Feby Febiola, dan bibirnya seperti Cornelia Agatha. Tingkah lakunya selalu menggodaku. Sebagai laki-laki normal, kadang aku berpikiran agak kotor. Hingga pada suatu kesempatan, ia meminta bantuanku untuk dicarikan HP dengan harga miring. Joker368

    Tentu saja kesempatan itu tidak kusia-siakan (dalam hatiku aku akan membelikannya HP tersebut dengan cuma-cuma). Aku menyanggupinya, tetapi aku memberikan syarat agar ia mau kuajak pergi makan dan nonton berdua tanpa sepengetahuan pacarku dan teman-temanku. Dasar Gita memang centil, persyaratanku ia setujui karena ia pikir sangat mudah sekali untuk menjalaninya.

    Akhirnya aku membelikannya HP yang ia inginkan, dan aku pun menagih janjinya. Kemudian pada hari minggu siang, aku dan Gita pergi berdua untuk makan siang dan nonton. Ketika kami sedang nonton, kesempatan tersebut tidak kusia-siakan untuk sekadar mencium dan meraba-raba tubuhnya.

    Tidak kusangka ia malah bilang kepadaku sebenarnya ia juga menyukaiku. Ketika aku dengan hot-hotnya menciumi dan menggerayangi tubuhnya, ia berbisik kepadaku bahwa ia sudah horny, dan mengajakku keluar dari bioskop untuk pergi ke pantai. Ketika di tengah perjalanan, aku memberanikan diri untuk mengajaknya ‘chek in’ di hotel yang terdekat, ternyata ia menyetujuinya.

    Aku tiba di hotel yang dituju sekitar puku 3 sore. Setelah aku membayar kamar hotel tersebut, aku dan Gita dengan langkah yang terburu-buru menuju ke kamar hotel. Sesampainya di kamar hotel dan mengunci pintu, aku langsung melancarkan ciumanku, dan Gita membalasnya dengan sangat antusias. Kemudian masih dalam keadaan berdiri kubuka pakain serta celana panjangnya hingga ia hanya memakai BH dan CD yang berwarna hitam. Kemudian iajuga memintaku untuk membuka baju dan celana panjangku.

    Kini kami dalam keadaan hanya memakai pakaian dalam saja. Kemudian ia kubimbing ke atas ranjang yang berukuran double size. Aku mulai melumat bibirnya yang sexy dan menciumi serta menjilat seluruh tubuhnya. Kemudian ketika aku mencium CD-nya, di bagian kemaluannya yang sudah basah, ia menggelinjang dan sesekali merintih-rintih keenakan. Setelah aku puas menciumi seluruh tubuhnya, kemudian kubuka BH dan CD-nya. Aku pun membuka CD-ku, kini kami berdua sudah benar-benar bugil.

    Aku sampai menahan nafas ketika kulihat payudaranya yang besar dan montok. Dengan sangat bernafsu kulumat puting susunya yang berwarna coklat kemerah-merahan. Karena sebenarnya Gita masih berusia 20 tahun, sehingga terlihat body-nya yang serba kencang. Aku juga meraba dan mengusap bulu-bulu di kemaluannya yang sangat lebat. Aku semakin bernafsu mencium dan menjilat seluruh tubuhnya yang mulus.

    Kemudian aku memasukkan dua jari tanganku ke dalam vaginanya yang sudah basah, sedangkan lidahku sibuk menjilati puting susunya yang berwarna coklat kemerah-merahan. Gita semakin merintih-rintih dan menggelinjang serta nafasnya mulai berat. Kemudian kubuka kedua pahanya lebar-lebar agar aku dapat dengan leluasa memainkan lidahku ke dalam vaginanya.

    Aku menjilati dan memainkan klitorisnya dengan penuh gairah. Setelah kupuas, giliran Gita memainkan rudalku yang sudah tegang dengan lidahnya. Ia jilati kemaluanku yang berukuran lumayan panjang dan besar (kira-kira 15 cm dengan diameter 3,5 inchi).

    Ia menjilat dan mengulum rudalku dengan penuh kenikmatan. Aku tidak menyangka kalau kemaluanku akan dibersihkan oleh gadis impianku. Setelah ia puas, kemudian Gita mengambil posisi telentang dengan kedua paha dibuka lebar-lebar, ia memintaku untuk segera memasukkan rudalku ke dalam vaginanya.

    Aku mengambil ancang-ancang untuk memasukkan batang kemaluanku ke dalam vaginanya yang sudah basah. Kupikir pasti aku tidak akan kesulitan untuk memasukannya, ternyata beberapa kali aku mencoba selalu saja meleset, dengan tidak sabar Gita menarik rudalku dan mengarahkan ke arah lubang kewanitaannya. Agen Joker368

    Ternyata Gita masih perawan, tetapi dengan kegigihanku akhirnya aku berhasil memasukkan ujung rudalku ke dalam vaginanya. Ketika kutekan dengan sedikit paksaan, Gita menjerit kesakitan, kemudian aku menghentikan sejenak seranganku sampai kulihat ia sudah siap kembali, dan perlahan-lahan kumasukkan batang rudalku. Gita kembali merintih menahan sakit.

    Aku bertanya,

    “Git, kamu mau diterusin atau nggak..?”

    Ia menjawab,

    “Terusin dong sayang, tapi pelan-pelan ya..!”

    Akhirnya dengan perjuangan yang cukup melelahkan, aku berhasil memasukkan setengah batang kemaluanku, dan aku mendiamkan sejenak aktifitasku. Aku merasakan dari vagina Gita keluar darah segar pertanda keperawanannya sudah hilang.


    Dinding vaginanya yang lembut dan hangat memijat-mijat batang kemaluanku. Aku tidak terlalu memaksa untuk membenamkan seluruh rudalku ke dalam vaginanya. Mungkin ukuran rudalku yang lumayan panjang, sehingga membuat sakit vagina Gita yang baru pertama kali melakukan seks.

    Kemudian aku mulai menaik-turunkan pantatku secara perlahan dan beraturan. Dan secara perlahan-lahan aku membenamkan rudalku sedalam-dalamnya, hingga akhirnya seluruh batang kemaluanku amblas ke dalam vagina Gita. Gita sudah mulai terbiasa dengan rudalku, malah ia mulai memutar pinggulnya, sehingga semakin menambah kenikmatan pergumulan kami saja.

    Aku semakin bersemangat untuk memainkan rudalku dengan cepat. Permainanku diimbangi Gita dengan menjepit pantatku dengan kedua kakinya. Aku merasakan rudalku semakin mentok saja mengenai ujung rahimnya. Kami berganti posisi dengan cara sambil duduk. Gita semakin terlena, karena posisi tersebut membuat rudalku semakin bergesekan dengan klitorisnya, sehingga hal itu membuat Gita semakin terbakar birahinya

    Kami sempat beristirahat sejenak, karena posisi tersebut banyak menguras tenaga kami. Sambil istirahat aku meremas-remas dan menjilati serta menghisap puting susuya secara bergantian. Setelah tenaga kami terkumpul, kami melanjutkan kembali dengan lebih menggebu-gebu.

    Setelah kira-kira 25 menit kami bergumul hebat, aku mulai merasakan spermaku akan keluar, begitupun dengan Gita, ia mulai mendekati orgasmenya. Aku merasakan dinding vaginanya yang berdenyut kencang dan semakin banjir. Aku berkata setengah berbisik,

    “Git, aku sudah mau keluar nih, kita keluarinnya sama-sama ya..?”

    Gita menjawab dengan terputus-putus,

    “Ia.. sa.. yaaa.. ngg.. sshhh.. cepetan dong keluarinnya aku.. sebentar lagi selesai nih..!”

    Dengan nafas yang tidak beraturan, aku menjawab,

    “Tahan sebentar ya sayang.., aku juga sudah mau keluar..”

    Tidak lama kemudian aku memuntahkan spermaku ke dalam rahimnya, dan aku pun merasakan cairan hangat dari dalam vagina yang mengenai rudalku.

    “Ooohhh.. shhh…” hampir bersamaan kami melenguh mengakhiri perjalan yang melelahkan dan penuh kenikmatan.
    “Sayang.., vaginaku hangat banget sama spermamu..” Gita memberikan komentar puas dengan keperkasaanku.

    Kemudian kami beristirahat sejenak sambil memberikan pujian kepuasan masing-masing. Tetapi tanganku dan Gita masih meraba-raba dan mengusap kemaluan kami satu sama lain, sehingga birahi kami kembali timbul. Kali ini Gita yang mendahului dengan menjilat dan melumat hampir seluruh rudalku ke dalam mulutnya. Bukan hanya itu saja, ia juga dengan sangat agresif menciumi seluruh tubuhku.


    Aku mendorong tubuhnya ke samping hingga ia telentang. Kini giliranku untuk menciumi seluruh tubuhnya. Payudara Gita yang sudah mengeras dan puting susu menjulang tinggi, membuatku semakin bernafsu untuk meremas, menjilati serta menghisap-hisap puting susunya hingga puting susu Gita semakin terlihat basah dan mengkilap. Jari-jari tanganku dengan nakal memainkan klitoris dan menyodok-nyodok ke dalam vaginanya yang sudah banjir.

    Gita semakin kelojotan dan mulai memohon-mohon kepadaku untuk segera memasukkan rudalku ke dalam lubang kewanitaannya. Aku merubah posisi dengan tidur telentang, sementara Gita berjongkok sambil mengangkang untuk mengambil posisi memasukkan zakarku ke vaginanya.

    Dengan tidak sabar Gita meraih batang kemaluanku dan dituntun ke arah vaginanya. Ketika rudalku mulai memasuki vagina Gita yang pinggirannya ditumbuhi bulu-bulu lebat, aku merasakan dinding vaginanya yang sudah banjir menghangatkan dan memijat-mijat batang zakarku.

    Gita mulai menggerakkan pinggulnya yang montok ke atas ke bawah, dan memutarnya ke kiri dan ke kanan. Sedangkan tanganku mulai meremas-remas sepasang payudara yang besar dan kencang. Gita dengan sangat bernafsu menekan pantatnya kuat-kuat, sehingga rudalku seluruhnya amblas ditelan vaginanya.

    Kali ini Gita yang memegang peranan, aku menurutinya saja, karena kulihat dengan posisinya yang di atas ia sangat bergairah sekali. Aku mengangkat badanku untuk melumat puting susunya. Perbuatanku semakin membuat Gita mabuk kepayang. Ia memeluk kepalaku ke arah payudaranya. Pantatnya semakin cepat ditarik dan diputar-putar. Hingga akhirnya ia mencapai orgasme yang kedua kalinya.

    Aku yang belum mencapai klimaks membuat keputusan berganti posisi dengan dogie style. Gita mengambil posisi menungging, kemudian kuarahkan rudalku ke vaginanya lewat belakang. Aku sangat bernafsu sekali melihat pantatnya yang lebar dan sexy.

    Tangan kananku memegang dan menepuk-nepuk pantatnya, sedangkan tangan kiriku meremas-remas payudaranya. Gerakan tersebut kulakukan secara bergantian. Ternyata posisi tersebut membuat Gita bangkit kembali gairahnya, karena klitorisnya terkena gesekan rudalku.

    Kali ini Gita mulai memberikan perlawanan. Ia menggoyang-goyangkan pantatnya maju mundur berlawanan dengan arah goyangan pantatku. Ketika Aku mendorong pantatku ia menyodorkan pantatnya ke belakang, dan ketika Aku menarik pantatku ke belakang ia menarik pantatnya kedepan.

    Irama nafas kami semakin cepat, kami melakukan goyangan dengan cepat, sehingga setiap kali kucabut dan menyodok vaginya dengan rudalku timbul bunyi akibat vagina Gita yang banjir oleh lendir birahi. Aku mulai merasakan spermaku akan segera keluar. Ternyata Gita juga sudah merasakan ia akan mengalami orgasme yang ketiga kalinya.

    Tidak lama kemudian rudalku memuntahkan sperma secara berturut-turut di dalam vaginanya. Aku pun merasakan gerakan Gita yang bergoyang-goyang pelan dan tegang, sedangkan punggungnya telihat melengkung seperti udang karena ia juga telah orgasme.

    Aku mencabut batang kemaluanku dari vaginanya setelah Aku tidak merasakan muncratan spermaku. Aku telentang lelah, sedangkan Gita menjilati sisa-sisa spermaku yang masih keluar dari zakarku. Ia menghentikan aktifitasnya setelah spermaku tidak keluar lagi.


    Kami berpelukan erat sambil menghayati kenikmatan yang barusan kami lakukan. Kami melakukan bukan hanya sekali saja, tetapi entah sampai berapa kali. Permainan kami semakin lama bertambah hot saja, karena ternyata Gita mulai terbiasa dan ketagihan dengan keperkasaan rudalku. Kami memutuskan pulang setelah merasa sudah sama-sama lemas dan puas. Andai saja kami melakukannya pada malam minggu, mungkin kami akan terus melakukannya sampai pagi.

    Setelah kejadian pada malam itu, hingga kini kami jadi sering melakukannya sampai pagi. Aku melakukan hubungan seks dengan Gita dengan system kalender, hal itu kami lakukan untuk menghindari kehamilan. Aku semakin ketagihan, karena tunanganku adalah tipe gadis pendiam dan alim, dan aku tidak pernah mendapatkan pelayanan sex darinya.

    Kemanapun aku pergi, termasuk chek-in, aku selalu membawa laptop. Komputer tersebut kupergunakan untuk memantau perkembangan usahaku, selain itu juga digunakan untuk mengetik ceritaku dan memutar film blue sebagai pembakar hasrat birahi kami.

    Tentu saja perbuatanku yang sedang menceritakan seks kami tidak diketahui oleh Gita, karena ia masih tertidur untuk istirahat sejenak.

  • Kisah Memek Hanya kamu yang mampu membuatku manjadi laki-laki sejati diatas tempat tidur

    Kisah Memek Hanya kamu yang mampu membuatku manjadi laki-laki sejati diatas tempat tidur


    2950 views

    Duniabola99.com – Panggil saja nama saya Flo, Saya tipe cowok yang agak pendiam dan berpostur proposional, Kejadian ini benar-benar terjadi mulai akhir Januari tahun ini, Saya bekerja di sebuah perusahaan swasta di Tangerang. Sebut saja nama dia Reva. Dia berwajah cantik dan putih dengan tinggi sekitar 160cm dan berat badan sekitar 48 kg.Dia pegawai baru di perusahaan tempat saya bekerja dia mulai bekerja akhir tahun lalu. Awal mula perkenalan kami layaknya karyawati yang baru masuk dikenalkan ke rekan-rekan sepekerjaan. Pada saat itu saya hanya berpikir “Cantik” dan tidak berpikiran lainnya karena saat berkenalkan dia sudah berkeluarga.

    Seiring waktu berjalan kita sering ngobrol dan saling bercerita mengenai kerjaan, keluarga, dan bercanda yang masih wajar. Hal yang paling membuat saya betah ngobrol berlama-lama dengan Reva adalah dia supel dan wangi parfumnya yang nyaman sekali tercium oleh saya. Apalagi bila kita saling berpapasan saya sering sampai menoleh lagi ke belakang karena tergoda wangi dari parfumnya.

    Kejadian ini berawal ketika suatu hari saya menanyakan YM (yahoo messenger) dia dengan alasan supaya bisa ngobrol waktu jam kerja senggang, jadi tidak ada yg nge-gossip kalo kita deket. Setelah saya add YM dia kita mulai sering chatting ditengah jam kantor, lama-lama saya tergoda untuk menanyakan hal-hal pribadi kepadanya terutama perihal kehidupan dia dan suaminya.

    Hingga akhirnya dia bercerita kalau mereka menikah karena paksaan dari masing2 orang tua, dan hanya bersandiwara di depan orang-orang kalau mereka bahagia. Semenjak saya mengetahui hal itu mulailah pikiran nakal saya menggoda…. kira-kira begini percakapannya:

    Flo: Reva beneran kamu dirumah gak dekat sama laki kamu?
    Reva: iyah, dia kalo malem sering gak pulang pergi main sama teman-temennya…
    Flo: Sibuk urusan kerjaan kali?
    Reva: Ngak, sibuk dugem ama teman-temennya.
    Flo: Masa sih? emang kamu pernah lihat?
    Reva: Ya aku tau aja, ada sodara aku pernah lihat.
    Flo: ooohh… kamu kesepian donk klo gitu…

    Reva: Tadinya iya, tapi sekarang kamu sering temanin aku klo malem sering telpon dan becanda2 jadi aku gk BT.
    Flo: masa sih?? …. BTW Reva mau gk klo kita lebih dari sekedar teman?
    Reva: Maksudnya?
    Flo: Ya kan kamu gk dekat sama laki kamu, aku juga sebenernya pengen tau kamu lebih jauh.. jadi kita KAYAK TTM gitu…

    Lumayan lama gk dijawab-jawab sama Reva sekitar 2 jam dicuekin YM saya………

    Reva: Aku gak mau klo TTm an gitu….
    Flo: lah terus gimana?? kan kita udah berkeluarga (saya juga punya istri sama anak)
    Reva: emm….. Gini aja… Nanti pulang kerja kamu ajak aku jalan, aku pengen ber-2 aja sama kamu.
    Flo: (Waduh…. ditantangin gini gw…) Oke, nanti kita karaokean aja yuk aku buka room klo udah di dalem aku kasih tau kamu.
    Reva: oke.

    Akhirnya pulang kerja saya langsung cabut ke karaoke yg agak jauh dari kantor dan saya langsung kabari dia untuk langsung kesini. Selang 1/2 Jam Reva datang.


    Flo: Kamu mau pesan minum atau laper kan pulang kerja?
    Reva: Mau minum aja deh Lemon Tea.
    Flo: oke (ngak seberapa lama minuman dan snack datang)… Kamu mau ngomong apa tadi Rev?
    Reva: Iyah aku gk mau TTM an gitu….

    Flo: maaf yah tadi, aku cuma ngutarain perasaan ke kamu tapi gk berarti kamu harus mengiyakan, Gk apa2 kok klo kita temenan aja.
    Reva: Kok minta maaf?? aku kan blom selesai….
    Flo: ??? tadi katanya gk mau TTM an…
    Reva: Gini… Aku seneng deket sama kamu, kamu walapun awalnya aku kira pendiam ternyata orangnya hangat, aku juga suka cara kamu perlakukan aku dengan sopan….

    Flo: Lalu?
    Reva: “Aku gk mau sekedar TTM sama kamu… Aku maunya…..
    (Reva langsung meluk saya dan mencium lembut bibir saya) Kok jadi diam?”
    Flo: (aku pandangi wajah Reva, aku belai rambutnya lalu aku cium bibirnya dengan mesra dia memejamkan matanya.)

    Semenjak kejadian itu kami semakin dekat dan sekitar 3 hari kemudian ketika kami sedang ngobrol2 di dalam mobil saya dia tiba2 meletakkan tangannya di pangkuan saya dan mulai mendekatkan wajahnya, langsung aku sambut bibirnya yg tampak indah sempurna…

    Kami berciuman dan beradu lidah lalu tangan ku memeluk pinggang mungilnya sambil aku mebelai lembut punggung sampai batas Rok nya… Celanaku mulai terasa kesempitan karena ciuman dan pelukan Reva… entah disengaja atau tidak tangan Reva yang ada di pangkuan aku terpeleset dan posisinya sekarang tepat diatas batanganku yg sudah tegang ….

    Reva melepas ciumannya dan terdiam, terlihat mukanya memerah tapi tangannya tidak dia pindahkan dari situ… Maaf aku gk sengaja Flo… aku katakan “gk apa-apa Reva gak usah malu sayang,” … dia mulai mencium aku lagi, tapi kali ini dia mulai meremas2 lembut celanaku yg sudah tegang itu…

    “sebentar.. posisinya miring nih gk enak kataku sambil mencoba meluruskan batanganku supaya tegak dari luar celana” Reva berinisiatif untuk mencoba meluruskan juga tapi sulit karena memang batanganku posisinya agak menekuk tegang kebawah….

    Flo: Susah ya sayang?… Benerinnya sambil dibuka aja ya… kamu yang lurusin “sambil aku buka resleting celana aku”
    Reva: Emang boleh sayang aku pengang dari dalem?
    Flo: Boleh…

    Reva: Waww keras udah keras banget sampek gk muat CD kamu sayang…. (sebagian batangan aku sampek keluar dari CD ketika sudah berhasil dilurusin sama Reva) panjang, keras, berurat lagi sayang dede kamu… Bikin aku kepengen aja sih…..

    Sambil tangan kiri menarik CD aku sedikit dia masukkan tangan kanannya untuk meluruskan batanganku.

    Flo: Emang pengen kamu apain sayang?
    Reva: Aku gemesss “kata reva sambil menurunkan cd aku dan menggenggam batangan aku yg sudah tegang “Maaf ya sayang… ”

    Reva langsung membenamkan kepalanya kearah batanganku yg tegang dan mengarah ke mulutnya” Reva langsung menciumi kepala batanganku dengan lembut dan memasukkannya ke dalam mulutnya sambil di pelintir2 dengan lidahnya yang basah…..

    Aku merasakan kenikmatan yg luar biasa hingga mulutku mendesis perlahan dan aku belai rambut panjang Reva…. Aku tak tinggal diam… perlahan2 sambil aku usap pahanya aku naikkan roknya hingga tangan aku bisa mengelus2 cd dan meremas2 pantat Reva.


    Reva: Enak sayang?? tanyanya sambil masih menggenggam batanganku dan mengocoknya perlahan2…..
    Flo: Enak banget sayang…. masukin semua donk ke mulut kamu….
    Reva: Mana muat!! panjang gitu gk bakal muat…..
    Flo: emang punya laki kamu gk sepanjang ini sayang?
    Reva: Ngak lah… dia itu gendut, bantet dedenya kata dia tertawa…
    Flo: Kamu suka sayang sama dede aku?
    Reva: Hu-uh napsuin sayang…. mentok nih klo masuk meki aku….

    Sambil tangannya masih mengocok2 lembut batanganku tangan satunya aktif mengelus2 kepala kontolku yg mulai basah….Sensasinya luar biasa….. Aku masukkan tangan aku ke dalam CD Reva dari belakang, dan Reva mulai menjilati batanganku lagi dengan rakusnya…

    Reva: Hmphhh…. Ohhhh “desahan reva terdengar ketika tanganku mulai bermain2 di sekitar lubang pantatnya dan mulut mekinya yg sudah basah” Sayang… jgn elus2 lubang pantat aku… aku malu…..

    Flo: gk apa2 sayang, kamu nikmatin aja yah…. udah basah banget meki kamu sayang……
    Reva: Kita check in aja yuk.
    Flo: Oke….. (akhirnya kita meluncur ke sebuah hotel di daerah tangerang… sambil tangan Reva tetap mengocok2 Batanganku dan aku nyetir sambil tidak konsen hahaha).

    Setelah mendekati hotel Reva merapihkan celana ku dengan hati2 supaya ngak terjepit resleting celana, lalu kita masuk ke loby dan pesan room.

    Setelah sampai di kamar kami langsung saling berciuman dengan ganasnya… dan tangan reva mulai membuka kancing baju aku satu persatu sambil tetap manikmati lidah aku di dalam mulutnya….. setelah semua kancing baju aku terbuka dia mulai mengelus lembut dada aku dan melepaskan kemejaku…

    Reva: “Badan kamu bagus sayang…. gk kayak laki aku jelek dan gendut….” lalu dia mulai menjilati puting dadaku yang agak berbulu sampai benar2 basah dan air liurnya menetes2…. sambil tangannya membuka ban pinggang dan menurunkan celanaku hingga aku hanya mengenakan CD.

    Flo: Oughhh nikmat banget sayang…. kataku sambil menahan gairah yang kian memuncak… lalu gantian aku membuka baju Reva, Aku angkat bajunya hingga berada diatas siku tangannya sehingga ketiaknya yg berbulu tipis dan berkeringat terlihat jelas…

    Aku makin nafsu melihat pemandangan ini dipadu juga dengan sepasang payudara yang tidak besar tapi bentuknya indah masih terbungkus bra hitamnya…. Langsung aku dorong dia perlahan hingga menempel tembok dan kujilati ketiaknya yg sangat membuatku bergairah…. Aroma tubuhnya benar2 membuatku tergila2… Reva pun menikmatinya terdengar dari desahan2nya dan nafasnya yg makin memburu…

    Reva: Ahhh honey…. geli banget sayang…. aku baru pertama kali dijilatin di ketiakku……ssstttt oooohhhhhh…

    Flo: Nikmatin aja sayang… aku pengen ciumin setiap jengkal tubuh kamu…..

    Tanganku mulai menurunkan roknya dan cd nya yg sudah basah sedari kita masih dimobil tadi….. lalu aku buka bra hitamnya dan melepaskan semua bajunya sehingga terpampang jelaslah seluruh keindahan tubuh Reva yang begitu menggairahkan… aku ciumi leher, telinga, ketiak, dan dadanya….. aku mainkan putingnya yg sudah menegang di dalam mulutku, kupelintir2 putingnya dengan lidahku dan sambil kubiarkan jari2ku menari2 diatas mekinya….

    Reva sangat menikmati permainanku, terasa di tanganku cairan terus keluar dari mekinya hingga benar2 basah… akhirnya kuputar menghadap tembok tubuhnya dan kujilati mulai dari tengkuknya hingga kedua bukit pantatnya yg seksi…..

    Flo: Sayang kamu lebarin sedikit kaki kamu…

    Reva: Iya sayang… kamu mau apain aku juga aku udah pasrah honey, kamu benar2 membuatku merasakan nikmat….

    Lalu sambil berjongkok di belakang Reva yang sudah melebarkan kakinya aku mulai jilati pahanya sampai ke lubang pantatnya…..

    Reva: Arggghhh sayy.aa..nnggg (Reva merintih keenakan) Jangan disitu… aku maluu…..

    Aku tak peduli dan sambil kujilati lubang pantat Reva yang bersih dan rapat itu aku mainkan jari jempol tanganku mengelus2 belahan Mekinya… dan kuputar2 tepat di itilnya yg sudah tegang….Lumayan lama aku dan Reva menikmati posisi ini sampai akhirnya Reva mendapatkan orgasmenya yang pertama….


    Agak terkejut juga aku ketika dia orgasme, aku kira hanya di Film2 saja perempuan klo orgasme sampai KAYAK orang kencing… Ternyata Reva juga tipe2 perempuan yang seperti itu, tangan aku sampek basah kena semburan orgasmenya…..Benar2 istimewa….

    Reva: Oohhhh GOD….. Yesss honey…… iiihhhhhh ahhhhhhh…. oooouuuhhhhhh….. Keluarrr sayaaannnngggg…… Ssssrrrrrtttt..

    Tubuh Reva terguncang hebat ketika cairan itu menyembur dari mekinya, dan kakinya gemetaran hampir jatuh… Aku dengan sigap langsung berdiri dan memeluknya dari belakang sambil mencium bibirnya….. sedangkan kontol aku sudah sangat tegang di dalam cd terjepit dibelahan pantatnya…. lalu aku arahkan dia ke tempat tidur…

    Reva terlentang pasrah dan masih terlihat mukanya sedang menikmati orgasmenya barusan.. langsung aku ciumi payudaranya dan tangan Reva mulai bermain2 dengan kontol aku yang keluar sebagian dari CDku…. Kujilati seluruh payudaranya dan kuciumi bibirnya….

    Reva: Sayang kamu tiduran sini…aku pengen jilatin dede kamu….(sambil dia menarik aku untuk rebahan disamping dia….lalu dia dengan telaten melepas CD ku hingga kontolku terbebas dan terlihat gagah)

    Wow honey… aku sampek merinding lihat dede kamu… aahhhh…. (langsung diemutnya kontolku sambil jari2nya yg mungil menari2 di biji kontolku)

    Flo: Oh Shit… Kataku menahan sensasi nikmatnya perlakuan Reva terhadapku…..

    Reva: Enak sayangku??? klo Reva giniin suka (katanya sambil memasukkan batang kontolku hingga menyentuh tenggorokannya)

    Flo: Arrrghhhh ….. aku hanya bisa mengerang ketika terasa kepala kontolku terjepit tenggorokannya…

    Reva: Aaahhhh… enak sayang? tanya dia lagi sambil mengocok kontolku yang urat2nya makin macho… lalu dia basahi tangannya dengan ludahnya dan dia lumuri semua kontolku dengan tangannya itu….Ouuhhh honey… aku pengen banget… katanya sambil mengusap2 kontolku dengan kedua tangannya yg basah itu….

    Lalu dia mengambil posisi diatas dan perlahan2 dia gesek2an kepala kontolku dengan mekinya….. Ahhhh… nikmat sekali rasa geli dan licin bercampur jadi satu…. lalu dia tekan pelan2 hingga kepala kontolku masuk ke mekinya….

    Reva: Eeesssstttt aaahhhhh Enak banget sayang Dede kamu….(matanya terpejam dan kepalanya mendongak menikmati kepala kontolku yang memasuki mekinya yang basah dan sempit)


    Flo: aahh yess honey…. masukin lebih dalem lagi ya…. kataku sambil kudorong keatas pantatku pelan2 sampai akhirnya batang kontolku masuk setengah…

    Reva menjerit tertahan “Eghh!!! Eeeennaa…aaakk….Oh God” sambil dia tekan terus kontolku hingga masuk semuanya….

    “Bless…. Ya ampun mentok banget honey!! AaaahhHHHH!!! Kamu jgn gerak dulu, aku aja yg gerak…” Kata Reva dengan wajah agak tegang antara nikmat dan takut cidera..

    Reva mulai bergerak perlahan maju mundur menikmati kepala kontolku menggesek dinding terdalam mekinya… makin lama makin cepat Reva bergerak dan kuimbangi dengan kuputar2 pinggulku sehingga terdengar suara becek dari mekinya…..

    Reva: Aaahhh Sayanggg… Nikmat banget…. ouuuhhh … aaakk…ku baa..rruu ka..lliii ini… nger..a.aasss.aainn ML kk..aaa…yyaaa..g.iiinii.

    Aku makin gemas melihat wajah cantik Reva memerah karena birahi yang sangat tinggi… lalu kupeluk reva hingga menimpa tubuh aku….

    Kupeluk dia dan mulai kunaik turunkan kontolku dengan tempo sedang…. Terdengar rintihan2 kenikmatan Reva di telingaku setiap kontolku menghantam dinding rahimnya… Aaaahhh…. Yeeessss… OOOoohhhh… TTerr…uuu…sss Say…aaa…nnnn..ggg…..

    sekitar 5 menit Kukocok meki reva hingga cairan mekinya terasa membasahi biji kontolku…. Saaayaaannggg…. aakuuu mm..aaa..uu kkk..eeee..ll.uuuaaarr La…ggg..iiii Rintihnya, dan dia langsung menekan dadaku hingga posisinya tegak dan dia tarik mekinya sampai copot dari kontolku… dan akhirnya….

    “AAAAAAAHHHHHHHH HONNEEEEYYYYYY….. Crreettt …Sssrrrttt….” Semburan hangat dari meki Reva Sampai membasahi seluruh kontolku dan perutku….

    Tubuh Reva langsung menindih ku dan terkulai lemas diatasku sambil nafasnya memburu dan badannya berguncang2… “Benar2 luar biasa…Pikirku” sekarang gantian kamu yg harus puas sayang katanya dan dia langsung nungging disebelah aku dengan gaya doggy style.

    Aku pindah kebelakangnya dan mulai menempatkan kontolku di bibir mekinya yg sudah basah gk karuan dan mengeluarkan aroma khas kewanitaannya…. Kumasukkan perlahan kontolku sampil kupegangi pinggulnya yg agak bergetar ketika kontolku menempel di bibir mekinya… kudorong pelan2 hingga setiap senti kontolku yang masuk bisa kami nikmati bersama2…

    Aaaahhh…. enakkk bangett sayangg meki mu… desah aku sambil mendorong masuk kontolku ke dalam mekinya yang sempit dan basah itu…dia juga meremas2 sprei dengan ganas dan menggeleng2kan kepalanya setiap aku mendorong masuk dan bibirnya digigit2 oleh dia menahan kenikmatan… akhirnya ketika tinggal sedikit lagi masuk semua aku hentakkan tiba2 hingga terasa bener2 mentok di dalam mekinya, dan Reva pun menjerit tertahan “ArrggHH Terus Sayang….”


    Dengan nafsu yang menggebu2 kulebarkan pantatnya dengan kedua tanganku dan ku keluar masukkan dengan cepat kontolku ke dalam mekinya hingga berbunyi “Prett,,, Breeett…. Preettt… Brettt… AaaahhHHH Yeeessss… Ohhh GOD…..” Aku tarik rambut Reva dari belakang seperti menunggangi kuda, dan dia suka itu “Fuck mee honeeyyy… aaahhhh shiiitt…” Reva meracau tidak karuan dan aku pun mendesah2 dengan nafas menggebu2….

    Kutarik kontolku sampai lepas dari mekinya dan kuhujamkan lagi sedalam2nya berulang-ulang kali sampai Reva orgasme lagi dan kali ini tidak sampai menyembur tapi sampai menetes2.. aku tidak peduli lagi, jari jempol tanganku kumasukkan juga ke dalam lubang pantat reva

    “AaahhhHH Saayaanggg… kkkaa…mmuuu App..aa.i..n Iitttu…Enak.. Baa…nngg…eeettt” Reva makin menggila dan bersemangat, Keringat kami bercucuran deras kucabut jempolku dari lubang pantatnya dan dia kutekan sampai posisi tengkurap.. lalu aku dengan posisi seperti push up menghajar mekinya dengan kontolku… “Aaahhhhh Sayaaanngggg Semmpiitt Bangetttt” kata aku…

    Reva sudah tidak mampu meladeni omongan aku hanya mendesah2 dan menjerit keenakan ketika kumasukkan kontolku dalam2… akhirnya setelah 15 menit aku pun hampir orgasme, kutindih tubuh Reva dari belakang dan kuciumi bibirnya sambil kupompa terus lobang mekinya…. Reva menciumi bibirku sambil mendesah2 kenikmatan…. Lalu aku bilang “Honeyyy aakkuu mauu keluarrrr… pengen bareng sama kamu…..”

    Iya sayang…kelll…uuuaarrr… ba,,rrre,,,ng…. A.kk…uu… Ahhhh… Ouhhhhh….. Dii.. d..aaalleem.. aajjaahh Ahhhh….. OHHHH… FuCkKKKK///… Jawab Reva sambil terasa cairan hangat di kontolku… aku pun langsunggg memompa sekuat tenaga yg tersisa….Saaaayyyaaaanngg… Keeellluuuaaarrrrrr… AaaAarrrGGhhH!!

    Akhirnya Spermaku yg sudah ingin berlomba2 menyembur keras sampai 3 kali klo gk salah hitung ke dalam meki Reva… dan akhirnya aku terkulai lemas menindih tubuh Reva yang masih bergelinjang kenikmatan dari belakang, dan kubiarkan kontolku didalam mekinya menikmati kehangatan dari meki Reva.. Habis itu kita berdua berciuman dan dia menjilati tubuh aku yang masih berkeringat lalu kita mandi dan memesan makan malam….


    Itulah pengalaman saya dengan teman sekantor saya, dan Kami masih sering melakukannya bila ada kesempatan… Reva adalah wanita pertama yang bisa membuatku merasa benar2 puas di tempat tidur dan dia juga merasakan yang sama.

  • Video bokep Presley Hart dan Megan Rain pijit kaki dan terangsang

    Video bokep Presley Hart dan Megan Rain pijit kaki dan terangsang


    1884 views

  • Big Breasted MILF Ren Mizumori Gives Head In POV

    Big Breasted MILF Ren Mizumori Gives Head In POV


    2100 views

  • Foto Ngentot Tiri horny Alex Blake & Whitney Wright berbagi kontol

    Foto Ngentot Tiri horny Alex Blake & Whitney Wright berbagi kontol


    2126 views

    Duniabola99.com – foto gadis dengan memek masih sempit sange menggoda pacarnya yang berkontol gede untuk melakukan hubugan sex berakhir ngentot threesome dikamar.

  • Foto Bugil Gadis remaja mungil Debora A melepas gaun hitamnya untuk berpose telanjang

    Foto Bugil Gadis remaja mungil Debora A melepas gaun hitamnya untuk berpose telanjang


    1784 views

    Duniabola99.com – foto gadis cantik Debora A membuka gaun hitamnya sambi berpose hot menampilkan toketnya yang kecil dan memamerkan memeknya yang mulus tanpa bulu sambil ngangkang lebar-lebar.

  • Kisah Memek Istri dan keluarganya

    Kisah Memek Istri dan keluarganya


    3502 views

    Duniabola99.com – Aku ingin menceritakan suatu kisah fantasi, bagaimana aku membalas dendam kepada kakak ipar dan suaminya iaitu biras aku yang selalu mengeji dan menghina kami sepasang suami isteri. Perihal terjadinya sejarah hitam dalam perkahwinanku, maka terjadilah pembalasan ini.
    Ceritanya mula begini. Aku berkahwin dengan isteri aku yang bernama Rita atas dasar percintaan, tetapi percintaan kami tidak direstu oleh ahli keluarga isteriku, lalu kami disisih dari keluarga isteriku. Keluarga isteriku adalah golongan berada dan isteriku mempunyai sorang kakak yang bernama Rosni dan suaminya bernama Salleh.

    Rosni ni suri rumah sepenuh masa, suka berjoli dengan shopping dan amat menyayani Salleh. Manakala Salleh pula ialah seorang ahli perniagaan yang berjaya dan selalu membawa rakan niaganya ke seberang tanahair di sebelah utara untuk kegiatan melobi projek-projeknya.

    Kami semua menetap di negeri sebelah utara Malaysia. Aku pula ialah seorang pemandu kepada seorang pegawai polis, tetapi tugas sebenar aku ialah sebagai ahli perisik polis. Tugas aku ini hampir-hampir sama macam ajen MI6 dan tidak diketahui oleh sesiapa pun termasuk isteri aku.

    Isteriku dan keluarganya hanya tahu, yang aku adalah seorang pemandu lori, kerana aku selalu bawak balik lori kecil 1 tan. Oleh kerana tugas aku tidak menentu masa dan tempat, maka selalulah isteri aku ditinggalkan di rumah keluarganya. Ini adalah kerana isteriku menganggarkan bahawa aku berpendapatan kecil dan selalu keluar membuat penghantaran di luar kawasan. Tetapi yang sebenarnya aku dan ahli team aku selalu keluar pergi membuat kerja merisik maklumat. Adakala masa off duti, aku akan bersama team aku berbincang di markas kami yang terpencil.

    Dalam team aku ni, terdiri dari Raja (seorang India Benggali), Miss Chan dan Satem (darah keturunan Jawa). Kami bertugas rapat dan punyai hubungan dengan pihak Interpol dan juga perisik dinegeri seberang utara (Perisik Thai). Kami juga boleh bertutur dalam pelbagai bahasa dan mahir dalam pelbagai muslihat.

    Isteri aku amat menyayangi diriku, dia selalu menyembunyikan keresahan dan kekecewaan hatinya dari pengetahuanku. Takkala pulang dari bertugas aku akan peroleh beberapa hari cuti dari duti dan pada masa itulah aku dapat merasakan betapa manja dan tingginya harapan serta kuatnya merajuk isteriku takkala bermesra denganku, bagaikan tidak mahu melepaskan aku pergi.


    Untuk makluman, kami sudah berkahwin selama 2 tahun setengah dan belum beroleh anak. Dari sinilah aku menelah bahawa isteriku ini mungkin dirundung tekanan perasaan. Ahli keluarganya tidak tahu aku bekerja dalam jabatan perisik polis, malah mereka tidak langsung menghormati dan mengindahkan aku. Drebar lorilah katakan.

    Malah setiap kali aku menjemput isteriku, aku tidak pun dipelawa masuk. Kalau aku masuk pun, mereka masing-masing menjauhkan diri. Begitulah hinanya pandangan mereka kepada kami berdua. Walaupun, aku punyai pendapatan yang agak lumayan, tetapi aku tidak boleh menunjuknya. Aku cuma menyimpan dan menabung sebanyak mungkin untuk kami berhijrah jauh kelak, selepas aku berhenti kerja suatu hari nanti.

    Baiklah, berbalik kepada kisah pasangan ego ini. Rosni ni berumur 37 tahun, punya seorang anak lelaki berumur 16 tahun. Namanya Rizal dan sedang mengaji di sekolah asrama penuh di negeri sebelah utara. Anak lelaki mereka ni sangat miang dan suka mengendap bila balik bercuti. Yang aku hairan, dari manalah datangnya tabiat ini pun aku tak tahu. Ini yang membuatkan aku menyimpan dan memasang kamera perisik di sekitar perkakasan dan barangan hadiah yang ada dalam rumah keluarga isteriku.

    Suami Rosni, iaitu Salleh pula berumur 40 tahun, dah masuk alam jantan miang jugak. Orangnya gemuk sikit dan pendek (5’). Manakala Rosni pula, orangnya putih gebu, hidung tinggi, berlesung pipit, berbadan sederhana gempal, potonganya 35D–30–35 dan sedikit tonggek. Tingginya 5’2” dan rupanya seiras artis Dina. Cuma bibirnya sedikit tebal dan berkening halus.

    Memang cantik jelita orangnya cuma perangai dan hatinya, cukup dahsyat. Sombong, berego tinggi, suka perli dan mengata orang No.1, cakap lepas dan kedekut. Mata duitan, gemar kepada hadiah dan barang kemas. Dia ni penyayang, lagi manja dan percaya penuh kepada Salleh dan Rizal, anaknya.

    Isteri aku pula memanglah cun, kalau tidak masakan kami lari berkahwin di Siam. Potongan badannya 33D-29-34, rendah sedikit berbanding Rosni.

    Kisahnya berlaku pada suatu hari, semasa aku pergi untuk berjumpa dengan isteriku, di mana aku terdengar pertengkaran isteriku dengan kakaknya. Aku berada di luar pintu rumah yang tertutup.

    Rosni memarahi isteriku dan mengatakan kenapa isteriku gatal memilih seorang lelaki yang bangsat untuk dijadikan suami. Jarang ada di rumah dan selalu menumpangkan isteriku di rumah ibu mereka.


    Salleh pula menfitnah aku dengan mengatakan, entah-entah aku sedang berkongkek dengan jalang mana entah, dan isteri aku dituduhnya cubamengoda dirinya, dan kalau dia berada di posisi isteriku, pasti dia akan pergi mencari jantan lain yang lebih kaya. Begitulah sekali hinanya mereka terhadap aku dan isteriku.

    Aku tergamam seketika dan memikirkan bagaimanalah adanya dua orang yang hebat ini (dari segi harta, benda dan rupa) diberi otak yang sebegitu kotor dan jijik, boleh memandang rendah terhadap orang yang lebih kurang dari keupayaan mereka. Bilakah kami mengambil wang atau kebendaan dari mereka. Salahkah jika kami menumpang teduh dan kasihsayang dengan orang yang lebih berupaya.

    Seingat aku, kami kerap juga mengeluarkan belanja membayar bil letrik, air dan makan ketika berada disana. Bahkan kami juga membelikan hadiah-hadiah harijadi dan ulangtahun perkahwinan kepada mereka. Aku merasa benar-benar teruja dan kecewa, samentelahlah lagi mendengar dan mentelahi akan isihati isteriku. Takkala aku mengetuk pintu dan memberi salam, mereka semua beredar dan isteriku mendapatkan aku sambil bersendu menangis.

    Aku kata, “Sabarlah sayang, anggaplah ini semua sebagai dugaan”. Tapi dibenak hatiku, aku menaruh dendam untuk mengajar mereka akan pengertian peritnya perasan kami berdua.

    Aku memaklumkan kepada isteriku bahawa aku kena pergi Ipoh keesokkan hari dan akan pulang beberapa hari selanjutnya. Isteriku masih menangis dan pinta untuk ikut bersama. Tapi aku memujuknya supaya bertenang dan tunggu beberapa hari sahaja lagi dan kami akan selesaikan masaalah ini seterusnya selepas aku pulang nanti. Lama juga barulah isteriku mengalah dan bersetuju.

    Kami kemudian keluar makan bersama. Isteriku menceritakan angkara pertengkaran mereka tadi ialah kerana dia mengkhabarkan kepada kakaknya bahawa Salleh meraba tubuhnya. Aku terpaku dan merasa begitu marah dengan apa yang aku dengar. Kalau aku tahu hal kisah ini dari awal tadi, harus Salleh aku belasah cukup-cukup di depan isterinya.

    Isteriku menceritakan bahawa Salleh bersentuh tubuhnya semasa di dapur dan cuba meraba buah dadanya. Isteriku menepis dan berlari dari situ lalu berlanggar dengan kakaknya semasa berlalu di muka pintu dapur. Apabila ditanya oleh Rosni, isteriku yang pada awalnya cuba menyembunyi perkara yang berlaku, lalu datang Salleh pula mengatakan isteriku cuba menggodanya. Begitulah jadinya pula cerita, lalu berlakulah pertengkaran dan berhamburnya kata-kata keji dan nista dari mereka berdua.


    Aku mengambil keputusan untuk membawa isteriku pulang, tapi risau juga kalau-kalau ada apa-apa terjadi, kerana rumah kami jauh di dalam pendalaman kampong. Lagi risau memikirkan jika Salleh pula datang membuat hal. Aku mencadangkan agar isteriku menginap di hotel, tapi ditolak oleh isteriku.

    Rita (isteriku) berkata, biarlah dia pulang dan tinggal di rumah kakaknya. Katanya dia akan berkunci didalam bilik dan akan keluar bila kakaknya ada. Akhirnya setelah isteriku gagah bertegas, aku pun bersetuju, kerana melihat kepada keyakinan beliau yang telah hadir kembali. Bertuah aku mendapat isteri yang kuat lagi berani.

    Setelah selesai makan dan beronda aku menghantar isteriku pulang ke rumah kakaknya. Aku terus balik ke markas dan bertemu dengan team aku. Mereka nampaknya mengesan kegusaran diwajah aku, lalu bertanya akan hal berita. Oleh kerana kami berkawan rapat, aku menceritakan hal kisah diriku kepada rakan team aku. Mereka turut bersimpati.

    Raja berkata, “Mi, ini tak boleh jadi nih… hang mesti ajar depa ni cukup-cukup”.

    Disokong oleh Chan dan Satem.

    Satem pula berkata, “Meh… biar aku spy si Salleh nih… nanti A Chan boleh atur strategi…. Hang jangan susah hati…, serah saja Salleh pada aku”.

    A Chan pun menyampuk, “Orang macam ni kita kena ajar dia balik… nantilah aku pasang pelacur HIV kat dia, baru dia tau langit tinggi rendah. Kak Ipar hang pun kita bagi dia rasa… tengok macam mana dia nak kata, bila dia tau perangai Salleh disebalik tabir”.

    Aku membalas, “Hiihh… tak taulah aku, sekali fikir mau aku lanyak Salleh tu cukup-cukup, tapi apa akan terjadi pulak, jika dia tau siapa aku kelak nanti…”.

    A Chan memberi cadangan, “Mi… apa kata kita mintak geng kita di Siam cekop dan pekena si Salleh tuh. Kita upah pelacur-pelacur yang ada HIV positif tuh… suruh depa goda dan buat sex dengan si Salleh. Dia mesti syok punya. Kita rakam movie dia dan kita bagi kat bini dia”.

    Raja pula menyampok, “heh..heh… lepas tu, biar aku dan A Chan pergi jemput bini Salleh, kemudian kami bawak dia masuk Siam dan kita bagi kat budak-budak negro yang dok tunggu di border tu kerjakan Kakak Ipar hang…., biaq Salleh pulak rasa bagaimana kalau isteri dia pulak diraba dan dirogol”.

    Satem pun tak mahu mengalah, “Sekurang-kurangnya boleh juga kita tau siapa rakan-rakan VIP Salleh nih.. Aku pun teringin nak tengok macam mana orang Malaysia buat seks…Tambah-tambah Kak Ipar hang…. Jangan mareh…ye…”

    Aku pun menjawab…“Ish..ish…dasyat betul lah kepala otak kau orang nih. Sungguh ke depan…dan bijak sekali. Terima kasih kerana setia dan bersimpati dekat aku. Tapi…biaq pi lah hal tu dulu…Mai..kita concentrate hal kerja kita…Keh… “Okey?!!…” pinta kepastian dariku.

    Team aku pun bersetuju untuk lupakan dahulu topik pekena tadi dan kami terus keluar membuat tugasan rondaan dan intipan.


    Selepas aku menghantar isteriku pulang aku pun beredar. Isteriku terus masuk ke rumah sambil melintasi bilik kakaknya. Dia terdengar bunyi orang meraung dan merengek dari dalam bilik kakaknya. Isteriku berfikir, mesti kakak dan abang iparnya sedang berprojek. Tidak senonoh betul depa ni, buat projek tengah waktu magrib.

    Dalam bilik isteriku sah terdengar dengan jelas, kakaknya sedang merengek tidak ketahuan hala, sambil bunyi berenyut dan berkerit bunyi gerakkan katil di sebelah biliknya. Setelah beberapa ketika barulah berhenti bunyian di bilik sebelah dan isteriku pun cuba melelapkan matanya sambil memasang pemain cakera dengan talian headphone dikepalanya.

    Dekat jam sepuluh, isteriku terjaga dan hendak keluar ke bilik air. Dia cuba mendengar dan mengesan pergerakkan orang dalam rumah tersebut, kerana dia tidak mahu terjebak dengan Salleh.

    Setelah dia pasti, tiada apa-apa pergerakkan, isteriku pun keluar sambil mengunci pintu biliknya untuk pergi mandi, dengan membawa tualanya. Pada sangkaan isteriku, mungkin pasangan tadi penat dan letih teramat lalu tertidur hingga tidak sedarkan diri. Tetapi, yang sebenarnya, Salleh sedang berada di dalam ruang tamu dan terselindung di suatu sudut yang gelap. Dia memerhatikan pergerakkan isteriku.

    Selepas isteriku masuk ke bilik air, Salleh masuk kebiliknya dan mengambil kunci isterinya yang ada untuk semua bilik di rumah itu lalu menyelinap masuk ke dalam bilik isteriku. Dari cahaya lampu yang samar-samar terang, Salleh menggelidah almari pakaian dan mengambil coli hitam dan panties putih isteriku. Dia menghidu
    bauan pada pakaian tersebut sambil sebelah tangannya mengusap batang koneknya. Sambil menghayati bauan pakaian tersebut, Salleh bergerak ke suatu sudut yang terlindung untuk bersembunyi sambil menanti kembalinya isteriku.

    Seketika kemudian, isteriku pun kembali masuk ke bilik, tanpa menyedari kehadiran Salleh yang sedang bersembunyi. Isteriku yang tidak mengesyakki apa-apa, terus membuka tualanya lantas berbogel.

    Sedang isteriku mengelap dengan rapi akan tubuhnya, keluarlah Salleh dari persembunyian lalu menerpa dan cuba memeluk isteriku dari belakang. Isteriku terjerit dan meronta untuk melepaskan dirinya. Salleh menekup mulut isteriku sambil memeluk erat tubuh isteriku yang sedang berbogel. Dia mengatakan ke telinga isteriku. “Hang toksah jeritlah….tarak sapa nak dengar”, lalu dilepaskan isteriku.

    Isteriku berlari kesuatu sudut sambil menarik tuala yang jatuh, untuk menutup badannya.

    “Bang Leh….apa nih… keluar…keluar…” bentak isteriku.


    Tapi Salleh hanya tersenyum, sambil tangannya menjemput pakaian dalam isteriku yang tersangkut di belakang seluarnya ke batang hidungnya.

    “Nanti Ita bagi tau Abang Mi dan Kakak… baru abang Salleh tau…” sergah isteriku lagi.

    “Kakak hang dah tidoq tak sedaq kediri pasai letih, aku baru projek dengan dia. Mai la sayang, Abang boleh bagi hang seronok. Kita buat diam-diam, toksah bagi tau laki hang.. Nanti aku bagi duit kat hang..” jawab si Salleh.

    “Abang Leh…Abang jangan buat lok lak kat adik..keluaq.. keluaq..la ni jugak, kalau tak, Ta jerit kuat-kuat biaq jiran dengaq..”.

    “Okey..okeyylah…sayang…tapi kalau adik nak.. jangan malu bagi tau abang …kehh, pakaian dalam nih..abang ambik buat simpanan. Tapi ingat, satu hari nanti aku akan ajaq hang cukup-cukup. Hang belum kenai batang konek aku lagi…Satu lagi, hang kena ingat, kalau apa-apa terjadi kat laki hang tu, hang nak cari sapa tolong hang..nanti..” balas si Salleh sambil mengeluarkan handphonenya lalu merakam gambar isteriku.

    Isteriku terdiam sambil menyembunyikan mukanya dari kamera handphone Salleh. Salleh meletakkan pakaian dalam isteriku di atas katil sambil merakam gambar dari handphonenya ke pakaian dalam tersebut dan kemudian ke muka isteriku semula, bagaikan menunjuk bahawa isteriku yang merelakan dia dibogelkan dan menanggalkan pakaiannya untuk dirinya.

    “Sayanggg…., abang ambik bra dan seluaq dalam ni buat hadiah tanda kasih dari sayang…nah…..tq” kata Salleh.

    Kemudian Salleh pun berlalu untuk keluar tapi isteriku cuba untuk merampas semula pakaian dan handphone dari Salleh, sambil sebelah tangannya menutup tubuhnya dengan tuala.

    Salleh mengambil peluang tersebut untuk memeluk dan menggomol isteriku. Kemudian, ditolak dan direbahkan isteriku ke atas katil lalu mereka bergomol dan bergelut. Isteriku cuba menahan Salleh dari memeluk dan menciumnya, manakala, tangan Salleh pulak mencekup leher dan buah dada isteriku sambil mukanya dijunamkan ke leher isteriku. Isteriku cuba melawan sekuat mungkin tetapi, Salleh lebih gagah dan menindih isteriku.

    Tangan Salleh mencekik leher isteriku, tangan yang satu lagi mengeluarkan batang koneknya yang telah tegang dari permukaan zip seluar yang telah sedia terbuka. Isteriku cuba menendang dan meronta, tapi tidak berdaya oleh kesesakan nafas dari cekikan Salleh.

    Salleh cuba merodok batang koneknya ke bibir pantat isteriku tapi tidakberjaya dari tentangan tendangan kaki isteriku yang masih cuba melawan. Sekali tu, isteriku cuba menolak dan menumbuk muka Salleh, tapi ditangkap lalu dikilas tangan isteriku oleh Salleh. Isteriku mengerang kesakitan sambil mengikut arah kilasan tangannya.

    Salleh mengambil peluang untuk mengilas dan mengalih badan isteriku agar meniarap. Isteriku terpaksa ikut dan mula meniarap. Lantas itu Salleh naik duduk di atas belakang pinggang dan tangannya menekan muka isteriku kepermukaan tilam. Tangan isteriku yang terkilas dilipat kebelakang tubuh isteriku. Isteriku mengerang kesakitan dan berhenti melawan.

    Salleh mengambil peluang tersebut untuk bongkok ketelinga isteriku dan berkata, “Jangan melawan, nanti aku kilaih lagi tangan hang…”

    Isteriku mengaduh dan cuba mengimbangi badannya yang dalam kesakitan, manakala Salleh pula cuba memperbetulkan badannya supaya batang koneknya berada diatas ponggong isteriku.


    “Ta, hang jangan melawan, kalau kita bersatu pun, Suhaimi bukannya tau, dia tak tau punya, pasai hang bukannya dara lagi…alah…mai la kita sama-sama enjoy…aku dah lama geram kat puki hang nih..Aku akan buat pelan-pelan.. biaq kita sama-sama syok…okey?” kata Salleh sambil cuba memperbetul dan mengacukan pelirnya yang menjuih dari seluarnya, lalu mencari sasaran di celah ponggong isteriku.

    “Arrr..rggghhhh…tak mau, tak mau…lepaihkan aku….”

    ”Huh..kalau hang tak mau, aku kilaih tangan hang nih..” tegas Salleh sambil menguatkan pulasan kilasan tangan isteriku.

    “Arrgghhh…adoiii…sakit bang..nantih..nantihh….”

    Salleh pun mereda kilasannya sambil mengambil nafas. Tiba-tiba terdengar bunyi handphone berdering. Salleh cuba mencari arah bunyi talipon.

    “Abang, tu bunyi handpone saya…mesti abang Mi call tuh…” kata isteriku.

    “Hah…mana handphone hang…”

    “Bawah bantal tidor tuh..bagi saya jawab bang, nanti abang Mi syak sesuatu…” kata isteriku sambil memberi alasan.

    “Nanti-nantih..biaq dia bunyi dulu…” balas Salleh sambil cuba memikir sesuatu.

    Tiba-tiba Salleh menarik tangan dan rambut isteriku agar bergerak bangun dari katil dan menuju ke ampaian kain tudung. Isteriku menurut dalam kesakitan. Salleh mencapai beberapa helai kain skaf yang tersidai. Direbahkan isteriku ke katil lalu ditiarapkan. Tangan dan kaki isteriku diikat ke belakang. Sambil tu, handphone masih berdering. Mulut isteriku pun dipekup juga.

    Salleh bangun semula dan pergi ke meja solek sambil mencari sesuatu yang tajam. Dicapainya gunting yang terdapat di situ kemudian dia mendapatkan semula isteriku. Handphone masih lagi berdering.

    “Ta..sat lagi hang jawab handphone hang..Hang habaq kat laki hang yang hang nak pi buang ayaq sangat-sangat dah.. Ingat nih.. Kalau hang cakap lain dari tu, aku rodok gunting ni dalam burit hang. Kak hang pun aku akan cederakan nantih..ingat tuh..” tegas si Salleh.

    Isteriku diam saja sambil memikirkan sesuatu. Deringan talipon berhenti bunyi. Salleh melentang tubuh isteriku, lalu menarik kedua kaki isteriku seterusnya diikat ke penjuru katil.

    Setelah kaki isteriku diikat kejap, Salleh duduk di atas dada isteriku yang terlentang bogel lalu diikat kedua belah tangan isteriku ke hujung kepala katil pula. Isteriku kini terikat secara mendepa kaki dan tangannya sambil mulutnya masih dipekup oleh satu lagi kain selindang.


    Salleh mencari handphone isteriku yang berada dibawah bantal. Bantal tersebut juga diambil lalu dialas ke bawah ponggong isteriku. Kini kedudukan kemaluan isteriku lebih tinggi dari baringannya.

    Salleh bingkas bangun sambil memerhatikan isteriku yang berbogel dan terikat. Dia membuka dan melondehkan seluarnya. Direnungnya kemaluan dan dada isteriku dengan lahap sambil mengusap batang pelirnya. Isteriku mengalihkan pandangannya dari pandangan si Salleh.

    Salleh kemudian meniarap diatas tubuh isteriku. Dia mencium pipi, leher dan menjilat ketiak isteriku. Isteriku pula cuba meronta.

    “Ta, sat lagi bila laki hang call, hang habaq kat dia, kata hang nak pi toilet balik. Suruh dia call 10 minit kemudian…Aku janji, aku nak rasa puki hang sekali ni saja. Okey!.. sekali saja..Aku akan buat pelan-pelan supaya hang tak sakit, laki hang mesti tak perasan punya. …dan aku tak akan ganggu hang lagi”

    Habis saja kata-kata Salleh tuh..handphone pun berbunyi. Salleh melihat no. panggilan ditalipon, lalu berkata “Ingat..kali ni saja, cakap tuh jangan macam orang takut…” rayu Salleh lalu ditarik kain pemekop mulut isteriku sambil meletakkan handphone kepipi isteriku. Salleh merenung tajam kemata isteriku. Isteriku bagaikan mengalah.

    “Helo..haa..ahh…abang…, tak Ta ada kat toilet tadi..”

    Salleh mengacu mata gunting keatas permukaan pantat isteriku tanda mengingatkannya. Ditenyeh sambil diulit-ulit besi yang tajam bersilau itu ke atas isi kemaluan isteriku yang sedikit tembam itu.

    “Tak tak..okey..Ta sakit perut nih..sat lagi abang call balik yah…hah..hah..okeh… Abang I love you”

    Salleh melihat status talian di handphone dan kemudian meletakkan handphone tersebut ditepi katil. Isteriku hairan kenapa Salleh menyuruhnya memberitahu aku untuk call balik sebentar lagi. Pada tanggapan isteriku mungkin Salleh mulai sedar akan kesilapannya dan akan melepasnya sebentar lagi. Tapi fikiran isteriku meleset.

    Salleh memujuk dan merayu juga, agar dia diberi sekali ini saja peluang untuk menikmati tubuhnya. Katanya perkara ini tidak akan ‘luak’ (rugi) dan isteriku dapat
    menyelamatkan pelbagai perkara yang memalukan sekiranya dibocorkan. Salleh merayu agar isteriku sudi melayani nafsunya buat kali ini saja.


    Fikiran isteriku melayang sambil mentelaah masaalah yang dihadapi dan bakal dialaminya kelak. Sedang isteriku cuba mencari jalan penyelesaian, Salleh bangun semula dan mengambil seluarnya. Dia mencari sesuatu dari poket seluarnya.

    Salleh mengeluarkan pil ubat dan sebotol krim minyak. Salleh menelan ubat bijik tersebut dan dia menyapu sebahagian krim berminyak tersebut pada biji kelentit isteriku dan dikemaluannya sendiri. Isteriku terkejut dan cuba meronta.

    “Sabar sayang, kejap lagi hang akan rasa nikmat yang tidak terhingga” kata Salleh mencari air untuk diminum.

    Isteriku masih meronta dan memerhatikan lagak geri Salleh. Dalam seminit sahaja, isteriku mula kelihatan gelisah dan mengesot-ngesot punggungnya di atas alas bantal yang dilapik. Isteriku bagaikan terkena sesuatu yang berangin dibibir cipapnya kerana mulutnya mendesis keresahan.

    Salleh naik semula di atas katil. Tangannya menahan dan mengangkangkan paha isteriku yang kegelisahan.

    “Abang, jangan bang…jangan.. Abang buat apa kat Ta nih…jangan… jangan…bang..” isteriku merintih sambil mula menangis.

    Salleh mendekatkan mukanya kepermukaan kemaluan isteriku, lalu menghembus beberapa kali diatas kelopak bijik kelentit isteriku.

    “Ta, sayang…jangan takut, ini minyak berangin…sat lagi hang akan rasa lebih sedap…tengok nih abang pun sapu kat batang abang…..jangan risau sayang…Abang janji abang buat sekali nih saja, Suhaimi tak akan tau, tak akan luak apa-apa pun dan abang akan buat pelan-pelan…. abang akan turut kehendak hang macam mana hang nak..” pujuk Salleh, sambil Rita panggongkan kepalanya untuk melihat pergerakkan Salleh. Isteriku ternampak batang pelir Salleh yang sudah mendongak keras keatas, bagaikan tanduk kerbau.

    “Hugghhh…abang awat rasa panas pulak…nih…” balas Rita yang mula lesu dan leret menjawab bagaikan sedang dibuai kekhayalan.

    Salleh mula senyum meleret. Dia sedar Rita bakal dijamahnya nanti. Dia naik dan
    hempap tubuh isteriku sambil menjilat leher, telinga, ketiak dan pusat isteriku. Batangnya keras menikam perut isteriku. Rita tidak lagi melawan, bahkan lesu menahan badai gelora yang kini berputar di kelopak kelentitnya.

    Salleh meramas-ramas lembut sambil menyedut puting tetek isteriku. Sekali sekala, digigit halus agar giginya berkubang dihujung puting tetek isteriku. Rita pula mengerut dahi dan cuba melawan gelora dan seksaan yang dialaminya kini.

    Salleh berhenti dan menikmati keindahan yang dilihat dari penyeksaan yang terpancar di raut wajah isteriku. Dia sedar Rita sedang bersabung dengan kehendak nafsu betinanya. Dia tahu Rita akan tewas dan menyerah sedikit masa lagi. Rita kini hilang sedu dan membalas pandangan Salleh.

    “Abang…sudahlah..bang..” lemah sekali pintaan Rita.

    “Sekejapye sayang.. you..ni cantik sungguh…,seksi..cukup seksi…macam kakak you jugak. Aku suka tengok hang bogel bawah lampu nih..cukup seksi”.


    Rita mengalihkan pandangannya dari muka Salleh, walaupun teruja juga oleh pujian Salleh samatelah dengan badai yang dirasai kini. Salleh menuruni mukanya tepat kebibir cipap isteriku. Isteriku mula gelisah sambil mengingati yang
    aku akan menaliponnya kembali sebentar lagi.

    “Abang jangan…bang…sat lagi abang Mi akan call balik bang…” bentak Rita dengan separuh gagah.

    “Cupp”..hinggap mulut Salleh pada kelopak bijik kelentit Rita, sambil dinyonyot dan dicomotnya dengan lidah suam serta bibir mulut tebal si Salleh.

    “Eerrrgghh…bangg….” rasa suam-suam panas tadi, kini dibalas dengan sejuk suam lidah Salleh. Rita mengeluh… menahan.. gelora…

    ”Cukup… cukup… bang… jangan… buat Ta..macam nii.h.hh…. eerrrggghhh… jangan.., jangan..bang…”

    Salleh tidak mengendahkan desahan adik iparnya. Dia terus menghulurkan lidahnya ke lurah lubang cipap Rita dan diulitnya hujung lidah ke biji kelentit Rita.

    “Abangg….oorrh…” cipap Rita sedikit bergegar dan mulai lembab, dan Salleh menyonyot terus lurah tersebut sambil menikmati pergelutan badai Rita.

    Dia ingin menyeksa Rita dengan pertentangan arus. Dia mula mengesan bahawa bibir cipap Rita sudah mulai lembab dan sedikit mengemut. Dia harus mencambahkan kebanjiran air nikmat Rita agar isteriku tidak lagi berpatah kehendak.

    Tiba-tiba handphone berdering memecah keheningan. Rita tergamam dalam serba persoalan. Salleh menjelirkan lidahnya dan memutar-mutarkan seluruh dinding lubang faraj isteriku. Dia menjuihkan lidahnya lebih dalam ke lubang pantat isteriku dan kemudian menyedut-nyedut lubang tersebut, kemudian diakhiri dengan menjilat bijik kelentit isteriku.

    “Oohh… arrgghh… Bang…dah..bang..dah, berenti dulu.. abang Mi dah call tuhh… aarhh..” kejut Rita pada Salleh sambil mengeluh.

    “Haahhh…Okey… okey… ingat! Ta, abang nak sekali ni.. saja.. sedap… sungguh.. burit hang ni, Suhaimi tak kan tau punya… kalau hang tak cakap…” jawab Salleh.

    Salleh lantas bergegas mengambil handphone Rita. Dilihatnya sekali lagi nombor panggilan dan diaktifkan sistem perbualan tanpa ganggang agar dia dapat mendengar perbualan Rita dengan aku.

    “Helo.. helo.. sayang… you dok buat apa? Awat lambat jawab? Sayang Ok, ka?” tanya aku di seberang talian.

    “Hai… hello… hello… ya… ya.. I dengar..nih,” balas Rita sambil melihat kelibat Salleh.

    Salleh mencapai gunting, diletakkan jari pada hujung bibirnya memberi isyarat jangan bising. Salleh menggunting skaf ikatan di kedua belah tangan dan kaki Rita. Rita nak capai handphonenya tapi ditegah dengan isyarat oleh Salleh.

    “Tak dak apa… I tengah nak pakai baju, abang kat mana la ni..”

    Salleh duduk berlutut di celah kangkang Rita, sambil menguak kangkangan kaki Rita dengan lebih luas. Koneknya betul di urah burit Rita. Rita cuba menegah dengan gerakkan tangan, tapi Salleh mencapai handphone lalu diletakkan di atas dada Rita. Kemudian kedua tangan Salleh menahan dan mendampangkan kedua-dua tangan Rita. Mereka saling bertikam pandangan.


    “Abang kat Ipoh lagi.. Sayang Okey ka? Dah makan belum?” soalku.

    “Dah..dah..” balas isteriku.

    “Hah… macam mana keadaan di sana sekarang? Kakak you dok marah lagi ka? Tadi masa sayang mula jawab talipon, lain macam saja bunyinya… siap ucap Abang I love you lagi, selalu bye.. Love you, ada apa-apa tak kena ka?” soalku untuk mencari kepastian.

    Isteriku terdiam sekejap, tapi Salleh menyusul dengan isyarat, minta isteriku memberi helah atau mereka semua akan hadapi masaalah kelak. Isteriku nampak binggung.

    “Tak dak apa-apa aiih, tadi masa abang hantaq Ayang, ayang dengaq depa dok buat projek, jadi ayang teringatlah kat abang..” jawab isteriku.

    Wajah Salleh lega. Dia senyum pada isteriku dan koneknya terus mencari burit isteriku. Isteriku cuba meronta tapi Salleh bagi isyarat fokus pada handphone.

    “Ooo… macam tu… sakan ka depa? Abih tu ayang buat apa-apa ka?” tanyaku lagi.

    Dalam masa isteriku tidak bersedia dan tidak menyangka, Salleh menujah batang koneknya yang tengah tegang ke dalam burit isteriku. Terbeliak biji mata isteriku. Isteriku cuba mendongak bangun tapi disambut oleh patukan cium si Salleh.

    Salleh menyedut dan mengonyang mulut isteriku. Disedut lidah dan dihisap lumat bibir dan nafas isteriku. Tangan isteriku masih di depang oleh Salleh. Salleh mengenjut dua tiga kali sebelum merendam diam pelirnya sedalam boleh ke pantat isteriku. Pantat isteriku kini sudah basah berair dan menerima habuannya. Dia tahu Rita dapat menerima tujahannya dan kini Salleh mengharapkan kemutan
    dari cipap isteriku. Salleh melepaskan ciuman dibibir isteriku agar isteriku dapat menjawab panggilan talipon.

    “Hello… Hello… Ayang… you dengaq tak? Bunyi apa tu?” gusarku lagi.

    “Errr… errr… ooh.. dak dak tadak apa-apa… depa dah selesai dah.. Ayang teringat kat abangla…”

    Serentak dengan itu Salleh mengulang tusukkannya ke burit Rita. Salleh melepaskan depaan tangan Rita lalu memaut dan meramas tetek Rita dengan kasar. Rita yang ingin mengeluh dan melawan, bimbang didengar pula olehku, memaut lengan si Salleh.

    Salleh terus mengganas, isteriku menahan geloranya sambil menggigit jarinya pula. Salleh terus menghenjut beberapa kali lagi. Kerana tidak dapat menahan badai tusukkan si Salleh, isteriku mendongak sambil memaut leher Salleh. Kini isteriku pula memagut bibir Salleh untuk menahan desahan dari nikmat bentakkan pelir Salleh. Isteriku merengek halus dalam ciuman di mulut Salleh.

    Salleh menjadi lebih ganas sambil disulam dengan rejaman batang pelirnya sedalam-dalam yang boleh ke lembah rahim isteriku. Handphone isteriku terjatuh membalik speakernya ke arah permukaan tilam. Isteriku memeluk erat tubuh Salleh sambil melepaskan erangan yang kecil secara tersekat-sekat. Isteriku mencubit tubuh Salleh dan memberi tanda berhenti.

    Salleh tersenyum kerana sudah berjaya membuak naluri syahwat isteriku. Tiada penentangan lagi, tapi pasrah menyerah dengan kerelaan sendiri. Salleh terus mengayun ponggongnya perlahan-lahan.

    “Okeylah… Ayang. Nanti abang balik kita projek pulaklah… okey… abang pun rindu kat Ayang. Ayang jangan dok projek dengan orang lain pulak nanti.. He..hehh.. lawak aje, K, bye.. sayang,” kata-kata penutup dariku.

    Salleh yang mendengar perbualan terakhirku itu, terus merejam batang pelirnya ke dalam pantat isteriku. Salleh menyerang bertubi-tubi. Dia merasakan lembah puki isteriku sudah basah lencun.

    Isteriku yang mendengar kata-kata akhirku tadi tersedu dek kehibaan tapi masih cuba menahan rejaman Salleh yang sedang menyenakkan dan menyepadukan lembah rahimnya. Dia cuba menolak Salleh tapi Salleh menyentakkan tikaman-tikaman padu hingga isteriku tidak dapat menahan perasaan, lantas isteriku merenget keenakkan, walaupun dia cuba menahan.

    Oleh sebab isteriku tiada pilihan untuk memadamkan badai kenikmatan dan kehibaan yang dia sedang rasai, isteriku terus memeluk leher Salleh dan memagut bibir Salleh sekali lagi untuk menyembunyikan erangan batinnya yang sudah memuncak. Setelah tekanan batinnya mengurang, isteriku baru menjawab.

    “Oookkkeyyy… okeyy… bye.. sayang… selamat pulang nanti. Aaarr… I.. I.. tetap sayanggg…. kaannn… abang,” balas isteriku dalam pemendapan gelora nafsu seksnya yang baru menggelodak. Airmata isteriku mengalir membasahi pipinya sambil memeluk Salleh yang tengah pulun mengongkeknya dan sedang membawa isteriku ketepian.

    Salleh memutuskan talian talipon dan terus mendengus bagai kerbau yang kena sembelih. Isteriku didakap erat dan dia mengenjut bertubi-tubi pantat isteriku dengan laju dan ganasnya. Isteriku pun sama, menyambut dengan erangan-erangan kesampaian.

    Salleh yang mengenakan pil Viagra tadi terus mendukung isteriku turun dari katil. Isteriku yang juga naik syahwat dari kepaduan tutuhan batang pelir Salleh, mengapit pinggang Salleh dengan kakinya menurut rentak laku Salleh. Mereka sama-sama meraung dan mendayung kenikmatan penzinaan.

    “Bannggg.…Ta..dah.. sampai… dahhh… aarrgghhh.. laju-laju … laju lagi… bang, jangan berenti..… jangan… aarrhhh..” bentak isteriku.

    “Aarrgghhh… heerrghh… aku pun tak tahan kemut hang.. Taa… kita sama-sama… sampai.., arrhhh..oorrhhh… hhurgghh..” dengan panahan dengusan dari Salleh itu, isteriku mengelupur dan Salleh memancutkan bertubi-tubi air ke lembah burit isteriku.

    “Abanggg.. awat lepaih kat dalam?” terkejut isteriku dari cerutan air yang bertali menembak ke rahimnya.

    “Haahhh..” balas Salleh pendek.

    Mereka sama-sama mengerang dan mendengus seperti kerbau dikejar dan kepenatan. Tubuh mereka melekat erat dan berpeluh basah dengan air jantan betina dari hasil penzinaan.

    Salleh merebahkan isteriku ke atas katil. Dibalikkan isteriku agar meniarap. Isteriku menurut dalam keletihan sambil menghambarkan nafasnya. Salleh mencempung punggong isteriku dan diangkat tonggek mengadap batang pelirnya yang masih tegang.

    Salleh merejamkan batang pelirnya ke lurah burit isteriku lagi. Isteriku yang masih kepenatan serta sedang pasrah, menerima dengan erangan bantahan tetapi menginzalkan pencerobohan terbaru itu. Salleh mengamuk dan mengganas lagi, kerana batang pelirnya masih keras dan belum mahu reda.

    Serangan demi serangan dan tujahan yang tidak mengindahkan mangsanya dipadukan. Bagaikan nak pecah burit isteriku dilanyak dan dihentak segila rasa. Isteriku hanya menahan. Kali ini tidak lagi melawan tetapi menadah rela, menagih kenikmatan.

    Salleh betul-betul merobek burit isteriku. Ditarik genggam rambut isteriku sambil didongakkan muka isteriku kebelakang. Isteriku turut mendada dan mendepa tangannya dengan jari-jarinya meramas cadar dan tilam. Salleh menjilat peluh basah betina isteriku. Diramas dan digenggam padu tetek isteriku. Dicubit dan dikutil puting susu isteriku. Isteriku meraung menahan penderaan. Air dilembahnya terus melimpah, menitik diatas tilam persandingan kami.

    Salleh memperlakukan sekehendak rasa sambil direla sahaja oleh isteriku yang baru tadi mengalami kemuncak syahdu. Di akhir pengkudaan, Salleh meraung bak raja dirimba, melepaskan inzalnya sambil menyodok keras ke dalam lembah yang kali kedua diteroka. Bertalu-talu air disimbah pekat kerahim isteriku. Ianya disambut dengan rengekkan bak betina jalang yang baru dituba lembahnya dengan benih-benih haram. Isteriku pengsan longlai.

    Salleh turut rebah diatas belakang tubuh isteriku. Dia kemudian mencuit sisa-sisa air maninya lalu dilumurkan ke dada putih isteriku yang baru dialihkan secara melentang. Air itu diratakan ke seluruh buah dada isteriku. Dia kemudian tunduk mencium bibir isteriku bagai sang dewa yang mengambil nyawa dewinya.

    Salleh mengambil peluang untuk memasukkan koneknya ke dalam mulut isteriku, sambil diambil gambar dengan handphonenya. Dia mengoyak lubang burit isteriku lalu dirakam lelehan air mani yang meleleh melimpah keluar. Salleh mencalit cebisan air mani itu lagi lalu dilumur ke pipi muka dan dimasukkan sedikit ke mulut isteriku. Isteriku tidak sedarkan diri.

    Dipetiknya punat kamera handphonenya berkali-kali untuk merakamkan episod gambar-gambar isteriku iaitu mangsanya, mungkin untuk dijadikan bahan ugutan. Sesudah itu, dia baring disisi isteriku sambil mengambil tuala isteriku untuk mengesat peluhnya.

    Salleh mengejutkan isteriku.

    “Hoi..Ta… Ta.. bangun… laki hang dah balik kot.., Hoi.. bangun.. bangun… Laki hang balik.. nuh..”

    Rita yang 75% dalam keadaan tidak sedarkan diri mendengar sayup-sayup ucapan dari mulut Salleh, lalu cuba mentelaahi kata-kata Salleh. Takkala mendengar seakan-akan sebutan nama aku, Rita bergegas membuka mata sambil tangannya meraba mencari tuala.

    Salleh menghulurkan tuala. Salleh berkata lagi pada Rita yang dia rasa aku dah pulang. Rita yang dalam terpinga-pinga terus memandang Salleh. Dia mengesat muka, pipi dan lurah buritnya. Rita menelan sisa air yang terasa ada di mulut. Salleh ketawa berdekah melihat sikap isteriku yang dipermainkan. Rita merenung marah ke arah Salleh,

    “Abang nih..buat orang terkejut laa….”

    “Puki hang best…ketat siut…” kata Salleh sambil mengusap batang pelirnya di samping Rita.

    “Bang Leh ni ganas tau… senak Ita tadi..”

    “Ta..Ta.. apa hang rasa masa aku tutoh hang sambil dok cakap dengan laki hang
    tadihh.… huuhhh.. burit hang ketat gila masa tuh… best siut lahhh.. kalau boleh lain kali aku nak tutoh macam tu lagi… hang buat peliaq aku keraih tarak dah..” sahut si Salleh.

    Rita mencubit lengan Salleh. Salleh balas dengan menggomol isteriku.

    “Hahh.. haahh.. dah.. dah bang.. dah.. tadi dah dapat dah… dah…la… Ita tak sanggup lagi macam nih..” rayu Rita pada Salleh, yang sedang menenggek mulutnya diputing dada isteriku.

    Gomolan Salleh menjadi reda dan mereka kemudian berenggang.

    “Hang puaih dak?” tanya Salleh.

    “Ish…abang nih..” balas isteriku.

    “Hang jangan bagi tau kat sapa pun.., ini rahsia kita berdua…keyhh..!” balas Salleh.

    “Laki hang tak semesti tau, kalau hang tak cakap… hang pandai makan, pandailah simpan..” kata Salleh lagi. Isteriku diam termanggu.

    Salleh meraba sekali lagi tetek dan burit isteriku, sambil ditepis tangannya oleh isteriku. Salleh bangun dan mengenakan seluarnya.

    “Ta.. burit hang cukup ketat. Best sungguh dapat rasa puki hang… tadi”.

    Akhir sekali, Salleh meninggalkan bilik dengan membawa bra dan panties isteriku sebagai kenangan. Peliknya isteriku tidak membantah kali ni. Isteriku melontarkan pandangannya jauh menatap siling, bagaikan merakamkan masa perlakuannya tadi.

    Sejurus Salleh memasuki biliknya, isterinya terus berbisik, “Hah… apa macam… rasa apam adik I, you pulun sakan la tadi..?” soal si Rosni.

    Rupa-rupanya isteri Salleh sudah terjaga dan mendengar segala perilaku yang berlaku di bilik sebelah. Jadinya tadi memang mereka berprojek secara riuh untuk menarik perhatian dan menaikkan syahwat isteriku.

    Rupa-rupanya, bini Salleh ingin mengorbankan adiknya kepada lakinya yang tersayang. Sememangnya Salleh nih seorang yang kuat nafsu seks dan pandai mengilhamkan gambaran (berfantasi) untuk menaikkan syahwat isterinya.

    “Yaa laa, best jugak.. puki dia… macam yang I idam masa kita buat seks tadi .., adik you tu, lawan gila tapi bila dia kena minyak nih… huh.. berangin siut burit dia. Betoi jugak la kata you, burit dia ketat lagi, macam you punya jugak..” balas Salleh.

    “Baguih jugak minyak Mak Nab tu..noh.., I ingat la, adik I mesti dok rasa berdenyut lagi.. Jangan kata adik I, I pun dok rasa lagi nii.., amacam boleh keraih lagi ka peliaq you?” bisik Rosni lagi.

    “Aii.. kalau nak, boleh… tapi kita buat bertiga lah pulak…” balas Salleh.

    “Hai… sakan sungguh you nih.. mai I ramaih tengok…” kata Rosni, sambil menarik Salleh ke tebing katil.

    Dibuka zip seluar Salleh dan dikeluarkan burung si Salleh.

    “Heemmm… boleh tahan peliaq you nih.. dok ada keraih sikit-sikit lagii…” lalu terus dihisap kepala konek Salleh.

    Sekejap saja konek Salleh terus cacak menegang.

    “Herghh.. ayang, sedap sungguh bila you isap macam nih.. I tak dapat bayang apa jadi kalau you berdua, dok kulom batang I…” kata Salleh sambil tangannya mula meraba cipap tembam isterinya.

    Jarinya dikorek-korek ke lubang Rosni, sambil sebelah tangan lagi menekan kepala Rosni rapat ke batangnya. Sekejap sahaja, Salleh sudah mendengus bagaikan hendak sampai.

    “Udah-udah sayang, kita pegi bilik sebelah dengan adik you,” pinta Salleh.

    Rosni pun merenggangkan kepalanya dari butoh Salleh. Dia memandang tajam pada Salleh sambil mengesat air liur dibibirnya yang tebal.

    “Okey.. biaq I pi masuk dulu.., you tunggu kat sini, I bawak Ita pi cuci-cuci dulu. I dok rasa masin ayaq burit adik I pulak kat peliaq you nih”.

    Salleh mengangguk sambil tersenyum riang tanda setuju. Rosni yang separuh bogel dalam pakaian girdle corset berwarna hitam yang menampak pangkal teteknya selambak lagi menegak, dah tu tidak berpanties pula nampak sungguh seksi dengan kontras kulit tubuhnya yang putih gebu, bangun dari katil untuk menyarungkan pajama tidurnya yang singkat, lalu bangun keluar menuju ke bilik isteriku.

    Rosni menolak daun pintu bilik isteriku dan melihat isteriku yang sedang merengkok tidur. Dia terus mendekatkan ke katil lalu duduk di sebelah isteriku.

    “Hoi… Taa.., hang bangkit.. bangkit.. cepat..” sergah Rosni berlakon bagaikan tengah marah.

    Isteriku terjaga dan terperanjat.

    “Ooo… hang pandai.. goda laki aku noohh..”

    “Eerr..eerrr.. takk..akkak.. Ita..takk..”

    Belum habis isteriku menjawab, Rosni mengherdik.

    “Tu ayaq celah kangkang hang tu..apa..! Cepat..cepat bangkit, pi cuci.., maih.. ikut aku pi cuci.. sat lagi kot laki hang balik..naaihh…hang..” Rosni menarik tangan isteriku yang masih berbogel.

    Isteriku lantas turut bangun dan mencapai kain tuala tadi. Dia ke almari dan mendapatkan tuala baru lalu terus menuju kebilik air sambil diekori oleh Rosni. Mereka berdua terus masuk ke bilik air. Rosni mengambil air dan terus dijiruskan ketubuh isteriku.

    “Awat burit hang gatai sangat.. awat hang karan ka.. dok dengaq kami beromen awai tadi?.. Kalau hang nak.. sangat.. sat lagi aku nak tengok hang kangkang puaih-puaih kat Abang Leh.. Biaq aku sendiri tengok macam mana hang nak kemut kat batang dia… Alang-alang nak goda, biaq aku ada sama, aku nak Abang Leh tonyoh burit hang cukup-cukup, nak tengok hang larat takat mana… Jangan paksa sampai aku habaq kat Suhaimi, apa yang hang dah buat..” marah Rosni sambil menghumban air sejuk ke tubuh isteriku lagi.

    Isteriku tergamam tidak berkata-kata, sambil menggosok tubuhnya dan menahan kesejukkan dari simbahan air yang dicurah bertalu-talu oleh kakaknya. Rosni mencuit dan mengorek lubang cipap isteriku.

    “Haahh.. cuci lubang nih.. betoi-betoi” kata Rosni.

    Isteriku mengambil sabun dan melumur seluruh tubuhnya. Rosni pula mengambil pisau cukur yang tersangkut di kotak cermin bilik air lalu dilurut terus pada permukaan cipap isteriku. Isteriku cuba mengelak tapi terlambat, Rosni memaksanya bersandar di tebing kolah air mandi. Sebahagian bulu isteriku sudah tercukur.

    “Kita kena jaga alat kita, bagi nampak bersih, jangan berserabai.. macam hutan” bentak Rosni.

    “Tengok macam aku punya nih.. lincin, bersih. Baru sedap kena jilat..” kata Rosni lagi.

    Isteriku tidak melawan lagi, tapi memekup dadanya yang kini kesejukkan. Puting isteriku jelas tegang menegak kini. Setelah selesai dicukur dan dibasuh, Rosni menarik tangan Rita untuk balik ke biliknya.

    Isteriku tak sempat memakai tuala, hanya menarik tuala yang bersih tadi dan cuba menutup sebahgian tubuhnya. Isteriku hanya menurut bagaikan pasrah dan takut pada ugutan kakaknya.

    Setiba mereka didepan pintu bilik Rosni, isteriku cuba melerai genggaman tangan kakaknya untuk membantah

    “Dahh..Kak..Ta.. tak mau.. Kakk..” bentah isteriku, tapi Rosni menarik tubuh dan rambut isteriku dan terus menolak daun pintu biliknya.

    Suasana malam yang tenang dan ruang bilik yang bercahaya cerah mendamparkan bidang katil yang gagah menanti penghuninya. Salleh tengah duduk dikerusi almari solek. Rosni menolak isteriku ke katil. Isteriku terjepuk di atas katil empuk sambil menyalutkan tuala ke tubuhnya.

    “Haahh.. hang jangan cuba nak melawan, Abang Leh dah tunjuk gambaq hang, tengah dok terkangkang sambil dok isap batang dia. Hang tak mengaku lagi!.. Aku MMS gambaq ni kat laki hang, baru tau..” tegas Rosni pada isteriku.

    “Jangan..jangan.. kakk..” jawab isteriku.

    Isteriku terpinga-pinga akan dari mana datangnya gambar tersebut dan hairan waktu bila dia menyonyot batang Salleh. Salleh yang telah sedia menanti dalam keadaan bertuala, memandang rakus tubuh dan pangkal dada isteriku.

    “Haahhh…abang tunggu apa lagi, maih..ayang nak tengok batang abang boleh tutoh dak lagi…” kata Rosni, sambil menarik batang konek Salleh lalu dilurut-lurut secara kasar.

    “Pelan-pelan ayang, Ayang kena tunjuk dulu macam mana orang berpengalaman mengisap” ujar Salleh memujuk isterinya.

    Salleh menarik bahu Rosni untuk bertenggek di atas katil bersebelahan isteriku. Salleh berdiri di penjuru kaki katil. Isteriku masih dalam keadaan terpinga-pinga melihat reaksi kakaknya dengan Salleh.

    Rosni, dengan pandangan yang tajam pada Salleh dan kemudian isteriku, terus menyelak tuala dan menyambar pelir Salleh dengan tangan dan mulutnya lalu dilahapnya batang Salleh sedalam-dalam yang mungkin.

    Salleh membuka lerai tualanya sambil memerhatikan isteriku. Salleh juga dengan perlahan-lahan meleraikan satu persatu, baju pajama dan ikatan corset isterinya. Isteriku terpinga-pinga, kejap melawan tentangan mata Salleh, sekejap melihat dengan tekun, kakaknya melahap batang pelir lakinya.

    Salleh mengerut dahi menahan sedutan dan nyonyotan bibir tebal isterinya. Dia mendengus beberapa ketika sambil tangannya memekup dagu dan belakang kepala isterinya. Ponggongnya dihayun ke depan mengikut tempoh hisapan isterinya.

    Isteriku terpegun melihat kakaknya menahan tujahan balak siSalleh yang pernah dirasainya tadi. Isteriku pasti tidak lupa bagaimana Salleh boleh bertindak ganas, dan dia kini menyaksikan sendiri reaksi sedemikian yang sedang berlaku didepan matanya. Rosni mendengus dan sesekali terbahak oleh tujahan dalam dari Salleh.

    “Ayang sedapnya.. aduh.. ayang.. ayang buat abang keraih.. sungguuhhh… tengok..tuh…ayang.. adik you dah terngadah mulut dia..” bingkas si Salleh, sambil menuduh dan memperkenakan isteriku.

    Rosni memperlahankan kulumannya, Salleh cuba mencapai tangan isteriku. Isteriku cuba beralih, tapi Rosni merentap tuala adiknya. Rosni bingkas bangun berlutut dan menarik kepala dan rambut isteriku lalu didekatkan kepada Salleh.

    “Haahhh.. Bukak mulut hang…Ta.. aku nak hang rasa peliaq laki aku… cepat.. aku dah lengoh dah… ni..” kata Rosni pada adiknya.

    “Hang nak lari mana.. kan aku dah kata tadi, aku nak hang kemut puaih-puaih la ni.., biaq laki aku terojoh cukup-cukup burit hang… aku nak tengok..” tegas Rosni lagi, sambil disorong kepala isteriku kekepala butoh si Salleh.

    Salleh menyambut dengan memegang dagu dan kepala isteriku lalu dirodok batangnya yang mencodak kemulut isteriku. Isteriku cuba mengelak tapi batang Salleh berayun membedal pipi, hidung dan mulutnya.

    “Hisap.. la.. Ta.. laki hang tak kan tau punya.. sekali lagi saja.. maih.. nganga luaih-luaih,” rayu Salleh.

    Rosni memekup pipi isteriku sambil cuba membukanya. Akhirnya mulut isteriku terngadah juga dan Salleh merodok batangnya terus ke dalam mulut isteriku. Isteriku terbahak dan tersedak oleh paksaan Salleh dan kakaknya. Isteriku cuba mencemuh dan melawan juga tapi Salleh terus merodong dengan kasar ke dasar tekak isteriku. Rosni melihat dengan teruja.

    “Woih.. ganaihnya bang.. trojoh lagi… trojoh… lagi bang..” restu Rosni pada lakinya.

    Salleh mengayun punggongnya perlahan-lahan sambil cuba merasa nikmat kelembapan dan kesuaman lidah dari mulut isteriku. Isteriku cuba lagi menahan dan meresap keperitan yang baru dialaminya. Rosni yang berlutut dibelakang adiknya mendekatkan diri untuk melihat dengan dekat rejaman batang lakinya, sambil meraba putting tetek isteriku.

    Isteriku yang tangannya cuba menampan pergerakkan pinggang Salleh, kini menepis pula tangan kakaknya. Lantas Rosni menarik kedua-dua tangan isteriku yang sedang berlutut ke belakang tubuhnya. Ini membuat Salleh berasa bebas dan lagi bernafsu lalu dilajukan tujahan kedalam mulut isteriku. Isteriku kini meraung diselang seli dengan kesedakkan oleh penyeksaan Salleh.

    Rosni yang nampak Salleh cukup bernafsu dan tengah kuat mendengus, menghulurkan lidahnya untuk dihisap oleh Salleh, sambil melipat tangan adiknya ke belakang. Salleh menghisap dan menyambut lidah basah Rosni sambil direjamnya dalam-dalam batangnya ke mulut isteriku. Kemudian dia mendiamkan tujahannya buat seketika. Isteriku terbahak dan tersedak berkali-kali sambil cuba mengambil nafas udara yang tersekat.

    Salleh melepaskan kuluman dari mulut Rosni dan berkata, “Sat sat.. dah.. yang, I rasa nak terpancut dah..” sambil mengeluarkan dan menggenggam batangnya dari mulut isteriku.

    Rosni ketawa kecil sambil menyindir, “Haaiii… cepatnya nak sampai,.. kalau ayang kulom, sampai lengoh mulut tak sampai-sampai lagi..”

    “Alaah… mulut ayang bibiaq tebai.. sedapp… mana tahan dua-dua sekali sedap…” balas Salleh.

    Salleh menelentang isteriku yang tercungap-cungap tidak bersuara yang sedang menarik nafas panjang-panjang. Salleh menarik tangan Rosni dan memberi tanda agar meniarap atas isteriku. Rosni duduk celah paha adiknya dan kakinya mendepa kangkangan isteriku. Badannya diturunkan agar meniarap atas isteriku.

    “Macam mana Ta.. syiok.. iisap batang Abang Leh.. Bangga akak, bila Abang Leh sampai nak menyerah kalah.. terror jugak adik..nih.. Ta selalu isap batang Suhaimi sampai macam tu ka?” soal Rosni.

    “Eerr.. daklah.. kak.. tak pernah..” jawab isteriku ringkas.

    Tapi belum sempat mereka berceloteh panjang, tiba-tiba terasa lidah dan hidung Salleh menempek di kedua-dua lubang burit adik beradik tu. Rosni mencemuh bila terasa udara sejuk dari hidung keras Salleh melekat pada lubang buritnya. Manakala isteriku mengadah kepalanya mendongak ke atas, bila lidah suam Salleh mengulit bijik kelentitnya. Salleh mendepa kedua-dua paha adik beradik tu dan menyondol muka kedua-dua lubang puki tersebut.

    “Aaiikk…dah siap cukoq.. Ini dah.. dahsyat..nih.. heemmm… emm..” kata Salleh sambil merodong geram batang hidungnya ke lubang cipap isterinya.

    Habis semua lubang digomol dan disondol oleh Salleh. Dijilat dari lubang jubur isteriku sampai ke lubang jubur bininya. Rosni tunduk dan menempek muka dan hidungnya di leher isteriku sambil mengerang kecil. Manakala isteriku menggigit telinga Rosni menahan badai enak dari jilatan lidah kasar Salleh.

    Tangan Salleh meraba dan meramas ponggong Rosni bersilih ganti dengan sudut badan isteriku. Sesekali tu diusap sampai ke pangkal dada adik beradik yang sama-sama bertindihan lalu dikepam kedua-dua buah dada mereka. Rosni mula mengerang dalam dan panjang, manakala isteriku mengetip bibirnya.

    Salleh menyilih ganti menyulurkan lidahnya sambil menguli dan menyedut semua lubang adik beradik tersebut. Mukanya kini basah dengan air mazi kedua beradik tersebut.

    Tiba-tiba Salleh berhenti dan pergi ke meja solek. Dia mengambil botol minyak Mak Nab, lalu dituang beberapa titis minyak dan dilumorkan ke batang pelirnya. Dia juga memalitkan beberapa titisan kejarinya lalu dilumurkan ke bijik kelentit dan lubang jubur kedua beradik yang sedang terpinga-pinga menanti apakah tindakkan Salleh selanjutnya.

    Apabila terkena sahaja lumoran minyak di biji kelentit mereka, Rosni dan isteriku saling memandang dan kini mengertilah mereka bahawa Salleh sudah sedia mengenakan adengan sedut dan hembus ke atas biji mereka.

    Namun tekaan mereka meleset. Kali ini tidak seperti pengalaman awal isteriku tadi, Salleh terus merodok batang pelirnya ke puki isteriku. Isteriku mengaduh kerana sentakkan mengejut batang pelir Salleh.

    Rosni pula terpinga-pinga kerana mengapa Salleh menutuh adiknya dulu. Tapi setelah melihat kerutan dahi dan rengekkan adiknya, dia merasa bertambah basah dan berangin menanti gilirannya pula untuk mengemut seketat-ketatnya batang Salleh. Dia akan pastikan lakinya tersungkur dipunggongnya yang gebu dan menitis air dari lurah rahimnya dengan secepat mungkin. Dia ingin lihat suaminya menyerah dan terkapai dari penangannya.

    Rosni menghulurkan jarinya ke mulut isteriku agar digigit dan dihisap oleh isteriku. Salleh menghentak padu burit isteriku lalu membuatnya mengerang. Setelah beberapa saat mengayun, tiba-tiba Salleh mencabut pelirnya lalu direhatkan di tebing lurah sambil menyentuh biji kelentit Rosni.

    Rosni tersentak kerana terasa batang lakinya keras basah dan panas lain macam kali ini. Dia menghulurkan tangannya ke belakang untuk membantu memasukkan batang pelir lakinya ke dalam lubang pukinya yang sudah tidak sabar lagi untuk mengemut.

    Salleh memasukkan batangnya dengan kadar yang cukup perlahan agar isterinya menderita untuk membutuhkannya. Setelah masuk dilulurkan keluar juga secara paling perlahan. Salleh mengulangi rentak begitu buat beberapa ketika.

    Rosni rasa cukup tersiksa dan perit dari adengan lakinya kali ini. Tidak pernah dia merasakan dipermainkan sebegini. Sebolehnya Rosni inginkan lakinya cepat dan ganas mengepam apam gebunya, agar dia boleh memerah urat dibatang lakinya. Kini dia pulak mendesis dan merenget ihsan lakinya.

    “Bang.. ayun cepat bang.. ayang tak tahaannn…macam nih..” pintak Rosni dengan penuh manja dan merayu.

    Salleh menghentikan pergerakkannya seketika, dia menanti rengekkan Rosni lagi.

    “Baanngg…” belum habis Rosni merayu Salleh menghentak padu menyusuk ke liang rahim isterinya.

    “Aaarrrggg…eeeiiiaahhh… adoi… sedapnyaa…. Bang.. sedap.. bang.,. haa… arrrhh..” dan dalam rayuan yang sedikit bagaikan menangis atau merengek, Salleh mengganas padu lubang puki isterinya.

    Sekejap dicepat, sekejap diberhenti kemudian diperlahankan sesungguh-sungguhnya, kelak direjamnya dengan laju-laju hinggakan Rosni sudah tidak keruan lagi. Hanya seminit dua sahaja, Rosni sudah mengelepar dan menahan hujaman Salleh dengan tangannya.

    Isteriku pulak khusyuk memandang muka kakaknya yang begitu asyik mengerang, mengerut dan mendesah penangan Abang iparnya. Mungkin dipikiran isteriku, beginikah rupa dirinya ketika disula oleh Salleh sebelum ini. Beginikah rupanya takkala dia mengelepar dibedal si Salleh sebelum ini. Adakah Salleh akan memberikan kenikmatan yang lebih dari yang dinikmati oleh kakaknya sekarang. Semua ini membuahkan percambahan air burit isteriku untuk bersedia menerima habuannya.

    Salleh menolak tubuh Rosni agar rebah baring di sebelah isteriku. Isteriku yang terpegun dengan riak kemuncak syahwat kakaknya tadi menyedari bahawa dia juga akan menerima nasib yang sama, dan dia kini sudah menanti dengan rela dan bersedia.

    Salleh mengesat peluh didahinya. Beberapa titik menitik di puting dada isteriku. Salleh memanggung kaki isteriku lalu didepa dan disangkut keatas bahunya. Mata isteriku membesar pasak melihat rupa Salleh yang berpeluh basah dan bagai sang rajuna teruna sedang lapar hendak menggasaknya.

    Salleh menjunam mukanya ke puting tetek isteriku lalu digomol dan disedutnya keras bonjolan putting isteriku. Isteriku kini tidak lagi melawan, sebaliknya pasrah merelakan segalanya dilakukan oleh Salleh.

    Salleh merejam butohnya sedalam-dalam yang boleh ke dalam puki isteriku. Isteriku turut memeluk dan meraba belakang dan meramas ponggong Salleh. Salleh mendengus bagaikan lembu kena sembelih.

    Rosni yang tewas keletihan dari pukulan Salleh tadi hanya mampu melihat dengan sendu akan lakinya yang sedang menutoh betina lain hanya ditepinya. Dia terus menguli biji kelentitnya sendiri untuk menghabiskan sisa-sisa kenikmatannya.

    Isteriku pun kini mula merengek dan meraung sambil kepalanya mengeleng ke sana ke mari. Sekali sekala tangannya mendepa dan ditarik-tarik cadar tilam. Dimukanya menampakkan riak-riak berkerut menahan kelazatan tujahan yang sedang dibekalkan oleh Salleh.

    “Baannggg…. lekass… bangg… lekass… Ita nak macccammm… aaaakkkkkaakk.. aarrgghh…” pinta isteriku.

    Beberapa saat sahaja, giliran isteriku pulak mengelepar.

    “Hegg..eerrggghhh… aahhh..ooohhh…” bentak isteriku yang sudah kesampaian.

    “hheegggerrhhh…ayang, adik… abang pun nak sampaiii.. dahhh… tahan.. muka… cepat.. abang nak pancut kat pipi muka…, lekaihh… lekaihh..” dengus Salleh.

    Rosni mengesot dan merapatkan dirinya kepada isteriku. Salleh mencabut batang pelirnya yang merah menyacak sambil digenggam erat oleh tangannya. Lalu dia bingkas bangun melutut betul-betul diantara kedua-dua muka adik beradik tersebut. Digesel dan dilumor beberapa kali sambil dilancap pada kedua-dua pipi adik beradik tersebut.

    Rosni mengisyarat kepada adiknya agar mereka berdua menjilat dan mengulum kepala kote Salleh, supaya dia cepat tewas. Lantas Rosni menyedut kepala kote lakinya dengan lahap, sambil dituruti oleh isteriku yang kini tidak lagi malu. Kedua-dua beradik mengulum dan menjilat syaf batang Salleh hingga ke pangkal. Sekali tu, isteriku memegang dan menghisap telur Salleh. Salleh meraung kuat sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

    “Arrgghh.. lazatnyaa..Taa.., Ayang kulom lagi.., sedap nyaaa, hemm…, Ayang tolong benamkan mulut Ita kat peliaq I.., I nak pancut dah..ni..” desak Salleh.

    Rosni menarik kepala isteriku lalu diunjurkan ke batang pelir Salleh. Salleh menujah bibir mulut isteriku dengan laju sambil digenggam batang Salleh oleh isterinya. Rosni dan isteriku memerhatikan kerut di muka Salleh.

    Tiba-tiba Salleh mencabut pelirnya dari mulut isteriku lalu memancutkan bertubi-tubi air maninya yang cair lantas hinggap dimata, hidung, pipi dan bibir kedua-dua beradik tersebut. Setelah reda, dicalitnya sedikit lalu dilumur pada kedua-dua buah dada adik beradik tersebut. Dia juga menjolok masuk sebahagian air itu kemulut isteriku dan isterinya.

    Rosni memandang muka isteriku dengan wajah yang lega, dan isteriku pula membalas dengan wajah yang juga lega dan agak-agak malu dengan kakaknya. Mereka kemudiannya baring bergelimpangan di atas katil sambil Salleh menyembam tubuhnya di celah mereka berdua lalu memeluk adik beradik tersebut.

    Salleh kemudian beralih menelentang dan membahukan kedua kepala adik beradik tersebut. Kote Salleh masih menyacak menongkah angin dingin pada malam itu. Rosni mencapai tangan adiknya lalu di bawa kebatang pelir si Salleh. Mereka berdua mengusap batang pelir Salleh.

    Tak beberapa lama kemudian, isteriku pun bingkas bangun untuk pulang ke biliknya. Tapi ditarik tangan isteriku oleh Salleh untuk membentak agar isteriku tidur bersama-sama mereka. Isteriku tetap membantah dan meminta izin untuk berlalu.

    Salleh sempat mencuit cipap dan meraba puting tetek isteriku ala bergurau dengan ketawa kecilnya, manakala isteriku pula memukul manja batang pelir Salleh menandakan entah apa-apa makna yang tersirat dihatinya. Isteriku pun berlalu terus menuju ke biliknya.

    Rosni, turut bangun dan berjalan masuk kebilik air untuk bercuci. Sekembalinya dari bercuci, dia meniarap ditepi Salleh.

    “Abang ni betoi-betoi ganaih.. la.. dahsyat .. tau.. Okeh.. tapi, abang ingat janji abang… Birthday ayang lusa nanti… nak bagi ayang tidoq dengan si Dave.. tuhh…kawan abang yang benggali kaya tuh..” tuntut si Rosni dari Salleh.

    Salleh membalas dengan senyuman yang bermakna sambil merenung ke siling biliknya. Mungkin mengidamkan aksi ranjang dengan isteriku lagi. Jam di dinding menunjukkan sudah pukul 1.53 pagi.

    Mungkinkah.. Suhaimi akan perasan perubahan pada isterinya, fikir Salleh sambil memaling dari isterinya untuk melelapkan mata.

    Hatiku amat remuk dan redam bila MELIHAT perkara ini berlaku, lalu bermulalah suatu perjalanan pembalasan yang aku dan team aku rancangkan. Selanjutnya ikutilah kisah bagaimana aku mengetahui keseluruhan episod pemangsaan isteriku dengan Salleh dan kecurangan aku pula dengan Miss Chan.

  • Kisah Memek Ngentot Mbak Irma Janda Muda Tetanggaku

    Kisah Memek Ngentot Mbak Irma Janda Muda Tetanggaku


    3299 views

    Duniabola99.com – Namaku rudi, usiaku 26 tahun, aku telah berumah tangga, tepat di deket rumahku tinggal seorang wanita cantik berusia sekitar 35 tahunan, tanpa suami tinggal sendiri, namanya irma dia karyawan sebuah bank swasta di kotaku menurut tetangga dia istri simpanan dari seorang pejabat.


    cerita ini bermula ketika suatu pagi aku sekitar pukul 5 aku sedang lari pagi, lewat depan rumah mbaku irma, komplek rumahku memang masi sepi kalau jam segitu, tanpa sengaja aku melihat mbak irma hanya menggunakan pakaian dalam membuka gorden yang menutupi jendelanya, dengan tersipu malu mbak irma langsung lari masuk ke ruangan ternyata dia juga tahu kalau aku melihatnya. sejak saat itu aku selalu memikirkan mbak irma meski aku sudah punya istri, istriku lah yang menjadi pelampiasan ku setiap sehabis melihat mbak irma pulang kerja.

    suatu hari istriku pergi ke rumah ibu nya di luar kota, aku tidaku bisa menemani karna memang banyak pekerjaan di kantor. aku berpikir inilah kesempatanku mendekati mbak irma, karena istriku akan di rumah ibunya selama seminggu, tapi apa cukup waktu segitu, cara demi cara aku pikirkan namun semuanya bakal buntu.

    Ke esokan harinya aku menyempatkan lari pagi, aku lihat rumah mbak irma masih nyala lampunya, ah sepertinya dia masi tidur aku berputar memutari komplek,, tak lama kemudian aku melihat dia baru saja datang dengan mengendarai sepeda, membuka pagar rumahnya, suasana memang sepi sekali,aku pun berusaha mendekat
    “hi mbak, darimana nih??” sapaku
    “dari rumah temen mas” wajahnya yang menantang menjawabku
    “nginep ya mbak?”
    “iya mas” sambil gugup dia menjawabku sepertinya dia masi malu waktu itu pernah ku lihat hanya berpakaian dalam.
    “ya sudah mbak capek kayaknya tuh mata masih merah, aku pulang dulu mbak, bersih2 rumah ga ada istri soalnya”
    “hehe iya, emangnya kemana mbak dian nya??”
    “lagi ke rumah ibunya mbak, kangen katanya”
    “ow… berapa hari mas?? kalo butuh bantuan bilang aj mas, sapa tau bisa bantu”
    “wah kebetulan tuh mbak” pikirku melayang untuk meminta puaskan nafsuku
    “kebetulan apa mas??”
    “ehhh ga kok mbak bercanda, ya sudah aku pulang dulu ya?? o ya tar kerja kah? kalo capek tar aku anter ga papa kok”
    “ga mas aku libur, lagi ga enak badan nih”
    aku pun pergi menuju rumah, hubungan ini ga aku sia sia kan, sampai di rumah aku sms mbak irma, ternyata nyambung juga hingga akhirnya sms an sampe malem, kata2 ku sudah mulai menjurus pada sex, tenryata mbak irma sedikit ngebales meskipun akhirnya dia takut akan hubungan ku dengan istriku. namun aku jawab mumpung ga ada dia
    esok pagi mbaku irma telpn aku ” mas tolong belikan obat donk, bisa kan?? pusing nih mau minta tolong sapa lagi aku ga taw”
    “ok sayang” jawbku
    “idih sayang di bom istrimu baru tau rasa lo”
    hari sabtu adalah hari libur aku pergi membeli obat. setelah dapat aku masuk ke rumah mbak irma.
    “mbak ini obatnya”
    “iya mas bentar”


    jrennnnggggg mbak irma memakai lingerie tapi agak tebal dikit lah berwarna biru muda, serentak senjataku bergejolak melihat tubuhnya yang putih serasa sengaja disuguhkan pada ku.
    “masuk mas, silahkan duduk dulu” celana dalam nya telihat samar2 di balik gaun tipis itu
    mataku bener2 dimanjakan olehnya
    “silahkan diminum mas” sambil menyuguhkan teh dia merunduk dan belahan dadanya terlihat jelas. BH yang berwarna hitam telihat membungkus barang indah itu.
    “makasi mbak” mataku kembali terbelalak ketika melihat paha mulus saat mbak irma duduk di depanku, mulailah pikiranku melayang
    “mas rud… mas rud… malah nglamun” suaranya membangunkanku dari lamunan ku
    “heh maaf mbak lagi berfantasi”
    “hayo fantasi apa? cerita di bbm itu ya ?? mas rudi ini bisa aja” sambil tertawa mbak irma menyingkap rambutnya. Rfbet99

    “hhehe iya mbak diitnggal istri seminggu sih gini deh jadinya, apalagi mbak pakaiannya gitu, tambah deh”
    “hahhaha cuma kelihat paha aja udah melayang nih mas rudi”
    “banget mbak, hahaha”
    “mas maaf ya, aku sbenarnya sih g sakit, cuma akal akalan ku aja biar mas ke rumah, maaf ya ??
    “wah parah, kirain sakit beneran, kawatir nih, yang lebih parah lagi adek ni berdiri trus ngeliat paha ma dada, tanggung jawab donk?”
    “ye mulai deh minta ma bini sono” nadanya marah pada ku
    “becanda, gitu aja amarah”
    “iya ga papa, mas masukin tuh motor, temenin aku donk bentar aja mumpung ga ada bini mas katanya, haha”

    aku pun memasukkan motor ke garasi mbak irma, lalu aku masuk kembali, aku di ajak ke sebuah ruangan yang bagus sekali.
    “mas ini aku namain ruangan surga, karna ini khusus kalo suami ku pulang, dia minta berhubungan disini, kedap suara soalnya ruangan ini mas, jadi meski teriak2 ga bakalan ada yang denger”
    “wow keren juga ya mbak, boleh dicoba tuh mbak,” sambil duduk di kursi saya memandang ruangan itu

    “itu disana ada kamar mandi, disini lah mas kalo aku lagi pengen puasin diri sendiri” mataku terbelalak ketika mbak irma duduk dengan kaki terbuka, celana dalamnya tipis, shingga terlihat dengan jelas jembut dan kemaluannya
    “eh iya mbak” sambil menahan aku menjawab
    “liat ini mas? jangan diliat aja dong mas, dari kemaren aku tau kok mas … kalo kamu pengen aku, itu yang lagi berdiri masukin donk kesini” sambil menunjuk ms v nya mbak irma menantangku
    “hmmm siap ” saya pun langsung telanjang bulat
    “wow gede, enaku tuh, dah lama nih”
    aku langsung menunduk karna mbak irma duduk sambil membuka kakinya di kursi, langsung kujilat kemaluannya
    “ooughhhh….ssssssssshhhhh mas inget istri…. ahhh enakkkk”
    celana dalam nya aku copot, lidahku tetap bergerilya di kemaluan mbak irma, sesekali dia mencengkeram rambutku sesekali dia menjarit
    “ooughhhhhhhhhhhhh fuck”
    menit2 demi menit berlalu, jari pun telah aku masukkan, jari yang semula kering kini di lumuri cairan putih dan bening,
    “mas aku keluar kerasin……..oughhhhhhhhhh” irma mencapai orgasme nya
    aku naik untuk mencumbu bibirnya, sambil kucopot BH yang menempel di dada nya, namun lingerie yang indah itu aku biarkan menghiasi tubuhnya, kecupan demi kecupan saling kita berikan, tangan ku bergerilya di gunung surganya, ku hisap pentilnya sesekali kugigit secara perlahan
    “ough mas kamu ahli…ahhhhh sayang”
    “oouugh mas udah dulu” sambil mengangkat kepalaku irma berdiri dan merunduk di depanku
    “kumakan ya mas kontolmu ini” sambil mengocok dia mendekatkan mulutnya ke kontolku
    aku pun cuma bisa menganggukkan kepala
    “ouughhh sayang” desahku ketika kontolku di lumat habis
    menit demi menit aku di kulum nya, aku merasakuan sedikit lagi aku orgasme, aku mengangkat kepala irma, kemudian dia lepaskan kulumannya
    “ada apa mas?”
    “ga papa aku mau orgasme berhenti bntar, pengen orgasme saat di dalam ini” sambil ku tunjuk vaginanya
    “itu tar aja, ga adil tadi aku keluar di mulut kamu, sekarang harus di mulut juga” langsung mengulum kembali penisku, di kocok sekeras munngkin
    “ouughhhhhh,,,, aku kluar… crotzzz” beberapa menit kemudian aku orgasme dalam mulut irma, dia lari ke kamar mandi sambil memuntahkan sperma ku, meski dia menlean dikit tapi masih banyak spermaku yang di mulutnya
    “widih masih siap tempur” sapanya dari kamar mandi, sambil meminum pil KB, kemudian irma berjalan ke tepi kasur, dan membuka kakinya
    “hehe iya donk barang bagus nih” sambil kudekati irma aku peluk sambil cium
    “buruan sayang ga tahan nih lubang dari tadi nganggur” tanpa pikir panjang langsung aku masukin
    “ooouughhhh” desahan bersama sambil bercumbu kembali, aku gerakukan maju mundur penis in terasa menghujam lubang sempit yang membuat saraf2 di otaku bekerja dengan senang
    “mas… oouughhhh ” desah irma
    “mass…. kerasin donk…. ahhhhhh… shhhhhhh” desah irma sambil menggoyang badannya

    aku kerasin doronganku dengan sekali2 aku dorong penuh sehingga rasanya penis ini menyentuh pangkal di dalam
    oouughhh masssss lov u….. ahhhhhhhhhh
    setelah beberapa menit irma menariku untuk di bawah tancapkan lah penisku kedalam vaginanya “ouughhhhhhh”
    selang beberapa menit irma orgasme, gesekan yang dilakukan sangat keras gerakan naik turunnya bener2 ajib, sampai terdengan suara “plok..plok”
    “aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhh maaaaaaaaaaaaassssssssss aku kluar…. cairan sperma ku banyak terasa mengalir di penisku
    kemudian aku tarik irma untuk berciuman
    setelah itu irma aku ajak dogy style, nafsu yang menyelimuti kita menjadikan gaya ini sedikit brutal berulangkali irma berteriak dan bunyi yang di sebabkan tumbukan antara paha ku dan pantatnya sangat keras……..
    beberapa menit aku angkat tubuh irma menuju tembok, aku hujam di atas pangkuanku
    “ouughhhhh luar biasa mas” desahnya sambil tersenyum
    selang beberapa menit aku merasakan hampir orgasme

    “sayang aku beri kamu anak ya?” kataku sambil menggendongnya untuk kembali berbaring
    “kalo bisa coba aja” candanya sambil memegang penisku untuk di arahkan ke lubangnya kembali
    aku pun kembali menghujam vaginanya dengan penis ku, keras dan cepat tapi kadang aku menurunkan ritme dengan pelan2 tapi menusuk
    “oughhhh masssssssss”
    aku tersenyum sambil meronta keenakan
    “mas aku mau keluar lagi……shhhhhhhhhh….. kerasin……..”
    “aku juga sayang….oughhhhhhhhhhhh” tambah cepet aku genjot irma
    beberapa menit kemudian
    “oooouwwwwwwwwwwwwwwwwwhhhhhhhhhhhhh ahhhhhhhhhhhaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhh 3 kaaaaaaliiiiiiiiiiiiiii…. kumu hebat sayang” desah irma sambil mengejangkan tubuhnya memelukku
    “ougggggggghhhhhhhh ini bentar lagi”
    plok2 plok2…… suara penisku menghujam memeknya yang basah sekali
    “crotzzzzzzzz…..zrotssssss” spermaku keluar di dalam vagina irma, akhirnya aku bisa menikmati irma dengan penuh…. kupeluk irma dan ku ciumi dan kujilati dad nya
    “mas jangan pulang dulu, aku masih butuh kamu nanti” ucapnya pada ku
    aku pun tersenyum, lalu ku kecup keningnya
    hari itu aku benar2 ga pulang ke rumah sampai keesokan harinya
    Hanya waktu istriku telpon … aku bilang lagi di rumah capek mau kemana2, begitu pula irma, padahal setelah telpon itu selesai permainan liar kami berlanjut


    ketika istriku di rumah, aku dan irma masih sering ketemu dan melakukan hubungan ini di hotel, suatu saat irma memintaku memberinya anak, meski aku tidak usah bertanggung jawab akan hal itu karena dia bilang kalo itu anak dr suaminya yang datang sehari sebelum itu… kini irma sudah pindah dari komplek rumahku bersama anak hasil hubungan kami, namun komunikasi kami masih terjaga, sesekali kami bertemu di suatu kota untuk semata2 melakukan hubungan sex tidak lebih, dia tau aku sangat mencintai istriku.


  • Cerita Sex Terkini Kontol Wawan Menusuk Sampai Dalam

    Cerita Sex Terkini Kontol Wawan Menusuk Sampai Dalam


    1054 views

    Cersex Terbaru – Cerita Hot Dewasa Terkini, Koleksi Cerita Cabul Siswa, Cerita Sex Amoy Elok, Narasi Cabul Paling langka, Narasi Seks Terbaru, Narasi Abg Binal Ngentot, Ungkap Narasi Ngentot Tersembunyi, Tante Riang Bisyar, Mahasiswi Sange Nakal, Sekitar Seks Terhits, Birahi Tinggi Remaja, ABG IGO Bispak Horny, Seks Pemerkosaan Terganas, Seks Sedarah Terhits, Kasus Cabul Tante Riang, Cerita Acara pesta Seks Remaja, Photo Syur Hot, Photo Bugil Terbaik, Panduan Seksual Terkomplet dan Paling dipercaya.

     

    Bacaan Seks Terkini 2023 Pelet Tukang Bangunan – Bacaan seks, bacaan dewasa, bacaan ngentot, bacaan panas, narasi sex terkini 2023. Pagi itu ibarat biasa saya bangun lebih pagi dari mas Deni, kusiapkan makan pagi walau cuma beberapa lembar roti dan selai dan satu gelas kopi hitam hangat saat sebelum dia pergi kerja. Demikian dia usai berpakian dia juga makan pagi dengan rileks nya didampingi olehku. Saat sebelum tidak lupa mas Deni mencium keningku mesra disertai senyumannya yang hangat dan pergi pagi-pagi sekali memburu kereta ke arah tempat dia bekerja.
    Demikianlah sehari-harinya kami berdua. Telah tiga tahun lama waktunya kami menikah. Dengan modal tabungan dan sedikit kontribusi orang-tua kamipun dapat pergi dari “Pondok Mertua Cantik” dan mencicil rumah imut di luar kota jakarta untuk tempat tinggal kami.

    Kelompok Bacaan Seks Terkini 2023 Pelet Tukang Bangunan
    Bacaan Seks Terkini 2023 Pelet Tukang Bangunan
    Setiap hari saya bekerja di dalam rumah sebagai ibu rumah-tangga, walaupun memang tragisnya saya belum patut memiliki predikat “ibu”. Mungkin memanglah belum rezeki, dan memang waktunya belum pas untuk kami untuk mempunyai turunan . Maka setiap hari saya isi waktu luangku dengan membenahi rumah dan mengolah. Komplek rumahku termasuk baru, dan beberapa rumah belum berisi menjadi saya banyak beraktivitas apa pun untuk hilangkan kesepianku.
    Telah 5 ini hari saya mempunyai kegiatan baru, yakni memantau tugas tukang yang tengah meluaskan bangunan rumahku. Kebenaran bulan kemarin mas Deni mendapatkan tambahan uang dari bonus akhir tahunnya. Uang itu lalu kami tabung dan bekasnya kamu gunakan untuk membuat kanopi penutup garasi di area depan rumah kami.
    “Selamat pagi bu..” Sapa si mandor pak Ihksan secara ramah.

    “Oh pak Ihksan, silahkan masuk pak” Ujarku dengan tidak kalah ramah.
    Pas jam 9 pagi pak Ihksan dan anak buahnya mengawali kerjanya. Tugas membuat kanopi termasuk gampang dan tidak makan banyak tenaga, hingga sanggup dilaksanakan cukup dengan dua orang saja. Pagi itu ibarat beberapa hari awalnya pak Ihksan tiba bersama Wawan atau umum diundang Acong sepupunya untuk menolong kerjakan kanopi kami.

    Pak Ihksan yang telah berusia sekitaran 40-an itu semakin lebih mengarah me-mandori tugas anak buahnya saja yang tenaganya semakin kuat. Dan Wawan sepupunya itu yang kurang lebih berusia sekitaran tengah 20-an, tidak berbeda jauh denganku, semakin banyak lakukan tugas berat di bawah instruksi pak Ihksan.
    “Silakan pak diminum airnya” Sapaku ramah sekalian membawa nampan berisi kopi dan air putih dan meletakkannya di teras.
    “Oh ya terima kasih bu Santi..” Jawab pak Ihksan secara santun sekalian tersenyum sekalian terus meneruskan kerjanya.

    Berlainan dengan pak Ihksan, Wawan tidak banyak berbicara. Dia semakin banyak diam dan fokus bekerja. Bahkan juga sebelumnya kupikir dia mempunyai abnormalitas sangking dia tidak pernah kudengar bicara 1x juga. Tetapi satu perihal yang membuatku cukup risi dengan Wawan ialah bagaimana dia sering memerhatikanku. Sering dia melihatku dengan tajam, yang membuatku menjadi cukup salah kelakuan jika berjumpa mata dengannya.. Hal tersebut yang terkadang membuatku tidak ingin semakin lama di luar, walau sebenarnya kapan saya punyai rekan mengobrol walau cuma hanya pak Ihksan.
    Dan waktu itu sama dengan beberapa hari awalnya, ini kali juga Wawan melihatku secara cermat. Dia melihatiku lekat-lekat dari ujung rambut sampai ujungnya kaki sambil menggergaji kerangka kanopi di teras rumah. Harus kuakui, Wawan mempunyai aura misteri yang membuatku ingin tahu. Entahlah karena sikapnya yang demikian pendiam, atau karena argumen lain. Bukan sekali 2x dia mendapatiku secara cepat saat saya sedang sembunyi-sembunyi memerhatikannya. Secara cepat melihat dan membalasnya pandangan mataku seolah tahu jika saya sedang memperhatikannya.
    Namun ada satu perihal yang mengganggu rasa penasaranku. Walau selalu bekerja tanpa memakai pakaian, Wawan tidak pernah melepas Kalung hitam yang melingkar di lehernya. Kalung warisan itu ibarat dibuat dari kulit dengan bandul berwujud persegi warna hitam yang mengingatiku pada aksesori yang kerap digunakan di film sinetron pertandingan di tv. Ada satu perihal kembali yang membuatku ganjil, yakni dia seringkali menyeka-usap atau memain-mainkan kalung yang terlingkar di lehernya itu sambil dia berbisik-bisik seperti berzikir. Seringkali dia melihatiku lekat-lekat sambil lakukan kebiasan anehnya itu yang membuatku semakin risi saja.
    Entahlah semenjak kapan diawalinya, tetapi belakangan ini saya sering mendapatkan mimpi aneh. Sebuah mimpi kabur di mana saya dikunjungi sosok pria tanpa baju. Saya tidak bisa ingat terang bagaimana muka pria itu terkecuali tubuhnya yang tegap berotot. Tanpa basa-basi sang pria dalam mimpiku itu mendekapku dan memulai merangkul badanku. Selanjutnya entahlah bagaimana ceritanya, sang pria itu mulai menjamahku. Dia secara brutal meniduriku sampai pada akhirnya aku juga terjaga di tengah mimpi aneh/jelek itu secara bercucur keringat.
    Yang membuat semakin aneh ialah saya terus mendapatkan mimpi itu terus-terusan sepanjang sejumlah sesudahnya. Dan seperti umumnya, di dalam mimpi itu si pria mendadak tiba dan meniduriku. Satu perihal yang jadi kemiripan setiap mimpi ialah saat sebelum menjamahku, figur misteri itu selalu memaksakanku untuk mengoral kemaluannya, yang anehnya dalam mimpi itu selalu kulayani dengan suka hati.
    Walau saya tidak dapat ingat bagaimana perawakan sang figur yang sering tiba di mimpiku itu, antiknya saya dapat ingat benar bagaimana bentuk kemaluan sang pria tersebut.
    Saya dapat rasakan bagaimana baunya, teksturnya saat saya mengulumnya dalam mulutku. Bahkan juga saya dapat ingat rasanya di kemaluanku. Saya menjadi seperti dibikin mimpi basah setiap malam, dan terjaga dengan cairan kemaluan yang menetes-netes di celana dalamku.
    Dan demikianlah sepanjang sekian hari beruntun, saya terjaga dari mimpi jelek itu dengan keringat yang mengalir deras. Tetapi tetap saya tidak dapat ingat mukanya seperti apakah. Sampai di suatu saat saya sedang duduk di teras, memerhatikan tugas pak Ihksan dan Wawan. Tanpa sadar saya sedang memperhatikan Wawan lekat-lekat. Kuperhatikan tubuhnya yang berotot, berkilat keringat didera matahari, kulitnya yang gelap tetapi bersih.. dan aku juga tercekat saat Wawan kembali melihatku, seolah ketahui jika dia sedang dilihat.

    Aku juga selekasnya masuk ke rumah dan menenggak air putih dengan napas tersengal-sengal. Mungkinkah saya bermimpi Wawan sejauh ini?
    Makin hari saya makin tidak dapat lupakan mimpi-mimpiku pada malam hari itu. Terkadang saya merasa kebingungan temukan diriku tengah melamun membaygkan mimpiku itu. Aku juga tidak memahami mengapa saya menjadi kerap mengingat mimpi erotis itu, dan membaygkan bilaman sang pria yang tiba itu ialah Wawan. Aku juga terus berusaha untuk hilangkan beberapa pikiran aneh itu dan berusaha untuk tidak pikirkannya benar-benar dan membuangnya jauh.
    Sesuatu saat pada minggu ke dua, saya sedang menyiapkan kopi dan air putih untuk pak Ihksan dan Wawan. Hari itu saya malas sekali untuk mandi pagi, dan masih tetap memakai gaun tidurku tadi malam yang dilapisi oleh cardigan tipis sewarna dengan gaun tidurku tersebut. Saya terkejut saat menyaksikan Wawan tiba sendiri tanpa ditemani pak Ihksan.
    “Eng.. pak Ihksan ke mana?” Tanyaku dengan canggung.
    “……..Pak Ihksan sakit. Istirahat di rumah.” Jawab Wawan pendek. Kupikir-pikir baru ini kali saya dengar suaranya dan menanyakan secara langsung padanya.
    “Ooh.. Saya simpan di sini ya minumnya..” Ujarku perlahan sambil menyimpan nampan. Entahlah mengapa suaranya yang berat membuatku menjadi sedikit menciut.
    Wawan tidak menjawab dan secara langsung menyimpan perlengkapan yang dibawa. Dengan rileks dia melepaskan pakaiannya dan menggantungnya di pagarku. Saya termenung. Entahlah ini kali saya demikian berkeinginan untuk melihati tubuhnya semakin lama. Kupandangi tubuhnya yang mulai berkeringat mengeduk semen, berkilat-kilat. Entahlah bagaimana reaksi mas Deni jika mendapatiku tengah melamun memelototi pria lain semacam ini. Yang terang waktu itu saya benar-benar lupa dengan mas Deni, betul-betul lupa.
    Lamunanku tersadarkan saat kembali lagi Wawan mendapatiku ketangkap basah melihatinya. Dengan muka bersemu aku juga selekasnya masuk tanpa banyak berbicara. Di dalam rumah saya atur napas, saya tidak mengerti dapat melakukan perbuatan sebodoh tersebut. Beberapa saat berlalu saya memilih untuk melihat tv saja. Tetapi kembali lagi saya tidak dapat fokus dan pikiranku melayg membaygkan beberapa mimpi erotis yang kualami.
    Sebuah ketukan perlahan membubarkan fantasiku. Aku juga terlonjak duduk dari lamunanku. Kucoba untuk menurunkan debaran jantungku yang sejak dari barusan berdegap kuat melamunkan mimpi tidak pantas itu. Aku juga selekasnya jalan keluar dan buka pintu.
    “Izin bu. Hujan, saya stop dahulu.” Tutur Wawan pendek.
    Saya mirip orang bodoh cuma berdiri dimuka pintu dengan mata terbeliak dan mulut menganga. Tidak menygka Wawan ada di depan pintu berdiri sedekat itu denganku.
    “I-iya mas, silahkan saja.” Ujarku cepat.
    Kusaksikan badannya basah kuyup diguyur hujan. Rupanya saya tidak mengetahui turun hujan sangking asyiknya melamun barusan. Aku juga kembali tubuh dan tinggalkan Wawan yang berdiri mematung di teras melihati hujan deras yang mengguyuri teras rumah. Ternyata dia barusan sebelumnya sempat mengalihkan rangka-rangka kanopi lebih dulu hingga tubuhnya basah kuyup kehujanan. Kupikir-pikir kasihan jika dia kedinginan semacam itu, bisa jadi dia sakit dan justru tugas rumahku menjadi tidak terurus.
    “…. Eng, silahkan mas jika ingin beres-beres di dalam kamar mandi..” Ujarku canggung sekalian menunduk buka pintu sedikit mempersilakannya masuk.
    Sementara Wawan balas melihatiku sesaat, selanjutnya jalan meng ikutiku masuk ke rumah. Selekasnya sesudah memberinya handuk aku juga berlari di dalam kamar dan diam diri.
    “Duh, mengapa menjadi deg-degan ini sich?!” Umpatku dalam hati.
    Saya terduduk di kasur, selanjutnya merebahkan diriku ke-2 kakiku menjuntai kebawah. Saya pejamkan mata berusaha menurunkan debaran jantungku. Pikiranku melayg tidak teratasi, membaygkan badan kekar Wawan yang tengah diguyur shower dalam kamar mandiku, membaygkan bulir-bulir air jatuh ke antara badannya. Saya menghela napas panjang, tidak memahami dengan pikiranku sendiri.
    Tanpa kusadari Wawan rupanya sudah usai bersihkan badannya. Dia jalan perlahan keluar kamar mandi dan melihat masuk ke kamar. Posisi kamar mandi itu berseberangan dengan kamar tidurku, menjadi siapa saja yang keluar kamar mandi bisa secara gampang melihat di dalam kamar tidurku jika pintunya terbuka. Dan apesnya saat itu saya lupa tutup pintu kamar tidurku, hingga Wawan bisa langsung melihatku yang tengah merebahkan diri di atas kasur demikian dia keluar kamar mandi.
    “Saya telah usai, bu.” Tutur Wawan pendek.
    Saya terlonjak terkejut dan terduduk. Suara itu benar-benar dekat. Dan betul saja, Wawan ada di tingkat pintu kamar tidurku. Saya termenung mematung merunduk kebawah menghindar dari sorotan matanya. Entahlah semenjak kapan dia berdiri disitu. Mungkinkah sejak dari barusan dia melihatiku yang sedang merebahkan diri di atas kasur?. Yang paling mengagetkan ialah mendadak dengan perlahan-lahan Wawan mengambil langkah masuk ke kamarku, dan rapatkan pintu ada di belakangnya.
    Saya tercekat diam seribu bahasa. Otaku berusaha mengolah apa yang sedang dilakukan Wawan, dan pikirkan bagaimana dia berani sekali punyai nyali masuk ke kamarku. Nyaliku semakin menciut setiap kali Wawan mengambil langkah merapat, perlahan-lahan dia mempersempit jarak di antara kami berdua. Tubuhku lemas, di antara cemas, takut dan terpana. Terpana oleh badan telanjangnya yang menarik yang saat itu cuma terbelit selembar handuk putih di atas lututnya. Wawan melihatiku lekat-lekat tanpa kata-kata.
    Sementara saya semakin menunduk ketakutan dan cemas didera sorotan matanya yang tajam.
    Jantungku berdegap kuat saat kurasakan sentuhan halus Wawan di ujung-ujung rambutku. Apakah benar itu tangannya? Apa ini cuma Angan-anganku semata?. Sementara itu saya tetap tidak berani mendangak dan menentukannya. Entahlah mengapa tidak terbesit untuk menyingkirkannya. Kenekatan Wawan saat itu ciutkan nyaliku.
    Sementara itu jantungku tidak stop berdetak kuat tidak teratasi setiap punggung jari menyeka halus rambut pendek tergerai ku. Disekanya halus dari ujung ke pangkal rambutku yang terurai disebelah mukaku. Saya tidak sanggup menantang dan cuma dapat mematung. Ingin rasanya saya menantang, tetapi anehnya saya tidak sanggup. Jangankan berontak, mengusung muka menantang pandangannya juga saya tidak mampu.
    Sampai pada akhirnya dengan seluruh kemampuanku, saya sukses berontak dan menepiskan tangannya dari mukaku. Kutampar tangannya sampai melayg, dan dengan langsung kudorong tubuhnya dengan ke-2 tanganku dengan keinginan menyingkirkannya keluar kamarku.
    “Egghh! Keluar kamu!!”
    Tetapi tubuhku yang lebih imut darinya pasti tidak membuat bergerak sedikitpun. Justru kembali saya yang terjengkang kebelakang dan jatuh berlutut di lantai. Saat tersebut mendadak Wawan memegang tepi handuknya, dan loloskan handuknya turun sampai jatuh ke lantai. Posisi ku yang berlutut di hadapannya automatis segera bertemu dengan anggota badan bawahnya, sejajar dengan pinggangnya. Sekarang Wawan telanjang bundar di depanku tanpa satu helai benangpun terkecuali kalung warisan yang melingkar di lehernya.
    Dan di waktu itu lah semua jadi semakin tidak teratasi. Tidak lama kemudian saya kembali termenung mematung berlutut, di antara terkejut dan terkesima. K0ntol Wawan yang 1/2 keras itu pas bertemu satu jengkal jauhnya dari mukaku. Otakku segera bereaksi mengganggu alam bawah sadarku, mengulangi kembali memory beberapa mimpi yang kualami sejumlah malam hari ini. Bentuk k0ntol yang ada di depanku ini betul-betul familier. Ya, ini ialah k0ntol sang figur misteri yang sering menghantui malamku. Saya memang tidak pernah ingat dengan figurnya, tetapi saya hafal benar dengan k0ntol tersebut. Rupanya memang betul, tidak lain dan tidak bukan k0ntol itu ialah k0ntol Wawan sendiri.
    Seperti dilanda rasa haru dan kangen karena pada akhirnya dapat menyaksikannya langsung, kuperhatikan secara cermat k0ntol Wawan yang pas menodong mukaku tersebut. Bagaimana setiap goresan di tangkai k0ntolnya, kantung zakarnya, urat-urat di sekliling batagnya, kepala k0ntolnya yang sedikit lonjong berkilat, bahkan juga bentuk rambut kemaluannya memang betul benar-benar kuhapal.
    Bak tengah menyaksikan ular kobra yang siap mematuk, kupandangi k0ntolnya yang gagah melawan. Kuakui panjangnya kemungkinan cuma beda lebih panjang 2-3CM dari punya mas Deni. Karena mungkin ukuran kepala k0ntolnya yang berlainan dan sedikit besar. Tetapi yang paling jelas ialah diameternya. Walau mungkin cuma berbeda 2-3CM diameternya dari punya mas Deni, tetapi yang terang membuat menjadi kelihatan lebih tebal dan gemuk. Saya menjadi menelan ludah gugup saat terpikir bagimana rasa k0ntol itu di mulutku dan di kemaluanku dalam mimpiku.
    Bacaan Seks Terkini 2023 Pelet Tukang Bangunan
    Dan tanpa berbicara, Wawan mengelus lagi mukaku halus dengan tanganya. Sementara itu dia perlahan-lahan lebih memajukan pinggangnya semakin merapat, memperkecil jarak di antara mukaku dan kemaluannya. Tetapi ini kali saya tidak lagi cemas atau berontak, saya justru merasa tenang bahkan juga menanti-nanti. Sampai pada akhirnya saya dapat mengisap wewangian kemaluannya yang bersatu sabun merasuk di dalam hidungku. Secara perasaanah saya pejamkan mata nikmati baunya yang ciri khas. Mataku perlahan-lahan terpejam syahdu bersamaan Wawan dekatkan k0ntolnya.
    “Ach…”
    Saya terpekik kecil saat pipi halusku bergesekan secara hangatnya kulit tangkai k0ntol Wawan. Teksturnya yang tidak rata demikian berasa di pipi kananku. Tetap dengan mata terpejam kubiarkan k0ntol Wawan menelusuri mukaku. Dimulai dari pipi, selanjutnya berpindah ke hidungku sampai daguku dapat rasakan kantung zakarnya di daguku. Tangan Wawan yang semula cuma mengelus pipiku, sekarang berpindah memegang belakang kepalaku. Automatis bibirku menjadi mengecup pangkal kemaluan Wawan. narasi seks
    “Hhhmm…”
    Itil V3
    Wawan mendengus perlahan. Ditujukannya kembali kepalaku sampai sekarang bibirku mengecup naik ke tangkai kemaluannya, dan mengecup kepala k0ntolnya halus. Dan aku juga seperti memahami akan kemauan Wawan, kugerakkan bibirku mencumbui lubang urine nya yang berasa sedikit basah dan asin.
    “Mmhcch.. Mmmhcccup.. Cuppphmm.. Cupphhmmmmm…”
    Dengan jinaknya kutimpali dengan ciuman mesra pergerakan kepala k0ntol Wawan yang berputar-putar di sekitar bibirku. Perlahan-lahan tetapi tentu Wawan menggerakkan k0ntolnya maju, buka bibirku yang tertutup rapat. Sekarang tanpa banyak menggerakkan tangannya, kepalaku dengan automatis bergerak perlahan mencumbui k0ntolnya sampai masuk dikit demi sedikit.
    Bibirku sekarang sedikit menganga, ganti dari menciumi jadi mengulum kecil walau baru hanya kepala k0ntolnya saja.
    Kunikmati dan kukecap mesra rasa k0ntol Wawan di mulutku. Saya tidak pernah mengoral k0ntol siapa saja awalnya, bahkan juga k0ntol mas Deni sekalinya. Pengalaman oralku cuma dari beberapa mimpi yang kualami saja. Tetapi sekarang dengan giatnya saya menghisapi tangkai kemaluan Wawan semakin dalam sampai sekarang telah 1/2 batangnya masuk ke mulutku.
    Wawan juga semakin semangat dan memulai gerakkan pinggulnya lebih kuat. Sekarang saya cuma diam dan pasif saja memperlebar mulutku biarkan kontol tebal Wawan mengawini mulutku. Kepalaku sekarang bertumpu di tepi kasur meredam sikatan k0ntol Wawan masuk keluar di mulutku. Wawan mulai cukup sedikit brutal. Dipeganginya kuat-kuat ke-2 segi mukaku sekalian kadang-kadang dia menjejali k0ntolnya sampai ke tenggorokanku. Saya terbatuk-batuk mual karena tingkahnya, tetapi tetap saya memasrahkan diriku sepasrah-pasrahnya.
    “Uuggghhhhh…”
    Wawan juga menggeram saat dia memasukkan k0ntolnya dalam dalam di dalam mulutku. Baru saya tahu besarnya berbeda 2-3CM itu. Dadaku berasa sesak, oksigen ketahan di tenggorokanku karena k0ntol Wawan yang tenggelam dalam. Saya tercekik sampai tidak berasa mukaku merah padam dan air mataku mengucur dari segi sisi mataku yang tetap terpejam. Berasa ujung k0ntol Wawan sentuh segi paling dalam kerongonganku.
    “OHOK.. OHOK.. OHOKKK..!!!”
    Saya terbatuk-batuk saat oksigen kembali masuk ke dalam paru-paruku. Kumuntahkan sedikit lendir lekat kerongonganku sampai jatuh membasahi gaun malamku. Terlihat k0ntol Wawan berkilat basah oleh ludahku saat dia mengambilnya dari dalam mulutku. Sisa hubungan bening lendir ludahku barusan yang tetap terpaut disebelah bibirku dan kepala k0ntolnya. Rasanya lama sekali barusan dia men- deep throat ku, mungkin 30 detik, mungkin 1 menit saya tidak tahu. Tetapi entahlah bagaimana saya tidak geram malah demikian senang dapat mengoral k0ntolnya semacam itu.
    Wawan secara halus mengusap tersisa sisa ludah di bibirku. Dengan perlahan-lahan dia mambantuku berdiri yang masih cukup lemas barusan. Tetapi selanjutnya secara cepat Wawan menggerakkan badanku sampai saya jatuh terbujur di kasur. Dengan sedikit berdebar saya memerhatikan Wawan yang tetap berdiri disebelah kasur. Dengan perlahan-lahan diangkatnya ke-2 kakiku keatas kasur. Disekanya halus telapak kakiku, dan dimainkan sesaat gelang kaki yang terlilit di pergelangan kananku. Tanpa basa-basi selanjutnya Wawan mencium telapal kakiku gaungs. Dikecupnya jari kaki imutku dan diisapnya kuat-kuat.
    “Emggghhh..!”
    Langsung tubuhku menggelinjang karena kesan geli yang diakibatkannya. Selanjutnya seperti macan yang dekati mangsanya, Wawan turut naik keatas kasur dan merayap di atas badanku. Telapaknya yang kasar meraba-raba pergelangan kakiku dan naik sampai ke lututku. Tubuhku sekarang bergidik sejadi-jadinya. Apalagi sekarang tangannya telah naik kembali telusuri pahaku serta telah datang di pinggiran celana dalamku. Kontan saya rapatkan pahaku malu mungkin dia akan menanggalkan celana dalamku. Tetapi saya dikejuti oleh pergerakannya yang benar-benar tiba-tiba, daripada turunkan cd ku dia justru menjambak ujung gaun tidurku dan menyingkapnya keatas.
    Saya menggelinjang kecil meredam mukaku yang merah padam saat Wawan sukses membuka gaunku sampai ke atas dadaku. Terpampanglah telah ke-2 payudaraku di hadapannya. Saya yang memang saat itu tidak kenakan bra, sekarang harus mengikhlaskan ke-2 gunung kembarku jadi tontonannya. Yang membuatku semakin malu ialah ke-2 puting sususku rupanya telah muncul keras, pertanda jika saya memang senang juga diberlakukan semacam itu olehnya.
    Wawan melihati nanar dadaku. Kuakui memang payudaraku tidak terlampau besar (cuma 32B), tetapi memiliki bentuk yang bundar padat dan ke-2 puting susuku yang sedikit panjang warna kemerahan tentulah masih tetap membuat Wawan dahaga. Betul saja, tanpa banyak berbicara Wawan selekasnya menyantap dada kiriku sampai habis.
    “Aaaauuhhh..!!”
    Saya mendesah geli sambil membekap bibiku saat Wawan mengisap payudaraku kuat-kuat. Tidak cuma disantapnya dadaku, tetapi dengan lidahnya dia menjawil-jawil puting susuku dalam mulutnya seperti hewan yang kelaparan.
    “Aaahmmm…sslrrrpp.. Nyaammhhh…ccttttt..”
    Sampai berdecit-decit bibirnya menetek di payudaraku. Payudaraku yang sampingnya ikut juga dimainkan memakai tangannya. Kasar memang, tetapi berasa sangat nikmat menurutku. Puting susuku berubah-ubah digelitkinya, diambilnya, dipuntirnya, diambilnya kuat-kuat sampai semakin memanjang, bahkan juga disinggung-sentilnya sampai berasa cukup nyeri.
    Senang menetek kiri dan kanan, Wawan mengakhiri bermainnya. Tidak cuma ia, aku juga menjadi tersengal-sengal dibikinnya. Sesudah napasnya terkumpul kembali, Wawan sekarang bergerak turun menciumi perut dan pusarku. Saya cuma dapat tengadah kegelian dan kadang-kadang melihat kebawah cari tahu perlakuannya.
    “Aakh!!”
    Kembali saya tersentak terkejut saat tangan Wawan menyekai paha dalamku dan ganti menyekai selangkanganku. Sia-sia saja kuapit pahaku erat-erat, karena Wawan juga telah mengetahui ada suatu hal di celana dalamku. Dengan berkekuatan disentaknya ke-2 pahaku sampai terkangkang. Kembali kualihkan mukaku meredam malu saat Wawan temukan bintik basah memanjang dari muka celana dalamku. Bintik basah vertikal itu tercetak di sepanjang garis khayal bibir kemaluanku. Secara halus, Wawan mencolek bintik basah itu yang tidak salah turut mencolek kemaluanku di luar.
    “Aungghhhh…”
    Saya meringis dan membekap lagi bibirku ketika kurasakan saluran listrik yang melecut badanku saat Wawan mencolek celana dalamku. Menyaksikan reaksiku Wawan semakin menggalakkan pergerakan telunjukku. Sekarang diseka dan digosok-gosokkannya semakin cepat telunjuknya, seolah memancinf cd saya supaya lebih basah . Saya cuma dapat menggelinjang dan mendesah terbata-bata berjinjit di atas kasur karena rasa sedap yang diakibatkannya.
    Tubuhku semakin menggelinjang liar saat pada akhirnya telunjuk Wawan sukses masuk menelusup dari antara celana dalamku. Kugigit bibirku kuat-kuat saat pada akhirnya kurasakan langsung telunjuk Wawan di bibir kemaluanku. Telunjuknya menyekai bibir kemaluanku turun naik dari pojok atas sampai kebawah berkali-kali. Dinikmatinya telunjuknya yang sekarang menjadi basah berminyak oleh memekku. Yang membuatku semakin lupa dataran yakni saat Wawan mengelitiki pojok atas bibir memekku. Secara tepat dia temukan benjolan kecil yang terselinap itu dan diutak-utiknya secara cepat. Kontan saja tubuhku semakin menggelinjang bak cacing kepanasan.
    “Heemmmff..heeemmmgfffff….”

    Saya mendesah berat saat klentitku dirangsang oleh ujung telunjuknya. Dia mengetahui benar saya betul-betul menikmatinya sampai dia sekarang cuma fokus mainkan klentitku saja. Tubuhku melayg layg keasikan saat Wawan putuskan loloskan cd ku, dan secara cepat menukar telunjuknya dengan ujung lidahnya. Lidahnya yang basah yang hangat, dan Teksturnya yang ciri khas semakin menambahkan keasikan yang kurasakan.
    Sekarang ganti gantian Wawan yang mengoral diriku. Saya baru kali rasakan rangsangan foreplay yang ini enaknya, hampir menyamakan nikmat hubungan seksual yang kulakukan dengan mas Deni. Mas Deni tidak pernah menggairahkanku sebegitu binal dan kotor. Kemana sajakah saya sejauh ini? Baru kali saya demikian senang dan tidak ingin telah dimainkan semacam ini. Wawan dengan semangat mencumbu memekku. Bibirnya dan lidahnya men- French kiss kemaluanku tanpa sangsi. Baru kali berikut kurasakan memekku sebecel ini.
    Tidak cuma dari cairan pelumasku saja, tetapi juga dari ludah Wawan yang mencumbu kemaluanku Posisiku yang sekarang terlihat seperti katak yang siap dibedah, mengangkang dengan lebar-lebarnya biarkan Wawan terus lakukan perlakuan biadabnya kepadaku. Mataku terpejam-pejam sangking demikian enaknya rangsangan Wawan. Tetapi pas saat di mana tinggal sedikit kembali saya capai pucuk kepuasan, Wawan mengakhiri oralnya. Entahlah karena capek, atau memang dia menyengaja. Yang tentu saya segera jengkel dan merasa kecewa. Ingin rasanya saya berteriak dan merengek padanya meminta dilanjutkan kembali, tetapi saya malu. Saya cuma dapat melihat Wawan dengan pandangan bertanya dan sedikit melihat meminta.
    Wawan kelihatannya memang tahu terang saya telah mempasrahkan diriku seutuhnya kepadanya. Dengan perlahan-lahan dia menjajarkan dianya diatasku. Tanpa ingat malu kurengkuh leher Wawan dan kuciumi gaungs bibirnya. Biarkanlah dia berpikiran saya pelacur atau binal, yang penting saya ingin sekali diselesaikan birahiku sekarang ini . Wawan juga untungnya diam dan cuma membalasnya cumbuanku tanpa berbicara apapun. Kuciumi bibirnya mesra seolah membujuknya kembali untung meneruskan pencabulannya padaku. Wawan rupanya sembunyi-sembunyi telah menyiapkan diri.
    Tanpa kusadari Wawan telah arahkan moncong k0ntolnya tepar di muka bibir memekku. Mataku membelalak berbinar saat kurasakan kepala k0ntolnya mencocol halus lubang kemaluanku. Dengan berdebar tidak sabaran, selekasnya kuposisikan kembali ke-2 kakiku mengangkang siap-siap menyongsong k0ntol yang sangat kurindui tersebut.
    Wawan tidak terlampau cepat-cepat mempenetrasi diriku, sampai saya menjadi kegatalan sendiri dibikinnya. Pertama kali Wawan menggesek-gesekkan tangkai k0ntolnya dulu, membalurinya dengan cairan pelumasku. Lantas secara halus digosoknya juga kelentitku dengan moncong k0ntolnya, yang membuat tubuhku ngilu-ngilu enak. Sambil terus kucumbui lehernya dan dagunya, terkadang menyengaja kuangkat dan kumajukan pinggulku supaya cepat-cepar Wawan masukkan tangkai jantannya walau terus melenceng.
    Pada akhirnya ketika birahiku sudah tidak terbensung kembali di ubun-ubunku, saat tersebut Wawan mengincar lubang kemaluanku. Perlahan-lahan tetapi tentu kepala k0ntol Wawan mulai tenggelam masuk di rongga memekku. Dengan mendesah ketahan, kunikmati seluruh tangkai Wawan yang berjubal masuk di lubang yang sejauh ini cuma bisa dimasuki oleh maa Deni.
    “Ooooouugghhhhhh…nggg..oohhhhhhh…”
    Kurasakan bagaimana lezatnya otot dinding kemaluanku yang dipaksakan merenggang lebih dari umumnya. Diameter k0ntol Wawan yang melampaui punyai mas Deni memaksakan memekku menyesuaikan kembali. Walau licin dan telah sangat basah, tetap berasa bagaimana sesak dan sempitnya memekku menantang k0ntol gemuk Wawan. Wawan dengan mahirnya menarik undur tangkai k0ntolnya, selanjutnya memacu lebih dalam dari sebelumnya. Terus perlahan-lahan semacam itu sampai pada akhirnya bermenit-menit selanjutnya ke-2 pangkal kemaluan kami berjumpa. Wawan menggeram senang rasakan k0ntolnya yang tenggelam dalam di rahimku. Begitupun saya yang temukan kesan kepuasan sanggup menelan habis k0ntol Wawan yang notabene lebih hebat yang umumnya kurasakan.
    Kami berdua lantas termenung sesaat nikmati pertautan kemaluan kami. Berasa ada chemistry antara kami karena ke-2 kemaluan kami berasa demikian cocok satu dengan sama lain. Umumnya punya mas Deni tidak pernah dapat se-pas ini. Tetapi sekarang k0ntol Wawan bersatu dengan prima dengan memekku. K0ntolnya sanggup raih beberapa sudut rongga paling dalam yang tidak pernah diraih mas Deni sebelumnya. Begitupun besarnya, baru ini saya rasakan memekku sesak penuh dipenuhi k0ntol sebegitu gemuk. Walaupun cukup nyeri kurasa, tetapi tidak dapat kupungkiri saya betul-betul menyenangi otot memekku merenggang lebar semacam ini.
    Bermenit-menit selanjutnya kami masij saja diam sama-sama nikmati kedutan dan remasan kemaluan keduanya. Kami sama-sama berpandangan mesra sambil berciuman halus. Sampai pada akhirnya Wawan memiliki inisiatif memacu pinggulnya perlahan-lahan.
    “PLOK!”
    “Ouuwwwwhhh..mmsssssshhh”
    Sekali pukulan cepat bunyi kemaluan kami beradu. Wawan dengan perlahan menarik undur k0ntolnya keluar. Saya dapat rasakan bagaimana rongga memekku seolah turut ketarik keluar saat dia ambil ancang ancang undur. Dan secara cepat Wawan mendesak maju menghajar memekku sampai mentok kembali semuanya.
    Tempat tidur pernikahanku dan mas Deni sekarang berderit-derit kuat. Terlihat bagaimana badan Wawan yang berkilat seksi oleh keringat bergerak memiliki irama diatasku. Dari belakang saya terlihat terbenam di bawah tubuh Wawan. Yang kelihatan kemungkinan cuma punggung Wawan saja, dan cuma ada 2 buah tangan yang mencengkeram tengkuk dan mencakar punggungnya gaungs. sepasang kaki yang melilit pinggul Wawan erat-erat sambil merenggangakan dan menjinjitkan jari-jari kaki imutnya bak seorang balerina.
    “Ouggh.. Ugghh.. Uuuuuhmmmm…”
    Wawan menggeram saat mengakhiri pacuannya sesudah temponya turun. Saya cuma dapat tersengal-sengal dengan gestur sakau di bawah badan Wawan. Wawan melihat sepintas ke almari di seberang tempat tidur, dan dia punseperti memperoleh gagasan. Dia juga putar badanku sampai saya tiduran kesamping. Selanjutnya diputarnya tubuhku secara gampangnya (karena tubuhku lebih kecil darinya) hingga sekarang saya berposisi merayap di depannya.
    Semua dilaksanakanya tanpa mengambil k0ntolnya dari memekku. Lalu dia geser badanku sampai sekarang kami berdua bertemu dengan cermin pada pintu almari itu. Sekarang saya berpegangan di tepi kasur sementara Wawan mulai memicu kembali kuda poninya.
    “Aaaawwwwh… Aaaaaaahhhh… Aaaaaaaaaaaaahhh…!”
    Sekarang tanpa kembali malu saya mulai berteriak sekencang-kencangnya. Saya menjerit-jerit bak orang disiksa. Tentu saja saya sedang disiksa kepuasan oleh Wawan sekarang ini. Entahlah mengapa dengan menghadap cermin semacam itu perasaan binalku ada perlahan-lahan. Saya seperti tidak mengenali figur wanita yang tengah asyik menjerit-jerit di dalam cermin tersebut.
    Apakah benar itu santi? Istri dari Deni? Aku juga tidak yakin jika itu ialah diriku. Wanita di dalam cermin itu sedang asyik mengerang dan mendesah biarkan dianya dicicipi oleh tukang bangunan yang nista. Ya, mungkin wanita di cermin itu wanita nista. Nista karena biarkan dianya nikmati kepuasan terlarang dan mengkhianati suaminya. Simak juga: Bacaan Seks Terkini 2023 Ibu Sandra Pimpinan Bank
    “Aaaghhh terusss.. Terus mas Wawaniiii.. Terussssssss”
    Aku juga mulai berani buka mulut dan panggil-manggil Wawan. Wawan secara brutalnya menjambak rambutku dan mencengkeram bahuku dari belakang, supaya hentakannya dapat semakin kuat . Wawan juga mencondongkan tubuhnya dan berbisik tidak kalah binal dariku.
    “Iyaaa mas Wawan.. Aaauwwwwh… Bantai terus masss bantai masss..”
    “Hmmmggg..rrrr…kamu sukai kan?!”
    “Iya masss… Santi sukai masss.. Sukai sekali maaaasssh.. Aaaauuggghh”
    “Hmmmgghhh.. Saya kuat khan? Ugfhh.. Uffghh.. Gak kaya suami kamu lemah.. Uffghh”
    “He eh mass.. Enakk masss.. Santi senang massss.. Auuuuhh!!
    “Tentukan mana.. Uffgh.. Saya apa suami.. Ufgh.. Kamu??”
    “Aaaasgghh… Santi sama mas Wawan ajaaa… Aaahhh santi nikmatt sama aauhh.. Mas Wawaniiii…!”
    “Mulai sekarang ini.. Nffhhh…kamu selesai..ssshhm..istriku saja yah.. Uufgghh…”
    “Mhmhhh.. Iyah iyah mass.. Santi ingin menjadi istri mas Wan.. Awwugh.. Mas Wawanii…!!”
    “Gghrrrr.. Bagusss… Tidak hamilin yaah?? Ingin?? Uffgh..”
    “Iya mas Wawaaannnn.. Hamilin santi masshhh.. Hamilin masss.. Semprotin aauwwwhh yang.. Banyak massss.. Ighhh..aaahhhh…”
    “Uggfhhg nih.. Nih… Mmmggaaaaaaaaahhh!!!!”
    Wawan selanjutnya menghentakkan dalam-dalam k0ntolnya dan menyembur benihnya di dalam rahimku. Sudah pasti lusuhbut semprotannya dengan orgasme ku yang talah kalah hebat. Kami berdua sama kejang nikmati klimaks paling indah yang sebelumnya pernah kami alami ini. Sampai akhirnya badan kami berdua roboh di atas kasur. Benih Wawan menetes-leleh antara celah kemaluanku. Kami berdua selekasnya hampir lelap bahkan juga tidak sampai ingat untuk mengambil kemaluan kami berdua. Kamipun pada akhirnya tertidur sama-sama menerpah keduanya masih pada kondisi seperti barusan. Kurengkuh mesra suami baruku yang mengorok di atas badanku ini dan turut lelap dengannya.

  • Hentai030

    Hentai030


    2106 views

  • Video Bokep Eropa ngento cewek cantik dalam mobil pertama kali bertemu

    Video Bokep Eropa ngento cewek cantik dalam mobil pertama kali bertemu


    12888 views

  • Kisah Memek Satu Keluarga Ngentot Bebas

    Kisah Memek Satu Keluarga Ngentot Bebas


    10864 views

    Duniabola99.com – Keingat jaman dulu waktu kecil aku sering melihat kedua orang tuaku menonton film porno di ruang keluarga, saat itu siang malam di putar terus film pornonya mereka cuek walaupun ada anak anaknya di sekitarnya, sempat juga aku menemui orang tuaku saat dia nonton filmdan terangsang mereka langsung bersetubuh di tempat itu.


    Semua pembantu yang ada di rumah sudah paham sifat nyonya dan tuan jadi tidak heran bila ayah dan ibuku sedang ngentot pembantu masuk di ruangan, pembatu yang ada di rumahku ada 4 yang mana kesemuanya adalah wanita. Karena aku dan adiku sewaktu masih usia SD karena masih polos menganggap itu adalah hal yang wajar dilakukan oleh seorang ayah dengan ibu.

    Ketika aku pulang sekolah (aku sudah kls 1 SMP sedangkan adikku kls 6 SD )aku melihat kontol ayahku sedang dihisap oleh salah seorang pembantuku dan disamping ayahku ada ibuku yang bertelanjang dada memperhatikan sambil kadang-kadang berciuman dengan ayahku. Aku agak sedikit heran tapi.. ah mungkin hal yang biasa pikirku.

    “Pa.. kok sudah pulang dari kantor” kataku.

    Ayah dan ibuku kaget. “Eh.. sayang sudah pulang… bagaimana ujiannya?” tanya ibuku.

    “Lumayan lah.. ngga jelek” kataku.

    Aku langsung duduk di samping ibuku yang sedang bertelanjang dada itu.

    “Sana makan dulu Ted” kata ayahku.

    “Sudah Pah… tadi ada temen yang nraktir” kataku sambil tetap menatap pembantu kami yang bernama Dewi sedang menghisap kontol ayahku.

    “Lagi ngapain sih ma..?” tanya ku. Fontana99

    Ibuku hanya tersenyum saja.

    “Sudah Tuan..?” tanya si Dewi mungkin dia agak canggung diperhatikan olehku.

    “Belum dong Dewi….. sampe keluar maninya.. kamu ini ngga pernah beres kalo kerja” tegur ibuku.
    Kulihat ayah ku.. beliau sedang merem melek sambil berdesis-desis… Ssshh.. hhhss.. ahh.. terus wi.. ahh.. shh. Aku jadi penasaran bagaimana sih rasanya.. kok seperti yang nikmat betul.

    “Ma Teddy mau donk digituin kaya Papa” pintaku pada Mama.

    Mama tersenyum “Sini buka celanamu” perintah Mama.

    Aku langsung membuka celana dan menyodorkan kontolku pada Mama. Mama langsung menhisap kontolku dengan lembut dan tangannya kirinya memegang biji pelerku. Aku kontan merasakan nikmat2 geli.


    “Ahh… sshh.. Ma geli Ma… ssh ahh” tapi Mamaku tetap saja menghisap kontolku lebih dalam lagi. Aku melihat Papaku sedang berusaha memasukan kontolnya ke dalam memek si Dewi.

    “Lho kok Papa keterusan sih..” kata ibuku sambil tersenyum dan tangannya masih saja mengocok-ngocok kontolku.

    “Tanggung sih ma…” Kata Papaku.

    Kulihat si Dewi merem melek menerima hujaman kontol Papaku sambil sesekali menggoyangkan pantatnya. Tiba-tiba si Dewi memeluk erat pingang Papaku dan Papaku mencengkram bahu si Dewi “…aduh tuan udah mau keluar nih” erang si Dewi.

    “Bapak juga mau ke…luarrr…” kata Papaku dan Crott.. crott.. crot.. air mani Papaku di semburkan ke rahim si Dewi…. setelah itu mereka terkulai lemas dan tergolek bersama di karpet depan TV.

    “Teddy mau ngga masukin anunya ke memek Mama..?” tanya Mamaku sambil tangannya tetap mengocok kontolku, belum selesai dia bicara tiba-tiba.. Ahh.. ahh…… kontolku menyemburkan maninya sendi-sendi ini terasa lemas jadinya.

    “Yaaa… udah keluar… Mama kan belum di entot siang ini..” kata Mamaku kecewa.

    Papaku tertawa..” nanti malem aja.. kamu dapat giliran penuh…” kata Papaku.

    “Mammaa…” adiku ternyata sudah pulang diantar oleh Mang Ikin supir keluarga. Tenny langsung di sun pipinya oleh Mama.

    “Ma kok ngga pada pake baju sih?” tanya adiku itu.

    “Ngga apa-apa.. cuma gerah aja” kata Papaku menimpali.

    Malamnya ketika kami berempat sedang menonton sinetron aku dan adiku duduk dikarpet depan TV, sedang Papa dan Mamaku di atas sofa panjang. Ketika aku menoleh ke belakang, kulihat Mamaku sedang duduk di pangkuan ayahku sambil menyingkapkan dasternya dan terlihat jelas kontol Papaku diduduki oleh Mama.

    Pantat Mamaku naik turun dengan disertai goyangan yang erotis. Lalu mereka pindah ke karpet dan posisinya yaitu… ayahku berbaring sedangkan Mamaku di atas kontol Papa sambil menghadap ke arah Papa.

    Lalu Mamaku menaik turunkan pantatnya sambil disertai goyangan…. “ahh.. sshhh… ahh…” slleep.. sleep Sllepp…” Terus goyang Ma.. ahh.. sshh…”.

    Aku dan adiku saling berpandangan…. memang hal seperti ini sudah tidak asing lagi dipertontonkan kepada kami, tapi kami berdua sepertinya mempunya pikiran yang sama…. rasa penasaran akan rasanya.

    Tiba-tiba si Emi salah satu pembantu masuk ke ruang keluarga… melihat tuan dan nyonyanya sedang entotan tidak membuat si Emi canggung.

    “Nyonya.. makan malam nya sudah siap” kata si Emi.

    “Iya.. sebhen… thar.. sshh.. ahh” jawab ibuku.

    Aku hanya tersenyum saja. Tiba-tiba aku ada ide.. aku mengeluarkan kontolku dari balik celana… lalu minta si Emi untuk menghisap kontolku.

    Si Emi kaget… “nanti Nyonya dan Tuan marah lho Den” jawab si Emi

    “Ngga ah.. saya harus menyiapkan dulu minum buat makan nanti..” kata si Emi sambil ngeloyor pergi kebekalang. “Huh..” Aku bersungut-sungut. Tak habis akal.. aku menyodorkan kontolku ke mulut Mama yag sekarang posisinya menunggin dan Papaku sedang menusuknya dari belakang.

    Mamaku manyambut kontolku dengan mulutnya… aku merasa keenakan. Setelah kontolku memerah aku mencabutnya dari mulut Mamaku dan posisi merekapun berubah lagi…. Mamaku kembali menduduki kontol Papaku.

    Papaku memegang pinggul Mama sambil sesekali meremas buah dada Mama.Mama lalu membungkukan badannya untuk mencium bibir Papa.mereka berciuman dengan heboh…. hmmmpp… cpot.. cpot.. hmmp ashhh …sssshhh… ahhh.. ashhh… aough…..


    Aku bingung apa yang mesti dikerjain nih. lalu aku melihat lubang anus Mama.”Wah.. ada lobang yang masih nganggur nih..” pikirku. Aku lalu memasukan kontpolku di anus Mama. Mama kaget.. tapi..” pelan-pelan sayang …Ahhh… Sshh..” erang Mama.

    Aku langsung saja mengocokan kontolku dilubang anus Mama. Ahh sshh… ahh….. terus sayang.. masukan kontolmu… aahhh….. mmmhhh…

    Mama terlihat menikmati tentu saja akupun enjoy banget. Tapi Papa tampaknya terganggu dengan gerakan ku.

    “Ted.. jangan masukin kontol di situ… Papa jadi kagok nih” Akupun mencabut kontolku dengan kecewa.

    “Kak.. masukin di sini saja”. Tiba-tiba terdengar suara Tenny adiku dan diapun telah menyingkapkan dasternya dan membuka celana dalamnya. Aku tersenyum… “Makasih ya Ten.. kamu adik yang paling pengertian” kataku.

    Sebelum sempat aku Mamasukan kontolku ke lobang memeknya Tenny Papa dan Mama menghentikan kegiatannya.

    “Sini Mama bantuin” kata Mamaku, lalu dia mebimbing kontolku masuk ke memek Tenny.
    “Tahan sedikit ya sayang..” kata Mamaku kepada Tenny. Lalu kontolku masuk perlahan-lahan .”Ahh.. Agh…. sakit ma..” jerit Tenny tertahan.

    “Tenang sayang nanti juga enak..” hibur Mama, lalu Mama meremas-remas toket adiku itu yang masih sekepal tangan.

    “Gimana enak..?” tanya Mamaku ke Tenny. Adiku tidak menjawab hanya bibirnya mendesis ssshh.. aahhhh…. sshhh…. terus kak.. ssshhh.

    Papaku tertawa.. “Wah udah keenakan dia” kata Papa.

    “Ted..gantian donk..” pinta Papa.


    “Waduh Papa.. ngeganggu aja nih” jawabku, lalu kita pun bergantian. Papa memasukan kontolnya ke memek Tenny. Tenny menahan nafas ketika kontol Papa masuk ke lobang memeknya, ada sensasi yang luar biasa memeknya dimasuki kontol yang lebih besar. Aku lalu tanpa buang waktu lagi kembali memasukan kontolku ke anusnya Mama.

    “Aaahhh….. ssshh…. terus sayang…… aahhhhh… ahhh….” erang Mamaku.

    Lima belas menit kemudian kami berempat mengeluarkan air surgawi kami bersama. “aaaahhh………”

    Sejak saat itu kami sering melakukan hubungan sex. Itu bisa terjadi antar aku dan Mama, aku dan Tenny, Mama dan Papa, Papa dan Tenny. tidak jarang aku dan Papa menggarap para pembantu bersama.



  • Video Bokep Yui Nishikawa memainkan toketnya sendiri

    Video Bokep Yui Nishikawa memainkan toketnya sendiri


    2060 views

     

  • Foto Bugil Cewek seksi yang lucu Lanna Carter menjilati mainan kacanya dan mengebor vaginanya sendiri

    Foto Bugil Cewek seksi yang lucu Lanna Carter menjilati mainan kacanya dan mengebor vaginanya sendiri


    2036 views

    Duniabola99.com – foto cewek pirang yang melepaskan semua pakaiannya Lanna Carter diatas tempat tidurnya menampakkan toketnya yang kecil dan memamerkan memeknya yang mulus tanpa bulu berwarna merah merekah dan memasukkan alat bantu sex terbuat dari kaca hingga memeknya becek dan terkulai lemas.

  • Foto Bugil  Michaela Isizzu manis di tepi kolam renang

    Foto Bugil Michaela Isizzu manis di tepi kolam renang


    1756 views

    Duniabola99.com – foto gadis Ceko manis cantik Michaela Isizzu melepaskan bikininya ditepi kolam menampilakan toketnya yang kecil dan juga memamerkan memeknya yang tercukur rapi sambil berpose hot.

  • Foto Bugil erotis Rachelle Summers membuka baju untuk menyebar kakinya

    Foto Bugil erotis Rachelle Summers membuka baju untuk menyebar kakinya


    1811 views

    Duniabola99.com – foto gadis muda sesxy pirang sangat merangsang duduk sambil mengangkang lebar dan memamerkan toketnya yang gede.

  • Video Bokep Asia Akari Asagiri piji dan dientot anal oleh 3pria

    Video Bokep Asia Akari Asagiri piji dan dientot anal oleh 3pria


    2145 views

  • Video Bokep Asia Mikan Kururugi ngentot diatas sofa coklat

    Video Bokep Asia Mikan Kururugi ngentot diatas sofa coklat


    2225 views

  • Megan Sage malam yang romantis di toilet

    Megan Sage malam yang romantis di toilet


    1927 views

  • Video Bokep Lesbians hanya yang terbaik dan Hot

    Video Bokep Lesbians hanya yang terbaik dan Hot


    1829 views

     

  • Video bokep Jepang Huwari goyangan maut diatas ranjang

    Video bokep Jepang Huwari goyangan maut diatas ranjang


    2392 views

  • Cerita Sex Birahi

    Cerita Sex Birahi


    2829 views

    Cerita Sex ini berjudul ” Cerita Sex Birahi ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Cerita SexPenampilanku selalu keren dan modis namaku Ivan umur 23 tahun tubuh saya atletis dengan tinggi yang
    ideal aku kelahiran Bandung jujur saja aku mempunyai gairah seks yang tinggi aku suka melakukan
    hubungan seks dengan variasi berbagai gaya.

    Aku sudah mempunyai istri yang tentunya cantik, kulitnya putih dan seksi tentunya supaya merangsang
    nafsuku, kali ini aku akan bercerita pengalaman pribadiku saat aku mendapat undangan teman lamaku yang
    bernama Alvin , dia adalah teman kuliahku saat di bangku kuliah di kota Surabaya.

    Setelah lulus kita jarang kontak kontakan dan jarang bertemu saat ini di juga sudah menikah tapi aku
    belum kenal dengan istrinya, Pada saat menghubungiku, Alvin mengatakan bahwa dia akan berada di
    Jakarta selama satu minggu lamanya dan tinggal sementara di sebuah apartemen yang telah disediakan
    oleh perusahaannya.

    Dia juga datang bersama istrinya dan saat ini mereka juga belum mempunyai anak seperti aku dan
    istriku, maklum kami kan masing-masing baru menikah dan masih fokus ke karir kami, baik istriku
    ataupun istri Alvin hanya ibu rumah tangga saja, sebab kami pikir kondisi itu lebih aman untuk
    mempertahankan sebuah rumah tangga, karena dunia kerja pergaulannya menurut kami tidaklah aman bagi
    istri-istri kami.
    Malam itu sampailah kami di kamar apartemen yang dihuni oleh Alvin dan istrinya.

    “Hai… Alvin gimana kabar kamu, sudah lama yach kita nggak ketemu, kenalkan ini istriku Fariha,”
    kataku.

    “Hai Van, nggak ngira gua kalau bakalan bisa ketemu lagi sama kamu, hai Fariha… apa kabar, ini Mella
    istriku, Mella ini Ivan dan Fariha…” kata Alvin balik memperkenalkan istrinya dan mengajak kami masuk.

    Kemudian kami ngobrol bersama sambil menikmati makanan yang telah disiapkan oleh Alvin dan Mella.
    Kulihat Fariha dan Mella cepat akrab walaupun mereka baru ketemu, begitu juga dengan aku dan Alvin.

    Ketika Mella dan Fariha asyik ngobrol macam-macam, Alvin menarikku ke arah balkon yang ada dan segera
    menarik tanganku sambil membawa minuman kami masing-masing.

    “Eh.. Van gua punya ide, mudah-mudahan aja elo setuju… karena ini pasti sesuai dengan kenakalan kita
    dulu… gimana…” kata Alvin.

    “Mengenai apa…” kataku.

    “Tapi elo jangan marah ya… kalau nggak setuju…” kata Alvin lagi.

    “Oke gua janji…” kataku.

    “Begini… gua tau kita kan masing-masing punya libido seks yang tinggi, gimana kalau kita coba bermain
    seks bersama malam ini, dengan berbagai variasi tentunya, elo boleh pakai istri gua dan gua juga boleh
    pake istri kamu, gimana…” ucap Alvin.

    “Ah.. gila kamu…” kataku spontan.

    Cerita Sex Birahi Tetapi aku terdiam sejenak dan berpikir sambil memandangi Fariha dan Mella yang sedang asyik ngobrol.
    Kulihat Mella sangat cantik tidak kalah cantiknya dengan Fariha, dan aku yakin bahwa sebagai laki-laki
    aku sangat tertarik untuk menikmati tubuh seorang wanita seperti Fariha maupun Mella yang tidak kalah
    dengan ratu-ratu kecantikan Indonesia.

    “Gimana Van… kan kita akan sama-sama menikmatinya, tidak ada untung rugilah…” kata Alvin meminta
    keputusanku lagi.

    “Tapi gimana caranya… mereka pasti marah… kalau kita beritahu…” aku balik bertanya.

    “Tenang aja, gua punya caranya kalau elo setuju…” kata Alvin lagi.

    “Gua punya Pil perangsang… lalu kita masukkan ke minuman istriku dan istrimu.. tentunya dengan dosis
    yang lebih banyak, agar mereka cepat terangsang, dan kita mulai bereaksi.”

    “Oke… gua setuju..” kataku.

    Dan kami pun mulai melaksanakan rencana kami tersebut.

    Alvin mengambil gelas lagi dan memasukkan beberapa butir pil perangsang ke dalam dua buah gelas yang
    sudah diisi soft drink yang akan kami berikan kepada Fariha dan Mella.

    “Aduh.. asyik amat… apa sich yang diobrolin.. nich.. minumnya kita tambah…” kata Alvin sembari
    memberikan gelas yang satu ke Mella, sedangkan aku memberikan yang satu lagi ke Fariha, karena
    kebetulan minuman milik mereka yang sebelumnya kelihatan sudah habis.

    Kemudian Fariha dan Mella langsung menenggak minuman yang kami berikan beberapa kali. Aku duduk di
    samping Fariha dan Alvin duduk di dekat Mella, kami pun ikutan ngobrol bersama mereka.

    Beberapa waktu kemudian, baik aku maupun Alvin mulai melihat Fariha dan Mella mulai sedikit
    berkeringat dan gelisah sambil merubah posisi duduk dan kaki mereka, mungkin obat perangsang tersebut
    mulai bereaksi, pikirku.

    Kemudian Alvin berinisiatif mulai memeluk Mella istrinya dari samping, begitu juga aku, dengan sedikit
    meniupkan desah nafasku ke tengkuk Fariha istriku.

    “Mell… aku sayang kamu…” kata Alvin.

    Kulihat tangannya mulai meraba paha Mella, istrinya.

    “Eh Alvin… apaan.. sich kamu… kan malu… akh.. ah…” kudengar suara Mella halus.

    “Nggak pa-pa.. ah… ah… kamu sayangku… ah…” desah Alvin meneruskan serangannya ke Mella.
    Melihat kondisi itu, Fariha agak bingung… tapi aku tahu kalau dia pun mulai terangsang dan tak kuasa
    menahan gejolak nafsunya.

    “Lus… aku cinta kamu.. ukh… ulp… ah…”

    Aku pun mulai memeluk Fariha istriku dan langsung mencium bibirnya dengan nikmat, dan kurasa Fariha
    pun menikmatinya. Aku pun mulai memeluk tubuh istriku dari depan, dan tanganku pun mulai meraba bagian
    pahanya sama seperti yang dilakukan oleh Alvin.

    “Lus… akh… ak… kamu… sangat cantik sayang…” kataku.

    “Akh.. Van… ah… ah…” desah istriku panjang, karena tanganku mulai menyentuh bagian depan kemaluannya,
    dan mengelus dan mengusapnya dengan jari tangan kananku, setelah terlebih dahulu menyibakkan CD-nya
    secara perlahan.

    Kulihat Alvin sudah membuka bajunya dan mulai perlahan membuka kancing baju Mella istrinya, yang
    kelihatan sudah pasrah dan sangat terangsang.

    “Ah.. Alvin… ah… ah… ah…” desah Mella kudengar. Dan Alvin sudah berhasil membuka seluruh pakaian
    Mella, dan kulihat betapa mulusnya kulit Mella yang saat ini hanya tinggal CD-nya saja, dan itu pun
    sudah berhasil ditarik oleh Alvin.

    Tinggallah tubuh bugil Mella di atas sofa yang kami gunakan bersama itu dengan kelakuan Alvin pada
    dirinya. Kulihat Alvin pun sudah membuka semua pakaiannya dan sekarang tanpa sehelai benang pun yang
    menutupi tubuh Mella maupun Alvin yang saat ini saling rangkul dan cium di sampingku dan istriku.

    “Ah… ulp… ulp… ulp.. ah.. sst.. sst…” kulihat Mella menjilat dan menghisap kemaluan Alvin yang putih
    kemerahan dengan nikmatnya. “ukh…ukh..ohh….ukh…” erang Alvin menikmati permainan Mella.

    Aku pun sekarang sudah berhasil membuka semua pakaian Fariha istriku, kulanjutkan dengan meremas buah
    dadanya yang kenyal itu dan kulanjutkan dengan mengisap kedua puting susunya perlahan dan berulang-
    ulang.

    “Ah… ah… ah… Van… terus… ah.. ah..” desah Fariha keenakan. Tangan Fariha pun mulai membuka celanaku
    dengan tergesa-gesa karena hanya celanaku yang belum kubuka dan kelihatannya Fariha sudah mulai tidak
    sabaran.

    “Akh… akh… ukh… oh…” ketika celana dan CD-ku terbuka dan jatuh ke bawah, Fariha segera memegang
    kemaluanku dan menjilatinya seperti apa yang dilakukan oleh Mella.

    Aku kemudian segera mengatur permainan dengan mengambil posisi jongkok dan membuka lebar kedua kaki
    istriku dan mulai menjilati klitorisnya dan semua bagian luar kemaluannya,

    “Aah… oh.. terus.. terus Van… enak… akh… akh…” desah Fariha.

    “Ulp.. ulp.. sst… sst… ah… uhm.. uhm… uhm…”

    Cerita Sex Birahi Aku terus menjilati klitoris istriku dan kulihat bibir kemaluan dan klitorisnya merekah merah
    merangsang serta kelihatan basah oleh jilatanku dan air kenikmatan milikya yang tentunya terus
    mengalir dari dalam kemaluannya.

    “Ah… terus.. ah… ah… terus Van.. enak… akh… akh… ukh…” rintih Fariha.

    Yang membuka lebar kedua kakinya serta meremas buah dadanya sendiri dengan penuh kenikmatan.

    Perlahan kulihat Alvin menggendong Mella istrinya dan membaringkannya sejajar di sebelah istriku di
    sofa panjang yang kami pakai bersama ini, kemudian Alvin mulai memasukkan kedua jari tangannya ke
    lubang kemaluan milik Mella dan mengocoknya pelan serta menariknya keluar masuk.

    “Akh… Alvin… ahk… kamu.. gila Alvin… akh.. terus… terus Alvin… ahh…” rintih Mella terdengar.

    “Ukh… ah… ulp… akh… akh… akh.. oh… oh… oh…”

    Suara dan desahan dari istriku dan Mella secara bersamaan dan penuh kenikmatan. Perlahan tangan
    kananku mulai ikut meraba kemaluan Mella yang berada di sebelah istriku. Dan aku pun ikutan memasukkan
    kedua buah jariku ke kemaluan Mella tersebut.

    Dan Alvin pun membiarkan semua itu kulakukan, kemudian sambil terus mengocok lubang kemaluan Mella,
    tangan kiri Alvin pun mulai ikut meraba kemaluan istriku yang saat ini tanpa rambut, karena habis
    kucukur kemarin, permainan ini terus berlanjut baik Mella maupun istriku membuka dan menutup matanya
    menikmati permainan yang aku dan Alvin lakukan.

    Perlahan aku mulai meraba buah dada Mella dengan tangan kananku dan meremasnya pelan, kurasakan buah
    dada milik Mella lebih kenyal dibanding milik istriku, tetapi buah dada istriku lebih besar dan
    menantang untuk dihisap dan dipermainkan.

    Kemudian aku mulai berdiri dan mengarahkan kemaluanku yang berukuran panjang 16 cm serta diameter 4 cm
    itu ke arah mulut istriku, dan tangan kananku terus meremas buah dada milik Mella. Istriku dan Mella
    pun membiarkan semuanya ini terus berlanjut.

    Dan kulihat Alvin tetap memasukkan dan mengocok kedua lubang kemaluan yang di depannya dengan kedua
    buah tangannya dengan sekali-kali meremas buah dada milik istriku maupun Mella, istrinya.

    Kemudian Alvin mulai berdiri dan mengarahkan kemaluannya ke lubang kemaluan Mella yang sudah sangat
    basah,

    “Ah… Alvin… terus… masukkan… terus Alvin semuanya…” kata Mella.

    Melihat itu aku pun mulai mengarahkan batang kemaluanku ke lubang kemaluan istriku.

    “Akh… ukh.. ah… oh… ah… oh…” erang istriku keenakan.

    Saat ini baik posisiku dan Alvin maupun Fariha dan Mella berada pada posisi yang sama. Aku dan Alvin
    terus menarik turunkan kemaluan kami di lubang kemaluan milik Mella dan Fariha.

    Cerita Sex Birahi Begitu juga dengan Mella dan Fariha membuka lebar kakinya dan memeluk pinggangku maupun Alvin seolah-
    olah mereka takut kehilangan kami berdua.

    Selang beberapa saat kemudian Alvin menghentikan kegiatannya dan memintaku mundur, kemudian memasukkan
    batang kemaluannya yang berukuran panjang 17 cm tetapi diameternya mungkin 3 cm dan kelihatan begitu
    panjang dari punyaku hanya punyaku lebih besar dan keras dibanding kemaluan Alvin yang terus menuju ke
    lubang kemaluan milik istriku.

    Kulihat istriku cukup kaget tetapi hanya pasrah dan terus menikmati kemaluan milik Alvin yang mulai
    mengocok lubang miliknya tersebut. Aku pun mulai juga mengarahkan kemaluanku ke lubang kemaluan milik
    Mella, perlahan kurasakan lubang kemaluan Mella masih cukup sempit serta menjepit batang kemaluanku
    yang kutekan perlahan.

    “Akh… akh… Mell… memekmu begitu padat.. dan enak… akh…” kataku.

    “Terus… Van.. Terus.. punyamu begitu besar… terus Van… enak… akh…” rintih Mella.

    “Van.. terus… beri aku kenikmatan.. akh… akh… terus Van… enak… lebih dalam Van… akh..”

    “Lus… punyamu begitu enak… sangat… rapat dan menjepit kontolku.. akh…” desah Alvin kepada istriku.

    “Ehm… ehm… ukh… ukh… lebih dalam Alvin… lebih dalam… teruskan Alvin… teruskan… kontolmu… sangat
    panjang… akh.. dan menyentuh… dinding.. rahimku.. akh… akh… enak… Alvin..” desah istriku lirih.

    Kemudian aku terus meremas dan menjilat puting susu milik Mella dan sekali-kali kugigit pelan
    putingnya dan Mella terus menikmatinya, sementara kemaluanku terus naik-turun mengocok lubang kemaluan
    Mella yang terasa padat dan kenyal serta semakin basah tersebut.

    Terasa batang kemaluanku serasa masuk ke lubang yang sangat sempit dan padat ditumbuhi daging-daging
    yang berdenyut-denyut menjepit dan mengurut batang kemaluanku yang semakin keras dan menantang lubang
    kemaluan Mella yang kubuat basah sekali, Markas Judi Online Dominoqq

    Cerita Sex Birahi Dan Mella pun terus menikmati dan mengangkat pinggulnya serta menggoyangkannya saat menerima hujaman
    batang kemaluanku yang saat masuk hanya menyisakan dua buah biji kemaluan yang menggantung dan
    terhempas di luar kemaluan Mella tersebut.

    “Akh… Mell… enak.. sekali.. punyamu… akh.. akh..” desahku.

    “Oh Van… aku sangat… suka… milikmu ini… Van yang besar dan keras ini… akh… ogh… ogh… terus Van… ah…”

    Kulihat Alvin membalikkan tubuh istriku dan memasukan kemaluannya yang panjang putih kemerahan
    tersebut dari belakang,

    “Akh… akh… akh… Alvin… terus.. lebih dalam Alvin… akh.. enak… Alvin…” rintih istriku, yang kulihat
    buah dadanya menggantung bergoyang mengikuti dorongan dari kemaluan Alvin yang terus keluar masuk, dan
    kemudian tangan Alvin meremas buah dada tersebut serta menariknya.

    “Akh… Alvin.. akh… ogh… ogh… ahh…” jerit nikmat istriku menikmati permainan Alvin dari belakang
    tersebut.

    “Ogh.. Lus… buah dadamu begitu besar… dan… enak… ukh… ehm… ehmmm…” sahut Alvin penuh kenikmatan.

    Mella mencoba merubah gaya dalam permainan kami, saat ini dia sudah berada di atas tubuhku yang duduk
    dengan kaki yang lurus ke depan, sedangkan Mella memasukkan dan menekan kemaluannya dari atas ke arah
    kemaluanku.

    “Blees…”

    “Aakh… enak… akh… Van punyamu begitu besar… akhg…” desah Mella yang terus menaik-turunkan tubuhnya dan
    sesekali menekan dan memutar pinggulnya menikmati kemaluanku yang terasa nikmat dan ngilu tetapi enak.

    “Oh… Mell.. terus… ah… ah…” desahku.

    “Oh Van… oh.. oh… oh… Van… aku hampir keluar Van… aogh… ogh…” jerit Mella.

    “Okh.. Van… okh… aku ke… luar… okh.. okh…” tubuh Mella mengejang bagaikan kuda dan kurasakan
    kemaluanku pun bergetar mengimbangi orgasme yang dicapai Mella.

    “Oh… ukh… okh.. Mell aku juga keluar.. okh… okh…”

    Kami pun berpelukan dan mengejang bergetar bersama serasa berada di awan, menikmati saat klimaks kami
    tersebut selama beberapa saat hingga kemudian kami berdua merasa lemas, dan tetap berpelukan dengan
    posisi Mella di atas, seolah kami sangat takut kehilangan satu sama lain sambil memandangi permainan
    Alvin dan istriku di sebelah kami.

    Kulihat Fariha istriku sangat menikmati permainan ini dengan posisi bagaikan atau kuda yang sedang
    kawin, buah dada istriku yang besar bergoyang-goyang ke depan-belakang dengan cepatnya, sekujur tubuh
    Alvin maupun istriku berkilap dikarenakan keringat yang mengalir pelan karena permainan seks mereka
    ini.

    Kulit Alvin yang putih mulus karena dia berdarah Manado ini kelihatan bersinar begitu juga istriku
    begitu menikmati panjangnya kemaluan Alvin. Tangan istriku meremas sandaran sofa dan berteriak lirih,

    “Ah… ah… ah… uh… uh… uh.. Alvin tekan terus Alvin dengan keras… ah.. ah..” kulihat satu tangan istriku
    memutar dan memelintir puting susunya sendiri serta sekali-kali meremas keras buah dadanya tersebut
    seolah takut kehilangan kenikmatan permainan mereka tersebut.

    Cerita Sex Birahi Aku kemudian mendorong kepalanya dan sebagian tubuhku dan berbaring di bawah buah dada istriku,
    kemudian berinisiatif untuk ikut meremas buah dadanya dan mengisap puting susunya,
    “Akh… Van… akh… enak.. ogh… ogh… ogh… terus Van…” rintih istriku, terasa olehku kemudian Mella
    menjilati dan menghisap batang kemaluanku yang mulai mengeras kembali.

    “Ogh… ogh… ogh… Van… ogh… ogh… Alvin… kontolmu sangat panjang dan membuatku sangat… puas Alvin… akh…
    terus… akh…” kata Fariha.

    “Ulp.. ulp… ulp.. ulp… ulp..” jilatan Mella di kemaluanku yang mengeras.

    “Okh… Alvin… aku.. hampir.. ke.. ke.. luar… Alvin… terus” desah istriku.

    Kuremas dan kupelintir dengan keras puting susu dan buah dada istriku, dan kulihat Alvin juga
    mengejang.

    “Akh… akh.. akh… akh.. Lus.. aku juga keluar… akh… akh…” jerit Alvin kuat, kemudian tubuhnya mengejang
    dan bergetar hebat.

    “Ogh… ogh… ogh… ogh…” istriku pun mengejang dan meremas sandaran sofa dengan kuat.

    Beberapa saat. Aku pun kembali merasakan kenikmatan mengalir di batang kemaluanku dan…

    “Akh… akh… akh… akh…” kemaluanku pun memuncratkan spermaku kembali, sebagian ke wajah Mella dan
    sebagian lagi meloncat hingga ke tubuh istriku dan aku pun kembali mengejang kenikmatan dan kulihat
    Mella terus menjilati kemaluanku yang besar tersebut dan membersihkannya dengan lidahnya.

    Kemudian kami terbaring dan tertidur bersama di sofa tersebut hingga pagi harinya, dalam kondisi tanpa
    sehelai benang pun menutupi tubuhku, istriku, Alvin dan Mella istrinya. Permainan ini kembali kami
    ulangi pagi harinya.

    Dan kembali kami ulangi bersama dalam beberapa hari hingga saatnya Alvin dan Mella harus pulang ke
    Surabaya, ini semua adalah awal dari permainan seks bersama kami yang hingga kini seringkali kami
    lakukan kembali jika aku dan istriku ke Surabaya, ataupun mereka ke Jakarta.

    Bahkan kadang-kadang-kadang Mella sendiri ke Jakarta bermain seks bertiga denganku dan istriku,
    ataupun aku atau istriku yang ke Surabaya bermain seks bertiga atau bersama dengan salah satu dari
    Alvin atau Mella.

    cerita seks bergambar, cerita dewasa seks, cerpen seks, cerita seks hot, kisah seks, cerita seks tante, cerita sexx, cerita sex janda, cerita hot sex, cerita sex pembantu, cerita sex gay, sex dewasa, cerita sex 2019, cerita sex artis, cerita sex jilbab, cerita ngesex, cerita sex sma, cerita sex dengan tante, cerita sex mama, cerita dewasa tante, kumpulan cerita seks, cerita hot dewasa,

  • Video Bokep Maya Kawamura bersama pacarnya didalam hutan

    Video Bokep Maya Kawamura bersama pacarnya didalam hutan


    2188 views